4 METODOLOGI
4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan dua tahap. Pada tahap pertama adalah pengumpulan data yang dilaksanakan pada Bulan Februari – Maret 2008 di Kota Bandung dan Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Tahap kedua adalah pengolahan data yang dilakukan mulai Maret – April 2008.
4.2 Metode Penelitian Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan satuan kasusnya adalah subsektor perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Studi kasus adalah metode penelitian yang menggambarkan fase spesifik atau khas dalam keseluruhan personalitas (Maxfield M diacu dalam Farida NA 2006). Tujuan studi kasus adalah untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus, ataupun status dari individu.
4.3 Jenis dan Sumber Data Berdasarkan jenisnya data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berupa data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data berupa angka-angka dari hasil observasi. Sedangkan data kualitatif adalah data yang tidak dinyatakan dalam bentuk angkaangka (Soeratno dan Arsyad 1993). Data kuantatif yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data pendapatan wilayah (PDRB) Kabupaten Sukabumi Tahun 2000-2006, data pendapatan wilayah (PDRB) Provinsi Jawa Barat Tahun 2000-2006, data produksi perikanan tangkap Provinsi Jawa Barat Tahun 2000-2006, dan data produksi perikanan tangkap Kabupaten Sukabumi Tahun 2000-2006. Berdasarkan sumbernya data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data sekunder. Data sekunder merupakan data time series selama tujuh tahun, yaitu dari tahun 2000-2006 serta data pendukung lainnya yang diperoleh dari Dinas
Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sukabumi dan Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat.
4.4 Metode Analisis Data Analisis data adalah proses-proses penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Data-data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan ditampilkan dalam bentuk tabel. Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan kondisi dan keragaan pembangunan subsektor perikanan tangkap di kabupaten Sukabumi. Penelitian ini menggunakan dua metode analisis, yaitu analisis Location Quotient (LQ), dan analisis Multiplier Effect.
4.4.1 Analisis Location Quotient (LQ) Analisis ini digunakan untuk mengetahui posisi subsektor perikanan tangkap dalam pembangunan daerah, apakah termasuk sektor basis atau bukan (Glasson J 1977). Selain untuk mengetahui posisi subsektor perikanan tangkap dari sisi pendapatan wilayah, analisis ini juga digunakan untuk mengetahui komoditas unggulan dari hasil tangkapan. Untuk mengetahui posisi subsektor perikanan tangkap dilihat dari pendapatan wilayah maka model matematikanya adalah sebagai berikut :
LQ =
Vi / Vt Pi / Pt
Dimana: LQ : Location Quotient Vi : Total pendapatan subsektor perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi Vt : Total pendapatan subsektor perikanan di Kabupaten Sukabumi Pi : Total pendapatan subsektor perikanan tangkap di Provinsi Jawa Barat Pt : Total pendapatan subsektor perikanan di Provinsi Jawa Barat
17
Kriteria penentuan sektor basis: Jika LQ < 1, maka sektor perikanan tangkap merupakan sektor non basis Jika LQ > 1, maka sektor perikanan tangkap merupakan sektor basis Untuk mengetahui komoditas unggulan dilihat dari produksi
tangkapan.
Model matematikanya adalah sebagai berikut :
Xij LQ =
X.j
Xi. X ..
Keterangan : Xij : produksi ikan jenis ke-j di Kabupaten Sukabumi Xi. : produksi total perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi Xj. : produksi ikan jenis ke-j di Provinsi Jawa Barat X.. : produksi total perikanan tangkap di Provinsi Jawa Barat Kriteria penentuan sektor basis :
Jika nilai LQ > 1, menunjukkan komoditas tersebut merupakan sektor basis Jika nilai LQ < 1, menunjukkan komoditas tersebut merupakan sektor non basis
4.4.2 Analisis multiplier effect
Setiap peningkatan yang terjadi pada kegiatan basis akan menimbulkan efek pengganda (Multiplier Effect) pada perekonomian wilayah secara keseluruhan (Glasson J 1977). Multiplier effect jangka pendek dalam hal ini dihitung berdasarkan nilai perubahan yang terjadi berdasarkan indikator pendapatan wilayah, dan dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut: MSy =
ΔY ΔYb
Keterangan: MSy : Koefisien pengganda jangka pendek untuk indikator pendapatan ∆Y : Perubahan pendapatan wilayah Kabupaten Sukabumi ∆Yb : Perubahan pendapatan sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Sukabumi
18
Perhitungan Multiplier Effect berdasarkan indikator tenaga kerja digunakan rumus: MSe =
ΔE ΔEb
Keterangan: Mse : Koefisisen pengganda jangka pendek untuk indikator tenaga kerja ∆E : Perubahan tenaga kerja wilayah Kabupaten Sukabumi ∆Eb : Perubahan tenaga kerja sektor perikanan dan kelautan Kabupaten Sukabumi 4.4.3 Penentuan sektor unggulan dan prioritas
Untuk menentukan jenis ikan unggulan yang menjadi prioritas dalam pengembangan perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi, maka dibuat matrik dari pendekatan Location Quetion (LQ). Dalam penelitian ini dibuat dua pendekatan, yaitu melalui pendekatan nilai LQ dari masing-masing jenis ikan dan pendekatan dari pertumbuhan nilai LQ jenis ikan tersebut. Pendekatan melalui nilai LQ dilihat dari nilai perhitungan LQ suatu jenis ikan yang dibagi menjadi 3 kriteria yaitu terpusat jika nilai LQ > 1, mendekati terpusat jika nilai LQ = 0,80 sampai 0,99, dan tidak terpusat jika nilai LQ < 1. Masing-masing kriteria secara berurutan diberikan bobot dengan nilai 3, 2, dan 1. Pendekatan yang kedua adalah dilihat dari pertumbuhan nilai LQ dari suatu jenis ikan. Dalam pendekatan ini dibagi menjadi tiga kriteria, yaitu nilai LQ yang mengalami pertumbuhan meningkat diberikan bobot 3, nilai LQ yang mengalami pertumbuhan mendatar atau tetap diberikan bobot 2, dan nilai LQ yang mengalami pertumbuhan menurun diberikan bobot 1. Setelah diberikan bobot melalui kedua pendekatan tadi, kemudian keduanya dijumlahkan dan nilai penjumlahan tertinggi merupakan komoditas ikan unggulan dan yang dijadikan prioritas untuk pengembangan produksi perikanan tangkap di Kabupaten Sukabumi. Cara menentuan komoditas unggulan dapat dirumuskan sebagai berikut:
19
max− min 2 6−2 = 2 = 2
Jumlah kelas =
Kriteria penentuan komoditas unggulan:
Jika total bobot 1 – 3, maka komoditas termasuk bukan unggulan Jika total bobot 4 – 6, maka komoditas termasuk unggulan
20