VI. ANALISIS USAHATANI PETAN1 PESERTA DAN NON-PESERTA RICE ESTA TE
Pendapatan yang aiukur adalah pendapatan atas biaya tunai dan perldapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dasi penerimaaan total dikurangi dengan biaya tun& yang benar-benar dieluarkan baik berupa biaya variabel maupun biaya tetap dan merupakan ukuran kemarnpuan usaha untuk menghasilkan uang tunai. Biaya total adalah biaya tunai ditambah dengan biaya diperhitungkan . Sedangkan pendapatan atas biaya total adalah pendapatan yang diperoleh dari total penerimaan dikurangi dengan biaya tunai termasuk biayabiaya yang diperhitungkan. 6.1. Analisis Pendapatan dan Pengeluaran Usahatani Petani Peserta Rice Estate Analisis pendapatan petani peserta adalah selisih antara penerimaan usahatani padi dengan biaya usahatani yang dikeluarkan ddam jangka waktu tertentu. Pengeluaran untuk usahatani padi peserta Rice Estate terdiri dari biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai adalah biay a yang dikeluarkan petani selama kegiatan produksi berlangsung. Biaya tunai untuk usahatani padi ini yaitu pengeluaran untuk sarana produksi seperti bibit padi, pupuk (urea, TSP,KCl) dan pestisida. Traktor, pajak dan tenaga kerja luar keluarga juga termasuk biaya tunai. Sedangkan biaya diperhitungkan adalah biaya yang tidak harus dibayarkan tunai setiap tahapan produksi akan tetapi diperhitungkan per periode waktu. Termasuk
biaya diperhitungkan adalah selva lahan dan tenaga kerja dalanl keltmrga. Hasil analisis pendapatan dail pengeluaran usahatani petani peserta Rice Estate dalam satu hektar per musin1 tanam disajikan pada Tabel 12. Para petani yang n~enlpakanpeserta kegiatan Rice Estnte ini mendapatkan bantuan pinjaman berupa sarana produksi pertanian yang besarnya per hektar jika dikonversikan dalam rupiah sebesar Rp. 775 000 yang terdiri dari benih padi varietas Ciherang
dengan harga Rp 3 000 per kg dimana tiap hektar
membutuhkan 70 kg. Sedangkan untuk pupuk urea diberikan 200 kg per hektar dengan harga Rp. 1 100 per kg, 100 kg per hektar untuk pupuk TSP dengan harga Rp. 1 650 per kg dan untuk pupuk KC1 dengan harga Rp. 1 800 per kg sebanyak 100 kg per heldar. Biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pembelian pestisida pemakaian sewa traktor, penlbayaran pajak dan pembayaran tenaga kerja diluar keluarga semuanya ditanggung sendiri oleh petani peserta. Luasan rata-rata yang diusahakan petani peserta Rice Estate di Desa Telang Karya dan Sunlber Hidup adalah seluas 2.43 hektar. Total penerimaan yang diperoleh berasal dari jumlah rata-rata produksi yang dihasilkan petani peserta per hektar dikalikan dengan harga rata-rata
gabah kering panen (GKP) padi.
Produksi padi rata-rata petani peserta per hektar adalah sebesar 4 396 kg dengall harga rata-rata GKP padi Rp. 1 190 per kg sehingga total penerimaan adalah Rp. 5 23 1 240 per hektar per musim tanam.
'Tabel 12. h a l i s i s Pendapatan dan Penpeluaran Usahatani Petani Peserta Rice Es~nre per hekrar per h4T.
1
--
No.
Uraian -
1.
3.
4. 5. 6.
I Penerimaan
--
Kuantitas
F:i;gA)
-
Nilai (Rp)
---
5 23 1 240
14396kg , I 190
Biaya Tunai = Benih = Pupuk Urea = Pupuk TSP Pupuk KCL Pestisida Traktor = Pajak = TenagaKerjaLuar 1 Total Biaya Tunai 1 Biaya Diperhitungkan = Sewa Lahan TenagaKerjaKeluarga Total Biaya Diperhitungkan Total Peneeluaran Pendapatan atas Biaya Total Pendapatan atas Biaya
70 kg 200kg 100 kg 100 kg
1
1 250 16 875
I ha 44 hok
1 ha 45 hok
210 000 220 000 165 000 180 000 254 695 300 000 1 250 742 500 2 073 445
3 000 1 100 1 650 1 800
1
800 000 16875
/
800 000 759 375
Pestisida yang umrun digunakan adalah jenis furadan, score, sun up, dua semar dan touch down dcngan hasga yang bemariasi. Berdasarkan tabel di atas teslihat bahwa besamya biaya pestisida rata-rata petani peserta
adalah
Rp. 254 695 dengan alokasi biaya dalan2 saraua produksi yaitu sebesar 12.28 person dari total biaya tunai atau 7.01 persen dari total pengeluaran. Biaya yang hxus dikeluarkan untuk penyewaan traktor yang digunakan untuk mengolah tanah per
hektar adalah
sebesar
Rp 100 000 dibayar dimuka
Kp. 300 000 dengan untuk
rincian
pembayaran
operator dan bdxan bakar serta sisanya
Rp 200 000 dibayar setelah panen. E'ajak )rang hams ditanggung petar~iper hektar
per musim tanam adalah sebesar Rp. 1 250 yang merupakan pengeluaran paling kecil diantara semua pengeluaran. Alokasi biaya tunai terbesar terjadi pada pembiayaan tenaga kerja luar keluarga yaitu sebesar Rp. 742 500 atau 35.8 1 persen dari total biaya tunai (20.44 persen dari total pengeluaran). Tenaga kerja luar keluarga dapat digunakan pada setiap tahapan kegiatan usahatani mulai dari penyemaian darl penanaman, pemupukan dan penyiangan, pengendalian hama penyakit tanaman sampai kegiatan pemanenan.
Banyaknya penggunaan tenaga kerja luar keluarga
tergantung pada luas l d ~ a ndan banyaknya jumlah anggota keluarga, dimana semakin luas lahan yang dimiliki petani peserta dan se~nakinsedikit jumlah anggota keluarga maka penggunaan tenaga kerja luar keluarga akan semakin tinggi. Rata-rata tenaga kerja luar keluarga yang diperlukan usahatani padi pasang surut ini adalah sebesar 44 HOK, dengan janl kerja selama 8 jam per hari. Besarnya biaya yang dibutuhkan per HOK nya adalah sebesar Rp. 16. 875. Tidak ada perbedaan upah antara tenaga kerja pria dan wanita pada petani di kedua desa ini karena pada umurnnya tenaga kerja upahan tersebut adalah tenaga kerja pria. Biaya diperhitungkan terdiri dari sewa lahan dan tenaga kerja kelumga. Biaya sewa lahan untuk satu hektarnya adalah sebesar Rp. 800 000. Sedangkan biaya untuk tenaga kerja keluarga adalah Rp. 759 375 dengan alokasi biaya diperhitungkan sebesar 36.62 persen atau jika dihitung dari persentase total pengeluaran sebesar 20.90 persen. Jumlah tenaga kerja dalam keluarga yang dibutuhkan per hektarnya pada usahatani padi petani peserta adalah 45 HOK.
Dalam analisis pendapatan dan pengeluaran petani peserta Rice Estute ini, total pengeluaran per hektar sebesar Rp. 2 073 445 dengan pendapatan yang diperoleh atas biaya total sehesas Rp. 1 598 420 sedangkan pendapatan atas hiaya tunai sebesar Rp. 3 157 795.
6.2. Analisis Pendapatan dan pengeluaran Usahatani Petani Non-Peserta Rice Estate
Pengeluaran untuk usahatani padi non-peserta qice Estate terdiri dari biaya tunai dan biaya diperhitungkan.
Biaya tunai untuk usahatani padi ini yaitu
pengeluaran untuk sarana produksi seperti bibit padi. pupuk urea, pupuk TSP. pupuk KC1 dan pestisida. Traktor, pajak dan tenaga kerja luar keluarga juga termasuk biaya tunai. Ternlasuk biaya diperhihlngkan adalah sewa lahan dan tenaga kerja dalam keluarga. Hasil analisis pendapatan dan pengeluaran usahatani petani non-peserta Rice Estate dalam satu hektar per musin1 tanam terlihat pada Tabel 13. Lain halnya dengan petani peserta. fasilitas yang didapatkan sepel-ti adanya bantuan pinjaman dalam bentuk natura sarana produksi pertanian, tidak akan diperoleh oleh petani non-peserta. Oleh karenanya senlua biaya dalam tahapan usahatani padi semuanya ditanggung sendiri oleh petani. Dalam usahatani padi
ini. modal menjadi kendala utanla bagi para petani. Bagi yang me~npunyaimodal. mereka bisa langsung melnbeli sarana produksi pertanian ke pasar yang berada di ibukota kecamatan yaitu Jembatan 2 dengall menggunakan transportasi air yaitu motor airlketek atau perahu. Bagi sebagian besar petani non-peserta yang tidak mempunyai modal bisa menghutang sarana produksi pertanian ke pzdagangpedagang yang ada di desa tersebut atau bahkan n~erekameminjanl dari tengkulak
yang biasanya mempunyai usaha penggilingan padi. Akan tetapi konsekuensi yang harus mereka terima, yaitu mereka harus melnbayar harga sarana produksi seperti benih. pupuk dan pestisida lebih lnahal dari harga yang berlaku di pasar. Begitupun jika mereka menlinjam dari para tengliulak. maka akan diberlakukan bunga sebesar 5 persen per bulan. Hutang-hutang ini dapat dibayar dalam bentuk uang, gabah atau beras. Luasan rata-rata yang diusahakan petani non-peserta Rice Estate
di Desa
Telang Karya dan Sumber Hidup adalah seluas 2 hektar. Total penerimaan yang diperoleh berasal dari junllah rata-rata produksi yang dihasilkan petani peserta selama setahuc dikalikan dengan harga rata-rata gabah kering panen (GKP) padi. Produksi padi rata-rata petmi non-peserta per hektar adalah sebesar 2 778 kg dengan harga rata-rata G W padi Rp. 1 089 per kg sehingga total penerimaan adalah Rp. 3 025 242 per hektar. Dalam penggunaan benih padi, petani nonpeserta ada yang menggunakan padi lokal seperti Sanapi atau Manggar dan ada juga yang menggunakan padi varietas unggul seperti Ciherang atau IR 42 dengan ih rata-rata penggunaan per hektar sebesar 60 kg dan rata-rata harga b e ~ ~ padi sebesar R?. 3 150 per kg. Pestisida yang umum digunakan adalah jenis score, sun up, solusi dan lindomin. Berdasarkan Tabel 13 terlihat bah~vabesarnya biaya pestisida rata-rata petani non peserta per hektar adalah Rp. 119 942. Biaya yang hams dikeluarkan untuk penyewaan traktor l-ang digunakan untuk mengolah tanah per hektar adalah sebesar Rp. 300 000. Pajak yang harus ditanggung petani per hektar per musim tanam adalah sebesar Rp. 1 250 yang merupakan pengeluaran yang paling kecil diantara senlua pengeluaran.
Tabel 13. Andisis Pendapatan dan Pengeluatat~Usahatani Petani Nun-Peserta Rice E s ~ u ~ cper : hektar per MT.
I.
/ Penerimaan
2-
3.
4.
5. 6.
1
--
/1
1
Harga Kuantitas (RplGKP) 2 778 kg 1 1 089
Biaya Tunai Benih 60 kg 168kg Pup& Urea 90 kg PupukTSP 85 kg Pupuk KCL Pestisida Traktor I ha Pajak TenagaKerjaLuar 35 hok Total Biaya Tunai Biaya Diperhitungkan Sewa Lahan TenagaKerjaKeluaxga 23 l hhok a Total Biaya Diperhitungkan I Total Pengeluaran Pendapatan atas Biaya Total 1 1 - 4 Pendapatan atas Biaya 2 -2 Tunai
I
1
Nilai fRp)
3 150 1 250 1 775 1 925
1 250 16 875
/
800 000 16875
Alokasi biaya tunai terbesar terjadi pada pembiayaan tenaga kerja luar keIuarga yaitu sebesar R.p. 590 625 atau 34.06 persen dari total biaya tuilai dan dari total pengeluaran persentasenya sebesar 20.2 1. Seperti halnya dengan petani peserta, tenaga kej a luar keluarga dapat dipnakan pada setiap tahapan kegiatan usahatani mulai dari penyetnaian dan penanaman, pernupulcan dan penyiattgan. pengendalian hanla penyakit tanaman sanlpai kegiatan pemanenan. Banyakn!-a penggunaan tenaga kesja lrtar keluarga disebabkan karena rata-rata dl desa ini ntmahtangga terdiri dari angyota keluarga Jang beIurn psoduktif sehingga untuk melakukan kegiatan usahatani padi tersebut. petani harus menggunaka~sterlaga kerja upahan yans berasal dari luar keluarga. Rata-rata tenaga Lerja luar keluarga yang diperlukan usahatani padi pasang surut ini per hektarnya adalah sebesar 35 HOK. dengan jam kerja seiana 8 jam
per
hari. Besamya
biaya
yang dibutuhkan
per HOKnya adalah sebesar
Rp. 16 875. Ditinjau dari tiilgkat upallpun tidak ada perbedaan antara tenaga kerja pria dan wanita karena pada uinumnya tenaga kerja upahan tersebut adalah tenaga kerja pria. Biaya diperhitungkan terdiri dari sewa lahan dan tenaga kerja keluarga. Biaya sewa lahan untuk satu hektarnya adalah sebesar Rp. 800 000, sedangkan biaya rata-rata untuk tenaga kerja keluarga adalah Rp. 388 125 dengan alokasi biaya diperhitungkan sebesar 32.67 persen atau dari total pengeluaran petani nonpeserta persentasenya sebesar 13.28 persen. Jumlah rata-rata tenaga kerja dalam keluarga yang dibutuhkan pada usahatani padi petani peserta adalah 23 HOK. Dalam analisis pendapatan dan pengeluaran petani peserta Rice Estate ini, total pengeluaran per hektar sebesar Rp. 2 922 317 dengan pendapatan yang diperoleh atas biaya total sebesar Rp. 102 925 sedangkan pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp. 1 291 050.
6.3. Efektifitas Pembiayaan Usahatani Petani Peserta dan Non-Peserta Rice Estate Suatu usaha dikatakan efisien secara ekonomis dari usaha lain apabila rasio output terhadap inp~ltnya menguntungkan.
Untuk menunjukkan berapa
penerimaan yang diterima petani dari setiap rupiah yang dikeluarkan maka dapat digunakan ukuran kedudukan ekonomi RC rasio. Berdasarkan Tabel 12 dan Tabel 13 diketahui tenlyata penerimaan total usahatani padi per hektar untuk petani peserta lebih besar dari petani non-peserta. Penerimaan total petani peserta adalal~sama dengan Rp. 5 23 1 240, sedangkan penerimaa~ltotal non-peserta adalah sama dengan Rp. 3 025 242.
Besarnya penerimaan total yang diterima oleh petani peserta tersebut disebabkan jumlah produksi yang diperoleh petani pesesta lebih besar dari petani non-peserta. Selain itu j u g dikarenakan harga jual GKP padi per kg pada peserta lebih tinggi daripada petani non-peserta seperti yang sudah dijelaskan sebelunmya. Adapun penyebab tingginya jumlah produksi yang dihasilkan oleh petani pesesta adalah karena mereka menggunakan bibit varietas unggul serta menggunakan pupuk sesuai dengan takaran yang dianjurkan. Dan karena mereka adalah petani peserta Program Rice Estate,
maka selain mendapat bantuan
pinjaman sarana produksi pertanian benih dan pupuk (urea, TSP, KCI), petani juga mendapatkan pendanlpingan. Tugas pendamping ini adalah mendampingi petani
peserta
didalanl
pelaksanaan
kegiatan
usahatani
dan
juga
bertanggungjawab didalam keberhasilan usahatani tersebut. Jadi, selanla program berlangsung. petani dalam melakukan kegiatan usahatani padinya selalu diberi bimbingan dan penyulullan oleh pendamping mulai dari awal kegiatan usahatani yaitu penanaman sampai pascapanen.
akhir kegiatan
Sedangkan pada petani non-peserta ha1 tersebut tidak berlaku
ditambah lagi dengan kendala modal sehingga petani menggunakan varietas padi dan jumlah pupuk sesuai rlengan kemampuan mereka. Berdasarkan Tabel 12 dan Tabel 13 juga dapat dilihat bahwa total pengeluaran yang dikeluarkan oleh petani non-peserta lebih rendah dari petani peserta. Biaya
total
untuk
petani
non-peserta
adalah sanla dengan
Rp 2 922 3 17 sedangkan biaya total untuk petani pesesta adalah salna dengan Rp 3 632 820. Besarnya biaya total yang dikeluarkan karena terkait dengan biaya tunai dan diperhitungkan.
Namun dari kedua biaya tersebut yang perlu
diperhatikan oleh petani adalah biaya tunai karena biaya ini nlerupakan modal operasional yang hams dimiliki ole11 petani dalatn menjalankan aktifitas usahataninya. Proporsi penggunaan biaya tunai ini apabila dilihat dari persentase penggunaan
terlladap biaya totalnya
diperhitungkan.
ternyata
lebih
besar
dari
biaya
Hal ini terjadi pada petani peserta dan non-peserta dilnana
persentase penggunaan biaya tunai untuk peserta adalah sarna dengan 57.08 persen sedangkan persentase penggunaan biaya diperhitungkan adalah sarna dengan 42.92 persen dari total pengeluaran. Pada petani non-peserta, persentase penggunaan biaya tunainya adalah sarna dengan 59.34 persen sedangkan persentase penggmaan biaya diperhitungkannya adalah 40.66 persen dari total pengeluaran. Adapun penyebab besarnya persentase pengggunaan biaya tunai terkait dengan komponen penggunaan biaya tenaga kerja luar keluarga. sarana produksi pertanian dan penggunaan traktor. Apabila dilihat dari perbandingan penggunaan biaya tunai antara petani peserta dan non-peserta secara rnenyeluruh maka terlihat bahwa biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani peserta lebih besar dari petani non-peserta. Biaya tunai yang hams dikeiuarkan oleh petani peserta adalah sebesar Rp. 2 073 445 sedangkan biaya tunai yang harus dikeluarkan oleh petani non-peserta adalah Rp. 1 734 192. Bila dilihat dari penggunaan biaya tenaga kerja luar keluarga yang digunakan oleh petani peserta ini
lebih tinggi dari petani non-peserta yaitu
Rp 742 500, sedangkan biaj-a tenaga kerja luar petani non-peserta adalah sama dengan Rp. 590 625. Adapun yang menyebabkan banyaknya penggunaan tenaga kerja luar keluarga adalah karena petani kurang ine~nilikisumberdaya tenaga kerja
yang cukup dari dalam keluarga. Persentase penggunaan biaya untuk kompollen tersebut lebih besar dari konlponen lain, yaitu 20.43 persen untuk pesel-ta dan 30.2 1 persen untuk non-peserta dari total pengeluaran. Biaya sarana prodt~ksiyang berupa benih, pupuk urea, pupuk TSP dan pupuk KC1 pada petani peserta lebih besar dari petani non-peserta, dimana ratarata biaya sarana produksi tersebut pada petani peserta sebesal Rp. 775 000 dan pada petani non-peserta adalah Rp. 722 375. Hal ini terjadi dikarenakan pada petani peserta benih dan ketiga jenis pupuk merupakan bantuan pinjanlan dari Progranl Rice Estate yang sudah dipaket baik jenis nlaupun takarannya. Benih per hektarnya diberikan sebesar 70 kg, urea 200 kg, TSP 100 kg dan KC1 100 kg. Sedangkan pada petani non-peserta mereka nlembeli benih dan pupuk disesuaikan dengan ketersediaan biaya
mereka sendiri ataupun dari tengkulak serta
ketersediaan sarana produksi tersebut pada pedagang-pedagang yang ada di desa dilnana mereka bisa menlinjanl. Persentase biaya benih dan ketiga jenis pupuk yang digunakan
petani peserta adalah sebesar 21.33 persen dan non-peserta
sebesar 24.72 persen dari total pengeluaran. Apabila dilihat dari proporsi penggunaan biaya untuk pestisida, ternyata petani peserta proporsi penggunaan biayanya mencapai 7.0 1 persen leSih besar dari pada petani non-peserta (4.10 persen). Hal ini dikarenakan jumlah pestisida yang digunakan oleh petani peserta lebih besar dari petani non-peserta. Adapun besarnya biaya yang dikeluarkan oleh petani peserta yaitu Rp. 254 695 sedangkan untuk petani non-peserta atlalah Rp. 119 942. Pada usahatani ini biaya sewa traktor yang hams dikeiuarkan oleh petani peserta dan non-peserta adalah sebesar Rp. 300 000 per hektar. Apabila dilihat dari proporsi penggunaan biayanya
ten~yata masing-masing mencapai 8.26 persen dan 10.26 persen dari total pengeluaran. Berdawkan hasiI analisis maka diketahui bahwa proporsi biaya tunai tersebut sebagaian besar digunakan untuk mernbiayai tenaga kerja luar keluarga, sarana produksi benih
dan pupuk, pestisida dan traktor sedan&an
sisanya digunakan untuk membayar pajak. Apabila dilihat dari nilai biaya diperhitungkan ternyata nilai biaya diperhitungkan untuk petani peserta lebill besar dari petani non-peserta. Nilai biaya diperhitungkan untuk petani peserta adalah sama dengan Rp. 1 559 375 sedangkan niIai biaya diperhitungkan untuk petani non peserta adalah Rp. 1 188 125. Adapun penyebab besarnya nilai biaya diperhitungkan untuk petani peserta dan non-peserta adalah terliait dengan penggunaan konlponen tenaga kerja dalam keluarga dan sewa lahan. Jika dilihat dari penggunaan biaya diperhitungkan untuk tenaga kerja dalam keluarga maka diketahui penyebab besarnya biaya ini adalah karena petani tidak memperhitungkan biaya tenaga kerja dalani keluarga.dan jika dilihat dari penggunaan biaya s e w lahan, penyebabnya adalah karena lahan pehni tersebut merupakan lahan milik sendiri sehingga perlu diperhitungkan agar pendapatan atas biaya iotalnya dapat diketahui.
Tabel 14 Perbandingan Antara Petani Peserta dan Non-Peserta Rice Estute per hektar per NIT No. Uraian --
1. 2.
--- --- --
--- -
-
Pendapatan atas BiayaTotal -Pendapatan atas Biaya Tunai C atas BBiaya Total
Sumber: Data Primer Diolah Suatu usahatani akan dikatakan menguntungkan jika selisih antara penerimaan dengal pengeluarannya itu bernilai positif. Selisih tersebut aka1
dinamakan pendapatan atas biaya tunai jika penerin~aantotalnya dikurangkan Berdasarkan selisih tersebut diketahui ternyata
dengan pengeluaran tunai.
pendapatan atas biaya tunai petani peserta lebih besar dari pendapatan atas biaya tunai petani non-peserta.
Hal tersebut dapat dilihat dari Tabel 14 di~nana
pendapatan atas biaya tunai petani peserta adalah sama dengan Rp. 3 157 795 sedangkan pendapatan
atas
biaya tunai petani
non pesei-ta
adalah
Rp. 1 291 050. Besan~yapendapatan atas biaya tunai petani peserta tersebut karena petani peserta mempunyai total penerimaan yang lebih besar. Apabila dilihat dari pendapatan atas biaya totalnya tenlyata petani peserta memperoleh pendapatan atas biaya total yang juga lebih tinggi dari petani nonpeserta. Adapun pendapatan atas biaya total petani peserta adalah sama dengan Rp. 1 598 420 sedangkan pendapatan atas biaya total petani non-peserta adalah Rp. 102 925. Besarnya pendapatan atas biaya total dan biaya tunai yang diperoleh petani peserta terkait dengan besarnya jumlah produksi yang dillasilkan oleh petani peserta dibanding non-peserta. Berdasarkan Tabel 14 dapat juga dilihat perbandingan RC rasio atas biaya tunai a~ltarapetani peserta dengan petani non-peserta sehinggs dapat diketahui ternyata RC rasio atas biaya tunai petani peserta lebih besar dari petani nonpeserta yaitu 2.35 sedangkan petani non-peserta RC rasionya hanya 1.74. Hal ini berarti bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan ole11 petani peserta akan menghasilkan penerimaarl se besar Rp. 2.35. Jika dilihat dari nilai RC rasio atas biaya totalnya maka diketal~uiternyata nilai RC rasio petani peserta masih tetap lebih besar dari petani non-pesei-ta yaitu 1.34 sedangkan petani non-peserta hanya 1.04. Hal ini berarti bahwa setiap satu
rupiah biaya total yang dikeluarkan oleh petani peserta akan memberikan penerimaan sebesar Rp. 134. Adapun yang menyebabkan besamya nilai RC rasio petani peserta tersebut adalah karena peneriinaan total petani peserta lebih besar dan juga jumlah biaya total dan biaya tunai yang jaih lebih kecil dari jumlah penerimaan total. Besarnya penerimaan total tersebut disebabkan ole11 jurnlah produksi yang dillasilkan petani peserta rata-rata lebih tinggi per hektarnya dari petani non-peserta yaitu 4 396 kg sedangkan petani non-peserta jumlal~ produksinya hanya mencapai 2 778 kg. Baik RC petani peserta maupun non-peserta secara teoritis layak karena lebil~besar dari satu, namun jika dipandang sebagai sumber pendapatan maka untuk petani peserta Rice Estuze masih dapat inenghasilkanprofit yang lebih besar untuk kebutuhan hidup mereka. Sementara petani non-peserta hampir tidak dapat rnenghasilkan profit dari usahatani padinya karena pendapatan dari usahatani mereka equal atau impas (break even yoir~t)dirnana hanya cukup untuk membayar biaya produksi yang telah mcreka keluarkan. Pada penelitian ini. bila ditinjau dari sisi pembiajzaan usahatani padi antara petani peserta dan non-peserta maka terlihat bahwa biaya yang dikeluarka.1 oleh petani peserta memang lebih tinggi dibandingkan petani nm-peserta, namun jika dilillat dari harga per satuan dalain kilogram benih dan pupuk maka petani peserta bisa mendapatkan harga yang lebih murah dari petani non-peserta. Walaupun petani peserta mengeluarkan biaya yang lebih besar dari non-peserta namun output yang dapat dil~asilkannyapun lebih tinggi dan ha1 ini terlihat dari junllah produksinya ditainbah lagi dengan harga jual GKP padi yang juga lebih tinggi sehingga berpengaruh terhadap penerimaan total.
Oleh karenanya dapatlah
dikatakan bahwa pembiayaan usahatani padi pesesta Rice Estate Iebih efektif dari petani non-peserta dan secara ekonomis dapatlah pula dikatakan bahwa usahatani padi peserta Rice E.stnte lebin efisien karena rasio output terhadap inputnya masih menguntungkan dan ha1 ini tercertnin dari nilai R/C nya.