ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR FISIOLOGIS DI BPM Hj. WIWIN WINDARTI, AM.Keb KELURAHAN AWIPARI KECAMATAN CIBEUREUM KOTA TASIKMALAYA
LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan
Oleh : BELLA TRESNA DEWI NIM. 13DB277098
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS 2016
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR FISIOLOGIS DI BPM Hj. WIWIN WINDARTI, AM.Keb KELURAHAN AWIPARI KECAMATAN CIBEUREUM KOTA TASIKMALAYA1 Bella Tresna Dewi2Lusi Lestari3Heni Marliany4
INTISARI
Angka kematian bayi (AKB) di Indonesia masih tergolong tinggi. Jawa barat termasuk provinsi yang memberikan kontribusi terbesar terhadap tingginya AKB di Indonesia.AKB di Kota Tasikmlayamencapai 147 kasus pertahun. Beberapa penyebab kematian bayi baru lahir (BBL) yang terbanyak disebabkan congenital hyper bilirubin bayi baru lahir disebut juga neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine kekehidupan ekstra uterine. Bayai baru lahir normal adalah bayi dengan berat lahir antar 2500-4000 gr cukup bulan lahir, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat. Tujuan Penyusunan Laporan tugas akhir ini untuk memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir fsiologis dengan menggunakan pendekatan proses manajemen kebidanan. Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir fisiologis ini dilakukan dari mulai ibu dating ke BPM Hj. Wiwin Windarti Am.Keb sampai bayi berusia 6 hari di rumah pasien. Asuhan yang diberikan pada bayi baru lahir fisiologis yaitu mengobservasi keadaan umum, tanda-tanda vital, antropometri, melakukan perawatan tali pusat. Dari hasil penyusunan laporan tugas akhir ini mendapatkan gambaran dengan pengalaman nyata dalam pembuatan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir fsiologis sesuai 7 langkah Varney yang secara garis besar langkah asuhan kebidanan ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan. Kesimpulan dari hasil pelaksana anasuhan kebidanan pada bayi baru lahir fsiologis di BPM Hj, Wiwin Windarti Am.Keb Kota Tasikmalaya dilaksanakan dengan baik. Kata Kunci
: Asuhan Kebidanan, Bayi Baru Lahir Fisiologis
Kepustakaan : 21buku(2005 -2014), media elektronik1 Halaman
: i-vii, 56 halaman, 13 lampiran
1
Judul Penulisan Ilmiah2Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis3Dosen
STIKes Muhammadiyah Ciamis4Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) (2005) Angka Kematian Bayi (AKB) di dunia berdasarkan data UNICEF, mencapai lebih dari 10 juta kematian. Dari 10 juta kematian bayi, 90% kematian bayi terjadi di negara negara berkembang. Faktor penyebabnya adalah lebih dari 40% lebih kematian disebabkan diare dan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), yaitu penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan ASI eksklusif (Wildayanti, 2015). Angka kematian bayi di Indonesia masih tergolong tinggi, bahkan menempati urutan pertama di ASEAN. Penyebab tingginya AKB di Indonesia yaitu komplikasi selama kehamilan dan persalinan seperti asfiksia , sepsis, dan komplikasi berat lahir rendah. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia, angka kematian bayi (AKB) di Indonesia walaupun masih jauh dari angka target Millinium Development Goals (MGD’s) yaitu AKB tahun 2015 sebesar 23 per 1000 kelahiran hidup tetapi tercatat mengalami penurunan yaitu sebesar 35/1000 kelahiran hidup pada tahun 2002 menjadi sebesar 34/1000 kelahiran hidup pada tahun 2007, dan terakhir menjadi 32/1000 kelahiran hidup pada tahun 2012 (Kemenkes, 2015). Jawa Barat termasuk provinsi yang memberikan kontribusi terbesar terhadap tingginya AKB di Indonesia. Menurut Bina Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan ProvinsiJawa Barat AKB pada tahun 2013 sebanyak 40/1000 kelahiran hidup. Menurut Kabid Bina Pelayanan Kesehatan Provinsi Jawa Barat dr. Niken Budiarti, MM, AK mengatakan di Jawa Barat jumlah AKB mencapai 40,87/1000 kelahiran hidup (Dinas Kesehatan Jawa Barat, 2013). Angka kematian bayi di Kota Tasikmalaya perlu mendapat perhatian serius dari Dinkes Pemkot Tasikmalaya, Jawa Barat. Penyebab utama kematian bayi adalah faktor ekonomi mengakibatkan ibu maupun bayi kurang gizi, berat badan lahir rendah, (BBLR) dan penyumbang saluran nafas infeksi (asfiksia) (Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, 2015).
1
2
AKB (angka kematian bayi) meningkat pada tahun 2008-2010 kemudian terjadi penurunan AKB di tahun 2011 dan kembali meningkat pada tahun 2012. Jumlah kematian bayi terbesar sepanjang lima tahun terakhir disebabkan oleh BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah), pada tahun 2012 yaitu sebanyak 117 bayi. Penyebab kematian terkecil selama periode lima tahun adalah TN (Tetanus Neonatrum), yaitu 1 bayi pada tahun 2008 dan 2010, 4 bayi pada tahun 2009 dan 2 bayi pada tahun 2012, sedangkan pada tahun 2011 tercatat tidak ada bayi yang meninggal karena TN (Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, 2015). Beberapa penyebab kematian bayi baru lahir (BBL) yang terbanyak disebabkan oleh kegawatdaruratan dan penyulit pada neonatus, trauma lahir, kelainan kongenitalhy perbilirubin. Bayi baru lahir disebut juga neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intraurine ke kehidupan ekstrauterine (Dewi, 2013). Penelitian telah menunjukkan bahwa lebih dari 50% kematian bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir akan menyebabkan kelainankelainan yang akan mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian. Misalnya sebagai akibat hipotermi pada bayi baru lahir yang dapat mengakibatkan hipoksemia
cold
atau
stress
yang
hipoglikemia
selanjutnya
dan
dapat
mengakibatkan
mengakibatkan kerusakan
otak
(Prawirohardjo, 2006). Menurut Rista (2013) dalam Wildayanti (2015) pada umumnya kelahiran bayi normal oleh bidan yang diberi tanggung jawab penuh terhadap keselamatan ibu dan bayi pada persalinan normal. Oleh karena itu kelainan pada bayi dapat terjadi beberapa saat sesudah selesainya persalinan yang dianggap normal, maka seorang bidan harus mengetahui dengan segera mengetahui timbulnya perubahan-perubahan pada bayi dan bila
perlu
perdarahan,
memberikan
pertolongan
membersihkan
jalan
pertama
nafas,
seperti
memberikan
menghentikan oksigen
dan
melakukan pernafasan buatan sampai bayi tersebut mendapat perawatan yang memiliki pelengkapan yang lengkap serta perawatan yang baik, sampai pengawasan dan pengobatan yang dilakukan sebaik-baiknya.
3
Salah satu asuhan kebidanan pada bayi baru lahir fisiologis yang berkualitas adalah pemberian ASI eksklusif dari mulai bayi lahir dengan cara inisiasi menyusui dini sampai dengan memberi bayi ASI sampai berusia 2 tahun, sebagaimana menurut agama islam yang di terangkan dalam ayat AlQuran surat Al-Baqarahayat 233 :
Artinya : para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Air Susu Ibu ( ASI) adalah sebuah cairan tanpa tanding ciptaan Allah untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi dan melindunginya dalam melawan penyakit. ASI telah diramu secara istimewa sebagai makanan yang paling mudah dicerna, karena 88% kandungannya adalah air. Cairan kehidupan ini terbukti memiliki kandungan gizi, nutrisi dan antibodi yang lengkap. Allah menyerukan kepada para Ibu untuk menyempurnakan penyusuan sampai umur 2 tahun. Allah mengetahui kebutuhan setiap makhluk hidup dan memperlihatkan kasih sayang kepadanya. Allah yang menciptakan ASI dalam tubuh sang ibu sebagai sumber zat makanan terbaik bagi bayinya (Yahya, 2008). Pemantauan bayi baru lahir fisiologis salah satunya pemantauan suhu tubuh, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurniati (2015) meneliti tentang pengaruh inisiasi menyusu dini (IMD) terhadap stabilitas suhu tubuh bayi di Puskesmas Jumpandang Baru dan Kassi-Kassi Makassar Tahun 2015, hasil penelitian menunjukan bahwa dari 63 responden terdapat 34 (54%) responden melakukan (IMD) dengan tepat dan 29 (46%) melakukan IMD tidak tepat kelompok IMD dengan tepat nilai p 0.29> 0,05 dan kelompok IMD tidak tepat nilai p 0, 05. Pada kelompok IMD tepat suhunya stabil dengan rata-rata 37,5°C sedangkan pada bayi yang melakukan IMD tidak tepat suhunya stabil dengan rata-rata suhu 36,2°C. Inisiasi menyusui dini (IMD) telah dilaksanakan pada semua persalinan tanpa komplikasi baik ibu maupun bayi, pelaksanaan IMD dilakukan sesuai dengan standar yaitu minimal 60 menit pada sebagian penolong persalinan.
4
ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI tanpa tambahan cairan lain sperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan bubur tim. Pemberian ASI eksklusif adalah bayi hanya diberikan ASI saja tanpa makanan atau minuman termasuk air putih, kecuali obat, vitamin dan mineral dan ASI yang diperas (Roesli, 2009). Pelayanan kesehatan neonatal dimulai pada saat bayi baru lahir, sebagai bentuk upaya pencegahan dan penanggulangan dini kesakitan dan kematian bayi, maka penulis tertarik untuk mengambil judul "Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir Fisiologis di BPM Hj. Wiwin Windarti, Am.Keb Kelurahan Awipari Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya". B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, adapun rumusan masalahnya adalah “Bagaimana Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir Fisiologis di BPM Hj. Wiwin Windarti, Am.Keb Kelurahan Awipari Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya".
C. Tujuan 1.
Tujuan Umum Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir fisiologis di BPM Hj. Wiwin Windarti, Am.Keb Kelurahan Awipari Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan pada bayi baru lahir fisiologis.
2.
Tujuan Khusus a.
Dapat melakukan pengumpulan data pasien yaitu pada bayi baru lahir fisiologis di BPM Hj. Wiwin Windarti, Am.Keb Kelurahan Awipari Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya
b.
Dapat menginterpretasikan diagnosis pada asuhan pada bayi baru lahir fisiologis di BPM Hj. Wiwin Windarti, Am.Keb Kelurahan Awipari Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya
c.
Dapat mengidentifikasi diagnosis pada bayi baru lahir fisiologis di BPM Hj. Wiwin Windarti, Am.Keb Kelurahan Awipari Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya
5
d.
Dapat
mengidentifikasi
dan
menetapkan
kebutuhan
yang
memerlukan penanganan segera pada bayi baru lahir fisiologis di BPM Hj. Wiwin Windarti, Am.Keb Kelurahan Awipari Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya. e.
Dapat merencanakan asuhan yang menyeluruh pada bayi baru lahir fisiologis di BPM Hj. Wiwin Windarti, Am.Keb Kelurahan Awipari Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya
f.
Dapat melaksanakan perencanaan pada bayi baru lahir fisiologis di BPM Hj. Wiwin Windarti, Am.Keb Kelurahan Awipari Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya.
g.
Dapat mengevaluasi keseluruhan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir fisiologis di BPM Hj. Wiwin Windarti, Am.Keb Kelurahan Awipari Kecamatan Cibeureum Kota Tasikmalaya
D. Manfaat 1.
Bagi Penulis Dapat mengaplikasikan seluruh ilmu pengetahuan yang telah didapat selama perkuliahan di lapangan praktek mengenai asuhan kebidanan pada bayi baru lahir fisiologis
2.
Bagi Institusi Pendidikan Dapat menambah bahan kepustakaan dan referensi yang dapat dijadikan studi banding bagi studi kasus selanjutnya mengenai pendokumentasian kebidanan secara komprehensif pada bayi baru lahir.
3. Bagi Institusi Pelayanan Dapat digunakan sebagai
bahan
evaluasi
untuk meningkatkan
pelayanan kebidanan kepada klien 4. Bagi Pasien Dapat menambah ilmu pengetahuan tentang perawatan bayi baru lahir secara baik dan benar.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.
Konsep Dasar Bayi Baru Lahir 1.
Pengertian Bayi Baru Lahir Bayi baru lahir normal adalah bayi dengan berat lahir antara 2.5004000 gram cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan kongenital (cacat bawaan) yang berat (Khosim, 2007). Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu dengan berat badan antara 2500 gram sampai 4000 gram dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah dkk., 2010). Neonatus adalah Bayi baru lahir umur 0 – 4 minggu sesudah lahir. Terjadi penyesuaian sirkulasi dengan keadaan lingkungan, mulai bernafas dan fungsi alat tubuh lainya. Berat badan dapat turun sampai 10 % pada minggu pertama kahidupan yang dicapai lagi pada hari ke empat belas. (FKUI, 2005).
2.
Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Bayi baru lahir dikatakan normal jika mempunyai beberapa antara lain :Appearance color (warna kulit), seluruh tubuh ke merah-merahan, pulse (heart rate) atau frekuensi jantung > 100x/menit, Gremace (reaksi terhadap rangsangan), menangis atau batur/bersin, activity (tonus otot), gerak aktif, respiration (usaha napas), bayi menangis kuat. Kehangatan tidak terlalu panas (lebih dari 38°C) atau terlalu dingin (kurang dari 36°C). Pada saat diberi makanan hisapan kuat, tidak mengantuk berlebihan, tidak muntah. Tidak terlihat tanda-tanda infeksi pada tali pusat seperti, tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah, dapat berkemih selama 24 jam, tinja lembek, hijau tua, tidak ada lender atau darah pada tinja, bayi tidak menggigil, tangisan kuat, tidak terdapat tanda : lemas,
terlalu mengantuk, lunglai, kejang-kejang halus tidak bisa tenang, menangis terus-menerus (Rukiyah dkk., 2010). Bayi baru lahir normal mempunyai ciri-ciri umum sebagai berikut : a.
Berat badan
: 2500-4000 gram
b.
Panjang badan
: 48-52 cm
c.
Lingkar dada
: 30-38 cm
d.
Lingkar kepala
: 33-35 cm
e.
Denyut jantung
: pada menit pertama 180 x/menit kemudian turun menjadi 120 x/menit
f.
Respirasi
: pada menit-menit pertama cepat yaitu 80 x/menit kemudian turun menjadi 40 x/menit
g.
Kulit
: berwarna merah dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk dan diliputi oleh verniks caseosa, rambut lanugo tidak terlihat banyak
h.
Kuku
: agak panjang dan lemas
i.
Gerak aktif
j.
Bayi lahir langsung menangis kuat
k.
Refleks
: reflek
rooting
(mencari
puting
susu
menggunakan rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut sudah terbentuk dengan baik, refleks sucking, swallowing (hisap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik, refleks morro (bisa dikagetkan) sudah terbentuk dengan baik. l.
Genetalia 1)
Perempuan
: Labia mayor (+), labia minor (+), lubang vagina (+), lubang uretra (+), labia mayor sudah menutupi labia minor.
2)
Laki-laki
: Penis (+), lubang uretra (+), kedua testis sudah masuk ke dalam skrotum.
m. Eliminasi
: eliiminasi baik urine dan meconium keluar dalam 24 jam pertama.
n.
3.
Suhu
: 36,5°-37°C.
Tahapan Bayi Baru Lahir a.
Tahap I : Terjadi segera setelah lahir, selama menit-menit pertama kelahiran. Pada tahap ini digunakan sistem scoring apgar untuk fisik dan scoring gray untuk interaksi bayi dan ibu.
b.
Tahap II : Disebut tahap transisional reaktivitas. Pada tahap II dilakukan pengkajian selam 24 jam pertama terhadap adanya perubahan prilaku.
c.
Tahap III : Disebut tahap periodic, pengkajian di lakukan 24 jam pertama yang meliputi pemeriksaan seluruh tubuh (Dewi, 2013).
4.
Penanganan Bayi Baru Lahir Menurut Dewi (2013) penanganan utama untuk bayi baru lahir normal adalah menjaga agar bayi tetap hangat, membersihkan saluran nafas (jika hanya perlu), mengeringkan tubuh bayi (kecuali telapak tangan), memantau tanda bahaya, memotong tali pusat, melakukan inisiasi menyusu dini (IMD), memberikan suntikan vitamin K1, memberikan salep mata antibiotik pada kedua mata, melakukan pemeriksaan fisik, serta memberikan imunisasi hepatitis B. a.
Penilaian awal bayi baru lahir Segera lakukan penilaian awal pada bayi baru lahir secara tepat dan cepat (0-30 detik). Nilai kondisi bayi baru lahir dengan mempertimbangkan hal-hal berikut : 1) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan. 2) Apakah bayi bergerak dengan aktif atau dalam keadaan lemas. 3) Apakah warna kulit bayi merah muda, pucat atau biru.
b.
Menjaga bayi agar tetap hangat Langkah awal dalam menjaga bayi agar tetap hangat dengan menyelimuti bayi sesegera mungkin sesudah lahir, lalu, tunda memandikan bayi selama 6 jam atau sampai bayi stabil untuk mencegah hipotermia (Dewi, 2013).
c.
Membersihkan saluran nafas Saluran nafas dibersihkan dengan cara menghisap lendir yang ada dimulut dan hidung. Namun, hal ini hanya dilakukan jika diperlukan. Tindakan ini juga dilakukan sekaligus dengan penilaian APGAR score menit pertama. Bayi normal akan segera menangis spontan segera setelah lahir. Apabila bayi tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas dengan cara : 1) Penolong mencuci tangan dan memakai sarung tangan steril. 2) Bayi diletakan pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat. Badan bayi dalam keadaan terbungkus. 3) Posisi kepala bayi diatur lurus sedikit tengadah kebelakang (setengah ekstensi). 4) Pangkal penghisap lendir dibungkus dengan kain kasa steril, kemudian dimasukan kedalam mulut bayi. 5) Tangan kanan penolong membuka mulut bayi, kemudian jari telunjuk tangan kiri dimasukan kedalam mulut bayi sampai epiglottis (untuk menahan lidah bayi). Setelah itu, jari tangan kanan memasukan pipa. 6) Dengan posisi sejajar dengan jari telunjuk tangan kiri, lendir diisap sebanyak-banyaknya dengan arah memutar. 7) Selang dimasukan berulang-ulang ke hidung dan mulut untuk dapat menghisap lendir sebanyak-banyaknya. 8) Lendir ditampung di atas bengkok dan ujung pipa diberishkan dengan kain kasa. Penghisapan dilakukan sampai bayi menangis
dan lendirnya bersih. Setelah itu, daerah telinga dan sekitarnya juga dibersihkan. (Dewi, 2013). d.
Mengeringkan Tubuh Bayi Tubuh
bayi
dikeringkan
dari
cairan
ketuban
dengan
menggunakan kain atau handuk yang kering, bersih dan halus. Mengeringkan tubuh bayi juga merupakan tindakan stimulasi. Untuk bayi yang sehat, hal ini biasanya cukup untuk merangsang terjadinya pernafasan spontan. Jika bayi tidak memberikan respon terhadap pengeringan
dan
kegawatan,
segera
rangsangan lakukan
serta
tindakan
menunjukan untuk
tanda-tanda
membantu
proses
pernafasan (Dewi, 2013). Tubuh bayi dikeringkan mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan lembut tanpa menghilangkan verniks. Verniks akan membantu
menyamankan
dan
menghangatkan
bayi.
Setelah
dikeringkan, selimuti bayi dengan kain kering untuk menunggu 2 menit sebelum tali pusat diklem. Hindari mengeringkan punggung tangan bayi. Bau cairan amnion pada tangan bayi akan membantu bayi mencari puting ibunya yang berbau sama (Dewi, 2013). e.
Memotong dan Mengikat Tali Pusat Ketika memotong mengikat tali pusat, teknik aseptik dan antiseptik harus diperhatikan. Tindakan ini sekaligus dilakukan untuk menilai APGAR score menit kelima. Cara memotong dan pengikatan tali pusat adalah sebagai berikut : 1)
Klem, potong dan ikat tali pusat pasca 2 menit bayi lahir.
2)
Lakukan penjepitan tali pusat ke 1 dengan klem logam DTT/klem tali pusat 3cm dari dinding perut (pangkal pusat) bayi. Dari titik jepitan, tekan tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat ke arah ibu (agar darah tidak terpancar pada saat dilakukan pemotongan tali pusat). Lakukan penjepitan ke 2 dengan klem
logam DTT/klem tali pusat dengan jarak 2 cm dari tempat penjepitan ke 1 arah ibu. 3)
Pegang tali pusat diantara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi tangan lain memotong tali pusat diantara kedua klem tersebut dengan menggunakan gunting tali pusat DTT atau steril.
4)
Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi, kemudian lingkarkan kembali benang tersebut dan ikat dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
5)
Lepas klem logam penjepit tali pusat dan masukan ke dalam larutan klorin 0,2%.
6)
Letakan bayi tengkurap di dada ibu untuk upaya Inisiasi Menyusui Dini. Perawatan tali pusat adalah melakukann pengobatan dan
pengikatan tali pusat yang menyebabkan tali pemisah fisik dengan bayi, dan kemudian tali pusat dirawat dalam keadaan bersih dan terhindar dari infeksi tali pusat. Perawatan tali pusat yang baik dan benar akan menimbulkan dampak positif yaitu tali pusat akan puput (lepas) pada hari ke 5 sampai hari ke 7 tanpa ada komplikasi, sedangkan dampak negatif dari perawatan tali pusat yang tidak benar adalah bayi akan mengalami penyakit tetanus neonatorum dan dapat mengakibatkan kematian (Dewi, 2013). Berdasarkan protap pemerintah cara perawatan tali pusat tidak membungkus puting tali pusat atau perut bayi atau mengoleskan cairan atau bahan apapun ke punting tali pusat. Dapat mengoleskan alcohol atau betadine (terutama jika pemotong tali pusat tidak terjamin DTT atau steril) masih diperkenankan tetapi tidak dikompreskan karena menyebabkan basah atau lembab (JNPK-KR, 2008). Adapun penelitian menurut Diah Sukarni., dkk (2013) yang berjudul “Perbedaan Lama Pelepasan Tali Pusat Antara Perawatan Terbuka dan Tertutup pada Bayi Baru Lahir di Bidan Kemuning
Palembang Tahun 2012”. Distribusi responden pada kelompok perawatan tali pusat terbuka terdapat (90%) lama pelepasan tali pusatnya 5-7 hari, sedangkan pada kelompok perawatan tali pusat tertutp terdapat (50%) lama pelepasan tali pusatnya 5-7 hari. Rata-rata lama pelepasan tali pusat pada kelompok yang dirawat secara terbuka adalah 5,6 hari, sedangkan untuk kelompok yang durawat tertutup didapat nilai rata-rata lama pelepasan tali pusatny adalah 6,5 hari dengan standar deviasi 2,188 hari. Hasil uji statistic dengan menggunakan uji T independent didapatkan nilai p = 0,114 berarti nilai p > dari alpa (0,05) yang artinya tidak ada perbedaan yang sig nifikan rata-rata lama pelepasan tali pusat antara yang dirawat secara terbuka dan tertutup. Beberapa nasehat perlu diberikan kepada ibu dan keluarganya dalam hal perawatan tali pusat. Nasehat tersebut, yaitu: 1) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan tali pusat. 2) Jangan membungkus, mengoleskan bahan atau ramuan apapun ke punting tali pusat dan nasihati keluarga agar tidak memberikan apapun pada pusat bayi. 3) Pemakaian
alcohol
ataupun
betadin
masih
diperkenankan
sepanjang tidak menyebabkan tali pusat basah atau lembab. 4) Lipat popok dibawah putung tali pusat. 5) Jika putung tali pusat kotor, cuci dengan lembut menggunakan air matang, dan sabun keringkan dengan kain bersih. 6) Jelaskan pada ibu bahwa ia harus mencapai bantuan perawatan jika pusat menjadi merah atau mengeluarkan nanah atau darah dan segera rujuk bayi kefasilitas yang lebih memadai. f.
Melakukan inisiasi menyusui dini Pemberian ASI dipercepat segera setelah lahir diisapkan pada puting susu ibu dengan keuntungan memberikan reflek pengeluaran oksitosin oleh kelenjar hipofise, sehingga pelepasan plasenta akan
dapat dipercepat dan kepuasan serta kesejahteraan ibu dan janin selama periode kehamilan (Dewi, 2013). 1) Lakukan kontak kulit ibu dengan kulit bayi selama paling sedikit satu jam. a) Setelah tali pusat dipotong dan diikat, letakan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada ibu. Kepala bayi harus berada diantara payudara ibu tetapi lebih rendah dari puting. b) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi. c) Lakukan kontak kulit bayi ke kulit ibu di dada ibu paling sedikit satu jam. Minta ibu untuk memeluk dan membelai bayinya. Jika perlu,
letakanlah
bantal
di
bawah
kepala
ibu
untuk
mempermudah kontak visual antara ibu dan bayi. Hindari membersihkan payudara ibu. d) Selama kontak kulit bayi ke kulit ibu tersebut, lakukan manajemen aktif kala III persalinan. (Dewi, 2013). 2) Biarkan bayi mencari dan menemukan puting ibu dan mulai menyusu a) Biarkan bayi mencari, menemukan puting dan mulai menyusu b) Anjurkan ibu dan orang lain untuk tidak menginterupsi tindakan menyusu, misalnya memindahkan bayi dari satu payudara ke payudara lain. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara. Sebagian besar bayi berhasil menmenemukan puting ibu dalam waktu 3060 menit, tetapi tetap biarkan kontak kulit bayi dan ibu setidaknya 1 jam walaupun bayi sudah menemukan puting kurang dari 1 jam.
c) Tunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya hingga bayi selesai menyusu setidaknya 1 jam atau lebih atau jika bayi baru menemukan puting susu setelah 1 jam. d) Jika bayi harus dipindah dari kamar bersalin sebelum 1 jam atau sebelum bayi menyusu, usahakan ibu dan bayi dipindah bersama-sama dengan mempertahankan kontak kulit ibu dan bayi. e) Jika bayi belum menyusu dalam waktu 1 jam posisikan bayi lebih dekat degna puting ibu dan biarkan kontak kulit dengan kulit selama 30-60 menit berikutnya. f)
Jika bayi masih belum menyusu dalam waktu 2 jam, pindahkan ibu ke ruang pemulihan dengan bayi tetap di dada ibu. Lanjutkan
asuhan
perawatan
neonatal
esensial
lainnya
(menimbang, pemberian vitamin K, salep mata) dan kemudian kembalikan bayi kepada ibu untuk menyusu. g) Kenakan pakaian bayi atau bayi tetap diselimuti untuk menjaga kehangatan. Tetapi tutup kepala bayi degna topi selama beberapa hari pertama. Jika suatu saat kaki bayi terasa dingin saat disentuh, buka pakaiannya
kemudian
telungkupkan
kembali di dada ibu dan selimuti keduanya sampai bayi hangat kembali. h) Tempatkan ibu dan bayi di ruangan yang sama (rooming in). bayi harus selalu dalam jangkauan ibu 24 jam dalam sehari sehingga bayi bisa menyusu sesering keinginannya. (Dewi, 2013). g.
Memberikan suntikan vitamin K Semua bayi baru lahri harus diberikan vitamin K, injeksi 1 mg intramuscular setelah 1 jam kontak kulit dan bayi selesai menyusu untuk mencegah perdarahan bayi baru lahir (BBL) akibat defisiensi vitamin k yang dapat dialami oleh sebagian BBL (Saifudin dkk., 2006).
Karena sistem pembekuan darah pada bayi baru lahir belum sempurna, semua bayi akan beresiko untuk mengalami perdarahan. Untuk mencegah terjadinya perdarahan, pada semua bayi baru lahir, apabila bayi berat lahir rendah, diberikan suntikan vitamin K1 (phytomenadione) sebanyak 1 mg dosis tunggal, intramuscular pada anterolateral paha kiri. Suntikan vitamin K1 dilakukan setelah proses IMD dan sebelum pemberina imunisasi hepatitis B. Jika sediaan vitamin K1, yaitu ampul, sudah dibuka, sediaan tersebut tidak boleh disimpan untuk dipergunakan kembali (Dewi, 2013). h.
Memberikan salep antibiotik pada kedua mata Salep mata antibiotik diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi pada mata. Salep ini sebaiknya diberikan 1 jam setelah lahir. Salep mata antibiotik yang biasa digunakan adalah tetrasiklin 1%. Cara pemberian salep mata antibiotik adalah sebagai berikut : 1) Cuci tangan (gunakan sabun dan air bersih mengalir), kemudian keringkan dengan handuk. 2) Jelaskan kepada ibu dan keluarga apa yang akan dilakukan dan tujuan obat tersebut. 3) Tarik kelopak mata bagian bawah ke arah bawah. 4) Berikan salep mata dalam satu garis lurus mulai dari bagian mata yang paling dekat dengan hidung bayi menuju ke bagian luar atau tetes mata. 5) Ujung tabung selep mata atau pipet tetes tidak boleh menyentuh mata bayi. 6) Jangan menghapus salep dari mata bayi dan anjurkan keluarga untuk tidak menghapus obat tersebut. (Dewi, 2013).
i.
Melakukan pemeriksaan fisik Pemeriksaan atau pengkajian fisik pada bayi baru lahir dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat kelainan yang perlu mendapat
tindakan segera dan kelainan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan kelahiran (Dewi, 2013). Prosedur pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir diantaranya sebagai berikut : 1) Menginformasikan prosedur dan meminta persetujuan orang tua (informed consent). 2) Mencuci tangan dan mengeringkannya, jika perlu, gunakan sarunga tangan. 3) Memastikan penerangan cukup dan hangat untuk bayi. 4) Memeriksa secara sistematis head to toe (dari kepala hingga kaki). 5) Mengidentifikasi warna kulit dan aktifitas bayi. 6) Mencatat miksi dan mekonium bayi. 7) Mengukur lingkar kepala (LK), lingkar dada (LD), lingkar perut (LP), lingkar lengan atas (LILA), panjang badan (PB), serta menimbang berat badan (BB) bayi. 8) Mendiskusikan hasil pemeriksaan kepada orang tua. 9) Mendokumentasikan hasil pemeriksaan. (Dewi, 2013). j.
Pemberian imunisasi hepatitis B Imunisasi hepatitis B pertama (HB 0) diberikan setelah 1-2 jam setelah pemberian vit K1 secara intramuscular.Imunisasi hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi. Imunisasi hepatitis B (HB 0) harus diberikan kepada bayi usia 0-7 hari karena : 1) Sebelum ibu hamil merupakan carrier hepatitis B. 2) Hampir seluruh bayi dapat tertular hepatitis B pada saat lahir dari pembawa virus. 3) Penularan pada saat lahir hampir seluruhnya berlanjut menjadi hepatitis menahun, yang kemudian dapat berlanjut menjadi sirosis hati dan kaker hati primer. 4) Imunisasi hepatitis B sedini mungkin akan melindungi sekitar 75 % bayi dari penularan hepatitis B.
(Dewi, 2013). 5.
Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir terhadap Kehidupan di Luar Kandungan Perubahan-perubahan yang terjadi segera setelah lahir sebagai akibat perubahan lingkungan dari kehidupan intrauterine ke lingkungan ekstrauterine, bayi menerima rangsangan yang bersifat kimiawi, mekanik dan teknik. Hasil perangsangan ini membuat bayi akan mengalami perubahan metabolik, pernafasan, sirkulasi, dan lain-lain (Sudarti dan Fauziah, 2012). Periode neonatal merupakan periode paling kritis dalam fase pertumbuhan dan perkembangan bayi karena pada periode ini terjadi transisi dari kehidupan di dalam kandungan yang merupakan perubahan drastis. Proses transisi ini menuntut perubahan fisiologis yang bermakna dan efektif oleh bayi, guna memastikan kemampuan bertahan hidup. Proses penyesuaian fungsional neonatus (bayi baru lahir) dari kehidupan di dalam kandungan ke kehidupan di luar kandungan disebut adaptasi fisiologis (Sudarti dan Fauziah, 2012). Gangguan pada proses adaptasi fisiologis dapat menyebabkan bayi menjadi sakit. Oleh karena itu, proses adaptasi fisiologis yang dilakukan bayi baru lahir perlu diketahui oleh tenaga kesehatan, khususnya bidan yang selalu memberikan pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi dan anak. Dengan demikian tenaga kesehatan ini dapat mencegah penyakit pada bayi (Sudarti dan Fauziah, 2012). Kemampuan adaptasi fisiologis disebut juga homeostatis, yang mencakup semua kemampuan dalam mempertahankan fungsi vital. Homeostatis dipengaruhi oleh tahap pertumbuhan dan perkembangan selama di dalam kandungan. Kemampuan homeostatis neonatus cukup bulan bisa terdapat gangguan mekanisme adaptasi sehingga dapat terjadi perdarahan
kranial
atau
sindrom
gawat
nafas
neonatus
atau
hiperbilirubinemia. Pada neonatus lewat waktu dapat terjadi hambatan pada
pertumbuhan janin intrauterine akibat penurunan fungsi plasenta. Hal ini dapat menyebabkan hipoksia janin. a. Perubahan Metabolisme Karbohidrat Didalam kandungan, janin mendapat kebutuhan akan glukosa dari plasenta. Tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir menyebabkan seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1 sampai 2 jam). Untuk memperbaiki penurunan kadar gula darah tersebut, dapat dilakukan tiga cara yaitu : memlaui penggunaan ASI, melalui penggunaan cadangan glikogen dan melalui pembuatan glukosa dari sumber lain termasuk lemak. Bayi baru lahir yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah
yang
cukup,
akan
membuat
glukosa
dari
dlikogen
(glikogenisasi). Hal ini hanya terjadi jika BBL tersebut mempunyai persediaan glikogen yang cukup. Bayi yang sehat akan menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen, terutama di hati, selama bulan-bulan terakhir dalam lahir. Apabila karena sesuatu hal, misalnya bayi dari ibu yang menderita diabetes militus (dm) dan BBLR, perubahan glikogen menjadi glukosa meningkat atau terjadi gangguan pada metabolism asam lemak yang menyebabkan kebutuhan neonatus tidak terpenuhi, kemungkinan besar bayi akan mengalami hipiglikemia. Selain itu bayi akan mengalami hipoglekimai. Selain itu bayi akan mengalami hipotermia pada saat lahir, yang mengakibatkan hipoksia, akan menggunakan cadangan glikogen dalam jam-jam pertama kelahiran. Hal ini juga dapat menyebabkan hipoglikemia. Gejala hipoglikemia dapat tidak jelas dan tidak khas, meliputi kejang-kejang halus, sianosis, apnea, tangis lemah, letargi.Lunglai, dan menolak makanan.Hipoglikemia juga dapat tanpa gejala awalnya, akibat jangka panjang hipoglikemia dadalah kerusakan yang meluas di seluruh sel-sel otak.
Energi tambahan yang diperlukan neonatus pada jam-jam pertama sesudah lahir, diambil dari hasil metabolism asam lemak sehingga kadar gula darah dapat mencapai 120 mg/100 mg. (Sudarti dan Fauziah, 2012). b. Perubahan suhu tubuh Segera setelah lahir, bayi akan berada di tempat yang suhu lingkungannya lebih rendah dari lingkungan dalam lahir. Suhu tubuh normal neonatus yaitu 36,5°C-37,5°C. bila bayi dibiarkan dalam suhu kamar (25°C) maka bayi akan kehilangan panas melalui evaporasi (penguapan), konveksi dan radiasi sebanyak 200 kalori/kgBB/menit, sedangkan
pembentujkan
panas
yang
dapat
diproduksi
hanya
persepuluh dari jumlah kehilangan panas di atas, dalam waktu 15 menit. Keadaan ini sangat berbahaya untuk neonatus, terlebih bagi BBLR, bayi dapat mengalamio asfiksia karena tidak sanggup mengimbangi penurunan suhu tersebut dengan produksi panas yang dibuat sendiri (Sudarti dan Fauziah, 2012). c. Perubahan sistem pernafasan Perubahan yang terjadi pada sistem pernafasan adalah selama dalam kandungan, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas.Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta.Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melakui paru-paru. Pernafasan normal pada neonatus pertama kali bernafas 60 detik sesudah kelahiran.Pernafasan ini terjadi sebagai adanya aktivitas normal dari susunan saraf pusat dan perifer yang dibantu oleh beberapa rangsangan lainnya.Penurunan tekanan O2dan kenaikan CO2 pada paru-paru merangsang kemoreseptor yang terletak pada sinus karotis sehingga bayi bernafas, rangsangan dingin di daerah muka dapat merangsang permulaan gerakan pernafasan (Sudarti dan Fauziah, 2012). d. Peredaran darah
Pada masa fetus, peredaran darah dimulai dari plasenta melalui vena umbilikalis lalu sebagian ke hati dan sebagian lainnya langusng ke serambi kiri jantung kemudian ke bilik kiri jantung.Dari bilik kiri darah di pompa melalui aorta ke seluruh tubuh, sedangkan yang dari bilik kanan dipompa sebagian ke paru dan sebagian melalui duktus arteriosus ke aorta. Setelah
bayi
lahir,
paru
akan
berkembang
yang
akan
mengakibatkan tekanan arterior dalam paru menurun yang diikuti dengan menurunnya tekanan pada jantung kanan. Kondisi ini menyebabkan tekanan jantung kiri lebih besar dibandingkan dengan tekanan jantung kanan dan hal tersebutlah yang membuat foramen ovale secara fungsional menutup.Hal ini terjadi pada jam-jam pertama setelah kelahiran.Oleh Karena tekanan dalam paru turun dan tekanan dalam aorta desenden naik dan juga karena rangsangan biokimia (PaO2 yang naik) serta duktus arteriosus yang berorbliterasi.Hal ini terjadi pada hari pertama. Aliran darah paru pada hari pertama kehidupan adalah 4-5 liter per menit/m2. Aliran darah sistolik pada hari pertama rendah yaitu 1,96liter per menit/m 2dan bertambah pada hari kedua dan ketiga (3,54 liter/m2) karena penutupan duktus arteriosus. Tekanan darah pada waktu lahir dipengaruhi oleh jumlah darah yang melalui transfusi plasenta yang pada jam-jam pertama sedikit menurun, untuk kemudian naik lagi dan menjadi konstan kira-kira 85/40 mmHg (Sudarti dan Fauziah, 2012). e. Keseimbangan Air dan Fungsi Ginjal Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air.Kadar natrium juga relatif lebih besar dibandingkan dengan kalium karena ruangan ekstraseluler yang luas. Fungsi ginjal yang belum sempurna karena : 1) Jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa
2) Ketidak seimbangan luas permukaan dlomerutus dan volume tubulus proksimal 3) Renal blood flow relatif kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa (Sudarti dan Fauziah, 2012).
f.
Imunoglobin Bayi baru lahir tidak memiliki sel plasma pada sumsum tulang belakang juga tidak memiliki lamina propia itium dan apendiks.Plasenta merupakan sawar, sehingga fetus bebas dari antigen dan stress imunologis.Pada bayi baru lahir hanya terdapat gamaglobulin G, sehingga imunologi dari ibu dapat berpindah melalui plasenta karena berat molekulnya kecil. Akan tetapi, bila ada infeksi yang dapat melalui plasenta (lues, toksoplasma, herpes simpleks, dan lain-lain) reaksi imunologis dapat terjadi dengan pembentukan sel plasma serta antibody gama A, G dan M (Sudarti dan Fauziah, 2012).
g. Hati Segera setelah lahir, hati menunjukan perubahan kimia dan morfologis yang berupa kadar protein dan penurunan kadar lemak serta glikogen. Sel hemopotik juga mulai berkurang, walaupun dalam waktu yang agak lama. Enzim hati belum aktif benar pada waktu bayi baru lahir, daya detoksifikasi hati pada neonatus juga belum sempurna, contohnya pemberian obat kloramfeniol dengan dosis lebih dari 50 mg/kg/BB/hari dapat menimbulkan grey baby syndrome (Sudarti dan Fauziah, 2012). 6. Perencanaan Asuhan Bayi A. Jadwal Kunjungan Bayi Baru Lahir a. 24 jam setelah pulang awal 1)
Timbang berat badan bayi. Bandingkan berat badan dengan berat badan lahir dan berat badan pada saat pulang.
2)
Jaga selalu kehangatan bayi
3)
Komunikasikan kepada orangtua bayi bagaimana caranya merawat tali pusat.
b. 1 minggu setelah pulang
1) Timbang berat badan bayi. Bandingkan dengan berat badan saat ini dengan berat badan saat bayi lahir. Catat penurunan dan penambahan ulang BB bayi.
2) Perhatikan intake dan output bayi baru lahir. 3) Lihat keadaan suhu tubuh bayi 4) Kaji keadekuaatan suplai ASI c. 4 minggu setelah kelahiran
1) Ukur tinggi dan berat badan bayi dan bandingkan dengan pengukuran pada kelahiran dan pada usia 6 minggu.
2) Perhatikan intake dan output bayi baru lahir. 3) Perhatikan nutrisi bayi 4) Perhatikan keadaan penyakit pada bayi. (Anggung, 2012) B. Pemberian Nutrisi 1) ASI sesering mungkin sesuai keinginan ibu (jika payudara penuh) atau sesuai kebutuhan bayi setiap 2-3 jam (paling sedikit setiap 4 jam). 2) Berikan ASI saja (ASI eksklusif) sampai bayi berumur 6 bulan 3) Selanjutnya pemberian ASI diberikan hingga anak berusia 2 tahun, dengan penambahan makanan lunak atau padat yang disebut MPASI (makanan pendamping ASI). Tabel 2.1 Daftar Komposisi Nutrisi pada Bayi Komposisi ASI, susu sapi dan susu
Asi
Susu
formula : komposisi/100 ml
Matur
Formula
Kalori
75
67
Protein
1,2
1,5
Lactalbumin (%)
80
60
Kasein (%)
20
40
Air (ml)
87,1
90
Lemak (gr)
4,5
3,8
Karbohidrat
7,1
6,9
Sumber : Dewi, 2011 C. Buang Air Besar Jumlah feses pada bayi baru lahir cukup bervariasi selama minggu pertama dan jumlah paling banyak adalah antara hari ketiga dan keenam.Feses transisi (kecil-kecil berwarna coklat sampai hijau karena adanya mekonium) dikeluarkan sejak hari ketiga sampai keenam adalah normal bagi bayi untuk defekasi setelah diberi makan atau defekasi setelah diberi makan atau defekasi 1x setiap 3 atau 4 hari. Tinja dari bayi yang minum susu botol berbentuk, namun tetap lunak berwarna kuning pucat dan memiliki bau yang khas. Tinja ini cenderung mengiritasi kulit bayi. Jumlah tinja berkurang pada minggu kedua dari 5 atau 6 defekasi setiap hari (1x defekasi setiap kali diberi makan) menjadi 1 atau 2x sehari. Pada minggu kedua kehidupan, bayi mulai memiliki pola defekasi. Dengan tambahan makanan padat, tinja bayi akan menyerupai tinja orang dewasa. Dalam 3 hari pertama buang air besar, tinja masih dalam bentuk mekonium dan normalnya bayi buang air besar paling tidak 1x sehari.Untuk membersihkannya gunakan air bersih hangat dan sabun. D. Buang air kecil Fungsi ginjal yang mirip dengan fungsi yang dimiliki pada orang dewasa belum terbentuk pada tahun kedua yang dimiliki oleh bayi.Sejumlah kecil urine terdapat di kandung kemih bayi saat bayi lahir tapi bayi baru lahir mungkin tidak mengeluarkan urine selama 12-14 jam. Berkembih 6-10 x dengan warna urine pucat menunjukan masukan cairan yang cukup.Bayi cukup bulan mengeluarkan urine 15-16 ml/kg/hari.Untuk menjaga bayi tetap bersih, hangat dan kering, maka setelah buang air kecil harus diganti popoknya. E. Istirahat
Dalam 2 minggu pertama setelah lahir, bayi normalnya sering tidur. Bayi sampai usia 3 bulan rata-rata tidur sekitar 16 jam sehari. Pada umumnya bayi mengenal malam hari pada usia 3 bulan. Sediakan selimut dan ruangan yang hangat pastikan bayi tidak terlalu panas atau terlalu dingin. Tabel 2.2 Pola Istirahat Bayi Pola Tidur Bayi Usia
Lama Tidur
1 minggu
16,5 jam
1 tahun
14 jam
2 tahun
13 jam
5 tahun
11 jam
9 tahun
11 jam
Sumber : Dewi, 2011
F. Kebersihan kulit 1) Muka pantan dan tali pusat bayi perlu di bersihkan secara teratur. 2) Mandi seluruh tubuh setiap hari tidak harus dilakukan setiap hari tidak harus dilakukan. 3) Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi. G. Kebutuhan akan keamanan 1) Jangan sesekali meninggalkan bayi tanpa ada yang menunggu. 2) Hindari pemberian apapun ke mulut bayi selain ASI, karena bayi bisa tersedak. 7.
Tanda-Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir Beberapa tanda bahaya pada bayi baru lahir perlu diwaspadai serta deteksi dini untuk segera diberi penanganan agar tidak mengancam nyawa bayi. Tanda bahaya pada bayi baru lahir tersebut antara lain sebagai berikut : a. Tidak mau minum atau banyak muntah b. Kejang c. Bergerak hanya jika dirangsang
d. Mengantuk berlebihan lemas, lunglai e. Bernafas cepat > 60 x/menit f.
Nafas lambat < 30 x/menit
g. Tarikan dinding dada ke dalam yang sangat kuat h. Merintih i.
Menangis terus menerus
j.
Teraba demam (febris) suhu axila > 37,5°C
k. Teraba dingin (hipotermi) suhu axila < 36°C l.
Terdapat banyak nanah di mata
m. Pemberian ASI sulit, bayi sulit menghisap, atau hisapan lemah n. Warna abnormal pada kulit atau bibir (sianosis) atau bayi sangat kuning. o. Tanda atau perilaku abnormal atau tidak biasa. p. Urine tidak keluar dalam 24 jam pertama q. Gangguan gastrointestinal, misalnya
tidak bertinja selama 3 hari
pertama setelah lahir, muntah terus-menerus, muntah dan perut bengkak, tinja hijau tua atau berdarah atau lendir.
B.
Teori Manajemen Kebidanan 1. Pengertian Manajemen Kebidanan Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai pengkajian
sampai
dengan
evaluasi
(Kepmenkes
No
369/Menkes/SK/III/2007). Manajemen
kebidanan
atau
yang
sering
disebut manajemen
kebidanan adalah suatau metode berfikir dan bertindak secara sistematis dan logis dalam memberi asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak (Soepardan, 2008). 2. Langkah-Langkah Manajemen Kebidanan 7 Langkah Varney Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan diakhiri dengan evaluasi.Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap
yang bisa diaplikasikan dalam semua situasi.Setiap langkah dalam manajemen kebidanan menurut Varney (1997) dijabarkan sebagai berikut: Manajemen kebidanan menggunakan pendekatan tujuh langkah dimulai pengumpulan data dasar dan diakhiri dengan evaluasi. a. Langkah I : Pengkajian Data Pengkajian atau pengumpulan data adalah mengumpulkan semua
data
yang
dibutuhkan
untuk
mengevaluasi
keadaan
pasien.Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan kondisi pasien informasi yang akurat dari semua sumber (Ambarwati dkk, 2008). 1) Identitas pasien : Menurut (Hidayat, 2009), identitas meliputi : a) Nama bayi
:
Pasien
dikaji
untuk
membedakan
pasien yang satu dengan yang lainnya. b) Umur bayi
:
Pasien
dikaji
untuk
menentukan
perawatan yang akan dilakukan. c) Tanggal/jam lahir bayi :
Untuk mengetahui kapan bayi lahir disesuaikan
dengan
hari
perkiraan
lahir. d) Nama orang tua
:
Untuk mengetahui identitas ibu dan ayah bayi.
e) Umur orang tua
:
Untuk mengetahui kapan pengalaman orang tua merawat bayi, kurang dari 16 tahun
atau
lebih
dari
35
tahun
merupakan penyebab terjadinya Berat Badan Lahir Sangat Rendah. f) Agama
:
Pasien dikaji sebagai pedoman asuhan yang
diberikan
sesuai
kepercayaan yang dianut.
dengan
g) Pendidikan orang tua :
Untuk mengetahui tingkat pendidikan yang
nantinya
penting
dalam
memberikan pendidikan kesehatan. h) Pekerjaan orang tua
:
Untuk mengetahui keadaan ekonomi dan sosial serta pola
pemenuhan
kebutuhan nutrisi dalam keluarga. i) Alamat
:
Pasien
dikaji
untuk
mengetahui
keadaan lingkungan sekitar pasien. 2) Anamnesa. a) Riwayat kehamilan sekarang Untuk mengetahui HPHT, HPL, riwayat ANC teratur atau tidak, ada keluhan atau tidak, penyuluhan apa yang pernah didapat, imunisasi TT berapa kali (Hidayat, 2009). b) Riwayat kesehatan menurut (Nursalam, 2009) meliputi : (1) Riwayat penyakit saat hamil Untuk mengetahui keadaan ibu selama hamil. (2) Riwayat penyakit sistemik Untuk mengetahui keadaan pasien apakah pernah menderita penyakit jantung, ginjal, asma, TBC, hepatitis, Diabetes Melitus, hipertensi dan epilepsy dan lain-lain. (3) Riwayat penyakit keluarga Untuk mengetahui apakah dalam
keluarga
ada
yang
menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis, HIV/AIDS, penyakit menurun maupun keturunan kembar. 3) Pemeriksaan fisik a) Pemeriksaan umum Hasil pengamatan kita laporkan dengan kriteria sebagai berikut: (1) Keadaan umum Untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah baik, sedang, buruk (Nursalam, 2009). (2) Suhu
Pemeriksaan ini dilakukan melalui rectal, axila, dan oral yang digunakan untuk menilai keseimbangan suhu tubuh yang dapat digunakan untuk membantu menentukan diagnosis dini penyakit (Hidayat, 2009). Suhu tubuh normal pada bayi baru lahir sekitar 36,5°C-37,5°C (Hidayat, 2009). (3) Pernafasan Pada pernafasan normal perut dan dada bergerak hamper bersamaan tanpa ada retraksi, tanpa terdengar suara pada waktu inspirasi atau ekspirasi. Gerakan pernafasan bayi normal 60-80 kali per menit (Hidayat, 2009). (4) Denyut jantung Penelitian frekuensi denyut jantung secara normal pada bayi baru lahir antara 120 – 140 kali per menit (Hidayat, 2009). b) Pemeriksaan fisik sistematis (1)
Kepala
:
Yang perlu dikaji rambut tipis dan halus sutura tengkorak dan fontanel melebar, trauma jalan lahir, ubun-ubun besar cekung atau cembung karena tekanan dari intracranial (Mufdilah, dkk 2008).
(1)
Mata
:
Untuk
mengetahui konjungtiva
sklera
apakah
normal
atau
dan tidak,
simetris atau tidak (Hidayat, 2009). (2)
Hidung
:
Hidung dikaji dengan atau tujuan untuk mengetahui keadaan atau ebntuk dan fungsi
hidung.
Pengkajian
hidung
dimulai dari bagian luar, bagian dalam pemeriksaan apakah
hidung
ada
juga
dilihat
benjolan
dan
kebersihannya pada bayi. (3)
Telinga
:
Pada permeriksaan telinga bagian luar dapat dimulai dengan pemeriksaan
daun telinga dan liang tellinga dengan menentukan
bentuk,
besar
dan
posisinya (Mufdillah dkk, 2008). (4)
Mulut
:
Pemeriksaan mulut bertujuan untuk menilai
ada
tidaknya
trismus
dan
labiokizis yaitu keadaan bibir tidak simetris (Mufdillah dkk, 2008). (5)
Dada
:
Untuk mengetahui dada simetris atau tidak (Hidayat, 2009).
(6)
Perut
:
Apakah kembung atau tidak, apakah ada
benjolan
atau
tidak
(Hidayat,
2009). (7)
Tali pusat
:
Untuk mengetahui tali pusat kering atau basah, ada kemerahan, bengkak, atau tidak (Hidayat, 2009).
(8)
Ekstremitas
:
Untuk
mengetahui
kelengkapan
ekstremitas atas dan bawah bagian kanan atau kiri (Hidayat, 2009). (9)
Genetalia
:
Jika laki-laki apakah testis sudah turun di
skrotum,
jika
perempuan
labia
mayora sudah menutupi labia minora (Varney, 2007). (10) Anus
:
untuk mengetahui ada tidaknya atresia ani (Marmi & Rahardjo, 2012).
c) Pemeriksaan reflek Pemeriksaan reflek terdiri dari : (1)
Refleks moro
: Rangsangan menyebabkan
mendadak lengan
yang
terangkat
keatas dan kebawah terkejut dan relaksasi dengan cepat (Hidayat, 2009).
(2)
Refleks rooting
: Bayi menoleh ke arah benda yang menyentuh pipi (Hidayat, 2009).
(3)
Refleks sucking
: Terjadi menelan
ketika
terdapat
reflek
ketika
menyentuh
bibir
(Hidayat, 2009). (4)
Refleks plantrar
: Jari-jari bayi akan melekuk kebawah bila jari diletakan di dasar jari-jari kakinya (Hidayat, 2009).
(5)
Refleks tonic neck : Bayi melakukan perubahan posisi bila
kepala
diputar
kesatu
sisi
(Hidayat, 2009). (6)
Refleks palmar
: Jari
bayi
melekuk
berada
pada
di
sekeliling
genggamannya
seketika bila jari diletakan di telapak tangan (Hidayat, 2009). d) Pemeriksaan antropometri Pemeriksaan yang dilakukan pada bayi : (1)
Panjang badan
: Merupakan
salah
petumbuhan
satu
sesorang,
ukuran dengan
panjang normal 48-52 cm. panjang badan dapat diukur dengan tongkat pengukur. (Tambunan dkk, 2011). (2)
Berat badan
: Massa
tubuh
diukur
dengan
pengukur massa atau timbangan, dengan berat badan normal pada bayi 2500-4000 gram (Tambunan dkk, 2011). (3)
Lingkar kepala
: Pengukuran dari frontal ke oksipital melalui
pelipis,
dengan
ukuran
normal 33-35 cm (Hidayat, 2009).
(4)
Lila
: Untuk mengetahui lingkar lengan atas
bayi
normal
10,5-12
cm
(Ambarwati dkk., 2008). e) Pola eliminasi dengan Bayi Baru Lahir Fisiologis (1)
Urine
: Pada umumnya urin keluar pada 24 jam pertama setelah lahir.
(2)
Mekonium
: Pada
umumnya
keluar
24
jam
pertama setelah kelahiran, pada saat mengecek anus berlubang atau tidak. 4) Data Penunjang Data penunjang adalah suatu pemeriksaan medis yang dilakukan atas indikasi medis tertentu guna memperoleh keteranganketerangan lebih lengkap. b. Langkah II : Intepretasi Data Pada langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah bedasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.Data dasar tersebut kemudian diinterpretasikan sehingga dirumuskan masalah dan diagnosis yang spesifik.Baik rumusan
diagnosis
maupun
rumusan
masalah
keduanya
harus
ditangani, meskipun masalah tidak bisa dikatakan sebagai diagnosis tetap harus mendapatkan penanganan (Soepardan, 2008). c. Langkah III : Diagnosa potensial Diagnosa potensial adalah suatu pernyataan yang timbul berdasarkan masalah yang sudah diidentifikasi dan membutuhkan penanganan
segera
untuk
mengatasi kemungkinan
buruk
yang
timbul.Pada langkah ini, penting sekali untuk memberikan atau melakukan asuhan yang aman pada bayi dengan berat badan lahir sangat rendah dengan kemungkinan terjadi hipotermi, hipoglikemia, ikterik, infeksi gangguan pernafasan, pendarahan intracranial (Varney, 2007).
d. Langkah IV : Antisipasi Menunjukkan bahwa bidan dalam melakukan tindakan harus sesuai denga prioritas masalah atau kebutuhan yang dihadapi klien, setelah bidan merumuskan tindakan yang akan dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa masaah potensial yang sebelumnya (Varney, 2007). Tindakan yang dilakukan hindari kehilangan panas dengan inkubator, periksa bayi dan hitung nafas selama satu menit, ukur suhu axila, menganjurkan ibu untuk tetap memberi ASi (Wiknjosastro, 2005). e. Langkah V : Perencanaan Pada langkah ini direncanakan asuhan kebidanan yang menyeluruh ditentukan langkah sebelumnya.Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen kebidanan terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasikan atau diantisipasi.Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dilengkapi (Soepardan, 2008). Menurut Sudarti dan Fauziyah (2012) rencana asuhan pada bayi : 1) Jaga kehangatan bayi dan pertahankan suhu tubuh bayi dengan inkubator dalam suhu 35°C pada umur 1 satu alat medis yang berfungsi untuk menjaga suhu sebuah ruangan supaya suhu tetap konstan/stabil. Bayi umur 1-10 hari dengan suhu 35°C, bayi umur 11 hari-3 minggu dengan suhu 34°C, bayi umur 3-5 minggu dengan suhu 33°C, bayi umur lebih dari 5 minggu dengan suhu 32°C. Apabila suhu kamarnya 28-29°C hendaknya diturunkan 1°C setiap minggu dan apabila berat badan bayi sudah mencapai 2000 gram bayi boleh dirawat di luar incubator dengan suhu 27°C. 2) Beri nutrisi pada bayi sehat dan sakit dengan ASI tiap 2-3 jam sesuai aturan. 3) Cegah infeksi yang ketat pada bayi dengan memisahkan bayi yang terkena infeksi dengan bayi yang tidak terkena infeksi, mencucui tangan setiap sebelum dan sesudah memegang bayi. 4) Timbang berat badan bayi setiap sehabis mandi untuk memastikan bayi terpenuhi nutrisinya.
5) Beri oksigen pada bayi dengan aliran rendah kurang lebih 0,5 liter/menit. 6) Kolaborasi dengan dokter spesialis anak. f.
Langkah VI : Pelaksanaan Pelaksanaan adalah melaksanakan rencana asuhan secara menyeluruh dan efisien. Pada langkah ini asuhan kebidanan dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat pada langkah lima (Varney, 2007).
g. Langkah VII : Evaluasi Evaluasi diimplementasikan
dilaksanakan dalam
untuk
menilai
asuhan
yang
pelaksanaan
asuhan
kebidanan
dan
kebutuhan juga untuk mengetahui kapan evaluasi dapat dilakukan (Varney, 2007).Pada bayi baru lahir fisiologis evaluasi diharapkan keadaan umum baik, tanda-tanda vital normal, bayi tidak terjadi hipotermi, apnea, icterus, hipolgikemia, nutrisi bayi terpenuhi, reflek bayi baik, bayi tidak kebiruan, tali pusat tidak berbau, bayi sudah BAB dan BAK (Weni, 2009). 3. Pendokumentasian Manajemen Kebidanan dengan Metode SOAP Salah
satu
metode
dalam
membuat
dokumen
manajemen
kebidanan adalah metode SOAP, SOAP merupakan singkatan dari subjektif (S), objektif (O), assessment (A), planning (P) atau perencanaan : a) S (Data Subjektif) Data subjektif
merupakan data yang diperoleh melalui
anmanesis. Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang
pasien,
ekspresi
pasien
mengenai
kekhawatiran
dan
keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis. Data subjektif ini nantinya kan menguatkan diagnosis yang akan disusun. b) O (Data Objektif) Data objektif (O) merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney pertama adalah pengkajian data,
terutama data yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dan pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium / permeriksaan diagnostik lain. Catatan medis dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukan dalam data objektif ini. Data ini akan memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis. c) A (Assessment) Assesment (A) merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif dalam pendokumentasian manajemen kebidanan. Analisis yang tepat dan akurat akan menjamin cepat diketahuinya perubahan pada pasien, sehingga dapat diambil keputusan atau tindakan yang tepat. Pengkajian ini akan mencakup : diagnosis atau masalah, diagnosis atau masalah potensial dan identifikasi kebutuhan tindakan segera untuk antisipasi diagnosis masalah potensal. Kebutuhan tindakan segera diidentifikasi menurut kewenangan bidan dan meliputi tindakan mandiri, kolaborasi, dan tindakan untuk merujuk klien. d) P (Planning) Planning/Perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data.Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraannya.Rencana asuhan ini harus bisa mencapai kriteria tujuan yang ingin dicapai dalam batas waktu tertentu. Tindakan yang akan dilaksanakan harus mampu membantu pasien mencapai kemajuan dan harus sesuai dengan hasil kolaborasi tenaga kesehatan lain, antara lain dokter. Dalam planning ini juga harus mencantumkan evaluasi, yaitu tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil untuk menilai efektfitas asuhan atau hasil pelaksanaan tindakan.
4. Kerangka Konsep Manajemen Kebidanan
Alur pikir bidan
Pencatatan dari asuhan kebidanan
Proses Manajemen kebidanan
Dokumentasi kebidanan
SOAP NOTES Subjektif Objektif Assesment/diagnosa Assessment/ diagnosa
Menetapkan kebutuhan segera untuk konsultasi, kolaborasi Perencanaan
Perencanaan
Implementasi
Implementasi
Evaluasi
Evaluasi
Plan: Konsul Tes diagnostik/Lab Rujukan Pendidikan/ Konseling Followup
Gambar 2.1 Skema Langkah-langkah Proses Manajemen Kebidanan (Sumber : Estiwidani, dkk, 2008)
C.
Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Neonatus 1. Teori Pendokumentasian Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir Fisiologis a. DATA SUBJEKTIF 1) Identitas a) Identitas Bayi (1) Nama Bayi
Nama bayi untuk mengenal, memanggil, dan menghindari terjadinya kekeliruan. (2) Tanggal Lahir Untuk mengtahui kapan bayi lahir. (3) Jenis Kelamin Untuk mencocokkan identitas kelamin sesuai nama anak, serta menghindari kekeliruan bila terjadi kesamaan nama anak dengan pasien lain. (4) Umur Berguna untuk mengantisipasi diagnosa masalah kesehatan dan tindakan yang dilakukan, apabila perlu terapi obat. (5) Anak ke Untuk mengetahui paritas dari orang tua. b) Identitas Orang Tua (1) Nama Untuk mengenal/memanggil klien, serta sebagai penanggung jawab terhadap anak. (2) Umur Untuk mengetahui umur dari ibu serta suami. (3) Agama Perlu dicatat, karena hal ini sangat berpengaruh di dalam kehidupan termasuk kesehatan, dan akan mudah dalam mengatasi masalah kesehatan pasien. (4) Suku Untuk mengetahui dari suku mana ibu dan suami berasal dan menentukan cara pendekatan serta pemberian asuhan kepada anak.
(5) Pendidikan Tingkat pendidikan sangat besar pengaruhnya di dalam tindakan asuhan kebidanan selain itu anak akan lebih
terjamin pada orang tua pasien (anak) yang tingkat pendidikannya tinggi. (6) Pekerjaan Jenis pekerjaan dapat menunjukan tingkat keadaan ekonomi keluarga dan juga dapat mempengaruhi kesehatan. (7) Alamat Dicatat
untuk
mempermudah
hubungan
bila
keadaan
mendesak dan dapat memberi petunjuk keadaan tempat tinggal pasien. 2) Keluhan Utama Diisi dengan apa yang dikeluhkan ibu tentang bayinya. 3) Riwayat Kesehatan Sekarang Untuk mengetahui kondisi bayinya apakah dalam keadaan sehat atau sakit. 4) Riwayat Kesehetan Keluarga Ditanyakan mengenai latar belakang keluarga terutama : a) Anggota keluarga yang mempunyai penyakit tertentu terutama penyakit menular seperti TBC, hepatitis, dll. b) Penyakit keluarga yang diturunkan seperti kencing manis, kelainan pembekuan darah, jiwa, asma, dll. c) Riwayat
kehamilan
kembar.
Faktor
yang
meningkatkan
kemungkinan hamil kembar adal faktor ras, keturunan, umur wanita, dan paritas. Oleh karena itu apabila ada yang pernah melahirkan atau hamil dengan anak kembar harus diwaspadai karena hal ini bisa menurun pada ibu. 5) Riwayat Prenatal, Natal, Postnatal dan Neonatal a) Prenatal Untuk mengetahui kondisi ibu selama hamil, adakah komplikasi atau tidak, periksa kehamilan dimana dan berapa kali, serta mendapatkan apa saja dari pertugas kesehatan selama hamil. b) Natal
Untuk mengetahui cara persalinan, ditoong oleh siapa, apakah ada penyulit/tidak selama melahirkan seperti perdarahan. c) Postnatal Untuk mengetahui berapa lama ibu mengalami masa nifas serta adakah komplikasi atau tidak.Baik berhubungan dengan ibu maupun bayi. d) Neonatal Untuk mengetahui berapa berat badan lahir, panjang badan lahir, apakah saat lahir bayi langsung menangi/tidak, serta adakah cacat/tidak. 6) Pola kebiasaan sehari-hari a) Nutrisi Setelah bayi dilahirkan apakah bayi sudah diberi minum ASI/PASI atau tidak. b) Eliminasi BAB
:
< 24 jam setelah bayi dilahirkan bayi mengeluarkan mekoneum.
BAk
:
segera setelah bayi sudah lahir.
c) Istirahat Tidur bayi nyenyak dan terbangun ketika lapar dan popoknya basah. d) Personal Hygiene Bayi mandi setelah 6 jam/lebih dari kelahiran bayi.Dan pada hari berikutnya dimandikan pada pagi hari ketika sudah ada matahari agar tidak terjadi hipotermi. 7) Riwayat psikologi, sosial dan budaya a) Riwayat Psikologi Untuk mengetahui respon orang tua dan lingkungan maupun sebaliknya terhadap kelahiran bayi. b) Riwayat Sosial dan Budaya
Untuk mengetahui kebiasaan ibu/kerluarga berobat jika sakit, serta dapat dijadikan dasar dalam memberikan informasi yang disampaikan dapat sesuai dengan adat yang dianut ibu. c) Riwayat Spiritual Untuk mengetahui kebiasaan ibu dan keluarga dalam beribadah, untuk memudahkan petugas kesehatan dalam pendekatan terapeutik. b. DATA OBJEKTIF 1) Pemeriksaan Umum Keadaan umum
:
baik, cukup, lemah
Kesadaran
:
composmentis, somnolen, koma
BB
:
normal (2500-4000 gram)
PB
:
normal (48-52 cm)
LK
:
normal (33-35 cm)
LD
:
normal (30-38 cm)
Pernafasan
:
normal (40-60x/menit)
Suhu
:
normal (36,5-37,5°C)
Nadi
:
norma (100-160x/menit)
2) Antropometri
3) Tanda-tanda Vital
4) Pemeriksaan Fisik a) Inspeksi (1)
Kepala Bersih/tidak, hitam/tidak, tampak benjolan abnormal/tidak, ada cepal hematoma/tidak, ada caput succedaneum/tidak.
(2)
Wajah Pucat/tidak.
(3)
Mata Simetris/tidak, sclera kuning/tidak, conjungtiva pucat/tidak.
(4)
Hidung Simetris/tidak, bersih/tidak, ada sekret/tidak.
(5)
Telinga Besih/tidak, ada serumen/tidak.
(6)
Mulut Bibir lembab/kering, ada labio skizis/tidak, ada labio palate skizis/tidak
(7)
Leher Tampak pembesaran kelenjar tyroid, vena jugularis dan kelenjar limfe/tidak.
(8)
Dada Simetris/tidak, tampak retraksi dada/tidak.
(9)
Abdomen Tampak benjolan abnormal/tidak, tali pusat belum kering dan mengeluarkan darah.
(10) Genetalia Jika laki-laki, apakah testis sudah turun, jika perempuan apakah labia mayora sudah menutupi labia minora. (11) Ekstremitas Atas
:
gerakan
normal/tidak,
aktif/tidak,
sindaktil/tidak, kuku puca/tidak. Bawah
:
gerakan
normal/tidak,
aktif/tidak,,
sindaktil/tidak, kuku pucat/tidak. b) Palpasi (1) Kepala Teraba benjolan abnormal/tidak. (2) Leher Terasa pembesaran kelenjar troid, vena jugularis dan kelenjar limfe/tidak. (3) Dada Teraba benjolan abnormal/tidak (4) Abdomen
Teraba
benjolan
abnormal/tidak,
teraba
pembesaran
hepar/tidak. c) Auskultasi Dada
:
Terdengar suara wheezing maupun ronchi/tidak.
d) Perkusi (1) Abdomen Kembung/tidak. (2) Reflek Moro
:
+/-
Rooting
:
+/-
Reflek menelan
:
+/-
Reflek menggenggam :
+/-
Reflek menghisap
:
+/-
Tonic neck reflek
:
+/-
Balbynsky
:
+/-
5) Analisa Data Untuk asuhan kebidanan komprehensif pada bayi baru lahir analisa datanya : “Bayi baru lahir fisiologis” 6) Penatalaksanaan a) Menempatkan bayi ditempat yang hangat dan kering dan menjaga kehangatan tubuh bayi, bayi sudah diletakan di infrant warmer. b) Melakukan pengisapan menggunakan dee lee mulai dari mulut bayi ± 5cm dan hidung bayi ± 3cm. c) Mengeringkan bayi dengan menggunakan kain bersih, sambil melakukan rangsangan taktil. d) Menggantikan kain bayi yang kotor dan basah dengan kain bersih dan kering.
e) Menyuntikan vit k 0,1 mg dengan cara IM di paha kiri bayi 1/3 kontra lateral dan mengoleskan salep mata pada bayi dari dalam ke luar. f)
Memberikan injeksi hepatitis B secara IM di paha kanan.
g) Melakukan pengukuran antropometri pada bayi, mulai dari berat badan, panjang badan, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar lengan. h) Mengecek anus dan meconial apakah anus berlubang/tidak dan apakah sudah mengeluarkan mecoial atau belum. i)
Melakukan pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital, untuk mengetahui apakah ada kelainan atau tidak pada bayi.
j)
Menjaga kehangatan bayi dengan memakaikan baju, topi, bedong sampai bayi terlihat hangat.
k) Menunda memandikan bayi 6-24 jam untuk mencegah terjadinya hipotermi. l)
Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga tentang keadaan bayinya sampai keluarga pasien mengerti.
2. Landasan Hukum dan Wewenang Bidan Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/MENKES/PERS/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan, yaitu : Pasal 9 Bidan dalam menjalankan praktek, berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi : a. Pelayanan Kesehatan Ibu b. Pelayanan Kesehatan Anak c. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Perempuan dan Keluarga Berencana Pasal 11 a. Pelayanan kesehatan anak. Sebagaimana dimaksud pasal 9 huruf b diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita dan anak pra sekolah. b. Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang untuk :
1) Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi vitamin K1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali pusat. 2) Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera rujuk. 3) Penanganan kegawat daruratan, dilanjutkan dengan perujukan. 4) Pemberian Imunisasi rutin sesuai program pemerintah. 5) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah. 6) Pemberian konseling dan penyuluhan. 7) Pemberian surat keterangan kelahiran dan 8) Pemberian surat keterangan kematian.
3. Tinjauan Islam Tentang Bayi Baru Lahir Islam sebagaimana agama yang sempurna, telah mengatur semua aspek kehidupan. Tindakan pada bayi baru lahir menurut islam adalah segera mengadzaninya di telinga kanan dan mengiqomatinya pada telinga kiri sebagai bukti kasih saying dan menjaga kesucian agar terpelihara, dihawatirkan dewasanya nanti jika tidak diadzani dan diiqomati pertumbuhan jiwanya akan terganggu cenderung mengikut hawa nafsu. Dalam hadits Rasul Abu Rafi” berkata : “Saya melihat Rasulullah SAW beradzan di telinga Hasan bin Ali waktu dia dilahirkan oleh Fatimah R.A”.(H.R Abu dawud, AtTarmidzi, hadits sahih). Salah satu asuhan kebidanan pada bayi baru lahir yang berkualitas yang diberikan bidan diantaranya adalah pemberian ASI yang dimulai dari melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada jam pertama bayi lahir sampai bayi berusia 2 tahun. Air Susu Ibu (ASI) adalah sebuah cairan tanpa tanding ciptaan Allah SWT untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi dan keseimbangan zat-zat gizi dalam air susu ibu berada pada tingkat terbaik dan air susunya memiliki bentuk paling baik bagi tubuh bayi yang masih muda. Pada saat
yang sama, ASI juga sangat kaya akan sari-sari makanan yang mempercepat pertumbuhan sel-sel otak dan perkembangan sistem saraf. Makanan-makanan tiruan untuk bayi yang diramu menggunakan teknologi masa kini tidakk mampu menandingi keunggulan makanan ajaib ini. Asi adalah makanan terbaik bagi bayi karena mengandung berbagai zat gizi dan antibody yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan. Bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif terbukti lebih cerdas dan tidak muda terserang penyakit. Allah Swt mewajibkan kepada ibu menyusui bayinya karea air susu ibu berpengaruh yang besar kepada anaknya. Dair hasil para ahli medis menunjukan bahwa air susu ibu terdiri dari saripati yang benar-benar murni. Air susu ibu juga merupakan makanan yang paling baik untuk bayi dan tidak disangsikan lagi oleh para ahli gizi. Di samping ibu dengan fitrah kejadiannya memiliki rasa
kasih
saying
yang mendalam
sehingga
penyusuan langsung dari ibu berhubungan erat dengan perkembangan jiwa dan mental anak. Sahabat sekaligus paman rasulullah, Ibnu Abbas yang pernah dido’akan langsung oleh nabi pemahaman akan Al Qur’an berkata sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatlim, “Bila seorang wanita melahirkan setelah sembilan mengandung, maka cukuplah dia menyusui anaknya selama 21 bulan. Bila dia melahirkan setelah mengandung tujuh bulan maka cukuplah baginya menyusui bayinya selama 23 bulan. Dan bila dia melahirkan setelah masa mengandung enam bulan maka hendaklah dia menyusui bayinya selama dua tahun penuh”.
DAFTAR PUSTAKA Alimul, A.A. (2008). Dokumentasi Kebidanan. Jakarta :Salemba Medika. Ambarwati dkk, (2008).Asuhan kebidanan (Nifas).Jogjakarta :Mitra Cendikia. Dewi.(2013). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta :Salemba Medika. Diah Sukarni., dkk (2013). Perbedaan Lama Pelepasan Tali Pusat Antara Perawatan Terbuka dan Tertutup pada Bayi Baru Lahir di Bidan Kemuning Palembang Tahun 2012. Jurnal. [internet] tersedia dalam http://jurnal.poltekkespalembang.ac.id/wp-content/uploads/2015/04/3Jurnal-Diah-Sukarni-Eprila-Indah-Puji.pdf. [diakses 05 Mei 2016]. Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya.(2015). Angka KematianBayi di Kota Tasikmalaya. Estiwidani, dkk, (2008).Konsep Kebidanan. Jakarta :Fitramaya. Hidayat.(2009). Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita, Buku Praktikum Mahasiswa Kebidanan. Jakarta : EGC. Depkes RI (2008). Asuhan Persalinan Normal, JNPK-KR, Jakarta Kepmenkes No 369/Menkes/SK/III/2007 Kesehatan Republik Indonesia.
Standar
Profesi
Bidan
Menteri
Kemenkes RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Kemenkes RI. Kurniati (2015). Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) terhadap Stabilitas Suhu Tubuh Bayi di Puskesmas Jumpandang Baru dan Kassi-Kassi Makassar Tahun 2015. Jurnal UNHAS. [internet] tersedia dalam http://repository.unhas.ac.id:4001/digilib/files/disk1/396/--elykurniat19761-1-jurnale-%29.pdf. [diakses 10 Mei 2016]. Marmi, Rahardjo. (2012). Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak Prasekolah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Mufdilah,dkk. (2009).Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Fitramaya. Nursalam.(2009). Konsepdan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, danInstrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/MENKES/PERS/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan.
Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/MENKES/PERS/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan.
Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/MENKES/PERS/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan.
Prawirohardjo.(2006) Ilmu Kebidanan. Jakarta :Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Rukiyah dkk., (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : CV. Trans Info Media. Saifuddin, A, Dkk, 2006.Buku Acuan nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. Soepardan, (2008).Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC. Sudarti dan Fauziyah, (2012). Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Balita. Yogyakarta :Nuha Medika Tambunan dkk, (2011). Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: PT.Bina pustaka Sarwono Prawiharjo. Varney.(2007). Asuhan Kebidanan.Jakarta : EGC. Weni.(2009). Neonatus dan Asuhan Keperawatan Anak.Yogyakarta :Numed. Wildayanti.(2015). Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir Fisiologis di BPM Hj. W Kota Tasikmalaya. Laporan Tugas Akhir. STIKes Muhammadiyah Ciamis.