STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA Kasus Kelompok Tani Karya Agung Desa Giriwinangun, Kecamatan Rimbo Ilir, Kabupaten Tebo Provinsi Jambi
NOVRI HASAN
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni bersifat people centered, participatory, empowering, dan sustainable. Konsep ini lebih luas dari hanya semata-mata memenuhi kebutuhan dasar atau menyediakan mekanisme untuk mencegah proses pemiskinan (Chambers dalam Kartasasmita, 1996). Sektor pertanian sesungguhnya dapat menjadi strategi untuk recovery sekaligus memberikan landasan bagi perkembangan sektor riil dari krisis ekonomi yang dialami Indonesia semenjak tahun 1997. Hal ini dibuktikan oleh daya hidupnya yang tinggi, ketika sektor-sektor lain ambruk. Salah satu ciri khas usaha pada sektor pertanian adalah melibatkan begitu banyak orang dengan pemilikan sumber daya dan keterampilan yang rendah, serta social network yang kurang mendukung, khususnya untuk memasuki ekonomi modern saat ini. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk pengembangan network tersebut adalah melalui strategi pendekatan kelembagaan (Syahyuti, 2003). Secara umum, kinerja ekonomi pedesaan yang didominasi usaha pertanian dan peternakan cenderung lemah, salah satunya, diindikasikan oleh rendahnya kapasitas kelembagaannya. Hal ini disebabkan antara lain oleh pelaksanaan program pembangunan pertanian yang tidak berbasiskan kelembagaan lokal yang telah ada, sehingga kondisinya semakin memudar. Introduksi kelembagaan dari luar yang terasa asing bagi masyarakat berimplikasi kepada lemahnya partisipasi masyarakat dalam kelembagaan tersebut. Akibatnya, partisipasi masyarakat secara keseluruhan lemah dalam aktifitas pembangunan (Syahyuti, 2003). Dalam pengembangan pertanian, diperlukan kelembagaan petani yang kuat, yang bisa dibina dengan memperkuat kelembagaan ekonomi petani di pedesaan. Untuk itu diperlukan pendekatan yang efektif agar para petani dapat memanfaatkan program pembangunan yang ada secara berkelanjutan, melalui penumbuhan rasa memiliki, partisipasi, dan pengembangan kreativitas, yang disertai dukungan masyarakat lainnya sehingga dapat berkembang dan dikembangkan oleh seluruh masyarakat di pedesaan. Pengembangan ini diarahkan pada terbentuknya kelompok-kelompok, dan kerjasama
2
antar kelompok tani, sehingga terbentuk kelompok-kelompok produktif yang terintegrasi dalam kelembagaan koperasi (Bappenas, 2004). Kelompok-kelompok di pedesaaan terbentuk karena adanya ikatan yang didasarkan pada kesamaan usaha, mempunyai tujuan mengelola usaha taninya atas dasar kebersamaan dan pemenuhan sarana usaha. Pembentukan kelompok ini mampu mendorong tumbuhnya kepekaan, kreativitas, inovasi, motivasi, solidaritas dan rasa tanggungjawab serta partisipasi anggota. Hal ini sejalan dengan pernyataan Lala dan Tonny (2007) kelompok tani merupakan kelembagaan masyarakat di pedesaan yang terbentuk karena adanya interaksi komunitas serta adanya pola kehidupan yang sejenis. Gambaran keberadaan kelompok tani yang ada di Kabupaten Tebo umumnya mempunyai kegiatan disektor perkebunan, peternakan sapi, dan tanaman pangan. Sektor perkebunan dan peternakan untuk wilayah Kabupaten Tebo tidak dapat dipisahkan karena kedua kegiatan ini merupakan kegiatan yang saling mendukung dalam memberikan manfaat pendapatan keluarga kelompok tani. Pada tahun 2006 Kabupaten Tebo memiliki jumlah lahan perkebunan karet 108.440 hektar dan kelapa sawit 30.917 hektar sedangkan populasi ternak besar di Kabupaten Tebo menurut jenisnya yaitu, sapi 21.767 ekor dengan jumlah produksi daging sebanyak 478.509 kg dan kerbau sebanyak 14.147 ekor dengan jumlah produksi daging sebanyak 268.874 kg (BPS Kabupaten Tebo, 2006). Data ini menunjukkan aktivitas usahatani kebun dan ternak banyak dilakukan masyarakat, dalam menjalankan aktivitas petani tergabung melalui wadah kelompok-kelompok tani. Usaha yang dilakukan kelompok-kelompok tani di Kabupaten Tebo pada umumya terkendala oleh beberapa hal, seperti manajemen kelompok, penyediaan sarana produksi, modal usaha, jaringan kerjasama anggota kelompok dan sumberdaya manusia. Salah satu permasalahan utama yang dihadapi kelompok tani adalah keterbatasan mereka dalam manajemen usahatani. Untuk itu diperlukan upaya dari seluruh komunitas dan stakeholder untuk menjadikan kelompok tani memiliki kemampuan untuk memanfaatkan sumberdaya lokal yang ada. Pembangunan
ekonomi lokal merupakan
kerjasama seluruh komponen
masyarakat di suatu daerah (lokal) untuk mencapai pertumbuhan ekonomi berkelanjutan (sustainable economic growth) yang akan meningkatkan kesejahteraan ekonomi (economic welfare) dan kualitas hidup (quality of life) seluruh masyarakat dalam komunitas (Syaukat, 2007).
3
Masyarakat pengembangan
Desa
ditingkat
sebagai
pelaku
lokal diharapkan
utama lebih
proses
pemberdayaan
memahami
kebutuhan
dan dan
permasalahan yang mereka hadapi sehingga mereka lebih mampu mengenali kebutuhan-kebutuhannya,
merumuskan
rencana-rencananya
serta
melaksanakan
penanggulangan sosial-ekonomi secara mandiri dan berkelanjutan dengan menggali, mengembangkan dan memanfaatkan potensi dan sumber daya lokal. Berdasarkan hasil pemetaan sosial di Desa Giriwinangun Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo, lokasi ini merupakan daerah yang terbentuk berasal dari warga transmigrasi dari Jawa tepatnya Kabupaten Wonogiri Provinsi Jawa Tengah pada tahun 1979. Petani di Desa ini dalam melaksanakan aktivitasnya tergabung dalam wadah kelompok tani. Pada awalnya usahatani masyarakat Desa Giriwinangun adalah dibidang perkebunan karet dan tanaman pangan. Kondisi kebun yang baru ditanami saat itu, membuat banyaknya tersedia rumput di lahan perkebunan hingga kemudian melalui bantuan pemerintah turut dikembangkan usaha ternak sapi yang digulirkan kepada anggota kelompok tani. Pengembangan kebun karet masyarakat kini berhasil baik menjadi sumber pendapatan petani, terlebih telah tersedianya akses pemasaran berupa pasar lelang karet desa yang dikelola oleh koperasi Sumber Jaya. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap hasil pendapatan kaum petani kebun dengan bersaingnya harga jual kadar karet kering masyarakat. Hingga sekarang selain dari kebun karet, kelompok tani Desa Giriwinangun juga mempunyai usaha ternak Sapi sebagai produk unggulan dalam peningkatan ekonomi keluarga. Pola pengembangan peternakan di Desa Giriwinangun adalah peternakan tradisional, tanpa mempelajari keterampilan dan belajar dari pengalaman. Hampir 75 persen masyarakat pekebun juga memelihara ternak yang tersebar di lima dusun yakni Dusun Pulung Jati Rejo, Dusun Karang Widodo, Dusun Wonoharjo, Dusun Tegal Ombo dan Dusun Sendang Sari. Namun para peternak yang ada di Desa masih melakukan pemeliharaan ternak secara perorangan dan dalam skala kecil (2 – 6 ekor), dan belum ada usaha dari kelompok untuk melakukan pengorganisasian anggota dalam pembibitan dan penggemukan ternak hingga dapat menjadi usaha yang menguntungkan. Pembangunan dan pengembangan pertanian dan peternakan yang di lakukan masyarakat di Desa Giriwinangun, perlu mengidentifikasi alternatif pola-pola
4
pengembangan tani rakyat yang mempunyai skala usaha yang ekonomis yang mampu memberikan kontribusi terhadap pendapatan keluarga yang cukup memadai. Dalam perspektif kedepan, usaha tani ternak rakyat harus dapat lebih terarah dalam pengembangan agribisnis, sehingga ternak tidak hanya sebagai usaha sampingan tetapi hendaknya juga mengarah pada usaha pokok dalam perekonomian keluarga. Dengan kata lain, usaha ternak rakyat diharapkan menjadi pendapatan utama rakyat dan dapat memberikan kontribusi terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga tani, seperti pada kegiatan ekonomi keluarga di sektor kebun karet. Dengan demikian bertitik tolak dari kenyataan dan harapan diatas, bagaimana kelompok tani seharusnya menjadi solusi dari permasalahan bagi anggota, menjadi topik yang menarik untuk dikaji. Berdasarkan kondisi tersebut yang menjadi kajian “Bagaimana langkah-langkah strategis untuk penguatan kelompok tani dalam pemanfaatan sumberdaya dan upaya apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.” 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan praktek lapangan 1 pemetaan sosial dan praktek lapangan 2 evaluasi program pengembangan masyarakat, menunjukkan bahwa potensi sumberdaya lokal di Desa Giriwinangun berpeluang besar untuk dikembangkan jika pengelolaannya lebih baik dan kelembagaan kelompok tani dapat lebih diberdayakan. Salah satu kelompok yang ada adalah kelompok tani Karya Agung dengan aktivitas anggotanya bergerak di bidang usaha tani pada sektor perkebunan karet dan ternak sapi. Kondisi perkebunan karet anggota kelompok tani Karya Agung relatif baik, ini dapat dilihat dari kondisi kebun yang telah berhasil selama 25 tahun menjadi andalan pendapatan keluarga kelompok tani. Namun dengan usia kebun yang sudah mulai tua sekitar 25 – 28 tahun, menjadi permasalahan tersendiri oleh masyarakat dengan mulai menurunnya produksi karena kondisi tanaman karet tersebut, hingga membutuhkan peremajaan. Selain memerlukan dana yang relatif besar dengan pengadaan bibit, pupuk dan perawatan, juga akan berimbas penurunan pendapatan secara drastis akibat peremajaan. Untuk itu perlu disiasati dengan penguatan penghasilan lain selain kebun. Potensi yang dimiliki anggota kelompok yaitu ternak sapi yang juga diusahakan masyarakat melalui wadah kelompok tani, melalui sub usaha ternak.
5
Kelompok tani Karya Agung memiliki anggota 50 orang, yang bertempat tinggal masih dalam satu jalan jalur (dusun) yang sama. Pada tahun 2008 kegiatan anggota kelompok yang masih berjalan yaitu pertemuan anggota yang tidak rutin, hanya bersifat kalau ada kebutuhan. misalnya, pertemuan pembicaraan penanggulangan pencurian ternak dan langkah-langkahnya. Selain itu di bidang perkebunan mereka juga melakukan pertemuan untuk membahas masalah kebutuhan peremajaan karet. Selain pertemuan, dalam masalah pencarian rumput untuk pakan ternak keluar desa terkadang para anggota kelompok secara bersama mencari rumput demi persediaan pakan ternak, mengorganisasi anggota saat penanggulangan penyakit ternak melalui vaksin. Keterikatan antara anggota terhadap kelompoknya dirasakan lemah, ini terlihat dari : 1) Pengelolaan kebun dan ternak cenderung para anggota individual; 2) Kurangnya diskusi tentang pengetahuan, ketrampilan serta pengalaman dalam menghadapi masalah baik pada usaha kebun maupun ternak; 3) Tidak ada pembagian tugas baik pengurus maupun anggota kelompok; 4) Administrasi kelompok lemah dengan kurang jelasnya catatan pertemuan, invetarisasi kekayaan kelompok dan hasil pertemuan. Keterikatan anggota dan kelompok terlihat bila ada program pemerintah. Kelompok
memfasilitasi
pemberitahuan
pada
anggota
dan
sebagai
wadah
mengumpulkan anggota bila ada pembicaraan masalah bantuan. Kendala yang dihadapi dalam berkebun karet selain kebutuhan peremajaan adalah sumberdaya manusia. Dalam menghasilkan produksi kadar karet kering (K3) seringkali petani kurang memperhatikan kualitas karet yang di hasilkan dengan banyaknya campuran kulit kayu karet (tatal) dan kandungan air yang banyak hingga berpengaruh terhadap harga karet yang dihasilkan. Akibatnya karet dibeli dengan harga murah oleh ‘toke’ (tengkulak pengumpul) dan penawar/pembeli karet di pasar lelang karet desa. Kendala yang dihadapi dalam pengembangan ternak oleh kelompok tani Karya Agung adalah kurangnya minat anggota untuk menanam rumput pakan ternak pada lahan mereka. Ini dilatarbelakangi kurangnya pengetahuan anggota kelompok, dan penanaman rumput dinilai kurang mendatangkan keuntungan atau kurang bernilai ekonomis, lebih untung bila ditanami tanaman karet. Padahal keduanya bisa sejalan misalnya, dengan menanam rumput dipinggiran kebun dan pekarangan mereka. Petani lebih memilih mencari rumput jauh ke wilayah desa tetangga. Dampaknya mereka harus meluangkan waktu dan biaya transportasi tambahan untuk itu, yang berakibat
6
pada berkurangnya keuntungan usaha. Anggota kelompok menganggap ternak sebagai simpanan (tabungan) bila memerlukan dana, kurang berorientasi produksi karena hasil yang dapat dinikmati memerlukan waktu sampai ternak siap dijual. Kondisi ini sangat berbeda dengan usaha kebun karet yang mendatangkan penghasilan cepat dan terhitung bisa setiap minggu. Kelompok tani Karya Agung seharusnya dapat berperan merumuskan suatu program kegiatan pemecahan masalah yang dihadapi secara berkelanjutan yang menimbulkan nilai tambah ekonomi dari kegiatan yang saling mendukung antara kebun dan ternak melalui program pengembangan. Dengan begitu tercipta pola hubungan yang saling menguntungkan berdasarkan prinsip “simbiosis mutualisme” dimana kebun dan ternak
mendapatkan
keuntungan,
karena
saling
membutuhkan.
Ternak
membutuhkan rumput yang disediakan lahan kebun sedangkan kebun membutuhkan kompos yang dihasikan ternak sapi. Kelembagaan kelompok tani Karya Agung kurang berfungsi, akibat design by top down approach, belum bersifat kolektif, kurangnya kerjasama, kurang inovasi dan kurang bersifat aktif mengorganisasikan anggota dalam memecahkan masalah yang ada. Kelemahan kelompok tani ini dapat dilihat dari lemahnya kepemimpinan pengurus, tidak ada pertemuan rutin dan kelemahan manajemen usahatani. Akibatnya kelompok belum berjalan sesuai dengan kaidah pemberdayaan masyarakat, belum memperhatikan sisi kemandirian dan keberlanjutan. Potensi lahan di Desa Giriwinangun seluas 3.600 hektar, sebagian besar di manfaatkan untuk lahan Perkebunan seluas 3.286 hektar (91%). Lahan yang dimiliki oleh anggota dan pengurus kelompok tani Karya Agung sebanyak 588 hektar (16,3%). Bila dimanfaatkan secara efektif dan pola yang lebih terpadu, seharusnya lahan kebun dan ternak sapi dapat lebih berkembang menjadi andalan penghasilan untuk meningkatkan kesejahteraan. Idealnya, kelompok tani seperti Karya Agung harus kuat dan bersifat aktif. Dengan kuatnya kelompok akan menghasilkan jaringan kerjasama yang baik sehingga anggota dapat menjadikan kelompok sebagai wadah saling tukar informasi, saling asah asih asuh dalam menghadapi permasalahan yang timbul pada pengembangan usaha kebun dan ternak. Kelompok dapat menjadi solusi dengan menggerakkan penanaman rumput, menggunakan pola pembagian kerja diantara anggota, berwawasan produksi untuk memaksimalkan usaha ternak yang berujung pada peningkatan pendapatan.
7
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, rumusan masalah kajian adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana masalah yang dihadapi oleh kelompok tani Karya Agung dalam mengembangkan usaha tani anggota ? 2. Potensi apa saja yang dimiliki kelompok tani Karya Agung dalam mengatasi permasalahan ? 3. Strategi apa yang dapat dikembangkan dalam penguatan kelompok untuk mengembangkan usahatani kelompok tani Karya Agung di Desa Giriwinangun Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo ? 1.3. Tujuan Kajian Kajian ini bertujuan untuk : 1. Mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi kelompok tani Karya Agung dalam mengembangkan usaha kebun karet dan ternak sapi. 2. Mengidentifikasi potensi penguatan kelompok tani Karya Agung dalam rangka pengembangan usahatani anggotanya 3. Merumuskan strategi penguatan kelompok dan menyusun program pengembangan usahatani kelompok tani Karya Agung di Desa Giriwinangun Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo. 1.4. Kegunaan Kajian Kegunaan dan manfaat yang diharapkan dari kajian ini adalah : 1. Untuk dapat menjadi bahan masukan bagi penguatan kelompok dan peningkatan ekonomi petani dalam kerangka pemberdayaan masyarakat oleh Pemerintah Kabupaten Tebo Provinsi Jambi. 2. Kajian ini dapat dijadikan model penguatan kelompok tani dalam meningkatkan pendapatan usaha oleh Kelompok tani Karya Agung Desa Giriwinangun Kabupaten Tebo. 3. bagi penulis, kajian ini dapat menambah pengetahuan tentang kondisi kelompok di pedesaan, permasalahan-permasalahan kelompok dan strategi yang dapat dilakukan untuk membantu penguatan kelompok tani.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat Pengembangan masyarakat merupakan suatu gerakan yang dirancang untuk meningkatkan taraf hidup keseluruhan komunitas melalui partisipasi aktif, dan jika memungkinkan berdasarkan prakarsa komunitas (Gunardi dkk, 2007). Selain itu menurut Nasdian dan Dharmawan (2007) menyatakan bahwa pengembangan masyarakat juga merupakan suatu perubahan yang terencana dan relevan dengan persoalan-persoalan lokal yang dihadapi oleh para anggota komunitas yang dilaksanakan secara khas dengan cara-cara yang sesuai dengan kapasitas, norma, nilai, persepsi dan keyakinan anggota komunitas setempat, dimana prinsip-prinsip recident participation dijunjung tinggi. Program pengembangan masyarakat disusun secara partisipatif bersama masyarakat yang bertujuan memberdayakan masyarakat lokal. Prinsip pengembangan masyarakat dalam pelaksanaannya saling terkait, antara lain meliputi kemandirian, berkelanjutan, pembangunan terpadu, pemberdayaan, menghargai nilai-nilai lokal, serta partisipasi (Ife, 2002). Dengan demikian pemberdayaan masyarakat merupakan prinsip dari pengembangan masyarakat yang harus dilaksanakan. Dalam terminologi pekerjaan sosial, menurut Dubois dan Milley (1992) pemberdayaan masyarakat merupakan suatu strategi dalam mengatasi masalah yang berkaitan dengan keberfungsian sosial. Keberfungsian sosial diartikan sebagai suatu situasi dimana orang bisa melaksanakan peran sesuai dengan status yang dimilikinya untuk melaksanakan tugas-tugas kehidupannya sebagai individu, anggota kelompok maupun anggota masyarakat secara luas. Salah satu upaya untuk mengatasi disfungsi sosial adalah melalui strategi pemberdayaan. Menurut kartasasmita (1996) salah satu strategi pemberdayaan masyarakat adalah mengembangkan sektor ekonomi bagi rakyat yang masih tertinggal. Hal ini dilakukan dengan cara pertama, menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat untuk berkembang, pemberdayaan adalah upaya membangun daya itu dengan mendorong, memberikan motivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya, kedua memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat (empowering) dengan menerapkan langkah-langkah nyata, penyediaan
9
berbagai peluang yang akan membuat masyarakat menjadi makin berdaya dan memanfaatkan peluang, ketiga melindungi dan membela kepentingan masyarakat lemah, pemberdayaan disini tidak hanya menyangkut pendanaan tetapi juga peningkatan kemampuan sumberdaya manusia. Pemberdayan merupakan gerakan yang dirancang untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui partisipasi aktif atas dasar prakarsa komunitas. Strategi pemberdayaan masyarakat secara partisipatif merupakan strategi yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan karena kegagalan pembangunan seringkali terkait dengan kurangnya partisipasi masyarakat. Dalam kondisi yang demikian itu maka upaya peningkatan kemampuan dan kapasitas masyarakat merupakan strategi untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, sehingga mereka dapat berpartisipasi aktif dalam peran yang tidak hanya terbatas sebagai penerima manfaat, tetapi juga sebagai pengupaya, penilai dan pemelihara keberlanjutan pembangunan. Dalam pemberdayan masyarakat, pendekatan kelompok merupakan pendekatan yang lazim digunakan. Kelompok dapat berperan dalam mengontrol suatu keputusan maupun kebijakan yang berpengaruh langsung kepada kehidupan komunitas. Pendekatan kelompok mempunyai kelebihan antara lain dapat mempercepat proses adopsi, karena adanya interaksi sesama anggota kelompok dalam bentuk saling mempengaruhi satu sama lain (Vitayala 1986). Sedangkan Soekanto (2005), mengemukakan bahwa dalam kelompok terjadi hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi dan kesadaran untuk saling tolong-menolong berdasarkan kesamaan nasib, kepentingan dan tujuan sehingga hubungan antara anggota bertambah erat. Berdasarkan konsep-konsep diatas, maka pengembangan komunitas petani juga perlu menggunakan pendekatan kelompok tani, agar terjadi hubungan timbal balik sesama anggota kelompok dan saling menolong berdasarkan kesamaan kebutuhan, kepentingan dan tujuan untuk mengembangkan potensi masyarakat. 2.2. Penguatan Kelembagaan Penguatan kelembagaan dipandang perlu dimuat dalam tinjauan pustaka kajian ini, untuk memberikan pengertian bahwa kelompok tani merupakan bagian dari apa yang disebut dengan kelembagaan. Kelompok tani memiliki aturan yang disepakati, adanya struktur dan adanya tujuan yang mencirikan kelembagaan. Kelompok tani
10
merupakan kelembagaan yang terbentuk karena pengaruh luar komunitas atau terbentuk atas dorongan pemerintah, sehingga kondisi kelembagaan kelompok tani cenderung lemah. Untuk itu perlu penguatan dan pengembangan kelembagaan. Pola pengembangan kelembagaan masyarakat agar semakin kuat perlu memperhatikan beberapa aspek, yaitu (1) Perbaikan struktur dan fungsi kelembagaan masyarakat, (2) Pemanfaatan informasi dan teknologi yang berimbang, (3) peningkatan program-program pendidikan dan pelatihan secara berkelompok, (4) meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana aktivitas kelembagaan, (5) memberdayakan dan memfasilitasi kelembagaan masyarakat informal, (6) Menciptakan pemimpin kelembagaan yang transformasional (Daryanto, 2004). Berdasarkan pemahaman tersebut, maka penguatan kelembagaan menurut Saharuddin (2000) adalah mencakup pengembangan kapasitas institusi dan kapasitas sumber daya manusia. Penguatan kelembagaan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan dapat dilakukan dengan teknik-teknik sosial yang diturunkan dari penerapan teknologi partisipatif. Menurut Lala dan Tonny (2007), Penguatan kelembagaan pada aras komunitas di dalam satuan desa (community based development) merupakan upaya mengembangkan kelembagaan usaha-usaha produktif yang bersumber dari sinergi beragam kelembagaan di komunitas yang secara konsepsi disebut bonding strategy. Proses ini berlanjut dengan upaya melakukan sinergi beragam kelembagaan antar komunitas yang dikonsepsikan sebagai bridging strategy dalam satuan kelembagaan antar komunitas. Demikian selanjutnya, proses itu perlu berkait dengan kerjasama pada aras pengembangan kelembagaan secara vertikal antar kelembagaan komunitas dengan kelembagaan pemerintah yang fokus untuk pelayanan dan keuangan publik. Proses ini menjadi media pula pengembangan kerjasama dengan beragam pihak. Strategi pada tahap ini disebut sebagai creating strategy. Penguatan kapasitas kelembagaan kelompok tani dapat dilakukan dengan pendekatan yang berbasis pada kekuatan-kekuatan dari bawah secara nyata. Seperti kekuatan sumber daya alam, sumber daya ekonomi, dan sumber daya manusia sehingga menjadi suatu kapasitas lokal. Dengan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dalam menghadapi tantangan pengembangan potensi alam dan ekonomi setempat. Karena itu kebutuhan penting di sini adalah bagaimana mengembangkan kapasitas kelompok tani yang mencakup kelembagaan
dan kapasitas sumberdaya manusia.
Dalam konteks seperti itu pemerintah memiliki fungsi menciptakan strategi kebijakan
11
sebagai landasan bagi kelembagaan kelompok petani untuk mengembangkan kreativitasnya. Kapasitas lokal yang dapat dikembangkan dalam penguatan kelompok tani Karya Agung di Desa Giriwinangun adalah sumberdaya ekonomi berupa kegiatan berkebun karet dan sumberdaya manusia (petani). Kebutuhan penting disini adalah bagaimana mengembangkan kapasitas kelompok yang mencakup kapasitas institusi dan sumberdaya manusia.
2.3. Kelembagaan dan Modal Sosial Kelembagaan sosial merupakan terjemahan langsung dari istilah “social institution”. Akan tetapi ada pula yang menggunakan istilah pranata sosial untuk istilah “social institution” tersebut, yang menunjuk pada adanya unsur-unsur yang mengatur perilaku warga masyarakat. Koentjaraningrat (1997) menyatakan bahwa kelembagaan sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktivitasaktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat. Selanjutnya Polak (1966) mengungkapkan bahwa kelembagaan sosial merupakan suatu kompleks atau sistem peraturan-peraturan dan adat istiadat yang mempertahankan nilai-nilai yang penting. Kelembagaan itu memiliki tujuan untuk mengatur antar hubungan yang diadakan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang paling penting. Menurut Lala dan Tonny (2007) yang dikonsepkan sebagai kelembagaan sosial yaitu aktivitas manusia baik sadar maupun tidak dalam memenuhi kebutuhan hidup selalu diulang-ulang. Akhirnya aktivitas tersebut melekat dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan serta mengatur aktivitas manusia itu sendiri (menjadi norma yang dilandasi nilai-nilai budaya tertentu). Dalam arti aktivitas berulang ini menjadi bagian dari manusia dan masyarakatnya untuk memenuhi kebutuhan hidup, prosesnya kemudian menjadi kerangka pengaturan untuk memenuhi kebutuhan yang terbentuktumbuh – berkembang – berubah – mati – berganti bentuk yang baru demikian seterusnya. Dalam kelembagaan sosial tidak terlepas dari konsep modal sosial (Kapital sosial), yang secara umum dipahami sebagai bentuk institusi, relasi, dan norma-norma yang membentuk kualitas dan kuantitas dari interaksi sosial dalam masyarakat.
12
Kapital sosial merupakan suatu sistem yang mengacu kepada hasil dari organisasi sosial dan ekonomi, seperti pandangan umum (world view), kepercayaan (trust), pertukaran timbal balik (reciprocity), pertukaran ekonomi dan informasi (informational and economic exchange), kelompok-kelompok formal dan informal (formal and informal groups), serta asosiasi-asosiasi yang melengkapi modal-modal lainnya (fisik, manusiawi, budaya) sehingga memudahkan terjadinya tindakan kolektif, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan (Colletta dan Cullen, 2000). Pandangan tersebut memberikan gambaran bahwa modal sosial dapat dilihat dari organisasi sosial ekonomi yang dapat mewujudkan pengembangan kapasitas lokal (locality capacity). Suatu kelompok akan menjadi modal sosial suatu komunitas yang dapat diandalkan sebagai suatu kekuatan sosial dalam bentuk energi yang tidak pernah habis dalam suatu komunitas (Rubin dan Rubin, 1992). Modal sosial yang merupakan suatu kesatuan sistem dalam organisasi atau kelompok mengandung empat dimensi sebagai berikut : Pertama, interaksi (integration) yaitu merupakan ikatan yang kuat antar anggota komunitas. Kedua, pertalian (linkage) merupakan ikatan dengan komunitas di luar komunitas asal. Ketiga, integrasi organisasional (organizational integrity) yang merupakan keefektifan dan kemampuan institusi negara untuk menjalankan fungsinya, termasuk menciptakan kepastian hukum dan menegakkan peraturan. Keempat adalah sinergi (sinergy) yang merupakan relasi antara pemimpin dan institusi pemerintah dengan komunitas (state community relations). Dengan demikian modal sosial merujuk pada seperangkat norma, jaringan, dan organisasi yang orang akan memperoleh akses pada kekuasaan (power) dan sumber daya yang merupakan sarana yang memungkinkan pengambilan keputusan dan formulasi kebijakan. Modal sosial memfokuskan pada relasi antar agen-agen ekonomi dan cara-cara di mana organisasi formal dan informal dapat meningkatkan efisiensi ekonomi. Modal sosial mengimplikasikan bahwa relasi-relasi dan institusi-institusi sosial memiliki pengaruh eksternal yang bersifat positif. Saat ini konsep modal sosial kemudian ditawarkan untuk memperkuat pengembangan usaha ekonomi rakyat termasuk dalam pengembangan usaha petani peternak. Modal sosial sebagai suatu sistem dalam masyarakat memegang peranan penting dalam maju atau mundurnya perekonomian masyarakat. Dengan demikian pada kajian strategi penguatan kelompok tani, modal sosial dianggap sebagai modal yang
13
sangat penting dan mendukung penguatan kelompok bagi sektor usaha kebun dan ternak di pedesaan dalam skala kecil dan rumah tangga.
2.4. Kelompok Tani Kelompok dalam suatu komunitas mencerminkan adanya dinamika tindakan kolektif untuk mencapai tujuan bersama. Darmajanti (2004) menjelaskan bahwa kelompok sebagai gambaran kehidupan berorganisasi suatu komunitas merupakan refleksi dinamika tindakan kolektif warga dalam mengatasi masalah bersama, termasuk peningkatan pendapatan rumah tangga di komunitas. Pemberdayaan masyarakat akan lebih efektif jika dilakukan dengan pendekatan kelompok karena dalam kelompok ada kebersamaan, kesamaan kepentingan serta tujuan sehingga keinginan yang diharapkan lebih cepat tercapai. Adanya kekuatan dalam menolak keputusan serta kebijakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat akan lebih baik jika dilakukan dalam kelompok. Keputusan yang diambil akan lebih menyeluruh sehingga mengurangi tingkat kesenjangan antara masyarakat dengan pengambil kebijakan. Salah satu kelompok yang dapat meningkatkan pemberdayaan masyarakat adalah kelompok tani. Kelompok diartikan sebagai suatu sistem yang diorganisasikan dari dua orang atau lebih yang saling berhubungan sehingga sistem tersebut melakukan beberapa fungsi, memiliki seperangkat standar hukum, peranan antara anggotanya dan mempunyai seperangkat norma yang mengatur fungsi kelompok dan masing-masing anggotanya (Mc. David dan Karari dalam Effendi, 2001). Di dalam kelompok terjadi suatu dialogical encounter yang menumbuhkan dan memperkuat kesadaran dan solidaritas kelompok. Anggota kelompok menumbuhkan identitas seragam dan mengenali kepentingan mereka bersama. Pemahaman terhadap kelompok bila diterapkan kepada kelompok tani memberikan pengertian bahwa kelompok tani adalah sejumlah petani yang mempunyai kaitan antar hubungan satu dengan yang lainnya atas dasar keserasian dan kebutuhan yang sama, terikat secara informal dalam suatu wadah kelompok, dan mempunyai aktifitas sama dalam hal tani, umpamanya dalam hal kebun dan pemeliharaan ternak . Kelompok tani bisa dikategorikan sebagai wujud kelembagaan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan. Hal ini dapat dilihat dari aspek produksi, distribusi dan
14
pengolahan hasil. Walaupun aspek distribusi dan pengolahan hasil biasanya dilakukan oleh pihak lain, namun untuk memperkuat posisi tawar petani di dalam mengembangkan kemandiriannya maka kedua aspek tersebut selayaknya dikelola melalui kelompok. Interaksi kelompok tani tidak terlepas dari komunikasi yang terbangun dari kelompok itu dan seharusnya kelompok dijadikan wadah untuk memecahkan masalah yang dirasakan para anggotanya. komunikasi kelompok harus berfungsi dalam situasisituasi pemecahan masalah dan pengambilan keputusan untuk dapat merumuskan atau mengungkapkan suatu penilaian. Salah satu model dalam upaya pemberdayaan kelompok perlu dilakukan melalui tiga hal yaitu: pertama rekayasa sosial dengan penguatan kelembagaan tani, kelembagaan penyuluh dan pengembangan sumberdaya manusia; kedua rekayasa ekonomi dengan pengembangan akses permodalan, sarana produksi dan pasar; dan ketiga rekayasa teknologi melalui kesepakatan gabungan antara teknologi anjuran dan kebiasaan petani.
2.5. Analisis SWOT (Strength, Weaknesses, Opportunities, and Threats) Subroto (2001) menjelaskan bahwa SWOT adalah sebuah teknik yang sederhana, mudah dipahami, dan juga bisa digunakan dalam merumuskan strategistrategi
dan
kebijakan-kebijakan
untuk
pengelolaan
pegawai
administrasi
(administrator). Berdasarkan pengertian tersebut, SWOT dalam konteks pengembangan masyarakat merupakan sebuah teknik yang sederhana, mudah dipahami dan juga bisa digunakan dalam merumuskan strategi-strategi dan kebijakan untuk melakukan pengembangan masyarakat. Analisis SWOT dilakukan dengan mengidentifikasi Kekuatan dan kelemahan yang berasal dari faktor internal kelembagaan kelompok petani peternak, serta mengindentifikasi kesempatan dan ancaman yang berasal dari faktor eksternal yaitu dari pihak luar. Lebih lanjut menurut Subroto (2001) berdasarkan analisis SWOT tersebut caracara serta tindakan yang diambil, proses pembuatan keputusan harus mendukung dan mempunyai prinsip berikut ini, kembangkan kekuatan, minimalkan kelemahan, tangkap kesempatan dan peluang, dan hilangkan ancaman.
15
Menurut Rangkuti (2002) analisis SWOT, adalah proses identifikasi berbagai aktor secara sistematis untuk merumuskan strategi pengambilan keputusan. Dalam analisis SWOT ini dilakukan dengan wawancara kepada petani dan aparat pertanian serta orang yang dianggap mengetahui penelitian, untuk mengumpulkan berbagai informasi
yang
selanjutnya
dilakukan
diskusi
untuk
merumuskan
strategi
pengembangan. Analisis SWOT yang digunakan meliputi faktor internal strenghts (kekuatan) dan weaknesses (kelemahan) serta faktor eksternal opportunities (peluang) dan threats (ancaman) yang dihadapi daerah yang bersangkutan. 2.6. Indikator Kemandirian Kelompok Indikator keberhasilan perlu digunakan, menurut syaukat dan sutara (2007) indikator keberhasilan adalah dengan cara membandingkan keadaan sebelum dan sesudah dilaksanakannya upaya pembangunan. Bila terdapat perbaikan yang cukup berarti dalam indikator-indikator tersebut maka dapat dikatakan bahwa telah terdapat hasil yang positif. Dalam proses pemberdayaan dan pengembangan masyarakat juga memerlukan indikator keberhasilan. Menurut Suharto (2006) untuk mengetahui fokus dan tujuan pemberdayaan secara operasional, perlu diketahui berbagai indikator keberdayaan yang dapat menunjukkan seseorang/kelompok itu berdaya atau tidak. Hingga segenap upaya dapat dikosentrasikan pada aspek apa saja dari sasaran perubahan. Sumodiningrat
(1999)
juga
mengemukakan
indikator
meningkatnya
kemandirian kelompok yang ditandai dengan makin berkembangnya usaha produktif anggota dan kelompok, makin kuatnya permodalan kelompok, makin rapinya sistem administrasi kelompok, serta makin luasnya interaksi sosial dengan kelompok lain. Keberhasilan kelompok dalam melaksanakan usahanya dapat disebabkan adanya kesadaran atas permasalahan yang dihadapi kelompok, adanya pengetahuan tentang potensi dan kelemahan yang dimiliki kelompok dan adanya kemampuan untuk menentukan pilihan terhadap alternatif usaha yang ada. Peningkatan pendapatan dan penghasilan kelompok tani tidak terlepas dari faktor pengaruh kekuatan yang dimiliki kelompok. Bila kelompok dalam kondisi yang kuat maka akan berdampak pada peningkatan produktifitas anggota. Menurut Bappenas (2004) indikator yang bisa digunakan untuk mengukur suatu kelompok berhasil yaitu :
16
a. Dalam meningkatkan ketrampilan yaitu orientasi kegiatan berdasarkan kebutuhan dan mengadakan pertemuan rutin yang berkelanjutan untuk mendiskusikan pengetahuan dan ketrampilan, serta pengalaman dalam menghadapi permasalahan yang berkaitan dengan teknologi, budidaya, penyediaan sarana produksi, pemasaran, dan analisis usaha. mempunyai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga AD/ART, administrasi, dan kerjasama yang baik secara berkelompok. b. Pengembangan sebagai unit produksi yaitu merencanakan dan menentukan pola usaha yang menguntungkan berdasarkan informasi yang tersedia dalam bidang teknologi, sosial, pemasaran, sarana produksi, dan sumberdaya alam. Menyusun rencana usaha seperti: Rencana Definitif Kelompok (RDK), dan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK), termasuk rencana permodalan, gerakan bersama. c. Melaksanakan kegiatan untuk kepentingan bersama seperti menerapkan teknologi tepat guna yang telah disepakati, pengadaan sarana produksi, pemasaran, pemberantasan hama penyakit, pelestarian sumberdaya alam, dan lain sebagainya. d. Sebagai Wahana Kerjasama yaitu mengadakan pembagian tugas, baik pengurus maupun anggota kelompok, sehingga seluruh anggota kelompok bisa berperan dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh kelompoknya. Dan menjalankan administrasi kelompok secara tertib, meliputi catatan anggota kelompok, inventarisasi kekayaan kelompok, hasil-hasil pertemuan, keuangan, surat-menyurat, buku tamu. e. Sebagai kelompok usaha yaitu menganalisis potensi pasar dan peluang untuk mengembangkan komoditas dan meningkatkan kelompok menjadi kelompok usaha bersama agribisnis (KUBA). Berdasarkan praktek lapangan pemetaan sosial dan evaluasi program, kondisi kelompok tani Karya Agung ialah juga berorientasi pada kebutuhan, namun belum ada pertemuan rutin. Dalam menghadapi masalah, anggota menyelesaikan secara individu. Belum pada tahapan merencanakan dan menentukan pola usaha yang menguntungkan, kurang terjalin kerjasama dalam menerapkan teknologi tepat guna untuk memanfaatkan sumberdaya dan pemasaran serta tidak tampak pembagian tugas antara pengurus dan anggotanya.
2.7. Manajemen Kelompok Manajemen mempunyai pengertian yang luas, terutama cara mengelola sumberdaya manusia. Handoko (1987) mengemukakan bahwa manajemen mencakup fungsi-fungsi perencanaan (penetapan apa yang akan dilakukan), pengorganisasian (perancangan dan penugasan kelompok kerja), penyusunan personalia (penarikan, seleksi, pengembangan, pemberian kompensasi dan penilaian prestasi kerja), pengarahan (motivasi, kepemimpinan, integrasi, dan pengelolaan konflik), dan pengawasan.
17
Menurut Flippo dalam Handoko (1987) yang dimaksud dengan manajemen sumberdaya manusia adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan kegiatan-kegiatan pengadaan, pengembangan, pemberian kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan dan pelepasan sumberdaya manusia agar tercapai berbagai tujuan individu, organisasi dan masyarakat. Pemahaman manajemen sumberdaya manusia dapat digunakan sebagai pengembangan sumberdaya manusia oleh kelompok tani Karya Agung, agar tercapai tujuan-tujuan anggota untuk dapat menguatkan kelompok tani Karya Agung. Keberhasilan pengelolaan organisasi kelompok tani sangat ditentukan kegiatan pendayagunaan sumberdaya manusia. Penguatan kelompok itu sendiri selain mencarikan program dan strategi pemecahan masalah usaha kebun dan ternak yang dihadapi anggota, juga dapat melakukan pengembangan sumberdaya manusia melalui pembinaan, pendampingan maupun pelatihan manajemen kelompok. Pelaksanaan pengembangan harus sesuai dengan situasi dan kondisi anggota kelompok tani Karya Agung.
2.8. Kerangka Pemikiran Untuk kepentingan kajian ini, pengertian penguatan kelompok merujuk pada konsep yang diutarakan Sumpeno dan Darmajanti. Maka defenisi penguatan kelompok dapat diartikan pengembangan kapasitas mencakup peningkatan pengetahuan, membangun kerja kelompok, jaringan dan kemampuan individu serta organisasi agar terbangun sinergi antar pelaku untuk mengatasi masalah secara bersama, sehingga tujuan dapat dicapai lebih efektif dan efisien yang berdampak pada peningkatan penghasilan. Pengembangan masyarakat merupakan suatu perubahan yang terencana dan relevan dengan persoalan dan masalah lokal yang dihadapi oleh para anggota kelompok Tani Karya Agung yang dilaksanakan secara khas dengan cara-cara yang sesuai dengan kapasitas, norma, nilai, persepsi dan keyakinan anggota kelompok dimana prinsip partisipasi dikedepankan. Masalah yang dihadapi kelompok tani Karya Agung adalah permasalahan kelemahan kelompok dalam pengembangan manajemen dan usaha anggota kelompok tani, kwalitas sumberdaya manusia yang rendah dan jaringan kerjasama anggota
18
kelompok. Untuk dapat memecahkan masalah harus diketahui potensi yang dimiliki kelompok agar dapat digunakan untuk menyusun langkah-langkah penguatan kelompok. langkah-langkah dilakukan melalui perumusan strategi yang dapat dikembangkan dalam penguatan kelompok untuk mengembangkan usaha. Kajian ini tidak terlepas dari langkah-langkah pengembangan kapasitas kelompok yang berkelanjutan dalam upaya meningkatkan pendapatan yang dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi penguatan kelompok tani meliputi potensi lahan atau sumberdaya alam yang tersedia, kapasitas kelompok baik pengurus dan anggota dalam melaksanakan fungsi dan juga mencakup partisipasi anggota dan pengurus. Modal sosial yang ada antara para anggota, pengurus dan masyarakat berupa kepercayaan, jejaring yang terbangun dan nilai/norma yang berlaku. Karakteristik anggota yaitu pengetahuan yang dimiliki komunitas petani, ketrampilan dalam menjalankan kegiatan usaha ternak. Faktor eksternal yang mempengaruhi Kelompok tani meliputi faktor-faktor yang datang dari luar yaitu Dinas Perkebunan, Dinas Peternakan dan perikanan berikut jajaran dibawahnya termasuk petugas peternakan di Kecamatan, pendidikan dan pelatihan
tentang
usaha
peningkatan
kapasitas
kelompok,
bimbingan
PPL,
kelembagaan lain atau dinas terkait yang mempunyai hubungan pengembangan kapasitas kelompok serta dunia usaha (swasta) yang terlibat dalam usaha tani (kebun dan ternak) dan pola kerjasama yang berlaku pada komunitas desa, serta akses pemasaran hasil kebun dan ternak yang dimanfaatkan oleh kelompok tani Karya Agung Desa Giriwinangun. Potensi kelompok, faktor internal dan eksternal mempengaruhi strategi penguatan kelompok tani Karya Agung hingga dapat mencapai kelompok tani yang dikategorikan berhasil dengan ukuran indikator yang dipakai yaitu manajemen usahatani yang baik, meningkatnya ketrampilan kelompok tani, perencanaan pola usaha yang menguntungkan, meningkatnya kerjasama, mampu menganalisis potensi dan peluang. Faktor-faktor eksternal dan internal, berpengaruh terhadap permasalahan yang dihadapi oleh kelompok tani. Dari beberapa permasalahan yang diidentifikasi kemudian dipilih masalah prioritas yang paling mendesak dan paling memungkinkan yang ditangani sesuai dengan sumberdaya yang dimiliki oleh petani peternak. Faktor-faktor
19
tersebut akan dianalisis dengan menggunakan analisis SWOT kualitatif bersama komunitas kelompok tani sehingga menghasilkan alternatif rancangan strategi hingga menghasilkan strategi penguatan kelompok tani. Penguatan kelompok tani diharapkan akan mencapai suatu keadaan kelompok yang berhasil dengan indikator manajemen usahatani yang baik, meningkatnya ketrampilan kelompok tani, melakukan perencanaan pola usaha yang menguntungkan, meningkatnya kerjasama antara anggota kelompok dan dengan pihak luar kelompok, untuk pengembangan usaha serta mampu menganalisis potensi dan peluang yang ada pada kelompok tani itu sendiri. Tujuannya dari rancangan program strategi penguatan kelompok tani adalah terwujudnya peningkatan pendapatan dan penghasilan anggota melalui usahatani, yang ditandai dengan peningkatan dan pengembangan manajemen usahatani, jaringan kerjasama anggota kelompok, serta peningkatan pengetahuan sumberdaya manusia dalam proses produksi yang efektif. Usahatani yang dikembangkan adalah usahatani yang terintegrasi antara kebun karet dan ternak sapi kedua usaha ini saling mendukung sehingga dapat memperoleh hasil yang optimal. Dengan dampak yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani, khususnya anggota kelompok tani Karya Agung. Secara lebih ringkas, kerangka pemikiran disajikan pada Gambar 1.
20
Masalah 1. Pengembangan manajemen dan usaha anggota kelompok tani 2. Sumberdaya Manusia 3. Jaringan kerjasama anggota
Potensi yang dimiliki kelompok Faktor Internal - Lahan/SDA - Modal sosial - Kepercayaan - Jejaring - Nilai/norma - Kapasitas kelompok - Karakteristik anggota - Pengetahuan - ketrampilan
Strategi penguatan kelompok tani
kelompok tani yang berhasil, indikator : - Manajemen usahatani baik - Meningkatnya ketrampilan kelompok tani - Perencanaan pola usaha yang menguntungkan - Meningkatnya kerjasama - Mampu menganalisis potensi dan peluang
Faktor Eksternal - Dinas Perkebunan - Dinas Peternakan dan Perikanan - Bimbingan PPL - Kelembagaan lain : Dinas terkait, bank, Swasta. - Pendidikan dan pelatihan - Akses pemasaran -
Integrasi usahatani Kebun dan Ternak
Peningkatan penghasilan dan kesejahteraan
Gambar 1 : Kerangka berpikir Penguatan Kelompok Tani Karya Agung
21
III. METODE PENELITIAN
3.1. Pendekatan dan Strategi Kajian Batas-batas kajian atau penelitian menurut Spradly (dalam Sugiyono, 2005) terdiri dari yang paling kecil, yaitu situasi sosial (single social situation) sampai masyarakat luas yang paling kompleks. Adapun yang menjadi batas-batas kajian ini adalah sekelompok masyarakat, yaitu kelompok tani Karya Agung yang bertempat tinggal di Desa Giriwinangun Kabupaten Tebo. Rancangan penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan pilihan strategi studi kasus. Menurut Moleong (2005) penelitian kualitatif adalah penelitian untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya prilaku, persepsi, tindakan secara holistik. Kajian ini bersifat deskripsi evaluasi sumatif yaitu berupaya untuk memahami ciri-ciri dan sumber masalah. Pertama, kajian ini berupaya menjelaskan bagaimana kelompok tani di Desa Giriwinangun dalam pengembangan manajemen dan usaha anggota kelompok tani, meningkatkan pengetahuan anggota melalui peningkatan kapasitas sumberdaya manusia, dan jaringan kerjasama anggota kelompok yang baik, serta mengidentifikasi faktor dan peluang pemecahan masalah yang berhubungan dengan penguatan kelompok tani. Langkah berikutnya berusaha menemukan rancangan strategi dalam penguatan kelembagaan kelompok tani. Alasan menggunaan penelitian kualitatif karena studi ini membahas aspek perilaku dan dinamika kelompok yang sangat kompleks. Penelitian terhadap kesatuan sosial dipilih sebagai bahan kajian terhadap agregat sosial yang lebih luas, tetapi hubungan antara kesatuan sosial tersebut dengan total populasi tidak dapat ditaksir. Kesimpulan yang dihasilkan dalam kajian ini hanya akan berlaku pada komunitas desa yang dikaji atau lokasi yang memiliki kondisi yang sama dengan lokasi kajian. Walaupun demikian diharapkan kesimpulan-kesimpulan yang akan dihasilkan dapat memberikan arti penting dalam pengembangan kelompok tani baik bagi pemerintah daerah maupun masyarakat.
22
3.2. Lokasi dan Waktu Lokasi kajian pengembangan masyarakat dilakukan di Desa Giriwinangun Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo Provinsi Jambi, dengan komunitas subjek kelompok tani Karya Agung. Pemilihan terhadap desa tersebut dilakukan secara ”purposive” yakni pemilihan secara sengaja dengan maksud menemukan desa yang relevan dengan tujuan penelitian, pemilihan lokasi dilatari pertimbangan sangat cocok dengan pengembangan masyarakat karena kondisi kelompok tani Karya Agung yang lemah. Walau mempunyai komoditas unggulan lahan perkebunan karet relatif luas dan ternak sapi, namun belum mampu untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga petani. Kajian pengembangan masyarakat dilakukan dalam serangkaian kegiatan yang terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama dilakukan pada saat Praktek Lapangan I (Pemetaan Sosial) pada bulan Februari 2008, tahap kedua dilakukan pada saat Praktek Lapangan II (Evaluasi Program Pengembangan Masyarakat) pada bulan Juni 2008, dan tahap ketiga kegiatan Kajian mendalam Pengembangan Masyarakat. Jadwal kegiatan pelaksanaan Kajian Pengembangan Masyarakat dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 : Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Kajian Pengembangan Masyarakat
NO.
2008
JENIS KEGIATAN 1 2
1.
Pemetaan Sosial Desa (PL 1)
2.
Evaluassi Program (PL 2)
3.
Penyusunan Proposal Kajian
4.
Seminar Proposal Kajian
5.
Penulisan Laporan
6.
Pengumpulan Data di Lapangan
7.
Analisis Data
8.
Bimbingan Penulisan
9.
Seminar dan Ujian
10.
Perbaikan Laporan
3
4
5
6
7
2009 8
9 10 11 12
1
2
23
3.3. Teknik Pengumpulan Data Data yang dipergunakan dalam kajian adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti dari responden dan informan, yaitu pengurus, anggota kelompok tani Karya Agung, masyarakat Desa, dan informan baik formal maupun informal. Informan dimaksud adalah kepala desa dan perangkatnya, PPL Kecamatan, Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), Ketua Badan Perwakilan Desa (BPD), dan Tokoh Masyarakat. Data dan informasi dikumpulkan melalui hasil pengamatan lapangan, observasi, wawancara dan FGD. Data sekunder, ialah data yang diperoleh dari data statistik, litetarur dan laporan data base yang diperoleh dari instansi terkait dan data pendukung di tingkat desa maupun kecamatan. Peneliti juga melakukan pengamatan berperan serta mengamati prilaku anggota kelompok tani dalam melakukan kegiatan berkebun dan pemeliharaan ternak sapi potong. Tujuannya untuk mengetahui kapasitas kelompok dan kinerja kelompok. Wawancara mendalam dilakukan dengan responden dan informan untuk menjaring data tentang profil kelompok dan usaha tani serta permasalahan yang dihadapi. Teknik pengumpulan data primer secara lebih rinci dapat di jelaskan sebagai berikut : 1. Observasi dan Pengamatan Berperan Serta. Merupakan metode perolehan informasi yang mengandalkan pengamatan langsung dilapangan, baik yang menyangkut obyek, kejadian, proses, hubungan maupun kondisi masyarakat. Tujuannya untuk mengetahui secara nyata aktivitas pengelolaan kebun karet dan pemeliharaan ternak sapi yang dilakukan anggota kelompok tani Karya Agung di Desa Giriwinangun. 2. Wawancara Mendalam Menggali informasi dari kelompok tani, PPL, aparat desa untuk digunakan sebagai kajian. Pencarian responden dan informan bertujuan untuk menjaring sebanyak mungkin informasi yang diperlukan. Wawancara dilakukan dengan 12 orang anggota kelompok tani yang diambil dari kelompok tani Karya Agung mengenai permasalahan yang dihadapi dan upaya yang telah lakukan. Selain itu kepada responden juga diberikan pertanyaan dalam bentuk kuisioner tertutup. Informan adalah pihak luar subjek kajian yang mempunyai informasi tentang usaha tani ternak.
24
3. Focus Group Discussion (FGD) FGD merupakan suatu forum yang dibentuk untuk saling membagi informasi dan pengalaman diantara para peserta diskusi dalam kelompok tani Karya Agung untuk membahas satu masalah yang telah terdefenisikan sebelumnya. Secara metodologis dilakukan karena ada keyakinan bahwa masalah yang diteliti tidak dapat dipahami oleh metode survey atau wawancara individu saja dan untuk memperoleh data kualitatif yang bermutu dalam relatif singkat. FGD bertujuan untuk membahas rancangan strategi dan rancangan program penguatan kelompok tani Karya Agung berdasarkan masalah dan kebutuhan yang diidentifikasi bersama oleh para peserta. Selama diskusi, para peserta yang terdiri dari PPL Pertanian perkebunan, PPL Peternakan, perwakilan aparat desa, pengurus beserta Anggota Kelompok tani Karya Agung mengungkapkan permasalahan dari sudut pandang masing-masing untuk diidentifikasi. Selanjutnya dibuat kesepakatan bersama mengenai prioritas masalah kemudian dicarikan alternatif strategi pemecahannya dan dengan kesepakatan bersama pula ditentukan strategi prioritas. Data dan teknik pengumpulannya tersaji pada Tabel 2. Tabel 2 : Tujuan, Jenis Data, Sumber Data dan Metode Analisis Lapangan di Desa Giriwinangun Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo No.
Tujuan
Jenis Data
1.
Mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan yang dihadapi kelompok tani Karya Agung dalam mengembang kan usaha kebun Dan ternak sapi Mengidentifikasi potensi pengembang an usaha kelompok Tani Karya Agung dalam rangka menguatkan kelompok tani.
Data peta sosial desa, Sistem ekonomi lokal, dan masalah-masalah pengembangan usaha tani ternak, sumberdaya lahan
Laporan PL 1, observasi, wawancara dengan anggota dan pengurus kelompok tani Karya Agung.
Lingkungan usaha faktor internal dan eksternal, monografi desa, data perkebunan, peternakan
Anggota kelompok tani Karya Agung, perang- SWOT kualitatif kat desa, Dinas terkait, PPL, laporan PL 2, wawancara, observasi.
Menyusun strategi penguatan kelompok dan menyusun program pengembangan Usahatani kelompok tani Karya Agung Desa Giriwinangun
Permasalahan yang dihadapi anggota kelompok tani, kebutuhan petani, Program yang di inginkan kelompok tani, faktor internal dan eksternal.
Kelompok tani Karya Agung, aparat desa, masyarakat, dinas terkait, PPL.
2.
3.
Sumber Data
Metode Analisis - Deskriptif - FGD
- SWOT kualitatif - FGD
25
3.4. Metode Analisis Data Untuk mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi Kelompok tani Karya Agung dalam pengembangan manajemen dan usaha anggota kelompok tani, sumberdaya manusia, jaringan kerjasama anggota kelompok, digunakan analisis deskriptif secara kualitatif dan Focus Group Discussion (FGD). Dengan metode tersebut diharapkan permasalahan yang ada pada kelompok tani Karya Agung Desa Giriwinangun dapat diketahui dengan jelas dan yang benar-benar dirasakan anggota kelompok. Sedangkan untuk mengidentifikasi potensi pengembangan usaha kelompok tani Karya Agung dalam rangka menguatkan kelompok tani dan mengatasi permasalahan menggunakan analisis SWOT kualitatif yaitu dengan mengidentifikasi faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan tantangan) agar diketahui potensi yang dimiliki kelompok tani Karya Agung. Data yang telah dikumpulkan menggunakan teknik diatas di analisis. Data tersebut terlebih dahulu dipilah, dikategorikan, dan dikelompokkan sesuai dengan kebutuhan analisis. Cara penyajian melalui tabel dan gambar digunakan untuk membantu penyajian hasil analisis data tersebut. Pemilahan data dilakukan dengan cara melengkapi dan mentransformasi data mentah yang ditulis dalam catatan lapangan sehingga menjadi laporan yang sistematis, dan melengkapi informasi yang terkumpul dengan sumber-sumber lain yang mendukung. Penyusunan rancangan strategi penguatan kelompok dan penyusunan program pengembangan usaha kelompok tani Karya Agung menggunakan analisis SWOT kualitatif dengan unit analisis sistim kelembagaan kelompok dalam usaha kebun dan ternak sapi. Langkah yang ditempuh dengan mengindentifikasi lingkungan komunitas kelembagaan kelompok tani Karya Agung yang terdiri dari faktor internal (kekuatan dan kelemahan) serta faktor eksternal (peluang dan ancaman) dalam pengembangan usaha melalui penguatan kelompok. Faktor-faktor yang mempengaruhi ini digali melalui panduan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada responden. Hasilnya, dibahas dalam FGD untuk mendapatkan tanggapan dari peserta FGD dengan bentuk penolakan, persetujuan maupun penambahan. Selanjutnya disusun alternatif rancangan strategi yang memungkinkan untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh kelompok tani Karya Agung.
26
3.5. Rancangan Program Pengembangan Masyarakat Penyusunan rancangan program pengembangan masyarakat dilaksanakan secara partisipatif yang dihasilkan melalui Focus Group Discussion (FGD) dengan mengutamakan peran serta Kelompok tani Karya Agung sebagai subjek pengembangan masyarakat. Penyusunan rencana program dengan menentukan tujuan, sasaran kegiatan, waktu, pelaksana, penanggung jawab, sistem sumber dan peran yang bisa dilakukan. Program yang dirancang meliputi jenis kegiatan, tujuan, indikator, sasaran dan pelaksana program. Program tersebut harus sesuai dengan potensi yang ada serta disesuaikan dengan tujuan utama yaitu peningkatan ekonomi melalui penguatan kelompok tani. Penulis bertindak sebagai fasilitator FGD, bertugas untuk mengarahkan dan membangun pastisipasi dari komunitas sehingga berjalan pastisipatif.
27
IV. PETA SOSIAL DESA GIRIWINANGUN 4.1. Lokasi Desa Giriwinangun terletak di ketinggian antara 100 sampai dengan 499 meter diatas permukaan laut dengan kemiringan tanah 72 Ha 0 - 2%, 531 Ha 3 - 15% dan 2.986 Ha dengan kemiringan 16 – 40%. Desa Giriwinangun secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo Provinsi Jambi. Jarak terdekat ke Ibukota kecamatan Karang Dadi adalah 17 kilometer dengan waktu tempuh + 20 menit, menggunakan kendaraan ojeg dengan biaya + Rp. 5000,-. Jarak terdekat ke Ibukota kabupaten Muara Tebo sejauh 31 kilometer dengan waktu + 30 menit dengan menggunakan kendaraan umum (Angdes) dengan biaya + Rp. 5.000,-. Jarak tempuh ke Ibukota Provinsi sejauh 241 kilometer dengan waktu + 5 jam dengan menggunakan kendaraan Umum (Travel) dengan biaya + Rp. 60.000,-. Jarak desa dengan Ibukota kecamatan, Kabupaten dan Provinsi disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3 : Jarak Desa Giriwinangun Dengan Pusat Kota Waktu Tempuh
No
Posisi dengan
Jarak (Km)
1.
Ibukota kecamatan
17 Km
20
ojek
2.
Ibukota Kabupaten
31 Km
30
Angdes
3.
Ibukota Provinsi
241 Km
300
Bus AKDP, Travel
(menit)
Batas Desa Giriwinangun meliputi, sebelah
Sarana Transportasi
Utara berbatasan dengan Desa
Jambu Kecamatan Tebo Ulu, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sumber Agung Kecamatan Rimbo Ilir, sebelah
Barat berbatasan dengan Desa Rantau Kembang
Kecamatan Rimbo Ilir sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sari Mulya Kecamatan Rimbo Ilir. Secara administratif, Desa Giriwinangun terbagi dalam 5 dusun meliputi: Dusun Pulung Jati Rejo, Dusun Karang Widodo, Dusun Wonoharjo, Dusun Tegal Ombo dan Dusun Sendang Sari serta terbagi dalam 10 wilayah RW dan 27 RT. Sedangkan lokasi kajian pengembangan masyarakat berada di Dusun Sendang Sari. Melihat kondisi Desa Giriwinangun akses untuk menuju wilayah dusun-dusun yang ada sangat terjangkau karena dilalui jalan jalur desa dengan sarana transportasi
28
umum berupa motor (ojeg) sedangkan jalan utama adalah jalan poros yang membelah desa dilalui oleh angkutan desa maupun Travel yang akan menuju Kecamatan Rimbo Bujang dan sebaliknya menuju ke pusat Pemerintahan Kabupaten, hingga secara umum dapat dikatakan wilayah Desa Giriwinangun sangat mudah dijangkau. Berdasarkan data dalam buku “Potensi Desa dan Kecamatan Rimbo Ilir dalam Angka 2007” yang didasarkan pada laporan monografi desa-desa di seluruh Kecamatan Rimbo Ilir, maka luas lahan Desa Giriwinangun yaitu + 3.600 hektar. Komposisi penggunaan lahan tersebut secara umum dapat dibagi atas lahan Perkebunan seluas 3.286 hektar (91 %), tanah tegalan/ladang
seluas 81 hektar (2,25 %), untuk
pekarangan/perumahan penduduk 218 hektar (6 %) dan 15 hektar (0,41 %) untuk Pasar dan lain-lain. Berdasarkan komposisi penggunaan lahan, maka sebagian besar wilayah Desa Giriwinangun dimanfaatkan sebagai lahan perkebunan karet dan untuk beternak sapi potong. Dalam proses pengelolaan kebun Karet di Desa Giriwinangun sebagian besar penduduk mengelola sendiri dengan menyadap getah karet (deres) dan mengumpulkan mangkok-mangkok karet untuk kemudian disatukan menjadi bantalan getah karet. Namun bagi sebagian warga yang tergolong kaya di desa, lahan kebun karet tersebut di serahkan untuk dikelola kepada para penderes untuk menggarap lahan kebun karet dengan sistem “Bagi Duo” (Karet yang terkumpul 50% untuk pemilik kebun, 50% untuk penggarap/Penderes). Kemudian hasil Karet yang terkumpul dijual kepada tengkulak ataupun ke Pasar lelang Karet Desa, dengan sistem pembagian hasil sangat merata, dan biasanya yang berlaku di Desa Giriwinangun Penderes karet menerima dalam bentuk uang. 4.2. Kependudukan Penduduk Desa Giriwinangun adalah homogen karena mayoritas berasal dari para transmigrasi dari Wonogiri Jawa Tengah yang datang pada tahun 1979, jadi perubahan komposisi penduduk relatif tidak jauh berbeda dari tahun ke tahun. Berdasarkan Monografi Desa pada Bulan November 2007, penduduk Desa Giriwinangun sebanyak 4.511 jiwa yang terdiri dari 1.433 KK, dengan komposisi jumlah penduduk laki-laki sebanyak 2.352 jiwa (52,13 %) dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 2.159 jiwa (47,86 %), tingkat kepadatan penduduk adalah 125 jiwa per Km2.
29
Untuk lebih jelasnya Komposisi penduduk dilihat dari penggolongan umur dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 : Penduduk Desa Giriwinangun Menurut Umur dan Jenis Kelamin No.
Komposisi Umur
Jenis Kelamin
Jumlah
Persen (%)
L 1
0–4
159
142
301
6,67
2
5–9
163
144
307
6,80
3
10 – 14
168
146
314
6,97
4
15 – 19
172
161
333
7,38
5
20 – 24
171
166
337
7,47
6
25 – 29
169
173
342
7,58
7
30 – 34
178
165
343
7,60
8
35 – 39
175
164
339
7,51
9
40 – 44
169
158
327
7,25
10
45 – 49
179
164
343
7,60
11
50 – 54
184
167
351
7,78
12
55 – 59
163
146
309
6,85
13
60 – 64
162
142
304
6,74
14
65 tahun keatas
140
121
261
5,78
Jumlah 2352 2159 Sumber : Monografi Desa Giriwinangun 2007.
4511
100
Berdasarkan golongan umur diketahui bahwa struktur usia penduduk Desa Giriwinangun yang berada pada usia angkatan kerja (Usia 15 s/d 64 tahun) adalah sebesar 3.328 orang. Di Desa Giriwinangun kaum perempuan selain sebagai Ibu rumah tangga, mereka pada umumnya juga ikut bekerja di kebun dan memelihara ternak sapi dalam membantu suami menjalankan usaha tani keluarga. Begitu juga dengan anakanak mereka yang telah dewasa berusia lebih dari 15 tahun umumnya turut membantu bekerja, seperti menyadap karet dan mencari rumput pakan ternak sapi. Laju perkembangan penduduk terkait langsung dengan pengembangan ketenagakerjaan dan pengembangan pendidikan. Meningkatnya jumlah penduduk usia kerja berpengaruh terhadap besarnya angkatan kerja di suatu wilayah.
30
Berdasarkan informasi dari Sekretaris Desa Giriwinangun, sumber data untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan penduduk didasarkan pada sistem registrasi penduduk. Berdasarkan sistem ini, informasi yang dikumpulkan hanya terbatas pada peristiwa atau kejadian pertambahan atau pertumbuhan penduduk sesuai dengan yang dilaporkan ke aparat desa. Informasi yang dikumpulkan tersebut terbatas kepada terjadinya
kelahiran,
kematian,
perkawinan,
perceraian,
laporan
kepindahan,
permohonan surat jalan untuk pergi ke luar desa. Dari data yang diperoleh, mulai bulan Januari 2007 sampai terhitung Januari 2008 jumlah kelahiran di Desa Giriwinangun adalah 55 jiwa, kematian 18 jiwa. Terdapat penduduk masuk/datang sebanyak 5 jiwa yang hampir semua yang datang untuk bekerja sebagai penderes Karet di Kebun, penduduk ke luar/pindah dari Desa sebanyak 9 jiwa, dikarenakan melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi yang ada di Padang dan Jambi, jadi mereka bisa dikatakan keluar dari desa. Data penduduk menurut tingkat pendidikan menunjukkan bahwa penduduk Desa Giriwinangun Tidak atau Belum Tamat SD sebanyak 182 jiwa (4,03 %) dan sebanyak 1892 jiwa (41,94 %) penduduk Desa Giriwinangun hanya berpendidikan tamat SD. Hal ini berpengaruh pada jenis mata pencaharian penduduk, dimana karena tingkat pendidikan dan keterampilan rendah sebagian besar penduduk hanya bekerja di sektor perkebunan dan menjadi Peternak Sapi. Sejumlah 1783 jiwa berpendidikan tamat SLTP, 605 berpendidikan tamat SLTA dan hanya 49 jiwa yang mempunyai pendidikan relatif baik tamat diploma tiga ataupun sarjana S1. Komposisi penduduk Desa Giriwinangun menurut tingkat pendidikan dapat di lihat pada Tabel 5. Tabel 5 : Penduduk Desa Giriwinangun Menurut Tingkat Pendidikan No.
Tingkat Pendidikan
Jumlah
Persentase (%)
1.
Tidak/belum tamat SD
182
4,03
2.
Tamat SD
1892
41,94
3.
Tamat SLTP
1783
39,52
4.
Tamat SLTA
605
13,41
5.
Tamat Diploma/Sarjana
49
1,08
4.511
100
Jumlah Sumber : Daftar Isian Profil Desa tahun 2005
31
4.3. Perekonomian Perekonomian masyarakat Desa Giriwinangun sebagian besar memiliki mata pencaharian pokok pada bidang perkebunan karet dan beternak sapi. Dengan memanfaatkan sumberdaya alam yang ada Perkebunan dan Peternakan berjalan seiring, selain lebih berpihak pada alam juga mendatangkan hasil yang baik untuk meningkatkan perekonomian penduduk. Lahan perkebunan karet di dapat saat pengalokasian transmigrasi pada tahun 1979 saat itu tiap masing-masing KK mendapatkan lahan 5 hektar kemudian dikelola dijadikan kebun karet. Sedangkan ternak sapi pada mulanya juga berasal dari bantuan pemeliharaan (gaduh) dari pemerintah pada tahun 1984. Sebagian kecil mempunyai usaha peningkatan ekonomi keluarga seperti usaha kecil keripik tempe, usaha pembuatan tahu, cincau dan pembuatan emping Melinjo. Hasil produksi usaha kecil ini kebanyakan dipasarkan disekitar desa dan sekitar Kabupaten. Pada Tabel 6 ditampilkan jumlah penduduk Desa Giriwinangun berdasarkan mata pencaharian. Tabel 6 : Penduduk Desa Giriwinangun Menurut Jenis Mata Pencaharian No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Mata Pencaharian Perkebunan/Peternakan Industri kecil/ Kerajinan Buruh Kebun PNS/TNI/POLRI Jasa Perdagangan Jasa Angkutan Tukang (batu dan kayu) Petani/perikanan Jumlah
Jumlah
Persentase (%)
1472 51 136 56 35 15 52 19 1.836
80,17 2,77 7,40 3,05 1,90 0,81 2,83 1,03 100
Sumber : Data Dasar Profil Desa 2005.
Tabel 6 mengambarkan bahwa mata pencaharian penduduk tergantung kepada sektor Perkebunan dan Peternakan sebesar 1472 orang atau 80,17 persen, sedangkan sisanya 19,83 persen mempunyai sumber penghasilan beragam seperti industri kecil, buruh kebun, PNS/TNI/Polri, perdagangan, angkutan, tukang dan petani/perikanan.
32
Peliharaan ternak Sapi bagi penduduk Desa Giriwinangun khususnya kelompok tani Karya Agung, masih dengan cara tradisional belum menggunakan teknologi seperti peningkatan mutu jumlah, ini terlihat dari kurangnya ketersediaan hijauan pakan ternak terlebih bila musin kemarau, hingga tidak mencukupi dibanding populasi ternak yang ada. Pemasaran hasil ternak sapi dilakukan oleh penduduk langsung ke konsumen dan tengkulak (blantik) yang datang membeli ternak sapi penduduk, mengenai harga dilihat dari besar bobot badan ternak yang akan diperjualbelikan dan harga pasaran yang berlaku di Kabupaten Tebo. Biasanya masyarakat menjual ternak sapinya pada saat sapi telah besar, gemuk dan siap untuk dijual hingga dapat mendatangkan keuntungan. Pemasaran hasil karet masyarakat menggunakan dua cara yaitu dipasarkan melalui Tengkulak pengumpul (toke) yang mendatangi petani pekebun, dan melalui Pasar lelang Karet desa yang dikelola oleh KUD Sumber Jaya. Harga Kadar Karet Kering (K3) yang berlaku di Pasar lelang Karet jauh lebih tinggi di banding pada tengkulak, dan terjadi persaingan harga yang sehat dengan adanya lebih dari satu penawar/pembeli. Proses pelelangan karet di pasar lelang karet desa dilakukan per 2 minggu setiap hari selasa, hingga tiap waktu lelang yang ditentukan masyarakat sekitar Desa Giriwinangun yang hendak menjual karetnya akan membawa ke pasar lelang kemudian akan diadakan proses lelang karet oleh 5 orang penawar/pembeli terhadap karet masyarakat. Tiap pelelangan, harga yang berlaku di pasar lelang mengikuti sesuai yang berlaku menurut GAPKINDO (Gabungan Pengusaha Karet Indonesia) dan kualitas karet masyarakat itu sendiri. Kadar karet kering masyarakat Desa Giriwinangun berkisar antara 80 persen s/d 90 persen. Dari hasil wawancara dan pengamatan, sebagian masyarakat termasuk sebagian anggota kelompok tani Karya Agung masih melakukan penjualan karet pada tengkulak (toke), walau harga Kadar Karet Kering (K3) yang ditetapkan tengkulak lebih rendah dari harga K3 Pasar lelang Karet desa, ini disebabkan petani pernah merasa dibantu dan tertolong saat mereka membutuhkan uang. Seperti yang dituturkan Ytn salah seorang anggota kelompok tani Karya Agung. Kita sudah lama berhubungan dengan toke, saat kita butuh uang ya toke itu yang menolong meminjamkan uang, tidak perlu syarat-syarat dan permohonan, uang langsung dikasih. Pembayaran hutang dicicil dari penjualan karet kita. Jadi untuk pindah menjual ke pasar lelang kita merasa tidak enak, kalau harga memang lebih tinggi pasar lelang tapi kan harus nunggu sore baru pembayaran. Lagi pula kita ingin terus membina hubungan baik agar bila memerlukan uang sewaktu-waktu dapat meminjam kembali pada toke.
33
Fasilitas perekonomian lain seperti los pasar desa juga terdapat di Desa Giriwinangun, dibuka setiap hari namun hari yang ramai dikunjungi pembeli dan yang berdagang pada setiap hari minggu (hari Pasar). Pada umumnya penduduk memanfaatkan pasar desa yang ada untuk memenuhi kebutuhannya seperti sembako dan sayur mayur, bila tidak terdapat apa yang mereka butuhkan di desa baru mereka belanja ke Pasar besar di unit 2 Rimbo Bujang atau di Pasar Kabupaten yang berjarak 31 km. 4.4. Struktur Komunitas Pelapisan sosial dalam masyarakat, unsur utamanya adalah kepemimpinan dan sumbernya, respon masyarakat terhadap kepemimpinan, serta jejaring sosial dalam komunitas. Hal ini merupakan dasar untuk mengetahui bagaimana masyarakat lokal membangun suatu komunikasi yang baik. Pelapisan sosial dalam komunitas Desa Giriwinangun terjadi secara alamiah seiring dengan proses pertumbuhan masyarakat. Pelapisan sosial ini tidaklah selalu tetap tetapi ada kemungkinan untuk berubah. Hal ini menandakan bahwa sifat sistem pelapisan sosial di desa ini bersifat terbuka artinya setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan kecakapan sendiri untuk naik lapisan atau bagi mereka yang tidak bisa mempertahankan maka turun kelapisan bawah. Kondisi Desa Giriwinangun yang menduduki lapisan Sosial yang pertama paling atas, adalah kepemimpinan formal (Kepala Desa) dan tokoh masyarakat. Dipandang dan di dengar pendapatnya karena lebih kaya dari warga lain dan sering membantu penduduk yang meminta pertolongan di tempatkan pada posisi terhormat. Kedua/menengah, aspek religi terutama agama Islam seperti tokoh agama, (pimpinan umat beragama/ imam masjid, ulama, ustad) peran tokoh ini dalam aktivitas sosial maupun keagamaan mulai dari hajatan, kematian, konflik sosial, dakwah, dan peringatan hari-hari besar agama mereka cukup menonjol. Ketiga, juga merupakan lapisan menengah yang dilihat dari pendidikan, status di pemerintahan dan mempunyai pengetahuan khusus. Seperti PPL, Guru, TNI/Polri, pengawai kecamatan. keempat, selanjutnya paling bawah adalah masyarakat yang terdiri dari petani (pekebun peternak), pengusaha kecil rumah tangga dan buruh penyadap karet.
34
Pelapisan sosial yang ada pada masyarakat Desa Giriwinangun, bisa dicirikan dan didasari pada : 1) kepemimpinan; 2) kekayaan yang dimiliki dan suka membantu masyarakat; 3) tingkat pendidikan formal; 4) status pekerjaan; 5) keaktifan dalam kegiatan kemasyarakatan/keagamaan. Sistem pelapisan sosial masyarakat Desa Giriwinangun dapat digambarkan pada Tabel 7.
Tabel 7 : Sistem Pelapisan Sosial Masyarakat Desa Giriwinangun Pelapisan
Lapisan sosial Dalam masyarakat
Pertama (atas)
Tokoh Formal, Tokoh masyarakat, ketua BPD dan LPM
Kedua Tokoh Agama (Imam Masjid, (menengah) ustad dan ulama) Ketiga PNS (guru, PPL, (menengah) kecamatan), TNI/Polri Keempat (Bawah)
pegawai
Masyarakat (pekebun, peternak, buruh, pengusaha kecil)
Masyarakat Giriwinangun dalam memilih kepala desa sebagai pemimpin formal dipilih langsung secara demokratis, oleh masyarakat yang telah memiliki hak pilih. Biasanya masyarakat memilih berdasarkan pada kharisma yang dimiliki, kedekatan kepada masyarakat dan upaya yang dilakukan dalam memperjuangkan kesejahteraan masyarakat. Pemimpin informal yang banyak berperan dalam masyarakat adalah tokohtokoh yang arif dan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan dan keagamaan. Peranan tokoh agama dan tokoh masyarakat ini dianggap cukup berarti dalam pembangunan wilayah desa baik secara fisik maupun mental. Biasanya kepala desa bekerja sama dengan tokoh agama dan masyarakat untuk mensosialisasikan dan menggali dukungan masyarakat dalam program pembangunan desa. Hal ini ditunjukkan saat masyarakat Desa Giriwinangun bergotong-royong, baik pada saat pengerasan jalan dengan dana swadaya masyarakat dan pembangunan jembatan yang menuju RT 26 digerakkan oleh tokoh masyarakat dan Kepala Desa hingga pastisipasi warga tinggi. Untuk menggugah inisiatif peran kelompok tani pada masyarakat Desa Giriwinangun untuk peningkatan pendapatan dan kesejahteraan dapat ditempuh melalui pendekatan dengan tokoh masyarakat dan kepala desa.
35
4.5. Organisasi dan Kelembagaan Terdapat beragam lembaga yang berperan dalam kehidupan masyarakat Desa Giriwinangun, berupa organisasi pemerintahan, organisasi ekonomi dan kelembagaan masyarakat yang formal seperti Badan Permusyawarahan Desa (BPD), Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), Tim Peggerak PKK Desa, Karang Taruna, Koperasi Unit Desa (KUD). Kelembagaan non formal yang terbentuk atas dasar inisiatif masyarakat sendiri dan dari pihak luar dalam rangka pemberdayaan masyarakat, seperti kelompok pengajian setiap malam jum’at,
Majelis Ta’lim Ibu-Ibu, Arisan RT,
Kelompok tani yang bergerak pada usaha kebun dan pemeliharaan ternak sapi, Remaja Masjid yang didukung dengan keberadaan sarana-sarana rumah ibadah. Badan Permusyawarahan Desa (BPD) memiliki fungsi sebagai mitra pemerintah desa dalam pembangunan yang juga bersama-sama membuat peraturan dalam mengatur sesuatu di desa. salah satu kegiatannya adalah bertugas mengadakan pemilihan Kepala Desa. Sedangkan kegiatan LPM (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat), melakukan pemberdayaan masyarakat seperti swadaya membuat pengerasan jalan dan pembuatan jembatan. Tim Penggerak PKK desa berperan serta aktif dalam menjalankan program kesehatan seperti Posyandu, pemanfaatan pekarangan dengan tanaman yang berguna, usaha kecil rumah tangga seperti keripik tempe dan melinjo. Karang taruna sebagai wadah pembinaan generasi muda kurang berjalan aktif, baru sebatas pembinaan bidang olah raga. Dalam bidang ekonomi terdapat Koperasi Unit Desa (KUD) Sumber Jaya, bergerak pada
usaha penyelenggaraan Pasar
Lelang Karet
yang diadakan
diselenggarakan per 2 minggu setiap hari selasa. Sedangkan kelompok Pengajian, merupakan wadah kegiatan keagamaan bagi masyarakat (bapak-bapak) di setiap wilayah RW yang ada di Desa Giriwinangun. Kagiatan yang dilaksanakan berupa pengajian rutin setiap malam jum’at yang dilaksanakan di rumah penduduk secara bergantian. Majelis Ta’lim Ibu-Ibu juga menyelenggarakan pengajian yang dilakukan setiap siang Sabtu. Dalam bidang pendidikan di Desa Giriwinangun terdapat sekolah dasar sebanyak 3 buah, SLTP negeri 1 buah, MTs swasta 1 buah dan juga Taman Kanakkanak 2 buah. Untuk bidang kesehatan terdapat 1 buah Puskesmas pembantu dan 3 buah Posyandu yang sangat membantu masyarakat untuk menjaga kesehatan dan pencegahan penyakit.
36
Kebersamaan dan gotong royong antar penduduk masih terlihat di Desa Giriwinangun. Kondisi ini didasarkan atas kebutuhan bersama, contohnya pengerasan jalan jalur menuju dusun-dusun yang ada, pembuatan jembatan dari gorong-gorong dan yang sangat membutuhkan biaya besar adalah swadaya pengadaan Tiang dan Kabel listrik guna mencapai rumah-rumah penduduk di Dusun Tegal Ombo. Sistem jejaring sosial di desa Giriwinangun seperti sistem Bagi Duo, yaitu sistem pengelolaan lahan perkebunan karet antara pemilik dan penggarap. Sistem ini mengatur pembagian hasil sadapan karet, biasanya pembagian hasil dilakukan per 2 minggu saat penjualan karet. Untuk usaha peternakan sapi berlaku sistem Gaduh pada pemeliharaan ternak sapi, warga masyarakat yang mampu menitipkan ternak Sapi untuk dipelihara kepada warga lain yang dinilai kurang mampu yang ingin mendapatkan hasil dari ternak. Hasil pengembangbiakan ternak akan dibagi dua antara pemilik dan penggaduh, bisa berupa bagi hasil keturunan ternak sapi atau bisa juga bagi hasil dari keuntungan penjualan ternak. Bila ternak dimaksudkan untuk penggemukkan saja, maka yang diperhitungkan hasil dari keuntungan penjualan setelah diambil modal awal oleh pemilik. 4.6. Sumber Daya Lokal Idealnya, sumberdaya Manusia (Human Capital), Sumberdaya Sosial dan Kelembagaan (Social and Institutional Assets), Sumber Daya Alam (Natural Resources) semuanya dapat dijalankan dan saling mendukung guna pengembangan dan pengelolaan usaha tani kebun dan ternak sapi oleh Kelompok tani Karya Agung. Sumberdaya alam berupa lahan kebun garapan merupakan potensi yang besar untuk dapat dikembangkan. Kegiatan usaha kebun karet petani didukung dengan program
peremajaan
karet
oleh
Dinas
Perkebunan
yang
bertujuan
untuk
mempertahankan tingkat produksi komoditi karet sebagai produk unggulan Kabupaten Tebo. Saat ini kelompok tani Karya Agung baru bisa memperoleh bantuan peremajaan berupa bibit karet super untuk kebutuhan 10 hektar lahan anggota kelompok. Padahal kebutuhan bibit karet untuk peremajaan kebun anggota mencapai 100 hektar lebih. Sumberdaya potensial selain kebun di Desa Giriwinangun adalah hewan ternak sapi, namun dalam pengelolaannya masih bersifat tradisional dan hanya berupa tabungan. Diperuntukkan bila ada keperluan yang mendesak untuk pendidikan anggota keluarga ataupun kebutuhan uang lainnya bagi petani. Peternakan sapi belum dikelola
37
secara profesional dan belum berorientasi produksi. Padahal dengan potensi sumberdaya manusia yang terbiasa memelihara hewan ternak maka potensi peternakan ini dapat dikembangkan, dengan memasukkan teknologi yang tepat untuk pengelolaan peternakan maupun hasil pengolahan ternak. Pengembangan ternak sapi didukung oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Tebo dengan program pengembangan populasi ternak untuk mencapai swasembada daging 2012. Pelaksanaan program dilakukan oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Tebo melalui kegiatan pemberian bantuan ternak sapi bergulir. Namun program ini belum dapat diperoleh dan dimanfaatkan oleh kelompok tani Karya Agung.
4.7. Ikhtisar Desa Giriwinangun terbentuk karena adanya program transmigrasi, mayoritas penduduk adalah para transmigrasi yang datang pada tahun 1979 dari Wonogiri Jawa Tengah. Mata pencarian utama penduduk dari sektor perkebunan karet dan pemeliharaan ternak sapi. Aktivitas tersebut dijalankan 80,17 persen penduduk yang bertempat tinggal di Desa Giriwinangun. Letak Desa Giriwinangun cukup strategis, berada di pinggir jalan utama yang menghubungkan Ibukota Kabupaten Muara Tebo dengan Rimbo Bujang sebagai pusat perdagangan terbesar di Kabupaten Tebo. Kondisi ini tentu membawa dampak yang cukup baik bagi pemasaran hasil kebun karet dan ternak sapi Masyarakat Desa Giriwinangun khususnya kelompok tani Karya Agung. Jaringan pemasaran karet masyarakat melalui dua jenis pola pemasaran. Pertama yang menjual ke pasar lelang karet desa dan kedua yang menjual ke tengkulak, biasa disebut toke. Jaringan pemasaran karet melalui Pasar lelang dikarenakan kebutuhan masyarakat untuk meningkatkan hasil pendapatan, sebab harga yang ditawarkan pasar lelang lebih bersaing dengan adanya lebih dari satu pembeli/penawar. Pola jaringan pemasaran melalui toke-toke terbentuk karena hubungan yang saling membutuhkan antara petani dan toke, dan sudah berlangsung lama sebelum pasar lelang terbentuk. Untuk pemasaran ternak sapi, masyarakat menggunakan jasa blantik (tengkulak sapi), yang kemudian menjualnya ke pasar-pasar tradisional untuk memenuhi kebutuhan daging di wilayah Kabupaten Tebo.
38
Bila dilihat dari lokasi, sistem pemasaran, struktur komunitas, dukungan sumberdaya maka dapat diketahui bahwa kondisi kelompok tani yang ada di desa termasuk kelompok tani Karya Agung kurang berperan. Seharusnya kelompok tani dapat menjadi motor penggerak pengembangan aktivitas usaha kebun dan ternak di Desa Giriwinangun. Usahatani kebun dan ternak sapi merupakan program strategis yang sedang mendapat perhatian pemerintah daerah. Ini dibuktikan dengan kebijakan pemerintah melalui Dinas terkait melaksanakan program peremajaan karet, tujuannya untuk meningkatkan hasil produksi karet rakyat yang merupakan produk unggulan. Pada sektor peternakan juga dilaksanakan program pengembangan populasi ternak melalui bantuan ternak sapi, yang diberikan pada kelompok untuk mencapai tujuan kecukupan daging dan swasembada daging pada tahun 2012.
39
V. KEGIATAN DAN PERMASALAHAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG
5.1. Pengembangan Ternak Sapi 5.1.1. Bantuan Ternak Sapi Bergulir Pengembangan ternak sapi potong kelompok tani Karya Agung sudah dimulai sejak tahun 1984 melalui program bantuan ternak sapi bergulir IFAD (International Fund for Agricultural Development), bertujuan untuk mengembangkan ekonomi masyarakat desa melalui sektor peternakan. Program ini dilatar belakangi kebiasaan masyarakat eks transmigrasi berasal dari Kabupaten Wonogiri yang sudah terbiasa memelihara ternak sapi potong, dan kecukupan lahan sebagai penyedia pakan ternak sapi. Pada awal pengembangan ternak sapi potong di kelompok tani Karya Agung masih banyak tersedia rumput liar yang menjadi sumber pakan utama ternak sapi, pada saat itu pohon karet masih kecil sehingga memberikan ruang bagi rumput liar untuk dapat tumbuh subur dan populasi ternak sapi di Desa Giriwinangun masih relatif sedikit baru ada 2 kelompok yang menggeluti usaha ternak termasuk kelompok Tani Karya Agung. Dengan kecukupan pakan dan lahan perkebunan yang cukup luas di Desa Giriwinangun menjadi peluang dan potensi yang menjanjikan bagi pengembangan ternak sapi. Dengan dukungan program bantuan IFAD, kelompok tani Karya Agung dapat mengembangkan ternak sapi sebagai tambahan penghasilan keluarga. Aturan program yang diterapkan saat bantuan ternak bergulir dijalankan yaitu bila petani mendapatkan bantuan sapi sepasang (Satu jantan dan satu betina) harus mengembalikan ternak sapi 3 ekor dengan umur yang sama saat bantuan diterima, bila mendapatkan bantuan betina indukan 1 ekor maka diwajibkan mengembalikan 2 ekor. Ternak sapi hasil pengembalian petani ini akan digulirkan lagi pada kelompok petani dan peternak lain. Hasil wawancara dengan 12 responden anggota dan pengurus kelompok tani Karya Agung menyatakan bahwa pada saat itu mereka semua pernah mendapatkan bantuan sapi bergulir dari program IFAD ini namun tidak semua dapat berhasil, ada juga sapi bantuan yang mati karena saat itu pengalaman dan ketrampilan masih kurang.
40
Dampak dari program telah berhasil membuka wawasan masyarakat untuk mencari penghasilan tambahan dari ternak sapi. Karena sadar akan keuntungan memelihara ternak sapi, banyak juga diantara mereka membeli ternak sapi untuk mengembangkan usahanya. Tidak semata-mata mengandalkan bantuan dari program yang ada. Bimbingan dan pendampingan PPL, diakui oleh kelompok sangat berguna bagi pengembangan usaha, karena mereka dapat lebih mengetahui cara yang baik dalam beternak dan menambah pengetahuan. Namun bimbingan yang ada hanya pada awalawal program, dan dirasa kurang oleh petani. Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang responden Bapak Mkm. Kami ini petani pak, kurang mengetahui dengan benar cara beternak sapi. Ketrampilan yang kami miliki dalam beternak sapi itu pengetahuan dari Jawa dulu. Bila ada PPL yang datang melakukan pembinaan kami sangat senang, karena untuk keberhasilan usaha kami. PPL yang datang kesini untuk membina kelompok kami hanya pada awal program sapi IFAD dulu, sekarang PPL sangat jarang datang, sebulan sekali juga belum tentu. Hasil wawancara dengan PPL realisasi pengembalian bantuan ternak sapi bergulir program IFAD oleh kelompok tani Karya Agung sekitar 75 persen, karena ada juga ternak sapi yang dipelihara petani terserang penyakit dan mati sehingga petani tidak dapat mengembalikan bantuan yang diberikan. Seperti yang diungkapkan Bapak Dwi PPL peternakan. Kalau dulu pengembangan sapi melalui program IFAD pada kelompok tani Karya Agung cukup berhasil, paling banyak sekitar 25 persen yang kurang berhasil karena sapi bantuan itu mati. Akibatnya tidak dapat mengembalikan seperti ketentuan. Kalau sekarang itu pengembangan ternak masih dapat ditingkatkan pada kelompok Karya Agung hanya saja mereka itu mulai kesulitan memenuhi pakan ternak. Kelemahan program bantuan ternak sapi melalui program IFAD adalah penerapan manajemen program, berupa pengarahan, pemdampingan, pengawasan dan pembinaan dari PPL dan dinas terkait. Pemberian bantuan bergulir hanya mengacu pada seberapa besar cakupan program yang akan dicapai, kurang memperhatikan capaian hasil dan manfaat yang di dapat bagi kelompok sasaran. Pemerintah hanya berorientasi pada penyaluran program pada kelompok tani, tanpa melakukan pendampingan dan bimbingan secara terus menerus dan berkelanjutan. Kebutuhan petani peternak dalam pengelolaan bantuan kurang diperhatikan, akibatnya bantuan seringkali mengalami kegagalan dan tidak membawa hasil yang maksimal. Sehingga
41
pengembalian bantuan bergulirpun tersendat dan tidak dapat dipenuhi sepenuhnya oleh kelompok tani sasaran program. Kondisi pengembangan peternakan sapi kelompok tani Karya Agung saat ini tidak merata dan pasang surut, ada anggota yang sukses dalam menjalankan usaha ternak tapi ada juga yang kurang mendapatkan hasil yang baik. Kebanyakan kondisi usaha ternak anggota kelompok tani tidak ada kemajuan, dikarenakan petani dalam menjalankan aktivitas usaha ternaknya hanya bersifat sampingan dan dijadikan sebagai tabungan bila memerlukan kebutuhan uang. Petani tidak berorientasi produksi cenderung cepat puas atas apa yang telah dimiliki dan tidak ada inovasi dalam pengembangan ternak. keterampilan beternak sapi mereka lebih banyak berdasarkan pengalaman dan kebiasaan secara turun temurun. Kelompok tani Karya Agung yang seharusnya berperan mengorganisasikan anggota untuk pengembangan usaha tidak dapat berbuat banyak, karena lemah dan kurang berjalan. ditandai dengan kelompok tidak dijadikan sebagai wadah pemecahan masalah yang ada pada pemeliharaan ternak, tidak ada saling tukar informasi antar anggota, tidak ada pertemuan rutin kelompok untuk membahas pengembangan usaha. Untuk pengembangan ternak sapi potong ke depan perlu penguatan kelompok tani sebagai wadah pengembangan usaha petani, juga memerlukan sarana pengembangan usaha dengan kebutuhan bibit indukan ternak sapi, bimbingan pendampingan dan pelatihan kelompok serta kecukupan rumput sebagai sumber pakan. Saat ini pada era otonomi daerah pengembangan ternak sapi di Kabupaten Tebo menjadi faktor yang sangat diperhitungkan sebagai usaha peningkatan pendapatan petani dan peternak, dengan digulirkannya program pengembangan populasi ternak sapi melalui bantuan bergulir berikut pembinaan dan pendampingan bagi kelompok tani yang juga bergerak pada usaha ternak sapi seperti kelompok tani Karya Agung. Peluang program pengembangan usaha dari pemerintah daerah ini perlu di manfaatkan kelompok tani untuk pengembangan usaha anggotanya, dengan jalan melakukan penguatan kelompok tani. Tujuannya agar permasalahan yang dihadapi kelompok tani dalam pemeliharaan dan pengembangan ternak dapat di fasilitasi oleh Dinas Peternakan dan Perikanan sejalan dengan program yang sedang dijalankan pemerintah. Dengan begitu pengembangan ternak sapi anggota kelompok tani Karya Agung dapat bersinergi, sejalan dengan program Pengembangan populasi ternak sapi oleh Pemerintah.
42
5.1.2. Program Swasembada Daging Tahun 2012 Untuk mencukupi kebutuhan daging dan meningkatkan pendapatan petani peternak maka Pemerintah Kabupaten Tebo melalui Dinas Peternakan dan Perikanan bertekad untuk berswasembada daging pada tahun 2012. Kebijakan ini sudah dilaksanakan sejak tahun 2007, melalui kegiatan pengembangan populasi ternak sapi dengan memberikan bantuan sapi bergulir pada kelompok tani ternak yang ada di wilayah Kabupaten Tebo. Pelaksanaan program dengan mempedomani Keputusan Menteri Pertanian No. 714/Kpts/OT.210/7/2001 tentang pedoman umum penyebaran dan pengembangan ternak. Pada tahun 2007 Dinas Peternakan dan Perikanan menyalurkan bantuan 360 ekor ternak sapi jenis sapi Bali dengan rincian 250 ekor ternak sapi betina dan 110 ekor ternak sapi pejantan yang disebar keseluruh kecamatan dalam Kabupaten Tebo. Untuk tahun 2008 Dinas Peternakan dan Perikanan menyediakan bantuan ternak bergulir 161 ekor sapi Bali dengan rincian sapi betina 110 ekor, pejantan 11 ekor dan sapi bakalan 40 ekor. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8 No
: Penyaluran Bantuan Bergulir Ternak Sapi Kepada Kelompok Petani Peternak di Kabupaten Tebo 2007 s/d 2008 Jenis
Pejantan
Indukan
Bakalan
Jumlah
110 ekor
250 ekor
-
360 ekor
11 ekor
110 ekor
40 ekor
161 ekor
Tahun 2007 1.
Sapi Bali Tahun 2008
1
Sapi Bali
Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan
Kebijakan pemerintah yang diberlakukan sekarang, bantuan ternak sapi bergulir dan sarana produksi lainnya diberikan berdasarkan usulan dari kelompok tani melalui Dinas Peternakan dan Perikanan. Bantuan bergulir ini bisa di akses kelompok tani dengan mengajukan proposal permohonan bantuan ternak yang diketahui seluruh anggota. Pemerintah menampung aspirasi dari bawah yang benar-benar dibutuhkan kelompok untuk pengembangan usaha agar usaha kelompok lebih dapat berkembang dan berkelanjutan.
43
Kelompok sering mengeluhkan kurangnya modal untuk mendapatkan indukan sapi tapi bila ada bantuan seringkali macet dalam pergulirannya, ini disebabkan beberapa hal yang sering terjadi. 1) karena kelompok lemah hingga kurang mengorganisasikan anggota. 2) pengetahuan petani dalam pemeliharaan ternak sapi rendah
hingga berdampak ternak sering mati. 3) ketersediaan sarana prasarana
pemeliharaan kurang memadai seperti sumber pakan. 4) petani menganggap bantuan merupakan hibah yang tidak perlu dikembalikan. Akibatnya program tersendat dan tidak dapat digulirkan ke kelompok lain. Oleh karena itu Dinas Peternakan dan Perikanan dalam memberikan bantuan ternak sapi lebih selektif dalam menentukan kelayakan dalam memberikan bantuan pada kelompok tani, salah satu langkah yang ditempuh dengan mensurvei kelompok dan melihat keaktifan kelompok serta ketersediaan lahan dan sarana pengembangan ternak lain agar bantuan yang diberikan dapat berjalan sesuai dengan tujuan. Kelemahan program bantuan ternak sapi bergulir yaitu pelaksanaan program yang terkesan lebih menonjolkan pengembangan ternak, sedangkan usaha utama kelompok tani adalah di sektor perkebunan karet. Hendaknya Dinas Peternakan dan perikanan dalam menerapkan program berkoordinasi dengan Dinas Perkebunan agar kegiatan kebun dan ternak saling bersinergis, saling menguntungkan dalam penerapannya pada kelompok tani. Dengan begitu aktivitas usaha kebun dan ternak dapat sama-sama berjalan baik dengan prinsip saling membutuhkan. Kelemahan lain yaitu pengawasan dan pembinaan seringkali tidak berkelanjutan dan hanya pada saat awal program dilaksanakan, hingga dapat menimbulkan kegagalan dan tujuan tidak dapat berhasil maksimal. Proses pemasaran hasil yang lebih menguntungkan bagi kelompok tani peternak juga harus mendapat perhatian agar pendapatan petani peternak dapat ditingkatkan dan tujuan meningkatkan kesejahteraan akan bisa dicapai. Kondisi usaha peternakan sapi kelompok tani Karya Agung saat ini mereka belum memanfaatkan dan mengakses program bantuan ternak sapi bergulir dari pemerintah daerah, dikarenakan kondisi kelompok yang masih lemah. Akibatnya jaringan antara kelompok dan Dinas Peternakan dan Perikanan lemah. Sedangkan untuk dapat memperoleh program bantuan ternak sapi, Dinas Peternakan mensyaratkan kelompok berjalan baik dan kuat yang bisa mengorganisasi anggotanya dengan baik. Pola usaha ternak sapi yang dijalankan anggota kelompok tani Karya Agung dari tahun 1984 sampai sekarang masih belum berorientasi produksi untuk
44
meningkatkan populasi ternak mereka. Biasanya mereka membatasi pemeliharan ternak, dengan mengukur kemampuan mereka dalam mencari rumput dan mengurus ternak sehari-hari. Bila ternak telah berkembangbiak dan dianggap jumlahnya telah melebihi kemampuan maka ternak akan dijual kepada blantik. Anggota kelompok tidak melakukan perencanaan produksi ternak dan hasil produksi yang ingin dicapai dalam kurun waktu tertentu. Mereka hanya menjadikan ternak sebagai pendapatan kedua setelah kebun karet, akibatnya pengembangan usaha ternak ini berjalan lambat. Kepemilikan ternak anggota kelompok tani karya agung saat ini sampai dengan oktober 2008, berkisar antara 2 sampai dengan 7 ekor. Sedangkan tenaga kerja yang dibutuhkan dalam pemeliharaan hanya sebatas anggota keluarga, dibantu oleh istri dan anak-anak mereka. Karena ternak yang dimiliki tidak begitu banyak jumlahnya hingga tidak memerlukan tenaga kerja upahan. Keterkaitan usaha anggota kelompok tani Karya Agung dan program Dinas Peternakan dan Perikanan melalui pengembangan populasi ternak sapi guna mencapai swasembada daging tahun 2012 sangat nyata, terlebih pendekatan yang digunakan dalam program bertumpu pada kelompok tani yang ada. Kelompok harus membangun jaringan kepada pemerintah untuk dapat mengakses program yang sedang dijalankan, dengan melakukan langkah-langkah penguatan kelompok. Pendekatan dalam proses pendampingan baik kegiatan fisik, ekonomi dan sosial didasarkan pada pendekatan pembangunan yang bertumpu pada kelompok. Kelompok dapat dibangun atas dasar ikatan-ikatan kesamaan tujuan, kesamaan kegiatan, kesamaan domisili yang mengarah pada efisiensi, efektifitas dan mendorong tumbuh berkembangnya modal sosial di masyarakat. Pertimbangan penerapan pendekatan bertumpu pada kelompok, antara lain dikarenakan : a. Dalam kelompok warga masyarakat dapat lebih dinamis dalam mengembangkan kegiatan dan nilai-nilai kemanusiaan serta kemasyarakatan, misalnya menjalin kebersamaan, gotong royong, solidaritas sesama petani yang mempunyai usaha kebun dan ternak dan sebagainya. b. Terjadi proses saling asah, asih dan asuh sesama anggota kelompok dengan Instansi terkait maupun pada petugas lapangan. c. Kelompok dapat berfungsi menggerakkan keswadayaan pembangunan dan wadah proses belajar serta manfaat lainnya.
45
5.1.3. Program Inseminasi Buatan (IB) Tujuan dari Inseminasi Buatan adalah untuk menghasilkan keturunan sapi yang sehat dan unggul melalui peternakan sapi tradisional yang dimiliki masyarakat dalam peningkatan pengembangan ternak sapi. Secara khusus tujuan yang diharapkan yaitu : 1) mengembangkan ternak sapi masyarakat agar dapat menghasilkan ternak sapi yang baik hingga dapat meningkatkan pendapatan, 2) mengembangkan sapi jenis unggulan seperti Simmental, limousin, branggus, brahman maupun jenis sapi Bali dan penyediaan kebutuhan daging, 3) memperkuat kelembagaan pembangunan di desa atau kelompok tani, 4) meningkatkan penyediaan infrastruktur sosial ekonomi bagi kelompok tani. Dengan adanya Inseminasi buatan mendatangkan keuntungan dan efesiensi bagi petani peternak yang tergabung dalam kelompok tani. Saat ini sapi pejantan yang ada bila telah cukup umur dan gemuk dapat dijual tanpa memikirkan pejantan sebagai faktor pengembangbiakan, dan pemeliharaan sapi jantan dewasa lebih banyak membutuhkan pakan rumput ketimbang sapi betina dewasa hingga dapat menghemat pakan rumput. Untuk mendukung peningkatan produksi ternak melalui Inseminasi buatan, Dinas Peternakan dan Perikanan secara rutin menyalurkan benih semen (straw) atau benih yang dibekukan, melalui petugas-petugas PPL peternakan yang telah memperoleh ketrampilan untuk melakukan Inseminasi buatan (IB) di setiap desa. Bagi kelompok tani Karya Agung dan peternak lainnya yang menginginkan program IB pada ternak sapi mereka tidak dikenakan biaya benih straw dan dibagikan secara gratis. Kegiatan ini merupakan sepenuhnya menuntut partisipasi dan pemberdayaan masyarakat komunitas tani yang membutuhkan. Cara perkembangbiakan ternak sapi melalui IB cukup banyak diminati dengan tingginya keinginan anggota kelompok tani untuk menempuh pengembangan ternak melalui cara kawin Inseminasi buatan. Kegiatan IB atau kawin suntik pada ternak dilakukan sepanjang tahun tergantung keinginan para peternak untuk melakukan IB pada ternak sapi mereka yang sedang dalam masa birahi atau siap untuk kawin suntik, petugas IB siap membantu bila diperlukan. Keberhasilan yang dicapai dalam pengembangan ternak melalui cara kawin Inseminasi buatan di Desa Giriwinangun termasuk kelompok tani Karya Agung sekitar
46
70 persen. Karena tidak semua indukan (akseptor) sapi yang di IB langsung dapat bunting, ada juga gagal hingga perlu dilakukan IB yang kedua kalinya. Penyelenggaraan IB merupakan swadaya dan partisipasi masyarakat yang difasilitasi oleh pemerintah dan merupakan salah satu pengembangan masyarakat komunitas peternak yang tergabung dalam kelompok tani di Desa Giriwinangun. Bila menginginkan perkembangbiakan demi mendapatkan keturunan yang baik biasanya kelompok ataupun peternak langsung menghubungi PPL peternakan yang ada untuk melakukan IB. Dinas Peternakan dan Perikanan serta Petugas PPL di lapangan hanya sebagai petugas atau tim teknis yang melakukan penyuntikan benih kepada sapi betina atau Indukan milik petani. Dari proses pengembangan ini dapat dilihat bahwa aspirasi yang di inginkan masyarakat atau komunitas tani peternak (aras mikro) yang menginginkan pengembangan ternak yang bermutu baik dan unggul melalui pemberdayaan dan pastisipasi mereka di fasilitasi pemerintah (aras Makro) dengan kebijakan program IB untuk pengembangan ternak sapi tersebut. 5.2. Pengembangan Kebun Karet Pengembangan kebun karet kelompok tani Karya Agung berawal dari program transmigrasi pada tahun 1979. Setiap petani mendapatkan lahan 5 hektar yang terdiri dari lahan untuk perkebunan dan lahan perumahan. Saat itu pemerintah menilai bahwa kondisi daerah sangat cocok untuk ditanam dengan pohon karet, sehingga petani dianjurkan untuk menanam pohon karet di lahan mereka. Sampai saat ini kebun karet anggota kelompok tani dapat berkembang dengan baik dan telah berhasil menopang perekonomian keluarga petani. Hasil pengamatan dan wawancara terhadap 12 responden, aktivitas usaha kebun karet oleh anggota kelompok tani Karya Agung melibatkan anggota keluarga yang ada seperti istri dan anak-anak mereka. Sehingga hasil yang didapat lebih banyak karena tidak memerlukan membayar upah pekerja, melainkan keluarga petani sendiri. Karet merupakan komoditi unggulan Kabupaten Tebo. Tidak hanya kelompok tani Karya Agung yang bergerak pada usaha perkebunan karet, tapi juga dilakukan oleh sebagian besar masyarakat. Mereka sudah turun temurun melakukan usaha perkebunan karet, sehingga kondisi perkebunan karet rakyat banyak yang sudah tua.
47
Pengembangan karet terus diupayakan Pemerintah Kabupaten Tebo dan Pemerintah Provinsi Jambi melalui program-program pengembangan, baik itu program peremajaan dengan bantuan bibit karet unggul, membantu pembiayaan penyiapan lahan dan saprodi tanaman karet rakyat. Namun program peremajaan karet ini masih belum mampu menyediakan bantuan kepada semua petani yang membutuhkan, dikarenakan luasnya areal karet tua yang butuh peremajaan di Kabupaten Tebo. 5.2.1. Kondisi Kebun Karet Kelompok Kondisi kebun karet anggota kelompok tani Karya Agung saat ini sangat membutuhkan peremajaan, karena pohon karet yang ada dilahan mereka sudah tua sekitar 25 s/d 28 tahun. Dalam pengelolaan karet petani masih menggunakan cara lama secara tradisional, sehingga getah karet yang dihasilkan kurang bermutu. Penurunan mutu karet disebabkan petani kurang memperhatikan proses produksi. Seperti, banyaknya getah karet hasil produksi petani bercampur dengan kulit pohon karet sisa dari penyadapan. Selain itu hasil karet petani mengandung banyak air dan bercampur tanah dan pasir. Berdasarkan wawancara kepada 12 responden, semuanya menyatakan kondisi pohon karet yang tua menyebabkan produksi karet mereka terus menurun. Gejala penurunan produksi sudah dirasakan petani sekitar 3 tahun, dampak yang timbul pendapatan dari penjualan karet terus menurun. Bila kondisi ini dibiarkan berlarut dan kelompok tidak mengambil langkah strategi bagi pengembangan usaha anggotanya, maka diperkirakan 4 tahun ke depan hasil dari kebun karet mereka tidak dapat lagi mencukupi kebutuhan keluarga. Permasalahan lain yang dirasakan anggota kelompok dalam aktivitas kebun karet yaitu serangan penyakit jamur pada akar pohon karet, akibatnya pohon mati layu dan tidak dapat menghasilkan getah karet. Penyakit jamur pada pohon karet pernah dirasakan oleh semua petani anggota kelompok Karya Agung. Akibatnya saat ini kondisi yang dirasakan petani adalah penurunan produksi disebabkan kondisi karet tua dan serangan penyakit. Untuk membenahi kebun karet melalui peremajaan butuh modal yang cukup besar, belum lagi penurunan pendapatan dampak dari peremajaan sebagian lahan yang akan dirasakan petani. Banyaknya anggota kelompok yang belum mengerti prosedur untuk mendapatkan bantuan bibit unggul pemerintah dalam peremajaan karet, dikarenakan
48
kurangnya sosialisasi oleh pemerintah dan kondisi kelompok yang lemah tidak dapat memfasilitasi kebutuhan anggota. Padahal pemerintah kabupaten melalui program peremajaan karet menyediakan bibit unggul gratis dan bantuan pengolahan lahan peremajaan. Saat ini petani yang tergabung dalam kelompok tani Karya Agung menjalankan aktivitas usaha kebun secara individu, mereka lebih mengandalkan pengalaman dalam berkebun. Bimbingan dan pendampingan PPL dirasakan sangat kurang, akibatnya petani kurang mengetahui cara mengatasi permasalahan yang ada dengan baik. 5.2.2. Program Peremajaan Karet Program peremajaan karet dilakukan pemerintah untuk meningkatkan produksi dan
pendapatan
masyarakat.
Dilandaskan
bahwa
karet
merupakan
sumber
perekonomian masyarakat Kabupaten Tebo yang sebagian besar bergantung pada sektor perkebunan. Program peremajaan juga bertujuan untuk meningkatkan produksi karet Kabupaten Tebo, dengan memanfaatkan potensi lahan perkebunan karet relatif luas. Kondisi perkebunan karet rakyat sebagian besar telah tua hingga menyebabkan penurunan produksi, turut melatar belakangi timbulnya program peremajaan. Menurut data yang didapat dari Dinas Perkebunan, jumlah potensi karet tua yang sudah perlu diremajakan sampai dengan akhir 2007 seluas 26.543 hektar. Bila diasumsikan pemerintah Kabupaten Tebo melalui Dinas Perkebunan dapat meremajakan kebun karet tua 1.000 hektar pertahun maka akan membutuhkan waktu 26 tahun untuk melakukan proses peremajaan karet rakyat agar dapat meningkatkan produksi karet petani di kemudian hari. Bantuan peremajaan karet yang dilaksanakan pemerintah berupa bantuan bibit, bantuan penyiapan lahan, penjualan bibit karet unggul dengan harga subsidi dan Saprodi lainnya. Sejak tahun 2001 sampai dengan tahun 2007 Pemerintah Kabupaten Tebo melalui Dinas Perkebunan telah melaksanakan program peremajaan kebun karet rakyat melalui pemberian bantuan bibit karet unggul okulasi berjumlah 1.651.500 batang bibit atau seluas 3.303 hektar lahan kebun petani yang diremajakan. Sedangkan untuk tahun 2008 disalurkan bibit karet unggul 330.000 batang atau seluas 660 hektar. Penyaluran bantuan bibit karet unggul dilakukan Dinas Perkebunan Kabupaten Tebo melalui kelompok – kelompok tani yang ada di wilayah Kabupaten Tebo. Untuk
49
Desa Giriwinangun baru 2 kelompok yang mendapat bantuan bibit karet unggul pemerintah yaitu kelompok Tani Sumber Rejeki bantuan bibit untuk lahan seluas 24 hektar, dan kelompok tani Karya Agung diberikan bantuan bibit untuk kebutuhan lahan seluas 10 hektar. Bibit yang disalurkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten diberikan gratis kepada petani. Kesulitan yang dirasakan Dinas Perkebunan dalam menyalurkan bantuan bibit unggul yaitu petani tidak menyiapkan lahan yang akan di remajakan, sehingga Dinas Perkebunan kesulitan untuk mengetahui kebutuhan bibit yang diperlukan. Untuk daerah-daerah tertentu kepemilikan luas lahan yang dimiliki petani relatif sedikit berkisar 0,5 – 1,5 hektar, akibatnya bila diremajakan akan berdampak hilangnya pendapatan petani selama bibit belum menghasilkan. Sedangkan proses kebun karet untuk dapat berproduksi dari awal peremajaan sampai siap dilakukan penyadapan butuh waktu 5 – 6 tahun. Proses pemberian bantuan, kelompok tani harus mengusulkan permohonan bantuan kepada pemerintah lengkap dengan kebutuhan bibit unggul yang diperlukan untuk peremajaan kebun mereka. Setelah permohonan bantuan diterima oleh Dinas Perkebunan maka akan dilakukan pengecekan dilapangan ke kebun kelompok tani. Syarat utama yang harus dipenuhi oleh kelompok yaitu mereka harus menyiapkan lahan yang akan diremajakan. Sedikitnya bantuan bibit unggul yang diberikan kepada kelompok tani Karya Agung disebabkan kurangnya komunikasi yang baik kepada Dinas Perkebunan, disebabkan kelompok kurang mengorganisasi anggota. Kelemahan yang terjadi yaitu setelah mengajukan permintaan bibit unggul kepada dinas, petani atau kelompok tidak menyiapkan lahan yang akan dilakukan peremajaan dan ketidakjelasan lahan mana yang akan dilakukan peremajaan. Akibatnya saat tim Dinas Perkebunan turun mengecek ke kebun hanya berdasarkan pada kebutuhan lahan yang telah disiapkan untuk diremajakan. Bagi kelompok tani Karya Agung kebijakan peremajaan karet rakyat ini merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan. Bantuan bibit yang diberikan dapat membantu meringankan biaya yang besar untuk peremajaan karet, Dampaknya dapat meningkatkan pendapatan petani. untuk itu perlu kelompok tani yang kuat agar dapat menindaklanjuti kebutuhan anggotanya kepada Dinas Perkebunan.
50
Peremajaan karet oleh anggota kelompok tani Karya Agung dilakukan secara bertahap, bila mereka mempunyai lahan 5 hektar, hanya sekitar 2 hektar dulu yang diremajakan. Agar penghasilan petani dari karet tidak langsung hilang dan hanya penurunan pendapatan sementara, menjelang kebun yang diremajakan besar. Untuk menutupi penurunan pendapatan maka anggota akan mengembangkan usaha ternak sapi yang mereka miliki.
5.3. Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Menurut Syaukat (2007), pengembangan ekonomi lokal (local ecomomic development) merupakan kerjasama seluruh komponen masyarakat di suatu daerah (lokal) tertentu untuk mencapai pertumbuhan ekonomi berkelanjutan (sustainable economic growth) yang akan meningkatkan kesejahteraan ekonomi (economic welfare) dan kualitas hidup (quality of life) seluruh masyarakat di dalam komunitas. Pengertian pengembangan ekonomi lokal tersebut menunjukkan adanya aktifitas ekonomi lokal yang dilakukan secara bersama-sama oleh komunitas lokal dengan tujuan untuk mencapai perkembangan ekonomi secara berkelanjutan. Adapun azas yang digunakan dalam pengembangan ekonomi lokal adalah azas holistik yang mencakup : 1) azas pemberdayaan masyarakat, 2) azas pertumbuhan dan pemerataan, 3) azas peningkatan daya saing global, serta 4) azas partisipasi masyarakat. Pengembangan ekonomi dilakukan melalui pengembangan populasi ternak sapi dan peningkatan produksi karet melalui peremajaan kebun karet, dengan harapan dapat meningkatkan hasil produksi karet di tahun mendatang. Pengembangan perekonomian ini memerlukan kerjasama yang baik dalam bidang peraturan, kebijakan, ekonomi, sosial serta hubungan kemitraan antara pemerintah daerah dengan masyarakat, sehingga dapat menciptakan daya saing baik kompetitif maupun komperatif atas potensi ekonomi lokal tersebut. Untuk mengembangkan pembangunan ekonomi lokal pemerintah bukan saja harus memperhatikan potensi yang ada di daerah, tetapi juga harus mencakup upaya memberdayakan masyarakat setempat, dengan memperhatikan aspek lingkungan serta dapat meningkatkan daya saing dan menumbuhkan partisipasi masyarakat. Program pengembangan populasi ternak melalui bantuan ternak sapi bergulir dan program peremajaan karet melalui bantuan bibit karet unggul merupakan program
51
strategis bagi pengembangan ekonomi masyarakat. Dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi masyarakat, bantuan program tersebut memberikan dukungan bagi keberlanjutan usahatani kelompok tani Karya Agung. Melalui program ini, petani dapat memperoleh kebutuhan yang dibutuhkan bagi pengembangan usahatani. Juga informasi tentang pengembangan usaha dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan pembangunan Kabupaten Tebo. Hambatan dalam pelaksanaan program pengembangan populasi ternak sapi dan peremajaan karet adalah : 1. Kelompok Tani Karya Agung merupakan bentukan pemerintah bukan berdiri berdasarkan kesadaran masyarakat untuk meningkatkan usaha sehingga kondisinya kini lemah. 2. Kelompok tani Karya Agung selama ini belum dapat memanfaatkan peluang dan potensi yang ada, karena keterbatasan pengetahuan, teknologi, informasi, jaringan kerjasama dan sumberdaya manusia rendah. 3. Kinerja PPL peternakan dan PPL pertanian perkebunan dalam melakukan pembinaan dan pendampingan tidak maksimal. 4. Monitoring dan Evaluasi program yang dilakukan pemerintah selama ini terhadap kegiatan kurang pengawasan dan peninjauan langsung ke lapangan sehingga kelemahan di lapangan kurang terdeteksi dengan baik.
5.4. Pengembangan Modal Sosial Program pengembangan populasi ternak sapi dan program peremajaan karet serta program pengembangan lainnya, belum tampak dikembangkan oleh kelompok tani. Ini dikarenakan modal sosial pada kelompok tani Karya Agung kini melemah karena kurang berlanjutnya kegiatan-kegiatan bersama dalam pengembangan usaha yang mereka jalankan. Kepercayaan, jaringan, norma/nilai antara pengurus dan anggota dalam pengembangan usaha melemah, ini disebabkan kurang berkembangnya aspekaspek berikut. 1. Kepercayaan antara sesama anggota kelompok yang di dasari kesamaan asal daerah dan diantara pengurus dengan anggota kelompok Tani Karya Agung sehingga dapat mendukung pengembangan aktivitas usahatani kebun karet dan ternak sapi.
52
2. Norma atau aturan yang mengikat di dalam kelompok tani Karya Agung serta terbentuknya
jaringan
dengan
masyarakat
dan
pihak
terkait
untuk
mengembangkan usaha kebun dan ternak sapi. 3. Program bantuan ternak sapi bergulir dan program peremajaan karet merupakan program pengembangan ekonomi produktif untuk peningkatan kesejahteraan anggota kelompok tani. Kegiatan ini dapat menjembatani antara kebutuhan kelompok dengan program pemerintah sehingga usaha kebun dan ternak dapat bersinergi dalam aktivitas usahatani pada kelompok tani. 4. Memanfaatkan Jaringan kerjasama diantara anggota dan pengurus kelompok dengan dinas terkait dalam pengembangkan usahatani kebun dan ternak sapi untuk mengakses kebijakan pemerintah.
5.5. Permasalahan Kelompok Tani Melalui penelitian lapangan dan berdasarkan pengamatan, wawancara, hasil kuisioner serta diskusi kelompok pada komunitas kelompok tani Karya Agung Desa Giriwinangun diketahui beberapa permasalahan yang dihadapi oleh kelompok tani. Pada intinya masalah yang dihadapi kelompok tani adalah rendahnya pendapatan usaha tani. Adapun masalah yang dihadapi seperti Kemampuan manajemen dan usaha anggota kelompok tani, sumberdaya manusia dan jaringan kerjasama. 5.5.1. Kemampuan Manajemen dan Usaha Anggota Kelompok Tani 1). Kemampuan manajemen Pengurus dalam pengorganisasian kelompok sangat lemah ini tergambar pada tidak ada pertemuan rutin kelompok, administrasi kelompok berupa catatan pengembangan usaha anggota baik kebun dan pemeliharaan ternak tidak ada, tidak adanya perencanaan pola usaha yang menguntungkan khususnya pada pemeliharaan ternak sapi terkesan hanya bersifat tabungan saja dan merasa cepat puas, kerjasama yang rendah dan belum mampu menganalisis potensi dan peluang yang ada. Dengan potensi dan peluang yang ada seharusnya hasil produksi kebun dan ternak sapi dapat ditingkatkan lagi. Keadaan demikian membuat kelompok tani tidak dapat menyusun rencana dan strategi yang akan dilakukan dalam pemecahan masalah yang mereka hadapi terlebih usaha pemeliharaan ternak sapi yang terlihat jauh lebih lemah
53
dibandingkan usaha kebun karet, sehingga pendapatan tidak dapat ditingkatkan sebagai alat untuk memajukan usaha tani anggotanya. 2). Usaha anggota kelompok tani Kondisi usaha perkebunan karet yang dimiliki anggota kelompok tani Karya Agung relatif baik karena hasil kebun telah dapat memenuhi kebutuhan dasar keluarga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun ada beberapa masalah yang dihadapi oleh anggota kelompok, antara lain adalah sulitnya untuk memenuhi kebutuhan pupuk khususnya pupuk urea bersubsidi untuk kebun karet mareka. Ini disebabkan pembelian pupuk bersubsidi harus melalui kelompok tani. Namun permintaan pupuk tidak langsung datang atau ada tersedia seringkali mereka harus menunggu pupuk yang dibutuhkan dalam waktu beberapa bulan ke depan. Masalah ini ditegaskan oleh 12 responden, seperti dituturkan oleh Bapak Srn ketua kelompok tani Karya Agung. Saat ini pengadaan pupuk urea bersubsidi menjadi masalah bagi kami. Sudah kami cari kemana-mana tidak ada stok kata penyalur. Bahkan yang katanya kelompok tani harus mengajukan permohonan kebutuhan bibit ke penyalur. Itupun sudah kami lakukan bahkan sudah 2 bulan lebih permintaan kami itu, pupuk belum juga datang. Sedangkan anggota lainnya terus menanyakan masalah pupuk ini. Saya heran pupuk bersubsidi ini kok tidak ada di pasaran, kalau ada juga Cuma 1-2 zak saja itupun harganya mahal sekali. Kondisi pohon karet yang telah tua juga menjadi masalah tersendiri yang dirasakan kelompok tani Karya Agung, sebab sejak beberapa tahun terakhir dirasakan hasil produksi karet mereka turun yang biasanya hasil yang didapat mereka berkisar 50 kg per hektar setiap minggu kini hanya menghasilkan karet 40 s/d 45 kg saja per minggu per hektar dan dari pengakuan responden yang ditemui saat wawancara dan diskusi kelompok hasil ini terus mengalami penurunan, sebab itu mereka sangat membutuhkan peremajaan kebun yang dilakukan secara bertahap. Penyakit jamur upas atau jamur akar putih yang menyerang tanaman karet mereka menambah permasalahan yang dihadapi oleh kelompok tani Karya Agung, sebab susah untuk diobati dan biasanya pohon karet yang terkena penyakit jamur akar putih akan mati dan menulari ke pohon yang sejalur. Untuk saat ini yang bisa dilakukan kelompok untuk memberantas penyakit dengan menebang pohon yang mati sampai keakar-akarnya dan diobati dengan menggunakan belerang. Masalah yang dihadapi dalam menggeluti usaha pemeliharaan ternak, seringkali sapi anggota kelompok tani Karya Agung kurang suka minum. Akibatnya nafsu makan
54
ternak sapi juga berkurang sehingga sulit untuk dapat gemuk. Kendala lain yaitu dalam penyediaan pakan rumput yang harus dicari jauh keluar desa, sehingga berimbas pada kemampuan anggota kelompok untuk memelihara ternak sapi. Akibatnya mereka membatasi jumlah populasi ternak yang dipelihara, walaupun mereka menyadari dengan beternak sapi sangat mendukung perekonomian keluarga terlebih bila membutuhkan keuangan untuk meneruskan sekolah anak-anak mereka. Untuk makanan konsentrat berupa ampas tahu dan dedak sulit mereka dapatkan, karena sedikitnya warga masyarakat sekitar desa yang mempunyai usaha pembuatan Tahu. Begitu juga dedak, di datangkan dari provinsi sumbar dan kabupaten Kerinci karena untuk wilayah Kabupaten Tebo sendiri masih sedikit yang bertani padi di sawah yang menghasilkan dedak. Seperti yang diungkapkan Bapak Syd. Memelihara ternak itu menguntungkan, bila butuh uang untuk anak meneruskan sekolah kita bisa langsung dapat uang dari menjual sapi. Tapi kendalanya sekarang ini mencari rumput sudah susah terlebih makanan tambahan seperti ampas Tahu, kadang-kadang kita membeli sampai ke Kabupaten Bungo. Kalau dedak ada yang jual disini tapi mahal, bila dikasih dedak terus untungnya bisa sedikit. Penanaman rumput guna pemenuhan pakan ternak sapi masih sedikit dilakukan kelompok tani Karya Agung, dikarenakan lahan yang tersedia telah digunakan untuk berkebun karet. Melakukan penanaman di pinggiran kebun dan pekarangan rumah jarang sekali dilakukan kelompok tani Karya Agung, karena mereka pikir butuh waktu lama sedangkan ternak sapi butuh pakan setiap hari. Penyelesaian masalah pakan ternak yang mereka tempuh dengan mencarikan rumput liar disekitar wilayah kebun dan desa bahkan keluar desa. Tidak adanya lahan pengembalaan bagi ternak sapi kelompok tani Karya Agung membuat cara pemeliharaan harus dengan dikandangkan, tentunya pakan ternak sapi harus dicukupi dengan mencari rumput. Selain masalah rumput, petani kesulitan mendapat indukan sapi yang baik untuk dikembangkan karena membutuhkan modal yang cukup besar dan ketersediaan indukan sapi yang terbatas. Indukan sapi betina dewasa bisa mencapai harga 5 juta sampai dengan 7 juta rupiah, dan sulit didapatkan. Sedangkan bantuan sapi bergulir dari Pemerintah Kabupaten Tebo sejak otonomi daerah belum pernah didapatkan petani. Masalah lain, adalah masalah keamanan ternak dari pencurian yang beberapa kali terjadi di Desa Giriwinangun bahkan pernah juga dialami salah seorang anggota kelompok tani Karya Agung. Ini diakibatkan kurang aktifnya kelompok tani dalam
55
menyelesaikan masalah keamanan, padahal bila melakukan semacam jadwal piket menjaga keamanan bagi ternak anggota kelompok secara bergilir maka masalah keamanan tidak akan terjadi. Masalah yang dirasakan 12 responden dalam menjalankan usaha dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 : No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Masalah yang Dihadapi dan Dirasakan Oleh 12 Responden Kelompok Tani Karya Agung Desa Giriwinangun
Kasus Sarino Pronowijono Mukiman Barusetyo Sutarmin Suryanto Gino Suseno Suryadi Misno Yatno Samidi
Usahatani Kebun dan Ternak Kebun dan Ternak Kebun dan Ternak Kebun dan Ternak Kebun dan Ternak Kebun dan Ternak Kebun dan Ternak Kebun dan Ternak Kebun dan Ternak Kebun dan Ternak Kebun dan Ternak Kebun dan Ternak
P √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Masalah yang dihadapi KT JU PT R BU √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
P √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Keterangan : P : Pupuk KT : Karet Tua JU : Jamur upas/akar putih PT : Penyakit ternak R : Rumput BU : Bibit sapi unggul P : Pencurian
5.5.2. Sumberdaya Manusia Pada awal mulanya dibentuk kelompok tani Karya Agung lebih disebabkan untuk memperoleh bantuan bergulir gaduh ternak sapi pemerintah dan bantuan bibit tanaman karet untuk kebun yang mereka miliki melalui transmigrasi. Saat bantuan masih efektif dan harus dilunasi oleh pengurus dan anggota, kelompok bisa berjalan cukup baik. Karena adanya pendampingan terus menerus dari PPL, namun saat bantuan telah berhasil dilunasi dan tidak ada lagi bantuan, kegiatan kelompok menjadi kurang tampak. ikatan-ikatan kelompok yang dulu baik kini kurang terjalin karena bantuan yang tidak ada lagi. Permasalahan sumberdaya manusia dalam penguatan kelompok tani Karya Agung, dibedakan menjadi kapasitas sumberdaya pengurus dan kapasitas sumberdaya anggota kelompok tani.
56
1) Kapasitas Pengurus Kapasitas kepemimpinan pengurus dalam mengembangkan kelompok kurang berwawasan kedepan dan kurang termotivasi untuk memajukan kelompok taninya. Terlihat dari ketidakaktifan pengurus untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan kelompok yang menunjang usaha kebun dan ternak semua anggotanya. Pengurus kelompok kurang mengetahui cara berorganisasi yang baik dan benar yang dapat mengembangkan kelompok sehingga ketrampilan anggota dalam menjalankan usahataninya tidak diperhatikan. Pengurus tidak merencanakan peningkatan usahatani kebun dan ternak sapi anggota, akibatnya kondisi usaha tidak mengalami peningkatan. Masalah-masalah yang dihadapi diselesaikan dengan cara masing-masing, pengurus kelompok tidak menjadikan kelompok sebagai wadah pemecahan masalah yang dihadapi anggota. Pembagian kerja diantara pengurus dan anggota sudah tidak terlihat lagi, baik dalam pengelolaan kelompok seperti masalah administrasi kelompok dan kegiatan usahatani. Pembagian kerja dalam hal pembersihan kebun dan penanaman rumput untuk pakan ternak sudah tidak ada lagi. Anggota kelompok melakukan aktivitas usahatani secara individu. Ini menunjukkan pengorganisasian yang dijalankan pengurus lemah. Manajemen yang dijalankan pengurus lemah, dapat dilihat dengan tidak dijalankannya
fungsi
perencanaan
kelompok
dalam
mengembangkan
usaha,
pengorganisasian kelompok yang lemah, pengembangan kapasitas anggota dan pengurus dalam mengembangkan usahatani tidak berjalan dan tidak berjalannya pengarahan bagi anggota demi peningkatan usaha kebun dan ternak. Pendidikan formal pengurus kelompok tani Karya Agung relatif rendah, ketua kelompok Bapak Sarino hanya berpendidikan sebatas SR (sekolah rakyat setingkat SD), wakil ketua Bapak Pronowijono hanya berpendidikan sebatas SLTP, sekretaris Bapak Mukiman berpendidikan sebatas SLTP, cuma bendahara kelompok Bapak Suryadi
yang
mempunyai
pendidikan
cukup
baik
yaitu
SMA.
Pelatihan
pengorganisasian belum pernah diikuti pengurus maupun anggota kelompok, pengetahuan dalam mengelola kelompok hanya di dapat dari PPL setempat. Kegiatan usaha ternak sapi dan kebun memang tidak selalu memerlukan pendidikan yang tinggi namun pendidikan akan berdampak pada wawasan berpikir dan cara mengelola kelompok serta usaha yang dijalankan. Berkaitan dengan hal ini maka diperlukan suatu
57
program untuk meningkatkan pengetahuan, karena bagaimanapun besarnya potensi yang ada bila tidak didukung dengan pengetahuan maka akan sukar berkembang. Tingkat pendidikan yang rendah dapat dilihat dari tingkat pendidikan 12 responden pada Tabel 10.
Tabel 10
: Tingkat Pendidikan dan Pelatihan yang Pernah Diikuti 12 Responden Kelompok Tani Karya Agung
No
NAMA
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Sarino Pronowijono Mukiman Suryadi Sutarmin Suryanto Gino Suseno Barusetyo Misno Yatno Samidi
JABATAN DI KELOMPOK Ketua Wakil Ketua Sekretaris Bendahara Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota
PENDIDIKAN SR SLTP SLTP SMA SLTP SLTP SD SD SLTP SD SLTP SD
PELATIHAN YG DIIKUTI Sosialisasi kebun Sosialisasi kebun Masalah hama -
Sumber : Kuisioner penelitian
2) Kapasitas Anggota Kapasitas pendidikan anggota kelompok tani Karya Agung tidak jauh berbeda dengan pengurusnya, rata-rata pendidikan anggota kelompok rendah setingkat SD dan SLTP. Mereka mendapatkan ketrampilan dalam pemeliharaan ternak secara otodidak dari pengalaman, sedangkan dalam menjalankan usaha kebun karet didapatkan dari pengalaman dan bimbingan petugas PPL desa dan kecamatan. Anggota kelompok tani Karya Agung berpendapat bahwa bila kelompok tani ingin maju itu semua tergantung dari pengurus yang mengelola kelompok, sedangkan mereka hanya menurut saja apa kebijakan yang diambil dalam kelompok. Pada dasarnya mereka menginginkan kelompok dapat kuat dan berkembang dan dapat menjadi sarana pengembangan usaha. Partisipasi anggota rendah dalam pengelolaan kelompok, padahal keaktifan anggota dalam kegiatan kelompok tani dapat membantu pengurus dalam menjalankan kelompok. seperti anggota dapat membantu menjalankan administrasi kelompok dan memberikan masukan terhadap teknis pengembangan usahatani yang mereka jalankan.
58
5.5.3. Jaringan Kerjasama Anggota Jaringan kerjasama diantara para anggota kelompok tani Karya Agung pada mula terbentuknya cukup baik, saat itu dalam kelompok ada program gotong royong untuk membersihkan kebun para anggotanya dengan cara digilir pada setiap anggota hingga usaha kebun anggota secara keseluruhan dapat terpelihara. Tapi sekarang tidak ada lagi kegiatan yang dikerjakan secara berkelompok baik dalam usaha pemeliharaan kebun dan usaha pemeliharaan ternak sapi. Dalam hal pemeliharaan ternak para anggota pernah melakukan penanaman rumput jenis katria, jolondono dan sebagainya, penanaman dilakukan di lahan kebun milik kelompok seluas satu hektar. Namun sejak kebun sudah tidak ada lagi karena dijual oleh Kepala Desa pada masa itu, kegiatan penanaman rumput secara bersama pun sudah tidak ada lagi. Begitu juga kerjasama dalam mengatasi masalah penyakit ternak sapi dan kebun karet juga tidak ada lagi, kini masing-masing anggota lebih condong mengatasi masalah mereka secara sendiri-sendiri. Seperti yang disampaikan oleh salah seorang responden Bapak Msn anggota Kelompok tani. Kalau dulu kegiatan kelompok ini banyak, seperti kegiatan membersihkan kebun. Kami bersama-sama membersihkan lahan kebun anggota. Itu setiap minggu digilir secara bergantian. Misalnya hari ini kebun saya, minggu depan kebun pak Sarino, tapi sekarang udah tidak ada lagi kegiatan itu. Penanaman rumput juga pernah kami lakukan dilahan milik kelompok, tapi karena lahannya tidak ada lagi sudah dijual oleh kades yang dulu, ya sekarang tidak ada lagi penanaman rumput. Sekarang untuk mendapatkan rumput udah sendiri-sendiri, mencari dikebun dan pinggiran sungai. Komunikasi para anggota kini sudah jarang terbangun hanya sebatas pembicaraan masalah kebun dan ternak sesaat setelah melakukan pengajian setiap malam jum’at. Itupun tidak rutin, hanya bila ada suatu masalah yang menyangkut kepentingan umum seperti masalah kehilangan ternak atau kebun yang terbakar. Seharusnya potensi pertemuan ini dapat dijadikan wadah pengembangan usaha. Menurut anggota kelompok tani karya Agung kerjasama anggota yang sudah tidak ada lagi ini dikarenakan pengurus yang tidak aktif sehingga kelompok tampak tidak ada kegiatan. Padahal menurut mereka dengan berjalan dan kuatnya kelompok dapat meningkatkan usaha kebun dan ternak sapi mereka. Bimbingan PPL yang kini sudah jarang juga menjadi hambatan tersendiri, kalau dulu mereka sering berkumpul dan terjadi komunikasi saat PPL berkunjung melakukan bimbingan tapi kini sudah
59
jarang. Saat sekarang bila anggota menemui masalah mereka langsung mencari PPL atau dinas terkait tanpa melalui kelompok lagi. Jaringan kerjasama yang banyak digeluti anggota saat ini hanya pada pihak luar atau tengkulak yang membeli hasil karet mereka, ikatan yang tercipta antara anggota kelompok dengan tengkulak sudah lama terjalin dan tengkulak dianggap sebagai penolong dalam memasarkan hasil karet mereka. Padahal, pasar lelang karet Desa Giriwinangun sudah didirikan sejak tahun 2003 yang dikelola oleh Koperasi Unit Desa Sumber Jaya. Hanya sebagian anggota kelompok yang menjual ke pasar lelang karet desa, ini disebabkan komunikasi yang terjalin antara anggota dan pengurus sudah jarang terjalin. Seharusnya pengurus dapat memfasilitasi pemasaran karet anggota, agar menjual ke pasar lelang karet yang harganya lebih tinggi dibanding dijual pada tengkulak dan timbangan di pasar lelang tentu lebih dapat dipertanggungjawabkan. Dengan adanya KUD merupakan potensi yang dapat dikembangkan, kelompok dapat bekerjasama dengan KUD untuk mencoba mengembangkan pemasaran di bidang penjualan ternak sapi seperti halnya usaha pasar lelang karet. Tentunya harga penjualan ternak akan lebih tinggi dan mendatangkan keuntungan pada anggota kelompok tani. Bila jaringan kerjasama diantara anggota kelompok kuat maka usahatani kebun dan ternak yang mereka jalankan akan lebih baik. Saling tukar informasi antar anggota, saling memberikan masukan dan ada keterikatan antara anggota dalam menjalankan usahatani. 5.6. Prioritas Permasalahan Kelompok Tani Karya Agung Dari berbagai permasalahan yang dihadapi oleh kelompok tani Karya Agung, ditetapkan prioritas permasalahan yang akan diselesaikan atau dicarikan jalan keluar segera. Permasalahan-permasalahan yang ada saling berkaitan satu dengan yang lainnya, prioritas permasalahan yang dihadapi oleh para anggota kelompok tani Karya Agung antara lain (1) Kapasitas SDM rendah (2) kemampuan Manajemen dan usaha anggota kelompok tani Karya Agung. Prioritas permasalahan tersebut ditentukan dari hasil wawancara dan observasi yang dibawa dan disepakati dalam forum FGD, yang dilakukan bersama para pengurus dan anggota kelompok Tani, PPL pertanian perkebunan, PPL Peternakan dan aparat Desa Giriwinangun. Pada Tabel 11 dapat disajikan prioritas dan semua permasalahan yang dihadapi kelompok tani Karya Agung Desa Giriwinangun.
60
Tabel 11 : Permasalahan yang Dihadapi Kelompok Tani Karya Agung Desa Giriwinangun NO
MASALAH
RINCIAN MASALAH
DAMPAK
1.
Kemampuan manajemen dan usaha anggota kelompok tani
▪ Pengurus dalam pengorganisasian kelompok lemah. ▪ Kurang perencanaan usaha ▪ Sulit mendapatkan pupuk bersubsidi untuk kebun ▪ Kondisi pohon karet tua dan serangan penyakit jamur upas ▪ Penyakit ternak sapi ▪ Kesulitan memenuhi pakan ternak sapi ▪ Keamanan ternak dari pencurian
▪ Kelompok lemah ▪ Tidak berorientasi produksi ▪ Pendapatan tidak maksimal ▪ Pendapatan terus menurun ▪ Ternak tidak tumbuh gemuk secara maksimal ▪ Pembatasan populasi ternak yang dipelihara
2.
Sumberdaya manusia
▪ Pendidikan pengurus dan anggota rendah ▪ Kurang pengetahuan tentang cara berorganisasi yang baik.
▪ Kelompok belum dapat menganalisis potensi dan peluang ▪ Tidak dapat menyusun rencana strategi
3.
Jaringan Kerjasama anggota
▪ Tidak ada lagi kegiatan bersama untuk peningkatan usaha kebun dan ternak. ▪ Anggota dalam menjalankan usaha dan memecahkan masalah condong individual. ▪ Mekanisme pemasaran hasil usaha kurang menguntungkan (tengkulak) ▪ Kepercayaan,jejaring,norma yang pernah terbentuk melemah.
▪ Kelompok lemah ▪ Tidak ada saling tukar Informasi sesama anggota kelompok ▪ Tidak ada transfer pengetahuan ▪ tidak ada pertemuan rutin ▪ Penurunan pendapatan akibat pemasaran ke tengkulak
Sumber : hasil olah data
5.7. Harapan yang Diinginkan Anggota Kelompok Tani Keberadaan kelompok tani Karya Agung dapat menjadi sarana dalam upaya peningkatan pendapatan bagi keluarga petani yang bergerak pada usaha perkebunan karet dan peternakan sapi. Disamping bertujuan untuk menciptakan keharmonisan hubungan sosial kemasyarakatan antar anggota, sebagai wadah upaya penyelesaian masalah sosial yang dirasakan, untuk upaya pengembangan diri serta sebagai wadah berbagi pengalaman diantara anggota. Melalui kelompok tani diharapkan dapat
61
meningkatkan kapasitas individu yaitu meningkatkan pengetahuan dan wawasan berpikir para anggota, meningkatkan kapasitas kelembagaan, yaitu membangun kelembagaan kelompok tani mengenai pembenahan fungsi kepengurusan, menanamkan nilai-nilai kebersamaan dan kegotongroyongan, serta membangun norma-norma atau aturan-aturan dalam usaha mereka. Karena dalam kegiatan kelompok tani di samping dituntut bekerja ekonomis produktif juga dituntut suatu kemampuan manajerial dalam mengelola usaha yang sedang dijalankan. Dalam kaitan ini dapat berupa menggali dan memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia di lingkungan untuk keberhasilan kelompok. Selain itu juga diharapkan dapat menumbuhkembangkan sikap-sikap berorganisasi dan pengendalian emosi yang semakin baik serta dapat menumbuhkan rasa kebersamaan, kekeluargaan, kegotongroyongan, kepedulian dan kesetiakawanan, baik diantara anggota kelompok maupun kepada masyarakat secara luas. Salah seorang Responden (Bapak Brs) mengatakan. Harapan Kami agar kelompok tani dapat berkembang dan aktif kembali, bila kelompok kuat dapat dijadikan wadah untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan anggota dalam berkebun dan beternak sapi. Masalah-masalah yang kami rasakan selama ini dapat dicarikan penyelesaiannya melalui kelompok. Kelompok juga dapat dijadikan alat untuk berhubungan dengan pemerintah. Pada dasarnya yang diharapkan kelompok tani Karya Agung yaitu meningkatkan produktifitas hasil ternak sapi dan perkebunan karet mereka sehingga dapat meningkatkan pendapatan keluarga.
5.8. Ikhtisar Pengembangan usaha kebun karet dan ternak sapi pada kelompok tani Karya Agung dapat terwujud melalui penguatan kelompok tani. Pengembangan ini juga sejalan dengan program yang sedang dijalankan Pemerintah Daerah, peremajaan karet dengan Bantuan bibit unggul dan bantuan modal pengolahan lahan. Sedangkan pengembangan populasi ternak dilaksanakan pemerintah melalui pengembangan populasi ternak dengan kegiatan bantuan ternak sapi bergulir yang diberikan pada kelompok tani yang ada di Kabupaten Tebo. Walaupun masih banyak kelemahan dalam kegiatan program pemerintah, namun ada peluang yang ditawarkan program berupa pengembangan usaha. Kelompok dapat memanfaatkan peluang yang ditawarkan program untuk membantu mengembangkan usahatani anggota.
62
Dalam menjalankan usaha kebun karet dan ternak sapi petani dihadapkan pada beberapa masalah, seperti masalah kualitas sumberdaya manusia, kurangnya kemampuan manajemen dan usaha anggota kelompok, dan jaringan kerjasama antara anggota. Semua permasalahan ini disebabkan kondisi kelompok yang lemah, tidak dapat menjadi wadah bagi pemecahan masalah anggotanya. Masalah
kualitas
sumberdaya
manusia
dibedakan
menjadi
kapasitas
sumberdaya pengurus dan kapasitas sumberdaya anggota. Kapasitas pengurus dihadapkan pada masalah kapasitas kepemimpinan pengurus ditandai dengan lemahnya pengorganisasian kelompok untuk mengembangkan usahatani anggota, kegiatan pembagian kerja antara anggota dan pengurus sudah tidak berjalan, kemampuan manajemen rendah hingga tidak mampu merencanakan pengembangan usaha, tingkat pendidikan pengurus rendah dan tidak pernah mengikuti pelatihan usaha maupun pelatihan penguatan kelompok. Kelemahan kapasitas anggota yaitu pendidikan rendah dan partisipasi anggota dalam pengelolaan kelompok rendah. Masalah manajemen dan usaha anggota yang dirasakan seperti kurangnya kemampuan manajemen, kondisi karet tua butuh peremajaan, penyakit jamur, susahnya mendapatkan pupuk. Permasalahan dalam usaha ternak sulitnya mencukupi pakan rumput untuk ternak, pengembangan ternak dan keamanan ternak dari pencurian. Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan disepakati melalui forum FGD, maka dua masalah tersebut menjadi masalah prioritas untuk segera dicarikan jalan penyelesaiannya. Untuk mewujudkan harapan anggota agar kelompok dapat menjadi sarana peningkatan pendapatan keluarga petani, dalam upaya peningkatan produksi karet dan ternak sapi mereka.
63
VI. POTENSI PENGEMBANGAN USAHA 6.1. Analisis Keuntungan Usaha 6.1.1. Analisis Keuntungan Usaha Ternak Sapi Keuntungan usaha pemeliharaan ternak merupakan selisih antara total penerimaan dari hasil penjualan produk (ternak sapi) dikurangi total biaya untuk memproduksi ternak sapi. Keuntungan dalam hal ini dilihat secara finansial yaitu biayabiaya untuk menghasilkan ternak sapi siap jual. Menurut Soeprapto dan Abidin (2006) terdiri dari biaya investasi, biaya variabel dan biaya tetap. Biaya investasi yaitu biaya pembuatan kandang ternak sapi dan biaya untuk membeli peralatan yang diperlukan. Biaya variabel yaitu biaya untuk membeli pedet (sapi bakalan), biaya yang dikeluarkan untuk pakan ternak sapi yang terdiri dari pakan hijauan dan konsentrat serta biaya kebutuhan obat-obatan yang dibutuhkan. Sedangkan biaya tetap yaitu biaya yang mesti harus dikeluarkan antara lain biaya upah tenaga kerja, penyusutan kandang dan penyusutan peralatan yang dipergunakan. Untuk menggambarkan keuntungan usaha ternak
sapi potong
harus
memperhitungkan modal usaha ternak sapi dan penerimaan yang dapat diperhitungkan dalam usaha ternak sapi potong, Analisis ini mengambil rata-rata kasus pemeliharaan ternak sapi oleh 12 responden anggota kelompok Karya Agung. Modal usaha ternak Sapi bakalan dibeli dan dipelihara sebanyak 3 ekor masing-masing sapi berat rata-rata 100 kg dengan harga Rp. 35.000/kg berat badan sapi hidup. Kandang yang dibutuhkan 12 m2 biaya pembuatan kandang Rp. 130.000,-/m2. Pemeliharaan ternak sapi selama 5 bulan dengan penambahan berat badan 0,7 Kg/ekor/hari. Pakan yang dibutuhkan untuk 3 ekor sapi selama 5 bulan pemeliharaan adalah pakan hijauan (10% dari berat badan sapi/hari) 4.500 Kg dengan harga Rp. 350/kg, konsentrat 225 Kg dengan harga Rp. 1.500/kg. Serta Ampas tahu 450 kg dengan harga Rp. 800/kg. Obat-obatan seharga Rp. 50.000/ekor/5 bulan. Tenaga kerja yang dibutuhkan 1 orang dengan gaji Rp. 750.000/bulan. Dibutuhkan peralatan (sapu, sikat, selang air, cangkul, sekop, tambang pengikat dan lainnya) seharga Rp. 400.000 masa pakai selama 20 bulan (4 periode). Selama periode pembesaran dari 3 ekor sapi juga akan dihasilkan kotoran ternak sebanyak 3 ton, dengan asumsi tiap ternak menghasilkan sekitar 6,6 kg kotoran/hari.
64
Penerimaan Penambahan berat badan sapi 0,7 kg x 30 hari x 5 bulan = 105 Kg/ekor. Setelah dipelihara selama 5 bulan, berat badan sapi menjadi 100 kg + 105 kg = 205 kg/ekor dengan demikian hasil penjualan 3 ekor sapi adalah = 3 ekor x 205 kg x Rp. 35.000/kg = 21.525.000,-. Hasil penjualan kotoran ternak 3.000 kg x Rp. 500/kg = Rp. 1.500.000. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 12 . Tabel 12 : Analisis Usaha Ternak Sapi Potong Berdasarkan Harga Berlaku di Desa Giriwinangun Tahun 2008 BIAYA
JUMLAH
Biaya Investasi pembuatan kandang 12 M2 x Rp.130.000 pembelian peralatan sapu, sikat, cangkul dll
1,560,000 400,000
Biaya Variabel Sapi bakalan 3 ekor x 100 kg x Rp. 35.000 Pakan hijauan 4.500 Kg x Rp 350/kg Konsentrat 225 Kg x Rp. 1.500/kg Ampas Tahu 450 x Rp. 800/kg Obat-obatan 3 ekor sapi x Rp. 50.000 Biaya Tetap Tenaga Kerja 1 org x 5 bln x Rp. 750.000 Penyusutan kandang 8% per 5 bulan penyusutan peralatan Total biaya produksi = biaya Variabel + biaya tetap = 12.922.500 + 3.974.800
10,500,000 1,575,000 337,500 360,000 150,000 12,922,500 3,750,000 124,800 100,000 3,974,800
PENERIMAAN
JUMLAH
Penerimaan hasil penjualan sapi 3 ekor x 205 Kg x Rp.35.000
21,525,000
hasil penjualan kotoran ternak 3.000 kg x Rp. 500
1,500,000
total hasil penjualan ternak dan kotorannya
23,025,000
KEUNTUNGAN Penerimaan - total biaya produksi Rp. 23.025.000 – 16.897.300
6,127,700
16,897,300
Sesuai harga berlaku di Kabupaten Tebo 2008.
Dari analisis usaha diatas, dengan melakukan pemeliharaan 3 ekor ternak sapi selama 5 bulan dapat diterima keuntungan atau pendapatan sebesar Rp. 6.127.700. Ini menunjukkan bahwa peluang usaha ternak sapi sangat menguntungkan dan layak menjadi usaha peningkatan pendapatan kelompok tani Karya Agung di Desa Giriwinangun. Keuntungan usaha juga dapat ditingkatkan karena anggota kelompok tani Karya Agung biasanya tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk pakan hijauan ternak sapi, mereka mendapatkan pakan hijauan rumput dengan cara mencari disekitar kebun dan sekitar desa. Biaya pakan hijauan juga bisa dijadikan pengganti BBM sepeda motor mereka sebagai transportasi mencari rumput. Untuk biaya tenaga kerja juga
65
dapat dikurangi karena pada umumnya mereka melakukan pemeliharaan ternak sapi sendiri atau dibantu anak-anaknya dan tidak mempekerjakan tenaga kerja bayaran. Bila kondisi kelompok kuat, para anggota dapat bekerjasama melakukan penanaman rumput di pinggiran kebun, saling tukar informasi, mengembangkan diri serta sebagai wadah berbagi pengalaman diantara anggota. Melalui kelompok tani diharapkan dapat meningkatkan kapasitas individu yaitu meningkatkan pengetahuan dan wawasan berpikir para anggota, meningkatkan kapasitas kelembagaan, maka usaha pemeliharaan ternak dapat meningkatkan pendapatan yang membawa peningkatan kesejahteraan masyarakat.
6.1.2. Analisis Usaha Kebun Karet Untuk usaha perkebunan karet anggota kelompok tani Karya Agung sudah terbukti menguntungkan dan dapat menunjang perekonomian keluarga untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok mereka selama 25 tahun lebih, walau masih banyak permasalahan yang mereka hadapi. Dengan luas kebun yang mereka miliki seharusnya produksi karet yang dihasilkan masih bisa ditingkatkan, maka perlu adanya penguatan kelompok tani sebagai sarana dan wadah pengembangan usaha keluarga dengan program kegiatan peningkatan dan efektifitas usaha. pendapatan kebun karet kelompok tani Karya Agung dapat digambarkan oleh pendapatan hasil kebun 12 orang responden anggota kelompok tani per bulan pada Tabel 13. Tabel 13 :
NO
Perhitungan Pendapatan 12 Responden Kelompok Tani Karya Agung Tahun 2008
KASUS
LUAS PRODUKSI HARGA HASIL BIAYA KEBUN (kg)/bulan Kg (Rp) Per Bln PRODUK 1 Sarino 5 ha 600 10,000 6,000,000 415,000 2 Pronowijono 5 ha 580 10,000 5,800,000 415,000 3 Mukiman 5 ha 640 10,000 6,400,000 415,000 4 Barusetyo 10 ha 1000 10,000 10,000,000 830,000 5 Sutarmin 5 ha 600 10,000 6,000,000 415,000 6 Suryanto 2 ha 220 10,000 2,200,000 166,000 7 Gino 2 ha 240 10,000 2,400,000 166,000 8 Suseno 1,5 ha 180 10,000 1,800,000 124,500 9 Suryadi 2,5 ha 260 10,000 2,600,000 207,500 10 Misno 4 ha 400 10,000 4,000,000 332,000 11 Yatno 1,5 ha 168 10,000 1,680,000 124,500 12 Samidi 1 ha 152 10,000 1,520,000 83,000 Berdasarkan wawancara dan olah data kuisioner pada penelitian lapangan
HASIL BERSIH 5,585,000 5,385,000 5,985,000 9,170,000 5,585,000 2,034,000 2,234,000 1,675,500 2,392,500 3,668,000 1,555,500 1,437,000
66
Pada dasarnya hasil yang didapat dari kebun karet mereka nikmati bersama keluarga, tidak dikeluarkan biaya tenaga kerja. Pekerjaan dari menderes (nyadap) karet sampai mengumpulkan dan menyatukan karet menjadi bantalan, mereka lakukan sendiri bersama istri dan anak-anak dan dilahan milik sendiri yang merupakan jatah pemberian pemerintah saat datang bertransmigrasi. Hanya saja mereka harus berbagi hasil dengan anak-anak yang sudah berkeluarga, yang kebanyakan masih bergantung pada lahan kebun milik orangtuanya. Dilihat dari analisis pendapatan 12 responden dan berdasarkan hasil wawancara, hanya seorang responden yang mempunyai kebun cukup luas karena ditambah dari membeli dari warga lain. Lahan kebun 10 hektar membuat responden ini mempekerjakan buruh penyadap karet di lahan kebun karet miliknya, terlalu luas untuk dikerjakan sendiri. Biaya produksi yang diperlukan relatif sedikit yaitu biaya untuk membeli cuka getah sebagai bahan untuk dapat menyatukan getah karet menjadi bantalan dari saat menderes karet, dan biaya pemupukan pohon karet pada setiap masa trek (rontok daun) setiap bulan juli s/d agustus setiap tahunnya. Pada saat pemupukan, penghasilan atau keuntungan petani dari kebun karet turut berkurang. Pada masa ini pohon karet akan mengeluarkan produksi getah lebih sedikit dari biasanya karena masa rontok daun, dan secara otomatis penghasilan dari karet juga menurun.
6.2. Identifikasi Potensi Usaha anggota kelompok tani Karya Agung adalah perkebunan Karet dan ternak sapi potong merupakan kegiatan yang sudah berlangsung lama, mulanya anggota kelompok sejak awal transmigrasi ditempatkan di desa tahun 1979 menanam tanaman pangan berupa kedelai, padi, jagung dan tanaman pangan lainnya. Baru dua tahun kemudian mereka mendapatkan bantuan pohon karet untuk di tanam di areal lahan jatah transmigrasi seluas 5 hektar. Kemudian pada tahun 1984 melihat banyaknya tersedia rumput liar yang tumbuh di kebun dan kebiasaan masyarakat dari Jawa dulu telah terbiasa memelihara ternak sapi, Pemerintah melalui program IFAD (International Fund for Agricultural Development) memberikan bantuan ternak sapi bergulir untuk menambah penghasilan petani karena kebun belum menghasilkan. Usaha kebun dan
67
ternak sapi saling bersinergis digeluti anggota kelompok tani Karya Agung untuk mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga. Memperhatikan kondisi kelompok tani Karya Agung saat ini, sangatlah diperlukan suatu program pengembangan masyarakat yang dapat meningkatkan pendapatan keluarga karena potensi sumberdaya alam berupa lahan perkebunan dan ternak sapi, sumberdaya manusia serta kebijakan pemerintah. Kegiatan perancangan program pengembangan dilakukan secara partisipatif bersama-sama dengan kelompok tani Karya Agung dengan harapan agar apa yang direncanakan dapat terlaksana, didukung dan berkelanjutan. Proses identifikasi potensi ditujukan kepada stakeholders terkait dengan upaya penguatan kelompok tani, yaitu adalah Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Tebo, Dinas Perkebunan Kabupaten Tebo, perangkat Desa Giriwinangun, Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) bidang pertanian, perkebunan dan peternakan serta pengurus dan anggota kelompok tani Karya Agung. Berdasarkan permasalahan yang dihadapi seperti dibahas pada bab sebelumnya maka dirumuskan potensi, untuk dapat membantu mengatasi permasalahanpermasalahan tersebut dengan menggunakan analisis SWOT (Strengths Weaknesses Opportunities Threats). Berdasarkan hasil SWOT masalah dan potensi yang ada nantinya akan dilakukan FGD pada pengurus dan anggota kelompok tani Karya Agung serta melibatkan aparat desa dan PPL terkait. Analisis SWOT ditempuh dengan langkah sebagai berikut : 6.2.1. Faktor Internal 1) Kekuatan (Strengths) 1.1. Sumberdaya alam / lahan Ketersediaan lahan garapan yang cukup luas sekitar 5 hektar per anggota kelompok yang di dapat saat program transmigrasi pada tahun 1979 lalu, sehingga dikembangkan untuk perkebunan karet dan pemeliharaan hewan ternak sapi potong oleh kelompok tani Karya Agung. Lahan milik para anggota kelompok tani Karya Agung juga terbukti sangat cocok untuk tanaman karet serta pemeliharaan ternak sapi karena banyaknya rumput yang tersedia di sekitar desa serta banyaknya lahan yang dapat diefektifkan untuk penanaman rumput. Dengan kekuatan ini kelompok harus
68
dapat mengorganisasikan anggota untuk dapat meningkatkan usahatani, agar terwujud pengembangan ekonomi dan peningkatan pendapatan bagi anggota kelompok. 1.2. Modal sosial Kepercayaan diantara pengurus dan anggota kelompok yang masih kental dikarenakan merasa berasal dari satu daerah dari kabupaten Wonogiri Jawa Tengah, dapat menjadi kekuatan untuk melakukan kegiatan bersama dalam memajukan usaha para anggota kelompok. Jejaring yang telah dimiliki kelompok seperti jaringan pemasaran hasil kebun dan ternak yang sudah terbangun, akan lebih efektif
bila
memiliki kelompok yang kuat dan terencana hingga dapat mempunyai nilai tawar yang lebih menguntungkan. Norma-norma aturan yang telah melembaga dan mengikat dalam usaha perkebunan dan peternakan merupakan modal sosial yang dapat dikembangkan melalui kelompok dengan memanfaatkan pertalian dengan pihak luar. 1.3. Ketrampilan dan pengalaman anggota kelompok Ketrampilan para anggota kelompok tani Karya Agung yang sudah cukup lama menggeluti usaha tani kebun karet dan ternak sapi, telah memberikan banyak pengalaman dalam usaha tersebut. Ketrampilan anggota dapat dijadikan kekuatan untuk lebih meningkatkan mutu produksi karet agar dapat bersaing dengan hasil karet dari daerah lain sesuai dengan standar yang diinginkan pembeli. Dari saat penanaman bibit pohon karet sampai pemeliharaan,
kemudian penyadapan getah karet dan
mengumpulkan hasil getah karet menjadi bentuk bantalan yang siap untuk dijual, merupakan kegiatan mereka sehari-hari. kegiatan ini dilakukan kelompok dari pagi hari pukul 06.00 WIB sampai menjelang siang hari pukul 11.00 WIB. Telah berpengalaman dan mempunyai ketrampilan dalam pemeliharaan ternak sapi sejak mendapatkan bantuan bibit sapi tahun 1984 sampai sekarang, kegiatan pemeliharaan sapi dilakukan anggota kelompok setelah kegiatan kebun selesai yaitu siang hari pukul 14.00 WIB. Dari ketrampilan yang dimiliki petani, mereka dapat lebih diarahkan pada pengembangan peternakan sapi potong yang berorientasi produksi dengan cara menguatkan kelompok tani Karya Agung. Mereka telah mengetahui ciriciri birahi sapi yang siap untuk dikawinkan baik secara alami maupun dengan cara kawin suntik (IB), ternak sapi dikandangkan pada tempat yang disediakan. Untuk kebutuhan pakannya dengan cara dicari disekitar kebun, bila rumput dirasakan masih kurang akan dicarikan ke sekitar desa bahkan keluar desa dengan mengggunakan
69
sepeda motor. Bahkan ketrampilan dalam memelihara ternak sapi ini membuat ternak sapi salah seorang anggota kelompok tani Karya Agung Pak Barusetyo pernah mendapat juara pertama sapi hasil IB terbaik se-Provinsi Jambi. Ketrampilan dan pengalaman anggota sangat menunjang bagi pengembangan usaha melalui wadah kelompok tani. 2) Kelemahan(weaknesses) 2.1. Kapasitas Kelompok Kapasitas kelompok Tani Karya Agung masih kurang aktif melakukan kegiatan yang bermanfaat bagi usaha para anggotanya. Ini tidak terlepas pada masalah kepengurusan yang kurang mempunyai kemampuan kepemimpinan, manajerial, tidak ada pembagian kerja dan tingkat pendidikan yang rendah. Terlebih lagi pada kelompok tani Karya Agung tidak adanya reorganisasi pengurus, sehinga berakibat kejemuan dan tidak ada terobosan baru untuk memajukan kelompok. Kelompok terkesan aktif bila ada program bantuan yang datang pada kelompok. Para anggota kurang berpartisipasi dan berpendapat mereka sebagai anggota kelompok hanya menurut saja pada pengurus dan menganggap tanggungjawab kemajuan kelompok ada ditangan pengurus, selain itu mereka sudah merasa senang dan puas dengan rutinitas kegiatan masing-masing dengan keadaan usaha yang tidak maksimal walau para anggota menyadari kalau kelompok yang kuat dapat membantu memajukan usaha kebun dan ternaknya. Bila kondisi kelompok kuat dan dapat mengorganisasikan anggota melalui kegiatan bersama yang menunjang usaha mereka maka akan lebih meningkatkan pendapatan. Manajemen usaha tani yang kurang jelas, kelompok tidak memfasilitasi meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan anggota, kurang merencanakan pola usaha yang menguntungkan, kurang dapat menganalisis potensi dan peluang yang ada disekitarnya. 2.2. Kurangnya pengetahuan anggota Tingkat pendidikan yang relatif rendah dan kurangnya bimbingan membuat pengetahuan mereka akan cara pengelolaan kebun dan ternak yang baik hanya berdasarkan pengalaman yang pernah dialami. Sedangkan penyelesaian masalah seperti penyakit sapi lumpuh, sapi tidak nafsu makan sehingga menyebabkan kurus, dan jamur upas pada pohon karet lebih banyak mencoba-coba berdasarkan pengalaman hingga kurang terencana dengan baik.
70
Akibat kurangnya pengetahuan juga membuat hasil produksi karet mengalami penurunan mutu, karena pada saat penyadapan terkadang kulit kayu pohon tercampur masuk ke dalam karet yang dihasilkan sehingga mutu karet menjadi rendah dan menyebabkan penurunan harga karet ketika petani menjual kepada pembeli. 2.3. Lemahnya kemampuan membangun kerjasama Saat ini kelompok tidak berperan untuk membangun kerjasama dengan pihakpihak luar yang dapat membawa perubahan yang lebih baik seperti akses permodalan, pupuk, bibit dan lainnya. Kerjasama diantara para anggota juga sudah tidak tampak lagi mereka sibuk dengan urusan masing-masing dan menyelesaikan masalah usaha kebun dan ternak secara individu. Tidak ada lagi kegiatan bersama untuk memecahkan masalah yang dihadapi anggota dalam lingkup usaha kebun dan ternak, pertemuan rutin terjadwal juga tidak tampak hanya komunikasi ringan setelah pengajian malam jum’atan. 2.4. Manajemen kelompok Tani Manajemen kelompok yang lemah ini tergambar pada tidak ada pertemuan rutin kelompok, administrasi kelompok berupa catatan pengembangan usaha anggota baik kebun dan pemeliharaan ternak tidak ada, tidak adanya perencanaan pola usaha yang menguntungkan, kerjasama yang rendah dan belum mampu menganalisis potensi dan peluang yang ada. Pengurus kurang memiliki kemampuan mengorganisasi anggotanya sehingga kelompok tidak mengalami kemajuan. 2.5. Kurangnya bimbingan dan pendampingan Saat awal transmigrasi dulu kelompok berperan cukup baik karena terus adanya bimbingan dan pendampingan dari Petugas Penyuluh Lapangan, saat ini PPL datang pada waktu-waktu tertentu saja tidak secara rutin, akibatnya kurang komunikasi yang baik tentang permasalahan yang dialami kelompok tani. Peran pendampingan yang seharusnya dilakukan PPL dirasakan sangat lemah, sehingga kelompok tidak dapat menyerap informasi maupun teknologi baru dalam peningkatan usaha kebun maupun ternak sapi. Anggota kelompok dalam menjalankan usaha hanya berdasarkan pengalaman dan kebiasaan yang ada tanpa pembinaan. Kurangnya bimbingan dapat dilihat dari cara mereka dalam pengelolaan kebun yang kurang mempertahankan kualitas hasil produksi dan tidak berusaha untuk
71
meningkatkan produksi karet. khusus pada pemeliharaan sapi mereka menganggap sapi hanya sebagai simpanan atau tabungan, bila sewaktu-waktu memerlukan uang bisa langsung dijual tanpa melihat bahwa ternak sapi merupakan peluang peningkatan penghasilan yang menjanjikan. Petani tidak melakukan penanaman rumput untuk memecahkan masalah kesulitan pakan rumput bagi ternak sapi mereka. 2.6. Akses pemasaran Karet dan ternak sapi Akses pemasaran karet sebagai komoditi kelompok tani Karya Agung telah tersedianya pasar lelang Karet Desa Giriwinangun yang dikelola oleh KUD Sumber Jaya. Namun belum banyak dimanfaatkan oleh anggota kelompok tani, masih ada anggota yang menjual hasil usahatani kepada tengkulak. Dikarenakan ada ikatan yang sulit dilepas antara petani dan tengkulak, petani telah terjebak oleh permainan tengkulak sehingga menyebabkan ketergantungan yang membawa kerugian dan penurunan pendapatan. Seperti bila petani membutuhkan uang mereka akan datang kepada tengkulak, hutang diangsur dengan penjualan karet petani yang harganya ditetapkan tengkulak dibawah harga yang berlaku di pasar lelang karet. Akibatnya karet petani dibeli murah dengan standar harga yang kurang jelas, hasil pendapatan penjualan karet menjadi sedikit yang menimbulkan kerugian pada petani. Kelemahan ini tidak disadari oleh anggota kelompok tani hingga mereka terus berhubungan dengan tengkulak. Sebagian anggota kelompok tani telah terjerumus dengan lingkaran permainan yang dijalankan tengkulak hingga sulit bagi mereka untuk lepas. Untuk pemasaran ternak sapi kelompok tani juga melakukan pemasaran pada tengkulak sapi (Blantik), dengan harga penjualan sapi jauh lebih rendah bila langsung menjual ke pasar atau kepada konsumen. Akibatnya petani menderita kerugian dari proses pemasaran yang mereka jalankan. Kelompok hendaknya bukan sekedar sebagai wadah sosial tetapi kelompok dapat dijadikan wadah untuk meningkatkan pendapatan dengan mengorganisasikan anggota melakukan penjualan secara bersama ke pasar lelang karet desa dalam penjualan karet, agar mendatangkan keuntungan bagi anggota. Sedangkan untuk penjualan ternak sapi kelompok dapat menjalin kerjasama dengan KUD Sumber Jaya agar melakukan pengembangan usaha dengan menampung penjualan ternak sapi atau mengadakan pasar lelang ternak. Untuk keperluan uang, agar tidak terjebak lagi dengan tengkulak kelompok dapat membentuk kelembagaan simpan pinjam menjadi sub bagian pengembangan kesejahteraan di dalam wadah kelompok tani.
72
6.2.2. Faktor Eksternal 1) Peluang (opportunities) 1.1. Kebijakan Pemerintah Kebijakan pemerintah melalui instansi terkait yaitu Dinas Peternakan dan Perikanan dengan program bantuan ternak sapi bergulir untuk meningkatkan populasi ternak sapi sampai dengan 2012 serta program bantuan bibit rumput sebagai hijauan pakan utama ternak sapi, juga mendukung dan menfasilitasi dengan siap membimbing usaha kelompok tani. Dinas Perkebunan dengan program bantuan peremajaan karet berupa bantuan bibit karet dari jenis unggulan untuk para petani yang disalurkan melalui kelompok tani dengan mengajukan proposal bantuan bibit. Kebijakan pemerintah telah berupaya untuk membantu program pastisipatif para petani yang tergabung dalam kelompok tani. 1.2. Bimbingan PPL Dengan adanya program pengembangan dari pemerintah khususnya instansi terkait melalui program peremajaan karet dan ternak bergulir, membuat PPL siap melakukan bimbingan untuk membantu dalam penguatan kelompok tani melalui usahausaha perkebunan rakyat dan ternak sapi rakyat. Peluang bimbingan PPL dapat ditangkap oleh kelompok tani guna mengetahui cara penguatan kelompok, peningkatan mutu karet dan peningkatan produksi. Dalam proses bimbingan ini juga dapat menyerap pengetahuan tentang cara tepat memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada untuk meningkatkan populasi ternak sapi. 1.3. Bantuan kredit lunak dari bank Untuk program peremajaan dan pengembangan ternak sapi dapat diberikan bantuan kredit lunak seperti KUPEM (Kredit Usaha Penguatan Ekonomi Masyarakat) dengan bunga ringan hanya 6% pertahun yang sengaja dikucurkan Pemerintah Daerah yang disalurkan melalui Bank Pembangunan Daerah untuk membantu usaha anggota kelompok tani yang ada di wilayah Provinsi Jambi. Namun kelompok masih enggan untuk menangkap peluang yang digulirkan Pemerintah Daerah ini, disebabkan mereka takut menanggung resiko hutang.
73
1.4. Permintaan Pasar Terhadap Karet dan ternak sapi Akses pemasaran karet sebagai komoditi kelompok tani Karya Agung relatif gampang dipasarkan dan tersedianya pasar lelang Karet Desa Giriwinangun yang dikelola oleh KUD Sumber Jaya yang selalu menyediakan akses pemasaran karet. Permintaan bahan baku karet juga terus meningkat dari tahun ke tahun ditandai dengan hasil karet kelompok tani Karya Agung pasti habis terjual setiap mereka mau menjual hasil kebun karetnya. Kurangnya produksi daging Nasional khususnya Provinsi Jambi yang mendatangkan kebutuhan daging sapi berupa ternak sapi hidup dari Provinsi Lampung merupakan peluang pasar yang dapat dijadikan motivasi untuk lebih meningkatkan produksi daging dari ternak sapi untuk mencukupi kebutuhan di wilayah Provinsi Jambi, terlebih kebutuhan akan daging sapi pada tingkat lokal terus meningkat dan tidak dapat dipenuhi oleh pasar lokal. 1.5. Pendidikan dan pelatihan Melalui pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan pemerintah daerah untuk menguatkan kapasitas kelompok, anggota dan pengurus kelompok dapat dibuka wawasannya untuk menyadari bahwa kebun karet yang mereka miliki masih dapat dioptimalkan dengan penanaman rumput gajah. Ini merupakan peluang untuk menjalankan usaha kebun dan ternak seiring sejalan dan saling menguntungkan, karena ternak sapi menghasilkan kotoran yang dapat dijadikan pupuk bagi kebun karet. 2) Ancaman (Threats) 2.1. Mahalnya harga pupuk Mahalnya harga pupuk merupakan ancaman bagi peningkatan produksi karet petani sebab harga pupuk non subsidi tidak terjangkau oleh petani dan akan berakibat mahalnya ongkos produksi. Pemupukan sangat dibutuhkan tanaman karet terlebih pada masa trek (rontok daun) pada bulan Juli sampai dengan Agustus setiap tahunnya. Akibatnya anggota kelompok tani Karya Agung mengurangi pemupukan pada pohon karet hingga berakibat menurunnya hasil getah karet yang di produksi kebun-kebun petani, sedangkan pupuk urea bersubsidi susah didapat butuh waktu yang cukup lama untuk sampai ke petani yang ada di Desa Giriwinangun. Untuk mendapatkan pupuk
74
bersubsidi petani melalui kelompok taninya harus mengajukan permohonan jauh hari sebelum pupuk dibutuhkan, itupun tidak selalu berhasil seperti keadaan yang dialami kelompok tani Karya Agung walau sudah berulang kali mengajukan permintaan pupuk ke penyalur resmi namun tidak kunjung didapat karena ketiadaan stok pupuk urea bersubsidi di penyalur. 2.2. Merosotnya harga karet akibat dampak krisis global Pada saat ini ekonomi dunia sedang mengalami krisis yang berakibat menurunnya permintaan produksi karet berimbas pada permintaan bahan baku karet turut menurun menyebabkan harga karet di pasaran juga turun drastis. Dampaknya sangat dirasakan oleh petani di Desa Giriwinangun termasuk anggota kelompok tani Karya Agung sebagai penghasil karet, harga karet yang biasanya berkisar pada harga Rp. 12.500 rupiah per kilogram pada September 2008 menjadi sekitar Rp. 5.000 rupiah per kilogram pada periode Oktober – November 2008. hingga menjadi ancaman bagi usaha kelompok tani Karya Agung. Namun kelompok tani harus mensiasati ancaman turunnya harga karet dengan meningkatkan usaha ternak sapi mereka, karena harga daging sapi relatif stabil. Petani harus menyingkirkan ancaman harga karet yang turun dengan menjadikan ternak sapi sebagai peluang untuk lebih meningkatkan dan pengembangkan usaha ternak sapi hingga pada akhirnya nanti usaha kebun dan ternak sapi dapat saling mengisi untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan anggota kelompok tani Karya Agung. 2.3. Serangan penyakit terhadap ternak sapi dan kebun karet Seringnya penyakit yang menyerang ternak sapi pada perubahan cuaca menyebabkan menurunnya bobot badan ternak hingga akan menghambat proses penggemukan sapi akibatnya akan memperpanjang proses penggemukan dan berakibat menurunnya keuntungan apalagi bila tidak cepat ditangani ternak akan mati dan akan menimbulkan kerugian. Penyakit yang menyerang ternak sapi juga dikarenakan petani kurang memiliki pengetahuan dan hanya berdasarkan pada pengalaman, tradisi kebiasaan yang mereka lakukan dalam memelihara ternak dari pengetahuan turun temurun, sehingga bila mengalami masalah penyakit yang belum atau jarang ditemukan sebelumnya mereka kurang mengetahui dan mengerti bagaimana melakukan pengobatan atau pencegahan penyakit tersebut.
75
Serangan penyakit jamur upas pada pohon karet menyebabkan pohon karet mati layu dan tidak mengeluarkan getah, sedangkan cara pencegahan dan penanggulangan penyakit belum diketahui petani secara pasti. Akibatnya penyakit jamur upas atau jamur akar putih sering menyerang pohon karet petani, parahnya lagi penyebaran dan penularan penyakit ini begitu cepat hingga bila pohon terserang penyakit jamur maka seringkali satu jalur pohon yang berjejer akan tertular jamur hingga bila petani kurang jeli dan cepat memutus penularan akan berakibat pohon karet satu jalur mati. Dapat berakibat menurunnya produksi karet setiap penyadapan yang berdampak menurunnya pendapatan petani. Cara penanggulangan yang ditempuh anggota kelompok tani selama ini baru sebatas memutus penularan jamur dengan menebang pohon dan mencabut sampai ke akar pohon yang terkena jamur berikut pohon disebelahnya yang belum tertular karena dikuatirkan akan merambat ke pohon karet lainnya. Berdasarkan uraian Identifikasi potensi faktor Internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor Eksternal (Peluang dan ancaman) diatas, maka berikut ini disajikan Matriks analisis SWOT penguatan kelompok tani Karya Agung Desa Giriwinangun tahun 2008 pada Tabel 14.
76
77
6.3. Ikhtisar Analisis usaha ternak sapi dan kebun karet anggota kelompok tani Karya Agung menunjukkan bahwa aktivitas usaha yang mereka jalankan membawa keuntungan dan peningkatan pendapatan keluarga. Melalui analisis usaha dapat diketahui bahwa potensi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan anggota kelompok tani Karya Agung masih terbuka, sehingga usahatani kebun karet dan ternak sapi dapat terus ditingkatkan. Untuk mengetahui potensi pengembangan usaha kelompok tani Karya Agung dalam rangka penguatan kelompok tani dilakukan melalui analisis SWOT. Analisis ini dilakukan kepada stakeholders terkait, yaitu Dinas Peternakan dan Perikanan, Dinas Perkebunan Kabupaten Tebo, perangkat Desa Giriwinangun, Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) bidang pertanian, perkebunan dan peternakan serta pengurus dan anggota kelompok tani Karya Agung. Analisis SWOT merumuskan Faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi penguatan kelompok tani. Faktor Internal terdiri dari kekuatan kelompok tani Karya Agung yaitu potensi sumberdaya lahan yang dapat dimanfaatkan kelompok untuk pengembangan usaha, modal sosial yang terjalin dapat dikembangkan, dengan ketrampilan dan pengalaman anggota kelompok maka pengembangan usaha melalui wadah kelompok tani dapat tercapai. Sedangkan kelemahannya yaitu kemampuan membangun jaringan kerjasama, bimbingan dan pendampingan PPL,
kapasitas kelompok, pengetahuan kelompok,
manajemen kelompok dan akses pemasaran karet dan ternak sapi yang masih menjalin hubungan dengan tengkulak yang berakibat kerugian petani. Akibatnya usahatani anggota kelompok mengalami hambatan untuk berkembang. Menghadapi masalah ini, kelompok tani Karya Agung harus mengatasi kelemahan dengan memanfaatkan kekuatan dan potensi yang ada untuk pengembangan usaha. Faktor Eksternal terdiri dari, peluang kelompok tani Karya Agung yaitu, Kebijakan Pemerintah dalam peremajaan karet dan bantuan ternak bergulir sangat mendukung aktivitas usaha kelompok, Bimbingan dan pendampingan, pendidikan dan pelatihan, bantuan kredit dan permintaan pasar terhadap karet dan daging sapi terus meningkat. Sedangkan ancaman yaitu Akses pupuk bersubsidi yang sulit didapat anggota kelompok hingga menjadi ancaman bagi kelangsungan usaha kebun, Kondisi harga karet akibat krisis global yang berdampak penurunan harga karet dan Serangan penyakit terhadap usaha kebun karet dan ternak sapi anggota kelompok tani.
78
VII. STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG
7.1. Perumusan Strategi Penguatan Kelompok Tani Karya Agung Perumusan strategi menggunakan analisis SWOT dan dilakukan melalui diskusi kelompok terfokus (FGD) dengan pengurus, anggota kelompok, PPL Pertanian perkebunan, PPL Peternakan dan Aparat Desa Giriwinangun. Diskusi dipimpin oleh ketua kelompok yaitu Bapak Sarino. Melalui kuisioner SWOT dikaji dan identifikasi Potensi yang digali peneliti ditawarkan kepada para peserta diskusi untuk mendapatkan tanggapan. Tanggapan dari peserta diskusi berbentuk persetujuan ataupun penolakan. Faktor yang telah disepakati bersama dalam diskusi dimasukkan ke dalam matriks SWOT dengan bantuan peneliti sebagai fasilitator. Sebagian besar peserta diskusi berpendapat bahwa masalah yang paling mendesak untuk ditangani adalah masalah (1) Kapasitas sumberdaya manusia rendah (2) Kemampuan Manajemen dan usaha anggota kelompok tani Karya Agung Dari permasalahan yang ada, para peserta diskusi terfokus mengusulkan alternatif pemecahan masalah menurut pendapat mereka masing-masing. Alternatif pemecahan masalah kemudian di inventarisir dan dimasukkan ke dalam alternatif rancangan strategi dalam matriks SWOT dengan bantuan pengkaji sebagai fasilitator. Berdasarkan hasil analisis dalam FGD menghasilkan 15 alternatif strategi, kemudian yang paling penting dan sangat dibutuhkan diringkas dan dirumuskan menjadi 3 strategi prioritas untuk dapat mengatasi permasalahan yang telah disepakati sebelumnya yaitu pertama, strategi peningkatan kapasitas sumberdaya manusia. Kedua, strategi pengembangan manajemen kelompok dan ketiga, strategi pengembangan usaha anggota kelompok tani Karya Agung.
7.1.1. Strategi Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Manusia Strategi peningkatan kapasitas sumberdaya manusia ditempuh dengan menggunakan alternatif strategi dalam matriks analisis SWOT, yaitu : 1. Menguatkan
kapasitas SDM
kelompok
dengan
mengusulkan
pendampingan dan pelatihan usaha peningkatan produksi (WO-1).
bimbingan,
79
2. Meningkatkan pengetahuan anggota kelompok dengan memanfaatkan bimbingan Petugas Penyuluh Lapangan (WO-2). 3. Meningkatkan kapasitas kelompok agar dapat mensiasati mahalnya harga pupuk dengan akses pupuk bersubsidi melalui kelompok dan pemanfaatan pupuk organik dari kotoran sapi (WT-1). 4. Kelompok mengusulkan bimbingan dan pendampingan dari PPL agar mampu mengatasi serangan penyakit ternak sapi dan pohon karet (WT-4). Alternatif strategi peningkatan kapasitas sumberdaya manusia yang didapat ada 4 alternatif, maka dipilih satu strategi prioritas yang diputuskan dan diinginkan bersama oleh kelompok tani Karya Agung. Strategi yang mereka pilih adalah alternatif pertama (WO-1) yaitu Menguatkan kapasitas sumberdaya manusia kelompok dengan mengusulkan bimbingan, pendampingan dan pelatihan usaha peningkatan produksi.
7.1.2. Strategi Pengembangan Manajemen Kelompok Tani Strategi Pengembangan kemampuan manajemen kelompok tani Karya Agung ditempuh dengan menggunakan alternatif strategi dalam matriks analisis SWOT, yang terdiri dari : 1. Meningkatkan ketrampilan dan penguatan kelompok dengan mengusulkan program pelatihan manajemen bagi pengurus kelompok (ST-3). 2. Meningkatkan ketrampilan dan penguatan kelompok untuk menekan biaya produksi serta mengatasi serangan penyakit dan memenangkan persaingan (SO-4). 3. Meningkatkan kemampuan membangun kerjasama dengan penguatan kelompok untuk dapat mengakses kredit lunak dari bank dan pemasaran yang menguntungkan (WO-3). 4. Mengatasi turunnya harga karet dengan meningkatkan produksi usaha kebun dan ternak sapi (ST-2). Berdasarkan kebutuhan dan keinginan bersama kelompok tani Karya Agung untuk mengembangkan manajemen kelompok tani maka alternatif strategi Pengembangan manajemen kelompok yang mereka pilih adalah alternatif pertama (ST-3) yaitu Meningkatkan ketrampilan dan penguatan kelompok dengan mengusulkan program pelatihan manajemen bagi pengurus kelompok.
80
7.1.3. Strategi Pengembangan Usaha Anggota Kelompok Tani Karya Agung Strategi Pengembangan usaha anggota kelompok tani Karya Agung ditempuh dengan menggunakan alternatif strategi dalam matriks analisis SWOT, yaitu : 1. Dengan Sumberdaya alam mendukung kelompok dapat mengakses kebijakan pemerintah melalui program bantuan peremajaan karet dan memanfaatkan peluang program bantuan ternak sapi bergulir (SO-1). 2. Mengakses bantuan kredit dari lembaga keuangan untuk meningkatkan usaha ternak sapi dan karet (SO-2). 3. Meningkatkan pengetahuan anggota kelompok agar dapat meningkatkan produksi karet dan pemasaran (WT-2). 4. Mengakses kebijakan pemerintah dalam peremajaan karet dan pengembangan populasi ternak sapi serta efektifitas lahan (WO-4). Berdasarkan kebutuhan dan keinginan bersama kelompok tani Karya Agung untuk mengembangkan usahanya maka alternatif strategi Pengembangan usaha anggota kelompok tani Karya Agung adalah alternatif keempat (WO-4) yaitu Mengakses kebijakan pemerintah dalam peremajaan karet dan pengembangan populasi ternak sapi serta efektifitas lahan.
7.2. Rancangan Program 7.2.1. Bimbingan, Pendampingan dan Pelatihan Usaha Peningkatan Produksi 1. Latar belakang Para petani yang bergerak pada usaha kebun karet dan ternak sapi yang tergabung pada kelompok tani Karya Agung mengalami permasalahan rendahnya sumberdaya manusia dengan tingkat pendidikan yang rendah. Program ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan anggota kelompok dalam masalahmasalah teknis produksi yang sering menjadi penyebab rendahnya produktifitas usaha. penguasaan teknologi produksi perlu dikembangkan kearah yang lebih baik. Dengan lahan yang dimiliki relatif luas seharusnya pendapatan petani dari usahanya dapat lebih ditingkatkan. Untuk itulah peran kelompok yang baik dan kuat dibutuhkan, terlebih lagi pada saat ini pemerintah daerah pada sektor perkebunan menjalankan kebijakan peremajaan karet untuk meningkatkan produksi karet, di sektor
81
peternakan juga tengah dijalankan kebijakan pemberian bantuan bergulir ternak sapi. Kedua kebijakan program yang ada ini berkaitan dengan usaha anggota kelompok. Untuk dapat mengakses kebijakan program pemerintah maka diperlukan penguatan kapasitas sumberdaya manusia kelompok tani agar program bantuan yang ada bisa diraih oleh petani, hingga sesuai dengan prinsip pengembangan masyarakat bahwa program berjalan baik dan berkelanjutan karena sumberdaya manusia yang baik. Program ini merupakan program yang berdasarkan partisipasi serta aspirasi dari para anggota kelompok. Pelaksanaan program diarahkan untuk melakukan penguatan kelompok tani agar dapat meningkatkan pendapatan, kondisi sosial ekonomi secara mandiri dan berkelanjutan. 2. Tujuan a. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan anggota dalam hal meningkatkan produksi usaha kebun dan ternak dan penanggulangan penyakit. b. Meningkatkan ketrampilan agar mutu hasil produksi karet dapat lebih baik dan dapat mengembangkan populasi ternak sapi serta akses pemasaran yang menguntungkan c. Meningkatkan kerjasama diantara sesama anggota dan pengurus. d. Mewujudkan kelompok yang kuat dan mandiri secara berkelanjutan. 3. Penanggungjawab kegiatan
:
Dinas
Peternakan
dan
Perikanan,
Dinas
Perkebunan 4. Waktu pelaksanaan
:
Dijadwalkan bulan Februari s/d Maret 2009
5. Sumber pendanaan
:
APBD Kabupaten Tebo Tahun 2009 dan swadaya
6. Lokasi
:
Jln. Ambarawa, kelompok tani Karya Agung
7. Materi Berdasarkan usulan anggota kelompok tani Karya Agung sesuai dengan kebutuhan yang mereka rasakan materi pelatihan diharapkan terdiri dari : a. Materi peningkatan pengetahuan dan ketrampilan anggota, cara tepat pengolahan hasil produksi karet yang dapat menghasilkan mutu tinggi dan pemberatasan penyakit jamur akar pada pohon karet.
82
b. Materi pengembangan dan cara tepat penggemukan sapi serta mengatasi penyakit, dan pengelolaan kotoran ternak menjadi pupuk organik yang bermanfaat bagi kebun karet. c. Materi pelatihan dan praktek inseminator swadaya, agar anggota kelompok tani dapat memiliki pengetahuan melakukan kawin suntik pada ternak sapi untuk pengembangan populasi dan mendapatkan keturunan sapi unggulan. d. Materi pelatihan cara pengolahan limbah sawit untuk dijadikan sumber pakan ternak sapi. 8. Tahap persiapan Penyusunan usulan pelatihan yang dibutuhkan oleh kelompok tani Karya Agung lengkap dengan usulan waktu dan materi yang dibutuhkan kelompok. Penyampaian pelatihan kepada Dinas Peternakan dan Perikanan, Dinas Perkebunan dan juga mengirimkan tembusan kepada Pemerintah Kabupaten Tebo (Bupati Tebo) dan Bappeda. 9. Tahap pelaksanaan Waktu pelatihan direncanakan disesuaikan dengan waktu luang para anggota kelompok tani. Karena pada pagi hari mereka dikebun maka pelatihan direncanakan siang menjelang sore hari, tiga kali setiap minggunya. Metode yang dibutuhkan oleh kelompok yaitu penyampaian materi oleh (Dinas Peternakan, Dinas Perkebunan dan Dinas pertanian), diskusi, praktek di kebun dan kandang ternak anggota kelompok tani. 7.2.2. Penguatan kelompok dengan mengusulkan program pelatihan manajemen bagi pengurus kelompok 1. Latar belakang Untuk mengatasi permasalahan rendahnya sumberdaya manusia pengurus dengan tingkat pendidikan yang rendah dan kurangnya pelatihan sehingga menyebabkan
lemahnya
manajemen
kelompok,
ditandai
dengan
rendahnya
produktifitas, kurangnya kemampuan manajerial, kurangnya perencanaan usaha, dan tidak mampu menganalisis potensi dan peluang. Pemerintah telah berupaya mengembangkan usaha pertanian dengan melakukan pembentukan kelompok tani, sebagai wadah bagi pemerintah untuk memberdayakan petani melalui program-programnya. Namun seringkali gagal karena sumberdaya
83
manusia yang rendah dan manajemen kelompok yang lemah, pembentukan kelompok ini tidak dibarengi dengan peningkatan kemampuan individu, kelompok yang dibentuk pun kurang berjalan dan lemah. Untuk mengatasi permasalahan sumberdaya manusia pengurus, maka rencana program yang dirancang dalam diskusi kelompok terfokus bersama kelompok tani adalah menyelenggarakan pelatihan manajemen sederhana. 2. Tujuan a. Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan anggota dan pengurus kelompok dalam hal manajemen yaitu bagaimana mengorganisasikan kelompok untuk meningkatkan usaha kebun dan ternak. b. Agar kelompok dapat menyusun rencana dan strategi serta menganalisis potensi dan peluang yang dimiliki untuk peningkatan pendapatan. c. Pengurus dapat menjalankan fungsi pengorganisasian kelompok dengan baik dan dapat menyusun tujuan pengembangan usahatani bagi kelompok tani Karya Agung. 3. Penanggungjawab kegiatan
:
Dinas
Peternakan
dan
Perikanan,
Dinas
Perkebunan 4. Waktu pelaksanaan
:
Dijadwalkan bulan April s/d Mei 2009
5. Sumber pendanaan
:
APBD Kabupaten Tebo Tahun 2009
6. Lokasi
:
Jln. Ambarawa kelompok tani Karya Agung
7. Materi Berdasarkan usulan kelompok tani Karya Agung sesuai dengan kebutuhan yang mereka rasakan materi pelatihan diharapkan terdiri dari : a. Pelatihan Manajemen kelompok yang berisi tentang cara pengelolaan, perencanaan dan pengorganisasian yang baik dan efektif secara berkelanjutan, serta peran dan tanggungjawab pengurus dan anggota. b. Materi merencanakan strategi usaha yang menguntungkan dan berorientasi produksi dengan memanfaatkan potensi lokal yang ada. c. Materi cara membangun jaringan kerjasama diantara anggota dan pihak luar yang terkait dengan usaha, dan materi pengetahuan menganalisis potensi dan peluang yang ada dalam kelompok. 8. Tahap persiapan Penyusunan usulan pelatihan yang dibutuhkan oleh kelompok tani Karya Agung lengkap dengan usulan waktu dan materi yang dibutuhkan kelompok. Penyampaian
84
pelatihan kepada Dinas Peternakan dan perikanan, Dinas Perkebunan dan juga mengirimkan tembusah kepada Pemerintah Kabupaten Tebo (Bupati Tebo) dan Bappeda. 9. Tahap pelaksanaan Waktu pelatihan direncanakan disesuaikan dengan waktu luang para pengurus kelompok tani. Karena pada pagi hari mereka dikebun maka pelatihan direncanakan pada menjelang sore hari, tiga kali setiap minggunya. Metode yang dibutuhkan oleh kelompok yaitu penyampaian materi oleh (Dinas Peternakan, Dinas Perkebunan dan Dinas pertanian) dan diskusi. 7.2.3. Mengakses
kebijakan
pemerintah
dalam
peremajaan
karet
dan
pengembangan populasi ternak sapi serta efektifitas lahan. 1. Latar belakang Strategi program ini diambil dilatar belakangi oleh kondisi kebun karet para anggota Kelompok tani Karya Agung yang sudah tua rata-rata sudah sekitar 25 s/d 28 tahun, hingga butuh peremajaan dengan menggantikan pohon karet yang sudah tua dengan bibit tanaman karet baru. Dampak dari kondisi yang tengah dihadapi kelompok yaitu penurunan pendapatan dari hari ke hari karena pohon karet yang telah tua mulai berkurang produksi getah karetnya. Untuk itu mereka mencoba menyusun suatu rencana mensiasati keadaan ini, dengan menguatkan usaha ternak sapi melalui pengembangan populasi dan produksi yang dihasilkan untuk menunjang dan meningkatkan pendapatan. Untuk merealisasikannya tidak mudah, mereka harus mengatasi masalah kelemahan dan ancaman yang ada. Seperti mulai sulitnya pakan ternak, penyakit lumpuh dan bobot badan ternak yang susah gemuk, dan mengakses peluang kebijakan pemerintah. Untuk mendapatkan bantuan pemerintah kelompok tani harus berdiskusi dengan sesama anggota dan hasil yang dicapai berupa usulan permohonan proposal kelompok tani akan diserahkan kepada dinas terkait. Hal ini sejalan dengan kebijakan Dinas Perkebunan seperti disampaikan Kepala Bidang Perencanaan Program saat ditemui untuk wawancara yang memprogramkan bantuan peremajaan karet bagi petani di Kabupaten Tebo. Dinas Peternakan dan Perikanan melalui Kepala Bidang Peternakan saat ditemui wawancara juga telah memprogramkan bantuan ternak sapi bergulir bagi
85
kelompok tani yang juga bergerak di bidang peternakan sapi untuk pengembangan populasi dan peningkatan produksi daging Kabupaten Tebo. Bantuan tersebut dapat diakses melalui usulan dari bawah yang memang dibutuhkan kelompok tani dengan menyampaikan proposal kebutuhan yang diinginkan kelompok tani. 2. Kegiatan yang akan dilaksanakan Pelaksanaan program ini akan melalui beberapa kegiatan dimana pelaksanaannya akan dilaksanakan secara terpadu dan partisipatif dalam rangka penguatan kelompok menghadapi faktor-faktor internal dan eksternal. Secara internal kelompok harus mempunyai kematangan norma-norma dan aturan yang berlaku di dalam kelompok serta juga harus mempunyai hubungan baik antara anggota, secara eksternal dapat menjalin kerjasama dengan instansi terkait dan pihak-pihak yang terkait dengan akses pemasaran yang menguntungkan. Adapun rencana kegiatannya yaitu : 1) Mengakses kebijakan Pemerintah dalam peremajaan karet dan pengembangan populasi ternak sapi. 2) Melakukan Penanaman Rumput 3. Sasaran Sasaran dari program kegiatan adalah kelompok tani Karya Agung Desa Giriwinangun 1) Kegiatan mengakses kebijakan pemerintah dalam peremajaan karet dan pengembangan populasi ternak. 1. Tujuan Meningkatkan pendapatan dengan melakukan peremajaan karet dan pengembangan usaha ternak sapi potong melalui kelompok tani dan melakukan penanaman rumput. 2. Penanggungjawab Dinas Perkebunan, dan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Tebo 3. Tempat pelaksanaan Kegiatan dalam program yang akan dilaksanakan sepenuhnya akan dilaksanakan di Jalan Ambarawa Desa Giriwinangun tempat kelompok tani Karya Agung. 4. Waktu Pelaksanaan direncanakan bulan Maret 2009 sampai dengan bulan Desember 2009. 5. Sumber dana APBD Kabupaten Tebo 2009.
86
6. Kegiatan yang akan dilaksanakan Pelaksanaan program melalui beberapa kegiatan-kegiatan dalam rangka pemberdayaan dan penguatan kelompok tani merupakan suatu upaya peningkatan produktifitas kelompok, dimana pelaksanaan dilaksanakan secara terpadu. Melakukan peremajaan kebun secara bertahap, sebagian kebun dilakukan peremajaan dan sebagian lagi dipertahankan untuk pendapatan petani dan mensiasati penurunan pendapatan dengan melakukan pengembangan ternak sapi. Berdasarkan hal diatas maka program ini diawali dengan kegiatan pendampingan teknis dan penggugahan kesadaran akan pentingnya kelompok untuk dapat memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi. 7. Tahapan kegiatan a. Persiapan Kegiatan ini diawali dengan mengumpulkan pengurus dan anggota kelompok tani Karya Agung membahas tentang penguatan kelompok tani untuk meningkatkan usaha tani anggotanya. Berdasarkan informasi dari Dinas terkait dan PPL pertanian perkebunan serta PPL peternakan bahwa ada kebijakan dari pemerintah daerah untuk membantu peningkatan pendapatan petani melalui program peremajaan karet dan bantuan ternak sapi bergulir untuk meningkatkan produksi dan populasi. Mengakses program tersebut harus melalui kelompok yang berjalan aktif, dengan mengajukan proposal yang diketahui oleh seluruh anggota. Jadi akses untuk meningkatkan penghasilan adalah meremajakan sebagian karet petani yang sudah tua secara bertahap dan sebagian lain dipertahankan sebagai pendapatan petani. Untuk menambah pendapatan agar meningkat akibat penurunan pendapatan dari kebun, mereka juga bersepakat untuk lebih mengembangkan usaha ternak sapi. Agar dapat terwujud mereka memutuskan untuk meningkatkan kapasitas sumberdaya kelompok tani yang mereka miliki guna mengakses program pemerintah tersebut. b. Pelaksanaan 1. Mengevaluasi kinerja pengurus bila diperlukan akan melakukan re-organisasi kepengurusaan kelompok 2. Menjadikan kelompok sebagai wadah saling tukar informasi, meningkatkan kapasitas individu yaitu meningkatkan pengetahuan dan wawasan berpikir para
87
anggota, meningkatkan kapasitas kelembagaan, yaitu membangun kelembagaan kelompok tani, menanamkan nilai-nilai kebersamaan, serta membangun normanorma atau aturan-aturan dalam usaha mereka dengan meminta bimbingan dan pendampingan dari PPL dan dinas terkait. 3. Melaksanakan pertemuan rutin secara mandiri dengan bimbingan dan pendampingan PPL dan dinas terkait setiap jadwal pertemuan rutin anggota, dan memanfaatkan wadah pengajian malam jum’at sebagai pertemuan rutin. 4. Mengadakan dialog dengan Dinas Terkait 5. Mengakses program peremajaan karet dan bantuan bergulir ternak sapi berikut bibit rumput pakan ternak sebagai sarana peningkatan pendapatan anggota dengan mengajukan permohonan bantuan ke Dinas Perkebunan dan Dinas Peternakan dan Perikanan. 6. Menyiapkan sarana prasarana seperti lahan untuk penanaman bibit karet dan sarana pengembangan ternak sapi. 7. Mengajukan permohonan kepada pemerintah daerah untuk memfasilitasi mendapatkan akses pembelian pupuk urea bersubsidi untuk menunjang peremajaan karet dan penggunaan pupuk organik (dari kotoran ternak sapi). 2) Melakukan Penanaman Rumput 1. Tujuan a. ketersediaan pakan ternak sapi secara cukup dan pencarian rumput dapat dikurangi serta dapat lebih meningkatkan populasi dan pengembangan bobot ternak sapi. b. Meningkatkan pendapatan usaha tani (ternak dan kebun) anggota kelompok. 2. Pelaku
:
Pengurus dan anggota kelompok.
3. Tempat
:
Dilaksanakan di kebun anggota kelompok tani
4. Waktu
:
Bulan April 2009 sampai seterusnya
5. Sumber pendanaan
:
Swadaya kelompok
6. Persiapan Kelompok tani Karya Agung mengadakan rapat anggota untuk menginventarisir dan menyiapkan lahan yang akan ditanam rumput pakan ternak dan mengatur jadwal kebun anggota yang akan ditanam secara gotong royong secara berkelompok. Bila
88
memungkinkan meminta bantuan bibit rumput kepada Dinas Peternakan dan perikanan dengan mengajukan proposal kebutuhan bibit rumput. 7. Pelaksanaan a. Melakukan penanaman bibit rumput gajah, katria, jolondono dipinggiran kebun karet anggota, di sekitar pohon karet yang diremajakan dan lahan pekarangan guna mendukung kebutuhan pakan ternak sapi anggota. b. Meminta bimbingan dan pendampingan PPL perkebunan dan PPL peternakan untuk kelancaran dan kesuksesan program kegiatan. 7.3. Ikhtisar Berdasarkan kegiatan dan permasalahan yang dihadapi oleh kelompok tani, makan disusun analisis SWOT. Untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam penguatan kelompok tani Karya Agung untuk pengembangan usaha kebun dan ternak sapi anggota kelompok. Berdasarkan analisis SWOT maka disusun rumusan strategi yang dipilih dan dibutuhkan kelompok tani, yaitu Strategi peningkatan kapasitas SDM, strategi pengembangan manajemen kelompok dan strategi pengembangan usaha anggota kelompok tani Karya Agung. Berdasarkan rumusan strategi, bersama kelompok disusun rancangan program, menghasilkan rancangan program bimbingan, pendampingan dan pelatihan usaha peningkatan produksi, program penguatan kelompok dengan mengusulkan program pelatihan manajemen bagi pengurus, dan program mengakses kebijakan pemerintah dalam peremajaan karet dan pengembangan populasi ternak sapi serta efektifitas lahan dengan penanaman rumput. Tujuan penyusunan strategi dan program untuk memecahkan masalah kelemahan kelompok agar tercapai kemandirian kelompok, dalam menjalankan aktivitas pengembangan usaha kebun dan ternak. Rancangan program akan dilaksanakan oleh kelompok Tani Karya Agung sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan dan disetujui bersama saat diskusi kelompok dilaksanakan. Kelompok mengharapkan dukungan Pemerintah Daerah untuk dapat menjalankan program, sesuai dengan kebijakan dan kegiatan yang telah disusun instansi terkait. Dengan program penguatan kelompok ini diharapkan peningkatan penghasilan dan kesejahteraan petani yang tergabung dalam kelompok tani Karya Agung dapat terwujud.
89
90
91
VIII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
8.1. Kesimpulan Kelompok
tani
Karya
Agung
Desa
Giriwinangun
dihadapkan
pada
permasalahan kemampuan manajemen dan usaha anggota kelompok tani berupa masalah pohon karet tua, serangan jamur akar, kebutuhan pupuk, rumput pakan ternak, dan indukan ternak sapi. Masalah lain yaitu sumberdaya manusia yang rendah dengan kapasitas pengurus dan anggota kelompok yang lemah dan masalah jaringan kerjasama anggota. Namun dari berbagai permasalahan yang menjadi permasalahan inti yaitu kapasitas kelompok lemah dalam mengembangkan usaha kebun dan ternak sapi, produksi yang dihasilkan dari usaha rendah dibandingkan penguasaan lahan dan potensi pengembangan yang ada. Kelemahan kelompok disebabkan kurangnya pembinaan, bimbingan, pendampingan PPL dan dinas terkait. Potensi pengembangan usaha dalam rangka penguatan kelompok tani Karya Agung berupa Potensi lahan yang dimiliki anggota kelompok tani, ternak sapi potong yang dimiliki, pengalaman anggota kelompok dalam usaha perkebunan karet dan pemeliharaan ternak sapi, kepercayaan dan norma yang berlaku pada komunitas kelompok tani serta kebijakan pemerintah daerah. kebijakan peremajaan karet dengan bantuan bibit unggul dan bantuan ternak sapi bergulir oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Tebo dapat dimanfaatkan untuk pemecahaan masalah sehingga kelompok dapat berjalan baik, mandiri dan berkelanjutan. Berdasarkan permasalahan dan identifikasi potensi yang dimiliki kelompok (internal dan eksternal) pengurus dan anggota kelompok tani Karya Agung, disusun perumusan strategi penguatan kelompok dan rancangan program yang dibutuhkan dan disusun secara partisipatif. Maka menghasilkan program sebagai berikut : 1. Program bimbingan, pendampingan dan pelatihan usaha peningkatan produksi. 2. Program penguatan kelompok dengan mengusulkan program pelatihan manajemen bagi pengurus kelompok. 3. Program
mengakses
kebijakan pemerintah
dalam peremajaan karet
pengembangan populasi ternak sapi serta efektifitas lahan penanaman rumput.
dan
92
Program strategi yang disusun dan dilaksanakan oleh kelompok tani, bertujuan untuk memperkuat fungsi kelompok tani sebagai wadah pengembangan usaha anggota kelompok untuk meningkatkan penghasilan hingga dapat mewujudkan meningkatnya kesejahteraan anggota. Melalui kelompok tani dapat meningkatkan kapasitas individu dan menimbulkan kesadaran untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi bersama dan merencanakan pola usaha yang lebih menguntungkan. 8.2. Rekomendasi 8.2.1. Dinas Peternakan dan Perikanan Diharapkan pada Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Tebo untuk terus melanjutkan kebijakan peningkatan populasi ternak sapi potong, untuk mewujudkan swasembada daging Kabupaten Tebo Tahun 2012 yang efek langsungnya peningkatan kesejahteraan petani. Program ini harus sejalan dengan program Dinas Perkebunan dengan peremajaan karet, dapat menghasilkan program pola integrasi kebun karet dengan ternak sapi. Pelaksanaannya berupa pemeliharaan ternak di lahan kebun sehingga kedua program dapat sama-sama berjalan. Pembinaan dan pendampingan secara terus menerus terhadap kelompok perlu ditingkatkan dan mengutamakan kebutuhan yang dirasakan oleh petani peternak sehingga terjalin komunikasi yang baik dengan masyarakat khususnya kelompok tani yang bergerak pada usaha ternak sapi potong. Menjadikan proses pengembangan masyarakat sebagai langkah perumusan kebijakan dan program dinas selanjutnya. Meningkatkan pengawasan perguliran ternak sapi yang diberikan kepada petani peternak dan menjadi fasilitator yang baik bagi pengembangan usaha ekonomi di sektor peternakan. Pelatihan-pelatihan transfer pengetahuan dan teknologi tepat guna dan pelatihan pembenahan organisasi petani peternak perlu lebih ditingkatkan sebelum pemerintah menyalurkan bantuan, ini bertujuan agar bantuan yang diberikan dapat berjalan efektif dan berkelanjutan. 8.2.2. Dinas Perkebunan Kebijakan program peremajaan karet dengan bantuan bibit karet unggul bagi petani melalui kelompok tani perlu lebih ditingkatkan. Karena karet merupakan komoditi unggulan bagi kabupaten Tebo. Peremajaan karet dari penyiapan lahan, penanaman bibit, pemeliharaan dan pemupukan membutuhkan dana yang cukup besar,
93
bila mengandalkan swadaya petani akan sangat membebankan petani perlu uluran tangan pemerintah untuk menyediakan bibit karet super baik berupa bibit bantuan maupun bibit pimjaman lunak yang dibutuhkan agar dapat menjadi rangsangan bagi petani untuk berswadaya melakukan peremajaan. Program ini dapat dikoordinasikan kepada Dinas Peternakan dan Perikananan dalam bentuk program dengan pola integrasi kebun karet dan ternak sapi, sehingga program Dinas perkebunan dan program Dinas Peternakan dapat berjalan baik dan saling bersinergis dalam pelaksanaannya oleh kelompok tani. Distribusi pupuk bersubsidi juga perlu menjadi perhatian Dinas Perkebunan selain Dinas Pertanian agar pupuk tersedia dipasaran dan dapat diakses oleh petani, karena bila kondisi seperti sekarang petani sulit mendapatkan pupuk bersubsidi akan berakibat program peremajaan karet kurang berhasil maksimal. Sosialisasi melalui pembinaan dan pendampingan penanggulangan penyakit tanaman karet dan peningkatan mutu karet yang dihasilkan langsung kepada kelompok tani perlu ditingkatkan ke depan sebagai pendamping program peremajaan karet, dengan begitu petani dapat mengetahui dengan benar langkah-langkah yang akan mereka tempuh dalam penanggulangan penyakit dan proses produksi. 8.2.3. Kelompok tani Karya Agung Program-program penguatan kelompok tani Karya Agung yang telah disusun agar dilaksanakan dengan baik sehingga kelompok tani kuat dan dapat menjadi wadah peningkatan usahatani anggotanya. Transfer informasi, pengetahuan dan teknologi tepat guna yang di dapat dari pembinaan, pendampingan dan pelatihan hendaknya benarbenar difahami sehingga kedepan kelompok tani Karya Agung dapat menjadi contoh kelompok yang baik dan kuat bagi kelompok-kelompok lain di Kabupaten Tebo bahkan Provinsi Jambi. Untuk ke depannya diharapkan kelompok lebih mandiri dan tidak lagi memerlukan bantuan pemerintah baik berupa bibit peremajaan karet, sapi bergulir maupun bimbingan dan pelatihan, bahkan dapat menjadi kader inseminator swadaya dalam pengembangan ternak. Kelompok juga dapat memanfaatkan potensi lahan secara maksimal untuk peningkatan penghasilan keluarga.
94
DAFTAR PUSTAKA Bappenas. (2004). Tata Cara Perencanaan Pengembangan Kawasan untuk Percepatan Pembangunan Daerah. Direktorat Pengembangan Kawasan Khusus dan Tertinggal. Jakarta. Badan Perencanaan Pembangunan. Dan BPS Kabupaten Tebo. (2006). Tebo Dalam Angka 2006, Badan Pusat Statistik. Tebo. Colleta and Cullen. (2000). Violent Conflict and The Transformation of Social Capital. Washington DC. Darmajanti. (2004). Kehidupan Berorganisasi Sebagai Modal Sosial Komunitas. Artikel Jurnal Masyarakat No. 11. Jakarta. Daryanto, Arief. (2004). Penguatan Kelembagaan Sosial Ekonomi Masyarakat Sebagai Modal Sosial Pembangunan Dalam Agrimedia. Volume 9. Bogor.IPB. Dubois And Miley, (1992). Social Work An Empowering Profession. Allyn And Bacon. Boston. Effendi. M. (2001). Hubungan Dinamika Kelompok Tani Terhadap Penerapan Teknologi Tanaman Sayuran Dataran Rendah (TSDR) di Wilayah Kerja YBPP Teritip Kota Balikpapan. Tesis Program Pasca Sarjana IPB Bogor. Gunardi, Sarwititi, Ninuk, P. Djuara P. Lubis. (2007). Pengantar Pengembangan Masyarakat. Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor. Handoko, Hani T. (1987). Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia. BPFE Yogyakarta. Yogyakarta. Ife, Jim. (2002). Community Development : Community Based Alternatives in an Age of Globalizations. Pearson Education. Australia. Kartasasmita, Ginanjar. (1996). Pembangunan Untuk Rakyat Pertumbuhan dan Pemerataan. Pustaka Cidesindo. Jakarta.
Memadukan
Koentjaraningrat. (1997). Kebudayaan, Mentalitas Dalam Pembangunan. Gramedia. Jakarta. Kolopaking, M. Lala dan Fredian Tonny. (2007) Pengembangan Masyarakat dan Kelembagaan Pembangunan. Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor Mikkelsen, Britha. (2003). Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-upaya Pemberdayaan. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta Moleong, J. Lexy. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif edisi Revisi. Remaja Rosda Karya. Bandung. Nasdian, F.T. dan Dharmawan, Arya. (2007). Sosiologi Untuk Pengembangan Masyarakat. Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor
95
Polak, JBAFM. (1966). Sosiologi : Suatu Buku Pengantar Ringkas. Balai Buku Ichtiar, Jakarta Rangkuti, F. (2002). Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Rubin, Herbert dan Irene S. Rubin. (1992). Community Organizing and Development. Mac Milian Publishing Company, New York. Saharudin. (2000). Modal Sosial Organisasi Akar Rumput dan Pengembangan Masyarakat. Tesis. Universitas Indonesia. Jakarta. Soekanto, Soerjono. (2005), Sosiologi Suatu Pengantar, Raja Grafindo Persada. Jakarta. Soeprapto, Herry. Dan Abidin Zainal (2006), Cara Tepat Penggemukan Sapi Potong, Agromedia Pustaka. Jakarta. Subroto, Gatot. (2001) Analisis SWOT Tinjauan Awal Pendekatan Manajemen (Sebuah Pengenalan Inovasi Program pada Sekolah Kejuruan). http://www.depdiknas.go.id/jurnal/26/analisis_swot_gatot.htm. Suharto, Edi. (2006), Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Refika Aditama. Bandung. Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kuantitatif, Bandung, Alfabeta Sumpeno. (2002). Capacity Building, Persiapan dan Perencanaan. Chatholic Relief Service. Jakarta Sumodiningrat. (1999). Yokyakarta.
Membangun
Perekonomian Rakyat.
Pustaka Belajar.
Syaukat, Yusman dan Sutara, H. (2007). Pengembangan Ekonomi Berbasis Lokal. Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor. Syahyuti. (2003). Transpormasi Kelembagaan Tradisional Untuk Menunjang Ekonomi Kerakyatan di Pedesaan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Deptan. Bogor Vitayala, Aida, (1986). Menggerakkan Masyaraat Lewat Penyuluhan, LPPM, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
96
97
Lampiran 1 : Peta Desa Giriwinangun Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo
98
Lampiran 2 INSTRUMEN PENELITIAN KUISIONER STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG DESA GIRIWINANGUN KECAMATAN RIMBO ILIR KABUPATEN TEBO Kuisioner untuk Anggota Kelompok Karakteristik Responden : Nama : ................................................................................................ Umur : ................................................................................................ Tempat/tgl lahir : ................................................................................................ Jenis kelamin : ................................................................................................ Pendidikan : ................................................................................................ Pekerjaan : ................................................................................................ Alamat : ................................................................................................ Karakteristik Usahatani 1. Sudah berapa lama melakukan kegiatan usaha berkebun karet ? 1. 5 – 10 tahun 2. 11 – 16 tahun 3. 17 – 22 tahun 4. 23 tahun lebih 2. Sudah berapa lama melakukan kegiatan pemeliharaan ternak? 1. 5 – 10 tahun 2. 11 – 16 tahun 3. 17 – 22 tahun 4. 23 tahun lebih 3. Apakah pekerjaan ini melibatkan anggota keluarga? 1. tidak melibatkan 2. melibatkan sebagian anggota keluarga 3. melibatkan seluruh anggota keluarga 4. lainnya.......... 4. Berapa luas kebun yang dimiliki ? 1. 0,5 – 2 hektar 2. 2,5 – 5 hektar 3. lainnya.............. 5. Berdasarkan luas kebun yang dimiliki, berapa hasil karet yang di dapat tiap minggu ? 1. 50 – 100 kg 2. 100 – 200 kg 3. diatas 200 kg 4. lainnya...... 6. Hasil karet biasanya dijual kemana ? 1. kepada toke pengumpul 2. kepada pasar lelang karet desa 3. lainnya........ 7. Berapa jumlah ternak sapi yang dimiliki sekarang ? 1. 1 – 3 ekor 2. 4 – 6 ekor 3. lainnya............... 8. Bila ingin menjual hasil produksi ternak sapi dijual kemana ? 1. kepada toke 2. kepada blantik 3. lainnya....... 9. Bagaimana perkembangan usahatani kebun dan ternak sampai saat ini ? 1. terus naik 2. terus turun 3. lainnya......... 10. Berapa penghasilan yang didapat dari hasil usaha kebun dan ternak setiap bulan (bila dirata-rata)? 1. 500 ribu – 1 juta 2. 1 juta – 2 juta 3. lainnya....... 11. Apakah kelompok membantu pemasaran? 1. tidak 2. membantu 3. sangat membantu 4. lainnya.......... 12. Pernahkah ada pembayaran yang macet dari toke atau blantik (tengkulak sapi) saat penjualan hasil usahatani ? 1. tidak pernah 2. pernah 3. lainnya............. 13. Siapakah yang mempelopori usaha berkebun karet ini?
99
1. masyarakat sendiri 2. pemerintah melalui program transmigrasi 3. lainnya..... 14. Siapakah yang mempelopori usaha pemeliharaan ternak ini? 1. masyarakat sendiri 2. pemerintah melalui program transmigrasi 3. lainnya..... 15. Bagaimana cara pemeliharaan ternak yang dilakukan ? 1. dikandangkan 2. digembalakan dikebun 3. lainnya........... 16. Sudahkah saudara/bapak memanfaatkan lahan kebun dan sumberdaya untuk kepentingan ternak yang dipelihara? 1. sudah 2. belum 3. sudah tapi tidak maksimal 4. lainnya....... Jejaring sosial 1. Apakah pernah melibatkan pihak luar selain anggota keluarga dalam usahatani ? 1. tidak pernah 2. pernah 3. lainnya........... 2. Pernahkah bekerjasama dengan pihak lain dalam usaha tani? 1. pihak swasta 2. kelompok tani lain 3. pemerintah 4. lainnya..... 3. Jika pernah dalam bidang apa saja? 1. usaha kebun karet 2. usaha ternak 3. lainnya......... 4. Menurut anda kira-kira siapa saja atau lembaga apa saja yang bisa diajak untuk menjadi mitra usaha? 1. Koperasi 2. lembaga keuangan bank 3. lainnya......... 5. Jika ada kerjasama dalam hal apa saja yang dibutuhkan ? 1. Modal usahatani 2. pemasaran 3. pembibitan lainnya...... 6. Apakah anda sering berkomunikasi dengan sesama anggota kelompok ? 1. sering 2. jarang sekali 3. ada, bila perlu 4. lainnya....... 7. Apakah sesama anggota kelompok tani di desa ini memiliki kegiatan bersama? 1. memiliki 2. tidak memiliki 3. lainnya........... 8. Jika iya, apakah kelompok tersebut berjalan aktif dan memberikan manfaat bagi anda? 1. tidak berjalan 2. berjalan 3. aktif dan bermanfaat 4.lainnya....... Kepercayaan 1. Bagaimana untuk memulai suatu kerjasama di antara anggota kelompok? 1. berdasarkan kebutuhan bersama 2. berdasarkan bantuan 3. lainnya....... 2. Atas dasar apakah kerjasama dilakukan? 1. berdasarkan kebutuhan bersama 2. berdasarkan bantuan 3. lainnya....... 3. Apakah faktor kedekatan/kerabat berpengaruh/menentukan kerjasama yang dijalin? 1. berpengaruh 2. tidak berpengaruh 3. lainnya........... 4. Apakah anda mempercayai mereka sebatas hubungan kelompok tani atau lebih dari itu? 1. sebatas kelompok tani 2. lebih dari sebatas hubungan kelompok 3. lainnya......... 5. Apakah anggota yang lain saat diajak kerjasama pernah mengecewakan anda? 1. tidak pernah 2. pernah mengecewakan 3. lainnya.......... Modal 1. Dari mana anda mendapatkan modal untuk melaksanakan usahatani ? 1. bantuan pemerintah 2. pinjaman ke bank 3. lainnya...... 2. Pernahkah ada bantuan modal atau bibit dari pihak lain?
100
1. pernah 2. tidak pernah 3. lainnya....... 3. jika pernah dari siapa bantuan itu didapat ? 1. pemerintah daerah/pusat 2. swasta/bank 3. lainnya........... 4. Jika anda mengalami kesulitan keuangan kemana anda biasanya meminjam uang? 1. bank 2. toke 3. koperasi 4. lainnya......... 5. Apakah kelompok turut membantu permodalan atau kesulitan ekonomi anda? 1. tidak 2. membantu 3. pernah membantu 4. lainnya....... 6. Apakah sesama anggota kelompok tani biasanya saling membantu apabila ada kesulitan modal? 1. saling membantu 2. tidak saling membantu 3. lainnya........ Keuntungan 1. Bagaimana standar harga yang ditetapkan dalam penjualan karet ? 1. ditetapkan pemerintah 2. ditetapkan oleh pembeli 3. lainnya.... 2. Siapa yang biasanya menentukan kadar karet kering (K3) karet ? 1. pembeli 2. penjual 3. lainnya.......... 3. Bagaimana standar harga yang ditetapkan dalam penjualan ternak sapi ? 1. berdasarkan berat sapi 2. berdasarkan harga pasaran 3. lainnya..... 4. Apakah harga ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama dengan orang lain diluar kelompok? 1. tidak 2. iya 3. terkadang 4. lainnya........ 5. Apakah pendapatan yang selama ini dihasilkan memenuhi kebutuhan hidup anda? 1. memenuhi 2. tidak memenuhi 3. lainnya........... Sumber daya 1. Berapa orang tenaga kerja yang dibutuhkan dalam berkebun karet dan pemeliharaan ternak sehari-hari ? 1. 1 orang 2. 2 orang 3. 3 orang 4. lainnya........ 2. Apakah sumber daya alam di sekitar desa mendukung usaha anda? 1. mendukung 2. tidak mendukung 3. saling mendukung 4. lainnya........... 3. Apakah dalam pengembangbiakan melalui IB memerlukan jasa petugas lapangan ternak? 1. memerlukan 2. tidak 3. lainnya............. 4. Bagaimana kendala yang dirasakan untuk melakukan peremajaan karet tua? 1. modal 2. pemeliharaan 3. bibit 4. lainnya........ 5. Apakah hasil sampingan (kotoran) ternak dijual? Atau dimanfaatkan untuk pupuk kebun? 1. untuk pupuk kebun karet 2. dijual kepada orang yang mencari 3. dibuang dan tidak dimanfaatkan 4. lainnya............. Karakteristik Anggota (pengetahuan dan ketrampilan) 1.Darimana awal mulanya pengetahuan berkebun ? 1. dari PPL 2. pembinaan dinas terkait 3. pengalaman dari jawa 4. lainnya.... 2.Darimana awal mulanya pengetahuan memelihara ternak ? 1. dari PPL 2. pembinaan dinas terkait 3. pengalaman dari jawa 4. lainnya..............
101
3.Jika ada model teknologi baru apakah anda atau anggota lain akan saling berbagi kemampuan mengelola kebun tersebut? 1. akan berbagi kemampuan 2. tidak berbagi 3. lainnya......... 4.Apakah pihak PPL atau Dinas terkait pernah mengajari teknologi berkebun karet dan pemeliharaan, pengembangbiakan ternak dan kewirausahaan pada kelompok tani di desa ini? 1. pernah 2. belum pernah 3. seringkali 4. lainnya....... 5. Apakah anda dan anggota kelompok tani lain pernah mendapatkan pelatihan dari pihak lain? 1. pernah 2. tidak pernah 3. lainnya............... 6. Jika pernah selain dari pemerintah, dari siapa ? 1. dari LSM 2. lembaga Swasta 3. lainnya.......... Faktor eksternal Kebijakan 1. Adakah program pemerintah atau dinas terkait yang mendorong perkembangan bagi ternak sapi ditawarkan di desa ini? 1. ada 2. tidak ada 3. pernah ada lainnya........... 2. Bila ada, dalam bentuk apa kegiatan program pengembangan ternak ? 1. bantuan modal 2. bantuan bibit 3. penggemukan 4. lainnya.... 3. Adakah program pemerintah atau dinas terkait yang mendorong peremajaan karet tua ditawarkan di desa ini? 1. ada 2. tidak ada 3. ada tapi masih kurang 4. lainnya...... 4. dalam bentuk apa program yang ditawarkan pemerintah ? 1. bantuan modal 2. bantuan bibit super 3. pembinaan 4. lainnya........... 5. Bagaimana peran serta dukungan anggota kelompok? 1. baik 2. sangat mendukung 3. kurang mendukung 4. lainnya.... 6. Masalah-masalah apa yang dihadapi dalam pelaksanaan usahatani? 1. peremajaan karet 2. pengembangan ternak 3. lainnya........ 7. Bagaimana cara mengatasi masalah tersebut? 1. perlu bantuan pemerintah 2. usaha mandiri 3. kelompok kuat 4.lainnya.......... 8. Menurut pendapat anda kebijakan atau program yang seperti apa yang cocok untuk penguatan kelompok tani di wilayah ini? 1. program pembinaan usaha 2. program bantuan bergulir 3. lainnya............ Bimbingan PPL dan pemasaran 1. Adakah PPL melakukan pembinaan dan bimbingan terhadap usaha kebun karet dan ternak ? 1. ada 2. tidak ada 3. rutin melakukan pembinaan 4. lainnya....... 2. Menurut anda apakah bimbingan dan pembinaan yang dilakukan PPL sesuai dengan kebutuhan usahatani kebun dan ternak ? 1. sangat dibutuhkan 2. tidak dibutuhkan 3. lainnya.......... 3. Selama menggeluti usaha kebun dan ternak, terasa sulitkah memasarkan hasilnya ? 1. tidak 2. kesulitan 3. lainnya............
102
Data keluarga : No
Nama
Status (suami/ istri/anak/)
Pekerjaan usia
Pendidikan
Utama
Sampingan
ket
1 2 3 4 5 6 Penguasaan kebun/lahan No Jenis 1 2 3 4 Penguasaan ternak sapi No Jenis 1 2 3
Luas
Status
keterangan
Banyak
Status
keterangan
Hasil produksi usahatani (kebun dan ternak) No Uraian Jumlah 1 2 3 4 Total Keuntungan No Uraian 1 2 3 Total Kendala-kendala yang dihadapi Dalam usahatani, proses Produksi dan pemasaran
Jumlah
Keterangan
Keterangan
: .............................................................................. .............................................................................. .............................................................................. ..............................................................................
103
Lampiran 3 KUISIONER STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI KARYA AGUNG DESA GIRIWINANGUN KECAMATAN RIMBO ILIR KABUPATEN TEBO Kuisioner untuk pengurus / kelompok
Nama Umur Jenis kelamin Pendidikan terakhir Pelatihan ketrampilan yang Pernah diikuti Modal awal yang dimiliki Lama menjalankan usaha
: : tahun : 1. laki-laki 2. perempuan : 1. tidak tamat SD 2. tamat SD 4.Tamat SMA 5. Sarjana
3. Tamat SLTP
: : :
I. PERMASALAHAN Pengembangan manajemen dan usaha kelompok tani 1. Bagaimana peran kelompok dalam menfasilitasi usahatani anggota ? 1. besar 2. lemah 3. lainnya.... 2. Apa sumber pendapatan utama anggota kelompok tani Karya Agung ? 1. Kebun Karet 2. Ternak sapi 3. lainnya..... 3. Apa sumber pendapatan tambahan anggota kelompok tani Karya Agung ? 1. Kebun Karet 2. Ternak sapi 3. lainnya..... 4. Apakah sesama kelompok tani memiliki aturan khusus yang disepakati bersama? 1. ada 2. tidak 3. lainnya.... 5. Bagaimana aturan tersebut dijalankan? 1. dipatuhi anggota 2. kurang dipatuhi 3. tidak dipatuhi 4. lainnya.... 6. Didapat darimana ketrampilan berkebun karet selama ini ? 1. Dari PPL 2. Pengalaman 3. lainnya.... 7. Didapat darimana ketrampilan beternak sapi selama ini ? 1. Dari PPL 2. Pengalaman 3. lainnya.... 8. Selama ini berjalankah pertemuan rutin kelompok ? 1. berjalan baik 2. kadang-kadang 3. tidak berjalan 4. lainnya... 9. Adakah kelompok memfasilitasi saling tukar pengalaman dan pengetahuan dalam usahatani (kebun dan ternak) ? 1. ada 2. tidak ada 3. pernah beberapa kali 4. lainnya.... 10. Bagaimana kondisi kelompok secara umum saat ini ? 1. kuat 2. lemah 3. lainnya.... 11. Apakah kelompok memfasilitasi permodalan anggota dalam usaha kebun & ternak? 1. ada usaha kelompok 2. tidak ada usaha kelompok 3. lainnya...... 12. Darimana mendapatkan pakan rumput untuk ternak yang dipelihara ? 1. lahan sendiri 2. menanam rumput 3. dicari disekitar desa 4. lainnya....... 13. Adakah penanaman rumput dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pakan ? 1. ada 2. tidak ada 3. lainnya....
104
14. Adakah kelompok turut menggerakkan usaha penyediaan pakan ternak ? 1. ada 2. kadang-kadang 3. tidak ada 4. lainnya.... Pengembangan usaha 1. Adakah bimbingan dari PPL peternakan dalam usaha pengembangan ternak ? 1. ada 2. tidak ada 3. lainnya.... 2. Adakah bimbingan PPL dalam pengelolaan kebun karet dan hasilnya ? 1. ada 2. tidak ada 3. lainnya.... 3. Apa yang menjadi kendala dalam usaha pengelolaan kebun saat ini ? 1. penurunan hasil akibat karet tua 2. serangan penyakit/jamur 3. lainnya... 4. Apa yang menjadi kendala dalam pengembangan ternak ? 1. faktor pemenuhan pakan 2. perawatan 3.tidak ada jaringan kerjasama 4. lainnya....... 5. Bagaimana pengaturan waktu untuk usaha kebun dan ternak ? 1. lebih banyak waktu dikebun 2. lebih banyak mengurus ternak 3. membutuhkan waktu sama banyak 4. lainnya..... 6. Apakah kelompok yang kuat berperan dalam pengembangan usaha ? 1. ya 2. tidak lainnya..... 7. Jika kelompok berperan mengapa ? 1. sebagai wadah saling berbagi informasi 2. terjalin kerjasama usaha 3. lainnya...... 8. Dengan kondisi juga mengelola kebun, berapa ideal kemampuan peternak memelihara ternak ? 1. 1 - 3 ekor 2. 3 – 5 ekor 3. 5 – 8 ekor 4. lainnya..... 9. Program apa yang diharapkan untuk pengembangan kebun karet ? 1. peremajaan 2. bantuan pupuk 3. lainnya ....... 10. Program apa yang diharapkan untuk pengembangan ternak ? 1. bantuan pemerintah 2. penguatan kelompok usaha 3. lainnya..... 11. Apakah hasil yang didapat dari pengembangan ternak membantu pendapatan ? 1. ya 2. tidak 3. lainnya..... 12. Seberapa manfaat hasil yang diharapkan dari kebun ? 1. memenuhi kebutuhan pokok 2. memenuhi kebutuhan selain makan 3. lainnya...... 13. Seberapa manfaatnya hasil yang diharapkan dari ternak ? 1. memenuhi kebutuhan pokok 2. memenuhi kebutuhan selain makan 3. lainnya...... 14. Untuk pengembangan usaha ternak apa membutuhkan pinjaman modal ? 1. ya 2. tidak 3. lainnya........ 15. Bila membutuhkan biasanya di dapat dari mana ? 1. bantuan pemerintah 2. bantuan sesama peternak 3. lainnya.... Jaringan kerjasama 1. Apa bentuk kelompok usaha yang dijalani anggota kelompok tani ? 1. usaha kebun dan ternak 2. usaha kebun 3. lainnya.... 2. Apakah kelompok berperan aktif dalam usahatani anggota ? 1. tidak berperan 2. berperan 3. lainnya.... 3. Bagaimana sifat keanggotaan kelompok ? 1. sukarela 2. wajib 3. lainnya....
105
4. Apa tujuannya ? 1. memajukan usaha 2. kerukunan sosial 3. lainnya..... 5. Apa bentuk kegiatannya ? 1. menjalin kerjasama pengembangan 2. pemecahan masalah anggota 3.pemasaran 4. lainnya....... 6. Apa bentuk bantuan yang sudah pernah diterima dari pihak luar ? 1. pinjaman bergulir 2. pelatihan 3. pendampingan 4. lainnya.... 7. Darimana bantuan berasal ? 1. Pemerintah 2. Swasta 3. LSM 4. lainnya..... 8. Siapa yang menentukan bentuk bantuan ? 1. pemberi bantuan 2. partisipatif/usulan peternak 3. lainnya.... 9. Apa saja jaringan kerjasama yang dimiliki ? 1. pengelolaan kebun 2. pengembangbiakan ternak 3. pemasaran 4. lainnya.... 10. Apakah pernah mengajukan kredit ke bank ? 1. pernah 2. belum 3. lainnya.... 11. Apa bentuk kerjasama sesama anggota kelompok ? 1. pengembangan ternak 2. pengelolaan kebun 3. pemasaran 4.lainnya.... 12. Apa kerjasama anggota kelompok dengan pengurus berjalan baik ? 1. ya 2. tidak 3. tidak ada komunikasi 4. lainnya........ Sumberdaya Manusia 1. Berapa jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam usaha pengelolaan kebun ? 1. seorang 2. dibantu oleh anggota keluarga lainnya 3. lainnya..... 2. Berapa jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam usaha ternak ? 1. seorang 2. dibantu oleh anggota keluarga lainnya 3. lainnya..... 3. Apa pendidikan terakhir anggota kelompok ? 1. SD 2. SLTP 2. SMA 4. sarjana 5. lainnya.... 4. Bagaimana anggota kelompok tani memperoleh ketrampilan ? 1. pengalaman 2. bimbingan PPL 3. lainnya........ 5. Adakah pembagian tugas pada kelompok ? 1. ada 2. tidak ada 3. lainnya....... 6. Adakah anggota berperan dalam kegiatan-kegiatan kelompok ? 1. ada 2. tidak 3. lainnya........ 7. Apa usaha yang pernah dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berkebun dan beternak ? 1. tidak ada 2. pelatihan 3. saling berbagi pengalaman 4. lainnya.... 8. Apa anggota dan pengurus kelompok pernah mendapatkan pelatihan manajemen ? 1. pernah 2. belum pernah 3. lainnya......... 9. Apakah anggota kelompok telah mengenal teknologi tepat guna dalam pengembangan ternak ? 1. belum mengenal 2. telah mengenal 3. lainnya........... 10. Apakah telah mengenal pengolahan hasil sampingan yang saling membutuhkan antara kebun dan ternak ? 1. belum 2. sudah 3. lainnya...... 11. Apakah peternak mengetahui cara mengatasi penyakit baik dalam berkebun dan pemeliharaan ternak sapi ? 1. tidak tahu 2. tahu 3. lainnya........
106
12. Apakah sesama anggota kelompok tani di desa ini memiliki kegiatan bersama? 1. tidak 2. ada 3. lainnya....... 13. Apakah kelompok tani memiliki forum khusus untuk berkomunikasi? 1. memiliki 2. tidak 3. lainnya......... 14. Topik apakah yang sering dikomunikasikan? 1. masalah kebun 2. masalah ternak 3. lainnya...... Etika kelompok 1. Apakah sesama kelompok tani memiliki aturan khusus yang disepakati bersama dalam pemeliharaan menghasilkan produksi? 1. tidak 2. memiliki 3. lainnya........ 2. Siapakah yang membuat aturan tersebut? 1. musyawarah kelompok 2. pengurus 3. lainnya........... 3. Sanksi apakah yang akan diberikan apabila ada yang tidak menaati peraturan tersebut? 1. diberi peringatan 2. dikeluarkan dari anggota kelompok 3. lainnya....... 4. Apakah di daerah ini terdapat persaingan antar anggota kelompok? 1. ada 2. tidak ada 3. kadang-kadang saja 4. lainnya........ 5. Jika iya, persaingan seperti apa? 1. dalam pengelolaan kebun 2. pemasaran 3. pemeliharaan ternak 4.lainnya...... 6. Apakah diantara anggota kelompok terdapat semangat saling asah asih asuh ? 1. ada 2. tidak ada 3. kadang-kadang 4. lainnya....... 7. Apa hambatan anggota tani ternak untuk bersatu sebagai kelompok ? 1. pembagian waktu anggota 2. pembagian kerja 3. lainnya......
107
Lampiran 4 KUISIONER SWOT STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI Kasus Kelompok Tani Karya Agung Desa Giriwinangun Kecamatan Rimbo Ilir Kabupaten Tebo Provinsi Jambi DATA RESPONDEN Nama Umur Jenis kelamin Pendidikan terakhir
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
: : tahun : 1. laki-laki 2. perempuan : 1. tidak tamat SD 2. tamat SD 4.Tamat SMA 5. Sarjana
FAKTOR INTERNAL Potensi lahan yang dikuasai anggota kelompok Ketrampilan dan pengalaman anggota kelompok Kemampuan membangun jaringan kerjasama Kepercayaan, jaringan, norma antara sesama anggota kelompok (modal Sosial) Bimbingan dan pendampingan Kapasitas kelompok baik pengurus dan anggota dalam melaksanakan fungsi Pengetahuan yang dimiliki kelompok tani dalam usaha (kebun dan ternak) Manajemen Kelompok Tani Karya Agung Akses pemasaran karet dan ternak FAKTOR EKSTERNAL Kebijakan Pemerintah yang ditujukan untuk pengembangan usaha kebun dan ternak Bimbingan dan pendampingan PPL kecamatan Pendidikan dan pelatihan tentang usaha peningkatan kapasitas, dengan Efektifitas lahan. Bantuan kredit dari bank Permintaan Pasar terhadap karet dan ternak sapi Akses pupuk bersubsidi bagi kelompok Kondisi harga Karet akibat krisis ekonomi dunia Serangan penyakit terhadap usahatani kebun dan ternak sapi
3. Tamat SLTP
BOBOT 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Keterangan : Semakin besar bobot berarti semakin penting atau berpengaruh positif terhadap penguatan kelompok tani Karya Agung. faktor internal yang mempunyai bobot tinggi menjadi kekuatan. Faktor eksternal yang berbobot tinggi menjadi peluang.
108
Lampiran 5 : Rata-rata Jawaban Kuisioner SWOT Faktor Internal Responden Penguatan Kelompok Tani Karya Agung Desa Giriwinangun Tahun 2008. No.Pertanyaan Faktor Internal
1 2 3 4 5 6 7 8 9 Rata-rata kolom
1
2
Bobot Penilaian Responden Rata-rata Responden Baris 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
8 8 4 8 5 5 5 6 5
8 8 4 7 4 4 5 5 6
8 7 4 8 6 4 5 4 4
8 7 3 7 4 3 6 5 4
8 8 5 7 5 4 6 4 5
7 8 4 8 4 3 4 4 4
7 6 3 6 5 4 4 5 6
6 7 4 8 4 5 4 4 4
7 8 4 7 5 5 5 6 6
8 8 3 7 6 4 5 6 6
7 7 5 6 5 4 5 4 5
6 7 5 8 5 5 6 4 4
7,33 7,41 4 7,25 4,83 4,16 5 4,75 4,91 5,51
Keterangan : Rata-rata baris > rata-rata kolom = Strengths (Kekuatan) Rata-rata baris < rata-rata kolom = Weaknesses (Kelemahan)
Ket.
S S W S W W W W W
109
Lampiran 6 : Rata-rata Jawaban Kuisioner SWOT Faktor Eksternal Responden Penguatan Kelompok Tani Karya Agung Desa Giriwinangun Tahun 2008. No. pertanyaan Faktor Internal
1 2 3 4 5 6 7 8
1
2
Bobot Penilaian Responden Rata-rata Responden Baris Ket. 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
8 7 8 8 8 4 6 5
7 8 7 7 8 4 6 5
8 7 7 8 8 4 4 5
7 7 7 7 8 3 6 4
8 8 6 7 7 4 5 3
8 7 8 8 7 5 5 5
7 6 7 6 7 5 4 6
6 7 7 8 8 5 4 4
7 8 6 7 8 4 6 3
8 7 6 7 8 4 5 5
7 7 8 6 8 4 6 5
7 6 7 8 7 4 4 5
Rata-rata kolom Keterangan : Rata-rata baris > rata-rata kolom = Opportunities (Peluang) Rata-rata baris < rata-rata kolom = Threats (Ancaman)
7,33 7,08 7 7,25 7,66 4,16 5,08 4,58 6,26
O O O O O T T T
110
Lampiran 7 PEDOMAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) Kegiatan FGD dilakukan dengan melibatkan unsur-unsur yang berkaitan dengan identifikasi permasalahan dan penyusunan rancangan strategi, antara lain : 1. Pengurus dan anggota kelompok tani Karya Agung 2. Aparat pemerintah Desa 3. PPL 4. Dinas Terkait DISKUSI Tanggal
: ………………………………………………………………..
Jam
: ……………………………………………………………….
Tempat
: ……………………………………………………………….
Jumlah Peserta
: ……………………………………………………………….
Materi : perencanaan partisipatif program pengembangan kelompok tani 1. Penentuan topik masalah Penentuan permasalahan yang dihadapi anggota dan kelompok tani Karya Agung dalam mengembangkan usahatani kebun karet dan ternak sapi. Dalam tahap ini ditentukan bagaimana hasil analisa tentang kondisi faktual dan hasil yang telah dicapai 2. Analisis masalah Pada tahap ini secara bersama merumuskan masalah inti, sebab dan akibat permasalahan yang dihadapi kelompok tani 3. Analisis tujuan Bersama-sama dengan anggota dan pengurus kelompok tani mengidentifikasi tujuan serta sasaran yang akan dicapai. 4. Menyusun rancangan strategi dan program Setelah mengidentifikasi masalah, tujuan dan potensi yang ada pada kelompok tani, maka disusun rancangan strategi dan program penguatan kelompok tani yang disusun berdasarkan partisipasi dan kebutuhan anggota dan pengurus kelompok.
111
Lampiran 8 DOKUMENTASI KEGIATAN KAJIAN
Gambar 1
: Kelompok tani Karya Agung saat melakukan aktivitas usaha tani dalam pengelolaan, pemasaran dan pengembangan (kebun dan ternak).
112
Gambar 2
: Proses perumusan masalah, analisis SWOT pada stakeholder, perumusan strategi dan perancangan program melalui FGD pada kelompok Tani Karya Agung.