4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Dokum.entasi PeogembangaD Sistem Informasi
4.1.1
Deskripsi Sistem
Konsepsi
perancangan sistem informasi pemanfaatan sumberdaya
perikanan dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan secara terpadu dengan prototipe Kabupaten Sumenep Madura dapat dikemukakan secara skematis pada Gambar 20. Skema konsepsi perancangan sistem tersebut menunjukkan bahwa sistem infonnasi yang dihasilkan, dirancang melalui pengintegrasian dua teknik sistem yang berbeda yakni teknik sistem infonnasi
manajemeo (management information system, MIS) dan teknik sistem infonnasi geografis (geographical itiformation system. GIS).
Masing-masing teknik sistern ini memberikan dukungan infonnasi yang berbeda pada proses pengarnbilan keputusan pengelolaan sumberdaya pesisir dan Iautan. Sistem infonnasi manajemen (SIM) memberikan dukungan infonnasi yang
mempresentasikan aspek deskriptif dari fenomena-fenomena pesisir dan lautan yang dimodelkan, sementara sistem informasi geoagrafis (SIG) memberikan dukungan dalam bentuk infonnasi yang mempresentasikan aspek keruangan dari
fenomena-fenomena pesisir dan lautan yang dimodelkan. Infonnasi deskriptif SIM identik dengan jenis infonnasi atribuml dalam perspektif tabular dan gratis, sedangkan infonnasi keruangan SIG identik dengan jenis infonnasi spssial dalarn perspektiflokasi dan geografis. Skema konsepsi perancangan sistem tersebut juga menunjukkan babwa sistem informasi yang dibasiIkan menyediakan dua psnel utama sebagai produk perancangan sistem. Dua panel utama ini tercipta sebagai basil implementasi pengintegrasian dua teknik sistem, SIM dan SIG. Panel yang tercipta adaIab: (I)
Panel sistem pendukung manajemen pemanfaatan sumberdaya pesisir dan
Iautan MeSS (marine and coastal support system) yang menyediakan infonnasi atributal (tabular dan grafis) pesisir dan Iautan (2)
Panel sistem penuntun manajemen pemanfaatan ruang sumberdaya pesisir
dan lautan MeGS (marine and coastal guideline system) yang menyediakan infonnasi spasial (lokasi dan geografis) pesisir dan lautan
91
~;"'1 ...!!\'.~I ~~ ,~; ~~~ ~ U!...~
o
:3
~
-
I..QW;I
TNUNl
OWolS
.... ~ .......~ . ~ .....~ .... ~~~ ...........~
N
o
,
'"
I, !
~~
..,..... TJI'.au&.-.t
·~,="~~n··········
~.~k"~.--.-.-
......... -
92
Panel sistem pendukWlg manajemen pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan MeSS (marine and coastal support system) dengan infonnasi atributalnya
berperan sebagai sistem pendukung dalam manajemen pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan. Panel sistem ini menghimpun dan menyimpan tipe data
transaksi atributal, mengkonversi data yang berasal dari proses tnmsaksi menjadi infonnasi dalam bentuk tabular dan gratis yang berguna untuk kepentingan
manajemen dan membantu pengambilan keputusan dengan menyediakan informasi atributal, model atau perangkat untuk menganalisis infonnasi atributal. Panel atributal ini tercipta sebagai basil implementasi teknik 81M dalam bangunan sistem. Seperti yang ditunjukkan pada gambar konsepsi perancangan sistem
bahwa panel MeSS (marine and coastal support system), sebagai sebuah sistem dari supersistem pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan, dibangun melalui
pengintegrasian tiga subsistem utama yakni subsistem data base management system (DBMS) dengan manajemen basis datanya, subsistem model base management system (MBMS) dengan manajemen basis modelnya dan subsistem interface base management system (IBMS) dengan manajemen basis dialognya
kedalam bangunan supersistem secara keseluruhan. Subsistem DBMS berfungsi mengelola basis data untuk penyediaan data yang diperlukan model keputusan. Subsistem MBMS berfungsi mengelola basis model untuk penyediaan model
keputusan bagi pengolahan data hingga diperoleh infonnasi. Sementara subsistem IBMS berfungsi mengelola basis dialog untuk penyediaan gaya-gaya dialog hagi kemudaban akses pengguna terbadap informasi yang dibasilkan sistem.
Panel sistem penuntun manajemen pemanfaatan ruang sumberdaya pesisir dan lautan MeGS (marine and coastal guideline system) dengan infonnasi spasialnya Qokasi dan geografis) berperan sebagai sistem penuntun dalam manajemen pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan lautan dan penggambaran lokasi dan geografis wilayah pesisir dan lautan. Panel sistem ini menghimpun dan menyimpan tipe data transaksi spasial, mengkonversi data yang berasal dari
proses transaksi menjadi infonnasi dalam bentuk lokasi dan geografis yang berguna untuk kepentingan manajemen dan membantu pengambilan keputusan
dengan menyediakan informasi spasial. kriteria atau perangkat untuk menganaJisis infonnasi spasial. Panel spasial ini tercipta sebagai basil implementasi teknik SIG dalam bangunan sistem. Seperti yang ditunjukkan pada gambar konsepsi perancangan sistem bahwa panel MCGS (marine and coastal guideline system).
sebagai sebuah sistem dari supersistem pengelolaan swnberdaya pesisir dan
93
lautan, dibangun melalui pengintegrasian tiga subsistem utama yakni subsistem do/a base management system (DBMS) dengan manajemen basis datanya, subsistem criteria base management system (CBMS) dengan manajemen basis kriterianya dan subsistem interface base management system (ISMS) dengan
manajemen basis dialognya kedalam bangunan supersistem secara keseluruhan. Subsistem DBMS berfungsi mengelola basis data untuk penyediaan data yang diperlukan kriteria keputusan. Subsistem CBMS berfungsi mengeiola basis kriteria untuk penyediaan kriteria keputusan bagi pengolahan data hingga
diperoleh infonnasi. Sementara subsistem IBMS berfungsi mengelola basis dialog untuk penyediaan gaya-gaya dialog bagi kemudahan akses pengguna terhadap informasi yang dihasilkan sistem. Infonnasi atributal (tabular dan grafis) yang disediakan panel sistem pendukung manajemen pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan MeSS
(marine and coastal support system) adalah infonnasi atributal untuk. pemanfataan
sumberdaya pesisir dan lautan dan infonnasi atributal untuk pengelolaan
sumberdaya pesisir dan lautan. Jenis dan jumlah infonnasi atributal yang disediakan panel MCSS untuk pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan antara lain infonnasi tentang: (I) potensi lestari sumberdaya dan kapasitas optimum upaya pemanfaatan sumberdaya yang sesuai dengan daya dukung pesisir dan lautan (potensi lestari sumberdaya, tingkat pemanfaatan potensi sumberdaya, peluang pengembangan pemanfaatan potensi sumberdaya, kapasitas optimum upaya pemanfaatan sumberdaya, tingkat upaya pemanfuatan sumberdaya, peluang pengembangan upaya pemanfaatan sumberdaya, perkembangan basil tangkap ikan, perkembangan upaya tangkap ikan, standarisasi upaya tangkap ikan, tingkat keuntungan upaya pemanfaatan ikan, spesies ikan unggu\an, pola musim penangkapan ikan, daerah penangkapan ikan); (2) determinasi unit penangkapan yang layak (determinasi aspek biologi alat tangkap, aspek teknik alat tangkap,
aspel< sosial alat tangkap, aspek ekonomi alat tangkap); (3) alokasi sumberdaya yang memaksimalkan usaba pemanfuatan sumberdaya (alokasi sumberdaya ikan, nelayan, baban bakar, modal usaba); dan (4) kelayakan dari usaba pemanfaatan sumberdaya (indikator investasi net B-C mtio, NPV, IRR, pay baek periode). Sementara Jenis dan jumIab informasi atributal yang disediakan panel MCSS
untuk pengelolaan swnberdaya pesisir dan lautan antara lain informasi tentang: (1) karakteristik biofisik pesisir dan lautan (luasan dan kondisi ekosistem pesisir dan loutan: mangrove, non mangrove, padang lamun, terumbu karang, rumput
94
laut, estuaria, pantai, rawa pasang surut); (2) karakteristik permasalaban
lingkungan pesisir dan lautan (kapasitas asimilasi perairan pesisir dan lautan,
beban kerusakan lingkungan pesisir dan lautan: pencemaran, abrasi pantai. eksploitasi sumberdaya berlebih. kerusakan habitat dan bencana alarn); (3) aspek
sosial-ekonomi-budaya Gasa-jasa lingkungan pesisir dan lautan: pariwisata, pelabuhan, IranSportasi; jumlah dan tingkat pertumbuhan penduduk: pendidikan.
agama, mata pencaharian. kesehatan; instrwnen pengelolaan sosekbud: lembaga sosial, lembaga ekonomi. lemhaga budaya); (4) aspek kelembagaan (pranata kelembagaan, undang-undang. peraturan).
lnformasi atributal pemanfaatan
sumberdaya pesisir dan lautan dan pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan
yang dihasilkan panel MCSS tersebut selanjutnya akan digunakan untuk pemanfaatan optimal sumberdaya pesisir dan lautan. pengendalian kerusakan
sumberdaya pesisir dan lautan, pengelolaan kelembagaan yang mendukung pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laulan, dan pengelolaan aspek sosial-
ekonomi-budaya wilayah pesisir dan lautan. Informasi spasial (lokasi dan geografis) yang disediakan panel sistem penuntun manajemen pemanfaatan ruang pesisir dan lautan MCGS (marine and
coastal guideline system) adalah infonnasi spasial untuk pemanfaatan ruang
pesisir dan lautan dan infonnasi spasial untuk pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan. Jenis dan jumlah informasi spasial yang disediakan panel MCGS untuk
pemanfaatan ruang pesisir dan lautan antara lain infonnasi tentang persyaratan biofisik atau kesesuaian lahan dari setiap kegialan pemanfaalan ruang pesisir dan lautan (pertanian sawah, pertanian tega!an, konservasi. pariwisata, pemukiman, industri. pelabuhan, dan budidaya tambak). Sementara Jenis dan jumlah informasi spasial yang disediakan panel MCGS untuk pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan antara lain informasi tentang: (I) karakteristik biofisik atau tala guna laban
yang ada di wilayah pesisir dan lautan (distribusi spasial. luasan dan kondisi
ekosistem pesisir dan lautan: mangrove, non mangrove, padang
lam~
terumbu
karang, nunput laut, estuaria, pantai, rawa pasang surut); (2) karakteristik
permasalahan lingkungan pesisir dan lautan (distribusi spasial kapasitas asirnilasi
perairan pesisir dan lautan. distribusi spasial beban kerusakan lingkungan pesisir dan lautan: pencemaran, abrasi pantai, eksploitasi sumberdaya berlebih, kerusakan habitat dan bencana alarn); (3) aspek sosial-ekonomi-budaya (distribusi spasial jasa-jasa lingkungan pesisir dan lautan: pariwisata, pelabuhan, IranSportasi; jumlah dan tingkat penumbuhan penduduk: pendidikan, agama, mata pencaharian,
95
kesehatan; distribusi spasial instrumen pengelolaan sosekbud: lembaga sosial. lembaga ekonomi, lembaga budaya). lnfonnasi spasi
pemanfaatan ruang pesisir
dan lautan dan pengelolaan sumberdaya pesisir
lautan selanjutnya akan
digunakan untuk penyusunan tata ruang wilayah pesi if dan iautan, pengendalian kerusakan sumberdaya pesisir dan iautan, dan pengel laan aspek sosial-ekonomibudaya wilayah pesisir dan lautan.
Berdasarkan konsepsi perancangan sistem infonnasi tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem infonnasi menyediakan: 1) infonnasi atributal untuk penentuan tingkat pemanfaatan sumberdaya pesisir
lautan; dan (2) informasi
spasial untuk penentuan tingkat pemanfaatan ruang
sisir dan lautan. Terakhir
informasi-infonnasi ini akan dibutuhkan untuk pe pembangunan sumberdaya pesisir dan lautan se
development) yakni pembangunan swnberdaya pesisi kebutuhan saat
im
tanpa menurunkan atau me
kemampuan generasi
mendatang untuk memenuhi aspirasinya, memilik dimensi ekologis, sosialekonomi-budaya, serta hukum dan kelembagaan.
4.1.2
Platform Sistem Pemakaian komputer sebagai pengolah
i pemanfaatan sumberdaya
dapat diabaikan dalam perancangan sistem info
perikanan dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan ini. Disamping volume WlSur-unsur data
karena kebutuhan pengorganisasian dan pengol yang dimuat cukup besar dan memerlukan kecepa kompleksitas operasi-operasi pengolahan data yang
dieksekusi, pembatasan
waktu pengolaban, juga karena tuntutan melal<
perhitungan yang benar.
Sehingga komputer merupakan media yang tepat untuk perancangan sistem infonnasi terpadu ini. Pemakaian komputer sebagai media peran
gan sistem informasi terkait
erat dengan pemiliban teknik (perangkat keras) dan '
komputer (perangkat
lunak) yang digunakan untuk implementasi sistem. P miliban perangkat keras dan perangkat lunak ini akan berpengaruh pada keteliti
dari basil komputasi, biaya
dari operasi sistem, kesesuaian dengan komputer y
tersedia dan efektifitas dari
proses pengambilan keputusan yang akan meng:gunaljan hasil sistem.
96
Komponen perangkat keras (hardware) berupl komputer (mikrokomputer, minikomputer, mainframe) dan periferal pendukungnya yang digunakan untnk
menjalankan sistem beserta aplikasi-aplikasinya.
Sist~m
pemanfaatan sumberdaya
perikanan dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan serta aplikasinya
dapat berjalan pada komputer dengan spesifikasi ~r Intelill Pentiumill 4 frekuensi 2.5 GHz, memori utama 256 MB frekuensi 266 MHz DDR SDRAM, media penyimpanan hardisk dengan kapasitas 40 GB, Ultra DMA ATA 100 4200 rpm dan dilengkapi dengan compact disk drive 24XI2X52X CDRW. Periferal
pendukWlg komputer laiooya seperti
keyboar~ mo~tor,
mouse, printer, plotter,
scanner, modem, dan ethemet card mengikuti sya.r1lt beroperasinya spesifikasi komputer diatas dimana semakin tinggi
spesifi~i
komputer yang tersedia
semakin baik operasionalisasi sistem. Komponen perangkat lunak (software) mencal
sistem. perangkat tunak aplikasi sistem, perangkat lU$ak manajemen basis sistem, serta perangkat lunak pendukung untuk komputer
dan jaringan. Perangkat lunak
sistem operasi sistem informasi ini dibangun dii atas platform Microsoft® Windows XP Home Edition sebagai perantara antta perangkat lunak aplikasi
sistem dengan perangkat kerns komputer. Perangkat lunak sistem opernsi sistem ini berfungsi mengendalikan sumberdaya komputeryakni pemakaian perangkat kerns, perangkat lunak dan data selama perangkat 1ut1ak ini dijalaukan. Tujuarmya
adalah menyediakan lingkungan yang memungkinkali pemakai dapat menjalaukan perangkat lunak aplikasi sistem, perangkat lunak njanajemen basis sistem, dan perangkat lunak pendukung dengan mudah. Pembangkitan diagram hubungan entitas (e,znty relationship diagram) menggunakan perangkat lunak pendukung aplikasi P,wersoftO> PowerDesigner 9° untnk menjaharkan entitas, mendefinisikan bublJll$an antar entitas, kekangan terhadap entitas yang digunakan sebingga konsi~ entitas teIjaga. Selanjutnya perangkat lunak manajemen basis sistem MySQIj membangkitkan hubungan entitas tersebut kedalarn label-label basis data sistem,1 perangkat lunak manajemen basis sistem Microsoft Office Access 2003 memiJlangkitkan bubungan entitas tersebut kedalarn tabel-tabel basis model sistem, dan lperangkat lunak manajemen basis sistem DB Arc View membangkitkan bubun!!/", entitas tersebut kedalarn
97
tabel.tabel basis kriteria sistem. Perfonna dari man<\iemen basis sistem tersebut dapat dilihat dengan perangkat lunak pendukung Apache Web Server dan PHP 4.0 untuk basis data Atribut dan DBF Viewer 2000 untuk basis data spasial. Analisis spasial lokasi dan geografis untuk menghasilkan peta lokasi dan
kesesuaian laban di overlay dengan perangkat lunak pendukung ArcView 3.2.
Sementara analisis citra satelit NOAA suhu permukaan laut untuk menghasilkan peta potensi lokasi ikan menggunakan perangkat lunak pendukung ErMapper. Untuk kebutuhan perancangan manajemen basis dialog (interface design) sistem yang user friendly dibangun secara on screen dengan perangkat lunak pendukung Visual Basic, Macromedia® Dreamweavero 4 dan Adobe® PhotoshopO 7 dengan
media laporan yang dikerjakan oleh Seagate Crystal Reports 7.0 yang menawarkan pilihan !abel dan grafik kepada pemakai. Selanjuntnya implementasi pemrograman sistem dikerjakan dengan menggunakan script language Microsoft Visual Basic V6 yang dihubungkan dengan Tee Chart Pro 4.0 untuk desain grafik anallsis. Keseluruban data atribut dan data spasial yang menjadi komponen sistem lerpadu ini, selanjutnya akan
diintegrasikan oleh penmgkat lunak pendukung Map Object 1.2 sehingga sistem secara perfonna terlihat kompak. 4.13
Manajemen Basis Sistem
4.1.3.1 Sistem Manajemen Basis Data (data base n:wnagement system)
Perancangan sistem manajemen basis dati. (DBMS) bertujuan untuk
melaksanakan manajemen data dengan fasilit$ untuk menyimpan data, memanipulasi data, dan mengarnbil data dengan cara yang cepat dan mndah sehingga data menjadi informasi yang bermanfaat. Tabel-tabel data serta relasirelasinya, hasil pengorganisasian pada saat peran"",gan basis data, dibangkitkan (data base generation) dengan penmgkat lunak mapajemen basis sistem MySQL
(Garnbar21). Manajemen data oleh penmgkat lunak ini 1Jleru:akup kelompok data: (l) karakteristik biofisik pesisir dan lautan (luasan ~ kondisi ekosistem pesisir dan
lautan: mangrove, non mangrove, padang lamun. terumbu karang, rumput laut,
estuaria, pantai, mwa pa'l8l1g surut); (2) karakterilstik permasalaban lingkungan pesisir dan laUIan (kapasitas asimilasi perairan pesi:jir dan lautan, beban kerusakan
98
f li ngkungan pesisir dan laulan: pencemaran, abrasi pantai, eksploitasi sumberdaya berJebih, kerusakan habitat dan bencana alam); (3) aspek sosial-ekonomi-budaya (jasa-jasa lingkungan pesisir dan lautan: pariwisata, pelabuhan, transportasi; jumlah dan lingkat pertumbuhan penduduk: pendidikan. agama, mala pencaharian, kesehatan; instrumen pengelolaan sosekbud: Icmbaga sosial, lembaga ekonomi, lembaga budaya); (4) aspek kelembagaan (pranata kei embagaan, undang-undang, peraturan.
_.-., ... .-
l ....t, •••• ,I .... ''1\,. ... '" ,,," ~." ...-.,,.,.,
.......
0 --
r'P'",' .,,'
J
l,j ""-,.",, I"',,,.., l •• to,",
::'
,-,----, .-. . . . i._ ..._ . . --........ ....--....- ,,......_ -... • ·,_.--. ..._ .._• ................-. • ' _."-".... ... .'. ..'--. ___ _...· - .•. ..,.-··--"'........... . . ._ · ....... ..
a1 -.1f1 ........ . - _ • .. _ _ a - D..ubue dbPoleml/.MJt.. table mangrow running on
" -'"-'• " ....",·t .. _
~ ~
D OT"""",
......_
--
-
C' I ......-
,""",_b_nw
.............,
_
..
~
,
I"J
I(f\'ou'. ~
-. .-.
No 0
....." -)
'7 ....._.........
'~" -,
11011 O.,•• H
,~ .
, ~.
0 ......."
......
o o
• . . -. . j>oOO •
... ~
' -'" "
_
.
.....__
~
" (11 )
~
etooopo...,-,. _
".
r't ):
-
•
~
........
0...-,. _ ......... ~
cr..,.. Ooop P",,*, _ . CIIototo Ooop PmIa
M.ItL
- ~
c-.0..~_ . U-
."~
_ "-<'Wi
tIrw P......, _
C..... Droo~_ .
'"~
-cMo('OOI
,.....
C'-tlrwPt...-y .... """"'"
CloMp cllMp
~
IOd
...-
Ito
1.. (11)
Lw~. ,._ [ C~ l o.~
. . . . . . . . . . .>
.•
DWUl DA'1.£2
l ....
.....
c-,. Doot "'"-J -.. ........
v••
iJ """- MTl. w.HGIN
' -"" . -""-' --." ......
.
~
.....
No Ito
""')
MHFMTt_WN:RV ,. ..
"" ,
~Iho$t
..
,• "__"*"_"ott ~
_
.-~
c...,.. 0.0, " - -
~
~_.,I"",, """'O!I''''-..,...ct.o
. . . . . . . . . - - . . . , . . . , ._ . . . .>. ., - " ' " " _
_ . . . _.~ . .
n a
.... ~.
-
1o!Oo'.. /000<-.....1 ~ "' _
T"<WN_o.w.GI!OVf_fK
'we
Ir()f)(
c;.,dl.oIlI)r _ _ _
~~
Droo ~
Gambar 2 1 Pembangkitan dan fasilitas manajemen data ol eh MySQL
4.1.3.2 Sistem Manajemen Basis Model (model base management system) Perancangan sistem manajemen basis model (MBMS) bertujuan untuk melaksanakan manajemen model untuk memelihara, mengonlrol dan mengakses basis model dengan eara yang praktis dan efi sien. Sistem manajemen basis model 101
mempunym kemampuan untuk mengelola basis model dengan fungsi
manajemen yang analog dengan manajemen basis data (seperti mekanisme untuk menyimpan, membuat dialog, menghubungkan, mengakses dan mengintegrasikan basis model dan basis data) sehingga dihasilkan informasi yang mendukung pengambi lan keputusan untuk kepentingan manajemen dan sekaligus melakukan
99
pcmrosesan transaksi. Model-model hasil pengorgan isasian pada saat perancangan basis model, selanj utnya di bangkitkan (model base generation) dengan perangkat lunak manajemen basis sistem Microsoft Office Access (Gambar 22). Manajemen model oleh perangkat lunak ini mencakup: (I) model estimasi potensi
lestari
sumberdaya
dan
kapasitas
optimum
upaya
pcmanfaatan
sumberdaya yang sesuai dengan daya dukung pesisi r dan lautan (potensi lestari sumbcrdaya, tingkat pemanfaatan pOlensi sumberdaya, pcJuang pengembangan pemanfaalan potensi surnberdaya, kapasitas optimum upaya pemanfaatan sumberdaya, tingkat upaya pemanfaatan sumberdaya, peJuang pengembangan upaya
pemanfaatan
sumberdaya,
perkembangan
hasil
tangkap
ikan,
perkem bangan upaya tangkap ikan, standardisasi upaya tangkap ikan, tingkat keuntungan upaya pemanfaatan ikan, spesies ikan unggulan, pola mUSlm penangkapan ikan, daerah penangkapan ikan); (2) model determinasi jenis alat tangkap yang layak (detenninasi aspek biologi alat tangkap, aspek teknik alat tangkap, aspek sosial alat tangkap, aspek ekonomi alat tangkap); (3) model alokasi sumberdaya yang memaksimalkan usaha pemanfaatan sumberdaya (alokasi sumberdaya ikan, nelayan, bahan bakar, modal usaha); dan (4) model kelayakan usaha pcmanfaatan sumberdaya (net B-C ratio, NPV, IRR, PBP).
I
,•- ---, ••• , -- -'- -0
~
~
•
"". , _ _<1-.0
0 I .~ Eoo< "'_
0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
~'-
0
• 0 0 0 0
",-,-, ,-
lMi
- --_.
-
~'-
--,',--,-,,-
,-~
,-
,-.,-...
Gambar 22 Pembangkitan dan fasililas rnanajemen model oleh Access
100
4.1.3.3 Sistcm Manajcmcn Basis Kriteria (criteria base management system) Sistern man
pcrangkat
lunak
In!
mencakup
kriteria kesesuaian lahan dari
kriteria
setiap kcgiatan
pemanfaatan ruang pesisir dan lautan (pertanian sawah, pertanian tegalan, konservasi, pariwisata, pemuk iman, industri, pelabuhan, dan budidaya tambak).
_. ."-- -
".
~xa~
• " '" ,,' ,,' '" ''"" ."
...
." » ~
""" ., "" "" "" ""
'A'!. '::." O li
'" ." '" '" ." '" ." '" '" '" '" ."." ." ." 6·"
~1\
."'" ". ."."'" '"
"'-
~,
u
" • - -•
-
,,• ,• ,, ,•• ,• ,,• ,,• ,, ,, •• , •, ,• ,• •, •• •• ,•• •, • ,, •, ,
~oo_
1i'I.Ct - A
--------------- ------------•
.~
~-
........ ~h
~~~~-
~-
........
~-
~-
-
"~
-----------
"lCTEfW"iN<
•
-,
~-~--
~-~--
--
~--
--
~--
Gambar 23 Pembangkitan dan fasilitas manajemen kriteria oleh DB ArcView
101
4.1.3.4 Sistem Manajemen Basis Dialog (interface base management system)
Fungsi dan fleksibilitas DBMS, MBMS dan CBMS tergantung pada
kemudahan interaksi antara sistem dengan
pen~anya.
Untuk itu perlu
dirancang sistem manajemen basis dialog (lBMS) dengan berbagai gaya dialog system-user yang memberi sarana antannuka (interface) antara pemakai dengan sistem sehingga memudahkan aktifitas untuk mernperoieh infonnasi. Untuk
kebutuhan perancangan IBMS (interface design) sistem yang user friendly dibangun dibangun secara on screen dengan peranQkat lunak pendukung Visual
Basic, Macromedia® Dreamweavero 4 dan Adobe® PbotoshopO 7 (Gambar 24).
IBMS menyajikan output sistem pada pemakai dan mengumpulkan input ke dalam sistem. Output sistem ditampilkan dalam berbagai variasi format
infonnasi dan pera1atan keluaran (nilai terformat, teks, citra, video, audio) dengan
fitur drill down yang memungkinkan pengguna melihat informasi secara rinei. Sementara input pengguna dalam bentuk data, parameter dan skenario dikomunikasikan pada sistem dengan gaya dialog ba1tasa aksi (apa yang bisa digunakan pemakai untuk berkomonikasi dengan sistem), baltasa tampilan (apa yang harus diketahui pemakai dari sistem), dan ballis pengetahuan (pengetahuan mengenai struktur sistem dan prosedur umum pengoperasian sistem) yang
meliputi pendekatan tanya jawab.
menu~menu,
babasa perintah. dan pengisian
tempat kosong. 4.1.4
Program Aplikasi Sistem Program aplikasi komputer yang dihasil1
informasi ini ada1ah sebuah program aplikasi berhasis Microsoft® Windows XP Home Edition™ sebagai sistem operasinya ontuk pengembangan pemanfaatan sumberdaya perikanan dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan. Untuk mudah diingat, program aplikasi ini dinamakan SIS!TEMIK"' SIMPEL, singkatan
dari sistem infonnasi pemanfaatan sumberdaya perikanan dalam sistem infonnasi pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan. SISTEMIK"' SIMPEL merupakan pengembangan dari SISTEMIK® yang dirancang penulis pada tahun 2000 sebagai sistem inforrnasi pemanfaatan sumberdaya perikanan. Pengembangan SISTEMIK® SIMPEL dibandingkan
102
dengan versi sebelumnya adalah pengembangan pada teknik pengambilan
keputusan dengan pelibatan kriteria-kriteria spasial sehingga dihasilkan sistem informasi yang tidak banya mengbasilkan informasi untuk pemanfaatan
sumberdaya perikanan juga sistem infonnasi yang menghasilkan infonnasi untuk pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan lautan. Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa SISTEMIK® SIMPEL terbukti
mampu melintasfungsikan teknik pengambilan keputusan SIM yang melibatkan model-model atributal dan teknik pengambilan keputusan SIG yang melibatkan kriteria-kriteria spasial. Pengembangan versi barn ini dibandingkan versi sebelumnya dapat dijelaskan secara sistematis beroasarkan seluruh komponen sistem--basis sistem. prosedur. teknologi infoI1!l8$i, manusia--yang menyusun
sistem terpadu ini dengan menggunakan pendekatan Kadir (2003). Dalam manajemen basis sistem, SISTEMIK"' SIMPEL mengalami perbaikan dari SISTEMIK®. Pelibatan kriteria-kriteria spasial pada sistem
infonnasi terpadu ini dengan sendirinya menambah manajemen basis sistem
sehingga sistem ini mempunyai empat subsistem ulama yakni sistem manajemen basis data DBMS (data base management system), sistem manajemen basis model
MBMS (model base management system), sistem manajemen basis kriteria CBMS (criteria base management system), dan sistem manajemen basis dialog (interface base management system). Masing-masing basis sistem ini menggunakan format
aplikasi perangkat lunak manajemen basis sistem yang berbeda yakni DBMS menggunakan format basis data MySQL, MBMS menggunakan format basis model Microsoft Office Access, CBMS menggunakan fomat basis kriteria DB ArcView dan IBMS
menggunakan format
Visual Basic, Macromedia"'
Dreamweavero 4 dan Adobe® Photoshopo 7. Deqgan empat format manajemen basis sistem yang berbeda ini, mengbaruakan kemampuan sistem informasi yang mampu menggorganisasikan selurub format manajemen basis sistem tersebut ke dalam file basis sistem tunggal dan ini menjadi saIah satu kelebihan sistem informasi
terpadu
ini.
Selurub
informasi
dlsimpan
daIam
roang-roang
penyimpanan yang disebut tabel dan selanjutnya informasi tersebut dapat dieari
atau diambil kembali dengan menerapkan proses qllery.
103
Kemampuan manajemen basis sistem tersehut dalam mengelola dan
mengorganisasikan data dimWlgkinkan karena perangkat lunak manajemen basis sistem menggunakan SQL (structured query language) dalam dua bahasa yakni: (1) bahasa definisi data DDL (
untuk mendefinisikan dan menjelaskan obyek-obyek basis sistem seperti membuat tabel basis sistem dan menghapus tabel basis sistem; (2) bahasa manipulasi data
DML (dala manipulation language) yang berisi perintah Wltuk memanipulasi basis sistem seperti mengambil, menambah, mengubah, menghapus dan menyimpan basis sistem. Dengan kemampuan ini serta penyediaan antarmuka
bahasa host oleh perangkat lunak manajemen basis sistem maka seluruh fonnat manajemen basis sistem dapat diakses oleh perangkat lunak apa saja (Visual
Basic, Delphi, PHP, Java) untuk kebutuhan penyimpanan, manipulasi dan penyajian basis sistem. Artinya terdapat independellSi data dan program dimana
perubaban fisik data tidak akan berpengarub terbadap program aplikasi. Sebagai salah satu komponen sistem infonnasi, manusia baik sebagai
pihak yang bertanggung jawab dalam peogembangan sistem informasi (spesialis teknologi infonnasi) maupun dalam penggunaan keluaran sistem infonnasi (pengguna akhir) meningkat perannya dalam kapasitas tanggung jawab
pengembangan sistem dan dalam keluwesan penggunaan keluaran sistem. SISTEMIK® SIMPEL sebagai sistem informasi kompleks menuntut keablian
spesialis teknologi informasi yang ahli dalam pengembangan sistem infonnasi dengan kebutuhan keablian sebagai berikut: (I) aaalis sistem (sistem analyst), kemampuan meneIjemahkan kebutuhan pemakai menjadi sebuab rancangan manajemen basis sistem dan aplikasi; (2) pernrogram aplikasi (aplication programmer), kemampuan menerjemahkan spesifilaasi yang dibuat analis sistem
ke dalam sebuab aplikasi program komputer; (3) admistrator manajemen basis
sistem (management system base administrator), kemampuan mendefmisikan standar dan struktur data, model, dan kriteria dalam basis sistem serta kemampuan pengamanan dan pemeliharaan basis sistem secara rutin; (4) operator entri data (data entry operator), kemampuan mengoperasikan komputer untuk menjalankan
sistem informasi dan memasukkan data entrian.
104
Dibandingkan dengan pengembangan sistem sebelumnya, SISTEMIK® SIMPEL lebih memberikan keluwesan peogunaan keluaran sistem infonnasi
kepada pengguna akhir dalam hal jnmlah pengguna dan kemudahan akses. Sistem
terpadu ini dibangun untuk menghasilkan informasi tidak hanya untuk pengelola perikanan saja dalam hal ini Departemen Kelautan dan Pe~ namun stakeholder seperti Departemen Pariwisata., Perguruan Tinggi, Departemen Kehutanan, Departemen Pertambangan, Departemen Perhubungan, Departemen
Perdagangan dan Industri, Departemen Pemukiman, Departemen Koperasi, INI
AL, DISHIDROS, investor juga tercakup didalamnya. Dengan kata lain sistem ini sebagai sistem terpadu yang dipakai oleh sejumlah departemen secara bersamasarna meskipun tidak terletak pada masing-masing departemen. Disamping itu sistem terpadu ini bersifat interaktif. memberikan kemudahan akses dan perolehan informasi kepada pernakai. Hal ini dimungkinkan karena sistem kompleks ini dibangun dengan ruang lingkup dan batasan sistern yang luas yakni mencakup seluruh aspek pengelolaan pesisir dan lautan d.engan desain sistem yang
menerapkan kaidah perancangan manajemen dialog yang user friendly dan dengan dukungan teknologi komunikasi memungkinkan tert.Jbung secara jarak jaub. SISTEMIK®
SIMPEL
dirancang
dengan
menggunakan
bahasa
pemrograman Visual Basic Versi 6.0 Enterprise Edition, yang merupakan salah satu bahasa untuk landasan pemrograman visual produksi Microsoft Corporation. Jenis bahasa pemrograman ini tergolong ke dalam bahasa pemrograman beraras tinggi (high level language) dan termasuk kedalam IIVolusi pengembangan bahasa pemrograman generasi ketiga (third generation) dengan pendekatan visual
(visualization), terstruktur dan berorientasi pada objek (object oriented programming).
Maksud dari bahasa pemrograman yang beraras tinggi menyatakan bahwa Visual Basic, bahasa pemrogramannya beroriem.si kepada manusia yakni menggunakan bahasa intruksi manusia (bahasa inggris) bnkan dalam bentuk intruksi deretan biner (bahasa mesin). Sebagai bahasa pemrograman generasi ketiga, Visual Basic menggunakan pendekatan prosedural yakni intruksi yang
rinci dengan kata-kata yang biasa dipakai manusia agar komputer menjalankan tugasnya. Di lingkungan Windows, Visual Basic mtrupakan bahasa pemrograman
105
visual serbaguna yang dapat dipakai untuk membuat aplikasi apa saja dan sangat disukai oleb para pemrogram karena mempermudah dalam pembuatan program
terutama dalam hal pembuatan antarmuka pemakai. Maksud dari babasa pemrograman ini terstruktur adalah bahwa Visual Basic menggunakan pendekatan pemrograman struktur kontrol program sehingga tidak terjadi lompatan dari instruksi ke instruksi lainnya yang tidak berurutan.
Sebagai konsekuensi bahasa pemrograman ini bersifat visual adalah bahasa pemrograman ini menggunakan konsep berorientasi pada obyek dan dikendalikan oleh kejadian. Maksudnya komponen-komponen yang menyusun antarmuka berupa sejumlah obyek atau kontrol seperti tombol, gambar, label dimana setiap
obyek ini memiliki properti. kejadian. dan metode. Program akan menunggu kejadian tertentu, maksudnya kode pemrogramannya mengikuti kejadian .tas kontrol dan formnya. Dengan kata lain, pada saat pembuatan aplikasi, pemrogram meletakkan .tau menggambarkan kontrol-kontrol yang hendak dipakai diatas form yang telab disediakan, lalu menuliskan kode-kode program unmk menangani kejadian-kejadian tertentu dari kontrol dan form yang telab digambar sebelumnya. Keuntungan penggunaan Visual Basic--bahasa pemrograman yang beraras
tinggi, generasi ketiga dan terstruktur dan berorientasi obyek--sebagai bahasa pemrograman dalarn perancangan SISTEMlK@ SIMPEL adalab mempercepat penyelesaian desain .plikasi dalarn arti produktivitas pemrograman meningkat dan program dapat dibuat dalarn waktu yang lebib pendek. Hal ini diroungkinkan karena tahapan pembuatan aplikasi sangat sederhana yakni pembuatan antarmuka pemakai yang berisi obyek-obyek, penulisan kode program unmk suatu kejadian dari suatu obyek dan selanjutnya pemrogram bisa segera menguji kode program
yang telab dibuat. Dengan menggunakan bahasa pemrograman visual ini, antarmuka pemakai dan komponen-komponen lainnya yang menyusun aplikasi SISTEMIK® SIMPEL ini dapat dibuat secara bertahap dan mudah dimana instruksi banya mengikuti desain interface yang ",dab terbenmk dan barnpir tak ada instruksi program yang perlu ditulis.
Disamping mampu mengintegrasikan infocmasi atributal dan infonnasi spasial melalui dukungan Map Object, Visual Basic juga mendukung fasilitas pembangkitan Iaporan (report generator), pembangkitan pennintaan (query
106
generator). pembangkitan gambar (graphics geMrator), pembangkitan suam
(audio generator), dan pembangkitan aktivitas (video generator) sehingga bangunan sistem yang dihasilkan bersifat multimedia dan terintegrasi. Dalam hal terjadi kesalahan, bahasa pernrograman ini mempunyai kemudahan dalam mencari kesalaban seandainya sistem menghasilkan sesuatu yang dianggap salah ketika program dijalankan, karena program dipecah menurut form yang berbeda dengan
kode sumber yang selalu tersedia. Keuntungan lainnya dari penggunaan Visual Basic adalah tampiJan dari programnya lebih menarik dan jauh lebih akrah dengan pemakai dari pada
program konvensional yang total dikerjakan melalui pemrograman prosedur. Sebagai bahasa pemrograman serbaguna, bahasa ini mendukung tennasuk koneksi
ke basis data, basis model dan basis kriteria, menyediakan sarana untuk membuat aplikasi berbasis windows dan juga dapat dipakai untuk pemrograman jaringan. Contoh tampilan desain program dengan Visual Basic Versi 6.0 disajikan pada
Gambar 24, sedangkan contoh kode pemrograman (source code) pene1itian ini dilisting pada Lampiran 6.
Pemakaian sistem operasi Microsoft® Windows XP Home Edition™ sebagai platfonn program didasari oleh alasan sistem operasi tersebut yang banyak digunakao sebagai platform komputer saat ini. Sistero operasi ini dibuat oleh Microsoft Corporation dan dipilih karena banyak sekali digunakan oleh expert user maupun novice user disamping karena sistern operasi ini mempunyai
antarmuka gratis, keroampuan multi-tasking, dapat digunakan untuk membentuk keIja tim (workgroup) dan dapa! digunakan sebagai client/server. Kemampuan multi-tasking sistem operasi ini melmmgkinkan pengguna menjalankan sejumlah
program dalam waktu yang sarna. Keroampuan ini juga mernungkinkan pengguna berpindah dari satu program ke program lain dengan mudah dimana setiap
program tetap dieksekusi oleh central processing unit komputer. Dengan dernikiao diharapkan program SISTEMIK® SIMPEL ini akan lebib luas
tersosialisasi dan dipakai stakeholders sumberdaya pesisir dan lautan. Dari basil pemrograman didapatkan dua buah program utama yaitu program SETUP dan program SISTEMIK® SIMPEL. Program SETUP adaiah program instalasi program SISTEMIK" SIMPEL pada sistero operasi wiodows.
107
Program S ISTEMIK® SIM PEL setelah diinstall pacta komputer melalui beberapa
ujicoba dapat berjalan dengan baik pada sistem operasi Microsoft® Windows XP Home EditionTM . ,,~'"'""
... ,.""" , ~~
~
,,_, IJ."
1...."""1 1,..,,,,1 ,.. " •• "" " "'""1
_ _ _ _ Qob.o ""
1!:I'e'
"""_
~
'.
I""'~"'_1joI>
~ 1iI
t.lCi'<8"~ 6J. .:tl
tJ
0, -.0$
,r,,,,,,,, •.,,o
... ·of
~
@n.,,,,, • ,.",,", "B,._., ,~~ ,,-," , ,n _ ,_ ___ .
m
··. . .",
, J\;I \ '\! C R 0 \ ' o " 8 ..... ; G O
...!
OO~~
II!!!.
~~._
.--
E ~'
,~v
T
~._,.
"
" ,..
--
~._~,
.~.
__•
-' .
~_l
0''_(1)_
-
O'J_(_ _ )
'''''''''_(1)'_''') O'J_.c....
-....:Io)
."J"""'-"""'---""
1:1"_ .....
o, ."J_(~J ........ _ _ . . . . . . . . (1< ........... ) _ _ 1_"")
'"-
~
. - , - . , . ...•
~
_
i;.
-
II' !!'
. ,,"'
...... g; ~ ~
".~
_T~ ( _-..
b~....-
--iA
~
iO m O
"
~
i:.
,,~
_
~...-..
;fi; .:J ....
_
___ . _.do)
,- li!!I _ " ................... ) ' _j
I ,-I ,-•
me" . II
....
~
"
'-
.-
Gambar 24 Contoh desain interface dan program dengan Visual Basic Versi 6.0
Program SISTEM IK@ SIMPEL dibangun sebagai perangkat lunak untuk mcnunjang pcnycdiaan informasi daJam pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan, lerulama infonnasi untuk pengembangan usaha pemanfaatan sumberdaya perikanan dengan dua komponen utama struktur program, yaitu komponen infonnasi atributal (browsing dan processing pada panel MeSS) dan komponcn informasi spasial (browsing dan processing pada panel MCGS). Komponen
penyedia
informasi
atributal
adalah
komponen
yang
menyediakan fasilitas pengaksesan (browsing) dan pemrosesan (processing) infonnasi dalam bentuk tabular dan grafik sebagai sistem pendukung manajemen pemanfaatan sumberdaya pcsisir dan lautan (marine and coastal support system). Semenlara komponen penyed ia informasi spasial adalah komponen yang menyediakan fasilitas pengaksesan (browsing) dan pemrosesan (processing)
108
infonnasi dalam bCnlUk lokasi dan geografis sebagai sistem penuntun manajemen pemanfaatan ruang pesisir dan laulan (marine and coastal guideline system).
4.1.4. 1 Tarnpilan Awal Program (splash program) Pada saat pertama kali menggunakan program SISTEMIK® StMPEL, pengguna harus melakukan instalasi tile setup programnya terlebih dahulu. Dengan memilih program instalasi file setup pada drive CD-ROM dari tombol ~ddnew
Qrogramme £ontrol Qanei sistem operasi windows, se lanjutnya aktivitas
serup akan berjalan sendiri sampai selesai (software aplikasi , software manajemen basis, dan software pendukung S ISTEM IK® SIMPEL disertakan dalam bentuk CD). Untuk menjalankan program, pemakai tinggal meng-klik menu
~xe
SISTEM IK@ SIMPEL yang tereipta dari proses instalasi pada panel palang dan dekstop program Microsoftill Windows XP Home Edition™ yang selanjutnya diikuti dengan tampilnya splash program sebagai gerbang untuk memasuki aplikasi lebih lanjut. Infomlasi yang tersaji pada splash meliputi, nama dan logo, licence, product id. dan copyright program aplikasi. Gambar 25 mendiskripsikan tampilan splash program aplikasi SISTEMIK® SIMPEL.
Gambar 25 Splash progmm aplikasi SISTEMIK® SIMPEL
109
Setelah program beljalan, pengguna dapat menentukan pilihan pemakaian paket program pilihan infonnasi yaitu: (I) infonnasi atributal pada panel sistern
pendukung manajemen pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan (marine and coastal support system) MCSS dan (2) infonnasi spasial pada panel sistern penuntun manajemen pemanfaatan ruang pesisir dan lautan (marine and coastal guideline system) MCGS.
4.1.4.2 Menu Utama dan Sub Menu
Panel Sistem Pendukung Maoajemen Pernanfaatan Sumberdaya Pesisir dan Lautan, MeSS (marine and coastal support system)
Panel sistem pendukung manajemen pemanlilatan sumbetdaya pesisir dan !autan (marine and coastal support system) pada program aplikasi, terletak pada
larik atas kesamping kanan dengan menu
bar dan 1001 2m yang menyediakan
fasilitas browsing dan processing informasi atributal. Panel sistem ini terdiri atas
menu utama dan sub menu informasi atributal. Menu utama panel atributal terdiri atas: (1) menu infonnasi umum dengan sub menu infonnasi provinsi, kabupaten, kecamatan dan desa; (2) menu ekosistem
biofisik dengan sub menu mangrove, non mangrove, terumbu karang, padang
lamun, rumput laut, estuaria, pantai, rawa pasang surnt; (3) menu pennasalahan lingkungan dengan sub menu abrasi pantai, eksploitasi sumberdaya berlebih, pencemaran, konversi laban, kerusakan habitat dan bencana alarn; (4) menu aktivitas manusia dengan sub menu perikanan tangkap, perikanan budidaya, pertanian, pertambangan, perindustrian, perkebunan, kehutanan,
transportas~
pariwisata dan pelabuhan; (5) menu sosial ekonomi budaya dengan sub menu
agama, jenis kelamin, pendidikan, mata pencabarian, kesehatan dan lemhaga sosial; (6) menu kelembagaan dengan sub menu dinas kelautan dan perikanan, perusahaan perikanan, asosiasi perikanan dan kelompok perikanan; (7) menu sistemik dengan sub menu potensi ikan dan kapasitas upaya penangkapan,
detenninasi alat tangkap, alokasi optimum sumberdaya perikanan, kelayakan usaha perikanan, daerah penangkapan ikan, klasifikasi alai tangkap, dan
k1asifikasi ikan; dan (8) menu pendukung dengan sub menu peraturan perundangan, visualisasi ekosistem biofisik, visualisasi penangkapan ikan, dan
110
visualiasi aktivitas man usia. Gambar 26 mcnyajikan tampilan menu utama dan
sub mcnu informasi atributal panel ini pada program aplikasi, sementara tampilan sceara rinci menu dan sub menu pada panel sistem pendukung manajemen pemanfaatan sumberdaya pcsisir dan lautan (marine and coaslal support 3yslem) tlisaj ikan pada Lampiran 7.
Seeara
umum
dapal
disimpulkan
bahwa
panel
atributal
MeSS
menyediakan fasi litas pengakscsan (browsing) dan pemrosesan (processing) informasi dalam bentuk tabular dan grafik sebagai sistem pendukung manajemen pemanfaalan sumberdaya pesisir dan lautan (marine and coastal support system). Informasi atributal yang bisa diakses dan diproscs pada panel ini adalah informasi atributal pemanfataan sumberdaya pesisir dan laulan dan infonnasi atributal pengeiolaan sumberdaya pesisir dan lautan .
.. • --• --
-- --
.. ,~,_, ,.'_" '''' "', ... ... '......... ,_" ., ..... ~ .. " ,_
.....
"::
!f< .... ~
I
~ .,
• - --
J
III
I I I I
- ---- :::._ . ... _- . -----_
--
~-
-~
• --'" N_'-
"TJ1ii;t
. .. "~
.. _
._~
,,", _..
..
... t'! • ...
Gambar 26 Tampilan menu dan sub menu panel sislem pendukung manajemen pcmanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan (marine and coastal
support system)
Browsing infonnasi atributal dilakukan dengan menuliskan atau memilih infonnasi yang diinginkan pada menu ~arch , kemudian meng-klik !ornbol faci.
III
Misalnya browsing informasi potensi ikan dan tingkat upaya pemanfaatan, sesaat kemudian akan ditampilan form potensi ikan dan tingkat upaya pemanfaatan
dalam bentuk tabel, grafik dan report.
Processing infonnasi atributal dilakukan dengan meng-entrikan data yang infonnasinya ingin diketahui pada menu input, kemudian meng-klik menu QUtput. Misalnya processing data finansial ekonomi untuk mengetahui infonnasi
kelayakan usaha pemanfaatan, sesaat kemudian akan ditampilkan fonn kelayakan usaba pemanfaatan dalam bentuk tabel, grafik dan report.
4.1.4.2 Menu Utama dan Sub Menu Panel Sistem PeRuDtuo Manajemen Pemanfaatan auang Pesisir dan
Lautan, MCGS (marine and coastal guideline system) Panel sistem penuntun manajemen pemanfaatan ruang pesisir dan Iautan
(marine and coastal guideline system) pada program aplikasi, terletak pada larik samping kanan ke bawah dengan menu har dan 1001 Qar yang menyediakan fasilitas browsing dan processing informasi spasial. Panel sistem ini terdiri alas
menu utama dan sub menu informasi spasial. Menu utama panel spasial terdiri atas: (I) menu infonnasi wnum dengan
sub menu infonnasi propinsi, kabupaten, kecamatan dan desa; (2) menu ekosistem biofisik dengan sub menu mangrove, non mangrove, terumbu karang, padang larnun, rumput laut, estuaria, pantai, rawa pasang surut; (3) menu pennasalahan lingkungan dengan sub menu abrasi pantai, eksploitasi sumberdaya berlebih, pencemaran, konver.;i laban, kerusakan habitat dan bencana alarn; (4) menu aktivitas manusia dengan sub menu perikanan tangkap, perikanan budidaya, pertanian, pertambangan, perindustrian, perkeb\ll1llll, kehutanan, transpnrtasi,
pariwisata dan pelabuhan; (5) menu sosial ekonomi budaya dengan sub menu agama, jenis kelamin, pendidikan, mata pencaharian, kesebatan dan lembaga
sosial; (6) menu tata roang dengan sub menu kesesuaian laban pertanian sawah, pertanian tegal, budidaya tambak, pennukiman, industri, pelahuban perikanan,
konservasi dan pariwisata bahari. Gambar 27 menyajikan tampilan menu utama
dan sub menu infonnasi spasial panel ini pada program aplikasi, sementara tampilan secara rinei menu dan sub menu pada paned sistem penuntun manajemen
112
pemanfaatan ruang pesisir dan lautan (marine and coastal guideline system) disajikan pada Lampiran 8. Secara umurn dapat disimpulkan bahwa panel spasiai MCGS menyediakan fasilitas pengaksesan (browsing) dan pemrosesan (prsocessing) informasi dalam bentuk lokasi dan geografis sebagai sistem penuntun manajemen pemanfaatan ruang (marine and coastal guideline system). Informasi spasial yang bi sa diakses dan d iproses pada panel ini ada lah informasi spasiai pemanfaatan ruang wi layah pesisir dan lautan dan infommsi spasial pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan .
---
t; 'B IX1
.. """''' ,,,,."' ...,, Un',",' __10"", '''' he, I 0"'" I " iIo. , ,,,t,..
-• --• .
.;::,;;.. ~
J
. ..
.....,.
Gambar 17 Tamp il an menu dan sub menu panel s istem penuntun manajcmen pemanfaatan ruang pcsisir dan lautan (marine and coastal guideline
system)
Browsing infonnasi spasial dilakukan dengan mcnuliskan atau memilih informasi yang diinginkan pada menu
~earch ,
kemudian meng·klik !omlxJl
~ari.
Misalnya browsing informasi lokasi dan penampakan geografis mangrove dengan infonnasi luas, jenis vegetasi dan kelimpahannya, jenis biota dan kelimpahannya, sesaat kcmud ian akan di lampil an form mangrove dalam bentuk tabel, grafik dan
113
report yang langsung bisa berhubungan dengan penunjukan lokasi dan geografis
pada peta digital . Processing infonnasi spasial dilakukan dengan meng-entrikan data yang
infonnasinya ingin diketahui pada menu input yang sekaligus sebagai menu Qutput. Misalnya procesing data kriteria lokasi pelabuhan perikanan, sesaat
kemudian akan ditampilkan fonn lokasi dan geografis yang sesuai untuk lokasi pelabuban pada peta digital.
4.2
Dokumentasi Pengoperasian Sistem Informasi
4.2.1
Verifikasi Prototipe Sistem Setelab program komputer dibuat untuk model abstrak dimana fonnat
input dan output telab dirancang serta memadai. maka sampailab pada tabap
verifikasi (pembuktian) bahwa model komputer ini mampu melakukan simulasi dari model abstrak. yang dikaji. Hasil dari tabap ini adalab deskripsi dari model
abstrak yang telah memulai uji permulaan atas validitasnya. Verifikasi prototipe program SISTEMIK@ SIMPEL menggunakan data sumberday. pesisir dan l.ulan dari Kabupaten Sumenep Madura, Tabun 2003. Hasil perhitungan untuk
pengambilan keputusan terbaik dari verifikasi program untuk masing-masing panel sistem adalab sebagai berikut:
4.2.1.1 Panel Sistem Pendukung Manajemeo Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir dan Lautan, MeSS (marine and coastal support system)
Seperti yang telab dijelaskan pada bagian sebelwnnya babwa panel MeSS
(marine and coastal support system) menyediakan fasilitas pengaksesan (browsing) dan pemrosesan (processing) infonnasi atributal pemanfataan
sumberdaya pesisir dan laulan dan informasi atribatal pengelolaan sumberday. pesisir dan I.ulan. Informasi .tributal yang bisa diakses dan diproses pada panel
MeSS untuk pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan antara lain infonnasi tenlang: (I) potensi lestari sumberdaya dan kapasitas optimum upay. pemanfaatan
sumberdaya yang sesuai dengan daya dukung pesisir dan lautan (potensi lestari sumberdaya. tingkat pcmanfaatan potensi sumberdaya., peluang pengembangan pemanfaatan potensi sumberdaya, kapasitas optimum upaya pemanfaatan
114
sumberdaya. tingkat upaya pemanfaatan sumberdaya. peluang pengembangan upaya
pemanfaatan
sumberdaya.
perkembangan
hasil
tangkap
ikan,
perkembangan upaya tangkap ikan, standarisasi upaya tangkap ikon, tingkat keuntungan upaya pemanfaatan ikan, spesies ikan unggulan. pola musim penangkapan ikan, daerab penangkapan ikan); (2) detenninasi unit penangkapan yang layak (deterrninasi aspek biologi alat tangkap, aspek teknik alat tangkap, aspek sosial alat tangkap, aspek ekonomi alat tangkap); (3) alokasi sumberdaya
yang memaksimalkan usaha pemanfaatan sumberdaya (alokasi sumberdaya ikan, nelayan, baban bakar, modal usaba); dan (4) kelayakan dari usaba pemanfaatan sumberdaya (indikator iovestasi net B-C ratio, NPV, IRR, pay back periode). Sementara inforrnasi atributaI yang bisa diakses dan diproses pada panel
MeSS untuk pengelolaan surnberdaya pesisir dan lautan antam lain infonnasi
tentang: (1) karakteristik biofisik pesisir dan lautan (Iuasan dan kondisi ekosistem pesisir dan lautan: mangrove. non mangrove, padang lamun, terumbu karang,
rumput laut, estuaria, pantaI, mwa pasang surut); (2) katakteristik perrnasaIaban lingkungan pesisir dan lautan (kapasitas asimilasi peraimn pesisir dan lauton, beban kerosakan lingkungan pesisir dan lautan: pencemaran, abmsi pantaI' eksploitasi sumberdaya berlebih, kerosakan habitat dan bencana alarn); (3) aspek sosial-ekonomi-budaya (jasa-jasa lingkungan pesisir dan lautan: pariwisata, pelabuhan, transportasi; jumlab dan tingkat pertumbuban penduduk: pendidikon, agama, mala peneabarian, kesebatan; instrumen pengelolaan sosekbud: lembaga
sosial, lembaga ekonomi, lembaga budaya); (4) aspek kelembagaan (pranata kelembagaan, undang-undang, pemtumn). Tulisan ini bany. memfokuskan pada basil verifikasi panel MeSS untuk pengaksesan dan pemrosesan informasi atributaI pemanfaatan sumberdaya perikatum yakni informasi untuk melibat besamy.: (I) potensi sumberdaya ikon dan kapasitas optimum upaya pemanfaatan sumberday. ikan yang tersedi. (potensi lestari sumberdaya ikan, tingkat pemanfaatan potensi sumberdaya ikon, peluang pengembangan pemaDraatan potensi sumberdaya ikan, kapasitas optimum upay. pemanfaatan sumberday. ikon, tingkat upay. pemanfaatan sumberdaya ikan,
peluang
pengembangan
perkembangan basil
tangkap
upaya ikan,
pemanfaatan
sumberdaya
perkembangan upaya
ikan,
tangkap ikan,
115
perkembangan hasil tangkap ikan per upaya penangkapan, standarisasi upaya tangkap ikan, tingkat keuntungan upaya pemanfaatan ikan, spesies ikan unggulan, pola musim penangkapan ikan, daerab penangkapan ikan); (2) detenninasi jenis alat tangkap yang layak secara biologi-teknik-sosial-ekonomi; (3) alokasi sumberdaya yang memaksimalkan usaba pemanfaatan; dan (3) kelayakan dari usaha pemanfaatan sumberdaya perikanan tersebut demi tuntutan untuk
meJaksanakan perikanan yang bertanggung jawab sesuai dengan kaidab code of conduct for responsible fisheries. Secara ilustrasi, aliran infonnasi pemanfaatan sumberdaya perikanan
untuk mampu menciptakan pola pengembangan sumberdaya perikanan, baik untuk tujuan pengelolaan maupun untuk pemanfaatan sumberdaya perikanan bagi pencapaian pembangunan sumberdaya pesisir dan lautan yang berkeianjutan,
dapat dijelaskan sebagai berikut Dengan dikerabuinya nilai potensi sumberdaya ikan serta diketabuinya kapasitas tangkap optimum unit usaba penangkapan, selanjutnya dapat dijabarkan kombinasi jumlab unit usaba penangkapan yang dapat
dikembangkan,
Jenis
unit
usaba
penangkapan
ikan
yang dopat
dikembangkan tentu barus dipilih alat yang sesuai dongan kondisi perairan, tujuan
ikan tangkapan, tidak menimbulkan masalah sosial serta mempunyai efisiensi teknis maupun ekonomi yang tinggi. K.arena pengembangan usaha penangkapan
ikan mempunyai tujuan untuk memaksimumkan pendapatan nelayan dan meminimumkan biaya dengan pembatas-pembatas seperti sumberdaya ikan, tenaga kerja, modal dan sebagainya, maka memerlukan alokasi penggunaaan
sumberdaya yang tersedia secara optimal mela1ui kombinasi optimum dari cabang-cabang usaba melalui pemilihan altematif yang terbaik dari beberapa altematif yang memungkinkan, Terakhir untuk mencari uknran menyelurub baik
secara finansial maupun ekonomi, tentang layak tidaknya investasi dari unit usaha penangkapan dan fasilitas lainnya yang akan dikembangkan, diperlukan penilaian investasi yakni dengan cara membandingkan semua penerimaan yang diperoleh
dari investasi dengan pengeluaran yang hams dikorbankan selarna proses investasi berlangsung, Informasi atributa1 pemanfaatan sumberdaya perikanan pada panel MeSS dapat diakses dan diproses pada menu sistemik. Struktur konfigurasi model dasar
116
sistem menu sistemik ini terdiri atas empat bagian: pemasukan data (input),
pengolahan data (process), dan penyajian data (output). Bagian pemasukan data (input) terdiri atas masukan data: (I) kelompok wilayah pengelolaan perikanan (wilayah pengelolaaan, provinsi, kabupaten); (2) kelompok swnberdaya ikan (kelompok sumberdaya, jenis spesies. jenis alat
tangkap); (3) basil tangkap ikan dan upaya tangkap ikan (barga ikan, biaya operasi penangkapan ikan); (4) determinasi alat tangkap ikan (efektifitas dan selektivitas alat. persepsi sosial alat, efisiensi teknis alat, efisiensi ekonomis alat); (5) kendala
produksi ikan (potensi ikan, jumlah tenaga keIja, jumlah bahan bakar minyak, modal investasi dan operasi); (6) finansial ekonomi (arus pendapatan, arus
pengeluaran, tingkat bunga pinjaman, umur proyek); dan (7) klasifikasi (sposies ikan, alat tangkap). Bagian pengolahan data (process) terdiri atas: (I) proses standarisasi upaya tangkap; (2) proses pengolahan data dengan menggunakan model surplus produksi; (3) proses pengolahan data dengan menggunakan model determinasi; (4) proses pengolahan data dengan menggunakan model alokasi; dan (5) proses pengolahan data dengan menggunakan model kelayakan. Bagian penyajian data (output) terdiri atas: (I) penyajian basil pendugaan potensi dan kapasitas upaya tangkap (potensi lestari sumberdaya ikan, tingkat pemanfaatan potensi sumberdaya ikan, peluang pengembangan pernanfaatan potensi swnberdaya ikan, kapasitas optimum upaya pemanfaatan swnberdaya
ikan, tingkat upaya pemanfaatan sumberdaya ikan, peluang pengembangan upaya pemanfaatan sumberdaya ikon, perkembangan basil tangkap ikon, perlcembangan upaya tangkap ikan, perkembangan basil tangkap ikan per upaya penangkapan, standarisasi upaya tangkap ikan, tingkat keuntungan upaya penumfaatan ikon, spesies ikan unggulan, pola musim penangkapan ikon, daerah penangkapan ikan); (2) penyajian basil pendugaan determinasi unit penangkapan ikan yang layak (determinasi aspek biologi, aspek telmik, aspek sosial, aspek ekonomi); (3) penyajian basil pendugaan alokasi sumberdaya yang memaksimalkan usaha pemanfaatan sumberdaya ikan (alokasi sumberdaya ikon, nelayan, bahan bakar, modal usaha); (4) penyajian ba.il pendugaan kelayakan dari usaha pemanfaatan sumberdaya ikan (indikator investasi net B-C ratio, NPV, IRR, pay back periode);
117
dan (5) penyajian basil klasifikasi alat tangkap ikan dan klasifikasi spesies ikan. Struktur konfigurasi model dasar sistem menu sistemik digambarkan pada
Lampiran 9. Berdasarkan infonnasi bagian penyajian (output) menu sistemik pada
panel MeSS SISTEMIK" SIMPEL, basil analisis untuk melihat besamya potensi lestari ikan dan kapasitas optimum upaya penangkapan ikan, detenninasi unit
penangkapan ikan yang layak, alokasi sumberdaya perikanan optimal dan
kelayakan usaha pemanfaatan sumberdaya perikanan adalah sebagai berikut: (1) Potensi Lestari dan Kapasitas Optimum Upaya Penangkapan Ibn Dari tiga altematif pengemhangan usaha pemanfaatan sumberdaya kelompok ikan pelagis besar (tenggiri, eakalang dan tongkol) di peraitan Sumenep, terlihat bahwa hanya spesies ikan tenggiri yang mempunyai peluang untuk dikemhangkan, baik pengemhangan pemanfuatan potensi sumberdayanya maupun pengembangan kapasitas upaya pemanfaatan potensi sumberdayanya.
Pada bagian lain spesies ilean cakalang dan tongkol sudah berlebihan pengusahaannya, dimana tingkat pemanfaatan potensinya sudah melebihi potensi lestari sumberdaya yang tersedia dan tingkat kapasitas upaya pemanfaatan potensinya sudah melebihi kapasitas optimum upaya tangkap yang seharusnya
disediakan. Dengan demikian pengemhangan pengusahaan sumberdaya eakalang
dan rongkol di perairan Sumenep akan menyebabkan regadinya over fishing dan over capacity. Selain yang telah disebutkan diatas, ikan tenggiri merupakan spesies unggulan dari tiga spesies kelompok sumberdaya ikan pelagis besar a1ternatif. Berdasarkan keluaran informasi sub menu output spesies unggulan (Gambar 28), tergambar
bahwa
ikan
tenggiri
mempunyai
nilai
keuntungan
tertinggi
dihandingkan dengan nilai keuntungan spesies ikan yang lainnya yaitu berturut-
turut, ikan tenggiri (Rp 23364 459 518.00) ikan eakalang (Rp 17423258426.00) dan ikan tongkol (Rp 17 093 147 233.00). Disarnping itu per\<emhangan basil tangkap dan perkembangan upaya tangkap ikan tenggiri masib bisa ditingkatkan dengan perubahan tabun (Gambar 29), dengan kala lain basil tangkap dan upaya tangkap ikan tenggiri masih bisa terus dikembangkan sarnpai pad. tingkat
pemanfaatan potensi dan tingkat kapasitas upaya pemanfaatan yang aman.
118
IR1
: . Silo IIMII'.
"'oIS _ _
' ..... _ . 0 ....
1(01"'''-_
SPN.'
T~
"""'"'"
~_T ....
;5 . . -
~
-----
[,P:IORlTAG
sS~5~ .. _ , s _ ..,
""''''J~'''''J_
f;[>I!:r;:rEr:;
YAnG
U:IUlIGGULKAli
if-------------I
,,,.,'.""'''
--------------.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
""~"'''''''
M<>deI D....,. 5_
.._0__.. .. --~ '"-
"'_0-.-5""',~
h
u. ........-
".. _
~
"--
"",.., "",........' ..." ... 'rAN<.''''''''''"U''' ...I\A..
.. ~ ..
.... 01
...
znuuu>a o. u
... ...
'HUnuU.>aOl UOUU7ZU 47S
,~
Hut> t"lto.H:..,m H....,t:_-CPUC HIA>E __
n ..
~_
..
is_'_~
"'-'''-' Ke!. S ~
1."';-""'-06_
s_
r l~
-----
5_5.-......
s .. _s~
........ 0.-5'''* _O~
~.S..012
..
101_1<:...-, 1<'1",_
.. <><W~S ... ,~
-,
-, -_.
j ,-, I.s..>O'~
j
"-,
,~
~U"".c.:t.
t«.tIr""".cPIJE
--.....-
-- '-"'.'
~
0
,~
m
i
~
~
i ~ ~
...,..,._ ' _ _ I'r'W»
•
H....,£"",,-I"oOl\l
lk."-"""'" S....
_~
-,~
Gambar 28 lnformasi sub menu output spesies ikan unggulan III ;> ,"Ol"
"'" 1. .
.-------_t_ --
--
---.-----'-'-,-~.
•
"-~'"
'-
-.-- -- .-'-'- -. - .t -- . LPAVA TANGIW'
-~-
~
,~
-
o
'-
-
•
:J ,-
Gambar 29 Infonnasi sub menu output perkernbangan hasil dan upaya tangkap
119
Selanjutnya untuk mengetahui polensi lestari sumberdaya ikan tenggiri, kapasit8s upaya optimum untuk menangkap ikan renggiri, tingkal pemanfaatan polcnsi ikan tcoggin dan peluang pengembangannya, tingkat kapasit8s upaya tangkap ikan teoggin dan peluang pengcmbangannya dan untuk mengetahui kemungki nan terjadinya over fishing dan over capasily, rekomendasi yang diberikan oleh panel MeSS SISTEMIK® SIMPEL seperti yang terlihat pada keluaran informasi sub menu output pendugaan potensi dan kapasitas upaya tangkap (Gambar 30).
'""s_
--
Ikon P1IIagio 11_
KaWl ~
IT_,
~
-J
!s.........:>
""""'"
--
WPP3LautJ_
J-..T ....
Sobebn 51."<1. ...... SIl!tlW'lS~
• Model O"!l'" Stok
1~!J)22775
am
ModeIO",.",.."..,
,'"....
ModeIAIokU Modd~""
.
102..52.00 143.96156 7116
'"-
Model 0 . . S,,*
",.
,~
sG..... __ ,~
H
Hlb.EfloM'roH:
~
Tk:PwoirIMt~ S-","o,rwloon
"""
M...... Ik...
""..
...
--.._.--
-"..
,-
--..--~
11.:1
O"~ I
• _ - - --... _"" _ - -.........._ ..............----.._ . ._ ._ -_.--- .---- '. _
_
. ;> ".'
_ _
T
__ _
'""'"'-
--.-----..--
~
O¥tll F". v..g _
_
_
...
'-
........
-. "
.-~
•
•
: 1'1 11 11 llliI :
-~
- "'
• • • • • • • • : 11111', 11'1 II :
-,....,-
-- ,
~D
., -~
Gambar 30 ln formasi sub menu output pendugaan potensi dan tingkat upaya
120
Berdasarkan keluaran informasi sub menu output tersebut. basil tangkap kelompok sumberdaya ikan tenggiri (cacth) pada tahun 2002 sebesar 1 322.843 ton, potensi lestarinya (MSy) 1 490.227 ton, tingkat pemanfaatan potensinya 88.77% dan peluang pengembangan pemanfaatan potensinya 1.23%. Hasil ini
menunjukkan bahwa pada tabun tersebut tingkat pemanfaatan potensi ikan teoggin belurn melebihi potensi lestari sumberdaya ikan tenggiri yang tersedia
atau dengan kata lain pada tahun tersebut belum t¢rjadi over fishing. sehingga masih ada peluang pengembangan pemanfaatan potensi sumberdaya ikan tenggiri yang aman yakni sebesar 1.23%. Pada tahun yang sama, upaya tangkap ikan tenggiri (effort) 102 452.00 trip, kapasitas optimum upaya pemanfaatan potensinya (fMSy) 143 967.00 trip, tingkat upaya pemanfaatan potensinya 71.16% dan peluang pengembangan upaya pemanfaatan potensinya 18.84%. Hasil
ini menunjukkan bahwa pada tabun tersebut tingkat upaya pemanfaatan potensi ikan teoggiri belum melebihi kapasitas optimwn upaya pemanfaatan potensi
lestari sumberdaya ikan teoggiri yang tersedia atau dengan kata lain pada tersebut
belum terjadi over capacity, sehingga masih ada peluang pengembangan upaya pemanfaatan IXltensi sumberdaya ikan tenggiri yang aman yakni sebesar 18.84%. Keluaran infonnasi sub menu output pendugaan potensi dan kapasitas
upaya tangkap yang digunakan untuk menduga potensi lestasi dan kapasitas optimum upaya pemanfaatan sumberdaya ikan tenggiri, adalah keluaran infonnasi
pendugaan potensi dan kapasitas upaya tangkap dengan menggunakan model Fox (Gambar 31). Kenyataan ini didasarkan pada basil pengukuran nilai ketepatan (koefisien detenninasi R') model Fox dalam menjelaskan ukuran hubungan linear antara upaya tangkap (effort) dengan basil tangkap per upaya tangkap (cacth per
unit effort) dibandingkan dengan model pendugaan potensi dan kapasitas upaya
tangkap yang lainnya Koefisien determinasi dari ketiga model pendugaan potensi dan kapasitas upaya tangkap yang digunakan
berturut-turu~
model Fox 52%,
model Schaefer 39% dan model General 51%. Hasil ini menggambarkan babwa hubungan linear antara upaya tangkap (effort) dengan basil tangkap per upaya
tangkap (cacth per unit effort) sebesar 52% artinya 52% dari keragaman hasil tangkap per upaya tangkap dapa! dijelaskan oleh upaya tangkap didalam model,
121
sedangkan Sisanya merupakan kontribusi dari faktor-faktor lain yang bc1um diperhitungkan didalam model tersebut.
KelS~
II
Kel Wj p~
'.....,ppjl4UJ_
s_
'Terw;
Propnto
'J _ T....
.,
~ .... O~
SII!beUn 5'""""'H.ft.NOAN EffQRT . CAT01
SddohS~ ~odeI
Dt>;ja Stok
.....
Model Det_..
""" '''''""". ,-0u<.I0 ModII
--.,
/
r-.....
•
•~ ~ ~ ~
Stoi<
s....
"
,-
,~.
• Hw,[ fIort.CaIch
H<J>.£ftcn-CPUE H
t
~
~ ~
i
Tk.~_
~D .... ,....
s _ ...... M...... lk"" -.;I
,
- -
-
-----
-
-
- - - - ---
-
~
S!SHWK (eL s...ooe.~
'Ikan-P.wp a.....
KelWlP~ 'WPP3L4o..1 J_
SI>CZ'J
1enggon
~
IJ_ T.....
"'.... O\.(po)l
SebeLm Sl¥II»'_ S~St.....w... ..
IoI<>d!jOuoo Stak
r-.,
""""~
"""--
\.
ModeI~."
IniOIfIIW
,-s.... ,-
H"'"
fotodel D"!joO Slok
,~,
HIb.EfltdUch HdlEfIot-O'UE HW.Effat.f'\aII Tk.~b/lI ....
"
~
" •
•
~
~
.
•
~
"
"
s_.~
Mumollo:.an
Gambar 31 Informasi sub menu output pendugaan potensi dan tingkat upaya menggunakan model Fox
122
Tingkat pemanfaatan potensi sumberdaya ikan tenggiri disini mengacu
pada tingkat pemanfaatan potensi yang aman, lestari dan berkelanjutan yaitu 90 % dari besamya potensi lestari atau MSY (maximum sustainable yield). Tingkat pemanfaatan dan peluang pengembangan pemanfaatan potensi ikan tenggiri ini berlaku pada saat atau tabun pendugaan besamya potensi ikan tenggiri. Dalam konteks ini data terakhir adalah untuk tabun 2003, sehingga besamya tingkat
pemanfaatan dan peluang pengembangan pemanfaatan potensi ikan tenggiri tersebut adalah untuk tabun 2003. Untuk tabun-tabun berikutnya, misaInya 2004 dan seterusnya besamya tingkat pemanfaatan dan peluang pengembangan tersebut
tenlu akao berubah, dapat menjadi lebih kecil, tetap atau mungkin lebih besar tergantung pada besarnya hasil pendugaan potensi dan kapasitas upaya tangkapnya. Kalau diasumsikan besamya hasil pendugaan potensi dan kapasitas
upaya tangkap ikan tenggiri tetap, sedangkan perikanannya terus berkembang yang artinya tingkat pemanfaatannya bertambah maka peluang pengembangannya akan menjadi kecil. Sebaliknya, kalau basil pendugaan potensi dan kapasitas upaya tangkap iakn tenggiri tetap, tetapi tingkal pemanfuatannya menurun karena
menunumya aktivitas perikanan akibat krisis ekonomi misalnya, maka peluang pengembangannya akao menjadi bertambah atau lemh besar. Kegiatan pemanfaatan
potensi
ikan tenggiri
diperairan
Sumenep
berlangsung sepanjang tabun, namun demikian teIjadi tluktuasi basil tangkapan (seperti yang tergambar pada grafik perkembangan basil tangkap) karena pengaruh musirn Untuk mengetahui pola musim penangkapan ikan tenggiri di perairan Sumenep, rekomendasi yang diberikan oleh panel MeSS SISTEMIK® SIMPEL adalah seperti yang terlihat pada keluaran informasi sub menu output pola musim ikan (Gambar 32). Berdasarkan kelUlll8ll informasi sub menu output tersebut, musim ikan tenggiri di perairan Sumenep terjadi pada bulan April sampai dengan Juli dan pada bulan September sampai Oktnber. Puncak musim ikan terjadi pada bulan Mei dan Oktnber dengan indeks musim berturut-turut 0.16 dan 0.63. Indeks musim ini menjelaskan bahwa pada puncak musim ikan tenggiri,
pmduksi ikan meningkat masing-masing sebesar 16% dan 63% dari pmduksi ikan rata-rata bulanan (487.184 ton). Sebaliknya tidak musim ikan teIjadi pada bulan Januari sampai Maret dan pada bulan November sampai Desember. Puncak
123
paceklik tidak musim ikan terjadi pada bulan Februari dan November, dengan indeks musim berturut-turut -0.37 dan -0.26. Indek s musim ini menjelaskan bahwa pada puncak paceklik tidak musim ikan, produksi ikan menurun masingmasing scbcsar 37% dan 26% dari produksi ikan rata-rata bulanan (487. 184 ton) .
r8J
~ SISTIMIK
· ·
IkM"o PMgio o.ar
'toi .... o~ Sebebn St...-d. ..... SotaI/Jh StandAn&aai
T......, <*i
"'"
.
,- .. ,
K.olWi..P~
'NPP3L...1.J_
"'-
'J_TOtu
'""""" .
.... .... .,.m.. .."'.''""
• ModeID_Std<. ModeIO _ _ _
.........
,,,-
..... ,--
B '--
~
"ri
()()1Iot ....
.~
"''''
H..... EftO'l-Cotd> HIJI.EIIOIIa>uE Ii..... E/Icn.f'!dJ Tk.Pemon_
~
: : Tdo"M ..... .(J01 '_101..... 019101 ..... QS2M_ ()25M_ ()161ot ..... .()12IidlkM .....
"' "' "'--,
'"-
.-
,~ M
.~
lotodelD<9S~
·1
,~
~:
• oW '"'""'"
. .
Q14 Iotu.... .Q26 1_101..... .(J25 106010:."1.......
~,,~
,-~
It.. Wi. p~ 1\oIpp3L...1.J_
p_
Prcpnot
I ......
'SInlenlP
....., -
M..... O~
POLA MUSIM IKAN
s.c.w.s~
• l-IodeIOugeStd<.
.........
,oW""""
.""',.-
ModoI()_Std<.
,-,--
Sd....,j ..
H..... EIIOII-Cotd> H.....EIIOII-CPUE HIJIElfooI.f'IoH Tk.PemorI......
'"
,. " ,.. "
.2
••
,.
~~~~~~~~~~~~~~~~~'. • • "itHi <
<
2
;
1 !
,
,."". , ••
:l-
.<
J
:!
t!.
,-1-I....... lkM"o
Gambar 32 Infonn asi sub menu output poJ a musim ikan
- "'", ...
124
Pola musim penangkapan tersebut berkaitan dengan adanya musim yang teIjadi di Indonesia. Tomascik et al. (1997) menyatalam bahwa ada dua musim yang terjadi di Indonesia, yaitu musim angin bant yang terjadi pada bulan Desember sampai Februari dan musim angin timur yang teIjadi pada bulan Juni sampai Agustus. Diantara kedua periode musim tersebut terdapat musim pera1iban (pancaroba). Pada bulan Maret sampai Mei merupakan musim peraliban dari musim angin barnt ke musim angin timur, sedangkan pada bulan September
samapi dengan November terjadi peralihan dari musim angio tirnur ke musim angio barat. Pada saat musim peralihan umumnya kondisi cuaca baik dan tidak bergelombang sehingga memungkinkan dilakukannya operasi penangkapan.
(2) Determinasi Unit Penangkapan Ikan Kegiatan penangkapan ikan teoggiri diperairan Sumeoep menggunakan berbagai jeni. alat tangkap deogan tingkat teknologi yang beragam. Penangkapan
tenggiri umumnya menggunakan aIat tangkap gillnet, rawai dan pancing dimana masing-masing alat tangkap tersebut memiliki kemampuan tangkap (catchability) dan
selektivitas
(selectivity)
yang
berbeda.
Sehingga
untuk
maksud
pengembangan pemanfaatan poteosi ikan tenggiri di perairan Sumenep perlu dilakukan perniliban teknologi penangkapan yang cocok menurut tinjauan aspek
biologis, teknik, ekonomi dan sosial. Berdasarkan keluaran informasi sub menu outPut deterrninasi alat tangkap panel MeSS SISTEMIK® SIMPEL (Gambar 33), alat tangkap gillnet dan pancing
direkomendasikan untuk menangkap ikan tenggiri karena mempunyai keragaan yang lebib baik secara biologi, teIrnik, sosial dan ekonorni. Dari tiga alat tangkap (gillnet, pancing dan rawai) yang digunakan unlli< menangkap ikan tenggiri di
perairan Surnenep, gilnet dan pancing memiliki nilai akor diatas 40 atau memiliki 75% nilai dari nilai yang dimiliki oleh alat penangkapan yang ideal yakni alat tangkap yang dapat dipertanggungjawabkan secara biologi, teknik, sosial dan
ekonomi. Sementara rawai memilki nilai skor yang lebih rendah dibawah 30 dengan kata lain keragaan alat tangkap rawai secara biologi, teknik, sosial dan ekonomi tidak dapat dipertanggungjawabkan untuk dikembangkan sebagai alat
tangkap ikan tenggiri.
125
rg)
:- <;1~ThIIK
KelS~
:bl~8etd1
Saez;
Tengg.ri-
KeI.\OII.~
\!JPPJlAU: J_
Plopr.
iJ_T .....
"-
S~
-....
5_S-.S...... S~ ModoII Dl9/I Sloi'.
.............
• Mod,WeI ........ _
'" '" 2
'-"'
'"-
7 9 S
10 16 6 12 1016
.3 29 .5
Gambar 33 Informasi sub menu output determinasi unit penangkapan
(3) Alokasi Sumbcrdaya Perikanan Optimal Untuk pemilihan jumlah alaI tangkap ikan tenggiri dari dua jenis alai
tangkap allematif yang memberikan solusi optimaJ mclalui pengalokasian sumberdaya yang ada (sumberdaya ikan, jumlah tenaga kerja, modal invcstasi dan opemsi dan bahan bakar minyak) di perairan Sumenep, rekorncndasi yang diberikan oleh panel MeSS SISTEMIK® SIMPEL adalah seperti yang terlihat
pada keluaran informasi sub menu output alokasi sumberdaya optimal (Gambar 34). Berdasarkan keluaran infonnasi sub menu output tcrscbut, dari dua altematif keiompok
unit
penangkapan
(gill net
dan
Pancing)
yang
cocok
untuk
dikcmbangkan di perairan Kabupaten Sumenep, hanya terdapat saru kelompok yang memberikan solusi optimal yait u keJompok unit gillnet. Jumlah unit penangkapan yang dimungkinkan beropcrasi agar sumberdaya ikan
tenggiri
dapal
dimanfaatkan
seeara
optimal
tanpa
mengganggu
kclestariannya dipcrairan Sumenep Madura adalah setara dengan 48 unit gillnct dcngan total keuntungan Rp 14 400 000 000.00. Pada kondisi yang memberikan solusi optimal, scmua sumbcrdaya nclayan (960 orang) yang dialokasikan untuk
• 126
mengopcrasikan semua unit pcnangkapan yang memberikan pcmanfaalan optimal, habis terpakai. Sumberdaya ikan tcoggiri yang dialokasikan untuk dimanfaatkan
taopa mengganggu ke lestariannya sebesar 634.944 ton per tahun. Bahan bakar minyak bcrupa solar yang diperlukan untuk mcnunjang pengoperasian armada
pcnangkapan ikan sebesar 5 899 660.8 Jiter/tahun. Sementara modal kcrja yang perlu disediakan untuk keperluan kcgiatan operasi penangkapan ikan tenggiri dengan alat tangkap gillnet diperairan Sumenep adalah Rp 991 089 600.00.
Berdasarkan hasil analisis
ini dapat disimpulkan bahwa untuk memanfaatkan
sumberdaya ikan tcnggiri sceaTa optimal di perairan Sumenep, unit penangkapan
yang layak dikembangkan adalah unit gillnet dengan jwnlah keseluruhan unjt penangkapan yang dimungkinkan untuk beroperasi adalah 48 unit. ~
rRl
SISTWIK
- -:] -J MORI O'*"" SebeLmS~ SetMlSt~
3P
".........
10I03oI DtIQo Slat. IoIodelOot_ _
o >..""
o"
" 8910400
0 l«OCOO:OO:l
--
• MQdej.ll.lokaao ModeI"~
,
>
Gambar 34 Informasi sub menu output alokasi sumberdaya optimal
(4) Kelayakan Usa ha Pcma nfaata n S um bcrdaya Pcr ikana n
Pengembangan perikanan tenggin dengan memanfaatkan sumberdaya ikan tcnggin secara optimum dan dengan menggunakan teknologi penangkapan yang memberikan solusi optimum perlu didukung dengan anal isis kelayakan usaha. Tujuan anal isis ini adalah lU1tuk melihat roanfaat secara finansial apabila
127
pengembangan perikanan tenggiri di perairan Sumenep dilaksanakan, seltingga investasi untuk membangun fasilitas dan biaya operasional yang digunakan
memberikan manfuat terhadap peoingkatan devisa dan pendapatan nelayan dan pengusaha perikanan tenggiri. Untuk peneotuan kelayakan usaha pemanfaa/an sumberdaya perikanan tenggiri, rekomendasi panel MCSS SISTEMIK® SIMPEL ada1ah usaha pemanfaatan sumberdaya perikanan tenggiri layak dikembangkan di perairan Sumenep. Berdasarkan keluaran infonnasi sub menu output kelayakan usaha
dengan menggunakan discount rate 28% dan jangka waktu umur proyek 12 tahun (Gambar 35), dari empat kriteria investasi yang digunakan (NPV, 1M, Net B-C Ratio dan Pay Back Periode) terlihat bahwa pengembangan usaha pamanfaatan ikan tenggiri layak dilaksanakan.
Nitai kriteria investasi NPV pada tingkat suku bunga 28% bemilai positif (RP 630 504 000.00), nilai ini merupakan tanda suatu investasi dinyatakan layak, karena selisih antara pendapatan dari usaha yang dilaknkan dengan biaya yang dikeluarkan pada nilai sekarang lebih besar dari nol sehingga usaha pemanfaatan sumberdaya perikanan mengumungkan. Nilai NPV ini juga menunjnkkan bahwa selama umur investasi (dalam hal ini 12 tahun) usaha pemanfaatan sumberdaya perikanan memberikan keuntungan sebesar nilai RP 630 505 000.00. Nilai IRR 64.49%, memberikan tanda bahwa tingkat suku bunga maksimal untuk sampai kepada NPV sama dengan
001
masih lebih besar dari tingkat suku bunga yang
berlaku atau dengan kata lain niW tingkat suku bunga IRR (64.49"10) usaha pemanfaatan sumberdaya perikanan lebih besar daripada tingkat suku bunga yang ditetapkan Bank (20%), sehingga usaha pemanfuatan sumberdaya perikanan tersebut dinyatakan layak. Nilai IRR ini juga bermakoa bahwa tingkat keun\ungan atas investasi bersih yang ditanam ada1ah sejurnIah 64.49"10 jika seluruh keuntungan yang diperoleh ditanam kemhali pada tahun berikutnya. Nilai Net B-C Ratio 2.94, memberikan tanda bahwa perbandiogan total nilai kini manfuat bersih yang positif dengan total nilai kini manfaat bersih yang negatif lebih besar dari I (Net B-C Ratio'" I) atau NPV dari dari proyek tersebut lebih besar dari
001,
sehingga proyek tersebut layak. Nilai net B-C Ratio ini juga bennakna bahwa
manfaat yang diperoleh sebesar 2.95 kali \ebih besar dari biaya yang dikeluarkan.
129
4.2.1.2 Panel Sistem Penuntun Manajemen Pemanfaatan Ruang Pesisir dan Lautan, MCGS (marine and coastal guideline system)
Seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelwnnya bahw. panel MCGS (marine and coastal guideline system) menyediakan fasilitas pengaksesan
(browsing) dan pemrosesan (processing) informasi spasial pemanfataan ruang
pesisir dan lautan dan informasi spasial pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan. Informasi spasial yang bisa diakses dan diprcses pada panel MCGS untuk
pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan antara lain infonnasi tentang persyaratan biofisik atau kesesuaian lahan dari setiap kegiatan pemanfaatan ruang pesisir dan lautan (pertanian sawah, pertanian teaalan, konservasi, pariwisata,
pemukiman, industri, pelabuban, dan budidaya tambak). Sementara Jenis dan jumlab infonnasi spasial yang disediakan panel MCGS untuk pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan antara lain inforDIPSi tentang: (I) karakteristik biofisik atau tata guna laban yang ada di wilayab pesisir dan lautan (distribusi
spasial, luasan dan kondisi ekosistem pesisir dan lautan: mangrove, non
mangrove, padang lamun, terurnbu karang, rumput laut, estuaria, pantai, rawa pasang surut); (2) karakteristik permasalaban liIIgkungan pesisir dan lautan (distribusi spasial kapasitas asimilasi perairan pesisit dan lautan, distribusi spasial beban kerusakan lingkungan pesisir dan lautan: pencemaran, .brasi pantai, eksploitasi swnberdaya berlebib, kemsakan habitat dan bencana alam); (3) aspek sosial-ekonorni-budaya (distribusi spasial jasa-jasa lingkungan pesisir dan lautan: pariwisata, pelabuban, transportasi; jumlab dan tiQgkat pertumbuban penduduk: pendidikan, agama, mata peneabarian, kesebatan; distribusi spasial instrumen pengelolaan sosekbud: lembaga sosial, lembaga ekonorni, lembaga budaya). Secara ringkas dapat disimpulkan babwa informasi spasial penumfaatan ruang pesisir dan lautan, menyajikan informasi spasial ketersediaan wilayab
pesisir dan lautan (availability marine and coastal use) hasil analisis kesesuaian 1aban untuk berbagai kegiatan penumfaatan ruang pesisir dan lautan seperti untuk tujuan pembangunan industri, pariwisata, budidaya tambak, permukiman, dan lain-lain. Sedangkan informasi spasial pengelolaan sumberdaya pesisir dan I.utan,
menyajikan informasi spasial penggunaan wilayah pesisir dan lautan (existing marine and coastaJ use) yang keberadaannya telab dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan pengelolaan sumberdaya pesisir dan lalltan seperti untuk mangrove.
padang lamun, pantai berpasir, tenunbu karang, dan lain-lain. Tulisan ini banya
130
memfokuskan pada basil verifikasi panel MCGS untuk pengaksesan dan pemrosesan infonnasi spasiaJ pemanfaatan ruang pesisir dan lautan yakni infonnasi spasial untuk melibat ketersediaan wilayab pesisir dan lautan
(availability marine and coostal use) basil analisis kesesuaian lahan untuk herbagai kegiatan pemanfaatan ruang pesisiT dan lautan (persyaratan biofisik, lokasi dan geografis serta luas area) demi tuntutan melaksanakan kegiatan pembangunan wilayab pesisiT dan lautan yang lokasi dan geografisnya secara
ekologis sesuai dengan persyaratan biofisik dari kegiatan pembangunan tersebut. Analisis pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan lautan Kabupaten
Sumenep difokuskan pada anaIisis kesesuaian laban pada enam kecamatan yang secara administratif memiliki akses langsung ke pesisir dan Iautan. Kegialan ini dilakukan pada delapan penggunaan laban, yaitu untuk tambak, industri, permuldman, perikanan,
pertanian sawah,
pariwisata babari.
pertanian tegaian, konservasi, pelabuban Setiap jenis penggunaan laban dianalisis
kesesuaiannya herdasarl
Berdasarkan keluaran infonnasi panel sistern pemanfaatan ruang pada menu lata ruang SISTEMIK* SIMPEL, persyaratan biofisik, lokasi dan geografis serta luas area untuk masing-masing kesesuaian laban adaIah sebagai herikut: (1) Analisis Kesesuaian Laban Tambak
Penggunaan laban untuk tambak dapat diartikan sebagai pemanfaatan ruang pesisiT dan lautan untuk pengembangan pertambakan dan budidaya ikan atau komoditas lainnya. Kesesuaian laban untuk tambak dengan kalegori sanga/
sesuai, lokasi dan geografisnya berada di Kecamatan Kalianget dengan luas area 9.57 ha sementara kesesuaian lahan untuk tambak. dengan kategori sesuai. lokasi
131
dan geografisnya menyebar di Kecamatan Dungkek (8.47 ha), PasongsonganAmbunten (18.92 hal, Batu Putih (1.76 hal. Selebihnya adalah kesesuaian lahan dengan kategori kUfang sesuai dan tidak sesuai dengan luas area 29.28 ha yang menycbar di wilayah Kecamatan Batang-batang, Dasuk, BlUlO, Saronggi, Paragaan. Peta kesesuaian lahan, lokasi dan gcografis scrta luas area unluk tambak disajikan pada Gambar 36. Kescsuaian lahan tambak ini dianalisis berdasarkan kriteria kemiringan lereng (0-2 %), jarak dari pantai (200-2000 m), jarak. dari sungai (0-1000 m), jenis 1anah (aluvial pantai), kctinggian (m dp\), drainasc (tergenang periodik), dan geoiogi (sedimen lepas).
.
BUDIDAYA TAMBAK
""'7'''' If
__.._-_
li' l , _
,,, I
~,..,
"", ....
.
..... ..... f"","-'-n~"""_
-"'.- ....
Gambar 36 Peta kesesuaian lahan tambak
(2) Analisis Kcscsuaian Laha n Indu tri
Penggunaan lahan untuk industri dapat diartikan sebagai pemanfaatan ruang pesisir dan laulan untuk pengembangan industri, baik industri individual, berikat. maupun pergudangan. Kesesuaian lahan untuk industri dcngan ka1egori sangat sesuai, lokasi dan geografisnya menyebar di Kecamalan Dungkek-Batangbatang dcngan luas area 6.34 ha, Kecamalan Pragaan seluas 20.01 ha, dan Kecamatan Pasongsongan seluas 4.48 ha. Sementara kesesuaian lahan untuk industri dengan kategori sesuai, lokasi dan geografisnya menyebar di Kecamalan Kalianget (5.57 ha) dan Dasuk-Batll Putih (2.88 ha). Selebihnya adalah kesesuaian
132
geografis serla luas area uotuk indutri disajikan pada Gambar 37. Kesesuaian lahan industri ini dianalisis bcrdasarkan kriteria ketersediaan air lawar (>30 lis).
kctinggian (6·15 m dpl), kemiringan lcrcng (3-8%), drainase (tidak tergenang), jarak dari sarana dan prasarana jaJan (0-200 m), aksesibilitas (>0.002 kerapatan) dan fasilitas transportasi (5 unitlkm).
Gambar 37 Peta kcscsuaian lahan industri
(3) Analisis Kesesuaian Lahan Pcrmukiman
Pcnggunaan lahan uotuk permukiman dapat diartikan sebagai pemanfaatan ruang pesisir dan lautan uotuk pengembangan permukiman, baik perumahan, saraoa dan prasarana umum, perdagangan, perkantoran dan fungsional lainnya yang terkait dengan kehidupan dalam suatu pemukiman. Kesesuaian lahan untuk permukiman dengan kategori sangat scsuai, lokasi dan geografisnya menyebar di Kecamatan Dungkek-Batang-batang dcngan luas area 6.07 ha dan Kecarnatan Pasongsongan seluas 4.48 ha. Sementara kesesuaian lahan untuk pennukiman dcngan katcgori scsuai, lokasi dan geografisnya menyebar di Kecamatan Batuputih-dasuk (2.82 ba) dan Kecamatan KaJianget (5.57 1m). Sclcbihnya adalah kesesuaian lahan dengan kategori kurang sesuai dengan luas area 9.26 ha yang
133
menyebar di wil ayah Keeamatan Dungkek-Gapura dan KaliangeL Peta kesesuaian lahan, lokasi dan gcografis serta luas area untuk permuk iman disajikan pada Gambar 38. Kesesuaian lahan permukiman ini dianalisis berdasarkan kriteria kemiringan lereng (3-8 %), ketersediaan air tawar (>3 0 Itldtk), jarak dari pantai (>200 m), ketinggian (6-15 mdpl), drainase (tidak tcrgcnang), kedalaman efektif tanah (31 -60 em), jarak dari sarana dan prasarana jaJan (0-200 m), fasilitas transportasi (5 unit/km), dan aksesibilitas (>0.002 kerapatan). Ijf Prope,tj lore' un!u~ n,"I"!,, tj --
PEM UKIMAN
._41>_..,_......__ ...... ..... F"",~
~
--
-
.. ~ ...... _
•
,-~
,'" ~
i I'~~;';';;' hSLW ,.
!
; H
Gambar 38 Peta kesesuaian lahan pcmukiman
(4) Ana Hsis Kesesua ian Lahan Pertanian Sawah
Penggunaan lahan untuk pertanian sawah dapat diartikan sebagai pemanfaatan ruang pesisir dan lautan untuk pengembangan persawahan untuk budidaya tanaman pangan. Kesesuaian lahan untuk pertanian sawah dcngan kategori sangat sesuai, lokasi dan geografisnya menyebar di Kecamatan DungkekBatuputih dengan luas area 6.07 ha dan Kecamatan Saronggi-Bluto sel uas 11. 02 ha. Sementara kcscsuaian lahan untuk pertanian sawah dengan kalegori sesuai, lokasi dan geografisnya menyebar di Kecamatan Dungkek-Gapura (8.48 ha), SeJebihnya adalah kesesuaian lahan dengan kategori kurang sesuai dengan luas area 3.6 ha yang menyebar di wilayah Kecamatan Batuputih-Dasuk dan Kalianget , Pcta kesesuaian lahan, lokasi dan geogratis serta luas area untuk pertanian sawah
134
disajikan pada Gambar 39. Kesesuaian lahan pertanian sawah ini dianalisis berdasarkan kriteria memiliki kemiringan lereng (3 -8 %), kedalaman efektif tanah
(31 -60 em), j enis lanah (aluvial pantai), ketinggian (6-15 m dpl), drainase (tergenang), ketersediaan air tawar (>30 I/dtk), penahan unsUf hara (sedang). dan aksesibilitas (>0.002). PERTANIAN
.IiJ Pro!"'," I "!~r """., f _ _ , ...
~
t, .... " "
l8i
.. , . , . ; , . _
.... ...."...,...._..,.;.
IS_W....
Gambar 39 Peta kesesuaian lahan pcrtanian (sawah)
(5) Analisis Kesesuaian Lahan Pertanian TcgaJao
Penggunaan lahan untuk pertanian tegalan dapat diartikan sebagai pemanfaatan ruang peslSlf dan lautan untuk pengembangan tegalan untuk budidaya tanaman industri. Kesesuaian lahan untuk pertanian tegalan dengan
kategori sangat sesuai, lokasi dan geografisnya tidak diperoleh di semua wilayah kecamatan yang mempunyai akses ke wilayah pesisir dan lautan. Sementara kesesuaian lahan untuk pertanian tegalan dengan kategori sesuai, lokasi dan geografisnya menyebar di Kecamatan Dungkek-Batang-batang dengan luas area 16.38 ha. Selebilmya adalah kesesuaian lahan dengan kategori kurang sesuai dengan luas area 17.75 ha yang menyebar di wilayah Kecamatan Dasuk-Baruputih dan Kecamatan Saronggi-Bluto. Peta kesesuaian lahan, lokasi dan geografis serta luas area untuk pertanian (tegal) disajikan pada Gambar 40. Kesesuaian laban pertanian tegalan ini dianalisis berdasarkan kriteria kedalaman efektiftanah (>75
- ------- -- - - - - 135
em), pori air tersedia (Jempung haJus), batuan pennukaan tanah «5 %), kelerengan «3 %), c rodibilitas (sangat rendah), drainase (tcrgenang periodik).
. . _ _ ---_ --F....
~
...
n
PERTANIAN (LA HAN KERING)
_
IiJ h"",,'''i,'''' .,,', .... ,"" I""
!8:
.....
---...
1<;....· ,·· ~
, ,
.,~
Gambar 40 Peta kescsuaian laban pcrtanian (tcgalan)
(6) Analisis Kesesuaian Lahan Konservasi
Penggunaan lahan untuk konservasi dapat diartikan sebagai pemanfaatan ruang pesisir dan lautan untuk pengembangan fungsi perlindungan, sistem penyangga dan pengawetan keanekaragaman Oora dan fauna paJa semua tingkalan lIofik ekosistem . Kesesuaian laban untuk konservasi dcngan kalegori sangat sesuai, lok asi dan geografisnya menyebar di Kecamatan Dungkek-Batangbalang dengan luas area 6.07 ha, Kecamatan Dasuk-Batuputih se1uas 2.83 ha dan Kecamatan Gayam seluas 1.89 ha. Sementara kesesuaian lahan untuk konservasi dengan kategori scsuai , lokasi dan geografisnya menyebar di Kecamatan Oungkek-Gapura (8.48 hal, Kaliangel (9.57 hal dan Batu Putih (1.74 ha)_ Seleb ihnya adalah kesesuaian lahan dengan kalegori kurang sesuai dan tidak sesuai dengan luas area 40.23 Ita yang menyebar di wilayah Kecamatan Pasongsongan -Ambunten, Saronggi-Bluto dan Pragaan. Peta kesesuaian Jahan, lokasi dan geografis scrta luas area untuk konscrvasi disajikan pada Gambar 41. Kescsuaian lahan konservasi ini dianalisis berdasarkan kriteria jarak dari garis pantai «76 m), vegclasi panlai (pandan), jenis tanah (aluvial pantai), kemiringan
- - -.- 136
lereng (10·20 %), kelinggian (6-15 m dpl), drainase (tidak tergenang), vegetasi lallt (ada), suhu perairan (29-31 C), dan salinitas perairan (31 -32 ppt) I .. ~
~ .. " .. ~ ... ,~.,.
-----
- -
- -
---
---- --
KONSERVASI
--
,
•> ,•••
_ TS£5U
Gambar 41 Peta kesesuaian lahan konservasi
(7) Analisis Kesesuaian Lahan Pelabuhan Perikanan Penggunaan lahan untuk pelabuhan perikanan dapal diartikan sebagai pemanfaatan ruang pesisir dan lautan untuk pcngcmbangan pelabuhan serta fasilitas-fasilitasnya, baik pelabuhan tipe A, tipe 3 , tipc C, maupun tipe D scbagai
home base kegiatan pcnangkapan ikan. Kesesuaian lahan untuk pelabuhan perikanan dcngan kategori sangat sesuai, lokasi dan geografisnya mcnycbar di Kecamatan Pasongsongan-Ambunten dengan luas area 38.09 ha, Kecamatan Pragaan seluns 10.36 ha, dan Kecamatan Batu Putih sel uas 6.26 ha. Semenlara kesesuaian lahan untuk pelabuhan perikanan dengan kategori sesuai, lokasi dan geografisnya menyebar di Kecamatan Kalianget-Gapura (14.58 ha). DungkekGapura (8 .54 ha), dan Gayam (9.36 ha). Selebihnya adalah kesesuaian lahan dengan kalegori kurang sesuai dan tidak sesuai dcngan luas area 43.24 ha yang menyebar di wilayah Kecamatan Dungkek-Batang-batang, Saronggi-B luto dan Dasuk- Batu Putih. Peta kesesuaian lahan, lokasi dan geografi s serta luas area untuk pelabuhan pcrikanan disajikan pada Gambar 42. Kesesuaian lahan pclabuhan perikanan in] dianalisis berdasarkan kriteria produktifitas perikanan
137
(>800 tonlthn), keeepatan arus (0-20 em/dtk), tinggi gelombang (0-21 em), amplitudo pasang surut (0-0.5 m). tipe pasang surut (harian tunggal), jarak dari fishing ground «5 mil), jarak dari pennukiman nelayan «5 km), keterlindungan (sangat terlindung), tekstur lanah (Iempung berpasir), kemiringan (10-20%), aksesibilitas (>0.002), fasilitas transportasi (4 unit/kill), kedalaman kolam (>6 m).
PELAB UHAN PERI KANAN
Gambar 42 Peta kcscsuaian laban pclabuhan peri kanan
(8) Analisis Kesesuaian Lahan Pariwisata Bahari Penggunaan laban untuk pariwisata bahari dapat diartikan sebagai pemanfaatan ruang
peSISlf
dan lautan untuk pcngcmbangan kawasan rekreasi
keindahan dan keaslian li ngkungan pesisir dan lautan beserta fasilitas-fasilitas pendukung lainnya. Kesesuaian lahan unluk pariwisata bahari dcngan kategori sangat sesuai, lokasi dan geografisnya men yebar di Kecamatan Dungkek-GapuraBatang-batang dengan luas area 29.74 ha, Batu Putih-Dasuk se luas 7.95 ha dan Gayam seluas 4.52 ha. Sementara kesesuaian lahan untuk pariwi sata bahari dengan katcgori sesuai, lokasi dan geografisnya menyebar di Kecamatan Saronggi-Bluto (15.6 hal, Talango (4.19 hal, Pragaan (4.75 hal dan Kangean (5.2 ha). Selebihnya adalah kesesuaian lahan dengan kategori kurang sesuai dan tidak sesuai dengan luas area 22.33 ha yang menyebar di wilayah Kecamatan Kalianget-Gapura, Gayam dan Ambunten. Peta kesesuaian lahan, lokasi dan
.. ...... _.. _._.. _........ ............ . 138
geografis serta luas area untuk pariwisata bahari disajikan pada Gambar 43. Kesesuaian lahan pariwisata bahari ini dianalisis berdasarkan kriteria kedalaman dasar perairan (0-5 m), tipe tanah (pasir), kecapatan arus (0-0.2 mldtk), kecerahan perairan (> 15 m), tipe pantai (berpasir), penutupan lahan pantai (ke lapa lahan terbuka), ketersediaan air lawar (>30 Itldtk), dan aksesibilitas (>0.002).
-~
," ," "a" "
-....
SAI
"
Gambar 43 Peta kescsLlaian lahan pariwisata bahari
IIasi! analisis kesesuaian lahan pesisir dan lautan Kabupaten Sumenep ini selanjutnya dapat dijadikan sebagai dasar penyusunan tala ruang wilayah pesisir dan lautan yang sesuai dengan daya dukung lingkungan biofisik (carrying
capacity) untuk peruntukan tambak. industri, permukiman, pertanian sawah, pertanian legalan, pariwisata, konservasi dan pelabuhan perikanan. Selanjutnya untuk penyusunan tata ruang wilayah pesisir dan lautan, hasil analisis kesesuaian lahan ini, dalam imp lemenrasinya dapat diperkaya dengan kajian kelayakan pemanfaatan ruang, prioritas pcmanfaatan ruang, dan oplimasi pemanfaatan ruang (Jankowski 1997; Chuvieco 1997; Subandar 1999). Kajian anal isis kelayakan pemanfaatan ruang adalah penilaian tingkat keuntungan
yang dapat dicapai
mc lalui
investasi
dalam
suatu
kegiatan
penggunaan laban berdasarkan pertimbangan aspek finansial. Tujuan kajian ini adalah untuk memilih altematif penggunaan lahan yang paling menguntungkan
139
dan loyak untuk dikembangkan. Kajian ini menggunakan pendekatan discount
rate. suatu metode untuk menilai kelayakan suatu program atau kegiatan pembangunan melalui analisis biaya dan manfaat program atau kegiatan tersebut
dengan indikator nilai bersih saat ini. perbandingan keuntungan dan biaya produksi. tingkat pengembalian bunga usaha, tingkat pengembalian investasi, dan perbandingan penerimaan dan biayo produksi untuk sarnpai pada keputusan tentang loyak tidaknya prognun otau kegitan tersebut dilaksanakan.
Kajian analisis prioritas pemanfaatan ruang adalah penilaian tingkat kepentingan antara sam penggunaan laban dengan penggunaan laban yang lainnyo
berdasarkan pertimbangan aspek ekonomi, sosia! dan lingkungan. Penilaian tingkat kepentingan penggunaan laban tergantung pada penilaian stakeholders yang berkepentingan terbadap penggunaan laban. Tujuan kajian ini adalab untuk meoentukan prioritas penggunaan laban yang pa!ing penting untuk dikembangkan.
Kajian ini menggunakan pendekatan analytical hierarchy process, suatu metode untuk menangkap secara rasional persepsi orang-orang yang berkepentingan dengan permasalaban tertenm mela!ui suatu prosedur unmk sarnpai pada skala
preferensi diantara berbagai set altematif. Kajian anaJisis optimasi pemanfaatan ruang adalah penilaian tingkat
optimal penggunaan laban
untuk setiap penggunaan laban berdasarkan
pertimbangan aspek ekonomi, sosia! dan lingkungan.Tujuan kajian ini adalab untuk menemukan kombinasi atau alokasi pemanfaatan ruang optimal dengan
keuntungan secara ekonomi, sosia! dan lingkungan yang maksimal bagi berbagai penggunaan laban. Kajian ini menggunakan pendekatan linear programming,
suatu metode untuk menentukan besarnya nilai masing-masing variabel sedemikian rupa sehingga nilai fungsi mjuan yang linear menjadi optimum (maksimurn atau minimum) dengan memperhatikan pembatas input yang ada untuk sarnpai pada kombinasi a!okasi sumberdaya yang optimal yang dapat dijadikan pilihan a!teruatif kebijakan.
140
4.2.3
V.Udasi Prototipe Sistem.
Setelah tahap verifikasi (pembuktian) prototipe sistern infotmaSi selesai dibuktikan, selanjutnya dilakukan usaha penarikan kesimpulan yang meyakinkan
untuk mengetahui apakah sistem informasi yang dibangun ini merupakan perwakilan yang sah dari reaIitas yang dikaji. Tahapan ini disebut dengan
tahaP
validasi (keabsahau) prototipe sistem, dengan sejumlah proses iteratifyang berupa pengujian berturut-turut sebagai proses penyempumaan sistem informasi dan
urnumnya tahap ini akan rnenghasilkan kesimpulan tentang kelebihan dan kekurangan sistem informasi yang telah dirancang. Proses validasi ini seyogyanya dilakukan secara kontinyu sampai kesimpulan bahwa sistern infotmaSi yang dirancang telah didulrong dengan pembuktian yang memadai melalui pengukuran dan observasi. Namun seringka1i dijumpai kesulitan pada tahap ini karena kurangnya data yang tersedia ataupun
sempitnya waktu guna melalrukan validitas. Suatu sistem informasi mungkin telah mencapai status validasi meskipun masih menghasilkan kekurangbenaran output (Eriyalno 2003). Disini sistem infonnasi adalah absah karena konsistensinya, dimana basilnya tidak bervariasi \agi. InfotmaSi yang diperoleh pada tahap validasi prototipe sistem akan berguna untuk menentukan prioritas pengumpulan infonnasi lanjutan, koleksi data, perbaikan estimasi dan penyempumaan model dan kriteria dari sistem
infonnasi terpadu ini. Usaha ini akan berperan banyak dalam menyeimbangkan aktivitas perancangan sistem infotmaSi dan aktivitas pengumpulan data yang pada
prinsipnya mencari efisiensi waktu, biaya dan tenaga untuk. penyempurnaan sistem infonnasi yang telah dirancang. Validasi prototipe sistem infomasi pemanfaatan sumberdaya perikanau dalam pengelo1aan sumberdaya pesisir dan lautan ini telah beberapa kali dilakukan baik melalui ground truth langsung kelapangan, wawancara dengan
stakeholders maupun melalui diskusi pakar. Terakhir, keahsahau sistem informasi
terpadu ini divalidasi pada diskusi sosialisasi rencana pengelolaan pesisir dan laUIan Selat Madura di Inu1apan kepa1a Dinas Kelautan dan Perikanan Provins~ Kabupaten, Kola se-KORWIL IV Jawa Timur (Sumenep, Pamekasan, Sampang, Bangkalan, Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, Probolinggo, Situbondo) pada tanggal
141
20 April 2005 di Kantor Karesidenan Pamekasan. Pengujian-pengujian ini
menghasilkan kesimpulan tentang kelebihan dan kekurangan sistem informasi terpadu ini hubungannya dengan tujuan penelitian rancang bangun sistem terkomputerisasi.
HasH rancang bangun sistem infonnasi ini memenuhi tujuan utama penelitian yakni sehuah sistem infonnasi terintegrasi
(integrated information
system) yang berkualitas dari segi produk (well-deveioped system) dan proses pengembangan sistem (well-managed system), serta relevan terhadap usaha pengelolaan swnberdaya pesisir dan lautan secara terpadu (organizational relevance). Keberhasilan pencapaian tujuan pengembangan sistem (system
deveiopmenJ goals) ini dapat diuraikan dengan menggunai
penelitian ini berhasil menciptakan sistem infonnasi terintegrasi.
Hal ini ditandai dengan berhasil dilintasfungsikannya atau dintegrasikannya
sistem informasi manajemen (management in/ormation system) bagi penyediaan informasi yang mempresentasikan aspek deskriptif dari fenomena-fenomena pesisir dan lautan yang dimodelkan dan sistem infonnasi geografis (geographical information system) bagi penyediaan infonnasi yang mempresentasikan aspek
keruangan dari fenomena-fenomena pesisir dan lautan yang dimodelkan. Oleh sehab ito sistem infonnasi ini disebut sistem infonnasi lintas fungsi (crossfunctional information system) atau sistem infonnasi terintegrasi (integrated
information system) yang dikenal dengan nama SISTEMIK® SIMPEL. Pengintegrasian ini dimungkinkan herkat adanya perkemhangan teknologi perangkat keras yang diiringi oleh perkemhangan perangkat lunak serta kemampuan perakitan dan penggabungan heberapa teknik pengambilan keputusan ke dalam hangunan sistem. Pengintegrasian perangkat keras, perangkat lunak dan teknik keputusan tersebut menghasi1kan sistem informasi yang memungkinkan pengguna melakukan pengambilan keputusan dengan lebih cepa! dan cermat.
Disamping ito sistem infonnasi ini memperbesar kemampuan pembuatan keputus~
menigkatkan ketelitian dan mempercepat prosesnya dan juga menjadi
semakin ekonomis. Dengan demikian pengintegrasisan dua teknik evaluasi 81M
142
dan SIG telah menciptakan sistem informasi yang efektif dati segi desain dan
efisien dari segi akses. Teknologi SIM dan SIG lelab terbukti banyak digunakan sebagai tools yang diterapkan pada pengelolaan snmberdaya pesisir dan lautan. Masing-masing leknologi memilliki kelebihan dan kekurangan dalam penerapannya. Oleh karena itu, integrasi kednanya merupakan suatu kemajnan dalam ilmu pengelahnan,
khususnya dalam hal pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan. Keduanya saling melengkapi unluk mendapatkan suatu konsep pengelolaan yang lebih konfrehesif dan terpadu. Keberbasilan pengelolaan sumberdaya pesisif dan lautan secara terpadu dipengaruhi oleh mekanisme pengelolaan yang dijalani. Rangkaian mekanisme pengelolaan ini distrukturisasi dalam sistem pengelolaan yang tidak lain merupakan sistem yang menghasilkan keputusan-keputusan yang diperlukan guna menjamin keberbasilan pengelolaan. Oleh karena ketajaman keputusan yang dihasilkan dipengaruhi oleh kelengkapan dan keakuratan informasi yang dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan itu sendiri, maka pengintegrasian
SIM dan SIG dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan sangat penling untuk menyediakan infonnasi pendukung keputusan dengan jenis infonnasi
atributal dan infonnasi spasial. Dalam kaitannya dengan sistem informasi terintegrasi yang berhasil
dirancang, maka peran infonnasi yang dibasilkan antara lain: (I)
haformasi attibutal adalab jenis informasi yang bersifat tabular dan grafis yang digunakan untuk mempresentasikan aspek deskriptif dati fenomenafenomena pesisir dan lautan yang dimndelkan. Informasi ini berperan untuk penentuan tingkat pernanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan. Disini SIM digunakan notuk mempermudah analisis pernanfaatan sumberdaya wilayab pesisir dan lautan yang sesuai dengan kaidah pemanfaatan sumberdaya yang bertanggung jawab dalam pemrosesan transaksi, perolehan informasi dan duknngan dalarn pengambilan keputusan dalam bentuk marine and coastal
support system (MeSS) (2)
haformasi spasial adalab jenis informasi yang bersifat lokasi dan geografis yang digunakan untuk yang mempresentasikan aspek kernangan dati
fenomena-fenomena pesisir dan lautan yang dimodelkan. Infonnasi ini
143
berperan untuk penentuan tingkat pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan lautan. Disini SIG digunakan untuk mempermudah analisis pemanfaatan ruang dan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan yang sesuai dengan daya
dukung lingkungarutya dalam bentuk marine and coastal guideline system (MCGS)
Kedua, penelitian ini berhasil menciptakan sistem informasi terintegrasi yang berkualitas dari segi produk (well-developed system). Salah salu aspek yang menentukan kualitas sistem ini adalah fungsionalitas sistem. Fungsi sistem ini menunjukkan perolehan produk sistem hubungannya dengan pemenuhan kebutuhan pengguna. Fungsi sistem ini bekeIja dengan baik, dengan kata lain,
sistem dapat dianda1kan (reliably), mudah dioperasikan (easily), dan elisien
(efficiently). Masing-masing karakteristik ini dapal dijelaskan lebih jaub sebagai fungsi sistem untuk mengbasi1kan produk sistem yang berkualitas.
Keandalan sistem infonnasi terintegrasi ini dibuktikan dengan kemampuan sistem uotuk menyajikan output infonnasi berkualitas yang dapat diukur berdasarkan: (I)
Pemaparan berbagai macam tipe infonnasi yang sesuai dengan tujuan
pengelolaan swnberdaya pesisir dan lautan. Sistem infonnasi terintegrasi ini mampu menyajikan semua tipe infomasi (terfonna!,
teks~
audio, video, dan
citra) kedalam aplikasi manajemen dialog (interface base management
system). Sehingga sistem infonnasi ini bersifat multimedia dengan kemampuannya menggabungkan semua tipe infonnasi tersebut. Penyajian semua tipe infonnasi ini dimaksudkan untuk memudahkan pengguna dalam memanfaatkan nilai infonnasi yang dipresentasikan sistem. Tipe infonnasi
terformat digunakan untuk menyajikan informasi transaksi seperti hasil tangkap dan upaya tangkap ikon, luas mangrove, volume polutan, jumlah penduduk dan lain-lain. Tipe informasi teks digunakan untuk menyajikan infonnasi semacam rencana pengelolaan tenunbu karang. jenis vegetasi
padang lamun, pemanfaatan mangrove dan lain-lain. Tipe infonnasi audio digunakan untuk mempresentasikan suara aktivitas sosial masyarakat pesisir. aktifitas penangkapan ikan, aktivitas pengelolaan ekosistem dan lainlain. Tipe infonnasi video digunakan untuk mempresentasikan gerak
144
aktivitas sosial masyaralcat pesisir, aktifitas penangkapan ikan, aktivitas pengelolaan ekosistem dan lain-lain. Tipe infonnasi citra digunakan untuk menyajikan gambar pan!ai, gambar mangrove, peta suhu pennukaan laut,
peta daerah penangkapan ikan, peta kesesuaian lahan dan lain-lain. (2)
Deraiat kebenaran (accuracy) dan kerincian (precise) informasi tinggi.
Derajat akurasi dan presisi ini berlaku untuk semua tipe informasi yang dimiliki sistem. Misalnya, informasi citra suhu permukaan laut dan daerah penangkapan ikan, tingginya derajat kepresisian ditunjukkan oleh besarnya jumlah piksel per inci (dots per inch, dpi) atau biasa disebut resolusi citra yakni dengan resolusi 280 dpi sehingga kualitas citra suhu pennukaan laut dan daerah penangkapan ikan yang dihasilkan terlihat sangat je1as. Sedangkan tingginya derajat keakurasian ditunjukkan oleb tingkat kebenaran
informasi lintang dan bujur daerah schooling ikan yang diperoleh saat ground check yakni sekitar 80"10. Derajat yang tinggi ini dirnungkinkan karena ketelitian yang tinggi dalam pengumpulan, pemrosesan dan peny.yian data sehingga bias informasi dapat dikurangi.
(3)
Tingkat ketepatan waktu informasi sesuai dengan upaya pengambilan
keputusan. Sistem infonnasi terpadu ini menghasilkan informasi secara perindik skala barian seperti infonnasi citra suhu dan daerah penangkapan ikan, skala bulanan seperti informasi terformat rousirn penangkapan ikan,
dan infonnasi skala tahunan seperti infonnasi terformat pendugaan potensi ikan. Masing-masing infonnasi tersebut dikumpu1kan dan dipmses dengan interval waktu tertentu sesuai dengan skala perindiknya. Oleb karena sistem
infonnasi ini bersifat online dan multiple client dimana data dapat
dikumpuJkan, diplOses dan disajikan seketika, row informasi yang disajikan tidak usang atau kedaluwarsa ketika sampai kepenerima. sehingga masih ada waktu untuk menggunakan infonnasi tersebut sehagai bahan pengambilan keputusan. (4)
Tingkat keringkasan dan kelengkapan infonnasi tidak berlebiban. Sistem informasi terpadu ini menyajikan informasi yang ringkas tetapi lengkap
yang dikemas dalam bentuk ikhtisar sesuai dengan kebutuhan penerima infonnasi: operasional, manajerial dan strategis. Infonnasi lengkap dan
145
ringkas yang disajikan siSlem terpadu ini semakin mudah untuk diserap dan dipahami pengguna karena penyajiannya melibatkan berbagai tipe infonnasi (terformat, teks, audio, video, dan citra) yang disesuaikan dengan kebutuhan penyajian infonnasi sehingga penggwta mudah melakukan interpretasi. (5)
Kemudahan akses informasi adalah terjamin. Sebagai sistem infomasi online
dan multi/pie client, bangunan sistem terpadu ini dilengkapi dengan kemampuan untuk terhubWlg dengan komputer server yang menyimpan data untuk pengaksesan infonnasi dan kemampuan untuk terhubung ke ISP
(internet service provider) yang memudahkan pengaksesan infonnasi dari berbagai tempat. Dengan kemampuannya yang memudahkan pengaksesan infonnasi. sistem ini menjadi sangat berguna bagi siapa saja, tidak terbatas pada pengelola sumberdaya pesisir dan lautan tetapi juga para stakeholders
yang juga ikut menikmati hasilnya. Seperti halnya keandalan, kemudaban dalam pengoperasian menjadi ciri
dari sistem terintegrasi ini. Kemudahan ini berarti bahwa sistem mudah untuk mengerti keinginan pengguna dan berinteraksi dengan pengguna dengan cam yang konsisten. Hal ini dimungkinkan karena sistem ini dilengkapi dengan manajemen penyelenggara dialog (interface
base management system) yang sangat
memudahkan pengguna untuk menggunakannya (user friendly) yang menyajikan output sistem pada pemakai dan mengmnpulkan input ke dalam sistem. Manajemen
penyelenggara dialog
merupakan
antannuka
pemakai
yang
menjembatani antara sistem dengan pemakai melalui bahasa komunikasi. Bahasa
komunikasi yang diterapkan dalam gaya dialog sistem ini anIMa lain bahasa aksi (apa yang bisa digWJakan pemakai untuk berkomunikasi dengan sistem), bahasa tampilan (apa yang hams diketahui pemakai dari sistem), maupun basis penge!ahuan (pengetahuan mengenai struktur sistem dan prosedur umum pengoperasian sistem). Kombinasi dari kemampuan diatas disebut gaya dialog yang meliputi pendekatan tanya jawab, menu-menu, bahasa perintah, dan pengisian tempat kosong. Manajemen dialog ini mempunyai kemampuan untuk
menangani berbagai gaya dialog, bahkan jika mungkin mengkombinasikan berbagai gaya dialog, menampilkan data dengan berbagai variasi format dan
peralatan keluanm, dan kemampuan untuk mengakomodasikan tindakan pemakai
146
dengan berbagai peralatan pemasukan. Selanjutnya gaya-gaya dialog ini diinterface-kan dalam bentuk fonn-form yang menarik dengan perangkat desain
grafik canggih Macromedia® Dreamweavero 4 dan Adobe® PhotoshopO 7. Disamping menyajikan gaya-gaya dialog yang menarik, sistem terintegrasi ini
juga menyajikan instruksi pemakaian yang mudah digunakan dan mudah
dipelajari dalam format dokumen pengoperasian user's manual dan help screen. Dalam hal yang sarna efisiensi juga menjadi ciri dari bangunan sistem terpadu ini. Meskipun kompleks sistem ini masih mempunyai kemampuan memaksimwnkan kecepatan dalam pemrosesan transaksi dan meminimumkan
waktu dan kehutuhan memori. Kemampuan ini masih dimungkinkan dimiliki
sistem yang kompleks ini karena peogkodean program pada saat implementasi perancangan fisik dalam program komputer dikodekan dengan bahasa Visual BasicVersi 6.0. Pengkodean dengan versi ini memberikan beberapa keuntungan karena pengkodean bahasa pemrograman ini bersifllt terstrulctur tanpa terjadi lompatan dari satu instruksi ke instruksi yang lain yang tidak berurutan sehingga
meminimwnkan waktu eksekusi program. Disamping itu pengelolaan data, kriteria dan model dalam manajemen basis sistem (DBMS, CBMS, MBMS) dapat
meminimumkan spasi penyimpanan dan mempermudah retrieval data, kriteria dan model sehingga meminimumkan kebutuhan memori. Dengan demikian sistem ini mampu menghindari terjadinya retiudancy.
Aspek tainnya yang menentukan kualitas bangunan sistem terintegrasi ini adalah kemudaban dalam perawatannya. Kemudahan perawatan sistem ini dicirikan oleh sistern yang mudah dimengerti (wuJerstandability), mudah dimodifikasi (modifiability), dan mudah diujiooba (testability). Perancangan
sistem informasi terpadu ini menyertakan dokumentasi pengembangan sistem dan dokumentasi pengoperasian sistern y_ jelas sehingga pengguna dapat mengerti sistem secara lebih mudah. Disamping itu modui-modui pengembangan bersifat
independen
satu
sarna lain sehingga akan memudahkan pengguna untuk
memodifikasi sistem karena perubahan pada satu modul tidak meminta perubahan pada modul yang lainnya. Pengujian sistem terpadu ini juga menjadi mudah karena karena dokumentasi pengoperasian sistem terdokemuntasi dengan baik. Melalui berbagai ujicoba, sistem ini juga cukup kuat ketika tetjadi kesalahan
147
prosedur dengan menyediakan pesan kesalahan (message error) yang akan memudahkan perbaikannya Secara singkat dapat dikatakan aktivitas perawatan
(maintainance activity) sistem ini dapat dilakukan dengan mudah dengan basil yang akan disajikan dalam pesan kesaJahan danjejak penelusuran yang teliti. Aspek ketiga sebagai faktor dasar penentu kualitas produk sistem terpadu
ini adalah fleksibilitas sistem terhadap perubahan yang teljadi diluar sistem secara kontinyu. Fleksibilitas ini penting sebagai jaminan bahwa sistem ini masih dapat berfungsi dengan baik jika teljadi perubaban lingkungan sistem (tempat. bardware, dan software). Terbadap perubaban lingkungan sistem yang teljadi secara teros meDerus, fleksibilitas sistem terpadu dijelaskan dengan kemampuan
sistern ini berdaptasi (adaptability) dan mudab dipindahkan (portability). Kemampuan portabilitas sistem ditunjukkan dengan kemampuannya menyesuaikan diri dengan berbagai perangkat keras (hardware) milcro komputer,
mini komputer dan mainframe komputer dengan berbagai macam perangkatnya (device), walaupun mainframe menjadi pilihan utama pengoperasian sistem ini. Kemampuan portabilitas sistern ini juga didukung oleh pilihan babasa pemrograman yang standar yakni babasa pemrograman generasi ke tiga dan
beraras tinggi Visual Basic Versi 6.0 yang memungkinkan sistem ini dapat
beroperasi dengan sistem operasi komputer yang berbeda tanpa hams menulis kembaJi kode program sistern. Pendeknya sistern ini dapat beroperasi dari satu
sistem operasi ke sistem operasi yang lainnya tanpa merevisi kode programnya Kemampuan adaptasi sistem ini dicirikan oleh independensi data dan program yang memuugkinkan perubaban data tidak diiknti oleh perubaban program yang mereferensi data. Independensi data-program pada sistern terpadu
ini dimungkinkan karena data diorganisasikan dalam basis data dan ditangani oleh DBMS, program aplikasi untuk mengelola basis data, sehingga program dapat ditulis dan tidak tergantung pada struktur basis data. Berbeda jika data dikelola dalam sistem berkas. Dengan basis data dan penanganan oleh DBMS, program tidak akan terpengarub sekiranya bentuk fisik data dirubab. Ringkasnya fIeksibilitas
yang
dimiliki
sistem
ini
memuugkinkan
pengelola
dapat
menggunakan sistem yang sudah penulis rancang untuk menye1esaikan berbagai pennasalahan dalam pengelolaan pesisir dan lautan.
148
Ketiga, penelitian ini berhasil menciptakan sistem informasi terintegrasi yang berkualitas dari segi proses (project management). Pada waktu pembahasan kualitas produk sistem fokusnya pada produk pengembangan sistem (we/ldeveloped system), sementara pada pembahasan kualitas proses sistem fokusnya
pada proses pengembangan sistem (well-managed system). Proses pengembangan sistem yang dikelola dengan baik mempunyai pengaruh yang besar pada suksesnya pengembangan sistem. Kualitas produk sistem yang baik tidak akan
diperoleh jika penyelesaian sistem melampaui waktu dan anggaran yang telab
disediakan dan kondisi ini menjadi indikator pengembangan sistem yang gaga!. Kualitas proses pengembangan sistem terpadu ini ditandai dengan penyelesaian perancangan sistem infonnasi sesuai schedule. biaya penyelesaiannya sesuai dengan budget dan dalam perancangannya melibatkan kebutuhan stakeholders
pesisir dan lautan. Waktu penyelesaian sistem terpadu ini tidak terlalu lama (sekitar dua tabun) untuk ukuran pengembangan sistem yang dibangun sendiri tanpa
organisasi team pengembangan (development learn member) dan juga tidak terlalu mabal (sekitar 46 juta rupiah) untuk ukuran sistem besar dan terpadu.
Penyelesaian pengembangan sistem terpadu ini sesuai dengan schedule dan budget yang ditetapkan tanpa merubah ruang lingkup pengembangan sistem atau
penggelembungan dana. Sistem yang baik secara te\enis mungkin bisa gaga! dalam penerapannya sebagai akibat tidak memuaskan pengguna. Untuk itu dalam proses pengembangan sistem terpadu ini, penulis melibatkan kebutuhan para pengguna
sistem melalui observasi. wawancara langsung. diskusi pakar, studi literatur, pengamatan terhadap sistem infonnasi sebelumnya dan professional judgement penulis untuk menentukan fungsi-fungsi yang dibutuhkan dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan sehingga dihasilkan produk pengembangan sistem yang berkualitas. Hal lain yang penling adaIab komitmen para pengguna untuk
menyesuaikan diri nantinya dengan sistem baru ini dengan mengambil keuntungan penub dari semua fungsi-fungsi yang disediukan. Inilab sebenarnya
yang menjadi faktor kunci penentu suksesnya pengembangan sistem terpadu ini. Terakhir, penelitian ini berhasil menciptakan sistem inforrnasi terintegrasi yang relevan terhadap usaha pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan
149
(organizational relevance). Sebuah sistem infonnasi terintegrasi dengan kualitas
produk dan proses yang tinggi akan sia-siajika tidak memberikan kontribusi pada tujuan pengelolaan. Karena itu agar suatu sistem berkontribusi pada suksesnya pengelolaan, sistem ini hams relevan dengan tujuan pengelolaan. Dengan kata lain sistem ini barns mampu membantu pengelola mencapai tujuan pengelolaan pesisir dan lautan dengan memproduksi infonnasi yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan: operasional. manajerial dan strategis. Hasil validasi sistem ini di
hadapan kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi, Kabupaten,. Kota se KORWIL IV Jawa Timur tanggal 20 April 2005 memberi bukti babwa sistem informasi
ini
mendukung
masing-masing
level
pengambilan
keputusan
(operasional, manajerial, dan strategis) dan dapat dijadikan sebagai keunggulan kompetitif pengelolaan. Berdasarkan perspektif ini sistem terpadu ini mampu: (I) melakukan pemrosesan transaksi dan mernproduksi laporan (transaksi basil tangkap ikan, upaya tangkap, luasan mangrove, luasan terumbu karang, tingkat
abrasi pantai, dan lain-lain) untuk perencanaan operasional pengelolaan pesisir
dan lautan; (2) menyediakan infonnasi dan summary report (alokasi sumberdaya, kelayakan usaba, determinasi alai, dan lain-lain) untuk perencanaan manajerial pengelolaan surnberdaya pesisir dan lautan; dan (3) men-generate analisis dengan perangkat permodeian dan analisis kriteria spasial untuk perencanaan s!rategis dalam pemanfaatan surnberdaya dan pemanfaatan mang wilayab pesisir dan lautan untuk mencapai tujuan pengelolaan sumberdaya dan ruang pesisir dan
iautan yang optimal dan berkelanjutan. Kelemahan akan selalu muncul sebagai konsekuensi logis dari suatu
pengembangan sistem infomasi. Kelemahan utama sistem informasi terpadu ini adalab ukuran volume manajemen basis sistem (DBMS, MBMS, CBMS) yang akan bertambah jika ada penambaban data, model, dan kriteria sebingga kecepatan akses informasi menjadi berkurang. Disamping mempengarubi kecepatan akses informasi, konsekuensi lainnya dari penambaban data, model dan kriteria terhadap manajemen sistem adalab kebutuban media penyimpanan dan
memori yang besar agar sistem dapat beketja secara efisien. Sebagai sistem yang melintasfungsikan teknik pengambilan keputusan SIM dan SIG, sistern terpadu ini mempunyai tingkat kompleksitas tinggi yang
150
mengbaruskan administrator basis sistem dan pengguna sistem benar-benar memahami fungsi-fungsi dalam sistem, agar memperoleh manfaat yang optimal dari sistem. Kegagalan memahami sistem terpadu tni dapat mengakibatkan keputusan yang salah, yang akan memberikan dampak serius bagi pengelolaan
sumberdaya pesisir dan lautan. Sebagai
sistem online dan dynamic, sistem terkomputerisasi
ini
menghadapi ancaman terhadap keamanan infonnasi. Penggunaan teknologi komunikasi
untuk
menciptakan
sistem
online
dan
dinamis
memang
berkecenderungan membuat pelanggaran terhadap privasi infonnasi jauh lebih mudah terjadi. Sesuai dengan sifatnya, teknologi komunikasi mendukung
penyediaan akses untuk semua kalangan dan tidak menjadi pengbalang bagi
kelompok orang tertentu untuk mengakses infonnasi. Dengan sifat sistem seperti
ini akan memudahkan pengaksesan infonnasi oteh semua orang. baik yang berwenang maupun yang tidak berwenang, sehingga kerahasian infonnasi menjadi
kecil dan peluang penyalahgunaan informasi menjadi sang.t besar. Masalahmasalah ketidakamanan dan pengaksesan infonnasi oleh pihak yang tidak berwenang menjadi sangat mungkin teIjadi pada sistem online dan dynamic ini daripada sistem yang bersifat ofJIine dan sIalic.
Penerapan sistem infonnasi terkomputerisasi pada usaha pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan sebagai suatu sistem yang barn, mempunyai beberapa kelemahan jika dibandingkan dengan sistem yang lama yang masih manual. Penerapan komputerisasi dapat menjadi tidak elisien bila penerapan tenebut tidak diimbangi dengan adanya pelatiban sumberdaya manusia Sistem barn ini juga mentinta kebutuhan perangkat keras dengan spesifikasi tertentu. Sehingga pada tahap awol konversi sistem lama ke sistem barn ini akan memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk pembelian penmgkat keras dan pelatihan sumberdaya manusia. Dengan kondisi seperti ini rata-rata harga sistem terpadu ini menjadi sangat mahal.
Kelemahan lainnya setelah sistem baru ini berhasil mengkonversi sistem lama adalah tingkat kegagalan pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan menjadi sangat tinggi jika teIjadi kegagalan sistem baik kegagalan aktif maupun kegagaIan pasif. Kegagalan aktif meneakup kecurangan dan kejahatan terhadap komputer
151
seperti penyalahgunaan infonnasi dan pencurian. Kegagalan pasif mencakup kegagalan sistem akibat kesalahan manusia, gangguan perangkat keras maupWl kegagalan perangkat lunak seperti kesalahan memasukkan data, penghapusan data, rusaknya hardisk, rusaknya sistem, dan program virus komputer. Hal ini
dimWlgkinkan karena setelah konversi penuh sistem lama ke sistem baru, pemakai akan meninggalkan sistem lama dan akan sangat tergantung pada konsistensi dan
integritas sistem bam.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka sistem infonnasi terintegrasi SISTEMIK"' SIMPEL ini dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan atribut maupun spasial dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan. Pertanyaan-pertanyaan atribut maupun spasial dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan yang bersifat konseptual yang dapat dijawah adalab sehagai berikut: (I) What is at ? (obyek); (2) Where is it? (Iokasi); (3) What has changed since? (perubahan); (4)
What atributaJ and spatial patterns exist? (pola); dan (5) What if? (pennodelan). Pertanyaan pertama dapat dijawab dengan mempresentasikan aspek deskriptif dari fenomena-fenomena pesisir dan Iautan yang ten!apat pada lokasi tertentu secara tabular dan gratis. Pertanyaan ini dapat memberikan keterangan suatu obyek yang terdapat pada lokasi tertentu. Pertanyaan kedua dapat dijawab
dengan mempresentasikan aspek keruangan dari fenomena-fenomena pesisir dan
Iautan yang lokasinya ingin diketabui secara lokasi dan geogratis. Pertanyaan ini dapat menemukan lokasi yang memenubi beberapa syarat dan mteria sekaligus. PerIanyaan ketiga dapat dijawah dengan mempresentasikan keoenderungan
(trend) perubaban atributal dan perubahan spasial dari fenomena-fenomena pesisir dan Iautan yang dimodelk.an dengan membandingkan beberapa data atribut dan spasial dari beberapa kali pengamatan dan penguk.uran secara periodik. Pertanyaan k.etiga akan memberikan keterangan tentang tingk.at pemanfaatan sumberdaya dan tingl
152
memberikan keterangan tentang basil proyeksi dan analisis pemanfaatan sumberdaya dan mang wilay3h pesisir dan lautan kedepan. Dengan melihat kemampuan SISTEMIK® SIMPEL tersebut, maka
permasalahan umurn yang sering terjadj di wilayah pesisir dan lautan yakni
konflik pemanfaatan surnberdaya dan pemanfaatan ruang dapat dicari jawabannya sehingga diperoleh pengelolaan pesisir dan lautan yang optimal dan berkelajutan. Hal ini sesuai dengan pemyataan oahuri (2001) bahwa agar pembangunan
wilayah pesisir dan lautan dapat berlangsung secara berkelanjutan, maka setiap kegiatan pembangunan hendaknya ditempatkan dilokasi yang secara biofisik sesuai dengan persyaratan biofisik dari pembangunan tersebut dan laju lingkat pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan. khususnya yang dapat pulih,
hendaknya tidak melampaui kemampuan pulihnya (potensi lestari) dalam kurun waktu tertentu. Dengan kala lain pedu adanya infonnasi teotang karakteristik biofisik suatu wilayah dan persyaratan biofisik dari setiap pembangunan yang akan dilaksanakan serta infonnasi teotang potensi lestari dari setiap surnberdaya
wilayah pesisir dan lautan dan permintaan terhadap sumberdaya tersebut dari waktu ke waktu. Berdasarkan uraian tersebut tergambar dengan jelas kebutuban
sistem infonnasi terpadu dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan yakni untuk kepeduan penyediaan infomasi bagi pemanfaatan ruang dan penyediaan infomasi bagi pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir dan lautan untuk tujuan pengelolaan yang optimal dan berkelanjutan. Aplikasi ini dapat menjadi rujukan bahwa dalarn pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan secara terpadu yang optimal dan berkelanjutan dengan menggunakan pendekatan sistem informasi yang tetintegrasi SIM dan SIG terbukti sangat sesuai. Dalarn kaitan ini SIM memberi informasi lebih akurat
tentang ketersediaan sumberdaya bagi SIG yang menunjukkan dengan tepa! daerah alctualnya. Hasil penelilian ini semakin memperkuat simpulan Efendy
(2000) bahwa pengembangan sistem informasi dapat menjadi salah satu faktor penunjang keberbasilan pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan. Dengan
demikian, basil rancang bangun sistem informasi ini memberikan kontribusi metodologi baru pada pengembangan ilmu sistem bagi peningkatan mutu dan efektifitas manajemen dalam proses pengambilan keputusan dengan teknik
153
permodelan sistem yang mampu mengintegrasikan infonnasi atributal dan infonnasi spasial (system modelling with integrated atributtal and spatial information) .
•