VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan bagian yang dipanen, dapat dimakan setelah direbus maupun dapat dijadikan sebagai bakan baku industri makanan. Ganyong berimpang tegak tingginya rata-rata mencapai 1,5 meter. Proses budidaya diawali dari pembibitan hingga panen. Kegiatan pembibitann pada umumnya dilakukan oleh tenaga kerja perempuan karena sifatnya yang ringan. Bibit ini berasal dari umbi yang sehat, lebih baik yang masih muda dan tumbuh tunas sekitar lima hingga 20 cm. Cara menyiapkan bibit dengan cara memotong umbi paling sedikit mempunyai dua mata yang sehat kemudian potongan bibit ini disemaikan sampai tumbuh dua hingga tiga helai daun. Penggunaan pupuk organik mulai dilakukan saat kegiatan persemaian ini. Langkah selanjutnya setelah persiapan bibit adalah penyiapan lahan dan tanam. Persiapan lahan ini dilakukan oleh tenaga kerja laki – laki pada umumnya karena sifatnya yang merupakan kegiatan berat, yaitu perlu mengolah tanah dan membersihkan dari gangguan rumput liar. Pengolahan tanah ini dilakukan pada musim kemarau dengan cara dicangkul atau digarpu. Pemeliharaan tanaman ganyong tidak begitu sulit, kegiatan ini bisa dilakukan oleh tenaga kerja perempuan. Penyulaman dilakukan pada rumpun yang mati setelah tanaman berumur 10 hari. Saat kegiatan penyulaman ini diikuti dengan pembersihan tanaman dari gangguan gulma atau rumput liar menggunakan kored, golok maupun sabit. Tanaman ganyong ini relatif jarang diserang hama dan penyakit tanaman hingga menimbulkan kerusakan maupun kematian. Beberapa hama yang menyerang diantaranya kumbang dan belalang yang sering memakan daun dan cacing yang menyerang umbi. Tanaman ganyong dapat dipanen saat berumur tujuh sampai delapan untuk produksi optimal. Panen yang dilakukan kurang dari tujuh bulan hasil umbi dan kandungan patinya rendah. Kegiatan panen ini dilakukan oleh tenaga kerja laki-laki menggunakan cangkul dan garpu. 74
6.2. Penggunaan Input pada Usahatani Ganyong Sarana input produksi merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam menjalankan suatu kegiatan usahatani. Sarana produksi yang digunakan antara petani anggota kelompok tani dan bukan anggota kelompok pada dasarnya adalah sama. Sarana produksi ini terdiri dari lahan, bibit, pupuk kandang, tenaga kerja dan peralatan produksi.
Rata- rata penggunaan input produksi antara petani
anngota kelompok tani dan bukan anggota kelompok dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22.
No 1 2 3 4
Rata-Rata Penggunaan Input Produksi Usahatani Ganyong di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri per Periode Tanam per Hektar Tahun 2009 Keterangan
Satuan
Bibit Pupuk kandang Tenaga kerja Peralatan a. Cangkul b. Kored c. Golok d. Garpu e. Sabit f. Parang
Tunas Kg HOK
Buah
Jumlah Petani Anggota Petani Bukan Kelompok Anggota 5030 5108 3301,78 2966,79 172,69 264,67 1 1 1 1 1 1
1 2 1 1 1 1
6.1.1. Penggunaan Lahan Lahan merupakan hal yang terpenting dalam melakukan kegiatan usahatani. Kepemilikan lahan petani responden pada usahatani ganyong pada umumnya hanya berlahan sempit yaitu kurang dari satu hektar, tidak ada petani reponden yang memiliki lahan di atas satu hektar. Rata-rata kepemilikan lahan untuk petani responden yang merupakan anggota kelompok tani adalah seluas 0,25 hektar, sedangkan untuk petani bukan anggota lahan yang dimiliki rata-rata seluas 0,12 hektar. Masih rendahnya penggunaan lahan untuk budidaya ganyong disebabkan komoditas ganyong belum begitu penting sebagai mata pencaharian utama petani. Ganyong yang selama ini ditanam di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri hanya sebagai komoditas yang dijadikan sumber penghasilan tambahan petani.
75
Komoditas ganyong ini belum begitu banyak ditanam oleh masyarakat karena belum bisa meyakinkan masyarakat akan nilai ekonomisnya sehingga masih ditanam di lahan yang relatif sempit.
6.1.2. Penggunaan Bibit Bibit dalam usahatani ganyong ini merupakan tunas ganyong. Tunas yang diperoleh oleh petani bisa berupa tanaman induk hasil dari panen periode sebelumnya maupun berupa tunas baru. Penggunaan maksimal tunas yang diperoleh dari tanaman induk hasil panen periode sebelumnya dapat digunakan hingga dua sampai tiga kali panen karena kemampuannya dalam berproduksi semakin lama akan menurun. Rata – rata penggunaan bibit per hektar yang dipakai oleh petani yang masuk anggota kelompok tani adalah sebanyak 5030 tunas, sedangkan rata-rata yang dipakai oleh petani bukan anggota adalah sebanyak 5108 tunas. Perbedaan penggunaan jumlah bibit antara petani anggota kelompok tani dengan petani bukan anggota disebabkan adanya peran penyuluhan dan bimbingan. Kelompok tani memberikan penyuluhan kepada petani anggotanya dengan tujuan pemberian arahan dalam penggunaan bibit yang efisien. Petani bukan anggota pada umumnya menggunakan bibit yang lebih banyak dibandingkan petani anggota dalam luasan lahan yang sama. Hal ini dikarenakan petani bukan anggota beranggapan bahwa jika tunas umbi yang ditanam tidak tumbuh, masih terdapat umbi lainnya tanpa perlu menggunakan tenaga kerja tambahan
untuk
kegiatan
penyulaman.
Petani
bukan
anggota
sering
menggunakan bibit yang berasal dari umbi hasil panen periode sebelumnya sehingga memerlukan jumlah yang lebih banyak karena produktivitasnya yang menurun. Tetapi petani anggota tidak melakukan hal ini, karena petani anggota telah menggunakan bibit hasil seleksi kelompok tani. Bibit yang diperoleh ini memiliki kualitas yang mampu berproduksi optimal.
6.1.3. Penggunaan Pupuk Kandang Pemupukan dilakukan dua kali dalam satu periode tanam oleh petani ganyong, yaitu pada umur tanaman dua minggu dan empat bulan. Penggunaan
76
pupuk dalam usahatani ganyong hanya berasal dari pupuk organik yaitu pupuk kandang dari kotoran ayam. Pupuk kandang ini merupakan pilihan para petani karena fungsinya yang mampu memberikan hasil pada umbi juga karena mampu menyuburkan tanah. Selain itu penggunaan pupuk kandang didasarkan pada permintaan konsumen untuk hasil umbi yang organik. Penggunaan pupuk kandang untuk petani anggota kelompok tani maupun petani bukan anggota rata-rata sama penggunaanya sekitar 0,5 – 0,7 kg tiap rumpun tanamannya. Jumlah rata-rata penggunaan pupuk kandang tiap periode tanam per hektar untuk petani yang masuk anggota kelompok tani adalah sebanyak 2966,79 Kg, sedangkan bagi petani bukan anggota adalah sebanyak 3301,78 Kg. Pupuk kandang yang dibutuhkan oleh para petani ganyong mudah diperoleh di sekitar lingkungannya karena adanya penjual maupun peternakan ayam. Penggunaan pupuk kandang petani anggota lebih sedikit dibandingkan petani bukan anggota, hal ini dikarenakan penguasaan pengetahuan yang berbeda. Salah satu petani anggota adalah sebagai pemasok pupuk kandang sehingga mengetahui mengenai pupuk kandang. Pupuk kandang yang sifatnya panas lebih baik disimpan terlebih dahulu sampai dua hari, karena tidak cocok jika langsung ditanam bersama tanaman ganyong dan justru akan menurunkan jumlah produksi. Pada penggunaan pupuk kandang ini, petani anggota memperhitungkannya terlebih dahulu. Pengetahuan yang dimiliki petani ini diterapkan pada kelompok tani, tetapi petani bukan anggota memakai pupuk kandang secara berlebih karena minimnya pengetahuan akan penggunaan pupuk kandang. 6.1.4. Penggunaan Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan satu hal yang dinilai sangat penting dalam usahatani karena tenaga kerja inilah yang akan digunakan untuk melakukan aktivitas usahatani. Tenaga kerja yang digunakan oleh petani anggota kelompok maupun petani bukan anggota kelompok adalah tenaga kerja laki-laki dan perempuan tanpa melibatkan tenaga kerja anak-anak. Aktivitas yang berat pada umumnya dilakukan oleh tenaga kerja laki-laki seperti mengolah tanah untuk persiapan lahan dan pencabutan umbi saat panen. Penggunaan tenaga kerja dalam
77
usahatani ganyong ini menggunakan satuan Hari Orang Kerja (HOK). Setiap harinya tenaga kerja yang melakukan aktivitas selama tujuh jam dengan waktu istirahat saat pukul 12.00 sampai pukul 13.00. Upah yang diberikan setiap satu hari kerja rata-rata yaitu sebesar Rp.20.000. Penggunaan tenaga kerja dalam satu periode tanam per hektar yang dibutuhkan oleh petani anggota kelompok rata-rata berjumlah 172,69 HOK. Sedangkan bagi petani bukan anggota adalah 264,67 HOK. Tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani ganyong ini dibagi atas Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) dan Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK).
Penggunaan
Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) untuk masing-masing kegiatan dalam usahatani ganyong tiap periode tanam per hektar dapat dilihat pada Tabel 23.
Tabel 23. Rata-Rata Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) pada Usahatani Ganyong per Periode Tanam per Hektar di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri Tahun 2009 Anggota Kelompok Tani No 1 2 3 4 5 6
Kegiatan Persiapan bibit Persiapan lahan Penanaman Pemupukan Pemeliharaan Panen Jumlah
Jumlah (HOK) 13,76 24,23 9,38 22,33 18,99 30,46 119,15
Persentase (%) 11,55 20,34 7,87 18,66 15,94 25,56 100
Bukan Anggota Kelompok Jumlah Persentase (HOK) (%) 28,49 14,06 36,68 18,10 24,53 12,10 39,03 19,26 37,85 18,67 36,10 17,81 202,68 100
Pada Tabel 23 diperoleh data bahwa dari keenam kegiatan yang dilakukan petani pada usahatani ganyong dengan menggunakan Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK), panen merupakan kegiatan yang banyak memerlukan tenaga kerja bagi petani anggota kelompok tani yaitu 30,46 HOK (25,56%). Namun pada petani bukan anggota, kegiatan pemupukan merupakan kegiatan yang banyak memakai tenaga kerja yaitu sebanyak 39,03 HOK atau sebesar 19,26 persen dari total kegiatan penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga. Sedangkan pada Tabel 24 menunjukan rata-rata penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga
78
(TKLK) oleh petani ganyong untuk masing-masing kegiatan tiap periode tanam per hektar. Berdasarkan Tabel 24, penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK) pada usahatani ganyong bagi petani anggota kelompok tani, kegiatan persiapan lahan merupakan kegiatan yang banyak membutuhkan tenaga kerja yaitu membutuhkan 14,89 HOK atau sebesar 26,56 persen dari seluruh kegiatan. Banyaknya penggunaan tenaga kerja luar keluarga dibandingkan dengan penggunaan tenaga kerja dalam keluarag untuk kegiatan persiapan lahan karena kegiatan ini merupakan kegiatan yang berat sehingga lebih banyak membutuhkan jasa tenaga kerja luar keluarga. Sedangkan pada petani bukan anggota, kegiatan panen merupakan kegiatan yang banyak membutuhkan tenaga kerja yaitu sebanyak 24,82 HOK (39,03%).
Tabel 24. Rata-Rata Penggunaan Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK) pada Usahatani Ganyong per Periode Tanam per Hektar di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri Tahun 2009 No 1 2 3 4 5 6
Kegiatan Persiapan bibit Persiapan lahan Penanaman Pemupukan Pemeliharaan Panen Jumlah
Anggota Kelompok Tani Persentase Jumlah (HOK) (%) 5,48 9,78 14,89 26,56 11,46 20,44 4,79 8,54 5,27 9,40 25,28 14,17 56,06 100
Bukan Anggota Kelompok Jumlah Persentase (HOK) (%) 8,30 13,05 10,13 15,93 17,26 27,14 2,47 3,88 0,62 0,97 24,82 39,03 63,60 100
Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga memiliki jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan tenaga kerja luar keluarga. Hal ini dikarenakan para petani ganyong merasa bahwa penggunaan tenaga kerja adalah variabel yang banyak mengeluarkan biaya. Para petani lebih memilih menggunakan tenaga kerja dalam keluarga yang tidak mengeluarkan biaya secara tunai. Namun, dengan alasan untuk menghemat biaya tunai justru penggunaan tenaga kerja menjadi kurang efisien. Petani memberdayakan semua anggota keluarga yang ada tanapa memperhitungkan terlebih dahulu mengenai kebutuhan aktivitas yang akan dilakukan.
79
6.1.5. Penggunaan Peralatan Usahatani Peralatan merupakan sarana penunjang kegiatan usahatni yang perlu dimiliki oleh petani. Peralatan yang dimiliki oleh para petani ganyong baik petani anggota dan bukan anggota pada umumnya masih bersifat peralatan semi modern seperti cangkul, kored, golok, garpu, parang dan sabit. Semua peralatan yang digunakan petani untuk kegiatan budidaya ganyong mudah diperoleh di toko peralatan pertanian. Peralatan yang digunakan oleh petani sangat berpengaruh terhadap biaya tetap yang akan dikeluarkan oleh petani yaitu pada biaya penyusutan. Biaya penyusutan ini termasuk ke dalam biaya yang diperhitungkan namun tidak secara tunai. Besarnya biaya penyusutan peralatan pada usahatani ganyong per periode tanam dalah sebesar Rp.60.000. Penghitungan nilai penyusutan dengan menggunakan metode garis lurus anatar nilai beli dan umur teknis peralatan tersebut. Nilai penyusutan untuk peralatan usahatani ganyong dapat dilihat pada Tabel 25.
Tabel 25. Rata – Rata Biaya Penyusutan Peralatan pada Usahatani Ganyong di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri Tahun 2009
No 1 2 3 4 5 5
Jenis Peralatan Cangkul Kored Golok Garpu Parang Sabit Jumlah
Jumlah (Buah) 1 1 1 1 1 1 6
Harga Beli (Rp) 50000 20000 100000 200000 20000 20000 410000
Umur Pakai (Tahun) 2 2 2 2.5 2 2
Estimasi Nilai (Rp) 30000 10000 70000 150000 10000 10000
Jumlah Biaya (Rp) 10000 5000 15000 20000 5000 5000 60000
6.2. Penerimaan Usahatani Analisis pendapatan usahatani pada ganyong ini didasarkan atas luasan satu hektar dalam musim tanam. Satu musim tanam dalam usahatani ganyong ini yang dianalisis adalah dalam waktu tujuh bulan. Penerimaan usahatani ini adalah jumlah total produk yang dijual berdasarkan pada harga jual yang berlaku di pasar.
80
Produksi yang dihasilkan oleh petani secara keseluruhan rata-rata mencapai 23.515,47 Kg per hektar per periode panen dengan harga jual Rp.500 per Kg. Seluruh petani yang membudidayakan ganyong di desa ini menjual hasil panennya kepada Kelompok Tani Harapan Mulya dengan didasarkan pada kesepakatan harga antara kelompok dengan petani. Penerimaan yang diperoleh petani rata-rata dari penjualan ganyong per periode panen adalah sebesar Rp. 11.757.735. Adapun untuk petani anggota kelompok penerimaan yang diperoleh adalah sebesar Rp. 11.783.865 hasil produksi sebanyak 23.567,73 Kg. Sedangkan untuk petani non anggota kelompok penerimaan yang diperoleh adalah sebesar Rp. 11.709.835 hasil dari produksi 23.419,67 Kg. 6.3. Pengeluaran Usahatani Pengeluaran usahatani dikelompokan menjadi dua yaitu biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan petani selama kegiatan usahatani per periode panen, yaitu mulai dari biaya penyediaan bibit hingga biaya mendistribusikan hasil panen ke penjual. Sedangkan biaya diperhitungkan adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani tidak dalam bentuk nilai tunai. Sejumlah biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani ganyong meliputi biaya sewa lahan, pembelian bibit, pembelian pupuk, biaya tenaga kerja luar keluarga dan biaya transportasi hasil panen. Besarnya biaya tunai per hektar tiap periode tanam seluruh petani ganyong rata-rata adalah Rp. 6.077.959. Sedangkan rincian untuk masing-masing adalah Rp.5.936.838 untuk petani anggota dan Rp.6.182.756 untuk petani bukan anggota. Besarnya biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam usahatani ganyong tidak terlepas dari adanya biaya untuk membiayai penggunaan input. Adapun rincian penggunaan input per hektar untuk usahatani ganyong dapat dilihat pada Tabel 26.
81
Tabel 26. Penggunaan Input Produksi per Hektar pada Usahatani Ganyong di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri Tahun 2009
No 1 2 3 4
Keterangan Lahan Bibit Pupuk kandang Tenaga kerja a. TKDL b. TKLK
Jumlah Fisik Petani Petani Anggota Bukan Anggota 1 1 5030 5108 2966,79 3301,78 117,75 54,94
201,88 62,79
Satuan
Harga/Satuan (Rp)
Ha Tunas Kg
2.500.000 300 200
HOK
20.000
Petani ganyong di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri seluruhnya menjual hasil panennya ke Kelompok Tani Harapan Mulya. Kelompok tani mengolah hasil panen para petani terlebih dahulu sebelum menjualnya ke konsumen dalam bentuk tepung. Sistem pembayaran antara petani dengan kelompok tani ini berupa konsinasi artinya umbi ganyong terlebih dahulu disimpan di kelompok kemudian kelompok membayarnya dalam jangka waktu satu sampai dua minggu. Biaya diperhitungkan yang dikeluarkan oleh petani ganyong meliputi biaya penyusutan peralatan dan tenaga kerja dalam keluarga. Biaya yang diperhitungkan tiap periode tanam per hektar adalah sebesar Rp. 3.008.800. Untuk petani anggota kelompok tani biaya yang diperhitungkan adalah sebesar Rp. 2.415.000 dan untuk petani bukan anggota sebesar Rp. 4.097.600. Sedangkan biaya total yang dikeluarkan petani per hektar tiap periode tanam adalah Rp. 9.086.759. Biaya total ini terdiri dari penjumlahan antara biaya tunai dengan biaya yang diperhitungkan. Komponen biaya pada usahatani ganyong dapat dilihat pada Tabel 27.
82
Tabel 27. Biaya Tunai dan Biaya Diperhitungkan pada Usahatani Ganyong per Hektar tiap Periode Tanam di Desa SIndanglaya Kecamatan Sukamantri Tahun 2009 Nilai (Rp) Keterangan
No
Rata-rata A
Lahan
2,500,000
2,500,000
2,500,000
Bibit
1,571,400
1,509,000
1,532,400
593,358
660,356
1,098,800
1,255,800
235,680
234,200
5,936,838
6,182,756
60,000
60,000
Tenaga Kerja Luar Keluarga Transportasi Total Biaya Tunai
617,004 1,154,400 235,155 6,077,959
Biaya Diperhitungkan Biaya Penyusutan Peralatan
C
Petani Bukan Anggota
Biaya Tunai
Pupuk Kandang
B
Petani Anggota
60,000
Tenaga Kerja Dalam Keluarga
2,948,800
2,355,000
4,037,600
Total Biaya yang Diperhitungkan
3,008,800
2,415,000
4,097,600
Jumlah Total Biaya
9,086,759
8,351,838
10,280,356
6.4. Pendapatan Usahatani Pendapatan usahatani pada penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai rata-rata petani ganyong per hektar per periode panen memperoleh sebesar Rp. 5.679.776 dan pendapatan atas biaya total sebesar Rp. 2.670.976. Tabel 28 menyajikan data mengenai pendapatan petani ganyong. Berdasarkan Tabel 28, penerimaan per hektar per periode panen yang diperoleh oleh petani anggota kelompok tani lebih besar Rp. 74.030 dibandingkan dengan petani non anggota. Hal ini didasarkan pada penggunaan input yang efisien karena intensifnya bimbingan dan penyuluhan. Dilihat dari pendapatan atas biaya tunai pun, petani anggota kelompok memperoleh pendapatan lebih besar dibandingkan dengan petani bukan anggota. Pendapatan 83
atas biaya total dari petani anggota adalah sebesar Rp.3.432.027 sedangkan untuk petani non anggota hanya sebesar Rp.1.429.479 per hektar tiap periode panen. Analisis usahatani ganyong dapat dilihat pada Lampiran 5.
Tabel 28. Penerimaan, Biaya dan Pendapatan Usahatani Ganyong di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri per Hektar per Periode Panen Tahun 2009 No 1 2 3 4 5 6
Komponen Penerimaan
Petani Anggota
Nilai (Rp) Petani Bukan Anggota
Rata - Rata
11.783.865
11.709.835
11.757.735
5.936.838
6.182.756
6.077.959
2.415.000
4.097.600
3.008.800
8.351.838
10.280.356
9.086.759
5.847.027
5.527.079
5.679.776
3.432.027
1.429.479
2.670.976
Biaya tunai Biaya diperhitungkan Biaya total Pendapatan atas biaya tunai Pendapatan atas biaya total
6.5. Analisis R/C Rasio Hasil perhitungan usahatani untuk analisis R/C rasio atas biaya tunai diperoleh 1,93. Nilai ini memiliki arti bahwa setiap pengeluaran tunai sebesar Rp.1 akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 1,93. Nilai R/C rasio lebih dari satu ini menunjukkan bahwa usahatani ganyong di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri mampu memberikan keuntungan karena penerimaannya lebih besar 1,93 kali dari biaya yang perlu dikeluarakan oleh petani. R/C rasio atas biaya total untuk usahatani ganyong adalah sebesar 1,30. Nilai ini memiliki arti bahwa setiap Rp.1 biaya total yang dikeluarkan petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp.1,30. Hal ini membuktikan bahwa usahatani ganyong
di Desa
Sindanglaya
kecamatan
Sukamantri
menguntungkan.
Penerimaan, biaya dan R/C rasio pada usahatani ganyong di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri per hektar tiap periode panen Tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 29.
84
Tabel 29. Rata-Rata Penerimaan, Biaya dan R/C Rasio per Hektar per Periode Panen pada Usahatani Ganyong di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri Tahun 2009 No 1 2 3 4
Komponen Penerimaan
Petani Anggota
Nilai (Rp) Petani Bukan Anggota
Rata - Rata
11.783.865
11.709.835
11.757.735
5.936.838
6.182.756
6.077.959
2.415.000
4.097.600
3.008.800
8.351.838
10.280.356
9.086.759
Biaya tunai Biaya diperhitungkan Biaya total
5
R/C atas biaya tunai
1,98
1,89
1,93
6
R/C atas biaya total
1,41
1,14
1,30
Pada Tabel 29, R/C rasio untuk petani anggota kelompok tani sedikit lebih besar dibandingkan dengan R/C rasio petani bukan anggota, baik untuk R/C rasio atas biaya tunai maupun atas biaya total. R/C rasio atas biaya tunai petani anggota kelompok memperoleh 1,98 dan atas biaya total 1,41. Sedangkan petani bukan anggota memperoleh 1,89 untuk R/C rasio atas biaya tunai dan 1,14 atas biaya total. Baik petani anggota maupun petani bukan anggota R/C rasio atas biaya tunai dan atas biaya total sudah melebihi satu artinya usahatani ganyong ini sudah dikatakan menguntngkan.
6.6. Efektivitas Kelembagaan Kelompok Tani Efektivitas keberadaan kelembagaan ini fungsinya adalah sebagai bentuk gambaran untuk melihat kinerjanya yang mampu memberikan manfaat kepada anggotanya. Kelembagaan agribisnis yang ada pada usahatani ganyong di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri salah satunya adalah kelompok tani. Kelompok tani tersebut adalah Kelompok Tani Harapan Mulya. Kelompok tani ini berdiri tanggal 30 November 1994. Awalnya kelompok tani ini mengusahakan pada bidang penggemukan domba, ayam buras, perikanan atau longyam dan pertanian sayuran. Budidaya tanaman ganyong dimulai oleh kelompok tani ini pada tahun 2002 atas dasar kebijakan Pemprov Jawa Barat untuk ketahanan pangan produk lokal.
85
Kelompok Tani Harapan Mulya ini sudah memiliki peralatan semi modern untuk pengolahan umbi ganyong menjadi tepung dan hal ini mampu memberikan motivasi kepada masyarakat sekitar untuk membudidayakan ganyong. Kelompok tani ini memulai menjalin kerjasama dengan Indofood pada tahun 2005 sebagai pemasok tepung ganyong untuk bahan dasar makanan bayi. Anggota kelompok tani ini memiliki jumlah anggota sebanyak 33 orang. Susunan organisasi pada Kelompok Tani Harapan Mulya dapat dilihat pada Lampiran 8. Hasil panen dari seluruh petani ganyong di daerah ini dijual kepada kelompok tani ini dengan sistem konsinasi atau simpan bayar. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pembayaran kepada petani antara satu sampai dua minggu dan hal ini pun telah disepakati oleh kedua pihak dengan saling percaya. Keberadaan kelompok tani ini bisa menambah pendapatan petani anggota (Tabel 28). Efektivitas keberadaan kelembagaan kelompok tani bagi petani responden didasarkan pada tanggapan petani responden. Hasil yang diperoleh dari tanggapan petani responden mengenai keberadaan kelompok tani adalah nilai 472. Berdasarkan skala likert untuk penilaian efektivitas tersebut nilai 472 merupakan hasil bahwa keberadaan kelompok tani bagi petani ganyong sudah cukup efektif. Nilai 472 berada pada rentang nilai 385 – 538 (cukup efektif). Perhitungan skor untuk efektivitas kelembagaan kelompok tani dapat dilihat pada Lampiran 9. Kelompok tani yang ada di sini tidak membebankan petani anggotanya. Seluruh hasil panen yang dijual petani anggota kepada pihak kelompok sesuai dengan harga yang berlaku di pasar. Selain itu, petani anggota tidak perlu melakukan untk membayar simpanan berupa hasil panen maupun uang kepada kelompok. Untuk membiayai kegiatan operasional, kelompok tani tersebut sudah mampu mengolah ganyong menjadi tepung yang kemudian menjualnya kepada produsen pengolahan makanan. Masih minimnya kontinuitas pasokan dari para petani karena penguasaan teknik budidaya yang masih rendah menyebabkan kelompok belum menerapkan perjanjaian atau kontrak tertulis dengan petani. Namun untuk hasil panen dalam jumlah berapa pun kelompok tani ini bersedia untuk membelinya, tetapi dengan
86
sistem konsinasi yaitu simpan bayar. Petani terlebih dahulu menyimpan hasil panennya kepada kelompok, dalam waktu kurang dari dua minggu kemudian kelompok membayarnya. Hal ini dikarenakan umbi ganyong dari petani diolah terlebih dahulu oleh kelompok menjadi tepung sebagai produk yang bisa meningkatkan nilai jual dan hal itu memerlukan waktu beberapa hari. Efektivitas keberadaan kelompok tani Harapan Mulya ini didasarkan pada penilaian dan tanggapan petani anggotanya dari beberapa hal, diantaranya: a. Syarat Awal Masuk Anggota Petani ganyong yang ada di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri ini terdiri dari petani yang tergabung dengan kelompok tani dan yang tidak bergabung. Keberadaan kelompok tani pada usahatani ganyong ini telah ada sejak tahun 2002, namun jumlah anggotanya hanya berjumlah 33 orang dari 51 petani ganyong yang ada di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri. Kelompok tani yang aktif memberikan penyuluhan dan bimbingan kepada petani adalah kelompok tani Harapan Mulya. Jumlah keanggotaan petani kelompok yang belum mencapai jumlah petani yang ada disebabkan karena para petani lainnya masih menganggap usahatani ganyong belum menghasilkan nilai ekonomis yang signifikan. Selain itu, petani bukan anggota masih merasa bahwa untuk bergabung dengan kelompok memiliki banyak persyaratan. Berdasarkan hasil penilaian dan tanggapan petani anggota bahwa untuk masuk menjadi anggota kelompok tani Harapan Mulya syarat awalnya mudah. Sejumlah 29 responden (87,88 %) menyebutkan bahwa untuk menjadi anggota kelompok adalah mudah. Hal ini didasarkan pada tidak adanya persyaratan khusus yang dapat membebani petani. Kelompok tani siap menerima petani untuk menjadi anggotanya hanya dengan syarat petani tersebut mau membudidayakan ganyong secara sungguh - sungguh. b. Penjualan Hasil Panen Kelompok tani Harapan Mulya merupakan bentuk kelembagaan satu – satunya di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri yang membeli hasil panen petani. Seluruh petani yang membudidayakan ganyong, baik yang tergabung 87
maupun yang tidak tergabung dengan kelompok seluruhnya menjual umbi ganyong kepada kelompok. Banyaknya volume penjualan dari petani dan hanya tersedia satu tujuan pasarnya membuat kelompok tani tidak bisa membayarnya secara tunai kepada petani yang menjualnya dalam jumlah banyak. Sistem pembayaran yang dilakukan oleh kelompok kepada petani adalah dalam bentuk konsinasi. Artinya, petani menyimpan terlebih dahulu hasil panen kepada kelompok selanjutnya kelompok membayarnya beberapa hari kemudian. Hal ini dikarenakan kelompok perlu mengolah umbi tersebut menjadi tepung yang memiliki nilai jual lebih tinggi dibandingkan dengan menjual umbinya. Penilaian dan tanggapan dari petani anggota mengenai sistem pembayaran hasil panen menyebutkan konsinasi lancar. Dari 33 petani, 21 petani (63,64 %) menilai bahwa sistem pembayaran ini lancar dengan pembayaran kurang dari satu minggu. Pembayaran ini dirasakan oleh petani tidak begitu memberatkan karena para petani ini sudah percaya sepenuhnya kepada kelompok. Walaupun sistem pembayarannya perlu menunggu satu minggu, namun petani anggota ini diberi kepercayaan oleh kelompok untuk menjual tepung hasil pengolahan sebagai tambahan penghasilan. c. Jarak Petani ke Kelompok Tani Anggota kelompok tani ini merupakan perkumpulan petani yang memiliki kesamaan karakteristik dan pada umumnya masih dalam lingkungan yang berdekatan. Sifat dari keanggotaan kelompok tani yang berada di tingkat desa ini masih memegang teguh budaya gotong royong dan kekeluargaan. Jumlah anggota kelompok tani pada usahatani ganyong di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri berjumlah 33 petani. Dari 33 petani, 29 petani (87,88 %) memiliki jarak lokasi yang dekat dengan kelompok. Penilaian dan tanggapan dari petani responden yang merupakan petani anggota menilai bahwa jarak dari petani ke kelompok berjarak 1,1 sampai 5 Km. Jarak yang dirasakan dekat oleh petani ini memberikan manfaat baik terhadap kelompok maupun petani anggotanya. Manfaat yang diperoleh kelompok adalah mengenai pantauan dan pemberian bimbingan kepada petani. Kelompok tidak mengalami kesulitan saat mengumpulkan anggotanya, karena jarak yang dekat
88
antara petani dan kelompok. Manfaat untuk petani anggota adalah mengenai distribusi sumberdaya terutama kebutuhan input. Petani tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar untuk memperoleh input produksi karena tersedia di kelompok dan lokasinya pun dekat. d. Bimbingan dan Penyuluhan Keberadaan kelompok tani mampu memberikan manfaat kepada anggotanya. Manfaat yang diperoleh petani anggota adalah mengenai adanya bimbingan dan penyuluhan. Tujuan dari bimbingan dan penyuluhan ini adalah agar petani mampu berproduksi secara optimal dengan penggunaan input yang efisien sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan petani. Jumlah responden yang menilai bahwa bimbingan dan penyuluhan ini sering dilakukan oleh kelompok adalah berjumlah 19 responden (57,58 %). Bimbingan dan penyuluhan yang dinilai petani anggota sering adalah rutin diberikan setiap seminggu sekali. Pemberian bimbingan dan penyuluhan dari kelompok untuk materi teori dilakukan di rumah ketua kelompok tani. Namun, pemberian bimbingan dan penyuluhan untuk praktek dilakukan langsung di lapangan. Kelompok tani ini telah bekerjasama dengan pihak luar seperti perguruan tinggi dan perusahaan mitra sehingga kegiatan bimbingan dan penyuluhan tidak selalu berasal dari kelompok. Manfaat yang dapat diperoleh petani anggota adalah menambah pengetahuan tentang budidaya ganyong. e. Ketersediaan Input Produksi Kelompok tani yang merupakan bentuk kelembagaan satu – satunya yang berada di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri untuk usahatani ganyong sehingga memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap petani. Kelompok tani ini selain memberikan kejelasan pasar untuk hasil panen petani, juga sebagai tempat dalam penyediaan input produksi terutama untuk penyediaan bibit. Tanggapan dari petani responden yang merupakan petani anggota menyebutkan bahwa input produksi selalu tersedia di kelompok. Kelompok melakukan seleksi untuk pemilihan bibit sebelum dijual kepada petani anggotanya. Hal ini bertujuan agar tingkat produktivitas ganyong optimal 89
sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan petani. Petani anggota tidak perlu mencari ke tempat lain untuk memperoleh input produksi sehingga keberadaan kelompok tani dinilai efektif karena mampu memberikan manfaat kepada anggotanya. Manfaat yang diperoleh anggota adalah tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk mencari input produksi. Selain itu, harga bibit untuk petani anggota lebih murah dibandingkan dengan petani bukan anggota. f. Bantuan Pinjaman Modal Kendala yang paling mendasar bagi petani yang pada umumnya petani kecil adalah mengenai masalah modal. Petani merasa kesulitan saat akan memulai musim tanam baru karena keterbatasan modal. Keberadaan kelompok tani ini berdasarkan tanggapan petani responden belum memberikan perannya terhadap bantuan modal. Seluruh petani anggota menyebutkan bahwa bantuan pinjaman modal dari kelompok tani tidak ada. Aspek mengenai tanggapan petani responden terhadap adanya pinjaman bantuan modal kepada petani belum bisa terpenuhi oleh kelompok. Hal ini merupakan
salah
satu
kekurangan
kelompok.
Para
petani
responden
mengharapkan dengan adanya kelompok ini untuk ke depannya mampu memberikan manfaatnya dalam bantuan pinjaman modal. g. Sarana Angkutan Hasil Panen Petani ganyong di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri pada umumunya merupakan petani kecil yang mengusahakan ganyong dalam luasan area yang sempit. Rata – rata penggunaan lahan untuk petani anggota adalah kurang dari 0,50 Ha, sehingga jumlah produksi pun rendah. Petani ganyong yang memiliki luasan lahan lebih dari 0,5 Ha hanya satu orang. Tanggapan dari petani anggota mengenai ketersediaan sarana angkutan hasil panen, bahwa sarana angkutan hasil panen dari kelompok untuk petani tidak ada. Hanya enam dari 33 petani yang memberikan tanggapan bahwa kelompok terkadang memberikan fasilitas sarana angkutan untuk mengangkut hasil panen petani. Petani yang memakai sarana angkutan dari kelompok merupakan petani yang memiliki hasil panen banyak. Tetapi pada umumnya petani mengangkut sendiri hasil panen ke kelompok dengan menggunakan mobil angkutan pedesaan. 90
6.7. Rantai Pemasaran Ganyong Hasil panen seluruh petani responden ganyong di Desa Sindanglaya menjualnya kepada Kelompok Tani Harapan Mulya. Kelompok tani ini siap membeli dalam jumlah berapapun hasil panen petani dengan harga yang telah disepakati antara kelompok tani dengan petani ganyong. Harga yang berlaku untuk umbi ganyong disesuaikan dengan harga singkong di daerah tersebut. Penyesuaian harga ini bertujuan agar para petani ganyong bisa tetap membudidayakan ganyong. Harga yang berlaku saat ini untuk satu kilogram umbi ganyong adalah Rp.500. Penjualan hasil panen kepada Kelompok Tani Harapan Mulya ini dikarenakan kelompok tani ini sudah memiliki peralatan semi pabrikasi untuk mengolah umbi ganyong menjadi tepung. Tepung yang dihasilkan dari kelompok tani ini dijual kepada PT. Gizindo sebagai bahan dasar makanan bayi, para produsen makanan olahan dan masyarakat sekitar. Manfaat yang diperoleh petani anggota adalah bisa menjual tepung tersebut dengan mengambilnya terlebih dahulu dan membayarnya setelah produk terjual. Rantai pemasaran ganyong dapat dilihat pada Gambar 6. Kelompok Tani
Petani
PT.Gizindo
Kelompok Tani
Petani Anggota
Bakery
Konsumen Akhir
Keterangan : : Jalur distribusi bibit : Jalur distribusi tepung ganyong atau produk turunannya
Gambar 6. Rantai Pemasaran Ganyong di Desa Sindanglaya Tahun 2009
91
Berdasarkan Gambar 6 menunjukkan bahwa bibit yang diperoleh petani ganyong secara keseluruhan berasal dari Kelompok Tani Harapan Mulya. Kelompok tani ini menyediakan bibit hasil penyeleksian untuk digunakan oleh petani ganyong agar memperoleh hasil produksi yang optimal. Hasil panen berupa umbi ganyong, petani menjualnya kepada kelompok tani untuk diolah menjadi tepung ganyong. Tepung ganyong hasil pengolahan kelompok tani kemudian dijual kepada salah satu produsen makanan bayi sebagai bahan dasarnya. Selain itu, kelompok tani pun menjual tepung kepada perusahaanperusahaan bakery skala rumah tangga di sekitar Ciamis dan Bandung dan kepada petani anggota sebelum ke konsumen akhir.
92