WARTA EKONOMI VOL. 04 NO. 01 JUNI 2015
PENGARUH MEREK DAN FASHION INVOLVEMENT TERHADAP PERILAKU IMPULSE BUYING PADA KONSUMEN (Studi Kasus Pada Mahasiswa Jurusan Manajemen Universitas Islam Malang) Oleh : Lailatul Munawaroh 1), Hadi Sunaryo 2) 1) Alumni FE Unisma; 2) Dosen tetap FE Unisma Prodi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Malang ABSTRACT This research aimed to know the influence of brand and fashion involvement toward the consumer’s impulse buying behavior by using the analysis of Linier regression tool, the type of this research was explanative research, the method to collect the data was interviewing and questioner for about 87 sample of respondent. The result of this research showed that Y = 0,103 + 0,558 X1 – 0,561 X2 + e. based on the regression equation, we know that the brand and fashion involvement give a significant influence tonard the impulse buying behavior. Keywords : Brand, fashion involvement, impulse buying. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Era globalisasi menjanjikan suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Di satu sisi, era globalisasi memperluas pasar produk dari perusahaan di Indonesia dan di sisi lain, keadaan tersebut memunculkan persaingan yang semakin ketat baik antar perusahaan domestik maupun dengan perusahaan asing. Fenomena persaingan yang ada dalam era globalisasi akan semakin mengarah sistem perekonomian Indonesia ke mekanisme pasar yang memposisikan pemasar untuk selalu mengembangkan dan merebut pangsa pasar. Salah satu asset untuk mencapai keadaan tersebut dengan membangun sebuah merek (brand). Fashion involvement mengacu pada keterlibatan seseorang terhadap suatu produk fashion yang di dorong oleh kebutuhan dan ketertarikan terhadap produk tersebut. O’Cass (2004) menemukan bahwa keterlibatan pada mode fashion (seperti pakaian) berkaitan sangat erat dengan karakteristik pribadi (yaitu perempuan dan kaum muda) dan pengetahuan fashion, yang pada gilirannya akan mempengaruhi kepercayaan konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian (Park , 2006). Dengan berbagai faktor internal yang dimiliki konsumen akan berhubungan pula dengan suasana hati dan kebiasaan mereka berbelanja apakah didorong sifat hedonis yang biasa di sebut dengan hedonic shopping value atau tidak. Sejak pengalaman berbelanja bertujuan untuk mencukupi kebutuhan hedonis, produk yang akan dibeli nampak seperti terpilih tanpa perencanaan dan konsumen menghadirkan suatu peristiwa impulse buying ( Rachmawati, 2009). Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan disebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah yang menjadi pokok bahasan penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana merek berpengaruh terhadap Impulse Buying dilingkungan Mahasiswa Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Islam Malang? 2. Bagaimana fashion involvement berpengaruh terhadap Impulse Buying dilingkungan Mahasiswa Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Islam Malang? 3. Bagaimana merek dan fashion involvement berpengaruh secara simultan terhadap Impulse Buying dilingkungan Mahasiswa Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Islam Malang?
93
94
WARTA EKONOMI VOL. 04 NO. 01 JUNI 2015
Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui Merek berpengaruh terhadap Impulse Buying dikalangan Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Islam Malang. 2. Untuk mengetahui fashion involvement berpengaruh terhadap Impulse Buying dilingkungan Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Islam Malang. 3. Untuk mengetahui Merek dan fashion involvemen berpengaruh secara simultan terhadap Impulse Buying dilingkungan Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen universitas Islam Malang. Kontribusi Penelitian Berdasarkan tujuan diatas, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Sebagai sumber referensi dan bahan pertimbangan dalam rangka pengembangan dan penyempurnaan penelitian selanjutnya agar lebih sempurna dalam melakukan penelitian 2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan agar dapat dikembangkan terutaman mengenai merek dan fashion dalam ilmu manajemen 3. Penelitian ini diharapkan membantu mengetahui mengenai sebuah merek dan fashion dalam sebuah pembelian (impluse buying) KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Penelitian Terdahulu Siahaya (2007) dalam penelitiannya dengan judul Analisis Asosiasi Merek dan Pengaruhnya Terhadap Perilaku Konsumen. Hasil penelitian ditemukan bahwa merek memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku konsumen yaitu terhadap impulse buying behavior atau perilaku yang tidak di rencanakan (unplanned behavior). Penelitian yang dilakukan oleh Prastia (2012) dengan judul pengaruh shoping lifestyle,fashion involvement dan hedonic shopping value terhadap impluse buying behaviour pelanggan.hasil penelitian menyimpulkan bahwa shoping lifestyle,fashion involvement dan hedonic shopping value berpengaruh positif terhadap Impluse Buying. Penelitian ini dilakukan oleh Wiguna dan Nurcahaya (2013) dengan judul pengaruh fashion nvolvement, kualitas produk dan kewajaran harga terhadap impulse buying. Maka hasil penelitian ditemukan bahwa, fashion involvement, kualitas harga Nevada di Matahari Departement Store. Pihak Nevada fashion disarankan meningkatkan fashion involvement, kualitas produk dan harga yang sesuai agar mampu menarik minat konsumen untuk melakukan Impulse Buying. Penelitian Tawarik et. al (2014), dengan judul merek dan Fashion Involvment pengaruhnya Terhadap Impulse Buying. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa merek dan fashion involvement berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap perilaku impluse buying pada mahasiswa Jurusan manajemen Fakultas ekonomi Universitas Sam Ratulangi Manado. Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2014) dengan judul Peran gaya hidup hedonisme dan locus of control dalam menjelaskan kecenderungan shopping addiction pada remaja putri.Maka hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya hidup hedonisme dan external locus of control. dapat menjelaskan terjadinya kecenderungan shopping addiction. Efek parsial external locus of control menunjukkan adanya hubungan yang negatif terhadadap kecenderungan shopping addiction yang menandakan bahwa semakin tinggi tingkat dominasi internal locus of control, maka semakin rendah terjadinya kecenderungan shopping addiction dikalangan remaja putri. Merek Menurut Keller (2007) Merek adalah Sebuah merek merupakan lebih dari sekedar produk, karena mempunyai sebuah deminsi yang menjadi diferensiasi dengan produk lain
WARTA EKONOMI VOL. 04 NO. 01 JUNI 2015
yang sejenis. Diferensiasi tersebut harus rasional dan terlihat nyata secara performa suatu produk dari sebuah merek atau lebih simbolis, emosianal , dan tidak kasat mata yang mewakali sebuah merek. Berdasarkan definisi di atas, satu merek berfungsi untuk menginditifikasikan penjual atau perusahaan yang menghasilkan produk tertentu yang membedakan dengan penjual atau perusahaan lain yang memiliki nilai yang berbeda pada setiap merek-nya. Merek (brand) dapat berbentuk logo, nama, trademark atau gabungan dari keseluruhannya. Fashion involvement Arti dari kata Fashion itu sendiri memiliki banyak sisi. Menurut Troxxell dan Stone dalam bukunya Fashion Merchandising, fashion didefinisikan sebagai gaya yang diterima dan digunakan oleh mayoritas anggota sebuah kelompok dalam satu waktu tertentu. Dari definisi-definisi tersebut dapat terliahat bahwa fashion erat kaitanya dengan gaya yang digemari, kepribadian seseorang, dan rentang waktu. Makan bisa dimengarti mengapa sebuah gaya digemari bukan ini bisa dikatakan ketinggalan jaman beberapa bulan kemudian. Impulse Buying Solomon & Rabolt (2009) menyatakan bahwa impulse buying adalah suatu kondisi yang terjadi ketika individu mengalami perasaan terdesak secara tiba-tiba yang tidak dapat dilawan. Kecenderungan untuk membeli secara spontan ini umumnya dapat menghasilkan pembelian ketika konsumen percaya bahwa tindakan tersebut adalah hal yang wajar (Rook & Fisher 1995 dalam Solomon 2009). Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka konseptual yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1 : Merek berpengaruh signifikan terhadap perilaku Impulse Buying dilingkungan Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Islam Malang. H2 : Fashion involvement berpengaruh signifikan terhadap perilaku Impulse Buying dilingkungan Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Islam Malang. H3 : Merek dan Fashion involvement secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap perilaku Impulse Buying dilingkungan Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Islam Malang. METODE PENELITIAN Jenis, Lokasi, dan Waktu Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksplanativ (explanative research), yaitu suatu tipe penelitian menjelaskan dan menelusuri hubungan atau peranan antara warna, bentuk, merek/logo, ilustrasi, tipografi dan tata letak dengan preferensi pembelian pelanggan,. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa fakultas ekonomi Universitas Islam Malang jalan MT. Haryono no 193 Malang yang dilakukan pada bulan Desember 2014 sampai Juni 2015. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen angkatan tahun 2012 Universitas Islam Malang yang telah menempuh mata kuliah Pemasaran. Adapun populasi yang diteliti dalam penelitian awal sejumlah 116 pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Islam Malang. Sedangkan sampel yang diambil sebanyak 87 responden.
95
96
WARTA EKONOMI VOL. 04 NO. 01 JUNI 2015
Definisi Operasional Variabel Merek Menurut Keller (2007) Sebuah merek merupakan lebih dari sekedar produk, karena mempunyai sebuah deminsi yang menjadi diferensiasi dengan produk lain yang sejenis. Fashion involvement (X2) Mengacu pada keterlibatan seseorang terhadap suatu produk fashion yang di dorong oleh sebuah ketertarikan terhadap produk tersebut. O’Cass (2004) menemukan bahwa keterlibatan pada pada pengetahuan fashion (seperti pakaian) berkaitan sangat erat dengan karakteristik pribadi (yaitu perempuan dan kaum muda) dan pengetahuan fashion, yang pada gilirannya akan mempengaruhi kepercayaan konsumen dalam peengambilan keputusan pembelian dalam Prasta (Park, 2006). Perilaku Impulse Buying (Y) Solomon & Rabolt (2009) menyatakan bahwa impulse buying adalah suatu kondisi yang terjadi ketika individu mengalami perasaan terdesak secara tiba-tiba yang tidak dapat dilawan. Kecenderungan untuk membeli secara spontan ini umumnya dapat menghasilkan pembelian ketika konsumen percaya bahwa tindakan tersebut adalah hal yang wajar (Rook & Fisher 1995 dalam Solomon2009). Model Penelitian Berdasarkan tinjauan teori dan penelitian terdahulu maka dapat di buat model penelitian sebagai berikut: Merek Perilaku Impulse Buying Fashion Involvement Gambar 1 Model Penelitian Sumber Dan Metode Pengumpulan Data sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti melalui penyebaran koesioner yang terbatas pada mahasiswa fakultas ekonomi Universitas Islam Malang angkatan 2012. Sedangkan metode pengambilan data dalam penelitian ini ada tiga ialah 1) observasi, 2) wawancara, 3) koesioner. Metode Analisis Data Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah metode kuantitatif. Adapun tahapan analisisnya ialah sebagai berikut: Uji Instrumen, Uji Normalitas, Regresi Linier Berganda, Uji Asumsi Klasik, Uji F, Uji t, Koefisien Determinasi (R2). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Uji Instrumen 1. Uji Validitas Hasil Pengujian Validitas Instrumen dapat dilihat pada table berikut: Table 1 Uji Validitas Variabel
Merek
No 1 2 3 4 5 6
r hitung 0,685 0,822 0,912 0,759 0,841 0,836
Sig. 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid
WARTA EKONOMI VOL. 04 NO. 01 JUNI 2015
Variabel
No 1 2 3 4 1 2 3 4 5 6
Fashion Involvement
Impulse Buying
r hitung 0,640 0,855 0,752 0,823 0,704 0,799 0,785 0,833 0,863 0,618
Sig. 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
97
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Sumber: Data Primer Diolah 2015 Berdasarkan hasil uji validitas pada tabel di atas diketahui bahwa semua item penelitian baik pada variabel dependen maupun variabel independen memiliki nilai signifikansi yang lebih kecil dari taraf nyata 0,05 atau nilai korelasinya (r hitung) lebih besar dari r kritis (0,300). 2. Uji Reliabilitas Hasil uji Reliabilitas dapat dilihat pada table berikut: Table 2 Uji Reliabilitas Variabel X1 (Merek) X2 (Fashion Involvement) Y (Impulse Buying)
Alpha Cronbach 0,896 0,769 0,861
Keterangan Reliabel Reliabel Reliabel
Sumber:data primer diolah 2015 Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai Alpha Crobach pada variabel dependen dan independen berada di atas 0,6 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut telah reliable dan dapat dilakukan analisis selanjutnya. Uji Normalitas Hasil uji Normalitas dapat dilihat pada table berikut: Table 3 Uji Normalitas N Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardized Residual 87 ,528 ,943
Sumber data diolah 2015 Berdasarkan hasil pengujian normalitas pada tabel di atas diketahui bahwa nilai signifikansi residual regresi yang terbentuk lebih besar dari taraf nyata 5% sehingga dapat dikatakan bahwa asumsi normalitas tersebut terpenuhi. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Hasil Pengujian Pengaruh antara Merek dan Fashion Involment trhadap Impulse Buying. Table 4 hasil analisis regresi linier berganda Variabel (Constant) Merek (X1) Fashion Involvement (X2)
Unstandardized Coefficients B Std. Error ,103 2,289 ,558 ,081 ,561 ,146
Standardized Coefficients Beta ,557 ,309
t
Sig.
,045 6,901 3,832
,964 ,000 ,000
Sumber: data diolah 2015 Variabel terikat pada regresi ini adalah Y (Impulse Buying) sedangkan variabel bebasnya adalah X1 (Merek) dan X2 (Fashion Involvement). Model regresi berdasarkan hasil analisis di atas adalah: Y = 0,103 + 0,558 X1 + 0,561 X2 + e
98
WARTA EKONOMI VOL. 04 NO. 01 JUNI 2015
Uji Asumsi Klasik 1. Uji Multikolinearitas Tabel 5 Hasil Uji Multikolineritas Variabel Bebas VIF Keterangan Merek 1,209 Non Multikolinearitas Fashion Involvement 1,209 Non Multikolinearitas Sumber: data diolah 2015 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui variabel bebas dalam penelitian ini memiliki Variance Inflation Factor lebih kecil dari 10, sehingga dapat dikatakan tidak terdapat gejala multikolinearitas antara varibel bebas dalam penelitian ini. 2. Uji Heteroskedastisitas Hasil Analisis Uji Heteroskedastisitas bias dilihat pada table berikut: Table 6 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Berdasarkan grafik scatterplot tersebut terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. UJI HIPOTESIS Uji Hipotesis F (Uji Simultan) Hasil Uji F dapat dilihat pada table berikut: Table 7 Uji F Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. Regression 1247,170 2 623,585 50,963 ,000 Residual 1027,819 84 12,236 Total 2274,989 86 Sumber: data diolah 2015 Berdasarkan table 7 diketahui bahwa nilai F hitung yang diperoleh sebesar 50,963 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Nilai F tabel yang pada taraf nyata 5% sebesar 3,105. Jika dilakukan pembandingan maka F hitung > F tabel atau nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05. Artinya H0 ditolak atau Ha diterima, jadi variabel X1 (Merek) dan X2 (Fashion Involvement) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Y (Impulse Buying). Uji Hipotesis t (Uji Parsial) Hasil Uji t bisa dilihat pada table 4: a. Merek (X1) Hasil uji t pada pengaruh X1 (Merek) terhadap Y (Impulse Buying) menghasilkan nilai t hitung sebesar 6,901 dengan signifikansi sebesar 0,000. Nilai t tabel pada taraf nyata 5% sebesar 1,989. Jika dilakukan pembandingan maka t hitung > t tabel atau nilai signifikansi <
WARTA EKONOMI VOL. 04 NO. 01 JUNI 2015
0,05, maka H0 ditolak atau Ha diterima. Jadi variabel X1 (Merek) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Y (Impulse Buying). Besarnya sumbangan pengaruh X1 (Merek) terhadap Y (Impulse Buying) sebesar 38,1%. Nilai ini diperoleh dari perkalian antara koefisien beta pada X1 (Merek) dengan besarnya korelasi antara X1 (Merek) terhadap Y (Impulse Buying). b. Fashion Involvement Hasil uji t pada pengaruh X2 (Fashion Involvement) terhadap Y (Impulse Buying) menghasilkan nilai t hitung sebesar 3,832 dengan signifikansi sebesar 0,000. Nilai t tabel pada taraf nyata 5% sebesar 1,989. Jika dilakukan pembandingan maka t hitung > t tabel atau nilai signifikansi < 0,05, maka H0 ditolak atau Ha diterima. Jadi variabel X2 (Fashion Involvement) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap Y (Impulse Buying). Besarnya sumbangan pengaruh X2 (Fashion Involvement) terhadap Y (Impulse Buying) sebesar 16,7%. Nilai ini diperoleh dari perkalian antara koefisien beta pada X2 (Fashion Involvement) dengan besarnya korelasi antara X2 (Fashion Involvement) terhadap Y (Impulse Buying). Koefisien Determinasi (R) Hasil koefisien Determinasi bias dilihat pada table berikut: Table 8 Koefisien Determinasi Model 1
R ,740
R Square ,548
Adjusted R Square ,537
Std. Error of the Estimate 3,49799
Sumber: data diolah 2015 Berdasarkan tabel 8 diketahui koefisien korelasi (R) yang dihasilkan sebesar 0,740 yang artinya terdapat hubungan yang kuat antara X1 (Merek) dan X2 (Fashion Involvement) denganY (Impulse Buying). Koefisien determinasi (R2) yang diperoleh sebesar 0,548 yang berarti Y (Impulse Buying) dipengaruhi oleh X1 (Merek) dan X2 (Fashion Involvement) sebesar 54,8% sedangkan sisanya yang sebesar 45,2% dipengaruhi oleh faktor lain selain X1 (Merek) dan X2 (Fashion Involvement). Sedangkan untuk menentukan variabel yang paling dominan mempengaruhi Y (Impulse Buying), maka dapat dilihat berdasarkan nilai beta pada masing-masing variabel bebas. Nilai beta yang paling tinggi merupakan variabel dominan yang mempengaruhi Y (Impulse Buying)yaitu variabel X1 (Merek) dengan nilai beta sebesar 0,557 dengan sumbangan pengaruh sebesar 38,1%. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh merek dan fashion involvement terhadap perilaku impulse buying pada komsumen. Dari hasil pengujian dengan menggunakan model regresi linier berganada dan diperoleh simpulan sebagai berikut: 1. Merek berpengaruh signifikan secara parsial terhadap perilaku impulse buying pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Islam Malang. Merek memiliki pengaruh yang lebih tinggi dibandingkan fashion involvement terhadap perilaku impulse buying, yang berarti bahwa merek merupakan variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap perilaku impulse buying, khususnya dikalangan Mahasiswa Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Islam Malang. 2. Fashion involvement berpengaruh signifikan secara parsial terhadap perilaku impulse buying pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Islam Malang. Fashion involvement memiliki pengaruh yang lebih rendah dibandingkan merek terhadap Impulse buying:
99
100
WARTA EKONOMI VOL. 04 NO. 01 JUNI 2015
3.
Merek dan fashion involvement berpengaruh signifikan secara simultan terhadap perilaku impulse buying pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas Islam Malang.
Saran Berdasarkan simpulan di sebelumnya, dapat dikemukakan beberapa yang diharapkan dapat bermanfaat bagi para perusahaan maupun pihak-pihak lain. Adapun saran yang diberikan: 1. Berdasarkan data yang diperoleh dari jawaban responden variabel merek mempunyai jawaban rata-rata sangat setuju sehingga perusahaan mampu mempertahan sebuah merek atau logo yang sudah terkenal. 2. Berdasarkan data yang diperoleh dari jawaban responden pada variabel fashion involvement sangat setuju sehingga bagi perusahaan dapat mempertahankan sebuah merek agar konsumen tetep tertarik dalam melakukan fashion involvement. 3. Berdasarkan data yang diperoleh dari jawaban responden pada variabel impulse buying mempunyai jawaban rata-rata setuju sehingga diharapakan bagi perusahaan mampu mempertahankan dan menjaga kuliatasnya agar konsumen tetep setia dalam melakukan pembelian. Daftar Pustaka Assauri, Sofjan. 2009. Manajemen Pemasaran, Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Bong, Soeseno. 2011. Pengaruh In-store Stimuli Terhadap Impulse Buying Behavior Konsumen Hypermarket di Jakarta, Jurnal Ultima Management, Vol. 3 No. 1. Danibrata, A. 2011. Pengaruh Integrated Marketing Communication Terhadap Brand Equity Pada Sebuah Bank Pemerintah di Jakarta. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 13 (1), pp: 21-38. Gudjarati, Damodar. 2003. Basic Econometrics. McGrawhill, New York. Ghozali, Imam., 2006, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi 4, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hartini, Sri. 2012. Perilaku Pembelian Smartphone: Analisis Brand Equity dan Brand Attachment. Jurnal Mitra Ekonomi dan Manajemen Bisnis, 3(1), pp: 75-86. Iriani, Nur I. 2011. Pengaruh Dimensi Brand Equity (Ekuitas Merek) Terhadap Keputusan Pembelian Kartu Telepon Selular Telkomsel di Kota Malang. Jurnal Aplikasi Manajemen, 9(2), pp: 481-490. Japarianto, E. dan Sugiharto, S. (2011). Pengaruh Shopping Life Style dan Fashion involvement Terhadap Impulse Buying Behavior Masyarakat High Income Surabaya. Jurnal Manajemen Pemasaran, 6, 1, April 2011 Kotler, Philip dan Garry, Armstrong. 2006. Principles of Marketing. Eleventh Edition. Pearson International Edition, Upper Saadle River, United States of America: New Jersey. Kotler, Philip and Keller, Kevin L. 2009. Manajemen Pemasaran, Jilid I, Edisi Ketiga belas. Jakarta: Indeks. Masniari Personal Private Buyer (Kompas, 2011) tanggaal akses 12 desember 2014 Negara, Danes Jaya dan Basu Swastha Dharmmesta. 2003. Normative Moderators Of Impulse Buying Behaviour. Jurnal of Bussines, Vol. 5, No.1. O’Cass, A. (2004), “Fashion Clothing Consumption: Antecedents and Consequences of Fashion Clothing Involvement”, European Journal of Marketing, Vol. 38 No. 7, pp. 869-882 Prastia. (2012). Jurnal Penelitian Pengaruh Shoping lifestyle, Fashion Involvement Dan Hedonic Shoping Value TerhadapImpulse Buying Behaviour Pelnggan. Park, Joo., Kim and Forney, 2006, A structural model of fashion oriented impulse buying behavior, Journal of Fashion Marketing and Management, vol. 10, no. 4,pp: 433-446. Prabowo (Kompas.com, 2011) diakses pada tanggal 15 desember 2014