VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1
Analisis Aspek Non Finansial Dalam menganalisis kelayakan suatu pengusahaan termasuk dalam sektor
agribisnis, terdapat dua aspek yang menjadi fokus penelitian, yaitu Aspek non finansial dan aspek finansial. Dalam aspek non finansial yang menjadi fokus penelitian adalah aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum dan lingkungan. 6.1.1 Analisis Aspek Pasar Pasar merupakan salah satu aspek analisis kelayakan pengusahaan. Analisis aspek pasar dilakukan untuk mengamati permintaan, penawaran dan bauran pemasaran yang terdiri dari produk, harga, lokasi pemasaran dan promosi. 6.1.1.1 Permintaan Ikan Nila Gesit merupakan komoditi baru di dunia budidaya ikan dan merupakan terobosan yang membanggakan. Untuk memperoleh informasi permintaan komoditi baru ini dapat, pendekatannya dapat menggunakan data produksi ikan nila nasional. Pada Tabel 8 akan disajikan proyeksi perkiraan permintaan benih ikan nila tahun 2010 dan tahun 2011. Tabel 8. Proyeksi Perkiraan Produksi Ikan Nila Konsumsi Dan Permintaan Benih Ikan Nila Tahun 2010-2011 Tahun Perkiraan produksi Ikan Nila ukuran Konsumsi (Kg) Perkiraan permintaan benih ikan Nila (Ekor) Perkiraan permintaan Benih Setiap Bulan (Ekor/bulan)
2010
2011
396.515.676 508.449.100 793.031.352 1.016.898.400 66.085.946 84.741.533
Sumber : Indonesian Fisheries Statistic Index, 2009 (diolah) Rata-rata pertumbuhan produksi ikan nila Indonesia sampai tahun 2007 adalah 28,23 persen. Dengan angka rata-rata tersebut dapat diperkirakan permintaan benih ikan nila pada tahun 2010 adalah sebanyak 66.085.946 ekor setiap bulan. Pada tahun 2011 meningkat menjadi 84.741.533. Informasi tentang penemuan varietas baru ikan nila gesit diterima cepat oleh para pembudidaya, termasuk para konsumen UPR Citomi. Sejak bulan Juli
39
2008 rata-rata permintaan ikan nila Gesit mencapai 3,5 juta ekor setiap bulan. Permintaan ikan nila gesit ke UPR Citomi didominasi oleh konsumen dari Jawa Barat. Data permintaan benih larva ikan nila kepada UPR Citomi dapat dilihat dalam Tabel 9 Tabel 9. Permintaan Larva Nila Hitam UPR Citomi Setiap Bulan tahun 2008 No. 1 2 3 4 5 6 7
Kabupaten Subang Purwakarta Karawang Indramayu Bekasi Purbolinggo Pulau Sumantera Rata-rata (ekor/bulan)
Propinsi Jabar Jabar Jabar Jabar Jabar Jateng
Rata-rata Permintaan (ekor/bulan) 5.500.000 4.800.000 3.800.000 3.300.000 3.500.000 1.200.000 2.400.000 3.500.000
Sumber : UPR Citomi 6.1.1.2 Penawaran Produksi calon induk ikan nila yang telah dihasilkan BBPBAT sebanyak 4.073 ekor, dimana 3.155 ekor telah didistribusikan ke 7 propinsi, sedangkan sisanya digunakan sebagai induk dalam produksi benih monoseks dan calon induk sediaan di akhir tahun. Proporsi seimbang untuk produktifitas maksimal ikan nila adalah
1 : 3 antara jantan dan betina, sehingga untuk menghasilkan output
maksimal dengan 3.155 calon induk jantan, membuthkan 9.645 induk betina. Tabel 10. Perkiraan Penawaran Larva Ikan Nila Gesit Calon Induk Jantan Calon Induk Betina Produktivitas induk Jumlah Larva (Ekor) (Ekor) (Ekor/Induk/Bulan) (Ekor/Bulan) 3.155 9.465 940 8.897.100,00 Sumber : Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar, 2008 (diolah)
Produktivitas induk nila betina rata-rata 940 ekor benih setiap bulan, sehingga dengan jumlah induk betina sebanyak 9.645 ekor yang digunakan untuk budidaya, maka akan menghasilkan benih sebanyak
8.897.100 ekor benih setiap
bulan. Perhitungan ini didasarkan pada penyebaran ikan nila gesit yang mencakup seluruh wilayah Indonesia. Sedangkan untuk wilayah pasar UPR Citomi belum ada penawaran benih ikan nila gesit, kecuali penawaran dari UPR Citomi. Sejak Nopember 2008 selama satu tahun UPR Citomi telah menghasilkan 20.892.600
40
ekor larva dengan rata-rata produksi setiap bulan 1.741.050 ekor. Dari angka yang diperoleh, di mana permintaan lebih besar dari penawaran maka dari sisi permintaan dan penawaran usaha pembenihan ikan nila Gesit layak untuk dijalankan. Tetapi saat terjadi up welling di industri hilir, usaha pembenihan ikan nila gesit menjadi tidak layak untuk dimasuki karena permintaan akan menurun. 6.1.1.3 Strategi Pasar Strategi pemasaran meliputi kegiatan menyeleksi dan penjelasan satu atau beberapa target pasar dan mengembangkan serta memelihara suatu bauran pemasaran yang akan menghasilkan kepuasan bersama dengan pasar yang dituju (Lambhair MD 2001). Strategi pemasaran terdiri atas strategi produk, harga, lokasi, dan promosi. 1) Strategi Produk dan Harga Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian untuk dibeli, untuk digunakan atau dikonsumsi yang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan (Kasmir dan Jakfar 2003). Produk yang dihasilkan oleh UPR Citomi adalah benih ikan nila gesit kelas benih sebar dalam fase larva ikan nila gesit berukuran 6-7 mm. Benih sebar adalah benih keturunan pertama dari induk pokok, induk dasar atau induk penjenis yang memenuhi standar mutu kelas benih sebar. Larva adalah tahapan ikan yang masih mengalami perubahan bentuk/ morfologi termasuk organ tubuh dan warna serta berumur sampai dengan 7 hari sejak telur menetas. Benih yang dijual telah memenuhi mutu standar di pasar atau permintaan dari konsumen. Agar mutu benih selalu terjaga, maka setiap akan melakukan pengiriman UPR Citomi melakukan sortasi terlebih dahulu, sehingga benih-benih tersebut memenuhi kriteria seperti : tidak terdapat cacat fisik, benih sehat, ukuran benih yang seragam sesuai dengan permintaan konsumen. Sistem pengemasan yang baik juga diperlukan agar benih yang dikirim dapat bertahan sampai di tempat konsumen. Bahan-bahan pengemasan tersebut meliputi plastik pengemasan, oksigen, dan karet gelang sebagai pengikat. UPR Citomi memsarkan larva yang diproduksinya dengan harga Rp 16,00 per ekor. Sebagai price maker dalam pasar monopoli ditambah memiliki kualitas produk baik dengan permintaan tinggi, UPR Citomi dapat saja menerapkan harga
41
lebih tinggi, tetapi benih ikan nila gesit yang diproduksinya dipasarkan dengan harga yang sama dengan larva ikan nila jenis lain. Alasan yang diberikan pihak UPR Citomi adalah untuk menjaga pasar yang dimilikinya. Berdasarkan perhitungan harga pokok produksi pun harga jual senilai Rp 16,00 masih layak, karena masih dapat memberikan keuntungan sebesar Rp 6,45 per ekor atau 70 persen dari harga pokok produksi seperti yang tercantum dalam Tabel 11. Tabel 11. Proyeksi Perhitungan Harga Pokok Produksi Biaya Tetap 1 Gaji Pimpinan 2 Sekretaris 3 Bendahara/Adm 4 Manajer Produksi 5 Manajer Pemasaran 6 Supervisor Produksi 7 Kepala Divisa Nila Hitam 8 Skupnet 9 Penyusutan/Tahun Total Biaya Tetap Biaya Variabel 10 TK Borongan 11 Pakan Ikan 12 Obat 13 Pestisida 14 P.Kandang 15 P.Buatan 16 Kapur 17 Plastik 18 Karet 19 Oksigen Total Biaya Variabel Total Biaya Produksi Harga Pokok produksi Marjin keuntungan (70%) Harga Pokok Penjualan Harga Jual
2)
Satuan Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
Nilai 30.000.000 9.000.000 9.000.000 15.000.000 15.000.000 7.500.000 6.900.000 240.000 7.180.000 99.820.000
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Ekor Rp/Ekor Rp/Ekor Rp/Ekor Rp/Ekor
64.800.000 22.873.500 900.000 540.000 816.000 152.500 488.000 200.000 224.000 250.000 91.244.000 191.064.000 20.892.600 9,15 6,40 15,55 16,00
Lokasi (Strategi Saluran Distribusi) Saluran distribusi adalah suatu jaringan dari organisasi dan fungsi-fungsi
yang menghubungkan produsen kepada konsumen akhir (Kasmir dan Jakfar 2003). Benih ikan nila Gesit yang diproduksi UPR Citomi dipasarkan kepada
42
para petani pendederan ikan nila. Petani pendeder yang sudah jadi pelanggan tetap biasanya telah mempunyai jadwal pemesanan yang baku, sehingga proses produksi didasarkan pada jadwal pesanan tersebut, bagi konsumen baru jadwal tersebut belum ada, sehingga konsumen dapat memberikan informasi pemesanan melalui telepon atau datang langsung ke lokasi produksi. Benih yang dipesan akan diambil langsung oleh konsumen ke UPR Citomi. Biaya pengangkutan ditanggung oleh pembeli. Strategi ini digunakan dengan tujuan konsumen dapat langsung melihat kondisi benih yang dibeli dan untuk memperkecil biaya pemasaran. Saluran distribusi larva ikan nila gesit yang diproduksi UPR Citomi digambarkan dalam dalam gambar 3. Petani Pembenihan Ikan Nila
Petani Pendederan Ikan Nila
Petani Pembesaran Ikan Nila
Gambar 4.Saluran Distribusi Benih Ikan Nila Gesit
Integritas antara subsistem dalam agribisnis ikan nila begitu terlihat. Dalam aspek pasar contohnya, permintaan benih dipengaruhi oleh kondisi di setiap rantai subsistem. Saat awal musim hujan permintaan benih dapat berkurang sampai 50 persen. Hal ini disebabkan karena terjadinya up welling di industri hilir budidaya ikan nila yaitu pembesaran. Up welling adalah proses perputaran air karena terjadi perubahan suhu di
permukaan air sehingga semua materi yang awalnya mengendap di dasar perairan berpindah ke permukaan air, termasuk limbah, sampah beserta zat-zat polutan yang mengganggu proses budidaya. Up welling biasa terjadi di perairan tenang dan dalam seperti rawa, waduk dan danau. Kejadian ini berlangsung berulang setiap tahun, biasanya terjadi antara bulan Oktober sampai Desember. Bagi UPR Citomi fenomena ini tentu mempengaruhi proses pemasaran, karena permintaan berkurang, sehingga mengurangi output yang diproduksi. Untuk mengatasi masalah ini, saat up welling terjadi di sentra pembesaran di Jawa Barat, penjualan produk dialihkan ke pasar lain, yaitu ke luar pulau Jawa (Sumatera dan Kalimantan).
43
3)
Strategi Promosi Dalam pemasaran tidak hanya dibahas mengenai distribusi produk, tetapi
hal apa yang dilakukuan selama proses pemasaran prosduk tersebut. Promosi adalah salah satu alat strategi memasarkan produk dengan cara memberikan informasi yang benar dan tepat agar konsumen dapat mengenalnya dan akhirnya diharapkan dapat menjadi konsumen dari produk yang dijual (Prawirosentono S 2002). Dalam memasarkan benih ikan nila gesit, UPR Citomi tidak menemukan masalah yang berarti. Informansi mengenai penemuan varietas baru menyabar cepat dikalangan pembudidaya, sehingga saat benih ikan nila gesit di produksi, pasar untuk produk ini telah terbuka, ditambah dengan image produk UPR Citomi di mata konsumen tergambar baik dengan label ”Ikan Pak Lurah”. Tetapi dalam kondisi seperti ini tidak membuat UPR Citomi menghentikan aktifitas promosinya. UPR Citomi terus memberikan informasi terbaru tentang produkproduk yang dihasilkannya. Selain promosi yang dilakukan pihak petani, pemerintah daerah pun terus berupaya membantu promosi produk perikanan di Kabupaten Subang, melalui program gerakan gemar makan ikan dan pameran pembangunan. Untuk menyiasati masalah yang terjadi di hilir industri budidaya ikan nila (saat terjadi up welling) UPR Citomi mengembangkan pasarnya. Saat ini target pasar UPR Citomi tidak hanya pulau Jawa, ekspansi pasar telah sampai Sumatera dan Kalimantan, tepatnya Palembang, Lampung, Medan, Aceh dan Pontianak. Perluasan pasar ini dilakukan apabila pasar di Jawa sedang bermasalah. Promosi yang digunakan untuk meraih pasar baru adalah dengan cara memberikan penawaran langsung melalui media internet, memasang iklan di beberapa situs tentang produk yang diproduksi UPR Citomi. 6.1.2 Analisis Aspek Teknis Menurut Gittinger JP (1986), Aspek teknis merupakan aspek utama yang perlu diperhatikan, karena dalam aspek ini perhitungan input proyek dan output berupa barang dan jasa dilakukan berdasarkan alur produksi sebenarnya, sehingga aspek-aspek lain dari analisa proyek hanya akan dapat berjalan bila analisa secara teknis dapat dilakukan.
44
Beberapa pertanyaan utama yang perlu mendapatkan jawaban dari aspek teknis adalah : 1) Lokasi proyek, yakni dimana suatu proyek akan didirikan baik untuk pertimbangan lokasi dan lahan pabrik maupun lokasi bukan pabrik. 2) Seberapa besar skala operasi/ luas produksi ditetapkan untuk mencapai suatu tingkatan skala ekonomis. 3) Bagaimana proses produksi dilakukan (kegiatan budidaya) dan teknologi yang diusulkan cukup tepat, termasuk didalamnya pertimbangan variabel sosial 4) Layout pabrik yang dipilih, termasuk juga layout bangunan dan fasilitas lain. 5) Input apa saja yang digunakan dalam proses produksi.
6.1.2.1 Lokasi Proyek Dalam membahasas lokasi proyek dalam analisis teknis, terdapat variabelvariabel utama yang dibahas, yaitu : ketersediaan bahan mentah, letak pasar yang dituju, supply tenaga kerja dan fasilitas transportasi. 1) Ketersediaan bahan mentah Ikan merupakan hewan air yang tentu membutuhkan air untuk media hidupnya, untuk itu diperlukan volume dan kualitas air yang memadai untuk menjalankan usaha pembenihan ikan nila gesit. UPR Citomi mendapatkan air dengan volume dan kualitas air yang memadai untuk budidaya ikan nila Gesit. 2) Letak pasar yang dituju UPR Citomi memiliki lima letak pasar utama yang dituju, yaitu Kabupten Subang, Purwakarta, Karawang, Bekasi dan Indramayu. Lokasi UPR Citomi sendiri berada di antara lima pasar utamanya, sehingga tidak sulit untuk menjangkau lokasi pasar. 3) Supply tenaga kerja Untuk menjalankan salah satu unit bisnisnya, yaitu pembenihan ikan nila Gesit, UPR Citomi membutuhkan sepuluh aktivitas dalam strukur organisasi dengan jumlah karyawan sebanyak 15 orang. Seluruh karyawan berasal dari warga sekitar dan beberapa orang keluarga pimpinan UPR Citomi.
45
4) Fasilitas transportasi Fasilitas transportasi merupakan salah satu penghambat UPR Citomi dalam menjalankan usahanya, lokasi antara pusat administrasi dengan lokasi produksi yang jauh (sekitar 1 km) menyulitkan proses pemantauan, ditambah dengan keadaan fasilitas jalan yang yang buruk sehingga sulit dilalui 6.1.2.2 Besar Skala Operasi Dengan lahan seluas 250 bata atau 3.500 m2, UPR Citomi menghasilkan benih ikan nila gesit rata-rata sebanyak 2,4 juta ekor benih setiap bulan. Menurut supervisi bagian produksi, angka tersebut jauh dari harapan dan perkiraan, periode sebelumnya produksi larva ikan nila dapat mencapai rata-rata 3,5 juta ekor setiap bulan. Penurunan produksi periode sekarang tidak disebabkan menurunnya kapasitas produksi UPR Citomi, melaikan menurunnya permintaan. Untuk melakukan efisiensi, UPR Citomi mengurangi kegiatan produksinya. Produksi larva ikan nila Gesit tertinggi dicapai saat bulan Januari. Pada bulan ini merupakan puncak produktifitas induk nila. Menurut supervisi bagian produksi, pada bulan ini suhu air dalam kolam mencapai titik maksimum, yaitu 33oC dan sinar matahari dapat menyinari seluruh permukaan kolam, sehingga banyak plankton yang tumbuh. Melimpahnya plankton dapat meningkatkan tingkat hidup larva-larva ikan, sehingga produksi mencapai titik tertinggi. Produksi akan mengalami fluktuasi sampai bulan Agustus, fluktuasi ini terjadi karena siklus pemesanan dari petani pendeder pun berfluktuasi. Memasuki bulan Oktober suhu mulai menurun, sinar matahari mulai ditutupi awan, sehingga pada bulan Oktober produksi ikan mulai menurun. Penurunan produksi yang terjadi pada industi hulu budidaya ikan nila tidak terlalu signifikan, penurunan produksi terjadi karena kekhawatiran petani pendeder ikan terhadap up welling yang akan terjadi di hilir industri, tepatnya industri pembesaran ikan di waduk Jatiluhur dan Cirata yang menjadi sentra pembesaran ikan nila di Jawa Barat. Titik terendah produksi larva ikan nila terjadi pada bulan berikutnya, yaitu bulan Nopember. Pada bulan Nopember suhu dan tingkat keasaman air bergerak fluktuatif karena hujan mulai turun, atau disebut musim pancaroba.
46
Produksi Larva Gambar 5. Grafik Produksi Larva Ikan Nila gesit
Rencana produksi didasarkan pada produktivitas produktivitas maksimal induk betina ikan nila. Produktifitas telur maksimal satu ekor induk nila betina berukuran 600
gram setiap kali memijah (24 hari) adalah 1.600 butir. Apabila mortalitas dapat di tekan sampai 10 persen, maka UPR Citomi dapat memproduksi larva sebanyak 1440 ekor larva setiap bulan per ekor induk. Saat ini induk betina yang digunakan dalam pemijahan nila gesit adalah 2550 ekor. Apabila semua induk betina mempunyai produktifitas yang sama dengan mortalitas telur 10 persen, maka produksi larva induk betina setiap bulan adalah 3.672.000 ekor ini berarti UPR
Citomi dapat memenuhi seluruh permintaan larva. Untuk meningkatkan produksi induk dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas kualitas tenaga kerja dan terus
melakukan pemantauan serta terus melakukan riset di bagian produksi, seperti mencoba menggunakan kolam indor indor untuk menjaga kualitas air dan menghindari
fluktuasi suhu. 6.1.2.3 Teknologi dan Kegiatan Budidaya Ikan nila dipijahkan secara alami, saat pemijahan tidak ada campur tangan manusia serta berlangsung secara kelompok dimana sejumlah induk jantan dan
betina dipelihara dalam kolam yang sama. UPR Citomi melakukan pembenihan dengan metode pembenihan semi-intensif. Dalam pembenihan semi intensif, meski pemijahan dilakukan secara alami, campur tangan manusia masih diperlukan. Kolam pemijahan dan kolam pendederan pada sistem ini tidak dibuat 47
secara khusus seperti pada pembenihan ekstensif. Dalam sistem ini larva ditangkap saat diasuh induknya, tanpa mengeringkan kolam pemijahan. Beberapa kelebihan dari pembenihan semi-intensif adalah ukuran benihnya seragam dan hasil benihnya lebih banyak. Dalam pembenihan ikan nila Gift proses pemihajah sampai kolam dikeringkan memakan waktu 45-50 hari. Dalam pemijahan ikan Nila gesit waktu yang diperlukan sampai pengeringan kolam hanya 24-26 hari. Selama itu, panen larva dapat dilakukan sebanyak tiga kali. 1) Persiapan Kolam Untuk melakukan pemijahan secara semi-intensif, kolam yang harus disiapkan adalah kolam pemeliharaan induk betina seluas 300 m2, kolam pemeliharaan induk jantan seluas 100 m2 san satu kolam pemijahan seluan 400 m2. Sebelum digunakan, kolam disiapkan terlebih dahulu. Persiapan kolam meliputi pengeringan kolam selama dua hari, perbaikan pematang dan perbaikan kemalir. Setelah siap, kolam dapat diairi setinggi 40-60 cm. 2) Pemeliharaan Induk Induk dipelihara di kolam pemeliharaan induk secara terpisah antara jantan dan betina selama satu minggu. Kepadatan induk dalam kolam adalah 2-4 ekor/ m2. Pemeliharaan induk bertujuan untuk menumbuhkan dan mematangkan gonad (Sel telur dan sperma) ikan. Penumbuhan dan pematangan gonad ikan dapat dipicu melalui pendekatan lingkungan, pakan serta hormonal. UPR Citomi melkukan pendekatan pakan dalam memelihara induk. Selama dipelihara, setiap induk diberi pakan tambahan berupa pelet sebanyat tiga persen dari bobot total tubuhnya. 3) Pemijahan Pemijahan dilakukan di kolam pemijahan. Kolam harus sudah disiapkan dengan baik. Bagian-bagian kolam (pematang, kemalir dan dasar kolam) harus berada dalam kondisi baik. Bila sudah siap, kolam dapat diisi induk jantan dan betina yang dilakukan secara bersamaan. Kepadatan kolam sebanyak 1 ekor/ m2. Perbandingan jantan dan betina 1 : 3.
48
Pemijahan biasanya mulai berlangsung pada hari ke-7 setelah penebaran induk. Ikan nila termasuk jenis ikan parental care, artinya induk menjaga keturunannya (telur, larva atau benih) jadi setelah dierami dalam mulut, induk ikan nila akan menjaga larvanya sampai larva tersebut diangkat oleh petugas. Pemberian pakan mulai dikurangi saat induk sudah seminggu ditebar. Jumlahnya hanya dikurangi 25 persen dari sebelumnya, karena ada sekitar satu per tiga induk betina yang sedang mengerami. Induk yang sedang mengerami biasanya tidak makan atau berpuasa. 4) Pemupukan Hari ke-12 setelah penebaran induk, kolam pemijahan ditebari pupuk. Pupuk yang digunakan adalah kotoran ayam atau kotoran puyuh. Dosis pupuk sebanyak 500 g/ m2. Saat itu, debit air yang masuk kolam mulai dikurangi, tujuannya agar pupuk tidak terbawa arus air. Setelah 3-5 hari dari pemupukan, biasanya di kolam mulai tumbuh pakanpakan alami berupa plankton. Saat itu secara naluri induk yang sedang mengerami akan mengeluarkan anak-anaknya secara serempak dari mulutnya. Anak-anak ikan ini akan tampak pada permukaan kolam. 5) Pemanenan Bila dikolam sudah tampak banyak larva, pemanenan sudah dapat dimulai. Pemanenan dilakukan pagi hari saat kandungan oksigen dalam air masih rendah. Kondisi ini menyebabkan larva masih berada di permukaan air. Bila terlambat, larva sudah berada di tengah kolam sehingga penangkapan menjadi sulit. Pemanenan dilakukan dengan cara menjaring menggunakan skup net besar atau waring. Setelah ditangkap, larva dimasukkan dalam ember dan ditampung dalam hapa halus yang dipasang di kolam tersebut. Saat itu juga larva harus ditebar dalam kolam pendederan. Panen larva biasanya dilakukan selama 2-3 hari bila penangkapannya lebih dari tiga hari, sebaiknya larva dipelihara dalam kolam pendederan berbeda agar ukurannya lebih seragam. Larva yang dipanen biasanya berukuran panjang 10-12 mm dengan berat antara 0,05-0,10 gram. Setelah semua larva ditangkap, kolam pemijahan tidak perlu dikeringkan. Proses pemijahan dibiarkan terus berlangsung. Saat panen terakhir pada hari ke 24-26, kolam dikeringkan. Pada saat yang
49
bersamaan induk ditangkap dan dipelihara dalam kolam pemeliharaan induk. Setelah satu minggu dipelihara induk kemudian dipijahkan kembali. 6.1.2.4 Layout Kolam yang digunakan terdiri dari kolam pemeliharaan induk, kolam pemijahan, kolam pendederan dan kolam pemeliharaan larva. Semua konstruksi kolam adalah tanah dengan dasar kolam lumpur berpasir. Dasar lumpur berpasir akan digunakan oleh induk ikan untuk membuat sarang. Dalam kolam juga terdapat kubangan dan kemalir yang berfungsi untuk menangkap induk ikan saat dikeringkan. Selain itu dalam kubangan dipelihara lele-lele lokal. Dalam kolam pemeliharaan induk ditambah waring yang berfungsi untuk memisahkan kelompok-kelompok induk yang akan dipijahkan. Waring yang digunakan dibagi menjadi lima waring. Dua waring untuk induk jantan dan tiga waring untuk induk betina. Waring untuk induk jantan berukuran 7x7x2 meter dan untuk induk betina adalah 10x10x2 meter. Waring yang digunakan mempunyai mata jaring berukuran 2 mm. Kolam pemeliharaan induk berukuran 50 x 20 meter. Kolam ini digunakan juga sebagai kolam pendederan larva yang belum terjual. Larva dipelihara di bagian kolam yang tidak tertutupi waring. Kolam pemijahan digunakan untuk memijahkan induk nila. Kolam pemijahan tidak menggunakan waring, hanya kolam tanah dengan dasar lumpur berpasir. Kolam yang digunakan untuk pemijahan berjumlah tiga unit, dua kolam berukuran 50 x 20 meter dan satu kolam berukuran 25 x 20 meter. Kolam yang terakhir adalah kolam pemeliharaan larva, kolam ini adalah kolam yang ukurannya paling kecil yaitu 8 x 5 m. dalam kolam ini dipasang dua hapa atau waring dengan mata jaring kecil yang berukuran 3 x 2 x 1,5 m. kolam pemeliharaan larva adalah kolam dengan kualitas air baik, kolam ini mempunyai jarak paling dekat dengan mata air yang dijadikan sebagai sumber pengairan seluruh kolam. Air yang digunakan untuk mengairi seluruh kolam, bersumber dari mata air yang letaknya berjarak sekitar 20 meter dari kolam pemeliharaan larva. Air dialirkan melalui selokan kecil ke seluruh kolam, dari selokan tersebut UPR Citomi menggunakan bilah-bilah bambu untuk mengalirkan air ke semua kolam.
50
6.1.2.5 Penggunaan Input Input yang digunakan dalam pembenihan ikan nila gesit di UPR Citomi terbagi menjadi dua bagian, yaitu input tetap dan input variabel. Input tetap adalah kolam beserta seluruh perlengkapannya, sedangkan input variabel adalah semua bahan yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan produksi. Jenis input tetap dan variabel dapat dilihat dalam Tabel 12. Tabel 12. Kebutuhan Input Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit No Jenis Input 1.
Input Tetap
2.
A. JointCost - Lahan - Komputer - Laptop - Printer - Saung B. Ivestasi - Induk Nila Gesit - Induk Nila Hitam (betina) - Waring C. Peralatan - Cangkul - Garpu - Belincong - Golok - Parang - Timbangan - Tabung oksigen - Skup net Input Variabel -
Pakan Ikan Obat Pestisida Pupuk Kandang Pupuk Buatan Kapur Plastik Karet
51
6.1.3 Analisis Aspek Manajemen Penelitian pada aspek manajemen mencakup organisasi perusahaan, kebutuhan tenaga kerja dan deskripsi kerja. Struktur organisasi UPR Citomi dapat dilihat pada Gambar 5 Pimpinan S Nana Sulyana
Sekretaris Widi Laksana
Menejer Pengandali Mutu S Nana Sulyana
Bendahara Yuyun Yustini
Menejer Produksi Dadang Kusdinar
Menejer Pemasaran Asep Epi S
Supervisor Produksi Abas S W
Kadiv. Nila Hitam Minah
Kadiv. Nila Merah Udin
Staff Operator
Gambar 6. Struktur Organisasi UPR Citomi
52
Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan-hubungan antara fungsi-fungsi, bagian-bagian, atau posisi-posisi, maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi (Handoko TH 1995). UPR Citomi membutuhkan sepuluh bagian kerja untuk menjalankan usahanya, tenaga kerja tetap yang dibutuhkan sebanyak 12-14 orang, yakni pengisi jabatan pimpinan sampai kepala divisi sebanyak tujuh orang dan bagian staff operator yang merupakan tenaga kerja borongan sebanyak
lima sampai tujuh orang.
Jumlah staff operator disesuaikan dengan kebutuhan tenaga dalam proses peroduksi. Saat produktifitas induk tinggi, kebutuhan tenaga kerja pada bagian staff operator bertambah, karena akan banyak larva yang harus dipanen dengan cepat. UPR Citomi lebih cenderung disebut sebagai usaha keluarga, karena organisator utama perusahaan adalah keluarga pemilik usaha. Tenaga kerja dari luar keluarga menempati staff operator. Dengan demikian peluang perubahan komposisi tenaga kerja terletak pada bagian staff operator. Pemilik UPR Citomi merupakan pemimpin perusahaan merangkap Manager Pengendali Mutu, perangkapan jabatan ini bertujuan agar kualitas produk yang dihasilkan tetap terjaga. Pimpinan perusahaan bertanggungjawab menjaga berjalannya semua fungsi pada bagian-bagian organisasi beserta prosedur-prosedur yang telah ditetapkan serta mencegah dan menyelesaikan permasalahan antara jabatan. Sekretaris
bertugas
membuat
dan
melestarikan
semua
dokumen
perusahaan. Bendahara bertugas menyusun laporan keuangan. Manajer pengendali mutu bertugas membuat dan menjaga Standar Operasional Prosedur (SOP). Manajer produksi bertugas untuk menjaga keberlangsungan produksi agar terus sesuai dengan SOP. Manajer pemasaran bertugas mengidentifikasi dan menentukan strategi pasar yang tepat bagi UPR Citomi. Sekretaris, bendahara dan semua manager bartanggungjawab langsung kepada pimpinan perusahaan. Supervisor produksi, bertugas untuk mengawasi jalannya kegiatan produksi sesuai instruksi manajer produksi. Supervisor produksi bertanggung jawab kepada manajer produksi. Staff operator adalah tenaga kerja yang
53
melaksanakan kegiatan produksi (pemeliharaan induk, persiapan kolam, memasukkan induk dalam kolam, pemberian pakan, pemberian pupuk, pemanenan, penanganan larva, pengemasan sampai mengantarkan produk ke tangan konsumen). Karakter UPR Citomi sebagai usaha kecil membuatnya lebih fleksibel saat menghadapi perubahan. Termasuk dalam pengelolaan organisasi perusahaan. Saat terjadi penurunan permintaan yang berimbas pada penurunan produksi dan pendapatan, UPR Citomi dapat mengistirahatkan sementara tenaga kerjanya atau menghapus sementara jabatan yang memberatkan. Untuk menjaga kualitas tenaga kerja, bagian-bagian manajemen yang bergerak dalam organisasi perusahaan, harus meng-update informasi mereka dengan teknologi-teknologi terkini tentang pembenihan ikan, meskipun telah berpengalaman dalam pembenihan ikan nila. Seperti pelatihan pengendalian mutu dan Standar Nasional Indonesia tentang pembenihan ikan nila yang diadakan Departemen Kelautan dan Perikanan pada tahun 2007 dan 2009. Lebih tepat lagi bagian tersebut adalah manajer pengendali mutu dan manajer produksi. 6.1.4 Analisis Aspek Hukum Aspek hukum yang dianalisis terdiri dari bentuk badan usaha dan izin usaha. Bentuk badan usaha UPR Citomi adalah badan usaha milik perorangan. Dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Kep. 02/Men/2004 Tentang Perizinan Usaha Pembudidayaan Ikan dalam pasal lima ayat satu dinyatakan bahwa setiap warga negara Republik Indonesia atau badan hukum Indonesia termasuk koperasi yang melakukan usaha pembudidayaan ikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, wajib memiliki IUP bidang pembudidayaan ikan. Tetapi dalam pasal lain yaitu pasal 17 ayat dua poin a, dinyatakan bahwa kewajiban untuk memiliki IUP dikecualikan bagi kegiatan pembenihan dengan areal lahan tidak lebih dari 0,75 Ha. Luas lahan yang digunakan oleh UPR Citomi untuk melakukan seluruh kegian usaha pembenihan tidak mencapai 0,75 Ha, sehingga UPR Citomi tidak wajib memiliki IUP. UPR Citomi termasuk usaha kecil, atau usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, 54
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut : (a) memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau (b) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah) 6.1.5 Analisis Aspek Lingkungan Dalam aspek lingkungan, akan dibahas mengenai dampak proyek yang sedang dijalankan terhadap lingkungan sekitar proyek. Sampai laporan penelitian ini ditulis belum ada dampak negatif yang dirasakan oleh masyarakat. Dari sisi ekonomi, penyerapan tenaga kerja oleh UPR Citomi membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, baik bagi tenaga kerja tetap, maupun bagi tenaga kerja borongan saat panen. Menurut masyarakat sekitar yang bekerja di UPR Citomi, dengan bekerja, termasuk di UPR Citomi, mereka mendapatkan pengakuan dari masyarakat atas profesi yang mereka lakukan dan masyarakat di sekitar UPR Citomi pun memberikan penghargaan bagi warga mereka yang bekerja, dengan ini keberadaan UPR Citomi meningkatkan kehidupan sosial masyarakat sekitar. Selain memberikan manfaat bagi lingkungan ekonomi dan sosial, UPR Citomi selalu berusaha untuk menjaga keseimbangan ekosistem di sekitar usahanya. Air yang berasal dari kolam-kolam pemeliharaan ikan mengandung plankton dan sisa-sisa pakan yang dimanfaatkan oleh ikan-ikan liar untuk makanan mereka, sehingga akan banyak ditemukan ikan liar di sekitar kolam UPR Citomi. Keberadaan ikan ini mengundang binatang-binatang pemangsa untuk datang pula, termasuk ular dan burung pemangsa. Pihak manajemen UPR Citomi mengaku tidak terganggu atas kedatangan hama ini, karena mereka tidak memangsa ikan dalam skala besar.
55
6.2
Analisis Aspek Finansial Analisis aspek finansial dalam proyek atau usaha yang dijalankan UPR
Citomi dilakukan dengan mengerjakan serangkaian perhitungan kuantitatif. Kegiatan yang dianalisis adalah pembenihan ikan nila gesit. Analisis yang dilakukan dalam aspek finansial mencakup analisis biaya dan manfaat, nilai arus tunai (cash flow), kemudian dilakukan dengan perhitungan beberapa kriteria investasi, yaitu Net Present Value (NPV) Net Benefit Per Cost (B/C Ratio), Internal Rate Return (IRR) dan Payback Period (PP). Analisis ini dilakukan untuk
mengetahui sejauh mana kelayakan proyek dilihat dari segi keuangan pelaku proyek. Analisis dilanjutkan dengan analisis sensitivitas menggunakan metode switching value. Analisis sensitivitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
sejauh mana kelayakan proyek apabila terjadi perubahan. Metode switching value dilakukan dengan cara mengubah beberapa bagian dalam arus tunai sampai proyek yang dijalankan tidak layak. Asumsi yang digunakan dalam analisis aspek finansial usaha pembenihan ikan nila gesit di UPR Citomi yaitu : 1) Umur proyek selama lima semester, didasarkan pada umur ekonomis induk ikan nila 2-3 tahun sehingga perhitungan cashflow selama lima semester. 2) Pola tanam mengikuti pola tanam yang telah dilakukan UPR Citomi dimulai sejak bulan Nopember 2008 sampai Oktober 2009. Proses pemijahan dilakukan setiap bulan, sehingga panenpun dilakukan setiap bulan. Induk dibagi dalam dua kelompok, masing-masing kelompok induk membutuhkan waktu selama rata-rata 24 hari dari proeses penebaran induk sampai panen, lalu istirahat selama satu minggu, kemudian dipijahkan kembali. Tetapi proses pemijahan dapat saja tidak melibatkan semua induk, karena larva yang dihasilkan harus disesuaikan dengan jumlah pemesanan. 3) Perhitungan analisis rugi laba dimulai dari bulan Nopember sampai Oktober atau empat semester. Hal ini didasarkan pada awal aktifitas pembenihan ikan nila gesit yang dilakukan UPR Citomi yaitu pada bulan Nopember. 4) Biaya investasi dilakukan pada tahun pertama. 5) Pinjaman sebesar Rp 82.626.500 untuk skenario II 6) Tingkat suku bunga sebesar 13 persen, sesuai bunga pinjaman bank BRI.
56
6.2.1 Analisis Biaya Biaya yang dikeluarkan untuk mengoperasikan usaha pemebenihan ikan nila gesit di UPR Citomi meliputi biaya investasi, biaya tetap dan biaya variabel. Biaya investasi yang diperhitungkan dalam arus tunai (cash flow) terdiri dari : 1) Biaya investasi awal yang dikeluarkan pada alat di semester nol. 2) Biaya reinvestasi yang dikeluarkan saat usaha berjalan. Biaya investasi awal terdiri atas biaya investasi untuk pengadaan induk, konstruksi kolam dan pembelian peralatan. Biaya investasi awal terbesar berasal dari pembelian kolam, yaitu sebesar Rp 37.500.000. Tanah dibeli dalam satuan bata, setiap bata memiliki luas 14 m2. Berikutnya adalah biaya pengadaan induk nila gesit jantan sebanyak 850 ekor dengan harga Rp 20.000 per ekor. Total investasi intuk pengadaan induk nila gesit adalah Rp 17.000.000. Induk nila jantan dibeli UPR Citomi saat berukuran 8-10 cm. pengadaan induk betina senilai Rp 34.000.000. Induk nila betina dibeli dalam satuan paket. Satu paket induk nila betina berisi 300 ekor induk, sehingga total induk betina yang dibeli UPR Citomi adalah sebanyak 2.550 ekor. Induk nila betina yang digunakan oleh UPR Citomi adalah jenis nila wanayasa. Total investasi yang dikeluarkan untuk pengadaan induk adalah senilai Rp 51.000.000. Total biaya investasi awal untuk menjalankan proyek pembenihan ikan nila gesit dengan jumlah induk jantan sebanyak 850 ekor adalah sebesar Rp 101.160.000. rincian kebutuhan investasi usaha pembenihan ikan nila gesit dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Kebutuhan Investasi Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit No
Uraian
1 Kolam 2 Induk Nila Gesit 3 Induk Nila Hitam (betina) 4 Konstruksi Kolam 5 Waring 6 Cangkul 7 Garpu 8 Belincong 9 Golok 10 Parang 11 Timbangan 12 Tabung gas Nilai Total
Satuan Jumlah Bata Ekor Paket HOK Meter Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit
250 850 8,5 100 1025 2 1 1 2 2 1 1
Harga Satuan Nilai Investasi (Rp) (Rp) 150.000 37.500.000 20.000 17.000.000 4.000.000 34.000.000 50.000 5.000.000 6.000 6.150.000 30.000 60.000 90.000 90.000 75.000 75.000 50.000 100.000 30.000 60.000 400.000 400.000 725.000 725.000 101.160.000
57
Biaya variabel adalah biaya yang beban pembayarannya disesuaikan dengan kebutuhan produksi. Dalam usaha pembenihan ikan nila gesit, biaya variabel yang dikeluarkan mencakup biaya upah, pakan, obat, pestisida, pupuk, kapur, plastik, karet dan oksigen. Berdasarkan perhitungan biaya variabel pada tahun pertama, dapat diketahui bahwa komponen terbesar biaya variabel berasal dari biaya yang harus dikeluarkan untuk upah. Rincian pengeluaran biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 14 dan Tabel 15. Dalam biaya variabel, perhitungan dibagi dalam dua semester setiap tahun. Semester pertama (Nopember-April) membutuhkan biaya variabel lebih besar karena pada semester pertama peroduksi larva lebih besar dari semester ke dua. Pada biaya upah contohnya, pada semester pertama biaya yang harus dikeluarkan sebesar Rp 35.100.000, lebih besar dari semester ke dua senilai Rp 29.700.000. perbedaan biaya ini disebabkan karena kebutuhan tenaga kerja pada semester pertama lebih besar dari semester ke dua. Begitu pula dengan komponen biaya variabel yang lainnya, pada semester ke dua mengalami kenaikan karena penigkatan produksi. Tabel 14. Rincian Pengeluaran Biaya Variabel Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit UPR Citomi Tahun Pertama No
Uraian
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Upah Pakan Ikan Obat Pestisida P.Kandang P.Buatan Kapur Plastik Karet Oksigen Jumlah
Satuan
HOK Kg Liter Liter Karung Kg Karung Kg Kg Tabung
Jumlah Harga Satuan Semester 1 Semester 2 Sem 1 Sem 2 (Rp) (Rp) (Rp) (Ekor) (Ekor) C D=AxC E=BxC A B 1300 1100 27.000 35.100.000 29.700.000 2110 2030 5.450 11.499.500 11.063.500 3,5 2,5 150.000 525.000 375.000 3,5 2,5 90.000 315.000 225.000 141 131 3.000 423.000 393.000 36 26 2.500 90.000 65.000 36 26 8.000 288.000 208.000 5,5 4,5 20.000 110.000 90.000 4,5 3,5 28.000 126.000 98.000 3 2 50.000 150.000 100.000 48.626.500 42.317.500
58
Tabel 15. Rincian Pengeluaran Biaya Variabel Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit UPR Citomi Tahun Kedua No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Uraian Upah Pakan Ikan Obat Pestisida P.Kandang P.Buatan Kapur Plastik Karet Oksigen Jumlah
Satuan HOK Kg Liter Liter Karung Kg Karung Kg Kg Tabung
Jumlah Harga Satuan Semester 1 Semester 2 Sem 1 Sem 2 (Rp) (Rp) (Rp) (Ekor) (Ekor) C D=AxC E=BxC A B 1300 1100 27.000 35.100.000 29.700.000 2110 2030 5.600 11.816.000 11.368.000 3,5 2,5 150.000 525.000 375.000 3,5 2,5 90.000 315.000 225.000 141 131 3.000 423.000 393.000 36 26 2.500 90.000 65.000 36 26 8.000 288.000 208.000 5,5 4,5 20.000 110.000 90.000 4,5 3,5 28.000 126.000 98.000 3 2 50.000 150.000 100.000 48.943.000 42.622.000
Kenaikan produksi terjadi karena peningkatan produktivitas induk, untuk menindak lanjuti hal ini pihak manajemen menyesuaikan kebutuhan biaya variabel. Penambahan tanagakerja dibutuhkan karena peningkatan produksi larva. Penambahan pakan, obat, pestisida, pupuk dan kapur dilakukan untuk memanfaatkan terjadinya peningkatan produktifitas induk. Dengan menambah bahan produksi, momen saat tingginya produktifitas induk dapat digunakan untuk memaksimalkan keuntungan. Setelah tahun pertama, biaya variabel mengalami kenaikan, karena diperkirakan akan ada kenaikan harga pakan disetiap tahun. Pada tahun ke dua, harga pakan diperkirakan naik sebesar Rp 150 dari Rp 5.450 menjadi Rp 5.600. Dalam laporan rugi/laba dimasukkan pula biaya penyusutan. Biaya penyusutan atau depresiasi adalah pengalokasian biaya investasi suatu proyek pada setiap tahun sepanjang umur ekonomis proyek tersebut, demi menjamin agar angka biaya operasi yang dimasukkan dalam neraca rugi/laba tahunan benar-benar mencerminkan adanya biaya modal itu (Kadariah et al. 1978) Tujuan utama perhitungan penyusutan adalah untuk memperhitungkan penurunan kegunaan aktiva tetap karena pemakaian dan untuk menentukan jumlah keuntungan yang diperoleh perusahaan. Semua aktiva tetap kecuali tanah hanya akan memberikan manfaat dalam suatu jangka waktu tertentu. Pemakaian aktiva yang terus-menerus merupaka elemen yang menyebabkan terjadinya penyusutan. 59
Perkiraan penysutan yang dihasilkan melalui perhitungan ini adalah Rp 11.540.000 per tahun. Pada akhir proyek, nilai sisa yang diperoleh diperkirakan sebesar Rp 32.920.000 perhitungan perkiraan penyusutan dan perkiraan nilai sisa pembenihan ikan nila gesit dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Perhitungan Biaya Penyusutan dan Perkiraan Nilai Sisa Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit di UPR Citomi. No
Kebutuhan Investasi (A)
1 Kolam 2 Induk Nila Gesit 3 Induk Nila Hitam (betina) 4 Konstruksi Kolam 5 Waring 6 Cangkul 7 Garpu 8 Belincong 9 Golok 10 Parang 11 Timbangan 12 Tabung gas Nilai Total
Nilai (Rp) (B)
37.500.000 17.000.000 34.000.000 5.000.000 6.150.000 60.000 90.000 75.000 100.000 60.000 400.000 725.000 101.160.000
UE (Tahun) (C)
Perkiraan Nilai Sisa (Rp) (D)
Perkiraan Penyusutan (Rp) (E=(B-D)/C)
2 2
7.480.000 22.440.000
4.760.000 5.780.000
5 2 2 2 2 2 5 5
2.500.000
730.000 30.000 45.000 37.500 50.000 30.000 40.000 85.000 11.587.500
200.000 300.000 32.920.000
Komponen biaya berikutnya adalah biaya tetap. Biaya tetap merupakan salah satu komponen arus tunai pembenihan ikan nila gesit, terdiri dari gaji dan pembelian skupnet setiap empat bulan. Biaya yang dikeluarkan untuk gaji merupakan komponen terbesar dalam komponen biaya setiap tahun. UPR Citomi mengeluarkan Rp 71.467.500 setiap tahun untuk membayar semua tenaga kerja tetap. Berikutnya adalah biaya pembelian skupnet, umur ekonomis skupnet adalah empat bulan, sehingga tidak dapat dimasukkan dalam komponen investasi. Skupnet dibeli dengan harga Rp 15.000 per unit, dalam empat bulan UPR Citomi membeli delapan buah skupnet. Sehingga biaya pembelian skupnet setiap empat bulan adalah Rp 120.000 atau Rp 480.000 setiap tahun. Perawatan tidak dimasukkan dalam biaya tetap, karena termasuk biaya upah tenaga kerja. Rincian biaya tetap dapat dilihat dalam Tabel 17
60
Tabel 17. Rincian Biaya Tetap Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit di UPR Citomi No Uraian 1 Gaji Pimpinan 2 Sekretaris 3 Bendahara/Adm 4 Manajer Produksi 5 Manajer Pemasaran 6 Supervisor Produksi 7 Kepala Divisa Nila Hitam 8 Skupnet 9 Penyusutan Total Biaya Tetap
Satuan Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan Bulan Unit
Jumlah 12 12 12 12 12 12 12 32
Harga (Rp) 1.500.000 500.000 500.000 800.000 800.000 450.000 400.000 15.000 -
Nilai (Rp) 18.000.000 6.000.000 6.000.000 9.600.000 9.600.000 5.400.000 4.800.000 480.000 11.587.500 71.467.500
Dalam skenario II, seperti yang terdapat dalam Tabel 18, komponen biaya tetap ditambah dengan angsuran pinjaman ke bank. Nilai angsuran adalah sebesar Rp 24.118.902 setiap semester, sehingga total biaya tetap yang dikeluarkan dalam skenario II adalah sebesar Rp 119.705.304setiap tahun. Tabel 18. Perhitungan Pembayaran Angsuran Modal Pinjaman No Uraian 1 Pinjaman 2 Waktu Pengembalian (semester) 3 Tingkat Suku Bunga (6,5%) 4 Capital Recovery Factor 5 Angsuran Per Semester
Jumlah 82.626.500 4 6,5% 0,292 24.118.902
6.2.2 Analisis Manfaat Analisis kelayakan finansial adalah bentuk analisis kuantitatif, sehingga manfaat yang dianalisis adalah manfaat yang nyata atau manfaat yang dapat dihitung (tangible benefit). Manfaat yang diperoleh dari kegiatan pembenihan ikan nila gesit adalah manfaat yang didapat dari penerimaan hasil penjualan larva yang diproduksi. Produksi benih ikan nila berlangsung setiap bulan sepanjang tahun. Oleh sebab itu penerimaan yang diperoleh dari pembenihan pun adlah setiap bulan. Rincian penerimaan pembenihan ikan nila gesit setiap bulan dapat dilihat dalam Tabel 19
61
Tabel 19.Penerimaan Usaha Pembenihan Ikan Nila gesit Semester 1 No
Bulan
1 2 3 4 5 6
Nopember Desember Januari Februari Maret April Jumlah Produksi Rata-rata Produksi Semester 2 No 7 8 9 10 11 12
Bulan Mei Juni Juli Agustus September Oktober Jumlah Produksi Rata-rata Produksi
Tahun 1 Produksi Nilai (Rp) (Ekor) 630.000 10.080.000 1.459.000 23.344.000 2.986.000 47.776.000 1.620.000 25.920.000 2.385.000 38.160.000 1.905.000 30.480.000 10.985.000 175.760.000 1.830.833 29.293.333 Tahun 1 Produksi Nilai (Rp) (Ekor) 2.025.000 32.400.000 2.638.400 42.214.400 2.180.000 34.880.000 1.219.200 19.507.200 986.000 15.776.000 859.000 13.744.000 9.907.600 158.521.600 1.651.267 26.420.267
Tahun 2 Produksi Nilai (Rp) (Ekor) 661.500 10.584.000 1.531.950 24.511.200 3.135.300 50.164.800 1.701.000 27.216.000 2.504.250 40.068.000 2.000.250 32.004.000 11.534.250 184.548.000 1.922.375 30.758.000 Tahun 2 Produksi Nilai (Rp) (Ekor) 2.126.250 34.020.000 2.770.320 44.325.120 2.289.000 36.624.000 1.280.160 20.482.560 1.035.300 16.564.800 901.950 14.431.200 10.402.980 166.447.680 1.733.830 27.741.280
Berdasarkan informasi dari Tabel 18, penerimaan pada semester dua lebih kecil daripada semester pertama. Penerimaan semester ke dua mengalami penurunan sesebar 36,1 persen atau senilai Rp 17.238.400, penurunan penerimaan ini disebabkan menurunnya permintaan dan produksi larva ikan nila gesit karena perubahan iklim. 6.2.3 Proyeksi Rugi/Laba Hasil perhitungan proyeksi rugi laba usaha pembenihan ikan nila gesit, menunjukkan keuntungan terbesar diperoleh pada semester pertama tahun kedua, yaitu
sebesar Rp
80.662.992.
Peningkatan
keuntungan
ini disebabkan
meningkatnya produksi benih di tahun ke dua sebesar lima persen. Pada tahun pertama penerimaan lebih kecil dari tahun kedua karena masih ada konsumen yang meragukan kualitas ikan nila gesit, konsumen ini menunggu hasil dari petani yang lebih dulu membelinya. EBIT (Earning Before Interest and Tax) adalah laba kotor yang harus dikurangi dengan pajak sebesar 15 persen. Laba kotor yang diperoleh semester di
62
atas Rp. 50.000.000, dalam undang-undang perpajakan, pajak yang harus dikeluarkan oleh perusahaan yang memiliki laba antara 50 juta sampai 250 juta rupiah adalah 15 persen, lalu sisanya dikenakan pajak sebesar 5 pesen untuk pajak lapis pertama (Rp 0,00-Rp 50.000.000,00). Setelah dikurangi pajak, dalam skenario I laba langsung menjadi laba bersih perusahaan atau EAT (Earning Before Tax). Proyeksi perhitungan rugi laba dalam skenario I atau saat biaya
sepenuhnya menggunakan modal sendiri dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Proyeksi Rugi/Laba Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit Skenario I No
Uraian
1 Penerimaan Biaya 2 Biaya Tetap 3 Penyusutan 4 Biaya Variabel 5 Biaya Total 6 EBIT 7 Tax 1 (15%) 8 EAT 1 9 Tax 2 (5%) 10 EAT
1 175.760.000 35.733.750 5.793.750 48.626.500 90.154.000 85.606.000 12.840.900 72.765.100 3.638.255 69.126.845
Semester 2 3 158.521.600 184.548.000 35.733.750 5.793.750 42.317.500 83.845.000 74.676.600 11.201.490 63.475.110 3.173.756 60.301.355
35.733.750 5.793.750 48.922.000 90.449.500 94.098.500 14.114.775 79.983.725 3.999.186 75.984.539
4 166.447.680 35.733.750 5.793.750 42.622.000 84.149.500 82.298.180 12.344.727 69.953.453 3.497.673 66.455.780
Dalam skenario II, laba yang kotor atau laba yang belum dikurangi bunga dan pajak masih di sebut EBIT (Earning Before Interest and Tax). EBIT terlebih dahulu dikurangi dengan interest (beban bunga) yang harus dibayarkan kepata investor sehingga menjadi EBT (Earning Befote Tax). Setelah menjadi EBT laba dikurangi tax (pajak). Laba yang telah dikurangi bunga pinjaman dan pajak adalah laba bersih. Proyeksi perhitungan rugi laba dalam skenario II atau saat biaya sebagian menggunakan modal pnjaman dapat dilihat pada Tabel 21.
63
Tabel 21. Proyeksi Rugi/Laba Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit Skenario II No
Uraian
1 Penerimaan Biaya 2 Biaya Tetap 3 Penyusutan 4 Biaya Variabel 5 Biaya Total 6 EBIT 7 Interest 8 EBT 9 Tax 1 (15%) 10 EAT 1 11 Tax 2 (5%) 12 EAT
1 175.760.000 29.940.000 5.793.750 48.626.500 84.360.250 91.399.750 5.370.723 86.029.028 13.709.963 77.689.788 4.301.451 73.388.336
Semester 2 3 158.521.600 184.548.000
29.940.000 5.793.750 42.317.500 78.051.250 80.470.350 4.152.091 76.318.259 12.070.553 68.399.798 3.815.913 64.583.885
29.940.000 5.793.750 48.922.000 84.655.750 99.892.250 2.854.248 97.038.002 14.983.838 84.908.413 4.851.900 80.056.512
4 166.447.680 29.940.000 5.793.750 42.622.000 78.355.750 88.091.930 1.472.046 86.619.884 13.213.790 74.878.141 4.330.994 70.547.146
Berdasarkan proyeksi rugi laba pada tabel 17 dan 18 diketahui bahwa laba bersih atau EAT pada skenario II lebih kecil dari skenario I. Rata-rata selisih antara dua skenario adalah Rp 501.613 setiap semester atau EAT skenario II lebih kecil 0,65 persen dari skenario I. Perbedaan ini terjadi karena pada skenario II terdapat biaya tambahan berupa interest atau bunga yang secara langsung mengurangi penerimaan.
6.2.4 Analisis Kriteria Kelayakan Investasi Kriteria investasi yang digunakan untuk menjadi indikator kelayakan finansial ICFF adalah NPV dan Net B/C. Syarat dari indikator ini adalah NPV > 0, dan Net B/C > 1. Berikut ini kriteria investasi yang digunakan : 1) Net Present Value dari arus benefit dan biaya (NPV) 2) Internal Rate of Return (IRR) 3) Net Benfit Cost Ratio (Net B/C) Untuk mengetahui kriteria di atas, dilakukan perhitungan arus tunai (cash flow). Arus tunai terdiri dari dua komponen besar, arus penerimaan kas (cash in flow) dan arus pengeluaran kas (cash out flow). Perhitungan arus tunai dilakukan
terhadap pembenihan ikan nila gesit yang dilakukan oleh UPR Citomi. Arus penerimaan kas terdiri dari penerimaan hasil penjualan produk dan nilai sisa investasi atau penerimaan yang diharapkan diperoleh dari penjualan investasi di
64
akhir proyek, sedangkan arus pengeluaran kas terdiri dari investasi, biaya tetap dan biaya variabel. 6.2.4.1 NPV (Net Present Value) Analisis ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keuntungan yang diperoleh selama umur ekonomis proyek. NPV merupakan selisih antara nilai sekarang dari penerimaan dengan nilai sekarang dari pengeluaran tingkat bunga tertentu, (Kadariah et al 1976). Informasi tentang prhitungan arus tunai untuk skenario I dapat dilihat dalam Tabel 22. Proyeksi perhitungan cashflow untuk skenario II dapat dilihat dalam Tabel 23. Tabel 22. Proyeksi Cash Flow Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit Skenario I No Keterangan 1 Inflow 0 Pendapatan Nilai Sisa Total Inflow 2 Total Investasi 67.160.000 3 Total Biaya Tetap 29.700.000 4 Total Biaya Variabel 3.696.735 5 Total Outflow 100.556.735 6 Benefit (100.556.735) 7 DF 13% 1,00 8 PV (100.556.735) 9 PV (+) 321.771.520 10 PV (-) (100.556.735) 11 NPV 221.214.785 12 Net B/C 3,20 13 IRR 62% 14 PP 0,24
Semester 1 175.760.000
2 158.521.600
3 184.548.000
175.760.000
158.521.600
184.548.000
4 166.447.680 32.920.000 199.367.680
29.940.000 48.626.500 112.566.500 63.193.500 0,94 59.336.620
29.940.000 42.317.500 72.257.500 86.264.100 0,88 76.055.545
29.940.000 42.622.000 72.562.000 111.986.000 0,83 92.707.508
29.940.000 48.922.000 78.862.000 120.505.680 0,78 93.671.848
-
-
Berdasarkan perhitungan cash yang flow untuk skenario I, nilai NPV yang diperoleh adalah sebesar Rp 221.214.785 artinya usaha pembenihan ikan nila gesit yang diusahakan oleh UPR Citomi akan memperoleh manfaat bersih sebesar Rp 221.214.785 selama umur proyek, dinilai dari sekarang berdasarkan tingkat suku bunga 13 persen per tahun atau 6,5 persen per semester. Berdasarkan nilai NPV yang diperoleh, usaha pembenihan ikan nila gesit yang diusahakan oleh UPR Citomi dikatakan layak untuk dilanjutkan karena nilai NPV lebih besar dari nol.
65
Saat usaha pembenihan ikan nila gesit dijalankan dengan menggunakan modal pinjaman (Skenario II) nilai NPV yang diperoleh adalah sebesar Rp yang artinya usaha pembenihan ikan nila gesit yang diusahakan oleh UPR Citomi akan memperoleh manfaat bersih sebesar Rp 216.171.853 selama umur proyek, dinilai dari sekarang berdasarkan tingkat suku bunga 6,5 persen per semester. Berdasarkan nilai NPV yang diperoleh, usaha pembenihan ikan nila gesit yang diusahakan oleh UPR Citomi dikatakan layak untuk dilanjutkan karena nilai NPV lebih besar dari nol. Tabel 23. Proyeksi Cash Flow Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit Skenario II No Keterangan 1 Inflow Pendapatan Nilai Sisa Pinjaman Total Inflow 2 Total Investasi 3 Total Biaya Tetap 4 Total Biaya Variabel 5 Total Outflow 6 Benefit 7 DF 13% 8 PV 9 PV (+) 10 PV (-) 11 NPV 12 Net B/C 13 IRR 14 PP
0
67.160.000 29.700.000 3.696.735 100.556.735 (100.556.735) 1,00 (100.556.735) 316.728.588 (100.556.735) 216.171.853 3,15 79% 0,25
1 175.760.000
Semester 2 158.521.600
3 184.548.000
4 166.447.680 32.920.000
82.626.500 258.386.500
158.521.600
184.548.000
199.367.680
54.058.902 48.626.500 136.685.402 121.701.098 0,94 114.273.332
54.058.902 42.317.500 96.376.402 62.145.198 0,88 54.790.891
54.058.902 42.622.000 96.680.902 87.867.098 0,83 72.740.697
54.058.902 48.922.000 102.980.902 96.386.778 0,78 74.923.668
6.2.4.2 Net B/C Analisis ini bertujuan untuk mengetahui beberapa besarnya penerimaan dibandingkan dengan pengeluaran selama umur ekonomis proyek.
Net B/C
merupakan perbandingan antara total nilai sekarang dari penerimaan bersih yang bersifat positif (Bt-Ct>0) dengan total nilai sekarang dari peneriman yang bersifat negatif (Bt-Ct<0). Saat menggunakan skenario I Usaha pembenihan nila ikan nila gesit yang dilakukan UPR Citomi memiliki nilai Net B/C sebesar 3,20. Hal ini berarti selama umur proyek usaha yang dijalankan UPR Citomi dinyatakan layak dan 66
menguntungkan untuk dikembangkan. Nilai Net B/C sebesar 3,20 menunjukkan bahwa setiap biaya yang dikeluarkan sebesar Rp1,00, maka akan diperoleh manfaat bersih sebesar Rp 2,20 selama umur proyek pada tingkat suku bunga 13 persen per tahun. Berdasarkan hasil perhitungan dalam proyeksi Cashflow dalam skenario II Net B/C yang dihasilkan sebesar 3,15. Hal ini berarti selama umur proyek usaha yang dijalankan UPR Citomi dinyatakan layak dan menguntungkan untuk dikembangkan. Nilai Net B/C sebesar 3,15 menunjukkan bahwa setiap biaya yang dikeluarkan sebesar Rp1,00, maka akan diperoleh manfaat bersih sebesar Rp 2,15 selama umur proyek pada tingkat suku bunga 13 persen per tahun. 6.2.4.3 IRR (Internal Rate of Return) IRR adalah tingkat suku bunga dari suatu usaha dalam jangka waktu tertentu, yang membuat NPV dari usaha sama dengan nol. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keuntungan internal yang diperoleh dari investasi dilakukan. (Kadariah et al 1976). Apabila IRR lebih besar dari tingkat diskonto (discount rate) yang berlaku, maka dari aspek finansial usaha layak untuk dilaksanakan. Nilai IRR pada usaha ini saat menggunakan skenario I adalah sebesar 69 persen. Nilai IRR yang diperoleh menunjukkan bahwa keuntungan yang akan diperoleh dari usaha ini adalah 69 persen per tahun selama umur proyek atas investasi yang telah ditanamkan. Dalam skenario II IRR yang diperoleh sebesar 72 persen, artinya keuntungan yang akan diperoleh dari usaha ini adalah 72 persen per tahun selama umur proyek atas investasi yang telah ditanamkan. 6.2.4.4 PP (Payback Period) Analisa ini merupakan cara penilaian investasi yang didasarkan pada pelunasan biaya investasi oleh keuntungan biaya bersih (payback period). Dengan demikian dapat diketahui jangka waktu pengembalian modal. Dalam skenario I, PP yang dihasilkan adalah 0,24 artinya investasi yang ditanamkan akan kembali dalam waktu 0,24 tahun atau 2 bulan 20 hari. Sedangkan dalam skenario II, PP yang dihasilkan sebesar 0,25 artinya investasi yang ditanamkan akan kembali dalam waktu 0,25 tahun atau 3 bulan.
67
6.2.4.5 Cross-Over Discont Rate Menurut Gittinger JP (1986), Cross-Over Discont Rate (CDR) adalah tingkat diskonto tertentu dimana kedua alternatif akan memiliki NPV yang sama, secara secara ekonomis tidak ada perbedaan alternatif mana yang akan dipakai. Nilai CDR dapat dicari dengan menggunakan grafik atau menggunakan diskonto perbedaan arus-arus biaya. Jika biaya modal atau tingkat batas berada di bawah CDR, maka akan dipilih alternatif yang memerlukan pengeluaran modal awal yang lebih tinggi, tetapi memiliki pengeluaran yang lebih rendah di masa yang akan datang. Apabila di atas CDR maka lebih baik memilih alternatif investasi yang memiliki biaya awal yang lebih rendah, walaupun kemudian akan melibatkan biaya operasi yang lebih besar. Grafik CDR pada usaha pembenihan ikan nila gesit di UPR Citomi dapat dilihat dalam Gambar 6.
Gambar 7. Grafik CDR Usaha Pembenihan Ikan Nila Gesit 68
Berdasarkan Grafik dalam gambar enam dapat dilihat bahwa CDR yang terbentuk antara skenario I dan skenario II adalah 14 persen. Artinya adalah NPV skenario I dan skenario II akan memiliki nilai yang sama pada tingkat suku bunga 14 persen, dengan demikian apabila nilai suku bunga berada di bawah 14 persen maka alternatif investasi yang dipilih adalah investasi yang memiliki pengeluaran modal awal lebih tinggi atau skenario I dalam kasus UPR Citomi. Apabila tingkat suku bunga yang terbentuk berada di atas CDR maka alternatif investasi yang dipilih adalah investasi yang memiliki biaya awal lebih rendah, walaupun kemudian akan melibatkan biaya operasi yang lebih besar atau skenario II dalam kasus UPR Citomi. Perhitungan CDR terlampir dalam Lampiran 6. 6.2.4 Analisis Switching Value Perhitungan analisis sensitifitas menggunakan teknik nilai pengganti atau switching value. Menurut Gittinger JP (1986), penggunaan teknik nilai pengganti
dalam analisis sensitifitas dilakukan dengan cara mengganti beberapa elemen dalam analisa proyek, sampai analisa proyek tersebut menyentuh angka minimum kelayakannya. Cara yang digunakan penulis dalam teknik nilai pengganti adalah dengan menurunkan jumlah produksi sebesar 37,65 persen, meski secara historis belum terjadi penurunan produksi sebesar 37,65 persen, tetapi menurut supervisor bagian produksi, penurunan produksi dapat saja terjadi, bahkan sampai 50 persen, mengingat kondisi cuaca yang semakin sulit diprediksi perubahaanya. Setelah penurunan tersebut, berdasarkan skenario I usaha pembenihan ikan nila gesit yang dijalankan UPR Citomi menjadi tidak layak untuk dilanjutkan. Indikator kelayakan yang diperoleh NPV 225.691,93,
artinya adalah artinya usaha
pembenihan ikan nila gesit yang diusahakan oleh UPR Citomi hanya akan memperoleh keuntungan sebesar Rp 225.691,93selama umur proyek . Net B/C 1,00 menunjukkan bahwa setiap biaya yang dikeluarkan sebesar Rp1,00, maka akan diperoleh manfaat bersih sebesar nol rupiah selama umur proyek pada tingkat suku bunga 13 persen per tahun dan IRR 0,07 persen berarti rata-rata pendapatan yang diperoleh setiap semester adalah 0,07 persen dari modal yang ditanamkan.
69
Pada skenario II indikator kelayakan pun menunjukkan hasil yang sama, yakni usaha pembenihan ikan nila gesit UPR Citomi tidak layak untuk dijalankan, indikator tersebut adalah NPV senilai Rp –Rp 4.817.240, artinya adalah artinya usaha pembenihan ikan nila gesit yang diusahakan oleh UPR Citomi akan memperoleh kerugian sebesar –Rp 4.817.240 selama umur proyek. Net B/C sebesar 0,95 artinya setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan kerugian sebesar Rp 0,05 dan IRR sebesar -2,22 persen artinya rata-rata pendapatan yang diperoleh setiap semester adalah -2,22 persen dari modal yang ditanamkan. Beberapa hal yang dapat menyebabkan menurunnya produktifitas induk adalah kualitas air menurun yang penilaiannya melalui penilaian suhu, bau, tekanan air, arus, salinitas, daya hantar listrik, keberadaan substrat penempel telur dan keberadaan lawan jenis kelamin (Efendi I, 2004). Salah satu langkah yang dapat diambil UPR Citomi untuk menjaga kualitas air adalah dengan membangun kolam indor. Kolam indor adalah kolam tertutup, dengan penggunaan kolam indor kualitas air dapat dijaga karena air tidak bersinggungan langsung dengan lingkungan luar. Cara kedua adalah dengan menurunkan harga jual larva sebesar 37,5 persen atau senilai Rp 6 per ekor larva menjadi Rp 10. Penurunan harga jual dapat terjadi apabila datang pesaing baru yang memiliki efisiensi produksi lebih tinggi. Pada skenario I cara penurunan harga larva mengakibatkan uasaha pembenihan ikan nila gesit menjadi tidak layak, dengan indikator NPV senilai Rp 1.106.126,56, artinya adalah usaha pembenihan ikan nila gesit yang diusahakan oleh UPR Citomi hanya akan memperoleh manfaat besih sebesar Rp 1.106.126,56 selama umur proyek. Meski memperoleh manfaat tetapi Net B/C senilai 1,01 artinya adalah usaha ini lebih cendrung “balik modal” saja atau setiap biaya yang dikeluarkan sebesar satu rupiah hanya mendatangkan penerimaan sebesar Rp 0,01 saja. IRR sebesar 0,34 persen berarti presentasi penghasilan dari setiap biaya yang dikeluarkan tidak hanya sebesar 0,34 persen. Pada skenario II cara kedua pun berdampak pada tidak layaknya usaha pembenihan ikan nila gesit UPR Citomi untuk dilanjutkan. Indikator kelayakan yang dihasilkan adalah NPV senilai -Rp 3.936.805,36, artinya adalah artinya usaha pembenihan ikan nila gesit yang diusahakan oleh UPR Citomi akan
70
mengalami kerugian sebesar -Rp 3.936.805,36 selama umur proyek. Net B/C sebesar 0,96 artinya setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan kerugian sebesar Rp 0,04 dan IRR sebesar -1,81 persen artinya setiap biaya yang dikeluarkan akan merugikan usaha sebesar 1,81 persen dari biaya tersebut setiap semester. Proyeksi perhitungan analisis sensitifitas dapat dilihat pada Tabel 24 Tabel 24. Proyeksi Hasil Perhitungan Analisis Sensitivitas NPV Ske nario I Cara 1 Cara 2 Ske nario II Cara 1 Cara 2
Net B/C
IRR
225.691,93 1.106.126,56
1,00 1,01
0,07% 0,34%
(4.817.240,00) (3.936.805,36)
0,95 0,96
-2,22% -1,81%
Dalam skenario II pengaruh analisis sensitivitas lebih besar daripada skenario I. Ini karena selama proyek, ada biaya tambahan yang harus dikeluarkan yaitu angsuran. Dalam angsuran tersebut telah termasuk biaya bunga, sehingga secara langsung menambah komponen biaya dan mengakibatkan proyeksi cashflow untuk skenario II atau dengan modal pinjaman lebih sensitiv terhadap
perubahan selama proyek berlangsung.
71