III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada April sampai dengan Juli 2011 di Kawasan Sea Farming Pulau Panggang Kepulauan Seribu, Laboratorium Lingkungan dan Laboratorium
Teknologi
dan
Manajemen
Produksi
Akuakultur. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 3.2 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus mengenai
subjek
penelitian
yang
berkenaan
dengan
suatu
fase
spesifik dari keseluruhan personalitas (Nazir, 1998). Penelitian dengan studi kasus adalah memberikan gambaran secara detail tentang latar belakang, sifat-sifat, dan karakter yang khas dari unit yang dianalisis. Menurut Soeratno dan
Arsyad
(1999),
metode
penelitian dengan
menggunakan studi kasus, menunjukkan bahwa penelitian dilakukan dalam lingkup
yang
terbatas,
sehingga
hasil
penelitian
tidak
dapat
digeneralisasikan. Studi kasus digunakan sebagai metode dalam penelitian ini, karena metode ini paling sesuai dengan kebutuhan dan kondisi di daerah penelitian. Satuan kasus yang pembudidaya
yang
melakukan
digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
usaha pembesaran kerapu di kawasan Sea
Farming Kelurahan Pulau Panggang, Kepulauan Seribu. 3.3 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data text. Data text adalah data yang diperoleh dalam bentuk alphabet dan angka numerik (Fauzi, 2001). Jenis data text digunakan untuk faktor produksi, biaya investasi, dan jumlah produksi yang dihasilkan. Parameter faktor produksi yang diamati ialah kelangsungan hidup, laju pertumbuhan, efisiensi pemberian pakan, kualitas air dan penyakit. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer didapat melalui pengamatan secara langsung di 13
lapangan (KJA masyarakat Pulau Panggang) dangan cara mengikuti secara langsung kegiatan yang dilakukan pembudidaya, wawancara dan pengisian kuisioner. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik pembudidaya, teknis produksi, input dan output produksi, penerimaan, biaya investasi, biaya variabel, biaya tetap dan biaya penyusutan. Data sekunder diperlukan sebagai penunjang data primer yang telah didapatkan. Data sekunder yang diperlukan adalah data kualitas air, Laporan Tahunan Pulau Panggang, standar nasional produksi ikan kerapu, statistik perikanan Indonesia dan produksi ikan kerapu di daerah-daerah lain. Data sekunder ini diperoleh melalui informasi dari instansi dan lembaga terkait seperti PKSPL IPB, Kementrian Kelautan dan Perikanan, Dinas Kelautan dan Perikanan Jakarta, Kantor Kelurahan Pulau Panggang, Badan Pusat Statistik Jakarta dan literatur-literatur. 3.4 Metode Pengambilan Sampel Pembudidaya Metode pengambilan sampel pembudidaya (responden) ikan kerapu macan dan ikan kerapu bebek dilakukan dengan metode purposive
sampling, yaitu
anggota populasi dipilih untuk memenuhi tujuan tertentu menggandalkan logika
atas
kaidah-kaidah
yang
berlaku
yang didasari
pertimbangan
peneliti. Metode pengambilan sampel yang representatif pada dasarnya menyangkut masalah sampai manakah ciri-ciri yang terdapat pada sampel yang terbatas itu benar-benar
menggambarkan
keadaan
sebenarnya
dari
keseluruhan populasi (Soeratno dan Arsyad, 1999). Responden yang diambil berjumlah
20
orang pembudidaya kerapu di Pulau Panggang, Kepulauan
Seribu dari total pembudidaya yang termasuk dalam kelompok Sea-farming sebanyak 74 orang. Responden yang dipilih
merupakan individu yang
dianggap memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. Pembudidaya masih aktif melakukan usaha pembesaran kerapu dan memiliki pengalaman dalam kegiatan pembesaran minimal 1 tahun 2. Memiliki size ikan yang digunakan dalam penelitian yaitu ukuran 100200 gram, 200-300 gram, 300-400 gram, 400-500 gram dan up 500 gram. Alasan pengambilan ukuran ikan yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi 5 kelas ukuran dikarenakan ketersediaan ukuran ikan secara umum yang 14
dimiliki oleh responden pada saat dilakukan survey lapang adalah ikan pada selang ukuran 100 gram hingga up 500 gram. Selain itu digunakan untuk pemenuhan kebutuhan tujuan penelitian pada aspek analisis teknis budidaya pada ukuran kelas yang berbeda agar dapat diketahui kondisi budidaya ikan kerapu pada tiap ukuran tersebut. 3.5 Metode Pengambilan Data Pengukuran secara langsung beberapa parameter digunakan dalam metode pengambilan data. Parameter-parameter tersebut ialah bobot ikan, panjang tubuh ikan, biomassa ikan, luas wadah budidaya yang digunakan, banyaknya pakan yang digunakan, banyaknya obat yang digunakan dan pengukurun kualitas pada beberapa titik yang berbeda untuk mengetahui pengaruh perbedaan tempat terhadap kinerja usaha pembesaran ikan kerapu. Pengambilan kualitas air dilakukan dibeberapa titik sampel pada air permukaan. Titik sampel pengambilan kualitas air ditentu Contoh titik pengukuran kualitas air yang diambil yaitu sebagai berikut : 1. Titik A yaitu perairan yang berada di tengah wilayah terlindung karang (berada pada sekitar titik S 05o44'27,7''/E 106o35'53,5") 2. Titik B yaitu perairan yang berada di pinggir dekat karang (berada pada sekitar titik S 05o 44'16,1"/E 106o35'49,2") 3. Titik C yaitu perairan yang berada di luar wilayah terlindung karang (berada pada sekitar titik S 05o 44'23,9"/E 106o 35'25,5"). Alasan pengambilan letak titik pengukuran di sekitar daerah karang berhubungan dengan letak karamba pembudidaya yang menjadi responden dalam penelitian ini terletak di sekitar wilayah tersebut. Peta pengambilan sampel kualitas air dapat dilihat pada Lampiran 2. 3.6 Pengamatan dan Perhitungan Data Pengamatan dilakukan secara langsung di lapang dengan melakukan pencatatan hasil dan kemudian dilakukan perhitungan hasil data yang diperoleh. Pengamatan secara langsung dilakukan untuk parameter suhu dan pH. Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan thermometer pada air permukaan. Sedangkan pengukuran nilai pH menggunakan kertas lakmus. Pengamatan secara 15
langsung juga dilakukan untuk parameter salinitas dengan menggunakan alat refraktometer di Laboratorium Lingkungan, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Air sampel yang telah diambil dan disimpan pada botol sampel dengan diberi pendingin atau es agar kualitas air tetap terjaga. Data yang telah diperoleh selanjutnya dicatat pada worksheet. Perhitungan data dilakukan untuk parameter kelangsungan hidup (Survival Rate, SR), laju pertumbuhan panjang (P), laju pertumbuhan spesifik (Specific Growth Rate, SGR), feed convertion ratio (FCR), uji oksigen terlarut (Dissolved Oksigen, DO), uji nitrogen amonia total (Total Amonia Nitrogen, TAN) dan uji kecepatan arus. Data yang diperlukan untuk perhitungan SR, P, SGR dan FCR adalah bobot tubuh, panjang tubuh, jumlah ikan awal dan akhir, jumlah pakan yang digunakan dan lama pemeliharaan. Pengambilan sampel yang digunakan berjumlah 10 ekor ikan dari tiap responden. Pengambilan sampel ikan menggunakan serok dari petakan KJA yang digunakan sebagai wadah budidaya dengan melakukan pengangkatan sebagian bagian jaring yang digunakan. Pengangkatan bagian jaring dilakukan dengan menggunakan bambu. Sampel ikan diambil secara acak dari tiap petakan KJA yang sama dari setiap responden untuk tiap sampling. Pengukuran bobot tubuh dan jumlah pakan
menggunakan
timbangan jarum yang sebelumnya dikalibrasi terlebih dahulu. Pembudidaya mempunyai takaran wadah pemberian pakan yang digunakan sebagai acuan dari banyaknya pakan yang diberikan. Wadah ditimbang berat kotor dan berat bersih untuk mengetahui takaran pemberian pakan yang diberikan selama kegiatan budidaya berlangsung. Pengukuran panjang tubuh menggunakan penggaris. Cara pengukuran panjang tubuh yaitu mengukur jarak antara ujung mulut sampai dengan ujung sirip ekor menggunakan penggaris dalam satuan sentimeter (cm). 3.6.1 Tingkat Kelangsungan Hidup (Survival Rate, SR) Tingkat kelangsungan hidup digunakan untuk mengetahui baik-buruknya usaha budidaya yang telah dilakukan dengan melihat banyaknya jumlah ikan awal dan jumlah ikan akhir hasil budidaya. Untuk mengetahui jumlah ikan awal dilakukan dengan wawancara, sedangkan jumlah ikan selama penelitian dan jumlah ikan akhir diketahui dengan wawancara dan penghitungan langsung saat 16
sampling jika sampling berlangsung bersamaan dengan kegiatan pencucian ikan responden. Penghitungan jumlah ikan dilakukan setiap pencucian ikan yaitu seminggu sekali yang mayoritas dilakukan pada hari Jumat. Tingkat kelangsungan hidup dipengaruhi oleh faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor dalam yang mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup ialah genetika ikan. Sedangkan faktor luar yang mempengaruhinya ialah manajemen kualitas air dan manajemen pakan. Secara ekonomis, usaha perikanan selalu berbanding lurus dengan mortalitas. Mortalitas
menunjukan
nilai
yang
berbanding
terbalik
dengan
tingkat
kelangsungan hidup (SR), yang berarti jika mortalitas rendah maka SR tinggi dan keuntungan yang diperoleh pun lebih besar. Penghitungan tingkat kelangsungan hidup menggunakan rumus : SR =
Nt x100% ................................................................... (3) No
Ket: Nt = Populasi ikan ke-t (hari ke-112) No = Populasi ikan ke-0 3.6.2 Laju Pertumbuhan Laju pertumbuhan mempengaruhi besar biaya operasional yang digunakan dalam usaha budidaya. Laju pertumbuhan yang lambat menyebabkan biaya operasional menjadi tinggi sehingga kurang menguntungkan secara ekonomis. Laju pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal budidaya yaitu kualitas air, pakan, vitamin, obat-obatan hingga cara perlakuan pembudidaya itu sendiri terhadap usaha budidayanya. 3.6.2.1 Pertumbuhan Panjang (P) Pertumbuhan panjang (P) dapat digunakan untuk mengetahui kondisi kesehatan ikan. Penghitungan panjang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara bobot dengan panjang tubuh selama pemeliharaan.
Ikan dengan
pertumbuhan panjang tubuh tinggi namun pertambahan bobotnya rendah, namun ada juga sebaliknya pertumbuhan panjang badan rendah namun pertambahan bobot rendah atau dapat dikatakan ikan mengalami obesitas. Data panjang tubuh ikan diperoleh dengan mengukur panjang total yaitu panjang tubuh ikan dari 17
mulut hingga ekor ikan sampel dari tiap responden. Penghitungan pertambahan panjang atau selisih panjang selama waktu pemeliharaan menggunakan rumus : P = Pt – Po........................................................................ (4) Ket: Pt = Panjang rata-rata ikan ke-t Po = Panjang rata-rata ikan ke-0 3.6.2.2 Laju Pertumbuhan Spesifik (Specific Growth Rate, SGR) Laju pertumbuhan spesifik digunakan untuk mengetahui laju pertumbuhan harian tiap individu usaha budidaya ikan kerapu. Ukuran ikan yang diambil sampelnya pada penelitian ini adalah ikan berukuran 100 gram hingga up 500 gram dan kemudian dikelaskan menurut bobot tubuh yang dimiliki pada selang tersebut. Penghitungan SGR dilakukan secara kumulatif dari tiap kelas bobot yang ada. Lama pemeliharaan adalah periode sampling yaitu 28 hari. Acuan bobot ratarata ikan hari ke-0 adalah bobot rata-rata ikan pada sampling pertama yang dilakukan dalam penelitian ini. Pertumbuhan spesifik atau laju pertumbuhan harian diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan rumus : SGR = [t
Wt − 1] x100 % ......................................................... (5) Wo
Ket: Wt = Bobot rata-rata ikan ke-t Wo = Bobot rata-rata ikan ke-0 t
= Lama pemeliharaan
3.6.3 Feed Convertion Ratio (FCR) Feed Convertion Ratio ialah suatu ukuran yang digunakan untuk menentukan banyaknya pakan yang diberikan untuk menghasilkan 1 Kg daging. Semakin kecil nilai FCR menunjukan pakan yang diberikan dikonsumsi dengan benar oleh ikan. Nilai FCR juga dipengaruhi oleh manajemen pemberian pakan yang dilakukan. Sifat ikan dan jenis pakan yang diberikan harus diperhatikan agar nutrisi pakan tidak hilang atau leaching (berkurangnya kadar nutrisi pakan oleh air).
18
FCR =
Pa ..........................................................………(6) Bt − Bo + Ba
Ket: Bt = Biomassa ikan ke-t (akhir) Bo = Biomassa ikan ke-0 (awal) Ba = Biomassa ikan mati Pa = Jumlah pakan yang diberikan 3.6.4 Uji Kualitas Air Parameter uji kualitas air yang diamati ialah pH, suhu, DO, TAN dan kekuatan arus. Pengukuran parameter pH dan suhu dilakukan dapat diketahui secara langsung saat pengamatan. Sedangkan untuk parameter DO, TAN dan kekuatan arus harus melalui tahap perhitungan melalui rumus agar diperoleh hasilnya. a) DO Dissolved oksigen (DO) atau oksigen terlarut ialah jumlah kadar oksigen di dalam air. Seperti manusia, ikan pun memerlukan oksigen untuk dapat mempertahankan hidupnya. Pengamatan DO dapat dilakukan menggunakan DOmeter atau DO winkler. Pemilihan cara pengamatan menggunakan DO winkler disebabkan oleh pengamatan dilakukan di lapang dan pengamatan DO harus dilakukan langsung atau tidak terlalu lama dari proses pengambilan air sampel yang berpengaruh terhadap keakuratan hasil. Penghitungan DO menggunakan rumus sebagai berikut : DO =
mltitraanxNtitranx8000 volumebotol − volumereagen ........................... (7) volumesampel − ( ) volumebotol
b) TAN Total Amonia Nitrogen atau TAN pada suatu perairan diperlukan untuk membantu proses metabolisme organisme perairan. Kadar TAN yang terlalu tinggi menunjukan kondisi perairan telah tercemar. Semakin kecil kadar TAN suatu perairan, semakin baik kondisi perairan tersebut. Namun, bukan berarti kadar TAN yang terlalu rendah pun baik bagi perairan, sebab ikan membutuhkan ammonia untuk metabolisme tubuh. 19
Perhitungan TAN atau Total Amonia Nitrogen dilakukan menggunakan rumus : ........................... …..(8)
TAN= c) Kekuatan arus
Arus laut adalah gerakan massa air laut dari satu tempat ke tempat lain baik secara vertical (gerak ke atas) maupun secara horizontal (gerakan ke samping). Kecepatan arus air berpengaruh terhadap layak tidaknya suatu kawasan digunakan untuk budidaya, khususnya dalam sistem karamba jaring apung. Menurut Sunyoto (1996) bahwa perairan yang memiliki kecepatan arus lebih dari 4 m/s termasuk dalam kategori sesuai untuk usaha budidaya ikan kerapu dalam keramba jaring apung. Pengamatan kecepatan arus dapat dilakukan dengan menggunakan metode Floating droudge atau metode bola pingpong. Dalam penelitian ini pengamatan kecepatan arus dilakukan dengan metode Floating droudge sederhana. Arus diukur dengan menggunakan alat yang sederhana yakni botol air mineral, tali tambang ukuran 2 mm, meteran, stopwatch yang ada di hand phone serta alat tulis untuk mencatat hasil. Pertama botol diikat mengunakan tali, kemudian ukur panjang jalur yang akan dipakai. Panjang yang digunakan sepanjang 1 meter dan diukur menggunakan meteran, jadi hasil yang di dapat dalam meter per detik. Setelah siap, botol yang diikat tali tersebut dilemparkan ke atas permukaan air dan stopwatch mulai dinyalakan. Botol dibiarkan terbawa arus sampai jarak 1 meter yang telah diukur tadi. Apabila botol telah terbawa arus sepanjang 1 meter maka stopwatch dimatikan dan dicatat hasilnya. Proses ini dilakukan di atas KJA. Perhitungan arus dilakukan menggunakan rumus : V = s .......................................................................................... (9) t
Ket: V = Kecepatan arus (m/s) s = Jarak yang ditempuh Floating droudge dari saat menyentuh air sampai menegang (m) t = waktu yang diperlukan untuk menempuh s (sekon)
20
3.7 Analisis Data Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diimplementasikan. Data dan informasi yang telah terkumpul ditabulasikan untuk selanjutnya dihitung dengan menggunakan rumus-rumus perhitungan data teknis yang kemudian hasilnya digunakan sebagai acuan pada analisis fungsi produksi model Cobb-Douglas dan analisis finansial. 3.7.1 Analisis Fungsi Produksi Analisis fungsi produksi dilakukan dengan menggunakan pendekatan fungsi produksi model Cobb-Douglas. Analisis fungsi produksi digunakan pada analisis fungsi produksi kerapu macan.
Fungsi produksi
Cobb-Douglas
digunakan untuk menduga hubungan antara produksi pembesaran kerapu dengan penggunaan faktor-faktor
produksinya. Asumsi penggunaan faktor-faktor
produksi yang digunakan ialah hasil dari analisa teknis. A Model pendugaan dari persamaan fungsi produksi Cobb-Douglas adalah sebagai berikut : Y = aX1b1X2b2X3b3X4b4X5b5 X6b6....................................................................... (10) Model pendugaan tersebut didasarkan pada kegiatan budidaya selama satu siklus produksi (9 bulan). Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan diatas, maka persamaan tersebut diubah ke dalam bentuk linear berganda dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut menjadi : LnY = ln a + b1lnX1 + b2lnX2 + b3lnX3 + b4lnX4+ b5lnX5 ……..………….……..(11) Dimana : Y
= Produksi kerapu (ekor/m2)
X1
= Luas KJA (m2)
X2
= Benih Kerapu (ekor/m2)
X3
= Pakan Rucah (Kg)
X4
= Tenaga Kerja Operasional (Jam Kerja)
X5
= Tenaga Kerja Pemeliharaan (Jam Kerja)
Ketepatan model yang digunakan sebagai alat analisis diuji dengan menggunakan uji statistik sebagai berikut : 1)
Uji statistik t, digunakan untuk mengetahui seberapa jauh masing-
masing faktor produksi (Xi) sebagai variabel bebas mempengaruhi produksi 21
(Y) sebagai variabel tidak bebas. Prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut : H0 : bi = 0 (tidak ada pengaruh) H1 : bi ≠ 0 (ada pengaruh) t hitung = (bi – 0)/Sbi Keterangan : Sbi = standard error dari b bi = koefisien regresi •
Jika thitung < ttabel, maka H0 diterima, artinya X1 tidak berpengaruh nyata terhadap Y.
• Jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak, artinya X1 berpengaruh nyata terhadap Y. 2) Uji statistik f, digunakan untuk mengetahui faktor produksi (X1) secara bersama mempengaruhi output (Y). Hipotesis yang diuji adalah : H0 : bi = 0 (tidak ada pengaruh) H1 : bi ≠ 0 (ada pengaruh) F hitung =
⁄
……..……… ……………………………………….…………………….........
(12)
Keterangan : JKR = Jumlah Kuadrat Regresi JKD = Jumlah Kuadrat Residual n
= Jumlah Sampel
k
= Jumlah Variabel
•
Jika Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima, artinya faktor produksi secara simultan tidak berpengaruh nyata terhadap produksi.
•
Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak, artinya faktor produksi secara simultan berpengaruh nyata terhadap produksi.
Pada analisis fungsi produksi, selain digunakan analisis kriteria statistik juga dilakukan analisis kriteria ekonometrik untuk menguji ketepatan model yang digunakan. Analisis kriteria ekonometrik dilakukan untuk mengetahui apakah
model
regresi
memenuhi
asumsi
normalitas,
multikolinearitas,
homoskedastisitas, dan autokorelasi. Menurut Santoso
(2000),
normalitas adalah suatu kondisi dalam
model regresi dimana nilai Y (variabel dependent) didistribusikan secara 22
normal terhadap nilai X (variabel independent). Suatu model regresi yang baik harus memenuhi asumsi normalitas ini. Menurut Santoso suatu model
regresi
(2000),
yang
multikolinearitas adalah
diakibatkan
adanya
korelasi
problem dalam antar
variabel
independent. Beberapa cara untuk mengatasi problem multikolinearitas diantaranya dengan menambah jumlah sampel dan mengeluarkan variabel yang mempunyai korelasi tinggi. Homoskedastisitas adalah asumsi dalam model regresi dimana variasi disekitar garis regresi seharusnya konstan untuk setiap nilai X (Santoso, 2000). Bila asumsi ini tidak terpenuhi berarti model regresi mengalami problem heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas adalah masalah yang terjadi pada model regresi apabila terjadi asumsi variance error term konstan untuk setiap nilai pada variabel penjelas dilanggar. Masalah heteroskedastisitas ini sering
terjadi
pada data
cross-section.
Cara
mengatasi
masalah
heteroskedastisitas ini diantarnya adalah dengan : a) Menggunakan Weight Least Square Regression (nilai variabel dibagi
dengan
nilai
variabel
yang
dianggap
menyebabkan
heteroskedastisitas). b) Menggunakan
fungsi
log
untuk
variabel
penjelas
yang
mengakibatkan heteroskedastisitas. Autokorelasi adanya korelasi
adalah antara
masalah
kesalahan
dalam model regresi pengganggu
pada
linear karena
periode
t
dengan
kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi ini biasanya terjadi pada model regresi yang menggunakan data time series atau berdasarkan waktu berkala (Santoso, 2000). Analisis Return to Scale (RTS) sangat penting untuk dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan usaha yang sedang diteliti tersebut berada dalam kondisi increasing, constant, atau decreasing return to scale. Analisis RTS ini dilakukan dengan menjumlahkan besaran elastisitas (bi). Berdasarkan persamaan 1 maka : 1 < b1 + b2 + b3 + b4 < 1 ………………………………………………... (13) 23
a. Jika b1 + b2 + b3 + b4 < 1, maka usaha berada dalam keadaan decreasing return to scale. Artinya apabila faktor produksi yang digunakan ditambahkan maka besarnya penambahan output akan lebih kecil dari proporsi penambahan input. b. Jika b1 + b2 + b3 + b4 = 1, maka usaha berada dalam keadaan constant return to scale, dimana penambahan proporsi input yang digunakan akan sama dengan penambahan proporsi output yang dihasilkan. c.
Jika b1 + b2 + b3 + b4 > 1, maka usaha berada dalam keadaan
increasing return to scale, dimana proporsi penambahan output yang dihasilkan akan lebih besar dari penambahan proporsi input. Tingkat alokasi input yang optimal dapat diketahui melalui analisis dari fungsi keuntungan, yaitu : Π = TR – TC atau Π = PyY – PxiXi ................................................................................................. (14) Keuntungan maksimum pada usaha pembesaran kerapu dapat tercapai pada saat turunan pertama dari fungsi keuntungan usaha terhadap faktor produksi sama dengan nol, yaitu : Π = PyY – PxiXi =0 Py (dy/dxi) = Pxi PyPMxi = Pxi NPMxi = Pxi = 1.................................................................................................................................. (15) 3.7.2 Analisis Finansial Analisis finansial
adalah analisis yang dilakukan terhadap
suatu
proyek, dimana proyek dilihat dari sudut badan atau orang yang menanamkan uangnya dalam jalannya
proyek
maupun
yang
memiliki
kepentingan
terhadap
proyek. Analisis finansial digunakan untuk menganalisis kegiatan
budidaya kerapu macan dan kerapu bebek. Analisis finansial ini penting untuk memperhitungkan insentif bagi badan maupun orang-orang yang terlibat di dalam proyek.
24
3.7.2.1 Analisis Usaha Analisis
usaha
merupakan
bagian
dari
analisis
finansial
yang
digunakan untuk menghitung besarnya keutungan yang diperoleh dari suatu kegiatan usaha dalam waktu satu tahun. Asumsi penghitungan analisa usaha diperoleh dari analisa teknis. Analisis usaha ini terdiri dari analisis pendapatan usaha, analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C), analisis payback period (PP), dan analisis break even point (BEP). a. Analisis Pendapatan Usaha Analisis ini bertujuan untuk mengetahui komponen-komponen input dan output yang terlibat di dalam usaha dan besar keuntungan yang diperoleh dari hasil usaha. Secara matematis konsep pendapatan dapat dirumuskan sebagai berikut : n Xi . Pxi Π = Y.Pi=0 y –∑
...................................................................................................................
(16)
Dimana : Π
= Pendapatan (Rp per musim)
Y
= Total Produksi (Kg per musim)
Xi
= Jumlah input i yang digunakan (unit)
Py
= Harga persatuan output (Rp)
Pyi
= Harga persatuan input (Rp)
Py.Y
= Penerimaan total (Rp)
Px.ΣXi
= Biaya Total (Rp)
b. Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C) Analisis ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana manfaat yang diperoleh dari kegiatan usaha selama periode tertentu cukup menguntungkan. Secara matematis analisis imbangan penerimaan dan biaya dapat dirumuskan sebagai berikut (Soekartawi, 1995) R/C =
.......................................................................................................................................
(17)
Dimana : TR = Total Revenue atau Penerimaan total (Rp) 25
TC = Total Cost atau Biaya Total (Rp) Dengan kriteria usaha R/C > 1, usaha menguntungkan R/C = 1, usaha impas R/C = 1, usaha rugi c. Payback period (PP) Analisis
ini
digunakan
untuk
mengetahui
berapa
lama
waktu
yang dibutuhkan untuk menutupi investasi yang ditanamkan pada suatu usaha (Husnan, 1998). Metode payback period secara sistematis dinyatakan dalam rumus berikut: X 1 tahun ………………………………….(18)
Payback Period =
d. Analisis Break Event Point (BEP) Break Event
Point
merupakan
suatu nilai dimana hasil penjualan
output produksi sama dengan biaya produksi. Pada kondisi Break Event Point ini pengusaha mengalami impas. Perhitungan BEP ini digunakan untuk menentukan batas minimum volume penjualan agar suatu perusahaan tidak rugi (Husnan, 1998). Selain itu BEP dapat dipakai untuk merencanakan tingkat keuntungan yang dikehendaki dan sebagai pedoman dalam mengendalikan operasi yang sedang berjalan. BEP dapat dihitung dengan persamaan matematis seperti ini: BEP (Nilai Produksi)
=
BEP (Volume Produksi)
=
/
…………..(19)
………………………………..(20)
Dimana: TFC
= Biaya tetap total (Rp)
AVC
= Biaya variabel rata-rata (Rp)
Py
= Harga komoditas (Rp/kg)
3.7.2.2 Analisis Kriteria Investasi Analisis
kriteria
investasi
penting
dilakukan
untuk
mengetahui
besar manfaat dan besar biaya dari setiap unit yang dianalisis. Indikator yang biasa digunakan untuk analisis kriteria investasi diantaranya adalah : 26
a. Net Present Value (NPV) Net Present Value adalah nilai sekarang dari keuntungan bersih yang akan didapatkan pada masa yang akan datang. NPV ini pada dasarnya merupakan kombinasi pengertian present value penerimaan dan present value pengeluaran (Husnan, 1998). Secara matematis NPV dinyatakan dalam rumus berikut : NPV = Σi=0n
B
C
…...……...…………………………... (21)
Dengan kriteria usaha sebagai berikut : -
NPV < 0 , usaha tidak layak
-
NPV = 0 , usaha tersebut memberikan hasil yang sama dengan modal yang digunakan (impas)
-
NPV > 0 , usaha layak untuk dijalankan karena akan dapat menghasilkan keuntungan
Keterangan: Bt
= manfaat unit usaha pada tahun t (Rp)
Ct
= Biaya usaha pada tahun ke t (Rp)
i
= Discount rate (%)
t
= umur proyek (3 tahun)
b. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) Net B/C adalah perbandingan antara jumlah nilai sekarang dari keuntungan bersih pada tahun-tahun yang mana keuntungan bersih bernilai positif
dengan keuntungan bersih bernilai negatif (Kadariah et al, 1976).
Secara matematis Net B/C dinyatakan dengan rumus : Net B/C =
…………………………………………...(22)
Syarat : Bt – Ct > 0 Ct – Bt < 0 Dengan kriteria usaha : -Net B/C < 1, berarti usaha itu sebaiknya tidak dilaksanakan karena 27
tidak layak -Net B/C > 1, berarti usaha itu akan mendatangkan keuntungan, sehingga usaha ini dapat dilaksanakan. Keterangan : Bt = Benefit sehubungan dengan adanya investasi pada tahun t (Rp) Ct = Biaya sehubungan dengan adanya investasi pada tahun t (Rp) t = Umur Proyek (3 tahun) i = Discount rate (%) c. Internal Rate of Return (IRR) IRR adalah nilai discount rate i yang membuat NPV pada proyek sama dengan nol (Kadariah et al, 1976). Secara matematis IRR dinyatakan dengan rumus: ….…………...………….. (23)
IRR = i +
IRR ≥ i (discount rate), berarti usaha dapat dilaksanakan IRR < i (discount rate), berarti usaha lebih baik tidak dilaksanakan Keterangan : i’
= discount rate yang menghasilkan NPV+ (%)
i”
= discount rate yang menghasilkan NPV- (%)
NPV’ = NPV pada tingkat bunga i’(Rp) NPV” = NPV pada tingkat bunga i”(Rp) 3.7.3 Analisis Sensitivitas Analisis
sensitivitas
dilakukan
dengan
mengubah
suatu
unsur
kemudian menentukan pengaruh dari perubahan tersebut pada hasil analisis, unsur yang digunakan pada analisis sensitivitas usaha pembesaran ikan kerapu ini adalah unsur pakan. Pakan merupakan faktor produksi yang utama, sehingga perubahannya akan sangat berpengaruh pada kelangsungan usaha. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah kenaikan harga pakan tertinggi selama 5 tahun terakhir.
28
3.8 Batasan dan Pengukuran a) Variabel yang dijelaskan (output) dalam analisis fungsi produksi dalam penelitian ini adalah kerapu macan dengan size 100-200 gram, 200-300 gram, 300-400 gram, 400-500 gram, dan up 500 gram. b) Variabel yang menjelaskan (input) dalam analisis fungsi produksi dalam penelitian ini terdiri atas jumlah benih (ekor), pakan rucah (Kg), t e n a g a k e r j a o p e r a s i o n a l ( J a m k e r j a ) , tenaga kerja pemeliharaan (Jam kerja), obat-obatan (ml) dan BBM (l). Variabel input ini dihitung per m2. c) Umur proyek dalam penelitian ini ditetapkan selama 3 tahun dan merupakan umur teknis terlama dari komponen investasi yaitu jaring yang digunakan. d) Optimalisasi dengan menggunakan metode Cobb-Douglas dan kelayakan usaha dengan analisis kelayakan finansial. e) Analisis sensitivitas dengan menaikan harga pakan sebesar kenaikan harga pakan tertinggi selama 5 tahun terakhir.
29