ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS CUKUP BULAN DENGAN CAPUT SUCCEDANEUM DI BPM Hj. BETY ZIPUR YANTI, SST KABUPATEN CIAMIS
LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan
Oleh : WINE WIDIANTI YUGUSTINI NIM. 13DB277092
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS 2016
Filename: Directory: Template:
1. COVER.docx D:\WINE WIDIANTI Y. 13DB277092 C:\Users\ACER\AppData\Roaming\Microsoft\Templates\Normal.dot
m Title: Subject: Author: ACER Keywords: Comments: Creation Date: 10/05/2016 10:27:00 Change Number: 12 Last Saved On: 27/06/2016 19:31:00 Last Saved By: ACER Total Editing Time: 7 Minutes Last Printed On: 10/07/2016 15:11:00 As of Last Complete Printing Number of Pages: 1 Number of Words: 50 Number of Characters: 316 (approx.)
ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS CUKUP BULAN DENGAN CAPUT SUCCEDANEUM DI BPM Hj. BETY ZIPUR YANTI, SST KABUPATEN CIAMIS1 Wine Widianti Yugustini2, Rosidah Solihah3, Sri Utami Asmarani4 INTISARI
Caput Succedaneum adalah pembengkakan difus jaringan lunak kepala yang dapat melampaui sutura. Caput Succedaneum disebabkan oleh partus lama atau persalinan dengan penggunaan vacum ekstraksi. Komplikasi yang terjadi akibat Caput Succedaneum antara lain anemia, Caput Hemorogik, Infeksi, dan Ikterus. Tindakan yang tepat dalam melakukan kegawatdaruratan pada bayi baru lahir dengan Caput Succedaneum yaitu memberikan asuhan agar tidak terjadi komplikasi, dengan cara mengenali dengan baik tanda-tanda bayi baru lahir dengan Caput Succedaneum dan memberikan perawatan yang dimulai dengan memberikan ASI secara adekuat, mencegah terjadinya infeksi dengan cara menjaga personal hygine, perawatan tali pusat pada bayi dengan baik agar tidak terjadi komplikasi. Tujuan penyusunan Laporan Tugas Akhir ini untuk memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan Caput Succedaneum yang menggunakan pendekatan proses manajemen kebidanan. Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan Caput Succedaneum ini dimulai dari tanggal 01 April 2016 di BPM Hj. Bety Zipur Yanti, SST Kabupaten Ciamis. Dari hasil penyusunan Laporan Tugas Akhir ini mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata dalam pembuatan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan Caput Succedaneum. Kesimpulan dari hasil pelaksanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan Caput Succedaneum di BPM Hj. Bety Zipur Yanti, SST Kabupaten Ciamis dilaksanakan sesuai dengan prosedur manajemen kebidanan. Kata Kunci
: Bayi Baru Lahir, Caput Succedaneum
Kepustakaan : 23 (2003-2014) Halaman 1
: i-xii, 41 halaman, 8 lampiran
Judul Penulisan Ilmiah,
2
Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis,
STIKes Muhammadiyah Ciamis, 4 Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis
vii
3
Dosen
Filename: Directory: Template:
6. INTISARI.docx D:\WINE WIDIANTI Y. 13DB277092 C:\Users\ACER\AppData\Roaming\Microsoft\Templates\Normal.dot
m Title: Subject: Author: ACER Keywords: Comments: Creation Date: 10/07/2016 8:56:00 Change Number: 6 Last Saved On: 10/07/2016 10:04:00 Last Saved By: ACER Total Editing Time: 6 Minutes Last Printed On: 10/07/2016 15:25:00 As of Last Complete Printing Number of Pages: 1 Number of Words: 290 (approx.) Number of Characters: 1.657 (approx.)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infant Mortality Rate (IMR) atau Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat, baik pada tatanan Kabupaten, Provinsi maupun Nasional. Selain itu, program–progam kesehatan di Indonesia banyak yang menitikberatkan pada upaya penurunan Angka Kematian Bayi (AKB). Angka Kematian Bayi (AKB) merujuk kepada jumlah bayi yang meninggal pada fase antara kelahiran hingga bayi belum mencapai umur 1 tahun per 1.000 kelahiran hidup (Nafsiah, 2012). Hampir semua negara di dunia, kesehatan neonatus (bayi berumur 1 sampai 28 hari) cenderung kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan umur–umur yang lain, padahal data yang disampaikan WHO (World Health Organization) mengenai angka kematian bayi baru lahir di dunia sangat memprihatikan, data yang kemudian dikenal dengan “Fenoma 2/3” menyatakan bahwa 2/3 kematian bayi berumur 0-1 tahun terjadi pada neonatus. Lalu 2/3 kematian neonatus terjadi pada masa neonatus awal atau bayi berumur 1 hari sampai dengan 1 minggu, dan 2/3 kematian pada neonatus terjadi pada hari pertama (Windjoksastro, 2006). Secara global setiap tahunnya 120 juta bayi lahir didunia, secara global 4 juta (33 per 1.000) bayi lahir mati dan 4 juta (33 per 1.000) lainnya meninggal dalam usia 30 hari (neonatal lanjut) dan setiap tahunnya kira-kira 3% (WHO, 2012). Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2012 di Indonesia mencapai 35 per 1.000 kelahiran hidup, tahun 2013 sebesar 30 per 1.000 kelahiran hidup, dan tahun 2014 sebesar 29 per 1.000 kelahiran hidup, dan tahun 2014 sebesar 29 per 1.000 kelahiran hidup, sementara target Indonesia sebesar 23 per 1.000 kelahiran hidup (Irwan, 2015). Sedangkan di Provinsi Jawa Barat Angka Kematian Bayi (AKB) tahun 2013 sebanyak 4.306 kasus dan turun menjadi 3.810 kasus pada tahun 2014 (Istiyantari, 2015). Angka kematian bayi akibat infeksi yang disebabkan oleh Caput Succedaneum menurut WHO tahun 2012 sebesar 0,05% dari 4 juta bayi yang meninggal dalam usia 30 hari (neonatal lanjut) (WHO, 2012).
1
2
Sedangkan di Indonesia angka kematian bayi akibat infeksi Caput Succedaneum pada tahun 2012 sebesar 11% dari 35 per 1000 kelahiran hidup (Istiyantari, 2015). Di Kabupaten Ciamis Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2014 mengalami peningkatan, mencapai 132 kasus (Dinkes, 2014). Adapun penyebab utama kematian neonatal dini terdiri dari bayi saat dilahirkan mengalami kesulitan bernafas (Asfiksia) 35%, Ikterus 17%, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) 31%, kelainan kongenital 4%, diare 5%, tetanus 3%, serta terjadinya infeksi 5% (Rachmat, 2014). Salah satu penyebab terjadinya infeksi pada bayi baru lahir adalah akibat Caput Succedaneum. Di BPM Hj. Bety Zipur Yanti, SST jumlah kelahiran bayi dari bulan Januari 2015 sampai dengan bulan April 2016 sebanyak 47 bayi, dan didapatkan bayi yang mengalami Caput Succedaneum sebanyak 9 bayi. Caput Succedaneum adalah pembengkakan difus jaringan lunak kepala yang dapat melampaui sutura. Caput Succedaneum merupakan akibat sekunder dari tekanan uterus atau dinding vagina pada kepala saat proses kelahiran spontan. Isi dari pembengkakan ini adalah getah bening. Pembekakan akan hilang spontan dalam 2-4 hari setelah lahir (Wafi Nur Muslihatun, 2010). Penyebab Caput Succedaneum adalah terjadinya tekanan yang kuat pada kepala saat memasuki jalan lahir, sehingga terjadi bendungan sirkulasi perifer dan limfe yang disertai dengan pengeluaran cairan tubuh ke jaringan ekstravaskuler. Keadaan ini bisa terjadi pada partus lama atau persalinan dengan vacum ekstraksi (Dewi, 2010). Tindakan yang tepat dalam melakukan kegawatdaruratan pada bayi baru lahir dengan Caput Succedaneum yaitu memberikan asuhan agar tidak terjadi komplikasi. Untuk itu bidan harus dapat mengenali dengan baik tanda-tanda bayi baru lahir dengan Caput Succedaneum dan memberikan perawatan yang dimulai dengan memberikan ASI secara adekuat, mencegah terjadinya infeksi dengan cara menjaga personal hygine, perawatan tali pusat pada bayi dengan baik agar tidak terjadi komplikasi (Rukiyah dan Yulianti, 2010). Sesuai amanah Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, maka pelayanan kesehatan pada anak diarahkan untuk mewujudkan pelayanan kesehatan pada anak diarahkan untuk mewujudkan
3
pelayanan kesehatan anak yang komperhensif meliputi Promotif, Preventif, Kuratif dan Rehabilitatif. Upaya penurunan angka kematian anak dalam mencapai target Millenium Development Goals (MDGs) harus diiringi dengan peningkatan kualitas hidup anak dimana salah satu upayanya adalah dilakukannya deteksi kesehatan sedini mungkin bahkan sejak bayi baru lahir yang dilakukan melalui skrining bayi baru lahir. Skrining atau uji saring pada bayi baru lahir (Neonatal Screening) adalah istilah yang menggambarkan berbagai cara tes yang dilakukan pada beberapa hari pertama kehidupan bayi yang dapat memisahkan bayi-bayi yang mungkin menderita kelainan dari bayi-bayi yang tidak menderita kelainan. Tujuan dari Skrining Bayi Baru Lahir adalah untuk mengetahui kelainan pada anak sedini mungkin dimana gejala klinis belum muncul, memberikan intervensi sedini mungkin untuk mencegah kecacatan atau kematian bayi yang pada akhirnya dapat mengoptimalkan potensi tumbuh kembang anak (Kepmenkes, 2009). Dalam rangka mewujudkan pelaksanaan skrining bayi baru lahir di Indonesia, Kementerian Kesehatan RI telah membentuk kelompok kerja Nasional Program Skrining Bayi Baru Lahir yang terdapat pada Kepmenkes No. 829/Menkes/SK/IX/2009 yang bertugas antara lain untuk melakukan kajian-kajian yang berkaitan dengan kebijakan operasional dan strategis mengenai skrining bayi baru lahir hinggga melakukan advokasi, sosialisasi, edukasi dan koordinasi kepada masyarakat, lintas program, lintas sektor nisasi profesi, termasuk Organisasi Pemerintah Daerah Provinsi dan atau Kabupaten atau Kota. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yinon Gilboa dan Maya Spira (2013), diperoleh nilai rata-rata terjadinya Caput Succedaneum akibat lamanya kala II dalam proses persalinan dan akibat penggunaan vakum ekstraksi. Pada hakikatnya Allah telah menciptakan rahim sebagai tempat yang kokoh untuk berkembangnya janin, dan sudah ditentukan seberapa lama sebuah kehamilan itu berlangsung dan seberapa lama proses melahirkan itu terjadi.
4
Seperti firman Allah SWT dalam QS . Al-Mursalat surah ke 77 ayat 20-23 sebagai berikut :
( ا ٰﱃ ﻗَﺪَ ٍرﻣ ْﻌﻠُ ْﻮ ٍم۲۱) ( ﻓَ َﺠ َﻌﻠْ ٰﻨ ُﻪ ِﰱ ﻗَ َﺮا ٍرﻣ ِﻜ ْ ٍﲔ۲۰) َاﻟ َ ْﻢ َ ْﳔﻠُ ْﻘ ْﲂ ِ ّﻣ ْﻦ ﻣﺎ ٓ ٍءﻣﻬ ْ ٍِﲔ (۲۳) ( ﻓَ َﻘﺪَ ْر َ ﻓَ ِ ْﻌ َﻢ اﻟْ ٰﻘ ِﺪ ُر ْو َن۲۲) Artinya : “ Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina? Kemudian Kami letakkan dia dalam tempat yang kokoh (rahim), sampai waktu yang ditentukan, lalu Kami tentukan (bentuknya), maka Kami-lah sebaik-baiknya yang menentukan (QS. Al-Mursalat)”. Kandungan dari surah Al-Mursalat ayat 20-23, mengingatkan kepada kita bahwa Allah SWT lah yang sebaik-baiknya menentukan. Di dalam rahim janin tumbuh dan berkembang selama 280 hari, kemudian terjadilah proses kelahiran yang disebut dengan persalinan. Persalinan yaitu keluarnya janin dari rahim ibu melewati jalan lahir. Biasanya pengeluaran janin dalam kala II normal hanya membutuhkan waktu 10-15 menit. Namun, karena adanya kelainan yang terjadi yaitu proses kala II lama menyebabkan adanya benjolan di kepala bayi pada saat lahir. Dalam surah di atas menegaskan bahwa sebaik-baiknya yang menentukan takdirnya adalah Allah SWT. Caput Succedaneum apabila tidak ditangani dengan baik maka dapat menyebabkan
terjadinya
komplikasi
seperti
anemia,
ikterus,
Caput
Hemoragik, dan infeksi. Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk mengambil judul “Asuhan
Kebidanan
pada
Neonatus
Cukup
Bulan
dengan
Caput
Succedaneum di BPM Hj. Bety Zipur Yanti, SST Kabupaten Ciamis Tahun 2016”. B. Rumusan Masalah Latar belakang di atas, memberikan landasan bagi penulis untuk membuat rumusan masalah, “Bagaimanakah asuhan kebidanan pada neonatus cukup bulan dengan Caput Succedaneum di BPM Hj. Bety Zipur Yanti, SST Kabupaten Ciamis Tahun 2016?”.
5
C. Tujuan 1.
Tujuan Umum Melaksanakan asuhan kebidanan pada neonatus cukup bulan dengan Caput Succedaneum di BPM Hj. Bety Zipur Yanti, SST Kabupaten Ciamis Tahun 2016”.
2.
Tujuan Khusus a.
Melaksanakan pengkajian pada neonatus cukup bulan dengan Caput Succedaneum di BPM Hj. Bety Zipur Yanti, SST Kabupaten Ciamis Tahun 2016.
b.
Menginterpretasikan data dan masalah pada neonatus cukup bulan dengan Caput Succedaneum di BPM Hj. Bety Zipur Yanti, SST Kabupaten Ciamis Tahun 2016.
c.
Merumuskan diagnosa potensial yang terjadi pada neonatus cukup bulan dengan Caput Succedaneum di BPM Hj. Bety Zipur Yanti, SST Kabupaten Ciamis Tahun 2016.
d.
Mengidentifikasi tindakan antisipasi terhadap diagnosa potensial pada neonatus cukup bulan dengan Caput Succedaneum di BPM Hj. Bety Zipur Yanti, SST Kabupaten Ciamis Tahun 2016.
e.
Menyusun rencana tindakan asuhan kebidanan yang sesuai dengan masalah dan kebutuhan pada neonatus cukup bulan dengan Caput Succedaneum di BPM Hj. Bety Zipur Yanti, SST Kabupaten Ciamis Tahun 2016.
f.
Melaksanakan rencana tindakan asuhan kebidanan neonatus cukup bulan dengan Caput Succedaneum di BPM Hj. Bety Zipur Yanti, SST Kabupaten Ciamis Tahun 2016.
g.
Mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan pada neonatus cukup bulan dengan Caput Succedaneum di BPM Hj. Bety Zipur Yanti, SST Kabupaten Ciamis Tahun 2016.
D. Manfaat Penulisan 1.
Manfaat Teoritis Secara teoritis hasil dari penulisan Laporan Tugas Akhir ini dapat menjadi referensi dan masukan serta dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi tenaga kesehatan serta masyarakat, khususnya orang
6
tua yang memiliki bayi baru lahir dalam menerapkan asuhan kebidanan pada neonatus dengan Caput Succedaneum. 2.
Manfaat Praktis a.
Bagi Penulis Meningkatkan pengetahuan, wawasan, dan keterampilan penulis dalam menerapkan ilmu asuhan kebidanan pada neonatus cukup bulan dengan Caput Succedaneum dalam situasi yang nyata yaitu di lahan praktek.
b.
Bagi Profesi Dapat meningkatkan pelayanan berkualitas, menambah pengetahuan dan masukan bagi tenaga kesehatan lainnya dalam menerapkan asuhan kebidanan pada neonatus cukup bulan dengan Caput Succedaneum, agar neonatus dapat mendapatkan tindakan dan asuhan kebidanan yang tepat, cepat, optimal dan berkualitas.
c.
Bagi Institusi Pendidikan Dapat dijadikan sebagai bacaan dan sumber informasi bagi mahasiswa dan pendidikan.
d.
Bagi Masyarakat Dengan dilakukannya asuhan kebidanan pada bayi baru lahir, masyarakat khususnya orang tua mengerti dalam memberikan asuhan yang baik pada neonatus dengan demikian komplikasi dapat terdeteksi secara dini dan segera mendapat penanganan.
Filename: Directory: Template:
BAB I halaman 1-6.docx D:\WINE WIDIANTI Y. 13DB277092 C:\Users\ACER\AppData\Roaming\Microsoft\Templates\Normal.dot
m Title: Subject: Author: ACER Keywords: Comments: Creation Date: 10/07/2016 10:07:00 Change Number: 3 Last Saved On: 10/07/2016 15:52:00 Last Saved By: ACER Total Editing Time: 6 Minutes Last Printed On: 10/07/2016 15:58:00 As of Last Complete Printing Number of Pages: 6 Number of Words: 1.589 (approx.) Number of Characters: 9.059 (approx.)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Neonatus 1.
Pengertian Bayi Baru Lahir Bayi baru lahir juga dinamakan neonatus, neonatus merupakan individu yang sedang berkembang dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterine. Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya 2500-4000 gram (Dewi, 2010). Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37-42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai apgar >7 dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah, 2010). Bayi baru lahir normal adalah bayi baru lahir mengalami sejumlah adaptasi psikologik, bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan masa transisi kehidupannya ke kehidupan luar uterus berlangsung baik. Bayi baru lahir juga membutuhkan asuhan yang dapat meningkatkan kesempatan untuknya menjalani masa transisi dengan baik (Wafi Nur Muslihatun, 2010).
2.
Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Menurut Wafi Nur Muslihatun (2010) ciri-ciri bayi baru lahir (neonatus) normal antara lain sebagai berikut : a.
Lahir aterm antara 37-42 minggu.
b.
Berat badan 2500-4000 gram.
c.
Panjang badan 48-52 cm.
d.
Lingkar kepala 33-35 cm.
e.
Lingkar dada 30-38 cm.
f.
Bunyi jantung dalam menit pertama kurang lebih 180x/menit menurun sampai 120-160x/menit.
g.
Pernafasan ± 40-60x/menit.
h.
Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup.
7
8
i.
Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna.
j.
Kuku agak panjang dan lemas.
k.
Gerak aktif.
l.
Bayi lahir langsung menangis kuat.
m. Reflex rooting (mencari puting susu dengan rangsangan taktil pada daerah pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik. n.
Reflex sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik.
o.
Reflex moro (gerakan memeluk bila di kagetkan) sudah terbentuk dengan baik.
p.
Reflex graps (menggenggam) sudah baik.
q.
Genetalia : 1)
Pada laki-laki ditandai dengan testis yang berada pada scrotum dan penis yang berlubang.
2)
Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra yang berlubang, serta adanya labia mayora dan labia minora.
3)
Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24 jam pertama berwarna hitam dan kecoklatan. Sedangkan menurut Rukiyah (2010) ciri-ciri bayi baru lahir
(neonatus) normal antara lain sebagai berikut : a.
Kesadaran
dan
reaksi
terhadap
sekeliling,
perlu
dikurangi
kesadaran terhadap reaksi rayuan, rangsangan sakit, atau suara keras yang mengejutkan atau suara mainan. b.
Keaktifan, bayi normal melakukan gerakan-gerakan tangan yang simetris pada waktu bangun.
c.
Simetris, apakah secara keseluruhan badan seimbang.
d.
Kepala, apakah terlihat simetris.
e.
Muka wajah, bayi tampak ekspresi.
f.
Mata, perhatikan kesimetrisan antara mata kanan dan kiri.
g.
Mulut, penampilannya harus simetris, mulut tidak mencucu seperti mulut ikan, tidak ada tanda-tanda kebiruan pada mulut bayi.
h.
Leher, dada, abdomen, melihat adanya cidera akibat persalinan, perhatikan ada tidaknya kelainan pada pernapasan bayi, karena
9
biasanya bayi masih ada pernapasan perut. i.
Punggung, adanya benjolan atau tumor atau tulang punggung dengan lekukan yang kurang sempurna.
j.
Kulit dan kuku, dalam keadaan normal kulit berwarna kemerahan.
k.
Kelancaran menghisap dan pencernaan, harus diperhatikan tinja dan kemih diharapkan keluar dalam 24 jam pertama.
3.
Penilaian Pada Bayi Baru Lahir Penilaian pada bayi baru lahir (neonatus) dilakukan dengan menggunakan sistem nilai Apgar. Dalam melakukan pertolongan persalinan merupakan kewajiban untuk melakukan : a.
Pencatatan (jam dan tanggal kelahiran, jenis kelamin bayi, pemeriksaan tentang cacat bawaan).
b.
Identifikasi bayi (rawat gabung, identifikasi bayi sangat penting untuk menghindari bayi tertukar, gelang identitas tidak boleh dilepaskan sampai penyerahan bayi).
c.
Pemeriksaan
ulang
dan
konsultasi
dengan
dokter
anak.
Pemeriksaan ulang setelah 24 jam pertama sangat penting dengan pertimbangan pemeriksaan saat lahir belum sempurna (Manuaba, 2010). 4.
Reflek Pada Bayi Baru Lahir Menurut Putra (2012) reflek pada bayi baru lahir (neonatus) normal antara lain adalah sebagai berikut : a.
Reflek Moro Reflek dimana bayi akan mengembangkan tangan lebarlebar dan melebarkan jari-jari, lalu mengembalikan dengan tarikan yang cepat seakan-akan memeluk seseorang.
b.
Reflek Rooting Reflek ini timbul karena rangsangan taktil pipi dan daerah mulut. Bayi akan memutar kepala seolah mencari puting susu ibu.
c.
Reflek Sucking Reflek ini timbul bersama reflek rooting untuk menghisap putting susu dan menelan.
10
d.
Reflek Batuk atau Bersin Reflek ini timbul untuk melindungi bayi.
e.
Reflek Graps Reflek yang timbul jika ibu jari diletakan pada telapak tangan bayi, lalu bayi akan menutup telapak tangannya. Respon yang sama dapat diperoleh ketika telapak kaki di gores dekat ujung jari kaki menyebabkan ujung jari kaki menekuk.
f.
Reflek Walking dan Stapping Reflek yang timbul jika bayi dalam posisi berdiri akan ada gerakan sepontan kaki melangkah ke depan walaupun bayi tersebut belum bisa berjalan.
g.
Reflek Tonic Neck Reflek yang timbul jika bayi mengangkat leher dan menoleh ke kanan atau kiri jika diposisikan tengkurap. Reflek ini tidak dapat dilihat pada bayi yang berusia satu hari. Reflek ini dapat diamati jika bayi berusia 3-4 bulan.
h.
Reflek Babynsky Reflek ini akan muncul apabila ada rangsangan pada telapak kaki. Ibu jari akan bergerak ke atas dan jari-jari lainnya membuka. Reflek ini biasanya menghilang setelah 1 tahun.
i.
Reflek Galant (Membengkokan Badan) Ketika
bayi
tengkurap,
goresan
pada
punggung
menyebabkan pelvis membengkok ke samping. Reflek ini berkurang pada usia 2-3 bulan. j.
Reflek Baeur (Merangkak) Reflek akan terlihat pada bayi aterem dengan posisi bayi terngkurap. Bayi baru lahir akan melakukan gerakan merangkak dengan
menggunakan
lengan
menghilang pada usia 6 minggu.
dan
tungkainya.
Reflek
ini
11
B. Caput Succedaneum 1.
Definsi Caput Succedaneum adalah pembengkakan difus jaringan lunak kepala yang dapat melampaui sutura. Caput Succedaneum merupakan akibat sekunder dari tekanan uterus atau dinding vagina pada kepala pada saat proses kelahiran spontan. Isi dari pembengkakan ini adalah getah bening. Bidan perlu meyakinkan pada ibu bahwa, keadaan bayi tidak mengkhawatirkan. Bayi tidak memerlukan tindakan dan tidak ada gejala sisa yang dilaporkan. Pembengkakan akan hilang spontan dalam 2-4 hari setelah lahir (Wafi Nur Muslihatun, 2010). Caput Succedaneum adalah oedema subkutis akibat penekanan jalan lahir pada persalinan letak kepala, berbentuk benjolan yang segera tampak setelah bayi lahir, tidak berbatas tegas dan melewati batas sutura. Caput Succedaneum disebabkan oleh mekanis trauma bagian awal kulit kepala menyipit mendorong melalui leher rahim. Mungkin pembengkakan pada bagian manapun dari kulit kepala, dapat menyebrangi garis tengah (sebagai lawan dari sefalohematoma), dan dapat berubah warna karena sedikit perdarahan di daerah tersebut. Caput Succedaneum ditemukan biasanya pada presentasi kepala, sesuai dengan posisi bagian yang bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi eodema sebagai akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah. Caput Succedaneum tidak memerlukan pengobatan khusus dan biasanya menghilang dalam waktu 2-5 hari (Budiarti dkk, 2011).
2.
Etiologi Caput Succedaneum terjadi karena adanya tekanan yang kuat pada kepala saat memasuki jalan lahir, sehingga terjadi bendungan sirkulasi perifer dan limfe disertai dengan pengeluaran cairan tubuh ke jaringan ekstravaskuler (Dewi, 2010). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yinon Gilboa dan Maya Spira (2013), Caput Succedaneum terjadi akibat lamanya kala II dalam proses persalinan dan akibat penggunaan vakum ekstraksi. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Atsuko Okazaki dan Kana Kihira (2013), Caput Succedaneum relative terjadi pada saat lahir, tetapi jarang di diagnosis ketika masih dalam rahim.
12
Salah satu faktor yang dapat mengakibatkan terjadinya Caput Succedaneum yaitu ketuban pecah dini dan panggul sempit, sehingga menyebabkan kala II dalam proses persalinan menjadi lama. Tindakan lebih lanjut pada ibu bersalin yang mengalami kala II lama akibat ketuban pecah dini dan panggul sempit adalah di lakukannya Sectio Caesarea yaitu tindakan pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus. Meskipun proses persalinan dilakukan dengan tindakan pembedahan tetap saja bayi yang dilahirkan akan mengalami Caput Succedaneum. 3.
Tanda dan Gejala Menurut
Dewi
(2010),
tanda
dan
gejala
dari
Caput
Succedaneum adalah sebagai berkut :
4.
a.
Adanya oedema di kepala.
b.
Terasa lembut dan lunak pada perabaan.
c.
Oedema melampaui sela-sela tulang tengkorak.
d.
Batas yang tidak jelas.
e.
Permukaan kulit pada benjolan berwarna ungu atau kemerahan.
f.
Benjolan akan menghilang dalam 2-3 hari tanpa pengobatan.
Patofisiologi Menurut Deslidel dkk (2008), patofisiologi Caput Succedaneum terjadi karena adanya
tekanan pada jalan
lahir,
atau
karena
persalinan dengan vakum ekstraksi. Tanda gejalanya meliputi oedema di kepala, pada perabaan terasa lembut dan lunak, oedema melampaui sela-sela tulang tengkorak, batas tidak jelas dan biasanya menghilang dalam waktu 2-3 hari tanpa pengobatan. 5.
Komplikasi Menurut Rukiyah dan Yulianti (2010), komplikasi pada bayi dengan Caput Succedaneum adalah sebagai berikut : a.
Anemia Anemia bisa terjadi pada bayi yang mengalami Caput Succedaneum karena pada benjolan terjadi perdarahan yang hebat atau perdarahan yang banyak.
b.
Caput Hemoragik Pada Caput Succedaneum bisa terjadi karena kulit terluka.
13
c.
Infeksi Terjadi
apabila kulit kepala terluka dan tidak
dijaga
kebersihannya. d.
Ikterus Terjadi apabila bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah, incompatibilitas faktor Rh atau golongan darah A, B, O.
6.
Penatalaksanaan Menurut
Dewi
(2010),
penatalaksanaan
bayi
Caput
Succedaneum adalah sebagai berikut : a.
Bayi dirawat seperti perawatan bayi normal.
b.
Awasi keadaan umum bayi.
c.
Lingkungan harus dalam keadaan baik, cukup ventilasi, masuk sinar matahari.
d.
Pemberian ASI yang adekuat, ajarkan ibu cara menetekkan dengan posisi ibu tiduran untuk mengurangi anak jangan sering diangkat, agar benjolan tidak meluas.
e.
f.
Mencegah terjadinya infeksi dengan cara : 1)
Perawatan tali pusat dengan baik.
2)
Perawatan Hygine dengan baik.
Memberikan penyuluhan kepada orang tua tentang : 1)
Keadaan trauma bayi, tidak usah cemas karena benjolan akan menghilang dalam 2-3 hari.
2)
Perawatan bayi sehari-hari.
3)
Manfaat dan cara pemberian ASI.
C. Teori Manajemen Kebidanan 1.
Pengertian Manajemen asuhan kebidanan adalah proses pemecahan masalah dengan metode pengaturan pemikiran dan tindakan dalam urutan yang logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada pasen (Saputra, 2014). Dalam memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan Caput acuan
pada
Varney
Succedaneum
yang sistematis
dalam pemecahan masalah pada pasien.
penulis
sehingga
mempunyai memudahkan
14
2.
Langkah Dalam Manajemen Kebidanan Menurut Varney Menurut Varney (2007), ketujuh langkah manajemen kebidanan adalah sebagai berikut : a.
Langkah I : Identifikasi Data Dasar 1)
Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
2)
Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital.
3) b.
Pemeriksaan penunjang (laboratorium).
Langkah II : Identifikasi Diagnosis atau Masalah Aktual Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa
atau
masalah
dan
kebutuhan
klien
berdasarkan
interpretasi yang benar atas data-data yang dikumpulkan. Data dasar
yang
sudah
dikumpulkan
diinterpretasikan
sehingga
ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik. c.
Langkah III : Antisipasi Diagnosa atau Masalah Potensial Pada langkah ini dilakukan identifikasi diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya. Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial yang berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasikan. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosis atau masalah potensial ini benar-benar terjadi. Langkah ini sangat penting didalam melakukan asuhan yang aman.
d.
Langkah IV : Tindakan Segera dan Kolaborasi Setelah menegakkan diagnosis dan mengetahui masalah potensial pasien, bidan melakukan identifikasi apakah pasien memerlukan penanganan segera atau tidak. Bidan menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, melakukan konsultasi, dan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien, pada
langkah
ini
bidan
juga
harus
merumuskan
tindakan
emergency untuk menyelamatkan ibu dan bayi, yang mampu
15
dilakukan secara mandiri dan bersifat rujukan. e.
Langkah V : Rencana Tindakan Asuhan Kebidanan pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya dan merupakan lanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasikan atau diantisipasi. Rencana tindakan komprehensif bukan hanya meliputi kondisi klien serta hubungannya dengan masalah yang dialami oleh klien, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap klien, serta penyuluhan, konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi, agama, kultur atau masalah psikologis. Setiap rencana asuhan harus disertai oleh klien dan bidan agar dapat dilaksanakan dengan efektif. Sebab itu, harus berdasarkan rasional yang relefan dan kebenarannya serta situasi tindakan harus secara teoritis.
f.
Langkah VI : Implementasi Tindakan Asuhan kebidanan melaksanakan rencana tindakan serta efisiensi dan menjamin rasa nyaman klien, implementasi dapat dikerjakan keseluruhan oleh bidan ataupun dengan tenaga kesehatan lain. Bidan harus melakukan implementasi yang efisien dan akan mengurangi waktu perawatan serta akan menigkatkan kualitas pelayanan kebidanan.
g.
Langkah VII : Evaluasi Tindakan asuhan kebidanan mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan asuhan yang diberikan kepada klien. Pada tahap evaluasi ini bidan harus melakukan pengamatan dan observasi terhadap masalah yang dihadapi klien, apakah masalah diatasi seluruhnya, sebagian telah dipecahkan atau mungkin timbul masalah baru. Pada prinsipnya tahapan evaluasi adalah pengkajian kembali terhadap
klien
untuk
menjawab
pertanyaan
seberapa
tercapainya rencana yang dilakukan (Wafi Nur Muslihatun, 2010).
jauh
16
3.
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP) Menurut Helen Varney alur berfikir bidan saat menghadapi klien meliputi tujuh langkah, agar diketahui orang lain apa yang telah dilakukan seorang bidan melalui proses berfikir sistematis, maka dilakukan pendokumentasian dalam bentuk SOAP yaitu : a.
Subjektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien dan keluarga melalui anamnese sebagai langkah I Varney.
b.
Objektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I Varney.
c.
Analisi Data Menggambarkan
pendokumentasian
hasil
analisa
dan
interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi: diagnosa/masalah, antisipasi diagnosa/masalah potensial, perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi/kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah 2, 3 dan 4 Varney. d.
Penatalaksanaan Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan, tindakan implementasi (I) dan evaluasi (E) berdasarkan assesment sebagai langkah 5 ,6, 7 Varney (Wafi Nur Muslihatun, 2010).
17
Gambar 2.1 Bagan Skema Langkah–Langkah Proses Manajemen Alur pikir bidan
Pencatatan dari asuhan kebidanan
Proses manajemen kebidanan
7 Langkah Varney
Dokumentasi kebidanan
5 langkah kompetensi bidan
Pengumpulan data
Data
dasar Interpretasi data
Assesment atau
SOAP NOTES
dasar
diagnosis
Subjektif Objektif
Mengidentifikasi Analisa Data
masalah atau
Penatalaksanaan:
diagnosa potensial Mengidentifikasi dan
Konsul
menetapkan kebutuhan yang
Tes diagnosisi atau lab
memerlukan
Rujukan
penanganan segera Merencanakan asuhan yang komprehensif atau
Perencanaan
menyeluruh Melaksanakan perencanaan dan
Pelaksanaan
pelaksanaan Evaluasi
(Sumber : Depkes RI, 2003)
Evaluasi
18
D. Konsep Asuhan Kebidanan Pada Kasus Caput Succedaneum Dalam asuhan kebidanan pada kasus Caput Succedaneum ada beberapa asuhan yang harus dilakukan, meliputi : S
: Ibu mengatakan kepala bayinya bengkak atau ada benjolannya.
O
: Caput Succedaneum dapat terdeteksi melalui pemeriksaan sistematis dengan cara inspeksi (melihat) dan palpasi (meraba) pada kepala bayi. 1.
Palpasi : lembut, pembengkakan di kulit kepala bayi yang baru lahir.
2.
Inspeksi : pembengkakan memperpanjang atas garis tengah kepala atau sutura.
A
: Caput Succedaneum
P
: Rencana asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan Caput Succedaneum adalah : 1.
Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada orang tua bayi.
2.
Menjelaskan kepada orang tua bayi mengenai apa yang di maksud dengan Caput Succedaneum.
3.
Bayi dirawat seperti perawatan bayi normal.
4.
Awasi keadaan umum bayi.
5.
Lingkungan harus dalam keadaan baik, cukup ventilasi, masuk sinar matahari.
6.
Pemberian ASI yang adekuat, ajarkan ibu cara menetekan dengan cara posisi tiduran untuk mengurangi agar bayi tidak sering di angkat, supaya benjolan tidak meluas.
7.
6.
Mencegah terjadinya infeksi dengan : a.
Perawatan tali pusat yang baik.
b.
Personal hygien yang baik.
Memberikan penyuluhan kepada orang tua tentang : a.
Keadaan trauma bayi, tidak usah cemas karena benjolan akan menghilang dalam waktu 2-3 hari.
b.
Perawatan bayi sehari-hari.
c.
Manfaat dan cara pemberian ASI (Budiarti dkk, 2011).
19
E. Kewenangan Bidan Menurut
Pasal
11
Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
No.
1464/MENKES/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktek Bidan menyebutkan : Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf b, diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra sekolah, Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (I) berwenang untuk : 1.
Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi vit K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari) perawatan tali pusat.
2.
Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk.
3.
Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan rujukan.
4.
Pemberiaan imunisasi rutin sesuai program pemerintah.
5.
Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak prasekolah.
6.
Pemberian konseling dan penyuluhan.
7.
Pemberian surat keterangan kelahiran.
8.
Pemberian surat keterangan kematian. Sedangkan
menurut
Kepmenkes
No.
369/Menkes/SK/III/2007
tentang Standar Profesi Bidan. Kompetensi ke 6 : Asuhan Pada Bayi Baru Lahir yaitu bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi baru lahir sehat. F.
Al-Islam Kemuhammadiyahan Pada Perawatan Bayi Baru Lahir Bayi baru lahir menurut pandangan Islam dianugrahkan untuk para orang tua muslim yang menginginkan kehidupan yang baik bagi anak dengan dasar-dasar hukum dan syariat Islam, dengan tujuan terwujudnya anak-anak sholeh dan sholihah. Caranya adalah dengan mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai agama sesuai dengan Al-Qur’an sedini mungkin pada diri anak dimulai sejak dia terlahir. Sebenarnya tata cara atau perawatan pada bayi baru lahir dalam Islam tidak terlalu mengikat dan baku. Yang terpenting dan yang paling utama adalah mengenalkan Allah SWT pada mereka sejak dini.
20
Berikut
adalah beberapa perawatan pada bayi baru lahir dalam
pandangan islam yang harus dilakukan : 1.
Melakukan Aqikah dan Mencukur Rambut Bayi Islam mensyariatkan penyembelihan aqiqah untuk bayi yang baru lahir sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat yang telah diberikan Allah (berupa kelahiran bayi). Hukum aqiqah untuk bayi baru lahir adalah sunnah muakkadah, yaitu sunnah yang sangat ditekankan atau dianjurkan. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Shallallaahu Alaihi Wasallam :
ُﰻ ُ َﻼ ٍم ُﻣ ْﺪﲥَ َ ٌﻦ ِﺑ َﻌ ِﻘ ْ َﻘ ِ ِﻪ ﺗ ُْﺬﺑ َ ُﺢ َﻋ ْﻨ ُﻪ ﯾ َ ْﻮ َم اﻟﺴﺎ ِﺑﻊ ِ َو َُﺴﻤﻰ ِﻓ ْ ِﻪ َو ُ ْﳛﻠَ ُﻖ َر ُﺳ ُﻪ ()رواﻩ اﶆﺴﺔ وﲱ ﻪ اﻟﱰﻣﺬي Artinya : “Setiap anak yang baru lahir tergadai dengan aqiqahnya, (sampai) disembelihkan (aqiqah) itu untuknya pada hari ketujuh, di cukur rambutnya dan diberi nama” (HR. Abu Dawud, At Tirmidzi, An Nasa’i, dan Ibnu Majah. Dishahihkan oleh Al-Albany). Waktu pelaksanaan aqiqah yang paling utama adalah pada hari ke tujuh dari kelahirannya. Sedangkan jumlah kambing sembelihan adalah dua kambing untuk anak laki-laki, dan seekor kambing untuk anak perempuan. Namun jika tidak mampu maka satu kambingpun cukup baik untuk anak laki-laki maupun anak perempuan. 2.
Memberi Nama yang Baik dan Indah. Orangtua hendaknya memberi nama-nama yang baik kepada anak-anak mereka, agar anak-anak jauh dari cemoohan dan ejekan. Serta jangan lupa, bahwa nama adalah doa dari orang tua kepada anakanaknya. Maka berikanlah nama yang baik sebagai doa yang baik pula untuk anak-anak kita. Gunakanlah nama-nama Islami yang diajarkan oleh Rasulullah, dan jauhi penggunaan nama-nama yang menyerupai penamaan orang-orang kafir.
21
Pemberian nama yang baik pada bayi baru lahir berdasar pada dalil hadits Nabi Muhamamad Shallallaahu Alaihi Wasallam :
ﻓَ ْﺣ ِﺴ ُﻨ ْﻮا ْ َﲰ َﺎء ُ ْﰼ, َو ْ َﲰﺎ ِء َا َ ِ ُ ْﲂ, ِٔ ُ ْﲂ ﺗ ُْﺪ َﻋ ْﻮ َن ﯾ َ ْﻮ َم اﻟْ ِﻘ َﺎ َﻣ ِﺔ ِﺑ ْ َﲰﺎ ِ ُ ْﲂ Artinya : “Sesungguhnya kalian akan dipanggil pada hari kiamat dengan menggunakan nama-nama kalian dengan nama-nama bapak kalian, maka baguskanlah nama-nama kalian”. 3.
Memberikan Penyusuan Sempurna Sampai 2 Tahun Di antara tanggungjawab pertama orang tua ketika bayi lahir adalah memberikannya nafkah yang mencukupi kebutuhannya, mulai dari pakaian sampai makanan. Dan alhamdulillah, di antara tanda kesempurnaan ciptaan Allah ta’ala adalah diciptakannya ASI (Air Susu Ibu) bagi para wanita, yang telah melahirkan sebagai makanan bagi anaknya. Seorang ibu menyusui anaknya sampai anaknya berumur 2 tahun sesuai dalam firman Allah QS. Al-baqarah ayat 233 surah ke 2 :
(۲۳۳).... َواﻟْ َﻮا ِ ٰ ُت ُ ْﺮ ِﺿ ْﻌ َﻦ َا ْو َﻻ َدﻫُﻦ َﺣ ْﻮﻟ َ ْ ِﲔ َﰷ ِﻣﻠَ ْ ِﲔ ِﻟ َﻤ ْﻦ َا َرا َد َا ْن ﯾ ِﱲ اﻟﺮﺿَ ﺎ َ َﺔ Artinya : “Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna...” 4.
Mendoakan Kebaikan dan Keberkahan Bagi Bayi serta Menjauhkan Diri dari Memasang Jimat-jimat. Haram hukumnya memasangkan kalung atau jimat-jimat dalam tubuh seorang anak dengan alasan untuk perlindungan anak tersebut, yang diperbolehkan adalah melindungi anak dengan doa-doa yang telah diajarkan oleh Rasulullah Shallallaahu Alaihi Wasallam.
Filename: Directory: Template:
BAB II halaman 7-21.docx D:\WINE WIDIANTI Y. 13DB277092 C:\Users\ACER\AppData\Roaming\Microsoft\Templates\Normal.dot
m Title: Subject: Author: ACER Keywords: Comments: Creation Date: 10/07/2016 10:09:00 Change Number: 4 Last Saved On: 10/07/2016 15:54:00 Last Saved By: ACER Total Editing Time: 2 Minutes Last Printed On: 10/07/2016 15:59:00 As of Last Complete Printing Number of Pages: 15 Number of Words: 3.370 (approx.) Number of Characters: 19.212 (approx.)
DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman. (2011). Dasar-Dasar Metode Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Pustaka Setia. Al-Qur’an (Al-Mursalat: 20-23, Al-Baqarah: 233). Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Atsuko, dkk (2013). Jurnal: Prenatal Incarceration of Caput Succedaneum: a case report in Red Cross Nagoya Daiichi Hospital. Tersedia dalam www.wjgnet.com/2219-6220/abtract/v2/i2/34.htm. [diakses 02 Mei 2016] Budiarti, dkk (2011). Neonatus, Bayi dan Balita. Jakarta: Trans Info Media. Data
Kematian
Bayi
Menurut
WHO
(2012).
Tersedia
dalam
http://www.who.go.id/Angka-kematian-bayi.html. [diakses 13 April 2016]. DepkesRI. (2003). Buku Acuan & Panduan Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi Menyusu Dini. JNPK-KR: Jakarta. Deslidel, dkk (2008). Buku Ajar Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita. Jakarta : EGC. Dewi. (2012). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika. Evania, N. (2013). Konsep Dasar Pemeriksaan Fisik Keperawatan: Yogyakarta : D-Medika. Kemenkes.
(2014).
Angka
Kematian
Ibu
dan
Bayi.
Tersedia
dalam
http://www.depkes.go.id/article/view/15041700001/Angka-kematianibu-dan-bayi.html.[diakses 19 April 2016]. Kewenangan Bidan. Tersedia dalam e-journ.vajy.acid/1825/2/1HKO9438.pdf. Manuaba, IBG. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta: EGC. Maryanti, dkk (2011). Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta: Trans Info Media. Muslihatun, W,N. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya. Notoatmodjo, (2010). Metotologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
40
41
Perawatan Pada Bayi Baru Lahir Menurut Pandangan Islam. Tersedia dalam http://simomot.com/perawatan-bayi-2/perawatan-bayi-baru-lahirmenurut-pandangan-islam/. [diakses 26 April 2016] Putra, S.R. (2012). Asuhan Nonatus Bayi dan Balita untuk Keperawatan dan Kebidanan. Jogjakarta: D-Medika. Rachmat, (2014). Tersedia dalam www.harapan rakyat.com/2014/07/tahun-2014AKI-AKB-di-ciamis-tinggi/[diakses 19 Mei 2016]. Rohani, dkk (2011). Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan. Jakarta: Salemba Medika. Rukiyah, Y.A, Yulianti, L. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Trans Info Media. Saputra, (2014). Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Tanggerang Selatan: Binarupa Aksara Publisher. Yinon, dkk (2013). Jurnal: Caput Succedaneum thinckness in prolonged second stage of labour: aclinical evaluation. Tersedia dalam www.ncbi.nml.gov/pubmed/23802621. [diakses 15 April 2016].
Filename: Directory: Template:
DAFTAR PUSTAKA.docx D:\WINE WIDIANTI Y. 13DB277092 C:\Users\ACER\AppData\Roaming\Microsoft\Templates\Normal.dot
m Title: Subject: Author: ACER Keywords: Comments: Creation Date: 10/07/2016 10:03:00 Change Number: 2 Last Saved On: 10/07/2016 10:03:00 Last Saved By: ACER Total Editing Time: 3 Minutes Last Printed On: 10/07/2016 15:41:00 As of Last Complete Printing Number of Pages: 2 Number of Words: 424 (approx.) Number of Characters: 2.421 (approx.)