ISSN : 1410 – 7252 Vol. 18 No. 01 Juni 2016
PESONA
PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS MASYARAKAT DENGAN MODEL PARTISIPATORY RURAL APPRAISAL (STUDI PERENCANAAN DESA WISATA GUNUNGSARI, KECAMATAN BUMIAJI, KOTA BATU) Mohamad Nur Singgih1 Nirwana2 Universitas Merdeka Malang
Korespodensi dengan Penulis: Mohamad Nur Singgih: Telp: E-mail:
[email protected]
Abstract Soetomo (2007), tourism development efforts which is local society oriented is still low and there are a lot of development failure because the policy holder still think partially. They only think about institution and sectorasl ego; society considered do not have the financial ability and quality skill to manage or participated directly in tourism nature and culture based activities.The aim of this research is 1) arrange the tourism rural activity area based on society sustainability tourism development. 2) Mapping the potentials, necessity and issues to plan the rural tourism development. 3) Empowering the societyto be responsible and play an active role toward planning and managing the rural tourism. This research is using qualitative descriptive with its variable rural tourism developmant plan. The data were collected by using observation, interview, documentation, and directional group discussion. The data analysis method is using appraisal rural partisipatory method consist of village history, seasonal calendar, daily lifes, village map, transect, livelihood analysis, and matrix ranking. Abstraksi Soetomo (2007), usaha-usaha pengembangan pariwisata yang berorientasi pada masyarakat lokal masih minim banyak kegagalan pembangunan, karena para pemegang kebijakan masih berpikir parsial, ego istitusi dan ego sektoral., masyarakat dianggap tidak memiliki kemampuan secara finansial dan keahlian yang berkualitas untuk mengelolanya atau terlibat langsung dalam kegiatan pariwisata yang berbasiskan alam dan budaya. Tujuan dari penelitian ini adalah 1)menyusun model kawasan desa wisata yang didasari pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan dan berbasis masyarakat, 2) memetakan potensi, kebutuhan dan masalah untuk merencanakan pengembangan desa wisata.3)Memberdayakan masyarakat agar bertanggung jawab dan berperan aktif terhadap perencanaan desa wisata dan pengelolaanya Jenis penelitian adalah deskriptif kualitatif dengan variable penelitian perencanaan pengembangan desa wisata, dengan teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dokumentasi dan diskusi kelompok terarah (focus group discussion), teknik analisis data menggunakan 1
ISSN : 1410 – 7252 Vol. 18 No. 01 Juni 2016
PESONA
metode partisipatory rural appraisal yang terdiri dari village history, , seasonal calendar, daily lifes, village map, transect, livelihood analysis, matrix rangking,. Lokasi penelitian adalah desa gunungsari kecamatan Bumiaji, kota Batu. Hasil penelitian menunjukan desa Gunungsari Kecamatan Bumiaji Kota Batu memiliki potensi pengembangan desa wisata yang berbasis wisata alam dan budaya. Untuk wisata alam didukung beberapa objek wisata terdiri wisata air terjun, rafting,tubing, mountain bike, , petik mawar, petik apel,dan petik sayur . Untuk wisata budaya ditunjukan dengan banyaknya potensi budaya yang dilestarikan oleh masyarakat terdiri seni tari, seni bantengan, dan silat. Hasil pemetaan meliputi 1) hasil pemetaan tata guna lahan 42,21% ladang, 39,9 % sawah irigasi dan 20,5 % pemukiman, 2)hasil pemetaan mata pecaharian 20,07% peternak sapi, 18,5 % petani sayur, 9,08 % peternak kambing dan 8,73 % petani mawar,3) hasil pemetaan atraksi terdiri dari wisata air terjun, rafting,tubing, mountain bike, , petik mawar, petik apel,dan petik sayur, dan budaya.4) hasil pemetaan infrastruktur menunjukkan air, listrik, jaringan telekomunikasi mendukung pengembangan desa wisata 5) hasil pemetaan fasilitas menunjukkan terdapat home stay, restaurant, usaha makanan untuk oleh-oleh wisatawan mendukung pengembangan desa wisata 6) hasil kajian aksesibilitas menujukkan lokasi destinasi dicapai dengan kendaraan umum dan pribadi 7) Hasil kajian kelembagaan desa, sumber daya manusia di lembaga desa sangat potensial dalam perencanaan dan pengembangan desa wisata 8) hasil kajian dampak sosial ekonomi menunjukan dampak sosial yang negatif yang perlu diantisipasi , sedangkan dampak ekonomi positif dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi desa.. Kata Kunci : Partisipatory, Rural, Destinasi
Era otonomi daerah sebagai
merupakan andil yang besar dan
implikasi dari berlakunya UU No. 32
berpotensi menjadi daya tarik wisata.
tahun 2004, memberikan peluang bagi setiap
pemerintah
Desa Gunungsari adalah salah
kabupaten/kota
satu desa yang berada dikecamatan
untuk merencanakan dan mengelola
Bumiaji kota Batu yang memiliki
pembangunan daerahnya sendiri, UU
potensi alam dan budaya yang dapat
No
tentang
dikembangkan sebagai desa wisata.
Kepariwisataan menyatakan bahwa
Potensi sebagai daya dukung untuk
masyarakat
kesempatan
pengembangan desa wisata terdiri dari
yang sama dan seluas-luasnya untuk
dukungan infrastruktur, fasilitas dan
berperan serta dalam penyelenggaraan
aksesibilitas untuk mencapai
kepariwisataan.
serta
wisata alam yang dapat menarik
masyarakat dalam memelihara sumber
kunjungan wisatawan meliputi air
daya alam dan budaya yang dimiliki
terjun, kebun mawar dan kebun sayur
10
Tahun
2009
memiliki
Peran
2
objek
ISSN : 1410 – 7252 Vol. 18 No. 01 Juni 2016
dan
beberapa
kesenian
yang
di
PESONA
berkualitas untuk mengelolanya atau
lestarikan oleh masyarakat Beberapa
terlibat
potensi daya tarik wisata yang dimiliki
pariwisata yang berbasiskan alam dan
masih belum dikelola secara optima
budaya.
karena belum adanya perencanaan pengembangan memadai.
desa
Disisi
wisata
lain
yang
dalam
penting
mengembangkan
untuk
model
yang
Gunungsari memerlukan
sesuai
kegiatan
model
strategi
perencanaan
dan
pengembangan desa wisata sangatlah
pemerintah daerah Kota Batu untuk
sebagai desa wisata,
dalam
Penentuan
dukungan
desa
langsung
dilakukan
tujuan
mendapatkan
pengembangan
agar
dengan
sesuai
desa
model
wisata
dengan
yang
karakteristik
pengembangan desa wisata ini dapat
masyarakat dan kesinambungannya.
lestari dan berkesinambungan.
Model partsipatory rural appraisal
Menurut
dalam
(PRA) merupakan salah satu model
pengembangan
yang tepat untuk studi perencanaan
pariwisata daerah ditujukan untuk
dan pengembangan desa Gunungsari
mengembangkan potensi lokal yang
sebagai
bersumber dari alam, sosial budaya
masyarakat.Menurut Chambers (1992)
ataupun ekonomi guna memberikan
Model partisipatory rural apprasila
kontribusi bagi pemerintah daerah,
(PRA) merupakan
sekaligus meningkatkan kesejahteraan
yang
masyarakat.
keadaan atau kondisi desa dengan
Febiona
Nurmawati
(2012),
Sedangkan
(2007), usaha
Soetomo usaha-
pengembangan
desa
dapat
melibatkan
pariwisata
wisata
berbasis
salah satu model
digunakan
partisipasi
mengkaji
masyarakat
untuk menyusun perencanaan dan
yang berorientasi pada masyarakat
pengembangan
lokal masih minim banyak kegagalan
Perumusan
pembangunan, karena para pemegang
“Bagaimana
kebijakan masih berpikir parsial, ego
dan
istitusi dan ego sektoral., masyarakat
berbasis masyarakat dengan model
dianggap tidak memiliki kemampuan
partisipatory rural appraisal (PRA)”.
secara finansial dan keahlian yang 3
desa
wisata..
masalahnya strategi
mengembangkan
adalah
merencanakan desa
wisata
ISSN : 1410 – 7252 Vol. 18 No. 01 Juni 2016
PESONA
Tujuan dari penelitian ini adalah
sendiri.
1)menyusun
desa
peristiwa yang terjadi pada masa
wisata yang didasari pembangunan
lampau yang masih dapat diingat,
kepariwisataan
sampai
dan
model
kawasan
yang
berbasis
berkelanjutan
masyarakat,
2)
dimulai
dari
dengan
peristiwa-
peristiwa-peristiwa
saat ini.2) Kajian tata guna lahan dan
memetakan potensi, kebutuhan dan
mata
masalah
merencanakan
terkait t penggunaan tata guna lahan
desa
desa serta terkait matapencaharian
untuk
pengembangan
pencaharian
adalah
wisata.3)Memberdayakan masyarakat
penduduk
agar bertanggung jawab dan berperan
pengembangan desa wisata.3)Kajian
aktif terhadap perencanaan
sarana dan prasarana pariwisata desa
desa
wisata dan pengelolaannya. METODE PENELITIAN Jenis
ini
peneltian diskriptif kualitatif bertujuan
untuk
mendukung
adalah
kajian
atraksi,
even,budaya,
aksesibilitas
penelitan
untuk
kajian
terkait
dalam
dukungan
fasilitas
dan
pengembangan
adalah
desa wisata. 4)Kajian kelembagaan
yang
adalah kajian terkait peran dan fungsi
mengumpulkan
kelembagaan
di
desa
dalam
informasi aktual secara rinci yang
mendukung
melukiskan
ada,
pariwisata. 5)Kajian dampak sosial
atau
dan ekonomi pariwisata adalah kajian
gejala
mengindetifikasi memeriksa
kondisi
yang masalah dan
praktek-
pengembangan
peningkatan
pendapatan
dan
praktek untuk menyusun perencanaan
kesejahteraan
masyarakat
serta
pengembangan
dampak sosial dari pengembangan
desa
wisata.
Operasional variabel penelitian adalah
pariwisata desa
perencanaan
desa
Model penelitian ini menggunakan
wisata yang terdiri 1)Kajian sejarah
model partisipatory rural appraisal
desa adalah kajian untuk mengungkap
(PRA) untuk menyusun perencanaan
kembali
dan
penuturan
pengembangan
sejarah
berdasarkan masyarakat
pengembangan
dengan
4
desain
desa
wisata
sebagai
berikut
ISSN : 1410 – 7252 Vol. 18 No. 01 Juni 2016 INPUT
PESONA PROSES
1. Diskusi Penggalian Informasi 2. Pendokumentasian Hasil Diskusi 3. Presentasi Hasil Diskusi 4. Perumusan Hasil Diskusi
1. Penyusunan Tim PRA 2. Pelatihan Tim PRA 3. Pembuatan Desain Kegiatan PRA (Kajian Tourism) 4. Desk Study
1. Kajian Sejarah Desa 2. Kajian tata guna lahan dan Mata pencaharian penduduk 3. Kajian Sarana dan Prasarana Pariwisata Desa 4. Kajian Kelembagaan 5. Kajian Dampak Sosial dan Ekonomi Pariwisata Desa
OUTPUT Tahun 1 PEMETAAN POTENSI,MASALAH DAN KEBUTUHAN PENGEMBANGAN
Lokasi penelitian adalah desa Gunungsari kecamatan Bumiaji ,kota Batu Malang
Teknik pengumpulan data dengan
perubahan).
menggunakan observasi, wawancara,
(kalender
dokumentasi,
diskusi
kelompok
(kegiatan harian). Village map (sketsa
terarah
group
discussion).
desa/kawasan), Transect (penelusuran
Teknik analisis data menggunakan
wilayah), Livelihood analysis ( kajian
deskriptif kualitatif dengan teknik
mata pencaharian), Matrix ranking
partisipatory rural appraisal (PRA).
(bagan urut)..
(focus
Seasonal musiman)..
calendar Daily
lifes
Chambers,R (1995),Cracken J.Mc et.al HASIL DAN PEMBAHASAN
(1991), Theis J and H.M.Grady (1991)
Pemetaan Tata Guna Lahan
seperti dikutip Made Merta (2009) dan
Gunungsari
Sri Handayani (2009) teknik kajian
Desa Gunungsari merupakan
PRA terdiri:Village history (sejarah desa/sejarah
kawasan),
Desa
salah satu desa yang dikembangkan
Trends
sebagai salah satu desa wisata di
analysis (analisis kecenderungan dan 5
ISSN : 1410 – 7252 Vol. 18 No. 01 Juni 2016
PESONA
kecamatan Bumiaji, kota Batu Malang.
indah, udara yang segar dan sejuk, air
Desa Gunungsari terletak di antara
terjun, sungai, hutan. Potensi daya
bukit Panderman untuk bagian selatan
tarik (atraksi)
dan Gunung Arjuna disebelah utara
adalah petik bunga, petik apel, petik
dengan
jeruk,
ketinggian
1000
diatas
perah
lain bagi wisatawan
susu,
petik
permukaan laut. Dengan udara yang
Struktur
sejuk suhu 18-25oC, view yang indah
Gunungsari
yang letaknya di lereng bukit gunung
pedusunan yaitu Dusun Prambatan,
Banyak menjadi potensi desa yang
Dusun Pagergunung, Dusun Kapru,
dapat dikembangkan sebagai desa
Dusun Kandangan, Dusun Talangrejo,
wisata. Luas wilayah desa Gunungsari
Dusun Brumbung, Dusun Ngebruk,
318,833
Dusun Jantur, Dusun Claket, Dusun
ha
(4,106
km²)
dengan
pembagian
sayur.
peruntukan :
Brau.
Tabel 1. Tata Guna Wilayah Desa Gunungsari
Pemetaan
1
Sawah irigasi teknis
2
Sawah
3 4
Tegal/Ladang teknis Pemukiman
5
Tanah kas Desa
6
Lapangan
7
Perkantoran
8 9
Jalan Pemerintahan Lainnya
10
Hutan produksi
irigasi
Dalam
semi
/
menjadi
Mata
10
Pencaharian
perencanaan
desa
wisata
diperlukan kajian untuk memetakan
LUAS
WILAYAH
dibagi
desa
Penduduk
Kecamatan Bumiaji, Kota Batu Malang NO
wilayah
matapencaharian
127,496 WILAYAH 6 ha ha 134,385
atau
jenis
usaha
yang dikembangkan penduduk. Hal ini bermanfaat untuk melihat potensi
65,433 ha 6,916 ha 1,122 ha 0,701 ha 5 ha ha 0,823 ha
usaha
yang dapat dijadikan atraksi
yang ditawarkan kepada wisatawan atau
mendukung
pengembangaan
desa wisata di desa Gunungsari. Kondisi alam desa Gunungsari dengan struktur tanahnya yang subur
Sumber : Data Profil Desa, 2014 3.244
serta
dukungan iklim yang sejuk sangat
hhhaha
Potensi alam desa Gunungsari yang
cocok digunakan untuk pertanian dan
dapat menarik kunjungan wisatawan
peternakan. Hasil
meliputi pemandangan alam yang
usaha 6
yang
pemetaan jenis
dikembangkan
oleh
ISSN : 1410 – 7252 Vol. 18 No. 01 Juni 2016
PESONA
penduduk desa Gunungsari sebagai
20
Petani jeruk
7
0.61%
berikut :
21
Sewa rumah
5
0.44%
22
Jual beli mobil
4
0.35%
23
Tani rumput gajah
4
0.35%
24
Ternak Kelinci
4
0.35%
25
Pedagang bibit tanaman
3
0.26%
Tabel 2. Jenis Mata Pencaharian Penduduk Desa Gunungsari Kecamatan Bumiaji, Kota BatuMalang N o
Jenis Usaha
Juml ah
Prosent ase
26
Service motor
3
0.26%
1
Ternak sapi
230
20.07%
27
Bengkel mobil
2
0.17%
2
Petani sayur
208
18.15%
28
Industri alat rmh tangga
2
0.17%
3
Ternak Kambing
104
9.08%
29
Jasa Pijat
2
0.17%
4
Petani mawar
100
8.73%
30
Pedagang Saprodi
2
0.17%
5
Petani bunga non mawar
85
7.42%
31
Petani Sengon
2
0.17%
6
Mracang
73
6.37%
32
Budidaya Bibit Jeruk
1
0.09%
7
Pedagang sayur
59
5.15%
33
Jual Jamu
1
0.09%
8
Pedagang makanan
42
3.66%
34
Pengrajin pahat
1
0.09%
9
Lainnya
37
3.23%
35
Petani kopi
1
0.09%
10
Pedagang bunga
32
2.79%
36
Petani lebah
1
0.09%
11
Petani apel
30
2.62%
37
Produksi souvernir
1
0.09%
12
Jasa angkutan
29
2.53%
38
Ternak ulat
1
0.09%
13
pedagang ternak
16
1.40%
Sumber
UMKM
Desa
14
Layanan air minum
15
data
:
Data
Gunungsari, BPS 2014 14
1.22%
Penjahit
9
0.79%
16
Produksi makanan
9
0.79%
17
Jasa pendidikan
8
0.70%
sapi 20,07 %, petani sayur 18,5 %, ,
18
Pedagang buah
7
0.61%
ternak kambing 9,08 %, petani bunga
19
Pedagang pakaian
7
0.61%
mawar 8,73 % ,petani bunga non
Dari table 2. menunjukkan jenis usaha yang
banyak
dikembangkan
oleh
masyarakat desa Gunungsari; ternak
7
ISSN : 1410 – 7252 Vol. 18 No. 01 Juni 2016
PESONA
mawar 7.42 %. Mracang 6,73 % dan
kk (37,25 %) bertani mawar, 11 kk
pedagang sayur 5,15% selain itu jenis
(10,78%) bertani sayur, 9 kk
usaha lainnya dibawah 5 %. Hasil
(8,82%)
pemetaan
(7,84%) beternak kambing, 6 kk
menunjukan
basis
berternak sapi, 8 kk
pertanian dan peternakan menjadi
(5,88%)
sangat penting sebagai jenis usaha
usaha lain
dibawah 5 %. Jenis
yang
usaha
yang
banyak
dikembangkan
oleh
mracang
sedangkan
banyak
masyarakat desa Gunungsari sehingga
dikembangkan penduduk dusun
dalam
pengembangan
brumbung pada bidang pertanian
desa wisata, produk pertanian dan
khusunya bertani mawar dan
peternakan dapat dikemas sebagai
sayur.
perencanaan
salah satu daya tarik atau produk wisata
yang
wisatawan. penduduk
mampu
Pemetaan
c) Dusun Claket, jenis usaha yang
menarik
jenis
berdasarkan
usaha
dikembangkan
oleh
penduduk
dusun Claket
31 kk (29,25 %)
potensi
beternak sapi, 30 kk (28,30%)
wilayah per dusun desa Gunungsari
beternak kambing, 14 kk (13,21%)
Batu:
bertani
a) Dusun Brau, jenis usaha yang dikembangkan
oleh
sayur,
9
kk
(8,49%)
pedagang sayur sedangkan usaha
penduduk
lain hanya dibawah 5 %. Jenis
dusun Brau ; 92 kk ( kepala
usaha
keluarga) (91,0%), berternak sapi
dikembangkan penduduk dusun
baik ternak sapi perahan dan
brumbung
ternak penggemukan sapi,6 kk
peternakan sapi dan kambing.
(6,0 %) mracang yang
banyak
. Jenis usaha
yang
pada
banyak
bidang
d) Dusun Jantur, jenis usaha yang
dikembangkan
dikembangkan
oleh
penduduk dusun Brau adalah
dusun Jantur
58 kk (39,19 %)
bidang
beternak sapi, 30 kk (20,27%)
peternakan
khususnya
ternak sapi. b) Dusun Brumbung jenis
penduduk
bertani sayur , 11 kk (7,43%) usaha
pedagang sayur, 9 kk (6,08%)
oleh
mracang, 8 kk (5,41%)beternak
penduduk dusun Brumbung 38
kambing sedangkan usaha lain
yang
dikembangkan
8
ISSN : 1410 – 7252 Vol. 18 No. 01 Juni 2016
PESONA
dibawah 5 %. Jenis usaha yang
kk (21,4%)bertani mawar, 16 kk
banyak dikembangkan penduduk
(13,1 %)bertani sayur, 13 kk
dusun brumbung pada bidang
(10,7%) beternak sapi,12 kk(9,8 %)
peternakan sapi dan kambing,
beternak kambing, 10 (8,2 %)
sedangkan
pedagang makanan, 8 kk(6,6%)
untuk
bidang
pertanian bertani sayur.
pedagang sayur, 7 kk (5,7%)
e) Dusun Kandangan, jenis yang
usaha
dikembangkan
bertani bunga non mawar dan 7
oleh
(5,7%)
mracang
sedangakan
penduduk dusun Kandangan; 63
usaha lain dibawah 5 %. Jenis
kk (28,8 %) bertani sayur, 38 kk
usaha
(17,4%) bertani bunga non mawar
penduduk desa Talangrejo lebih
((krisan, pikok, pucuk merah,
didominasi oleh pertanian dan
tricolor
peternakan
berternak bertani
dll),
26
kk
(11,9%)
kambing, mawar,
11
13(5,9%) (5,0
yang
dikembangkan
h) Dusun Ngebruk, jenis
%)
yang
dikembangkan
usaha oleh
pedagang sayur sedangkan usaha
penduduk dusun Ngebruk; 16 kk
lainnya
(25,8%)bertani mawar, 15 kk (24,2
usaha
dibawah 5 %. Jenis yang
banyak
%)berternak sapi, 10 kk (16,1%)
dikembangkan penduduk dusun
berternak kambing,7 kk (11,3 %)
Kandangan berbasis pertanian.
bertani sayur, 4 (6.5 %) pedagang
f) Dusun Prambatan, jenis usaha
mracang, sedangakan usaha lain
yang
dikembangkan
oleh
dibawah 5 %. Jenis usaha yang
penduduk dusun Prambatan; 9 kk
dikembangkan penduduk desa
(21,4
Ngeburk lebih banyak dibidang
%)
bertani
bunga
non
mawar, 4 kk (9,5%) bertani apel, 4
pertanian dan peternakan
kk (9.5%) mracang, 4 kk (9,5%)
i) Dusun Pagergunung, jenis usaha
jual makananan, sedangkan usaha
yang
lain hanya dibawah 5 %
penduduk dusun Pagergunung
g) Dusun Talangrejo, jenis yang
dikembangkan
usaha
dikembangkan
oleh
36 kk (26,3 %) bertani sayur, 12 kk
oleh
(8,8%) mracang, 8 kk
penduduk dusun Talangrejo; 21
(5,8%)
pedagang ternak, 7 kk (5,1%) 9
ISSN : 1410 – 7252 Vol. 18 No. 01 Juni 2016
PESONA
pedagang sayur, 7 kk (5,1%)
bertani mawar sedangkan usaha
pedagang makanan, 7 kk(5,1%)
lainnya dibawah 5 %.
jasa angkutan sedangkan usaha lain hanya dibawah 5 %. Jenis
Pemetaan Kalender Musim Untuk
usaha pertanian khusunya sayur
Hasil Pertanian dan Peternakan
menjadi
banyak
Kalender musim digunakan untuk
penduduk
mengkaji kegiatan dan keadaan yang
usaha
dikembangkan
yang oleh
terjadi berulang dalam kurun waktu
dusun Pagergunung.
tertentu bisanya periode 1 tahun
j) Dusun Kapru, Jenis usaha yang banyak
dikembangkan
contoh kajian hasil pertanian dan
oleh
penduduk dusun Kapru 27 kk (25
peternakan
yang
merupakan
%) bertani sayur, 17 kk (15,7%)
usaha yang banyak dikembangkan
bertani apel, 15 kk (13,9%) bertani
penduduk desa Gunungsari . Manfaat
bunga non mawar (krisan, pikok,
kajian ini untuk mengetahui masalah
pucuk merah, tricolor dll), 7(6.5%)
dan potensi hasil produk pertanian dan
jenis
peternakan.
Tabel 3. Kalender Musim Hasil Pertanian dan Peternakan Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu Malang, 2015 Bulan No
Jenis Produk
Hasil 1
1
Bunga mawar
2
Susu Sapi
3
Sayuran
3000 kg/hari
4
Kelinci
500 ekor/hari
5
Kambing
1000 ekor/bulan
6
Sari apel
15 pax/hari
7
Apel
100-200 ton/musim
8
Jeruk
50 – 100 ton/musim
2
3
4
100.000 potong/hari 6000 liter/hari
Sumber : Hasil FGD Kalender Musim desa Gunungsari 2015
10
5
6
7
8
9
10
11
12
ISSN : 1410 – 7252 Vol. 18 No. 01 Juni 2016
a) Bunga mawar menjadi komoditi
PESONA
potensi ternak sapi yang ada di
yang ditanam sepanjang tahun
desa
tanpa mengenal musim dengan
pengembangan
rata-rata produksi 100.000 potong
dari susu sapi seperti minuman
per
pemasaran
susu yoghurt dan pembuatan keju
melalui pedagang bunga dengan
dari susu sapi menjadi kebutuhan
harga Rp 1500 /tangkai potong
yang dapat dikembangkan sebagai
dengan area pemasaran Jakarta,
solusi
Solo dan Malang. Untuk pasar
sapi
wisatawan petik mawar menjadi
pendapatan peternak sapi. Hal ini
suatu daya tarik wisata dengan
juga
memberi kebebasasan wisatawan
bagi wisatawan untuk melihat cara
untuk
membuat yoghurt dan keju untuk
hari
dengan
memetik
bunga
mawar
Gunungsari
untuk
turunan
meningkatkan
menjadi daya tarik wisata
meningkatkan
(potong). Masalah yang dihadapi
peternak sapi.
mawar
produk
nilai tambah produk susu
dengan harga Rp 2500 per tangkai
petani
Batu,
kesejahteraan
adalah
biaya
c) Sayuran yang terdiri dari wortel,
perawatan semakin mahal
disisi
kentang, sawi, tomat, cabai, kobis,
lain
pasar
prei, seledri, buncis, dan kapri,
harga
mawar
di
cenderung tetap.
merupakan
b) Susu sapi merupakan salah satu
komoditas
sayuran
yang dihasilkan petani sayur di
komoditi andalan yang menjadi
desa
penopang kehidupan penduduk
produksi sayuran rata-rata 3000 –
desa
hasil
4000 kg/hari yang di pasarkan di
produksi susu sapi rata-rata 5000-
pasar lokal Batu. Harga sayuran
6000
berfluktuasi sesuai dengan kondisi
gunungsari
per
hari.
dengan
Masalah
yang
Gunungsari
hasil
susu sapi yang rendah sekitar Rp
melimpah
4600/liter
turun,sedangan jika hasil panen
sesuai
ongkos
kurang
sapi yang mengalami kenaikan
sayuran
setiap
merupakan
Berdasarkan 11
hasil
harga
produksi untuk makanan ternak
tahunnya.
jika
Hasil
dihadapi penduduk adalah harga
tidak
panen,
Batu.
baik
cenderung
cenderung
naik. salah
panen
Petik satu
harga sayuran potensi
ISSN : 1410 – 7252 Vol. 18 No. 01 Juni 2016
PESONA
wisata yang telah dikembangkan
dihasilkan adalah apel Manalagi
petani sayur di desa Gunungsari
dan apel Anna. Hasil produksi apel
Batu dengan mengajak wisatawan
rata-rata 100 – 200 ton/ musim.
untuk memanen sayuran langsung
Siklus panen apel adalah 6 bulan
dari kebun petani.
sekali.Pemasaran
d) Kambing merupakan komoditas ternak
yang
apel
di
pasar lokal Batu. Hasil turunan
oleh
produk apel adalah minuman sari
desa
apel yang mulai dikembangkan
Gunugsari Batu. Ternak kambing
oleh penduduk desa Gunungsari
merupakan salah satu penopang
dengan hasil rata-rata 20 pax per
kehidupan penduduk Gunungsari
hari.
batu
hasil
potensi
1000
dikembangkan petani apel di desa
peternak
dihasilkan
buah
kambing
dengan
produksi
di
rata-rata
per
bulan
ekor/bulan. e) Kelinci
Petik
apel
wisata
Gunungsari
merupakan
salah
satu
juga yang
dengan
menjadi saat
harga
ini
Rp
30.000 per kg untuk hasil petik
komoditas hasil peternakan di desa
wisatawan
Gunungsari yang dikembangkan
g) Jeruk merupakan hasil produksi
oleh sebagian penduduk untuk
pertanian yang dikembangkan oleh
memenuhi
daging
penduduk desa Gunungsari. Jenis
kelinci yang tinggi di kota Batu.
yang dihasilkan oleh petani jeruk
Permintaan
desa
permintaan
daging
kelinci
Gunungsari
dengan
hasil
keprok
kuliner sate kelinci yang banyak
produksi rata-rata 50 -100 ton
ditemukan
/musim.
Batu.
55
jeruk
dipengaruhi oleh perkembangan
dikota
batu
adalah
Siklus
panen
jeruk
Kemampuan produksi kelinci di
dilakukan satu tahun sekali selama
desa Gunungsari rata-rata 500 ekor
2 bulan. Pemasaran buah jeruk
/hari.
dipasar lokal kota Batu.
f) Apel merupakan hasil produksi pertanian
penduduk
Pemetaan
desa
Wisata
Gunungsari yang siklus panennya adalah musiman.Jenis apel yang 12
Daya
Tarik
(Atraksi)
ISSN : 1410 – 7252 Vol. 18 No. 01 Juni 2016
PESONA
Desa Gunungsari memiliki banyak
musim
daya
pengelolaan
tarik
wisata
potensial
yang
sangat
kemarau
sehingga
rafting
hanya
untuk
mendukung
dikelola secara musiman.
pengembangan desa
wisata. Daya
3. Montain bike adalah wisata
tarik wisata yang didukung potensi
dengan menggunakan motor
alam
trail bagi para crosser yang
di desa Gunungsari yaitu : Air
terjun (Cuban )kembar dan Cuban
menyukai
Cendana di dusun Jantur, Rafting dan
mengendarai
Tubing di sungai Brantas, Montain
medan atau lintasan
bike cross, Camping atau Outbond,
cukup ekstrem. Persoalanannya
Paralayang, Petik Mawar, Petik Apel,
untuk wisata ini belum ada
Petik Sayur dan Peras Susu sapi. Daya
fasilitas pendukung seperti rent
tarik
motor dan wadah pengelola
wisata
yang
saat
ini
dikembangkan menjadi daya tarik
tantangan motor
dengan yang
motor trail belum terbentuk
wisata desa Gunungsari adalah petik
4. Camping
atau
outbond
Mawar, petik Sayur dan petik Apel
didusun
dengan
didukung fasilitas alat yang
konsumen
wisatawan
nusantara wisatawan mancanegara. Beberapa
persoalan
Jantur
memadai untuk outbond.
dalam
5. Paralayang
pengembangan daya tarik (atraksi): :
telah
desa
Pujon,
namun
Cendana didusun jantur belum
pemetaaan wilayah
dapat dikembangkan menjadi
wisata
berbatasan
daya
wilayah
dusun
persoalan
wisata
akses
karena
jalan
menjadi
atraksi wisata yang dikelola
1. Air terjun (Cuban) kembar dan
tarik
belum
atraksi dengan
Brau
desa
yang
Gunungsari
belum ada dan area air terjun
pembukaan
(Cuban) masih dimiliki oleh
menuju lokasi paralayang dari
perorangan.
dusun Brau.
terkendala
diperlukan
akses
untuk
Pemetaan Prasarana Wisata
2. Rafting dan Tubing di sungai Brantas
Batu
dari
Potensi
dengan
(infrastruktur)wisata
debit air yang terlalu kecil saat 13
prasarana di
desa
ISSN : 1410 – 7252 Vol. 18 No. 01 Juni 2016
Gunungsari
Batu
untuk
wisatawan. Untuk jaringan dan
pengembangan desa wisata adalah a. Jaringan
PESONA
telekomunikasi,
energi
listrik
masuk
ke
sudah
desa
lama
Gunungsari
provider telekomonukasi yang
dengan rata-rata penggunaaan
tersedia dan memiliki sinyal
450-1300 kwh per kepala rumah
yang
tangga.
cukup
Gunungsari
kuat
di
adalah
desa
jaringan
telekomunikasi
d. Sistem
axiata,
pembuangan
limbah
kotoran, upaya untuk menjaga
telkomsel dan indosat. Jaringan
kebersihan
dan
telekomunikasi yang baik akan
wisatawan
perlu
membantu wisatawan dalam
system
berkomunikasi
kotoran
yang
keluarga, teman atau pihak
Peternak
sapi
lainnya melalui gadged atau
Gunungsari belum mengelola
handphone.
limbah kotoran sapi secara baik,
dengan
b. Ketersediaan air, kuantitas air
kenyamanan dukungan
pembuangan
limbah
memadai. di
desa
hal ini menjadi tantangan bagi
yang cukup sangat diperlukan
masyarakat
untuk wisatawan. Ketersediaan
mengelola limbah kotoran sapi
air di desa Gunungsari sangat
secara baik dalam mendukung
mencukupi untuk memenuhi
pengembangan
kebutuhan
agar
wisatawan
mengunjungi tersebut
desa
karena
yang
untuk
desa
wisatawan
dapat
wisata, yang
wisata
berkunjung di desa Gunungsari
daerah
merasa
nyaman
tidak
Gunungsari Batu merupakan
terganggu bau limbah kotoron
daerah
sapi.
konservasi
air
di
wilayah Batu.
e. Jalan
c. Listrik dan Energy, Kebutuhan listrik desa
dalam
dipertimbangan mememnuhi
sangat
pengembangan
wisata
–
Infrastruktur diperlukan
jalan untuk
mendukung aksesibilitas atau
harus
kemampuan untuk mencapai
untuk
suatu tempat tujuan wisata.
kebutuhan
Kondisi 14
jalan
menuju
desa
ISSN : 1410 – 7252 Vol. 18 No. 01 Juni 2016
Gunungsari relative kecil dan sempit
sehingga
PESONA
d. Pemandu wisata juga berperan
untuk
sebagai
travel
agen
yang
wisatawan
untuk
kendaraan besar (bus) tidak
membawa
bisa masuk ke desa. Kondisi
melakukan petik Mawar, petik
jalan 60% cukup baik dan 40 %
Apel dan petik Sayur yang
kurang baik.
berarsal dari tamu hotel di Batu maupun
Pemetaan
Sarana
atau
Fasilitas
e. Persewaan wisata
yang
yang
langsung datang ke Batu.
Wisata Fasilitas
wisatawan
mendukung
yang
mobil
(rent
menyediakan
car)
fasilitas
pengembangan desa wisata di desa
mobil untuk melayani tamu
Gunungsari terdiri dari :
yang
a. Home stay atau guest house
datang
ke
desa
Gunungsari Batu.
yang terdapat 5 buah home stay
Beberapa fasilitas yang belum tersedia
yang
dan
disewakan
wisatawan.
Persoalan
kepada yang
perlu
mendukung
dihadapi pemilik home stay
wisata di
adalah sepinya tamu karena
adalah :
kurangnnya
promosi
desa
Gunungsari
sebagai
desa
disediakan
untuk
pengembangan
desa
desa Gunungsari Batu
a. Area parkir untuk sarana parkir kendaraan wisatawan.
wisata.
b. Pasar buah dan sayur untuk
b. Restauran dan Kafe Gunung
menampung
yang menyajikan menu khusus
hasil
pertanian
dan sarana belanja wisatawan .
khas pegunungan yang terletak
Pemetaan
diarea sawah dengan view yang
Wisata
indah.
Kemudahan untuk mencapai destinasi
c. Usaha makanan untuk oleholeh
wisatawan
Aksesibilitas
Destinasi
wisata menjadi perhatian wisatawan
dengan
dalam
memutuskan
perjalanan
produksi kripik Nangka, kripik
wisatanya. Beberapa indicator yang
Apel, kue Ladu , minuman sari
digunakan
Apel.
kemudahan menuju tujuan wisata 15
untuk
mengukur
ISSN : 1410 – 7252 Vol. 18 No. 01 Juni 2016
adalah,
model
transportasi
yang
PESONA
Jarak Desa Gunungsari ke
digunakan, jarak tempuh dan kondisi
pusat kota Malang 30 Km
dalam perjalanan.
dengan waktu tempuh 45
a) Moda
transportasi
yang
menit
digunakan untuk menuju desa Gunungsari
dapat
menggunakan atau
transportasi
umum.
Untuk
transportasi
adalah
Jarak Desa Gunungsari ke Ibu
kendaraan
pribadi
umum
Kota
Propinsi
Jawa
Timur 111,5 Km ,dengan waktu tempuh 3 jam c) Kondisi perjalanan menuju desa
dengan
Gunungsari
sampai
propinsi Jawa Timur pada hari
terminal kota Batu dilanjutkan
kerja akan terjadi pelambatan
mikrolet dan ojek motor untuk
perjalan
sampai
Purwosari kabupaten Malang
menggunakan
bus
tujuan
di
desa
dari
saat
ibu
kota
memasuki
ds
Gunungsari Batu, kondisi jalan Kajian Kelembagaan
cukup baik dan aman. desa
Kajian kelembagaan digunakan untuk
Gunungsari Batu berdasar data
melihat sejauh mana masalah dan
orbitas :
potensi lembaga yang terdapat di desa
b) Jarak
tempuh
menuju
Jarak Desa Gunungsari ke
Gunungsari
dalam
pengembangan
pusat kota Batu 4,5 Km
desa wisata.. Berikut lembaga desa
dengan waktu tempuh 15
yang aktif memafasilitasi kegiatan di
menit
desa
Gunungsari
Tabel 4. Masalah dan Potensi Kelembagaan dalam Pengembangan Desa Wisata No 1.
Lembaga Pemerintah Desa dan BPD
2.
LPMD
3.
POKDARWIS
Masalah Pemerintah desa masih mengalami kesulitan dalam mengembangkan akses dan fasilitas wisata karena persoalan pembebasan lahan dan terbatasannya anggaran yang tersedia Belum memiliki rencana strategis dan komprehensip dalam pengembangan desa wisata Kelompok sadar wisata (POKDARWIS) belum mengelola
16
Potensi Perangkat desa lengkap Fasilitas tersedia Anggaran dana desa Pengurus lengkap Tenaga pengurus potensial Banyak anggota kelompok sadar
:
ISSN : 1410 – 7252 Vol. 18 No. 01 Juni 2016
4.
RT dan RW
5.
PKK
6.
GAPOKTAN
PESONA
potensi wisata secara optimal karena kesibukan masing-masing anggota kelompok Dibutuhkan reorganisasi pengurus dan penguatan kembali kelompok untuk manajemen pengelolaan destinasi Belum memiliki usulan program dan kegiatan terkait pengembangan desa wisata dimasing-masing RT dan RW Belum memiliki rencana aksi dalam mendukung pengembangan desa wisata
wisata yang potensial
Pengurus RT dan RW lengkap SDM sangat potensial Pengurus PKK lengkap SDM pengurus potensial Pengurus lengkap dan fasilitas tersedia SDM sangat Potensial
Kegiatan gabungan kelompok tani (GAPOKTAN) masih sebatas sektor pertaniannya dan memerlukan penguatan kelompok untuk memadukan sektor pertanian dengan kegiatan pariwisata sebagai sektor unggulan wisata
Sumber : Hasil FGD Tim PRA Desa Gunungsari, 2015
Kajian Dampak Sosial dan Ekonomi
hubungan
Pariwisata
anggota masyarakat semakin pudar
Hasil kajian pemetaan social dan
(kurang baik), pola pembagian kerja
ekonomi
semakin
sebelum
dan
sesudah
interpersonal
baik
antara
menggunakan
dilakukan pengembangan desa wisata
manajemen
sesuai dengan indicator Cohen (1980),
penyimpangan
hasil kajian tim PRA
meningkat
Dampak sosial dari pengembangan
perkembangan kesenian dan budaya
desa
tingat
semakin berkembang (baik), ritme
ketergantungan dengan masyarakat
kehidupan semakin produktif (baik).
luar
wisata
untuk
modern
(baik),
sosial
semakin
(kurang
baik),
semakin tinggi (kurang baik),
Tabel 6. Dampak Ekonomi Sebelum dan Susudah Pengembangan Desa Wisata No
Indikator
1
Dampak terhadap pendapatan masyarakat
2.
Dampak terhadap kesempatan kerja
Sebelum Pengembangan
Sesudah Pengembangan
Pendapatan cukup, dari sektor pertanian dan peternakan Kesempatan kerja lebih dibanyak diserap oleh sektor pertanian dan peternakan
Pendapatan tinggi, dari berbagai sumber (dampak baik) Kesempatan kerja lebih luas diberbagai sektor, khususnya disektor pariwisata (dampak baik)
17
ISSN : 1410 – 7252 Vol. 18 No. 01 Juni 2016 3.
Dampak harga-harga produk wisata
Harga produk pertanian untuk bunga dan peternakan dan souvernir relatif murah
4.
Dampak terhadap distribusi pendapatan
Distribusi pendapatan lebih didominasi sektor pertanian dan peternakan
5.
Dampak terhadap kepemilikan tanah dan property Dampak terhadap pendapatan pemerintah.desa
6.
Kepemilikan tanah dan property lebih banyak dikuasai masyarakat lokal Penerimaan pendapatan pemerintah desa kecil
PESONA
Pengembangan desa wisata akan mendorong produk pertanian bunga, produk peternakan dan souvernir akan menjadi lebih tinggi (dampak baik) Distribusi pendapatan lebih menyebar diberbagai sektor seperti hotel, restaurant dan industri makanan untuk oleh-oleh wisawan (dampak baik) Dikuasai sebagian pendatang dan investor (dampak kurang baik) Penerimaan pendapatan pemerintah desa meningkat berasal dari kontribusi restribusi wisata dan pajak.(dampak baik)
Sumber : Hasil FGD Dampak Ekonomi dari Pengenbangan Desa wisata Gunungsari, 2015
Dari hasil kajian dampak ekonomi
KESIMPULAN
dari pengembangan desa wisata yang
Berdasarkan hasil kajian pemetaan
meliputi
masalah, potensi dan kebutuhan dapat
dampak
pendapatan
terhadap
masyarakat
ditarik kesimpulan :
meningkat
a. Berdasarkan
(baik), kesempatan kerja lebih lebih
tata
penggunaan
harga-harga produk
lahan 42,1 % untuk ladang, 39,9 %
wisata meningkat (baik), distribusi
untuk sawah irigasi dan hanya 20,5
pendapatan semakin menyebar (baik),
% menunjukan potensi lahan yang
,
ada
luas (baik),
dampak
terhadap
pendapatan
,
sedangkan
mendukung
pengembangan desa wisata.
pemerintah desa semakin meningkat (baik)
dapat
b. Hasil
dampak
kajian
pemetaan
mata
kepemilikan tanah dan property dari
pencaharian menunjukkan 20,07 %
pengembangan
sebagai
desa
wisata
lebih
peternak
sapi,
18,05%
banyak dikuasai pemilik modal atau
sebagai petani sayur, 9,08 sebagai
investor (kurang baik).
peternak kambing, dan 8,73 % sebagai petani mawar. Hal ini memberikan
kerangka
dalam
pengembangan desa wisata sektor 18
ISSN : 1410 – 7252 Vol. 18 No. 01 Juni 2016
PESONA
peternakan dan pertanian harus
terdapat 5 guest houst, 1 restaurant
menjadi
dan 5 idustri makanan sedangakan
basis
pengembangan
produk wisata.
fasilitas lain seperti area parkir,
c. Hasil kajian pemetaan daya tarik
toilet,
pasar
sayur
fasilitas
buah,
atraksi masih banyak daya tarik
souvernir
wisata yang belum dikelola secara
menjadi kebutuhan yang harus
optimal untuk menarik wisatawan
dikembangan untuk mendukung
seperti air terjun, rafting, mountain
pengembangan desa wisata.
bike, camping dan outbond karena
dan
dan
lainnya
f. Hasil kajian pemetaan aksesibilitas
persoalan hak milik tanah, akses
menunjukkan
dalam
jalan yang sulit dan pengelola
normal
neck
wisata yang kurang serius dalam
wisatawan
akan
menanganinya.
pelambatan
di
sekitar
area
smpai
dengan
kota
d. Hasil
kajian
pemetaan
bottle
purwosari
kondisi perjalanan mengalami
infrastruktur wisata menunjukkan
malang, sedangkan dalam kondisi
untuk air, listrik dan jaringan
liburan panjang kemacetan terjadi
komunikasi yang tersedia sangat
sepanjang
mendukung
kabupaten malang sampai dengan
kenyamanan
akses
akses
desa
kemacetan total sehingga perlu
sedangakan
batu
terjadi
saluran limbah untuk mengelola
solusi
kotoran sapi menjadi masalah yang
terintegrasi
dapat
menimbulkan
yang ada di malang raya (kota
kunjungan
Batu, Kota Malang dan Kabupaten
ketidaknyaman wisatawan
sehingga
perlu
untuk
akan
masuk
wisatawan untuk berkunjung di Gunungsari
ke
mulai
penangangan
dari
pemerintahan
Malang)
penanganan untuk pengembangan
g. Kajian kelembagaan menunjukan
desa wisata.
potensi dan masalah yang dihadapi
e. Hasil kajian fasilitas wisata yang
oleh lembaga desa yang terdiri dari
mendukung pengembangan desa
pemerintahan desa, BPD, LPMD,
wisata menunjukan
POKDARWIS,
masih
sangat
fasilitasnya
minim,
hanya
RT
dan
RW,
GAPOKTAN dan PKK memiliki 19
ISSN : 1410 – 7252 Vol. 18 No. 01 Juni 2016
potensi
sumber
daya
yang
potensial
dalam
mendukung
PESONA
pemerintahan desa dan kabupaten, BPD,
LPMD,
POKDARWIS,
pengembangan desa wisata dengan
GAPOKTAN, PKK Pengusaha, dan
sejumlah fasilitas dan pengurus
seluruh warga desa Gunungsari
yang lengkap, sedangkan masalah
dengan menyusun rencana induk
yang dihadapi adalah dibutuhkan
dan strategi pengembangan desa
penguatan kelembagaan
wisata.
untuk
pemberdayaan
DAFTAR PUSTAKA
dan
pengembangan
potensi
wisata
Chambers, R. 1992, Rural Appraisal, Rapid,Relaxed, and Partisipatory Inst, Dev,Studies Univ Sussex, England
desa. h. Kajian dampak sosial menunjukan adanya
potensi
sosial
yang
Febiona, 2012. Artikel Pengembangan Desa Wisata Untuk Meningkatkan Pendapatan Asli daerah diakses melalui indraculin.blogspot.com tanggal 18 Apri 2013
negative dari pengembangan desa wisata
seperti
ketergantungan
dengan masyarakat luar semakin meningkat,
hubungan
interpersonal masyarakat semakin
Handayani, Sri. "Penerapan Metode Penelitian Participatory Research Apraisal dalam Penelitian Permukiman Vernakular (Permukiman Kampung Kota)." Proceeding Seminar Nasional Penelitian Arsitektur–Metoda dan Penerapannya Seri. Vol. 2. 2009
individual dan persoalan sosial yang timbul semakin meningkat sedangkan
kajian
ekonomi
menunjukkan adanya potensi yang positif dari pengembangan desa wisata
seperti
peningkatan
pendapatan, distribusi pendapatan
Moeliono, Ilya dan Djohani Rianingsih. 1996. Kebijakan dan strategi menerapkan PRA dalam Pengembangan Program. Driya Media. Bandung
yang merata, peningkatan peluang kerja dan kesempatan berusaha. i. Pengembangan desa wisata harus menjadi
komitmen
pemangku
lembaga
Merta, Made. 2007. http//ejournal.unud.ac.id.
kepentingan
(stakeholder) meliputi seluruh
seluruh
komitmen
desa
Naghib, Laila. 2005. “Pengembangan Industri Pariwisata dan Isu
seperti 20
ISSN : 1410 – 7252 Vol. 18 No. 01 Juni 2016
PESONA
Ketenagakerjaan”. Dalam Jurnal Komunika Vol 8 No 2 Tahun 2005.
Undang-Undang RI No 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan
Nuryanti, Wiendu.1993. Concept, Prespective and Challenges, makalah bagian dari Pemberdayaan Masyarakat Desa. Yogyakarta : UGM press
United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD). 2007. Trade and Development Implications Of International Tourism for Developing Countries. (http://www.unctad.org/sections/ditc _tncdb/docs/ditc_tncd_compdip0017 _en.pdf, diakses 10 oktober 2011.
Rahayu,Emik. 2011 . Pengembangan Participatory Rural Appraisal sebagai Metode Pembangunan Pariwisata Berbasis Masyarakat, Gemawsiata Vol 9. Semarang. Rochdyanto, Saiful. 2000. Langkahlangkah Pelaksanaan Metode PRA. Makalah ToT PKPI. Yogyakarta Soemarmo. 2010. “Desa Wisata” diakses melalui http://marno.lecture.ub.ac. id tanggal 10 pukul 22.30 WIB. Soetomo. 2007. Filsafat Pariwisata. Makalah disampaikan pada Pendidikan dan Pelatihan Peningkatan Mutu Tenaga Kepariwisataan 22-26 Mei 2007. STIEPARI Semarang. Sastrayuda, Gumelar S (2010) ,Handout kuliah Concept Strategi Pengembangan dan Pengelolaan Resort and Leisure. Bandung Sugiarti, R. 2004. Solusi dan Aplikasi Usaha Pembangunan Pariwisata berbasis Masyarakat, Makalah disampaikan dalam seminar Pembangunan Pariwisata Berbasis Masyarakat. 18 Februari 2004. Semarang 21