3 METODOLOGI 3.1 Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kota Medan (Belawan) dan Kota Sibolga Provinsi Sumatera Utara. Obyek utama penelitian adalah kapal ikan berukuran 25-30 GT yang perijinannya diterbitkan oleh Pemerintah Provinsi.. Jenis kapal yang diteliti terutama adalah yang mengoperasikan pukat cincin (purse seine) dan pukat ikan (fish net). Pengumpulan data lapangan dilaksanakan pada 18 Maret sampai 28 April 2011.
3.2 Jenis dan Sumber Data Data primer yang dikumpulkan berupa data pengukuran ulang kapal-kapal yang dipilih sebagai sampel pada penelitian ini. Selain itu data yang digunakan dalam mendukung penelitian ini adalahdata dokumen kapal, data tarif PNBP, dan jumlah kapal penangkap ikan. Data pendukung lainnya adalah: (1) peraturan daerah yang berhubungan dengan pemeriksaan dan pengukuran kapal, (2) pendapatan asli daerah (PAD) dari perizinan usaha penangkapan ikan di Provinsi Sumatera Utara, (3) PNBP Kementerian Kelautan dan Perikanan dari sumberdaya alam sejak tahun 2002 sampai dengan tahun 2009, (4) sistem dan mekanisme pemeriksaan fisik kapal penangkap ikan, alat penangkapan ikan dan/atau kapal pengangkut ikan perikanan, (5) permasalahan yang dihadapi dalam pengukuran fisik kapal ikan. Data pendukung tersebut bersifat sekunder, berasal dari instansi yang terkait. Pengambilan data primer dilakukan dengan menerapkan metoda purposive sampling. Metode ini digunakan karena tiap jenis kapal ikan yang diteliti memiliki kesamaan karakteristik untuk tiap jenisnya. Sampel yang menjadi obyek penelitian adalah kapal kapal yang diperkirakan memiliki dokumen kapal dengan informasi ukuran GT yang sengaja dikecilkan atau diperbesar ukurannya (Tabel 2). Kapalkapal tersebut adalah jenis kapal ikan yang penerbitan ijinnya dilakukan oleh Pemerintah Provinsi, yaitu kapal penangkap ikan berdokumen 25-30 GT dengan alat tangkap jenis pukat ikan dan pukat cincin. Pukat ikan dan alat tangkap pukat cincin 26
tersebut adalah jenis alat tangkap aktif, yakni alat tangkap yang dioperasikan dengan cara mendekati atau mengejar ikan, bukan menunggu kedatangan ikan (Wahyono, 2009). Sampel ditentukan secara sengaja berdasarkan data yang dimiliki Syahbandar Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan dan Pelabuhan Perikanan Sibolga. Pengukuran dimensi fisik kapal dilakukan pada saat kapal hendak berlayar dan membutuhkan Surat Ijin Berlayar (SIB) dari Syahbandar. Syahbandar adalah petugas cek fisik di pelabuhan perikanan. Pengukuran dilakukan terhadap panjang kapal (LoA dan LbP), lebar kapal dan dalam kapal sehingga didapat V1(LbP x p x d x f (0,70), dan V2 ditentukan sebesar 10% dari V1. Hal ini didasarkan dari beberapa jenis kapal ikan yang bangunan di atas geladak utama berkisar antara (10% s/d 20% dari V1). GT dihitung dengan rumus: 0,25 x V (V1 + V2). Jumlah sampel kapal seluruhnya adalah 49 unit kapal atau sebesar 39,84% dari total kapal pukat ikan dan pukat cincin yang ada di dua pelabuhan perikanan tersebut. Data lain diperoleh dari responden yang juga dipilih secara purposive karena diketahui mengenal dengan baik berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan pengukuran GT kapal perikanan (Tabel 3). Mereka adalah pelaku usaha/pemilik kapal, petugas pemeriksa kapal dan ahli ukur kapal serta pejabat dari Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Perikanan dan Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi/Kabupaten, dan Ditjen Perikanan Tangkap. Tabel 2.
Jumlah Sampel Kapal untuk Penelitian Potensi PNBP dari Pungutan Perikanan di Provinsi Sumatera Utara
Lokasi Pelabuhan Perikanan Belawan
Sibolga
Belawan + Sibolga
Jenis kapal ikan Pukat ikan Pukat cincin Sub-total Pukat ikan Pukat cincin Sub-total Pukat Ikan Pukat cincin Total
Jumlah kapal Jumlah (unit)*) sampel (unit) 45 9 43 14 88 23 16 16 19 10 34 26 61 25 62 24 123 49
Jumlah sampel (%) 20,00 32,56 26,14 100,00 52,63 74,29 40,98 38,71 39,84
*) Diolah dari Laporan Tahunan PPS Belawan 2010 dan Laporan Tahunan PPN Sibolga 2010 dan data Perijinan Usaha Dinas Perikanan Sumatera Utara s/d Desember 2010
27
Tabel 3.
No.
Daftar Responden Penelitian Potensi Penerimaan Negara Bukan Pajak dari Pungutan Perikanan di Provinsi Sumatera Utara. Sumber Data
Responden
1
Data dan Informasi -Kapal Primer -Pelaku usaha pemilik kapal -Petugas pemeriksa kapal DJPT -Petugas/ Ahli Ukur -Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Sumatera Utara
2
Data dan Informasi -Dinas Perikanan Kab/Kota Sekunder -Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan -Pelabuhan Perikanan Nusantara Sibolga -Ditjen Perikanan Tangkap -Syahbandar Data dan Informasi -Asosiasi Tersier -Pelaku Usaha
3
Jumlah (unit/orang) 49 4 4 1 1
1 1 1 1 1 1 2 65
Jumlah
3.3 Analisis Data Data dan informasi tentang mekanisme, standar prosedur operasional serta rumusan pengukuran kapal yang diterapkan oleh Ditjen Perhubungan Laut dan Ditjen Perikanan Tangkap dianalisis dengan cara pembandingan atau komparatif (Tabel 6).
28
Tabel 4. Parameter Permasalahan dan Jenis Data Penelitian Potensi Penerimaan Negara Bukan Pajak dari Pungutan Perikanan di Provinsi Sumatera Utara No Parameter permasalahan Jenis data 1 Mekanisme dan prosedur pemeriksaan • Primer: data lapangan, hasil dan pengukuran fisik kapal Wawancara dan diskusi • Pelaksanaan ketentuan • Sekunder: UU, PP, Kepmen, dan hasil studi • Masalah • Hal-hal yang diharapkan/ diinginkan 2 Dukungan/keterkaitan teknologi dan • Primer: data lapangan, sumber daya manusia wawancara, diskusi • Pelaksanaan ketentuan • Sekunder: petunjuk pelaksanaan, petunjuk teknis • Masalah dan sistem prosedur, kapal, GT, • Hal-hal yang diharapkan/ HPI dan PNBP, dll diinginkan 3
Dukungan/keterkaitan peraturan perundangan • Pelaksanaan ketentuan • Pelaksanaan kegiatan sejenis di instansi lain • Masalah • Hal-hal yang diharapkan/ diinginkan
• •
Primer: data lapangan, wawancara, diskusi Sekunder: UU, PP, Kepmen, hasil studi
Data hasil pengukuran cek fisik kapal dibandingkan dengan data dalam dokumen kapal untuk menganalisis kesamaan atau perbedaan di antara kedua jenis data tersebut (Tabel 5). Pada setiap kapal yang sama, perbedaan atau deviasi (d) di antara kedua data dihitung besarnya. Selanjutnya jika deviasi data sangat berbeda nyata lebih besar dari 0, maka dilanjutkan dengan analisis implikasinya. Namun jika deviasi tersebut kecil, maka dilakukan Uji t berpasangan (Paired t–test). Uji t adalah salah satu uji yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan di antara dua populasi
(Supranto dan Limakrisna 2010). Rumus perhitungan dalam analisis
perbandingan dua rata-rata berpasangan tersebut disajikan pada Tabel 6.
29
Hipothesis uji statistika adalah sebagai berikut: H0: d = 0 atau tidak ada perbedaan GT di antara hasil pengukuran cek fisik dan data dalam dokumen; H1: d ≠ 0 atau ada perbedaan di antara GT hasil pengukuran cek fisik dan data dalam dokumen. Tabel 5. Contoh sebuah tabel untuk rekapitulasi data ukuran kapal menurut dokumen kapal dan ukuran hasil cek fisik serta selisih di antara kedua ukuran No Nama Kapal Ikan GT menurut GT menurut Selisih GT dokumen kapal pengukuran cek (d) fisik 1 KM 1 2 KM 2 3 KM 3 ...................... n KMn Tabel 6. Perhitungan untuk Perbandingan Data Ukuran GT Kapal Nomor sampel
1 2 .. .. N
GT menurut dokumen kapal
GT menurut pengukuran cek fisik
Selisih GT (d)
(Xi) X1 X2 .. .. Xn
(X’i) X’1 X’2 .. .. X’n
(Xi – X’i) (X1 – X’1) (X2 – X’2) .. .. (Xn- X’n) ∑d = ∑(Xi- X’i)
Penyelesaian dengan hitungan manual adalah sebagai berikut: 𝑑�−𝜇
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 𝑆𝑑
� √𝑛
𝑑̅ = rata–rata beda; µ = 0; n = jumlah sampel; sd = standar deviasi dari selisih (d)
30
d² (Xi – X’i)2 (X1 – X’1)2 (X2 – X’2)2 .. .. (Xn – X’n)2 ∑d2 = (XiX’i)2
𝑛
2 𝑛 2 (∑𝑖=1 𝑑𝑖 ) 𝑛
�∑𝑖=1 𝑑1 − Sd = 𝑛−1
H0 ditolak jika t hitung > t tabel; H0 diterima jika t hitung < t tabel
31