4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Kabupaten Bantul merupakan salah satu Kabupaten dari 5 Kabupaten/Kota di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang terletak di Pulau Jawa. Bagian utara berbatasan dengan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman, bagian timur berbatasan dengan Kabupaten Gunungkidul, bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Kulonprogo dan bagian selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia. Kabupaten Bantul terletak antara 07° 44' 04" - 08° 00' 27" Lintang Selatan dan 110° 12' 34" - 110° 31' 08" Bujur Timur. Peta Kabupaten Bantul terlihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Peta Kabupaten Bantul Luas wilayah Kabupaten Bantul 508,85 Km2 (15,9% dari Luas wilayah Propinsi DIY) dengan topografi sebagai dataran rendah 14% dan lebih dari separonya (60%) daerah perbukitan yang kurang subur, secara garis besar terdiri dari : Bagian Barat, adalah daerah landai yang kurang serta perbukitan yang membujur dari Utara ke Selatan seluas 89,86 km2 (17,73 % dari seluruh wilayah). Bagian Tengah, adalah daerah datar dan landai merupakan daerah pertanian yang subur seluas 210.94 km2 (41,62 %). Bagian Timur, adalah daerah yang landai, miring dan terjal yang keadaannya masih lebih baik dari daerah bagian Barat, seluas 206,05 km2 (40,65%). Bagian Selatan, adalah sebenarnya merupakan bagian dari daerah bagian Tengah dengan keadaan alamnya yang berpasir dan sedikir berlagun, terbentang di Pantai Selatan dari Kecamatan Srandakan, Sanden dan Kretek. Kabupaten Bantul terdiri dari 17
Kecamatan,
yaitu
Kecamatan
Srandakan,
Bambanglipuro, Pandak, Bantul, Jetis,
Imogiri,
Sanden,
Kretek,
Pundong,
Dlingo, Pleret,
Piyungan,
Banguntapan, Sewon, Kasihan, Pajangan dan Sedayu dengan jumlah penduduk sekitar 800.000 jiwa atau sekitar 1.624 jiwa/km2. Industri kulit merupakan salah satu industri yang terbukti mampu memberikan sumbangan pada nilai eksport Kabupaten Bantul dan juga memberikan kesempatan kerja dan menjadi gantungan sumber pendapatan bagi berbagai industri rumahan. Dalam laporan tahunan “Bantul Dalam Angka 2010”, sektor industri kulit mampu menyerap tenaga kerja 5.728 orang dalam berbagai skala unit usaha. Peran industri kulit sangat dirasakan dalam tata kehidupan masyarakat Kabupaten Bantul lantaran sebarannya yang hampir merata di seluruh wilayah, khususnya di Desa Sabdodadi, Kecamatan Bantul. Kulit adalah lapisan luar badan yang melindungi badan atau tubuh hewan dari pengaruh-pengaruh luar, seperti panas, pengaruh yang bersifat mekanis, kimiawi, serta merupakan pengatur suhu badan. Pada saat hidup, kulit mempunyai fungsi antara lain sebagai indra perasa, tempat pengeluaran hasil pembakaran, sebagai pelindung dari kerusakan bakteri kulit, sebagai buffer terhadap benturan, sebagai
penyaring sinar matahari, serta sebagai alat pengatur suhu tubuh. Masing-masing kulit hewan memiliki sifat dan karakter yang berbeda. Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu kulit antara lain kondisi geografi asal ternak, aktifitas ternak, kesehatan dan usia ternak. Kulit samak tidak hanya kuat namun juga tahan lama serta lugas tetapi juga memiliki struktur berpori unik sehingga dapat “bernafas”, artinya udara dan uap air dapat melalui jaringannya. Pengerjaan kulit samak umumnya mudah; misalnya ia mudah dipotong, disambung, dijahit, diampelas, dicat, bahkan disepuh emas. Bila dipotong tepinya tidak terurai, yang mana merupakan sifat yang unggul untuk beberapa keperluan (Judiamidjojo, 1984). Kulit mentah dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kulit dari hewan besar (hides) seperti sapi, kerbau, kuda, serta kelompok kulit yang berasal dari hewan kecil (skins) seperti kambing, domba, dan kelinci. Definisi dan kriteria teknis jenis kulit terlihat pada tabel 11.
Tabel 11 Definisi dan kriteria teknis jenis kulit Jenis kulit Kulit Mentah
Pickled
Wetblue
Crust
Definisi Kulit yang diperoleh dari hasil pemotongan ternak (kerbau, sapi, domba dan kambing), dimana kulit tersebut telah dipisahkan dari seluruh bagian dagingnya, baik yang segar (green hide), yang dikeringkan (dried hide) maupun yang digarami (salted hide) Kulit Mentah yang sudah diproses sampai pengasaman
Kulit mentah yang disamak sampai proses penyamakan krom (chrome), masih dalam keadaan basah dan belum di proses selanjutnya. Kulit Hewan yang disamak masak (tanning) dan disamak ulang (retanning)/penyamakan kombinasi yang baik yang mengalami
Kriteria Teknis Berbulu dalam keadaan segar (freshed/green hides) Berbulu dalam keadaan kering (dried hide) Berbulu dalam keadaan awet garam basah (wet salterd) Berbulu dalam keadaan awet garam kering (brain cured). Tidak berbulu Dalam keadaan basah Derajat keasaman 3 Berwarna Putih Berwarna biru Dalam keadaan basah Derajat keasaman 3,5 - 4,0 Untuk kulit natural crust berwarna putih kebiruan Untuk kulit dyed crust berwarna seperti bahan pewarnanya
pewarnaan (natural crust) dan belum mengalami penyempurnaan.
(dyestuff Dalam keadaan kering (kadar air pailing tinggi 25%)
Sumber: Departemen Perdaganagan, 2010
Jenis kulit berdasarkan bagian tubuh hewan: a. Bagian punggung: Bagian kulit yang letaknya ada pada punggung dan mempunyai jaringan struktur yang paling rapat luasnya 40% dari seluruh luas kulit. b. Bagian leher: Bagian kulit agak tebal, sangat rapat dan terdapat beberapa kerutan. c. Bagian bahu: Bagian kulit lebih tipis, mutunya lebih baik, namun terdapat kerutan yang dapat mengurangi mutu kulit. d. Bagian perut dan paha: Struktur jaringan kurang rapat, tipis dan mulur setelah kering dan mutu kulit tidak homogen. Dalam industri perkulitan dikenal dua pengelompokan kulit, yaitu: a. Kulit yang belum mengalami pengolahan penyamakan dikenal dengan kulit perkamen atau kulit mentah, dapat digunakan sebagai bahan seni tatah sungging. b. Kulit yang telah melalui proses pengolahan penyamakan kulit disebut kulit-jadi (kulit tersamak), digunakan sebagai bahan baku berbagai industri barang jadi kulit. Perbedaan kulit mentah dan kulit tersamak terangkum pada tabel 12.
Tabel 12 Perbedaan kulit mentah dan kulit tersamak Jenis Bentuk Warna
Kulit Mentah lembaran Seperti kulit aslinya
Kenampakan sifat
Kering, kaku, keras, mudah busuk karena bakteri
Kulit Tersamak belahan Tergantung bahan penyamak yang digunakan Lemas, elastis, plastis, tidak mudah busuk, tidak mudah menjadi lem
Kulit yang bisa digunakan dalam pembuatan produk adalah kulit jadi, yaitu kulit yang sudah disamak atau diproses menggunakan bahan kimia dan nabati. Berat
kulit sapi, kambing dan kerbau sekitar 7-10% dari berat tubuh, secara ekonomis kulit memiliki harga sekitar 10-15% dari harga ternak. Kulit mempunyai sifat dan ciri yang unik, daya tahan dan nilai artistik yang tidak dimiliki oleh bahan lain. Industri penyamakan kulit adalah industri yang mengolah kulit mentah hewan menjadi kulit jadi yang siap digunakan untuk berbagai keperluan bagi industri barang jadi kulit seperti industri sepatu/sandal, tas, sarung tangan, sabuk, jaket dan sebagainya. Penyamakan dilakukan untuk mengubah kulit mentah yang mudah rusak oleh mikroorganisme. Kulit tersamak lebih tahan terhadap faktor-faktor yang dapat merusak kulit yaitu dengan memasukkan bahan penyamak ke dalam jaringan kulit yang berupa jaringan kolagen sehingga terbentuk ikatan kimia antara keduanya menjadikan lebih tahan terhadap faktor perusak. Zat penyamak bisa berupa penyamak nabati, sintetis, mineral dan penyamak minyak.
4.2. Gambaran Industri Kulit Manding Sentra industri kulit Manding merupakan salah satu sentra industri yang terkenal di provinsi DIY. Sentra ini terletak di Dusun Manding, Desa Sabdodadi, Bantul, Yogyakarta. Lokasi ini cukup strategis, karena memotong jalur utama Yogyakarta menuju Pantai Parangtritis yang merupakan tempat wisata wajib ketika berkunjung ke Yogyakarta. Pengunjung tidak hanya dapat membeli produk yang ada di showroom saja, tetapi juga bisa membeli sesuai dengan pesanan keinginan pembeli.Sentra industri kulit Manding terdiri dari 32 pengrajin kulit, dengan proporsi skala industrinya ; 12 industri mikro, 18 industri kecil, dan dua industri menengah. Sentra industri kulit Manding berdiri pada tahun 1957. Lahirnya sentra industri kulit Manding berawal dari beberapa pemuda Manding yang bernama Prapto Sudarmo, Wardi Utomo, dan Ratno Suharjo yang saat itu setelah lulus SD pergi ke Yogyakarta dan bekerja pada sebuah perusahaan kerajinan kulit milik Bapak Partiman di Rotowijayan, sebuah kampung dekat Kraton,Yogyakarta pada tahun 1947. Setelah sepuluh tahun lamanya belajar, meraka pulang kampung dan mencoba untuk menggeluti usaha sendiri. Pada tahun 1976 Departemen Perindustrian Propinsi DIY dan Pemerintah daerah Bantul memberikan bantuan baik fisik maupun non fisik,
seperti pendirian koperasi berbadan hukum pertama untuk pengusaha kulit di Manding, diklat kepada 40 pengusaha kulit, serta bantuan bahan baku kulit. Tahun 1979 hingga tahun 90-an Manding mampu mengekspor produk mereka hingga ke Spanyol. Aneka Produk kerajinan berbahan dasar kulit hewan dihasilkan oleh tangantangan terampil dari Manding. Kerajinan kulit Manding tidak semata-mata menggunakan bahan kulit sebagai bahan kerajinan tetapi juga memadukan kulit dengan bahan baku lain seperti serat alam pandan, mendong, enceng gondok, agel dan lidi. Hasil kerajinannya meliputi jaket, sepatu, sandal, dompet, wayang, tas, topi, sabuk, gantungan kunci, kipas, serta hiasan kulit lainnya. Kerajinan kulit Manding memiliki mutu dan nilai seni yang mampu menembus pasar nasional seperti Jakarta, Solo, Semarang dan bali, bahkan menembus pasar ekspor seperti Spanyol dan Australia. Paguyuban pengusaha kulit Manding pertama kali diresmikan pada tanggal 12 Januari 1985 dengan nama Paguyuban Setiyo Rukun”. Seiring bertambahnya pengusaha yang tidak hanya berada di Manding, namun juga diseluruh Desa Sabdodadi, maka paguyuban dipecah menjadi dua, paguyuban pengusaha Manding yang baru bernama “Paguyuban Karya sejahtera”. Peran paguyuban tersebut dirasa masih kurang maksimal, karena kegiatan yang berjalan hanya sebatas arisan dan simpan pinjam antar pengusaha, belum ada kegiatan yang berhubungan langsung dengan perkembangan industri kulit disana, seperti penetuan harga standar produk yang dirasa sama, maupun penetuan strategi pemasaran untuk meningkatkan penjualan. Pada pertengahan tahun 1997, sentra industri kulit Manding mengalami keterpurukan akibat krisis moneter yang melanda Indonesia. Krisis menyebabkan harga bahan baku kulit meningkat tajam, serta diikuti penurunan jumlah pasokan bahan kulit mentah, karena sebagian kulit mentah lebih dirasa menguntungkan jika langsung di ekspor, bukan digunakan untuk industri dalam negeri. Ini terjadi karena harga kulit mentah di pasar ekspor jauh lebih tinggi dibanding harga dalam negeri, sehingga memacu pelaku industri kulit untuk mengkombinasi produk kulitnya dengan bahan baku lain seperti serat alam pandan, mendong, enceng gondok, agel dan lidi.
Pada tahun 2007 Disperindagkop Kabupaten Bantul memberikan bantuan fisik berupa pemberian mesin seharga Rp8.500.000,00 serta bantuan pinjaman dana Rp 4.500.000,00 untuk setiap pengusaha kulit. Pada tahun 2007 pula Bank Indonesia memberikan bantuan yang cukup besar bagi perkembangan sentra industri kulit Manding, yaitu; gapura selamat datang, pembangunan area parker, gedung pertemuan, gorong-gorong, bak sampah, dan toilet umum. Bantuan non fisik antara lain ; pelatihan bahasa inggris, pelatihan manajemen, dan pelatihan pengelolaan showroom. Pada tahun 2008 Kantor Pemuda dan Olahraga Pemerintah daerah Bantul memberikan diklat pembuatan bola sepak (Disperindagkop Kab. Bantul, 2012). Saat ini Manding dikenal sebagai pusatnya kerajinan kulit di Yogyakarta selain itu Manding merupakan sentra kerajinan kulit yang menjadi tujuan utama bagi wisatawan yang ingin mencari souvenir yang terbuat dari kulit. Manding tergabung dalam kawasan Kawasan Wisata Gabusan-MandingTembi (GMT). Visi dan misi Kawasan Wisata Gabusan-Manding-Tembi (GMT) yang dirumuskan melalui Lokakarya ”Penyusunan Grand Design Pengembangan Kawasan Wisata Gabusan Manding Tembi (GMT)” adalah sebagai berikut; Visi ”Menjadikan GMT sebagai kawasan wisata yang menawarkan produk dan pengalaman unik berbasis masyarakat dan budaya lokal” Misi ”Memberdayakan masyarakat, mensinergikan usaha, memberikan produk dan pelayanan berbudaya, peningkatan pendapatan dan sumber pendanaan dalam rangka mendukung pembangunan sosial ekonomi dan budaya di kawasan wisata GMT.” Terdapat perspektif strategis penting dalam penerjemahan visi dan misi menjadi sasaransasaran strategis kawasan wisata berbasis masyarakat ini. Perspektif tersebut adalah : ”Memberdayakan dan mensinergikan potensi-potensi masyarakat, memberikan produk dan pelayanan berbudaya, peningkatan pendapatan dan sumber-sumber pendanaan rangka mendukung pembangunan sosial ekonomi dan budaya di kawasan wisata GMT.” Bahan baku utama yang digunakan adalah kulit samak asli yang berasal dari hewan, seperti sapi, domba, kambing, dan ikan pari. Bahan baku diperoleh dari Yogyakarta dan sebagian dari magetan jawa timur. Kulit sapi banyak dibuat menjadi
tas, sepatu, dan topi, sedangkan kulit kambing kebanyakan digunakan untuk jaket dan berbagai produk lainya, seperti sovenir. Harga jual produk kulit bervariasi tergantung Desain, tingkat kerumitan, dan terutama bahan baku yang digunakan. Bahan baku yang digunakan selain kulit asli hewan, juga menggunakan bahan baku kulit sintetis atau vinyl, merupakan lembaran kulit tiruan dengan permukaan halus, mempunyai kontruksi pori-pori menyerupai rajah kulit asli, terbuat dari polivinil klorida atau poliuretan sebagai lapisan atas dan kain sebagai lapisan dasar atau penguat. Bahan baku kulit vinyl dapat diperoleh didaerah Yogyakarta. Bahan pembantu merupakan bahan yang digunakan sebagai bahan pendukung dihasilkannya produk kulit. Bahan pembantu terdiri dari lem (lem lateks, lem kuning, lem karet), cat kulit (cat dasar, cat finishing), benang (benang nylon, benang mesin), lak, semir, kain, busa, karton, dan triplek. Asesoris yang digunakan untuk pelengkap dapat berupa ring, gesper, knob, mangnet, risleting, dan keling.
Proses Produksi Produk industri kulit memiliki jenis dan produk yang berbeda-beda, namun secara umum prosesnya adalah; 1. Penyiapan bahan baku Bahan baku kulit yang digunakan tergantung dari Desain pemesan dan harga jual produk. Kulit yang digunakan adalah kulit samak yang masih berupa lembaran. 2. Pengecatan Awal Pengecatan dilakukan hanya dilakukan pada kulit sapi, sedangkan kulit kambing langsung menempuh proses pembuatan pola. Pengecatan dilakukan dengan menggunakan cat khusus untuk kulit, serta menggunakn kompresor sehingga cat dapat merata pada seluruh permukaan kulit. 3. Penjemuran Proses penjemuran berfungsi untuk mempercepat pengeringan cat. Penjemuran dilakukan langsung dibawah matahari membutuhkan waktu 2 hari untuk 20-30 lembar kulit sapi. 4. Pengepresan / Penyetrikaan
Proses pengepresan dilakukan untuk memperhalus tekstur bahan kulit, proses ini dilakukan di Balai Besar Penelitian dan Pengembagan Kulit, Karet dan Plastik yang berada di Jalan Sukonandi no.9 Yogyakarta. Waktu yang dibutuhkan untuk proses pengepresan adalah satu jam. Tahapan proses 1-4 sudah jarang dilakukan pengusaha kulit Manding saat ini, karena meraka telah membeli bahan kulit jadi yang siap dipola. 5. Pembuatan Pola Pembuatan pola sepatu diawali dengan pembuatan pola dasar menggunakan kertas manila, selanjutnya pembuatan pola jadi. Pola jadi merupakan pola dasar yang diberi penambahan pada disetiap lipatan, untuk lipatan biasa ditambahkan 13 mm, untuk tumpangan dalam penjahitan diberi penambahan 5-10 mm, sedangkan untuk bagian bawah atau lasting diberi penambahan 30-50 mm. Pola jadi yang sudah dibuat kemudian dipolakan pada bahan pokok yang digunakan seperti kulit, kain pelapis, kertas karton, atau sesuai dengan bahan baku pembantu yang digunakan. 6. Pemotongan Pemotongan dilakukan sesuai dengan pola yang telah dibuat. Pemotogan bahan lebih baik menggunakan pisau cutter agar permukaan hasil pemotongan lebih rapi, dibanding pemotongan dengan gunting. Untuk produk dari kulit sapi, setelah proses
pemotongan
dilakukan
penyesetan
dengan
mesin
seset
untuk
menghaluskan permukaan potongan kulit, sehingga lebih mudah untuk dijahit. 7. Pengecatan Pengecetan dilakukan agar cat kulit lebih awet dan tidak mudah pudar. Khusus kulit pari, sebelum proses pegecaran dilakukan proses penggerindaan dan pengamplasan atau buffing. Penggerindaan adalah proses penghilangan sisik ikan pari sesuai dengan pola jahitan menggunakan mesin gerinda. Setelah penggerindaan dilakukan proses pengampasan atau buffing pada bagian mutiaranya. Proses buffing bertujuan agar pengecatan lebih optimal dan merata. Selanjutnya dilakukan proses pengecatan, untuk bahan kulit pari pengecatan dilakukan dua tahap, tahap pertama pengecatan menggunakan cat air, tahap ini cat
dioleskan menggunakan kuas pada bagian mutiaranya, kemudian kering anginkan. Tahap kedua merupakan pengecatan dengan cat minyak dicampur hardener secukupnya, pengecatan tahap kedua dilakukan dengan spray gun. 8. Pengeleman Komponen produk kulit yang telah dicat kemudian dirangkai membentuk produk yang dikehendaki menggunakan lem selanjutnya dijahit menjadi produk kulit. Adapun lem yang biasa digunakan adalah lem fox dan lem lateks. Pengeleman dilakukan untuk memperkuat sambungan dari bagian-bagian produk serta mempermudah proses penjahitan. 9. Pemasangan Kain Proses ini diperlukan untuk produk yang memerlukan lapisan kain dalam seperti tas, topi, dan boks. Kain pelapis dalam dapat dipasang dengan proses pengeleman atau penjahitan tergantung dari jenis produknya. 10. Penjahitan Penjahitan dilakukan dengan mesin jahit, sedangkan untuk bahan yang lebih tebal dilakukan dengan mesin bumbung, penjahitan juga dapat dilakukan secara manual sebagai peleengkap asesoris seperti pada produk souvenir. Produk sepatu kulit setelah proses penjahitan akan mengalami proses lasting dan memasangan sol sepatu. 11. Perangkaian asesoris Asesoris yang yang digunakan terdiri dari berbagai jenis dan ukuran sesuai dengan desain awal, berupa ring, gesper, resliting, knob, kancing dan gesper. 12. Pengecekan ulang Pengecekan
ulang
dilakukan
untuk
memastikan
kerapian
jahitan,
dan
kesempurnaan penempelan bagian-bagian produk. Permukaan produk dibersihkan dari sisa bahan baku dan bahan pembantu seperti benang, sisa asesoris, dan lem. 13. Finishing Pada proses ini diberikan bahan Lak agar permukaan produk terlihat mengkilap dan halus. Penambahan bahan tersebut dilakukan dengan menggunakan kompresor sehingga hasilnya lebih rapi dan merata diseluruh permukaan produk.
Untuk produk yang mempunyai mutu lebih rendah seperti kulit kambing tidak ada penambahan lak. Setelah proses finishing selesai, produk jadi siap untuk dikemas dan disimpan.
Pemasaran Secara umum pemasaran produk kulit Manding dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu ; 1. Pemasaran lokal Produk kulit Manding juga dijual di sekitar Yoyakarta, seperti daerah Malioboro, pasar Bringharjo, dan daerah wisata seperti Borobudur dan Prambanan, karena lokasi tersebut dirasa strategis untuk memasarkan produk kulit Manding. Di Dusun Manding juga berdiri showroom-showroom yang menjual produk kulit kepada konsumen yang datang langsung ke lokasi. Lokasi Manding yang strategis, yaitu yang dilewati jalur wisatawan ke pantai Parangtritis, serta nama besar Dusun Manding yang dikenal masyarakat sebagai penghasil produk kulit. 2. Pemasaran luar kota Pemesanan dilakukan oleh pihak luar kota Yogyakarta, baik secara perorangan maupun pihak toko yang akan dijual kembali. Pasar luar kota produk Manding meliputi Lampung, Jakarta, Jatijajar, Magelang, Pati, Aceh, Magetan, Kalasan, Sumatra, Purwokerto, Semarang, Cilacap, Kalimantan, dan Papua. Sebagian besar produk kulit Manding dipasarkan ke Bali karena beberapa pembuat produk kulit Manding pada awalnya bekerja di Bali sebagai pengrajin dan kembali ke Manding untuk mendirikan UKM sendiri sehingga memiliki jaringan pemasaran di Bali. Selain itu bali merupakan daerah wisata yang banyak dikunjungi wisatawan asing sehingga strategis untuk dijadikan pasar produk kulit Manding. 3. Pemasaran ekspor Produk dipesan dari buyer luar negeri, biasanya buyer perorangan. Jumlah, mutu dan Desain sesuai dengan keinginan pemesan. Dalam hal ini pelaku bisnis berhubungan langsung dengan pemesan tersebut. Saat ini pasar ekspor produk kulit Manding meliputi negara Jerman, Belgia, Cina, Amerika, Eropa, Korea, Jepang, Singapura, Denmark, dan Turki.
Promosi yang dilakukan pelaku industri kulit Manding masih sangat minimal, yaitu melalui kartu nama, dan terkadang mengikuti pameran yang diselenggarakan Pemerintah daerah Bantul. Media internet masih belum digunakan.
Struktur Organisasi Sistem kelembagaan atau struktur organisasi merupakan kerangka yang menunjukan batasan tugas dan wewenang masing-masing personil dalam kelompok organisasi, yang dilakukan untuk menghindari tumpang tindihnya suatu tugas serta untuk memperjelas tugas masing-masing jabatan pada suatu perusahaan. Selain itu juga mempermudah pelaksanaan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Secara umum, struktur organisasi industri Manding sangat sederhana, karena memang IKM. Struktur organisasi terdiri dari pemimpin sebagai pemilik usaha, yang membawahi bagian produksi dan bagian penjualan.
Ketenagakerjaan Pengusaha kulit Manding umumnya memiliki pekerja antara 5 sampai 19 orang tenaga kerja, bahkan juga yang hanya memiliki 4 pekerja. Ini menunjukan pengusaha Manding umumnya berskala kecil. Pekerja pria difokuskan untuk produksi, sedangkan pekerja wanita ditugaskan untuk melayani pembeli, mengepack produk, finishing produk, dan membersihkan showroom dan ruang produksi. Dari segi pendidikan 56 % pengrajin berpendidikan SD; 6,6% berpendidikan SLTA; 30% berpendidikan SMA dan sisanya berpendidikan diatas SMA.
Identifikasi permasalahan pada penelitian ini dilakukan dengan diskusi dengan empat pakar industri kulit di Kabupaten Bantul, penyebaran kuesioner terhadap lima pelaku industri kulit di Manding, 30 konsumen produk kulit Manding, serta data sekunder berdasarkan penelitian sebelumnya dan teori terkait. Permasalah utama yang dihadapi industri kulit Manding adalah masalah pemasaran. Permasalahan dalam bidang pemasaran memang dikeluhkan sebagian besar pelaku industri kulit di Manding, dari hasil survey yang dilakukan dinas perindustrian
Kabupaten Bantul kepada seluru pengrajin kulit Manding yang berjumlah 30 orang,diperoleh hasil yaitu 51,1% pengrajin memiliki permasalahan dalam hal pemasaran, 28,9% memiliki permasalahan permodalan, 20% permasalahan lain-lain. Permasalahan lain-lain umumnya menyangkut kurangnya tenaga kerja terampil. Menurut para pakar kondisi persaingan industri kulit di Bantul cukup ketat melihat jumlah permintaan dan jumlah produsen, namun pengrajin Manding masih buruk dalam hal pemasaran, promosi, dan inovasi Desain produk. Pengrajin Manding tidak agresif dan hanya menunggu konsumen atau buyer datang terlihat dengan rendahnya kegiatan promosi yang dilakukan. Sempitnya jaringan kerjasama juga penyebab rendahnya penjualan. Inovasi Desain produk masih sangat rendah, para pengrajin masih tergantng pada model yang diinginkan buyer dalam jumlah besar. Seharusnya dengan mutu baik dan harga yang bersaing serta nama besar yang dimiliki Manding, para pengrajin dapat menarik banyak konsumen. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dalam mengelola keuangan dan administrasi juga menjadi permasalahan para pelaku industri kulit di Manding. Permasalahan bahan baku yang dirasa mahal disebabkan penyesuaian harga jual kulit dalam negeri dengan harga jual kulit yang dieksport, ini juga disebabkan kecilnya modal pengrajin sehingga harga bahan baku dirasa mahal, dan bagi pengrajin kulit di Manding harga bahan baku merupakan komponen utama penentuan harga jual produk. Permasalahan ini juga terlihat dari saran konsumen yang banyak menyinggung kurangnya inovasi model produk yang sesuai trend, serta masih minimnya informasi yang didapatkan tentang produk-produk industri kulit Manding di media cetak maupun media internet. Kuesioner untuk konsumen merupakan sumber masukan bagi industri kulit di Manding. Beberapa saran konsumen antara lain: pemberian merk dagang sebagai identitas produk asli pengrajin Manding (15 konsumen); peningkatan model produk sesuai trend (10 orang); pertahankan mutu produk (9 orang); pertahankan harga bersaing (7 orang); tingkatkan promosi dan sebaiknya disediakan penjualan online (5 orang); serta masukan tentang kualitas pelayanan, sarana prasarana, dan pertahankan daya tahan produk.
Hasil penyebaran kuesioner kepada 30 responden sebagai konsumen produk Manding yang menjaring informasi mengenai penilaian presepsi produk kulit, dibandingkan dengan harapan konsumen untuk produk kulit, dengan variabel penilaian produk meliputi model, warna, harga, daya tahan, kenyamanan, jahitan, bahan, dan ketersediaan. Maka diperoleh data bahwa variabel model dan warna memiliki nilai yang cukup jauh dari harapan. Variabel model harapan konsumen mencapai nilai 3,87 sedangkan penilaian produk Manding hanya 3,40. Variabel warna harapan konsumen mencapai nilai 3,87 sedangkan penilaian produk Manding 3,40. Variabel kenyamanan dan variabel jahitan memiliki nilai harapan konsumen 3,97 sedangkan nilai produk Manding 3,57. Variabel daya tahan nilai harapan konsumen 3,97 sedangakan nilai produk Manding 3,60. Variabel bahan nilai harapan konsumen 3,87 sedangakan nilai produk Manding 3,50. Variabel harga nilai harapan konsumen 3,83 sedangkan nilai produk Manding 3,50. Variabel ketersediaan produk nilai harapan konsumen mencapai 3,80 sedangakan nilai produk Manding 3,63. Variabel asesoris produk Manding justru memiliki nilai yang lebih tinggi dari harapan, yaitu 2,83 untuk harapan sedangkan nilai produk Manding 3,07, Sehingga dapat disimpulkan konsumen Manding lebih menyukai produk yang simple asesoris, sedangkan produk Manding menawaarkan produk dengan asesoris yang sedikit berlebih. Skala yang digunakan dalam penilaian adalah 1 = Tidak Baik; 2 = Kurang Baik; 3 = Baik; 4 = Sangat Baik. Variabel model dan warna terkait dengan pengembangan atau inovasi Desain produk. Data ini menunjukan bahwa variabel model dan warna produk kulit Manding diluar harapan konsumen, sehingga sangat penting untuk diperbaiki. Hasil diskusi dengan pengrajin dan pakar menunjukan bahwa rendahnya pengembangan produk disebabkan rendahnya pengetahuan pelaku industri tentang trend model yang sedang digemari, serta masih tergantungnya pelaku industri pada buyer yang biasanya menginginkan model sesuai pesanan, sehingga pelaku industri kurang berinisiatif untuk berkreasi menghasilkan model-model baru, selain itu pengrajin juga kurang mampu untuk memodifikasi model yang telah ada. Permasalahan lain yang masih menyangkut pengembangan produk adalah saat ada
pemesan yang menginginkan produk kulit dengan kombinasi kulit ikan pari, pelaku industri mengaku memiliki keterbatasan sumber daya, baik sumber daya manusia maupun peralatan khusus untuk mengolah kulit pari. Permasalahan di Manding juga diungkap oleh Tobing (2009) dimana hanya 30% pengrajin yang mendapatkan pinjaman modal dari bank, sedangkan 70% mengandalkan modal sendiri dari hasil penjualan tanah atau ternak. Ini disebabkan administrasi peminjaman modal dibank dirasa rumit, bunga pinjaman dinilai cukup tinggi, serta pengrajin umumnya tidak memiliki agunan untuk peminjaman. Promosi yang dilakukan juga cukup sederhana, yaitu 43% pengrajin hanya melalui omongan orang ke orang yang berjualan di Malioboro atau Bringharjo, dan 57% pengrajin dengan mengikuti pameran yang diselenggarakan pemerintah daerah Kabupaten Bantul. Peneliti menyimpulkan permasalahan yang menyebabkan rendahnya daya saing industri kulit di sentra industri kulit Manding adalah permasalahan pemasaran, permodalan serta rendahnya ketrampilan tenaga kerja dalam mengelola bisnis. Masalah pemasaran disebabkan sempitnya jaringan kerjasama pemasaran, rendahnya tingkat inovasi Desain produk, serta kurangnya kegiatan promosi. Masalah modal disebabkan kesukaran administrasi pengajuan pinjaman, tidak memiliki agunan pinjaman, serta tingginya harga bahan baku. Masalah kurang trampilnya tenaga kerja dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang relatif rendah, kurangnya pelatihan, serta sifat pasif tenaga kerja dalam berinovasi dan menarik konsumen. Permasalahan ini sesuai dengan permasalahan IKM pada umumnya yang diungkapkan Lestari (2005) bahwa Sebagai entitas bisnis maka IKM juga menghadapi beberapa masalah, yaitu masalah permodalan, masalah administrasi keuangan, masalah kaderisasi dan masalah pengelolaan tunggal, hanya saja permasalahan utama di sentra industri kulit Manding adalah permasalahan pemasaran.
4.3. Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal Terdapat lima sampel pelaku industri kulit di Manding yang dijadikan objek penelitian ini, yaitu:
1. Suyono pemilik showroom Shely Kusuma, jumlah pegawai 4 orang, produk yang dihasilkan souvenir dompet koin. 2. Joko Sudibyo pemilik showroom Dwi Jaya, jumlah pegawai 7 orang, produk yang dihasilkan sepatu kulit untuk dewasa dan anak-anak. 3. Ekwanto Iswan pemilik showroom Laras, jumlah pegawai 5 orang, produk yang dihasilkan tas dan jaket. 4. Subandriyono pemilik showroom Wenys, jumlah pegawai 8 orang, produk yang dihasilkan sepatu drumband. 5. Surahman pemilik showroom Anda, jumlah pegawai 3 orang, produk yang dihasilkan sabuk dan tas dompet. Shely Kusuma dan Anda mewakili industri kulit berskala mikro, sedangkan Dwijaya, Laras, dan wenys mewakili industri kecil. Klasifikasi skala industri menurut Badan Pusat Statistika (BPS) bahwa pengelompokan perusahaan atau usaha industri pengolahan berdasarkan jumlah tenaga kerjanya tanpa memperhatikan besarnya modal yang ditanam yaitu : 1. Industri rumah tangga, jumlah tenaga kerja 1 – 4 karyawan. 2. Industri kecil, jumlah tenaga kerja 5 - 19 karyawan. 3. Industri menengah, jumlah tenaga kerja 20 - 99 karyawan. 4. Industri besar, jumlah tenaga kerja 100 karyawan lebih. Analisis Internal Menurut David (2009), lingkungan internal adalah suatu kondisi perusahaan yang dapat berpengaruh langsung terhadap kelangsungan perusahaan. Mempelajari lingkungan internal, maka perusahaan dapat menentukan apa yang harus mereka lakukan untuk memaksimalkan kekuatan dan meminimalkan kelemahan. Tujuan mengenali lingkungan di dalam industri adalah untuk mengenali kekuatan dan kelemahan internal organisasi. Evaluasi internal menekankan pada identifikasi kekuatan dan kelemahan perusahaan pada area fungsional bisnis, yaitu manajemen, pemasaran, keuangan, produksi, penelitian dan pengembangan, sistem informasi manajemen.
A. Aspek Manajemen Sebagian besar industri kulit di Manding memiliki struktur organisasi yang sederhana, namun belum jelas job description dan job specification-nya, disebabkan skala industri yang masih mikro dan kecil sehingga pembagian pekerjaan cukup mudah. Pada umumnya pembagian pekerjaan hanya dibagi menjadi bagian produksi dan bagian penjualan. Tingkat pergantian karyawan sangat rendah, perikrutan dan pengawasan karyawan dilakukan sebatas unsur kekeluargaan dan saling percaya. Namun yang membuat kondisi harmonis dalam menjalankan industri. Tingkat pendidikan karyawan SD, SMP dan SMA, dan belum ada penghargaan dan pelatihan dari dalam industri. Pelatihan hanya dilakukan jika Pemerintah daerah Kabupaten Bantul menawarkan pada industri. Kegiatan pencatatan dan administrasi dilakukan dengan sederhana, sebatas jumlah barang yang terjual, serta rekap catatan dilakukan rata-rata setiap 3 bulan.
B. Aspek Pemasaran Pelaku industri kulit Manding tidak melakukan segmentasi pasar, namun dari hasil kuesioner terlihat rata-rata konsumen kelas menengah keatas. Penjualan disekitar Yoyakarta, seperti daerah Malioboro, pasar Bringharjo, dan daerah wisata seperti Borobudur dan Prambanan. Pasar luar kota meliputi Jakarta, Semarang, Bali, Sumatra, Kalimantan, dan Papua. Pasar ekspor meliputi negara di Benua Asia dan Eropa melayani pesanan dan pembelian grosir maupun retail. Cara penjualan terefektif adalah saat pembeli memesan dalam jumlah besar, selanjutnya cara selanjutnya adalah penjualan melalui showroom, namun tidak semua pengrajin memiliki showroom. Belum melayani penjualan online dan belum ada merk dagang, minimnya informasi produk kulit Manding kepada konsumen. Strategi yang mereka andalkan adalah mutu kulit yang baik dengan harga yang cukup bersaing atau murah. Namun, untuk hal desain model dan warna, produk kulit Manding cenderung monoton. Promosi yang dilakukan
sebatas pencetakan kartu nama, bahkan produknya tidak memiliki merk dagang sendiri. Jaringan kerjasama untuk pemasaran sempit, sebatas menjaga hubungan baik dengan pelanggan. Penjualan relatif banyak hanya saat libur nasional maupun libur sekolah, atau mendekati hari raya lebaran. Penetapan harga berdasakan biaya bahan baku ditambah keuntungan yang diinginkan. Nama besar Manding sebagai sentra industri kulit memiliki dampak positif bagi penjualan, serta letak Manding dinilai strategis karena memotong jalur utama dari kota Yogyakarta menuju pantai Parangtritis, sehingga wisatawan dapat membeli oleholeh khas kulit. C. Aspek Keuangan Seluruh pelaku industri kulit Manding mengalami penurunan pendapatan dalam tiga tahun terakhir ini. Ini disebabkan turunnya permintaan pesanan dari pelanggan dan turunannya jumlah penjualan di showroom. Namun mereka memiliki modal yang cukup untuk bertahan. Keuangan dikelola oleh pemilik sendiri, dan bukan merupakan ahli dalam bidang keuangan, pencatatan keuangan dilakukan secara sederhana. Keuangan industri tercampur dengan keuangan keluarga pemilik industri, ini sering mengakibatkan permasalahan keuangan. Secara umum pengusaha memperoleh modal awal milik sendiri tidak ada yang berasal dari investor, dan merupakan usaha turun temurun. Dalam usaha pengembangannya beberapa pengusaha mendapatkan modal pinjaman bank, namun sebagian besar mengalami kesulitan dalam pengajuan pinjaman ke bank, merasa bunga pinjama terlalu tinggi, serta tidak memiliki agunan peminjaman. D. Aspek Produksi Bahan baku utama berupa kulit samak selalu dapat tercukupi, diperoleh dari daerah Yogyakarta dan magetan jawa timur, hanya saja harganya yang relatif mahal menjadi kendala dalam pemenuhan pesanan pembeli dalam jumah yang besar. Prosedur pemesanan bahan baku dilakukan dengan mendatangi langsung pemasok bahan baku, ataupun pemesanan melalui telepon jika sudah berlangganan. Tidak terjadi proses penggudangan bahan baku, karena pengrajin
hanya membeli seperlunya dan langsung diproses, sedangkan untuk produk langsung disimpan di showroom. Teknologi produksi konvensional secara manual didapatkan dari ajaran turun-temurun keluarga. Pengendalian mutu produk dilakukan pada tahap finishing produk, ini dirasa sudah cukup efektif untuk menjaga mutu produk. Melayani pembuatan produ sesuai pesanan. Mutu produk baik, variabel kenyaman, jahitan, daya tahan, bahan baku, harga, dan ketersediaan cukup mendekati harapan konsumen, variabel model dan warna cukup jauh dari harapan konsumen. Variabel model dan warna menyangkut pengambangan Desain produk yang lemah.
E. Aspek Pengembangan Inovasi desain produk jarang dilakukan pelaku industri kulit Manding, umumnya mereka hanya menerima desain yang diinginkan oleh pemesan. Faktor yang mereka unggulkan adalah mutu baik dengan harga terjangkau. Pelatihan kepada karyawan dilakukan jika hanya mendapat bantuan pelatihan dari pemerintah daerah Kabupaten Bantul maupun ATK.
Evaluasi Faktor Internal (IFE) Hasil identifikasi faktor internal perusahaan dikelompokkan menjadi dua, yakni kekuatan internal (strengths) dan kelemahan internal (weaknesses). Daftar kekuatan dan kelamahan perusahaan diperoleh dengan meringkas kuesioner dan kemudian ditimbang selama diskusi dalam pertemuan, serta berdasarkan literatur. Dari hasil analisis faktor internal tersebut diperoleh tujuh kekuatan dan tujuh kelemahan yang dimiliki perusahaan sebagai berikut:
Kekuatan : S1 : Lokasi usaha yang strategis Menurut Sjaifudian (1997) penentuan lokasi sangat berperan penting dalam kemajuan perkembangan usaha. Dekat dengan jaringan transportasi adalah yang paling utama. Biaya transportasi mempunyai pengaruh terhadap biaya pemasaran,
akibatnya konsumen akan memasukan biaya transportasi dalam fungsi permintaan. Lokasi fasilitas merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan untuk menciptakan efisiensi, efektivitas dan produktivitas dari kegiatan produksi-operasi perusahaan (Pearce dan Robinson 2004) Sentra industri kulit Manding memiliki lokasi strategis yaitu terletak memotong jalan parangtritis yang merupakan jalur dari kota Yogyakarta menuju pantai Parangtritis, pantai yang sangat terkenal dan banyak penunjungnya baik wisatawan dalam maupun luar negeri. Jalan ini juga merupakan jalur bus dan jalan utama menuju pantai-pantai lain di bantul seperti pantai depok yang terkenal dengan pelelangan ikan, serta pantai glagah yang memiliki pasir putih. Lokasi Manding ini memungkinkan banyak wisatawan berkunjung untuk membeli oleh-oleh maupun berbelanja untuk kebutuhan sendiri akan produk khas kulit. Pernyataan bahwa Manding memiliki lokasi yang strategis disimpulkan dari hasil diskusi dengan pakar, pernyataan pelaku industri kulit, dan ungkapan beberapa responden konsumen bahwa lokasi Manding merupakan salah satu alasan berbelanja disana.
S2 : Nama besar Manding sebagai sentra industri kulit dan sebagai Desa wisata. Loyalitas kosumen terhadap produk merupakan faktor kekuatan dari aspek pemasaran (Pearce dan Robinson 2004) dimana didalamnya termasuk loyalitas yang dipengaruhi nama besar perusahaan. Manding telah dikenal sebagai daerah sentra para pengrajin kulit dari tahun 1980an hingga sekarang. Produk Manding terkenal dengan mutu yang baik serta harga yang lebih terjangkau. Ini terlihat dari masukan para konsumen yang puas akan keawetan produk serta harga yang relatif lebih murah. Predikat Desa wisata juga sudah diberikan kepada Desa Manding, dukungan pemerintah dan pengelola paguyuban Manding untuk mengankat Desa wisata Manding yang menyuguhkan kegiatan para pengrajin kulit dalam memproduksi produk secara manual dan tradisional, ini diungkapkan oleh pakar dari dinas perindustrian Kabupaten Bantul, serta penerbitas video profil Desa wisata Manding oleh pengelola kelompok sadar wisata Manding sebagai bukti keseriusan mereka mempromosikan Desa wisata Manding.
S3 : Terjaminnya ketersediaan bahan baku Menurut Pearce dan Robinson (2004) ketersediaan bahan baku merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan untuk menciptakan efisiensi, efektivitas dan produktivitas dari kegiatan produksi-operasi perusahaan. Bahan baku berupa kulit samak dan bahan tambahan lainya dengan mudah diperoleh para pelaku industri dari sekitar kota Yogyakarta ataupun dari magetan jawa timur. Pelaku industri tidak merasa kesulitan dalam mendapatkan bahan baku hanya saja, harga kulit samak yang dirasa mahal. Menurut para pakar, ketersediaan kulit samak dirasa aman untuk saat ini dan beberapa tahun kedepan.
S4 : Mutu produk memuaskan Dua hal yang dibeli konsumen dari sebuah produk. Pertama nilai yang terkandung dalam produk tersebut dan service yang diberikannya. Nilai ditentukan oleh biaya dan kualitas sedangkan service ditentukan oleh mutu. Mutu ternyata menjadi faktor penentu agar produk dapat menarik perhatian konsumen. Oleh karena itu mutu dapat dijadikan sebagai senjata strategik yang harus dikembangkan guna mencapai kompetitif. Porter (1997) menyatakan bahwa produk yang bermutu, ditentukan oleh delapan faktor yaitu : Performance, Feature, Reability, Conformance, Durability, Service Ability, Aesthetics, dan Perceived Quality. Produk kulit dari sentra industri kulit Manding munggul dalam mutu durability, yaitu mutu dengan kecenderung pada ketahanan suatu produk saat digunakan. Mutu produk sangat dijaga oleh para pelaku industri kulit Manding. Mutu merupakan faktor andalan untuk menarik dan mempertahankan konsumen. Mutu produk kulit Manding juga diakui oleh pakar dan para konsumen yang menyatakan produk awet saat dipakai dan keaslian kulitnya terjamin.
S5 : Suasana kekeluargaan yang kental dalam bisnis Bisnis industri kulit di Manding merupakan usaha yang turun temurun, mayoritas pegawainya juga merupakan kerabat dari pemilik industri, ini merupakan
pengakuan para pelaku industri. Ini terlihat juga dari sistem perikrutan pegawai atas unsur kedekatan dan kekeluargaan, serta sistem pengawasan yang berdasarkan kepercayaan saja. Ini membuat suasana terasa harmonis dalam menjalankan bisnis industri kulit di Manding.
S6 : Harga produk lebih murah Keunggulan bersaing terjadi pada saat perusahaan mampu menyampaikan manfaat seperti pesaing-pesaingnya tetapi dengan biaya yang lebih rendah (cost advantage) atau menyampaikan manfaat melebihi dari produk yang berkompetisi (differentiation advantage) (Porter 1997). Produk kulit di Manding diakui oleh pakar dan para konsumen memiliki harga yang relatif lebih murah dari toko-toko lain di luar Manding. Ini dipengaruhi oleh penetuan harga jual produk yang cukup sederhana, yaitu biaya untuk pembelian bahan baku ditambah estimasi keuntungan yang ingin didapatkan. Harga yang lebih murah juga merupakan faktor andalan untuk menarik dan mempertahankan konsumen.
S7 : Produk unik sesuai pesanan Menurut Porter (1997) service ability merupakan suatu mutu yang berbasis pada kepuasan konsumen. Mutu ternyata menjadi faktor penentu agar produk dapat menarik perhatian konsumen. Oleh karena itu mutu dapat dijadikan sebagai senjata strategik yang harus dikembangkan guna mencapai kompetitif. Pengrajin kulit Manding melayani pesanan dengan desain sesuai dengan keinginan konsumen, ini menjadikan produk kulit Manding menjadi unik karena tidak diproduksi dalam jumlah yang banyak. Keunikan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen yang ingin memiliki barang eksklusif dan tidak pasaran. Ini diungkapkan oleh pelaku industri kulit Manding sendiri dan juga pengakuan dari para konsumen.
Kelemahan : W1 : Jaringan kerjasama terbatas
Keberhasilan program pengembangan usaha kecil sangat dipengaruhi oleh situasi pasar yang dihadapi oleh UKM. Situasi permintaan terhadap produk UKM tidak saja melalui permintaan efektif, tetapi juga pada peningkatan akses terhadap informasi pasar serta akses kepada pasar ekspor (Hubeis, 1997; Sjaifuddian et al, 1997; Thoha, 2000). Produk industri kulit Manding memang banyak di eksport, namun hanya dua industri berskala sedang yang memiliki jaringan langsung dengan luar negeri, sedangkan untuk pengrajin yang lain, hanya melayani pesanan dari buyer yang memiliki jaringan ke luar negeri. Ini diungkapkan pelaku industri yang menyatakan bahwa mereka hanya menunggu pesanan dari buyer, para pakar juga berpendapat yang sama bahwa jaringan pemasaran industri kulit di Manding masih sangat terbatas.
W2 : Promosi kurang agresif. Promosi merupakan upaya untuk menarik konsumen, konsumen yang tertarik akan membeli produk dan meningkatkan volume penjualan. Promosi menjadikan produk lebih dikenal oleh konsumen dan merupakan wadah untuk mencari pasar baru (Hakimi 2007). Promosi yang dilakukan para pengrajin Manding sebatas membuat kartu nama, dan terkadang mengikuti pameran yang ditawarkan oleh Pemerintah daerah bantul. Belum ada tindakan promosi yang agresif ke konsumen, pemberian kartu nama showroom hanya jika konsumen memintanya. Kurangnya promosi mengakibatkan rendahnya penjualan karena minimnya informasi yang didapatkan konsumen agar mempengaruhi keputusan untuk membeli produk.
W3 : Inovasi Desain produk rendah Kunci bagi kelangsungan hidup perusahaan adalah kemampuan perusahaan untuk melakukan perubahan diri ketika lingkungan berubah dan menuntut perilaku yang baru. Perusahaan yang mampu menyesuaikan diri, mengikuti terus perubahan lingkungan serta melakukan perubahan melalui perencanaan ke masa depan dan akan mempertahankan strategi yang ada sesuai dengan perubahan lingkungan (Kotler, 2002). Inovasi adalah salah satu perubahan produk yang menyesuaikan keinginan
konsumen. Inovasi merupakan suatu proses yang tidak hanya sebatas menciptakan ide atau pemikiran baru. Ide tersebut harus diimpelementasikan melalui sebuah proses adopsi. Keluhan konsumen mengenaik Desain model yang dimiliki produk Manding banyak saat pengisian kuesioner. Kurang mengikuti trend dan kurang variatif menjadi keluahan utama. Dari hasil penilaian konsumen, variabel model dan warna produk Manding sangat jauh dari harapan konsumen. Para pakar juga mengakui para pengrajin jarang melakukan pengembangan Desain produk, mereka cenderung hanya membuat Desain yang biasanya dipesan konsumen, padahal frekuensi pemesanan tidak tentu, dan terkadang selera konsumen luar negeri berbeda dengan selera konsumen dalam negeri.
W4 : Tidak ada merk dagang Menurut Pearce dan Robinson (2004) loyalitas konsumen terhadap merk dari perusahaan tertentu merupakan kekuatan dari aspek pemasaran, namun sampai sekarang produk hasil pengrajin Manding belum memiliki merk dagang sendiri, mereka tidak mencantumkan merk dagang apapun pada produknya. Padahal merk produk dapat menjadi identitas sebuah industri, karena merk lebih mudah dikenal oleh konsumen. Pengakuan pelaku industri sendiri bahwa mereka tidak memberikan merk dagang pada produk-produknya. Ini juga mendapatkan masukan dari konsumen untuk memberikan identitas tertentu pada produk yang asli buatan pengrajin Manding, sehingga ciri khas Manding dapat terlihat, sehingga dapat dibedakan antara produk asli buatan pengrajin Manding dengan produk buatan industri diluar Manding yang juga dijual di showroom.
W5 : Keterbatasan modal, sarana dan prasarana umum Sebagai entitas bisnis maka IKM juga menghadapi beberapa masalah, baik masalah internal maupun masalah eksternal. Masalah internal meliputi masalah permodalan, masalah administrasi keuangan, keterbatasan sarana prasarana yang dimiliki IKM, masalah kaderisasi dan masalah pengelolaan tunggal. Dari beberapa masalah tersebut, masalah permodalan merupakan masalah klasik yang dihadapi oleh
UKM. Sebagai perusahaan kecil dan menegah, mereka seringkali tidak dapat memenuhi persyaratan teknis yang diminta bank atau lembaga keuangan lainnya untuk mendapatkan kredit untuk meningkatkan usahanya sehingga mereka sulit berkembang (Lestari, 2005). Modal merupakan masalah kedua yang dikeluhkan pelaku industri kulit di Manding setelah masalah pemasaran. Pemenuhan pesanan dalam jumlah yang besar terkadang menjadi kendala, karena modal pembelian bahan baku cukup mahal, sehingga terkadang pengrajin tidak bisa memenuhi pesanan yang terlalu besar. Terbatasnya sarana dan prasarana umum seperti tempat parkir, toilet umum, serta area bermain anak dan tempat makan juga dikeluhkan oleh para konsumen. Sebenarnya sudah banyak bantuan dari pemerintah dan pihak lain seperti BI, namun untuk memenuhi semua kebutuhan sarana dan prasarana tersebut juga dibutuhkan peran aktif para pelaku industri kulit Manding.
W6 : Permasalahan Showroom Masalah internal IKM meliputi masalah permodalan, masalah administrasi keuangan, keterbatasan sarana prasarana yang dimiliki IKM, masalah kaderisasi dan masalah pengelolaan tunggal (Lestari, 2005). Sarana yang lebih spesifik untuk kegiatan jual beli adalah showroom. Showroom merupakan sarana yang cukup banyak memberikan pendapatan bagi pemilik, namun tidak semua pelaku industri kulit di Manding memiliki showroom. Seluruh industri kulit di Manding berjumlah 32, hanya 13 pengrajin yang memiliki showroom. Sisanya tidak memiliki showroom karena keterbatasan modal. Selain itu permasalah lain dalam showroom adalah dijualnya produk kulit yang diproduksi oleh industri diluar Manding, sehingga konsumen tidak dapat membedakan produk asli dengan produk luar Manding. Produk kulit luar Manding bertujuan untuk memberikan variasi pilihan produk kepada konsumen, tapi ini justru menghilangkan ciri khas produk asli buatan pengrajin Manding.
W7 : Tingkat pendidikan rendah
Kaderisasi pada UKM juga merupakan masalah yang krusial mengingat generasi penerus setelah mencapai pendidikan yang lebih tinggi biasanya memilih bekerja pada perusahaan lain yang lebih besar dan lebih menjanjikan dari pada meneruskan usaha orang tuanya. Selain itu masalah pengelolaan tunggal yang juga merupakan masalah berat mengingat segala aktivitas dikerjakan sendiri oleh pemilik yang merangkap jadi manajer perusahaan (Lestari 2005). Menurut pendapat para pakar rendahnya tingkat pendidikan para pengrajin kulit di Manding membuat rendahnya kesadaran para pengrajin untuk menerapkan ilmu-ilmu yang diberikan saat pelatihan, sehingga pelatihan dinilai kurang efektif. Misalkan pelatihan Desain produk yang tidak diterapkan, pelatihan pencatatan keuangan dan administrasi, yang masih sering tercampur dengan keuangan keluarga, serta pelatihan ketrampilan lain seperti pelatihan pembuatan bola sepak dan pelatihan pembuatan produk dari kulit ikan pari. Selanjutnya faktor kelemahan dan kekuatan tersebut dianalisis menggunakan matriks IFE. Kekuatan yang dimiliki perusahaan menjadi faktor yang sangat menguntungkan bagi aktivitas perusahaan, sedangkan kelemahan yang dimiliki perusahaan merupakan faktor yang bisa merugikan aktivitas perusahaan jika tidak ditangani dengan baik. Setiap faktor dinilai bobot dan rangkingnya. Pemberian bobot pada setiap faktor dari 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (paling penting). Bobot itu mengindikasikan signifikasi relatif dari suatu faktor terhadap keberhasilan perusahaan. Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1. Untuk mempermudah penilaian, pembobotan dilakukan dengan metode pairwise comparison atau perbandingan berpasangan, yaitu membandingakan setiap faktor yang akan diberi penilaian, dimana nilai 1 menunjukan faktor baris tidak lebih penting dari faktor kolom, nilai 2 menunjukan faktor baris sama penting dengan faktor kolom, dan nilai 3 menunjukan faktor baris lebih penting dari faktor kolom (David, 2009). Pemberian peringkat 1 sampai 4 pada setiap faktor untuk mengindikasikan apakah faktor tersebut sangat lemah (peringkat = 1), lemah (peringkat = 2), kuat (peringkat = 3), atau sangat kuat (peringkat=4). Perhatikan bahwa kekuatan harus
mendapat peringkat 3 atau 4 dan kelemahan harus mendapat peringkat 1 atau 2. Oleh karenanya, peringkat berbasis perusahaan, sementara bobot berbasis industri. Kemudian bobot skor diperoleh dengan mengkalikan bobot dengan peringkat. Menjumlahkan skor bobot untuk memperoleh total skor bobot. Nilai total skor bobot menunjukkan kekuatan internal perusahaan. Skor bobot tertinggi adalah 4, terendah adalah 1, dan rata-rata skor bobot 2,5. Skor >2,5 mencirikan organisasi yang lemah secara internal (David, 2009). Hasil internal faktor evaluasi pada industri kulit di Manding dapt dilihat pada tabel 13.
Tabel 13 Hasil evaluasi faktor internal perusahaan (IFE) Faktor Internal Utama Kekuatan A. Lokasi usaha yang strategis B. Nama besar Manding, Desa wisata C. Terjaminnya ketersediaan bahan baku D. Mutu produk memuaskan E. Suasana kekeluargaan yang kental dalam bisnis F. Harga produk lebih murah G. Produk unik sesuai pesanan Kelemahan H. Jaringan kerjasama terbatas I. Promosi kurang agresif J. Inovasi Desain produk rendah K. Tidak ada merk dagang L. Keterbatasan modal, sarana dan prasarana umum M. Permasalahan Showroom N. Tingkat pendidikan rendah Total bobot skor
Bobot Peringkat Skor Bobot 0.064 4.00 0.255 0.085 4.00 0.341 0.069 3.75 0.260 0.097 3.75 0.363 0.036 3.50 0.127 0.058 3.50 0.204 0.067 3.25 0.217 0.099 0.082 0.071 0.043 0.062 0.067 0.100
2.00 1.25 1.00 1.50 2.00 2.00 1.75
0.198 0.102 0.071 0.064 0.124 0.135 0.174 2.635
Hasil evaluasi faktor internal (IFE) bernilai 2.635 ini menunjukkan bahwa perusahaan cukup baik dalam mengelola kondisi internalnya, dengan tiga faktor kekuatan yang memiliki skor bobot tertinggi secara berurutan adalah mutu produk yang memuaskan (0.363), nama besar Manding sebagai sentra industri kulit dan sebagai Desa wisata (0.341) dan terjaminnya ketersediaan bahan baku (0.260). Nilai
terjaminnya ketersediaan bahan baku berbeda tipis dengan nilai faktor lokasi usaha yang strategi (0.255). Faktor kelemahan adalah tiga faktor utama yang memiliki skor bobot yang paling tinggi adalah Jaringan kerjasama terbatas (0.198), Tingkat pendidikan rendah (0.174), dan Permasalahan Showroom (0.135). Hasil penilaian kekuatan dan kelemahan oleh masing-masing pakar dapat dilihat pada Lampiran 1. Mutu produk yang memuaskan menjadi faktor yang sangat kuat dikendalikan oleh pengrajin Manding, faktor mutu produk merupakan faktor yang sangat penting bagi sebuah perusahaan dan pengusaha di Manding mampu memenuhinya dengan baik. faktor ini mencapai nilai tertinggi. Nama besar Manding sebagai sentra industri kulit dan Desa wisata sangat penting bagi daya tarik konsumen untuk membeli produk kulit di Manding. Pengrajin Manding mampu mempertahankan nama mesar Manding dengan tetap menjaga mutu produk dan mempertahankan harga yang tetap bersaing. Faktor terjaminnya ketersediaan bahan baku dan lokasi usaha yang strategis memiliki skor bobot yang hampir sama. Terjaminnya ketersediaan bahan baku karena pemasok kulit samak mudah ditemukan wilayah Yogyakarta atau magetan, dan jumlahnya selalu mencukupi kebutuhan industri kulit Manding. Lokasi usaha yang strategis dikarenakan Manding memotong jalur dari kota Yogyakarta menuju pantai Parangtritis, yang nama pantai parangtritis cukup besar menarik para wisatawan baik lokal maupun manca negara. Dapat disimpulkan bahwa para pengrajin Manding harus dapat mempertahankan skor bobot faktor-fakor tersebut agar dapat tetap berkembang. Faktor kelemahan yang memiliki skor bobot yang rendah adalah tidak adanya merk dagang produk, rendahnya inovasi Desain produk, serta promosi yang kurang agresif. Merk dagang sangat membantu konsumen untuk mengidentifikasi produk kulit yang asli buatan pengrajin kulit di Manding, merk dagang merupakan media promosi yang mudah, murah dan cukup diingat konsumen. Akibat tidak adanya merk dagang maka image produk asli Manding yaitu produk bermutu dengan harga murah, dapat dirusak oleh produk dari luar Manding yang memiliki mutu yang kurang baik, namun dijual juga di showroom-showroom di wilayah Manding. Inovasi Desain produk yang kurang variatif dan tidak mengikuti trend yang sedang digemari dipasaran juga merupakan permasalahan penting yang harus segera diatasi. Bagi
komsumen wanita, model warna dan trend yang ada merupakan faktor yang sangat mempengaruhi dalam pembelian produk. menurut pakar, promosi yang kurang agresif, salah satu hal yang menyebabkan turunnya penjualan dalam tiga tahun terakhir. Persaingan yang ketat yang terjadi akibat banyaknya pemain dalam industri yang sama serta banyaknya produk substitusi mengharuskan sebuah perusahaan melakukan promosi yang cukup gencar, untuk menarik konsumen.
Analisis Eksternal Lingkungan eksternal adalah suatu kondisi yang berada di luar perusahaan yang mana perusahaan tidak mempunyai pengaruh sama sekali terhadapnya (uncontrolable) sehingga perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan ini akan mempengaruhi kinerja perusahaan dalam industri tersebut (Wahyudi, 1996). Menurut Umar (2005), Lingkungan eksternal dibagi menjadi dua kategori, yaitu lingkungan jauh dan lingkungan industri, sementara lingkungan internal merupakan aspek-aspek yang ada di dalam perusahaan. Tujuan dari analisis industri dan memeriksa faktor lingkungan adalah dengan memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman. Dari hasil kuesioner mengenai pengaruh lingkungan remote (faktor ekonomi, faktor sosial, budaya, demografi dan lingkungan, faktor pemerintah dan hukum, faktor teknologi, faktor persaingan) terhadap industri kulit di Manding menunjukkan bahwa seluruh faktor berpengaruh terhadap industri kulit di Manding, meskipun untuk faktor teknologi pengaruhnya lemah dengan skor 2,33. Faktor yang paling kuat berpengaruh adalah faktor ekonomi (3,667), kemudian faktor persaingan (3,556), faktor yang memiliki pengaruh sedang adalah faktor pemerintah dan hukum (3,222), serta faktor sosial, budaya, demografi dan lingkungan (3,00). Rekapitulasi kuesioner lingkungan remote terlihat pada tabel 14. Tabel 14 Rekapitulasi kuesioner lingkungan remote Lingkungan Remote Faktor ekonomi Faktor sosial, budaya, demografi dan lingkungan Faktor pemerintah dan hukum
Skor 3.667 3.000 3.222
Keterangan Berpengaruh kuat Berpengaruh Berpengaruh
Faktor teknologi Faktor persaingan
2.333 Berpengeruh lemah 3.556 Berpengaruh kuat
A. Aspek Ekonomi Nilai tukar rupiah – USD dan inflasi rupiah akan sangat berpengaruh terhadap industri kulit Manding terutama dalam harga pembelian bahan baku kulit samak, mutu kulit samak impor lebih baik dari mutu kulit samak dalam negeri, mutu ini terlihat dari segi ukuran dan juga bentuk/keutuhan kulit samak. Untuk memproduk jaket atau tas eksklusif, para pengrajin lebih memilih menggunakan bahan baku kulit samak impor, meskipun harganya lebih mahal. Peningkatan harga kulit samak mengakibatkan meningkatnya harga jual produk, ini mengakibatkan penurunan jumlah penjualan. Peningkatan jumlah pendapatan masyarakat akan berpengaruh baik terhadap jumlah penjualan, karena daya beli masyarakat meningkat. Harga bahan bakar minyak juga mempengeruhi harga jual produk, karena dengan meningkatnya BBM, maka semua harga bahan pembantu dan biaya transportasi akan meningkat. Suku bunga KUR retail dari BRI saat ini berkisar 14%, sedangakan KUR mikro 22% pertahun. Tingginya suku bunga KUR mikro membuat pengrajin kulit Manding enggan meminjam, padahal peminjaman melalui paguyuban dapat dikenakan suku bunga yang lebih rendah.
B. Aspek Sosial, Budaya, Demografi dan Lingkungan Faktor gaya hidup, produk kulit asli masih memiliki citra eksklusif bagi konsumen, ini memberikan dampak positif dalam keberlangsungan industri kulit di Manding. Saat ini kulit ikan pari sedang digemari konsumen kelas atas. Citra ini mamupu membentuk segmen konsumen yang loyal terhadap produk kulit, meski harganya relatif lebih tinggi dari produk substitusinya. Mayoritas konsumen yang berkunjung ke showroom Manding masih berasal dari dalam kota Yogyakarta, namun jika musim libur panjang tiba, banyak konsumen dari luar kota, dan puncak penjualan terjadi saat liburan atau mendekati hari raya. Kestabilan keamanan lingkungan Indonesia juga mempengaruhi frekuensi
pemesanan dan jumlah produk yang akan di ekspor. Jumlah penduduk Yogyakarta merupakan potensi peningkatan konsumsi tas, jaket, dan sepatu sebagai kebutuhan dasar manusia.
C. Aspek Pemerintah Dan Hukum Peran pemerintah sangat besar bagi perkembangan indutri kulit di Manding. Dukungan dan bantuan berupa pelatihan, penyuluhan, dan bantuan penyediaan sarana dan prasarana umum sangat dibutuhkan. Berbagai acara yang diselenggarakan pemerintah seperti pameran dan pemberian souvenir produk kulit Manding diberbagai kegiatan dapat sebagai media promosi yang efektif. Perluasan jaringan pemasaran juga sangat membutuhkan bantuan dan dukungan pemerintah. Akademi Teknologi Kulit (ATK) dan Balai Besar Kulit Karet dan Plastik (BBKKP) yang masih dibawah kendali pemerintah juga sangat berperan dalam perkembangan indutri kulit di Manding. Adanya kebijakan pajak ekspor (PE) untuk membatasi ekspor kulit mentah dalam rangka menanggulangi kelangkaan pasokan kulit di dalam negeri dan untuk memaksimalkan kapasitas terpasang di industri hilir kulit seperti industri penyamakan kulit dan sepatu. Dalam pelaksanaan PP No. 55 Tahun 2008 kulit mentah, pickle dan wet blue dikenakan pungutan ekspor (PE). Adapun besarnya pungutan ekspor dimaksud adalah 25 % untuk kulit mentah dan pickle, serta 15% untuk wet blue.
D. Aspek Teknologi Teknologi produksi yang digunakan para pengrajin kulit di Manding masih manual dan tradisional, merupakan keahlian yang didapatkan turun temurun dan hingga sekarang tidak banyak perubahan. Yogyakarta memiliki BBKKP dan ATK yang seharusnya mampu memberi dukungan dalam perkembangan teknologi industri perkulitan. Teknologi infomasi seperti internet juga belum tersentuh pengrajin kulit Manding, padahal saat ini teknologi informasi berbasis internet sangat familiar dengan konsumen. Rendahnya wawasan mengenai penggunaan
teknologi informasi membuat industri kulit Manding lamban menarik konsumen dan memperluas area pemasaran.
E. Aspek Persaingan Aspek
persaingan
merupakan
faktor
terkuat
yang
mempengaruhi
perkembangan industri kulit di Manding setelah faktor ekonomi. Banyaknya jumlah pelaku industri kulit dalam berbagai skala industri, membuat sebuah perusahaan harus memiliki daya saing yang tinggi sehingga mampu mendapatkan target konsumen yang diinginkan dan memenangkan persaingan pasar. Faktor persaingan akan dijelaskan lebih detail pada analisis lingkungan industri. Analisis Industri (Five Force’s Competitor) Menurut Porter (1995), kekuatan bersaing pada lingkungan industri bergantung pada lima faktor yaitu ancaman masuknya pendatang baru, ancaman terhadap produk substitusi, kekuatan tawar menawar pemasok, kekuatan tawar menawar pembeli dan intensitas persaingan dalam industri. Tabel 15 merupakan hasil rekap kuesioner mengenai pengaruh lingkungan industri (faktor ancaman pendatang baru, faktor daya tawar pemasok, faktor daya tawar pembeli, faktor ancaman barang substitusi, dan faktor tingkat persaingan) terhadap industri kulit di Manding menunjukkan bahwa seluruh faktor berpengaruh terhadap industri kulit di Manding.
A. Ancaman Pendatang Baru. Pendatang baru dalam suatu industri dapat membahayakan perusahaanperusahaan yang ada karena pendatang baru akan membawa kapasitas baru, keinginan untuk merebut pasar serta seringkali juga merebut sumberdaya yang besar. Akibatnya harga dapat menjadi turun atau biaya membengkak sehingga mengurangi keuntungan. Seperti dikatakan Porter (1995) bahwa pendatang baru akan menghadapi 6 (enam) rintangan yaitu: (1) skala ekonomi; (2) diferensiasi produk; (3) kebutuhan modal; (4) biaya beralih pemasok; (5) akses ke saluran distribusi dan (6) peraturan pemerintah. Faktor tersebut dikembangkan sesuai kondisi objek penelitian.
a. Skala ekonomi : industri kulit Manding umumnya berskala mikro dan kecil, hanya dua pengrajin yang berskala sedang. Sehingga kemampuan industri untuk meningkatkan efisiensi dengan penurunan biaya satuan produk sangat lemah. Ini memberikan peluang kepada pemain baru untuk masuk di Manding dengan skala ekonomi yang lebih baik. Maka ancaman pendatang baru pada faktor skala ekonomi cukup berpengaruh terhadap keberlangsungan industri kulit di Manding, skor 3.00. b. Diferensiasi produk: layanan pesan sesuai dengan keinginan pelanggan menghasilkan produk yang unik dan ini memberikan nilai tambah tersendiri bagi pelanggan, sehingga konsumen tersebut cenderung bersikap loyal sehingga pendatang baru memerlukan biaya yang cukup besar untuk merebut loyalitas pelanggan tersebut. Namun industri kulit Manding lemah dalam inovasi Desain produk yang sesuai dengan trend yang sedang diminati konsumen, sehingga ini menjadi peluang bagi pendatang baru. Maka ancaman pendatang baru pada faktor diferensiasi produk berpengaruh lemah terhadap keberlangsungan industri kulit di Manding, dengan skor 2.22. c. Kebutuhan Modal : modal yang dibutuhkan untuk mendirikan showroom di Manding memang cukup besar, namun bagi pemain baru yang memiliki cukup modal, ini tidak menjadi masalah, ketersediaan lahan yang cukup, ketersediaan bahan baku yang cukup aman serta lokasi pemasok yang masih berada diwilayah Yogyakarta sehingga mudah dijangkau. Peralatan produksi juga cukup sederhana. Maka ancaman pendatang baru pada faktor kebutuhan modal cukup berpengaruh terhadap keberlangsungan industri kulit di Manding, dengan skor 3.00. d. Akses ke jaringan distribusi : jaringan distribusi industri kulit Manding sangat sederhana, dengan kendaraan pribadi mengambil bahan baku serta mengantar pesanan. Jika bahan baku atau pesanan dalam jumlah yang banyak mereka menggunakan jasa pengiriman yang tersedia untuk umum. Oleh karena itu, tidak ada hambatan bagi pendatang baru dalam akses ke jaringan distribusi. Maka ancaman pendatang baru pada faktor Akses ke jaringan distribusi berpengaruh kuat terhadap keberlangsungan industri kulit di Manding, dengan skor 3.56.
Tabel 15 Rekapitulasi kuesioner lingkungan industri Lingkungan Industri Ancaman Pendatang Baru a. Skala Ekonomi b. Diferensiasi Penghalang Masuk c. Kecukupan Modal d. Akses ke Saluran Distribusi e. Mutu Produk f. Peraturan Pemerintah g. Tindakan Penolakan yg Diperkirakan h. Harga Penghalang Masuk i. Teknologi Hambatan Masuk j. Pengalaman sebagai hambatan masuk Daya Tawar Pemasok a. Kelompok Pemasok b. Produk Substitusi c. Pelanggan Penting d. Masukan Yang Penting e. Pemerintah Daya Tawar Pembeli a. Kelompok Pelanggan b. Diferensiasi Produk c. Ancaman Integrasi Balik d. Mutu Produk e. Informasi Pelanggan Ancaman Barang Substitusi Tingkat Persaingan a. Jumlah Kompetitor b. Tingkat Pertumbuhan Industri c. Biaya Tetap yang Besar
Skor
Keterangan
3.00 2.22 3.00 3.56 1.00 3.56 3.44 1.00 2.78 2.78
Berpengaruh Berpengaruh lemah Berpengaruh Berpengaruh kuat Tidak berpengaruh Berpengaruh kuat Berpengaruh Tidak berpengaruh Berpengaruh Berpengaruh
2.44 2.78 3.00 2.89 1.33
Berpengaruh lemah Berpengaruh Berpengaruh Berpengaruh Tidak berpengaruh
3.00 1.78 2.44 1.00 3.78 2.00
Berpengaruh Berpengaruh lemah Berpengaruh lemah Tidak berpengaruh Berpengaruh kuat Berpengaruh lemah
4.00 3.00 2.56
Berpengaruh kuat Berpengaruh Berpengaruh
e. Mutu produk : mutu produk yang dihasilkan industri kulit Manding cukup baik, sehingga cukup sulit bagi pendatang baru untuk menyamai atau mengungguli mutu produk yang tersedia di Manding, maka ancaman pendatang baru pada faktor mutu produk tidak berpengaruh terhadap keberlangsungan industri kulit di Manding, dengan skor 1.00
f. Peraturan Pemerintah : tidak ada kebijakan yang membatasi masuknya pendatang baru dalam usaha industri kulit di Manding, sehingga dengan mudah para pendatang dapat mendirikan industri kulit di Manding, ini cukup mengancam keberlangsungan industri kulit yang merupakan bisnis turun temurun penduduk Manding, maka ancaman pendatang baru pada faktor peraturan pemerintah berpengaruh kuat terhadap keberlangsungan industri kulit di Manding, dengan skor 3.56. g. Tindakan penolakan yang diperkirakan : tidak ada penolakan yang berarti dari pengrajin kulit Manding terhadap masuknya pendatang baru, ini dikarenakan mereka merasa tidak punya hak untuk melarang masuknya pendatang baru, meskipun mereka menyadari pendatang baru pasti akan menjadi pesaing dalam memperebutkan konsumen. Tidak adanya tindakan penolakan yang diperkirakan menjadi kabar baik bagi pendatang baru dibidang industri kulit di Manding, maka ancaman pendatang baru pada faktor tindakan penolakan yang diperkirakan berpengaruh kuat terhadap keberlangsungan industri kulit di Manding, dengan skor 3.44. h. Harga Penghalang Masuk : harga yang ditawarkan oleh industri kulit di Manding relatif murah, cukup berat bagi pemain baru untuk menekan harga sehingga dapat menjual produk yang sama dengan harga yang lebih murah, maka ancaman pendatang baru pada faktor harga penghalang masuk tidak berpengaruh terhadap keberlangsungan industri kulit di Manding, dengan skor 1.00 i. Teknologi hambatan masuk : teknologi produksi yang digunakan pengrajin industri kulit Manding masih manual dan tradisional karena berasal dari ajaran turun temurun. Teknologi informasi juga belum dimanfaatkan dengan baik oleh pengrajin industri kulit Manding. Ini menjadi peluang bagi pendatang baru untuk unggul dibidang teknologi, maka ancaman pendatang baru pada faktor teknologi hambatan masuk cukup berpengaruh terhadap keberlangsungan industri kulit di Manding, dengan skor 2.78. j. Pengalaman sebagai hambatan masuk : pengalaman yang dimiliki pelaku industri kulit Manding relatif lama, karena bisnis indutri kulit merupaka bisnis turun
temurun, sehingga dari usia muda mereka telah menekuni industri kulit. Ini menjadi ancaman bagi pendatang baru, maka ancaman pendatang baru pada faktor pengalaman sebagai hambatan masuk cukup berpengaruh terhadap keberlangsungan industri kulit di Manding, dengan skor 2.78.
B. Kekuatan Tawar-Menawar Pemasok. Meningkatkan harga dan mengurangi mutu produk yang dijual adalah cara potensial yang dapat digunakan pemasok untuk mendapatkan kekuatan terhadap perusahaan-perusahaan yang bersaing dalam suatu industri. Apabila perusahaan tidak dapat menutup peningkatan biaya yang terjadi melalui struktur harganya maka kemampulabaannya akan berkurang akibat tindakan pemasok. Kondisi-kondisi yang membuat pemasok kuat cenderung serupa dengan kondisi yang membuat pembeli kuat, dimana kelompok pemasok dapat dikatakan kuat jika : a. Kelompok pemasok : pemasok kulit samak memang tidak berkelompok, namun posisi pemasok dinilai tidak kuat oleh para pakar, ini dikarenakan banyaknnya pemasok yang dapat menjadi pilihan bagi pengrajin industri kulit Manding, maka kekuatan tawar menawar pemasok pada faktor kelompok pemasok berpengaruh lemah terhadap keberlangsungan industri kulit di Manding, dengan skor 2.44. b. Produk substitusi : sebenarnya ada produk pengganti dari kulit sama yaitu kulit sintetis yang sangat menyerupai kulit asli, namun tetap saja lebih baik kulit samak asli, maka kekuatan tawar menawar pemasok pada faktor produk substitusi cukup berpengaruh terhadap keberlangsungan industri kulit di Manding, dengan skor 2.78. c. Pelanggan Penting : industri kulit Manding bukan merupakan pelanggan satusatunya para pemasok, karena memang tidak ada ikatan kerja sama, maka kekuatan tawar menawar pemasok pada faktor pelanggan penting cukup berpengaruh terhadap keberlangsungan industri kulit di Manding, dengan skor 3.00. d. Masukan yang Penting : kulit samak merupakan bahan baku yang penting bagi industri kulit Manding, sehingga kekuatan pemasok kulit Manding cukup besar,
namun untuk asesoris bukan merupakan masukan yang penting bagi industri kulit Manding, karena ternyata dari hasil rekap kuesioner responden lebih menyukai produk yang tidak terlalu rame asesoris, maka kekuatan tawar menawar pemasok pada faktor masukan yang penting cukup berpengaruh terhadap keberlangsungan industri kulit di Manding, dengan skor 2.89. e. Pemerintah : pemerintah memang mengeluarkan kebijakan berupa penetapan PE kulit mentah sebesar 25% untuk melindungi industri hilir, namun ini tidak terlalu berpengaruh terhadap pemenuhan kulit samak lokal yang bermutu bagi industri kulit di Manding, maka kekuatan tawar menawar pemasok pada faktor kebijakan pemerintah dianggap tidak berpengaruh terhadap keberlangsungan industri kulit di Manding, dengan skor 1.33. Pasokan bahan baku sangat mudah diperoleh dari Yogyakarta dan Magetan. Pemasok bahan baku kulit samak diperoleh antara lain dari : Jaynal Kulit, GM Collection, Loex Manleather, Nad Nad Tannery, PT. Rajawali Nusindo Magelang, Rohmat Leather, UD. Antique Jaya Leather. Ancaman daya tawar pemasok dinilai lemah.
C. Kekuatan Tawar-Menawar Pembeli. Pembeli bersaing dengan industri dengan cara memaksa harga turun, tawar menawar untuk mutu yang lebih tinggi dan pelayanan yang lebih baik. Sebaliknya pembeli lebih suka membeli produk dengan harga serendah mungkin dimana industri dapat memperoleh pengembalian serendah mungkin yang dapat diterima. Dan kelompok pembeli dapat menjadi kuat pada situasi berikut : a. Kelompok Pelanggan (Pembeli): pelanggan produk kulit di Manding atau disebut buyer memesan dalam jumlah yang banyak, meskipun frekuensi pemesanannya tidak tentu. Buyer memiliki daya tawar yang kuat sebagai konsumen, maka kekuatan tawar menawar pembeli pada faktor kelompok pelanggan cukup berpengaruh terhadap keberlangsungan industri kulit Manding, dengan skor 3.00. b. Diferensiasi Produk: adanya pelayanan pemesanan sesuai dengan keinginan konsumen menjadikan produk industri kulit Manding unik dan tidak banyak
ditemui dipasaran. Ini menjadikan konsumen memiliki daya tawar yang lemah terhadap produk kulit yang diperoleh dari layanan pesanan sesuai keinginan konsumen, maka kekuatan tawar menawar pembeli pada faktor diferensiasi produk berpengaruh lemah terhadap keberlangsungan industri kulit di Manding, dengan skor 1.78. c. Ancaman Integrasi Balik: pembeli yang memesan dalam jumlah besar atau disebut buyer dapat melakukan integrasi balik dengan mengancam akan mengalihkan pesanan kepada pelaku industri yang lain, namun umumnya buyer bersifat loyal terhadap pengrajin Manding. Sedangkan untuk pembeli eceran di showroom hanya dapat melakukan usaha tawar menawar harga yang tidak jauh dengan harga yang ditawarkan penjual, maka kekuatan tawar menawar pembeli pada faktor ancaman integrasi balik berpengaruh lemah terhadap keberlangsungan industri kulit di Manding, dengan skor 2.44. d. Mutu Produk: mutu produk kulit yang dihasilkan industri kulit di Manding cukup memuaskan konsumen, sehingga konsumen yang sudah loyal tidak terlalu peka terhadap perubahan harga, maka kekuatan tawar menawar pembeli pada faktor mutu produk tidak berpengaruh terhadap keberlangsungan industri kulit di Manding, dengan skor 1.00. e. Informasi Pelanggan: kemudahan mengakses informasi pengenai produk kulit yang dijual online maupun offline, merupakan peluang bagi konsumen untuk mendapatkan berbagai pilihan produk yang diinginkan. Ini tidak diimbangi dengan kemampuan para industri Manding untuk menawarkan produknya secara online, ini menjadi ancaman bagi pemasaran industri kulit Manding, maka kekuatan tawar menawar pembeli pada faktor informasi pelanggan berpengaruh kuat terhadap keberlangsungan industri kulit di Manding, dengan skor 3.78.
D. Ancaman Produk Pengganti. Produk pengganti yang melakukan fungsi serupa dengan produk yang dihasilkan oleh industri kulit Manding memang banyak, seperti sepatu, jaket, tas, maupun asesoris yang lain yang terbuat dari kulit sintetis, namun produk dari kulit
asli memiliki keunikan tersendiri yang terkesan eksklusif bagi para konsumen. Ini membuatan ancaman keberadaan produk pengganti dirasa berpengaruh lemah terhadap keberlangsungan industri kulit Manding, dengan skor 2.00.
E. Tingkat Rivalitas di antara Para Pesaing yang Ada. Persaingan disini terjadi karena satu atau lebih pesaing merasakan adanya tekanan atau melihat peluang untuk memperbaiki posisi di industri dan sering disebabkan oleh harga, inovasi produk dan tindakan lain untuk mencapai diferensiasi produk. Bagi kebanyakan industri, penentuan utama seluruh persaingan serta tingkat profitabilitas secara umum adalah persaingan antara perusahaan dalam industri. Beberapa faktor utama yang menentukan sifat dan intensitas persaingan diantara perusahaan-perusahaan adalah : a. Jumlah Kompetitor: jumlah pesaing yang berbisnis di industri kulit cukup banyak, banyak sentra industri kulit antara lain di Garut, Mojokerto, Tanggulangin, dan Cibaduyut, serta masih banyak lagi pemain industri kulit berbagai berskala, maka tingkat rivalitas di antara para pesaing yang ada pada faktor jumlah kompetitor berpengaruh sangat kuat terhadap keberlangsungan industri kulit di Manding, dengan skor 4.00. b. Tingkat Pertumbuhan Industri: tingkat pertumbuhan industri kulit dinilai cukup cepat oleh para pakar, perusahaan kulit berskala besar melakukan ekspansi dan terjadi perebutan pangsa pasar. Ini cukup mengancam keberlangsungan industri kulit di Manding, maka tingkat rivalitas di antara para pesaing yang ada pada faktor tingkat pertumbuhan industri cukup berpengaruh terhadap keberlangsungan industri kulit di Manding, dengan skor 3.00. c. Biaya tetap yang besar: biaya tetap yang harus dikeluarkan oleh perusahaan relatif rendah, karena biaya tiap unit produk sangat dipengaruhi oleh harga bahan baku yang merupakan biaya variabel. Bila biaya tetap yang dikeluarkan tinggi maka akan menciptakan tekanan yang berat terhadap semua perusahaan untuk mengisi kapasitas yang dapat menurunkan harga saat terjadi kapasitas berlebih dan sebaliknya bila biaya tetap kecil maka tekanan yang dialami perusahaan tidak
terlalu berat. Namun demikian, tingkat rivalitas di antara para pesaing yang ada pada faktor biaya tetap yang besar tetap berpengaruh terhadap keberlangsungan industri kulit di Manding, dengan skor 2.56.
Persaingan industri kulit sejenis dirasa sangat kuat, industri kulit Manding bersaing dengan industri kulit Cibaduyut, Mojokerto, Tanggulangin, dan Garut memperebutkan segmen pasar yang sama. Secara mutu dan harga produk Manding cukup bersaing, hanya saja model produk kurang bervariasi, promosi sangat minim dan jaringan kerjasama pemasaran yang sempit. Penilaian persaingan industri kulit oleh pakar dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Penilaian persaingan industri kulit. Cibaduyut Mutu 4 Harga 3 Variasi 4 Promosi 4 Jaringan pemasaran 4
Mojokerto Tanggulangin 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4
Garut 4 3 3 3 4
Manding 4 4 3 2 2
Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) Hasil identifikasi faktor eksternal perusahaan dikelompokkan menjadi dua yaitu peluang (opportunities) dan ancaman (threat). Menurut David (2009), Peluang merupakan suatu kondisi yang berada di luar perusahaan yang dapat dimanfaatkan perusahaan dengan sebaik-baiknya untuk menjadi sesuatu yang menguntungkan bagi perusahaan, sedangkan ancaman merupakan suatu kondisi yang berada di luar perusahaan yang harus dihindari perusahaan karena secara langsung ataupun tidak langsung bisa merugikan perusahaan. Perusahaan tidak mempunyai kontrol langsung terhadap faktor faktor eksternal ini. Oleh karena itu, perusahaan harus bisa memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman yang ada. Daftar peluang dan ancaman perusahaan diperoleh dengan meringkas kuesioner dan kemudian ditimbang selama diskusi dalam pertemuan, serta mengacu pada literatur. Dari hasil analisis faktor eksternal tersebut diperoleh tujuh peluang dan tujuh ancaman yang dihadapi perusahaan, sebagai berikut:
Peluang: O1 : Ketersediaan kredit bagi IKM Kebijakan pemerintah untuk mendukung perkembangan IKM terbukti dengan disediakannya kredit bagi IKM dan kebijakan tentang pengembangan IKM. Secara umum, baru sebagian kecil usaha kecil yang memiliki akses terhadap pelayanan bank-bank formal. Dalam struktur pengambilan kebijakan lembaga perbankan memiliki pengaruh yang kuat khususnya dalam hal kebijakan industri termasuk industri kecil dan perdagangan. Lembaga keuangan/bank dapat diharapkan mendukung usaha kecil melalui penyediaan dana kredit (Hubeis 1997). Dewasa ini, pemerintah menyediakan kredit bagi IKM untuk pendanaaan usaha, kredit yang disediakan merupakan dana bergulir, jadi sangat memudahkan bagi IKM untuk mengembalikan kredit tersebut. Lembaga keuangan seperti BRI juga menyediakan paket kredit bagi IKM. Industri kulit di Manding mayoritas berskala mikro dan kecil sehingga kebijakan ini merupakan peluang yang sangat bagus untuk untuk meminimalkan kelemahan industri kulit di Manding dalam hal keterbatasan modal.
O2 : Dukungan Pemerintah (Kementerian Perindustrian, ATK, BBPPK) Pemerintah daerah dengan dukungan staf dan anggaran yang dikuasainya, Pemerintah memiliki potensi sekaligus kapasitas yang besar untuk menjangkau kelompok sasaran yang luas hingga kepelosok-pelosok desa yang terpencil sekalipun (Hubeis, 1997). Kebijakan pemerintah terhadap suatu usaha atau aktor ekonomi lain seperti perkreditan, perpajakan, perijinan, kemitraan, perundangundangan, kebijakan mengenai perkembangan teknologi serta kebijakan mengenai perdagangan dapat berdampak pada kegiatan usaha UKM (Sjaifudian, 1997). Kebijakan
yang
mendukung
pengembangan
industri
kulit
Manding
diantaranya adalah pemberian bantuan pembangunan fasilitas umum seperti gapura selamat datang, parkiran umum, ATM center, pemberian bantuan peraatan produksi, pengadaan pameran untuk ajang promosi, pendanaan kegiatan penelitian yang
berkaitan dengan pengembangan industri kulit di bantul yang dilakukan melalui BBKKP dan ATK, memberi keleluasaan bagi industri kulit di Manding dalam memasarkan
produknya,
mengadakan
pelatihan
dan
pendampingan,
serta
memberikan informasi paket teknologi.
O3 : Jumlah penduduk Bantul (khususnya) dan Indonesia (umumnya) meningkat Jumlah penduduk Indonesia yang besar merupakan peluang bagi peningkatan konsumsi produk dan nantinya akan meningkatan volume penjualan perusahaan (Hakimi 2007). Jumlah penduduk Indonesia yang besar pada umumnya, dan jumlah penduduk Bantul pada khususnya merupakan peluang bagi peningkatan kebutuhan produk industri kulit dan nantinya akan meningkatan volume penjualan perusahaan. Tercatat dalam laporan badan statistic Kabupaten Bantul yang berjudul “Bantul dalam Angka” bahwa penduduk Kabupaten Bantul mengalami peningkatan tiap tahunnya. Tahun 2007, jumlah penduduk Kabupaten Bantul adalah 831.657 jiwa. Tahun 2008, jumlah penduduk Kabupaten Bantul adalah 856.206 jiwa. Tahun 2009, jumlah penduduk Kabupaten Bantul adalah 876.172 jiwa. Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Bantul, pada tahun 2010 jumlah penduduk Kabupaten Bantul tercatat sebanyak 910.572 jiwa Pada tahun 2011, Jumlah penduduk Kabupaten Bantul sebanyak 921.263 jiwa.
O4 : Kesan produk kulit yang eksotis, elegan, dan eksklusif Faktor sosial yang mempengaruhi suatu perusahaan adalah kepercayaan, nilai, sikap dan gaya hidup di lingkungan eksternal perusahaan, yang berkembang dari pengaruh kultural, ekologi, demografi, agama, pendidikan dan etnik (Pearce dan Robinson, 2004). Produk yang berasal dari kulit asli memiliki nilai tersendiri bagi kosumen, yaitu memiliki kesan eksklusif, elegan dan eksotis yang sangat digemari wisatawan manca negara dan pelanggan dalam negeri yang jumlahnya tidak sedikit. Peluang inilah yang mampu membuat konsumen loyal terhadap produk yang berasal dari kulit asli, meskipun harganya jauh lebih tinggi dari pada produk dari kulit
sintetis. Ini juga diakui oleh para pakar dan konsumen dari hasil penyebaran kuesioner.
O5 : Teknologi informasi Informasi adalah sumber daya pendukung yang vital bagi kegiatan suatu usaha. Tidak hanya informasi tentang pasar, pasokan, produksi dan teknologi tapi juga tentang pasar produk yang ditawarkan. Ketimpangan informasi bagi UKM perlu dibenahi dengan memberikan porsi yang lebih seimbang dibandingkan dengan usaha besar. Penyediaan pusat informasi yang mudah dijangkau dengan informasi aktual merupakan sumber daya yang penting bagi pengembangan UKM (Hubeis 1997). Untuk tetap bertahan dan unggul dalam persaingan pasar, perusahaan perlu memberikan perhatian dan mampu memperoleh keunggulan dari peluang teknologis untuk mendukung strategi bisnis serta meningkatkan operasi dan layanannya. Dalam hal ini, keberhasilan organisasi atau perusahaan sebagian ditentukan oleh daya tanggap dan adaptasi terhadap inovasi teknologi (Higa, 1997). Kemajuan teknologi yang pesat seperti teknologi informasi dan produksi dapat membuat kegiatan perusahaan menjadi lebih efektif. Penggunaan teknologi modern membuat perusahaan dapat dengan mudah memperoleh berbagai informasi, berkomunikasi dan dapat mengefektifkan kegiatan manajemen produksi. Teknologi informasi juga merupakan media yang murah dan efektif untuk kegiatan promosi dan jual beli online.
O6 : Produk kulit pari yang sedang digemari Faktor sosial yang mempengaruhi suatu perusahaan adalah kepercayaan, nilai, sikap dan gaya hidup di lingkungan eksternal perusahaan, yang berkembang dari pengaruh kultural, ekologi, demografi, agama, pendidikan dan etnik (Pearce dan Robinson, 2004). Hasil interview dengan para pakar industri kulit menyatakan bahwa saat ini produk yang berasal dari kulit ikan pari sedang digemari oleh pecinta produk kulit, ini juga dinyatakan oleh para konsumen. Motif dan tekstur kulit ikan pari yang unik menjadi daya tarik tersendiri, butiran sisik punggung yang bulat seperti mutiara
terlihat sangat elegan. Meskipun harganya jauh lebih mahal dari produk kulit sapi, namun peminat produk kulit ikan pari tidak sensitif terhadap harga karena berasal dari segmen ekonomi atas. Ini menjadi peluang yang sangat baik bagi industri kulit Manding untuk mengembangkan berbagai produk dari kulit ikan pari.
O7 : Produk sepatu, jaket dan tas merupakan kebutuhan pokok Kebututuhan pokok manusia meliputi sandang atau pakaian; pangan atau makanan; dan papan atau tempat tinggal. Produk yang dihasilkan oleh industri kulit di Manding berupa sepatu, sandal, jaket, tas, dompet, sabuk atau produk fungsional lainnya yang merupakan kebutuhan pokok manusia. Ini menjadi peluang bagi industri kulit Manding untuk meningkatan volume penjualan perusahaan.
Ancaman : T1 : Kenaikan harga BBM Tindakan politik yang dirancang untuk melindungi dan memberikan manfaat bagi perusahaan meliputi undang-undang paten, subsidi pemerintah dan hibah dana riset produk. Sedangkan kendala politik dikenakan atas perusahaan melalui keputusan tentang perdagangan yang adil, program perpajakan, ketentuan upah minimum, kebijakan tentang polusi dan penetapan harga, undang-undang perlindungan pekerja, konsumen dan lingkungan (Pearce dan Robinson, 2004). Ancaman kenaikan harga bahan bakar minyak akan memacu peningkatan semua biaya yang dibutuhkan untuk operasional industri, tidak terkecuali pada industri kulit di Manding. Kenaikan biaya mulai dari bahan baku, bahan pembantu, peralatan,
transportasi, hingga tuntutan kenaikan honor tenaga kerja. Rencana
pemerintah untuk meningkatkan harga BBM di tahun 2012 menjadi ancaman yang cukup kuat berpengaruh terhadap kondisi industri kulit di Manding.
T2 : Mudahnya pendatang baru masuk
Menurut Porter (1997), kekuatan bersaing pada lingkungan industri bergantung pada lima faktor yaitu ancaman masuknya pendatang baru, ancaman terhadap produk substitusi, kekuatan tawar menawar pemasok, kekuatan tawar menawar pembeli dan intensitas persaingan dalam industri. Pendatang baru dalam suatu industri dapat membahayakan perusahaan-perusahaan yang ada karena pendatang baru akan membawa kapasitas baru, keinginan untuk merebut pasar serta seringkali juga sumberdaya yang besar. Akibatnya harga dapat menjadi turun atau biaya membengkak sehingga mengurangi kemampulabaan (Umar, 2005). Mudahnya pemain baru masuk dalam bisnis industri kulit terlihat dari cukup tingginya bobot ancaman pendatang baru pada analisis lingkungan industri yang dilakukan. Kebutuhan modal yang tidak terlalu besar, tidak adanya peraturan pemerintah yang menyulitkan, serta tidak adanya penolakan terhadap pendatang baru dari industri yang sudah ada merupakan kemudahan yang terbentuk. Pendatang baru pada suatu industri ada kemungkinan memiliki kemampuan produksi yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan yang sudah ada sebab dari pendatang baru tersebut tentunya ada keinginan untuk merebut pasar serta sering kali mempunyai sumberdaya yang lebih besar. Ini menjadi ancaman bagi industri kulit di Manding, jika banyak pedatang baru maka persaingan akan semakin ketat.
T3 : Keberadaan perusahaan sejenis (berbagai skala) Menurut Porter (1997), kekuatan bersaing pada lingkungan industri bergantung pada lima faktor yaitu ancaman masuknya pendatang baru, ancaman terhadap produk substitusi, kekuatan tawar menawar pemasok, kekuatan tawar menawar pembeli dan intensitas persaingan dalam industri sejenis. Persaingan disini terjadi karena satu atau lebih pesaing merasakan adanya tekanan atau melihat peluang untuk memperbaiki posisi dan sering disebabkan oleh harga, inovasi produk dan tindakan lain untuk mencapai diferensiasi produk. Bagi kebanyakan industri, penentuan utama seluruh persaingan serta tingkat profitabilitas secara umum adalah persaingan antara perusahaan dalam industri (Umar 2005). Banyaknya perusahaan industri kulit yang berkembang saat ini mengakibatkan semakin besarnya pesaing
perusahaan. Banyaknya perusahaan industri kulit sejenis di Garut, Cibaduyut, Mojokerto, Tanggulangin dan daerah lain, membuat persaingan industri kulit menjadi lebih tinggi untuk kedepannya.
T4 : Adanya produk substitusi Menurut Porter (1997), kekuatan bersaing pada lingkungan industri bergantung pada lima faktor yaitu ancaman masuknya pendatang baru, ancaman terhadap produk substitusi, kekuatan tawar menawar pemasok, kekuatan tawar menawar pembeli dan intensitas persaingan dalam industri. Tersedianya produkproduk pengganti merupakan faktor utama yang mempengaruhi keinginan konsumen dan akan membangkitkan persaingan dengan perusahaan yang sudah ada (Umar 2005). Adanya produk substitusi yang memiliki fungsi yang sama seperti sepatu karet, tas anyam, jaket katun, dan produk kulit sintetis, memungkinkan orang untuk menggunakan produk substitusi tersebut sebagai pengganti produk kulit dari industri kulit di Manding.
T5 : Bahan baku impor lebih bermutu Menurut Pearce dan Robinson (2004), kegiatan produksi-operasi perusahaan dapat dilihat dari efisiensi, efektivitas dan produktivitas. Berdasarkan ketiga hal tersebut faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah biaya dan ketersediaan bahan baku, hubungan dengan pemasok, sistem pengendalian persediaan, lokasi fasilitas, pemanfaatan teknologi, pengendalian mutu, riset dan pengembangan. Menurut salah seorang pakar dari ATK, menyampaikan bahwa kulitas kulit samak impor lebih bermutu dari pada kulit samak lokal, mutu ini dilihat dari ukuran luasan kulit samak dan penampakan permukaan kulit samak yang utuh tidak rusak atau berlobang. Harga kulit samak impor tentunya lebih mahal dari pada kulit samak lokal, ini akan mengancam keberlangsungan pengrajin dengan modal kecil, karena tidak mampu bersaing dalam penyediaan produk dengan mutu bahan baku terbaik yang berasal dari kulit impor.
T6 : Kulit imitasi semakin menyerupai kulit asli Tersedianya produk-produk pengganti merupakan faktor utama yang mempengaruhi keinginan konsumen dan akan membangkitkan persaingan dengan perusahaan yang sudah ada (Umar 2005). Sama halnya dengan produk substitusi, produk kulit imitasi juga akan mempengaruhi keinginan konsumen untuk beralih keproduk yang lebih murah dari produk kulit asli. Kulit imitasi yang semakin menyerupai kulit samak asli juga mengancam kelangsungan industri kulit Manding. Pelaku industri kulit di Manding tetap menjaga kepercayaan konsumen dengan memberikan produk kulit asli, namun keberadaan kulit imitasi tentunya dapat memberikan harga yang lebih rendah dengan penampakan yang hampir sama. Ini akan mempengaruhi keputuan konsumen dengan daya beli terbatas, untuk memilih produk kulit imitasi. T7 : Bahan baku relatif mahal Meningkatkan harga dan mengurangi mutu produk yang dijual adalah cara potensial yang dapat digunakan pemasok untuk mendapatkan kekuatan terhadap perusahaan-perusahaan yang bersaing dalam suatu industri. Apabila perusahaan tidak dapat menutup peningkatan biaya yang terjadi melalui struktur harganya, maka kemampulabaannya akan berkurang akibat tindakan pemasok (Umar 2005). Harga bahan baku yang dirasa mahal dikeluhkan oleh 15,6% pengrajin Manding. Ini pasti disebabkan karena keterbatasan modal yang dimiliki industri kulit di Manding. Salah seorang pengrajin bercerita bahwa harga 1 feet kulit samak berkisar antara Rp15.000 sampai Rp 25.000, untuk menghasilkan jaket berukuran XL membutuhkan sekitar 34 feet, sehingga harga jual jaket kulit cukup mahal, dan hanya konsumen yang berdaya beli tinggi yang berminat untuk membeli. Hasil pengidentifikasian faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi strategi bersaing perusahaan, selanjutnya dievaluasi respon perusahaan terhadap masingmasing faktor sehingga diketahui seberapa besar respon perusahaan terhadap faktorfaktor strategis eksternal tersebut. Teknik penentuan respon yang dilakukan adalah dengan cara pemberian bobot dan per-rangking-an serta menyusun matriks External Factor Evaluation (EFE).
Pemberian bobot pada setiap faktor dari 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (paling penting). Bobot itu mengindikasikan signifikasi relatif dari suatu faktor terhadap keberhasilan perusahaan. Jumlah seluruh bobot harus sama dengan 1. Untuk mempermudah penilaian, pembobotan dilakukan dengan metode pairwise comparison atau perbandingan berpasangan, yaitu membandingakan setiap faktor yang akan diberi penilaian, dimana nilai 1 menunjukan faktor baris tidak lebih penting dari faktor kolom, nilai 2 menunjukan faktor baris sama penting dengan faktor kolom, dan nilai 3 menunjukan faktor baris lebih penting dari faktor kolom (David, 2009). Pemberian peringkat 1 sampai 4 pada faktor peluang didasarkan kepada kemampuan perusahaan dalam meraih peluang yang ada, peringkat empat untuk kemampuan yang sangat baik, peringkat tiga untuk kemampuan baik, peringkat dua untuk kemampuan sedang, dan peringkat satu untuk kemampuan yang tidak baik. Sedangkan pemberian peringkat pada faktor ancaman didasarkan pada besarnya ancaman dalam mempengaruhi keadaan perusahaan. Peringkat empat diberikan jika faktor ancaman tidak memberikan pengaruh terhadap perusahaan, peringkat tiga jika faktor ancaman memberikan pengaruh biasa terhadap perusahaan, peringkat dua jika faktor ancaman kuat mempengaruhi perusahaan, sedangkan peringkat satu jika faktor ancaman sangat kuat mempengaruhi perusahaan. Peringkat berbasis perusahaan, sementara bobot berbasis industri. Kemudian bobot skor diperoleh dengan mengkalikan bobot dengan peringkat. Jumlahkan skor bobot untuk memperoleh total skor bobot. Nilai total skor bobot menunjukkan kekuatan eksternal perusahaan. Skor bobot tertinggi adalah 4, terendah adalah 1, dan rata-rata skor bobot 2,5. Total skor sebesar empat mengindikasikan bahwa perusahaan mampu merespon dengan sangat baik peluang dan ancaman yang ada, dengan kata lain perusahaan mampu menarik keuntungan dari peluang dan meminimakan pengaruh negative dari ancaman eksternal. Skor >2,5 mencirikan perusahaan belum cukup mampu memanfaatkan peluang dan meminimalkan ancamam lingkungan eksternal (David, 2009). Hasil internal faktor evaluasi pada industri kulit di Manding terlihat pada Tabel 17. Tabel 17 Hasil Evaluasi Faktor Eksternal perusahaan (EFE)
Faktor Eksternal Utama Peluang A. Ketersediaan kredit bagi IKM B. Dukungan pemerintah C. Jumlah penduduk meningkat D. Kesan produk kulit yang eksotis, elegan, eksklusif E. Teknologi informasi F. Produk kulit pari yang sedang digemari G. Sepatu, jaket, tas merupakan kebutuhan pokok Ancaman H. Kenaikan harga BBM I. Mudahnya pemain baru masuk J. Keberadaan perusahaan sejenis (berbagai skala) K. Adanya produk substitusi L. Bahan baku impor lebih bermutu M. Kulit imitasi semakin menyerupai kulit asli N. Bahan baku relatif mahal
Bobot Peringkat Skor Bobot 0.063 1.75 0.109 0.095 2.75 0.263 0.044 2.75 0.121 0.080 3.50 0.279 0.055 1.75 0.096 0.076 3.00 0.227 0.058 3.00 0.173 0.099 1.75 0.045 3.00 0.096 2.00 0.067 2.50 0.060 2.25 0.065 2.25 0.099 1.50 Total bobot skor
0.173 0.134 0.192 0.167 0.136 0.145 0.148 2,363
Hasil evaluasi faktor eksternal (EFE) bernilai 2.363 ini menunjukkan bahwa industri kulit di Manding belum cukup mampu memanfaatkan peluang dan meminimalkan ancamam lingkungan eksternal. Tiga faktor peluang yang memiliki skor bobot tertinggi secara berurutan adalah kesan produk kulit yang eksotis, elegan, dan eksklusif (0.279), Dukungan pemerintah (Kementerian Perindustrian, ATK, BBPPK) (0.263), serta Produk kulit pari yang sedang digemari (0.227). Tiga faktor utama faktor ancaman yang memiliki skor bobot yang paling besar adalah keberadaan perusahaan sejenis berbagai skala (0.192); kenaikan harga BBM (0.173); serta produk substitusi (0.167). Hasil penilaian peluang dan ancaman oleh masing-masing pakar dapat dilihat pada lampiran 2. Kesan produk kulit yang eksotis, elegan, dan eksklusif dibenak konsumen menjadi peluang yang cukup dimanfaatkan oleh industri kulit Manding, memberikan harga jual yang cukup tinggi untuk produk kulit asli dibandingkan dengan produk dari vinil, karena harga jual tersebut mencerminkan bahan baku yang bermutu. Dukungan pemerintah melalui Kementerian Peridustrian, Akademi Teknologi Kulit,
dan Balai Besar Kulit Karet dan Plastik, berupa pemberian bantuan pembangunan fasilitas umum seperti gapura selamat datang, parkiran umum, ATM center, pemberian bantuan peraatan produksi, pengadaan pameran untuk ajang promosi, pendanaan kegiatan penelitian yang berkaitan dengan pengembangan industri kulit di bantul,memberi keleluasaan bagi industri kulit di Manding dalam memasarkan produknya, mengadakan pelatihan dan pendampingan, serta memberikan informasi paket teknologi telah mampu dimanfaatkan para pengrajin Manding meskipun belum maksimal. Produk kulit pari yang sedang digemari sudah ditangkap oleh pengrajin Manding, dengan cara menjual produk tersebut meski masih dalam jumlah yang sangat sedikit, ini disebabkan karena keterbatasan modal, peralatan dan keahlian. Bahan baku kulit ikan pari harganya mahal, dalam memproduksi juga memerlukan peralatan dan keahlian yang cukup berbeda dengan kulit samak lainnya, karena sisik kulit ikan pari cukup keras dan memerlukan perlakuan khusus agar terlihat elegan. Faktor kelemahan yang memiliki skor bobot yang rendah adalah kondisi yang memudahkan pemain baru dalam bisnis industri kulit masuk di wilayah Manding. Kemudahan itu terlihat dari kebutuhan modal yang tidak terlalu besar, tidak adanya peraturan pemerintah yang menyulitkan, serta tidak adanya penolakan terhadap pendatang baru dari industri yang sudah ada. Ini menjadi ancaman bagi industri kulit di Manding, jika banyak pedatang baru maka persaingan akan semakin ketat. Bahan baku impor yang lebih bermutu serta kulit imitasi semakin menyerupai kulit asli merupakan ancaman yang tidak mudah diatasi oleh pengrajin industri kulit Manding. Usaha untuk meminimalkan ancaman tersebut sebatas mengkombinasikan kulit bermutu baik dan sedang dalam memproduksi produk, sehingga dapat menekan biaya tiap unitnya, namun pengkombinasian ini tetap mengutamakan mutu produk.
4.4. Perumusan Strategi Matriks Internal-Eksternal (IE) Matriks EFE dan matriks IFE yang telah memiliki skor terbobot lengkap kemudian digabung dalam Matriks Eksternal dan Internal yang menunjukkan posisi
kekuatan dan keberhasilan strategi yang sudah dijalankan oleh perusahaan dengan melihat pada letak skor pada kuadran-kuadran dalam matriks Internal- Eksternal. Matriks IE untuk industri kulit di Manding pada sumbu horizontal menunjukkan skor total dari matriks IFE sebesar 2.668 sedangkan sumbu vertikal menunjukkan skor total dari matriks EFE sebesar 2.363. Masing-masing total skor pada matriks IFE dan EFE dipetakan dalam matriks IE, sehingga menempatkan industri kulit di Manding pada posisi kuadran V dengan koordinat (2.668; 2.363). Posisi sel ini menunjukkan industri kulit di Manding dapat ditangani dengan baik melalui strategi menjaga dan mempertahankan. Hal yang harus dijaga dan dipertahankan adalah kekuatan internal perusahaan serta kemampuan dalam memanfaatkan peluang yang ada. Adapun strategi yang dapat dikembangkan oleh perusahaan pada posisi ini adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Posisi eksternal yang berada pada kinerja sedang menunjukkan bahwa faktor peluang dan ancaman mendapat respon perusahaan dengan intensitas yang sedang terhadap perkembangan perusahaan yang akan datang. Besarnya pengaruh peluang yang mungkin dicapai perusahaan dalam pengembangan pasar yang akan datang relatif sama dengan ancaman yang menjadi faktor penghambat perkembangan perusahaan. Adanya peluang yang dimanfaatkan dan acaman yang mungkin dikelola, akan meningkatkan daya saing perusahaan untuk menghadapi persaingan pasar. Kedinamisan pasar yang dihadapi dan lingkungan eksternal yang terus berubah, menyebabkan perusahaan harus menciptakan strategi tumbuh dan berkembang dengan mengelola peluang dan ancaman yang ada. Matrik IE terlihat pada Tabel 18.Posisi internal yang berada pada kinerja sedang menunjukkan bahwa faktor kekuatan cukup dapat ditonjolkan, dan faktor kelemaan cukup dapat ditekan untuk menghadapi perkembangan perusahaan yang akan datang. Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat seharusnya perusahaan mengoptimalkan kekuatan yang dimiliki, serta mengelola kelemahankelemahan yang ada agar dapat medukung pertumbuhan dan pengembangan perusahaan. Kelemahan utama yang harus diatasi dan mempengaruhi perkembangan
perusahaan adalah lemahnya promosi, tidak adanya merk dagang produk serta rendahnya inovasi desain produk.
Skor bobot total EFE
Tabel 18 Matriks Internal-Eksternal (IE) industri kulit di Manding
Tinggi 3.0-4.0
Kuat 3.0-4.0 (I) Tumbuh dan Bina (Grow and Build)
Sedang 2.02.99
(IV) Tumbuh dan Bina (Grow and Build)
Rendah 1.01.99
(VII) Pertahankan dan Pelihara (Hold and maintain)
Skor bobot total IFE Sedang 2.0-2.99 (II) Tumbuh dan Bina (Grow and Build) (V) Pertahankan dan Pelihara (Hold and maintain) (VIII) Panen dan Lepas (Harvest and divest)
Lemah 1.0-1.99 (III) Pertahankan dan Pelihara (Hold and maintain) (VI) Panen dan Lepas (Harvest and divest) (IX) Panen dan Lepas (Harvest and divest)
Analisis SWOT Langkah yang ditempuh setelah melakukan evaluasi faktor eksternal dan internal adalah membuat suatu matriks yang menggabungkan faktor eksternal dan internal ke dalam suatu matriks yang dikenal dengan nama matriks SWOT. Matriks SWOT mengembangkan empat alternatif strategi berdasarkan kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunity) dan ancaman (threat) bagi perusahaan. Keempat alternatif strategi tersebut antara lain adalah strategi SO (strengthopportunity), strategi WO (weakness-opportunity), strategi ST (strength-threat) dan strategi WT (weakness-threat). Dari matrik SWOT akan tergambar secara jelas bagaimana perusahaan memanfaatkan peluang serta mengendalikan ancaman dari eksternal dengan memberdayakan kekuatan yang dimiliki serta meminimalisir kelemahannya. Tujuan dibuatnya matriks SWOT adalah mengumpulkan sebanyak mungkin tindakantindakan atau strategi yang memungkinkan untuk digunakan oleh perusahaan. Pemilihan strategi utama dari matriks SWOT ini disesuaikan dengan posisi
perusahaan dan bersifat melengkapi analisis matriks Internal- Eksternal (IE) yang telah dilakukan sebelumnya, sebagaimana terlihat pada Tabel 18. Hasil analisis matriks SWOT diperoleh sebelas strategi yang layak dipertimbangkan oleh industri kulit di Manding untuk dilakukan dalam rangka memanfaatkan peluang yang ada dengan kekuatan yang dimiliki serta memperbaiki kelemahan untuk mengantisipasi ancaman dari eksternal. Strategi yang dihasilkan matrik SWOT adalah: 1. SO1: Menjalin kerjasama dengan travel agen pariwisata 2. SO2: Melakukan pemasaran berbasis internet. 3. SO3: Pengembangan produk kulit ikan pari yang sedang digemari masyarakat. 4. WO1: Mendirikan showroom milik bersama serta menambahan fasilitas umum. 5. WO2: Pemberian informasi produk dan merk dagang. 6. WO3: Kementerian Perindustrian dan ATK memberian pelatihan, pendampingan, dan pengawasan yang rutin. 7. WO4: Mengoptimalkan fungsi paguyuban pengrajin. 8. ST1: Mengetatkan persyaratan pendirian showroom produk kulit di wilayah Manding. 9. ST2: Tetap menjaga mutu produk dengan harga bersaing. 10. WT1: Memproduksi produk kulit yang unik dan dalam jumlah terbatas. 11. WT2: BBKKP dan ATK mengembangkan teknologi penyamakan kulit. Tabel 19 menjelaskan perumusan strategi industri kulit Manding dengan matrik SWOT. Tabel 19 Perumusan strategi industri kulit Manding dengan matrik SWOT IFE
EFE
KEKUATAN (S) S1 : Lokasi usaha yang strategis S2 : Nama besar Manding, Desa wisata S3 : Terjaminnya ketersediaan bahan baku S4 : Mutu produk memuaskan S5 : Suasana kekeluargaan dalam bisnis S6 : Harga produk lebih murah S7 : Produk unik sesuai pesanan
KELEMAHAN (W) W1 : Jaringan kerjasama terbatas W2 : promosi kurang agresif, W3 : Inovasi Desain produk rendah W4 : Tidak ada merk dagang W5 : Keterbatasan modal, sarana prasarana W6 : Permasalahan Showroom W7 : Tingkat pendidikan rendah
PELUANG (O) STRATEGI (SO) STRATEGI (WO) O1 : Ketersediaan kredit bagi IKM SO1 : Menjalin kerjasama dengan WO1 : Mendirikan showroom milik O2 : Dukungan Pemerintah travel agen pariwisata .(S1; bersama serta menambahan (Kementerian Perindustrian, S2; O2) area parkir dan fasilitas ATK, BBPPK) SO2 : Melakukan pemasaran umum. (W5; W6; O1; O2) O3 : Peningkatan jumlah penduduk berbasis internet. (S2; S4; WO2 : Pemberian nformasi produk O4 : Kesan eksotis, elegan, eksklusif S6; S7; O2; O4; O5) dan merk dagang. produk kulit SO3 : Pengembangan produk (W1;W2;W4;W6;O4;O5) O5 : Teknologi informasi kulit ikan pari yang sedang WO3 : Kementerian Perindustrian O6 : Produk kulit pari yang sedang digemari masyarakat (S3; dan ATK memberian digemari O1; O6) pelatihan, pendampingan, dan O7 : Sepatu, jaket dan tas pengawasan yang rutin. (W2; merupakan kebutuhan pokok W3; W7; O2; O5; O6) WO4 : Mengoptimalkan fungsi paguyuban pengrajin. (W1; W2; W5; O1; O2) ANCAMAN (T) STRATEGI (ST) T1 : Kenaikan harga BBM ST1 : Mengetatkan persyaratan T2 : Mudahnya pemain baru masuk pendirian showroom T3 : Keberadaan perusahaan sejenis produk kulit di wilayah T4 : Adanya produk substitusi manding. (S1; S2; T2) T5 : Bahan baku impor lebih ST2 : Tetap menjaga mutu bermutu produk dengan harga T6 : Kulit imitasi semakin bersaing. (S4; T3; T4) menyerupai kulit asli T7 : Bahan baku relatif mahal
STRATEGI (WT) WT1 : Memproduksi produk kulit yang unik dan dalam jumlah terbatas. (W3; W5; T3; T4) WT2 : BBKKP dan ATK mengembangkan teknologi penyamakan kulit dalam negeri. (W5; T5; T7)
Keterangan : (Si;Oi), (Wi;Oi), (Si;Ti) dan (Wi;Ti) menunjukkan kombinasi lingkungan eksternal dengan internal dalam menghasilkan strategi, (1 = 1,2, ...n). 1. Strategi SO (Strengths – Opportunities): Merupakan alternatif strategi agresif yang dihasilkan dari penggunaan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang, yakni : a. SO1: Menjalin kerjasama dengan pihak travel agen pariwisata (S1; S2; O2). Permasalahan serius yang sedang dihadapi para pelaku industri kulit Manding adalah masalah pemasaran. Sebuah industri harus memiliki jaringan kerjasama yang kuat agar wilayah pemasaran luas. Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah dengan bantuan dinas pariwisata, melakukan kerjasama dengan travel agen pariwisata agar mencantumkan Manding sebagai salah satu objek wisata Desa
wisata serta pusat belanja produk kulit yang ternama, dengan memanfaatakan lokasi Manding yang strategis yaitu memotong jalur pantai parang tritis dan kota Yogyakarta. b. SO2: Melakukan pemasaran berbasis internet (S2; S4; S6; S7; O2; O4; O5). Permasalahan pemasaran yang sangat dirasakan melalui penurunan jumlah penjualan yang dialami oleh industri kulit di Manding, juga disebabkan oleh lemahnya kegiatan promosi. Strategi yang diusulkan Melakukan pemasaran berbasis internet. Aplikasi dapat berupa pembuatan website, bergabung dalam forum jual beli seperti jualbeli.com, berniaga.com dan kaskus.com, maupun penggunaan media sosial seperti facebookdan twitter sebagai sarana promosi dan transaksi online. Disediakan katalog produk beserta harganya, menggunakan Bahasa Indonesia dan Inggris, untuk membidik konsumen lokal dan manca, pada konsumen kelas menengah keatas dengan menonjolkan kesan eksotis, elegan, dan eksklusif dari produk kulit; Desa wisata pengrajin kulit; informasi berbagai produk kulit bermutu yang ditawarkan dengan harga bersaing. Serta penawaran layanan pesan produk sesuai keinginan konsumen, yang mana semua dapat nikmati secara online. Strategi ini dinilai dapat mengatasi permasalahan promosi dan penjualan. Pembuatan website, ID forum jual beli dan media sosial dapat meminta bantuan dinas perindustrian dan ATK, sedangkan untuk pembuatan Desain website dapat meminta bantuan ISI Yogyakarta.
c. SO3: Pengembangan produk kulit ikan pari yang sedang digemari masyarakat (S3; O1; O6). Perusahaan yang mampu bertahan dalam persaingan yang ketat harus pintar membaca dan mengambil peluang bisnis. Saat ini produk kulit dari ikan pari sedang diminati, maka strategi yang dapat diterapkan industri kulit di Manding adalah pengembangan produk kulit ikan pari yang sedang digemari masyarakat, dengan memanfaatkan supplier bahan baku yang dapat diandalkan, dan memanfaatkan peluang ketersediaannya kredit bagi IKM untuk keterbatasan modal pembelian bahan baku dan peralatan. Memproduksi produk yang sesuai
dengan keinginan konsumen diharapkan mampu mengatasi permasalahan turunan penjualan dan meningkatkan jumlah pendapatan pengrajin kulit di Manding. 2. Strategi WO (Weaknesses – Opportunities) : Merupakan alternatif strategi turn around yang dihasilkan dari pemanfaatan peluang yang ada dengan cara mengatasi kelemahan-kelemahan yang dimiliki, yakni : a. WO1: Mendirikan showroom milik bersama serta menambahan fasilitas umum (W5; W6; O1; O2). Showroom merupakan sarana yang cukup efektif bagi pengrajin kulit di Manding untuk penjualan produk, namun yang menjadi permasalahan permasaran masih banyak industri kulit mikro dan kecil di Manding yang belum memiliki showroom, maka strategi yang dapat dilakukan adalah dengan bantuan pemerintah daerah dan pinjaman kredit bagi IKM mendirikan showroom milik bersama bagi pengrajin yang belum memiliki showroom atau letaknnya tidak dijalan utama sehingga kurang terekspos pengunjung, serta menambahan area parkir dan fasilitas umum seperti toilet, tempat bermain anak, tempat makan agar memberi daya tarik dan kenyamanan kepada konsumen. b. WO2: Pemberian informasi produk dan merk dagang (W1;W2;W4; W6; O4; O5). Banyak konsumen yang kesulitan menbedakan produk asli buatan pengrajin Manding dengan produk luar Manding. Strategi pemberian merk dagang produk, serta pemberian informasi bagi produk mana saja yang asli buatan pengrajin Manding agar konsumen mengenal ciri khas produk asli Manding merupakan strategi yang dapat dilakukan untuk media promosi dan solusi permasalahan di showroom tentang penjualan produk hasil industri kulit bukan Manding yang dapat merusak image produk Manding yaitu bermutu dengan harga terjangkau. Adanya merk dagang juga dapat memperluas jaringan kerja sama terutama dengan konsumen yang loyal terhadap merk tersebut. c. WO3: Kementerian Perindustrian dan ATK memberian pelatihan, pendampingan, dan pengawasan yang rutin (W2; W3; W7; O2; O5; O6). Lemahnya kegiatan promosi dan rendahnya inovasi Desain produk yang dialami
oleh industri kulit di Manding disebabkan oleh rendanya tingkat pendidikan, bukan hanya pendidikan formal namun juga non formal atau berupa kursus ketrampilan, maka strategi yang dapat dilakukan oleh pihak pemerintah adalah melalui departemen perindustrian dan ATK, dengan memberian pelatihan, pendampingan, dan pengawasan yang rutin untuk meningkatkan kemampuan pengrajin dalam berinovasi model produk, pencatatan administrasi keuangan yang teratur, pelatihan ketrampilan, contoh nyatannya berupa pelatihan pembuatan produk dari kulit pari yang sedang digemari masyarakat, atau pelatihan penggunaan teknologi informasi sebagai media promosi. Pelatihan ini arus dilakukan secara kontinyu dan dilakukan pendampingan dan pengawasan sampai industri kulit Manding mampu melakukan sendiri. d. WO4: Mengoptimalkan fungsi paguyuban pengrajin Manding (W1; W2; W5; O1; O2). Mengoptimalkan fungsi paguyuban pengrajin Manding untuk membina para pengrajin agar aktif mengikuti pelatihan dan acara-acara pameran yang diselenggarakan pemerintah daerah agar memperluas jaringan kerjasama sekaligus sebagai media promosi, serta paguyuban dapat memfasilitasi dan mendampingi pengrajin Manding dalam administrasi peminjaman kredit bagi IKM. Ini untuk menangkap peluang ketersediaan kredit IKM dan menanggulangi permasalahan minimnya promosi dan sempitnya jaringan kerjasama, dan permasalahan minimnya tenaga terampil baik dalam hal produksi, administrasi keuangan maupun kemampuan berinovasi. Pendampingan administrasi dalam pengajuan pinjaman modal akan menangani permasalahan permodalan. 3. Strategi ST (Stregths – Threats) : Merupakan alternatif strategi difersifikasi yang dihasilkan dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan dengan cara menghindari ancaman, yaitu : a. ST1: Mengetatkan persyaratan pendirian showroom produk kulit di wilayah Manding (S1; S2; T2). Semakin
banyak
keberadaan
industri
sejenis
maka
persaingan
untuk
memperebutkan pasar akan semakin ketat, untuk menekan pelaku baru masuk strategi yang dapat dilakukan adalah membatasi pendirian showroom produk kulit di wilayah Manding yang kepemilikanya bukan dari pengrajin Manding, serta barang-barang yang ditawarkan bukan berasal dari pengrajin Manding. Ini untuk menekan jumlah pesaing baru yang ingin memanfaatkan nama besar Manding dan lokasi Manding yang strategis. Streatgi ini hanya dapat dilakukan oleh pihak pemerintah daerah Kabupaten Bantul. b. ST2: Tetap menjaga mutu produk dengan harga bersaing (S4; T3; T4). Strategi untuk tetap menjaga mutu produk dan dengan memberikan harga yang relatif lebih murah terhadap pesaing, ini akan menekan pemain baru masuk, tetap bisa bersaing dengan pengusaha sejenis, serta memenangkan produk substitusi.
4. Strategi WT (Weaknesses – Threats) : Merupakan alternatif strategi defensif (bertahan) yang dihasilkan dengan cara mengantisipasi atau menghindari ancaman dari eksternal serta meminimalkan kelemahan-kelemahan yang dimiliki, yaitu : a. WT1: Memproduksi produk kulit yang unik dan dalam jumlah terbatas (W3; W5; T3; T4). Memproduksi produk kulit yang unik dan dalam jumlah terbatas, sehingga menimbukan kesan eksklusif, sehingga merebut segmen pasar yang berbeda dengan perusahaan besar, serta meminimalkan kekuatan produk substitusi. Produksi dengan jumlah yang tebatas maka pembelian bahan baku kulit samak juga tidak banyak sehingga strategi ini cocok untuk industri yang memiliki modal yang terbatas. Kesan ekslusive dapat diciptakan dengan Desain produk yang jarang ditemukan dipasaran, maka inovasi Desain produk harus ditingkatkan. b. WT2: BBKKP dan ATK mengembangkan teknologi penyamakan kulit dalam negeri (W5; T5; T7).
Permasalah mengenai tingginya harga bahan baku disebabkan mutu kulit samak impor lebih bagus dibandingkan kulit samak lokal. Maka pemerintah perlu melakukan strategi yaitu melalui BBKKP dan ATK mengembangkan teknologi penyamakan kulit dalam negeri.
Startegi yang ditujukan untuk pihak pemerintah dan diluar kendali industri kulit di Manding adalah (ST1) mengetatkan persyaratan pendirian showroom produk kulit di wilayah Manding; (WO3) pemerintah melalui Kementerian Perindustrian dan ATK memberikan pelatihan, pendampingan, dan pengawasan yang rutin; dan (WT2) BBKKP dan ATK mengembangkan teknologi penyamakan kulit dalam negeri, maka untuk selanjutnya strategi ini tidak diukutkan dalam tahap pemilihan prioritas strategi dengan metode QSPM.
Matriks Perencanaan Strategi Kuantitatif (QSPM) Tahap keputusan berfungsi untuk memilih strategi terbaik dari antara strategi yang diimplementasikan di perusahaan, yang diperoleh dengan menggunakan analisis SWOT matriks. Evaluasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan matriks QSPM (David 2009). Matrik QSPM dibuat untuk memutuskan dan menentukan strategi terbaik yang dapat direkomendasikan kepada perusahaan. Prioritas strategi yang dihasilkan oleh QSPM merupakan strategi yang diandalkan dan menjadi prioritas untuk menghadapi peluang dan ancaman serta kekuatan dan kelamahan yang dimiliki oleh perusahaan. Hasil akhirnya, strategi yang diusulkan disajikan dalam urutan prioritas. Strategi yang memiliki TAS (Total Attractiveness Score) terbesar ditunjuk sebagai prioritas pertama dan paling penting di antara strategi lain. Hasil analisis matriks SWOT memberikan beberapa alternatif strategi yang mungkin dilakukan oleh perusahaan berdasarkan pada lingkungan internal dan eksternal perusahaan yang mempengaruhinya. Pada analisis QSPM, alternatif tersebut diprioritaskan berdasarkan tingkat keterkaitan kepada lingkungan internal dan eksternal perusahaan, sehingga alternatif tersebut dapat dilakukan berdasarkan tingkatan prioritas kepentingannya. Tabel QSPM dapat dilihat pada Tabel 20.
Pembobotan pada masing-masing faktor internal dan eksternal yang digunakan pada matriks QSPM adalah sama dengan bobot yang digunakan pada matriks IFE dan EFE sebelumnya. Sedangkan penilaian AS (Attractiveness Score) didapat dari hasil kuisioner terhadap para pakar industri kulit di Bantul. Berdasarkan hasil diskusi dengan pakar, pencocokan permasalahan dengan strategi, serta penilaian melalui QSPM, urutan prioritas strategi yang diusulkan untuk industri kulit di Manding adalah; 1. Melakukan pemasaran berbasis internet, dengan jumlah TAS 9.442. 2. Pemberian informasi produk dan merk dagang, dengan jumlah TAS 8.901. 3. Mengoptimalkan fungsi paguyuban pengrajin Manding, dengan jumlah TAS 7.644. 4. Menjalin kerjasama dengan pihak travel agen pariwisata, dengan jumlah TAS 7.394. 5. Tetap menjaga mutu produk dengan harga bersaing, dengan jumlah TAS 7.304. 6. Memproduksi produk kulit yang unik dan dalam jumlah terbatas, dengan jumlah TAS 7.138. 7. Pengembangan produk kulit ikan pari yang sedang digemari masyarakat, dengan jumlah TAS 7.008. 8. Mendirikan showroom milik bersama serta menambahan fasilitas umum, dengan jumlah TAS 6.325. Tabel 20 Matriks QSPM Alternatif Strategi SO1 Faktor Strategis
SO2
SO3
Bobot
AS
TAS
AS
TAS
AS
0.064
8
0.511
6
0.383
2
0.085
8
0.681
7
0.596
0.069
1
0.069
3
0.097
2
0.194
5
TAS
ST2
WO1
AS
TAS
AS
0.128
3
0.192
7
1
0.085
2
0.170
0.208
6
0.416
8
0.484
6
0.581
8
TAS
WO2
WO4
WT1
AS
TAS
AS
TAS
AS
TAS
0.447
1
0.064
4
0.255
5
0.319
6
0.511
3
0.255
4
0.341
5
0.426
0.555
2
0.139
7
0.486
5
0.347
4
0.277
0.775
1
0.097
7
0.678
4
0.387
3
0.291
S1 : Lokasi usaha yang strategis S2 : Nama besar manding, desa wisata S3 : Terjaminnya ketersediaan bahan baku S4 : Kualitas produk memuaskan
S5 : Kental suasana kekeluargaan dalam bisnis
0.036
0
0.000
0
0.000
0
0.000
0
0.000
0
0.000
0
0.000
0
0.000
0
0.000
0.058
4
0.234
7
0.409
6
0.350
8
0.467
2
0.117
5
0.292
1
0.058
3
0.175
0.067
2
0.133
6
0.400
7
0.466
5
0.333
1
0.067
8
0.533
3
0.200
4
0.266
0.099
7
0.692
6
0.593
2
0.198
3
0.297
4
0.396
1
0.099
8
0.791
5
0.495
0.082
7
0.572
6
0.490
3
0.245
1
0.082
4
0.327
2
0.163
8
0.654
5
0.409
0.071
2
0.143
6
0.429
7
0.500
5
0.357
1
0.071
8
0.571
3
0.214
4
0.286
0.043
4
0.170
7
0.298
3
0.128
2
0.085
6
0.255
5
0.213
1
0.043
8
0.341
0.062
2
0.124
3
0.185
4
0.247
1
0.062
6
0.371
5
0.309
8
0.495
7
0.433
0.067
4
0.269
7
0.471
2
0.135
1
0.067
8
0.538
3
0.202
5
0.337
6
0.404
0.100
3
0.299
7
0.697
5
0.498
4
0.398
1
0.100
6
0.598
8
0.797
2
0.199
S6 : Harga produk lebih murah S7 : Produk unik sesuai pesanan W1 : Jaringan kerjasama terbatas W2 : promosi kurang agresif, W3 : Inovasi desain produk rendah W4 : Tidak ada merk dagang W5 : Keterbatasan modal, sarana prasarana umum W6 : Showroom (sedikit milik pengrajin, menjual produk luar manding) W7 : Tingkat pendidikan rendah
Tabel 20 Matriks QSPM (lanjutan) Alternatif Strategi SO1 Faktor Strategis
SO2
SO3
ST2
WO1
WO2
WO4
WT1
Bobot
AS
TAS
AS
TAS
AS
TAS
AS
TAS
AS
TAS
AS
TAS
AS
TAS
AS
TAS
0.063
2
0.125
5
0.313
6
0.375
1
0.063
7
0.438
4
0.250
8
0.500
3
0.188
0.095
7
0.668
6
0.573
4
0.382
1
0.095
8
0.764
3
0.286
5
0.477
2
0.191
0.044
0
0.000
0
0.000
0
0.000
0
0.000
0
0.000
0
0.000
0
0.000
0
0.000
0.080
3
0.239
5
0.398
7
0.558
6
0.478
2
0.159
8
0.637
1
0.080
4
0.319
0.055
7
0.385
8
0.440
2
0.110
4
0.220
1
0.055
6
0.330
3
0.165
5
0.275
0.076
3
0.227
4
0.302
7
0.529
6
0.453
2
0.151
8
0.604
1
0.076
5
0.378
O1 : Ketersediaan kredit bagi IKM O2 : Dukungan pemerintah O3 : Jumlah penduduk meningkat O4 : Keunikan produk kulit O5 : Teknologi informasi O6 : Produk kulit pari yang sedang digemari
O7 : produk sepatu, jaket dan tas merupakan kebutuhan pokok
0.058
0
0.000
0
0.000
0
0.000
0
0.000
0
0.000
0
0.000
0
0.000
0
0.000
0.099
0
0.000
0
0.000
0
0.000
0
0.000
0
0.000
0
0.000
0
0.000
0
0.000
0.045
7
0.313
8
0.357
3
0.134
2
0.089
6
0.268
1
0.045
4
0.179
5
0.223
0.096
7
0.673
8
0.769
1
0.096
4
0.385
3
0.288
6
0.577
2
0.192
5
0.481
0.067
5
0.333
4
0.266
2
0.133
7
0.466
6
0.400
8
0.533
3
0.200
1
0.067
0.060
4
0.242
3
0.181
2
0.121
7
0.423
1
0.060
8
0.484
6
0.363
5
0.302
0.065
0
0.000
0
0.000
0
0.000
0
0.000
0
0.000
0
0.000
0
0.000
0
0.000
0.099
1
0.099
2
0.198
6
0.593
8
0.791
3
0.297
7
0.692
5
0.495
4
0.396
2.00
100
7.394
129
9.442
94
7.008
97
7.304
88
6.315
120
8.901
100
7.644
100
7.138
T1 : Kenaikan harga BBM T2 : Mudahnya pemain baru masuk T3 : Keberadaan perusahaan sejenis T4 : Adanya produk substitusi T5 : Bahan baku impor lebih berkualitas T6 : Kulit imitasi semakin menyerupai kulit asli T7 : Bahan baku relative mahal
Urutan strategi prioritas
4
1
7
5
8
2
3
Strategi yang memiliki TAS terbesar ditunjuk sebagai prioritas pertama dan paling penting di antara strategi lain. Peran penting disini mengacu kepada peran dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi (David 2009). Berdasarkan nilai TAS QSPM terbesar maka terdapat tiga alternatif strategi prioritas yang relevan untuk dijalankan oleh perusahaan yaitu: melakukan pemasaran berbasis internet; pemberian informasi produk dan merk dagang; dan mengoptimalkan fungsi paguyuban pengrajin Manding. Ketiga strategi tersebut dinilai mampu mengatasi permasalahan utama pengrajin kulit di Manding yaitu permasalahan pemasaran serta permasalahan permodalan, sehingga dengan teratasinya permasalahan utama dinilai mampu meningkatkan daya saing industri kulit di sentra industri kulit Manding.
Validitas dan Implementasi Strategi
6
Validasi adalah proses penentuan apakah model, sebagai konseptualisasi atau abstraksi, merupakan representasi berarti dan akurat dari sistem nyata? (Hoover dan Perry, 1989). Validasi strategi dalam penelitian ini adalah proses penentuan apakah strategi yang dihasilkan dan terpilih sesuai dengan permintaan para pakar, sebagai responden, untuk mengatasi permasalahan nyata di industri kulit Manding, sehingga dapat meningkatkan daya saingnya. Strategi bersaing yang diterapkan pelaku industri kulit di Manding saat ini adalah: memberikan kartu nama pada konsumen yang telah membeli, itu pun juga jika konsumen meminta; terkadang mengikuti pameran yang ditawarkan oleh pemerintah; memberi potongan kepada pembeli yang membeli dalam jumlah yang besar; memajangan produk di showroom. Strategi ini kurang efektif dalam menarik minat kosumen dan memperluas area pemasaran. Strategi bersaing yang diusulkan dari hasil penelitian ini lebih agresif dalam menarik minat konsumen dan tepat dalam menangani permasalahan yang menyebabkan rendahnya daya saing industri kulit di Manding. Dibandingkan dengan pesaingnya yaitu industri kulit Cibaduyut, Mojokerto, Tanggulangin, dan Garut, secara mutu dan harga produk Manding cukup bersaing, hanya saja model produk kurang bervariasi, promosi sangat minim dan jaringan kerjasama pemasaran yang sempit. Industri kulit di Manding dapat melaksanakan berbagai strategi dalam upaya peningkatan daya saingnya. Implementasi strategi peningkatan daya saing ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang ada di dalam lingkungan perusahaan maupun yang ada diluar lingkungan perusahaan. Berdasarkan identifiksi permasalahan faktor pemasaran merupakan faktor yang paling berpengaruh karena faktor pemasaran akan mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam mencapai penjualan, pasar maupun profitabilitas. Permasalahan kedua adalah permodalan, yang menyangkut operasional dan pengembangan industri. Strategi pertama yaitu dengan melakukan pemasaran berbasis internet. Hasil validasi terhadap pakar adalah: strategi pemasaran berbasis internet sangat baik untuk mendukung pengembangan sentra industri kulit di Manding, ini disebabkan pemasaran produk kulit Manding saat ini masih bersifat konvensional dan sulit
berkembang. Aplikasi dapat berupa pembuatan website atau toko online, bergabung dalam forum jual beli seperti jualbeli.com, berniaga.com dan kaskus.com, maupun penggunaan media sosial seperti facebookdan twitter sebagai sarana promosi dan transaksi online. Kefektifan pemasaran berbasis internet dikarenakan media internet sudah menjadi gaya dan kebutuhan hidup saat ini. Berbagai informasi dapat diperoleh dengan mengakses internet, jaringan social dan forum jual beli juga sangat digemari masyarakat saat ini. Keunggulan pemasaran berbasis internet atau bisa disebut toko online adalah: jika ingin mengembangkan pasarnya tanpa dukungan modal cukup, toko online membawa keuntungan dari segi set-up toko yang murah; mampu menjangkau pelanggan atau area pasar baru; serta efektifitas dan efisiensi operasional toko online, dari sisi biaya, waktu, tenaga kerja, serta kefektifan kegiatan promosi. Keuntungan lain mempunyai online shop adalah dari sisi kemudahan pengelolaan produk, kemudahan pengelolaan produk bisa dimiliki mulai dari input deskripsi produk, input harga, kode barang, spesifikasi lengkap, foto dan lain sebagainya. Selain itu, dengan toko online pemilik mempunyai kemudahan dalam pengelolaan order dari konsumen yang memesan produk. Hal ini dikarenakan online shop professional ditunjang dengan beberapa rancangan system yang memang disiapkan untuk berjualan secara online dengan CMS (Sistem Pengelolaan Konten) khusus toko online. Keunggulan toko online juga bisa dilihat dari sisi konsumen. Toko online akan memudahkan konsumen ketika ingin memesan banyak produk maupun beberapa produk dalam satu kali pemesanan. Hanya dengan menekan tombol “klik” maka proses order akan semakin mudah. Pemilik toko online juga akan mendapatkan data produk yang dipesan dan data pengiriman barang dan tentunya data konsumen secara lengkap. Selain itu, jika ditinjau dari segi profesionalitas, hal ini berhubungan dengan kepercayaan pelanggan. Secara instingtif, calon pelanggan akan percaya bahwa toko online tersebut bukan penipuan hanya dengan melihat bentuk toko online tersebut, karena pasti jika penipuan tidak akan menggunakan website berbayar dan professional.
Toko online Manding akan mempunyai nama domain dan tempat yang sangat mandiri, karena dengan tampilan khusus akan memajang produk Manding sendiri dilengkapi dengan logo atau tampilan depan tentang toko online Manding, misalnya www.tokomanding.com. Mengenai metode pembayaran, pemilik toko online dapat menjadi nasabah bank yang mempunyai jaringan perbankan yang luas. Selain itu, tersedia juga pilihan system Internet Banking. Ini akan memudahkan pemilik untuk memonitor pembayaran secara cepat, tanpa perlu harus mengecek ke kantor bank atau melalui ATM. Implementasi strategi pembuatan website atau toko online Manding sebagai media promosi dan transaksi jual beli online. Toko online menggunakan dua versi bahasa yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Bahasa Indonesia untuk membidik konsumen dalam negeri sedangkan bahasa Inggris untuk menarik konsumen asing maupun eksportir. Segmentasi pasarnya dibuat untuk konsumen kelas menengah keatas, ini berdasarkan data penyebaran bagi konsumen dimana ratarata konsume memiliki penghasilan diatas 2.5 juta tiap bulan. Toko online tersebut bercerita mengenai sejarah sentra industri kulit Manding, yang merupakan bisnis turun temurun, dengan mutu yang sangat terjaga namun memiliki harga yang terjangkau. Menonjolkan kesan eksotis, elegan dan eksklusif khas produk kulit dengan Desain yang dapat dipesan sesuai dengan keinginan konsumen sehingga produk memiliki keunikan tersendiri yang tidak banyak ditemukan di pasaran. Memperlihatkan foto catalog produk yang dapat dibeli secara online maupun offline dengan mendatangi showroom. Mencantumkan informasi yang lengkap mengenai alamat, kontak showroom, harga produk, serta prosedur pemesanan maupun pembelian produk. Alur tata letak katalog produk bisa Anda atur sedemikian rupa agar tampak lebih mantak ketika dilihat oleh konsumen. Pembuatan website atau toko online dapat dilakukan dengan bantuan Kementerian Perindustrian Kabupaten Bantul, ATK dan ISI Yogyakarta. ISI Yogyakarta dapat membantu dalam pembuatan Desain website serta proses konstruksi website. Website Manding yang terhubung dengan website departemen perindustrian Kabupaten Bantul, serta pengenalan website Manding kepada pihak-
pihak yang memiliki kerjasama dengan Kementerian Perindustrian. Operasional dan perawatan website diajarkan dan didampingi oleh ATK secara kontinyu dan berkelanjutan sampai akhirnya para pengrajin industri kulit di Manding mampu melaksanakan sendiri. Pendampingan ini dapat dilakukan dengan cara mengirimkan mahasiswa ATK setiap tahunnya yang secara khusus mendapatkan tema tugas akhir yaitu pendampingan website Manding. Pembentukan website Manding sangat membutuhkan komitmen dan keseriusan para pelaku industri kulit Manding, karena selama ini teknologi informasi internet belum dipelajari para pelaku industri, sehingga menjadi hal yang cukup baru. Pesaing industri kulit Manding yang telah menggunakan toko online adalah industri kulit Cibaduyut. Contoh toko online yang dimiliki Cibaduyut antara lain: sepatucibaduyut.web.id; cibaduyutshoes.com; dan tokosepatucibaduyut.com. Fitur yang ditawarkan dalam toko online ini antara lain: cerita singkat tentang Cibaduyut dan toko online tersebut, katalog produk dengan pemisahan kategori produk, produk terbaru, kontak pemilik beserta lokasi toko nyata, member keanggotaan pelanggan, cara pendaftaran menjadi member, cara pembayaran, promo yang sedang berlangsung, penghubung kealamat media social yang digunakan, melayani pemesanan dengan disain dari konsumen, informasi cara pengiriman barang, cara menjadi reseller, dan ketentuan garansi, serta fasilitas chat dengan pemilik toko. Produk Cibaduyut yang dijual secara online juga telah memiliki merk dagang sendiri, contoh: Garuci, Golfer, Garsel, dan Java7. Kepemilikan toko online Cibaduyut ini membuat produk Cibaduyut semakin dikenal masyarakat Indonesia bahkan dunia dunia. Cakupan pasar produk yang tidak terhingga karena toko online ini bisa dijangkau masyarakat diseluruh tempat. Toko online ini dapat dijadikan contoh dan acuan dalam pembuatan toko online untuk industri kulit Manding. Lampiran 12 menunjukan gambaran toko online yang dimiliki Cibaduyut. Aplikasi strategi melakukan pemasaran berbasis internet dengan bergabung dalam forum jual beli seperti jualbeli.com, berniaga.com dan kaskus.com, maupun penggunaan media sosial seperti facebook dan twitter sebagai sarana promosi dan transaksi online. Contoh forum jual beli “www.tokobagus.com,” sebagaimana tertulis
dalam halaman situsnya, Toko Bagus adalah pusat jual beli online terbesar di Indonesia. Tempat untuk mencari barang baru dan bekas berkualitas seperti produk handphone murah, komputer, fashion, mobil bekas, motor, rumah dan properti, pertalatan rumah tangga, aneka jasa dan juga lowongan kerja. Toko Bagus memiliki sejumlah kelebihan. Untuk para penjual, pasang iklan gratis adalah salah satu layanan yang disediakan oleh Toko Bagus. Iklan Anda akan dilihat oleh ratusan ribu orang setiap harinya. Bertransaksi di Toko Bagus, baik jual maupun beli tidak dikenakan biaya, semua disediakan gratis. Toko Bagus.com berperan sebagai pihak ketiga dimana pembeli dapat menitipkan barang jualannya berupa gambar-ganbar produk yang akan dijual sehingga dapat dilihat oleh calon konsumen. Foto-foto itu bisa diberi keterangan atau informasi mengenai produk dan juga harga jualnya. Kemudian, Toko Bagus juga dapat dimanfaatkan oleh para usahawan kecil dan menengah untuk memperkenalkan produk mereka kepada khalayak secara umum. Lampiran 13 menunjukan gambaran forum jual beli Toko Bagus. Strategi dengan melakukan pemasaran berbasis internet dinilai mampu mengatasi permasalahan pemasaran antara lain: lemahnya kegiatan promosi, sempitnya jaringan kerjasama, minimnya informasi produk asli Manding kepada konsumen, serta diharapkan dapat meningatkan jumlah penjualan dan pendapatan para pelaku industri kulit di Manding. Strategi kedua yaitu dengan pemberian informasi produk dan merk dagang, merupakan strategi yang cukup sederhana. Setiap pelaku industri harus memiliki merk sendiri yang diakhiri dengan kata “Manding”. Sebagai contoh bapak Ekwanto yang memiliki showroom Laras, memilik merk dagang “Laras Manding”. Paguyuban pengrajin Manding harus memiliki data semua merk yang dimiliki pengrajin Manding, sehingga produk kulit asli Manding dapat diidentifikasikan konsumen, dan dapat dibedakan dengan produk hasil industri luar Manding. Strategi pemberian merk dagang produk dan informasi produk dinilai mampu mengatasi permasalahan pemasaran yaitu tuntutan 50% responden konsumen untuk memberikan identitas produk asli pengrajin Manding. Merk juga dapat digunakan sebagai sarana promosi. Hasil validasi terhadap pakar adalah: gagasan strategi pemberian merk produk di
IKM Manding sangat baik untuk dilakukan, sehingga produk kulit IKM Manding mempunyai ciri khas tersendiri dan memberikan image baik bagi konsumen. Strategi ketiga dengan mengoptimalkan fungsi paguyuban pengrajin Manding. dengan mengoptimalkan fungsi paguyuban pengrajin Manding agar para pengrajin kulit di Manding berperan serta aktif dalam kegiatan pameran dan pelatihan yang diselenggarakan oleh Pemerintah daerah Bantul. Hasil validasi terhadap pakar adalah: strategi pengoptimalan peguyuban pengrajin sangat baik, karena selama ini meskipun ada paguyuban pengrajin namun belum berfungsi secara maksimal. Pameran harus dimanfaatkan oleh pengrajin kulit di Manding sebagai ajang promosi dan memperluas jaringan kerjasama, dengan mengikuti pameran konsumen dapat lebih mengenal produk-produk kulit Manding, dan sebaiknya pameran dilakukan secara terbuka di lokasi yang mudah dijangkau oleh perusahaan maupun konsumen. Pelatihan dapat meningkatkan ketrampilan pengrajin dalam berinovasi, melaksanakan kegiatan administrasi dan keuangan, serta penyuluhan untuk pengelolaan dan pengembangan bisnisnya. Paguyuban memberikan fasilitas pendampingan administrasi pengajuan kredit bagi IKM (micro banking), yang telah disediakan oleh pihak pemerintah maupun lembaga keuangan. Ini dikarenakan banyak pengrajin kulit Manding yang belum mengetahui keberadaan bantuan ini dan persyaratan yang harus dipenuhi untuk setiap jenis dan jumlah pendanaan. Dalam jumlah bantuan kredit tertentu pada micro banking bahkan tidak meminta adanya jaminan, misalnya pada Bank Mandiri untuk kredit dibawah Rp. 10 juta, persyaratan yang harus dipenuhi adalah usia pemohon minimal 21 tahun, WNI, KTP dan surat keterangan usaha. Bentuk kredit ini bisa berupa kredit jangka pendek, menengah ataupun panjang dengan tanpa agunan atau dengan agunan yang ringan. Ini tergantung dari jumlah dana yang dipinjam dan kemampuan pengembalian oleh perusahaan. Pihak pemberi kredit memiliki hak untuk memantau penggunaan kredit yang diberikan. Untuk memudahkan pemberian kredit perusahaan sebaiknya membentuk kelompok sehingga koordinasi dapat dilakukan dengan baik. Perusahaan harus menyiapkan laporan keuangan sesuai standar yang ditetapkan sehingga memudahkan dalam penentuan jumlah kredit yang bisa diterima
perusahaan. Strategi ini diharapkan mampu mengatasi permasalahan permodalan yang dihadapi para pengrajin kulit di Manding, sehingga dapat mengembangkan usahanya. Implementasi strategi peningkatan daya saing yang bisa dilaksanakan oleh para pelaku industri kulit di Manding diharapkan dapat meningkatkan volume penjualan, menciptakan pasar, dan meningkatkan profitabilitas perusahaan. Penerapan strategi ini memerlukan sosialisasi, tambahan SDM dan pendanaan. Selain itu, ketiga strategi tersebut dinilai mampu mengatasi permasalahan utama pengrajin kulit di Manding yaitu permasalahan pemasaran dan permasalahan permodalan. Sehingga dengan teratasinya permasalahan utama dinilai mampu meningkatkan daya saing industri kulit di sentra industri kulit Manding.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN