VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1
Deskripsi Pengelolaan Situ Rawa Badung Situ Rawa Badung merupakan salah satu situ DKI Jakarta yang terbentuk
secara alami. Semula luas Situ Rawa Badung mencapai 5 Ha, namun saat ini luas situ ini sekitar 3 Ha dengan kedalaman ± 6 meter. Penyusutan luas situ terjadi akibat pembangunan jalan dan pemukiman (lihat Gambar 3). Situ Rawa Badung berfungsi sebagai resapan atau penampung air hujan, pengendali banjir serta sebagai sumber air irigasi daerah Buaran dan Cakung Barat. Dengan luas 3 Ha, Situ Rawa Badung memiliki daya tampung hingga 180.000 m3. Namun, di bagian tepi situ telah dipenuhi sampah dan bagian permukaan air situ ditutupi oleh tanaman air seperti eceng gondok menyebabkan situ tersebut tidak dapat berfungsi secara optimal. Akibatnya, apabila hujan turun dengan curah yang cukup tinggi air situ mudah meluap dan menggenangi pemukiman yang ada di sekitarnya. Selain dipenuhi sampah dan eceng gondok, di sekeliling bantaran situ tersebut telah dibangun bangunan-bangunan rumah liar tidak permanen. Bangunan liar yang dibangun oleh warga yang tidak bertanggung jawab tersebut membuat luasan dari situ semakin menyempit. Hal ini karena para warga tersebut mengurug atau menimbun tanah pada lahan situ untuk memperkuat fondasi bangunan yang mereka bangun. Dampak bangunan liar tersebut membuat kondisi situ semakin semeraut dan tidak sedap dipandang. Pada musim kemarau, situ mengalami kekeringan dan kedalaman air situ menyusut hingga empat meter. Pada saat air situ mengering, saat itulah situ tersebut mengeluarkan bau busuk yang sangat menyengat dan masyarakat sekitar
55
pun merasa terganggu akan hal tersebut. Bau busuk menyengat diduga berasal dari tumpukan sampah yang semakin banyak dan endapan lumpur yang ada pada situ tersebut. Berdasarkan kondisi situ fisik Situ Rawa Badung yang cukup buruk, dipertanyakan bagaimana sebenarnya pengelolaan terhadap situ tersebut. Ternyata, Situ Rawa Badung belum dikelola secara serius oleh pihak-pihak terkait seperti Suku Dinas Pekerjaan Umum Tata Air Propinsi DKI Jakarta, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta, maupun pemerintahan setempat. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang pegawai Suku Dinas Pekerjaan Umum Tata Air Propinsi DKI Jakarta, belum adanya pengelolaan secara khusus dan serius terhadap Situ Rawa Badung dikarenakan belum tercapainya upaya untuk melakukan perluasan situ tersebut. Hal ini karena warga pemilik lahan yang berada di sekeliling situ tersebut belum bersedia membebaskan lahan mereka untuk perluasan situ. Berdasarkan data Kelurahan Jatinegara mengenai hak kepemilikan lahan sekitar Situ Rawa Badung menyebutkan bahwa sebagian besar lahan pada RW 008 dan RW 013 adalah milik warga pribumi setempat. Namun, lahan sejauh 5 meter di sekeliling situ tersebut (lahan yang dijadikan bangunan ilegal) merupakan lahan bebas yang seharusnya dikelola pemerintah. Akan tetapi, untuk melakukan perluasan pada situ, tidak cukup hanya dengan membongkar bangunan liar yang berada di tepian situ. Pemerintah (DPU DKI Jakarta) membutuhkan kurang lebih 2 ha lahan sekitar situ untuk dapat dilakukan perluasan. Oleh karena itu, pemerintah masih menunggu kesediaan para pemilik lahan untuk membebaskan lahan mereka. Hal ini dimaksudkan untuk mewujudkan upaya
56
perluasan terhadap Situ Rawa Badung demi pengelolaan yang lebih baik terhadap kondisi fisik situ tersebut. Menurut Dinas Pekerjaan Umum Tata Air Propinsi DKI Jakarta, untuk sementara pengelolaan terhadap situ tersebut mengacu pada Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang sumberdaya air dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumberdaya Air. Apabila masyarakat telah bersedia membebaskan lahannya untuk perluasan situ, maka pihak terkait dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum Tata Air Propinsi DKI Jakarta akan mengkaji kembali mengenai pengelolaan Situ Rawa Badung. Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, terdapat tujuan yang menyebutkan bahwa menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia. Oleh karena itu, pengelolaan secara terpadu terhadap Situ Rawa Badung perlu diupayakan sesegera mungkin karena apabila situ tersebut dibiarkan terus menerus tanpa pengelolaan akan merugikan warga yang bermukim disekitar situ tersebut. Perbuatan segelintir warga yang tidak bertanggung jawab dapat berakibatkan kerugian bagi masyarakat lainnya. Jadi, selain dibutuhkan turun tangan pemerintah terkait, diperlukan juga kesadaran diri bagi masyarakat untuk lebih memperhatikan kebersihan serta kelestarian Situ Rawa Badung. 6.2
Identifikasi Persepsi Responden Mengenai Kerusakan Situ Rawa Badung Situ merupakan salah satu ekosistem dari lingkungan yang tidak dapat
dipisahkan bagi kehidupan makhluk hidup yang berada di sekitarnya. Kerusakan suatu ekosistem menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan yang berada di
57
sekitarnya. Dengan kata lain, penurunan kualitas suatu ekosistem akan mengganggu ekosistem lainnya yang berdampingan baik secara langsung maupun tidak langsung. Demikan halnya dengan Situ Rawa Badung yang saat ini mengalami penurunan kualitas ekosistemnya. Kerusakan yang terjadi pada situ tersebut berdampak negatif bagi masyarakat yang bermukim di sekitar situ. Misalnya, pencemaran yang menimbulkan bau busuk menyengat dan banjir luapan yang terjadi akibat pendangkalan Situ Rawa Badung. 6.2.1 Persepsi Responden Terhadap Kondisi Fisik Situ Rawa Badung Berdasarkan hasil penelitian terhadap 96 responden di RW 008 dan RW 013 Kelurahan Jatinegara menunjukkan bahwa penilaian responden terhadap kondisi fisik Situ Rawa Badung berbeda-beda, antara lain sangat buruk, buruk, dan cukup baik. Statistik penilaian responden terhadap kondisi fisik Situ Rawa Badung dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Statistik Penilaian Responden Terhadap Kondisi Fisik Situ Rawa Badung Kategori Jumlah Persentase (%) 22 23 1 Sangat buruk Buruk 70 73 2 4 4 3 Cukup Baik 0 0 4 Baik 0 0 5 Sangat Baik 1.8125 Mean 2 Median 0.488014 Standar Deviasi 0.238158 Sample Variance Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011)
Sebagian besar responden yaitu sebanyak 70 responden (73%) menyatakan bahwa kondisi fisik Situ Rawa Badung dapat dikategorikan pada kategori buruk. Sebanyak 22 responden (23%) mengkategorikan kondisi fisik situ tersebut pada kategori sangat buruk. Empat responden (4%) mengkategorikan kondisi fisik situ
58
tersebut pada kondisi cukup baik. Tidak ada responden yang menyebutkan kondisi fisik situ pada kategori baik dan sangat baik. Nilai rata-rata (mean) yang mendekati nilai 2 menunjukkan bahwa persepsi responden mengenai kondisi fisik Situ Rawa Badung termasuk dalam kategori buruk. Demikian pula dengan nilai tengah (median) yang bernilai 2, nilai tersebut juga menunjukkan kondisi fisik situ tersebut termasuk dalam kategori buruk menurut persepsi responden. Nilai standar deviasi berdasarkan data tersebut adalah 0.488014, artinya luas penyimpangan nilai data tersebut dari nilai rataratanya adalah sebesar 0.488014. Sample variance berdasarkan data tersebut adalah 0.238158, nilai tersebut menunjukkan bahwa data tersebut homogen karena data tersebut tersebar di sekitar nilai rata-ratanya sejauh 0.238158. Kondisi Situ Rawa Badung yang terlantar akibat ketidaksadaran masyarakat sekitar mengenai pentingnya kelestarian situ tersebut. Tindakan masyarakat sekitar yang tidak bertanggung jawab seperti membuang sampah dan limbah domestik rumah tangga langsung ke situ tersebut. Akibatnya, di tepi situ dipenuhi sampah, seperti plastik-plastik, dedaunan kering, botol-botol, kalengkaleng bekas, serta jenis sampah lainnya. Akumulasi limbah domestik rumah tangga yang dibuang langsung ke situ tersebut menyebabkan kekeruhan pada warna air situ semakin pekat dan menimbulkan bau busuk yang menyengat. Selain itu, pada permukaan air situ juga dipenuhi tanaman air seperti eceng gondok yang tumbuh subur pada permukaan situ tersebut. Keseluruhan dari responden mengetahui bahwa telah terjadi kerusakan pada Situ Rawa Badung. Oleh karena itu, masing-masing responden tersebut
59
mampu memberikan penilaian terhadap kondisi dari situ tersebut seperti yang telah disebutkan sebelumnya. 6.2.2 Persepsi Responden Terhadap Kebersihan Lingkungan Sekitar Situ Rawa Badung Berdasarkan hasil penelitian terhadap 96 responden di RW 008 dan RW 013 Kelurahan Jatinegara menunjukkan bahwa penilaian responden terhadap kebersihan linkungan di sekitar Situ Rawa Badung bervariasi. Penilaian responden antara lain tidak bersih, kurang bersih, cukup bersih, dan bersih. Sebanyak 50 responden menilai kebersihan lingkungan di sekitar situ pada kategori kurang bersih. Sedangkan sebanyak satu responden menilai pada kategori bersih. Statistik penilaian reponden terhadap kebersihan lingkungan di sekitar Situ Rawa Badung dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Statistik Penilaian Responden Terhadap Kebersihan Lingkungan di Situ Rawa Badung Kategori Jumlah Persentase (%) Tidak bersih 34 35 1 Kurang bersih 50 52 2 Cukup bersih 11 12 3 Bersih 1 1 4 Sangat bersih 0 0 5 1.78125 Mean 2 Median 0.683692 Standar Deviasi 0.467434 Sample Variance Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011)
Sebagian besar responden yaitu sebanyak 50 responden (52%) menyatakan bahwa kebersihan lingkungan di Situ Rawa Badung dapat dikategorikan pada kategori kurang bersih. Sebanyak 34 responden (35%) mengkategorikan kebersihan lingkungan di situ tersebut pada kategori tidak bersih. Sebanyak 11 responden (12%) mengkategorikan kualitas lingkungan di situ tersebut pada kondisi cukup bersih. Satu responden (1%) mengkategorikan kualitas lingkungan
60
di situ tersebut pada kategori bersih. Tidak ada responden yang menyebutkan kualitas lingkungan di situ tersebut pada kategori sangat bersih. Nilai rata-rata (mean) yang mendekati nilai 2 menunjukkan bahwa persepsi responden mengenai kualitas lingkungan di Situ Rawa Badung termasuk dalam kategori kurang bersih. Demikian pula dengan nilai tengah (median) yang bernilai 2, nilai tersebut juga menunjukkan kualitas lingkungan di situ tersebut termasuk dalam kategori kurang bersih menurut persepsi responden. Nilai standar deviasi berdasarkan data tersebut adalah 0.683692, artinya luas penyimpangan nilai data tersebut dari nilai rata-ratanya adalah sebesar 0.683692. Sample variance berdasarkan data tersebut adalah 0.467434, nilai tersebut menunjukkan bahwa data tersebut homogen karena data tersebut tersebar di sekitar nilai rataratanya sejauh 0.467434. Penilaian responden mengenai lingkungan sekitar situ adalah pada kategori kurang bersih. Hal ini didukung dengan keadaan sebenarnya di lingkungan situ. Dimana terdapat sampah-sampah yang tidak di tampung pada tempatnya, melainkan dibiarkan berserakan dan menyumbat saluran air. Selain itu, bangunan liar yang berada pada bantaran situ tersebut menambah kesan kurang bersih dan kumuh pada lingkungannya. Sebanyak satu responden menyatakan pendapat bahwa lingkungan sekitar situ tergolong pada kategori bersih. Menurut responden tersebut, lingkungan di sekitar tempat tinggalnya yang berjarak kurang dari 50 meter terhadap situ tergolong bersih. Alasannya, beberapa warga cukup sadar mengenai kepentingan kebersihan sekitar rumah tinggal mereka. Oleh karena itu, beberapa warga tersebut berinisiatif tinggi untuk selalu membersihkan lingkungan rumah
61
tinggalnya pada setiap harinya. Sayangnya, hanya beberapa warga yang memiliki pemikiran tersebut sedangkan sebagian besar warga cenderung tidak peduli akan kepentingan kebersihan. 6.2.3 Persepsi Responden Mengenai Kenyamanan Tinggal di Sekitar Situ Rawa Badung Berdasarkan hasil penelitian terhadap 96 responden di RW 008 dan RW 013 Kelurahan Jatinegara menunjukkan bahwa penilaian responden mengenai kenyamanan tinggal di sekitar Situ Rawa Badung bervariasi. Penilaian responden antara lain tidak nyaman, kurang nyaman, cukup nyaman, dan nyaman. Sebanyak 53
responden mengaku cukup nyaman tinggal di sekitar situ. Sedangkan
sebanyak 6 responden mengaku tidak nyaman tinggal di sekitar situ. Statistik penilaian responden mengenai kenyaman tinggal di sekitar Situ Rawa Badung dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini. Tabel 10. Statistik Penilaian Responden Mengenai Kenyamanan Tinggal di Sekitar Situ Rawa Badung Kategori Jumlah Persentase (%) Tidak nyaman 6 6 1 Kurang nyaman 20 21 2 Cukup nyaman 53 55 3 Nyaman 17 18 4 Sangat nyaman 0 0 5 2.84375 Mean 3 Median 0.78577 Standar Deviasi 0.617434 Sample Variance Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011)
Sebagian besar responden yaitu sebanyak 53 responden (55%) menyatakan bahwa kenyamanan tinggal di sekitar Situ Rawa Badung dapat dikategorikan pada kategori cukup nyaman. Sebanyak 20 responden (21%) mengkategorikan kenyamanan tinggal di sekitar situ tersebut pada kategori kurang nyaman. Sebanyak 17 responden (18%) mengkategorikan kenyamanan tinggal di sekitar
62
situ tersebut pada kondisi nyaman. Enam responden (6%) mengkategorikan kenyamanan tinggal di sekitar situ tersebut pada kondisi tidak nyaman. Tidak ada responden yang menyebutkan kenyamanan tinggal di sekitar situ pada kategori sangat nyaman. Nilai rata-rata (mean) yang mendekati nilai 3 menunjukkan bahwa persepsi responden mengenai kenyamanan tinggal di sekitar Situ Rawa Badung termasuk dalam kategori cukup nyaman. Demikian pula dengan nilai tengah (median) yang bernilai 3, nilai tersebut juga menunjukkan kenyamanan tinggal di sekitar situ tersebut termasuk dalam kategori cukup nyaman menurut persepsi responden. Nilai standar deviasi berdasarkan data tersebut adalah 0.78577, artinya luas penyimpangan nilai data tersebut dari nilai rata-ratanya adalah sebesar 0.78577. Sample variance berdasarkan data tersebut adalah 0.617434, nilai tersebut menunjukkan bahwa data tersebut homogen karena data tersebut tersebar di sekitar nilai rata-ratanya sejauh 0.617434. Kenyamanan tinggal di sekitar Situ Rawa Badung dinilai para responden dari beberapa sudut pandang. Bagi responden yang mengaku cukup nyaman dan nyaman tinggal dilokasi tersebut dikarenakan mereka telah cukup lama tinggal di lokasi tersebut dan telah terbiasa dengan kondisi lingkungan setempat. Sedangkan bagi responden yang mengaku kurang nyaman dan tidak nyaman, hal tersebut karena mereka belum lama tinggal di lokasi tersebut. Berdasarkan tingkat kebersihan, lingkungan sekitar situ memang tidak dapat dikatakan nyaman, namun keramahan dan keterikatan antara warga satu dengan yang lainnya memberikan kesan nyaman tersendiri.
63
6.2.4 Persepsi Responden Mengenai Bentuk Kerusakan Situ Rawa Badung Berdasarkan hasil penelitian terhadap 96 responden di RW 008 dan RW 013 Kelurahan Jatinegara menunjukkan bahwa penilaian responden mengenai bentuk kerusakan Situ Rawa Badung adalah pencemaran serta pendangkalan. Sebanyak 83 responden menilai bentuk kerusakan Situ Rawa Badung berupa pencemaran dan pendangkalan. Selebihnya, yaitu sebanyak 13 responden menilai bentuk kerusakan situ berupa pencemaran saja. Statistik penilaian responden mengenai bentuk kerusakan Situ Rawa Badung dapat dilihat pada Tabel 11 berikut ini. Tabel 11. Statistik Penilaian Responden Mengenai Bentuk Kerusakan Situ Rawa Badung Kategori Jumlah Persentase (%) Pencemaran & Pendangkalan 83 86 1 Pencemaran saja 13 14 2 Pendangkalan saja 0 0 3 1.135417 Mean 1 Median 0.343964 Standar Deviasi 0.118311 Sample Variance Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011)
Sebagian besar responden yaitu sebanyak 83 responden (86%) menyatakan bahwa bentuk kerusakan Situ Rawa Badung berupa pencemaran dan pendangkalan. Sebanyak 13 responden (14%) menyatakan bahwa kerusakan situ tersebut hanya berupa pencemaran saja. Tidak ada responden yang menyebutkan kerusakan situ tersebut berupa pendangkalan saja. Nilai rata-rata (mean) yang mendekati nilai 1 menunjukkan bahwa persepsi responden mengenai bentuk kerusakan Situ Rawa Badung adalah pencemaran dan pendangkalan. Demikian pula dengan nilai tengah (median) yang bernilai 1, nilai tersebut juga menunjukkan kerusakan situ tersebut berupa
64
pencemaran dan pendangkalan menurut persepsi responden. Nilai standar deviasi berdasarkan data tersebut adalah 0.343964, artinya luas penyimpangan nilai data tersebut dari nilai rata-ratanya adalah sebesar 0.343964. Sample variance berdasarkan data tersebut adalah 0.118311, nilai tersebut menunjukkan bahwa data tersebut homogen karena data tersebut tersebar di sekitar nilai rata-ratanya sejauh 0.118311. Sebagian besar responden mengetahui bahwa kerusakan yang terjadi pada Situ Rawa Badung adalah akibat pencemaran dan pendangkalan. air yang berwarna hijau pekat dan berbau busuk serta sampah-sampah yang terdapat pada permukaan situ telah menunjukkan terjadinya pencemaran. Pendangkalan yang terjadi pada situ tersebut disebabkan endapan lumpur dan sampah. Bagi responden yang menilai pancemaran saja sebagai bentuk dari kerusakan situ, responden tersebut menganggap sampah-sampah yang dibuang ke situ tersebut hanya mengakibatkan terjadinya pencemaran terhadap situ tersebut. Responden tersebut tidak berfikir bahwa sampah-sampah yang tertimbun di situ tersebut dapat menyebabkan pendangkalan pada situ. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan responden mempengaruhi tingkat pengetahuan mereka terhadap bentuk dari kerusakan situ tersebut. 6.2.5
Persepsi Responden Mengenai Sumber Kerusakan Situ Rawa Badung Berdasarkan hasil penelitian terhadap 96 responden di RW 008 dan RW
013 Kelurahan Jatinegara menunjukkan bahwa penilaian responden mengenai sumber kerusakan Situ Rawa Badung bervariasi, yaitu sampah, konversi lahan, serta limbah. Sebanyak 75 responden menilai sumber kerusakan Situ Rawa Badung berasal dari sampah. Sebanyak 18 responden menilai konversi lahan
65
sebagai sumber kerusakan situ. Sedangkan sisanya, sebanyak 3 responden menganggap limbah sebagai sumber kerusakan situ. Statistik penilaian responden mengenai sumber kerusakan situ dapat dilihat pada Tabel 12 berikut ini. Tabel 12. Statistik Penilaian Responden Mengenai Sumber Kerusakan Situ Rawa Badung Kategori Jumlah Persentase (%) Sampah 75 78 1 Konversi lahan 18 19 2 Limbah 3 3 3 1.25 Mean 1 Median 0.502625 Standar Deviasi 0.252632 Sample Variance Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011)
Sebagian besar responden yaitu sebanyak 75 responden (78%) menyatakan bahwa sumber kerusakan Situ Rawa Badung adalah sampah. Sebanyak 18 responden (19%) menyatakan bahwa sumber kerusakan situ tersebut adalah konversi lahan situ. Sisanya sebanyak 3 responden (3%) menyatakan bahwa limbah sebagai sumber kerusakan situ tersebut. Nilai rata-rata (mean) yang mendekati nilai 1 menunjukkan bahwa persepsi responden mengenai sumber kerusakan Situ Rawa Badung adalah sampah. Demikian pula dengan nilai tengah (median) yang bernilai 1, nilai tersebut juga menunjukkan sumber kerusakan situ tersebut adalah sampah menurut persepsi responden. Nilai standar deviasi berdasarkan data tersebut adalah 0.502625, artinya luas penyimpangan nilai data tersebut dari nilai rataratanya adalah sebesar 0.502625. Sample variance berdasarkan data tersebut adalah 0.252632, nilai tersebut menunjukkan bahwa data tersebut homogen karena data tersebut tersebar di sekitar nilai rata-ratanya sejauh 0.252632.
66
Sebagian besar responden menilai sampah sebagai penyebab kerusakan situ. Sampah merupakan penyebab pencemaran serta pendangkalan yang terjadi pada Situ Rawa Badung. Selain sampah, konversi lahan situ menjadi jalan oleh pemerintah serta pemukiman liar oleh warga yang tidak bertanggung jawab turut menyebabkan kerusakan pada situ. Hal tersebut menyebabkan semakin sempitnya luas situ dan seringkali terjadi banjir akibat situ tidak mampu menampung air hujan. Sampah-sampah yang terdapat pada situ tidak lain merupakan akibat ulah masyarakat sekitar pula. Masyarakat yang kurang menyadari pentingnya keseimbangan lingkungan pada Situ Rawa Badung tetap melakukan tindakan yang pada akhirnya merusak kondisi situ tersebut. Kenyataannya, situ dijadikan sebagai tempat pembuangan limbah serta sampah oleh para warga. Akumulasi limbah domestik rumah tangga yang bermukim sekitar situ tersebut juga turut menjadi salah satu penyebab dari pencemaran yang terjadi pada situ tersebut. 6.2.6 Persepsi Responden Mengenai Pengaruh Kerusakan Situ Rawa Badung Terhadap Aktivitas Sehari-hari Berdasarkan hasil penelitian terhadap 96 responden di RW 008 dan RW 013 Kelurahan Jatinegara menunjukkan bahwa penilaian responden mengenai pengaruh kerusakan Situ Rawa Badung terhadap aktivitas sehari-hari responden bervariasi. Penilaian responden antara lain sangat mengganggu, mengganggu, cukup mengganggu, kurang mengganggu dan tidak mengganggu. Sebanyak 44 responden menyatakan bahwa kerusakan situ cukup mengganggu aktivitas sehariharinya. Sedangkan 1 responden menyatakan bahwa kerusakan situ sama sekali tidak mengganggu aktivitas sehari-harinya. Statistik penilaian responden
67
mengenai pengaruh kerusakan Situ Rawa Badung terhadap aktivitas sehari-hari dapat dilihat pada Tabel 13 berikut ini. Tabel 13. Statistik Penilaian Responden Mengenai Pengaruh Kerusakan Situ Rawa Badung Terhadap Aktivitas Sehari-hari Kategori Jumlah Persentase (%) Sangat mengganggu 6 6 1 Mengganggu 32 33 2 Cukup mengganggu 44 46 3 Kurang mengganggu 13 14 4 Tidak mengganggu 1 1 5 2.697917 Mean 3 Median 0.822318 Standar Deviasi 0.676206 Sample Variance Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011)
Sebagian besar responden yaitu sebanyak 44 responden (46%) menyatakan bahwa pengaruh kerusakan Situ Rawa Badung terhadap aktivitas sehari-hari dapat dikategorikan pada kategori cukup mengganggu. Sebanyak 32 responden (33%) mengkategorikan pengaruh kerusakan situ tersebut terhadap aktivitas sehari-hari pada kategori mengganggu. Sebanyak 13 responden (14%) mengkategorikan pengaruh kerusakan situ tersebut terhadap aktivitas sehari-hari pada kategori kurang mengganggu. Enam responden (6%) mengkategorikan pengaruh kerusakan situ tersebut terhadap aktivitas sehari-hari pada kategori sangat mengganggu. Satu responden (1%) yang menyebutkan pengaruh kerusakan situ tersebut terhadap aktivitas sehari-hari pada kategori tidak mengganggu. Nilai rata-rata (mean) yang mendekati nilai 3 menunjukkan bahwa persepsi responden mengenai pengaruh kerusakan Situ Rawa Badung terhadap aktivitas sehari-hari termasuk dalam kategori cukup mengganggu. Demikian pula dengan nilai tengah (median) yang bernilai 3, nilai tersebut juga menunjukkan pengaruh kerusakan situ tersebut terhadap aktivitas sehari-hari termasuk dalam
68
kategori cukup mengganggu menurut persepsi responden. Nilai standar deviasi berdasarkan data tersebut adalah 0.822318, artinya luas penyimpangan nilai data tersebut dari nilai rata-ratanya adalah sebesar 0.822318. Sample variance berdasarkan data tersebut adalah 0.676206, nilai tersebut menunjukkan bahwa data tersebut homogen karena data tersebut tersebar di sekitar nilai rata-ratanya sejauh 0.676206. Sebagian besar responden menyatakan bahwa kerusakan Situ Rawa Badung telah mempengaruhi aktivitas sehari-hari mereka. Pencemaran situ yang menimbulkan bau tidak sedap mempengaruhi kesehatan dari responden dan keluarganya, misalnya terserang gangguan pernapasan dan penyakit lainnya. Penurunan kondisi kesehatan tentu mengganggu aktivitas sehari-hari. Sedangkan pendangkalan yang menyebabkan banjir selain menghambat aktiviitas sehari-hari, banjir juga menimbulkan wabah penyakit seperti diare, gatal-gatal dan sebagainya. Bagi responden yang tidak merasa terganggu akibat kerusakan situ, hal itu dikarenakan telah terbiasanya sedari dulu dengan kondisi situ tersebut. 6.3
Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi Masyarakat Akibat Kerusakan Situ Rawa Badung Kerusakan yang terjadi pada Situ Rawa Badung berupa pencemaran dan
pendangkalan. Kerusakan situ bersumber pada timbunan sampah yang terdapat pada sekeliling situ. Hal ini dikarenakan sebagian warga yang belum atau kurang menyadari kebersihan dan kelestarian situ. Oleh karena itu, masih banyak warga yang dengan leluasa tetap membuang limbah dan sampah ke situ tersebut. Akibatnya, saat ini kerusakan yang terjadi pada situ semakin parah dan berdampak negatif terhadap masyarakat.
69
Pada penelitian ini dampak negatif dari kerusakan Situ Rawa Badung dinilai berdasarkan kerugian ekonomi yang diderita masyarakat sekitar situ tersebut. Nilai kerugian ekonomi masyarakat berdasarkan terjangkit penyakit diestimasi melalui pendekatan biaya kesehatan (Cost of Illness). Sedangkan nilai kerugian ekonomi masyarakat berdasarkan upaya pencegahan dari banjir diestimasi melalui pendekatan biaya pencegahan banjir (Preventive Expenditure). 6.3.1 Biaya Kesehatan (Cost of Illness) Kerusakan yang terjadi pada Situ Rawa Badung menimbulkan dampak bagi kesehatan masyarakat yang bermukim di sekitar situ tersebut. Pencemaran maupun luapan situ tersebut dapat menimbulkan penyakit bagi masyarakat yang bermukim di sekitarnya. Penyakit yang diderita masyarakat menyebabkan mereka perlu
mengeluarkan
biaya
untuk
mengobati
penyakit
tersebut.
Selain
mengeluarkan biaya pengobatan, masyarakat secara tidak langsung juga dirugikan karena tidak dapat beraktivitas seperti biasa sehingga tanpa disadari mengalami kehilangan pendapatan. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 96 responden di RW 008 dan RW 013 Kelurahan Jatinegara menunjukan bahwa sebanyak 70 responden (73%) mengaku sering terserang penyakit akibat pencemaran dan luapan dari situ tersebut. Sedangkan sisanya, yaitu sebanyak 26 responden (27%) mengaku tidak merasakan dampak dari pencemaran dan luapan situ terhadap kesehatan dirinya dan keluarganya. Perbandingan jumlah responden yang sering terserang penyakit dan yang tidak terserang penyakit akibat kerusakan Situ Rawa Badung dapat dilihat pada Gambar 13 berikut ini.
70
27%
sering terserang penyakit 73%
tidak terserang penyakit
Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011)
Gambar 13. Perbandingan Jumlah Reponden Mengenai Keterjangkitan Penyakit Akibat Kerusakan Situ Rawa Badung 6.3.1.1 Pendapatan yang Hilang (Cost of Time) Pendapatan yang hilang (Cost of Time) dihitung berdasarkan jumlah hari tidak bekerja karena sakit dikalikan dengan pendapatan responden per hari. Perhitungan dibedakan berdasarkan jenis pekerjaan responden, non pegawai dan pegawai. Untuk mengestimasi pendapatan yang hilang pada pegawai dilakukan pendekatan Value of Sick Leave. Berdasarkan hasil penelitian dari 70 responden yang mengaku sering terserang penyakit, sebanyak 48 responden (69%) apabila terserang penyakit tidak mengganggu aktivitas bekerjanya, sehingga tidak terjadi kehilangan pendapatan pada responden tersebut. Sebanyak 22 responden (31%) sisanya apabila terserang penyakit tidak dapat bekerja seperti biasanya. Dari 22 responden tersebut, sebanyak 12 responden bekerja sebagai pegawai dengan penghasilan tetap pada setiap bulannya. Sebanyak 10 responden lainnya merupakan non pegawai yang bekerja sebagai wiraswasta, sopir, buruh, dan pekerjaan lainnya yang memiliki penghasilan tidak tetap pada setiap bulannya. Pada perhitungan besarnya pendapatan yang hilang bagi responden yang bekerja sebagai pegawai diestimasi melalui pendekatan Value of Sick Leave
71
dengan asumsi jam kerja untuk pegawai adalah 40 jam per minggu dan jumlah jam kerja per tahun adalah 2080 jam (1 tahun = 52 minggu). Misalnya diketahui seorang responden yang memiliki pendapatan sebesar Rp 2.000.000,- per bulan dengan waktu kerja lima hari per minggu. Dalam setahun, responden tersebut menderita sakit sebanyak dua kali. Ketika sakit, ia tidak dapat bekerja selama dua hari. 1) Jam kerja per hari = jam kerja per minggu ÷ jumlah hari kerja per minggu = 40 ÷ 5 = 8 jam 2) Gaji per tahun
= gaji per bulan × 12 bulan = Rp 2.000.000,- × 12 = Rp 24.000.000,-
3) Upah per jam
= gaji per tahun ÷ jumlah jam kerja per tahun = Rp 24.000.000,- ÷ 2080 = Rp 11.538,46,-
4) jam tidak bekerja = jumlah hari tidak bekerja × jam kerja per hari =2×8 =16 jam 5) Value of Sick Leave = jam tidak bekerja × upah per jam = 16 × Rp 11538.46,= Rp 184.615,38,Jadi, responden tersebut tanpa disadari secara langsung telah kehilangan pendapatannya sebesar Rp 184.615,- per periode sakit dan Rp 369.231,- per tahun karena responden tersebut dalam setahun terserang penyakit sebanyak dua kali.
72
Pada perhitungan pendapatan yang hilang bagi responden yang nonpegawai lebih sederhana dibandingkan dengan responden yang pegawai. Dalam perhitungan ini, hanya mengalikan jumlah pendapatan per hari dengan jumlah hari tidak bekerja karena sakit. Pendapatan per hari didapat dengan mengkonversi pendapatan rata-rata perbulan mereka. Dalam hal ini diasumsikan jumlah hari bekerja dalam sebulan adalah 25 hari. Misalnya, diketahui pendapatan rata-rata per bulan seorang responden yang bekerja sebagai wiraswata adalah sebesar Rp 1.100.000,- dan tidak dapat bekerja selama 6 hari apabila terserang penyakit. Dalam setahun, ia terserang penyakit sebanyak dua kali. Berikut ini adalah contoh perhitungan kehilangan pendapatan begi responden non-pegawai. 1) pendapatan per hari = rata-rata pendapatan per bulan ÷ hari kerja per bulan = Rp 1.100.000,- ÷ 25 = Rp 44.000,2) Pendapatan yang hilang = pendapatan per hari × jumlah hari tidak bekerja = Rp 44.000,- × 6 = Rp 264.000,Jadi, responden tersebut telah kehilangan pendapatannya sebesar Rp 264.000,- per periode sakit dan Rp 528.000,- per tahun karena responden tersebut dalam setahun terserang penyakit sebanyak dua kali. Berdasarkan perhitungan, pendapatan yang hilang (Cost of Time) dari keseluruhan responden yang tidak dapat bekerja selama satu kali sakit adalah sebesar Rp 3.245.540,-. Jumlah responden yang tidak dapat bekerja karena sakit adalah sebanyak 22 responden, sehingga rata-rata pendapatan responden yang hilang adalah sebesar Rp 147.524,-. Nilai total pendapatan responden yang hilang
73
yang tidak dapat bekerja karena sakit dalam satu tahun adalah sebesar Rp 6.212.461,- dengan rata-rata Rp 282.385,-. Nilai ini diperoleh dengan asumsi setiap kali terserang penyakit tersebut selama satu tahun, responden tidak bekerja selama responden menderita satu periode penyakit tersebut. Berdasarkan data, maka diperoleh total nilai pendapatan yang hilang masyarakat sekitar Situ Rawa Badung yang dihitung berdasarkan persentase populasi yang setara dengan persentase responden untuk satu periode sakit adalah sebesar Rp 66.373.503,- sedangkan total nilai pendapatan yang hilang masyarakat sekitar Situ Rawa Badung selama satu tahun adalah sebesar Rp 126.790.692,(lihat tabel 14). Tabel 14. Total Nilai Pendapatan Masyarakat yang Hilang No Hal Satu Periode Satu Tahun Pendapatan yang hilang 3.245.540 6.212.461,5 1 responden (Rp) Jumlah responden (KK) 22 22 2 Rata-rata pendapatan yang 147.524,6 282.384,6 3 hilang responden (Rp) Populasi (KK) 449 449 4 Total pendapatan yang 66.373.503,5 126.790.692,3 hilang masyarakat (Rp) Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011)
6.3.1.2 Biaya Pengobatan Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 70 responden yang terjangkit penyakit akibat kerusakan Situ Rawa Badung menyebutkan beberapa penyakit yang sering mereka derita. Sebanyak 33 responden menderita penyakit gangguan pernapasan seperti asma atau sesak napas. Sebanyak 32 responden menderita penyakit kulit seperti gatal-gatal, kutu air, dan sebagainya. Sebanyak 28 responden menderita penyakit diare. Dalam hal ini, satu responden yang mewakili satu keluarga yang memungkinkan menderita lebih dari satu jenis penyakit.
74
Jumlah responden yang sering terjangkit penyakit akibat kerusakan situ yaitu sebanyak 70 responden, ternyata tidak keseluruhan dari responden tersebut yang melakukan pengobatan sebagai upaya penyembuhan dari penyakit tersebut. Sebanyak 9 responden tidak melakukan upaya apapun dalam penyembuhan penyakitnya. Responden cenderung menganggap penyakit tersebut dapat sembuh dengan sendirinya tanpa harus diobati. Selebihnya yaitu sebanyak 61 responden melakukan upaya penyembuhan dari penyakit dengan cara berobat ke puskesmas maupun dokter praktek di daerah setempat. Namun, beberapa dari responden tersebut tidak berobat ke puskesmas maupun dokter praktek, melainkan hanya membeli obat dari apotik atau warung-warung setempat. Dari 61 responden yang melakukan upaya pengobatan, terdapat 58 responden yang megeluarkan biaya kesehatan sedangkan dua responden lainnya menggunakan fasilitas asuransi kesehatan yang dimiliki. Responden tersebut memiliki pekerjaan sebagai pegawai negeri sipil yang mendapat pelayanan kesehatan secara gratis. Namun, berdasarkan hasil penelitian tidak semua responden yang berprofesi sebagai pegawai negeri sipil menggunakan fasilitas asuransi kesehatan yang dimiliki. Responden tersebut lebih memilih berobat ke dokter praktek dikarenakan pelayanan yang lebih memuaskan dibandingkan dengan pelayanan puskesmas. Selain itu, responden tersebut memilih untuk mengobati penyakit dengan cara membeli obat di apotek maupun warung-warung sekitar tempat tinggal mereka dikarenakan lebih praktis daripada berobat ke dokter praktek maupun puskesmas terdekat. Berdasarkan hasil penelitian, jumlah biaya yang dikeluarkan oleh keseluruhan responden untuk pengobatan penyakit yang ditimbulkan oleh
75
pencemaran maupun luapan Situ Rawa Badung selama satu periode adalah sebesar Rp 2.881.000,-. Jumlah responden yang mengeluarkan biaya pengobatan adalah sebanyak 59 responden, sehingga biaya pengobatan rata-rata yang dikeluarkan responden adalah Rp 48.830,- per Kepala Keluarga (KK). Total biaya pengobatan yang dikeluarkan responden dalam satu tahun adalah sebesar Rp 6.396.000,- dengan rata-rata Rp 110.276,- per KK. Nilai ini diperoleh dengan asumsi setiap kali responden menderita penyakit tersebut dalam kurun waktu satu tahun, responden mengeluarkan biaya yang sama ketika menderita sakit dalam satu periode. Berdasarkan data, maka diperoleh total biaya pengobatan yang dikeluarkan masyarakat sekitar Situ Rawa Badung yang dihitung berdasarkan persentase populasi yang setara dengan persentase responden untuk satu periode sakit adalah sebesar Rp 57.619.400,- sedangkan total biaya pengobatan yang dikeluarkan masyarakat sekitar Situ Rawa Badung selama satu tahun adalah sebesar Rp 130.125.680,- (lihat tabel 15). Tabel 15. Total Biaya Pengobatan Masyarakat Hal Satu Periode 1. Jumlah biaya pengobatan 2.881.000 responden (Rp) 2. Jumlah responden (KK) 59 3. Rata-rata biaya 48.830 pengobatan responden (Rp) 4. Populasi (KK) 1180 Total biaya pengobatan 57.619.400 masyarakat (Rp)
Satu Tahun 6.396.000 59 110.276
1180 130.125.680
Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011)
76
Tabel 16. Total Biaya Kesehatan Masyarakat Hal Satu Periode 1. Total kehilangan 66.373.503,5 pendapatan masyarakat 2. Total biaya pengobatan 57.619.400 masyarakat Total biaya kesehatan 124.686.091,2 masyarakat (Rp)
Satu Tahun 126.790.692,3 130.125.680 257.334.030,8
Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011)
Tabel 16 menunjukan total biaya kesehatan yang dikeluarkan responden pada satu periode dan satu tahun. Total biaya kesehatan didapatkan dengan menjumlahkan total kehilangan pendapatan masyarakat dan total biaya pengobatan masyarakat. Total biaya kesehatan yang dikeluarkan masyarakat pada satu periode adalah sebesar Rp 124.686.091,- sedangkan untuk satu tahun adalah sebesar Rp 257.334.031,-. Nilai total biaya kesehatan masyarakat sekitar Situ Rawa Badung merupakan salah satu bentuk kerugian masyarakat secara ekonomi. 6.3.2 Biaya Pencegahan Banjir (Preventive Expenditure) Berdasarkan hasil penelitian terhadap 96 responden di RW 008 dan RW 013 Kelurahan Jatinegara menunjukan bahwa sebanyak 87 responden yang merasakan banjir dari luapan Situ Rawa Badung. Sedangkan sisanya sebanyak 9 responden tidak merasakan banjir secara langsung. Berdasarkan 87 responden yang merasakan banjir luapan situ secara langsung, terdapat 48 responden (55%) melakukan upaya pencegahan bencana banjir akibat meluapnya Situ Rawa Badung. Sedangkan sisanya yaitu sebanyak 39 responden (45%) tidak melakukan upaya pencegahan banjir. Hal tersebut dikarenakan mereka menghuni rumah sewaan atau kontrakan. Mereka merasa tidak perlu melakukan tidakan apapun terhadap rumah yang mereka huni dikarenakan rumah tersebut bukan milik
77
mereka seutuhnya. Perbandingan responden yang melakukan dan tidak melakukan upaya pencegahan banjir dapat di lihat pada Gambar 14 berikut ini.
45% 55%
melakukan upaya pencegahan tidak melakukan upaya pencegahan
Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011)
Gambar 14. Presentase Responden Dalam Upaya Pencegahan Banjir Situ Rawa Badung Banjir yang terjadi pada lingkungan sekitar Situ Rawa Badung sebenarnya berasal dari luapan situ yang tidak mampu menampung tingginya curah hujan. Apabila terjadi hujan secara terus-menerus, air permukaan situ akan meluap dan menggenangi lingkungan di sekitar situ tersebut. Pendangkalan yang terjadi pada situ tersebut merupakan penyebab meluapnya air situ ke lingkungan sekitarnya. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 87 responden di RW 008 dan RW 013 Kelurahan Jatinegara menunjukan bahwa persepsi responden mengenai penyebab terjadinya banjir atau meluapnya permukaan Situ Rawa Badung bervariasi. Sebanyak 59 responden menyebutkan sampah merupakan penyebab meluapnya Situ Rawa Badung. Sebanyak 16 responden menyebutkan bahwa konversi lahan situ sebagai penyebab meluapnya situ tersebut. Sedangkan sisanya yaitu sebanyak 12 responden menyebutkan bahwa tingginya curah hujan yang menyebabkan meluapnya air permukaan situ. Perbandingan persepsi responden mengenai penyebab meluapnya Situ Rawa Badung dapat dilihat pada Gambar 15 berikut ini.
78
70 59
Jumlah Responden
60 50 40 30 20
16
12
10 0 curah hujan
sampah
konversi lahan
Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011)
Gambar 15. Perbandingan Persepsi Responden Mengenai Penyebab Meluapnya Situ Rawa Badung Areal tepi situ yang dijadikan tempat pembuangan sampah oleh masyarakat sekitar. Tumpukan sampah yang semakin hari semakin banyak menyebabkan menyempitnya areal situ. Selain itu, sampah juga menyebabkan saluran outlet Situ Rawa Badung tersumbat sehingga memungkinkan terjadinya banjir karena penyumbatan saluran outlet situ. Pembangunan Jalan DR. KRT. Radjiman Widyodiningrat telah membelah situ menjadi dua bagian, yaitu sebelah barat dan timur. Saat ini, situ bagian barat telah berubah menjadi lahan pemukiman warga, sementara situ bagian timur masih tetap berisi air. Namun, situ bagian timur pun telah dipenuhi bangunan liar yang dibangun di sekeliling bantaran Situ Rawa Badung. Kondisi Situ Rawa Badung yang semakin menyempit sangat memungkinkan terjadinya banjir karena semakin berkurangnya daya tampung situ tersebut. Curah hujan merupakan salah satu faktor alam yang turut menimbulkan terjadinya banjir pada Situ Rawa Badung. Apabila situ tersebut tidak mengalami kerusakan (pendangkalan dan penyempitan luas area), tentunya situ tidak akan
79
meluap hanya karena curah hujan. Namun, kondisi situ yang mengalami kerusakan menjadikan curah hujan menjadi faktor yang mempengaruhi meluapnya air permukaan situ tersebut. Hal ini disebabkan tidak lancarnya saluran outlet situ serta berkurangnya daya tampung air situ tersebut. Kecenderungan situ yang meluap ketika curah hujan tinggi menimbulkan kerugian ekonomi bagi masyarakat sekitar. Selain menimbulkan kerusakan rumah beserta perabotnya, air genangan luapan situ juga menimbulkan penyakit diantaranya diare, gatal-gatal, kutu air, dan penyakit kulit lainnya. Oleh karena itu, diperlukan upaya pencegahan guna meminimalisasi kerugian ekonomi yang akan ditimbulkan akibat meluapnya Situ Rawa Badung. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 48 responden yang melakukan upaya pencegahan banjir, menunjukan bahwa upaya pencegahan yang dilakukan responden bervariasi. Membangun tanggul, meninggikan lantai dasar rumah, dan menambah lantai rumah merupakan upaya pencegahan terhadap banjir yang dilakukan oleh responden. Sebanyak 22 responden melakukan upaya pencegahan banjir dengan cara meninggikan lantai dasar rumah mereka. Sebanyak 18 responden melakukan upaya pencegahan banjir dengan cara membangun tanggul di sekeliling atau di bagian depan rumah mereka. Sedangkan sebanyak 8 responden melakukan upaya pencegahan banjir dengan cara menambah lantai rumah. Perbandingan upaya pencegahan terhadap banjir yang dilakukan oleh responden dapat dilihat pada Gambar 16 berikut ini.
80
Jumlah Responden
25 20
22 18
15 10
8
5 0 membangun tanggul
meninggikan lantai rumah
menambah lantai rumah
Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011)
Gambar 16. Perbandingan Upaya Pencegahan Banjir Yang Dilakukan Oleh Responden Perhitungan biaya pencegahan terhadap banjir (Preventive Expenditure), dihitung dengan cara mengkonversikan biaya yang dikeluarkan oleh warga pada tahun tertentu ke nilai saat ini (present value) dengan tingkat suku bunga tertentu. Perhitungan ini disebut discounting. Tingkat suku bunga yang digunakan dalam proses perhitungan adalah suku bunga tabungan Bank Indonesia tahun 2011, yaitu sebesar 6,75%. Berdasarkan hasil perhitungan, biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk melakukan tindakan membangun tanggul di sekeliling maupun di bagian depan rumah adalah sebesar Rp 403.188,- per Kepala Keluarga (KK). Total biaya yang dikeluarkan masyarakat untuk membuat tanggul didapatkan nilai sebesar Rp 149.179.557,-. Untuk biaya rata-rata yang dikeluarkan masyarakat dalam upaya meninggikan lantai dasar rumah adalah sebesar Rp 3.072.383,- per KK. Total biaya yang dikeluarkan masyarakat untuk melakukan tindakan peninggian lantai dasar rumah yaitu sebesar Rp 1.388.717.137,-. Sedangkan biaya rata-rata yang dikeluarkan masyarakat untuk melakukan penambahan lantai pada rumah adalah
81
sebesar Rp 14.324.322,- per KK. Total biaya yang dikeluarkan masyarakat untuk melakukan biaya penambahan lantai rumah yaitu sebesar Rp 2.349.188.755,-. Total keseluruhan dari upaya pencegahan banjir akibat luapan Situ Rawa Badung yang dilakukan oleh masyarakat adalah sebesar Rp 3.887.085.449,-. Perhitungan biaya pencegahan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar Situ Rawa Badung dapat dilihat pada Tabel 17 berikut ini. Tabel 17. Total Biaya Pencegahan Banjir Masyarakat Situ Rawa Badung No Tindakan Jumlah Rata-rata Populasi Total Biaya Pencegahan Biaya (Rp) Biaya (Rp) (KK) Pencegahan (Rp) 7.257.384 403.188 370 149.179.557 1 Pembuatan Tanggul 67.592.427 3.072.383 452 1.388.717.137 2 Peninggian Lantai Dasar Rumah 164 2.349.188.755 3. Penambahan 114.594.573 14.324.322 Jumlah Lantai Rumah Total 3.887.085.449 Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011)
Skenario 1: Apabila tingkat suku bunga tabungan Bank Indonesia tahun 2011 adalah sebesar 3%, maka total kerugian ekonomi masyarakat karena melakukan upaya pencegahan terhadap luapan Situ Rawa Badung adalah sebesar Rp 3.098.760.477,-. Biaya rata-rata yang dikeluarkan masyarakat yang melakukan upaya pencegahan dengan cara membangun tanggul adalah sebesar Rp 331.702,- per KK; peninggian lantai dasar rumah sebesar Rp 2.449.923,- per KK; penambahan jumlah lantai rumah sebesar Rp 11.394.301,- per KK. Tabel 18 berikut ini menunjukkan total biaya pencegahan yang
82
dilakukan masyarakat di sekitar situ dengan tingkat suku bunga discounting sebesar 3%. Tabel 18. Total Biaya Pencegahan Banjir Masyarakat Situ Rawa Badung dengan Tingkat Suku Bunga Discounting 3% No Tindakan Jumlah Rata-rata Populasi Total Biaya Pencegahan Biaya (Rp) Biaya (Rp) (KK) Pencegahan (Rp) 5.970.634 331.702 370 122.729.691 1 Pembuatan Tanggul 53.898.314 2.449.923 452 1.107.365.362 2 Peninggian Lantai Dasar Rumah 91.154.411 11.394.301 164 1.868.665.424 3. Penambahan Jumlah Lantai Rumah Total 3.098.760.477 Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011)
Skenario 2: Apabila tingkat suku bunga tabungan Bank Indonesia tahun 2011 adalah sebesar 5%, maka total kerugian ekonomi masyarakat karena melakukan upaya pencegahan terhadap luapan Situ Rawa Badung adalah sebesar Rp 3.499.231.475,-. Biaya rata-rata yang dikeluarkan masyarakat yang melakukan upaya pencegahan dengan cara membangun tanggul adalah sebesar Rp 368.187,- per KK; peninggian lantai dasar rumah sebesar Rp 2.766.145,- per KK; penambahan jumlah lantai rumah sebesar Rp 12.882.346,- per KK. Tabel 19 berikut ini menunjukkan total biaya pencegahan yang dilakukan masyarakat di sekitar situ dengan tingkat suku bunga discounting sebesar 5%.
83
Tabel 19. Total Biaya Pencegahan Banjir Masyarakat Situ Rawa Badung dengan Tingkat Suku Bunga Discounting 5% No Tindakan Jumlah Rata-rata Populasi Total Biaya Pencegahan Biaya (Rp) Biaya (Rp) (KK) Pencegahan (Rp) 6.627.366 368.187 370 136.229.195 1 Pembuatan Tanggul 60.855.189 2.766.145 452 1.250.297.519 2 Peninggian Lantai Dasar Rumah 164 2.112.704.761 3. Penambahan 103.058.769 12.882.346 Jumlah Lantai Rumah Total 3.499.231.475 Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011)
Skenario 3: Apabila tingkat suku bunga tabungan Bank Indonesia tahun 2011 adalah sebesar 10%, maka total kerugian ekonomi masyarakat karena melakukan upaya pencegahan terhadap luapan Situ Rawa Badung adalah sebesar Rp 4.710.678.557,-. Biaya rata-rata yang dikeluarkan masyarakat yang melakukan upaya pencegahan dengan cara membangun tanggul adalah sebesar Rp 476.638,- per KK; peninggian lantai dasar rumah sebesar Rp 3.722.614,- per KK; penambahan jumlah lantai rumah sebesar Rp 17.388.422,- per KK. Tabel 20 berikut ini menunjukkan total biaya pencegahan yang dilakukan masyarakat di sekitar situ dengan tingkat suku bunga discounting sebesar 10%.
84
Tabel 20. Total Biaya Pencegahan Banjir Masyarakat Situ Rawa Badung dengan Tingkat Suku Bunga Discounting 10% No Tindakan Jumlah Rata-rata Populasi Total Biaya Pencegahan Biaya (Rp) Biaya (Rp) (KK) Pencegahan (Rp) 8.579.480 476.638 370 176.355.969 1 Pembuatan Tanggul 81.897.501 3.722.614 452 1.682.621.394 2 Peninggian Lantai Dasar Rumah 164 2.851.701.194 3. Penambahan 139.107.375 17.388.422 Jumlah Lantai Rumah Total 4.710.678.557 Sumber: Hasil Analisis Data Primer (2011)
Berdasarkan hasil perhitungan berbagai skenario diatas, maka dapat disimpulkan bahwa nilai rupiah yang dikeluarkan oleh masyarakat untuk melakukan upaya pencegahan terhadap luapan Situ Rawa Badung tergantung dengan tingkat suku bunga yang berlaku. Semakin rendah tingkat suku bunga yang berlaku saat ini, maka semakin rendah pula total rupiah nilai kerugian ekonomi apabila dihitung pada nilai saat ini (present value). Demikian sebaliknya, semakin tinggi tingkat suku bunga yang berlaku saat ini, maka semakin tinggi pula total rupiah nilai kerugian ekonomi apabila dihitung pada nilai saat ini (present value). Perbandingan pengaruh tingkat suku bunga berdasarkan skenario diatas terhadap total biaya pencegahan yang dikeluarkan masyarakat dapat dilihat pada Gambar 17 berikut ini.
85
3E+09
total rupiah (Rp)
2,5E+09 2E+09 1,5E+09 1E+09 500000000 0 3
5
10
persentase tingkat suku bunga (%r) bangun tanggul
peninggian lantai dasar
tambah jumlah lantai
Sumber : Hasil Analisis Data Primer (2011)
Gambar 17. Perbandingan Pengaruh Tingkat Suku Bunga Terhadap Total Biaya Pencegahan
86