VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL
6.1 Sarana Usahatani Kembang Kol Sarana produksi merupakan faktor pengantar produksi usahatani. Saran produksi pada usahatani kembang kol terdiri dari bibit, lahan, tenaga kerja, dan alat-alat pertanian yang digunakan pada saat melakukan kegiatan budidaya.
6.1.1 Bibit Kembang kol yang ditanam oleh petani responden pada kelompok tani ”Suka Tani” adalah jenis Royal Green yang dibeli di toko pertanian atau bibit lokal yang didatangkan dari Lembang dengan jenis Cempaka dalam bentuk benih. Petani juga sedang mencoba membuat benih sendiri dari hasil produksi sebelumnya. Bibit Royal Green diperoleh petani dengan membeli dari toko pertanian yang terdapat di Cipanas dan Cisarua. Apabila membuat benih sendiri petani responden memperolehnya dari kembang kol yang dipilih berbentuk sempurna, sehingga akan menghasilkan bibit yang baik kualitasnya. Kembang kol ini sengaja tidak dipanen serta dipelihara, hingga menghasilkan buah yang berisi biji.
Biji tersebut kemudian dijemur
sampai kering dan siap untuk disemai. Apabila tidak langsung disemai dapat disimpan didalam botol yang tertutup rapat tujuannya adalah untuk menjaga kualitas benih agar tetap memiliki daya kecambah yang baik. Benih yang dibeli dari toko pertanian terlebih dahulu di semai di lahan persemaian selama 1-1.5 bulan. Untuk luasan lahan satu hektar bibit kembang kol yang di butuhkan sebanyak 25,000 bibit kembang kol ditambah dengan bibit cadangan yang digunakan untuk penyulaman sebanyak 20 persen dari bibit yang dibutuhkan, sehingga total bibit yang dibutuhkan sebanyak 10 amplop benih kembang kol. Setiap satu amplop kembang kol berisi 10 gram bibit yang bisa menghasilkan 3000 batang bibit. Harga setiap satu amplop kembang kol seharga Rp 100,000,-, sehingga untuk lahan tersebut akan menghabiskan biaya untuk bibit sebesar Rp 1,000,000,-. Jarak tanam yang umum digunakan petani responden dalam usahatani kembang kol adalah 50 x 50 cm. Untuk luasan 1 hektar kembang kol
akan menghasilkan panen sebanyak 12 ton. Untuk luasan lahan 0.4 ha akan membutuhkan bibit kembang kol sebanyak 12,000 bibit atau sama dengan tiga amplop bibit kembang kol. Biaya bibit yang dikeluarkan untuk luasan rata-rata (0.4 ha) sebesar Rp 400,000,-.
6.1.2 Lahan Sebagian besar Lahan
yang digunakan petani responden untuk
berusahatani kembang kol merupakan lahan milik orang lain yang memberikan izin kepada para petani untuk mengolahnya. Para pemilik tersebut bersedia meminjamkan tanah mereka kepada petani, alasannya bahwa pemilik ingin tanah mereka dirawat dan digunakan untuk sesuatu yang menghasilkan sehingga dapat saling mengguntungkan kedua belah pihak. Pemilik merasa aman dengan tanah yang mereka tinggalkan, sedangkan petani bisa menjaga tanah tanpa harus diupah tetapi dapat mencari nafkah dari kegiatan usahatani dengan menggunakan lahan tersebut. Untuk mengelola lahan tersebut petani sama sekali tidak dibebani biaya sewa ataupun biaya lainnya, namun sekali waktu pemilik lahan berkunjung ke lahan mereka. Petani memberikan sebagian hasil panennya, jika pemilik lahan datang tepat pada saat panen. Oleh karena itu, biaya sewa lahan dimasukkan ke dalam biaya yang diperhitungkan. Nilai sewa lahan per ha sebesar Rp. 500,000,per musin tanam, karena biaya sewa untuk satu hektar lahan per tahun sebesar Rp 1,500,000,- sedangkan dalam satu tahun dapat dilakukan tiga kali musim tanam kembang kol. Pada lahan rata-rata (0.4 Ha), biaya sewa dikenakan sebesar Rp 200,000,- per musim tanam. Rata-rata kepemilikan lahan pada kelompok tani ”Suka Tani” berkisar antara 0.2 ha sampai 1 hektar. Luasan lahan yang ditanami kembang kol oleh petani responden berkisar rata-rata lahan 0.4 hektar. Sehingga dalam perhitungan analisis usahatani kembang kol menggunakan luasan lahan tanaman kembang kol rata-rata (0.4 ha) dan satu hektar.
64
6.1.3 Tenaga Kerja Tenaga kerja untuk bidang pertanian kembang kol pada kelompok tani ini berasal dari tenaga kerja dalam keluarga yaitu tenaga kerja yang berasal dari anggota keluarga petani dan tenaga kerja luar keluarga yaitu tenaga kerja yang merupakan tenaga upahan. Jadwal atau waktu kerja yang diberlakukan di Desa Tugu Utara khususnya pada kelompok tani ”Suka Tani” adalah mulai pukul 07.00 sampai pukul 15.00 (delapan jam kerja) untuk tenaga kerja laki-laki dan tenga kerja wanita dimulai pukul 07.00 sampai pukul 13.00 (enam jam). Tingkat upah rata-rata yang dibayarkan untuk tenaga kerja laki-laki adalah Rp 30,000,- per hari dan untuk tenaga kerja wanita adalah Rp 20,000,- per hari. Jumlah anggota keluarga yang terlibat dalam usahatani kembang kol rata-rata sebanyak dua orang yaitu petani dan istri petani. Kontribusi masing-masing tenaga kerja pada setiap proses usahatani kembang kol dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Penggunaan Tenaga Kerja dalam Usahatani Kembang Kol Per Hektar Per Musim Tanam No
Kegiatan Usahatani
Penggunaan Tenaga Kerja (HKP) Luar Keluarga Dalam Keluarga L
1 2 3 4
Persiapan Lahan Penanaman Pemupukan dan Penyiangan Perawatan
Penyulaman Penyemprotan 5 pemanenan Total Nilai Tenaga Kerja (000)
70 15 14
0 16 4 119 3570
P 2.1 19.6
2.1 23.8 714
L 14 3 14
3 8 1 43 1290
P 2.1 11.2
2.4 15.7 471
Total
Persentase (%)
84 22.2 58.8
41.7 11.0 29.2
7.5 24 5 201.5 6045
0.0 3.7 11.9 2.5 100.0
Tenaga kerja laki-laki lebih banyak digunakan pada saat kegiatan persiapan lahan/pengolahan lahan dan penyemprotan.
Tenaga kerja perempuan
lebih banyak digunakan pada kegiatan penanaman, pemupukan dan penyiangan. Kontribusi tenaga kerja pria dalam usahatani ini sebesar 80 persen dari total pemakaian tenaga kerja. Hal ini di akibatkan oleh kegiatan budidaya kembang 65
kol ini banyak melakukan kegiatan yang berat dan membutuhkan banyak tenaga seperti pengolahan lahan yang dilakukan dengan menggunakan cangkul karena lokasi usahatani yang berbukit-bukit dan lahan yang miring, serta fasilitas jalan yang belum memadai, sehingga tidak dapat dijangkau atau dilalui oleh mesin traktor. Kegiatan penyemprotan dan panen hanya mampu dilakukan oleh tenaga kerja pria.
Gambar 8. Kondisi Lokasi Usahatani Kembang Kol Petani Kelompok ”Suka Tani” Tahun 2009
Total tenaga kerja yang digunakan dalam seluruh proses budidaya sejumlah 201.5 HKP dengan perincian jumlah tenaga kerja luar keluarga sebanyak 142.8 HKP (71 persen) dari total tenaga kerja yang digunakan dan dari dalam keluarga sebanyak 56 HKP (29 persen). Jumlah tenaga kerja wanita yang digunakan dalam usahatani kembang kol telah dikonversikan kedalam hari kerja pria dengan nilai konversi 0.7 HKP. Menurut (Hernanto, 1989), dalam teknis perhitungan, dapat dipakai konversi tenaga kerja dengan cara membandingkan tenaga pria sebagai ukuran baku, yaitu : 1 pria = 1 hari kerja pria (HKP) ; 1 wanita = 0.7 HKP. Penggunaan tenaga kerja paling banyak digunakan dalam kegiatan pemupukan dan penyiangan yaitu sebanyak 31 persen.
66
Tabel 17. Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Kembang Kol Per Rata-rata 0,4 Hektar Per Musim Tanam No
Kegiatan Usahatani
Penggunaan Tenaga Kerja (HKP) Luar Keluarga L
1
Persiapan Lahan
2
Penanaman
3
Pemupukan Penyiangan Perawatan
4
5
24
dan
Penyulaman
-
Penyemprotan pemanenan Total
-
Nilai Tenaga Kerja (000)
P
Persentase (%)
32
35.3
Dalam Keluarga L
-
Total
P 8
-
0
2.8
2
1.4
6.2
6.8
7
9.8
7
4.9
28.7
31.6
1.4
2
1.4
4.8
5.3
2 33 990
-
16
-
16
17.6
-
7.7
3 90.7
3.3
14
1 36
420
1,080
231
2,721
100.0
Pada luasan rata-rata (0.4 ha) tenaga kerja pria juga lebih banyak digunakan pada saat persiapan lahan. Kontribusi tenaga kerja pria dalam usahatani ini sebesar 75 persen dari total pemakaian tenaga kerja atau sebesar 70 HKP. Total tenaga kerja yang digunakan dalam seluruh proses budidaya sejumlah 93.1 HKP dengan perincian jumlah tenaga kerja luar keluarga sebanyak 47 HKP (50.3%) dan dari dalam keluarga sebanyak 43.7 HKP(49.7%). Tenaga kerja wanita dikonversi kedalam hari kerja pria dengan nilai konversi 0.7 HKP. Penggunaan tenaga kerja paling banyak digunakan adalah pada kegiatan pegolahan, pemupukan dan penyiangan. Karena dalam kegiatan usahatani pengolahan lahan dilakukan masih dengan menggunakan cangkul, karena lokasi usahatani berada pada daerah yang curam dan belum tersedia fasilitas jalan untuk mesin traktor dan kendaraan besar lainnya. Pemupukan dan penyiangan dilakukan dengan bersamaan, sehingga membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak. Kontribusi masing-masing tenaga kerja pada setiap proses usahatani kembang kol dapat dilihat pada Tabel 17 diatas.
67
6.1.4 Alat-alat Pertanian Dalam usahatani kembang kol jenis alat-alat pertanian yang digunakan seperti cangkul, sprayer, kored, pisau dan golok. Cangkul digunakan untuk megemburkan tanah atau untuk menggolah lahan. Koret dan golok digunakan petani untuk membersihkan/mengiangi gulma, dan rumput ataupun semak-semak yang mengganggu tanaman, serta pisau potong untuk digunakan pada saat panen. Sprayer digunakan untuk menyemprotkan pestisida. Peralatan tersebut biasanya merupakan milik petani sendiri, namun jumlahnya tidak seimbang dengan luas lahan yang dimiliki. Hal ini disebabkan karena masing-masing buruh tani atau tenaga kerja luar keluarga membawa alat masing-masing. Petani responden tidak selalu membeli alat-alat pertanian setiap musim tanam sebab setiap alat yang digunakan memiliki umur teknis lebih dari dua tahun Sampai tidak dapat digunakan lagi. Nilai penyusutan alat-alat pertanian yang digunakan oleh petani responden Desa Tugu Utara
pada kelompok tani
”SukaTani” dapat dilihat pada tabel 18.
Tabel 18. Penggunaan Peralatan Usahatani Kembang Kol Per Musim Tanam Pada Kelompok Tani ”Suka Tani” Per Rata-Rata Luasan Lahan No
Jenis Alat Jumlah (Buah)
1 Cangkul 2 Sprayer 3 Kored 4 Golok 5 Pisau 6 Sabit Jumlah
3 2 2 1 2 1
Harga (Rp) 50,000 400,000 20,000 40,000 20,000 20,000
Nilai (Rp)
150,000 800,000 40,000 40,000 40,000 20,000
Umur Teknis (Tahun) 3 5 3 3 3 3
Penyusutan (Rp/Tahun) 50,000 160,000 13,333 13,333 13,333 6,666 256,665
Penggunaan alat-alat pertanian untuk setiap budidaya adalah sama, hanya jumlah yang dimiliki petani tergantung kepemilikan luas lahan petani. Tabel 18 dan Tabel 19 menunjukkan nilai penyusutan peralatan pertanian yang digunakan dalam usahatani kembang kol pada luasa 1 hektar yaitu sebesar Rp 256,665,- per tahun, sedangkan pada luasan lahan rata-rata (0.4 ha) nilai penyusutan sebesar Rp 153,331,- per tahun. Penyusutan dihitung dengan metode garis lurus dengan
68
asumsi peralatan tersebut tidak dapat digunakan lagi setelah melewati umur teknis.
Tabel 19. Penggunaan Peralatan Usahatani Kembang Kol Per Musim Tanam Pada Kelompok Tani ”Suka Tani” Per Hektar No
Jenis Alat
1 Cangkul 2 Sprayer 3 Kored 4 Golok 5 Pisau 6 Sabit Jumlah
Jumlah (Buah) 2 1 2 1 1 1
Harga (Rp) 50,000 400,000 20,000 40,000 20,000 20,000
Nilai (Rp) 100,000 400,000 40,000 40,000 20,000 20,000
Umur Teknis (Tahun) 3 5 3 3 3 3
Penyusutan (Rp/Tahun) 33,333 80,000 13,333 13,333 6,666 6,666 153,331
Selain lahan dan tenaga kerja, biaya yang dikeluarkan petani adalah biaya pemupukan dan pestisida. Pupuk yang digunakan petani adalah pupuk kandang, urea, ZA, KCL, TSP dan NPK. Biaya yang dikeluarkan petani untuk pemupukan pada luasan satu hektar adalah sebesar Rp 4,020,000,- per musim tanam. Adapun perincian rata-rata penggunaan dan biaya pemupupuk petani untuk usahatani kembang kol dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Rata-rata penggunaan Biaya Pemupukan Petani Responden per Hektar Komponen Pupuk Kandang Urea KCL TSP ZA Total
Jumlah (kg) Harga (Rp/Satuan) 12,000 175 300 1,400 300 1,500 300 2,000 300 1,500
Nilai (Rp) 2,100,000 420,000 450,000 600,000 450,000 4,020,000
Pada luasan lahan rata-rata (0,4 hektar) biaya yang dikeluarkan petani untuk pemupukan adalah sebesar Rp 1,608,000,- per musim tanam. Adapun perincian rata-rata penggunaan dan biaya pemupukan petani responden untuk usahatani kembang kol per rata-rata luasan lahan dapat dilihat pada Tabel 21.
69
Tabel 21. Rata-rata penggunaan Biaya Pemupukan Petani Responden per Ratarata Luasan Lahan (0.4 ha) Komponen Pupuk Kandang Urea KCL TSP ZA Total
Untuk
Jumlah (kg) Harga (Rp/Satuan) 4,800 175 120 1,400 120 1,500 120 2,000 120 1,500
pestisida
petani
responden
menggunakan
Nilai (Rp) 840,000 168,000 180,000 240,000 180,000 1,608,000
pestisida
yang
disemprotkan terdiri dari insektisida (Curacron dan proklem), Fungsida (polarem), penyubur ( supergro) dan perekat (dustic). Penyemprotan untuk lahan satu hektar petani menggeluarkan biaya pestisida sebesar Rp 1,060,000,- yang dilakukan oleh tiga orang tenaga kerja selama dua hari yang terdiri dari satu orang tenaga kerja dalam keluarga dan dua orang tenaga kerja luar keluarga dan untuk lahan 0,4 ha petani mengeluarkan biaya pestisida sebesar Rp 414,000,- per musim tanam dan hanya dilakukan oleh satu orang tenaga kerja keluarga selama dua hari. Jenis dan jumlah pestisida yang digunakan pada luasan satu hektar dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22.
Tabel Rata-rata penggunaan dan Pestisida Petani Responden per Hektar dan per rata-rata luasan lahan (0.4 ha)
Komponen Curacron(liter) Proklem (grm) Polarem (kg) Supergro (liter) Dustic (liter) Total
Jumlah Fisik 1ha 0,4Ha 1 0.5 4 1.5 6 2 5 2 5 2
Harga (Rp/Satuan) 190,000 90,000 50,000 22,000 20,000
Nilai (Rp) 190,000 360,000 300,000 110,000 100,000 1,060,000
Nilai (Rp) 95,000 135,000 100,000 44,000 40,000 414,000
70
6.2 Analisis Pendapatan Usahatani Kembang Kol Analisis usahatani kembang kol pada kelompok tani Suka Tani menggambarkan besarnya penggunaan input-input produksi dan biaya-biaya yang harus dikeluarkan selama proses usahatani berlangsung. Kegiatan usahatani ini bertujuan untuk memperoleh pendapatan optimal, sebagai imbalan atas usaha dan kerja yang telah dijalankan petani. Analisis yang dilakukan mengacu pada selisih antara penerimaan dan biaya yang dikeluarkan, yang meliputi biaya tunai dan biaya total. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan dalam bentuk tunai, seperti biaya bibit, pupuk, tenaga kerja luar keluarga dan peralatan yang digunakan selama kegiatan usahatani kembang kol. Biaya total adalah biaya yang tidak dikeluarkan oleh petani dalam bentuk tunai tetapi dihitung sebagai biaya, seperti tenaga kerja dalam keluarga, sewa lahan dan penyusutan peralatan. Analisis usahatani kembang kol yang dilakukan dalam penelitian ini di bedakan berdasarkan rata-rata luas lahan 0,4 ha dan luas lahan satu hektar. Pada usahatani kembang kol, penerimaan total diperoleh petani dari produksi yang dihasilkan dikalikan dengan harga yang berlaku. Produksi rata-rata kembang kol per luasan rata-rata lahan per musim tanam adalah 5,000 kg, dengan luasan rata-rata lahan usahatani kembang kol seluas 0.4 ha. Hasil panen ini selain di jual, juga dikonsumsi sendiri oleh petani rata-rata sebanyak 0.5 persen (22 kg) dari total hasil panen. Maka, produksi rata-rata kembang kol per rata-rata luasan lahan per musim tanam setelah dikurangi dengan tingkat kegagalan panen sebesar 10 persen adalah 4,478 kg. Sehingga penerimaan petani yang diperoleh sebesar Rp13,500,000,- per luasan rata-rata lahan. Penerimaan petani pada luas lahan satu hektar sebesar Rp. 33,750,000,- dengan asumsi perhitungan yang sama. Biaya yang dikeluarkan petani responden terdiri dari biaya tunai dan biaya di perhitungkan. Biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani responden kembang kol meliputi biaya bibit, biaya tenaga kerja luar keluarga, biaya pemupukan, biaya obat-obatan. Biaya yang diperhitungkan yang dikeluarkan petani responden meliputi biaya biaya penyusutan, biaya tenaga kerja dalam keluarga dan biaya sewa.
71
Alokasi biaya terbesar dalam sarana produksi adalah untuk pupuk kandang dan pupuk kimia.
Rata-rata penggunaan pupuk kandang perluasan pupuk
kandang per luasan rata-rata lahan permusim tanam adalah 4,800 kg, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk membeli pupuk kandang yang didatangkan dari peternakan setempat sebesar Rp 840,000,-. Rata-rata penggunaan pupuk kandang per hektar per musim tanam sebesar 12,000 kg, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk pembelian pupuk kandang untuk luasan satu hektar sebesar Rp 2,100,000,per musim tanam. Pemberian pupuk kandang dilakukan pada saat penanaman. Pupuk kandang dimasukkan ke dalam lubang tanam yang sebelumnya telah dibuat. Penggunaan pupuk kimia pada kegiatan usahatni kembang kol terdiri dari pupuk urea, TSP, KCL dan ZA yang dibeli dengan harga masing-masing Rp 1,400,- per kilogram, Rp 2,000,- per kilogram, Rp 1,500,- per kilogram, Rp 1,500,- per kilogram. Rata-rata penggunaan pupuk kimia perluasan 1 hektar lahan dalam satu musim tanam masing-masing adalah 300 kilogram. Sedangkan pada luasan rata-rata lahan (0.4) pupuk yang digunakan masing-masing pupuk adalah sebanyak 120 kg. Biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja luar keluarga untuk lahan satu hektar adalah sebesar Rp 4,284,000,- per musim tanam atau sama dengan 142.8 HKP. Sedangkan biaya yang dikeluarkan untuk tenga kerja pada luasan rata-rata lahan adalah sebesar Rp 1,410,000,- per musim tanam atau menggunakan tenaga kerja sebanyak 47 HKP. Biaya yang diperhitungkan terdiri dari biaya tenaga kerja dalam keluarga, penyusutan alat-alat pertanian dan sewa lahan. Tenaga kerja dalam keluarga yang digunakan dalam usahatani kembang kol oleh petani responden Kelompok ”Suka Tani” untuk luasan rata-rata adalah sebesar 43.7 HKP dan untuk satu hektar sebesar 58.7 HKP. Tenaga kerja dalam keluarga ini hanya terdiri dari istri dan petani sendiri. Istri petani dan petani sendiri dianggap sebagai buruh tani dalam kegiatan usahatani kembang kol tersebut, sehingga istri petani dan petani juga deberi upah seperti tenaga kerja luar keluarga Hasil analisis pendapatan per luasan rata-rata lahan dan luasan hektar per musim tanam petani kembang kol di Desa Tugu Utara pada kelompok tani ”Suka Tani” dapat dilihat di Tabel 23.
72
Tabel 23.
Analisis Pendapatan Usahatani Kembang Kol Per Luasan Lahan/Musim Tanam Petani Responden Pada Kelompok Tani ”Suka Tani” Desa Tugu Utara Saat Harga Kembang Kol Rp 3,000,-
Jumlah Fisik Penerimaan: Hasil Panen (Kg) Penjualan (Kg) Konsumsi Sendiri (Kg) Resiko Panen (Kg) Total Penerimaan Pengeluaran: Biaya Tunai Benih Pupuk: a. Urea (kg) b. ZA (kg) c. TSP (kg) d. KCL (kg) e. Pupuk Kandang (kg) Pestisida : a. Curacron (Liter) b. Proklem( Gram) c. Polarem (Kg) d. Supergro (Liter) e. Dustic (Liter) Tenaga Kerja Luar Keluarga Total Biaya Tunai Biaya Diperhitungkan Penyusutan alat Tenaga Kerja Dalam Keluarga Sewa Lahan Total Biaya Diperhitungkan Biaya Total Pendapatan Atas Biaya Tunai Pendapatan Atas Biaya Total R/C Atas Biaya Tunai R/C Atas Biaya Total
Kembang Kol 0,4 Ha
Kembamg Kol 1 H
Uraian
Harga (Rp/Sat)
Nilai (Rp)
Jumlah Fisik
Harga (Rp/Sat)
Nilai (Rp)
12,500 11,206 60 1,250 11,250
3,000 3,000 3,000 3,000 3,000
37,500,000 33,618,000 180,000 3,750,000 33,750,000
5,000 4,478 25 500 4,500
3,000 3,000 3,000 3,000 3,000
15,000,000 13,434,000 75,000 1,500,000 13,500,000
10
100,000
1,000,000
4
100,000
400,000
300 300 300 300 12,000
1,400 1,500 2,000 1,500 175
420,000 450,000 600,000 450,000 2,100,000
120 120 120 120 4,800
1,400 1,500 2,000 1,500 175
168,000 180,000 240,000 180,000 840,000
1 4 6 5 5
190,000 90,000 50,000 22,000 20,000
190,000 360,000 300,000 110,000 100,000
0.5 1.5 2 2 2
190,000 90,000 50,000 22,000 20,000
95,000 135,000 100,000 44,000 40,000
142.8
30,000
4,284,000 10,364,000
47
30,000
1,410,000 3,832,000
256,665 58.7
30,000
1,761,000 500,000
153,331 43.7
30,000
1,311,000 200,000
2,517,665 12,881,665
1,664,331 5,496,331
23,386,000
9,668,000
20,868,335 3.3 2.6
8,003,669 3.5 2.5
Biaya total yang dikeluarkan untuk usahatani kembang kol perluasan ratarata lahan per musim tanam adalah sebesar Rp 5,496,331,-, sedangkan per hektar per musim tanam sebesar Rp 12,881,665,-. Pada rata-rata luasan lahan,
73
pendapatan yang diperoleh atas biaya tunai pada saat harga kembang kol Rp 3,000,- adalah sebesar Rp 9,668,000,- sedangkan pendapatan atas biaya total per luasan rata-rata lahan sebesar Rp 8,003,669,-. Pada luasan lahan satu hektar pendapatan yang diperoleh atas biaya tunai adalah sebesar Rp 23,386,000,sedangkan pendapatan atas biaya total sebesar Rp 20,868,335,-. Usahatani kembang kol ini dikatakan menguntungkan atau efisien untuk diusahakan juga dapat dilihat dari nilai perbandingan antara jumlah penerimaan dengan jumlah biaya yang dikeluarkan (R/C Rasio). Berdasarkan Tabel 23, R/C rasio atas biaya total yang di peroleh petani dengan luasan lahan satu hektar adalah sebesar 2.6 yang berarti setiap pengeluaran petani sebesar Rp 1,- akan mendapatkan imbalan penerimaan sebesar Rp 2.6,-. Nilai R/C yang Lebih dari satu ini menunjukkan bahwa usahatani kembang kol efisien diusahakan karena penerimaan yang dihasilkan lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Sedangkan R/C rasio atas biaya total yang diperoleh petani kembang kol dengan luasan lahan 0.4 ha adalah sebesar 2.5 yang berarti setiap pengeluaran petani sebesar Rp 1,akan mendapatkan imbalan penerimaan sebesar Rp 2.5,- sehingga usahatani kembang kol pada luasan 0.4 ha juga efisien untuk diusahakan karena penerimaan yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan oleh petani. Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan usahatani dengan biaya yang dikeluarkan.
Penerimaan usahatani akan mengalami
penurunan jika terjadi penurunan harga karena penerimaan usahatani merupakan perkalian antara jumalah produksi dengan harga kembang kol. Harga kembang kol sering mengalami fluktuasi, harga terendah yang diterima petani kelompok tani Suka Tani adalah Rp. 1,000,-. Jadi penerimaan petani ketika harga kembang kol Rp 1,000,- pada luasan 1 ha adalah Rp 11,250,000,- dan pada luasan rata-rata adalah Rp 4,500,000,-. Biaya yang dikeluarkan oleh petani sama seperti pada saat harga kembang kol sedang normal. Sehingga pendapatan petani atas biaya tunai pada lahan 1 ha adalah Rp -116,000,- sedangkan pada lahan luasan rata-rata adalah Rp 404,000,dan pendapatan atas biaya total pada Luan 1 ha adalahRp -2,282,665,- dan pada luasan rata-rata adalah Rp -1,317,331,-. Perincian analisis pendapatan rata-rata
74
usahatani kembang kol petani kelompok tani ”Suka Tani” ketika harag mengalami penurunan menjadi Rp 1,000,- dapat dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24. Analisis Pendapatan Usahatani Kembang Kol Per Luasan Lahan/Musim Tanam Petani Responden Pada Kelompok Tani ”Suka Tani” Desa Tugu Utara Saat Harga Kembang Kol Rp 1,000,uraian
Kembamg Kol 1 Ha Jumlah Fisik
Harga (Rp/Sat)
12,500 11,206 60 1,250 11,250
1,000 1,000 1,000 1,000 1,000
10
Kembang Kol 0,4 Ha Nilai (Rp)
Jumlah Fisik
Harga (Rp/Sat)
Nilai (Rp)
12,500,000 11,206,000 60,000 1,250,000 11,250,000
5,000 4,478 25 500 4,500
1,000 1,000 1,000 1,000 1,000
5,000,000 4,478,000 25,000 500,000 4,500,000
100,000
1,000,000
4
100,000
400,000
300 300 300 300 12,000
1,400 1,500 2,000 1,500 175
420,000 450,000 600,000 450,000 2,100,000
120 120 120 120 4,800
1,400 1,500 2,000 1,500 175
168,000 180,000 240,000 180,000 840,000
1 4 6 5 5 176.2
190,000 90,000 50,000 22,000 20,000 30,000
190,000 360,000 300,000 110,000 100,000 5,286,000
1 2 2 2 2 55.8
190,000 90,000 50,000 22,000 20,000 30,000
95,000 135,000 100,000 44,000 40,000 1,674,000
Penerimaan: Hasil Panen (Kg) Penjualan (Kg) Konsumsi Sendiri (Kg) Resiko Panen (Kg) Total Penerimaan Pengeluaran: Biaya Tunai Benih Pupuk: a. Urea b. ZA c. TSP d. KCL e. Pupuk Kandang Pestisida : a. Curacron b. Proklem c. Polarem d. Supergro e. Dustic Tenaga Kerja Luar Keluarga Total Biaya Tunai Biaya Diperhitungkan Penyusutan alat Tenaga Kerja Dalam Keluarga Sewa Lahan Total Biaya Diperhitungkan Biaya Total Pendapatan Atas Biaya Tunai Pendapatan Atas Biaya Total R/C Atas Biaya Tunai R/C Atas Biaya Total
11,366,000
4,096,000
256,665 62
30,000
1,860,000
153,331 45.6
30,000
1,368,000
50,000 2,166,665
200,000 1,721,331
13,532,665 (116,000)
5,817,331 404,000
(2,282,665)
(1,317,331)
1.0 0.8
1.1 0.8
75
Berdasarkan Tabel 24, diketahui bahwa pada luasan lahan 1 ha nilai R/C atas biaya tunai adalah sebesar 1. Hal ini berarti bahwa setiap Rp 1 biaya tunai yang dikeluarkan petani untuk menanam kembang kol maka petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,- sedangkah R/C atas biaya total adalah sebesar 0.8. hal ini juga berarti bahwa setiap Rp 1,- biaya total yang dikeluarkan untuk menanam kembang kol akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 0.8,-. Berdasarkan kenyataan tersebut, bahwa usahatani kembang kol petani pada kelompok Suka Tani Desa Tugu Utara apabila harganya Rp 1,000,- adalah tidak menguntungkan untuk diusahakan. Hal ini dikarenakan nilai R/C atas biaya total kurang dari satu. Begitu halnya pada lahan luasan rata-rata dimana R/C atas biaya tunai sebesar 1.1 sedangkan R/C atas biaya total adalah 0.8,sehingga usahatani kembang kol petani pada kelompok ”Suka Tani” Desa Tugu Utara pada luasan rata-rata apabila harganya Rp 1,000,- adalah tidak menguntungkan untuk diusahakan. Dengan kondisi harga yang berfluktuasi maka dilakukan perthintungan harga pokok produksi. Dengan dasar biaya per unit atau harga pokok tersebut maka petani dapat menetapkan harga jual sesuai dengan laba/ keuntungan sesuai dengan tujuan usahatani (Limbong dan Sitorus, 1987). Biaya per unit atau harga pokok dapat dihitung dengan menambahkan total biaya variabel dan biaya tetap dibagi dengan hasil penjumlahan produksi normal dan produksi nyata. Produksi nyata merupakan jumlah produksi yang dihasilkan pada saat kembang kol dipanen. Sedangkan produksi normal adalah jumlah produksi yang seharusnya di hasilkan pada saat panen kembang kol. Perhitungan harga pokok produksi dapat dilihat pada Tabel 25.
Tabel 25. Perhitungan Harga Pokok/ Biaya per Kg Kembang Kol Uraian Total Biaya tetap (Rp) Total Biaya Variabel (Rp) Produksi Normal (Kg) Produksi Nyata (Kg) Harga Pokok Produksi (Rp/Kg)
Luasan 1 Ha 2,166,665 11,366,000 12,000 11,250 1,190
Luasan 0,4 Ha 1,721,331 4,096,000 4.800 4.500 1,269
76
Tabel 25 menunjukkan harga pokok/biaya per unit kembang kol pada luasan lahan 1 ha adalah Rp 1,190. Hal ini menunjukkan bahwa harga minimal yang digunakan untuk menjual kembang kol tidak bisa kurang dari harga pokok produksi. Bila harga jual kembang kol lebih rendah dari harga pokok maka petani akan mengalami kerugian. Begitu pula pada luasan lahan rata-rata harga jual kembang kol harus lebih besar dari harga pokok yaitu sebesar Rp 2,269,-. Bila harga jual petani lebih rendah dari harga pokok/biaya per unit akan menimbulkan kerugian bagi petani.
77