73
VI. KERAGAAN USAHATANI KENTANG DAN TOMAT DI DAERAH PENELITIAN
6.1. Karakteristik Lembaga Perkreditan Keberhasilan usahatani kentang dan tomat di lokasi penelitian dan harapan petani bagi peningkatan kesejahteraan hidup petani, tetapi usahatani kentang dan tomat memiliki beberapa kendala. Kendala-kendala tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu kendala internal dari diri petani dan kendala eksternal seperti: kurangnya informasi harga, serta lemahnya sistem dan kelembagaan yang ada. Sisi internal, kendala yang ditemui berkaitan dengan cara dan manajemen usahatani yang dilakukan. Sebagaimana tergambar pada teknik usahatani yang dilakukan oleh petani, umumnya petani di lokasi penelitian terlalu boros dalam penggunaan sumberdaya yang mereka miliki (Lampiran 7 dan Lampiran 8). Dari hasil penelitian rata-rata penggunaan pupuk kimia untuk usahatani petani contoh adalah berkisar 3 ton per hektar sedangkan rekomendasi dari dinas setempat untuk penggunaan pupuk kimia adalah 1.1 ton per hektar untuk usahatani kentang. Demikian juga penggunaan pestisida padat dan cair selalu lebih tinggi dari rekomendasi. Pada waktu-waktu tertentu petani menggunakan pestisida yang berlebih yaitu pada saat musim hujan. Akibat dari penggunaan pupuk kimia dan pestisida yang berlebih akan meningkatkan biaya produksi, merusak ekosistem dan tidak sesuai dengan program pengendalian hama terpadu dan Go Organic yang telah disosialisasikan pemerintah. Sisi eksternal, kendala yang ditemui telihat pada kurangnya informasi harga dan pasar yang diterima oleh petani, lemahnya kelembagaan kredit yang dapat mendukung modal petani, serta lemahnya posisi tawar menawar petani.
74
Di lokasi penelitian yang menjadi kendala adalah pasar untuk produk pertanian dan modal untuk usahatani. Hasil wawancara dengan petani di daerah penelitian, petani yang dapat melakukan akses kredit ke bank adalah petani yang memiliki agunan, sehingga petani yang tidak memiliki agunan tidak dapat meminjam ke bank atau kelembaga keuangan formal lainnya. Bank merupakan lembaga keuangan formal yang diatur oleh aturan dan perundang-undangan dan diawasi oleh pemerintah. Tipe lembaga keuangan ini mengharuskan adanya collateral atau agunan dalam kontrak pinjaman untuk mengurangi terjadinya resiko yang lebih besar. Bank yang memberikan kredit di lokasi penelitian adalah bank BRI (Bank Rakyat Indonesia). Petani yang mengakses kredit dari bank umum pada umumnya adalah petani besar. Bank memberikan pinjaman kepada petani dengan mengenakan bunga 2 persen perbulan dan tergantung pada jenis kredit yang diajukan. Untuk mendapatkan kredit dari bank, petani harus memiliki agunan dan cara pengembaliannya adalah angsuran per bulan. Dengan adanya syarat harus ada agunan membuat petani kecil atau petani yang tidak punya lahan tidak dapat mengakses kredit ke perbankan setempat. Selain itu ciri hasil usahatani yang sifatnya musiman membuat petani kecil atau yang tidak punya lahan tidak dapat mengakses kredit ke perbankan. Kredit informal adalah jenis kredit yang dari lembaga keuangan dimana dalam operasionalisasinya tidak diawasi oleh pemerintah dan meliputi antara lain para pelepas uang professional (rentenir), kerabat keluarga dan sahabat terdekat, para pedagang atau petani kaya dan sistem kontrak pinjamnya tidak menggunakan collateral atau agunan sebagai jaminan akan tetapi semata-mata berdasarkan rasa saling percaya (trust).
75
Tabel 5. Karakteristik Lembaga Perkreditan di Lokasi Penelitian Sumber kredit Credit Pedagang Union Tidak ada Ada, tetapi dapat benda bergerak
No
Persyarat an
1
Agunan
Harus ada berupa: sertifikat tanah atau bagunan
2
Bunga
2 persen per bulan dan tergantung jenis kredit
Tidak ada
2 persen per bulan
Harga input yang dibeli ditokonya dinaikkan 10 persen
3
Bentuk kredit
Uang tunai
Input pertanian
Uang tunai
Input pertanian
4
Cara pengembalian kredit
Dicicil perbulan, dengan uang tunai
Bayar panen, dengan hasil panen di jual pada pedagang
Dicicil, tergantung jenis pinjaman, bisa dicicil per triwulan dan per enam bulan
Bayar panen, dimana petani bebas menjual produksi karena toko hanya menerima dalam bentuk uang tunai dan harga input pertanian yang diambil oleh petani dikenakan harga pada saat pembayaran tetapi jika harga tidak mengalami kenaikan atau harga turun maka si toko akan menaikkan harga inputnya 10 persen dari harga awal
5
Penjuala n produk pertanian
Petani bebas menjual
Petani harus menjual ke pedagang dengan harga Rp 200,dibawah harga di daerah tersebut
Petani bebas menjual
Petani menjual
Bank
Toko sarana produksi pertanian Tidak ada
bebas
76
Tabel 5 menunjukkan ada 4 akses kredit yaitu bank, pedagang, Credit Union (CU) dan toko sarana produksi pertanian (saprotan). Dari 4 akses kredit dapat dibagi menjadi dua lembaga keuangan yaitu formal (Bank) dan informa (Credit Union, pedagang dan toko sarana produksi pertanian). Di lokasi penelitian adapun sumber kredit yang dari pedagang didapatkan dengan modal kepercayaan, dimana syaratnya hasil dari usahatani petani harus dijual kepada pedagang tersebut. Pedagang bisa dikategorikan sebagai mitra petani, dimana pemotongan harga tidak berbeda jauh dari harga pasar. Tapi dengan bekerja sama dengan pedagang, petani mendapatkan beberapa keuntungan yaitu: (1) dalam hal panen raya, jika tejadi panen raya petani tidak bigung bagaimana menjual produknya, karena pedagang wajib membeli hasil pertaniannya, dan
(2) jika gagal panen
bukan hanya petani yang menanggung, sipedagang akan tetap memberikan modal kembali untuk berusahatani, tujuannya adalah agar modal usahatani sebelumnya bisa kembali. Sistem kontrak petani dengan pedagang adalah ada yang sistem bagi hasil dan ada juga sistem yang tidak bagi hasil. Jika sistem bagi hasil sipetani hanya memberikan tenaganya dimana sipedagang sudah menyediakan lahan, modal untuk usahatani. Pembagian hasilnya tergantung kesepakatan antar kedua belah pihak. Credit Union adalah lembaga keuangan semi formal yang dalam operasionalnya berdasarkan suatu keputusan pemerintah. Dalam sistem kontrak pinjaman antara borrower dan lender tidak mengharuskan adanya collateral atau agunan tetapi dapat berupa Surat Keterangan Kendaraan Bermotor (SKKB) beroda dua atau beroda empat dan didasarkan pada kepercayaan (Trust) antara kedua belah pihak. Credit Union dibentuk oleh masyarakat setempat,
77
peraturannya hampir sama dengan bank yang membedakan adalah tata cara dan syarat untuk mengajukan kredit. Pada Credit Union tidak membutuhkan agunan tetapi besarnya pinjaman berdasarkan berapa lama dia sudah menjadi anggota Credit Union tersebut. Tingkat suku bunga Credit Union adalah 2 persen per bulan sama dengan bank, dan cara pengembaliannya adalah angsuran perbulan. Banyak petani yang melakukan pinjaman kepada Credit Union karena persyaratan mengajukan pinjaman sangat mudah. Dan itu merupakan keuntungan bagi petani yang mengakses kredit kepada Credit Union. Sumber kredit dari toko sarana produksi pertanian hampir sama dengan pinjaman dari pedagang dimana dalam operasionalisasinya tidak diawasi oleh pemerintah dan meliputi antara lain para pelepas uang professional (rentenir), kerabat keluarga dan sahabat terdekat, para pedagang atau petani kaya. Sistem kontrak pinjamnya tidak menggunakan collateral atau agunan sebagai jaminan akan tetapi berdasarkan rasa saling percaya (trust). Di lokasi penelitian adapun kredit yang dari toko sarana produksi pertanian didapatkan dengan modal kepercayaan. Di lokasi penelitian, toko memberikan pinjaman modal dalam bentuk input untuk produk pertanian dan sistem pengembaliannya adalah sistem bayar panen. Barang yang diangkat petani dibayar pada saat panen. Dan harga input yang akan dibayar petani jika terjadi kenaikan harga pada jenis input yang diambil petani maka sipetani akan membayar sesuai dengan harga input pada saat pembayaran. Tetapi jika harga input tetap maka toko akan menaikkan harga 10 persen dari harga awal. Jika di hitung, umur dari hasil produk pertanian setempat adalah rata-rata 6 bulan, maka dengan demikian bunga dari pinjaman petani perbulan
78
adalah 1.67 persen. Tingkat bunga pinjaman dari toko lebih rendah di bandingkan bank, toko tetap bisa menjalankan usahanya. Karena yang dijual bukan hanya pupuk ataupun benih tetapi toko juga menjual alat-alat untuk usahatani yaitu cangkul, grobak sorong, pompa dan lain sebagainya. Petani yang mengakses kredit dari toko mendapatkan beberapa keuntungan, salah satunya yaitu jika gagal panen bukan hanya petani yang menanggung, sitoko akan tetap memberikan modal kembali untuk berusahatani, tujuannya adalah agar modal usahatani sebelumnya bisa kembali. Sistem kontrak petani dengan toko adalah hanya modal kepercayaan dan kekeluargaan.
6.2. Karakteristik Petani Contoh 6.2.1. Sebaran Umur Petani Contoh Tabel 6. Distribusi Umur Petani Contoh Berdasarkan Sumber Akses di Kabupaten Simalungun
No
Umur petani contoh
1 21 – 25 2 26 – 30 3 31 – 35 4 36 – 40 41 – 45 5 46 – 50 6 7 ≥ 51 Jumlah
Jumlah dan persentase petani contoh berdasarkan akses kredit Bank Pedagang Credit Union Toko Jumlah Persenta- Jumlah Persenta- Jumlah Persenta- Jumlah Persenta(Orang) se (%) (Orang) se (%) (Orang) se (%) (Orang) se (%)
2 5 9 10 4 7 0 37
5.41 0 13.51 6 24.32 11 27.03 4 10.81 6 18.92 3 01 100 31
3.33 0 19.35 1 35.48 3 12.90 5 19.35 9 9.68 4 3.23 1 100 23
01 4.35 5 13.04 6 21.74 11 39.13 3 17.39 5 4.35 3 100 34
2.94 14.71 17.65 32.35 8.82 14.71 8.82 100
Faktor usia, sangat mempengaruhi kinerja petani dalam berusahatani. Dengan tingkat usia yang relatif muda (produktif), petani mampu bekerja lebih optimal di bandingkan dengan petani yang berusia relatif lebih tua. Petani yang lebih muda umumnya memiliki keberanian yang lebih tinggi dalam menangung risiko kegagalan akibat menggunakan suatu inovasi yang baru. Tabel 6
79
menjelaskan bahwa petani contoh yang mengakses kredit dari pedagang dan toko lebih banyak petani yang lebih muda di bandingkan dengan petani yang mangakses kredit dari Credit Union dan bank. Petani contoh yang mengakses kredit dari Bank untuk usahatani tomat dan kentang di daerah penelitian dilakukan oleh petani yang umur petani berada pada kelompok usia produktif atau aktif secara ekonomis (16 – 55 tahun). Empat orang diantara petani contoh adalah wanita yang bertindak sebagai menejer sekaligus pelaksana usahataninya. Persentase kelompok usia yang terbanyak dari seluruh petani contohyang sumber modalnya pinjaman dari bank berada pada kelompok usia 31 – 45 tahun dengan jumlah persentase 62.16 persen. Petani contoh yang mengakses kredit dari pedagang untuk usahatani kentang dan tomat di daerah penelitian dilakukan oleh petani yang umumya berada pada kelompok usia produktif atau aktif secara ekonomis (16 – 55 tahun). Untuk petani yang mengakses kredit dari pedagang pada umumnya melakukan perjanjian, dimana hasil dari usahatani petani harus dijual kepada pedagang. Pada sistem usahatani yang mengakses kredit dari pedagang, yang menjadi menejer adalah pedagang dan petani. Maka petani contoh sebelum melakukan usahatani harus meminta pendapat dari pedagang. Persentase kelompok usia yang terbanyak dari seluruh petani contoh yang sumber modalnya pinjaman dari pedagang berada pada kelompok usia 26 – 45 tahun dengan jumlah persentase 87.08 persen. Petani contoh yang bekerja sama dengan pedagang, umumnya masih muda dan pendidikanya tidak terlalu tinggi. Dimana petani melakukan kerjasama dengan pedagang selain kurang pengalaman dalam berusahatani juga berbagi resiko jika gagal panen.
80
Umur petani contoh yang mengakses kredit dari Credit Union berada pada kelompok usia produktif atau aktif secara ekonomis (16 – 55 tahun). Untuk petani contoh yang mengakses kredit dari Credit Union pada umumy berusia lebih dari 36 tahun, dimana distribusi umur petani contoh yang berusia lebih dari 36 tahun adalah 19 orang (82.61 persen). Petani contoh yang mengakses kredit dari toko sarana produksi pertanian untuk usahatani kentang dan tomat di daerah penelitian dilakukan oleh petani yang umumya berada pada kelompok usia produktif atau aktif secara ekonomis (16 – 55 tahun). Untuk petani contoh yang mengakses kredit dari toko sarana pertanian pada umumnya melakukan perjanjian sistem pembayaran barang yang diambil adalah bon. Sarana produksi pertanian yang diambil dibayar setelah panen, tetapi harga barang tersebut dinaikan 10 persen dari harga awal. Persentase kelompok usia yang terbanyak dari seluruh petani contoh yang sumber modalnya pinjaman dari pedagang berada pada kelompok usia 26 – 50 tahun dengan jumlah persentase 88.24 persen. Petani contoh yang bekerja sama dengan toko, umumnya dari yang masih muda dan pendidikanya tidak terlalu tinggi sampai pada yang tua. Petani contoh melakukan kerjasama dengan toko selain kurang pengalaman dalam berusahatani juga berbagi risiko jika gagal panen. Jika gagal panen dari pihak toko masih tetap membiayai usahataninya, agar modal yang gagal tersebut dapat dikembalikan oleh petani contoh. Dari distribusi umur petani contoh dapat dikatakan bahwa perbedaan karakteristik kredit akan mempengaruhi kelompok usia petani yang akan mengakses kredit ke lembaga kredit tersebut. Dimana kelompok petani yang umurnya lebih muda kebanyakan mengakses kredit dari pedagang dan toko. Itu
81
karena pedagang dan toko mampu memberikan modal dalam skala besar tetapi membutuhkan tenaga yang besar juga. Sedangkan kredit dari Credit Union kebanyakan diakses oleh petani yang umurnya di pertengahan.
6.2.2. Pendidikan Formal Petani Contoh Tabel 7. Distribusi Pendidikan Formal Petani Contoh Berdasarkan Sumber Akses Kredit di Kabupaten Simalungun
No
Tingkat pendidikan
Jumlah dan persentase petani contoh berdasarkan akses kredit Credit Union Bank Pedagang Toko (Orang) Jumlah Persenta Jumlah Persenta Jumlah Persenta- Jumlah Persenta (Orang) -se (%) (Orang) -se (%) (Orang) se (%) (Orang) -se (%)
1
Tidak sekolah 0 (0 tahun) 2 SD (1 – 6 2 tahun) 3 SLTP (7 – 9 1 tahun) 4 SMU (10 – 12 28 tahun) 5 Diploma/Sarja 6 na( >12 tahun) Jumlah 37
00
00
00
0
5.41 2
6.45 2
8.70 3
8.82
2.70 10
32.26 4
17.39 5
14.71
75.68 19
61.29 17
73.19 26
76.47
16.22 0 100 31
00
00
100 23
100 34
0 100
Selain faktor usia, pendidikan memerankan peranan penting dalam meningkatkan kecakapan, menentukan pilihan dan mengatasi suatu persoalan yang dihadapi seseorang di dalam berusahatani. Dalam berusahatani tingkat pendidikan mempengaruhi kemampuan petani untuk menjalankan aktivitas usahataninya. Lamanya pendidikan formal adalah jumlah waktu (tahun) yang dihabiskan oleh petani untuk menempuh pendidikan formalnya. Semakin lama waktu yang dihabiskan petani untuk menempuh pendidikan diduga semakin mendorong petani untuk meningkatkan usahataninya melalui proses produksi, pengelolaan penggunaan input dan kemampuan dalam mengambil keputusan
82
untuk memilih usahatani dan sumber modal. Distribusi pendidikan formal petani berdasarkan sumber akses kredit selengkapnya ada di Tabel 7. Petani contoh yang sumber modalnya pinjaman dari bank umumnya memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Lama pendidikan petani contoh berkisar 12 tahun, dengan tingkat tertinggi Sarjana dan terendah Sekolah Dasar. Persentase terbesar dari lama pendidikan petani terdapat pada kelompok 9 – 12 tahun, dan ada juga sarjana 6 orang atau 16.22 persen. Distribusi tingkat pendidikan petani contoh yang mengakses kredit dari pedagang adalah SMP dan SMA (93.55 persen). Tingkat pendidikan petani contoh yang mengakses kredit dari bank lebih tinggi di bandingkan dengan petani contoh yang mengakses kredit dari pedagang. Distribusi tingkat pendidikan petani contoh yang mengakses kredit dari Credit Union adalah SMP dan SMA (91.30 persen). Tingkat pendidikan petani contoh yang mengakses kredit dari bank lebih tinggi di bandingkan dengan petani contoh yang mengakses kredit dari Credit Union. Distribusi tingkat pendidikan petani contoh yang mengakses kredit dari toko sarana poduksi pertanian adalah SMP dan SMA (91.18 persen). Tingkat pendidikan petani contoh yang mengakses kredit dari bank lebih tinggi di bandingkan dengan petani contoh yang mengakses kredit dari toko. Maka petani contoh yang pendidikannya lebih tinggi kebanyakan petani contoh yang mengakses kredit dari bank.
6.2.3. Pengalaman Usahatani dan Keanggotaan Kelompok Tani Petani Contoh Rata-rata pengalaman usahatani petani contoh dalam berusahatani sudah banyak yang lebih dari 2 tahun seperti yang terlihat pada Tabel 8. Hal ini dimungkinkan karena petani di daerah tersebut adalah sebagian penduduk asli,
83
mereka lahir dan dibesarkan didaerah tersebut. Kebanyakan pendatang yang datang untuk mencari nafkah melalui buruhtani dan kemudian melakukan kerjasama dengan beberapa pemilik modal seperti pedagang maupun toko. Setelah mengumpulkan modal yang cukup petani tersebut akan memulai usahataninya dengan modal sendiri dan kembali ke kampung halamannya. Tabel 8. Distribusi Pengalaman Usahatani dan Keanggotaan Kelompok Tani Petani Contoh
No
Pengalaman usahatani
Jumlah dan persentase petani contoh berdasarkan akses kredit Bank Pedagang Credit Union Toko (Orang) Jumlah Persenta Jumlah Persenta- Jumlah Persenta Jumlah Persenta (Orang) -se (%) (Orang) se (%) (Orang) -se (%) (Orang) -se (%)
1 0 – 5 tahun 24 64.86 17 2 6 – 10 tahun 12 32.44 10 3 11 – 15 tahun 0 0.00 2 4 16 – 20 tahun 1 2.70 0 5 21 – 25 tahun 0 0.00 2 6 > 25 tahun 0 0.00 0 Jumlah 37 100 31 No Keanggotaan kelompok tani
54.85 12 32.25 4 6.45 2 0.00 4 6.45 1 0.00 0 100 23
52.17 23 17.39 11 8.70 0 17.39 0 4.35 0 0.00 0 100 34
67.65 32.35 0.00 0.00 0.00 0.00 100
1 2
Anggota Bukan anggota Jumlah
Ditinjau
4 33
10.81 12 89.19 19
38.71 16 61.29 7
69.57 14 30.43 20
41.18 58.82
37
100 31
100 23
100 34
100
dari
pengalaman,
pada
umumnya
petani
contoh
yang
menggunakan modalnya dari bank memiliki pengalaman berusahatani kentang dan tomat selama kurang dari 10 tahun (97.30 persen). Hal ini menunjukkan bahwa petani sudah memiliki pengalaman dalam berusahatani kentang dan tomat. Untuk petani contoh yang sumber modalnya pinjaman dari bank hanya sedikit yang bergabung dengan kelompok tani (yang bergabung dengan kelompok tani 4 orang = 10.81 persen, sedangkan yang tidak 33 orang = 89.19 persen). Kelompok tani merupakan wadah bagi petani kentang dan tomat untuk berbagi pengetahuan,
84
pengalaman, keterampilan serta merencanakan aktivitas usahatani di antara mereka. Pengalaman berusahatani dari petani contoh yang mengakses kredit dari pedagang (< 10 tahun adalah 27 orang atau 87.00 persen) lebih sedikit di bandingkan dengan petani contoh yang mengakses kredit dari bank. Distribusi keanggotaan kelompok tani petani contoh yang memiliki akses kredit pada pedagang sebanyak 12 orang atau 38.71 persen adalah anggota kelompok tani. Petani contoh merasa bahwa kelompok tani merupakan wadah bagi petani untuk berbagi pengalaman, pengetahuan, keterampilan serta merencanakan aktivitas usahatani antara mereka. Dengan demikian keberadaan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) menjadi hal yang sangat penting untuk keberlangsungan kelompok tani. Pengalaman berusahatani dari petani contoh yang mengakses kredit dari Credit Union (< 10 tahun adalah 16 orang atau 69.56 persen) lebih sedikit di bandingkan dengan petani contoh yang mengakses kredit dari bank. Tetapi petani contoh yang mengakses kredit dari Credit Union yang memiliki pengalaman yang lama ada sekitar 21.74 persen berusia lebih dari 47 tahun. Distribusi keanggotaan kelompok tani petani contoh yang memiliki akses kredit pada Credit Union sebanyak 16 orang atau 69.57 persen adalah anggota kelompok tani. Petani contoh merasa bahwa kelompok tani merupakan wadah bagi petani contoh untuk berbagi pengalaman, pengetahuan, keterampilan serta merencanakan aktivitas usahatani di antara mereka. Dengan demikian keberadaan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) menjadi hal yang sangat penting untuk keberlangsungan kelompok tani. Pengalaman usahatani 0 – 5 tahun dari petani contohsetiap akses kredit
85
persentasenya sama. Sedangkan keanggotaan kelompok tani setiap akses kredit beda. Artinya pengalaman usahatani tidak ada hubungannya dengan keanggotaan kelompok tani. Pengalaman berusahatani dari petani contoh yang mengakses kredit dari toko (< 10 tahun adalah 34 orang atau 100 persen) hampir sama dengan dengan petani contoh yang mengakses kredit dari bank. Distribusi keanggotaan kelompok tani petani contoh yang memiliki akses kredit pada toko sarana produksi pertanian sebanyak 14 orang atau 41.18 persen adalah anggota kelompok tani. Petani contoh merasa bahwa kelompok tani merupakan wadah bagi petani contoh untuk berbagi pengalaman, pengetahuan, keterampilan serta merencanakan aktivitas usahatani antara mereka. Dengan demikian keberadaan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) menjadi hal yang sangat pentin untuk keberlangsungan kelompok tani. Tetapi petani contohyang tidak masuk kelompok tani menyatakan bahwa petani contohdapat meminta penjelasan dari pemilik toko bagaimana dalam menjalankan usahatani kentang dan tomat di lokasi penelitian. Ini merupakan kelebihan mengakses kredit dari toko, karena pemilik toko sarana produksi pertanian selalu menanyakan apa yang akan ditanam, dan jika dia memiliki pengetahuan ataupun pengalaman tentang usahatani maka pemilik toko akan berbagi dan memberikan masukan jenis bibit apa yang cocok ditanam, apa pestisidan dan apa pupuk yang harus digunakan serta dosisnya. Tujuan dari pemilik toko berbagai pengalaman dan memberikan rekomendasi mulai dari input dan dosisnya adalah supaya petani berhasil menjalankan usahataninya dan modal yang dipinjamkan dapat dikembalikan serta kerjasama dapat berjalan seterusnya. Hasil kerja sama seperti itu akan saling menguntungkan antara kreditor dan debitur. Kreditur dapat
86
menjalankan usaha karena ada perputaran modal dan pinjaman kembali, sedangkan debitur dapat menjalankan usahataninya.
6.2.4. Luas Lahan yang di Kuasai dan Status Kepemilikan Lahan Hampir semua petani petani contoh menggarap sendiri lahan miliknya. Kecuali petani yang mengakses kredit dari pedagang seperti yang terlihat pada Tabel 9. Berdasarkan hasil survei, rata-rata luas lahan yang digunakan untuk usahatani kentang dan tomat oleh petani contoh yang sumber modalnya dari bank adalah 1.17 hektar, dengan luas lahan minimum untuk usahatani sayuran 0.12 hektar dan luas lahan maksimal 3 hektar. Tetapi rata-rata luas lahan yang dikuasai oleh petani contoh yang sumber modalnya dari bank adalah lebih dari 2 hektar sekitar 21 orang (56.78 persen) dan status kepemilkan lahan adalah 37 orang milik sendiri (100.00 persen). Tabel 9. Distribusi Luas Lahan yang di Kuasai dan Status Kepemilikan Lahan Jumlah dan persentase petani contoh berdasarkan akses kredit No
Luas lahan Bank Pedagang Credit Union Toko yang dikuasai Jumlah Persen- Jumlah Persen- Jumlah Persen- Jumlah Persen(Ha) (Orang) tase (%) (Orang) tase (%) (Orang) tase (%) (Orang) tase (%)
1
0.00 – 0.49
2
5.40 5
16.13 1
4.34 2
5.88
2
0.50 – 0.99
0
0.00 4
12.90 0
05
14.70
3
1.00 – 1.49
4
10.80 14
45.16 14
60.86 14
41.17
4
1.50 – 1.99
10
27.02 4
12.90 6
26.08 0
0.00
5
≥ 2.00
21
56.78 4
12.90 2
Jumlah
37
100 31
100 23
8.72 13 100
38.25
34
100
No
Status Kepemilikan Lahan
1
Sendiri
34
100 13
41.93 23
100 32
94.12
2
Sewa
0
0.00 18
58.07 0
0.00 2
5.88
34
100 31
Jumlah
100 23
100
34
100
87
Jika status kepemilikan lahan adalah milik sendiri, ini merupakan peluang bagi petani contoh untuk mengakses kredit dari bank karena adanya agunan yaitu lahan miliknya sendiri. Berdasarkan hasil survei, rata-rata luas lahan yang digunakan untuk usahatani kentang dan tomat oleh petani contohyang sumber modalnya dari pedagang adalah 1 hektar, dengan luas lahan minimum untuk usahatani sayuran 0.12 hektar dan luas lahan maksimal 1.5 hektar. Sedangkan distribusi luas lahan yang dikuasai oleh petani contoh yang sumber modalnya dari pedagang yang paling banyak sekitar 23 orang berada pada luas lahan 0.50 – 1.49 hektar (74.19 persen). Status kepemilkan lahan adalah 13 orang milik sendiri (41.93 persen). Berdasarkan hasil survei, rata-rata luas lahan yang digunakan untuk usahatani sayuran oleh petani contoh yang sumber modalnya dari Credit Union adalah 0.48 hektar, dengan luas lahan minimum untuk usahatani sayuran 0.16 hektar dan luas lahan maksimal 3.00 hektar. Distribusi luas lahan yang dikuasai oleh petani contoh yang sumber modalnya dari Credit Union yang paling banyak sekitar 15 orang berada pada luas lahan 1.00 – 1.99 hektar (65.21 persen). Status kepemilikan lahan adalah 23 orang milik sendiri (100 persen). Berdasarkan hasil survei, rata-rata luas lahan yang digunakan untuk usahatani sayuran oleh petani contoh yang sumber modalnya dari toko adalah 0.63 hektar, dengan luas lahan minimum untuk usahatani sayuran 0.12 hektar dan luas lahan maksimal 1.64 hektar. Distribusi luas lahan yang dikuasai oleh petani contoh yang sumber modalnya dari toko sarana produksi pertanian yang paling banyak sekitar 21 orang berada pada luas lahan 0.49 – 1.49 (61.76 persen). Status kepemilikan lahan adalah 32 orang milik sendiri (94.12 persen).
88
Tabel 9 menunjukkan bahwa persentase yang paling besar atas luas lahan yang dikuasai dan status kepemilikan lahan adalah petani contoh yang mengakses kredit dari bank. Artinya status kepemilikan lahan dan luas lahan yang dikuasai mempengaruhi keputusan petani dalam mengambil keputusan akses kredit. Jika petani memiliki status kepemilikan lahan maka petani kemungkinan akan memilih mengakses kredit dari bank, karena lahan pertanian dapat dijadikan sebagai angunan untuk mendapatkan kredit dari bank. Begitu juga sebaliknya, jika petani hanya berstatus sebagai penggarap/penyakap maka petani akan lebih cenderung memilih mengakses kredit dari pedagang ataupun toko. Di lokasi penelitian ada juga pedagang dan toko yang menyediakan lahan untuk digarap oleh petani, sewa dari lahan tersebut dibayar pada saat panen. Jika lahan dari pedagang atapun toko, maka selama usahatani belum menghasilkan petani hanya mengorbankan tenaganya.
6.3. Analisis Rata-Rata Pendapatan Penerimaan dan Biaya
Usahatani
dan
Analisis
Rasio
Analisis pendapatan petani contoh sayuran menggambarkan secara sederhana bagaimana tingkat kelayakan ushatani kentang dan tomat di daerah penelitian.
6.3.1. Analisis Usahatani Tomat Tujuan utama petani dalam berusaha tani adalah mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Berdasarkan Lampiran 7 dapat diketahui hasil analisis pendapatan usahatani tomat di lokasi penelitian. Analisis ini dilakukan untuk menganalisis berapa keuntungan dan biaya untuk usahatani tomat perhektar.
89
Tabel 10. Analisis Rata-Rata Pendapatan Usahatani Tomat di Lokasi Penelitian dari Berbagai Sumber Akses Kredit per Hektar (1 000 Rupiah) Petani yang akses kredit dari bank
Petani yang akses kredit dari pedagang
Petani yang akses kredit dari Credit Union
Petani yang akses kredit dari toko
Penerimaan Pengeluaran A. Biaya tunai B. Biaya di perhitungkan C. Biaya total
111 165
108 664
111 543
110 247
42 901
39 251
32 778
38 442
8 220
9 666
13 952
11 404
5 112
48 917
46 731
49 847
D. Pendapatan atas biaya tunai
68 264
69 413
78 765
71 805
E. Pendapatan atas biaya total
60 044
59 746
64 812
60 400
F. R/C atas biaya total
2.17
2.22
2.39
2.21
Keterangan
Dari hasil analisis usahatani produksi tomat yang paling tinggi adalah produksi tomat dari petani yang mengakses kredit dari pedagang (46.38 ton/ha). Tetapi tingkat keuntungan atas biaya total yang paling tinggi diperoleh oleh petani yang mengakses kredit dari Credit Union yaitu RP 64.81 juta. Adanya perbedaan itu disebabkan oleh adanya perbedaan harga output dari usahatani tomat. Petani yang mengakses kredit dari pedagang harus menjual hasil ushataninya pada pedagang, sedangkan petani yang mengakses kredit dari bank, Credit Union dan toko bebas menjual hasil usahataninya. Nilai rasio dari penerimaan petani terhadap biaya total yang dikeluarkan petani untuk semua akses kredit lebih besar dari 1. Hasil analisis petani pada usahatani tomat menyatakan bahwa R/C atas biaya tunai yang paling besar dilakukan oleh petani yang mengakses kredit pada Credit Union yaitu 2.39 dan pedagang (2.22), hal ini menunjukkan besarnya penerimaan usahatani yang diperoleh petani untuk setiap rupiah biaya yang dikeluarkan. Petani yang
90
mengakses kredit dari Credit Union, komponen biaya yang terbesar adalah biaya untuk pupuk (28.87 persen) dan tenaga kerja dalam keluarga (28.49 persen). Petani yang mengakses dari bank, komponen biaya yang terbesar adalah pupuk (29.40 persen) dan pestisida (18.63 persen). Petani yang mengakses kredit dari pedagang , komponen biaya yang terbesar adalah pupuk (26.69 persen) dan pestisida (26.51 persen). Petani yang mengakses kredit dari toko, komponen biaya terbesar adalah pupuk (30.67 persen) dan pestisida (22.11 persen). Keempat sumber kredit itu memberikan pengaruh yang berbeda dalam penggunaan faktor input (Lampiran 9). Petani yang mengakses kredit dari bank, pedagang maupun toko menggunakan input yang berlebihan. Gambaran komponen biaya tersebut menunjukkan bahwa usahatani kentang dan tomat merupakan usahatani yang sangat membutuhkan modal (sekitar 60 juta rupiah). 6.3.2. Analisis Usahatani Kentang Pada Lampiran 8 ditemukan bahwa nilai rasio dari penerimaan petani contohterhadap biaya total yang dikeluarkan rata-rata lebih dari satu dari setiap petani contohdari berbagai akses sumber modal. Produksi usahatani kentang yang paling besar adalah produksi dari petani yang mengakses kredit dari bank (17.09 ton/ha). Analisis uasahatani dilakukan untuk menganalisis berapa keuntungan dan biaya untuk usahatani kentang dalam luasan 1 Ha. tingkat keuntungan yang paling tinggi diperoleh oleh petani yang mengakses kredit dari bank yaitu Rp 16.06 juta. Sedangkan pendapatan usahatani kentang yang mangakses kredit dari sumber lainnya berada di bawah dari Rp 10 juta. Adanya perbedaan itu tidak sisebabkan oleh adanya perbedaan komponen biaya, tetapi perbedaan dari pengalaman usahatani dari petani tersebut.
91
Tabel 11. Analisis Rata-Rata Pendapatan Usahatani Kentang di Lokasi Penelitian dari Berbagai Sumber Akses Kredit per Hektar (1 000 Rupiah) Keterangan
Petani yang akses kredit dari bank
Petani yang akses kredit dari pedagang
Petani yang akses kredit dari Credit union
Petani yang akses kredit dari toko
Penerimaan Pengeluaran A. Biaya tunai
48 044
42 883
37 010
35 426
26 990
26 651
21 215
22 024
B. Biaya di perhitungkan C. Biaya total
4 987 31 977
6 916 33 567
9 326 30 541
6 697 28 722
D. Pendapatan atas biaya tunai
21 053
16 231
15 795
13 401
E. Pendapatan atas biaya total
16 066
9 315
6 469
6 703
1.50
1.28
1.21
1.23
F. R/C atas biaya total
Nilai rasio dari penerimaan petani terhadap biaya total yang dikeluarkan petani untuk semua akses kredit lebih besar dari 1. Hasil analisis petani pada usahatani kentang menyatakan bahwa R/C atas biaya tunai yang paling besar dilakukan oleh petani yang mengakses kredit pada bank yaitu 1.50 dan pedagang (1.28), hal ini menunjukkan besarnya penerimaan usahatani yang diperoleh petani untuk setiap rupiah biaya yang dikeluarkan. Tingginya R/C atas biaya tunai petani yang mengakses kredit dari bank adalah karena untuk usahatani kentang memerlukan lahan yang luas untuk berusahatani. Pada persiapan lahan dan penanaman membutuhkan modal yang besar, sedangkan pada tahap pemeliharaan tidak membutuhkan modal tunai yang cepat dibandingkan dengan usahatani tomat. Ini berhubungan denga karakteristik sumber kredit. Karena kredit dari bank hanya dapat di akses dalam jangka waktu tertentu, jika kita butuh uang tunai dalam waktu cepat kredit tidak bisa langsung keluar karena ada persyaratan yang
92
harus di penuhi. Maka dari hasil penelitian R/C atas biaya tunai untuk usahatani kentang yang paling tinggi adalah petani yang akses kreditnya dari bank. Petani yang mengakses kredit dari bank, pedagang, Credit Union dan toko komponen biaya yang terbesar adalah biaya untuk pupuk dan tenaga kerja. Keempat sumber kredit itu memberikan pengaruh yang berbeda dalam penggunaan faktor input seperti yang terlihat pada Lampiran 10. Gambaran komponen biaya tersebut menunjukkan bahwa usahatani kentang dan tomat merupakan usahatani yang sangat membutuhkan modal (sekitar Rp 10 juta).