ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN ATONIA UTERI DI BPM BIDAN DESIH SUTIARSIH KABUPATEN CIAMIS
LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan
Oleh : KARTIKA SRI JAYANTI NIM. 13DB277114
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS 2016
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa LTA yang berjudul “Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin dengan Atonia Uteri di BPM Bidan Desih Sutiarsih Kabupaten Ciamis“ sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam penulisan karya ilmiah. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung sanksi yang telah ditentukan institusi Prodi D III Kebidanan STIKes Muhammadiyah Ciamis apabila ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini.
Ciamis,
Juni
2016
Yang Membuat Pernyataan,
Materai 6000
Kartika Sri Jayanti
iv
KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr Wb Puji syukur penulis panjatkan kehadirat illahi Robbi atas taufik, rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin dengan Atonia Uteri di BPM Bidan Desih Sutiarsih Kabupaten Ciamis“ Laporan Tugas Akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan D III Kebidanan dan memenuhi gelar ahli madya kebidanan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Ciamis. Penulis menyadari bahwa penyusunan dan penulisan Laporan Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan dan belum sempurna. Pada kesempatan yang baik ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini yaitu kepada yang terhormat : 1.
Dr. H. Zulkarnaen SH., MH, selaku Ketua BPH STIKes Muhammadiyah Ciamis.
2.
H. Dedi Supriadi, S.Sos., S.Kep., Ners., M.M.Kes, selaku ketua STIKes Muhammadiyah Ciamis.
3.
Heni Heryani, SST., M.KM, selaku ketua Program Studi D III Kebidanan.
4.
Neli Sunarni, SST, M.Keb, selaku pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
5.
Yunia Rahmawati, SST, selaku pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
6.
H. Iif Taufiq El Haque, S.Kep, selaku pembimbing AIK
7.
Bidan Desih Sutiarsih, SST, yang telah memberikan ijin dan membantu dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
8.
Ny. E yang telah bersedia menjadi responden dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
9.
Kedua orangtua yang telah memberikan motivasi dan dorongan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
10. Teman-teman
satu
asrama
yang
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
v
bersedia
menukar
pikiran
dalam
11. Rekan-rekan satu angkatan yang telah memberikan motivasi selama penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, terima kasih atas kerjasamanya. Penulis berharap Laporan Tugas Akhir ini tidak hanya menambah pengetahuan, tetapi dapat menjadikan inisiatif dan merangsang kreativitas dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam ilmu kebidanan. Akhirul kalam penulis mengucapkan mohon maaf sebesar-besarnya apabila ada kekurangan dan tidak bisa menyebutkan satu per satu. Terima kasih banyak semoga apa yang dicita-citakan kita bersama di kabulkan Allah SWT, amin. Nasrun Minalloh Wafathun Qorib Wabasyiril Mukminin Wassalammualaikum wr,wb. Ciamis,
Juni 2016
Penyusun
vi
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN ATONIA UTERI DI BPM BIDAN DESIH SUTIARSIH KABUPATEN CIAMIS1 Kartika Sri Jayanti2 Neli Sunarni3 Yunia Rahmawati4
INTISARI
Angka kematian ibu dan bayi di indonesia masih tergolong tinggi, bahkan menempati urutan pertama di ASEAN. Faktor-faktor yang menyebabkan kematian ibu di Indonesia (trias klasik) adalah perdarahan (28%), eklamsi (24%), infeksi (11%). Penyebab perdarahan yang terjadi setelah bayi dan plasenta lahir salah satunya adalah atonia uteri. Angka kejadian atonia uteri di BPM Bidan Desih Sutiarsih pada bulan Januari-Desember tahun 2015 sebanyak 5 orang dan pada tahun 2016 dari bulan Januari-bulan April sebanyak 3 orang. Dampak yang dapat terjadi akibat Atonia Uteri apabila tidak segera mendapat penanganan adalah anemia postpartum, fungsi seksual menurun, fungsi laktasi berkurang, bahkan dapat mengakibatkan kematian. Tujuan penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan atonia uteri di BPM Bidan Desih Sutiarsih menggunakan pendekatan proses manajemen kebidanan. Asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan atonia uteri ini dimulai pada tanggal 19 Maret 2016 di BPM Bidan Desih Sutiarsih Kabupaten Ciamis. Dari hasil penyusunan laporan tugas akhir ini mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata dalam pembuatan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan atonia uteri. Kesimpulan dari hasil pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan atonia uteri di BPM Bidan Desih Sutiarsih Kabupaten Ciamis dilaksanakan sesuai dengan prosedur manajemen kebidanan.
Kata Kunci Kepustakaan Halaman
: Ibu Bersalin, Atonia Uteri : 26 buku (2007-2014) : i-xii, 39 halaman, 8 Lampiran
1 Judul Penulisan Ilmiah; 2 Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis; 3 Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis; 4 Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis.
vii
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .............................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ..............................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ...............................................................................
iii
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................................
iv
KATA PENGANTAR ..........................................................................................
v
INTISARI ............................................................................................................. vii DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii DAFTAR TABEL ................................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...............................................................................
1
B. Rumusan Masalah .........................................................................
4
C. Tujuan ............................................................................................
5
1.
Tujuan Umum ......................................................................................
5
2.
Tujuan Khusus .....................................................................................
5
D. Manfaat ..........................................................................................
5
1.
Manfaat Teoritis ......................................................................
5
2.
Manfaat Praktis .......................................................................
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Persalinan dengan Atonia Uteri .......................................
7
1.
Persalinan ...............................................................................
7
2.
Atonia Uteri .............................................................................
8
3.
Tinjauan Islam........................................................................ 17
B. Teori Manajemen Kebidanan ........................................................ 18 1.
Pengertian ............................................................................... 18
2.
Langkah-langkah Manajemen Kebidanan.............................. 19
3.
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP) ................... 22
viii
C. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan .................... 24 D. Tugas dan Wewenang Bidan ........................................................ 25
BAB III TINJAUAN KASUS A. Metode Pengkajian ........................................................................ 27 B. Tempat dan Waktu Pengkajian ..................................................... 27 C. Subjek yang Dikaji ......................................................................... 27 D. Jenis Data yang digunakan ........................................................... 28 E. Instrumen Pengkajian .................................................................... 28 F.
Tinjauan Kasus .............................................................................. 29
BAB IV PEMBAHASAN A. Data Subjektif ................................................................................. 33 B. Data Objektif .................................................................................. 33 C. Analisa Data ................................................................................... 34 D. Penatalaksanaan ........................................................................... 34
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ........................................................................................ 37 B. Saran .............................................................................................. 37
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 39 LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Penanganan Atonia Uteri ................................................................... 14
x
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Penanganan Atonia Uteri .............................................................. 16 Gambar 2.2 Keterkaitan antara manajemen kebidanan dan system pendokumentasian SOAP ............................................................. 23
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal Kegiatan Penyusunan Kasus Komprehensif Lampiran 2 Riwayat Hidup Lampiran 3 Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 4 Surat Balasan Ijin Pra Penelitian Lampiran 5 Daftar Tilik Asuhan Persalinan Normal Lampiran 6 Lembar Patograp Lampiran 7 Lembar Persetujuan Responden Lampiran 8 Kartu Bimbingan
xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurunnya Angka Kematian Ibu (AKI) adalah salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup (Hasnawati, 2009). Angka kematian ibu dan angka kematian bayi di Indonesia sangat tinggi
dibandingkan
dengan
negara-negara
ASEAN
(Association
of
Southeast Asian Nations) lainnya. Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2013, AKI dari 228 pada 2007 menjadi 291 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2014 sedangkan target yang ingin dicapai Pemerintah dalam menurunkan AKI pada tahun 2015 yang merupakan sasaran Millenium Development Goals (MDG’s) yaitu AKI sebesar 102/100.000 kelahiran hidup, lanjutan dari sasaran MDG’s yaitu Sustainable Development Goals (SDGs) dimana target AKI pada tahun 2019 sebesar 306/100.000 kelahiran hidup sedangkan pada tahun 2030 AKI sebesar 70/100.000 kelahiran hidup (Kemenkes, 2015). Faktor-faktor yang menyebabkan kematian ibu di Indonesia (trias klasik) adalah perdarahan (28%), eklamsi (24%), infeksi (11%), faktor lainnya antara lain : komplikasi masa nifas 8%, partus macet 5%, abortus 5%, trauma obstetrik 5%, emboli 3% dan lain-lain 11%. Dari angka kematian ibu, sekitar 5-15% disebabkan karena atonia uteri (50-60%), sisa plasenta (23-24%), retensio plasenta (16-17%), laserasi jalan lahir (4-5%), kelainan darah (0.5 %-0.8%) (Kemenkes, 2014). Berbagai upaya yang telah dilakukan untuk menurunkan kematian ibu antara lain melalui penempatan bidan di desa, pemberdayaan keluarga dan masyarakat dengan menggunakan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA) dan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
1
2
(P4K), serta penyediaan fasilitas kesehatan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas perawatan dan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) di rumah sakit (Kemenkes, 2014). Jawa Barat merupakan provinsi yang memberikan kontribusi terbesar terhadap tingginya AKI di Indonesia. Menurut Bina Pelayanan kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat AKI pada tahun 2014 sebanyak 312/100.000 kelahiran hidup. Kejadian kematian ibu paling banyak terjadi pada masa nifas, yaitu sebesar 35% dengan penyebabnya adalah perdarahan post partum karena atonia uteri (Dinas Kesehatan Jawa Barat, 2015). Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis tahun 2015 bahwa AKI sebanyak 15 orang, penyebab kematian ibu karena atonia uteri sebanyak 3 orang (Dinkes Kabupaten Ciamis, 2015). Angka kejadian atonia uteri di BPM Bidan Desih Sutiarsih pada bulan Januari-Desember tahun 2015 sebanyak 5 orang dan pada tahun 2016 dari bulan Januari-bulan April sebanyak 3 orang (BPM Bidan Desih Sutiarsih, 2016). Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga menantikan selama sembilan bulan. Ketika persalinan dimulai, peranan ibu adalah melahirkan bayinya. Peran petugas kesehatan adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi, disamping itu bersama keluarga memberi bantuan dan dukungan pada ibu bersalin (Prawirohardjo, 2011). Pandangan Islam tentang persalinan, setiap wanita yang hendak melahirkan mengalami cobaan yang begitu berat apalagi ketika mengalami kesulitan ketika melahirkan sebagaimana dalam ayat Al-qur’an surah Ayat Al-Qur’an tentang persalinan, dimuat bersama-sama dengan ayat tentang kehamilan, antara lain ada dalam QS. Al-Ahqaf/46:15 yang berbunyi :
Artinya: “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan”.(QS. Al-Ahqaf/46:15 ).
3
Firman Allah dalam Q.S An-Nahl (16) : 78 : yang berbunyi :
Artinya : Allah yang mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak
mengetahui
sesuatupun,
dan
Dia
memberi
kamu
pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur." Q.S An-Nahl (16) : 78. Kedua ayat tersebut menjelaskan bahwa salah satu alasan kenapa Allah memberi wasiat pada manusia agar berbakti pada kedua orang tua adalah karena proses persalinan yang dialami ibu merupakan suatu proses yang sangat berat. Pengaruh kontraksi rahim ketika bayi mau lahir, menyebabkan ibu merasakan sangat kesakitan, bahkan dalam keadaan tertentu, dapat menyebabkan kematian. Karena perjuangan ibu ketika melahirkan dan atau risiko yang sangat berat yang ditanggung seorang ibu, Nabi cukup bijaksana dan memberi empati pada ibu yang meninggal karena melahirkan sebagai syahid, setara dengan perjuangan jihad di medan perang. Penghargaan itu diberikan Nabi sebagai rasa impati karena musibah yang dialami dan juga beratnya risiko kehamilan dan melahirkan bagi seorang ibu. Hal ini bukan berarti membiarkan ibu yang akan melahirkan agar mati syahid, tetapi justru memberi isyarat agar dilakukan upaya-upaya perlindungan, pemeliharaan kesehatan dan pengobatan pada ibu pada masa-masa kehamilan dan melahirkan. Namun bila ibu meninggal karena melahirkan, Allah menilainya sebagai perjuangan dan meninggal dalam keadaan syahid. Keadaan setelah persalinan dapat dikatakan aman, apabila kesadaran dan tanda-tanda vital ibu baik, kontraksi uterus baik, dan tidak ada perdarahan aktif atau merembes dari vagina. Penyebab perdarahan yang terjadi setelah bayi dan plasenta lahir salah satunya adalah atonia uteri (Prawirohardjo, 2011). Atonia uteri merupakan kondisi rahim tidak dapat berkontraksi dengan baik setelah persalinan, terjadi pada sebagian besar perdarahan pascasalin (Lisnawati, 2013). Diagnosis atonia uteri ditegakkan apabila uterus tidak
4
berkontraksi dalam 15 menit setelah dilakukan rangsangan taktil atau massase fundus uteri (Sari dan Rimandini, 2014). Atonia
merupakan
alasan
paling
sering
untuk
dilakukannya
histerektomi postpartum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan. Atonia uteri terjadi karena kegagalan mekanisme ini. Penanganan segera untuk atonia uteri adalah melakukan Massase fundus uteri setelah lahirnya plasenta (maksimal 15 detik), membersihkan bekuan darah, pastikan bahwa kandung kemih kosong, melakukan kompresi bimanual internal (KBI) selama 5 menit, apabila uterus berkontraksi dengan baik maka pertahankan tindakan KBI tersebut selama 2 menit, namun apabila uterus tidak berkontraksi dengan baik maka anjurkan keluarga atau asisten untuk melakukan kompresi bimanual eksternal (KBE), berikan ergometrin 0,2 mg secara IM (kontraindikasi hipertensi) atau misoprotol 6001000 mg (Sari dan Rimandini, 2014). Berdasarkan jurnal Suprijati (2014) tujuan penelitian tujuan ingin mengetahui hubungan keberhasilan penatalaksanaan atonia uteri dengan perdarahan pasca salin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 34 responden
(81%)
bidan
menolong
persalinan
berhasil
dalam
penatalaksanaan atonia uteri, jumlah total perdarahan pasca salin ≥ 500cc dan uji chi square diperoleh = 0,047 yang artinya ada hubungan keberhasilan penatalaksanaan atonia uteri dengan perdarahan pasca salin. Dampak yang dapat terjadi akibat Atonia Uteri apabila tidak segera mendapat penanganan adalah anemia postpartum, fungsi seksual menurun, fungsi laktasi berkurang, bahkan dapat mengakibatkan kematian (Manuaba, 2012). Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan atonia uteri di BPM Bidan Desih Sutiarsih Kabupaten Ciamis.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan data di atas, maka penulis membuat suatu rumusan masalah sebagai berikut
“Bagaimana asuhan kebidanan yang dilakukan
5
pada ibu bersalin dengan atonia uteri di BPM Bidan Desih Sutiarsih Kabupaten Ciamis?”.
C. Tujuan 1.
Tujuan Umum Mampu melaksanakan asuhan kebidanan kepada ibu bersalin dengan Atonia Uteri di BPM Bidan Desih Sutiarsih Kabupaten Ciamis, secara mandiri dan berkolaborasi dengan pendekatan management kebidanan dan didokumentasikan dalam bentuk SOAP.
2.
Tujuan Khusus a.
Mampu melakukan pengumpulan data subjektif pada ibu bersalin dengan atonia uteri di BPM Bidan Desih Sutiarsih Kabupaten Ciamis.
b.
Mampu melakukan pengumpulan data objektif pada ibu bersalin dengan atonia uteri di BPM Bidan Desih Sutiarsih Kabupaten Ciamis
c.
Mempu mengidentifikasikan analisa data pada ibu bersalin dengan atonia uteri di BPM Bidan Desih Sutiarsih Kabupaten Ciamis.
d.
Mampu melakukan penatalaksanaan ibu bersalin dengan atonia uteri di BPM Bidan Desih Sutiarsih Kabupaten Ciamis.
D. Manfaat 1.
Manfaat Teoritis Hasil laporan ini dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi perkembangan ilmu kebidanan dan dapat dijadikan referensi bagi ilmu kebidanan, khususnya dalam pemberian asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan atonia uteri.
2.
Manfaat Praktis a.
Bagi Institusi Pendidikan Bermanfaat
sebagai
bahan
masukan
bagi
institusi
pendidikan menghasilkan lulusan bidan yang profesional dan mandiri, juga sebagai penambah bahan kepustakaan yang dapat dijadikan studi banding bagi studi kasus selanjutntya mengenai asuhan kebidanan pada atonia uteri.
6
b.
Bagi Penulis Studi kasus ini sebagai bahan masukan atau informasi untuk mahasiswa mampu mengaplikasikan seluruh teori ilmu yang telah didapat selama perkuliahan mengenai asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan atonia uteri.
c.
Bagi Lahan Praktik Manfaatnya bagi BPM, dapat mempertahankan semua pelayanan
yang
sudah
maksimal dan
dapat meningkatkan
pelayanan kebidanan pada klien sesuai dengan kebutuhan klien, sehingga klien dapat merasa puas dan senang atas pelayanan yang telah diberikan. d.
Bagi Ibu Dengan melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin sesuai management kebidanan diharapkan ibu dapat melewati persalinan tanpa terjadi komplikasi, melahirkan bayi dengan sehat dan melewati masa nifas dengan normal.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Persalinan dengan Atonia Uteri 1.
Persalinan a.
Pengertian Persalinan Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga menantikan selama 9 bulan. Ketika persalinan dimulai, peranan ibu adalah melahirkan bayinya. Peran petugas kesehatan adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi disamping itu bersama keluarga memberi bantuan dan dukungan pada ibu bersalin (Prawirohardjo, 2011).
b.
Tahap-tahap persalinan 1)
Kala I Dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini terbagi dalam 2 fase, fase laten (8 jam), serviks membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7 jam) serviks membuka dari 3 cm sampai 10 cm. Kontraksi lebih kuat dan sering selama fase aktif (Prawirohardjo, 2011).
2)
Kala II Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida (Prawirohardjo, 2011).
3)
Kala III Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit (Prawirohardjo, 2011).
4)
Kala IV Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama postpartum (Prawirohardjo, 2011).
7
8
c.
Asuhan persalinan Menurut IBI (2003) dalam Rukiah, dkk (2014), dasar dari asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan setelah bayi baru lahir serta upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pasca persalinan, hipotermi dan aspiksia bayi baru lahir.
d.
Tujuan asuhan persalinan Memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman, dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi (Prawirohardjo, 2011).
2.
Atonia Uteri a.
Pengertian Atonia Uteri Atonia merupakan kondisi rahim tidak dapat berkontraksi dengan baik setelah persalinan, terjadi pada sebagian besar perdarahan pascasalin (Lisnawati, 2013). Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implementasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir (Prawirohardjo, 2011). Atonia uteri adalah suatu kondisi dimana miometrium tidak dapat berkontraksi. Bila keadaan ini terjadi, maka darah yang keluar dari bekas tempat melekatnya plasenta menjadi tidak terkendali (Sari dan Rimandini, 2014). Diagnosis atonia uteri ditegakkan apabila uterus tidak berkontraksi dalam 15 menit setelah dilakukan rangsangan taktil atau masase fundus uteri (Sari dan Rimandini, 2014).
b.
Faktor Resiko Terjadinya Atonia Uteri 1)
Penyebab
uterus
membesar
lebih
dari
normal
selama
kehamilan, diantaranya pada hidramnion (jumlah air ketuban yang berlebihan), pada kehamilan gemeli (kembar), dan janin yang besar misalnya pada ibu pada diabetes mellitus. 2)
Kala I dan II memanjang.
3)
Persalinan cepat (partus percipitatus).
9
4)
Persalinan yang diinduksi atau dipercepat dengan oxytosin atau augmentasi.
5)
Infeksi intrapartum.
6)
Multiparitas tinggi.
7)
Magnesium sulfat yang digunakan untuk mengendalikan kejang pada preeklamsi atau eklamsi. (Sari dan Rimandini, 2014)
c.
Pencegahan Atonia Uteri 1)
Melakukan secara rutin manajemen aktif kala III pada semua wanita yang bersalinan, karena hal ini dapat menurunkan insidens perdarahan pasca persalinan akibat atonia uteri.
2)
Pemberian misoprostol peroral 2-3 tablet (400-600 mg) segera setelah bayi lahir. (Prawirohardjo,2011)
d.
Tanda dan Gejala Mengenal tanda dan gejala sangat penting dalam penentuan diagnosis dan penatalaksanaannya. Tanda dan gejala atonia uteri antara lain sebagai berikut : 1)
Perdarahan pervaginam. Perdarahan yang terjadi pada kasus atonia sangat banyak 500-1000 cc dan darah tidak merembes, peristiwa yang sering terjadi pada kondisi ini adalah darah keluar disertai gumpalan. Hal ini terjadi karena tromnoplastin sudah tidak mampu lagi berperan sebagai anti pembeku darah.
2)
Konsistensi rahim lunak. Gejala ini merupakan gejala terpenting atau khas atonia dan membedakan atonia dengan penyebab perdarahan yang lainnya.
3)
Fundus uteri naik. Disebabkan masih banyak darah yang sudah keluar dari pembuluh darah, tetapi masih terperangkap dalam uterus.
4)
Terdapat tanda-tanda syok a)
Nadi cepat dan lemah.
b)
Tekanan darah rendah.
c)
Pucat.
d)
Keringat / kulit terasa dingin dan lembab.
10
e)
Pernafasan cepat.
f)
Gelisah, bingung atau kehilang kesadaran.
g)
Urine yang sedikit.
(Sari dan Rimandini, 2014) e.
Penanganan Atonia Uteri 1)
Sikap bidan dalam menghadapi atonia uteri. Meningkatkan upaya preventif adalah salah satu sikap bidan
terhadap
meningkatkan
penanganan
penerimaan
atonia
keluarga
uteri
dengan
berencana
cara
sehingga
memperkecil jumlah grandemultipara dan memperpanjang jarak hamil, melakukan konsultasi atau merujuk kehamilan dengan overdistensi uterus, hidramnion dan kehamilan ganda dugaan janin besar (makrosomia), mengurangi peranan pertolongan persalinan oleh dukun (Wahyuni, 2011). 2)
Penanganan segera Atonia uteri terjadi jika uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan rangsangan taktil (masase) fundus uteri : a)
Segera lakukan Kompresi Bimanual Internal (KBI) Kompresi Bimanual Internal adalah metode yang berguna untuk mengendalikan perdarahan pada atonia uteri.
Langkah-langkah
Kompresi
Bimanual
Internal
sebagai berikut : (1) Pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril, dengan
lembut
masukkan
secara
obstetrik
(menyatukan kelima ujung jari) melalui introitus ke dalam vagina ibu. (2) Periksa vagina dan serviks. Jika ada selaput ketuban atau bekuan darah pada kavum uteri mungkin hal ini menyebabkan uterus tidak dapat berkontraksi secara penuh. (3) Kepalkan tangan dalam dan tempatkan pada forniks anterior, tekan dinding anterior uterus ke arah tangan luar yang menahan dan mendorong dinding posterior
11
uterus ke arah depan sehingga uterus ditekan dari arah depan dan belakang. (4) Tekan kuat uterus di antara kedua tangan. Kompresi uterus
ini
memberikan
tekanan
langsung
pada
pembuluh darah yang terbuka (bekas implantasi plasenta). b)
Evaluasi keberhasilan (1) Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan melakukan KBI selama dua menit, kemudian perlahan-lahan keluarkan tangan dan pantau ibu secara melekat selama kala IV. (2) Jika
uterus
berkontraksi tapi perdarahan
masih
berlangsung, periksa ulang perineum, vagina dan serviks apakah terjadi laserasi. Jika demikian, segera lakukan penjahitan untuk menghentikan perdarahan. (3) Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 5 menit, ajarkan keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksternal (KBE) kemudian lakukan langkah-langkah penatalaksanaan
atonia
uteri
selanjutnya.
Minta
keluarga untuk mulai menyiapkan rujukan. c)
Berikan 0,2 mg ergometrin IM atau misoprostol 600-1000 mcg per rektal. Jangan berikan ergometrin kepada ibu dengan hipertensi karena ergometrin dapat menaikkan tekanan darah.
d)
Gunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18), pasang infus dan berikan 500 cc larutan Ringer Laktat yang mengandung 20 unit oksitosin.
e)
Pakai sarung tangan steril atau disinfeksi tingkat tinggi dan ulangi KBI.
f)
Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1 sampai 2 menit, segera rujuk ibu karena hal ini bukan atonia uteri sederhana. Ibu membutuhkan tindakan gawat darurat di fasilitas kesehatan rujukan yang mampu melakukan tindakan operasi dan transfusi darah.
12
g)
Sambil membawa ibu ke tempat rujukan, teruskan tindakan KBI dan infus cairan hingga ibu tiba di tempat rujukan. (1) Infus 500 ml pertama dihabiskan dalam waktu 10 menit. (2) Berikan tambahan 500 ml/jam hingga tiba di tempat rujukan atau hingga jumlah cairan yang diinfuskan mencapai 1,5 L kemudian lanjutkan dalam jumlah 125 cc/jam. (3) Jika cairan infus tidak cukup, infuskan 500ml (botol kedua) cairan infus dengan tetesan sedang dan ditambah dengan pemberian cairan secara oral untuk dehidrasi (Sujiyatini, 2011).
h)
Langkah-langkah Kompresi Bimanual Eksternal (KBE) sebagai berikut : (1) Letakkan satu tangan pada abdomen didepan uterus, tepat didepan simfisis pubis. (2) Letakkan tangan yang lain pada dinding abdomen (dibelakang korpus uteri) usahakan memegang bagian belakang uterus seluas mungkin. (3) Letakkan gerakan saling merapatkan kedua tangan untuk melakukan kompresi pembuluh darah di dinding uterus dengan cara menekan uterus diantara kedua tangan
tersebut,
ini
akan
membantu
uterus
berkontraksi dan menekan pembuluh darah uterus. i)
Kompresi Aorta Abdominalis Langkah-langkah
kompresi
aorta
abdominalis
sebagai berikut : (1) Raba
pulsasi arteri femoralis
pada
lipat
paha.
Kepalkan tangan kiri dan tekankan bagian punggung jari telunjuk sehingga kelingking pada umbilikus kearah kolumna vertebralis dengan arah tegak lurus. (2) Dengan tangan yang lain, raba pulsasi arteri femoralis untuk mengetahui cukup tidaknya kompresi.
13
(3) Jika pulsasi masih teraba, artinya tekanan kompresi masih belum cukup. (4) Jika tekanan tangan mencapai aorta abdominalis, maka pulsasi arteri femoralis akan berkurang atau terhenti. (5) Jika perdarahan pervaginam berhenti, pertahankan posisi tersebut dan pemijatan uterus (dengan bantuan asisten) hingga uterus berkontraksi dengan baik. (6) Jika perdarahan masih berlanjut: lakukan ligasi arterina dan utero-ovarika, jika perdarahan terus banyak, lakukan histerektomi supravaginal (Sujiyatini, 2011).
14
Tabel 2.1. Penanganan Atonia Uteri No 1
2
3
4
5
6 7
8
9
Langkah Penatalaksanaan Massae fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta (maksimal 15 detik) Bersihkan bekuan darah dan/atau selaput ketuban dari vagina dan lubang serviks. Pastikan bahwa kandung kemih kosong, jika penuh dan dapat dipalpasi lakukan kateterisasi menggunakan teknik aseptic. Lakukan kompresi bimanual internal selama 5 menit.
Anjurkan keluarga untuk mulai membantu komprei bimanual eksternal Keluarkan tangan perlahan-lahan Berikan ergometrin 0,2 mg IM (kontraindikasi hipertensi) atau misoprotol 600-1000 mg. Pasang infuse menggunakan jarum 16 atau 18 s dan berikan 500 cc RL dan 20 unit oksitosin. Habiskan 500 cc pertama secepat mungkin.
Alasan Massase merangsang kontraksi uterus saat di massase dapat dilakukan penilaian kontraksi uterus. Bekuan darah dan selaput ketuban dalam vagina dan saluran serviks dapat menghalangi kontraksi uterus secara baik. Kandung kemih yang penuh akan menghalangi uterus berkontraksi dengan baik.
Kompresi bimanual internal memberikan tekanan langsung pada pembulu darah dinding uterus dan juga merangsang miometrium untuk berkontraksi. Jika kompresi bimanual internal tidak berhail setelah 5 menit, maka diperlukan tindakan lain. Keluarga dapat meneruskan kompresi bimanual eksternal selama penolong melakukan langkah-langkah selanjutnya. Menghindari rasa nyeri. Ergometrin dan misoprotal akan bekerja dalam 5-7 menit dan menyebabkan kontraksi uterus.
Jarum besar memungkinkan pemberian larutan IV secara cepat atau transfuse darah. RL akan membantu memulihkan volume cairan yang hilang selama perdarahan. Okitosin IV dengan cepat merangsang kontraksi uterus. Ulangi kompresi KBI yang dilakukan bersama bimanual internal dengan ergometrin dan oksitosin atau misoprostol akan membuat uterus berkontraksi.
15
10
Rujuk segera
11
Dampingi ibu ketempat Kompresi uterus ini memberikan rujukan. Teruskan tekanan langsung pada pembuluh lakukak KBI darah dinding uterus dan merangsang uterus berkontraksi. Lanjutkan infuse RL + RL dapat membantu memulihkan 20 IU oksitosin dalam volume cairan yang hilang akibat 500 cc /jam sehingga perdarahan, oksitosin dapat tiba ditempat rujukan merangsang uterus untuk sehingga berkontraksi. menghabiskan 1,5 l infuse kemudian berikan 125 cc/jam. Jika tidak tersedia cairan yang cukup, berikan 500 cc yang kedua dengan kecepatan sedang dan berikan m inum untuk dehidrasi.
12
Sumber : Sari dan Rimandini, 2014
Jika uterus tidak berkontraksi selama 1-2 menit, hal ini bukan atonia sederhana. Ibu membutuhkan keperawatan gawat darurat difasilitas yang mampu melaksanakan bedah dan transfusi darah.
16
Multiparitas Partus lama Regangan uterus Soluio plasenta
Kadar HB Jenis dan uji silang HB Nilai fungsi pembekuan
Massase uterus dan kompresi bimanual Oksitosin 10 IU IM dan infus 20 IU dalam 500 ml NS/RL 40 tetes-guyur Infus untuk restorasi cairan dan jalur obat esensial
Perdarahan terus berlangsung Uterus tidak berkontraksi Kompresi bimanual Kompresi aorta abdominalis Tekanan segmen bawah atau aorta abdominalis Pemberian misoprostol 400 mg rektal berhasil
Identifikasi sumber perdarahan lainnya: Laserasi jalan lahir Hematoma parametrial Ruptura uteri Inversio uteri Sisa fragmen plasenta koagolupati
Tidak berhasil Tampon uterus Rujuk Ligasi arteri uterina dan ovarika
Terkontrol
Perdarahan masih berlangsung :
Rawat lanjut
Tranfusi
observasi ketat
Histerektomi Gambar 2.1 : Penanganan Atonia Uteri Sumber : Prawirohardjo, 2011
17
3)
Penanganan Atonia Uteri berdasarkan hasil jurnal Berdasarkan hasil penelitian dari Z Geburtshilfe Perinatol tahun 2007 dengan judul Treatment of postpartal atony with prostaglandins.
Rahim
dapat
berkontraksi
dengan
baik
menggunakan prostaglandin. Efek prostaglandin dimanfaatkan dalam pengobatan atonia uteri. Prostaglandin diberikan secara intravena untuk 21 wanita yang mengalami atonia uteri setelah persalinan, dengan hasil 19 orang wanita yang perdarahannya berhenti. Tidak ada efek samping dari pengobatan tersebut. Hasil ini disajikan dan dibahas dengan mengacu pada data lain dalam literatur. Berdasarkan hasil penelitian dari Pratiwi Puji Lestari, tahun 2014 dengan judul Keberhasilan Penatalaksanaan Perdarahan Postpartum karena Atonia Uteri dengan KBI dan KBE. Hasil penelitian menunjukan bahwa ibu postpartum yang mengalami perdarahan postpartum karena atonia uteri adalah sebesar 4,7 % dari total seluruh persalinan, dan sebesar 48,3 % dari total seluruh kasus perdarahan. Penatalaksanaan yang dilakukan untuk kasus atonia uteri adalah KBI atau KBI yang diikuti KBE. Keberhasilan penatalaksanaan dengan KBI yang diikuti KBE mencapai 100%. f.
Komplikasi yang ditimbulkan : 1)
Anemia, fungsi seksual menurun, dan fungsi laktasi berkurang
2)
Kematian (Manuaba, 2012).
3.
Tinjauan Islam a.
Al-Qurán yang berhubungan dengan persalinan. Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga menantikan selama 9 bulan. Ketika persalinan dimulai kadang ibu hamil disertai dengan penyulit seperti atonia uteri. Untuk itu seorang anak harus senantiasa berbuat baik kepada orang tua terutama ibunya yang telah mengandung dengan
18
susah payah selama 9 bulan. Seperti firman Allah SWT dalam Q.S Al Luqman ayat 14 yang berbunyi :
Artinya : Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik)
kepada
dua
orang
ibu-bapaknya;
ibunya
telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
Ayat diatas menjelaskan bahwa kita sebagai seorang anak wajib untuk berbakti kepada kedua orang tua terutama pada ibu yang
telah
susah
payah
mengandung,
melahirkan
dan
membesarkan kita. b.
Al-hadits yang berhubungan dengan persalinan. Rasululloh SAW berabda : “Seorang wanita yang mengalami sakit saat melahirkan, maka Allah SWT memberi pahala kepadanya seperti pahala orang yang berjihad dijalan Allah SWT” (HR.Ibnu Atsir).
B. Teori Manajemen Kebidanan 1.
Pengertian Manajemen kebidanan Manajemen kebidanan adalah suatu metode berpikir dan bertindak secara sistematis dan logis dalam memberi asuhan kebidanan agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien maupun pemberi asuhan (Soepardan, 2006).
19
Manajemen kebidanan adalah pendekatan dan kerangka pikir yang digunakan oleh bidan dalam menetapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengumpulan data, analisis data, diagnosa
kebidanan,
perencanaan,
pelaksanaan
dan
evaluasi.
(Permenkes, 2007). Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan dengan urutan logis dan menguntungkan, menguraikan perilaku yang diharapkan dari pemberi asuhan yang berdasarkan teori ilmiah, penemuan, keterampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien (Soepardan, 2006). 2.
Langkah-langkah Manajemen Kebidanan a.
Langkah Pertama : Pengumpulan Data Dasar Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu: 1)
Riwayat kesehatan.
2)
Pemeriksaan fisik pada kesehatan.
3)
Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya.
4)
Meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan hasil studi. Pada langkah pertama ini dikumpulakan semua informasi
yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap. Bila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi. b.
Langkah Kedua : Interpretasi Data Dasar Pada langkah ini dilakukan interpretasi data yang benar terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan di interpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik. Masalah sering
20
berkaitan dengan pengalaman wanita yang di identifikasikan oleh bidan. Masalah ini sering menyertai diagnosa. Sebagai contoh yaitu wanita pada trimester ketiga merasa takut terhadap proses persalinan dan persalinan yang sudah tidak dapat ditunda lagi. Perasaan takut tidak termasuk dalam kategori “nomenklatur standar diagnosa” tetapi tentu akan menciptakan suatu masalah yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu perencanaan untuk mengurangi rasa sakit. c.
Langkah Ketiga : Mengidentifikasikan Diagnosa atau Masalah Potensial. Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah di identifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial benar-benar terjadi.
d.
Langkah Keempat : Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan segera . Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai kondisi klien. Langkah ke empat mencerminkan kesinambunagan dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan. Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin mengindikasikan situasi yang gawat dimana
bidan
harus
bertindak
segera
untuk
kepentingan
keselamatan jiwa ibu atau anak (misalnya, perdarahan kala III atau perdarahan segera setelah lahir, distosia bahu, atau nilai APGAR yang rendah). Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukan satu situasi yang memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus
21
menunggu intervensi dari seorang dokter, misalnya prolaps tali pusat. Situasi lainya bisa saja tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter. e.
Langkah Kelima : Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh Pada langkah ini direncanakan asuahan yang menyeluruh ditentukan
oleh
langkah-langkah
sebelumnya.
Langkah
ini
merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi atau data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya apakah diberikan penyuluhan, konseling, dan apakah merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi, kultur atau masalah psikologis. Semua
keputusan
yang
dikembangkan
dalam
asuhan
menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan oleh klien. f.
Langkah Keenam : Melaksanaan Perencanaan Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukanya sendiri bidan tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaanya. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.
g.
Langkah Ketujuh : Evaluasi Pada langkah ke-7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah dan diagnosa.
22
Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksananya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif. (Purwoastuti dan Walyani, 2014) 3.
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP) Menurut Helen Varney, alur berfikir bidan saat menghadapi klien meliputi tujuh langkah, agar diketahui orang lain apa yang telah dilakukan oleh seorang bidan melalui proses berfikir sistematis, maka dilakukan pendokumentasian dalam bentuk SOAP yaitu : a.
Subjektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien dan keluarga melalui anamnese sebagai langkah I Varney.
b.
Objektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I Varney.
c.
Assesment dan Analisa Data Menggambarkan
pendokumentasian
hasil
analisa
dan
interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi: diagnosa atau masalah, antisipasi diagnosa atau masalah potensial, perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultan atau kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah 2, 3 dan 4 Varney. d.
Planning dan Penatalaksanaan Menggambarkan
pendokumentasian
dari
perencanaan,
tindakan implementasi (I) dan evaluasi (E) berdasarkan assesment sebagai langkah 5, 6, 7 Varney. (Salmah, 2006).
23
Alur pikir bidan
Pencatatan dari asuhan kebidanan
Proses Manajemen Kebidanan
Pendokumentasia n Asuhan Kebidanan
7 LANGKAH VARNEY
1. Pengumpulan Dasar
Data
5 LANGKAH (KOMPETENSI BIDAN)
SOAP NOTES
Data
Subjektif Anamnesis). Objektif (Pemeriksaan).
Assesment/ Diagnosis
Assesment (Analisis dan Interpretasi Data). a. Diagnosis dan Masalah. b. Diagnosis atau Masalah Potensial. c. Kebutuhan Tindakan Segera.
2. Interpretasi Data: Diagnosis, Masalah, Kebutuhan.
3. Identifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial.
4. Identifikasi Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera secara Mandiri, Konsultasi atau Kolaborasi.
5. Rencana Asuhan: a. Melengkapi Data: Tes Diagnostik/ Laboratorium b. Pendidikan/ Konseling. c. Rujukan. d. Follow Up
6. Pelaksanaan 7. Evaluasi
Planning
Implementasi Evaluasi
Planning (Dokumentasi Implementasi dan Evaluasi). a. Asuhan Mandiri. b. Kolaborasi. c. Tes Diagnostik atau Tes Laboratorium d. Konseling. e. Follow Up.
Gambar 2.2 Keterkaitan antara manajemen kebidanan dan system pendokumentasian SOAP Sumber : Muslihatun, WN (2010)
(Hasil
24
C. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 1.
Data subjektif Pada kasus pasien dengan atonia uteri masih merasa sedikit lemas karena banyak kehilangan darah (Oxorn, 2010).
2.
Data objektif Data ini dikumpulkan guna melengkapi data untuk menegakkan diagnosa.
Bidan
melakukan
pengkajian
data
objektif
melalui
pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi, dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan secara berurutan (Sulistiawati dkk, 2010). a.
Keadaan umum Pada kasus ibu nifas dengan perdarahan karena atonia uteri keadaan umumnya sedang (Saifuddin, 2008).
b.
Vulva Pada kasus ini masih terlihat adanya sisa sisa perdarahan yang masih terjadi (Ambarwati, 2010).
c.
Abdomen Pada kasus ibu nifas dengan atonia uteri pemeriksan abdomen digunakan untuk meraba kontraksi ada atau tidak, untuk mengetahui tinggi fundus uteri TFU, untuk mengetahui kandung kemih kosong atau penuh (Prawirohardjo, 2011).
d.
Data penunjang Pemeriksaan laboratorium pada kasus atonia uteri adalah Hb dan golongan darah diperlukan sebagai pemastian kondisi ibu yang telah mengeluarkan darah, sehingga bila Hb darah ibu turun segera ditangani (Saifuddin, 2008).
3.
Analisa Data Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau disimpulkan. Dengan data dasar kasus atonia uteri dari hasil pemeriksaan dapat disimpulkan analisa data menjadi misalnya : P 1A0 kala IV dengan atonia uteri.
25
4.
Penatalaksanaan Pelaksanaan perencanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan perdarahan karena atonia uteri menurut Depkes RI (2008), meliputi : a.
Memberi informasi pada ibu tentang keadaannya.
b.
Melakukan massase pada uterus.
c.
Melakukan kompresi bimanual interna atau eksterna.
d.
Memasan infus RL 500ml drip oksitosin 20 unit.
e.
Memberikan terapi uterotonika dan antibiotika.
f.
Mengobservasi perdarahan, vital sign, tinggi fundus uteri dan kontraksi uterus.
g.
Apabila terdapat robekan jalan lahir lakukan penjahitan pada luka.
h.
Mengajari keluarga untuk massase uterus.
D. Tugas dan Wewenang Bidan 1.
Praktik
Bidan
(Peraturan
Menteri
Kesehatan
RI
No
:
1464/MenKes/Per/X/2010) : a.
Pasal 1 Bidan dalam menjalankan prektiknya berwenang untuk memberikan praktik bidan yang meliputi :
b.
1)
Pelayanan kebidanan
2)
Pelayanan keluarga berencana
3)
Pelayanan kesehatan masyarakat
Pasal 16 ayat 1 Bidan berwenang sebagai penolong persalinan abnormal, yang mencakup letak sungsang, partus macet atau kepala di dasar panggul, ketuban pecah dini (KPD) tanpa infeksi, perdarahan post partum, atonia uteri, laserasi jalan lahir, distosia karena inersia uteri, posterm dan preterm.
c.
Pasal 18 Bidan berwenang melakukan pelayanan sebagaimana disebutkan pada pasal 16 diantaranya pemberian infus, pemberian suntikan intramuscular dan uterotonika, melakukan kompresi bimanual interna dan kompresi bimanual eksterna.
26
2.
Kepmenkes RI No. 938/Menkes/SK/VIII/2007 tentang Standar Asuhan Kebidanan. Kriteria pencatatan asuhan kebidanan (catatan perkembangan SOAP) terdapat pula dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor:
938/Menkes/SK/VII/2007
Standar
VI
tentang
Pencatatan Asuhan Kebidanan menyatakan bahwa : a. Pernyataan standar Bidan melakukan pencatatan secara lengkap, akurat, singkat dan
jelas
mengenai
keadaan/kejadian
yang
ditemukan
dan
dilakukan dalam memberikan asuhan kebidanan. b. Kriteria Pencatatan Asuhan Kebidanan Pencatatan dilakukan segera setelah melaksanakan asuhan pada formulir yang tersedia (Reka medis/KMS/Status pasien/ buku KIA). c. Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP. 1) S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa. 2) O adalah data objektif, mencatata hasil pemeriksaan. 3) A adalah hasil analisa, mencatat diagnose dan masalah kebidanan. 4) P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan pelaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif: penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati . (2009) Asuhan Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: Nuha Medika. Depag RI. (2010) Al Qurananul karim. Jakarta: Aksara. Kemenkes. (2014) Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013. [Online]. Tersedia dalam http://www.depkes.go.id. [diakses 04 Maret 2016]. Kemenkes. (2014). Upaya Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir di Indonesia. [internet] tersedia dalam http://www.gizikia.depkes.go.id/artikel/upaya-percepatan-penurunanangka-kematian-ibu-dan-bayi-baru-lahir-di-indonesia/?print=print. [diakses 23 Mei 2016]. Kepmenkes RI No. Kebidanan.
938/Menkes/SK/VIII/2007
tentang
Standar
Asuhan
Lisnawati, L. (2013) Asuhan Kebidanan Terkini Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Jakarta: CV Trans Info Media. Manuaba, IBG. (2012) Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan Edisi 2. Jakarta : EGC. Muslihatun. (2010) Manajemen Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC. Notoatmodjo, S. (2010) Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Oxorn, Harry dan William R. Forte. (2010) Ilmu Kebidanan, Patologi dan Fisiologi Persalinan. Yogyakarta: Yayasan Esentia Medika. Peraturan Menteri Kesehatan RI No : 1464/MenKes/Per/X/2010 tentang izin penyelengaraan bidan. Pratiwi
Puji Lestari. (2014) Keberhasilan Penatalaksanaan Perdarahan Postpartum karena Atonia Uteri dengan KBI dan KBE. Jurnal [internet] tersedia dalam http://www.jurnalkeperawatan.stikesaisyiyahbandung.ac.id/file.php. [diakses 20 Mei 2016].
Prawirohardjo, S. (2011) Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Purwoastuti., Walyani. (2014) Konsep Kebidanan. Yogyakrta: Press. Riyanto. (2010) Manajemen Kebidanan. Yogyakarta : EFG
39
Pustaka Baru
40
Rukiyah, dkk. (2010) Asuhan Kebidanan II (Persalinan). Jakarta: Cv Trans Info Media. Saiffudin, A.B. ( 2008) Asuhan Panduan Praktis Pelayanan Maternal dan neonatal. Jakarta : JNPKKR-POGI.
Kesehatan
Salmah. (2006) Asuhan Kebidanan 2. Bandung : CV Media Book. Sari Puspita Eka dan Rimandini Dwi Kurnia. (2014) Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta : Trans Info Media. Sari, EP., Rimandini KD. (2014) Asuhan Kebidanan Pada Persalinan (Intranatal Care). Jakarta: Cv Trans Info Media. Soepardan, S (2006) Konsep Kebidanan. Bandung: EGC. Sujiyatini, S. (2011) Asuhan Kebidanan II (Persalinan). Yogyakarta: Pustaka Rihama/ Rohima Press. Sulistyawati dkk. (2010) Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba medika. Suprijati. (2014) Hubungan Keberhasilan Penatalaksanaan Atonia Uteri dengan Perdarahan Pasca Salin di BPM Wilayah Madiun Selatan. Jurnal Delima Harapan, Vol 3, No.2 Agustus-Januari 2014. [internet] tersedia dalam http://akbidharapanmulya.ac.id/atm/konten/editor/samples/jurnal/file_jurn al/t_28.pdf. [diakses 23 Mei 2016]. Varney, H. (2008). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4. Volume 2. Jakarta: EGC. Z
Geburtshilfe Perinatol. (2007). Treatment of postpartal atony with prostaglandins. Jurnal Pubmed [internet] tersedia dalam http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/930976. [diakses 29 April 2016].