ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KB IUD DENGAN LEUKOREA DI RUANG POLI KEBIDANAN RSUD CIAMIS TAHUN 2016
LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan
Oleh : DIDAH SAMROTUL FUADAH NIM. 13DB277055
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS 2016
iv
KATA PENGANTAR Bismillahhirohmanirrohim Puji syukur penulis panjatkan kehadirat illahi robbi atas, taufik, rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB IUD dengan Leukorea di Ruang Poli Kebidanan RSUD Ciamis Tahun 2016“ Laporan Tugas Akhir ini diajukan guna melengkapi sebagian syarat mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan pada Program Studi D III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Ciamis. Penulis menyadari bahwa penyusunan dan penulisan Laporan Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan dan belum sempurna. Pada kesempatan yang baik ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini yaitu kepada yang terhormat : 1.
Dr. H. Zulkarnaen SH. MH., selaku Ketua BPH STIKes Muhammadiyah Ciamis.
2.
H. Dedi Supriadi, S.Sos., S.Kep., Ners., M.M.Kes, selaku ketua STIKes Muhammadiyah Ciamis.
3.
Heni Heryani, SST., M.KM., selaku ketua Program Studi D III Kebidanan.
4.
Hani Septiani, SST, selaku pembimbing I dan penguji II yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
5.
Neli Sunarni, M.Keb, selaku pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
6.
Drs. H. A. Sanusi ZA, selaku pembimbing AIK yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
7.
Lusi Lestari, SST, selaku penguji I yang telah memberikan masukan dan arahan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
8.
Direktur RSUD Ciamis yang telah memberikan ijin untuk penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
9.
Bidan-bidan RSUD Ciamis yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
10. Ny. D yang telah bersedia menjadi responden dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
v
11. Kedua orangtua yang telah memberikan motivasi dan dorongan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini. 12. Teman-teman asrama 6 yang bersedia menukar pikiran dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini. Penulis berharap Laporan Tugas Akhir ini tidak hanya menambah pengetahuan, tetapi dapat menjadikan inisiatif dan merangsang kreativitas dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam ilmu kebidanan. Akhirul kalam penulis mengucapkan mohon maaf sebesar-besarnya apabila ada kekurangan dan tidak bisa menyebutkan satu per satu. Terima kasih banyak semoga apa yang dicita-citakan kita bersama di kabulkan Allah SWT, amin. Nasrun Minalloh Wafathun Qorib Wabasyiril Mukminin Wassalammualaikum wr,wb
Ciamis,
Juni 2016
Penyusun
vi
ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KB IUD DENGAN LEUKOREA DI RUANG POLI KEBIDANAN RSUD CIAMIS TAHUN 20161 Didah Samrotul Fuadah2, Hani Septiani3, Neli Sunarni4
INTISARI
Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita. Salah satu alat kontrasepsi jangka panjang yang popular digunakan saat ini yaitu IUD (Intra Uterine Device). Berdasarkan data pengguna metode IUD sebanyak 658.632 akseptor dan 43 % mengalami efek samping leukorea. Berdasarkan data yang diperoleh dari RSUD Ciamis pada tahun 2015 Akseptor KB IUD sebanyak 302 orang yang mengalami keluhan sebanyak 100 orang, 21 diantaranya mengalami kasus erosi portio dan 79 akseptor lain mengalami keputihan berlebih (leukorea), sakit perut bagian bawah dan ketidaknyamanan saat berhubungan. Tujuan penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD dengan leukorea menggunakan pendekatan proses manajemen kebidanan. Asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD dengan leukorea ini dilakukan selama 7 hari dimulai dari tanggal 04 Februari 2016 sampai 10 Februari 2016 di ruang Poli Kebidanan RSUD Ciamis. Dari hasil penyusunan laporan tugas akhir ini mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata dalam pembuatan asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD dengan leukorea. Kesimpulan dari hasil pelaksanaan asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD dengan leukorea di ruang Poli Kebidanan RSUD Ciamis dilaksanakan dengan baik.
Kata Kunci Kepustakaan Halaman
: KB IUD, leukorea : 31 (2006-2015) : i-xi, 47 halaman, 7 Lampiran
1 Judul Penulisan Ilmiah, 2 Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis, 3 Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis, 4 Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis
vii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .............................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ..............................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ...............................................................................
iii
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................................
iv
KATA PENGANTAR ..........................................................................................
v
INTISARI ............................................................................................................. vii DAFTAR ISI ........................................................................................................
vi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ viii DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... BAB I
ix
PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................................
1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................
3
C. Tujuan Studi Kasus ..........................................................................
4
1. Tujuan Umum ..........................................................................................
4
2. Tujuan Khusus .........................................................................................
4
D. Manfaat Studi Kasus ........................................................................
4
1. Manfaat Teoritis ..........................................................................
4
2. Manfaat Praktis ..........................................................................
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar ........................................................................................
5
1. Keluarga Berencana ..................................................................
5
2. Leukorea.....................................................................................
8
B. Konsep Manajemen Kebidanan ....................................................... 17 C. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB IUD dengan Leukorea ............................................................................. 22 D. Kewenangan Bidan .......................................................................... 29 E. Pandangan Islam ............................................................................. 29
viii
BAB III TINJAUAN KASUS A. Metode Pengkajian .......................................................................... 31 B. Tempat dan Waktu Pengkajian ........................................................ 32 C. Subjek yang Dikaji ............................................................................ 32 D. Jenis Data yang digunakan.............................................................. 32 E. Instrumen Pengkajian ...................................................................... 33 F.
Tinjauan Kasus................................................................................. 34
BAB IV PEMBAHASAN A. Pembahasan .................................................................................... 37
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan........................................................................................... 44 B. Saran ................................................................................................ 45
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 46 LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Bagan Skema Langkah-langkah Proses Manajemen.................... 21
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Kegiatan Laporan Tugas Akhir Lampiran 2 Riwayat Hidup Lampiran 3 Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 4 Surat Balasan Ijin Pra Penelitian Lampiran 5 Lembar Persetujuan Responden Lampiran 6 Format Pengkajian Kesehatan Reproduksi Lampiran 7 Kartu Bimbingan
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organisation) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk : menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara kelahiran, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami dan istri, menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2010). Dalam al-qur’an, ayat yang berkaitan dengan keluarga berencana diantaranya dalam Q.S An-Nisa : 9.
Artinya : “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka
bertakwa
kepada Allah
dan
hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar” (Qs.An-Nisa : 9 ). Ayat al-quran diatas menunjukan bahwa islam mendukung adanya keluarga berencana karena dalam QS. An-Nissa ayat 9 dinyatakan bahwa “Hendaklah takut kepada Allah, orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah”. Anak lemah yang dimaksud adalah generasi penerus yang lemah agama dan ilmu pengetahuan sehingga KB menjadi upaya agar mewujudkan keluarga yang sakinah. Salah satu alat kontrasepsi jangka panjang yang popular digunakan saat ini yaitu IUD (Intra Uterine Device). IUD adalah cara pencegahan kehamilan yang sangat efektif, aman dan reversibel penggunaannya terutama untuk wanita yang tidak terjangakit IMS (Infeksi Menular Seksual) maupun yang sudah pernah melahirkan. Berdasarkan data jumlah pengguna KB nasional dengan metode IUD sebanyak 658.632 akseptor. Dari jumlah
1
2
tersebut sebanyak 1.513 atau 46,06% mengalami efek samping. Salah satu efek samping KB IUD terbanyak yaitu leukorea sebanyak 650 akseptor atau 43% (Kemenkes, 2015). Pemerintah
telah
berupaya
mengurangi
efek
samping
dari
penggunaan IUD dengan menjadwalkan pemeriksaan akseptor KB IUD ke petugas kesehatan di nasional (Indonesia) sesuai jadwal yang telah ditentukan di setiap fasilitas kesehatan. Penjadwalan pemeriksaan KB IUD bertujuan untuk mengetahui lebih dini jika terdapat efek samping atau komplikasi, selanjutnya petugas dan Institusi Kesehatan melakukan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) secara lengkap kepada PUS dan WUS diseluruh fasilitas kesehatan nasional, bahwa leukorea tidak hanya disebabkan karena pemakaian IUD tetapi juga banyak dipengaruhi oleh faktor lain. Sedangkan jumlah akseptor KB dengan metode IUD di Jawa Barat tahun 2015 sebanyak 114.368 akseptor atau (8,90%), dari jumlah tersebut yang mengalami efek samping sebanyak 721 akseptor. Efek samping leukorea sebanyak 271 akseptor (38%) (Dinkes Jawa Barat, 2015). Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Zannah (2012) yang meneliti tentang gambaran keluhan-keluhan akibat penggunaan alat kontrasepsi IUD pada akseptor IUD di Wilayah Kerja Puskesmas Sukajadi Kota Bandung, tujuannya untuk mengetahui gambaran keluhan-keluhan akibat penggunaan alat kontrasepsi IUD, metode yang digunakan yaitu metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 65 responden sebanyak 29 responden (44,62%) mengalami keluhan leukorea. Di Kabupaten Ciamis sendiri jumlah penggunan KB dengan metode IUD sebanyak 9.932 akseptor atau 10,27% dari jumlah tersebut sebanyak 70 akseptor (48%) mengalami efek samping leukorea (Dinkes Kabupaten Ciamis, 2015). Minat
pemakai
kontrasepsi
IUD
sangat
tinggi
karena
hanya
memerlukan satu kali pemasangan, tidak menimbulkan efek sistemik, ekonomis dan cocok untuk penggunaan secara massal. IUD mempunyai risiko terjadinya komplikasi dan efek samping yang dapat terjadi diantaranya
3
adalah rasa nyeri, perforasi, pendarahan, ekspulsi, translokasi, erosi portio, dan yang paling sering terjadi adalah infeksi yang dapat menimbulkan leukorea dengan presentasi kasus 46% dari efek samping kontrasepsi IUD lainnya (Ferri, 2007). Leukorea merupakan nama gejala yang diberikan pada cairan yang dikeluarkan dari alat genital yang tidak berupa darah. Hal ini dapat terjadi salah satunya adanya benda asing seperti tertinggalnya kondom atau benda tertentu yang dipakai pada waktu senggama, IUD, adanya cincin pesarium yang digunakan wanita dengan prolapsus uteri dapat merangsang pengeluaran
cairan
vagina
yang
berlebihan.
Jika
rangsangan
ini
menimbulkan luka akan sangat mungkin terjadi infeksi penyerta dari flora normal yang berada dalam vagina sehingga timbul leukorea (Ferri, 2007). Berdasarkan data yang diperoleh dari RSUD Ciamis pada tahun 2015 Akseptor KB IUD sebanyak 302 orang yang mengalami keluhan sebanyak 100 orang, 21 diantaranya mengalami kasus erosi portio dan 79 akseptor lain mengalami keputihan berlebih (leukorea), sakit perut bagian bawah dan ketidaknyamanan saat berhubungan. Berdasarkan masalah diatas dapat diketahui bahwa leukorea merupakan kasus yang perlu penanganan cukup serius untuk efek samping alat kontrasepsi IUD dan merupakan keluhan yang paling banyak ditemui. Berdasarkan pemaparan dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengambil studi kasus komprehensif dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB IUD dengan Leukorea di RSUD Ciamis Tahun 2016”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, penulis dapat merumuskan yaitu “Bagaimana melaksanakan asuhan kebidanan akseptor KB IUD dengan Leukorea di RSUD Ciamis ?”
4
C. Tujuan Studi Kasus 1.
Tujuan Umum Memahami tentang pelaksanaan asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD dengan leukorea dengan pendekatan manajemen kebidanan serta didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
2.
Tujuan Khusus a.
Melaksanakan pengkajian data dasar secara subjektif dan objektif pada akseptor KB IUD dengan leukorea.
b.
Melakukan
interpretasi
data
serta
merumuskan
diagnosa
kebidanan, masalah dan kebutuhan pada akseptor KB IUD dengan leukorea. c.
Merumuskan diagnosa potensial pada akseptor KB IUD dengan leukorea.
d.
Mengidentifikasi antisipasi atau
tindakan
segera
yang
akan
dilakasanakan pada akseptor KB IUD dengan leukorea. e.
Merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada akseptor KB IUD dengan leukorea.
f.
Melakasanakan tindakan asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD dengan leukorea.
g.
Melakukan evaluasi tindakan secara teliti dan cermat pada akseptor KB IUD dengan leukorea.
D. Manfaat Studi Kasus 1.
Manfaat Teoritis Hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
bermanfaat
bagi
pengembangan pengetahuan di bidang ilmu kebidanan. Khususnya tentang kasus leukorea pada akseptor KB IUD di RSUD Ciamis. 2.
Manfaat Praktis a.
Bagi Lahan Praktek Memberi masukan dalam upaya mengembangkan asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD dengan leukorea.
b.
Bagi Institusi Pendidikan Untuk menambah bahan kajian mengenai asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD dengan leukorea.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Teori 1. Keluarga Berencana Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan keluarga kecil yang bahagia, sejahtera (Sulistyawati, 2012). Tujuan pelayanan Keluarga Berencana menurut Sulistyawati (2012), yaitu : a) Penurunan kelahiran, b) Pendewasaan usia
perkawinan, c)
Peningkatan
ketahanan
dan kesejahteraan
keluarga. a.
Kontrasepsi 1)
Pengertian Kontrasepsi a)
Kontrasepsi adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan (Sulistyawati, 2012).
b)
Kontrasepsi adalah obat atau alat untuk mencegah terjadinya konsepsi atau kehamilan (BKKBN, 2011).
2)
Metode kontrasepsi Menurut
Prawirohardjo
(2012),
macam-macam
kontrasepsi antara lain : a)
Kontrasepsi Metode Sederhana (1) Tanpa Alat (a) KB alamiah terdiri dari pantang berkala yaitu metode lendir cervik, sistem kalender, dan metode suhu basal. (b) Coitus Interuptus (2) Dengan Alat (a) Mekanis (barier) terdiri dari kondom pria barier intravagina (kondom, diafragma, kap servik). (b) Kimiawi yang berupa spermisid (aerosol atau busa, tablet vagina suppositoria atau dissolvable film, krim).
5
6
b)
Kontrasepsi Metode Modern (1) Kontrasepsi hormonal (a) Per-oral : Pil oral kombinasi dan mini pil (b) Suntikan atau injeksi KB : depo provera setiap 3 bulan, depo noristerat setiap 2 bulan dan cyclofem setiap bulan. (2) Sub Kutis (Implant) atau Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) yang meliputi implant dan norplant (a) IUD (Intra Uteri Device) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR).
c)
Metode kontrasepsi Mantap (1) Pada wanita : Metode Operatif Wanita (MOW) : Tubektomi. (2) Pada Pria : Metode Operatif Pria (MOP) : Vasektomi.
b.
Intra Uterine Device (IUD) 1)
Pengertian IUD (Intra Uterine Devices) adalah alat yang terbuat dari benang sutra tebal yang dimasukkan ke dalam rahim untuk menghindari kehamilan (Manuaba, 2010).
2)
Jenis-jenis IUD Jenis alat kontrasepsi dalam rahim / IUD yang sering digunakan di Indonesia menurut Prawirohardjo (2012), antara lain :
3)
a)
Copper-T
b)
Copper-7
c)
Multi load
d)
Lippes loop
Persyaratan Pemakaian IUD Menurut Prawirohardjo (2012), yang dapat menggunakan kontrasepsi yaitu : a)
Usia Reproduktif.
b)
Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.
c)
Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi.
d)
Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya.
7
e)
Risiko rendah dari IMS.
f)
Tidak menghendaki metode hormonal.
g)
Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari.
4)
Kontra Indikasi Pemakaian IUD Kontra indikasi pemakaian IUD menurut Prawirohardjo (2012), yaitu : a)
Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil).
b)
Perdarahan vagina yang tidak diketahui (sampai dapat dievaluasi).
5)
c)
Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis).
d)
Kanker alat genital.
e)
Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm.
Keuntungan dan Kerugian IUD a)
Menurut Manuaba (2010), keuntungan IUD yaitu : (1) Pemasangan tidak memerlukan medis tekhnis yang sulit. (2) Kontrol medis yang ringan. (3) Penyulit tidak terlalu berat. (4) Pulihnya kesuburan setelah IUD dicabut berlangsung baik.
b)
Kerugian kontrasepsi IUD menurut Manuaba (2010), antara lain: (1) Masih terjadi kehamilan dengan IUD in situ. (2) Terdapat pendarahan (spotting dan menometroragia). (3) Leukorea, sehingga menguras protein tubuh dan liang senggama terasa lebih basah. (4) Dapat terjadi infeksi. (5) Tali IUD dapat menimbulkan perlukaan portio (erosi portio) dan mengganggu hubungan seksual.
6)
Efek Samping Efek samping menurut Prawirohardjo (2012), yaitu : a)
Amenorea Pengobatan : Pemeriksaan ke tenaga medis.
8
b)
Kejang Pengobatan : Pemberian Analgetik dan pelepasan IUD.
c)
Pendarahan vagina yang hebat dan tidak teratur Pengobatan : Pemantauan pendarahan oleh tenaga medis, pemberian ibuprofen (800 mg, 3 kali sehari selama 1 minggu) untuk mengurangi pendarahan, tablet zat besi (1 tablet , sehari selama 1 sampai 3 bulan), pelepasan IUD apabila akseptor mengalami anemia.
d)
Benang yang hilang Pengobatan : Periksa ke tenaga medis (bidan / dokter), lakukan pemeriksaan X-ray atau ultrasound.
e)
Adanya pengeluaran cairan dari vagina / dicurigai adanya PRP Pengobatan
:
pemeriksaan
IMS,
pelepasan
IUD,
pengobatan sesuai ahli medis. 2. Leukorea a.
Pengertian Leukorea (Fluor albus) yaitu cairan putih yang keluar dari liang senggama secara berlebihan (Manuaba, 2010). Menurut Saydam (2012), leukorea adalah satu nama penyakit reproduksi kaum wanita, yang berupa keluarnya cairan berwarna putih dari vaginanya. Leukorea adalah nama gejala yang diberikan kepada cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genitalia yang tidak berupa darah (Sibagariang, at al, 2010). Berdasarkan jurnal yang ditulis oleh Zannah (2012) dalam penelitiannya responden menyatakan leukorea yang mereka alami meningkat setelah menggunakan IUD dengan karakteristik encer hingga kental, namun tidak berbau, dan tidak gatal. Leukorea tersebut dirasakan tidak nyaman dan sering dikeluhkan oleh pasangan
akseptor
sebagai
gangguan
kenyamanan
dalam
hubungan seksual. maka dari itu sering kali akseptor datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk mengontrol IUD mereka dengan keluhan keputihan (Leukorea).
9
b.
Jenis-jenis Leukorea Menurut Manuaba (2010), leukorea dapat dibedakan dalam beberapa jenis diantaranya leukorea normal (fisiologis) dan leukorea abnormal (patologis). Leukorea normal dapat terjadi pada masa menjelang dan sesudah menstruasi, pada sekitar fase sekresi antara hari ke-10-16 menstruasi, juga terjadi melalui rangsangan seksual.Leukorea abnormal dapat terjadi pada semua infeksi alat kelamin (infeksi bibir kemaluan, liang senggama, mulut rahim dan jaringan penyangganya, dan pada infeksi penyakit hubungan kelamin). Ada 2 jenis leukorea yang dijelaskan oleh Sibagariang, et al (2011), yaitu: 1)
Leukorea Fisiologis Leukorea fisiologis terdiri atas cairan yang kadangkadang berupa muskus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang, sedangkan leukorea patologis banyak mengandung leukosit. Alat kelamin wanita dipengaruhi oleh berbagai hormon yang dihasilkan berbagai organ yakni: hipotalamus, hipofisis, ovarium dan adrenal. Estrogen dapat mengakibatkan maturasi epitel vagina, serviks, proliferasi stroma
dan
kelenjar
sedangkan
progesteron
akan
mengakibatkan fungsi sekresi. Leukorea normal dapat terjadi pada masa menjelang dan sesudah menstruasi, sekitar fase sekresi antara hari ke 10-16 siklus menstruasi.saat terangsang, hamil, kelelahan. stress dan sedang mengkonsumsi obat-obat hormonal seperti pil KB. Leukorea ini tidak berwarna atau jernih, tidak berbau dan tidak menyebabkan rasa gatal (Sibagariang, at al, 2010). 2)
Leukorea Patologis Merupakan cairan eksudat dan cairan ini mengandung banyak leukosit. Eksudat terjadi akibat reaksi tubuh terhadap adanya jejas (luka). Jejas ini dapat diakibatkan oleh infeksi mikroorganisme, benda asing, neoplasma jinak, lesi, prakanker dan neoplasma ganas.Kuman penyakit yang menginfeksi
10
vagina seperti jamur Kandida Albikan, parasit Tricomonas. E.Coli, Staphylococcus dan Herpes serta luka di daerah vagina, benda asing yang tidak sengaja atau sengaja masuk ke vagina dan kelainan serviks. Akibatnya, timbul gejala-gejala yang sangat menganggu, seperti berubahnya cairan yang bewarna jernih menjadi kekuningan sampai kehijauan, jumlahnya berlebihan, kental, berbau tak sedap, terasa gatal atau panas dan menimbulkan luka di daerah mulut vagina (Asri, 2003 dalam Sibagariang, et al. 2010). c.
Patogenesis Leukorea Leukorea merupakan gejala dimana terjadinya pengeluran cairan dari alat kelamin wanita yang tidak berupa darah. Dalam perkembangan, alat kelamin wanita mengalami berbagai perubahan mulai bayi hingga menopause. Leukorea merupakan keadaan yang dapat terjadi fisiologis dan dapat menjadi leukorea yang patologis karena terinfeksi kuman penyakit. Bila vagina terinfeksi kuman penyakit
seperti
jamur,
parasit,
bakteri
dan
virus
maka
keseimbangan ekosistem vagina akan terganggu, yang tadinya bakteri doderlein atau lactobasillus memakan glikogen yang dihasilkan
oleh
estrogen
pada
dinding
vagina
untuk
pertumbuhannya dan menjadikan pH vagina menjadi asam, hal ini tidak dapat terjadi bila pH vagina basa. Keadaan pH vagina basa membuat kuman penyakit berkembang dan hidup subur di dalam vagina (Sibagariang, et al. 2010). d.
Penyebab Leukorea Menurut Sibagariang, at al, (2010) Leukorea yang fisiologis dapat disebabkan oleh: 1) Pengaruh estrogen yang maningkat pada saat menarche. 2) Rangsangan saat koitus sehingga menjelang persetubuhan seksual menghasilkan sekret, yang merupakan akibat adanya pelebaran pembuluh darah di vagina atau vulva, sekresi kelenjar serviks yang bertambah sehingga terjadi pengeluaran transudasi dari dinding vagina. Hal ini diperlukan untuk melancarkan persetubuhan atau koitus.
11
3) Adanya peningkatan produksi kelenjar-kelenjar pada mulut rahim saat masa ovulasi. (Sibagariang, at al, 2010). Menurut Sibagariang, at al, (2010).Leukorea patologis terjadi karena disebabkan oleh: 1) Infeksi Tubuh akan memberikan reaksi terhadap mikroorganisme yang masuk ini dengan serangkaian reaksi radang. Penyebab infeksi, yakni : a) Jamur Jamur
yang
sering
menyebabkan
leukorea
ialah
Kandida Albikan. Penyakit ini disebut juga Kandidasis genetalia. Jamur ini merupakan saprofit yang pada keadaan biasa tidak menimbulkan keluhan gejala, tetapi pada keadaan tertentu menyebabkan gejala infeksi mulai dari yang ringan hingga berat. Penyakit ini tidak selalu akibat PMS dan dapat timbul pada wanita yang belum menikah. Ada beberapa faktor predisposisi untuk timbulnya kanidosis genetalis, antara lain : (1) Pemakai obat antibiotika dan kortikosteroid yang lama (2) Kehamilan (3) Kontrasepsi hormonal (4) Kelainan endokrin seperti diabetes melitus (5) Menurunya kekebalan tubuh seperti penyakit-penyakit kronis (6) Selalu memakai pakaian dalam yang ketat dan terbuat dari bahan yang tidak menyerap keringat. Keluhan penyakit ini adalah rasa gatal atau panas pada alat kelamin, keluarnya lendir yang kental, putih dan bergumpal
seperti
butiran
tepung.
Keluarnya
cairan
terutama pada saat sebelum menstruasi dan kadangkadang disertai rasa nyeri pada waktu senggama. Pada pemeriksaan klinis terlihat vulva berwarna merah (eritem) dan sembab, kadang-kadang ada erosi akibat garukan.
12
Terlihat leukorea yang berwarna putih, kental, bergumpal seperti butiran tepung melengket di dinding vagina. b) Bakteri 1) Gonokokus Penyakit penyebab
ini disebut dengan
penyakit
ini
adalah
Gonerhoe
bakteri
dan
Neisseria
Gonorhoe atau gonokokus. Penyakit ini sering terjadi akibat hubungan seksual (PMS). Kuman ini berbentuk seperti ginjal yang bepasangan disebut diplokokus dalam
sitoplasma
sel.
Gonokokus
yang
purulen
mempunyai silia yang dapat menempel pada sel epitel uretra dan mukosa vagina. Pada hari ketiga, bakteri tersebut akan mencapai jaringan ikat di bawah epital dan
menimbulkan
reaksi
radang.
Gejala
yang
ditimbulkan adalah leukorea yang berwarna kekuningan atau nanah, rasasakit pada waktu berkemih maupun saat senggama. 2) Klamidia Trakomatis Kuman ini sering menjadi penyebab penyakit mata trakoma dan menjadi penyakit menular seksual.Klamidia adalah organisme intraselular obligat, pada manusia bakteri
ini
umumnva
berkoloni
secara
lokal
di
permukaan mukosa. Termasuk mukosa serviks.Klamidia sering menjadi faktor etiologi pada penyakit radang pelvis, kehamilan di luar kandungan dan infertilitas. Gejala utama yang ditemukan adalah servisitis pada wanita dan uteritis pada pria. c) Parasit Parasit yang sering menyebabkan leukorea adalah Trikomonas vaginalis, berbentuk lonjong, bersilia, dapat bergerak berputar-putar dengan cepat. Walaupun infeksi ini dapat terjadi dengan berbagai cara, penularan dengan jalan koitus ialah cara yang paling sering terdapat. Pada pria dengan trikomonas biasanya parasit ini terdapat di uretra
13
dan prostat. Gejala yang ditimbulkan ialah leukorea yang encer sampai kental, berwarna kekuningan dan agak bau serta terasa gatal dan panas. d) Virus Sering disebabkan oleh Human papilloma virus (HPV) dan
Herpes
simpleks.
HPV
sering
ditandai
dengan
kondiloma akuminata, cairan berbau, tanpa rasa gatal. 2) Benda asing Kondom yang tertinggal dan pesarium untuk penderita hernia atau prolaps uteri dapat merangsang secret vagina berlebihan. 3) Kanker Leukorea ditemukan pada neoplasma jinak maupun ganas, apabila tumor itu dengan permukaannya untuk sebagian atau seluruhnya memasuki lumen saluran alat-alat genetalia. Sel akan tumbuh sangat cepat secara abnormal dan mudah rusak,
akibat
dari
pembusukan
dan
perdarahan
akibat
pemecahan pembuluh darah pada hipervaskularisasi. Gejala yang ditimbulkan ialah cairan yang banyak, berbau busuk disertai darah tak segar. 4) Menopause Pada
Menopause
sel-sel
dan
vagina
mengalami
hambatan dan dalam pematangan sel akibat tidak adanya harmon estrogen sehingga vagina kering, sering timbul gatal karena tipisnya lapisan sel sehingga mudah luka dan timbul infeksi penyerta. (Sibagariang, at al, 2010). Sedangkan menurut Manan (2011), leukorea secara umum disebabkan oleh: 1)
Memakai pakaian dalam yang ketat dari bahan sintetis;
2)
Sering menggunakan WC umum yang kotor, terutama WC duduk;
3)
Tidak mengganti panty liner;
14
4)
Membilas vagina dari arah yang salah, yaitu dari anus kearah depan;
5)
Sering bertukar celana dalam/handuk dengan orang lain;
6)
Kurang menjaga kebersihan vagina;
7)
Kelelahan yang amat sangat;
8)
Stress;
9)
Tidak segera mengganti pembalut saat menstruasi;
10) Memakai sembarangan sabun untuk membasuh vagina, atau menggunakan sabun yang berlebihan untuk pembersih vagina; 11) Sering mandi berendam dengan air hangat dan panas (jamur yang menyebabkan leukorea lebih mungkin tumbuh di kondisi hangat); 12) Sering berganti pasangan dalam berhubungan seks; 13) Hormone tidak seimbang; dan 14) Sering menggaruk vagina. e.
Gejala Leukorea Menurut Saydam (2012), gejala yang dapat diamati adalah cairan atau lendir yang berwarna putih atau kekuning-kuningan pada vagina. Jumlah lendir ini bisa tidak begitu banyak namun adakalanya banyak sekali. Kadang-kadang diikuti oleh rasa gatal yang amat mengganggu kenyamanan wanita itu. Bisa saja cairan yang keluar dari vagina itu sedikit, jernih dan tidak berbau. Namun adakalanya berbau tidak sedap. Jika cairan dari vagina berlebihan keadaan tersebut biasanya sering disebut dengan leukorea.
f.
Pencegahan Leukorea Berikut ini beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya leukorea, yaitu (Manan, 2011): 1)
Menjaga kebersihan genitalia, membersihkan vagina dengan air bersih yang mengalir dengan cara mengusap dari depan ke belakang;
2)
Minimalisir
penggunaan
sabun
antiseptik
karena
dapat
menggangu keseimbangan pH vagina; 3)
Menghindari penggunaan produk berbentuk bedak karena akan memicu pertumbuhan jamur;
15
4)
Memastikan
vagina
selalu
dalam
keadaan
kering
saat
berpakaian; 5)
Menggunakan celana dalam yang kering dan menyerap keringat.
6)
Menghindari penggunaan celana yang ketat, karena akan mengganggu masuknya udara ke organ vital;
7)
Mengganti pembalut tepat waktu minimal 3 kali sehari. Berdasarkan jurnal Midpro, edisi 1 /2013 yang ditulis oleh
Nihayati
(2013)
bahwa
pencegahan
sekaligus
mencegah
berulangnya keputihan, yaitu dengan cara: 1)
Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup, hindari rokok dan alkohol serta hindari strees yang berkepanjangan.
2)
Setia kepada pasangan. Hindari promiskuitas atau gunakan kondom untuk mencegah penularan penyakit menular seksual.
3)
Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap
kering
dan
tidak
lembab
misalnya
dengan
menggunakan celana dengan bahan yang meyerap keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut, pntyliner pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak. 4)
Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan kebelakang.
5)
Penggunaan
cairan
pembersih
vagina
sebaiknya
tidak
berlebihan karena dapat mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu sebelum manggunakan cairan pembersih vagina. 6)
Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.
7)
Hindari
pemakaian
barang-barang
yang
memudahkan
penularan seperti maminjam perlengkapan mandi dan lain-lain. Sedapat mungkin tidak duduk diatas kloset di WC umum atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum menggunakanya.
16
g.
Penatalaksanaan Leukorea Secara teori menurut Varney (2008) meliputi : 1)
2)
Anamnesa a)
Perdarahan
b)
Keputihan
c)
Rasa nyeri di daerah abdomen
d)
Kehamilan
e)
Benjolan
Pemeriksaan umum secara terbatas Pemeriksaan umum secara terbatas menurut Manuaba (2010), pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya komplikasi yang disebabkan oleh leukorea hal ini dapat dilakukan : a)
Pemeriksaan Konjungtiva Untuk mengetahui kemungkinan adanya anemi pada akseptor. Pemeriksaan ini dapat dilakukan karena adanya perdarahan pada akseptor dan mencegah adanya anemia yang berkelanjutan.
b)
Pemeriksaan nadi Untuk mengetahui adanya anemia yang ditunjukkan dengan nadi lebih dari 100 x/menit ataupun kelainan sirkulasi darah.
c)
Pemeriksaan Suhu Untuk mengetahui adanya peningkatan suhu tubuh yang dapat menunjukkan tanda-tanda infeksi atau radang.
d)
Pemeriksaan abdomen Pemeriksaan ini dapat dilakuakan pada daerah abdomen dengan carapalpasi (Manuaba, 2010). Untuk kemungkinan adanya : (1) Nyeri tekan daerah suprapubik (2) Benjolan massa ataupun kelainan tubuh (3) Apabila teraba benjolan menunjukkan adanya kelainan yang dapat mengarah pada tumor.
17
e)
Pemeriksaan bimanual yang lengkap (1) Masih adakah benang untuk memastikan bahwa IUD masih berada pada posisi yang benar. (2) Adanya
perlukaan
portio
(portio
tampak
seperti
sariawan). (3) Portio tertutup cairan atau lendir berbau berwarna coklat kekuningan. f)
Pemeriksaan Inspekulo Pemeriksaan inspekulo untuk mengetahui masih adakah benang untuk memastikan IUD masih berada pada posisi yang benar.
g)
Pemeriksaan sekret pada servik (Pap Smear) Pemeriksaan IUD dengan leukorea perlu dilakukan untuk mengetahui adanya infeksi karena jamur, virus, bakteri maupun mikroorganisme lainnya.
3)
Terapi Menurut Hartanto (2010), terapi untuk leukorea adalah sebagai berikut : a)
Antibiotika terutama kalau dapat ditemukan gonococus dalam secret.
b)
Pemberian albotyl yang dapat menghancurkan jaringan yang rusak dan menggantinya dengan jaringan baru.
c)
Vulva hygiene.
d)
Pemberian analgetik apabila nyeri.
B. Konsep Manajemen Kebidanan 1.
Pengertian Manajemen Kebidanan Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan dengan urutan logis dan perilaku yang diharapkan dari pemberi asuhan yang berdasarkan ilmiah, penemuan, dan ketrampilan dalam tahapan yang logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien (Varney, 2008).
18
2.
Manajemen Kebidanaan Langkah 7 Varney Menurut Purwoastuti dan Walyani (2015) ketujuh langkah manajemen kebidanan menurut varney adalah sebagai berikut : a.
Langkah I : Pengkajian Data Dasar 1)
Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajan dengan mengumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
2)
Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital.
3) b.
Pemeriskaan penunjang (laboratorium).
Langkah II : Interprestasi data dasar Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa
atau
masalah
dan
kebutuhan
klien
berdasarkan
interpretasi yang benar atas data-data yang dikumpulkan. Data dasar
yang
sudah
dikumpulkan
diinterpretasikan
sehingga
ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik. c.
Langkah III : Diagnosa Potensial Pada langkah ini dilakukan identifikasi diagnosis atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya. Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial yang berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosia yang sudah diidentifikasikan.
Langkah
ini
membutuhkan
antisipasi
bila
memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosis atau masalah potensial ini benar-benar terjadi. Langkah ini sangat penting didalam melakukan asuhan yang aman. d.
Langkah IV : Antisipasi atau Tindakan Segera Pada langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Bidan menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, melakukan konsultasi, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien, pada langkah ini bidan
juga
harus
merumuskan
tindakan
emergency
untuk
menyelamatkan ibu dan bayi, yang mampu dilakukan secara mandiri dan bersifat rujukan.
19
e.
Langkah V : Rencana Tindakan Asuhan. Kebidanan pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya dan merupakan lanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasikan atau diantisipasi. Rencana tindakan komprehensif
bukan
hanya
meliputi
kondisi
klien
serta
hubungannya dengan masalah yang dialami oleh klien, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap klien, serta penyuluhan, konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalahmasalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi, agama, kultur atau masalah psikologis. Setiap rencana asuhan harus disertai oleh klien dan bidan agar dapat dilaksanakan dengan efektif. Sebab itu, harus berdasarkan rasional yang relevan dan kebenarannya serta situasi dan kondisi tindakan harus secara teoritis. f.
Langkah VI : Implementasi Tindakan. Asuhan kebidanan melaksanakan rencana tindakan serta efisiensi dan menjamin rasa aman klien. Implementasi dapat dikerjakan keseluruhan oleh bidan ataupun bekerja sama dengan kesehatan lain. Bidan harus melakukan implementasi yang efisien dan akan mengurangi waktu perawatan serta akan meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan.
g.
Langkah VII : Evaluasi. Tindakan asuhan kebidanan mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan asuhan yang diberikan kepada klien. Pada tahap evaluasi ini bidan harus melakukan pengamatan dan observasi terhadap masalah yang dihadapi klien, apakah masalah diatasi seluruhnya, sebagian telah dipecahkan atau mungkin timbul masalah
baru.
Pada
prinsipnya
tahapan
evaluasi
adalah
pengakajian kembali terhadap klien untuk menjawab pertanyaan seberapa jauh tercapainya rencana yang dilakukan.
20
3.
Data Perkembangan Menggunakan SOAP Pendokumentasian data perkembangan asuhan kebidanan yang telah menggunakan SOAP menurut Walyani (2015), yaitu : a.
S: Subjektif Menggambarkan
pendokumentasian
hasil
pengumpulan
data
pasien melalui anamnesa. b.
O : Objektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik pasien, hasil laboratorium dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung assesment. Pemeriksaan fisik dilakukan
dengan melihat keadaan umum
pasien misalnya
kesadaran, pucat,lemah dan menahan sakit. Pada pemeriksaan laboratorium misalnya pemeriksaan Hb, pemeriksaan pap smear dan secret vagina. c.
A : Assesment / Analisa Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subyektif dan obyektif dalam suatu indentifikasi
d.
P : Planning 1)
Menggambarkan pendokumentasian dari rencana evaluasi berdasarkan assessment.
2)
Memberikan konseling sesuai dengan permasalahan yang ada sebagai upaya untuk membangun pengobatan.
21
Alur pikir bidan
Pencatatan dari asuhan kebidanan
Proses Manajemen kebidanan
Dokumentasi kebidanan
7 Langkah Varney
5 langkah kompetensi bidan
Pengumpulan data dasar
Data
Interprestasi data dasar
SOAP NOTES
Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera
Subjektif Objektif Assessment atau diagnosis
Merencanakan asuhan yang komprehensif atau menyeluruh
Perencanaan
Melaksanakan perencanaan dan pelaksanaan
Pelaksanaan
Evaluasi
Evaluasi
Analisa data Penatalaksanan: Konsul Tes diagnostik/Lab Rujukan Pendidikan/ Konseling Followup
Gambar 2.1 Bagan Skema langkah-langkah proses manajemen Sumber : Estiwidani., dkk(2008)
22
C. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB IUD dengan Leukorea 1.
Langkah Pertama : Pengkajian Data Dasar Sistematis dalam mengumpulkan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien (Varney, 2008). Tahap ini meliputi : a.
Data Subjektif Data subjektif adalah data yang dikatakan oleh pasien atau orang yang terdekat yang mencerminkan pikiran perasaan dan persepsi mereka sendiri (Nursalam, 2007). 1)
Biodata a)
Nama: Untuk mengetahuui nama pasien.
b)
Umur : Untuk mengenal faktor resiko dari umur pasien.
c)
Agama : Berguna untuk memberi motivasi pasien sesuai dengankepercayaannya.
d)
Suku/bangsa : Untuk mengetahui adat dan kebiasaan pasien.
e)
Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu dalam bidang kesehatan.
f)
Pekerjaan : Untuk mengetahui status sosial ekonomi dan aktifitas ibu sehari.
g)
Alamat : Untuk mendapatkan gambaran lingkungan tempat tinggal pasien.
2)
Keluhan utama Adalah mengetahui keluhan yang dirasakan saat pemeriksaan (Varney, 2008). Pada kasus KB IUD dengan leukorea keluhannya adalah keluar cairan yang berlebihan berwarna kecoklatan, berbau dan tak kunjung sembuh (Ferry, 2007).
3)
Riwayat Menstruasi Untuk mengetahui kapan mulai menstruasi, siklus mentruasi, lamanya menstruasi, banyaknya darah menstruasi, teratur atau tidak menstruasinya, sifat darah menstruasi,
23
keluhan yang dirasakan sakit waktu menstruasi disebut disminorea (Estiwidani dkk.,2008). 4)
Riwayat Perkawinan Pada status perkawinan yang ditanyakan adalah kawin syah, berapa kali, usia menikah berapa tahun, dengan suami usia berapa, lama perkawinan, dan sudah mempunyai anak belum. Hal ini perlu diketahui seberapa perhatian suami kepada istrinya (Estiwidani dkk., 2008).
5)
Riwayat Kehamilan dan Nifas yang lalu Untuk mengetahui jumlah kehamilan dan kelahiran : G (gravidarum), P (para), A (abortus), H (hidup). Riwayat persalinan yaitu jarak antara dua kelahiran, tempat kelahiran, lamanya melahirkan, dan cara melahirkan. Masalah/ gangguan kesehatan yang timbul sewaktu hamil dan melahirkan. Riwayat kelahiran anak, mencangkup berat badan bayi sewaktu lahir, adakah kelainan bawaan bayi, jenis kelamin bayi, keadaan bayi hidup/ mati saat dilahirkan (Estiwidani dkk., 2008).
6)
Riwayat Keluarga Berencana Bila ibu pernah mengikuti KB perlu ditanyakan : jenis kontrasepsi, efek samping, keluhannya apa, alasan berhenti, (bila
tidak
memakai
lagi),lamanya
menggunakan
alat
kontrasepsi (Etiwidani dkk, 2008). 7)
Riwayat Kesehatan Riwayat kesehatan untuk memastikan bahwa tidak ada kontra indikasi pemakaian KB IUD seperti penyakit jantung, diabetes militus dengan komplikasi. Tumor dan adanya perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya (Saifuddin, 2009).
8)
Kebiasaan sehari-hari a)
Pola nutrisi: Mengetahui seberapa banyak asupan nutrisi pada pasien dengan mengamati adakah penurunan berat badan atau tidak ada pada pasien (Susilawati, 2008).
24
b)
Pola Eliminasi : Untuk mengetahui perubahan siklus BAB dan BAK, apakah lebih dari 4 kali sehari, BAK sedikit atau jarang (Susilawati, 2008).
c)
Pola Istirahat : Mungkin terganggu karena adanya rasa yang tidak nyaman (Susilawati, 2008).
d)
Pola Hygiene : Kebiasaan kebersihan diri setiap harinya. Pada kasus leukorea biasanya sering ditemukan pasien yang memiliki pola hygiene yang jelek (Susilawati, 2008).
e)
Aktivitas : Aktivitas akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah atau adanya nyeri akibat penyakit yang dialaminya (Susilawati, 2008).
f)
Pola Seksualitas : Untuk mengetahui kebiasaan hubungan seksual pasien dengan suami dan adakah terdapat kelainan
atau
keluhan
selama
hubungan
seksual
(Susilowati, 2008). Pada kasus pola seksual ibu menurun (Hartanto, 2010). a)
Riwayat Psikologis Dengan
menggunakan
pendekatan
psikologis
kesehatan maka akan diketahui gaya hidup orang tersebut dan pengaruh psikologi kesehatan terhadap gangguan kesehatan. Pada kasus leukorea ibu akan merasa cemas karena keadaan yang dialaminya (Manuaba, 2010). b.
Data Objektif Data objektif data yang dapat dilihat dan diobservasikan tenaga kesehatan (Priharjo, 2006). 1)
Pemeriksaan Tanda Vital a)
Tekanan Darah : Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi atau potensi dengan nilai satuannya mmHg. Keadaan sebaiknya antara 90 per 60 sampai 130/90 mmHg atau peningkatan sistolik tidak lebih dari 30 mmHg dan peningkatan diastolik tidak lebih dari 14 mmHg dari kedaan pasien normal pada atau paling sedikit pengukuran berturut-turut pada selisih 1 jam (Wiknjosastro, 2010).
25
b)
Pengukuran Suhu : Suhu badan normal adalah 36˚C sampai 37˚C. Bila suhu tubuh lebih dari 38˚C harus dicurigai adanya infeksi (Wiknjosastro, 2010).
c)
Nadi : Denyut nadi normal 70 x/menit sampai 88 x/menit (Wiknjosastro, 2010).
d)
Pernafasan : Dinilai sifat pernafasan dan bunyi nafas dalam satu menit pernafasan kurang dari 40 kali per menit atau lebih dari 60 kali per menit (Saifuddin, 2009).
2)
Pemeriksaan Fisik a)
Rambut : Untuk menilai warna, kelebatan, distribusidan karakteristik (Wiknjosastro, 2010).
b)
Muka : Keadaan muka pucat atau tidak adakah kelainan adakah oedema (Wiknjosastro, 2010).
c)
Mata : Conjungtiva anemis atau tidak, sklera ikterik atau tidak (Wiknjosastro, 2010).
d)
Hidung : Untuk mengetahui apakah ada polip atau tidak (Rachmawati, 2006).
e)
Mulut : Untuk mengetahui mulut bersih apa tidak, ada caries dan karang gigi tidak (Wiknjosastro, 2010).
f)
Telinga : Bagaimana keadaan daun telinga, liang telinga dan timpani, ketajaman pendengaran (Wiknjosastro, 2010).
g)
Leher : Untuk mengetahui pembesaran tyroid, nyeri atau kekakuan
pada
leher,
keterbatasan
gerak
leher,
pembesaran atau nyeri tekan pada kelenjar getah bening, kesimetrisan trakea. Hal ini untuk mengetahui adanya peradangan atau gangguan metabolisme tubuh (Varney, 2008). h)
Payudara : Untuk mengetahui kesimetrisan, ukuran,massa, lesi jaringan perut pada struktur dan dinding dada. Hal ini untuk mengetahui apakah ada tumor atau kanker/tidak (Varney, 2008).
i)
Abdomen : Apakah ada jaringan perut atau bekas operasi, adakah nyeri tekan serta adanya massa (Wiknjosastro, 2010).
26
j)
Ekstremitas : Untuk mengetahui adanya oedema, varices (Wiknjosastro, 2010).
3)
Pemeriksaan Obstetri, terdiri dari : a)
Vulva Untuk mengetahui adanya perdarahan dan adanya pengeluaran pervaginam. Pada kasus leukorea dilakukan pemeriksaan inspeksi vulva terlihat cairan berupa lendir kental, kecoklatan (Manuaba, 2010).
b)
Inspekulo Untuk mengetahui keadaan vagina dan servik. Pada kasus leukorea dilakukan pemeriksaan yang menggunakan speculum terlihat keputihan dengan lendir kental dan kecoklatan dalam jumlah yang banyak (Manuaba, 2010).
4)
Pemeriksaan penunjang atau laboratorium Data diagnosa,
penunjang
apabila
diperlukan
diperlukan
sebagai
misalnya
pendukung pemeriksaan
laboratorium. Pada kasus leukorea dilakukan pemeriksaan pap smear (Manuaba, 2010). 2.
Langkah Kedua : Interpretasi Data Data dasar yang sudah dikumpulkan, diinterpretasikan sehingga dirumsukan diagnosa, masalah dan kebutuhan.Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktek kebidanan (Varney, 2008). a.
Diagnosa kebidanan Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan (Estiwidani dkk., 2008). 1)
Data subyektif : a)
Secret vagina mukus atau mukopurulen yang meningkat (Pramono dkk, 2014).
b)
Jumlah cairan banyak (Manuaba, 2010).
c)
Hubungan seksual terganggu karena gesekan dari luar (Susilowati, 2008).
d)
Cemas karena keadaanya yang dialami (Susilowati, 2008)
27
2)
Data obyektif : a)
Pemeriksaan inspekulo untuk mengetahui keadaan vagina dan servik : terlihat keputihan dengan lendir kental dan berwarna dalam jumlah yang banyak.
b.
b)
Pengeluaran pervagina lendir kental berwarna dan berbau.
c)
Pemeriksaan laboratorium : Pap smear.
Masalah Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman pasien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa sesuai dengan pasien (Varney, 2008). Masalah yang sering ditemukan pda akseptor KB IUD dengan leukorea adalah cemas dan gelisah dengan keadaanya.
c.
Kebutuhan Kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan pasien dan yang belum teridentifikasi dalam diagnosa masalah yang didapatkan dengan melakukan analisis data menurut Varney (Estiwidani, 2008). Kebutuhan yang diperlukan oleh akseptor KB IUD dengan leukorea adalah dorongan moral dan informasi tentang leukorea (Manuaba, 2010).
3.
Langkah Ketiga : Diagnosa Potensial Diagnosa potensial adalah suatu pernyataan yang timbul berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila diagnosa atau masalah potensial ini benar- benar terjadi (Varney, 2008). Diagnosa potensial yang terjadi pada KB IUD dengan leukorea apabila tidak segera mendapat penanganan segera akan menjadi infeksi vagina, vulvitis, vaginitis dan vulvovaginitis (Manuaba, 2010).
4.
Langkah Keempat : Antisipasi atau Tindakan Segera Pada langkah ini perlu diambil segera untuk mengantisipasi diagnosa potensial yang berkembang lebih lanjut dan menimbulkan komplikasi, sehingga dapat segera dapat segera dilakukan tindakan yang sesuai dengan diagnosa potensial yang muncul (Varney, 2008).
28
Pada kontrasepsi IUD tindakan yang dilakukan oleh bidan adalah dengan pemberian amphicillin 500 mg/oral tiap 6 jam dan asam mefenamat 3 x 500 mg/oral selama 3 hari, pemberian nasehat Vulva hygiene (Hartanto, 2010). 5.
Langkah Kelima : Perencanaan Merupakan
pengembangan
rencana
perawatan
yang
komprehensif ditentukan oleh langkah sebelumnya. Langkah ini adalah sebuah perluasan dari mengidentifikasi masalah dan diagnosa yang telah diantisipasi dan yang terbaru dan juga melibatkan usaha untuk memperoleh bagian tambahan dari data apapun yang hilang (Varney, 2008). Menurut Manuaba (2010) perencanaan asuhan pada akseptor kontrasepsi IUD dengan leukorea adalah dengan : a.
Jelaskan pada pasien tentang keputihan yang dialaminya dan kondisi IUD yang dipakainya.
b.
Jelaskan
bagaimana
cara
menjaga
daerah
pribadi
atau
genetalianya agar tetap bersih dan kering. c.
Jelaskan pada pasien untuk tetap menggunakan kontrasepsi IUD.
d.
Jelaskan tentang hubungan seksual.
e.
Beri terapi keputihan yang dialami : golongan Flukanazol (Cacid 150 mg), Metronidazol 500 mg, Antibiotik (Amixilin 500 mg).
6.
Langkah Keenam : Implementasi Implementasi merupakan pelaksaan dari asuhan yang telah dierencanakan secara efisien dan aman. Pada kasus dimana bidan harus berkolaborasi dengan dokter, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan pasien adalah tetap bertanggung jawab terhadap pelaksanaan asuhan bersama yang menyeluruh (Varney, 2008). Pelaksanaan asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD dengan leukorea sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.
7.
Langkah Ketujuh : Evaluasi Merupakan langkah terakhir untuk menilai keaktifan dari rencana asuhan yang telah diberikan meliputi pemenuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan dalam masalah
29
dan diagnosa (Varney, 2008). Evaluasi yang diharapkan pada akseptor KB IUD dengan leukorea menurut Hartanto (2010), yaitu : a.
Pasien mengatakan sudah tidak merasakan cemas.
b.
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis.
c.
Inspekulo tidak ada leukorea.
d.
Pasien bersedia melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi atau bila ada keluhan.
D. Kewenangan Bidan Menurut Permenkes Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010 bidan
dalam
menjalankan
praktik,
berwenang
untuk
pasal 9
memberikan
pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana. Pasal 12 menyebutkan bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana berwenang untuk : 1.
Memberikan
penyuluhan
dan
konseling
kesehatan
reproduksi
perempuan dan keluarga berencana. 2.
Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom. Pasal 13 selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
10, Pasal 11, dan Pasal 12 Bidan yang menjalankan program Pemerintah berwenang melakukan pelayanan kesehatan meliputi : pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit; pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit hanya dapat dilakukan oleh bidan yang dilatih. E. Tinjauan Islam 1.
Keluarga Berencana menurut Al-Qur’an Pandangan Al-Quran terhadap Keluarga Berencana terdapat dalam ayat Al-Quran, diantaranya surat An-Nisa’: 9
Artinya :“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah,
30
yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”(S. An-Nisa’: 9). Ayat al-quran diatas menunjukan bahwa islam mendukung adanya keluarga berencana karena dalam QS. An-Nissa ayat 9 dinyatakan bahwa “Hendaklah takut kepada Allah, orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah”. Anak lemah yang dimaksud adalah generasi penerus yang lemah agama dan ilmu pengetahuan sehingga KB menjadi upaya agar mewujudkan keluarga yang sakinah. 2.
Keluarga Berencana menurut pandangan Muhammadiyah Penjelasan dari majelis tajrih : Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah melalui fatwa-fatwa tarjih menjelaskan, surah An-Nisa ayat 9 secara umum dapat menjadi motivasi keluarga berencana, tapi bukan jadi dasar langsung kebolehannya. Menurut Majelis Tarjih dan Tajdid, Islam menganjurkan agar kehidupan anak-anak jangan sampai telantar sehingga menjadi tanggungan orang lain. Ayat tersebut mengingatkan agar orang tua selalu memikirkan kesejahteraan jasmani dan rohani anak-anaknya.
DAFTAR PUSTAKA
Al Quran surat An Nisa ayat 9 Al-Quran surat Yunus ayat 57 Aghe.
2009. Leukorea atau Keputihan. [internet] tersedia http://www.leukorea/keputihan.com. [diakses 20 April 2016].
dalam
Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi VI, Cetakan 13. Jakarta : Rineka Cipta. BKKBN, (2011). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta; Pustaka Sinar Harapan. Dinkes Jawa Barat, (2015). KB di Jawa Barat. [internet] tersedia dalam http://www.depkes.jabar./pengguna-KB-di-jawabarat. [diakses 25 April 2016]. Dinkes Kabupaten Ciamis, (2015). Pengguna KB di Kabupaten Ciamis. Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis. Elisabeth, Walyani. (2015). Asuhan Kebidanan pada kehamilan. Yogyakarta : Pustaka Baru Press. Estiwidani, dkk. (2008). Konsep Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya. Fery, A. G. At. All. (2007). Buku Saku Ketrampilan dan Prosedur Dasar. Jakarta : EGC. Hartanto, H. (2010). Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. Kemenkes, 2015. Pengguna KB di Indonesia tahun 2015. [internet] tersedia dalam http://www.depkes.go.id./pengguna-KB-di-Indonesia-tahun-2015. [diakses 25 April 2016]. Manan, L. (2011). Kamus Pintar Kesehatan Wanita. Yogyakarta. Buku Biru. Manuaba I.B.G. dkk. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta : EGC. Nihayati, S. (2013). Hubungan Antara Pengetahuan tentang Vulva Hygiene dengan Kejadian Leukorea pada Remaja Putri. Jurnal Midpro, edisi 1 /2013. [internet] tersedia dalam http://journal.unisla.ac.id/pdf/. [diakses 02 Mei 2016]. Notoamodjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
46
47
Nursalam. (2008). Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : Salemba Merdeka. Peraturan Menteri Kesehatan RI No : 1464/MenKes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan. Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majelis Tarjih. (2014). Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah. Jakarta : Suara Muhammadiyah. Prawirohardjo. (2012). Ilmu Kebidanan. Jakarta: P.T. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Priharjo, Robert. (2006). Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta : EGC. Purwoastuti, E., Walyani, E. (2015). Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Yogyakarta : Pustaka Baru Press. Riyanto, Agus. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Saifuddin, dkk. (2009). Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Saydam. (2012). Waspadai Penyakit Reproduksi Anda. Bandung. Pustaka Reka Cipta. Sibagariang, E.E, et al. (2010). Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta: Trans Info Medika. Soepardan. (2007). Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC. Sulistyawati, A. (2012). Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Salemba Medika. Varney. (2008). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC. Wiknjosastro. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Zannah, I, R. (2012). Gambaran Keluhan-Keluhan Akibat Penggunaan Alat Kontrasepsi IUD pada Akseptor IUD di Wilayah Kerja puskesmas Sukajadi Kota Bandung. Jurnal Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjadjaran [internet] tersedia dalam http://jurnal.unpad.ac.id/ejournal. [diakses 02 Mei 2016].