ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN HYPEREMESIS GRAVIDARUM DI RUANG DELIMA RSUD KABUPATEN CIAMIS
LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan
Oleh : ALIS NURAINI NIM. 13DB277047
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS 2016
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Angka kematian dan kesakitan pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar bagi negara-negara berkembang. Di negara berkembang sekitar 20-50% kematian wanita usia subur disebabkan hal yang berkaitan dengan kehamilan. Menurut laporan World Health Organization (WHO) yang telah dipublikasikan pada tahun 2014 Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia mencapai angka 289.000 jiwa. Di mana terbagi atas beberapa Negara, antara lain Amerika Serikat mencapai 9300 jiwa, Afrika Utara 179.000 jiwa dan Asia Tenggara 16.000 jiwa. Untuk AKI di negara-negara Asia Tenggara diantaranya Indonesia mencapai 214 per 100.000 kelahiran hidup, Filipina 170 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam 160 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand 44 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 60 per 100.000 kelahiran hidup, dan Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2014). Angka Kematian Ibu di indonesia sendiri sudah mengalami penurunan yaitu 23 per 1.000 kelahiran hidup, namun masih jauh dari target MDGs tahun 2015, Kondisi ini kemungkinan disebabkan oleh antara lain kualitas pelayanan kesehatan ibu yang belum memadai. Penyebab ini dapat diminimalisir apabila kualitas Antenatal Care dilaksanakan dengan baik. Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan kondisi ibu hamil tidak sehat antara lain adalah penanganan komplikasi (Depkes,2016). Angka kematian ibu di Jawa Barat pada tahun 2013 adalah 781 kasus dan pada tahun 2014 turun menjadi 747 kasus. Penurunan angka kematian ibu Jawa Barat tersebut tidak terlepas dari upaya Pemerintah Jawa Barat dalam peningkatan kesehatan dan pelayanan kesehatan untuk masyarakat, salah satunya adalah melalui 'Gerakan Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir' dengan program EMAS atau Expanding Maternal dan Neonatal Survival (Dinkes Jabar,2015). Menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis tahun 2015, bahwa AKI di Kabupaten Ciamis yaitu sebesar 20 kasus per 10.885 kelahiran
1
2
hidup. Pada saat nifas (23,3%), pada saat hamil (48,3%), pada saat persalinan (37,9%) (Dinkes Kabupaten Ciamis, 2015). AKI pada ibu hamil bisa diminimalisir apabila pemeriksaan ANC dioptimalkan untuk mengetahui adanya komplikasi pada ibu hamil. Komplikasi pada ibu hamil salah satunya adalah Hyperemesis Gravidarum. Menurut Helper tahun 2008 bahwa Sebagian besar ibu hamil 70-80% mengalami morning sickness yang ekstrim dan sebanyak 1-2% dari semua ibu hamil mengalami Hyperemesis gravidarum. Hyperemesis gravidarum terjadi di seluruh dunia dengan angka kejadian yang beragam mulai dari 1-3% dari seluruh kehamilan di indonesia, 0,3% dari seluruh kehamilan di Swedia, 0,5% di California, 0,8% di Canada, 10,8% di China, 0,9% di Norwegia, 2,2% di Pakistan dan 1,9% di Turki. di Amerika Serikat, prevalensi hyperemesis gravidarum adalah 0,5-2. Berdasarkan hasil penelitian Depkes RI ditahun 2009 menjelaskan bahwa lebih dari 80% perempuan hamil mengalami rasa mual dan muntah, Hal ini bisa menyebabkan perempuan menghindari makanan tertentu dan biasanya membawa resiko baginya dan janin. (Vicki, 2012). Sementara pada tahun 2014 WHO memperkirakan bahwa sedikitnya 790.000 ibu hamil yang mengalami Hyperemesis Gravidarum sekitar 15-20% dari jumlah ibu hamil (WHO, 2013). Sesuai dengan data tahun 2013 yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan nasional di indonesia sebagian besar ibu hamil sekitar 70-80% mengalami hyperemesis gravidarum. Sedangkan pada tahun 2014 ibu hamil yang mengalami hyperemesis gravidarum sebanyak 60-90%. Dari data tersebut menunjukan jumlah ibu yang mengalami hyperemesis gravidarum sangat signifikan dari tahun ke tahun (Dinkes, 2013). Berdasarkan data rekam di RSUD Ciamis pada tahun 2015 angka kehamilan dengan hyperemesis gravidarum sebanyak 41 orang, sedangkan pada tahun 2016 dari januari sampai maret 2016 angka kehamilan dengan hyperemesis gravidarum ada 16 orang (Rekam Medik RSUD Ciamis, 2016). Penyebab Hyperemesis gravidarum masih belum diketahui, namun faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranankarena pada dua keadaan tersebut hormon khoronik gonadotropin dibentuk berlebihan (Rukiyah, 2010).
3
Menurut Herje umboh tahun 2014 didalam jurnal nya yang berjudul “Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Hyperemesis gravidarum” menyebutkan bahwa pada responden yang paritas > 2 anak lebih banyak ditemukan responden dengan kejadian Hyperemesis gravidarum (48,8%) daripada responden dengan kejadian Hyperemesis gravidarum rendah (15%). Sedangkan pada paritas < 2 anak ternyata lebih banyak ditemukan kejadian Hyperemesis Gravidarum rendah (23,8%) daripada responden Hyperemesis Gravidarum tinggi (12,5%). Berdasarkan analisis dengan uji Chi Square didapatkan ρ value =0,001, hasil ini memiliki makna ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan kejadian Hyperemesis Gravidarum. Hyperemesis gravidarum tidak hanya berdampak pada keadaan ibu saja namun juga akan sangat berdampak pada janin, komplikasi yang bisa saja terjadi pada janin yaitu Intrauterine growth retardation (IUGR), kelahiran premature, abortus dan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR). Menurut Elli Yafit Viviawati tahun 2015 di dalam jurnal nya yang berjudul ”Hubungan kejadian hyperemesis gravidarum dengan berat bayi lahir pada ibu bersalin“ menyebutkan bahwa ada hubungan antara kejadian hyperemesis gravidarum dengan berat bayi lahir pada ibu bersalin di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang dapat dilihat pada hasil penelitian dimana responden yang mempunyai riwayat hyperemesis gravidarum ada 40 (20,2%) yang melahirkan berat bayi lahir rendah ada 24 responden (60,0%) dan yang melahirkan berat badan lahir normal ada 16 responden (40,0%). Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Raudhatul Janah tahun 2013 dengan judul hubungan hyperemesis gravidarum dengan berat badan bayi lahir pada ibu bersalin di wilayah kerja UPTD Puskesmas Jaya Baru Banda Aceh didapatkan hasil dari 70 responden yang mengalami hyperemesis gravidarum dan berat badan lahir rendah sebesar 62,1% sedangkan dari 70 responden yang tidak mengalami hyperemesis gravidarum dan berat badan lahir normal sebesar 80,5%. Hyperemesis gravidarum merupakan penyakit yang bisa diobati dan ditangani, karena setiap penyakit pasti ada obatnya, hal ini sudah seharusnya diketahui oleh seorang muslim bahwa tidaklah Allah SWT turunkan penyakit kecuali Allah turunkan pula obatnya.
4
Sebagaimana firman Allah SWT QS Yunus Ayat 57 :
Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman” (QS Yunus Ayat 57). Dari riwayat Imam Muslim dari Jabir bin Abdillah dia berkata bahwa Nabi bersabda, “Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan penyakitnya maka dia akan sembuh dengan seizin Allah SWT” (HR. Muslim). Maksud dari ayat diatas adalah Al-Quran bisa menjadi obat lahiriyah dengan dibacakan kepada orang yang sakit jasadnya. Hyperemesis gravidarum merupakan penyakit yang bisa disembuhkan jika penanganannya tepat, seperti yang telah dikemukakan dalam hadist diatas bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya, dan setiap penyakit memiliki obat, bila sebuah obat sesuai dengan penyakitnya maka dia akan sembuh dengan seizin Allah SWT.
Maka
hyperemesis
gravidarum
juga
bisa
sembuh
apabila
penangananan nya tepat dan dengan seizin Allah SWT. Melihat uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk mengambil judul “Asuhan kebidanan kehamilan pada Ny. A umur 36 Tahun G 3P2A0 hamil 10 minggu dengan Hyperemesis Gravidarum di Ruang Delima RSUD Kabupaten Ciamis. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah besarnya kejadian hyperemesis gravidarum, maka dapat dirumuskan bagaimanakah Asuhan kebidanan ibu hamil dengan Hyperemesis Gravidarum di Ruang Delima RSUD Kabupaten Ciamis ?
5
C. Tujuan 1. Tujuan Umum Dapat memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan Hyperemesis Gravidarum di ruang Delima RSUD Kabupaten Ciamis sesuai dengan menggunakan pendekatan manajemen 7 langkah varney dan didokumentasikan dalam bentuk SOAP. 2. Tujuan Khusus a. Mengumpulkan data dasar Asuhan Kebidanan pada Ibu hamil Dengan Hyperemesis Gravidarum di Ruang Delima RSUD Kabupaten Ciamis. b. Melaksanakan interpretasi data dasar Asuhan Kebidanan pada Ibu hamil Dengan Hyperemesis Gravidarum di Ruang Delima RSUD Kabupaten Ciamis. c. Melaksanakan identifikasi diagnosa/masalah potensial dan antisipasi penanganan Asuhan Kebidanan pada Ibu hamil Dengan Hyperemesis Gravidarum di Ruang Delima RSUD Kabupaten Ciamis. d. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera untuk melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan pada Asuhan Kebidanan Ibu hamil Dengan Hyperemesis Gravidarum di Ruang Delima RSUD Kabupaten Ciamis. e. Menyusun rencana asuhan
yang menyeluruh pada
Asuhan
Kebidanan Ibu hamil Dengan Hyperemesis Gravidarum di Ruang Delima RSUD Kabupaten Ciamis. f. Melaksanakan tindakan Asuhan Kebidanan pada Ibu hamil Dengan Hyperemesis Gravidarum di Ruang Delima RSUD Kabupaten Ciamis. g. Mengevaluasi
Asuhan
Kebidanan
pada
Ibu
hamil
Dengan
Hyperemesis Gravidarum terhadap di Ruang Delima RSUD Kabupaten Ciamis. D. Manfaat 1.
Manfaat Teoritis Kasus Komprehensif ini diharapkan dapat memberi tambahan informasi
bagi
perkembangan
ilmu kebidanan
khususnya dalam
pemberian asuhan kebidanan pada Ibu hamil Dengan Hyperemesis Gravidarum.
6
2.
Manfaat Praktis a. Bagi Instansi Rumah Sakit Dapat mempertahankan pelayanan yang sudah maksimal dan dapat meningkatkan pelayanan kebidanan pada klien secara komprehensif, sehingga pasien dapat merasa puas dan senang atas pelayanan yang telah diberikan. b. Bagi Institusi Pendidikan Dapat dijadikan sebagai bahan referensi, masukan dan bahan pembanding yang dapat dijadikan dasar pemikiran mengenai pendokumentasian kebidanan. c. Bagi Pasien Dapat mendapatkan informasi tentang Hyperemesis Gravidarum dan mendapatkan pelayanan kebidanan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Teori 1. Kehamilan a. Definisi Kehamilan Menurut kehamilan
Federasi
didefinisikan
sebagai
Obstetri
Ginekologi
fertilisasi
atau
Internasional,
penyatuan
dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi menjadi 3 trimester, dimana trimester satu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu, minggu ke-28 hingga ke 40 (Sarwono Prawirohardjo, 2011). Berdasarkan Quran surat Al-muminun ayat 12-14 Allah SWT menciptakan manusia dengan beberapa proses kejadian, firman Allah SWT :
Artinya : Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kukuh (rahim). Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
7
8
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik. (Q.S. al-Mu’minun [23]: 12– 14). Dari Abu Abdurarahman Abdulah bin Mas’ud radiallahuanhu beliau berkata : “Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam menyampaikan kepada kami dan beliau adalah orang yang benar dan dibenarkan : “Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaanya diperut ibunya sebagai setetes mani selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes darah selmaa empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging selama empat puluh hari, kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya roh dan dia diperintahkan untuk menetapkan empat perkara : menetapkan rezekinya, ajalnya, amalnya dan celaka atau bahagianya (Riwayat Bukhari dan Muslim). 1) Tanda-tanda kehamilan Untuk
dapat
menegakan
kehamilan
ditetapkan
dengan
melakukan penilaian terhadap beberapa tanda dan gejala kehamilan (Marjati, 2011) : a) Tanda Dugaan Hamil (1) Amenorea (Berhentinya menstruasi) Konsepsi
dan
nidasi
menyebabkan
tidak
terjadi
pembentukan folikel de graaf dan ovulasi sehingga menstruasi tidak terjadi. Lamanya amenorea dapat diinformasikan dengan memastikan
hari
pertama
haid
terakhir
(HPHT),
dan
digunakan untuk memperkirakan usia kehamilan dan tafsiran persalinan. Tetapi amenorea juga dapat disebabkan oleh penyakit kronik tertentu. (2) Mual (nausea) dan muntah (emesis) Pengaruh pengeluaran
ekstrogen
asam
dan
lambung
progesteron
yang
berlebihan
terjadi dan
menimbulkan mual muntah yang terjadi terutama pada pagi hari yang disebut morning sickness. Dalam batas tertentu hal ini masih fisiologis, tetapi bila terlampau sering dapat
9
menyebabkan
gangguan
kesehatan
yang
disebut
hyperemesis gravidarum. (3) Ngidam (menginginkan makan tertentu) Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu keinginan yang demikian disebut ngidam. Ngidam sering terjadi pada bulan-bulanan pertama kehamilan dan akan menghilang dengan tuanya kehamilan. (4) Syncope (pingsan) Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan syncope atau pingsan. Hal ini sering terjadi terutama jika berada pada tempat yang ramai, biasanya akan hilang 16 minggu. (5) Kelelahan Sering terjadi pada trimester pertama, akibat dari penurunan kecepatan basal metabolisme (basal metabolisme rate-BMR) pada kehamialn yang akan meningkat seiring pertambahan usia kehamilan akibat aktivitas metabolisme hasil konsepsi. (6) Payudara tegang Estrogen meningkatkan perkembangan sistem duktus pada
payudara,
perkembangan
sedangkan sistem
somatomamotropin,
progesteron
alveolar
hormon-hormon
menstimulasi
payudara. ini
Bersama
menimbulkan
pembesran payudara,menimbulkan perasaan tegang dan nyeri selama dua bulan pertama kehamilan, pelebaran puting susu, serta pengeluaran kolostrum. (7) Sering miksi Desakan rahim kedepan menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh dan sering miksi. Frekuensi miksi yang sering terjadi pada triwulan kedua umumnya keluhan ini akan berkurang karena uterus yang membesar keluar dari rongga panggul. Pada akhir triwulan, gejala bisa timbul karena janin
10
mulai masuuk kerongga panggul dan menekan kembali kandung kemih. (8) Konstipasi atau obstipasi Pengaruh progesteron dapat menghambat peristlatik usus (tonus otot menurun) sehingga kesulitan untuk BAB. (9) Pigmentasi kulit Pigmentasi terjadi pada usia kehamilan lebih dari 12 minggu. Terjadi akibat pengaruh hormon kortikosterioid plasenta yang merangsang melanofor kulit. (10) Epulis Hipertropi papila ginggivae/gusi, sering terjadi pada triwulan pertama. (11) Varises Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan pelebaran pembuluh darah terutama bagi wanita yang mempunyai bakat. Varices dapat terjadi disekitar genetalia eksterna, kaki dan betis, serta payudara. Penampakan pembuluh darah ini dapat hilang setelah persalinan. b) Tanda kemungkinan (Probability sign) Tanda
kemungkinan
adalah
perubahan-perubahan
fisiologis yang dapat diketahui oleh pemeriksa dengan melakukan pemeriksaan fisik kepada wanita hamil. Tanda kemungkinan ini terdiri atas hal-hal berikut ini ; (1) Pembesaran perut Terjadi akibat pembesaran uterus. Hal ini terjadi pada bulan keempat kehamilan. (2) Tanda hegar Tanda hegar adalah pelunakan dan dapat ditekannya isthimus uteri. (3) Tanda goodel Adalah pelunakan serviks. Pada wanita yang tidka hamil serviks seperti ujung hidung. Sedangkan pada wanita hamil melunak seperti bibir.
11
(4) Tanda chadwick Perubahan warna menjadi keunguan pada vulva dan mukosa vagina termasuk juga portio dan serviks. (5) Tanda piscaseck Merupakan pembesaran uterus yang tidak simetris. Terjadi karena ovum berimplantasi pada daerah dekat dengan kornu sehingga daerah tersebut berkembang terlebih dahulu. (6) Kontraksi braxton hicks Merupakan
peregangan
sel-sel
uterus,
akibat
meningkatnya actomysin didalam otot uterus. Kontraksi ini tidak bermitrik, sporadis tidak nyeri, biasanya timbul pada kehamilan delapan minggu, tetapi baru dapat diamati dari pemeriksaan abdominal pada trimester ketiga. Kontaksi ini akan
terus
meningkat
frekuensinya,
lamanya
dan
kekuatannya sampai mendekkati persalinan. (7) Teraba ballotemen Ketukan yang mendadak pada uterus menyebabkan janin bergerak dalam cairan ketubanyang dapat dirasakan oleh tangan pemeriksa. Hal ini harus ada pada pemeriksaan kehamilan karena perabaan bagian seperti bentuk janin saja tidak cukup karena dapat saja merupakan myoma uteri. (8) Pemeriksaan tes biologi kehamilan (planotest) positif Pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi adanya Human Chorionic Gonadotropin (HCG) yang diproduksi oleh sinsio tropoblastik sel selama kehamilan. hormon ini dapat muali dideteksi pada 26 hari setelah konsepsi dan meningkat dengan cepat pada hari ke 30-60. Tingkat tertinggi pada hari 60-70 usia gestasi, kemudian menurun pada hari ke 100-130. c) Tanda pasti (positive sign) Tanda pasti adalah tanda yang menunjukan langsung keberadaan janin, yang dapat dilihat langsung pemeriksa. Tanda pasti kehamilan terdiri atas hal-hal berikut ini:
12
(1) Gerakan janin dalam rahim Gerakan janin ini harus dapat diraba dengan jelas oleh pemeriksa. Gerakan janin baru dapat dirasakan pada usia kehamilan sekitar 20 minggu. (2) Denyut jantung janin Dapat
didengar
pada
usia
12
minggu
denganmenggunakan alat fetal electrocardiograf (misalnya dopler). DJJ baru dapat didengar pada usia kehamilan 18-20 minggu. (3) Bagian-bagian janin Bagian-bagian janin yaitu bagian besar janin (kepala dan bokong) serta bagian kecil janin (lengan dan kaki) dapat diraba dengan jelas pada usia kehamialn lebih tua (trimester terakhir). Bagian janin ini dapat dilihat lebih sempurna lagi dengan menggunakan USG. 2) Asuhan Antenatal Care a) Pengertian Asuhan Antenatal Care Asuhan antenatal care adalah suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persiapan persalinan yang aman dan memuaskan (Walyani, 2015). b) Tujuan Asuhan Antenatal Care (1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi. (2) Menigkatkan dan mempertahankan kesehatna fisik, mental dan sosial ibu juga bayi. (3) Mengenali
secara
dini
adanya
ketidaknormalan
atau
komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan, dan pembedahan. (4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
13
(5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI ekslusif. (6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal. c) Jadwal Pemeriksaan Antenatal Jadwal pemeriksaan antenatal adalah sebagai berikut : (1) Pemeriksaan pertama Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid. (2) Pemeriksaan ulang (a) Setiap bulan sampai umur kehamilan 6-7 bulan. (b) Setiap 2 minggu sampai umur kehamilan 8 bulan. (c) Setiap 1 minggu sejak umur kehamilan 8 bulan sampai terjadi persalinan. (3) Frekuensi pelayanan antenatal oleh WHO ditetapkan 4 kali kunjungan ibu hamil dalam pelayanan antenatal, selama kehamilan dengan ketentan sebagai berikut: (a) 1 kali pada trimester pertama (K1). (b) 1 kali pada trimeter dua dan dua kali pada trimester ketiga(K4). d) Pelayanan Asuhan Standar Antenatal Pelayanan ANC minimal 5T, meningkat menjadi 7T dan menjadi 12T, sedangkan untuk daerah gondok dan endemik malaria menjadi 14T, yakni : (1) Timbang berat badan dan tinggi badan, tinggi badan ibu dikategorikan adanya resiko apabila hasil pengukuran < 145 cm. Berat badan ditimbang setiap ibu datang atau berkunjung untuk mengetahui kenaikan BB dan penurunan BB. Kenaikan BB ibu hamil normal rata-rata antara 6,5-16 kg. (Walyani, 2015). (2) Tekanan darah, diukur setiap kali ibu datang atau berkunjung. Deteksi tekanan darah yang cenderung naik diwaspadai adanya gejala hipertensi dan preeklamsi. Apabila turun
14
dibawah normal diwaspadai kearah anemia. Tekanan darah normal berkisar 110/80-120/80 mmHg. (3) Pengukuran tinggi fundus uteri, menggunakan pita sentimeter, letakan titik nol pada tepi atas simpisis dan rentangkan sampai ke fundus uteri. No
Umur kehamilan dalam minggu 12 16 20 24 28 32 36 40
Tinggi fundus uteri (cm)
1 2 3 4 5 6 7 8
12 cm 16 cm 20 cm 24 cm 28 cm 32 cm 36 cm 40 cm
Tabel 2.1 Pengukuran tinggi fundus uteri. (4) Pemberian tablet FE, untuk memenuhi kebutuhan volume darah pada ibu hamil dan nifas, karena masa kehamilan kebutuhan meningkat seiring dengan pertumbuhan janin. (5) Pemberian imunisasi TT, Untuk melindungi dari tetanus neonatorium. Efek samping TT yaitu nyeri, kemerah-merahan dan bengkak untuk 1-2 hari pada tempat penyuntikan. Imunisasi
TT 1 TT 2
TT 3 TT 4
interval Pada kuunjungan ANC pertama 4 minggu setelah TT pertama 6 bulan setelah TT ke 2 1 tahun setelah TT 3
%
Masa
perlindungan
perlindungan
0%
Tidak ada
80 %
3 tahun
95 %
5 tahun
99 %
10 tahun 25
TT 5
1 tahun setelah TT 2
99 %
tahun/seumur hidup
15
Tabel 2.2 Pemberian imunisasi TT. (6) Pemeriksaan Hb, Pemeriksaan Hb dilakukan pada kunjungan ibu hamil yang pertama kali, lalu diperiksa lagi menjelang persalinan. Pemeriksaan Hb adalah salah satu upaya untuk mendeteksi anemia pada ibu hamil. (7) Pemeriksaan protein urine, untuk mengetahui adanya protein dalam urine ibu hamil. Protein urine ini untuk mendeteksi ibu hamil ke arah preklamsi. (8) Pengambilan darah untuk pemeriksaan VDRL, Pemeriksaan Veneral
Desease
Research
Labolatory
(VDRL)
untuk
mengetahui adanya treponema pallidum/penyakit menular seksual, antara lain syphilish. (9) Pemeriksaan urine reduksi, dilakukan pemeriksaan urine reduksi hanya kepada ibu dengan indikasi penyakit DM atau riwayat penyakit pada keluarga ibu dan suami. (10) Perawatan payudara, meliputi senam payudara, perawatan payudara, pijat tekan payudara yang diberikan kepada ibu hamil. (11) Senam ibu hamil, bermanfaat membantu ibu dalam persalinan dan
mempercepat
pemulihan
setelah
melahirkan
serta
mencegah sembelit. (12) Pemberian obat malaria, pemberian obat malaria diberikan khusus untuk para ibu hamil didaerah endemik malaria atau kepada ibu dengan gejala khas malaria yaitu panas tinggi disertai menggigil. (13) Pemberian kapsul minyak beryodium, kekurangan yodium dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan dimana tanah dan air mengandung unsur yodium. (14) Temu wicara b. Hyperemesis Gravidarum 1) Pengertian
16
Hyperemesis Gravidarum merupakan mual-muntah berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi, dan biasanya terjadi pada awal kehamilan sampai usia kehamilan 20 minggu (Sofian Winkjosastro 2012). 2) Etiologi Penyebab hyperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti, namun diduga dipengaruhi oleh beberapa faktor : 1) Kehamilan Primigravida, mola hidatidosa, dan kehamilan ganda. 2) Masuknya vili korialis dalam sirkulalsi maternal 3) Alergi 4) Faktor psikologis 5) Meningkatnya hormon HCG, astrogen dan progesteron 6) Gangguan traktus digestivus seperti pada penderita diabetes melitus. 3) Manifestasi klinis Menurut berat ringannya gejala hyperemesis gravidarum dapat dibagi ke dalam tiga tingkatan yaitu sebagai berikut : a) Tingkatan 1 Muntah terus menerus yang memepengaruhi keadaan umum penderita. Pada keadaan ini penderita merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrum. Nadi meningkat, tekanan darah menurun, dapat disertai peningkatan suhu tubuh turgor kulit berkurang, lidah kering dan mata cekung. b) Tingkatan 2 Penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit menurun, lidah kering dan tampak kotor, nadi cepat, tekanan darah turun, suhu kadang-kadang naik, mata cekung dan sedikit ikterus, berat badan turun, hemokonsentrasi, oliguria, dan konstipasi. Aseton dapat tercium dari hawa pernafasan karena mempunyai aroma yang khas, dan dapat terjadi aseton uria. c) Tingkatan III
17
Keadaan umum lebih parah, muntah berhentti, kesadaran menurun, dari samnolen sampai koma, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun, serta suhu meningkat. Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai wernicke ensefalopati. Gejala yang dapat timbul seperti nistagmus, diplopia, dan perubahan mental. Keadaan ini adalah sangat kekurangan zat makanan, termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukan terjadinya payah hati. Pada tingkatan ini juga terjadi perdarahan esofagus, lambung dan retina. 4) Patofisiologi Patofisiologi Hyperemesis Gravidarum masih belum jelas, namun peningkatan kadar progesteron, estrogen, dan HCG dapat menjadi faktor pencetusmual dan muntah. Peningkatan hormon progesteron menyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal mengalami relaksasi sehingga motilitas lambung menurun dan pengosongan lambung melambat. Hyperemesis
gravidarum
mengakibatkan
cadangan
karbohidrat lemak yang tidak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton asetik, asam hidroksi butrik, dan aseton dalam darah. Kekurangan dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ektraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah turun, demikian pula klorida
dalam
urine.
Selain
itu
dehidrasi
menyebabkan
hemokonsentrasi sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen berkurang pula dan tertimbunnya zat metabolik yang bersifat toksik. Berkurangnya kalium karena muntah bertambahnya eksresi lewat ginjal serta bertambahnya frekuensi mual muntah yang lebih banyak dapat merusak hati disamping dehidrasi dan kehilangan elektrolit dapat terjajdi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung dengan akibat perdarahan gastrointestinal. 5) Diagnosis Diagnosis
hyperemesis
gravidarum
ditegakkan
melaui
anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang.
18
diagnosa
hyperemesis
gravidarumdapat
ditegakan
dengan
ditentukan adanya kehamilan muda dengan mual dan muntah yang terus menerus, sehingga berpengaruh terhadap keadaan umum dan juga dapat menyebabkan kekurangan makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin sehingga pengobatan perlu segera diberikan (Rukiyah dan yulianti, 2010). a) Anamnesis Dari anamnesis didapatkan amenorhea, tanda kehamilan muda mual dan muntah. Kemudian diperdalam lagi apakah mual muntah terjadi terus menerus dirangsang oleh jenis makanan tertentu dan mengganggu aktivitas pasien sehari-hari. Selain itu dari anamnesis juga dapat diperoleh informasi mengenai
hal-hal
yang
berhubungan
dengan
terjadinya
hyperemesis gravidarum seperti stres lingkungan sosial pasien asupan nutrisi dan riwayat penyakit sebelumnya (hipertiroid, gastritis, penyakit hati, diabetes melitus dan tumor serebri). b) Pemeriksaan fisik Pada pemeriksaan fisik perhatikan keadaan umum pasien, tanda-tanda vital, tanda dehidrasi dan besarnya kehamilan selain itu juga dilkukan pemeriksaan tiroid dan abdominal untuk menyingkirkan diagnosis banding. c) Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan menegakan
penunjang
diagnosis
dan
dilakukan
untuk
membantu
menyingkirkan
diagnosis.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah pemeriksaan USG untuk mengetahui kondisi kesehatan kehamilan juga untuk mengetahui kemungkinan kehamilan kembar maupun molahidatidosa, pemeriksaan hb dan hematokrit. 6) Kompikasi a) Pada janin (1) Gangguan
pertumbuhan
janin
dalam
rahim
yang
diakibatkan oleh oenurunan berat badan kronis pada ibu (2) Abortus (3) Berat badan lahir rendah
19
(4) Kelahiran prematur (5) Malformasi pada bayi baru lahir b) Pada ibu (6) Ensefalopati wernicke karena defisiensi tiamin (7) Ruptur esophagus (8) Pneumotoraks (9) Neropati perifer karena defisiensi B1/B12 (10) Sindroma mallory weiss 7) Penatalaksanaan Menurut Rukiyah dan Yulianti (2010) Penatalaksanaan pada ibu dengan hyperemesis gravidarum dimulai dengan : a) Pencegahan Pencegahan terhadap hyperemesis gravidarum
perlu
dilaksanakan dengan jalan memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologis, memberikan
bahwa
mual
dan
kadang-kadang
muntah
merupakan gejala yang fisiologis pada kehamilan muda, menganjurkan
mengubah
makanan
sehari-hari
dengan
makanan dalam jumlah kecil, tetapilebih sering. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. b) Obat-obatan Apabila dengan cara tersebut diatas keluhan dan gejala tidak mengurang maka diperlukan pengobatan. Vitamin yang dianjurkan yaitu vitamin B1 dan B2 yang berfungsi untuk mempertahankan
kesehatan
syaraf,
jantung,
otot,
meningkatkan pertumbuhan dan perbaikan sel
serta
dan B6
berfungsi menurunkan keluhan atau gangguan mual muntah bagi ibu hamil. c) Isolasi Isolasi dilakukan dalam kamar yang tenang cerah dan peredaran udara yang baik, catat cairan yang masuk dan keluar.
20
d) Terapi psikologik Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut karena kehamilan, kurangi pekerjaan,
bantuan
yang
positif
dalam
mengatasi
permasalahan psikologis dan sosial dinilai cukup signifikan memberi kemajuan keadaan umum. e) Diet Ciri khas diet hyperemesis adalah penekanan karbohirat kompleks terutama pada pagi hari, serta menghindari makanan yang berlemak dan goreng-gorengan untuk menekan rasa mual dan muntah, sebaiknya diberi jarak pada pemberian makan dan minum. Diet pada hyperemesis gravidarum bertujuan untuk mengganti persediaan glikogen tubuh dan untuk mengontrol asidosis secara berangsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi yang cukup. f) Diet
hyperemesis
gravidarum
memiliki
beberapa
syarat
diantaranya adalah karbohidrat tinggi yaitu 75-80% dari kebutuhan energi total, lemak rendah ˂10% dari kebutuhan energi total, protein sedang yaitu 10-15%. g) Cairan Parenteral (Jika ibu di rawat di rumah sakit dan atas instruksi dokter) Berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit karbohidrat dan protein dengan dextrose 5% dalam cairan fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari. Bial perlu ditambah kalium dan vitamin khususnya vitamin B komplek dan Vitamin C, dan bila ada kekurangan protein bisa diberikan asam amino secara intra vena. Suhu dan nadi diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3
kali
sehari.
Dilakukan
pemeriksaan
hematokrit
pada
permulaan dan seterusnya menurut keperluan. Bila selama 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum bertamabah baik dapat dicoba untuk diberikan minuman dan lambat laun minuman dapat ditambah dengan makanan. h) Komplikasi
21
Dampak yang ditimbulkan dapat terjadi pada ibu dan janin seperti ibu akan kekurangan nutrisi dan cairan sehingga keadaan fisik ibu menjadi lemah dan lelah dapat pula mengakibatkan asam basa, pnemini aspirasi dan memberikan pengaruh pada pertumbuhan janin karena nutrisi yang tidak terpenuhi
atau
tidak
sesuai
dengan
kehamilan
yang
mengakibatkan peredaran darah janin berkurang. Pada bayi jika hyperemesis ini hanya terjadi di awal kehamilan tidak berdampak terlalu serius tetapi jika sepanjang kehamilan ibu mengalami hyperemesis gravidarum maka kemungkinan bayi mengalami
BBLR,
IUGR,
prematur
hingga
terjadi
abortus.Sebagian masalah dapat teratasi jika penanganannya tepat, namun tidak menutup kemungkinan masalah itu akan muncul
kembali
sehingga
memerlukan
perawatan
dan
pengawasan lebih lanjut. Hal ini didukung oleh pernyataan gros et al yang menyatakan
bahwa
ada
peningkatan
peluang
retridasi
pertumbuhan intra uterus jika ibu mengalami penurunan berat badan sebesar 5% dari berat badan sebelum kehamilan karena pola pertumbuhan janin terganggu oleh metabolisme maternal (Setiawan, 2007). B. Teori Manajemen Kebidanan 1. Konsep Varney a. Pengertian Asuhan Kebidanan Prosedur tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dalam lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan dengan memperhatikan pengaruh-pengaruh sosial, budaya, psikologis, emosional, spiritual, fisik, etika dan kode etik serta hubungan interpersonal dan hak mengambil keputusan dengan prinsip kemitraan dengan perempuan dan mengutamakan keamanan ibu, janin dan penolong serta kepuasan perempuan dan keluarganya (Tresnawati, 2012). b. Manajemen Kebidanan
22
Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam
menerapkan
metode pemecahan
masalah
secara
sistematis, mulai dari pengkajian, analisa data, diagnosis kebidanan perencanaan, pelaksanaanan evaluasi (Walyani, 2015). 1) Tahap pengumpulan data Tahap ini dibutuhkan untuk menilai klien secara keseluruhan. Pada tahap ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. untuk
memperoleh
data
dilakukan
dengan
cara
anamnesa,
pemeriksaan fisik sesuai kebutuhan, dan pemeriksaan tanda vital, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang 2) Interprestasi data Data yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik. Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak didefinisikan seperti diagnose tetapi membutuhkan penanganan. 3) Mengidentifikasi
diagnosa
atau
masalah
potensial
dan
mengantisifasi penangannya. Pada
langkah
mengantisipasi
ketiga
ini
bidan
masalah potensial,
dituntut
untuk
mampu
tidak hanya merumusukan
masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnose potensial tidak terjadi. Sehingga langkah ini bersifat antisipasi yang rasional atau logis. Masalah potensial adalah keluhan yang dirasakan atau dialami ibu yang bersifat patologis. Antisipasi masalah potensial adalah mengatasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan masalah atau diagnosa yang diidentifikasi. 4) Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera untuk melakukan konsultasi, kolaborasi, dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien. Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah keempat
23
mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Tindakan segera dapat dilakukan secara mandiri, secara kolaborasi, atau bersifat rujukan. 5) Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh Pada langkah ini ditentukan
oleh
direncanakan
langkah–langkah
asuhan yang menyeluruh sebelumnya.
Langkah
ini
merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah diindentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh berkaitan dengan pedoman antisipasi terhadap klien, semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan banar – benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori. 6) Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman. Pada langkah ke enam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Dalam kondisi dimana bidan berkolaborasi, keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh. Manajemen yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta meningkatkan mutu asuhan klien. 7) Evaluasi Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang telah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar – benar telah
terpenuhi
sesuai
kebutuhan
sebagaimana
yang
telah
diidentifikasi dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya. Dari pemikiran managemen kebidanan langkah Varney pendokumentasian SOAPMenurut Walyani (2015) yaitu : 1. S : Subjektif a. Menggambarkan pendokumentasian pengumpulan data klien melalui anamnesa.
24
b. Tanda gejala subjektif yang diperoleh dari hasil pertanyaan dari klien, suami atau keluarga (identitas umum, keluhan, riwayat menarche, riwayat perkawinan, riwayat kehamilan, riwayat persalinan, riwayat KB, riwayat
penyakit
keluarga,
riwayat
penyakit
keturunan,
riwayat
psikososial, pola hidup). c. Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut pandang klien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran keluhannya dicatat sebagai kutipan langsug atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnosa. 2. O : Objektif a. Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan fisik klien. Hasil labolatorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung assesment. b. Tanda gejala objektif yang diperoleh dari hasil pemeriksaan (keadaan umum, tanda-tanda vital, fisik, pemeriksaan dalam, laboratorium dan pemeriksaan penunjang,
pemeriksaan dengan inspeksi,
palpasi,
auskultasi dan perkusi). c. Data ini memberi bukti gejala klinis klien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosa. Data fisiologis, hasil observasi informasi kajian teknologi,(hasil laboratorium sinar-X, rekaman CTG, dan lain-lain) serta informasi dan keluarga atau orang lain dapat dimasukan dalam kategori in. Apakah yang diobservasi oleh bidan akan menjadi komponen yang berarti dari diagnosa yang akan ditegakan. 3. A : Assesment a. Masalah atau diagnosa yang ditegakan berdasarkan data atau informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau disimpulkan. Karena keadaan klien terus berubah dan selalu ada informasi baru baik subjektif maupun objektif, maka proses pengkajian adalah suatu proses yang dinamik. Sering menganalisa sesuatu yang penting dalam mengikuti pekembangan klien. b. Menggambarkan hasil pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subjektif dalam suatau identifikasi. a. Diagnosa/masalah
25
i.
Diagnosa adalah rumusan dari hasil pengkajian mengenai kondisi klien : hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, berdasarkan data yang diperoleh.
4. P : Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi berdasarkan assesment. Untuk perencanaan, implementasi dan evaluasi dimasukan dalam “planing”. a. Perencanaan Membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan datang. Untuk mengusahakan tercapainya kondisi klien yang sebaik mungkin. Proses ini termasuk kriteria tujuan tertentu dari kebutuhan klien yang harus dicapai dalam batas waktu tertentu, tindakan yang diambil harus membantu mencapai kemajuan dalam kesejahteraan dan harus sesuai dengan instruksi dokter. b. Implementasi Pelaksanaan
rencana
tindakan
untuk
menghilangkan
dan
mengurangi masalah klien. Tindakan ini harus disetujui oleh klien kecuali bila tidak dilaksanakan akan membahayakan keselamatan. Bila kondisi pasien berubah, intervensi mungkin juga harus berubah atau disesuaikan. c. Evaluasi Tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil merupakan hal penting untuk menilai efektifnya asuhan yang diberikan. Analisi dari hasil yang dicapai menjadi fokus dari ketetapan nilai tindakan. Jika kriteria tujuan tidak tercapai, proses evaluasi dapat menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan alternatif sehingga mencapai tujuan. C. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Hyperemesis Gravidarum 1. Pengkajian a. Data Subjektif 1) Identitas a) Nama ibu dan suami, digunakan untuk membedakan antara klien satu dengan yang lainnya
26
b) Umur, digunakan untuk mengetahui masa reproduksi klien beresiko tinggi atau tidak. Wanita hamil umumnya tidak boleh kurang dari 16 tahun dan lebih dari 35 tahun. c) Agama, untuk memudahkan dalam memberikan nasehat spiritual sesuai dengan kepercayaan yang dianut. d) Pendidikan,
untuk
mengetahui
tingkat
pengetahuan
klien,
sehingga dalam memberikan asuhan disesuaikan dengan tingkat pengetahuan. e) Alamat, untuk memudahkan dimana tempat tinggal klien, sehingga memudahkan petugas kesehatan dalam melakukan kunjungan rumah. 2) Alasan kunjungan ini Ibu datang ke rumah sakit dirujuk atau datang sendiri dengan alasan-alasan tertentu misal ibu datang ke sarana kesehatan untuk memeriksakan kehamilannya. 3) Keluhan Pada kasus hyperemesis garvidarum biasanya ibu mengeluh mual muntah yang berlebihan. 4) Riwayat perkawinan Meliputi beberapa kali menikah, dan apakah ibu berganti-ganti pasangan atau tidak (apakah ibu memiliki resiko IMS atau tidak) 5) Riwayat menstruasi a) Menarche adalah terjadi haid yang pertama kali menarche terjadi pada usia pubertas yaitu 12-16 tahun. b) Siklus haid pada setiap wanita tidak sama. Siklus haid yang normal atau dianggap sebagai siklus adalah 28 hari, tetapi siklus ini bisa maju sampai 3 hari atau mundur sampai 3 hari. Panjang siklus haid yang biasa pada manusia adalah 25-32 hari. c) Lamanya haid biasanya antara 2-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah sedikit-sedikit dan ada yang sampai 7-8 hari. Pada wanita biasanya lama haid ini tetap. d) Keluhan yang dirasakan e) Keputihan, warnanya bau, gatal atau tidak. 6) Riwayat kesehatan yang lalu
27
Ditanyakan untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita ibu sebelumnya apakah ibu pernah menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis, malaria, atau penyakit keturunan seperti jantung, darah tinggi, ginjal, kencing manis, juga pernahkah ibu menderita kanker ataupun tumor serta untuk mengetahui apakah ibu pernah dirawat di rumah sakit atau tidak. 7) Riwayat kesehatan sekarang Ditanyakan apakah ibu sedang menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis, malaria, atau penyakit keturunan seperti jantung, darah tinggi, ginjal, kencing manis, juga apakah ibu sedang menderita kanker ataupun tumor. 8) Riwayat kesehatan keluarga Ditanyakan mengenai latar belakang keluarga terutama a) Anggota keluarga yang mempunyai penyakit tertentu terutama penyakit menular seperti TBC, hepatitis. b) Penyakit keluarga yang diturunkan seperti kencing manis, kelainan pembekuan darah, jiwa dan asma. c) Riwayat
kehamilan
kembar.
Faktor
yang
meningkatkan
kemungkinan hamil kembar adalah faktor ras, keturunan, umur wanita, danparitas. Oleh karena itu apabila ada yang pernah melahirkan atau hamil dengan anak kembar harus diwaspadai karena hal ini bisa menurunkan pada ibu. 9) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu Ini merupakan kehamilan ibu yang keberapa, waktu hamil yang lalu usia kehamilannya berapa, ditolong oleh siapa, ada penyulit atau tidak, anak yang dilahirkan jenis kelamin apa, berat bayi waktu lahir berapa, hidup atau mati, bila hidup sekarang umur berapa, saat nifas lamanya berapa hari, menyusui atau tidak, adakah masalah lainya. 10)
Riwayat KB Ditanyakan pernahkah ibu ikut KB atau tidak, apa macamnya ada
keluhan atau tidak, apa macamnya, ada keluhan atau tidak, setelah persalinan rencananya ibu menggunakan KB apa. 11)
Pola kebiasaan sehari-hari
28
Sangat penting ditanyakan untuk mengetahui pola nutrisi, eliminasi,
istirahat,
aktivitas,
personal
hygiene,
rekreasi
dan
kebiasaan yang dilakukan ibu, selama di rumah maupun dirumah sakit.
Pada kasus
hyperemesis
gravidarumpasien mengalami
konstipasi dan BAK nya mengalami oliguri dan aktivitasnya terganggu karena biasanya badannya terasa lemah. 12) Riwayat psikososial dan budaya a) Data psikologi, untuk mengetahui keadaan psikologis ibu terhadap kelahiran bayinya. b) Data sosial, untuk mengetahui ibu tinggal bersama siapa, bagaimana hbungan ibu dengan keluarga serta masyarakat sekitar. c) Data budaya, untuk mengetahui kebiasaan tradisi yang dilakukan ibu dan keluarga berhubungan dengan kepercayaan pada takhayul, kebiasaan berobat dan semua yang berhubungan dengan kondisi kesehatan ibu. d) Pola spiritual, untuk mengetahui kegiatan spiritual ibu. b. Data objektif 1) Pemeriksaan fisik Umum Keadaan umum
: Cukup
Kesadaran
: Composmentis-Koma
Tanda-tanda vital Tekanan darah
: 100/60 mmHg
Nadi
: 100x/menit
Suhu
: 36,5-37,5oC
Berat badan sekarang
: Menurun
2) Pemeriksaan Fisik khusus a) Inspeksi Rambut
:Bersih, warna hitam, tidak mudah rontok.
Kepala
:Tidak ada benjolan, bentuk normal.
Wajah
: Pucat, tidak ada cloasma, tidak odema.
Mata
: Sklera putih, konjungtiva merah muda,
29
kelopak mata cekung. Telinga
: Bentuk simetris, ada serumen
Hidung
: Simetris, bersih tidak ada polip
Mulut
: Bibir pucat, bibir tidak pecah-pecah, tidak ada stomatitis, lidah kotor, gigi tidak berlubang, tidak ada caries gigi.
Leher
: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar limfe.
Dada
: Simetris, tidak terlihat retraksi intercosta.
Payudara
: Simetris, ada hiperpigmentasi areola mamae, payudara tidak tegang, puting susu menonjol.
Abdomen
: Tidak ada pembesaran abnormal, tidak ada luka bekas operasi.
Genetalia
: Bersih, tidak ada kelainan, tidak ada varices
Anus
: Bersih, tidak ada haemoroid.
Ekstremitas Atas
: Simetris, pergerakan bebas, tidak ada oedema.
Bawah
: Simetris, pergerakan bebas, tidak ada oedema, tidak ada varices.
b)
Palpasi Kepala
: Tidak teraba benjolan yang abnormal.
Leher
: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak teraba pembesaran vena jugularis, tidak teraba pembesaran kelenjar limfe.
Payudara
: Tidak teraba benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan.
Abdomen
: Pembesaran uterus sesuai dengan usia kehamilan, tidak ada nyeri tekan.
Ekstremitas Atas
: Tidak oedema, tidak ada nyeri tekan.
30
bawah c)
d)
: Tidak oedema, tidak ada nyeri tekan.
Auskultasi Dada
: Tidak terdengar ronchi dan wheezing.
Abdomen
: Kembung.
Perkusi Reflek pattela : Kaki kanan (+), kaki kiri (+).
2. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Diagnosa yang ditentukan harus berdasarkan data subjektif dan data objektif yang ditemukan pada ibu. Dx
: Ny. ..... G..... P..... A..... Usia kehamilan 6-8 minggu dengan hyperemesis gravidarumringan.
Ds
: Data berasal dari klien atau pasien yang mendukung diagnosa ibu
Do
: Data berasal dari hasil pemeriksaan yang mendukung diagnosa.
3. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial Pada langkah ini dapat diidentifikasi diagnosa atau masalah potensial lain
berdasarkan
rangkaian
masalah
atau
diagnosa yang
sudah
teridentifikasi. Diagnosa Potensial Pada Janin
: IUGR, Abortus.
Pada Ibu
: Hyperemesis gravidarumsedang-berat.
4. Identifikasi Kebutuhan Segera Dalam
teori
mengatakan
bagi
penderita
hyperemesis
gravidarumtingkat1 tidak diperlukan kolaborasi dengan dr.SpOG. 5. Intervensi Dx
: Ny. ..... G..... P..... A..... UK 6-8 minggu dengan Hyperemesis gravidarumringan.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan kehamilan ibu berjalan normal tanpa adanya komplikasi. Kriteria hasil : a) Keadaan umum
: Baik
31
b) Kesadaran
: Composmentis
c) Suhu normal
: 36,5-37,5OC
d) Tekanan darah
: (110/70-120/80)
e) Nadi normal
: (60-80x/m)
f)
: (16-24x/m)
Pernafasan
g) Ibu tidak mual muntah secara berlebihan h) Turgor kulit baik i)
Mata tidak cekung j)
Nutrisi ibu terpenuhi
Intervensi
:
a. Lakukan pendekatan terapeutik pada ibu. Melakukan pendekatan terapeutik pada ibu dan keluarga dapat membina rasa saling percaya antara ibu dan keluarga serta petugas kesehatan sehingga hasil yang diperoleh maksimal. b. Beritahu hasil pemeriksaan pada ibu Agar ibu mengerti tentang keadaan dirinya dan bisa lebih kooperatif. c. Kaji ulang keluhan ibu Mengetahui adanya komplikasi dengan segera. d. Berikan konseling tentang tanda bahaya kehamilan seperti penglihatan menjadi kabur, kepala pusing, nyeri perut yang hebat, oedema muka, tangan, dan kaki serta pendarahan pervaginam. Bila terjadi tanda bahaya kehamilan dapat diketahui secara dini dan dapat ditangani secara dini pula. e. Anjurkan ibu makan yang tidak merangsang mual dan berminyak. Mengurangi mual f.
Anjurkan makan sedikit tapi sering Mengurangi mual.
g. Anjurkan banyak minum air Mempertahankan dehidrasi tubuh ibu. h. Hidari minuman atau makanan yang asam untuk mengurangi iritasi lambung. Mengurangi muntah.
32
i.
Berikan informasi dan edukasi tentang kehamilan kepada ibu dengan maksud menghilangkan faktor psikis rasa takut.
Ibu dapat menghadapi kehamilannnya lebih tenang. j.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi obat dan cairan parenteral. Memberi terapi yang tepat untuk ibu.
6. Implementasi Dilakukam sesuai dengan intervensi yang telah dibuat. Rencana menyeluruh seperti yang diuraikan diatas secara efisien dan aman. 7. Evaluasi Dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keefektifan dan keberhasilan dari asuhan yang diberikan dengan mengacu pada kriteria hasil (Anonymous, 2010). D. Landasan dan Wewenang Bidan Kewenangan bidan diatur dalam Permenkes No.1464/Menkes/SK/III/2010 tentang izin pelayanan praktik bidan untuk memberi pelayanan yang tertuang dalam pasal 9 yang terdiri dari : 1. Pelayanan kesehatan ibu. 2. Pelayanan kesehatan anak. 3. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana. Pasal 10 a. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf a diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua kehamilan. b. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : 1) Pelayanan konseling pada masa pra hamil. 2) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal. 3) Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan. 4) Pelayanan ibu menyusui dan 5) Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan.
33
c. Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berwenang untuk : 1) Episiotomi. 2) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II. 3) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan rujukan. 4) Pemberian tablet Fe pada ibu hamil. 5) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas. 6) Fasilitas/bimbingan inisiasi menyusui dini dan promosi air susu ibu ekslusif. 7) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala III dan postpartum. 8) Penyuluhan dan konseling. 9) Bimbingan pada kelompok ibu hamil. 10)
Pemberian surat keterangan kematian dan
11)
Pemberian surat keterangan cuti bersalin.
DAFTAR PUSTAKA Al-quran Terbitan Departemen Agama RI: CV Penerbit Diponegoro (2006). HR. Buchori Muslim. HR. Muslim. Anonymous. (2010). Asuhan Kebidanan Ny.T Kehamilan Dengan Hiperemesis Gravidarum Tingkat 1 [Internet] http://infomediakita.com/2010/04/asuhankebidanan-ny-t-kehamilan-dengan.html diakses pada tanggal 20 maret 2016. Depkes. 2015 Bab 1 Pendahuluan [internet] dikutip tanggal 10 April 2016 dari http://www.depkes.go.id/resources/download/info-publik/Renstra-2015.pdf Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis. (2015/2016) Angka Kematian Ibu. Ciamis Dorland, N. (2012) Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Norma, N., dan Dwi, M., (2013) Asuhan kebidanan patologi. Yogyakarta: Nuha Medika. Nugraheni, E. (2010) Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta: Pustaka rihama. Parwirohardjo, S. (2013) Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo RSUD Ciamis. (2016) Data Rekam Medik. Ciamis. Rukiyah, Y., dan Yulianti L. (2010) Asuhan Kebidanan Patologi Kebidanan 4. Purwakarta: Trans Info Media, Jakarta. Setiawan, A. (2010). Metodologi penelitian Kebidanan. Jakarta: Nuha Medika. Sulistyawati, A. (2011) Asuhan kebidanan pada masa kehamilan. Jakarta: Salemba medika. Sumai, E. (2014) Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Hiperemesis gravidarum [internet] ejurnal.poltekkesmanado.ac.id/index php/jib/article/download/226/241 diakses pada tanggal 12 mei 2016. Suryani, S. (2008) Konsep Kebidanan. Bandung: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Taufan, N. (2012) Patologi Kebidanan. Yogyakarta: PT Nuha Medika.
Umboh, HS (2014) ) Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Hiperemesis gravidarum [internet] ejurnal.poltekkesmanado.ac.id/index. php/jib/article/download/220/235 diakses pada tanggal 12 mei 2016. Walyani, ES. (2015) Asuhan Kebidanan Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka Press Winkjosastro. (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. WHO. (2014). Angka Kematian Ibu di Dunia [internet]. http://www.who.Int. Diakses pada tanggal 30 maret 2016. Yuni, K.,DKK. (2010) Perawatan Ibu Hamil (Asuhan Ibu Hamil). Yogyakarta: Fitramaya.