BAB 2 KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS
2.1
Nilai Perusahaan Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk memaksimalkan kekayaan
pemegang saham dengan cara meningkatkan nilai perusahaan (Keown, 2004:3). Nilai perusahaan dapat tercermin dari harga saham perusahaan tersebut. Nilai perusahaan lazim diindikasikan dengan Price to Book Value (PBV). PBV yang tinggi membuat pasar akan percaya terhadap prospek perusahaan kedepan. Dalam menilai harga saham, terdapat dua analisis yang bisa digunakan dilakukan, yaitu analisis bersifat fundamental dan analisis bersifat teknikal. Analisis fundamental, dilakukan dengan pendekatan berikut (Tandelilin ,2010:303): a. Pendekatan Nilai Sekarang Perhitungan nilai saham dilakukan dengan mendiskontokan semua aliran kas yang diharapkan di masa datang dengan tingkat diskonto sebesar tingkat return yang diharapkan investor. b. Pendekatan Price Earning Ratio (PER) Pendekatan PER atau disebut juga pendekatan multiplier, investor akan menghitung berapa kali nilai earning yang tercermin dalam harga suatu saham. PER menggambarkan rasio atau perbandingan antara harga saham terhadap earning perusahaan. PER juga
13
memberikan informasi berapa rupiah yang harus dibayar investor untuk memperoleh setiap Rp 1 earning perusahaan. c. Rasio harga per nilai buku Rasio harga terhadap nilai buku ini kebanyakan digunakan untuk menilai saham-saham sektor perbankan karena aset-aset bank biasanya memiliki nilai pasar dan nilai buku yang relatif sama. Idealnya, harga pasar jika dibagi dengan nilai buku asetnya akan mendekati 1. d. Rasio harga per aliran kas Pendekatan ini dasarnya pada aliran kas bukan pada earning perusahaan. Hail ini disebabkan karena aliran kas perusahaan lebih relevan dibanding data earning menurut laporan secara akuntansi. e. Pendekatan Economic Value Added (EVA) Pendekatan
EVA
adalah
ukuran
keberhasilan
manajemen
perusahaan dalam meningkatkan nilai tambah (value added) bagi perusahaan. Jika kinerja perusahaan semakin baik/efektif maka akan tercermin pada peningkatan harga saham perusahaan. Jika EVA positif maka terdapat nilai tambah terhadap perusahaan sehingga harga saham akan meningkat. Analisis teknikal dapat digunakan untuk saham-saham individual ataupun untuk menggunakan
kondisi grafik
pasar secara keseluruhan. Analisis (chart)
maupun
berbagai
indikator
teknikal teknis
(Husnan,2005:342). Nilai perusahaan lazim diindikasikan dengan Price to
14
Book Value (PBV). PBV yang tinggi akan membuat pasar percaya akan prospek perusahaan ke depan. Hal ini juga selalu menjadi keinginan setiap perusahaan karena dengan nilai perusahaan yang tinggi mengindikasikan kemakmuran pemegang saham. Semakin tinggi nilai perusahaan, investor akan mendapat keuntungan tambahan selain dividen yang diberikan oleh pihak perusahaan yaitu berupa capital gain dari saham yang mereka miliki.
2.2.
Kebijakan Dividen Kebijakan dividen merupakan keputusan mengenai bagaimana cara
perusahaan menggunakan laba yang diperoleh dipecah apakah akan menginvestasikan kembali laba yang telah diperoleh atau dibagi kepada pemegang saham sebagai dividen (Oktavia, 2013). Kebijakan dividen sering dianggap sebagai sinyal oleh para investor dalam menilai baik buruknya perusahaan, karena kebijakan dividen dapat membawa pengaruh pada nilai perusahaan. Menurut Wiagustini (2010:260) terdapat 4 cara pembayaran dividen diantaranya : 1) Pembayaran Dividen yang Stabil Pembayaran dividen yang stabil merupakan pembayaran dividen dengan harga yang tetap setiap tahunnya walaupun payout ratio berfluktuasi, dengan tujuan menarik minat para investor untuk menanamkan modalnya. Hal ini akan menyebabkan harga pasar saham perusahaan lebih tinggi, karena investor menganggap
15
perusahaan tersebut layak untuk dijadikan tempat investasi karena dengan
profit
yang
berfluktuasi
perusahaan
tetap
bisa
membayarkan dividennya dengan stabil. 2) Residual Decision of Dividend Penentuan besarnya besarnya dividen yang dibagikan dipengaruhi oleh adanya kesempatan investasi yang dianggap menguntungkan perusahaan. Apabila terdapat investasi yang menguntungkan maka perusahaan akan menggunakan seluruh profitnya untuk melakukan investasi. Perusahaan bisa menggunakan seluruh profit untuk dibagikan sebagai dividen apabila tidak ada investasi yang dianggap layak tetapi perusahaan juga bisa tidak membagikan dividen sama sekali apabila terdapat investasi yang layak. 3) Payout Ratio yang konstan Menetapkan
payout
ratio
atas
laba
yang
konstan
akan
mengakibatkan pembayaran dividen yang berfluktuasi. Apabila laba perusahaan tinggi maka dividen yang dibayarkan juga akan bertambah namun apabila laba perusahaan menurun maka pembayaran dividen juga menurun. Kebijakan ini cenderung tidak memaksimumkan nilai saham perusahaan.
4) Pembayaran dividen regular yang rendah disertai pembayaran ekstra
16
Kebijakan ini merupakan kebijakan yang moderat yang merupakan kompromi atas 2 kebijakan yang lebih fleksibel. Perusahaan memiliki batas rupiah minimum per lembar saham. Apabila keuangan
perusahaan
baik
maka
perusahaan
memberikan
pembayaran ekstra namun apabila keuangan perusahaan kurang baik perusahaan membayar sesuai batas minimum. Terdapat tiga teori tentang kebijakan dividen (Wiagustini, 2010:262) 1) Dividen tidak relevan Teori ini menyatakan bahwa pembayaran dividen yang dilakukan perusahaan terhadap pemegang saham tidak berpengaruh terhadap kemakmuran pemegang saham. Menurut teori ini juga pembayaran dividen tidak mempengaruhi nilai perusahaan. 2) Bird in the hand theory Gordon-Lintner berpendapat bahwa kemungkinan capital gains yang diharapkan lebih besar risikonya di bandingkan dividend yield yang sudah pasti, sehingga investor lebih yakin terhadap penerimaan dan pembagian dividen. 3) Tax differential theory Dalam teori ini dikemukakan bahwa investor akan meminta tingkat keuntungan setelah pajak yang lebih tinggi terhadap saham yang memiliki dividend yield yang tinggi daripada saham dengan dividend
yield
yang
rendah.
17
Kelompok
ini
menyarankan
perusahaan agar perusahaan menentukan dividend payout ratio yang rendah atau tidak membagikan dividen sama sekali. Kebijakan dividen diukur dengan Dividen Payout Ratio (DPR). Dividend Payout Ratio membandingkan antara dividen yang dibayarkan dengan laba bersih yang didapat perusahaan. Semakin tinggai dividen maka laba perusahaan yang digunakan untuk biaya operasional semakin sedikit namun dapat meningkatkan kesejahteraan pemegang saham namun sebaliknya tingkat dividen yang rendah akan memperkuat pendanaan internal namun mengurangi kesejahteraan pemegang saham.
2.3.
Likuiditas Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya. Perusahaan yang likuid akan dipercaya oleh investor karena dianggap kinerja perusahaan baik. Semakin tinggi tingkat likuiditas, semakin banyak dana untuk membagikan dividen, membiayai operasi dan investasi (Nurhayati ,2013). Hal ini disebabkan perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi mempunyai dana internal yang besar, sehingga perusahaan juga menggunakan dana internalnya terlebih dahulu untuk untuk membiayai investasinya sebelum menggunakan pembiayaan eksternal melalui hutang. Brealey dan Myers (1996) dalam Uremadu et al (2012) mengatakan bahwa Investor akan tertarik terhadap perusahaan yang menghasilkan uang untuk membayar hutang atau kewajibannya.
18
Rasio likuiditas dapat dihitung menggunakan dua rasio yaitu (Sartono, 2000:62).
1) Current Ratio yaitu rasio antara aktiva lancar dibagi dengan utang lancar. Rumus dari Current Ratio dapat dilihat dibawah ini : Current Ratio :
π΄ππ‘ππ£π πΏπππππ πππ ππ£π πΏπππππ
π₯ 100%
2) Quick Ratio yaitu rasio antara aktiva lancar dikurangi persedian dengan utang lancar. Rumus dari Quick Ratio dapat dilihat dibawah ini : Quick Ratio :
π΄ππ‘ππ£π πΏπππππ βππππ ππππππ ππ΄π ππ£π πΏπππππ
π₯ 100%
2) Cash Ratio yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban dengan kas yang dimiliki. Rumus dari Cash Ratio dapat dilihat dibawah ini : Cash Ratio :
πΎππ +ππ’πππ‘ π΅ππ βππππ π»π’π‘πππ πΏπππππ
π₯ 100%
3) Net Working Capital to Sales yaitu rasio yang mengukur peranan yang terikat pada aktiva lancar yang sehubungan dengan pelaksanaan penjualan. Rumus Net Working Capital to Sales dapat dilihat dibawah ini :
19
Net Working Capital to Sales :
πππππ πΎππππ π΅πππ π β πππππ’ππππ
π₯ 100%
4) Current Asset to Sales yaitu rasio yang menunjukkan peranan modal kerja dalam mencapai tujuan. Rumus Current Asset to Sales dapat dilihat dibawah ini : Current Asset to Sales :
π΄ππ‘ππ£π πΏπππππ πππππ’ππππ
π₯ 100%
Dalam penelitian ini menggunakan Current Ratio dikarenakan ingin mengetahui kemampuan perusahaan
untuk melunasi kewajiban jangka
pendek dengan menggunakan aktiva lancar.
2.4.
Profitabilitas Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh
laba atau ukuran efektivitas pengelolaan manajemen perusahaan (Wiagustini, 2010:76). Profitabilitas perusahaan merupakan variabel yang cukup penting karena melalui profitabilitas akan diambil keputusan apakah laba perusahaan didistribusikan sebagai dividen atau ditahan untuk kepemilikan uang tunai ataupun untuk melakukan investasi dengan harapan perusahaan akan memperoleh keuntungan di masa yang akan datang (Gryglewicz, 2010). Menurut Munawar dalam Nofrita (2013) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi profitabilitas perusahaan, yaitu : 1) Jenis Perusahaan
20
Profitabilitas akan sangat bergantung pada jenis perusahaan. Perusahaan yang bergerak di bidang barang konsumsi dan jasa memiliki profitabilitas yang lebih stabil apabila dibandingkan dengan perusahaan yang bergerak di bidang barang-barang modal. 2) Umur Perusahaan Perusahaan yang telah lama berdiri akan lebih stabil bila disbanding perusahaan yang baru berdiri. Umur perusahaan ini adalah umur sejak berdirinya perusahaan hingga perusahaan masih mampu menjalankan operasinya. 3) Skala Perusahaan Jika
skala
ekonominya
tinggi,
perusahaan
akan
mampu
menghasilkan produk dengan biaya yang lebih rendah. Tingkat biaya yang rendah merupakan cara untuk memperoleh laba yang diinginkan. 4) Harga Produksi Perusahaan yang memiliki biaya produksi yang relatif lebih murah akan memiliki keuntungan yang lebih baik dan stabil dibanding perusahaan yang memiliki biaya produksi yang tinggi. 5) Habitat Bisnis Perusahaan yang bahan produksinya dibeli atas dasar kebiasaan (habitual basis) akan memperoleh kebutuhan lebih stabil daripada non habitual basis. 6) Produk yang dihasilkan
21
Perusahaan
yang
bahan
produksinya
berhubungan
dengan
kebutuhan pokok biasanya penghasilan perusahaan tersebut akan lebih stabil daripada perusahaan yang memproduksi barang modal. Profitabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan menggunakan profit margin, Return on Asset ataupun menggunakan Return On Equity. Ketiga alat ukur tersebut memiliki tujuan yang sama namun pembanding setiap alat ukur berbeda (Wiagustini, 2010:81). Profit Margin merupakan rasio yang mengukur laba yang dicapai dibandingkan dengan penjualan. Adapun rumus dari profit margin :
Profit Margin :
πΏπππ π΅πππ π β πππππ’ππππ
π₯ 100%
Return On Asset merupakan rasio yang mengukur kemampuan menghasilkan laba dari total aktiva yang digunakan. Adapun rumus dari Return On Asset : πΏπππ π΅πππ π β
ROA : πππ‘ππ
π΄ππ‘ππ£π
π₯ 100%
Return On Equity merupakan rasio yang mengukur return atas modal sendiri. Adapun rumus dari Return On Equity : πΏπππ π΅πππ π β
ROE : πππππ
πππππππ
22
π₯ 100%
Dalam
penelitian
ini
menggunakan
ROA
dikarenakan
ingin
mengetahui kemampuan perusahaan memperoleh laba dengan menggunakan total aktiva yang dimiliki sehingga pemegang saham mendapatkan informasi keefektifan perusahaan dalam mengelola perusahaannya.
2.5.
Ukuran Perusahaan Ukuran
perusahaan
merupakan
suatu
skala
dimana
dapat
diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan diukur dengan total aktiva, log size, harga pasar saham, dan lain-lain. Ukuran perusahaan juga dapat diukur dengan jumlah penjualan, rata-rata penjualan, nilai pasar atas saham perusahaan tersebut dan lain-lain. Aset atau aktiva perusahaan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu aset lancar dan aset tetap (Ross, 2009:30). Aset lancar memiliki usia kurang dari 1 tahun yang artinya aset tersebut diubah menjadi kas dalam jangka waktu kurang dari setahun. Sedangkan aset tetap terdapat dua macam, yaitu aset tetap berwujud (tangible) dan tidak berwujud (intangible). Ukuran perusahaan yang besar dan terus tumbuh bisa menggambarkan tingkat profit mendatang, kemudahan pembiayaan ini bisa mempengaruhi nilai perusahaan dan menjadi informasi yang baik bagi investor (Eko, 2014). Sebuah perusahaan besar memiliki akses yang lebih besar ke pasar modal di bandingkan perusahaan kecil, sehingga akan memudahkan perusahaan untuk mendapatkan dana tambahan untuk melakukan operasi perusahaan dan perusahaan tersebut akan memiliki rasio pembayaran dividen yang lebih besar
23
dibandingkan dengan perusahaan kecil (Octavia, 2013). Dengan kemudahan tersebut ditangkap sebagai prospek yang baik bagi para investor sehingga berpengaruh terhadap nilai perusahaan (Nurhayati ,2013). Ukuran perusahaan dapat diukur dengan logaritma natural (Ln) dari total aset. Total aset di Ln karena umumnya total aset berjumlah milyaran atau bahkan triliyunan rupiah, sedangkan variabel lainnya dalam satuan persentase, maka total aset harus di Ln untuk melakukan interpretasi.
2.6.
Hipotesis
2.6.1. Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan Kebijakan dividen merupakan keputusan keuangan yang dilakukan oleh perusahaan apakah laba yang didapatkan akan dibagikan kepada pemegang saham atau ditahan sebagai laba ditahan. Kebijakan dividen sering kali menimbulkan konflik kepentingan antara pihak manajemen perusahaan dengan pihak investor. Bird in the hand theory menyatakan bahwa investor lebih tertarik terhadap perusahaan yang membagikan dividen (Wiagustini, 2010:262). Pembagian dividen yang dilakukan perusahaan dianggap menjadi sinyal positif oleh para investor untuk menanamkan modal, karena investor lebih suka pada return yang pasti pada investasinya. Perusahaan yang membagikan dividen akan menarik minat investor untuk menanamkan modalnya. Dengan banyaknya investor yang membeli saham maka akan menaikkan harga saham sehingga meningkatkan nilai perusahaan.
24
Menurut Novita (2014), Sugiarto (2011) dan Fenandar (2012) kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian serupa juga diungkap oleh Wijaya (2010). Hal ini berarti dengan membagikan dividen akan meningkatkan nilai perusahaan. Berdasarkan dengan teori dan hasil penelitian empiris tersebut maka dapat dibuat hipotesis penelitian sebagai berikut. H1 : Kebijakan Dividen berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan
2.6.2. Pengaruh Likuiditas terhadap Nilai Perusahaan Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Semakin tinggi rasio maka semakin tinggi pula kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya. Selain itu tingginya rasio likuiditas menggambarkan ketersediaan dana perusahaan untuk melakukan operasi perusahaan dan membayarkan dividen. Perusahaan yang memiliki tingkat likuiditas yang tinggi tentunya dianggap menjadi prospek yang bagus oleh para investor, karena para investor mempersepsikan perusahaan memiliki kinerja yang baik sehingga bisa meningkatkan harga saham yang berarti nilai perusahaan juga meningkat. Hasil penelitian Mahendra (2012) mengemukakan bahwa likuiditas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian serupa juga diungkapkan oleh Prisilia (2013). Ini berarti semakin tinggi tingkat likuiditas maka semakin tinggi pula nilai perusahaan begitu juga sebaliknya.
25
Berdasarkan dengan teori dan hasil penelitian empiris tersebut maka dapat dibuat hipotesis penelitian sebagai berikut. H2 : Likuiditas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan
2.6.3. Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba saat menjalankan operasinya. Semakin baik pertumbuhan profitabilitas perusahaan maka kinerja perusahaan dianggap baik, berarti semakin baik pula prospek perusahaan di masa yang akan datang, artinya semakin baik nilai perusahaan di mata investor. Disamping itu rasio profitabilitas yang tinggi yang dimiliki perusahaan semakin besar kemungkinan perusahaan untuk membagikan dividennya. Tentunya hal ini dapat menarik minat investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan (Dewi, 2013). Hasil penelitian Dewi (2013), Yunita,dkk (2014) dan Mardiyati,dkk (2012)
menyatakan
bahwa
profitabilitas
berpengaruh
terhadap
nilai
perusahaan. Hal ini berarti semakin tinggi tingkat profitabilitas maka semakin tinggi pula nilai perusahaan. Berdasarkan dengan teori dan hasil penelitian empiris tersebut maka dapat dibuat hipotesis penelitian sebagai berikut. H3: Profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan
2.6.4. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Nilai perusahaan
26
Ukuran perusahaan dapat tercermin dari total aset yang dimiliki oleh perusahaan. Perusahaan besar memiliki kemudahan untuk memasuki pasar modal, sehingga memudahkan perusahaan untuk mendapat tambahan dana. Hal ini akan dianggap investor sebagai prospek yang baik pada perusahaan tersebut sehingga akan dapat menarik minat investor untuk menanamkan modalnya. Investor
akan
mempertimbangkan
ukuran
perusahaan
dalam
menanamkan modal, karena perusahaan yang besar dianggap telah berkembang dan memiliki kinerja yang baik. Apabila total aktiva perusahaan meningkat maka dapat nilai perusahaan tersebut juga ikut meningkat. Hasil penelitian Eko,dkk (2014) menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian serupa juga diungkapkan oleh Nurhayati (2013). Berdasarkan dengan teori dan hasil penelitian empiris tersebut maka dapat dibuat hipotesis penelitian sebagai berikut. H4 : Ukuran Perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Nilai Perusahaan
27
Berdasarkan rumusan hipotesis maka dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual yang Dibentuk dari Pengaruh Kebijakan Dividen, Likuiditas, Profitabilitas dan Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia
Kebijakan Dividen X1 H1 Likuiditas X2
H2 H3
Profitabilitas X3
H4
Ukuran Perusahaan X4
Sumber : Gambar diolah peneliti, 2015
28
Nilai Perusahaan Y