ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR FISIOLOGIS DI BPM Hj. EET SUMIATI KOTA TASIKMALAYA
LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan
Oleh : EUIS LIA AMALIA SARI NIM. 13DB277105
PROGRAM STUDI DIIIKEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS 2016
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Puji syukur penulis panjatkan kehadirat illahi Robbi atas, Taufik, Rahmat dan Hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir fisiologis Di BPM Bidan Hj. Eet Sumiati Kota Tasikmalaya”. Laporan Tugas Akhir ini diajukan untuk salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan D III Kebidanan dan memenuhi gelar Ahli Madya Kebidanan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Ciamis. Penulis menyadari bahwa penyusunan dan penulisan Laporan Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan dan belum sempurna. Pada kesempatan yang baik ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini yaitu kepada yang terhormat : 1.
Dr. H. Zulkarnaen, S.H., MH. selaku Ketua BPH STIKes Muhammadiyah Ciamis sekaligus pembimbing AIK yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
2.
H. Dedi Supriadi, S.Sos., S.Kep. Ners., M.M.Kes, selaku Ketua STIKes Muhammadiyah Ciamis.
3.
Heni Heryani, SST., M.KM, selaku Ketua Program Studi D III Kebidanan.
4.
Metty Nurherliyany, SST Selaku Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
5.
Ns. Rosmiati, S.Kep., M.Pd Selaku Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
6.
Seluruh staf Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
7.
Hj. Eet Sumiati, SST.MM, selaku pembimbing lahan praktik yang telah membantu penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
8.
Bayi Ny.S beserta keluarga yang telah memberikan informasi dan atas kerja samanya yang begitu tulus selama penulis melakukan asuhan kebidanan.
v
9.
Kakek, Nenek, Ayah, ibu serta keluarga tercinta yang selalu memberikan dukungan moril materil sehingga terselesaikanya Laporan Tugas Akhir ini.
10. Teman-teman
asrama
putri
32
yang
sama-sama
berjuang
untuk
menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini. 11. Rekan-rekan seangkatan yang telah memberikan semangat dan motivasi dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini. Penulis berharap Laporan Tugas Akhir ini tidak hanya menambah pengetahuan, tetapi dapat menjadikan inisiatif dan merangsang kreativitas dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam ilmu kebidanan. Akhirul kalam penulis mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada kekurangan dan tidak bisa menyebutkan satu per satu. Terima kasih banyak, semoga apa yang dicita-citakan kita bersama di kabulkan Allah SWT amin.
Ciamis, Juni 2016
Penyusun
vi
ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR FISIOLOGIS DI BPM HJ EET SUMIATI KOTA TASIKMALAYA1 Euis Lia Amalia Sari2 Metty Nurherliyany3 Rosmiati4
INTISARI Angka Kematian bayi 50% terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian. Misalnya sebagai akibat hipotermi pada bayi baru lahir dapat terjadi cold stress yang selanjutnya dapat menyebabkan hipoksemia dan hipoglikemia dan menyebabkan kerusakan otak. Akibat selanjutnya adalah perdarahan otak, syok, beberapa bagian tubuh mengeras, dan keterlambatan tumbuh kembang. Tujuan penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan menggunakan pendekatan proses manajemen kebidanan. Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir ini dilakukan 5 hari di BPM Hj Eet Sumiati kota Tasikmalaya. Hasil penyusunan laporan tugas akhir ini mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata dalam pembuatan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir. Kesimpulan dari hasil pelaksanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir di BPM Hj Eet Sumiati kota Tasikmalaya dilaksanakaan cukup baik.
Kata kunci : Asuhan, Kebidanan, Bayi Baru Lahir, Kepustakaan : 22 buah (2008-2015), 2 jurnal Halaman : i-xi, 1-56 halaman, 9 lampiran 1
Judul penulisan ilmiah2Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis4Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis
3
vii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ..........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ...........................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................
iii
HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................
iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................
v
INTISARI ..........................................................................................................
vii
DAFTAR ISI .....................................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................
xi
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang.................................................................................
1
B.
Rumusan Masalah...........................................................................
4
C.
Tujuan Studi Kasus .........................................................................
4
D.
Manfaat ............................................................................................
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.
Konsep Dasar ..................................................................................
6
B.
Teori Manajemen Kebidanan ..........................................................
17
C.
Konsep Dasar Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Bayi
D.
Baru Lahir ........................................................................................
23
Landasan Hukum ............................................................................
31
BAB III TINJAUAN KASUS A.
Metode Pengkajian ..........................................................................
34
B.
Tempat Dan Waktu Pengkajian ......................................................
34
C.
Subjek yang Dikaji ...........................................................................
34
D.
Jenis Data ........................................................................................
34
E.
Instrumen Pengkajian ......................................................................
35
F.
Tinjauan Kasus ................................................................................
36
viii
BAB IV PEMBAHASAN A.
Pembahasan....................................................................................
42
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A.
Simpulan ..........................................................................................
52
B.
Saran ...............................................................................................
52
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................
54
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1.1
Keterkaitan antara manajemen kebidanan dan sistem pendokumentasian SOAP ........................................................
x
23
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Time Schedule Lampiran 2 Riwayat Hidup Lampiran 3 Permohonan Izin Studi Pendahuluan dari STIKes Muhammadiyah Ciamis Lampiran 4 Surat Permohonan Informasi dari Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Tasikmalaya Lampiran 5 Surat Rekomendasi Pengambilan Data dari Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya Lampiran 6 Daftar Tilik Pemeriksaan Fisik pada Bayi Baru Lahir Lampiran 7 Lembar Persetujuan Responden Lampiran 8 Lembar Konsultasi Pembimbing I dan II Lampiran 9 Lembar Konsultasi Pembimbing AIK
xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal merupakan salah satu unsur penentuan status kesehatan. Pelayanan kesehatan neonatal dimulai sebelum bayi dilahirkan. Mulai pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil. Pertumbuhan dan perkembangan bayi periode neonatal merupakan periode yang paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi (Prawirojardjo, 2010). Hampir semua Negara di Dunia, kesehatan bayi baru lahir (bayi berumur 1 sampai 28 hari) cenderung kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan umur-umur yang lain, padahal data yang disampaikan WHO (World Health Organization) mengenai angka kematian bayi baru lahir didunia sangat memprihatinkan,
data
yang
kemudian
dikenal
dengan
“fenomena
2/3”
menyatakan bahwa 2/3 kematian bayi berumur 0-1 tahun terjadi pada bayi baru lahir. Lalu 2/3 kematian bayi baru lahir terjadi berumur 1 hari sampai 1 minggu. Secara global setiap tahunnya 120 juta bayi lahir, dari jumlah tersebut 4 juta (33 per 1000) lainnya meninggal dalam usia 30 hari (neonatal lanjut) (Word, 2014). Berdasarkan data hasil survei Demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Neonatal (AKN) di Indonesia sebesar 19 kematian per 1.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 32 kematian per 1.000 kelahiran hidup, angka kematian itu di sebabkan karena BBLR, Kekurangan Oksigen, Hifotermia, Infeksi. (Soepardi, 2013). Jawa Barat menjadi salah satu provinsi yang berkontribusi besar terhadap tingginya Angka Kematian Bayi di Indonesia. Menurut data laporan program kesehatan Anak Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 sampai 2012, jumlah kematian Neonatus yang di laporkan di Jawa Barat mencapai angka 3.624 dan kematian Bayi mencapai 4.650 (Soepardi Jane, 2013). Kematian bayi lebih dari 50% terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama kehidupan. Kurang baiknya penanganan bayi baru lahir akan menyebabkan kelainan-kelainan yang dapat mengakibatkan cacat seumur hidup, bahkan kematian. Misalnya sebagai akibat hipotermi pada bayi baru lahir dapat terjadi cold stress yang selanjutnya dapat menyebabkan hipoksemia dan 1
2
hipoglikemia dan menyebabkan kerusakan otak. Akibat selanjutnya adalah perdarahan otak, syok, beberapa bagian tubuh mengeras, dan keterlambatan tumbuh kembang (Prawirojardjo, 2010). Berdasarkan data yang di dapat dari Dinas kesehatan kota Tasikmalaya, Data bayi baru lahir Fisiologis 2015 Sebanyak 12.288 angka kelahiran hidup (DINKES Tasikmalaya, 2015). Berdasakan data yang diperoleh di BPM Hj Eet Sumiati dari Januari sampai bulan Maret 2016 bahwa tidak ada kasus kematian bayi sedangkan jumlah bayi baru lahir sebanyak 16 orang. Berdasarkan Sulani F dkk., (2010) dalam jurnal panduan pelayanan kesehatan bayi baru lahir berbasis perlindungan anak tahun 2010 bahwa penanganan bayi baru lahir segera setelah lahir, semua bayi harus distabilkan dahulu. Yang dimaksud dengan bayi stabil apabila nadi baik, temperatur tidak hipotermi, pernafasan teratur dan bayi aktif. Pemeriksaan fisik bayi dilakukan setelah bayi stabil. Pemeriksaan harus dilakukan di bawah lampu pemancar panas (radiant warmer) dalam keadaan bayi telanjang bulat. Salah satu asuhan segera pada bayi baru lahir adalah dengan dilakukannya IMD (Inisiasi Menyusui Dini) (Sulani F dkk., 2010). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2013) mengatakan bayi yang baru lahir dipisahkan dengan ibunya maka hormon stres akan meningkat 50%. Otomatis, hal tersebut akan menyebabkan kekebalan atau daya tahan tubuh bayi menurun. Bila dilakukan kontak antara kulit ibu dan bayi maka hormon stres akan kembali turun. Sehingga bayi menjadi lebih tenang, tidak stres, pernafasan dan detak jantungnya lebih stabil. Untuk menggurangi Angka Kematian Bayi salah satunya dengan memberikan Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir yang berkualitas adalah memberikan ASI Eksklusif, sebagaimana menurut agama Islam adapun ayat AlQuran yang menjelaskan
3
Artinya : “para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanyya ingin menyapih (sebelum 2 tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertawakalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan (Qur’an Al Baqarah ayat 233). Maksud dari ayat diatas adalah Allah mewajibkan kepada ibu menyusui bayinya, guna membuktikan bahwa air susu si ibu mempunyai pengaruh yang besar kepada si anak. Dari hasil pemeriksaan para ahli medis menunjukkan bahwa air susu ibu tersusun dari saripati yang benar-benar murni. Juga air susu ibu merupakan makanan yang paling baik untuk bayi, dan tidak disangsikan lagi oleh para ahli gizi. Di samping ibu dengan fitrah kejadiannya memiliki rasa kasih sayang yang mendalam sehingga penyusuan langsung dari ibu ini berhubungan erat dengan perkembangan jiwa dan mental anak. Dengan demikian kurang tepat tindakan sementara para ibu yang tidak mau menyusui anaknya secara langsung hanya karena kepentingan pribadinya, umpamanya untuk memelihara kecantikan. Padahal hal ini bertentang dengan fitrahnya sendiri dan secara tidak langsung ia tidak membina dasar hubungan keibuan dengan anaknya sendiri dalam bidang mental. Menurut (Sri & Ardini, 2010) upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kekebalan tubuh neonatal, yaitu dengan sesegera mungkin memberi kolostrum yang ada dalam Air Susu Ibu (ASI) kepada bayi lahir. Kolostrum adalah cairan kental berwarna kekuning-kuningan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar payudara dan merupakan sel darah putih dan antibodi
4
yang mengandung imunoglobin A (IgA) yang membantu melapisi usus bayi yang masih rentan dan mencegah kuman memasuki bayi. Abu Rafi meriwayatkan: “Aku melihat Rasullah SAW mengadzani telinga Al-Hasan ketika di lahirkan oleh Fatimah.(HR. Abu Daud, Al-Tirmizy dan AlHakim). Al-Iman ibnul Qayyim Al-Jauziah menuliskan dalam kitabnya, Tuhfatul maudud bi ahkamil maulud, bahwa adzan pada telinga bayi dilakukan dengan alasan agar kalimat yang pertama kali didengar oleh sorang anak manusia adalah kalimat yang membesarkan Allah SWT, juga tentang syahadat. Dimana ketika seorang masuk islam atau meninggal dunia, juga ditalqinkan dengan dua kalimat syahadat. „‟Orang yang mendapatkan kelahiran bayi, lalu dia mengadzankan di telinga kanan dan qomati di telinga kiri. Tidak ada celaka oleh ummu shidyan‟‟ (HR, Abu Ya‟la Al-Mushili). Dari latar belakang diatas maka perawatan bayi baru lahir sangatlah penting dilakukan karena dengan perawatan yang baik akan mengurangi angka kematian bayi. Maka penulis tertarik mengambil judul “Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Fisiologis di BPM Hj. Eet Sumiati Kota Tasikmalaya tahun 2016. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam studi kasus ini adalah: “Bagaimanakah Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Fisiologis di BPM Hj. Eet Sumiati Kota Tasikmalaya tahun 2016 ?”
C. TujuanStudi Kasus 1. Tujuan Umum Mampu melaksanakan asuhan kebidanan secara Komprehensif pada bayi baru lahir Fisiologis di BPM Hj. Eet Sumiati Kota Tasikmayala menggunakan pendekatan manajemen kebidanan 2. Tujuan Khusus a. Mampu melakukan pengkajian data pada Bayi Baru Lahir Fisiologis di BPM Hj. Eet Sumiati Kota Tasikmalaya tahun 2016. b. Mampu melakukan interprestasi data pada Bayi Baru Lahir Fisiologis di BPM Hj. Eet Sumiati Kota Tasikmalaya tahun 2016.
5
c. Mampu mengidentifikasi diagnosis/masalah potensial dan antisipasi penanganan pada Bayi Baru Lahir Fisiologis di BPM Hj. Eet Sumiati Kota Tasikmalaya tahun 2016. d. Dapat menetapkan perlunya tindakan segera pada Bayi Baru Lahir Fisiologis di BPM Hj. Eet Sumiati Kota Tasikmalaya tahun 2016. e. Mampu merencanakan asuhan kebidanan tindakan pada Bayi Baru Lahir Fisiologis di BPM Hj. Eet Sumiati Kota Tasikmalaya tahun 2016. f.
Mampu melaksanakan langsung asuhan dengan efisien dan aman pada Bayi Baru Lahir Fisiologis di BPM Hj. Eet Sumiati Kota Tasikmalaya tahun 2016.
g. Dapat mengevaluasi hasil tindakan dalam asuhan kebidanan pada Bayi Baru Lahir Fisiologis di BPM Hj. Eet Sumiati Kota Tasikmalaya tahun 2016. D. Manfaat 1. Manfaat Teoritis Hasil laporan ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi
bagi
perkembangan
ilmu
kebidanan,
khususnya
dalam
memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir. 2. Manfaat Praktik a. Bagi pendidikan Sebagai bahan tambahan referensi ilmu kebidanan khususnya dalam penatalaksanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir fisiologis b. Bagi lahan praktik Diharapkan dapat membimbing generasi penerus sehingga menjadi bidan yang professional dalam mengatasi bayi baru lahir. c. Bagi Penulis Diharapkan dapat meningkatkan pola fikir ilmiah dalam membarikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir Fisiologis dan juga sebagai bahan masukan untuk penelitiagar mampu mengaplikasikan seluruh ilmu yang telah didapat semala perkuliahan dan praktik lapangan mengenai asuhan kebidanan pada bayi baru lahir. d. Bagi klien Diharapkan hasil laporan ini dapat memberikan pengetahuan dan menambah ilmu untuk orang tua dalam mengasuh.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar 1. Bayi Baru Lahir a. Definisi Bayi Baru Lahir Bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap 37 minggu sampai dengan 42 minggu, dengan berat badan 2500-4000 gram, nilai secara sekilas dan tanpa cacat bawaan (Rukiyah dan Yulianti, 2010). Neonatus ialah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin. Beralih dari ketergantungan mutlak pada ibu menuju kemandirian fisiologi (Rukiyah dan Yulianti, 2010). Pada waktu kelahiran, tubuh bayi baru lahir mengalami sejumlah adaptasi psikologik. Bayi memerlukan pemantauan ketat untuk menentukan masa transisi kehidupannya ke kehidupan luar uterus berlangsung baik. Bayi baru lahir juga membutuhkan asuhan yang dapat meningkatkan kesempatan untuknya menjalani masa transisi dengan baik (Muslihatun, 2010). b. Tanda-tanda bayi baru lahir normal Bayi baru lahir dikatakan normal jika mempunyai beberapa antara lain :Appearance color (warna kulit), seluruh tubuh ke merahmerahan, pulse (heart rate) atau frekuensi jantung > 100x/menit, Gremace (reaksi terhadap rangsangan), menangis atau batuk/bersin, activity (tonus otot), gerak aktif, respiration (usaha napas), bayi menangis kuat. Kehangatan tidak terlalu panas (lebih dari 38°C) atau terlalu dingin (kurang dari 36°C). Pada saat diberi makanan hisapan kuat, tidak mengantuk berlebihan, tidak muntah. Tidak terlihat tanda-tanda infeksi pada tali pusat seperti, tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah, dapat berkemih selama 24 jam, tinja lembek, hijau tua, tidak ada lender atau darah pada tinja, bayi tidak menggigil, tangisan kuat, tidak terdapat tanda : lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang-
6
7
kejang halus tidak bias tenang, menangis terus-menerus (Rukiyah dan Yulianti, 2010). 2. Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal a. Lahir aterm antara 37-42 minggu. b. Berat badan 2.500-4000 gram. c. Panjang badan 48-52 cm. d. Lingkar dada 30-38 cm. e. Lingkar kepala 33-35 cm. f.
Lingkar lengan 11-12 cm.
g. Frekuensi denyut jantung 120-16 x/menit. h. Pernafasan 40-60 x/menit. i.
Kulit kemerah-kemerahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup
j.
Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna.
k. Kuku agak panjang dan lemas. l.
Nilai secara sekilas
m. Gerak aktif. n. Bayi lahir langsung menangis kuat. o. Refleks rooting (mencari puting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik p. Refleks sucking dan swallowing (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik. q. Refleks morro (gerakan memeluk bila dikagetkan) sudah terbentuk dengan baik. r.
Refleks graphs (menggenggam) sudah baik.
s. Genetalia 1) Pada laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada skrotum dan penis yang berlubang. 2) Pada perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra yang berlubang, serta adanya labia minora dan mayora. t.
Eliminasi baik yang ditandai dengan keluarnya mekonium dalam 24 jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan (Maryanti, 2011).
8
3. Dasar Asuhan Bayi Baru Lahir Asuhan bayi baru lahir memberikan asuhan aman, dan bersih segera setelah bayi baru lahir merupakan bagian essensial dari asuhan pada bayi baru lahir. a. Penilaian Segera setelah lahir, letakan bayi diatas kain yang bersih dan kering yang sudah disiapkan diatas perut ibu. Apabila tali pusat pendek, maka letakan bayi diantara kedua kaki ibu, pastikan bahwa tempat tersebut dalam keadaan bersih dan kering. Segara lakukan penilaian awal pada bayi baru lahir. 1) Apakah bayi bernafas atau menangis kuat tanpa kesulitan ? 2) Apakah bayi bergerak aktif ? 3) Bagiamana warna kulit, apakah berwarna kemerahan ataukah ada sianosis ? (Indriyani, 2013). b. Penanganan Penanganan utama untuk bayi baru lahir normal adalah melakukan penilaian, menjaga bayi agar tetap hangat, membersihkan saluran nafas (jika perlu), mengeringkan tubuh bayi (kecuali telapak tangan), memantau tanda bahaya, memotong tali pusat, melakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD), membersihkan suntik vitamin K1, memberikan salep mata antibiotic pada kedua mata, melakukan pemeriksaan fisik memberikan imunisasi Hepatitis B (Sujianti, dkk. 2011). c. Mekanisme kehilangan panas Bayi dapat kehilangan panas tubuhnya melalui : 1) Evaporasi, yaitu penguapan cairan ketuban pada tubuh bayi sendiri karena setelah lahir tidak segera dikeringkan dan diselimuti. 2) Konduksi, yaitu melalui kontak langsung antara tubuh bayi dan permukaan yang dingin. 3) Konveksi, yaitu pada saat bayi terpapar udara yang lebih dingin (misalnya melalui kipas angina, hembusan udara, atau pendingin ruangan).
9
4) Radiasi, yaitu ketika bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung) (Rukiyah dan Yulianti, 2010). d. Pencegahan kehilangan panas Mekanisme pengaturan temperature bayi baru lahir belum sempurna. Oleh karena itu, jika tidak dilakukan pencegeahan kehilangan panas maka bayi akan mengalami hipotermia. Bayi dengan hipotermia sangat beresiko mengalami kesakitan berat atau bahkan kematian. Hipotermia sangat mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun berasa dalam rungan yang sangat hangat. e. Pencegahan infeksi Pencegahan infeksi merupakan penatalaksanaan awal yang harus dilakukan pada bayi baru lahir karena bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi. Pada saat bayi baru lahir, pastikan penolong untuk melakukan tindakan pencegahan infeksi.Tindakan pencegahan infeksi pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut : 1) Mencuci
tangan
secara
seksama
sebelum
dan
setelah
melakukan kontak dengan bayi. 2) Memakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan. 3) Memastikan sarung tangan peralatan, termasuk klem gunting, dan benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril. Jika menggunakan bola karet penghisap, pakai yang bersih dan baru. Jangan pernah menggunakan bola karet penghisap untuk lebih dari satu bayi. 4) Memastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang digunakan untuk bayi, telah dalam keadaan bersih. 5) Memastikan bahwa timbangan, pita pengukur, thermometer, stetoskop dan benda-benda lainnya yang akan bersentuhan
10
dengan bayi dalam keadaan bersih (dekontaminasi dan cuci setiap kali digunakan). 6) Menganjurkan ibu menjaga kebersihan diri, terutama payudara dengan mandi setiap hari (putting susu tidak boleh disabun). 7) Membersihkan muka, pantat, dan tali pusat bayi baru lahir dengan air bersih, hangat dan sabun setiap hari. 8) Menjaga bayi dari orang-orang yang menderita infeksi dan memastikan orang-orang yang memegang bayi sudah cuci tangan sebelumnya (Muslihatun, 2010). f.
Upaya lain yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi pada bayi baru lahir adalah : 1) Pencegahan infeksi pada tali pusat Upaya ini dilakukan dengan cara menjaga tali pusat yang berarti menjaga agar luka tersebut tetap bersih, tidak terkena air kencing, kotoran bayi, atau tanah. Popok bayi diletakan di sebelah bawah tali pusat. Upaya tali pusat kotor, cuci luka tali pusat dengan air bersih yang mengalir dan sabun, segera dikeringkan dengan kain kasa kering dan dibungkus dengan kasa tipis yang steril dan kering. Dilarang membubuhkan atau mengoleskan ramuan, abu dapur dan sebagainya pada luka tali pusat, sebab akan menyebabkan infeksi dan tetanus yang dapat berakhir dengan kematian neonatal. Tanda-tanda infeksi tali pusat yang harus diwaspadai, antara lain kulit sekitar tali pusat berwarna kemerahan, ada pus/nanah dan berbau busuk. Mengawasi dan segera melaporkan ke dokter jika pada tali pusat ditemukan pendarahan, pembengkakan, keluar cairan, tampak merah atau berbau busuk. 2) Pencegahan infeksi pada kulit Beberapa cara yang diketahui dapat mencegah terjadi infeksi pada kulit bayi baru lahir atau penyakit infeksi lain adalah meletakan bayi di dada ibu agar terjadi kontak kulit langsung ibu dan
bayi,
sehingga
menyebabakan
terjadinya
kolonisasi
mikroorganisme yang ada dikulit dan saluran pencernaan bayi
11
dengan saluran mikroorganisme ibu yang cenderung bersifat nonpatogen, serta adanya caz anti bodi bayi yang sudah terbentuk dan terkandung dalam air susu ibu. 3) Pencegahan infeksi pada mata bayi baru lahir Cara mencegeah infeksi pada mata bayi baru lahir adalah merawat mata bayi baru lahir dengan mencuci tangan terlebih dahulu, membersihkan kedua mata bayi segera setelah bayi lahir dengan kapas atau saputangan halus dan bersih yang telah diberikan salep atau obat tetes mata untuk mencegah oftalmia nenonatorum. Biarkan obat tetap pada mata bayi dan obat yang ada disekitar mata jangan dibersihkan (Rukiyah dan Yulianti, 2010). 4) Pemberian imunisasi hepatitis B Imunisasi hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu ke bayi. Terdapat 2 jadwal pemberian imunisasi hepatitis B. jadwal pertama, imunisasi hepatitis B sebanyak 3 kali pemberian, yaitu usia 0 hari (segera setelah lahir menggunakan uninject), 1 bulan dan 6 bulan. Jadwal kedua, imunisasi hepatitis B sebanyak 4 kali pemberian, yaitu pada 0 hari (segera setelah lahir) dan DPT+Hepatitis B pada 2, 3, dan 4 bulan usia bayi (Indrayani, 2013). g. Injeksi vitamin K1 Vitamin K berguna mencegah perdarahan di otak bayi pasca proses kelahiran. Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak, merupakan suatu naftokuinon yang berperan dalam modifikasi dan aktivasi beberapa protein yang berperan dalam pembekuan darah. Jenis vitamin K yang digunakan adalah vitamin K1 (phytomenadione) injeksi dalam sediaan ampul yang berisi 10 mg vitamin K1 per 1 ml. Cara pemberian injeksi vitamain K1 adalah : 1) Masukan vitamin K1 ke dalam tabung suntik sekali pakai steril 1 ml, kemudian disuntikan secara intramuscular di paha kiri bayi di bagian anterolateral sebanyak 1 mg dosis tunggal, diberikan paling lambat 2 jam setelah lahir.
12
2) Vitamin K1 injeksi diberikan sebelum pemberian imunisasi hepatitis B0 (uniject) dengan selang waktu 1-2 jam (Depkes). h. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Untuk mempererat ikatan batin antara ibu-anak, setelah dilahirkan sebaiknya bayi langsung diletakan di dada ibunya sebelum bayi
itu
dibersihkan.
Sentuhan
kulit
dengan
kulit
mampu
menghadirkan efek psikologi yang dalam di antaranya ibu dan anak. Penelitian membuktikan bahwa ASI eksklusif selama 6 bulan memang baik bagi bayi. Naluri bayi akan membimbingnya saat baru lahir. Percayakah anda, satu jam pertama saat bayi dilahirkan, insting bayi membawanya untuk mencari puting sang bunda. Perilaku bayi tersebut sering disebut dengan istilah Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Pada jam pertama si bayi menemukan payudadra ibunya, ini adalah awal hubungan menyusui yang berkelanjutan dalam kehidupan antara ibu dan bayi menyusu. Setelah IMD dilanjutkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dan diteruskan hingga dua tahun. Berdasarkan penelitian, jika bayi yang baru lahir dipisahkan dengan ibunya, maka hormon stress lan meningkat 50%. Otomatis hal itu akan menyebabkan kekebalan atau daya tahan bayi menurun. Jika dilakukan kontak antara kulit ibu dan bayi, maka hormon stress akan kembali turun sehingga bayi lebih tenang, tidak stress, pernafasan dan detak jantungnya lebih stabil. Sentuhan, hisapan, dan jilatan bayi pada puting ibu selama proses IMD akan merangsang
keluarnya
oksitosin
yang
menyebabkan
rahim
berkontraksi sehingga membantu pengeluaran plasenta dan hormon lain yang membuat ibu menjadi tenang, rileks dan mencintai bayi, serta merangsang pengaliran ASI dari payudara. Secara alamiah, proses inisiasi menyusu dini akan mengurangi rasa sakit pada ibu, selain itu, bayi juga dilatih motoriknya pada saat proses tersebut (Rukiyah dan Yulianti, 2010). 4. Tanda-Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir Beberapa tanda bahaya pada bayi baru lahir harus diwaspadai, dideteksi lebih dini untuk segera dilakukan penganan agar tidak mengancam nyawa bayi. Beberapa tanda bahaya pada bayi baru lahir
13
tersebut, antara lain pernafasan sulit atau lebih dari 60 kali per menit, retraksi dinding dada saat inspirasi. Suhu terlalu panas atau lebih dari 38°C atau terlalu dingin suhu kurang dari 36°C. Warna abnormal, yaitu kulit atau bibir biru atau pucat, memar atau sangat kuning (terutama pada 24 jam pertama) juga merupakan tanda bahaya bagi bayi baru lahir. Tanda bahaya pada bayi baru lahir yang lain yaitu pemberian ASI sulit (hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak muntah), tali pusat merah, bengkak keluar cairan, bau busuk, berdarah, serta adanya infeksi yang ditandai dengan suhu tubuh meningkat, merah, bengkak, keluar cairan (pus), bau busuk, pernafasan sulit. Gangguan pada gastrointestinal bayi juga merupakan tanda bahaya, antara lain mekoneum tidak keluar setelah 3 hari pertama kelahiran, urine tidak keluar dalam 24 jam pertama, muntah, terusmenerus, distensi abdomen, faeses hijau/berlendir/darah. Bayi menggigil atau menangis tidak seperti biasa, lemas, mengantuk, lunglai, kejangkejang halus, tidak bias tenang, menangis terus menerus, mata bengkak dan mengeluarkan cairan juga termasuk tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir (Muslihatun, 2010). 5. Rencana Asuhan Bayi Usia 2-6 Hari a. ASI Eksklusif Anjurkan ibu untuk memberikan ASI dini (dalam 30 menit – 1jam setelah lahir) dan eksklusif. ASI eksklusif mengandung zat gizi yang diperlukan untuk tumbuh kembang bayi, mudah dicerna dan efesien, mencegah berbagai penyakit infeksi. Berikan ASI sedini mungkin. Jika ASI belum keluar, bayi tidak usah diberi apa-apa, biarkan bayi mengisap payudara ibu sebagai stimulasi keluarnya ASI. Cadangan nutrisi dalam tubuh bayi cukup bulan dapat sampai selama 4 hari pasca persalinan. Prosedur pemberian ASI adalah sebagai berikut : 1) Menganjurkan ibu untuk menyusui tanpa dijadwal siang malam (minimal 8 kali dalam 24 jam) setiap bayi menginginkan. 2) Bila bayi melepaskan isapan dari satu payudara, berikan payudara lain.
14
3) Tidak memaksakan bayi menyusu bila belum mau, tidak melepaskan isapan sebelum bayi selesai menyusu, tidak memberikan minuman lain selain ASI, tidak menggunakan dot atau kempeng. 4) Menganjurkan ibu hanya memberikan ASI saja pada 4-6 bulan pertama. 5) Memperhatikan posisi dan perlekatan mulut bayi dan payudara ibu dengan benar. 6) Menyusui dimulai apabila bayi sudah siap, yaitu : mulut bayi membuka lebar, tampak rooting reflex, bayi melihat sekeliling dan bergerak. 7) Cara memegang bayi : topang seluruh tubuh, kepala dan tubuh lurus menghadap payudara, hidung dekat puting susu. 8) Cara mendekatkan : menyentuhkan putting pada bibir, tunggu mulut bayi terbuka lebar, gerakan mulut kearah puting sehingga bibir bawah jauh dibelakang areola. 9) Nilai perlekatan dan refleks menghisap : dagu menyentuh payudara, mulut terbuka lebar, bibir bawah melipat keluar, areola di atas mulut bayi lebih luas dari pada di bawah mulut bayi, bayi menghisap pelan kadang berhenti. 10) Menganjurkan ibu melanjutkan menyusui eksklusif, apabila minum baik. b. Buang Air Besar (BAB) Kotoran yang dikeluarkan oleh bayi baru lahir pada hari-hari pertama kehidupannya adalah berupa mekoneum. Mekoneum adalah ekskresi gastrointestinal bayi baru lahir yang diakumulasi dalam usus sejak masa janin, yaitu pada usia kehamilan 16 minggu. Warna mekoneum adalah hijau kehitam-hitaman, lembut, terdiri atas: mucus sel epitel, cairan amnion yang
tertelan, asam lemak dan pigmen
empedu. Mekoneum ini keluar pertama kali dalam waktu 24 jam setelah lahir. Mekoneum
dikeluarkan seluruhnya 2-3 hari setelah
lahir. Mekoneum yang telah keluar 24 jam menandakan anus bayi baru lahir telah berfungsi. Jika mekoneum tidak keluar, bidan atau
15
petugas harus mengkaji kemungkinan adanya atresiaani dan megakolon. Warna faeses bayi berubah menjadi kuning pada saat berumur 4-5 hari, bayi yang diberi ASI, faeses menjadi lebih lembut, berwarna kuning terang dan tidak berbau. Bayi yang diberi susu formula, faeses cenderung berwarna pucat dan agak berbau. Warna faeses akan menjadi kuning kecoklatan setelah bayi mendapatkan makanan. Frekuensi BAB bayi sedikitnya satu kali dalam sehari. Pemberian ASI cenderung membuat frekuensi BAB bayi menjadi lebih sering. Pada hari ke 4-5 produksi ASI sudah banyak, apabila bayi diberi ASI cukup maka bayi akan BAB 5 kali atau lebih dalam sehari. c. Buang Air Kecil (BAK) Bayi baru lahir harus sudah BAK dalam waktu 24 jam setelah lahir. Hari selanjutnya bayi akan BAK sebanyak 6-8 kali/hari. Pada awalnya volume urine bayi sebanyak 20-30 ml/hari, meningkat menjadi 100-200 ml/hari pada akhir minggu pertama. Warna urine keruh/merah muda dan berangsur-angsur jernih karena intake cairan meningkat. Jika dalam 24 jam bayi tidak BAK, bidan atau petugas kesehatan harus mengkaji jumlah intake cairan dan kondisi uretra. d. Tidur Memasuki
bulan
pertama
kehidupan,
bayi
baru
lahir
menghabiskan waktunya untuk tidur. Macam tidur bayi adalah tidur aktif atau tidur ringan dan tidur lelap. Pada siang hari hanya 15% waktu digunakan bayi dalam keadaan terjaga, yaitu untuk menangis, gerakan motoric, sadar dan mengantuk. Sisa waktu yang 85% lainnya digunakan bayi untuk tidur. e. Kebersihan Kulit Kulit bayi masih sangat sensitive terhadap kemungkinan terjadinya infeksi. Untuk mencegah terjadinya infeksi pada kulit bayi, keutuhan kullit harus senantiasa dijaga. Verniks kaseosa bermanfaat untuk melindungi kulit bayi, sehingga jangan dibersihkan pada saat memandikan bayi. Untuk menjaga kebersihan kulit bayi, bidan atau petugas kesehatan harus memastikan semua pakaian, handuk, selimut dan
16
kain
yang digunakan untuk bayi selalu
bersih
dan
kering.
Memandikan bayi terlalu awal (dalam waktu 24 jam pertama) cenderung meningkatkan kejadian hipotermi. Untuk menghindari terjadinya hipotermi, sebaiknya memandikan bayi setelah suhu tubuh bayi stabil (setelah 24 jam). f.
Perawatan Tali Pusat Tali pusat harus selalu kering dan bersih. Tali pusat merupakan tempat koloni bakteri, pintu masuk kuman dan bias terjadi infeksi lokal. Perlu perawatan tali pusat sejak manajemen aktif kala III pada saat menolong kelahiran bayi. Sisa tali pusat harus dipertahankan dalam keadaan terbuka dan ditutupi kain bersih secara longgar. Pemakaian popok sebaiknya popok dilipat di bawah tali pusat. Jika tali pusat terkena kotoran/faeses, maka tali pusat harus dicuci dengan sabun dan air mengalir, kemudian keringkan.
g. Keamanan Bayi Bayi merupakan sosok yang masih lemah dan rentan mengalami kecelakaan. Untuk menghindari terjadinya kecelakaan atau hal-hal yang tidak diinginkan pada bayi, sebaiknya tidak membiarkan bayi sendiri tanpa ada yang menunggu. Tidak membiarkan bayi sendirian dalam air atau tempat tidur, kursi atau meja. Tidak memberikan apapun lewat mulut selain ASI karena bayi bias tersedak. Membaringkan bayi pada alas yang cukup keras pada punggung/sisi badannya. Hati-hati menggunakan bantal dibelakang kepala dan ditempat tidurnya karena dapat menutupi muka (Muslihatun, 2010). 6. Jadwal Kunjungan Bayi Baru Lahir
a. 24 jam setelah pulang awal 1) Timbang berat badan bayi. Bandingkan berat badan dengan berat badan lahir dan berat badan pada saat pulang. 2) Jaga selalu kehangatan bayi 3) Komunikasikan
kepada
merawat tali pusat.
orangtua
bayi
bagaimana
caranya
17
b. 1 minggu setelah pulang 1) Timbang berat badan bayi. Bandingkan dengan berat badan saat ini dengan berat badan saat bayi lahir. Catat penurunan dan penambahan ulang BB bayi.
2) Perhatikan intake dan output bayi baru lahir. 3) Lihat keadaan suhu tubuh bayi 4) Kaji keadekuaatan suplai ASI c. 4 minggu setelah kelahiran 1) Ukur tinggi dan berat badan bayi dan bandingkan dengan pengukuran pada kelahiran dan pada usia 6 minggu.
2) Perhatikan intake dan output bayi baru lahir. 3) Perhatikan nutrisi bayi 4) Perhatikan keadaan penyakit pada bayi. B. Teori Manajemen Kebidanan 1. Pengertian Manajemen Kebidanan Manajemen asuhan kebidanan atau sering disebut manajemen kebidanan adalah suatu metode berfikir dan bertindak secara sistematis dan logis dalam memberi asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua pihak baik klien maupun pemberian asuhan. Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode berdasarkan
untuk
teori
mengorganisasikan
ilmiah,
pikiran
temuan-temuan,
dan
tindakan
keterampilan,
dalam
rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien. Manajemen
kebidanan
diadaptasi
dari
sebuah
konsep
yang
dikembangkan oleh Helen Varney dalam buku Varney’s Midwifery, edisi ketiga tahun 1997, menggambarkan proses manajemen asuhan kebidanan yang terdiri dari tujuh langkah yang berurut secara sistematis dan siklik (Soepardan, 2008). 2. Langkah Dalam Manajemen Kebidanan Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan diakhiri
18
dengan evaluasi. Setiap langkah dalam manajemen kebidanan akan dijabarkan, sebagai berikut : a. Langkah I : Pengumpulan Data Dasar Langkah pertama diikumpulkan semua informasi (data) yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan cara : 1)
Anamnesis dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas, bio-psiko-soiso-spiritual, serta pengetahuan klien.
2)
Pemeriksaan
fisik
sesuai
dengan
kebutuhan
dan
pemeriksaan tanda-tanda vital, meliputi : a)
Pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi).
b)
Pemeriksaan penunjang (laboratorium dan catatan terbaru serta catatan sebelumnya).
b. Langkah II : Intepretasi Data Dasar Langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah bedasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian diinterpretasikan sehingga dirumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik. c. Langkah III : Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial dan Antisipasi Penanganannya Langkah ketiga kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial berdasarkan diagnosis/masalah yang sudah diidentifikasi.
Langkah
ini
membutuhkan
antisipasi,
bila
memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosis/masalah potensial ini menjadi kenyataan. Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman. d. Langkah IV : Menetapkan Perlunya Konsultasi dan Kolaborasi Segera Dengan Tenanga Kesehatan Bidan mengidentifikasi perlunya bidan atau dokter melakukan konsultasi atau penanganan segera bersama anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi klien.
19
Langkah
keempat mencerminkan
kesinambungan
proses
manajemen kebidanan. Jadi, manajemen tidak hanya langsung selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi selama wanita tersebut dalam dampingan bidan. Misalnya, pada waktu wanita teserbut dalam persalinan. Dalam kondisi tertentu, seorang bidan mungkin juga perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti perkerjaan social, ahli gizi atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini, bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa sebaiknya konsultasi dan kolaborasi dilakukan. e. Langkah V : Menyusun Rencana Asuhan Menyuluruh Pada langkah kelima direncanakan asuhan menyeluruh yang ditentukan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen untuk masalah atau diagnosis yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi segala hal yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang terkait, tetapi juga dari kerangka
pedoman antisipasi untuk klien tersebut. Pedoman
antisipasi ini mencakup setiap hal berkaitan dengan semua aspek asuhan kesehatan dan sudah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu bidan dank lien, agar bisa dilaksanakan secara efektif. Semua keputusan yang telah disepakati dikembangkan dalam asuhan menyeluruh. Asuhan ini harus bersifat rasional dan valid yang dilaksanakan pada pengetahuan, teori terkini (up to date), dan sesuai dengan asumsi dengan apa yang akan dilakukan klien. f.
Langkah VI : Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman Pada langkah keenam, rencana asuhan menyeluruh dilakukan dengan efesien dan aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melakukan sendiri, namun ini tetapi
20
tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya memastikan bahwa langkah tersebut benar-benar telah terlaksana). Dalam situasi ketika bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani
klien
yang
mengalami
komplikasi,
bidan
tetap
bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana bersama yang menyuluruh tersebut. Penatalaksanaan yang efesien dan berkualitas akan berpengaruh pada waktu serta biaya. g. Langkah VII : Evaluasi Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulang aspek asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui faktor mana yang menguntungkan atau menghambat keberhasilan asuhan yang diberikan. Pada langkah terakhir, dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang diberikan. Ini meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan : apakah benar-bernar terpenuhi sebagaimana di identifikasi di dalam diagnosis dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika bener efektif dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif, sedang sebagian lagi belum
efektif.
Mengingat
bahwa
proses
manajemen
asuhan
merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan, maka bidan perlu mengulang kembali setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen untuk mengidentifikasi mengapa rencana asuhan tidak berjalan efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan tersebut (Soepardan, 2008). 3. Pendokumentasian Manajemen Kebidanan dengan Metode SOAP Pendokumentasian
yang
benar
adalah
pendokumentasian
mengenai asuhan yang telah dan akan dilakukan pada seorang pasien, di dalamnya
tersirat
proses
berfikir
bidan
yang
sistematis
dalam
menghadapi sorang pasien sesuai langkah manajemen kebidanan. Pendokumentasian atau catatan manajemen kebidanan dapat diterapkan dengan metode SOAP, dalam metode SOAP, S adalah data Subjektif, O adalah data Objektif, A adalah Anaysis/Assessment dan P adalah Planning. Merupakan catatan yang bersifat sederhana, jelas, logis dan singkat. Prinsip dari metode SOAP ini merupakan proses pemikiran penatalaksanaan manajemen kebidanan.
21
a.
S (Data Subjektif) Data subjektif (S), merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney langkah pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh melalui anamnesis. Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan diagnosis. Data subjektif ini nantinya akan menguatkan diagnosis yang akan disusun. Pada pasien yang bisu, dibagian data dibelakang huruf “S”, diberi tanda huruf “O atau “X”.tanda ini akan menjelaskan bahwa pasien adalah penderita tuna wicara.
b.
O (Data Objektif) Data objektif (O) merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney pertama (pengkajian data) terutama data yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dan pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium / permeriksaan diagnostic lain. Catatan medis dan informasi dari keluarga atau orang lain
dapat
dimasukan
akanmemberikan
bukti
dalam gejala
data klinis
objektif pasien
ini.
dan
Data fakta
ini yang
berhubungan dengan diagnosis. c.
A (Analysis) A (Analysis) dan interpretasi (kesimpulan) data dari subjektif dan objektif. Dalam pendokumentasian manajemen kebidanan, karena keadaan pasien yang setiap saat 21ank mengalami perubahan, dan akan ditemukan informasi baru dalam data subjektif maupun data objektif, maka proses pengkajian data akan menjadi sangat dinamis. Hal ini juga menuntut bidan untuk sering melakukan analisis data yang dinamis dalam rangka mengikuti perkembangan pasien. Analisis yang tepat dan akurat akan menjamin cepat diketahuinya perubahan pada pasien, sehingga dapat diambil keputusan/tindakan yang tepat. Analysis/assessment merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney langkah kedua, ketiga 21ank empat sehingga mencakup hal-hal berikut ini diagnosis/masalah kebidanan, diagnosis/masalah potensial
22
serta perlunya mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera untuk antisipasi diagnosis/masalah potensial.Kebutuhan tindakan segera harus diidentifikasi menurut kewenangan bidan, meliputi tindakan mandiri, tindakan kolaborasi dan tindakan merujuk klien. d.
P (Planning) Planning/Perencanaan, adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data.Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraannya.Rencana asuhan ini harus bisa mencapai kriteria tujuan yang ingin dicapai dalam batas waktu tertentu.Tindakan yang akan dilaksanakan harus mampu membantu pasien mencapai kemajuan dan harus sesuai dengan hasil kolaborasi tenaga kesehatan lain, antara lain dokter. Dalam planning ini juga harus mencantumkan evaluation/evaluasi, yaitu tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil untuk menilai efektfitas asuhan/hasil pelaksanaan tindakan.
23
4. Keterkaitan
Antara
Manajemen
Kebidanan
dan
Sistem
Pendokumentasian SOAP. Alur Pikir Bidan
Pencatatan dari asuhan kebidanan
Proses Manajemen Kebidanan
7 Langkah (Varney) Data Masalah/Diagnosa Antisipasi maslah potensial/diagnosa lain Menetapkan kebutuhan segera untuk konsultasi, kolaborasi Perencanaan Asuhan
5 Langkah (kompetensi bidan) Data
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
SOAP Subjektif & Objektif
Analysis/Diagnosa Assesment/ Diagnosa
Perencanaan Asuhan
Implementasi
Implementasi
Evaluasi
Evaluasi
a. b. c. d. e. f.
Plan : Konsul Tes diagnostik Rujukan Pendidikan Konseling Follow up
Gambar 1.1 Keterkaitan antara manajemen kebidanan dan sistem pendokumentasian SOAP (Sumber : Muslihatun, 2010)
C. Konsep Dasar Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir 1.
Langkah 1. Pengkajian Data Melakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan bayi baru lahir. a.
Pengkajian Segera Setelah Lahir Pengkajian ini bertujuan untuk mengkaji adaptasi bayi baru lahir dari kehidupan dalam uterus ke kehidupan luar uterus yaitu dengan penilaian secara sekilas, meliputi appearance (warna kulit), pulse (denyut jantung), grimace (reflek atau respon terhadap
24
rangsangan), activity (tonus otot) dan respiratory effort (usaha bernafas). Pengkajian sudah dimulai sejak kepala tampak dengan diameter besar di vulva (crowning). 1)
Pengkajian Keadaan Fisik Setelah pengkajian segera setelah lahir, untuk memastikan bayi dalam keadaan normal atau mengalami penyimpangan. Data subjektif bayi baru lahir yang harus dikumpulkan, antara lain : riwayat kesehatan bayi baru lahir yang penting dan harus di kaji adalah : a)
Faktor genetik, meliputi kelainan/gangguan metabolis pada keluarga dan sindroma genetik.
b)
Faktor maternal (ibu), meliputi adanya penyakit jantung, diabetes mellitus, penyakit ginjal, penyakit hati, hipertensi, penyakir kelamin, riwayat penganiayaan, riwayat abortus, RH/ isoimunisasi.
c)
Faktor antenatal, meliputi pernah ANC/tidak, adanya riwayat perdarahan, preeklamsia, infeksi, perkembangan janin terlalu
besar/terganggu,
diabetes
gestasional,
poli/oligohidramnion. d)
Faktor preinatal, meliputi premature/postmatur, partus lama, penggunaan obat selama persalinan, gawat janin, suhu ibu meningkat, posisi janin tidak normal, air ketuban bercampur meconium, amnionitis, ketuban pecah dini (KPD), perdarahan dalam persalinan, prolapses tali pusat, ibu hipotensi, asidosis janin, jenis persalinan.
2)
Data objektif bayi baru lahir yang harus dikumpulkan antara lain: a) Pemeriksaan Fisik Dalam waktu 24 jam, bila bayi tidak mengalami masalah apapun, lakukan pemeriksaan fisik yang lebih lengkap. Pemeriksaan Umum : (1) Pernafasan Pernafasan BBL normal 30-60 kali per menit, tanpa retraksi dada dan tanpa suara merintih pada fase
25
ekspirasi. Pada bayi kecil, mungkin terdapat retraksi dada ringan dan jika bayi berhenti nafas secara periodik selama beberapa detik masih dalam batas normal. (2) Warna kulit Bayi baru lahir aterm kelihatan lebih pucat dibanding bayi preterm karena kulit lebih tebal. (3) Denyut jantung Denyut jantung BBL normal antara 100-160 kali per menit, tetapi dianggap masih normal jika diatas 160 kali per menit dalam jangka waktu pendek, beberapa kali dalam satu hari selama beberapa hari pertama kehidupan, terutama bila bayi mengalami distress. Jika ragu, ulangi penghitungan denyut jantung. (4) Suhu aksiler 36,5°C sampai 37,5°. (5) Postur dan gerakan Postur normal BBL dalam keadaan istirahat adalah kepalan tangan longgar, dengan lengan panggul dan lutut semi fleksi.Pada bayi kecil ekstremitas dalam keadaan sedikit ekstensi. Pada bayi dengan letak sungsang selama masa kehamilan, akan mengalami felksi penuh pada sendi panggul dan lutut atau sendi lutut estensi penuh, sehingga kaki bisa dalam berbagai posisi sesuai bayi intra uterin. Jika kaki dapat diposisikan dalam posisi normal tanpa kesulitan,
maka
tidak
dibutuhkan
terapi.Gerakan
ekstremitas bayi harus secara spontan dan sietris disertai gerakan sendi penuh. Bayi normal dapat sedikit gemetar. (6) Tonus otot/tingkat kesadaran Rentang normal tingkat kesadara BBL adalah mulai dari diam hingga sadar penuh dan dapat ditenangkan jika rewel. Bayi dapat dibangunkan jika diam atau sedang tidur. (7) Ekstermitas Periksa posisi, gerakan reaksi bayi bila ekstremitas disentuh, dan pembengkakan.
26
(8) Kulit Warna
kulit
dan
adanya
verniks
kaseosa,
pembengkakan atau bercak hitam, tanda lahir/tanda mongol. Selama bayi dianggap normal, beberapa kelainan kullit juga dat dianggap normal. Kelainan ini termasuk millia,
biasanya
terlihat
pada
hari
pertama
atau
selanjutnya.Kulit tubuh, punggung, dan abdomen, yang terkelupas pada hari pertama juga masih dianggap normal. (9) Tali pusat, normal berwarna putih kebiruan pada hari pertama, mulai kering dan mengkerut/ mengecil dan akhirnya lepas setelah 7-10 hari. (10) Berat badan, normal 2500-4000 gram. Pemeriksaan fisik (Head to Toe) a) Kepala
:
Ubun-ubun, sutura, moulase, caput succedaneum, cephal haematoma hidrosefalus, ubun-ubun besar, ubunubun kecil,
b) Muka
:
Terdapat pucat, odem atau tidak pada muka, pewarnaan pada muka bagaimana apakah pucat, kuning, atau biru.
c) Mata
:
Keluar nanah, bengkak pada kelopak mata,
perdarahan
subkonjungtiva
dan kesimetrisan. d) Telinga
:
Kesimetrisan
letak
dihubungkan
dengan mata dan kepala. e) Hidung
:
Kebersihan
f) Mulut
:
Labio/paltoskisis,
trush,
sianosis,
mukosa kering/basah g) Leher
:
Pembengkakan dan benjolan
h) Klavikuladan lengan
:
Gerakan, jumlah jari.
i) Dada
:
Bentuk dada, putting susu, bunyi jantung dan pernafasan.
27
j) Abdomen
:
Penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis, perdarahan tali pusat, jumlah pembuluh darah pada tali pusat, dinding perut dan adanya benjolan,
distensi,
gastrokisis,
omfalokel, bentuk. k) Genetalia Kelamin laki-laki
:
Testis berada dalam skrotum, penis berlubang dan berada di ujung penis.
Kelamin perempuan
:
Vagina, uretra berlubang, labia mayor dan labia minor.
l) Tungkai dan kaki
:
Gerakan, bentuk, dan jumlah jari.
m) Anus
:
Berlubang/tidak, fungsi spingter ani.
n) Punggung
:
Spinabifida, mielomeningokel.
o) Reflek
:
Moro,
rooting,
walking,
graphs,
sucking, tonicneck. p) Antropometri
:
BB, PB, LK, LD, PB, LLA.
q) Eliminasi
:
BBL normal biasanya kencing lebih dari enam kali per hari. BBL normal biasanya BAB cair enam sampai delapan kali per hari. Dicurigai diare apabila frekuensi meningkat, tinja hijau atau mengandung lendir atau darah. Perdarahan vagina pada BBL dapat terjadi selama beberapa hari pada minggu pertama kehidupan dan hal ini dianggap normal.
2.
Langkah 2 . Interpretasi Data Menurut Muslihatun (2010) Melakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis, masalah dan kebutuhan bayi berdasarkan data yang telah dikumpulkan.
28
Contoh : Diagnosis a. Bayi cukup bulan, sesuai masa kehamilan, dengan asfiksia sedang. b. Bayi kurang bulan, kecil. c. Masa kehamilan dengan hipotermi dan gangguan pernafasan. Masalah a. Ibu kurang informasi b. Ibu menderita PEB c. Ibu post SC sehingga tidak bisa melakukan skin to skin contact secara maksimal. Kebutuhan : perawatan rutin bayi baru lahir. 3.
Langkah 3 . Identifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial Mengeidentifikasi diagnosis atau masalah potensial yang mungkin terjadi berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi. Contoh : Diagnosis potensial a.
Hipotermi potensial terjadi gangguan pernafasan.
b.
Hipoksia potensial terjadi asidosis.
c.
Hipoglikemia potensial terjadi hipotermi. Masalah potensial : potensial terjadi masalah ekonomi bagi orang tua yang tidak mampu, karerna bayi membutuhkan perawatan intensif dan lebih lama.
4.
Langkah 4 . Identifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau ada hal yang perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai kondisi bayi, contohnya adalah bayi tidak segera bernafas spontan dalam 30 detik, segera lakukan resusitasi.
5.
Langkah 5 . Merencanakan Asuhan yang Menyuluruh. Merencanakan asuhan menyeluruh yang rasional sesuai dengan temuan pada langkah sebelumnya,
29
Contoh
6.
a.
Mempertahankan suhu tubuh tetap hangat.
b.
Perawatan mata.
c.
Memberikan identitas bayi.
d.
Memperlihatkan bayi pada orangtuanya / keluarga.
e.
Memfasilitasi kontak dini pada ibu.
f.
Memberikakn vitamin K1.
g.
Konseling.
h.
Imunisasi.
Langkah 6 . Melaksanakan Perencanaan Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efektif dan aman. Contoh a.
Mempertahankan
suhu
tubuh
tetap
hangat,
dengan
cara
memastikan bayi tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi dengan kulit ibu, mengganti handuk/kain basah dan bungkus bayi dengan selimut dan memastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak kaki setiap 15 menit. Apabila telapak kaki teraba dingin, memeriksa susu aksila bayi. b.
Perawatan mata Obat mata Gentamicid atau tetrasiklin 1% dilanjutkan untuk mencegah penyakit mata karena clamida. Obat mata perlu diberikan pada jam pertama setelah persalinan.
c.
Memberikan identitas bayi Alat pengenal untuk memudahkan identifikasi bayi perlu dipasang segera setelah lahir. 1) Alat pengenal yang digunakan hendaknya tahan air, dengan tepi halu, tidak mudah melakui, tidak mudah sobek dan tidak mudah lepas. 2) Pada alat pengenal, harus mencantumkan nama (bayi dan ibu), tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin dan unit perawatan. 3) Di tempat tidur bayi juga harus dicantumkan tanda pengenal yang mencantumkan nama (bayi dan ibu), tanggal lahir dan nomor identitas.
30
4) Sidik telapak kaki bayi dan sidik ibu jari ibu harus dicetak di catatan yang tidak mudah hilang. Hasil pengukuran antropometri dicatat dalam catatan medis. d.
Memperlihatkan bayi kepada orang tuanya / keluarga.
e.
Memfasilitasi kontak dini bayi dengan ibu 1) Berikan bayi kepada ibu sesegera mungkin. Kontak dini antara ibu dan bayi penting untuk : mempertahankan suhu bayi baru lahir, ikatan batin bayi terhadap ibu dan pemberian ASI dini. 2) Dorongan ibu untuk menyusui bayinya apabila bayi telah siap (reflek rooting: positif). Jangan paksakan bayi untuk menyusu. 3) Bila memungkinkan, jangan pisahkan ibu dengan bayi, biarkan bayi bersama ibu paling tidak 1 jam setelah bayi lahir.
f.
Memberikan vitamin K1 Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K1 pada bayi baru lahir, lakukan hal-hal sebagai berikut. 1) Semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K1 per oral 1mg/hari selama 3 hari. 2) Bayi resiko tinggi diberikan vitamin K1 parenteral dengan dosis 0,5 -1mg IM.
g.
Konseling
h.
Ajarkan pada ibu/orang tua bayi untuk 1) Menjaga kehangatan bayi. 2) Pemberian ASI. 3) Perawatan tali pusat. a) Pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan terbuka agar terkena udara dan tutupi dengan kain bersih secara longgar. b) Lipatlah popok dibawah sisa tali pusat. c) Jika tali pusat terkena kotoran atau tinja, cuci dengan sabun dan air bersih dan kering.
i.
Mengawasi tanda-tanda bahaya Tanda-tanda bahaya yang harus diwaspadai pada bayi baru lahir, adalah : 1) Pernafasan, sulit atau lebih dari 60 kali per menit, terlihat dari retraksi dinding dada pada waktu bernafas.
31
2) Suhu, terlalu panas >38°C (febris), atau terlalu dingin <36°C (hipotermi). 3) Warna abnormal, kulit/bibir biru (sianosis), atau pucat, memar atau bayi sangat kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru. 4) Pemberian ASI sulit, hisapan lemah, mengantuk berlebihan , banyak muntah. 5) Tali pusat, merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah. 6) Infeksi, suhu meningkat, merah, bengkak keluar cairan (pus), bau busuk, pernafasan sulit. 7) Gangguan
gastrointestinal,
misalnya
tidak
mengeluarkan
mekonium selama 3 hari pertama setelah lahir, muntah terus menerus, muntah dan perut bengkak, tinja hijau tua atau berdarah/berlendir. 8) Tidak berkemih dalam 24 jam. 9) Menggigil atau suara tangis tidak biasa, lemas, mengantuk, lunglai, kejang-kejang halus, tidak bisa tenang, menangis terus menerus. 10) Mata bengkak dan mengeluarkan cairan. j.
Imunisasi Dalam waktu 24 jam dan sebelum ibu dan bayi dipulangkan, berikan imunisasi BCG, anti polio oral dan hepatitis B.
7.
Langkah 7. Evaluasi Mengevaluasi
keefektifan
asuhan
yang
sudah
diberikan
mengulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tetapi belum efektif (Muslihatun, 2010). D. Landasan Hukum Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/MENKES/PERS/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan, yaitu : 1.
Pasal 9 Bidan dalam menjalankan praktek, berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi :
32
a. Pelayanan Kesehatan Ibu b. Pelayanan Kesehatan Anak c. Pelayanan
Kesehatan
Reproduksi
Perempuan
dan
Keluarga
Berencana 2.
Pasal 11 a. Pelayanan kesehatan anak. Sebagaimana dimaksud pasal 9 huruf b diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita dan anak pra sekolah. b. Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang untuk : 1) Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi vitamin K1, perawatan bayi baru lahir ada masa neonatal ( 0-28 hari ), dan perawatan tali pusat. 2) Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera rujuk. 3) Penanganan kegawat daruratan, dilanjutkan dengan perujukan. 4) Pemberian Imunisasi rutin sesuai program pemerintah. 5) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah. 6) Pemberian konseling dan penyuluhan. 7) Pemberian surat keterangan kelahiran dan 8) Pemberian surat keterangan kematian. Pengaturan mengenai pemberian ASI eksklusif diatur dalam Pasal 128
UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang berbunyi: 1. Setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan selama 6 (enam) bulan, kecuali atas indikasi medis. 2. Selama pemberian air susu ibu, pihak keluarga, Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat harus mendukung ibu bayi secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus. 3. Penyediaan fasilitas khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diadakan di tempat kerja dan tempat sarana umum. Selanjutnya, dalam Pasal 129 UU Kesehatan diatur bahwa: 1. Pemerintah bertanggung jawab menetapkan kebijakan dalam rangka menjamin hak bayi untuk mendapatkan air susu ibu secara eksklusif.
33
2. Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah. Pemberian ASI eksklusif juga telah diatur dalam Peraturan Bersama Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi,
dan
Menteri
Kesehatan
No.
48/MEN.PP/XII/2008,
PER.27/MEN/XII/2008, dan 1177/MENKES/PB/XII/2008 Tahun 2008 tentang Peningkatan Pemberian Air Susu Ibu Selama Waktu Kerja di Tempat Kerja (“Peraturan Bersama”). Dalam Peraturan Bersama tersebut antara lain disebutkan bahwa Peningkatan Pemberian ASI selama waktu kerja di tempat kerja adalah program nasional untuk tercapainya pemberian ASI eksklusif 6 (enam) bulan dan dilanjutkan pemberian ASI sampai anak berumur 2 (dua) tahun.
DAFTAR PUSTAKA Al Quran Surat Al-Baqarah: Ayat 233. Al Quran Surat Al-Imran: Ayat 36. DepKes. (2012). Angka Kematian ibu di Indonesia tertinggi di ASEAN. Dipetik April 26, 2016, dari http://midwiferycare.wordpress.com/12/02/21/sekitar-20-10/ Dewi, N.L.V. (2010) Asuhan neonatal Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba medika Dinkes, Tasikmalaya. (2015). Bayi Baru Lahir Fisiologis. Hadist Abu Ya’la Al-Mushili : (HR. Abu Daud, Al-Tirmizy dan Al-Hakim). Henny. (2014). Kewenangan yang Bisa dilakukan oleh bidan dalam menjalankan prektek kebidanan. [internet] tersedia dalam http://hennysura.blogspot.co.id/2014/05/kewenangan-yang-bisadilakukan-oleh.html [diakses 23 April 2016]. Indriyani, D. (2013). Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: CV Trans Info Media. Kemenkes. (2010). Panduan Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir Berbasis Perlindungan Anak. Jakarta : Direktorat Kesehatan Anak Khusus. Maryanti. (2011). Buku Ajaran Neonatus, Bayi, dan Balita. Jakarta: TIM. Muslihatun, W. F. (2010) Asuhan Neonatus Bayi dan Balita Yogyakarta: Fitramaya. Nasriah.
(2014). Bayi Baru Lahir Normal. Tersedia http://www.bidanri.blogspot.com. [diakses 23 April 2016].
dalam
Permenkes No. 1464/Menkes/Per/X/2010 Tentang Izin dan Penyelengaraan Praktik Bidan Prawirohardjo, S. (2010). Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo. Rukiyah, & Yulianti. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: CV.Trans Info media. Seopardan, S. H. (2008). Konsep Kebidanan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Soepardi Jane, (2013) Jawa Barat Penyumbang Terbesar Angka Kematian Bayi di Indonesia. [Internet]. Tersedia dalam www.unpad.ac.id/2013/10/jawa-barat-penyumbang-terbesar -angkakematian -bayi-di-indonesia [diakses 17 April 2016]. Sujianti, dkk. (2011). Buku Ajar Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta: CV Trans Info Media.
54
55
Sulani F dkk., (2010). Panduan Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir Berbasis Perlindungan Anak Tahun 2010. Jurnal Direktorat Kesehatan Anak Khusus. [internet] tersedia dalam http://www.gizikia.depkes.go.id/wpcontent/uploads/downloads/2011/01/PANDUAN-YANKES-BBLBERBASIS-PERLINDUNGAN-ANAK.pdf. [diakses 17 April 2016]. Sri, S., & Ardini, S. R. (2010). Program Inisiasi Menyusui Dinidalam rangka Menurunkan AngkaKematian Neonatal. (S. Sri, Ed.) Program Inisiasi Menyusu Dini , 1-10. Walyani, ES. (2015). Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal & neonatal. Yogyakarta: Pustabarupress. WHO. (2014). Word, Health Statistic 2013. WHO Libary Cataloging, Swiss. Tersedia dalamhttp://kesahatanbayi-baru-lahir.cpm.[diakses 06 Maret 2016]. Wulandari. (2013). Inisiasi Menyusu Dini Untuk Awali ASI Eksklusif. Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.