VIII. SIMPULAN DAN SARAN 8.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut : 1. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dan permintaan minyak sawit di pasar domestik dan dunia : a. Perubahan luas areal tanaman menghasilkan pada perusahaan perkebunan besar negara kurang responsif terhadap perubahan harga minyak sawit dibandingkan dengan perkebunan besar swasta dan rakyat. Hal ini dapat terjadi karena kebijakan pemerintah yang menetapkan pemasaran bersama minyak sawit sehingga perilaku perusahaan perkebunan besar negara lebih ditentukan oleh aturan-aturan pemerintah. b. Perubahan produktivitas perkebunan besar negara, swasta, dan rakyat di semua wilayah Indonesia tidak responsif terhadap perubahan luas areal, sehingga peningkatan produksi minyak sawit lebih dikarenakan peningkatan luas areal tanaman kelapa sawit tanpa peningkatan produktivitas. c. Harga minyak sawit domestik lebih responsif terhadap perubahan jumlah permintaan minyak sawit domestik daripada permintaan ekspor minyak sawit, maka pengembangan industri hilir minyak sawit domestik (seperti industri minyak goreng sawit, oleokimia, sabun, margarin, dan biodiesel) akan meningkatkan jumlah permintaan minyak sawit sehingga dapat meningkatkan harga yang diterima produsen minyak sawit domestik. d. Permintaan negara-negara importir minyak sawit utama dunia (Cina dan India) tidak responsif terhadap perubahan harga minyak sawit di pasar
186
dunia, sedangkan impor minyak sawit Pakistan responsif terhadap perubahan harga minyak sawit di pasar dunia. Permintaan impor minyak sawit Cina dan India lebih dipengaruhi perubahan pendapatan dan jumlah penduduknya. e. Penawaran negara-negara eksportir utama dunia (Indonesia dan Malaysia) tidak responsif terhadap perubahan harga ekspor minyak sawitnya. Penawaran ekspor minyak sawit Indonesia dan Malaysia lebih dipengaruhi perubahan produksi minyak sawit domestik. f. Impor minyak sawit oleh Cina dan Pakistan relatif lebih responsif terhadap perubahan harga minyak kedele dunia (sebagai substitusi dari minyak sawit) dibandingkan dengan India, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Cina, Pakistan, dan India merupakan negara produsen minyak kedele, tetapi kebijakan pembatasan impor pemerintah India mengenakan pajak impor minyak sawit yang lebih tinggi dibandingkan Cina dan Pakistan. Meskipun harga minyak kedele dunia meningkat, permintaan impor minyak sawit oleh India hanya meningkat relatif kecil. 2. Evaluasi dampak kebijakan domestik dan perubahan faktor eksternal terhadap industri minyak sawit Indonesia tahun 2003-2007 : a. Kebijakan domestik berupa pembatasan ekspor minyak sawit dengan pengenaan pajak ekspor dapat meningkatkan kesejahteraan netto yang lebih besar dibandingkan dengan kebijakan kuota domestik (peningkatan penawaran minyak sawit domestik). b. Perubahan faktor eksternal berupa peningkatan harga minyak sawit dunia dan harga minyak mentah dunia menyebabkan peningkatan harga minyak
187
sawit dan minyak goreng sawit domestik sehingga surplus konsumen minyak sawit dan konsumen minyak goreng sawit menurun. Penurunan surplus konsumen minyak sawit dan surplus konsumen minyak goreng sawit tersebut lebih besar akibat peningkatan harga minyak sawit dunia. Hal ini karena peningkatan harga minyak sawit dunia mengakibatkan kenaikan harga minyak sawit dan minyak goreng sawit domestik yang lebih besar. 3. Ramalan dampak kebijakan domestik terhadap industri minyak sawit Indonesia tahun 2012-2016 : a. Kebijakan domestik berupa pembatasan ekspor minyak sawit dengan penetapan pajak ekspor minyak sawit sebesar 20 persen dapat meningkatkan kesejahteraan netto yang lebih besar dibandingkan dengan kebijakan kuota domestik (peningkatan penawaran minyak sawit domestik) dan kebijakan kuota ekspor. b. Peningkatan kuota domestik (peningkatan penawaran minyak sawit domestik) memberikan dampak negatif bagi kesejahteraan netto. Hal ini dikarenakan peningkatan penawaran minyak sawit domestik belum didukung dengan perkembangan industri hilir minyak sawit selain industri minyak goreng sawit terlebih dulu. Hal tersebut menyebabkan peningkatan penawaran minyak sawit domestik hanya akan mengakibatkan harga minyak sawit dan harga minyak goreng sawit domestik mengalami penurunan. c. Pelarangan ekspor minyak sawit merupakan kebijakan yang hanya akan menyebabkan penurunan penerimaan devisa dan kesejahteraan netto.
188
d. Kebijakan penetapan pajak ekspor pada besaran tertentu ataupun dengan kebijakan kuota ekspor adalah efektif untuk jangka pendek dalam meningkatkan kesejahteraan netto. Namun untuk jangka panjang diperlukan kebijakan kuota domestik yang memastikan terpenuhinya penawaran minyak sawit domestik setelah adanya upaya untuk mengembangkan industri hilir minyak sawit domestik. 8.2. Saran Kebijakan Berdasarkan simpulan yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disampaikan beberapa saran kebijakan sebagai berikut : 1. Peningkatan produktivitas minyak sawit dalam jangka panjang sebaiknya dilaksanakan melalui peningkatan adopsi teknologi (intensifikasi), dengan mendorong petani dan pengusaha kelapa sawit menggunakan bibit unggul dan memanfaatkan teknologi dalam pemeliharaan tanaman yang telah dihasilkan oleh lembaga riset kelapa sawit Indonesia. 2. Sebagai upaya menumbuhkembangkan industri hilir minyak sawit selain industri minyak goreng sawit domestik (seperti industri sabun, mie, oleokimia, serta biodiesel) maka pemerintah sebaiknya memberikan insentif seperti suku bunga kredit yang murah. 3. Dalam rangka pengembangan industri hilir minyak sawit domestik sebaiknya pemerintah menggunakan dana yang berasal dari pajak ekspor minyak sawit. Dana tersebut digunakan untuk pengembangan lebih lanjut industri kelapa sawit seperti penelitian dan pengembangan pada industri kelapa sawit; kegiatan promosi atau pemasaran minyak sawit ke pasar dunia; dan disiapkan
189
untuk kondisi darurat seperti saat terjadi gejolak harga minyak sawit atau wabah penyakit yang menyerang tanaman sawit. 4. Sebagai upaya menanggulangi kenaikan harga minyak goreng sawit domestik yang besar akibat kenaikan harga minyak sawit atau harga minyak mentah dunia, pemerintah sebaiknya menetapkan pajak ekspor atau kuota ekspor sebagai respon jangka pendek. Namun, dalam jangka panjang, setelah industri hilir minyak sawit berkembang pesat, sebaiknya pemerintah berfokus kepada penetapan kebijakan DMO (domestic market obligation) bagi para pengusaha minyak sawit agar mereka memegang komitmen memasok minyak sawit untuk domestik dalam rangka memastikan terpenuhinya kebutuhan minyak sawit domestik untuk industri hilir minyak sawit. 8.3. Saran Penelitian Lanjutan Saran penelitian lanjutan yang dapat diajukan berdasarkan ruang lingkup dan hasil penelitian ini adalah : 1. Penelitian mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan industri hilir minyak sawit domestik dan mengenai industri hilir minyak sawit domestik yang memiliki prospek yang baik untuk ditumbuhkembangkan di pasar domestik. 2. Penelitian mengenai dampak peningkatan industri hilir minyak sawit domestik terhadap kesejahteraan masyarakat, khususnya petani sawit, kesempatan kerja, dan pertumbuhan ekonomi. Selanjutnya, juga dapat dilakukan penelitian mengenai dampak kawasan perdagangan bebas seperti China ASEAN Free Trade Agreement (CAFTA) terhadap perkembangan industri hilir minyak sawit domestik.
190
3. Penelitian mengenai pola perdagangan dunia industri hilir minyak sawit dan pengaruhnya terhadap perkembangan industri hilir minyak sawit domestik.