30
III METODOLOGI 3.1.
Waktu dan Tempat Penelitian tentang analisis sensitivitas indikator-indikator pengelolaan hutan
produksi pada hutan alam dilaksanakan dalam waktu delapan bulan dengan rincian empat bulan dilakukan di areal kerja konsesi HPH/IUPHHK PT. Sari Bumi Kusuma, Kabupaten Seruyan, Provinsi Kalimantan Tengah. Sedangkan pengolahan data dan penyusunan model dilakukan di Bogor selama empat bulan. Lokasi penelitian bertempat di areal hutan konsesi HPH/IUPHHK PT. Sari Bumi Kusuma yang memperoleh ijin sejak tahun 1978 dan telah mendapat perpanjangan kedua (SK MENHUT No. 201/Kpts-II/1998) dengan luas areal kerja 208.300 ha (fokus penellitian ini pada kelompok Sungai Sruyan Hulus seluas 147.600). Berdasarkan peta Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) dan Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) lokasi tersebut masuk dalam kelompok hutan Sungai Seruyan Hulu dan Kelompok Sungai Jelai Delang yang terletak di Kabupaten Seruyan (dahulu Kabupaten Kotawaringin Timur), Provinsi Kalimantan Tengah. Lokasi penelitian tersaji pada Gambar 5. 3.2.
Rancangan Penelitian
3.2.1
Bahan dan Alat Untuk menyusun hasil dari model sensitivitas indikator-indikator pengelolaan
hutan alam alat yang digunakan adalah kompas. Phiband, meteran, haga, dan tape recorder kuisioner serta komputer dengan perangkat lunak analisis sistem Powersim Constructor 2,5. Sedangkan bahan yang digunakan adalah areal kerja IUPHHK PT. Sari Bumi Kusuma pada Lokasi Rencana Karya Lima Tahun (RKT) hutan primer dan hutan bekas tebangan tahun 2006 dan tahun berjalan 2007, hal ini digunakan untuk melihat tren estimasi jumlah vegetasi baik tingkat semai, pancang, tiang maupun pohon. 3.2.2
Jenis Data Penelitian model sensitivitas indikator-indikator pengelolaan hutan alam ini
membutuhkan data sebagai menunjang pemodelan, yaitu data primer dan data sekunder seperti yang tersaji pada Tabel 2.
31
Lokasi Penelitian
Gambar 5. Lokasi Penelitian IUPHHK PT. Sari Bumi Kusuma Kabupaten Seruyan dan Kabupaten Katingan, Provinsi Kalimantan Tengah
32
Tabel 2. Jenis Data Yang Dikumpulkan Dalam Penelitian Metoda Pengumpulan
Metoda Analisis
Alat Yang Digunakan
No
Kriteria
Parameter
Satuan
I a.
PRODUKSI Vegetasi Hutan
Kemantapan Tegakan
-
Kuadran
M3/Ha
Kuadran
Jenis Pohon Dilindungi Jenis Endemik Jenis
N/Ha, %
Kuadran
N/Ha, %
Kuadran
Jumlah Jenis
Kuadran dan Wawancara
Kekayaan Jenis
Spesies
Tabulasi
Binokuler Df. Isian
Kelimpahan
Individu
Pengamatan, Studi Pustaka, Wawancara Pengamatan, Studi Pustaka, Wawancara Pengamatan Wawancara
Tabulasi
Binokuler Df. Isian
Tabulasi, ploting di peta
Binokuler Df. Isian
Wawancara
-
Dft. Isian
Wawancara
-
Dft. Isian
Potensi Tegakan
b. II a.
III a.
3.2.3
Hasil Hutan Non Kayu EKOLOGI Satwaliar
Penyebaran % Lokal Ekonomi Perusahaan (Pendapatan) Pendapatan Biaya Produksi/Ha Harga Penjualan 3 Kayu/m
Deskriptif indeks keanekaragaman (Shanonn Indeks) Deskriptif terhadap kerapatan dan volume tiap jenis Deskriptif terhadap kerapatan dan INP Deskriptif terhadap kerapatan dan INP Tabulasi
Kompas,Haga Pt. ukur Dft. Isian Kompas, Haga Pt. Ukur,Df. Isian Kompas, Haga Pt. Ukur,Df. Isian Kompas, Haga Pt. Ukur,Df. Isian Df. Isian
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan
pengamatan langsung terhadap indikator kegiatan pengelolaan hutan alam produksi pada lokasi penelitian. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui kajian pustaka dari berbagai instansi pemerintah maupun swasta yang berhubungan dengan topik penelitian. 3.2.3.1 Metoda Pengumpulan Data Vegetasi Pengumpulan data vegetasi alam dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung di lapang (observasi lapang) secara diskriptif dengan mencatat jenis-jenis yang ditemukan dan dengan menggunakan metoda jalur berpetak. Pengukuran di lapangan dilakukan dengan Metode Jalur Berpetak dengan panjang 1 km dan lebar 20 m. setiap jarak 20 m dilakukan pengamatan terhadap vegetasi pada berbagai tingkat pertumbuhan. Untuk tingkat semai dan pancang dicatat jenis dan jumlah, sedangkan untuk tingkat tiang dan pohon dicatat jenis, tingkat dan diameter. digunakan untuk masing-masing pertumbuhan adalah sebagai berikut :
Kriteria yang
33
Semai Pancang Tiang Pohon
: Mulai dari anakan sampai tanaman yang tingginya kurang dari 1,5 m. : Mulai dari tinggi 1,5 m – berdiameter 10 cm : Berdiameter diantara 10 cm – 19 cm pada ketinggian 1,3 m : Berdiameter ≥ 20 cm pada ketinggian 1,3 m
Luas petak ukur untuk masing-masing pertumbuhan yang digunakan adalah 2 x 2 m (semai), 5 x 5 m (pancang), 10 x 10 m (tiang) dan 20 x 20 m (pohon). Letak petak ukur masing-masing tingkat pertumbuhan disusun berselang-seling seperti disajikan pada Gambar 6. 20 m
10 m 5m 20 m
2m
Jalur Rintis 2m 5m
10 m
Gambar 6. Bentuk Plot Contoh Pengamatan Vegetasi 3.2.3.2 Metoda Pengumpulan Data Tanah Pengumpulan data tanah dilakukan melalui pengumpulan data sekunder. Data sekunder tersebut dapat diperoleh dari studi pustaka (instansi terkait). Data-data tersebut berupa peta tanah, tataguna lahan, dan status lahan. Data primer tentang tanah diperoleh dari hasil pengamatan langsung di lapangan. Ada dua bentuk pengamatan yang dilakukan, yaitu: pengamatan tanah dengan bor dan pengamatan tanah profil dengan cara membuat galian profil tanah (pits). Dari setiap profil tanah diambil contoh tanah yang selanjutnya dianalisis di laboratorium. 3.2.3.3 Metoda Pengumpulan Data Satwa (Estimasi Populasi) Pengamatan satwaliar khususnya primata Owa Borneo (Hylobates muelleri dan Hylobates agilis) dilakukan melalui pengamatan langsung (Primer). Pengamatan langsung dilakukan dengan metoda perjumpaan langsung dan membuat transek jalur (line transect sampling) (Subcommittee on Consevation of Natural Pupulations 1981). Transek jalur adalah unit contoh berbentuk empat persegi panjang yang ditempatkan sama dengan transek pengamatan vegetasi, dimana panjang dan lebar transek telah
34
ditetapkan sebelum pengamatan dilakukan. Metode line transect sampling digunakan untuk menghitung kelimpahan relatif dan estimasi kepadatan populasi berbagai jenis mamalia (1>1 kg) (Wallace et al., 1998) metode ini lakukan pukul 06.30 sampai pukul 11.00 (Iskandar, 2006) . Pengamatan secara tidak langsung dilakukan melalui wawancara dengan staff PT. Sari Bumi Kusuma dan penduduk sekitar lokasi penelitian. Parameter dan indikator pengumpulan data vegetasi dan satwa disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Parameter dan Indikator Pengambilan Data Vegetasi dan Satwa No 1
2
Sub Komponen
Indikator
Parameter
Vegetasi
Vegetasi alam
Tipe vegetasi
Dominasi jenis
Vegetasi budidaya
Keanekaragaman jenis
Kerapatan
Keanekaragaman jenis
Status, Jumlah jenis
Tipe habitat
Kelimpahan
Keanekaragaman jenis
Status
Keanekaragaman jenis
Status
Satwa
Satwaliar Satwa budidaya
Titik pengamatan satwaliar sama dengan pengamatan vegetasi, yaitu ditempatkan secara proposional pada 5 transek yang memotong tegak lurus kontur, dengan jarak antar transek adalah 100 meter. Sedangkan pengamatan satwa budidaya dilakukan di desa terdekat. Pengambilan data model estimasi populasi Owa Borneo (Hylobates muelleri) dilakukan melalui pendekatan pohon pakan dan pohon tempat tidur. Identifikasi pohon tempat pakan dan pohon tempat tidur dilakukan saat melakukan pengambilan data vegetasi tingkat pohon yaitu 1) jenis pohon; 2) tinggi; 3) diameter (Iskandar, 2006). 3.3.
Metode Analisis
3.3.1
Metoda Analisis Potensi Tegakan Metoda analisis terhadap vegetasi dilakukan secara matematis, diskriptif, dan
tabulasi ddari ata-data di lapangan, terutama jenis-jenis yang dilindungi undangundang. Keadaan struktur vegetasi hutan alam dapat digambarkan melalui analisis Indeks Nilai Penting (INP). INP ini merupakan kumulatif dari Kerapatan relatif (KR),
35
Frekuensi Relatif (FR), dan Dominasi Relatif (DR) yang dihitung dengan menggunakan persamaan (Surianegara dan Indrawan 1976) berikut ini : INP = KR (%) + DR (%) + FR (%) Untuk mendapatkan nilai KR, DR dan FR digunakan rumus sebagai berikut : Jumlah individu suatu jenis Kerapatan (batang/Ha) = Luas areal seluruh petak contoh Kerapatan suatu jenis Kerapatan Relatif (%) =
x 100 % Total kerapatan seluruh jenis Basal area suatu jenis
Dominansi (m²/Ha)
= Luas seluruh petak contoh Dominansi Relatif (%)
Dominansi suatu jenis =
x 100 % Total dominansi seluruh jenis Jumlah petak terisi suatu jenis
Frekuensi
= Jumlah petak contoh seluruhnya Frekuensi suatu jenis
Frekuensi Relatif (%)
3.3.2
=
x 100 % Total frekuensi seluruh jenis
Metoda Analisis Data Satwa Metoda analisis terhadap satwa/fauna dilakukan secara matematis, diskriptif,
dan tabulasi terhadap data-data lapangan terutama jenis-jenis yang dilindungi undangundang. Analisis data menggunakan metoda IPA (Indices Ponctuel of d’Abundance) berdasarkan rumus Shannon Winner sebagai berikut : Nilai Indeks Keanekaragaman Jenis (H’) dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : n Dimana : ni = Nilai INP individu dari jenis i H' = - Σ {ni/N x Ln (ni/N)} N = Jumlah INP individu seluruh jenis i=1 Estimasi populasi primata Owa Borneo (Hylobates muelleri) dilakukan dengan menganalisis data yang telah diperoleh dengan menggunakan persamaaan dari Subcommittee on Consevation of Natural Pupulations (1981), yaitu : P=DxA
36
Dimana : P = Populasi D = Kepadatan Populasi A = Areal yang dihuni Kepadatan populasi dapat diperoleh dengan menghitung jumlah individu yang diidentifikasi dan membaginya dengan luas arela penelitian sehingga akan diperoleh individu per satuan luas tertentu, persamaannya adalah : Jumlah Individu Teriidentifikasi D = ----------------------------------------------Total Areal Penelitian Untuk menduga populasi Owa Borneo (Hylobates muelleri) pada kurung waktu tertentu dan memprediksi populasi untuk waktu yang akan datang, menggunakan perangkat lunak Powersim constructor 2,5. berbagai parameter yang berhubungan dengan Owa Borneo (Hylobates muelleri) seperti data vegetasi tingkat pohon khususnya pohon pakan dan tempat tidur. 3.3.3
Analisis Sensitivitas Indikator Pengelolaan Hutan Alam Penelitian ini dilakukan dengan maksud mengungkapkan indikator/parameter
yang sensitiv terhadap respon intervensi dan membuat skenario interaksi dari tiap indikator. Model sensitivitas akan mengungkapkan hasil-hasil intevensi terhadap unsur dan struktur sistem hal dimaksudkan dalam rangka menemukan alternatif tindakan. Ringkasnya uji sensitivitas adalah intevensi paramter input model dan/atau struktur model untuk melihat seberapa jauh kepekaannya terhadap perubahan output, sehingga dapat diamat bagaimana efek atau dampak suatu intevensi terhadap kinerja model (Siswosudarmo et al., 2001). Secara skematis intervensi input parameter tersaji pada Gambar 7.
Intervensi Struktur Model Normal Intervensi
INPUT
PROSES
OUTPUT
Gambar 7. Tipe Intervensi Model Parameter Input vs Struktur Model (Siswosudarmo et al.,, dimodifikasi 2008)
Dampak
Intervensi Fungsional Input
37
Ada beberapa fase dalam analisis sesnsitivitas seperti yang dikemukakan oleh Purnomo (2005), sebagai berikut : a. Identifikasi indikator/isu/masalah, tujuan dan batasan Identifikasi indikator/isu atau masalah dan batasan dilakukan untuk mengetahui dimana sebenarnya pemodelan perlu dilakukan. Hal ini dilakukan untuk menetukan indikator hipotetikal sebanyak 10 indikator. Setelah isu ditentukan, selanjutnya menentukan tujuan pemodelan menyangkut metode pemodelan, ketelitian model dan jenis model yang dinyatakan secara eksplisit. Setelah isu dan masalah berikutnya menentukan batasan terhadap permodelan yang dilakukan. b. Konseptualisasi model dengan menggunakan ragam metod seperti diagram kotak dan panah, diagram sebab-akibat, diagram stok (stoc) dan aliran (flow) atau diagram klas dan diagram sekuens Tahapan ini dumulai dengan mengidentifikasi semua komponen yang terlibat atau dimasukan dalam pemodelan. Jika komponen-komponen tersebut sangat banyak maka dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori. Komponen-komponen tersebut kemudian mencari hubungannya satu sama lain dengan menggunakan diagram kotak dan panah Dalam konseptualisasi model ini, perlu diperhatikan bahwa komponenkomponen yang membentuk sistem harus dinamis, sensitif terhadap perubahan serta keterkaitannya
dalam
sistem
membentuk
hubungan
sebab-akibat.
Identifikasi
keterkaitan komponen tersebut didasarkan pada keadaan nyata agar hasil yang digambarkan model tersebut mendekati keadaan sebenarnya. c. Spesifikasi model dengan merumuskan makna diagram, kuantifikasi dan atau kualifikasi komponen indikator yang diperlukan Spesifikasi model kuantitatif, bertujuan untuk membentuk model kuantitatif dari konsep model yang telah ditetapkan dengan memberikan nilai kuantitatif terhadap masingmasing variabel/indikator dan menterjemahkan hubungan atau keterkaitan antar 10 variabel/indikator dan komponen penyusunan model sistem tersebut kedalam persamaan matematika. Persamaan tersebut dapat diperoleh dari hasil regresi terhadap data yang ada, hasil rujukan atau berdasarkan rekaan yang dapat dipertanggungjawabkan. Secara rinci tahapan dalam spesifikasi model kuantitatif terdiri dari : -
Memilih dan menentukan struktur kuantitas model
-
Menentukan satuan waktu dalam simulasi
38
-
Identifikasi bentuk-bentuk fungsional dan persamaan model
d. Evaluasi model yaitu mengamati kelogisan model dan membandingkan dengan dunia nyata atau model yang serupa jika ada dan diperlukan Evaluasi model bertujuan untuk mengetahui keterhandalan model untuk mendikripsikan keadaan sebenarnya. Proses pengujian dilakukan dengan mengamati kelogisan model dan membandingkan dengan dunia nyata atau model andal yang serupa jika ada. Setelah setiap dari model diamati apakah relasi-relasi yang ada logis atau tidak, maka selanjutnya diamati logis tidaknya keterkaitan antar bagian sebagai model yang utuh. Logis dalam hal ini berarti bahwa semua persamaan sesuai dengan apa yang dipercayai orang atau dengan kata lain sesuai dengan paradigma yang ada. Tahapan kedua dari evaluasi model ini adalah mengamati apakah perilaku model sesuai dengan harapan atau perkiraan yang digambarkan pada tahapan konseptualisasi model. Model dijalankan atau dieksekusi pada sebuah komputer, dan diamati hasilnya apakah beberapa komponen yang diamati atau menjadi fokus perhatian sesuai dengan pola perilaku perilaku yang diharapkan. Tahapan ketiga adalah membandingkan periaku model dengan data yang diperoleh dari sistem atau dunia nyata. Jika dalam model terdapat fungsi-fungsi bilangan acak, maka model harus dieksekusi sebanyak 30 kali untuk mengamati keragaman hasil pemodelan tersebut. Berikut ini langkah-langkah penerapan uji sensitivitas terhadap indikatorindikator pengelolaan hutan alam produksi ada lima yaitu : -
Identifikasi alternatif intevensi, yaitu melihat intervensi apa perlu dilakukan untuk mencapai kinerja model yang diinginkan pada waktu mendatang. Untuk itu perlu dilihat dulu hasil simulasi tanpa intervensi, yaitu mengamati apakah kecendurangan kinerja model masih terkendali dan mantap, atau justru memperlihatkan
kecendurangan
melampaui
batas
(overshot)
dan/atau
bergejolak (oscillation). Jika kejadiannya adalah kecenderungan kinerja model masih terkendali dan mantap, bukan berarti tidak diperlukan intervensi, karena lingkungan sistem masa datang terus berubah dengan cepat. -
Uji sensitivitas intervensi terhadap penggunaan paramater input dan intervensi struktur model sehingga menghasilkan output dengan intervensi atau normal.
-
Analisis dampak intervensi, yaitu melihat secara kuantitatif berapa besar dan kapan dampak intervensi menunjukkan hasil.
39
-
Hasil uji parameter/indikator kemudian dievaluasi dengan maksud memilih tiga diantara yang paling sensitiv dari sepuluh indikator pada langkah identifikasi indikator/masalah maupun atau isu-isu.
-
Selanjutnya mensimulasikan dan mengamati hasil dan dampaknya pada keseluruhan kinerja unsur dalam sistem. Perubahan sifat dampak bersifat dinamis
yang
dinyatakan
dalam
prosentase
fungsi
waktu
dan
pola
kecanderungan hasil dan dampak intervensi adalah bersifat non-linier. Hal tersebut akan di uji dengan fasilitas uji sensitivitas variabel/indikator dengan menggunakan perangkat lunak Powersim Constructor 2,5, hal ini digunakan untuk mengantisipasi perubahan parameter yang mungkin terjadi dalam dunia nyata -
Kemudian menentukan dua sampai tiga indikator/variabel yang paling sensitiv terhadap respon intervensi.
-
Menguji hasil model yang telah dikembangkan (mensimulasikan) di lapangan dengan mengukur nilai normal indikator dan melakukan intervensi serta mengamati perbahan nilai indikator.
e. Penggunaan model yaitu membuat skenario-skenario ke depan atau alternatif kebijakan kemudian mengevaluasi ragam skenario atau kebijakan tersebut dan pengembangan perencanaan dan agenda kedepan. Model yang telah dibentuk digunakan untuk menccapai tujuan pembentukannya. Kegiatan pertama adalah membuat daftar panjang semua skenario yang mungkin dapat dibuat dari model yang dikembangkan. Semua skenario tersebut dieksekusi, kemudian hasil eksekusi tersebut dicoba untuk dipahami. Dari hasil eksekusi tersebut kemudian dibuat daftar pendek yang memenuhi tujuan pemodelan. Dari daftar pendek tersebut dilakukan penajaman untuk mendapatkan hal-hal yang diinginkan, seperti makna yang lebih rinci dari skenario tersebut dan bagaimana hubungannya dengan komponenkomponen yang diubah-ubah untuk memenuhi skenario tersebut. Langkah kedua adalah menganalisis hasil dari daftar pendek skenario tersebut. Hasil analisis dari hasil eksekusi tiap skenario akan dipakai untuk membuat peringkat skenario - skenario tersebut yang mencerminkan urutan skenario yang lebih cocok untuk diterapkan sesuai dengan model yang dikembangkan. Tahapan terakhir adalah merumuskan skenario tersebut menjadi opsi atau pilihan kebijakan.