BAB 2 TINJAUAN & LANDASAN TEORI
2.1. Tinjauan Umum 2.1.1. Pengertian Perpustakaan Berdasarkan buku Pedoman dan Perencanaan Perabotan dan Perlengkapan Perpustakaan , kata 'perpustakaan' berasal dari kata 'pustaka' yang berarti buku. Berdasarkan kamus The Oxford English Dictionary, kata 'library' atau perpustakaan berarti sebagai suatu tempat buku-buku diatur untuk dibaca, dipelajari atau dipakai sebagai bahan rujukan. Dalam Keputusan Presiden RI nomor 11 Tahun 1989, disebutkan bahwa 'perpustakaan' merupakan salah satu sarana pelestarian bahan pustaka sebagai hasil budaya dan mempunyai fungsi sebagai sumber informasi ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan dalam rangka mencerdaskan
kehidupan
bangsa
dan
menunjang
pelaksanaan
pembangunan nasional. Jadi, dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Perpustakaan merupakan kumpulan buku, manuskrip, dan gubahan pustaka lainnya yang digunakan untuk keperluan studi atau bacan, kenyamanan atau kesenangan, (Webster’s Third Edition International Dictionary, 1961)
7
2.1.1.1 Definisi Perpustakaan Universitas
Berdasarkan situs www.dgb.ui..ac.id yang berisi Keputusan Majelis Wali Amanat Universitas Indonesia, menyebutkan bahwa definisi
Perpustakaan
universitas
yang
Universitas
bertugas
adalah
mengembangkan,
unsur
penunjang
mengelola,
dan
menyediakan informasi guna mendukung Kegiatan akademik, .dimana pengelolaan Perpustakaan Universitas dilakukan secara terpadu dengan tata laksana sentral yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
Sementara itu, berdasarkan Brian Edwards dan Biddy Fisher dalam bukunya yang berjudul Libraries And Learning Resource Centres, definisi Perpustakaan Universitas adalah tempat buku-buku dan material lainnya, dengan sistem informasi yang elektronik, terkumpul dalam suatu ruang untuk mendukung pelajaran atau riset.
Dari kedua definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Perpustakaan Universitas Bina Nusantara adalah unsur penunjang universitas
yang
bertugas
mengembangkan,
mengelola,
dan
menyediakan informasi guna mendukung kegiatan akademik,.dimana pengelolaan Perpustakaan Universitas Bina Nusantara dilakukan secara terpadu dengan tatalaksana sentral yang berbasis teknologi
8
informasi dan komunikasi, dan ikutserta mencerdaskan kehidupan bangsa dan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional.
2.1.2. Fungsi Perpustakaan Merurut Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi, fungsi perpustakaan perguruan tinggi sebagai berikut: •
Fungsi Edukasi Perpustakaan merupakan sumber belajar para sivitas akademika, oleh karena itu koleksi yang disediakan adalah koleksi yang mendukung pencapaian
tujuan
pembelajaran,
pengorganisasian
bahan
pembelajaran setiap program studi, koleksi tentang strategi belajar mengajar dan materi pendukung pelaksanaan evaluasi pembelajaran. •
Fungsi Informasi Perpustakaan merupakan sumber informasi yang mudah diakses oleh pencari dan pengguna informasi.
•
Fungsi Riset Perpustakaan mempersiapkan bahan-bahan primer dan sekunder yang paling mutakhir sebagai bahan untuk melakukan penelitian dan pengkajian ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
9
•
Fungsi Rekreasi Perpustakaan harus menyediakan koleksi rekreatif yang bermakna untuk membangun dan mengembangkan kreativitas, minat dan daya inovasi pengguna perpustakaan.
•
Fungsi Publikasi Perpustakaan selayaknya juga membantu melakukan publikasi karya yang dihasilkan, baik dari sivitas akademik maupun staf nonakademik.
•
Fungsi Deposit Perpustakaan menjadi pusat deposit untuk seluruh karya dan pengetahuan yang dihasilkan oleh warga perguruan tingginya.
Perpustakaan lebih berfungsi sosial untuk memberikan sumber informasi dengan cara yang mudah dan murah kepada masyarakat pemakai perpustakaan dengan tujuan mencerdaskan kehidupan masyarakat secara luas sehingga secara tidak langsung juga perpustakaan menunjang program pemerintah, khususnya dibidang pendidikan. Sedangkan toko buku lebih menitikberatkan segi ekonomisnya. Dalam sebuah universitas, perpustakaan berfungsi sebagai pusat kegiatan belajar-mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan seperti tercantum dalam kurikulum perkuliahan Selain itu juga perpustakaan sebagai pusat penelitian sederhana yang memungkinkan para siswa mengembangkan kreativitas dan imajinasinya serta pusat membaca
10
buku-buku yang bersifat rekreatif dan mengisi waktu luang (buku-buku hiburan). Semua fungsi tersebut akan tergambar dalam koleksi pepustakaan bersangkutan. Diluar sebagai tempat kegiatan membaca itu, perpustakaan juga berfungsi sebagai tempat pelaksanaan acara pameran buku, tempat seminar atau diskusi dengan pengarang buku atau sastrawan.
2.1.3. Sejarah dan Perkembangan Perpustakaan Berdasarkan artikel Koran Harian Pikiran Rakyat edisi 27 Agustus 2006, sejarah mencatat bahwa
perpustakaan tertua di dunia adalah
Bibliotheca Alexandria yang berada di Kota Alexandria, Mesopotamia Kuno. Perpustakaan ini sudah ada sejak 16 abad yang lalu (±3500 tahun sebelum Masehi). Perpustakaan Alexandria ini dibangun oleh Ptolemaeus I Soter.
Perpustakaan ini terus berkembang dan menjadi perpustakaan
terkenal pada masa itu
Gambar 2.1. Bibliotheca Alexandria, Mesopotamia
11
Perpustakaan itu diisi oleh puluhan ribu buku dan manuskrip penting seputar ilmu pengetahuan dan sejarah. Tetapi ketika terjadi perang antara Romawi dan Mesir, kebakaran hebat menimpa perpustakaan dan melenyapkan karya-karya para cendekiawan dan penulis terkenal pada masa itu
Pada zaman Renaisance mulai bermunculan perpustakaan baru, salah satunya adalah Perpustakaan Vatikan yang berdiri pada tahun 1447. Pada abad ke-18 mulai didirikan museum nasional dan perpustakaan baru banyak bermunculan.
2.1.4. Jenis-Jenis Perpustakaan
Berdasarkan
Ensiklopedia
Indonesia,
perpustakaan
dapat
dikategorikan menjadi beberapa jenis, yaitu:
1.
Perpustakaan Umum
Pada umumnya, perpustakaan umum di tingkat propinsi dikelola oleh Departemen Pendidikan bersama dengan pemerintah Daerah. Usaha-usaha antara dua badan tersebut masih terus dilaksanakan untuk mengembangkan sistem perpustakaan umum, ditunjang dengan beberapa buah mobil sebagai sarana perpustakaan
12
keliling. Di samping itu tercatat juga tumbuhnya taman bacaan yang didirikan oleh usaha-usaha pribadi dan rukun kampung. Usaha-usaha tadi sekalipun dalam bentuk sederhana, namun sangat menbantu dengan melalui perpustakaan umum.
2.
Perpustakaan Khusus
Perpustakaan ini merupakan perpustakaan yang menekankan koleksinya pada suatu bidang khusus, atau bidang-bidang yang berhubungan, misalnya koleksi khusus bidang sejarah purbakala, ilmu pertanian, dan lain-lain. Selain itu,perpustakaan khusus juga dilihat dari bentuk koleksi yang disimpan , seperti peta wilayah, guntingan surat kabar, dan sebagainya.
Lazimnya perpustakaan
khusus merupakan bagian pada suatu lembaga penelitian, badanbadan seperti bank, asuransi, perusahaan, museum, dan lain-lain. Masyarakat yang dilayani juga termasuk golongan khusus, yaitu terutama kepada tenaga-tenaga yang bekerja dalam bidang yang merupakan pokok tugasnya. Dalam sejarah perkembangannya, perpustakaan khusus saat ini cenderung menjadi pusat dokumentasi.
Contoh perpustakaan yang khusus yang telah berkembang di Indonesia adalah Pusat Dokumentasi Ilmiah Nasional – LIPI, Lembaga
Perpustakaan
Biologi
dan
Pertanian
(Bibliotheca
Bogoriensis – Departemen Pertanian), Bagian Dokumentasi Ilmiah
13
dan Pengolahan Data (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan – Departemen Kesehatan), Perpustakaan Direktorat Geologi (Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi), Bandung. Keempat pusat dokumentasi diatas mempunyai tugas sebagai pusat informasi literatur, masing-masing dalam bidang ilmu dan teknologi, biologi dan pertanian, kesehatan dan kedokteran, dan geologi.
3.
Perpustakaan Museum
Contoh
perpustakaan
museum
di
Indonesia
adalah
Perpustakaan Museum Pusat yang didirikan tahun 1778 di Jakarta. Perpustakaan ini sebagai pusat informasi dalam bidang ilmu sosial, sejarah, dan bahasa. Sebelum perang , perpustakaan ini menjadi depot dari terbitan–terbitan baru Indonesia. Selain itu, juga terdapat perpustakaan Lembaga Kebudayaan Indonesia di Jakarta yang didirikan pada tahun 1778. Koleksi bukunya diperkirakan 300.000 jilid, sesuai dengan tujuan dan program lembaga tersebut, diantaranya semua koleksi surat kabar yang pernah dan telah terbit di Indonesia dari awal penerbitannya, majalah ilmiah dan popular, dan setiap buku yang diterbitkan di Indonesia. Selain itu juga terdapat koleksi naskah terdiri dari 5.000 buku asli Indonesia dari berbagai daerah , yang tertulis di atas macam-macam bahan seprti lontar, kulit kayu, bambu, kertas, yang ditulis dalam huruf Jawa, Bali, Makasar, Bugis, Batak, Rejang, Arab, dan lain-lain.
14
4.
Perpustakaan Negara
Perpustakaan Negara merupakan perpustakaan umum yang didirikan di tiap ibukota Daerah Tingkat I di Indonesia dan diselenggarakan oleh Biro Perpustakaan Departemen Pendidikan. Umumnya
perpustakaan
Negara
berisi
buku-buku
tingkat
pengetahuan sekolah menengah ke atas. Saat ini, Perpustakaan Negara yang terbesar di Indonesia terletak di Yogyakarta, didirikan pada masa Revolusi Kemerdekaan. Pada tahun 2005, perpustakaan ini memiliki jumlah koleksi ±70.000 buku.
5.
Perpustakaan Perguruan Tinggi
Lazimnya merupakan unsur pendukung dalam proses kegiatan belajar-mengajar perkuliahan di Perguruan Tinggi tersebut. Program-program pengembangan Perpustakaan Perguruan Tinggi dikelola oleh Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan. Contohnya, Perpustakaan Airlangga di Surabaya yang membagi perpustakaan menjadi dua yaitu Perpustakaan Eksakta dan Perpustakaan Non Eksakta.
6.
Perpustakaan Sekolah Di Indonesia, belum semua sekolah dilengkapi dengan perpustakaan. Saat ini jumlahnya tercatat sekitar 84.000 Sekolah
15
Dasr
dan
sekitar
13.000
sekolah
lanjutan
(sensus
1997).
Pengembangan perpustakaan sekolah mendapat bimbingan dan pengarahan dari Pusat Pengembangan Perpustakaan, Departemen Pendidikan. 7.
Perpustakaan Rakyat
Perpustakaan rakyat merupakan sistem Perpustakaan Umum di Indonesia, yang diselenggarakan oleh Direktorat Pendidikan Masyarakat, bagian Urusan Perpustakaan Rakyat dalam lingkungan Departemen Pendidikan.Tugas dari Perpustakaan Rakyat ini adalah menyediakan bacaan umum dari tingkat lulusan pemberantasan buta huruf sampai kepada
tingkat pengetahuan sekolah menengah,
dengan tujuan menghidupkan dan memelihara hasrat masyarakat untuk belajar sendiri dengan cara membaca, serta meluaskan pengetahuan, kecerdasan, dan kesadaran masyarakat.
Di tiap Daerah Tingkat I diadakan Perpustakaan Induk Propinsi yang mengatur dan mengawasi Taman Perpustakaan Rakyat di tingkat B dan C. Kedua macam Taman Perpustakaan Rakyat tersebut didirikan di ibukota Daerah Tingkat I dan kota-kota bear lainnya serta diisi dengan bacaan untuk tingkat pengetahuan sekolah menengah. Di tiap Daerah Tingkat II diadakan Perpustakaan Induk Kabupaten yang mengawasi Taman Perputakaan Rakyat tingkat A di
16
Kecamatan. Dan diisi dengan bacaan tingkat pengetahuan sekolah rakyat.
2.1.5. Perkembangan Tata Ruang Perpustakaan Universitas Berdasarkan
buku
Libraries
and
Learning
Resource
Centres.Architectural Press. Hal.163 ,karangan Brian Edwards dan Biddy Fisher, Perpustakaan Universitas mengalami perkembangan sebagai berikut:
Gambar 2.2 . Perkembangan Penataan Ruang Perpustakaan
17
Gambar 2.3 . Perkembangan Peletakan Ruang dan Bentuk Bangunan Perpustakaan Universitas
2.1.6. Standar Ruang dalam Perencanaan Perpustakaan Universitas Berdasarkan buku Libraries and Learning Resource Centres karangan Brian Edwards dan Biddy Fisher, dalam perencanaan perpustakaan universitas memiliki beberapa standar ruang, antara lain: •
Area perpustakaan adalah 8-10 % daru luas total area universitas.
•
Ruang kantor perpustakaan adalah 12% dari total luas perpustakaan.
•
Satu ruang pembaca untuk setiap 3-4 pelajar masing-masing sekitar 1 m2 / orang.
18
•
8-10 buku berada pada rak buku di ruang baca, 10-12 pada tumpukan terbuka, 12-15 pada tumpukan tertutup, dan 40-60 pada gudang.
•
Untuk fasilitas komputer
sekitar 20-25 % dari total area
perpustakaan. •
Rak sepanjang 1 m untuk memuat sekitar 100 buku.
•
75% dari total koleksi berada di rak terbuka pada area belajar, 5060% pada area riset.
•
Area sirkulasi sebesar 20% dari total luas ruang perpustakaan.
2.1.7. Pembagian Kategori Pustaka
Salah satu metode klasifikasi yang lazim digunakan oleh perputakaan adalah Dewey Decimal Classification, yaitu sistem yang terdiri dari sepuluh kategori atau kelas yang utama,dan masing-masing dibagi lagi menjadi sepuluh kelas sub kategori.. Berikut ini adalah kode daftar kategori dari DDC: •
000 – Computer science, information, and general works
•
100 – Philosophy and psychology
•
200 – Religion
•
300 – Social sciences
•
400 – Language
•
500 – Science
•
600 – Technology
19
•
700 – Arts and recreation
•
800 – Literature
•
900 – History and geography
2.1.8. Pembagian Berdasarkan Cara Pelayanannya
Dalam perpustakaan, terdapat 2 sistem yang diterapkan dalam pelayanannya, yaitu:
1.
Closed Access Service, yaitu sistem pelayanan dimana pegunjung tidak dapat secara langsug menuju rak koleksi untuk mencari atau mendapatkan koleksi yang diinginkannya. Kelebihan dari sistem ini adalah keamanan buku lebih terjamin, penyusunan buku lebih lebih teratur, dan ruang penyimpanan buku lebih efisien. Kekurangan dari sistem ini adalah buku tidak dapat diambil langsung oleh pembaca, sehingga
memerlukan
petugas
yang
selalu
siap
melayani
pengunjung, serta secara psikologi minat baca menjadi berkurang. 2.
Open Access Service, yaitu sistem pelayanan dimana pegunjung dapat secara langsug menuju rak koleksi untuk mencari atau mendapatkan koleksi yang diinginkannya. Kelebihan dari sistem ini, antara lain buku dapat langsung diambil dan dibaca, secara psikolgis minat baca lebih besar, serta tidak memerlukan petugas untuk mengambil buku, sedangkan kekurangannya adalah keamanan buku
20
kurang terjamin, pengembaliaan buku kurang teratur, dapat mengganggu distribusi buku ke pembaca.
Sistem yang dipakai dalam perpustakaan yang akan dirancang adalah Open Access Service, karena dengan sistem ini dapat membuat mahasiswa melihat buku-buku lainnya saat mencari buku yang ingin dibaca sehingga menambah literatur bacaan mahasiswa.
2.2.
Tinjauan Khusus 2.2.1. Tinjauan Terhadap Kota Jakarta
Lokasi yang dipilih untuk proyek Perpustakaan Universitas Bina Nusantara ini adalah di Jalan Kebon Jeruk Raya, Kemanggisan, Jakarta Barat, tepatnya di area parkir mobil Universitas Bina Nusantara saat ini. Berikut ini adalah tinjauan mengenai kawasan Kemanggisan, Jakarta Barat.
Gambar 2.4 . Peta Kecamatan Kodya Jakarta Barat
21
2.2.2. Tinjauan Terhadap Kawasan Jakarta Barat Berdasarkan situs Profil Wilayah Jakarta Barat, www.jakarta.go.id., wilayah Kotamadya Jakarta Barat mempunyai luas wilayah : 12.615,14 Ha dan terletak antara 106 - 48 BT, 60 - 12 LU dan dibatasi oleh wilayah sebagai berikut: Sebelah Selatan : Kotamadya Jakarta Selatan dan Kabupaten / Kodya Tangerang, Sebelah Barat
: Kabupaten dan Kotamadya Tangerang,
Sebelah Timur
: Kotamadya Jakarta Utara dan Kotamadya Jakarta Pusat
Sebelah Utara
: Kabupaten / Kodya Tangerang dan Kodya Jakarta Utara
2.2.3. Tinjauan Terhadap Kawasan Kemanggisan
Gambar 2.5 . Peta Lokasi Tapak
22
Berdasarkan hasil survey di lapangan, kawasan sekitas tapak yang akan dirancang merupakan kawasan atau daerah yang tingkat kepadatan lalu lintasnya cukup tinggi karena lebar Jalan Kebon Jeruk ±8m, sedangkan jalur tersebut dilalui oleh dua arah , serta lokasi tersebut dekat dengan kampus Universitas Bina Nusantara yang sebagian besar mahasiswanya tinggal di rumah kost, sehingga arus pejalan kaki di sekitar pinggir jalan cukup ramai. Rata-rata bangunan disekitar lokasi tapak merupakan pusat perdagangan dan jasadan perumahan, dan ketinggian maksimum bangunan hanya sekitar empat hingga lima lantai.
2.2.4. Latar Belakang Tapak Dasar-dasar pertimbangan pemilihan tapak adalah: - Lokasi tapak berdekatan dengan Kampus Anggrek dan Kampus Syahdan Universitas Bina Nusantara. - Lokasi yang strategis sehingga memudahkan pencapaian baik dengan kendaraan umum maupun pribadi. - Tanah merupakan milik Universitas Bina Nusantara yang dapat digunakan sebagai penunjang fasilitas kampus.
23
Gambar 2.6 . Situasi Tapak
Gambar 2.7 . Situasi Tapak
Gambar 2.8 . Situasi Tapak
Gambar 2.9. Situasi Tapak
2.2.5. Data-Data Tapak •
Luas Tapak
: 14.000 m²
•
Batas-batas
:
Utara
: Ruko
Selatan
: Ruko dan Sekolah
Timur
: Sekolah, Kantor, dan Ruko
Barat
: Jalan Raya Kebon Jeruk
24
•
KDB
: 60 %
•
KLB
: 3
•
GSB
: 9 meter terhadap Jl.Kebon Jeruk Raya 3m terhadap arah Utara 4 m terhadap arah Selatan
•
2.3.
Ketinggian maksimum : 8 lantai
Tinjauan Terhadap Topik dan Tema
Topik : Arsitektur Neo Modern
Tema : Penerapan Arsitektur Neo Modern pada bentuk bangunan dan tata ruang Perpustakaan Universitas Bina Nusantara
2.3.1. Definisi Arsitektur Neo Modern
Berdasarkan situs website www.proyeksi.com , arsitektur neo modern merupakan kelanjutan dari arsitektur modern, tetapi disini karyakarya arsitektur neo modern lebih bersifat estetis, dan lebih berkembang penggunaan teknologi serta morfologi bentuknya jika dibandingkkan dengan arsitektur modern. Dimana pada arsitektur modern bangunan masih terkesan polos dan sepi ornamen, pada masa neo modern ini mulai ditambahkan, dengan pertimbangan tertentu, dan diolah sedemikian rupa.
25
2.3.2. Latar Belakang dan Perkembangan Arsitektur Neo Modern
Arsitektur Neo Modern muncul sekitar tahun 1970-an sebagai salah satu aliran arsitektur yang berkembang pada masa Post Modern. Munculnya arsitektur Neo Modern dilatarbelakangi oleh kemerosotannya arsitektur Modern di tahun 1950-an bagi kelompok yang memuja estetik dan artistik. Mereka mulai merasa tidak enak dengan bentukan-bentukan yang kaku dan monoton tersebut. Mereka menganggap bahwa karya - karya arsitektur modern tidak mempunyai ekspresi seni yang menunjukkan bahwa karya tersebut adalah hasil dari kreasi seorang arsitek. Mereka mulai berpikir bagaimana mengembalikan citra seorang arsitek yang mempunyai jiwa seni dan menampilkan kembali karya arsitektur yang mempunyai nilai seni, bukan karya yang kaku dan monoton seperti pada karya arsitektur modern. Pemikiran inilah yang mendorong para arsitek pada waktu itu untuk kembali memasukkan unsur seni dalam berarsitektur dan mulai memikirkan bentukan yang tidak menimbulkan kesan otoriter, melainkan dengan menambahkan beberapa bentuk tambahan dan ornamen serta pemilihan warna, sehingga menampilkan sebuah bentukan yang berkesan ramah dan lebih luwes dengan facade yang tidak lagi berkesan kaku dan monoton. Pada masa itu, aliran arsitektur yang berkembang lebih dikenal dengan nama Purna Modern. Sampai kemudian sekitar tahun 1970 -an, salah seorang arsitek pada masa itu, yaitu Charles Jencks, mengumumkan matinya arsitektur modern karena
26
arsitektur modern dianggap terlalu otoriter, dan banyak mengalami kegagalan.
Bentuk-bentuk arsitektur Neo Modern diambil dari bentukan arsitektur modern yang kemudian diolah kembali menjadi suatu bentukan yang lebih berseni dengan menambahkan beberapa bentuk tambahan dan ornamen baik dari segi struktural maupun dari segi pemilihan warna. Pengolahan kembali bentuk dasar dari arsitektur modern ini mampu menciptakan suatu gaya arsitektur baru, dengan masuknya unsur-unsur ilmu seni dalam berarsitektur seperti komposisi, irama, dan berkembangnya teknologi canggih. Pada arsitektur Neo Modern, gaya arsitekturnya dimunculkan dengan memamerkan kecanggihan yang mutakhir terutama teknologi dan material-material yang digunakan.
(Sumber : http://www.geocities.com/sta5_ar530/tugas_kelompok/kelompok2/IV.htm)
Jadi dapat disimpulkan bahwa Arsitektur Modern merupakan akar atau induk perkembangan Arsitektur Purna Modern dan Arsitektur Neo Modern. Pada Arsitektur Purna Modern dikembangkan dengan cara memunculkan kembali ornamen-ornamen Pra Modern, sedangkan pada Arsitektur Neo Modern dikembangkan lebih lanjut dengan
cara
menonjolkan pengaplikasian teknologi canggih pada bangunan.
27
2.3.3. Aliran-Aliran Dalam Arsitektur Neo Modern 1. Electicism (1950-1980-an) Electicism merupakan aliran dalam arsitektur neo modern yang karyakarya arsitekturnya mempunyai sebuah citarasa bangunan yang baik. Setiap kesan yang ingin ditampilkan itu diwujudkan dalam karyanya yang kebanyakan terdiri atas kolom-kolom yang besar dengan balok-balok yang besar pula sehingga kelihatan menonjol. Selain itu, karya- karya arsitektur pada aliran ini membagi bangunan menjadi tiga bagian utama, yaitu kepala, badan, dan kaki. Ketiga bagian bangunan itu merupakan hirarki dari
suatu
bangunan
dan
sering
pula
disebut
sebagai
prinsip
antrophomarphisasi.
2. Brutalism Aliran ini sangat menentang kesan-kesan yang ditimbulkan dalam karyakarya arsitektur modern seperti kesan kaku dan monoton. Karya- karya pada aliran ini lebih bersifat tertutup, ringan, struktur terkesan kuat meski mengambang, menampilkan kesan berat bangunan karena kebanyakan menggunakan bahan fabricated (seperti beton). Para perancang bangunan dalam aliran ini mengutamakan bentuk–bentuk sculpture, melawan perfeksionisme, melawan vernacular, berusaha mengutamakan bentuk– bentuk rasional, serta pemilihan material yang berkualitas.
28
Gambar 2.10 . Contoh Bangunan Aliran Brutalis
3. Regionalism Munculnya aliran ini dilatarbelakangi oleh adanya protes terhadap karyakarya arsitek seperti Walter Grophius dan Le Corbusier.Karya arsitektur yang dihasilkan pada masa aliran ini berusaha menyesuaikan ciri bangunan dengan kebudayaan, iklim, dan struktur daerah setempat. Aliran regionlism terkesan lebih abstrak, lebih berani dalam menggunakan elemen-elemen klasikal maupun modern. Contoh : Abteiburg Museum, Hans Hollein.
4. Contextual Architecture Karya arsitektur yang muncul menjadi berbeda satu sama lain, dan berusaha untuk menjadi landmark di kawasannya masing-masing dengan memodifikasi ciri-ciri bangunan modern sekitar yang diteruskan, dengan bentuk-bentuk yang agak ekstrim. adanya keinginan untuk menjadikan karya arsitekturalnya sebagai sebuah landmark itu akhirnya timbul suatu hubungan yang positif dengan lingkungna sekitarnya. Inilah yang disebut
29
sebagai contextual architecture. Karya arsitektur aliran ini menggabungkan antara arsitektur lama dan arsitektur baru melalui penggunaan ornamenornamen dekoratif yang memiliki nilai yang mendukung lingkungan sekiarnya secara keseluruhan.
5. Struturalism Ciri-ciri aliran ini yaitu hampir tidak ada yang menyesuaikan dengan formula modern yang biasa digunakan. Dengan pengelompokan yang sangat curam dan pemotongan dari solid dan void memesah, berubah ubah, dan mengejutan karena kontradiksi yang nyata dari semua ide arsitektur yang umum, menciptakan struktur yang kompleks dan multi valen yang menunjukkan kecenderungan pemberian prioritas pada bentuk yang isometrik. Selain itu, karya arsitektur pada aliran ini menggunakan elemen- elemen detail yang biasanya diambil dari lingkungan setempat.
6. High Tech
Karya- karya arsitektur aliran ini mengambil bentuk- bentuk dari karya – karya arsitektur modern untuk diekstrimkan melalui kecanggihan teknologi yang berkembang masa itu. Penggunaan elemen-eleman structural sangat dominan dengan penggunaan material bangunan dari era modern seperti kaca, beton , dan baja yang di ekspose, serta pemilihan warna- warna yang menunjaukkan suatu arsitektur teknologi canggih yang seolah-olah berkiblat ke arah arsitektur masa depan.
30
Gambar 2.11 . Contoh Bangunan Aliran High Tech
2.3.4. Ciri-ciri Arsitektur Neo Modern Berdasarkan situs website www.proyeksi.com, pada umumnya Arsitektur Neo Modern memiliki ciri-ciri sebagai berikut: •
Sedikit menampilkan ornamen
•
Lebih
menojolkan
kecanggihan
yang
mutakhir
terutama
pengaplikasikan teknologi pada bangunan. •
Menonjolkan tampilan geometri
•
Berirama
•
Tidak menonjolkan warna dan tekstur, mereka ini hanya ditampilkan sebagai aksen.
•
Memiliki warna khas yaitu warna abu-abu dan perak.
•
Kesan dari bangunan Neo modern adalah bangunan dengan teknologi canggih, tetapi masih rasional, dan fungsional.
31
Berdasarkan situs website www.geocities.com, pada umumnya Arsitektur Neo Modern memiliki ciri-ciri sebagai berikut: •
Menggunakan bentuk-bentuk bebas berekspresi
•
Lebih menonjolkan pengaplikasian teknologi canggih pada bangunan .
•
Pragmatik,
yaitu
menyangkut
hal-hal
praktis
dalam
proses
perancangannya •
Menonjolkan warna perak.
•
Transparan
Dari beberapa ciri-ciri arsitektur Neo Modern di atas, perencanaan perpustakaan yang dirancang akan menampilkan ornamen atau aksen, dominan warna abu-abu dan perak, transparan, menonjolkan pengaplikasian teknologi canggih pada bangunan melalui penggunaan material bangunan yang terbaru pada jaman saat ini, rasional, dan fungsional pada penataan ruangnya.
Contoh Studi Kasus Arsitektur Neo Modern 2.3.5.1. Nippon Electric Glass Pada bangunan Nippon Electric Glass, bracing- bracing tersebut berfungsi ganda, yaitu sebagai elemen structural yang memperkaku bangunan dan juga sebagai ornamen untuk menghias
bangunan.
Penampilan
bangunan
yang
32
memperlihatkan
ssecara
jujur
elemen
strukturnya
itu
menunjukkan bahwa bangunan tersebut masih mengikuti gaya banguan arsitektur pada masa modern, tetapi masih dapat dibedakan melalui penataan massa dan pemilihan bentuknya. Meskipun mengadopsi gaya dari bangunan arsitektur modern, bangunan Nippon Electric Glass tidak terlihat kaku, dan pengeksposan elemen structural lebih ditujukan sebagai ornamen yang memperindah bangunan.
Gambar 2.12. Nippon Electric Glass
2.3.5.2. Opéra de la Bastille, Prancis Pada bangunan opera di atas ini terlihat bahwa bentukan yang terjadi merupakan permainan ide dan kreatifitas dari sang arsitek. Tampak bangunan bukan merupakan tipical dari denah. Hanya sedikit ornament yang ditonjolkan dalam bangunan namun yang dominan diperlihatkan adalah sistem konstruksinya , dimana kecanggihan teknologi dan penggunaan
33
bahan serta material yang tepat yang diperlihatkan atau dengan kata lain art of tectonicnya sebagai elemen estetiknya. Bentukan asemantic terlihat pada bangunan ini dan juga dua bangunan lain di atas, di mana ada pemisahan antara bentuk dan isi.
Gambar 2.13 . Opéra de la Bastille, Prancis
2.3.5.3. Nippon Electric Gymnasium Seperti terlihat pada gambar, Nippon Electric Gymnasium memiliki ruang dengan bentang yang sangat besar, dengan sistem struktural yang diekspos di bagian atasnya. Penerapan teknologi canggih yang ditemukan pada masa arsitektur modern dimaksudkan unutk memenuhi tuntutan ruang yang sangat besar dan bebas kolom. Demikian pula penerapannya pada konstruksi atap
34
Gambar 2.14 . Nippon Electric Gymnasium
2.4
Studi Banding 2.4.1 Perpustakaan Universitas Parahyangan Sejarah Perpustakaan Universitas Parahyangan Perpustakaan Unpar dibuka pada tahun 1957 dengan menempati ruang sederhana di Gedung Panti budaya (sekarang gedung baru Bank Indonesia). Kemudian pada tahun 1960 sampai tahun 2000, Perpustakaan Universitas Parahyangan mengalami pindah-pindah lokasi antara lain di Jl Jend Sudirman, Jl Merdeka 30,
Jl Aceh, dan yang terakhir di Jl
Ciumbuleuit, tempat Universitas Parahyangan berada saat ini. Pada tahun 1994, Perpustakaan Universitas Parahyangan berada di gedung 8, dan pada tahun 1995 pindah di lantai 2 dan 3 Gedung 9. Selain di Jl. Ciumbuleuit, Perpustakaan Universitas Parahyangan juga terdapat di Jl. Nias.
35
Koleksi Jumlah
koleksi
yang
terdapat
di
Perpustakaan
Universitas
Parahyangan hingga Februari 2007 tercatat sebagai berikut : •
Koleksi buku
•
Koleksi non-buku
= 62.352 judul, 113.115 eksemplar.
Berkala
= 1899 judul, 94.703 eksemplar.
•
Koleksi CD
= 700 judul , 1641 keping.
•
Koleksi digital = 42.044 judul/eksemplar. Koleksi buku-buku yang ada antara lain di buku-buku mengenai
bidang ekonomi, hukum, sosial, filsafat, teknik sipil, arsitektur, matematika, fisika, ilmu komputer , teknik industri, dan teknik kimia. Penambahan buku yang masuk per tahunnya mencapai 1966 judul dengan 3396 eksemplar. Sistem Penomoran dan Sumber Buku Sistem
penomoran
yang
dipakai
Perpustakaan
Universitas
Tarumanagara adalah sistem DDC. Sumber-sumber buku yang ada berasal dari pembelian yang didanai oleh Yayasan, sumbangan IKAPI, sumbangan dari Kedutaan Besar.
36
Kapasitas Dengan luas ruang baca sekitar 2500 m², mampu menampung pengunjung yang tersedia di Perpustakaan Universitas Tarumanagara adalah kursi dan memiliki 3 lantai. Jam Kerja Perpustakaan Perpustakaan ini buka setiap hari, kecuali hari Minggu dan hari libur. Untuk hari Senin dan Rabu, perpustakaan buka pukul 08.00 – 19.00, sedangkan hari Selasa, Kamis, Jumat, dan Sabu buka pukul 08.00 – 16.00. Perbedaan jam buka tersebut pada awalnya hanya sebagai percobaan dan hasilnya mendapat respon positif dari mahasiswa, sehingga ditetapkan setiap hari Senin dan Rabu, jam buka perpustakaan lebih lama. Okupansi pengunjung Jumlah pengunjung yang datang setiap hari hampir mencapai 400 orang, dan waktu kunjung yang paling ramai terutama saat siang dan sore hari. Pada awal masuk ajaran semerter baru, saat menjelang dan saat ujian tiba, tercatat bahwa jumlah pengunjung perpustakaan paling ramai di kunjungi. Sistem Peminjaman Untuk mahasiswa program S1 dapat meminjam buku sebanyak dua buku, dan untuk mahasiswa program S2 dapat meminjam sebanyak empat
37
buku dengan jangka waktu peminjaman buku yang diberikan adalah selama 2 minggu Seperti perpustakaan pada umumnya, ada beberapa buku yang tidak dapat dipinjam seperti buku skripsi, sehingga pengunjung hanya diperbolehkan membaca di Perpustakaan dan tidak dapat difotokopi. Apabila terjadi keterlambatan pengembalian buku, maka mahasiswa dikenakan sanksi denda sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sistem Keamanan Sistem
keamanan
di
Perpustakaan
Universitas
Parahyangan
menggunakan barcode disetiap koleksi yang ada di perpustakaan tersebut yang berfungsi untuk meminimalisir aksi pencurian dan kehilangan buku. Selain itu perpustakaan juga menggunakan sensormatic pada pintu masuk dan keluar sesekali berkeliling dan digunakannya cermin cembung di sudutsudut ruangan. Pemeliharaan Buku Bila terjadi kerusakan, perbaikan buku yang rusak dilakukan oleh bagian konservasi dan reservasi di ruangan yang terletak di salah satu sudut ruangan perpustakaan. Fasilitas Perpustakaan Fasilitas-fasilitas yang tersedia di Perpustakaan ini antara lain :
38
•
Menyediakan perpustakaan digital yang dapat diakses kapan pun dan dimana pun.
•
Terdapat komputer di setiap lantai perpustakaan yang berfungsi untuk mencari letak buku dan dapat mengetahui ada atau tidaknya buku yang dicari.
•
Akses internet dengan dial up dan via AI3-ITB (128Kbps), serta koneksi langsung ke Satelit Loral Orion Space International (384Kbps).
•
Menyediakan empat unit computer yang dapat mengakses internet.
•
Jasa fotokopi yang terletak di lantai 3.
•
Ruang ber-AC
•
Loker untuk menyimpan tas dan barang-barang bawaan yang tidak diperbolehkan dibawa masuk ke dalam perpustakaan.
Keunggulan Perpustakaan Universitas Parahyangan memiliki keunggulan sebagai berikut: •
Koleksi bukunya lengkap, seperti literatur dari luar negeri, buku langka, dan hasil karya dosen sehingga tidak sedikit mahasiswa dari universitas lain maupun masyarakat umum datang ke perpustakaan ini untuk mencari data-data.
•
Bekerjasama dengan Mentri Riset dan Teknologi (Menristek)
39
•
Menyediakan fasilitas perpustakaan online yang dapat diakses kapanpun dan dimanapun kita berada.
•
Perpustakaan Universitas Parahyangan sebagai server perpustakaan online dari berbagai perpustakaan universitas yang ada di Indonesia.
Jumlah Pustakawan Jumlah pustakawan yang ada di perpustakaan ini sebayak 6 orang dan dibantu dengan petugas perpustakaan kurang lebih sebanyak 20 orang. Tata Pembagian Jenis Koleksi Jenis koleksi umum seperti literatur, majalah, surat kabar, koleksi CD, kaset, dan lain-lain terlatak pada lantai satu perpustakaan. Pada lantai dua dan tiga dikhususkan untuk koleksi buku skripsi dan tendon. Ruang Penunjang Selain
ruang
koleksi
buku
serta
ruang
peminjaman
dan
pengembalian buku, perpustakaan ini juga di terdapat ruang-ruang yang menunjang kegiatan di dalam perpustakaan itu sendiri, seperti ruang pengelola, toilet, dan pantry yang kesemuanya terletak di lanati satu perpustakaan.
Kesimpulan yang diperoleh dari studi banding Perpustakaan Universitas Parahyangan ditinjau dari aspek
mausia, bangunan, dan
lingkungan, antara lain :
40
Aspek manusia Permasalahan yang timbul: -
lokasi gedung perpustakaan tidak informatif dan pencapaian ke lokasi membingungkan orang yang ingin datang ke perpustakaan.
-
pintu
keluar
ruang
perpustakaan
tidak
informatif
sehingga
membingungkan Aspek Bangunan Permasalahan yang ditimbulkan: -
Lokasi gedung perpustakaan tidak informatif dan pencapaian ke lokasi membingungkan
-
Hall penerima pada lantai satu gelap, dan tidak ada signage yang menjelaskan letak perpustakaan yang berada di lantai dua
-
Untuk naik ke lantai dua ruang perpustakaan, pengunjung harus keluar dahulu karena letak tangga berada di luar area perpustakaan.
Aspek Lingkungan Permasalahan yang ditimbulkan: -
Kurangnya area hijau di sekitar bangunan, karena letak bangunan perpustakaan dekat dengan daerah pemukiman penduduk.
41
Gambar 2.15. R.Perawatan Koleksi
Gambar 2.17 Alat untuk mengakses
Gambar 2.16 Toilet Perpustakaan
Gambar 2.18 Rak Buku Baru
Literatur dari Perpustakaan Luar Negeri
Gambar 2.19. Fasilitas Fotokopi
Gambar 2.20. R.Baca Skripsi dan Tendon
42
Gambar 2.21 Sofa di Foyer Perpustakaan
Gambar 2.22 Tempat Katalog Komputer
Gambar 2. 23.Koleksi Majalah & Surat Kabar Gambar 2.24. Jarak antar rak 1 meter
Gambar 2.25. Ruang Baca lt.3
Gambar 2.26. Petunjuk koleksi
43
Gambar 2.27 Koleksi CD-ROM
Gambar 2.28 .Sirkulasi Buku & Meja Informasi
Gambar 2.29. R. Pengawas Perpustakaan
Gambar 2.31 Pintu Darurat dan Hidran
Gambar 2.30 .Koleksi Tendon
Gambar 2.32. Pantry
44
2.4.2 Perpustakaan Universitas ITB Sejarah Perpustakaan Universitas ITB Perpustakaan ITB berdiri pada tahun 1920 bersamaan dengan lahirnya Technische Hoogeschool (TH) di Bandung. Seiring dengan keadaan politik di masa penjajahan saat itu, TH Bandung ditutup oleh pemerintahan Belanda. Pada tahun 1947, TH Bandung dibuka kembali oleh Pemerintahan Belanda dan diganti nama menjadi Sekolah Tinggi Teknik Bandung, dan dibentuk sebuah fakultas baru yaitu Fakultas Pasti dan Alam., yang ditunjang oleh Perpustakaan milik Koninklijk Natuurkunde de Vereniging dengan jumlah koleksi sekitar 30.000 eksemplar. Pada saat itu sebagian besar buku berbahasa Belanda, sebagian berbahasa Jerman dan Perancis, dan hanya sedikit yang berbahasa Inggris. Pada tahun 1959, Fakultas Teknik dan Fakultas Pasti dan Alam digabung menjadi satu dan nama Sekolah Tinggi Teknik Bandung diganti menjadi Institut Teknologi Bandung, sehingga beberapa perpustakaan yang dulunya tersebar di beberapa tempat, akhirnya disatukan di Aula Timur ITB. Hingga tahun 1967, perpustakaan ITB mengalami penurunan karena masih belum dikelola secara professional. Melihat keadaan tersebut, beberapa pustakawan Inggris dari The British Council menawarkan bantuannya melalui pemerintah kerajaan Inggris. Bantuan yang ditawarkan meliputi tenaga ahli perpustakaan dari Inggris , tenaga muda pustakawan yang tergabung dalam VSO (Voluntary Service Organization) , pengiriman staf
45
perpustakaan ITB ke Inggris untuk belajar ilmu perpustakaan , sumbangan buku-buku, serta pembangunan gedung baru perpustakaan ITB. Kemudian pada tahun 1975 dimulailah perencanaan sebuah gedung perpustakaan permanen yang dirancang sesuai dengan fungsi perpustakaan perguruan tinggi. Hingga akhirnya pada tuhun 1982, Perpustakaan ITB ditetapkan menjadi pusan layanan disiplin ilmu pengetahuan oleh Sivitas Akademika ITB. Koleksi Koleksi yang terdapat di Perpustakaan ITB tergolong lengkap, antara lain: •
Pada lantai 1 terdapat Koleksi Cadang yang berisikan buku pegangan mata kuliah bagi staf pengajar yang disimpan secara tertutup, dan Koleksi Tingkat Pertama, yaitu buku pegangan bagi mahasiswa tingkat pertama yang disimpan di Koleksi Cadang.
•
Pada lantai 2 terdapat Koleksi Umum yang berisikan buku-buku pemberian The British Council dan Goethe Institute yang bersubjek seni dan arsitektur. Selain itu juga terdapat koleksi kaset suara, kaset video, mikrofis, film, dan Koleksi The World Bank yaitu menyimpan laporan-laporan tentang negara-negara berkembang. Daftar koleksi tersebut dapat dilihat pada situs http://www.worldbank.org, dan http://www.worldbank.or.id. Dan di lantai 2 bagian Utara terdapat
46
Koleksi Rujukan yang berupa kamus, ensiklopedi, handbook,buku tahunan, biografi, dan peta. •
Pada lantai 3 terdapat Koleksi Kerja, majalah, jurnal ilmiah, koleksi kliping, dan bibliografi.
•
Pada lantai 4 terdapat Koleksi Kerja yang sebagian besar bersubjek teknologi, dan Koleksi Khusus yang terdiri dari tesis, Laporan Penelitian Staf Pengajar ITB, karya Sivitas Akademika ITB, Koleksi Indonesiana, dan koleksi buku langka.
•
Selain itu juga terdapat koleksi Joke Mulyono, koleksi Nationaal Luchct en Ruitevaart Laboratory, dan koleksi United States Geological Survey.
Sistem Penomoran dan Sumber Buku Saat ini Perpustakaan ITB memakai sistem DDC (Dewey Decimal Classification), dan sumber-sumber koleksinya berasal dari pembelian sendiri, pemberian pemerintah, bantuan buku-buku dari pemerintah Inggris, The British Council, dan pemberian dari alumni ITB. Kapasitas Gedung perpustakaan ITB dengan luas 9.000 meter persegi merupakan tahap pertama dari rencana bangunan yang jumlah totalnya mencapai luas 16.000 meter persegi.
47
Jam Buka Perpustakaan Perpustakaan dibuka pada setiap hari kerja dengan jadwal sebagai berikut: Hari
Lantai 1 s/d 4
Senin s/d Jum’at Sabtu
Koleksi Umum (Lt.2)
08.00-21.00 08.00-12.30
08.00-16.00 08.00-12.30
Cyberlib 08.00-17.00 Tutup
Tabel 2.1 Jadwal Buka Perpustakaan Okupansi pengunjung Waktu kunjung paling ramai pada Perpustakaan ITB saat awal pergantian semester baru. Namun pada hari biasa, pengunjung perpustakaan terbilang sepi. Hal itu dapat terlihat dengan banyaknya kursi yang kosong dan sebagian ruangan tidak ada pencahayaan lampu yang dinyalakan. Sistem Keamanan Perpustakaan ITB hanya menggunakan sensor matic pada pintu keluar gedung
perpustakaan sebagai sistem keamanannya. Dan untuk
keamanan di dalam ruang perpustakaannya sendiri tidak dilengkapi dengan kamera CCTV atau cermin cembung di sudut-sudut ruangan dan hampir tidak di temui petugas perpustakaan yang menjaga di setiap lantai gedung perpustakaan. Sistem Peminjaman Secara skematik, jenis koleksi, lama peminjaman, dan jumlah buku yang boleh dipinjam sebagai berikut:
48
Jenis Koleksi
Lama Peminjaman
Jumlah yang boleh dipinjam
Rujukan
Dibaca ditempat
Cadang
2 jam dibaca ditempat
2 buah
Tingkat Pertama
3 hari
2 buah
Koleksi Umum
2 minggu
4 buah
Koleksi audio visual
Digunakan di tempat
Koleksi The World Bank
2 minggu
Majalah & Jurnal Ilmiah
Dibaca di tempat
-
Kliping dan Bibliografi
Dibaca di tempat
-
8 buku
Koleksi Kerja
2 minggu
8 buku
Koleksi Khusus
Dibaca di tempat
2 buku
Tabel 2.2 Jenis Koleksi dan Sistem Peminjaman Perpustakaan ITB
Keunggulan. Beberapa keunggulan dari Perpustakaan Universitas ITB adalah sebagai berikut: •
Dengan ada kerjasama dengan The British Council dan universitas luar negeri lainnya, koleksi yang terdapat di Perputakaan ITB lengkap dan sangat bermutu dengan cakupan yang luas, meliputi hampir semua bidang ilmu.
•
Menggunakan jaringan perpustakaan maya berrbasis web dan tergabung dalam komunitas Indonesia Digital Library Network dengan alamat situs http://indonesiadln.or.id.
49
Fasilitas Perpustakaan Fasilitas yang tersedia di perpustakaan ITB adalah sebagai berikut : •
Mushola, kantin dan waserba pada lantai basement.
•
Toko buku, bank, ITB Info Corner, photocopy dan ruang seminar pada lantai 1 gedung perpustakaan
•
Bank Bukopin untuk melayani transaksi keuangan.
•
Jasa layanan photocopy yang terletak di sebelah timur lantai 1 dan lantai 3 pada gedung perpustakaan
•
Terdapat 2 ruang pertemuan (meeting room) yang masing-masing terletak di lantai 1 (kapasitas maksimum 110 orang dengan theatre style, dilengkapi dengan standard meeting equipment, seperti whiteboard-wireless microphone-OHP-in focus dan screen) serta ruang pertemuan yang terletak di lantai 2 pada Bagian Koleksi Umum yang berkapasitas maksimum 50 orang dengan theatre style.
•
Menyediakan layanan cyberlib, scenner, dan cetak digital yang teletak di lantai 2 sebelah Utara. Kesimpulan yang diperoleh dari studi banding Perpustakaan Universitas ITB ditinjau dari aspek manusia, bangunan, dan lingkungan antara lain:
50
Aspek manusia Permasalahan yang timbul: -
tidak nyaman , karena beberapa faktor, yaitu ruang perpustakaan pengap, bau, kotor (banyak tumpukan meja yang rusak disudut-sudut ruangan), panas, gelap, kotor.
-
Kurangnya petunjuk arah di dalam ruang perpustakaan sehingga membuat bingung pengguna saat mencari buku yang diinginkan.
Aspek Bangunan Permasalahan yang timbul: -
fasade bangunan tidak menarik, kurangnya bukaan berupa jendela, yang mengakibatkan ruangan gelap.
-
Tidak berfungsinya pendingin ruangan dan lampu yang mengakibatkan ruangan pengap, bau, dan gelap.
-
Penataan ruang kurang baik, sehingga meja dan kursi yang rusak hanya dibiarkan menumpuk di sudut-sudut ruangan (tidak ada gudang untuk menampung barang-barang yang rusak).
-
Penataan ruang dalam perpustakaan tidak teratur.
51
Aspek Lingkungan Permasalahan yang timbul: -
Massa bangunan yang cenderung massif, tidak menyatu dengan lingkungan sekitar yang natural.
Gambar 2.33 Fasade Perpustakaan ITB
Gambar 2.34. Teras Pintu Masuk Perpustakaan ITB
Gambar 2.35. Ruang Kepala Perpustakaan
Gambar 2.36 Toko Buku
& Administrasi
52
Gambar 2.37. Meja Informasi dan
Gambar 2.38. Tempat Peminjaman Buku
Akses Masuk-Keluar
Gambar 2.39 Koleksi katalog di Lt. 1
Gambar 2.41. Rak-Rak Buku Pada lt. 2
Gambar 2.40 Ruang Cyberlib di Lt. 1
Gambar 2.42. Ruang Baca Lantai 2
53
Gambar 2.43. Tempat Foto Kopi
Gambar 2.45. Ruang Baca Lantai 3
Gambar 2.44. Ruang Koleksi Majalah
Gambar 2.46. Ruang Koleksi Skripsi
2.4.3 Perpustakaan Universitas Bina Nusantara (Kampus Anggrek) Sejarah Perpustakaan Universitas Bina Nusantara Perpustakaan Universitas Bina Nusantara telah dirintis sejak tahun 1981 seiring dengan didirikannya Akademik Teknik Komputer (ATK). Beberapa tahun kemudian ATK dan mengalami beberapa kali pergantian nama antara lain, Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Bina Nusantara. pada tahun 1986 dan yang terakhir hingga saat ini adalah Universitas Bina Nusantara pada tahun 1996.
54
Lokasi pepustakaannya pun mengalami pindah tempat sebanyak 3 kali. Pada awalnya Perpustakaan Universitas Bina Nusantara berada di gedung L lantai dasar, Kampus Syahdan, Jl. KH. Syahdan No. 9, Kemanggisan, Palmerah, Jakarta Barat, seluas ± 150 m2. Kemudian pada tahun 1986, lokasi perpustakaan pindah ke gedung M lantai dasar, tahun 1994 perpustakaan pindah ke gedung K dan J, dan pada bulan November 1998 perpustakaan dipindahkan ke gedung baru di Kampus Anggrek, Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27 Jakarta Barat, hingga saat ini. Lokasi perpustakaan terletak di lantai III, IV, dan V ,dengan luas + 1268 cm2. Visi dan Misi 1.Menunjang terwujudnya iklim akademik yang bersifat ilmiah dan profesional dengan menyediakan koleksi dan akses informasi yang luas berbasis teknologi informasi. 2.Memenuhi kebutuhan informasi di era globalisasi melalui kerja sama dengan berbagai lembaga dan pusat informasi. 3.Mendukung
proses
belajar
mengajar,
penelitian,
dan
program
pengembangan Koleksi Jenis dan jumlah koleksi yang terdapat pada Perpustakaan Universitas Bina Nusantara per Februari 2007, antara lain: •
Jumlah koleksi terdiri 15.766 judul dengan 39.505 eksemplar.
55
•
Koleksi majalah berjumlah 383 eksemplar.
•
Koleksi jurnal berjumlah 492 eksemplar.
•
Koleksi multimedia (CD, kaset, DVD,VCD)
berjumlah 2.156
eksemplar •
Koleksi skripsi
•
Koleksi referensi yang terdiri dari kamus dan ensiklopedi sejumlah 848 eksemplar.
•
Penambahan buku rata-rata setiap tahun mencapai sekitar 3000 buku. Bahan-bahan pustaka, terutama buku, diklasifikasikan menurut
bidang pembahasannya. Menurut hasil survey literatur di perpustakaan Universitas Bina Nusantara kampus Anggrek, klasifikasi pustaka adalah sebagai berikut : •
Ilmu
Komputer
dan
Matematika
(Computer
Science
and
Mathematics) •
Ilmu akuntansi dan informasi (Accounting and Information Science)
•
Seni,
Arsitektur
dan
Kemanusiaan
(Arts,
Architecture
and
Humanities) •
Ekonomi dan Manajemen (Economics and Management)
•
Ilmu Sipil dan Teknologi (Engineering and Technology)
•
Ilmu Manajemen Industri (Industrial Planner)
56
•
Umum (General Interest)
•
Koran dan Majalah (Newspapers and Magazines)
•
Koleksi referensi adalah sebagai beu
•
Biografi (Biographies)
•
Kamus dan Ensiklopedi (Dictionaries and Encyclopedia)
•
Indeks dan Abstraksi (Indexes and Abstracts)
•
Hak Paten (Patents)
•
Standarisasi (Standards)
•
Data Statistik (Statistical Data)
Sistem Penomoran dan Sumber Koleksi Sistem penomoran yang digunakan pada Perpustakaan Kampus Anggrek Universitas Bina Nusantara adalah DDC. Sumber koleksi sebagian besar berasal dari pembelian sendiri dengan anggaran Yayasan, dan sedikit dari pemberian mahasiswa alumni. Kapasitas Perpustakaan Univeritas Bina Nusantara mampu menampung kapasitas sebanyak 300 kursi.
57
Okupansi pengunjung Perpustakaan Universitas Bina Nusantara dibuka pada setiap hari kerja, mulai pukul 08.00 s/d 19.00. Dalam satu hari, waktu kunjung paling ramai terjadi pada siang dan sore hari. Hal tersebut dapat dilihat dengan hapir seluruh kursi yang terdapat di ruang baca terisi. Saat menjelang dan saat ujian terjadi peningkatan pengguna perpustakaan. Sistem Peminjaman Bagi mahasiswa yang ingin meminjam, wajib menunjukan kartu identitas mahasiswa atau yang lebih dikenal dengan BinusCard atau dapat memesan buku yang ingin dipinjam melalui web perpustakaan. Masingmasing peminjam hanya diberikan waktu pinjam selama 1 minggu dengan jumlah maksimal yang boleh dipinjam sebanyak 2 buku. Bagi peminjam yang ingin memperpanjang waktu peminjaman,dapat langsung datang ke perpustakaan atau via telepon atau website http://library.binus.ac.id .
Dosen dapat meminjam 1 buku untuk mingguan dan 2 buku untuk 1 semester. Keterlambatan pengembalian buku akan dikenakan denda sesuai dengan aturan yang berlaku. Sistem layanan Sebelum perpustakaan pindah ke kampus Anggrek, sistem layanan yang digunakan Perpustakaan Universitas Bina Nusantara adalah sistem manual dan tertutup. Setelah pindah ke Kampus Anggrek, system yang
58
digunakan
menjadi
lebih
baik,
yaitu
telah
menggunakan
system
komputerisasi dan system sirkulasi terbuka, dimana mahasiswa, dosen, dan karyawan dapat mencari buku sendiri di rak. Perpustakaan ini terdapat koleksi CD-ROM,yaitu menyediakan berbagai informasi dengan media CD-ROM serta memuat ratusan ribu cantuman data bibliografis dan abstraknya. Layanan ini tersedia di lantai 5 dan merupakan layanan tertutup sehingga harus menghubungi petugas untuk mendapatkan pelayanan. Selain itu, tersedia juga koleksi skripsi hanya dapat dibaca ditempat dan tidak dapat di fotokopi. Layanan semi tertutup ini hanya berlaku bagi mahasiswa semester V dan diatasnya. Sistem Keamanan Sebelum masuk ke dalam ruang perpustakaan, pengunjung wajib menitipkan barangnya di Penitipan Barang (Loker) di lantai 3. Di dalam perpustakaan menggunakan sensor matic pada jalur sirkulasi masuk dan keluar area utama perpustakaan. Pemeliharaan Buku Pemeliharaan buku yng rusak hanya diperbaiki sendiri oleh petugas perpustakaan. Perbaikan buku-buku yang rusak dilakukan di ruangan khusus pada lantai 5.
59
Fasilitas Perpustakaan 1.
Bimbingan Pemakai. Bimbingan yang diberikan adalah membantu pengguna mengenai tata cara pemakaian OPAC/penelusuran bahan pustaka secara on-line, temu kembali koleksi, atau penelusuran informasi melalui koleksi referensi.
2.
Layanan Fotokopi. Layanan ini berada di lantai 3 dengan jam operasi pukul 11.00-19.00 WIB. Tata cara fotokopi sesuai dengan peraturan hak cipta yang berlaku.
Tata Pembagian Jenis Koleksi Perletakan koleksi buku – buku perpustakaan Universitas Bina Nusantara adalah Lantai 3 : Koleksi bernomor kelas 000 - 500, transparansi kuliah Lantai 4 : Koleksi bernomor kelas 600 - 900, koleksi referensi, restricted, kliping, dan budel majalah. Lantai 5 : Koleksi tandon, Skripsi, dan CD ROM.
Kesimpulan yang diperoleh dari studi banding Perpustakaan Universitas Bina Nusantara ditinjau dari aspek manusia, bangunan, dan lingkungan antara lain:
60
Aspek manusia Permasalahan yang timbul: -
bising, karena ruangan dipakai sebagai tempat belajar sekaligus berdiskusi.
-
Kurang nyaman, karena ruang gerak pada antar meja baca berdekatan.
-
kurang konsentrasi, terutama membaca di tempat yang menghadap ke kaca pembatas ruang perpustakaan yang tanpa diberi lapisan buram.
Aspek Bangunan Permasalahan yang timbul: -
Tidak adanya ruang khusus berdiskusi.
-
Penataan dalam ruang yang monoton, kurang menarik.
Aspek Lingkungan Permasalahan yang timbul: -
Perpustakaan Universitas Bina Nusantara yang menjadi satu bagian dalam bangunan kampusnya, tidak dapat menikmati view yang indah karena tidak adanya taman dan area hijau di sekitar depan bangunan Kampus Anggrek.
61
Gambar 2.47. R. Penitipan Barang
Gambar 2.48 .R. Peminjaman / Pengembalian
Gambar 2.49. R. Baca lt.3
Gambar 2.50. R. Fotokopi
Gambar 2.51. R. Koleksi lt.3
Gambar 2.52. R. Koleksi lt.4
62
Gambar 2.53. R. Referensi
Gambar 2.55. R. baca lt.5
2.4.4.
Gambar 2.54. Rak Koleksi Majalah
Gambar 2.56. R. CD ROM
Perpustakaan Universitas Pelita Harapan Sejarah Perpustakaan Universitas Pelita Harapan Universitas Pelita Harapan (UPH) didirikan pada tanggal 13 Desember 1993 oleh Yayasan Pelita Harapan. Universitas ini didukung dengan fasilitas perpustakaan yang berfungsi
untuk menunjang proses
perkuliahan. Pada awalnya, Kampus
UPH hanya memiliki 2 gedung, yaitu
Gedung A dan Gedung B. Pada aat itu lokasi perpustakaan UPH terletak di
63
Menara UPH, Jl. MH Thamrin Boelevard 00-00, Tangerang, Banten. lantai dasar dan hanya terdiri dari dua lantai, luas lantai 1 seluas 467 m2 dan luas lantas 2 seluas 791 m2. Dan pada bulan Mei 2006, diresmikan beberapa gedung baru di UPH dan lokasi perpustakaan dipindahkan ke gedung
.
Lokasi Perpustakaan UPH yang baru terletak di lantai 2,3,dan 4 dengan konsep modern minimalis. Koleksi Jumlah koleksi yang terdapat di Perpustakaan UPH hingga tahun 2003 tercatat sebagai berikut : •
koleksi 19.218 buku, 26.579 eksemplar (90 % dalam Bahasa Inggris).
•
Koleksi lain: kaset, map, video, slide, SD Roms: 900 buah, majalah: 278 judul. Koleksi buku-buku yang ada antara lain di buku-buku mengenai
bidang ekonomi, hukum, sosial, filsafat, teknik sipil, arsitektur, matematika, fisika, ilmu komputer , teknik industri, dan teknik kimia. Penambahan buku yang masuk per tahunnya mencapai 1966 judul dengan 3396 eksemplar. Jumlah rak yang ada sebanyak 99 buah.
64
Sistem Penomoran dan Sumber Buku Sistem penomoran yang dipakai Perpustakaan UPH adalah sistem DDC. Sumber-sumber buku yang ada berasal dari pembelian yang didanai oleh Yayasan, sumbangan darialumni dan mahasiswa. Kapasitas Dengan luas perpustakaan sekitar 3300 m², mampu menampung pengunjung Perpustakaan UPH sebanyak 400 kursi. Jam Kerja Perpustakaan Perpustakaan ini buka setiap hari bagi seluruh anggota Universitas UPH, kecuali hari Minggu, serta hari libur Nasional. Perpustakaan buka mulai pukul 08.00 – 21.00 dikarenakan adanya asrama mahasiswi pada universitas ini yang lokasinya bersebelahan dengan gedung perpustakaan, maka menejemen Universitas UPH membuka perpustakaan hingga pukul 21.00. Okupansi pengunjung Jumlah pengunjung yang datang setiap hari sekitar 250 orang, dan waktu kunjung yang paling ramai terutama saat siang dan sore hari. Pada awal masuk ajaran semester baru dan saat ujian tiba, tercatat bahwa jumlah pengunjung perpustakaan paling ramai di kunjungi.
65
Sistem Peminjaman Yang diperbolehkan meminjam buku dan koleksi lainnya yang terdapat di perpustakaan UPH adalah seluruh anggota UPH yang telah memiliki SmartCard. SmartCard adalah kartu sensor matic yang digunakan untuk membuka pintu perpustakaan. Pengguna perpustakaan hanya diperbolehkan meminjam sebanyak dua buku dengan jangka waktu peminjaman buku yang diberikan adalah selama 2 minggu Seperti perpustakaan pada umumnya, ada beberapa buku yang tidak dapat dipinjam seperti buku skripsi, sehingga pengunjung hanya diperbolehkan membaca di Perpustakaan dan tidak dapat difotokopi. Apabila terjadi keterlambatan pengembalian buku, maka mahasiswa dikenakan sanksi denda sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sistem Keamanan Sistem keamanan di Perpustakaan UPH , menggunakan barcode disetiap koleksi yang ada di perpustakaan tersebut yang berfungsi untuk meminimalisir aksi pencurian dan kehilangan buku. Selain itu perpustakaan juga menggunakan sensormatic pada pintu masuk dan keluar, sehingga pengunjung yang masuk dan keluar ruang perpustakaan harus menempelkan SmartCard milikinya ke sensormatic yang dipasang di pintu.
66
Pemeliharaan Buku Bila terjadi kerusakan, perbaikan buku yang rusak dilakukan oleh bagian konservasi dan reservasi di ruangan yang terletak di salah satu sudut ruangan perpustakaan. Sistem Layanan -
Penyelusuran artikel dari BO & AST Plus
-
Pencetakan artikel majalah dari BPO & AST Plus
-
Layanan Kompas Online
-
Layanan internet
-
Penyediaan buku diskon/ murah untuk mahasiswa & dosen
-
Pengumpulan
materi
untuk
staf
pengajar
berupa
instructor's manual, transparansi, complimentary copy, dll. -
Menyediakan layanan pengantaran buku (untuk level Dekan & Kajur saja)
-
Layanan pencetakan katalog menurut kata kunci (khusus untuk Kepala Jurusan)
-
Layanan referensi
67
Fasilitas Perpustakaan Fasilitas-fasilitas yang tersedia di Perpustakaan UPH antara lain : •
Menyediakan perpustakaan digital yang dapat diakses kapan pun dan dimana pun.
•
Wi-Fi
•
Masing-masing lantai menyediakan 4 unit katalog computer yang berfungsi untuk mencari letak buku dan dapat mengetahui ada atau tidaknya buku yang dicari.
•
Menyediakan beberapa komputer untuk mengerjakan tugas (tanpa fasilitas akses internet) sebanyak 4 unit.
•
Jasa fotokopi yang terletak di lantai 2 gedung perpustakaan.
•
Ruang ber-AC
•
Loker untuk menyimpan tas dan barang-barang bawaan yang tidak diperbolehkan dibawa masuk ke dalam perpustakaan.
Keunggulan Perpustakaan UPH memiliki keunggulan sebagai berikut: •
Koleksi bukunya cukup lengkap, seperti literatur dari luar negeri, buku langka, dan hasil karya dosen
•
Menyediakan fasilitas perpustakaan online yang dapat diakses kapanpun dan dimanapun kita berada.
•
Menyediakan fasilitas Wi-Fi
68
•
Setiap meja baca terdapat stop kontak untuk laptop
•
Desain interior yang indah dan rapih dapat memotivasi mahasiswa datang dan belajar di dalam perpustakaan
Jumlah Pustakawan Jumlah pustakawan yang ada di perpustakaan ini sebayak 8 orang dan dibantu dengan beberapa petugas perpustakaan. Tata Pembagian Jenis Koleksi dan fungsi ruang Lantai 1 Ruang skripsi ruang skripsi
Lantai 2
Lantai 3
koleksi Koleksi buku literatur Ruang berdiskusi berupa serta yang diletakan pada rak susunan yang disekat-sekat. baca masing-masing jurusan
Ruang diskusi
Koleksi majalah & surat Ruang rapat , ruangan lebih kabar besar dari ruang berdiskusi
Ruang jurnal
Ruang kopi.
fasilitas
Ruang Kepala Ruang rapat Pengelola Perpustakaan
foto Ruang presentasi/ seminar, ruangan ini paling besar dibanding dengan ruang rapat dan ruang diskusi Ruang komputer fasilitas internet)
(tanapa
Koleksi CD-ROM Tabel 2.3. Tata Pembagian Jenis Koleksi dan fungsi ruang Pintu Masuk Perpustakaan Pintu masuk ke dalam perpustakaan hanya dapat di akses melalui satu pintu yang terletak di lantai 2 perpustakaan. Pintuk masuk-keluar
69
perpustakaan menggunakan sistem sensor matic, dan untuk membukanya harus menggunakan SmartCard. Ruang Penunjang Selain
ruang
koleksi
buku
serta
ruang
peminjaman
dan
pengembalian buku, perpustakaan ini juga di terdapat ruang-ruang yang menunjang kegiatan di dalam perpustakaan itu sendiri, seperti ruang pengelola, toilet, dan pantry yang kesemuanya terletak di lanati satu perpustakaan.
Kesimpulan yang diperoleh dari studi banding Perpustakaan UPH dari aspek manusia, bangunan, dan lingkungan, antara lain: Aspek manusia Permasalahan yang timbul: - Temperatur AC di dalam perpustakaan terlalu dingin sehingga membuat pengunjung perpustakaan tidak nyaman bila membaca terlalu lama. Aspek Bangunan Permasalahan yang ditimbulkan: -
Pintu masuk-keluar perpustakaan berada di lantai 2 perpustakaan, sehingga membuat pengunjung yang pertama kali datang sedikit kebingungan mencari pintu masuknya.
70
Gambar 2.57 . Eskalator Sebagai Sirkulasi Pandang Vertikal Menuju perpustakaan
Gambar2.58. Ruang Perpustakaan Tembus
Gambar 2.59 . Foyer Menuju Perpustakaan
Gambar2.60. Pintu Masuk-Keluar Dengan Sensor Matic
Gambar2.61. Meja Informasi dan Sirkulasi Buku
Gambar 2.62. Ruang Loker Di Luar Ruang Perpustakaan
71
Gambar 2.63 . Rak Buku dan Ruang Baca
Gambar 2.65. Kantor Pengelola Perpustakaan
Gambar 2.67. Jarak Antar Rak 110cm
Gambar 2.64. Ruang Baca
Gambar 2.66. Sofa dengan ‘contact discouraged’
Gambar 2.68. Katalog Komputer tiap lantai @4 unit
72
Gambar 2.69. Ruang Diskusi dengan Kedap Suara
Gambar 2.71. Ruang peminjaman
Gambar 2.70. Ruang Koleksi Jurnal pada Lantai2
Gambar 2.72. Fasilitas Fotokopi pada lt.2
Komputer (lt.3)
Gambar 2.73. Mezanine Dalam Ruang dalam Perpustakaan
Gambar 2.74.Tangga sebagai sirkulasi Vertikal
73