31
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Keadaan Umum Setu Babakan 4.1.1. Luas dan letak Setu Babakan merupakan kawasan yang termasuk dalam wilayah Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan dan terletak di Kelurahan Serengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan. Setu Babakan merupakan situ alami dan memiliki luas sekitar 20 hektar dengan mendapatkan input air dari sungai Ciliwung. Setu Babakan dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk kegiatan perikanan seperti menjala dan memancing, selain itu Setu Babakan juga banyak dikunjungi wisatawan karena kawasan tersebut merupakan objek wisata air dan budaya. Kedalaman Setu Babakan sendiri saat ini telah mengalami pendangkalan akibat sedimentasi, yaitu hanya berkisar dua hingga lima meter. Secara geografis, Setu Babakan berada pada 106049’30’’ BT – 106049’50” BT dan 06020’07” LS – 06021’10’’ LS (Majid 2008). Jalan Raya Pasar Minggu dan Lintasan Kereta Rel Listrik (KRL) Jakarta Bogor merupakan akses utama untuk menuju lokasi ini. Secara detil, Setu Babakan dapat dicapai dari empat arah, yaitu: 1. Dari Utara, yaitu dari Jalan raya lenteng agung melalui Jalan Moch.Kahfi II atau jalan Jeruk. 2. Dari arah Timur, dapat ditempuh melalui jalan Srengseng Sawah. 3. Dari arah Selatan, mewakili daerah Lebak bulus dan Depok dapat melalui jalan Tanah Baru (terusan Moch.Kahfi II) dari Lebak Bulus dan jalan Raya Kukusan di Depok. 4. Dari arah Barat, mewakili daerah Ciganjur, Cinere dan Pondok Labu dapat melalui jalan Warung Silah. 4.1.2. Topografi dan hidrologi Keadaan topografi kawasan Setu Babakan umumnya berbentuk datar hingga bergelombang. Daerah ini memiliki lereng yang berkisar antara ± 15% dengan ketinggian ± 25 meter di atas permukaan laut dan curah hujan 2500 mm/tahun. Daerah permukiman di sebelah Barat lebih tinggi dari permukaan jalan di sepanjang
32 situ. Jalan-jalan yang ada disepanjang situ relatif datar dan telah dilapisi conblock. Untuk mencegah terjadinya longsor dan erosi pada pinggir situ maka Pemda DKI membangun turap pada hampir seluruh bagian tepi situ, hanya bagian Selatan situ saja yang belum dibangun dikarenakan pada bagian Selatan Setu Babakan masih dalam bentuk kebun dan sawah yang masih dimanfaatkan masyarakat sekitar untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain memasang turap, Pemda DKI juga memasang pintu air dan saluran pengeluaran air pada bagian outlet situ untuk mengendalikan jumlah air yang ada di Setu Babakan agar apabila hujan lebat tidak menyebabkan banjir. Wilayah Kelurahan Serengseng Sawah termasuk ke dalam DAS Sanggrahan yang berada di sebelah Barat Sungai Ciliwung. Sistem hidrologis yang terdapat di Setu Babakan merupakan sistem terbuka dengan adanya inlet dan outlet air situ. Inlet Setu Babakan berasal dari beberapa aliran air, yaitu aliran Setu Mangga Bolong, Kali Baru, Kali Tengah, dan Situ ISTN (Institut Sains dan Teknologi), sedangkan outletnya melalui pintu air menuju Sungai Ciliwung. Kondisi fisik Setu Babakan secara keseluruhan cukup baik dengan genangan 100% perkiraan volume air ±1.755.000 m3 pada musim kemarau, dan ±2.025.000 m3 pada musim hujan (Apriyani 2007). Mengingat keberadaan dan fungsinya sebagai reservoir, bahkan di dalam RTRW DKI Jakarta 2001-2010 kawasan ini ditetapkan sebagai kawasan penyangga atau daerah resapan air, hal tersebut perlu mendapatkan perhatian ekstra baik dari pemerintah maupun penduduk karena keberadaan kawasan ini secara ekologis tergantung pada adanya situ, sawah, kebun dan vegetasi yang juga memiliki peran penting bagi keberadaan kawasan Jakarta secara umum. 4.2. Kondisi Fisika-Kimia-Biologi Setu Babakan 4.2.1. Kualitas air Perairan Setu Babakan telah mengalami tekanan ekologi yang sangat tinggi dengan berada di tengah pemukiman penduduk dan juga sebagai kawasan wisata air. Setu Babakan sendiri telah mengalami pendangkalan akibat sedimentasi. Dilihat dari substrat Setu Babakan yang berupa lumpur maka dapat mengindikasikan perairan Setu Babakan telah banyak menerima masukan bahan organik dan anorganik, baik akibat erosi maupun buangan limbah rumah tangga (Indrasti et al. 2003).
33 Pengkajian kondisi biofisik perairan yang mencakup kualitas perairan (fisika, kimia dan mikrobiologi bakteri) dilakukan dengan tujuan untuk melihat keseimbangan ekosistem perairan Setu Babakan dan menentukan kondisi perairan yang terkait dengan kelayakan habitat bagi perikanan dan pariwisata. Parameter kualitas air yang diamati adalah temperatur, kecerahan, warna, TSS, pH, DO, BOD, Ntotal , Ptotal dan bakteri E. coli. Parameter-parameter tersebut dapat berpengaruh terhadap atau dipengaruhi oleh aktifitas-aktifitas wisata di Setu Babakan seperti berseped air, memancing dan duduk santai. Pengambilan contoh air dilakukan di musim kemarau pada tanggal 30 Juni 2009 pada pukul 07.00 hingga pukul 10.00 di 3 stasiun dan diambil secara vertikal berdasarkan kedalaman perairan. Apabila kedalaman perairan lebih dari dua meter, maka pengambilan contoh air dilakukan pada bagian permukaan, kedalaman secchi dan dasar (Dwikorawati 1994). Namun kedalaman perairan Setu Babakan kurang dari dua meter yaitu antara 1,33-1,85 m, sehingga pengukuran parameter kualitas air dilakukan pada bagian dekat pemukaan dan bagian dekat dasar perairan. Pengukuran parameter fisika, kimia perairan dan bakteri E.coli dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Kualitas air Setu Babakan No
Parameter
P 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Fisika Temperatur (0C) Kecerahan (m) Warna TSS (mg/l) Kimia pH DO (mg/l) BOD (mg/l) Ntotal (mg/l)
±3
D
Hasil analisis Tengah (Stasiun 2) P D
P
28
28
29
Inlet (Stasiun 1)
Baku mutu
28 1,05
Tidak tercantum 50
6-9 4 3 Tidak tercantum Ptotal (mg/l) 0,2 Mikrobiologi Bakteri E. coli 1000 (jml/100ml)
27
Outlet (Stasiun 3)
0,48
D 28 0,35
Hijau kecoklatan 25
Hijau kecoklatan 27
Hijau kecoklatan 21
Hijau kecoklatan 29
Hijau kecoklatan 32
Hijau kecoklatan 36
7,5 4,94 2,51 0,21
7 4,53 2,81 0,15
6,5 6,18 2,35 0,10
6 5,35 2,78 0,07
6,5 7,42 0,79 0,08
6,5 6,59 1,78 0,02
0,10
0,12
0,03
0,03
0,03
0,03
600
160
11
Keterangan: P : Permukaan D : Dekat dasar ٭Batas maksimum yang diperbolehkan pada baku mutu berdasarkan PP No.82 tahun 2001 klas 2 ٭٭Batas minimum yang diperbolehkan Sumber: Data primer, 2009 (diolah)
34 4.2.1.1. Parameter fisika Parameter fisika meliputi tempereatur, kecerahan, warna, dan padatan tersuspensi (TSS). Peralatan untuk mengukur parameter fisika antara lain adalah termometer lingkungan, secchi disk, dan van Dorn water sampler. Temperatur, kecerahan dan warna perairan dilakukan dilapangan, sedangkan analisis TSS dilakukan dilaboratorium dengan metode titrasi dan pemanasan. a. Temperatur Nilai temperatur perairan Setu Babakan berkisar antara 27-290C (Tabel 5). Dengan demikian temperatur perairan Setu Babakan tergolong layak untuk kegiatan rekreasi dan perikanan berdasarkan baku mutu air pada PP No. 82 tahun 2001 klas 2 yang memberikan toleransi sebesar ±3 dari rataan temperatur air setempat. Selain itu, kisaran temperatur tersebut sesuai dengan kisaran temperatur optimum bagi pertumbuhan fitoplankton di perairan yaitu 20-300C (Effendi 2003). Fitoplankton sangat diperlukan oleh ikan dan organisme perairan sebagai produser. Menurut Boyd (1982) kisaran temperatur tersebut juga masih dapat mendukung kehidupan organisme akuatik, karena masih berada pada kisaran 25-320C. Oleh karena itu, perairan Setu Babakan masih sesuai untuk pengembangan perikanan. b. Kecerahan Nilai kecerahan air yang terukur pada Setu Babakan berkisar 0,35-1,05 m (Tabel 5). Nilai kecerahan sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan dan padatan tersuspensi serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran (Effendi, 2003). Kecerahan tertinggi terletak pada stasiun 1 yaitu sebesar 1,05 m. Hal ini diduga karena jumlah padatan tersuspensi rendah. Sedangkan nilai kecerahan terendah terletak pada stasiun 3. Hal ini diduga karena padatan tersuspensi di stasiun 3 lebih banyak dibandingkan dengan stasiun lainnya. Kisaran nilai kecerahan tersebut mengambarkan bahwa Setu Babakan merupakan tipe perairan eutrofik karena kecerahan secchi disk <3,0 m (Henderson-Seller & Markland 1987 in Surya 1998). Menurut Boyd (1982) nilai kecerahan dianggap cukup produktif dan masih dapat mendukung kehidupan organisme perairan jika pinggan secchi masih terlihat pada kedalaman 30-60 cm.
35 c. Warna Warna perairan Setu Babakan yang diamati secara visual berdasarkan indra penglihatan pada umumnya berwarna hijau kecoklatan (Tabel 5). Warna perairan sendiri dapat mempengaruhi estetika dan menunjukkan keberadaan plankton diperairan. Warna kecoklatan di perairan diduga ditimbulkan oleh bahan-bahan organik seperti tannin, lignin dan asam humus yang berasal dari dekomposisi tumbuhan yang telah mati (Effendi 2003). d. Padatan tersuspensi total (TSS) TSS merupakan salah satu parameter biofisik perairan yang dinamikanya mencerminkan dinamika perubahan yang terjadi di daratan dan perairan (Parwati et al. 2007). Kisaran nilai TSS perairan Setu Babakan adalah 21-36 mg/l (Tabel 5). Secara vertikal, nilai TSS cenderung meningkat dengan bertambahnya kedalaman. Pada bagian dekat permukaan, nilai TSS berkisar antara 21 mg/l hingga 32 mg/l. Nilai TSS di dekat dasar berkisar antara 27 mg/l s/d 36 mg/l. Nilai TSS tertinggi dijumpai pada stasiun 3 di dekat dasar perairan. Hal ini menunjukkan terjadinya proses pengendapan partikel-partikel tersuspensi ke dasar perairan (Dwikorawati 1994). Kisaran nilai TSS masih berada di bawah ambang batas baku mutu perairan menurut PP No. 82 tahun 2001 klas 2 yaitu sebesar 50 mg/l sehingga masih sesuai bagi peruntukan sarana rekreasi air dan perikanan. Nilai TSS pada musim kemarau umumnya lebih rendah dibanding pada musim hujan dikarenakan pada musim hujan masukan materi organik dan anorganik yang terdiri dari lumpur, protein, bakteri, sampah dan limbah domestik yang masuk ke perairan lebih banyak, sehingga pada bagian hulu debit air dan kecepatan arus sungai meningkat dan terjadi pengadukan dari dasar perairan sehingga mengangkat senyawa-senyawa beracun kepermukaan (Indrasti et al. 2003). 4.2.1.2. Parameter kimia Parameter kimia perairan yang diamati meliputi pH, oksigen terlarut (DO), kebutuhan oksigen biokimiawi (BOD), nitrogen total (N-total), dan fosfor total (P-total). Pengamatan pH dan DO dilakukan di lapangan, pH dengan kertas lakmus sedangkan DO dengan metode titrasi, sedangkan untuk bahan organik lainnya dianalisis di laboratorium dengan metode pemanasan dan titrasi.
36 a. pH Sebagian besar organisme akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7-8,5 (Effendi 2003). pH air Setu Babakan berkisar antara 6-7,5 (Tabel 5). Kisaran ini, masih berada dalam kisaran baku mutu bagi sarana rekreasi air dan perikanan menurut PP No.82 tahun 2001 yaitu antara 6-9. Nilai pH cenderung menurun seiring meningkatnya kedalaman. Hal ini diduga akibat tingginya proses dekomposisi bahan organik yang menghasilkan ion hidrogen penyebab kemasaman pada bagian dasar perairan. Jika konsentrasi ion hidrogen terlalu tinggi atau terlalu rendah, organisme akuatik tidak mungkin mencapai pertumbuhan yang maksimum (Moriber 1974 in Sari 2009). b. Oksigen terlarut (DO) Oksigen terlarut adalah salah satu parameter paling mendasar di perairan karena mempengaruhi kehidupan organisme akuatik. Oksigen terlarut di Setu Babakan berkisar antara 4,53-7,42 mg/l (Tabel 5). Populasi hewan dan tanaman di badan air akan mengkonsumsi oksigen selama proses respirasi. Hal ini menghasilkan CO2, yang akan digunakan untuk fotosintesis. Fotosintesis terjadi di zona fotik, tetapi respirasi terjadi dimana saja di dalam perairan (diseluruh kolom air bahkan sampai ke dasar perairan), sehingga hasil bersihnya adalah permukaan air cenderung kaya akan oksigen terlarut, dan berkurang dengan bertambahnya kedalaman (Effendi 2003). Kandungan oksigen terlarut tertinggi dijumpai pada permukaan, yaitu berkisar antara 4,94-7,42 mg/l sedangkan terendah (dekat dasar) berkisar 4,53 mg/l hingga 6,59 mg/l. Tingginya konsentrasi oksigen terlarut di dekat permukaan air diduga oleh adanya suplai oksigen dari udara (difusi) dan aktifitas fotosintesis fitoplankton yang lebih tinggi dibandingkan dengan dekat dasar. Sedangkan oksigen terlarut di dekat dasar lebih banyak digunakan (dikonsumsi) dalam proses dekomposisi bahan organik oleh mikroba aerobik dan pengaruh fotosintesis yang telah berkurang. Bila dibandingkan dengan batas minimum kadar oksigen terlarut menurut PP No.82 tahun 2001 klas 2 yaitu 4 mg/l maka kisaran tersebut masih sesuai bagi pengelolaan Setu Babakan sebagai objek wisata air dan perikanan.
37 c. Kebutuhan oksigen biokimiawi (Biochemical oxygen demand/BOD) Perairan Setu Babakan memiliki nilai BOD berkisar antara 0,79-2,81 mg/l (Tabel 15). Pada umumnya, BOD secara vertikal di Setu Babakan cenderung meningkat dengan bertambahnya kedalaman. Nilai BOD tertinggi dijumpai pada bagian dekat dasar perairan yaitu berkisar antara 1,78 mg/l hingga 2,81 mg/l. Sedangkan nilai BOD terendah diperoleh pada bagian dekat permukaan berkisar 0,79 mg/l s/d 2,51 mg/l. Tingginya nilai BOD di dekat dasar diduga karena banyaknya jumlah bahan organik dari limbah domestik, pertanian maupun hasil pembusukan tumbuhan dan hewan yang terakumulasi di dasar. Kandungan BOD di perairan Setu Babakan berada di bawah ambang batas PP No.82 tahun 2001 klas 2 yaitu maksimum 3 mg/l. Hal ini berarti, Setu Babakan masih sesuai peruntukkannya bagi sarana rekreasi air dan perikanan. d. Nitrogen total (N-total) Nilai N-total merupakan gambaran nitrogen dalam bentuk organik dan anorganik pada air. N-total adalah penjumlahan dari nitrogen anorganik yang bersifat terlarut dan nitrogen organik yang berupa partikulat tidak larut dalam air (Effendi 2003). Nilai N-total perairan Setu Babakan berkisar antara 0,02-0,21 mg/l abel 15). Sumber utama nitrogen pada Setu Babakan berasal dari kegiatan domestik dan pemancingan. e. Fosfor total (P-total) Fosfor total menunjukkan kandungan P (Fosfor) baik yang berupa senyawa organik maupun anorganik (Effendi 2003). Sumber utama fosfor perairan Setu Babakan berasal dari limbah domestik seperti deterjen. Nilai P-total perairan Setu Babakan berkisar antara 0,03-0,12 mg/l (Tabel 15). Kandungan P-total di perairan Setu Babakan berada di bawah ambang batas PP No.82 tahun 2001 klas 2 yaitu maksimum 0,2 mg/l. Hal ini berarti Setu Babakan masih sesuai peruntukkannya bagi sarana rekreasi air dan perikanan. 4.2.1.3. Parameter mikrobiologi bakteri Parameter mikrobiologi yang diamati adalah bakteri E. coli, dengan pengambilan sempelnya menggunakan botol steril di permukaan perairan pada 3 stasiun. Analisis Perhitungan jumlah bakteri E. coli dilakukan di laboratorium dengan teknik MPN (Alcamo 1983 in Feliatra 2002).
38 a. Bakteri E. coli Berdasarkan stasiun pengamatan, densitas E. coli berkisar antara 11-600 jml/100 ml (Tabel 5). Densitas tertinggi ditemukan di stasiun 1 yang terletak di inlet Setu Babakan dengan densitas 600 jml/100 ml. Menurut Laliberte P & Grimes DJ (1982) Bakteri fecal masuk ke perairan melalui aliran sungai serta limpasan air hujan sehingga kelimpahan bakteri akan semakin tinggi pada kawasan yang banyak dipengaruhi daratan dan pada saat hujan. Keadaan yang demikian disebabkan oleh konsentrasi materi organik, perubahan salinitas, suhu maupun intensitas cahaya. Pada stasiun 2 yang letaknya di tengah situ densitas E. coli yaitu 60 jml/100 ml, sedangkan nilai densitas yang kecil pada stasiun 3 atau outlet yaitu 11 jml/100 ml karena pengarus arus yang membawa bakteri E. coli ketempat lain (Effendi 1998 in Feliatra 2002). Secara umum densitas E. coli di perairan Setu Babakan berada di bawah ambang batas PP No.82 tahun 2001 klas 2 yaitu maksimum 1000 jml/100 ml. Untuk mencegah E. coli masuk ke dalam saluran pencernaan maka makanan dan minuman harus terbebas dari E. coli. Menurut Pelczar & Chan (1988) in Feliatra (2002), penyebaran E. coli tidak melalui air melainkan melalui kegiatan tangan ke mulut atau dengan pasif lewat makanan dan minuman. 4.2.2. Karakteristik sumberdaya alam Setu Babakan 4.2.2.1. Fitoplankton dan zooplankton Keberadaan fitoplankton dan zooplankton sangatlah penting karena masingmasing merupakan primary producer (fitoplankton) dan primary consumer (zooplankton) dalam rantai makanan di ekosistem perairan Setu Babakan. Kisaran kelimpahan fitoplankton di perairan Setu Babakan adalah 250-302.125 sel/l. Di perairan Setu Babakan dijumpai lima kelas fitoplankton yaitu Bacillariophyceae (7 genus), Chlorophyceae (7 genus) dan Cyanophyceae (5 genus) Euglenaphyceae (3 genus) dan Dinophyceae (1 genus). Dari kelima kelas (23 genus) yang dijumpai, ternyata perairan Setu Babakan didominasi oleh genus Choroococcus sp (kelas Cyanophyceae) sebesar 302.125 sel/l. Indeks diversitas Shannon-Wiener (H’) dapat menunjukkan keanekaragaman komunitas fitoplankton di perairan Setu Babakan. Nilai indeks H’ untuk komunitas fitoplankton di Setu Babakan adalah 1,6349. Hasil analisis keragaman (H’)
39 fitoplankton memperlihatkan bahwa kondisi perairan termasuk stabil moderat. Menurut Stirn (1981) apabila H’ < 1, maka komunitas biota dinyatakan tidak stabil, apabila H’ berkisar 1-3 maka stabilitas komunitas biota tersebut adalah moderat (sedang) dan apabila H’ > 3 berarti stabilitas komunitas biota berada dalam kondsi prima (stabil). Semakin besar nilai H’ menunjukkan semakin beragamnya kehidupan di perairan tersebut, kondisi ini merupakan tempat hidup yang lebih baik. Menurut Prihantini et al. (2008) Nilai H’>1 pada fitoplankton berdasarkan kriteria limnologis menunjukkan ciri-ciri kondisi perairan yang tergolong sedang, yaitu didominasi oleh kelas Cyanophyceae. Perairan yang termasuk golongan sedang umumnya mendapat masukkan bahan organik yang berasal dari pencemaran oleh limbah penduduk atau sebab alami, seperti pengayaan nutrien akibat pencucian mineral tanah oleh air hujan. Ciri-ciri kondisi tersebut berlaku untuk Setu Babakan yang didominasi oleh Chroococcus sp (Cyanophyceae). Setu Babakan termasuk perairan yang eutrofik sesuai pernyataan Wetzel (1975) in Sari (2009), bahwa danau eutrofik memiliki struktur komunitas fitoplankton didominasi oleh kelas Chlorophyceae, Cyanophyceae, Euglenophyceae dan Bacillariophyceae. Sedangkan pada danau oligotrofik memiliki struktur komunitas fitoplankton yang didominasi oleh kelas Cyrisophyceae, Cryptophyceae, Dinophyceae dan Bacillariophyceae. Berbeda halnya dengan fitoplankton, jumlah kelas pada zooplankton yang dijumpai di Setu Babakan lebih sedikit sedikit, yaitu terdiri dari tiga kelas (5 genus). Kelimpahan zooplankton berkisar antara 2.125-27.875 sel/l. Jenis zooplankton yang dijumpai di perairan Setu Babakan didominasi oleh genus Nauplius sp (kelas Crustacea) dengan kelimpahan 27.875 sel/l. Rataan indeks diversitas zooplankton berdasarkan indeks Shannon-Wienner pada perairan Setu Babakan memiliki nilai H’>1, yaitu sebesar 1,1667 sebagai indikator bahwa stabilitas komunitas di stasiun tersebut adalah moderat atau sedang. Kondisi komunitas yang moderat (sedang) adalah kondisi komunitas yang mudah berubah hanya dengan terjadinya pengaruh lingkungan yang relatif kecil (Stirn 1981). Kelimpahan fitoplankton dan zooplankton di perairan Setu Babakan dapat dilihat pada Lampiran 11. Ketersediaan fitoplankton di Setu Babakan yang berlimpah, diharapkan pengelola dapat menebarkan jenis-jenis ikan pemakan plankton (plankton feeder).
40 Dengan memanfaatkan pakan alami tersebut, maka pengelola tidak memerlukan pemberian pakan khusus yang dapat meningkatkan biaya produksi. Selain itu, jika tidak menggunakan pakan buatan maka dapat mengurangi laju pendangkalan akibat sisa-sisa pakan yang terakumulasi di dasar. 4.2.2.2. Tumbuhan air dan ikan di Setu Babakan Tumbuhan air memiliki beberapa berfungsi yaitu untuk menyaring partikelpartikel yang terdapat di air oleh akarnya sehingga membuat air menjadi jernih, tumbuhan air juga memiliki nilai estetika dan nilai ekonomis, dan jika dalam jumlah yang besar maka tumbuhan air juga bisa menjadi gulma pada perairan situ. Keberadaan ikan di dalam perairan juga memiliki peran penting dalam ekosistem situ, yaitu sebagai bagian dari rantai makanan dan memiliki nilai ekonomis bagi masyarakat. Di Setu Babakan dijumpai dua jenis tumbuhan air yaitu teratai (Nymphaea sp.) dan eceng gondok (Eichhornia crassipes) yang menutupi perairan sangat sedikit sekali jika dibandingkan dengan luas perairan Setu Babakan. Teratai adalah salah satu tanaman air yang memiliki nilai estetika, selain bentuknya menawan juga memiliki kemampuan menetralisir limbah. Demikian juga dengan eceng gondok yang selama ini lebih dikenal sebagai tanaman gulma, padahal sebenarnya eceng gondok memiliki kemampuan menyerap logam berat. Eceng gondok dapat tumbuh dengan cepat pada danau maupun waduk sehingga dalam waktu yang singkat dapat mengurangi oksigen perairan, mengurangi fitoplankton dan zooplankton serta menyerap air sehingga terjadi proses pendangkalan. Menurut Masifwa et al. (2001) Perairan yang tertutup lapisan eceng gondok, kandungan oksigennya sangat rendah dan mendekati nol meskipun di permukaan. Eceng gondok dapat mentolerir perubahan yang ektrim dari ketinggian air, laju air, dan perubahan ketersediaan nutrien, pH, temperatur dan racun-racun dalam air. Pertumbuhan eceng gondok yang cepat terutama disebabkan oleh air yang mengandung nutrien yang tinggi, terutama yang kaya akan nitrogen, fosfat dan potasium. Setu Babakan merupakan habitat yang baik bagi berbagai jenis ikan. Ikanikan yang terdapat di Setu Babakan antara lain ikan patin (Pangasius sp.), nilem (Osteochilus hasselti), mas (Cyprinus carpio) tawes (Puntius javanicus), benteur
41 (Puntius binotatus), sepat rawa (Tricogaster tricopterus), nila (Oreocromis niloticus), gabus (Channa striata), mujair (Oreochromis mossambicus) dan ikan lele (Clarias batracus). Dari hasil wawancara keberadaan ikan-ikan native di Setu Babakan hanya tinggal sepat rawa, nilem dan benteur yang kelimpahannya relatif lebih sedikit dibandingkan ikan-ikan hasil intoduksi. Hal ini diduga selain karena tekanan ekologis yang tinggi pada perairan sehingga dari ketersediaan makanan, tempat memijah dan kondisi perairan yang tidak mendukung sebagai habitat ikanikan native tersebut, selain itu keberadaan ikan-ikan introduksi dan adanya ikan-ikan predator juga mempengaruhi keberadaan ikan-ikan native tersebut di perairan (Hobson 1974). Ikan-ikan yang ada di Setu Babakan tidak ada yang dibudidayakan karena tidak diperbolehkan lagi oleh tim pengelola untuk dipasang karamba. Pemda DKI Jakarta hanya memberikan bibit ikan untuk menjamin ketersediaan stok ikan di perairan Setu Babakan dan tim pengelola masih memperbolehkan masyarakat sekitar untuk menjala dan memancing. Dengan perairan yang masih memiliki beranekaragam jenis ikan yang bernilai ekonomis dan kelimpahan ikan yang masih terjamin ketersediaannya maka sangat potential untuk dikembangkannya wisata memancing di kawasan Setu Babakan. 4.2.2.3. Vegetasi di sekitar Setu Babakan Salah satu elemen pembentuk karakter lanskap kawasan Setu Babakan adalah vegetasi, baik yang berada di pekarangan, kebun campuran maupun ruang terbuka hijau lainnya. Dalam hal ini, kawasan yang dijadikan Perkampungan Budaya Betawi ini lebih cenderung kearah lanskap Betawi yang umumnya diidentikan dengan keberadaan tanaman buah-buahan baik di pekarangan rumah penduduk ataupun sempadan situ. Selain sebagai penghijauan tanaman ini berfungsi sebagai peneduh ataupun estetis. Pada tahun 2002 Dinas Pertanian dan Kehutanan DKI Jakarta memberikan bantuan 1000 bibit buah-buahan untuk penghijauan produktif pada Daerah Aliran Sungai (DAS) dan situ. Vegetasi yang ada sebagai batas situ dan berjark 12-50 meter dari situ antara lain andong (Cordilyn frucosa linn), jarak (Jatropha multifida), melinjo (Gnetum gnemon), pinus (Pinus merkusii), kelapa (Cocos nucifera), nangka (Anthocarpus heterophilus), mengkudu (Morinda citrifolia), meranti (Shorea pinanga), karet
42 (Ficus elastic), aren (Arenga pinnata), kecapi (Sandoricum loetjape), rambutan (Nephelium lappaceum) dan berbagai tanaman buah lainnya (Lampiran 12). Keberadaan vegetasi yang sengaja ditanam di pinggir Setu Babakan dimaksudkan untuk mencegah terjadinya longsor dan mencegah aliran permukaan yang berlebihan akibat air hujan, selain itu keberadaan vegetasi di Setu Babakan juga sebagai kawasan yang diperuntukan Pemerintah sebagai ruang terbuka hijau yang ada di DKI Jakarta. Menurut Goldyn et al. (2008) kebradaan vegetasi di sekitar danau selain sebagai peneduh juga sebagai sabuk hijau kawasan yang dapat mencegah hingga 50% terjadinya pengikisan tanah. Sebagai sebuah lanskap budaya, vegetasi yang ada umumnya merupakan tanaman budidaya, baik jenis lokal maupun introduksi. Introduksi tanaman tersebut merupakan salah satu upaya penduduk setempat untuk meningkatkan produksi dan kualitas hasil yang diperoleh. Setu Babakan juga ditetapkan menjadi daerah wisata agro oleh pemerintah DKI Jakarta. 4.2.2.4. Potensi Setu Babakan bagi kegiatan ekowisata a. Potensi sumberdaya alam Setu Babakan dengan luas area 20 hektar, dan berada di kawasan yang ditetapkan pemerintah sebagai kawasan cagar budaya di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan menjadi kawasan ekowisata. Potensi sumberdaya alam Setu Babakan meliputu keindahan alamnya, vegetasi yang ada, jenis ikan yang hidup di dalamnya, kondisi perairannya, serta kualitas airnya. Warna perairan yang kehijauan memberi kesan nyaman dan tenang bagi setiap wisatawan yang memandangnya. Parameter fisika, kimia dan biologi yang dimiliki Setu Babakan dapat dimanfaatkan sebagai potensi wisata. Kualitas air yang tergolong baik menjadi salah satu faktor penting bagi kehidupan organisme perairan. Suhu yang optimal merupakan salah satu syarat pertumbuhan ikan yang baik disamping kondisi lingkungan lainnya dan ketersediaan makanan di perairan. Kegiatan memancing dapat menjadi menyenangkan apabila ikan di perairan juga banyak sehingga sangat potensial sebagai kawasan wisata air. Salah satu jenis tanaman air yang terdapat di Setu Babakan adalah eceng gondok. Eceng gondok dapat menjernihkan perairan meskipun jika jumlahnya tidak
43 terkendali bisa menjadi gulma. Tanaman air teratai juga memiliki nilai estetika yang tinggi, bentuknya yang indah menjadikan pemandangan di tengah situ menjadi menarik. Beragamnya vegetasi di Setu Babakan menjadikan kawasan ini terasa sejuk dan indah. Vegetasi-vegetasi yang didominasi oleh tanaman buah seperti belimbing (Averhoa bilimba L), duku condet (Lansium domesticum Var. condet), durian sitokong (Durio zibetinus Murr.Var. Sitokong), menteng (Baccauria rasemosa), matoa (Pometia pinnata) dan vegetasi-vegetasi yang lainnya. Adanya vegetasivegetasi tersebut membentuk karakter lanskap yang bernuansa Betawi selain sebagai kawasan yang ditetapkan pemerintah DKI Jakarta sebagai kawasan hijau dan resapan air juga sebagai wisata agro (Bappeda DKI Jakarta 2000). b. Potensi budaya Setu Babakan yang terletak di Selatan Jakarta, lebih tepatnya berlokasi di wilayah Kelurahan srengseng sawah, Kecamatan Jagakarsa Jakarta selatan ini, menyimpan satu objek wisata budaya yang sangat menarik berupa Perkampungan Budaya Betawi, dan oleh pemerintah DKI Jakarta dijadikan Cagar Budaya Betawi yang menyimpan keistimewaan khususnya bagi warga Jakarta untuk melihat dari dekat berbagai kesenian dan budaya betawi yang ada hingga saat ini. Cagar budaya sendiri memiliki pengertian suatu kegiatan untuk menjaga atau melakukan konservasi terhadap benda-benda alam atau buatan manusia yang dianggap memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan (UU No.5 Tahun 1992). Seperti suku-suku lainnya di Tanah Air, seni dan budaya merupakan warisan leluhur mereka yang diturunkan bagi generasi selanjutnya untuk dilestarikan, begitu pula dengan Suku Batawi atau lebih dikenal sebagai orang Jakarte ini, juga tidak ketinggalan ikut serta dalam melestarikan budaya mereka khusunya di tanah kelahirannya. Orang Betawi merupakan penduduk asli di Kota Jakarta, dan dari sudut pandang keberadaanya memang sedikit berbeda dengan suku-suku lainnya, perbedaan yang paling mencolok adalah mereka berada di kawasan Ibu Kota Jakarta dimana beragam orang dari berbagai suku dan latar belakang pendidikan yang berbeda mendiami Kota Jakarta. wajarlah Kota Jakarta tidak hanya dimilki oleh Budaya Betawi saja, namun masih banyak budaya para pendatang yang ikut menyemarakkan Ibu Kota.
44 Bangunan khas Betawi yang unik dapat kita lihat dikawasan ini (Gambar 4), malah rencananya akan dibangun sebanyak 300 rumah di Perkampungan Setu Babakan yang bernuansa Betawi dan saat ini sudah ada 75 bangunan di tanah seluas 200 hektar peruntukan berupa bangunan yang menunjukkan nuansa dan ciri khas Betawi. Selain itu bagi pengunjung dapat menikmati sajian tarian dan kesenian melalui sebuah panggung yang memperagakan berbagai kesenian khas betawi yang biasanya dilaksanakan pada hari libur oleh penari-penari cilik dikawasan konservasi budaya betawi ini antara lain kesenian tari, musik tanjidor, ondel-ondel, lenong, gambang kromong dan tentunya salah satunya adalah pencak silat seni, atau Tari Betawi yang sepenuhnya merupakan aneka gerak pencak silat disebut tari silat.
Gambar 4. Rumah adat Betawi
4.3. Keadaan Sosial dan Ekonomi Penduduk di Kelurahan Serengseng Sawah 4.3.1. Jumlah dan umur penduduk Berdasarkan data statistik, jumlah penduduk Kelurahan Serengseng Sawah pada bulan Juni 2009 adalah 51.931 jiwa yang terdiri dari 26.946 laki-laki dan 24.945 perempuan (Tabel 6). Sebesar 66,49% dari total penduduk tersebut berada dalam kategori berusia produktif (15-60 tahun), sedangkan sisanya sebesar 33,51% adalah non produktif (0-14 tahun dan >60 tahun). Hal ini menunjukkan bahwa beban tanggungan usia produktif terhadap non produktif relatif tidak terlalu berat. Usia masyarakat yang produktif dan tidak produktif tersebut adalah kategori yang pada umumnya digunakan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.
45 Hal demikian juga menunjukkan bahwa jumlah penduduk berusia produktif yang tinggal di Kelurahan Serengseng Sawah berpotensi untuk dimanfaatkan baik ilmu, tenaga dan pikirannya untuk mengembangkan kawasan Setu Babakan. Rasio jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan lebih dari satu, hal ini menunjukkan bahwa penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan. Tabel 6. Jumlah dan sebaran umur penduduk Kelurahan Serengseng Sawah No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Umur (tahun) 0- 4 5–9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75 ke atas Jumlah Ratio
Laki-laki (jiwa)
Perempuan (jiwa)
2.259 1.893 1.906 3.055 2.454 2.539 2.290 2.260 1.640 1.441 1.280 1.118 892 814 587 518 26.946 1,08
2.217 1.756 1.792 2.642 2.328 2.439 1.968 1.889 1.583 1.299 1.272 1.036 909 755 551 549 24.985
Jumlah (jiwa) 4.476 3.649 3.698 5.697 4.782 4.978 4.258 4.149 3.223 2.740 2.552 2.154 1.801 1.569 1.138 1.067 51.931
Persentase (%) terhadap jumlah penduduk 8,62 7,03 7,12 10,97 9,21 9,59 8,19 7,99 6,21 5,28 4,91 4,14 3,46 3,02 2,19 2,05 100
Sumber: Kelurahan Serengseng Sawah Juni 2009
4.3.2. Mata pencaharian penduduk Mata pencaharian penduduk di Kelurahan Serengseng sawah sangatlah beragam, pada umumnya adalah usia sekolah/pelajar yaitu sebesar 27,88%. Sebesar 15,06% mata pencaharian penduduk Kelurahan Serengseng Sawah adalah pegawai swasta/BUMN/BUMD. Kemudian sebesar 6,38% adalah pedagang, jumlah penduduk yang menjadi TNI/POLRI sebesar 5,62% mengingat di Kelurahan Serengseng Sawah terdapat komplek perumahan TNI/POLRI. Hanya sebagian kecil penduduk yang bekerja sebagai petani yaitu sebesar 3,82% sisanya pekerja yang bergerak di bidang jasa, pertukangan, buruh dan pemulung. Sebesar 1,54% penduduk merupakan pensiunan dari berbagai bidang pekerjaan dan 0,54% penduduk adalah pengangguran (Tabel 7).
46 Bentuk partisipasi penduduk dalam menunjang kegiatan wisata sehari-hari diantaranya adalah kegiatan perparkiran; penyediaan makanan, minuman dan barang-barang khas betawi; penyediaan dan pengelolaan pemancingan umum. Sedangkan bentuk partisipasi penduduk setempat dalam menunjang atraksi wisata adalah pembntukan dan partisipasi kelompok seni tari, teater dan musik gambang kromong setempat dalam pergelaran-pagelaran seni Betawi; serta pagelaran upacara adat masyarakat Betawi yang sering dilaksanakan di kawasan Setu Babakan. Tabel 7. Mata pencaharian penduduk Kelurahan Serengseng Sawah No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Mata pencaharian Pegawai Negeri Sipil TNI/POLRI Pegawai swasta/BUMN/BUMD Pensiunan Pedagang Petani Pertukangan Pemulung Buruh Jasa Pengangguran Usia sekolah/pelajar Balita Jumlah
Jumlah (orang) 1.065 2.919 7.821 920 3.315 1.986 458 175 1.616 457 282 14.479 2.680 51.931
Persentase (%) 2,05 5,62 15,06 1,77 6,38 3,82 0,88 0,33 3,11 0,88 0,54 27,88 0,51 100
Sumber: Kelurahan Serengseng Sawah Juni 2009
4.3.3. Pola penggunaan lahan Berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) dan Rencana bagian Wilayah Kota (RBWK) Tahun 2005 Propinsi DKI Jakarta, wilayah selatan termasuk Kelurahan Serengseng Sawah diperuntukan sebagai daerah resapan air bagi kawasan Jakarta secara keseluruhan. Hal ini didukung dengan keberadaan potensi air tanah dan daerah hijau khususnya yang berada dikelurahan ini antara lain dengan adanya Setu Babakan, Setu Mangga Bolong, Setu Salam UI dan Setu ISTN serta Hutan Kota yang berada di kawasan Wales Barat Universitas Indonesia. Pemanfaatan tanah di Kelurahan Serengseng Sawah ditetapkan peruntukannya oleh Dinas Tata Kota Propinsi DKI. Jakarta sebagian besar digunakan untuk pemukiman penduduk, yaitu sebesar 54%, kemudian setu dan irigasi sebesar 29,08%, lahan pertanian sebesar 9,04%, jalan raya/lingkungan sebesar 4,76%, fasilitas umum sebesar 2,51%, pemakaman sebesar 0,70% dan lain-lain sebesar 0,24% (Table 8).
47 Tabel 8. Pola penggunaan lahan Kelurahan Serengseng Sawah No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Peruntukan tanah Perumahan Industri Fasilitas Umum Pemakaman Jalan Raya/Lingkungan Pertanian Setu/Irigasi Lain-lain Jumlah
Luas ( Ha ) 366,10 0,00 17,00 4,76 28,00 61,00 196,21 1,63 674,70
Persentase (%) 54,26 0,00 2,51 0,70 4,15 9,04 29,08 0,24 100,00
Sumber: Kelurahan Serengseng Sawah Juni 2009
Peningkatan jumlah penduduk di sekitar Setu Babakan secara langsung akan meningkatkan kebutuhan terhadap lahan, baik untuk permukiman, pertanian, sarana dan prasarana lainnya dalam menunjang kehidupan. Hal ini secara langsung maupun tidak langsung akan memberikan tekanan terhadap perairan Setu Babakan sehingga masukan limbah akan menyebabkan kualitas perairan menurun dan perairan danau tidak berfungsi sebagaimana mestinya. 4.4. Kesesuaian Wisata di Setu Babakan 4.4.1. Kunjungan wisatawan ke kawasan perkampungan budaya Betawi Setu Babakan Diresmikannya Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan oleh Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso sesuai dengan SK Gubernur No.92 Tahun 2000 pada 20 Januari 2000, menjadikan kawasan ini sebagai kawasan wisata. Selain wisata air, masih ada lagi wisata budaya seperti pagelaran beberapa kesenian Betawi seperti seni tari, musik, teater tradisional. Seperti halnya Qasidah, Marawis, Keroncong, Gambang Kromong, Lenong dan Gambus. Dan tak ketinggalan tari Topeng dan Ondel-ondel pun turut ditampilkan dengan ceria, juga sanggar budaya yang melatih anak-anak agar tetap mengenal dan melestarikan budaya Betawi. Visi Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi adalah terwujudnya kebudayaan dan pariwisata yang maju, dinamis, dan berwawasan lingkungan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat Daerah Khusus Ibukota Jakarta pada umumnya dan masyarakat dilokasi pengembangan pada khususnya. Adapun misi pengembangan Perkampungan Budaya Betawi yaitu mendapatkan bentuk dan pola pembinaan, pengembangan serta pelestarian seni dan budaya Betawi; mendukung pelaksanaan Rencana Tata Ruang Umum wilayah Jakarta Selatan.
48 Wisatawan yang berkunjung ke kawasan ini meliputi wisatawan lokal dan wisatawan asing. Selain itu wisatawan pun datang dari mulai berbagai kalangan dari mulai pelajar, mahasiswa, LSM, lembaga pemerintah dan juga masyarakat umum (Tabel 9).
Jumlah wisatawan pun cendrung meningkat tiap tahunnya, dengan
pengunjung paling banyak ada di tahun 2007 dengan jumlah 134.575 wisatawan. Tabel 9. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan Tahun : 2004-2008 No
Tahun
Mahasiswa dan Pelajar
1. 2. 3. 4. 5.
2004 2005 2006 2007 2008
4.000 6.643 10.939 12.727 11.175
Lokal LSM, Lembaga Pemerintah 8.583 1.109 11.642 15.167 10.577
Masyarakat umum
Mahasiswa dan Pelajar
38.833 81.964 75.901 106.610 111.736
8 20 15 79
Asing LSM, Lembaga Pemerintah 12 25 10 49
Masyaraka t umum
Jumlah
179 186 56 40
51.919 98.834 98.713 134.575 133.656
Sumber : Pengelola kawasan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan 2009
Kawasan Setu Babakan biasanya ramai dikunjungi pada hari sabtu dan minggu atau hari libur nasional, karena biasanya digelar pementasan kesenian Betawi di atas panggung terbuka. Pada tahun 2009 hingga bulan Juli jumlah wisatawan terbanyak ada pada bulan Januari di hari minggu yaitu dengan jumlah 4.007 wisatawan (Tabel 10), dengan demikian rata-rata pengunjung di hari minggu pada bulan Januari mencapai 1.002 wisatawan. Tabel 10. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan setiap Hari/Bulan pada Januari-Juli Tahun : 2009 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Jumlah
Senin 175 225 167 120 175 403 575 1.840
Selasa 455 475 617 477 478 815 412 3.729
Hari kunjungan Rabu Kamis 514 3.474 852 447 866 652 700 585 1.011 620 588 673 1.673 1.966 6.209 8.417
Jumat 1.236 483 1.113 703 784 631 936 5.886
Sabtu 1.279 1.251 954 1.730 1.949 1.449 2.044 10.56
Minggu 4.007 1.412 2.739 2.786 2.591 4.037 3.259 21.827
Jumlah 11.140 5.140 7.108 7.101 7.608 8.596 10.885 58.583
Sumber : Pengelola kawasan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan 2009
Daya dukung kawasan pada kawasan Setu Babakan adalah jumlah maksimum wisatawan yang secara fisik dapat ditampung di setiap lokasi sesuai peruntukannya dalam satu hari agar tidak menimbulkan kerusakan alam dan wisatawan dapat bergerak bebas serta tidak merasa terganggu oleh keberadaan wisatawan lain di lokasi tersebut (Yulianda 2007). Untuk mengantisipasi wisatawan
49 yang melebihi daya dukung maka perlu adanya pembatasan terhadap fasilitas wisata yang ada dikawasan dengan menyesuaikan jumlah fasilitas seperti sepeda air, perahu kayu, tempat duduk santai dan lahan memancing dengan jumlah maksimum wisatawan yang dapat ditampung di kawasan Setu Babakan. 4.4.2. Analisis kesesuaian wisata Kegiatan wisata air yang sudah ada di kawasan Setu Babakan baru sepeda air, duduk santai dan memancing. Sepeda air yang ada di kawasan Setu Babakan jumlahnya masih sedikit dibandingkan luas area lokasi yang di peruntukan untuk kegiatan wisata ini. Fasilitas duduk santai yang sudah ada umumnya baik hanya saja masih belum tersebar secara merata, sedangkan kegiatan duduk santai dan memancing di Setu Babakan masih belum dikelola oleh tim pengelola kawasan Perkampungan Budaya Betawi, sehingga wisatawan bebas memancing diberbagai lokasi. Kawasan Setu Babakan juga sering dipergunakan oleh anggota TNI dan mahasiswa untuk berlatih dayung atau perahu kano tiap minggunya di hari kerja dan sudah mendapatkan izin khusus oleh tim pengelola. Analisis kesesuaian wisata dilakukan pada masing-masing kegiatan yang akan dikembangkan di delapan lokasi dalam kawasan Setu Babakan. Adapun kegiatan yang akan dikembangkan adalah bersepeda air, berperahu kayu, memancing, duduk santai, foto dan shooting, dan flying fox; yaitu sebuah permainan tantangan individu yang diadaptasi dari pelatihan militer dan permainan ini dilakukan dengan cara meluncur dari ketinggian tertentu. Analisis kesesuaian wisata dimaksudkan untuk menilai kelayakan atau kesesuaian wisata yang akan dikembangkan dari ke delapan lokasi di kawasan Setu Babakan. Penentuan
lokasi
didasarkan
kepada
perbedaan
karakteristik
yang
dimilikinya. Peta dan foto lokasi penelitian kesesuaian wisata di Setu Babakan dapat dilihat pada Lampiran 13. Hasil analisis kesesuaian wisata dikelompokkan ke dalam empat kategori yaitu sangat sesuai, sesuai, sesuai bersyarat dan tidak sesuai. Indeks kesesuaian wisata di kawasan Setu Babakan dapat dilihat pada Lampiran 14. Lokasi satu sangat sesuai untuk dilakukan kegiatan memancing dengan IKW sebesar 90,91%. Hal ini disebabkan karena masing-masing parameter yang berpengaruh terhadap kegiatan memancing di lokasi satu sangat mendukung kegiatan tersebut. Parameter-parameter yang berpengaruh terhadap kegiatan
50 memancing adalah kelimpahan dan jumlah jenis ikan serta kedalaman perairan. Lokasi yang sangat sesuai untuk kegiatan memancing adalah lokasi yang memiliki kelimpahan ikan dalam kategori banyak, jumlah jenis ikan ≥4 dan kedalaman perairan antara 2-6 meter. Pada lokasi satu terdapat lebih dari empat jenis ikan, kelimpahan ikan tergolong banyak dan kedalaman perairan antara 0,3 s/d <2 meter. Lokasi 1 juga sesuai dengan kegiatan berperahu kayu dan sepeda air. Dengan kedalaman antara 0,3-2 meter, kecepatan arus antara 0-0,15 m/s, tidak berbau, jenis vegetasi yang hidup di tepi Setu Babakan diantaranya adalah tanaman buah, kelapa dan meranti serta warna perairan hijau kecoklatan, sehingga kegiatan berperahu kayu dan bersepeda air di lokasi satu termasuk dalam kategori sesuai dengan IKW sebesar 77,78%. Begitu juga dengan lokasi dua dan lokasi tiga, kegiatan yang sangat sesuai dilakukan adalah bersepeda air dan berperahu kayu serta kegiatan yang termasuk dalam kategori sesuai adalah memancing. Hal ini dapat dilihat dari IKW di lokasi dua untuk kegiatan-kegiatan tersebut berturut-turut adalah 86,67%, 86,67% dan 75,76%, sedangkan di lokasi tiga memiliki IKW 86,67%, 86,67% dan 60,61%. Kegiatan bersepeda air dan berperahu kayu sama-sama termasuk dalam kategori sangat sesuai dilakukan di lokasi dua dan lokasi tiga. Namun kegiatan berperahu kayu membutuhkan ruang untuk bergerak lebih besar dibandingkan dengan bersepeda air. Berdasarkan data, luas lokasi dua sebesar 61.800 meter dan lokasi tiga sebesar 65.400 meter. Oleh karena itu lokasi tiga diprioritaskan untuk kegiatan berperahu kayu sedangkan kegiatan bersepeda air dapat dilakukan di lokasi dua. Pada lokasi empat, kegiatan duduk santai termsuk kategori sangat sesuai dengan IKW sebesar 94,74% dan kegiatan foto dan shooting masuk kedalam kategori sesuai dengan IKW sebesar 72,22%. Hal ini disebabkan oleh parameterparameter yang terdapat di lokasi empat sangat mendukung untuk diadakannya kedua kegiatan tersebut. Parameter-parameter yang digunakan untuk menganalisis kesesuaian wisata duduk santai adalah lebar tepi situ, pemandangan, vegetasi yang hidup di tepi situ, hamparan dataran dan biota berbahaya. Parameter yang digunakan dalam menganalisis kesesuaian wisata kereta keliling adalah lebar tepi. Berdasarkan pengamatan, lokasi empat memiliki lebar dari tepi air ≥8 m dengan hamparan dataran berupa rumput/tanah liat yang ditumbuhi oleh pohon kelapa, akasia dan
51 meranti, terdapat satu serta terdapat dua jenis pemandangan yang dapat dilihat yaitu situ, sungai dan hutan. Namun, karena letaknya yang tepat di tepi Setu Babakan dan agar wisatawan tidak terganggu untuk duduk santai dan memandang Setu Babakan, maka lokasi empat lebih sesuai untuk dijadikan kawasan duduk santai daripada foto dan shooting. Kegiatan flying fox di lokasi empat termasuk dalam kategori sesuai bersyarat yaitu sebesar 33,33%. Hal ini disebabkan oleh pemandangan yang dapat dilihat dari lokasi empat kurang bervariasi. Pemandangan yang dapat dilihat dari atas tebing flying fox di lokasi empat hanya Setu Babakan sehingga skornya satu untuk kesesuaian wisata flying fox. Kegiatan foto dan shooting sesuai untuk dilakukan di lokasi lima sedangkan kegiatan flying fox termasuk dalam kategori sesuai bersyarat. Lokasi lima juga sangat sesuai dilakukan kegiatan duduk santai. Kesesuaian wisata foto dan shooting di kawasan Setu Babakan dihasilkan dari analisis terhadap parameter-parameter seperti pemandangan, vegetasi yang hidup di tepi, dan fauna yang berada di sekitar kawasan. Lebar lokasi lima ≥ 25 meter, vegetasi yang hidup adalah kelapa, akasia dan meranti, terdapat satu jenis fauna yaitu burung. Kawasan duduk santai telah dialokasikan di lokasi empat, sehingga lokasi lima diprioritaskan untuk kegiatan foto dan shooting. Nilai kesesuaian wisata di lokasi lima untuk kegiatan duduk santai, foto dan shooting, dan flying fox berturut-turut adalah 91,23%; 91,67%; dan 66,67%. Pada lokasi enam, kegiatan foto dan shooting dan flying fox termasuk dalam kategori sesuai bersyarat yaitu sebesar 47,22% dan 33,33%. Hal ini disebabkan oleh karakteristik lokasi enam yang kurang mendukung untuk dikembangkan kegiatan tersebut. Pemandangan yang terlihat hanya kawasan perairan Setu Babakan saja, selain itu medan untuk membangun arena flyng fox juga tidak mendukung. Adapun kegiatan yang sangat sesuai dilakukan di lokasi enam antara lain adalah duduk santai dengan nilai IKW sebesar 85,96%. Kegiatan flying fox termasuk dalam kategori sangat sesuai untuk dilakukan di lokasi tujuh dengan nilai IKW sebesar 100%. Kesesuaian wisata untuk flying fox dihasilkan dari analisis terhadap parameter pemandangan. Pemandangan yang dapat dilihat dari lokasi delapan sangat beragam yaitu hutan, situ dan sawah sehingga membuat kegiatan flying fox menjadi lebih menarik. Kegiatan duduk santai juga
52 termasuk kedalam kategorisangat sesuai dengan IKW sebesar 85,96%. Sedangkan untuk kegiatan foto dan shooting termasuk dalam kategori sesuai dengan IKW sebesar 72,22%. Kegiatan duduk santai telah dialokasikan pada lokasi empat dan enam, sedangkan foto dan shooting juga telah dialokasikan pada lokasi lima. Oleh karena itu, lokasi tujuh diprioritaskan untuk kegiatan flying fox. Lokasi delapan sesuai untuk dilakukan kegiatan duduk santai dengan IKW sebesar 63,16%, sedangkan foto dan shooting serta flying fox secara berturut-2 memiliki IKW sebesar 33,33%. Kesesuain wisata pada lokasi 8 hanya sesuai untuk kegiatan duduk santai sedangkan foto dan shooting serta flying fox memiliki kesesuaian wisata yang sesuai bersyarat. Sehingga Lokasi delapan diprioritaskan untuk kegiatan duduk sanatai. Kategori kesesuaian wisata untuk masing-masing lokasi dapat dilihat pada Lampiran 15. Peta kesesuaian wisata memancing, sepeda air, perahu kayu, duduk santai, foto dan shooting serta flying fox berturut-turut dapat dilihat pada Lampiran 16, 17, 18, 19, 20 dan 21. Berdasarkan analisis kesesuaian wisata tersebut diperoleh delapan kegiatan wisata yang dapat direkomendasikan untuk dikembangkan di kawasan Setu Babakan, yaitu: 1. Kegiatan memancing di Setu Babakan dapat dilakukan di lokasi satu yang memiliki luas 71.600 m2. 2. Kegiatan sepeda air di Setu Babakan dapat dilakukan di lokasi dua yang memiliki luas 62.600 m2. 3. Kegiatan berperahu kayu di Setu Babakan dapat dilakukan di lokasi tiga yang memiliki luas 65.800 m2. 4. Kegiatan duduk santai di Setu Babakan dapat dilakukan di lokasi empat yang memiliki luas 788,73 m2. 5. Kegiatan foto dan shooting di Setu Babakan dapat dilakukan di lokasi lima yang memiliki luas 2.437 m2. 6. Kegiatan flying fox di Setu Babakan dapat dilakukan di bagian lokasi tujuh. Hasil perhitungan indeks kesesuaian wisata di Setu Babakan dapat dilihat pada Tabel 11 dan peta kesesuaian wisatanya dapat dilihat pada Gambar 5.
53
Gambar 5. Peta kesesuaian wisata di Setu babakan
53
53
54 Tabel 11. Kesesuaian wisata Setu babakan Lokasi
Skor Kesesuaian (%) Duduk Memancing Santai 90,91 75,76 60,61 94,74
1 2 3 4
Sepeda Air 77,78 86,67 86,67 -
Perahu Kayu 77,78 86,67 86,67 -
5
-
-
-
6 7 8
-
-
-
Foto dan Shooting 80,56
Flyng fox 33,33
91,23
91,67
66,66
85,96 85,96 63,16
47,22 72,22 33,33
33,33 100,00 33,33
Kategori yang dipilih
Tingkat kategori
Memancing Sepeda air Perahu kayu Duduk santai Foto dan Shooting Duduk santai Flying fox Duduk santai
SS SS SS SS SS SS SS S
4.5. Daya Dukung Kawasan Daya dukung yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan kawasan untuk menerima sejumlah wisatawan dengan intensitas penggunaan maksimum terhadap sumberdaya alam yang berlangsung secara terus-menerus dalam satu hari tanpa merusak lingkungan (Yulianda 2007). Analisis daya dukung kawasan di Setu Babakan diperlukan agar kegiatan wisata yang akan dikembangkan dapat terus berkelanjutan. Daya dukung setiap kawasan berbeda antara satu lokasi dengan lokasi lainnya dan terkait dengan jenis kegiatan wisata yang akan dikembangkan. Kegiatan memancing dapat dilakukan di lokasi satu yang luasnya 71.600 m2. Lokasi satu terletak di daerah inlet dan jauh dari keramaian kegiatan wisata seperti perahu kayu dan sepeda air, sehingga wisatawan dapat merasa nyaman untuk memancing. Wisatawan membutuhkan lokasi agar dapat bergerak bebas untuk memancing dan tidak merasa terganggu oleh pemancing lainnya seluas 240 m2. Waktu yang disediakan oleh pengelola untuk wisatawan yang memancing adalah 8 jam/hari, namun maksimum wisatawan memancing selama enam jam. Dari uraian di atas, maka daya dukung kawasan untuk memancing di lokasi tersebut adalah 398 orang/hari. Wisatawan dapat memancing di saung-saung ataupun hanya di atas rangkaian bambu yang memanjang di sekeliling lokasi dua. Kegiatan bersepeda air dilakukan di lokasi dua dengan luas 62.600 m2. Satu sepeda air digunakan oleh dua orang selama setengah jam. Lokasi yang dibutuhkan untuk bersepeda air agar dapat bergerak bebas selama setengah jam sebesar 15.000 m2. Adapun waktu yang disediakan oleh pengelola untuk wisatawan adalah 8
54
55 jam/hari. Oleh karena itu, daya dukung kawasan untuk bersepeda air di Setu Babakan sekitar 134 orang/hari. Berperahu kayu dilakukan di lokasi tiga yang terletak tepat di sebelah lokasi dua sampai daerah outlet situ. Biasanya wisatawan berperahu kayu selama 0,75 jam. Waktu yang disediakan oleh pengelola bagi wisatawan untuk berperahu kayu adalah 8 jam/hari. Luas lokasi dua yaitu 65.800 m2, sedangkan luas lokasi yang dibutuhkan satu perahu kayu agar dapat bergerak bebas mengelilingi Setu Babakan selama 0,75 jam tanpa terganggu oleh perahu kayu lainnya adalah 20.000 m2. Kegiatan tersebut dapat dilakukan oleh 6 orang/perahu kayu sehingga jumlah wisatawan maksimum yang dapat ditampung oleh lokasi dua untuk berperahu kayu adalah 211 orang/hari. Kegiatan duduk santai yang diprioritaskan untuk loksai empat, lokasi enam dan lokasi delapan memiliki daya tampung sebesar 263 orang/hari. Luas seluruh lokasi empat, enam dan delapan adalah 788.73 m2. Lokasi tersebut terletak di sepanjang tepi Setu Babakan dan di bawah pohon-pohon yang berada di kawasan penghijauan dan merupakan lanskap dari Setu Babakan yang bernuansa Betawi, sehingga wisatawan dapat duduk sambil menikmati pemandangan alam dengan nyaman. Satu tempat duduk dapat menampung dua orang. Luas lokasi agar wisatawan dapat duduk dengan nyaman tanpa terganggu oleh wisatawan lainnya adalah 16 m2. Wisatawan duduk santai maksimum selama tiga jam. Adapun waktu yang disediakan pengelola bagi wisatawan yang duduk santai adalah 8 jam/hari. Wisatawan dapat duduk santai di atas tikar, di tempat duduk yang terbuat dari bambu atau di saung-saung. Kegiatan foto dan shooting dapat dilakukan di lokasi lima dengan luas 2.437,5 m2. Kegiatan ini hanya dapat dilakukan oleh 1 orang. Lokasi yang dibutuhkan agar wisatawan dapat bergerak bebas dan tidak merasa terganggu oleh keberadaan wisatawan lainnya adalah 250 m2. Waktu yang dihabiskan oleh wisatawan untuk menyelesaikan kegiatan foto dan shooting adalah delapan jam, sama dengan waktu yang disediakan pengelola. Oleh karena itu, daya dukung kawasan yang digunakan untuk kegiatan foto dan shooting ini adalah 10 orang/hari. Kegiatan flying fox di Setu Babakan dapat dilakukan oleh 32 orang/hari. Untuk mendukung kegiatan flying fox diperlukan satu buah tebing yang dibuat di bagian lokasi tujuh. Tebing terbuat dari besi atau kayu yang kokoh dengan tinggi
56 minimal tiga meter dan dilengkapi tangga. Wisatawan meluncur di atas Setu Babakan dari atas tebing tersebut sampai daratan yang terletak di lokasi foto dan shooting. Satu orang membutuhkan waktu untuk meluncur selama 0,25 jam. Waktu yang disediakan pengelola untuk wisatawan adalah 8 jam/hari. Tabel 12. Daya dukung kawasan Setu Babakan
No
Lokasi
1. 2. 3. 4.
1 2 3 4,6 dan 8
5. 6.
5 7
Jenis Kegiatan wisata
Potensi ekologis pengunjung (orang) (K)
Unit area (m²/m) (Lt)
Luas area yang dapat dimanfaatkan (m²/m) (Lp)
Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung (jam) (Wp)
Memancing Sepeda air Perahu kayu
1 2 6
240 15.000 20.000
71600 62600 65800
6 0,5 0,75
Waktu yang disediakan oleh pengelola (jam/hari) (Wt 8 8 8
Duduk santai
2
16
788.73
3
8
263
1
250
2437.5
8
8
10
-
0,25
8
32 1.047
Foto dan shooting Flyng fox
1
Total DDK
Daya dukung kawasan (Orang/hari) (DDK) 398 134 211
Pada tabel 12 dapat diketahui bahwa total wisatawan yang dapat ditampung di kawasan Setu Babakan sebanyak 1.047 orang/hari, tetapi harus menyebar dalam kisaran waktu selama 8 jam/hari atau tidak terakumulasi pada jam-jam kunjungan yang sama (karena akan menimbulkan kesan over crawded). Kunjungan wisatawan pada tahun 2007 dan 2008 rata-rata mencapai lebih dari 130.000 orang. Jumlah wisatawan terbanyak terdapat pada hari minggu bulan Januari 2009 dengan jumlah 4.007 wisatawan, atau rata-rata 1.002 wisatawan. Jumlah tersebut memang masih di bawah nilai DDK, tetapi melihat jumlah wisatawan yang tiap tahunnya cenderung meningkat maka perlu adanya kebijakan pengelola kawasan yang memperhatikan daya dukung seperti menutup pintu masuk kawasan ketika wisatawan sudah dalam jumlah yang maksimum dan juga pembatasan fasilitas di masing-masing lokasi wisata sesuai dengan daya dukung kawasan. Peta daya dukung kawasan Setu Babakan dapat dilihat pada Lampiran 23. Lokasi parkir di Setu Babakan diperluas dengan cara melakukan penertiban warung makanan yang terletak di sekitar lokasi parkir. Selain itu tim pengelola juga bisa memaksimalkan pembangunan daerah yang belum dikelola secara maksimal seperti di bagian Selatan dari kawasan Setu Babakan. Pada bagian Selatan kawasan Setu Babakan yang masih berupa kebun dan sawah sangat berpotensi untuk
57 dikembangkannya wisataagro. Selain untuk menambah nilai ekonomis juga bermaksud agar keberadaan wisatawan lebih menyebar dan tidak terkonsentrasi. 4.6. Karakteristik Sosial Ekonomi Karakteristik sosial-ekonomi meliputi karakteristik masyarakat sekitar (Lampiran 23), karakteristik wisatawan yang berkunjung ke kawasan wisata (Lampiran 24) dan instansi-instansi yang terkait dengan pengelolaan kawasan Setu Babakan. 4.6.1. Karakteristik masyarakat sekitar Masyarakat yang diwawancara adalah masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan Situ Babakan. Masyarakat sekitar dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh keberadaan kawasan Setu Babakan. Jumlah responden yang diambil sebanyak 30 orang dengan cakupan karakteristik masyarakat di sekitarnya yang meliputi: (a) Data pribadi masyarakat sekitar yang terdiri dari rasio jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan dan pendapatan (b) Pengetahuan masyarakat sekitar terhadap Setu Babakan (c) Aspirasi,
persepsi
dan
preferensi
masyarakat
sekitar
terhadap
pengembangan wisata di Setu Babakan (d) Keterlibatan masyarakat sekitar dalam menjaga kelestarian Setu Babakan Karakteristik masyarakat sekitar yang disebutkan di atas sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengelolaan Setu Babakan dan oleh karena itu masyarakat sekitar harus dilibatkan (baik langsung maupun tak langsung) dalam aktifitas yang berhubungan dengan kegiatan wisata. Hal ini dilakukan untuk memperkecil kesenjangan dan permasalahan yang terjadi antara masyarakat dengan pihak pengelola serta agar masyarakat dapat ikut serta dalam menjaga kelestarian Setu Babakan. 4.6.1.1. Data pribadi masyarakat sekitar Dari 30 contoh (responden masyarakat sekitar) yang diambil saat berlangsungnya penelitian, masyarakat yang ditemui di sekitar kawasan Setu Babakan terdiri dari 57% perempuan dan 43% laki-laki (Gambar 6). Hal ini terjadi karena saat penelitian berlangsung, masyarakat yang lebih banyak ditemui, lebih
58 mudah berkomunikasi, lebih mudah berinteraksi dan mengetahui Setu Babakan adalah perempuan.
Gambar 6. Komposisi jenis kelamin masyarakat di sekitar kawasan Setu Babakan Berdasarkan Gambar 7, dari 30 responden yang diambil, masyarakat sekitar kawasan Situ Babakan sebagian besar berumur 35-39 tahun yaitu sebesar 30% kemudian diikuti 20% berumur 25-29 tahun, 17 % untuk 20-24 tahun, 10 % untuk 30-34 tahun dan 45-49 tahun, 7% untuk 15-19 tahun, 6% 40-44 tahun, 3% ≥ 55 tahun, dan terakhir 0% untuk umur 50-54 tahun.
10% 45-49 thn 7% 15-19 thn
27% 35-39 thn
0% 50-54 thn
3% 6% >55 40-44 thn thn
10% 30-34 thn
17% 20-24 thn
20% 25-29 thn
Gambar 7. Kelompok umur masyarakat di sekitar kawasan Setu Babakan Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal yang pernah diikuti sesuai ijazah terakhir. Dari 30 responden yang diambil, tingkat pendidikan masyarakat sekitar tergolong tinggi karena terdapat 40% masyarakat yang merupakan lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sebesar 23% adalah lulusan Diploma (D3), 20% adalah lulusan Sarjana (S1) dan juga 3% masyarakatnya bergelar Master (S2). Sedangkan hanya sebesar 10% masyarakat merupakan lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan 4% merupakan lulusan Sekolah Dasar (Gambar 8). Masyarakat sekitar kawasan Setu Babakan sebagian besar merupakan lulusan SMA. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat telah menyadari pentingnya pendidikan untuk masa depan dan penghidupan yang lebih baik.
59
Gambar 8. Tingkat pendidikan masyarakat di sekitar kawasan Setu Babakan
Tingkat pendidikan masyarakat sekitar mencerminkan kualitas sumberdaya manusia di Setu Babakan. Tingkat pendidikan masyarakat sekitar sangat berperan dalam menentukan pengelolaan dan pengembangan kawasan Setu Babakan. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat maka cenderung akan semakin tinggi pula tingkat pemahaman tentang konsep wisata, kelestarian, tingkat kesadaran dan pengelolaan yang tepat bagi kawasan Setu Babakan. Dari 30 responden yang diambil, masyarakat sekitar kawasan Setu Babakan mayoritas merupakan ibu rumah tangga (37%) . Sebesar 20% masyarakat kawasan wisata air Situ Babakan bekerja sebagai wiraswasta, 17% pelajar, 13% masyarakat masing-masing memiliki pekerjaan sebagai karyawan dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 10% masyarakat bekerja sebagai guru (Gambar 9).
10% guru
17% pelajar
13% PNS 20%
27% ibu rumah tangga
13% karyawan
wiraswasta
Gambar 9. Jenis pekerjaan masyarakat di sekitar kawasan Setu Babakan
Sebesar 40% dari 30 responden masyarakat di kawasan Setu Babakan memiliki pendapatan
antara Rp.1.000.000,00-Rp.2.000.000,00 setiap bulan.
Masyarakat yang memiliki pendapatan antara Rp.500.000,00-Rp.1.000.000,00 setiap bulan sebesar 27%, kemudian sebesar 20% masyarakat memiliki pendapatan di atas
60 Rp.2.000.000,00 setiap bulan dan sebesar 13% masyarakat memiliki pendapatan dibawah Rp.500.000,00 (Gambar 10). Hal ini menunjukkan perekonomian masyarakat sekitar Setu Babakan tergolong tinggi. Adanya perbedaan jumlah pendapatan masyarakat dapat disebabkan oleh perbedaan jenis pekerjaan dan tingkat pendidikan masyarakat di sekitar kawasan Setu Babakan.
20% >Rp. 2 juta
40% Rp. 1 juta-2 juta
13%
27% Rp 500 ribu1 juta
Gambar 10. Tingkat pendapatan per bulan masyarakat di sekitar kawasan Setu Babakan 4.6.1.2. Pengetahuan masyarakat sekitar terhadap Setu Babakan Responden yang diwawancara adalah responden yang mengetahui kawasan Setu Babakan sehingga dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dengan baik. Pengetahuan responden masyarakat sekitar terhadap Setu Babakan dapat dilihat dari jumlah responden masyarakat yang tahu adanya kawasan Setu Babakan, jumlah kunjungan dan aktifitas yang dilakukan Dari 30 responden yang ditemui, masyarakat mengakui tahu adanya kawasan Setu Babakan (Gambar 11a). Masyarakat yang baru mengunjungi kawasan Setu Babakan sebanyak 2 kali sebesar 90%, masyarakat telah mengunjungi kawasan Setu Babakan lebih dari dua kali. Dari 30 orang responden tidak ada yang menyatakan bahwa mereka belum pernah sekalipun berkunjung ke kawasan Setu babakan atau baru berkunjung satu kali (Gambar 11b). Aktifitas-aktifitas masyarakat di kawasan Setu Babakan sebagian besar adalah berekreasi (83%), berdagang (10%) dan bekerja (7%) (Gambar 11c).
61
0% tidak tahu
100% tahu a.
Komposisi masyarakat yang b. Jumlah kunjungan masyarakat mengetahui dan belum mengetahui sekitar ke Setu Babakan adanya kawasan Setu Babakan 10% berdagang
7% bekerja
83% rekreasi
c. Aktivitas masyarakat disekitar kawasan Setu Babakan
Gambar 11. Pengetahuan masyarakat sekitar akan adanya kawasan Setu Babakan. 4.6.1.3. Persepsi, aspirasi, dan harapan masyarakat sekitar terhadap pengembangan kawasan Setu Babakan. Dari 30 responden yang ditemui, sebesar 100% responden dari masyarakat sekitar Setu Babakan menyatakan setuju terhadap upaya pengembangan kawasan Setu Babakan sebagai kawasan wisata (Gambar 12a). Seluruh responden masyarakat sekitar menyatakan setuju dengan potensi Setu Babakan yang indah (Gambar 12b). Dengan adanya kawasan wisata Setu Babakan, sebesar 37% masyarakat sekitar berpendapat bahwa kawasan tersebut dapat membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar, sebesar 23% berpendapat dapat berinteraksi dengan wisatawan, 17% dapat berekreasi, dan 10% masyarakat berpendapat manfaat yang diperoleh adalah adanya perbaikan jalan. Dari uraian di atas terlihat bahwa, bentuk-bentuk dukungan positif yang diberikan oleh masyarakat terhadap keberadaan kawasan wisata Setu Babakan cukup bervariasi dan ini tentunya akan mempengaruhi upayaupaya pengembangan kawasan wisata Setu Babakan. Selain itu sekitar 13% masyarakat mengaku tidak merasakan manfaat apa pun (Gambar 12c). Hal ini dikarenakan oleh adanya isu bahwa
hanya pengelola dan masyarakat yang
bertempat tinggal dekat dengan kawasan saja yang dibantu oleh Pemda DKI Jakarta. Salah satu hal yang dikhawatirkan dengan adanya wisatawan yang berkunjung ke
62 Setu Babakan yaitu terpengaruhnya perilaku masyarakat sekitar oleh perilaku negatif wisatawan. Sampai saat ini, sebesar 50% masyarakat sekitar tidak merasakan adanya pengaruh apapun yang ditimbulkan oleh wisatawan terhadap masyarakat (Gambar 12d). Namun ada juga masyarakat yang merasakan adanya pengaruh yang diakibatkan oleh wisatawan seperti perubahan tingkah laku (10%), perubahan cara berbicara (13%), cara berpakaian (14%) dan perubahan berpakaian sekaligus tingkah laku dinyatakan oleh 13% masyarakat sekitar (Gambar 12e). Pendapat masyarakat sekitar terhadap adanya aktifitas wisatawan yang mengganggu kenyamanan diungkapkan oleh 10% responden. Namun, sebesar 90% masyarakat berpendapat bahwa tidak ada aktifitas wisata yang mengganggu kenyamanan (Gambar 12f). 0% tidak setuju 100 % setuju a. Aspirasi masyarakat sekitar terhadap upaya pengembangan kawasan Setu Babakan 13% tdk ada
17% rekre asi
10% jalan yang baik
b. Persepsi masyarakat tentang keindahan alam yang dimiliki Setu Babakan
7% terpe ngaruh
20% kotor
17% 37% 56% terce lapa tdk 0% 23% mar ngan khaw keam inter kerja atir anan aksi c. Persepsi tentang mafaat yang diperoleh d. Persepsi tentang dampak negatif dari masyarakat sekitar dengan adanya kawasan
14% berp akai an
kegitan wisata Setu babakan
13% bica-10% ra ting kahlaku 13%
50% tkh tdk lku,p ada kaian e. Persepsi tentang pengaruh dan prilaku wisatawan terhadap masyarakat sekitar
f. Persepsi masyarakat tentang aktivitas yang menggangu kenyamanan masyarakat sekitar
Gambar 12. Aspirasi, persepsi dan harapan masyarakat sekitar terhadap pengembangan kawasan wisata air Setu Babakan (1)
63 Sebanyak 43% masyarakat sekitar berpendapat bahwa pengelola kawasan Setu Babakan memberikan bantuan berupa terbukanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar, sedangkan 57% masyarakat berpendapat bahwa pengelola tidak memberikan bantuan apapun termasuk bantuan modal usaha (Gambar 13a). Hal ini terjadi karena pengelolaaan kawasan Setu Babakan belum membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah besar. Sebesar 67% masyarakat berpendapat bahwa mereka tidak mengerti akan adanya konsep ekowisata dan sebesar 33% masyarakat paham akan konsep ekowisata (Gambar 13b). Sebagian besar responden (77%) penduduk sekitar setuju bahwa kawasan Setu Babakan dijadikan kawasan ekowisata dan 23% penduduk sekitar tidak setuju untuk menjadikan kawasan Setu babakan menjadi kawasan ekowisata karena bisa terjadi konflik antara masyarakat sekitar dan pengelola mengingat letak Setu Babakan yang ada ditengah pemukiman dan banyaknya masyarakat sekitar yang beraktifitas di kawasan tersebut baik sebagai pedagang, memancing, menangkap ikan dan yang aktivitas lainnya yang belum terkontrol pengelola (Gambar 13c). Sebesar 87% masyarakat berpendapat bahwa pengelolaan kawasan Setu Babakan masih tetap menjaga kelestarian lingkungannya dan hanya 13% masyarakat yang berpendapat bahwa pengelolaan tidak menjaga kelestarian alam (Gambar 13d). Harapan-harapan masyarakat terhadap pengembangan kawasan Setu Babakan menjadi kawasan ekowisata adalah agar Setu Babakan tetap lestari (27%), tetap bernuansa alami (20%), tidak ada pencemaran lingkungan perairan (17%), membuka lapangan kerja baru (17%), membangun fasilitas yang mendukung menjadi kawasan ekowisata (13%) dan mensejahterakan masyarakat sekitar (6%) (Gambar 13e). Dilihat dari harapan-harapan yang disampaikan, dapat memperlihatkan bahwa masyarakat peduli terhadap kelestarian alam Setu Babakan, karena pada dasarnya konsep ekowisata adalah mengajak seluruh pelaku pariwisata untuk harus ikut bertanggung jawab dalam melestarikan lingkungan alam dan kebudayaan sebagai aset utama dan meningkatkan partisipasi masyarakat lokal untuk pembangunan pariwisata yang berkelanjutan (Wall 1997).
64
57% tidak ada bantu-an apa-apa
a.
0% bantu-an modal untuk usaha
43% terbukan ya lapangan kerja
Persepsi tentang bantuan yang diberikan Pengelola terhadap masyarakat
33% ya
67% tidak
b. pemahaman masyarakat terhdap konsep ekowisata
23% tidak setuju
13% belum
87% sudah
77% setuju c. Persepsi masyarakat jika kawasan Setu Babakan menjadi kawasan ekowisata 13% membangun fasilitas yang mendukung ekowisata
20% bernuansa alami
6% mensejahte rakan masyarakat sekitar
17% membuka lapangan kerja
d. Persepsi masyarakat tentang pengelola yang menjaga kelestarian kawasan Setu Babakan 0% tidak memiliki harapan
17% tidak adanya pencmaran perairan
27% melestarikan lingkungan
e. Harapan masyarakat terhadap upaya pengembangan wisata di Setu Babakan
Gambar 13. Aspirasi, persepsi dan harapan masyarakat sekitar terhadap pengembangan kawasan wisata air Setu Babakan (2) 4.6.2. Karakteristik wisatawan Karakteristik wisatawan meliputi data pribadi seperti rasio jenis kelamin, umur, asal, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan biaya wisata; motivasi; persepsi, aktifitas dan keterlibatan wisatawan dalam menjaga kelestarian lingkungan Setu Babakan.
65
4.6.2.1. Data pribadi wisatawan Jumlah responden wisatawan adalah 30 orang yang terdiri atas 57% laki-laki dan 43% perempuan (Gambar 14). Wisatawan laki-laki lebih banyak ditemui dibandingkan dengan perempuan, hal ini karena wisatawan laki-laki lebih banyak yang tertarik untuk berkumpul dan duduk-duduk santai bersama teman-teman disamping melakukan kegiatan wisata di Setu Babakan.
43% Perem puan
57% Lakilaki
Gambar 14. Komposisi jenis kelamin wisatawan Kisaran umur wisatawan yang ada di Setu Babakan bervariatif, paling banyak ditemui sebagian besar berumur 20-29 tahun (27%), kemudian diikuti umur 30-39 tahun dan 40-49 tahun (23%), umur < 20 tahun (17%) dan wisatawan yang berkunjung paling sedikit berada pada umur ≥ 50 tahun (10%). (Gambar 15).
Gambar 15. Kelompok umur wisatawan Asal daerah wisatawan dibuat berdasarkan tempat tinggal wisatawan. Wisatawan yang ditemui, 90% berasal dari Jakarta antara lain warga Serengseng Sawah itu sendiri, Pondok Labu, Ciganjur, Tebet, Kebayoran Baru dan Pondok Gede. Sedangkan wisatawan yang berasal dari luar Jakarta antara lain berasal dari Depok dan Cinere. Wisatawan berpendapat bahwa Setu Babakan merupakan salah satu tempat wisata yang letaknya tidak jauh dari tempat tinggal dan nuansanya masih terbilang asri. (Gambar 16).
66
Gambar 16. Kelompok asal wisatawan Tingkat pendidikan wisatawan ditentukan berdasarkan ijazah atau tamatan pendidikan formal terakhir. Tingkat pendidikan wisatawan berpengaruh terhadap kelestarian objek wisata. Semakin tinggi tingkat pendidikan wisatawan maka cenderung semakin tinggi pula pengetahuan wisatawan akan arti pentingnya menjaga kelestarian lingkungan Setu Babakan. Oleh karena itu, kegiatan-kegiatan vandalisme seperti mencoret-coret sarana, membuang sampah sembarangan dan berbuat keributan yang meresahkan masyarakat setempat tidak akan terjadi di kawasan wisata Setu Babakan. Wisatawan yang merupakan lulusan SMA memiliki persentase terbesar yaitu 37%, kemudian lulusan S1 sebesar 27%. Sebesar 23% wisatawan Setu Babakan merupakan lulusan D3, kemudian 10% wisatawan merupakan lulusan SMP dan tidak ada wisatawan yang merupakan lulusan SD (Gambar 17).
Gambar 17. Tingkat pendidikan wisatawan Berdasarkan jenis pekerjaan di atas, wisatawan yang datang ke Setu Babakan paling banyak bekerja sebagai karyawan (37%), kemudian terbanyak kedua adalah pelajar (23%), diikuti PNS (17%), Guru dan wiraswasta (13%) dan Ibu rumah tangga (7%). (Gambar 18). Bervariasinya wisatawan yang datang ke Setu Babakan
67 berdasarkan jenis pekerjaan ini, karena karyawan, mahasiswa, pelajar, wiraswasta dan PNS dapat berekreasi ke Setu Babakan bersama teman maupun keluarga diwaktu senggang, terutama hari libur.
Gambar 18. Jenis pekerjaan wisatawan Dari tiga puluh responden yang diwawancara, wisatawan memiliki pendapatan yang berbeda-beda. Wisatawan yang memiliki pendapatan per bulan berkisar antara Rp.1.000.000,- s/d Rp 2.000.000,- sebesar 47%. Wisatawan yang berpenghasilan antara Rp. 500.000 s/d Rp. 1.000.000,- sebesar 30%. Wisatawan berpenghasilan di atas Rp. 2.000.000,- yaitu sebesar 17% dan 6% wisatawan memiliki pendapatan per bulan di bawah Rp. 500.000,- (Gambar 19). Wisatawan yang berpenghasilan dibawah Rp. 500.00,- adalah pelajar dimana belum memiliki pendapatan.
17% >Rp.2 juta
47% Rp. 1-2 juta
6%
30% Rp. 500 ribu-1 juta
Gambar 19. Tingkat pendapatan per bulan wisatawan Biaya yang dikeluarkan wisatawan untuk berekreasi di Setu Babakan bervariasi bergantung pada tempat tinggal, jenis kendaraan yang digunakan dan jenis rekreasi yang dituju. Sebagian besar wisatawan mengeluarkan biaya untuk datang ke Setu Babakan kurang dari Rp.50.000,-. Pada umumnya, untuk berekreasi di Setu
68 Babakan, wisatawan hanya mengeluarkan biaya transportasi, tiket parkir bagi yang membawa kendaraan, tiket sarana wisata sepeda air dan biaya untuk membeli makanan. Sebesar 46% wisatawan mengeluarkan biaya sebesar Rp 30.000,- s/d Rp.50.000,- merupakan wisatawan yang datang bersama keluarga. Sebesar 27% wisatawan mengeluarkan biaya sebesar Rp 10.000,- s/d Rp.30.000,-. Terdapat 17% wisatawan yang menghabiskan biaya lebih dari Rp. 50.000,-, yaitu wisatawan yang membeli oleh-oleh berupa makanan khas betawi seperti bir pletok dan kerak telor, dan sebesar 10% wisatawan menghabiskan kurang dari Rp. 10.000,-, yang rata-rata mereka hanya duduk-duduk santai ditepi situ sambil membeli es kelapa muda atau minuman yang lain. (Gambar 20).
17% >Rp. 50 ribu
10% 27%
46% Rp.30 ribu s/d Rp. 50 ribu
Gambar 20. Biaya yang dikeluarkan wisatawan 4.6.2.2. Motivasi wisatawan berkunjung ke kawasan Setu Babakan Sebesar 70% wisatawan mengetahui adanya kawasan wisata Setu Babakan dari teman. Bagi wisatawan yang pernah melewati dan tinggal di sekitar kawasan Setu Babakan mengetahui sendiri tentang keberadaan kawasan wisata air ini (17%). Sebesar 10% wisatawan mengetahui kawasan wisata Setu Babakan dari koran atau majalah dan hanya 3% wisatawan yang mengetahuinya dari saudra. (Gambar 21a). Meskipun pengelola Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan telah membuat leaflet atau brosur tentang objek wisata Setu Babakan, namun tidak ada satupun wisatawan yang mengetahui keberadaan kawasan wisata Setu Babakan dari sumber tersebut. Demikian juga wisatawan tidak menegtahui iklan yang ditayangkan dan disiarkan televisi dan radio mengenai keberadaan kawasan wisata Setu Babakan, Kejadian ini perlu dipertimbangkan oleh pihak pengelola maupun instansi-instansi
69 terkait agar dapat mempromosikan kawasan wisata Setu Babakan lebih baik lagi melalui siaran-siaran publik yang lebih intensif seperti radio, televisi, internet dan juga melalui penyebaran brosur. Sebagian besar wisatawan yang berkunjung ke Setu Babakan, sebelumnya telah pernah mengunjungi Situ Babakan sebesar 90%, sedangkan wisatawan yang sebelumnya belum pernah mengunjungi kawasan wisata Setu Babakan sebesar 10%. Hal ini berdasarkan pada hasil survey yang disajikan pada Gambar 21b. Sebanyak 40% wisatawan berpendapat bahwa kawasan wisata Setu Babakan mudah dijangkau dan 20% wisatawan berpendapat pemandangan di Setu Babakan indah. Selain itu dorongan wisatawan ke Setu Babakan sebesar 17% karena diajak teman, 10% karena pemandangan yang indah dan mudah dijangkau, 7% karena pemandangan yang indah dan diajak teman dan 6% karena sebelumnya wisatawan belum pernah sehinnga ingin berkunjung ke kawasan ini. (Gambar 21c).
3% 0% saudaleaflet ra 0% /brosur Tv/ Radio 10% koran /majal ah
10% belum pernah
17% sendiri
a. Sumber informasi yang diperoleh wisatawan
7% peman dangan , diajak teman
90% pernah
70% teman
10% peman dangan , mudah
b. Intensitas berkunjung wisatawan
6% belum pernah
20% peman dangan indah
40% mudah 17% dijangdiajak kau teman c. Dorongan wisatawan mengunjungi d. Tujuan wisatawan mengunjungi kawasan wisata Kawasan wisata
Gambar 21. Motivasi wisatawan Tujuan wisatawan mengunjungi Setu Babakan bervariasi yaitu menikmati aktifitas wisata yang ditawarkan (23%), menikmati pemandangan alam (20%),
70 mengisi waktu luang (20%), makan (14%), sekedar menghilangkan stress (13%) seperti memancing, kemudian tujuan wisatawan lainnya yaitu menikmati keindahan alam dan mengisi waktu luang (10%). (Gambar 21d). 4.6.2.3. Persepsi wisatawan Sebanyak 56% wisatawan mengungkapkan puas berwisata ke Setu Babakan. Hal tersebut dikarenenakan, selain terdapat wisata air Setu Babakan terdapat pula pergelaran kesenian budaya betawi seperti lenong dan pergelaran tari setiap akhir pekan. Sebesar 27% wisatawan berpendapat sangat puas berwisata ke Setu Babakan dengan salasan yang sama seperti diatas dan tambahan biaya yang murah serta banyaknya aneka makanan khususnya makanan khas betawi seperti kerak telor dan bir pletok (Gambar 22a). Hal ini diungkapkan oleh 100% wisatawan yang menyatakan bahwa pengelola menetapkan harga yang murah bagi wisatawan untuk naik sepeda air (Gambar 22b). Harga tiket untuk naik sepeda air Rp. 5000/orang, tiket parkir bagi pengunjung yang membawa kendaraan roda dua (motor) sebesar Rp.1000,- dan kendaraan roda empat (mobil) sebesar Rp.2000,-. Terlebih lagi letak kawasan yang berada di DKI Jakarta yang hampir setiap kawasan wisata dikomersilkan. Hambatan untuk berkunjung ke Setu Babakan yang dialami oleh 37% wisatawan, yaitu kondisi jalan, dimana lebar jalan yang relatif kecil dan melalaui pemukiman penduduk. Sebesar 36% wisatawan menyatakan hambatannya ke Setu Babakan adalah karena lalu-lintas yang macet, terutama yang datang dari arah Pasar Minggu. Sebesar 27% wisatawan mengungkapkan bahwa mereka tidak ada waktu luang untuk sering berkunjung ke Setu Babakan, karena wisatawan umumnya berwisata pada hari libur kerja. Wisatawan tidak mengalami kesulitan dalam menemukan Setu Babakan, selain banyaknya penunjuk jalan yang menujukkan arah ke Setu Babakan, wisatawan juga sudah mengetahui sebelumnya dikarenakan tempat tinggal sebagian besar pengunjung berdekatan dengan kawasan Setu Babakan. Selain itu juga tidak ada yang berpendapat tiket untuk memasuki kawasan wisata air Situ Babakan itu mahal, karena memang pengunjung hanya dikenakan biaya retribusi parkir saja bagi yang membawa kendaraan bermotor. Selain itu wisatawan yang berkunjung ke Setu Babakan pada umumnya membawa kendaraan pribadi. (Gambar 22c).
71
a. Kepuasan wisatawan
b. Pendapat wisatawan menegnai harga tiket
c. Hambatan wistawan berkunjung ke Situ Babakan
Gambar 22. Persepsi wisatawan (1) Menurut wisatawan, kawasan Setu Babakan sudah memiliki fasilitas yang rata-rata tergolong baik. Dari hal aksesibilitas, pelayanan pengelola, keamanan kawasan wisata, kenyamanan dalam kawasan, keindahan kawasan wisata, kebersihan lingkungan, keaslian lingkungan, tata tertib peraturan, toilet, mushola, sisrem tata ruang dan taman duduk. Menurut persepsi wisatawan yang dirasa cukup yaitu dalam hal kebersihan air dan warung penjualan makanan. Setu Babakan memiliki banyak kekurangan dalam hal penjualan souvenir dan tempat sampah, karena wisatawan mengalami kesulitan dalam menemukan tempat penjualan souvenir yang letaknya berada di kantor pengelola dan juga tempat sampah yang lebih terfokus di sekitar pusat wisata. Yang tidak ada di kawasan Setu Babakan adalah perahu dan taman bermain anak. Meskipun demikian, wisatawan berpendapat bahwa secara keseluruhan keamanan, kenyamanan, keaslian lingkungan, peraturan, serta keindahan kawasan sudah tergolong baik (Gambar 23).
72
Gambar 23. Persepsi Wisatawan terhadap fasilitas dan lingkungan di kawasan Setu Babakan Meskipun fasilitas tempat sampah tergolong kurang namun kebersihan kawasan Setu babakan tetap terjaga, dikarenakan banyaknya tenaga pembersih yang dipekerjakan oleh pihak pengelola. Selain itu warung-warung makanan juga menyediakan tempat sampah sendiri dan turut menjaga kebersihan Setu Babakan. Selain itu wisatawan juga berpendapat bahwa jenis aktifitas wisata yang ditawarkan masih kurang beragam. Adapun kegiatan wisata yang dapat dikembangkan di Setu Babakan diantaranya adalah outbond, memancing, dayung dan taman bermain anak-anak. Pada umumnya wisatawan menginginkan adanya wisata memancing yang lebih teratur dan diatur oleh pihak pengelola (Gambar 24a). Pemanfaatan kawasan Setu Babakan sebagai tempat wisata air harus tetap menjaga kelestariannya. Sebesar 70% wisatawan berpendapat bahwa kelestarian Setu Babakan sudah baik dilihat dari pemandangan situ yang masih asri dan warna perairan yang hijau kecoklatan sehingga terlihat alami. Sebanyak 30% lainnya berpendapat kelestarian Setu Babakan kurang baik, ini dikarenakan kurang terkelolanya bagian inlet situ sehingga buangan limbah rumah tangga seperti sampah dan bekas makanan masih ditemui, meskipun secara keseluruhan sudah baik dilihat dari kebersihannya (Gambar 24b).
73
30% kurang baik
0% buruk
70% baik
a. Kegiatan wisata yang dapat dikembangkan b. Pendapat wisatawan tentang kelestarian di kawasan wisata
Gambar 24. Persepsi wisatawan (2) Sebanyak 60% wisatawan mengerti akan konsep ekowisata, yaitu wisata yang berwawasan lingkungan dengan turut menjaga kelestarian sumberdaya alam yang ada di Setu Babakan dan 40% wisatawan menyatakan tidak mengerti dengan konsep ekowisata dikarenakan kurangnya informasi dan wawasan mereka dibidang ekologi (Gambar 25a). Tetapi 100% wisatawan setuju dengan menjadikan kawasan Setu Babakan menjadi kawasan ekowisata, dikarenakan dampak positif yang akan diterima nantinya yaitu menjadi kawasan yang lestari dan fungsi ekologinya pun tidak terganggu sehingga akan tetap menjadi kawasan hijau dan sebagai daerah resapan air di daerah DKI Jakarta (Gambar 25b). Sebesar 77% wisatawan setuju dengan adanya pembatasan jumlah pengunjung ke kawasan Setu Babakan untuk mendukung menjadi kawasan ekowisata, dan sebesar 23% wisatawan tidak setuju dengan pembatasan pengunjung ini karena dikhawatirkan dapat menimbulkan konflik antara pihak pengelola dengan wisatawan (Gambar 25c). Dari hasil analisis daya dukung kawasan (DDK) memang jumlah wisatawan di kawasan Setu Babakan belum melebihi daya tampungnya, tetapi melihat dari total jumlah wisatawan yang meningkat tiap tahunnya maka pengunjung kawasan ini sangat berpotensi melebihi daya dukung maksimal yang telah ditetapkan. Sehingga perlu adanya pembatasan jumlah pengunjung ditiap-tiap lokasi yang diperuntukan untuk kegiatan wisata dan pengunjung tidak menumpuk pada satu lokasi.
74
40% tidak menger -ti
60% menger -ti a.
Pendapat wisatawan tentang pengertian ekowisata 23% tidak setuju
0% tidak
77% setuju
100% setuju a. Pendapat wisatawan tentang dijadikannya Setu Babakan sebagai kawasan ekowisata
c. Pendapat wisatawan mengenai pembatasan pengunjung
Gambar 25. Persepsi wisatawan (3) 4.6.2.4. Aktifitas wisatawan di kawasan Setu Babakan Tidak ada satupun wisatawan yang datang sendirian. Minimal wisatawan datang berdua bersama teman (27%), atau rombongan bersama teman-teman (60%) dan sisanya yaitu sebesar 13% wisatawan datang bersama keluarga (Gambar 26a). Sebagian besar wisatawan menggunakan motor sebagai kendaraan untuk mencapai kawasan Situ Babakan (77%). Sebesar 17% wisatawan menggunakan mobil pribadi, 6% wisatawan berjalan kaki, dan tidak ada satupun wisatawan yang menggunakan angkutan umum dan kendaraan sewaan. Banyaknya wisatawan yang menggunakan kendaraan pribadi dikarenakan akses menuju kawasan lebih mudah dan cepat dibandingkan naik kendaraan umum, meskipun sarana transportasi menuju kawasan tersedia dengan mudah. Wisatawan yang rumahnya berdekatan dengan kawasan Setu Babakan lebih memilih untuk berjalan kaki atau menggunakan motor. (Gambar 26b). Perlengkapan yang dibawa oleh wisatawan ke Setu Babakan paling banyak adalah kamera (67%), baik hanphone berkamera ataupun kamera digital. Adapun perlengkapan lain yang dibawa adalah handycam (6%) dan tidak ada wisatawan
75 yang membawa tape recorder saat berwisata ke Setu Babakan, selain itu juga sebesar (27%) wisatawan tidak membawa perlengkapan apa-apa. (Gambar 26c). 0% 0% kendasewa/ raan umum carter
6% jalan kaki
17% mobil
77% motor a. Pendamping wisatawan
27% tidak membawa apaapa
b. Kendaraan yang digunakan untuk mencapai lokasi
0% tape recorder
17% piknik, menikmati
13% 20% piknik meman -cing
alam 43% menik mati 67% keinda kamehan ra alam
6% handycam c. Perlengkapan yang dibawa untuk wisata
7% fotogra -fi
d. kegiatan yang dilakukan wisatawan di kawasan Situ Babakan
Gambar 26. Aktivitas wisatawan (1) Kegiatan yang dilakukan wisatawan di kawasan wisata Setu Babakan bervariasi. Pada umumnya wisatawan berkunjung ke Setu Babakan untuk menikmati keindahan alam dan piknik seperti duduk-duduk di pinggir situ sambil minum es kelapa dan menikmati sepeda air. Selain itu cukup banyak wisatawan yang datang ke Setu Babakan dengan tujuan memancing dan sebagian lainnya untuk fotografi karena keindahan kawasan Setu Babakan. Keindahan kawasan Setu Babakan membuat
sebagian
kecil
wisatawan
ada
yang
bersemangat
untuk
mendokumentasikannya dalam bentuk foto. (Gambar 26d). Semua wisatawan ingin kembali lagi ke kawasan wisata Setu Babakan karena memiliki pemandangan alam yang indah, sejuk, dekat dengan tempat tinggal dan murah (Gambar 27a). Selain itu wisatawan merasa biasa saja (60%) dan merasa
76 nyaman (40%) meskipun pada waktu libur kawasan ini dipadati oleh wisatawan lainnya (Gambar 27b).
0% tidak
0% kurang nyam -an
100% ya a. Keinginan wisatawan untuk kembali
0% tidak nyam -an
40% nyam -an
60% biasa saja b. Kenyamanan berwisata saat kawasan dipdati pengunjung
Gambar 27. Aktivitas wisatawan (2)
4.6.2.5. Keterlibatan wisatawan dalam menjaga kelestarian lingkungan Setu Babakan Keterlibatan wisatawan dalam menjaga kelestarian lingkungan Setu Babakan sangat mempengaruhi kelestarian dan juga kebersihan kawasan wisata tersebut. Sebagian besar wisatawan membuang sampah makanan di tempat sampah yang telah disediakan (87%). Namun sebanyak 13% wisatawan membuang sampah di sembarang tempat (Gambar 28a). Wisatawan cenderung membiarkan sampah makanan mereka di tepi Situ Babakan dan di sembarang tempat karena tempat sampah kurang memadai. Seluruh responden wisatawan (100%) menyatakan setuju diberikan sanksi membayar denda apabila terdapat wisatawan yang merusak lingkungan (Gambar 28b). Hal ini dibutuhkan untuk memberikan efek jera bagi pelakunya agar tidak melakukan hal yang sama di kawasan wisata Setu Babakan maupun di tempat lain. Walaupun sudah terdapat papan peraturan di sekitar kawasan Situ Babakan, masih banyak wisatawan yang sengaja merusak lingkungan. Prilaku buruk yang sering dilakukan wisatawan yaitu membuang sampah, membuang limbah dan mencoretcoret fasilitas. Untuk itu, diharapkan agar pengelola dapat melakukan pengawasan yang lebih baik. Sebagian besar wisatawan berharap agar pengembangan fasilitas wisata yang bernuansa alami (87%). Hanya sebagian kecil wisatawan yang menginginkan pengembangan fasilitas bernuansa modern yaitu sebesar 13% (Gambar 28c). Nuansa
77 modern yang dimaksud adalah keberadaan fasilitas-fasilitas wisata yang dapat berpotensi merusak keseimbangan lingkungan seperti penggunaaan perahu boat, pembangunan hotel
dan
pembangunan
area
bermain
yang tidak sesuai
peruntukannya untuk kawasan wisata alam
0% tidak setuju
100% setuju a.
Tempat wisatawan membuang sampah
b. Persetujuan wisatawan terhadap pemberian sanksi bagi wisatawan yang merusak lingkungan
13% modern
87% alami c. Bentuk pengembangan fasilitas
Gambar 28. Keterlibatan wisatawan dalam menjaga kelestarian lingkungan Setu Babakan 4.6.3. Instansi-instansi terkait Pengelolaan kawasan Setu Babakan melibatkan beberapa instansi terkait. Instansi-instansi terkait tersebut diharapkan dapat bekerjasama dan berkoordinasi dalam mengembangkan dan menjadikan kawasan Setu Babakan sebagai salah satu kawasan ekowisata yang ada di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan DKI Jakarta. Berikut adalah instansi-instansi yang terkait dengan pengelolaan kawasan Setu Babakan: 1. Dinas Pariwisata DKI Jakarta Dinas Pariwisata DKI Jakarta bertugas dalam mempromosikan kawasan Perkampungan Budaya Betawi Setu babakan. Selain itu, merencanaan pembangunan dan pengelolaan sarana rekreasi di Setu Babakan dan menyelenggarakan atraksi wisata yang ada di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Kegiatan promosi
78 dapat dilakukan melalui media massa seperti televisi, radio, leaflet atau brosur, spanduk, papan penunjuk jalan maupun melalui mouth to mouth. Promosi juga dapat dilakukan dengan cara membuat suatu situs khusus di internet. 2. Pengelola Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan Sehubungan dengan ditetapkannya Kawasan Setu Babakan sebagai Perkampungan Budaya Betawi dan dalam upaya peningkata fungsi fasilitas-fasilitas yang ada di Perkampungan Budaya Betawi yang meliputi penataan dan pengaturan fungsi rumah adat Betawi, Wisma Betawi, Teater Terbuka, Gedung Pengelola dan Gallery Betawi; maka berdasarkan SK Kepala Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta Nomor 49 tahun 2003 menetapkan adanya perangkat Pengelola Perkampungan Budaya Betawi. Tim pengelola ini terdiri dari pihak Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta, tokoh masyarakat Betawi. dan masyarakat setempat. Biaya kegiatan pengelolaan Perkampungan Budaya Betawi dibebankan pada Anggaran Belanja Aktivitas Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta, dan dalam pelaksanaan tugasnya berkoordinasi dengan dinas-dinas lain yang terkait. 3. Dinas Kebudayaan dan Permusiuman DKI Jakarta Dinas Kebudayaan dan Permuseuman bertugas dalam pembangunan fisik Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan yaitu sarana penunjang yang tercantum dalam Rencana Induk Perkampungan Budaya Betawi, meliputi: Pembangunan pintu gerbang Bang Pitung Pembangunan Gedung Teater Pembangunan Wisma Betawi Pembangunan rumah adat Betawi Pembangunan Gedung pengelola Pembangunan Gallery/ruang pamer Dinas Kebudayaan dan Permuseuman juga bertugas dalam menjalankan kegiatan pergelaran Kesenian atau apresiasi seni Budaya yang dilaksanakan secara insidental atau dalam memperingati event-event tertentu seperti HUT Kota Jakarta. Selain itu, kegiatan pelatihan kesenian bagi masyarakat di sekitar Perkampungan
79 Budaya Betawi seperti seni tari, seni teater, dan seni musik gambang kromong yang rutin digelar setiap minggunya juga menjadi agenda kegiatan dari Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta. 4. Dinas Tata Kota DKI Jakarta Dinas Tata Kota DKI Jakarta berperan sebagai Team Leader dalam perencanaaan dan penanganan Perkampungan Budaya Betawi Setu babakan. Hingga saat ini pembangunan yang telah dilakukan adalah: Perbaikan jaringan jalan melalui pengerasan, yaitu melapisinya dengan conblock. Pembangunan lahan parkir dan pembangunan landscape furniture (lampu taman, bangku taman dan papan informasi) Pemugaran rumah penduduk 5. Dinas Pertamanan DKI Jakarta, Dinas Pertanian dan Kehutanan DKI Jakarta dan Dinas Kebersihan DKI Jakarta. Dinas Pertamanan DKI Jakarta berwenang dalam penataan taman di sekitar rumah adat, wisma Betawi, teater terbuka, gedung pengelola, gallery dan Setu Babakan serta pembuatan pot bunga dan tempat sampah, sedangkan Dinas Pertanian dan Kehutanan DKI Jakarta bertugas dalam pemberian bibit buah-buahan untuk penghijauan produktif pada Daerah Aliran Sungai (DAS) dan setu babakan serta penyediaan tanaman hias dan pot. Untuk kegiatan penataan sarana penampungan sampah di sekitar lokasi Perkampungan Budaya Betawi menjadi tugas Dinas Kebersihan DKI Jakarta. 6. Biro administrasi sarana perkotaan DKI Jakarta Setu Babakan yang memiliki luas area sebesar 20 hektar berencana akan mengalami perluasan menjadi sebesar 32 hektar. Selain fungsi utama Setu babakan sebagai tempat penampung, penyimpan, dan penyedia air, Setu Babakan juga berfungsi sebagai konservasi lahan. Untuk itu Biro administrasi sarana perkotaan DKI Jakarta berwenang khusus dalam melaksanakan inventarisasi lahan Setu Babakan, selain itu juga berwenang dalam pembinaan dan pengendalian pembangunan Perkampungan Budaya Betawi Setu babakan khususnya di sekitar perairan Setu Babakan.
80 4.7. Tata Ruang Kawasan 4.7.1. Analisis kebijakan penataan Perkampungan Budaya Betawi Babakan
Setu
Kebijakan tata ruang Propinsi DKI Jakarta secara umum telah mengarahkan pengembangan dan pembangunan daerah melalui peningkatan fungsi kota serta pengembangan wilayah secara merata melalui sistem utilitas dan fasilitas kota dan keseimbangan alam. Dalam kebijakan ini disebutkan pula bahwa kawasan Setu Babakan merupakan kawasan prioritas untuk dikembangkan sebagai bagian dari fasilitas kota dan keseimbangan alam melalui Perkampunggan Budaya Betawi yang didukung hutan kota yang serasi untuk kawasan wisata budaya dan lokasi lingkungan di Jakartan Selatan. Apabila ditinjau dari kebijakan pariwisata Propinsi DKI Jakarta, maka keberadaan kawasan Setu Babakan sebagai Perkampungan Budaya Betawi telah sesuai dan mendukung beberapa program yang diarahkan untuk mengembangkan jaringan pariwisata di DKI Jakarta. Program-program tersebut yaitu pemantapan dan pengembangan
budaya
bangsa
dan
kesenian
tradisional,
peningkatan
penyelenggaraan event atraksi budaya, serta pelestarian warisan kesenian dan budaya Betawi. Keberadan Kawasan Perkampungan Budaya Betawi ini diperkuat pula melalui SK Gubernur Propinsi DKI Jakarta No. 92 Tahun 2000 dan telah disempurnakan lagi dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No. 3 Tahun 2005, mengenai Penataan Lingkungan Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan. Dengan dikeluarkannya kebijakan ini merupakan bukti keseriusan Pemda DKI dalam upaya pelestarian dan pemanfaatan seni budaya Betawi melalui pembentukan Perkampungan Budaya Betawi. Peneglolaan Setu Babakan diharapkan juga dapat mempertahankan fungsi utama situ, yaitu sebagai daerah resapan air. Berdasarkan master plan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan 20002010 (Lemtek FT UI & Dinas Tata Kota DKI Jakarta 2001) konsep dasar pengembangan Perkampungan Budaya Betawi adalah meningkatkan harkat dan martabat warga Betawi melalui penataan ruang di dalam batas wilayah kehidupan masyarakat berdasarkan nilai-nilai tradisi dan sosial budaya yang dikembangkan. Seluruh bangunan di dalam Perkampungan Budaya Betawi selain harus
81 menampilkan
citra
tradisional
Indonesia
khususnya
Betawi,
namun
jiga
menggambarkan perkembangan yang mengarah kepada konsep berwawasan lingkungan. Lahan kawasan Setu Babakan yang berada di Perkampungan Budaya Betawi terbagi menjadi beberapa zona pengembangan fisik lingkungannya yang diharapkan dapat menampung aspirasi kehidupan penduduk setempat. Zona pengembangan fisik tersebut adalah zona perumahan dan fasilitasnya, zona kesenian dan sejarah, zona wisata agro, zona wisara air, dan zona industri (Gambar 29). Zona perumahan tersebar merata di atas lahan milik penduduk. Kebun atau halaman rumah merupakan bagian dari konsep agro wisata harus menjadi sandaran dalam menunjang kehidupan ekonomi penduduknya melalui pembinaan dan pemberdayaan masyarakatnya. Zona kesenian dan sejarah merupakan suatu areal yang menampung kegiatan dan pengembangan kesenian Betawi, serta nilai-nilai sejarah yang ada sejak dulu hingga sekarang. Konsep arsitektur bangunan maupun lingkungan di dalam zona ini harus mencerminkan budaya Betawi dan merupakan satu kesatuan Perkampungan Budaya Betawi. Zona wisata agro menyajikan perjalanan wisata perkebunan atau pertamanan Perkampungan Budaya Betawi yang seharusnya memiliki ciri dan nuansa Betawi. Konsep penataan tidak dapat lepas dari zona perumahan sebagai tempat tinggal pemilik kebun atau pertanian tersebut. Lanskap wisata agro dilengkapi dengan elemen taman seperti bangku, dan lampu taman sehingga pengunjung dapat dengan nyaman menikmati perjalanan wisata. Zona wisata air memanfaatkan Setu Babakan sebagai tujuan utama yang memberikan nilai ekonomis dan ekologis bagi penduduk Perkampungan Budaya Betawi. Setu babakan tidak hanya dikembangkan sebagai objek wisata air, namun diharapkan dapat memicu perkembangan area Perkampungan Budaya Betawi lainnya sebagai zona-zona wisata sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Zona industri di dalam Perkampungan Budaya Betawi disediakan dalam rangka melindungi dan mengembangkan industri yang ada (home industry). Karena sifatnya merupakan industri rumah tangga, maka zona ini menyebar di dalam kawasan Perkampungan Budaya Betawi.
Gambar 29. Master plan Perkampungan Budaya Betawi Setu babakan
82
83 83 4.7.2. Hubungan dengan objek wisata lainnya Hubungan dengan objek wisata lain perlu diperhatikan dalam pengembangan suatu objek wisata, guna mengetahui adanya ancaman atau dukungan yang diakibatkan oleh keberadaan objek wisata lain bagi pengembangan wisata kedepannya. Unsur-unsur yang termasuk dalam penilaian hubungan dengan objek lain yaitu jumlah dan jarak objek-objek wisata lain baik yang sejenis maupun tidak sejenis di kota objek berada. Jarak tiap-tiap objek wisata dibandingkan dengan objek wisata Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan (Lampiran 25). Kawasan Setu Babakan terletak di wilayah Jakarta Selatan berjarak sekitar 6 km dengan Kebun Binatang Ragunan dan berjarak 10 km dari kompleks Taman Mini Indonesia Indah (TMII) yang terletak di kawasan Jakarta Timur. Sebenarnya bisa menjadi keuntungan dan peluang pengembangan wisata Setu Babakan dengan bekerja sama dengan biro-biro perjalanan untuk membuat penawaran paket tour. Sehingga paket wisata yang ditawarkan tidak hanya wisata yang sudah dikenal saja. Dilihat dari jenis wisatanya diketahui bahwa objek-objek wisata yang ada di DKI Jakarta lebih didominasi oleh objek wisata rekreasi dan wisata belanja seperti kompleks Taman Impian Jaya Ancol, kompleks Monas, kompleks taman Ismail Marzuki dan kompleks-kompleks perbelanjaan seperti Blok-M. Mangga Dua dan Plaza Senayan. Hal ini merupakan peluang bagi pengembangan kawasan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan ke depan, karena kawasan ini adalah perpaduan atara wisata alam dan wisata budaya. 4.8. Strategi Pengelolaan Kawasan untuk Ekowisata Untuk menentukan prioritas pelaksanaan strategi pengelolaan dilakukan analisis SWOT dengan pertimbangan faktor internal dan eksternal. Factor internal yaitu Kekuatan (Strength) dan Kelemahan (Weakness), dan faktor eksternal yaitu Peluang (Opportunity) dan ancaman (Threat). Kedua factor tersebut memberikan dampak positif yang berasal dari peluang dan kekuatan serta dampak negative yang berasal dari kelemahan dan ancaman.
84 4.8.1. Penentuan kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang kawasan Setu Babakan 1. Kekuatan (Strength) a. Potensi sumberdaya alam Setu Babakan memiliki potensi sumberdaya alam yang sesuai untuk dijadikan objek wisata. Setu Babakan merupakan situ alami yang memiliki luas 20 hektar. Pemandangan alamnya yang indah, dan memiliki udara yang cukup sejuk karena masih banyak pohon yang tetap dipertahankan sebagai daerah hijau menjadikan bentang alam Setu Babakan unik dan menarik. Selain itu, sumberdaya alam yang dimiliki oleh kawasan Setu Babakan sesuai untuk dilakukan berbagai aktifitas wisata. Perairan yang tidak dalam, tidak bau dan berwarna hijau kecoklatan sangat mendukung untuk dilakukan aktifitas wisata berperahu. Beranekaragamnya jenis ikan dan terjaminnya ketersediaan ikan sehingga kawasan Setu Babakan sangat sesuai untuk dikembangkan kegiatan memancing. Ditambah lagi di Setu Babakan juga telah dikembangkan wisata agro yang menyajikan berbagai aneka buah asli Jakarta seperti belimbing, kecapi, salak, dukuh, dan rambutan. b. Potensi sosial budaya Kesenian dan budaya Betawi sudah ada sebelum Kelurahan Srengseng Sawah dikembangkan menjadi Perkampungan Budaya Betawi, tetapi baru aktif kembali dengan adanya Perkampungan Budaya Betawi. Dengan visi-misi yang mendukung kegiatan kebudayaan dan kepariwisataan yang berwawasan lingkungan dan pelestarian seni dan budaya Betawi. Kesenian dan budaya Betawi dapat dikembangkan agar dapat dijadikan atraksi atau pertunjukan di Perkampungan Budaya Betawi. Kesenian tradisional yang ada di saat ini dalah Gambang Kromong, lenong, marawis dan rebana. Dengan mayoritas penduduk Betawi yang bertempat tinggal di daerah ini menimbulkan corak budaya setempat yang cenderung kearah budaya Betawi yang tercermin dalam pola kehidupan sehari-hari. Seperti pelaksaan upacara perkawinan yang dilakukan secara adat Betawi, dan dalam tutur bahasa mereka yang menggunakan bahasa Betawi dengan dialek yang khas. Selain itu mudah dijumpainya makanan dan minuman tradisional khas Betawi yang sulit dijumpai di tempat lain memberikan nilai tambah akan potensi yang dimiliki masyarakat.
85 c. Letak yang strategis Setu Babakan yang terletak di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan memiliki akses yang cukup baik dari dan ke Jakarta yaitu jalan arteri (Jl. Raya Pasar Minggu) dan untuk menuju Setu Babakan dapat melalui dua jalan kolektor yaitu Jl. Moch. Kahfi II dan Jl. Srengseng Sawah. Ditunjang tersedianya roda transportasi masalnya kereta api dengan stasiun terdekat yaitu stasiun KRL Lenteng Agung dan Stasiun KRL Universitas Pancasila dengan jarak 5 km dari Setu Babakan. Selain itu Setu Babakan terletak diantara dua objek yang berskala nasional yaitu Kebun Binatang Ragunan dan TMII merupakan potensi yang dapat dijadikan media pemasaran untuk lebih memperkenalkan objek wisata Setu Babakan ini. 2. Kelemahan a. Informasi Walaupun akses menuju kawasan Setu Babakan tergolong mudah dan juga terletak diantara dua objek wisata berskala nasional yaitu Kebun Binatang Ragunan dan Taman Mini Indonesia Indah (TMII), tetapi pada prakteknya yang ditawarkan hanya objek yang sudah dikenal saja. Perlunya bekerja sama dengan biro-biro perjalanan untuk memasukan kawasan Setu Babakan ke dalam paket tour mereka. Kawasan Setu Babakan tidak hanya mengandalkan wisata air saja, karena terdapat atraksi kesenian budaya Betawi dan juga sedang dikembangkannya wisata agro. Selama ini pemasaran objek hanya melalui peliputan media massa seperti koran, internet dan televisi dan dari mulut ke mulut. b. kebersihan Kebersihan di objek wisata air Setu Babakan kurang karena minimnya sarana-sarana yang menagani masalah ini seperti tempat sampah. Sedangkan pengunjung terus meningkat dan sering mendapat kesulitan untuk menemukan tempat sampah. Sehingga wisatawan akhirnya membuang sampah di sembarang tempat yang membuat image objek yang kotor dan merusak pemandangan. Penanganan sampah yang sederhana yaitu dibakar dan ditimbun mempengaruhi estetika kawasan dan persepsi dari wisatawan terhadap kebersihan kawasan. Selain itu peran serta masyarakat kurang sehingga perlu pemahaman bahwa citra suatu objek wisata diciptakan bersama-sama.
86 c. Pengelolaan kawasan Kondisi memprihatinkan di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan tidak lepas dari pengelolaan Perkampungan Budaya Betawi yang melibatkan lintas sektoral unit Pemda DKI. Keterlibatan begitu banyak unit justru akan menghambat kinerja pengembangan Perkampungan Budaya Betawi. Jika pengelolaannya diserahkan pada setiap unit terkait otomatis prosedur administrasi dan birokasinya akan lebih rumit. Ini justru akan menghambat kinerja pengelolaan Perkampungan Budaya Betawi. Sedangkan tim pengelola sendiri bertugas meningkatkan fasilitasfasilitas yang ada di Perkampungan Budaya Betawi, serta berkoordinasi dengan dinas-dinas lain yang terkait dan tidak memiliki wewenang untuk memutuskan keputusan yang terkait dengan pembangunan wilayah studi sebagai Perkampungan Budaya Betawi. d. Letak objek Kawasan Setu Babakan berada di lingkungan RW 08 Kelurahan Srengseng Sawah terletak di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Penggunaan lahan tertinggi di kawasan RW 08 adalah perumahan, dimana penduduk sekitar sudah lama menetap dan memiliki bangunan rumah atau wisma sebagai tempat tinggal. Di kawasan RW 08 termasuk pemukiman padat dan hampir tidak ditemui lahan kosong atau terbuka. Batas kawasan Setu babakan dengan pemukiman penduduk hanya diberi batas sekitar 12 meter dari pinggir situ. Dengan kondisi yang seperti ini besar kemungkinannya untuk terjadi pencemaran limbah rumah tangga pada perairan Setu Babakan juga rentan terjadi kerusakan lingkungan pada kawasan ini. Pengetahuan masyarakat sekitar mengenai ekowisata pun sangat terbatas. Dari hasil wawancara penduduk sekitar hanya sekitar 33% masyarakat yang mengetahui konsep ekowisata. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya informasi tentang ekowisata atau lemahnya masyarakat mencari informasi. 3. Peluang a. Agrowisata Potensi perkebunan yang ada di sekitar situ dapat memberikan peluang dikembangkannya agrowisata. Bentuk agrowisata yang dapat dikembangkan di kawasan Setu Babakan adalah dengan menanami berbagai tanaman buah seperti belimbing, rambutan, salak dan tanaman buah lainnya di pekarangan rumah atau
87 kebun milik penduduk kemudian wisatawan yang datang dapat memetik sendiri buah-buahan yang diinginkan secara langsung dengan tambahan lanskap wisata agro berupa bangku dan lampu taman sehingga pengunjung dapat dengan nyaman berwisata. b. Citra budaya Kawasan Setu Babakan yang ditetapkan sebagai Perkampungan Budaya Betawi merupakan satu-satunya objek wisata air dan wisata budaya yang dikembangkan di DKI Jakarta. Objek wisata ini tidak bersifat statis tetapi juga dinamis yang akan memberikan kesempatan untuk menciptakan citra yang kuat bahwa jika ingin mengetahui mengenai Betawi silahkan datang ke Perkampungan Budaya Betawi di kelurahan Srengseng Sawah. Karena kita bisa menikmati langsung nuansa yang diberikan dari mulai bentang alam, arsitektur bangunan dan juga pola kehidupan masyarakat yang kental dengan nuansa Betawi. c. Pengembangan kawasan SK Gubernur No. 92 Tahun 2000 telah disempurnakan lagi dengan dikeluarkannya Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No. 3 Tahun 2005, yaitu tentang penetapan perkampungan Budaya Betawi di kelurahan Srengseng Sawah. Penetapan Perkampungan Budaya Betawi juga memiliki fungsi-fungsi, yaitu sebagai sarana pemukiman, sarana ibadah, sarana informasi, sarana seni dan budaya, sarana pendidikan, sarana penelitian, sarana pelestarian dan pengembangan, serta yang terakhir, yaitu sebagai sarana pariwisata. 4. Ancaman a. Image yang komersil Dikembangkannya kawasan Perkampungan Budaya Betawi menjadi objek wisata maka akan dapat menambah dan meningkatkan nilai-nilai ekonomi daerah tersebut atau secara aktual fenomena materialisme cenderung melebihi spiritiualisme yang dapat mengkondisikan segala sesuatu dihitung secara material atau komersial. Hal ini harus diantisipasi agar daya dukung alam dan penyangga kebudayaan tidak dimanfaatkan hanya dengan memperhitungkan keuntungan yang didapat. Jika hanya mempertimbangkan dari segi ekonomi besar kemungkinannya terjadi eksploitasi dan pengembangan kawasan wisata tanpa memperhitungkan daya dukung kawasan. Padahal konsep ekowisata adalah pengembangan pariwisata yang berkelanjutan yang bertujuan untuk mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan
88 alam dan budaya. Sementara ditinjau dari segi pengelolaannya, ekowisata dapat didefinisikan sebagai penyelenggaraan kegiatan wisata yang bertanggung jawab di tempat-tempat alami dan atau daerah-daerah yang dibuat berdasarkan kaidah alam dan secara ekonomi berkelanjutan, yang mendukung upaya-upaya pelestarian lingkungan alam dan budaya dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat (Conservation International, 2006). b. Kerusakan lingkungan Akibat pembangunan fasilitas sarana dan prasarana kepariwisataan di Perkampungan Budaya Betawi yang terlalu berlebihan dapat mengakibatkan berkurangnya ruang hijau yang merupakan ruang penyangga untuk penyerapan air khususnya wilayah Jakarta selatan yang tentu saja dapat memberikan dampak yang sangat luas tidak saja dilokasi objek tetapi juga wilayah lain. Kawasan Setu Babakan yang diperuntukan sebagai daerah resapan air oleh Pemda Jakarta butuh pengawasan yang lebih intensif mengingat selain pembangunan fasilitas wisata juga letaknya yang dekat pemukiman penduuk yang bisa berakibat kerusakan lingkungan. c. Potensi buangan limbah Letak Setu Babakan yang berada di kawasan pemukiman penduduk dapat berpotensi menurunnya kualitas air. Perubahan kondisi kualitas air Situ Babakan sangat tergantung pada kebiasaan hidup penduduk yang tercakup dalam daerah aliran Situ Babakan. Masuknya partikel-partikel tersuspensi dan limbah-limbah dari aktifitas yang dilakukan oleh berbagai sektor tersebut seperti zat-zat organik, unsurunsur Nitrogen dan Phosphat yang dihasilkan dari sisa buangan limbah domestik dan sisa pakan ikan dapat berpeluang terjadinya eutrofikasi, pencemaran kualitas air dan pendangkalan perairan yang akhirnya dapat mempengaruhi keberlanjutan usaha wisata di Setu Babakan. Selain itu, penanganan sampah yang sederhana seperti dibakar dan ditimbun juga dapat mempengaruhi estetika kawasan dan persepsi wisatawan terhadap kebersihan kawasan. 4.8.2. Analisis dan penilaian faktor internal dan eksternal Faktor internal dan eksternal terlebih dahulu ditentukan tingkat kepenti ngannya sebelum dilakukan pembobotan pada faktor-faktor tersebut. Tingkat kepentingan faktor internal dan eksternal pada kawasan Situ Babakan dapat dilihat secara berturut-turut pada Tabel 13 dan Tabel 14. Setelah memperoleh tingkat
89 kepentingan dari setiap faktor strategis internal dan eksternal, selanjutnya dilakukan pembobotan (Tabel 15 dan Tabel 16). Tabel 13. Tingkat kepentingan faktor internal kawasan Setu Babakan Simbol S1 S2 S3 Simbol W1 W2 W3 W4
Faktor kekuatan (Strengths) Potensi sumberdaya alam Letak yang strategis Potensi sosial budaya Faktor kelemahan (Weaknesses) Informasi objek Kebersihan di objek kurang Pengelolaan kawasan terlalu banyak melibatkan lintas sektoral Letak objek berbatasan langsung dengan pemukiman penduduk
Tingkat kepentingan Kekuatan yang sangat besar Kekuatan yang besar Kekuatan yang sangat besar Tingkat kepentingan Kelemahan yang sangat berarti Kelemahan yang cukup berarti Kelemahan yang sangat berarti Kelemahan yang cukup berarti
Tabel 14. Tingkat kepentingan faktor eksternal kawasan Setu Babakan Simbol O1 O2 O3 Simbol T1 T2 T3
Faktor peluang (Opportunities) Agrowisata Pengembangan kawasan telah didukung kebijakan Pemda DKI Jakarta Daerah wisata dengan citra budaya yang kuat Faktor ancaman (Threats) Potensi buangan limbah Kerusakan lingkungan Image yang komersil
Tingkat kepentingan Peluang yang sangat tinggi Peluang yang tinggi
oleh
Peluang yang tinggi Tingkat kepentingan Ancaman sangat besar Ancaman besar Ancaman sedang
Tabel 15. Penilaian bobot faktor strategis internal kawasan Setu Babakan Simbol faktor internal S1 S2 S3 W1 W2 W3 W4
S1 3 3 2 4 4 4
S2
S4
W1
W2
W3
W4
Total
Bobot
1
1 2
2 3 3
1 2 2 1
1 2 2 1 2
1 2 2 1 2 2
9 16 9 9 16 9 14 82
0,11 0,20 0,11 0,11 0,20 0,11 0,17 1,00
2 1 2 2 2
1 2 2 2
3 3 3
2 2
2
Total
Tabel 16. Penilaian bobot faktor strategis eksternal kawasan Setu Babakan Simbol faktor eksternal
O1
Total
O2 1
O1 O2
3
O3
3
O3 1 2
2
T1
2
1
T2 T3
3 4
2 3
T1
T2
T3
Total
Bobot
2
1
1
6
0,10
2
1
11
0,17
1
11
0,17
1
6
0,10
1
12 17 63
0,19 0,27 1,00
3 3
1 2 3
2 1
4 4
3
90 4.8.3. Pembuatan matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan matriks External Factor Evaluation (EFE) Setelah diperoleh bobot dari masing-masing faktor strategis internal dan eksternal, selanjutnya dilakukan penentuan peringkat (rating) antara 1-4. Kemudian rating setiap faktor tersebut dikali dengan bobot untuk memperoleh skor pembobotan yang tercantum dalam matriks IFE dan EFE (Tabel 17 dan Tabel 18). Tabel 17. Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) kawasan Setu Babakan Faktor strategis internal Potensi sumberdaya alam Letak yang strategis Potensi sosial budaya Pemasaran objek Kebersihan di objek kurang Pengelolaan kawasan terlalu banyak melibatkan lintas sektoral Letak objek berbatasan langsung dengan pemukiman penduduk
Bobot
Rating
Skor
0,11 0,20 0,11 0,11 0,20 0,11 0,17
4,00 3,00 4,00 1,00 2,00 1,00 2,00
0,44 0,59 0,44 0,11 0,39 0,11 0,34
1,00
Total
2,41
Tabel 18. Matriks External Factor Evaluation (EFE) kawasan Setu Babakan Faktor strategis eksternal
Bobot
Rating
Skor
Agrowisata
0,10
4,00
0,38
Pengembangan kawasan telah didukung oleh kebijakan Pemda DKI Jakarta
0,17
3,00
0,52
Daerah wisata dengan image atau citra yang kuat Potensi buangan limbah Kerusakan lingkungan Image yang komersil
0,17 0,10 0,19 0,27
3,00 1,00 2,00 3,00
0,52 0,10 0,38 0,81
Total
1,00
2,71
Kondisi internal kawasan Setu Babakan kuat karena memiliki nilai total skor di sebesar 2,41. Total skor EFE yaitu sebesar 2,71 sehingga menunjukkan bahwa kondisi eksternal kawasan Setu Babakan kuat. Hal ini diungkapkan oleh David (2006) bahwa nilai total skor EFE > 2,5 menunjukkan kondisi eksternal adalah kuat. 4.8.4. Pembuatan matriks SWOT Setelah selesai menyusun matriks IFE dan EFE, langkah selanjutnya adalah membuat matriks SWOT (Tabel 19). Setiap unsur SWOT yang ada saling dihubungkan untuk memperoleh beberapa alternatif strategi pengelolaan kawasan Setu Babakan. Matriks ini menghubungkan empat kemungkinan strategi, yaitu menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengambil peluang yang ada (strategi S-O), menggunakan peluang yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang dihadapi
91 (strategi S-T), mendapatkan keuntungan dari peluang dengan mengatasi kelemahan (strategi W-O), meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman (strategi WT). Tabel 19. Matriks SWOT Kekuatan (S)
Kelemahan (W)
IFE 1. Potensi Sumberdaya Alam 2. Letak yang strategis 3. Potensi sosial budaya
EFE
1. Informasi objek 2. Kebersihan di objek kurang 3. Pengelolaan kawasan terlalu banyak melibatkan lintas sektoral 4. Letak objek berbatasan langsung dengan pemukiman penduduk
Peluang (O)
Strategi S-O
1.Agrowisata 2.Pengembangan kawasan telah didukung oleh kebijakan Pemda DKI Jakarta 3.Daerah wisata dengan image atau citra yang kuat
1. Mengembangkan kawasan sesuai dengan Kebijakan Pemda DKI Jakarta sebagai daerah wisata budaya, wisata air dan wisata agro yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan 2. Membuka peluang kebutuhan masyarakat akan tempat wisata dan kestrategisan lokasi kawasan di dalam Kota Jakarta dan lingkungan yang serasi dengan budaya 3. Mengoptimalkan pengembangan kawasan sebagai daerah cagar budaya dan upaya pengelolaan sumberdaya alam di Setu Babakan dengan menjalin kerjasama antara pengelola, masyarakat dan pemerintah Strategi S-T
1. Perlu melakukan koordinasi antar instansi-instansi yang berkaitan langsung sehingga tidak terjadi tumpang tindih kepentingan di wilayah Setu Babakan 2. Perlunya bekerjasama dengan biro tour agar menjadi nagian dari paket wisata yang ada di DKI Jakarta 3. Mengatur penataan, perbaiakan dan fasilitas dan uitilitas dengan tetap berointasi pada kawasan sebagai daerah resapan dan wisata sehingga kebersihan objek tetap terus dijaga.
1. Memaksimalkan fungsi kawasan sebagai objek wisata yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan serta mencegah terjadinya eksploitasi kawasan yang tidak memperhatikan daya dukung 2. Mempertahankan kondisi tipikal perkampungan Betawi yang ada di kawasan Setu Babakan sebagai corak budaya dan lingkungan yang asri dengan konsep lestari dan terletak di lokasi yang strategis. 3. Memaksimalkan fungsi kawasan sebagai daerah reasapan air melalui pengawasan yang ketat terhadap perubahan penggunaan lahan dan buangan limbah masyarakat.
1. Mensosialisasikan mengenai prinsip dan konsep ekowisata kepada stakeholders 2. Memberikan pengawasan ekstra dalam pembangunan kawasan dan membuat aturan mengenai batas maksimum dan minimum rasio daerah terbangun/daerah tidak terbangun serta buangan limbah domestik guna mencegah terjadinya kerusakan lingkungan 3. Perlunya sosialisasi dan penerapan sanksi oleh pihak pengelola terhadap pihak-pihak yang tidak menjaga kebersihan dan membuang limbah yang dapat mencemari kawasan
Ancaman (T) 1. Potensi buangan limbah 2. Kerusakan lingkungan 3. Image yang komersil
Strategi W-O
Strategi W-T
4.8.5. Pembuatan tabel rangking alternatif strategi Penentuan prioritas strategi pengelolaan kawasan Setu Babakan dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor yang saling terkait. Jumlah dari skor pembobotan akan menentukan rangking prioritas strategi. Jumlah skor (nilai) ini diperoleh dari penjumlahan semua skor di setiap faktor-faktor strategis yang terkait. Rangking akan ditentukan berdasarkan urutan jumlah skor terbesar sampai terkecil dari semua strategi. Tabel perangkingan alternatif strategi dapat dilihat pada Tabel 20.
92 Tabel 20. Perangkingan alternatif strategi Alternatif strategi Mengembangkan kawasan sesuai dengan Kebijakan Pemda DKI Jakarta sebagai daerah wisata budaya, wisata air dan wisata agro yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan Membuka peluang kebutuhan masyarakat akan tempat wisata dan kestrategisan lokasi kawasan di dalam Kota Jakarta dan lingkungan yang serasi dengan budaya Mengoptimalkan pengembangan kawasan sebagai daerah cagar budaya dengan menjalin kerjasama antara pengelola, masyarakat dan pemerintah Perlu melakukan koordinasi antar instansi-instansi yang berkaitan langsung sehingga tidak terjadi tumpang tindih kepentingan di wilayah Setu Babakan Lebih memaksimalkan lagi promosi dan publikasi Setu Babakan sebagai kawasan wisata yang terletak di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan dengan mengandalkan tiga objek wisata yaitu wisata air, wisata agro dan wisata budaya. Mengatur penataan, perbaiakn dan fasilitas dan uitilitas dengan tetap berointasi pada kawasan sebagai daerah resapan dan wisata sehingga kebersihan objek tetap terus dijaga Memaksimalkan fungsi kawasan sebagai objek wisata yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan serta mencegah terjadinya eksploitasi kawasan yang tidak memperhatikan daya dukung Mempertahankan kondisi tipikal perkampungan Betawi yang ada di kawasan Setu Babakan sebagai corak budaya dan lingkungan yang asri dengan konsep lestari dan terletak di lokasi yang strategis di DKI Jakarta. Memaksimalkan fungsi kawasan sebagai daerah reasapan air melalui pengawasan yang ketat terhadap perubahan penggunaan lahan dan buangan limbah masyarakat. Mensosialisasikan mengenai prinsip dan konsep ekowisata kepada stakeholders Memberikan pengawasan ekstra dalam pembangunan kawasan dan membuat aturan mengenai batas maksimum dan minimum rasio daerah terbangun/daerah tidak terbangun serta buangan limbah domestik Perlunya sosialisasi dan penerapan sanksi oleh pihak pengelola terhadap pihak-pihak yang tidak menjaga kebersihan dan membuang limbah yang dapat mencemari kawasan
Keterkaitan dengan unsur SWOT
Skor
Rangking
S1,S3, O1,O2
1,78
5
S1,S2,S3,O3
1,99
3
S1,S3,O2,O3
1,93
4
W3,O2
0,63
12
W1,W4,O1,O3
1,36
8
W2,W4,O2,O3
1,78
6
S1,S3,T2,T3
2,07
2
S1,S2,S3,T2,T3
2,63
1
S1, T1,T2
0,92
11
W1,W3,T2,T3
1,41
7
W2,W4,T1,T2
1,21
9
W2, W4,T1
0,94
10
Dari 12 alternatif strategi yang dihasilkan, maka diperoleh tiga prioritas utama sebagai rencana strategis utama dalam pengelolaan kawasan Setu Babakan. Strategi-strategi tersebut adalah: 1. Mempertahankan kondisi tipikal perkampungan Betawi yang ada di kawasan Setu Babakan sebagai corak budaya dan lingkungan yang asri dengan konsep lestari dan terletak di lokasi yang strategis di DKI Jakarta. Daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke kawasan Setu Babakan meliputi pemandangan alam yang indah, perairan yang bersih, dan menyaksikan pergelaran seni budaya Betawi. Aksebilitas yang mudah dijangkau dengan kendaraan umum dan pribadi juga menjadi pilihan wisatawan berkunjung ke kawasan Setu Babakan yang ada Perkampungan Budaya Betawi dan menjadi ciri khas tempat objek wisata dengan corak budaya betawi yang kental. Oleh karena itu, kondisi seperti ini sudah
93 sangat sulit ditemukan di tengah hiruk pikuknya kota Jakarta dan harus terus dilestarikan. 2. Memaksimalkan fungsi kawasan sebagai objek wisata yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan serta mencegah terjadinya eksploitasi kawasan yang tidak memperhatikan daya dukung. Dalam kebijakan Tata Ruang Propinsi DKI Jakarta disebutkan bahwa kawasan Setu Babakan merupakan kawasan prioritas untuk dikembangkan sebagai daerah fasilitas kota dan keseimbangan alam melalui Perkampungan Budaya Betawi yang didukung hutan kota yang serasi untuk kawasan wisata budaya dan lokasi wisata lingkungan (wisata air dan agro) di Jakarta. Ditambah lagi dengan visi dan misi Pengembangan Perkampungan Budaya Betawi yang ingin mewujudkan kebudayaan dan pariwisata yang maju, dinamis, dan berwawasan lingkungan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 3. Membuka peluang kebutuhan masyarakat akan tempat wisata dan kestrategisan lokasi kawasan di dalam Kota Jakarta dan lingkungan yang serasi dengan budaya Kawasan Setu Babakan yang terletak di Perkampungan Budaya Betawi dapat membuka peluang pasar yang cukup luas. Kawasan ini terletak di Kota Jakarta dan keberadaan lingkungannya serasi dengan budaya Betawi, sehingga pengelola dapat menata dan memanfaatkan potensi lingkungan fisik baik alami maupun buatan yang bernuansa budaya Betawi, mengendalikan pemanfaatan lingkungan fisik dan nonfisik sehingga saling bersinergi untuk tetap mempertahankan fungsi ekologi Setu Babakan. Alternatif strategi juga dapat disusun melalui penetuan koordinat titik A(P,Q) dengan terlebih dahulu menentukan nilai P dan nilai Q. Penentuan koordinat nilai P dan koordinat nilai Q dilakukan untuk menentukan posisi strategis yang akan dijelaskan berdasarkan hasil identifikasi, sehingga strategi yang akan dijalankan berada pada titik A(P,Q). Nilai P diperoleh dari pengurangan antara total skor kekuatan (Strength) dengan total skor kelemahan (Weakness) yang terdapat pada matriks IFE. Sedangkan nilai Q didapatkan dari total skor peluang (Opportunity) dikurangi total skor ancaman (Threat) yang terdapat pada matriks EFE. Titik A berada ada koordinat (0,51;0,14) yang terletak di kuadran 1. Hal ini berarti bahwa pengelolaan dan pengembangan kawasan Setu Babakan sebaiknya
94 menggunakan prioritas utama strategi berdasarkan pada strategi S-O (StrengthOpportunity) yaitu melakukan mengembangkan kawasan sebagai tempat wisata yang berwawasn lingkungan dan mengoptimalkan sebagai kawasan cagar budaya dengan upaya pengelolaan sumberdaya alam dan membuka peluang kebutuhan masyarakat akan tempat wisata dengan kestrategisan lokasi. Strategi S-O merupakan strategi yang sangat menguntungkan karena memiliki kekuatan dan peluang yang ada di kawasan Setu Babakan (Gambar 30).
Peluang (Opportunity)
Kuadran II (W-O)
Kelemahan (Weakness)
Kuadran I 1.50 (S-O) 1.25 1.00 0.75 0.50 0.25 0.00 -0.25 -1-0.9-0.8-0.7-0.6-0.5-0.4-0.3 -0.2-0.1 1E-16 0.10.20.30.40.50.60.70.80.9 1 -0.50 -0.75 -1.00 -1.25 Kuadran III Kuadran IV -1.50 (W-T)
Kekuatan (Strength) A(1,0;0,14)
(S-T)
Ancaman (Threat)
Gambar 30. Diagram mengenai posisi analisis SWOT untuk strategi pengelolaan dan pengembangan kawasan Setu Babakan