ASUHAN KEBIDANAN PADA KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN KISTA OVARIUM DI RUANG JADE RSUD dr. SLAMET GARUT
LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan Guna Melengkapi Sebagai Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan
Oleh : PIA CHILPIA NIM : 13DB277123
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS 2016
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum, Wr, Wb. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ilaihi Robbi atas, Taufik, Rahmat dan Hidayah-nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Kesehatan Reproduksi dengan Kista Ovarium di Ruang Jade RSUD dr. Slamet Garut”. Laporan Tugas Akhir ini diajukan untuk salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan D III Kebidanan dan memenuhi gelar ahli madya kebidanan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Ciamis. Penulis menyadari bahwa penyusunan dan penulisan Laporan Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan dan belum sempurna. Pada kesempatan kesempatan yang baik ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini yaitu kepada yang terhormat: 1.
Dr. H. Zulkarnaen SH.MH., selaku Ketua BPH STIKes Muhammadiyah Ciamis.
2.
Drs. H Dedi Supriadi, S.Sos., S.Kep., Ners., M.M.Kes, selaku Ketua STIKes Muhammadiyah Ciamis.
3.
Heni Heryani,SST., M.KM., selaku Ketua Prodi D III Kebidanan,
4.
Sandriani, SST, selaku pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
5.
Dewi Nurmala, S.ST, selaku II yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
6.
Drs. Iso Solahudin, MM selaku pembimbing AIK yang telah memberikan bimbingan, motivasi, arahan dan dukungan dalam penyususnan Laporan Tugas Akhir ini.
7.
Direktur RSUD dr. Slamet Garut yang telah memberikan ijin untuk penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
8.
Bidan-Bidan di RSUD dr. Slamet Garut yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
iv
9.
Ny. N yang telah bersedia menjadi responden dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
10. Kedua Orang Tua yang telah memberikan motivasi, dan dorongan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini. 11. Teman-Teman satu asrama yang bersedia menukar pikiran dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini. 12. Rekan-Rekan satu angkatan yang telah memberikan motivasi selama penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, terima kasih atas kerja samanya. Penulis berharap Laporan Tugas Akhir ini tidak hanya menambah pengetahuan, tetapi dapat menjadikan inisiatif dan merangsang kreativitas dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam ilmu kebidanan. Akhirul kalam penulis mengucapkan mohon maaf sebesar-besarnya apabila ada kekurangan dan tidak bisa menyebutkan satu per satu. Terima kasih banyak semoga apa yang di cita-citakan kita bersama di kabulkan Allah SWT. Amin Nasrun Minalloh Wafathun Qorib Wabasyiril Mukminin Wassalamualaikum wr, wb.
Ciamis, Juni 2016
Penulis
v
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL DALAM HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................
iii
KATA PENGANTAR .....................................................................................
iv
INTISARI .........................................................................................................
vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
x
BAB I
PENDAHULUAN ...........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ..........................................................
1
B. Rumusan Masalah ...................................................................
6
C. Tujuan .......................................................................................
6
1. Tujuan Umum ....................................................................
6
2. Tujuan Khusus ..................................................................
6
D. Manfaat ....................................................................................
6
1. Bagi Tenaga Kesehatan ....................................................
6
2. Bagi Institusi .......................................................................
7
3. Bagi Peneliti ......................................................................
7
4. Bagi Pasien ........................................................................
7
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................
8
A. Konsep Dasar ..........................................................................
8
1. Kesehatan Reproduksi .......................................................
8
2. Konsep Dasar Kista Ovarium ............................................
9
B. Manajemen Kebidanan ............................................................
17
1. Pengertian Manajemen Kebidanan ...................................
17
2. Prinsip Manajemen Kebidanan ..........................................
17
3. Langkah- langkah Manajemen Asuhan Kebidanan ..........
18
BAB II
vi
4. Data Perkembangan .........................................................
20
C. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Kasus Kista Ovarium
23
1. Subjektif .............................................................................
23
2. Objektif ...............................................................................
23
3. Analisa Data .......................................................................
23
4. Penatalaksanaan ...............................................................
24
D. Kewenangan Bidan ..................................................................
25
E. Pandangan Al-Quran dan Al-Hadist tentang Kista ovarium ....
25
F. Asuhan Kebidanan Terdahulu .................................................
26
TINJAUAN KASUS .......................................................................
28
A. Metode Pengkajian ..................................................................
28
B. Tempat dan Waktu Pengkajian ................................................
28
C. Subjek yang Dikaji ....................................................................
28
D. Jenis data yang Digunakan .....................................................
29
1. Data Primer ........................................................................
29
2. Data Sekunder ...................................................................
29
E. Instrumen Pengkajian .............................................................
29
F. Tinjauan Kasus ........................................................................
30
BAB IV
PEMBAHASAN ..............................................................................
35
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
BAB III
A. Simpulan ..................................................................................
44
B. Saran .........................................................................................
44
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Bagan Skema langkah-langkah Proses Manajemen ..............
viii
22
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Time Schedul Lampiran 2 Lembar Persetujuan Responden Lampiran 3 Surat Permohonan Ijin studi Pendahuluan Lampiran 4 Lembar Persetujuan Responden Lampiran 5 Kartu Bimbingan Lampiran 6. Riwayat Hidup
ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan, kesadaran akan pola hidup yang sehat terkadang masih terabaikan. Sehingga banyak gejala dan penyakit yang timbul akibat pola hidup dan pola makan yang tidak teratur, Seiring dengan perkembangan zaman dalam penggunaan teknologi beradiasi, perubahan gaya hidup menyebabkan pergeseran dari berkurangnya penyakit menular dan bertambahnya penyakit tidak menular. Oleh karena itu, perhatian terhadap penyakit tidak menular semakin
hari
semakin
meningkat
karena
meningkatnya
frekuensi
kejadiannya kepada masyarakat (Hanifa, 2009). Gangguan reproduksi adalah kegagalan wanita dalam manajemen kesehatan reproduksi. Permasalahan dalam bidang kesehatan reproduksi salah satunya adalah masalah reproduksi yang berhubungan dengan gangguan
sistem
reproduksi.
Hal
ini mencakup
infeksi,
gangguan
menstruasi, masalah struktur, keganasan pada alat reproduksi wanita, infertilitas dan lain-lain (Hanifa, 2009). Gangguan reproduksi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya cacat anatomi saluran reproduksi (defek congenital), gangguan fungsional, kesalahan manajemen atau infeksi organ reproduksi. Ada beberapa macam gangguan reproduksi seperti gangguan menstruasi, syndrome prementasi, nyeri abdomen dan panggul, kista ovarium dan kanker pada endometrium. Gangguan sistem reproduksi yang sering terjadi adalah kista ovarium (Hanifa, 2009). Keadaan kesehatan reproduksi di Indonesia saat ini masih belum seperti yang diharapkan dibandingkan dengan keadaan-keadaan di negara lain. Indonesia masih tertinggal dalam banyak aspek kesehatan reproduksi. Masalah kesehatan reproduksi menjadi perhatian bersama bukan hanya individu yang bersangkutan, karena dampaknya berbagai aspek kehidupan menjadi
parameter
kemampuan
negara
dalam
menyelenggarakan
pelayanan kesehatan terhadap masyarakat (Stoppard, 2010).
1
2
Masalah kesehatan reproduksi wanita sudah menjadi agenda internasional. Salah satu masalah kesehatan reproduksi wanita yaitu adanya penyakit kewanitaan atau ginekologi. Sebagaimana wanita mempunyai dua buah ovarium yang berfungsi memproduksi sel telur dan mengeluarkan hormon. Tumor adalah gangguan yang paling umum yang terjadi pada ovarium. Tumor tersebut dapat berupa solid atau berisi cairan. Sebagian besar tumor pada indung telur adalah tumor jinak (94%) dan termasuk didalamnya cysts, cystadenomas, teratomas, endometriomas, dan fibromas (Faizal, 2009). Menurut hasil statistik terdapat 50,95% wanita yang mempunyai penyakit ginekologi dan diantaranya 87,5% wanita yang sudah menikah. Ditambah lagi banyak wanita diserang tumor rahim. Wanita yang berusia 3050 tahun sebanyak 30% mempunyai tumor rahim, dan diantaranya dari tumor yang tidak ganas menjadi tumor yang ganas (Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi, 2013). Kista adalah setiap rongga atau kantong tertutup, baik normal maupun abnormal, yang dilapisi epitel, biasanya mengandung cairan atau materisemi padat. Ovarium adalah suatu organ terdiri dari atas 2 yang terletak di kiri dan kanan uterus dan dinding panggul. Besarnya kurang lebih besar ibu jari tangan dengan panjang 4 cm, lebar dan tebalnya kira-kira 1,5 cm (Chyintia, 2010). Salah satu bahaya yang ditakuti ialah kista menjadi ganas. Bahaya lain dari kista adalah terpuntir, kejadian ini akan menimbulkan rasa sakit yang sangat dan memerlukan tindakan darurat untuk mencegah kista jangan sampai pecah. Dalam jangka waktu tertentu, kista terus tumbuh hingga diameter mencapai puluhan sentimeter. Sebenarnya tidak ada patokan mengenai ukuran besarnya kista sehingga berpotensi untuk pecahnya kista dapat menyebabkan pembuluh darah menjadi rusak dan menimbulkan terjadinya pendarahan yang berakibat fatal. Bentuknya kistik dan ada pula yang berbentuk seperti anggur. Kista dapat berisi udara, cairan kental, maupun nanah (Chyntiam, 2010). Pada umumnya kista ovarium tidak disertai keluhan dan gejala. Keluhan baru muncul jika ukurannya sudah membesar atau letaknya mengganggu organ lain di sekitarnya. Gejala yang sering dirasakan adalah
3
pembesaran perut atau ada benjolan di daerah perut bagian bawah. Kista ovarium dapat jinak maupun ganas, kista ovarium yang tidak ganas biasanya bersifat fisiologis dan dialami banyak wanita di usia reproduksi karena masih mengalami menstruasi (Cita, 2008). Kista ovarium merupakan salah satu tumor jinak ginekologi yang paling sering dijumpai pada wanita di masa reproduksinya. Sebagian besar terbentuknya karena perubahan kadar hormon yang terjadi selama siklus haid, produksi dan pelepasan sel telur dari ovarium. Kista ovarium adalah benjolan yang membesar seperti balon yang berisi cairan yang tumbuh di indung telur (Cita, 2008). Kebanyakan kista tidak berbahaya tetapi beberapa dapat menyebabkan masalah seperti pecah, pendarahan, sakit atau sampai mengalami pembedahan. Kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga kanker ovarium. Kanker ovarium merupakan pembunuh yang diam-diam karena memang merasakan apa-apa kalau terjadi keluhan biasanya sudah lanjut (Cita, 2008). Menurut dari data World Health Orgization (WHO) dan serikat pengendalian kanker Internasional (UICC) memprediksi, akan terjadi peningkatan lonjakan penderita sebesar 300% di seluruh dunia pada tahun 2010. Jumlah tersebut 70% nya berada di negara berkembang seperti Indonesia (WHO, 2011). The American Cancer Society memperkirakan bahwa tahun 2014, sekitar 21.980 kasus baru kanker ovarium akibat kelanjutan dari kista ovarium akan di diagnosa dan 14.720 wanita akan meninggal karena ovarium, di Amerika Serikat rata-rata 10 per 100.000, kecuali di Jepang (6,5 per 100.000) relatif tinggi bila dibandingkan dengan angka kejadian di Asia dan Afrika (WHO, 2010). Berdasarkan data di Indonesia jumlah penderita kanker ovarium dari tahun ke tahun sebanyak ± 23.400 dengan angka kematian sebesar ±14.000 orang, angka kematian tinggi ini disebabkan karena penyakit ini pada awalnya bersifat asimpotik dan baru menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi metastase sehingga 60 % -70 % pasien datang pada stadium lanjut sehingga penyakit ini disebut “silent killer” atau secara diam-diam. Penyakit tersebut disebabkan banyak wanita yang tidak menyadari bahwa dirinya sudah terserang kista ovarium dan hanya mengetahui pada saat kista sudah
4
dapat teraba dari luar atau membesar. Kista ovarium juga dapat berubah menjadi ganas dan berubah menjadi kanker ovarium. Untuk mengetahui dan mencegah agar tidak terjadi kanker ovarium maka seharusnya pendeteksian dini kanker ovarium dengan pemeriksaan yang lebih lengkap sehingga dengan ini pencegahan terjadinya keganasan dapat dilakukan (Kemenkes Republik Indonesia, 2013). Berdasarkan data Dinkes Provinsi Jawa Barat laporan program dari Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota yang berasal dari Rumah sakit dan Puskesmas tahun 2013, kasus penyakit kista terdapat 5.259 penderita diantaranya 2.200 wanita usia 50-60 tahun, usia 30-40 tahun sekitar 2.209 orang, sisanya 1.050 orang di usia 20 tahun (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2013). Berdasarkan pencatatan dan pelaporan bagian medical rekam medik Rumah Sakit dr. Slamet Garut data jumlah yang mengalami tindakan operasi salpingektomi akibat kista ovarium pada tahun 2013 sebanyak 181 orang dengan yang meninggal 2 orang dan pada bulan maret sampai april 2015 sebanyak 80 orang dengan meninggal 14 orang (Medical Rekam Medik, 2016). Penanganan terhadap kista ovarium sampai sekarang belum ada, cara deteksi dini yang sederhana untuk memeriksa adanya keganasan ovarium. Sekarang ini, yang digunakan adalah ultrasonografi, tetapi cara itu agak sulit jika diterapkan secara masal karena biaya cukup mahal. Untuk menurunkan risiko keganasan kista ovarium, dapat menggunakan suntik Keluarga Berencana (KB) karena resiko terjadinya kanker ovarium lebih kecil. Dengan menggunakan kontrasepsi hormonal, terutama suntik KB proses pada ovarium dapat ditekan sehingga resiko terjadi keganasan pada ovarium menurun. Peran bidan mengenai kasus kista yaitu dengan melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada wanita usia reproduksi, melakukan asuhan kesehatan reproduksi, masalah reproduksi memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada individu, keluarga kelompok dan masyarakat tentang penanggulangan masalah kesehatan khususnya yang berhubungan kista
ovarium, memberikan
asuhan kebidanan
secara
komprehensif yang mencakup segala kebutuhan klien, baik biopsikososisal
5
dan spiritual serta mampu mengatasi masalah yang mungkin timbul pada pasien yang mengalami tindakan operasi, sehingga pasien dapat kembali melakukan aktivitasnya. Dari segi spiritual faktor yang tidak kalah penting adalah keyakinan terhadap Allah bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya, hal ini yang diketahui oleh seorang muslim adalah tidaklah Allah menciptakan suatu penyakit kecuali dia juga menciptakan penawarnya. Allah berfirman dalam Surat Yunus (10) : 57 :
Artinya : " Hai manusia, telah datang kepadamu kitab yang berisi pelajaran dari Tuhanmu dan sebagai obat penyembuh jiwa, sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman ". Artinya hidup manusia tak akan lepas dari berbagai ujian dan cobaan dari Allah SWT, maka jagalah kesehatan ini,karena sehat itu mahal nilainya (AL-Qur’an Surat Yunus 57). Ayat tersebut menjelaskan tentang setiap penyakit pasti ada penawarnya. Kita harus mensyukuri kesehatan dan menjaga apa yang Allah berikan dan selagi masih hidup ubahlah kebiasaan kamu jangan makan sembarangan, makan buah-buahan, minum air putih yang banyak dan berolahraga secara teratur. Mencegah lebih baik daripada mengobati, oleh karena itu mulai sekarang jangan lupa agar senantiasa membiasakan diri untuk selalu hidup sehat dan teratur, karena kita tahu betul bahwa sehat itu sangatlah mahal. Oleh karena itu masalah kista ovarium merupakan masalah penting yang menyangkut kualitas kesehatan reproduksi wanita, berdasarkan data di atas, maka penulis merasa tertarik untuk menjadikan kasus komprehensif dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Kesehatan Reproduksi dengan Kista Ovarium di Ruang Jade dr. Slamet Garut”.
6
B. Rumusan Masalah “Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengambil rumusan masalah yaitu “Bagaimana penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi secara Komprehensif pada Kasus Terhadap Gangguan Reproduksi Kista Ovarium RSUD dr. Slamet Garut ? ”
C. Tujuan 1.
Tujuan Umum Memperoleh
pengalaman
secara
nyata,
meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan bagi penulis dalam memberikan asuhan gangguan reproduksi kista ovarium. 2.
Tujuan Khusus a. Melakukan Pengkajian data pada pasien gangguan kesehatan reproduksi Kista Ovarium RSUD dr. Slamet Garut tahun 2016. b. Menginterprestasi data pada pasien gangguan kesehatan reproduksi Kista Ovarium RSUD dr. Slamet Garut tahun 2016. c. Mengidentifikasi diagnosa atau masalah
potensial kesehatan
reproduksi Kista Ovarium RSUD dr. Slamet Garut tahun 2016. d. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi pada pasien gangguan kesehatan reproduksi Kista Ovarium RSUD dr. Slamet Garut tahun 2016. e. Merencanakan asuhan kebidanan pada pasien gangguan kesehatan reproduksi Kista Ovarium RSUD dr. Slamet Garut tahun 2016. f.
Melaksanakan asuhan secara tepat dan rasional berdasarkan perencanaan yang dibuat pada pasien gangguan kesehatan reproduksi Kista Ovarium RSUD dr. Slamet Garut tahun 2016.
g. Melaksanakan evaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan pada pasien gangguan kesehatan reproduksi Kista Ovarium RSUD dr. Slamet Garut tahun 2016.
D. Manfaat 1.
Bagi Tenaga Kesehatan Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi dan dijadikan sumber pengetahuan bagi tenaga pelayanan khususnya bidan
7
untuk memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang mengalami kista ovarium. 2.
Bagi Institusi Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk menambah pengetahuan bagi mahasiswa nantinya dalam menerapkan asuhan kebidanan khususnya pada wanita usia subur yang mengalami kista ovarium.
3.
Bagi Peneliti Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan dan tambahan informasi tentang penelitian fenomenologi atau bahan perbandingan terhadap penelitian yang akan dilakukan.
4.
Bagi Pasien Merupakan kontribusi pemikiran dalam proses pengetahuan
yang
telah
diperoleh
kebidanan pada kista ovarium.
khususnya
penerapan ilmu tentang
asuhan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar 1.
Kesehatan Reproduksi a.
Pengertian Pengertian mengemukakan
kesehatan bahwa,
reproduksi
kesehatan
menurut
reproduksi
kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh bukan
WHO adalah hanya
bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya (Nugroho, 2012: 23). Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh. Jadi sehat bukan tidak ada penyakit ataupun kecacatan, tetapi juga kondisi psikis dan sosial yang mendukung perempuan untuk melalui proses
reproduksi, baik
perempuan maupun laki-laki yang harus menjaga kesehatan setinggi-tingginya, karena kesehatan merupakan hak asasi manusia yang diakui dunia internasional (World Health Organization, 2011). b.
Ruang lingkup Menurut Nugroho (2010: 30), masalah reproduksi mencakup area yang sangat luas, yaitu:
c.
1)
Masalah reproduksi.
2)
Masalah gender dan seksualitas.
3)
Masalah yang kekerasan dan perkosaan terhadap perempuan.
4)
Masalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual.
5)
Masalah pelacuran.
6)
Masalah sekitar teknologi.
Masalah Reproduksi 1)
Infertilitas.
2)
Kanker serviks.
3)
Kanker payudara.
4)
Mioma uteri.
5)
Kista ovarium. 8
9
2.
6)
Gangguan haid ( premenstrual snyindrome ).
7)
Unwared pregnancy (aborsi).
8)
Keganasan dan penyakit sistematik.
Konsep Dasar Kista Ovarium a.
Definisi Kista ovarium (kista indung telur) berarti kantung berisi cairan, normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium) (Nugroho, 2010: 37). Kista ovarium adalah suatu benjolan yang berada di ovarium yang dapat mengakibatkan pembesaran pada abdomen bagian bawah dimana pada kehamilan yang disertai kista ovarium seolah-olah terjadi perlekatan ruang bila kehamilan mulai membesar (Prawirohardjo, 2009:57). Kista ovarium adalah kantong berisi cairan atau bahan kental (semi solid) yang terjadi di ovarium (Maimunah, 2007: 76 ).
b.
Etiologi Penyebab kista ovarium adalah gangguan (pembentukan) hormon pada hipotalamus, hipofisis dan ovarium indung telur itu sendiri. Sedangkan kista indung telur timbul dari folikel yang tidak berfungsi selama siklus menstruasi (Nugroho, 2010: 28).
c.
Faktor Penyebab Kista Ovarium Menurut Eni (2009: 45) faktor penyebab terjadinya kista ovarium yaitu : 1)
Faktor Reproduksi Riwayat reproduksi (kehamilan-persalinan) terdahulu serta durasi dan jarak reproduksi memiliki dampak terbesar pada
penyakit
ini, paritas
yang
rendah
dan infertilitas
(kemandulan), menarche (pertama kali mendapat menstruasi) dini dan menopause yang terlambat meningkatkan resiko untuk berkembangnya kista ovarium. Peningkatan insiden kista ovarium pada wanita lajang, biarawati dan wanita nulipara (tidak memiliki keturunan) menunjukkan ovulasi yang teratur yang
tidak
diselingi
dengan
kehamilan,
predisposisi wanita mengidap keganasan.
meningkatkan
10
Kehamilan yang multiple (kembar) dapat meningkatkan efek protektif menghadapi perkembangan kanker ovarium. apabila dibandingkan dengan wanita nulipara, satu sampai dua kehamilan menghasilkan resiko relatif 0,49 - 0.97. wanita dengan jumlah kehamilan lebih dari tiga memiliki penurunan resiko sebanyak 0,35-0,76 apabila dibandingkan dengan populasi kontrol. Faktor lain yang dapat mengurangi resiko adalah riwayat menyusui. 2)
Faktor Hormonal Penggunaan hormon eksogen pada terapi gejala menopause berhubungan dengan peningkatan resiko insiden maupun tingkat mortalitas kista ovarium. Beberapa literatur menunjukkan penggunaan terapi sulih hormon jangka panjang (˃5-10 tahun) mengakibatkan peningkatan resiko 1,5 – 2,0 kali lipat. Peningkatan resiko secara spesifik terlihat pada wanita pengguna hormon estrogen tanpa disertai progesterone. Peningkatan berat badan juga memungkinkan terjadinya peningkatan resiko terjangkit penyakit ini.
3)
Faktor Genetik Pada umumnya kista ovarium bersifat sporadis/ tidak beraturan. Pada familial/ hubungan dan herediter/ keturunan dilaporkan hanya 5-10%. Riwayat keluarga merupakan faktor penting dalam memasukkan apakah seorang wanita untuk mengidap kista ovarium, resikonya akan meningkat menjadi 45%. Dalam kasus dimana terdapat dua anggota keluarga yang mengidap kista ovarium kista ovarium, resiko pada wanita ini akan meningkat menjadi 7%.
4)
Faktor Lingkungan Pada sebuah penelitian disebutkan diet wanita pengidap kanker ovarium dapat ditemukan pada pola diet berat, hal ini kemungkinan berhubungan dengan tingginya angka insiden kista ovarium.
11
d.
Manifestasi Klinis Kista Ovarium Menurut Nugroho (2010: 104), kebanyakan wanita yang memiliki kista ovarium tidak memiliki gejala sampai periode tertentu. Namun beberapa orang dapat mengalami gejala ini: 1)
Nyeri saat menstruasi.
2)
Nyeri di perut bagian bawah.
3)
Nyeri saat berhubungan seksual.
4)
Nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai ke kaki.
5)
Terkadang disertai nyeri saat berkemih atau BAB.
6)
Siklus menstruasi tidak teratur, bisa juga jumlah darah yang keluar banyak.
e.
Patofisiologi Kista Ovarium Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormon dan kegagalan pembentukan salah satu hormon tersebut bisa mempengaruhi fungsi ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita tidak menghasilkan hormon hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium yang abnormal kadang menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium karena itu terbentuk kista di dalam ovarium (Corvin, 2008: 649).
f.
Komplikasi Kista Ovarium Menurut Wiknjosastro (2007: 347-349), komplikasi yang dapat terjadi pada kista ovarium diantaranya: 1)
Akibat Pertumbuhan Kista Ovarium Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan pembesaran perut. Tekanan terhadap alat-alat disekitarnya disebabkan oleh besarnya tumor atau posisinya dalam perut. Apabila tumor mendesak kandung kemih dan dapat menimbulkan gangguan miksi, sedangkan kista yang lebih besar tetapi terletak bebas di rongga perut kadangkadang hanya menimbulkan rasa berat dalam perut serta dapat juga mengakibatkan oedema pada tungkai.
12
2)
Akibat Aktivitas Hormonal Kista Ovarium Tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali jika tumor itu sendiri mengeluarkan hormon.
3)
Akibat Komplikasi Kista Ovarium a)
Perdarahan ke dalam Kista Biasanya terjadi sedikit-sedikit sehingga berangsurangsur menyebabkan kista membesar, pembesaran luka dan hanya menimbulkan gejala-gejala klinik yang minimal. Akan tetapi jika perdarahan terjadi dalam jumlah yang banyak akan terjadi distensi yang cepat dari kista yang menimbulkan nyeri di perut.
b)
Torsio atau Putaran Tangkai Torsio atau putaran tangkai terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau lebih. Torsi meliputi ovarium, tuba fallopi atau ligamentum rotundum pada uterus. Jika dipertahankan torsi ini dapat berkembang menjadi infark, peritonitis dan kematian. Torsi biasanya unilateral dan dikaitkan dengan kista, karsinoma, TOA, massa yang tidak melekat atau yang dapat muncul pada ovarium normal. Torsi ini paling sering muncul pada wanita usia reproduksi. Gejalanya meliputi nyeri mendadak dan hebat di kuadran abdomen bawah, mual dan muntah. Dapat terjadi demam dan leukositosis. Laparoskopi adalah terapi pilihan, adneksa dilepaskan (detorsi), viabilitasnya dikaji, adneksa gangren dibuang, setiap kista dibuang dan dievaluasi secara histologis.
c)
Infeksi pada Tumor Jika terjadi di dekat tumor ada sumber kuman patogen.
d)
Robek Dinding Kista Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai akibat trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut dan lebih sering pada saat bersetubuh. Jika robekan kista disertai hemoragi yang timbul secara akut, maka
13
perdarahan bebas berlangsung ke uterus ke dalam rongga peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus disertai tanda-tanda abdomen akut. e)
Perubahan keganasan Setelah pemeriksaan
tumor
diangkat
perlu
dilakukan
mikroskopis
yang
seksama
terhadap
kemungkinan perubahan keganasannya. Adanya asites dalam
hal
ini
mencurigakan.
Massa
kista
ovarium
berkembang setelah masa menopause sehingga besar kemungkinan untuk berubah menjadi kanker (maligna). Faktor inilah yang menyebabkan pemeriksaan pelvik menjadi penting. g.
Diagnosa Kista Ovarium Menurut
Djuwantono,
(2011:
282-287),
yang
perlu
dilakukan untuk menegakkan diagnosa kista ovarium adalah: 1)
Anamnesa Anamnesa lengkap merupakan bagian penting dari diagnosis tumor adneksa. Pertanyaan tentang rasa nyeri, lokasi, dan derajat nyeri serta kapan mulai timbulnya rasa nyeri tersebut akan memudahkan penegakan diagnosis.
2)
Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik diagnostik yang lengkap dan tertuju pada gejala klinis atau tanda dari suatu infeksi atau tumor neoplastik sangat diperlukan untuk menentukan etiologi dari massa tumor di daerah rongga panggul. Pemeriksaan payudara secara sistematis diperlukan karena ovarium merupakan metastasis yang umum dijumpai karsinoma payudara. Pemeriksaan bimanual dan pemeriksaan rekto vagina merupakan
pemeriksaan
pokok
ginekologi
yang
harus
mendapatkan perhatian lebih untuk menegakkan diagnosis kelainan di daerah rongga pelvis.
14
h.
Pemeriksaan Penunjang/ Tambahan Kista Ovarium 1)
Ultrasonografi (USG) Ultrasonik adalah gelombang suara dengan frekuensi lebih tinggi dari pada kemampuan pendengaran telinga manusia, sehingga kita tidak bisa mendengarnya sama sekali. Suara yang didengar manusia mempunyai frekuensi 20-20.000 Cpd (Cicles per detik=Hz). Masing-masing jaringan tubuh mempunyai impedence acustic
tertentu.
Dalam
jaringan
yang
heterogen
akan
ditimbulkan bermacam-macam echo, disebut echo free atau bebas echo. Suatu rongga berisi cairan bersifat anechoic, misalnya kista, asites pembuluh darah besar, pericardial atau pleural effusion. USG pada kista ovarium akan terlihat sebagai struktur kistik yang bulat (kadang-kadang oval) dan terlihat sangat echolucent dengan dinding-dinding yang tipis/ tegas/ licin dan di tepi belakang kista nampak bayangan echo yang lebih putih dari dinding depannya. Kista ini dapat bersifat unilokuler (tidak bersepta) atau multilokuler (bersepta-septa). Kadang-kadang terlihat bintik-bintik echo yang halus-halus (internal echoes) di dalam kista yang berasal dari elemen-elemen darah di dalam kista. a)
Transabdominal Sonogram Pemeriksaan
cara
sonogram
menggunakan
gelombang bunyi untuk melihat gambaran organ tubuh. Pemeriksaan jenis ini bisa dilakukan melalui dinding perut atau bisa juga dimasukkan melalui vagina dan memerlukan waktu sekitar 30 menit, bisa diketahui ukuran dan bentuk kistanya. Syarat pemeriksaan transabdominal sonogram dilakukan dalam keadaan vesica urinaria terisi/penuh. b)
Endovaginal Sonogram Pemeriksaan
ini
dapat
menggambarkan
atau
memperlihatkan secara detail struktur pelvis. Pemeriksaan
15
ini dilakukan dengan cara endovaginal. Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan vesica urinaria kosong. c)
Kista Endometriosis Menunjukkan level/echoes
pada
karakteristik endometrium,
yang yang
difuse,
low
memberikan
gambaran yang padat. d)
Polikistik Ovarium Menunjukkan jumlah folikel perifer dan hiperechoid stroma.
2)
CT-Scan Akan didapat massa kistik berdinding tipis yang memberikan penyanggatan kontras pada dindingnya.
3)
MRI (Magnetic Resonance Imaging) Gambaran MRI lebih jelas memperlihatkan jaringan halus dibandingkan dengan CT-scan, serta ketelitian dalam mengidentifikasi lemak dan produk darah. CT-scan dapat memberikan petunjuk tentang organ asal dari massa yang ada. MRI tidak terlalu dibutuhkan dalam beberapa/ banyak kasus. USG dan MRI jauh lebih baik dalam mengidentifikasi kista ovarium dan massa/ tumor pelvis dibandingkan dengan CTscan.
4)
CA-125 Dokter juga memeriksa kadar protein di dalam darah yang disebut CA-125. Kadar CA-125 juga meningkat pada perempuan subur, meskipun tidak ada proses keganasan. Tahap
pemeriksaan
CA-125
biasanya
dilakukan
pada
perempuan yang berisiko terjadi proses keganasan. i.
Penatalaksanaan Kista Ovarium 1)
Observasi Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor (dipantau) selama 1-2 bulan, karena kista fungsional akan menghilang dengan sendirinya setelah satu atau dua siklus haid. Tindakan ini diambil jika tidak curiga ganas (kanker) (Nugroho, 2010: 105).
16
2)
Terapi bedah atau operasi Bila tumor ovarium disertai gejala akut misalnya torsi, maka tindakan operasi harus dilakukan pada waktu itu juga, bila tidak ada gejala akut, tindakan operasi harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan seksama. Kista berukuran besar dan menetap setelah berbulan-bulan biasanya memerlukan operasi pengangkatan. Selain itu, wanita menopause yang memiliki kista ovarium juga disarankan operasi pengangkatan untuk meminimalisir resiko terjadinya kanker ovarium. Wanita usia 5070 tahun memiliki resiko cukup besar terkena kanker jenis ini. Bila hanya kistanya yang diangkat, maka operasi ini disebut ovarian cystectomy. Bila pembedahan mengangkat seluruh ovarium
termasuk
tuba
fallopi,
maka
disebut
salpingo-
oophorectomy. Faktor-faktor
yang
menentukan
tipe
pembedahan,
antara lain tergantung pada usia pasien, keinginan pasien untuk memiliki anak, kondisi ovarium dan jenis kista. Kista ovarium yang menyebabkan posisi batang ovarium terlilit (twisted) dan menghentikan pasokan darah ke ovarium, memerlukan
tindakan
darurat
pembedahan
(emergency
surgery) untuk mengembalikan posisi ovarium. Menurut Yatim, (2005: 23) Prinsip pengobatan kista ovarium dengan pembedahan (operasi) yaitu: 1)
Apabila kistanya kecil (misalnya, sebesar permen) dan pada pemeriksaan sonogram tidak terlihat tanda-tanda proses keganasan, biasanya dokter melakukan operasi dengan laparoskopi. Dengan cara ini, alat laparoskopi dimasukkan ke dalam rongga panggul dengan melakukan sayatan kecil pada dinding perut, yaitu sayatan searah dengan garis rambut kemaluan.
2)
Apabila kistanya besar, biasanya pengangkatan kista dilakukan dengan laparatomi. Teknik ini dilakukan dengan pembiusan total. Dengan cara laparotomi, kista bisa diperiksa apakah sudah mengalami proses keganasan (kanker) atau tidak. Bila
17
sudah dalam proses keganasan, operasi sekalian mengangkat ovarium dan saluran tuba, jaringan lemak sekitar serta kelenjar limfe. B. Manajemen Kebidanan 1.
Pengertian Manajemen Kebidanan Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan
dalam
menerapkan
metode
pemecahan
masalah
secara
sistematis mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosis kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Sofyan, 2007:88). Manajemen
kebidanan
adalah
metode
dan
pendekatan
pemecahan masalah ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada individu, keluarga dan masyarakat (Depkes RI, 2012). Menurut Varney (dalam Wiknjosastro 2009: 65), manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien. 2.
Prinsip Manajemen Kebidanan Menurut Varney dalam Wiknjosastro (2009:65) menjelaskan bahwa prinsip manajemen adalah pemecahan masalah. Dalam text book masalah kebidanan yang ditulisnya pada tahun 1981 proses manajemen
kebidanan diselesaikan melalui 5
menggunakannya,
melihat
ada
beberapa
langkah. Setelah
hal
yang
penting
disempurnakan. Misalnya seorang bidan dalam manajemen yang dilakukannya perlu lebih kritis untuk mengantisipasi masalah atau diagnosa potensial. Dengan kemampuan yang lebih dalam melakukan analisa kebidanan akan menemukan diagnosa atau masalah potensial. Kadang kala bidan juga harus segera bertindak untuk menyelesaikan masalah tertentu dan mungkin juga harus melakukan kolaborasi, konsultasi bahkan mungkin juga harus merujuk kliennya.
18
Varney
kemudian
menyempurnakan
proses
manajemen
kebidanan menjadi 7 langkah. Ia menambahkan langkah ke III agar bidan lebih kritikal mengantisipasi masalah yang kemungkinan dapat terjadi pada kliennya. Varney juga menambahkan langkah ke IV dimana bidan
diharapkan
dapat
menggunakan
kemampuannya
untuk
melakukan deteksi dini dalam proses manajemen, sehingga bila klien membutuhkan tindakan segera atau kolaborasi, konsultasi bahkan dirujuk segera dapat dilaksanakan. Proses manajemen kebidanan ini ditulis oleh Varney berdasarkan proses manajemen kebidanan American College of Nurse Midwife (ACNM) yang pada dasarnya mempunyai pemikiran sama dengan proses manajemen. 3.
Langkah- langkah Manajemen Asuhan Kebidanan Langkah-langkah
manajemen
asuhan
kebidanan
menurut
Wiknjosastro (2009: 65) yaitu a.
Langkah I : Tahap Pengumpulan Data Dasar Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi (data) yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan cara : 1)
Anamnesis. Dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas, bio-psiko-soiso-spiritual, serta pengetahuan klien.
2)
Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, meliputi : Pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, dan perkusi).
b.
Langkah II : Interpretasi Data Dasar Pada
langkah
kedua
dilakukan
identifikasi
terhadap
diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian diinterpretasikan
sehingga
dapat
dirumuskan
diagnosis
dan
masalah yang spesifik. Baik rumusan diagnosis maupun masalah, keduanya harus ditangani. Meskipun masalah tidak dapat diartikan sebagai
diagnosis,
tetapi
tetap
membutuhkan
penanganan.
Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami
19
wanita
yang
diidentifikasi oleh
bidan
sesuai dengan
hasil
pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosis. c.
Langkah III : Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial dan Antisipasi Penanganannya Pada langkah ketiga kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial berdasarkan diagnosis/ masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosis/masalah potensial ini menjadi kenyataan. Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman. Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial, tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi, tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosis tersebut tidak terjadi. Langkah ini bersifat antisipasi yang rasional/logis.
d.
Langkah IV : Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera Bidan
mengidentifikasi
perlunya
bidan
atau
dokter
melakukan konsultasi atau penanganan segera bersama anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan kesinambungan proses manajemen kebidanan. Kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi, kolaborasi, dan melakukan rujukan. e.
Langkah V : Menyusun Rencana Asuhan Menyeluruh Pada langkah kelima direncanakan asuhan menyeluruh yang
ditentukan
berdasarkan
langkah-langkah
sebelumnya.
Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen untuk masalah atau diagnosis yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan mempunyai pedoman antisipasi untuk klien. Pedoman antisipasi ini mencakup perkiraan tentang hal yang akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah bidan perlu merujuk klien bila ada sejumlah masalah terkai sosial, ekonomi, kultural, atau psikologis dengan kata lain,
20
asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan kesehatan yang sudah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu bidan dan klien; agar dapat dilaksanakan secara efektif. Semua asuhan yang telah disepakati dikembangkan dalam asuhan menyeluruh. Asuhan ini bersifat rasional dan valid yang didasarkan pada pengetahuan, teori terkini, dan sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien. f.
Langkah VI : Implementasi Pada
langkah
keenam,
rencana
asuhan
menyeluruh
dilakukan dengan efisien dana aman. Pelaksanaan ini dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melakukannya, namun tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya memastikan bahwa langkah tersebut telah terlaksana). Penatalaksanaan yang efisien dan berkualitas akan berpengaruh pada waktu serta biaya. g.
Langkah VII : Evaluasi Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulang aspek asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui faktor mana yang menguntungkan atau menghambat keberhasilan asuhan yang diberikan. Evaluasi ini meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan,
apakah
benar-benar
telah
terpenuhi
sebagaimana
diidentifikasi di dalam diagnosis dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika benar efektif dalam pelaksanaannya. Dalam praktiknya, langkah-langkah asuhan kebidanan, ditulis dengan menggunakan SOAP. 4.
Data Perkembangan Menurut Muslihatun, (2009: 123-124) pendokumentasian atau catatan manajemen kebidanan dapat diterapkan dengan metode SOAP, yang merupakan singkatan dari:
21
a.
(Subjektif) Merupakan
pendokumentasian
manajemen
kebidanan
menurut Hellen Varney langkah pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh dari anamnesis. b.
(Objektif) Merupakan
pendokumentasian
manajemen
kebidanan
menurut Hellen Varney langkah pertama (pengkajian data, terutama data yang diperoleh dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium) pemeriksaan diagnostik lain. c.
(Assessment) Merupakaan
pendokumentasian
hasil
analisis
dan
interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. d.
(Planning) Berisi tentang rencana asuhan yang disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data. Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraannya.
22
Dari penjelasan diatas dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut: Alur pikir bidan
Pencatatan dari asuhan kebidanan
Proses Manajemen kebidanan
Dokumentasi kebidanan
7 Langkah Varney
5 langkah kompetensi bidan
Pengumpulan data dasar
Data
Interprestasi data dasar Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial
SOAP NOTES Assessment atau diagnosis
Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera
Subjektif Objektif
Analisa data
Merencanakan asuhan yang komprehensif atau menyeluruh
Perencanaan
Melaksanakan perencanaan dan pelaksanaan
Pelaksanaan
Evaluasi
Evaluasi
Penatalaksanan: Konsul Tes diagnostik/Lab Rujukan Pendidikan/ Konseling Followup
Gambar 2.1 Bagan Skema langkah-langkah Proses Manajemen Sumber : Estiwidani dkk., (2008)
23
C. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Kasus Kista Ovarium Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi, kegiatan, dan tanggung jawab bidan dalam pelayanan yang diberikan kepada klien yang memiliki kebutuhan dan atau masalah kebidanan (kehamilan, persalinan, nifas,bayi baru lahir, keluarga berencana, kesehatan reproduksi wanita, dan pelayanan kesehatan masyarakat (Soepardan, 2008: 66). Dalam asuhan kebidanan pada kista ovarium ada beberapa asuhan yang harus dilakukan meliputi : 1.
Subjektif Pada kasus kista ovarium didapatkan ibu mengalami kista ovarium dengan keluhan menstruasi yang datang terlambat dan di sertai rasa nyeri, nyeri menstruasi hebat dan terus menerus, terjadi pembesaran perut, serangan rasa nyeri yang tajam yang muncul mendadak pada perut bagian bawah, pembengkakan tungkai bawah yang tidak disertai rasa sakit (Eny, 2009). Ini menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien penderita terlihat kesakitan di bagian perut bawah, haid tidak teratur, sakit pada saat haid, dan terdapat oedema pada ekstremitas bawah.
2.
Objektif Data objektif adalah data yang diperoleh dari pemeriksaan (Rukiyah, 2013). Pada kasus kista ovarium pengumpulan data objektif terdiri dari : a.
Pemeriksaan umum (keadaan umum, kesadaran pasien, keadaan emosional).
b.
Memperhatikan tanda-tanda vital meliputi tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu).
c.
Melakukan pemeriksaan fisik pada pemeriksaan abdomen tidak ada pembesaran abdomen dan ada nyeri saat di tekan pada perut bagian bawah.
d. 3.
Pemeriksaan penunjang ultrasonografi (Eni, 2009).
Analisa Data Analisa data yaitu hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan (Hidayat, 2008: 88). Untuk menegakkan diagnosa kista
24
ovarium, harus dilihat dengan pemeriksaan secara berkala dan teratur, pada tingkat awal, kista memang tidak menimbulkan gejala baru setelah kista membesar, penderita mengalami rasa sakit yang luar biasa, mulai dari keluhan nyeri menstruasi secara terus menerus, dan nyeri pada perut bagian bawah. Juga bisa dilihat dari hasil pemeriksaan Ultrasonografi (Eni, 2009: 72). Hal ini yang menjadi dasar pengembalian diagnosa pada kasus ini, yaitu P 2A0 dengan kista ovarium. Diagnosa potensial adalah mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasikan (Hidayat, 2008: 87). Masalah potensial pada kista ovarium memiliki resiko yaitu mengalami degenerasi keganasan menjadi kanker, disamping itu bisa mengalami torsi atau terpuntir sehingga menimbulkan nyeri akut, perdarahan, atau infeksi (Eni, 2009: 98). Antisipasi adalah mengidentifikasi dan menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosis dan masalah di tegakkan. Kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi, kolaborasi, dan melakukan rujukan (Hidayat, 2008: 83). Antisipasi dalam kasus kista ovarium adalah kolaborasi dengan dokter Sp. OG dan persiapkan operasi salpingektomi jika kista d iatas ukuran 4 cm (Prawirohardjo, 2011: 55). 4.
Penatalaksanaan Langkah ini merupakan kelanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi dan diantisipasi. Pada penatalaksanaan ini terdapat perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Rukiyah, 2013: 23). Menurut Eni (2009: 79) penatalaksanaan kista ovarium, yaitu: a.
Pencegahan terhadap kista ovarium perlu dilaksanakan dengan jalan memberikan penerangan tentang melakukan pola hidup sehat, seperti pola makan yang baik dan berolahraga secara teratur.
b.
Diperlukan sikap wait and see karena mayoritas kista adalah kista fungsional yang akan menyusut dengan sendirinya dalam 2-3 bulan, dan lakukan terus pemeriksaan secara berkala.
c.
Apabila dengan cara tersebut diatas kista makin membesar, maka alternatif terapi dapat dilakukan dengan pemberian pil KB dengan
25
maksud menekan proses kupulasi, dengan sendirinya kista pun tidak akan tumbuh. d.
Berkolaborasi dengan dokter obgyen untuk dapat memberi penanganan dan pencegahan komplikasi.
e.
Jika kista membesar dengan ukuran di atas 4cm harus dilakukan pembedahan atau operasi salpingektomi.
D. Kewenangan Bidan Kewenangan
bidan
pengelolaan
oleh
bidan
sesuai
dengan
kompetensi bidan di Indonesia memiliki kemandirian untuk melakukan asuhan dalam PEMENKES Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010.Tentang izin dan penyelenggaraan praktek bidan. Dalam kasus ini pelayanan kebidanan sesuai dengan pasal 9 dan pasal 12 yang isinya : 1.
Pasal 9 : Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi :
2.
a.
Pelayanan kesehatan ibu
b.
Pelayanan kesehatan anak
c.
Pelayanan reproduksi dan keluarga berencana
Pasal 12 : Bidan dalam pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 9 berwenang untuk: a.
Memberikan penyuluhan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.
b.
Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom
E. Pandangan Al-Quran dan Al-Hadist tentang Kista ovarium Dari segi spiritual faktor yang tidak kalah penting adalah keyakinan terhadap Allah SWT bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya, hal ini yang seyogyanya
diketahui
oleh
seorang
muslim
adalah
tidaklah
Allah
menciptakan suatu penyakit kecuali dia juga menciptakan penawarnya. Namun sebelumnya kita harus mengetahui proses kehamilan dan proses terbentuknya manusia sebagaimana tercantum dalam Al-Quran.
26
Allah berfirman dalam Al-Quran Surat Yunus (10) : 57
Artinya : " Hai manusia , telah datang kepadamu kitab yang berisi pelajaran dari Tuhanmu dan sebagai obat penyembuh jiwa, sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman ". artinya hidup manusia tak akan lepas dari berbagai ujian dan cobaan dari allah SWT, maka jagalah kesehatan ini,karena sehat itu mahal nilainya. Hal ini sebagaimana yang disabdakan Rasulullah :
َُ ِفدااش َّلِش لا ْز انأ اُ َشه ً اءَ ِفش ااَ لا ْز ان شأ ا ش Artinya “ Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, melainkan akan menurunkan pula obat untuk penyakit tersebut ” (H.R. Bukhari). Dalil tersebut di atas menjelaskan tentang ayat Al-Qur’an dan hadist bahwa manusia diciptakan sempurna. Dari kesempurnaan itu kita sehingga jika kita tidak bisa menjaga kesehatan reproduksi seperti kista ovarium.
F.
Asuhan Kebidanan Terdahulu 1. Wulan Yulia Rena Sari (2015) dengan judul
Asuhan Kebidanan
Gangguan Reproduksi Dengan Kista Ovarium pada NY... Di Ruang Bougenvile Rsud Kebumen Tahun 2015. Tujuan asuhan adalah untuk melaksanakan
asuhan
kebidanan
gangguan
reproduksi dengan
kista ovarium pada Ny... di Ruang Bougenvile RSUD Kebumen dengan pendekatan 7 langkah Varney. Teknik pengumpulan data menggunakan data primer yang terdiri dari pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi). Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 7 hari yaitu keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TD : 110/70 mmHg, N : 80 x/menit, R : 22 x/menit, S : 36,50C, balutan luka operasi sudah dilepas sesuai advis dokter, keadaan luka sudah kering. 2. Dika Sensia Wirandani (2014) dengan judul Asuhan kebidanan gangguan reproduksi pada ny. S P1A0 umur 24 tahun dengan kista
27
ovarium Di RSUD dr. Moewardi Surakarta Tahun 2014. Tujuan asuhan ini adalah Memperoleh pengalaman secara nyata, meningkatkan pengetahuan dan kemampuan bagi penulis dalam memberikan asuhan kebidanan
gangguan
reproduksi
dengan
kista
ovarium
dengan
pendekatan 7 langkah Varney. Menggunakan metode deskriptif, lokasi dilakukan di RSUD Dr. Moewardi, subjeknya Ny. S P1 A0 umur 24 tahun, waktu pelaksanaan tanggal 10 – 14 Mei 2014, teknik pengumpulan data menggunakan data primer yang terdiri dari pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi), wawancara dan observasi sedangkan data sekunder meliputi studi dokumentasi dan studi kepustakaan. Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 7 hari yaitu keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TD : 110/70 mmHg, N : 80 x/menit, R : 22 x/menit, S : 36,50C, balutan luka operasi sudah dilepas sesuai advis dokter, keadaan luka sudah kering dan tidak ada pus.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Surat Yunus Ayat 57. Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2012. Anestesi Kista Ovarium. (Internet) Tersedia Dalam http://documents.tips/documents/ anestesi-kista-ovarium.html Diakses Pada Tanggal 12 September 2015. Eni, (2009). Buku Kanker Ganas Pembunuh wanita. Yogyakarta: ANDI ofset. H.R.
Bukhari Tentang Penyakit Pasti Ada Obatnya tersedia dalam http://pengobatankistaovarium.blogspot.co.id/2013/01/penyebabdan-jenis-kista-ovarium.html Diakses Pada Tanggal 8 Januari 2013.
Hanifa, W. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Notoatmodjo, Soekidjo.2012. Metodelogi Penelitian kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta Nugroho, Taufan. 2012. OBSGYN (Obstetri dan Ginekologi). Yogyakarta : Nuha Medika _______. 2010. Buku Ajar Ginekologi. Yogyakarta : Nuha Medika. Prawiharajo, Sarwono, 2009. Kesehatan Reproduksi. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sastrawinata, Sulaiman. 2009. Obstetri Fisiologi. Bandung: Eleman Setiati, Eni. 2009. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. (Internet) tersedia dalam http://respository.usu.ac.id Diakses Pada Tanggal 29 Oktober 2014. Soepardan, Suryani. 2008. Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC. Varney, Helen, Gegor, Carolin. 2007. Asuhan Kebidanan (Varrney’s Midwifery). Jakarta: EGC. Wildan, M., Hidayat, A. (2008). Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika. World health(WHO). Development of a strategy towards promoting optimal fetal growth. Available from: http://who.int/nutrition/topics/feto_maternal/ en.html last update 2011 Diakses pada tanggal 13 Maret 2012.