perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Sub Daerah Aliran Sungai Serayu Hulu. Sub Daerah Aliran Sungai Serayu Hulu meliputi Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo. Tempat penelitian ini juga memiliki batas wilayah satuan lahan sebanyak 38 satuan lahan. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai dari awal Januari 2012 sampai Juni 2013 dengan perincian pada Gambar.3.1.
No.
Kegiatan
Tahun 2012-2013 Bulan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
Penyusunan Proposal Penyusunan 2 Instrumen Pengumpulan 3 Data 4 Analisis Data Penulisan 5 Laporan Gambar 3.1. Rancangan Waktu Penelitian 1
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Menurut Yunus (2010: 40) menyatakan bahwa pendekatan bermakna sebagai suatu upaya/cara/metode untuk dapat memahami karakteristik fenomena geosfera tersebut secara lebih baik, lebih jelas, lebih detail dan lebih akurat. Menurut Hadari Nawawi dalam Tika (1997: 2) menyatakan bahwa metode penelitian merupakan ilmu yang memperbincangkan metode-metode ilmiah dalam menggali kebenaran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. commit to user Metode survei adalah suatu metode penelitian yang bertujuan untuk 32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
mengumpulkan sejumlah besar data berupa variabel, unit atau individu dalam waktu yang bersamaan (Tika, 1997: 9). Metode survei dilakukan untuk memperoleh data lapangan melalui pengamatan, pengukuran dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala erosi yang terjadi pada obyek penelitian dan beberapa faktor-faktor erosi terkait. Obyek penelitian yang dimaksud adalah satuan lahan yang dijadikan sampel atau titik pengamatan dengan pembatasan wilayah berupa DAS. 2. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini guna membahas hasil penelitian adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Yunus (2010: 312) menyatakan bahwa penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang banyak menggunakan alat bantu analisis berupa tabel baik tabel tunggal maupun tabel silang, grafik, diagram, peta-peta, foto udara, dan citra satelit. C. Data dan Sumber Data 1. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden atau obyek yang diteliti, atau ada hubungannya dengan yang diteliti. Perolehan data primer dapat diukur langsung baik di lapangan maupun dari analisis di laboratorium. a. Observasi Lapangan : 1) Panjang lereng, diperoleh dari observasi lapangan. 2) Kemiringan lereng, diperoleh dari observasi lapangan. 3) Faktor P (tindakan konservasi), diperoleh dari observasi lapangan. 4) Solum tanah, diperoleh dari observasi lapangan. 5) Struktur tanah, diperoleh dari observasi lapangan. 6) Faktor C (pengelolaan Lahan), diperoleh dari observasi lapangan. 7) Permeabilitas Tanah, diperoleh dari observasi lapangan. b. Analisi Laboratorium 1) Tekstur Tanah, diperoleh dari hasil analisis laboratorium. commit to userdari hasil analisis laboratorium. 2) Bahan Organik (BO) tanah, diperoleh
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh tidak dari pengamatan langsung dilapangan, akan tetapi berdasarkan dokumen, catatan, telaah pustaka serta informasi atau literatur yang menunjang. Data sekunder yang diperlukan antara lain: a. Tanah b. Penggunaan lahan dan persebarannya yang diperoleh dari Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1:25.000 tahun 2000 lembar 1408-424 Wonosobo dan lembar 1408-442 Kejajar . c. Kemiringan lereng yang diperoleh dari interpretasi peta Rupa Bumi Indonesia lembar Wonosobo dan Kejajar skala 1:25.000 tahun 2000. d. Jenis batuan e. Curah hujan f. Monografi kecamatan dan desa diseluruh daerah yang berada di dalam Sub DAS Serayu Hulu, diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonosobo. D. Teknik Sampling Populasi adalah totalitas dari semua obyek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap pada obyek yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah lahan yang ada di Sub Daerah Aliran Sungai Serayu Hulu Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah. Satuan analisis yang digunakan adalah satuan lahan. Satuan lahan Sub DAS Serayu Hulu yang diperoleh merupakan gabungan dari beberapa karakteristik lahan yang sama sabagai hasil tumpangsusun (overlay) dari parameter batuan (peta geologi), topografi (peta lereng), tanah (peta tanah) dan penggunaan lahan (peta Penggunaan lahan). Sampel yang diambil sebanyak 38 satuan lahan di Sub DAS Serayu Hulu dengan 20 sampel tanah yang akan dilakukan uji laboratorium utnuk dapat mengetahui tekstur dan bahan organik tanah tersebut. Penetapan banyaknya sampel yang diambil yaitu didasarkan pada teknik sampling yang digunakan berupa Purposive Sampling, commit yaitu to user pengambilan sampel berdasarkan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
pertimbangan-pertimbangan tertentu. Maka pertimbangan yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis tanah, kemiringan lereng dan penggunaan lahan. Teknik pengambilan sampel adalah dengan cara Purposive Sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Sampel dipilih secara cermat dengan mengambil objek penelitian secara selektif dan mempunyai ciri-ciri yang spesifik yang dianggap cukup mewakili (representative) sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui besar erosi, arahan konservasi tanah, dan hambatan masyarakat terhadap arahan konservasi. Ciri-ciri yang spesifik meliputi jenis tanah, jenis batuan, kemiringan lereng dan penggunaan lahan di Sub DAS Serayu Hulu. E. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Lapangan Observasi lapangan atau pengamatan langsung di lapangan untuk mengetahui permeabilitas tanah untuk menentukan erodibilitas tanah (K) serta pengelolaan tanaman dan tindakan konservasi yang dilakukan pada lahan, digunakan untuk menentukan nilai faktor C dan P. Pengukuran kemiringan lereng dan panjang lereng untuk menentukan nilai faktor LS dan pengukuran solum tanah untuk menentukan tingkat bahaya erosi. Alat bantu yang digunakan dalam observasi lapangan adalah lembar checklist untuk mencatat hasil pengamatan dan kamera untuk mendokumentasikan proses pengamatan seperti pengambilan sampel tanah dan pendokumentasian lingkungan sekitar titik pengamatan. 2. Uji Laboratorium Uji laboratorium untuk mengetahui tekstur tanah (% debu, % pasir, dan % lempung), persentase bahan organik (% BO) dan kelas struktur. Hasil uji laboratorium tersebut digunakan untuk menentukan nilai erodibilitas tanah (K). 3. Analisis Dokumen Dokumentasi yaitu perolehan data dari catatan dan beberapa peta. Data yang diperoleh dari hasil dokumentasi berupa data curah hujan untuk commit user jenis batuan, kemiringan lereng menentukan nilai erosivitas (R), jenistotanah,
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
dan peta Rupa Bumi Indonesia sebagai salah satu faktor untuk menentukan titik sampel. F. Teknik Analisis Data Analisis data bertujuan untuk meyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. 1. Besar Erosi Permukaan Untuk mengetahui besar erosi permukaan di Sub DAS Serayu Hulu, maka perlu dilakukan analisis faktor-faktor penyebab erosi terlebih dahulu. Analisis faktor-faktor penyebab erosi meliputi: a. Faktor Erosivitas Hujan (R) Erosivitas adalah kemampuan hujan untuk menimbulkan erosi. Erosivitas adalah tenaga pendorong yang menyebabkan terkelupasnya dan terangkutnya partikel-partikel tanah ketempat yang lebih rendah (Asdak, 2010: 357). Erosivitas dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan persamaan berikut: El30 = 6,119Pb1,211. N-0,474.P0,5max
(3.1)
Dimana: El30
= Indeks erosi hujan bulanan (KJ/ha).
Pb
= Curah Hujan bulanan (cm)
N
= Jumlah hari hujan per bulan.
Pmax
= hujan maksimum harian (24 jam) dalam waktu yang bersangkutan. Besarnya erosivitas hujan tahunan rata-rata berdasakan penelitian
yang dilakukan Bols (1978) di Pulau Jawa dan Madura. El30 tahunan adalah jumlah El30 bulanan (Suripin, 2004: 72) Besar EL30 digunakan untuk mencari erosivitas berdasarkan rumus sebagai berikut: (3.2)
Dimana: R
= erosivitas hujancommit rata-rata to tahunan. user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
N
= jumlah kejadian hujan dalam kurun waktu satu tahun (musim hujan)
X
= Jumlah tahun atau musim hujan yang digunakan sebagai dasar perhitungan.
(Asdak, 2010: 358) b. Faktor Erodibilitas Tanah (K) Erodibilitas merupakan daya tanah terhadap erosi. Erodibilitas tanah dapat ditentukan melalui rumus: (3.3) Dimana: K= indeks erodibilitas tanah M= presentase pasir sangat halus dan debu (diameter 0,05-0,01 dan 0,02-0,05 mm) x (100-presentase tanah liat) O= Presentase bahan organik S = kode struktur tanah yang dipergunakan dalam klasifikasi tanah P= kelas permeabilitas (Suripin, 2004: 73). Berdasarkan rumus 3.3, maka nilai M dapat ditentukan dengan melihat Tabel 3.1. Tabel 3.1 Nilai M untuk Beberapa Tekstur Tanah Kelas tekstur tanah Nilai M Lempung berat 210 Lempung sedang 750 Lempung Pasiran 1213 Lempung ringan 1685 Geluh lempung 2160 Pasir lempung liatan 2830 Geluh lempungan 2830 Pasir 3035 (Sumber: Suripin, 2004: 75)
Kelas tekstur tanah Pasir geluhan Geluh berlempung Geluh pasiran Geluh Geluh liatan Liat Campuran merata
commit to user
Nilai M 1245 3770 4005 1390 6330 8245 4000
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
Berdasarkan rumus 3.3, maka struktur tanah dapat ditentukan berdasarkan kode-kode tertentu. Kode struktur tanah untuk menghitung nilai K dapat ditentukan dengan menggunakan Tabel 3.2. Tabel 3.2. Kode Struktur Tanah Untuk Menghitung Nilai K dengan Nomograf Kelas Struktur Tanah (Ukuran Diameter) Granuler sangat halus (<1mm) Granuler halus (1 sampai 2 mm) Granuler sedang sampai kasar (2 sampai 10 mm) Berbentuk blok, blocky, plat, massif (Sumber: Suripin, 2004: 74)
Kode 1 2 3 4
Berdasarkan rumus 3.3, maka permeabilitas tanah yang telah diketahui dapat ditentukan nilainya berdasarkan Tabel 3.3. Tabel 3.3. Kode Permeabilitas Tanah untuk Menghitung Nilai K dengan Nomograf Kelas Permeabilitas
Kecepatan (cm/jam)
Kode
<0,5 0,5 - 2,0 2,0 - 6,3 6,3 - 12,7 12,7-25,4 >25,4
1 2 3 4 5 6
Sangat lambat Lambat Lambat sampai sedang Sedang Sedang sampai cepat Cepat (Sumber: Suripin, 2004:75)
c. Faktor Panjang Lereng (L) dan Kemiringan Lereng (S) Faktor LS merupakan kombinasi antara factor panjang lereng (L) dan kemiringan lereng (S) atau nisbah besarnya erosi dari plot lahan. Kemiringan dan panjang lereng mempengaruhi kecepatan dan volume limpasan permukaan. Nilai LS untuk sembarang panjang dan kemiringan lereng dihitung dengan persamaan yang disampaikan oleh Wischmeier dan Smith (1978) untuk digunakan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut: LS = (L/22)z (0,006541S2 + 0,0456S + 0,065) commit to user
(3.4)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
Dimana: L = panjang lereng (m) yang diukur dari tempat mulai terjadinya aliran air di atas permukaan tanah sampai tempat mulai terjadinya pengendapan disebabkan oleh berkurangnya kecuraman lereng atau ke tampat aliran air di permukaan tanah masuk ke badan air atau saluran. S = Kemiringan Lereng (%) z = Konstanta yang besarnya bervariasi tergantung besarnya S (z = 0,5 jaka S ≥ 5 %; z = 0,4 jika 5% > S ≥ 3%; z = 0,3 jika 3% > S ≥1%; dan z = 0,2 untuk S < 1%). (Wischmeier dan Smith, 1978 dalam Suripin, 2004: 76) Untuk karakteristik DAS, kemiringan lereng pada setiap satuan lahan
perlu
diklasifikasikan, klasifikasi
kemiringan
lereng dapat
ditentukan dengan menggunakan Tabel 3.4. Tabel 3.4. Klasifikasi Kemiringan Lereng Menurut Sudut Lereng Kelas Lereng I II III IV V
Nilai 0 - 8% 8 - 15% 15 - 25% 25 - 45% > 45 %
Klasifikasi Datar Landai Agak Curam Curam Sangat Curam
(Sumber: Asdak, 2010: 414) d. Faktor Pengelolaan Tanaman (C) Faktor C menunjukkan keseluruhan pengaruh dari vegetasi, seresah, kondisi permukaan tanah dan pengelolaan lahan terhadap besarnya tanah yang hilang (erosi). Untuk menentukan nilai faktor C untuk berbagai tanaman dan pengelolaan tanaman digunakan Tabel 3.5. e. Faktor Pengelolaan dan Konservasi Tanah (P) Faktor P adalah nisbah antara tanah tererosi rata-rata dari lahan yang mendapat perlakuan konservasi tertentu terhadap tanah tererosi ratarata dari lahan yang diolah tanpa tindakan konservasi, dengan catatan commit userdiasumsikan tidak berubah. Untuk faktor-faktor penyebab erosi yangtolain
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
mengetahui faktor Pengelolaan dan Konservasi Tanah (P) digunakan Tabel 3.6. Setelah nilai masing-masing variabel dari faktor-faktor penyebab erosi diketahui yaitu mengenai nilai Erosivitas (R), Erodibilitas (K), panjang dan kemiringan lereng (LS), pengelolaan tanah dan jenis vegetasi (C) dan faktor tindakan konservasi (P) maka besar erosi yang terjadi di daerah penelitian dihitung dengan Universal Soil Loss Equation (USLE), berikut: A = R K LS C P Dimana: A = besarnya kehilangan tanah per satuan lahan (satuan ton/ha/th). R = faktor Erosivitas curah hujan dan air larian untuk daerah tertentu. K = faktor erodibilitas tanah L = faktor panjang lereng S = faktor kemiringan lereng C = faktor (pengelolaan) cara bercocok tanam P = faktor praktek konservasi tanah (cara mekanik) (Wischmeier dan Smith (1978) dalam Asdak (2010:356-357) Untuk mengetahui kelas besar erosi permukaan Sub DAS Serayu Hulu adalah dengan mendasarkan pada klasifikasi besar erosi permukaan pada Tabel 3.7. Tabel 3.7. Klasifikasi Besar Erosi Permukaan Besar Erosi (ton/ha/th) 0 - 15 15 - 60 60 - 180 180 - 480 > 480 (Sumber: Permenhut, RTkRHL-DAS: 2009)
commit to user
Kalsifikasi Besar Erosi Sangat Ringan (SR) Ringan (R) Sedang (S) Berat (B) Sangat Berat (SB)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
Tabel 3.5. Nilai C (Pengelolaan Tanaman) Macam Penggunaan Lahan
Nilai Faktor C
Tanah terbuka, tanpa tanaman
1,000
Hutan atau semak belukar
0,001
Savannah dan prairie dalam kondisi haik
0,010
Savannah dan prairie yang rusak untuk gembalaan
0,100
Sawah
0,010
Tegalan tidak dispesifikasi
0,700
Ubi kayu
0,800
Jagung
0,700
Kedelai
0,399
Kentang mengikuti kontur*
0.4 1
Kentang searah lereng* Kacang tanah
0,200
Padi gogo
0.561
Tebu
0,200
Pisang
0,600
Akar wangi (sereh wangi)
0,400
Rumput Bede ( tahun pertama)
0,287
Rumput Bede (tahun kedua)
0,002
Kopi dengan penutup tanah buruk
0,200
Talas
0,850
Kebun campuran
Kerapatan tinggi
0,100
Kerapatan sedang
0,200
Kerapatan rendah
0,500
Perladangan
0,400 Hutan alam
Hutan Produksi
Seresah banyak
0,001
Seresah sedikit
0,005
Tebang habis
0,500
Tebang pilih
0,200
Semak belukar, padang rumput
0,300
Ubi Kayu + Kedelai
0,181
Ubi kayu + Kacang tanah
0,195
Padi Sorghum
0,345
Padi – Kedelai
0,417
Kacang tanah + Gude
0,495
Kacang tanah + Kacang tunggak
0,571
Kacang tanah + mulsa jerami 4t/hr.
0,049
Padi + mulsa jerami 4t/ha
0,096
Kacang tanah + mulsa jagung 4t/ha
0,128
Kacang tanah + mulsa Crotalaria 3t/ha
0,136
Kacang tanah + mulsa Kacang tunggak
0,259
Kacang tanah + mulsa jerami 2t/ha
0,377
Padi + Mulsa Crotalaria 3t/hn
commit to user
0,387
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
Pola tanaman tumpang gilir + mulsa jerami
0,079
Pola tanaman berurutan + mulsa sisa tanaman
0,357
Alang-alang murni subur
0,001
Padang rumput (stepa) dan savanna
0,001
Rumput Brachiaria
0,002
(Sumber: Arsyad, (1989) dalam Suripin, 2004: 79-80. *) Hardjowigeno dan Widiatmoko, 2007: 120) Tabel 3.6.Nilai Faktor P pada Berbagai Aktivitas Konservasi Tanah di Jawa Tindakan Khusus Konservasi Tanah
Nilai P
Teras bangku : a. Baik
0,04
b. Sedang
0,15
c. Jelek
0,35
Teras bangku : jagung-ubi kayu/kedelai
0,06
Teras bangku : sorghum-sorghum
0,02
Teras tradisional
0,40
Teras gulud : padi-jagung
0,01
Teras gulud : ketela pohon
0,06
Teras gulud : jagung-kacang + mulsa sisa tanaman
0,01
Teras gulud : kacang kedelai
0,11
Tanaman dalam kontur : a. Kemiringan 0 - 8 %
0,50
b. Kemiringan 9-20 %
0,75
c. Kemiringan > 20%
0,90
Tanaman dalam jalur-jalur : jagung-kacang, tanah + mulsa
0,05
Mulsa limbah jerami : a. 6 ton/ha/tahun
0,30
b. 3 ton/ha/tahun
0,50
c. 1 ton/ha/tahun
0,80
Tanaman perkebunan : a. Disertai penutup tanah rapat
0,10
b. Disertai penutup tanah sedang
0,50
Padang rumput : a. Baik
0,04
b. Jelek
0,40
Tanpa tindakan konservasi *)
1,00
(Sumber: Asdak, 2004: 375 *) Arsyad, 1989: 259)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
2. Arahan Teknik Konservasi Tanah Dengan memperhatikan permasalahan yang ada serta besarnya nilainilai faktor penyebab erosi (R, K, LS, C, P), teknik konservasi tanah secara teknis dapat ditentukan. Penentuan arahan teknik konservasi dilakukan berdasarkan pertimbangan besar erosi, solum tanah, dan tingkat bahaya erosi yang disesuaikan dengan fungsi lahannya. Arahan konservasi merujuk pada pedoman arahan teknik konservasi menurut Dep-Hut (1986) dalam Hardjowigeno,
S
dan
Widiatmaka
(2007)
dan
Permenhut
nomor:
P.32/Menhut-II/2009 tentang Tata Cara Penyusunan Teknik Rehabilitasi Hutan Dan Daerah Aliran Sungai (RTkRHL-DAS). Untuk mengetahui arahan teknik konservasi lahan diperlukan data besar erosi, solum tanah, dan tingkat bahaya erosi pada setiap fungsi kawasannya. a. Besar erosi tanah Besar erosi tanah diperoleh berdasarkan hasil perhitungan rumusan masalah yang pertama. b. Solum tanah Solum tanah diperoleh dari hasil pengamatan lapangan. Cara yang dilakukan untuk mengukur solum tanah adalah dengan cara permukaan hingga bahan induk tanah atau dimulai dari lapisan O – A – E – B. c. Tingkat bahaya erosi Tingkat Bahaya Erosi adalah perkiraan kehilangan tanah maksimum dibandingkan dengan tebal solum tanah pada setiap satuan lahan bila teknik pengelolaan tanaman dan konservasi tanah tidak mengalami perubahan. Dari pernyataan tersebut, maka tingkat bahaya erosi dapat diketahui dengan membagi besar erosi tanah dengan tebal solum. d. Fungsi Kawasan Fungsi kawasan ditentukan dengan cara skoring berdasarkan Undang-Undang Tata Ruang yakni UU. No. 24 Tahun 1992. Lahan-lahan commit tokeuser di Indonesia dapat diperuntukkan dalam satu atau lebih dari kategori
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
peruntukan yaitu kawasan lindung, kawasan penyangga, kawasan budidaya tanaman tahunan, kawasan budidaya tanaman semusim, dan Kawasan permukiman. Ada tiga faktor utama yang digunakan dalam klasifikasi peruntukan diatas: (a) kemiringan lereng, (b) faktor jenis tanah berdasarkan kepekaan terhadap erosi, dan (c) faktor curah hujan harian rata-rata. (a) Faktor kemiringan lereng Penentuan fungsi kawasan salah satu faktornya adalah kemiringan lereng, maka dibutuhkan skoring terhadap kemiringan lereng. Skor kemiringan lereng dapat dilihat pada Tabel 3.8. Tabel. 3.8. Skor Kemiringan Lereng Kelas Kemiringan Lereng I 0 - 8% (datar) II 8 - 15% (landai) III 15 - 25% (agak curam) IV 25 - 45% (curam) V > 45% (sangat curam) (Sumber: Rahim, 2006: 76)
Skor 20 40 60 80 100
(b) Faktor jenis tanah terhadap erosi Jenis tanah menjadi salah satu faktor pembentuk fungsi kawasan, maka setiap jenis tanah memiliki nilai yang berbeda-beda. Skor jenis tanah dapat dilihat pada Tabel 3.9. Tabel. 3.9. Skor Jenis Tanah terhadap Erosi Kelas Jenis Tanah I Aluvial, Gleisol, Planosol, Hidromorf kelabu, Laterik air tanah (tidak peka) II Latosol (agak peka) III Brown Forest Soil, Non Calcic brown, Midetaranian (agak peka) IV Andosol, Laterik, Grumusol, Podsol, Podsolic (peka) V Regosol, Litosol, Renzina (sangat peka) (Sumber: Rahim, 2006: 76) commit to user
Skor 15 30 45 60 75
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
(c) Faktor intensitas curah hujan Faktor intensitas curah hujan menjadi salah satu penentu fungsi kawasan karena sangat berpengaruh terhadap kegunaan kawasan tersebut. Skor intensitas curah hujan dapat dilihat pada Tabel 3.10. Tabel. 3.10. Intensitas Curah Hujan Kelas Intensitas Curah Hujan I 0 – 13,6 mm/hr (sangat rendah) II 13,6 – 20,7 mm/hr (sedang) III 20,7 – 27,7 mm/hr (tinggi) IV 27,7 – 34,8 mm/hr (sangat tinggi) V >34,8 mm/hr (sangat tinggi) (Sumber: Rahim, 2006: 76)
Skor 10 20 30 40 50
Penetapan klasifikasi penggunaan lahan dilakukan dengan jalan menjumlahkan skor ketiga faktor tersebut. Klasifikasi fungsi kawasan dapat dilihat pada Tabel 3.11. Tabel 3.11. Penentuan Fungsi kawasan Fungsi Kawasan Kawasan Lindung Kawasan Penyangga Kawasan budidaya tanaman tahunan Kawasan budidaya tanaman semusim Kawasan permukiman
Skor >175 124 - 174 <124 <124 <124 , mempunyai kemiringan 0-8%,
(Sumber: Rahim, 2006: 77-79) Tabel Penentuan arahan konservasi lahan dapat dilihat pada lampiran 9. Simbol arahan konservasi dapat dilihat pada Gambar. 3.2. Besar erosi tan ah Solum tanah TBE Fungsi Kawasan Penggunaan lahan
S. II.SB.FK (L). Ht T (1,2) V(1) Arahan Rehabillitasi vegetatif Arahan Rehabillitasi Teknik
Gambar 3.2. Simbol Arahan Konservasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
Gambar 3.2. terdapat arahan rehabilitasi vegetatif dan arahan rehabilitasi teknik. Keterangan simbol arahan konservasi rehabilitas secara teknik dapat dilihat pada tabel 3.12, sedangkan keterangan simbol arahan konservasi rehabilitasi secara vegetatif dapat dilihat pada tabel 3.13. Tabel 3.12. Simbol Teknik Konservasi Tanah Secara Teknik Simbol T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T10 T11 T12 T13 T14
Teknik Konservasi Tanah Teras guludan termasuk pematang kontur Teras kredit Teras bangku termasuk teras bangku datar, teras bangku belakang, teras bangku miring, teras kebun, teras bangku putus Teras individu Teras gunung atau saluran pengelak Saluran pembuangan air (SPA) Barisan sisa tanaman Rorak, mulsa vegetatif Bangunan terjunan biasanya bangunan terjunan dari batu atau bamboo Control sedimen temasuk dam pengendali dan dam penahan Sumbat jurang termasuk gully ged structures Flood, control and/or river bank protection Road protection Control of erosion and run off from settlement areas including use of soak pitd, absorption well, drop structures drains
(Sumber: Permenhut tentang Tata Cara Penyusunan Teknik Rehabilitasi Hutan dan Daerah Aliran Sungai (RTkRHL-DAS), 2009) Tabel 3.13. Simbol Teknik Konservasi Tanah secara Vegetatif Simbol V1 V2 V3 V4 V5 V6 V7 V8 V9 V10 V11 V12 V13 V14 V15 V16 V17
Teknik Konservasi Tanah Penanaman rumput Pertanaman campuran termasuk pergiliran tanaman, tumpang gilir, pertanaman campuran, tumpang sari Penanaman menurut kontur, penanaman menurut strip, pertanaman lorong Pengendalian tanah minimum tanpa olah tanah Strip rumput Penanaman penutup tanah Manajemen tanah organik termasuk mulsa, percampuran kompos, pupuk kandang, pupuk hijau dan sisa tanaman Tanaman pagar, pagar hidup Hutan lindung, hutan kemasyarakatan, hutan suaka alam dan hutan wisata Hutan produksi termasuk hutan produksi terbatas dan hutan rakyat Vegetasi permanen termasuk tanaman industri, perkebunan, kebun Agroforestry termasuk kebun campuran, kebun rumah Replanting of clear felled forest Suksesi alami Perlindungan sungai dan mata air Silvopasture Planting of trees, shruts and grasses primarly for soil conservation purposes
(sumber: Permenhut tentang Tata Cara Penyusunan Teknik Rehabilitasi Hutan dan Daerah Aliran Sungai (RTkRHL-DAS), 2009) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
3. Hambatan masyarakat terhadap arahan konservasi Hambatan masyarakat terhadap arahan konservasi dilakukan dengan cara diskusi terhadap petani di Sub DAS Serayu Hulu. Diskusi dalam penelitian ini menggunakan key person. Key person tidak dibatasi jumlah sampelnya, sehingga satu sampel saja dianggap cukup jika sudah memenuhi kebutuhan untuk penelitian (http://digilib.sunan-ampel.ac.id). Pada penelitian ini, peneliti hanya mengambil satu sampel saja yang dianggap mengetahui hambatan masyarakat terhadap arahan konservasi. Lembar wawancara terhadap key person dapat dilihat pada Lampiran 11. G. Prosedur Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap pelaksanaan yaitu: 1. Tahap Persiapan dan Pengajuan Proposal Pada tahap ini dilakukan observasi awal terhadap daerah penelitian kemudian mencari literatur yang sesuai dengan tema penelitian, setelah itu dilakukan penyusunan proposal. 2. Penyusunan Instrumen Penelitian Instrumen
penelitian
adalah
alat
yang
digunakan
untuk
mengumpulkan data yang diperlukan.Dalam penelitian ini instrumen penelitian yang digunakan adalah peta satuan lahan, kemudian diperlukan juga lembar checklist dengan format sesuai dengan data faktor-faktor dari variable penelitian yang diperlukan. 3. Tahap Pengumpulan Data Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data berupa pengambilan sampel tanah terusik dan tidak terusik yang diperlukan guna analisis kadar bahan organik, tekstur, struktur dan tingkat permeabilitas. Data yang diperoleh untuk mengisi lembar pengamatan (Checklist) dan memasukkan sampel uji di laboratorium. 4. Tahap Analisis Data Tahap
ini
merupakan
tahap
perhitungan,
analisis
dan
pengklasifikasian data-data yang diperoleh untuk memperoleh hasil dari commit to user penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
5. Tahap Penulisan Laporan Penelitian Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam penelitian, pada tahap ini hasil penelitian yang diperoleh akan dilaporkan atau disajikan dalam bentuk tulisan, tabel, gambar dan peta. Untuk lebih jelasnya mengenai tahap-tahapan penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 3.2.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
Peta Geologi
g.
Peta Jenis Batuan Sub DAS Serayu Hulu
Peta RBI Skala 1:25.000 tahun 2000 lembar 1408-
Peta Tanah
424 Wonosobo dan lembar 1408-442 Kejajar
Peta Penggunaan Lahan Sub DAS Serayu Hulu
Peta Kemiringan Lereng Sub DAS Serayu Hulu
Peta Jenis Tanah Sub DAS Serayu Hulu
Overlay
Peta Satuan Lahan Tentatif Sub DAS Serayu Hulu
Cek Lapangan
Peta Satuan Lahan Sub DAS Serayu Hulu
Penentuan Titik Sampel
Kerja Lapangan Pengambilan sempel Pengukuran Lapangan: - Panjang Lereng - Kemiringan Lereng - Pengelolaan Lahan - Praktek Konservasi - Kedalaman Tanah - Solum Tanah
Hasil Uji Laboratorium: - Struktur Tanah - Tekstur Tanah - Permeabilitas Tanah - Bahan Organik (BO) Tanah
Analisis Data
Besar Erosi Tanah
Peta Besar Erosi Sub DAS Serayu Hulu
Arahan Teknik Konservasi di Sub DAS Serayu Hulu
Gambar 3.2. Diagram Alir Penelitian commit to user
-
Data Sekunder: Curah Hujan Penggunaan lahan Kemiringan lereng Monografi desa dan kecamatan Jenis tanah