24
4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengujian Instrumen Kuesioner Kuesioner merupakan instrumen yang digunakan untuk menguji beberapa analisis yang diinginkan. Namun kuesioner sebelum digunakan harus melalui tahapan uji validitas dan reliabilitas agar data yang nanti dihasilkan tepat dan akurat. Berikut ini adalah hasil pengujian validitas dan reliabilitas yang dilakukan.
4.1.1 Uji validitas Uji validitas dilakukan untuk menentukan apakah kuesioner yang digunakan menghasilkan data yang valid atau tidak. Uji validitas akan sahih atau valid dengan menguji 30 sampel awal terlebih dahulu. Jika terdapat pertanyaan yang tidak valid, maka pertanyaan kuesioner harus diganti dan menggantinya dengan pertanyaan yang valid. Tujuannya adalah agar data yang digunakan dapat dipertanggung jawabkan. Berikut ini adalah hasil dari uji validitas terhadap kuesioner penelitian yang telah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Hasil Uji Validitas terhadap kuesioner Kode Pertanyaan
Nilai r-hitung
P10
0,91
P11
0,87
P12
0,67
P13
0,75
P14
0,37
P15
0,33
P16
0,78
P18
0,88
P19
0,80
25
Hasil dari nilai r-hitung kemudian dibandingkan dengan nilai r-tabel, yaitu 0,3061. Sebuah variabel dapat dikatakan valid apabilai nilai r-hitungnya lebih besar daripada nilai r-tabelnya (dapat dilihat pada lampiran 2).
4.1.2 Uji reliabilitas Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui tingkat konsistensi atau keteraturan hasil pengukuran suatu instrumen tersebut digunakan lagi sebagai alat ukur suatu objek atau responden. Sebuah alat ukur seperti kuesioner dapat dinyatakan sahih apabila hasil dari uji reliabilitas alat ukur tersebut dapat dipertanggung jawabkan dengan melihat nilai r-hitungnya. Nilai tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai r-tabelnya Berikut ini adalah hasil pengukuran uji reliabilitas terhadap kuesioner penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Hasil Uji Reliabilitas terhadap kuesioner Kode Pertanyaan
Nilai r-hitung
P10
0,448
P11
0,476
P12
0,615
P13
0,669
P14
0,476
P15
0,550
P16
0,540
P17
0,568
P18
0,468
P19
0,413
Setelah didapat nilai r-hitungnya, kemudian kita bandingkan dengan nilai r-tabelnya yaitu sebesar 0,3061. Sebuah variabel dapat dikatakan reliabel apabila nilai r-hitungnya lebih besar daripada nilai r-tabelnya (dapat dilihat pada Lampiran 3.
26
4.2 Karakteristik Konsumen Penelitian ini menggunakan karakteristik konsumen yang dilihat dari jenis kelamin, status pernikahan, pendidikan terakhir, pendapatan rata-rata perbulan dan pekerjaan.
4.2.1 Jenis kelamin Karakteristik konsumen fish nugget komersil berdasarkan jenis kelamin adalah mayoritas laki-laki sebanyak 61% dan sisanya berjenis kelamin perempuan adalah 39% . Hal ini menjelaskan bahwa laki-laki lebih banyak mengkonsumsi fish nugget komersil jika dibandingkan perempuan. Karakteristik konsumen fish nugget komersil berdasarkan jenis kelamin ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1 Karakteristik konsumen berdasarkan jenis kelamin
Hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa konsumen laki-laki lebih banyak membeli produk fish nugget komersil tersebut dibandingkan yang berjenis kelamin perempuan. Hal ini karena laki-laki kebanyakan lebih peduli akan kesehatan untuk menunjang pekerjaannya yang membutuhkan banyak energi. Tidak hanya para laki-laki, perempuan juga sebenarnya sadar akan pentingnya kesehatan (Irawan 2003). Namun, ketika melakukan penelitian ini, laki-laki yang menjawab kuesioner paling banyak dari 100 responden.
4.2.2 Status pernikahan Karakteristik konsumen fish nugget
komersil
berdasarkan status
pernikahan, ternyata konsumen yang sudah menikah dengan konsumen yang belum menikah memiliki prosentase yang sama yaitu 50% . Karakteristik
27
konsumen fish nugget komersil berdasarkan status pernikahan dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Karakteristik konsumen berdasarkan status pernikahan
Dari 100 responden yang menjawab kuesioner, terdapat perbandingan yang sama yaitu 50 responden menjawab sudah menikah dan 50 responden juga menjawab belum menikah. Hal ini tidak mempengaruhi terhadap keputusan pembelian, hanya untuk screening mengenai status pernikahan responden saja. Tujuannya hanya untuk mengumpulkan data dari semua responden apakah mereka sudah berkeluarga atau belum. Biasanya orang yang telah berkeluarga dan memiliki anak, maka mereka akan memberikan asupan makanan yang bergizi untuk anak mereka. Orang tua akan memberikan yang terbaik untuk anak mereka dalam perkembangannya, baik dalam pertumbahan badannya dan juga perkembangan kecerdasan otak (Simamora 2004).
4.2.3 Pendidikan terakhir Karakteristik konsumen fish nugget komersil berdasarkan pendidikan terakhir yang ditempuh dan yang paling banyak respondennya adalah konsumen yang berpendidikan terakhir Perguruan Tinggi mulai dari Strata 1 hingga Strata 3 yaitu sebesar 47% . Kemudian disusul oleh konsumen dengan pendidikan terakhir diploma sebesar 26% . Setelah diploma kemudian konsumen dengan pendidikan terakhir SLTA dengan nilai 25% . Terakhir adalah konsumen dengan pendidikan SLTP sebesar 2% . Berikut ini adalah gambar karakteristik konsumen fish nugget komersil berdasarkan pendidikan terakhir dapat dilihat pada Gambar 3.
28
Gambar 3 Karakteritik konsumen berdasarkan pendidikan terakhir
Status pendidikan dari 100 orang responden sebagian besar menjawab bahwa mereka memiliki pendidikan terakhir yaitu perguruan tinggi, mulai dari Strata satu hingga Strata tiga. Screening ini dapat menentukan faktor keputusan pembelian, apabila hasil dari nilai p-value nya lebih kecil daripada nilai alpha. Pada umumnya, orang yang memiliki pendidikan tinggi akan lebih mempedulikan kesehatan diri mereka sendiri. Karena mereka paham akan pentingnya makanan yang sehat untuk kelangsungan hidup mereka. Selain itu, dengan mengkonsumsi makanan sehat dapat membantu memaksimalkan kerja otak, sehingga pekerjaan mereka dapat dikerjakan dengan baik. Sebagian besar masyarakat modern saat ini sudah menerapkan pola makan sehat, seperti gemar makan ikan. Tidak hanya dalam bentuk nugget, sudah banyak hasil diversifikasi dari olahan ikan (Nugroho 2003).
4.2.4 Pendapatan perbulan Karakteristik konsumen fish nugget komersil berdasarkan pendapatan ratarata perbulan yang paling besar prosentasenya adalah responden dengan pendapatan rata-rata perbulan dengan range Rp. 2.000.000 hingga Rp. 5.000.000 yaitu sebesar 38% . Diurutan kedua adalah pendapatan rata-rata perbulan di atas Rp. 5.000.000 yaitu sebesar 29%. Kemudian disusul oleh pendapatan rata-rata perbulan dengan range Rp. 500.001 hingga Rp. 2.000.000 . Terakhir adalah pendapatan rata-rata perbulan kurang dari Rp. 500.000 yaitu sebesar 10 %. Karakteristik konsumen berdasarkan pendapatan rata-rata perbulan yang dapat dilihat pada Gambar 4.
29
Gambar 4 Karakteristik konsumen berdasarkan pendapatan perbulan
Mayoritas responden, yaitu sebesar 38 orang mereka memiliki pendapatan perbulan rata-rata 2.000.000 hingga 5.000.000 rupiah. Dan sebanyak 29 orang menjawab mereka memiliki pendapatan perbulan yaitu di atas 5.000.000 rupiah. Hal ini akan sangat mempengaruhi faktor keputusan pembelian. Jika nilai p-value nya lebih kecil daripada nilai alpha. Hasilnya dapat dilihat pada pembahasan selanjutnya mengenai analisis korelasi variabel. Orang yang mempunyai tingkat pendapatan yang lebih tinggi, maka perilakunya cenderung akan memanjakan dirinya. Banyak dari mereka cenderung lebih memilih produk yang kaya nutrisi walaupun harganya lebih mahal. Perilaku konsumen seperti ini sudah banyak dilakukan dewasa ini, seperti mengkonsumsi nugget berbahan dasar ikan (Rangkuti 2008).
4.2.5 Pekerjaan Karakteristik konsumen fish nugget komersil berdasarkan pekerjaan responden yang paling besar adalah responden dengan pekerjaan pegawai swasta yaitu sebesar 31% . Yang kedua adalah responden dengan pekerjaan lainnya saitu sebesar 24% . Lainnya di sini adalah pekerjaan yang berupa dokter, psikiater, ibu rumah tangga, pensiunan dan sebagainya. Kemudian disusul oleh responden dengan pekerjaan wiraswasta yaitu sebesar 17%. Responden dengan pekerjaan mahasiswa dan pelajar serta responden dengan pekerjaan pegawai negeri memiliki prosentase yang sama yakni 14%. Karakteristik konsumen fish nugget komersil berdasarkan pekerjaan responden dapat dilihat pada Gambar 5.
30
Gambar 5 Karakteristik konsumen berdasarkan pekerjaan
Untuk pekerjaan, screening ini tidak langsung mempengaruhi terhadap faktor keputusan pembelian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana responden memiliki pekerjaan yang dapat menentukan pendapatan perbulannya. Cara pandang seseorang terhadap mengkonsumsi barang dan jasa dapat dipengaruhi oleh jenis pekerjaan yang dimiliki orang tersebut (Irawan 2003).
4.3 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian terjadi apabila seseorang merasakan membutuhkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam proses tersebut terdapat langkah-langkah yang umumnya dilakukan seseorang jika ingin memutuskan membeli yang diinginkannya. Proses keputusan pembelian ini meliputi lima tahap, antara lain : (a) pengenalan kebutuhan, (b) pencarian informasi, (c) evaluasi alternatif, (d) keputusan pembelian dan terakhir (e) pasca pembelian. Data mengenai proses pengambilan keputusan diperoleh dari konsumen yang melakukan pembelian fish nugget komersil.
4.3.1 Pengenalan kebutuhan Kebutuhan terhadap sesuatu muncul ketika terjadinya gap antara keadaan yang diinginkan dan keadaan sekarang. Gap inilah yang menyebabkan ketegangan dan mendorong seseorang berbuat sesuatu untuk menguranginya. Kebutuhan yang ada tidak secara otomatis menimbulkan tindakan. Faktor-faktor tingkat kepentingan, motivasi, manfaat dan tujuan seseorang akan mempengaruhi
31
tindakan tersebut. Tahap pertama dalam proses pengambilan keputusan produk fish nugget komersil dapat diidentifikasi dengan melihat motivasi utama pembelian dan manfaat yang ingin didapat. Motivasi utama konsumen terhadap pembelian dapat dilihat pada Gambar 6 di bawah ini.
Gambar 6 Motivasi utama konsumen membeli fish nugget
Berdasarkan hasil penelitian, motivasi utama konsumen dalam membeli fish nugget komersil adalah kesehatan karena gizinya yang baik, yaitu sebesar 39% . Untuk motivasi kedua yang banyak dimiliki konsumen adalah lauk pauk sebagai alternatif pengganti lauk yaitu sebesar 27% . Motivasi ketiga dari responden yang menjawab karena sekedar ingin mencoba yaitu sebesar 21%. Dan alasan terakhir adalah karena pengaruh dari teman yaitu sebesar 12% . Sehingga dapat dilihat bahwa produk fish nugget komersil banyak dikonsumsi karena gizinya yang baik. Dapat disimpulkan bahwa responden yang menjawab kuesioner telah sadar dan peduli akan kesehatan mereka. Selain itu, yang menjawab lauk pauk juga merupakan responden yang peduli akan kesehatan. Mereka terbukti menjadikan fish nugget sebagai pangan alternatif yang bergizi, menggantikan nugget yang berbahan dasar ayam atau sosis berbahan dasar daging sapi yang memiliki kandungan gizi lebih sedikit. Seseorang yang mempunyai tingkat pengetahuan tinggi, maka perilakunya akan memilih barang atau jasa yang mengutamakan kesehatan bagi dirinya. Kesadaran akan pentingnya makanan yang sehat telah menjadi gaya hidup yang berkembang dengan pesat hingga saat ini. (Santoso dan Fandy 2006).
32
Gambar 7 Manfaat yang ingin didapat dari konsumen fish nugget
Hasil penelitian mengenai manfaat yang dicari oleh konsumen dalam mengkonsumsi produk fish nugget komersil ditunjukkan pada Gambar 7. Sebanyak 46% konsumen mengkonsumsi fish nugget komersil berpendapat bahwa produk fish nugget komersil ini memiliki gizi yang lebih baik daripada nugget ayam. Manfaat lain yang diinginkan oleh konsumen adalah sebagai lauk pauk atau makanan alternatif pengganti lauk yang biasanya dikonsumsi secara luas yaitu sebesar 33% . Manfaat ketiga yakni sebesar 13% yang diinginkan konsumen adalah sebagai camilan atau kudapan. Manfaat terakhir yang diharapkan dari para konsumen adalah sekedar ingin mencoba produk fish nugget komersil tersebut yaitu sebesar 8% , sehingga dapat disimpulkan konsumen mencari produk fish nugget komersil tersebut dengan tujuan mencari gizinya yang baik, karena menurut mereka produk fish nugget komersil memiliki gizi yang lebih baik daripada nugget ayam. Konsumen yang mempu secara finansial akan lebih memilih produk yang menyehatkan, walaupun harganya cenderung lebih mahal (Rangkuti 2008).
4.3.2 Pencarian informasi Tahap selanjutnya dalam proses pengambilan keputusan adalah pencarian informasi terhadap produk tersebut. Pencarian informasi mulai dilakukan ketika seseorang merasa bahwa kebutuhannya dapat dipenuhi dengan cara membeli atau
33
mengkonsumsi produk tertentu. Proses pencarian informasi dapat dilakukan secara internal maupun eksternal. Pada tahap ini, konsumen mengharapkan akan mendapatkan pengetahuan tentang produk secara lengkap sehingga dapat menghasilkan keputusan yang tepat pula. Tahap pencarian informasi produk fish nugget komersil dapat diidentifikasi dengan melihat sumber informasi produk, media yang mempengaruhi dan pengaruh iklan terhadap tindakan pembelian. Berikut adalah gambar yang menunjukkan hasil penelitian sumber informasi dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Sumber informasi konsumen terhadap produk fish nugget
Mayoritas konsumen memperoleh informasi tentang produk fish nugget komersil melalui teman atau sahabat mereka, yaitu sebesar 40% . Konsumen dengan sumber informasi dari keluarga dan media massa (TV, radio, koran) memiliki nilai yang sama yaitu sebesar 28% . Sumber informasi dari internet dari seluruh konsumen adalah sebesar 4% . Ini menunjukkan bahwa teman atau sahabat merupakan sumber informasi terbesar konsumen dalam mencari informasi produk fish nugget komersil. Konsumen biasanya akan lebih mempercayai orangorang terdekatnya dalam mengkonsumsi barang dan jasa. Daripada iklan-iklan yang terdapat di media massa. Orang-orang terdekat memiliki pengaruh yang sangat besar dalam mencari dan mengkonsumsi sebuah produk. Salah satu komunikasi yang sangat ampuh dalam memasarkan produk adalah dengan komunikasi dari mulut ke mulut. Produsen yang sadar akan pentingnya komunikasi dari mulut ke mulut dapat menciptakan peluang yaitu konsumen tetap yang selalu membeli produk mereka (Santoso dan Fandy 2006).
34
Gambar 9 Media yang paling mempengaruhi pembelian fish nugget
Gambar 9 di atas menunjukkan hasil penelitian mengenai media yang paling mempengaruhi dalam pembelian produk fish nugget komersil. Dapat dilihat bahwa media yang paling mempengaruhi konsumen dalam pembelian konsumsi fish nugget komersil adalah teman atau sahabat yaitu sebesar 35% . Media selanjutnya yang paling mempengaruhi konsumen dalam pembelian fish nugget komersil adalah keluarga yaitu 34%. Media ketiga yang mempengaruhi pembelian fish nugget komersil konsumen adalah media massa (TV, radio, koran) yaitu sebesar 28% . Media yang paling sedikit mempengaruhi konsumen dalam pembelian fish nugget komersil adalah internet yaitu sebesar 3% . Hal ini menunjukkan teman dan sahabat merupakan media yang paling mempengaruhi dalam pembelian fish nugget komersil. Teman dan sahabat menjadi sumber informasi utama dan juga media yang paling mempengaruhi dalam pembelian fish nugget komersil. Kedua variabel ini mempunyai hasil yang sama dimana orangorang terdekat akan mempengaruhi satu dengan yang lainnya dengan cara memberikan informasi sebuah produk yang disukainya. Komunikasi dari mulut ke mulut adalah salah satu langkah jitu dalam memasarkan sebuah produk, karena mempunyai sifat kepercayaan yang tinggi. Komunikasi dari mulut ke mulut juga memiliki kelebihan lain, yaitu akan mempengaruhi konsumen lain dari yang belum mengetahui tentang produk tersebut menjadi tahu karena pengaruh yang diberikan. Konsumen setia biasanya akan mempengaruhi konsumen lain untuk membeli produk yang menjadi kesukaannya. Pendekatan seperti ini harus disadari betul oleh para produsen untuk menjadi produsen dengan nama besar dan konsumen yang banyak (Simamora 2004).
35
Gambar 10 Pengaruh iklan terhadap pembelian fish nugget
Gambar 10 di atas menunjukkan pengaruh iklan yang ada di media massa terhadap pembelin fish nugget komersil. Hasil penelitian yang ditunjukkan pada gambar di atas dapat dilihat bahwa sebanyak 73% konsumen fish nugget komersil terpengaruh oleh iklan terhadap pembelian, sisanya sebesar 23% konsumen fish nugget komersil merasa tidak terpengaruh terhadap iklan fish nugget komersil yang ada. Ini menunjukkan bahwa iklan pada sebuah produk sangat berpengaruh terhadap pembelian suatu produk tersebut. Demikian pula dengan produk fish nugget komersil yang sebagian besar konsumen menyatakan iklan sangat berpengaruh terhadap pembelian. Iklan yang menarik akan mempengaruhi konsumen dalam pembelian, terutama pembelian untuk pertama kalinya. Iklan yang menarik akan membuat rasa ingin tahu konsumen menjadi sangat tinggi, dan itu dapat menyebabkan terjadinya pembelian. Iklan yang menarik merupakan media yang paling ampuh untuk mendapatkan banyak konsumen, baik iklan media cetak ataupun media massa seperti radio dan televisi (Nugroho 2003)
4.3.3 Evaluasi alternatif Proses evaluasi alternatif terjadi ketika konsumen sudah memiliki cukup banyak informasi mengenai suatu produk. Evaluasi alternatif dimulai dengan pembentukan dan perubahan dalam kepercayaan mengenai produk dan atributnya yang kemudian diikuti dengan peralihan dalam sikap terhadap tindakan pembelian. Konsumen akan menetapkan kriteria evaluasi yang akan digunakan untuk membandingkan produk yang ada. Gambar 11 menunjukkan kriteria yang pertama kali konsumen pertimbangkan dalam pembelian produk fish nugget komersil.
36
Gambar 11 Pertimbangan awal konsumen terhadap pembelian
Pada gambar di atas terlihat sebanyak 45% konsumen menyatakan bahwa gizi dari produk fish nugget komersil menjadi pertimbangan awal dalam membeli produk ini. Kemudian sebanyak 40% konsumen menyatakan bahwa rasa dari produk fish nugget komersil menjadi pertimbangan kedua tertinggi setelah gizinya. Lalu pertimbangan yang selanjutnya adalah dari segi harganya yaitu sebanyak 13% dari total keseluruhan konsumen. Hanya 2% saja yang menjawab kemasan menarik adalah pertimbangan awal konsumen dalam membeli produk fish nugget komersil tersebut. Konsumen terkadang mempertimbangkan berbagai aspek sebelum melakukan pembelian agar tidak merasa dirugikan, contohnya seperti aspek mutu atau kualitas. Perlu bagi mereka untuk mengetahui hal-hal yang mereka anggap penting. Sebagian besar konsumen akan mempertimbangkan aspek harga sebelum membeli barang atau jasa. Aspek kesehatan juga sangat penting bagi konsumen-konsumen yang tidak mempertimbangkan aspek harga dari barang atau jasa tersebut (Rangkuti 2008)
4.3.4 Keputusan pembelian Tahap berikutnya dalam proses keputusan pembelian adalah pembelian atau proses pembeliannya itu sendiri. Setelah konsumen memiliki berbagai alternatif mengenai produk yang dibutuhkannya maka keputusan pembelian dapat dilakukan. Pada proses keputusan pembelian, konsumen mengambil keputusan mengenai cara pembelian produknya, frekuensi pembelian dan apakah konsumen tersebut puas dengan produk yang dibelinya. Pengambilan keputusan pembelian untuk cara pembelian produk fish nugget komersil ditunjukkan pada Gambar 12.
37
Gambar 12 Cara memutuskan pembelian produk fish nugget
Pada gambar di atas terlihat bahwa sebanyak 31% konsumen melakukan pembelian produk fish nugget komersil secara mendadak, artinya niat membeli produk tersebut muncul ketika melihat produk itu terdapat di supermarket atau outlet-outlet yang menjualnya. Kemudian sebanyak 26% konsumen melakukan pembelian produk fish nugget komersil secara terencana, artinya konsumen melakukan pembelian yang sudah direncanakan sebelumnya. Lalu sebanyak 24% konsumen melakukan pembelian produk fish nugget komersil melihat situasi terlebih dahulu atau tergantung situasi, artinya konsumen ingin membeli produk tersebut namun ada beberapa pertimbangan yang harus konsumen pikirkan dahulu sebelum membeli. Dan sebanyak 19% konsumen membeli produk fish nugget komersil hanya sesekali saja. Konsumen yang puas terhadap suatu barang dan jasa, maka perilakunya adalah dia tidak akan ragu untuk membeli dan mengkonsumsi barang dan jasa tersebut dikemudian hari (Rangkuti 2008).
4.3.5 Pasca pembelian Evaluasi alternatif tidak hanya terjadi sebelum pembelian, tetapi akan tetap berlaku setelah terjadinya proses pembelian. Pemakaian produk memberikan informasi baru mengenai produk yang akan dibandingkan dengan kepercayaan dan sikap yang ada. Konsumen akan mengevaluasi hasil yang diperoleh apakah sesuai atau tidak dengan harapan mereka. Kepuasan atau ketidakpuasan adalah hasil dari tahap pasca pembelian. Perilaku pasca pembelian juga dapat dilihat ketika konsumen dihadapkan pada situasi jika harga dari suatu produk tersebut
38
mengalami kenaikan dan jika ketersediaan produk tersebut tidak ada. Gambar 13 menunjukkan tingkat kepuasan konsumen pada produk fish nugget komersil.
Gambar 13 Kepuasan konsumen terhadap produk
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kepada 100 konsumen produk fish nugget komersil, sebanyak 100% menyatakan puas terhadap produk tersebut. Tidak satupun konsumen yang menyatakan tidak puas terhadap produk tersebut. Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa konsumen merasa puas setelah proses pembelian yang mereka lakukan. Kepuasan yang dirasakan konsumen diharapkan akan membentuk sikap positif terhadap produk fish nugget komersil dan memberikan dorongan untuk melakukan pembelian yang berkelanjutan. Untuk konsumen yang merasa kurang ataupun tidak puas, kemungkinan terbesar adalah dia tidak akan membeli atau mengkonsumsi barang dan jasa tersebut berkelanjutan. Namun, puas atau tidak puasnya kosumen terhadap suatu barang dan jasa biasanya ditentukan oleh selera atau kesukaan pribadi konsumen tersebut. Tentunya, tiap masing-masing konsumen mempunyai selera yang berbedabedapula. Produsen haruslah membuat produk yang bisa dikonsumsi untuk para konsumen dari berbagai kalangan (Nugroho 2003). Permintaan pasar yang tinggi adalah sasaran utama dari para produsen untuk berlomba-lomba menciptakan produk terbaik yang dapat diberikan kepada para konsumen. Penting bagi para produsen untuk menciptakan dan menjaga mutu yang baik dari produknya agar konsumen selalu membeli produk mereka dan tidak berpaling kepada produk lain. Kepuasan dari suatu konsumen akan mempengaruhi konsumen lain untuk membeli produk tersebut, karena kepuasan adalah yang dicari oleh setiap konsumen (Tjiptono 2008).
39
Gambar 14 Respon konsumen terhadap kenaikan harga
Gambar 14 menunjukkan data mengenai tindakan yang akan diambil konsumen jika harga produk fish nugget komersil mengalami kenaikan. Berdasarkan hasil penelitian, konsumen yang menjawab tetap membeli dengan tetap membeli namun jarang dalam pembelian mempunyai prosentase yang sama yakni 34% , artinya konsumen tesebut mayoritas masih tetap membeli. Lalu sebanyak 24% konsumen menyatakan tidak jadi membeli jika harga produk fish nugget komersil tersebut naik. Hanya 8% saja yang menjawab mencari produk lain yang lebih murah. Kenaikan harga suatu barang dan jasa akan sangat mempengaruhi konsumen terhadap pembelian. Kenaikan harga tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal. Sebagian besar alasan mengapa harga dapat naik karena produsen mengalami kenaikan bahan baku produksi. Hal ini juga dapat menyebabkan konsumen menjadi berpaling dari produk tersebut. Apalagi jika terdapat penurunan mutu, tetapi tidak semua konsumen akan berpaling dari produk tersebut. Pengaruh kepuasan terhadap produk tersebutlah yang menyebabkan konsumen tersebut tetap bertahan (Tjiptono 2008). Kenaikan harga produk yang disertai penurunan mutu biasanya akan membuat pelanggan tidak akan mengkonsumsi produk itu kembali dikemudian hari. Hal tersebut akan menurunkan tingkat kepercayaan konsumen terhadap produk tersebut. Itulah sebabnya konsumen akan mencari produk lain yang mempunyai mutu atau kualitas lebih baik. (Simamora 2004).
40
Gambar 15 Respon konsumen jika produk tidak tersedia
Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan pada Gambar 15 sebanyak 35% konsumen menyatakan tidak jadi membeli produk fish nugget komersil tersebut. Lalu sebanyak 26% konsumen akan mencari outlet lain yang menyediakan produk fish nugget komersil. kemudian sebanyak 20% akan tetap menunggu sampai stok produk fish nugget komersil tersedia kembali. Dan sisanya sebanyak 19% konsumen menjawab akan mencari produk lain yang menyediakan produk fish nugget komersil dengan merek lain. Barang dan jasa yang jarang atau tidak tersedia di pasaran dapat mempengaruhi konsumen terhadap pembelian. Biasanya pelanggan tetap atau yang biasa membeli barang atau jasa tersebut akan mempunyai waktu khusus dalam pembelian. Ketidaktersediaan barang atau jasa tersebut secara terus menerus, akan menyebabkan kepercayaan pelanggan tetap tersebut menurun. Produsen hendaknya menjaga kestabilan jumlah produknya di pasaran (Santoso dan Fandy 2006). Pada masa-masa tertentu seperti hari raya dan libur panjang, sering terjadi pasokan yang tidak stabil di pasar. Banyak wilayah yang terjadi penumpukan, sementara di wilayah lain banyak yang kekurangan. Hal ini membuat konsumen kesulitan dalam mencari produk yang diinginkan. Kestabilan jumlah produk sangat penting dilakukan oleh produsen agar konsumen tidak tergoda untuk memilih produk lain. Banyak dari produsen yang ketika produknya laris di pasaran lalu meningkatkan jumlah produksi tetapi terjadi penurunan mutu. Tentunya hal ini tidak diharapkan oleh para konsumen (Tjiptono 2008).
41
4.4 Analisis Korelasi yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Produk Fish Nugget Untuk mengetahui hubungan atau korelasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian dapat
menggunakan uji
Spearman
Correlation. Menurut Kotler (1997), analisis Spearman Correlation digunakan ketika terdapat dua variabel pengukuran (dalam hal ini adalah variabel x dan y) dan satu variabel nominal yang disembunyikan. Uji ini merupakan uji alternatif non-parametrik, dan digunakan ketika data tidak menemukan asumsi terhadap normalitas atau sebuah hubungan yang membentuk garis lurus. Pada penelitian ini jumlah variabel yang akan dianalisis sebanyak 15 variabel dan termasuk di dalamnya terdapat atribut-atribut produk fish nugget komersil tersebut. Variabel yang akan dianalisis antara lain usia, jenis kelamin, status pernikahan, pendidikan terakhir, pendapatan perbulan, pekerjaan, motivasi dalam mengkonsumsi fish nugget, manfaat yang dicari dalam mengkonsumsi fish nugget komersil, sumber informasi pertama mengenai produk, media yang paling mempengaruhi produk fish nugget komersil, fokus atau pertimbangan awal konsumen, pengaruh iklan terhadap pembelian, cara dalam memutuskan pembelian produk, keputusan jika harga naik dan terakhir adalah keputusan ketika produk fish nugget komersil tersebut tidak tersedia. Variabel yang diuji merupakan pertanyaan-pertanyaan dari instrumen kuesioner. Variabel yang diuji adalah pertanyaan dengan kode P3 hingga P19. Namun terdapat pertanyaan yang tidak masuk dalam kriteria ini, yaitu pertanyaan kepuasan terhadap produk fish nugget dengan kode P17. Pertanyaan ini tidak masuk kriteria dalam analisis spearman rank correlation karena memiliki nilai 100% . Nilai tersebut tidak dapat dihitung karena tidak terdapat nilai pembandingnya yang lain. Tabel 3 menunjukkan ringkasan nilai p-value atau p-hitung yang dimiliki setiap variabel yang diteliti. Nilai p-value atau p-hitung dari variabel yang diteliti merupakan nilai korelasi dari Uji Spearman Correlation. Hasil perhitungan nilai p-value atau p-hitung yang ditunjukkan dapat dilihat pada Lampiran 6. Berikut ini adalah Tabel 3 dapat dilihat di bawah ini:
42
Tabel 3. Variabel dan Nilai p-value serta pengaruhnya No
Variabel
Nilai pvalue
Pengaruh
1
Usia
0,55
Tidak Signifikan
2
Jenis kelamin
0,15
Tidak Signifikan
3
Status pernikahan
0,65
Tidak Signifikan
4
Pendidikan terakhir
0,29
Tidak Signifikan
5
Pendapatan rata-rata perbulan
0,06
Signifikan
6
Pekerjaan
0,15
Tidak Signifikan
7
Motivasi dalam mengkonsumsi fish nugget
0,03
Signifikan
8
Manfaat yang dicari dalam mengkonsumsi
0,08
Signifikan
9
Sumber informasi pertama mengenai produk
0,5
Tidak Signifikan
10
Media yang paling mempengaruhi produk
0,52
Tidak Signifikan
11
Fokus atau pertimbangan awal konsumen
0,14
Tidak Signifikan
12
Pengaruh iklan terhadap pembelian
0,04
Signifikan
13
Cara dalam memutuskan pembelian produk
0,12
Tidak Signifikan
14
Keputusan jika harga naik
0,08
Signifikan
15
Keputusan ketika produk tidak tersedia
0,4
Tidak Signifikan
Berdasarkan Tabel 3 di atas, terdapat 10 variabel dengan nilai p-value atau p-hitung yang lebih besar dari nilai alpha (α). Interpretasi dari variabel dengan nilai p-value atau p-hitung yang lebih besar dari nilai alpha (α) adalah variabel tersebut tidak mempunyai korelasi dan tidak memberikan hasil yang signifikan terhadap keputusan pembelian. Hanya terdapat lima variabel yang memiliki nilai p-value atau p-hitung di bawah atau kurang dari nilai alpha (α) 0,1. Kelima variabel tersebut adalah pendapatan rata-rata perbulan, motivasi dalam mengkonsumsi produk fish nugget komersil, manfaat yang dicari dalam mengkonsumsi produk fish nugget komersil tersebut, pengaruh iklan terhadap pembelian produk fish nugget komersil, dan terakhir keputusan konsumen jika harga produk fish nugget komersil naik.
43
Variabel pendapatan perbulan memiliki nilai p-value sebesar 0,06, sehingga memiliki interpretasi bahwa pendapatan perbulan mempunyai korelasi dan memberikan hasil yang signifikan terhadap keputusan pembelian. Variabel motivasi dalam mengkonsumsi fish nugget memiliki nilai p-value sebesar 0,03. Motivasi konsumen dalam mengkonsumsi produk komersil fish nugget mempunyai korelasi dan memberikan hasil yang signifikan terhadap keputusan pembelian. Variabel manfaat yang dicari dalam mengkonsumsi fish nugget komersil memiliki nilai p-value sebesar 0,08. Manfaat yang dicari konsumen dalam mengkonsumsi produk fish nugget komersil mempunyai korelasi dan memberikan hasil yang signifikan terhadap keputusan pembelian. Variabel pengaruh iklan terhadap pembelian fish nugget memiliki nilai p-value sebesar 0,04. Interpretasinya adalah bahwa pengaruh iklan terhadap pembelian mempunyai korelasi dan memberikan hasil yang signifikan terhadap keputusan pembelian. Variabel keputusan jika harga naik memiliki nilai p-value sebesar 0,08, sehingga memiliki interpretasi keputusan atau respon konsumen jika harga produk fish nugget komersil tersebut naik mempunyai korelasi dan memberikan hasil yang signifikan terhadap keputusan pembelian.
4.5 Perbandingan Dengan Produk Lain Produk fish nugget komersil merupakan produk fish nugget yang telah dikenal secara luas dan memang produk yang sudah terdapat di pasaran, baik pasar tradisional maupun pasar modern. Produk fish nugget komersil dapat ditemukan di pasar-pasar tradisional maupun di supermarket. Produk fish nugget komersil memiliki segmentasi pasar yang luas, namun produk ini lebih difokuskan kepada masyarakat dengan tingkat penghasilan di atas UMR, sehingga produk ini dapat dengan mudah ditemukan di supermarket seperti Carrefour, Giant dan Hypermart. Sementara produk fish nugget yang akan menjadi pembanding adalah produk fish nugget dari Departemen Teknologi Hasil Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Produk ini merupakan hasil produksi dari Mas Rizky yang bekerja pada Unit Produksi Departemen Teknologi Hasil Perairan. Fish nugget ini diproduksi dengan menggunakan bahan dasar ikan lele (Clarias sp.).
44
Terdapat empat atribut yang akan dibandingkan antara produk fish nugget komersil dengan produk fish nugget buatan Departemen Teknologi Hasil Perairan yaitu, rasa, warna, tekstur dan aroma. Sebenarnya atribut yang akan diuji dapat lebih banyak daripada keempat atribut tersebut, namun fokus perhatian dari para konsumen dan penilaian utama yang akan dinilai adalah atribut rasa, warna, tekstur dan aromanya saja. Penilaian yang dinilai berdasarkan rating atau tingkat kepentingan produk tersebut. Rating tertinggi diberikan nilai 5 yaitu jika konsumen menjawab atribut yang dinilai dengan jawaban sangat penting. Rating kedua diberikan nilai 4 jika konsumen menjawab atribut yang dinilai dengan jawaban cukup penting. Rating ketiga diberikan nilai 3 jika konsumen menjawab atribut yang dinilai dengan jawaban biasa saja. Rating keempat diberikan nilai 2 jika konsumen menjawab atribut yang dinilai dengan jawaban tidak terlau penting. Rating terakhir diberikan nilai 1 jika konsumen menjawab atribut yang dinilai dengan jawaban sangat tidak penting.
4.5.1 Perbandingan atribut rasa Atribut pertama yang dinilai konsumen adalah rasanya. Rasa merupakan hal pertama yang biasanya menjadi fokus perhatian dari sebuah produk oleh pasar konsumen. Atribut rasa produk fish nugget komersil yang dinilai oleh konsumen dapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16 Atribut rasa produk fish nugget komersil
Gambar 16 memperlihatkan sebanyak 52% konsumen menjawab sangat enak. Kemudian sebanyak 42% konsumen menjawab cukup enak. Hanya 6% saja yang menjawab biasa saja. Secara keseluruhan rasa dari fish nugget komersil dinilai sangat enak oleh konsumen. Selanjutnya produk fish nugget dari Departemen Teknologi Hasil Perairan dapat dilihat pada Gambar 17.
45
Gambar 17 Atribut rasa produk fish nugget THP
Gambar 17 menunjukkan sebanyak 44% konsumen menjawab cukup enak. Lalu sebanyak 38% konsumen menjawab sangat enak. Sedangkan sisanya sebanyak 18% menjawab biasa saja.
4.5.2 Perbandingan atribut warna Atribut selanjutnya yang akan dibandingkan adalah atribut wana. Warna yang menarik pada sebuah produk akan memberikan interpretasi yang baik bagi para konsumen. Atribut warna produk fish nugget komersil yang dinilai oleh konsumen dapat dilihat pada Gambar 18.
Gambar 18 Atribut warna produk fish nugget komersil
Gambar 18 menunjukkan sebanyak 32% konsumen menjawab warna dari produk fish nugget komersil sangat menarik, dan 47% konsumen menjawab warnanya cukup menarik. Sedangkan 21% konsumen menjawab biasa saja. Hasil uji produk fish nugget dari Departemen Teknologi Hasil Perairan dapat dilihat pada Gambar 19.
46
Gambar 19 Atribut warna produk fish nugget THP
Dari Gambar 19 di atas, hasil penelitian menunjukkan sebanyak 17% konsumen menjawab warna dari produk fish nugget Departemen THP sangat menarik, dan sebanyak 60% konsumen menjawab cukup menarik. Sedangkan 17% konsumen menjawab biasa saja, dan sisanya 2% konsumen yang menjawab warna dari produk fish nugget Departemen Teknologi Hasil Perairan dengan jawaban tidak terlalu menarik.
4.5.3 Perbandingan atribut tekstur Atribut ketiga yang dinilai adalah tekstur kedua produk tersebut. Atribut tekstur produk fish nugget komersil yang dinilai langsung oleh konsumen dapat dilihat pada Gambar 20.
Gambar 20 Atribut tekstur produk fish nugget komersil
Gambar 20 menunjukkan sebanyak 35% konsumen menjawab tekstur dari produk fish nugget komersil sangat kompak, dan sebanyak 50% konsumen menjawab cukup kompak, serta sisanya sebanyak 15% konsumen yang menjawab
47
bahwa tekstur dari produk fish nugget komersil biasa saja. Produk fish nugget dari Departemen Teknologi Hasil Perairan yang diteliti memperlihatkan hasil seperti yang tercantum pada Gambar 21.
Gambar 21 Atribut tekstur produk fish nugget THP
Data menunjukkan bahwa sebanyak 20% konsumen menjawab dengan jawaban sangat kompak, dan sebagian besar konsumen, yaitu sebanyak 51% , menjawab cukup kompak. Konsumen yang menilai biasa saja sebanyak 29% .
4.5.4 Perbandingan atribut aroma Atribut terakhir yang dinilai adalah atribut aroma masing-masing produk tersebut. Hasil penilaian atribut aroma yang dinilai langsung oleh para responden pada produk fish nugget komersil dapat dilihat pada Gambar 22.
Gambar 22 Atribut aroma produk fish nugget komersil
Gambar 22 menunjukkan sebanyak 51% konsumen menjawab aroma dari produk fish nugget komersil ini sangat harum, kemudian sebanyak 39% konsumen
48
menjawab cukup harum, dan hanya 10% konsumen yang menjawab biasa saja. Sebagai pembanding adalah fish nugget dari Departemen Teknologi Hasil Perairan dapat dilihat pada Gambar 23.
Gambar 23 Atribut aroma produk fish nugget THP
Gambar 23 menunjukkan hasil penelitian dari produk fish nugget Departemen Teknologi Hasil Perairan, hanya 19% konsumen yang menjawab sangat harum, dan sebanyak 61% menjawab bahwa aroma dari produk fish nugget Departemen Teknologi Hasil Perairan itu cukup harum. Konsumen yang menilai biasa saja sebanyak 20% .
4.6 Uji Non-Parametrik untuk Membandingkan Kedua Produk Uji statistik non-parametrik, memberikan hasil yang relatif lebih rendah dibanding dengan uji parametrik. Untuk meningkatkan kebaikan hasil ujinya, ukuran sampel harus diperbesar. Akan tetapi bagaimanapun juga uji nonparametrik sangatlah mudah dimengerti dan relatif lebih sederhana dibandingkan dengan uji parametrik. Menurut Daniel (1990), uji non-parametrik dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu : 1) Uji sebuah sampel yang dibandingkan dengan menggunakan suatu distribusi tertentu, misalnya chi-kuadrat, binominal, normal dan distribusi lainnya. 2) Uji untuk dua grup independen (bebas) atau lebih. Perbandingan pemusatan dari dua buah distribusi yang diasumsikan mempunyai bentuk yang sama. Analisis Mann-Whitney digunakan untuk uji dua sampel independen. 3) Uji variabel berpasangan (paired) atau berhubungan (related) yang dipergunakan untuk membandingkan dua variabel untuk masing-masing
49
subjek. Biasanya digunakan uji Wilcoxon yang merupakan versi nonparametrik uji-T berpasangan atau dependen.
Pada penelitian ini terdapat empat atribut yang dianalisis dari masingmasing produk fish nugget yaitu atribut rasa, warna, tekstur dan aroma. Sebenarnya dapat ditambahkan dengan atribut-atribut yang lain agar analisisnya lebih baik, tetapi atribut yang biasanya menjadi fokus paling utama oleh para konsumen adalah keempat atribut tersebut. Perbedaan rasa pasti akan mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Rasa yang lebih enak dari dua produk pastinya yang akan lebih dipilih oleh seorang konsumen. Pertimbangan rasa dari sebuah produk akan menjadi tolak ukur utama bagi para konsumen untuk membeli dan mengkonsumsi produk tersebut. Lalu warna yang menarik dari sebuah produk pasti akan menjadi pertimbangan dari seorang konsumen. Rasa yang enak namun memiliki warna atau kenampakan yang tidak menarik tentunya tidak akan menjadi prioritas, sehingga warna yang baik akan mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Kemudian tekstur dari produk fish nugget yang baik adalah produk yang memiliki tekstur tidak terlalu keras (alot) dan tidak terlalu lembek. Tekstur sebuah produk juga dapat mempengaruhi keputusan pembelian dari seorang konsumen. Terakhir yang menjadi pertimbangan konsumen adalah aroma sebuah produk. Aroma berkaitan erat dengan ekspektasi seseorang, maksudnya adalah jika aroma yang menggugah selera tentu akan memiliki harapan bahwa produk tersebut enak rasanya. Keempat atribut ini sangat berkaitan erat dengan penginderaan seseorang terhadap sebuah produk. Tentunya setiap
konsumen
sangat
berharap
produk
yang
dikonsumsinya
tidak
mengecewakan dari keempat atribut tersebut. Kepuasaan terhadap suatu produk akan menentukan keputusan pembelian di kemudian hari. Untuk memudahkan pencarian nilai p-value, maka semua hasil scoring dijumlahkan dan kemudian dicari nilai mean atau rataannya. Nilai mean didapat dengan menjumlahkan semua hasil scoring yang telah dinilai oleh para konsumen lalu dibagi dengan jumlah data yang digunakan. Jumlah data dari masing-masing produk berjumlah 100. Total dari kedua produk fish nugget yang diuji yaitu 200 data. Tabel 4 yang menunjukkan nilai mean dari masing-masing produk.
50
Tabel 4 Nilai mean atau rataan dari masing-masing produk Atribut
Komersil
THP
Rasa
4,460
4,200
Warna
4,410
3,920
Tekstur
4,200
3,910
Aroma
4,410
3,990
Setelah nilai mean didapatkan maka nilai asymtot sigma (2-tailed) dari masing-masing atribut dapat dicari. Selang kepercayaan yang digunakan adalah 90% atau alpha 0,1 dan H0 ditolak jika nilai asymtot sigma (2-tailed) lebih kecil dari nilai alpha. Selajutnya H1 diterima jika nilai asymtot sigma (2-tailed) lebih kecil dari nilai alpha. Kemudian dapat dilihat apakah terdapat perbedaan yang signifikan nyata antara fish nugget komersil dengan fish nugget dari Departemen Teknologi Hasil Perairan, sehingga akan memberikan interpretasi bahwa produk fish nugget komersil memberikan pengaruh yang berbeda nyata dan hasil yang signifikan terhadap fish nugget dari Departemen Teknologi Hasil Perairan. Tabel 5 menunjukkan nilai asymtot sigma (2-tailed) dan pengaruh produk fish nugget komersil terhadap fish nugget Departemen Teknologi Hasil Perairan.
Tabel 5 Atribut, nilai asymtot sigma (2-tailed) dan pengaruhnya Atribut
Asymp.Sig. (2-tailed)
Pengaruh
Rasa
0,011
Signifikan
Warna
0,066
Signifikan
Tekstur
0,004
Signifikan
Aroma
0,000
Signifikan
Data pada Tabel 5 menunjukkan bahwa semua atribut yang ada menunjukkan nilai yang lebih kecil dari nilai alpha 0,1. Pada atribut rasa, nilai asymtot sigma (2-tailed) sebesar 0,011, sehingga memiliki interpretasi, atribut rasa produk fish nugget komersil memberikan pengaruh yang berbeda nyata dan hasil yang signifikan terhadap fish nugget Departemen Teknologi Hasil Perairan.
51
Pada atribut warna, nilai asymtot sigma (2-tailed) sebesar 0,066, sehingga memiliki interpretasi, atribut warna produk fish nugget komersil memberikan pengaruh yang berbeda nyata dan hasil yang signifikan terhadap fish nugget Departemen Teknologi Hasil Perairan. Pada atribut tekstur, nilai asymtot sigma (2-tailed) sebesar 0,004, sehingga memiliki interpretasi, atribut tekstur produk fish nugget komersil memberikan pengaruh yang berbeda nyata dan hasil yang signifikan terhadap fish nugget Departemen Teknologi Hasil Perairan. Pada atribut aroma, nilai asymtot sigma (2-tailed) sebesar 0,000, sehingga memiliki interpretasi, atribut tekstur produk fish nugget komersil memberikan pengaruh yang berbeda nyata dan hasil yang signifikan terhadap fish nugget Departemen Teknologi Hasil Perairan (dapat dilihat pada Lampiran 6). Nilai mean atau rataan dari produk fish nugget komersil lebih tinggi dari produk fish nugget Departemen Teknologi Hasil Perairan pada keseluruhan atribut. Produk fish nugget komersil lebih diminati oleh para konsumen, jika dibandingkan dengan produk fish nugget dari Departemen Teknologi Hasil Perairan. Dari kelima variabel yang memberikan pengaruh berbeda nyata dan hasil signifikan terhadap pembelian fish nugget komersil, yaitu pendapatan rata-rata perbulan, motivasi utama dalam pembelian fish nugget komersil, manfaat yang ingin didapat dalam mengkonsumsi fish nugget komersil, pengaruh iklan terhadap pembelian dan keputusan jika harga naik maka dapat dilakukan inovasi terhadap produk fish nugget Departemen Teknologi Hasil Perairan jika dikombinasikan dengan keempat atribut untuk mencipatakan produk yang enak dan bisa diterima oleh masyarakat luas. Produk fish nugget Departemen Teknologi Hasil Perairan harus menciptakan rasa yang lebih disukai oleh para konsumen. Bahan baku utama fish nugget Departemen Teknologi Hasil Perairan adalah ikan lele. Sebaiknya bahan baku diganti menjadi ikan laut agar rasanya menjadi lebih enak walaupun harga dari produk akan naik. Jika kita melihat motivasi utama dan manfaat yang ingin didapat dari mengkonsumsi fish nugget komersil adalah keutamaan gizinya, maka Produk fish nugget Departemen Teknologi Hasil Perairan juga harus mengutamakan aspek gizi dan kesehatannya. Perlu dilakukan inovasi, yaitu
52
dengan menambahkan sayur-sayuran dalam formulanya, tidak menambahkan pengawet dan juga pewarna. Konsumen dengan pendapatan rata-rata perbulan yang tinggi akan membeli produk yang bergizi baik tanpa memperdulikan harga dari produk tersebut. Inovasi selanjutnya adalah fish nugget Departemen Teknologi Hasil Perairan perlu membuat kemasan produk yang menarik dan melakukan promosi, karena pengaruh iklah terhadap pembelian sangat menentukan keputusan pembelian. Departemen Teknologi Hasil Perairan juga harus dapat mengontrol kondisi harga dan ketersediaan produk jika nanti dilepas dipasaran. Kondisi harga yang tidak stabil dan sering mengalami kenaikan akan mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Ketersediaan produk juga harus dikontrol agar nantinya konsumen dapat dengan mudah memperoleh produk fish nugget Departemen Teknologi Hasil Perairan. Dengan melihat kelima variabel dan keempat atribut yang dinilai oleh para konsumen fish nugget komersil, bukan tidak mungkin jika produk fish nugget Departemen Teknologi Hasil Perairan akan menjadi competitor pada perdagangan produk nugget berbahan dasar ikan. Saat ini sudah banyak konsumen yang memiliki gaya hidup dengan mengkonsumsi makanan sehat dalam keseharian mereka. Peluang ini lah yang harus dimanfaatkan bagi Departemen Teknologi Hasil Perairan untuk menciptakan produk yang lebih baik lagi kedepannya. Institut Pertanian Bogor yang memiliki harapan untuk mengabdi kepada masyarakat luas dapat dilakukan oleh Departemen Teknologi Hasil Perairan dengan cara memproduksi dan memasarkan produk-produk unggulannya yang bermutu tinggi dan dapat dikonsumsi oleh semua kalangan.