ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN KALA II LAMA DI RUANG VK RSUD KABUPATEN CIAMIS LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan
Oleh : EGI SITI IBADIYAH NIM. 13DB277012
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS 2016
Judul
: Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin dengan Kala II Lama di Ruang VK RSUD Kabupaten Ciamis
Penyusun
: Egi Siti Ibadiyah
NIM
: 13DB277012
PERSETUJUAN
Laporan Tugas Akhir ini telah memenuhi persyaratan dan disetujui Untuk Mengikuti Ujian Sidang LTA Pada Program Studi D III Kebidanan STIKes Muhammadiyah Ciamis
Oleh : Pembimbing I
Sri Wulan RD, SST., M.H.Kes
Ciamis, 22 Juni 2016
NIK. 0432778507043
Pembimbing II
H. Rudi Kurniawan, S.Kep., Ners., M.Kep
Ciamis, 20 Juni 2016
NIP.197410232005011002
Mengetahui, Ketua Program Studi D-III Kebidanan
Heni Heryani, SST., MKM NIK. 0432778104030
ii
Judul
: Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin dengan Kala II Lama di Ruang VK RSUD Kabupaten Ciamis
Penyusun
: Egi Siti Ibadiyah
NIM
: 13DB277012
PENGESAHAN
Laporan Tugas Akhir ini telah dipertahakan dan diperbaiki sesuai dengan masukan Dewan Penguji Pada tanggal 24 Juni 2016
Mengesahkan,
Penguji I,
Penguji II,
Heni Heryani, SST., M.KM
Sri Wulan RD, SST., M.H.Kes
NIK.0432778104030
NIK. 0432778507043
Mengetahui, Ketua
Ketua
STIKes Muhammadiyah Ciamis,
Program Studi D III Kebidanan,
H.Dedi Supriadi, S.Sos., S.Kep., Ners., M.M.Kes
Heni Heryani, SST., M.KM
NIK. 0432777295008
NIK. 0432778104030
iii
PERNYATAAN Saya menyatakan bahwa Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Dengan Kala II Lama di Ruang VK RSUD Kabupaten Ciamis“ sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam penulisan karya ilmiah. Atas penyataan ini, saya siap menanggung sanksi yang telah ditentukan institusi Prodi D III Kebidanan STIKes Muhammadiyah Ciamis apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini.
Ciamis,
Juni 2016
Yang Membuat pernyataan,
Egi Siti Ibadiyah NIM. 13DB277012
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas taufik, rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Dengan Kala II Lama Di Ruang VK RSUD Ciamis”. Laporan Tugas Akhir ini diajukan untuk salah satu syarat dalam menyelesaikan Pendidikan D III Kebidanan dan memenuhi gelar Ahli Madya Kebidanan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Ciamis. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih banyak kekurangan dan belum sempurna. Pada kesempatan yang baik ini penulis ingin mengucapkan terimaksih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang telah membantu dan membimbing dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini kepada yang terhormat : 1. Dr. H. Zulkarnaen, S.H., M.H. selaku ketua BPH STIKes Muhammadiyah Ciamis dan pembimbing keagamaan yang telah bersedia memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini. 2. H. Dedi Supriadi, S.Sos., S.Kep., M.M.Kes, selaku ketua STIKes Muhammadiyah Ciamis. 3. Heni Heryani, S.ST., M.KM, selaku ketua program studi D III Kebidanan. 4. Sri Wulan Ratna Dewi, S.ST., M.H.Kes. selaku pembimbing I yang telah bersedia
memberikan
motivasi,
arahan
dan
bimbingan
dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini. 5. H. Rudi Kurniawan, S.Kep., Ners., M.Kep, selaku pembimbing II yang telah bersedia memberikan motivasi, arahan dan bimbingan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini. 6. dr. H. Aceng Solahudin Ahmad, M.Kes, selaku Direktur RSUD Kabupaten Ciamis yang telah memberikan izin untuk penyusunan Laporan Tugas Akhir ini. 7. Bidan-bidan di Ruang Bersalin yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini. 8. Orangtua
yang
selalu
memberikan semangat
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
v
serta doa
dalam
9. Rekan-rekan satu angkatan yang telah memberikan motivasi selama penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, terima kasih atas kerjasamanya. Penulis berharap Laporan Tugas Akhir ini tidak hanya dapat menambah pengetahuan,
namun
dapat
dijadikan
kreatifitas
dalam
mengikuti
pengembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, khususnya ilmu kebidanan. Penulis mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada kekurangan yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih penulis ucapkan semoga Allah SWT mengabulkan cita-cita kita semua.
Ciamis, Juni 2016
Penyusun
vi
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN KALA II LAMA DI RUANG VK RSUD KABUPATEN CIAMIS1 Egi Siti Ibadiyah2Sri Wulan Ratna Dewi3H.Rudi Kurniawan4 INTISARI Kala II lama adalah persalinan yang sudah dipimpin mengejan tetapi tidak ada kemajuan pada primigravida dibatasi 2 jam dan pada multipara dibatasi 1 jam. Dikemukakan bahwa angka kejadian ibu bersalin terdapat 8% dengan kala II lama dan 0,64% dengan partus lama. Salah satu penyebab mortalitas ibu adalah persalinan dengan kala II lama, kejadian persalinan kala II lama dapat berpengaruh kepada bayinya yaitu bayi akan mengalami gawat janin, asfiksa dan caput succedaneum. Tujuan penyusunan laporan tugas akhir ini untuk memperoleh pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan kala II lama menggunakan manajemen kebidanan 7 langkah varney dan didokumentasikan dalam bentuk SOAP. Asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan kala II lama ini dilakukan selama 2 hari di Ruang VK RSUD Kabupaten Ciamis. Dari hasil penyusunan laporan tugas akhir ini mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata dalam pembuatan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan kala II lama. Kesimpulan dari hasil pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan kala II lama di Ruang VK RSUD Kabupaten Ciamis dilaksanakan dengan cukup baik.
Kata Kunci Kepustakaan Halaman
1Judul
: Persalinan Kala II Lama : 25 buku (2008-2016), 2 jurnal, 2 website : i-x, 59 halaman, 12 lampiran
Penulisan Ilmiah2Mahasiswa STIKes Muhammadiyah Ciamis STIKes Muhammadiyah Ciamis4Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis
3Dosen
vii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ...................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN .....................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................
iii
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................
iv
KATA PENGANTAR .................................................................................
v
INTISARI ...................................................................................................
vii
DAFTAR ISI ..............................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..............................................................................
1
B. Rumusan Masalah .........................................................................
4
C. Tujuan ...........................................................................................
4
D. Manfaat .........................................................................................
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Persalinan ..............................................................
6
B. Kala II Lama ..................................................................................
19
C. Wewenang Kebidanan ...................................................................
23
D. Teori Manajemen Kebidanan .........................................................
25
E. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin ....................
29
BAB III TINJAUAN KASUS A. Metode Pengkajian ........................................................................
37
B. Tempat dan Waktu Pengkajian ......................................................
39
C. Subjek Yang di Kaji ........................................................................
39
D. Jenis Data Yang Digunakan ...........................................................
39
E. Instrument pengkajian ...................................................................
39
F. Tinjauan Kasus ..............................................................................
40
viii
BAB IV PEMBAHASAN A. Pembahasan ..................................................................................
47
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan .......................................................................................
57
B. Saran .............................................................................................
58
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
59
LAMPIRAN
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Observasi Lampiran 2 Lembar Partograf Lampiran 3 Lembar Responden Lampiran 4 Surat Izin Penelitian STIKes Muhammadiyah Ciamis Lampiran 5 Surat Izin Penelitian dari Kesatuan Bagsa dan Politik Lampiran 6 Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis Lampiran 7 Surat Balasan Izin Penelitian RSUD Kabupaten Ciamis Lampiran 8 Lembar Konsultasi Pembimbing 1 dan 2 Lampiran 9 Lembar Konsultasi Pembimbing AIK Lampiran 10 Daftar Tilik APN Lampiran 11 Time Schedule Lampiran 12 Riwayat Hidup
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Salah satu indikator untuk menilai derajat kesehatan adalah dillihatnya dari angka kematian ibu dan bayi, dan salah satu program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah menurunkan kematian dan kejadian sakit dikalangan ibu, dan untuk mempercepat penurunan angka Kematian Ibu dan
Anak
dengan
meningkatkan
mutu
pelayanan
dan
menjaga
kesinambungan pelayanan kesehatan ibu hamil dari Antenatal Care, Intranatal Care, Postnatal Care sehingga seorang ibu mampu serta sadar menjaga kesehatan dirinya dan keluarga (Depkes RI, 2010). Jumlah perempuan meninggal karena komplikasi selama kehamilan dan persalinan mengalami penurunan sebesar 43%. Kematian ibu di seluruh dunia turun dari sekitar 532 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1990 menjadi diperkirakan 303 per 100.000 kelahiran hidup tahun ini, menurut laporan, yang terakhir dalam serangkaian yang telah melihat kemajuan di bawah Tujuan Pembangunan Millenium Development Goal’s (MDGs). Ini setara dengan rasio diperkirakan global yang kematian ibu (AKI) dari 216 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup, turun dari 385 pada tahun 1990. Di Indonesia Kematian ibu 126 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2016). Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2014 menunjukan bahwa AKI (Angka Kematian Ibu) mencapai 291 per 100.000 kelahiran hidup, sementara AKB (Angka Kematian Bayi) mencapai 32 per 1.000 kelahiran hidup. Dalam laporan Millenium Development Goals (MDG’s)
(2010).
Pemerintah
dalam
menurunkan
AKI/AKB
tersebut
menyelenggarakan suatu target yang ingin dicapai pada tahun 2015 yang merupakan sasaran MDG’s yaitu AKI sebesar 102/100.000 kelahiran hidup dan AKB menjadi 24/1.000 kelahiran hidup (Kemenkes, 2014). Angka Kematian Ibu (AKI) di provinsi Jawa Barat mencapai 83 per 100.000 kelahiran hidup dengan penyebab kematian perdarhan 248 (31,7%) Hipertensi dalam kehamilan (29,3%) Infeksi (5,6%) Partus lama (0,64%) Abortus (0,12%) Lain – lain (32,5%) (Pogi Jabar, 2013).
1
2
Menurut dinas kesehatan Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Ciamis Tahun 2015 berdasarkan hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) sebesar 15 per 100.000 kelahiran hidup dan 2 per 100.000 kelahiran hidup pada akhir februari 2016 dan Angka Kematian Bayi (AKB) 176 per 1.000 kelahiran hidup (Dinkes Ciamis, 2016). Pada tahun 2015 jumlah ibu bersalin sebanyak 734 orang, dan jumlah persalinan dengan kala II lama sebanyak 42 orang dari 734 orang ibu bersalin. Hal ini ada penurunan dari tahun 2014 yang jumlah ibu bersalin 698 orang dan jumlah persalinan dengan kala II lama sebanyak 48 orang. Sedangkan jumlah kasus kala II lama pada Januari-Februari tahun 2016 sebanyak 3 orang dari 52 jumlah pasien ibu bersalin di RSUD Kabupaten Ciamis (RSUD Ciamis, 2016). Secara global 80% penyebab tingginya AKI adalah perdarahan (25%, biasanya perdarahan pasca persalinan), sepsis (15%), hipertensi dalam kehamilan (12%), partus lama/macet (8%),komplikasi aborsi tidak aman (13%), dan sebab-sebab lain (8%) (Prawirohardjo, 2010). Penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan, hipertensi, infeksi, preekslampsi berat, persalinan lama dan penyebab tidak langsung, sebagian besar karena interaksi antara kondisi medis yang sudah ada sebelumnya pada kehamilan (Prawirohardjo, 2010). Kala II lama dalam persalinan nulipara dibatasi 2 jam dan untuk multipara 1 jam. Kala II lama merupakan klasifikasi dari persalinan lama. (Prawirohardjo, 2010). Dampak persalinan lama dapat menimbulkan konsekuensi serius bagi salah satu atau keduanya sekaligus. Dampak persalinan lama yang terjadi pada ibu antara lain infeksi intrapartum, rupture uteri, cincin retraksi patologis, pembentukan fistula dan cedera otot-otot dasar panggul, sedangkan yang terjadi pada bayi antara lain caput succedaneum dan molase kepala janin (Prawirohardjo, 2010). Firman Allah SWT dalam Q.S An-Nahl: 78 yang berbunyi :
ُ َُوهللاُ اَ ْخ َر َج ُك ْم ِم ْن ب ار َ َط ْو ِن أ ُ َّم َها تِ ُك ْم الَ ت َ ْعلَ ُمون َّ شيْىأ ً َو َجعَ َل َل ُك ُم ال َ ص َ س ْم َع َواأل َ ْب ََواأل َ ْف ِئدَة َ َل َع َل ُك ْم ت َ ْش ُك ُرون
3
Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberikan kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” Ayat tersebut menjelaskan bahwa kita harus berbakti kepada orang tua karena proses persalinan yang dialami ibu merupakan proses yang sangat berat. Pengaruh kontraksi rahim saat bayi mau lahir, menyebabkan ibu merasa kesakitan, bahkan dalam keadaan tertentu dapat menyebabkan kematian apalagi dengan persalinan yang lama. Berdasarkan penelitian dalam jurnal kesehatan dari Husin dan Eka di RSUD dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2011 hasil penelitian yang diperoleh dari cek list diketahui distribusi persalinan kala II lama 30,6% dan asfiksia bayi baru lahir 33,3% tingkat signifikan hubungan antara persalinan kala II lama dan asfiksia bayi baru lahir dalam analisis chi square test dan diperoleh tingkat signifikan 0.000<α yang berarti ada hubungan antara persalinan kala II lama dengan asfiksia bayi baru lahir. Hubungan kejadian persalinan kala II lama dengan asfiksia bayi baru lahir karena adanya beberapa keadaan yang terjadi pada ibu yang mengalami partus macet atau partus lama bisa menyebabkan kehabisan tenaga dan ibu bisa dehidrasi serta terjadi perdarahan postpartum yang dapat menyebabkan asfiksia pada bayi dikarenakan aliran darah ibu melalui plasenta berkurang, sehingga aliran oksigen ke janin berkurang (Husin dan Susanti, 2011). Berdasarkan penelitian dalam jurnal kesehatan dari Sunarno, dkk di Rumah Bersalin Mardi Rahayu Semarang hasil penelitian ini didapatkan, sebanyak 59.4% responden mengalami kecemasan dan 56.2% responden mengalami persalinan lama pada kala I-kala II. Pada analisis bivariate menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat kecemasan dan persalinan lama pada kala I-kala II pada ibu primigravida sehingga dapat disimpulkan bahwa ibu dalam proses persalinan yang mengalami kecemasan mempunyai peluang 12.5 kali untuk terjadi persalinan lama dibandingkan dengan ibu yang tidak mengalami kecemasan (Sunarno dkk, 2013). Berbagai penyebab tersebut dapat dicegah dengan pendeteksian komplikasi persalinan secara dini, pengambil keputusan secara cepat dan tepat serta penanganan yang tepat ditempat rujukan (Depkes, 2008).
4
Dari uraian tersebut maka penulis tertarik melakukan “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Ny. E Usia 34 Tahun Hamil 39 Minggu Dengan Kala II Lama”
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah pada Laporan Tugas akhir ini “Bagaimana Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Dengan Kala II Lama Di Ruang VK RSUD Kabupaten Ciamis?”.
C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan kala II lama menggunakan manajemen kebidanan 7 langkah varney dan didokumentasikan dalam bentuk SOAP. 2. Tujuan Khusus a. Mampu melakukan pengumpulan data dasar pada ibu bersalin dengan kala II lama. b. Mampu melakukan Interpretasi data pada ibu bersalin meliputi diagnosa, masalah dan kebutuhan untuk kasus ibu bersalin dengan kala II lama. c. Melakukan diagnosa potensial dan antisipasi yang harus dilakukan bidan dari kasus ibu bersalin dengan kala II lama. d. Mampu menetapkan kebutuhan/tindakan segera pada ibu bersalin dengan kala II lama. e. Mampu menyusun rencana asuhan Kebidanan yang menyeluruh pada ibu bersalin dengan kala II lama. f.
Mampu melaksanakan penatalaksanaan serta asuhan engan efisien, aman, pada ibu bersalin dengan kala II lama.
g. Mampu melakukan evaluasi pada ibu bersalin dengan kala II lama.
5
D. Manfaat 1. Manfaat Teoritis Hasil laporan ini dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi perkembagan ilmu kebidanan, khususnya dalam pemberian asuhan kebidanan yang komprehensif. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Lahan Praktek Manfaatnya
bagi
RSUD
Kabupaten
Ciamis,
dapat
mempertahankan semua pelayanan yang sudah maksimal dan dapat meningkatkan pelayanan kebidanan pada klien secara komprehensif, sehingga klien dapat merasa puas dan senang atas pelayanan yang telah diberikan khususnya pada asuhan kebidanan pada kala II lama. b. Bagi Institusi Pendidikan Bermanfaat sebagai bahan masukan bagi institusi pendidikan sehingga menghasilkan lulusan bidan yang professional dan mandiri, juga sebagai bahan kepustakaan yang dapat dijadikan studi banding dengan studi kasus selanjutnya mengenai kebidanan. c. Bagi penulis Studi kasus ini sebagai pengalaman yang dapat meningkatkan pengetahuan dan penerapan asuhan kebidanan, khususnya asuhan kebidanan pada partus denga kala II lama.
BAB II TINJAUAN TEORI A. KONSEP DASAR PERSALINAN 1. Definisi Persalinan Persalinan adalah proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini mulai dengan kontrasi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progesif pada serviks dan diakhiri dengan pelahiran plasenta (Varney, 2007 dalam Walyani dan Purwoastuti 2015). Persalinan merupakan adalah suatu proses saat janin dan produk konsepsi dikeluarkan sebagai akibat kontraksi teratur, progresif, sering dan kuat ( Barbara, 2009 dalam Walyani dan Purwoastuti 2015). Persalinan normal WHO adalah persalinan yang dimulai secara spontan beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses persalinan, nayi dilahirkan spontan dengan presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37 hingga 42 minggu lengkap. Ada
beberapa istilah masalah partus menurut Walyani dan
Purwoastuti (2015) yaitu : a. Menurut cara persalinan 1) Partus biasa (normal), disebut juga partus spontan adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung ± 24 jam. 2) Partus luar biasa (abnormal) adalah persalinan pervaginam dengan bantuan alat-alat atau melalui dinding perut dengan operasi caesarea. b. Menurut tua (umur kehamilan) 1) Abortus (keguguran) adalah terhentinya kehamilan sebelum janin dapat hidup-berat janin dibawah 1.000 g/ tua kehamilan di bawah 28 minggu.
6
7
2) Partus prematurus adalah persalinan dari hasil konsepsi pada kehamilan 28-36 minggu, janin dapat hidup tetapi prematur, berat janin antara 1.000-2.500 gram. 3) Partus maturus atau aterm adalah partus pada kehamilan 37-40 minggu, janin matur, berat badan diatas 2.500 gram. 4) Partus postmaturus (serotinus) adalah persalinan yang terjadi 2 minggu atau lebih dari waktu partus yang ditaksir, janin disebut postmatur. 5) Partus presipitatus adalah partus yang berlangsung cepat, mungkin di kamar mandi, di atas beca dan sebagainya. 6) Partus percobaan adalah suatu penilaian kemajuan persalinan untuk memperoleh bukti tentang ada atau tidaknya disproporsi sefalopelvik. c. Gravida dan para: 1) Gravida adalah seorang wanita yang sedang hamil. 2) Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya. 3) Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup (viable). 4) Nullipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi hidup untuk yang pertama kali. 5) Multipara atau pleuripara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi beberapa kali. 6) Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali atau lebih hidup atau mati. Persalinan adalah proses alami yang akan berlangsung dengan sendirinya, tetapi persalinan pada manusia setiap saat terancam penyulit yang membahayakan ibu maupun janinnya sehingga memerlukan pengawasan,
pertolongan,
dan
pelayanan
dengan
fasilitas
yang
memadai. Menurut hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud sebagai berikut:
ْ ال َم: ِس ِب ْي ِل هللا َّ ال ُ ُطع ,ٌ ش ِه ْيد َ َو ْالغ َِر ُق,ٌ ش ِه ْيد َ ون َ س ْب ٌع ِس َوى القَتْ ِل ِفي َ ُ ش َهادَة
8
ُ و ْال َم ْب,ٌ ُ ط ,ٌ ش ِه ْيد َ ق َ ون َ ب ِ ب ذَا ُ اح ِ ص ُ اح ِ ص ِ ت ْال َج ْن َ َو,ٌ ش ِه ْيد َ َو ِ ب ْال َح ِري َ ش ِه ْيد )ش ِه ْيد ٌ (رواية ابوداود َ ٍ َو ْال َم ْرأَة ُ ت َ ُموتُ ِب ُج ْمع,ٌ ش ِه ْيد َ ت ْال َهد ِْم َ َوالَّذِي َي ُموتُ تَ ْح Artinya: “Ada tujuh mati syahid selain mati dalam peperangan membela agama: orang yang mati karena terserang wabah tha’un (kolera), orang yang mati karena tenggelam, orang yang mati karena sakit pinggang, orang yang mati karena sakit perut, orang yang mati terbakar, orang yang mati karena tertimpa reruntuhan dan wanita yang mati karena kehamilan dan persalinan” (HR. Abu Dawud). Dalam hadits diatas menjelaskan bahwa meninggal karena persalinan adalah mati syahid, hal ini juga dapat menguatkan kepada AlQuran Surat An-Nahl ayat 78 anak harus berbakti kepada ibu karena ibu sangat merasa kesakitan ketika melahirkan. Bentuk-bentuk persalinan berdasarkan teknik menurut (Rukiyah, 2009) sebagai berikut : 1) Persalinan spontan, yaitu persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir. 2) Persalinan buatan, yaitu bila persalinan dengan tenaga dari luar dengan ekstrasi forceps, ekstrasi vakum dan section caesaria. 3) Persalinan anjuran, yaitu persalinan tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian Pitocin aprostaglandin 2. Sebab-sebab Terjadinya Persalinan Sebab terjadinya persalinan sampai saat ini masih merupakan teori-teori yang komplek. Faktor-faktor humoral, pengaruh prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh saraf dan nutrisi disebut juga faktor yang mengakibatkan partus mulai. Faktor lain yang dikemukakan ialah tekanan pada ganglion servikale dari Frankehauser yang terletak di belakang.
Bila
ganglion
tertekan,
maka
kontraksi
uterus
dapat
dibangkitkan (Walyani S dan Purwoastuti, 2015). a. Tanda-tanda Persalinan Tanda-tanda persalinan menurut (Varney, 2007 dalam Walyani dan Purwoastuti 2015) yaitu :
9
1) Adanya kontraksi uterus Secara umum, tanda awal ibu hamil untuk melahirkan adalah
mengejangnya
Rahim
atau
dikenal
dengan
istilah
kontraksi. Kontraksi tersebut berirama, teratur dan involuter, umumnya kontraksi bertujuan untuk menyiapkan mulut lahir untuk membesar dan meningkatkan aliran darah di dalam plasenta. Kontraksi yang sesungguhnya akan muncul dan hilang secara teratur dengan intensitas makin lama makin meningkat. Mulanya kontraksi terasa seperti sakit pada punggung bawah berangsur-angsur bergeser ke bagian bawah perut mirip dengan mules saat haid. Kontraksi terjadi simetris di kedua sisi perut mulai dari bagian atas dekat saluran telur ke seluruh Rahim, kontraksi rahim terus berlangsung sampai bayi lahir. Durasi kontraksi uterus sangat bervariasi, tergantung pada kala
persalinan
tersebut.
Kontraksi
pada
persalinan
aktif
berlangsung dari 45 sampai 90 detik dengan durasi rata-rata 60 detik.
Pada
persalinan
awal,
kontraksi
mungkin
hanya
berlangsung 15 sampai 20 detik. 2) Keluarnya lendir bercampur darah Lendir disekresi sebagai awal proliferasi kelenjar lendir servik pada awal kehamilan. Lendir mulanya menyumbat leher Rahim, sumbatan yang tebal pada mulut lahir terlepas, sehingga menyebabkan keluarnya lendir yang berwarna kemerahan yang bercampur darah dan terdorong keluar oleh kontraksi yang membuka mulut lahir yang menandakan bahwa mulut rahim menjai lunak dan membuka. Lendir inilah yang dimaksud sebagai bloody slim. 3) Keluarnya air-air (ketuban) Proses penting menjelang persalinan adalah pecahnya air ketuban. Keluar air-air dan jumlahnya cukup banyak, berasal dari ketuban yang pecah akibat kontraksi yang makin sering terjadi. Bila ibu hamil merasakan ada cairan yang merembes keluar dari vagina dan keluarnya tidak dapat ditahan lagi, tetapi
10
tidak disertai mules atau terasa sakit, merupakan tanda ketuban pecah dini, yakni ketuban pecah sebelum adanya terdapat tandatanda persalinan. Normalnya air ketuban ialah cairan yang bersih, jernih, dan tidak berbau. 4) Pembukaan servik Penipisan mendahului dilatasi servik, pertama-pertama aktivitas uterus dimulai untuk mencapai penipisan, setelah penipisan kemudian aktivitas uterus mengghasilkan dilatasi servik yang cepat. Servik menjadi matang selama periode yang berbeda-beda sebelum
persalinan,
kematangan
servik
mengindikasikan
kesiapannya untuk persalinan. b. Tanda persalinan palsu Ketika mendekati kehamilan aterm, banyak wanita mengeluhkan kontraksi uterus yang terasa nyeri, yang mungkin menunjukan permulaan persalinan tetapi meskipun terjadi kontraksi kemajuan dilatasi servik tidak terjadi yang disebut dengan persalinan palsu atau false labour. Persalinan palsu dapat terjadi selama berhari-hari atau secara intermiten
bahkan tiga atau empat minggu sebelum
persalinan yang sebenarnya. Persalinan palsu dapat memberikan indikasi bahwa persalian sudah dekat (Varney, 2007 dalam Walyani dan Purwoastuti 2015) c. Pemeriksaan menjelang persalinan Saat mulai terasa mulas dan mengalami kontraksi secara teratur sebagai tanda akan segera melahirkan, perlu pemeriksaan dalam. Tujuannya untuk mengetahui kemajuan persalinan, yang meliputi pembukaan servik, masih ada atau tidaknya selaput ketuban kareana apabila sudah pecah harus segera diberi tindakan. Dengan pemeriksaan dalam juga dapat dinilai juga tentang kepala bayi, apakah sudah memutar atau belum, sampai mana putaran tersebut karena kondisi ini akan menentukan kondisi jalannya persalinan (Varney, 2007 dalam Walyani dan Purwoastuti 2015).
11
Faktor-faktor yang berperan dalam persalinan menurut Rukiyah.2009: 1) Power (Tenaga yang mendorong bayi keluar) Seperti his atau kontraksi uterus kekuatan ibu mengedan, kontraksi diafragma, dan ligamentum action terutama ligamentum rotundum. 2) Passage (Faktor Jalan Lahir ) Perubahan pada servik, pendataran serviks, pembukaan servik dan perubahan pada vagina dan dasar panggul. 3) Passanger Passanger utama lewat jalan lahir adalah janin. 96% bayi dilahirkan dengan bagian kepala lahir pertama. Passanger terdiri dari janin, plsenta, dan selaput ketuban 4) Psikis ibu Kemampuan klien untuk bekerjasama dengan penolong, dan adaptasi terhaadap rasa nyeri persalinan. 5) Penolong Meliputi ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, kesabaran, pengertiannya dalam menghadapi klien baik primipara dan multipara. 3. Tahapan persalinan Persalinan dibagi menjadi 4 tahap, pada kala I serviks membuka dari 0 sampai 10 cm. Kala I dinamakan juga kala pembukaan. Kala II disebut juga dengan kala pengeluaran, oleh karena kekuatan his dan kekuatan menegdan, janin didorong keluar sampai lahir. Dalam kala III atau disebut juga kala uri, plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan kala IV mulai lahirnya plasenta sampai 2 jam kemudian. Dalam kala tersebut diobservasi apakah terjadi perdarahan postpartum (Rohani, dkk.2011). Pada proses persalinan menurut (Muchtar dalam Walyani S dan Purwoastuti 2015) di bagi 4 kala yaitu: a. Kala I: Kala Pembukaan Kala I adalah kala pembukaan, waktu untuk pembukaan servik sampai menjadi lengkap (10 cm). Dalam kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase:
12
1) Fase laten Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap pembukaan kurang dari 4 cm, biasanya berlangsung kurang dari 8 jam. 2) Fase aktif Pada fase aktif persalinan, frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi adekuat 3 kali atau lebih dalam 10 menit dan berlangsung 40 detik atau lebih). Servik membuka dari 4 ke 10, biasanya dengan kecepatan 1cm atau lebih perjam hingga pembukaan lengkap, terjadi penurunan bagian terbawah janin, dan berlangsung selama 6 jam. Berdasarkan kurva Friedman: a) Periode akselerasi, berlangsung selama 2 jam pembukaan menjadi 4 cm b) Periode dilatasi maksimal, berlangsung selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat dari 4 menjadi 9 cm c) Periode diselerasi, berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi 10 cm/lengkap b. Kala II: Kala Pengeluaran Janin kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap atau kepala janin sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm. lama kala II pada primipara berlangsung selama 1,5 jam-2 jam dan pada multipara kala II berlangsung 0,5 jam-1 jam. Tanda dan gejala kala II 1) His terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih lama kira-kira 2-3 menit 2) Kepala janin telah turun masuk ruang panggul dan secara reflektoris menimbulkan rasa ingin mengejan 3) Tekanan pada rectum, Ibu merasa ingin BAB 4) Anus membuka Cara ibu mengedan pada kala II yaitu menurut dalam letak berbaring, merangkul kedua pahanya dengan kedua lengan sampai batas siku, kepala diangkat sedikit sehingga dagu mengenai dada, mulut dikatup (JNPKR dan Depkes, 2008).
13
c. Kala III: Kala Uri Kala III yaitu pelepasan dan pengeluaran uri (plasenta). Setelah bayi lahir kontraksi rahim berhenti sebentar, uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi sepusat dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2 kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his pengeluaran dan pelepasan uri, dalam waktu 1-5 menit plasenta terlepas terdorong ke dalam vagina dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan, seluruh proses berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pada pengeluaran plasenta biasanya disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200cc. Adapun tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu: 1) Perubahan bentuk dan tinggi fundus 2) Tali pusat memanjang 3) Semburan darah secara tiba-tiba Manajemen aktif kala III sangat penting dilakukan pada setiap asuhan persalinan normal dengan tujuan untuk mengurangi angka kematian ibu. a) Tujuan manajemen aktif kala III Tujuan manajemen aktif kala III adalah mengupayakan kontraksi yang adekuat dari uterus dan mempersingkat waktu kala III, mengurangi jumlah kehilangan darah, menurunkan angkaangka kejadian retensio plasenta. b) Keuntungan manajemen aktif kala III 1) Lama kala III lebih singkat 2) Jumlah perdarahan berkurang sehingga dapat mencegah perdarahan postpartum 3) Menurunkan kejadian retensio palsenta c) Langkah-langkah manajemen aktif kala III 1) Pemberian oksitosin Pemberian oksitosn dapat diberikan pada 1 menit atau 2 menit
setelah
bayi
lahir.
Memberikan
oksitosin
harus
memastikan tidak ada janin kedua didalam uterus. Mengapa? Karena oksitosin dapat menyebabkan uterus berkontraksi yang dapat menurunkan pasokan oksigen pada bayi.
14
Suntikan oksitosin dengan dosis 10 unit diberikan secara intramuskuler (IM) pada sepertiga atas paha bagian luar (aspektuslateralis).
Tujuan
pemberian
oksitosin
dapat
menyebabkan uterus berkontraksi dengan kuat dan efektif sehingga membantu pelepasan plasenta dan mengurangi kehilangan darah. 2) Penegangan tali pusat terkendali Klem pada tali pusat diletakkan sekitar 5-10 cm di depan vulva karena memegang tali pusat lebih dekat ke vulva akan mencegah evulsi tali pusat. Setelah tanda-tanda pelepasan plasenta terlihat dan uterus mulai berkontraksi tegangkan tali pusat dengan satu tangan dan tangan yang lain (pada dinding abdomen) menekan uterus kea rah lumbal dan kepala ibu (dorsokranial). Lakukan secara hati-hati agar mencegah terjadinya
inversio
uteri.
Lahirkan
plasenta
dengan
peregangan yang lembut mengikuti kurva alamiah panggul (posterior kemudian anterior). Ketika plasenta tampak di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan mengangkat pusat ke atas dan menopang plasenta dengan tangan lainnya. Putar plasenta secara lembut hingga ketuban terpilin menjadi satu. 3) Masase fundus uteri Segera setelah plasenta lahir, lakukan masase fundus uteri dengan tangan kiri sedangkan tangan kanan memastikan bahwa kotiledon dan selaput plasenta dalam keadaan lengkap. Periksa kembali uterus setelah setelah satu hingga dua menit untuk memastikan uterus berkontraksi d. Kala IV: Tahap Pengawasan Tahap ini digunakan untuk melakukan pengawasan terhadap bahaya pendarahan. Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam setelah proses tersebut. Observasi kala IV dilakukan 15 menit pada jam pertama dan 30 menit pada jam kedua. Observasi yang harus dilakukan pada kala IV: 1) Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu.
15
2) Kontraksi uterus 3) Kandung kemih 4) Terjadi perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal jika jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500cc. Asuhan dan pemantauan pada kala IV: 1) Lakukan rangsangan taktil (masase) untuk merangsang uterus berkontraksi dengan kuat dan baik 2) Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara melintang antara pusat dan fundus uteri 3) Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan 4) Periksa perineum dari perdarahan aktif (misalnya apakah ada laserasi atau episiotomi) 5) Evaluasi kondisi ibu secara umum. 4. Mekanisme persalinan dengan presentasi kepala Mekanisme persalinan merupakan serangkaian perubahan posisi dari bagian presentasi janin yang merupakan suatu bentuk adaptasi atau akomodasi bagian kepala janin terhadap jalan lahir. Menurut (Rukiyah, dkk.2009) mekanisme persalinan sebagai berikut :
a. Penurunan Kepala Sebetulnya janin mengalami penurunan terus menerus dalam jalan lahir sejak kehamilan trimester III, antara lain masuknya bagian terbesar janin ke dalam pintu atas panggul (PAP) yang pada primigravida 38 minggu atau selambat-lambatnya awal kala II.
b. Fleksi Pada permulaan persalinan kepala janin biasanya berada dalam sikap fleksi. Dengan adanya his dan tahan dari dasar panggul yang makin besar, maka kepala janin makin turun dan semakin fleksi sehingga dagu janin menekan pada dada dan belakang kepala (oksiput) menjadi bagian bawah. Keadaan ini dinamakan fleksi maksimal. Dengan fleksi maksimal kepala janin dapat menyesuaikan diri dengan ukuran panggul ibu terutama bidang sempit panggul yang ukuran panggul yang ibu terutama bidang sempit panggul yang melintang 10 cm. untuk dapat melewatinya, maka kepala janin yang
16
awalnya masuk dengan ukuran diameter oksipito frontalis (11,5 cm) harus fleksi secara maksimal menjadi diameter oksipito bregmatik (9,5 cm).
c. Rotasi dalam/putaran paksi dalam Makin turunnya kepala janin dalam lahir, kepala janin akan berputar sedemikian rupa sehingga diameter terpanjang rongga panggul
atau
diameter
anterior
posterior
kepala
janin
akan
bersesuaian dengan diameter terkecil antero posterior pintu bawah panggul (PBP). Hal ini mungkin karena kepala janin tergerak spiral seperti sekup sewaktu turun dalam jalan lahir. Bahu tidak berputar bersama-sama dengan kepala akan membentuk sudut 45. Keadaan tersebut disebut putaran paksi dalam dan ubun-ubun kecil berada dibawah simfisis.
d. Ekstensi Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai didasar panggul, terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini disebabkan karena sumbu jalan lahir pada PBP mengarah kedepanda ke atas, sehingga kepala harus mengadakan ekstensi maka kepala akan tertekan pad a pertemuan dan menembusnya. Dengan ekstensi ini maka sub.oksiput bertindak sebagai hipomochilon (sumbu putar). Kemudian larilah berturut-turut sinsiput (puncak kepala), dahi, hidung, mulut dan akhir dagu.
e. Rotasi luar/putaran paksi luar Setelah ekstensi kemudian diikuti dengan putaran paksi luar yang ada hakikatnya kepala janin menyesuaikan kembali dengan sumbuh panjang bahu, sehingga sumbuh panjang bahu dengan sumbuh panjang kepala janin berada pada satu garis lurus.
f. Ekspulsi Setelah putaran paksi luar, bahu depan sampai dibawah syimfisis dan menjadi himochlion untuk kelahiran bahu belakang. Kemudian bahu belakang menyusul dan selanjutnya seluruh tubuh bayi lahir searah dengan paksi jalan lahir.
17
5. Partograf Partograf
dipakai
untuk
memantau kemajuan
persalinan
dan
membantu petugas kesehatan dalam menentukan keputusan dalam penatalaksanaan. Partograf memberi peringatan pada petugas kesehatan bahwa suatu persalinan berlangsung lama, adanya gawat ibu dan janin, bahwa ibu mungkin perlu dirujuk. Untuk menggunakan partograf dengan benar, petugas harus mencatat kondisi ibu dan janin menurut (Saifuddin, 2009) sebagai berikut: a. Denyut jantung janin dicatat setiap jam b. Air ketuban, dicatat wara air ketuban setiap melakukan pemeriksaan vagina: -
U : selaput utuh
-
J : selaput pecah, air ketuban jernih
-
M : air ketuban bercampur meconium
-
D : air ketuban bernoda darah
-
K : ketuban sudah pecah dan tidak ada
c. Perubahan bentuk kepala janin (molding atau molase), penyusupan adalah indikator penting mengenai seberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian keras panggul ibu. Tulang kepala yang saling menyusup atau tumpang tindih menunjukkan adanya CPD (cephalo-Pelvikn Disproportion) -
0 : tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi
-
1 : tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
-
2 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tetapi masih dapat dipisahkan
-
3 : tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan
d. Pembukaan mulut rahim (serviks), dinilai pada setiap pemeriksaan vaginam dan diberi tanda silang “x” e. Penurunan, mengacu pada bagian kepala (dibagi 5 bagian) yang teraba (pada pemeriksaan abdomen/luar) di atas simfisis pubis; catat dengan lingkaran (O) pada setiap pemeriksaan dalam. Pada posisi 0/5, sinisiput (S) atau paruh atas kepala berada di simfisis pubis
18
f.
Waktu, menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani sesudah pasien diterima
g. Jam, catat jam sesungguhnya h. Kontraksi, dicatat setiap setengah jam; lakukan palpasi untuk menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya masing-masing kontraksi dalam hitungan detik. Jika kurang dari 20 detik diberi dengan tanda titik-titik dalam kolom, kontraksi antara 20 detik dan 40 detik diberi tanda arsis pada kolm, dan lebih dari 40 detik diberi tanda hitam penuh pada kolom i.
Oksitosin, bila memakai oksitosin, catatlah banyaknya oksitosin per volume cairan infus dan dalam tetesan per menit
j.
Obat yang diberikan, catat semua obat lain yang diberikan
k. Nadi, dicatat setiap 30-60 menit dan tandai dengan sebuah titik besar l.
Tekanan darah, dicatat setiap 4 jam dan ditandai dengan anak panah
m. Suhu, dicatat setiap 2 jam n. Volume urin, protein dan aseton, dicatat setiap kali ibu berkemih Pencatatan pada belakang lembar belakang partograf Halaman belakang pertograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Serta tindakan-tindakan yang di lakukan sejak kala I hingga kala IV dan bayi baru lahir. Itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai catatan persalinan. Menurut (Rukiyah, 2009) catatan persalinan terdiri dari unsurunsur sebagai berikut : a. Data atau informasi umum: data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat tempat persalinan, catatan dan alasan merujuk, tempat rujukan dan pendamping pada saat merujuk. b. Pada saat kala I: kala I terdiri dari pernyataan-pernyataan tentang partograf saat melewati garis waspada, masalah-masalah lain yag timbul, penatalaksanaannya, dan hasil penatalaksanan tersebut. c. Kala II : terdiri dari episiotomy, pendamping persalinan, gawat janin, distosia bahu, masalah lain, penatalaksanaan masalah dan hasilnya. d. Kala III : terdiri dari lamanya kala III, pemberian oksitosin, penegangan
tali
pusat
terkendali,
rangsangan
pada
fundus,
kelengkapan plasenta saat dilahirkan, retensio plasenta yang >30
19
menit, laserasi, atonia uteri, jumlah perdarahan, masalah lain, penatalaksanaan dan hasilnya. e. Bayi baru lahir : informasi yang perlu diperoleh dari bagian bayi baru lahir adalah berat dan panjang badan, jenis kelamin, penilaian bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah lain dan hasilnya. f.
Kala IV : berisi data tentang tekanan darah, nadi, temperatur, tinggi fundus,
kontraksi
uterus,
kandung
kemih
dan
perdarahan.
Pemantauan kala IV ini sangat penting terutama untuk menilai deteksi dini resiko atau kesiapan penolong mengantisipasi komplikasi perdarahan pascasalinan. B. KALA II LAMA 1. Pengertian Kala II Lama Partus lama dalam kala II adalah begitu cervix mencapai dilatasi penuh, jangka waktu sampai terjadinya kelahiran tidak boleh melampaui 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multipara (Oxorn H dan Forte, 2010). Persalinan lama ialah persalinan yang berlangsung lebih dari 12 jam, baik pada primipara maupun multipara. Persalinan lama dapat terjadi dengan pemanjangan kala I dan atau kala II (Prawirohardjo, 2010). Kala II lama yaitu persalinan yang sudah dipimpin mengejan pada primigravida dibatasi 2 jam dan diperpanjang 3 jam apabila digunakan analgesi regional, sedangkan pada multigravida dibatasi 1 jam dan diperpanjang sampai 2 jam apabila digunakan anagesi regional. Kala II lama
merupakan klasifikasi
dari persalinan lama.
Pengalaman
menunjukan bahwa setelah batas waktu ini, morbiditas maternal dan fetal akan naik. Sekiranya terjadi gawat janin atau ibu tindakan segera merupakan indikasi. Tanda gejala kala II pembukaan serviks lengkap, ibu ingin mengedan, tetapi tak ada kemajuan penurunan. (Prawirohardjo, 2010). His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan hambatan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, jika tidak dapat diatasi dapat megakibatkan kemacetan persalinan. Baik atau tidaknya his dinilai dengan kemajuan persalinan, sifat dari his itu
20
sendiri (frekuensinya, lamanya, kuatnya dan relaksasinya) serta besarnya caput succedaneum. Pimpinan persalinan yang salah dari penolong, teknik meneran yang salah, bahkan ibu bersalin yang kelelahan dan kehabisan tenaga untuk meneran dalam proses persalinan juga bisa menjadi salah satu penyebab terjadinya kala II lama. 2. Etiologi Kala II Lama Menurut Purwaningsih dan Fatmawati (2010) Terjadinya kala II lama ini adalah multikomplek dan tentu saja
bergantung pada
pengawasan selagi hamil, pertolongan persalinan yang baik dan penatalaksanaannya. Faktor-faktor penyebabnya menurut antara lain : a. Kelainan letak janin b. Kelainan-kelainan panggul c. Kelainan kekuatan his dan mengejan d. Pimpinan persalinan yang salah e. Janin besar atau ada kelainan kongenital f.
Primi tua primer dan sekunder
g. Perut gantung, grandemulti h. Ketuban pecah dini ketika servik masih menutup, keras dan belum mendatar
3.
i.
Analgesi dan anestesi yang berlebihan dalam fase laten
j.
Wanita yang dependen, cemas dan ketakutan.
Komplikasi Menurut (Prawirohardjo, 2010) dampak persalinan lama dapat menimbulkan konsekuensi serius bagi salah satu atau keduanya sekaligus. Dampak yang terjadi pada ibu dan bayi diantaranya: a. Infeksi Intrapartum Infeksi merupakan bahaya
serius yang mengancam ibu dan
janinnya pada partus lama, terutama bila disertai pecahnya ketuban. Bakteri didalam cairan amnion menembus amnion dan desisdua serta pembuluh korion sehingga terjadi bakteremia, sepsis dan pneumonia pada janin akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi.
21
b. Ruptur uteri Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya serius selama partus lama, terutama pada wanita dengan paritas tinggi dan pada mereka yang dengan riwayat seksio sesarea. Apabila disproporsi antara kepala janin dan dan panggul sedemikin besar sehingga kepala tidak engaged dan tidak terjadi penurunan, sehingga segmen bawah uterus menjadi sangat teregang yang kemudian dapat menyebabkan ruptur. c. Cincin retraksi patologis Pada partus lama dapat timbul konstriksi atau cincin lokal uterus, tipe yang paling sering adalah cincin retraksi patologis Bandl. Cincin ini disertai peregangan dan penipisan berlebihan segmen bawah uterus, cincin ini sebagai sustu identasi abdomen dan menandakan ancaman akan rupturnya segmen bawah uterus. d. Pembentukan fistula Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke pintu atas panggul tetapi tidak maju untuk jangka waktu lama, maka bagian jalan lahir yang terletak diantaranya akan mengalami tekanan yang berlebihan. Karena gangguan sirkulasi sehingga dapat terjadi nekrosis yang akan jelas dalam beberapa hari setelah melahirkan dengan munculnya fistula e. Cedera otot dasar panggul Cedera
otot-otot
dasar
panggul,
persarafan,
atau
fasia
penghubungnya merupakan konsekuensi yang tidak terelakkan pada persalinan pervaginum terutama apabila persalinannya sulit. f. 4.
Efek pada janin berupa kaput suksedaneum, moulase kepala janin.
Gejala Klinik Menurut Purwaningsih dan Fatmawati (2010), gejala klinik pada partus lama yaitu: a) Pada Ibu 1) Gelisah, letih, suhu badan meningkat, berkeringat, nadi cepat, pernafasan cepat dan metorismus 2) Di daerah lokal sering dijumpai edema vulva, edema serviks, cairan ketuban berbau, terdapat mekonium.
22
b) Pada Janin 1) Denyut jantung janin cepat/tidak teratur, air ketuban terdapat mekonium, kental kehijau-hijauan, berbau 2) Caput succedaneum yang membesar 3) Maulage kepala yang hebat 4) Kematian janin dalam kandungan 5) Kematian janin intrapartum 5.
Penatalaksanaan Kala II Lama Menurut Saifuddin (2009), penanganan yang dapat dilakukan pada ibu bersalin dengan kala II lama antara lain: a. Ibu dianjurkan mengejan secara spontan b. Bila malpresentasi dan tanda obstruksi bisa disingkirkan, berikan oksitosin drip c. Bila pemberian oksitosin drip tidak ada kemajuan dalam 1 jam, lahirkan dengan bantuan vakum atau forceps bila persyaratan dipenuhi d. Lahirkan dengan sectio caesaria bila persyaratan vakum dan forceps tidak dipenuhi. Menurut Oxorn dan Forte (2010) penatalaksanaan pada partus dengan kala II lama dapat dibagi menjadi dua yaitu: a. Disproporsi atau cincin kontriksi Dilakukan section caesaria merupakan indikasi b. Tanpa disproporsi 1). Melakukan infus oxytocin untuk memperbaiki kontraksi uterus, 2). Pemecahan ketuban diperlukan jika ketuban masih utuh, 3). Pasien dipimpin setiap mau mengejan ketika ada his, 4.) Dilakukan episiotomi untuk mengatasi perineum yang kaku. Apabila metode-metode ini gagal atau kelahiran per vaginam dengan tindakan dianggap terlalu traumatik bagi kelahiran yang aman maka section caesaria merupakan indikasi.
C. WEWENANG KEBIDANAN Bidan dalam melaksanakan kewenangan dalam melakukan asuhan persalinan, telah diatur dalam perundang-undangan. Peraturan ini telah diatur
23
oleh Mentri Kesehatan dalam Permenkes No 1464/Menkes/PER/X/2010 (Menkes, 2010) diantaranya: tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan yang mengatur kewenangan bidan sebagai berikut: 1. Pasal 10 ayat (2c) tentang pelayanan persalinan normal. 2. Pasal 10 ayat (3a) tentang kewenangan bidan dalam memberikan pelayanan episiotomi. 3. Pasal 10 ayat (3b) tentang kewenangan bidan dalam memberikan penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II. 4. Pasal 10 ayat (3b) tentang kewenangan bidan dalam memberikan dan pemberian ureteronika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum. Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberikan pelayan yang meliputi: a) Pelayanan kesehatan ibu 1) Pelayanan kesehatan ibu diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa
persalinan, masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua
kehamilan. 2) Pelayanan kesehatan ibu meliputi: (a) Pelayanan konseling pada masa pra hamil (b) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal (c) Pelayanan persalinan normal (d) Pelayanan ibu nifas normal (e) Pelayanan ibu menyusui (f) Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan. 3) Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berwenang untuk: (a) Episiotomi (b) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II (c) Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan (d) Pemberian tablet Fe pada ibu hamil (e) Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas (f) Fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu ibu eksklusif
24
(g) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum (h) Penyuluhan dan konseling (i) Bimbingan pada kelompok ibu hamil (j) Pemberian surat keterangan kematian (k) Pemberian surat keterangan cuti bersalin. b) Pelayanan kesehatan anak Pelayanan kesehatan anak diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak pra sekolah. Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak berwenang untuk: (1) Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi Vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0 - 28 hari), dan perawatan tali pusat (2) penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk (3) penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan (4) pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah (5) pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah (6) pemberian konseling dan penyuluhan (7) pemberian surat keterangan kelahiran (8) pemberian surat keterangan kematian. c) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana. Bidan
dalam
memberikan
pelayanan
kesehatan
reproduksi
perempuan dan keluarga berencana, berwenang untuk: (1) Memberikan
penyuluhan
dan
konseling
kesehatan
reproduksi
perempuan dan keluarga berencana (2) Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom. Selain kewenangan tersebut bidan yang menjalankan program Pemerintah berwenang melakukan pelayanan kesehatan meliputi: 1. Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit 2. Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit kronis tertentu dilakukan di bawah supervisi dokter
25
3. Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan 4. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan anak, anak usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan 5. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak sekolah 6. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas 7. Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan infeksi
Menular
Seksual
(IMS)
termasuk
pemberian
kondom,
penyalahgunaan Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) serta penyakit lainnya 8. Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program Pemerintah
D. TEORI MANAJEMEN KEBIDANAN 1.
Pengertian manajemen kebidanan Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan, keterampilan, dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengmbilan suatu keputusan yang berfokus pada klien. Manajemen kebidanan di adaptasi dari sebuah konsep yang dikembangakan oleh Helen Varney dalam buku Varney’s Midwifery, edisi ketiga tahun 1997, menggambarkan proses manajemen asuhan kebidanan yang terdiri dari tujuh langkah yang berturut secara sistematis dan siklik (Soepardan, 2008).
2.
Langkah-langkah dalam manajemen kebidanan Menurut (Soepardan, 2008) manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan diakhiri dengan evaluasi. setiap langkah dalam manajemen kebidanan akan dijabarkan, sebagai berikut:
26
a.
Langkah I: Pengumpulan Data Dasar Langkah pertama dikumpulkan semua informasi (data) yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara: 1)
Anamnesis Anamnesis
dilakukan
untuk
mendapatkan
biodata,
riwayat menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas, spiritual, serta pengetahuan klien. 2)
Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, meliputi: a)
Pemeriksaan khusus (Inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi).
b)
Pemeriksaan penunjang (laboratorium dan catatan terbaru serta catatan sebelumnya).
b.
Langkah II: Interpretasi Data Dasar Langkah kedua dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar tersebut kemudian diinterpretasikan sehingga dirumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.
c.
Langkah III: Identifikasi Diagnosis atau Masalah potensial dan Antisipasi Penanganannya Langkah ketiga mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah di identifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosis atau masalah potensial ini menjadi kenyataan. Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman.
d.
Langkah IV: Menetapkan Perlunya Konsultasi
dan Kolaborasi
Segera dengan Tenaga Kesehatan Lain Bidan mengidentifikasi perlunya bidan atau dokter melakukan konsultasi
atau
penanganan
segera
kesehatan lain sesuai dengan kondisi klien.
bersama
anggota
tim
27
Langkah ke empat mencerminkan kesinambungan proses manajemen kebidanan. Jadi, manajemen tidak hanya langsung selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi selama wanita tersebut dalam dampingan bidan. Misalnya, pada waktu wanita tersebut dalam persalinan. Dalam kondisi tertentu, seorang bidan mungkin juga perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti pekerjaan sosial, ahli gizi, atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini, bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa sebaiknya konsultasi dan kolaborasi dilakukan. e.
Langkah V: Menyusun Rencana Asuhan Menyeluruh Pada langkah kelima direncanakan asuhan menyeluruh yang ditentukan berdasarkan langkah-langakah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen untuk masalah atau diagnosis yang telah di identifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi segala hal yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang terkait, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi untuk klien tersebut. Pedoman antisispasi ini mencakup setiap hal berkaitan dengan semua aspek asuhan kesehatan dan sudah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu bidan dan klien, agar bisa diaksanaan secara
efektif.
Semua
keputusan
yang
telah
disepakati
dikembangakan dalam asuhan menyeluruh. Asuhan ini harus bersifat rasional dan valid yang dilaksanakan pada pengetahuan, teori terkini (up to date), dan sesuai dengan asumsi dengan apa yang akan dilakukan klien. f.
Langkah VI: Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman Pada langkah ke enam, rencana asuhan menyeluruh dilakukan dengan efisien dan aman. Pelaksanaan ini bisa dilakukan oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walaupun bidan tidak melakukan sendiri, namun
28
ini tetap tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya dengan memastikan bahwa langkah tersebut benar-benar terlaksana). Dalam situasi ketika bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani
klien
yang
mengalami
komplikasi,
bidan
tetap
bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana bersama yang menyeluruh
tersebut.
Penatalakasanaan
yang
efisien
dan
berkualitas akan berpengaruh pada waktu serta biaya. g.
Langkah VII: Evaluasi Evaluasi dilakukan secara siklus dan dengan mengkaji ulang aspek asuhan yang tidak efektif untuk mengetahui faktor nama yang menguntungkan atau menghambat keberhasilan asuhan yang diberikan. Pada langkah terakhir, dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan. Ini meliputi pemenuhan kebutuhan akan
bantuan:
apakah
benar-benar
terpenuhi
sebagaimana
diidentifikasikan didalam diagnosis dan masalah. Rencana tersebut dapat
dianggap
efektif
jika
memang
benar
efektif
dalam
pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif, sedang sebagian lagi belum efektif. Mengingat bahwa proses manajemen asuhan merupakan suatu kegiatan yang bersinambungan, maka bidan perlu mengulang kembali setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen untuk mengidentifikasi mengapa rencana asuhan tidak berjalan efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan tersebut. 3.
Pendokumentasian dalam manajemen kebidanan Pendokumentasian yang benar adalah pendokumentasian yang dapat mengkomunikasikan kepada orang lain mengenai asuhan yang telah dilakukan pada seorang klien, yang dialamnya tersirat proses berpikir yang sistematis seorang bidan dalam menghadapi seorang klien sesuai langkah -langkah dalam proses manajemen kebidanan. Menurut Helen Varney, alur berpikir saat menghadapi klien meliputi 7 langkah. Untuk orang lain mengetahui apa yang telah dilakukan oleh seorang bidan melalui proses berpikir sistematis, didokumentasikan dalam bentuk SOAP, yaitu :
29
S = Subyektif ,
yaitu
menggambarkan
pendokumentasian
hasil
pengumpulan data klien melalui anamnesa. O
=
Obyektif,
yaitu
menggambarkan
pendokumentasian
hasil
pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan test diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung assessment. A = Assesment, yaitu menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interprestasi data subyaktif dan obyektif dalam suatu identifikasi atau masalah potensial P = Penatalaksanaan, yaitu menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi berdasarkan assessment. E. KONSEP DASAR ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN DENGAN KALA II LAMA 1. Langkah pertama: Pengkajian Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien.
Untuk
memperoleh
data
dilakukan
melalui
anamnesis
(Sulistyawati dan Nugraheni, 2010). a) Data subjektif Merupakan data yang didapat dari hasil wawancara langsung pada klien dan keluarga serta dengan tim tenaga kesehatan. 1) Biodata Biodata yang dikumpulkan dari ibu dan suaminya, meliputi: Nama, umur, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan dan alamat lengkap. 2) Keluhan utama Data ini didapat dari pihak pasien berupa keluhan yang sedang pasien rasakan saat ini. Meliputi : mules-mules bertambah sering, keluarnya lendir/darah. 3) Riwayat menstruasi Meliputi HPHT, siklus haid, perdarahan pervaginam dan fluor albus.
30
4) Riwayat kehamilan sekarang Meliputi gerakan janin, tanda-tanda bahaya atau penyulit keluhan utama, obat yang dikonsumsi termasuk jamu. 5) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu Meliputi keadaan saat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu serta masalah selama kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu. 6) Riwayat KB Meliputi jenis metode yang dipakai , waktu, tenaga dan tempat saat pemakaian dan berhenti, keluhan/alasan berhenti. 7) Riwayat psikologi Meliputi : pengetahuan dan respon ibu terhadap kehamilan dan kondisi yang dihadapi saat ini, jumlah keluarga di rumah, kondisi yang dihadapi saat ini, jumlah keluarga di rumah, respon keluarga terhadap kehamilan, dukungan keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, tempat melahirkan dan penolong yang diinginkan ibu. 8) Riwayat kesehatan keluarga Meliputi apakah terhadap keturunan kembar, penyakit keturunan, dan jenis penyakit lain dalam keluarga. 9) Riwayat kesehatan keluarga Meliputi
penyakit
menahun,
penyakit
menurun,
dan
penyakit menular yang pernah diderita ibu. 10) Latar belakang sosial budaya Meliputi
kebiasaan/upacara
adat
budaya
setempat,
kebiasaan keluarga yang mendukung dan menghambat serta dukungan dari keluarga dan suami. 11) Pola nutrisi Meliputi pola nutrisi, pola eliminasi, pola istirahat, pola aktivitas dan perilaku kesehatan. b) Data objektif 1) Pemeriksaan umum
31
Pada pemeriksaan umum terdiri dari keadaan umum, kesadaran pasien, tanda-tanda vital meliputi nadi, tensi, suhu, pernapasan, berat badan, tinggi badan, LILA. 2) Pemeriksaan fisik sistematis Pemeriksaan sistematis yaitu pemeriksaan dengan melihat klien dari ujung rambut sampai ujung kaki meliputi : a. Kepala Simetris atau tidak, warna rambut, apakah ada ketombe atau tidak, kebersihan kulit kepala, ada lesi atau tidak ada benjolan atau tidak. b. Muka Simetris atau tidak, pucat atau tidak, cloasma gravidarum atau tidak. c. Mata Simetris atau tidak, bersih atau tidak, conjungtiva anemis atau tidak, sclera ikterus atau tidak. d. Hidung Simetris atau tidak, ada pernafasan cuping hidung atau tidak, ada sekret atau tidak, ada pembesaran polip atau tidak, bersih atau tidak. e. Mulut dan gigi Ada hiperselevasi atau tidak, gigi ada caries atau tidak, ada stomatitis atau tidak, bibir lembab atau tidak, lidah bersih atau tidak. f.
Telinga Simetris atau tidak, ada serumen atau tidak, ada gangguan pendengaran atau tidak.
g. Leher Adakah pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar getah bening dan vena jugularis. h. Payudara Bentuk simetris atau tidak, pembesaran normal atau tidak, hiperpigmentasi pada areola ada atau tidak, ada tumor atau tidak, bersih atau tidak.
32
i.
Abdomen Pembesaran sesuai UK atau tidak, terdapat striae atau tidak, ada linea atau tidak, pembesaran lain ada atau tidak.
j.
Punggung Posisi tulang belakang normal atau tidak.
k. Genetalia Pada kasus kala II lama pada saat pemeriksaan dalam terdapat tanda infeksi intrauterine (lochea berbau, berwarna keruh, tampak bercampur meconium, dan edema vulva) ada caput succedaneum, terjadi edema porsio, dan bagian terendah janin sulit sulit didorong keatas (Manuaba, 2008) l.
Estremitas Simetris atau tidak, oedema atau tidak, varices atau tidak, ada gangguan pergerakan atau tidak, jumlah jari normal atau tidak.
3) Pemeriksaan khusus obstetric Abdomen a) Inspeksi Perlu
dilakukan
untuk
mengetahui
apakah
ada
pembesaran, ada luka bekas operasi atau tidak, striae gravidarum, linea nigra, atau alba. b) Palpasi Leopold I: untuk menentukan tinggi fundus uteri sehingga dapat diketahui berat janin, umur kehamilan, dan bagian apa yang terjadi di fundus uteri seperti membujur atau akan kosong jika posisi janin melintang. Kepala : bulat, padat, mempunyai gerakan pasif (ballotement). Bokong : tidak padat, lunak, tidak mempunyai gerak pasif (bantuan atau gerak ballotement). Leopold II: Untuk menentukan letak punggung janin dapat digunakan untuk mendengarkan detak jantung janin pada punctum maximum dengan teknik kedua tangan melakukan palpasi pada sisi kanan dan kiri bersama-sama bila punggung punggung janin rata, sedikit melengkung, mungkin teraba
33
tulang iganya tidak terasa gerak ektremitas, bila bagian abdomen teraba gerakan ektremitas. Leopold III: Untuk menentukan bagian terendah janin, bila teraba bulat, padat (kepala) dan bila bokong teraba tidak bulat, tidak keras. Leopold IV: pemeberiksaan dengan menghadapke arah kaki ibu. Untuk mengetahui apa yang menjadi bagian bawah tersebut ke dalam rongga panggul. TBJ: Taksiran berat janin dapat ditentukan berdasarkan Johnson
Toschack
yang
berguna
untuk
mengetahui
pertimbangan persalinan secara spontan pervaginam. c) Auskultasi DJJ (Denyut Jantung Janin), terdengarnya detak jantung janin menunjukan bahwa janin hidup dan teanda pasti kehamilan. Punctum maximum janin tergantung presentasi, posisi, dan kehamilan kembar, biasanya pada daerah punggung janin. Frekuensi di atas 120-160 x/menit keteraturan denyut jantung janin menunjukan keseimbangan asam basa atau kurang 02 pada janin. Pada Kasus Ibu bersalin dengan kala II lama meliputi pemeriksaan denyut jantung janin (DJJ) untuk memastikan bahwa janin hidup atau mati (Astuti, 2012). 4) Data pemeriksaan laboratorium Data penunjang diperlukan sebagai pendukung diagnosa, apabila
diperlukan
diperlukan.
sebagai
Misalnya
pendukung
pemeriksaan
diagnosa,
apabila
laboratorium
seperti
pemeriksaan Hb, papsmear atau pemeriksaan USG. 2. Langkah ke dua: Interpretasi data Interpretasi data adalah langkah yang kedua bergerak dari data. Interpretasi menjadi masalah atau diagnosa yang terindentifikasi secara spesifik. Interpretasi data ini meliputi : a. Diagnosa Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakan bidan dalam lingkup
praktek
kebidanan
dan
memenuhi
kebidanan (Varney, 2007 dalam Soepardan 2008).
standar
diagnosa
34
b. Masalah Masalah adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa. Masalah yang sering muncul pada ibu bersalin dengan partus lama yaitu ibu tampak gelisah, lelah dan cemas menghadapi persalinan (Varney, 2007). Masalah yang sering timbul pada ibu bersalin dengan kala II lama yaitu ibu merasa cemas dan ketakutan menghadapi persalinannya (Purwaningsih dan Fatmawati, 2010). c. Kebutuhan Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan klien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah didapatkan dengan analisa data (Varney, 2007 dalam Soepardan). Kebutuhan ibu bersalin dengan kala II lama adalah informasi tentang kala II lama, perubahan posisi dan diberi dukungan emosi (Saifuddin, 2009). 3. Langkah ke tiga: Diagnosa Potensial Diagnosa potensial adalah suatu hal untuk antisipasi, pencegahan jika mungkin, penantian dengan pengawasa penuh dan persiapan untuk kejadian apapun. Diagnosa potensial yang terjadi pada partus lama menurut Manuaba (2010) antara lain: pada ibu terjadi infeksi intrapartum dan rupture uteri, sedangkan yang terjadi pada bayi antara lain fetal distress atau gawat janin, caput succedema, asfiksia sampai terjadi kematian. 4. Langkah ke empat: Antisipasi Tindakan yang dilakukan berdasarkan data baru yang diperoleh secara terus-menerus dan evaluasi supaya bidan dapat melakukan tindakan segera dengan tujuan agar dapat mengatisipasi yang dialami ibu (Varney, 2007 dalam Soepardan). Memberikan infus cairan larutan garam fisiologis, larutan glukosa 5-10% dan antibiotic adalah antisipasi yang harus dikolaborasikan untuk penatalaksanaan pada ibu bersalin dengan kala II lama (Purwaningsih dan Fatmawati, 2010). 5. Rencana Tindakan Adapun rencana tindakan pada persalinan dengan kala II lama menurut Lilis (2013) adalah sebagai berikut :
35
a.
Menjelaskan tentang hasil pemeriksaan
b.
Memberikan dukungan mental dan spiritual
c.
Melakukan infus RL guyur
d.
Mengatur posisi ibu untuk miring ke kiri atau jongkok
e.
Memberitahu ibu tentang teknik relaksasi ketika ada
f.
Menyiapkan partus set steril dan alat resusitasi bayi
alatnya
sudah siap atau belum atau menyiapkan pasien untuk tindakan section caesaria (skintest antibiotic, puasa, pasang DC dan clipping). 6. Langkah ke enam: Penatalaksanaan Penatalaksanaan
adalah
penatalaksanaan
semua
asuhan
menyeluruh seperti pada langkah perencanaan. Langkah ini dapat dilakukan pada wanita yang bersangkutan, bidan atau tim kesehatan lain. Pelaksanaan pada ibu bersalin dengan kala II lama sesuai dengan perencanaan yang di buat. 7. Langkah ke tujuh: Evaluasi Merupakan salah satu pemeriksaan dari rencana perawatan, apakah kebutuhan yang terindentifikasi dalam masalah dan diagnosa sudah terpenuhi atau belum di dalam evaluasi diharapkan mendapat hasil. Hasil yang diharapkan manajemen kebidanan pada ibu bersalin dengan kala II lama adalah dapat dilakukan partus secara spontan, komplikasi akibat tindakan medis dapat diatasi serta ibu dan janin dalam keadaan baik dan sehat (Purwaningsih dan Fatmawati, 2010).
DAFTAR PUSTAKA Al-Quran Surah An-Nahl Ayat 78. Astuti, H.P. (2012). Asuhan Kebidanan ibu I (Kehamilan). Yogyakarta: Rohima. HR. Abu Daud 3111 dan disahihkan Al-Bani Dinkes Ciamis. (2016). Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi. Depkes RI. (2008). Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR. Depkes RI. (2010). Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR. Husin dan Susanti, ED. (2011). Hubungan Persalinan Kala II Lama Dengan Asfiksia Bayi Baru Lahir Di RSUD Dr. H. Moch ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2011. Jurnal Kesehatan. Vol 05 Edisi 23 Januari 2011. Kemenkes
RI.
(2014).
Profil
Kesehatan
Indonesia.
Tersedia
dalam
http://www.depkes.go.id [diakses 18 april 2016]. Lisnawati, L. (2013). Asuhan Kebidanan Terkini Kegawatdauratan. Jakarta: Trans Info Media. Manuaba, I.B.G. (2008). Gawat-Darurat
Obstetri-Ginekologi & Obstetri
Ginekologi Sosial Profesi Bidan. Jakarta: EGC Manuaba, et al. (2010). ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: EGC Notoatmojo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Oxorn, Harry & Forte W R. (2010). Ilmu Kebidanan: Patologi & Fisiologi Persalinan . Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica. Permenkes No. 1464/Menkes/Per/X/2010 Tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan. Pogi Jabar. (2013). Angka Kematian Ibu di Jawa Barat. Prawirohardjo, S. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: P.T Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Purwaningsih, W dan Fatmawati. (2010). Asuhan Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika. Rohani, dkk. (2011). Asuhan Pada Masa Persalinan. Jakarta: Salemba Medika. Rukiyah, dkk. (2009). Asuhan Kebidanan II Persalinan. Jakarta: Trans Info Media. RSUD Ciamis. (2016). Jumlah Ibu Bersalin dan Jumlah Persalinan Dengan Kala II Lama. 58
59
Ryanto, A. (2011). Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika Saifuddin, dkk. (2009). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Saifuddin, dkk. (2010). Buku Panduan Prakstis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Soepardan, S. (2008). Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC. Sunarno, dkk. (2013). Hubungan antara tingkat kecemasan dengan lama persalinan kala I-kala II pada ibu primigravida di rumah bersalin Mardi Rahayu Semarang. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan. Vol 1 No 4 Edisi Desember 2013. Sulistyawati, A dan Nugraheny, E. (2010). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba Medika. Walyani, S dan Purwoastuti. (2015). Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: Pustaka Baru Press. WHO. (2016). Maternal Mortality Rate Are Down 44% Since 1990-UN. New York: tersedia dalam http://www.who.int [diakses pada 18 April 2016]. Wiknjosastro, H. (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.