ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS FISIOLOGIS DI BPM BIDAN SITI FATIMAH KOTA TASIKMALAYA
LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan
Oleh : SITI NURKOMARIAH NIM. 13DB277084
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS 2016
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS FISIOLOGIS DI BPM BIDAN SITI FATIMAH KOTA TASIKMALAYA1 Siti Nurkomariah2. Tantri Desiyanti3. Heni Marliany4 INTISARI Masa nifas disebut juga puerperium adalah masa sesudah persalinan, masa perubahan, pemulihan, penyembuhan, dan pengembalian alat-alat kandungan/ reproduksi, seperti sebelum hamil yang lamanya 6 minggu atau 40 hari pasca persalinan. Tujuan dari asuhan kebidanan pada masa nifas adalah menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik. Mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi, pemberian ASI, teknik menyusui, imunisasi bayi, perawatan bayi dan Keluarga Berencana. Tujuan penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas fisiologis dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan. Asuhan kebidanan pada ibu nifas ini dilakukan di BPM Bd. Siti Fatimah Kota Tasikmalaya. Dari hasil penyusunan laporan tugas akhir ini mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata dalam pembuatan asuhan kebidanan pada ibu nifas fisiologis. Kesimpulan dari hasil pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan fisiologis di BPM Bd. Siti Fatimah Kota Tasikmalaya dilaksanakan cukup baik. Kata Kunci
: Nifas Fisiologis
Kepustakaan : 22 (2008-2015) Halaman
: i-xiii, 50 halaman, 10 Lampiran
1
Judul Penulisan Ilmiah, 2 Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis, 3Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis, 4Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis
v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masa nifas (puerperium) merupakan masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati,2010)). Angka kematian ibu (AKI) adalah salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Kematian dan kesakitan ibu nifas masih merupakan masalah besar di Negara berkembang termasuk Indonesia. Masa nifas ini merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan untuk selalu melakukan pemantauan karena pelaksanaan yang kurang maksimal dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah bahkan dapat berlanjut pada komplikasi masa nifas. Jika ditinjau dari penyebab kematian ibu, infeksi merupakan penyebab kematian terbanyak nomor dua setelah perdarahan sehingga sangat tepat jika para tenaga kesehatan memberikan perhatian tingggi pada masa ini. (Manuaba, 2010) Menurut data WHO (World Health Organitation) 2011, sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di Negaranegara berkembang. Rasio kematian ibu di Negara berkembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Menurut WHO, 75% AKI di akibat kan komplikasi selama hamil, bersalin, dan 25% selama masa nifas. (Rahman, 2012) Pada tahun 2011 Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia yaitu 289.000 jiwa. Amerika serikat yaitu 9.300 jiwa, Afrika utara 179.000 jiwa, dan Asia tenggara 16.000 jiwa. Angka kematian ibu di Negara-negara Asia tenggara yaitu Indonesia 214 per 100.000 kelahiran hidup, Filiphina 112 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam 160.000 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand 44 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 33 per 100.000 kelahiran hidup , dan Malaysia 38 per 100.000 kelahiran hidup.(WHO 2011) Angka kematian ibu (AKI) Berdasarkan survei Demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup. Melengkapi hal tersebut, data laporan dari daerah yang di terima Kementrian Kesehatana RI menunjukan bahwa jumlah ibu yang
1
2
meninggal karena kehamilan, persalinan dan nifas tahun 2013 adalah sebanyak 5.019 orang diantaranya yaitu perdarahan 40%, eklampsia 28%, partus lama 7%, abortus 10%, infeksi 15%. Berdasarkan laporan rutin program kesehatan ibu tahun 2013 yang di terima dari Dinas Kesehatan Provinsi tercatat Jawa barat menduduki peringkat tertinggi dalam jumlah AKI. Dalam laporan tersebut, sekitar 765 kasus kematian ibu terjadi di Jawa Barat dari total 5.019 kasus. Dari angka tersebut, Jawa Barat menjadi penyumbang 50 % jumlah kematian ibu. (Putrilia, 2012) Pada
tahun
2015
di Kota
Tasikmalaya
sesuai data
dari
Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya diperoleh data Angka Kematian Ibu nifas sebanyak 6 orang. Dan untuk data kesehatan ibu nifas tahun 2015 di peroleh kunjungan nifas 1 (KF 1) sebanyak 12.285 orang, (KF 2) sebanyak 12.212 orang, (KF 3) sebanyak 12.207 orang. (Dinkes Kota Tasikmalaya, 21015) Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian terjadi setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada masa nifas terjadi pada 24 jam pertama setelah persalinan, di antaranya di sebabkan oleh adanya komplikasi masa nifas. Selama ini perdarahan pasca persalinan
merupakan
penyebab
kematian
ibu,
namun
dengan
meningkatnya persediaan darah dan sistem rujukan, maka infeksi menjadi lebih menonjol sebagai kematian dan morbiditas ibu (Saleha, 2009) Upaya penurunan AKI salah satunya yaitu dengan peningkatan pelayanan
kebidanan
yang
menyeluruh
dan
bermutu
serta
berkesinambungan. Pelayanan tersebut yaitu pelayanan kebidanan secara komprehensif yang disesuaikan dengan Standar Pelayanan Kebidanan dan kewenangan bidan yang tercantum dalam Kepmenkes Republik Indonesia No. 1464/Menkes/PER/2010. Bidan sebagai pelaksana aspek social obstetri dan ginekologi sehingga diagnosis
dini dapat di tegakan dengan
memberikan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan, pelayanan nifas dan perawatan bayi baru lahir serta mampu membantu masyarakat mengatasi masalah yang mungkin dijumpai selama masa tersebut. Asuhan kebidanan masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan yang diberikan pada pasien mulai dari saat setelah lahirnya bayi sampai dengan kembalinya tubuh sampai keadaan seperti sebelum hamil atau mendekati sebelum hamil (Saleha, 2009). Berdasarkan data yang di peroleh di BPM Bd.
3
Siti Fatimah, SST Kota Tasikmalaya tahun 2015 terhitung sebanyak 43 postpartum fisiologis dan di tahun 2016 periode bulan Januari-Maret terhitung 9 postpartum fisiologis. Hasil studi pendahuluan pada tanggal 28 maret 2016 pukul 18.35 WIB dalam pemberian asuhan ibu nifas fisiologis di BPM bidan Siti Fatimah di temukan bahwa ibu nifas di berikan asuhan dengan cara menjaga kebersihan diri selama masa nifas, memperhatikan nutrisi, melakukan mobilisasi, merawat bayi, personal hygine, serta melakukan kunjungan rumah. Untuk itu kunjungan rumah postpartum penting dilakukan oleh petugas kesehatan guna pemeriksaan postpartum lanjutan. Kunjungan dilakukan 5 kali yaitu 6 jam setelah melahirkan, 2 hari, 6 hari, 2 minggu dan 6 minggu, untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir. Juga untuk mencegah, mendeteksi, menangani masalah-masalah yang terjadi saat masa nifas (Saleha, 2009). Masa nifas adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung 6 minggu atau 40 hari (Sari dan Rimandini,2014). Nifas menurut islam adalah darah yang keluar dari Rahim yang di sebabkan melahirkan. Nifas merupakan hadast besar dan jika perempuan telah selesai melewati masa nifasnya maka perempuan tersebut di wajibkan untuk bersuci (mandi) untuk dapat melaksanakan ibadah seperti biasanya. Hal tersebut dijelaskan dalam QS.Al-ma’idah ayat 6
Artinya : “ dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih) sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu, Allah tidak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur”.
4
Al-qur’an ini juga di perkuat dan di perjelas oleh suatu hadist yang menjelaskan bahwa masa nifas itu selama 40 hari kecuali bila dirinya mendapatkan suci sebelum itu. Dalilnya adalah hadis berikut ini : َّ صلَّى ْ َك ْم َتجْ لِسُ ْال َمرْ أَةُ إِ َذا َولَد: َّللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ين َي ْومًا َ َتجْ لِسُ أَرْ َب ِع: َت ؟ َقال َ ََّعنْ أ ُ ِّم َسلَ َم َة أَ َّن َها َسأَلَتِ ال َّن ِبي ُّ إِالَّ أَنْ َت َرى ك َ ِالطه َْر َقبْل َذل Dari Ummi Salamah bahwa dirinya bertanya kepada Rasulullah SAW,"Berapa lama seorang wanita duduk (bernifas) ketika melahirkan?". Beliau SAW menjawab,"Wanita bernifas selama 40 hari kecuali bila dia mendapatkan dirinya telah suci sebelum itu". (HR. Ad-Daruquthny). Pada masa nifas biasanya timbul permasalahan seperti ibu kurang percaya diri dalam merawat bayinya, ibu ketakutan untuk buang air kecil atau besar karena luka jahitan di daerah perineum, ASI tidak keluar hingga terjadi bendungan ASI dan yang lainnya sehingga jika permasalahan tersebut tidak di atasi dengan segera maka akan timbul komplikasi nifas(Saleha,2009). menurut Atmawati dalam jurnal ilmiah tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang ASI dengan Perilaku Perawatan Payudara Postpartum tahun 2010 di Rumah Bersalin An Nissa Surakarta menyatakan semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang tentang ASI maka akan mempengaruhi pola pikir dan sikap seseorang sehingga akan menumbuhkan perilaku
positif
melakukan
perawatan
payudara
untuk
melancarkan
keluarnya ASI, mencegah bendungan atau pembengkakkan payudara dan memelihara kebersihan payudara. Maka berdasarkan Latar Belakang di atas penulis ingin mengkaji lebih dalam lagi dengan melaksanakan asuhan kebidanan ibu nifas fisiologis pada Ny. W PIA0 post partum spontan fisiologis di BPM Bidan Siti Fatimah Kota Tasikmalaya.
5
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraian di atas, perumusan studi kasus ini adalah “Bagaimana asuhan kebidanan pada Ny. W PIA0 post partum spontan fisiologis di BPM Bidan Siti Fatimah Kota Tasikmalaya.” C. Tujuan Penulisan 1.
Tujuan Umum Melakukan Asuhan Kebidanan pada ibu post partum Ny. W umur 19 Tahun P1A0 di BPM Bd. Siti Fatimah Kota Tasikmalaya dengan pendekatan manajemen kebidanan.
2.
Tujuan Khusus a.
Mampu melakukan pengkajian pada Ny. W Umur 19 Tahun P 1A0 secara komprehensif melalui pendekatan manajemen kebidanan dengan pola fikir Varney dan di tuangkan dalam bentuk soap
b.
Mampu menginterpretasikan data untuk mengfidentifikasi diagnose masalah pada Ny. W 19 Tahun P 1A0 melalui pendekatan manajemen kebidanan.
c.
Mampu mengidentifikasi diagnosa atau masalah pada Ny. W Umur 19
Tahun
P1A0
secara
komprehensif
melalui
pendekatan
manajemen kebidanan. d.
Mampu menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera pada Ny. W Umur 19 Tahun P1A0 secara komprehensif melalui pendekatan manajemen kebidanan.
e.
Mampu menyusun rencana asuhan yang menyeluruh pada Ny. W Umur 19 Tahun P1A0 secara komprehensif melalui pendekatan manajemen kebidanan.
f.
Mampu mengimplementasikan asuhan pada Ny W Umur 19 Tahun P1A0 di BPM Bd. Siti Fatimah Kota Tasikmalaya.
g.
Mampu ngevaluasi hasil asuhan pada Ny. W Umur 19 Tahun P 1A0 secara komprehensif melalui pendekatan manajemen kebidanan.
h.
Penulis mampu mengetahui kesenjangan antara teori dengan prakteknya pada masa nifas fisiologis di BPM Bd. Siti Fatimah Kota Tasikmalaya.
6
D. Manfaat Penulis 1.
Manfaat Teoritis Dapat memberikan pengetahuan, keterampilan dan informasi yang bermanfaat bagi ibu nifas fisiologis agar tidak terjadi komplikasi pada masa nifas.
2.
Manfaat Praktis a.
Bagi Institusi Pendidikan Dapat dijadikan sebagai bahan informasi untuk penelitian berikutnya
dan
sebagai
wahana
untuk
menambah
bahan
kepustakaan. b.
Bagi Penulis Menambah pengetahuan dan pengalaman dengan mengamati suatu permasalahan sehingga mendapat pengalaman yang nyata bagi penulis dalam proses asuhan.
c.
Bagi Lahan Praktik Diharapkan digunakan sebagai masukan dan evaluasi bagi lahan praktik sehingga diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan dan melaksanakan asuhan kebidanan pada nifas fisiologis secara teori dan pelayanan yang berlaku.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Masa Nifas 1.
Pengertian masa nifas (post partum) Masa nifas (postpartum) merupakan masa pemulihan dari sembilan bulan kehamilan dan proses kelahiran. Dengan pengertian lainnya, masa nifas yang biasa disebut juga masa puerperium ini dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil (Maryunani, 2009). Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal nasa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati,2010) Menurut Anik Maryunani (2010) masa nifas atau puerperium adalah masa setelah partus selesai, dan berakhir kira-kira 6 minggu. Istilah puerperium (berasal dari kata puer artinya anak, parele artinya melahirkan) menunjukan periode 6 minggu yang berlangsung antara berakhirnya periode persalinan dan kembalinya organ-organ reproduksi wanita ke kondisi normal seperti sebelum hami. Menurut sarwono prawirohardjo (2010) masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam lahirnya plasenta samapi 6 minggu (42 hari) setelah itu. Menurut abidin (2011) masa nifas adalah masa sesudah persalinan sampai pulihnya kembali alat-alat kandungan seperti sebelum hamil. Lamanya masa nifas ini yaitu kira-kira 6-8 minggu. Menurut YP.Rahayu (2012) masa nifas (puerperium) dimuali setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali ke keadaan sebelum hamil yang berlangsung selama kira-kira 6 minggu.
2.
Nifas Menurut Islam Nifas adalah darah yang keluar dari Rahim yang di sebabkan melahirkan. Nifas merupakan hadast besar dan jika perempuan telah selesai melewati masa nifasnya maka perempuan tersebut di wajibkan untuk bersuci (mandi) untuk dapat melaksanakan ibadah seperti biasanya. Hal tersebut dijelaskan dalam QS.Al-ma’idah ayat 6
7
8
Artinya :“ dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih) sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu, Allah tidak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak
membersihkan
kamu
dan
menyempurnakan
nikmat-Nya
bagimu, supaya kamu bersyukur”. Yang dimaksud junub disana adalah orang yang berhadast besar dan orang yang mempunyai hadast besar itu di antaranya nifas, haid, bermimpi dan mengeluarkan sperma dan bersetubuh antara suami dengan istri. Al-qur’an ini juga di perkuat dan di perjelas oleh suatu hadist yang menjelaskan bahwa masa nifas itu selama 40 hari kecuali bila dirinya mendapatkan suci sebelum itu. Dalilnya adalah hadis berikut ini : ْ َك ْم َتجْ لِسُ ا ْل َمرْ أَ ُة إِ َذا َولَد: َّللا َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِين َ َتجْ لِسُ أَرْ َبع: َت ؟ َقال َ ََّعنْ أ ُ ِّم َسلَ َم َة أَ َّن َها َسأَلَتِ ال َّن ِبي ُ َّ صلَّى ُّ َي ْومًا إِالَّ أَنْ َت َرى ك َ ِالطه َْر َقبْل َذل Dari Ummi Salamah bahwa dirinya bertanya kepada Rasulullah SAW,"Berapa
lama
seorang
wanita
duduk
(bernifas)
ketika
melahirkan?". Beliau SAW menjawab,"Wanita bernifas selama 40 hari kecuali bila dia mendapatkan dirinya telah suci sebelum itu". (HR. AdDaruquthny)
3.
Tahapan Dalam Masa Nifas Menurut Sari dan Rimandini (2014) dalam masa nifas terdapat tiga periode yaitu :
9
a.
Periode immediate postpartum atau puerperium dini adalah masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh sebab itu, bidan harus teratur melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokhea, tekanan darah dan suhu.
b.
Periode Intermedial atau Early Postpartum (24-1 minggu). Di fase ini bidan memastikan involusio uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lokhea tidak berbau busuk, tidak ada demam ibu cukup makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui bayinya dengan baik.
c.
Periode Late postpartum (1-5minggu). Diperiode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB.
4.
Perubahan Fisiologi Masa Nifas Menurut walyani dan purwoastuti (2015) ibu dalam masa nifas mengalami perubahan fisiologis. Setelah keluarnya plasenta, kadar sirkulasi hormone HCG (human chorionic gonadotropin), human plasental lactogen, estrogen dan progesterone menurun. Human plasental lactogen akan mengihlang dari peredaran darah ibu dalam 2 hari dan HCG dalam 2 minggu setelah melahirkan, kadar estrogen dan progesterone hampir sama dengan kadar yang ditemukan pada fase folikuler dari siklus menstruasi berturut-turut sekitar 3 dan 7 hari. Penarikan polipeptida dan hormone steroid ini mengubah fungsi seluruh sistem sehingga efek kehamilan berbalik dan wanita dianggap sedang tidak hamil, sekalipun pada wanita. Perubahan-perubahan yang terjadi yaitu: a.
Sistem Kardiovaskular Denyut jantung, volume darah dan curah jantung meningkat segera setelah melahirkan karena terhentinya aliran darah ke plasenta yang mengakibatkan beban jantung meningkat yang dapat di atasi dengan haemokonsentrasi sampai volume darah kembali normal, dan pembuluh darah kembali ke ukuran semula. 1.
Volume darah
10
Perubahan volume darah tergantung pada beberapa variable. Contohnya kehilangan darah selama persalinan, mobilisasi dan kekurangan cairan ekstravaskuler. Kehilangan darah mengakibatkan perubahan volume darah tetapi hanya terbatas pada volume darah total, kemudian, perubahan cairan tubuh normal mengakibatkan suatu penurunan yang lambat pada volume darah. Dalam 2 sampai 3 minggu, setelah persalinan volume darah seringkali menurun sampai pada nilai sebelum kehamilan. 2. Cardiac output Cardiac output terus meningkat selama kala I dan kala II persalinan. Puncaknya selama masa nifas dan tidak begitu memperhatikan tipe persalinan dan penggunaan anastesi. Cardiac output tetap tinggi dalam beberapa waktu sampai 48 jam postpartum, ini umumnya mungkin di ikuti dengan peningkatan stroke volume akibat dari peningkatan venosus return, bradicardi terlihat selama waktu ini. Cardiac output akan kembali pada keadaan semula seperti sebelum hamil dalam 2-3 minggu. b.
Sistem Haematologi 1. Hari pertama masa nifas kadar fibrinogen dan plasma sedikit menurun, tetapi darah lebih kental dengan peningkatan viskositas
sehingga
meningkatkan
pembekuan
darah.
Haematokrit dan haeomoglobin pada hari ke 3-7 setelah persalinan. Masa nifas bukan masa penghancuran sel darah merah tapi tambahan-tambahan akan menghilang secara perlahan sesuai dengan waktu hidup sel darah merah. Pada keadaan tidak ada komplikasi, keadaan haematokrit dan haemoglobin akan kembali ke keadaan normal seperti sebelum hamil dalam 4-5 minggu postpartum. 2.
Leukositis menigkat, dapat mencapai 15000/mm 3 selama persalinan dan tetap tinggi pada beberapa hari postpartum. Jumlah sel darah putih normal rata-rata pada wanita hamil kirakira 12000/mm 3 . selama 10-12 hari setelah persalinan
11
umumnya
bernilai
berjumlah
lebih
antara
banyak
2000-25000/mm3 . dari
sel
darah
neurotropil
putih,
dengan
konsekuensi akan berubah. Sel darah putih, bersama dengan peningkatan normal pada sedimen eritrosit, mungkin sulit untuk di interpretasikan jika terjadi infeksi akut pada waktu ini. 3.
Faktor pembekuan, yakni suatu aktiovasi factor pembekuan darah terjadi setelah persalinan. Aktivasi ini, bersamaan dengan tidak adanya pergerakan, trauma atau sepsis, yang mendorong
terjadinya
tromboemboli.
Keadaan
produksi
tertinggi dari pemecahan fibrin mungkin akibat pengeluaran dari tempat plasenta. 4.
Kaki ibu di periksa setiap hari untuk mengetahui adanya tandatanda thrombosis (nyeri, hangat dan lemas, vena bengkak kemerahan yang dirasakan keras atau padat ketika di sentuh). Mungkin positif terdapat tanda-tanda human’s (doso fleksi kaki dimana menyebabkan otot-otot mengompresi vena tibia da nada nyeri jika adanya thrombosis). Penting untuk di ingat bahwa thrombosis vena-vena dalam mungkin tidak terlihat namun itu tidak menyebabkan nyeri.
5.
Varises pada kaki dan sekitar anus (haemoroid) adalah umum pada kehamilan. Varises pada vulva pada umumnya kurang dan akan kembali setelah persalinan.
c.
Sistem Reproduksi 1.
Uterus Involusi uteri adalah proses uterus kembali ke kondisi sebelum hamil. Uterus biasanya berada di organ pelvik pada hari ke 10 setelah persalinan. Involusi uteris lebih lambat pada multipara. Penurunan ukuran uterus dipengaruhi oleh proses autolysis protein intraselkuler dan sitoplasma myometrium. Protein dinding Rahim di pecah, di absorbs dan kemudian di buang dengan air kencing. Hal ini bisa dibuktikan dengan pemeriksaan kadar nitrogen dalam air kencing ibu. Selma beberapa hari pertama setelah melahirkan endometrium dan myometrium pada tempat plasenta di serap oleh sel-sel
12
granulosa sehingga selaput basal endometrium
kembali
dibentuk. Proses involusi uterus adalah: a. Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam oto uterin. Enzim proteolitik akan memendekan dan mengecilkan jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan 5 kali lebar dari semula selama kehamilan, jadi bukan sel ototnya yang berkurang tetapi sel tersebut pengalami proses pengecilan. b.
Polymorph phagolitik dan macrophages di dalam sistem vaskuler dan system limphatik.
c.
Efek oxytocin (cara bekerjanya oxytocin). Penyebab kontraksi
dan
retraksi
otot
Rahim
sehingga
akan
mengompres pembuluh darah yang menyebabkan akan mengurangi suplai darah ke uterus, proses ini akan mengakibatkan ukuran Rahim semakin berkurang. Tabel 2.1 Proses Involusi Uteri Involusi Plasenta lahir 7 hari (1 minggu)
Tinggi Fundus Sepusat Pertengahan pusat-simfisis 14 hari (2 minggu) Tak teraba 42 hari (6 minggu) Tak teraba 56 hari (8 minggu) Tak teraba Sumber: Manuaba, 2010
BeraUterus 1000 gram 500 gram 350 gram 50 gram 30 gram
2. Pengeluaran lochea Lochea adalah cairan yang keluar dari liang vagina/liang senggama pada masa nifas. Cairan ini dapat berupa darah atau sisa lapisan Rahim, berbau amis dan anyir serta berbeda-beda pada setiap wanita. Lochea yang berbau tidak sedap menandakan adanya infeksi (Sulistyawati, 2009). Macam-macam lochea yaitu: a. Lochea rubra (cruenta) berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuba, sel-sel desidua, verniks kaseosa , lanugo,
13
dan meconium
lochea
ini keluar selama 1-3
hari
postpartum. b.
Lochea sanguinolenta berwarna kuning berisi darah dan lendir, lochea ini keluar 3-7 hari postpartum.
c.
Lochea serosa berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, lochea ini keluar 7-14 hari postpartum.
d.
Lochea alba, cairan putih. Lochea ini keluar setelah 2 minggu postpartum.
e.
Lochea purulenta, lochea yang berbau tidak sedap, terjadi infeksi dan keluar cairan seperti nanah berbau busuk
f.
Locheastatis yaitu lochea yang tidak lancer keluarnya. (walyani dan purwoastuti, 2015)
3.
Vulva dan Vagina Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses persalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6-8 minggu postpartum. Penurunan hormone estrogen pada masa postpartum berperan berperan dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Rugae akan terlihat kembali pada sekitar minggu ke empat.
4.
Perineum Segera setelah melahirkan perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada postnatal hari ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum melahirkan.
5.
Payudara Kadar prolactin yang disekresi oleh kelenjar hypofisis anterior meningkat secra stabil selama kehamilan, tetapi hormone plasenta menghambat produksi ASI. Setelah plasenta lahir konsentrasi estrogen dan progesterone menurun, prolactin dilepaskan dan sintesi ASI dimulai. Suplai darah ke payudara meningkat
dan
menyebabkan
pembengkakan
vascular
sementara. Air susu, saat diproduksi, disimpan di alveoli dan
14
harus dikeluarkan dengan efektif dengan cara di isap oleh bayi untuk pengadaan dan keberlangsungan laktasi. Pelepasan oksitosin dari kelenjar hipofisis posterior di stimulasi oleh isapan bayi. Hal ini menyebabkan kontraksi selsel mioepitel di dalam payudara dan pengeluaran ASI. Oksitosin juga menstimulasi kontraksi myometrium pada uterus, yang biasanya di laporkan wanita sebagai afterpain (nyeri kontraksi uterus setelah melahirkan). ASI yang dapat dihasilkan oleh ibu pada setiap harinya 150-300 ml, ASI dapat dihasilkan oleh kelenjar susu yang dipengaruhi oleh kerja hormon-hormon, diantaranya hormon laktogen. ASI yang pertama kali muncul di masa nifas adalah ASI yang berwarna kekuningan yang biasa dikenal dengan sebutan kolostrum. Kolostrum sebenarnya telah terbentuk di dalam tubuh ibu pada usia 12 minggu. Dan kolostrum merupakan ASI pertama yang sangat baik untuk diberikan karena banyak sekali manfaatnya, kolostrum ini menjadi imun bagi bayi karena mengandung darah putih. Jadi, perubahan pada payudara dapat meliputi: a.
Penurunan kadar progesterone secara cepat dengan peningkatan hormone prolactin setelah persalinan
b.
Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi ASI terjadi pada hari ke 2 atau hari ke 3 setelah persalinan
c.
Payudara menjadi besar dank eras sebagai tanda mulainya proses laktasi.
Kesulitan yang dapat terjadi pada masa laktasi : a. Putting rata sejak hamil Ibu dapat menarik-narik putting susu ibu . ibu harus tetap menyusui agar putting selalu tertarik. b. Putting susu lecet Bisa disebabkan karena cara menyusui atau perawatan payudara
yang
tidak
benar
dan
infeksi
morilia.
Penatalaksanaan dengan teknik menyusui yang benar, putting harus kering saat menyusui, putting diberi lanilon,
15
monilia diterapi, dan menyusui pada payudara yang tidak lecet. Bila lecetnya luas, menyusui ditunda 24-48 jam dan ASI dikeluarkan dengan pompa. c.
Payudara bengkak Payudara bengkak disebabkan karena penyempitan duktus lactiferous dan pengeluaran ASI tidak lancar karena bayi tidak cukup sering menyusui atau terlalu cepat disapih. Penatalaksanaan
dengan
menyusui
lebih
sering,
perawatan payudara (kompres hangat) 2 kali dalam satu hari
saat
payudara
tersebut
dikeluarkan dengan pompa
terjadi
masalah,
ASI
apabila keadaan ini terus
dibiarkan maka akan menjadi bendungan ASI. (Maryunani, 2009) d.
Mastitis Peradangan pada payudara. Payudara menjadi merah, bengkak kadangkala diikuti rasa nyeri dan panas, suhu tubuh meningkat. Didalam terasa ada masa padat (lump), tindakan yang dapat dilakukan kompres hangat dan pemijatan, rangsangan oksitosin, pemberian antibiotic: flucloxacilin, erythromycin selama 7-10 hari, jika terjadi abses sebaiknya tidak disusukan karena mungkin perlu tindakan bedah. (Ambarwati, 2010)
e.
Abses payudara Pada payudara dengan abses, ASI di pompa, abses di insisi, diberikan antibiotic dan analgetik
f.
Bayi tidak suka menyusui Keadaan ini bisa disebabkan karena pancaran ASI terlalu kuat sehingga mulut bayi terlalu penuh, bila putting pada bayi disusui secara selang-seling dengan susu botol, putting rata dan terlalu kecil dan bayi mengantuk. Penatalaksanaan pancaran ASI terlalu kuat diatasi dengan menyusui bayi lebih sering, memijat payudara sebelum menyusui, serta menyusui dengan terlentang dengan bayi ditaruh di atas payudara. Hindari pemakaian dot botol dan
16
gunakan sendok atau pipet untuk memberikan pengganti ASI. Bila bayi tidur dan waktunya di beri ASI usahakan agar bayi terbangun. (Maryunani, 2009) 6.
Serviks Segera setelah melahirkan bentuk serviks agak menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh kavum uteri yang dapat mengadakan kontraksi sedang serviks tidak berkontraksi. Warna serviks merah kehitam-hitaman karena penuh dengan pembuluh darah dan konsistensinya lunak. Segera setelah janin dilahirkan dengan pemeriksaan masih dapat dimasukan kedalam kavum uteri setelah 2 jam hanya dapat dimasukkan 23 jari, dan setelah 2 minggu dapat dimasukan 1 jari ke kavum uteri.
7.
Endometrium Perubahan –perubahan yahng terdapat pada endometrium adalah timbuklnya thrombosis, degenerasi, dan nekrosis di tempat implantasi plasenta. Pada hari pertama endometrium yang
kira-kira
setebal 2,5
mm
mempunyai mempunyai
permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin, setelah 3 hari, permukaan endometrium mulai rata akibat lepasnya
sel-sel
yang
mengalami
degenerasi
sebagian
endometrium terlepas. Regeberasi endometrium terjadi dan sisa-sisa sel desidua basalis yang memakan waktu 2-3 minggu. (Sari dan Rimandini, 2014) d. Tanda-tanda vital 1. Suhu Suhu badan pasca persalinan dapat naik lebih dari 0,5 0 C dari keadaan normal tetapi tidak lebih dari 39 0C setelah 12 jam pertama melahirkan, umumnya suhu badan kembali normal. Bila lebih dari 380C mungkin ada infeksi. 2. Nadi Nadi umunya 60-80 denytut per ,menit dan segera setelah partus dapat terjadi takikardi. Bila terdapat trakikardi dan badan
17
tidak terasa panas mungkin ada perdarahan berlebihan atau ada penyakit jantung. Pada masa nifas umumnya denyut nadi lebih labil disbanding suhu badan. 3. Tekanan Darah Tekanan darah biasanya tidak berubah, biasanya akan lebih rendah setelah melahirkan karena ada perdarahan atau yang lainnya. Tekanan darah akan tinggi apabila terjadi pre-eklamsi postpartum. 4. Pernapasan Keadaan pernapasan selalu berhubungan dengan suhu dan denyut nadi. Bila suhu dan nadi tidak normal, pernapasan juga akan mengikutinya kecuali ada gangguan khusus pada saluran pernapasan . (Ambarwati dan wulandari, 2010) e.
Sistem Pencernaan 1.
Nafsu makan Pasca melahirkan, bniasanya ibyu merasa lapar sehingga diperbolehkan untuk mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu 3-4 hari sebelumfaal usus kembali normal. Meskipun kadar progesterone menurun setelah melahirkan, asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari. Wanita mungkin kelaparan dan mulai makan satu atau dua jam setelah melahirkan. Kecuali ada komplikasi kelahiran, tidak
ada
alasan untuk menunda
pemberian makan pada wanita pasca partum yang sehat lebih lama dan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pengkajian awal. 2.
Motilitas Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan
analgesia
dan
anastesia
bisa
memperlambat
pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan norma. 3.
Pengosongan Usus
18
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan awal masa pasca partum, diare sebelum persalinan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi jalan lahir. Sistem pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu untuk kembali normal. Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali teratur, antara lain: a.
Pemberian diet atau makanan yang mengandung serat.
b.
Pemberian cairan yang cukup.
c.
Pengetahuan tentang pola eliminasi pasca melahirkan.
d.
Pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir.
e.
Bila usaha di atas tidak berhasil dapat pemberian huknah obat yang lain.
4.
Konstipasi Konstipasi mungkin menjadi masalah pada puerperium awal karena kurangnya makanan padat selama persalinan dan karena wanita menahan defekasi. Wanita mungkin menahan defekasi karena perienumnya mengalami perlukaan atau karena ia kurang pengetahuan dan takut akan merobek atau merusak jahitan jika ia melakukan defekasi. Jika ibu hari ke tiga belum juga buang air besar, maka di beri obat pelancar, baik peroral ataupun supositoria. (Saleha,2009)
5.
Perubahan Psikologis Masa Nifas dalam menjalani adaptasi psikologis setelah melahirkan menurut Reva Rubin (1963) dalam Maryunani (2009) mengatakan bahwa ibu akan melalui fase-fase sebagai berikut: a.
Masa Taking-in Yaitu periode ketergantungan, berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua melahirkan. Pada fase ini ibu sedang berfokus terutajma pada dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan proses persalinan yang di alaminya dari awal sampai akhir. Ibu perlu bicara tentang dirinya sendiri. Ketidaknyamanan fisik yang di alami ibu pada fase ini seperti mules, nyeri pada jahitan, kurang
19
tidur dan kelelahan merupakan sesuatu yang tidak dapa dihindari. Hal tersebut membuat ibu perlu cukup istirahat untuk mencegah gangguan psikologis yang mungkin di alami, seperti menangis, dan mudah tersinggung. Hal ini membuat ibu cenderung lebih pasif terhadap lingkungannya. Gangguan psikologis yang mungkin ibu rasakan saat fase taking-in adalah: 1.
Kekecewaan karena tidak mendapatkan apa yang diinginkan tentang bayinya misal jenis kelamin tertentu, warna kulit, jenis rambut dan lainnya.
2.
Ketidaknyamanan sebagi akibat dari perubahan fisik yang di alami ibu misalnya rasa mules karena Rahim berkontraksi untuk kembali pada keadaan semula, payudara bengkak, nyeri luka jahitan.
3.
Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya.
4.
Suami dan keluarga yang mengkritik ibu tentang cara mewarat bayi dan cenderung melihat saja tanpa membantu. Ibu akan merasakan tidak nyaman karena sebenarnya hal tersebut bukan hanya tanggung jawab ibu semata.
b.
Fase Taking-hold Yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan.
Pada
fase
ini
timbul
rasa
khawatir
akan
ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan sangat sensitive, sehingga mudah tersinggung dan marah. Dukungan moril sangat di perlukan untuk menumbuhkan kepercayaan diri ibu. Bagi petugas kesehatan pada fase ini merupakan kesempatan yang baik untuk memberikan berbagai penyuluhan dan pendidikan kesehatan yang di perlukan ibu nifas. Tugas petugas kesehatan adalah mengajarkan cara merawat bayi, cara menyusui yang benar, cara merawat luka jahitan, senam nifas, memberikan pendidikan kesehatan yang di perlukan ibu seperti gizi, istirahat, dan kebersihan diri. c.
Fase Letting Go
20
Yaitu ibu menerima tanggung jawab akan peran barunya. Fase
ini
berlangsung
10
hari
setelah
melahirkan.
Terjadi
peningkatan akan perawatan diri dan bayinya. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Ibu memahami bahwa bayi butuh disusui sehingga siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya sudah meningkan pada fase ini. Ibu akan lebih percaya diri dalam menjalani peran
barunya. Pendidikan kesehatan yang diberikan
pada fase sebelumnya akan sangat berguna bagi ibu. Ibu lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan diri dan bayinya. Dukungan suami dan keluarga masih terus di perlukan ibu. Suami dan keluarga dapat membantu merawat bayi, mengerjakan urusan rumah tangga sehingga ibu tidak terlalu terbebani. Ibu memerlukan istirahat yang cukup sehingga mendapatkan kondisi fisik yang bagus untuk dapat merawat bayinya. Menurut mamik ratnawati dalam jurnal ilmiah tentang Gambaran Adaptasi Psikologi Ibu Nifas di Desa Bandung Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang Tahun 2013 ibu sudah mulai mampu mengontrol dirinya dalam hal kondisi fisik serta emosi. Semuanya dimulai dengan rasa khawatir tentang kemampuannya sehingga ia berusaha untuk menguasai keterampilan merawat bayinya dengan meniru bidan atau perawat sampai akhirnya dapat melakukan secara mandiri. Seharunya pada hari ke 5-6 minggu ibu sudah mampu beradaptasi (merawat bayi). Mungkin ini dipengaruhi oleh umur dan persalinan ibu. Berdasarkan dari hasil tabulasi dan pembahasan maka di simpulkan oleh peneliti bahwa adaptasi psikologis ibu nifas diketahui lebih dari setengahnya 17 responden (56,7%) di desa Bandung Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang. 6.
Kebutuhan Dasar Masa Nifas a.
Nutrisi dan cairan Kualitas dan jumlah makanan yang akan dikonsumsi pada masa nifas akan sangat mempengaruhi produksi ASI. Selama menyusui, ibu dengan status baik rata-rata memproduksi ASI sekitar 800 cc yang mengandung 600 kkal, sedangkan ibu yang
21
status gizinya kurang dari biasanya akan sedikit menghasilkan ASI. Pemberian ASI sangatlah penting, karena bayi akan tumbuh sempurna sebagai manusia yang sehat dan pintar. Makanan yang dikonsumsi ibu nifas haruslah makanan yang sehat, makanan yang sehat adalah makanan dengan menu seimbang yaitu yang mengandung unsur-unsur, seperti sumber tenaga,pembangun, pengatur dan pelindung. (Sari dan Rimandini, 2014) b.
Ambulasi Persalinan
merupakan
proses
yang melelahkan, itulah
mengapa ibu disarankan tidak langsung turun dari tempat tidur setelah melahirkan karena dapat menyebabkan jatuh pingsan akibat sirkulasi darah yang belum berjalan baik. Ibu harus cukup istirahat, mobilisasi perlu dilakukan agar tidak terjadi pembengkakan akibat tersumbatnya pembuluh darah ibu. Mobilisasi hendaknya dilakukan secara bertahap. Dimulai dengan gerakan miring ke kanan dank ke kiri. Pada hari kedua ibu telah dapat duduk, lalu pada hari ketiga ibu telah dapat menggerakan kaki yakni dengan jalan-jalan. (Sari dan Rimandini, 2014) c.
Eliminasi Biasanya dalam 6 jam pertama post partum, pasien sudah dapat buang air kecil. Semakin lama urine ditahan, maka dapat mengakibatkan infeksi. Maka dari itu bidan harus dapat meyakinkan ibu supaya segera buang air kecil, karena biasanya ibu malas buang air kecil karena takut merasa sakit. Segera setelah buang air kecil setelah melahirkan dapat mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi post partum. Dalam 24 jam pertama pasien harus dapat buang air besar. Buang air besar tidak akan memperparah luka jalan lahir, maka dari itu buang air besar tidak boleh di tahan-tahan. Untuk memperlancar buang air besar, di anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan tinggi serat dan minum air putih. (Maryunani,2009)
d.
Kebersihan Diri 1.
Pakaian
22
Sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat. Dan pakaian sebaiknya agak longgar di daerah dada sehingga payudara tidak tertekan dan kering. Demikian juga dengan pakaian dalam, agar tidak terjadi iritasi (lecet) pada daerah sekitarnya akibat lochea. 2.
Rambut Setelah
bayi
lahir,
mungkin
ibu
akan
mengalami
kerontokan rambut akibat gangguan perubahan hormone sehingga keadaannya menjadi lebih tipis di bandingkan keadaan normal. 3.
Kebersihan kulit Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh yang di butuhkan saat hamil akan di keluarkan kembali melalui air deni dan keringat untuk menghilangkan pembengkakan pada wajah, kaki, betis setelah melahirkan, ibu akan merasakan jumlah keringat yang lebih dari biasanya. Usahakan mandi lebih sering dan jaga agar kulit tetap kering.
4.
Perawatan payudara Perawatan
payudara
bertujuan
untuk
melancarkan
sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu hingga memperlancar pengeluaran susu serta mencegah timbulnya mastitis. Langkah-langkah perawatan payudara: a. Lakukan pengompresan pada kedua putting susu dan areola mamae dengan menggunakan kapas yang telah di olesi minyak kelapa/baby oil. b.
Bersihkan putting susu dengan kapas.
c.
Licinkan kedua telapak tangan dengan minyak .
d.
Kedua tangan di tempatkan di antara ke dua payudara ke arah atas, samping, ke bawah, dan melintang sehingga tangan menyanggah payudara. Lakukan 30 kali selama 5 menit.
e.
Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari tangan kanan saling di rapatkan, Sisi kelingking tangan kanan mengurut payudara kiri dari pangkal payudara ke arah
23
putting, demikian pula payudara kanan, lakukan 30 kali dalam 5 menit f.
Telapak I tangan kiri menopang payudara kiri, jari-jari tangan kanan di kepalkan, kemudian tulang-tulang kepala tangan kanan mengurut payudara dari pangkal kea rah putting susu. Lakukan selama 30 kali dalam 5 menit.
g.
Kompres payudara dengan air hangat terlebih dahulu kemudian kompres dengan air dingin
e.
h.
Payudara di bersihkan dengan washlap
i.
Keringkan payudara dengan menggunakan handuk
Istirahat Ibu nifas sangat membutuhkan istirahat yang berkualitas untuk memulihkan kembali keadaan fisiknya. Keluarga di sarankan untuk memberikan kesempatan kepada ibu untuk istirahat yang cukup sebagai persiapan untuk energy menyusui bayi nantinya. Kurang istirahat pada ibu post partum akan mengakibatkan beberapa kerugian misalnya: 1.
Mengurangi jumalah ASI yang di produksi
2.
Memprlambat proses involusi uterus
3.
Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri. (Sulistyawati, 2009)
f.
Kebutuhan Seksual Secara fisik aman untuk memulai hubungan seksual begitu darahg merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak merasakan ketidaknyamanan, aman untuk melakukan hubungan seksual kapan saja ibu siap (Sari dan Rimandini,2014)
g.
Senam Nifas Senam nifas adalah senam yang dilakukan oleh ibu setelah persalinan, setelah keadaan ibu normal (pulih kembali). Senam nifas merupakan latihan yang tepat untuk memulihkan kondisi tubuh ibu dan keadaan ibu secara fisiologis maupun psikologis.biasanya
24
setelah persalinan wanita mengeluh bentuk tubuhnya melar selain itu, peredaran darah dan pernafasan belum kembali normal. Hingga untuk mengembalikan tubuh ke bentuk dan kondisi semula salah satunya dengan melakukan senam nifas yang teratur.(Sulistyawati, 2009) Tujuan dan manfaat dari melakukan senam nifas. Secara umum adalah untuk mengembalikan keadaan ibu agar kondisi ibu kembali seperti sebelum kehamilan, manfaat itu antara lain: 1.
Memperbaiki sirkulasi darah sehingga mencegah terjadinya pembekuan (thrombosis) pada pembuluh darah terutama pembuluh tungkai.
2.
Memperbaiki sikap tubuh setelah kehamilan dan persalinan dengan memulihkan dan menguatkan otot-otot pelvis.
3.
Memperbaiki tonus otot pelvis
4.
Memperbaiki regangan otot tungkai bawah.
5.
Memperbaiki regangan otot abdomen setelah hamil.
6.
Meningkatkan kesadaran untuk melakukan relaksasi otot-otot dasar panggul
7. 7.
Memperlancar terjadinya involusi uterus.
Tanda Bahaya Masa Nifas Sebagian besar kematian ibu terjadi selama masa nifas atau pasca persalinan. Oleh karena itu, sangat penting bagi ibu dan keluarga untuk mengenali tanda-tanda bahaya pada masa nifas . sebaiknya ibu dan keluarga segera mendatangi tenaga kesehatan jika ditemukan tandatanda bahaya nifas seperti berikut ini: a.
Perdarahan pervaginam
b.
Sakit kepala yang hebat
c.
Pembengkakan di wajah, tangan, dan kaki.
d.
Payudara yang berubah merah,bengkak, panas dan terasa sakit.
e.
Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat, dan anemia mudah mengalami infeksi.
f.
Demam, muntah dan nyeri berkemih
g.
Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama
h.
Rasa sakit, merah, dan pembengkakan kaki
25
i.
Merasa sedih atau tidak mampu untuk merawat bayi dan dirinya sendiri. (Sulistyawati, 2009).
B. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas 1.
Pengertian Asuhan Masa Nifas Asuhan pada masa nifas adalah asuhan yang di berikan pada ibu nifas tersebut selama dari kelahiran plasenta dan selaput janin hingga kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. (Rukiyah, A Y., Yulianti, L., Liana M, 2010)
2.
Tujuan a.
Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis dimana dalam asuhan pada masa ini peranan keluarga sangat
di
atas dapat dilaksanakan. b.
Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat, memberikan pelayanan keluarga berencana (Saifuddin, 2009).
3.
Kebijakan teknis Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas di lakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi. (Saifuddin, 2009) Tabel 2.2 Program dan Kebijakan Teknis Masa Nifas
Kunjungan 1
Waktu 6-8 jam setelah persalinan
2
6 hari setelah
Tujuan a. Mencegah terjadinya perdarahan pada masa nifas b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan memberikan rujukan bila perdarahan berlanjut c. Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga bila terjadi perdarahan banyak d. Pemberian ASI awal e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi f. Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah terjadinya hipotermia a. Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus uteri
26
persalinan b. c. d.
e.
3
2 minggu setelah persalinan
a.
b. c. d.
e.
4
6 minggu setelah persalinan
a. b. c.
di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan dan tidak berbau Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat Memastikan ibu menyusui bayinya dengan baik dan tidak menunjukkan tanda-tanda penyulit Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi supaya tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus uteri dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan dan tidak berbau Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat Memastikan ibu menyusui bayinya dengan baik dan tidak menunjukan tanda-tanda penyulit Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, merawat tali pusat, menjaga bayi supaya tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari Menanyakan pada ibu tentang penyulit yang ibu alamai atau bayi nya Memberikan konseling KB secara dini Nasehati ibu untuk hanya memberikan ASI kepada bayi selama minimal 4-6 bulan.
(sumber: Ambarwati, 2010)
C. Teori Manajemen Kebidanan 1.
Pengertian Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan – penemuan, keterampilan dalam
rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu
keputusan yang berfokus pada klien (Varney, 2007) 2.
Proses manajemen kebidanan
27
Proses manajemen terdiri dari 7 langkah yang berurutan dimana setiap langkah disempurnakan secara periodik. Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berahir dengan evaluasi. Ke tujuh langkah tersebut membentuk satu kerangka lengkap yang diaplikasikan dalam situasi apapun. Akan tetapi setiap langkah akan diuraikan lagi menjadi lebih, langkah-langkah yang lebih rici bisa berubah sesuai dengan kebutuhan pasien. Ke tujuh langkah tersebut adalah : a.
Langkah I : Pengkajian (Pengumpulan Data Dasar) Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
b.
Langkah II : Interpretasi Data Mengidentifikasi
diagnose
kebidanan
dan
masalah
berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikimpulkan. Dalam langkah ini data yang telah dikumpulkan diinterpretasikan
menjadi diagnose
kebidanan
dan masalah.
Keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan terhadap pasien, masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang didefinisikan oleh bidan (Ambarwati, 2010) c.
Langkah III : Mengidentifikasi Diagnose Potensial Mengidentifikasi
masalah
atau
diagnose
potensial
lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi.
Langkah
ini
membutuhkan
antisipasi,
bila
memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnose atau masalah potensial benar-benar terjadi. Dan yang paling penting melakukan asuhan yang aman (Ambarwati, 2010) d.
Langkah IV : Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera. Mengidentifikasi
dan
menetapkan
beberapa
kebutuhan
setelah diagnosis dan masalah ditegakkan. Kegiatan bidan pada
28
tahap ini adalah konsultasi, kolaborasi, dan melakukan rujukan (Ambarwati, 2010) e.
Langkah V : Rencana Tindakan Langkah ini merupakan kelanjutan penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi dan diantisipasi, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling dan rujukan yang mungkin diperlukan (Ambarwati, 2010)
f.
Langkah VI : Penatalaksanaan Pada langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan menyeluruh
seperti
yang
diuraikan
pada
langkah
kelima,
mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan bermutu (Rukiyah dkk, 2013) g.
Langkah VII : Evaluasi Langkah ini merupakan mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan pada klien.
3.
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP) Menurut Halen Varney, alur berfikir bidan saat menghadapi klien meliputitujuh langkah, agar diketahui orang lain apa yang telah dilakukan oleh serorang bidan melalui proses berfikir sistematis, maka dilakukan pendokumentasian dalam bentuk SOAP yaitu: a.
Subjektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien dan keluarga melalui anamnesa sebagai langkah 1 varney.
b.
Objektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah 1 varney.
c.
Assesment atau analisa data menggambarkan
pendokumetasian
hasil
analisa
dan
interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi: diagnose/ masalah, antisifasi diagnose/ masalah potensial, perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultan/ kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah 2, 3, dan 4 varney. d.
Planning atau Penatalaksanaan
29
menggambarkan
pendokumentasian
dari
perencanaan,
tindakan implementasi (I) dan evaluasi (E) berdasarkan assesment sebagai langkah 5,6,7 varney (Ambarwati, 2010) Dari penjelasan diatas dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut:
Alur pikir bidan
Proses Manajemen kebidanan
7 Langkah (Varney)
Pencatatan dari asuhan kebidanan
Dokumen kebidanan
SOAP NOTES
Pengkajian Data Masalah atau diagnosa Antisipasi masalah potensial/diagnosa lain Menetapkan kebutuhan segera untuk konsultasi, Kolaborasi Rencana Tindakan Implementasi/ penatalaksanaan Evaluasi
Subjektif Objektif Analisa data Diagnosa Plan: Konsul Tes diagnostik/Lab Rujukan Pendidikan/ Konseling Follow up
(Notoatmodjo,2010) Gambar 2.1 : Skema Langkah-langkah Proses Manajemen D. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas dengan Bendungan ASI 1.
S : Subjektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien. Contoh ibu mengeluh sakit pada kedua payudara ketika ditekan dan merasa badannya panas, ibu mengatakan setelah selesai menyusui, Asi yang masih tersisa dikedua payudara tidak dikeluarkan. (Rukiyah dan Yulianti,2010)
2.
O : Objektif
30
Pengkajian data objektif didapatkan melalui pemeriksaan fisik, pemeriksaan
obstetric,
hasil
laboratorium
dan
penunjang
lain.
Pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital: keadaan umum kurang baik kesadaran: composmentis, suhu tubuh sampai 380 C.puting susu bisa mendatar sehingga bayi sulit menyusu, payudara bengkak, keras, panas, Nyeri bila ditekan. (Rukiyah dan Yulianti,2010) 3.
A : Analisa Data Umumnya untuk menegakkan diagnose bendungan ASI, harus ditentukan gejala bendungan ASI yaitu, terjadinya pembengkakan payudara bilateral dan secara palpasi teraba keras, kadang-kadang terasa nyeri serta seringkali disertai peningkatan suhu badan, tetapi tidak terdapat tanda-tanda kemerahan dan demam (Saifuddin,2009). Contoh : a. DS : klien mengatakan payudaranya terasa keras, ASI tidak keluar, dan badannya terasa panas dingin. b. DO : suhu sampai 380C payudara teraba keras, ada nyeri tekan, Asi -/- .(Rukiyah dan Yulianti,2010)
4.
P : Planning Planning yang paling penting adalah dengan mencegah terjadinya payudara bengkak (mastitis), susukan bayi segera setelah lahir, keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lembek, susukan bayi tanpa jadwal, keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan ASI, laksanakan perawatan payudara. (Rukiyah dan Yulianti, 2010)
E. Tugas dan Wewenang Bidan 1. Tugas bidan Sebagi pelaksana bidan mempunyai tiga kategori tugas yaitu: a. Tugas mandiri 1) Menerapkan
manajemen
kebidanan
pada
setiap
asuhan
kebidanan yang diberikan 2) Melakukan pelayanan dasar pada anak remaja dan wanita pranikah dengan melibatkan klien 3) Memberikan asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal
31
4) Memberikan asuhan kebidanan kepada klien selama persalinan normal dengan melibatkan klien/keluarga 5) Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir 6) Memberikan asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan melibatkan klien/keluarga 7) Memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan pelayanan KB 8) Memberikan asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan sistem reproduksi dan wanita dalam masa klimakterium dan menopause 9) Memberikan asuhan kebidanan pada bayi dan balita dengan melibatkan keluarga 4. Tugas kolaborasi/kerjasama 1) Menerapkan
manajemen
kebidanan
pada
setiap
asuhan
kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga 2) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan resiko tinggi dan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga 3) Memberikan asuhan kebidanan pada masa persalinan dengan resiko tinggi dan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga 4) Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan resiko
tinggi
dan
yang
mengalami
komplikasi
serta
kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga 5)
Memberikan asuhan kebidanan pada balita dengan resiko tinggi dan yang mengalami komplikasi serta kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga
5. Tugas Rujukan
32
1) Menerapkan
manajemen
kebidanan
pada
setiap
asuhan
kebidanan sesuai dengan fungsi keterlibatan klien dan keluarga 2) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu hamil dengan resiko tinggi dan kegawatdaruratan 3) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada
masa
persalinan
dengan
penyulit
tertentu
dan
kegawatdaruratan dengan melibatkan klien dan keluarga 4) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan padaibu dalam masa nifas dengan penyulit tertentu dan kegawatdaruratan dengan melibatkan klien dan keluarga 5) Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan tertentu dan kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi dan rujukan dengan melibatkan keluarga 6) Memberikan asuhan kebidanan kepada anak balita dengan kelainan tertentu dan kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi dan rujukan dengan melibatkan keluarga 6. Tugas sebagai pengelola 1) Mengembangkan
pelayanan
dasar
kesehatan
terutama
pelayanan kebidanan untuk individu, keluarga, kelompok khusus dan
masyarakat
di
wilayah
kerja
dengan
melibatkan
masyarakat/klien 2) Berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan di sector lain wilayah kerjanya melalui peningkatan kemampuan dukun bayi, kader kesehatan dan tenaga kesehatan lain yang berada di bawah bimbingan dalam wilayah kerjanya 7. Tugas sebagai pendidik 1) Memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada individu,
keluarga,
penanggulangan
kelompok
masalah
dan
masyarakat
kesehatan
khususnya
tentang yang
berhubungan dengan pihak terkait kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana 2) Melatih dan membimbing kader termasuk siswa bidan dan keperawatan bekerjanya
serta
membina
dukun
wilayah
atau
tempat
33
8. Tugas sebagai peneliti Melakukan penelitian atau investigasi dalam bidang kesehatan baik secara mandiri maupun secara kelompok
1)
Mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan dilakukan
2) Menyusun rencana kerja pelatihan 3) Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana 4) Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi 5) Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut 6) Memanfaatkan
hasil
investigasi
untuk
meningkatkan
dan
mengembangkan program kerja atau pelayanan lesehatan (Soepardan, 2008) 2. Wewenang bidan Berdasarkan peraturan menteri kesehatan (Permenkes) Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan, kewenangan yang di miliki bidan meliputi: a. Kewenangan normal: 1)
Pelayanan kesehatan ibu
2) Pelayanan kesehatan anak 3) Pelayanan kesehatan reproduksi dan keluarga berencana b. Kewenangan dalam menjalankan program pemerintah c. Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter. Kewenangan normal adalah kewenangan yang dimiliki oleh seluruh bidan. Kewenangan ini meliputi: a. Pelayanan kesehatan ibu 1. Ruang lingkup : a)
Pelayanan konseling pada masa pra hamil
b)
Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
c)
Pelayanan persalinan normal
d)
Pelayanan ibu nifas normal
e)
Pelayanan ibu menyusui
f)
Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan
2. Kewenangan:
34
a)
Episiotomi
b)
Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
c)
Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan
d)
Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
e)
Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
f)
Fasilitas/bimbingan inisiasi menyusu dini (IMD)
g)
Promosi air susu ibu (ASI) Ekslusif
h)
Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan porstpartum
i)
Penyuluhan dan konseling
j)
Bimbingan pada kelompok ibu hamil
k)
Pemberian surat keterangan kematian
l)
Pemberian surat keterangan cuti bersalin
(Soepardan, 2008) 3. Analisis Tugas dan Wewenang Bidan Pada Ibu Nifas Ditinjau dari tugas dan wewenang bidan : a. Bidan sebagai pelaksana, bertugas untuk: 1. Memberikan asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan melibatkan klien dan keluarga 2. Memberikan individu,
pendidikan
keluarga,
dan
penyuluhan
kelompok
dan
kesehatan
masyarakat
kepada tentang
penanggulangan masalah kesehatan khususnya yang berhubungan dengan pihak terkait kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana 3. Mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan dilakukan 4. Menyusun rencana kerja pelatihan 5. Melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana 6. Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi 7. Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut 8. Memanfaatkan
hasil
investigasi
untuk
meningkatkan
dan
mengembangkan program kerja atau pelayanan lesehatan b. Wewenang Bidan Berdasarkan peraturan menteri kesehatan (Permenkes) Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik
35
bidan, kewenangan yang dimiliki bidan yang disebutkan pada pasal 9 untuk memberikan pelayanan kesehatan ibu. Pada pasal 10 ayat (1) disebutkan pelayanan kesehatan pada ibu nifas normal dan pelayanan ibu menyusui. Dalam memberikan pelayanan pada ibu nifas menurut pasal 10 ayat (2) bidan berwenang untuk melakukan pemberian Vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas, promosi Air Susu Ibu (ASI Ekslusif), penyuluhan dan konseling.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Quran. Surat Al-Muminun Ayat 12-14. Surat Al-Sajdah Ayat 7-9. Depkes. RI (2009) Upaya Percepatan Penurunan Angka kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir di Indonesia. Available from : http//:www.depkes.go.id [diakses 10 Mei 2016]. Dewi, VNL. Sunarsih T. (2011) Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika Dian Pratitis, Kamidah. (2013) Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tanda Bahaya kehamilan dengan Kepatuhan Pemeriksaan Kehamilan Di BPS Ernawati Boyolali, Vol 10 (2) Agustus, pp 33-41 DinKes (2015) Data AKI dan AKB Ciamis. Ciamis : DinKes Haya, MAN. Pakasi, TA, Bahar, NA, Basuki, B. (2014) Antenatal care practice and the chance of having nurse/miwdife birth attendant a study in Central Mountain of Papua, vol 8 (3) Oktober, pp 30-39 Kusumawati. (2008) Panduan Lengkap Kehamilan dan Persalinan. Yogyakarta: Tugu Publisher. Manuaba I.B.G (2010) Ilmu Kebidanan, Penyakit kandungan, dan KB untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC. Prawiroharjo, S. (2013) Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Prawiroharjo, S. (2010) Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Permenkes. (2010) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik Bidan. Available from: http://www.google.co.id/tag/ (Diakses tanggal 10 Mei 2016). Romauli, S. (2011) Asuhan kebidanan 1. Yogyakarta: Muha Medika Soepardan, S. (2008) Konsep Kebidanan. Jakarta: PT Maha Putra
Sugiyono. (2010) Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RND. Bandung: Alfabeta Walyani, ES. (2015) Asuhan Kebidanan Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka Press Yuni, dkk (2010), Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta: Fitramaya