ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KB IUD DENGAN EROSI PORTIO DI BPM Hj. BETY ZIPUR YANTI, SST KABUPATEN CIAMIS
LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan
Oleh : YUSY MEGAN ANDIANI NIM. 13DB277093
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS 2016
Judul
: Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB IUD dengan Erosi Portio di BPM Hj. Bety Zipur Yanti, SST Kabupaten Ciamis
Penyusun
: Yusy Megan Andiani
NIM
: 13BD277093
PERSETUJUAN
Laporan Tugas Akhir ini telah memenuhi persyaratan dan Disetujui Untuk Mengikuti Ujian Sidang LTA Pada Program Studi D III Kebidanan STIKes Muhammadiyah Ciamis
Oleh : Pembimbing I,
Rosidah Solihah, SST NIK. 0432778609056
Ciamis,
Juni 2016
Ciamis,
Juni 2016
Pembimbing II,
Sri Utami Asmarani, SST NIK. 0432779114096
Mengetahui, Ketua Program Studi D-III Kebidanan,
Heni Heryani, SST., MKM NIK.0432778104030
ii
Judul
: Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB IUD dengan Erosi Portio di BPM Hj. Bety Zipur Yanti, SST Kabupaten Ciamis
Penyusun
: Yusy Megan Andiani
NIM
: 13BD277093
PENGESAHAN
Laporan Tugas Akhir ini telah dipertahankan dan diperbaiki sesuai dengan masukan Dewan Penguji Pada tanggal..............................
Mengesahkan,
Penguji I,
Penguji II,
Ema Hermayanti, S.ST., MM NIP. 19820626 2008 01 2 005
Rosidah Solihah, SST NIK. 0432778609056
Mengetahui,
Ketua STIKes Muhammadiyah Ciamis,
Ketua Program Studi D III Kebidanan,
H. Dedi Supriadi., S.Sos., S.Kep., Ners., M.M.Kes NIK. 0432777295008
Heni Heryani, SST., MKM NIK. 0432778104030
iii
PERNYATAAN Saya menyatakan bahwa LTA yang berjudul “Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB IUD dengan Erosi Portio di BPM Hj. Bety Zipur Yanti, SST Kabupaten Ciamis” sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam penulisan karya ilmiah. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung sanksi yang telah ditentukan institusi Prodi D III Kebidanan STIKes Muhammadiyah Ciamis apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini.
Ciamis, Juni 2016 Yang Membuat Pernyataan,
Yusy Megan Andiani
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ilahi Robbi atas taufik rahmat dan karunia-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB IUD dengan Erosi Portio di BPM Hj. Bety Zipur Yanti, SST Kabupaten Ciamis”. Laporan Tugas Akhir ini diajukan untuk salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan D III Kebidanan dan memenuhi gelar Ahli Madya Kebidanan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Ciamis. Penulis menyadari bahwa penyusunan dan penulisan Laporan Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan dan belum sempurna. Pada kesempatan yang baik ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini yaitu kepada yang terhormat : 1.
Dr. H. Zulkarnaen, SH., MH, selaku Ketua PDM dan BPH STIKes Muhammadiyah Ciamis.
2.
H.
Dedi
Supriadi,
S.Sos.,
S.Kep.,
M.Mkes,
selaku Ketua
STIKes
Muhammadiyah Ciamis. 3.
Heni Heryani, SST., M.KM, selaku Ketua Program Studi D III Kebidanan.
4.
Rosidah Solihah, SST, selaku pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
5.
Sri Utami Asmarani, SST, selaku pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
6.
Yayat Suryat, S.Ag, selaku pembimbing AIK yang telah bersedia meluangkan waktu untuk arahan dan dukungan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
7.
Bidan Hj. Bety Zipur Yanti, SST, yang telah membantu dan memberikan ijin untuk penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
v
8.
Ny. L beserta keluarga yang telah memberikan banyak informasi dan atas kerjasamanya yang begitu tulus selama penulis melakukan asuhan kebidanan.
9.
Kedua orang tua dan kedua adik saya yang selama ini selalu memberikan dukungan dan motivasinya kepada saya untuk menyelesaikan program pendidikan D III Kebidanan ini.
10. Rekan-rekan satu angkatan yang telah memberikan motivasi selama penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, terima kasih atas kerjasamanya. Penulis
berharap Laporan Tugas Akhir
tidak
hanya menambah
pengetahuan, tetapi dapat menjadikan inisiatif dan merangsang kreativitas dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam ilmu kebidanan. Akhirul kalam penulis mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada kekurangan dan tidak bisa menyebutkan satu per satu. Terimakasih banyak semoga apa yang dicita-citakan kita bersama dikabulkan Allah SWT, amin. Nasrunminallah wa Fathunqarib Wabasyirilmu’minin Wassalamualaikum Wr. Wb.
Ciamis, Juni 2016
Penyusun
vi
ASUHAN KEBIDANAN PADA AKSEPTOR KB IUD DENGAN EROSI PORTIO DI BPM Hj. BETY ZIPUR YANTI, SST1 KABUPATEN CIAMIS Yusy Megan Andiani2Rosidah Solihah3Sri Utami Asmarani4
INTISARI Erosi portio merupakan salah satu efek samping kontrasepsi IUD terbanyak di Indonesia. Di Indonesia jumlah efek samping pemakaian IUD sebanyak 1.513 (46,06%) diantaranya pendarahan post coital 9,02%, dismenorea 10,0%, flour albous 12,02 %, erosi portio 15,02%. Di Jawa Barat jumlah akseptor KB IUD pada tahun 2014 sebanyak 114.368 (8,90%) dengan jumlah efek samping pemakaian yang mengalami erosi portio sebanyak 14,08%, berdasarkan data rekam medik pada tahun 2015 di RSUD Kabupaten Ciamis diperoleh jumlah akseptor KB IUD yang mengalami erosi portio sebanyak 57 orang, di BPM Hj. Bety Zipur Yanti, SST Kabupaten Ciamis pada bulan Januari 2015 sampai dengan Maret 2016 jumlah akseptor KB IUD yang mengalami erosi portio sebanyak 7 orang, karenanya penulis tertarik untuk mengambil kasus ini untuk menerapkan asuhan kebidanan menurut Verney. Dengan penanganan yang cepat dan tepat diharapkan akseptor KB IUD tidak mengalami masalah potensial pada kasus erosi portio. Tujuan penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanankan asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD dengan erosi portio dengan menggunankan pendekatan proses manajemen selama 15 hari di BPM Hj. Bety Zipur Yanti, SST Kabupaten Ciamis. Dari hasil penyusunan laporan tugas akhir ini mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata dalam pembuatan asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD dengan erosi portio. Kesimpulan dari hasil pelaksanaan asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD dengan erosi portio di BPM Hj. Bety Zipur Yanti, SST Kabupaten Ciamis dilaksanakan dengan cukup baik.
Kata Kunci
: Akseptor KB IUD, Erosi Portio
Kepustakaan : 30 referensi (2006-2016) Halaman
: i-xi, 48 halaman, 9 lampiran
1
Judul Penulisan Ilmiah2Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis3Dosen
STIKes Muhammadiyah4Dosen STIKes Muhaammadiyah Ciamis
vii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ....................................................................................... ....i HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................
iii
HALAMAN PERNYATAAN ..........................................................................
iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................
v
INTISARI ......................................................................................................
vii
DAFTAR ISI .................................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................
xi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang .......................................................................
1
B. Rumusan Masalah .................................................................
4
C. Tujuan Studi Kasus ................................................................
4
D. Manfaat Studi Kasus ..............................................................
5
TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga Berencana ..............................................................
7
B. Kontrasepsi ............................................................................
8
C. IUD (Intra Uterine Device) atau Alat Kontrasepsi ..................
9
Dalam Rahim (AKDR)
BAB III
D. Erosi Portio ............................................................................
14
E. Manajemen Kebidanan ..........................................................
18
F.
Asuhan Kebidanan pada Kasus Erosi Portio .........................
27
G. Kewenangan Bidan ................................................................
28
H. Tinjauan Islam tentang Keluarga Berencana..........................
29
TINJAUAN KASUS A. Metode Pengkajian ................................................................
32
B. Tempat dan Waktu Pengkajian ..............................................
33
C. Subjek yang Dikaji .................................................................
33
D. Jenis Data yang Digunakan ...................................................
33
viii
BAB IV
E. Instrumen Pengkajian ............................................................
34
F.
35
Tinjauan Kasus ......................................................................
PEMBAHASAN A. Pembahasan ..........................................................................
BAB V
39
SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ................................................................................
45
B. Saran .....................................................................................
46
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
47
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Kerangka Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan ................... 26
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Riwayat Hidup
Lampiran 2
Time Schedule Penyusunan Kasus Komprehensif
Lampiran 3
Lembar Persetujuan Responden
Lampiran 4
Kartu Bimbingan Pembimbing I dan II
Lampiran 5
Kartu Bimbingan Pembimbing AIK
Lampiran 6
Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 7
Surat Pemberitahuan Ijin Pra Penelitian Kantor KESBANG POLINMAS Kab. Ciamis
Lampiran 8
Surat Permohonan Ijin Penelitian Dinas Kesehatan Ciamis
Lampiran 9
Format Pengkajian Pemeriksaan Erosi Portio
xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO), Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu/pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. Dimana tujuan utama Keluarga Berencana (KB) adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi, suatu keluarga dengan cara pengaturan kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Anggraini, 2012). Program Keluarga Berencana (KB) kini menjadi prioritas utama untuk upaya mempercepat penurunan AKI yang mengacu pada intervensi strategis “Empat Pilar Safe Motherhood”. Maka dari itu pemerintah menyediakan berbagai macam kontrasepsi yang dapat digunakan. Pilihan metode alat kontrasepsi antara lain : Metode sederhana dan Metode Modern (BKKBN, 2012). Salah satu alat kontrasepsi jangka panjang yang popular digunakan saat ini yaitu IUD (Intra Uterine Device). IUD adalah cara pencegahan kehamilan yang sangat efektif, aman dan reversibel penggunaannya terutama untuk wanita yang tidak terjangakit IMS (Infeksi Menular Seksual) maupun yang sudah pernah melahirkan. Minat pemakai kontrasepsi IUD sangat tinggi karena hanya memerlukan satu kali pemasangan, tidak menimbulkan efek sistemik, ekonomis dan cocok untuk penggunaan secara massal (Pendit, 2007). IUD mempunyai resiko terjadinya komplikasi dan efek samping yang dapat terjadi diantaranya adalah rasa nyeri, pendarahan, ekspulsi (IUD keluar dengan sendiri), translokasi (IUD masuk kedalam rongga perut) dan yang paling sering terjadi adalah erosi portio dengan presentasi kasus 46% dari efek samping kontrasepsi IUD lainnya (Ferri, 2007).
1
2
Erosi portio adalah pengikisan mulut rahim yang disebabkan karena manipulasi atau keterpaparan oleh benda yang dapat mengakibatkan radang dan lama-lama menjadi infeksi. Hasil Penelitian Berenson all, tahun 2013 di Amerika Serikat membuktikan bahwa 61,2% efek samping IUD dialami oleh wanita usia 1524 tahun dan 22,6% dialami oleh usia 25-44 tahun. Efek samping yang timbul
berupa
flour
albous,
dispareunia,
dismenorea,
amenorea,
polimenorea, pendarahan post coital, erosi portio, radang panggul dan 6,2% mengalami kegagalan pemasangan berupa terjadinya kehamilan. Penelitian tersebut membuktikan bahwa akseptor KB IUD usia 15-24 tahun lebih rentan mengalami efek samping kontrasepsi IUD dibandingkan dengan usia 25-44 tahun. Angka penggunaan kontrasepsi Negara Indonesia ada di peringkat ke-4 dari seluruh Negara di ASEAN dengan presentase akseptor KB 61% dan termasuk Negara dengan penggunaan alat kontrasepsi melebihi ratarata Negara ASEAN lainnya yaitu 51% menunjukkan bahwa penggunaan alat kontrasepsi di Indonesia cukup tinggi sesuai dengan banyaknya jumlah penduduk di Indonesia (Statistik Kesehatan Dunia, 2013). Jumlah akseptor KB IUD di Indonesia pada tahun 2014 sebanyak 658.632 (7,75%) dengan jumlah efek samping pemakaian IUD sebanyak 1.513 (46,06%) diantaranya pendarahan post coital 9,02%, dismenorea 10,0%, flour albous 12,02 %, erosi portio 15,02% (DepKes RI, 2014). Di Jawa Barat jumlah akseptor KB IUD pada tahun 2014 sebanyak 114.368 (8,90%) dengan jumlah efek samping pemakaian yang mengalami erosi portio sebanyak 14,08% (DinKes Jabar, 2014). Menurut data rekam medik di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Ciamis data pasien yang mengalami erosi portio pada tahun 2015 sebanyak 57 orang. Pada bulan Januari 2015 sampai dengan bulan Maret 2016 di BPM Hj. Bety Zipur Yanti, SST Kabupaten Ciamis ditemukan akseptor KB IUD yang mengalami keluhan sebanyak 20 orang, 7 diantaranya mengalami kasus erosi portio dan 13 akseptor lain mengalami keputihan berlebih, sakit perut bagian bawah dan ketidaknyamanan saat berhubungan.
3
Masih kurangnya kesadaran akseptor KB IUD untuk melakukan pemeriksaan ke petugas kesehatan dan kurangnya pengetahuan akseptor KB IUD tentang efek samping IUD khususnya pada kasus erosi portio, oleh karena itu pemerintah telah berupaya mengurangi efek samping dari penggunaan IUD dengan menjadwalkan pemeriksaan akseptor KB IUD ke petugas kesehatan nasional sesuai jadwal yang telah ditentukan di setiap fasilitas kesehatan. Penjadwalan pemeriksaan KB IUD bertujuan untuk mengetahui lebih dini jika terdapat efek samping atau komplikasi, selanjutnya petugas dan institusi kesehatan melakukan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) secara lengkap kepada PUS (Pasangan Usia Subur) dan WUS (Wanita Usia Subur) diseluruh fasilitas kesehatan nasional, bahwa erosi portio merupakan efek samping dari IUD yang memerlukan penanganan cukup serius, karena apabila erosi portio tidak segera ditangani akan menyebabkan PID (Pelvic Inflamatory Deases) atau infeksi radang panggul. BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) di setiap daerah di Indonesia berfungsi sebagai pengkaji dan penyusun kebijakan nasional di bidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera, fasilitator dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah, swasta dan masyarakat dibidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera kepada akseptor KB dan petugas pelayanan kesehatan nasional. Langkah ini dilakukan untuk mencegah akseptor melakukan “drop out” atau pencabutan IUD (BKKBN, 2012). Peluang peningkatan pencapaian pelayanan IUD antara lain dengan adanya desentralisasi pelayanan kesehatan dan adanya masyarakat yang membutuhkan pelayanan IUD, kerjasama dalam meningkatkan kualitas pelayanan (AKBID, IBI, IDI, LSM, dll), antara pemerintah dan swasta dalam mendorong penggunaan alat kontrasepsi, beberapa daerah sudah memiliki SK Gubernur/Bupati/Walikota untuk intensitifikasi pelayanan IUD termasuk dukungan dana operasional, PERMENKES No. 1464/2010 pasal 13 : Bidan yang menjalankan program pemerintah berwenang melakukan pelayanan kontrasepsi (BKKBN, 2011).
4
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Susila & Imawan (2010), pola personal hygiene berpengaruh terhadap erosi portio, hal ini dikuatkan dengan teori, bahwa kejadian erosi portio banyak diakibatkan karena kurangnya perhatian terhadap kebersihan diri dan genetalianya sehingga mikroorganisme akan tumbuh subur dan berkembang biak secara cepat dan akhirnya dapat menimbulkan infeksi yang menyerang daerah portio dan didukung dari teori Manuaba (2008) bahwa presentase pengaruh personal hygiene terhadap erosi portio sebesar 20%. Keluarga yang berkualitas adalah yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, bertanggung jawab, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam Al-Qur’an, ayat yang berkaitan dengan Keluarga Berencana (KB) terdapat dalam Q.S An-Nisa : 9.
هللا َ َولْ َيخ َْش ذ ِاَّل ْي َن ل َ ْوتَ َر ُك ْوا ِم ْن َخلْ ِفه ِْم ُذ ّ ِري ذ ًة ِض َعافًا خَافُوا عَلَ ْ ِْي ْم فَلْ َيتذ ُقوا .َولْ َي ُقولُ ْوا قَ ْو ًلﺍ َس ِديْدً ا “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar” (QS. An-Nisa : 9 ). Dinyatakan bahwa “Hendaklah takut kepada Allah, orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah”. Anak lemah yang dimaksud adalah generasi penerus yang lemah agama dan ilmu pengetahuan sehingga KB menjadi upaya agar mewujudkan keluarga yang sakinah (Sya’rawi, 2013). Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa erosi portio merupakan kasus yang perlu penanganan cukup serius untuk efek samping alat kontrasepsi IUD. Erosi portio merupakan efek samping dari kontrasepsi IUD terbanyak di Indonesia. Kurangnya kesadaran akseptor KB IUD untuk melakukan pemeriksaan IUD serta kurangnya pengetahuan akseptor KB IUD tentang efek samping IUD khususnya pada kasus erosi portio, karena apabila erosi portio tidak segera dilakukan penanganan segera akan mengakibatkan PID
5
(Pelvic Inflamatory Deases) atau infeksi radang panggul (Berenson_all, 2013). Maka penulis tertarik untuk mengambil studi kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB IUD dengan Erosi Portio di BPM Hj. Bety Zipur Yanti, SST Kabupaten Ciamis.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, penulis dapat merumuskan yaitu “Bagaimana melaksanakan asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD dengan erosi portio di BPM Hj. Bety Zipur Yanti, SST Kabupaten Ciamis?” C. Tujuan Studi Kasus 1.
Tujuan Umum Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD dengan erosi portio dengan pendekatan manajemen kebidanan menurut Hellen Varney.
2.
Tujuan Khusus Setelah melaksanakan asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD dengan erosi portio, diharapkan penulis mampu : a.
Melaksanakan pengkajian data pada akseptor KB IUD dengan erosi portio baik data subjektif maupun data objektif di BPM Hj. Bety Zipur Yanti, SST Kabupaten Ciamis.
b.
Melakukan
interpretasi
data
serta
merumuskan
diagnosa
kebidanan, masalah dan kebutuhan akseptor KB IUD dengan erosi portio di BPM Hj. Bety Zipur Yanti, SST Kabupaten Ciamis. c.
Merumuskan diagnosa potensial pada akseptor KB IUD dengan erosi portio di BPM Hj. Bety Zipur Yanti, SST Kabupaten Ciamis.
d.
Mengidentifikasi tindakan segera pada akseptor KB IUD dengan erosi portio di BPM Hj. Bety Zipur Yanti, SST Kabupaten Ciamis.
e.
Menyusun perencanaan tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan pengkajian pada akseptor KB IUD dengan erosi portio di BPM Hj. Bety Zipur Yanti, SST Kabupaten Ciamis.
f.
Melaksanakan perencanaan tindakan asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD dengan erosi portio di BPM Hj. Bety Zipur Yanti, SST Kabupaten Ciamis.
6
g.
Melakukan evaluasi tindakan secara teliti dan cermat pada akseptor KB IUD dengan erosi portio di BPM Hj. Bety Zipur Yanti, SST Kabupaten Ciamis.
D. Manfaat Studi Kasus 1.
Manfaat Teoritis Hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
bermanfaat
bagi
pengembangan pengetahuan di bidang ilmu kebidanan, khususnya tentang kasus erosi portio pada akseptor KB IUD di BPM Hj. Bety Zipur Yanti, SST Kabupaten Ciamis. 2.
Manfaat Praktis a.
Bagi DIII-Kebidanan STIKes Muhammadiyah Ciamis Dapat memberikan masukan dalam sistem pendidikan terutama untuk materi perkuliahan dan memberikan informasi bagi mahasiswa selanjutnya dalam melakukan asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD dengan erosi portio.
b.
Bagi BPM Dapat meningkatkan pelayanan kebidanan pada klien secara komprehensif hingga klien dapat merasa puas dan senang atas pelayanan yang telah diberikan.
c.
Bagi Peneliti Memberikan perbandingan
pengalaman
teori
dan
praktek
secara dalam
nyata
dan
sebagai
penerapan
asuhan
kebidanan pada akseptor KB IUD dengan erosi portio. d.
Bagi Akseptor KB IUD Dapat memberikan pengetahuan kepada klien (akseptor KB IUD) agar dapat lebih memahami dan mengetahui mengenai kasus erosi portio, dan diharapkan klien mampu melaksanakan asuhanasuhan yang diberikan atau dianjurkan oleh petugas kesehatan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keluarga Berencana 1.
Pengertian Keluarga
Berencana
(family
planning/planned
parenthood)
merupakan suatu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi (Sulistyawati, 2012). 2.
Tujuan Tujuan keluarga berencana adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga, dengan cara pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga yang bahagia sejahtera. Tujuan lain meliputi pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan, peningkatan ketahanan keluarga dan kesejahteraan keluarga (Sulistyawati, 2012).
3.
Manfaat Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang semakin tinggi akibat kehamilan yang dialami wanita (Sulistyawati, 2012).
4.
Sasaran KB Sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak langsung, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Sasaran langsungnya adalah PUS (Pasangan Usia Subur) yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi
secara
berkelanjutan.
Sedangkan
sasaran
tidak
langsungnya adalah pelaksana dan pengelola KB, dengan tujuan menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan
terpadu
dalam
rangka
mencapai
berkualitas dan sejahtera (Sulistyawati, 2012).
7
keluarga
yang
8
5.
Ruang Lingkup KB Sulistyawati (2012) ruang lingkup program KB mencakup sebagai berikut : a.
Ibu (dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran. Adapun manfaat yang diperoleh oleh ibu adalah tercegahnya kehamilan yang berulang kali dalam jangka waktu yang terlalu pendek, sehingga kesehatan ibu dapat terpelihara terutama kesehatan organ reproduksi, meningkatkan kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan oleh adanya waktu yang cukup untuk mengasuh anak-anak dan beristirahat yang cukup karena kehadiran akan anak tersebut memang diinginkan).
b.
Suami (dengan memberikan kesempatan suami agar dapat melakukan hal berikut : memperbaiki kesehatan fisik, mengurangi beban ekonomi keluarga yang ditanggungnya).
c.
Seluruh
keluarga
(dilaksanakannya
program
KB
dapat
meningkatkan kesehatan fisik, mental, sosial setiap anggota keluarga, dan bagi anak dapat memperoleh kesempatan yang lebih besar dalam hal pendidikan serta kasih sayang orang tuanya). B. Kontrasepsi 1.
Pengertian Kontrasepsi adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan (Sulistyawati, 2012).
2.
Faktor-faktor yang Berperan dalam Pemilihan Kontrasepsi Menurut
Sulistyawati
(2012),
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi akseptor dalam memilih metode kontrasepsi antara lain sebagai berikut :
3.
a.
Efektivitas
b.
Keamanan
c.
Kontrasepsi secara teratur dan benar
Metode Kontrasepsi Pada umumnya cara atau metode kontrasepsi dapat dibagi menjadi metode kontrasepsi sederhana dan modern.
9
a.
Metode Kontrasepsi Sederhana Metode kontrasepsi sederhana adalah suatu cara yang dikerjakan sendiri oleh peserta KB tanpa pemeriksaan medis terlebih dahulu. Metode ini terdiri dari dua macam yaitu metode kontrasepsi sederhana tanpa alat atau obat dan metode kontrasepsi sederhana dengan alat atau obat. 1)
Tanpa Alat a)
KB alamiah terdiri dari pantang berkala yaitu metode lendir servik, sistem kalender, dan metode suhu basal.
b) 2)
b.
Sanggama terputus.
Dengan Alat a)
Kondom
b)
Diafragma
Kontrasepsi Metode Modern 1)
Kontrasepsi Hormonal a)
Per-oral : Pil oral kombinasi dan mini pil
b)
Suntikan atau injeksi KB : depo provera setiap 3 bulan, depo noristerat setiap 2 bulan dan cyclofem setiap bulan.
2)
Kontrasepsi Non Hormonal a)
Sub Kutis (Implant) atau Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) yang meliputi implant dan norplant.
b)
IUD (Intra Uteri Device) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) : IUD CuT-380A, Nova T (schering).
3)
Metode Kontrasepsi Mantap a)
Pada Wanita : Metode Operatif Wanita (MOW): Tubektomi.
b)
Pada Pria : Metode Operatif Pria (MOP) : Vasektomi.
C. IUD (Intra Uterine Device) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) 1.
Pengertian IUD (Intra Uterine Devices) adalah alat yang terbuat dari benang sutra tebal yang dimasukkan ke dalam rahim untuk menghindari kehamilan (Prawirohardjo, 2006).
10
2.
Jenis-Jenis IUD Jenis alat kontrasepsi dalam rahim/IUD yang sering digunakan di Indonesia menurut Prawirohardjo (2006), antara lain : a.
Copper-T IUD berbentuk T, terbuat dari bahan polyethelene di mana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus yang mempunyai efek anti pembuahan yang cukup baik.
b.
Copper-7 IUD
ini
berbentuk
angka
7
dengan
maksud
untuk
memudahkan pasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertical 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200mm2. c.
Multi Load IUD ini terbuat dari plastik (polyethelene) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas ke bawah 3,6 cm. Batangnya diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektivitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu standar, small (kecil), dan mini.
d.
Lippes Loop AKDR ini terbuat dari bahan polyethelene, bentuknya seperti spiral atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya. Keuntungan lain dari spiral jenis ini ialah
bila
terjadi
perforasi
jarang
menyebabkan
luka
atau
penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik. 3.
Cara Kerja IUD Menurut Prawirohardjo (2006), cara kerja IUD sebagai berikut : a.
Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii.
b.
Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
c.
AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk kedalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi.
d.
Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
11
4.
Keuntungan dan Kerugian IUD a.
Menurut Prawirohardjo (2006), keuntungan IUD yaitu : 1)
Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi. Sangat efektif
0,6–0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1
tahun pertama (1 kegagalan dalam 125–170 kehamilan). 2)
AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.
3)
Metode jangka panjang.
4)
Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
5)
Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
6)
Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.
7)
Tidak ada efek samping hormonal.
8)
Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
9)
Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak terjadi infeksi).
10) Dapat digunakan sampai menopouse (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir). 11) Tidak ada interaksi dengan obat-obatan. 12) Membantu mencegah kehamilan ektopik. b.
Kerugian kontrasepsi IUD menurut Prawirohardjo (2006),
antara
lain : 1)
Efek samping yang sering terjadi : a)
Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan).
b)
Haid lebih lama dan banyak.
c)
Perdarahan (spotting) antar menstruasi.
d)
Saat haid lebih sedikit.
2) Komplikasi lain a)
Merasa sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan.
b)
Perdarahan berat pada waktu haid diantaranya yang mungkin menyebabkan anemia.
c)
Perforasi
dinding
pemasangan benar).
uterus
(sangat
jarang
apabila
12
d)
Tidak mencegah IMS (Infeksi Menular seksual) termasuk HIV/AIDS.
e)
Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan.
f)
Penyakit
Radang
Panggul
(PRP)
terjadi
sesudah
perempuan dengan IMS memakai AKDR. PRP dapat memicu infertilitas. g)
Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan AKDR. Seringkali perempuan takut selama pemasangan.
h)
Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera setelah pemasangan AKDR. Biasanya menghilang dalam 1-2 hari.
i)
Klien tidak dapat melepas AKDR dengan oleh dirinya sendiri,
dan petugas kesehatan terlatih yang
akan
melepasnya. j)
Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui (sering terjadi segera setelah melahirkan).
k)
Tidak mencegah terhadap terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk mencegah kehamilan normal.
l)
Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. Untuk melakukan ini perempuan harus memasukan jarinya kedalam vagina, sebagian perempuan tidak mau melakukan ini.
5.
Efek Samping dan Penanggulangan a.
Efek samping menurut Prawirohardjo (2006), yaitu : 1)
Amenorea Pengobatan : Pemeriksaan ke tenaga medis.
2)
Kejang Pengobatan : Pemberian Analgetik dan pelepasan IUD.
3)
Pendarahan Vagina yang Hebat dan Tidak Teratur Pengobatan : Pemantauan pendarahan oleh tenaga medis, pemberian ibuprofen (800 mg, 3 kali sehari selama 1 minggu) untuk mengurangi pendarahan, tablet zat besi (1 tablet, sehari
13
selama 1 sampai 3 bulan), pelepasan IUD apabila akseptor mengalami anemia. 4)
Benang yang Hilang Pengobatan : Periksa ke tenaga medis (bidan/dokter), lakukan pemeriksaan X-ray atau ultrasound.
5)
Adanya Pengeluaran Cairan dari Vagina/Dicurigai Adanya PRP (Penyakit Radang Panggul). Pengobatan : Pemeriksaan IMS, pelepasan IUD, pengobatan sesuai ahli medis.
6.
Persyaratan Pemakaian IUD Menurut Prawirohardjo (2006), yang dapat menggunakan kontrasepsi yaitu :
7.
a.
Usia reproduktif.
b.
Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.
c.
Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi.
d.
Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya.
e.
Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi.
f.
Risiko rendah dari IMS.
g.
Tidak menghendaki metode hormonal.
h.
Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari.
Kontra Indikasi Pemakaian IUD Kontra indikasi pemakaian IUD menurut Prawirohardjo (2006), yaitu : a.
Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil).
b.
Perdarahan vagina yang tidak diketahui (sampai dapat dievaluasi).
c.
Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis).
d.
Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau menderita PRP atau abortus septik.
e.
Kelainan bawaan abortus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri.
f.
Penyakit trifiblast yang ganas.
g.
Diketahui menderita TBC pelvic.
h.
Kanker alat genital.
i.
Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm.
14
8.
Waktu Penggunaan IUD a.
Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil.
b.
Hari pertama sampai ke-7 siklus haid.
c.
Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu pascapersalinan, setelah 6 bulan apabila menggunakan Metode Amenorea Laktasi (MAL).
d.
Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak, ada gejala infeksi.
e. 9.
Selama 1 sampai 5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi.
Pemeriksaan lanjutan (Follow up) Pemeriksaan untuk akseptor KB IUD menurut Sulistyawati, (2012) : a.
1 minggu Setelah insersi untuk mengetahui keluhan setelah pemasangan.
b.
c.
d.
e.
1 bulan 1)
Untuk mengetahui posisi IUD apakah keluar atau tidak.
2)
Untuk mengetahui efek samping atau komplikasi.
3 bulan 1)
Untuk mengetahui benang IUD ada atau tidak.
2)
Untuk mengetahui efek samping atau komplikasi.
6 bulan 1)
Untuk mengetahui benang IUD ada atau tidak.
2)
Untuk mengetahui efek samping atau komplikasi.
12 bulan 1)
Untuk mengetahui adakah efek samping atau komplikasi.
2)
Untuk dilakukan pemeriksaan Pap Smear.
D. Erosi Portio 1.
Pengertian Erosi portio adalah pengikisan permukaan dari portio, portio yaitu istilah medis untuk mulut rahim. Jadi erosi portio adalah terjadinya pengikisan dari lapisan mulut rahim (Ferri, 2007).
15
2.
Tanda dan Gejala Menurut Ferri (2007), tanda dan gejala erosi portio adalah sebagai berikut :
3.
a.
Portio berwarna merah muda
b.
Perdarahan diluar haid
c.
Perdarahan post-coitus
d.
Lendir berwarna kecoklatan
Klasifikasi Menurut Midyuin (2008), klasifikasi erosi portio dibedakan menjadi 3 yaitu :
4.
a.
Erosi ringan : meliputi < 1/3 total area serviks.
b.
Erosi sedang : meliputi 1/3 – 2/3 total area serviks.
c.
Erosi berat : meliputi > 2/3 total area serviks.
Etiologi Erosi Portio diakibatkan oleh beberapa faktor antara lain : a.
Keterpaparan suatu benda pada saat pemasangan AKDR. Pada saat pemasangan alat kontrasepsi yang digunakan tidak
steril
yang
dapat
menyebabkan
infeksi.
AKDR
juga
mengakibatkan bertambahnya volume dan lama haid (darah merupakan media sumber untuk berkembangnya kuman) penyebab terjadi infeksi (Winkjosastro, 2006). b.
Akibat termanipulasi oleh penis saat berhubungan intim.
c.
Rangsangan dari luar seperti pemasangan dan pelepasan IUD.
d.
Pola personal hygiene yang kurang. (Ferri, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Susila & Imawan (2010), diperoleh bahwa pola personal hygiene berpengaruh terhadap erosi portio, hal ini dikuatkan dengan teori, bahwa kejadian erosi portio banyak
diakibatkan
karena
kurangnya
perhatian
terhadap
kebersihan diri dan genetaliannya sehingga mikroorganisme akan tumbuh subur dan berkembang biak secara cepat dan akhirnya dapat menimbulkan infeksi yang menyerang daerah portio dan didukung dari teori Manuaba (2008) bahwa presentase pengaruh personal hygiene terhadap erosi portio sebesar 20%.
16
5.
Patofisiologi Proses terjadinya erosi portio dapat disebabkan adanya rangsangan dari luar misalnya IUD. IUD yang mengandung polyethiliene yang sudah berkarat membentuk ion Ca kemudian bereaksi dengan ion sel sehat PO4 sehingga terjadi denaturasi/koagulasi membran sel dan terjadilah erosi portio. Bisa juga dari gesekan benang IUD yang menyebabkan iritasi lokal sehingga menyebabkan sel superfisialis terkelupas dan terjadilah erosi portio (Ferri, 2007). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ni Putu Karunia Ekayani (2014), erosi pada akseptor KB IUD
dapat terjadi karena
benang IUD, perlekatan logam polyethiliene dengan posisi IUD yang tidak benar sehingga mempermudah terjadinya pengelupasan sel superfisialis, dimana sifat dasarnya mudah terkelupas, apabila lapisan seliniter terkelupas, maka terjadilah erosi portio yang akan terjadi kronis, jika tidak didapatkan penanganan secara segera, karena pengelupasan selsuperfisialis
berakibat
hilangnya
sumber
makanan
borderline
sehingga tidak mampu memperoduksi asam laktak yang menyebabkan Ph vagina akan menigkat, naiknya Ph vagina akan mempermudah kuman pathogen tumbuh. Pasien dengan erosi portio pada umumnya datang pada stadium lanjut, dimana didapatkan keluhan seperti keputihan disertai darah, keputihan yang berbau dan berkelanjutan (Prawirohardjo , 2006). 6.
Penatalaksanaan Secara teori menurut Varney (2007) meliputi : a.
Anamnesa 1)
Perdarahan
2)
Keputihan
3)
Rasa nyeri di daerah abdomen
4)
Kehamilan
5)
Benjolan
perdarahan
17
b.
Pemeriksaan Umum Secara Terbatas Pemeriksaan umum secara terbatas menurut Manuaba (2010), pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui adanya komplikasi yang disebabkan oleh erosi portio hal ini dapat dilakukan : 1)
Pemeriksaan Konjungtiva Untuk mengetahui kemungkinan adanya anemi pada akseptor. Pemeriksaan ini dapat dilakukan karena adanya perdarahan pada akseptor dan mencegah adanya anemia yang berkelanjutan.
2)
Pemeriksaan Nadi Untuk mengetahui adanya anemia yang ditunjukkan dengan nadi lebih dari 100 x/menit ataupun kelainan sirkulasi darah.
3)
Pemeriksaan Suhu Untuk mengetahui adanya peningkatan suhu tubuh yang dapat menunjukkan tanda-tanda infeksi atau radang.
4)
Pemeriksaan Abdomen Pemeriksaan
ini
dapat
dilakuakan
pada
daerah
abdomen dengan cara palpasi (Manuaba, 2010). Untuk kemungkinan adanya : a)
Nyeri tekan daerah suprapubik.
b)
Benjolan massa ataupun kelainan tubuh.
c)
Apabila teraba benjolan menunjukkan adanya kelainan yang dapat mengarah pada tumor.
5)
Pemeriksaan Inspekulo a)
Masih adakah benang untuk memastikan bahwa IUD masih berada pada posisi yang benar.
b)
Adanya perlukaan portio (portio tampak merah menyala).
c)
Portio mudah berdarah.
d)
Portio tertutup cairan atau lendir.
18
6)
Pemeriksaan Sekret pada Serviks (Pap Smear) Pemeriksaan IUD dengan erosi portio perlu dilakukan untuk mengetahui adanya infeksi karena jamur, virus, bakteri maupun mikroorganisme lainnya.
7.
Terapi Menurut Hartanto (2010), terapi untuk erosi portio adalah sebagai berikut : a.
Antibiotika terutama kalau dapat ditemukan gonococus dalam secret.
b.
Kalau serviks tidak spesifik dapat diobati dengan argentetas netra atau albotyl yang menyebabkan nekrosi epitel slindris dengan harapan bahwa kemudian diganti dengan epitel gepeng berlapis banyak.
c.
Kateterisasi-radial dengan termokuler atau dengan krioterapi. Sesudah kateterisasi terjadi nekrosis, jaringan yang meradang terlepas dalam kira-kira 2 minggu dan diganti lambat laun oleh jaringan yang sudah sehat.
d.
Vulva hygiene.
e.
Pemberian analgetik apabila nyeri.
E. Manajemen Kebidanan 1.
Pengertian Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien. Proses manajemen menurut Helen Varney (Rukiyah, 2009) ada tujuh langkah yang berurutan, yang setiap langkahnya disempurnakan secara periodik.
19
Tujuh langkah varney yaitu : a.
Langkah I (Pengumpulan Data Dasar) Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap. 1)
Data Subjektif Data subjektif adalah data yang dikatakan oleh pasien atau orang yang terdekat yang mencerminkan pikiran perasaan dan persepsi mereka sendiri (Nursalam, 2008). a)
Biodata (1) Nama (2) Umur (3) Agama (4) Suku/bangsa (5) Pendidikan (6) Pekerjaan (7) Alamat
b)
Keluhan Utama Untuk mengetahui keluhan yang dirasakan saat pemeriksaan (Varney, 2006).
c)
Riwayat Menstruasi Untuk mengetahui kapan mulai menstruasi, siklus mentruasi, menstruasi,
lamanya
menstruasi,
teratur/tidak
banyaknya
menstruasinya,
sifat
darah darah
menstruasi, keluhan yang dirasakan sakit waktu menstruasi disebut disminorea (Estiwidani dkk., 2008). d)
Riwayat Perkawinan Pada status perkawinan yang ditanyakan adalah kawin syah, berapa kali, usia menikah berapa tahun, dengan suami usia berapa,lama perkawinan, dan sudah mempunyai anak belum. Hal ini perlu diketahui seberapa perhatian suami kepada istrinya (Estiwidani dkk., 2008).
20
e)
Riwayat Kehamilan dan Nifas yang Lalu Untuk mengetahui jumlah kehamilan dan kelahiran : G (gravidarum), P (para), A (abortus), H (hidup). Riwayat persalinan yaitu jarak antara dua kelahiran, tempat kelahiran, lamanya melahirkan, dan cara melahirkan. Masalah/gangguan kesehatan yang timbul sewaktu hamil dan melahirkan. Riwayat kelahiran anak, mencangkup berat badan bayi sewaktu lahir, adakah kelainan bawaan bayi, jenis kelamin bayi, keadaan bayi hidup/mati saat dilahirkan (Estiwidani dkk., 2008).
f)
Riwayat Keluarga Berencana Bila ibu pernah mengikuti KB perlu ditanyakan : jenis kontrasepsi, efek samping, keluhannya apa, alasan berhenti, (bila tidak memakai lagi), lamanya menggunakan alat kontrasepsi (Etiwidani dkk, 2008).
g)
Riwayat Kesehatan Riwayat kesehatan untuk memastikan bahwa tidak ada kontra indikasi pemakaian KB IUD seperti penyakit jantung, diabetes militus dengan komplikasi. Tumor dan adanya perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya (Saifuddin, 2009).
h)
Kebiasaan sehari-hari (1) Pola Nutrisi Mengetahui seberapa banyak asupan nutrisi pada pasien dengan mengamati adakah penurunan berat badan atau tidak ada pada pasien (Saifuddin, 2009). (2) Pola Eliminasi Untuk mengetahui perubahan siklus BAB dan BAK, apakah lebih dari 4 kali sehari, BAK sedikit atau jarang (Saifuddin, 2009). (3) Pola Istirahat Mungkin terganggu karena adanya rasa yang tidak nyaman (Saifuddin, 2009).
21
(4) Pola Hygiene Kebiasaan mandi setiap harinya (Saifudin, 2009). (5) Aktivitas Aktivitas akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah atau adanya nyeri akibat penyakit yang dialaminya (Saifuddin, 2009). (6) Pola Seksualitas Untuk mengetahui kebiasaan hubungan seksual klien dengan suami dan adakah terdapat kelainan atau keluhan selama hubungan seksual (Saifuddin, 2009). 1)
Data Objektif Data objektif data yang dapat dilihat dan di observasikan tenaga kesehatan (Prawirohardjo, 2006). a)
Pemeriksaan Tanda Vital (1) Tekanan Darah Tekanan darah normal dewasa adalah 120/80 mmhg. Sistolik antara (120-139) dan diastolik (80-89) (Proverawati, 2010). (2) Pengukuran Suhu Suhu badan normal 36,5–37,5ºC (Proverawati, 2010). (3) Nadi Denyut nadi normal 70x/menit–88x/menit (Perry & Potter, 2006). (4) Pernafasan Dinilai sifat pernafasan dan bunyi nafas dalam satu menit pernafasan kurang dari 40 kali per menit atau lebih dari 60 kali per menit (Saifuddin, 2009).
b)
Pemeriksaan Fisik (1) Rambut Untuk menilai warna, kelebatan, distribusi dan karakteristik (Saifuddin, 2009).
22
(2) Muka Keadaan muka pucat atau tidak
adakah
kelainan, adakah oedema (Wiknjosastro, 2006). (3) Mata Konjungtiva anemis atau tidak, sklera ikterik atau tidak (Saifuddin, 2009). (4) Hidung Untuk mengetahui apakah ada polip atau tidak (Winkjosastro, 2006). (5) Mulut Untuk mengetahui mulut bersih apa tidak, ada karies dan karang gigi tidak (Wiknjosastro, 2006). (6) Telinga Bagaimana keadaan daun telinga, liang telinga dan timpani, ketajaman pendengaran (Winkjosastro, 2006). (7) Leher Untuk mengetahui pembesaran tyroid, nyeri atau kekakuan pada leher, keterbatasan gerak leher, pembesaran atau nyeri tekan pada kelenjar getah bening, kesimetrisan trakea. Hal ini untuk mengetahui adanya peradangan atau gangguan metabolisme tubuh (Varney, 2007). (8) Payudara Untuk mengetahui kesimetrisan, ukuran,massa, lesi jaringan perut pada struktur dan dinding dada. Hal ini
untuk
mengetahui
apakah
ada
tumor
atau
kanker/tidak (Varney, 2007). (9) Abdomen Apakah ada jaringan perut atau bekas operasi, adakah nyeri tekan serta adanya massa (Winkjosastro, 2006). Pada kasus erosi portio akseptor merasa nyeri pada perut bagian bawah (Ferry, 2007).
23
(10) Ekstremitas Untuk mengetahui adanya oedema, varices (Wiknjosastro, 2006). c)
Pemeriksaan Obstetri, terdiri dari : (1) Vaginal Toucher Untuk mengetahui apa ada nyeri sentuh, benjolan, meraba benang IUD, adakah flour albous (Varney, 2007). (2) Inspekulo Seberapa luas erosi portio yang terjadi dan berwarna merah menyala (Varney, 2007).
d)
Pemeriksaan Penunjang atau Laboratorium Digunakan untuk mengetahui kondisi klien sebagai data penunjang.
b.
Langkah II (Interpretasi Data Dasar) Pada langkah ini dilakukan interpretasi data yang benar terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan di interpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik. Menurut
Winkjosastro
(2006)
masalah
yang
sering
ditemukan pada akseptor KB IUD dengan erosi portio yaitu adanya keputihan yang tidak kunjung sembuh, gangguan rasa tidak nyaman dalam melakukan hubungan seksual dan perdarahan diluar haid. c.
Langkah III (Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial) Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial benar-benar terjadi.
24
d.
Langkah
IV
(Mengidentifikasi
Perlunya
Penanganan
Segera/Antisipasi) Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan kesinambunagan dari proses manajemen kebidanan. e.
Langkah V (Perencanaan Asuhan Komprehensif) Pada langkah ini direncanakan asuahan yang menyeluruh ditentukan
oleh
langkah-langkah
sebelumnya.
Langkah
ini
merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi/ data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. f.
Langkah VI (Pelaksanaan Perencanaan) Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukanya sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.
g.
Langkah VII (Evaluasi) Pada langkah ke-7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah dan diagnosa (Erna, 2008).
2.
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP) Pendokumentasian data perkembangan asuhan kebidanan yang telah menggunakan SOAP menurut Walyani (2015), yaitu : a.
S : Subjektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa.
25
b.
O : Objektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung assesment. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan melihat keadaan umum pasien misalnya kesadaran, pucat, lemah dan menahan sakit. Pada pemeriksaan laboratorium misalnya pemeriksaan Hb, pemeriksaan pap smear dan secret vagina.
c.
A : Assesment/Analisa Menggambarkan
pendokumentasian
hasil
analisa
dan
interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu indentifikasi. d.
Planning P : Planning 1)
Menggambarkan pendokumentasian dari rencana evaluasi berdasarkan assessment.
2)
Memberikan konseling sesuai dengan permasalahan yang ada sebagai upaya untuk membangun pengobatan.
3.
Kerangka Konsep Manajemen Asuhan kebidanan Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan diakhiri dengan evaluasi. Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang bisa diaplikasikan dalam semua situasi.
26
Alur Pikir Bidan
Pencatatan Dari Asuhan
Proses Manajemen Kebidanan
Dokumentasi Asuhan Kebidanan
7 Langkah Verney
5 Langkah (Kompetensi Bidan)
Data
Data
Masalah/ Diagnosa
Assessment/ Diagnosis
Antisipasi Diagnosis/
SOAP NOTES
Subjektif, Objektif Analisis dan Interpretasi data 1. Diagnosis
Masalah Potensial
2. Antisipasi Diagnosis/ Masalah Potensial
Kebutuhan Segera
3. Tindakan segera
Untuk Konsultasi, Kolaborasi
Perencanaan
Perencanaan
Planning : 1. Asuhan Mandiri
Implementasi
Implementasi
2. Kolaboratif 3. Tes Diagnostik/Lab
Evaluasi
Evaluasi
4. Konseling 5. Follow Up
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan Sumber Verney : di kutip oleh betty, 2007
27
F.
Asuhan Kebidanan Pada Kasus Erosi Portio 1.
Pengertian Asuhan kebidanan adalah urutan pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan kepada klien yang mempunyai kebutuhan/masalah sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya dalam bidang kesehatan ibu masa hamil, masa persalinan, masa nifas, bayi baru lahir serta keluarga berencana.
2.
Asuhan pada Kasus Sesuai Teori Dalam asuhan kebidanan pada kasus erosi portio ada beberapa asuhan yang harus dilakukan, meliputi : S
: a. Ibu yang mengalami erosi portio mengeluhkan gejala : 1)
Keputihan yang banyak dan lama, berbau (bila disertai infeksi jamur).
2)
Dismenorea atau kram perut bagian bawah
3)
Perdarahan diantara siklus menstruasi, dapat berjumlah banyak atau sedikit. (Ferri, 2007)
b.
Pola personal hygiene dikaji untuk mengetahui tingkat kebersihan pasien, karena personal hygiene berpengaruh terhadap erosi portio (Manuaba, 2008)
c.
Riwayat kesehatan dikaji karena apabila menderita kanker serviks, maka bila didapati tanda dan gejala dari erosi portio maka perlu dicurigai adanya tanda awal dari proses keganasan (Ferri, 2007).
O
:
Pada pasien yang mengalami erosi portio pemeriksaan abdomen dilakukan
dengan
cara
palpasi
(Manuaba,
2008),
untuk
mengetahui kemungkinan adanya : nyeri tekan pada daerah suprapubik, terdapat benjolan massa ataupun kelainan tubuh dan apabila teraba benjolan menunjukkan adanya kelainan yang dapat mengarah pada tumor. Erosi Portio dapat terlihat melalui pemeriksaan inspekulo yaitu terlihat portio merah menyala dan mudah berdarah. Pada pemeriksaan inspekulo dapat terlihat vulva/vagina apakah ada kelainan atau tidak, apakah benang IUD terlihat, erosi portio dan keputihan (Verney, 2007).
28
A
:
Menentukan diagnosa yang ditemukan dari hasil pengkajian data pasien. Diagnosa erosi portio ditegakkan bila ditemukan keadaan sebagai berikut : a.
Timbulnya rasa nyeri di sekitar bawah abdomen.
b.
Keluar darah dari vagina (flek) dan terdapat keputihan yang cukup banyak.
P
:
c.
Terlihat erosi portio saat pemeriksaan inspekulo.
a.
Melakukan perawatan erosi portio dengan menggunakan albothyl (Saifudin, 2009).
b.
Memberikan pendidikan kesehatan tentang personal hygiene (Hartanto, 2007).
c.
Memberikan analgetik apabila nyeri (BKKBN, 2006).
d.
Memfasilitasi kunjungan ulang 1 minggu lagi sampai luka erosi sembuh dan membaik atau bila ada keluhan (Hartanto, 2007).
G. Kewenangan Bidan Menurut
Permenkes
Nomor
1464/MENKES/PER/X/2010
pasal 9 bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi : Pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak dan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana. Pasal 12 Bidan dalam memberikan pelayanan
kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf c, berwenang untuk : a) Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana; b) Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom. Pasal 13 selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10, Pasal 11, Pasal 12 Bidan yang menjalankan program Pemerintah berwenang melakukan
pelayanan
kesehatan
meliputi
:
Pemberian
alat
kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit. Pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit hanya dapat dilakukan oleh bidan yang dilatih.
29
H. Tinjauan Islam Tentang Keluarga Berencana 1.
Keluarga Berencana menurut Agama Ada dua pendapat mengenai pandangan agama islam terhadap keluarga berencana, hal tersebut yaitu memperbolehkan dan melarang penggunaan alat kontrasepsi. Karena ada beberapa ulama yang .mengatakan penggunaan alat kontrasepsi itu adalah sesuatu hal yang sangat bertentangan dengan ajaran agama karena berlawanan dengan takdir/kehendak Allah. Selanjutnya pendapat/pandangan agama dalam pemakaian alat kontrasepsi
IUD.
Ada
dua
pendapat/pandangan
yaitu
memperbolehkan/menghalalkan dan melarang/mengharamkan. a.
Pendapat/pandangan
Agama
yang
Memperbolehkan
atau
Menghalalkan Pemakaian Kontrasepsi IUD : 1)
Pemakaian IUD Bertujuan Menjarangkan Kehamilan. Dengan menggunakan kontrasepsi tersebut keluarga dapat merencanakan jarak kehamilan sehingga ibu tersebut dapat menjaga kesehatan ibu, anak dan keluarga dengan baik.
2)
Pemakaian IUD Bertujuan Menghentikan Kehamilan. Jika didalam suatu keluarga memiliki jumlah anak yang banyak,
tentunya
sangat
merepotkan
dan
membebani
perekonomian keluarga. Selain itu bertujuan memberikan rasa aman
kepada
ibu.
Karena
persalinan
dengan
faktor
resiko/resiko tinggi dapat mengancam keselamatan jiwa ibu. b.
Pendapat/Pandangan
Agama
yang
Melarang/Mengharamkan
Pemakaian Kontrasepsi IUD : 1)
Pemakaian IUD bersifat aborsi, bukan kontrasepsi.
2)
Mekanisme IUD belum jelas, karena IUD dalam rahim tidak menghalangi pembuahan sel telur bahkan adanya IUD sel mani masih dapat masuk dan dapat membuahi sel telur (masih ada kegagalan).
3)
Pemakaian IUD dan sejenisnya tidak dibenarkan selama masih ada obat-obatan dan alat lainnya. Selain itu pada waktu pemasangan dan pengontrolan IUD harus dilakukan dengan melihat aura wanita.
30
2.
Keluarga Berencana Menurut Al-Qur’an Pandangan
Al-Quran terhadap
Keluarga
Berencana
(KB)
terdapat dalam Al- Qur’an Surat An-Nisa : 9
َولْ َيخ َْش ذ ِاَّل ْي َن ل َ ْوتَ َر ُك ْوا ِم ْن َخلْ ِفه ِْم ُذ ّ ِري ذ ًة ِض َعافًا خَافُوا عَلَ ْ ِْي ْم هللا َولْ َي ُقولُ ْوا قَ ْو ًال َس ِديْدً ا َ فَلْ َيتذ ُقوا “Dan
hendaklah
takut
kepada
Allah
orang-orang
yang
seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar” (QS. An-Nisa : 9). 3.
Keluarga Berencana Menurut Sabda Rasulullah S.A.W
“Tinggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya, dari pada kamu tinqggalkan mereka yang menjadi beban yang minta-minta kepada orang banyak, (Muttafaqun Alaih atau diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim)”. 4.
Keluarga Berencana menurut pandangan Ulama a.
Ulama yang Memperbolehkan Diantara ulama yang membolehkan adalah Imam Al-Ghazali, Syaikh Al-Hariri dan Syaikh Syalthut. Ulama yang membolehkan ini berpendapat bahwa diperbolehkan mengikuti program KB dengan ketentuan antara lain, untuk menjaga kesehatan ibu, menghindari kesulitan ibu dan untuk menjarangkan anak. Mereka juga berpendapat bahwa perencanaan keluarga itu tidak sama dengan pembunuhan,
karena
pembunuhan
itu
berlaku
ketika
janin
mencapai tahap ketujuh dari penciptaan. Mereka mendasarkan pendapatnya pada surat Al-Mu’minun ayat 12, 13, 14.
31
b.
Ulama yang Melarang Abu A’la Al-Maudi melarang mengikuti KB karena perbuatan itu termasuk membunuh keturunan, seperti dalam Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 151 yang artinya “Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut (kemiskinan) kami akan memberi rizki kepadamu dan kepada mereka”.
5.
Keluarga Berencana Menurut Pandangan Muhammadiyah Penjelasan dari majelis tajrih : a.
Ayat Al-Qur’an dan Hadits-hadits yang disebut dalam konsideran : menjadi pengantar konsideran berikutnya.
b.
Keseimbangan antara maksud perkawinan untuk memperoleh keturunan, anjuran umtuk memperbanyak keturunan, berusaha agar anak keturunan kita tidak menjadi beban orang lain dan berusaha agar umat Islam merupakan umat yang kuat, menjadi kebulatan pandangan dalam perumusan keputusan Keluarga Berencana (KB).
c.
Pencegahan kehamilan yang dianggap berlawanan dengan ajaran Islam ialah : sikap dan tindakan dalam perkawinan yang dijiwai oleh niat
segan
mempunyai
merusak/merubah
organisme
keturunan yang
atau
dengan
bersangkutan
cara
seperti
:
memotong, mengikat dan lain-lain. d.
Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah melalui fatwa-fatwa tarjih menjelaskan, surah An-Nisa ayat 9 secara umum dapat menjadi motivasi keluarga berencana, tapi bukan jadi dasar langsung kebolehannya. Ayat tersebut berbunyi “Hendaklah takut kepada
Allah
orang-orang
yang
seandainya
meninggalkan
dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka
bertakwa
kepada
Allah
dan
hendaklah
mereka
mengucapkan perkataan yang benar” (Qs.An-Nisa: 9 ). Menurut Majelis Tarjih dan Tajdid, Islam menganjurkan agar kehidupan anak-anak jangan sampai telantar sehingga menjadi tanggungan orang lain. Ayat tersebut mengingatkan agar orang tua selalu memikirkan kesejahteraan jasmani dan rohani anak-anaknya.
DAFTAR PUSTAKA Abdurahman, Maman, dkk. (2011). Dasar-Dasar Metode Statistika untuk Penelitian. Bandung : Pustaka Setia. Al-Quran Surat An-Nisa ayat 9. Anggraeni Y, dkk. (2012). Pelayanan Keluarga Berencana. Rohim Press Sewon Bantul Yogyakarta. BKKBN. (2011) Kajian Implementasi Kebijakan Penggunaan Kontrasepsi IUD. Available : http://www.bkkbn.go.id. Diakses tanggal 20 Mei 2016. BKKBN.
(2012).
Program
KB
Nasional
di
Indonesia.
Available
:
Available
:
http://www.ProgramKB.com. Diakses tanggal 24 April 2016. Dinkes.
(2014)
Absensi
Laporan
Kabupaten
Kota
2014.
http://www.diskes.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/807.
Diakses
tanggal 12 Maret 2016. Ekayani, N. (2014) Hubungan Penggunaan KB IUD dengan Erosi Portio di Poli Kebidanan dan Kandungan RSUP NTB tahun 2012-2013. Jurnal Kesehatan Prima, 8 (2) Agustus, pp.1319-1321. Diakses tanggal 16 Mei 2016. Erna, J. (2008) Konsep Kebidanan. Jakarta : Trans Info Jakarta. Estiwidani, D, dkk. (2008) Konsep Kebidana. Jakarta : EGC. Evania, (2013) Metode Pengkajian Penelitian, Yogyakarta : Yahya Pustaka. Ferry, A. G. At. All. (2007) Buku Saku Ketrampilan dan Prosedur Dasar. Jakarta EGC. Hadits Riwayat Muttafaqun Alaih atau diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Hartanto, H. (2010) Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. Manuaba, I.B.G. (2010) Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta : EGC. Midyuin.
(2008)
Pendarahan
di
Luar
Haid.
Available
(online)
http://scribd.com/doc/41392558/makalah-ulkus-portio. Diakses tanggal 12 Februari 2009. Muhammadiyah
(2011)
Himpunan Putusan Tarjih.
Yogyakarta : Suara
Muhammadiyah. Notoatmodjo (2010). Metode Pengkajian Penelitian, Yogyakarta : Nuha Medika.
48
49
Nursalam.
(2008)
Konsep
dan
Penerapan
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Permenkes. (2010) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan. Available online: http://www.google.co.id/tag/ diakses tanggal 12 Maret 2011. Prawirohardjo, S. (2006). Buku Panduan Praktik Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Proverawati dkk, (2010). Panduan Memilih Kontrasepsi. Yogyakarta : Nuha Medika. Rahardjo. S & Ggudnanto (2011). Metode Penelitian dan Pengembangan Diri, Kudus : Nora Media Pustaka. Rukiyah, (2009). Asuhan Kebidanan 1. Jakarta : Trans Info Media. Saifuddin, AB. (2009). Buku Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta, YBP Sarwono Prawirihardjo bekerja sama dengan JPNKKR-POGI PROGRAM. Sulistyawati, L. (2012). Pelayanan Keluarga Berencana. 2012. Jakarta : Salemba Medika. Susila & Imawan (2010) Asuhan Kebidanan Komprehensif Akseptor Aktif Iud Pada Ny ”R” P2002 Dengan Erosi Portio Di Puskesmas Lamongan Tahun 2010. Jurnal Midpro, 2 (2) Desember, pp.16-20. Diakses tanggal 27 April 2016. Sya’rawi, 2013. Program Keluarga Berencana Menurut Hukum Islam Available : https://keperawatanreligionameliarienna.wordpress.com/. Diakses tanggal 27 Juli 2013. Varney, H. (2007). Varney’s Midwifery Jones Anda Bartlett Publisher. Biston London Singapore. Walyani, E.S. (2015) Asuhan Kebidanan pada Kehamilan. Yogyakarta : Pustaka Barupess. Wiknjosastro, H. (2006). Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.