ASUHAN KEBIDANAN GANGGUAN REPRODUKSI DENGAN KISTA OVARIUM DI BPM. HJ. AAT NURMAYATI CIBEUREUM TASIKMALAYA
LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan
Oleh : Saraswati Fibrianti NIM. 13DB277131
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS 2016
Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi Dengan Kista Ovarium di BPM. Hj. Aat Nurmayati Cibeureum Kota Tasikmalaya 1 Saraswati Fibrianti2, Tantri Desiyanti3, Heni Marliany4 INTISARI Angka kejadian kanker ovarium di Indonesia diperkirakan sebanyak 2.314 kasus (5,3%). Di Indonesia sekitar 25- 50% kematian wanita usia subur disebabkan oleh masalah yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan serta penyakit system reproduksi misalnya kista ovarium. Dari hasil studi data pengkajian di Puskesmas Kecamatan Cibeureum pada tahun 2015 didapat wanita yang mengalami Kista Ovarium pada bulan Maret 2015-Maret 2016 sebanyak 6 orang atau sebanyak 0,06%. Dan hasil pendahuluan di Kelurahan Ciakar jumlah di BPM Bidan Hj. Aat Nurmayati pada tahun 2015-2016 terdapat 3 orang atau sebanyak 0.03% yang mengalami Kista Ovarium. Peran Bidan sangat penting untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif yang mencakup segala kebutuhan klien, baik bio-psikososial meliputi dukungan moril dalam bentuk memberikan motivasi positif terhadap pasien agar terus berusaha untuk sembuh dan peran bidan sangat penting di dalam segi spiritual dengan cara mengingatkan pasien untuk terus berdo’a dan terus berikhtiar agar selalu yakin. Tujuan penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan gangguan reproduksi pada Ny I dengan kista ovarium di BPM Hj. Aat Nurmayati menggunakan pendekatan proses manajemen kebidanan. Asuhan kebidanan gangguan reproduksi pada Ny I dengan kista ovarium ini dilakukan dari tanggal pada tanggal 11-25 Maret 2016 di BPM Hj. Aat Nurmayati. Dari hasil penyusunan laporan tugas akhir ini mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata dalam pembuatan asuhan kebidanan gangguan reproduksi pada Ny I dengan kista ovarium. Kesimpulan dari hasil pelaksanaan asuhan kebidanan gangguan reproduksi pada Ny I dengan kista ovarium dilaksanakan dengan baik. Kata Kunci : Gangguan Reproduksi, Kista Ovarium Kepustakaan : 26 (2005-2015). Internet dan 1 jurnal Halaman : i-xi, 38 halaman, 7 Lampiran 1
Judul Penulisan Ilmiah, 2 Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis, 3Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis, 4Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis
vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Gangguan kesehatan yang sering terjadi pada sistem reproduksi wanita di kalangan masyarakat diantaranya kanker serviks, kanker payudara, kista ovarium, gangguan menstruasi, mioma uteri dan lain sebagainya (Manuaba, 2009). Salah satu gangguan kesehatan yang terjadi pada sistem reproduksi wanita adalah kista ovarium. Kista ovarium merupakan suatu benjolan yang berada di ovarium yang dapat mengakibatkan pembesaran pada perut bagian bawah (Prawirohardjo, 2009). Kista ovarium merupakan salah satu tumor jinak ginekologi yang paling sering dijumpai pada wanita di masa reproduksinya. Kista ovarium disebabkan oleh gangguan (pembentukan) hormone pada hipotalamus, hipofisis dan ovarium. Kista ovarium pada umumnya dijumpai pada wanita usia yang lebih tua, post menopause, hampir 80% kasus tumor ovarium dijumpai pada wanita usia di atas 50 tahun. Kista ovarium yang bersifat ganas disebut kanker ovarium. Kista Ovarium adalah suatu kantong yang berisi cairan atau materi semi solid yang tumbuh pada atau sekitar Ovarium. Terdapat berbagai macam tumor yang dapat timbul pada Ovarium. Ada yang Neoplastik dan Non-neoplastik.
Beberapa
diantara
tumor
Neoplastik
bersifat
jinak
(Noncancerous) dan tidak pernah menyebar diluar Ovarium. Tipe lainnya adalah maligna atau ganas (Cancerous) dan dapat menyebar ke bagianbagian tubuh lainnya (Maharani, 2008). Angka kejadian kanker ovarium di Indonesia diperkirakan sebanyak 2.314 kasus (5,3%) (Sistem Informasi Rumah Sakit Indonesia, 2008). Di Indonesia sekitar 25- 50% kematian wanita usia subur disebabkan oleh masalah yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan serta penyakit system reproduksi misalnya kista ovarium. (Depkes RI, 2011). Kepala Departemen Radioterapi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Profesor Soeharti Gondhowiardjo mengatakan, jumlah penderita kanker di Indonesia kian meningkat. Dari data Kementrian Kesehatan (KemenKes) tahun 2012 menyebutkan, prevalensi kanker mencapai 4,3 banding 1.000 orang. 1
2
Berdasarkan data Dinkes Provinsi Jawa Barat pada tahun 2012, yang berasal dari Rumah Sakit dan Puskesmas, kasus penderita kista ovarium sekitar 5.259 penderita, diantaranya 2.200 orang wanita usia 50-60 tahun, usia 30-40 tahun sekitar 2.209 orang wanita, sisanya 1.050 orang wanita usia dibawah 20 tahun (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2012). Faktor usia memiliki peran yang sangat signifikan dalam menentukan seberapa serius kista yang diderita seorang wanita. Perempuan dengan usia di bawah 40 tahun memiliki risiko terkena kista jinak yang dapat hilang dengan sendirinya setelah beberapa bulan. Sedangkan perempuan yang telah mengalami menopause, dengan usia dia atas 40 tahun, memiliki risiko terkena kista yang lebih berbahaya. Hal tersebut karena pada usia tersebut, keberadaan penyakit ini cukup berbahaya karena penyakit kista ini selanjutnya akan dapat berkembang menjadi kanker ovarium. Pada dasarnya, di dalam diri setiap wanita pasti mempunyai kista. Kebanyakan kista tidak berbahaya, namun ada beberapa kista yang dapat menimbulkan masalah seperti pecah, perdarahan, dan sakit. Untuk menghilangkan kista, perlu dilakukan pembedahan. Hal ini sangat penting untuk memahami fungsi dari ovarium dan apa penyebabnya sehingga bisa terbentuk kista (Faisal, 2008). Untuk menghindari ke komplikasi yang lanjut. Sebaiknya dilakukan skrining dini yaitu wanita bila merasakan ada kelainan pada tubuhnya segera memeriksakan
diri
ke
petugas
kesehatan.
Sebagai
langkah
awal
penatalaksanaan yaitu dengan memeriksa USG. Dengan USG dapat dilihat besarnya kista, bentuk kista, isi dari kista dan lain sebagainya. Peran Bidan sangat penting untuk memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif yang mencakup segala kebutuhan klien, baik biopsikososial meliputi dukungan moril dalam bentuk memberikan motivasi positif terhadap pasien agar terus berusaha untuk sembuh dan peran bidan sangat penting di dalam segi spiritual dengan cara mengingatkan pasien untuk terus berdo’a dan terus berikhtiar agar selalu yakin, bahwa segala penyakit diciptakan beserta obatnya. Serta mampu mengatasi masalah yang mungkin timbul pada pasien, sehingga pasien dapat kembali melakukan aktivitasnya.
3
Dari segi spiritual faktor yang tidak kalah penting adalah keyakinan terhadap Allah, bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya, hal ini yang seyogyanya menciptakan
diketahui suatu
oleh
penyakit
seorang kecuali
muslim Dia
adalah
menciptakan
tidaklah
Allah
penawarnya.
Sebagaimana tercantum dalam Al-Quran dan Hadist. Allah berfirman dalam Al-Quran Surat Assy-Syu’ara’ ayat 78-80.
“(Yaitu Tuhan) yang telah menciptakan aku maka Dialah yang menunjuki aku. Dan Tuhanku; yang Dia memberi makan dan minum kepadaku. ‘Dan apabila aku sakit, Dia-lah yang menyembuhkan aku “(Q.S Assy-Syu’ara: 78-80). Imam Muslim ‘merekam’ sebuah hadist dan Jabir bin Abdullah Radhiyallahu ‘anhu, dari Rassulullah, bahwasanya beliau bersabda :
“ Setiap penyakit ada obatnya. Apabila obat itu tepat untuk suatu penyakit, penyakit itu akan sembuh dengan seizing Allah ‘Azza wa Jalla”. (HR. Muslim). Sebagaimana yang telah dijelaskan menurut ayat Al-Quran diatas bahwa manusia diciptakan sempurna. Dari kesempurnaan itu kita harus bisa mensyukuri dan menjaga apa yang telah Allah berikan, sehingga jika kita tidak bisa menjaga kesehatan baik akan timbul berupa penyakit yang diantaranya kesehatan reproduksi seperti Kista Ovarium. Dika Sensia Wirandani (2014) melakukan asuhan kebidanan pada pasien kista ovarium mengatakan permasalahan dalam bidang kesehatan reproduksi salah satunya adalah masalah reproduksi yang berhubungan dengan gangguan sistem reproduksi. Hal ini mencakup infeksi, gangguan menstruasi, masalah struktur, keganasan pada alat reproduksi wanita, infertilitas dan lain-lain. Kista adalah setiap rongga atau kantong tertutup, baik normal maupun abnormal, yang dilapisi epitel, biasanya mengandung cairan atau materisemi padat. Data yang penulis peroleh di RSUD Dr. Moewardi
4
terdapat jumlah pasien dengan gangguan reproduksi sebanyak 167 orang, gangguan reproduksi dengan kista ovarium sebanyak 55 orang (32,93%). Dari hasil studi data pengkajian di Puskesmas Kecamatan Cibeureum pada tahun 2015 didapat wanita yang mengalami Kista Ovarium pada bulan Maret 2015-Maret 2016 sebanyak 6 orang atau sebanyak 0,06%. Dan hasil pengkajian di Kelurahan Ciakar jumlah di BPM Bidan Hj. Aat Nurmayati pada tahun 2015-2016 terdapat 3 orang atau sebanyak 0.03% yang mengalami Kista Ovarium. Masalah
Kista
Ovarium
merupakan
masalah
penting
yang
menyangkut kualitas kesehatan reproduksi wanita, berdasarkan data diatas maka penulis merasa tertarik untuk menjadikan Laporan Tugas Akhir dengan judul “Asuhan Kebidanan Reproduksi pada Ny. I dengan Kista Ovarium di BPM Hj. Aat Nurmayati. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis mengambil rumusan masalah yaitu, “Bagaimana penatalaksanaan asuhan kebidanan gangguan reproduksi pada Ny. I dengan Kista Ovarium di BPS Hj. Aat Nurmayati tahun 2016?”. C. Tujuan 1. Tujuan Umum Melaksanakan asuhan kebidanan gangguan reproduksi pada Ny. I dengan Kista Ovarium di BPM Hj. Aat Nurmayati tahun 2016. 2. Tujuan Khusus a. Melakukan Pengkajian data pada gangguan kesehatan reproduksi pada Ny. I dengan Kista Ovarium di BPM Hj. Aat Nurmayati tahun 2016. b. Menginterprestasi data pada gangguan reproduksi pada Ny. I dengan Kista Ovarium di BPM Hj. Aat Nurmayati tahun 2016. c. Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial pada Ny. I dengan Kista Ovarium di BPM Hj. Aat Nurmayati tahun 2016.
5
d. Menetapkan
kebutuhan
terhadap
tindakan
segera,
konsultasi,
kolaborasi pada Ny. I dengan Kista Ovarium di BPM Hj. Aat Nurmayati tahun 2016. e. Merencanakan
asuhan
kebidanan
pada
gangguan
kesehatan
reproduksi pada Ny. I dengan Kista Ovarium di BPM Hj. Aat Nurmayati tahun 2016. f.
Melaksanakan asuhan secara tepat dan rasional berdasarkan perencanaan yang dibuat pada Ny. I dengan Kista Ovarium di BPM Hj. Aat Nurmayati tahun 2016.
g. Melaksanakan evaluasi asuhan kebidanan yang telah diberikan pada Ny. I dengan Kista Ovarium di BPM Hj. Aat Nurmayati tahun 2016. D. Manfaat 1. Manfaat Praktis
Melalui teori-teori yang dilakukan dalam Asuhan Kebidanan ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan ilmu pendidikan penulis, khususnya dan pembaca pada umumnya, terutama yang ada kaitannya dengan Kista Ovarium. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Institusi Pendidikan Prodi D-III Kebidanan Diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan informasi dan bahan bacaan
serta
dasar
pemikiran
dalam
melaksanakan
Asuhan
Kebidanan selanjutnya, terutama mengenai Kista Ovarium b. Bagi Lahan Praktek BPM Hj. Aat Nurmayati Sebagai bahan informasi bagi BPM Hj. Aat Nurmayati untuk meningkatkan kualitas pelayanan khususnya penanganan pada penderita Kista Ovarium. c. Bagi Penulis Lain Diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan acuan dalam
menerapkan
teori
dan
praktek
kebidanan
mengenai
penatalaksanaan asuhan kebidanan pada ibu dengan Kista Ovarium. d. Bagi Tenaga Kesehatan (Bidan) Diharapkan
dapat dijadikan sebagai sumber informasi dalam
penatalaksanaan asuhan kebidanan pada ibu dengan Kista Ovarium.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Kesehatan Reproduksi 1. Pengertian Pengertian kesehatan reproduksi Konfrensi Internasional tentang wanita dilaksanakan di Beijing tahun 1995, di Haque tahun 1999, di New York tahun 2000. Menyepakati definisi kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak semata mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem reproduksi, serta fungsi dan prosesnya (Widyastuti, dkk, 2009). Kesehatan reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial yang utuh. Jadi sehat bukan berarti sekedar tidak ada penyakit ataupun kecacatan, tetapi juga kondisi psikis dan sosial yang mendukung perempuan untuk melalui proses reproduksi, baik perempuan maupun laki-laki berhak mendapatkan standar kesehatan yang setinggi tingginya karena kesehatan merupakan Hak Asasi Manusia yang telah diakui dunia Internasional (World Health Organization, Nugroho, 2011). 2. Ruang Lingkup Menurut Mohammad dan Kartono (1998), masalah reproduksi sangat luas yaitu : a. Masalah reproduksi. b. Masalah gender dan sexualitas. c. Masalah yang berkaitan dengan kehamilan yang tidak di inginkan. d. Masalah kekerasan dan perkosaan terhadap perempuan. e. Masalah penyakit yang di tularkan melalui hubungan seksual. f.
Masalah pelacuran.
g. Masalah sekitar ginekologi. 3. Masalah Reproduksi a. Infertilitas. b. Kanker Serviks. c. Kanker payudara. d. Mioma Uteri. 6
7
e. Kista Ovarium. f.
Gangguan Haid (Premenstrual Syndrome).
g. Unwanred Pregnancy (Aborsi) h. Keganasan dan penyakit sistemik B. Konsep Dasar Kista Ovarium 1. Definisi Kista Ovarium adalah suatu kantong abnormal berisi cairan atau setengah cairan yang tumbuh dalam indung telur (Ovarium) (Eni, 2009). Kista Ovarium adalah dinding Kista yang tipis terdapat epitel kuboid atau datar yang dikelilingi oleh jaringan pengikat dan lemak, kista berisi termih (Prawirohardjo, 2011). Kista Ovarium adalah suatu kantong tertutup, berdinding membran yang berlapis epitel yang berisi cairan / semi cairan tubuh tidak normal didalam rongga suatu organ (Priyatno, 2014).
Gambar 2.1 Kista Ovarium
2. Etilogi Penyebab Kista Ovarium adalah terjadinya gangguan bentukan hormon pada hopitolamus, hipofise, atau indung telur itu sendiri. Sedangkan kista indung telur timbul dari Folikel yang tidak berfungsi selama siklus menstruasi (Eni, 2009).
8
3. Faktor penyebab Kista Ovarium Menurut Eni (2009) faktor terjadinya Kista Ovarium yaitu : a. Faktor reproduksi Riwayat reproduksi terdahulu serta durasi dan jarak reproduksi memiliki dampak terbesar pada penyakit ini, kualitas yang rendah dan infetilitas, Menars dini dan Menopouse yang terlambat meningkatkan resiko untuk berkembangnya Kista Ovarium peningkatan insiden Kista Ovarium
pada
wanita
lajang,
Biarawati dan
wanita
nulipara
menunjukkan ovulasi yang teratur yang tidak diselingi dengan kehamilan, meningkatkan predisposisi wanita mengidap keganasan. b. Faktor Hormonal Penggunaan hormon ektrogen pada terapi gejala menopause berhubungan dengan peningkatan resiko insiden maupun tingkat moralitas Kista Ovarium. Beberapa literatur menunjukan penggunaan terapu sulit hormon jangka panjang (>5-10 tahun) mengakibatkan peningkatan resiko 1,5-2,0 kali lipat. Peningkatan resiko secara spesifik terlihat pada wanita pengguna hormon estrogen tanpa disertai progesteron. Peningkatan berat badan juga memungkinkan terjadinya peningkatan resiko terjangkit penyakit ini. c. Faktor Genetik Pada umumnya Kista Ovarium bersifat sporadic/ tidak beraturan. Pada familial/ hubungan keluarga dan herediter/ keturunan dilaporkan hanya 5-10%. Riwayat keluarga merupakan faktor penting dalam memasukan apakah seorang wanita untuk mengidap Kista Ovariu, resiko pada wanita ini akan meningkat menjadi 7%. d. Faktor Lingkungan Pada sebuah penelitian disebutkan diet wanita pengidap Kanker Ovarium dapat ditemukan pada pola diet berat, hal ini kemungkinan berhubungan dengan tingginya angka insiden Kista Ovarium. 4. Klasifikasi Diantara Tumor Ovarium ada yang bersifat neoplastik dan Tumor Non plastic belm ada klasifikasi yang diterima oleh semua pihak. Hal ini
9
terjadi oleh klasifikasi berdasarkan hispatologi dan embriologi belum dapat diterima secara tuntas berhubungan masih kurang pengetahuan kita tentang asal usul beberapa hormon. Maka pertimbangan praktis tumor ini dibagi atas tumor : a. Tumor Nonplasma 1) Tumor Akibat Radang 2) Tumor Kista lain a) Kista Folikel Kista ini berasal dari folikel de graaf yang tidak sampai berevolusi, namun tumbuh terus menjadi Kista Folikel, atau dari beberapa Folikel primer yang setelah bertumbuh dibawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresia yang lazim, melainkan membesar menjadi Kista. Bisa didapati satu Kista atau beberapa, dan besarnya biasanya berukuran sedikit lebih besar (3-8 cm) dari folikel pra-ovulasi (2,5cm) (Prawihardjo, 2011). b) Kista Korpus Luteum Kista ini dapat terjadi pada kehamilan, lebih jarang pada luar kehamilan. Pada beberapa kasus sering menyerupai kehamilan
etropik, dapat menimbulkan
gangguan
haid,
beberapa amenoria diikuti oleh pendarahan tidak teratur. Adanya kista dapat pula menyebabkan rasa berat di perut bagian bawah. Pendarahan yang berulang dalam kista dapat menyebabkan
ruptur.
Rasa
nyeri
didalam
perut
yang
mendadak dengan adanya amenoria sering menimbulkan kesulitan dalam diagnosis diferensial dengan kehamilan ektopik yang terganggu (Prawirohardjo, 2005) c) Kista Teka Lutein Merupakan kista yang berisi cairan bening dan berwarna seperti jerami. Timbulnya kista ini berkaitan dengan tumor ovarium dan terapi hormon (Nugroho, 2009). d) Kista Inklusi Germinal
10
Tumor ini lebih banyak terdapat pada wanita yang lanjut umurnya dan besarnya kurang melebihi diameter 1 cm (Prawirohardjo, 2005). e) Kista Endometrium Kista ini Endometriosis yang berlokasi di ovarium dan dibahas dalam BAB endometriosis (Prawirohardjo, 2005). f)
Kista Stein Leventhal Kelainan ini terkenal dengan nama Sindrom Stein Leventhal
dan
kiranya
disebabkan
oleh
gangguan
keseimbangan hormonal. Umumnya pada penderita terdapat gangguan
ovulasi;
oleh
karena
endrometrium
hanya
dipengaruhi oleh estrogen, hiper plasia endrometri sering ditemukan (Prawirorahardjo, 2011) b. Tumor Ovarium Neoplastik 1) Tumor Kista a) Kistoma Ovarii Simpleks Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai, sering kali bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan cairan didalam kista jernih, serosum dan berwarna kuning (Prawirohardjo, 2011) b) Kista Denoma Ovarii Musinosum Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Menurut Meyer, ia mungkin berasal dari suatu terutama dimana dalam pertumbuhannya satu elemen mengalahkan elemen lain. Dinding kista agak tebal dan berwarna putih keabu-abuan, yang terakhir ini bila terjadi pendarahan atau perubahan degeneratif di dalam kista. Pada pembukaan terdapat cairan lender yang khas, kental seperti gelatin, melekat berwarna kuning sampai cokelat tergantung dari percampuran dengan darah (Prawirohardjo, 2011) c) Kista Demoa Ovarii Serosum Pada umumnya jenis kista ini tidak mencapai ukuran yang
amat besar dibandingkan
dengan
kista
denoma
musinosum. Permukaan tumor biasanya licin, akan tetapi
11
dapat pula berbagai karena kista serosum pun dapat berbentuk multilokuler, meskipun lazimnya berongga satu, warna kista putih keabu-abuan. Ciri khas kista ini ialah potensi pertumbuhan papiler ke dalam rongga kista sebesar 5%, isi kista
cair
kuning,
dan
kadang-kadang
cokelat
karena
campuran darah. Karena tumor ini berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal ephitelium), maka bentuk epitel pada papil dapat beraneka ragam, tetapi sebagian besar epitelnya terdiri atas epitel bulu getar, seperti epitel tuba (Prawirohardjo 2011). d) Kista Demoid Merupakan kista yang berisi berbagai jenis bagian tubuh seperti kuli, kuku, rambut, gigi dan lemak. Kista ini dapat ditemukan di kedua bagian indung telur. Biasanya berukuran kecil dan tidak menimbulkan gejala (Nugroho, 2009). e) Kista Endrometroid Merupakan Kista yang terjadi karena ada bagian endrometrium yang berada di luar rahim. Kista ini berkembang bersamaan denga tubuhnya lapisan endrometrium setiap bulan sehingga menimbulkan nyeri hebat, terutama saat menstruasi dan infertilitasi. ( Nugroho, 2010). a) Fibroma ovarii Fibroma Ovarii berasal dari elemen-elemen fibroblastic, stroma ovarium atau dari beberapa sel mesenklim yang multipolten tumor ini merupakan 5% dari semua neoplasma ovarium dan paling sering ditemukan pada penderita dalam masa menopause dan sesudahnya (Prawirohardjo, 2011). b) Tumor Brenner umor Brenner adalah suatu neoplasma ovarium yang sangat jarang ditemukan biasanya pada wanita dekat atau sesudah menopause. Angka frekuensinya adalah 0,5% dari semua tumor ovarium. Menurut meyer, epitel pulau-pulau dalam tumor berasal dari sisa-sisa sel-sel wathard yang belum mengadakan deferensiasi. Penyelidikan yang terakhir memberi
12
petunjuk bahwa sarang sarang Tumor Branner berasal dari epitel selomik duktus multeri (Prawirohardjo, 2011).
5. Tanda dan Gejala a. Gejala akibat pertumbuhan 1) Menimbulkan rasa berat pada abdomen bagian bawah 2) Mengganggu miksi atau defekasi 3) Tekanan tumor dapat menimbulkan obtipasi atau edema pada tungkai bagian bawah b. Gejala akibat perubahan hormonal Ovarium merupakan sumber hormon utama wanita, sehingga bila
menjadi
tumor
menimbulkan
gangguan
terhadap
patrun
menstruasi. Menstruasi yang datang terlambat dan disertai rasa nyeri, nyeri menstruasi hebat dan terus menerus, dan serangan yang tajam yang muncul mendadak pada perut bagian bawah. c. Gejala klinik akibat komplikasi yang terjadi pada tumor 1) Pendarahan, menimbulkan gejala klinik nyeri abdomen mendadak dan memerlukan tindakan yang cepat. 2) Perputaran tungkai a) Tumor bertangkai sering terjadi perputaran tungkai, yang menimbulkan nyeri abdomen. b) Perputaran tungkai nyeri mendadak menimbulkan nyeri abdomen. d. Terjadi infeksi pada Tumor Karena suatu hal yang terjadi infeksi kista ovarium sehingga menimbulkan gejala infeksi. e. Robekan dinding kista Pada torsi tangkai kista ada kemungkinan terjadi robekan sehingga isi kista tumpah kedalam ruang abdomen. f.
Degenerasi ganas kista ovarium Keganasan kista ovarium sering dijumpai : 1) Kista pada usia menarche 2) Kista pada usia diatas 45 tahun
13
6. Patofisiologi Ovarium merupakan tempat yang umum bagi kista, yang dapat merupakan pembesaran sederhana konstituen ovarium normal, folikel de graff atau korpus luteum, atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan abdomen dari epitel ovarium (Bunner & Suddarth, 2005). 7. Manajemen Medik a. Laparaskopi Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan sifat dari tumor-tumor itu (Prawirohardjo, 2011) b. Ultrasonografi Dengan pemeriksaan ini dapat ditemukan letak dan batas tumor apakah tumor berasal dari uterus, ovarium atau kandung kencing, apakah kistik atau solid, dan dapat dibedakan pula antara cairan antara rongga perut yang bebas dan yang tidak (Prawirohardjo, 2011). 8. Penatalaksanaan Kista Ovarium Dua prinsip dalam manajemen kista ovarium (Eni, 2009): a. Sikap wait and see, oleh karena mayoritas kista adalah kista fungsional yang akan menyusut dengan sendirinya dalam 2-3 bulan semakin dini deteksinya semakin mudah pengobatannya. Alternatif terapi dapat berupa pemberian pil KB dengan maksud menekan proses ovulasi, dengan sendirinya kista tidak akan tumbuh. b. Indikasi bedah ialah kista yang tidak menghilang dalam beberapa kali siklus menstruasi/kista yang memiliki ukuran demikian besar. Kista yang
ditemukan
pada
perempuan
menopouse/kista
yang
menimbulkan rasa nyeri luar biasa lebih-lebih sampai timbul perdarahan. Bentuk-bentuk pembedahan yang ada dalam kebidanan, yaitu: laparatomi, histerektomi dan secsio caesarea. Lebih lanjut penatalaksanaan kista ovarium menurut Setiati (2010) menyebutkan bahwa : a. Menggunakan kontrasepsi oral atau pil KB. Ini disebabkan oleh kemampuan kontrasepsi ini dalam mencegah produksi sel telur. Ketiadaan sel telur di dalam ovarium berarti tidak ada cairan yang dapat digunakan untuk mengisi folikel
14
b. Mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung antioksidan tinggi c. Menjaga kebersihan sekitar daerah kewanitaan dilakukan untuk mencegah sel-sel tumor berkembang oleh bakteri d. Menjalani pola hidup sehat seperti pola makan yang baik dan berolahraga secara teratur. ovarium yang berukuran kecil tidak menunjukkan gejala atau rasa sakit kecuali kalau kista tersebut pecah atau terpuntir sehingga menyebabkan rasa sakit yang hebat di daerah perut bagian bawah dan daerah tersebut menjadi kaku. Kista yang berukuran besar atau berjumlah banyak dapat menimbulkan gejala, seperti rasa sakit pada panggul, sakit pinggang, sakit saat berhubungan seksual, serta perdarahan rahim yang abnormal (Setiati, 2009). C. Manajemen Kebidanan 1. Manajemen Kebidanan 7 langkah Varney Manajemen kebidanan 7 langkah Varney menurut (Soepardan, 2007) adalah sebagai berikut : a. Definisi Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan, dalam rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus kepada klien (Simatupang, 2006) b. Proses Manajemen Kebidanan Dalam penyusunan studi kasus ini penulis mengacu pada penerapan manajemen kebidanan kesehatan reproduksi secara komprehensif pada kasus Kista Ovarium menurut 7 langkah varney karena metode dan pendekatannya sistematik dan analitik sehingga memudahkan dalam pengarahan pemecahan masalah terhadap klien. Dalam proses ke tujuh langkah tersebut dimulai dari pengumpulan data dasar berakhir dengan evaluasi, yaitu : 2. Langkah-langkah Manajemen Asuhan Kebidanan a. Langkah I : Tahap Pengumpulan Data Dasar
15
Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi (data) yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan cara : 1) Anamnesis. Dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas, bio-psiko-soiso-spiritual, serta pengetahuan klien. 2) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, meliputi :pemeriksaan khusus (inspeksi dan palpasi). b. Langkah II : Interpretasi Data Dasar Pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang
telah
dikumpulkan.
Data
dasar
tersebut
kemudian
diinterpretasikan sehingga dapat dirumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik. Baik rumusan diagnosis maupun masalah, keduanya harus ditangani. Meskipun masalah tidak dapat diartikan sebagai diagnosis, tetapi tetap membutuhkan penanganan. Masalah sering berkaitan
dengan
hal-hal yang
sedang
dialami wanita
yang
diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosis. c. Langkah III : Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial dan Antisipasi Penanganannya Pada langkah ketiga kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial berdasarkan diagnosis/masalah yang sudah diidentifikasi.
Langkah
ini
membutuhkan
antisipasi,
bila
memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosis/masalah potensial ini menjadi kenyataan. Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman. Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial, tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi, tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosis tersebut tidak terjadi. Langkah ini bersifat antisipasi yang rasional/logis.
16
d. Langkah IV : Menetapkan Kebutuhan Tindakan Segera Bidan mengidentifikasi perlunya bidan atau dokter melakukan konsultasi atau penanganan segera bersama anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan kesinambungan proses manajemen kebidanan. Kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi, kolaborasi, dan melakukan rujukan. e. Langkah V : Menyusun Rencana Asuhan Menyeluruh Pada langkah kelima direncanakan asuhan menyeluruh yang ditentukan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen untuk masalah atau diagnosis yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan mempunyai pedoman antisipasi untuk klien. Pedoman antisipasi ini mencakup perkiraan tentang hal yang akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah bidan perlu merujuk klien bila ada sejumlah masalah terkai sosial, ekonomi, kultural, atau psikologis dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan kesehatan yang sudah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu bidan dan klien; agar dapat dilaksanakan secara efektif. Semua asuhan yang telah disepakati dikembangkan dalam asuhan menyeluruh. Asuhan ini bersifat rasional dan valid yang didasarkan pada pengetahuan, teori terkini, dan sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien. f.
Langkah VI : Implementasi Pada langkah keenam, rencana asuhan menyeluruh dilakukan dengan efisien dana aman. Pelaksanaan ini dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melakukannya, namun tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya memastikan
bahwa
langkah
tersebut
telah
terlaksana)
17
.Penatalaksanaan yang efisien dan berkualitas akan berpengaruh pada waktu serta biaya. g. Langkah VII : Evaluasi Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulang aspek asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui faktor mana yag menguntungkan
atau
menghambat
keberhasilan
asuhan
yang
diberikan. Evaluasi ini meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan, apakah benar-benar telah terpenuhi sebagaimana diidentifikasi didalam diagnosis dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika bener efektif dalam pelaksanaannya. Dalam praktiknya, langkah-langkah asuhan kebidanan, ditulis dengan menggunakan SOAP Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dika Sensia Wirandani (2014) dengan judul Asuhan kebidanan gangguan reproduksi pada ny. S P1A0 umur 24 tahun dengan kista ovarium Di RSUD dr. Moewardi Surakarta Tahun 2014. Tujuan asuhan ini adalah Memperoleh pengalaman secara nyata, meningkatkan pengetahuan dan kemampuan bagi penulis dalam memberikan asuhan kebidanan gangguan reproduksi dengan
kista
ovarium
dengan
pendekatan
7
langkah
Varney.
Menggunakan metode deskriptif, lokasi dilakukan di RSUD Dr. Moewardi, subjeknya Ny. S P1 A0 umur 24 tahun, waktu pelaksanaan tanggal 10 – 14 Mei 2014, teknik pengumpulan data menggunakan data primer yang terdiri dari pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi), wawancara dan observasi sedangkan data sekunder meliputi studi dokumentasi
dan
studi
kepustakaan.
Setelah
dilakukan
asuhan
kebidanan selama 7 hari yaitu keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TD : 110/70 mmHg, N : 80 x/menit, R : 22 x/menit, S : 36,50C, balutan luka operasi sudah dilepas sesuai advis dokter, keadaan luka sudah kering dan tidak ada pus. Lebih lanjut Wulan Yulia Rena Sari (2015) dengan judul Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi Dengan Kista Ovarium pada NY... Di Ruang Bougenvile RSUD Kebumen Tahun 2015. Tujuan asuhan adalah untuk melaksanakan
asuhan
kebidanan
gangguan
reproduksi
dengan kista ovarium pada Ny... di Ruang Bougenvile RSUD Kebumen
18
dengan pendekatan 7 langkah Varney. Teknik pengumpulan data menggunakan data primer yang terdiri dari pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi). Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 7 hari yaitu keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TD : 110/70 mmHg, N : 80 x/menit, R : 22 x/menit, S : 36,5 0C, balutan luka operasi sudah dilepas sesuai advis dokter, keadaan luka sudah kering. 3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP) Menurut Helen Varney dalam (Salamah, 2006), alur berfikir bidan saat menghadapi klien meliputi tujuh langkah, agar diketahui orang lain apa yang telah dilakukan oleh seorang bidan melalui proses berfikir sistematis, maka dilakukan pendokumentasian dalam bentuk SOAP yatu : a. Subjektif. Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien dan keluarga melalui anamnesia sebagai langkah I Varney. b. Objektif. Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, dan diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I Varney c. Assesment atau Analisa Data. Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam satu identifikasi:
Diagnosa
masalah,
antisipasi
diagnosa/
masalah
potensial, perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi/kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah 2,3 dan 4 Varney d. Planning atau Penatalaksanaan. Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan, tindakan Implementasi (I) dan Evaluasi (E) berdasarkan assessment sebagai langkah 5,6,dan 7 Varney 4. Kerangka konsep manajemen asuhan kebidanan Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan diakhiri dengan evaluasi.
19
Alur pikir bidan
Pencatatan dari asuhan kebidanan
Proses Manajemen kebidanan
Dokumentasi kebidanan
7 Langkah Varney
5 langkah kompetensi bidan
SOAP NOTES
Pengumpulan data dasar
Data
Subjektif Objektif
Assessment atau diagnosis
Analisa data
Interprestasi data dasar Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera Merencanakan asuhan yang komprehensif atau menyeluruh
Perencanaan
Melaksanakan perencanaan dan pelaksanaan
Pelaksanaan
Evaluasi
Evaluasi
Penatalaksanan: Konsul Tes diagnostik/Lab Rujukan Pendidikan/ Konseling Follow up
Gambar 2.2 : Langkah-langkah asuhan kebidanan Varney dan SOAP (Wildan dan Hidayat, 2008).
D. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan pada Kasus Kista Ovarium Asuhan kebidanan adalah penerapan fungsi, kegiatan, dan tanggung jawab bidan dalam pelayanan yang diberikan kepada klien yang memiliki kebutuhan dan atau masalah kebidanan (kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, keluarga berencana, kesehatan reproduksi wanita, dan pelayanan kesehatan masyarakat) (Soepardan, 2008). Dalam asuhan Kebidanan pada
20
Kista Ovarium ada beberapa asuhan yang harus dilakukan, hal tersebut meliputi : S =
Pada kasus Kista Ovarium didapatkan ibu mengalami Kista Ovarium dengan Keluhan, nyeri perut bagian bawah dan terdapat perdarahan (sedikit) (Eny, 2009). Hal ini menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien penderita terlihat kesakitan dibagian perut bawah, haid tidak teratur, sakit pada saat haid.
O =
Data Objektif adalah data yang diperoleh dari pemeriksaan (Rukiyah dkk, 2013). Pada kasus Kista Ovarium pengumpulan data objektif yaitu pemeriksaan umum meliputi keadaan umum, kesadaran pasien, kesadaran emosional. Memperhatikan tanda-tanda vital meliputi tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan. Pemeriksaan khusus
(inspeksi
dan
palpasi).
Pemeriksaan
penunjang
menggunakan Ultrasonografi (USG). (Eny, 2009) A =
Analisa Data yaitu hasil analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan (Wildan dan Hidayat, 2008). Untuk menegakan diagnosa Kista Ovarium. Harus dilihat dengan pemeriksaan secara berkala dan teratur. Pada tingkat awal, kista memang tidak menimbulkan gejala. Baru setelah kista membesar, penderita mengalami rasa sakit yang luar biasa, mulai dari keluhan nyeri perut bagian bawah secara terus
menerus,
Juga
bisa
dilihat
dari
hasil
pemeriksaan
Ultrasonografi (Eni, 2009). Hal ini menjadi dasar pengambilan diagnosa pada kasus ini, yaitu P4A0 dengan Kista Ovarium. Diagnosa potensial adalah mengidentifikasi masalah atau yang sudah diidentifikasikan (Hidayat dan Wildan, 2008). Antisipasi adalah mengidentifikasi dan menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosis dan masalah ditegakan. Kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi, kolaborasi, dan melakukan rujukan (Hidayat dan Wildan, 2008). P =
Langkah ini merupakan kelanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi dan diantisipasi. Pada penatalaksanaan ini terdapat perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Langkah ini merupakan kelanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah
21
diidentifikasi dan diantisipasi. Pada penatalaksanaan ini terdapat perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (Rukiyah dkk, 2013). Menurut (Eni, 2009) Penatalaksanaan Kista Ovarium, yaitu : a. Pencegahan terhadap Kista Ovarium perlu dilaksanakan dengan jalan memberikan penerangan tentang melakukan pola hidup sehat seperti pola makan yang baik dan berolahraga yang baik dan teratur. b. Berkolaborasi Ultrasonografi
dengan (USG)
dokter dapat
obgyn
untuk
memberikan
melakukan
informasi
dan
penanganan. E. Kewenangan Bidan Kewenangan
bidan
pengelolaan
oleh
bidan
sesuai
dengan
kompetensi bidan di Indonesia memiliki kemandirian untuk melakukan asuhan dalam PEMENKES NOMOR 1464/MENKES/PER/X/2010.Tentang izin dan penyelenggaraan praktek bidan. Dalam kasus ini pelayanan kebidanan sesuai dengan pasal 9 dan pasal 12 yang isinya : Pasal 9 : Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi : 1. Pelayanan kesehatan ibu 2. Pelayanan kesehatan anak 3. Pelayanan reproduksi dan keluarga berencana Pasal 12 : Bidan dalam pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 9 berwenang untuk: 1. Memberikan penyuluhan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana. 2. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom.
F. Pandangan Al-Quran dan Al-Hadist tentang Kista Ovarium Dari segi spiritual faktor yang tidak kalah penting adalah keyakinan terhadap Allah bahwa setiap penyakit pasti ada obatnya, hal ini yang seyogyanya diketahui oleh seorang muslim adalah tidak lah Allah
22
menciptakan suatu penyakit kecuali Dia juga menciptakan penawarnya sebagaimana tercantum di dalam Al-Quran surat Assy-Syura ayat 80. Namun sebelumnya
kita
harus
mengetahui
proses
kehamilan
terbentuknya manusia sebagaimana tercantum di dalam
dan
proses
Al-Quran : Surat
Assy-Syura ayat 80 :
“Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku”. (Q.S Assy-Syura :80). Hal ini sebagaimana yang disabdakan Rassullulah :
“Tidaklah Allah menurunkan penyakit kecuali Dia juga menurunkan penawarnya. (H.R Bukhari). Imam muslim “merekam” sebuah hadis dari Jabir bin “Abdullohradhiyallohu” anhu, dari Rassulluloh, bahwasanya beliau bersabda :
“Setiap penyakit ada obatnya. Apabila obat itu tepat untuk suatu penyakit, penyakit itu akan sembuh dengan seizing Allah “Azz wa Jalla” (H.R Muslim). Sebagaimana yang telah dijelaskan menurut ayat Al-Quran dan Hadist diatas bahwa manusia diciptakan sempurna. Dari kesempurnaan itu kita harus bisa mensyukuri dan menjaga apa yang telah Allah S.W.T berikan, sehingga jika kita tidak bisa menjaga kesehatan dengan baik maka akan timbul beberapa penyakit yang diantaranya kesehatan reproduksi seperti Kista Ovarium. Banyaknya slogan yang menyatakan pentingnya prilaku hidup yang bersih dan sehat mengingatkan pada kita untuk selalu melakukan hidup bersih dan sehat. Sebab prilaku hidup bersih dan sehat sangat diannjurkan oleh Allah S.W.T. kebersihan yang harus dijaga tidak hanya kesehatan jasmani, tetapi juga kebersihan rohani dan lingkungan seperti : 1. Tidak bertukar handuk sekalipun dengan sesame anggota keluarga 2. Mandi minimal 2 kali sehari.
23
3. Rawatlah kebersihan bagian-bagian tubuh yang bersifat pribadi dengan baik 4. Melakukan olahraga secara rutin 5. Menjaga keteraturan makan. 6. Menjauhi zat-zat adiktif dan psikotropika (narkotika) 7. Rajin beribadah 8. Berapresiasi dengan membuat karya seni. 9. Selalu membuang sampah pada tempatnya.
Dari uraian diatas, kita dianjurkan untuk senantiasa menjaga kebersihan jasmani dan rohani dengan prilaku hidup bersih, karena kebersihan merupakan sebagian dari iman dan kesucian merupakan puncaknya iman, sebagaimana ditegaskan dalam Al-Hadist :
“Kebersihan itu sebagian dari iman”. (H.R Ahmad). Hadis Muslim yaitu dari Abu Malik Al-Haris bin Ashin Al-Ashy “Radiallohu Anhu”, Dia berkata :
Rassulluloh Shollallahu Alaihi Wa Sallam bersabda : “Kebersihan/Kesucian sebagian dari iman, dari kalimat hamdalah memenuhi timbangan sedangkan kalimat subhannallah wallhamdullilah memenuhi ruangan antara langit dan bumi, dan solawat merupakan cahaya, sedekah/Zakat merupakan bukti, sifat sabar merupakan pantulan, dan Al-Quran merupakan hujjah bagimu dan musuhmu. Setiap manusia bekerja, maka dia akan menawarkan dirinya, ada yang membebaskannya dan ada yang menjerumuskannya”. (HR. Imam Muslim).
DAFTAR PUSTAKA Al-Quran Surat Assy-Syu’ara’ ayat 78-80 Al-Hadist. HR. Ahmad Al-Hadist. HR. Bukhari Al-Hadist. HR. Imam Muslim Agus Riyanto. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Nuha Medika. Yogyakarta. Brunner & Suddarth. (2005). Keperawatan Medikal Bedah.(edisi 8). Jakarta : EGC. Dika Sensia Wirandani. 2014. Asuhan kebidanan gangguan reproduksi pada ny. S P1A0 umur 24 tahun dengan kista ovarium Di RSUD dr. Moewardi Surakarta Tahun 2014. Program Studi Diploma III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. 2012. Profil Kesehatan Jawa Barat. Eni, (2009). Buku Kanker Ganas Pembunuh wanita. Yogyakarta: ANDI ofset. Evania. 2013. Konsep Dasar Pemeriksaan Fisik Keperawatan. Jogjakarta. DMedika. Faisal, 2008. Perdarahan Pasca Persalinan. http://www.scribd.com/doc/8649214. diakses pada tanggal 02 Mei 2016. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Katalog dalam Terbitan Kementerian Kesehatan RI Indonesia: Pusat Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2012, Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Maharani, Sabrina. (2008). Mengenali dan Memahami Berbagai Gangguan Kesehatan Anak . Jogjakarta : Katahati Manuaba, I bagus gede dkk. 2009. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta : EGC Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Nugroho, Taufan. 2011. Buku Ajar Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika. Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Priyatno. (2014) Tentang Kista Ovarium [Internet]. Tersedia dalam http://perawatharif.blogspot.co.id/2015_06_01_archive.html. Diakses tanggal 02 Mei 2016.
Rahardjo, Susilo & Gudnanto. (2011). Pemahaman Individu Teknik Non Tes. Kudus: Nora Media Enterprise. Rukiah, Ai Yeyeh et all. 2009. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Jakarta: Trans Info Media. Simatupang E.J. 2006, Penerapan Unsur-Unsur Manajemen, Penerbit Buku Awan Indah, Jakarta. Soepardan,Suryani. 2008. Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC. Ummi
Salamah. 2009. Riset Jogjakarta:Mitra Cendekia.
Kebidanan
Metodologi
Dan
Aplikasi.
Widyastuti, Yani dkk.2009.Kesehatan Reproduksi.Yogyakarta:Fitramaya. Wildan, Moh dan Hidayat, A. Aziz Alimul 2008. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika. Wulan Yulia Rena Sari. 2015. Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi Dengan Kista Ovarium pada NY... Di Ruang Bougenvile RSUD Kebumen Tahun 2015. terdapat dalam https://www.scribd.com/doc/258040619/ Asuhan-Kebidanan-Gangguan-Reproduksi-Dengan-Kista-Ovarium-PadaNy-Di-Ruang-Bougenvile-Rsud-Kebumen-Tahun-2015. diakses tanggal 26 Mei 2016.