42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di wilayah Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Penentuan lokasi penelitian ini didasarkan atas pertimbangan bahwa di Kecamatan Selogiri ini memiliki berbagai obyek wisata yang cukup menarik, namun belum didayagunakan dan dikembangkan secara optimal. 2. Waktu Penelitian Penelitian diawali dengan persiapan sampai dengan penulisan laporan penelitian. Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan dengan rentang waktu mulai bulan April 2014 sampai bulan Desember 2015. Waktu penelitian dilakukan secara bertahap, meliputi: Tabel 3. Waktu Penelitian Waktu No
Kegiatan
1
Persiapan
2
Penulisan Proposal Penelitian
3
Penyusunan Instrumen penelitian
4
Pengumpulan data
5
Analisis Data
6
Penulisan Laporan Penelitian
Apr s/d Juni‘14
Juli s/d Sept‘14
42
Okt s/d Des‘14
Jan s/d Mar‘15
Apr s/d Juli‘15
Agust s/d Des‘15
43
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan keruangan (Spatial Approach). Penelitian deskriptif adalah penelitian yang lebih mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadangkadang diberikan interpretasi atau analisis (Tika, 2005: 4). Penelitian ini dimulai dengan observasi, dokumentasi dan wawancara sebagai teknik pengumpulan data serta bertujuan untuk mempelajari keadaan/ status obyek pada saat diadakan penelitian. Jadi penelitian ini berusaha mendeskripsikan persebaran dan potensi wisata yang terdapat di daerah penelitian, yaitu persebaran yang berupa titik lokasi obyek wisata dan potensi obyek wisata yang didapatkan dari hasil penilaian variabel-variabel untuk mengukur potensi. Arahan penegembangan di analisis menggunakan analisis SWOT yang dipadukan dengan hasil penilaian potensi. Dari perpaduan tersebut ditemukan faktor pembatas dan faktor pendukung dalam usaha pengembangan obyek wisata yang selanjutnya bisa digunakan untuk acuan untuk membuat arahan pengembangan obyek wisata. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan keruangan (Spatial Approach). Pendekatan keruangan adalah suatu metode untuk memahami gejala tertentu agar mempunyai pengetahuan yang lebih mendalam melalui media ruang, dalam hal ini variabel ruang mendapat posisi utama dalam setiap analisis (Yunus, 2010: 44). Pendekatan keruangan pada penelitian ini secara umum menggunakan batas administratif Kecamatan Selogiri sebagai batas penelitian dan keberadaan obyek wisata sebagai obyek penelitiannya. Pendekatan keruangan berfungsi untuk mengidentifikasi persebaran obyek wisata pada daerah penelitian.
44
C. Data dan Sumber Data Berdasarkan sumbernya, data dapat digolongkan menjadi data primer dan data sekunder (Tika, 2005: 43). 1. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden atau obyek yang diteliti atau ada hubungannya dengan yang diteliti. Data primer dalam penelitian ini dikumpulkan dengan melakukan pengamatan dan observasi langsung di lapangan untuk mengetahui secara langsung kondisi langsung kondisi lokasi studi, serta dengan melakukan wawancara kepada aparatur pemerintah, pengelola obyek dan wisatawan. Data primer hasil pengamatan lapangan antara lain: a. Daya tarik obyek wisata, indikator: tingkat kelangkaan/ keunikan, macam sumberdaya kreasi yang tersedia, nilai wisata, ketersediaan lahan untuk rekreasi, dan kebersihan udara lokasi . b. Aksesbilitas obyek wisata, indikator: jarak dari jalan raya, sarana transportasi menuju obyek, kondisi jalan menuju obyek, jumlah sarana transportasi umum menuju obyek per hari. c. Sarana prasarana dan fasilitas dasar, indikator: jumlah adanya fasilitas. Fasilitas dapat meliputi sarana air bersih, sarana ibadah, listrik, jaringan telekomunikasi, tempat parkir, MCK, warung makan, penginapan, toko souvenir/ oleh-oleh. Data yang diperoleh dari wawancara kepada aparatur pemerintah adalah data mengenai sejarah kepariwisataan, data macam-macam obyek wisata, data perkembangan pariwisata, data rencana pengembangan pariwisata dan dukungan serta hambatan dalam usaha pengembangan pariwisata. Data yang diperoleh dari wawancara kepada pengelola obyek adalah data mengenai kondisi umum obyek wisata, data potensi daya tarik obyek wisata, data aksesbilitas obyek wisata, data sarana prasarana wisata, data rencana pengembangan obyek wisata dan dukungan serta hambatan dalam usaha pengembangan obyek wisata. Data yang diperoleh dari wawancara kepada wisatawan adalah data mengenai motivasi kunjungan, informasi tentang
45
tanggapan secara umum terhadap obyek wisata, informasi tentang kekurangankekurangan apa saja yang ditemukan dan yang dirasakan selama berkunjung di obyek wisata serta saran atau masukan untuk pengembangan obyek wisata. Instrumen yang digunakan adalah lembar pengamatan untuk penilaian potensi obyek wisata dan lembar wawancara. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang telah lebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang atau instansi di luar dari peneliti sendiri, walaupun data yang dikumpulkan itu sebenarnya data yang asli. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mencari arsip dan data-data yang terkait dengan penelitian untuk memperoleh data yang dibutuhkan sebagai bahan proses analisis yang akan dilakukan. Pengumpulan data sekunder ini dilakukan dengan survei ke beberapa instansi yang terkait. Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain: a. Data sejarah obyek wisata yang diperoleh dari kantor pengelola masingmasing obyek. b. Data pengunjung yang diperoleh dari kantor pengelola masing-masing obyek. c. Data monografi Kecamatan Selogiri yang diperoleh dari kantor BPS Kabupaten Wonogiri. d. Data sebaran obyek wisata yang diperoleh dari Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Wonogiri dan Kantor Kecamatan Selogiri. e. Data iklim di Kecamatan Selogiri yang diperoleh dari Dinas Pertanian Kecamatan Selogiri. f. Data sebaran sarana dan prasarana pariwisata di Kecamatan Selogiri yang diperoleh dari Kantor Kecamatan Selogiri, Kantor BPS Kabupaten Wonogiri, BAPPEDA, Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Wonogiri, Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri, Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Wonogiri, dan PDAM sebagai perusahaan atau pengelola fasilitas umum pariwisata.
46
g. Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar 1408-323 (Manyaran), Lembar 1408324 (Jumantono) dan Lembar 1408-342 (Wonogiri) Tahun 2001 dari BAKOSURTANAL. D. Teknik Sampling Setiap penelitian ilmiah berhadapan dengan masalah populasi dan sampel. Pemilihan dan penentuan populasi maupun sampel itu tergantung pada permasalahan yang akan diteliti. 1. Populasi Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya akan diduga (Wardiyanta, 2006: 19). Dalam setiap penelitian, populasi harus disebutkan secara eksplisit, terkait dengan besarnya anggota populasi dan wilayah penelitian. Berdasarkan pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisis yang menjadi sumber pengambilan sampel. Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah seluruh pelaku pariwisata yang ada di wilayah Kecamatan Selogiri. Pelaku pariwisata tersebut terdiri dari wisatawan, pengelola obyek wisata, industri pariwisata/ penyedia jasa, pendukung jasa wisata, pemerintah, masyarakat lokal, dan lembaga swadaya masyarakat. 2. Sampel Sampel adalah sebagian dari obyek atau individu-individu yang mewakili suatu populasi (Tika, 2005: 24). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara purposive sampling dan accidental sampling. Purposive sampling adalah metode pengambilan sampel yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan cermat dan akurat. Purposive sampling dalam penelitian ini yaitu dengan menentukan orang-orang yang tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi informan atau sumber informasi yang benar serta mengetahui masalah penelitian. Sampel dalam penelitian terdiri dari pengelola obyek wisata dan aparatur pemerintah setempat. Pengelola obyek wisata dalam hal ini adalah Kepala UPTD atau mereka yang ikut berpartisipasi aktif dalam pengelolaan obyek wisata. Sedangkan pihak
47
aparatur pemerintah setempat dalam hal ini adalah Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Wonogiri yaitu Bapak Sentot Sujarwoko, S.H. Purposive Sampling dalam penelitian ini digunakan untuk wawancara kepada aparatur pemerintah dan pengelola. Sedangkan Accidental Sampling adalah metode pengambilan sampel secara tidak acak dan kebetulan. Accidental Sampling dalam penelitian ini digunakan untuk wawancara kepada wisatawan. Melalui teknik ini proses pengambilan sampel dilakukan tanpa perencanaan seksama. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari wisatawan. Sampel yang pertama kali berhasil dijumpai dapat dipilih langsung. Dalam hal ini wisatawan yang dimaksud adalah wisatawan yang pada saat pengambilan sampel berlangsung sedang berada di lokasi obyek wisata. E. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber dan berbagai cara. Pengumpulan data dari segi cara atau teknik dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview (wawancara), kuesioner (angket), dokumentasi dan gabungan keempatnya (Sugiyono, 2013: 62). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: 1. Observasi Lapangan Kegiatan observasi dilakukan secara langsung terhadap obyek wisata di daerah penelitian dengan cara sistematik atau berstruktur, yaitu menentukan unsur-unsur utama yang akan diobservasi secara sistematik. Unsur-unsur yang ditentukan tersebut disesuaikan dengan tujuan penelitian yang telah dibuat. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah peneliti dalam mengumpulkan data primer. Observasi lapangan dilakukan untuk memperoleh data yang ada di lapangan berupa data daya tarik obyek wisata, data aksesbilitas obyek wisata serta data sarana prasarana dan fasilitas dasar yang ada di masing-masing obyek wisata di wilayah Kecamatan Selogiri Kabupaten Wonogiri.
48
2. Dokumentasi Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi adalah pengambilan data melalui dokumen-dokumen/ catatan yang terkait dengan permasalahan yang akan diteliti. Untuk menjamin bahwa data yang dikumpulkan valid maka peneliti harus dapat mengevaluasi atau menilai data yang sudah didapatkan. Data yang diperlukan antara lain data sejarah obyek wisata, pengunjung, monografi, sebaran obyek wisata, iklim, dan sebaran sarana prasarana pariwisata. 3. Wawancara Teknik wawancara digunakan untuk memperoleh keterangan atau informasi yang terinci dan mendalam dalam rangka pengumpulan data. Kegiatan ini dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara lisan dengan interviewee (orang yang memberi informasi). Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara berstruktur sehingga daftar pertanyaan disusun terlebih dahulu agar informasi yang dibutuhkan dapat terjaring secara lengkap dan baik. Dalam wawancara ini, peneliti menetapkan beberapa intervewee untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan. Interviewee tersebut adalah Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Wonogiri yaitu Bapak Sentot Sujarwoko, S.H, Kepala UPTD atau pengelola masingmasing obyek wisata dan wisatawan obyek wisata. F. Validitas Data Data yang telah dikumpulkan harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya, sehingga suatu cara untuk kemantapan kesimpulan dan tafsiran penelitian yang disebut validitas data. Dalam penelitian ini teknik pemeriksaan data dilakukan dengan cara triangulasi. Dalam teknik triangulasi ini peneliti menggunakan beberapa sumber dalam pengumpulan data, artinya membandingkan dan mengecek baik kepercayaan sesuatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dengan jalan metode kualitatif. Hal-hal yang dilakukan adalah dengan membandingkan hasil dari observasi, wawancara, dan analisis dokumen sehingga hasil akhir dari analisis mencapai tingkat mutu dan validitas tinggi.
49
Dalam penelitian ini uji validitas dilakukan dengan observasi lapangan untuk membuktikan apakah nilai hasil skoring masing-masing variabel pada setiap obyek wisata, sudah sesuai dengan kenyataan atau belum. Peneliti juga melakukan wawancara dengan pihak terkait untuk memperkuat deskripsi hasil pengamatan dan analisis dokumen. G. Teknik Analisis Data 1. Analisis Potensi Obyek Wisata Penentuan nilai potensi dilakukan dengan penilaian menggunakan pengharkatan (teknik skoring), yaitu dengan memberikan skor atau nilai. Variabel penelitian dipilih berdasarkan kriteria penelitian dalam pedoman penyusunan analisis daerah obyek wisata dan menggunakan alat ukur dari penelitian sejenis dan menyesuaikan dengan kondisi daerah penelitian. Dalam penelitian ini variabel penelitian terdiri dari daya tarik obyek wisata, aksesbilitas serta sarana prasarana dan fasilitas dasar. Nilai skor digunakan untuk membedakan besar pengaruh antara berbagai kriteria penilaian dari setiap variabel yang digunakan, sedangkan bobot nilai digunakan untuk membedakan besar pengaruh antar variabel. Tahapan dalam analisis data pada penelitian ini diawali dengan pemilihan indikator dari variabel-variabel penelitian berdasarkan kriteria penelitian pengembangan potensi daerah wisata dari Departemen Kehutanan Jakarta yang dimodifikasi karena disesuaikan dengan kondisi kepariwisataan daerah setempat. Setelah dilakukan skoring dengan pembobotan pada masingmasing variabel untuk mengetahui tingkat perkembangan masing-masing obyek wisata. Alasan menggunakan pembobotan adalah untuk menghindari hasil pengharkatan (skoring) yang tidak sesuai dengan kenyataan dilapangan. Variabel yang mempunyai daya dukung tinggi terhadap perkembangan pariwisata mempunyai nilai yang tinggi, dan sebaliknya variabel yang mempunyai daya dukung rendah mempunyai bobot nilai rendah. Penilaian potensi dilakukan dengan menggunakan rumus interval kelas. Rumus interval kelasnya adalah sebagai berikut:
50
I=
𝐑 𝐍
Dimana: I
= Interval kelas
R
= Jumlah skor tertinggi – Jumlah skor terendah
N
= Jumlah kelas Kriteria yang digunakan dalam penskoran pada masing-masing
variabel akan dijelaskan sebagai berikut: a. Daya Tarik Objek Wisata Variabel daya tarik obyek wisata menjadi prioritas utama dalam penilaiannya. Variabel ini mempunyai bobot 0,5 karena daya tarik memberikan pengaruh yang besar terhadap kedatangan wisatawan. Faktorfaktor penilaian pada variabel ini adalah: tingkat kelangkaan atau keunikan, macam sumber daya kreasi, nilai wisata, ketersediaan lahan, kebersihan udara dari polusi. Tingkat kelangkaan atau keunikan obyek dinilai dari kelangkaan obyek tersebut mudah ditemukan didaerah lain atau tidak. Kriteria ini dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu lokal, regional, nasional dan internasional. Dikatakan lokal apabila obyek banyak ditemukan ditempat lain tetapi mempunyai keunikan tersendiri, regional apabila obyek jarang ditemukan ditempat lain tetapi kurang memiliki keunikan, nasional apabila obyek jarang ditemukan di tempat lain dan memiliki keunikan tersendiri, sedangkan internasional apabila obyek tidak dapat ditemukan ditempat lain dan memiliki keunikan tersendiri. Macam sumber kreasi yang tersedia dibagi pada beberapa daya tarik, yaitu daya tarik geologi, flora, fauna, air, dan lain-lain. Untuk penilaian pada parameter nilai wisata, dibagi menjadi lima nilai yaitu rekreasi, pengetahuan, kebudayaan, pengobatan, dan kepercayaan. Pada parameter ketersediaan lahan rekreasi dibagi menjadi tiga yaitu lahan untuk bersantai, bermain, berolahraga, dan untuk kegiatan lainya. Parameter ini dihitung berdasarkan jumlahnya. Untuk parameter kebersihan udara dilokasi, dibedakan sumber
51
polusinya apakah dari alam, industri, pemukiman, sampah, binatang dan lain-lain. Penskoran untuk variabel daya tarik obyek wisata tersebut bisa dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Kriteria Penilaian Daya Tarik Obyek Wisata No
1
Faktor
5
Tingkat Kelangkaan/
Regional
10
Keunikan
Nasional
15
Internasional
20
Ada 1 macam
2
Ada 2 macam
4
Ada 3 macam
6
Ada ≥ 4 macam
8
Ada 1 nilai obyek
2
Ada 2 nilai obyek
4
Ada 3 nilai obyek
6
Ada ≥ 4 nilai obyek
8
Tidak tersedia
1
Tersedia tetapi hanya salah satu
2
Tersedia tetapi terbatas
3
Tersedia cukup luas
4
Kebersihan udara lokasi
Tidak ada polusi
4
(Tidak ada pengaruh polusi
Ada 1-2 sumber polusi
3
dari alam, industri,
Ada 3-4 sumber polusi
2
permukiman, sampah,
Ada ≥ 5 sumber polusi
yang tersedia (geologi, flora,
fauna, air, lainnya) Nilai wisata (rekreasi, 3
pengetahuan, kebudayaan, pengobatan, kepercayaan)
Ketersediaan lahan untuk 4
rekreasi (bersantai, bermain, berolahraga)
5
Skor
Lokal
Macam sumberdaya kreasi 2
Kriteria
binatang, dll)
1
Sumber: Departemen Kehutanan dalam Sugiyanto (2004: 40) dengan modifikasi Tahun 2015
Berdasarkan lima parameter di atas, kemudian ditentukan kelas daya tarik obyek wisata dengan cara menjumlah skor hasil pengamatan lapangan dari masing-masing parameter. Klasifikasi daya tarik obyek wisata
52
dibagi menjadi 3 kelas dengan cara interval. Rumus yang dipakai adalah rumus interval kelas. Rumus interval kelasnya adalah sebagai berikut:
I=
𝐑 𝐍
Dimana: I = Interval kelas R
= Jumlah skor tertinggi - Jumlah skor terendah
N
= Jumlah kelas Interval kelasnya adalah I = (22 5,5) / 3 = 5,5. Klasifikasi skor
daya tarik obyek wisata disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Klasifikasi Skor dan Kelas Daya Tarik Obyek Wisata No.
Skor Variabel Daya Tarik
Kelas Daya Tarik
1
16,5 22
Sangat Menarik
2
10,9 16,4
Menarik
3
5,3 10,8
Kurang Menarik
b. Aksesbilitas/ Keterjangkauan Adalah kemudahan daya jangkau menuju obyek wisata. Variabel ini mempunyai bobot 0,3. Faktor-faktor yang mempengaruhi aksesbilitas adalah jarak, sarana transportasi, dan kondisi jalan. Pada variabel aksesbilitas terdapat empat variabel, antara lain jarak dari jalan raya, sarana transportasi menuju obyek, kondisi jalan menuju obyek, jumlah sarana transportasi umum menuju obyek per hari. Sarana transportasi yang dimaksud adalah sarana transportasi yang digunakan menuju obyek. Kondisi jalan yang dimaksud dibagi menjadi empat, yaitu setapak, tanah, berbatu, dan beraspal. Jumlah sarana transportasi umum yang dimaksud adalah seberapa sering sarana transportasi umum melewati obyek dalam satu hari. Penskoran untuk variabel aksesbilitas/ keterjangkauan tersebut bisa dilihat pada Tabel 6.
53
Tabel 6. Kriteria Penilaian Aksesbilitas No.
Faktor
1 Jarak dari jalan raya
2 Sarana transportasi menuju obyek
3 Kondisi jalan menuju obyek
4 Jumlah sarana transportasi umum menuju obyek per hari
Kriteria
Skor
≥ 4 km
1
2-3 km
2
1-2 km
3
< 1 km
4
Jalan kaki
1
Roda dua
2
Pribadi, roda empat
3
Umum, roda empat
4
Setapak
1
Tanah
2
Berbatu
3
Beraspal
4
Tidak ada
1
Ada 1-10 kendaraan
2
Ada 11-20 kendaraan
3
> 20 kendaraan
4
Sumber: Departemen Kehutanan dalam Asmoro (2011: 34) dengan modifikasi Tahun 2015
Berdasarkan dari empat parameter diatas, kemudian ditentukan kelas aksesbilitas, yaitu dengan cara menjumlah skor hasil pengamatan lapangan dari masing-masing parameter. Klasifikasi daya tarik obyek wisata dibagi menjadi 3 kelas dengan cara interval. Rumus yang dipakai adalah rumus interval kelas. Rumus interval kelasnya adalah sebagai berikut:
I=
𝐑 𝐍
Dimana: I = Interval kelas R
= Jumlah skor tertinggi - Jumlah skor terendah
N
= Jumlah kelas
54
Interval kelasnya adalah I = (4,8 1,2) / 3 = 1,2. Klasifikasi skor aksesbilitas disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Klasifikasi Skor dan Kelas Aksesbilitas No
Skor Variabel Aksesbilitas
Kelas Aksesbilitas
1
3,6 - 4,8
Sangat Mudah
2
2,3 – 3,5
Mudah
3
1 - 2,2
Sulit
c. Sarana Prasarana dan Fasilitas Dasar Sarana prasarana dan fasilitas dasar merupakan variabel yang mempunyai peranan penting dan tidak bisa ditinggalkan kerena berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan wisatawan. Variabel ini mempunyai bobot 0,1. Pada variabel ini terdapat terdapat tujuh parameter, antara lain sarana air bersih, sarana ibadah, listrik, jaringan telekomunikasi, tempat parkir, MCK, warung makan, penginapan dan toko souvenir/ oleh-oleh. Parameter sarana air bersih yang dimaksud adalah ketersediaan air baik dari sumur atau mata air. Parameter sarana ibadah yang dimaksud adalah ketersediaan bangunan ibadah di suatu obyek. Parameter listrik yang dimaksud adalah keterjangkauan listrik disuatu obyek. Parameter jaringan telekomunikasi, tempat parkir, MCK, warung makan, penginapan dan toko souvenir/ oleholeh yang dimaksud adalah ketersediaan fasilitas-fasilitas tersebut di suatu obyek. Untuk parameter tempat parkir yang diukur adalah luasannya secara kualitatif. Penskoran untuk variabel sarana prasarana dan fasilitas dasar tersebut bisa dilihat pada Tabel 8.
55
Tabel 8. Kriteria Penilaian Sarana Prasarana dan Fasilitas Dasar No.
Faktor
1 Sarana air bersih
2 Sarana ibadah
3 Listrik
4
Jaringan Telekomunikasi
Kriteria Kurang memadai
1
Tersedia tetapi terbatas
2
Tersedia memadai
3
Belum tersedia
1
Tersedia tetapi kurang terawat
2
Tersedia dengan kondisi baik
3
Belum terjangkau
1
Sudah terjangkau tetapi sebagian
2
Terjangkau baik
3
Belum tersedia
1
(signal HP, Wifi dan Jaringan Tersedia 1-3 jaringan telfon rumah) 5 Tempat parkir
6 MCK
7 Warung makan
8 Penginapan
9
Toko souvenir/ oleh-oleh
Skor
2
Terdapat >4 jaringan
3
Belum tersedia
1
Tersedia tetapi sempit
2
Tersedia luas
3
Tidak ada
1
Ada 1-4 unit
2
Ada > 5 unit
3
Tidak ada
1
Ada 1-4 unit
2
Ada > 5 unit
3
Tidak ada
1
Ada 1-4 unit
2
Ada > 5 unit
3
Tidak ada
1
Ada 1-4 unit
2
Ada > 5 unit
3
Sumber: Departemen Kehutanan dalam Sulistyaningrum (2012: 34) dengan modifikasi Tahun 2015
Berdasarkan sembilan parameter di atas ditentukan kelas sarana prasarana dan fasilitas dasar dengan cara menjumlah skor hasil pengamatan
56
lapangan dari masing-masing parameter. Klasifikasi sarana prasarana dan fasilitas dasar dibagi menjadi 3 kelas dengan cara interval. Rumus yang dipakai adalah rumus interval kelas. Rumus interval kelasnya adalah sebagai berikut:
I=
𝐑 𝐍
Dimana: I = Interval kelas R
= Jumlah skor tertinggi - Jumlah skor terendah
N
= Jumlah kelas Interval kelasnya adalah I = (2,7 0,9) / 3 = 0,6. Klasifikasi sarana
prasarana dan fasilitas dasar disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Klasifikasi Skor dan Kelas Sarana Prasarana dan Fasilitas Dasar No
Skor Sarana dan Prasarana
Kelas Sarana dan Prasarana
1
2,1 – 2,7
Sangat Mendukung
2
1,4 – 2
Mendukung
3
0,7 – 1,3
Kurang Mendukung
Berdasarkan variabel-variabel diatas ditentukan nilai potensi obyek wisata dengan cara menjumlahkan skor hasil pengamatan lapangan dari masing-masing parameter. Nilai skor tertinggi diberikan apabila parameter mendukung pengembangan kepariwisataan dan nilai skor rendah apabila parameter kurang mendukung pengembangan kepariwisataan. Untuk menentukan kelas potensi digunakan rumus jumlah total. Jumlah total nilai tertinggi dari tiga variabel dikurangi jumlah total nilai terendah dari tiga variabel yang kemudian dibagi jumlah kelas. Untuk lebih jelasnya akan disajikan dalam perhitungan dibawah ini:
57
Dimana:
I=
𝐑 𝐍
I = Interval kelas R
= Jumlah skor tertinggi - Jumlah skor terendah
N
= Jumlah kelas
Jumlah nilai tertinggi
= (X1 x 0,5) + (X2 x 0,3) + (X3 x 0,1)
Jumlah nilai terendah
= (Y1 x 0,5) + (Y2 x 0,3) + (Y3 x 0,1)
Keterangan: X1, X2, X3 = Total nilai tertinggi pada variabel 1, total nilai tertinggi pada variabel 2, total nilai tertinggi pada variabel 3. Y1,Y2,Y3 = Total nilai terendah pada variabel 1, total nilai terendah pada variabel 2, total nilai terendah pada variabel 3. 0.5, 0.3, 0.1 = Bobot nilai variabel 1, bobot nilai variabel 2, bobot nilai variabel 3. Jumlah nilai tertinggi
= (44 x 0,5) + (16 x 0,3) + ( 27 x 0,1) = 22 + 4,8 + 2,7 = 29,5
Jumlah nilai terendah
= (11 x 0,5) + (4 x 0,3) + (9 x 0,1) = 5,5 + 1,2 + 0,9 = 7,6
Interval kelas
= Jumlah kelas tertinggi – Jumlah kelas terendah 3 =
29,5 – 7,6 3
=
21,9 3
= 7,3
58
Untuk lebih jelas, kelas potensi obyek wisata dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Klasifikasi Skor dan Kelas Potensi Obyek Wisata Skor Potensi Obyek
No
Kelas Potensi Obyek Wisata
Wisata
1
22,2 – 29,5
Sangat Potensial
2
14,8 – 22,1
Cukup Potensial
3
7,4 – 14,7
Kurang Potensial
2. Analisis SWOT Arahan
pengembangan
dengan
analisis
SWOT
(Strengths,
Weaknesses, Opportunities, dan Threats). Teknik ini digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan internal, serta kesempatan/ peluang dan tantangan/ ancaman eksternal. Pertama yang harus dilakukan adalah penilaian potensi setiap obyeknya. Selanjutnya analisis SWOT dilakukan secara menyeluruh dalam obyek wisata tersebut. Analisis SWOT dilakukan dengan membuat lembaran kerja yang berisi persilangan empat bagian yang masing-masing terdiri dari kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman. Dari hasil observasi dapat diketahui kekuatan dan kelemahan pada masing-masing obyek wisata. Kesempatan/ peluang dan tantangan/ ancaman bersifat melengkapi analisis internal yang didapatkan dari wawancara dan dokumentasi. Pada masing-masing obyek yang sudah teridentifikasi, kemudian ditentukan
arah
pengembangannya,
atas
dasar
kekuatan,
kelemahan,
kesempatan dan ancaman yang dimiliki. Dalam menggunakan analisis SWOT terdapat kelemahan diantaranya pada umumnya SWOT hanya mencerminkan pandangan
seseorang
atau
kelompok,
dimana
hanya
mencerminkan
keberpihakan dalam menilai tindakan yang telah ditentukan sebelumnya, daripada
digunakan
sebagai
alat
untuk
menemukan
kemungkinan-
kemungkinan penemuan baru dan kadang-kadang ancaman dipandang sebagai kesempatan. Disisi lain SWOT dapat digunakan secara kreatif sehingga
59
membentuk dan membangun fondasi, sehingga dapat menciptakan sejumlah rencana strategis untuk pengembangan program-program baru. H. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian merupakan suatu kegiatan yang menyeluruh dari berbagai tahapan penelitian mulai dari persiapan, penulisan proposal penelitian, penyusunan instrumen penelitian, pengumpulan data, analisis data sampai yang terakhir adalah penulisan laporan penelitian. Langkah-langkah dalam prosedur penelitian bisa dilihat pada Gambar 2. Persiapan
Penulisan Proposal Penelitian
Penyusunan Instrumen Instrumen
Penulisan Laporan Penelitian
Analisis Data
Pengumpulan Data
Gambar 2. Bagan Prosedur Penelitian
Penjelasan tentang langkah-langkah dalam prosedur penelitian mulai dari awal sampai akhir akan dijabarkan sebagai berikut: 1. Persiapan Merupakan tahap awal dalam rangkaian proses penelitian. Tahap persiapan ini meliputi beberapa tahap yaitu berupa penentuan obyek penelitian, dalam arti daerah penelitian maupun topik penelitian. Pengamatan terhadap permasalahan-permasalahan yang ada, kemudian dilanjutkan dengan studi literatur yang berkaitan dengan obyek penelitian. 2. Penulisan Proposal Penelitian Tahap ini merupakan tindak lanjut dari tahap persiapan. Pada tahap ini yang dilakukan oleh peneliti adalah merumuskan latar belakang masalah, merumuskan permasalahan, menentukan tujuan penelitian, merumuskan manfaat dari penelitian serta mengkaji teori-teori pendukung yang berkaitan dengan
judul
penelitian
untuk
memfokuskan
masalah
penelitian.
Selanjutnya proposal penelitian ini digunakan sebagai dasar acuan untuk melakukan penelitian.
60
3. Penyusunan Instrumen Penelitian Tahapan ini adalah tahapan sebelum melakukan pengumpulan data, dengan cara membuat instrumen penelitian. Instrumen penelitian merupakan alat untuk mendapat informasi yang berhubungan dengan penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam yaitu yang pertama instrumen untuk penilaian potensi obyek wisata yang terdiri dari tiga variabel yaitu variabel daya tarik obyek, variabel aksesbilitas serta variabel sarana prasarana dan fasilitas dasar. Instrumen yang kedua yaitu instrumen untuk wawancara kepada aparatur pemerintah dalam hal ini sebagai informannya adalah Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga yaitu Bapak Sentot Sujarwoko, S.H, wawancara kepada pengelola masing-masing obyek wisata dan wawancara kepada wisatawan obyek wisata. Data yang diperoleh dari wawancara kepada aparatur pemerintah adalah data mengenai sejarah kepariwisataan, data macam-macam obyek wisata, data perkembangan pariwisata, data rencana pengembangan pariwisata dan dukungan serta hambatan dalam usaha pengembangan pariwisata. Data yang diperoleh dari wawancara kepada pengelola obyek adalah data mengenai kondisi umum obyek wisata, data potensi daya tarik obyek wisata, data aksesbilitas obyek wisata, data sarana prasarana wisata, data rencana pengembangan obyek wisata dan dukungan serta hambatan dalam usaha pengembangan obyek wisata. Data yang diperoleh dari wawancara kepada wisatawan adalah data mengenai motivasi kunjungan, informasi tentang tanggapan secara umum terhadap obyek wisata, informasi tentang kekurangan-kekurangan apa saja yang ditemukan dan yang dirasakan selama berkunjung di obyek wisata serta saran atau masukan untuk pengembangan obyek wisata.
61
4. Pengumpulan Data Tahap ini merupakan tahap yang banyak menyita waktu dan tenaga karena langsung terjun ke lapangan untuk mengumpulkan data primer dan data sekunder. Pada tahap ini, peneliti melakukan pengumpulan data dengan terjun langsung di lapangan dengan instrumen penelitian yang sudah ditentukan sebelumnya untuk mengumpulkan data yang berupa data potensi obyek wisata melalui variabel daya tarik, aksesbilitas serta sarana prasarana dan fasilitas pendukung obyek wisata. Selain itu pengumpulan data juga di peroleh dari melakukan wawancara. Untuk data sekunder pengumpulan data dilakukan dengan mencari arsip dan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian yang berupa data sejarah obyek wisata dan pengunjung yang diperoleh dari kantor pengelola masing-masing obyek; data monografi Kecamatan Selogiri yang diperoleh dari kantor BPS Kabupaten Wonogiri; data sebaran obyek wisata yang diperoleh dari Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Wonogiri dan Kantor Kecamatan Selogiri; data iklim di Kecamatan Selogiri yang diperoleh dari Dinas Pertanian Kecamatan Selogiri; data sebaran sarana prasarana wisata yang diperoleh dari Kantor Kecamatan Selogiri, Kantor BPS Kabupaten Wonogiri, BAPPEDA, DISHUBKOMINFO, DISKES, DISKEBPARPORA, dan PDAM; serta Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar 1408-323 (Manyaran), Lembar 1408-324 (Jumantono) dan Lembar 1408-342 (Wonogiri) Tahun 2001 dari BAKOSURTANAL. 5. Analisis Data Tahap
ini
merupakan
tahap
pengolahan
data
hasil
dari
pengumpulan data yang telah dilakukan di tahap sebelumnya untuk menyimpulkan hasil penelitian. Tahap analisis data diawali dengan menetapkan teknik analisis yaitu analisis skoring menggunakan kelas interval yang dipakai untuk mengetahui kelas potensi sebuah obyek wisata. Analisis yang kedua adalah analisis SWOT yang digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan internal, serta kesempatan/ peluang
62
dan tantangan/ ancaman eksternal sebuah obyek wisata. Langkah selanjutnya yaitu memadukan antara kedua analisis yang dipakai yaitu analisis potensi obyek wisata dengan skoring dan analisis SWOT, hasil perpaduan tersebut menghasilkan faktor pendukung dan faktor penghambat pengembangan suatu obyek wisata. Kedua faktor tersebut digunakan untuk acuan dalam penentuan arahan pengembangan obyek wisata. 6. Penulisan Laporan Penelitian Penulisan laporan penelitian merupakan tahap akhir dari prosedurprosedur sebelumnya. Tahap ini merupakan tahap penulisan hasil penelitian secara keseluruhan yang disusun secara sistematis mulai dari bab 1 yaitu pendahuluan yang membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan serta manfaat dari penelitian. Pada bab 2 di bahas tentang landasan teori, bab 3 di bahas tentang metodologi penelitian, bab 4 dibahas tentang hasil penelitian dan bab 5 berisi kesimpulan, implikasi dan saran. Tahapan yang paling akhir dari penulisan laporan penelitian yaitu penyususunan laporan penelitian dalam bentuk hardcopy dan softcopy sebagai output kegiatan penelitian secara nyata.