ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR DENGAN IKTERUS FISIOLOGIS DI RSUD DR SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA
LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan
Oleh : DIANA NURHAYATI NIM. 13DB277054
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR USIA 5 HARI DENGAN IKTERUS FISIOLOGIS DI RUANG 7 RSUD Dr. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA1 Diana Nurhayati2Hani Septiani3Neli Sunarni4 INTISARI Ikterus adalah perubahan warna kulit/skera mata (normal berwarna putih) menjadi kuning karena peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Ikterus pada bayi yang baru lahir dapat merupakan suatu hal fisiologis, terdapat pada 25%50% pada bayi yang lahir cukup bulan. Tapi juga bisa merupakan hal yang patologis misalnya akibat berlawanannya rhesus darah bayi dan ibunya, sepsis (infeksi berat), penyumbatan saluran empedu dan lain-lain )Dwi 2011). Ikterus fisiologis timbul pada hari ke 2 dan ke 3 dan tidak disebabkan oleh kelainan apapun, kadar bilirubin darah tidak lebih dari kadar yang membahayakan dan tidak mempunyai potensi yang menimbulkan kecacatan pada bayi. Ikterus ini biasanya menghilang pada akhir minggu pertama atau selambat lambatnya 10 hari pertama. Sedangkan pada ikterus yang patologis, kadar bilirubin darahnya melebihi btas, dan disebut sebagai hiperbillirubinemia )Dwi dkk, 2011). Tujuan penyusunan Laporan Tugas Akhir ini untuk memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus fisiologis dengan menggunakan pendekatan proses manajemen kebidanan. Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan Ikterus fisiologis ini dilakukan selama 1 hari di Ruang Tujuh RSUD Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya dan 3 hari di Rumah Pasien. Dari hasil penyusunan Laporan Tugas Akhir ini mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata dalam pembuatan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus fisiologis. Kesimpulan dari hasil pelaksanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan ikterus fisiologis di RSUD Dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya di laksanakan sesuai dengan standar pelayanan kebidanan. Kata kunci
: ikterus fisiologis
Kepustakaan : Buku (2006 - 2015) Halaman
: i-xii, 54 Halama, 8 Lamiran
1
Judul Penulisan Ilmiah2Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis3STIKes Muhammadiyah Ciamis4Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis
vii
BAB I LATAR BELAKANG A. Pendahuluan Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterine ( Dewi,2010) Pada waktu kelahiran, tubuh bayi baru lahir mengalami sejumlah adaptasi
psikologik.
Bayi
memerlukan
pemantauan
ketat
untuk
menentukan masa transisi kehidupannya ke kehidupan luar uterus berlangsung baik. Bayi baru lahir juga membutuhkan asuhan yang dapat meningkatkan kesempatanuntuknya menjalani masa transisi dengan baik (Muslihatun,2010) Hal-hal yang mungkin akan terjadi apabila tidak dilakukan asuhan pada bayi baru lahir diantaranya: akibat hipotermi pada bayi baru lahir dapat terjadi coldstrees yang selanjutnya dapat menyebabkan hipoksemia atau hipoglikemia dang mengakibatkan kerusakan otak. Kurang baiknya pembersihan jalan nafas waktu lahir akan mengakibatkan kesulitan pernafasan, kekurangan zat asam, dan apabila hal ini berlangsung terlalu lama dapat menimbulkan perdarahan otak, kerusakan otak dan kemudian keterlambatan tumbuh kembang. Tak kurang penting adalah pencegahan terhadap infeksi yang dapat terjadi melalui tali pusat, melalui mata, melalui telinga pada waktu persalinan atau pada waktu memandikan/ membersihkan bayi dengan bahan, atau cairan atau alat yang kurang bersih (Praworohardjo,2011) Berkaitan akan hal dibutuhkannya asuhan pada bayi baru lahir Prawihardjo (2010) mengatakan, pelayanan kesehatan maternal dan neonatal merupakan salah satu unsur penentu status kesehatan. Pelayanan kesehatan neonatal dimulai sebelum bayi dilahirkan, melalui pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil. Pertumbuhan dan
1
2
perkembangan bayi periode neonatal merupakan periode yang paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Ikterus adalah perubahan warna kulit/skera mata (normal berwarna putih) menjadi kuning karena peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Ikterus pada bayi yang baru lahir dapat merupakan suatu hal fisiologis, terdapat pada 25%-50% pada bayi yang lahir cukup bulan. Tapi juga bisa merupakan hal yang patologis misalnya akibat berlawanannya rhesus darah bayi dan ibunya, sepsis (infeksi berat), penyumbatan saluran empedu dan lain-lain )Dwi 2011). Menurut World Health Organization (WHO), bahwa di dunia ini setiap perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait dalam kehamilan dan persalinan, begitu juga dengan angka kematian balita terutama pada masa neonatal masih cukup tinggi dan menjadi masalah kesehatan baik secara global, regional, maupun di Indonesia. Itulah sebabnya tujuan keempat SDGs adalah mengurangi jumlah kematian. Ibu dan jumlah kematian balita. Secara global setiap tahunnya 120 juta bayi lahir di dunia, secara global 4 juta (33 per 1000) bayi lahir mati dan 4 juta (33 per 1000) lainnya meninggal dalam usia 30 hari (neonatal lanjut) (WHO 2012). Untuk angka kematian bayi 2013, badan pusat statistik (BPS) melakukan publikasi sesuai dengan SDKI 2012, dimana provinsi Jawa Barat mempunyai angka kematian bayi sebesar 30 per 1000 kelahiran hidup dibandingkan angka kematian bayi 2009, maka terjadi penurunan sebesar 6 poin, yaitu dari 36 per 1000 kelahiran hidup menjadi 30 per 1000 kelahiran (Profil kesehatan Jabar 2013). Proporsi kematian Bayi di Provinsi Jawa Barat tahun 2013 setiap tahun mengalami penurunan sebesar 9,1% dar 4.803 tahun 2012 menjadi 4.108 tahun2013 dengan jumlah kelahiran hidup sebanyak 943.962 jiwa lima kabupaten dengan proporsi kematian bayi tertinggi terdapat di kota Banjar, Kabupaten Majalengka, Kabupaten Indramayu, Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Sukabumi (Profil Kesehatan Jabar,2013)
3
Sementara Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya tahun 2015 angka kematian Bayi yaitu 118 Penyebab utama kematian bayi yaitu BBLR 41, Ikterus 1, asfiksia 29, kelainan kongenital 12, phenomonia 5, diagnosa lain 24, dan sepsis 5. (Dinkes,Tasikimalaya 2015). Berdasarkan hasil survey 2015 yang dilakukan penulis pada bulan maret sampai april di RSUD dr. Soekardjo Taskmalaya terdapat kelahiran bayi dengan jumlah 126. Bayi dengan ikterus fisiologis sebanyak 70 bayi. Akibat transisi dari fisiologis intrauterine ke ekstrauterine, semua bayi baru lahir mengalami peningkatan sementara bilirubin serum pada minggu ke-1 kehidupan, dan sekitar 50% bayi aterm menjadi tampak ikterik. Menurut definisi, ikterus adalah perubahan warna kulit dan sklera menjadi kuning
akibat peningkatan kadar bilirubin dalam
darah
(hiperbilirubinemia). Pada bayi baru lahir, ikterus dapat bersifat fisiologis maupun patologis. Ikterus fisiologis tampak kira-kira 48 jam setelah kelahiran, dan biasanya menetap dalam 10-12 hari (Maryati,2011) Menurut penelitian Puspitasari (2008) diperoleh hasil bahwa korelasi (r) sebesar -0,986 dengan nilai signifikansi (p) > 0,01 sebesar 0,000. Dari hasil analisa ini dapat disimpulkan bahwa tanda ikterus mempunyai hubungan yang erat secara signifikan dengan tujuh variasi lamanya waktu paparan sinar matahari pagi. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tanda ikterus akan semakin menurun dengan semakin lamanya waktu paparan sinar matahari pagi. Peningkatan kadar bilirubin pada bayi baru lahir merupakan fase transisi yang normal, tetapi peningkatan kadarnya dalam dalam darah yang berlebih dapat menyebabkan kern iterus, yang memerlukan penanganan khusus karena jika tidak ditangani akan menyebabkan kematian. Peran bidan sebagai tenaga kesehatan berwenang untuk mencegah atau deteksi dini terjadinya ikterus patologis dengan cara memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu pada saat hamil mengenai
4
kebutuhan nutrisi dan setelah lahir mengenai pentingnya ASI ekslusif bagi bayi (Maruni,2008) Seperti yang di terangkan dalam Al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat islam yaitu dalam QS. Al- Baqoroh ayat 233 yaitu:
Artinya :
Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama duatahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani
melainkan
menurut
kadar
kesanggupannya.
Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum
dua tahun)
dengan kerelaan keduanya
dan
permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah maha melihat apa yang kamukerjakan.
5
Mengingat angka kejadian ikterus neonatus yang cukup tinggi dan komplikasi yang di timbulkan apabila bayi tidak segera ditangani akan menjadi kern ikterus dan menyebabkan kematian. Maka penulis tertarik mengambil kasus “ Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Usia 5 Hari Dengan Ikterus di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya.” B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka perumusan masalah pada studi kasus ini adalah “Bagaimana Asuhan Kebidanan Pada Bayi baru lahir Usia 5 Hari Dengan Ikterus di RSUD dr. Soekardjo Tasikmalaya?”.
C. Tujuan 1. Tujuan Umum Melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir 5 hari dengan Ikterus Fisiologis di RSUD Dr Soekardjo Kota Tasikmalaya tahun 2016 dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan. 2. Tujuan Khusus
6
a. Mengumpulkan data dasar dalam asuhan kebidanan pada bayi baru lahir 5 hari dengan Ikterus Fisiologis di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya tahun 2016. b. Menginterpretasi data dasar dalam asuhan kebidanan pada bayi baru lahir 5 hari dengan Ikterus Fisiologis di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya tahun 2016. c. Mengidentifikasi
diagnosis/masalah
potensial
dan
antisipasi
penanganannya pada asuhan kebidanan pada bayi baru lahir 5 hari dengan Ikterus Fisiologis di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya tahun 2016. d. Menetapkan perlunya konsultasi dan kolaborasi segera dalam asuhan kebidanan pada bayi baru lahir 5 hari dengan Ikterus Fisiologis di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya tahun 2016. e. Menyusun rencana asuhan menyeluruh dalam asuhan kebidanan pada bayi baru lahir 5 hari dengan Ikterus Fisiologis di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya tahun 2016. f.
Melaksanakan langsung asuhan dengan efisien dan aman dalam asuhan kebidanan pada bayi baru lahir 5 hari dengan Ikterus Fisiologis di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya tahun 2016.
g. Mengevaluasi hasil tindakan dalam asuhan kebidanan pada bayi baru lahir 5 hari dengan Ikterus Fisiologis di RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya tahun 2016.
D. Manfaat Studi kasus 1. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan dan dapat mengaplikasikan ilmu yang telah di dapat di bangku perkuliahan khususnya mata kuliah asuhan kebidanan neonatus. 2. Bagi institusi Menambah
referensi
tentang
ilmu
kebidanan
khususnya
dalam
penatalaksanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir fisiologis. 3. Bagi Lahan Praktik Dapat membimbing generasi penerus sehingga menjadi bidan yang professional dalam mengatasi bayi baru lahir.
7
4. Bagi keluarga pasien Menambah pengetahuan keluarga pasien bagaimana perawatan bayi baru lahir dengan baik dan benar, sehingga tidak ada kesulitan dalam menangani bayi baru lahir di rumah.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP DASAR 1. Bayi Baru Lahir a. Definisi Bayi Baru Lahir Bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500–4000 gram, nilai APGAR > 7 dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah dan yulianti, 2010). Neonatus ialah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin. Beralih dari ketergantungan mutlak pada ibumenuju kemandirian fisiologi(Rukiyah dan Yulianti, 2010). b. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal 1) Lahir aterm antara 37-42 minggu. 2) Berat badan 2.500-4000 gram. 3) Panjang badan 48-52 cm. 4) Lingkar dada 30-38 cm. 5) Lingkar kepala 33-35 cm. 6) Lingkar lengan 11-12 cm. 7) Frekuensi denyut jantung 120-160 x/menit. 8) Pernafasan 40-60 x/menit. 9) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup. 10) Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna. 11) Kuku agak panjang dan lemas. 12) Nilai APGAR >7. 13) Gerak aktif. 14) Bayi lahir langsung menangis kuat. 15) Refleks rooting (mencari puting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik. 16) Refleks suckingdan swallowing (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik. 17) Refleks morro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk dengan baik. 18) Refleks grapsing (menggenggam) sudah baik. 19) Genitalia
a)
Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada skrotum dan penis yang berlubang.
b)
Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra yang berlubang, serta adanya labia minora dan mayora.
20) Eliminasi Baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan(Maryanti, 2011).
c. Adaptasi bayi baru lahir pada kehidupan luar uterus Transisi dari kehidupan di dalam kandungan ke kehidupan luar kandungan merupakan perubahan drastis, dan menuntut perubahan fisiologis yang bermakna dan efektif oleh bayi, guna memastikan kemampuan bertahan hidup. Adaptasi bayi terhadap kehidupan diluar kandungan meliputi: 1) Awal pernafasan Pada saat lahir bayi berpindah tempat dari suasana hangat dilingkungan rahim ke dunia luar tempat dilakukannya peran eksistensi mandiri. Bayi harus dapat melakukan transisi hebat ini dengan tangkas. Untuk mencapai hal ini serangkaian fungsi adaptif dikembangkan untuk mengakomodasi perubahan drastis dari lingkungan di dalam kandungan ke lingkungan diluar kandungan (Myles, 2010). 2) Adaptasi paru Hingga saat lahir tiba, janin bergantung pada pertukaran gas daerah maternal melalui paru maternal dan placenta. Setelah pelepasan placenta yang tiba-tiba setelah pelahiran, adaptasi yang sangat cepat terjadi untuk memastikan
kelangsungan
hidup.
Sebelum
lahir
janin
melakukan
pernapasan dan menyebabkan paru matang, menghasilkan surfaktan, dan mempunyai alveolus yang memadai untuk pertukaran gas. Sebelum lahir paru janin penuh dengan cairan yang diekskresikan oleh paru itu sendiri. Selama kelahiran, cairan ini meninggalkan paru baik karena dipompa menuju jalan napas dan keluar dari mulut dan hidung, atau karena bergerak melintasi dinding alveolar menuju pembuluh limve paru dan menuju duktus toraksis (Myles, 2009). 3) Adaptasi peredaran darah Pada masa fetus, peredaran darah dimulai dari placenta melalui vena umbilikalis lalu sebagian ke hati sebagian lainnya langsung ke serambi kiri jantung, kemudian ke bilik kiri jantung. Dari bilik kiri darah dipompa melalui aorta keseluruh tubuh, sedangkan yang dari bilik kanan darah dipompa
sebagian ke paru dan sebagian melalui duktusnarterious ke aorta )Dewi, 2011)
4) Adaptasi suhu Menurut Arief dkk )2009), ketika bayi lahir berada pada suhu lingkungan yang lebih rendah dari suhu didalam Rahim ibu. Apabila bayi dibiarkan dalam suhu kamar 25⁰C maka bayi akan kehilangan panas melalui konduksi, konveksi, radiasi dan evaporasi sebanyak 200kal/kg. sedangkan produksi panas yang dihasilkan tubuh bayi hanya sepersepuluhnya. Keadaan ini menyebabkan penurunan suhu tubuh sebanyak 2⁰C dalam waktu 15 menit, akibat suhu yang rendah metabolisme jaringan meningkat dan kebutuhan oksigen meningkat.
5) Hati Segera setelah lahir, hati menunjukan perubahan kimia dan morfologis yang berupa kenaikan kadar protein dan penurunan kadar lemak serta glikogen. Sel hemopoetik juga mulai berkurang, walaupun dalam waktu yang agak lama. Enzim hati belum benarbenar aktif pada waktu bayi baru lahir. Daya detoksifikasi hati pada neonatus juga belum sempurna, contohnya pemberian obat cloramfenikol dengan dosis lebih dari 50 mg atau atau dapat menimbulkan gray baby syndromeDewi, 2010). d. Bayi baru lahir dengan resiko tinggi Bayi baru lahir dengan resiko tinggi menurut Muslihatun 2010 diantaranya: 1). BBLR Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir 2). Asfiksia neonatorum Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan kegagalan nafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir 3). Sindrom gawat nafas neonatus Sindrom gawat nafas neonatus adalah sekumpulan gejala gangguan nafas bayi baru lahir karena berbagai sebab 4). Ikterus Ikterus merupakan diskoloriasi kuning pada kulit atau organ lain akibat penumpukan bilirubin.
5). Kejang Kejang pada neonatus didefinisikan sebagai suatu gangguan terhadap fungsi neurilogis seperti tingkah laku, motorik, atau fungsi otonom. 6). Hipertermi Hipertermi adalah suatu kondisi di mana suhu tubuh meningkat melebihi set point yang biasanya di sebabkan kondisi tubuh eksternal yang menimbulkan panas berlebihan jika dibandingkan kemampuan tubuh untuk menghilangkan panas seperti pada heat stroke, toksisitas aspirin, kejang atau hipertiroidsm 7). Tetanus Neonatorum Tetanus adalah penyakit infeksi yang ditandai oleh kekakuan dan kejang otot, tanpa disertai gangguan kesadaran, sebagai akibat dari toksin kuman closteridium tetani. Tetanus neonatorim adalah suatu penyakit infeksi yang di sebabkan oleh kuman,clostridium tetani. 8). Hipoglikemia Hipoglikemia adalah sindrom klinik dengan penyebab yang sangat luas sebagai akibat dari rendahnya kadar glukosa plasma yang akhirnya menyebabkan neuroglikopenia. Hipoglikemia merupakan suatu keadaan dimana kadar gula atau glukosa darah kurang dari 45 mg/dL (2.6 mmol/L) 2. Ikterus a. Definisi Ikterus Menurut Dwi dkk )2011) Ikterus adalah perubahan warna kulit/skera mata (normal berwarna putih) menjadi kuning karna peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Ikterus pada bayi yang baru lahir dapat merupakan suatu hal fisiologis, terdapat pada 25%-50% pada bayi yang lahir cukup bulan. Tapi juga bisa merupakan hal yang patologis misalnya akibat berlawanannya rhesus darah bayi dan ibunya, sepsis (infeksi berat), penyumbatan saluran empedu dan lain-lain. Ikterus fisiologis timbul pada hari ke 2 dan ke 3 dan tidak disebabkan oleh kelainan apapun, kadar bilirubin darah tidak lebih dari kadar yang membahayakan dan tidak mempunyai potensi yang menimbulkan kecacatan pada bayi. Ikterus ini biasanya menghilang pada akhir minggu pertama atau selambat lambatnya 10 hari pertama. Sedangkan pada ikterus yang patologis, kadar bilirubin darahnya melebihi btas, dan disebut sebagai hiperbillirubinemia )Dwi dkk, 2011)
Ikterus merupakan gejala yang sering ditemukan pada bayi baru lahir dan ditandai dengan munculnya warna kuning pada permukaan kulitnya. Hal ini dapat terjadi karena kadar bilirubin bebas yang ada dalam tubuhnya melebihi normal sehingga bilirubin bebas yang larut dalam lemak tersebut menjadi terlihat di permukaan kulit (lapisan subcutan) yang sebagian besar kandungannya adalah lemak. Ikterus adalah kondisi munculnya warna kuning di kulit dan selaput mata pada bayi baru lahir karena adanya bilirubin (pigmen empedu) dan selaput mata akibat peningkatan kadar bilirubin dalam darah (hiperbilirubinemia) (Masmoki 2008). b. Macam-macam Ikterus Macam-macam ikterus menurut Ngastiyah (2005) adalah sebagai berikut : 1. Ikterus Fisiologi Ikterus Fisiologi adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan hari ketiga yang mempunyai dasar patologik, kadarnya tidak melewati kadar yang membahayakan, atau mempunyai potensi menjadi kern-ikterus dan tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi. Ikterus ini biasanya menghilang pada akhir minggu pertama atau selambat-lambatnya 10 hari pertama. Ikterus dikatakan Fisiologis bila : a) Timbul pada hari kedua sampai ketiga. b) Kadar bilirubin indirek sesudah 2 - 24 jam tidak melewati 15 mg % pada neonatus cukup bulan dan 10 mg % pada neonatus kurang bulan. c) Kecepatan peninakatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg % perhari. d) Ikterus menghilang pada 10 hari pertama e) Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologik (kern – ikterus) f) Tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi. 2. Ikterus Patologik Ikterus Patologik adalah ikterus yang mempunyai dasar patologik atau
kadar
bilirubinnya
mencapai
suatu
nilai
yang
disebut
hiperbilirubinemia. Dasar patologik ini misalnya, jenis bilirubin, saat timbulnya dan menghilangnya ikterus dan penyebabnya. Menurut Ngastiyah (2005) Ikterus dikatakan Patologis bila : a) Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama
b) Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan atau melebihi 12,5 mg% pada neonatus kurang bulan. c) Peningkatan bilirubin lebih dari 5 mg% perhari. d) Ikterus menetap susudah 2 minggu pertama. e) Kadar bilirubin direct melebihi 1 mg%. f) Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik. 3. Tanda dan Gejala Tanda dan Gejala Ikterus Fisiologis a) Letargi dan malas (Doengoes Marillynn, 2001). b) Bagian putih bola mata bayi terlihat kuning. c) Bayi yang tidak mau menyusu / tidur terus menerus. d) Bila kulitnya ditekan beberapa detik akan terlihat warna kekuningkuningan. Caranya:tekan jari telunjuk kita secara ringan pada tempattempat yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung, dada dan lutut (Tabloid-nakita, 2008). e) Tangisan bernada tingi (Merenstein, 2001). f)
Kulit berwarna kuning.
g) Timbul pada hari ke 2 dan ke 3 setelah bayi baru lahir. h) Kadar bilirubin indirect tidak lebih dari 10 mg% pada pada neonatus cukup bulan dan 12,5 mg% pada neonatus kurang bulan. i)
Kecepatan peningkatan bilirubin tidak lebih dari 5 mg% perhari
j)
Kadar bilirubin direct tidak lebih dari 1 mg%.
k) Ikterus menghilang pada hari ke 10 pertama. l)
Tidak terbukti punya hubungan dengan keadaan fatologis.
m) Penilaian Menilai kira-kira bilirubin, pengamatan ikterus kadang-kadang agak sulit apalagi dalam cahaya buatan, paling baik pengamatan dilakukan dalam cahaya matahari dan dengan menekan sedikit kulit yang akan di amati untuk menghilangkan warna karena pengaruh sirkulasi darah. Ada beberapa cara untuk menentukan derajat ikterus yang merusakn resiko terjadinya kern-ikterus, misalnya kadar bilirubin bebas: kadar bilirubin 1 dan 2, atau secara klinis (kramer lihat lampiran penilaian ikterus) dilakukan bawah sinar matahari biasa (day-light).sebaiknya penilaian ikterus dilakukan secara laboratoris, apabila fasilitas tidak memungkinkan dapat di lakukan secara klinis.
Gambar 2.1 Derajat Kramer Ikterus
Rumus kramer I. Derajat 1 Kepala dan leher, Kadar bilirubin 5 mg% II. Derajat 2 Daerah 1 (+) badan bagian atas, kadar bilirubin 9 mg% III. Derajat 3 Daerah 1,2 (+) badan bagian bawah dan tungkai, kadar bilirubin 11 mg% IV. Derajat 4 Daerah 1,2,3 (+) lengan dan kaki di bawah dengkul, kadar bilirubin 12 mg% V. Derajat 5 Daerah 1,2,3,4 (+) tangan dan kaki, kadar bilirubin 16 mg% Contoh 1 kulit kuning di kepala, leher dan badan bagian atas, berarti bilirubin kira-kira 9- mg%. Contoh 2 kulit bayi kuning seluruh badan sampai kaki dan tangan, berarti jumlah bilirubin > 15 mg%. 4. Kern – Ikterus Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak terutama pada korpus striatum, talamus, nukleus subtalamus, hipokampus, nukleus merah dan nukleus pada dasar ventrikulus ke IV. Tanda-tanda kliniknya adalah mata yang berputar, letargi, kejang, tak mau menghisap, tonus otot meninggi, leher kaku dan akhirnya opistotonus. Pada umur yang lebih lanjut bila bayi hidup dapat terjadi spasme otot, opistotonus, kejang, atetosis, yang disertai ketegangan otot. Ketulian pada nada tinggi dapat ditemukan gangguan bicara dan retardasi mental. c. Penatalaksanaan Ikterus Pengobatan yang diberikan sesuai dengan analisa penyebab yang meungkin dan memastikan kondisi ikterus pada bayi kita masih dalam batas normal (fisiologis) ataukah sudah patologis. Tujuan pengobatan
adalah mencegah agar konsentrasi bilirubin indirect dalam darah tidak mencapai kadar yang menimbulkan neurotoksisitas, dianjurkan dilakukan transfuse tukar dan atau fisioterapi. Resiko cidera susunan saraf pusat akibat bilirubin harus diimbangi dengan resiko pengobatan masingmasing bayi. Kriteria yang harus dipergunakan untuk memulai fototerapi. Oleh karena fototerapi membutuhkan waktu 12-24 jam, sebelum memperlihatkan panjang yang dapat diukur, maka tindakan ini harus dimulai pada kadar bilirubin, kurang dari kadar yang diberikan. Penggunaan fototerapi sesuai dengan anjuran dokter biasanya diberikan pada neonatus dengan kadar bilirubin tidak lebih dari 10 mg%. 1) Penatalaksanaan umum Penatalaksanaan ikterus secara umum menurut Surasmi (2003) antara lain yaitu : a) Memeriksa golongan darah Ibu (Rh, ABO) dan lain-lain pada waktu hamil b) Mencegah trauma lahir, pemberian obat pada ibu hamil atau bayi baru lahir, yang dapat menimbulkan ikterus, infeksi dan dehidrasi. c) Pemberian makanan dini dengan jumlah cairan dan kalori yang sesuai dengan kebutuhan bayi baru lahir imunisasi yang cukup baik di tempat bayi dirawat. d) Pengobatan terhadap faktor penyebab bila diketahui. 2) Penatalaksanaan berdasarkan waktu timbulnya ikterus Ikterus neonatorum dapat diceg ah berdasarkan waktu timbulnya gejala dan diatasi dengan penatalaksanaan di bawah ini a) Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama pemeriksaan yang dilakukan : (1)
Kadar bilirubin serum berkala
(2)
Darah tepi lengkap
(3)
Golongan darah ibu dan bayi diperiksa
(4)
Pemeriksaan penyaring defisiensi enzim G6PD biakan darah atau biopsy hepar bila perlu.
b) Ikterus yang timbul 24-72 jam setelah lahir. Pemeriksaan yang perlu diperhatikan. (1) Bila keadaan bayi baik dan peningkatan tidak cepat dapat dilakukan pemeriksaan darah tepi . (2) Periksa kadar bilirubin berkala. (3) Pemeriksaan penyaring enzim G6PD dan pemeriksaan lainnya.
c) Ikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai minggu pertama Ikterus yang timbul pada akhir minggu pertama dan selanjutnya. Pemeriksaan yang dilakukan : (1) Pemeriksaan bilirubin direct dan indirect berkala (2) Pemeriksaan darah tepi (3) Pemeriksaan penyaring G6PD (4) Biarkan darah, biopsy hepar bila ada indikasi
3) Ragam Terapi Jika setelah tiga-empat hari kelebihan bilirubin masih terjadi, maka bayi harus segera mendapatkan terapi. Bentuk terapi ini macam-macam, disesuaikan dengan kadar kelebihan yang ada. a) Terapi Sinar (fototerapi) Terapi sinar dilakukan selama 24 jam atau setidaknya sampai kadar bilirubin dalam darah kembali ke ambang batas normal. Dengan fototerapi, bilirubin dalam tubuh bayi dapat dipecahkan dan menjadi mudah laurt dalam air tanpa harus diubah dulu oleh organ hati. Terapi sinar juga berupaya menjaga kadar bilirubin agar tidak terus meningkat sehingga menimbulkan risiko yang lebih fatal. Sinar yang digunakan pada fototerapi berasal dari sejenis lampu neon dengan panjang gelombang tertentu. Lampu yang digunakan sekitar 12 buah dan disusun secara parallel. Dibagian bawah lampu ada sebuah kaca yang disebut flexy glass yang berfungsi meningkatkan energi sinar sehingga intensitasnya lebih efektif. Sinar yang muncul dari lampu tersebut kemudian diarahkan pada tubuh bayi. Seluruh pakaiannya dilepas, kecuali mata dan alat kalamin harus ditutup dengan menggunakan kain kasa. Tujuannya untuk mencegah efek cahaya dari lampu-lampu tersebut. Seperti diketahui, pertumbuhan mata bayi belum sempurna sehingga dikhawatirkan akan merusak bagian retinanya, begitu pula alat kelaminnya, agar kelak tak terjadi risiko terhadap organ reproduksi itu, seperti kemandulan. b) Terapi transfusi Jika setelah menjalani fototerapi taka da perbaikan dan kadar bilirubin terus meningkat hingga mencapai 20 mg/dl atau lebih, maka perlu dilakukan terapi transfuse darah. Dikhawatirkan kelebihan bilirubin dapat menimbulkan kerusakan sel saraf otak (kern ikterus). Efek inilah yang harus diwaspadai karena anak bisa mengalami
beberapa
gangguan
perkembangan.
Misalnya
keterbelakangan mental, cerebral palsy, gangguan motoric dan bicara, serta gangguan penglihatan dan pendengaran. Untuk itu, darah bayi sudah teracuni akan dibuang dan ditukar dengan darah lain. Proses tukar darah akan dilakukan bertahap.
Bila dengan sekali tukar darah, kadar bilirubin sudah menunjukkan angka yang menggembirakan, maka terapi transfuse bisa berhenti. Tapi bila masih tinggi maka perlu dilakukan proses transfusi kembali. Efek samping yang bisa muncul adalah masuknya kuman penyakit yang bersumber dari darah yang dimasukkan ke dalam tubuh bayi. Meski begitu, terapi ini terbilang efektif untuk menurunkan kadar bilirubin yang tinggi. c) Terapi obat-obatan Terapi lainya adalah dengan obat-obatan. Misalnya, obat Phenobarbital atau luminal untuk meningkatkan pengikatan bilirubin di sel-sel hati sehingga bilirubin yang sifatnya indirect berubah jadi direct. Ada juga obat-obatan yang mengandung plasma atau albumin yang berguna untuk mengurangi timbunan bilirubin dan mengangkut bilirubin bebas ke organ hati. Biasanya terapi ini dilakukan bersamaan dengan terapi lain, seperti fototerapi. Jika sudah tampak perbaikan maka terapi obat-obatan ini dikurangi bahkan
dihenntikan.
Efek
sampingnya
adalah
mengantuk.
Akibatnya bayi jadi banyak tidur dan kurang minum ASI sehingga dikhawatirkan terjadi kekurangan kadar gula dalam darah yang justru memicu peningkatan bilirubin. Oleh karena itu, teapi obatobatan bukan menjadi pilihan utama untuk menangani hiperbilirubin karena biasanya dengan fototerapi si kecil bisa ditangani (revelindonesia.com) d) Menyusui Bayi dengan ASI Bilirubin juga dapat pecah jika bayi banyak mengeluarkan feses dan urin. Untuk itu bayi harus mendapatkan cukup ASI. Seperti diketahui, ASI memiliki zat-zat terbaik bagi bayi yang dapat memperlancar buang air besar dan kecilnya. e) Terapi Sinar Matahari Terapi dengan sinar matahari hanya merupakan terapi tambahan. Biasanya dianjurkan setelah bayi selesai dirawat di rumah sakit. Caranya, bayi dijemur selama setengah jam dengan posisi yang berbeda-beda. Seperempat jam dalam keadaan telentang, misalnya, seperempat jam kemudian telungkup. Lakukan anatara jam 07.00 sampai 09.00 pagi. Inillah waktu dimana sinar surya efektif mengurangi kadar bilirubin. Dibawah jam tujuh, sinar ultraviolet belum cukup efektif, sedangkan di atas jam Sembilan
kekuatannya sudah terlalu tinggi sehingga akan merusak kulit. Hindari posisi yang membuat bayi melihat langsung ke matahari karena
dapat
merusak
matanya.
Perhatikan
pula
situasi
disekeliling, keadaan udara harus bersih.
B. TEORI MANAJEMEN KEBIDANAN 1.
Pengertian manajemen kebidanan Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan
teori
ilmiah,
temuan-temuan,
keterampilan,
dalam
rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien. Manajemen kebidanan diadaptasi dari sebuah konsep yang dikembangkan oleh Helen Varney dalam buku Varney‟s Midwifery, edisi ketiga tahun 1997, menggambarkan proses manajemen asuhan kebidanan yang terdiri dari tujuh langkah yang berurut secara sistematis dan siklik (Soepardan, 2008). 2. Langkah dalam manajemen kebidanan Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan diakhiri dengan evaluasi. Setiaplangkahdalam manajemen kebidananakan dijabarkan, sebagai berikut: a.
Langkah I: Pengumpulan Data Dasar Langkah pertama dikumpulkan semua informasi(data) yang akurat dan lengkap
dari
semua
sumber
yangberkaitan
dengan
kondisi
klien.
Untukmemperoleh data dilakukan dengan cara: 1)
Anamnenis Anamnesis
dilakukan
untuk
mendapatkan
biodata,
riwayatmenstruasi,riwayatkesehatan, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, spiritual, serta pengetahuan klien. 2)
Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tandatanda vital, meliputi: a)
Pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi).
b)
Pemeriksaan penunjang (laboratorium dan catatan terbaru serta catatan sebelumnya).
b.
Langkah II: Interpretasi Data Dasar Langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
Data dasar tersebut kemudian diinterpretasikan sehingga dirumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik. c.
Langkah
III:Identifikasi
Diagnosis/Masalah
Potensial
dan
Antisipasi
Penanganannya Langkah ketiga mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial berdasarkan diagnosis/masalah yang sudah diidentifikasi.Langkah ini
membutuhkan
antisipasi,
bila
memungkinkan
dilakukan
pencegahan.Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosis/masalah potensial ini menjadi kenyataan.Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman. d.
Langkah IV: Menetapkan Perlunya Konsultasi dan Kolaborasi segera dengan Tenaga Kesehatan Lain. Bidan
mengidentifikasi
perlunya
bidan
atau
dokter
melakukan
konsultasi atau penanganan segera bersama anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah ke empat mencerminkan kesinambungan proses menejemen kebidanan.Jadi,menejemen tidak hanya langsung selama asuhan primer priodik atau kunjungan prenatal saja,tetapi selama wanita tersebut dalam dampingan
bidan.Misalnya,pada
waktu
wanita
tersebut
dalam
persalinan.Dalam kondisi tertentu,seorang bidan mungkin juga perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti pekerjaan sosial,ahli gizi,atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini,bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa sebaiknya konsultasi dan kolaborasi dilakukan. e.
Langkah V Menyusun Rencana Asuhan Menyeluruh Pada langkah kelima direncanakan asuhan menyeluruhyang ditentukan berdasarkan
langkah-langkah
sebelumnya.
Langkah
ini
merupakan
kelanjutan manajemen untuk masalah atau diagonis yang telah diidentifikasi atau diantisipasi.Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi segala hal yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang terkait,tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi untuk klien tersebut. Pedoman antipasi ini mencangkup setiap hal berkaitan dengan semua aspek asuhan kesehatan dan sudah di setujui oleh kedua belah pihak,yaitu bidan dan klien, agar bisa dilaksanakan secara efektif. Semua keputusan yang telah disepakati dikembangkan dalam asuhan menyeluruh.Asuhan ini harus
bersifat rasional dan valid yang dilaksanakan pada pengetahuan, teori terkini (up to date), dan sesuai dengan asumsi dengan apa yang akan dilakukan klien. f.
Langkah VI Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman Pada langkah ke enam,rencana asuhan menyeluruh dilakukan dengan efisien dan aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melakukan sendiri,namun ini tetap tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya dengan memastikan bahwa langkah tersebut benar benar terlaksana). Dalam situasi ketika bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi,bidan tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana bersama yang menyeluruh tersebut. Penatalaksanaan yang efesien danberkualitas akan berpengaruh pada waktu serta biaya.
g.
Langkah VII Evaluasi Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulang aspek asuhan
yang
tidak
menguntungkan
atau
efektif
untuk
menghambat
mengetahui
faktor
keberhasilan
nama
asuhan
yang yang
diberikan.Pada langkah terakhir,dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan.Ini meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan:apakah benar-benar terpenuhi sebagai mana diidentifikasi di dalam diagnosis dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam
pelaksanaannya.Ada
kemungkinan
bahwa
sebagian
rencana
tersebutefektif,sedang sebagaian lagi belum efektif. Mengingat bahwa proses menejemen asuhan merupakan suatu kegiatan yang bersinambungan, maka bidan perlu mengulang kembali setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen untuk mengidentifikasi mengapa rencana asuhan tidak berjalan efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan tersebut (Soepardan, 2008). C. KONSEP DASAR MANAJEMEN KEBIDANAN PADA NEONATUS DENGAN IKTERUS Manajemen atau asuhan segera pada bayi baru lahir normal adalah asuhan yang diberikan pada bayi pada jam pertama setelah kelahiran, dilanjutkan sampai 24 jam setelah kelahiran (Sudarti, 2010).
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir bertujuan untuk memberikan asuhan yang adekuat dan berstandar pada bayi baru lahir dengan memperhatikan riwayat bayi selama kehamilan, dalam persalinan dan keadaan bayi segera setelah dilahirkan. Hasil yang diharapkan dari pemberian asuhan kebidanan pada bayi baru lahir, adalah terlaksananya asuhan segera atau rutin pada bayi baru lahir termasuk melakukan pengkajian, membuat diagnosa, mengidentifikasi diagnosis dan masalah potensial, tindakan segera serta merencanakan asuhan (Sudarti, 2010). 1. Data Subjektif Langkah I : Pengkajian Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan bayi baru lahir (Sudarti, 2010). Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Data yang dikumpulkan terdiri dari data subjektif dan data objektif. a. Biodata 1) Nama bayi : untuk mengetahui identitas bayi 2) Umur bayi : untuk mengetahui berapa umur bayi yang nanti akan disesuaikan dengan tindakan yang akan dilakukan Dan untuk mengetahui tingkat keparahan ikterus yaitu jika timbul pada 24 jam sesudah kelahiran termasuk ikterus patologis sedangkan jika timbul pada hari kedua-ketiga termasuk ikterus fisiologis. 3) Tanggal/jam lahir : untuk mengetahui kapan bayi baru lahir, sesuai atau tidak dengan perkiraan lahirnya. Dan untuk mengetahui tingkat kenaikan kadar billirubin pada bayi cukup bulan atau bayi kurang bulan. 4) Jenis kelamin : untuk mengetahui jenis kelamin bayi dan membedakan dengan bayi yang lain. 5) Nama ibu/ayah : untuk mengetahui nama penanggung jawab. 6) Umur ibu/ayah : untuk mengetahui umur penanggung jawab. 7) Suku bangsa : untuk mengetahui bahasa sehinga mempermudah dalam berkomunikasi dengan keluarga pasien. 8) Agama : dengan diketahui agama pasien, akan mempermudah dalam memberikan dukungan mental dan dukungan spiritual dalam proses pelaksanaan asuhan kebidanan. 9) Pendidikan orang tua : tingkat pendidikan akan mempengaruhi sikap dan perilaku
kesehatan.
Dikaji
untuk
menyampaikan informasi pada pasien.
mempermudah
penulis
dalam
10) Pekerjaan : mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan terhadap permasalahan kesehatan pasien dan untuk menilai sosial ekonomi pasien. 11) Alamat : mempermudah hubungan dengan anggota keluarga yang lain apabila diperlukan dalam keadaan normal. b. Riwayat kehamilan ibu Untuk mengetahui hari pertama haid terakhir (HPHT), hari perkiraan lahir (HPL), frekuensi pemeriksaan Ante Natal Care (ANC), yang memeriksa, keluhan,
dan
imunisasi.
Komplikasi
kehamilan
(ibu
menderita
DM,
inkompatibilitas ABO dan Rh). Riwayat penggunaan obat selama ibu hamil yang menyebabkan ikterus (sulfa, anti malaria, nitro furantoin, aspirin) dan riwayat ikterus pada anak sebelumnya (Depkes, 2007). c. Riwayat persalinan Yang perlu dikaji pada saat persalinan adalah : jenis persalinan, penolong persalinan, lama persalinan, tanda gawat janin, masalah selama persalinan, pecah ketuban : spontan atau dipecah oleh petugas kesehatan, jam saat ketuban dipecahkan, komplikasi selama persalinan (Maryunani, 2008). d. Riwayat kebutuhan nutrisi Nutrisi terbaik untuk bayi baru lahir adalah ASI yang dapat diberikan segera setelah bayi lahir, pemberiannya on demand atau terjadwal sesuai kebutuhan bayi. Menurut WHO (2009), kebutuhan cairan yang dibutuhkan bayi (mL/kg) dengan berat badan >1500 g, yaitu : 1) Hari 1 : 60cc/kgBB/hari 2) Hari 2 : 80cc/kgBB/hari 3) Hari 3 : 100cc/kgBB/hari 4) Hari 4 : 120cc/kgBB/hari 5) Hari 5+ : 150cc/kgBB/hari Memberikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal 3 jam sekali). Apabila bayi telah mendapat minum 160ml/kg berat badan per hari tetapi masih tampak lapar berikan tambahan ASI setiap kali minum. 2. Data Objektif Menurut Priharjo )2010), pemeriksaan fisik bayi melalui data obyektif. data obyektif adalah data yang diperoleh dari pengkajian dan pemeriksaan fisik pasien guna menegakan diagnosa. a. Pemeriksaan umum Menurut Muslihatun )2010), sebelum melakukan pemeriksaan fisik bayi, dilakukan penilaian keadaan umum bayi. b. Tanda-tanda vital
1) Tanda-tanda vital pada bayi normal menurut (Frasser,2009) meliputi : a) Suhu aksila
: 36 - 370C.
b) Nadi
: 120-160 x/menit.
c) Pernafasan
: 30-60 kali per menit.
2) Pemeriksaan Antropometri pada bayi normal menurut Djitowiyono (2010) adalah : a)
Berat badan 2500 - 4000 gram.
b)
Panjang badan 48 - 52 cm.
c)
Lingkar dada 30 – 38 cm.
d)
Lingkar kepala 33 – 35 cm. Bayi biasanya mengalami penurunan berat badan dalam beberapa hari pertama yang harus kembali normal pada hari ke-10. Bayi dapat ditimbang pada hari ke-3 atau ke-4 untuk mengkaji jumlah penurunan berat badan, tetapi bila bayi tumbuh dan minum dengan baik, hal ini tidak diperlukan. Sebaiknya dilakukan penimbangan pada hari ke-10 untuk memastikan bahwa berat badan lahir telah kembali.
c. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik menurut Muslihatun )2010) adalah: 1)
Kepala : memeriksa ubun-ubun, sutura, moulase, caput succedaneum, cephal hematoma, hidrosefalus, ubun-ubun besar, ubun-ubun kecil (Sudarti, 2010).
2) Muka : memeriksa kesimetrisan muka, tanda tanda paralis. Bayi ikterus warna kulit terlihat kuning. )Suriadi,2010) 3) Mata : memeriksa bagian sklera pucat atau kuning dan konjungtiva apakah merah muda atau tidak. Bayi ikterus sklera terlihat kuning )Suriadi, 2010). 4) Hidung : memeriksa lubang hidung tampak jelas, biasanya berisi cairan mukosa, palatoskizis. 5) Mulut : bentuk simetris/tidak, mukosa mulut kering/basah, lidah, palatum, bercak
putih
pada
gusi,
refleks
menghisap,
adakah
labioskizis/palatoskiziz, trush, sianosis. 6) Telinga : memeriksa kesimetrisan letak dihubungkan dengan mata dan kepala, serta adanya gangguan pendengaran. 7) Leher : memeriksa pembengkakan dan benjolan, kelainan tyroid, hemangioma, tanda abnormalitas.
8) Dada : memeriksa bentuk dada, putting susu, bunyi jantung dan pernafasan. 9) Abdomen : memeriksa distensi abdomen, defek pada dinding perut atau tali pusat dimana usus atau organ perut yang lain keluar, untuk melihat bentuk dari abdomen. 10) Punggung : memeriksa spina bifida, mielomeningokel. 11) Genitalia : memeriksa bagian genitalia jika perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora, sedangkan laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada. 12) Anus: memeriksa terdapat lubang anus. 13) Ekstremitas: memeriksa posisi, gerakan, reaksi bayi bila disentuh, dan pembengkakan (Sudarti, 2010). Bayi ikterus terlihat hipotonus )surasmi, 2008). 14) Kulit
: memeriksa warna kulit, ada tidak nya vernik scaseosa,
lanugo, bercak, tanda lahir. Bayi ikterus warna kulit terlihat kuning. d. Refleks 1) Refleks moro: timbulnya pergerakan tangan yang simetris apabila kepala tiba-tiba digerakkan. 2) Refleks rooting: bayi menoleh ke arah benda yang menyentuh pipi. 3) Refleks graphs: refleks genggaman telapak tangan dapat dilihat dengan meletakkan pensil atau jari di telapak tangan bayi. 4) Refleks sucking : terjadi ketika bayi yang baru lahir secara otomatis menghisap benda yang ditempatkan di mulut mereka. 5) Refleks tonicneck : pada posisi telentang, ekstremitas di sisi tubuh dimana kepala menoleh mengalami ekstensi, sedangkan di sisi tubuh lainnya fleksi. e. Eliminasi Pengeluaran pertama pada 24 jam pertama adalah mekonium dan urin. bayi yang normal berkemih (6-8 kali sehari) dan buang air besar dalam sehari (3-4 kali perhari pada hari ke-3 sampai hari ke-4, 4-6 kali perhari pada hari ke4 sampai ke-6, 8-10 kali perhari dari usia 1 minggu hingga 1 bulan. Bayi ikterus urin dan tinja terlihat pekat, warna seperti teh )Surasmi,2008). f.
Data penunjang Data penunjang adalah data yang diperoleh selain dari pemeriksaan. Data penunjang meliputi pemeriksaan Hb dan golongan darah serta USG dan rontgen (Manuaba, 2007). Pemeriksaan laboratorium bayi ikterus adalah Rh
darah ibu dan janin berlainan. Kadar bilirubin bayi aterm lebih 12,5 mg/dL, premature lebih 15 mg/dL )Maryati, 2011). 3. Assesement Langkah II : Interpretasi Data Untuk melakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau diagnosa yang berdasarkan interpretasi diatas, pada langkah ini data dikumpulkan dan diinterpretasikan menjadi masalah atau menjadi diagnosa kebidanan. )Varney, 2007). a.
Diagnosa kebidanan Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup kebidanan )Varney, 2007). Diagnosa : NCB, SMK , umur..... hari dengan ikterus fisiologis. )Muslihatun,2010).
b.
Masalah Merupakan hal – hal yang berkaitan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnose. Masalahmasalah yang sering dijumpai pada bayi baru lahir dengan ikterik adalah gangguan sistem pernafasan, reflek hisap, dan menelan minuman, kesadaran menurun atau sering tidur (Manuaba, 2010).
c.
Kebutuhan Hal-hal yang dibutuhkan oleh pasien dan belum terindentifikasi dalam
diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisis data )Varney, 2007). Kebutuhan yang harus diberikan pada bayi baru lahir dengan ikterik
adalah
oksigen
sesuai
terapi,
pemberian
cairan
yang
cukup,
mengobservasi keadaan umum bayi secara intensif menjaga supaya lingkungan sekitar tetap nyaman dan hangat )Ngastiyah, 2005). Langkah III : Diagnosa Potensial Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi. Misalnya diagnosa potensial ikterus neonatorum potensial terjadi Ensefalopati Billirubin (Sudarti, 2010). Langkah IV : Tindakan Segera Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau ada hal yang perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai kondisi bayi, contohnya adalah pemberian minum sedini mungkin dengan jumlah cairan dan kalori yang mencukupi dan pemantauan perkembangan ikterus (Sudarti, 2010).
4. Planning Langkah V : Perencanaan Merencanakan asuhan yang rasional sesuai dengan temuan pada langkah sebelumnya. Rencana asuhan dari diagnosa yang akan diberikan dalam kasus bayi baru lahir dengan ikterus fisiologis antara lain : a. Mengobservasi keadaan umum dan tanda vital. b. Memenuhi kebutuhan nutrisi. c. Menjemur bayi pada sinar matahari pagi, jam 7 – 8 pagi selama 15 sampai 30 menit. d. Memeriksa billirubin dalam darah dengan pemeriksaan laboratorium e. Kolaborasi dengan dokter Sp.A mengenai terapi dan tindakan yang diberikan. f.
Memberikan rasa aman (emotional security) baik secara kontak fisik maupun psikis dengan dibawa mendekat ke tubuh ibunya dan digendong dengan lembut.
g. Selalu berinteraksi dengan bayi untuk memberikan stimulasi. h. Lakukan pencegahan infeksi seperti cuci tangan, ganti baju bila : mandi, basah terkena muntahan, kotor, Ganti popok bila BAK/BAB (Surasmi, 2010). Langkah VI : Pelaksanaan Menurut Varney (2007), pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang diuraikan pada langkah kelima, dilaksanakan secara efisien dan aman. Penatalaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian oleh klien atau tenaga kesehatan lainnya. Walaupun bidan tidak melakukannya sendiri
tetapi
dia
tetap
memikul
tanggung
jawab
untuk
mengarahkan
penatalaksanaan manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan pada bayi baru lahir dengan ikterik. Langkah VII : Evaluasi Mengevaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan, mengulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tetapi belum efektif (Sudarti, 2010). D. KEWENANGAN BIDAN Menurut
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
1464/MENKES/PERS/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan, yaitu: Pasal 9 Bidan dalam menjalankan praktek, berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi: a. Pelayanan Kesehatan Ibu
b. Pelayanan Kesehatan Anak c. Pelayanan Kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana. Pasal 11 a. Pelayanan kesehatan anak. Sebagaimana dimaksud pasal 9 huruf b diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita dan anak pra sekolah. b. Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang untuk: 1) Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi vitamin K1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali pusat. 2) Penanganan hipotermi pada bayi bau lahir dan segera rujuk. 3) Penanganan kegawat daruratan, dilanjut dengan perujukan. 4) Pemberian imunisasi rutin sesui program pemerintah. 5) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah. 6) Pemberian konseling dan penyuluhan. 7) Pemberian surat keterangan kelahiran dan 8) Pemberian surat keterangan kematian.
E. TINJAUAN ISLAM
Alloh „azza wa jallaberfirman
ُ َو ْال َوالِ َد ضا َع َة َو َعلَى َ َّْن لِ َمنْ أَ َرا َد أَنْ ُي ِت َّم الر ِ ْن َكا ِم َلي ِ ات يُرْ ضِ عْ َن أَ ْو ََلدَ هُنَّ َح ْو َلي َّضار َ ْال َم ْولُو ِد لَ ُه ِر ْزقُهُنَّ َو ِكسْ َو ُتهُنَّ ِب ْال َمعْ رُ وفِ ََل ُت َكلَّفُ َن ْفسٌ إِ ََّل وُ سْ َع َها ََل ُت ِص ااَل ِ ار َ ك َفإِنْ أَ َرادَا ف َ ِث م ِْث ُل َذل ِ َوالِ َدةٌ ِب َولَ ِد َها َو ََل َم ْولُو ٌد لَ ُه ِب َولَ ِد ِه َو َعلَى ْال َو اح َعلَي ِْه َما َوإِنْ أَ َر ْد ُت ْم أَنْ َتسْ َترْ ضِ عُوا ٍ َعنْ َت َر َ اض ِم ْن ُه َما َو َت َشاوُ ٍر َف ََل جُ َن ََّّللا َواعْ لَمُوا أَن َ أَ ْو ََلدَ ُك ْم َف ََل جُ َن َ َّ اح َعلَ ْي ُك ْم إِ َذا َسلَّ ْم ُت ْم َما آَ َت ْي ُت ْم ِب ْال َمعْ رُ وفِ َوا َّتقُوا َّ ون َب ِصير َ َُّللاَ ِب َما َتعْ َمل “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma‟ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” [QS al-Baqoroh : 233]
ٌٌ
Daftar Pustaka Ayat Al-Qur’an surat Al-baqarah ayat 233
Arif,. Dkk. )2009) Neonatus dan asuhan keperawatan anak. Yogyakarta; Nuha Medika.Depkes Jabar, 2013) Profil kesehatan jawa barat. Tersedia dalam http://www.dinkesjabar.go.id.[diakes 20 April 2015
Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, 2015. Profil Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya tahun 2014. Kepmenkes RI (2010). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Standar Profesi Bidan. Jakarta.
Maryanti, dwi, dkk. (2011) Buku Ajaran Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta: TIM.
Muslihatun, W. F. (2010) Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya.
Notoatmodjo (2010). Metode dan teknik pengumpulan data [internet]. Tersedia dalam http//salimafarma.blogspot.com [accessed 29 April 2015]
Prawirohardjo, Sarwono. (2010) Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Prawirohardjo, Sarwono. (2010) Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Riwidikdo (2007). dalam Laila, F. (2013) Asuhan Kebidanan Pada Bayi Ny. S dengan ikterus Derajat II di RSUD Assalam Gembolong Sragen [internet]. Tersedia dalam digikb.Stikeskusumahusada,ac.id [accessed 17 April 2015] Rosita, Ayu (2011). Asuhan Kebidanan Pada Neonatus. Tasikmalaya: Respati.
Rukiyah & Yulianti. (2013) Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Trans Info Medika. 56
57
Saragih E, (2010). Perilaku Ibu Primipara dalam Merawat Bayi Baru Lahir di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun. Skripsi fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. [internet]. Tersedia dalam http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/17142 [accessed 7 April 2015]
Soepardan, Suryani, Hajjah. (2008) Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC.
Soepardi Jane, (2013). Jawa Barat PenyumbangTerbesar Angka Kematian Bayi di Indonesia. [internet]. Tersedia dalam www.unpad.ac.id/2013/10/jawabarat-penyumbang-terbesar-angka-kematian-bayi-di-indonesia [accessed 7 April 2015]
Wijaya, M.A, (2010). Kondisi Angka Kematian Neonatal (AKN) Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKBAL), Angka Kematian Ibu di Indonesia. [internet]. Tersedia dalam http://www.infodokterku.com/index [accessed 7 April 2015]
57