ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN GEMELLI DI RUANG VK RSUD KABUPATEN CIAMIS LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan
Oleh : EHAN HANDAYANI NIM. 13DB277013
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS 2016
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN GEMELLI DI RUANG VK RSUD KABUPATEN CIAMIS Ehan Handayani2 Sri Wulan Ratna Dewi3 Rudi Kurniawan4 INTISARI Insiden kehamilan kembar tergolong kecil sehingga tidak cukup banyak data yang didapatkan. Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Kabupaten Ciamis, angka kejadian persalinan dengan gemelli pada tahun pada tahun 2015 dari bulan Januari sampai Desember adalah 14 kasus. Sedangkan angka kejadian persalinan gemelli pada tahun 2016 bulan Januari-Maret adalah 9 kasus. Persalinan gemelli dapat memberikan kontribusi secara tidak langsung terhadap mortalitas dan morbiditas pada ibu dan bayi. Pada ibu seperti perdarahan dan atonia uteri bahkan bisa sampai menyumbangkan angka mortalitas. Sedangkan pada bayi seperti BBLR dan asfiksia dapat meningkatkan morbiditas bahkan sampai meningkatkan angka mortalitas pada bayi. Tujuan penyusunan Laporan Tugas Akhir ini untuk memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada persalinan gemelli dengan menggunakan pendekatan 7 langkah varney. Asuhan kebidanan pada persalinan dengan gemelli dilakukan selama 2 hari di Ruang VK RSUD Kabupaten Ciamis. Dari hasil penyusunan Laporan Tugas Akhir ini mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata dalam pembuatan penyusunan asuhan kebidanan pada persalinan gemelli. Kesimpulan dari hasil pelaksanaan asuhan kebidanan pada persalinan gemelli di RSUD Kabupaten Ciamis dilaksanakan sesuai standar pelayanan kebidanan dan tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek. Kata kunci
: Gemelli
Kepustakaan : 11 buku (2008-2012) Halaman
: i-ix, 57 halaman, 10 lampiran
1
judul Penulisan Ilmiah2Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis 3STIKes Muhammadiyah Ciamis4Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis
vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang persalinan adalah pergerakan keluarnya janin, plasenta, membran dari dalam lahir melalui jalan lahir. Dengan proses pembukaan, dilatasi servik sebagai akibat kontraksi uterus dan frekuensi. (Marisah, dkk. 2011). Menurut
data
yang
diperoleh
dari
WHO
tahun
2014,
sebanyak536.000 perempuan meninggal akibat persalinan. Sedangkan menurut penelitian Greulich, pada 121 juta persalinan didapat angka kejadianganda, yaitu 1 : 85, triplet 1 : 7.629, quadruplet 1 : 670.743, dan quintuplet 1 :41.600.000 (Roestam, 2012). Berdasarkan data yang diperoleh dari (Kementrian kesehatan RI, 2014) Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sebesar 291 per 100.000kelahiran hidup sedangkan AKB mencapai 32 per 1.000 kelahiran hidup. Faktor penyebab kematian ibu dibagi menjadi dua yaitufaktor penyebab langsung dan faktor penyebab tidak langsung. Faktorpenyebab langsung kematian ibu di Indonesia masih didominasi olehpendarahan 28%, eklamsi 24%, infeksi 11%, partus lama 5% dan disebabkan oleh banyak faktor diantaranya yaitu persalinan gemelli. Sedangkan faktor tidak langsung kematian ibu karena masih banyaknya kasus 3 terlambat dan 4 Terlalu (Kemenkes RI, 2014). AKI provinsi Jawa Barat tahun 2013 berdasarkan laporan dari kabupaten/kota sebesar 781 kasus dan pada tahun 2014 turun menjadi 747 kasus sedangkan AKB pada tahun 2013 sebanyak 4.306 kasus dan turun menjadi 3.810 kasus pada tahun 2014 (Dinkes Jawa Barat, 2013). Kepala dinas kesehatan kabupaten Ciamis dalam laporannya menyatakan pada tahun 2014 AKI di kabupaten Ciamis mencapai 6% per 100.000 kelahiran hidup sedangkan AKB mencapai 52% per 1000 kelahiran hidup. Pada tahun 2015 AKI dikabupaten Ciamis mengalami penurunan mencapai 4,7% per 100.000 kelahiran hidup sedangkan AKB mencapai 50% per 1000 kelahiran hidup (Dinkes Ciamis, 2016)
1
2
Persalinan kehamilan ganda (gemelli) adalah proses persalinan pada kehamilan ganda atau lebih (Sarwono, 2010). Allah telah menunjukan kekuasaannya yaitu diantaranya allah telah memberikan dua orang anak dalam satu rahim ibu, adapun ayat yang menerangkan kekuasaan Allah SWT dalam surat Al-Mu’minun ayat 12-14
Artinya :Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah(12). Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalamtempat yang kokoh (rahim) (13). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah,lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik (14). (QS Al Muminun : 12-14) Kehamilan kembar mempengaruhi ibu dan janin, diantaranya adalah
kebutuhan
akan
zat-zat
ibu
bertambah
sehingga
dapat
menyebabkan anemia dan defisiensi zat-zat lainnya, terhadap janin yaitu usia kehamilan tambah singkat dengan bertambahnya jumlah janin pada kehamilan kembar: 25% pada gemelli, 50% pada triplet, 75% pada quadruplet yang akan lahir 4 minggu sebelum cukup bulan (Rohani, dkk. 2011) Persalinan dengan kehamilan kembar memiliki resiko lebih tinggi dari pada persalinan satu janin ( Tunggal ). Semakin banyak jumlah janin yang dikandung ibu, semakin tinggi resiko yang akan ditanggung ibu (Rohani, dkk. 2011) Persalinan gemelli dapat memberikan kontribusi secara tidak langsung terhadap mortalitas dan morbiditas pada ibu dan bayi. Pada ibu seperti
pendarahan
meningkatkan
dan
angka
atonia.
morbiditas
Pendarahan pada
ibu
dan
atonia
bahkan
dapat sampai
3
menyumbangkan angka mortalitas. Sedangkan pada bayi BBLR dan asfiksia dapat meningkatakan morbiditas bahkan sampai meningkatkan mortalitas pada bayi (Rohani, dkk. 2011)
Tabel 1.1 Jumlah Kehamilan Ganda/Kembar Menurut Negara Tahun 2014 No
Negara
Tahun 2014
1
Finlandia
8%
2
Jepang
9,8
%
per
1000
persalinan 3
Amerika Serikat
18,9 % per 1000 salinan
4
Indonesia
33 %
Sumber : revyghn. (2014)
Insiden kehamilan kembar tergolong kecil sehingga tidak cukup banyak data yang didapatkan. Menurut badan perhitungan (Statistika) angka kehamilan kembar tahun 2014 di Indonesia adalah 33 %. (BPS, 2014) Dari data RSKIA Astana Anyar bandung menurut catatan dari medical record di Jawa Barat pada periode tahun 2008 terdapat 10,2 % persalinan dengan gamelli, tahun 2009 terdapat 9,7 % kelahiran gamelli, tahun 2010 mengalami peningkatan sebanyak 19,2 % persalinan gamelli (RSKIA, 2010) Berdasarkan data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis, angka kejadian persalinan dengan gemelli pada tahun 2015 dari bulan Januari sampai Desember adalah 14 kasus. Sedangkan angka kejadian persalinangemelli pada tahun 2016 bulan Januari-Maret adalah 9 kasus (RSUD Ciamis, 2016) Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan Angelina Tuange, dkk dalam judul Profil Persalinan Kehamilan Kembar di BLU RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado Periode 01 januari 2010-31 Desember 2011 ditemukan 97 kasus persalinan kehamilan kembar dari 7265 total persalinan. Paling banyak ditemukan pada umur 21-25 tahun. Terdapat 85 kasus yang memiliki riwayat kehamilan kembar dalam keluarga. Cara
4
persalinan yang paling banyak dengan cara Seksio Cesarea (SC) sebanyak 47 kasus (Angelia, dkk. 2011) BerdasarkanpenelitianimmiRarung di RSUP Prof. DR. R. D. Kandau Manado tahun 2012 sampai 2013 Faktor-faktor sebagai karakteristik ibuyang dapat memicu kehamilan kembar, antara lain faktor usia, jumlah paritas, dan faktor hereditas. Adapun faktor-faktor risiko bayi dalam persalinan kembar, antara lain usia kehamilan sang ibu, berat badan lahir bayi, serta APGAR Score bayi. Penelitian ini memberikan gambaran mengenai karakteristik ibu dan faktor risiko bayi, khususnya dalam persalinan kembar di RSUP Prof Dr. R. D. Kandou Manado periode 1 Januari 2012 sampai dengan 31 Desember 2013. Hasil yang didapatkan adalah kelompok usia ibu terbanyak adalah 30 tahun–34 tahun, jumlah paritas terbanyak adalah paritas, 64% faktor hereditas positif, serta 73% dilakukan persalinan pervaginam. Pada faktor risiko bayi, didapatkan yang terbanyak bayi kembar lahir pada usia kehamilan 37 minggu–40 minggu, banyak bayi memiliki berat badan lahir di bawah 2500 gram, dan APGAR Score 7 – 9 (Rarung, 2013) Penanganan persalinan gemelli pada kala I dan kala II dengan rencana persalinan pervaginam adalah apabila pada fase laten lebih dari 8 jam maka lakukan tindakan SC, dan apabila fase aktif pembukaan serviks melebihi garis waspada maka lakukan SC, tindakan SC dilakukan apabila ada indikasi gawat janin, riwayat SC, anak pertama lintang, anak pertama presentasi bokong dan anak kedua presentasi bahu, prolapsus tali pusat, interlocking (Rohani, dkk. 2011) Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan “Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin dengan Gemelli di RSUD Kabupaten Ciamis” sebagai Laporan Tugas Akhir. B. Rumusan Masalah Berdasarkan data dalam latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan, yaitu :”Bagaimana Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin dengan Gemelli di Ruang VK RSUD Kabupaten Ciamis?”
5
C. Tujuan 1. Tujuan Umum Melaksanakan Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin dengan Gemelli di RSUD Kabupaten Ciamis. 2. Tujuan Khusus 1) Melaksanakan pengumpulan data dasar pada persalinan dengan gemelli 2) Melakukan
interpretasi
data
serta
merumuskan
diagnosa
kebidanan masalahdan kebutuhan pada persalinan dengan gemelli 3) Merumuskan diagnosa potensial pada persalinan dengan gemelli 4) Mengidentifikasikan tindakan yang akan dilakukan pada persalinan dengan gemelli 5) Merencanakan asuhan yang akan dilakukan pada persalinan dengan gemelli 6) Melaksanakan asuhan yang akan dilakukan pada persalinan dengan gemelli 7) Melakukan evaluasi tindakan secara telilti dan cermat pada persalinan dengan gemelli
D. Manfaat 1. Manfaat teoritis Hasil laporan ini dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi perkembangan ilmu kebidanan, khususnya dalam pemberian asuhan kebidanan pada komprehensif. 2. Manfaat praktek a. Bagi Penulis Untuk
menambah
pengetahuan
dan
keterampilan
dalam
melakukan asuhan kebidanan persalinan dengan gemelli. b. Profesi Dapat
memberikan
pengembangan
tambahan
asuhan
ilmu
kebidanan
pengetahuan serta
dan
meningkatkan
keterampilan dalam memberikan atau melaksanakan asuhan kebidanan ibu bersalin dengan gemelli.
6
c. Institusi Untuk menambah wacana bagi pembaca di perpustakaan dan informasi mengenai asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan gemelli.
BAB II LANDASAN TEORI A. Persalinan 1. Pengertian Persalinan Persalinan adalah proses pergerakan keluarnya janin, plasenta, dan membran dari dalam rahim melalui jalan lahir. Proses ini berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat kontraksi uterus dengan frekuensi (Marisah, 2011) Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau hampir cukup bulan dan dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lahir lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (Nurasiah, 2012) Partus normal adalah proses lahirnya bayi dengan letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung 24 jam (Nurasiah, 2012). 2. Jenis-jenis Persalinan Nuraisah (2012), mengatakan ada 2 jenis-jenis persalinan, yaitu berdasarkan bentuk persalinan dan menurut usia kehamilan : a. Jenis persalinan berdasarkan bentuk persalinan 1) Persalinan spontan Adalah proses persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri. 2) Persalinan buatan Adalah proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar 3) Persalinan anjuaran Adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dengan jalan rangsangan b. Jenis persalinan menurut usia kehamilan 1) Abortus Pengeluaran buah kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu atau berat badan janin kurang dari 500 gram.
7
8
2) Partus immatur Pengeluaran buah kehamilan antara usia kehamilan 20 minggu dan 28 minggu atau berat badan janin antara 500 gram dan kurang dari 1000 gram. 3) Partus prematur Pengeluaran buah kehamilan antara usia kehamilan 28 minggu dan <37 minggu atau berat badan janin antara 1000 gram dan kurang dari 2500 gram. 4) Partus matur atau partus aterm Pengeluaran buah kehamilan antara usia kehamilan 37 minggu dan 42 minggu atau berat badan janin lebih dari 2500 gram. 5) Partus serotinus atau partus postmatur Pengeluaran buah kehamilan lebih dari 42 minggu 3. Sebab Mulainya Persalinan Menurut Asrinah (2010) sebab-sebab mulainya persalinan meliputi : 1) Penurunan hormon progesteron Pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun menjadikan otot rahim sensitif sehingga menimbulkan his. 2) Keregangan otot-otot Otot rahim akan meregang dengan majunya kehamilan, oleh karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya atau mulai persalinan. 3) Peningkatan hormon oksitosin Pada akhir kehamilan hormon oksitosin bertambah sehingga dapat menimbulkan his. 4) Pengaruh janin Hypofise dan kelenjar suprarenal pada janin memegang peranaan dalam proses persalinan. Oleh karena itu pada anencepalus kehamilan lebih lama dari biasanya. 5) Teori Prostaglandin Prostaglandin yang dihasilakn dari desidua meningkat saat umur kehamilan
15
minggu.
Hasil
percobaan
menunjukan
bahwa
prostaglandin menimbulkan kontraksi myometrium pada setiap umur kehamilan.
9
6) Plasenta menjadi tua Dengan
tuanya
kehamilan
plasenta
menjadi tua,
villi corialis
mengalami perubahan sehingga kadar progesteron dan estrogen menurun. 4. Tahapan Persalinan Menurut Nurasiah (2012), tahapan persalinan dibagi menjdi 4 kala, yaitu : a. Kala 1 Persalinan Dimulai sejak adanya his yang teratur dan meningkatkan (frekuensi dan kekuatannya) yang menyebabkan pembukaan, sampai serviks membuka lengkap (10 cm). Kala 1 terdiri dari dua fase, yaitu fase laten dan fase aktif. 1) Fase laten a) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan pembukaan sampai pembukaan 3 cm b) Pada umumnya berlangsung 8 jam 2) Fase aktif, dibagi menjadi 3 fase,yaitu : a) Fase akselerasi Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm b) Fase dilatasi maksimal Dalam waktu 2 jam pembukaan serviks berlangsung cepat dari 4 cm menjadi 9 cm c) Fase deselerasi Pembukaan serviks menjadi lambat, dalam waktu 2 jam dari pembukaan 9 cm menjadi 10 cm. Pada primipara, berlangsung selama 12 jam dan pada multipara sekitar 8 jam. Kecepatan pembukaan serviks 1 cm/jam (primipara) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara). Dalam mempersiapkan
asuhan
selama
alat
persalinan,
persalinan
kala
memantau
I
diantaranya,
DJJ,
memberikan
dukungan emosional, membantu pengaturan posisi, memberikan cairan dan nutrisi, pendamping saat persalinan (Nuraisah, 2012).
10
b. Kala II (dua) persalinan Persalinan kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga disebut sebagai kala pengeluaran bayi. Tanda pasti kala II ditentukan melalui pemeriksaan dalam yang hasilnya adalah : 1. Pembukaan serviks telah lengkap (10 cm) 2. Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina. Proses kala II berlangsung 2 jam pada primipara dan 1 jam jam pada multipara. Dalam kondisi yang normal pada kala II kepala janin sudah masuk dalam dasar panggul, maka pada saat his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara refleks menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasa adanya tekanan pada rektum dan seperti akan buang air besar. Kemudian perinium mulai menonjol dan melebar dengan membukanya anus. Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak di vulva saat ada his. Jika dasar panggul sudah berelaksasi, kepala janin tidak masuk lagi diluar his. Dengan kekuatan his dan mengedan maksimal kepala dilahirkan dengan suboksiput dibawah simpisis dan dahi, muka, dagu, melewati perineum. Setelah his istirahat sebentar, maka his akan mulai lagi untuk mengeluarkan anggota badan bayi. Dalam asuhan persalinan kala II dilakukan pemantauan terhadap ibu, yang meliputi kontraksi uterus, tandatanda kala II, nadi, tekanan darah, suhu, pernafasan, nutrisi dan kemajuan persalinan (Nurasiah, 2012). c. Kala III (tiga) Persalinan Persalinan kala III dimulai segera setelah bayi lahir dan berakhir dengan lahirnya plasenta serta selaput ketuban yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Biasanya plasenta lepas dalam 6-15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan dari fundus uter (Nurasiah, 2012). tindakan kala III managemen aktif kala III yaitu pemberian suntik oksitosin dengan memastikan tidak ada bayi lain didalam uterus, penegangan tali pusat terkendali, massase uterus dan pengecekan selaput ketuban, pengecekan luka laserasi (Nurasiah, 2012)
11
d. Kala IV (empat) Persalinan Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta sampai 2 jam post partum. pemantauan dan penanganan pada kala IV diantaranya, TTV, tonus uterus atau ukuran tinggi fundus uterus, perdarahan, kandung kemih, lochea, pemantauan keadaan umum ibu setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua (Nurasiah, 2012). Menurut teori Marisah, dkk. (2012) perdarahan normal pasca persalinan yaitu kurang dari 500 cc. 5. Tanda-tanda Persalinan a. Tanda-tanda Persalinan 1) Terjadi his persalinan His persalinan mempunyai sifat: a) Pinggang terasa sakit, yang menjalar kedepan b) Sifatnya teratur, intervalnya makin pendek dan kekuatannya makin besar c) Kontarksi uterus mengakibatkan perubahan uterus d) Makin beraktivitas, kekuatan makin bertambah 2) Bloody show (pengeluaran lendir disertai darah melalui vagina) Dengan his permulaan, terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan pendataran dan pembukaan, lendir yang terdapat dikanalis servikalis lepas, kapiler pembuluh darah pecah, yang menjadikan pendarahan sedikit. 3) Pengeluaran cairan Terjadi akibat pecahnya ketuban atau selaput ketuban robek. Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap tetapi kadang pecah pada pembukaan kecil. 6. Tujuan Asuhan Pesalinan Tujuan asuhan persalinan adalah mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta terintervensi minimal, sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal. Dengan pendekatan seperti ini, berarti bahwa upaya asuhan persalinan normal harus didukung oleh adanya alasan yang
12
kuat dan berbagai bukti ilmiah yang dapat menunjukan adanya manfaat apabila diaplikasikan pada setiap proses persalinan (Hidayat, 2010)
B. Gemelli 1. Pengertian Kehamilan kembar atau gemelli adalah satu kehamilan dengan dua janin atau lebih (Rohani, dkk. 2011) Kehamilan kembar atau gemelli adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Sejak ditemukannya obat-obatan dan cara indukasi ovulasi maka dari laporan-laporan dari seluruh pelosok dunia, frekuensi kehamilan kembar terus meningkat. Bahkan sekarang telah ada hamil kembar lebih dari 6 janin (Rohani, dkk. 2011) 2. Jenis-jenis Kehamilan Gemelli a. Kehamilan ganda monozigotik Merupakan kehamilan ganda yang berasal dari satu ovum yang dibuahi dan membelah secara dini hingga membentuk embrio yang sama. Kehamilan ini juga disebut hamil kembar identik atau hamil homolog hamil kembar uniovuler karena bersal dari satu ovum (Rohani, dkk. 2011) Ciri-ciri: a) Jenis kehamilan sama b) Rupanya sama (seperti bayangan) c) Golongan darah sama, cap kaki dan tangan sama d) Sebagian hamil anda dalam bentuk 1) 2 amnion, 2 korion, 2 plasenta 2) 2 amnion, 2 korion, 1 plasenta 3) 2 amnion, 1 korion, 1 plasenta e) Pada kembar monozigotik dapat terjadi kelainan pertumbuhan seperti kembar siam f)
Insiden kelainan malformasi tinggi pada kehamilan ganda monozigotik.
b. Kehamilan ganda dizigotik Merupakan kehamilan ganda yang berasal dari 2 atau lebih ovum yang telah dibuahi disebut juga heterolog, binovuler, atau fraternal.
13
Sebagian besar kehamilan ganda adalah dizigotik dengan ciri jenis kelamin berbeda atau sama, mempunyai dua plasenta, dua amnion, dan dua korion. Pada kembar dizigotik, telur mungkin tidak dibuahi pada waktu yang sama (Rohani, dkk. 2011).
Gambar 2.1
sumber : Herlina, blogspot.com (2013) 3. Etiologi a. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah: bangsa, umur, dan paritas, sering mempengaruhi kehamilan kembar 2 telur. b. Faktor obat-obat induksi ovulasi: Profertil, Clomid, dan hormon gonadotropin dapat menyebabkan kehamilan dizigotik dan kembar lebih dari dua. (Marisah, dkk. 2011). c. Faktor keturunan d. Faktor yang lain belum diketahui. 4. Potofisiologi Mekanisme terjadinya kehamilan kembar adalah ketika sperma bertemu dengan ovum di tuba fallopi, fertilisasi bergabungnya ovum dan sperma, ovum yang telah dibuahi bergerak turun dari tuba falopi uterus. Nidasi dan pertumbuhan fetus, selama proses ini kembar ini dapat terbentuk. Kehamilan kembar dapat fraternal atau identikal. Kebanyakan kembar fraternal berkembang dari telur dan sperma yang terpisah. Kembar fraternal memiliki plasenta dan kantung amnion terpisah. Berbeda dengan kembar identikal, dapat terjadi ketika telur yang dibuahi membelah lebih awal saat kehamilan dan berkembang menjadi 2 fetus. Kembar identik memiliki 1 plasenta, tapi fetus biasanya memiliki kantung amnion yang terpisah (Rohani, dkk. 2011).
14
5. Diagnosa Tanda tidak pasti: besarnya uterus melebihi besar yang sesuai dengan lamanya amenore, uterus tumbuh lebih cepat daripada biasanya pada pemeriksaan berulang, penambahan berat badan ibu secara mencolok yang tidak disebabkan oleh oedema atau obesitas, banyak bagian kecil teraba, teraba bagian besar janin, teraba 2 ballotement. Tanda pasti: teraba 2 kepala, 2 bokong, dan satu atau dua punggung, terdengar dua denyut jantung yang letaknya berjauhan dengan beda kecepatan paling sedikit 10 denyut permenit, USG, foto polos abdomen (Marisah, dkk. 2011). Menurut joseph (2010) doagnosa hamil kembar bisa ditegakkan dari: a. Anamnesa 1) Riwayat adanya keturunan kembar 2) Mendapat pengobatan infertilitas 3) Uterus yang membesar lebih dari 4 cm 4) Gerakan janin yang banyak b. Pemeriksaan klinis 1) Besarnya kehamilan melebihi lamanya terlambatnya menstruasi 2) Besarnya rahim bertambah lebih cepat dari biasanya 3) Berat badan bertambah lebih cepat 4) Dapat diraba banyaknya bagian kecil janin 5) Dapat diraba tiga bagian janin dan teraba 2 ballotement 6) Terdengar 2 DJJ dengan perbedaan 10 denyut atau lebih c. Pemeriksaan USG 1) Terlihat dua bayangan janin dengan 1 atau 2 kantong amnion 2) Diagnosis dengan USG sudah dapat ditegakkan pada kehamilan 10 minggu d. Pemeriksaan X-ray Sudah jarang dilakukan karena terdapat bahaya radiasi dari penyinarannya. e. Pemeriksaan pasti a) Teraba 2 kepala b) Teraba 2 bokong
15
c) Terdengar dua denyut jantung janin dengan perbedaan jumlah lebih dari 10 denyut d) Dengan alat bantu ultrasografi akan tampak lebih jelas 6. Penatalaksanaan a. Dalam kehamilan Dibandingkan dengan kehamilan tunggal, kehamilan ganda lebih mungkin terkait dengan komplikasi kehamilan. Pada kehamilan, kebutuhan ibu untuk pertumbuhan hamil kembar lebih besar sehingga terjadi defisiensi nutrisi seperti anemia dalam kehamilan yang dapat mengganggu pertumbuhan janin dalam rahim. Ada argumen kuat yang menyatakan bahwa pasien harus mendapat asam folat 5 mg dan satu tablet zat besi tiap hari. Untuk kepentingan ibu dan janin, perlu di adakan pencegahan terhadap
preeklampsia
daneklampsia,
partus
prematurus
dan
anemia. Agar tujuan tersebut dapat tercapai, perlu dibuat diagnosis dini kehamilan kembar. Pemeriksaan antenatal perlu diadakan lebih sering. Istirahat berbaring dianjurkan lebih banyak, karena aliran darah kepala akan meningkat dan pertumbuhan janin akan lebih baik. Setelah kehamilan mencapai 30 minggu, bepergian jauh dan koitus sebaiknya dilarang,karena merupakan faktor predisposisi partus prematurus (Marisah, dkk. 2011) b. Persalinan Mengingat kemungkinan perdarahan postpartum lebih besar maka persediaan darah harus sudah terpenuhi. Kala I dilakukan seperti biasa, bila anak pertama letaknya memanjang. Karena sebagian
besar
persalinan
kembar
bersalin
prematur,
maka
pemakaian sedativa perlu di batasi. Episiotomi mediolateral di lakukanuntuk memperpendek kala pengeluaran dan mengurangi pengeluaran pada kepala bayi. Setelah bayi pertama lahir segera lakukan pemeriksaan lakukan pemeriksaan dalam untuk mengetahui letak dan keadaan janin kedua setelah bayi pertama lahir segera lakukan pemeriksaan lakukan indikasi amniotomi pada persalinan kala II jika ketuban belum pecah. Bila janin dalam letak memanjang, selaput ketuban di
16
pecahkan dan air ketuban, anjurkan meneran atau di lakukuan tekanan terkendali pada fundus uteri, agar bagian-bagian janin masuk kedalam panggul. Janin ke dua turun dengan cepat sampai ke dasar panggul dan lahir spontan karena jalan lahir telah dilalui anak pertama. Tenggang waktu antara lahirnya anak pertama dan anak ke dua adalah antara 5-15 menit. Jika kelahiran anak kedua kurang dari 5 menit setelah anak pertama lahir, dengan tindakan yang cepat ini dapat menimbulkan trauma persalinan pada anak. Tetapi jika kelahiran anak kedua lebih dari 30 menit dapat menimbulkan insuvisuensi uteri plasental, karena berkurangnya volume uterus dan juga dapat terjadi solusio plasenta sebelum anak ke dua di lahirkan. Bila janin ke dua dalam letak lintang denyut jantung janin tidak teratur terjadi frolaksus funikuli atau solusio plasenta atau bila persalinan spontan tidak terjadi dalam waktu 15 menit, maka janin perlu di lahirkan dengan tindakan obsterik karena resiko akan meningkat dengan meningkatnya waktu. Seksio cesarea pada kehamilan kembar dilakukan atas indikasi janin pertama dalam letak lintang, frolaksus funikuli, plasenta previa, dan lain-lain. Kesulitan lain yang mungkin terjadi ialah interlocking dalam hal ini janin pertama letak sungsang, dan janin ke dua dalam persentasi kepala. Setelah bokong lahir, dagu janin pertama tersangkut pada leher dan dagu janin ke dua. Bila keadaan ini tidak dapat di lepaskan, maka lakukan dekapitsi atau seksio cesarea menurut keadaan janin. Segera setelah anak ke dua lahir, kala III di lakukan seperti biasa. Kala IV di awasi dengan cermat dan cukup lama, agar perdarahan postpartum dapat diketahui secara dini dan penangannya dilakukan segera (Marisah, dkk. 2011). 7. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kehamilan ganda a. Faktor ras Frekuensi kelahiran janin multiple memperlihatkan variasi yang nyata di antara berbagai ras yang berbeda. Pada kawasan di afrika, frekuensi terjadinya kehamilan ganda sangat tinggi. Knok dan Morley (1960) dalam suatu survey pada salah satu masyarakat pedesaan di Nigeria, mendapatkan bahwa kehamilan ganda terjadi sekali pada setiap 19 kelahiran, kehamilan pada orang Timur atau Oriental tidak
17
begitu sering terjadi. Perbedaan ras yang nyata ini merupakan akibat keragaman pada frekuensi terjadinya kehamilan kembar dizigot. Perbedaan frekuensi kehamilan ganda ini disebabkan oleh perbedaan tingkat Folikel stimulating hormon yang akan mengakibatkan multiple ovulasi (Rukiyah, dkk. 2012). b. Faktor keturunan Genotip ibu jauh lebih mempengaruhi daripada genotip ayah. White dan Wyshak (1964) dalam suatu penelitian terhadap 4.000 catatan mengenai Jemaat Gereja Kristus Orang-orang Kudus Hari Terakhir, menemukan bahwa para wanita yang dirinya sendiri merupakan kembar dizigot ternyata melahirkan bayi kembar dizigot dengan frekuensi 1 per 58 kelahiran. Namun, wanita yang bukan kembar tetapi mempunyai suami kembar dizigot, melahirkan bayi kembar dengan frekuensi 1 per 126 kehamilan. Lebih lanjut, dalam analisis Bulmer (1960) terhadap anak-anak kembar, 1 dari 25 (4%) ibu mereka ternyata juga kembar, tetapi hanya 1 dari 60 (1,7%) ayah mereka yang kembar. Keterangan didapatkan bahwa salah satu sebabnya adalah multipel ovulasi yang diturunkan (Rukiyah, dkk. 2012) c. Faktor umur dan paritas Kehamilan ganda dapat terjadi kurang dari sepertiga pada wanita dibawah 20 tahun tanpa riwayat kelahiran anak sebelumnya, bila dibandingkan dengan wanita yang berusia antara 35 sampai 40 tahun dengan 4 anak atau lebih. Di swedia, Patterson dkk. Memastikan peningkatan yang nyata pada angka kehamilan ganda yang berkaitan dengan meningkatnya paritas. Dalam kehamilan pertama, frekuensi janin kembar adalah 1,27 % bila dengan urutan kelahiran ke empat dengan 2,67 % (Rukiyah, dkk. 2012) 8. Komplikasi yang timbul pada kehamilan ganda a. Trimester I 1) Emesis sampai hiperemesis gravidarum 2) Anemia selama hamil 3) Abortus b. Trimester II/III 1) Persalinan prematur
18
2) Kehamilan dengan hidramnion 3) Pre-eklamsi sampai eklamsia 4) Kelainan letak 5) Antepartum bleeding karena plasenta previa atau retensio plasenta 6) Gangguan pertumbuhan janin 7) Pertumbuhan Janin Terhambat 8) Pertumbuhan prematuritas 9) Terjasi anomaly pertumbuhan c. Komplikasi pasca partus 1) Atonia uteri dan perdarahan pasca partus 2) Retensio atau rest plasenta 3) Sindrom trans fuse 4) Satu janin tumbuh 5) Pertumbuhan janin baik 6) Polisistemia d. Komplikasi saat infartu 1) Inersia uteri primer/sekunder 2) Perpanjangan kala II 3) KPD (Ketuban Pecah Dini) 4) Prolapsus tali pusat 5) Persalinan interlocking 6) Seksio cesarea 9. Letak Dan Presentasi Janin Pada umumya janin kembar tidak besar dan cairan amnion lebih banyak daripada biasa, sehingga sering terjadi perubahan presentasi dan posisi janin demikian pula letak janin kedua dapat berubah setelah kelahiran bayi pertama, misalnya dari letak lintang menjadi letak sungsang. Berbagai kombinasi letak serta presentasi dapat terjadi yang paling sering ditemukan ialah kedua janin dalam letak memanjang dengan presentasi kepal dan bahu, presentasi bokong dan bahu, dan yang paling jarang keduanya presentasi bahu (Rukiyah, dkk. 2011) Ada berbagai kombinasi letak serta presentasi janin pada kehamilan kembar :
19
a. Kedua janin dalam letak membujur presentasi kepala (44-47%) b. Letak membujur presentasi kepala bokong (37-38%) c. Keduanya presentasi bokong (8-10%) d. Letak lintang dan presentasi kepala (5-5,3%) e. Letak lintang dan presentasi bokong (1,5-2%) f.
Dua-duanya letak lintang (0,2-0,6%)
g. Letak dan presentasi “69” adalah letak yang berbahaya karena dapat terjadi kunci mengunci (interlucking).
C. Landasan Hukum Kewenangan Bidan Bidan dalam melaksanakan kewenangan dalam melakukan asuhan persalinan, telah diatur dalam perundang-undangan. Peraturan ini telah diatur oleh Mentri Kesehatan dalam Pemenkes No 1464/Menkes/PER/X/2010 (Menkes, 2010), diantaranya: tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan yang mengatur kewenangan bidan sebagai berikut: 1. Pasal 10 ayat (2c) tentang pelayanan persalinan normal. 2. Pasal 10 ayat (3a) tentang kewenangan bidan dalam memberikan pelayanan episiotomi. 3. Pasal 10 ayat (3b) tentang kewenangan bidan dalam memberikan penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II. 4. Pasal 10 ayat (3b) tentang kewenangan bidan dalam memberikan dan pemberian ureteronika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum. Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayan yang meliputi: a) Pelayanan kesehatan ibu 1) Pelayanan kesehatan ibu diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa
persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua
kehamilan. 2) Pelayanan kesehatan ibu meliputi: (a) Pelayanan konseling pada masa pra hamil (b) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal (c) Pelayanan persalinan normal (d) Pelayanan ibu nifas normal
20
(e) Pelayanan ibu menyusui (f) Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan. 3) Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berwenang untuk: (a) Episiotomi (b) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II (c) Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan (d) Pemberian tablet Fe pada ibu hamil (e) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas (f) Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu ibu eksklusif (g) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum (h) Penyuluhan dan konseling (i) Bimbingan pada kelompok ibu hamil (j) Pemberian surat keterangan kematian (k) Pemberian surat keterangan cuti bersalin. b) Pelayanan kesehatan anak Pelayanan kesehatan anak diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra sekolah. Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak berwenang untuk: (1) Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi Vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0 - 28 hari), dan perawatan tali pusat (2) penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk (3) penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan (4) pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah (5) pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah (6) pemberian konseling dan penyuluhan (7) pemberian surat keterangan kelahiran (8) pemberian surat keterangan kematian.
21
c) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana. Bidan
dalam
memberikan
pelayanan
kesehatan
reproduksi
perempuan dan keluarga berencana, berwenang untuk: (1) Memberikan
penyuluhan
dan
konseling
kesehatan
reproduksi
perempuan dan keluarga berencana (2) Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom. Berdasarkan Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/Menkes/PER/X/2010 tentang Standar Profesi Bidan, pada kompetensi keempat bahwa bidan harus memiliki pengetahuan dasar dan berwenang
memberikan
pertolongan
persalinan
abnormal
pada
perdarahan, partus macet, kelainan presentasi, eklampsia kelelahan ibu, gawat janin, infeksi, ketuban pecah dini tanpa infeksi, distosia karena inersia uteri primer, post term serta tali pusat menumbung. Sehingga dengan peran bidan sebagai pelaksana, pengelola, pendidik, dan peneliti dapat dilakukan upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitasi terhadap persalinan preterm. Meskipun demikian, sebagai bidan dengan fasilitasi terbatas mana persalinan preterm sebaiknya dikonsultasikan dan sedapat mungkin dilakukan rujukan ke rumah sakait sehingga mendapatkan pertolongan yang adekuat. Selain kewenangan tersebut bidan yang menjalankan program pemerintah berwenang melakukan pelayanan kesehatan meliputi: 1. Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit 2. Asuhan aantenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit kronis tertentu dilakukan dibawah supervisi dokter.
D. Manajemen Kebidanan 3. Pengertian Manajemen Kebidanan Manajemen asuhan kebidanan atau yang sering disebutmanajemen kebidanan adalah suatu metode berpikir dan bertindak secara sistematis dan logis dalam memberi asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik kline maupun pemberi asuhan (Suryani, dkk. 2011) Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
22
berdasarkan
teori
ilmiah,
temuan-temuan,
keterampilan,
dalam
rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada kline (Suryani, dkk. 2011)
2. Langkah dalam Manajemen Kebidanan Menurut Suryani, dkk. (2011), langkah dalam manajemen kebidanan diantranya: 1) Tahap pengumpulan data dasar (langkah I) Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi data yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi kline. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara : a. Anamnesis. Anamnesis dilakukan untuk mendapatkan bodata, riwayat
menstruasi,
riwayat
kesehatan,
riwayat
kehamilan,
persalinan dan nifas, bio-psiko-spiritual, serta pengetahuan kline. b. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksan tandatanda vital, meliputi : a) Pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi). b) Pemeriksaan penunjang (laboraratorium dan catatan terbaru serta catatan sebelumnya). 2) Tahap interpretasi data dasar ( langkah II ) Pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian diinterpretasikan sehingga dapat dirumuskan diagnosis dan maslah yang spesifik. Baik rumusan diagnosis maupun masalah, keduanya harus ditangani. Meskipun masalah tidak dapat diartikan sebagai diagnosis, tetapi tetap membutuhkan penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasikan oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosis. 3) Tahap
identifikasi
diagnosis/masalah
penanganannya (langkah III)
potensional
dan
antisipasi
23
Langkah diagnosis
ketiga
potensial
mengidentifikasi
berdasarkan
masalah
potensial
diagnosis/masalah
yang
atau sudah
diidentifikasi. Langkah
ini membutuhkan
antisipasi, bila
memungkinkan
dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiapsiap mencegah diagnosis/masalah potensial ini menjadi kenyataan. Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman. 4) Menetapkan perlunya konsultasi dan kolaborasi segera dengan tenaga kesehatan lain (langkah IV) Bidan mengidentifikasikan perlunya bidan atau dokter melakukan konsultasi atau penanganan segera bersama anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi kline. Langkah
keempat
mencerminkan
kesinambungan
proses
manajemen kebidanan. Jadi, manajemen tidak hanya berlangsung selama asuhan primer periodik atau kunjungan perinatal, tapi juga selama wanita tersebut dalam dumpingan bidan. Misalnya, pada waktu wanita tersebut dalam pesalinan. 5) Tahap menyusun rencana asuhan menyeluruh (langkah V) Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi segala hal yang sudah teridentifikasikan dari kondisi kline atau dari setiap masalah yang terkait, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi lain mencakup perkiraan tentang hal yang akan terjadi berikutnya; apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah bidan perlu merujuk klien bila ada sejumlah masalah terkait ekonomi, sosial, kultural, atau psikologis. Semua keputusan semua telah disepakati dikembagkan dalam asuhan menyeluruh. Asuhan ini harus bersifat rasional dan valid yang didasarkan pada pengetahuan, teori terkini (up to date), dan sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien. 6) Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman ( langkah VI) Rencana asuhan menyeluruh dilakukan dengan efisien dan aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. 7) Evaluasi (langkah VII)
24
Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulang aspek asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui faktor mana yang menguntungkan atau menghambat keberhasilan asuhan yang diberikan. Pada langkah terakhir, dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang kan diberikan. ini meliputi evaluasi pemenuhan kebutuhan akan bantuan, apakah benar-benar telah terpenuhi sebagaimana diidentifikasi didalam diagnosis dan masalah. Rencana terdapat dapat dianggap efektif jika memang besar efektif dalam pelaksanaannya.
E. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Persalinan 1. Data subjektif Merupakan data yang didapat dari hasil wawancara langsung pada klien dan keluarga serta dengan tim tenaga kesehatan (Rohani, dkk. 2011) a.
Biodata Biodata yang dikumpulkan dari ibu dan suaminya, meliputi : Nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan dan alamat lengkap.
b.
Keluhan utama Keluhan yang terjadi pada ibu bersalin dengan gemelli adalah ibu mengatakan sudah merasakan mules-mules pada jam 06.00 WIB tanggal 05 maret 2016
c.
Riwayat menstruasi Umur menarche, siklus, lamanya haid, banyaknya darah, haid teratur atau tidak, sifat darah ( cair atau ada bekuan, warnanya) adanya desminore ( Rohani dkk, 2011)
d.
Riwayat kehamilan sekarang Menurut Rohani dkk (2011), data subjektif dan riwayat kehamilan antara lain: 1) Haid pertama dan haid terakhir merupakan data dasar yang diperlukan untuk menentukan usia kehamilan, apakah cukup bulan atau premature
25
2) Kapan bayi lahir (menurut taksiran ibu) merupakan data dasar untuk menentukan usia kehamilan menurut taksiran atau perkiraan ibu. 3) Taksiran persalinan 4) Keluhan pada waktu trimester I, II, III 5) Apakah ibu pernah memeriksakan kehamilannya. Hal ini diperlukan untuk mengidentifikasikan masalah potensial yang dapat terjadi pada persalinan kali ini 6) Imunisasi TT, sudah di imunisasi TT atau belum, berapa kali, dimana, teratur atau tidak. e.
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu Meliputi keadaan saat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu serta masalah selama kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.
f.
Riwayat KB Jenis kontrasepsi yang pernah dipakai efek samping, alasan berhenti menggunakan alat kontrasepsi. ( Rohani, dkk 2011)
g.
Riwayat psikologi Meliputi : pengetahuan dan respon ibu terhadap kehamilan dan kondisi yang dihadapi saat ini, jumlah keluarga di rumah, kondisi yang dihadapi saat ini, jumlah keluarga di rumah, respon keluarga terhadap kehamilan, dukungan keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, tempat melahirkan dan penolong yang diinginkan ibu.
h.
Riwayat penyakit sekarang Untuk mendeteksi adanya komplikasi pada persalinan dan kehamilan, dengan menanyakan apakah ibu mengalami sakit kepala
hebat,
epigastrium
pandangan
sehingga
berkunang-kunang
dapat
mempersiapkan
atau bila
nyeri terjadi
kegawatdaruratan dalam persalinan. ( Rohani, dkk. 2011) i.
Riwayat penyakit keluarga Untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang menderita
penyakit
(Rohani, dkk. 2011)
menular,
ataupun
penyakit
keturunan.
26
j.
Latar belakang sosial budaya Meliputi
kebiasaan/upacara
adat
budaya
setempat,
kebiasaan keluarga yang mendukung dan menghambat serta dukungan dari keluarga dan suami.
k.
Pola nutrisi 1) Pola nutrisi Menggambarkan
tentang
pola
makan
dan
minum,
frekuensinya banyak, jenis makanan, makanan pantangan. (Ambarwati, 2008) 2) Eliminasi BAB dan BAK harus ditanyakan sudah berapa kali dalam sehari. 3) Pola istirahat Istirahat cukupuntuk mencegah kelelahan yang berlebihan, beristirahat selagi tidak ada kontraksi. (Rohani, dkk. 2011) 4) Penggunaan obat-obatan dan rokok Menurut (Winkjosastro, 2008), harus dikaji apakah ibu perkok dan
pemakai
obat-obatan
atau
jamu-jamuan
dapat
menyebabkan perlekatan plasenta semakain kuat sehingga memicu terjadinya retensio plasenta 2. Data objektif Merupakan data yang dapat diobsevasi dan diukur oleh tenaga kesehatan. (Nursalam, 2009) a. Keadaan umum Keadaan ini meliputi baik, sedang atau
jelek. Pada kasus
gemelli ini keadaan umumnya baik. b. Kesadaran Kesadaran adalah kemampuan individu mengadakan hubungan dengan lingkungannya, serta dengan dirinya sendiri melalui panca indranya dan mengadakan pembatasan terhadap lingkungannya serta terhadap dirinya sendiri dibedakan menjadi 6, diantaranya:
27
1) Composmentis, suatu bentuk kesadran normal yang ditandai individu sadar tentnag diri dan lingkungannya sehingga daya ingat, perhatian dan orientasinya mencakup ruang, waktu dan dalam keadaan baik. 2) Anamnesia, menurunnya kesadaran ditandai dengan hilangnya ingatan atau lupa tentang suatu kejadian tertentu. 3) Apatis, menurunya kesadaran ditandai dengan acuh tak acuh terhadap stimulasi yang masuk (mulai ngantuk) 4) Samnolensi, menurunnya kesadaranditandai dengan mengantuk (rasa malas dan ingin tidur) 5) Spoor, menurunnya kesadran ditandai dengan hilangnya ingatan, orientasi, dan pertimbangan. 6) Sub koma, menurunya kesadaran ditandai dengan tidak ada respon terhadap rangsangan yang keras. c. Pemeriksaan fisik sistematis Pemeriksaan sistematis yaitu pemeriksaan dengan melihat klien dari ujung rambut sampai ujung kaki meliputi : 1)
Kepala Simetris atau tidak, warna rambut, apakah ada ketombe atau tidak, kebersihan kulit kepala, ada lesi atau tidak ada benjolan atau tidak.
2)
Muka Simetris atau tidak, pucat atau tidak, cloasma gravidarum atau tidak.
3)
Mata Simetris atau tidak, bersih atau tidak, conjungtiva anemis atau tidak, sclera ikterus atau tidak.
4)
Hidung Simetris atau tidak, ada pernafasan cuping hidung atau tidak, ada sekret atau tidak, ada pembesaran polip atau tidak, bersih atau tidak.
5)
Mulut dan gigi
28
Ada hiperselevasi atau tidak, gigi ada caries atau tidak, ada stomatitis atau tidak, bibir lembab atau tidak, lidah bersih atau tidak. 6)
Telinga Simetris atau tidak, ada serumen atau tidak, ada gangguan pendengaran atau tidak.
7)
Leher Adakah pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar getah bening dan vena jugularis.
8)
Payudara Bentuk simetris atau tidak, pembesaran normal atau tidak, hiperpigmentasi pada areola ada atau tidak, ada tumor atau tidak, bersih atau tidak.
9)
Abdomen Pembesaran sesuai UK atau tidak, terdapat striae atau tidak, ada linea atau tidak, pembesaran lain ada atau tidak.
10) Punggung Posisi tulang belakang normal atau tidak. 11) Genetalia Oedema atau tidak, ada varices atau tidak, bersih atau tidak, ada pengeluaran atau tidak, ada luka parut atau tidak, adakah candiloma akuminata, anus ada hemoroid atau tidak. 12) Estremitas Simetris atau tidak, oedema atau tidak, varices atau tidak, ada gangguan pergerakan atau tidak, jumlah jari normal atau tidak. d. Pemeriksaan khusus obstetric 1. Abdomen 1) Inspeksi Perlu
dilakukan
untuk
mengetahui
apakah
ada
pembesaran, ada luka bekas operasi atau tidak, striae gravidarum, linea nigra, atau alba (Rohani, dkk. 2011)
29
2) Palpasi Pada kasus ibu bersalin dengan gemelli terjadi gangguan rasa nyaman yang berhubungan dengan kontraksi uterus yang ditandai dengan rasa nyeri dibagian perut, ekspresi wajah meringis, ibu menahan sakit dan keadaan umum lemah. (Elzahra, 2012) Leopold I : untuk menentukan tinggi fundus uteri sehingga dapat diketahui berat janin, umur kehamilan, dan bagian apa yang terjadi di fundus uteri seperti membujur atau akan kosong jika posisi janin melintang. Kepala : bulat, padat, mempunyai gerakan pasif (ballotemen). Bokong : tidak padat, lunak, tidak mempunyai gerak pasif (bantuan atau gerak ballotement). (Manuaba, 2008) Leopold II : Untuk menentukan letak punggung janin dapat digunakan untuk mendengarkan detak jantung janin pada punctum maximum dengan teknik kedua tangan melakukan palpasi pada sisi kanan dan kiri bersama-sama bila punggung punggung janin rata, sedikit melengkung, mungkin teraba tulang iganya tidak terasa gerak ektremitas, bila bagian abdomen teraba gerakan ektremitas. (Manuaba, 2008) Leopold III : Untuk menentukan bagian terendah janin, bila teraba bulat, padat (kepala) dan bila bokong teraba tidak bulat, tidak keras. (Manuaba, 2008) Leopol IV : pemeberiksaan dengan menghadap ke arah kaki ibu. Untuk mengetahui apa yang menjadi bagian bawah tersebut ke dalam rongga panggul. TBJ : Taksiran berat janin dapat ditentukan berdasarkan Johnson
Toschack
pertimbangan
yang
persalinan
berguna secara
untuk
mengetahui
spontan
pervaginam
(Manuaba, 2008) 3) Auskultasi DJJ (Denyut Jantung Janin), terdengarnya detak jantung janin menunjukan bahwa janin hidup dan tanda pasti
30
kehamilan. Punctum maximum janin tergantung presentasi, posisi, dan kehamilan kembar, biasanya pada daerah punggung
janin.
Frekuensi
di
atas
120-160
x/menit
keteraturan denyut jantung janin menunjukan keseimbangan asam basa atau kurang 02 pada janin. Pada kasus ibu bersalin dengan gemelli terdengar 2 DJJ dengan perbedaan 10 denyut atau lebih, dapat dilakukan auskultasi dengan dopler, stetoskop, laenac atau dopler.(Manuaba, 2008). e. Data pemeriksaan laboratorium Data penunjang diperlukan sebagai pendukung diagnosa, apabila
diperlukan
sebagai
pendukung
diagnosa,
apabila
diperlukan. Misalnya pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan Hb, papsmear atau pemeriksaan USG. 3. Interpretasi data Interpretasi data adalah langkah yang kedua bergerak dari data. Interpretasi menjadi masalah atau diagnosa yang terindentifikasi secara spesifik. Interpretasi data ini meliputi : a. Diagnosa Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakan bidan dalam
lingkup
praktek
kebidanan
dan
memenuhi
standar
nomenklatur diagnosa kebidanan (Varney, 2008). b. Masalah Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa. Masalah yang sering muncul pada ibu bersalin dengan gemelli yaitu ibu tampak gelisah dan cemas menghadapi persalinan (Varney, 2008). c. Kebutuhan Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan klien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah didapatkan dengan analisa data (Varney, 2008). Menurut Manuaba (2010), kebutuhan pada ibu bersalin dengan dengan gemelli adalah : 1)
Informasi tentang keadaan ibu
31
2)
Informasi tentang makanan bergizi dan cukup kalori.
3)
Support mental dari keluarga dan tenaga kesehatan.
d. Diagnosa Potensial Diagnosa potensial yang terjadi pada kasus gemelli terjadinya resiko infeksi dan kompilasi yang mengancam kehidupan ibu dan bayinya (Varney, 2008).
4. Antisipasi Semua persiapan untuk resusitasi dan perawatan bayi prematur disediakan. Golongan darah ibu sudah ditentukan dan persediaan darah diadakan mengingat kemungkinan pasca persalinan lebih besar (Varney, 2008). Antisipasi yang dilakukan pada ibu bersalin dengan gemelli yaitu kolaborasi dengan dokter Sp.Og dan observasi keadaan umum, tandatanda vital. (varney, 2008) 5. Rencana Tindakan Adapun rencana tindakan pada persalinan dengan gemelli menurut Varney (2008) adalah sebagai berikut : a. Jelaskan tentang hasil pemeriksaan. b. Jelaskan tentang proses persalinan. c. Jelaskan tentang nyeri saat persalinan fisiologis. d. Anjurkan ibu untuk miring ke kiri. e. Lakukan massase bisa ada kontraksi uterus. f. Anjurkan ibu untuk tarik napas panjang bila ada kontraksi uterus. g. Observasi DJJ setiap setengah jam. h. Observasi KU dan tanda-tanda vital. i. Observasi kemajuan persalinan. j. Evaluasi pengeluaran cairan. k. Hubungi bagian gizi agar memberikan nutrisi yang adekuat. l. Siapkan set partus dan set resusitasi bayi. 6. Penatalaksanaan Penatalaksanaan
adalah
penatalaksanaan
semua
asuhan
menyeluruh seperti pada langkah perencanaan. Langkah ini dapat
32
dilakukan pada wanita yang bersangkutan, bidan atau tim kesehatan lain (Manuaba, 2010) 7. Evaluasi Merupakan salah satu pemeriksaan dari rencana perawatan, apakah kebutuhan yang terindentifikasi dalam masalah dan diagnosa sudah terpenuhi atau belum di dalam avaluasi diharapkan mendapat hasil. Evaluasi pada ibu bersalin dengan gemelli yaitu :
a. Infeksi tidak terjadi dan tanda-tanda vital sign dalama batas normal. b. Ibu dan bayinya selamat. c. Persalinan dapat berjalan dan berhasil dengan baik. F. Persalinan Menurut Al-Qur’an dan Al-Hadist Profesi bidan adalah anugerah Allah kepada kita yang dapat disajikan sebagai media untuk beramal soleh dengan cara memberikan asuhan kebidanan yang terbaik dan secara islami terhadap ibu, sehingga dalam menjalani
proses
kehamilan
dan
persalinannya,
ibu
juga
dapat
memanfaatkaannya sebagai ladang amal soleh. Betapa luar biasanya islam memposisikan seorang ibu yang sedang bersalin. Saat melahirkan adalah waktu yang dinantikan seorang ibu. Kecintaan seorang ibu telah dicurahkannya, ia selalu mendahulukan keselamatan bayinya. Allah juga
memberi wasiat pada manusia agar berbakti pada kedua
orang tua karena proses persalinan yang dialami ibu merupakan suatu proses yang sangat berat. Pengaruh kontraksi rahim ketika bayi mau lahir, menyebabkan ibu merasakan sangat kesakitan, bahkan dalam keadaan tertentu, dapat menyebabkan kematian. Karena perjuangan ibu ketika melahirkan dan resiko yang sangat berat yang ditanggung seorang ibu. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Ahqaf (46:15)
َو َح ْملُ ُه,ض َع ْت ُه ُك ْرهًا َ َح َملَ ْت ُه ا ُ ُّم ُه ُك ْرهًا َو َو,ًسانَ ِب َوالِدَ ْي ِه ا ِْح َسانا َ ص ْي َنا ْاإلِ ْن َّ َو َو َ َِصالُ ُه َثالَ ُث ْون ش ْه ًرا َ َوف
33
Artinya: Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan (QS. Al-Ahqaf/46:15) Nabi cukup bijaksana dan memberi empati pada ibu yang meninggal karena melahirkan sebagai syahid, setara dengan perjuangan jihad di medan perang. Bila ibu meninggal karena melahirkan, Allah menilainya sebagai perjuangan dan meninggal dalam keadaan syahid. Sabda Nabi Muhammad SAW
ْ َّللا ل ُّش َهدَ ا ُء َسب َْع ٌة سِ َوى ، ْال َم ْطعُونُ َش ِهي ٌد، ال َغ ِر ُق َش ِهي ٌد: ِ يل ه ِ ْال َق ْت ِل فِي َس ِب ُ ُ َوالْ َمبْط، ، ب َو ْال َح ِر ُق َش ِهي ٌد ىن َش ِهيد ِ ت ْال َج ْن ِ صاحِبُ َذا َ َو ُُوت ِبجُ ْم ٍع َو ْال َمرْ أَة ُ َش ِهيد َتم، َش ِهي ٌد، ت ْال َه ْد ِم َش ِهي ٌد ُ َوالهذِي َيم َ ُْوت َتح “Ada tujuh mati syahid selain mati dalam peperangan membela agama: orang yang mati karena terserang wabah tha’un (kolera), orang yang mati karena tenggelam, orang yang mati karena sakit pinggang, orang yang mati karena sakit perut, orang yang mati terbakar, orang yang mati karena tertimpa reruntuhan dan wanita yang mati karena kehamilan dan persalinan”.(HR. Abu Dawud).
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Surat Al-Mu’minun (12-14:23 ). Al-Qur’an Surat Al-Ahqap (46:15). Ambarwati,E.R. (2008). Asuhan Kebidanan. Yogyakarta : Mitra Cedikia. Angelian. T, dkk. (2011). Profil Persalinan Kehamilan Kembar di BLU RSUP Prof.Dr.R.D.
Kandou
Manado
Tersedia
Dalam
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ebiomedika/article/view/1169 [diakses Ciamis, 11 April 2016] BPS. (2014). Data Persalinan Gemelli. Indonesia Dinkes Ciamis, (2016). Data KIA Dinkes Kabupaten Ciamis. Ciamis : Dinkes Dinas Jawa Barat, (2013). Data KIA dan AKB Provinsi Jawa Barat. Jawa Barat : Dinkes Hidayat. (2010). Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta : Nuhua Medika. HR. Daud 3111 dishahihkan oleh Al-Bana Kemenkes
RI,
(2014).
Profil
Kesehatan
Indonesia
Tersedia
Dalam
http://www.depkes.go.id [diakses Ciamis, 12 april 2016] Marisah, dkk. (2011). Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan. Jakarta : Salemba Medika. Nurasiah, dkk. (2012). Asuhan Persalinan Normal Bagi Bidan. Bandung : Refika Aditama. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No 1464/Menkes/PER/X2010 Tentang Izin dan Penyelenggara Prektik Bidan Rarung, I. (2013). Profil Persalinan Kehamilan Kembar di BLU RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou Manado
56
Revyghn.
(2014).
Angka
Kehamilan
Gemelli
Tersedia
Dalam
http.blogspot.com.2014 [diakses Ciamis, 14 April) Roestam, M. (2012). Obstetri Fisiologi dan Obstetri Patologi. Jakarta : EGC. Rohani, dkk. (2011). Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan. Jakarta : Salemba Medika. RSKIA, (2010). Data Persalinan Gemelli. Jawa Barat. RSUD Ciamis. (2016). Data Rekam Medik. Ciamis Rukiyah, dkk. (2012). Asuhan Kebidanan 4 Patologi.Jakarta :Trans Info Medika. Sarwono, P. ( 2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: yayasan Balai Pustaka. Suryani, dkk. (2011). Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC Varney, (2008). Buku Ajar Asuhan Kebidanan vol. 2. Jakarta : EGC
57