ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM DI RUANG POLI KEBIDANAN RSUD dr. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA
LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan
Oleh HILMA MEGALAILI FITRI NOOR NIM. 13DB277018
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS 2016
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan mengandung resiko atau komplikasi yang dapat menyebabkan kesakitan dan kematian ibu dan bayinya sekitar 20-30 %. Salah satu indikator utama derajat kesehatan suatu negara adalah Angka Kematian Ibu (AKI).Menurut World Health Organization (WHO)”kematian maternal adalah kematian seorang wanita hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab-sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan.” Angka kematian maternal adalah jumlah kematian maternal diperhitungkan terhadap 1.000 atau 100.000 KH (Rahma, 2015). Kehamilan
merupakan
proses
yang
alamiah.
Perubahan-
perubahan yang terjadi pada wanita selama kehamilan normal adalah bersifat fisiologis bukan patologis. Kehamilan juga merupakan proses alamiah untuk menjaga kelangsungan peradaban manusia. Kehamilan baru bisa terjadi jika seorang wanita sudah mengalami pubertas yang ditandai dengan terjadinya menstruasi (Wulanda,2011). Sebagaimana Allah berfirman dalam surat Assajdah ayat 7-9 adalah
Artinya : “Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah (7). Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah (8). Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur (9). (Q.S Assajdah Ayat 7-9)
Setiap kehamilan merupakan proses alamiah, bila tidak dikelola dengan baik akan memberikan komplikasi pada ibu dan janin dalam keadaan sehat dan aman. Oleh karenya, asuhan yang diberikan adalah asuhan yang menimimalkan intervensi. Kematian maternal sekitar 800 perempuan meninggal saat kehamilan dan persalinan setiap harinya di dunia. Ini terjadi terutama di negara-negara berkembang. Hiperemesis gravidarum terjadi di seluruh dunia dengan angka kejadian beragam. Tabel 1.2 Daftar presentasi Hiperemesis Gravidarum di Negara Berkembang No
Negara
Presentasi Hiperemesis Gravidarum
1. Swedia 2. California 3. Canada 4. China 5. Norwegia 6. Pakistan 7. Indonesia 8. Turki Sumber : WHO, 2012 Literatur juga menyebutkan
0,3 % 0,5 % 0,8 % 10,8 % 0,9 % 2,2 % 3% 1,9 %
bahwa
perbandingan
insidensi
hiperemesis gravidarum secara umum adalah 4 : 1.000 kehamilan sedangkan di Indonesia angka kejadian hiperemesis gravidarum adalah 1-3 % dari seluruh kehamilan (WHO, 2012) Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang terjadi sampai usia kehamilan 20 minggu, muntah begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum di muntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi dan terdapat aseton dalam urin (Nugroho, 2012) Sebagaimana Syaikh Abdurrahman Nashir As-Sa’diy rahimahullah berkata :
، من حني يكون نطفة، فال تزال تالقي املشاق، مشقة على مشقة:أي مث وج الوالدة، وتغري احلال، والثقل، والضعف، واملرض،من الوحم
Artinya : “ Yaitu, kesusahan diatas kesusahan, terus-menerus menemui kesusahan sejak kandungan berbentuk nutfah berupa mengidam/tidak berselera makan [mungkin maksud beliau juga muntahmuntah saat hamil, wallohu a’lam], sakit, kelemahan, beban dan perubahan keadaan. Kemudian, dari Ibu merasakan sakitnya melahirkan.” ( Taisir Karimir Rahmah hal. 617, Ibnu Hazm Beirut cet. Pertama tahun 1424 H ) Berdasarkan survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2013 angka kematian ibu (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas) sebesar 214 per 100.000 kelahiran hidup. Selaras dengan
MDGs,
Departemen
Kesehatan
(DepKes)
menargetkan
penurunan AKI di Indonesia pada tahun 2015 adalah 102 kematian per 100.000 kelahiran hidup dan penurunan AKB pada tahun 2015 adalah menjadi 22 kematian per 1000 kelahiran hidup. Namun hasil survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2010 menunjukkan bahwa AKI adalah 214 kematian per 100.000 kelahiran
hidup
(KeMenKes, 2012). AKI berdasarkan data profil kesehatan Jawa Barat tahun 2014 sebesar 96/100.000 kelahiran hidup, yaitu sekitar 19,8% dari jumlah angka kematian ibu menurut SDKI. Jumlah kejadian hiperemesis gravidarum di Jawa Barat yaitu sebesar 60-80% wanita hamil trimester pertama pada kehamilan. Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya Tahun 2015, bahwa AKI di Kota Tasikmalaya yaitu sebesar 20 kasus per 10.885 kelahiran hidup. Pada umumnya
kematian Ibu
terjadi pada saat nifas (48,3 %), pada saat hamil (37,9%), pada saat persalinan (13,7%). Studi pendahuluan yang dilakukan penulis di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya Tahun 2015 terdapat 2726 kasus ibu hamil dengan komplikasi. Tabel 1.3 Daftar presentasi komplikasi pada kehamilan di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya. No
Komplikasi pada kehamilan
Jumlah kasus
Presentasi
1. 2. 3.
KPD Abortus Pre-eklampsia berat
902 711 592
33,1 % 26,1 % 21, 7 %
4. Pre-eklampsia ringan 243 5. Prematur kontraksi 107 6. KPSW 62 7. Hiperemesis Gravidarum 51 8. Eklampsia 25 9. Plasenta previa 20 10. Solusio plasenta 13 Sumber : Rekam Medik RSUD dr. Soekardjo, 2015
8,9 % 3,9 % 2,3 % 1,8 % 0,9 % 0,7 % 0,4 %
Kematian ibu atau maternal adalah kematian seorang ibu sewaktu hamil atau dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, tidak bergantung pada tempat atau usia kehamilan. Kematian ibu ini dibagi menjadi kematian langsung dan kematian tidak langsung. Kematian ibun langsung adalah ini sebagai akibat komplikasi kehamilan, persalinan, nifas dan segala intervensi atau penanganannya yang tidak tepat dari komplikasi tersebut. Kematian ibu tidak langsung sebagai akibat penyakit yang sudah ada tau penyakit yang timbul sewaktu kehamilan (Wiknjosastro, 2010). Salah
satu
penyebab
kasus
komplikasi
obstetri
adalah
Hiperemesis Gravidarum (HEG), dimana merupakan masalah yang masih kontroversial
dalam
kebidanan.
HEG
sering
kali
menimbulkan
konsekuensi yang berimbas pada mordibitas dan mortalitas pada ibu maupun bayi terutama pada kematian perinatal yang cukup tinggi ini antara lain disebabkan karena kematian akibat kurang bulan, dan kejadian infeksi yang meningkat karena partus tak maju, partus lama, dan partus buatan yang sering dijumpai. Pada pengelolaan kasus hiperemesis gravidarum terutama pada pengelolaan konservatif. Penelitian yang dilakukan oleh Elfanny Sumai, Femmy Keintjem, dan Iyam Manueke pada tahun 2014 di RSUD dr. Sam Ratulangi Tondano Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara. Responden terbanyak yang mengalami hiperemesis gravidarum pada umur < 20 tahun (51%) dan paling sedikit yaitu responden dengan umur >35 tahun (8%) artinya ada hubungan yang signifikan antara umur dengan kejadian Hiperemesis gravidarum. Responden terbanyak pada kelompok paritas yang mengalami Hiperemesis Gravidarumyaitu primipara (57%) dan paling sedikit grandemultipara (14%) artinya ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan kejadian Hiperemesis gravidarum.
Mual dan muntah mempengaruhi hingga > 50% kehamilan, terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60% pada multigravida. Kebanyakan perempuan mampu mempertahankan kebutuhan cairan dan nutrisi dengan diet, dan simptom akan teratasi hingga akhir semester pertama. Penyebab Hiperemesis Gravidarum karena meningkatnya Hormone Choironic Ghonodhotropin (HCG) dapat menjadi faktor mual dan muntah. Peningkatan kadar hormon progesteron menyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal mengalami relaksasi sehingga motilitas menurun dan lambung menjadi kosong. HEG yang merupakan komplikasi ibu hamil muda bila terjadi terus menerus dapat mengakibatkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, serta dapat mengakibatkan cadangan karbohidarat
dan
lemak
habis
terpakai
untuk
keperluan
energi
(winkjosastro, 2010) Melihat penyebab hiperemesis gravidarum dan hasil penelitian tersebut, penulis tertarik untuk mengambil studi kasus asuhan kebidanan secara komprehensif pada pada ibu hamil dengan
hiperemesis
gravidarum. Dari uraian diatas penyebab-penyebab dapat dicegah dan diatasi dengan penanganan pada saat hamil, salah satunya dengan dengan pemeriksaan antenatal yang memenuhi standar. Menurut Manuaba
(2011)
pengawasan
sebelum
lahir
(antenatal)
terbukti
mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kesehatan mental dan fisik serta dalam proses pelayanan pada ibu hamil untuk persiapan persalinannya. Dengan pengawasan tersebut dapat diketahui berbagai komplikasi yang dapat mempengaruhi kehamilan sehingga dapat segera diatasi (Jannah, 2012). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas dapat diambil suatu rumusan masalah tentang “Bagaimana Asuhan Kebidanan secara Komprehensif pada Ibu Hamil Ny. R umur 22 tahun G2P1A0 usia kehamilan 7 minggu dengan Hiperemesis Gravidarum di Ruang Poli KebidananRSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya ?”
C. Tujuan 1. Tujuan Umum Dapat memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif pada ibu hamil dengan Hiperemesis Gravidarum di ruang poli kebidanan RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya. 2. Tujuan Khusus a. Mampu melakukan pengkajian pada Ny. R G 2P1A0 hamil 7 minggu dengan hiperemesis gravidarum b. Mampu
melakukan
interprestasi
data
serta
merumuskan
diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan pada Ny. R G2P1A0 hamil 7 minggu dengan hiperemesis gravidarum. c. Mampu mengantisipasi kemungkinan timbulnya diagnosa atau masalah potensial pada ibu hamil Ny. R G 2P1A0 hamil 7 minggu dengan hiperemesis gravidarum. d. Mampu melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi pada ibu hamil Ny. R G2P1A0 hamil 7 minggu dengan hiperemesis gravidarum e. Mampu mengintervensikan rencana tindakan asuahan yang akan dilakukan sesuai dengan pengakajian pada Ny. R G 2P1A0 hamil 7 minggu dengan hiperemesis gravidarum. f.
Mampu melaksanakan perencanaan tindakan asuhan kebidanan pada Ny. R G2P1A0 hamil 7 minggu dengan hiperemesis gravidarum.
g. Melakukan evaluasi hasil asuhan kebidanan yang di berikan pada Ny. R G2P1A0 hamil 7 minggu dengan hiperemesis gravidarum. D. Manfaat 1. Manfaat Teoritis Diharapkan hasil laporan ini dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi perkembangan ilmu kebidanan, khususnya dalam pemberian asuhan kebidanan komprehensif pada ibu hamil.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Ibu Diharapkan dengan menggunakan asuhan kebidanan pada ibu hamil di harapkan ibu dapat melewati kehamilan dengan sehat. b. Bagi Lahan Praktik Diharapkan
manfaatnya
bagi
RSUD
dr.
Soekardjo
Tasikmalaya, dapat mempertahankan semua pelayanan yang sudah maksimal dan dapat meningkatkan pelayanan kebidanan pada klien secara komprehensif, sehingga klien dapat merasa puas dan senang atas pelayanan yang telah di berikan. c. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan bermanfaat sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan menghasilkan lulusan bidan yang professional dan mandiri, juga sebagai penambah bahan kepustakaan yang dapat dijadikan studi banding bagi studi kasus selanjutnya mengenai pendokumentasian kebidanan kehamilan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar 1. Kehamilan a. Definisi Kehamilan Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari ( 40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 trimester yaitu trimester pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, trimester kedua di mulai dari bulan ke empat sampai 6 bulan dan trimester ketiga dari bulan ke tujuh sampai 9 bulan (Prawihardjo, 2010). Kehamilan merupakan proses yang alamiah. Perubahanperubahan yang terjadi pada wanita selama kehamilan normal adalah bersifat fisiologis bukan patologis. Kehamilan juga merupakan
proses
alamiah
untuk
menjaga
kelangsungan
peradaban manusia. Kehamilan baru bisa terjadi jika seorang wanita
sudah
mengalami pubertas
yang
ditandai dengan
terjadinya menstruasi. Banyak hal dan banyak organ yang terlibat selama proses kehamilan (Wulanda, 2011). Proses kehamilan merupakan mata rantai yang bersinambung dan terdiri dari: ovulasi,
migrasi
spermatozoa
dan
ovum,
konsepsi
dan
pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba 2012). Proses
kehamilan
menurut
pandangan
Islam
dan
dihubungkan dengan sabda Rasululloh Saw, adalah :
س ْو ُل ه ض َي ه َوهُ َو.صلم. ِّللا ْ َع ِن ا ْب ِن َم ُ ;ح َّدثَنا َ َر َ ّللاُ َع ْنهُ قا َ َل ِ س ُع ْو ٍد َر ْ ُق ; ِإنَّ أَ َح َد ُك ْم لَيُ ْج َم ُع َخ ْلقُهُ ِف ْي بَ ْط ِن أُ ِّمه أَ ْربَ ِع ْي َن يَ ْوما ً ن ًطفَة ُ صد ُْو ُ صا ِد ْ ق ا ْل َم َّ ال س ُل ِإلَ ْي ِه ْ ثُ َّم يَ ُك ْونُ ُم، ثُ َّم يَ ُك ْونُ َعلَقَةً ِم ْث َل ذاَ ِل َك، َ ثُ َّم يُ ْر، ض َغةً ِمثْ َل ذاَ ِل َك
، َو َع َملِه، َوأَ َجلِه، ت ; ِر ْزقِه ُّ ا ْل َملَ ُك فَيَ ْنفُ ُخ فِ ْي ِه ٍ َ َويُ ْؤ َم ُر ِبأ َ ْربَ ِع َكلِما، الر ْو َح - س ِع ْيد َ الحديث رواه أحمد َو َه ْل ُه َو َ شقِ ٌّي أَ ْو Artinya : “ Dari Ibnu Mas’ud RA, ia berkata : Telah bersabda kepada kami Rasulullah SAW – Beliau adalah orang yang jujur dan terpercaya; “Sesungguhnya seorang diantara kamu (setiap kamu) benar-benar diproses kejadiannya dalam perut ibunya selama 40 hari berwujud air mani; kemudian berproses lagi selama 40 hari menjadi segumpal darah; lantas berproses lagi selama 40 hari menjadi segumpal daging; kemudian malaikat dikirim kepadanya untuk meniupkan roh kedalamnya; lantas (sang janin) itu ditetapkan dalam 4 ketentuan : 1. Ditentukan (kadar) rizkinya, 2. Ditentukan batas umurnya, 3. Ditentukan amal perbuatannya, 4. Ditentukan apakah ia tergolong orang celaka ataukah orang yang beruntung“ (HR Ahmad). Hadis tersebut Dimuka menjelaskan proses kejadian manusia dalam rahim ibunya, yaitu 40 hari pertama berwujud “ Nutfah
“ (air mani laki-laki bersenyawa
perempuan),
40
hari
kedua
berproses
dengan
sel telur
menjadi “
Alaqah
“ (segumpal darah), 40 hari ketiga berproses menjadi “ Mudlghoh “ (segumpal daging). b. Tanda-tanda Kehamilan Untuk dapat menegakkan kehamilan ditetapkan dengan melakukan penilaian terhadap beberapa tanda dan gejala kehamilan (Marjati, 2011) 1. Tanda Dugaan Hamil a) Amenorea (berhentinya menstruasi) Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel de graaf dan ovulasi sehingga menstruasi tidak
terjadi.
Lamanya
amenorea
dapat
diinformasikan dengan memastikan hari pertama haid terakhir (HPHT), dan digunakan untuk memperkirakan kehamilan dan tafsiran persalinan. Tetapi, amenorea juga dapat disebabkan oleh penyakit kronik tertentu, tumor pituitari, perubahan dan faktor lingkungan, malnutrisi, dan
biasanya gangguan emosional seperti ketakutan akan kehamilan. b) Mual (nausea) dan muntah (emesis) Pengaruh pengeluaran
estrogen
asam
dan
lambung
progesteron
yang
terjadi
berlebihan
dan
menimbulkan mual muntah yang terjadi terutama pada pagi hari yang disebut morning sicknes. Dalam batas tertentu hal ini masih fisiologis, tetapi bila terlampau sering dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang disebut dengan hiperemesis gravidarum. c) Ngidam (menginginkan makanan tertentu) Wanita hamil sering sering menginginkan makanan tertentu, keinginan yang demikian disebut ngidam. Ngidam sering terjadi pada bulan-bulanan pertama kehamilan dan akan menghilang dengan tuanya kehamilan. d) Syncope (pingsan) Terjadigangguan
sirkulasi
ke
daerah
kepala
(sentral) menyebabkan iskemia susunan syaraf pusat dan menimbulkan syncope atau pngsan. Hal ini sering terjadi terutama jika berada pada tempat yang ramai, biasanya akan hilang setelah 16 minggu. e) Kelelahan Sering
terjadi
penurunan
pada
kecepatan
trimester
pertama,
basal
akibat
metabolisme
dari
(basal
metabolisme rate-BMR) pada kehamilan yang akan meningkat seiring pertambahan usia kehamilan akibat aktifitas metabolisme hasil konsepsi. f)
Payudara Tegang Estrogen duktus
pada
meningkatkan payudara,
perkembangan
sedangkan
sistem
progesteron
menstimulasi perkembangan sistem alveolar payudara. Bersama
somatomamotropin,
hormon-hormon
ini
menimbulkan perasaan tegang dan nyeri selama dua
bulan pertama kehamilan, pelebaran puting susu, serta pengeluaran kolostrum. g) Sering miksi Desakan rahim kedepan menyebabkan kandung kemih cepat tersa penuh dan sering miksi. Frekuensi miksi yang sering terjadi pada triwulan pertama akibat desakan uterus ke kandung kemih. Pada triwulan kedua umumnya keluhan ini akan berkurang karena uterun yang membesar keluar dari keluar rongga panggu. Pada akhir triwulan, gejala bisa timbul karena janin mulai masuk ke rongga panggul dan menekan kembali kandung kemih. h) Konstipasi atau obstipasi Pengaruh
progesteron
dapat
menghambat
paristaltik usus (tonus otot menurun) sehingga kesulitan untuk BAB i)
Pigmentasi kulit Pigmentasi terjadi pada usia kehamilan lebih dari 2 minggu. Terjadi akibat pengaruh hormon kortikosteroid plasenta yang merangsang melanofor dan kulit.
j)
Epulis Hipertropi papila ginggivae/gusi, sering terjadi pada triwulan pertama.
k) Varises Pengaruh
estrogen
dan
progesteron
menyebabkan
pelebaran pembuluh darah terutama bagi wanita yang mempunyai bakat. Varises dapat terjadi di sekitar genetalia eksterna, kaki dan betis, serta payudara. Penampakan pembuluh darah ini dapat hilang setelah persalinan. 2. Tanda Kemungkinan (Probability sign) Tanda
kemungkinan
adalah
perubahan-perubahan
fisiologis yang dapat diketahui oleh pemeriksan dengan melakukan pemeriksaan fisik pada ibu hamil. Tanda kemungkinan ini terdiri atas hal-hal berikut : a) Pembesaran perut
Terjadi akibat pembesaran uterus. Hal ini terjadi pada bulan ke empat kehamilan. b) Tanda hegar Tanda
hegar
adalah
pelunakan
dan
dapat
ditekannya isthimus uteri. c) Tanda goodel Tanda goodel adalah pelunakan serviks. Pada wanita yang tidak hamil serviks seperti ujung hidung, sedangkang pada wanita hamil melunak seperti bibir. d) Tanda chadwick Perubahan warna menjadi keunguan pada vulva dan mukosa vagina termasuk porsio dan serviks. e) Tanda piscaseck Merupakan pembesaran uterus tidak simetris. Terjadi karena ovum berimplantasi pada daerah dekat dengan kornu sehingga daerah tersebut berkembang lebih dulu. f)
Kontraksi braxton hicks Merupakan peregangan sel-sel otot uterus, akibat meningkatnya actomysin di dalam otot uterus. Kontraksi ini tidak bermitrik, sporadis, tidak nyeri, biasanya timbul pada kehamilan delapan minggu, tetapi baru dapat diamati dari pemeriksaan abdominal pada trimester ketiga. Kontraksi ini akan
terus
meningkat
frekuensinya,
lamanya
dan
kakuatannya sampai mendekati persalinan. g) Teraba ballotement Ketukan
yang mendadak
pada
uterus dapat
menyebabkan janin bergerak dalam cairan ketuban yang dapat dirasakan oleh tangan pemeriksa. Hal ini harus ada pada pemeriksaan kehamilan karena perabaan bagian seperti bantuk janin saja saja tidak cukup karena dapat saja merupakan myoma uteri.
h) Pemeriksaan tes biologis kehamilan (planotest) positif Pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi adanya human chorionic gonadotropin (HCG) yang diproduksi oleh sinsiotropoblastik sel selama kehamilan. Hormon direkresi ini peredaran darah ibu (pada plasma darah), dan direkresi pada urine ibu. Hormon ini dapat mulai dideteksi pada pada 26 hari setelah konsepsi dan meningkat dengan cepat pada hari ke 30-60. Tingkat tertinggi pada hari 60-70 usia gestasi, kemudian menurun pada hari ke 100-130. 3. Tanda Pasti (Positive Sign) Tanda pasti adalah tanda yang menunjukkan langsung keberadaan janin, yang dapat dilihat langsung oleh pemeriksa. Tanda pasti kehamilan terdiri atas hal-hal berikut ini. a) Gerakan janin dalam rahim Gerakan janin ini harus dapat diraba dengan jelas oleh pemeriksa. Gerakan janin baru dapat dirasakan pada usia kehamilan sekitar 20 minggu. b) Denyut jantung janin Dapat didengar dengan pada usia 12 minggu dengan
menggunakan
alat
fetal
electrocardiograf
(misalnya dopler). Dengan stetoscope laenec DJJ baru dapat didengar pada usia kehamilan 18-20 minggu. c) Bagian-bagian janin Bagian-bagian janin yaitu bagian besar janin (kepala dan bokong) serta bagian kecil janin (lengan dan kaki) dapat diraba dengaan jelas pada usia kehamilan lebih tua (trimester terakhir). Bagian janin ini dapat dilihat lebih sempurna lagi menggunakan USG. d) Kerangka janin Kerangka janin dapat dilihat dengan foto rontgen maupun USG. c. Perubahan Fisiologis dan Psikologis Menurut Sulistyawati (2011) perubahan fisiologis ibu hamil di antaranya :
1) Rahim atau Uterus Rahim yang besarnya sejempol atau beratnya 30 gram akan menjadi 1000 gram saat akhir kehamilan. 2) Vagina (liang senggama) Vagina dan vulva akan mengalami peningkatan pembuluh darah karena pengaruh estrogen sehingga tampak makin merah dan kebiruan. 3) Ovarium rmengandung korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada umur kehamilan 16 minggu. 4) Payudara Payudara menjadi lebih besar, glandula montgomery makin tampak, aerola payudara makin hiperpigmentasi. 5) Sirkulasi darah Sel darah makin meningkat jumlahnya untuk mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim. Serum darah (volume darah) meningkat sebesar 25-30 % sedangkan sel darah bertambah sekitar 20%. 6) Berat badan ibu hamil bertambah Berat badan ibu hamil akan bertambah antara 6,5 sampai 16,5 kgs selama hamil atau terjadi kenaikan berat badan sekitar 0,5 kg/minggu. d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kehamilan Menurut Lockhart (2014) ada tiga faktor yang mempengaruhi kehamilan yaitu faktor fisik, faktor psikologis, dan faktor sosial budaya dan ekonomi. 1) Faktor Fisik Seorang ibu hamil dipengaruhi oleh status kesehatan dan status gizi tersebut. Status kesehatan dapat diketahui dengan memeriksakan diri dan kehamilanya ke pelayanan kesehatan terdekat, puskesmas, rumah bersalin atau poliklnik kebidanan. Selain itu status gizi ibu hamil juga merupakan hal yang
sangat berpengaruh selama masa kehamilan. Kekurangan gizi tentu saja akan menyebabkan akibat yang buruk bagi ibu dan janinnya. Ibu dapat menderita anemia, sehingga suplai darah yang mengantarkan oksigen dan makanan pada janinnya akan terhambat, sehingga janin akan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. 2) Faktor Psikologis a) Stress Stress
yang
terjadi
pada
ibu
hamil
dapat
mempengaruhi kesehatan ibu dan jani. Janin dapat mengalami
keterlambatan
perkembangan
atau
gangguan emosi saat lahir nanti jika stress pada ibu tidak tertangani dengan baik. b) Dukungan keluarga Dukungan keluarga merupakan andil yang besar dalam menentukan status kesehatan ibu. Jika seluruh keluarga
mengharapkan
kehamilan,
mendukung
bahkan memperlihatkan dukungannya dalam berbagai hal, maka ibu hamil akan merasa lebih percaya diri, lebih bahagian dan lebih siap dalam menjalani kehamilan, persalinan dan nifas. 3) Faktor Lingkungan Sosial, Budaya dan Ekonomi Faktor ini mempengaruhi kehamilan dari segi gaya hidup, adat istiadat, fasilitas kesehatan dan tentu saja ekonomi. Gaya hidup sehat adalah gaya hidup yang digunakan ibu hamil. Seorang ibu hamil sebaiknya tidak merokok, bahkan kalau perlu menghindari asap rokok kapan dan dimana saja. e. Kebutuhan Dasar Ibu Hamil 1) Kebutuhan Fisik Ibu Hamil a) Oksigen Pada dasarnya kebutuhan oksigen semua manusia sama yaitu udara yang bersih, tidak kotor atau polusi udara,
tidak
bau,
dsb.
Pada
prinsipnya
hindari
ruangan/tempat yang dipenuhi polusi udara (terminal, ruangan yang sering di pergunakan merokok). b) Nutrisi Ibu yang sedang hamil bersangkutan dengan proses pertumbuhan yaitu pertumbuhan fetus yang ada di dalam kandungan dn pertumbuhan berbagai organ ibu, pendukung proses kehamilan seperti adneksa, mammae dll. Makanan yang diperlukan untuk : (a) Pertumbuhan janin (b) Plasenta (c) Uterus (d) Payudara (e) Organ lain 2) Kebutuhan Gizi Ibu Hamil a)
Pada kehamilan trimester I (minggu 1-14) kebutuhan gizi masih seperti biasa.
b)
Pada kehamilan trimester II (minggu 15-28) dimana pertumbuhan janin cepat, ibu memerlukan kalori yang kurang lebih 285 dan protein lebih tinggi dari biasanya menjadi 1,5 gr/kg BB.
c)
Pada kehamilan trimester III (minggu 28-lahir) kalori sama dengan trimester II tetapi protein naik menjadi2 gr/kg BB.
d)
Ibu yang cukup makanannya mendapatkan kenaikan BB yang cukup baik. Kenaikan BB selama hamil rata-rata : 913,5 kg. (a) Kenaikan BB selama TM I
: min 0,7-1,4 kg
(b) Kenaikan BB selama TM II
: 4,1 kg
(c) Kenaikan BB selama TM III
: 9,5 kg
Uterus dan plasenta masing-masing membutuhkan 550 gr dan 50 gr protein. Kebutuhan total protein 950 gr, Fe 0,8 gr, dan asam folik 300 µg perhari. Sebagai pengawasan, kecukupan ibu gizi hamil dan pertumbuhan kandungannya dapat di ukur berdasarkan
kenaikan berat badannya. Kenaikan berat badan rata-rata antara 10-12 kg. Kenaikan berat badan yang berlebihan atau bila berat badan ibu turun setelah kehamilan triwulan kedua, harusnya menjadi perhatian. 3) Personal Hygiene 1) Mandi Mandi diperlukan untuk kebersihan kulit terutama untuk perawatan kulit karena pada ibu hamil fungsi ekresi kringat bertambah. Dan menggunakan sabun yang ringan lembut agar kulit tidak teriritasi. Mandi berendam air hangat selam hamli tidak dianjurkan karena apabila suhu tinggi akan merusak janin jika terjadi pada waktu perkembangan yang kritis, dan pada trimester 3 mandi berendam dihindari karena resiko jatuh lebih besar, dikarenakan keseimbangan tubuh ibu hamil sudah berubah. Manfaat mandi : (a) Merangsang sirkulasi (b) Menyegarkan (c) Menghilangkan kotoran (d) Gunakan sabun yang mengandung antiseptik 2) Perawatan gigi Pemerikasaan gigi minimal dilakuakan 1 kali selama hamil. Pada ibu hamil gusi menjadi lebih peka dan mudah berdarah karena dipengaruhi oleh hormon kehamilan yang menyebabkan oleh hipertropi. Bersihkan gigi dan gusi dengan benang gigi atau sikat gigi dan boleh memakai obat kumur. Cara merawat gigi : (a) Tambal gigi yang berlubang (b) Mengobati gigi yang terinfeksi (c) Mencegah gigi karies 3) Perawatan rambut Rambut harus bersih, keramas 1 minggun 2-3 kali
4) Payudara (a) Puting harus dibersihkan (b) Persiapan menyusui dengan perawatan putting dan kebersihan payudara. 5) Perawatan vagina atau vulva (a) Celana dalam harus kering (b) Jangan gunakan obat atau penyemprot kedalam vagina (c) Sesudah BAB atau BAK dilap dengan lap khusus (d) Vagina touching Sebaiknya selama hamil tidak melakukan vaginal touching
bias
menyebabkan
perdarahan
atau
embolus (udara masuk ke dalam peredaran darah). 6) Perawatan kuku Kuku bersih dan pendek 7) Kebersihan kulit Apabila terjadi infeksi kulit segera diobati, dan dalam pengobatan dilakukan dengan advice dokter. 4) Pakaian 1) Pakaian harus longgar, bersih dan tidak ada ikatan yang ketat pada daerah perut dan leher 2) Stocking
tungkai
tidak
dianjurkan
karena
dapat
menghambat sirkulasi. 3) Pakailah bh yang menyokong payudara, dan harus mempunyai tali yang besar sehingga tidak terasa sakit pada bahu. 4) Memakai sepatu dengan tumit yang tidak terlalu tinggi 5) Pakaian dalam yang selalu bersih 5) Eliminasi Masalah eliminasi tidak mengalami kesulitan, bahkan cukup lancar. Dengan kehamilan terjadi perubahan hormonal, sehingga daerah kelamin menjadi basah. Situasi basah ini menyebabkan jamur (trikomonas) kambuh sehingga wanita mengeluh gatal dan mengeluarkan keputihan. Rasa gatal
sangat
mengganggu
sehingga
sering
digaruk
dan
menyebabkan saat berkemih terdapat residu (sisa) yang memudahkan infeksi kandung kemih. Untuk melancarkan dan mengurangi infeksi kandung kemih yaitu denga minum dan menjaga kebersihan sekitar alat kelamin. 6) Seksual Seksualitas adalah ekpresi atau ungkapan cinta dari dua individu atau perasaan kasih sayang, menghargai, perhatian dan saling menyenangkan satu sama lain, tidak hanya terbatas pada tempat tidur atau bagian – bagian tubuh. f.
Tanda Bahaya Ibu Hamil 1. Sakit kepala yang hebat Sakit kepala pada kehamilan adalah umum, dan seringkali merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang menunjukan suatu masalah yang serius adalah sakit kepala yang hebat yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat.Kadang – kadang, dengan sakit kepala yang hebat tersebut, ibu mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur atau berbayangan. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari preeklampsia. 2. Masalah visual Karena pengaruh hormonal, ketajaman visual ibu dapat berubah dalam kehamilan. Perubahan yang kecil adalah normal. Masalah visual yang mengidentifikasi keadaan yang mengancam
jiwa
adalah
perubahan
visual
mendadak,
misalnya pandangan kabur atau berbayang – bayang/berbintik – bintik. Perubahan visual ini mungkin disertai demam sakit kepala yang hebat. Perubahan visual mendadak merupakan suatu tanda preeklampsia. 3. Bengkak pada muka dan tangan Hampir separuh dari ibu – ibu yang akan mengalami bengkak yang normal pada kaki biasanya muncul pada sore
hari
dan
biasanya
hilang
setelah
beristirahat
atau
meletakannya lebih tinggi. 4. Nyeri abdominal yang hebat Nyeri
abdominal
yang
tidak
berhubungan
dengan
persalinan normal adalah tidak normal.Nyeri abdominal yang mungkin
menunjukan
masalah
yang
mengancam
keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap dan tidak hilang setelah beristirahat. Hal ini bisa appendicitis, kehamilan ektopik, aborsi, penyakit radang pelviks, persalinan preterm, gastritis, penyakit kantong empedu, iritasi uterus, abrupsi plasenta, , infeksi saluran kemih atau infeksi lain. 5. Bayi kurang gerak seperti biasa Ibu mulai merasakan gerakan bayinya sejak bulan ke lima atau ke enam, bahkan beberapa ibu dapat merasakannya lebih awal. Jika bayi tidur, gerakannya akan melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam. Gerakan bayi akan mudah terasa jika berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik. g. Tujuan Asuhan Kehamilan Adapun tujuan dari pemeriksaan kehamilan yang disebut Ante Natal Care(ANC) adalah : 1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi. 2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu juga bayi. 3) Mengenali
secara
dini
adanya
ketidaknormalan
atau
komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan, dan pembedahan. 4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin. 5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan dan pemberian ASI ekslusif.
6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal Jadwal pemeriksaan ANC adalah sebagai berikut : a. Pemeriksaan pertama Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid. b. Pemeriksaan ulang 1. Setiap bulan sampai umur kehamilan 6 sampai 7 bulan 2. Setiap 2 minggu sampai kehamilan berumur 8 bulan 3. Setiap 1 minggu sejak umur kehamilan 8 bulan sampai terjadi persalinan Frekuensi pelayanan antenatal oleh WHO ditetapkan 4 kali kunjungan ibu hamil dalam pelayanan antenatal, selama kehamilan dengan ketentuan sebagai berikut: 1. 1 kali pada trimester pertama (K1) 2. 1 kali pada trimester dua dan 2 kali pada trimester ketiga (K4) 1) Pelayanan Asuhan Standar Antenatal a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan b. Tekanan darah c. Pengukuran tinggi fundus uteri d. Pemberian tablet tambah darah (tablet Fe) e. Pemberian imunisasi TT f.
Pemeriksaan Hb
g. Pemeriksaan protein urine h. Pengambilan darah untuk pemeriksaan VDRL i.
Pemeriksaan reduksi
j.
Perawatan payudara
k. Senam ibu hamil l.
Pemeberian obat malaria
m. Pemeberian kapsul minyak beryodium n. Temu wicara
2) Kebijakan Teknis Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat, itu sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan pemantauan selam kehamilannya. Penatalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan meliputi komponen-komponen sebagai berikut: a. Mengupayakan kehamilan sehat b. Melakukan
deteksi
dini
komplikasi,
melakukan
penatalaksanaan awal rujukan jika diperlukan c. Persiapan persalinan yang bersih dan aman d. Perencanaan antisipatif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi komplikasi. 2. Hiperemesis Gravidarum (HEG) a. Definisi hiperemesis gravidarum Menurut Nugroho (2012) hiperemesis gravidarum adalah mual muntah yang terjadi pada kehamilan 20 minggu, muntah begitu hebat
dimana
apa
yang
segala
dimakan
dan
diminum
dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, mengalami dehidrasi dan terdapat aseton dalam urin bukan karena penyakit seperti apendisitis, pielititis dan sebagainya. Nausea dan vomitus yang berat serta tidak dapat diatasi dan bertahan sesudah trimester pertama. Biasanya hiperemesis garvidarum terjadi pada kehamilan pertama dan umumnya mengenai ibu hamil dengan keadaan yang mengakibakan kadar HCG yang tinggi seperti pada penyakit trofoblastik kehamilan atau kehamilan kembar (Lockhart,2014). Sedangkan menurut Varney (2010) hiperemesis gravidarum merupakan mual dan muntah berlebihan selama kehamilan dengan intensitas lebih sering dan durasi lebih lama daripada mual dan muntah yang biasa dialami pada trimester pertama. Terkait dengan ketonemia, penurunan berat badan, dehidrasi dan abnormalitas kimia darah. Dapat terjadi pada trimester berapapun, biasanya dimulai pada trimester
pertama dan menetap dengan derajat yang bervariasi sepanjang masa kehamilan. b. Etiologi Penyebab Hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Frekuensi kejadian adalah 2 per 1000 kehamilan. Faktorfaktor predisposisi yang dikemukakan Mochtar ( 2010) adalah sebagai berikut: 1) Umumnya
terjadi
pada
Primigravida,
mola
hidatidosa,
diabetes dan kehamilan ganda akibat peningkatan kadar HCG. 2) Faktor organik, yaitu karena masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabollik akibat kehamilan serta resitensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan-perubahan ini serta adanya alergi yaitu merupakan salah satu respon dari jaringan ibu terhadap janin. 3) Faktor psikolog memegang peranan penting pada penyakit ini. Rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap
kehamilan
dan
persalinan,
takut
terhadap
tanggungan sebagai ibu dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup (Wiknjoisastro, 2005 dalam Rukiyah, 2010). Kurangnya penerimaan terhadap kehamilan dinilai memicu perasaan mual dan muntah ini. Pada waktu hamil muda, kehamilan dinilai tidak diharapkan, apakah karena kegagalan kontrasepsi ataupun karena hubungan di luar nikah.
Hal
ini
bias
memicu
penolakan
ibuterhadap
kehamilannya tersebut. (Cunningham, 2005). 4) Alergi, sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak, juga disebut sebagai salah satu faktor organik (Wiknjoisastro, 2005 dalam Rukiyah, 2010). 5) Faktor endokrin lainnya : hipertyroid, diabetes dan lain-lain. Sedangkan menurut Lisnawati (2013) faktor predisposisi yang
menimbulkan
Hiperemesis
Gravidarum
adalah:
primigravida,
overdistensi
uterus.
faktor
Alergi,
faktor
Psikologis, kehamilan yang tidak diinginkan, takut hamil, dan Masalah keluarga. c. Patofisiologi Patofisiologi hiperemesis gravidarum dapat disebabkan karena peningkatan Hormone Chorionic Gonodhotropin (HCG) dapat menjadi faktor mual dan muntah. Peningkatan kadar hormon progesteron menyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal mengalami relaksasi sehingga motilitas menurun dan lambung menjadi kosong. Hiperemesis gravidarum
yang merupakan
komplikasi ibu hamil muda bila terjadi terus menerus dapat mengakibatkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, serta dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi (Winkjosastro, 2010). Menurut Manuaba tahun (2012) Patofisiologi hiperemesis gravidarum diawali dengan mual dan muntah yang berlebihan sehingga dapat menimbulkan dehidrasi, tekanan darah turun dan diuresis menurun. Hal ini menimbulkan perfusi kejaringan, menutup untuk memberikan nutrisi dan mengonsumsi O 2. Oleh karena itu dapat terjadi perubahan metabolisme menuju arah anaerobik dengan menimbulkan benda keton dan asam laktat. Muntah yang berlebih dapat menimbulkan perubahan elektrolit sehingga pH darah menjadi lebih tinggi. Oleh karena itu semua masalah tersebut dapat menimbulkan gangguan fungsi alat vital sebagai berikut: 1. Hepar a) Dehidrasi yang menimbulkan konsumsi O2 b) Gangguan fungsi liver dan terjadi ikterus. c) Terjadi
perdarahan
pada
parenkim
liver
sehingga
menyebabkan gangguan fungsi menurun. 2. Ginjal a) Dehidrasi penurunan diuresis sehingga sisa metabolisme tertimbun. b) Terjadi perdarahan dan nekrosis dan perdarahan di otak.
c) Sistem saraf pusat terjadi nekrosis dan perdarahan diotak diantaranya perdarahan ventrikel. d. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala yang terjadi pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum adalah: muntah yang tidak dapat dikontrol dengan pengobatan morning sickness, muntah pernisiosa, nafsu makan
buruk,
penurunan
berat
badan,
dehidrasi,
ketidak
seimbangan elektrolit, asidosis akibat kelaparan, alkalosis karena asam hidroklorida berkurang ketika muntah, dan hipokalemia (Varney,2010). Menurut Rukyah (2013) gejala hiperemesis gravidarum adalah: 1. Tingkat I a) Muntah terus menerus yang menyebabkan penderita lemah b) Turgor kulit t, lidah kering dan mata cekung c) Nadi meningkat 100x/menit, berat badan turun d) Tekanan darah turun,suhu meningkat nyeri epigastrium. 2. Tingkat II a)
Mual muntah yang hebat menyebabkan K/U lemah dan apatis
b)
Turgor kulit makin berkurang, lidah kering, mata cekung
c)
Dehidrasi bertambah
d)
Ikterus ringan, hemokonsentrasi dan konstipasi
e)
Tekanan darah menurun, nadi meningkat, mata ikterik.
f)
Urin berkurang.
g)
Napas berbau aseton.
3. Tingkat III a) Dehidrasi berat dan keadaan umum jelek b) Mual dan muntah berhenti. c) Perdarahan esofagus,lambung dan retina. d) Gangguan fungsi hati bertambah . e) Ikterus meningkat f)
Gangguan kesadaran.
e. Diagnosis Menetapkan kejadian hiperemesis gravidarum tidak sukar, dengan
menetukan
kehamilan,
muntah
berlebihan
sampai
menimbulkan gangguan kehidupan sehari-hari dan dehidrasi. Muntah
yang
terus
menerus
tanpa
pengobatan
dapat
menimbulkan gangguan tumbuh kembang janin dalam rahim dengan manifestasi klinisnya, oleh karena itu hiperemesis gravidarum berkelanjutan harus dicegah dan harus mendapat pengobatan yang adekuat. (Rukyah,2013). Menurut Nugroho (2012) Amenore yang disertai muntah hebat, atau segala yang dimakan dan diminum akan dimuntahkan, pekerjaan sehari-hari terganggu dan haus hebat. Fungsi fital nadi meningkat, TD menurun dan gangguan kesadaran. f.
Komplikasi Komplikasi yang mungkin terjadi menurut Lockhart (2014) adalah sebagai berikut : 1. Penurunun berat badan yang cukup banyak. 2. Starvasi dengan ketosis dan ketonuria. 3. Dehidrasi dengan selanjutnya gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit (hipokalemia). 4. Gangguan keseimbangan asam basa. 5. Kerusakan retina, saraf, dan renal.
g. Penatalaksanaan 1. Tatalaksana Umum Menurut Manuaba (2010) penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum adalah: a.
Memberikan
penjelasan
tentang
kehamilan
dan
persalinan sebagai suatu proses yang fisiologis. b.
Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala fisiologis pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan.
c.
Menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi sering.
d.
Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, terlebih dahulu makan roti kering atau biscuit dengan teh hangat.
e.
Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaikya dihindarkan.
f.
Makanan sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.
g.
Defekasi yang teratur.
h.
Menghindari kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang
penting,
dianjurkan
makanan
yang
banyak
mengandung gula. 2. Obat-obatan Sedative yang sering digunakan adalah phenobarbital. Vitamin yang dianjurkan vitamin B1 dan B2 yang berfungsi untuk memperthankan kesehatan syaraf, jantung, otot serta meningkatkan pertumbuhan dan perbaikan sel (Admin, 2007). Dan B6 berfungsi menurunkan keluhan mual dan muntah bagi ibu hamil dan juga membantu dalam sintesa lemak untuk pembentukan sel darah merah (Admin, 2007). Anti histaminika juga dianjurkan juga seperti dramamin, avomin. Pada keadaan lebih berat diberikan antiemetic seperti disiklomin hidrokhonae atau khlorpromasin. Penanganan hiperemesis gravidarum yang berat perlu dikelola dirumah sakit. 3. Isolasi Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang tetapi cerah dan peredaran udara yang baik. Catat cairan yang keluar dan masuk hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita sampai muntah berhenti dan penderita mau makan. Tidak diberikan makanan atau minuman selama 24 jam. Terkadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan. 4. Terapi psikologi Perlu diyakinkan pada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan,
kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya dapat menjadi latar belakang penyakit ini (Wiknjosastro,2005 dalam Rukiyah, 2010) Bantuan
yang
positif
dalam
mengatasi
permasalahan
psikologis dan sosial dinilai cukup signifikan memberikan kemajuan keadaan umum (Admin, 2008)
Berdasarkan
penelitian
yang
dilakukan
Hartaty
Rudding, Ermawati, dan Suhartatik pada tahun 2012 di Puskesmas Makale Kabupaten Tana Toraja, Responden terbanyak yang mengalami hiperemesis gravidarum dengan tidak ada dukungan keluarga sebanyak 55,3% dan paling sedikit
yaitu
dukungan
hiperemesis
keluarga
gravidarum
sebanyak
42,6%..
dengan Dan
adanya
responden
terbanyak yang mengalami Hiperemesis Gravidarum dengan ketidaknyamanan
psikologis
adalah
57,4%
sedangkan
responden paling sedikit yang mengalami Hiperemesis Gravidarum dengan kenyamanan psikologis adalah 42,6%. 5. Cairan parenteral Berikan
cairan
parenteral
yang
cukup
elektrolik,
karbohidrat dan protein dengan glukosa 5% dalam cairan garam fisiologis sebanyak 2-3 liter/hari. Bila perlu dapat ditambah kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C. bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intravena. 6. Penghentian kehamilan Pada
beberapa
kasus
pengobatan
hiperemesis
gravidarum tidak berhasil malah terjadi kemunduran dan keadaan semakin menurun sehingga diperlukan pertimbangan untuk melakukan gugur kandung. Keadaan yang memerlukan pertimbangan gugur kandung diantaranya: a. Gangguan kejiwaan (delirium, apatis, somnolen sampai koma, terjadi gangguan jiwa ensefalopati wernicke).
b. Gangguan penglihatan (perdarahan retina, kemunduran penglihatan). c. Gangguan faal (hati dalam bentuk ikterus, ginjal dalam bentuk anuria, jantung dan pembuluh darah terjadi nadi meningkat, tekanan darah menurun). 7. Diet Ciri khas diet hiperemesis gravidarum adalah penekanan karbohidrat terutama pada pagi hari, serta menghindari makanan
yang
berlemak
dan
goreng-gorengan
untuk
menekan rasa mual dan muntah, sebaiknya diberi jarak dalam pemberian makan dan minum. Diet pada hiperemesis bertujuan untuk mengganti persediaan glikogen tubuh dan mengontrol asidosis secara berangsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi yang cukup (Dinar, 2008) Diet hiperemesis gravidarum memiliki beberapa syarat, diantaranya adalah karbohidrat tinggi, yaitu 75-80 % dan kebutuhan energi total, lemak rendah yaitu <10% dan kebutuhan
energi,
protein
sedang,
yaitu
10-15%
dari
kebutuhan energi total, makanan diberikan dalam bentuk kering, pemberian cairan disesuaikan dengan keadaan pasien, yaitu 7-8 gelas per hari, makanan mudah dicerna, tidak merangsang saluran perencanaan dan diberikan sering dalam porsi kecil, bila makan pagi dan sulit diterima, pemberian dioptimalkan pada makan malam dan selingan malam, makan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan gizi sesuai dengan keadaan dan kebutuhan gizi pasien (Dinar, 2008) Menurut Runiari ( 2010 ) Tiga macam diet pada hiperemesis gravidarum yaitu: a.
Diet hiperemesis I Diet ini diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersama dengan makanan tetapi 1-
2 jam setelahnya. Karena pada diet ini zat gizi yang terkandung didalamnya kurang, maka tidak diberikan dalam waktu lama. b.
Diet hiperemesis II Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Diet diberikan secara bertahap dan dimulai dengan memberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tetap tidak diberikan bersamaan dengan makanan. Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi kebutuhan gizi kecuali kebutuhan energi. Jenis makanan ini rendah kandungan gizinya, kecuali vitamin A dan D.
c.
Diet hiperemesis III Diet
ini
diberikan
kepada
klien
hiperemesis
gravidarum ringan. Diet diberikan sesuai kemampuan klien, dan minuman boleh diberikan bersamaan dengan makanan. Makanan pada diet ini mencukupi kebutuhan energi dan semua zat gizi. 8. Menu Hiperemesis Gravidarum Tabel 2.1 contoh menu Hiperemesis Gravidarum tingkat I Jenis
Berat (gr)
Ukuran Rumah Tangga
Beras Roti Biskuit Protein Hewani Telur Protein nabati Sayuran Buah Minyak Margarin Jam / selai Gula pasir
200 80 40 100 50 100 150 400 10 20 20 30
3 gelas nasi 4 potong 4 buah 2 potong 1 butir 4 potong 1,5 gelas 4 potong 1 sdm 2 sdm 2 sdm 3 sdm
Nilai gizi : 1. Kalori 2269 kal 2. Protein 73 gr 3. Lemak 59 gr 4. Hidrat arang 368 gr
Tabel 2.2 Contoh menu Hiperemesis Gravidarum tingkat II Jenis
Berat (gr)
Ukuran Rumah Tangga
Beras Roti Protein Hewani Telur Protein Nabati Sayuran Buah Margarin Gula pasir
150 80 100 50 50 150 400 10 30
2 gelas nasi 4 potong 2 potong 1 butir 2 potong 1,5 gelas 4 potong 1 sdm 3 sdm
Jam / selai
20
2 sdm
Nilai Gizi : 1. Kalori 1672 kal 2. Lemak 33 gram 3. Protein 57 gram 4. Hidrat arang 293 gram Tabel 2.3 Contoh menu Hiperemesis Gravidarum tingkat III Waktu
Menu
Takaran Rumah Tangga
Roti panggang
2 ptg
Jam/Selai Air Jeruk
1 sdm 1 gelas
Gula Pasir
1 sdm
Roti Panggang
2 potong
08.00
10.00 12.00
Jam / Selai
1 sdm
Pepaya
2 potong
Gula pasir Air jeruk
1 sdm 1 gelas
Gula pasir
1 sdm
Pepaya
1 potong
Roti panggang
2 potong
Jam / selai
1 sdm
Pisang
1 buah
Gula pasir Air jeruk
1 sdm 1 gelas
Gula pasir
1 sdm
14.00 16.00
18.00
20.00
Nilai gizi : 1. Kalori 1059 kalori 2. Protein 15 gram 3. Lemak 2 gram 4. Hidrat arang 259 gram B. Teori Manajemen Kebidanan Menurut Varney : 1. Pengertian a. Proses pemecahan masalah b. Digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah c. Penemuan keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis yang berfokus pada klien 2. Langkah-langkah a. Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk memulai keadaan klien secara keseluruhan
b. Menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosa atau masalah c. Mengidentifikasi
diagnosan
atau
masalah
potensial
dan
mengantisipasi penanganannya. d. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan yang lain dan rujukan berdasarkan kondisi klien. e. Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkahlangkah sebelumnya. f.
Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman.
g. Mengevaluasi keefektifan asuhan yang dilakukan, mengulang kembali manajemen proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif. Langkah I: Pengumpulan Data Dasar Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari dari semua yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk
memperoleh
data
dapat
dilakukan
dengan
cara
anamnesa, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan
tanda-tanda
vital,
pemeriksaan
khusus
dan
pemeriksaan penunjan (varney,2010). Langkah ini merupakan langkah awal yang akan yang menentukan langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi akan menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya, sehingga dalam pendekatan ini harus yang komprehenshif meliputi data subjektif. Objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi/masalah klien yang sebenarnya. Langkah II: Interpretasi Data Dasar Data dasar yang telah dikumpulkan dan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa atau masalah yang spesifik. Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi
tetap membutuhkan penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hasil pengkajian. Langkah
III:
Mengidentifikasi
Diagnosa
atau
Masalah
Potensial Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial
berdasarkan
rangkaian
diagnosa
dan
masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi
bila
memungkinkan
dilakukan
pencegahan
pencegahan sambil mengawasi pasien bidan bersiap-siap bila masalh potensial benar-benar terjadi. Langkah IV: Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera dan Kolaborasi Mengantisipasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk konsultasi atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain. Langkah V: Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meleputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi atau masalah klien, tapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap klien tersebut, apakah kebutuhan perlu konseling, penyuluhan dan apakah pasien perlu dirujuk karena ada masalah-masalah yang berkaitan dengan masalah kesehatan lain. Pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama klien dan keluarga, kemudian
membuaat
kesepakatan
bersama
sebelum
melaksanakannya. Langkah VI: Melaksanakan Asuhan Pada langkah ini rencana asuhan yang komprehenshif yang telah dibuat dapat dilaksanakan secara efisien seluruhnya oleh bidan atau dokter atau tim kesehatan lain. Langkah VII: Evaluasi Melakukan evaluasi hasil dari asuhan yang telah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah akan benar-benar terpenuhi sesuai dignosa/masalah.
C. Metode SOAP S : Subjektif a. Menggambarkan
pendokumentasian
pengumpulan
data
klien
melalui anamnesa b. Tanda gejala subjektif yang diperoleh dari hasil bertanya pada klien, suami atau keluarga (identitas umum, keluhan, riwayat menarche, riwayat perkawinan, riwayat kehamilan, riwayat persalinan, riwayat KB, riwayat penyakit keluarga, riwayat penyakit keturunan, riwayat psikososial, pola hidup) c. Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut pandang klien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnosa. Pada orang yang bisu, dibagian data belakang “S” diberi tanda “O” atau “X” ini menandakan orang itu bisu. Data subjektif menguatkan diagnosa yang dibuat. O : Objektif a. Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan fisik klien, hasil laboratorium dan tes dignostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung assesment. b. Tanda gejala objekstif yang diperoleh dari hasil pemeriksaan (keadaan umum, vital sign, fisik, pemeriksaan dalam, laboratorium dan pemeriksaan
penunjang, pemeriksaan dengan
inspeksi,
palpasi, auskultasi dan perkusi. c. Data ini memberi bukti gejala klinis klien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosa. Data fisiologis, hasil observasi, informasi kajian teknologi (hasil laboratorium, sinar-X, rekaman CTG, dan lain-lain) serta informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam kategori ini. Apa yang diobservasi oleh bidan akan menjadi komponen yang berarti dari diagnosa yang akan ditegakkan.
A : Assesment a. Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau informasi subjektif
maupun
objektif
yang
dikumpulkan
atau
disimpulkan. Karena keadaan klien terus berubah dan selalu ada informasi baru baik subjektif maupun objektif, maka proses pengkajian adalah suatu proses yang dinamik. Sering menganalisa adalah sesuatu yang penting dalam mengikuti perkembangan klien. b. Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpensi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi: 1. Diagnosa/masalah a. Diagnosa adalah rumusan dari hasil pengkajian mengenai kondisi klien: hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir. Berdasarkan hasil analisa yang diperoleh. b. Masalah
adalah
segala
sesuatu
yang
menyimpang
sehingga kebutuhan klien terganggu. 2. Antisipasi masalah lain/diagnosa potensial P : Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi berdasarkan assesment. Untuk perencanaan, implementasi dan evaluasi dimasukkan dalam “P” Perencanaan Membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan datang. Untuk mengusahakan tercapainya kondisi klien yang sebaik mungkin. Proses ini termasuk kriteria tujuan tertentu dari kebutuhan klien yang harus dicapai dalam batas waktu tertentu, tindakan yang diambil harus mencapai kemajuan dalam kesehatan dan harus sesuai dengan instruksi dokter. Implementasi Pelaksanaan rencana tindakan untuk menghilangkan dan mengurangi masalah klien. Tindakan ini harus disetujui oleh klien
kecuali bila tidak dilaksanakan akan membahayakan keselamatan klien. Bila kondisi klien berubah, intervensi mungkin juga harus berubah atau disesuaikan. Evaluasi Tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil merupakan hal penting untuk menilai keefektifan asuhan yang diberikan. Analisis dari hasil yang dicapai menjadi fokus dari ketepatan nilai tindakan. Jika kriteria tujuan tidak tercapai proses evaluasi dapat menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan alternatif sehingga mencapai tujuan.
Skema Keterkaitan Manajemen Varney Dengan Dokumentasi SOAP Alur Pikir Bidan
Pencatatan dari Asuhan Kebidanan
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
Proses manajemen prp kebidanan
7 LANGKAH VARNEY
1.
5 LANGKAH (KOMPETISI BIDAN) Data
Pengumpulan Data Dasar
2.
Interpretasi Data, Diagnosis, Masalah, Kebutuhan
3.
6.
Identifikasi Diagnosa, atau Masalah Potensial Identifikasi Kebutuhan yang memerlukan penanganan segera secara mandiri, konsultasi atau kolaborasi. Rencana asuhan melengkapi data, tes diagnostik/laboratorium, Pendidikan/konseling, Rujukan, Follow up Pelaksanaan
7.
Evaluasi
4.
5.
Assesment/ Diagnosa
Planning
Implementasi Evaluasi
SOAP NOTES
Subjektif (hasil anamnesis) Objektif (pemeriksaan Assesment (analisa dari interpretasi data) Diagnosis dari masalah Diagnosis atau masalah potensial Kebutuhan tindakan segera Planning (dokumentasi Implementasi dan Evaluasi) Asuhan mandiri, Kolaborasi Tes diagnostik atau tes laboratorium Konseling Follow Up
Gambar
2.1
:Keterkaitan
antara
manajemen
pendokumentasian SOAP (Sumber : Muslihatun, 2010)
kebidanan
dan
sistem
D. Tugas dan Wewenang Bidan (Purwastuti dan Waryani, 2014) 1. Tugas bidan a. Tugas mandiri 1) Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang diberikan a)
Mengkaji status kesehatan untuk memenuhikebutuhan asuhan klien
b)
Menentukan diagnose
c)
Menyusun rencana tindakan sesuai dengan masalah yang dihadapi
d)
Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun
e)
Mengevaluasi tindakan yang telah diberikan
f)
Membuat rencana tindak lanjut kegiatan/tindakan
g)
Membuat catatan dan laporan kegiatan/tindakan
2) Memberikan pelayanan dasar pada anak, remaja dan wanita pranikah dengan melibatkan klien a) Mengkaji status kesehatan dan kebutuhan anak remaja dan wanita dalam masa pra nikah b) Menentukan diagnosa dan kebutuhan pelayanan dasar c) Menyusun rencana tindakan/layanan sebagai prioritas dasar bersama klien d) Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun Mengevaluasi tindakan yang telah diberikan e) Membuat rencana tindak lanjut kegiatan/tindakan f)
Membuat catatan dan pelaporan asuhan kebidanan
3) Memberikan asuhan kebidanan pada klien selama kehamilan normal a) Mengkaji status kesehatan klien yang dalam keadaan hamil b) Menentukan diagnosa kebidanan dan kebutuhan kesehatan klien
c) Menyusun rencana asuhan kebidanan bersama klien sesuai dengan prioritas masalah d) Melaksanakan asuhan kebidanan
sesuai dengan
rencana yang telah disusun e) Mengevaluasi hasil asuhan
yang telah diberikan
bersama klien f)
Membuat rencana tindak lanjut asuhan kebidanan bersama klien
g) Membuat catatan dan laporan
asuhan kebidanan
yang telah diberikan b. Tugas kolaborasi atau kerjasama 1) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuaifungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga 2) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan resiko tinggi dan pertolongan pertama pada kegawatan yang memerlukan tindakan kolaborasi 3) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan resiko tinggi dan keadaan kegawatan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga 4) Memberikan asuhan kebidana pada ibu dalam masa nifas dengan resiko tinggi dan pertolongan pertama dalam keadaan kegawat daruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan klien dan keluarga 5) Memberikan asuhan kebidanan pada BBL dengan resiko tinggi
dan
yang
mengalami
komplikasi
serta
kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga 6) Memberikan asuhan kebidanan kepada balita dengan resiko
tinggi
dan
mengalami
komplilkasi
serta
kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan melibatkan keluarga.
c. Tugas ketergantungan atau rujukan 1) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai dengan fungsi keterlibatan klien dan keluarga 2) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu hamil dengan resiko tinggi dan kegawat daruratan. 3) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada masa persalinan dengan penyulit tertentu dengan kegawatdaruratan dengan melibatkan klien dan keluarga 4) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu dalam masa nifas dengan penyulit tertentu dengan kegawatdaruratan dengan melibatkan klien dan keluarga 5) Memberikan asuhan kebidanan pada BBL dengan kelainan
tertentu
dan
kegawatdaruratan
yang
memerlukan konsultasi dan rujukan dengan melibatkan keluarga 6) Memberikan asuhan kebidanan pada anak balita dengan kelainan tertentu dan kegawatan yang memerluakan konsultasi dan rujukan dengan melibatkan keluarga dan klien 2. Wewenang bidan a. Pemenkes No 1464/MENKES/per/X/2010 Pasal 9 Bidan dalam
mejalankan
praktik berwenang untuk memberikan
Pelayanan yang meliputi : 1.
Pelayanan kesehatan ibu
2.
Pelayanan kesehatan anak
3.
Pelayanan berencana
kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga
Pasal 10 1. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf a diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua kehamilan. 2. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. Pelayanan konseling pada masa pra hamil b. Pelayanan antenatal pada kehamilan normal c. Pelayanan persalinan normal d. Pelayanan ibu nifas normal e. Pelayanan ibu menyusui f.
Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan
3. Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berwenang untuk : a. Episiotomi b. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II c. Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan d. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil e. Pemberian Vit A dosis tinggi pada ibu nifas f.
Bimbingan inisiasi menyusui dini dan promosi ASI ekslusif
g. Pemberian uterotonika padamanajemen postpartum h. Penyuluhan dan konseling i.
Bimbingan pada kelompok ibu hamil
j.
Pemberian surat keterangan kematian
k. Pemberian surat keterangan cuti bersalin
aktif kala
tiga
dan
1
DAFTAR PUSTAKA
Admin, 2007. Buku Asuhan Kebidanan pada Kehamilan. Jakarta: Trans Info Media. Departemen Agama RI. (2008). Al-qur’an Terbitan Departemen RI : CV Penerbit di Deponegoro. Dinas Kesehatan. (2015). Hiperemesis Gravidarum. Tasikmalaya. Estiwidani, D, dkk, 2008. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya
Lisnawati,
Lilis.
2013.
Asuhan
Kebidanan
Terkini
Kegawatdaruratan
Maternal Neonatal. Jakarta: Trans Info Media. Lockhart, A, dan Lyndon S. (2014). Asuhan Kebidanan Patologi. Tanggerang: Binarupa Aksara Publisher. Manuaba, Ida Ayu Chandranita, Dkk. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta: EGC Mochtar, Rustam. (2010). Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC. Muslihatun, N. W., Mufdillah., Setyawati. N. 2010. Dokumentasi Kebidanan, Yogyakarta: Fitramaya. Nanny, vivian lia dewi dan tri sunarsih. 2011. Asuhan kehamilan untukkebidanan. Jakarta: Salemba Medika Nugroho, Taufan. (2012). Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika. Permenkes. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan Praktik Bidan. Available Online: http://www.google.co.id/tag/diakses tanggal 29 April 2015.
2
Purwoastuti E, dan Walyani SE. (2014). Konsep Kebidanan. Yogyakarta : Pustaka Rihama. Rekam Medik RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya. (2014). Angka kejadian Komplikasi pada Kehamilan.Tasikmalaya: RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya. Riskesdas, (2014). Profil kesehatan Indonesia Tahun 2013 . Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Rudding, H., Ernawati, & Suhartatik. (2012). Faktor – faktor yang berhubungan dengan Hiperemesis Gravidarum di Puskesmas Makale Kab. Tana Toraja, 1 (2) Mei, pp. 1-9 Runiari, Nengah. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Hiperemesis Gravidarum. Jakarta: Salemba Medika. Rukyah, dkk.( 2013). Asuhan Kebidanan Patologi Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media. Sulistyawati, Ary. (2010). Asuhan kehamilan untuk kebidanan. Jakarta: Salemba Medika. Sumai, E., Keintjem, F. & Manueke, I. (2014). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Hiperemesis Gravidarum di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Sam Ratulangi Tondano Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara, 2 (1) Juni, pp. 61-65. Varney , dkk. (2010). Buku Saku Asuhan Kebidanan Volume II. Jakarta: EGC. Wiknjosastro, dkk, (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. Wulanda, Ayu Febri. (2011). Biologi Reproduksi. Jakarta: Salemba Medika. Yuharariskiyah, Ayu. (2013). Asuhan Kebidanan pada Kehamilan. Jakarta: Trans Info Media.
3