ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN NY. I 38 TAHUN G3P2A0 USIA KEHAMILAN 37-38 MINGGU DENGAN PRESENTASI BOKONG DI RUANG BERSALIN RSUD CIAMIS
LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Kebidanan
Oleh : CUCU CAHYATI NIM. 13DB277006
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS 2016
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kematian ibu adalah kematian seorang wanita terjadi saat hamil, bersalin, 42 hari setelah persalinan dengan penyebab yang berhubungan langsung
atau
tidak
langsung
terhadap
persalinan.
World
Health
Organization (WHO) memperkirakan 800 perempuan meninggal setiap harinya akibat komplikasi kehamilan dan proses kelahiran. Sekitar 99% dari seluruh kematian ibu terjadi di negara berkembang. Sekitar 80% kematian maternal merupakan akibat meningkatnya komplikasi selama kehamilan selama kehamilan, persalinan dan setelah persalinan (WHO, 2014). Angka Kematian Ibu di dunia yaitu 289.000 jiwa. Amerika serikat yaitu 9300 jiwa, Afrika Utara 179.000 jiwa, dan Asia Tenggara 16.000 jiwa. Indonesia menjadi peringkat pertama diantara 6 negara lain yang ada di asia tenggara yaitu dengan jumlah 214 per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2015). Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah ditentukan dalam tujuan pembangunan milenium yaitu tujuan ke-5 yaitu meningkatkam kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai 3/4 resiko jumlah kematian ibu. Dari hasil survei yang dilakukan, AKI di Indonesia telah menunjukkan penurunan dari waktu ke waktu, namun demikian upaya untuk mewujudkan target tujuan pembangunan milenium masih membutuhkan komitmen dan usaha keras yang terus menerus (Kemenkes, 2010). Sejalan dengan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) telah menunjukan penurunan dari waktu ke waktu, Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan jumlah kematian bayi (0- 11 bulan) per
1000
kelahiran
menggambarkan
hidup
tingkat
dalam
kurun
permasalahan
waktu
kesehatan
satu
tahun.
AKB
masyarakat
yang
berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi, ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA, dan KB serta kondisi lingkungan dan sosial ekonomi. Apabila AKB disatu wilayah
1
2
tinggi berarti status diwilayah tersebut rendah. (Dinas Kesehatan Jawa Barat, 2011). Kematian perinatal langsung yang disebabkan karena persalinan presentasi bokong sebesar 4-5 kali dibanding presentasi kepala. Sebab kematian perinatal pada persalinan presentasi bokong yang terpenting adalah prematuritas dan penanganan persalinan yang kurang sempurna, dengan akibat asfiksia atau perdarahan didalam tengkorak. Trauma lahir pada presentasi bokong banyak dihubungkan dengan usaha untuk mempercepat
persalinan
dengan
tindakan-tindakan
untuk
mengatasi
macetnya persalinan (Manuaba, 2010). Menurut Heristanto (2013) dalam jurnalnya yang berjudul gambaran persalinan dengan presentasi bokong di RSUD dr. Soedarso Pontianak tahun 2008 – 2010 didapatkan proporsi persalinan presentasi bokong sebesar 6.48% dari seluruh persalinan, bayi yang dilahirkan mengalami berat badan bayi lahir lahir paling banyak pada berat 2500-2999 gram, asfiksia dan kematian lebih tinggi pada persalinan pervaginam dibandingkan SC. Kehamilan dengan presentasi bokong merupakan kehamilan yang memiliki resiko. Banyak faktor yang dapat menyebabkan kelainan letak presentasi bokong, diantaranya paritas ibu dan bentuk panggul ibu. Angka kejadian presentasi bokong jika dihubungkan dengan paritas ibu maka kejadian terbanyak adalah pada ibu dengan multigravid dibanding pada primigravid, sedangkan jika dihubungkan dengan panggul ibu maka angka kejadian presentasi bokong terbanyak adalah pada panggul sempit, dikarenakan fiksasi kepala janin yang tidak baik pada pintu atas panggul. (Syaifuddin, 2010). Ada beberapa penyebab yang memegang peranan dalam terjadinya persentasi bokong diantaranya prematuritas (karena bentuk rahim relatif kurang lonjong, air ketuban masih banyak dan kepala anak relatif besar), hidramnion (karena anak mudah bergerak), plasenta previa (karena menghalangi turunnya kepala ke dalam pintu atas panggul), panggul sempit dan Kelainan bentuk kepala (hidrocephalus, anencephalus, karena kepala kurang sesuai dengan bentuk pintu atas panggul) serta faktor lain yang menjadi predisposisi terjadinya persentasi bokong selain umur kehamilan
3
termasuk diantaranya relaksasi uterus berkaitan dengan multiparitas, multi fetus, persalinan sungsang sebelumnya, kelainan uterus dan tumor pelvis. Plasenta yang terletak di daerah kornu fundus uteri dapat pula menyebabkan persentasi bokong, karena plasenta mengurangi luas ruangan di daerah fundus (Manuaba, 2007). Pertolongan persalinan persentasi bokong memerlukan perhatian karena dapat menimbulkan komplikasi kesakitan, cacat bawaan sampai dengan kematian bayi. Penanganan persalinan dengan persentasi bokong terdiri dari dua cara yaitu secara pervaginam dan perabdominal. Pemilihan kelahiran sungsang baik perabdominal ataupun pervaginam tergantung pada posisi sungsangnya dan penolong persalinan. Secara teori, persentasi bokong dapat dilahirkan secara normal, Persalinan pervaginam sungsang terdiri dari tiga jenis yakni spontan, manual aid dan total ekstraksi. Namun jika janin dalam kondisi gawat atau kelainan, harus segera dilakukan persalinan perabdominal. Penilaian terhadap kemajuan proses persalinan sangat penting untuk menentukan cara persalinan yang akan dilakukan (Prawirohardjo 2010). Bidan dalam melakukan penanganan pada ibu bersalin dengan presentasi bokong harus melakukan kolaborasi karena menurut peran fungsi dan kompetensi bidan menyebutkan bahwa dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan resiko tinggi dan pertolongan pertama
pada
kegawatan
memerlukan
kolaborasi.
Sesuai
dengan
Kepmenkes 1464/MENKES/PER/X/2010 tentang penyelenggaraan praktek bidan
dalam
menjalankan
praktik,
berwenang
untuk
memberikan
pelayanan yang meliputi pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak dan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana. Pelayanan kesehatan ibu meliputi pelayanan konseling pada masa pra hamil, pelayanan antenatal pada kehamilan normal, pelayanan persalinan normal, pelayanan ibu nifas, pelayanan ibu menyusui dan pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan (Kepmenkes, 2010). Berdasarkan data yang tercatat di RSUD Ciamis pada tahun 2015 terdapat 366 jiwa kejadian ibu bersalin, ibu bersalin normal sebanyak 175 orang (47,8%), ibu bersalin patologis 191 orang (52,2%),penyebab kedua
4
dari persalina patologis yaitu persalinan dengan presentasi bokong sebanyak 48 orang (25,1%). Hal ini dapat disimpulkan bahwa persalinan dengan
presentasi
perlu
mendapatkan
penanganan
yang
serius.
(Rekammedik Ciamis, 2015). Proses persalinan yang dialami ibu merupakan suatu proses yang sangat berat baik persalinan secara normal maupun abnormal. Pengaruh kontraksi rahim ketika bayi mau lahir, menyebabkan ibu merasakan sangat kesakitan, bahkan dalam keadaan tertentu, dapat menyebabkan kematian, oleh karena itu Alloh memerintahkan kepada manusia untuk selalu berbakti kepada orang tua terutama kepada ibu. Sebagaimana dalam ayat al-quran tentang persalinan, antara lain QS : Al-ahqaf/46 : 15 yang berbunyi :
Artinya : kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang tua ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai : berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku
bertaubat
kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”. (QS.Al-ahqaf/46:15).
Persalinan dengan persentasi bokong perlu mendapat perhatian dan penanganan yang baik dari tenaga kesehatan khususnya bidan dalam memberikan asuhan persalinan pada ibu bersalin dengan persentasi bokong
5
sehingga secara tidak langsung menggurangi Angka mortalitas dan morbilitas pada ibu bersalin. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Ny.I 38 Tahun G3P2A0 Usia Kehamilan 37-38 Minggu Dengan Presentasi Bokong Di Ruang Bersalin RSUD Ciamis.”
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, memberikan landasan bagi penulis untuk membuat rumusan masalah “Bagaimana Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Ny.I 38 Tahun G3P2A0 Usia Kehamilan 37-38 Minggu Dengan Presentasi Bokong Di Ruang Bersalin RSUD Kabupaten Ciamis” dengan menggunakan pendekatan Varney? C. Tujuan 1.
Tujuan Umum Melaksanakan Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Ny.I 38 Tahun G3P2A0 Usia Kehamilan 37-38 Minggu Dengan Presentasi Bokong Di Ruang Bersalin RSUD Kabupaten Ciamis.
2.
Tujuan Khusus a.
Melakukan pengumpulan data dasar pada ibu bersalin Ny. I dengan presentasi bokong di Ruang Bersalin RSUD Kabupaten Ciamis.
b.
Merumuskan interpretasi data pada ibu bersalin Ny.I dengan presentasi bokong di Ruang Bersalin RSUD Kabupaten Ciamis.
c.
Mengidentifikasi diagnosa potensial pada ibu bersalin Ny. I dengan presentasi bokong di Ruang Bersalin RSUD Kabupaten Ciamis.
d.
Melakukan antisipasi penanganan segera pada ibu bersalin Ny. I dengan presentasi bokong di Ruang Bersalin RSUD
Kabupaten
Ciamis. e.
Menyusun rencana tindakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin Ny. I dengan presentasi bokong di Ruang Bersalin RSUD Kabupaten Ciamis.
f.
Melaksanakan asuhan kebidanan sesuai rencana tindakan pada ibu bersalin Ny. I dengan presentasi bokong di Ruang Bersalin RSUD Kabupaten Ciamis.
6
g.
Mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah di berikan pada ibu bersalin Ny. I dengan presentasi bokong di Ruang Bersalin RSUD Kabupaten Ciamis.
D. Manfaat 1.
Manfaat Teoritis Dapat dijadikan sebagai tambahan informasi tentang ilmu kebidanan khususnya asuhan kebidanan patologi, selain itu untuk menambah informasi bagi Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).
2.
Manfaat Praktis a.
Bagi Penulis Dapat dijadikan bahan masukan dan pengalaman dalam menambah wawasan ilmu pengetahuan serta kemampuan penulis dalam menghadapi kasus pada ibu bersalin dengan presentasi bokong.
b.
Bagi Tenaga Kesehatan Dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan sebagai pemberi pelayanan kesehatan ibu bersalin dengan presentasi bokong, untuk meningkatkan kualitas pelayanan.
c.
Bagi Institusi Pendidikan Dapat dijadikan sebagai bahan kajian, masukan dan dasar pemikiran bagi mahasiswa khususnya untuk penelitian lebih lanjut, guna meningkatkan kualitas pendidikan.
d.
Bagi Pasien dan Keluarga Dapat memberikan informasi bagi ibu bersalin tentang tandatanda bahaya dari Presentasi Bokong.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar 1.
Persalinan a.
Pengertian Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Prawirohardjo, 2010). Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit (Depkes, 2008). Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin, air ketuban, plasenta dan selaput ketuban) dari rahim ibu melalui jalan lahir atau dengan jalan lain, yang kemudian janin dapat hidup di dunia luar (Rohani dkk.,2011). Proses persalinan akan dialami dengan menggantungkan harapan pada Alloh. Dzikir dan doa akan menguatkan jiwanya dan disisi lain kebaikan serta pahala akan dia dapatkan. Firman Alloh dalam Q,S An-Nahl (16) ;78 ; yang berbunyi :
Artinya : “Alloh yang mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.” (Q.S An-Nahl:78)
7
8
Dia yakin Alloh yang menentukan pada hari apa, jam berapa anakny akan lahir, hingga kepasrahan dirinya membuat otot-otot jalan lahir menjadi relaksasi untuk bisa dilalui oleh janin dan hormon-hormon
persalinan
menjadi
sangat
maksimal
untuk
berfungsi, sedangkan hormon adrenalin yang membuat ibu menjadi tegang dan labil akan tertekan. b.
Macam- macam Persalinan Menurut Baety (2011) persalina dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan cara pengeluaranny: 1)
Persalinan spontan atau partus biasa (normal) Proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala melaui jalan lahir yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri tanpa bantuan alat-alat dan tidak melalui ibu maupun bayinya, umunya berlangsung kurang dari 24 jam.
2)
Persalinan buatan atau partus luar biasa(abnormal) Persalinan pervaginam atau persalinan melalui dinding perut ibu dengan bantuan alat-alat dan tenaga dari luar, misalnya sectio caesarea (SC), forcep, dan vacum.
3)
Persalina anjuran Persalinan
dengan
kekuatan
yang
diperlukan
ditimbulkan dari luar dengan pemberian obat-obatan atau rangsangan baik disertai dengan pemecahan ketuban atau tanpa pemecahan ketuban. Menurut
Baety
(2011),
persalinan
berdasarkan
umur
kehamilan dapat dibedakan menjadi 5 diantarnya: 1)
Abortus adalah keluarnya hasil konsepsi (janin) sebelum dapat hidup (viable), pada umur kehamilan < 20 minggu.
2)
Persalinan imatur adalah keluarnya hasil konsepsi pada umur kehamilan 21-27 minggu.
3)
Partus prematurus adalah keluarnya hasil konsepsi setelah janin dapat hidup, tetapi belum cukup bulan dengan berat janin antara 1000-2500 gr pada umur kehamilan 28-36 minggu.
9
4)
Partusmatur atau aterm (cukup bulan) adalah keluarnya hasil konsepsi setelah janin cukup bulan dengan berat badan diatas 2500 gram pada umur kehamilan 37-42 minggu.
5)
Partus postmaturus (serotinus) adalah keluarnya hasil konsepsi yang terjadi 2 minggu atau lebih dari waktu partus yang ditaksir yaitu umur kehamilan > 42 minggu, jani disebut postmatur.
c.
Tahapan persalinan Menurut Oxorn dan Forte (2010), tahapan dibedakan menjadi 4 tahapan antara lain : 1)
Kala I Dimulai sejak persalinan sungguhan sampai pembukaan lengkap. Pada primigravida lamanya 6 jam sampai 18 jam dan pada multipara 2 sampai 10 jam. Menurut Baety (2011) dibagi menjadi 2 fase antara lain : a)
Fase laten Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap, berlangsung lambat dari pembukaan 1-3 cm, lama 7-8 jam.
b)
Fase aktif Terjadi penurunan bagian bawah janin, frekuensi dan lama kontraksi uterus meningkat (kontraksi uterus dianggap adekuat bila terjadi 3 kali atau lebih dalam 10 menit lama 40 detik atau lebih). Fase aktif dibagi menjadi 3 tahap diantaranya : (1) Periode akselerasi (pembukaan 3-4, lama 2 jam). (2) Periode dilatasi maksimal (pembukaan 4-9 cm, lama 2 jam). (3) Periode deselerasi (pembukaan 9-10 cm, lama 2 jam).
2)
Kala II Fase yang dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi. Pada primigravida lamanya 30 menit sampai 3 jam, dan pada multipara 5 sampai 30 menit. Median lamanya persalinan kala II pada multipara sedikit berkurang dari 20 menit dan pada primigravida sedikit kurang dari 50 menit.
10
Menurut Baety (2011), tanda gejala kala II dapat ditandai dengan: a)
Dorongan meneran (Doran)
b)
Tekanan pada anus (Teknus)
c)
Perineum menonjol (Perjol)
d)
Vulva, vagina dan spinterani membuka
e)
Peningkatan pengeluaran lendir darah
f)
Tanda pasti (pembukaan lengkap, telihat kepala di introituvagina, kepala tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm disebut crowning.
3)
Kala III Disebut juga kala uri, dimulai dari lahirnya bayi hingga pengeluaran plasenta dan selaput ketuban yang lamanya 5-30 menit, biasanya primigravida dan multigravida berlangsung 615 menit (Baety, 2011). Manajemen aktif kala III bertujuan , untuk mempersingkat kala III, mengurangi jumlah kehilangan darah, dan mengurangi kejadian retensio plasenta dengan pemberian suntikan oksitosin 1 menit pertama setelah bayi lahir, melakukan penegangan tali pusat terkendali, dan masase fundus uteri (Rohani dkk., 2011).
4)
Kala IV Dimulai dari keluarnya plasenta sampai keadaan ibu postpartum menjadi stabil. Pemantauan kala IV dilakukan secara menyeluruh mulai dari pemantauan tekanan
darah,
suhu, tonus uteri dan kontraksi, tinggi fundus uteri,kandung kemih, serta perdarahan pervaginam yang dilakukan setiap15 menit pada satu jam pertama postpartum dan dilanjutkan dengan setiap 30 menit setelah jam kedua pasca persalinan (Rohani dkk., 2011). d.
Malpresentasi dan Malposisi Malpresentasi adalah semua presentasi janin selain vertex sementara malposisi adalah posisi kepala janin relatif terhadap pelvis dengan oksiput sebagai titik referensi, masalah; janin
yang
11
dalam
keadaan
malpresentasi
dan
malposisi
kemungkinan
menyebabkan partus lama atau partus macet (Rukiyah, 2010). Malposisi merupakan posisi abnormal dari vertex
kepala
janin (dengan ubun-ubun kecil sebagi penanda) terhadap panggul ibu. Malpresentasi adalah semua semua presentasi lain dari janin selain presentasi vertex (prawirohardjo,2010). Menurut Prawirihardjo (2010), malpresentasi antara lain : 1)
Presentasi Oksifut Posterior
2)
Presentasi puncak kepala
3)
Presentasi dahi
4)
Presentasi muka
5)
Presentasi bokong
6)
Presentasi majemuk Sedangkan malposisi antar lain :
2.
1)
Letak sungsang
2)
Letak lintang
Presentasi Bokong a.
Pengertian Presentasi bokong merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong dibawah kavum uteri (prawirohardjo, 2010). Presentasi bokong adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian yang terendah (Rukiyah dkk, 2010).
b.
Klasifikasi presentasi bokong Menurut Oxom dan Forte (2010) klasifikasi presentasi bokong yaitu : 1)
Presentasi bokong murni (frank breech) Yaitu dimana bokong yang menjadi bagian depan, kedua kaki terangkat ke atas sehingga ujung kaki setinggi bahu atau kepala janin.
2)
Presentasi bokong kaki sempurna (complete breech) Yaitu dimana kedua kaki dan tangan menyilang sempurna dan disamping bokong dapat dapat teraba kedua kaki.
12
3)
Presentasi bokong kaki tidak sempurna (uncomplete breech) Yaitu
dimana
hanya
satu
kaki
disamping
bokong,
sedangkan kaki yang lain terangkat ke atas. c.
Etiologi Menurut Manuaba (2008), etiologi persalinan meliputi : 1)
Multiparitas
2)
Hidramnion
3)
Hidrosefalus
4)
Plasenta previa
5)
Panggul sempit
6)
Kelainan uterus
7)
Lilitan tali pusat pendek
8)
Terdapat tumor di pelvis minor yang mengganggu kepala janin ke pintu atas panggul (PAP)
9) d.
Kehamilan ganda
Patofisiologi Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terdapat ruangan di dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu jumlah air ketuban relatif banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang. Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan air kretuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai yang terlipat lebih besar dari pada kapala janin, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala berada dalam ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala (Prawirihardjo, 2010).
13
e.
Tanda dan Gejala Menurut Prawirohardjo (2010), tanda dan gejala : 1)
Seringkali ibu merasa kehamilannya terasa penuh di bagian atas.
2)
Ibu merasa
gerakan janin teras lebih banyak pada bagian
bawah. 3)
Palpasi : a)
Fundus uteri dapat diraba bagian yang keras, bulat dan melenting yakni kepala.
b)
Bagian bawah terasa bagian yang lunak, tidak rata dan tidak melenting yaitu bokong.
4)
Auskultasi : Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi daripada umbilikus.
5)
Pemeriksaan ultrasonografi
6)
Pemeriksaan dalam Dapat diraba os sakrum, tuber ischii, dan anus, kadang-kadang kaki (pada letak kaki).
f.
Penatalaksanaan Menurut Prawirohardjo (2010) pertolongan persalinan letak sungsang memerlukan perhatian karena dapat menimbulkan komplikasi kesakitan, cacat permanen sampai dengan kematian bayi. Mengadapi kehamilan letak sungsang dapat diambil tindakan. Berdasarkan jaan lahir yang dilalui, maka persalinan sungsang dibagi menjadi : 1)
Persalinan pervaginam Persalinan
dengan
presentasi
bokong
dengan
pervaginam mempunyai syarat yang harus dipenuhi yaitu pembukaan benar-benar lengkap, selaput ketuban sudah pecah, his adekuat dan tafsiran berat badan janin < 3600 gram. Terdapat situasi-situasi tertentu yang membuat persalinan pervaginam
tidak
dapat
dihindarkan
yaitu
ibu
memilih
persalinan pervaginam, direncanakan bedah sesar tetapi terjadi proses persalinan yang tidak terdiagnosis hingga kala II dan
14
kelahiran janin kedua pada kehamilan kembar. Persalinan pervaginam tidak dilakukan apabila didapatkan kontra indikasi persalinan pervaginam bagi ibu dan janin, presentasi kaki, hiperektensi kepala janin dan berat bayi, dan>3600 gram, tidak adanya informed consent, dan
tidak adanya petugas yang
berpengalaman dalam melakukan pertolongan persalinan (Prawirohardjo, 2010). a)
Persalinan spontan (spontaneous breech) Yaitu janin dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri (cara bracht). Pada persalinan spontan bracht ada 3 tahapan yaitu tahapan pertama yaitu fase lambat, fase cepat, dan fase lambat. Berikut ini prosedur melahirkan secara bracht : (1) Ibu dalam posisi litotomi, sedang penolong berdiri di depan vulva. (2) Saat bokong membuka vulva, dilakukan episiotomi. Segera setelah bokong lahir, bokong dicengkeram secara bracht yaitu kedua ibu jari penolong sejajar sumbu
panjang
paha
sedangkan
jari-jari
lain
memegang panggul. (3) Pada waktu tali pusat lahir dan tampak teregang, segera kendorkan tali pusat tersebut. (4) Penolong melakukan hiperiordosis pada badan janin dengan cara punggung janin didekatkan keperut ibu. Penolong
hanya
mengikuti
gerakan
ini
tanpa
melakukan tarika. (5) Dengan gerakan hiperiordosis ini berturut-turut lahir pusar, perut dan lengan, dagu, mulut, dan akhirnya seluruh kepala.
15
Gambar2.1 pertolongan persalinan secara bracht (Prawirohardjo, 2010) b) Manual aid Yaitu janin dilhirkan sebagian dengan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga penolong. Pada persalinan dengan cara manual aid ada 3 tahapan yaitu : tahap pertama lahirnya bokong sampai pusar yang dilahirkan dengan kekuatan ibu sendiri, tahap kedua lahirnya bahu dan lengan yang memakai tenaga penolong dengan cara klasik, mueller, louvset; tahap ketiga lahirnya kepala
dengan
memakai
cara
mauriceau
dan
forcepspiper. Berikut ini cara melahirkan bahu dan lengan dengan cara klasik : (1) Kedua kaki janin
dipegang
dengan
tangan
kanan penolong pada pergelangan kakinya dan dielevasi ke atas sejauh mungkin sehingga perut janin mendekati perut ibu. (2) Bersamaan
dengan
itu
tangan
kiri
penolong
dimasukan ke dalam jalan lahir dengan jari telunjuk menelusuri bahu janin sampai pada fossa cubiti kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah mengusap muka janin. (3) Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan kaki janin diganti dengan tangan kanan penolong dan ditarik curam kebawah sehingga punggung
janin mendekati punggung ibu. Dengan
cara yang sama lengan dapat dilahirkan.
16
Gambar 2.2 pengeluaran lengan secara klasik (Prawirohardjo, 2010) Berikut ini melahirkan bahu dan lengan dengan cara mueller : (1) Badan janin dipegang secara femoru-pelvis dan sambil dilakukan traksi curam kebawah sejauh mungkin sampai bahu depan di bawah simfisis dan lengan depan dilahirkan dengan mengait lengan dibawahnya. (2) Setelah bahu dan lengan depan lahir, maka badan janin yang masih dipegang secara femuro-pelvis ditarik keatas sampai bahu belakang lahir.
Gambar 2.3 pengeluaran lengan secara mouller (Prawirohardjo, 2010) Berikut ini melahirkan bahu dan lengan dengan cara louvset : (1) Badan janin dipegang secara femuro-pelvis dan sambil dilakukan traksi curam ke bawah badan janin diputar setengah lingkaran, sehingga bahu belakang menjadi bahu depan.
17
(2) Sambil melakukan traksi, badan janin diputar kembali kearah yang berlawanan setengah lingkaran demikian seterusnya bolak-balik sehingga bahu belakang tampak di bawah simfisis dan lengan dapat dilahirkan.
Gambar 2.4 pengeluaran lengan secara louvset (prawirohardjo, 2010) Berikut ini melahirkan kepala dengan cara mauriceau : (1) Tangan penolong
yang sesuai dengan muka janin
dimasukkan kedalam jalan lahir. (2) Jari tengah dimasukkan ke dalam mukut dan jari telunjuk serta jari ke empat mencengkram fossa carina sedangkan jari yang lain mencengkram leher. (3) Badan bayi diletakkan di atas lengan bawah penolong seolah-olah janin menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari ke tiga penolong mencengkram leher janin dari arah punggung. (4) Keduan tangan penolong menarik kepala janin curam kebawah
sambil
seorang
asisten
melakukan
fundal
pressure. (5) Saat suboksiput tampak di bawah simfisis, kepala janin dielevasi ke atas dengan suboksiput sebagai hipomoklion sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung, mata, dahi, ubun-ubun besar dan akhirnya seluruh kepala.
18
Gambar 2.5 pengeluaran kepala secara mauriceau (Prawirohardjo, 2010) 2) Perabdominam Memperhatikan komplikasi persalinan letak sungsang melalui pervaginam, maka sebagian besar pertolongan persalinan letak sungsang dilakukan dengan seksio sesarea. Pada saat ini seksio sesarea menduduki tempat yang sangat penting dalam menghadapi persalinan letak sungsang. Seksio sesarea direkomendasikan pada presentasi kaki ganda dan panggul sempit (Prawirohardjo, 2010). Seksio sesarea bisa dipertimbangkan pada keadaan ibu yang primi tua, riwayat persalinan yang jelek, riwayat kematian perinatal, curiga panggul sempit, ada indikasi janin untuk mengakhiri persalinan (hipertensi, KPD > 12 jam, fetal distres), kontraksi uterus tidak adekuat, ingin steril, dan bekas SC. Sedangkan seksio sesarea bisa dipertimbangkan pada dilahirkan, IUGR berat, nilai social janin tinggi, hiperektensi kepala, presentasi kaki, dan janin > 3500 gram (janin besar) (Oxom & Forte, 2010). g.
Komplikasi persalinan letak sungsang Menurut Manuaba (2010), komplikasi persalinan letak sungsang, yaitu : 1)
Komplikasi pada ibu Trias komplikasi ibu :perdarahan, trauma persalinan dan infeksi.
19
2)
Komplikasi pada bayi a. Asfiksia bayi disebabkan oleh 1)
Kemacetan persalinan kepala aspirasi air ketuban lendir
2)
Perdarahan akan oedema jaringan otak
3)
Kerusakan medula oblongata
4)
Kerusakan persendian tulang leher. Kematian bayi karena asfiksia berat.
b. Trauma persalinan 1) Dislokasi – fraktura persendian, tulang ekstremitas 2) Kerusakan alat vital :lien, paru-paru atau jantung 3) Dislokasi frktura persendian tulang-tulang leher. c. Insfeksi dapat terjadi karena 1) Persalinan berlangsung lama 2) Ketuban pecah pada pembukaan kecil 3) Manipulasi dengan pemeriksaan dalam B. Teori Manajemen kebidanan 1.
Pengertian Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan
dalam
menerapkan
metode
pemecahan
masalah
secara
sistematis, mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan, penatalaksanaan dan evaluasi (Mufdillah, 2008). Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan dengan urutan logis dan menguntungkan, menguraikan perilaku yang diharapkan dari pemberi asuhan yang berdasarkan teori ilmiah, penemuan, keterampilan dalam rangkaian / tahapan yang logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien (Atik, 2008). Jadi, dapat disimpulkan bahwa definisi dari manjemen kebidanan adalah metode pemecahan terhadap suatu masalah yang dilakukan secara sistematis dan logis agar dapat memberikan asuhan kebidanan pada klien yang berdasarkan teori, penemuan, dan keterampilan yang telah didapatkan.
20
2.
Langkah – langkah manajemen kebidanan Menurut Varney (2008) dan Mufdillah (2008) proses manajemen kebidanan menurut Varney terdiri dari 7 langkah yaitu : a.
Langkah I : pengumpulan data dasar Mengumpulkan data adalah menghimpin informasi tentang klien/orang yang meminta asuhan. Kegiatan pengumpulan data dimulai saat klien masuk dan dilanjutkan secara terus menerus selama proses asuhan kebidanan berlangsung. Data dapat dikumpulkan dari berbagai sumber. Pasien adalah sumber informasi yang akurat dan ekonomis, disebut data primer. Sumber data alternatif atau sumber data sekunder adalah data yang sudah ada. Teknik pengumpulan data ada tiga, yaitu : 1)
Observasi Observasi adalah pengumpulan data melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman dan perabaan.
2)
Wawancara Wawancara adalah pembicaraan terarah yang umumnya dilakukan pada pertemuan tatap muka. Dalam wawancara yang penting diperhatikan adalah data yang ditanyakan diarahkan ke data yang relevan.
3)
Pemeriksaan Pemeriksaan dilakukan dengan memakai instrumen/alat pengukur. Tujuannya untuk memastikan batas dimensi angka, irama, dan kuantitas. Data secara garis besar, mengklasifikasikan menjadi data
subjektif dan data objektif. Pada waktu mengumpulkan data subjektif bidan harus mengembangkan hubungan antara personal yang efektif dengan pasien atau klien yang diwawancara, lebih memperhatikan hal-hal yang menjadi keluhan utama pasien dan yang mencemaskan, berupaya dengan masalah klien. Pada waktu mengumpulkan data objektif bidan harus mengamati ekspresi dan perilaku pasien, mengamati perubahan/ kelainan fisik, memperhatikan aspek sosial budaya pasien, menggunakan
teknik
pemeriksaan
yang
tepat
dan
benar,
21
melakukan pemeriksaan yang terarah dan berkaitan dengan keluhan pasien. b.
Langkah II (kedua) : interpretasi data dasar Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa
atau
masalah
dan
kebutuhan
klien
berdasarkan
interpretasi yang benar atas dat-data yang dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diintrpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnostik yang spesifik. c.
Langkah III (ketiga) : mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial. Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkain maslah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, didan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi.
d.
Langkah
IV
(keempat)
:
mengidentifikasi
dan
menetapkan
kebutuhan yang memerlukan panganan segera. Beberapa data menunjukan situasi emergensi dimana bidan perlu bertindak segera demi keselamatan ibu dan bayi, beberapa data menunjukan situasi yang memerlukan tindakan segera, sementara menunggu instruksi dokter. Mungkin juga memerlukan konsultasi dengan tim kesehatan lain. Bidan mengevaluasi situasi setiap pasien untuk menentukan asuhan pasien yang palig tepat. Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. e.
Langkah V (kelima) : merencanakan asuhan yang komprehensif atau menyeluruh. Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah sebelumnya. Perencanaan supaya terarah dibuat pola pikir dengan langkah sebagai berikut :tentukan tujuan tindakan yang akan dilakukan yang berisi tentang sasaran/ target dan hasil yang akan dicapai, selanjutnya ditentukan tindakan sesuai dengan masalah/ diagnosa dan tujuan yang akan dicapai.
22
f.
Langkah
VI
(keenam)
:
Melaksanakan
perencanaan
dan
penatalaksaan. Pada lagkag keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke-5 dilakukan secara efisisen dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan lainnya. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu, biaya dan meningkatkan mutu asuhan. g.
Langkah VII (ketujuh) : Evaluasi Pada langkah ke-7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dan asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa. Manajemen kebidanan ini merupakan suatu kontinum, maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen untuk mengidentifikasi mengapa proses manajemen tidak efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan berikutnya.
3.
Pendokumentasian Asuhan Kebidanan (SOAP) Menurut Helen Varney, alur berfikir bidan saat menghadapi klien meliputi tujuh langkah, agar diketahui orang lain apa yang telah dilakukan oleh seorang bidan melalui proses berfikir sistematik, maka dilakukan pendokumentasian dalam bentuk SOAP, yaitu : a.
Subjektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien dan keluarga melalui anamnesa sebagai langkah I Varney.
b.
Objektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan sebagai langkah I Varney.
c.
Analisa Data Menggambarkan
pendokumentasian
hasil
analisa
dan
interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifiksi diagnosa/masalah, antisipasi diagnosa/masalah potensial, perlunya
23
tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultan/kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah 2, 3 dan 4 Varney. d.
Penatalaksanaan Menggambarkan
pendokumentasian
dari
perencanaan,
tindakan implementasi (I) dan evaluasi € berdasarkan analisa data sebagai langkah 5,6,7 Varney (Salmah, 2008) Pencatatan dari asuhan kebidanan
Alur pikir bidan Proses Manajemen kebidanan
7 Langkah Varney
Dokumen kebidanan
Pendokumentasian asuhan kebidanan (SAOP
Pengumpulan data dasar SOAP NOTES
Interprestasi data dasar Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial
Analisa Data
Assessment atau Diagnosa
Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera Merencanakan asuhan yang komprehensif atau menyeluruh
Subjektif Objektif
Penatalaksanaan
Plan: Konsul Tes diagnostik/Lab Rujukan Pendidikan/ Konseling Follow up
Melaksanakan perencanaan dan pelaksanaan Evaluasi
Gambar 2.6 Bagan Skema langkah-langkah proses manajemen (Estiwidani., dkk, 2008)
24
C. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Dengan Presentasi Bokong 1.
Konsep dasar asuhan kebidanan ibu bersalin dengan presentasi bokong Manajemen kebidanan adalah suatu metode berpikir dan bertindak secara sistematis dan logis dalam memberi asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien maupun pemberi asuhan (Soepardan, S. 2008). Langkah-langkah tersebut antara lain : a)
mendukung ibu dalam kemampuan alamiahnya melahirkan ibu
b)
meyakinkan bahwa ia mempunyai dukungan kulit untuk dirinya sendiri, bidan lain berpengalaman dalam psikologi, persalinan dan kelahiran non medis
c)
menyarankan dan mempertahankan pengetahuan keterampilan dan teknik yang prima untuk membantu kelahiran presentasi bokong
d)
bidan harus mampu menegnali, mengkaji dan merespon bila terjadi masalah dalam kelahiran presentasi bokong
e)
Beritahu kondisi janin dan kodisi ibu
f)
Observasi tanda-tanda vital, DJJ, HIS, kemajuan persalinan, deteksi dini adanya komplikasi dan TTV merupakan parameter kodisi ibu.
g)
Ajarkan ibu cara mengedan yang benar, memimpin persalinan sesuai dengan prosedur
h)
Lakukan
pimpinan
persalinan
sesuai
dengan
protap,
agar
persalinan berjalan dengan lancar an sesuai dengan prosedur. i)
Lakukan kolaborasi dengan petugas peinatologi untuk melakukan resusitasi bayi, resusitasi merupakan penatalaksanaan pada bayi baru lahir dengan asfiksia.
j)
Lahirkan plasenta dengan manajemen aktif kala III, mencegah terjadinya HPP
k)
Ajarkan ibu untuk melakukan masase uterus, agar pasien lebih kooperatif dapat mencegah terjadinya HPP.
l)
Lakukan dekontaminasi alat, dekontaminasi alat secara benar menghindarkan dari resiko insfeksi.
m) Lakukan
pendokumentasian,
persalinan (Norma DN, 2013).
pencatatan
proses
pertolongan
25
2.
Kewenangan Bidan Menurut Pasal 9, 10, 11 Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1464/MENKES/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktek Bidan menyebutkan : Pasal 9 menerangkan kewenangan bidan yang berbunyi : pelayanan yang dapat diberikan oleh bidan meliputi kesehatan ibu, pelayanan , dan pelayanan kesehatan reproduksi pelayanan perempuan dan keluarga berencana. Pasal 10 ayat 1 menerangkan kewenangan bidan yang berbunyi : pelayanan kesehatan ibu meliputi ; pelayanan pada masa prahamil, kehamilan,masa persalinan, masa nifas , masa menyusui, dan masa antara dua kehamilan. Pasal 10 ayat 2 menerangkan kewenangan bidan yang berbunyi : pelayanan kesehatan ibu meliputi ; pelayanan konseling pada masa prahamil, pelayanan antenatal pada kehamilan normal, pelayanan persalinan normal, pelayanan ibu nifas normal, pelayanan ibu menyusui, dan pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan. Pasal 10 ayat 3 menerangkan kewenangan bidan yang berbunyi : bidan berwenang untuk melakukan episiotomi, menjahit luka jalan lahir tingkat 1 dan 2, penanganan kegawatdaruratan dilakukan perujukan, pemberian tablet Fe pada ibu hamil, pemberian Vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas bimbingan IMD dan promosi ASI Ekslusif, pemberian Uterotonika pada MAK 3 dan postpartum,penyuluhan dan konseling bimbingan pada kelompok ibu hamil,pemberian surat keterangan kematian, dan pemberian surat cuti bersalin. Pasal 11 ayat 1 menerangkan kewenangan bidan yang berbunyi :pelayanan kesehatan anak diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak prasekolah. Pasal 11 ayat 2 menerangkan kewenanagn bidan yang berbunyi : bidan berwenang untuk : 1)
Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi vit K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari) perawatan tali pusat.
2)
Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk.
3)
Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan rujukan.
26
4)
Pemberiaan imunisasi rutin sesuai program pemerintah.
5)
Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak prasekolah.
6)
Pemberian konseling dan penyuluhan.
7)
Pemberian surat keterangan kelahiran.
8)
Pemberian surat keterangan kematian. Sedangkan menurut Kepmenkes No. 369/Menkes/SK/III/2007
tentang Standar Profesi Bidan. Kompetensi ke 6 : Asuhan Pada Bayi Baru Lahir yaitu bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi baru lahir sehat (Kepmenkes, 2010).
DAFTAR PUSTAKA AL Hikmah. (2010). Al Quran dan Terjemahannya. Bandung : CV Penerbit Dipenorogo Apriyanti, (2012). ANC Patologi (Sungsang/ Letak Bokong). Tersedia dalam http://.mycrazeworlds.blogspot.com. (diaskes 10 April 2016) Baety, AN. (2011). Biologi Reproduksi Kehamilan dan Persalinan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Heristanto, Wahyudi, T.& Wicaksono, A (2011) Gambaran Persalinan Dengan Presentasi Bokong Di RSUD dr. Soedarso Pontianak, 1 (1) November, pp.1-22. Kemenkes. (2010). Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010 Izin dan Penyelenggara Praktik Bidan. Kemenkes. (2014). Angka kematian ibu di Indonesia. Tersedia dalam http://www.depkes.go.id. (diakses 10 April 2016). Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 369 / MENKES /SK /III /2007 Standar Kompetensi Bidan. Manuaba, I,B,G. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri, Jakarta: EGC Mufdillah. (2013). Konsep kebidanan. Yogyakarta : Mitra Cendekia Press. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : PT Rineka Cipta Norma D, S. (2013).Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta : Nuha Medika Oxom, H., Forte, WR, (2010). Ilmu Kebidanan Patologi & Fisiologi Persalinan. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medika. Prawirohardjo, S.(2010). ilmu kebidanan . Jakarta: P.T. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Rekam Medik RSUD Kabupaten Ciamis, 2014. Rukiyah, (2010). Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Jakarta : Buku Kesehatan. Salmah. (2008). Asuhan Kebidanan Antenatal. Jakarta : EGC Soepardan, S. (2008). Konsep Kebidanan. Jakarta:EGC WHO, (2014). Angka Kematian Ibu Di Dunia. Tersedia dalam http://www.who.int. (diakses 2 April 2016).