ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea mays L.) DAN STRATEGI BERTAHAN HIDUP PETANI PESANGGEM DI SEKITAR HUTAN KECAMATAN SUMBERLAWANG, KABUPATEN SRAGEN Heru Darmawan, Marcelinus Molo, Agung Wibowo Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta Jalan. Ir. Sutami No. 36 A Kentingan Surakarta Telp./ Fax. (0271) 637457 E-mail:
[email protected]. Telp 085641301010
Abstract: This research is aimed to determine the amount of corn farming income, to find out the efficiency level of Corn farming and also to determine the living strategies by the farmer around the forest of Ngargosari Village, Sumberlawang Sub. District. The basic method used in this research was descriptive analysis method by using survey technique. The respondents were farmers which are chosen based on snowball sampling method. The result of this research was obtained that the agribusiness cost achieved by farmer was IDR 4.257.529,00/ha/MT, agribusiness revenue IDR 7.892.009,00/ha/MT, and the agribusiness income IDR 3.634.480,00/ha/MT. The result shown that the efficiency level was 1,85 which means that every IDR 1,00 outcome cost in the corn agribusiness in Ngargosari village, Sumberlawang Sub district, Sragen district will give the income for amount 1,85 times from the outcome cost. The living strategies which were mostly did by the corn farmers in Ngargosari village, Sumberlawang Sub district, Sragen district were consuming food with has less quality than the usual. The use of rice field area than the farming area around Sumberlawang Forest. The use of field near the rice fields and also the use of yard. And lastly, the use of livestock by the farmers to get additional income to fulfill their daily needs. Key words : Corn Farming, Farming Efficiency, Living Strategy Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji besarnya pendapatan; tingkat efisiensi usahatani jagung; serta strategi bertahan hidup petani pesanggem dilahan sekitar hutan di Desa Ngargosari, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen. Metode dasar yang digunakan adalah metode deskriptif analitis serta pelaksanaannya dengan teknik survei. Responden merupakan petani pesanggem yang dipilih berdasarkan metode snowball sampling. Hasil analisis usahatani jagung diperoleh biaya usahatani sebesar Rp 4.257.529,00/ha/MT, penerimaan usahatani sebesar Rp 7.892.009,00/ha/MT, dan pendapatan usahatani sebesar Rp 3.634.480,00/ha/MT. Efisiensi sebesar 1,85 yang artinya setiap Rp.1,00 biaya yang dikeluarkan akan memberikan penerimaan sebesar 1,85 kali dari biaya yang dikeluarkan. Strategi bertahan hidup yang yang paling banyak dilakukan petani adalah mengkonsumsi makanan dengan kualitas yang lebih rendah. Penggunaan lahan selain lahan sanggeman seperti lahan sawah, lahan tegalan, pekarangan serta usahatani ternak dilakukan petani pesanggem untuk menambah penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidup sehari hari. Kata kunci : Usahatani Jagung, Efisiensi Usahatani, Strategi Bertahan Hidup
PENDAHULUAN Hutan merupakan bagian dari kehidupan manusia sejak jaman dahulu. Sejarah mencatat bahwa sejak jaman nenek moyang hutan digunakan untuk tempat mencari dan memenuhi kebutuhan hidup manusia. Seperti berburu, meramu obat, mencari ikan dan membuat lahan untuk bercocok tanam. Jumlah dan distribusi penduduk Indonesia tahun 2010 sebanyak 237 641 326 jiwa, yang mencakup mereka yang bertempat tinggal di daerah perkotaan sebanyak 118 320 256 jiwa (49,79 %) dan di perdesaan sebanyak 119 321 070 jiwa (50,21 %). Jumlah ini menunjukkan lebih banyak penduduk di perdesaan. Sebagian dari mereka tinggal di daerah sekitar hutan, dengan kehidupan dan kesejahteraan yang kurang bila dibandingkan kehidupan masyarakat kota. Usaha dari pemerintah, yang telah bekerja sama dengan pihak-pihak terkait, mampu merubah kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan. Salah satu usaha yang dilakukan pemerintah adalah dengan kerjasama Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) untuk menanami tanaman semusim di sekitar hutan. Karena bagi masyarakat sekitar hutan, lahan hutan merupakan tempat memperoleh rejeki bagi keluarga. Salah satunya adalah para petani pesanggem (sebagai orang yang bersedia atau menyanggupi untuk memikul tanggungjawab melakukan penanaman melalui kontrak dengan Perhutani). Petani pesanggem pada umumnya berasal dari desa-desa sekitar hutan. Sumberlawang merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Sragen yang memiliki hutan cukup luas yaitu 851,00 Ha dan lahan untuk
tegal/ladang/kebun 2.883,83 Ha. Lahan hutan yang ada digunakan untuk ditanami jagung. Pada tahun 2011 di Kabupaten Sragen, Kecamatan Sumberlawang merupakan penghasil jagung terbesar mencapai 29.177 ton dengan luas panen 4.203 Ha, sehingga jagung menjadi komoditi unggulan di Kecamatan Sumberlawang. Desa Ngargosari merupakan salah satu desa penghasil jagung yaitu sebesar 42. 293 kuintal dan memiliki jumlah rumah tangga yang paling banyak dengan jumlah rumah tangga miskin sebesar 392 rumah tangga miskin (Badan Pusat Statistik Kabupaten Sragen 2011). Sebaran penduduk miskin yang cukup banyak dan hasil panen jagung yang tinggi menjadikan Kecamatan Sumberlawang dipilih sebagai tempat penelitian untuk mengkaji lebih dalam tentang kehidupan petani pesanggem serta strategi yang diterapkan oleh petani pesanggem untuk dapat bertahan hidup dengan mengandalkan hidupnya dari lahan di sekitar hutan. Penelitian ini bertujuan untuk : (1) mengkaji besarnya pendapatan usahatani jagung pada petani pesanggem yang dilakukan di lahan sekitar hutan di Desa Ngargosari, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen; (2) mengkaji tingkat efisiensi usahatani jagung pada petani pesanggem yang di lakukan di lahan sekitar hutan di Desa Ngargosari, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen; serta (3) mengkaji strategi bertahan hidup petani pesanggem di lahan sekitar hutan khususnya di Desa Ngargosari, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen.
METODE PENELITIAN Metode Dasar Penelitian Metode dasar penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif analitik yaitu memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah yang aktual (Surakhmad, 1998). Teknik penelitian yang digunakan adalah penelitian survei. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ngargosari, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen yang merupakan salah satu penghasil jagung. Penelitian ini dilakukan dengan pertimbangan karena Kecamatan Sumberlawang, merupakan Kecamatan penghasil jagung terbesar di Kabupaten Sragen yaitu sebesar 29.177 ton dengan luas panen 4.203 Ha pada tahun 2011. Serta memiliki total rumah tangga miskin terbanyak yaitu 7.987 rumah tangga. Rumah tangga miskin tersebut diantaranya berada di Desa Ngargosari, yaitu 392 rumah tangga miskin. Desa Ngargosari juga merupakan salah satu penghasil jagung di Kecamatan Sumberlawang yaitu 42.293 kuintal. Pertimbangan inilah yang menjadikan peneliti mengkaji lebih dalam tentang kehidupan petani pesanggem serta strategi yang diterapkan oleh petani pesanggem untuk dapat bertahan hidup dengan mengandalkan hidupnya dari lahan di sekitar hutan. Jumlah petani sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 orang dan teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode snowball sampling. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dengan wawancara dan pencatatan. Metode Analisis Data Analisis Usahatani a. Penerimaan Usahatani
Pr = Y x H ……………………. (1) Dimana Pr adalah Total penerimaan (Rp), Y adalah jumlah produksi (Kg), dan H adalah harga produk (Rp). b. Pendapatan Usahatani Pd = TR – TC………………….. (2) Dimana Pd adalah pendapatan usahatani (Rp/Ha/MT), TR adalah penerimaan total (Rp/Ha/MT), dan TC adalah biaya total usahatani (Rp/Ha/MT). c. Biaya Usahatani TC = TFC + TVC……………… (3) Dimana TC adalah biaya total (Rp), TFC adalah total biaya tetap (Rp) dan TVC adalah total biaya variabel. d. Efisiensi a = R/C ………….. (4) R = Py.Y C = FC + VC a = {(Py.Y)/(FC+VC)} Dimana : R = penerimaan C = biaya Py = harga output Y = output FC = biaya tetap (fixed cost) VC = biaya variabel (variable cost) Kriteria yang digunakan dalam penilaian efisiensi usaha adalah : R/C < 1, artinya usahatani yang dijalankan tidak efisien (merugikan). R/C = 1 artinya usahatani yang dijalankan belum efisien atau usaha mencapai titk impas (tidak untung dan tidak pula rugi) R/C > 1, artinya usahatani yang dijalankan sudah efisien (menguntungkan) (Soekartawi, 2006). Strategi Bertahan Hidup Strategi bertahan hidup di sini tidak menggunakan metode, melainkan
hanya deskriptif. Menurut Wahyudi, H dan Sismudjito, 2007. Coping strategis dalam mengatasi goncangan dan tekanan ekonomi terdapat berbagai cara yang ditempuh oleh keluarga yang diteliti. Cara-cara tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu: a. Strategi Aktif, Yaitu strategi yang mengoptimalkan segala potensi keluarga untuk (misalnya melakukan aktivitas sendiri, memperpanjang jam kerja, memanfaatkan sumber atau tanaman liar dilingkungan sekitar dan sebagainya. b. Strategi Pasif, Yaitu mengurangi pengeluaran keluarga (misalnya pengeluaran
biaya untuk sandang, pangan, pendidikan, dan sebagainya). c. Strategi Jaringan, Misalnya menjalin relasi, baik secara informal maupun formal dengan lingkungan sosialnya dan lingkungan kelembagaan (misalnya: meminjam uang tetangga, mengutang ke warung, memanfaatkan program anti kemiskinan, meminjam uang ke rentenir atau bank, dan sebagainya). HASIL DAN PEMBAHASAN Identitas Responden Adapun identitas responden pada usahatani jagung di Desa Ngargosari, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen dapat dilihat pada Tabel 1. berikut ini:
Tabel 1. Identitas Responden Pada Usahatani Jagung di Desa Ngargosari, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen No. 1. 2. 3.
4. 5. 6.
Identitas Petani Jumlah petani sampel (orang) Rata-rata umur (th) Pendidikan a. Tidak Sekolah b. SD (orang) c. SMP (orang) Rata-rata jumlah anggota keluarga (orang) Rata-rata jumlah anggota yang aktif dalam usahatani (orang) Rata-rata luas lahan sanggeman yang digarap (Ha)
Keterangan 30 53 4 25 1 5 2 0,49
Sumber: Analisis Data Primer Tabel 1. menunjukkan bahwa ratarata umur petani responden adalah 53 tahun, sehingga dapat dikatakan bahwa petani responden termasuk dalam kelompok usia produktif. Tingkat pendidikan dari petani responden sebagian besar hanya tamat SD yaitu sebanyak 25 orang. mempengaruhi petani dalam pengambilan keputusan untuk menggunakan teknologi dan inovasi yang lebih baru serta lebih maju untuk peningkatan usahatani yang dijalankan. Tingkat pendidikan yang tergolong rendah ini juga
mempengaruhi pola pikir petani dalam menjalankan usahataninya. Mereka lebih mengedepankan pengalaman, baik pengalaman pribadi ataupun pengalaman dari orang lain yang dikenalnya. Tingkat pendidikan, umur dan pengalaman petani akan berpengaruh dalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan pendapatan dan produksi usahataninya. Rata-rata jumlah anggota keluarga petani responden yaitu 5 orang dengan rata-rata jumlah anggota keluarga yang
aktif dalam usahatani yaitu hanya 2 produksi serta hasilnya diperoleh orang. Sedikitnya anggota keluarga berbeda-beda. yang aktif dalam usahatani Analisis Usahatani Jagung menyebabkan petani sering Biaya pada Usahatani Jagung di menggunakan tenaga luar untuk Lahan Sanggeman membantu pekerjaan pertaniannya. Komponen biaya yang Penggunaan lahan sanggeman dikeluarkan petani pada usahatani yang digunakan petani responden ratajagung dapat dilihat pada Tabel 2. rata adalah 0,49 ha. Besarnya berikut ini. penggunaan lahan akan mempengaruhi Tabel 2. Rata-rata Biaya Pada Usahatani Jagung di Lahan Sanggeman di Desa Ngargosari, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen No. 1.
2.
3.
Jenis Biaya Biaya Sarana Produksi a. Benih b. Pupuk Organik c. Pupuk Phonska d. Pupuk Urea e. Pestisida Biaya Tenaga Kerja a. Mengolah Lahan b. Menanam c. Memupuk d. Menyiangi e. Mengendalikan Hama dan Penyakit f. Panen g. Pemipilan Biaya Lain-lain a. Pajak Tanah b. Penyusutan c. Pengangkutan Jumlah
Biaya Per Usahatani (Rp)
Biaya Per Hektar (Rp)
Persentase (%)
503.100,00 286.300,00 291.666,00 279.666,00 29.666,00
1.034.475,00 588.690,00 599.725,00 575.051,00 61.000,00
24,30 13,83 14,09 13,51 1,43
50.333,00 76.500,00 73.666,00 93.166,00 44.333,00 130.600,00 121.375,00
103.495,00 157.299,00 151.473,00 191.569,00 91.158,00 268.540,00 249.571,00
2,43 3,69 3,56 4,50 2,14 6,31 5,86
0,00 51.036,00 39.166,00 2.070.578,00
0,00 104.941,00 80.534,00 4.257.529,00
0 2,46 1,89 100,00
Sumber: Analisis Data Primer Rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh petani pesanggem untuk melakukan usahatani jagung adalah sebesar Rp.2.070.578,00/UT/MT atau Rp.4.257.529,00/ha/MT. Keseluruhan biaya yang dikeluarkan petani, biaya benih merupakan komponen biaya yang paling besar dikeluarkan yaitu sebesar Rp.503.100,00/UT/MT atau Rp.1.034.475,00/ha/MT. Benih yang digunakan dalam usahatani jagung ini sebagian besar adalah jenis P21. Benih jagung P21 lebih banyak dipilih petani karena tahan terhadap penyakit bulai. Penyakit bulai yang
menyerang jagung dapat mengakibatkan petani kehilangan hasil panen hingga 50% atau yang paling parah hingga gagal panen. Selain itu benih P21 juga tahan terhadap kekeringan. Lahan sanggeman di Desa Ngargosari, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen merupakan lahan yang hanya mengandalkan air hujan untuk bercocok tanam. Ketersediaan air yang sedikit ini juga yang menjadi pertimbangan petani dalam memilih benih jagung yang tahan terhadap kekeringan atau kondisi kurang air. Penerimaan Total
Penerimaan total yang diperoleh dalam usahatani jagung dapat dilihat
pada Tabel 3. berikut ini.
Tabel 3. Rata-rata Produksi, Harga dan Penerimaan Total pada Usahatani Jagung Lahan Sanggeman di Desa Ngargosari, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen No. 1. 2. 3.
Keterangan Produksi (kg) Harga Produksi (Rp/kg) Penerimaan (Rp)
Per Usahatani 1.618,33 2.371,00 3.838.147,00
Per Hektar 3.327,62 2.371,00 7.892.009,00
Sumber: Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 3. dapat diketahui bahwa produksi jagung yang diperoleh petani adalah 3.327,62 kg/ha, dengan harga jagung per kilogramnya Rp.2.371,00, sehingga diperoleh penerimaan petani pada usahatani jagung sebesar Rp.7.892.009,00/ha/MT. Penerimaan yang diperoleh petani merupakan hasil perkalian dari jumlah produksi jagung dengan harga jagung per satuan. Harga
jagung tersebut merupakan harga jagung kering pipilan yang setiap musim harganya bisa berubah. Penerimaan Lahan Sangeeman Selain dari Usahatani Jagung Rata-rata penerimaan usahatani di lahan sanggeman selain dari usahatani jagung dapat dilihat pada Tabel 4. berikut in.
Tabel 4. Rata-rata Penerimaan Usahatani di Lahan Sanggeman Selain dari Usahatani Jagung di Desa Ngargosari, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen No. 1.
Tanaman Ketela Pohon
Rata-Rata Penerimaan Per Usahatani (Rp) 314.000,00
Rata-Rata Penerimaan Per Hektar (Rp) 3.868.583,00
Sumber: Analisis Data Primer Berdasarkan Tabel 4. dapat diketahui bahwa rata-rata penerimaan usahatani dari ketela pohon per usahatani adalah Rp.314.000,00 dan rata-rata penerimaan per hektar adalah Rp. 3.868.583,00. Tambahan penghasil ini tentu saja cukup membantu petani karena dapat digunakan untuk membeli
saprodi lain, atau untuk mencukupi kebutuhan hidup. Pendapatan Usahatani Jagung Rata-rata pendapatan petani dari hasil usahatani jagung dapat dilihat pada Tabel 5. berikut.
Tabel 5. Rata-rata Penerimaan, Biaya dan Pendapatan Usahatani Jagung di Lahan Sanggeman di Desa Ngargosari, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen No. 1. 2. 3.
Keterangan Penerimaan Usahatani Biaya Total Usahatani Pendapatan Usahatani
Per Usahatani (Rp) 3.838.147,00 2.070.578,00 1.767.568,00
Per Hektar (Rp) 7.892.009,00 4.257.529,00 3.634.480,00
Sumber: Analisis Data Primer
Rata-rata penerimaan usahatani jagung sebesar Rp.7.892.009,00/ha/MT dengan biaya
usahatani Rp.4.257.529,00/ha/MT, diperoleh rata-rata
sebesar sehingga pendapatan
usahatani jagung sebesar Rp.3.634.480,00/ha/MT. Pendapatan yang diperoleh petani digunakan untuk membiayai kebutuhan hidup seharihari seperti makan. Namun jika uang hasil usahatani lebih, maka petani akan menggunakannya untuk membeli tambahan saprodi yang dibutuhkan
untuk melakukan usahatani musim tanam berikutnya.
pada
Efisieansi Usahatani Jagung Rata-rata efisiensi usahatani jagung di Desa Ngargosari Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Efisiensi Usahatani Jagung No. 1. 2.
Keterangan Penerimaan total (Rp) Biaya Total (Rp) R/C
Per Usahatani 3.838.147,00 2.070.578,00 1,85
Per Hektar 7.892.009,00 4.257.529,00 1,85
Sumber: Analisis Data Primer
Tabel 6. menunjukkan bahwa efisiensi usahatani jagung di Desa Ngargosari Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen sebesar 1,85. Penerimaan total usahatani jagung sebesar Rp.3.838.147,00/UT/MT atau Rp.7.892.009,00/ha/MT, biaya total sebesar Rp.2.070.578,00/UT/MT atau Rp.4.257.529,00/ha/MT. Besarnya tingkat efisiensi usahatani jagung yang dilakukan petani pesanggem di Desa Ngargosari, Kecamatan Sumberlawang Kabupaten Sragen adalah 1,85 yang berarti lebih dari 1 (>1), maka
usahatani jagung dikatakan efisien. Hal ini menunjukkan bahwa setiap biaya Rp.1,00 yang dikeluarkan petani akan memberikan penerimaan sebesar 1,85 kali dari biaya yang dikeluarkan oleh petani. Strategi Bertahan hidup Strategi bertahan hidup yang digunakan petani pesanggem di Desa Ngargosari Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen dapat dilihat dari Tabel 7.
Tabel 7. Strategi Bertahan Hidup No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Strategi Mengkonsumsi bahan makanan selain beras Mengkonsumsi makanan dengan kualitas yang lebih rendah Meminjam uang dari tetangga /saudara untuk membeli bahan pangan (non formal) Meminjam uang dari lembaga lokal (kumpulan PKK, dasawisma dll) untuk membeli bahan pangan (formal) Mengurangi frekuensi makan setiap hari atau makan kurang tiga kali sehari Mengurangi porsi makanan semua anggota keluarga Menjual aset produktif (ternak, tanah) * Anggota keluarga bekerja di luar sektor pertanian dalam satu daerah Anggota rumahtangga bekerja ke luar daerah Tidak melakukan coping Total
Banyaknya Orang 7 12 9
Persentase (%) 13,21 22,64 16,98
1
1,89
6
11.32
1 1 8 6 2 53
1,89 1,89 15,09 11,32 3,77 100,00
Sumber : Analisis Data Primer Catatan *: Di lapangan responden cenderung menjual ternak, tapi tidak menutup kemungkinan bisa menjual tanah jika responden pindah ke daerah lain, atau faktor lain yang mengharuskan untuk menjual tanahnya
Berdasarkan Tabel 7. dapat diketahui bahwa usaha yang dilakukan petani pesanggem di Desa Ngargosari, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen paling banyak adalah mengkonsumsi makanan dengan kualitas yang lebih rendah. Makanan kualitas yang lebih rendah di sini maksudnya jika dulu makan dengan beras kelas A sekarang menjadi beras kelas B atau C yang harganya lebih murah. dengan persentase mencapai 22,64% (12 responden). Strategi yang paling banyak digunakan petani merupakan strategi pasif yaitu mengurangi pengeluaran keluarga (misal pengeluaran untuk biaya sandang, pangan, dan pendidikan). Untuk strategi jaringan pengaman responden juga cukup banyak digunakan. Terlihat dari jumlah responden yang menggunakan strategi meminjam uang dari tengga /saudara untuk membeli bahan pangan digunakan oleh 9 orang (peminjaman dari sektor non formal), sedangkan strategi jangin pengaman dari sektor formal hanya digunakan oleh 1 orang
responden yaitu berupa meminjam uang dari lembaga lokal (kumpulan PKK, dasawisma, dll) untuk membeli bahan pangan. Untuk strategi aktif petani tidak menggunakannya sama sekali, hal ini dapat terjadi karena petani tidak mau menambah jam kerja yang dikhawatirkan akan menjadikan petani kelelahan dan juga waktu berkumpul keluarga akan berkurang. Namun untuk strategi aktif yang berupa pemanfaatan sumber atau tanaman liar di lingkungan sekitar tentu akan sangat berguna bagi petani jika dapat diterapkan dalam kehidupannya, tapi petani belum memanfaatkan strategi aktif tersebut. Usahatani Lain Selain dari Lahan Sanggeman Usahatani sawah merupakan salah satu usahatani yang digunakan petani untuk menambah penghasilan. Biaya pada lahan sawah Biaya pada usahatani lahan sawah dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Rata-rata Biaya dari Usahatani Lahan Sawah di Desa Ngargosari, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen No. 1.
2.
3.
Jenis Biaya Biaya Sarana Produksi a. Benih b. Pupuk Phonska c. Pupuk Urea d. Pupuk TSP e. Pestisida Biaya Tenaga Kerja a. Mengolah Lahan b. Menanam c. Memupuk d. Menyiangi e. Mengendalikan Hama dan Penyakit f. Panen Biaya Lain-lain a. Pajak Tanah b. Penyusutan c. Pengangkutan Jumlah
Biaya Per Usahatani (Rp)
Biaya Per Hektar (Rp)
Persentase (%)
29.500,00 36.666,00 46.500,00 31.000,00 3.200,00
363.449,00 451.745,00 572.895,00 381.930,00 39.425,00
10,75 13,36 16,95 11,30 1,17
48.333,00 41.000,00 0 0 0 14.000,00
595.482,00 505.133,00 0 0 0 172.484,00
17,61 14,94 0 0 0 5,10
10.333,00 9.180,00 4.666,00 274.380,00
127.310,00 113.100,00 57.494,00 3.380.451,00
3,77 3,35 1,70 100,00
Sumber : Analisis Data Primer
Biaya yang paling besar adalah untuk membayar tenaga kerja mengolah lahan. Biaya yang harus dikeluarkan
untuk mengolah lahan adalah sebesar Rp.595.482,00/ha/MT. Biaya untuk mengolah lahan merupakan komponen
biaya terbesar, hal ini terjadi karena petani mengandalkan tenaga mesin yang berupa traktor. Traktor yang digunakan merupakan traktor yang didapat dari sewa. Biaya sewa traktor ini lah yang menyebabkan komponen biaya mengolah lahan menjadi komponen biaya yang paling besar. Biaya rata-rata yang dikeluarkan petani untuk menyewa traktor adalah Rp.200.000,00 per hari. Penerimaan pada lahan sawah Rata-rata penerimaan pada usahatani dilahan sawah adalah sebesar Rp.13.053.388,00/ha/MT. Petani responden sebagian besar tidak menjual padi yang diperoleh dari lahan sawah. Petani menggunakan padi yang diperoleh untuk dikonsumsi sendiri.
Pendapatan pada lahan sawah Rata-rata pendapatan pada usahatani di lahan sawah sebesar Rp.9.672.936,00/ha/MT. Pendapatan yang diperoleh per usahatani dari lahan sawah tidak besar jika dijadikan uang. Namun petani merasa tenang, karena tidak perlu memikirkan besok tidak bisa makan karena tidak punya beras. Usahatani di lahan tegalan juga merupakan usahatani yang mampu memberikan tambahan penghasilan bagi petani. Biaya pada lahan tegalan Rata-rata biaya yang digunakan pada lahan tegalan di Desa Ngargosari, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Rata-rata Biaya pada Usahatani di Lahan Tegalan No. 1.
2.
3.
Jenis Biaya Biaya Sarana Produksi a. Benih b. Pupuk Organik c. Pupuk Phonska d. Pupuk Urea e. Pestisida Biaya Tenaga Kerja a. Mengolah Lahan b. Menanam c. Memupuk d. Menyiangi e. Mengendalikan Hama dan Penyakit f. Panen g. Pemipilan Biaya Lain-lain a. Pajak Tanah b. Penyusutan c. Pengangkutan Jumlah
Biaya Per Usahatani (Rp)
Biaya Per Hektar (Rp)
Persentase (%)
4.533,00 3.033,00 12.500,00 23.333,00 166,00
217.600,00 145.600,00 600.000,00 1.120.000,00 8.000,00
5,50 3,68 15,18 28,33 0,20
1.666,00 0 0 0 0 11.500,00 6.250,00
80.000,00 0 0 0 552.000,00 300.000,00
2,02 0 0 0 0 13,96 7,59
1.600,00 6.120,00 11.666,00 82.370,00
76.800,00 293.760,00 560.000,00 3.953.760,00
1,94 7,43 14,17 100,00
0
Sumber : Analisis Data Primer
Tabel 9. menunjukkan bahwa sarana produksi untuk pembelian pupuk urea merupakan komponen biaya yang paling besar. Biaya untuk pembelian pupuk urea yang harus dibayarkan petani untuk melakukan usahatani dilahan tegalan adalah sebesar Rp.1.120.000,00/ha/MT.
Penerimaan pada lahan tegalan Penerimaan pada lahan tegalan adalah Rp.15.329.600,00/ha/MT. Ratarata penerimaan total per usahatani yang diperoleh petani dari lahan tegalan adalah Rp.319.366,00/UT/MT. Penerimaan yang diperoleh dari lahan tegalan jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan lahan sanggeman
dan lahan sawah. Hal ini terjadi karena jumlah pemilik lahan tegalan lebih sedikit dan luasan yang dimiliki lebih sempit. Pendapatan pada lahan tegalan Rata-rata penerimaan usahatani di lahan tegalan sebesar Rp.15.329.600,00/ha/MT dengan biaya usahatani sebesar Rp.3.953.760,00/ha/MT, sehingga diperoleh rata-rata pendapatan usahatani di lahan tegalan sebesar Rp.11.375.840,00/ha/MT. Pekarangan Pekarangan yang luas sebagian besar digunakan untuk menanam tanaman tahunan, namun tetap memberikan ruang untuk menanam 1 atau 2 tanaman buah. Penanaman tanaman tahunan digunakan petani untuk jangka panjang, agar dapat dimanfaatkan oleh anak cucunya dimasa mendatang. Sedangkan untuk tanaman buah, dimanfaatkan saat musim buah telah datang, hal ini menjadikan petani tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli buah di pasar. Ternak Ternak yang dimiliki petani responden adalah ternak ayam, kambing, dan sapi. Namun tidak semua responden memiliki semua jenis ternak tersebut. Rata-
rata penerimaan usahatani dari kepemilikan ternak adalah Rp.4.880.000,00, dari asumsi penjulan ternak ayam, ternak kambing, dan ternak sapi yang sudah di jumlah secara keseluruhan, kemudian dibagi dengan jumlah responden. Pendapatan yang diperoleh petani merupakan asumsi, hal ini terjadi karena dilapangan responden tidak menjual ternaknya secara keseluruhan. Asumsi ini diperoleh dengan cara bertanya kepada responden harga perkiraan jika ternak yang mereka miliki di jual. Responden hanya menjual ternak jika benar-benar terjadi keadaan yang mendesak, contohnya untuk biaya sekolah anak, untuk biaya berobat (operasi, rawat inap, dll).
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Besarnya pendapatan yang diperoleh petani pesanggem adalah Rp.3.634.480,00/ha/MT, dari penerimaan total Rp.7.892.009,00/ha/MT dikurangi biaya total Rp.4.257.529,00/ha/MT; (2) Tingkat efisiensi usahatani jagung petani pesanggem di Desa Ngargosari, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen yaitu 1,85; (3) Strategi bertahan hidup petani pesanggem di Desa Ngargosari, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen adalah : (a) menerapkan strategi aktif dengan mengoptimalkan segala potensi keluarga, seperti memperpanjang jam kerja; strategi pasif yang dilakukan adalah mengurangi pengeluaran keluarga, seperti mengurangi pengeluaran biaya untuk sandang, pangan, pendidikan; dan strategi jaringan pengaman adalah dengan menjalin relasi, baik secara informal maupun formal di lingkungan sosialnya dan lingkungan kelembagaan, seperti hutang ke warung, meminjam uang ke rentenir atau bank) untuk dapat mempertahankan kelangsungan usahatani dan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari; (b)Penggunaan lahan selain lahan sanggeman (lahan sawah, tegal, pekarangan, dan ternak) bertujuan untuk menambah penghasilan petani. Pemanfaatan lahan selain lahan sanggeman diharapkan mampu meningkatkan penghasilan petani. Dengan peningkatan penghasilan yang diperoleh diharapkan kesejahteraan petani juga meningkat. Saran Saran yang dapat disampaikan adalah (a) Petani perlu memperhatikan
penggunaan faktor-faktor produksi pendapatan usahatani jagung. Penggunaan pupuk organik secara berkala akan mampu meningkatkan kualitas tanah sehingga hasil produksi juga akan meningkat secara berkala dengan biaya yang lebih rendah, sehingga akan meningkatkan pendapatan pada tahun-tahun berikutnya. (b) Efisiensi usahatani jagung yang dilakukan petani dapat ditingkatkan jika petani dapat mengurangi pembelian saprodi dari toko-toko pertanian dengan harga yang lebih mahal dan lebih memanfaatkan kelompok tani untuk memperoleh bantuan subsidi saprodi dari pemerintah sehingga biaya yang dikeluarkan lebih kecil. (c)Penggunaan strategi pasif berupa pengurangan biaya untuk kebutuhan pangan, pakaian dan pendidikan merupakan strategi yang baik, tetapi alangkah baiknya jika petani juga menggunakan strategi aktif juga seperti memanfaatkan sumber atau tanaman liar dilingkungan sekitar, sehingga akan memberikan tambahan penghasilan bagi petani.
jagung, hal ini untuk memaksimalkan DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Kabupaten Sragen. 2011. Jumlah Ruta PPLS2011 Menurut Klasifikasi Kemiskinan dan Kecamatan di Kabupaten Sragen. (http://sragenkab.bps.go.id/). Diakses pada tanggal 25 Juli 2012. Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. UI Press, Jakarta. Surakhmad, W. 1998. Pengantar Penelitian Ilmiah : Dasar, Metode dan Teknik. Tarsito. Bandung. Wahyudi, H dan Sismudjito. 2007. Harmoni Sosial. Jurnal Sosiologi. Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sumatera Utara. Sumatera Utara. http://usupress.usu.ac.id/files/Harm oni%20Sosial%20Vol_%20I%20N o_%202%20Januari%202007.pdf. Diakses pada tanggal 29 Juli 2012.