ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHATANI BERAS ORGANIK KELOMPOK TANI CIBEUREUM JEMPOL (Studi Kasus : Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor)
OLEH : YENNI DUDIAGUNOVIANI H 34066132
PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS AGRIBISNIS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
LEMBAR PENGESAHAN
1
2 3
NAMA NRP ALAMAT DI BOGOR
4
ALAMAT ASAL
5
BEBAN STUDI SEMESTER BERJALAN BEBAN STUDI YANG DISELESAIKAN IPK SAMPAI SEMESTER TERAKHIR JUDUL
6 7 8 9 10 11
LOKASI LAMA PENELITIAN PERNYATAAN PERSETUJUAN
Yenni Dudiagunoviani H 34066132 Jl. Cidangiang Wisma D-IV, Tegallega Bogor Jl. Raya Barat Pangandaran Rt. 01 Rw. 01 No. 15 Sukamulya, Banjarsari-Ciamis 7 Sks 6 Sks
Analisis Strategi Pengembangan Usahatani Beras Organik Kelompok Tani Cibeureum Jempol Kel. Mulyaharja, Kec. Bogor Selatan 2 bulan Proposal ini telah disetujui oleh pembimbing tanggal Oktober 2008
Pembimbing
Ir. Joko Purwono, MS NIP. 131 578 844
Ketua Departemen Agribisnis Fakultas ekonomi Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 131 415 082
RINGKASAN
YENNI DUDIAGUNOVIANI. Analisis Strategi Pengembangan Usahatani Beras Organik Kelompok Tani Cibeureum Jempol (Studi Kasus : Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor selatan, Kota Bogor) (Dibawah bimbingan JOKO PURWONO) Saat ini perkembangan konsumsi masyarakat Indonesia akan beras organik semakin meningkat yaitu sekitar 230 juta jiwa. Hal ini seiring dengan semakin meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat serta kesadaran akan pentingnya kesehatan. Saat ini telah tumbuh beberapa kelompok tani yang mengembangkan usaha beras organik, terlebih lagi pada saat beras organik dijadikan sebagai komoditas unggulan selain talas bogor. Kelompok Tani Cibeureum Jempol merupakan satu-satunya kelompok yang mengusahakan beras organik dari hulu sampai hilir di bogor selatan. Besarnya permintaan akan beras organik pada Kelompok Tani Cibeureum Jempol diperkirakan kurang lebih 6.000-15.000 kg perbulan hanya untuk memenuhi para pelanggan yang datang langsung serta permintaan dari Hero. Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, penelitian ini bertujuan : 1) Mengidentifikasi dan menganalisis faktor internal dan faktor eksternal Kelompok Tani Cibeureum Jempol Muyaharja; serta 2) Menganalisis strategi terbaik yang dapat diterapkan dalam rangka pengembangan usaha beras organik pada Kelompok Tani Cibeureum Jempol Mulyaharja. Penelitian ini hanya sampai kepada tahap formulasi dari manajemen strategis. Untuk tahap implementasi dan evaluasi strategi merupakan wewenang dari manajemen Kelompok Tani Cibeureum Jempol sendiri. Penelitian di Kelompok tani Cibeureum Jempol ini dilakukan secara sengaja (purposive), kasus di Kalurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Data dan informasi yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data analisis melalui perumusan strategi yang terdiri dari tahap masukan, tahap pemaduan dan tahap pemilihan strategi. Alat analisis yang digunakan adalah matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation), matriks IFE (Internal Factor Evaluation), matrik SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats), matriks I-E (Internal Eksternal) dan matriks QSP (Quantitative Strategic Planning). Pada faktor eksternal peluang yang paling utama dapat dimanfaatkan adalah adanya program pemerintah “Go Organic” dengan nilai skor sebesar 0,396 dan nilai rating sebesar 4,000. Sedangkan untuk ancaman terbesar yang harus diwaspadai kelompok tani Cibeureum Jempol adalah tingkat daya beli masyarakat yang masih rendah dengan nilai skor sebesar 0,337 dan nilai rating sebesar 3,333. Dari factor EFE dan IFE dihasilkan Nilai rata-rata EFE sebesar 3,300 dan IFE sebesar 2,506 sehingga menempatkan kelompok tani Cibeureum Jempol pada sel 2. Posisi ini menggambarkan bahwa kelompok tani Cibeureum Jempol berada dalam kondisi tumbuh dan harus lebih dibina lagi. Hasil analisis terhadap factor-faktor strategis internal dan eksternal digunakan matriks SWOT sehingga diperoleh alternatif startegi SO yaitu : 1) Memperluas jaringan pasar; dan 2) Meningkatkan kualitas produk beras organik melalui kemasan ataupun pengembangan penanganan pascapanen. Strategi ST, yaitu : 1) Meningkatkan promosi mengenai beras organik kepada masyarakat baik melalui penyuluhan ataupun media lain; dan 2) Mengembangkan produksi dengan menggunakan bibit organik unggul dengan tingkat produktivitas yang lebih tinggi. Startegi WO yaitu : 1) Memperkuat modal melalui pengembangan kerjasama dengan pihak swasta, pemerintah serta masyarakat setempat; dan 2) Perbaikan sistem manajemen
keuangan pada kelompok tani Cibeureum Jempol. Sedangkan strategi WT terdiri dari : 1) Meningkatkan pendidikan SDM yang ada melalui pelatihan rutin didalam kelompok tani Cibeureum Jempol; dan 2) Menjalin kerjasama dengan para ahli teknologi baik dari institusi pendidikan maupun instansi terkait guna mendapatkan teknologi pertanian yang sehat, cepat dan tepat guna. Berdasarkan hasil matriks QSP diperoleh bahwa strategi memperluas jaringan pasar dengan nilai TAS sebesar 7,377 sebagai strategi prioritas. Ini berarti kelompok tani ini harus lebih agresif lagi melihat pasar yang tersedia sehingga produk yang dihasilkan dapat masuk dan berkembang pada pasar tersebut. Sesuai dengan peluang-peluang yang ada sserta kekuatankakuatan yang dimiliki kelompok tani Cibeureum Jempol.
ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA TANI BERAS ORGANIK KELOMPOK TANI CIBEUREUM JEMPOL (Studi Kasus : Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor)
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Sarjana Penyelenggaraan Khusus Agribisnis Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi Dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
OLEH : YENNY DUDIAGUNOVIANI H34066132
PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS AGRIBISNIS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Strategi Pengembangan Usahatani Beras Organik Kelompok Tani Cibeureum Jempol (Studi Kasus : Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor) adalah hasil karya saya sendiri yang dibuat sebenar-benarnya dan belum pernah diajukan sebagai skripsi pada perguruan tinggi atau lembaga manapun.
Bogor,
Januari 2009
Yenni Dudiagunoviani NRP : H34066132
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ciamis, Jawa Barat pada tanggal 11 November 1984, puteri ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Dudi Kurdi Permana, SE. dan Ibu Ridawati. Penulis mengawali pendidikan formal di SDN VIII Banjarsari pada tahun 1990 – 1997, dilanjutkan ke SLTP Negeri I Banjarsari pada tahun 1997 – 2001, kemudian penulis melanjutkan pendidikannya ke SMU Negeri I Banjar pada tahun 2001 – 2003. Penulis diterima pada program studi Diploma III di Program Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2003 dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2006 penulis langsung melanjutkan pendidikan di Program Sarjana Khusus Agribisnis, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan Semesta Alam yang telah memberikan berkat, rahmat dan hidayahNya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa adanya halangan yang berarti, skripsi dengan judul Analisis Strategi Pengembangan Usahatani Beras Organik Kelompok Tani Cibeureum Jempol (Studi Kasus : Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor) ini adalah prasyarat dalam meraih gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen , Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna dan berawal dari sini penulis berharap semoga tulisan kecil ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkannya. Oleh karena itu kritik dan saran sangat saya harapkan demi keberhasilan bersama.
Bogor,
Januari 2009
Yenni Dudiagunoviani NRP : H34066132
UCAPAN TERIMAKASIH
Alhamdulilahirobilalamin saya panjatkan dan mengucap syukur yang berlimpah kepada Allah SWT yang telah memberikan berkat, rahmat dan kesehatan sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan waktu yang telah diharapkan. Tidak lupa juga saya ucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalm penyusunan skripsi ini, di antaranya : 1. Kedua orang tua saya yang sangat berperan baik dalam memberikan doa ataupun dukungan dalam bentuk materi, nenekku tercinta, serta kedua kakakku dan adikku yang tak luput selalu memberikan semangat kepada penulis. 2. Ir. Joko Purwono, MS. selaku pembimbing penulis yang telah sabar dan bijaksana dalam membimbing penulis sehingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini. 3. Bapak Amin Selaku ketua Kelompok Tani Cibeureum Jempol Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di kelompok tani tersebut. 4. Ir. Popong Nurhayati, Msi. Selaku dosen evaluator kolokium proposal penulis yang telah memberikan masukan yang sangat bermanfaat untuk penyusunan skripsi ini. 5. Cut Diah Kartika Putri, Amd selaku pembahas dalam seminar hasil yang telah memberikan masukan kepada penulis.
6. Dr. Ir. Rita Nurmalia, MS selaku dosen penguji sidang yang telah memberikan banyak masukan sehingga skripsi ini menjadi lebih baik lagi. 7. Ibu Etriya selaku Dosen Komisi Pendidikan Sidang, yang telah memberikan masukan dalam hal teknik penulisan skripsi yang baik dan benar. 8. Seluruh Dosen Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen yang telah mengajar penulis semasa kuliah sehingga penulis dapat mengerti materi-materi yang telah diberikan dengan baik. 9. Staff sekretariat Agribisnis yang telah rela melayani penulis pada masa kuliah hingga sekarang. 10. Rekan–rekan seperjuangan Agribisnis yang sama-sama sedang menyelesaikan penulisan skipsinya semoga kalian tetap semangat. 11. Rekan kerja di BAPPENAS IbuYanti, Bapak Anwar Sunari, Bapak Arif Haryana, Bapak Nono Rusono, Mas Jarot Indarto, Mas Ali Muharam, Mas Noor avianto, Bapak Suhada, Bapak Sunarto, Mbak Ayu dan rekan-rekan lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. 12. Untuk Harliyadi Bangkit Kuncoro beserta keluarga yang telah membantu penulis dalam kelancaran pembuatan bahan presentasi skripsi penulis serta memberikan support yang positif terhadap penulis. 13. Sahabat-sahabat terdekat penulis yang selalu memberikan semangat dan partisipasinya kepada penulis : Mira Apriani, De Esty, Agus, Imam Wahyudi, Firman Kamil, Desti, Ani, Mbak Yu Anita, Puteri, Chan2, Dodot, Sari dan banyak lagi sahabat-sahabatku yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. 14. Sahabat-sahabatku dikostan yang selalu berbagi berbagai hal dengan penulis: Puspa, Vera+Bejo dan Penny+pasha.
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN DEPARTEMEN AGRIBISNIS Nama
: Yenni Dudiagunoviani
NRP
: H 34066132
Judul
: Analisis Strategi Pengembangan Usahatani Beras Organik Kelompok Tani Cibeureum Jempol (Studi Kasus : Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor)
dapat diterima sebagai salah satu syarat kelulusan pada program Sarjana Penyelenggaraan Khusus Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing
Ir. Joko Purwono, MS NIP. 131 578 844
Ketua Depertemen Agribisnis Fakultas Ekonomi Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 131 415 082
Tanggal Kelulusan :
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ...................................................................................................... i DAFTAR TABEL............................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... v DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................... vi I. PENDAHULUAN............................................................................................1 I.I Latar Belakang ................................................................................................ 1 I.2 Perumusan Masalah ........................................................................................ 4 I.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 8 I.4 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 8 1.5 Ruang Lingkup Penelitian .............................................................................. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................10 2.1 Pengertian Pertanian Organik ....................................................................... 10 2.2 Prinsip Pertanian Organik ............................................................................ 11 2.3 Tujuan Pertanian Organik ............................................................................ 13 2.4 Pengertian Beras Organik ............................................................................. 14 2.5 Lahan Pertanian Organik .............................................................................. 15 2.6 Konsep Pengembangan Kelompok Tani Cibeureum Beras Organik.............. 17 2.7 Konsep Manajemen Strategi......................................................................... 18 2.8 Hasil Penelitian Sebelumnya ........................................................................ 20 III. KERANGKA PEMIKIRAN.........................................................................26 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ........................................................................ 26 3.1.1 Lingkungan Organisasi ........................................................................ 26 3.1.2 Analisis Lingkungan Internal............................................................... 26 3.1.3 Analisis Lingkungan Eksternal ............................................................ 27 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ................................................................. 30 IV. METODE PENELITIAN..............................................................................35 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................................... 35 4.2 Jenis dan Sumber Data ................................................................................. 35 4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data ......................................................... 39
i
4.3.1 Proses Perumusan Alternatif Strategi .................................................. 39 4.3.2 Matrix IFE dan EFE ............................................................................ 41 4.3.3 Penentuan Bobot Setiap Variabel......................................................... 43 4.3.4 Matrix SWOT ..................................................................................... 45 4.3.5 Matrix QSPM ...................................................................................... 47 V. GAMBARAN UMUM KELOMPOK TANI .............................................. 49 5.1 Gambaran Umum Kelompok Tani Cibeureum Jempol ................................. 49 5.2 Visi, Misi dan Tujuan................................................................................... 50 5.3 Organisasi .................................................................................................... 51 5.4 Kegiatan Usaha Kelompok Tani Cibeureum Jempol..................................... 52 5.5 Kegiatan Pemasaran Kelompok Tani Cibeureum Jempol ............................. 53 VI. ANALISIS LINGKUNGAN KELOMPOK TANI ................................... 55 6.1 Analisis Lingkungan Internal ....................................................................... 55 6.1.1 Sumber Daya Manusia ...................................................................... 55 6.1.2 Keuangan .......................................................................................... 56 6.1.3 Produksi dan Operasi......................................................................... 57 6.1.4 Pemasaran ......................................................................................... 59 6.1.5 Pengembangan, Pembinaan dan Pelatihan ......................................... 61 6.2 Analisis Faktor Eksternal ............................................................................ 62 6.2.1 Lingkungan Makro ............................................................................ 62 6.2.2 Analisis Lingkungan Industri............................................................. 70 6.3 Identifikasi Faktor-faktor Strategis Internal dan Eksternal Kelompok Tani Cibeureum Jempol .............................................................................. 75 VII. PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA .................... 85 7.1 Tahap Pemasukan Data ............................................................................... 85 7.1.1 Analisis Matriks EFE ........................................................................ 85 7.1.2 Analisis Matriks IFE ......................................................................... 86 7.2 Tahap Pemaduan Data................................................................................ 88 7.2.1 Matriks IE ......................................................................................... 88 7.2.2 Matriks SWOT .................................................................................. 89 7.3 Matriks Quantitaive Strategic Planning (QSPM) ........................................ 91 VIII.KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 94
ii
8.1 Kesimpulan ................................................................................................ 94 8.2 Saran ......................................................................................................... 97 VIII. DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 98 IX.
LAMPIRAN .......................................................................................... 100
iii
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Proyeksi Luas Lahan, Produktivitas, Produksi dan Pertumbuhan Produksi Padi Nasional Pada Tahun 2004-2008* ................................... 1 2. Perkembangan Kelompok Tani, Luas Lahan dan Produksi Beras Organik di Bogor Pada Tahun 2004-2008 ........................................................... 5 3. Total Penjualan Beras Organik Setiap Bulan pada Tahun 2007-2008 Pada Kelompok Tani Cibeureum Jempol Mulyaharja-Bogor Selatan .............. 6 4. Luasan Lahan Pertanian Oganik di Kawasan Asia Tahun 2004 ............. 17 5. Bentuk Matriks IFE (Internal Factor Evaluation)................................. 43 6. Bentuk Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation) ............................. 43 7. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Organisasi .......................... 44 8. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Organisasi ............................ 44 9. Matriks SWOT ..................................................................................... 46 10. Matriks QSPM ..................................................................................... 48 11. Laju Pertumbuhan PDB Nasional Menurut Lapangan Usaha Triwulan I dan II Tahun 2008 (Persentase) ........................................... 63 12. Komoditas Pangan yang Masih Harus Diimpor Pada Tahun 2007 ........ 65 13. Pertumbuhan Penduduk Indonesia Tahun 2000-2005 ........................... 68 14. Pertumbuhan Penduduk Kota Bogor Tahun 2001-2006 ........................ 69 15. Matriks EFE Kelompok Tani Cibeureum jempol .................................. 86 16. Matriks IFE Kelompok Tani Cibeureum jempol ................................... 87 17. Matriks SWOT Kelompok Tani Cibeureum Jempol ............................. 90
iv
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Model Lima Kekuatan Porter ................................................................ 30 2. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional................................................ 34 3. Matriks IE ............................................................................................. 45 4. Struktur Organisasi Kelompok Tani Cibeureum Jempol Mulyaharja (2008) ................................................................................. 52 5. Saluran Distribusi Produk Pada Kelompok Tani Cibeureum Jempol .................................................................................................. 60 6. Matriks IE Kelompok Tani Cibeureum Jempol ...................................... 88
v
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Luas Panen, Hasil Per Hektar dan Produksi Padi Jawa Barat Tahun 2003-2006 ................................................................................. 100 2. Pembobotan Terhadap Kekuatan dan Kelemahan serta Peluang dan Ancaman Kelompok Tani Cibeureum Jempol ................................ 101 3. Penilaian Bobot Rata-rata Faktor Strategis Internal dan Eksternal........................................................................................ 106 4. Rating Rata-rata Faktor Strategis Internal dan Eksternal ....................... 108 5. Kuisioner Matriks QSP ........................................................................ 117 6. Gambar Kemasan Beras Organik Kemasan 5 Kilogram ........................ 120
vi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran sektor pertanian dalam perekonomian nasional masih sangat besar terhadap pembentukan PDB nasional yaitu sebesar 27 persen pada triwulan I tahun 2008. Produk-produk pertanian sangat berguna dalam memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia terutama kebutuhan akan pangan. Indonesia memiliki beberapa komoditas pangan utama yaitu beras, jagung, kedelai, gandum dan kentang. 1.750 juta jiwa penduduk Asia, termasuk Indonesia yaitu sebanyak 230 juta jiwa penduduk Indonesia mengkonsumsi hasil olahan beras yaitu nasi sebagai pangan utamanya, sehingga dapat menjadi peluang bagi petani produsen beras untuk mengembangkan usahanya. Untuk memenuhi kebutuhan akan beras, pemerintah selalu memantau perkembangan produksi, luas lahan dan produktivitas akan padi nasional agar tidak terjadi defisit. Pada Tabel 1 dapat dilihat proyeksi perkembangan produksi, produktivitas serta luas lahan padi (beras) dari tahun 2004 sampai Juni (triwulan II) 2008. Tabel 1. Proyeksi Luas Lahan, Produktivitas, Produksi dan Pertumbuhan Produksi Padi Nasional Pada Tahun 2004 – 2008* Tahun Luas Lahan Produktivitas Produksi Pertumbuhan (Ha) (Qu/Ha) (Ton) Produksi (%) 2004 11.922.974 45,41 54.088.468 3,74 2005 11.839.060 45,74 54.151.097 0,12 2006 11.786.430 46,20 54.454.937 0,56 2007 12.147.637 47,05 57.157.435 4,96 2008* 12.385.242 48,35 59.877.219 4,76 Sumber : Pusat Data dan Informasi, Departemen Pertanian, 2008 Keterangan : )* Data Triwulan II Tahun 2008
2
Berdasarkan Tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa proyeksi produksi padi nasional triwulan II tahun 2008 terus meningkat hingga mencapai 59.877.219 ton Gabah Kering Giling (GKG) dengan luas lahan sekitar 12.385.242 hektar. Artinya pertumbuhan produksi padi nasional pada triwulan II tahun 2008 ikut meningkat juga meskipun tidak terlalu signifikan yaitu mencapai 4,76 persen dibandingkan dengan tahun 2006 sekitar 0,56 persen yang meningkat tajam pada tahun 2007 hingga 4,96 persen. Sedangkan tingkat pertumbuhan penduduk Indonesia terus meningkat hingga 1,48 pertahun, sehingga diperkirakan pada tahun 2020 akan diperlukan beras sebanyak 40 juta ton untuk keperluan konsumsi. Pertumbuhan akan padi nasional seiring dengan pertumbuhan akan padi di daerah bogor yang ikut berkembang dari tahun ke tahun. Pada tahun 2006 jumlah produksi di daerah Bogor menurun hingga angkanya mencapai 9.418.572 ton dengan luasan lahan sebesar 1.798.260 hektar sehingga tingkat produktivitasnya 4,76 ton/ha seperti yang dapat dilihat pada Lampiran 1. Hal ini didukung oleh konsumsi masyarakat bogor yang masih menjadikan nasi (olahan beras) sebagai makanan pokok yang paling utama. Melihat perkembangan tersebut, pihak pemerintah melakukan sistem revolusi hijau untuk pengembangan produktivitas pertanian yaitu suatu program yang terkait dengan mekanisasi pertanian, penggunaan bibit unggul dan pupuk kimia dengan dosis yang sangat tinggi serta pemanfaatan pestisida untuk menanggulangi hama dan penyakit yang bertujuan untuk mendukung tercapainya swasembada pangan (Pretty et al, dalam Rohmiatin 2006). Selain memberikan dampak positif, revolusi hijau juga memberikan dampak negatif yaitu dapat meracuni makhluk hidup, tanah, air dan udara sehingga menurunkan kualitas lahan yang akibatnya
3
dapat menurunkan tingkat produksi dan produktivitas pertanian. Revolusi hijau juga akan mengakibatkan tingginya residu pestisida yang berbahaya dalam pangan atau sayuran yang dikonsumsi sehingga menjadi ancaman besar bagi kesehatan manusia. Hal tersebut mendorong diterapkannya kembali teknologi pertanian organik yaitu pertanian yang sehat dan ramah lingkungan. Berkembangnya pertanian organik mendukung program pemerintah dalam hal keamanan pangan yaitu suatu kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu dan membahayakan kesehatan manusia sesuai dengan UU No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 yang menegaskan bahwa pembangunan dan perbaikan gizi dilaksanakan secara lintas sektor meliputi produksi, pengolahan, distribusi hingga konsumsi pangan dengan kandungan gizi yang cukup, seimbang serta terjamin keamanannya. Perkembangan pertanian organik juga didukung oleh tingkat pendidikan, dimana semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat maka semakin besar pula keinginan masyarakat tersebut memenuhi gizinya dalam hal pangan. Tingkat pendidikan masyarakat Jawa Barat pada tahun 2008 ini cukup tinggi yaitu sebesar 18,67 persen. Hal ini mendukung peningkatan usaha agribisnis pertanian organik. Di Bogor khususnya, kini mulai tumbuh pengusaha pertanian organik, mulai dari sayuran, buah-buahan hingga beras organik. Kelompok tani Cibeureum Jempol merupakan salah satu produsen beras organik di Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor.
4
Kelompok tani Cibeureum Jempol merupakan salah satu kelompok tani yang masih bertahan mengembangkan usaha beras organik dari mulai hulu sampai hilir sejak tahun 1997 hingga sekarang. Beras organik yang dihasilkan sesuai dengan SNI 01-b729-2002 dan telah diuji di laboratorium Agro Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Jawa Barat di Bandung dengan nomor 307.13/Ma/DN/XI/04 tanngal 1 Nopember 2004 yang hasilnya tidak terdeteksi residu zat kimia dari pupuk dan pestisida anorganik. Dalam kegiatan pengembangan usahanya Kelompok tani Cibeureum Jempol menghadapi banyak permasalahan dari internal maupun eksternal diantaranya dalam hal usaha, organisasi dan manajemen, jumlah dan loyalitas sumber daya manusia, lahan yang terbatas, sarana dan prasarana yang masih sederhana serta permodalan yang masih terbatas. Penilaian terhadap strategi usaha beras organik yang tengah dikembangkan oleh Kelompok tani perlu dilakukan sehingga dapat diketahui faktor-faktor internal dan eksternal guna mengevaluasi perkembangan usahanya tersebut dan dapat dikombinasikan untuk dihasilkan prioritas pengembangan usaha beras organik tersebut. 1.2 Perumusan Masalah Program pemerintah ”Go Organik” merupakan salah satu pilihan program untuk mempercepat terwujudnya pembangunan agribisnisberwawasan lingkungan (eco-agribusiness) guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya petani. Misi program ini yaitu meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan kelestarian lingkungan alam Indonesia, dengan mendorong berkembangnya pertanian organik yang berdaya saing dan berkelanjutan. Sedangkan tujuan yang
5
ingin dicapai dari program ini adalah mewujudkan Indonesia sebagai salah satu produsen dan pengekspor pangan organik utama di dunia pada tahun 2010. Program pemerintah ”Go Organic 2010” memberikan angin segar kepada para pengusaha untuk mengembangkan pertanian organik, salah satunya adalah beras organik. Hal ini mendorong semakin meningkatkan produsen produk pertanian organik termasuk kelompok tani yang mengusahakan beras organik. Peningkatan jumlah kelompok tani beras organik yang paling tinggi terjadi pada tahun 2005. Perkembangan kelompok tani ini dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perkembangan Kelompok Tani, Luas Lahan dan Produksi Beras Organik di Bogor pada Tahun 2004-2008 Luas Produksi (GKP Tahun Nama Kelompok Tani Lahan Ton/Ha) (Ha) 2004 - Cibeureum Jempol 100 7 - Lemah Duhur 50 7 2005 - Cibeureum Jempol 100 7 - Bojong Tani 20 5,8 - Karya Tani 50 5,8 - Baraya 10 5,8 - Mukti Tani 20 5,8 2006 - Cibeureum Jempol 100 6,9 2007 - Cibeureum Jempol 40 7 - Mekar Tani 50 7 2008 - Cibeureum Jempol 40 7 - Mekar Tani 25 7 Sumber : Dinas Pertanian Bogor, 2008. Keterangan : GKP (Gabah Kering Panen) Kelompok tani beras organik di Bogor pada tahun 2005 berjumlah lima kelompok, hanya pada tahuun 2006 turun hingga tinggal satu kelompok tani yaitu kelompok tani Cibeureum Jempol. Pada tahun 2007, muncul kembali kelompok tani beras organik di daerah Leuwiliang yaitu kelompok tani Mekar tani. Hingga pada perkembangannya kelompok tani Cibeuruem Jempol masih merupakan satu-
6
satunya kelompok tani yang mengusahakan beras organik dari mulai hulu hingga hilir dengan didukung luasan lahan yang dimiliki seluas 40 hektar. Sedangkan untuk kelompok tani Mekar tani hanya memiliki lahan seluas 25 hektar dimana pada awal berdirinya memiliki lahan seluas 50 hektar. Penurunan luas lahan pada kelompok tani Cibeureum Jempol diakibatkan karena adanya konversi lahan pada lahan milik petani anggota. Lahan dikonversi menjadi lahan non-pertanian dimana lahan tersebut diolah untuk dijadikan tempat pariwisata non-pertanian. Petani ditawarkan harga yang tinggi pada setiap penjualan lahannya dan mereka juga dipaksa serta ditakut-takuti oleh pembeli lahan tersebut akan ketersediaan air yang akan ditutup alirannya oleh pembeli lahan tersebut. Hal ini membuat para petani ketakutan sehingga sekitar 60 hektar lahan milik petani tersebut terjual. Tabel 3. Total Penjualan Beras Organik Setiap Bulan pada Tahun 2007-2008 Pada Kelompok Tani Cibeureum Jempol Mulyaharja-Bogor Selatan Bulan Januari 2007 Pebruari 2007 Maret 2007 April 2007 Mei 2007 Juni 2007 Juli 2007 Agustus 2007 September 2007 Oktober 2007 November 2007 Desember 2007 Januari 2008 Pebruari 2008 Maret 2008 April 2008 Mei 2008 Juni 2008 Juli 2008
Volume (Kg) 14.604 9.714 5.646 3.562 7.504 5.185 6.662 5.584 6.567 6.295 6.856 9.391 8.553 8.924 9.221 6.192 14.482 15.135 8.725
Pendapatan (Rp) 73.020.000 48.570.000 28.230.000 19.591.000 41.272.000 28.517.500 36.641.000 32.387.200 38.088.600 36.511.000 39.764.800 54.467.800 51.318.000 53.556.000 55.326.000 37.152.000 94.133.000 98.377.500 56.712.500
Sumber : Kelompok Tani Cibeureum Jempol, Agustus 2008 (diolah)
7
Permintaan akan beras organik di kelompok tani Cibeureum Jempol diperkirakan 6.000-15.000 kg perbulan. Permintaan ini berasal dari konsumen langganan kelompok tani ini, diantaranya konsumen sekitar yang langsung datang ke kelompok tani ini serta kepada para distributor tetap kelompok tani ini. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3. besarnya penjualan beras oganik pada bulan JanuariJuli tahun 2008. Dalam perkembangan usaha beras organik, kelompok tani ini menghadapi berbagai permasalahan, seperti permasalahan internal yang saat ini tengah terjadi pada kelompok tani ini diantaranya pada penjualan, sarana dan prasarana, keterbatasan modal, ataupun keterbatasan pendidikan dan keterampilan yang dimiliki oleh petani anggota dalam memanfaatkan teknologi yang ada. Dengan keterbatasan yang ada tersebut mengakibatkan sistem manajemen yang ada pada kelompok tani tersebut masih sangat sederhana. Pada Tabel 3 dapat dilihat terjadi penurunan tingkat penjualan beras organik di bulan April dan Juli yang hanya mampu terjual sekitar 6.192 dan 8.725 kilogram saja. Selain permasalahan internal juga ada beberapa permasalahan eksternal yang mempengaruhi perkembangan usaha kelompok tani Cibeureum Jempol ini. Untuk itu perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor tersebut serta besar pengaruhnya terhadap perkembangan usaha pada kelompok tani Cibeureum tersebut. Setelah itu dapat diformulasikan strategi apa yang paling tepat yang dapat dikembangkan oleh kelompok tani Cibeureum Jempol ini. Untuk mengetahui strategi mana yang paling tepat bagi kelompok tani Cibeureum Jempol, maka langkah awalnya adalah mengetahui dengan jelas faktor-faktor internal maupun eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan,
8
peluang serta ancaman usahanya tersebut, sehingga dapat diajukan beberapa alternatif strategi yang tepat untuk diterapkan sebagai solusi masalah yang ada. Berdasarkan uraian tersebut maka permasalahan yang akan diangkat adalah : 1. Faktor – faktor internal dan eksternal apa saja yang mempengaruhi penentuan strategi pengembangan usaha beras organik Kelompok Tani Cibeureum Jempol Mulyaharja? 2. Alternatif strategi apa saja yang dapat diterapkan Kelompok Tani Cibeureum Jempol Mulyaharja dalam pengembangan usaha beras organik? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, penelitian ini bertujuan : 1. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor
internal dan faktor eksternal
Kelompok Tani Cibeureum Jempol Muyaharja. 2. Menganalisis
strategi terbaik
yang
dapat
diterapkan dalam rangka
pengembangan usaha beras organik pada Kelompok Tani Cibeureum Jempol Mulyaharja. 1.4 Manfaat Penelitian Kegunaan penelitian ini antara lain : 1. Sebagai objek penelitian untuk mengevaluasi kegiatan di Kelompok Tani Cibeureum Jempol Mulyaharja 2. Sebagai bahan pertimbangan dalam pengembilan keputusan strategi pengembangan usahanya 3. Dapat memberikan manfaat bagi yang membutuhksn serta sebagai bahan pustaka bagi penelitian selanjutnya.
9
1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian dan pembahasan skripsi ini meliputi gambaran umum perusahaan yaitu kelompok tani, analisis faktor-faktor internal dan eksternal kelompok tani, perumusan strategi dan penentuan prioritas strategi yang dapat diterapkan pada Kelompok Tani Cibeureum Jempol khususnya. Penelitian ini hanya sampai kepada tahap formulasi dari manajemen strategis. Untuk tahap implementasi dan evaluasi strategi merupakan wewenang dari manajemen Kelompok Tani Cibeureum Jempol sendiri.
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pertanian Organik Pertanian organik merupakan proses budidaya pertanian yang menyelaraskan pada keseimbangan ekologi, keanekaragaman varietas, serta keharmonisan dengan iklim dan lingkungan sekitar. Pertanian organik memiliki arti bahwa pada saat melakukan proses produksi hanya digunakan pupuk kandang atau kompos saja. Di Indonesia, pertanian organik sudah dimulai semenjak tahun 1997 pada saat harga sarana produksi pertanian (saprotan) seperrti pupuk pestisida dan pestisida kimia melambung tinggi. Menurut IFOAM 2004 dalam Januar 2006, pertanian organik adalah sistem pertanian yang mengedepankan daur ulang unsur hara dan proses alami dalam pemeliharaan kesuburan tanah dan keberhasilan produksi. Lebih jauh menurut Badan Standarisasi Nasional Indonesia (SNI, 2002), sistem pertanian organik merupakan suatu sistem produksi pangan organik yang dirancang untuk : 1) mengembangkan keanekaragaman hayati dalam sistem secara keseluruhan; 2) meningkatkan aktivitas biologis tanah; 3) menjaga kesuburan tanah dalam jangka panjang; 4) mendaur ulang limbah yang berasal dari tumbuhan dan hewan untuk mengembalikan nutrisi ke lahan sehingga meminimalkan penggunaan sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui; 5) mengandalkan sumberdaya yang dapat
11
diperbaharui pada sistem pertanian yang dikelola secara lokal; 6) mempromosikan penggunaan tanah, air dan udara secara sehat, serta meminimalkan semua bentuk polusi yang dihasilkan oleh praktek - praktek pertanian; 7) menangani produk pertanian dengan penekanan pada cara pengolahan yang hati - hati untuk menjaga integritas organik dan mutu produk pada seluruh tahapan; dan 8) bisa diterapkan pada seluruh lahan pertanian yang ada melalui suatu periode konversi, dimana lama waktunya ditentukan oleh faktor spesifik lokasi seperti sejarah lahan serta jenis tanaman dan hewan yang akan diproduksi. Pertanian organik memiliki kelebihan, diantaranya : 1) tidak menggunakan pupuk maupun pestisida kimia sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan, baik pencemaran tanah, air, maupun udara, serta produknya tidak mengandung racun; 2) tanaman organik mempunyai rasa yang lebih manis dibandingkan tanaman non organik; 3) produk tanaman organik lebih mahal sehingga lebih menguntungkan petani. Selain itu, pertanian organik juga memiliki kekurangan diantaranya : 1) kebutuhan tenaga kerja lebih banyak, terutama untuk pengendalian hama dan penyakit karena umumnya masih dilakukan secara manual; dan 2) penampilan fisik tanaman organik kurang bagus (misalnya berukuran lebih kecil dan daun berlubang-lubang) dibandingkan dengan tanaman non-organik. 2.2 Prinsip Pertanian Organik Prinsip pertanian organik menurut Pracaya dalam Januar 2006, yaitu pertanian yang berteman akrab dengan lingkungan, tidak merusak ataupun mencemaran lingkungan hidup sekitarnya. Cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut diantaranya : (1) memupuk dengan kompos, pupuk kandang; (2)
12
memupuk dengan pupuk hijau; (3) memupuk dengan limbah yang berasal dari kandang ternak, rumah pemotongan hewan (RPH), septic tank; dan (4) mempertahankan dan melestarikan habitat tanaman dengan pola tanam polikultur. Sedangkan pertanian organik menurut IFOAM, prinsip-prinsip pertanian organik terdiri dari : 1. Prinsip Kesehatan Pada dasarnya, pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah, tanaman, hewan, manusia dan bumi sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan. 2. Prinsip Ekologi Pada prinsip ekologi, diartkan bahwa produksi didasarkan pada proses dan daur ulang ekologis. Sehingga pada setiap kegiatan budidaya baik pertanian, peternakan dan pemanenan produk organik harus sesuai dengan siklus dan keseimbangan ekologi di alam. 3. Prinsip Keadilan Pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin keadilan terkait dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama. Prinsip ini menekankan bahwa mereka yang terlibat dalam dalam pertanian organik harus membangun hubungan yang manusiawi untuk memastikan adanya keadilan bagi semua pihakdi segala tingkatan : seperti petani, pekerja, pemroses, penyalur, pedagang dan konsumen. Pertanian organik harus memberikan kualitas hidup yang baik bagi setiap orang yang terlibat, menyumbang bagi kedaulatan pangan dan pengurangan kemiskinan. 4. Prinsip Perlindungan
13
Dalam melakukan pertanian organik, perlindungan terhadap pelaku, pengguna maupun lingkungan juga harus diperhatikan. Oleh karena itu diperlukan ilmu pengetahuan yang akan mendukung dalam pertanian organik agar produk yang dihasilkan bersifat organik dan menyehatkan, aman serta ramah terhadap lingkungan. 2.3 Tujuan Pertanian Organik Kegunaan dari budidaya organik yaitu meniadakan atau membatasi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan oleh budidaya kimiawi dan kemungkinan resiko terhadap lingkungan (Sutanto dalam Januar, 2006) adalah : 1. Menghemat penggunaan hara, berarti memperpanjang umur produktif tanah. 2. Melindungi tanah terhadap kerusakan karena erosi dan mencegah degradasi tanah karena kerusakan struktur tanah (pemampatan tanah). 3. Meningkatnya
penyediaan
lengas
tanah
sehingga
menghindarkan
kemungkinan resiko kekeringan dan memperbaiki ketersediaan hara tanah dan hara yang berasal dari pupuk mineral, berarti meningkatkan kemungkinan penggunaannya, dan sekaligus menghemat penggunaan pupuk buatan yang harganya semakin mahal. 4. Menghindarkan terjadinya ketimpangan hara, bahkan dapat memperbaiki neraca hara dalam tanah. 5. Melindungi tanah terhadap cekaman (stress) oleh unsur-unsur yang ada dalam tanah atau yang masuk kedalam tanah dari bahan-bahan pencemar. 6. Tidak membahayakan flora dan fauna tanah, bahkan seharusnya dapat menyehatkannya. Itu berarti pertanian organik mempunyai daya untuk memelihara tanah.
14
7. Tidak menimbulkan pencemaran lingkungan, khususnya atas sunberdaya air, karena zat-zat kimia yang terkandung berkadar rendah dan berbentuk senyawa yang tidak mudah larut. 8. Dapat menekan biaya produksi karena pupuk yang digunakan adalah pupuk organik yang dihasilkan dari bahan-bahan yang tersedia didalam usahatani itu sendiri dan pupuk hayati dalam jumlah yang relatif sedikit. 2.4 Pengertian Beras Organik Beras organik merupakan beras sehat kandungan gizi dan vitamin yang tinggi karena tidak menghilangkan seluruh lapisan kulit arinya dan aman karena bebas dari kandungan Bahan Berbahaya Beracun (B3) yang dihasilkan dari padi yang ditanam tanpa menggunakan pupuk dan pestisida kimia dan telah disertifikasi oleh suatu badan mandiri. Penanamannya dilakukan menggunakan pupuk alami, hamanya dikendalikan dengan menggunakan pestisida alami yang dibuat sendiri oleh petani langsung baik padat maupun cair yang tidak membahayakan lingkungan. Beberapa tanaman yang dapat digunakan dan diolah menjadi pestisida alami yaitu tembakau, nimbi, mengkudu, mahoni, dan sebagainya (Pracaya dalam Januar, 2006). Beras organik dijamin sehat untuk dikonsumsi, rasanya lebih enak, warnanya lebih putih setelah dimasak menjadi nasi, tidak mudah basi (nasi organik tahan 24 jam sedangkan non-organik hanya 12 jam) serta aromanya lebih wangi. Beras organik merupakan beras yang ditanam tanpa adanya kandungan pestisida atau pupuk kimia dan ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan agar menghasilkan beras organik yang berkualitas diantaranya :
15
1.
Lokasi lahan yang akan digunakan untuk berproduksi beras organik harus jauh dari polusi seperti knalpot motor, limbah pabrik, dan lain - lain.
2.
Sistem pengairan harus baik, tidak boleh bercampur dengan lahan pertanian yang belum organik (masih menggunakan pestisida).
3.
Countur tanah Terasiring.
4.
Lahan – lahan pertanian yang berada disekitarnya tidak boleh menggunakan pestisida.
5.
Lahan yang awalnya digunakan untuk menanam tanaman an-organik, maka lahan tersebut harus diberakan (diistirahatkan) kurang lebih tiga bulan sebelum penanaman kembali.
2.5 Lahan Pertanian Organik Karakteristik lahan yang dapat dijadikan lahan pertanian organik adalah lahan yang benar–benar aman, bebas dari kandungan pupuk kimia dan sisa pestisida. Ada dua jenis lahan yang dapat digunakan untuk berproduksi beras organik yaitu : 1) lahan pertanian yang baru dibuka dan belum pernah digunakan untuk berproduksi padi organik; atau 2) lahan pertanian yang sudah pernah digunakan untuk berproduksi tanaman an-organik yang harus dikonversi secara intensif terlebih tergantung sejarah penggunaan lahan, pupuk, pestisida dan jenis tanaman yang diproduksi. Lahan yang bisa digunakan untuk mendukung pertanian organik adalah lahan yang tekstur tanahnya lunak dan halus yang lazim disebut koloid. Di dalam koloid tersebut terkandung berbagai unsur hara yang penting bagi pertumbuhan tanaman organik. Adapun unsur – unsur hara yang tersebut diantaranya nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), sulfur (S), magnesium (Mg), besi
16
(Fe), dan kalsium (Ca). Luasan lahan pertanian organik kawasan Asia seluas 61.595 ha, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4. Pada Tabel 4 dapat dilihat luasan lahan organik yang terdapat di beberapa negara di Asia. Beberapa negara di Asia yang sudah mulai mengembangkan lahan organik yang lebih dari 1.000 ha diantaranya Srilanka, India, China, Republik Korea, Thailand dan Vietnam. Masing-masing luasan yang dimiliki yaitu 9.201 ha, 5.147 ha, 2.910 ha, 1.237 ha, 1.154 ha dan 1.022 ha. Negara Philipines, Pakistan, Israel, Azerbaijan, Bangladesh, Ukraina, Nepal, Lebanon, Jepang, Kazakstan dan Syria hanya mengembangkan lahan pertanian organik kurang dari 1.000 ha. Luasan masing-masing negara yaitu 500 ha, 405 ha, 285 ha, 100 ha, 69 ha, 26 ha, 17 ha, 4 ha, 1 ha dan 1 ha. Diantara beberapa negara di Asia yang mengembangkan lahan pertanian organik, Indonesia memiliki luasan lahan yang paling luas. Hal ini diakibatkan karena negara Indonesia merupakan negara agraris yang penghasilan utamanya bersumber dari lahan pertanian. Pada Tabel dapat dilihat bahwa begitu luasnya lahan pertanian organik yang produktif di negara Indonesia. Di Indonesia luasan lahan yang dapat digunakan sebagai lahan pertanian organik (seluruh tanaman organik) adalah seluas 45.000 ha. Potensi ekonomi lahan pertanian yang dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang berperan dalam perubahan biaya dan pendapatan ekonomi lahan. Setiap lahan memiliki potensi ekonomi yang bervariasi yang mendukung kondisi produksi dan pemasaran, karena lahan pertanian memiliki karakteristik yang berbeda sesuai dengan kondisi lahan tersebut. Oleh karena itu, faktor – faktornya juga bervariasi dari satu lahan ke lahan yang lain dan dari satu negara ke negara yang lain. Secara umum,
17
semakin banyak perubahan dan adopsi yang diperlukan dalam lahan pertanian, semakin tinggi pula resiko ekonomi yang ditanggung untuk perubahan – perubahan tersebut. (Prawoto, 2006).
Tabel 4. Luasan Lahan Pertanian Oganik di Kawasan Asia Tahun 2004 Country
Year
Organic Farms
Azerbaijan 2002 285 Bangladesh 2002 100 China 2001 2.910 India 2002 5.147 Indonesia 2001 45.000 Israel 2002 420 Japan 1999 4 Kazakhstan 2002 1 Rep. of Korea 1999 1.237 Laos 2001 Lebanon 2001 17 Malaysia 2002 Nepal 2001 26 Pakistan 2001 405 Philippines 2000 500 Russia 2002 Sri Lanka 2001 9.201 Syria 2000 1 Thailand 2002 1.154 Ukraina 2002 69 Vietnam 2002 1.022 SUM 61.595 Sumber : SOEL – Survey, 2004
% of all Farms
Organics Hectares
0,75
2.540 177.700 901.295 97.050 40.000 5.000 5.003 26.992 902 150 250 4 45 2.009 2.000 5.276 15.215 74 3.993 239.542 6.475
0,01
0,06
0,02
% of Agricultural Area 0,2 7 0,06 0,03 0,09 0,90 0,09 0,05 0,01 0,07 0,001 0,09 0,02 0,003 0,65 0,001 0,02 0,09 0,09
2.6 Konsep Pengembangan Kelompok Tani Cibeureum Beras Organik Lima konsep utama pengembangan usahatani pada Kelompok Tani Cibeureum Jempol (Wawan, 2008) diantaranya :
18
1. Berkelanjutan (sustainable), yaitu pada setiap berusahatani maka petani harus memperoleh keuntungan sehingga petani dapat meneruskan usahanya dalam agribisnis. 2. Berkerakyatan, yaitu setiap teknologi dapat diterapkan oleh petani untuk mengadopsi teknologi-teknologi yang diberikan oleh peneliti dengan tidak mengeluarkan biaya yang tinggi. 3. Berwawasan lingkungan, yaitu berusahatani dengan tidak merusak lingkungan dan menggunakan saprodi yang ramah lingkungan. 4. Spesifik lokal, yaitu memaksimalkan kearifan lokal (produk unggulan lokal) serta memotivasinya. 5. Usahatani yang berorientasi pada pasar, yaitu setiap petani harus mengetahui pasar mana yang akan dimasuki. Kegiatan usaha yang dilakukan oleh Kelompok Tani Cibeureum Jempol diprioritaskan pada pengembangan produk dan usaha untuk mengenalkan dan memasarkan produk – produk beras organik. Kegiatan produksi pada Kelompok Tani Cibeureum Jempol belum dilakukan secara optimal dikarenakan keterbatasan teknologi, sarana dan prasarana, lahan, ketersediaan air, sumberdaya serta sistem manajemen yang masih kurang terstruktur. Perkembangan Kelompok Tani Cibeureum Jempol juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, baik lingkungan internal organisasi terkait dengan permasalahan usaha yang dihadapi oleh Kelompok Tani Cibeureum Jempol serta lingkungan eksternal. Faktor lingkungan eksternal Kelompok Tani Cibeureum Jempol adalah faktor – faktor luar organisasi yang berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap perkembangan kemajuan Kelompok Tani Cibeureum
19
Jempol. Sedangkan faktor internal Kelompok Tani Cibeureum Jempol adalah sarana dan sumberdaya yang ada dalam kelompok tani tersebut secara langsung mempengaruhi perkembangan kemajuan usahanya. 2.7 konsep Manajemen Strategi Setiap perusahaan atau organisasi akan selalu dihadapkan pada lingkungan yang selalu berubah dengan cepat setiap saat yang akan memberikan pengaruh positif ataupun negatif terhadap perkembangan perusahaan. Oleh karena itu, setiap perusahaan harus memiliki beberapa strategi untuk menghadapi segala perubahan tersebut, sehingga perubahan tersebut akan memberikan manfaat
pada
perkembangan perusahaan. Manajemen pada perusahaan atau organisasi pada dasranya dimaksudkan sebagai suatu proses (aktivitas) penentuan dan pencapaian tujuan melalui pelaksanaan empat fungsi dasar yaitu : planning, organizing, actuating, dan controlling dalam penggunaan sumberdaya perusahaan atau organisasi. Menurut J David Hunger dan Thomas L. Wheelen (2004) Manajemen strategis merupakan serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Manajemen strategis meliputi pengamatan lingkungan, perumusan strategi (perencanaan strategi atau perencanaan jangka panjang), implementasi strategi, dan evaluasi serta pengendalian. Manajemen strategis menekankan pada pengamatan dan evaluasi peluang dan ancaman lingkungan dengan melihat kekuatan dan kelemahan perusahaan atau organisasi. Manajemen startegi dibuat melalui perumusan strategi. Perumusan strategi meliputi empat (David, 2004) diantaranya :
20
1.
Penentuan misi perusahaan Misi organisasi adalah tujuan atau alasan mengapa organisasi atau perusahaan tersebut berdiri.
2.
Menentukan tujuan yang ingin dicapai Tujuan adalah hasil akhir aktivitas perencanaan. Beberapa bidang dan tujuan yang perlu dibuat perusahaan diantaranya : profitabilitas (laba bersih), efisiensi biaya produksi, pertumbuhan usaha perrusahaan, kekayaan pemegang saham, penggunaan sumberdaya, reputasi perusahaan, kontribusi untuk karyawan, kontribusi untuk lingkungan, kondisi pasar, kondisi perkembangan teknologi, kelangsungan hidup perusahaan dan kebutuhan pribadi manajemen puncak.
3.
Pengembangan strategi Strategi perusahaan merupakan rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaimana perusahaan akan mencapai misi dan tujuannya.
4.
Penetapan pedoman kebijakan Kebijakan merupakan pedoman perusahaan secara luas yang menghubungkan perumusan strategi dengan implementasi. Manajemen strategi paling
utama
adalah
untuk
membuat
strategi
pengembangan usaha yang dilakukan oleh para perencana strategi guna menentukan sasaran dalam membuat kesimpulan strategis yang bersifat dinamis dan berkesinambungan. Adapun pengertian dari bersifat dinamis karena suatu perusahaan selalu berubah sesuai dengan lingkungan yang dihadapi baik lingkungan internal maupun eksternal perusahaan. Berkesinambungan maksudnya karena proses manajemen strategi akan lebih baik jika terus dilakukan oleh setiap
21
perusahaan untuk mengantisipasi segala kemungkinan dan memperoleh manfaat dalam pencapaian tujuan. 2.8 Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Kusumah (2004) mengenai Analisis Perbandingan Usahatani dan Pemasaran antara Padi Organik dan Padi An-Organik (Kasus : Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor selatan). Penelitian ini didasarkan atas pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan salah satu daerah yang mengembangkan usahatani padi organik. Penelitian ini membandingkan usahatani padi organik dan an-organik. Pada kegiatan usahataninya, proses budidaya yang dilakukan oleh petani organik dan an-organik sama. Perbedaannya hanya pada waktu pembajakan. Input yang digunakan pada usahatani padi organik adalah benih, pupuk orgamik dan tenaga kerja, sedangkan pada usahatani padi anorganik adalah pupuk (Urea, TSP, KCL), pestisida, dan tenaga kerja. Jumlah benih yang digunakan oleh petani padi organik lebih sedikit dibandingkan dengan padi an-organik. Sedangkan untuk penggunaan pupuknya, petani padi organik menggunakan pupuk dalam jumlah yang lebih besar (1 ton/ha) dari padi anorganik, begitu pula dengan jumlah tenaga kerja (HOK) yang digunakannya. Berdasarkan hasil analisis pendapatan diketahui ternyata pendapatan atas biaya tunai petani padi organik lebih rendah dari petani an-organik. Hal ini didukung oleh hasil uji-z yang menyimpulkan bahwa perubahan sistem usahatani yang dilakukan oleh petani padi ternyata tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani. Sedangkan apabila dilihat dari pendapatan atas biaya totalnya diketahui ternyata pendapata atas biaya total petani padi organik lebih besar dari pendapatan atas biaya total petani padi an-organik. Namun apabila dilihat dari
22
hasil uji-z ternyata disimpulkan bahwa perubahan sistem usahatani yang dilakukan oleh petani padi di kelurahan Mulyaharja tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani. Apabila dilihat dari imbangan penerimaan dan biaya (R/C rasio) diketahui bahwa R/C rasio atas biaya tunai yang diperoleh petani padi organik (1,95) lebih rendah dari R/C rasio yang diperoleh petani padi an-organik, yaitu 2,23. Hal ini berarti bahwa dari setiap 1 rupiah biaya yang dikeluarkan oleh petani padi organik hanya akan memberikan penerimaan sebesar Rp. 1,95 lebih rendah dari penerimaan yang diperoleh petani padi an-organik. Dari sisi pemasarannya diketahui ternyata untuk pola pemasaran III dan IV padi organik jika dibandingkan dengan seluruh pola pemasaran padi an-organik diketahui ternyata nilai total marjin pemasarannya hampir sama dengan seluruh pola pemasaran padi an-organik. Untuk mengukur efisiensi pemasaran digunakan rasio biaya-keuntungan (п/C). Berdasarkan nilai rasio tersebut diketahui bahwa pola pemasaran padi organik lebih efisien bila dibandingkan dengan pola pemasaran padi an-organik. Adapun struktur pasar yang terbentuk untuk padi organik dan padi an-organik ini adalah sama yaitu pasar oligopsoni. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disimpulkan : pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh petani padi organik masih lebih rendah dibandingkan dengan petani padi an-organik. Sedangkan pendapatan atas biaya total petani padi organik lebih tinggi daripada petani an-organik. Dan dilihat dari efeisiensi pemasarannya maka pola pemasaran padi organik lebih efisien daripada padi an-organik. Penelitian yang dilakukan oleh Rohmiatin (2006) mengenai Analisis Strategi Pengembangan Usaha Beras Organik Lembaga Pertanian sehat di desa Pasir
23
Buncit Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Berdasarkan hasil penelitian yang didasarkan pada EFE dan IFE, dimana total skor bobot hasil dari matriks EFE sebesar 2,81 dan matriks IFE sebesar 2,35 sehingga menempatkan LPS pada matriks V. Posisi ini menggambarkan posisi LPS pada respon unit-unit usaha yang ada terhadap faktor-faktor eksternal yang dihadapinya tergolong sedang. Hasil dari matriks analisis SWOT diperoleh alternatif SO yaitu membantu proses sertifikasi kegiatan produk organik bagi petani binaan dan menjadi pengawas kegiatan pertanian organik petani dhuafa. Strategi ST yaitu meningkatkan mutu dan kemasan produk agar sulit dipalsukan. Strategi WO yaitu menjalin kerjasama dengan kelompok tani sehat dan dinas pertanian daerah dalam sosialisasi dan promosi produk. Strategi WT yaitu meningkatkan kualitas produksi beras organik dengan penambahan sarana dan prasarana yang mendukung. Berdasarkan hasil matriks QSP diperoleh bahwa strategi menjalin kerjasama dengan kelompok tani sehat dan dinas pertanian daerah dalam sosialisasi dan promosi roduk merupakan strategi prioritas. Dengan nilai TAS terbesar yaitu 6,19. Penelitian yang dilakukan oleh Ridwan (2008) mengenai Analisis Usahatani Padi Ramah Lingkungan dan Padi An-Organik di kelurahan Situgede, kecamatan Bogor Barat. Berdasarkan analisis pendapatan, diketahui bahwa penerimaan total untuk usahatani padi anorganik lebih besar dibandingkan penerimaan total usahatani padi ramah lingkungan. Hal ini disebabkan oleh produktivitas padi anorganik lebih tinggi. Nilai R/C rasio atas biaya tunai untuk petani pemilik usahatani padi ramah lingkungan sebesar 2,932 sedangkan nilai R/C rasio atas biaya tunai untuk petani pemilik usahatani an-organik hanya sebesar 2,275. Artinya dari setiap satu rupiah
24
yang dikeluarkan petani pemilik usahatani padi ramah lingkungan dapat menghasilkan tambahan tambahan penerimaan yang lebih besar daripada penerimaan oleh petani pemilik usahatani an-organik. Untuk petani penggarap nilai R/C rasio atas biaya tunai dan nilai R/C rasio atas biaya total usahatani padi ramah lingkungan lebih besar daripada nilai R/C rasio atas biaya tunai dan nilai R/C rasio atas biaya total rasio atas biaya total usahatani an-organik artinya usahatani padi ramah lingkungan lebih layak daripada usahatani an-organik. Untuk petani pemilik, nilai B/C rasio sebesar 1,132 artinya perubahan sistem usahatani yang dilakukan oleh petani pemilik memberikan tambahan manfaat yang lebih besar daripada tambahan biaya. Untuk petani penggarap nilai B/C rasio 0,801 artinya perubahan sistem usahatani yang dilakukan oleh petani penggarap memberikan tambahan manfaat yang lebih kecil daripada tambahan biaya sehingga perubahan usahatani yang dilakukan oleh petani penggarap akan memberikan kerugian apabila dilakukan. Dari dua faktor sensitivitas yang dianalisis, faktor penurunan harga beras lebih sensitif dibandingkan faktor kenaikan harga biaya tunai. Sistem usahatani padi ramah lingkungan yang dilakukan di kelurahan Situgede memiliki produktivitas lebih rendah daripada produktivitas padi anorganik. Hal ini disebabkan karena petani belum menguasai teknik budidaya padi secara padi ramah lingkungan. Sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut yang membuktikan bahwa padi ramah lingkungan tidak hanya sebagai komoditi sumber karbohidrat tetapi lebih dari itu, padi ramah lingkungan sebagai padi yang sehat.
25
Perbedaan dan persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah sebagai berikut : 1. Kusumah (2004) : berbeda pada alat analisis yang digunakan. Sama-sama meneliti padi organik (padi ramah lingkungan) 2. Rohmiatin (2006) : berbeda tempat yang dijadikan studi kasusnya sehingga permasalahan juga berbeda. Sama-sama meneliti padi organik serta menggunakan alat yang sama. 3. Ridwan (2008) : berbeda alat analisis dan tempat yang dijadikan studi kasus penelitian. Sama-sama meneliti padi organik. Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian yang ada dimana pada kelompok tani ini memiki kelebihan yang tidak dimiliki oleh bebrapa kelompok tani yang telah diteliti sebelumnya. Secara sepintas kelompok tani ini sepertinya sudah berada pada titik kejenuhan karena usianya yang sudah lama serta perkembangan lahan dan kelompok tani yang ada. Tetapi kenyataannya tidak demikian. Hal inilah yang membuat penelitian ini menjadi lebih menarik untuk dikaji dan beda dengan skripsi-skripsi yang ada sebelumnya.
26
III.
KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Lingkungan Organisasi Lingkungan tempat organisasi itu berada, secara garis besar dibagi dalam dua kelompok yaitu lingkungan internal dan eksternal. Lingkungan internal sifatnya berada dalam organisasi. Sedangkan lingkungan eksternal sifatnya berada diluar organisasi. Lingkungan eksternal dapat dibagi dalam kelompok lingkungan makro yang secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi kinerja organisasi serta kelompok lingkungan industri atau persaingan bisnis yang berpengaruh langsung dan signifikan terhadap organisasi. Dengan mengetahui lingkungan internal dan lingkungan eksternal maka dapat dirumuskan bagaimana strategi manajemen yang dapat digunakan perusahaan untuk terus meningkatkan produksi dan memperluas usahanya. 3.1.2 Analisis Lingkungan Internal Analisis lingkungan internal adalah analisis yang dilakukan terhadap situasi dalam perusahaan. Lingkungan internal perusahaan menggambarkan kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia, fisik, finansial perusahaan dan juga dapat memperkirakan kelemahan (weakness) dan kekuatan (strength) struktur organisasi maupun manajemen perusahaan (Pearce dan Robinson, 1997).
27
Dalam menganalisis lingkungan internal ada beberapa unsur yang dianalisis, yaitu diantaranya :
1. Struktur Organisasi Perusahaan Struktur
organisasi
perusahaan
merupakan
pola
hubungan didalam
perusahaan atau bentuk formal peraturan dan hubungan antar orang sehingga setiap pekerja dapat diarahkan dalam mencapai tujuan dan misi perusahaan. 2. Budaya Perusahaan Budaya perusahaan adalah sekumpulan kepercayaan, harapan dan nilai yang dipahami serta dilaksanakan oleh tiap-tiap anggota perusahaan dan akan membentuk perilaku orang-orang didalam perusahaan tersebut. 3. Sumberdaya Perusahaan Sumberdaya perusahaan adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan guna sumberdaya
mendukung
manusia,
perkembangan
sumberdaya
produksi,
perusahaan, sumberdaya
diantaranya keuangan,
pemasaran serta penelitian dan pengembangan. 3.1.3 Analisis Lingkungan Eksternal Analisis lingkungan eksternal adalah suatu proses yang digunakan para perencana strategi untuk memantau faktor lingkungan eksternal dalam menentukan peluang dan ancaman terhadap perusahaan. Dengan demikian perusahaan dapat memanfaatkan peluang dengan cara yang paling efektif dan dapat menangani ancaman dari luar. Lingkungan eksternal dibagi menjadi lingkungan makro dan lingkungan industri. 1. Lingkungan makro
28
Lingkungan makro merupakan situasi dan kondisi yang berada di luar perusahaan yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Lingkungan tersebut memberikan perusahaan peluang (opportunity) dan ancaman (threat). Lingkungan eksternal makro terdiri atas faktor ekonomi, sosial budaya, politik dan kebijakan pemerintah, teknologi serta demografi. Faktor Ekonomi Keadaan ekonomi suatu negara akan mempengaruhi kinerja perusahaan dan industri. Faktor ekonomi mengacu pada sifat, cara dan arah dari perekonomian dimana suatu perusahaan akan atau sedang berkompetisi. Indikator kesehatan perekonomian suatu negara antara lain adalah tingkat inflasi, tingkat suku bunga, defisit atau surplus perdagangan, ketersediaan kredit, pola konsumsi, tingkat tabungan pribadi dan bisnis serta produk domestik bruto. Misalnya jika terjadi inflasi di suatu negara maka akan berpengaruh kepada kenaikan harga-harga barang di pasar termasuk harga bahan pokok diantaranya beras sehingga akan mengancam penurunan permintaan terhadap produk perdagangan. Faktor Sosial, Budaya, Demografi dan Lingkungan Faktor-faktor sosial yang mempengaruhi suatu perusahaan mencakup keyakinan, nilai, sikap, opini yang berkembang dan gaya hidup dari orang-orang di lingkungan eksternal perusahaan. Faktor-faktor ini biasanya dikembangkan dari kondisi kultural, ekologis, pendidikan dan kondisi etnis. Seandainya faktor sosial berubah maka permintaan untuk berbagai produk dan aktivitas juga turut mengalami perubahan. Perusahaan juga harus dapat memperhatikan tentang halhal yang menyangkut faktor demografi diantaranya adalah ukuran populasi, distribusi geografi (Lokasi/jalur distribusi beras organik/sehat sampai ke agen-
29
agen), pencampuran etnis serta distribusi pendapatan. Melihat dinamisnya perubahan yang global mengikuti trend organik, bukan hanya secara domestik.
Faktor Politik dan Kebijakan Pemerintah Arah dan stabilitas dari faktor politik merupakan pertimbangan utama dalam memformulasikan strategi perusahaan. Kendala-kendala politik diberlakukan terhadap perusahaan melalui keputusan perdagangan yang wajar, program perpajakan, perundangan gaji minimum, kebijakan polusi dan penetapan harga, batasan administratif serta banyak tindakan lain yang bertujuan untuk melindungi karyawan, konsumen, masyarakat umum dan lingkungan. Kebijakan pemerintah untuk memberi subsidi pada industri dan perusahaan tertentu akan mempengaruhi keberadaan industri atau perusahaan lain (David, 2004). Kebijakan pemerintah dalam hubungannya dengan perusahaan dapat berubah sewaktu-waktu sehingga tindakan pemerintah dapat mempengaruhi pilihan strategi usaha. Faktor Teknologi Untuk menghindari keusangan dan meningkatkan inovasi suatu perusahaan maka harus disadari akan perubahan teknologi yang dapat mempengaruhi industrinya. Adaptasi teknologi yang kreatif dapat memiliki dampak terhadap perencanaan perusahaan melalui pengembangan proses produksi dan pemasaran produk suatu perusahaan. Pesaing Persaingan diantara perusahaan yang bersaing biasanya berpengaruh diantara lima kekuatan bersaing atau konsep Porter’s Competitive strategy (David, 2004). Strategi yang dijalankan oleh salah satu perusahaan dapat berhasil hanya sejauh
30
strategi itu menyediakan keunggulan bersaing atas strategi yang dijalankan oleh perusahaan pesaing. Persaingan ini terjadi karena satu atau lebih pesaing melihat peluang untuk memperbaiki posisi. Intensitas persaingan cenderung meningkat kalau jumlah pesaing bertambah karena perusahaan yang bersaing menjadi setara dalam ukuran dan kemampuan (David, 2004). 2. Lingkungan Industri Dalam menganalisis suatu perusahaan, aspek persaingan industri dimana bisnis perusahaan berada menjadi hal yang sangat penting. Akibatnya, faktorfaktor yang mempengaruhi kondisi persaingan, seperti ancaman pada perusahaan dan kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan termasuk kondisi persaingan industri tersebut meliputi pendatang baru, produk pengganti, pembeli, pemasok dan pesaing seperti yang dapat dilihat pada Gambar 1.
Pendatang Baru Potensial (Ancaman mobilitas)
Pemasok (Kekuatan Pemasok)
Pesaing-Pesaing Industri (Rival Segmen)
Pengganti/Substitusi (Ancaman Substitusi)
Gambar 1. Model Lima Kekuatan Porter Sumber : Kotler, 2002
Pembeli (Kekuatan Pembeli)
31
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Proses manajemen strategi diawali dengan visi dan misi yang dibangun oleh Kelompok Tani Cibeureum Jempol. Selanjtnya, diidentifikasi faktor-faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi perkembangan Kelompok Tani Cibeureum Jempol. Pada tahap ini dilakukan analisis faktor eksternal dan internal untuk
menetapkan
strategi
pengembangan
kelompok
tani
agar
dapat
meningkatkan kinerja dan daya saingnya. Analisis lingkungan internal kelompok tani berguna untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki kelompok tani tersebut. Sedangkan analisis eksternal kelompok tani berguna untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi Kelompok Tani Cibeureum Jempol. Kekuatan Kelompok Tani Cibeureum Jempol adalah sebagai perkumpulan anggota petani yang
mau berkembang, berwawasan, berkerakyatan serta
berusahatani dalam agribisnis. Melalui adanya Kelompok Tani Cibeureum Jempol diharapkan para petani beras organik di Mulyaharja khusunya memiliki wadah aspirasi sehingga petani yang ada akan menjadi lebih kuat baik dalam penerapan teknologi, sistem budidaya, permodalan dan sebagainya. Kelompok Tani Cibeureum Jempol juga diharapkan dapat membantu petani dalam hal pemasaran atau penjualan beras organik/sehat sehingga mampu meningkatkan tingkat pendapatan para petani anggota melalui sistem usahatani yang berkelanjutan dan ramah lingkungan sehingga kelompok tani juga dapat terus berkembang. Penurunan penjualan beras organik pada bulan April dan Juli 2008 merupakan kendala yang dihadapi oleh Kelompok Tani Cibeureum Jempol.
32
Hadirnya kelompok tani yang sejenis seperti Lemah Duhur dan Alam Lestari yang sama-sama mengembangkan usahatani beras organik merupakan kendala yang menuntut Kelompok Tani Cibeureum Jempol untuk dapat menentukan strategi pengembangan usaha yang tepat agar dapat bersaing dengan keadaan apapun. Untuk menetapkan strategi yang tepat bagi pengembangan usaha, perusahaan perlu mempertimbangkan faktor-faktor internal dan eksternal khususnya kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang dimilikinya. Faktor internal ini terdiri dari struktur organisasi perusahaan, budaya perusahaan, dan sumberdaya perusahaan. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor ekonomi, sosial, politik, kebijakan pemerintah, teknologi, pendatang baru, pembeli, produk pengganti dan pesaing. Dari hasil identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal dapat diketahui apakah saat ini usaha dari Kelompok Tani Cibeureum Jempol memiliki potensi untuk dikembangkan dan terus bertahan di masa yang akan datang. Pengidentifikasian ini dilanjutkan dengan memilih faktor strategis bagi Kelompok Tani Cibeureum Jempol didalam bentuk matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (External Factor Evaluation) yang bertujuan untuk mengetahui apakah kekuatan yang dimiliki lebih besar dari kelemahan atau sebaliknya dan apakah usaha yang dimiliki oleh Kelompok Tani Cibeureum Jempol mampu memanfaatkan peluang untuk mengatasi ancaman yang ada. Lalu dari hasil matriks IFE dan EFE dilakukan penentuan alternatif strategi dengan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat). Penentuan alternatif strategi ini terdiri dari empat alternatif strategi yaitu strategi penyesuaian kekuatan dan peluang, strategi penyesuaian kelemahan dan peluang, strategi penyesuaian
33
kekuatan dan ancaman, serta strategi penyesuaian kelemahan dan ancaman. Keempat alternatif strategi yang dihasilkan dari matriks akan dipilih strategi yang terbaik untuk dapat diterapkan dalam manajemen Kelompok Tani Cibeureum Jempol dalam pengembangan usaha beras organik dengan analisis yang lebih objektif dengan intuisi yang baik dalam matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) dengan alat analisis ini nantinya dapat diketahui prioritas strategi yang akan diusahakan Kelompok Tani Cibeureum Jempol dilihat dari nilai/skor totalnya (Weighted Actractiveness Score/WAS). Hasil matriks QSPM di Kelompok Tani Cibeureum Jempol akan diperlihatkan dari perolehan skor. Skor yang tertinggi menunjukkan bahwa altermatif strategi tersebut penting sebagai prioritas utama untuk diterapkan dan perolehan skor terrendah menunjukkan bahwa alternatif strategi tersebut merupakan prioritas terakhir yang dipilih untuk dilaksanakan oleh Kelompok Tani Cibeureum Jempol. Sistem operasional penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.
34
Visi dan Misi Kelompok Tani Cibeureum Jempol
- Penurunan produksi beras organik - Penurunan penjualan - Keterbatasan sarana dan prasarana - Keterbatasan pendidikan anggota dalam teknologi - Semakin menyempitnya lahan produktif
Analisis Lingkungan Perusahaan
Faktor Internal dengan Matriks IFE - Struktur Organisasi Perusahaan - Budaya perusahaan (SDM, Produksi, Keuangan, Pemasaran, dan Litbang)
Faktor Eksternal dengan Matriks EFE - Lingkungan Makro . Faktor Ekonomi . Faktor Sosial, Budaya, Demografi&Lingkungan . Faktor Politik dan Kebijakan pemerintah . Faktor Teknologi . Pesaing
- Lingkungan Industri
Analisis Posisi Kelompok Tani Cibeureum Jempol dengan matriks Internal-Eksternal Formulasi Strategi dengan matriks SWOT
Pemilihan Strategi Terbaik Untuk Kelompok Tani Cibeureum Jempol dengan matriks QSP
Rekomendasi Strategi Pengembangan Gambar 2. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional
35
IV.
METODE PENELITIAN
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada kelompok tani Cibeureum Jempol di Kelurahan Muyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Penelitian di kelompok tani ini sengaja dilakukan dengan mempertimbangkan bahwa kelompok tani Cibeureum Jempol ini merupakan salah satu kelompok tani di Kelurahan Mulyaharja yang tetap berusahatani beras organik dari mulai hulu hingga hilir. Pengambilan data ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Oktober 2008. 4.2 Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan tiga orang responden yang terdiri dari ketua kelompok tani, pesaing sekaligus rekanan kelompok tani Cibeureum Jempol, serta pihak penyuluh yang merangkap agen pemasar ke swalayan-swalayan seperti Hero dan Giant. Sejumlah responden dipilih berdasarkan tingkat pengaruhnya terhadap perkembangan usaha kelompok tani Cibeureum Jempol. Data sekunder diperoleh dari laporan-laporan lembaga yang erat kaitannya dengan produksi beras organik. Data penunjang lainnya didapat dari situs internet, artikel majalah, surat kabar, dan penelitian-penelitian terdahulu sebagai bahan pembanding. Data internal yang dibutuhkan antara lain: 1) Gambaran Umum Kelompok Tani Cibeureum Jempol Nama, sejarah, perkembangan dan keadaaan umum kelompok tani. Visi, misi dan tujuan kelompok tani.
36
Nama pendiri dan jumlah anggota awal kelompok tani. Kelengkapan untuk usaha pertanian secara organik Struktur organisasi kelompok tani beserta tugas dan tanggungjawabnya Tingkat keterampilan anggota kelompok tani serta karyawan Tingkat pendidikan anggota kelompok tani serta karyawan Jumlah anggota kelompok tani serta karyawan Pelayanan yang diberikan kepada kelompok tani Intensif yang diberikan untuk memotivasi karyawan Pelatihan-pelatihan yang pernah dan sering diikuti. 2) Keuangan Sumber dan jumlah modal awal kelompok tani Cibeureum Jempol. Perkembangan modal hingga sekarang Kondisi keuangan kelompok tani Sistem manajemen keuangan kelompok tani Biaya-biaya 3) Produksi dan Operasi Proses produksi Luas lahan Sarana dan prsarana produksi on-farm dan off-farm Bahan baku Tenaga kerja Kapasitas sarana dan prasarana Perkembangan teknologi yang dimiliki Pengawasan produksi
37
Kualitas produk yang dihasilkan 4) Pemasaran Jenis produk yang dihasilkan beserta dengan harga pada masing-masing produk yang dihasilkan Jumlah penjualan produk setiap periode (perbulan atau pertahun) Kemampuan mengumpulkan informasi yang dibutuhkan mengenai pasar Saluran distribusi Daerah pemasaran Strategi penetapan harga dan fleksibilitas penetapan harga Promosi penjualan dan periklanan Pengembangan produk-jasa atau pasar baru Variasi kemasan 5) Penelitian dan Pengembangan Intensitas pelaksanaan litbang Inovasi teknologi Pengembangan produk Jumlah karyawan bagian litbang Anggaran pelaksanaan litbang Jenis data yang dikumpulkan untuk melakukan analisis faktor lingkungan eksternal adalah : 1) Sosial, Budaya dan Demografi Budaya daerah sekitar atas makanan pokok Tanggung jawab sosial kelompok tani terhadap angggota dan masyarakat sekitar Jumlah penduduk
38
Laju pertumbuhan penduduk 2) Ekonomi Keadaan perekonomian secara umum Tingkat pendapatan masyarakat Perkembangan tingkat harga produk Perkembangan tingkat bahan baku 3) Politik dan Kebijakan Pemerintah Stabilitas politik dan keamanan Perundang-undangan serta peraturan dalam perdagangan Kebijakan pemerintah 4) Teknologi Perkembangan teknologi produksi Perkembangan teknologi informasi Biaya aplikasi teknologi 5) Pelanggan Loyalitas pelanggan terhadap produk perusahaan Harga yang diterima pelanggan Kualitas produk yang dibeli pelanggan Kekuatan tawar menawar pelanggan 6) Pesaing Adanya produk substitusi Jumlah pesaing Kekuatan pesaing Kelemahan pesaing
39
Sasaran dan strategi pesaing 7) Pemasok Jumlah pemasok Kemampuan pemasok memenuhi bahan baku Keberadaan pemasok lain Kekuatan tawar menawar pemasok Lokasi pemasok Bentuk kerjasama 4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data Perumusan alternatif strategi bagi Kelompok Tani Cibeureum Jempol dilakukan dengan menggunakan matriks. Proses perumusan alternatif strategi melalui tiga tahap yaitu : 1) Tahap pengumpulan data (Input Stage); 2) Tahap analisis (Matching Stage); dan 3) Tahap pengambilan keputusan (Decision Stage). 4.3.1 Proses Perumusan Alternatif Strategi 1. Tahap Pengumpulan Data Tahap ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan pengumpulan data, tetapi juga merupakan suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra analsis. Pada tahap ini data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data eksternal dan data internal. Penjelasan mengenai data eksternal dan internal telah disebutkan pada bab kerangka pemikiran. Dimana hal pertama yang dilakukan dalam tahap ini adalah menetapkan visi, misi dan tujuan organisasi, selanjutnya dilakukan identifikasi data internal dan eksternal perusahaan/organisasi.
40
Data eksternal dan internal organisasi yang teridentifikasi akan dirangkum dalam suatu matriks External Factor Evaluation (EFE) dan Internal Factor Evaluation(IFE) dimana data-data tersebut merupakan faktor strategis. Matriks EFE digunakan untuk mengetahui peluang terbesar dan terkecil yang dimiliki perusahaan dan ancaman terbesar maupun ancaman yang tidak mempengaruhi perusahaan, sedangkan matriks IFE digunakan untuk mengetahui kekuatan paling besar dan terkecil yang dimiliki maupun kelemahan terbesar dan terkecil yang dimiliki prusahaan. Setelah diketahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada pada perusahaan maka kita dapat mengetahui bagaimana efektivitas strategi yang dilakukan oleh perusahaan selama ini juga dapat menentukan strategi yang dapat memanfaatkan faktor internal dan eksternal yang ada sehingga dapat lebih meningkatkan usaha. 2. Tahap Analisis Setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh terhadap kelangsungan perusahaan, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua informasi tersebut dalam model-model kuantitatif untuk menganalsis perumusan strategi. Model-model yang dapat digunakan sebagai alat analisis adalah matriks SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threats) (David, 2004). Matriks SWOT merupakan alat analisis penting yang dapat membantu manajer dalam mengembangkan empat macam strategi, yaitu strategi kekuatan-peluang (S-O strategies), strategi kelemahan-peluang (W-O strategies), strategi kelemahan-ancaman (W-T strategies) dan strategi kekuatan-ancaman (S-T strategies). Masing-masing strategi dijabarkan sebagai berikut :
41
a. Strategi S-O, startegi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. b. Strategi S-T, strategi dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman. c. Strategi W-O, strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan meminimalkan kelemahan yang ada. d. Strategi W-T, strategi ini berdasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. 3. Tahap Pengambilan Keputusan Tahap
terakhir
adalah
tahap
pengambilan
keputusan.
Setelah
berhasil
mengembangkan sejumlah alternatif strategi, perusahaan harus mampu mengevaluasi dan kemudian memilih strategi terbaik, yang paling cocok dengan kondisi internal perusahaan serta lingkungan eksternal. Untuk itu alat analisis yang dapat digunakan adalah Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). 4.3.2 Matrix IFE dan EFE Menurut David (2004) tahapan dalam membuat matriks IFE/EFE adalah sebagai berikut : 1) Tuliskan daftar semua kelemahan, kekuatan, peluang dan ancaman suatu organisasi. Peluang dan kekuatan didaftar terlebih dahulu baru kemudian ancaman dan kelemahan dari organisasi. Daftar dibuat secara rinci pada kolom pertama. 2) Berikan bobot terhadap daftar yang telah dibuat untuk menunjukkan relatif tingkat kepentingan faktor dalam menuju kesuksesan organisasi. Pembobotan berkisar
42
antara 0.00 (tidak penting) sampai 1.00 (sangat penting) yang diletakkan pada kolom kedua. Total bobot yang diberikan harus sama dengan satu. 3) Tentukan rating tiap faktor yang menunjukkan keefektifan strategi suatu organisasi saat ini dalam merespon faktor-faktor tersebut pada kolom ketiga. Untuk matriks IFE, 1 = kelemahan utama, 2 = kelemahan minor, 3 = kekuatan minor dan 4 = kekuatan utama sedangkan untuk matriks EFE, 4 = respon tinggi, 3 = respon diatas rata-rata, 2 = respon rata-rata dan 1 = respon kurang. Setiap rating digandakan dengan masing-masing bobot untuk memperoleh skor pembobotan. 4) Jumlahkan skor-skor tersebut sehingga diperoleh total skor pembobotan. Total skor pembobotan antara 1 sampai dengan 4, nilai 1 pada matriks IFE menunjukkan kondisi internal perusahaan yang sangat buruk. Nilai 4 mengindikasikan bahwa situasi internal perusahaan sangat baik. Nilai 2.5 pada matriks IFE menunjukkan bahwa situasi internal perusahaan berada pada tingkat rata-rata sedangkan nilai 2.5 menggambarkan perusahaan mampu merespon situasi eksternal secara rata-rata untuk matriks EFE. Nilai 1 pada matriks EFE menunjukkan bahwa perusahaan tidak mampu memanfaatkan peluang-peluang untuk menghindari ancaman-ancaman. Nilai 4 mengindikasikan bahwa perusahaan saat ini telah dengan sangat baik memanfaatkan peluang untuk menghadapi ancaman-ancaman. Contoh Matriks IFE dapat dilihat pada Tabel 5 dan Matriks EFE pada Tabel 6.
43
Tabel 5. Bentuk Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) Faktor-faktor Internal
Bobot
Rating
Skor Pembobotan
Kekuatan 1. 2. dst… Kelemahan 1. 2. dst… Total Sumber : David, 2004 Tabel 6. Bentuk Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation) Faktor-faktor Eksternal
Bobot
Peluang 1. 2. dst… Ancaman 1. 2. dst… Total Sumber : David, 2004 4.3.3 Penentuan Bobot Setiap Variabel
Rating
Skor Pembobotan
44
Penentuan bobot setiap variabel dilakukan dengan cara penilaian bobot faktor strategis eksternal dan internal organisasi kepada informan yang telah dipilih, yang mengetahui betul kondisi dan permasalahan pada suatu organisasi. Penentuan bobot untuk matriks IFE dan matriks EFE dilakukan dengan menggunakan metode Paired Comparison Scales (Kinnear dan Taylor dalam Rohmiatin, 2006). Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian setiap faktor penentu eksternal dan internal. Untuk menentukkan bobot setiap variabel digunakan skala 1, 2 dan 3. Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah : 1 = jika indikator horisontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = jika indikator horisontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = jika indikator horisontal lebih penting daripada indikator vertikal Bentuk penilaian pembobotan faktor strategis eksternal organisasi dapat dilihat pada Tabel 7 dan bentuk penilaian pembobotan faktor strategis internal dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 7. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Organisasi Faktor Strategis Eksternal
A
B
C
D
A B C …….. Total Sumber : David, 2004 Tabel 8. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Organisasi
……
Total Bobot
45
Faktor Strategis Internal
A
B
C
D
……
Total Bobot
A B C …….. Total Sumber : David, 2004 Gabungan kedua matriks IFE dan EFE menghasilkan matriks eksternal-internal yang berisikan Sembilan macam sel yang memperlihatkan kombinasi total nilai terboboti dari matriks-matriks IFE dan EFE. Tujuan penggunaan matriks ini adalah untuk memperoleh strategi bisnis di tingkat korporat yang lebih detail. Diagram tersebut dapat mengidentifikasi Sembilan strategi perusahaan, tetapi pada prinsipnya ke sembilan sel itu dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi utama, yaitu : 1) Sel I, II dan IV disebut strategi Tumbuh dan Bina. Strategi yang cocok adalah Strategi Intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk) atau strategi integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan dan integrasi horisontal). 2) Sel III, V dan VII disebut strategi Pertahankan dan Pelihara. Penetrasi pasar dan pengembangan produk merupakan dua strategi yang banyak dilakukan apabila perusahaan berada dalam sel ini. 3) Sel VI, VIII dan IX disebut strategi Panen dan Divestasi. Nilai-nilai IFE dikelompokkan ke dalam Tinggi (3,0-4,0). Sedang (2,0-2,99) dan Rendah (1,00-1,99). Adapun nilai-nilai EFE dikelompokkan dalam Kuat (3,0-4,0),
46
Rata-rata (2,0-2,99) dan Lemah (1,0-1,99) (David, 2004). Bentuk matriks IE (Internal Evaluation) serta hubungannya dengan EFE dan IFE dapat dilihat pada Gambar 2. Total skor IFE 4,0
Tinggi Total
Tinggi
3,0 Rata-rata 2,0 Lemah 1,0
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
3,0
Skor EFE
Sedang 2,0
Rendah 1,0
Gambar 3. Matriks IE Sumber : David, 2004
4.3.4 Matriks SWOT Setelah menganalisis dengan matriks IFE dan EFE maka dilakukan berbagai kombinasi dengan menggunakan matriks SWOT. Matriks SWOT memiliki kelebihan dan kelemahan diantaranya : 1) strategi dapat diperiksa secara berurutan atau bersamaan; 2) tidak ada batas jumlah strategi yang dapat diperiksa atau dievaluasi; dan 3) membutuhkan ketelitian dalam memadukan faktor-faktor eksternal dan internal yang terkait dalam proses keputusan.
47
Analisis SWOT didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencana strategis (Strategic Planning) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang saat ini. Hal tersebut disebut dengan analisis situasi. Analisis SWOT dituangkan ke dalam matriks SWOT yang menghasilkan 4 kemungkinan alternatif strategi, yaitu strategi SO, strategi WO, strategi ST dan strategi WT (Tabel 9). Tabel 9. Matriks SWOT Analisis Internal
Kekuatan (S)
Kelemahan (W)
Daftar 5-10 faktor-faktor kekuatan
Daftar 5-10 faktor-faktor
Peluang (O)
S – O Strategi
W – O Strategi
Daftar 5-10 faktor-faktor
Gunakan kekuatan untuk
Atasi kelemahan dengan
peluang
Memanfaatkan peluang
Memanfaatkan peluang
Ancaman (T)
S – T Strategi
W – T Strategi
Daftar 5-10 faktor-faktor
Gunakan kekuatan untuk
ancaman
menghindari ancaman
Meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
kelemahan
Analisis Eksternal
Sumber : David, 2004 Terdapat delapan tahapan dalam membentuk matriks SWOT, yaitu :
48
1. Tuliskan peluang eksternal perusahaan yang menentukkan 2. Tuliskan ancaman eksternal perusahaan yang menentukan 3. Tuliskan kekuatan internal perusahaan yang menentukan 4. Tuliskan kelemahan internal perusahaan yang menentukan 5. Sesuaikan kekuatan internal dengan peluang eksternal untuk strategi SO 6. Sesuaikan kelemahan internal dengan peluang eksternal untuk strategi WO 7. Sesuaikan kekuatan internal dengan ancaman eksternal untuk strategi ST 8. Sesuaikan kelemahan internal dengan ancaman eksternal untuk strategi WT 4.3.5 Matriks QSPM Setelah berhasil mengembangkan sejumlah alternatif strategi, perusahaan harus mampu mengevaluasi dan kemudian memilih strategi terbaik yang paling cocok dengan kondisi internal perusahaan serta situasi lingkungan eksternal. Untuk itu dapat digunakan matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix). Ada 6 langkah yang harus diikuti untuk membuat matriks QSPM, yaitu : 1. Tuliskan peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan 2. Berikan bobot untuk masing-masing peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan. Bobot ini harus identik dengan bobot yang diberikan pada matriks IFE dan EFE 3. Tuliskan alternatif strategi yang dievaluasi 4. Bila faktor yang bersangkutan ada pengaruhnya terhadap alternatif strategi yang sedang dipertimbangkan berikan nilai AS (Atractiveness Score) yang berkisar antara 1 sampai dengan 4, nilai 1 = tidak dapat diterima, nilai 2 = mungkin dapat diterima, nilai 3 = kemungkinan besar dapat diterima dan nilai 4 = dapat diterima. Bila tidak ada pengaruhnya terhadap alternatif strategi yang sedang dipertimbangkan dangan berikan nilai AS.
49
5. Kalikan bobot dengan nilai AS 6. Hitung nilai totalnya (Weighted Atractiveness Score/WAS) Alternatif strategi yang memiliki nilai total terbesar merupakan strategi yang paling baik. Matriks QSPM dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Matriks QSPM Alternatif Strategi Fakator Kunci
Bobot
Strategi I AS
Peluang Ancaman Kekuatan Kelemahan Total Sumber :David, 2004
WAS
Strategi II
Strategi III
AS
AS
WAS
WAS
50
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pertanian Organik Pertanian organik merupakan proses budidaya pertanian yang menyelaraskan pada keseimbangan ekologi, keanekaragaman varietas, serta keharmonisan dengan iklim dan lingkungan sekitar. Pertanian organik memiliki arti bahwa pada saat melakukan proses produksi hanya digunakan pupuk kandang atau kompos saja. Di Indonesia, pertanian organik sudah dimulai semenjak tahun 1997 pada saat harga sarana produksi pertanian (saprotan) seperrti pupuk pestisida dan pestisida kimia melambung tinggi. Menurut IFOAM 2004 dalam Januar 2006, pertanian organik adalah sistem pertanian yang mengedepankan daur ulang unsur hara dan proses alami dalam pemeliharaan kesuburan tanah dan keberhasilan produksi. Lebih jauh menurut Badan Standarisasi Nasional Indonesia (SNI, 2002), sistem pertanian organik merupakan suatu sistem produksi pangan organik yang dirancang untuk : 1) mengembangkan keanekaragaman hayati dalam sistem secara keseluruhan; 2) meningkatkan aktivitas biologis tanah; 3) menjaga kesuburan tanah dalam jangka panjang; 4) mendaur ulang limbah yang berasal dari tumbuhan dan hewan untuk mengembalikan nutrisi ke lahan sehingga meminimalkan penggunaan sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui; 5) mengandalkan sumberdaya yang dapat diperbaharui pada sistem pertanian yang dikelola secara lokal; 6) mempromosikan penggunaan tanah, air dan udara secara sehat, serta meminimalkan semua bentuk polusi yang dihasilkan oleh praktek - praktek pertanian; 7) menangani produk pertanian dengan penekanan pada cara pengolahan yang hati - hati untuk menjaga
11
integritas organik dan mutu produk pada seluruh tahapan; dan 8) bisa diterapkan pada seluruh lahan pertanian yang ada melalui suatu periode konversi, dimana lama waktunya ditentukan oleh faktor spesifik lokasi seperti sejarah lahan serta jenis tanaman dan hewan yang akan diproduksi. Pertanian organik memiliki kelebihan, diantaranya : 1) tidak menggunakan pupuk maupun pestisida kimia sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan, baik pencemaran tanah, air, maupun udara, serta produknya tidak mengandung racun; 2) tanaman organik mempunyai rasa yang lebih manis dibandingkan tanaman non organik; 3) produk tanaman organik lebih mahal sehingga lebih menguntungkan petani. Selain itu, pertanian organik juga memiliki kekurangan diantaranya : 1) kebutuhan tenaga kerja lebih banyak, terutama untuk pengendalian hama dan penyakit karena umumnya masih dilakukan secara manual; dan 2) penampilan fisik tanaman organik kurang bagus (misalnya berukuran lebih kecil dan daun berlubang-lubang) dibandingkan dengan tanaman non-organik. 2.2 Prinsip Pertanian Organik Prinsip pertanian organik menurut Pracaya dalam Januar 2006, yaitu pertanian yang berteman akrab dengan lingkungan, tidak merusak ataupun mencemaran lingkungan hidup sekitarnya. Cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut diantaranya : (1) memupuk dengan kompos, pupuk kandang; (2) memupuk dengan pupuk hijau; (3) memupuk dengan limbah yang berasal dari kandang ternak, rumah pemotongan hewan (RPH), septic tank; dan (4) mempertahankan dan melestarikan habitat tanaman dengan pola tanam polikultur.
12
Sedangkan pertanian organik menurut IFOAM, prinsip-prinsip pertanian organik terdiri dari : 1. Prinsip Kesehatan Pada dasarnya, pertanian organik harus melestarikan dan meningkatkan kesehatan tanah, tanaman, hewan, manusia dan bumi sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan. 2. Prinsip Ekologi Pada prinsip ekologi, diartkan bahwa produksi didasarkan pada proses dan daur ulang ekologis. Sehingga pada setiap kegiatan budidaya baik pertanian, peternakan dan pemanenan produk organik harus sesuai dengan siklus dan keseimbangan ekologi di alam. 3. Prinsip Keadilan Pertanian organik harus membangun hubungan yang mampu menjamin keadilan terkait dengan lingkungan dan kesempatan hidup bersama. Prinsip ini menekankan bahwa mereka yang terlibat dalam dalam pertanian organik harus membangun hubungan yang manusiawi untuk memastikan adanya keadilan bagi semua pihakdi segala tingkatan : seperti petani, pekerja, pemroses, penyalur, pedagang dan konsumen. Pertanian organik harus memberikan kualitas hidup yang baik bagi setiap orang yang terlibat, menyumbang bagi kedaulatan pangan dan pengurangan kemiskinan. 4. Prinsip Perlindungan Dalam melakukan pertanian organik, perlindungan terhadap pelaku, pengguna maupun lingkungan juga harus diperhatikan. Oleh karena itu diperlukan ilmu pengetahuan yang akan mendukung dalam pertanian organik agar produk yang
13
dihasilkan bersifat organik dan menyehatkan, aman serta ramah terhadap lingkungan. 2.3 Tujuan Pertanian Organik Kegunaan dari budidaya organik yaitu meniadakan atau membatasi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan oleh budidaya kimiawi dan kemungkinan resiko terhadap lingkungan (Sutanto dalam Januar, 2006) adalah : 1. Menghemat penggunaan hara, berarti memperpanjang umur produktif tanah. 2. Melindungi tanah terhadap kerusakan karena erosi dan mencegah degradasi tanah karena kerusakan struktur tanah (pemampatan tanah). 3. Meningkatnya
penyediaan
lengas
tanah
sehingga
menghindarkan
kemungkinan resiko kekeringan dan memperbaiki ketersediaan hara tanah dan hara yang berasal dari pupuk mineral, berarti meningkatkan kemungkinan penggunaannya, dan sekaligus menghemat penggunaan pupuk buatan yang harganya semakin mahal. 4. Menghindarkan terjadinya ketimpangan hara, bahkan dapat memperbaiki neraca hara dalam tanah. 5. Melindungi tanah terhadap cekaman (stress) oleh unsur-unsur yang ada dalam tanah atau yang masuk kedalam tanah dari bahan-bahan pencemar. 6. Tidak membahayakan flora dan fauna tanah, bahkan seharusnya dapat menyehatkannya. Itu berarti pertanian organik mempunyai daya untuk memelihara tanah. 7. Tidak menimbulkan pencemaran lingkungan, khususnya atas sunberdaya air, karena zat-zat kimia yang terkandung berkadar rendah dan berbentuk senyawa yang tidak mudah larut.
14
8. Dapat menekan biaya produksi karena pupuk yang digunakan adalah pupuk organik yang dihasilkan dari bahan-bahan yang tersedia didalam usahatani itu sendiri dan pupuk hayati dalam jumlah yang relatif sedikit. 2.4 Pengertian Beras Organik Beras organik merupakan beras sehat kandungan gizi dan vitamin yang tinggi karena tidak menghilangkan seluruh lapisan kulit arinya dan aman karena bebas dari kandungan Bahan Berbahaya Beracun (B3) yang dihasilkan dari padi yang ditanam tanpa menggunakan pupuk dan pestisida kimia dan telah disertifikasi oleh suatu badan mandiri. Penanamannya dilakukan menggunakan pupuk alami, hamanya dikendalikan dengan menggunakan pestisida alami yang dibuat sendiri oleh petani langsung baik padat maupun cair yang tidak membahayakan lingkungan. Beberapa tanaman yang dapat digunakan dan diolah menjadi pestisida alami yaitu tembakau, nimbi, mengkudu, mahoni, dan sebagainya (Pracaya dalam Januar, 2006). Beras organik dijamin sehat untuk dikonsumsi, rasanya lebih enak, warnanya lebih putih setelah dimasak menjadi nasi, tidak mudah basi (nasi organik tahan 24 jam sedangkan non-organik hanya 12 jam) serta aromanya lebih wangi. Beras organik merupakan beras yang ditanam tanpa adanya kandungan pestisida atau pupuk kimia dan ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan agar menghasilkan beras organik yang berkualitas diantaranya : 1.
Lokasi lahan yang akan digunakan untuk berproduksi beras organik harus jauh dari polusi seperti knalpot motor, limbah pabrik, dan lain - lain.
2.
Sistem pengairan harus baik, tidak boleh bercampur dengan lahan pertanian yang belum organik (masih menggunakan pestisida).
15
3.
Countur tanah Terasiring.
4.
Lahan – lahan pertanian yang berada disekitarnya tidak boleh menggunakan pestisida.
5.
Lahan yang awalnya digunakan untuk menanam tanaman an-organik, maka lahan tersebut harus diberakan (diistirahatkan) kurang lebih tiga bulan sebelum penanaman kembali.
2.5 Lahan Pertanian Organik Karakteristik lahan yang dapat dijadikan lahan pertanian organik adalah lahan yang benar–benar aman, bebas dari kandungan pupuk kimia dan sisa pestisida. Ada dua jenis lahan yang dapat digunakan untuk berproduksi beras organik yaitu : 1) lahan pertanian yang baru dibuka dan belum pernah digunakan untuk berproduksi padi organik; atau 2) lahan pertanian yang sudah pernah digunakan untuk berproduksi tanaman an-organik yang harus dikonversi secara intensif terlebih tergantung sejarah penggunaan lahan, pupuk, pestisida dan jenis tanaman yang diproduksi. Lahan yang bisa digunakan untuk mendukung pertanian organik adalah lahan yang tekstur tanahnya lunak dan halus yang lazim disebut koloid. Di dalam koloid tersebut terkandung berbagai unsur hara yang penting bagi pertumbuhan tanaman organik. Adapun unsur – unsur hara yang tersebut diantaranya nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), sulfur (S), magnesium (Mg), besi (Fe), dan kalsium (Ca). Luasan lahan pertanian organik kawasan Asia seluas 61.595 ha, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4. Pada Tabel 4 dapat dilihat luasan lahan organik yang terdapat di beberapa negara di Asia. Beberapa negara di Asia yang sudah mulai mengembangkan lahan organik yang lebih dari 1.000 ha diantaranya Srilanka, India, China, Republik
16
Korea, Thailand dan Vietnam. Masing-masing luasan yang dimiliki yaitu 9.201 ha, 5.147 ha, 2.910 ha, 1.237 ha, 1.154 ha dan 1.022 ha. Negara Philipines, Pakistan, Israel, Azerbaijan, Bangladesh, Ukraina, Nepal, Lebanon, Jepang, Kazakstan dan Syria hanya mengembangkan lahan pertanian organik kurang dari 1.000 ha. Luasan masing-masing negara yaitu 500 ha, 405 ha, 285 ha, 100 ha, 69 ha, 26 ha, 17 ha, 4 ha, 1 ha dan 1 ha. Diantara beberapa negara di Asia yang mengembangkan lahan pertanian organik, Indonesia memiliki luasan lahan yang paling luas. Hal ini diakibatkan karena negara Indonesia merupakan negara agraris yang penghasilan utamanya bersumber dari lahan pertanian. Pada Tabel dapat dilihat bahwa begitu luasnya lahan pertanian organik yang produktif di negara Indonesia. Di Indonesia luasan lahan yang dapat digunakan sebagai lahan pertanian organik (seluruh tanaman organik) adalah seluas 45.000 ha. Potensi ekonomi lahan pertanian yang dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang berperan dalam perubahan biaya dan pendapatan ekonomi lahan. Setiap lahan memiliki potensi ekonomi yang bervariasi yang mendukung kondisi produksi dan pemasaran, karena lahan pertanian memiliki karakteristik yang berbeda sesuai dengan kondisi lahan tersebut. Oleh karena itu, faktor – faktornya juga bervariasi dari satu lahan ke lahan yang lain dan dari satu negara ke negara yang lain. Secara umum, semakin banyak perubahan dan adopsi yang diperlukan dalam lahan pertanian, semakin tinggi pula resiko ekonomi yang ditanggung untuk perubahan – perubahan tersebut. (Prawoto, 2006).
17
Tabel 4. Luasan Lahan Pertanian Oganik di Kawasan Asia Tahun 2004 Country
Year
Organic Farms
Azerbaijan 2002 285 Bangladesh 2002 100 China 2001 2.910 India 2002 5.147 Indonesia 2001 45.000 Israel 2002 420 Japan 1999 4 Kazakhstan 2002 1 Rep. of Korea 1999 1.237 Laos 2001 Lebanon 2001 17 Malaysia 2002 Nepal 2001 26 Pakistan 2001 405 Philippines 2000 500 Russia 2002 Sri Lanka 2001 9.201 Syria 2000 1 Thailand 2002 1.154 Ukraina 2002 69 Vietnam 2002 1.022 SUM 61.595 Sumber : SOEL – Survey, 2004
% of all Farms
Organics Hectares
0,75
2.540 177.700 901.295 97.050 40.000 5.000 5.003 26.992 902 150 250 4 45 2.009 2.000 5.276 15.215 74 3.993 239.542 6.475
0,01
0,06
0,02
% of Agricultural Area 0,2 7 0,06 0,03 0,09 0,90 0,09 0,05 0,01 0,07 0,001 0,09 0,02 0,003 0,65 0,001 0,02 0,09 0,09
2.6 Konsep Pengembangan Kelompok Tani Cibeureum Beras Organik Lima konsep utama pengembangan usahatani pada Kelompok Tani Cibeureum Jempol (Wawan, 2008) diantaranya : 1. Berkelanjutan (sustainable), yaitu pada setiap berusahatani maka petani harus memperoleh keuntungan sehingga petani dapat meneruskan usahanya dalam agribisnis. 2. Berkerakyatan, yaitu setiap teknologi dapat diterapkan oleh petani untuk mengadopsi teknologi-teknologi yang diberikan oleh peneliti dengan tidak mengeluarkan biaya yang tinggi.
18
3. Berwawasan lingkungan, yaitu berusahatani dengan tidak merusak lingkungan dan menggunakan saprodi yang ramah lingkungan. 4. Spesifik lokal, yaitu memaksimalkan kearifan lokal (produk unggulan lokal) serta memotivasinya. 5. Usahatani yang berorientasi pada pasar, yaitu setiap petani harus mengetahui pasar mana yang akan dimasuki. Kegiatan usaha yang dilakukan oleh Kelompok Tani Cibeureum Jempol diprioritaskan pada pengembangan produk dan usaha untuk mengenalkan dan memasarkan produk – produk beras organik. Kegiatan produksi pada Kelompok Tani Cibeureum Jempol belum dilakukan secara optimal dikarenakan keterbatasan teknologi, sarana dan prasarana, lahan, ketersediaan air, sumberdaya serta sistem manajemen yang masih kurang terstruktur. Perkembangan Kelompok Tani Cibeureum Jempol juga dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, baik lingkungan internal organisasi terkait dengan permasalahan usaha yang dihadapi oleh Kelompok Tani Cibeureum Jempol serta lingkungan eksternal. Faktor lingkungan eksternal Kelompok Tani Cibeureum Jempol adalah faktor – faktor luar organisasi yang berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap perkembangan kemajuan Kelompok Tani Cibeureum Jempol. Sedangkan faktor internal Kelompok Tani Cibeureum Jempol adalah sarana dan sumberdaya yang ada dalam kelompok tani tersebut secara langsung mempengaruhi perkembangan kemajuan usahanya. 2.7 konsep Manajemen Strategi Setiap perusahaan atau organisasi akan selalu dihadapkan pada lingkungan yang selalu berubah dengan cepat setiap saat yang akan memberikan pengaruh
19
positif ataupun negatif terhadap perkembangan perusahaan. Oleh karena itu, setiap perusahaan harus memiliki beberapa strategi untuk menghadapi segala perubahan tersebut, sehingga perubahan tersebut akan memberikan manfaat pada perkembangan perusahaan. Manajemen pada perusahaan atau organisasi pada dasranya dimaksudkan sebagai suatu proses (aktivitas) penentuan dan pencapaian tujuan melalui pelaksanaan empat fungsi dasar yaitu : planning, organizing, actuating, dan controlling dalam penggunaan sumberdaya perusahaan atau organisasi. Menurut J David Hunger dan Thomas L. Wheelen (2004) Manajemen strategis merupakan serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Manajemen strategis meliputi pengamatan lingkungan, perumusan strategi (perencanaan strategi atau perencanaan jangka panjang), implementasi strategi, dan evaluasi serta pengendalian. Manajemen strategis menekankan pada pengamatan dan evaluasi peluang dan ancaman lingkungan dengan melihat kekuatan dan kelemahan perusahaan atau organisasi. Manajemen startegi dibuat melalui perumusan strategi. Perumusan strategi meliputi empat (David, 2004) diantaranya : 1.
Penentuan misi perusahaan Misi organisasi adalah tujuan atau alasan mengapa organisasi atau perusahaan tersebut berdiri.
2.
Menentukan tujuan yang ingin dicapai Tujuan adalah hasil akhir aktivitas perencanaan. Beberapa bidang dan tujuan yang perlu dibuat perusahaan diantaranya : profitabilitas (laba bersih),
20
efisiensi biaya produksi, pertumbuhan usaha perrusahaan, kekayaan pemegang saham, penggunaan sumberdaya, reputasi perusahaan, kontribusi untuk karyawan, kontribusi untuk lingkungan, kondisi pasar, kondisi perkembangan teknologi, kelangsungan hidup perusahaan dan kebutuhan pribadi manajemen puncak. 3.
Pengembangan strategi Strategi perusahaan merupakan rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaimana perusahaan akan mencapai misi dan tujuannya.
4.
Penetapan pedoman kebijakan Kebijakan merupakan pedoman perusahaan secara luas yang menghubungkan perumusan strategi dengan implementasi. Manajemen strategi paling
utama
adalah
untuk
membuat
strategi
pengembangan usaha yang dilakukan oleh para perencana strategi guna menentukan sasaran dalam membuat kesimpulan strategis yang bersifat dinamis dan berkesinambungan. Adapun pengertian dari bersifat dinamis karena suatu perusahaan selalu berubah sesuai dengan lingkungan yang dihadapi baik lingkungan internal maupun eksternal perusahaan. Berkesinambungan maksudnya karena proses manajemen strategi akan lebih baik jika terus dilakukan oleh setiap perusahaan untuk mengantisipasi segala kemungkinan dan memperoleh manfaat dalam pencapaian tujuan. 2.8 Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Kusumah (2004) mengenai Analisis Perbandingan Usahatani dan Pemasaran antara Padi Organik dan Padi An-Organik (Kasus : Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor selatan). Penelitian ini
21
didasarkan atas pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan salah satu daerah yang mengembangkan usahatani padi organik. Penelitian ini membandingkan usahatani padi organik dan an-organik. Pada kegiatan usahataninya, proses budidaya yang dilakukan oleh petani organik dan an-organik sama. Perbedaannya hanya pada waktu pembajakan. Input yang digunakan pada usahatani padi organik adalah benih, pupuk orgamik dan tenaga kerja, sedangkan pada usahatani padi anorganik adalah pupuk (Urea, TSP, KCL), pestisida, dan tenaga kerja. Jumlah benih yang digunakan oleh petani padi organik lebih sedikit dibandingkan dengan padi an-organik. Sedangkan untuk penggunaan pupuknya, petani padi organik menggunakan pupuk dalam jumlah yang lebih besar (1 ton/ha) dari padi anorganik, begitu pula dengan jumlah tenaga kerja (HOK) yang digunakannya. Berdasarkan hasil analisis pendapatan diketahui ternyata pendapatan atas biaya tunai petani padi organik lebih rendah dari petani an-organik. Hal ini didukung oleh hasil uji-z yang menyimpulkan bahwa perubahan sistem usahatani yang dilakukan oleh petani padi ternyata tidak berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani. Sedangkan apabila dilihat dari pendapatan atas biaya totalnya diketahui ternyata pendapata atas biaya total petani padi organik lebih besar dari pendapatan atas biaya total petani padi an-organik. Namun apabila dilihat dari hasil uji-z ternyata disimpulkan bahwa perubahan sistem usahatani yang dilakukan oleh petani padi di kelurahan Mulyaharja tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat pendapatan petani. Apabila dilihat dari imbangan penerimaan dan biaya (R/C rasio) diketahui bahwa R/C rasio atas biaya tunai yang diperoleh petani padi organik (1,95) lebih rendah dari R/C rasio yang diperoleh petani padi an-organik, yaitu 2,23. Hal ini
22
berarti bahwa dari setiap 1 rupiah biaya yang dikeluarkan oleh petani padi organik hanya akan memberikan penerimaan sebesar Rp. 1,95 lebih rendah dari penerimaan yang diperoleh petani padi an-organik. Dari sisi pemasarannya diketahui ternyata untuk pola pemasaran III dan IV padi organik jika dibandingkan dengan seluruh pola pemasaran padi an-organik diketahui ternyata nilai total marjin pemasarannya hampir sama dengan seluruh pola pemasaran padi an-organik. Untuk mengukur efisiensi pemasaran digunakan rasio biaya-keuntungan (п/C). Berdasarkan nilai rasio tersebut diketahui bahwa pola pemasaran padi organik lebih efisien bila dibandingkan dengan pola pemasaran padi an-organik. Adapun struktur pasar yang terbentuk untuk padi organik dan padi an-organik ini adalah sama yaitu pasar oligopsoni. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disimpulkan : pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh petani padi organik masih lebih rendah dibandingkan dengan petani padi an-organik. Sedangkan pendapatan atas biaya total petani padi organik lebih tinggi daripada petani an-organik. Dan dilihat dari efeisiensi pemasarannya maka pola pemasaran padi organik lebih efisien daripada padi an-organik. Penelitian yang dilakukan oleh Rohmiatin (2006) mengenai Analisis Strategi Pengembangan Usaha Beras Organik Lembaga Pertanian sehat di desa Pasir Buncit Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Berdasarkan hasil penelitian yang didasarkan pada EFE dan IFE, dimana total skor bobot hasil dari matriks EFE sebesar 2,81 dan matriks IFE sebesar 2,35 sehingga menempatkan LPS pada matriks V. Posisi ini menggambarkan posisi LPS pada respon unit-unit usaha yang ada terhadap faktor-faktor eksternal yang dihadapinya tergolong sedang.
23
Hasil dari matriks analisis SWOT diperoleh alternatif SO yaitu membantu proses sertifikasi kegiatan produk organik bagi petani binaan dan menjadi pengawas kegiatan pertanian organik petani dhuafa. Strategi ST yaitu meningkatkan mutu dan kemasan produk agar sulit dipalsukan. Strategi WO yaitu menjalin kerjasama dengan kelompok tani sehat dan dinas pertanian daerah dalam sosialisasi dan promosi produk. Strategi WT yaitu meningkatkan kualitas produksi beras organik dengan penambahan sarana dan prasarana yang mendukung. Berdasarkan hasil matriks QSP diperoleh bahwa strategi menjalin kerjasama dengan kelompok tani sehat dan dinas pertanian daerah dalam sosialisasi dan promosi roduk merupakan strategi prioritas. Dengan nilai TAS terbesar yaitu 6,19. Penelitian yang dilakukan oleh Ridwan (2008) mengenai Analisis Usahatani Padi Ramah Lingkungan dan Padi An-Organik di kelurahan Situgede, kecamatan Bogor Barat. Berdasarkan analisis pendapatan, diketahui bahwa penerimaan total untuk usahatani padi anorganik lebih besar dibandingkan penerimaan total usahatani padi ramah lingkungan. Hal ini disebabkan oleh produktivitas padi anorganik lebih tinggi. Nilai R/C rasio atas biaya tunai untuk petani pemilik usahatani padi ramah lingkungan sebesar 2,932 sedangkan nilai R/C rasio atas biaya tunai untuk petani pemilik usahatani an-organik hanya sebesar 2,275. Artinya dari setiap satu rupiah yang dikeluarkan petani pemilik usahatani padi ramah lingkungan dapat menghasilkan tambahan tambahan penerimaan yang lebih besar daripada penerimaan oleh petani pemilik usahatani an-organik. Untuk petani penggarap nilai R/C rasio atas biaya tunai dan nilai R/C rasio atas biaya total usahatani padi ramah lingkungan lebih besar daripada nilai R/C rasio atas biaya tunai dan nilai
24
R/C rasio atas biaya total rasio atas biaya total usahatani an-organik artinya usahatani padi ramah lingkungan lebih layak daripada usahatani an-organik. Untuk petani pemilik, nilai B/C rasio sebesar 1,132 artinya perubahan sistem usahatani yang dilakukan oleh petani pemilik memberikan tambahan manfaat yang lebih besar daripada tambahan biaya. Untuk petani penggarap nilai B/C rasio 0,801 artinya perubahan sistem usahatani yang dilakukan oleh petani penggarap memberikan tambahan manfaat yang lebih kecil daripada tambahan biaya sehingga perubahan usahatani yang dilakukan oleh petani penggarap akan memberikan kerugian apabila dilakukan. Dari dua faktor sensitivitas yang dianalisis, faktor penurunan harga beras lebih sensitif dibandingkan faktor kenaikan harga biaya tunai. Sistem usahatani padi ramah lingkungan yang dilakukan di kelurahan Situgede memiliki produktivitas lebih rendah daripada produktivitas padi anorganik. Hal ini disebabkan karena petani belum menguasai teknik budidaya padi secara padi ramah lingkungan. Sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut yang membuktikan bahwa padi ramah lingkungan tidak hanya sebagai komoditi sumber karbohidrat tetapi lebih dari itu, padi ramah lingkungan sebagai padi yang sehat. Perbedaan dan persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah sebagai berikut : 1. Kusumah (2004) : berbeda pada alat analisis yang digunakan. Sama-sama meneliti padi organik (padi ramah lingkungan)
25
2. Rohmiatin (2006) : berbeda tempat yang dijadikan studi kasusnya sehingga permasalahan juga berbeda. Sama-sama meneliti padi organik serta menggunakan alat yang sama. 3. Ridwan (2008) : berbeda alat analisis dan tempat yang dijadikan studi kasus penelitian. Sama-sama meneliti padi organik. Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian yang ada dimana pada kelompok tani ini memiki kelebihan yang tidak dimiliki oleh bebrapa kelompok tani yang telah diteliti sebelumnya. Secara sepintas kelompok tani ini sepertinya sudah berada pada titik kejenuhan karena usianya yang sudah lama serta perkembangan lahan dan kelompok tani yang ada. Tetapi kenyataannya tidak demikian. Hal inilah yang membuat penelitian ini menjadi lebih menarik untuk dikaji dan beda dengan skripsi-skripsi yang ada sebelumnya.
III.
KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Lingkungan Organisasi Lingkungan tempat organisasi itu berada, secara garis besar dibagi dalam dua kelompok yaitu lingkungan internal dan eksternal. Lingkungan internal sifatnya berada dalam organisasi. Sedangkan lingkungan eksternal sifatnya berada diluar organisasi. Lingkungan eksternal dapat dibagi dalam kelompok lingkungan makro yang secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi kinerja organisasi serta kelompok lingkungan industri atau persaingan bisnis yang berpengaruh langsung dan signifikan terhadap organisasi. Dengan mengetahui lingkungan internal dan lingkungan eksternal maka dapat dirumuskan bagaimana strategi manajemen yang dapat digunakan perusahaan untuk terus meningkatkan produksi dan memperluas usahanya. 3.1.2 Analisis Lingkungan Internal Analisis lingkungan internal adalah analisis yang dilakukan terhadap situasi dalam perusahaan. Lingkungan internal perusahaan menggambarkan kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia, fisik, finansial perusahaan dan juga dapat memperkirakan kelemahan (weakness) dan kekuatan (strength) struktur organisasi maupun manajemen perusahaan (Pearce dan Robinson, 1997). Dalam menganalisis lingkungan internal ada beberapa unsur yang dianalisis, yaitu diantaranya :
27
1. Struktur Organisasi Perusahaan Struktur
organisasi
perusahaan
merupakan
pola
hubungan didalam
perusahaan atau bentuk formal peraturan dan hubungan antar orang sehingga setiap pekerja dapat diarahkan dalam mencapai tujuan dan misi perusahaan. 2. Budaya Perusahaan Budaya perusahaan adalah sekumpulan kepercayaan, harapan dan nilai yang dipahami serta dilaksanakan oleh tiap-tiap anggota perusahaan dan akan membentuk perilaku orang-orang didalam perusahaan tersebut. 3. Sumberdaya Perusahaan Sumberdaya perusahaan adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan guna sumberdaya
mendukung
manusia,
perkembangan
sumberdaya
produksi,
perusahaan, sumberdaya
diantaranya keuangan,
pemasaran serta penelitian dan pengembangan. 3.1.3 Analisis Lingkungan Eksternal Analisis lingkungan eksternal adalah suatu proses yang digunakan para perencana strategi untuk memantau faktor lingkungan eksternal dalam menentukan peluang dan ancaman terhadap perusahaan. Dengan demikian perusahaan dapat memanfaatkan peluang dengan cara yang paling efektif dan dapat menangani ancaman dari luar. Lingkungan eksternal dibagi menjadi lingkungan makro dan lingkungan industri. 1. Lingkungan makro Lingkungan makro merupakan situasi dan kondisi yang berada di luar perusahaan yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Lingkungan tersebut memberikan perusahaan peluang (opportunity)
28
dan ancaman (threat). Lingkungan eksternal makro terdiri atas faktor ekonomi, sosial budaya, politik dan kebijakan pemerintah, teknologi serta demografi. Faktor Ekonomi Keadaan ekonomi suatu negara akan mempengaruhi kinerja perusahaan dan industri. Faktor ekonomi mengacu pada sifat, cara dan arah dari perekonomian dimana suatu perusahaan akan atau sedang berkompetisi. Indikator kesehatan perekonomian suatu negara antara lain adalah tingkat inflasi, tingkat suku bunga, defisit atau surplus perdagangan, ketersediaan kredit, pola konsumsi, tingkat tabungan pribadi dan bisnis serta produk domestik bruto. Misalnya jika terjadi inflasi di suatu negara maka akan berpengaruh kepada kenaikan harga-harga barang di pasar termasuk harga bahan pokok diantaranya beras sehingga akan mengancam penurunan permintaan terhadap produk perdagangan. Faktor Sosial, Budaya, Demografi dan Lingkungan Faktor-faktor sosial yang mempengaruhi suatu perusahaan mencakup keyakinan, nilai, sikap, opini yang berkembang dan gaya hidup dari orang-orang di lingkungan eksternal perusahaan. Faktor-faktor ini biasanya dikembangkan dari kondisi kultural, ekologis, pendidikan dan kondisi etnis. Seandainya faktor sosial berubah maka permintaan untuk berbagai produk dan aktivitas juga turut mengalami perubahan. Perusahaan juga harus dapat memperhatikan tentang halhal yang menyangkut faktor demografi diantaranya adalah ukuran populasi, distribusi geografi (Lokasi/jalur distribusi beras organik/sehat sampai ke agenagen), pencampuran etnis serta distribusi pendapatan. Melihat dinamisnya perubahan yang global mengikuti trend organik, bukan hanya secara domestik.
29
Faktor Politik dan Kebijakan Pemerintah Arah dan stabilitas dari faktor politik merupakan pertimbangan utama dalam memformulasikan strategi perusahaan. Kendala-kendala politik diberlakukan terhadap perusahaan melalui keputusan perdagangan yang wajar, program perpajakan, perundangan gaji minimum, kebijakan polusi dan penetapan harga, batasan administratif serta banyak tindakan lain yang bertujuan untuk melindungi karyawan, konsumen, masyarakat umum dan lingkungan. Kebijakan pemerintah untuk memberi subsidi pada industri dan perusahaan tertentu akan mempengaruhi keberadaan industri atau perusahaan lain (David, 2004). Kebijakan pemerintah dalam hubungannya dengan perusahaan dapat berubah sewaktu-waktu sehingga tindakan pemerintah dapat mempengaruhi pilihan strategi usaha. Faktor Teknologi Untuk menghindari keusangan dan meningkatkan inovasi suatu perusahaan maka harus disadari akan perubahan teknologi yang dapat mempengaruhi industrinya. Adaptasi teknologi yang kreatif dapat memiliki dampak terhadap perencanaan perusahaan melalui pengembangan proses produksi dan pemasaran produk suatu perusahaan. Pesaing Persaingan diantara perusahaan yang bersaing biasanya berpengaruh diantara lima kekuatan bersaing atau konsep Porter’s Competitive strategy (David, 2004). Strategi yang dijalankan oleh salah satu perusahaan dapat berhasil hanya sejauh strategi itu menyediakan keunggulan bersaing atas strategi yang dijalankan oleh perusahaan pesaing. Persaingan ini terjadi karena satu atau lebih pesaing melihat peluang untuk memperbaiki posisi. Intensitas persaingan cenderung meningkat
30
kalau jumlah pesaing bertambah karena perusahaan yang bersaing menjadi setara dalam ukuran dan kemampuan (David, 2004). 2. Lingkungan Industri Dalam menganalisis suatu perusahaan, aspek persaingan industri dimana bisnis perusahaan berada menjadi hal yang sangat penting. Akibatnya, faktorfaktor yang mempengaruhi kondisi persaingan, seperti ancaman pada perusahaan dan kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan termasuk kondisi persaingan industri tersebut meliputi pendatang baru, produk pengganti, pembeli, pemasok dan pesaing seperti yang dapat dilihat pada Gambar 1.
Pendatang Baru Potensial (Ancaman mobilitas)
Pemasok (Kekuatan Pemasok)
Pesaing-Pesaing Industri (Rival Segmen)
Pembeli (Kekuatan Pembeli)
Pengganti/Substitusi (Ancaman Substitusi)
Gambar 1. Model Lima Kekuatan Porter Sumber : Kotler, 2002
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Proses manajemen strategi diawali dengan visi dan misi yang dibangun oleh Kelompok Tani Cibeureum Jempol. Selanjtnya, diidentifikasi faktor-faktor
31
eksternal dan internal yang mempengaruhi perkembangan Kelompok Tani Cibeureum Jempol. Pada tahap ini dilakukan analisis faktor eksternal dan internal untuk
menetapkan
strategi
pengembangan
kelompok
tani
agar
dapat
meningkatkan kinerja dan daya saingnya. Analisis lingkungan internal kelompok tani berguna untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki kelompok tani tersebut. Sedangkan analisis eksternal kelompok tani berguna untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi Kelompok Tani Cibeureum Jempol. Kekuatan Kelompok Tani Cibeureum Jempol adalah sebagai perkumpulan anggota petani yang
mau berkembang, berwawasan, berkerakyatan serta
berusahatani dalam agribisnis. Melalui adanya Kelompok Tani Cibeureum Jempol diharapkan para petani beras organik di Mulyaharja khusunya memiliki wadah aspirasi sehingga petani yang ada akan menjadi lebih kuat baik dalam penerapan teknologi, sistem budidaya, permodalan dan sebagainya. Kelompok Tani Cibeureum Jempol juga diharapkan dapat membantu petani dalam hal pemasaran atau penjualan beras organik/sehat sehingga mampu meningkatkan tingkat pendapatan para petani anggota melalui sistem usahatani yang berkelanjutan dan ramah lingkungan sehingga kelompok tani juga dapat terus berkembang. Penurunan penjualan beras organik pada bulan April dan Juli 2008 merupakan kendala yang dihadapi oleh Kelompok Tani Cibeureum Jempol. Hadirnya kelompok tani yang sejenis seperti Lemah Duhur dan Alam Lestari yang sama-sama mengembangkan usahatani beras organik merupakan kendala yang menuntut Kelompok Tani Cibeureum Jempol untuk dapat menentukan strategi pengembangan usaha yang tepat agar dapat bersaing dengan keadaan
32
apapun. Untuk menetapkan strategi yang tepat bagi pengembangan usaha, perusahaan perlu mempertimbangkan faktor-faktor internal dan eksternal khususnya kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang dimilikinya. Faktor internal ini terdiri dari struktur organisasi perusahaan, budaya perusahaan, dan sumberdaya perusahaan. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor ekonomi, sosial, politik, kebijakan pemerintah, teknologi, pendatang baru, pembeli, produk pengganti dan pesaing. Dari hasil identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal dapat diketahui apakah saat ini usaha dari Kelompok Tani Cibeureum Jempol memiliki potensi untuk dikembangkan dan terus bertahan di masa yang akan datang. Pengidentifikasian ini dilanjutkan dengan memilih faktor strategis bagi Kelompok Tani Cibeureum Jempol didalam bentuk matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (External Factor Evaluation) yang bertujuan untuk mengetahui apakah kekuatan yang dimiliki lebih besar dari kelemahan atau sebaliknya dan apakah usaha yang dimiliki oleh Kelompok Tani Cibeureum Jempol mampu memanfaatkan peluang untuk mengatasi ancaman yang ada. Lalu dari hasil matriks IFE dan EFE dilakukan penentuan alternatif strategi dengan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat). Penentuan alternatif strategi ini terdiri dari empat alternatif strategi yaitu strategi penyesuaian kekuatan dan peluang, strategi penyesuaian kelemahan dan peluang, strategi penyesuaian kekuatan dan ancaman, serta strategi penyesuaian kelemahan dan ancaman. Keempat alternatif strategi yang dihasilkan dari matriks akan dipilih strategi yang terbaik untuk dapat diterapkan dalam manajemen Kelompok Tani Cibeureum Jempol dalam pengembangan usaha beras organik dengan analisis yang lebih
33
objektif dengan intuisi yang baik dalam matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) dengan alat analisis ini nantinya dapat diketahui prioritas strategi yang akan diusahakan Kelompok Tani Cibeureum Jempol dilihat dari nilai/skor totalnya (Weighted Actractiveness Score/WAS). Hasil matriks QSPM di Kelompok Tani Cibeureum Jempol akan diperlihatkan dari perolehan skor. Skor yang tertinggi menunjukkan bahwa altermatif strategi tersebut penting sebagai prioritas utama untuk diterapkan dan perolehan skor terrendah menunjukkan bahwa alternatif strategi tersebut merupakan prioritas terakhir yang dipilih untuk dilaksanakan oleh Kelompok Tani Cibeureum Jempol. Sistem operasional penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.
34
Visi dan Misi Kelompok Tani Cibeureum Jempol
- Penurunan produksi beras organik - Penurunan penjualan - Keterbatasan sarana dan prasarana - Keterbatasan pendidikan anggota dalam teknologi - Semakin menyempitnya lahan produktif
Analisis Lingkungan Perusahaan
Faktor Internal dengan Matriks IFE - Struktur Organisasi Perusahaan - Budaya perusahaan (SDM, Produksi, Keuangan, Pemasaran, dan Litbang)
Faktor Eksternal dengan Matriks EFE - Lingkungan Makro . Faktor Ekonomi . Faktor Sosial, Budaya, Demografi&Lingkungan . Faktor Politik dan Kebijakan pemerintah . Faktor Teknologi . Pesaing
- Lingkungan Industri
Analisis Posisi Kelompok Tani Cibeureum Jempol dengan matriks Internal-Eksternal Formulasi Strategi dengan matriks SWOT
Pemilihan Strategi Terbaik Untuk Kelompok Tani Cibeureum Jempol dengan matriks QSP
Rekomendasi Strategi Pengembangan Gambar 2. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional
IV.
METODE PENELITIAN
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada kelompok tani Cibeureum Jempol di Kelurahan Muyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Penelitian di kelompok tani ini sengaja dilakukan dengan mempertimbangkan bahwa kelompok tani Cibeureum Jempol ini merupakan salah satu kelompok tani di Kelurahan Mulyaharja yang tetap berusahatani beras organik dari mulai hulu hingga hilir. Pengambilan data ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Oktober 2008. 4.2 Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan tiga orang responden yang terdiri dari ketua kelompok tani, pesaing sekaligus rekanan kelompok tani Cibeureum Jempol, serta pihak penyuluh yang merangkap agen pemasar ke swalayanswalayan seperti Hero dan Giant. Sejumlah responden dipilih berdasarkan tingkat pengaruhnya terhadap perkembangan usaha kelompok tani Cibeureum Jempol. Data sekunder diperoleh dari laporan-laporan lembaga yang erat kaitannya dengan produksi beras organik. Data penunjang lainnya didapat dari situs internet, artikel majalah, surat kabar, dan penelitian-penelitian terdahulu sebagai bahan pembanding. Data internal yang dibutuhkan antara lain: 1) Gambaran Umum Kelompok Tani Cibeureum Jempol Nama, sejarah, perkembangan dan keadaaan umum kelompok tani. Visi, misi dan tujuan kelompok tani. Nama pendiri dan jumlah anggota awal kelompok tani.
36
Kelengkapan untuk usaha pertanian secara organik Struktur organisasi kelompok tani beserta tugas dan tanggungjawabnya Tingkat keterampilan anggota kelompok tani serta karyawan Tingkat pendidikan anggota kelompok tani serta karyawan Jumlah anggota kelompok tani serta karyawan Pelayanan yang diberikan kepada kelompok tani Intensif yang diberikan untuk memotivasi karyawan Pelatihan-pelatihan yang pernah dan sering diikuti. 2) Keuangan Sumber dan jumlah modal awal kelompok tani Cibeureum Jempol. Perkembangan modal hingga sekarang Kondisi keuangan kelompok tani Sistem manajemen keuangan kelompok tani Biaya-biaya 3) Produksi dan Operasi Proses produksi Luas lahan Sarana dan prsarana produksi on-farm dan off-farm Bahan baku Tenaga kerja Kapasitas sarana dan prasarana Perkembangan teknologi yang dimiliki Pengawasan produksi Kualitas produk yang dihasilkan
37
4) Pemasaran Jenis produk yang dihasilkan beserta dengan harga pada masing-masing produk yang dihasilkan Jumlah penjualan produk setiap periode (perbulan atau pertahun) Kemampuan mengumpulkan informasi yang dibutuhkan mengenai pasar Saluran distribusi Daerah pemasaran Strategi penetapan harga dan fleksibilitas penetapan harga Promosi penjualan dan periklanan Pengembangan produk-jasa atau pasar baru Variasi kemasan 5) Penelitian dan Pengembangan Intensitas pelaksanaan litbang Inovasi teknologi Pengembangan produk Jumlah karyawan bagian litbang Anggaran pelaksanaan litbang Jenis data yang dikumpulkan untuk melakukan analisis faktor lingkungan eksternal adalah : 1) Sosial, Budaya dan Demografi Budaya daerah sekitar atas makanan pokok Tanggung jawab sosial kelompok tani terhadap angggota dan masyarakat sekitar Jumlah penduduk
38
Laju pertumbuhan penduduk 2) Ekonomi Keadaan perekonomian secara umum Tingkat pendapatan masyarakat Perkembangan tingkat harga produk Perkembangan tingkat bahan baku 3) Politik dan Kebijakan Pemerintah Stabilitas politik dan keamanan Perundang-undangan serta peraturan dalam perdagangan Kebijakan pemerintah 4) Teknologi Perkembangan teknologi produksi Perkembangan teknologi informasi Biaya aplikasi teknologi 5) Pelanggan Loyalitas pelanggan terhadap produk perusahaan Harga yang diterima pelanggan Kualitas produk yang dibeli pelanggan Kekuatan tawar menawar pelanggan 6) Pesaing Adanya produk substitusi Jumlah pesaing Kekuatan pesaing Kelemahan pesaing
39
Sasaran dan strategi pesaing 7) Pemasok Jumlah pemasok Kemampuan pemasok memenuhi bahan baku Keberadaan pemasok lain Kekuatan tawar menawar pemasok Lokasi pemasok Bentuk kerjasama 4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data Perumusan alternatif strategi bagi Kelompok Tani Cibeureum Jempol dilakukan dengan menggunakan matriks. Proses perumusan alternatif strategi melalui tiga tahap yaitu : 1) Tahap pengumpulan data (Input Stage); 2) Tahap analisis (Matching Stage); dan 3) Tahap pengambilan keputusan (Decision Stage). 4.3.1 Proses Perumusan Alternatif Strategi 1. Tahap Pengumpulan Data Tahap ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan pengumpulan data, tetapi juga merupakan suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra analsis. Pada tahap ini data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu data eksternal dan data internal. Penjelasan mengenai data eksternal dan internal telah disebutkan pada bab kerangka pemikiran. Dimana hal pertama yang dilakukan dalam tahap ini adalah menetapkan visi, misi dan tujuan organisasi, selanjutnya dilakukan identifikasi data internal dan eksternal perusahaan/organisasi. Data eksternal dan internal organisasi yang teridentifikasi akan dirangkum dalam suatu matriks External Factor Evaluation (EFE) dan Internal Factor
40
Evaluation(IFE) dimana data-data tersebut merupakan faktor strategis. Matriks EFE digunakan untuk mengetahui peluang terbesar dan terkecil yang dimiliki perusahaan dan ancaman terbesar maupun ancaman yang tidak mempengaruhi perusahaan, sedangkan matriks IFE digunakan untuk mengetahui kekuatan paling besar dan terkecil yang dimiliki maupun kelemahan terbesar dan terkecil yang dimiliki prusahaan. Setelah diketahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada pada perusahaan maka kita dapat mengetahui bagaimana efektivitas strategi yang dilakukan oleh perusahaan selama ini juga dapat menentukan strategi yang dapat memanfaatkan faktor internal dan eksternal yang ada sehingga dapat lebih meningkatkan usaha. 2. Tahap Analisis Setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh terhadap kelangsungan perusahaan, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua informasi tersebut dalam model-model kuantitatif untuk menganalsis perumusan strategi. Model-model yang dapat digunakan sebagai alat analisis adalah matriks SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threats) (David, 2004). Matriks SWOT merupakan alat analisis penting yang dapat membantu manajer dalam mengembangkan empat macam strategi, yaitu strategi kekuatanpeluang (S-O strategies), strategi kelemahan-peluang (W-O strategies), strategi kelemahan-ancaman (W-T strategies) dan strategi kekuatan-ancaman (S-T strategies). Masing-masing strategi dijabarkan sebagai berikut : a. Strategi S-O, startegi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.
41
b. Strategi S-T, strategi dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman. c. Strategi W-O, strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan meminimalkan kelemahan yang ada. d. Strategi W-T, strategi ini berdasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. 3. Tahap Pengambilan Keputusan Tahap terakhir adalah tahap pengambilan keputusan. Setelah berhasil mengembangkan sejumlah alternatif strategi, perusahaan harus mampu mengevaluasi dan kemudian memilih strategi terbaik, yang paling cocok dengan kondisi internal perusahaan serta lingkungan eksternal. Untuk itu alat analisis yang dapat digunakan adalah Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). 4.3.2 Matrix IFE dan EFE Menurut David (2004) tahapan dalam membuat matriks IFE/EFE adalah sebagai berikut : 1) Tuliskan daftar semua kelemahan, kekuatan, peluang dan ancaman suatu organisasi. Peluang dan kekuatan didaftar terlebih dahulu baru kemudian ancaman dan kelemahan dari organisasi. Daftar dibuat secara rinci pada kolom pertama. 2) Berikan bobot terhadap daftar yang telah dibuat untuk menunjukkan relatif tingkat kepentingan faktor dalam menuju kesuksesan organisasi. Pembobotan berkisar antara 0.00 (tidak penting) sampai 1.00 (sangat penting) yang
42
diletakkan pada kolom kedua. Total bobot yang diberikan harus sama dengan satu. 3) Tentukan rating tiap faktor yang menunjukkan keefektifan strategi suatu organisasi saat ini dalam merespon faktor-faktor tersebut pada kolom ketiga. Untuk matriks IFE, 1 = kelemahan utama, 2 = kelemahan minor, 3 = kekuatan minor dan 4 = kekuatan utama sedangkan untuk matriks EFE, 4 = respon tinggi, 3 = respon diatas rata-rata, 2 = respon rata-rata dan 1 = respon kurang. Setiap rating digandakan dengan masing-masing bobot untuk memperoleh skor pembobotan. 4) Jumlahkan skor-skor tersebut sehingga diperoleh total skor pembobotan. Total skor pembobotan antara 1 sampai dengan 4, nilai 1 pada matriks IFE menunjukkan kondisi internal perusahaan yang sangat buruk. Nilai 4 mengindikasikan bahwa situasi internal perusahaan sangat baik. Nilai 2.5 pada matriks IFE menunjukkan bahwa situasi internal perusahaan berada pada tingkat rata-rata sedangkan nilai 2.5 menggambarkan perusahaan mampu merespon situasi eksternal secara rata-rata untuk matriks EFE. Nilai 1 pada
matriks
EFE
menunjukkan bahwa
perusahaan tidak
mampu
memanfaatkan peluang-peluang untuk menghindari ancaman-ancaman. Nilai 4 mengindikasikan bahwa perusahaan saat ini telah dengan sangat baik memanfaatkan peluang untuk menghadapi ancaman-ancaman. Contoh Matriks IFE dapat dilihat pada Tabel 5 dan Matriks EFE pada Tabel 6.
43
Tabel 5. Bentuk Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) Faktor-faktor Internal Kekuatan 1. 2. dst… Kelemahan 1. 2. dst… Total
Bobot
Rating
Skor Pembobotan
Sumber : David, 2004 Tabel 6. Bentuk Matriks EFE (Eksternal Factor Evaluation) Faktor-faktor Eksternal Peluang 1. 2. dst… Ancaman 1. 2. dst… Total
Bobot
Rating
Skor Pembobotan
Sumber : David, 2004 4.3.3 Penentuan Bobot Setiap Variabel Penentuan bobot setiap variabel dilakukan dengan cara penilaian bobot faktor strategis eksternal dan internal organisasi kepada informan yang telah dipilih, yang mengetahui betul kondisi dan permasalahan pada suatu organisasi. Penentuan bobot untuk matriks IFE dan matriks EFE dilakukan dengan menggunakan metode Paired Comparison Scales (Kinnear dan Taylor dalam Rohmiatin, 2006). Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian setiap faktor penentu eksternal dan internal. Untuk menentukkan bobot setiap variabel digunakan skala 1, 2 dan 3. Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah : 1 = jika indikator horisontal kurang penting daripada indikator vertikal
44
2 = jika indikator horisontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = jika indikator horisontal lebih penting daripada indikator vertikal Bentuk penilaian pembobotan faktor strategis eksternal organisasi dapat dilihat pada Tabel 7 dan bentuk penilaian pembobotan faktor strategis internal dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 7. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Organisasi Faktor Strategis Eksternal
A
B
C
D
……
Total Bobot
A B C …….. Total
Sumber : David, 2004 Tabel 8. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Organisasi Faktor Strategis Internal A B C …….. Total
A
B
C
D
……
Total Bobot
Sumber : David, 2004 Gabungan kedua matriks IFE dan EFE menghasilkan matriks eksternalinternal yang berisikan Sembilan macam sel yang memperlihatkan kombinasi total nilai terboboti dari matriks-matriks IFE dan EFE. Tujuan penggunaan matriks ini adalah untuk memperoleh strategi bisnis di tingkat korporat yang lebih detail. Diagram tersebut dapat mengidentifikasi Sembilan strategi perusahaan, tetapi pada prinsipnya ke sembilan sel itu dapat dikelompokkan menjadi tiga strategi utama, yaitu : 1) Sel I, II dan IV disebut strategi Tumbuh dan Bina. Strategi yang cocok adalah Strategi Intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan
45
produk) atau strategi integratif (integrasi ke belakang, integrasi ke depan dan integrasi horisontal). 2) Sel III, V dan VII disebut strategi Pertahankan dan Pelihara. Penetrasi pasar dan pengembangan produk merupakan dua strategi yang banyak dilakukan apabila perusahaan berada dalam sel ini. 3) Sel VI, VIII dan IX disebut strategi Panen dan Divestasi. Nilai-nilai IFE dikelompokkan ke dalam Tinggi (3,0-4,0). Sedang (2,0-2,99) dan Rendah (1,00-1,99). Adapun nilai-nilai EFE dikelompokkan dalam Kuat (3,0-4,0), Rata-rata (2,0-2,99) dan Lemah (1,0-1,99) (David, 2004). Bentuk matriks IE (Internal Evaluation) serta hubungannya dengan EFE dan IFE dapat dilihat pada Gambar 2.
4,0
Total Skor EFE
Total skor IFE Tinggi 3,0 Rata-rata 2,0
Lemah
Tinggi 3,0
I
II
III
Sedang 2,0
IV
V
VI
Rendah 1,0
VII
VIII
IX
1,0
Gambar 3. Matriks IE Sumber : David, 2004
4.3.4 Matriks SWOT Setelah menganalisis dengan matriks IFE dan EFE maka dilakukan berbagai kombinasi dengan menggunakan matriks SWOT. Matriks SWOT memiliki kelebihan dan kelemahan diantaranya : 1) strategi dapat diperiksa secara berurutan atau bersamaan; 2) tidak ada batas jumlah strategi yang dapat diperiksa atau
46
dievaluasi; dan 3) membutuhkan ketelitian dalam memadukan faktor-faktor eksternal dan internal yang terkait dalam proses keputusan. Analisis SWOT didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencana strategis (Strategic Planning) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang saat ini. Hal tersebut disebut dengan analisis situasi. Analisis SWOT dituangkan ke dalam matriks SWOT yang menghasilkan 4 kemungkinan alternatif strategi, yaitu strategi SO, strategi WO, strategi ST dan strategi WT (Tabel 9). Tabel 9. Matriks SWOT Analisis Internal
Kekuatan (S) Kelemahan (W) Daftar 5-10 faktor-faktor Daftar 5-10 faktor-faktor kekuatan kelemahan
Analisis Eksternal Peluang (O) Daftar 5-10 faktor-faktor peluang
S – O Strategi Gunakan kekuatan untuk Memanfaatkan peluang
W – O Strategi Atasi kelemahan dengan Memanfaatkan peluang
Ancaman (T) Daftar 5-10 faktor-faktor ancaman
S – T Strategi Gunakan kekuatan untuk menghindari ancaman
W – T Strategi Meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
Sumber : David, 2004 Terdapat delapan tahapan dalam membentuk matriks SWOT, yaitu : 1. Tuliskan peluang eksternal perusahaan yang menentukkan 2. Tuliskan ancaman eksternal perusahaan yang menentukan 3. Tuliskan kekuatan internal perusahaan yang menentukan
47
4. Tuliskan kelemahan internal perusahaan yang menentukan 5. Sesuaikan kekuatan internal dengan peluang eksternal untuk strategi SO 6. Sesuaikan kelemahan internal dengan peluang eksternal untuk strategi WO 7. Sesuaikan kekuatan internal dengan ancaman eksternal untuk strategi ST 8. Sesuaikan kelemahan internal dengan ancaman eksternal untuk strategi WT 4.3.5 Matriks QSPM Setelah berhasil mengembangkan sejumlah alternatif strategi, perusahaan harus mampu mengevaluasi dan kemudian memilih strategi terbaik yang paling cocok dengan kondisi internal perusahaan serta situasi lingkungan eksternal. Untuk itu dapat digunakan matriks QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix). Ada 6 langkah yang harus diikuti untuk membuat matriks QSPM, yaitu : 1. Tuliskan peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan 2. Berikan bobot untuk masing-masing peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan. Bobot ini harus identik dengan bobot yang diberikan pada matriks IFE dan EFE 3. Tuliskan alternatif strategi yang dievaluasi 4. Bila faktor yang bersangkutan ada pengaruhnya terhadap alternatif strategi yang sedang dipertimbangkan berikan nilai AS (Atractiveness Score) yang berkisar antara 1 sampai dengan 4, nilai 1 = tidak dapat diterima, nilai 2 = mungkin dapat diterima, nilai 3 = kemungkinan besar dapat diterima dan nilai 4 = dapat diterima. Bila tidak ada pengaruhnya terhadap alternatif strategi yang sedang dipertimbangkan dangan berikan nilai AS. 5. Kalikan bobot dengan nilai AS 6. Hitung nilai totalnya (Weighted Atractiveness Score/WAS)
48
Alternatif strategi yang memiliki nilai total terbesar merupakan strategi yang paling baik. Matriks QSPM dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Matriks QSPM Fakator Kunci Peluang Ancaman Kekuatan Kelemahan Total
Sumber :David, 2004
Bobot
Strategi I AS WAS
Alternatif Strategi Strategi II Strategi III AS WAS AS WAS
V.
GAMBARAN UMUM KELOMPOK TANI
5.1 Gambaran Umum Kelompok Tani Cibeureum Jempol Kelompok Tani Cibeureum Jempol merupakan salah satu kelompok tani yang memproduksi beras organik dari mulai hulu hingga hilir. Kelompok tani ini berlokasi di Rt 04 Rw 03 kelurahan Mulyaharja kecamatan Bogor Selatan kota Bogor. Kelompok tani ini berdiri sejak tahun 1997 yang diketuai oleh Bapak Amin dengan jumlah anggotanya sebanyak 47 orang dan mulai tahun 2000 hingga sekarang tinggal 40 orang. Awalnya kelompok tani ini memprodukasi sayuran organik yaitu cessin. Pada tahun 2001 terjadi kegagalan panen pada seluruh lahan cessin anggotanya tersebut. Pada tahun 2002, pak Amin selaku ketua dari kelompok tani ini mulai berfikir untuk mengganti sayuran organik tersebut dengan padi organik. Pada tahun itu juga Bapak Amin mengusulkan hal ini pada Dinas Pertanian kota Bogor dan ditanggapi dengan positif hingga direalisasikan dengan cara menugaskan Bapak Amin untuk mengikuti pelatihan cara berusaha padi organik yang benar di Subang Bandung selama sepuluh hari. Pada tahun 2002 mulai dikembangkan usaha padi organik di lahan produktif Kelompok Tani Cibeureum Jempol sekaligus kelompok tani tersebut juga mengalami peningkatan dari kelompok tani tahap pemula menjadi tahap lanjutan sesuai dengan SK No. 521.13/SK.09-kota Bogor pada tanggal 6 Mei 2002. Modal awal kelompok tani sebesar Rp. 4,5 juta yang berasal dari modal pribadi Bapak Amin. Dengan modal yang ada kelompok tani hanya dapat membeli mesin giling sederhana dengan kapasitas 3 ton perhari. Pada tahun 2005,
50
kelompok tani ini mendapat bantuan dana dari Dinas Pertanian Bogor melalui Dana Tuna Jual sebesar Rp. 90 juta dengan enam kali angsuran. Dengan menambahnya modal, maka bertambah pula sarana yang dimiliki. Saat ini sarana yang dimiliki kelompok tani ini diantaranya mesin jahit dan mesin press untuk merapikan kemasan, mesin ayak dengan kapasitas 0,5 ton perhari, mesin giling pecah dan poles dengan kapasitas 3 ton perhari, mesin oven, traktor, timbangan dengan kapasitas 150 kilogram dan sosorog sebanyak enam buah yang harus diganti setiap bulannya. Beras organik kelompok tani Cibeureum Jempol dikemas dengan merek Unggul Jaya yang sudah diuji di laboratorium Agro Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Propinsi
Jawa
Barat
di
Bandung
dengan
Nomor
:
215A/RES/MK/DN/VIII/2007 tanggal 30 Agustus 2007 dengan hasil tidak terdeteksi residu zat kimia dari pupuk dan pestisda ann-organik. Hasil uji laboratoriumnya yaitu BB Bio-Gen residu pestisida tidak terdeteksi. 5.2 Visi, Misi dan Tujuan Kelompok tani ini memiliki visi yaitu mempertahankan kelestarian lingkungan dengan sistem agribisnis. Adapun misinya yaitu melatih petani untuk tetap menjaga lingkungan dengan memproduksi beras organik dengan tepat, meneliti dan mengembangkan bibit beras organik yang unggul serta menjalin hubungan baik dengan pemasok, pembeli dan pemerintah. Tujuan yang ingin dicapai kelompok tani ini adalah memberi nilai tambah serta memperkuat posisi petani Mulyaharja sehingga para petani yang ada menjadi lebih sejahtera.
51
5.3 Organisasi Organisasi dan manajemen merupakan faktor yang sangat penting bagi setiap perusahaan dalam mencapai tujuannya. Susunan strukur organisasi kelompok tani Cibeureum Jempol terdiri atas ketua yang membawahi beberapa seksi yaitu seksi humas, seksi pembelian, seksi saprodi, seksi pengolahan hasil dan panen serta seksi pemasaran. Ketua bertugas membina keahlian dan keterampilan para anggota, mengajak anggota untuk tetap bersemangat memproduksi beras organik secara tepat, memantau harga beras organik di pasar, menyediakan benih beras organik unggulan, menyediakan pupuk organik serta sarana dan prasarana yang dapat membantu produktivitas petani dalam melakukan usahanya. Dalam melakukan tugas-tugasnya tersebut, ketua juga dibantu oleh seorang sekretaris dan bendahara. Jumlah awal anggota dari kelompok tani ini sebesar 47 orang dan sekarang berkurang hingga tinggal 40 orang. Bentuk struktur organisasi dapat dilihat pada Gambar 4. Latar belakang pendidikan dari susunan struktur organisasi tersebut sebagian besar adalah lulusan sekolah dasar termasuk ketua kelompok tani Cibeureum Jempol yaitu Bapak Amin. Selain itu ada beberapa orang yang merupakan lulusan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Mulyadi selaku sekretaris merupakan satu-satunya orang lulusan sarjana Institut Pertanian Bogor di kelompok tani Cibeureum Jempol tersebut. Oleh karena itu, kelompk tani ini dalam operasi pasarnya tetap dibantu oleh Bapak Wawan yang awalnya adalah penyuluh pertama kelompok tani ini. Dengan kondisi tersebut maka kelompok tani ini tetap dapat bertahan dan berkembang hingga sekarang.
52
Ketua Amin Bendahara Acih
Sekretaris Mulyadi Seksi-seksi
Humas Uding
Pembelian Maman
Saprodi Kosasih
PH/P Abas
Pemasaran Ocim
Anggota
Gambar 4. Struktur Organisasi Kelompok Tani Cibeureum Jempol Mulyaharja (2008)
5.4 Kegiatan Usaha Kelompok Tani Cibeureum Jempol Kelompok tani Cibeureum Jempol telah berhasil merekruit dan membina 40 orang anggota untuk tetap mnegusahakan padi organik. Kelompok tani ini memiliki lahan untuk uji coba seluas 2.500 meter persegi. Lahan ini digunakan untuk uji coba bibit unggul dan pupuk unggul yang dapat digunakan oleh petani anggota tersebut. Bibit unggul yang saat ini sedang diuji adalah bibit padi jepang dan hasilnya cukup baik dengan tingkat produksi dan produktivitas yang lebih tinggi. Dengan kualitas beras jepang ini, harga yang ditawarkan di pasar cukup tinggi yaitu Rp. 12.000 per kilogramnya. Selain uji coba dan produksi, pada kegiatan pasca panennya kelompok tani ini juga didukung oleh sarana dan prasarana penggilingan yang cukup baik. Lokasi penggilingan tersebut
53
ditempatkan di sekretariat kelompok tani Cibeureum Jempol dekat lahan para petani anggota. Kelompok tani ini menjalin kerjasama dengan kelompok tani mukti tani, kelompok tani alam lestari, dan dompet Dhuafa dalam bentuk saling memenuhi pasokan beras organik guna memenuhi permintaan konsumen beras organik. Selain dengan kelompok tani, kelompok tani Cibeureum Jempol juga menjalin kerjasama dengan penangkar bibit beras organik di daerah Cigombong dan Cianjur, pupuk sriwijaya dan pupuk organik ”Green Organic”. Kelompok tani Cibeureum Jempol membina hubungan baik dengan Dinas Pertanian kota Bogor, sehingga untuk dapat memperoleh bantuan baik itu dalam bentuk modal ataupun sarana dan prasarana usaha beras organik tidak begitu sulit 5.5 Kegiatan Pemasaran Kelompok Tani Cibeureum Jempol Dalam kegiatan pemasarannya ada beberapa produk yang dijual oleh kelompok tani Cibeureum jempol disamping beras organik. Produk-produk yang dihasilkan kelompok tani ini adalah beras organik, beras merah, beras biasa dan beras sayur yang di supply dari petani non-anggota. Kelompok tani ini juga menjual sekam dengan harga Rp. 3.000 per karung sehingga hasil dari penjualan sekam ini dibelikan satu buah mobil bak yang sampai sekarang digunakan sebagai alat distribusi pemasaran ke konsumen akhir yang melakukan pembelian dengan jumlah yang besar. Adapun harga-harga dari masing-masing produk adalah sebagai berikut : Beras organik
: Rp 6.500 – Rp 12.000 per kilogram
Beras merah
: Rp 7.500 per kilogram
54
Beras biasa
: Rp 5.000 per kilogram
Beras sayur
: Rp 4.500 – Rp 4.800 per kilogram
Sekam
: Rp 3.000 per karung
Pasar yang telah dicapai beras organik kelompok tani Cibeureum Jempol meliputi Giant, Carefour, PT. Amico, PT. Shafira, Nurseri Tajur, toko - toko kecil di daerah bogor dan konsumen langsung seperti para dokter di Dinas kesehatan Bogor, Dinas Pertanian kota Bogor, dosen – dosen IPB serta masyarakat sekitar.
.
VI.
ANALISIS LINGKUNGAN KELOMPOK TANI
Analisis lingkungan adalah proses awal dalam manajemen strategi yang bertujuan untuk memantau lingkungan perusahaan. Lingkungan perusahaan mencakup semua faktor yang dapat memenuhi kelangsungan pencapaian tujuan yang diinginkan. Secara garis besar analisis lingkungan dapat dibagi menjadi lingkungan internal dan lingkungan eksternal perusahaan. 6.1 Analisis Lingkungan Internal Lingkungan internal adalah lingkungan yang berada dalam organisasi tersebut dan secara normal memiliki implikasi langsung pada perusahaan. Analisis faktor internal merupakan proses identifikasi terhadap faktor kelemahan dan kekuatan perusahaan yang terdiri dari Sumber daya Manusia, manajemen keuangan, produksi serta penelitian dan pengembangan perusahaan juga pemasaran. 6.1.1 Sumber Daya Manusia Kelompok tani Cibeureum Jempol terdiri dari seorang ketua sekaligus pendiri yaitu Bapak Amin. Tugas dari Bapak Amin ini selaku ketua diantaranya membina petani anggota, mengajak petani untuk tetap bersemangat memproduksi beras organik, memantau harga pasar serta memberdayakan pupuk organik subsidi agar dapat digunakan oleh petani anggota yang memerlukan. Bapak Amin dibantu oleh sekretaris yaitu bapak Mulyadi dan bendahara yang tidak lain adalah istrinya sendiri yaitu Ibu Acih. Kelompok tani Cibeureum Jempol terdiri dari beberapa seksi diantaranya humas, pembelian, saprodi, pengolahan hasil dan panen (PH/P) serta bagian
56
pemasaran. Kelompok tani ini memiliki 40 anggota. Berdasarkan status kepemilikan lahan, petani anggota tersebut terdiri atas empat orang petani pemilik lahan dan 36 orang petani penggarap lahan. Sedangkan jumlah karyawan yang dipekerjakan Bapak Amin di tempat penggilingan sejumlah lima orang dengan satu orang mandor yang berasal dari Sukabumi dan empat orang karyawan biasa yang berasal dari Mulyaharja. Keempat karyawan tersebut bertugas menjemur, menggiling, memoles hingga mengemas beras organik. Karyawan dan petani anggota kelompok tani Cibeureum Jempol direkruit tanpa melalui test tetapi hanya didasarkan pada kepercayaan Bapak Amin terhadap mereka yang benar-benar mau bergabung dan memajukan agribisnis beras organik di Mulyaharja. Sistem kerja di kelompok tani Mulyaharja ini adalah sistem padat karya, sehingga keharmonisan didalamnya sangat diperlukan dalam proses kerjanya. Keharmonisan tersebut dicapai dengan adanya suasana akrab dan kekeluargaan yang sampai saat ini masih dijadikan budaya kerja pada kelompok tani Cibeureum Jempol ini. 6.1.2 Keuangan Keuangan merupakan aspek penting yang harus diperhatikan dalam setiap usaha, begitu juga bagi kelompok tani Cibeureum Jempol. Modal awal kelompok tani Cibeureum Jempol berasal dari milik Bapak Amin selaku pendiri yaitu sebesar Rp. 4,5 juta. Dengan modal tersebut Bapak Amin membeli mesin giling dengan kapasitas tiga ton perhari. Mesin giling ini diperuntukkan membantu petani anggota agar para petani tidak kasulitan menggiling gabah kering mereka dengan biaya yang murah.
57
Dalam perkembangannya, Bapak Amin melihat kelompok tani ini semakin maju dengan semangat petani anggota yang tinggi. Kondisi tersebut mendorong pak Amin untuk ingin menambah modal usahanya. Untuk itu, pak Amin meminta bantuan Dinas Pertanian kota Bogor agar memberi pinjaman dana. Pada tahun 2005 permohonan dikabulkan dan modal bertambah Rp. 90 juta. Dana ini berasal dari dana tuna jual dan dikembalikan dengan cara diangsur sebanyak enam kali sebesar Rp. 15 juta per angsuran. Modal tambahan tersebut dibelikan kelengkapan sarana dan prasarana produksi. Pada sistem keuangannya, kelompok tani ini masih digunakan sistem keuangan yang sederhana. Kelompok tani ini tidak memiliki komputer untuk mendukung sistem pencatatannya, sehingga hanya digunakan buku dan pensil biasa saja. Sedangkan untuk perhitungannya hanya digunakan kalkulator biasa saja. 6.1.3 Produksi dan Operasi Kelompok tani Cibeureum Jempol, memiliki kelompok tani yang terdiri dari petani penggarap dan petani pemilik sekaligus penggarap. Kelompok tani ini mempunyai teknologi penggilingan yang ditempatkan di sekretariat kelompok tani ini. Pada kegiatan proses produksi di kelompok tani Cibeureum Jempol ini, dimulai pada saat para petani panen dari lahan yang digarapnya. Panen dilaksanakan tepat waktu sesuai umur tanaman dengan alat yang digunakan berupa sabit gerigi. Setelah panen, para petani menjual padi mereka ke kelompok tani dengan harga Rp 1.700 perkilogram untuk gabah basah dan Rp 2.500 untuk padi kering yaitu pada kadar 18-21 persen.
58
Setelah itu, padi para petani tersebut diproses lebih lanjut di kelompok tani mulai dari penjemuran, penggilingan hingga pengemasan. Setelah gabah padi tersebut di beli oleh kelompok tani, Bapak Amin menjemur kembali gabah tersebut hingga kadar airnya sebesar 14 persen dan layak untuk digiling dan diayak hingga terkumpul beras organik yang cukup berkualitas. Beras organik kelompok tani Cibeureum Jempol memiliki kualitas grade A seperti beras organik yang dihasilkan di daerah Cianjur, sehingga apabila terjadi kelebihan permintaan maka untuk menutupinya diambil dari kelompok tani beras organik di daerah Cianjur. Tahap selanjutnya adalah pengemasan dengan menggunakan mesin sederhana. Bentuk kemasan yang digunakan kelompok tani ini adalah plastik dengan ukuran 5 kilogram serta karung yang berisi 20 kilogram. Untuk menutup kemasan dalam bentuk plastik digunakan mesin pres, sedangkan untuk kemasan dalam karung penutupannya dilakukan dengan cara menjahit karung tersebut. Untuk konsumen eceran juga disediakan beras organik kiloan, yang disimpan diatas baskom (wadah yang lebih besar dan lebar ukurannya daripada ember). Untuk mendukung kegiatan petani on-farm kelompok tani cibeureum jempol melakukan penelitian terlebih dahulu terhadap bibit unggul yang akan dikembangkan dan diproduksi oleh petani anggota tersebut. Bibit yang dikembangkan adalah bibit yang berasal dari saran pemerintah (Dinas Agribisnis Bogor). Setelah diketahui bahwa bibit tersebut layak untuk dikembangkan maka bibit tersebut dijual kepada petani anggota dengan harga yang relatif murah. Kelompok tani juga menyediakan pupuk organik yang diproduksi sendiri oleh ketua kelompok tani yaitu bapak Amin. Hal ini juga guna membantu petani
59
anggota dalam proses budidaya beras organik. Selain itu, kelompok tani Cibeureum Jempol juga mengusahakan meminjamkan sarana produksi seperti apabila ada petani anggota yang membutuhkan traktor ataupun kerbau untuk proses pengolahan lahan. 6.1.4 Pemasaran Pemasaran merupakan kegiatan distribusi produk dari tangan produsen ke tangan konsumen. Pada proses pemasaran ini ada empat hal yang harus diperhatikan yaitu produk, harga, distribusi dan promosi. Produk yang dihasilkan kelompok tani ini yaitu beras organik dengan harga Rp 6.500-12.000 per kg. hanya saja kelompok tani ini juga tidak menutup kemungkinan untuk menerima produk dari non anggota untuk membantu menjual produk mereka ke konsumen akhir. Sehingga kelompok tani ini juga menjual biasa dan beras sayur. Untuk memanfaatkan limbah beras organik ini, kelompok petani Cibeureum Jempol juga menjual sekam ke peternak tikus dan tanaman hias. Adapun produk yang dijual kelompok tani ini meliputi : Beras organik IR maupun jepang dikemas dalam plastik dan karung bermerk Unggul Jaya. Adapun ukuran dari beras organik dengan kemasan plastik yaitu 5 kg dan pada karung berukuran 20 kg dengan harga Rp 6.500 per kg dan beras organik jepang dengan harga Rp 12.000 per kg. Beras jepang ini baru mulai diteliti dan ternyata tingkat produktifitasnya lebih besar dengan selisih sekitar 3 kg per hektar dibandingkan dengan beras organik IR. Beras merah yang dijual dengan harga Rp 7.500 perkilogramnya dengan mengunakan kemasan plastik kapasitas lima kilogram. Sekam dijual dengan harga Rp. 3.000 per karung
60
Beras biasa dijual dengan harga Rp. 5.000 tanpa diberi kemasan khusus dan merk Beras sayur dijual dengan harga Rp. 4.500 - 4.800 perkilogram yang dijual tanpa kemasan. Sistem penetapan harga didasarkan pada harga pasar sehingga produk yang dihasilkan kelompok tani ini dapat bersaing dengan sehat dengan produk yang ada di pasar. Saluran distribusi kelompok tani ini pendek karena dari kelompok tani langsung ke swalayan kemudian ke konsumen akhir atau dari kelompok tani langsung ke konsumen akhir. Saluran distribusi dapat dilihat pada gambar 5.
Petani
Kelompok tani Cibeureum Jempol
Konsumen akhir : penikmat organik, dokter-dokter, dinas kesehatan, dosen IPB dan karyawan dinas pertanian kota Bogor
Swalayan, took-toko kecil : Giant, Carefour, PT. Amico, PT. Shafira, Nursery Tajur
Gambar 5. Saluran Distribusi Produk Pada Kelompok Tani Cibeureum Jempol Alat distribusi yang digunakan untuk penjualan dalam jumlah besar dengan jarak yang agak jauh berupa mobil bak. Mobil bak tersebut merupakan keuntungan dari hasil penjualan sekam. Dalam kegiatan ini pak Amin terlibat langsung membantu bagian pemasaran. Kegiatan promosi yang dilkukan oleh kelompok tani ini dalam mengembangkan penjualan produknya berupa diikutinya pameran–pameran baik
61
yang bersifat rutin satu bulan sekali di Dinas Agribisnis Bogor serta pameranpamera umum biasa yang berbasis agribisnis. Selain itu, kelompok tani ini juga melakukan promosi dengan membagikan brosur serta dari mulut ke mulut melalui para konsumennya. 6.1.5 Pengembangan, Pembinaan dan Pelatihan Kelompok tani Cibeureum Jempol melakukan uji coba terlebih dahulu untuk jenis produk yang akan dikembangkan. Uji coba dilakukan diatas lahan milik ketua kelompok seluas 2.500 m2. Uji coba ini dilakukan untuk melihat apakah benih dan pupuk tersebut layak untuk dikembangkan para petani anggota atau tidak. Tingkat kelayakan dilihat dari hasil panennya, melalui jumlah produksi dan kualitas serta ketertarikan konsumen terhadap produk tersebut. Saat ini tengah dilakukan uji coba terhadap beras organik jepang. Pada kegiatan ini, kelompok tani bekerjasama dengan perusahaan pupuk Sriwijaya dalam hal modal serta bibit padi organik jepang yang berasal dari Jepang. Kelompok tani ini juga melakukan pembinaan terhadap para petani anggota dalam menggunakan teknologi setiap ada perkembangan. Teknologi yang dimiliki kelompok tani Cibeureum Jempol sebagian besar berasal dari bantuan Dinas Agribisnis Bogor serta beberapa rekan usahanya. Dalam proses pelatihan tersebut, Bapak Amin meminta bantuan Bapak Wawan selaku penyuluh Dinas Agribisnis Bogor dan para ahli teknologi pertanian dari Institut Pertanian Bogor. Adapun bentuk pelatihan yang didapat Bapak Amin adalah pelatihan bagaimana cara memproduksi beras organik secara tepat sehingga dihasilkan beras organik dengan kualitas yang baik.
62
6.2 Analisis Faktor Eksternal 6.2.1 Lingkungan Makro Lingkungan makro merupakan lingkungan yang berada diluar lingkungan kelompok tani yang secara langsung ataupun tidak, dapat mempengaruhi kinerja dari kelompok tani Cibeureum Jempol. Adapun yang termasuk lingkungan makro diantaranya faktor ekonomi, sosial budaya, politik dan kebijakan pemerintah, teknologi, demografi serta pesaing. 6.2.1.1 Ekonomi Keadaan ekonomi suatu negara akan mempengaruhi kinerja perusahaan termasuk kelompok tani Cibeureum Jempol. Kinerja perekonomian di Indonesia menurut Produk Domestik Bruto (PDB) nasional triwulan III tahun 2008 atas dasar harga konstan meningkat sebesar 3,5 persen bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang hanya 2,5 persen. Pertumbuhan PDB nasional triwulan III tahun 2008 berdasarkan lapangan usahanya sekitar 6,1 persen. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 11. Kontribusi sektor pertanian terhadap tingkat PDB masih cukup besar. Pada triwulan III tahun 2008 terhadap triwulan III tahun 2007 tingkat PDB pertanian tumbuh sehingga memberi kontribusi sebesar 2,4 persen terhadap PDB nasional dengan sektor pengangkutan dan komunikasi yang mampu memberikan kontribusi yang paling besar sekitar 17,1 persen. Sehingga pertumbuhan PDB pada triwulan III tahun 2008 meningkat hingga 6,1% sedangkan PDB non migas mampu tumbuh hingga 6,6%.
63
Tabel 11. Laju Pertumbuhan PDB Nasional Menurut Lapangan Usaha Triwulan I dan II Tahun 2008 (Persentase) Lapangan Usaha
Triw-II terhadap Triw I-2008
Triw-III terhadap Triw II-2008
Triw III-2008 terhadap Triw III-2007
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5. Konstruksi 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa PDB PDB Tanpa Migas Sumber : BPS, triwulan III tahun 2008
5,5
6,7
2,4
0,7 1,3 4,4 2,4 2,6 4,1 1,6
1,6 3,2 2,3 3,1 4,6 4,2 1,8
1,6 4,3 10,6 7,5 7,6 17,1 8,5
2,5 2,5 2,7
0,9 3,5 3,7
6,7 6,1 6,6
Kondisi
perekonomian
dunia
yang
labil
secara
tidak
langsung
mempengaruhi perekonomian dalam negeri. Contohnya terhadap sektor pertanian, yang diperlihatkan dengan berkurangnya jumlah ekspor komoditas pertanian ke Negara Amerika Serikat akibat negara tersebut tingkat perekonomiannya sedang menurun. Sehingga diperlukan suatu cara untuk meningkatkan sektor pertanian salah satunya yaitu dengan cara swasembada pangan. Swasembada pangan dapat dilakukan oleh perusahaan perorangan ataupun kelompok tani. Kelompok tani Cibeureum Jempol adalah salah satu kelompok tani yang ikut melakukan swasembada pangan dengan tetap memproduksi beras organik. Saat ini kondisi perekonomian tidak berpengaruh apapun terhadap produksi dan produktivitas kinerja kelompok tani Cibeureum Jempol ini. 6.2.1.2 Teknologi Dalam era globalisasi, informasi dan teknologi merupakan pendorong nilai tambah ekonomi yang juga dapat mendorong peningkatan daya saing bangsa.
64
Kemampuan dalam pemanfaatan, pengembangan, dan penguasaan iptek di Indonesia mengalami peningkatan. Berbagai hasil penelitian, pengembangan dan rekayasa teknologi telah banyak dimanfaatkan baik oleh pihak industri maupun masyarakat umum. Meskipun demikian, kemampuan nasional dalam penguasaan pemanfaatan teknologi masih belum memadai untuk meningkatkan daya saing. Perkembangan teknologi mendorong pada perkembangan teknik produksi suatu produk, terutama produk pertanian. Teknik budidaya merupakan bagian dari kegiatan agribisnis yang harus berorientasi pada pasar. Artinya teknik budidaya dilakukan berdasarkan pada kualitas yang diinginkan oleh pihak konsumen sehingga produk tersebut dapat dipasarkan dengan baik. Sehingga teknik budidaya harus mempunyai daya saing dan teknologi yang unggul. Teknik budidaya organik harus dilakukan secara profesional. Teknik budidaya organik merupakan teknik budidaya yang aman, lestari dan mensejahterakan petani dan konsumen. Ini berarti pengelola usaha ini harus mengenal betul apa yang dikerjakannya, mampu membaca situasi dan kondisi serta inovatif dan kreatif. Berkaitan dengan pasar (market), tentunya usaha agribisnis harus dilakukan dengan perencanaan yang baik dan berlanjut, agar produk yang telah dikenal pasar dapat menguasai dan mengatur pedagang perantara bahkan konsumen dan bukan sebaliknya. Pada kelompok tani Cibeureum Jempol terus dikembangkan teknik budidaya beras organik secara tepat. Untuk hal itu, ketua kelompok tani ini yaitu pak Amin selalu mengikuti pelatihan-pelatihan yang disarankan oleh Dinas Agribisnis kota Bogor. Dalam hal teknologi, kelompok tani ini selain mendapat perhatian dari pihak Dinas Agribisnis juga dari pihak peneliti teknologi pertanian
65
Institut Pertanian Bogor, seperti contohnya dibuatkannya teknologi pengering berupa mesin oven. Namun meski semakin majunya teknologi yang ada ternyata hingga saat ini teknologi tersebut masih belum bisa digunakan secara optimal. Hal ini dikarenakan para petani masih senang dengan cara yang manual yaitu dengan cara dijemur dilapangan tempat penjemuran. 6.2.1.3 Politik dan Kebijakan Pemerintah Indonesia saat ini sedang mengalami krisis pangan dan diperkirakan hal ini akan berlanjut hingga tahun 2017 (Bappenas, 2008). Hal ini didorong oleh ketersediaan lahan yang masih sangat kurang. Lahan pertanian yang tersedia hanya seluas 7,7 juta hektar sedangkan kebutuhan luasan lahan yang harusnya digunakan untuk pengembangan produksi pertanian seluas 11-15 juta hektar. Hal ini mengindikasikan bahwa Indonesia masih belum bisa berdaulat dalam hal pangan. Sehingga ada beberapa komoditas pertanian yang masih harus diimpor seperti yang dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Komoditas Pangan yang Masih Harus di Impor Pada Tahun 2007 No Komoditas 1 Beras 2 Kedelai 3 Gandum 4 Kacang tanah 5 Kacang hijau 6 Gaplek 7 Sapi 8 Susu Sumber : Bappenas 2008.
Kebutuhan/Tahun 2 juta ton (25%) 1,2 juta ton 5 juta ton 800 ribu ton 300 ribu ton 900 ribu ton 600 ribu ekor 964 ribu ton (70%)
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa kebutuhan Indonesia untuk beberapa komoditas pangan seperti beras, kedelai, gandum, kacang tanah, kacang hijau, gaplek, sapi dan susu masih sangat tinggi. Hal ini mengakibatkan volume impor untuk masing-masing komoditas tersebut masih sangat tinggi setiap
66
tahunnya, dan ini diproyeksikan terjadi hingga tahun 2017. adapun besarnya volume impor untuk masing-masing komoditas pangan pertahunnya antara lain; beras 2 juta ton, kedelai 1,2 juta ton, gandum 5 juta ton, kacang tanah 800 ribu ton, kacang hijau 300 ribu ton, gaplek 900 ribu ton, sapi 600 ribu ekor dan susu 964 ribu ton. Kondisi ini membuat para petani merasa semakin takut karena dengan semakin banyaknya beras yang diimpor berarti peluang beras petani untuk diterima konsumen akan turun. Hal ini diakibatkan oleh belum mampunya petani kita bersaing harga dengan beras impor tersebut. Selain itu, seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa penggunaan lahan pertanian kita masih sangat jauh dari cukup, begitu pula yang dirasakan oleh kelompok tani ini. Lahan pertanian yang produktif untuk dikembangkan produksi beras organik semakin sempit dikarenakan semakin meningkatnya pembangunan non-agribisnis dilahan tersebut yang didukung oleh posisi petani yang semakin lemah. Adanya program ”Go Organic 2010” yang dicanangkan pemerintah melalui Departemen Pertanian secara tidak langsung dapat membangun gairah para petani kelompok tani Cibeureum Jempol untuk tetap mengembangkan usahanya dalam memproduksi beras organik. Program ini memberikan pedoman dan persyaratan kepada para petani untuk tata cara bertani secara organik yang telah disepakati secara internasional oleh CAC (Codex Alimentarius Commision) dan IFOAM ( International Federation of Organic Agriculture Movement), sehingga akhirnya produk pertanian Indonesia dapat diperdagangkan dan diakui secara internasional (Ditjen BPPH-Deptan, 2002). Program tersebut untuk mewujudkan pembangunan agribisnis berwawasan lingkungan dengan visi
67
mewujudkan Indonesia sebagai salah satu produsen pangan organik terbesar di dunia tahun 2010 sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI No. 01-67292002). 6.2.1.4 Lingkungan dan Sosial Budaya Usaha beras merupakan usaha agribsinis yang sangat rentan terhadap pengaruh iklim dan cuaca. Komoditas pertanian termasuk beras yang memiliki sifat yang mudah rusak. Proses produksi padi dari mulai tanam hingga panen tidak dijamin akan berhasil dengan baik. hal ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti tingkat kesuburan tanah, curah hujan dan ketersediaan air. Pada tahun 2004 lahan pertanian organik di daerah Mulyaharja seluas 100 hektar yaitu lahan milik kelompok tani Cibeureum Jempol ini dari lahan seluas 470 hektar, namun pada perkembangannya yaitu pada tahuun 2008 lahan pertanian organik hanya tersisa 40 hektar saja. Lahan sawah yang digunakan untuk membudidayakan padi organik merupakan lahan yang bebas dari limbah industri maupun rumah tangga. Curah hujan di bogor juga cukup baik dan stabil yaitu rata-rata bulanannya 250-335 mm/tahun, sehingga ketersediaan air juga tetap ada. Kelembapan di daerah Mulyaharja berkisar kurang lebih 70 persen. Pada proses budidayanya, para petani kelompok tani Cibeureum Jempol memanfaatkan air yang bersumber dari gunung salak karena letaknya yang tidak terlalu jauh. Beras masih merupakan pangan pokok yang dikonsumsi oleh masyarakat umumnya termasuk masyarakat Bogor. Diversifikasi pangan yang diprogramkan pemerintah tidak berpengaruh sama sekali terhadap besarnya konsumsi masyarakat terhadap beras. Diversifikasi yang dilakukan pemerintah tidak dapat
68
disosialisasikan dengan baik karena sebenarnya setiap daerah memiliki budaya yang berbeda dengan komoditas pangan yang akan mereka konsumsi. Hal ini diakibatkan karena budaya masyarakat kita yang menjadikan beras sebagai pangan utama, sehingga sering kita dengar bahwa masyarakat kita sering bilang ”belum makan” sebelum mereka mengkonsumsi nasi (olahan beras) meskipun sebenarnya mereka sudah makan makanan yang lain selain nasi. 6.2.1.5 Demografi Demografi
atau
kependudukan
adalah
ilmu
yang
mempelajari
kependudukan manusia, yang didalamnya meliputi ukuran, strukur, distribusi penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi serta penuaan. Pertumbuhan tingkat konsumsi masyarakat terhadap beras organik berbanding lurus dengan pertumbuhan penduduk. Jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Persentase pertumbuhan terbesar terjadi pada tahun 2003 yaitu sekitar 5,37 persen dari jumlah penduduk pada tahun 2002 yang berjumlah 201.703.537 jiwa bertambah pada tahun 2003 sebesar 203.441.676 jiwa. Pertumbuhan penduduk Indonesia dari tahun 2001 sampai dengan 2005 dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Pertumbuhan Penduduk Indonesia Tahun 2001-2005 Tahun 2001 2002 2003 2004 2005
Jumlah Penduduk (Jiwa) 201.703.537 203.441.676 214.374.096 217.854.745 219.204.724 Rata-rata Sumber : BPS, 2006.
Pertumbuhan (%) 0,86 5,37 1,62 0,62 2,12
69
Pada Tabel 13, rata-rata pertumbuhan penduduk di Indonesia cukup tinggi yaitu sekitar 2,12 persen. Seiring dengan perkembangan penduduk di Indonesia, jumlah penduduk di Bogor juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dapat dilihat pada Tabel 14 jumlah penduduk kota Bogor dari mulai tahun 2001 sampai dengan 2006. Tabel 14. Pertumbuhan Penduduk Kota Bogor Tahun 2001-2006 Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 2006
Jumlah Penduduk (Jiwa) 760.329 789.423 820.707 831.571 855.085 879.138 Rata-rata Sumber : BPS, 2007.
Pertumbuhan (%) 3,83 3,96 1,32 2,83 2,81 2,95
Jumlah penduduk Kota Bogor mengalami pertumbuhan yang paling tinggi pada tahun 2003 sama dengan peningkatan pertumbuhan tertinggi di Indonesia. Jumlah penduduk kota Bogor pada tahun 2003 sekitar 820.707 jiwa dengan tingkat pertumbuhan sekitar 3,96 persen. Besarnya rata-rata pertumbuhan di kota Bogor mencapai 2,95 persen. Dengan semakin bertumbuhnya peningkatan penduduk maka permintaan akan bahan pangan utama ini yaitu beras semakin meningkat juga. Sehingga pertumbuhan penduduk yang terus meningkat dapat menjadi peluang untuk usaha agribisnis terutama komoditas pangan utama seperti beras. 6.2.1.6 Pesaing Pesaing yang dihadapi oleh beras organik kelompok tani Cibeureum Jempol adalah beras konvensional atau beras an-organik yang sudah lama dikenal oleh masyarakat umum serta beras miskin (Raskin) yang dijual murah oleh
70
pemerintah. Namun hal itu tidak berpengaruh terlalu besar terhadap usaha beras organik dikarenakan beras organik telah mempunya pangsa pasar sendiri serta mulai dari tahun 1970-an negara-negara industri telah memulai pertanian organik atau bebas pestisida dan pupuk kimia. Negara-negara tersebut diantaranya Amerika, Jepang dan Eropa. Negara-negara tersebut membentuk lembagalembaga atau badan-badan yang melindungi petani organik dengan memberikan standarisasi dan labelisasi produk mereka. Saat ini dukungan pemerintah kita juga mulai peduli terhadap pengembangan beras organik dengan adanya program ”Go Organic 2010” (Deptan, 2002) serta dibuatnya rencana pengembangan agribisnis organik dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014 (Bappenas, 2008). Hal ini menjadi peluang bagi para petani beras terutama beras organik untuk mengembangkan usahanya tersebut termasuk bagi kelompok tani Cibeureum Jempol ini. Menjamurnya pengusaha ataupun kelompok tani usaha beras organik menjadi peluang juga untuk kelompok tani Cibeureum Jempol , karena keberadaan mereka memberikan bantuan pasokan disaat kelompok tani ini mengalami kelebihan permintaan. 6.2.2 Analisis Lingkungan Industri Lingkungan industri adalah lingkungan yang berada di sekitar usaha yang mempengaruhi secara langsung terhadap usaha tersebut. Sifat dan tingkat persaingan dalam suatu industri dipengaruhi oleh lima faktor, yaitu : 1) Potensi dan ancaman masuknya pendatang baru; 2) Kekuatan tawar menawar pemasok; 3) Kekuatan tawar-menawar pembeli; 4) Daya substitusi; dan 5) Persaingan diantara perusahaan yang ada dalam industri.
71
6.2.2.1 Potensi dan Ancaman Masuknya Pendatang Baru Ancaman pendatang baru bagi industri beras orgamik dapat dianalisis sebagai berikut : 1. Skala Ekonomis banyaknya pendatang baru dalam usaha beras organik seperti tumbuh kembangnya para kelompok tani beras organik dengan skala kecil. Pendatang baru yang berproduksi dengan skala kecil akan menghasilkan biaya per unit yang lebih besar. Hal ini akan membuat pendatang baru berskala kecil tersebut sulit untuk masuk ke dalam industri beras organik. 2. Differensisiasi Produk differensiasi produk menciptakan identifikasi merek yang untuk hal itu akan memaksa para pendatang baru untuk mengeluarkan biaya yang besar guna mendapatkan atau merebut perhatian pelanggan yang sudah loyal terhadap merek tertentu. Kelompok tani Cibeureum Jempol telah memiliki merek pada produknya yang sudah cukup loyal di telinga konsumennya untuk selalu diingat. Komoditas beras organik memiliki karakteristik yang berbeda dengan beras anorganik yaitu lebih ramah lingkungan karena diproduksi tanpa menggunakan pupuk kimia ataupun pestisida yang dapat membahayakan kesehatan konsumennya. 3. Kebutuhan Modal Pendatang baru yang akan bersaing tidak harus memiliki modal yang terlalu besar karena skala usaha kelompok tani Cibeureum Jempol juga masih tergolong sederhana. Modal besar yang dimiliki kelompok tani ini adalah semangat yang besar pada pendiri kelompok tani ini, sehingga ia
72
mampu menjalin koordinasi yang baik dengan berbagai pihak baik itu pemerintah, swasta, ataupun sesama kelompok tani guna mendukung kelancaran usahanya tersebut. Hal ini yang harus menjadi bahan pertimbangan besar bagi para pendatang baru tersebut. 4. Hambatan Biaya Bukan Karena Skala Kelompok tani Cibeureum jempol memiliki hubungan kerjasama yang baik dengan pemerintah, swasta, maupun kelompok tani yang menjadi bimbingan dari pihak pemerintah. Bentuk kerjasama ini tidak hanya dalam bentuk bantuan modal tetapi juga dalam hal perkembangan tekonologi, pemasaran, dan peningkatan keterampilan dalam hal bududaya beras organik secara tepat. Dan hal ini tentunya akan sulit didapat oleh para pendatang baru 5. Akses Ke Saluran Distribusi Akses ke saluran distribusi pada kelompok tani Cibeureum Jempol sangatlah mudah karena banyaknya pihak yang mendukung pada perkembangan kelompok tani ini. Para distributor datang langsung ke kelompok tani Cibeureum Jempol. Akses ke saluran distribusi bagi para pendatang baru masih sangat rendah. 6. Kebijakan Pemerintah Pemerintah dapat membatasi atau bahkan melarang masuknya para pendatang baru ke dalam industri, melalui tindakan-tindakan seperti keharusan adanya ijin dan pembatasan akses ke bahan baku, sehingga jika pemerintah mulai menetapkan dan merealisasikan hal ini, akan sulit dan cukup lama bagi pendatang baru untuk mengurus perijinan dan
73
sebagainya. Hal ini mengakibatkan terhambatnya para pendatang baru dalam usaha beras organik. 6.2.2.2 Kekuatan Tawar Menawar Pemasok Keberadaan pemasok mempunyai peranan yang penting dalam kelancaran proses produksi suatu perusahaan. Para pemasok dan produsen seringkali bekerjasama dengan menetapkan harga yang terjangkau, mutu barang yang lebih baik, penyerahan barang tepat waktu, dan mengurangi biaya sediaan. Adapun bentuk lain yaitu tanpa adanya perjanjian kerjasama terlebih dahulu sehingga memberikan kebebasan pada pihak perusahaan untuk memilih pemasoknya. Pada bisnis beras organik kelompok tani Cibeureum Jempol ini, pemasok memiliki kekuatan tawar menawar yang tidak terlalu kuat karena kelompok tani ini tidak hanya bergantung pada hanya satu pemasok, tetapi juga pada pemasok lain. Artinya, jika pasokan yang dibeli dari satu pemasok kurang memenuhi standar baik dari segi harga, kualitas, maupun kuantitas maka kelompok tani ini dapat membelinya dari pemasok lain seperti dari daerah cianjur maupun kelompok tani sejenis. Namun demikian kelompok tani ini juga tetap melindungi anggota kelompok tani dengan cara membeli beras yang dipanen oleh petani anggota dengan harga yang cukup tinggi sekitar Rp. 2500 perkilogram untuk gabah kering dan Rp. 1700 perkilogram untuk gabah basah. Dengan demikian, dalam usaha beras organik sampai saat ini tidak terlalu sulit untuk mendapat pemasok. 6.2.2.3. Kekuatan Tawar Menawar Pembeli. Kualitas produk dan pelayanan, informasi produk, jumlah pembeli, serta kemudahan konsumen beralih ke produk pesaing yang sejenis maupun
74
substitusinya adalah faktor-faktor yang berpengaruh kuat terhadap kekuatan tawar-menawar pembeli. Tingkat penjualan beras organik bermerek beras sehat setiap bulannya mengalami peningkatan. Tingkat penjualan tertinggi pada kelompok tani Cibeurem Jempol yaitu pada bulan Juni 2008 sebanyak 15.135 kilogram seperti yang dapat dilihat bab I. Pembelinya berada di sekitar wilayah Bogor, Jakarta dan sekitarnya sesuai tempat distributor yang menjual beras sehat tersebut. Posisi tawar menawar yang kuat ini merupakan peluang bagi kelompok tani Cibeureum Jempol, dengan asumsi bahwa semakin banyak distributor dan pembeli yang membeli beras sehat ini, maka harga yang terjadi akan semakin tinggi. Hal ini mengingat akan keterbatasan stok beras organik yang tersedia sedangkan permintaan akan beras organik tersebut semakin meningkat. 6.2.2.4. Potensi Pengembangan Produk Pengganti atau Produk Substitusi Produk substitusi merupakan produk-produk yang memiliki manfaat serta kegunaan yang sama sehingga dapat menggantikan fungsi produk lain
yang
bertujuan memenuhi kebutuhan konsumen. Komoditas beras organik secara umum memiliki produk subtitusi pangan yang mengandung karbohidrat setara dengan beras, misalnya jagung, ubi, singkong, sorgum, roti dan lain sebagainya. Sifat produk subtitusi ini memberikan pengaruh secara langsung kelompok tani Cibeureum Jempol karena dapat mengurangi konsumsi terhadap beras. Keadaan yang saling menggantikan dalam pengkonsumsian komoditas beras akan mempengaruhi permintaan terhadap beras sehat. Apabila suatu saat didapatkan adanya kecenderungan masyarakat secara umum untuk beralih mengkonsumsi komoditas beras seperti yang diharapkan oleh
75
pemerintah saat ini, maka konsumsi masyarakat akan komoditas beras akan mengalami penurunan. Penurunan tingkat konsumsi masyarakat akan menurunkan tingkat permintaan beras. Penurunan permintaan terhadap beras akan berpengaruh terhadap minat membeli beras sehat. Hal ini akan menjadi ancaman bagi kelompok tani Cibeureum Jempol bagi kegiatan usahanya. 6.2.2.5 Pesaing Dalam Industri Serta Tingkat Persaingannya Tingkat persaingan pada usaha beras organik dalam suatu industri dipengaruhi oleh jumlah pesaing. Saat ini jumlah pesaing kelompok tani Cibeureum Jempol semakin meluas dimulai dari perusahaan perorangan maupun kelompok tani yang turut memproduksi beras organik. Namun keberadaan mereka tidak dapat dirasakan secara langsung sebagai pesaing oleh kelompok tani cibeureum Jempol ini. Adanya kelompok tani sejenis serta perusahaan yang memproduksi beras organik, dijadikan peluang bagi perkembangan kelompok tani Cibeuruem Jempol. Dalam arti, mereka dijadikan rekanan kerja dalam pemenuhan kebutuhan masyarakan atas beras organik. 6.3. Identifikasi Faktor-Faktor Strategis Internal Dan Eksternal Kelompok Tani Cibeureum Jempol A. Faktor Strategis Internal Kelompok Tani Cibeureum Jempol KEKUATAN 1. Memiliki Pimpinan Yang Berjiwa Sosial, Bertanggung Jawab, Cerdas, Semangat Yang Besar Dan Berjiwa Wirausaha Kelompok tani Cibeureum Jempol memiliki pimpinan yang memiliki semangat yang cukup besar untuk terus mengembangkan usaha beras organik serta meningkatkan kesejahteraan petani anggota yang memproduksi beras
76
organik. Pak Amin selaku pimpinan kelompok tani berlatar pendidikan lulusan sekolah dasar, namun hal ini tidak menghambat pada semangatnya untuk terus mengembangkan usahanya dalam beras organik. Hal ini membuat banyak pihak tertarik untuk ikut serta dalam mengembangkan kelompok tani cibeureum Jempol ini diantaranya dinas agribisnis Kota Bogor, PT Pupuk Sriwijaya, serta kelompokkelompok tani yang telah mengembangkan usaha beras organik lebih dulu. Pak Amin merupakan kekuatan bagi kelompok tani Cibeureum Jempol. 2. Memiliki Produk Yang Bernilai Ekonomis, Berdaya Saing Tinggi Dan Bersertifikasi Organik Dengan Nomor 215A/RSS/MK/DN/VIII/07. Kelompok tani Cibeureum Jempol menghasilkan beras organik yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Hal ini dikarenakan kelompok tani tersebut selalu berupaya untuk terus mengembangkan bibit beras organik unggul. Seperti halnya pada saat ini tengah dikembangkan beras organik bibit jepang yang memiliki tingkat produktivitas lebih tinggi 0,6 ton per hektarnya serta harga yang lebih tinggi dari beras organik biasa yaitu seharga Rp.10.000 perkilogramnya. Namun demikian kelompok tani tersebut selalu menjaga keaslian produk organiknya dengan cara menguji beras yang dihasilkan di laboratorium. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan daya saing produk beras organik di pasar. 3. Memiliki Dukungan Penggilingan Yang Cukup Baik Dan Lengkap Kelompok tani Cibeureum Jempol memiliki sarana penggilingan yang cukup lengkap dan baik dengan kapasitas yang cukup besar yaitu sebanyak tiga ton perhari. Mesin penggilingan, lahan penjemuran, oven pengeringan serta sarana pengemasan sebagian besar adalah berasal dari bantuan pemerintah dan Fakultas
77
Teknologi Institut Pertanian Bogor baik itu yang diberikan berupa uang maupun alatnya langsung. 4. Terbina Suasana Kerja Yang Bersifat Kekeluargaan Dan Gotong Royong Antara Karyawan, Petani Anggota, Dan Ketua Kelompok Tani. Dalam mendukung tingkat kinerja pada kelompok tani Cibeureum Jempol dibuat suasana kerja senyaman mungkin dengan azas kekeluargaan dan gotong royong. Ketua kelompok tani tidak jarang turut serta dalam kegiatan produksi onfarm maupun off farm pada kelompok tani tersebut. Untuk mengevaluasi kinerja kelompok tani tersebut, ketua selalu mengadakan pertemuan rutin sebulan sekali untuk menanggapi keluhan-keluhan para petani anggota tersebut. 5. Sudah Mampu Dilakukannya Uji coba Dan Pengembangan Terhadap Komoditas Padi Organik Unggulan Pada Lahan Milik Sendiri Kelompok tani Cibeureum Jempol lahan seluas 2.500 m2
untuk
melakukan uji coba dan pengembangan pada bibit unggul serta pupuk organik. Pada saat ini kelompok tani Cibeureum Jempol telah berhasil menciptakan pupuk organik yang ramah lingkungan dan dapat dikembangkan oleh petani anggota yang melakukan kegiatan on-farm. Selain itu, kelompok tani Cibeureum Jempol juga telah meneliti dan mau mulai mengembangkan bibit unggul beras organik jepang yang merupakan hasil bantuan dari PT. Pupuk Sriwijaya. 6. Satu-Satunya Kelompok Tani Beras Organik Yang Melakukan Usaha Dari Mulai Hulu Sampai Hilir Di Bogor Pada perkembangan kelompok tani beras organik di bogor khususnya, kelompok tani Cibeureum Jempol merupakan satu-satunya kelompok tani yang melakukan kegiatan onfarm yaitu berproduksi di lahan terbuka yang dilakukan
78
oleh petani anggota hingga kegiatan off farm yaitu penanganan pasca panen. Dari mulai tahun 2004 hingga sekarang kelompok tani Cibeureum Jempol merupakan satu-satunya kelompok tani yang masih bertahan hingga sekarang dibandingkan dengan kelompok tani bojong tani, karya tani, baraya, serta mukti tani dan lemah duwur. KELEMAHAN 1. Terjadinya Konversi Lahan dari Pertanian ke Non-Pertanian, Sehingga Lahan Yang Masih Produktif Semakin Menyempit Pada tahun 2004 kelompok tani Cibeureum Jempol awalnya memiliki lahan seluas 100 hektar dengan anggota 47 orang. Saat ini kelompok tani Cibeureum Jempol hanya memiliki lahan seluas 40 hektar dengan 40 orang anggota. Hal ini diakibatkan karena posisi petani anggota terus melemah akibat desakan dari cukong-cukong lahan yang terus memaksa petani untuk menjual lahan mereka kepada para cukong tersebut. Para petani ditakut takuti bahwa saluran irigasi yang masuk ke lahan mereka akan ditutup. Lahan pertanian yang dibeli tersebut direncanakan akan dibamgun usaha non agribisnis. 2. Kurangnya Pendidikan SDM (Para Petani Anggota) Yang Dimiliki. Tingkat pendidikan anggota kelompok tani Cibeureum Jempol sebagian besar adalah lulusan SD, SLTP dan satu orang lulusan sarjana. Hal ini mengakibatkan mudahnya para petani anggota dibodohi oleh pihak-pihak yang tidak menginginkan kelompok tani ini berkembang. Oleh karena itu, pak Amin selaku ketua kelompok tani Cibeureum Jempol selalu memantau para petani anggotanya tersebut dengan mengadakan pertemuan rutin satu bulan sekali.
79
3. Sarana Dan Prasarana Yang Masih Terbatas Keterbatasan sarana dan prasarana pada kelompok tani Cibeureum Jempol ini terkait dengan jumlahnya, meskipun sudah mendapat bantuan dari Dinas Agribisnis setempat. Hal ini mengakibatkan tidak semua anggota kelompok tani dapat terpenuhi kebutuhannya akan sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Contohnya adalah alat bajak yang jumlahnya hanya 3 unit mengakibatkan harus antrinya petani anggota dalam memanfaatkan sarana tersebut. 4. Sistem Keuangan Yang Masih Sangat Sederhana Pada sistem keuangan kelompok tani Cibeureum Jempol ini masih digunakan buku tulis dan kalkulator biasa. Sistem komputerisasi hanya dimanfaatkan untuk pencarian informasi harga pasar serta banyaknya beras yang diimpor. Dan komputer ini pun bukan merupakan milik kelompok tani Cibeureum Jempol melainkan milik himpunan kelompok tani indonesia (HKTI) kota Bogor karena sekretaris dari kelompok tani Cibeureum Jempol ini juga bekerja pada lembaga HKTI tersebut. 5. Modal Kerja Yang Terbatas Pada perkembangan usaha beras organik kelompok tani Cibeureum Jempol ini masih dipengaruhi oleh tingkat modal yang kecil. Sehingga skala kelompok tani Cibeureum Jempol ini masih sangat sederhana. Pada awal berdirinya kelompok tani Cibeureum Jempol mereka mendapat bantuan modal dari pihak dinas agribisnis kota bogor sebanyak Rp. 90 juta dengan empat kali cicilan dan sampai saat ini belum ada penambahan modal lagi.
80
6. Kurang Konsistennya Anggota Organisasi Terhadap Tugas-Tugasnya Pada struktur organisasi kelompok tani Cibeureum Jempol, anggota organisasi tersebut tidak konsisten. Contohnya pada struktur organisasi ditetapkan tim pemasaran dan bendahara, tetapi hingga saat ini yang mengerjakan hal tersebut masih dilakukan oleh ketua serta istri yang sekaligus sebagai bendahara kelompok tani tersebut. Hal ini mengakibatkan terjadinya tumpang tindih pekerjaan. B. Faktor Strategis Eksternal Kelompok Tani Cibeureum Jempol PELUANG 1. Adanya Program Pemerintah ”Go Organik” Program pemerintah ”Go Organik” ini yang menjadi peluang utama yang dilihat oleh pak Amin selaku ketua kelompok tani Cibeureum Jempol. Ia yakin bahwa dengan adanya program tersebut memberikan peluang yang besar bagi beras organik yang dikembangkannya. 2. Meningkatnya Pendidikan dan Kesadaran Masyarakat Akan Pentingnya Gizi Untuk Hidup Sehat Dengan berkembangnya tingkat pendidikan masyarakat Indonesia saat ini, memberikan peluang yang besar terhadap usaha pertanian organik. Masyarakat menengah keatas sudah mulai peduli terhadap kandungan gizi pada setiap pangan yang dikonsumsinya, sehingga harga tidak menjadi masalah utama bagi konsumen jenis ini. Hal ini juga didorong oleh Departemen Pertanian yang memiliki visi mewujudkan Indonesia sebagai salah satu produsen pangan organik terbesar di dunia tahun 2010.
81
3. Adanya Dukungan Pemerintah Dengan Mengeluarkan UU No. 17 Tahun 2007 Mengenai Ketahanan Pangan Keamanan pangan yaitu suatu kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu dan membahayakan kesehatan manusia sesuai dengan UU No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 yang menegaskan bahwa pembangunan dan perbaikan gizi dilaksanakan secara lintas sektor meliputi produksi, pengolahan, distribusi hingga konsumsi pangan dengan kandungan gizi yang cukup, seimbang serta terjamin keamanannya. 4. Tersedianya Pasar Beras Organik Yang masih Luas Keterbatasan persediaan beras yang ramah lingkungan atau beras organik mengakibatkan terjadinya peningkatan permintaan yang belum terpenuhi oleh beberapa produsen organik termasuk kelompok tani Cibeureum Jempol. Hal ini mengakibatkan masih luasnya pasar yang masih tersedia bagi komoditas beras organik ini. 5. Terjalin Kerjasama Yang Baik Dengan Kelompok Tani Sejenis, PT. Pupuk Sriwijaya, Serta Dinas Agribisnis kota Bogor Kelompok tani Cibeureum Jempol telah mendapatkan dukungan dari pihak Dinas Agribisnis Kota Bogor dalam hal modal, teknologi serta pendidikan budidaya beras organik secara tepat. Kelompok tani ini juga medapat dukungan dari PT. Pupuk Sriwijaya dalam ketersediaan bibit beras organik unggul serta permodalan. Sedangkan dengan kelompok tani sejenis, kelompok tani ini tidak menganggapnya sebagai pesaing tetapi sebagai rekan dimana pada saat kelompok
82
tani ini mengalami kelebihan permintaan maka untuk memenuhinya dilakukan kerjasama dengan kelompok tani sejenis tersebut. 6. Ketersediaan Air Yang Cukup Baik Bogor merupakan daerah hujan sehingga untuk ketersediaan air akan selalu terpenuhi. Kelompok tani Cibeureum Jempol mendapatkan sumber pengairan pada lahannya dari sumber air Gunung Salak. Dalam proses produksi air disalurkan dari gunung salak ke setiap lahan petani anggota. ANCAMAN 1. Tingkat Daya Beli Masyarakat Yang Masih Rendah Beras Organik dari sisi harga masih lebih mahal dibandingkan beras anorganik sehingga beras organik biasanya hanya dikonsumsi oleh masyarakat dari kalangan tertentu yang memiliki pendapatan menengah keatas. 2. Banyaknya Beredar Produk Organik Palsu Konsekuensi logis dari tingginya produk pangan organik dibandingkan dengan pangan sejenis dari pertanian konvensional adalah adanya jaminan terhadap ”keorganikan” produk tersebut. Konsumen perlu mendapat jaminan dan perlindungan bahwa produk yang dibelinya benar-benar produk organik. Jaminan terhadap produk pertanian organik bertumpu pada pemberian label. Pemberian label biasanya didiahului dengan kegiatan inspeksi oleh suatu lembaga sertifikasi yang telah terakreditasi, namun karena lemahnya pengawasan terhadap jaminan produk organik yang beredar dipasaran, memungkinkan para produsen beras anorganik dalam memalsukan produknya seolah-olah beras yang dijual adalah beras organik karena ingin mendapatkan keuntungan yang tinggi.
83
3. Adanya Program Diversifikasi Produk Pangan Meskipun beras merupakan makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia, tetapi bagi keluarga miskin baiasanya jika tidak memiliki uang yang cukup untuk membeli beras maka mereka cukup mengkonsumsi singkong dan sebagainya yang tumbuh dikebun mereka. Namun hal tersebut tidak perpengaruh terlalu besar terhadap permintaan akan beras karena budaya masyarakat Indonesia pada umumnya mengkonsumsi beras. 4. Perubahan cuaca (Climate Change) dan isu bencana alam yang terjadi di Indonesia Kondisi cuaca di Indonesia saat ini yang tidak menentu patut menjadi ancaman untuk diperhitungkan. Telah banyak daerah yang mendapat dampak dari ketidakpastian ini, seperti Bali, Sulawesi Selatan, Jawa tangah bahkan Jakarta dan sekitarnya sekalipun. Kondisi seperti ini juga terjadi di daerah bogor, dimana terkadang curah hujan terlalu tinggi ataupun masa kemarau yang terlalu panjang. Meskipun saat ini tengah di buat rencana oleh Departemen Pertanian untuk menghadapi hal ini dengan mengeluarkan program diantaranya adaptasi dan mitigasi, namun sebagai pihak yang berusaha di lahan on-farm harus berusaha lebih awal lagi. Program adaptasi yaitu program penyesuaian kembali pola tanam sedangkan program mitigasi atau pencegahan yaitu program antisipasi petani pada saat melakukan budidaya. 5. Lahan Produksi Yang Semakin Menyempit Lahan pertanian yang tersedia di Indonesia saat ini hanya seluas 7,7 juta hektar sedangkan kebutuhan luasan lahan yang harusnya digunakan untuk pengembangan produksi pertanian seluas 11-15 juta hektar. Hal ini menjadi
84
ancaman bagi pengusaha pertanian termasuk kelompok tani Cibeureum Jempol dalam usaha mengembangkan beras organiknya tersebut.
VII.
PERUMUSAN STARTEGI PENGEMBANGAN USAHA
7.1 Tahap Pemasukan Data Setelah diidentifikasi faktor eksternal dan internal yang akhirnya adalah merumuskan peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan kelompok tani Cibeureum Jempol. Berdasarkan informasi tersebut maka disusun faktor EFE dan IFE. 7.1.1 Analisis Matriks EFE Analisis matriks EFE terhadap faktor-faktor eksternal dari kelompok tani Cibeureum Jempol terbagi menjadi dua bagian yaitu peluang dan ancaman. Hasil analisis matriks EFE kelompok tani ini diperoleh nilai indeks kumulatif 3,300. Hasil evaluasi faktor-faktor eksternal kelompok tani Cibeureum Jempol didapat dari beberapa peluang, yaitu adanya program pemerintah “Go Organic”, meningkatnya pendidikan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi untuk hidup sehat, adanya dukungan pemerintah dengan mengeluarkan UU No. 17 Tahun 2007 mengenai Ketahanan Pangan, tersedianya pasar beras organik yang masih luas, terjalin kerjasama yang baik dengan kelompok tani sejenis, PT. Pupuk Sriwijaya, serta Dinas agribisnis setempat, serta ketersediaan air yang cukup baik. Sedangkan faktor eksternal yang menjadi ancaman bagi kelompok tani Cibeureum Jempol adalah tingkat daya beli masyarakat yang masih rendah, banyaknya beredar produk organik palsu, adanya program diversifikasi produk pangan, perubahan cuaca (Climate Change), serta lahan produktif yang semakin menyempit diakibatkan pembelian secara paksa oleh salah satu perusahaan terbesar di Indonesia.
86
Tabel 15. Matriks EFE Kelompok Tani Cibeureum Jempol
1 2 3 4 5
6 1 2 3 4 5
Faktor Startegis Eksternal PELUANG Adanya program pemerintah “Go Organic” Meningkatnya pendidikan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi untuk hidup sehat Adanya dukungan pemerintah dengan mengeluarkan UU No. 17 Tahun 2007 mengenai Ketahanan Pangan Tersedianya pasar beras organik yang masih luas Terjalin kerjasama yang baik dengan kelompok tani sejenis, PT. Pupuk Sriwijaya, serta Dinas agribisnis setempat Ketersediaan air yang cukup baik ANCAMAN Tingkat daya beli masyarakat yang masih rendah Banyaknya beredar produk organik palsu Adanya program diversifikasi produk pangan Perubahan cuaca (Climate Change) dan isu bencana alam yang terjadi di Indonesia Lahan produktif yang semakin menyempit diakibatkan pembelian secara paksa oleh salah satu perusahaan terbesar di Indonesia TOTAL
Bobot
Rating
Skor
0,099 0,096
4,000 3,667
0,396 0,352
0,087
3,333
0,319
0,083 0,091
2,667 3,333
0,221 0,303
0,087
4,000
0,348
0,101 0,094 0,093 0,071
3,333 3,000 3,000 2,000
0,337 0,282 0,279 0,142
0,107
3,000
0,321
1,000
3,300
Tabel 15 menunjukkan bahwa dengan adanya program pemerintah “Go Organic” memberikan peluang yang paling besar dengan nilai skor paling besar yaitu 0,396. Untuk ancaman yang paling besar adalah tingkat daya beli masyarakat yang masih sangat rendah sehingga nilai skornya mencapai 0,337. Kondisi daya beli masyarakat sangat dipengaruhi oleh masih sangat rendah. 7.1.2 Analisis Matriks IFE Analisis matriks IFE dilakukan terhadap faktor-faktor internal dari unitunit usaha kelompok tani Cibeureum Jempol yang terbagi menjadi kekuatan dan kelemahan. Dari hasil matriks IFE kelompok tani Cibeureum Jempol diperoleh nilai indeks kumulatif 2,432. Faktor kelemahan yang terbesar pada kelompok tani Cibeureum Jempol adalah terjadinya konversi lahan dari pertanian ke non-
87
pertanian, sehingga lahan yang masih produktif semakin menyempit dengan nilai skor sebesar 0,147. Tabel 16. Matriks IFE Kelompok Tani Cibeureum Jempol
1
2
3 4
5
6
1
2 3 4 5 6
Faktor Startegis Internal KEKUATAN Memiliki pimpinan yang berjiwa sosial, bertanggungjawab, cerdas, semangat yang besar dan berjiwa wirausaha. Memiliki produk yang bernilai ekonomis, berdaya saing tinggi dan bersertifikasi organik dengan No.215A/RES/MK/DN/VIII/07. Memiliki dukungan sarana produksi penggilingan yang cukup baik dan lengkap. Terbina suasana kerja yang bersifat kekeluargaan dan gotong royong antara karyawan, petani anggota dan ketua kelompok tani. Sudah mampu dilakukannya penelitian dan pengembangan terhadap komoditas padi organik unggulan pada lahan milik sendiri. Satu-satunya kelompok tani beras organik yang melakukan usaha dari mulai hulu sampai hilir di Bogor. KELEMAHAN Terjadinya konversi lahan dari pertanian ke nonpertanian, sehingga lahan yang masih produktif semakin menyempit. Kurangnya pendidikan SDM (para petani anggota) yang dimiliki. Sarana dan prasarana yang masih terbatas. Sistem keuangan yang masih sangat sederhana. Modal kerja yang terbatas. Kurang konsistensinya anggota organisasi terhadap tugas-tugasnya TOTAL
Bobot
Rating
Skor
0,086
3,000
0,258
0,093
4,000
0,372
0,073
3,333
0,243
0,086
3,333
0,287
0,095
3,333
0,317
0,087
3,000
0,261
0,088
1,667
0,147
0,084
1,333
0,112
0,084 0,068 0,081 0,075
1,333 1,667 1,667 1,000
0,112 0,113 0,135 0,075
1,000
2,432
Pada tabel 16 dijelaskan bahwa dari berbagai kekuatan yang ada, memiliki produk yang bernilai ekonomis, berdaya saing tinggi dan bersertifikasi organik dengan No.215A/RES/MK/DN/VIII/07 menjadi kekuatan kelompok tani yang paling besar dengan nilai skor sebesar 0,372. Beras organik yang dihasilkan oleh kelompok tani Cibeureum Jempol memiliki kualitas yang dapat bersaing dengan produk pesaingnya dipasaran.
88
7.2 Tahap Pemaduan Data Tahap pemaduan merupakan tahap kedua dalam proses perumusan strategi dan berfungsi untuk memadukan peluang dan ancaman dari lingkungan dengan kekuatan dan kelemahan yang terdapat pada kelompok tani Cibeureum Jempol. Alat analisis yang digunakan adalah matriks IE dan matriks SWOT. 7.2.1 Matriks IE Matriks IE diperoleh dari hasil matriks EFE dan IFE (Gambar 6). Nilai rata-rata EFE sebesar 3,300 dan IFE sebesar 2,432 sehingga menempatkan kelompok tani Cibeureum Jempol pada sel II. Posisi ini menggambarkan bahwa kelompok tani Cibeureum Jempol berada dalam kondisi tumbuh dan harus lebih dibina lagi.
4,0
Total Skor EFE
Tinggi
Total skor IFE 3,0 Rata-rata 2,0
Lemah 1,0
Tinggi 3,0
I
III
Sedang 2,0
IV
V
VI
Rendah 1,0
VII
VIII
IX
Gambar 6. Matriks IE Kelompok Tani Cibeureum Jempol Strategi yang sebaiknya diambil kalompok tani ini adalah Strategi tumbuh bina yang umumnya dilakukan melalui strategi intensif yaitu melalui penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk. Strategi penetrasi pasar merupakan pencarian pangsa pasar yang lebih besar atau peningkatan pangsa pasar produk atau jasa yang sudah ada melalui peningkatan usaha pemasaran. Selain itu juga dapat dikembangkan strategi integratif ke belakang (kerjasama
89
dengan pemasok sehingga menjadi hak milik) dan integrasi ke depan (kerjasama dengan distributor sehingga menjadi hak milik) 7.2.2 Matrks SWOT Berbagai alternatif strategi dapat dirumuskan berdasarkan model analisis matriks SWOT. Keunggulan dari penggunaan model ini adalah mudah memformuasikan strategi berdasarkan gabungan faktor eksternal dan internal. Strategi utama yang dapat disarankan terdapat empat macam, yaitu : strategi SO, ST, WO, dan WT. Analisis ini menggunakan data yang telah diperoleh dari matriks EFE dan IFE diatas. Hasil analsis dapat dilihat pada Tabel 17.
90
Tabel 17. Matriks SWOT Kelompok Tani Cibeureum Jempol Analisis Internal
Analisis Eksternal Peluang (Opportunities) 1. Adanya program pemerintah “Go Organic” 2. Meningkatnya pendidikan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi untuk hidup sehat 3. Adanya dukungan pemerintah dengan mengeluarkan UU No. 17 Tahun 2007 mengenai Ketahanan Pangan 4. Tersedianya pasar beras organik yang masih luas 5. Terjalin kerjasama yang baik dengan kelompok tani sejenis, PT. Pupuk Sriwijaya, serta Dinas agribisnis setempat 6. Ketersediaan air yang cukup baik Ancaman (Threats) 1. Tingkat daya beli masyarakat yang masih rendah 2. Banyaknya beredar produk organik palsu 3. Adanya program diversifikasi produk pangan 4. Perubahan cuaca (Climate Change) dan isu bencana alam yang terjadi di Indonesia 5. Lahan produktif yang semakin menyempit diakibatkan pembelian secara paksa oleh salah satu perusahaan terbesar di Indonesia
Kekuatan (Strengths) 1. Memiliki pimpinan yang berjiwa sosial, bertanggungjawab, cerdas, semangat yang besar dan berjiwa wirausaha. 2. Memiliki produk yang bernilai ekonomis, berdaya saing tinggi dan bersertifikasi organik dengan No.215A/RES/MK/DN/VIII/07. 3. Memiliki dukungan penggilingan yang cukup baik dan lengkap. 4. Terbina suasana kerja yang bersifat kekeluargaan dan gotong royong antara karyawan, petani anggota dan ketua kelompok tani. 5. Sudah mampu dilakukannya penelitian dan pengembangan terhadap komoditas padi organik unggulan pada lahan milik sendiri. 6. Satu-satunya kelompok tani beras organik yang melakukan usaha dari mulai hulu sampai hilir di Bogor.
Kelemahan (Weaknesses) 1. Terjadinya konversi lahan dari pertanian ke non-pertanian, sehingga lahan yang masih produktif semakin menyempit. 2. Kurangnya pendidikan SDM (para petani anggota) yang dimiliki. 3. Sarana dan prasarana yang masih terbatas. 4. Sistem keuangan yang masih sangat sederhana. 5. Modal kerja yang terbatas. 6. Kurang konsistensinya anggota organisasi terhadap tugas-tugasnya
Strategi Kekuatan Peluang (S-O Strategi) SO1. Memperluas jaringan pasar (O1, O2, O3, O4, S1, S2) SO2. Meningkatkan kualitas produk beras organik melalui kemasan ataupun pengembangan penanganan pascapanen. (O5, O6, S4, S6)
Strategi Kelemahan Peluang (W-O Strategi) WO1. Memperkuat modal melalui Pengembangan kerjasama dengan pihak swasta, pemerintah serta masyarakat setempat. (O5, W3, W5) WO2. Perbaikan sistem manajemen keuangan pada kelompok tani Cibeureum Jempol. (O4, O5, W4)
Strategi Kekuatan Ancaman (S-T Strategi)
Strategi Kelemahan Ancaman (W-T Strategi)
ST1. Meningkatkan promosi mengenai beras organik kepada masyarakat baik melalui penyuluhan ataupun media lain. (T1, T2, T3, S1, S6)
WT1. Meningkatkan keterampilan SDM yang ada melalui pelatihan rutin didalam kelompok tani Cibeureum Jempol (T2, T3, W1, W2, W6) WT2. Menjalin kerjasama dengan para ahli teknologi baik dari institusi pendidikan maupun instansi terkait guna mendapatkan teknologi pertanian yang sehat, cepat dan tepat guna. (T3, T4, T5, W1, W2, W3)
ST2. Mengembangkan produksi dengan menggunakan bibit padi organik unggul dengan tingkat produktivitas yang lebih tinggi. (T4, T5, S5)
91
7.3 Matriks Quantitative Strategic Planning (QSPM) Tahap akhir dari perumusan strategi adalah pemilihan strategi terbaik dengan menggunakan alat analisis matriks QSP yang berdasarkan pada hasil analisis SWOT. Penggunaan QSP bertujuan untuk memperoleh alternatif strategi yang terbaik yang dapat diimplementasikan kelompok tani berdasarkan arah kebijakan dan kondisi riil kelompok tani tersebut. Matriks QSP dibuat berdasarkan faktor-faktor utama internal dan eksternal pada matriks EFE, IFE, IE serta matriks SWOT. Pada matriks QSP terdapat nilai AS dan TAS. Nilai AS menunjukkan daya tarik masing-masing strategi terhadap faktor kunci yang dimiliki. Nilai AS diperoleh melalui kuisioner yang ditujukan kepada responden yaitu pak Wawan selaku tenaga pemasaran sekaligus mantan penyuluh kelompok tani tersebut dari mulai kelompok tani ini berdiri. Responden ini memiliki pengetahuan yang cukup baik mengenai perkembangan kelompok tani dan salah satu orang yang peduli terhadap pekembangan kelompok tani ini. Responden ini juga memiliki pengaruh yang cukup tinggi karena beliau sangat disegani oleh ketua kelompok tani yaitu pak Amin. Nilai TAS merupakan hasil perkalian antara bobot rata-rata dengan nilai AS dari setiap faktor kunci strategis. Alternatif strategi dari matriks SWOT yang dapat dihasilkan antara lain : Strategi 1
: Memperluas jaringan pasar.
Strategi 2
: Meningkatkan kualitas produk beras organik melalui kemasan ataupun pengembangan penanganan pascapanen.
Strategi 3
: Meningkatkan promosi mengenai beras organik kepada
92
masyarakat baik melalui penyuluhan ataupun media lain. Strategi 4
: Mengembangkan produksi dengan menggunakan bibit organik unggul dengan tingkat produktivitas yang lebih tinggi.
Strategi 5
: Memperkuat modal melalui pengembangan kerjasama dengan pihak swasta, pemerintah serta masyarakat setempat.
Strategi 6
: Perbaikan sistem manajemen keuangan pada kelompok tani Cibeureum Jempol.
Strategi 7
: Meningkatkan pendidikan SDM yang ada melalui pelatihan rutin didalam kelompok tani Cibeureum Jempol
Strategi 8
: Menjalin kerjasama dengan para ahli teknologi baik dari institusi pendidikan maupun instansi terkait guna mendapatkan teknologi pertanian yang sehat, cepat dan tepat guna.
Berdasarkan hasil penilaian dari matriks QSP, maka diperoleh urutan strategi dari yang nilai TASnya paling tinggi hingga paling rendah. Dari urutan tersebut dapat dihasilkan strategi yang paling menarik untuk diimplementasikan kelompok tani Cibeureum Jempol sesuai dengan kewenangan ketua serta anggota kelompok tani yang ada. Perumusan strategi ini hanya sampai tahap formulasi strategi. Adapun urutan strategi tersebut adalah sebagai berikut : 1. Memperluas jaringan pasar dengan nilai TAS sebesar 7,377 (strategi 1) 2. Meningkatkan kualitas produk beras organik melalui kemasan ataupun pengembangan penanganan pascapanen, dengan nilai TAS sebesar 6,920. (strategi 2)
93
3. Meningkatkan promosi mengenai beras organik kepada masyarakat baik melalui penyuluhan ataupun media lain. Nilai TAS diperoleh sebesar 6,809. (strategi 3) 4. Menjalin kerjasama dengan para ahli teknologi baik dari institusi pendidikan maupun instansi terkait guna mendapatkan teknologi pertanian yang sehat, cepat dan tepat guna. Nilai TAS sebesar 6,653 (strategi 8) 5. Perbaikan sistem manajemen keuangan pada kelompok tani Cibeureum Jempol. Nilai TAS sebesar 6,591 (strategi 6) 6. Meningkatkan pendidikan SDM yang ada melalui pelatihan rutin didalam kelompok tani Cibeureum Jempol. Nilai TAS sebesar 6,532 (strategi 7) 7. Memperkuat modal melalui pengembangan kerjasama dengan pihak swasta, pemerintah serta masyarakat setempat. Nilai TAS sebesar 6,410 (strategi 5) 8. Mengembangkan produksi dengan menggunakan bibit beras organik unggul dengan tingkat produktivitas yang lebih tinggi. Nilai TAS sebesar 6,137 (strategi 4)
98
DAFTAR PUSTAKA
BPS. 2008. Jabar Dalam Angka Tahun 2008. Jakarta David. 2004.Manajemen Strategis. Konsep. Prentice Hall Inc. New Jersey Hapsari, Ratih I. 2003. Peran Koperasi dalam Pengembangan Agribisnis Beras Organik : Studi Kasus Pada Koperasi Pertanian Nusantara. Jurusan Ilmuilmu Sosial Ekonomi. Fakultas pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor Hendra, R. 2003. Perumusan Strategi Pengembangan Koperasi Pegawai Negeri Widya Bharana Dinas Pendidikan Kota Bogor. Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor Januar, Nur Rachmat. 2006. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Runah Tangga Terhadap Beras Organik di Bogor. Skripsi. Program Sarjana Ekstensi Manajmene Agribisnis. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor Kusumah, Saryani Jaya. 2004. Analisis Perbandingan Usahatani dan Pemasaran Antara Padi Organik dan Padi An-Organik : Studi Kasus Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor Mulyasaroh, siti , 2004. Kajian Strategi Penngembangan KUD mandiri Mina Bhukti Desa Blanakan Kabupaten Subang. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor Pearce dan Robinson, 1997. Manajemen Strategik. Formulasi, Implementasi, dan Pengendalian. Prawoto, Agung, 2004. Apakah Pertanian Organik Layak Secara Ekonomis. Wacana Organics. Edisi No 7/Th 2 (Agustus-November) Putri, Jaumil AP, 2002. Analisis Ekonomi Pola Konsumsi Beras Organik Konsumen Rumah Tangga : Suatu Studi Kasus di Wilayah Kota Jakarta Selatan. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Ridwan. 2008. Analisis Usahatani Padi Ramah Lingkungan dan Padi An-Organik : Studi Kasus Kelurahan Situgede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor. Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor
99
Rohmiatin, Elmi, 2006. Analisis Strategi Pengembangan Beras Organik Lembaga Pertanian Sehat Di Desa Pasir Buncir Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Skripsi. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor http://www.deptan.go.id. Luas Lahan, Produktivitas, Produksi dan Pertumbuhan Produksi Padi Nasional Pada Tahun 2004 – 2008*. Agustus 2008 http://www.kotabogor.go.id. Profil Kota Bogor. Desember 2008
100
Lampiran 1. Luas Lahan, Produksi dan Produktivitas Padi di Jawa Barat Tahun 2003-2007 Luas Lahan (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Kw/Ha) Tahun 1.880.142 8.602.447 52,72 2003 1.880.142 9.602.302 51,07 2004 1.894.796 9.787.217 51,65 2005 1.798.260 9.418.572 52,38 2006 1.829.085 10.154.977 55,52 2007 Sumber : BPS 2007 dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Prov Jawa Barat 2008 (diolah)
101
Lampiran 2. Pembobotan Terhadap Kekuatan dan Kelemahan serta Peluang dan Ancaman Kelompok Tani Cibeureum Jempol 1. Pemberian Bobot Terhadap Faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan) Bagian Pengisian Matriks Berpasangan Petunjuk Pengisian 1. Pemberian nilai berdasarkan pada perbandingan berpasangan antara dua faktor secara relatif berdasarkan kepentingan atau pengaruhnya terhadap usaha 2. Cara membaca perbandingan dimulai dari faktor pada baris horizontal terhadap kolom vertikal dan harus konsisten Nilai 1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal Nilai 2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal Nilai 3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
Pakar 1. Faktor Strategis Internal
A B C D E F G H I J K L
A B C D E F G H I 2 2 1 2 2 1 2 3 2 2 2 2
1 2 2 1 1 2 1 1 1 1
3 1 2 3 1 3 3 3 3 3 3
2 2 2 2 3 1 2 1 1 1 1
2 2 1 2
2 3 2 3 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 Total
3 3 1 3 3 3 3 2 2 2 2
3 3 1 3 3 3 1 1 1 1 1
3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 2
J
K L
3 3 1 3 3 3 2 3 2
3 3 1 3 3 3 2 3 2 2
2 2
2
3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2
Total
%
29 28 16 29 30 27 22 31 22 22 22 22 300
0,098 0,093 0,053 0,098 0,100 0,090 0,073 0,103 0,073 0,073 0,073 0,073 1.000
102
Pakar 2. Faktor Strategis Internal
A B C D E F G H I J K L
A B C D E F G H I 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 1 2 1 2 1 2 1 2 1
2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1
2 2 2 2 2 3 1 3 2 2 2
1 3 1 1
3 3 2 3 3
2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 2 Total
1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1
3 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2
2 2 2 2 2 2 2 2
J
K L
2 3 3 3 3 3 3 3 3
2 2 2 2 2 2 2 3 2 1
1 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3
1 2 2
3 3
1
A B C D E F G H I
J
K L
2 2 2 2 2 2 2 2 2
1 1 2 2 2 1 2 2 2 1
Total
%
19 27 22 22 25 22 26 20 23 16 23 18 263
0,072 0,103 0,084 0,084 0,095 0,084 0,099 0,076 0,087 0,061 0,087 0,068 1.000
Total
%
21 20 20 19 22 21 22 18 22 17 20 20 242
0,087 0,083 0,083 0,077 0,091 0,087 0,091 0,074 0,091 0,070 0,083 0,083 1.000
Pakar 3. Faktor Strategis Internal
A B C D E F G H I J K L
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
3 1 2 2 2 1 2 2 2 2
2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 1
3 1 1 2 2 3 1 3 2 2 2
2 2 2 1
2 2 2 2 3
2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 2 Total
1 2 1 2 2 2 1 1 1 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2
2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2
2 3
1
2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2
103
Keterangan : Kakuatan
Kelemahan
A. Memiliki pimpinan yang berjiwa sosial, bertanggungjawab, cerdas, semangat yang besar dan berjiwa wirausaha. B. Memiliki produk yang bernilai ekonomis, berdaya saing tinggi dan bersertifikasi organik dengan No.215A/RES/MK/DN/VIII/07. C. Memiliki dukungan sarana penggilingan yang cukup baik dan lengkap. D. Terbina suasana kerja yang bersifat kekeluargaan dan gotong royong antara karyawan, petani anggota dan ketua kelompok tani. E. Sudah mampu dilakukannya penelitian dan pengembangan terhadap komoditas padi organik unggulan pada lahan milik sendiri. F. Satu-satunya kelompok tani beras organik yang melakukan usaha dari mulai hulu sampai hilir di Bogor.
G. Terjadinya konversi lahan dari pertanian ke non-pertanian, sehingga lahan yang masih produktif semakin menyempit. H. Kurangnya pendidikan SDM (para petani anggota) yang dimiliki. I. Sarana dan prasarana yang masih terbatas. J. Sistem keuangan yang masih sangat sederhana. K. Modal kerja yang terbatas. L. Kurang konsistensinya anggota organisasi terhadap tugas-tugasnya
II. Pemberian Bobot Terhadap Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman) Pakar 1. Faktor Strategis Eksternal
A
A B C D E F G H I J K
2 2 2 2 2 1 1 1 1 2
B 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2
C 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2
D 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2
E 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 Total
F 2 2 2 2 2 1 1 1 1 3
G 1 1 1 1 1 1 3 3 1 3
H 1 1 1 1 1 1 1 2 1 3
I 1 1 1 1 1 1 1 2 1 3
J 1 1 1 1 1 1 3 3 3 3
K 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1
Total 16 16 16 16 16 16 12 15 15 10 25 173
% 0.092 0.092 0.092 0.092 0.092 0.092 0.069 0.088 0.088 0.058 0.145 1.000
104
Pakar 2. Faktor Strategis Eksternal
A
A B C D E F G H I J K
2 2 1 1 1 3 2 1 1 3
B 2 2 1 1 1 1 3 1 1 1
C 2 3 2 2 3 2 3 2 2 1
D 3 2 2 2 3 3 3 3 1 2
E 2 2 2 2 2 3 1 3 1 1 Total
F 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1
G 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1
H 2 1 1 1 1 1 1 1 3 1
I 2 1 1 1 2 1 2 1 3 3
J 2 2 1 3 1 1 2 3 3
K 1 1 1 2 3 2 3 2 3 1
Total 20 18 15 16 16 16 22 20 19 13 17 192
% 0,104 0,094 0,078 0,083 0,083 0,083 0,115 0,104 0,099 0,068 0,089 1.000
K 1 2 1 1 2 1 3 1 2 2
Total 19 19 17 14 18 11 22 17 17 16 16 186
% 0.102 0.102 0.091 0.075 0.097 0.059 0.118 0.091 0.091 0.087 0.087 1.000
3
Pakar 3. Faktor Strategis Eksternal
A
A B C D E F G H I J K
2 2 1 2 2 2 2 1 1 2
B 2 2 1 2 1 3 2 1 1 1
C 2 3 2 2 1 2 2 2 1 1
D 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2
E 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 Total
F 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1
G 2 2 1 1 2 1 1 2 2 1
H 2 1 2 1 1 1 2 1 2 2
I 2 1 2 1 2 1 2 1 2 2
J 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2
105
Keterangan : Peluang A. Adanya program pemerintah “Go Organic” B. Meningkatnya pendidikan dann kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi untuk hidup sehat C. Adanya dukungan pemerintah dengan mengeluarkan UU No. 17 Tahun 2007 mengenai ketahanan pangan D. Tersedianya pasar beras organik yang masih luas E. Terjalin kerjasama yang baik dengan kelompok tani sejenis, PT. Pupuk Sriwijaya, serta Dinas Agribisnis setempat F. Ketersediaan air yang cukup baik
Ancaman G. Tingkat daya beli masyarakat yang masih rendah H. Banyaknya beredar produk organik palsu I. Adanya progran diversifikasi produk pangan J. Perubahan cuaca (Climate Change) dan isu bencana alam yang terjadi di Indonesia K. Lahan produktif yang semakin menyempit diakibatkan pembelian secara paksa oleh salah satu perusahaan terbesar di Indonesia
106
Lampiran 3. Penilaian Bobot Rata-rata Faktor Strategis Internal dan Eksternal I. Nilai Bobot Faktor Strategis Internal Faktor Kunci Internal Kekuatan A. Memiliki pimpinan yang berjiwa sosial, bertanggungjawab, cerdas, semangat yang besar dan berjiwa wirausaha. B. Memiliki produk yang bernilai ekonomis, berdaya saing tinggi dan bersertifikasi organik dengan No.215A/RES/MK/DN/VIII/07. C. Memiliki dukungan produksi saprotan dan penggilingan yang cukup baik dan lengkap. D. Terbina suasana kerja yang bersifat kekeluargaan dan gotong royong antara karyawan, petani anggota dan ketua kelompok tani. E. Sudah mampu dilakukannya penelitian dan pengembangan terhadap komoditas padi organik unggulan pada lahan milik sendiri. F. Satu-satunya kelompok tani beras organik yang melakukan usaha dari mulai hulu sampai hilir di Bogor. Kelemahan G. Terjadinya konversi lahan dari pertanian ke non-pertanian, sehingga lahan yang masih produktif semakin menyempit. H. Kurangnya pendidikan SDM (para petani anggota) yang dimiliki. I. Sarana dan prasarana yang masih terbatas. J. Sistem keuangan yang masih sangat sederhana. K. Modal kerja yang terbatas. L. Kurang konsistensinya anggota organisasi terhadap tugas-tugasnya Total
Pakar 1
Pakar 2
Pakar 3
Skor
0,098
0,072
0,087
0,086
0,093
0,103
0,083
0,093
0,053
0,084
0,083
0,073
0,098
0,084
0,077
0,086
0,100
0,095
0,091
0,095
0,090
0,084
0,087
0,087
0,073
0,099
0,091
0,088
0,103
0,076
0,074
0,084
0,073
0,087
0,091
0,084
0,073
0,061
0,070
0,068
0,073 0,073
0,087 0,068
0,083 0,083
0,081 0,075
1.000
1.000
1.000
1.000
107
II. Nilai Bobot Faktor Strategis Eksternal Faktor Kunci Eksternal Peluang A. Adanya program pemerintah “Go Organic” B. Meningkatnya pendidikan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi untuk hidup sehat C. Adanya dukungan pemerintah dengan mengeluarkan UU No. 17 Tahun 2007 mengenai ketahanan pangan. D. Tersedianya pasar beras organik yang masih luas E. Terjalin kerjasama yang baik dengan kelompok tani sejenis, PT. Pupuk Sriwijaya, serta Dinas agribisnis setempat. F. Ketersediaan air yang cukup baik. Ancaman G. Tingkat daya beli masyarakat masih rendah H. Banyaknya beredar produk organik palsu I. Adanya program diversifikasi produk pangan J. Perubahan cuaca (Climate Change) dan isu bencana alam yang terjadi di Indonesia K. Lahan produkstif yang semakin menyempit diakibatkan pembelian secara paksa oleh salah satu perusahaan terbesar di Indonesia. Total
Pakar 1
Pakar 2
Pakar 3
Bobot
0.092
0.140
0.102
0.099
0.092
0.094
0.102
0.096
0.092
0.078
0.091
0.087
0.092
0.083
0.075
0.083
0.092
0.083
0.097
0.091
0.092
0.083
0.059
0.078
0.069
0.115
0.118
0.101
0.088
0.104
0.091
0.094
0.088
0.099
0.091
0.093
0.058
0.068
0.087
0.071
0.145
0.089
0.087
0.107
1.000
1.000
1.000
1.000
108
Lampiran 4. Rating Rata-rata Faktor Strategis Internal dan Eksternal I. Rating Rata-rata Faktor Strategis Internal Petunjuk Pengisian Tentukan nilai peringkat atau rating terhadap faktor-faktor kekuatan usaha dibandingkan dengan pesaing (usaha sejenis) berikut ini dengan cara memberi tanda (v) pada pilihan Bapak : Pemberian peringkat didasarkan pada keterangan berikut ini : Nilai 4 = Jika faktor kekuatan tersebut merupakan kekuatan utama perusahaan (kekuatan mayor) Nilai 3 = Jika faktor kekuatan tersebut bukan merupakan kekuatan utama perusahaan (kekuatan minor) Nilai 2 = Jika faktor kelemahan tersebut bukan kelemahan utama perusahaan (kelemahan minor) Nilai 1 = Jika faktor kelemahan tersebut merupakan kelemahan utama perusahaan (kelemahan mayor) Pertanyaan : Menurut Bapak/Ibu bagaimana faktor-faktor kekuatan tersebut mempengaruhi kondisi perusahaan : Pakar 1. No 1.
Kekuatan Memiliki pimpinan yang berjiwa sosial, bertanggungjawab, cerdas, semangat yang besar dan berjiwa wirausaha.
3 v
2.
Memiliki produk yang bernilai ekonomis, berdaya saing tinggi dan bersertifikasi organik dengan No.215A/RES/MK/DN/VIII/07.
3.
Memiliki dukungan sarana produksi penggilingan yang cukup baik dan lengkap.
4.
Terbina suasana kerja yang bersifat kekeluargaan dan gotong royong antara karyawan, petani anggota dan ketua kelompok tani.
5.
Sudah mampu dilakukannya penelitian dan pengembangan terhadap komoditas padi organik unggulan pada lahan milik sendiri.
v
6.
Satu-satunya kelompok tani beras organik yang melakukan usaha dari mulai hulu sampai hilir di Bogor.
v
4
v
v
v
109
Pakar 2. No 1.
Kekuatan Memiliki pimpinan yang berjiwa sosial, bertanggungjawab, cerdas, semangat yang besar dan berjiwa wirausaha.
3 v
4
2.
Memiliki produk yang bernilai ekonomis, berdaya saing tinggi dan bersertifikasi organik dengan No.215A/RES/MK/DN/VIII/07.
v
3.
Memiliki dukungan sarana produksi penggilingan yang cukup baik dan lengkap.
v
4.
Terbina suasana kerja yang bersifat kekeluargaan dan gotong royong antara karyawan, petani anggota dan ketua kelompok tani.
v
5.
Sudah mampu dilakukannya penelitian dan pengembangan terhadap komoditas padi organik unggulan pada lahan milik sendiri.
v
6.
Satu-satunya kelompok tani beras organik yang melakukan usaha dari mulai hulu sampai hilir di Bogor.
v
Pakar 3. No 1.
Kekuatan Memiliki pimpinan yang berjiwa sosial, bertanggungjawab, cerdas, semangat yang besar dan berjiwa wirausaha.
3 v
2.
Memiliki produk yang bernilai ekonomis, berdaya saing tinggi dan bersertifikasi organik dengan No.215A/RES/MK/DN/VIII/07.
3.
Memiliki dukungan sarana produksi penggilingan yang cukup baik dan lengkap.
v
4.
Terbina suasana kerja yang bersifat kekeluargaan dan gotong royong antara karyawan, petani anggota dan ketua kelompok tani.
v
5.
Sudah mampu dilakukannya penelitian dan pengembangan terhadap komoditas padi organik unggulan pada lahan milik sendiri.
6.
Satu-satunya kelompok tani beras organik yang melakukan usaha dari mulai hulu sampai hilir di Bogor.
4
v
v
v
110
Menurut Bapak/Ibu bagaimana faktor-faktor kelemahan tersebut mempengaruhi kondisi perusahaan Pakar 1. No 1
Kelemahan Terjadinya konversi lahan dari pertanian ke non-pertanian, sehingga lahan yang masih produktif semakin menyempit.
1 v
2
Kurangnya pendidikan SDM (para petani anggota) yang dimiliki.
3
Sarana dan prasarana yang masih terbatas.
v
4
Sistem keuangan yang masih sangat sederhana.
v
5
Modal kerja yang terbatas.
v
6
Kurang konsistensinya anggota organisasi terhadap tugas-tugasnya
v
2
v
Pakar 2. No 1
Kelemahan Terjadinya konversi lahan dari pertanian ke non-pertanian, sehingga lahan yang masih produktif semakin menyempit.
1
2
Kurangnya pendidikan SDM (para petani anggota) yang dimiliki.
v
3
Sarana dan prasarana yang masih terbatas.
v
4
Sistem keuangan yang masih sangat sederhana.
v
5
Modal kerja yang terbatas.
v
6
Kurang konsistensinya anggota organisasi terhadap tugas-tugasnya
v
2 v
111
Pakar 3. No 1
Kelemahan Terjadinya konversi lahan dari pertanian ke non-pertanian, sehingga lahan yang masih produktif semakin menyempit.
1
2
Kurangnya pendidikan SDM (para petani anggota) yang dimiliki.
v
3
Sarana dan prasarana yang masih terbatas.
v
4
Sistem keuangan yang masih sangat sederhana.
v
5
Modal kerja yang terbatas.
v
6
Kurang konsistensinya anggota organisasi terhadap tugas-tugasnya
v
2 v
112
Rating Rata-rata Faktor Strategis Internal Kekuatan : A. Memiliki pimpinan yang berjiwa sosial, bertanggungjawab, cerdas, semangat yang besar dan berjiwa wirausaha. B. Memiliki produk yang bernilai ekonomis, berdaya saing tinggi dan bersertifikasi organik dengan No.215A/RES/MK/DN/VIII/07. C. Memiliki dukungan sarana produksi penggilingan yang cukup baik dan lengkap. D. Terbina suasana kerja yang bersifat kekeluargaan dan gotong royong antara karyawan, petani anggota dan ketua kelompok tani. E. Sudah mampu dilakukannya penelitian dan pengembangan terhadap komoditas padi organik unggulan pada lahan milik sendiri. F. Satu-satunya kelompok tani beras organik yang melakukan usaha dari mulai hulu sampai hilir di Bogor. Kelemahan : G. Terjadinya konversi lahan pertanian ke non-pertanian, sehingga lahan yang masih produktif semakin menyempit. H. Kurangnya pendidikan SDM (para petani anggota) yang dimiliki. I. Sarana dan prasarana yang masih terbatas. J. Sistem keuangan yang masih sangat sederhana. K. Modal kerja yang terbatas. L. Kurang konsistensinya anggota organisasi terhadap tugastugasnya
Pakar 1 3
Pakar 2 3
Pakar 3 3
Rata-rata 3.000
4
4
4
4.000
3
4
3
3.333
4
3
3
3.333
3
3
4
3.333
3
3
3
3.000
1
2
2
1.667
2
1
1
1.333
1
1
2
1.333
1
2
2
1.667
1 1
2 1
2 1
1.667 1.000
113
II. Rating Rata-rata Faktro Strategi Eksternal Petunjuk pengisian Tentukan nilai atau rating yang didasarkan pada kemampuan usaha meraih peluang yang ada berikut ini dengan cara memberikan tanda (v) pada pilihan Bapak. Pemberian peringkat didasarkan pada keterangan berikut ini : Nilai 1 = Sangat Rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang/mengatasi ancaman tersebut rendah Nilai 2 = Rendah, respon perusahaan dalam meraih peluang/mengatasi ancaman tersebut sedang (respon sama dengan rata-rata) Nilai 3 = Tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang/mengatasi ancaman tersebut diatas rata-rata Nilai 4 = Sangat Tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang tersebut superior
Menurut Bapak/Ibu bagaimana kemampuan kelompok tani Cibeureum Jempol dalam menanggapi peluang tersebut. Pakar 1. No 1
Peluang Adanya program pemerintah ”Go Organic”
1
2
3
4 v
2
Meningkatnya pendidikan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi untuk hidup sehat
v
3
Adanya dukungan pemerintah dengan mengeluarkan UU No. 17 Tahun 2007 mengenai ketahanan pangan
v
4
Tersedianya pasar beras organik yang luas
v
5
Terjalinnya kerjasama yang baik dengan kelompok tani sejenis, PT. Pupuk Sriwijaya, serta dinas agribisnis setempat
v
Ketersediaan air yang cukup baik
v
6
114
Pakar 2 Peluang No Adanya program pemerintah ”Go Organic” 1
1
2
3
2
Meningkatnya pendidikan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi untuk hidup sehat
v
3
Adanya dukungan pemerintah dengan mengeluarkan UU No. 17 Tahun 2007 mengenai ketahanan pangan
v
4
Tersedianya pasar beras organik yang luas
5
Terjalinnya kerjasama yang baik dengan kelompok tani sejenis, PT. Pupuk Sriwijaya, serta dinas agribisnis setempat
6
2
Meningkatnya pendidikan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi untuk hidup sehat
3
Adanya dukungan pemerintah dengan mengeluarkan UU No. 17 Tahun 2007 mengenai ketahanan pangan
4
Tersedianya pasar beras organik yang luas
5
Terjalinnya kerjasama yang baik dengan kelompok tani sejenis, PT. Pupuk Sriwijaya, serta dinas agribisnis setempat
6
v v
Ketersediaan air yang cukup baik
Pakar 3. Peluang No Adanya program pemerintah ”Go Organic” 1
Ketersediaan air yang cukup baik
4 v
v
1
2
3
4 v v
v
v v
v
115
Menurut Bapak/Ibu bagaiman kemampuan kelompok tani Cibeureum Jempol dalam menghadapi ancaman yang ada : Pakar 1. No 1
Ancaman Tingkat daya beli masyarakat masih rendah
1
2 v
3
2
Banyaknya beredar produk organik palsu
v
3
Adanya program diversifikasi produk pangan
v
4
Semakin meningkatnya bers miskin yang disediakan oleh pemerintah
5
Lahan produktif yang semakin menyempit diakibatkan pembelian secara paksa oleh salah satu perusahaan terbesar di Indonesia
4
v
v
Pakar 2. No 1
Ancaman Tingkat daya beli masyarakat masih rendah
1
2
3
2
Banyaknya beredar produk organik palsu
v
3
Adanya program diversifikasi produk pangan
v
4
Perubahan cuaca (Climate Change) dan isu bencana alam yang terjadi di Indonesia
5
Lahan produktif yang semakin menyempit diakibatkan pembelian secara paksa oleh salah satu perusahaan terbesar di Indonesia
4 v
v
v
Pakar 3. No 1
Ancaman Tingkat daya beli masyarakat masih rendah
1
2
3
2
Banyaknya beredar produk organik palsu
v
3
Adanya program diversifikasi produk pangan
v
4
Semakin meningkatnya bers miskin yang disediakan oleh pemerintah
v
5
Lahan produktif yang semakin menyempit diakibatkan pembelian secara paksa oleh salah satu perusahaan terbesar di Indonesia
v
4 v
116
Rating Rata-rata Faktor Startegis Eksternal Peluang : A. Adanya program pemerintah “Go Organic” B. Meningkatnya pendidikan dan kesadaran masyarakat akan oentingnya gizi untuk hidup sehat C. Adanya dukungan pemerintah dengan mengeluarkan UU No. 17 Tahun 2007 mengenai ketahanan pangan D. Tersedianya pasar beras organic yang masih luas E. Terjalinnya kerjasama yang baik dengan kelompok tani sejenis, PT. Pupuk Sriwijaya serta Dinas agribisnis setempat F. Ketersediaan air yang cukup baik Ancaman : G. Tingkat daya beli masyarakat yang masih rendah H. Banyaknya beredar produk organik palsu I. Adanya program diversifikasi produk pangan J. Semakin meningkatnya beras miskin yang disediakan oleh pemerintah K. Lahan produktif yang semakin menyempit diakibatkan pembelian secara paksa oleh salah satu perusahaan terbesar di Indonesia.
Pakar 1 4
Pakar 2 4
Pakar 3 4
Rata-rata 4,000
4
3
4
3,667
4
3
3
3,333
4
2
2
2,667
4
3
3
3,333
4
4
4
4,000
2
4
4
3,333
3
3
3
3,000
3
3
3
3,000
2
2
2
2,000
4
3
2
3,000
117
Lampiran 5. Kuisioner Matriks QSP Penentuan Alternatif Strategi dengan Matriks QSP Tujuan : QSPM menentukan daya tarik relative dari berbagai strategi berdasarkan seberapa jauh faktor kunci keberhasilan internal dan eksternal dimanfaatkan atau diperbaiki. QSPM secara objektif akan mengindikasikan alternatif strategi mana yang terbaik untuk dilakukan. Alternatif Strategi : Strategi 1
: Memperluas jaringan pasar.
Strategi 2
: Meningkatkan kualitas produk beras organik melalui kemasan ataupun pengembangan penanganan pascapanen.
Strategi 3
: Meningkatkan promosi mengenai beras organik kepada masyarakat baik melalui penyuluhan ataupun media lain.
Strategi 4
: Mengembangkan produksi dengan menggunakan bibit beras organik unggul dengan tingkat produktivitas yang lebih tinggi.
Strategi 5
: Memperkuat modal melalui pengembangan kerjasama dengan pihak swasta, pemerintah serta masyarakat setempat.
Strategi 6
: Perbaikan sistem manajemen keuangan pada kelompok tani Cibeureum Jempol.
Strategi 7
: Meningkatkan pendidikan SDM yang ada melalui pelatihan rutin didalam kelompok tani Cibeureum Jempol
Strategi 8
: Menjalin kerjasama dengan para ahli teknologi baik dari institusi pendidikan maupun instansi terkait guna mendapatkan teknologi pertanian yang sehat, cepat dan tepat guna.
118
Petunjuk Pengisian : Tentukan Attractive Score (AS) atau daya tarik masing-masing factor internal (kekuatan dan kelemahan) serta factor eksternal (peluang dan ancaman) untuk masing-masing alternative strategi pengembangan sebagaimana disebut diatas. Mengajukan pertanyaan, apakah factor sukses kritis ini mempengaruhi pilihan strategi yang dibuat. Jika jawabannya “tidak”, maka kolom AS tidak perlu diisi. Jika jawabannya “ya” maka kolom AS diisi dengan : 1= Jika alternatif strategi tidak menarik dibandingkan relative terhadap alternatif lain 2= Jika alternatif strategi agak menarik dibandingkan relative terhadap alternatif lain 3= Jika alternatif strategi cukup menarik dibandingkan relative terhadap alternatif lain 4= Jika alternatif strategi sangat menarik dibandingkan relative terhadap alternatif lain