19
3 METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Tinjauan lapang dilaksanakan pada bulan April tahun 2010 dan pengumpulan data dilaksanakan pada bulan September tahun 2010 di Kabupaten Cirebon. Pengolahan data dilaksanakan pada bulan November sampai bulan Desember tahun 2010. Penyusunan skripsi dilaksanakan pada bulan Februari 2011 sampai bulan Mei 2011. 3.2 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan satuan kasusnya adalah subsektor perikanan tangkap di Kabupaten Cirebon. Menurut Nazir (1983), studi kasus adalah penelitian tentang status objek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas dari suatu keseluruhan personalitas. Tujuan studi kasus adalah untuk memberikan gambaran tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter dari sutu keadaan yang ada pada waktu penelitian dilakukan. 3.3 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari dua yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah berupa data perikanan tangkap dan nilai PDRB Kabupaten Cirebon serta data perikanan tangkap dan nilai PDRB Provinsi Jawa Barat selama lima tahun, sedangkan data kualitatif diperoleh dari hasil wawancara dengan responden di lapangan. Berdasarkan segi perolehannya, data yang didapat dikategorikan sebagai non experimental data atau data yang diperoleh dengan tidak melakukan percobaan. Sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dan pengisian kuisioner di lapangan dengan responden, yang merupakan pihak-pihak terkait dengan kegiatan perikanan tangkap yaitu Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Cirebon, Staf Badan Pusat Statistik Kabupaten Cirebon, pengelola PPI, nelayan dan masyarakat sekitar yang terlibat. Data primer ini untuk memperkuat dan menjelaskan data sekunder yang telah didapat. Data sekunder merupakan data
20
time series lima tahun terakhir yang diperoleh dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Cirebon, Badan Pusat Statistik Kabupaten Cirebon, Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat serta Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat. 3.4 Metode Pengambilan Sampel Pengambilan sampel yang dilakukan pada penelitian ini adalah purposive sampling atau pemilihan responden dengan sengaja (tidak secara acak). Pemilihan responden
dilakukan
dengan
pertimbangan
bahwa
responden
mampu
berkomunikasi dengan baik dalam pengisian kuisioner. Adapun cara pengambilan sampel ini adalah dengan memilih sub kelompok dari populasi yang sedemikian rupa, sehingga sampel yang dipilih mempunyai sifat yang mewakili dengan sifatsifat populasi berdasarkan pengalaman (Singarimbun dan Effendi, 1989). Jumlah responden yang diwawancara berjumlah 20 orang yang terdiri atas: Kepala Seksi Dinas Kabupaten Cirebon 2 orang, Kepala UPT PPP/PPI Kabupaten Cirebon 3 orang, Staf Badan Pusat Statistik Kabupaten Cirebon 2 orang dan 13 orang nelayan mewakili beberapa alat tangkap yang dominan di PPP/PPI Kabupaten Cirebon diantaranya PPP Bondet Cirebon Utara dengan jumlah nelayan 4 orang, PPI Mundu Pesisir dengan jumlah nelayan 4 orang jenis alat tangkap payang ampera dan PPI Gebang Mekar dengan jumlah nelayan 5 orang jenis alat tangkap dogol. 3.5 Metode Analisis Data Analisis data adalah proses-proses penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan kemudian ditampilkan dalam bentuk tabel. Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi dan keragaan pembangunan subsektor perikanan tangkap di Kabupaten Cirebon. Beberapa analisis yang berkaitan dengan tujuan penelitian peranan dan dampak subsektor perikanan tangkap terhadap ekonomi wilayah di Kabupaten Cirebon.
21
3.5.1 Analisis shift share Menurut Firdaus (2007) analisis ini bertujuan untuk mengetahui kontribusi sektor perikanan terhadap PDRB. Model matematikanya sebagai berikut:
dimana: Ki
: Besarnya kontribusi pada tahun i
Vi
: PDRB sektor perikanan pada tahun i
Pi
: Total PDRB pada tahun i
3.5.2 Analisis location quotient (LQ) Analisis location quotient (LQ) digunakan untuk mengetahui besarnya peranan sektor perikanan dalam menunjang pembangunan wilayah tertentu. Peranan tersebut merupakan kontribusi dari sektor perikanan terhadap pertumbuhan wilayah, dimana dalam metode yang digunakan tersebut kontribusi perikanan berupa kemampuan perikanan dalam penyerapan tenaga kerja. Besar kecilnya peranan sektor perikanan dilihat dari perikanan tersebut sebagai sektor basis atau non basis (Kadariah, 1985). Budiharsono
(2001) menyatakan bahwa metode location quotient (LQ)
merupakan perbandingan antara pangsa relatif pendapatan (tenaga kerja) sektor perikanan pada tingkat wilayah terhadap pendapatan total wilayah dengan pangsa relatif pendapatan sektor perikanan pada tingkat kabupaten terhadap pendapatan kabupaten. Hal tersebut secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
dimana : vi
: pendapatan subsektor perikanan tangkap di Kabupaten Cirebon
vt
: total pendapatan sektor perikanan di Kabupaten Cirebon
Vi
: pendapatan subsektor perikanan tangkap di Provinsi Jawa Barat
Vt
: total pendapatan sektor perikanan di Provinsi Jawa Barat
3.5.3 Analisis dampak subsektor perikanan tangkap Setiap peningkatan yang terjadi pada kegiatan basis akan menimbulkan efek pengganda (Multiplier Effect) pada perekonomian wilayah secara keseluruhan.
22
Menurut Glasson (1977) multiplier effect jangka pendek dalam hal ini dihitung berdasarkan nilai perubahan yang terjadi berdasarkan indikator pendapatan wilayah dan dapat dilihat dalam rumus :
dimana: MSy
: Koefisien pengganda jangka pendek untuk indikator pendapatan
∆Y
: Perubahan Pendapatan Wilayah Kabupaten
∆Yb
: Perubahan Pendapatan sektor perikanan dan kelautan Kabupaten
Perhitungan multiplier effect berdasarkan indikator tenaga kerja dirumuskan :
dimana : MSe
: Koefisien pengganda jangka pendek untuk indikator tenaga kerja
∆E
: Perubahan tenaga kerja Kabupaten
∆Eb
: Perubahan tenaga kerja sektor perikanan Kabupaten
3.5.4 Analisis komoditas unggulan Budiharsono (2001), menyatakan bahwa untuk dapat menentukan jenis ikan unggulan yang dijadikan prioritas pembangunan perikanan tangkap di Kabupaten Cirebon, dibuat matrik dari pendekatan location quotient (LQ). Secara lebih operasional LQ didefinisikan sebagai rasio presentase dari total aktivitas perikanan tangkap pada sub wilayah ke-I terhadap presentasi aktivitas total terhadap wilayah yang diamati. Model matematikanya sebagai berikut:
dimana: LQ
: Location Quotient
Qi
: produksi ikan jenis ke-i Provinsi Jawa Barat
Qt
: produksi total perikanan tangkap Provinsi Jawa Barat
qi
: produksi jenis ke-i Kabupaten Cirebon
qt
: produksi total perikanan tangkap Kabupaten Cirebon
23
Pendekatan adanya pemusatan produksi perikanan tangkap dengan LQ dibedakan dalam dua kelompok, kelompok-kelompok tersebut masing-masing terdiri atas 3 kriteria dan 2 kriteria. Kelompok pertama dilihat dari nilai perhitungan LQ itu sendiri, yaitu terpusat (LQ>0), mendekati terpusat (LQ=0,8 sampai 0,99) dan tidak terpusat (LQ<1). Masing-masing kelompok secara berurutan diberi bobot 3 apabila nilai LQ mengalami pertumbuhan yang meningkat, nilai LQ yang mengalami pertumbuhan tetap diberi bobot 2, dan apabila nilai LQ yang mengalami pertumbuhan menurun diberi bobot 1. Dari ketiga hasil pembobotan LQ tersebut, selanjutnya menentukan kecenderungan nilai LQ dengan nilai bobot trend LQ. Bobot trend LQ yang meningkat diberi nilai 3, bobot trend LQ tetap diberi nilai 2, dan bobot trend menurun diberi nilai 1. Berdasarkan
penjumlahan
kedua
nilai
bobot
tersebut
selanjutnya
menghitung lebar kelas dengan mengurangi nilai total bobot tertinggi dikurangi nilai bobot total terendah kemudian dibagi dengan banyaknya kelas yaitu (14-7)/3. Menentukan selang selang kelas dengan mengetahui selang atas dan selang bawah, selang kelas komoditas unggulan yaitu ≥14, komoditas netral selang kelasnya yaitu 11-13, dan komoditas non unggulan selang kelasnya yaitu 8-10. Komoditas unggulan merupakan hasil tangkapan unggulan dan dijadikan prioritas untuk pengembangan produksi perikanan tangkap di Kabupaten Cirebon. 3.5.5 Produktivitas perikanan tangkap Analisis yang dilakukan terhadap sektor perikanan tangkap yaitu dengan menghitung
produktivitas
unit
penangkapan
ikan.
Produktivitas
adalah
perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumberdaya yang dipergunakan (Ravianto J, 1986). Produktivitas dihitung dengan menggunakan data sekunder. Menurut Hermawan (2007), rumus yang digunakan untuk mengetahui produktivitas per trip dan produktivitas per unit yaitu:
24
3.6 Batasan Konsep Pengukuran Dalam penelitian ini terdapat beberapa batasan konsep yang penting antara lain: 1) Penelitian ini menganalisis subsektor perikanan tangkap; 2) Peranan subsektor perikanan tangkap dalam pembangunan adalah kedudukan subsektor perikanan tangkap dalam pembangunan wilayah yang diukur berdasarkan indikator penadapatan wilayah; 3) Sektor basis perikanan tangkap adalah perbadingan relatif kemampuan subsektor perikanan tangkap pada wilayah penelitian dibandingkan dengan wilayah administrasi di atasnya (Provinsi) serta subsektor perikanan tangkap mampu memenuhi kebutuhan komoditas perikanan Kabupaten Cirebon dan mengekspor ke luar Kabupatn Cirebon; 4) PDRB adalah pendapatan total suatu wilayah dari seluruh
kegiatan
perekonomian selama setahun. PDRB yang dimaksud dalam penelitian ini adalah PDRB harga Konstan (Lampiran 1), sedangkan PRDB harga berlaku (Lampiran 2); 5) Kesempatan kerja subsektor perikanan tangkap adalah jumlah angkatan kerja subsektor perikanan tangkap; 6) Efek pengganda (pendapatan/tenaga kerja) adalah koefisien yang menunjukkan kemampuan setiap peningkatan pendapatan/tenaga kerja dalam wilayah terhadap pertumbuhan wilayah pendapatan/tenaga kerja yang bersangkutan; dan 7) Keragaan perikanan tangkap adalah produktivitas perikanan tangkap yang terkait dalam unit penangkapan ikan, dimana dalam suatu kegiatan perikanan terdapat kapal, alat tangkap dan nelayan yang menjadi indikator keberhasilan suatu perikanan tangkap layak untuk dikembangkan.