VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Analisis Aspek Non Finansial Analisis kelayakan usaha berdasarkan aspek non finansial terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, serta aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan. Penilaian terhadap berbagai komponen tersebut akan memengaruhi kelayakan suatu usaha. 6.1.1. Aspek Pasar Pasar ialah tempat pertemuan antara penjual dan pembeli. Pasar merupakan mekanisme pertemuan antara kekuatan permintaan dan penawaran untuk membentuk suatu harga. Aspek pasar yang akan dianalisis mencakup peluang pasar, permintaan, penawaran, dan bauran pemasaran produk. Analisis aspek pasar merupakan unsur yang penting bagi manajemen perusahaan karena mampu memberikan informasi bagi kegiatan operasional perusahaan seperti peluang pasar yang dimiliki produk, permintaan yang diinginkan konsumen, penawaran yang mampu dihasilkan produsen, keunggulan produk dibanding pesaing, strategi promosi produk yang tepat bagi pelanggan potensial, dan penentuan lokasi demi menunjang kemudahan akses terkait ketersediaan bahan baku di pasar. Berbagai kebutuhan tersebut sangat berkaitan dengan anggaran perusahaan. Analisis aspek pasar akan membantu perusahaan beroperasi dengan lebih efektif dan efisien dalam menghasilkan produk. Pembahasan yang dilakukan dalam aspek pasar dan pemasaran bertujuan untuk menguji serta menilai sejauh mana pemasaran dari produk yang dihasilkan dapat mendukung pengembangan usaha yang direncanakan. Program pemasaran merupakan kesimpulan akhir yang harus disusun secara jelas dan terperinci baik mengenai rencana penjualan, tingkat harga, kebijaksanaan pengadaan bahan baku, kebijaksanaan penyaluran, sistem pembayaran, dan biaya pemasaran (Ibrahim 2003).
6.1.1.1. Analisis Potensi Pasar Peluang pasar terhadap brownies panggang didukung oleh perkembangan pola hidup masyarakat yang semakin dinamis dimana masyarakat menuntut tersedianya produk siap saji serta mudah untuk dikonsumsi. Brownies masih dianggap sebagai panganan dengan nilai tawar serta prestise yang cukup tinggi oleh sebagian masyarakat. Aneka daya tarik, kreasi, dan modifikasi brownies yang beredar saat ini telah membuat konsumen memiliki beragam pilihan untuk mengonsumsi brownies. Cita rasa brownies yang khas membuat brownies sangat digemari berbagai kalangan, baik tua maupun muda. Peluang pasar bagi pengembangan brownies juga didukung adanya budaya yang berkembang di masyarakat untuk memberikan buah tangan bagi sanak famili setelah berkunjung ke daerah wisata. Brownies merupakan panganan yang praktis dan mudah didapat sehingga menjadi salah satu alternatif buah tangan yang digemari oleh wisatawan. Kota Bogor, sebagai salah satu tujuan wisata yang menarik bagi keluarga, menawarkan aneka potensi wisata baik di bidang agrowisata, kuliner, maupun wisata belanja. Beragam alternatif kawasan wisata tersebut antara lain Kebun Raya Bogor, Istana Bogor, Museum Zoologi, Museum Etno Botani, Prasasti Batu Tulis, Danau Situgede, Museum Tanah, Museum PETA, Museum Perjuangan, dan water adventure The Jungle. Pilihan menarik wisata lainnya ialah wisata belanja dan kuliner di sepanjang Jalan Padjadjaran, Tajur, dan Katulampa. Agrowisata di Kota Bogor antara lain ikan hias di Rancamaya, jus mambu merah di Sukaresmi, dan jus lidah buaya di Katulampa8. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kota Bogor yang dihimpun dari kunjungan obyek wisata dan tingkat kunjungan hotel, pariwisata di Kota Bogor memiliki prospek yang menjanjikan untuk dikembangkan. Peningkatan kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara di Kota Bogor sejak tahun 2005 hingga tahun 2009 dapat dilihat di Tabel 7.
8
http://www.kotabogor.go.id/pariwisata/objek-wisata [Diakses tanggal 25 Februari 2012]
Tabel 7. Data Kunjungan Wisatawan ke Kota Bogor Sejak Tahun 2005 hingga Tahun 2009 Jenis Wisatawan 2005 2006 2007 2008 2009 (orang) Domestik 1.533.513 1.807.115 2.086.926 2.249.484 2.729.672 Mancanegara 24.541 49.876 50.157 144.114 146.888 Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bogor (2010)
Data tersebut menunjukkan bahwa kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara ke Kota Bogor mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan paling tinggi kunjungan wisatawan domestik terjadi pada tahun 2009 hingga mencapai 21 persen dibanding tahun sebelumnya. Kunjungan wisatawan mancanegara terbesar terjadi pada tahun 2008 yang mengalami peningkatan sebesar 187 persen dari tahun 2007. Wisatawan yang berkunjung ke Bogor pada tahun 2010 berjumlah 2,97 juta jiwa. Angka tersebut meningkat hampir 10 ribu wisatawan dibanding kunjungan pada tahun 2009 yang hanya mencapai 2,89 juta jiwa9. Peningkatan kunjungan wisatawan ke Kota Bogor dari tahun ke tahun merupakan peluang pasar potensial yang harus dimanfaatkan dalam proses pemasaran Elsari Brownies and Bakery. Pangsa pasar pengembangan brownies panggang Elsari sebagai salah satu buah tangan khas Bogor memiliki prospek yang cerah untuk dikembangkan. Perkembangan
teknologi
dan
pendidikan
dewasa
ini
semakin
mempertinggi tingkat kesadaran konsumen akan produk yang aman dikonsumsi. Hal ini membuat konsumen semakin jeli memilih produk yang terjamin kualitasnya. Produsen senantiasa dituntut untuk mampu memuaskan kebutuhan konsumen dengan menghasilkan produk yang layak dikonsumsi masyarakat. Gaya hidup sehat yang berkembang di masyarakat membuat konsumen semakin selektif memilih panganan yang aman bagi keluarga.
9
www.koranbogor.com/2010/ [Diakses tanggal 25 Februari 2012]
Produk yang berkualitas serta aman dikonsumsi dapat ditinjau melalui berbagai sertifikasi perizinan yang telah diperolehnya. Elsari Brownies and Bakery telah mendapatkan izin dan sertifikasi dari lembaga terkait yang mendukung kelayakan produknya. Produk Elsari telah dilengkapi dengan sertifikasi kehalalan produk dari Majelis Ulama Indonesia. Selain itu, izin yang telah diterbitkan oleh Dinas Kesehatan Kota Bogor meyakinkan konsumen bahwa produk Elsari termasuk produk yang bebas dari bahan pengawet. Hal ini akan meningkatkan tingkat kepercayaan dan loyalitas konsumen terhadap produk Elsari yang aman untuk dikonsumsi. Brownies Elsari yang telah dilengkapi oleh sertifikasi halal dari MUI dan izin Dinas Kesehatan Kota Bogor merupakan kekuatan yang dapat dimanfaatkan untuk memperoleh peluang pasar. Perkembangan permintaan masyarakat terhadap brownies panggang produksi Elsari sampai akhir tahun 2011 masih relatif tinggi. Hal ini dapat ditinjau melalui adanya peningkatan permintaan dari agen perseorangan, counter, maupun instansi sebagai penyalur produk brownies panggang Elsari kepada konsumen. Produk yang didistribusikan kepada konsumen melalui agen penyalur selalu habis sehingga menunjukkan minat konsumen yang tinggi terhadap brownies panggang produksi Elsari. Permintaan terhadap brownies panggang Elsari masih sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat dari permintaan distributor per bulan mencapai 5.184 kotak sedangkan kapasitas produksi Elsari saat ini ialah 4.160 kotak per bulan. Adanya gap antara permintaan dan penawaran mengindikasikan potensi pasar yang masih prospektif untuk dikembangkan. Daftar permintaan agen dan counter Elsari Brownies and Bakery dapat dilihat pada Lampiran 3 dan 4. Rencana pembukaan gerai baru Elsari didasarkan pada minimnya kontribusi pemasaran secara langsung terhadap pendapatan perusahaan. Lokasi mini counter Elsari yang menyatu dengan pabrik menyebabkan saluran pemasaran langsung tidak optimal karena konsumen kesulitan mengakses mini counter tersebut. Pembukaan gerai baru di wilayah yang strategis diharapkan mampu meningkatkan penjualan secara langsung sehingga pendapatan perusahaan pun akan semakin tinggi.
Rencana pembukaan gerai baru Elsari di wilayah yang lebih strategis turut mendorong terbukanya peluang pasar yang lebih luas. Konsep pengembangan usaha yang dilengkapi dengan counter penjualan kopi serta beragam fasilitas yang menunjang kenyamanan konsumen menjadi daya tarik tersendiri. Selain memudahkan konsumen dalam mengakses lokasi pemasaran, gerai baru ini akan memberikan pelayanan selayaknya cafe dengan standar internasional namun dengan harga yang lebih terjangkau. Hal ini sesuai dengan gaya hidup masyarakat saat ini yang gemar berkumpul di tempat yang nyaman dan dilengkapi berbagai fasilitas pendukung. Konsep ini diharapkan akan mampu meningkatkan loyalitas konsumen sehingga akan menambah pendapatan bagi perusahaan. 6.1.1.2. Pemasaran Pemasaran merupakan inti dari kegiatan bisnis. Bisnis yang dijalankan harus memiliki pasar yang mampu menyerap produk yang dihasilkan. Oleh karena itu, pemasaran merupakan unsur yang penting untuk diperhatikan dalam analisis kelayakan bisnis. Analisis mengenai pemasaran mencakup bauran pemasaran dan strategi pemasaran. 1) Bauran Pemasaran Bauran pemasaran merupakan variabel yang menjadi inti dalam kegiatan pemasaran perusahaan. Bauran pemasaran mencakup produk, harga, promosi, dan distribusi. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai bauran pemasaran Elsari Brownies and Bakery. a)
Produk Produk yang dihasilkan oleh Elsari ialah aneka jenis pastry, brownies, dan
kue tradisional. Aneka jenis produk Elsari dapat dikategorikan sebagai barang konsumsi karena sifatnya yang langsung dapat dikonsumsi oleh konsumen. Ciri khas yang dimiliki oleh brownies Elsari ialah lukisan bunga-bunga yang terbuat dari cokelat cair di bagian atas brownies. Strategi produk yang diterapkan oleh Elsari ialah adanya berbagai variasi topping dan aneka rasa yang semakin memanjakan lidah para pecinta brownies. Ragam pilihan yang ditawarkan oleh produk pastry Elsari membuat konsumen tidak cepat merasa bosan. Selain itu, produk Elsari dilindungi oleh kemasan yang menjamin kualitasnya. Kemasan berbentuk persegi panjang dengan ukuran 30x10 cm dan tebal 0,5 mm. Kemasan
tersebut dilengkapi dengan informasi nama produk, logo Elsari, komposisi bahan baku, berat bersih (netto) nomor telepon yang dapat dihubungi, tanggal kadaluarsa, serta berbagai sertifikasi yang telah dilengkapi oleh Elsari yaitu izin dari Dinas Kesehatan dan label halal Majelis Ulama Indonesia. Inovasi yang dilakukan oleh manajemen Elsari dalam memperluas pangsa pasar adalah dengan melengkapi gerai penjualan brownies dengan counter penjualan kopi. Budaya meminum kopi kini semakin meluas sehingga merupakan peluang pasar yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pengunjung gerai dapat mengonsumsi produk Elsari dengan ditemani pula dengan jamuan hangat maupun dingin dari aneka jenis kopi yang ditawarkan dengan harga sangat terjangkau. Elsari mempertahankan kualitas kopi yang istimewa namun dengan harga bersaing dibanding coffee shop kelas internasional. Produk yang ditawarkan pada counter penjualan kopi Elsari adalah espresso, cappuccino, dan coffee latte. Aneka pilihan minuman kopi tersebut dapat disajikan dalam kondisi panas maupun dingin sesuai dengan keinginan konsumen. Minuman yang dihasilkan akan memiliki kualitas unggul karena menggunakan bahan baku pilihan. Biji kopi yang digunakan merupakan campuran antara biji kopi arabika dan robusta yang akan menghasilkan kombinasi racikan kopi yang istimewa. Selain itu, susu yang digunakan juga susu full cream dengan kelas internasional, yaitu greenfields. Dengan demikian, aneka hidangan minuman kopi di gerai Elsari akan selalu terjaga kualitasnya sehingga tidak mengecewakan konsumen. b) Harga Harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat memiliki atau menggunakan produk yang nilainya ditetapkan oleh pembeli dan penjual melalui tawar menawar, atau ditetapkan oleh penjual untuk satu harga yang sama terhadap semua pembeli. Harga merupakan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan konsumen dalam melakukan keputusan pembelian. Harga jual produk Elsari berkisar antara Rp 30.000,00 hingga Rp 33.000,00. Harga jual produk ke agen atau counter mitra tidak ditentukan oleh manajemen Elsari. Agen distributor tersebut diberikan kebebasan dalam
menentukan harga asalkan harga tersebut tidak dibawah harga jual yang diberikan oleh Elsari kepada konsumen akhir. Strategi harga yang akan diterapkan oleh Elsari ialah memberi potongan harga khusus kepada konsumen yang melakukan banyak pembelian. Potongan harga tersebut akan diberikan kepada konsumen yang membeli langsung di gerai baru Elsari. Potongan harga berkisar antara Rp 1.000,00 hingga Rp 2.000,00. Penerapan strategi harga ini diharapkan dapat menarik minat konsumen sehingga mereka akan meningkatkan kuantitas pembelian produk Elsari. Kopi yang ditawarkan di gerai Elsari dijual dengan harga Rp 10.000,00 per cangkir. Harga ini sangat terjangkau dibanding produk sejenis yang dijual kompetitor. Kopi yang dijual memiliki berbagai jenis antara lain espresso, cappuccino, dan coffee latte. Gerai Elsari akan menawarkan pelayanan prima dari segi kualitas produk maupun harga sehingga konsumen merasa nyaman dan akan tetap loyal terhadap produk Elsari. c)
Promosi Promosi merupakan komunikasi pemasaran yang diharapkan dapat
meningkatkan omzet penjualan produk. Elsari pernah memanfaatkan media cetak lokal di Bogor untuk mengenalkan produknya kepada masyarakat luas pada tahun 2004. Media radio juga pernah digunakan oleh Elsari untuk mempromosikan produknya. Pemanfaatan media cetak lokal dan radio tersebut dinilai kurang efektif sehingga manajemen Elsari tidak lagi melakukan kegiatan promosi melalui kedua media tersebut. Promosi yang dinilai lebih efektif ialah word of mouth. Kegiatan promosi ini berdasarkan cerita dari orang ke orang yang merasa puas dengan produk Elsari. Kualitas produk yang prima membuat penyebaran lewat cerita langsung tersebut lebih cepat sehingga mampu meningkatkan penjualan brownies Elsari. Kekuatan word of mouth menjadikan Elsari lebih dikenal oleh masyarakat luas bahkan lewat media televisi dan internet. Prospek pengembangan bisnis Elsari yang semakin baik membuat pemilik usaha beberapa kali diliput oleh berbagai media dari beragam stasiun televisi. Elsari Brownies and Bakery sebagai salah satu UKM di Kota Bogor yang mampu meraih kesuksesan menjadi inspirasi bagi pelaku usaha lainnya. Pemilik Elsari pun menjadi narasumber atas
keberhasilannya menjalankan usaha pembuatan brownies hingga menjadi sukses seperti sekarang. Kesuksesan bisnis Elsari telah ditayangkan di TVRI, MNC, Jak TV, dan TV One. Hal ini tentu menguntungkan manajemen Elsari karena secara tidak langsung produk Elsari telah mampu memperluas media promosinya hingga ke media pertelevisian. Elsari juga pernah mengisi rubrik wirausaha dan profil pariwisata khususnya panganan buah tangan khas Kota Bogor di situs internet. Elsari hanya melakukan kegiatan promosi melalui liflet. Elsari tidak mencetak brosur atau pamflet. Liflet tersebut hanya memberikan informasi mengenai daftar harga produk Elsari. Pemberian liflet hanya dilakukan secara berkala apabila terdapat kunjungan dari instansi baik di sekitar wilayah Kota Bogor maupun luar Kota Bogor. Strategi promosi melalui word of mouth memang efektif untuk meningkatkan penjualan produk Elsari namun promosi melalui liflet kurang efektif untuk diterapkan. Liflet tersebut kurang memberikan informasi mengenai deskripsi produk sehingga kebutuhan konsumen akan pengetahuan produk Elsari tidak terpenuhi. Penyebaran liflet juga kurang intensif sehingga hanya segelintir orang yang mengetahui eksistensi Elsari sebagai salah satu produsen brownies di Kota Bogor. Perusahaan sebaiknya memperluas kegiatan promosi melalui brosur dan pamflet yang memiliki informasi cukup memadai mengenai deskripsi produk sehingga pengetahuan konsumen akan bertambah. Penyebarannya pun harus diperluas di wilayah yang strategis misalnya toko oleh-oleh, kawasan wisata, kawasan belanja, dll. Hal ini diperlukan guna memperluas jaringan pemasaran agar mampu meningkatkan penerimaan bagi Elsari Brownies and Bakery. Pada rencana pengembangan usaha, diperlukan sarana promosi yang lebih efektif dalam memperkenalkan gerai baru Elsari kepada konsumen. Strategi promosi yang dapat diterapkan oleh manajemen Elsari ialah melalui social media antara lain facebook dan twitter. Manajemen Elsari dapat memberikan informasi berupa potongan harga atau paket menarik lainnya di hari yang istimewa seperti valentine melalui media tersebut. Hal ini akan menarik antusiasme konsumen dalam membeli produk Elsari. Selain itu, diperlukan banner dan spanduk yang menarik guna memberikan informasi kepada masyarakat luas mengenai
keberadaan gerai Elsari ini. Dengan demikian, konsumen akan lebih banyak berkunjung di gerai baru Elsari yang lebih mudah dijangkau dengan lokasi yang lebih strategis. d) Distribusi Distribusi merupakan proses penyaluran produk dari produsen hingga sampai ke tangan konsumen. Strategi distribusi sangat penting diterapkan untuk meningkatkan pelayanan kepada konsumen dalam hal ketepatan dan kecepatan penyaluran produk. Produk yang dihasilkan oleh Elsari didistribusikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Jalur distribusi secara langsung dilakukan di mini counter Elsari yang menyatu dengan lokasi pabrik. Konsumen dapat langsung mendatangi pabrik Elsari untuk melakukan pembelian di Jalan Raya Pondok Rumput Nomor 18 RT 06/RW 11, Kelurahan Kebon Pedes, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. Lokasi tersebut memang tidak berada di tengah kota sehingga konsumen yang berasal dari luar daerah Kota Bogor cenderung lebih sulit mengakses produk Elsari. Pembelian secara langsung mayoritas dilakukan oleh konsumen yang berada di sekitar wilayah pabrik. Proses distribusi secara tidak langsung dilakukan melalui mitra penjualan, yaitu agen perorangan, counter, dan instansi. Elsari memiliki 120 distributor yang tersebar di seluruh wilayah pemasaran Elsari, yaitu Bogor, Bandung, Karawang, Cibubur, Depok, dan Sukabumi. Agen perorangan terdiri dari karyawan swasta dan ibu rumah tangga. Sistem penjualan yang diterapkan kepada agen perorangan ialah jual lepas yaitu produk yang tidak terjual secara keseluruhan akan menjadi tanggungan pihak agen sehingga akan menimalisir risiko perusahaan. Periode pembayaran agen perorangan ialah bulanan. Counter yang dimanfaatkan Elsari sebagai tempat memasarkan produknya adalah toko kue dan toko oleh-oleh. Elsari menjual produknya ke counter dengan sistem konsinyasi, yaitu perusahaan menitipkan produknya ke counter tersebut namun segala risiko kerusakan produk dan produk yang tidak laku dijual menjadi tanggungan perusahaan. Periode pembayaran counter dilakukan seminggu sekali. Strategi distribusi yang diterapkan oleh Elsari Brownies and Bakery untuk memperkenalkan produknya kepada konsumen ialah dengan melakukan
kerjasama dengan PT. Kereta Api Indonesia (PT.KAI). Kerjasama yang dilakukan ialah dengan memasok brownies Elsari sebagai salah satu komponen dalam konsumsi yang akan disajikan bagi para penumpang. Selain itu, produk Elsari juga dapat dibeli oleh penumpang kereta di kafetaria. Kereta Api Agro Lawu tujuan Surabaya-Jakarta merupakan trayek yang dilayani oleh Elsari Brownies and Bakery. Elsari memasok 50 kotak brownies per minggu dengan sistem kerjasama konsinyasi. Alur distribusi tidak langsung dapat dilihat pada Gambar 2. Produsen
Mitra Penjualan (agen dan counter)
Konsumen
Gambar 3. Alur Distribusi Tidak Langsung Elsari Brownies and Bakery Pemasaran langsung yang dilakukan oleh Elsari kurang efektif untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan lokasi mini counter yang menyatu dengan pabrik sehingga sulit dijangkau oleh konsumen baik konsumen di wilayah Bogor maupun yang berasal dari luar kota. Rencana pengembangan usaha Elsari yaitu pembukaan gerai baru sebagai saluran pemasaran langsung di wilayah yang lebih strategis merupakan strategi distribusi yang tepat untuk dilakukan. Gerai baru tersebut diharapkan dapat meningkatkan penjualan produk Elsari sehingga mampu meningkatkan penerimaan perusahaan. Alur distribusi langsung Elsari dapat dilihat pada Gambar 3. Produsen
Konsumen
Gambar 4. Alur Distribusi Langsung Elsari Brownies and Bakery 2) Strategi Pemasaran Strategi pemasaran terdiri dari penentuan segmentasi pasar, target pasar, dan posisi pasar. Berikut merupakan penjelasan mengenai strategi pemasaran Elsari Brownies and Bakery. a)
Segmentasi pasar (segmentation) Segmentasi pasar ialah proses membagi pasar menjadi kelompok-
kelompok tertentu yang membutuhkan strategi pemasaran yang berbeda pula. Pembagian segmen pasar dilakukan berdasarkan berbagai aspek, antara lain aspek
geografis, aspek demografis, aspek psikografis, dan aspek perilaku. Segmentasi pasar Elsari Brownies and Bakery berdasarkan aspek geografis terkait dengan wilayah pemasaran. Segmentasi pasar berdasarkan aspek demografis mencakup usia dan penghasilan. Aspek psikografis yang menjadi segmen Elsari ialah kelas sosial. Segmentasi pasar Elsari berdasarkan aspek perilaku terkait dengan peristiwa dan manfaat. Pembukaan gerai baru Elsari yang dilengkapi dengan counter penjualan kopi memiliki segmen pasar yang berbeda dengan kondisi perusahaan saat ini. Kondisi pengembangan usaha memiliki segmentasi pasar yang lebih luas. Berdasarkan aspek geografis, segmentasi pasar yang dituju Elsari ialah masyarakat yang berdomisili di wilayah Kota Bogor dan sekitarnya. Segmentasi pasar berdasarkan aspek demografis ialah kelompok usia produktif yang memiliki tingkat pengeluaran untuk kebutuhan makanan di atas Rp 1.000.000,00 per bulan. Aspek psikografis yang menjadi segmen pasar Elsari setelah pengembangan usaha ialah masyarakat yang memiliki gaya hidup modern dan praktis. Berdasarkan aspek perilaku, segmentasi pasar yang dituju Elsari ialah masyarakat yang memiliki kecenderungan dalam menghabiskan waktu di suatu tempat dengan tingkat konsumsi yang tinggi. b) Target pasar (targeting) Target pasar merupakan proses pemilihan segmentasi pasar yang akan dimasuki oleh perusahaan. Penentuan target pasar dilakukan setelah segmentasi perusahaan teridentifikasi. Berdasarkan wawancara dengan pemilik usaha, target pasar yang dibidik oleh Elsari Brownies and Bakery ialah masyarakat yang berdomisili di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Serang, Karawang, Cibubur, Sukabumi, hingga Bandung. Masyarakat yang menjadi target pasar Elsari ialah masyarakat yang telah memasuki usia produktif. Kelompok usia yang menjadi sasaran pasar Elsari ialah kelompok usia 17 tahun hingga 55 tahun dengan penghasilan antara Rp 1.000.000,00 sampai dengan Rp 5.000.000,00 yaitu kelas menengah ke atas yang mengutamakan kualitas panganan untuk peristiwa khusus maupun oleh-oleh (Rahmanto 2010).
c)
Posisi pasar (positioning) Posisi pasar (positioning) ialah penetapan posisi perusahaan agar
mendapatkan tempat yang berbeda dalam benak konsumen sasarannya. Elsari ingin memposisikan produknya sebagai produk yang enak, berkualitas, dan terjangkau bagi konsumen. Posisi pasar yang ingin diraih perusahaan setelah pengembangan usaha tidak berbeda dengan kondisi perusahaan saat ini. Gerai baru Elsari menawarkan konsep coffee shop internasional dengan produk yang berkualitas tinggi namun harga yang terjangkau. Kenyamanan konsumen menjadi prioritas utama dengan fasilitas wifi yang dapat digunakan secara gratis untuk mengakses internet. Gerai baru Elsari diposisikan sebagai pilihan tempat strategis bagi masyarakat yang ingin berkumpul dengan kerabat, sahabat, dan rekan kerjanya baik selepas bekerja maupun saat libur akhir pekan. 6.1.1.3. Perkiraan Penjualan Peningkatan produksi brownies panggang oleh Elsari harus terus dilakukan. Hal ini dikarenakan peluang pasar yang masih sangat terbuka bagi pengembangan produk tersebut. Perkiraan penjualan dianalisis berdasarkan data perkembangan penawaran brownies di Kota Bogor. Hal ini dikarenakan target pemasaran langsung Elsari hanya mencakup wilayah Kota Bogor. Oleh karena itu, data perkembangan penawaran industri yang digunakan berdasarkan data penawaran brownies di Kota Bogor. Adapun perkembangan penawaran brownies di Kota Bogor disajikan dalam Tabel 8. Tabel 8. Perkembangan Penawaran Brownies di Kota Bogor pada Tahun 20062011 Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 Produksi 59.960 471.646 641.520 809.520 999.736 (kotak) Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor (2012)
2011 1.191.156
Jumlah 4.173.538
Proyeksi penawaran pada tahun 2012 dapat diperoleh melalui analisis deret waktu berupa metode kuadrat terkecil dengan persamaan: dimana, Sumber: Umar (2007)
∑
dan
∑ ∑
Tabel 9. Perhitungan Proyeksi Perkembangan Brownies Panggang di Kota Bogor Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Jumlah
X
X2
Y -3 -2 -1 1 2 3
59.960 471.646 641.520 809.520 999.736 1.191.156 4.173.538
9 4 1 1 4 9 28
XY -179.880 -943.292 -641.520 809.520 1.999.472 3.573.468 4.617.768
Berdasarkan perhitungan proyeksi penjualan dengan menggunakan metode analisis deret waktu, maka diperoleh persamaan Y=695.589,67+164.920,286X sehingga proyeksi penjualan pada tahun 2012 (X=4) sebesar 1.355.271 kotak. Perolehan proyeksi penjualan tersebut dapat digunakan dalam menganalisis market share yang dimiliki Elsari saat ini dan setelah dilakukan rencana pengembangan usaha. Nilai market share dapat diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut: Market share = Jumlah penjualan perusahaan (unit) x 100 persen Jumlah penjualan industri (unit) Market share Elsari Brownies and Bakery saat ini atau tanpa pengembangan usaha ialah: Market share= 9.984 1.355.271
x 100%=0,74%
Market share yang dimiliki Elsari setelah tahun pertama dan kedua pengembangan usaha ialah: Market share= 11.981
x 100%=0,88%
1.355.271 Sedangkan Market share yang dimiliki Elsari pada tahun ketiga hingga kesepuluh pengembangan usaha ialah: Market share= 14.976 1.355.271
x 100%=1,105%
Perhitungan market share yang diterima Elsari pada saat ini ialah 0,74 persen. Hal ini didasarkan pada alokasi jumlah penjualan melalui pemasaran langsung yang sebanyak 20 persen dari total penjualan. Total penjualan brownies panggang Elsari saat ini adalah 49.920 kotak per tahun. Dengan demikian, produk yang berhasil dijual melalui pemasaran langsung adalah 9.984 kotak per tahun. Elsari mampu melakukan kegiatan produksi sebanyak 59.904 kotak pada tahun pertama dan kedua pengembangan usaha serta 74.880 kotak per tahun pada tahun ketiga hingga akhir umur usaha. Jumlah produk yang berhasil dijual melalui pemasaran langsung ialah sebesar 11.981 kotak pada tahun pertama dan kedua serta 14.976 kotak pada tahun ketiga hingga akhir umur usaha. Dengan demikian, market share yang diterima Elsari setelah adanya pengembangan usaha adalah 0,88 persen pada tahun pertama dan kedua serta 1,105 persen pada tahun ketiga hingga akhir umur usaha. 6.1.1.4. Hasil Analisis Aspek Pasar Pemaparan di atas mengindikasikan bahwa Elsari Brownies and Bakery layak untuk dilaksanakan apabila ditinjau melalui aspek pasar. Kelayakan tersebut dapat dianalisis melalui potensi dan prospek pasar yang sangat potensial akan produk brownies Elsari. Pembukaan gerai baru yang akan dilakukan oleh Elsari sangat layak untuk dikembangkan. Rencana ini diharapkan mampu menunjang sistem pemasaran langsung dari produsen ke konsumen. Peluang pasar yang masih sangat terbuka merupakan potensi pasar yang mendukung terlaksananya rencana pengembangan gerai baru Elsari Brownies and Bakery. 6.1.2. Aspek Teknis Analisis kelayakan berdasarkan aspek teknis adalah untuk menilai kesiapan perusahaan dalam menjalankan usahanya dengan menilai ketepatan lokasi, luas produksi, dan layout serta kesiagaan mesin-mesin yang akan digunakan (Kasmir dan Jakfar 2009). Aspek teknis yang akan dibahas meliputi lokasi usaha, skala usaha, proses produksi, layout, dan pemilihan jenis teknologi baik kondisi perusahaan saat ini maupun setelah dilakukan pengembangan usaha.
6.1.2.1. Lokasi usaha Pemilihan lokasi usaha sebagai tempat pelaksanaan kegiatan produksi dan pemasaran sangat penting agar kegiatan usaha dapat berjalan dengan efektif serta efisien. Elsari Brownies and Bakery terletak di Jalan Raya Pondok Rumput Nomor 18 RT 06/RW 11, Kelurahan Kebon Pedes, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. Bangunan di lokasi tersebut selain digunakan sebagai pabrik guna melakukan kegiatan proses produksi juga digunakan sebagai mini counter yang dimanfaatkan untuk display produk. Lokasi bisnis ini tidak terletak di jantung Kota Bogor sehingga cukup menyulitkan dalam mendukung kegiatan pemasaran. Kegiatan pemasaran secara langsung hanya dilayani melalui mini counter yang menyatu dengan pabrik. Oleh karena itu, pelanggan luar daerah akan relatif sulit menjangkau lokasi pabrik Elsari Brownies and Bakery. Pelanggan yang melakukan pembelian secara langsung mayoritas ialah masyarakat yang berdomisili di sekitar Kota Bogor. Namun, lokasi ini relatif dekat dengan pasar tempat karyawan membeli berbagai macam bahan baku pembuatan aneka pastry produksi Elsari. Jarak tempuh yang pendek dapat dicapai dengan menggunakan motor sehingga proses pembelian bahan baku akan berlangsung lebih cepat. 1) Letak pasar yang dituju Produk brownies panggang dipasarkan melalui toko oleh-oleh, toko roti, dan berbagai mitra penjualan seperti agen perorangan, retailer, dan instansi. Proses pemasaran dilakukan dengan menggunakan armada transportasi yang dimiliki perusahaan yaitu sepeda motor. Apabila lokasi pemasaran berada di luar Kota Bogor maka manajemen perusahaan akan mengalokasikan anggaran untuk menyewa mobil yang akan digunakan sebagai armada transportasi menuju pasar yang dituju. 2) Ketersediaan bahan baku Proses produksi brownies panggang menggunakan bahan baku antara lain tepung terigu, gula, telur, minyak nabati, coklat bubuk, keju, dan aneka bahan topping. Bahan baku yang digunakan oleh Elsari merupakan bahan baku pilihan yang telah teruji kualitasnya. Tepung terigu dalam adonan brownies panggang produksi Elsari merupakan tepung terigu cap Cakra Kembar. Tepung terigu
tersebut memiliki kadar protein yang tepat sebagai bahan baku pembuatan brownies panggang. Selain itu, minyak goreng yang digunakan ialah minyak goreng merek Tropical. Kualitas minyak goreng Tropical tidak perlu diragukan lagi karena diproduksi melalui dua kali penyaringan sehingga tergolong minyak goreng yang sehat. Pada awal berdirinya, Elsari memasok coklat bubuk dari Bandung. Namun, saat ini, bahan baku cokelat untuk memproduksi brownies panggang diperoleh dari pasar Anyar di Kota Bogor. Hal ini dikarenakan kualitas coklat dari Bogor yang tidak kalah dengan kualitas coklat dari Bandung. Perolehan bahan baku dari Bogor ini juga akan menghemat biaya transportasi sehingga akan lebih menekan biaya produksi. Lokasi pasar Anyar juga relatif dekat dengan pabrik sehingga memudahkan karyawan bagian produksi dalam pembelian bahan baku. Elsari memiliki pemasok khusus untuk bahan baku seperti tepung terigu, telur, dan gula. Bahan baku lain yang digunakan untuk memproduksi brownies panggang diperoleh melalui pembelian langsung di Pasar Anyar. Bahan baku yang diperlukan dalam proses pembuatan kopi antara lain biji kopi, susu cair, gula, dan cokelat. Perolehan bahan baku tersebut tidak melalui pembelian langsung di pasar melainkan melalui penyalur khusus. Biji kopi yang digunakan dalam proses pembuatan olahan minuman kopi adalah biji kopi merek Bel Canto dengan jenis espresso golden crema. Bel Canto menggunakan biji kopi arabika kualitas premium yang biasa diekspor. Bahan baku dipetik langsung dari daerah asalnya kemudian melalui proses roasting secara profesional oleh Bel Canto Roasteria. Biji kopi melalui proses roasting dengan warna agak gelap dan tanpa minyak yang berlebihan sehingga kualitasnya tetap terjaga. Bentuk biji kopi seragam, kecil, dan harum. Krim yang dihasilkannya pun berwarna kuning keemasan sehingga akan menggugah para penikmat kopi untuk mencicipinya. Keharuman aroma yang dihasilkan juga menjadi daya tarik tersendiri. Kemasan yang digunakan ialah valve satu arah untuk menjaga kualitas dan kesegaran kopi. Pengadaan bahan baku ini diperoleh melalui penyalur khusus di Malang sehingga proses pengiriman dilakukan melalui jasa titipan kilat.
Susu yang digunakan dalam campuran pembuatan cappuccino dan coffee latte adalah susu full cream yang memiliki kualitas unggul, yaitu Greenfields. Produk Greenfields diproses dengan menggunakan teknologi yang mematikan bakteri sehingga mampu mempertahankan kesegarannya. Produk ini dikemas dalam kemasan tetrapak aseptik 1000 ml dan dapat bertahan hingga sembilan bulan. Susu Greenfields tidak diberi tambahan zat pengawet apapun. Susu ini mengandung protein, vitamin, serta mineral seperti kalsium dan fosfor, yang sangat penting bagi kesehatan tubuh. Bahan baku ini diperoleh melalui penyalur khusus di Jakarta. 3) Tenaga listrik dan air Perumahan Pondok Rumput merupakan kawasan yang telah memiliki fasilitas ketersediaan sumber air dan instalasi listrik. Hal ini membuat pemilik usaha tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk pemasangan instalasi air dan listrik. Jaringan telepon pun telah terpasang dengan baik sehingga proses komunikasi tidak mengalami hambatan. 4) Suplai tenaga kerja Pengadaan tenaga kerja bagi Elsari Brownies and Bakery tidak mengalami kendala yang berarti. Pada kondisi saat ini, Elsari memiliki 13 tenaga kerja yang terbagi menjadi tenaga kerja internal dan eksternal. Karyawan Elsari tidak memerlukan keahlian khusus, namun harus memiliki ketekunan dan komitmen yang tinggi dalam bekerja. Perekrutan karyawan berasal dari masyarakat yang tinggal di sekitar pabrik. Elsari tidak mengalami kendala dalam suplai tenaga kerja. Rencana pengembangan usaha membutuhkan karyawan yang lebih banyak. Karyawan yang bekerja di Elsari menjadi berjumlah 17 orang. Dua orang akan dilatih menjadi barista yang handal melalui pelatihan khusus di Jakarta. Barista sangat diperlukan untuk menghasilkan racikan kopi yang nikmat dan menarik konsumen. 5) Hukum dan peraturan yang berlaku Kegiatan produksi yang dilakukan oleh Elsari Brownies and Bakery tidak menyimpang dari hukum dan peraturan yang berlaku. Elsari juga tidak menentang hukum apabila ditinjau dari aspek sosial dan budaya masyarakat. Dengan
demikian, Elsari Brownies and Bakery masih berjalan pada koridor hukum yang berlaku sehingga tidak mengalami hambatan dalam kegiatan produksinya. 6) Fasilitas transportasi Lokasi pabrik Elsari Brownies and Bakery berada di pinggir jalan utama wilayah perumahan Pondok Rumput di Kota Bogor. Kondisi jalan yang telah diaspal terbilang bagus dan terawat dengan baik. Suasana di sekitar lokasi pabrik Elsari cukup nyaman dan dikelilingi oleh pohon yang menambah asri kawasan tersebut. Transportasi umum pun tersedia dengan mudah karena lokasi Elsari dilewati oleh trayek angkutan umum Kota Bogor Jurusan Pondok Rumput-Pasar Anyar. 7) Rencana perluasan usaha Pemilihan lokasi usaha pada awalnya didasarkan pada pertimbangan kedekatan pasar dan target sasaran yang dituju. Namun seiring dengan perkembangan wilayah pemasaran, lokasi usaha yang terletak di dalam perumahan menjadi kurang strategis untuk dijangkau oleh konsumen yang ingin melakukan pembelian secara langsung. Oleh sebab itu, di tahun 2012 ini, manajemen perusahaan memiliki rencana untuk melakukan pengembangan usaha dengan membuka lokasi pemasaran baru yang lebih strategis sehingga memudahkan akses konsumen dalam menjangkau produk Elsari. Pemindahan lokasi pemasaran langsung dari pabrik Elsari ke wilayah yang lebih strategis dimaksudkan untuk meningkatkan penjualan produk. Letak mini counter yang kurang strategis membuat konsumen relatif sulit untuk menjangkaunya. Rencana pembukaan gerai baru di wilayah yang lebih strategis menjadi sangat penting untuk dijalankan. Selain itu, inovasi lain yang akan dijalankan oleh Elsari adalah pembukaan counter penjualan kopi yang akan turut melengkapi gerai baru sehingga akan meningkatkan pelayanan perusahaan kepada konsumen. Lokasi yang dipilih oleh manajemen Elsari untuk pengembangan usaha ialah Jalan Raya Padjadjaran Kota Bogor. Wilayah ini telah tumbuh menjadi salah satu pusat wisata kuliner dan wisata di Kota Bogor. Kawasan ini merupakan jalan utama Kota Bogor. Wisatawan domestik maupun mancanegara banyak yang
mengunjungi wilayah ini untuk mencicipi aneka panganan yang unik dan kreatif khas Kota Bogor. Instalasi listrik di kawasan ini sudah terjamin dengan baik. Ketersediaan air bersih juga tidak mengalami kendala. Pilihan akses angkutan umum di sekitar Jalan Raya Padjajaran juga beragam sehingga memudahkan konsumen dalam menjangkau gerai baru Elsari. Kondisi sepanjang Jalan Raya Padjajaran juga tergolong baik dengan dua jalur berukuran lebar yang dilengkapi dengan pemisah atau badan jalan serta trotoar yang tersedia bagi pejalan kaki. 6.1.2.2. Skala Usaha Skala usaha Elsari Brownies and Bakery tergolong kecil. Hal ini sesuai dengan kriteria pengusaha kecil yang diatur dalam Pasal 5 ayat (1) UndangUndang Nomor 9 Tahun 1995 yaitu: (a) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,00; tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, (b) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1 Milyar, (c) Milik Warga Negara Indonesia (WNI), (d) Berdiri sendiri, tidak memiliki anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi, dan (e) Berbentuk usaha perorangan, atau badan usaha tidak berbadan hukum atau badan usaha berbadan hukum dalam bentuk koperasi. 6.1.2.3. Kapasitas Produksi Elsari Brownies and Bakery melakukan kegiatan produksi berdasarkan jumlah adonan. Satu kocok adonan akan menghasilkan 16 loyang brownies. Setiap satu hari produksi, Elsari mampu menghasilkan 10 kocok adonan. Oleh karena itu, jumlah produksi yang dihasilkan adalah 160 loyang per hari. Karyawan yang bekerja di Elsari berjumlah 13 orang dengan 8 jam kerja per hari. Kegiatan produksi dilakukan setiap hari kecuali hari Jumat. Dengan demikian, Elsari dapat menghasilkan 4.160 boks brownies panggang dengan berat 500 gram per bulan atau 49.920 kotak brownies panggang per tahun. Rencana pengembangan usaha yang akan dilakukan oleh Elsari memerlukan peningkatan kapasitas produksi untuk memenuhi target penjualan di gerai yang baru. Elsari akan meningkatkan produksi menjadi 12 kocok adonan per hari. Adanya penambahan investasi berupa mixer dan karyawan memungkinkan
terjadinya peningkatan produksi tersebut. Elsari mampu menghasilkan 192 kotak brownies panggang per hari. Dengan demikian, produksi brownies panggang Elsari di tahun pertama dan kedua pengembangan usaha adalah 59.904 kotak. Pada tahun ketiga hingga akhir umur usaha, produksi kembali ditingkatkan guna pemenuhan kebutuhan produk di wilayah pemasaran yang baru. Hal ini dilakukan karena brownies panggang Elsari dianggap telah cukup dikenal oleh masyarakat. Produksi yang dilakukan pada tahun kedua hingga kesepuluh berjumlah 15 kocok adonan sehingga akan menghasilkan 240 kotak brownies panggang per hari. Dengan demikian, jumlah produksi Elsari setelah pengembangan usaha ialah 74.880 kotak brownies panggang per tahun. Selain itu, pengembangan usaha Elsari akan dilengkapi dengan counter penjualan kopi di gerai barunya. Target penjualan kopi ini pada awal tahun pengembangannya ialah sebesar 25 cangkir per hari. Peningkatan target penjualan akan dilakukan pada tahun kedua hingga akhir umur usaha, yaitu sebesar 50 cangkir kopi per hari. 6.1.2.4. Proses Produksi Proses produksi merupakan suatu metode penciptaan produk melalui pemanfaatan sumberdaya yang tersedia. Proses produksi brownies panggang dilakukan melalui berbagai tahapan mulai dari persiapan bahan baku hingga proses pengemasan. Persiapan bahan baku antara lain dengan membersihkan loyang yang akan digunakan. Loyang tersebut kemudian dioleskan mentega dan terigu agar adonan tidak lengket di loyang. Proses penimbangan bahan baku brownies panggang kemudian dilakukan agar sesuai dengan takaran yang telah ditetapkan. Bahan baku yang diperlukan adalah dua kg telur, 2,5 kg gula, vanili, dan soda kue. Campuran bahan baku tersebut kemudian diproses dengan menggunakan mixer selama 15 menit hingga adonan mengembang. Adonan yang telah mengembang kemudian ditambahkan berbagai bahan baku lain, yaitu tepung terigu sebanyak 1,6 kg, cokelat 300 gr, susu bubuk, dan sedikit garam. Adonan diaduk kembali namun dengan menggunakan tangan hingga semua bahan baku tercampur sempurna. Setelah adonan merata, ditambahkan minyak sayur sebanyak satu liter.
Adonan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam loyang yang telah disiapkan sebelumnya. Satu adonan mampu menghasilkan 16 loyang brownies panggang. Adonan yang sudah terdapat di loyang kemudian diukur beratnya untuk menstandarisasikan produk. Berat brownies yang dijual ialah 500 gr per kemasan. Lapisan atas adonan lalu diratakan guna mempermudah proses pematangan. Tahapan selanjutnya ialah memberikan topping atau hiasan brownies sesuai dengan pesanan. Lapisan topping tersebut dapat berupa keju, coklat, choco chips, kacang mede, atau meises. Proses selanjutnya adalah tahap pemanggangan. Adonan yang telah siap dipanggang kemudian dimasukkan ke dalam oven yang berkapasitas maksimum 8 loyang. Proses pemanggangan dilakukan selama 20 menit hingga brownies tersebut matang. Brownies yang telah matang dikeluarkan dari loyang dan didinginkan di rak pendinginan dan penyimpanan brownies. Brownies yang telah dingin kemudian dikemas ke dalam kemasan khusus. Daya tahan produk ini dapat mencapai 3 hari bahkan dapat mencapai 7 hari jika dimasukkan ke dalam kulkas. Tahapan proses pembuatan brownies panggang dapat dilihat di Gambar 4.
Persiapan peralatan dan bahan baku
Penimbangan bahan baku
Pengocokan bahan baku
Pembagian adonan ke dalam loyang
Pengemasan brownies panggang
Pelukisan topping
Proses pendinginan di rak penyimpanan
Pemanggangan
Gambar 4. Proses Pembuatan Brownies Panggang Elsari Proses penentuan harga pokok brownies didasarkan pada biaya produksi yang dikeluarkan untuk pembelian bahan baku, gas, listrik, plastik, serta kemasan. Harga pokok satu kotak brownies panggang dengan berat 500 gram kurang lebih sebesar Rp 10.000,00. Penjelasan lebih lanjut mengenai harga pokok produksi brownies panggang Elsari dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Harga Pokok Produksi Brownies Panggang Elsari per Satu Kocok Adonan Bahan Baku Satuan Jumlah Harga per Satuan (Rp) Total (Rp) Telur kg 2 15.000 30.000 Gula pasir kg 2,5 10.000 25.000 Tepung Terigu kg 1,6 7.000 11.200 Cokelat Bubuk gram 300 20.000 Vanili sdt 2 1.000 2.000 Soda Kue sdt 2 1.000 2.000 Garam sdt 2 1.000 2.000 Minyak Nabati liter 2 12.500 25.000 Plastik buah 16 1.175 18.800 Kemasan buah 16 1.500 24.000 Biaya Produksi Per Satu Kocok Adonan 160.000 Biaya Produksi per Loyang 10.000 Harga pokok produksi satu kotak brownies panggang ialah Rp 10.000,00. Biaya tersebut belum termasuk biaya gas, listrik, dan gaji karyawan. Apabila seluruh komponen tersebut dijumlahkan, maka total biaya pokok produksi untuk satu kotak brownies panggang menjadi kurang lebih sebesar Rp 20.000,00. Proses pembuatan beragam kopi jauh lebih mudah karena Elsari menggunakan mesin pembuat kopi otomatis untuk menunjang kegiatan produksinya. Mesin pembuat kopi otomatis menggunakan biji kopi yang akan langsung digiling apabila tombol ditekan. Cita rasa kopi yang dihasilkan sangat bergantung pada kualitas biji kopi. Semakin tinggi kualitas biji kopi, maka racikan kopi akan semakin istimewa. Proses penyajian kopi dapat disesuaikan dengan selera konsmen. Kopi ini dapat ditambah dengan susu, krim, atau cokelat sesuai dengan keinginan konsumen. Proses pembuatan espresso merupakan inti dari pembuatan variasi minuman espresso-based lain, yaitu cappuccino dan coffee latte. Proses pembuatan espresso dibagi menjadi empat tahapan, yaitu grinding, dosing, tamping dan brewing. Proses grinding atau menggiling biji kopi merupakan proses yang sangat penting karena akan menentukan kualitas espresso yang dihasilkan. Pengaturan yang tepat pada coffee grinder sangat penting untuk memastikan kadar kehalusan penggilingan biji kopi menjadi bubuk kopi yang siap diolah. Proses selanjutnya adalah menggunakan espresso machine semi otomatis.
Kopi yang telah digiling akan ditempatkan ke dalam portafilter atau disebut dosing. Sebelum melanjutkan ke proses berikutnya, harus dipastikan bahwa takaran bubuk kopi sudah tepat. Kemudian bubuk kopi yang telah berada di portafilter akan dipadatkan menggunakan alat. Proses ini dinamakan tamping. Tekanan yang digunakan untuk menghasilkan kepadatan espresso yang optimal kurang lebih adalah sebesar 12 kg. Proses selanjutnya adalah brewing. Proses ini merupakan proses pengolahan bubuk kopi menjadi secangkir minuman kopi. Secangkir espresso yang diekstrak dengan baik akan memenuhi kriteria yaitu satu shot yang dihasilkan selama 23 detik adalah 45 ml. Apabila dalam 23 detik espresso yang dihasilkan belum memenuhi cangkir maka artinya espresso tersebut over extracted atau terlalu kental. Namun apabila espresso telah memenuhi cangkir sebelum waktunya maka artinya espresso yang dihasilkan under extracted. Proses pembuatan susu steam dilakukan dengan menggunakan teknologi, yaitu milk frother. Susu cair sebanyak 100 ml susu cair yang digunakan akan mampu menghasilkan susu steam untuk tiga cangkir minuman cappucino atau coffee latte. Proses pembuatannya adalah susu cair dituang ke dalam jar. Setelah tombol pengaturan dipilih, maka alat tersebut akan bekerja dan berhenti secara otomatis apabila proses frothing telah selesai. Apabila tombol yang dipilih adalah dingin, maka akan dihasilkan susu steam untuk minuman dingin. Namun apabila pengaturan yang dipilih adalah panas, maka akan dihasilkan foam susu sebagai campuran bagi cappucino. Waktu yang diperlukan untuk menghasilkan susu steam dan foam susu adalah dua hingga tiga menit tergantung volume susu cair yang digunakan. Berikut ini merupakan alur yang menunjukkan proses pembuatan secangkir kopi dengan menggunakan coffee machine.
Proses penggilingan biji kopi dengan menggunakan grinder
Pencampuran susu steam atau foam susu sebagai komponen dalam pembuatan cappuccino dan coffee latte
Dosing atau proses penempatan bubuk kopi ke dalam portafilter
Pemadataan bubuk kopi menggunakan tamper dengan tekanan 12 kg
Frothing atau proses pembuatan susu steam dan foam susu
Brewing atau proses penyeduhan bubuk kopi menjadi secangkir kopi dengan menggunakan espresso machine
Gambar 5. Proses Pembuatan Kopi dengan Espresso Machine 6.1.2.5. Layout Usaha Lay out merupakan gambaran penentuan letak dari berbagai macam teknologi dan peralatan yang dimiliki perusahaan yang disesuaikan dengan fungsi produksinya sehingga dapat berproduksi secara maksimal. Elsari menyewa bangunan seluas 200 m2 yang berdiri di atas lahan seluas 270 m2. Bangunan tersebut dimanfaatkan tidak hanya sebagai tempat melakukan kegiatan produksi namun juga dimanfaatkan sebagai sarana pemasaran berupa mini counter yang terletak di bagian depan bangunan. Struktur ruangan ditata sesuai dengan alur proses produksi. Ruangan di dalam bangunan tersebut dibagi menjadi ruangan produksi bakery, ruangan produksi brownies, ruangan pemasaran dan distribusi, ruangan penyimpanan, dan ruangan pemilik usaha. Kegiatan pencampuran bahan baku brownies panggang dilakukan di bagian belakang ruangan dimana ruangan tersebut merupakan ruang penyimpanan mixer. Adonan bahan baku yang telah siap kemudian diproses lebih lanjut di ruangan produksi brownies. Peralatan yang terdapat di ruang produksi brownies antara lain delapan buah oven, empat buah kompor gas, meja produksi, loyang, dan rak penyimpanan. Adonan brownies diletakkan di loyang ukuran 30 cmx10 cm kemudian dipanggang di oven selama 20 menit. Brownies yang telah matang tersebut kemudian disimpan di ruang penyimpanan. Brownies didinginkan di rak
pendinginan. Setelah brownies dingin kemudian dilakukan proses pengemasan. Brownies yang telah dikemas akan disimpan di ruang pemasaran untuk didistribusikan selanjutnya hingga sampai ke tangan konsumen. Ruang utama merupakan ruang yang digunakan oleh koordinator kepala bagian dan kepala bagian keuangan untuk melakukan kewajibannya. Ruang utama dilengkapi dengan dua buah meja kerja, enam buah kursi, komputer, printer, televisi, kipas angin, dan telepon. Lemari dengan kaca transparan digunakan untuk menyimpan aneka penghargaan yang diterima oleh Elsari Brownies and Bakery. Ruang utama juga dimanfaatkan untuk menerima tamu dari berbagai instansi yang melakukan kunjungan kerja. Dua buah sofa disertai dengan meja tamu merupakan salah satu fasilitas yang menunjang kenyamanan tamu. Gambaran mengenai lay out pabrik Elsari dapat dilihat pada Lampiran 1. Elsari akan menyewa bangunan berbentuk rumah toko (ruko)
yang
2
memiliki 3 lantai dengan luas 4,5x16 m . Konsep pengembangan usaha ini ialah gerai penjualan produk Elsari yang dilengkapi dengan counter penjualan kopi. Kopi yang dijual dengan harga yang sangat terjangkau ini diperuntukkan sebagai jamuan pelengkap dalam menikmati brownies. Elsari akan melengkapi gerainya dengan berbagai fasilitas yang mampu menunjang kenyamanan pengunjung. Sofa dan meja telah disiapkan bagi konsumen yang ingin mengonsumsi produk Elsari langsung di dalam gerai. Fasilitas lain yang dimiliki Elsari di gerai barunya adalah koneksi wifi yang dapat dimanfaatkan pengunjung secara gratis. Beragam fasilitas ini digunakan untuk meningkatkan kepuasan konsumen sehingga loyalitas konsumen terhadap produk Elsari akan bertambah. Gambaran mengenai gerai baru Elsari dapat dilihat pada Lampiran 2. 6.1.2.6. Pemilihan Jenis Teknologi Teknologi yang digunakan dalam proses produksi brownies panggang masih tergolong sederhana. Alat yang digunakan untuk mencampur seluruh bahan ialah mixer. Pada awalnya, proses pencampuran bahan baku dilakukan dengan cara manual yaitu mengaduk dengan menggunakan tangan. Cara ini dirasakan kurang efisien sehingga pada tahun 2005 Elsari mulai memanfaatkan mixer sebagai alat pencampur. Mixer ini memiliki kapasitas 10 baskom atau 16 loyang dalam satu kali periode produksi. Elsari juga memperoleh bantuan dari Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor berupa mixer. Namun karena kapasitas produksinya yang terlalu kecil dan karyawan yang telah terbiasa menggunakan mixer yang lama, maka mixer tersebut tidak dimanfaatkan secara maksimal. Selain itu, teknologi yang digunakan untuk memanggang brownies ialah oven. Oven yang dimiliki oleh Elsari Brownies and Bakery berjumlah delapan unit. Perawatan terhadap teknologi dilakukan secara berkala setiap hari Jumat. Perawatan tersebut meliputi pengontrolan terhadap setiap teknologi yang digunakan sehingga menimalisir risiko. Teknologi yang mengalami kerusakan akan mendapat perbaikan atau diganti sehingga tidak menghambat proses produksi. Teknologi yang digunakan dalam pembuatan kopi ialah espresso machine untuk menunjang kegiatan produksi. Teknologi ini memungkinkan pegawai Elsari meracik berbagai pilihan kopi istimewa seperti espresso, coffee latte dan cappuccino dengan mudah karena sistem pengoperasian yang semi otomatis. Mesin
ini
dilengkapi
dengan
pompa
elektrik
untuk
memompa
dan
menyemprotkan air panas melewati kopi dengan tekanan tinggi. Volume kopi yang diseduh pun bisa lebih banyak. Kopi yang dihasilkan tidak akan terasa terlalu pahit karena air melintasi kopi dengan cepat. Alat ini tidak memerlukan pemeliharaan secara khusus karena relatif mudah dibersihkan. Desain alat yang elegan sangat cocok untuk digunakan di gerai Elsari. Selain itu, teknologi lain yang digunakan dalam pembuatan kopi di Elsari adalah coffee grinder. Alat ini digunakan untuk menggiling biji kopi. Secangkir kopi akan terasa lebih nikmat apabila diracik dengan bahan baku biji kopi segar yang baru digiling. Oleh karena itu, penggunaan teknologi coffee grinder sangat penting untuk menjaga kualitas dan kesegaran kopi. Teknologi lain yang diperlukan dalam menghasilkan minuman espresso based adalah milk frother. Milk frother merupakan alat yang berfungsi untuk menghasilkan foam susu dan susu steam sebagai salah satu bahan baku penunjang dalam produksi cappucino serta coffee latte. Alat ini mampu menampung sekitar 240 ml susu cair. Milk frother ini terdiri dari dua bagian yaitu jar dan bagian pemanas yang memerlukan daya listrik sebesar 600 watt. Di dalam jar terdapat
sebuah piringan yang berputar dengan kecepatan tinggi saat proses frothing dilakukan. Teknologi ini dilengkapi dengan tiga tombol pengaturan, yaitu dingin, panas, dan hangat. 6.1.2.7. Hasil Analisis Aspek Teknis Pemaparan mengenai kriteria aspek teknis Elsari Brownies and Bakery secara keseluruhan, antara lain pemilihan lokasi usaha, skala usaha, proses produksi, layout, dan pemilihan teknologi, tidak mengalami kendala. Selain itu, aspek teknis tersebut juga turut mendukung adanya pengembangan usaha. Dengan demikian, Elsari Brownies and Bakery dapat dinyatakan layak untuk dijalankan apabila ditinjau dari aspek teknis. 6.1.3. Aspek Manajemen Aspek Manajemen dianalisa untuk melihat apakah pembangunan dan implementasi bisnis dapat direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan sehingga rencana bisnis dapat dikatakan layak atau tidak layak (Umar 2005).
Aspek
manajemen mengkaji beberapa hal mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian struktur organisasi di dalam suatu perusahaan. Suatu bisnis dapat dikatakan layak secara manajemen apabila keempat unsur tersebut dapat terlaksana dengan baik sehingga program kerja perusahaan dapat berjalan dengan lancar dan mendapatkan hasil yang sesuai dengan perencanaan perusahaan. Kelayakan suatu usaha ditinjau melalui aspek manajemen mencakup manajemen organisasi perusahaan dan manajemen sumberdaya manusia perusahaan. 6.1.3.1. Struktur organisasi Struktur organisasi merupakan suatu pondasi yang diperlukan bagi perusahaan untuk pengelolaan kegiatan operasionalnya. Struktur organisasi sebagai penunjuk informasi mengenai tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang diemban oleh setiap anggota.
Elsari Brownies and Bakery telah memiliki
struktur organisasi formal yang diterapkan perusahaan. Struktur organisasi tersebut menjadi pedoman bagi karyawan sehingga mampu menjalankan kewajibannya dengan baik. Struktur organisasi Elsari termasuk ke dalam tipe organisasi fungsional yaitu adanya pembagian kerja dalam kegiatan operasional
perusahaan. Struktur organisasi ini membuat setiap karyawan senantiasa fokus pada tanggung jawabnya karena telah terdapat pembagian kerja yang signifikan. Organisasi fungsional disusun berdasarkan sifat dan macam-macam fungsi yang harus dilaksanakan. Masalah pembagian kerja mendapat perhatian yang sungguhsungguh. Pucuk pimpinan mendelegasikan wewenang kepada manajer di bawahnya dan meneruskannya kepada pelaksana, hanya mengenai tugas tertentu (spesialisasinya) saja. Dengan demikian, para bawahan akan mendapat perintah dari beberapa atasan yang masing-masing menguasai suatu keahlian tertentu dan bertanggung jawab sepenuhnya atas bidangnya masing-masing. Ciri-ciri organisasi fungsional adalah (1) Pembidangan tugas secara tegas dan jelas dapat dibedakan; (2) Spesialisasi para karyawan dapat dikembangkan dan digunakan secara optimal; (3) Bawahan akan menerima perintah dari beberapa orang atasan; (4) Koordinasi menyeluruh pada umumnya cukup pada level manajemen atas; (5) Koordinasi antar karyawan yang menjalankan fungsi yang sama biasanya mudah karena masing-masing sudah mempunyai pengertian mendalam mengenai bidangnya (Kasmir dan Jakfar 2009). Struktur organisasi Elsari Brownies and Bakery dapat dilihat pada Gambar 6. Pemilik sekaligus Pimpinan Elsari
Kepala Bagian
Produksi
Administrasi dan Keuangan
Pemasaran
Gambar 6. Struktur Organisasi Elsari Brownies and Bakery Struktur organisasi Elsari Brownies and Bakery terdiri atas pimpinan sekaligus pemilik Elsari, kepala bagian, bagian produksi brownies panggang, administrasi dan keuangan, serta pemasaran. Setiap bagian akan bertanggung
jawab kepada kepala bagian Elsari. Kepala bagian memiliki tanggung jawab terhadap pemilik sekaligus pimpinan Elsari. Struktur organisasi yang dimiliki Elsari telah cukup terorganisir dengan baik. Adanya spesialisasi pekerjaan turut membantu berjalannya kegiatan operasional perusahaan secara lebih efektif dan efisien. Namun, apabila dibutuhkan, masing-masing bagian akan membantu bagian lain sehingga koordinasi antar karyawan dapat lebih mudah terjalin. Apabila permintaan brownies sedang meningkat, maka staf di bagian keuangan seringkali membantu karyawan di bagian produksi untuk menghasilkan brownies yang lebih banyak. 6.1.3.2. Manajemen Elsari Brownies and Bakery memiliki 13 orang karyawan yang terdiri atas dua orang top management, empat orang karyawan produksi brownies, dua orang karyawan di bagian administrasi dan keuangan, serta lima orang di bagian pemasaran. Tenaga kerja Elsari berasal dari lingkungan internal dan eksternal. Lingkungan internal yang dimaksud adalah jabatan top management yaitu pimpinan dan pemilik Elsari serta kepala bagian yang merupakan anak kandung pemilik Elsari. Selain itu, salah satu karyawan yang bertugas di bagian keuangan juga merupakan istri dari anak pemilik Elsari sehingga pembukuan pendanaan perusahaan akan lebih terjamin dan terpercaya. Tenaga kerja eksternal berasal dari masyarakat sekitar. Perekrutan tenaga kerja tidak melalui proses yang rumit. Kriteria karyawan yang dibutuhkan antara lain disiplin, pekerja keras, dan memiliki komitmen tinggi. Mereka bertugas di bagian produksi brownies dan pemasaran. Tingkat pendidikan para karyawan beragam, dari tidak lulus SMA hingga Sarjana. Adanya rencana pengembangan usaha pada skenario II dan III juga didukung oleh manajemen yang baik. Adanya tambahan karyawan sangat diperlukan guna menunjang kelancaran proses pemasaran di gerai tersebut. Peningkatan kapasitas produksi pun menuntut adanya penambahan karyawan yang bekerja di bidang produksi brownies. Karyawan Elsari yang bekerja di bagian produksi menjadi berjumlah lima orang. Karyawan yang diperlukan sebagai barista sekaligus pegawai gerai baru sebanyak dua orang. Karyawan bagian pemasaran juga memerlukan penambahan pegawai karena peningkatan
kapasitas produksi juga berdampak pada peningkatan pemasaran produk melalui mitra penjualan. Oleh karena itu, total karyawan yang diperlukan dalam pengembangan usaha Elsari berupa pembukaan gerai baru ialah sebanyak 17 orang. Hubungan yang terjalin antara karyawan dengan kepala bagian maupun pemilik Elsari sangat baik. Atmosfer yang terbangun penuh dengan rasa saling menghormati dan kekeluargaan. Pemilik Elsari secara rutin memberikan ceramah keagamaan guna membangun kesadaran religi dan motivasi kerja setiap karyawannya. Pemilik Elsari juga memberi kebebasan waktu bagi karyawan untuk menunaikan ibadahnya. Apabila telah tiba saatnya menunaikan ibadah, maka semua kegiatan produksi akan dihentikan dan karyawan beserta kepala bagian akan bersama-sama menunaikan sholat berjamaah di mesjid. Kedudukan
tertinggi di Elsari dipegang oleh pemilik usaha. Pemilik
memiliki kewenangan dalam menentukan keputusan strategis yang berhubungan dengan kegiatan operasional perusahaan. Selain itu, pemilik juga akan mewakili Elsari apabila terdapat undangan terkait dengan pembinaan UKM yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor. Apabila terdapat kunjungan dari instansi baik di wilayah Kota Bogor maupun di luar Kota Bogor maka pemilik Elsari akan menyambut dan mendampingi tamu kehormatan tersebut. Pemilik juga selalu meninjau kegiatan produksi setiap pagi hingga pukul 10.00 WIB. Tanggung jawab selama proses produksi diserahkan kepada kepala bagian yang merupakan anak kandung pemilik Elsari. Kegiatan operasional perusahaan didasarkan pada pendekatan top down yaitu segala keputusan operasional organisasi mencakup kegiatan pra produksi, produksi dan pasca produksi dilakukan langsung oleh pemilik perusahaan. Karyawan hanya melakukan kewajibannya sesuai perencanaan organisasi. Analisis kelayakan usaha berdasarkan aspek manajemen mencakup pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam melakukan kegiatan operasional di Elsari Brownies and Bakery. Fungsi-fungsi manajemen yang dimaksud adalah fungsi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian. Fungsi perencanaan dilakukan oleh pimpinan sekaligus pemilik Elsari. Perencanaan yang dimaksud meliputi teknik produksi yang efektif dan efisien,
inovasi rasa produk, rentang harga yang diterapkan terhadap produk, promosi dan pemasaran yang efektif, pemberlakukan tunjangan karyawan, dan perolehan modal. Pelaksanaan fungsi pengorganisasian dilakukan oleh pemilik sekaligus pimpinan Elsari. Pimpinan Elsari telah membagi karyawan ke dalam unit-unit pekerjaan sesuai dengan kompetensi masing-masing. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar terdapat pembagian kerja yang jelas antar karyawan. Dengan demikian, hubungan kerja di antara karyawan akan terjalin lebih harmonis sesuai dengan masing-masing bidang. Fungsi pelaksanaan atau actuating dilakukan oleh kepala bagian dan seluruh karyawan di masing-masing bidang. Kepala bagian memiliki tanggung jawab terhadap seluruh kegiatan produksi brownies panggang. Oleh karena itu, kepala bagian Elsari harus mengontrol semua bagian dalam manajemen Elsari antara lain, bagian produksi, administrasi dan keuangan, serta pemasaran. Kepala bagian harus memastikan ketersediaan bahan baku untuk menunjang kegiatan produksi hingga memastikan kualitas produk sebelum dikemas dan didistribusikan kepada konsumen. Kepala bagian Elsari juga memiliki tugas meninjau laporan keuangan yang dihasilkan oleh bagian administrasi dan keuangan sebelum dilaporkan lebih lanjut ke pemilik Elsari. Selain itu, kepala bagian juga senantiasa melakukan koordinasi dengan agen dan retailer untuk menjamin kelancaran proses distribusi ke mitra penjualan. Pelaksanaan kegiatan operasional Elsari dilakukan oleh masing-masing bagian yang telah diberi tanggung jawab sesuai spesialisasi pekerjaannya. Pelaksanaan kegiatan produksi meliputi pembelian bahan baku, penimbangan, pengadukan dan pencampuran bahan baku, pemanggangan adonan, hingga menjadi brownies panggang yang siap dikemas. Bagian administrasi dan keuangan memiliki tugas untuk melakukan pembukuan terhadap aliran dana masuk dan keluar perusahaan serta melakukan pencatatan berkala mengenai perkembangan distribusi produk melalui mitra penjualan, yaitu agen dan retailer. Administrasi yang dilakukan oleh Elsari juga tergolong baik. Elsari memiliki perangkat komputer yang digunakan sebagai media penyimpanan data. Sistem pembukuan telah dijalankan sehingga informasi
yang tersimpan lebih akurat. Pembukuan mengenai volume penjualan dan arus keuangan dilakukan secara berkala. Pengeluaran dana perusahaan seperti pinjaman karyawan dicatat dengan baik. Pembayaran yang dilakukan oleh para agen
perorangan
dan
counter
telah
dibukukan
secara
rutin
sehingga
menimimalisir adanya risiko. Bagian pemasaran memiliki tanggung jawab untuk mendistribusikan produk hingga ke tangan mitra penjualan. Proses distribusi dilakukan dengan menggunakan motor atau menyewa mobil. Fungsi pengendalian dilakukan oleh top management Elsari. Top management Elsari melakukan pengawasan untuk mengukur dan menilai pelaksanaan tugas agar sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Apabila terdapat penyimpangan dalam pelaksanaannya maka diperlukan pengendalian. Pengendalian yang dimaksud berupa teguran bagi karyawan yang tidak bekerja secara optimal. Pengendalian ini pernah diterapkan kepada karyawan yang melakukan
kecurangan
melalui
penggelapan
dana
sehingga
merugikan
perusahaan. Bentuk pengendalian yang diterapkan berupa teguran halus. Namun apabila tidak karyawan tidak mengindahkan teguran tersebut maka pihak top management akan memberikan pilihan terhadap karyawan yang bersangkutan, berupa kesadaran untuk mengundurkan diri dari pekerjaan atau membayar kerugian yang dialami perusahaan akibat perbuatannya. Selain itu, pencatatan dan pembukuan juga sudah dilakukan oleh manajemn Elsari walaupun sifatnya masih sederhana. Hal tersebut dapat membantu kegiatan pengendalian pengeluaran anggaran sehingga pengontrolan dapat dapat efektif dilakukan. Dengan demikian, pengendalian sangat diperlukan untuk mengawasi kinerja karyawan. 6.3.3. Hasil Analisis Aspek Manajemen Elsari Brownies and Bakery telah memiliki struktur organisasi formal yang memperjelas cakupan pekerjaan dan tanggung jawab dari setiap karyawan. Rencana pengembangan usaha melalui skenario usaha II dan III pun tidak memiliki kendala yang berarti dari sisi manajemen sehingga layak untuk dikembangkan. Elsari Brownies and Bakery telah layak dijalankan jika ditinjau berdasarkan analisis aspek manajemen.
6.1.4. Aspek Hukum Eksistensi suatu usaha akan lebih diakui oleh masyarakat dan pemerintah apabila telah mampu memenuhi berbagai administrasi hukum. Tingkat kepercayaan konsumen akan suatu produk akan mengalami peningkatan jika produk tersebut telah dilengkapi dengan sertifikasi dari institusi terkait. Sertifikasi tersebut merupakan jaminan akan kualitas dan kemanan produk terutama makanan jadi sehingga aman dikonsumsi oleh masyarakat. 6.1.4.1. Bentuk Badan Usaha Bentuk badan usaha apabila ditinjau dari segi yuridisnya terdiri dari perusahaan perorangan, firma, Persekutuan Komanditer (CV), Perseroan Terbatas (PT), perusahaan negara, perusahaan pemerintah, koperasi, dan yayasan. Elsari Brownies and Bakery memiliki bentuk badan usaha, yaitu badan usaha perseorangan. Badan usaha perseorangan ialah perusahaan yang didirikan oleh dan dimiliki oleh satu orang. Pendiri badan usaha perseorangan merupakan warga negara Indonesia. Pendirian perusahaan perseorangan dapat didirikan tanpa Akta Pendirian atau dengan Akta Pendirian yang dibuat dihadapan Notaris. Risiko perusahaan termasuk kerugian dengan pihak ketiga harus ditanggung sendiri oleh pemiliknya termasuk dengan harta pribadinya. Keuntungan usaha pun semua menjadi milik pribadi, harta kekayaan perusahaan perseorangan tidak terpisahkan dengan harta pribadi pemiliknya. Sumber modal perusahaan perseorangan adalah dari pemilik atau dapat pula menggunakan modal pinjaman. Perusahaan perseorangan merupakan perusahaan yang dimiliki oleh perseorangan (hanya seorang). Untuk mendirikan perusahaan perseorangan sangatlah sederhana dan tidak memerlukan persyaratan khusus, sebagaimana bentuk badan hukum lainnya. Di samping itu, pendirian perusahaan perseorangan tidak memerlukan modal besar. Kelebihan perusahaan jenis ini di samping pendiriannya mudah adalah tidak diperlukan organisasi yang besar, tetapi cukup dengan organisasi dan manajemen yang sederhana. Pimpinan perusahaan perseorangan biasanya pemilik usaha tersebutyang sekaligus menjadi penanggung jawab terhadap segala aktivitas perusahaan, termasuk kewajiban terhadap pihak luar. Artinya, jika terjadi sesuatu terhadap kewajiban pihak lain, misalnya dalam
hak utang, maka sepenuhnya tanggung jawab pemilik sampai kepada harta pribadi. Tujuan utama didirikannya perusahaan perseorangan adalah semata-mata hanya untuk mencari keuntungan (Kasmir dan Jakfar 2009). 6.1.4.2. Izin Usaha Izin usaha yang telah dipenuhi oleh Elsari Brownies and Bakery sehingga legalitas usahanya jelas di mata hukum antara lain SIUP, TDI, TDP, izin Dinas Kesehatan Kota Bogor, dan label halal Majelis Ulama Indonesia. 1) Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) adalah surat izin untuk dapat melaksanakan kegiatan usaha perdagangan. Setiap perusahaan, koperasi, persekutuan maupun perusahaan perseorangan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan wajib memperoleh SIUP. SIUP diterbitkan berdasarkan domisili perusahaan dan berlaku di seluruh wilayah Republik Indonesia. SIUP
yang
diperoleh
Elsari
memiliki
identitas
yakni
Nomor
517/457/PK/DEPERINDAGKOP. 2) Tanda Daftar Industri (TDI) Tanda Daftar Industri adalah izin yang diperlukan untuk melakukan kegiatan industri dalam Kelompok Industri Kecil. TDI berlaku selama perusahaan yang bersangkutan beroperasi. TDI yang diperoleh Elsari memiliki identitas Nomor 535/71/TDL/DEPERINDAGKOP. 3) Tanda Daftar Perusahaan (TDP) Tanda Daftar Perusahaan adalah tanda daftar yang diberikan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan di kota atau kabupaten setempat kepada perusahaan yang telah disahkan pendaftarannya. Elsari telah memperoleh perizinan TDP dengan nomor 1q00455205704. Elsari Brownies and Bakery telah mengurus Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Tanda Daftar Industri (TDI), dan Tanda Daftar Perusahaan (TDP) pada tahun 2004 ke Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor. Manajemen perusahaan mengeluarkan anggaran sebesar satu juta rupiah untuk mengurus berbagai perizinan tersebut. 4) Izin dari Dinas Kesehatan Kota Bogor
Elsari Brownies and Bakery telah melengkapi perizinannya dengan izin dari Dinas Kesehatan Kota Bogor. Izin usaha ini merupakan jaminan bahwa kegiatan industri yang dilakukan oleh Elsari telah sesuai dengan prosedur yang ditentukan dan produk yang dihasilkan telah terdaftar dan layak untuk dikonsumsi. Hasil produksi Elsari bebas dari kandungan bahan pengawet yang berbahaya sehingga aman dikonsumsi oleh masyarakat. Izin yang diperoleh Elsari dari Dinas Kesehatan Kota Bogor memiliki nomor 3063271010512. 5) Sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia Mayoritas penduduk Indonesia adalah pemeluk Agama Islam. Pertimbangan konsumen terhadap kualitas produk khususnya makanan siap saji salah satunya ialah kehalalan produk. Lembaga yang berwenang mengeluarkan sertifikat halal bagi industri yang memproduksi makanan jadi adalah Majelis Ulama Indonesia. Sertifikasi halal tersebut akan meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap kualitas produk yang terjamin kehalalannya. Elsari telah memperoleh sertifikat halal MUI dengan nomor 01101007990805. Kelengkapan perizinan yang telah dimiliki Elsari Brownies and Bakery akan meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap berbagai produknya. Beragam sertifikasi tersebut memberikan jaminan akan kualitas produk sehingga aman untuk dikonsumsi. Hal ini merupakan salah satu kekuatan yang dimiliki Elsari dibanding produk pesaing. 6.1.4.4. Hasil Analisis Aspek Hukum Elsari Brownies and Bakery dapat dikatakan layak dijalankan apabila ditinjau berdasarkan aspek hukum. Elsari telah memperoleh berbagai legalisasi yang mendukung kegiatan operasionalnya. Rencana pengembangan usaha berupa pembukaan gerai baru juga tidak mengalami hambatan untuk dijalankan apabila dilihat dari aspek hukum. 6.1.5. Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Kegiatan produksi Elsari Brownies and Bakery mampu memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah Kota Bogor yang termasuk dalam industri pengolahan non migas yaitu kelompok barang makanan jadi. Selain itu, pendirian
usaha ini memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat sekitarnya. Karyawan yang bekerja di pabrik dan gerai Elsari diberdayakan dari masyarakat sekitar sehingga membuka peluang kerja. Secara ekonomi, adanya usaha ini akan meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar yang bekerja di Elsari Brownies and Bakery. Pemilik Elsari juga secara rutin memberikan motivasi kepada para karyawan agar mereka mampu menjadi wirausaha. Bahkan pemilik pun secara terbuka memberikan kesempatan kepada para karyawan yang ingin membuka usaha dengan jenis industri serupa. Hal ini tentu akan membuka kesempatan yang lebih luas bagi masyarakat untuk berwirausaha. Kegiatan produksi Elsari Brownies and Bakery menghasilkan limbah produksi berupa sampah plastik. Limbah tersebut tidak mengandung unsur yang beracun sehingga tidak membahayakan bagi lingkungan sekitar. Pengelolaan limbah tidak melalui teknis khusus melainkan hanya dibuang di tempat pembuangan sampah yang telah tersedia. 6.1.5.1. Hasil Analisis Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Berdasarkan pemaparan yang telah dijelaskan, dapat dikatakan bahwa Elsari Brownies and Bakery layak untuk dijalankan. Usaha ini mampu memberdayakan masyarakat sekitar melalui perekrutan tenaga kerja sehingga akan meningkatkan pendapatannya. Selain itu, berdirinya usaha ini telah mampu mengajarkan kepada masyarakat sekitar mengenai semangat kewirausahaan. Elsari juga tidak menghasilkan limbah yang merusak lingkungan serta membahayakan masyarakat sekitar. Oleh karena itu, baik kondisi perusahaan saat ini maupun rencana pengembangan usaha berupa pembukaan gerai baru merupakan usaha yang layak untuk dikembangkan. 6.2. Analisis Aspek Finansial Analisis aspek finansial usaha Elsari Brownies and Bakery perlu dilakukan untuk melihat apakah secara finansial usaha ini dapat dikatakan layak atau tidak layak. Penilaian kelayakan suatu usaha berdasarkan aspek finansial dilakukan melalui kriteria investasi. Kriteria investasi yang dimaksud adalah net present value (NPV), net benefit-cost ratio (Net B/C), internal rate of return (IRR), dan
discounted payback period (DPP). Cash flow akan memberikan informasi mengenai besarnya manfaat yang diterima dan biaya yang dikeluarkan oleh suatu usaha selama periode tertentu. Analisis sensitivitas juga dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kelayakan usaha jika terjadi perubahan pada arus tunai. Analisis nilai pengganti atau switching value dilakukan pula untuk mengetahui batas maksimal perubahan yang dapat ditolerir agar Elsari tetap layak untuk dijalankan. Analisis kelayakan finansial pada penelitian ini akan dibagi menjadi tiga skenario berdasarkan kondisi perusahaan saat ini dan rencana pengembangan usaha yang akan dilakukan. Pada skenario satu, perhitungan kelayakan finansial dilakukan berdasarkan kondisi saat ini yang dialami oleh perusahaan atau tanpa pengembangan usaha. Analisis kelayakan finansial pada skenario satu mengacu pada kegiatan usaha yang selama ini telah dilakukan oleh Elsari Brownies and Bakery. Elsari telah mampu menghasilkan produksi secara optimal sejak tahun pertama. Hal ini dikarenakan Elsari tidak memerlukan periode waktu lama untuk membangun barang-barang investasinya. Dengan demikan, produksi Elsari akan tetap dari awal hingga akhir umur usaha pada skenario usaha satu. Analisis kelayakan finansial skenario usaha dua mengacu pada kondisi Elsari Brownies and Bakery setelah terjadi pengembangan usaha. Rencana pengembangan usaha yang akan dilakukan meliputi penyewaan bangunan yang akan digunakan sebagai gerai baru Elsari serta pendirian counter penjualan kopi di wilayah yang lebih strategis. Adanya rencana pengembangan usaha ini turut didukung oleh peningkatan kapasitas produksi brownies panggang serta pengadaan barang investasi guna pelaksanaan kegiatan operasional usaha penjualan kopi di gerai baru Elsari. Oleh karena itu, terdapat peningkatan dalam pemenuhan kebutuhan investasi dalam produksi brownies panggang dan kopi, antara lain penambahan karyawan, peningkatan kebutuhan bahan baku, penambahan armada transportasi, perlengkapan produksi serta investasi terkait dengan pengembangan usaha di gerai baru Elsari. Analisis kelayakan finansial skenario usaha tiga merupakan analisis finansial mengenai rencana pengembangan usaha Elsari Brownies and Bakery pula. Rencana pengembangan usaha yang dimaksud adalah membeli bangunan di
kawasan strategis yang akan digunakan sebagai pabrik sekaligus gerai baru serta counter penjualan kopi Elsari. Pada dasarnya, skenario usaha tiga memiliki kesamaan rencana pengembangan dengan skenario usaha dua. Namun, perbedaan yang dimiliki terletak pada kepemilikan bangunan dan pemindahan lokasi pabrik Elsari. Pada skenario usaha tiga, pabrik sekaligus gerai telah menjadi hak milik Elsari karena manajemen Elsari telah membeli bangunan tersebut. 6.2.1. Arus Penerimaan (Inflow) Komponen penerimaan yang menyusun aliran kas masuk (inflow) Elsari Brownies and Bakery berasal dari penerimaan penjualan brownies panggang, penerimaan penjualan kopi, dan pinjaman. Brownies panggang yang diproduksi oleh Elsari Brownies and Bakery dijual dengan harga Rp 30.000,00 per kotak dengan berat 500 gram. Strategi harga yang diterapkan Elsari ialah memberikan potongan harga kepada mitra penjualan dan konsumen yang mengunjungi gerai Elsari secara langsung. Potongan harga tersebut berkisar antara Rp 1.000,00 hingga Rp 2.000,00. Elsari memberikan potongan harga sebesar Rp 3.000,00 kepada agen. Kebijakan penentuan harga dari agen ke konsumen akhir diserahkan sepenuhnya kepada masing-masing agen, namun harga jual kepada konsumen tidak boleh di bawah harga yang ditawarkan oleh Elsari Brownies and Bakery. Oleh karena itu, penerimaan penjualan bagi Elsari diasumsikan ialah Rp 27.000,00 per kotak brownies panggang. 1) Skenario Usaha I Penerimaan penjualan dalam komponen inflow diperoleh dari perkalian antara jumlah produksi yang dihasilkan oleh Elsari Brownies and Bakery dengan harga jual produk. Kegiatan produksi Elsari dilakukan berdasarkan jumlah adonan per kocok. Setiap satu kocok adonan akan menghasilkan 16 loyang brownies panggang dengan berat 500 gram. Elsari Brownies and Bakery mampu membuat 10 kocok adonan setiap satu hari berproduksi sehingga akan dihasilkan 160 loyang brownies panggang. Dalam satu bulan, karyawan Elsari bekerja selama 26 hari. Oleh karena itu, Elsari mampu berproduksi sebanyak 49.920 kotak brownies panggang selama umur usaha pada skenario I.
Penerimaan penjualan yang diperoleh Elsari pada skenario I adalah Rp 1.347.840.000,00 per tahun. Hasil ini diperoleh melalui perhitungan perkalian antara jumlah produksi Elsari dengan harga jual brownies panggang. 2) Skenario Usaha II Elsari Brownies and Bakery memiliki rencana melakukan pengembangan usaha berupa pembukaan gerai baru di wilayah lebih strategis yang dilengkapi dengan counter penjualan kopi. Oleh karena itu, Elsari akan meningkatkan kapasitas produksinya guna memenuhi kebutuhan pemasaran di wilayah yang baru. Elsari akan berproduksi dengan membuat 12 kocok adonan sehingga Elsari mampu menghasilkan 59.904 loyang brownies panggang pada tahun pertama dan kedua pengembangan usaha. Pada tahun ketiga hingga akhir umur bisnis, terdapat peningkatan produksi yang dihasilkan oleh Elsari Brownies and Bakery dibanding dengan sebelumnya. Elsari akan melakukan kegiatan produksi dengan 15 kocok adonan yang akan menghasilkan 240 loyang brownies per hari. Karyawan Elsari bekerja selama 26 hari per bulan. Oleh karena itu, akan dihasilkan 74.880 loyang brownies panggang per tahun dengan berat 500 gram. Penambahan target penjualan ini dikarenakan produk dianggap telah cukup dikenal oleh konsumen di wilayah pemasaran yang lebih strategis. Selain itu, peningkatan produksi ini didukung pula oleh penambahan barang-barang investasi guna menunjang kegiatan operasional produksi brownies panggang. Harga yang ditawarkan kepada pengunjung yang datang langsung ke gerai baru Elsari ialah Rp 27.000,00 sehingga penerimaan penjualan yang akan diperoleh Elsari pada tahun pertama dan kedua berjumlah Rp 1.617.408.000,00. Hasil ini diperoleh melalui perhitungan perkalian antara jumlah produksi Elsari pada tahun pertama dan kedua dengan harga jual brownies panggang. Berdasarkan hasil perhitungan penerimaan penjualan, Elsari memperoleh pendapatan sebesar Rp 2.021.760.000,00 pada tahun ketiga hingga akhir umur usaha. Sumber penerimaan lain yang akan diperoleh Elsari pada skenario usaha II berasal dari penjualan kopi. Gerai baru Elsari akan dilengkapi dengan counter penjualan aneka jenis kopi yaitu espresso, cappuccino, serta coffee latte yang
dijual dengan harga terjangkau. Layanan ini ditujukan bagi pengunjung yang ingin menikmati brownies panggang langsung di gerai agar dapat ditemani dengan suguhan nikmat berupa kopi. Pengunjung juga akan merasa nyaman dengan berbagai fasilitas yang ditawarkan oleh gerai Elsari antara lain fasilitas akses internet gratis. Elsari masih dalam tahap perkenalan produk kopi kepada konsumen. Target penjualan kopi di tahun pertama dan kedua pengembangan usaha ialah 25 cangkir kopi per hari. Hal ini dikarenakan produk masih tergolong baru. Namun di tahun ketiga hingga umur akhir usaha, Elsari akan meningkatkan target penjualan hingga 50 cangkir per hari. Produk dianggap telah cukup dikenal oleh konsumen sehingga peningkatan kapasitas produksi dapat dilakukan. Harga yang ditawarkan Elsari sangat terjangkau, yaitu Rp 10.000,00 per cangkir. Dengan demikian, penerimaan yang diperoleh Elsari melalui penjualan kopi pada tahun pertama dan kedua ialah sebesar Rp 90.000.000,00 sedangkan pada tahun ketiga hingga kesepuluh ialah sebesar Rp 180.000.000,00. 3) Skenario Usaha III Arus penerimaan yang diperoleh Elsari di skenario usaha III pada dasarnya sama dengan arus penerimaan di skenario usaha II. Elsari akan melakukan kegiatan produksi sebanyak 12 kocok adonan sehingga akan menghasilkan 4.992 kotak brownies panggang dengan berat 500 gram pada satu bulan masa produksi (26 hari kerja) di tahun pertama dan kedua pengembangan usaha. Elsari akan meningkatkan kapasitas produksi untuk memenuhi target pemasaran di gerai yang baru pada tahun ketiga hingga kesepuluh. Elsari melakukan kegiatan produksi sebanyak 15 kocok adonan sehingga akan dihasilkan 6.240 kotak brownies panggang selama satu bulan masa produksi. Harga jual brownies panggang ialah sebesar Rp 27.000,00 per kotak. Dengan demikian, penerimaan penjualan yang akan diperoleh Elsari di tahun pertama dan kedua adalah sebesar Rp 1.617.408.000,00 dan Rp 2.021.760.000,00 di tahun ketiga hingga akhir umur usaha. Penerimaan lain yang diperoleh Elsari pada skenario usaha III adalah penerimaan penjualan kopi. Target penjualan Elsari pada tahun pertama dan kedua ialah sebanyak 25 cangkir per hari. Hal ini dikarenakan produk masih tergolong
baru. Pada tahun ketiga hingga kesepuluh, Elsari akan meningkatkan target penjualan Elsari menjadi 50 cangkir per hari. Penambahan target penjualan ini karena produk dianggap telah cukup dikenal oleh konsumen. Harga jual kopi ialah Rp 10.000,00 per cangkir. Gerai Elsari dan counter penjualan kopi akan dibuka setiap hari selama satu bulan. Oleh karena itu, penerimaan penjualan yang diperoleh Elsari pada tahun pertama pengembangan usaha adalah Rp 90.000.000,00 dan Rp 180.000.000,00 pada tahun kedua hingga akhir umur usaha. 6.2.2. Pinjaman 1) Skenario Usaha I Perusahaan tidak melakukan peminjaman dana tambahan ke lembaga keuangan pada skenario usaha I. Hal ini dikarenakan Elsari masih mampu memenuhi pendanaan kegiatan operasionalnya dengan modal sendiri tanpa bantuan dana dari pihak ketiga. Dengan demikan, tidak terdapat pinjaman dalam komponen inflow pada skenario usaha I. 2) Skenario Usaha II Pengembangan usaha pada skenario II membutuhkan tambahan dana pada komponen inflow. Tambahan dana tersebut diperlukan untuk membeli barang investasi serta menyewa bangunan yang akan digunakan sebagai gerai baru Elsari. Oleh karena itu, manajemen Elsari akan mengajukan pinjaman kepada Bank Rakyat Indonesia (BRI) untuk membantu pemasukannya. Dana yang akan dipinjam adalah sebesar Rp 100.000.000,00 dengan tingkat suku bunga pinjaman sebesar 9,875 persen. Nilai ini diperoleh melalui rata-rata bunga pinjaman yang diberikan oleh BRI dari bulan Februari 2012 hingga Maret 2012. Discount rate yang digunakan adalah opportunity cost of capital (OCC) sebesar 6,81 persen per tahun. 3) Skenario Usaha III Pengembangan usaha melalui skenario III memerlukan tambahan dana yang lebih besar dibanding skenario sebelumnya. Tambahan dana ini ditujukan untuk membeli investasi berupa rumah toko (ruko) yang akan digunakan sebagai pabrik sekaligus gerai Elsari yang dilengkapi dengan counter penjualan kopi. Pinjaman dana dilakukan kepada Bank Rakyat Indonesia sebesar Rp 400.000.000,00 yang akan dibayar selama sepuluh tahun periode pembayaran.
Tingkat suku bunga pinjaman yang diberlakukan adalah 9,875 persen. Hal ini diperoleh berdasarkan rata-rata tingkat suku bunga pinjaman BRI selama bulan Februari 2012 hingga Maret 2012. Discount rate yang digunakan dalam skenario III ini adalah opportunity cost of capital (OCC) sebesar 6,79 persen per tahun. 6.2.3. Arus Pengeluaran (Outflow) Outflow merupakan aliran arus kas yang dikeluarkan oleh suatu usaha. Arus pengeluaran Elsari Brownies and Bakery dikelompokkan menjadi beberapa komponen, yaitu biaya investasi, biaya reinvestasi, biaya operasional, dan pajak penghasilan. 6.2.3.1.Biaya Investasi Biaya investasi merupakan biaya-biaya yang pada umumnya dikeluarkan pada awal kegiatan pendirian usaha maupun pada saat tahun berjalan untuk memperoleh manfaat beberapa tahun kemudian. 1) Skenario Usaha I Biaya investasi yang dikeluarkan oleh Elsari Brownies and Bakery pada skenario usaha I terdiri atas sewa lahan dan bangunan, peralatan produksi, perlengkapan kantor, izin usaha, dan armada transportasi. Investasi yang dikeluarkan untuk menyewa lahan dan bangunan sebagai tempat pelaksanaan kegiatan produksi sebesar Rp 100.000.000,00 selama sepuluh tahun dengan pembayaran di muka. Peralatan produksi yang diperlukan untuk menunjang kegiatan operasional Elsari Brownies and Bakery berjumlah Rp 22.480.000,00. Biaya investasi untuk perlengkapan kantor menghabiskan dana sebesar Rp 19.800.000,00. Pengurusan perizinan pendirian usaha Elsari membutuhkan dana investasi sejumlah Rp 2.000.000,00. Armada transportasi memerlukan biaya investasi sebesar Rp 48.000.000,00. Dengan demikian, total biaya investasi yang dikeluarkan oleh Elsari Brownies and Bakery dalam menjalankan kegiatan usahanya ialah sebesar Rp 192.280.000,00. Rincian biaya investasi Elsari Brownies and Bakery dapat dilihat pada Lampiran 5. 2) Skenario Usaha II Elsari Brownies and Bakery akan melakukan pengembangan usaha yaitu pembukaan gerai baru di wilayah strategis. Gerai tersebut akan dilengkapi dengan
counter penjualan kopi di dalamnya. Oleh karena itu, diperlukan sejumlah investasi yang lebih besar dari skenario usaha I. Penambahan investasi disesuaikan dengan peningkatan kapasitas produksi yang akan dilakukan. Investasi tambahan tersebut akan menunjang kegiatan operasional terkait dengan pengembangan usaha. Penambahan investasi terutama pada peralatan produksi seperti mixer. Selain itu, terdapat alokasi dana untuk perlengkapan pengembangan usaha di gerai baru seperti sofa, meja, counter display, pendingin ruangan, CD player, speaker, dan televisi. Peralatan produksi kopi juga diperlukan untuk mendukung pengembangan usaha ini. Penambahan investasi untuk produksi kopi tersebut antara lain coffee set, espresso machine, coffee grinder, milk foather, blender, kulkas, pemasangan jaringan wifi, dan pelatihan barista. Selain itu, media periklanan seperti neon box, banner, dan X-banner juga diperlukan untuk memperluas jangkauan pemasaran dan menarik minat konsumen. Peningkatan kapasitas produksi juga turut menambah alokasi pemasaran melalui agen dan retailer pada skenario usaha II. Investasi berupa armada pemasaran tambahan sangat diperlukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemasaran ke beberapa daerah, antara lain Karawang, Serang, Tangerang, Bandung, Sukabumi, Cibubur, dan Depok. Dalam rencana pengembangan usaha ini, pembelian investasi berupa satu unit mobil akan dilakukan untuk meningkatkan efisiensi pemasaran. Dengan demikian, total armada pemasaran Elsari Brownies and Bakery ialah satu unit mobil dan empat unit sepeda motor. Besarnya biaya investasi yang diperlukan untuk pengembangan usaha ini adalah Rp 390.630.000,00. Rincian biaya investasi pada skenario usaha II dapat dilihat pada Lampiran 6. 3) Skenario Usaha III Pengeluaran biaya investasi yang diperlukan untuk pengembangan usaha pada skenario usaha II pada dasarnya sama dengan biaya investasi pengembangan skenario usaha III. Perbedaan yang mendasar ialah investasi perusahaan berupa bangunan. Manajemen Elsari akan membeli bangunan yang akan digunakan sebagai pabrik sekaligus gerai baru Elsari pada skenario usaha III. Dana yang
digunakan untuk membeli bangunan tersebut ialah sebesar Rp 1.300.000.000,00. Dengan demikian, total biaya investasi yang diperlukan bagi pengembangan usaha skenario III Elsari Brownies and Bakery adalah sebesar Rp 1.590.630.000,00. Rincian biaya investasi pada skenario usaha III dapat dilihat pada Lampiran 7. 6.2.3.2.Biaya Reinvestasi Biaya reinvestasi merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk mengganti peralatan investasi yang telah habis masa ekonomisnya sebelum umur bisnis berakhir. Biaya reinvestasi memiliki nilai yang berbeda-beda setiap tahunnya. Hal ini bergantung pada banyaknya peralatan yang perlu diperbarui. Rincian biaya reinvestasi pada skenario usaha I dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Biaya Reinvestasi Elsari pada Skenario Usaha I Tahun Peralatan yang diganti ke3 Timbangan 5 Timbangan 6 Kompor gas, oven, lemari, meja, rak penyimpanan dan pendinginan, rak etalase, komputer, televisi, meja, kursi, sofa, lemari, tempat sampah, kipas angin, printer, dan komputer kasir. 7 Timbangan. 9 Timbangan.
Nilai Reinvestasi (Rp) 480.000 480.000 29.800.000
480.000 480.000
Biaya reinvestasi yang diperlukan untuk skenario usaha II sama dengan biaya reinvestasi yang dibutuhkan bagi pengembangan usaha pada skenario III. Hal ini dikarenakan tidak adanya biaya investasi tambahan bagi pengembangan usaha di skenario III. Biaya reinvestasi yang diperlukan pada skenario usaha II dan III dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Biaya Reinvestasi Elsari pada Skenario Usaha II dan III Tahun Nilai Reinvestasi Peralatan yang diganti ke(Rp) 3 Timbangan. 480.000 5 Timbangan. 480.000 6 Kompor gas, oven, lemari, meja, rak 107.550.000 penyimpanan dan pendinginan, rak etalase, komputer, televisi, meja, kursi, sofa, lemari, tempat sampah, kipas angin, printer, komputer kasir, sofa dan meja tamu, CD player, speaker, coffee set, espresso machine, coffee grinder, blender, AC, televisi, neon box, banner, Xbanner, dan alat kebersihan. 7 Timbangan. 480.000 9 Timbangan. 480.000 Biaya reinvestasi yang diperlukan pada skenario usaha II dan III lebih besar dibanding skenario usaha I karena banyaknya tambahan peralatan investasi yang diperlukan untuk memfasilitasi gerai baru Elsari. Sebagian besar barangbarang investasi tersebut memiliki umur ekonomis selama lima tahun sehingga alokasi reinvestasi yang paling besar ialah biaya reinvestasi pada tahun keenam. 6.2.3.3. Biaya Operasional Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan secara berkala selama usaha berjalan. Biaya ini dikeluarkan setiap tahun karena sifatnya yang sangat penting dalam menunjang kegiatan operasional produksi suatu usaha. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. 1) Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi. Selain itu, biaya tetap juga memiliki nilai yang sama sepanjang tahun selama umur usaha. a)
Skenario Usaha I Biaya tetap yang dikeluarkan oleh Elsari Brownies and Bakery pada
skenario usaha I terdiri dari gaji karyawan, komunikasi, listrik, air, administrasi, promosi, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), konsumsi karyawan, biaya pemeliharaan, THR, sewa mobil, pajak motor, kemasan, dan peralatan produksi. Total biaya tetap yang dikeluarkan Elsari Brownies and Bakery ialah sebesar Rp
442.220.000,00 per tahun selama umur usaha. Pembahasan lebih lanjut mengenai rincian biaya tetap pada skenario usaha I dapat dilihat sebagai berikut: 1. Karyawan yang bekerja di Elsari Brownies and Bakery berjumlah 13 orang. Gaji yang diterima masing-masing karyawan tersebut berbeda-beda tergantung pada pembagian kerja. Total pengeluaran Elsari untuk menggaji seluruh karyawannya tiap bulan ialah sebesar Rp 15.800.000,00. Dengan demikian gaji karyawan Elsari tiap tahun adalah Rp 189.600.00,00. Rincian gaji karyawan Elsari dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Rincian Karyawan Elsari Brownies and Bakery pada Skenario Usaha I Jumlah Gaji per Orang Gaji per Divisi Divisi (orang) (Rp) (Rp) Top Management 2 2.000.000 4.000.000 Produksi Brownies 4 1.200.000 4.800.000 Administrasi dan 2 1.000.000 2.000.000 Keuangan Pemasaran 5 1.000.000 4.000.000 Total Gaji Karyawan per Bulan 15.800.000 2.
Biaya komunikasi yang dikeluarkan Elsari Brownies and Bakery dalam kegiatan operasional usahanya selama satu tahun adalah sebesar Rp 1.200.000,00 dengan asumsi pengeluaran komunikasi per bulan adalah Rp 100.000,00. Pengeluaran biaya komunikasi yang dimaksud ialah biaya pembelian pulsa untuk mempermudah koordinasi antara kepala bagian dengan karyawan.
3.
Biaya listrik yang dikeluarkan oleh Elsari Brownies and Bakery adalah sebesar Rp 300.000,00 per bulan. Oleh karena itu, pengeluaran listrik selama satu tahun ialah sebesar Rp 3.600.000,00.
4.
Biaya air yang dikeluarkan oleh Elsari Brownies and Bakery adalah sebesar Rp 1.800.000,00 dengan asumsi pengeluaran per bulan adalah Rp 150.000,00.
5.
Biaya administrasi yang diperlukan selama kegiatan usaha berlangsung ialah sebesar Rp 1.500.000,00.
6.
Promosi yang dilakukan oleh Elsari Brownies and Bakery membutuhkan dana sebesar Rp 3.000.000,00.
7.
Besarnya Pajak Bumi dan Bangunan yang dibayarkan oleh Elsari selama satu tahun adalah Rp 500.000,00
8.
Karyawan yang bekerja di pabrik Elsari diberikan fasilitas berupa makan siang, cemilan, dan minuman seperti teh atau kopi. Anggaran perusahaan yang dialokasikan untuk konsumsi karyawan selama 26 hari kerja per bulan adalah Rp 6.760.000,00 dengan asumsi bahwa biaya konsumsi per orang ialah Rp 20.000,00 per hari. Dengan demikian, biaya yang diperlukan untuk memenuhi konsumsi karyawan Elsari selaam satu tahun adalah sebesar Rp 81.120.000,00.
9.
Biaya pemeliharaan dialokasikan untuk melakukan perawatan terhadap mesin produksi yang mengalami kerusakan. Hal ini dilakukan untuk menjaga kontinuitas produksi agar tetap berada pada kondisi yang optimal. Mesinmesin yang membutuhkan pemeliharaan secara berkala adalah mixer dan oven panggang. Selain itu, armada transportasi memerlukan pemeliharaan setiap bulan. Oleh karena itu, pengeluaran perusahaan untuk pemeliharaan peralatan produksi selama satu tahun ialah sebesar Rp 1.500.000,00.
10. Tunjangan Hari Raya (THR) diberikan kepada seluruh karyawan setiap satu tahun sekali saat Hari Raya Idul Fitri tiba. THR tersebut bernilai satu kali gaji per bulan. Dengan demikian, pengeluaran Elsari terkait dengan pemberian THR tiap tahun adalah sebesar Rp 15.800.000,00. 11. Proses pemasaran ke beberapa daerah di luar kota membutuhkan armada transportasi yang memadai. Daerah tujuan pemasaran antara lain Bandung, Karawang, Serang, Cibubur, Depok, dan Sukabumi. Penyewaan mobil diperlukan untuk menunjang kelancaran distribusi pemasaran hingga ke mitra penjualan. Penyewaan mobil memerlukan biaya sewa per harinya sebesar Rp 200.000,00. Proses distribusi dilakukan selama enam hari. Dengan demikian, pengeluaran Elsari untuk distribusi produk hingga ke luar kota per tahun ialah sebesar Rp 57.600.000,00. 12. Motor yang dimiliki oleh Elsari berjumlah empat unit. Besarnya pajak yang harus dibayarkan per tahun untuk satu unit sepeda motor ialah sebesar Rp 250.000,00. Oleh karena itu, total biaya pajak motor yang harus dibayarkan adalah Rp 1.000.000,00. 13. Kemasan yang diproduksi untuk Elsari memiliki harga satuan sebesar Rp 1.350,00. Pemesanan kemasan dilakukan minimal 5.000 buah per bulan dan
hanya berlaku kelipatannya. Selama umur usaha, Elsari memesan 5.000 buah kemasan setiap bulan. Hal ini dikarenakan besarnya produksi Elsari berjumlah 4.160 kotak brownies panggang per bulan pada tahun pertama dan 4.992 kotak brownies panggang per bulan pada tahun kedua hingga akhir umur usaha. Dengan demikian, biaya pengeluran Elsari untuk kemasan produk berjumlah Rp 81.000.000,00 sepanjang umur usaha. 14. Peralatan produksi yang dibutuhkan dalam pembuatan brownies panggang antara lain loyang, baskom, spatula, dan ayakan terigu. Umur ekonomis peralatan produksi tersebut ialah satu tahun sehingga digolongkan dalam komponen biaya tetap. Pengeluaran perusahaan untuk mendanai peralatan produksi ialah sebesar Rp 3.000.000,00 per tahun. b) Skenario Usaha II Biaya tetap merupakan biaya yang besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi yang dihasilkan. Biaya tetap yang harus dikeluarkan oleh Elsari Brownies and Bakery pada dasarnya sama dengan skenario usaha I. Adanya rencana pengembangan usaha yang menuntut adanya beberapa komponen pengeluaran tambahan bagi Elsari, antara lain pembayaran wifi, sewa bangunan, kemasan produk, serta pembayaran pinjaman. Total biaya tetap yang dikeluarkan Elsari pada skenario usaha II ini ialah sebesar Rp 593.767.250,00. Pembahasan mengenai rincian biaya tetap yang dikeluarkan oleh Elsari adalah sebagai berikut: 1.
Elsari Brownies and Bakery memiliki tambahan karyawan yang akan membantu pelaksanaan produksi maupun pemasaran setelah adanya pengembangan usaha. Pada skenario II ini Elsari mempekerjakan 17 orang karyawan. Total pengeluaran Elsari untuk gaji karyawan per tahun adalah sebesar Rp 240.000.000,00. Rincian karyawan yang bekerja di Elsari setelah pengembangan usaha dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Rincian Karyawan Elsari Brownies and Bakery pada Skenario Usaha II dan III Jumlah Gaji per Orang Gaji per Divisi Divisi (orang) (Rp) (Rp) Top Management 2 2.000.000 4.000.000 Produksi Brownies 5 1.200.000 6.000.000 Administrasi dan 2 1.000.000 2.000.000 Keuangan Pegawai Gerai 2 1.000.000 2.000.000 Pemasaran 6 1.000.000 6.000.000 Total Gaji Karyawan per Bulan 20.000.000 2.
Pengeluaran untuk komunikasi akan mengalami peningkatan seiring dengan pengembangan usaha. Biaya komunikasi yang dimaksud adalah biaya pembelian pulsa. Biaya ini diperlukan untuk menunjang jalinan komunikasi antara pemilik usaha dengan karyawan baik di bidang produksi, pemasaran, distribusi, maupun keuangan. Total pengeluaran Elsari untuk komunikasi per tahun adalah Rp 2.400.000,00 dengan asumsi biaya komunikasi per bulan adalah Rp 200.000,00.
3.
Suplai listrik akan sangat diperlukan guna menunjang kegiatan operasional di gerai baru Elsari. Hal ini dikarenakan banyaknya perlengkapan elektronik yang digunakan untuk memberikan kenyamanan kepada pengunjung. Oleh karena itu, biaya pengeluaran Elsari terkait dengan listrik akan menjadi Rp 7.200.000 per tahun.
4.
Pengembangan usaha berupa pembukaan gerai baru yang dilengkapi dengan counter penjualan kopi akan membutuhkan pasokan air yang memadai. Biaya pengeluaran Elsari untuk pembayaran air per bulan adalah Rp 300.000,00. Dengan demikian, biaya yang diperlukan oleh Elsari untuk membayar pasokan air adalah sebesar Rp 3.600.000,00 per tahun.
5.
Perlengkapan administrasi juga mengalami peningkatan akibat adanya pengembangan usaha. Biaya administrasi menjadi Rp 3.000.000,00 per tahun.
6.
Pembukaan gerai baru Elsari memerlukan kegiatan promosi yang lebih intesif untuk memperkenalkan gerai tersebut kepada masyarakat luas. Oleh karena itu, biaya yang dibutuhkan juga lebih besar. Penambahan biaya tersebut sebesar Rp 2.000.000,00 dibanding kondisi perusahaan saat ini. Alokasi tambahan tersebut dapat digunakan untuk mencetak pamflet dan brosur lebih
banyak untuk disebarkan di tempat-tempat strategis. Selain itu, biaya promosi juga digunakan untuk proses pembuatan banner serta berbagai media periklanan lainnya. Media pemasaran melalui social media juga memerlukan dana tambahan untuk akses internet. Dengan demikan, biaya promosi saat pengembangan usaha menjadi sebesar Rp 5.000.000,00 per tahun. 7.
Pajak Bumi dan Bangunan yang diperlukan untuk membayar gerai baru Elsari di kawasan Padjajaran ialah sebesar Rp 3.500.000,00.
8.
Tambahan orang yang berkerja di Elsari setelah pengembangan usaha juga memiliki dampak pada anggaran pemberian makanan bagi karyawan. Pembukaan gerai baru Elsari memerlukan tambahan sebanyak empat orang, yaitu satu orang di bagian produksi brownies panggang, satu orang di bagian pemasaran, dan dua orang sebagai pegawai gerai sekaligus barista. Total karyawan yang bekerja di Elsari untuk menunjang kegiatan operasional di gerai baru berjumlah 17 orang. Dengan demikian, anggaran Elsari terkait konsumsi karyawan ialah senilai Rp 106.080.000,00 per tahun dengan asumsi Rp 20.000,00 per hari.
9.
Pengembangan usaha Elsari memerlukan peralatan produksi tambahan guna peningkatan kapasitas produksi baik brownies panggang maupun kopi. Selain itu, terdapat berbagai barang investasi tambahan untuk menunjang kenyamanan pengunjung di gerai baru Elsari. Armada transportasi juga ditambah untuk memperluas proses distribusi produk ke mitra penjualan. Semua perlengkapan tersebut membutuhkan perawatan secara berkala. Oleh karena itu, biaya pemeliharaan semua barang investasi Elsari juga mengalami peningkatan
dibandingkan
dengan
kondisi
perusahaan
sebelum
pengembangan usaha. Anggaran pemeliharaan tersebut menjadi Rp 2.000.000,00 per tahun. 10. Tunjangan Hari Raya (THR) bagi 17 orang karyawan Elsari setelah pengembangan usaha memerlukan biaya sebesar Rp 20.000.000,00. THR diberikan satu tahun sekali saat Hari Raya Idul Fitri yang senilai dengan satu kali gaji. 11. Walaupun Elsari telah memiliki satu unit mobil, namun kegiatan pemasaran harus
tetap
didukung
melalui
armada
transportasi
tambahan
saat
pengembangan usaha ini. Hal ini dikarenakan pengiriman brownies panggang ke berbagai kota di luar kota Bogor akan lebih diintensifkan. Oleh karena itu, penyewaan mobil diasumsikan sebanyak enam kali dalam seminggu untuk menunjang kegiatan pemasaran Elsari dalam kondisi pengembangan usaha. Besarnya biaya penyewaan mobil adalah sebesar Rp 200.000,00. Dengan demikian, pengeluaran Elsari untuk menyewa mobil ialah Rp 57.600.000,00 per tahun. 12. Motor merupakan salah satu barang investasi kendaraan operasional Elsari. Motor yang dimiliki Elsari berjumlah empat unit. Pajak motor per unit ialah senilai Rp 250.000,00. Dengan demikian, total pengeluaran Elsari terkait pembayaran pajak motor ialah Rp 1.000.000,00 per tahun. 13. Pajak mobil yang dikeluarkan setiap tahun adalah sebesar Rp 2.000.000,00. 14. Fasilitas akses internet tanpa kabel atau wifi diberikan kepada pengunjung secara gratis untuk menunjang kenyamanan mereka saat mengonsumsi langsung produk Elsari di gerai baru. Biaya yang dibutuhkan per bulan untuk akses internet tersebut sebesar Rp 100.000,00. Dengan demikian, total biaya akses internet wifi selama satu tahun adalah Rp 1.200.000,00. 15. Peralatan produksi seperti loyang, baskom, spatula, dan ayakan terigu sangat diperlukan dalam proses pembuatan brownies panggang. Peralatan produksi tersebut memiliki masa pakai selama satu tahun sehingga menjadi bagian dari biaya tetap yang dikeluarkan perusahaan. Pengeluaran untuk peralatan produksi tersebut ialah sebesar Rp 3.000.000,00 per tahun. 16. Pembukaan gerai baru Elsari akan dilakukan di kawasan Padjadjaran dengan menyewa bangunan atau ruko. Biaya penyewaan bangunan tersebut ialah Rp 120.000.000,00 per tahun. c)
Skenario Usaha III Biaya tetap yang dikeluarkan oleh Elsari Brownies and Bakery pada
skenario usaha III pada dasarnya sama dengan biaya tetap yang diperlukan pada skenario usaha II. Namun, pada skenario usaha III Elsari tidak memerlukan pengeluaran untuk menyewa bangunan karena Elsari telah memiliki bangunan yang berfungsi sebagai pabrik dan gerai baru Elsari. Oleh karena itu, total biaya
tetap yang dikeluarkan Elsari pada skenario usaha III adalah sebesar Rp 522.329.000,00. 2) Biaya Variabel a)
Skenario Usaha I Biaya variabel yang dikeluarkan Elsari Brownies and Bakery dalam
menghasilkan brownies panggang pada skenario usaha I terdiri atas gas LPG, transportasi, serta pengadaan bahan baku. Penjabaran lebih lanjut terkait rincian biaya variabel dapat dilihat sebagai berikut: 1.
Jumlah gas LPG 12 kg yang diperlukan dalam produksi brownies panggang dalah 642 tabung per tahun. Besarnya pembelian gas LPG per tabungnya ialah Rp 78.000,00. Dengan demikian pengeluaran Elsari terkait pengadaan gas ialah sebesar Rp 50.076.000,00.
2.
Biaya transportasi yang dibutuhkan mencakup distribusi produk dan pengadaan bahan baku bagi kegiatan produksi Elsari Brownies and Bakery. Distribusi produk ke mitra penjualan Elsari di luar kota membutuhkan alokasi pendanaan untuk bahan bakar kendaraan bermotor tersebut. Beberapa tujuan pemasaran Elsari ialah Karawang, Serang, Bandung, Sukabumi, Cibubur, dan Depok. Kegiatan distribusi dilakukan sebanyak enam kali dalam seminggu. Bahan bakar yang dibutuhkan selama satu hari distribusi diasumsikan sebesar 25 liter. Dengan demikian, pengeluaran Elsari untuk menunjang kegiatan distribusi pemasarannya ialah sebesar Rp 32.400.000,00 per tahun.
3.
Bahan baku yang diperlukan dalam pembuatan brownies panggang antara lain:
a.
Tepung terigu yang diperlukan sebagai bahan baku pembuatan brownies panggang dengan 10 kocok adonan per hari adalah sebanyak 268 bal per tahun. Takaran satu bal berarti 25 kg dengan harga Rp 158.000,00 per bal. Oleh karena itu, dibutuhkan 6.700 kg tepung terigu untuk memproduksi 49.920 kotak brownies panggang per tahun. Total pengeluaran Elsari untuk pengadaan tepung terigu pada tahun pertama adalah Rp 42.344.000,00.
b.
Dalam proses pembuatan 49.920 kotak brownies panggang diperlukan 208 bal gula per tahun. Satu bal gula terdiri dari 50 kg gula dengan harga Rp
467.000,00 per bal. Biaya yang harus dikeluarkan Elsari untuk membeli gula per tahun ialah sebesar Rp 97.136.000,00. c.
Telur yang diperlukan dalam proses pembuatan brownies panggang Elsari sebanyak 642 peti. Satu peti terdiri atas 15 kg telur dengan harga Rp 215.000,00 per peti. Oleh karena itu, pengadaan bahan baku telur membutuhkan biaya sebesar Rp 138.030.000,00.
d.
Salah satu bahan baku pembuatan brownies panggang adalah minyak nabati. Minyak nabati yang dibutuhkan Elsari pada ialah 452 karton. Satu karton minyak nabati terdiri dari enam buah minyak nabati dengan komposisi dua liter per buah. Harga per karton minyak nabati ialah sebesar Rp 122.000,00. Dengan demikian, pengeluaran Elsari untuk biaya pengadaan minyak nabati ialah Rp 55.144.000,00 per tahun.
e.
Coklat bubuk yang diperlukan sebagai komponen bahan baku pembuatan brownies panggang ialah sebanyak 58 bal. Satu bal terdiri dari 25 kg coklat bubuk. Harga per bal coklat bubuk adalah sebesar Rp 1.625.000,00. Oleh karena itu, biaya yang harus dikeluarkan Elsari untuk pengadaan bahan baku coklat bubuk ini per tahun ialah Rp 94.250.000,00.
f.
Bahan baku penyusun brownies panggang salah satunya adalah keju. Keju yang diperlukan pada tahun pertama adalah sebanyak 98 karton. Satu karton keju berisi delapan buah plastik keju dengan berat masing-masing dua kg. Harga per karton keju ini ialah Rp 844.000,00. Dengan demikian, pengadaan bahan baku keju per tahun memerlukan biaya sebesar Rp 82.712.000,00.
g.
Cokelat batangan diperlukan sebagai salah satu bahan baku pembuatan brownies panggang. Pengeluaran Elsari untuk cokelat batangan per tahun adalah sebesar Rp 75.000.000,00.
h.
Brownies panggang yang dijual oleh Elsari memiliki berbagai macam variasi topping antara lain meises, chocochips, kacang mete, kismis, dan susu. Biaya variabel yang diperlukan terkait pengadaan berbagai bahan baku topping tersebut memerlukan dana senilai Rp 75.000.000,00 per tahun.
i.
Bahan baku penunjang lainnya dalam proses pembuatan brownies panggang antara lain vanili, soda kue, dan garam. Biaya variabel yang diperlukan terkait
pengadaan berbagai bahan baku penunjang tersebut adalah sebesar Rp 75.000.000,00. b) Skenario Usaha II Biaya variabel yang dikeluarkan oleh Elsari pada skenario usaha II terdiri dari gas LPG, transportasi, dan bahan baku. Pengembangan usaha Elsari ialah pembukaan gerai baru yang dilengkapi dengan counter penjualan kopi. Oleh karena itu, bahan baku pada skenario usaha II ini juga dilengkapi dengan bahan baku pembuatan kopi. Total pengeluaran biaya variabel Elsari pada skenario II ialah sebesar Rp 1.056.832.000,00 pada tahun pertama dan kedua pengembangan usaha serta Rp 1.371.878.000,00 pada tahun ketiga hingga akhir umur bisnis. Pembahasan lebih lanjut mengenai biaya variabel dapat dilihat sebagai berikut: 1.
Pemakaian gas LPG 12 kg untuk memproduksi brownies panggang pada tahun pertama dan kedua skenario usaha II ialah sebanyak 770 tabung. Pada tahun ketiga hingga akhir umur bisnis, terdapat peningkatan pemakaian gas LPG sehingga menjadi 963 tabung gas. Biaya pemakaian per satuan tabung gas LPG sebesar Rp 78.000,00. Dengan demikian, biaya variabel yang dikeluarkan oleh Elsari terkait pemakaian gas LPG pada tahun pertama dan kedua sebesar Rp 60.060.000,00 sedangkan pada tahun ketiga hingga kesepuluh menghabiskan dana sebesar Rp 75.114.000,00.
2.
Peningkatan produksi akibat adanya rencana pengembangan usaha menuntut penambahan pengadaan kemasan produk. Pemesanan hanya dapat dilakukan dalam kelipatan 5.000 buah. Produksi pada tahun pertama dan kedua Elsari ialah 59.904 kotak sedangkan pada tahun ketiga hingga tahun kesepuluh ialah 74.880 kotak. Oleh karena itu, Elsari akan memesan kemasan sejumlah 5.000 buah per bulan pada tahun pertama dan kedua pengembangan usaha serta 10.000 buah per bulan pada tahun ketiga hingga akhir umur usaha. Harga satuan kemasan ialah Rp 1.350,00. Dengan demikian, biaya variabel terkait kemasan produk Elsari ialah Rp 81.000.000,00 pada tahun pertama dan kedua pengembangan usaha sedangkan Rp 162.000.000,00 pada tahun ketiga hingga akhir umur usaha.
3.
Seiring dengan adanya peningkatan produksi guna memenuhi target penjualan di gerai baru, maka terdapat pula peningkatan alokasi pemasaran
melalui mitra penjualan atau retailer. Pembukaan gerai baru Elsari diharapkan akan meningkatkan efektivitas saluran promosi melalui word of mouth sehingga wilayah pemasaran Elsari melalui retailer akan lebih luas. Bagian delivery akan membuka pemasaran ke daerah-daerah lain yang belum dijangkau oleh Elsari sehingga semakin memudahkan konsumen menjangkau produk Elsari. Proses distribusi melalui retailer dilakukan langsung oleh bagian delivery Elsari dengan menggunakan armada transportasi berupa mobil. Pengeluaran yang diperlukan untuk pembelian bahan bakar selama proses distribusi pada tahun pertama dan kedua pengembangan usaha adalah sebesar Rp 38.880.000,00 dengan asumsi pemakaian bahan bakar sebesar 30 liter per satu hari proses distribusi. Sedangkan pada tahun ketiga hingga kesepuluh ialah Rp 51.840.000,00 dengan asumsi terdapat peningkatan bahan bakar yang diperlukan menjadi 40 liter. Kegiatan distribusi dilakukan selama enam kali dalam satu minggu. Peningkatan alokasi biaya akomodasi pada tahun ketiga hingga kesepuluh dikarenakan adanya peningkatan frekuensi pengiriman produk Elsari ke wilayah pemasaran baru. 4.
Tepung terigu yang digunakan sebagai salah satu komponen bahan baku dalam produksi brownies panggang mengalami peningkatan pada skenario usaha II. Tepung terigu yang digunakan pada tahun pertama dan kedua adalah sebanyak 322 bal atau 8.050 kg. Penggunaan tepung terigu pada tahun ketiga hingga kesepuluh adalah sebanyak 402 bal atau 10.050 kg. Harga tepung terigu ialah Rp 158.000,00 per bal. Dengan demikian pengeluaran Elsari untuk pembelian tepung terigu pada tahun pertama dan kedua sebesar Rp 50.876.000,00 sedangkan pada tahun ketiga hingga kesepuluh sebesar Rp 63.516.000,00.
5.
Pada skenario usaha II, gula yang digunakan pada proses produksi brownies panggang adalah sebanyak 250 bal di tahun pertama dan kedua serta 312 bal pada tahun ketiga hingga kesepuluh. Satu bal sama nilainya dengan 50 kg. Biaya pembelian gula ialah sebesar Rp 467.000,00 per bal. Alokasi pembelian gula juga meningkat akibat adanya counter penjualan kopi di gerai Elsari yang baru. Penambahan biaya tersebut ialah sebesar Rp 5.000.000,00 pada tahun pertama dan kedua serta Rp 10.000.000,00 pada tahun ketiga
hingga kesepuluh. Dengan demikian, biaya variabel yang dikeluarkan Elsari untuk pembelian gula ialah sebesar Rp 121.750.000,00 pada tahun pertama dan kedua serta Rp Rp 155.704.000,00 pada tahun ketiga hingga akhir umur usaha. 6.
Penggunaan telur sebagai bahan baku pembuatan brownies panggang adalah sebanyak 770 peti pada tahun pertama dan kedua serta 963 peti pada tahun ketiga hingga kesepuluh. Satu peti berisi 15 kg telur. Harga satu peti telur ialah sebesar Rp 215.000,00. Oleh karena itu, biaya variabel terkait pembelian telur pada tahun pertama dan kedua ialah sebesar Rp 165.550.000,00 sedangkan pada tahun ketiga hingga akhir umur usaha adalah sebsar Rp 207.045.000,00.
7.
Minyak nabati yang digunakan pada tahun pertama dan kedua pengembangan usaha Elsari ialah sebanyak 542 kardus atau 3.252 buah. Pada tahun ketiga hingga kesepuluh, penggunaan minyak nabati adalah sebesar 678 kardus atau 4.068 buah. Satu buah kardus minyak nabati memiliki harga sebesar Rp 122.000,00. Oleh karena itu, pengeluaran biaya variabel terkait pembelian minyak nabati pada tahun pertama dan kedua sebesar Rp 66.124.000,00 sedangkan pada tahun ketiga hingga akhir umur usaha ialah sebesar Rp 82.716.000,00.
8.
Penggunaan coklat bubuk sebagai salah satu bahan baku pembuatan brownies panggang mengalami peningkatan akibat adanya pengembangan usaha. Pada tahun pertama dan kedua, coklat bubuk yang digunakan adalah sebanyak 70 bal atau 1.750 kg. Coklat bubuk yang dibutuhkan pada tahun ketiga hingga kesepuluh adalah 87 bal atau 2.175 kg. Harga satu bal coklat bubuk ialah Rp 1.625.000,00. Dengan demikian, biaya variabel yang dikeluarkan Elsari terkait dengan pembelian coklat bubuk adalah Rp 113.750.000,00 sedangkan pada tahun kedua hingga kesepuluh adalah sebesar Rp 141.375.000,00.
9.
Keju yang digunakan dalam produksi brownies panggang pada tahun pertama dan kedua pengembangan usaha adalah sebanyak 118 kardus sedangkan pada tahun ketiga hingga kesepuluh adalah sebanyak 147 kardus. Satu kardus keju berisi delapan buah keju seberat dua kg. Harga satu buah kardus keju adalah sebesar Rp 844.000,00. Oleh karena itu, pengeluaran Elsari untuk membeli
keju pada tahun pertama dan kedua adalah sebesar Rp 99.592.000,00 sedangkan Rp 124.068.000,00 pada tahun ketiga hingga kesepuluh. 10. Proses produksi brownies panggang membutuhkan coklat batangan sebagai salah satu komponen bahan bakunya. Biaya variabel yang diperlukan untuk pembelian coklat batangan pada tahun pertama dan kedua pengembangan usaha adalah sebesar Rp 75.000.000,00 sedangkan pada tahun ketiga hingga akhir umur usaha ialah Rp 80.000.000,00. 11. Elsari memproduksi brownies panggang dengan beragam variasi topping antara lain mesis, chocochips, kacang mede, kismis, dan susu. Anggaran yang diperlukan untuk membeli bahan baku pembuatan topping tersebut adalah sebesar Rp 75.000.000,00 pada tahun pertama dan kedua pengembangan usaha serta Rp 80.000.000,00 pada tahun ketiga hingga kesepuluh. 12. Bahan baku penunjang lainnya dalam proses produksi brownies panggang adalah vanili, soda kue, dan garam. Biaya variabel yang dikeluarkan oleh Elsari untuk membeli bahan baku penunjang ini diasumsikan sebesar Rp 75.000.000,00 pada tahun pertama dan kedua serta Rp 80.000.000,00 pada tahun ketiga hingga kesepuluh pengembangan usaha. 13. Bahan baku yang diperlukan dalam proses pembuatan kopi antara lain biji kopi, gula, susu, dan cokelat cair. Pada tahun pertama dan kedua pengembangan usaha, target penjualan Elsari adalah 25 cangkir kopi per hari. Satu buah cangkir kopi membutuhkan kira-kira 10 gram biji kopi sehingga dalam satu hari dibutuhkan 250 gram biji kopi. Biji kopi dijual dengan minimal pembelian sebanyak 500 gram seharga Rp 69.000,00. Gerai baru Elsari akan beroperasi selama 30 hari. Oleh karena itu, dalam satu tahun biaya variabel yang diperlukan untuk membeli biji kopi adalah Rp 12.420.000,00. Sedangkan pada tahun ketiga hingga tahun kesepuluh target penjualan kopi di gerai baru Elsari adalah sebanyak 50 cangkir. Dengan demikian, biaya variabel yang diperlukan ialah Rp 24.840.000,00. 14. Susu cair diperlukan sebagai pelengkap dalam suguhan secangkir kopi. Susu cair yang digunakan memiliki harga beli sebesar Rp 14.500,00 per liter. Dalam satu bulan, susu cair yang diperlukan untuk menunjang kegiatan operasional Elsari adalah sebanyak 1,5 liter. Oleh karena itu, biaya variabel
yang diperlukan terkait pembelian susu pada tahun pertama dan kedua adalah Rp 7.830.000,00 sedangkan pada tahun ketiga hingga kesepuluh adalah sebesar Rp 15.660.000,00. 15. Pengeluaran lainnya yang diperlukan sebagai pelengkap suguhan kopi ialah cokelat cair dan whipped cream. Biaya variabel yang diperlukan diasumsikan adalah sebesar Rp 5.000.000,00 pada tahun pertama dan kedua serta Rp 10.000.000,00 untuk tahun ketiga hingga akhir umur usaha. 16. Kemasan diperlukan bagi konsumen yang menginginkan kopinya untuk dibawa pulang atau tidak diminum di gerai langsung. Kemasan yang digunakan adalah gelas plastik PET dengan tutup cembung yang biasa digunakan di coffee shop internasional. Total biaya yang diperlukan untuk memesan satu buah kemasan dengan dilengkapi logo perusahaan dan sedotan ialah Rp 1.000,00. Elsari akan memesan sebanyak 9.000 buah kemasan pada tahun pertama sehingga akan membutuhkan dana sebanyak Rp 9.000.000,00. Pada tahun ketiga hingga akhir umur usaha, diperlukan biaya variabel sebesar Rp 18.000.000,00 terkait biaya pembelian 18.000 buah kemasan. c)
Skenario Usaha III Pengeluaran biaya variabel pada skenario usaha II sama dengan pengeluaran biaya variabel pada skenario usaha III. Hal ini dikarenakan tidak adanya penambahan dana untuk membeli bahan baku produksi brownies panggang serta kopi. Dengan demikian, total biaya variabel yang dikeluarkan Elsari pada skenario III ialah sebesar Rp 1.056.832.000,00 pada tahun pertama dan kedua pengembangan usaha serta Rp 1.371.878.000,00 pada tahun ketiga hingga akhir umur bisnis.
6.2.3.4. Bunga 1) Skenario Usaha I Pada skenario usaha I, Elsari tidak mengajukan pinjaman dana ke bank. Oleh karena itu, Elsari tidak memiliki kewajiban untuk membayar angsuran pinjaman kepada bank. 2) Skenario Usaha II Rencana pengembangan usaha pada skenario II membutuhkan tambahan dana sehingga Elsari mengajukan peminjaman dana ke Bank Rakyat Indonesia
sebesar Rp 100.000.000,00. Oleh karena itu, Elsari memiliki kewajiban untuk membayar pinjaman tersebut dalam jangka waktu sepuluh tahun sebesar Rp 16.187.250,00. Adapun rincian pinjaman dan bunga dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Rincian Pokok Pinjaman, Biaya Bunga, dan Sisa Pokok Pinjaman (dalam Rp) Tahun Pokok Pinjaman Biaya Bunga Angsuran Sisa Pokok Pinjaman 1 6.312.250 9.875.000 16.187.250 93.687.750 2 6.935.585 9.251.665 16.187.250 86.752.165 3 7.620.474 8.566.776 16.187.250 79.131.691 4 8.372.996 7.814.255 16.187.250 70.758.696 5 9.199.829 6.987.421 16.187.250 61.558.867 6 10.108.312 6.078.938 16.187.250 51.450.555 7 11.106.508 5.080.742 16.187.250 40.344.047 8 12.203.275 3.983.975 16.187.250 28.140.772 9 13.408.349 2.778.901 16.187.250 14.732.423 10 14.732.423 1.454.827 16.187.250 0 3) Skenario Usaha III Elsari mengajukan pinjaman kepada BRI untuk mendanai rencana pengembangan usaha berupa pembelian investasi bangunan. Pinjaman dana tersebut sebesar Rp 400.000.000,00 yang akan dibayar selama 10 tahun periode pembayaran angsuran. Adapun rincian pinjaman dan bunga dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Rincian Pokok Pinjaman, Biaya Bunga, dan Sisa Pokok Pinjaman (dalam Rp) Sisa Pokok Tahun Pokok Pinjaman Biaya Bunga Angsuran Pinjaman 1 25.249.000 39.500.000 64.749.000 374.751.000 2 27.742.339 37.006.661 64.749.000 347.008.661 3 30.481.895 34.267.105 64.749.000 316.526.766 4 33.491.982 31.257.018 64.749.000 283.034.784 5 36.799.315 27.949.685 64.749.000 246.235.468 6 40.433.248 24.315.753 64.749.000 205.802.221 7 44.426.031 20.322.969 64.749.000 161.376.190 8 48.813.101 15.935.899 64.749.000 112.563.088 9 53.633.395 11.115.605 64.749.000 58.929.693 10 58.929.693 5.819.307 64.749.000 0
6.2.3.5. Pajak Restoran Pajak restoran merupakan komponen pengeluaran (outflow) yang harus dikeluarkan atas laba bersih yang diperoleh setiap tahunnya. Pajak ini merupakan pajak atas pelayanan restoran yang diserahkan kepadaPemerintah Daerah Kota Bogor. Penghitungan pajak penghasilan didasarkan pada Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pajak Restoran. Pajak restoran tersebut sebesar 10 persen dari laba bersih yang dibayarkan per bulan. Penerapan pajak ini dilakukan kepada restoran yang memiliki nilai penjualan di atas Rp 7.500.000,00 per bulan. Tabel 17.
Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pajak Restoran Elsari Brownies and Bakery pada Skenario Usaha II dan III (dalam Rp) Skenario II Skenario III Nilai Nilai EBT EBT Pajak Pajak 12.811.000 (16.814.000) 13.434.335 (14.320.661) 193.425.224 1.611.877 167.724.895 1.397.707 194.177.745 1.618.148 170.734.982 1.422.792 195.004.579 1.625.038 174.042.315 1.450.353 195.913.062 1.632.609 177.676.247 1.480.635 196.911.258 1.640.927 181.669.031 1.513.909 198.008.025 1.650.067 186.056.101 1.550.468 199.213.099 1.660.109 190.876.395 1.590.637 200.537.173 1.671.143 196.172.693 1.634.772
Pajak restoran diberlakukan kepada skenario pengembangan usaha yang memberikan inovasi berupa counter penjualan kopi. Pajak restoran yang harus dikeluarkan oleh Elsari Brownies and Bakery tergantung pada perolehan laba kotor tiap tahun di masing-masing skenario usaha. Berdasarkan Tabel 17 di atas diperoleh informasi bahwa pada tahun pertama dan kedua pengembangan usaha di skenario usaha II, pajak restoran tidak diberlakukan. Hal ini dikarenakan pendapatan penjualan yang dibawah nilai Rp 7.500.000,00 per bulan pada tahun pertama dan kedua pengembangan usaha. Pada skenario usaha III, perolehan laba bersih pada tahun pertama dan kedua pengembangan usaha memiliki nilai negatif. Oleh karena itu, pada tahun pertama dan kedua pengembangan usaha, tidak dikenai pengeluaran untuk pajak restoran.
6.2.4 Analisis Laba Rugi Menurut Umar (2007), proyeksi laba rugi disusun oleh data-data pendapatan dan biaya. Dalam analisis laba rugi usaha, pendapatan diperoleh dari penerimaan dan nilai sisa investasi, sedangkan komponen biaya disusun oleh biaya tetap, biaya variabel, dan pajak penghasilan. Perhitungan laba rugi usaha dimulai dengan mengurangi jumlah seluruh penerimaan dengan total biaya tetap dan biaya variabel setiap tahunnya. Dari perhitungan tersebut didapatkan nilai penerimaan sebelum bunga dan pajak (EBIT) atau laba kotor yang kemudian dikurangi dengan biaya bunga sehingga didapatkan penerimaan sebelum pajak atau laba bersih sebelum pajak (EBT). Sebagai langkah akhir, dilakukan pengurangan terhadap EBT dengan pajak penghasilan untuk setiap EBT yang bernilai positif atau memperoleh keuntungan. Dengan demikian didapatkan nilai penerimaan setelah pajak atau laba/rugi usaha. Untuk biaya tetap pada komponen biaya operasional ditambahkan dengan komponen biaya penyusutan dari barangbarang investasi per tahunnya. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus. Rincian biaya penyusutan skenario I, II, dan III dapat dilihat pada Lampiran 5, 6, dan 7. Elsari Brownies and Bakery telah memperoleh laba mulai dari tahun pertama usaha hingga akhir umur usaha di skenario usaha I dan II. Namun, pada skenario usaha III, laba yang diperoleh pada tahun pertama dan kedua bernilai negatif. Perolehan laba bersih per tahun di ketiga skenario usaha dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Laba Bersih Elsari Brownies and Bakery pada Ketiga Skenario Usaha (dalam Rp) Tahun Skenario Usaha I Skenario Usaha II Skenario Usaha III 1 66.328.000 12.811.000 (16.814.000) 2 66.328.000 13.434.335 (14.320.661) 3 66.328.000 191.813.347 166.327.187 4 66.328.000 192.559.598 169.312.190 5 66.328.000 193.379.541 172.591.962 6 66.328.000 194.280.453 176.195.612 7 66.328.000 195.270.331 180.155.122 8 66.328.000 196.357.958 184.505.634 9 66.328.000 197.552.990 189.285.758 10 66.328.000 198.866.030 194.537.920 Rata-rata 66.328.000 158.632.558 140.177.673
Berdasarkan analisis laba rugi, rata-rata laba bersih yang didapat Elsari pada skenario II merupakan perolehan rata-rata laba bersih yang paling besar apabila dibandingkan dengan skenario usaha lainnya. Skenario usaha III memliki perolehan rata-rata laba bersih terbesar kedua setelah skenario usaha II sedangkan skenario usaha I memperoleh rata-rata laba bersih yang paling kecil. Melalui informasi tersebut, dapat dikatakan bahwa rencana pengembangan usaha Elsari baik melalui skenario usaha II maupun III akan memberikan rata-rata perolehan laba bersih yang lebih besar apabila dibandingkan dengan kondisi perusahaan saat ini. Dengan demikian, menurut analisis laba dan rugi, Elsari Brownies and Bakery sebaiknya menjalankan skenario usaha II atau III untuk memperoleh laba bersih yang lebih besar. 6.2.5. Analisis Kelayakan Finansial Analisis kelayakan finansial usaha pengolahan brownies panggang oleh Elsari Brownies and Bakery menggunakan prinsip uang saat ini tidak sama dengan nilai uang di masa yang akan datang. Analisis kelayakan finansial dilakukan dengan mendiskontokan nilai net benefit yang diperoleh dengan tingkat discount rate sebesar 5,75 persen. Nilai ini didasarkan pada tingkat suku bunga rata-rata yang berlaku di Bank Indonesia per bulan Februari hingga Maret 2012. Hal dikarenakan Elsari Brownies and Bakery menggunakan modal sendiri dan tidak bergantung pada pinjaman bank dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya pada skenario usaha I. Discount rate yang digunakan pada skenario usaha II ialah sebesar 6,81 persen sedangkan pada skenario III adalah 6,79 persen. Nilai ini merupakan opportunity cost of capital dari BI rate (5,75 persen) dan suku bunga pinjaman BRI (9,875 persen). Suku bunga pinjaman BRI yang digunakan merupakan ratarata suku bunga pinjaman selama bulan Februari dan Maret 2012. Analisis finansial ini dilakukan dengan menggunakan kriteria penilaian investasi, yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost-Ratio (Net B/C), dan Discounted Payback Period (DPP). 1) Skenario Usaha I Berdasarkan perhitungan analisis kelayakan finansial yang telah dilakukan dapat diperoleh informasi bahwa NPV yang diperoleh Elsari Brownies and Bakery
dalam skenario usaha I bernilai lebih besar daripada nol, yaitu Rp 337.679.866,814. Hal ini berarti bahwa usaha pengolahan brownies panggang oleh Elsari Brownies and Bakery menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 454.845.061,71 selama kurun waktu 10 tahun dengan kapasitas produksi 49.920 kotak brownies per tahun. Dengan demikian, usaha pengolahan brownies ini layak untuk dijalankan. Suatu usaha dapat dikatakan layak apabila memiliki nilai Internal Rate of Return (IRR) yang lebih besar apabila dibandingkan dengan nilai cost of capital. Berdasarkan perhitungan analisis kelayakan finansial, nilai IRR yang diperoleh Elsari Brownies and Bakery ialah sebesar 74 persen, sedangkan nilai cost of capital adalah 5,75 persen. Nilai IRR ini lebih besar dari cost of capital sehingga usaha pengolahan brownies panggang ini layak untuk dijalankan. Net B/C merupakan rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Suatu usaha dapat dikatakan layak apabila Net B/C bernilai lebih dari satu. Apabila net B/C bernilai positif maka apabila perusahaan mengeluarkan biaya tambahan maka nilai manfaat tambahan yang diperoleh perusahaan tersebut akan lebih besar, yaitu senilai dengan net B/C yang dihasilkan. Nilai Net B/C yang diperoleh Elsari Brownies and Bakery berdasarkan perhitungan analisis kelayakan adalah sebesar 5,64. Hal ini berarti setiap tambahan biaya sebesar Rp 1,00 akan menghasilkan tambahan manfaat bersih bagi Elsari sebesar Rp 5,64. Dengan demikian, Elsari Brownies and Bakery layak untuk dijalankan karena memiliki nilai Net B/C lebih besar dari satu. Discounted payback period digunakan untuk melihat jangka waktu pengembalian modal. Berdasarkan analisis kelayakan finansial, discounted payback period Elsari Brownies and Bakery ialah selama 3,55 tahun. Waktu pengembalian yang cukup singkat atau lebih cepat dari umur usaha menandakan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan. Rekapitulasi hasil perhitungan kriteria investasi pada skenario I dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Kriteria Investasi Elsari pada Skenario Usaha I Kriteria Investasi Hasil NPV Rp 454.845.061,71 IRR 74% Net B/C 5,64 DPP 3,55 tahun 2) Skenario Usaha II Analisis finansial menunjukkan bahwa NPV yang diperoleh Elsari Brownies and Bakery pada skenario usaha II ialah sebesar Rp 993.854.285,65. Hal ini berarti pengembangan usaha yang akan dilakukan oleh Elsari memberikan manfaat bersih sebesar Rp 993.854.285,65 selama periode 10 tahun. Incremental net benefit yang diperoleh skenario usaha II apabila dibandingkan dengan kondisi pada skenario usaha I ialah Rp 539.009.223,94. Dengan demikian, rencana pengembangan ini layak untuk dijalankan karena memiliki nilai NPV lebih dari nol. Berdasarkan analisis kelayakan finansial, diperoleh informasi bahwa nilai IRR yang diperoleh Elsari Brownies and Bakery adalah sebesar 66 persen. Nilai tersebut lebih besar apabila dibandingkan dengan opportunity cost of capital, yaitu 6,81 persen. Hal ini menunjukkan bahwa rencana pengembangan usaha Elsari layak untuk dijalankan apabila ditinjau berdasarkan nilai IRR yang diperoleh. Net B/C yang diperoleh Elsari pada skenario II adalah sebesar 5,54. Hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp 5,54. Nilai Net B/C yang dihasilkan lebih dari satu, oleh karena itu rencana pengembangan usaha Elsari layak untuk dijalankan. Analisis finansial saat pengembangan usaha menunjukkan nilai discounted payback period selama 3,83 tahun. Hal ini berarti tingkat pengembalian modal Elsari setelah pengembangan usaha relatif singkat atau lebih kecil dari umur usaha. Dengan demikian, rencana pengembangan usaha Elsari layak untuk dijalankan. Kriteria investasi berdasarkan analisis finansial Elsari pada skenario usaha II dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Kriteria Investasi Elsari pada Skenario Usaha II Kriteria Investasi Hasil Incremental Net Benefit Rp 539.009.223,94 IRR 66% Net B/C 5,54 DPP 3,83 tahun 3) Skenario Usaha III Berdasarkan analisis finansial yang telah dilakukan terhadap kriteria investasi, diperoleh informasi bahwa nilai Net Present Value (NPV) pada skenario usaha III ialah sebesar Rp 659.725.212,63. Perolehan NPV ini berarti rencana pengembangan usaha Elsari melalui penerapan skenario usaha III akan memberikan manfaat bersih sebesar Rp 659.725.212,63 selama periode 10 tahun berjalannya usaha. Incremental net benefit yang diperoleh skenario usaha III apabila dibandingkan dengan skenario usaha I ialah sebesar Rp 204.880.150,92. Hasil ini dapat dikatakan layak karena nilai yang diperoleh lebih besar daripada nol. Hasil analisis kelayakan finansial menunjukkan hasil Internal Rate of Return (IRR) yang diperoleh Elsari adalah 19 persen. Nilai ini dianggap layak karena lebih besar dari opportunity cost of capital yang digunakan yaitu 6,79 persen. Nilai Net B/C yang diperoleh Elsari Brownies and Bakery berdasarkan perhitungan analisis kelayakan adalah sebesar 1,66. Hal ini berarti setiap tambahan biaya sebesar Rp 1,00 akan menghasilkan tambahan manfaat bersih bagi Elsari sebesar Rp 1,66. Oleh karena itu, Elsari Brownies and Bakery layak untuk dijalankan karena memiliki nilai Net B/C lebih besar dari satu. Berdasarkan analisis kelayakan finansial, discounted payback period Elsari Brownies and Bakery ialah selama 9,6 tahun. Waktu pengembalian investasi pada skenario usaha III ini lebih kecil apabila dibandingkan dengan umur usaha, yaitu 10 tahun. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan. Hasil perhitungan kriteria investasi pada skenario usaha III dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Kriteria Investasi Elsari pada Skenario Usaha III Kriteria Investasi Hasil Incremental Net Benefit Rp 204.880.150,92 IRR 19% Net B/C 1,66 DPP 9,6 tahun 6.2.6. Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas bertujuan untuk menilai apa yang terjadi dengan hasil analisis kelayakan suatu kegiatan investasi atau bisnis apabila terjadi perubahan di dalam perhitungan biaya atau manfaat. Perubahan yang dimaksud biasanya terjadi pada faktor-faktor produksi seperti kenaikan bahan baku dan penurunan penjualan. Elsari Brownies and Bakery pernah mengalami penurunan produksi yang berdampak pada berkurangnya penjualan ke konsumen. Produksi turun sebanyak 3,85 persen. Hal ini terjadi karena terdapat pergolakan internal yang membuat produktivitas karyawan menjadi terganggu. Oleh karena itu, karyawan produksi hanya mampu menghasilkan 47.999 kotak brownies panggang per tahun. Biaya bahan baku yang dominan dalam pembuatan brownies panggang adalah telur. Telur memerlukan biaya variabel yang paling besar apabila dibandingkan dengan bahan baku lainnya. Oleh karena itu, perubahan pada harga telur akan turut mempengaruhi perolehan manfaat perusahaan. Kenaikan biaya pembelian telur yang pernah dialami Elsari Brownies and Bakery adalah sebesar 14 persen. Harga telur ialah sebesar Rp 215.000,00 per peti namun peningkatan harga telur dapat menjadi Rp 245.000,00 per peti. Bahan bakar atau bensin sangat penting untuk menunjang kelancaran proses distribusi produk Elsari ke berbagai wilayah pemasaran. Bensin merupakan salah satu hasil olahan minyak bumi, yaitu sumberdaya yang tidak dapat diperbarui.
Apabila harga minyak dunia mengalami kenaikan, maka akan
berdampak pada penentuan harga bahan bakar di Indonesia. Hal ini dikarenakan terdapat pengurangan alokasi pemberian subsidi dari pemerintah terkait kenaikan harga minyak dunia. Berdasarkan pengalaman perusahaan, kenaikan harga bensin
yang paling besar ialah Rp 6.000,00 per liter. Kenaikan ini memiliki nilai sebesar 33,33 persen. Analisis sensitivitas diperlukan untuk mengetahui tingkat kepekaan usaha secara finansial dalam menghadapi kemungkinan-kemungkinan perubahan yang terjadi. Perubahan yang pernah dialami oleh Elsari Brownies and Bakery ialah penurunan penjualan sebesar 3,85 persen, kenaikan harga bahan baku yaitu telur sebesar 14 persen, dan kenaikan harga bahan bakar sebesar 33,33 persen. Berikut ini ialah hasil analisis sensitivitas pada ketiga skenario usaha berdasarkan perubahan-perubahan tersebut. 1) Analisis Sensitivitas Elsari terhadap Penurunan Penjualan Hasil analisis sensitivitas penurunan penjualan brownies panggang sebesar 3,85 persen pada ketiga skenario usaha dapat dilihat di Tabel 22. Penurunan penjualan brownies panggang sebesar 3,85 persen membawa pengaruh signifikan pada perolehan NPV. Walaupun NPV pada ketiga skenario usaha masih bernilai positif, namun terdapat penurunan yang cukup besar akibat adanya penurunan penjualan. Skenario usaha I dan III peka terhadap penurunan penjualan brownies panggang sebesar 3,85 persen. Hal ini dapat dianalisis melalui penurunan nilai NPV yang lebih dari 50 persen akibat adanya penurunan penjualan. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya penanggulangan untuk meminimalisir adanya risiko penurunan penjualan pada usaha ini. Salah satu caranya ialah melalui promosi. Kegiatan pemasaran harus lebih diintensifkan agar tidak terjadi penurunan penjualan yang akan berdampak pada tidak layaknya usaha. Kegiatan promosi dapat memanfaatkan social media yang sedang berkembang saat ini. Elsari dapat menawarkan potongan harga atau bonus lainnya kepada konsumen melalui social media sehingga akan menarik minat konsumen. Selain itu, perusahaan juga harus menjaga hubungan purna jual yang baik dengan mitra penjualan. Hal ini dikarenakan mitra penjualan memegang peranan penting dalam proses distribusi produk hingga sampai ke konsumen. Pelayanan purna jual yang baik diharapkan dapat meningkatkan loyalitas mitra penjualan sehingga penurunan penjualan akan dapat diminimalisir.
Hasil analisis sensitivitas penurunan penjualan brownies panggang sebesar 3,85 persen yang memberikan hasil berbeda-beda pada tiap skenario menimbulkan pertanyaan mengenai sejauh mana batas maksimal penurunan penjualan yang dapat ditolerir sehingga usaha tetap layak dijalankan. Oleh karena itu, analisis sensitivitas melalui pendekatan switching value perlu dilakukan. Tabel 22. Hasil Analisis Sensitivitas Penurunan Penjualan Sebesar 3,85 Persen Uraian Skenario I Skenario II Skenario III NPV (Rp) 68.737.967 473.834.183 139.254.195 Net B/C 1,47 2,71 1,13 IRR (%) 9,38 32 10 DPP 8,9 5,98 2) Analisis Sensitivitas Elsari terhadap Kenaikan Bahan Baku, yaitu Telur Sensitivitas kelayakan kriteria investasi terhadap kenaikan harga telur pada ketiga skenario usaha dapat dilihat di Tabel 23. Seluruh skenario usaha tetap dikatakan layak walaupun terdapat kenaikan harga telur sebesar 14 persen. Perolehan NPV di seluruh skenario usaha tetap bernilai positif walaupun terdapat penurunan akibat adanya kenaikan harga telur. Skenario usaha II menunjukkan hasil yang lebih baik apabila dibandingkan dengan skenario usaha I dan III. Hal ini menunjukkan rencana pengembangan usaha merupakan langkah yang tepat untuk dilakukan mengingat kondisi perusahaan saat ini yang sensitif terhadap perubahan harga telur. Selain itu, perlu dilakukan analisis switching value untuk mengetahui sejauh mana batas kenaikan harga telur yang dapat ditolerir sehingga usaha ini masih layak untuk dijalankan. Tabel 23. Hasil Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga Telur Sebesar 14 Persen Uraian Skenario I Skenario II Skenario III NPV (Rp) 311.395.551 800.867.903 466.571.481 Net B/C 3,68 4,33 1,46 IRR (%) 45 53 16 DPP (tahun) 4,32 4,23 -
3) Analisis Sensitivitas Elsari terhadap Kenaikan Harga Bahan Bakar sebesar 33,33 persen Adanya peningkatan harga BBM khususnya premium sebesar Rp 6.000,00 tetap menjadikan usaha ini layak untuk dijalankan bagi seluruh skenario usaha. Kondisi yang paling baik diperlihatkan melalui perolehan kelayakan kriteria investasi pada skenario usaha II. Oleh karena itu, diperlukan informasi mengenai sejauh mana batas kenaikan harga BBM dapat ditolerir agar usaha masih tetap layak untuk dijalankan. Hasil analisis sensitivitas kenaikan bahan bakar pada ketiga skenario usaha dapat dilihat di Tabel 24. Tabel 24. Hasil Analisis Sensitivitas Kenaikan Harga Bahan Bakar 33,33 persen Uraian Skenario I Skenario II Skenario III NPV (Rp) 374.406.084 879.976.526 545.747.745 Net B/C 4,46 4,81 1,54 IRR (%) 57 58 17 DPP (tahun) 3,92 4,05 -
6.2.7. Analisis Nilai Pengganti (Switching Value) Analisis nilai pengganti (switching value) digunakan untuk mengetahui seberapa besar perubahan maksimal pada biaya variabel dan penerimaan penjualan yang dapat ditolerir sehingga usaha masih layak untuk dilaksanakan. Switching value ditentukan dengan uji coba sehingga menghasilkan keuntungan normal yaitu NPV sama dengan nol, IRR mendekati nilai suku bunga, dan Net B/C sama dengan satu. Dalam penelitian ini, akan dilakukan analisis switching value terhadap ketiga skenario usaha terkait dengan penurunan penjualan Elsari, kenaikan harga bahan baku telur, dan kenaikan harga bahan bakar. Analisis sensitivitas telah dilakukan sebelumnya pada ketiga skenario usaha Elsari Brownies and Bakery. Perubahan yang terjadi ialah penurunan penjualan sebesar 3,85 persen, kenaikan harga telur sebesar 14 persen, dan kenaikan harga bahan bakar sebesar 33,33 persen. Analisis sensitivitas tersebut menunjukkan hasil yang beragam, ada skenario usaha yang tetap layak untuk dijalankan namun terdapat pula skenario usaha yang menjadi tidak layak setelah adanya perubahan tersebut. Oleh karena itu, perlu adanya informasi terkait batas maksimal perubahan sehingga usaha ini masih tetap layak untuk dijalankan.
Hasil analisis switching value menunjukkan informasi bahwa batas maksimum penurunan penjualan brownies panggang ialah sebesar 4,53087785 persen pada skenario usaha I. Pada kenyataannya, Elsari pernah mengalami penurunan penjualan sebesar 3,85 persen. Hal ini menyebabkan skenario usaha I lebih peka terhadap adanya penurunan penjualan dibanding skenario usaha lain. Batas maksimal kenaikan harga telur pada skenario usaha I adalah sebesar 44,2432689 persen sedangkan kenyataan yang pernah terjadi ialah adanya kenaikan harga telur sebesar 14 persen. Hasil analisis switching value menunjukkan hasil bahwa batas maksimal kenaikan harga bahan bakar ialah 188,4845185 persen sedangkan kenaikan harga premium yang pernah terjadi adalah sebesar 33,33 persen. Nilai ini masih jauh dari batas maksimal perubahan yang dapat menyebabkan Elsari menjadi tidak layak. Hasil analisis switching value pada skenario usaha II menunjukkan hasil yang paling baik apabila dibandingkan dengan skenario lainnya. Rencana pengembangan skenario usaha II menunjukkan bahwa Elsari masih layak dijalankan hingga batas maksimal penurunan penjualan sebesar 7,358089013 persen, peningkatan harga telur sebesar 71,8586154 persen, dan peningkatan harga bahan bakar sebesar 290,91261 persen. Pengalaman yang pernah dialami perusahaan terkait adanya perubahan antara lain penurunan penjualan sebesar 3,85 persen, kenaikan harga telur sebesar 14 persen, dan kenaikan harga bahan bakar sebesar 33,33 persen. Hasil ini menunjukkan kondisi realita yang pernah terjadi masih jauh dari batas maksimal perubahan yang dapat menyebabkan skenario usaha II menjadi tidak layak untuk dijalankan. Rencana pengembangan usaha pada skenario III menunjukkan batas maksimum penurunan penjualan sebesar 4,880103089 persen, kenaikan harga telur sebesar 47,6587638 persen, dan kenaikan harga bahan bakar sebesar 193,9402435 persen. Hasil analisis switching value pada skenario usaha III menunjukkan kondisi yang lebih baik apabila dibandingkan dengan skenario usaha I. Berdasarkan
analisis
switching
value
secara
keseluruhan
dapat
disimpulkan bahwa rencana pengembangan usaha pada skenario usaha II dan III menunjukkan kondisi yang lebih baik apabila dibandingkan dengan kondisi
perusahaan saat ini atau skenario usaha I. Hasil analisis switching value ketiga skenario usaha dapat dilihat pada Tabel 25. Tabel 25. Perbandingan Hasil Switching Value pada Ketiga Skenario Usaha Perubahan Maksimum Penurunan Penjualan Maksimum Peningkatan Harga Telur Maksimum Peningkatan Harga Bahan Bakar
Switching Value (Persen) Skenario I Skenario II Skenario III 4,53087785 7,358089013 4,880103089 44,2432689
71,8586154
47,6587638
188,4845185
290,91261
193,9402435
6.2.8. Hasil Analisis Aspek Finansial Analisis kelayakan finansial Elsari Brownies and Bakery dilakukan dengan tiga skenario, yaitu kondisi perusahaan saat ini, pengembangan usaha dengan menyewa bangunan untuk gerai, serta pengembangan usaha dengan membeli bangunan untuk pabrik dan gerai. Analisis kelayakan terhadap kondisi perusahaan saat ini menunjukkan nilai NPV sebesar Rp 454.845.062, nilai Net B/C sebesar 5,64, nilai IRR sebesar 74 persen, dan DPP 3,55 tahun. Kriteria kelayakan investasi pada skenario usaha I dinyatakan layak dijalankan secara finansial. Analisis kelayakan finansial skenario usaha II yaitu penyewaan bangunan yang akan digunakan sebagai gerai baru Elsari sekaligus counter penjualan kopi menghasilkan nilai NPV sebesar Rp 993.854.285, nilai Net B/C sebesar 5,54, nilai IRR sebesar 66 persen, dan DPP selama 3,83 tahun. Hasil analisis kelayakan kriteria investasi menunjukkan bahwa skenario usaha II layak untuk dijalankan. Analisis kelayakan skenario usaha III berupa pembelian bangunan yang akan digunakan sebagai pabrik dan gerai baru Elsari menghasilkan kriteria investasi sebagai berikut, yaitu NPV sebesar Rp 659.725.213, Nilai IRR yang dihasilkan ialah sebesar 19 persen. Perolehan Net B/C pada skenario usaha III adalah sebesar 1,66. Discounted payback period skenario usaha III ialah selama 9,6 tahun. Hasil analisis kelayakan finansial menunjukkan bahwa skenario usaha III layak untuk dijalankan.
Berdasarkan analisis incremental net benefit yang telah dilakukan pada kedua skenario pengembangan usaha maka diperoleh hasil bahwa tambahan manfaat bersih yang diberikan oleh skenario usaha II lebih besar apabila dibandingkan dengan tambahan manfaat bersih pada skenario usaha III. Dengan demikian, pengembangan bisnis dengan menggunakan skenario usaha II akan lebih menguntungkan pemilik usaha karena memberikan tambahan manfaat bersih yang lebih besar. Analisis sensitivitas dan switching value kemudian dilakukan pada ketiga skenario usaha tersebut. Pada kondisi perusahaan saat ini (skenario usaha I) batas maksimum penurunan penjualan brownies panggang adalah 4,53087785 persen, kenaikan harga telur sebesar 44,2432689 persen, dan kenaikan harga bahan bakar sebesar 188,4845185 persen. Rencana pengembangan skenario usaha II menunjukkan bahwa Elsari masih layak dijalankan hingga batas maksimal penurunan penjualan sebesar 7,358089013 persen, peningkatan harga telur sebesar 71,8586154 persen, dan peningkatan harga bahan bakar sebesar 290,91261 persen. Pada skenario usaha III, batas maksimum penurunan penjualan sebesar 4,880103089 persen, kenaikan harga telur sebesar 47,6587638 persen, dan kenaikan harga bahan bakar sebesar 193,9402435 persen. Pengalaman yang pernah dialami oleh perusahaan terkait dengan adanya perubahan pada biaya, antara lain penurunan penjualan brownies panggang sebesar 3,85 persen, kenaikan harga telur sebesar 14 persen, dan kenaikan harga bahan bakar sebesar 33,33 persen. Hasil analisis switching value menunjukkan bahwa skenario usaha I lebih peka terhadap adanya perubahan. Kondisi yang lebih baik ditunjukkan pada skenario usaha II yang memiliki batas maksimum cukup jauh dengan realita yang pernah dialami perusahaan. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan diperoleh informasi bahwa NPV yang diperoleh pada skenario usaha II memberikan hasil yang lebih baik apabila dibandingkan dengan skenario usaha lain. Berdasarkan analisis laba rugi juga diperoleh informasi bahwa skenario usaha II memberikan rata-rata laba bersih terbesar dibandingkan dengan skenario usaha lain. Skenario usaha II juga menunjukkan kondisi yang lebih baik berdasarkan analisis sensitivitas dan switching value.