24
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Proksimat Semanggi Air (Marsilea crenata) Semanggi air yang digunakan dalam penelitian ini merupakan semanggi air yang berasal dari daerah Surabaya, Jawa Timur kemudian semanggi tersebut ditanam di Laboratorium Karakteristik Bahan Baku Hasil Perairan, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Analisis proksimat yang dilakukan pada semanggi air meliputi uji kadar air, abu, protein, lemak dan serat kasar sedangkan karbohidrat dihitung dengan by difference {100%-(kadar air-kadar abu-lemak-protein-serat)}. Hasil analisis proksimat semanggi air ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1 Hasil uji proksimat semanggi air Komponen Kadar air Kadar lemak Kadar protein Kadar abu Kadar serat kasar Kadar karbohidrat
Kandungan (%) 82,59 0,36 1,91 1,72 1,96 11,46
Air merupakan komponen yang penting dalam bahan makanan, karena air dapat memberikan pengaruh pada penampakan, tekstur, serta cita rasa. Bahkan di dalam makanan kering sekalipun, terkandung air dalam jumlah tertentu. Produk hasil perikanan memiliki kandungan air yang sangat tinggi, sekitar 80%. Kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukan daya terima, kesegaran, dan daya simpan bahan tersebut (Winarno 2008). Sayuran biasanya memiliki kadar air yang lebih tinggi dari pada daging atau ikan. Semanggi air memiliki kadar air yang cukup tinggi sebesar 82,59%. Kristiono (2009) menyatakan bahwa kadar air semanggi sebesar 89,02%. Tingginya kadar air semanggi air ini dapat dipengaruhi oleh habitatnya di perairan dan bagian tubuhnya yang memiliki rongga. Buah dan sayuran merupakan bahan pangan yang memiliki kandungan air cukup tinggi. Hal ini yang dapat membuat buah dan sayuran memberikan efek rasa segar bila dikonsumsi. Air dalam tubuh berfungsi sebagai pelarut dan alat
24
25
angkut gizi, terutama vitamin larut air dan mineral. Air juga berfungsi sebagai katalisator, pelumas, fasilitator pertumbuhan, pengaturan suhu, dan peredam benturan. Buah dan sayuran termasuk kedalam makanan yang mudah mengalami kerusakan (high perishable food) karena air merupakan media yang cocok untuk pertumbuhan mikroorganisme penyebab kebusukan (Wirakusumah 2007). Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Bahan makanan terdiri dari 96% bahan organik dan air. Sisanya terdiri dari unsurunsur mineral yang juga dikenal sebagai zat anorganik atau kadar abu. Dalam proses pembakaran, komponen-komponen organik terbakar, tetapi komponen anorganiknya tidak, karena itulah disebut abu (Winarno 2008). Kadar abu semanggi air sebesar 1,72%. Nilai kadar abu ini lebih kecil dibandingkan dengan nilai kadar abu semanggi air penelitian Kristiono (2009) sebesar 2,1%. Perbedaan nilai kadar abu ini diduga disebabkan oleh perbedaan kondisi lahan. Kandungan abu dan komposisinya tergantung pada macam bahan yang dianalisis dan cara pengabuannya (Budiyanto 2002). Kadar abu mempunyai hubungan dengan jumlah kandungan mineral dari suatu bahan pangan. Mineral dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil, namun keberadaan mineral dalam tubuh sangatlah penting. Manusia memerlukan berbagai jenis mineral
untuk
metabolisme terutama sebagai kofaktor dalam aktivitas-aktivitas enzim. Keseimbangan ion-ion mineral di dalam cairan tubuh diperlukan untuk pengaturan pekerjaan enzim, pemeliharaan keseimbangan asam-basa, membantu transfer ikatan-ikatan penting melalui membran sel, dan pemeliharaan kepekaan otot dan saraf terhadap rangsangan (Almatsier 2006). Lemak merupakan zat yang penting dan merupakan sumber energi yang lebih efektif bagi tubuh dibandingkan karbohidrat dan protein. Lemak memberi cita rasa dan memperbaiki tekstur pada makanan juga sebagai sumber pelarut bagi vitamin A, D, E, dan K (Winarno 1997). Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, semanggi air mengandung lemak sebesar 0,36%. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan dengan kadar lemak hasil penelitian Kristiono (2009) sebesar 0,27%. Perbedaan nilai kadar lemak ini diduga disebabkan karena umur panen. Lemak pada bahan pangan nabati umumnya berupa asam lemak tidak jenuh. Fungsi asam lemak tak jenuh yaitu sebagai komponen dari sel-sel saraf,
25
26
membran selular dan senyawa yang menyerupai hormon. Asam lemak tidak jenuh juga berfungsi sebagai proteksi dan terapi untuk penyakit jantung serta kanker (Wirakusumah 2007). Lemak secara umum memiliki beberapa fungsi, diantaranya adalah penghasil energi, pembangun/pembentuk struktur tubuh, penghasil asam lemak essensial yang penting bagi tubuh, pembawa vitamin larut lemak, pelumas diantara persendian, membantu pengeluaran sisa makanan, pemberi kepuasan cita rasa, dan agen pengemulsi (Suhardjo dan Kusharto 1988). Semanggi air mengandung kadar protein sebesar 1,91%. Nilai kadar protein ini lebih kecil dibandingkan dengan kadar protein hasil penelitian Kristiono (2009) sebesar 4,35%. Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur C, H, O dan N yang tidak dimiliki oleh lemak dan karbohidrat (Lehninger 1982). Tubuh kita membutuhkan asam amino essensial yang tidak dapat diproduksi oleh tubuh dan hanya bisa didapatkan melalui makanan yang kita konsumsi sehari-hari. Protein berfungsi sebagai bahan dasar pembentuk selsel dan jaringan tubuh. Protein juga berperan dalam proses pertumbuhan, pemeliharaan, dan perbaikan jaringan tubuh yang mengalami kerusakan. Sayuran yang mengandung protein adalah yang berasal dari biji-bijian, seperti kacang panjang, buncis, dan kecambah (Wirakusumah 2007). Berdasarkan hasil analisis, semanggi air memiliki kandungan serat kasar sebesar 1,96%. Kandungan serat ini lebih kecil dibandingkan dengan kandungan serat kasar hasil penelitian Kristiono (2009) sebesar 2,28%. Sumber serat yang paling baik terdapat pada sayuran bila dibandingkan dengan bahan pangan lainnya. Serat pada tumbuhan umumnya terdiri dari selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Serat pada tumbuhan yang sebagian besar berupa selulosa akan terhidrolisis menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Serat yang berupa selulosa, hemiselulosa, dan lignin ini merupakan polisakarida yang banyak terdapat pada dinding sel tumbuhan. Selulosa yang terhidrolisis akan menjadi senyawa yang lebih sederhana seperti selodekstrin yang terdiri dari satuan glukosa atau lebih sedikit, kemudian selobiosa dan akhirnya glukosa (Robinson 1995). Hasil perhitungan by difference memberikan nilai bahwa karbohidrat yang terdapat pada semanggi air sebesar 11,46%. Karbohidrat memegang peranan penting dalam alam karena karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi
26
27
hewan dan manusia. Semua karbohidrat tersusun atas unsur C, N, dan O (Nasoetion et al. 1994). Nilai kadar karbohidrat semanggi air tinggi karena pada kloroplas daun terkandung amilum yang tinggi. Menurut Almatsier (2006), karbohidrat utama yang disimpan pada sebagian besar tumbuhan adalah pati dan selulosa. Pati atau amilum banyak terdapat pada kloroplas daun yang merupakan tempat fotosintesis. Intensitas cahaya yang tinggi terjadi pada siang hari yang panjang saat musim panas dapat menyebabkan terjadinya penimbunan satu atau lebih butir pati di kloroplas. 4.2 Hasil Ekstrak Komponen Bioaktif Semanggi Air Ekstraksi merupakan peristiwa pemindahan zat terlarut (solut) antara dua pelarut yang tidak saling bercampur. Proses ekstraksi bertujuan untuk mendapatkan bagian-bagian tertentu dari bahan yang mengandung komponenkomponen aktif. Ekstraksi semanggi air dilakukan dengan proses maserasi tipe pelarut secara bertingkat. Pelarut tersebut dibedakan berdasarkan kepolarannya, yaitu kloroform yang mewakili pelarut nonpolar, etil asetat mewakili pelarut semipolar, dan metanol yang bersifat pelarut polar. Pemilihan ketiga pelarut tersebut didasarkan pada tujuan untuk mengetahui rendemen identifikasi komponen aktif dari semanggi air yang masih belum diketahui sifat kepolarannya. Proses evaporasi dari filtrat semanggi air dengan ketiga jenis pelarut menghasikan ekstrak kasar dengan karakteristik yang berbeda-beda. Ekstrak kloroform berwarna coklat tua pekat dan kering, ekstrak etil asetat memiliki warna coklat tua yang lebih muda dibandingkan warna ekstrak kloroform, sedangkan ekstrak metanol memiliki warna coklat muda. Ekstrak etil asetat dan metanol berbentuk pasta kental. Hasil ekstrak kasar semanggi air dapat dilihat pada Gambar 4.
27
28
Gambar 4 Ekstrak kasar semanggi air (Kiri-kanan: ekstrak kloroform, etil asetat dan metanol)
Hasil ekstraksi menggunakan tiga jenis pelarut yang memiliki tingkat kepolaran yang berbeda-beda, akan menghasilkan rendemen ekstrak yang berbeda-beda pula. Rendemen ekstrak merupakan perbandingan antara jumlah ekstrak yang dihasilkan dengan jumlah sampel awal yang diekstrak. Rendemen ekstrak dinyatakan dalam persen. Nilai rata-rata rendemen ekstrak dari masingmasing pelarut dapat dilihat pada diagram batang Gambar 5. Proses perhitungan rendemen ekstrak dari masing-masing pelarut dapat dilihat pada Lampiran 2.
11,98
1,37 0,31
Kloroform
Etil Asetat
Metanol
Gambar 5 Nilai rata-rata rendemen ekstrak kasar semanggi air Gambar 5 menunjukkan bahwa ekstrak kloroform memiliki persentase rendemen terkecil, yaitu 0,31%, sedangkan ekstrak metanol merupakan ektrak yang memiliki rendemen terbesar, yaitu 11,98%. Data tersebut menunjukkan bahwa komponen bioaktif yang paling banyak terkandung dalam semanggi air merupakan komponen bioaktif yang memiliki sifat polar karena dapat larut pada
28
29
pelarut polar, yaitu metanol. Komponen bioaktif semanggi air yang bersifat non polar dan semipolar terdapat dalam jumlah yang lebih kecil. 4.3 Aktivitas Antioksidan Senyawa antioksidan dalam suatu bahan dapat diketahui dengan melakukan uji aktivitas antioksidan. Pengujian aktivitas antioksidan pada ekstrak kloroform, etil asetat, dan metanol semanggi air dilakukan menggunakan metode DPPH. DPPH (diphenylpicrylhydrazyl) adalah suatu radikal bebas stabil yang dapat bereaksi dengan radikal lain membentuk senyawa yang lebih stabil. Selain itu, DPPH juga dapat bereaksi dengan atom hidrogen membentuk DPPH tereduksi (diphenylpicrylhydrazyl) yang stabil (Molyneux 2004). Metode DPPH adalah salah satu metode yang paling banyak digunakan untuk memperkirakan efisiensi kinerja dari substansi yang berperan sebagai antioksidan (Molyneux 2004).
Metode ini dipilih karena sederhana, mudah,
cepat, peka dan hanya memerlukan sedikit sampel, akan tetapi jumlah pelarut pengencer yang diperlukan dalam pengujian ini cukup banyak. Antioksidan pembanding yang digunakan pada penelitian ini adalah antioksidan sintetik BHT. BHT dalam penelitian ini dibuat dengan konsentrasi 2, 4, 6, dan 8 ppm. Konsentrasi tersebut diperoleh dari hasil pengenceran stok BHT dengan konsentrasi 250 ppm. Konsentrasi ekstrak kasar semanggi air yang digunakan pada metode DPPH ini adalah 200, 400, 600, dan 800 ppm. Konsentrasi tersebut diperoleh melalui proses pengenceran dari setiap larutan stok ekstrak kasar semanggi air 1000 ppm. Perhitungan pembuatan larutan stok dan proses pengencerannya dapat dilihat pada Lampiran 3. Suatu senyawa dapat dikatakan memiliki aktivitas antioksidan apabila senyawa tersebut mampu mendonorkan atom hidrogennya pada radikal DPPH, yang
ditandai
dengan
perubahan
warna
ungu
menjadi
kuning
pucat
(Molyneux 20004). Berdasarkan hasil penelitian, perubahan warna ini hanya tampak pada larutan BHT yang diberi larutan DPPH 1 mM dan diinkubasi selama 30 menit pada suhu 37 oC, sedangkan pada larutan ekstrak kasar semanggi air yang telah diberi perlakuan sama tidak terlalu menunjukkan perubahan warna yang mencolok. Hal ini diduga karena konsentrasi ekstrak kasar semanggi air yang diuji terlalu kecil dan jauh dari nilai konsentrasi ekstrak yang dapat meredam 29
30
radikal DPPH sebanyak 50% (IC50). Perubahan warna yang mengindikasikan adanya reaksi peredaman radikal bebas DPPH oleh senyawa antioksidan pada larutan BHT dan larutan ekstrak semanggi air dapat dilihat pada Gambar 6.
BHT + DPPH 1 mM
Ekstrak Kloroform+ DPPH 1 mM
Ekstrak Etil Asetat + DPPH 1 mM
Ekstrak Metanol + DPPH 1 mM
Gambar 6 Perubahan warna yang mengidikasikan reaksi peredaman DPPH Larutan BHT dan larutan ekstrak semanggi air kemudian dilihat intensitas warnanya dengan menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 517 nm yang akan menghasilkan nilai absorbansi. Nilai absorbansi tersebut diolah untuk menghasilkan persen inhibisi dan IC50 dari antioksidan BHT dan masingmasing ekstrak kasar semanggi air dapat dilakukan.
Persen inhibisi adalah
kemampuan suatu bahan untuk menghambat aktivitas radikal bebas, yang berhubungan dengan konsentrasi suatu bahan. Nilai IC50 diartikan sebagai konsentrasi substrat yang dapat menyebabkan berkurangnya 50% aktivitas DPPH. Semakin kecil nilai IC50 berarti aktivitas antioksidannya semakin tinggi (Molyneux 2004). Perhitungan persen inhibisi dan IC50 dapat dilihat pada
30
31
Lampiran 4. Hasil uji aktivitas antioksidan BHT dan berbagai ekstrak kasar semanggi air dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Hasil uji aktivitas antioksidan Sampel BHT
IC50 (ppm)
% Inhibisi 2 ppm 12,55 200 ppm
Ekstrak 29,56 Kloroform Ekstrak 34,39 Etil Asetat Ekstrak 42,95 Metanol
4 ppm 23,67 400 ppm
6 ppm 79,37 600 ppm
8 ppm 89,45 800 ppm
33,00
37,07
40,74
1285,39
40,22
44,38
47,12
915,03
44,33
49,99
53,63
634,73
4,91
Hasil pengujian aktivitas antioksidan menunjukkan BHT memiliki nilai IC50 sebesar 4,91 ppm. Semakin kecil nilai IC50 maka semakin tinggi aktivitas antioksidannya. Persentase penghambatan tinggi dan nilai IC50 yang rendah membuktikan bahwa BHT bersifat sebagai antioksidan yang kuat. BHT itu sendiri merupakan antioksidan sintetik. Antioksidan sintetik ini biasa dicampurkan ke dalam bahan pangan karena efektif menghambat aktivitas radikal bebas dan bersifat sinergis dengan antioksidan lainnya. Namun penggunaan antioksidan sintetik dapat menyebabkan keracunan pada dosis tertentu. Kadar maksimum BHT dalam bahan pangan adalah 200 ppm (Ketaren 1986). Pengujian aktivitas antioksidan BHT menghasilkan hubungan konsentrasi BHT yang digunakan dengan persen inhibisinya yang dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Grafik hubungan konsentrasi BHT dengan persen inhibisinya.
31
32
Gambar 7 menunjukkan bahwa BHT memiliki persen penghambatan radikal bebas tertinggi pada konsentrasi 8 ppm, yaitu sebesar 89,45% dengan nilai IC50 sebesar 4,91 ppm. Nilai IC50 BHT ini tidak jauh berbeda dengan nilai yang diperoleh Hanani et al. (2005) dalam penelitiannya sebesar 3,81 ppm. Contoh perhitungan persentase penghambatan dan nilai IC50 dapat dilihat pada Lampiran 4. Aktivitas antioksidan dapat dikatakan tinggi bila nilai IC50 yang diperoleh kecil. Persentase penghambatan tinggi dan nilai IC50 yang kecil membuktikan bahwa BHT bersifat antioksidan yang sangat kuat (<50 ppm) menurut klasifikasi Blois (1958) dalam Molyneux (2004). Berdasarkan hasil perhitungan, rata-rata kemampuan menghambat radikal bebas terendah terdapat pada konsentrasi 200 ppm, yaitu 29,56% untuk ekstrak kloroform, 34,39% untuk ekstrak etil asetat, 42,95% untuk ekstrak metanol. Sedangkan rata-rata kemampuan menghambat radikal bebas tertinggi terdapat pada konsentrasi 800 ppm, yaitu 40,74% untuk ekstrak kloroform, 47,38% untuk ekstrak etil asetat, 53,63% untuk ekstrak metanol. Semakin tingginya konsentrasi ekstrak
kasar
semanggi
air
yang
digunakan
menghasilkan
persentase
penghambatan radikal bebas yang tinggi pula. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Qian dan Nihorimbere (2004), yang menyatakan bahwa persentase penghambatan terhadap aktivitas radikal bebas meningkat dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak. Ekstrak kasar kloroform, etil asetat, dan metanol semanggi air memiliki aktivitas antioksidan walaupun aktivitasnya tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai IC50 yang tinggi ketiga ekstrak kasar semanggi air. Ekstrak ini memiliki kekuatan penghambat yang berbeda-beda. Hubungan persentase penghambatan dengan konsentrasi ekstrak kasar semanggi air disajikan pada Gambar 8.
32
33
Gambar 8 Hubungan konsentrasi dengan rata-rata persentase penghambatan ekstrak kasar semanggi air. IC50 dapat didefinisikan sebagai konsentrasi substrat yang dapat menyebabkan berkurangnya 50% aktivitas DPPH (Molyneux 2004). Nilai rata-
33
34
rata IC50 pada ekstrak kasar semanggi air dari ketiga pelarut yang digunakan, dapat dilihat pada Gambar 9.
1285,39 915,03 634,73
Kloroform
Etil Asetat
Metanol
Gambar 9 Nilai rata-rata IC50 ekstrak kasar semanggi air Gambar 9 menunjukkan bahwa metanol memiliki aktivitas antioksidan paling baik, dimana sebesar 50% radikal bebas DPPH berhasil dihambat aktivitasnya pada konsentrasi 634,73 ppm, diikuti oleh konsentrasi ekstrak etil asetat sebesar 915,03 ppm dan konsentrasi ekatrak kloroform sebesar 1285,39 ppm. Nilai IC50 yang rendah mengindikasikan aktivitas antioksidan yang tinggi. Blois (1958) dalam Molyneux (2004) menjelaskan bahwa, suatu senyawa dapat dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat apabila nilai IC50 kurang dari 0,05 mg/ml, kuat apabila nilai IC50 antara 0,05-0,10 mg/ml, sedang apabila nilai IC50 berkisar antara 0,10-0,15 mg/mldan lemah apabila nilai IC50 berkisar antara 0,15-0,20 mg/ml. Menurut klasifikasi ini, ketiga esktrak kasar semanggi air tersebut memiliki aktivitas antioksidan yang sangat lemah, karena nilai IC50-nya lebih besar dari 0,20 mg/ml atau 200 ppm. Aktivitas antioksidan ini jauh berbeda dengan antioksidan sintetik BHT karena ekstrak semanggi air yang digunakan pada pengujian masih berupa ekstrak kasar (crude). Ekstrak kasar bukan merupakan senyawa murni, tetapi masih mengandung senyawa-senyawa lain yang kemungkinan tidak mempunyai aktivitas antioksidan. Kebayakan senyawa antioksidan yang diisolasi dari sumber alami berasal dari tumbuhan. Senyawa ini umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik
34
35
yang dapat berupa golongan flavonoid, turunan asam sinamat, kumarin dan tokoferol (Pratt dan Hudson 1990). Komponen flavonoid hasil pengujian terdapat pada ekstrak kasar metanol, etil asetat, dan kloroform semanggi air. Peran flavonoid sebagai antioksidan ini terbukti dari hasil penelitian Ayoola et al. (2008) yang menunjukkan bahwa seluruh komponen flavonoid yang diisolasi dari tumbuhan C. papaya, M. indica, V. amygdalina, dan P. guajava memiliki aktivitas antioksidan. Ekstrak kasar metanol semanggi air memiliki aktivitas antioksidan yang lebih kuat dibandingkan dengan ekstrak kasar etil asetat dan kloroform. Ekstrak kasar metanol semanggi air diduga mengandung komponen alkaloid. Alkaloid diketahui memiliki aktivitas antioksidan. Ayoola et al. (2008) menunjukkan bahwa C. papayadan dan V. amygdalina mengandung komponen alkaloid yang memiliki berpotensi memiliki aktivitas antioksidan. Setiap pelarut yang berbeda sifat kepolarannya melarutkan komponen-komponen bioaktif yang berbeda. Suratmo (2007) menyatakan bahwa golongan senyawa-senyawa fenolat, flavonoid, dan alkaloid berpotensi sebagai antioksidan yang merupakan senyawasenyawa polar. Senyawa-senyawa polar tersebut akan terekstrak pada fraksi ekstrak metanol karena metanol pelarut yang polar. Fraksi ekstrak etilasetat terdapat senyawa-senyawa dengan kepolaran yang sedang dan memungkinkan juga mengekstrak sebagian kecil senyawa polar yang memiliki aktivitas antioksidan. Ekstrak kasar kloroform semanggi air memiliki aktivitas antioksidan yang lemah dibandingkan kedua ekstrak lainnya. Fraksi ekstrak kloroform kemungkinan hanya mengandung senyawa non polar, seperti minyak atsiri, lemak, dan minyak. 4.4 Uji Fitokimia Ekstrak kasar hasil ekstraksi semanggi air menggunakan pelarut kloroform p.a (non polar), etil asetat p.a (semi polar), dan metanol p.a (polar) di uji komponen bioaktifnya menggunakan uji fitokimia. Uji fitokimia bertujuan untuk mengetahui komponen bioaktif yang terdapat pada setiap ekstrak kasar semanggi air. Uji fitokimia dapat mendeteksi komponen bioaktif pada metabolit primer dan sekunder. Jaring-jaring reaksi biokimia yang rumit dan vital disebut metabolit primer dan turunan dari metabolit primer disebut dengan metabolit sekunder yang 35
36
tidak esensial bagi tubuh (Herbert 1995). Penapisan komponen bioaktif pada setiap ekstrak dilakukan dengan metode uji fitokimia yang meliputi pengujian komponen karbohidrat, gula pereduksi, peptida, asam amino (metabolit primer), alkaloid, steroid, flavonoid, saponin, dan fenol hidrokuinon (metabolit sekunder) (Harborne 1987). Uji fitokimia yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi uji alkaloid, steroid, flavonoid, saponin, fenol hidrokuinon, uji Molisch, uji Benedict, uji Biuret, dan uji Ninhidrin. Hasil uji fitokimia ekstrak semanggi air dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil pengujian fitokimia pada Tabel 3 menunjukkan bahwa ekstrak metanol semanggi air mengandung komponen bioaktif yang lebih banyak dibandingkan dua ekstrak lainnya.
Komponen bioaktif pada ekstrak metanol
meliputi komponen alkaloid, flavonoid, karbohidrat, gula pereduksi dan asam amino. Komponen bioaktif yang terdeteksi pada ekstrak etil asetat dan kloroform meliputi komponen flavonoid, steroid, dan karbohidrat. Tabel 2 Hasil uji fitokimia ekstrak kasar semanggi air Uji Fitokimia
Jenis Pelarut Etil Kloroform Metanol Asetat
Alkaloid: a. Dragendorff b. Meyer c. Wagner
-
-
+
Steroid/triterpenoid
+
+
-
Flavonoid
+
+
+
Saponin Fenol Hidrokuinon Molisch
+
+
+
Benedict
-
-
+
Biuret Ninhidrin
-
-
+
Standar (warna)
Endapan merah atau jingga Endapan putih kekuningan Endapan coklat Perubahan dari merah menjadi biru/hijau Lapisan amil alkohol berwarna merah/kuning/hijau Terbentuk busa Warna hijau atau hijau biru Warna ungu antara 2 lapisan Warna hijau/kuning/endapan merah bata Warna ungu Warna biru
Proses ekstraksi dengan pelarut yang memiliki kepolaran yang berbeda akan mengekstrak senyawa yang berbeda pula. Kelarutan komponen bioaktif dalam bahan/sampel akan menentukan komposisi ekstrak yang diperoleh. Ekstrak
36
37
nonpolar mengandung komponen yang bersifat nonpolar seperti lilin (wax), lemak, dan minyak atsiri. Ekstrak etilasetat (semipolar) sebagian besar mengandung senyawa-senyawa alkaloid, aglikon-aglikon, dan glikosida. Ekstraksi dengan pelarut etanol dapat mengekstrak fenolik, steroid, terpenoid, alkaloid, dan glikosida (Houghton dan Raman 1998). Pelarut metanol mampu mengekstrak senyawa
alkaloid
kuartener,
komponen
fenolik,
karotenoid,
dan
tanin
(Harborne 1987). Metanol mampu mengekstrak senyawa-senyawa yang bersifat nonpolar, seperti lilin dan lemak (Houghton dan Raman 1998). Alkaloid pada umumnya mencakup senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom hidrogen, biasanya dalam gabungan sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid merupakan grup terbesar senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada produk alami dan sering bersifat racun sehingga digunakan secara luas. Alkaloid merupakan suatu kelompok yang heterogen. Jenis yang dapat terdeteksi sampai saat ini mencapai lebih dari 5500 struktur yang berbeda (Harborne 1987). Alkaloid pada ekstrak kasar semanggi air diduga memiliki kandungan antioksidan sama seperti jenis alkaloid yang ditemukan sama seperti jenis alkaloid yang ditemukan oleh Ayoola et al. (2008) juga menunjukkan bahwa C. papaya dan V. amygdalina memiliki aktivitas antioksidan. Hanani et al. (2005) juga menyatakan bahwa senyawa kimia dalam spons yang mempunyai aktivitas antioksidan secara kualitatif dan lanjutan yaitu alkaloid. Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isopena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik, yaitu skualena. Senyawa ini berstruktur siklik kompleks, sebagian besar berupa alkohol, aldehida, atau asam karbokilat. Triterpenoid tidak berwarna, berbentuk kristal, sering kali bertitik leleh tinggi dan aktif optik (Harborne 1987). Hasil
pengujian
fitokimia
menunjukkan
bahwa
komponen
triterpenoid/steroid terdeteksi pada ekstrak kasar kloroform dan etil asetat semanggi air. Steroid terdeteksi pada ekstrak kasar kloroform dan etil asetat karena prekursor dari pembentukan triterpenoid/steroid adalah kolesterol yang bersifat non polar (Harborne 1984), sehingga diduga triterpenoid/steroid dapat larut pada pelarut organik (non polar).
37
38
Flavonoid merupakan golongan senyawa fenolik alami terbesar selain fenol sederhana. Flavonoid terdapat dalam tumbuhan, terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikon flavonoid. Penggolongan jenis flavonoid dalam jaringan didasarkan oleh sifat kelarutan dan reaksi warna. Menurut Harborne (1984) terdapat sepuluh kelas flavonoid yaitu antosianin, proantosianidin, flavonol, flavon, glikoflavon, biflavonil, khalkon, auron, flavanon, dan isoflavon. Flavonoid terdapat pada seluruh bagian tanaman termasuk pada buah, tepung sari, dan akar. Flavonoid berperan terhadap warna dalam organ tumbuhan seperti bunga, buah, daun, atau warna pada pigmen. Pada tumbuhan flavonoid berguna untuk menarik serangga dan binatang lain untuk membantu proses penyerbukan dan penyebaran biji (Sirait 2007). Pada ketiga ekstrak kasar semanggi air uji flavonoid memberikan hasil positif (+), ditandai dengan warna kuning pada lapisan amil alkohol. Pada tumbuhan, flavonoid berbentuk glikosida dan dapat berfungsi untuk melindungi tumbuhan dari sinar UV. Pada manusia flavonoid berfungsi sebagai stimulan pada jantung, diuretik, menurunkan kadar gula darah, dan sebagai anti jamur (Zabri et al. 2008). Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi manusia dan hewan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Karbohidrat dibentuk melalui proses fotosintesis pada tanaman. Zat tersebut dapat diubah menjadi senyawa kimia organik lain yang diperlukan tanaman. Karbohidrat berguna sebagai storing energy seperti pati, transport of energy seperti sukrosa, dan sebagai penyusun dinding sel seperti selulosa (Sirait 2007). Pada ketiga ekstrak kasar semanggi air uji Molisch juga memberikan hasil positif (+), hal ini menunjukkan bahwa ketiga ekstrak kasar semanggi air memiliki kandungan karbohidrat. Reaksi positif (+) ini ditandai dengan adanya warna ungu antara dua lapisan. Karbohidrat yang terdapat pada buah dan sayuran umumnya berupa pati dan selulosa. Buah dan sayur banyak mengandung pati dan selulosa (Wirakusumah 2009). Karbohidrat berperan untuk mencegah pemecahan protein tubuh yang berlebihan yang berakibat kepada penurunan fungsi protein sebagai enzim dan fungsi antibodi, timbulnya ketosis, kehilangan mineral dan berguna untuk membantu metabolisme lemak, serta protein (Budiyanto 2002).
38
39
Gula pereduksi merupakan kelompok gula atau karbohidrat yang dapat mereduksi senyawa pengoksidasi. Monosakarida akan segera mereduksi senyawasenyawa pengoksidasi seperti ferisianida, hidrogen peroksida, atau ion kupri (Cu2+) (Lehninger 1982). Hasil pengujian gula pereduksi menggunakan pereaksi Benedict menunjukkan bahwa hanya ekstrak kasar metanol semanggi air yang positif mengandung gula pereduksi. Asam amino merupakan komponen penyusun protein yang dihubungkan oleh ikatan peptida. Asam amino memiliki atom C pusat yang mengikat empat gugus yang berbeda, maka asam amino memiliki dua konfigurasi yaitu konfigurasi D dan konfigurasi L. Molekul asam amino mempunyai konfigurasi L apabila gugus –NH2 terdapat di sebelah kiri atom karbon α dan bila posisi gugus NH2 di sebelah kanan, maka molekul asam amino disebut asam amino konfigurasi D (Lehninger 1982). Hasil pengujian asam amino dengan menggunakan pereaksi Ninhidrin 0,10% menunjukkan bahwa hanya ekstrak kasar metanol semanggi air saja yang positif mengandung komponen asam amino. Hasil positif (+) ini ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi warna biru. Asam amino hanya terdeteksi pada ekstrak metanol karena asam amino tidak larut dalam pelarut non polar. Almatsier (2006) menyatakan bahwa asam amino biasanya larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut non polar seperti eter, aseton, dan kloroform.
39