22
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil 4.1.1. Jenis dan komposisi makrozoobentos Jenis makrozoobentos yang ditemukan selama penelitian di Pantai Mayangan disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Jenis makrozoobentos yang ditemukan di Pantai Mayangan Kelas
Ordo
Famili
Genus
Tipe/Pola Makan*
Polychaeta
Aciculata
Syllidae
Autolytus sp.
Carnivorous
Brania sp.
Carnivorous
Eusyllis sp.
Carnivorous
Dorvilleidae
Ophryotrocha sp.
Omnivorous
Pilargidae
Sigambra sp.
Carnivorous
Sabellariidae
Idanthyrsus sp.
Suspension feeder
Magelonidae
Magelona sp.
Deposit feeder
Flabelligeridae
Brada sp.
Deposit feeder
Pherusa sp.
Deposit feeder
Polydora sp.
Deposit feeder
Prionospio sp.
Deposit feeder
Canalipalpata
Spionidae Sabellida
Sabellariidae
Fabricia sp.
Suspension feeder
Scolecida
Arenicolidae
Arenicola sp.
Deposit feeder
Capitellidae
Capitella sp .
Deposit feeder
Notomastus sp.
Deposit feeder
Cossuridae
Cossura sp.
Deposit feeder
Opheliidae
Ophelina sp.
Deposit feeder
Paraonidae
Paraonis sp.
Deposit feeder
Maldanidae
Praxilella sp.
Deposit feeder
Rhodine sp.
Deposit feeder
Orbiniidae
Scoloplos sp.
Deposit feeder
Spionida
Apistobranchidae
Apistobranchus sp.
Deposit feeder
Terebellida
Ampharetidae
Amphicteis sp.
Deposit feeder
23 Tabel 2. lanjutan Kelas
Ordo
Famili
Genus
Tipe/Pola Makan*
Polychaeta
Terebellida
Cirratulidae
Chaetozone sp.
Deposit feeder
Dodececariasp.
Deposit feeder
Terebellidae
Polycirrus sp.
Detritus feeder
Sternaspidae
Sternaspis scutata
Deposit feeder
Tellinidae
Macoma sp.
Deposit feeder
Tellina sp.
Deposit feeder
Cardiidae
Parvicardium sp.
Deposit feeder
Solenidae
Solen sp.
Deposit feeder
Bivalvia
Veneroida
Nuculoida
Nuculanidae
Nuculana sp.
Deposit feeder
Gastropoda
Caenogastropoda
Cerithiopsidae
Cerithiopsis sp.
Deposit feeder
Malacostraca
Amphipoda
Ampithoidae
Ampithoe sp.
Shredders
Melitidae
Ceradocus sp.
Shredders
Insekta
Melita sp.
Shredders
Eusiridae
Paramoera sp.
Shredders
Cumacea
Nannastacidae
Campylaspis sp.
Gathering collector
Tanaidacea
Apseudidae
Apseudes sp.
Detritus feeder
Paratanaidae
Leptochelia sp.
Detritus feeder
Chironomidae
Chironomus sp.
Gathering collector
Diptera
Sumber : *Fauchald & Jumars (1979), Wurdig et al. (2008) dan Macdonald et al. (2010)
Makrozoobentos yang ditemukan selama penelitian terdiri atas 41 genera yang termasuk ke dalam 32 famili, 14 ordo dan lima kelas. Kelompok yang paling banyak ditemukan yaitu famili Paratanaidae dari kelas Malacostraca dengan genus Leptochelia sp.. Biota tersebut memiliki tipe makan sebagai detritus feeder dengan makanan yang bersumber pada lapisan permukaan substrat dasar perairan. Jenis makanan dari biota ini yaitu particle organic matter (POM) (Macdonalds 2010). Kelompok tipe makan selanjutnya yang banyak ditemukan yaitu deposit feeder dari kelas Polychaeta. Kelompok Polychaeta lebih bnayak ditemukan dari jenis Capitella sp. dan Prionospio sp.. Kedua biota tersebut merupakan biota yang memiliki tingkat adaptasi yang tinggi, khususnya Capitella sp. yang memiliki sifat oportunistik (Machdar 2010). Umumnya kelompok deposit feeder banyak dijumpai pada substrat pasir dan lumpur (Fauchald & Jumars 1979). Sumber makanannya berasal dari lapisan atas substrat (surface) maupun lapisan bawah substrat (sub-surface). Menu makanan
dari
Capitella sp.
berupa bahan organik yang terakumulasi pada
24 sedimen, POM dan mikroalga; sementara Prionospio sp. lebih menyukai bahan organik yang terakumulasi pada sedimen, POM, mikroalga, diatom dan fitoplankton. Secara keseluruhan makrozoobentos yang ditemukan terbagi dalam empat kelompok tipe makan yaitu kelompok detritus feeder dengan persentase sebesar 51%, deposit feeder (24%), shredders (15%) dan kelompok lainnya dengan persentase sebesar 10% (gabungan dari beberapa kelompok tipe makan suspension feeder, gathering collector, carnivorous dan omnivorous) (Gambar 4). Kelompok tersebut digabung karena memiliki persentase individu yang kecil dalam kelompoknya. Makrozoobentos yang dominan adalah kelompok detritus feeder dengan persentase sebesar 51%. Persentase tipe makan dari makrozoobentos yang ditemukan selama penelitian disajikan pada Gambar 4.
10% Deposit feeder
24%
15%
Detritus feeder Shredders Lainnya
51%
Gambar 4. Komposisi makrozoobentos selama penelitian berdasarkan kelompok tipe makan (functional feeding group). Komposisi kelas makrozoobentos yang ditemukan selama pengambilan sampel termasuk kedalam empat sampai lima kelas, yaitu Malacostraca, Polychaeta, Bivalvia,
Gastropoda
dan
Insecta.
Informasi
mengenai
komposisi
kelas
makrozoobentos disajikan pada Gambar 5. Secara spasial pada Mei 2011, komposisi makrozoobentos didominasi kelompok Malacostraca yaitu di Stasiun I (78%), II (76%), VI (96%) dan VII (93%) dengan jenis yang paling banyak ditemukan adalah Leptochelia sp., Melita sp. dan Ampithoe sp.; sedangkan kelompok Polychaeta memiliki persentase tertinggi di Stasiun III (58%), IV (78%), V (60%) dan VIII (85%) dengan jenis yang paling
25 banyak ditemukan di stasiun tersebut adalah Prionospio sp., Capitella sp., dan Magelona sp.. Kelompok Bivalvia ditemukan pada Stasiun III (32%), Stasiun IV (19%), Stasiun VI (8%) dan Stasiun VIII (3%); sedangkan larva Insecta ditemukan pada stasiun IV, VII dan VIII dengan persentase masing-masing sebesar 4%, 3% dan 12%. Pada Juni 2011, komposisi makrozoobentos yang ditemukan didominasi oleh kelompok Malacostraca dari jenis Leptochelia sp. dengan persentase 50% (Stasiun I), 93% (Stasiun VII); kelompok Polychaeta dari jenis Prionospio sp., Capitella sp. dan Magelona sp. Lebih banyak di Stasiun II, III, IV, V, VI dan VIII dengan persentase masing-masing sebesar 58%, 100%, 79%, 97%, 64% dan 93%. Kelompok Bivalvia ditemukan pada Stasiun I (15%), Stasiun IV (15%), Stasiun VIII (7%) dan 2% pada Stasiun VII dengan jenis yang ditemukan adalah Parvicardium sp. dan Tellina sp.; sedangkan larva Insecta hanya ditemukan pada Stasiun VI sebanyak 9% yaitu Chironomus sp.. Komposisi makrozoobentos yang ditemukan di Juli 2011 didominasi oleh kelompok Malacostraca dari jenis Leptochelia sp. dan Ampithoe sp. pada Stasiun I, VI dan VII dengan persentase masing-masing sebesar 77%, 92% dan 96%; sedangkan kelompok Polychaeta dari jenis Capitella sp. dan Prionospio sp. lebih banyak ditemukan di Stasiun II (75%), Stasiun III (100%), Stasiun IV (56%), Stasiun V (47%) dan Stasiun VIII (91%). Sementara kelompok Bivalvia (Parvicardium sp.) dan larva Insecta (Chironomus sp.) memiliki persentase yang tinggi di Stasiun IV sebesar 11% untuk Bivalvia dan 22% untuk larva Insecta.
100 80 60 40 20 0 I
Komposisi kelas makrozoobentos (%)
Komposisi kelas makrozoobentos (%)
Mei
II
III
IV
V
60 40 20 0 I
II
III
20 0 IV
V
VI VII VIII
80 60 40 20 0 I
II
III
Komposisi kelas makrozoobentos (%)
Komposisi kelas makrozoobentos (%)
100 80 60 40 20 0 IV
V
Polychaeta
V
VI VII VIII
Oktober 100 80 60 40 20 0
VI VII VIII
I
II
III
IV
V
VI VII VIII
Stasiun
Stasiun 200 0
IV
Stasiun
September
III
VI VII VIII
100
Stasiun
II
V
Agustus
40
I
IV
Juli
60
III
80
Stasiun
80
II
100
Stasiun
100
I
Juni
VI VII VIII
Komposisi kelas makrozoobentos (%)
Komposisi kelas makrozoobentos (%)
26
Malacostraca
Bivalvia
Gastropoda
Insecta
Keterangan : Gastropoda hanya ditemukan pada Oktober di Stasiun VII
Gambar 5. Komposisi makrozoobentos Mei-Oktober 2011
27 Kelompok Malacostraca dan Polychaeta memiliki persentase tertinggi di beberapa stasiun pada Agustus 2011. Kelompok Malacostraca dari jenis Leptochelia sp. dan Apseudes sp. ditemukan melimpah di Stasiun I, VI dan VII dengan persentase masing-masing 56%, 95% dan 98%; sementara kelompok Polychaeta dari jenis Capitella sp., Notomastus sp. dan Magelona sp. memiliki persentase tertinggi di Stasiun II, III, IV, V dan VIII dengan persentase masing-masing sebesar 91%, 64%, 46%, 54% dan 66%. Jenis Parvicardium sp. dari kelompok Bivalvia lebih banyak ditemukan pada Stasiun IV sebesar 31%; sedangkan larva Insecta yaitu Chironomus sp. banyak ditemukan pada Stasiun III sebesar 27%. Pada September 2011, kelompok Polychaeta dari jenis Capitella sp. dan Magelona sp. memiliki persentase yang cukup tinggi di Stasiun II (95%), Stasiun III (64%) dan Stasiun VIII (76%). Kelompok Malacostraca dari jenis Leptochelia sp., Melita sp. dan Apseudes sp. memiliki persentase yang tinggi di Stasiun I (45%), Stasiun VI (99%) dan Stasiun VII (85%). Jenis Parvicardium sp. dari kelompok Bivalvia lebih banyak ditemukan pada Stasiun IV sebesar 56%; sedangkan larva Insecta yaitu Chironomus sp. banyak ditemukan pada Stasiun III sebesar 36%. Pada Oktober 2011, Polychaeta dari jenis Capitella sp., Sigambra sp. dan Prionospio sp. memiliki persentase yang tinggi di Stasiun I (52%), II (93%), III (64%), IV (92%), V (47%) dan VIII (91%); sementara kelompok Malacostraca dari jenis Leptochelia sp., Melita sp. dan Ampithoe sp. memiliki persentase yang tinggi pada Stasiun VI (89%) dan VII (84%). Jenis Parvicardium sp. dari kelompok Bivalvia lebih banyak ditemukan pada Stasiun III sebesar 21%; sedangkan Larva insecta dan Gastropoda yang ditemukan umumnya memiliki persentase yang kecil di setiap waktu dan stasiun pengamatan selama penelitian. 4.1.2. Kepadatan jenis dan struktur komunitas makrozoobentos secara spasial dan temporal Kepadatan jenis dan struktur komunitas makrozoobentos secara spasial dan temporal di Pantai Mayangan disajikan pada Lampiran 15; sedangkan struktur komunitas makrozoobentos yaitu indeks keanekaragaman (H’), indeks keseragaman (E) dan indeks dominansi (C) secara spasial dan temporal disajikan pada Lampiran
28 16. Kepadatan jenis tertinggi serta nilai H’, E dan C pada masing-masing bulan penelitian disajikan pada Gambar 6. Leptochelia sp. memiliki kepadatan tertinggi pada Mei 2011 di Stasiun I (1356 Ind./m2), Stasiun II (578 Ind./m2) dan Stasiun VII (2622 Ind./m2); sedangkan Capitella sp. melimpah di Stasiun V (178 Ind./m2) dan Stasiun VIII (173 Ind./m2). Jenis Magelona sp. dan Capitella sp. melimpah di Stasiun IV (masing-masing dengan kepadatan 200 Ind./m2). Prionospio sp. dan Melita sp. secara berurutan melimpah di Stasiun III (200 Ind./m2) dan Stasiun VI (2622 Ind./m2). Indeks keanekaragaman (H’) tertinggi di Stasiun IV (0,81) dan terendah di Stasiun VII (0,38); indeks keseragaman (E) tertinggi di Stasiun III dan V (0,95) dan terendah Stasiun VII (0,56); indeks dominansi (C) tertinggi di Stasiun VII (0,57) dan terendah di Stasiun IV (0,18). Leptochelia sp. memiliki kepadatan tertinggi pada Juni 2011 di Stasiun I (200 Ind./m2), Stasiun II (244 Ind./m2) dan Stasiun VII (2733 Ind./m2); Capitella sp. memiliki kepadatan tertinggi di Stasiun III (111 Ind./m2), Stasiun IV (178 Ind./m2) dan Stasiun VIII (111 Ind./m2). Prionospio sp. memiliki kepadatan tertinggi di Stasiun II (masing-masing dengan kepadatan 244 Ind./m2); sedangkan Prionospio sp. melimpah di Stasiun V (378 Ind./m2) dan Arenicola sp. di Stasiun VI (67 Ind./m2). Indeks keanekaragaman (H’) tertinggi di Stasiun IV (0,83) dan terendah di Stasiun II (0,40); indeks keseragaman (E) tertinggi di Stasiun III (0,98) dan terendah di Stasiun VII (0,52); indeks dominansi (C) tertinggi di Stasiun VII (0,61) dan terendah di Stasiun IV (0,17). Leptochelia sp. memiliki kepadatan tertinggi pada Juli 2011 di Stasiun I (1156 Ind./m2), Stasiun V (178 Ind./m2), Stasiun VI (1200 Ind./m2) dan Stasiun VII (5267 Ind./m2); sedangkan Capitella sp. memiliki kepadatan tertinggi di Stasiun II (156 Ind./m2) dan Stasiun III (67 Ind./m2). Chironomus sp. dan Arenicola sp. melimpah di Stasiun IV (44 Ind./m2); sedangkan Magelona sp. melimpah di Stasiun VIII (133 Ind./m2). Indeks keanekaragaman (H’) tertinggi terdapat di Stasiun VIII (0,91) dan terendah di Stasiun III (0,38); indeks keseragaman (E) tertinggi di Stasiun III (0,96) dan terendah di Stasiun VII (0,44); indeks dominansi (C) tertinggi di stasiun VI (0,56) dan terendah di Stasiun VIII (0,15).
29 Leptochelia sp. memiliki kepadatan tertinggi Pada Agustus 2011 di Stasiun I (200 Ind./m2), Stasiun VI (711 Ind./m2) dan Stasiun VII (4889 Ind./m2); sedangkan Capitella sp. memiliki kepadatan tertinggi di Stasiun II (156 Ind./m2) dan Stasiun III (89 Ind./m2). Parvicardium sp. melimpah di Stasiun IV (89 Ind./m2) dan Cossura sp. melimpah di Stasiun V (178 Ind./m2); sedangkan Sternaspis sp. melimpah di Stasiun VIII (200 Ind./m2). Indeks keanekaragaman (H’) tertinggi terdapat pada stasiun VIII (0,87) dan terendah di Stasiun III (0,46); indeks keseragaman (E) tertinggi di Stasiun III (0,92) dan terendah di Stasiun VII (0,55); indeks dominansi (C) tertinggi di Stasiun VII (0,45) dan terendah di Stasiun VIII (0,16). Leptochelia sp. memiliki kepadatan tertinggi Pada September 2011 di Stasiun I (156 Ind./m2), Stasiun VI (3800 Ind./m2) dan Stasiun VII (511 Ind./m2); Magelona sp. memiliki kepadatan tertinggi di Stasiun II (111 Ind./m2); Capitella sp. memiliki kepadatan tertinggi di Stasiun III (89 Ind./m2); sedangkan Parvicardium sp. melimpah di Stasiun IV (200 Ind./m2), Cossura sp. di Stasiun V (111 Ind./m2) dan Sternaspis sp. di Stasiun (156 Ind./m2). Indeks keanekaragaman (H’) tertinggi terdapat pada Stasiun VIII (0,92) dan terendah pada Stasiun VI (0,32); indeks keseragaman (E) tertinggi pada Stasiun VIII (0,95) dan terendah pada Stasiun VI (0,39); indeks dominansi (C) tertinggi pada Stasiun VI (0,68) dan terendah pada Stasiun VIII (0,14). Leptochelia sp. memiliki kepadatan tertinggi Pada Oktober 2011 di Stasiun I (111 Ind./m2), Stasiun V (133 Ind./m2), Stasiun VI (1200 Ind./m2) dan Stasiun VII (2156 Ind./m2); Cossura sp. memiliki kepadatan tertinggi di Stasiun II (222 Ind./m2); Capitella sp. memiliki kepadatan tertinggi di Stasiun III (89 Ind./m2); sedangkan Scoloplos sp. dan Sternaspis sp. memiliki kepadatan tertinggi di Stasiun IV (156 Ind./m2). Prionospio sp. memiliki kepadatan tertinggi di Stasiun VIII (289 Ind./m2). Indeks keanekaragaman (H’) tertinggi terdapat pada Stasiun I (0,74) dan terendah pada Stasiun V (0,55); indeks keseragaman (E) tertinggi pada Stasiun I (0,95) dan terendah pada Stasiun VI (0,64); indeks dominansi (C) tertinggi pada Stasiun VII (0,37) dan terendah pada Stasiun I (0,20). Kepadatan jenis makrozoobentos tertinggi serta nilai H’, E dan C disajikan pada Gambar 6.
30
H', E, C Mei 2011
Kepadatan jenis Mei 2011 1,00
3000
0,90
Ind./m2
2000 1500 1000
H' E C
0,80
Nilai Indeks
Capitella sp . Leptochelia sp. Magelona sp. Melita sp. Prionospio sp.
2500
0,70 0,60 0,50 0,40 0,30 0,20
500
0,10 0 I
II
III IV
V
0,00
VI VII VIII
I
II
III
IV
Stasiun
V
VI VII VIII
Stasiun
Kepadatan Jenis Juni 2011
H', E, C Juni 2011
3000 1,00 0,90
2500
Ind./m2
1500 1000
NIlai Indeks
0,80
Arenicola sp. Capitella sp . Leptochelia sp. Prionospio sp.
2000
H' E C
0,70 0,60 0,50 0,40 0,30 0,20
500
0,10 0,00
0 I
II
III
IV
V
I
VI VII VIII
II
III
IV
V
VI VII VIII
Stasiun
Stasiun
Kepadatan Jenis Juli 2011
H', E, C Juli 2011 1,00
5000
0,90 0,80
H' E C
0,70
Arenicola sp. Capitella sp . Chironomus sp. Leptochelia sp. Magelona sp.
3000
2000
Nilai Indeks
Ind./m2
4000
0,60 0,50 0,40 0,30 0,20
1000
0,10 0,00
0 I
II
III
IV
V
Stasiun
VI VII VIII
I
II
III
IV
V
VI VII VIII
Stasiun
Gambar 6. Kepadatan jenis tertinggi serta nilai H’, E dan C Mei-Oktober 2011 di Pantai Mayangan
31
Kepadatan Jenis Agustus 2011
H', E, C Agustus 2011 1,00
5000
0,90
4500
0,80
Ind./m2
3500
Capitella sp . Cossura sp. Leptochelia sp. Parvicardium sp. Sternaspis sp.
3000 2500 2000
NIlai Indeks
4000
0,70 0,60
0,40
1500
0,30
1000
0,20
500
0,10
0 I
II
III
IV
V
H' E C
0,50
0,00
VI VII VIII
I
II
III
Stasiun
IV
V
VI VII VIII
Stasiun
H', E, C September 2011
Kepadatan Jenis September 2011 1,00 4000
0,90
Capitella sp . Cossura sp. Leptochelia sp. Magelona sp. Parvicardium sp. Sternaspis sp.
Ind./m2
3000 2500 2000 1500
0,80
Nilai Indeks
3500
1000
0,70
H' E C
0,60 0,50 0,40 0,30 0,20
500
0,10
0
0,00 I
II
III
IV
V
VI VII VIII
I
II
III
IV
V
VI
VII VIII
Stasiun
Stasiun
H', E, C Oktober 2011
Kepadatan Jenis Oktober 2011 1,00
2000
0,90
Ind./m2
1000
500
0,80
Nilai Indeks
Capitella sp . Cossura sp. Leptochelia sp. Prionospio sp. Scoloplos sp. Sternaspis sp.
1500
0,70
H' E C
0,60 0,50 0,40 0,30 0,20 0,10 0,00
0 I
II
III
IV
V
VI VII VIII
Stasiun
I
II
III
IV
V
VI VII VIII
Stasiun
Gambar 6. Kepadatan jenis tertinggi serta nilai H’, E dan C Mei-Oktober 2011 di Pantai Mayangan (lanjutan)
32 Selama enam bulan penelitian dari Mei-Oktober 2011 jenis Leptochelia sp. dari kelas Malacostraca selalu memiliki nilai kepadatan tertinggi dibandingkan dengan jenis makrozoobentos lainnya akan tetapi kepadatannya cenderung berfluktuasi (tidak selalu sama setiap bulannya); sedangkan Capitella sp. merupakan jenis makrozoobentos yang yang hampir selalu ditemukan di beberapa stasiun setiap bulan penelitian dengan kepadatan yang relatif rendah dan tidak jauh berbeda setiap bulannya. Indeks keanekaragaman (H’) yang diperoleh selama enam bulan penelitian berkisar antara 0,32-0,92, indeks keseragaman (E) antara 0,40-0,98 dan indeks dominansi (C) antara 0,14-0,61. Semakin tinggi nilai indeks keanekaragaman maka semakin banyak jenis makrozoobentos
yang ditemukan pada suatu komunitas
(Krebs 1989). Nilai indeks keanekaragaman yang diperoleh di Pantai Mayangan sangat kecil (<1), hal ini mengindikasikan bahwa jenis makrozoobentos yang hidup di Pantai Mayangan mengalami tekanan ekologis yang berasal dari masukan bahan organik. Jika nilai indeks keseragaman yang tinggi (mendekati 1) maka disimpulkan bahwa komposisi makrozoobentos yang hidup di Pantai Mayangan relatif seragam. Didukung oleh pernyataan Krebs (1989) bahwa jika nilai indeks keseragaman mendekati satu maka suatu komunitas dalam keadaan relatif mantap dan tidak mengalami ketidakstasbilan pada faktor-faktor lingkungan; sedangkan nilai indeks dominansi rendah (<1) maka diduga tidak terdapat jenis makrozoobentos yang mendominasi di Pantai Mayangan. Berdasarkan hasil uji kepadatan makrozoobentos dengan analisis ragam satu arah (ANOVA single factor) didapatkan informasi bahwa secara spasial pada delapan stasiun selama penelitian di Pantai Mayangan hanya pada Mei terdapat perbedaan kepadatan makrozoobentos (p<0,05). Jika ditinjau secara temporal dari Mei hingga Oktober, Stasiun II dan Stasiun V yang memiliki perbedaan kepadatan (p<0,05). Berdasarkan hasil uji non-parametrik dengan menggunakan Uji KruskalWallis didapatkan informasi bahwa secara spasial di Pantai Mayangan terdapat perbedaan indeks keanekaragaman antar delapan stasiun pada Mei, Juni, Juli dan Oktober; perbedaan indeks keseragaman
terdapat pada Mei, Juli dan Oktober;
perbedaan indeks dominansi terdapat pada Juli dan September (p<0,05). Ditinjau
33 secara
temporal
dari
Mei
hingga
Oktober
terdapat
perbedaan
indeks
keanekaragaman pada Stasiun II, Stasiun VII dan Stasiun VIII; perbedaan indeks keseragaman pada Stasiun VI; perbedaan indeks dominansi pada Stasiun VIII (p<0,05). 4.1.4. Distribusi spasial makrozoobentos Distribusi spasial makrozoobentos disajikan dalam bentuk dendrogram pengelompokan stasiun. Dendrogram pengelompokan stasiun tersebut berdasarkan kesamaan karakteristik biota makrozoobentos yang hidup pada setiap lokasi penelitian. Dendrogram pengelompokan stasiun disajikan pada Gambar 7. Pengelompokan Stasiun 0,46
Similaritas (%)
0,56 0,66 0,76 0,86 0,96 Grup A
Grup B
Grup C
Gambar 7. Pengelompokan stasiun berdasarkan distribusi jenis makrozoobentos di Pantai Mayangan dari Mei-Oktober 2011 Pengelompokan stasiun berdasarkan karateristik biota yang tersebar pada masing-masing stasiun penelitian terbentuk ke dalam tiga grup. Grup A yang terbentuk dari tiga stasiun yang terletak di Sungai Cigadung Satu (Stasiun I) dan Sungai Terusan (Stasiun VI dan Stasiun VII) yang berada di kawasan ekosistem mangrove. Jenis makrozoobentos yang ditemukan pada grup ini lebih didominasi oleh kelompok Malacostraca (Ampithoe sp., Apseudes sp., Ceradocus sp., Leptochelia sp., Melita sp.) Bivalvia (Tellina sp. dan Solen sp.) dan Polychaeta
34 (Capitella sp., Prionospio sp.). Grup B terbentuk dari stasiun yang terletakdi muara sungai yaitu Stasiun II dan Stasiun V. Grup ini mendapatkan pengaruh dari aliran sungai dan ekosisem mangrove. Kelompok yang memiliki kesamaan pada grup ini adalah Polychaeta (Capitella sp., Cossura sp., Ophelina sp., Prionospio sp. dan Rhodine sp.), Malacostraca
(Leptochelia sp.) dan larva Insecta diantaranya
(Chironomus sp.); sedangkan Grup C terbentuk dari Stasiun III, Stasiun IV dan Stasiun VIII. Ketiga stasiun tersebut memiliki karakteristik substrat pasir yang tinggi serta mendapatkan pengaruh dari laut sehingga memiliki kisaran salinitas yang cukup tinggi dibandingkan dengan stasiun penelitian lainnya. Jenis makrozoobentos yang hidup pada kelompok ini yaitu dari dari kelompok Polychaeta (Capitella sp., Magelona sp., Prionospio sp., Rhodine sp. dan Sigambra sp.), Malacostraca (Melita sp.) dan larva Insecta (Chironomus sp.). Distribusi jenis makrozoobentos yang paling luas yaitu Capitella sp. dan Prionospio sp. yang ditemukan pada semua grup.
4.1.4. Karakteristik fisika-kimia dan substrat dasar perairan Karakteristik fisika kimia perairan pada suatu habitat dapat memengaruhi kehidupan biota baik secara langsung maupun tidak langsung. Kisaran nilai parameter fisika-kimia perairan selama penelitian disajikan pada Lampiran 8. 4.1.4.1. Kedalaman Kedalaman perairan di seluruh stasiun selama penelitian berkisar antara 0,5-5,5 m. Nilai kedalaman tersebut masih termasuk kedalam perairan dangkal. Selama penelitian kisaran kedalaman di Stasiun I (2,0-2,5 m), Stasiun II (0,5-1,3 m), Stasiun III (3,0-4,0 m), Stasiun IV (4,5-5,0 m), Stasiun V (1,5-2,0 m), Stasiun VI (1,25-1,65 m), Stasiun VII (0,5-1,2 m) dan Stasiun VIII (0,55-1,50m). Kedalaman terendah selama penelitian yaitu pada Stasiun VII dengan kisaran nilai kedalaman antara 0,5-1,2 m; sedangkan kedalaman tertinggi selama penelitian yaitu pada Stasiun IV dengan kisaran antara 4-5,5 m. Kedalaman suatu perairan dapat
mengalami perubahan karena
mendapatkan pengaruh dari gelombang dan arus laut yang mengganggu substrat dasar perairan.
35 4.1.4.2. Suhu Suhu perairan di semua stasiun selama penelitian berkisar antara 27-35 oC. Selama penelitian kisaran suhu di Stasiun I dan Stasiun II berkisar antara 28-31 oC, Stasiun III dan Stasiun IV antara 38-31,5 oC, Stasiun V dan Stasiun VI antara 29-32,5 o
C, Stasiun VII berkisar 29-35 oC dan Stasiun VIII antara 29-32 oC. Kisaran suhu
tertinggi pada Stasiun VI dan VII; sedangkan kisaran suhu terendah pada Stasiun I dan Stasiun II. Tinggi-rendahnya suhu suatu perairan dapat dipengaruhi oleh waktu pengambilan contoh dan tingginya intensitas cahaya matahari yang masuk kedalam perairan.
4.1.4.3. Kecerahan Kecerahan perairan di semua stasiun selama penelitian berkisar antara 0,20-1,21 m. Kisaran nilai kecerahan pada Stasiun I antara 0,22-0,80 m, Stasiun II antara 0,350,70 m, Stasiun III antara 0,50-1,04 m, Stasiun IV antara 0,60-1,21 m, Stasiun V antara 0,30-0,70 m, Stasiun VI antara 0,20-0,50 m, Stasiun VII antara 0,20-0,35 m dan Stasiun VIII antara 0,30-0,70 m. Kisaran nilai kecerahan tertinggi pada Stasiun IV; sedangkan kisaran nilai kecerahan terendah pada Stasiun VII. 4.1.4.4. Salinitas Salinitas perairan di semua stasiun selama penelitian berkisar antara 22‰–39 ‰. Kisaran salinitas pada Stasiun I, Stasiun II dan Stasiun III antara 32‰-35 ‰, Stasiun IV
antara 32‰-35,5 ‰, Stasiun V antara 25‰-35,5 ‰, Stasiun VI antara 26‰-39
‰, Stasiun VII antara 26,5‰-35 ‰ dan Stasiun VIII antara 22‰-32 ‰. Nilai salinitas tertinggi di Stasiun VI pada Oktober 2011, sedangkan salinitas terendah pada Stasiun VIII. Di daerah estuari nilai salinitas sangat berflukuasi bergantung pada musim, topografi estuari, pasang surut dan jumlah air tawar yang tercampur dengan air laut. Hal tersebut dapat memengaruhi penyebaran hidup bentos baik secara vertikal maupun horizontal (Nybakken 1992). 4.1.4.5. Derajat keasaman (pH) Kisaran pH perairan di seluruh stasiun selama penelitian berkisar antara 6-8,5. Kisaran pH pada Stasiun I, Stasiun V, Stasiun VI dan Stasiun VII antara 6,0-7,5,
36 Stasiun II antara 7,5-8,0, Stasiun III dan Stasiun IV antara 6,5-8,5 dan Stasiun VIII antara 6,0-8,0. Kisaran pH tertinggi berada pada Stasiun III dan Stasiun IV; sedangkan kisaan pH terendah berada pada Stasiun I dan Stasiun V sampai Stasiun VIII. 4.1.4.6. Oksigen terlarut/dissolved oxygen (DO) Oksigen terlarut perairan di semua stasiun selama penelitian berkisar antara 1,607,6 mg/l. Kisaran nilai oksigen terlarut di Stasiun I antara 1,6-6,8 mg/l, Stasiun II antara
4,0-6,8 mg/l, Stasiun III antara 4,4-7,6 mg/l, Stasiun IV antara 4,2-6,8 mg/l,
Stasiun V antara 2,8-5,2 mg/l, Stasiun VI antara 2,4-4,6 mg/l, Stasiun VII antara 2,85,6 mg/l dan Stasiun VIII antara 2,4-5,6 mg/l. Nilai oksigen terlarut tertinggi berada ada Stasiun III, sedangkan nilai oksigen terlarut terendah berada pada Stasiun I di Mei 2011. 4.1.4.7. Persentase C-organik Pengukuran persentase C-organik dilakukan pada awal dan akhir penelitian yaitu pada Mei 2011 dan Oktober 2011. Persentase C-organik di Stasiun I berkisar antara 1,68-2,00, Stasiun II antara 0,24-2,71, Stasiun III antara 0,32-0,48, Stasiun IV antara 0,24-0,40, Stasiun V antara 2,23-4,15, Stasiun VI antara 3,43- 6,54, Stasiun VII antara 4,55-5,19 dan Stasiun VIII antara 2,15-3,59.
4.1.4.8. Tekstur substrat Karakteristik substrat dasar perairan merupakan faktor penting bagi penyebaran komposisi makrozoobentos. Gambar 12 di bawah ini menyajikan persentase tekstur substrat dasar perairan seluruh stasiun pada Mei dan Oktober 2011.
Persentase tekstur Substrat (%)
37
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
% Pasir % Debu % Liat
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
Stasiun
Persentase tekstur Substrat (%)
(a) 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
% Pasir % Debu % Liat
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
Stasiun
(b) Gambar 8. Persentase tekstur substrat di Pantai Mayangan (a) Mei 2011 dan (b) Oktober 2011 Persentase tekstur substrat di Mei dari delapan stasiun penelitian mayoritas bertekstur pasir yaitu pada Stasiun I (48.03%), Stasiun II (86.15%), Stasiun III (78.41%), Stasiun IV (71.99%) dan stasiun VI (41.41%); sedangkan ketiga stasiun lainnya memiliki persentase tekstur substrat liat yang tinggi dengan persentase masingmasing di Stasiun V (36,6%), Stasiun VII (74,01%) dan Stasiun VIII (62,65%). Di Oktober dasar perairan dengan tekstur substrat pasir hanya ditemukan di tiga stasiun yaitu Stasiun I (49,33%), Stasiun III (87,73%) dan Stasiun IV (76,09%); sedangkan keempat stasiun lainnya didominasi oleh tekstur substrat liat dengan persentase masing-masing di Stasiun II (64,21%),Stasiun VI (46,95%), Stasiun VII
38 (71,15%) dan Stasiun VIII (5248%), lain halnya dengan Stasiun V yang memiliki persentase tekstur substrat debu yang tinggi dengan persentase sebesar 41.14%. Persentase tekstur substrat dipetakan pada segitiga tekstur substrat (segitiga Miller) pada Lampiran 22. 4.1.5. Pengaruh variabel lingkungan terhadap makrozoobentos Variabel lingkungan seperti suhu, salinitas, kedalaman, kecerahan, DO dan pH dapat memengaruhi disribusi dari makrozoobentos. Pengaruh variabel lingkungan pada masing-masing bulan penelitian dari Mei-Oktober 2011 disajikan pada Gambar 9. Dan Gambar 10. Grafik ordinasi triplot CCA menunjukkan pengaruh variabel lingkungan yang berbeda-beda terhadap masing-masing genus di setiap bulan penelitian. Hasil analisis dari canonical correspondence analysis (CCA) di Mei 2011 menunjukan 56,42% dari total inertia dalam kelimpahan dan 56,42% dari variansi dalam rata-rata proporsi dan total dari spesies dalam hubungannya dengan variabel lingkungan. Berdasarkan hasil analisis CCA tersebut didapatkan informasi bahwa distribusi dari genus seperti Rhodine sp., Pherusa sp., Arenicola sp., Sigambra sp., Chironomus sp., Magelona sp., Ophelina sp., Tellina sp., Brania sp. dan Dodececaria sp., dipengaruhi oleh kedalaman, dan pH. Jenis makrozoobentos tersebut banyak ditemukan pada Stasiun yang terletak di laut. Distribusi dari Capitella sp., Cossura sp. dan Sternaspis sp. dipengaruhi oleh persentase liat dan debu dengan lokasi stasiun yang terletak di muara sungai. Distribusi dari genus seperti Melita sp., Ampithoe sp., Leptochelia sp. dan Polydora sp. dipengaruhi oleh persentase C-organik, debu dan liat . Jenis makrozoobentos tersebut melimpah di stasiun yang terletak dekat dengan kawasan ekosistem mangrove yang memiliki persentase C-organik dan liat yang tinggi.
Apseudes sp., Ceradocus sp. dan
Amphicteis sp. dipengaruhi oleh salinitas; sedangkan distribusi genus dari Prionospio sp. dan Parvicardium sp. dipengaruhi persentase pasir, kedua biota tersebut ditemukan melimpah pada stasiun III dan IV dengan karakteristik substrat dasar pasir.
39
Gambar 9. Ordinasi triplot hubungan antara spesies makrozoobentos dengan parameter fisika-kimia perairan di Pantai Mayangan pada Mei 2011 Hasil analisis dari Canonical Correspondence Analysis (CCA) di Oktober 2011 menunjukan 56% dari total inertia pada kelimpahan dan 56% dari variansi dalam rata-rata proporsi dan total dari spesies dalam hubungannya dengan variabel lingkungan. Berdasarkan hasil analisis CCA tersebut didapatkan informasi bahwa distribusi dari genus seperti Cossura sp., Prionospio sp., Sigambra sp. dipengaruhi oleh suhu, DO dan pH. Jenis ini banyak ditemukan di lokasi stasiun yang terletak di muara sungai. Distribusi dari genus seperti Capitella sp., Sternaspis sp., Arenicola sp., Parvicardium sp., Scoloplos sp. dan Chironomus sp. dipengaruhi oleh kecerahan, persentase pasir dan kedalaman. Jenis makrozoobentos tersebut banyak ditemukan di stasiun yang terletak di laut yang mendapatkan pengaruh dari pantai Pondok Putri dan Pondok Bali serta ditemukan juga di muara sungai. Distribusi dari genus seperti Tellina sp., Solen sp. dan Brania sp. dipengaruhi oleh persentase liat dan debu, ketiga jenis tersebut ditemukan pada stasiun yang memiliki persentase liat
40 yang tinggi; sedangkan distribusi dari genus seperti Leptochelia sp., Cerithiopsis sp., Ceradocus sp., Apseudes sp., Ophelina sp., Rhodine sp., Magelona sp., Ampithoe sp. dan Amphicteis sp. dipengaruhi oleh persentase C-organik dengan lokasi stasiun yang banyak ditemukan jenis tersebut terletak di dekat kawasan ekosistem mangrove yang memiliki persentase C-organik tinggi karena mendapatkan masukan berupa serasah dari pohon mangrove.
Gambar 10. Ordinasi triplot hubungan antara spesies makrozoobentos dengan parameter fisika-kimia perairan di Pantai Mayangan pada Oktober 2011 4.2. Pembahasan Makrozoobentos yang ditemukan selama penelitian terdiri atas 41 genera yang termasuk ke dalam 32 famili, 14 ordo dan lima kelas. Kelompok yang paling banyak ditemukan yaitu famili Paratanaidae dari kelas Malacostraca dengan genus Leptochelia sp.. Jika dibandingkan dengan penelitian di luar perairan Indonesia Pantai Mayangan memiliki jenis makrozoobentos yang relatif sedikit. Penelitian
41 Nebra et al. (2011) di estuari Ebro, Mediterrania ditemukan 214 jenis makrozoobentos yang didominasi oleh kelompok Polychaeta, pada penelitian lain di England & Wales ditemukan 71 jenis makrozoobentos (Murphy & Davy-Bowker 2005). Jika dibandingkan dengan penelitian di dalam perairan Indonesia Pantai Mayangan memiliki jenis makrozoobentos yang cukup tinggi, seperti pada penelitian Fitriana (2005) di Taman Hutan Raya Ngurah Rai Bali hanya ditemukan 20 jenis makrozoobentos dari empat kelas yaitu Polychaeta, Crustaceae, Gastropoda dan Pelecypoda. Jenis Polychaeta yang ditemukan pada penelitian ini sebanyak 27 jenis sedangkan pada penelitian lain di Pantai Peniti, Kalimantan Barat ditemukan 34 jenis Polychaeta (Junardi & Wardoyo 2008). Jenis Polychaeta yang ditemukan di Pantai Mayangan, Jawa Barat dengan jenis Polychaeta yang ditemukan di Pantai Peniti, Kalimantan Barat memiliki kesamaan jenis yaitu dengan ditemukannya Paraonis sp., Capitella sp., Cossura sp., Sternaspis sp., Dodececaria sp. dan Prionospio sp. Diduga Pantai Mayangan memiliki kesamaan kondisi ekologis dengan Pantai Peniti di Kalimantan Barat. Kelompok tipe makan yang paling banyak ditemukan adalah detritus feeder. Biota tersebut mendapatkan sumber makanannya pada lapisan permukaan substrat dasar perairan. Jenis makanan dari biota ini yaitu particle organic matter (POM) (Macdonalds 2010). Kelompok tipe makan selanjutnya yang banyak ditemukan yaitu deposit feeder dari kelas Polychaeta. Pada umumnya kelompok ini banyak dijumpai pada substrat pasir dan lumpur (Fauchald & Jumars 1979). Sumber makanan yang didapatkan oleh kelompok tersebut berasal dari lapisan atas substrat maupun lapisan bawah substrat. Jenis Polychaeta yang ditemukan lebih beragam dibandingkan dengan kelompok lainnya. Capitella sp. dan Prionospio sp. merupakan jenis Polychaeta yang paling sering ditemukan di seluruh stasiun penelitian. Ukuran makanan Capitella sp. yaitu bahan organik yang terdeposit dalam sedimen, POM dan mikroalga; sedangkan Prionospio sp. lebih menyukai bahan organik yang terdeposit dalam sedimen, POM, mikroalga, diatom dan fitoplankton, kedua biota tersebut merupakan biota yang memiliki tingkat adaptasi yang tinggi, khususnya Capitella sp. yang memiliki sifat oportunistik (Machdar 2010). Capitella sp. tidak memiliki kompetitor potensial untuk persaingan dalam mendapatkan makanan dan ruang serta
42 mampu mengakumulasi bahan organik (Ergen et al. 2002 in Hadiyanto 2010). Jenis dari Prionospio sp. merupakan biota bentik yang bersifat kosmopolit dan memiliki toleransi yang luas terhadap salinitas serta mampu hidup pada semua tipe substrat dasar walaupun sebagian besar hidup pada substrat dasar halus, (Rabalais et al. 2001). Taurusman (2010) menemukan jenis Capitella sp. mendominasi stasiun penelitian dengan status perairan hipertrofik sedangkan Prionospio sp. mendominasi stasiun penelitian dengan status perairan eutrofik di Teluk Jakarta. Hal ini menunjukan bahwa Capitella sp. dan Prionospio sp. merupakan bioindikator perairan tercemar bahan organik. Tian et al. (2009) menemukan Capitella capitata sebesar 91 individu dari 112 sampel makrozoobentos dari sembilan lokasi di daerah estuari Cape Cod. Jenis tersebut mendominasi karena terjadinya pengayaan bahan organik pada sedimen dengan masuknya nitrogen di perairan estuari Cape Cod. Pada lokasi penelitian di Pantai Mayangan, jenis Capitella sp. hampir ditemukan di seluruh lokasi penelitian selama enam bulan pengambilan sampel. Hal tersebut dapat menjadi indikasi bahwa Pantai Mayangan mengalami tekanan ekologis yang cukup tinggi dari pengayaan bahan organik yang masuk ke dalam perairan. Leptochelia sp. dari kelas Malacostraca memiliki kepadatan tertinggi, khususnya pada stasiun penelitian yang berada di dekat ekosistem mangrove dengan kandungan bahan organik yang tinggi (C-organik) yaitu Stasiun VI dan Stasiun VII. Hal ini menunjukkan bahwa biota tersebut mendapatkan habitat yang sesuai untuk menopang hidupnya, antara lain faktor makanan (detritus) yang tersedia dan faktor predasi serta kompetisi yang rendah. Romimohtarto dan Juwana (2001) menyatakan bahwa kandungan utama bahan organik (detritus) berasal dari daun-daun dan ranting-ranting dari pohon mangrove yang jatuh ke dalam dasar perairan dan telah membusuk. Stasiun VI dan VII dengan persentase tipe substrat dasar lumpur liat yang tinggi memiliki kepadatan makrozoobentos yang paling tinggi jika dibandingkan dengan stasiun penelitian lainnya. Pola yang sama juga ditemukan pada penelitian Franca et al. (2009) di daerah estuari Tagus, Portugal, bahwa pada daerah intertidal dengan substrat dasar lumpur makrozoobentos memiliki kepadatan yang tinggi dibandingkan dengan di daerah subtidal lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makrozoobentos di Pantai Mayangan memiliki nilai indeks keanekaragaman yang rendah hingga sedang. Ada beberapa
43 faktor yang dapat memengaruhi tinggi rendahnya keanekaragaman jenis di suatu perairan antara lain faktor variasi habitat (niche), stabilitas lingkungan, kompetisi, panjangnya rantai makanan dan ukuran tubuh (Pianka 1966 in Kastoro et al 1999). Indeks keanekaragaman yang rendah dapat disebabkan karena terdapat tekanan ekologis yang tinggi sehingga struktur komunitas dari makrozoobentos terganggu atau tidak seimbang. Hal ini diindikasikan dengan munculnya Capitella sp. yang ditengarai sebagai biota indikator tingginya bahan organik di beberapa stasiun. Hasil pengelompokan stasiun berdasarkan distribusi jenis makrozoobentos menunjukkan bahwa pengelompokan kedalam tiga grup. Grup A yang terletak di kawasan mangrove memiliki jenis makrozoobentos dengan tipe makan shredders dan deposit feeder seperti Ampithoe sp., Apseudes sp., Ceradocus sp., dan Solen sp.. Jenis ini banyak ditemukan karena mendapatkan makanan (detritus) yang berasal dari serasah mangrove yang jatuh ke dalam perairan. Pada Grup B dan Grup C lebih banyak ditemukan jenis makrozoobentos dari kelompok Polychaeta. Grup B terletak di muara sungai dan dicirikan oleh jenis Cossura sp. dan Ophelina sp.; sedangkan jenis yang menjadi penciri pada Grup C yang terletak di laut dan pantai yaitu Magelona sp. dan Sigambra sp.. Perbedaan jumlah spesies di setiap grup menunjukkan bahwa komunitas makrozoobentos memiiki adaptasi yang spesifik terhadap kondisi lingkungan dan ekologis untuk dapat hidup, tumbuh dan berkembang biak. Tipe substrat yang berbeda juga merupakan faktor utama yang menentukan adaptasi dan distribusi bentos (Pong-Masak & Pirzan 2006). Ezekiel et al. (2011) menemukan Polychaeta dari jenis
Capitella sp., Polydora sp. dan
Notomastus sp. yang melimpah pada stasiun yang berlokasi dekat dengan mangrove (Rhizopora sp., Avicenia sp., Nypha frutican) dengan karakteristik substrat dasar lumpur pasir yang berbau serta mendapatkan masukan dari jamban umum secara langsung. Hal ini memperkuat fakta bahwa jenis Capitella sp. merupakan indikator pencemaran suatu perairan dengan bahan organik tinggi. Secara umum jenis makrozoobentos yang memiliki distribusi paling luas di Pantai Mayangan adalah Capitella sp. dan Prionospio sp. dari kelas Polychaeta. Karakteristik fisika-kimia perairan Pantai Mayangan selama enam bulan pengambilan sampel di delapan lokasi penelitian yaitu dengan kisaran kedalaman antara 0,5-5,5 m, suhu antara 27-35 oC, kecerahan antara 0,20-1,21 m, salinitas
44 antara 22-39‰, DO antara 1,60-7,6 mg/l, pH antara 6-8,5, kisaran persentase Corganik pada Mei yaitu 0,24%-5,19% dan Oktober yaitu 0,32%-6,54%. Kisaran fisika-kimia perairan di Pantai Mayangan masih mampu menopang kehidupan makrozoobentos. Hal ini didukung oleh beberapa pustaka yang menyatakan bahwa kisaran salinitas yang masih mampu mendukung kehidupan organisme perairan, khususnya fauna makrobentos adalah 15-35‰ (Hutabarat dan Evans 1985). Nilai pH <5 dan >9 menciptakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi kebanyakan organisme makrobentos (Hynes 1978). Hasil uji canonical correspondence analysis (CCA) menunjukan bahwa distribusi biota dari kelas Malacostraca seperti Ampithoe sp., Apseudes sp., Ceradocus sp. dan Leptochelia sp. dengan tipe makan detritus feeder, dipengaruhi oleh persentase liat dan persentase C-organik. Peteers et al. (2004) yang menyatakan bahwa detritivor menunjukkan korelasi yang kuat dengan variabel makanan sedimen seperti bahan organik; sedangkan karnivor dan herbivor tidak menunjukan adanya hubungan. Biota tersebut ditemukan melimpah pada stasiun penelitian yang terletak dekat dengan kawasan ekosistem mangrove yaitu stasiun VI dan VII. Distribusi Bivalvia seperti Parvicardium sp. dipengaruhi oleh kedalaman dan persentase pasir karena banyak ditemukan pada stasiun penelitian yang terletak di laut yaitu pada stasiun III dan IV; distribusi Gastropoda seperti Cerithiopsis sp. dipengaruhi oleh persentase C-organik persentase liat dan debu yang hanya ditemukan pada Oktober di Stasiun VII; sedangkan keberadaan larva Insecta seperti Chironomus sp. dan Polychaeta tidak terlalu dipengaruhi oleh parameter fisika-kimia perairan karena ditemukan pada lokasi penelitian yang berbeda-beda setiap waktu penelitian; sementara jenis Polychaeta hampir menyebar di seluruh stasiun penelitian. Berdasarkan
hasil
penelitian
dapat
disimpulkan
bahwa
komunitas
makrozoobentos di Pantai Mayangan berada pada kondisi yang kurang stabil karena memiliki indeks keanekaragaman yang kecil, indeks keseragaman yang mendekati satu dan indeks dominansi kurang dari satu. Hal ini menunjukkan bahwa makrozoobentos mendapatkan tekanan ekologis dari masukan bahan organik yang diindikasikan ditemukannya jenis Capitella sp. dan Prionospio sp. pada beberapa stasiun penelitian yang merupakan indikator pencemaran bahan organik. Ditinjau dari struktur komunitas yang tergambarkan saat ini di Pantai Mayangan maka hanya
45 spesies tertentu yang mampu bertahan hidup dan memiliki keseragaman yang tinggi, sehingga secara keseluruhan tidak ada spesies yang mendominasi. Ditinjau dari variasi spasial dan temporal terdapat perbedaan kepadatan makrozoobentos, indeks keanekaragaman, indeks keseragaman dan indeks dominansi. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh curah hujan yang berbeda pada setiap bulan penelitian, karakteristik habitata dan kualitas perairan, ketersediaan makanan; serta faktor predasi dan kompetisi antar jenis makrozoobentos.