VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Analisis Identifikasi Faktor, Aktor, Tujuan, dan Alternatif yang Berpengaruh dalam Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat Analisis identifikasi faktor, aktor, tujuan, dan alternatif yang berpengaruh dalam pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat diambil dari penjaringan pendapat dan wawancara pihak BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yang mengerti tentang keadaan balai. Wawancara dilaksanakan kepada Kepala Balai, Kepala Seksi Rancang Bangung, Kepala Seksi Pengujian dan Adaptasi, serta beberapa staf Seksi Pengujian dan Adaptasi. Berdasarkan hasil wawancara, pengamatan, serta studi literatur diperoleh beberapa faktor, aktor serta tujuan yang berhubungan dengan pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Terdapat empat faktor yang berpengaruh dalam model pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yaitu meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pertanian,
lembaga pengujian
alsintan
yang terakreditasi
dan
terstandardisasi, menumbuhkembangkan embrio lembaga pemberdayaan, serta mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi pertanian. Aktor yang terlibat dalam pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat adalah sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat, UPJA dan Bengkel, serta petani. Setelah dilakukan wawancara dengan pihak BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dan pengamatan di lapangan diperoleh tujuan yang ingin dicapai dalam pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yaitu peningkatan kualitas sumberdaya manusia, peningkatan sarana dan prasarana, adanya Perda pengujian alsintan, penempatan sumberdaya yang kompeten, peningkatan anggaran, pengembangan UPJA, pengembangan bengkel, peningkatan pemahaman petani tentang alsintan, dan inventarisasi kebutuhan petani. Alternatif strategi dalam pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yaitu peningkatan kompetensi sumberdaya manusia, peningkatan motivasi sumberdaya manusia, akreditasi laboratorium pengujian, penambahan ruang workshop, penambahan alat dan mesin, MES untuk para peserta pelatihan, pembangunan pabrik pupuk, pelatihan manajemen UPJA, pelatihan administrasi UPJA, pelatihan ORM (Operation, Maintenance, and Repair), pelatihan 57
manajemen bengkel, pelatihan produksi alsintan, pengadaan demplot alsintan, promosi BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat, survei kebutuhan alsintan petani di setiap kabupaten, dan keikutsertaan petani dalam pertemuan perencanaan pembuatan alsintan. Alternatif strategi tersebut memiliki sub alternatif strategi yaitu pelatihan, outsourcing, pendidikan di perguruan tinggi, studi banding, motivasi training, dan pembentukan koperasi. 6.1.1. Faktor Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat Berdasarkan hasil wawancara dan diskusi dengan beberapa pihak terkait, dalam merumuskan pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat diporoleh
empat
hal
yang menjadi
faktor
paling
berpengaruh
dalam
pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yaitu meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pertanian, lembaga pengujian alsintan yang terakreditasi dan terstandardisasi, menumbuhkembangkan embrio lembaga pemberdayaan,
serta
mengembangkan
dan
mendiseminasikan
teknologi
mekanisasi pertanian. Keempat hal tersebut merupakan bagian dari misi BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. 1) Meningkatkan Kemampuan Sumberdaya Manusia Pertanian Sumberdaya pertanian manusia pertanian merupakan salah satu bagian yang penting dalam pengembangan agribisnis di Jawa Barat. Kemampuan sumberdaya manusia yang baik akan membuat hasil pertanian dari sistem agribisnis tersebut semakin baik pula. Adanya BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pertanian di Jawa Barat terutama dalam bidang ORM (Operation, Repair and Maintenance) alat mesin pertanian. Keberadaan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat diharapkan dapat meningkatkan dan memberdayakan kemampuan SDM pertanian melalui pemanfaatan IPTEK sesuai dengan ruang lingkup teknologi mekanisasi pertanian. 2) Lembaga Pengujian Alsintan yang Terakreditasi dan Terstandardisasi Keberadaan alat dan mesin pertanian di Jawa Barat merupakan hal yang sangat penting untuk peningkatan hasil produksi dan produktivitas pertanian di Jawa Barat. Namun, alat mesin pertanian yang ada masih sangat terbatas dengan harga yang masih cukup tinggi. Berbagai jenis dan merek alat
58
mesin pertanian yang beredar di pasaran produksi dalam maupun luar negeri, tidak seluruhnya sesuai dengan kondisi fisik wilayah dan kondisi sosial ekonomi petani di Jawa Barat. Oleh karena itu diperlukan suatu lembaga pengujian alat mesin pertanian yang terakreditasi dan terstandardisasi di Jawa Barat. 3) Menumbuhkembangkan Embrio Lembaga Pemberdayaan Menumbuhkembangkan embrio lembaga pemberdayaan masyarakat yang telah ada seperti UPJA dan bengkel alat mesin pertanian untuk memantapkan sistem agribisnis yang efektif dan efisien merupakan salah satu dari misi BPT Mekanisasi pertanian Jawa Barat. Unit Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) dan bengkel merupakan salah satu lembaga pemberdayaan masyarakat yang diharapkan dapat meningkatkan penggunaan alat mesin pertanian, meningkatkan pengetahuan pembuatan, pemeliharaan, dan perbaikan alat mesin pertanian, juga menyediakan lapangan pekerjaan sehingga kesejahteraan masyarakat pertanian semakin baik. 4) Mengembangkan dan Mendiseminasikan Teknologi Mekanisasi Pertanian BPT Mekanisasi Pertanian memiliki wewenang dalam pengembangan teknologi pertanian di Jawa Barat dan juga bertugas untuk mendesiminasikan teknologi pertanian kepada para petani di Jawa Barat. BPT mekanisasi pertanian memiliki misi untuk mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi pertanian yang selektif, tepat guna dan berwawasan lingkungan. Khususnya hasil rekayasa dan rancang bangun serta modifikasi bangsa sendiri melalui peningkatan sumberdaya manusia. Hal ini dalam rangka memanfaatkan sumber dayaalam dan sumberdaya buatan yang ada di Provinsi Jawa Barat. Dengan semakin berkembangnya teknologi mekanisasi pertanian di Jawa Barat maka diharapkan BPT Mekanisasi Pertanian semakin berkembang dan sistem agribisnis di Jawa Barat dapat berjalan dengan baik. 6.1.2 Aktor Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Aktor yang terlibat dalam pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat adalah sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat, UPJA, bengkel, serta Petani.
59
1) Sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat BPT Mektan Jabar berlokasi di Jalan Darmaga Timur Bojongpicung, Cihea, Kabupaten Cianjur. Lokasi ini dekat dengan salah satu lumbung padi di Kabupaten Cianjur dan beberapa balai Provinsi Jawa Barat lainnya dan memiliki luas lahan sebesar satu hektar. Balai ini memiliki beberapa bangunan yang terdiri dari ruang workshop, ruang Pengujian Economic Enginering Hortikultura, Pengujian Economic Enginering Padi, ruang seksi adaptasi dan pengujian alsintan, ruang kepala balai dan TU, perpustakaan, dan rumah dinas. Selain itu BPT Mektan Jabar juga memiliki kandang sapi, lapangan voli, dan lapangan tenis di dalam kompleks balai sebagai tempat olahraga untuk pegawai yang dilaksanakan setiap hari Jumat. Lahan uji yang dimiliki oleh balai memiliki luas dua hektar. Balai Pengembangan Teknologi Mekanisasi Pertanian Jawa Barat memiliki dua instalasi yaitu di daerah Rengasdengklok dan Plumbon. Sumberdaya manusia yang dimiliki BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat sebanyak tiga puluh enam orang yang terdiri dari dua puluh tiga orang pegawai negeri sipil dan tiga belas orang pegawai honorer dengan tingkat pendidikan mulai dari SMA sampai magister. Jumlah tenaga kerja beserta pendidikannya dapat dilihat pada Tabel 10. 2) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat BPT Mektan Jabar memiliki wewenang terhadap pengembangan teknologi pertanian di Jawa Barat dan bertanggung jawab terhadap Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat. Sebagai bagian dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat maka visi dan misi dari BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat merupakan pendukung agar tercapainya visi dan misi Dinas Pertanian Tanaman Pangan Jawa Barat. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat memiliki wewenang dalam membuat kebijakan yang berhubungan dengan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dan juga memiliki wewenang dalam penentuan anggaran bagi BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.
60
3) Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) dan Bengkel Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) dan bengkel adalah lembaga yang berhubungan langsung dengan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Bengkel dan UPJA bekerjasama dengan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat untuk pengembangan mekanisasi pertanian di Jawa Barat. Usaha Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Pertanian adalah suatu lembaga ekonomi perdesaan yang bergerak di bidang pelayanan jasa dalam rangka optimalisasi penggunaan alat dan mesin pertanian untuk mendapatkan keuntungan usaha baik di dalam maupun di luar kelompok tani atau Gapoktan. Sedangkan bengkel alat dan mesin pertanian adalah bengkel yang telah ditunjuk oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dan telah diberikan pelatihan produksi alat dan mesin pertanian yang dirancang oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.
SPL PMI Gapoktan UP3HP Gapoktan
Gambar 9. Peta Penyebaran UPJA di Jawa Barat
61
UPJA sebagai lembaga pemberdayaan masyarakat dalam bidang alat dan mesin pertanian dan bengkel sebagai tempat pembuatan alat mesin pertanian yang dihasilkan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat keduanya merupakan tempat pemasaran dari produk alat mesin pertanian yang dihasilkan oleh balai. Terdapat pula UPJA yang memiliki unit produksi bengkel sebagai produsen alat dan mesin pertanian. Saat ini Provinsi Jawa Barat memiliki 209 UPJA yang terdiri dari 171 UPJA SPL, 16 UPJA PMI, 8 UPJA Gapoktan, serta 14 UPJA UP3HP yang tersebar di seluruh kabupaten dan kotamadya di Jawa Barat. Peta penyebaran UPJA di Kabupaten dan Kotamadya Jawa Barat dapat dilihat pada Gambar 9. 4) Petani Konsumen utama pengguna alat dan mesin pertanian yang dihasilkan oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat adalah petani di Jawa Barat. Oleh karena itu alat mesin pertanian yang dihasilkan oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat harus sesuai dengan kebutuhan petani sehingga alat mesin pertanian yang dihasilkan tepat sasaran. 6.1.3. Tujuan yang Ingin Dicapai dalam Pengembangan Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat 1) Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia Kualitas sumberdaya manusia merupakan hal yang sangat penting dalam suatu organiasasi, sumberdaya manusia yang memiliki kualitas yang baik akan menghasilkan produk yang baik, sebaliknya kualitas sumberdaya manusia yang kurang baik akan menghasilkan produk yang kurang baik pula. Oleh karena itu, peningkatan sumberdaya manusia merupakan hal yang sangat penting dalam pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. 2) Peningkatan Sarana dan Prasarana Balai Pengembangan Teknologi Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yang memiliki luas lahan tiga hektar dengan rincian satu hektar lahan kantor dan dua hektar lahan uji coba memiliki sarana dan prasarana yang cukup lengkap. Namun untuk pelaksanaan tugas pokok dan fungsi balai seperti untuk
menjadi
lembaga
pengujian
alsintan
yang terakreditasi
dan
terstandardisasi BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat masih memerlukan
62
laboratorium yang sesuai dengan standar yang telah ditentukan. BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat juga masih memerlukan beberapa alat dan mesin untuk pembuatan alsintan seperti mesin CNC (Computer Numerically Controlled) yang dapat membuat berbagai bentuk sparepart dengan volume yang kecil. Selain itu dibutuhkan pula MES pelatihan untuk para petani, pegawai UPJA maupun bengkel ketika melaksanakan pelatihan di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dan pembuatan pabrik pupuk organik sebagai demplot penggunaan APPO (Alat Pengolah Pupuk Organik) yang dihasilkan oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. 3) Perda Pengujian Alsintan Peraturan Daerah merupakan suatu dasar hukum yang berlaku di suatu daerah. Pada saat ini pengujian alat dan mesin pertanian (Alsintan) di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri
Pertanian
No.
05/Permentan/OT.140/1/2007.
Belum
adanya
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat tentang ketentuan pengujian alsintan di Jawa Barat mengakibatkan pengujian alsintan di Jawa Barat tidak banyak dilaksanakan di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Selama ini pengujian Alsintan banyak dilaksanakan di badan pengujian lainnya seperti Balai Pengujian Mutu Alat Mesin Pertanian. Diharapkan dengan adanya peraturan tentang pengujian alsintan di Jawa Barat yang dilaksanakan di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat maka seluruh pengujian alsintan di Jawa Barat di laksanakan di balai sehingga keadaan alsintan di Jawa Barat dapat lebih diketahui oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. 4) Penempatan Sumberdaya yang Kompeten Pada saat ini BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat memiliki empat orang sarjana S2 dan sepuluh orang sarjana S1 di bidang teknologi. Sumberdaya yang memiliki kemampuan yang baik dalam bidang teknologi pertanian masih sangat dibutuhkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan terhadap teknologi pertanian di Jawa Barat ini. Diharapkan Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat dapat menambah pegawai yang memiliki kemampuan yang baik dalam bidang teknologi pertanian untuk ditempatkan di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.
63
5) Peningkatan Anggaran Anggaran menurut Gunawan Adisaputro dan Marwan Asri (1989) diacu dalam Ray (2009) adalah suatu pendekatan yang formal dan sistematis daripada pelaksanaan tanggung jawab manajemen di dalam perencanaan, koordinasi, dan pengawasan. Anggaran yang bermanfaat dan realistis tidak hanya dapat membantu mempererat kerja sama karyawan, memperjelas kebijakan dan merealisasikan rencana saja, tetapi juga dapat menciptakan keselarasan yang lebih baik dalam perusahaan dan keserasian tujuan diantara para manajer dan bawahannya. Lebih jelas lagi Munandar (1993) diacu dalam Ray (2009), mengungkapkan pengertian anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang. Dari pengertian tersebut, anggaran mempunyai empat unsur, yaitu : a)
Rencana, merupakan suatu penentuan terlebih dahulu tentang aktivitas atau kegiatan yang akan dilakukan di waktu yang akan datang.
b) Meliputi, yaitu mencakup semua kegiatan yang akan dilakukan oleh semua bagian-bagian yang ada dalam perusahaan. c)
Dinyatakan dalam unit moneter, yaitu unit (kesatuan) yang dapat diterapkan pada berbagai kegiatan perusahaan yang beraneka ragam. Adapun unit moneter yang berlaku di Indonesia adalah unit “rupiah”.
d) Jangka waktu tertentu yang akan dating, yaitu menunjukkkan bahwa anggaran berlaku untuk masa yang akan datang. Ini berarti Apa yang dimuat di dalam anggaran adalah taksiran-taksiran tentang apa yang akan terjadi serta apa yang akan dilakukan dimasa yang akan datang. BPT Mekanisasi Pertanian sebagai suatu lembaga yang melaksanakan kegiatan operasional dan berbagai macam kegiatan dalam bidang teknologi pertanian di Jawa Barat membutuhkan anggaran dalam pelaksanaannya. Anggaran yang sesuai dengan kebutuhan dari BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat akan mempermudah balai dalam pelaksanaan kegiatan yang sudah direncanakannya. Saat ini anggaran yang ada masih dirasakan kurang
64
sehingga masih banyak mesin yang dibutuhkan tidak dimiliki BPT Mektan juga program yang tidak dapat dilaksanakan oleh BPT Mektan Jabar. 6) Pengembangan UPJA Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) sebagai lembaga pelayanan alat mesin pertanian dengan konsep pelayanan yang mengutamakan kepuasan pelanggan merupakan subsistem pendukung dalam pengembangan teknologi pertanian di Jawa Barat. Usaha Pelayanan Jasa Alsintan sebagai tempat peminjaman alat mesin pertanian bagi para petani yang tidak memiliki alsintan pribadi merupakan salah satu alternatif dalam pengembangan penggunaan teknologi pertanian di Jawa Barat. 7) Pengembangan Bengkel Bengkel alat mesin pertanian merupakan tempat diproduksinya alat dan mesin pertanian yang telah dirancang oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Hanya bengkel yang telah ditunjuk oleh balai yang dapat memproduksi alat dan mesin pertanian yang dirancang oleh balai. Sebelum bengkel tersebut memproduksi alsintan rancangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat terlebih dahulu bengkel tersebut dilatih oleh balai agar dapat memproduksi alsintan rancangan balai dengan baik. 8) Peningkatan Pemahaman Petani Tentang Alsintan Pemahaman petani tentang pertanian sebagai suatu sistem agribisnis yang saling berhubungan satu sama lain antar subsistemnya masih sangat kurang. Begitu pula tentang pentingnya alat dan mesin pertanian sebagai salah satu faktor yang dapat meningkatkan produktivitas pertaniannya. Para petani juga memiliki informasi yang terbatas tentang teknologi pertanian yang ada dan cara penggunaannya. Selain itu para petani di daerah masih kurang mengetahui tentang adanya BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat sebagai lembaga yang dapat memberikan pelayanan informasi teknologi mekanisasi pertanian, konsultasi teknik pengoperasian, perawatan dan perbaikan alsintan pertanian, serta bantuan teknis rekayasa, rancang bangun, dan pengujian alat dan mesin pertanian. Hal ini terlihat dari petani pengunjung BPT Mekanisasi Pertanian yang masih sedikit.
65
9) Inventarisasi Kebutuhan Petani. Petani merupakan aktor yang menjadi tujuan utama dari adanya BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Alat dan mesin pertanian yang dihasilkan oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat harus alat dan mesin pertanian yang sesuai dengan kebutuhan petani Jawa Barat di lapangan. Oleh karena itu agar alat dan mesin pertanian yang dihasilkan oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat sesuai dengan alat dan mesin yang dibutuhkan oleh petani pada saat
itu
diperlukan
suatu
inventarisasi
kebutuhan
petani
sebelum
dilakukannya perancangan alat dan mesin pertanian. 6.1.4. Alternatif dalam Pengembangan Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat Alternatif dari aktor sumberdaya balai, Usaha Pelayanan Jasa Alsintan dan bengkel, serta petani adalah : 1)
Peningkatan kompetensi sumberdaya Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat
2)
Peningkatan motivasi sumberdaya Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat
3)
Akreditasi laboratorium pengujian
4)
Penambahan alat dan mesin
5)
MES untuk para peserta pelatihan
6)
Pembangunan pabrik pupuk
7)
Pelatihan manajemen UPJA
8)
Pelatihan administrasi UPJA
9)
Pelatihan ORM UPJA
10) Pelatihan manajemen bengkel 11) Pelatihan produksi alat yang dihasilkan oleh Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat 12) Pembuatan demplot alsintan hasil dari Balai Mekanisasi Pertanian 13) Promosi Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat 14) Penyuluhan alsintan dan ORM 15) Survei kebutuhan alsintan petani di setiap kabupaten 16) Keikutsertaan petani dalam pertemuan perencanaan pembuatan Alsintan
66
6.1.5. Sub Alternatif Pengembangan Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat Sub alternatif dari aktor sumberdaya balai dan tujuan peningkatan kualitas sumberdaya manusia balai adalah: a) Pelatihan b) Outsourcing c) Pendidikan di Perguruan Tinggi d) Studi banding e) Motivasi training f)
Pembentukan koperasi
Struktur hirarki untuk pengambilan keputusan prioritas strategi pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian dapat dilihat pada Gambar 9.
67
Pengembangan Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat
Lembaga Pengujian Alsintan yang Terakreditasi dan Terstandardisasi
Meningkatkan Kemampuan SDM Pertanian
Sumber Daya Balai
Peningkatan Kualitas SDM Balai
Menumbuhkembangkan Embrio Lembaga Pemberdayaan
UPJA dan Bengkel
DISPERTAN
Peningkatan Sarana dan Prasarana Balai
Perda Pengujian Alsintan
Penempatan SDM yang kompeten
Peningkatan Anggaran
3 1
2
Pengem bangan UPJA
7
Pengem bangan Bengkel
10
4 a
d
b
e
c
f
Mengembangkan dan Mendiseminasikan Teknologi Mekanisasi Pertanian
8 5
9
Petani
Peningkatan Pemahaman Petani Tentang Alsintan
Inventarisasi Kebutuhan Petani
12
15
13
16
11 14
6
Gambar 10. Hirarki Analisis Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat
68
6.2. Pengolahan Horizontal Pengolahan data secara horizontal memperlihatkan tingkat pengaruh antara satu elemen pada satu tingkat terhadap tingkat di atasanya. Pengolahan horizontal ini dibagi menjadi lima bagian yaitu pengolahan horizontal tingkat dua, tingkat tiga, tingkat empat, tingkat lima, dan tingkat enam. Analisis tingkat dua merupakan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat, analisis tingkat tiga merupakan analisis aktoraktor yang terlibat, analisis tingkat empat merupakan analisis tujuan yang ingin dicapai, analisis tingkat lima adalah analisis alternatif tindakan yang akan dipilih, dan tingkat enam adalah sub alternatif tindakan yang dapat dipilih. 6.2.1. Elemen Faktor Pada Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat Pengolahan pada tingkat dua dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penentuan strategi pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian
Jawa
Barat.
Berdasarkan
pengolahan
dengan
PHA
dengan
menggunakan expert choice 2000 dan microsoft excel 2007 diperoleh bahwa mengembangkan dan mendesiminasikan teknologi mekaniasi pertanian di Jawa Barat merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dengan prioritas sebesar 0.313 (Tabel 11). Faktor-faktor yang menjadi prioritas selanjutnya dalam pemilihan strategi adalah meningkatkan sumberdaya manusia pertanian dengan bobot 0.304, lembaga pengujian alat dan mesin pertanian yang terakreditasi dan terstandardisasi dengan bobot 0.230. dan menumbuhkembangkan lembaga pemberdayaan dengan bobot 0.154. Tabel 11. Prioritas Elemen Faktor Penyusun Strategi Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat Elemen Faktor
Bobot
Prioritas
Meningkatkan Kemampuan Sumberdaya Manusia Pertanian (SDM)
0.304
2
Lembaga Pengujian Alsintan yang Terakreditasi dan Terstandardisasi (PAT)
0.230
3
Mengembangkan Embrio Lembaga Pemberdayaan (ELP)
0.154
4
Mengembangkan dan Mendesiminasikan Teknologi Mekanisasi Pertanian (MTMP)
0.313
1
69
Mengembangkan dan mendesiminasikan teknologi mekanisasi pertanian menjadi prioritas utama karena berdasarkan hasil studi pustaka hal ini sangat diperlukan dalam pengembangan mekanisasi pertanian. Apabila alat dan mesin pertanian di Jawa Barat semakin berkembang dan pemahaman para petani akan pentingnya teknologi pertanian dalam usaha pertaniannya semakin baik, maka kebutuhan petani akan adanya BPT Mekanisasi Pertanian semakin tinggi. Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pertanian merupakan faktor yang menjadi prioritas kedua dalam pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Hal ini karena sumberdaya manusia merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam pengembangan suatu organisasi. Apabila sumberdaya manusia dalam suatu organisasi memiliki kemampuan yang baik dalam hal manajemen maupun kemampuan teknik sesuai dengan organisasi tersebut maka organisasi tersebut akan berjalan dengan baik. Begitu pula apabila kemampuan sumberdaya manusia pertanian di Jawa Barat semakin baik maka kemampuan sumberdaya manusia pertanian dalam hal teknologi pertanian pun akan semakin baik. Hal tersebut akan mengakibatkan kebutuhan akan teknologi pertanian menjadi semakin tinggi dan kebutuhan akan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat sebagai lembaga utama yang bertanggung jawab dalam hal teknologi pertanian di Jawa Barat menjadi semakin tinggi. Lembaga pengujian alsintan yang terakreditasi dan terstandardisasi menjadi faktor yang menjadi prioritas ketiga dari lima faktor pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Pada saat ini BPT Mekanisasi Pertanian yang menjadi salah satu laboratorium pengujian alsintan sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No. 05/Permentan/OT.140/1/2007 telah menjadi lembaga penguji alsintan di Jawa Barat. Namun laboratorium yang dimiliki oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat masih belum mendapatkan akreditasi dikarenakan masih adanya persyaratan akreditasi yang belum dapat dipenuhi oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Apabila balai telah memiliki akreditasi maka pengujian Alsintan di BPT Mekanisasi Pertanian dapat lebih dikembangkan dengan pelayanan dan kemampuan pengujian yang lebih baik. Alsintan yang diuji tidak hanya alsintan di wilayah Jawa Barat dan petani akan semakin mengetahui fungsi dari BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.
70
Faktor mengembangkan embrio lembaga pemberdayaan seperti UPJA dan bengkel juga menjadi salah satu faktor pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Unit Pelayanan Jasa Alsintan yang menjadi salah satu lembaga pemberdayaan masyarakat dalam penyebaran alsintan ke petani. UPJA merupakan salah satu lembaga pemasaran alat yang dihasilkan oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Usaha Pelayanan Jasa Alsintan yang semakin berkembang akan membuat BPT Mekanisasi Pertanian semakin berkembang pula. 6.2.2. Elemen Aktor Pada Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat Berdasarkan pengolahan data tingkat tiga diperoleh bobot dari setiap elemen aktor terhadap masing-masing faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Aktor yang paling berpengaruh dalam faktor meningkatkan kemampuan sumberdaya pertanian adalah sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dengan bobot sebesar 0.371 (Tabel 12). Sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat merupakan aktor yang memiliki tugas pokok dalam pengembangan, pelayanan dan pendidikan atau pelatihan teknologi pertanian di Jawa Barat. Sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian juga memiliki fungsi dalam fasilitasi penggunaan alat dan mesin pertanian diUPTD lingkup dinas dan para petani pengguna. Aktor kedua yang berpengaruh adalah Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat dengan bobot sebesar 0.365. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat memiliki kewenangan dalam kebijakan pengembilan kabijakan tentang teknologi pertanian di Jawa Barat dan juga sebagai ujung tombak pengembangan pertanian di Jawa Barat. Aktor ketiga yang berpengaruh dalam faktor meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pertanian Jawa Barat adalah petani dengan bobot sebesar 0.146. Petani merupakan pihak utama yang menjadi tujuan dalam peningkatan kemampuan sumberdaya manusia pertanian. Kemampuan petani tentang teknologi pertanian diharapkan dapat meningkatkan penggunaan teknologi pertanian di Jawa Barat. Aktor selanjutnya yang berpengaruh adalah UPJA dan bengkel yang memiliki bobot 0.118. Unit Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) dan bengkel merupakan lembaga pemasaran alat dan mesin pertanian yang dihasilkan oleh BPT mekanisasi Pertanian Jawa Barat, adanya UPJA dan bengkel alat pertanian 71
yang bias diakses oleh para petani maka kemampuan sumberdaya manusia pertanian akan semakin baik. Tabel 12. Prioritas Elemen Aktor yang Berperan dalam Pengembangan Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat Elemen Aktor Elemen Sumberdaya Dispertan UPJA dan Faktor Petani Balai Jabar Bengkel SDM
0.371 (1)
0.365 (2)
0.118 (4)
0.146 (3)
PAT
0.598 (1)
0.211 (2)
0.115 (3)
0.076 (4)
ELP
0.253 (2)
0.131 (4)
0.451 (1)
0.165 (3)
MTMP
0.470 (1)
0.163 (3)
0.216 (2)
0.151 (4)
Ket: : Prioritas () SDM : Meningkatkan Kemampuan Sumberdaya Manusia Pertanian PAT : Lembaga Pengujian Alsintan yang Terakreditasi dan Terstandardisasi ELP : Mengembangkan Embrio Lembaga Pemberdayaan MTMP : Mengembangkan dan Mendesiminasikan Teknologi Mekanisasi Pertanian Sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian menjadi prioritas utama dalam faktor lembaga pengujian alat dan mesin pertanian yang terakreditasi dan terstandardisasi dengan bobot sebesar 0.598. Hal ini sesuai dengan keadaan di lapangan bahwa sumberdaya balai yang berhubungan secara langsung dengan pengujian alat dan laboratorium yang berada di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Untuk menjadi balai pengujian yang terakreditasi maka sumberdaya BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat merupakan aktor utama yang paling penting dalam pencapaian BPT Mekanisasi Pertanian menjadi balai yang terakreditasi dan terstandardisasi, dengan perbaikan dan pengembangan sumberdaya balai maka BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dapat menjadi lembaga yang terakreditasi dan terstandardisasi. Aktor yang memiliki prioritas kedua adalah Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat dengan bobot sebesar 0.211. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat sebagai lembaga pengambil kebijakan dalam bidang pertanian di Jawa Barat dan juga sebagai lembaga yang berwenang dalam pengalokasian anggaran bagi BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat
72
memiliki hubungan langsung dengan balai dan sangat berpengaruh dalam pengakreditasian BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. UPJA dan bengkel berada pada prioritas ketiga dengan bobot 0.115. UPJA dan bengkel sebagai lembaga yang dapat memproduksi Alsintan rancangan BPT mekanisasi pertanian memerlukan uji laboratorium yang baik, sehingga UPJA dan bengkel menjadi aktor yang akan diuntungkan jika BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat memiliki akreditasi dari badan akreditasi nasional. Begitu pula dengan petani yang memiliki bobot 0.076, meskipun tidak memiliki bobot yang besar namun petani sebagai pengguna dari alat mesin pertanian yang dihasilkan oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat akan memiliki jaminan yang lebih baik jika alat mesin pertanian yang digunakannya telah di uji oleh lembaga yang telah terakreditasi. Bengkel dan UPJA menjadi aktor dengan prioritas tertinggi dalam hal pengembangan embrio pemberdayaan masyarakat dengan bobot sebesar 0.451. UPJA dan bengkel sebagai lembaga pemberdayaan masyarakat yang dilatih oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat berinteraksi secara langsung dengan petani. Hal tersebut membuat UPJA dan bengkel alat mesin pertanian menjadi aktor utama dalam pengembangan pemberdayaan masyarakat. UPJA dan bengkel yang telah dilatih oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dapat menyebarkan pengetahuan yang didapatkannya kepada para petani lainnya. Kemudian sumberdaya balai sebagai lembaga yang memberikan pelatihan kepada UPJA dan bengkel tentang alat mesin pertanian maupun manajemen dan organisasi memiliki bobot sebesar 0.253. Aktor yang berada pada urutan ketiga adalah petani yang memiliki bobot sebesar 0.165. Petani sebagai tujuan utama dalam pemberdayaan masyarakat merupakan pihak yang mendapatkan pengetahuan tentang ORM (operation, repair dan maintenance) alat mesin pertanian yang mereka gunakan dari pihak UPJA maupun bengkel. Selanjutnya Dinas Pertanian Tanaman Pangan memiliki bobot sebesar 0.131. Dinas Pertanian Tanaman Pangan memiliki wewenang dalam pengambilan kebijakan yang berhubungan dengan UPJA maupun bengkel, namun untuk pelaksanaan secara teknis telah diserahkan kepada BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat sebagai lembaga yang memiliki tugas pokok dalam bidang mekanisasi pertanian di Jawa Barat.
73
Sumberdaya
balai
menjadi
penentu
dalam
pengembangan
dan
pendesiminasian teknologi mekanisasi pertanian di Jawa Barat seperti terlihat pada bobot yang diperolehnya yaitu sebesar 0.470. Sebagai balai yang bergerak dalam bidang teknologi pertanian di Jawa Barat sumberdaya balai merupakan motor
penggerak
dalam
pengembangan
dan
pendesiminasian
teknologi
mekanisasi pertanian. Selanjutnya UPJA dan bengkel alat dan mesin pertanian berada di urutan kedua dengan bobot 0.216 merupakan lembaga pemberdayaan dan lembaga produksi alat mesin pertanian yang dirancang oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat sehingga memiliki akses langsung terhadap para petani yang menjadi pelanggannya. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat sebagai pengambil kebijakan dalam pengembangan alat dan mesin pertanian jawa Barat memiliki bobot sebesar 0.163. Selanjutnya petani sebagai tujuan utama pengembangan dan pendiseminasian teknologi pertanian memiliki bobot sebesar 0.151. 6.2.3. Elemen Tujuan Pada Pengembangan Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat Pengolahan horizontal pada tingkat empat menggambarkan besarnya bobot dari tiap elemen tujuan masing-masing terhadap masing-masing faktor pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. 6.2.3.1. Elemen Tujuan Pada Aktor Sumberdaya Balai Pada faktor meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pertanian dengan aktor sumberdaya balai, tujuan peningkatan kualitas sumberdaya manusia balai merupakan hal yang paling penting dengan bobot sebesar 0.694 (Tabel 13), karena sumberdaya manusia balai merupakan salah satu sumberdaya manusia pertanian yang ahli dalam bidang teknologi pertanian yang selanjutnya akan menyalurkan pengetahuannya kepada petani yang mengikuti pelatihan dan selanjutnya akan disebarkan kepada para petani lain di daerahnya. Selanjutnya peningkatan sarana dan prasarana balai memiliki bobot sebesar 0.306, peningkatan sarana dan prasarana balai akan meningkatkan kenyamanan para petani yang memerlukan informasi dari balai sehingga peningkatan kemampuan sumberdaya manusia pertanian akan menjadi lebih baik.
74
Tabel 13. Prioritas Elemen Tujuan pada Aktor Sumberdaya Balai Elemen Tujuan Elemen Faktor KSDM
PSP
SDM
0.694 (1)
0.306 (2)
PAT
0.656 (1)
0.344 (2)
ELP
0.682 (1)
0.318 (2)
MTMP
0.580 (1)
0.420 (2)
Keterangan : () : Prioritas KSDM : Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia Balai PSP : Peningkatan Sarana dan Prasarana Balai Pada elemen faktor lembaga pengujian alsintan yang terakreditasi dan terstandardisasi, menumbuhkembangkan embrio lembaga pemberdayaan juga mengembangkan dan mendesiminasikan teknologi mekanisasi petanian di Jawa Barat elemen tujuan balai memiliki bobot lebih tinggi dibandingkan dengan elemen tujuan peningkatan sarana dan prasarana balai dengan bobot berturut-turut 0.656, 0.682, dan 0.580. Hal ini karena peningkatan sumberdaya manusia lebih penting didahulukan dibandingkan dengan peningkatan sarana dan prasarana sehingga tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan sarana dan prasarana yang ada. Jika sarana dan prasarana terlebih dahulu ditingkatkan namun kualitas sumberdaya manusia yang ada belum dapat menggunakan sarana dan prasarana tersebut maka akan terjadi ketimpangan sehingga sarana dan prasarana tersebut tidak akan berfungsi maksimal sesuai dengan fungsinya. 6.2.3.2. Elemen Tujuan Pada Aktor Dinas Pertanian Tanaman Pangan Faktor meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pertanian dengan aktor Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat, tujuan peraturan daerah (Perda) tentang pengujian alsintan merupakan hal yang paling penting dengan bobot sebesar 0.364. Hal ini karena pada saat ini Perda tentang pengujian alsintan di Jawa Barat oleh BPT Mekanisasi Pertanian masih belum ditetapkan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat. Balai Pengembangan Teknologi Mekanisasi Pertanian melaksanakan pengujian alsintan atas dasar Peraturan Menteri Pertanian No. 05/Permentan/OT.140/1/2007 yang dikeluarkan
75
oleh Departemen Pertanian Republik Indonesia. Diharapkan dengan adanya Perda dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat maka seluruh pengujian alsintan di Jawa Barat akan dilaksanakan oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Setelah adanya Perda diharapkan keberadaan BPT Mektan Jabar dalam bidang Alsintan di Jawa Barat menjadi lebih kuat, memiliki kekuatan hukum akan posisinya dalam pemerintahan dan juga dengan Dispertan sebagai lembaga pemerintah yang berada di atasnya. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan peran BPT Mektan dalam pertanian di Jawa Barat sehingga keadaan alsintan di Jawa barat dapat dipantau dengan baik oleh BPT Mektan. Prioritas kedua adalah peningkatan anggaran dengan bobot sebesar 0.332. Dalam pelaksanaan kegiatan operasional dan pencapaian rencana di BPT Mekanisasi Pertanian diperlukan adanya anggaran yang sesuai dengan kebutuhan balai, dengan semakin meningkatnya anggaran maka semakin baik fasilitas balai sehingga pelaksanaan program balai untuk peningkatan kemampuan sumberdaya manusia pertanian pun akan semakin baik. Prioritas ketiga adalah penempatan sumberdaya yang kompeten dengan bobot sebesar 0.303. Dengan penempatan sumberdaya yang kompeten di BPT Mekanisasi Pertanian maka output yang dihasilkan dari balai pun akan semakin baik sehingga peningkatan kemampuan sumberdaya manusia pertanian akan semakin baik pula. Tabel 14. Prioritas Elemen Tujuan pada Aktor Dinas Pertanian Tanaman Pangan Elemen Faktor
Elemen Tujuan PSDM 0.303 (3)
SDM
PPA 0.364 (1)
PA 0.332 (2)
PAT
0.506 (1)
0.274 (2)
0.220 (3)
ELP MTMP
0.223 (3) 0.313 (3)
0.436 (1) 0.354 (1)
0.342 (2) 0.333 (2)
Keterangan : () : Prioritas PPA : Peraturan Daerah Pengujian Alsintan PSDM : Penempatan Sumberdaya Manusia yang Kompeten PA : Peningkatan Anggaran Elemen faktor lembaga pengujian alsintan yang terakreditasi dan terstandardisasi Perda pengujian alsintan merupakan elemen tujuan yang paling penting dengan bobot sebesar 0.506, hal ini karena dengan adanya Perda
76
pengujian alsintan di Jawa Barat yang dikhususkan di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat maka pengakreditasian laboratorium balai menjadi sangat diperlukan agar pengujian alsintan dilaksanakan dengan lebih baik lagi. Prioritas kedua adalah penempatan sumberdaya manusia yang kompeten dengan bobot 0.274. Penempatan sumberdaya manusia yang kompeten di BPT Mekanisasi Pertanian sangat dibutuhkan agar alsintan yang ada dapat digunakan sesuai dengan fungsinya secara maksimal. Sehingga elemen lembaga pengujian yang terakreditasi dan terstandardisasi dapat tercapai dengan baik. Tanpa sumberdaya manusia yang kompeten alat uji yang baik tidak akan berfungsi secara maksimal. Faktor menumbuhkembangkan embrio lembaga pemberdayaan juga mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi pertanian dengan aktor Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat penempatan sumberdaya manusia yang kompeten penempatan sumberdaya manusia yang kompeten merupakan prioritas utama dengan bobot sebesar 0.436 dan 0.354. Sumberdaya manusia BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yang kompeten merupakan penggerak dalam pengembangan lembaga pemberdayaan dan teknologi pertanian, karena dengan semakin tingginya kemampuan dan pemahaman dari para pegawai balai maka pengetahuan yang diberikan kepada para peserta pelatihan seperti UPJA, bengel dan para petani pun akan semakin baik. Selanjutnya peningkatan anggaran dan Perda tentang pengujian alsintan merupakan prioritas kedua dan ketiga dengan bobot sebesar 0.333 dan 0.313. 6.2.3.3. Elemen Tujuan Pada Aktor UPJA dan Bengkel Tujuan yang paling berpengaruh dalam faktor meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pertanian, lembaga pengujian Alsintan yang terakreditasi dan terstandardisasi, menumbuhkembangkan embrio lembaga pemberdayaan juga mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi pertanian dengan aktor UPJA dan bengkel adalah pengembangan Unit Pelayanan Jasa Alsintan dengan bobot sebesar 0.727, 0.608, 0.608 dan 0.555. Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) merupakan lembaga pemberdayaan pertanian dalam bidang alat dan mesin pertanian. Jika petani menjadi anggota UPJA maka petani akan mendapatkan kemudahan dalam penggunaan alsintan dan juga akan mendapatkan
77
pengetahuan tentang cara penggunaan, perbaikan, dan perawatan alsintan sehingga kemampuan sumberdaya manusia pertanian akan semakin meningkat (Tabel 15). Tujuan kedua yang berpengaruh adalah pengembangan bengkel dengan bobot sebesar 0.273, 0.392, 0.392, 0.445. Bengkel merupakan tempat produksi alsintan yang dirancang oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat, selain itu di bengkel juga petani dapat mengetahui cara penggunaan dan perawatan dari alsintan yang dimiliki petani sehingga kemampuan petani akan Alsintan menjadi semakin baik. Tabel 15. Prioritas Elemen Tujuan pada Aktor UPJA dan Bengkel Elemen Tujuan
Elemen Faktor UPJA
Bengkel
SDM
0.727 (1)
0.273 (2)
PAT
0.608 (1)
0.392 (2)
ELP
0.608 (1)
0.392 (2)
MTMP
0.555 (1)
0.445 (2)
Keterangan: ( ) Prioritas 6.2.3.4. Elemen Tujuan Pada Aktor Petani Tujuan yang paling berpengaruh dalam faktor meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pertanian, lembaga pengujian alsintan yang terakreditasi dan terstandardisasi, menumbuhkembangkan embrio lembaga pemberdayaan juga mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi pertanian dengan aktor petani adalah peningkatan pemahaman petani tentang alsintan dengan bobot sebesar 0.656, 0.632, 0.727, dan 0.604. Apabila pengetahuan petani tentang pentingnya Alsintan bagi usaha pertaniannya semakin baik maka penggunaan alat mesin pertanian tepat guna akan semakin tinggi, dengan semakin tingginya permintaan akan adanya alsintan yang tepat guna dan sesuai dengan kebutuhan petani maka kebutuhan akan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat akan semakin tinggi, sehingga dibutuhkan pula laboratorium yang telah terakreditasi. Selain itu kebutuhan akan lembaga pemberdayaan masyarakat seperti UPJA dan bengkel akan semakin tinggi sehingga pengembangan juga pendiseminasian teknologi pertanian akan semakin baik. 78
Tujuan kedua yang berpengaruh adalah inventarisasi kebutuhan petani dengan bobot sebesar 0.344, 0.368, 0.273, dan 0.396. Inventarisasi kebutuhan petani sangat dibutuhkan dalam perancangan alat dan mesin pertanian yang akan dibuat dalam bentuk prototype oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat, karena apabila alsintan yang dihasilkan oleh balai tidak sesuai dengan kebutuhan petani maka alsintan yang dibuat oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat tidak akan diminati oleh petani sehingga tujuan utama pembuatan alsintan tersebut tidak tercapai. Tabel 16. Prioritas Elemen Tujuan pada Aktor Petani. Elemen Faktor
Elemen Tujuan PPA
IKP
SDM
0.656 (1)
0.344 (2)
PAT
0.632 (1)
0.368 (2)
ELP
0.727 (1)
0.273 (2)
MTMP
0.604 (1)
0.396 (2)
Keterangan: () : Prioritas PPA : Peningkatan Pemahaman Petani Tentang Alsintan IKP : Inventarisasi Kebutuhan Petani 6.2.4. Elemen Alternatif Pada Pengembangan Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat Pengolahan horizontal pada tingkat lima menggambarkan besarnya bobot dari tiap elemen alternatif masing-masing terhadap masing-masing faktor pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. 6.2.4.1. Elemen Alternatif Pada Tujuan Peningkatan Kualitas Sumberdaya Balai Alternatif yang paling berpengaruh dalam faktor meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pertanian, lembaga pengujian alsintan yang terakreditasi dan terstandardisasi, serta menumbuhkembangkan embrio lembaga pemberdayaan dengan aktor sumberdaya balai dan alternatif peningkatan kualitas sumberdaya manusia balai adalah peningkatan kompetensi dengan bobot sebesar 0.659, 0.632, dan 0.734. Peningkatan kompetensi pegawai BPT Mekanisasi
79
Pertanian Jawa Barat sangat diperlukan dalam peningkatan kualitas sumberdaya balai. Tujuan kedua yang berpengaruh adalah peningkatan motivasi dengan bobot sebesar 0.341, 0.368, dan 0.266. Motivasi merupakan alasan atau dorongan seseorang untuk bertindak sesuatu. Peningkatan motivasi pegawai dapat meningkatkan produktivitas kerja dari pegawai tersebut sehingga produktivitas balai pun akan semakin meningkat. Dari hasil studi pustaka diketahui bahwa peningkatan motivasi akan mempengaruhi peningkatan sumberdaya manusia balai sehingga dapat meningkatkan faktor pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian seperti peningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pertanian, lembaga pengujian
alsintan
yang
terakreditasi
dan
terstandardisasi
dan
penumbuhkembangan embrio lembaga pemberdayaan. Peningkatan kompetensi sumberdaya balai diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan para pegawai balai tentang pertanian, dengan semakin baiknya sumberdaya manusia balai maka program maupun manajemen balai akan menjadi semakin baik dan keadaan balai menjadi lebih baik. Pegawai balai sebagai penyalur informasi kepada para petani akan menyalurkan pengetahuan alsintan yang lebih baik lagi sehingga pengetahuan petani tentang alsintan menjadi semakin baik, petani akan lebih tertarik terhadap alsintan dan menggunakan lebih banyak alsintan yang akhirnya akan meningkatkan kebutuhan petani akan BPT Mekanisasi Pertanian Jabar. Tabel 17. Prioritas Elemen Alternatif pada Tujuan Peningkatan Kualitas Sumberdaya Balai Elemen Sub Alternatif Elemen Faktor
SDM
Peningkatan Kompetensi 0.659 (1)
Peningkatan motivasi 0.341 (2)
PAT
0.632 (1)
0.368 (2)
ELP
0.734 (1)
0.266 (2)
MTMP
0.500 (1)
0.500 (1)
Keterangan: ( ) Prioritas Elemen
faktor
mengembangkan
dan
mendiseminasikan
teknologi
mekanisasi pertanian elemen sub alternatif peningkatan kompetensi dan motivasi sumberdaya balai memiliki bobot yang sama sebesar 0.500. Hal ini
80
mengindikasikan bahwa dalam faktor mengembangkan dan mendesiminasikan teknologi mekanisasi pertanian kedua sub alternatif dibutuhkan secara seimbang karena
dalam
pengembangan
dan
pendiseminasian
teknologi
pertanian
peningkatan kemampuan sumberdaya manusia diperlukan agar pengetahuan yang dimiliki oleh pegawai tentang teknologi pertanian yang selanjutnya akan diberikan kepada para petani akan semakin banyak. Pengembangan motivasi pun diperlukan agar para pegawai tetap memiliki semangat dalam mendiseminasikan teknologi pertanian kepada para petani 6.2.4.2. Elemen Alternatif Pada Tujuan Peningkatan Sarana dan Prasarana Balai Elemen alternatif yang paling berpengaruh dalam faktor meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pertanian, lembaga pengujian alsintan yang terakreditasi dan terstandardisasi, dan menumbuhkembangkan embrio lembaga pemberdayaan dengan aktor sumberdaya balai dan tujuan peningkatan sarana dan prasarana balai adalah akreditasi laboratorium pengujian alsintan dengan bobot sebesar 0.353, 0.384, dan 0.371. Akreditasi laboratorium pengujian alsintan n dari suatu lembaga akreditasi nasional merupakan suatu hal yang penting karena hal tersebut dapat menunjukan bahwa laboratorium pengujian di BPT Mekanisasi Pertanian memiliki kualitas yang baik dan telah disahkan oleh badan khusus. Apabila balai telah memiliki akreditasi maka sumberdaya manusia balai akan memiliki kemampuan yang lebih baik karena telah mendapatkan fasilitas yang lebih baik, begitu pula dengan faktor lembaga pengujian alsintan yang terakreditasi dan terstandardisasi akan tercapai. Alternatif yang berada pada prioritas kedua adalah penambahan alat dan mesin dengan bobot sebesar 0.251, 0.231, 0.365, dan 0.267. Alat dan mesin yang berada di BPT Mekanisasi Pertanian pada saat ini masih terbatas sehingga untuk pembuatan alat mesin pertanian tertentu diperlukan alat mesin yang tidak terdapat di balai sehingga pembuatan alat dilaksanakan di tempat lain. Alat yang sangat dibutuhkan pada saat ini adalah alat CNC, alat ini diperlukan agar dalam pembuatan sparepart tidak harus selalu dalam jumlah yang besar karena BPT Mekanisasi Pertanian hanya membuat beberapa alsintan hasil rancangannya sebagai model yang selanjutnya akan diproduksi oleh bengkel. Alternatif dengan prioritas ketiga adalah pembangunan pabrik pupuk dengan bobot sebesar 0.219, 81
0.196, 0.146, dan 0.206. Pabrik pupuk merupakan salah satu alternatif dalam pengembangan alsintan yang pada saat ini menjadi fokus di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yaitu Alat Pembuat Pupuk Organik (APPO), diharapkan dengan adanya pabrik pupuk ini para petani akan tertarik untuk menggunakan APPO dan menggunakan pupuk organik sebagai pupuk tanamannya. Selain itu dengan adanya pabrik pupuk yang berada di Cianjur dan Plumbon ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pupuk petani di Jawa Barat, menghilangkan ketergantungan terhadap pupuk impor dan meminimalisir kelangkaan pupuk. Tabel 18. Prioritas Elemen Alternatif pada Tujuan Peningkatan Sarana dan Prasarana Balai Elemen Faktor
Elemen Alternatif Akreditasi Lab
0.353 (1) SDM 0.384 (1) PAT 0.371 (1) ELP 0.154 (4) MTMP Keterangan : ( ) Prioritas
Penambahan Alat dan Mesin
MES
Pembangunan Pabrik Pupuk
0.251 (2)
0.177 (4)
0.219 (3)
0.231 (2)
0.190 (4)
0.196 (3)
0.365 (2)
0.118 (4)
0.146 (3)
0.267 (2)
0.372 (1)
0.206 (3)
Faktor mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi pertanian di Jawa Barat pembangunan MES untuk peserta pelatihan berada pada prioritas pertama dengan bobot sebesar 0.372. MES untuk para peserta pelatihan seperti UPJA, bengkel, dan petani sangat diperlukan karena pelatihan dilaksanakan lebih dari satu hari dan peserta pelatihan berasal dari berbagai daerah di Jawa Barat. Pada saat ini pihak balai harus meminjam tempat pada lembaga lain sebagai tempat penginapan bagi para peserta sehingga kegiatan pelatihan menjadi sedikit terkendala karena adanya jarak antara tempat pelatihan dan MES bagi para peserta. Alternatif yang menjadi prioritas selanjutnya adalah penambahan alat dan mesin dengan bobot sebesar 0.267, pembangunan pabrik pupuk dengan bobot 0.206 dan akreditasi laboratorium pengujian dengan bobot sebesar 0.154. 6.2.4.3. Elemen Alternatif pada Tujuan Pengembangan UPJA Elemen alternatif yang paling berpengaruh dalam faktor meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pertanian, lembaga pengujian alsintan yang terakreditasi dan terstandardisasi, dan menumbuhkembangkan embrio lembaga
82
pemberdayaan dengan aktor UPJA dan bengkel serta tujuan pengembangan adalah pelatihan manajemen UPJA dengan bobot sebesar 0.397, 0.362, dan 0.407. Pelatihan manajemen sangat diperlukan oleh UPJA sebagai lembaga ekonomi pedesaan agar lembaga tersebut bisa memanajemen lembaganya dengan baik sehingga mengembangkan usahanya. Tujuan kedua yang berpengaruh pada faktor pengembangan sumberdaya manusia pertanian dan pengembangan embrio lembaga pemberdayaan adalah pelatihan administrasi UPJA dengan bobot sebesar 0.302 dan 0.368. Pelatihan administrasi UPJA sangat dibutuhkan agar keadaan keuangan dan seluruh transaksi keuangan di UPJA dapat terdata dengan baik sehingga dapat dengan mudah diketahui apakah UPJA tersebut mengalami keuntungan ataupun kerugian. Selain itu dengan adanya pengadministrasian diharapkan UPJA dapat lebih mudah dalam mendata seluruh anggotanya dan mendata seluruh kegiatan yang dilaksanakan. Alternatif ketiga yang elemen alternatif pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat adalah pelatihan ORM (Operation, Repair and Maintenance), pelatihan ini diperlukan agar UPJA yang memiliki unit bisnis bengkel dapat memberikan jasa pelatihan cara pengoperasian, perbaikan, dan pemeliharaan bagi para petani pengguna. Tabel 19. Prioritas Elemen Alternatif pada Tujuan Pengembangan UPJA Elemen Alternatif Elemen Faktor
Pelatihan Manajemen UPJA
Pelatihan Administrasi UPJA
Pelatihan ORM UPJA
SDM
0.397 (1)
0.302 (2)
0.302 (2)
PAT
0.362 (1)
0.362 (1)
0.275 (3)
ELP
0.407 (1)
0.368 (2)
0.225 (3)
MTMP
0.316 (2)
0.168 (3)
0.516 (1)
Keterangan : ( ) Prioritas Faktor mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi pertanian pelatihan ORM UPJA berada pada prioritas pertama dengan bobot sebesar 0.516. Pelatihan penggunaan, perbaikan dan perawatan sangat diperlukan sebagai salah satu cara pendesiminasian teknologi mekanisasi pertanian kepada para petani. Petani akan semakin mengerti kegunaan dari alat tersebut dan
83
mengetahui cara penggunaannya sehingga para petani akan lebih tertarik untuk menggunakan alat dan mesin pertanian dalam usaha pertaniannya. 6.2.4.4. Elemen Alternatif pada Tujuan Pengembangan Bengkel Alternatif pelatihan manajemen bengkel merupakan prioritas utama dalam faktor meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pertanian, lembaga pengujian
alsintan
yang
terakreditasi
dan
terstandardisasi,
dan
menumbuhkembangkan embrio lembaga pemberdayaan dengan aktor UPJA dan Bengkel dengan bobot sebesar 0.541, 0.608, dan 0.555. Pelatihan manajemen bengkel diperlukan agar bengkel dapat membuat rencana pemasaran, rencana produksi, rencana organisasi dan manajemen, juga rencana keuangan. Apabila bengkel telah dapat melaksanakan perencanaan dengan baik maka diharapkan bengkel yang menjadi mitra BPT Mekanisasi Pertanian tersebut akan berjalan dengan baik dan semakin berkembang. Tujuan kedua yang berpengaruh adalah pelatihan produksi alsintan dengan bobot sebesar 0.459, 0.392, dan 0.445. Pelatihan produksi alat dilaksanakan setelah BPT Mekanisasi Pertanian telah membuat rancangan baru yang telah selesai diuji dan memiliki hasil pengujian yang baik. Para bengkel yang bekerjasama dengan balai diberikan pelatihan cara memproduksi Alsintan yang telah dirancang oleh balai. Selanjutnya pemerintah daerah, Gapoktan ataupun petani secara individu yang ingin membeli Alsintan yang telah dirancang oleh balai dapat memesan kepada bengkel terdekat yang telah dilatih oleh balai. Tabel 20. Prioritas Elemen Alternatif pada Tujuan Pengembangan Bengkel Elemen Alternatif Elemen Faktor
SDM PAT ELP MTMP Keterangan : () Prioritas Faktor
Pelatihan Manajemen Bengkel
Pelatihan Produksi Alsintan
0.541 (1) 0.608 (1) 0.555 (1) 0.471 (2)
0.459 (2) 0.392 (2) 0.445 (2) 0.529 (1)
mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi
pertanian pelatihan produksi alsintan merupakan prioritas utama dengan bobot sebesar 0.529 dan pelatihan manajemen merupakan prioritas kedua dengan bobot
84
sebesar 0.471. Pada faktor pengembangan dan pendiseminasian teknologi mekanisasi pertanian pelatihan produksi alsintan hasil rancangan merupakan prioritas utama karena dengan diberikannya pelatihan alsintan baru maka teknologi mekanisasi yang baru akan diketahui oleh para pegawai bengkel dan selanjutnya akan di sosialisasikan kepada para petani pengguna. 6.2.4.5. Elemen Alternatif Pada Tujuan Peningkatan Pemahaman Petani Tentang Alsintan Alternatif
yang
paling
berpengaruh
dalam
faktor
meningkatkan
kemampuan sumberdaya manusia pertanian adalah penyuluhan alsintan dan ORM dengan bobot sebesar 0.400 selanjutnya yang memiliki prioritas kedua adalah pengadaan demplot alsintan dan promosi balai yang memiliki bobot sebesar 0.300. Penyuluhan alsintan dan ORM sangat diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan petani tentang alat dan mesin pertanian sehingga peningkatan kemempuan sumberdaya manusia pertanian dapat tercapai. Sementara adanya demplot alsintan yang dirancang oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dapat meningkatkan kepercayaan petani atas alat yang dihasilkan oleh balai. Jika petani telah melihat bahwa hasil dari alat yang dibuat oleh balai memiliki keuntungan yang lebih besar dibandingkan keuntungannya sekarang maka petani akan lebih tertarik untuk menggunakan alat tersebut. Selain itu promosi tentang adanya BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat sebagai tempat petani mencari informasi dan berkonsultasi tentang alsintan. Pada faktor lembaga pengujian yang terakreditasi dan terstandardisasi elemen promosi balai merupakan prioritas utama dengan bobot sebesar 0.481. Selanjutnya penyuluhan alsintan dan ORM dan pengadaan demplot alsintan merupakan prioritas kedua dan ketiga dengan bobot sebesar 0.314 dan 0.205. Promosi balai sebagai tempat pengujian alsintan yang kompeten dibutuhkan agar semakin banyak pembuat alsintan yang melakukan pengujian alsintan hasil produksinya di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat.
85
Tabel
21.
Prioritas Elemen Alternatif Pada PemahamanPetani Tentang Alsintan
Tujuan
Peningkatan
Elemen Alternatif Elemen Faktor
SDM PAT ELP MTMP Keterangan : ( ) Prioritas
Pengadaan Demplot Alsintan
Promosi Balai
Penyuluhan Alsintan dan ORM
0.300 (2) 0.205 (3) 0.450 (1) 0.353 (1)
0.300 (2) 0.481 (1) 0.306 (2) 0.312 (3)
0.400 (1) 0.314 (2) 0.243 (3) 0.335 (2)
Faktor pengembangan embrio lembaga pemberdayaan masyarakat juga mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi pertanian alternatif pengadaan demplot alsintan merupakan prioritas utama dengan bobot sebesar 0.450 dan 0.353. Pembuatan demplot alsintan dapat membuat masyarakat tertarik untuk menggunakan alsintan tersebut, dengan menunjukan bahwa penggunaan alsintan tersebut dapat meningkatkan keuntungan para petani maka petani tidak akan ragu ataupun takut untuk menggunakan alsintan tersebut. 6.2.4.6. Elemen Alternatif Pada Tujuan Inventarisasi Kebutuhan Petani Alternatif
yang
paling
berpengaruh
dalam
tujuan
meningkatkan
kemampuan sumberdaya manusia pertanian, lembaga pengujian alsintan yang terakreditasi dan terstandardisasi, menumbuhkembangkan embrio lembaga pemberdayaan juga mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi pertanian dengan aktor petani adalah inventarisasi kebutuhan petani dengan bobot sebesar 0.707, 0.659, dan 0.555. Pelaksanaan survei pendahuluan atas kebutuhan alsintan petani maka alsintan yang dibuat oleh BPT Mekanisai Pertanian Jawa Barat adalah alsintan yang benar-benar dibutuhkan oleh petani dan tepat guna sehingga dapat membantu petani dan meningkatkan produktivitas usaha taninya. Tujuan kedua yang berpengaruh keikutsertaan petani dalam perancangan alsintan yang akan dibuat oleh BPT Mekanisasi Pertanian dengan bobot sebesar 0.293, 0.341, dan 0.455. Adanya perwakilan dari petani yang dapat mengutarakan aspirasi dari petani lainnya dan cukup memahami tentang kebutuhan petani pada rapat perancangan Alsintan yang akan dibuat oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat diharapkan dapat membuat alsintan yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan petani.
86
Tabel 22. Prioritas Elemen Alternatif pada Tujuan Inventarisasi Kebutuhan Petani Elemen Alternatif Elemen Faktor SDM PAT ELP MTMP Keterangan : ( ) Prioritas
Survei Kebuthan Alsintan
Keikutsertaan Petani dalam Perencanaan Alsintan
0.707 (1)
0.293 (2)
0.659 (1) 0.555 (1) 0.766 (1)
0.341 (2) 0.445 (2) 0.234 (2)
6.2.5. Elemen Sub Alternatif pada Pengembangan Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat Pengolahan horizontal pada tingkat enam menggambarkan besarnya bobot dari tiap elemen sub alternatif masing-masing terhadap masing-masing faktor pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. 6.2.5.1. Elemen Sub Alternatif pada Alternatif Peningkatan Kompetensi Sumberdaya Balai Sub alternatif yang paling berpengaruh dalam faktor meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pertanian, lembaga pengujian alsintan yang terakreditasi dan terstandardisasi, menumbuhkembangkan embrio lembaga pemberdayaan juga mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi pertanian dengan aktor sumberdaya balai adalah pelatihan dengan bobot sebesar 0.524, 0.418, 0.620, dan 0.612. Pelatihan merupakan salat satu kegiatan yang sangat penting dilaksanakan agar pengetahuan para pegawai balai menjadi lebih baik. Sumberdaya manusia balai sebagai pendiseminasi teknologi pertanian kepada para petani, UPJA, maupun bengkel harus memiliki pengetahuan yang baik tentang teknologi pertanian sehingga para petani, UPJA, maupun bengkel juga memiliki pengetahuan yang baik tentang teknologi pertanian. Pelatihan merupakan salah satu cara yang efektif dalam peningkatan pengetahuan para pegawai. Tujuan kedua yang berpengaruh pada faktor meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pertanian, lembaga pengujian alsintan yang terakreditasi dan terstandardisasi adalah mengikuti pendidikan di perguruan tinggi bagi para pegawai balai dengan bobot sebesar 0.278, 0.355 dan 0.231. Pegawai dapat mengikuti pendidikan di perguruan tinggi untuk meningkatkan pengetahuan
87
akademisnya dan juga untuk memperbaharui pengetahuannya tentang teknologi pertanian. Hal ini dapat meningkatkan pengetahuan pegawai tersebut tentang teknologi pertanian yang selanjutnya dapat diterapkan dalam program-program yang ada di balai. Selanjutnya outsourcing sebagai salah satu strategi untuk peningkatan kualitas sumberdaya manusia balai berada pada prioritas ketiga dengan bobot sebesar 0.197 dan 0.226. Outsourcing dari pegawai dinas pertanian lainnya yang memiliki kemampuan yang baik dalam bidang teknologi pertanian maupun manajemen diharapkan dapat meningkatkan kualitas yang ada di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Hal ini akan meningkatkan kualitas dari balai karena dengan adanya outsourcing pegawai dari dinas lain yang kompeten maka keadaan balai menjadi lebih bervariasi dan mendapatkan banyak pegawai dengan pengetahuan baru. Elemen Sub Alternatif pada Tabel 23. Prioritas PeningkatanKompetensi Sumberdaya Manusia Balai
Alternatif
Elemen Sub Alternatif
Elemen Faktor Pelatihan
Outsourcing
PT
SDM
0.524 (1)
0.197 (3)
0.278 (2)
PAT
0.418 (1)
0.226 (3)
0.355 (2)
ELP
0.620 (1)
0.231 (2)
0.149 (3)
MTMP
0.612 (1)
0.222 (2)
0.167 (3)
Keterangan: ( ) Prioritas Faktor menumbuhkembangkan embrio lembaga pemberdayaan juga mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi pertanian sub alternatif outsourcing merupakan prioritas kedua dengan bobot sebesar 0.231 dan 0.222. Selanjutnya pendidikan di perguruan tinggi merupakan prioritas ketiga dengan bobot 0.149 dan 0.167. Pelaksanaan outsourcing pegawai yang berkemampuan baik dalam bidang teknologi pertanian sangat dibutuhkan untuk pengembangan
lembaga
pemberdayaan
dan
pendesiminasian
teknologi
mekanisasi pertanian pada saat ini, sementara pendidikan di perguruan tinggi memerlukan waktu yang cukup lama sehingga outsourcing memiliki prioritas yang lebih tinggi.
88
6.2.5.2. Elemen Sub Alternatif pada Alternatif Peningkatan Motivasi Sumberdaya Balai Sub alternatif yang paling berpengaruh dalam faktor meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pertanian juga lembaga pengujian alsintan yang terakreditasi dan terstandardisasi dengan tujuan peningkatan kualitas sumberdaya manusia balai dengan alternatif peningkatan motivasi sumberdaya manusia balai adalah studi banding dengan bobot sebesar 0.377, dan 0.434. Studi banding adalah kegiatan kunjungan kerja yang dilaksanakan ke balai-balai lainnya maupun lembaga lain yang berhubungan dengan teknologi pertanian. Diharapkan dengan pelaksanaan studi banding maka motivasi para pegawai untuk bekerja lebih baik lagi akan semakin kuat karena telah bertukar pikiran dan melihat keadaan di lembaga lain yang memiliki manajemen ataupun program yang lebih baik. Tabel 24. Prioritas Elemen Sub Alternatif pada Alternatif Peningkatan Motivasi Sumberdaya Balai Elemen Sub Alternatif Elemen Faktor
Studi Banding
Motivation Training
Koperasi
SDM
0.377 (1)
0.376 (2)
0.246 (3)
PAT
0.434 (1)
0.434 (1)
0.132 (3)
ELP
0.318 (2)
0.465 (1)
0.218 (3)
MTMP
0.318 (2)
0.465 (1)
0.218 (3)
Keterangan : ( ) Prioritas Tujuan utama yang berpengaruh pada faktor lembaga pengujian alsintan yang terakreditasi dan terstandardisasi, menumbuhkembangkan embrio lembaga pemberdayaa juga mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi pertanian adalah motivasi training bagi seluruh pihak di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dengan bobot sebesar 0.434, 0.465, dan 0.465. Motivation training sangat diperlukan untuk peningkatan motivasi para pegawai secara psikologis. Dengan adanya motivation training diharapkan kondisi psikologi pegawai balai menjadi lebih baik dan memiliki semangat yang lebih tinggi untuk pengembangan teknologi pertanian di Jawa Barat. Selanjutnya pembentukan koperasi sebagai salah satu strategi untuk peningkatan motivasi sumberdaya manusia balai berada pada prioritas ketiga
89
dalam faktor meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pertanian, lembaga pengujian alsintan yang terakreditasi dan terstandardisasi, menumbuhkembangkan embrio lembaga pemberdayaan, juga mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi pertanian dengan bobot sebesar 0.246, 0.132, 0.218, dan 0.218. Koperasi sebagai suatu lembaga yang memiliki asas kekeluargaan diharapkan dapat menjadi wadah para pegawai BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat bersilaturahmi. Apabila tali silaturahmi para pegawai dapat terjalin dengan baik diharapkan motivasi para pegawai dalam bekerja menjadi semakin baim sehingga produktivitas dari para pegawai pun menjadi semakin baik. 6.3. Pengolahan Vertikal Analisis pengolahan vertikal bertujuan untuk melihat pengaruh setiap elemen pada tingkat hirarki tertentu terhadap ultimate goal (sasaran utama). Pengolahan vertikal akan menunjukan alternatif strategi pengembangan Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. 6.3.1 Pengolahan Vertikal Elemen Aktor Hasil pengolahan vertikal menunjukan bahwa aktor yang paling berpengaruh dalam pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat adalah sumberdaya balai dengan bobot sebesar 0.436. Hal ini karena sumberdaya balai merupakan aktor utama yang memiliki kewenangan dan tanggung jawab atas teknologi pertanian di Jawa Barat. Aktor sumberdaya balai merupakan pihak yang selanjutnya akan menyalurkan pengetahuannya kepada petani, bengkel, dan juga UPJA. Selain itu sumberdaya balai juga merupakan aktor pembuat perencanaan kegiatan dalam bidang teknologi pertanian di Jawa Barat. Aktor selanjutnya yang memiliki prioritas kedua dengan bobot sebesar 0.231 adalah aktor Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat sebagai pihak pengambil kebijakan dalam bidang pertanian di Jawa Barat memiliki kewenangan atas BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Sebagai lembaga yang dalam hirarkinya berada di atas BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat memiliki kewenangan dalam pengesahan Peraturan Daerah, penempatan sumberdaya manusia di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dan juga penentuan anggaran bagi balai. Sementara itu BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat sebagai lembaga
90
yang berada di bawah Dinas Provinsi Jawa Barat berkewajiban untuk menjalankan seluruh tugas pokok dan fungsi yang telah diperintahkan. Tabel 25. Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Aktor Pengembangan Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat Aktor Bobot Prioritas Sumberdaya Balai
0.436
1
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat
0.231
2
UPJA dan Bengkel
0.199
3
Petani
0.135
4
Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) dan bengkel merupakan aktor yang menjadi prioritas ketiga dengan bobot sebesar 0.199. Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) merupakan lembaga yang didirikan untuk mencapai tujuan pembangunan pertanian. UPJA merupakan salah satu strategi pengembangan alsintan Departemen Pertanian Republik Indonesia dalam rangka pemanfaatan inovasi dan teknologi mekanisasi pertanian dengan menumbuhkembangkan sistem kelembagaan. Bengkel alat dan mesin pertanian yang bekerjasama dengan BPT Mekanisasi Pertanian dapat berupa unit usaha dari UPJA ataupun bengkel yang berdiri sendiri dan telah diberikan pelatihan oleh balai. Sebagai lembaga pemasaran dari alat dan mesin pertanian yang dirancang oleh BPT Mekanisasi Pertanian UPJA dan bengkel memiliki pengaruh yang cukup besar dalam pengembangan Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Sebagai lembaga yang langsung berinteraksi dengan petani sebagai pengguna alat mesin pertanian yang dihasilkan oleh balai maka pengembangan dari UPJA dan bengkel akan berdampak pada pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Aktor selanjutnya yang berpengaruh terhadap pengembangan balai adalah petani dengan bobot sebesar 0.135. Sebagai tujuan utama dari hasil alsintan yang dirancang oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat petani merupakan aktor yang memiliki pengaruh cukup besar dalam pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Apabila pengetahuan petani tentang alsintan dan BPT Mekanisasi Pertanian semakin meningkat maka kebutuhan petani akan alsintan akan semakin tinggi dan tingkat kebutuhan petani akan balai pun akan semakin tinggi.
91
6.3.2. Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Tujuan Hasil pengolahan vertikal pada pada tingkat empat ini bertujuan untuk mengetahui prioritas menyeluruh bagi setiap tujuan terhadap aktor yang berpengaruh terhadap pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Hasil dari pengolahan vertikal ini disajikan pada Tabel 26. Tabel 26. Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Tujuan pada Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat Aktor Tujuan Bobot Prioritas Sumberdaya Balai
Peningkatan Kualitas SDM Balai
0.28
1
Peningkatan Sarana dan Prasarana Balai
0.152
2
Dinas Pertanian
Perda Pengujian Alsintan
0.077
1
Tanaman Pangan
Penempatan SDM yang Kompeten
0.072
2
Provinsi Jawa Barat
Peningkatan Anggaran
0.066
3
UPJA dan Bengkel
Pengembangan UPJA
0.131
1
Pengembangan Bengkel
0.078
2
0.094
1
0.052
2
Petani
Peningkatan Pemahaman Petani Tentang Alsintan Inventarisasi Kebutuhan Petani
Pada aktor sumberdaya balai peningkatan kualitas sumberdaya manusia balai menjadi prioritas utama dengan bobot sebesar 0.28. Hal ini karena peningkatan kualitas dari sumberdaya balai sebagai penggerak kegiatan di balai dan penyalur pengetahuan terhadap petani harus terlebih dahulu ditingkatkan sebelum disalurkannya pengetahuan tersebut kepada petani. Selain itu dengan baiknya kualitas sumberdaya manusia balai maka penggunaan alat dan mesin yang ada sebagai sarana dan prasarana balai dapat dipergunakan secara maksimal. Selanjutnya peningkatan sarana dan prasarana balai berada pada prioritas kedua dengan bobot sebesar 0.152. Sarana dan prasarana balai sebagai fasilitas yang dapat memudahkan para pegawai maupun pengguna jasa balai menempati posisi kedua dengan bobot sebesar 0.152. Tujuan Peraturan Daerah tentang pengujian alsintan sebagai prioritas utama pada aktor Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat dengan bobot sebesar 0.077. Peraturan Daerah tentang pengujian alsintan di Jawa Barat yang difokuskan di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat sangat diperlukan oleh balai agar 92
memiliki landasan hukum sebagai lembaga pengujian alsintan yang resmi dan berada di bawah Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat. Selain itu diharapkan apabila BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat telah memiliki Perda pengujian alsintan di Jawa Barat maka seluruh alsintan yang ada di Jawa Barat melaksanakan pengujian di balai sehingga BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat semakin berkembang dan semakin dikenal oleh para pihak yang berhubungan dengan teknologi pertanian. Tujuan selanjutnya adalah penempatan SDM yang kompeten di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dengan bobot sebesar 0.072. Hal ini karena Dinas Pertanian Tanaman Pangan memiliki wewenang untuk menempatkan pegawai di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat, dengan semakin baiknya kualitas sumberdaya manusia balai maka pengembangan balain akan semakin mudah dilaksanakan. Peningkatan anggaran berada dalam prioritas ketiga dengan bobot sebesar 0.066. Pada aktor UPJA dan bengkel pengembangan UPJA memiliki prioritas yang lebih tinggi dibandingkan bengkel dengan bobot sebesar 0.131 sedangkan pengembangan bengkel memiliki bobot sebesar 0.078. Pengembangan UPJA sangat diperlukan pada saat ini. Usaha Pelayanan Jasa Alsintan merupakan lembaga yang memiliki prinsip tepat waktu sesuai pesanan, harga sewa alsintan relatif murah, mutu pelayanan yang memuaskan, Alsintan selalu tersedia cukup dan berkesinambungan, serta penampilan Manajer dan Operator yang baik. Lembaga ini diharapkan dapat meningkatkan ketertarikan petani untuk menggunakan teknologi pertanian sehingga produktivitas pertanian di Jawa Barat semakin meningkat. Selain itu dengan adanya yang harga jasanya relatif lebih murah dibandingkan dengan usaha jasa alsintan lainnya diharapkan dapat mengurangi biaya petani dan meningkatkan pendapatan petani. Peningkatan pemahaman petani tentang alsintan merupakan tujuan dengan prioritas utama pada aktor petani dengan bobot sebesar 0.094. Pemahaman petani tentang pentingnya alsintan dalam pelaksanaan usaha pertaniannya sangat perlu dilaksanakan karena dengan semakin meningkatnya pemahaman petani tentang pentingnya alsintan maka penggunaan alsintan oleh petani akan semakin meningkat pula, hal ini karena petani merasa bahwa alsintan merupakan salah satu
93
kebutuhan penting dalam pertaniannya seperti pupuk. Selanjutnya inventarisasi kebutuhan petani memiliki bobot sebesar 0.052. Inventarisasi kebutuhan petani sangat diperlukan agar alsintan rancangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dapat meningkatkan produktivitas petani dan membantu petani menyelesaikan masalah pertanian dalam bidang alsintan yang pada saat ini masih mahal dan sulit dijangkau oleh petani. 6.3.3. Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Alternatif Hasil pengolahan vertikal pada pada tingkat lima ini bertujuan untuk mengetahui prioritas menyeluruh bagi setiap alternatif terhadap tujuan yang berpengaruh terhadap pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Hasil dari pengolahan vertikal ini disajikan pada Tabel 27. Tujuan peningkatan kualitas sumberdaya manusia balai peningkatan kompetensi sumberdaya balai menjadi prioritas utama dengan bobot sebesar 0.172. Hal ini karena peningkatan kompetensi dari sumberdaya manusia balai sebagai penggerak kegiatan di balai dan penyalur pengetahuan terhadap petani sangat penting ditingkatkan agar apa yang disampaikan kepada petani semakin baik sehingga pengetahuan petani akan teknologi pertanian semakin baik pula. Selanjutnya peningkatan motivasi sumberdaya balai berada pada prioritas kedua dengan bobot sebesar 0.108. Peningkatan motivasi sebagai salah satu aspek peningkatan produktivitas kerja juga sangat diperlukan agar produktivitas kerja dari para pegawai balai semakin baik. Tujuan peningkatan sarana dan prasarana balai akreditasi laboratorium pengujian menjadi prioritas utama dengan bobot sebesar 0.046. Akreditasi balai sebagai legalitas bahwa balai memiliki kualitas yang baik sesuai badan akreditasi nasional sangat diperlukan agar kepercayaan akan hasil pengujian BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat semakin meningkat. Semakin terpercayanya kualitas pengujian dari BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat akan membuat para UPJA atau lembaga pembuat alsintan lainnya menggunakan balai untuk pengujian alsintan buatan mereka. Selanjutnya penambahan alat dan mesin berada pada priritas kedua dengan bobot sebesar 0.41. Penambahan alat dan mesin ini sangat diperlukan agar BPT Mekanisasi Pertanian dapat lebih mudah membuat sparepart
94
sebagai bahan pembuatan alsintannya. Pembangunan MES untuk peserta pelatihan dan pembangunan pabrik pupuk berada pada prioritas ketiga dan keempat dengan bobot sebesar 0.035 dan 0.030. Tabel 27. Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Alternatif pada Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat Tujuan
Alternatif
Bobot
Prioritas
Peningkatan
Peningkatan Kompetensi SDM Balai
0.172
1
Kualitas SDM Balai
Peningkatan Motivasi SDM Balai
0.108
2
Peningkatan Sarana
Akreditasi Laboratorium Pengujian
0.046
1
dan Prasarana Balai
Penambahan Alat dan Mesin
0.041
2
0.035
3
Pembangunan Pabrik Pupuk
0.030
4
Pengembangan
Pelatihan Manajemen UPJA
0.048
1
UPJA
Pelatihan Administrasi UPJA
0.037
3
Pelatihan ORM UPJA
0.046
2
Pengembangan
Pelatihan Manajemen UPJA
0.042
1
Bengkel
Pelatihan Produksi Alsintan
0.036
2
Peningkatan
Pengadaan Demplot Alsintan
0.030
3
Promosi BPT Mekanisasi Pertanian
0.032
1
Penyuluhan Alsintan dan ORM
0.031
2
Survei Kebutuhan Alsintan
0.035
1
0.016
2
Pembangunan MES Untuk Peserta Pelatihan
Pemahaman Petani Tentang Alsintan
Inventarisasi Kebutuhan Petani
Keikutsertaan Petani dalam Pertemuan Perancangan Alsintan
Pelatihan manajemen UPJA merupakan prioritas pertama pada tujuan pengembangan UPJA dengan bobot sebesar 0.048. Pelatihan manajemen UPJA merupakan pelatihan yang dilaksanakan oleh BPT mekanisasi Pertanian Jawa Barat dengan peserta para pengurus UPJA di seluruh Jawa Barat. Pada pelatihan ini para pengurus UPJA diberikan pengetahuan tentang bagai mana membuat dan melaksanakan rencana pemasaran, rencana produksi, rencana organisasi dan manajemen, juga rencana keuangan dengan baik. Pelaksanaan pelatihan
95
manajemen UPJA sangat dibutuhkan agar para pengurus UPJA dapat mengelola UPJA dengan baik sehingga UPJA sebagai lembaga pemberdayaan masyarakat pertanian yang juga membantu petani dalam hal alat dan mesin pertanian dapat semakin berkembang. Pelatihan ORM (Operation, Repair, and maintenance) UPJA dan pelatihan administrasi UPJA berada pada prioritas kedua dan ketiga dengan bobot sebesar 0.046 dan 0.037. Pelatihan pengoperasian, perbaikan dan perawatan alsintan sangat diperlukan agar para UPJA dapat mengunakan alsintan dengan baik dan juga dapat merawat alsintan tersebut dengan baik sehingga alat tersebut tidak mudah rusak. Selain itu pelatihan perbaikan juga perlu dilaksanakan agar ketika terjadi kerusakan UPJA tersebut dapat segera memperbaikinya sehingga petani yang memerlukan alsintan tersebut dapat segera menggunakannya kembali. Pelatihan admnisatrasi UPJA diperlukan agar seluruh transaksi maupun kegiatan di UPJA memiliki catatan yang baik sehingga seluruh informasi dapat diakses dengan mudah. Tujuan pengembangan bengkel pelatihan manajemen bengkel memiliki prioritas utama dengan bobot sebesar 0.042, selanjutnya pelatihan produksi alat berada pada prioritas kedua dengan bobot sebesar 0.036. Pelatihan manajemen bengkel diperlukan agar bengkel sebagai mitra BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat semakin berkembang dan dapat melakukan perencanaan usahanya dengan baik. Pelatihan produksi bagi alat baru yang telah dirancang oleh balai diperlukan agar bengkel dapat membuat alsintan sesuai dengan prototype yang dibuat oleh balai dan menjualnya kepada petani maupun Gapoktan yang membutuhkannya. Promosi BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat merupakan prioritas utama dalam tujuan peningkatan pemahaman petani tentang alsintan. Promosi BPT Mekanisasi Pertanian kepada para petani akan meningkatkan pemahaman petani tentang perlunya Alsintan dan lembaga yang dapat membantu petani dalam menangani masalah tentang Alsintan. Selanjutnya penyuluhan alsintan dan ORM merupakan prioritas kedua dengn bobot sebesar 0.031 dan pengadaan demplot alsintan merupakan prioritas ketiga dengan bobot sebesar 0.30. Penyuluhan alsintan dan ORM diperlukan agar pengetahuan petani tentang Alsintan semakin baik dan dapat mengetahui keuntungan-keuntungan yang akan didapatkan jika
96
hasil pertaniannya diolah dengan menggunakan alsintan. Pengadaan demplot alsintan baru yang dirancang oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa barat diperlukan agar para petani tidak lagi ragu atau takut menggunakan alsintanalsintan baru. Adanya demplot tersebut dapat meningkatkan ketertarikan petani untuk menggunakkan alsintan yang telah dirancang oleh BPT Mekansisasi Pertanian Jawa Barat. Tujuan inventarisasi alternatif kebutuhan petani survei kebutuhan petani merupakan alternatif prioritas utama dengan bobot sebesar 0.035 dan keikutsertaan petani dalam pertemuan perancangan alsintan berada pada prioritas kedua dengan bobot sebesar 0.016. Pelaksanaan survei kebutuhan petani di tiap kabupaten di seluruh Jawa Barat sangat diperlukan agar alsintan yang dihasilkan oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat benar-benar merupakan alsintan yang sesuai dengan kebutuhan para petani dan dapat menyelesaikan berbagai macam permaslahan petani tentang alsintan. Selain itu dengan diadakannya survei diharapkan balai dapat lebih fokus dalam mengembangkan suatu alsintan agar Alsintan hasil rancangan balai dapat berfungsi secara maksimal dan dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Keikutsertaan petani dalam pertemuan perancangan Alsintan dapa dilaksanakan dengan mengikutsertakan beberapa petani yang dipercaya oleh petani lainnya dan mengetahui pemahaman yang baik tentang Alsintan yang dibutuhkan petani saat itu. Hal ini dapat meminimalisir pembuatan Alsintan yang tidak sesuai dengan kebutuhan petani sehingga tidak berfungsi sesuai dengan tujuan awal. 6.3.4. Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Sub Alternatif Hasil pengolahan vertikal pada pada tingkat enam ini bertujuan untuk mengetahui prioritas menyeluruh bagi setiap sub alternatif terhadap alternatif yang berpengaruh terhadap pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Hasil dari pengolahan vertikal ini disajikan pada Tabel 28.
97
Tabel 28. Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Sub Alternatif pada Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat Aktor Peningkatan Kompetensi SDM Balai
Peningkatan Motivasi SDM Balai
Tujuan
Bobot
Prioritas
Pelatihan
0.093
1
Outsourcing
0.037
3
Mengikuti Pendidikan di Perguruan Tinggi
0.044
2
Studi Banding
0.039
2
Motivasi Training
0.047
1
Pembentukan Koperasi
0.022
3
Tujuan peningkatan kompetensi sumberdaya manusia balai sub alternatif pelatihan menjadi prioritas utama dengan bobot sebesar 0.093. Pelatihan merupakan salah satu cara peningkatan kemampuan bagi para pegawai yang cukup baik karena dalam pelatihan terdapat simulasi pelaksanaan yang membuat pengetahuan tersebut lebih mudah dimengerti, selain itu pelatihan memerlukan waktu yang cukup singkat dibandingkan mengikuti pendidikan di perguruan tinggi (PT). Selanjutnya mengikuti pendidikan di perguruan tinggi berada pada prioritas kedua dengan bobot 0.044 dan outsourcing menjadi prioritas ketiga dengan bobot sebesar 0.037. Mengikuti pendidikan di Perguruan tinggi dapat meningkatkan pengetahuan pegawai tentang alsintan dengan baik, namun membutuhkan waktu yang relatif lama sehingga pegawai tersebut harus dapat membagi waktu dengan baik antara pekerjaan dan kuliah. Motivasi training merupakan sub alternatif yang memiliki prioritas tertinggi pada alternatif peningkatan motivasi sumberdaya manusia balai. Motivasi training yang dilaksanakan oleh lembaga training akan memberikan materi yang meningkatkan kekompakan tim dan juga peningkatan semangat dalam bekerja. Motivasi training tersebut dapat meningkatkan produktivitas para pegawai sehingga alsintan semakin brekembang di Jawa Barat. Studi banding dan pembentukan koperasi berada pada prioritas kedua dan ketiga dengan bobot sebesar 0.39 dan 0.22. studi banding yang dilaksanakan ke lembaga lain yang berada dalam bidang alat dan mesin pertanian yang memiliki pola manajemen dan program yang lebih baik diharapkan dapat meningkatkan
98
motivasi para pegawai untuk meningkatkan produktivitasnya sehingga dapat membuat balai lebih baik. Pembentukan koperasi diharapkan dapat meningkatkan rasa kekeluargaan diantara para anggota koperasi yang merupakan seluruh pegawai BPT Mekanisasi pertanian Jawa Barat sehingga rasa memiliki balai pun akan semakin tinggi. Semakin tingginya rasa kekeluargaan diantara para pegawai akan meningkatkan kerjasama tim di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Hasil pengolahan horizontal dapat dilihat pada Gambar 10.
99
Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat
Meningkatkan Kemampuan SDM Pertanian
Lembaga Pengujian Alsintan yang Terakreditasi dan Terstandardisasi
(0.304)
( 0.230)
Sumber Daya Balai
Peningkatan Kualitas SDM Balai
Peningkatan Sarana dan Prasarana Balai
(0.152)
(0.280)
Perda Pengujian Alsintan (0.077)
Penempatan SDM yang kompeten
(0.072)
1 (0.172)
2 (0.108) 4 (0.041)
a (0.093 ) b (0.037)
d (0.039)
5 (0.035)
e
Petani (0.135)
(0.199)
Pening katanan ggaran (0.066)
Pengem bangan UPJA
(0.131)
Pengemb angan Bengkel (0.078)
3 (0.046)
(0.313)
UPJA dan Bengkel
DISPERTAN (0.231)
(0.436)
Mengembangkan dan Mendiseminasikan Teknologi Mekanisasi Pertanian
Menumbuh Kembangkan Embrio Lembaga Pemberdayaan (0.154)
7 (0.048)
8 (0.037)
9 (0.046)
10 (0.042)
11 (0.036)
Peningkatan Pemahaman petani tentang Alsintan (0.094)
Inventarisasi kebutuhan petani
(0.052)
12 (0.030)
15 (0.035)
13 (0.032)
16 (0.016)
14 (0.031)
(0.047)
6 (0.030) c (0.044)
f (0.022)
Gambar 11. Hasil Analisis Vertikal Strategi Pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat
100
Keterangan: Tingkat 5 : Sub Faktor pengembangan Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat 1)
Peningkatan kompetensi sumberdaya Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat
2)
Peningkatan motivasi sumberdaya Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat
3)
Akreditasi laboratorium pengujian
4)
Penambahan alat dan mesin
5)
MES untuk para peserta pelatihan
6)
Pembangunan pabrik pupuk
7)
Pelatihan manajemen UPJA
8)
Pelatihan administrasi UPJA
9)
Pelatihan ORM UPJA
10) Pelatihan Manajemen bengkel 11) Pelatihan Teknis Pembuatan Alat yang dihasilkan oleh Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat 12) Pengadaan demplot alsintan hasil dari Balai Mekanisasi Pertanian 13) Promosi Balai Mekanisasi Pertanian Jawa Barat 14) Penyuluhan Alsintan dan ORM 15) Survei Kebutuhan Alsintan Petani di setiap Kabupaten 16) Keikutsertaan petani dalam pertemuan perencanaan pembuatan Alsintan Tingkat 6 : Sub Sub Faktor a)
Pelatihan
b)
Outsourcing
c)
Mengikuti Pendidikan di Perguruan Tinggi
d)
Studi banding
e)
Motivasi Training
f)
Pembentukan Koperasi
6.4. Perbandingan Hasil Proses Hirarki Analitik dengan Program BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat Tahun 2009 Hasil pengolahan Proses Hirarki Analisis pada elemen faktor menunjukan bahwa mengembangkan dan mendiseminasikan teknologi mekanisasi pertanian merupakan hal utama yang harus dilaksanakan oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dengan bobot sebesar 0.313. Pada pelaksanaan program tahun 2009
101
pendiseminasian menjadi program yang menjadi prioritas utama BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat. Program pengembangan dan pendesiminasian mendapatkan proporsi anggaran yang paling besar dalam anggaran BPT Mekanisasi Pertanian tahun 2009. Perbandingan hasil proses hirarki analisis dan program BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 29. Tabel 29. Perbandingan Prioritas Utama Hasil PHA dan Program BPT Mekanisasi Pertanian Tahun 2009 Pembanding
Prioritas Utama Hasil Proses Hirarki Analitik
Program BPT Mekanisasi Pertanian Tahun 2009 - Diseminasi dalam rangka temu konsultasi perbengkelan - Diseminasi dalam rangka temu teknologi pengoperasian dan perawatan Alsintan UPJA - Pembinaan perbengkelan dan fabrikasi Alsintan UPJA - Supervisi pendayagunaan Alsintan petani atau Dinas - Sosialisasi pemantapan Alsintan Alat Pengolah Pupuk Organik (APPO) - Pembinaan dan monitoring UPJA, diseminasi pengoperasian dan perawatan APPO.
Faktor
Mengembangkan dan Mendiseminasikan Teknologi Mekanisasi Pertanian
Aktor
Sumberdaya Balai
Tujuan
Peningkatan Kualitas SDM Balai Perda Pengujian Alsintan
Belum ada
Alternatif
-Peningkatan Kompetensi SDM Balai -Akreditasi Laboratorium Pengujian -Survei Kebutuhan
-
-Pelatihan -Motivasi training
Belum Ada
Sub Alternatif
- Perbaikan Website Mekanisasi Pertanian
BPT
Belum ada Dalam tahap pengajuan proposal
Terdapat tujuh program BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yang mendukung pengembangan dan pendiseminasian teknologi mekanisasi pertanian seperti diseminasi dalam rangka temu konsultasi perbengkelan UPJA, diseminasi dalam rangka temu rapat teknologi pengoperasian dan perawatan alsintan UPJA, pembinaan perbengkelan dan fabrikasi alsintan UPJA, supervisi pendayagunaan
102
Alsintan petani atau Dinas, sosialisasi pemantapan alsintan Alat Pengolah Pupuk Organik
(APPO),
pembinaan
dan
monitoring
UPJA,
dan
diseminasi
pengoperasian dan perawatan APPO. BPT
Mekanisasi
Pertanian
Jawa
Barat
memiliki
tiga
program
pengembangan dan diseminasi pertanian 2010 yaitu sosialisasi pemantapan alsintan, diseminasi pengoperasian dan perbengkelan UPJA dan diseminasi pengoperasian dan perawatan APPO. Alat Pengolah Pupuk Organik merupakan alsintan yang menjadi fokus pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat pada tahun 2009 dan 2010. Hal ini karena kebutuhan pupuk merupakan kebutuhan penting yang sangat dibutuhkan petani Jawa Barat pada saat ini. Semakin berkembangnya APPO diharapkan dapat mencukupi kebutuhan petani akan pupuk secara mandiri tanpa adanya ketergantungan terhadap pupuk impor. BPT Mektan Jabar telah memahami faktor utama dalam pengembangan balai adalah pengembangan dan diseminasi teknologi pertanian kepada masyarakat pertanian Jawa Barat, untuk tahun selanjutnya faktor ini harus terus dikembangkan sehingga teknologi pertanian di Jawa Barat semakin berkembang. Namun, perlu ditambahkan program lain selain dari pelatihan seperti pembuatan demplot di daerah potensial dan promosi balai ke setiap desa atau kecamatan. Hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan rasa keingintahuan petani terhadap teknologi pertanian. Aktor yang paling berpengaruh pada pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dengan bobot sebesar 0.436 adalah sumberdaya balai. Tujuan dari aktor sumberdaya balai yang memiliki prioritas pertama adalah peningkatan kualitas sumberdaya manusia balai dengan bobot sebesar 0.280. Pada program BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat tahun 2009 program yang mendukung peningkatan sumberdaya balai masih sangat kurang. Program untuk sumberdaya balai yang dilaksanakan pada anggaran tahun 2009 adalah pemeliharaan jasa non konstuksi seperti perbaikan website BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat dan modifikasi alsintan. Pada tahun 2009 tidak terdapat program yang dilaksanakan untuk peningkatan kualitas sumberdaya balai seperti pelatihan, pendidikan di perguruan tinggi, studi banding, maupun motivasi training bagi para pegawai.
103
Sumberdaya balai yang terdiri dari sumberdaya manusia balai dan sarana dan prasarana balai merupakan ujung tombak dari pengembangan teknologi mekanisasi pertanian Jawa Barat. semakin berkembangnya dan berkualitasnya sumberdaya balai maka pengembangan teknologi mekanisasi pertanian di Jawa Barat akan semakin baik. Peningkatan kualitas sumberdaya balai sangat dibutuhkan dalam pengembangan BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat sehingga seharusnya diadakan program pelatihan, studi banding, maupun motivasi training yang berkala terhadap para pegawai BPT Mekanisasi Pertanian agar kompetensi maupun motivasi pegawai balai dapat ditingkatkan. Perda pengujian alsintan merupakan tujuan yang memiliki prioritas utama pada aktor Dinas Pertanian Jawa Barat. Adanya Perda tentang pengujian alsintan di Jawa Barat yang dilaksanakan di BPT Mekanisasi Pertanian diharapkan dapat meningkatkan pelaksanaan pengujian alsintan di BPT Mekanisasi Pertanian sehingga balai dapat memantau alsintan yang ada di Jawa Barat dengan lebih baik. Namun pada saat ini Perda tersebut belum dikeluarkan oleh Dinas Pertanian Jawa Barat. Alternatif yang memiliki prioritas utama dalam peningkatan sarana dan prasarana balai adalah akreditasi pengujian dengan bobot sebesar 0.046. Akreditasi pengujian didapatkan dari Komite Akreditasi Nasional apabila BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat telah menerapkan ISO/IEC/7025:2005 dalam pengujian alsintan. Penerapan ISO/IEC/7025:2005 merupakan persyaratan umum kompetensi laboratorium pengujian dan laboratorium kalibrasi dalam pengujian alsintan di Indonesia. Pada program BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat tahun 2010 belum terdapat program akreditasi laboratorium pengujian namun pada saat ini seksi pengujian dan adaptasi sedang melaksanakan pembuatan proposal untuk akreditasi laboratorium pengujian yang rencananya akan dicapai pada akhir tahun 2011. Hal ini dikarenakan dibutuhkan dana yang cukup besar untuk pelaksanaan akreditasi tersebut. Apabila akreditasi tersebut telah didapatkan oleh balai maka alsintan yang diuji oleh BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat akan memiliki kredibilitas yang lebih baik dan dapat menjadi bahan acuan yang terpercaya bagi penggunannya.
104
Alternatif yang menjadi prioritas utama pada aktor petani adalah pelaksanaan survei kebutuhan alsintan di setiap kabupaten. Selama ini pelaksanaan perancangan Alsintan di BPT Mekanisasi Pertanian Jawa Barat tidak menghadirkan petani sebagai konsumen dari Alsintan yang dihasilkan. Hal ini mengakibatkan alsintan yang telah diproduksi tidak berfungsi secara maksimal. Oleh karena itu diperlukan survei kebutuhan pertanian di setiap kabupaten sebelum pembuatan alsintan sehingga alsintan yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan daerah pertanian yang ada dan dapat berfungsi secara maksimal.
105