ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU DENGAN EROSI PORTIO DI RUANG POLI KEBIDANAN RSUD KABUPATEN CIAMIS
LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan
Oleh : DINA ISWARA NIM. 13DB277056
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS 2016
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan
dalam
bidang
kesehatan
reproduksi
merupakan
tanggung jawab bersama baik itu tenaga kesehatan maupun masyarakat karena dampaknya luas dan menyangkut berbagai aspek kehidupan dan menjadi parameter kemampuan negara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Salah satu permasalahan dalam bidang kesehatan reproduksi adalah masalah reproduksi yang berhubungan dengan gangguan sistem reproduksi, mencangkup infeksi, gangguan menstruasi, masalah struktural, keganasan pada alat reproduksi wanita, dan infertilitas (Baradero, 2007). Kesehatan Reproduksi menurut WHO (Word Health Organisasion) adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi dan prosesnya. Salah satu masalah kesehatan reproduksi ialah Erosi Portio. Erosi Portio adalah suatu proses peradangan atau suatu luka yang terjadi pada daerah portio serviks uteri (mulut rahim). Penyebabnya bisa karena faktor usia, kadar estrogen yang rendah, infeksi dengan kumankuman atau virus, bisa juga karena rangsangan zat kimia/alat tertentu. Erosi Portio merupakan langkah awal terjadinya kanker serviks. (Purwoastuti, 2015). Erosi
Portio
merupakan
masalah
kesehatan
reproduksi
yang
menyebabkan infeksi pada saluran reproduksi, yang mana angka kejadian inspeksi saluran reproduksi (ISR) tertinggi di dunia adalah pada usia remaja (35%-42%) dan menoupose (30%-35%). Di Indonesia wanita yang mengalami erosi porsio sebanyak 15,02% (DepKes RI, 2014) . Sedangkan di Jawa Barat jumlah wanita yang mengalami erosi portio sebanyak 8,90% (DinKes Jabar 2014). Jumlah kasus ISR ini terjadi karena alat reproduksi yang
lembab
dan
basah
maka
keasaman
akan
meningkat
yang
memudahkan pertumbuhan jamur. Penyebab utama sering terjadi karena kurangnya perilaku personal hygiene.
1
2
Penelitian yang dilakukan oleh Ida Susila dan Eka Junia dalam jurnalnya yang berjudul Faktor-faktor yang mempengaruhi Erosi Portio di Puskesmas Lamongan pada tahun 2015, terdapat sebanyak 339 (9,74%) akseptor IUD, efek samping yang sering terjadi adalah erosi portio. Sebanyak 47 (13,8%) perempuan mengalami erosi portio akibat penggunaan IUD dan sebanyak 15 (7,2%) perempuan mengalami erosi portio akibat kurangnya personal hygiene. Timbulnya erosi portio pada akseptor KB IUD dapat disebabkan beberapa faktor, salah satunya pada saat pemasangan alat kontrasepsi yang digunakan tidak steril dan dapat menyebabkan infeksi. Kemudian selain itu kurangnya personal hygiene menjadi penyebab terjadinya erosi portio yang sering dijumpai pada perempuan usia lanjut. Dari semua kejadian erosi portio itu menyebabkan tumbuhnya bakteri patogen, bila sampai kronis menyebabkan kanker servik. Pemerintah telah berupaya mengurangi efek samping dari masalah kesehatan reproduksi ini dengan cara melakukan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) secara lengkap kepada PUS dan WUS diseluruh fasilitas kesehatan nasional, bahwa erosi portio tidak hanya disebabkan karena kurangnya personal hygiene tetapi juga banyak dipengaruhi oleh faktor lain (DinKes Jabar, 2013). Kemudian penelitian yang dilakukan Ni Putu Karunia Ekayani dalam jurnalnya yang berjudul Hubungan penggunaan KB IUD dengan erosi portio di Poli KB dan Kandungan di RSUP NTB tahun 2013 terdapat sebanyak 332 akseptor KB IUD, sebanyak 35 (10,5%) perempuan mengalami erosi portio di karenakan efek samping dari IUD. Erosi Portio disebabkan oleh benang IUD, perlekatan logam polytilen dengan posisi IUD yang tidak benar sehingga mempermudah terjadinya pengelupasan suferfisialis, dimana sifat dasarnya mudah terkelupas dan apabila lapisan silinder terkelupas maka terjadilah erosi portio (Saifudin, 2010). Hampir semua wanita pernah mengalami gangguan menstruasi selama masa hidupnya. Gangguan menstruasi salah satunya kelainan siklus atau perdarahan. Masalah ini dihadapi oleh wanita usia remaja, reproduksi, dan klimakterium.
Salah
berhubungan
dengan
satu
gangguan
pada
menstruasi adalah
sistem
reproduksi
yang
erosi portio. Wanita
yang
mengalami erosi portio biasanya datang dengan perdarahan diluar siklus
3
menstruasi, sehingga harus ditangani dengan segera. Sedangkan angka keberhasilan
terhadap
pengobatan
erosi
portio
mencapai
90%
(Manuaba,2008). Dari segi spiritual faktor yang tidak kalah penting adalah keyakinan terhadap Allah S.W.T bahwa setiap penyakit yakin ada obatnya, hal ini sebagaimana tercantum dalam (QS : Yunus, ayat : 57) berbunyi :
“ Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman” Adapun Rasulullah bersabda dalam hadist, yang berbunyi : “ Sesungguhnya Allah tidaklah menurunkan penyakit melainkan pula obatnya. Obat itu diketahui oleh orang yang bisa mengetahuinya dan tidak diketahui oleh orang yang tidak bisa mengetahuinya” Berdasarkan ayat dan hadist diatas memberikan pengertian kepada kita bahwa manusia diciptakan sempurna, dan kesempurnaan itu harus kita syukuri, serta menjaga apa yang telah Allah S.W.T berikan. Oleh karenanya seseorang yang sedang Allah uji dengan penyakitnya harus bersabar untuk selalu berobat dan terus berusaha untuk mencari obat. Allah tidak menyukai orang-orang yang malas dan tidak berusaha untuk mencari obat, karena jika hanya berdiam diri tanpa berusaha sedikitpun niscaya penyakit tersebut akan sembuh, ditambah jika sesuatu penyakit dibiarkan tanpa diobati maka akan berdampak kearah yang lebih buruk yang nantinya akan membuat penyakit semakin ganas dan semakin susah untuk diobati. Sama halnya dengan penyakit reproduksi erosi portio harus ditangani segera karena jika dibiarkan akan terjadi cervicitis, yaitu keadaan serviks berubah menjadi permukaan yang kasar kemudian akan terbentuk benjolan seperti kembang kol yang mudah patah dan mudah berdarah disertai keluar cairan yang khas berwarna coklat dan berbau busuk dimana keadaan ini akan berubah menjadi kanker serviks (Sulistyawati, 2013). Studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Kabupaten Ciamis Tahun 2015 terdapat 57 wanita (0,34%) mengalami erosi portio, sebanyak 22
4
(0,25%) orang merupakan efek samping dari pemakaian kontrasepsi IUD dan 35 (1,62%) orang mengalami keputihan berlebih, sakit perut bagian bawah dan ketidak nyamanan saat berhubungan. Sedangkan pada tahun 2016 dari bulan Januari sampai bulan Maret 2016 terdapat 21 wanita (0,12%) yang mengalami erosi portio dikarenakan infeksi akibat kurangnya personal hygiene. (Rekam Medik RSUD Kabupaten Ciamis 2015-2016). Komplikasi dari penyakit erosi portio mengakibatkan terjadinya perdarahan diluar siklus menstruasi, dengan portio berwarna merah, perdarahan post-coitus dan lendir berwarna kecoklatan. Maka untuk mencegah terjadinya erosi portio disarankan setiap wanita untuk menjaga kebersihan kelamin, pola hidup sehat, olahraga untuk menjaga berat badan agar tidak terjadi obesitas dan keseimbangan emosional (Prawirohardjo, 2011). Selain itu wanita yang mengalami erosi portio sedang dan berat meliputi 1/3 – 2/3 area servik atau > 2/3 total area servik di sarankan melakukan test pemeriksaan PAP Smear yang menggunakan instrumen cervical brush dan di tempatkan pada serviks portio. Cervical brush mengambil spesimen di daerah portio dan dipulaskan pada kaca objek dengan cara memutar sikat 360º (Passmore, 2007). Berdasarkan uraian diatas, mengingat banyaknya angka kejadian erosi portio di RSUD Kabupaten Ciamis maka perlu penanganan yang memadai untuk mencegah terjadinya masalah erosi portio maupun komplikasi lebih lanjut agar dapat menekan dan menurunkan angka gangguan reproduksi pada wanita maka penulis tertarik untuk
mengambil kasus dengan judul
“Asuhan Kebidanan Pada Ibu Dengan Erosi Portio Di Ruang Poli Kebidanan RSUD Kabupaten Ciamis”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, penulis merumuskan masalah yaitu “ Bagaimana asuhan kebidanan pada pasien wanita yang mengamali erosi portio di RSUD Kabupaten Ciamis tahun 2016?”
5
C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Melaksanakan asuhan kebidanan pada gangguan kesehatan reproduksi pada perempuan dengan erosi portio di RSUD Ciamis tahun 2016 dengan menggunakan pendekatan manajemen Varney. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penyusunan laporan kasus komprehensif adalah : a. Melakukan pengkajian data pada perempuan dengan erosi portio . b. Menginterpretasikan data dasar pada perempuan dengan erosi portio. c. Mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial pada perempuan dengan erosi portio. d. Mengantisipasi atau menetapkan kebutuhan yang memerlukan tindakan segera pada perempuan dengan erosi portio. e. Merencanakan asuhan yang menyeluruh pada perempuan dengan erosi portio. f.
Melaksanakan rencana asuhan pada perempuan dengan erosi portio.
g. Mengevaluasi asuhan kebidanan pada perempuan denganerosi portio.
D. Manfaat Penulisan 1. Manfaat Teoritis Dapat dijadikan sebagai tambahan informasi tentang ilmu kebidanan khususnya pada kesehatan reproduksi mengenai erosi portio. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Instansi Rumah Sakit Sebagai tambahan informasi dan bahan evaluasi mengenai kasus erosi portio, sehingga dapat meningkatan asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan kesehatan reproduksi terutama erosi portio. b. Bagi Institusi Pendidikan Dapat dijadikan sebagai bahan kajian, masukan dan dasar pemikiran bagi mahasiswa khususnya untuk penelitian lebih lanjut, guna meningkatkan kualitas pendidikan.
BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar Teori 1. Kesehatan Reproduksi a. Pengertian Kesehatan
Reproduksi
adalah
keadaan
sehat
yang
menyeluru, meliputi aspek fisik, mental dan sosial dan bukan sekedar tidak adanya penyakit atau gangguan segala hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, fungsinya maupun proses reproduksi itu sendiri (WHO dan ICPD). Kesehatan Reproduksi adalah sekumpulan metode, teknik dan pelayanan yang mendukung kesehatan dan kesejahteraan reproduksi melalui pencegahan
dan penyelesaian
masalah
kesehatan reproduksi yang mencakup kesehatan seksual, status kehidupan dan hubungan perorangan, bukan semata konsultasi dan perawatan yang berkaitan dengan reproduksi dan penyakit yang ditularkan (Mariana Amiruddin, 2011). Berdasarkan Quran surat As-Syura ayat 36 Allah SWT memerintahkan agar selalu sabar untuk menjalani setiap ujianya.
“Maka
sesuatu
yang
diberikan
kepadamu,
itu
adalah
kenikmatan hidup di dunia; dan yang ada pada sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan hanya kepada Tuhan mereka, mereka bertawakkal” b. Ruang Lingkup Menurut program kerja WHO, masalah kesehatan reproduksi ditinjau dari pendekatan keluarga meliputi : 1) Masalah Reproduksi. 2) Masalah gender dan seksualitas. 3) Masalah yang berkaitan dengan kehamilan. 6
7
4) Masalah kekerasan dan perkosaan terhadap perempuan. 5) Masalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. 6) Masalah Pelacuran. 7) Masalah sekitar ginekologi. c. Masalah Reproduksi 1) Infertilitas. 2) Kanker Serviks. 3) Kanker Payudara. 4) Mioma Uteri. 5) Kista Ovarium. 6) Gangguan Haid. 7) Unwanred pregnancy (aborsi). 8) Erosi portio. 9) Keganasan dan penyakit sistemik. Individu dilakukan bebas dari gangguan reproduksi apabila yang bersangkutan : a) Aman dari kemungkinan kehamilan yang tidak dikehendaki. b) Terlindung dari praktek reproduksi yang berbahaya. c) Bebas dari penyakit reproduksi apapun. d) Bebas memilih alat kontrasepsi yang cocok baginya. e) Memiliki akses terhadap informasi tentang alat kontrasepsi dan reproduksi. f) Memiliki akses terhadap perawatan kehamilan dan pelayanan persalinan yang aman. g) Memiliki akses terhadap pengobatan kemandulan. d. Hak-Hak Reproduksi Hak Reproduksi adalah hak yang dimiliki oleh setiap orang, baik laki-laki maupun wanita, meliputu : 1) Setiap orang berhak memperoleh standar pelayanan kesehatan reproduksi yang terbaik. 2) Setiap orang wanita dan laki-laki berhak memperoleh informasi selengkapnya tentang seksualitas, reproduksi dan manfaat serta efek samping obat-obatan, alat dan tindakan medis yang
8
digunakan untuk pelayanan dan/atau mengatasi masalah kesehatan reproduksi. 3) Setiap orang memiliki hak untuk memperoleh pelayanan KB yang aman, efektif, terjangkau, dapat diterima, sesuai dengan pilihan tanpa paksaan dan melawan hukum. 4) Setiap perempuan berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya. 5) Setiap orang berhak mendapat informasi dengan mudah, lengkap dan akurat mengenai kesehatan reproduksi termaksud penyakit menular seksual. e. Faktor- faktor yang mempengaruhi siklus kesehatan wanita 1) Faktor genetik Merupakan modal utama atau dasar faktor bawaan yang normal. 2) Faktor Lingkungan Komponen biologis, misalnya organ tubuh, gizi, perawatan, kebersihan lingkungan, pendidikan, sosial budaya, tradisi, agama, adat, ekonomi dan politik. 3) Faktor Perilaku Keadaan perilaku akan mempengaruhi tumbuh kembang. Perilaku yang tertanam pada masa anak terbawa dalam kehidupan selanjutnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi siklus kesehatan reproduksi wanita dari konsepsi sampai usia lanjut : Konsepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor : a) Keturunan. b) Fertilitas. c) Kecukupan gizi. d) Kondisi sperma dan ovum. e) Faktor hormonal. f)
Faktor psikologis.
g) Personal hygiene.
9
2. Erosi Portio a. Pengertian Erosi portio merupakan pengikisan permukaan dari portio, portio yaitu istilah medis untuk mulut rahim. Jadi erosi portio adalah terjadinya pengikisan dari lapisan mulut rahim (Ferry, 2007). Erosi portio atau pseudo erosi
yaitu terkelupasnya epitel
silindris akibat rangsangan dari luar dan digantikan dengan epitel gepeng pada kanalis servikalis, erosi ini nampak sebagai tempat merah menyala dan agak mudah berdarah (Sulaiman, 2006). b. Penyebab 1) Faktor Usia. 2) Kadar estrogen yang sangat rendah. 3) Infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus dan parasit. 4) Kurangnya personal hygiene. c. Tanda dan gejala Menurut Endang & Elisabeth (2015) tanda dan gejala erosi portio adalah sebagai berikut : 1) Gatal, nyeri dan ketidak nyamanan pada vagina. 2) Portio berwarna merah muda. 3) Perdarahan diluar haid. 4) Perdarahan post-coitus. 5) Lendir berwarna kecoklatan. 6) Bisa berlangsung hanya beberapa jam atau bertahan selama berhari-hari, berminggu-minggu atau berbulan-bulan. d. Komplikasi Menurut Endang & Elisabeth (2015) kompliaksi erosi portio adalah sebagai berikut : 1)
Ketidaknyamanan yang tidak hilang.
2)
Infeksi kulit (dari garukan).
3)
Komplikasi karena penyebab kondisi (seperti infeksi karena bakteri, virus, parasit dan kurangnya personal hygiene).
10
e. Klasifikasi Erosi Portio Menurut Midyuin (2008), dibedakan menjadi 3 yaitu :
f.
1) Erosi ringan
: meliputi < 1/3 total area servik.
2) Erosi sedang
: meliputi 1/3 – 2/3 total area servik.
3) Erosi berat
: meliputi > 2/3 total area servik.
Patofisiologi Erosi Portio Proses
terjadinya
erosi
portio
dapat
disebabkan
adanya
rangsangan dari luar misalnya IUD. IUD yang mengandung polyethilien yang sudah berkarat membentuk ion Ca kemudian bereaksi
dengan
ion
sel
sehat
PO4
sehingga
terjadi
denaturasi/koagulasi membran sel dan terjadilah erosi portio. Bisa juga dari gesekan benang IUD yang menyebabkan iritasi local sehingga menyebabkan sel superfisialis terkelupas dan terjadilah erosi portio (Ferry, 2007). Dari posisi IUD yang tidak tepat menyebabkan reaksi radang non spesifik sehingga menimbulkan sekresi secret vagina yang meningkat dan menyebabkan kerentanan sel superfisialis dan terjadilah erosi portio . Ataupun dari personal hygiene yang kurang, hal tersebut disebabkan oleh pengetahuan pendidikan kesehatan reproduksi yang kurang. Dari semua kejadian erosi portio itu menyebabkan tumbuhnya bakteri pathogen, bila sampai kronis menyebabkan keganasan leher rahim (Ferri, 2007).
B. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Asuhan kebidanan merupakan suatu metode atau bentuk pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan. Langkah dalam asuhan kebidanan menggambarkan pola berpikir dan bertindak bidan dalam pengambilan keputusan untuk mengatasi masalah. Ada 7 alur pikir bidan saat menghadapi klien meliputi 7 langkah untuk mengetahui apa yang telah dilakukan bidan, melalui proses perfikir sistematis, di dokumentasikan dalam bentuk SOAP (Varney, 2007)
11
1. S : Subjektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa. Pada kasus erosi portio ini ditanyakan apa keluhan yang dirasakan oleh klien, seperti apakah adanya lendir berwarna kecoklatan, apakah terjadi perdarahan postcoitus,
apakah
terdapat
nyeri
pada
bagian
abdomen,
bagaimana pola hygiene sehari-hari. 2. O : Objektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil lab dan uji diagnostik lainnya yang dirumuskan dalam data fokus yang mendukung asuhan kebidanan. Pada kasus
erosi
portio
ini
dilakukan
pemeriksaan
TTV,
pemeriksaan abdomen, pemeriksaan ini dilakukan karena pada penyebab terjadinya erosi portio ialah adanya nyeri tekan pada abdomen bagian bawah dan pemeriksaan Obstetri yaitu pemeriksaan yang dilakukan di daerah vagina untuk melihat bagaimana warna dan bau dari keputihan, bagaimana keadaan di sekitar vagina dan bagaimana keadaan portio pada kasus erosi portio, portio nampak merah menyala. 3. A : Analisa Menggambarkan
pendokumentasian
hasil
analisa
dan
interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi antara lain : a. Diagnosa b. Masalah potensial c. Perlunya tindakan segera oleh bidan/kolaborasi serta rujukan. Pada kasus erosi portio ibu sering merasa cemas karena keluar keputihan yang banyak dan bercak merah. 4. P : Penatalaksanaan Menggambarkan berdasarkan analisa.
pendokumentasian
dan
tindakan
12
Menurut
Sulistyawati
(2013),
penatalaksanaan
dan
pengobatan erosi portio ialah : 1) Memberikan KIE a) Jelaskan mengenai erosi portio. b) Jelaskan mengenai bahaya erosi portio. c) Beri informasi tentang vulva hygiene. 2) Memberikan Terapi a) Senyawa AgNO3 10% atau Albothyl yang dioleskan pada daerah yang terjadi erosi. Dosis diberikan 2 hari sekali. b) Antibiotik seperti ampichilin, metronidazole, pinisilin dan lain-lain sebanyak 3 x 500 mg selama 3-5 hari. C. Teori Manajemen Kebidanan 1. Pengertian Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisirkan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien. 2. Langkah-langkah Langkah I : Pengkajian data Pengkajian merupakan metode pengumpulan semua informasi (data) yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesis dan pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital (Soepardan, 2008). Pada langkah pertama ini berisi semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Yang terdiri dari dua subjektif dan objektif. Data subjektif adalah adalah yang menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa. Yang termasuk data subjektif antara lain biodata, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan,
13
riwayat
kehamilan,
persalinan,
nifas,
biopsikologi
spiritual,
pengetahuan klien. Data objektif adalah yang menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus. Data objektif terdiri dari pemeriksaan fisik yang sesuai degan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi), pemeriksaan penunjang (laboratorium, catatan baru dan sebelumnya). Langkah II : Interpretasi data dasar Dalam langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Langkah III : Diagnosa potensial Merupakan diagnosis/masalah
identifikasi yang
yang
sudah
dilakukan
diidentifikasi.
berdasarkan Langkah
ini
membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan agar
tidak
terjadi
kegawatdaruratan.
Mengidentifikasi
masalah
potensial atau diagnosa potensial berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Langkah IV : Antisipasi/tindakan segera Adalah menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, untuk melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenanga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien. Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah V : Perencanaan Adalah membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan datang untuk mengusahakan tercapainya kondisi klien yang sebaik mungkin. Proses ini termasuk kriteria tujuan tertentu dari kebutuhan klien yang harus dicapai dalam batas waktu tertentu, tindakan yang
14
diambil harus membantu mencapai kemajuan dalam kesejahteraan dan harus sesuai dengan intruksi dokter. Langkah VI : Pelaksanaan Adalah segala hal bentuk tindakan yang telah yang telah direncanakan sebelumnya ditahap perencanaan. Langkah VII : Evaluasi Adalah tahap dimana dilakukannya pengkajian secara sistematis dan mengkaji ulang aspek asuhan untuk mengetahui keberhasilan asuhan yang diberikan. Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dan asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar akan terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dianggap efektif jika memang benar dalam pelaksanaannya, Soepardan (2008).
D. Kewenangan Bidan Menurut PermenKes Nomor 1464/MENKES/PERS/X/2010 pada pasal 9 bidan dalam menjalankan praktik berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi pelayanan kesehatan Ibu, pelayanan kesehatan anak dan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana. Sebagaimana telah dijelaskan pada Pasal 9 poin c bahwa Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberi pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan KB. Kemudian pada Pasal 12 poin a Bidan berwenang dalam memberikan pelayanan konseling tentang kesehatan reproduksi perempuan dan KB, dan pada Pasal 13 poin a tugas bidan memberikan alat kontrasepsi suntikna, alat kontrasepsi dalam rahim dan memberikan alat kontrasepsi bawah kulit.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran. QS : Yunus, ayat : 57. QS : As-Syura ayat 36 Amiruddin Mariana. (2011) Kesehatan Reproduksi DinKes (2015) Data erosi portio. Ciamis : DinKes Haya, MAN. Pakasi, TA, Bahar, NA, Basuki, B. (2014) Antenatal care practice and the chance of having nurse/miwdife birth attendant a study in Central Mountain of Papua, vol 8 (3) Oktober, pp 30-39 Manuaba I.B.G (2010) Ilmu Kebidanan, kesehatan reproduksi dan KB untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC. Prawiroharjo, S. (2010) Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Permenkes. (2010) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik Bidan. Available from: http://www.google.co.id/tag/ Diakses tanggal 10 Mei 2016. Romauli, S. (2011) Asuhan kebidanan 1. Yogyakarta: Muha Medika Soepardan, S. (2008) Konsep Kebidanan. Jakarta: PT Maha Putra Sulaiman, P. (2006). Penatalaksanaan erosi portio. Jakarta : PT Maha Putra Walyani, ES. (2015) Asuhan Kebidanan . Yogyakarta: Pustaka Press Yuni, dkk (2010), Perawatan Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya Sugiyono. (2010) Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RND. Bandung: Alfabeta Prawiroharjo, S. (2010) Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka