ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood dengan Petani Kacang Tanah di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur)
Oleh : Lita Aryani A14102114
PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
2
RINGKASAN LITA ARYANI. Analisis Pengaruh Kemitraan Terhadap Pendapatan Usahatani Kacang Tanah (Kasus Kemitraan PT Garudafood dengan Petani Kacang Tanah di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur). Di bawah bimbingan DWI RACHMINA. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan bahan pangan akan semakin meningkat. Untuk itu diperlukan berbagai upaya strategis untuk meningkatkan produksi bahan pangan sehingga ancaman kerawanan pangan di berbagai daerah bisa dicegah. Guna mewujudkan kemandirian pangan pemerintah berusaha meningkatkan jumlah produksi pangan nasional. Salah satu usaha dalam mewujudkan kemandirian pangan tersebut adalah dengan meningkatkan produksi kacang tanah. Dalam kurun waktu 2001-2006 produksi kacang tanah di Indonesia cenderung terus meningkat. Meskipun demikian, peningkatan produksi kacang tanah masih belum dapat memenuhi kebutuhan kacang tanah. Sehingga defisit yang terjadi dipenuhi dari impor. Kekurangan ketersediaan produksi kacang tanah dapat diatasi dengan meningkatkan produksi kacang tanah. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi kacang tanah tersebut adalah dengan kegiatan kemitraan. PT Garudafood merupakan salah satu perusahaan yang melaksanakan kegiatan kemitraan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakunya. Dalam pelaksanaan kemitraan antara PT Garudafood dengan petani mitra masih terdapat beberapa hal yang tidak sesuai dengan surat perjanjian kerjasama. Di samping masih terdapat beberapa masalah, pelaksanaan kemitraan juga memberikan keuntungan kepada petani mitra dalam hal meningkatkan produksi kacang tanah dan meningkatkan pendapatan usahatani petani mitra. Dari data yang diperoleh dari kelompok tani di Desa Palangan, selama kurun waktu tahun 2001-2008 total produksi dan produktivitas kacang tanah petani mitra di Desa Palangan relatif meningkat. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi pelaksanaan kemitraan antara PT Garudafood dengan petani mitra di Desa Palangan dan menganalisis pengaruh kemitraan terhadap peningkatan pendapatan usahatani kacang tanah di Desa Palangan. Dengan demikian, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh petani dan PT Garudafood. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo, Propinsi Jawa Timur pada bulan September-Oktober 2008. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan hasil wawancara dengan petani kacang tanah dan pihak PT Garudafood. Sedangkan data sekunder diperoleh dari BPS, Departemen Pertanian, Kantor Desa Palangan, PT Garudafood, buku dan internet. Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan metode Simple Random Sampling. Responden yang diambil berjumlah 41 petani responden, yaitu 30 responden petani mitra dan 11 responden petani non mitra. Jumlah responden ini merupakan 50 persen dari jumlah populasi petani kacang tanah di Desa Palangan.
3
Berdasarkan evaluasi pelaksanaan kemitraan yang terjadi antara PT Garudafood dengan petani kacang tanah di Desa Palangan, masih terdapat beberapa hal yang tidak sesuai dengan perjanjian. Seperti masih ada petani yang menggunakan pupuk tidak sesuai dosis anjuran, menjual hasil produksi ke perusahaan lain, dan waktu tanam yang tidak sesuai dengan perjanjian. Meskipun demikian, pelaksanaan kemitraan tersebut memberikan manfaat kepada petani, yaitu adanya jaminan pasar, kepastian harga, meningkatkan pendapatan dan menambah pengetahuan mengenai budidaya kacang tanah. Pelaksanaan kemitraan antara PT Garudafood dengan petani kacang tanah di Desa Palangan dapat diteruskan karena meskipun masih terdapat kendala-kendala dalam kemitraan, pelaksanaan kemitraan tersebut memberikan manfaat bagi perusahaan dan petani mitra. Berdasarkan hasil analisis pendapatan usahatani, petani mitra memperoleh pendapatan usahatani lebih besar dari pada petani non mitra, baik untuk pendapatan atas biaya tunai maupun pendapatan atas biaya total. Hasil imbangan penerimaan dan biaya (R/C rasio), dapat diketahui R/C rasio atas biaya tunai dan R/C rasio atas biaya total petani mitra yaitu 2,77 dan 1,47. Sedangkan R/C rasio atas biaya tunai dan R/C rasio atas biaya total petani non mitra adalah 1,92 dan 0,96. Dari nilai R/C rasio atas biaya tunai dan R/C atas biaya total dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kemitraan antara PT Garudafood dengan petani mitra di Desa Palangan memberikan keuntungan bagi petani mitra. Sehingga pelaksanaan kemitraan dapat diteruskan. Agar pelaksanaan kemitraan berjalan sesuai dengan yang diharapkan kedua pihak, disarankan agar petani mitra lebih mematuhi anjuran dari PT Garudafood dalam penggunaan pupuk dan pelaksanaan waktu panen. Selain itu, pihak perusahaan seharusnya membedakan harga beli kacang tanah antara petani mitra dengan petani non mitra, serta memberikan pembinaan budidaya kacang tanah minimal dua kali dalam satu tahun. Pembinaan tersebut lebih ditekankan dalam penggunaan input yang sesuai anjuran PT Garudafood dan peningkatan kualitas hasil produksi petani mitra. Sehingga petani mitra dapat lebih efisien dalam penggunaan input produksi dan dapat meningkatkan pendapatan usahatani petani mitra.
4
ANALISIS PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (Kasus Kemitraan PT Garudafood dengan Petani Kacang Tanah di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur)
Oleh : Lita Aryani A14102114
Skripsi Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
5
Judul
:
Analisis Pengaruh Kemitraan Terhadap Pendapatan Usahatani Kacang Tanah (Kasus Kemitraan PT Garudafood dengan Petani Kacang Tanah di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur)
Nama
:
Lita Aryani
NRP
:
A14102114
Menyetujui, Dosen Pembimbing Skripsi
Ir. Dwi Rachmina, MS NIP. 131 918 503
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP. 131 124 019
Tanggal Lulus : 19 Desember 2008
6
PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI SAYA YANG BERJUDUL
“ANALISIS
PENGARUH
KEMITRAAN
TERHADAP
PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH (KASUS KEMITRAAN PT GARUDAFOOD
DENGAN
PETANI
KACANG
PALANGAN, KECAMATAN JANGKAR,
TANAH
KABUPATEN
DI
DESA
SITUBONDO,
JAWA TIMUR)” BENAR-BENAR MERUPAKAN KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN
Jakarta, Januari 2009
Lita Aryani
7
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 30 Oktober 1984. Penulis merupakan anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Bidawi Hasyim dan Ibu Erna Marliana. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 010 Pagi Pekayon pada tahun 1996. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 184 Jakarta dan lulus pada tahun 1999. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 98 Jakarta dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun 2002, Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada Program Studi Manajemen Agribisnis, Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian. Selama menempuh pendidikan di perkuliahan, penulis aktif dalam klub fotografi LENSA yang merupakan Lembaga Struktural BEM Fakultas Pertanian.
8
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul Analisis Pengaruh Kemitraan Terhadap Pendapatan Usahatani Kacang Tanah (Kasus Kemitraan PT Garudafood dengan Petani Kacang Tanah di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur). Karya ini disusun dalam rangka menyelesaikan pendidikan untuk program sarjana (S1) pada Program Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. Penulis telah berusaha memberikan yang terbaik dalam penyusunan skripsi ini. Walaupun demikian penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mohon maaf apabila dalam penulisan masih terdapat kekurangan dan kesalahan. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan pihak-pihak lain yang membutuhkan.
Jakarta, Januari 2009
Penulis
9
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini penulis dengan tulus ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1.
Ir. Dwi Rachmina, MS selaku dosen pembimbing skripsi atas semua bimbingan, perhatian, dan arahan yang diberikan selama menyusun skripsi.
2.
Dr. Ir. Ratna Winandi, MS selaku dosen penguji utama, yang telah memberikan masukan untuk perbaikan akhir skripsi ini
3.
Etriya, SP, MM selaku dosen komisi pendidikan, yang telah memberikan saran dan kritik kepada penulisan agar menjadi lebih baik untuk perbaikan akhir skripsi ini
4.
Kedua orang tuaku, Papa Bidawi Hasyim dan Mama Erna Marliana, yang selalu memberikan doa, dorongan, dan motivasi kepada penulis.
5.
Pak Totok dan Pak Budi dari PT Garudafood atas informasi dan data yang telah diberikan.
6.
Seluruh staf pengajar, sekretariat program studi manajemen agribisnis, Komdik, perpustakaan LSI, perpustakaan Faperta, dan perpustakaan Sosek, terutama Mbak Dewi, Mbak Dian, dan Ibu Ida atas bantuan yang diberikan kepada penulis.
7.
Kakak dan adik-adikku, Mas Ardi, Mbak Aulia, Lukman, Budi, dan Arli, atas doa dan dukungannya.
8.
Keluarga besarku, Mbah Pepen, Om Mijo, Bule Rina, Bule Dewi, Om Huda, Mas Timung, Mbak Evi, Mas Tiwid dan Mbak Santi, atas doa dan dukungannya.
10
9.
Teman-temanku, Emma, Tiya, Indri, Putri, Mia, Dewi, Silvi, Pipit, Toni, Mas Il, dan Dudung, yang telah memberikan masukan dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
10. Mbak Nunung, Mbak Vivi, Om Bambang, Mas Fafa, dan Pak Aceng, atas doa, bantuan dan informasinya selama penulisan skripsi ini. 11. Seluruh teman-temanku terutama teman-teman di Agb 39 dan Lensa. 12. Semua pihak yang telah berperan dan memberi bantuan dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu
11
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL..............................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xii I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah.................................................................................. 7 1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................... 10 1.4 Kegunaan Penelitian................................................................................. 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Kacang Tanah............................................................ 2.1.1 Syarat Tumbuh Kacang Tanah...................................................... 2.1.2 Kandungan Gizi Kacang Tanah..................................................... 2.1.3 Varietas Kacang Tanah.................................................................. 2.2 Kajian Empirik Kemitraan...................................................................... 2.3 Kajian Empirik Usahatani Kacang Tanah...............................................
12 12 13 14 15 19
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis.................................................................. 22 3.1.1 Pendapatan Usahatani.................................................................... 22 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional........................................................... 26 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................................. 4.2 Jenis dan Sumber Data............................................................................ 4.3 Metode Pengumpulan Data..................................................................... 4.4 Metode Penarikan Sampel...................................................................... 4.5 Metode Analisis Data............................................................................. 4.5.1 Analisis Pendapatan Usahatani..................................................... 4.5.3 Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya...................................
29 29 30 30 31 32 33
V. GAMBARAN UMUM DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1 Gambaran Umum PT Garudafood.......................................................... 36 5.1.1 Sejarah dan Perkembangan PT Garudafood.................................. 36 5.1.2 Nilai-Nilai, Visi, dan Misi PT Garudafood................................... 37 5.1.3 Struktur Organisasi........................................................................ 39 5.2 Gambaran Umum Desa Palangan........................................................... 40 5.2.1 Letak Geografis dan Tata Guna Lahan.......................................... 404 5.2.2 Sumber Daya Manusia................................................................... 2 5.3 Karakteristik Petani Responden.............................................................. 44 5.3.1 Umur Responden........................................................................... 44 5.3.2 Tingkat Pendidikan........................................................................ 45 5.3.3 Pengalaman Usahatani Kacang Tanah.......................................... 46 5.3.4 Luas Lahan dan Status Kepemilikan............................................. 47
12
VI. EVALUASI PELAKSANAAN KEMITRAAN 5.1 Gambaran Umum Kemitraan di PT Garudafood.................................... 5.2 Surat Perjanjian Kerjasama..................................................................... 5.3 Tujuan Kemitraan PT Garudafood.......................................................... 5.4 Evaluasi Pelaksanaan Kemitraan............................................................ 5.5 Manfaat Kemitraan................................................................................. 5.6 Permasalahan dan Alternatif Perbaikan Pelaksanaan Kemitraan........... VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH 6.1 Keragaan Usahatani Kacang Tanah........................................................ 6.2 Analisis Pendapatan Usahatani............................................................... 6.2.1 Penerimaan Usahatani................................................................... 6.2.2 Biaya Produksi............................................................................... 6.2.3 Analisis Pendapatan Usahatani dan Analisis Imbangan Penerimaan Terhadap Biaya (R/C Rasio).....................................
49 50 51 52 62 63 68 76 77 80 93
VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan............................................................................................ 99 7.2 Saran...................................................................................................... 100 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 102 LAMPIRAN....................................................................................................... 104
13
DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1 Produksi Tanaman Pangan di Indonesia, 2001-2006................................ 1 2
Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Kacang Tanah di Indonesia, 2001-2006............................................................................
2
3
Sentra Produksi Kacang Tanah di Indonesia, 2001-2006..........................
4
4
Konsumsi Kacang Tanah di Indonesia, 2001-2006...................................
5
5
Volume Impor dan Ekspor Kacang Tanah di Indonesia, 2001-2006.........
6
6
Daerah Kemitraan PT Garudafood di Pulau Jawa, 2007............................ 8
7
Produksi dan Produktivitas Kacang Tanah Petani Mitra di Desa Palangan, 2001-2007.................................................................... 10
8
Kandungan Gizi Kacang Tanah................................................................. 13
9
Persamaan dan Perbedaan dengan Kajian Kemitraan Terdahulu............... 19
10
Analisis Pendapatan dan R/C rasio Usahatani Kacang Tanah.................... 35
11
Pemanfaatan Lahan Desa Palangan, 2007.................................................. 41
12
Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Pertanian di Desa Palangan, 2007.............................................................................. 42
13
Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Palangan, 2007.............................................................................. 43
14
Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Palangan, 2007............................................................................... 44
15
Responden Petani Mitra dan Non Mitra Berdasarkan Umur di Desa Palangan, 2008............................................................................... 45
16
Responden Petani Mitra dan Non Mitra Berdasarkan Pendidikan di Desa Palangan, 2008............................................................................... 46
17
Responden Petani Mitra dan Non Mitra Berdasarkan Pendidikan di Desa Palangan, 2008........................................................
47
18
Responden Petani Mitra dan Non Mitra Berdasarkan Luas Lahan Usahatani Kacang Tanah di Desa Palangan, 2008..................................... 48
19
Matriks Evaluasi Pelaksanaan Kemitraan Usahatani Kacang Tanah di PT Garudafood.............................................................. 53
20
Manfaat Kemitraan PT Garudafood dengan Petani Mitra di Desa Palangan, 2008.............................................................................. 62
21
Kegiatan Pengolahan Lahan Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008................................................................ 69
14
22
Penggunaan Bibit Kacang Tanah Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008................................................................ 70
23
Kegiatan Penyulaman Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008..............................................................
71
24
Penggunaan Pupuk Anorganik Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008................................................................ 72
25
Kegiatan Pemeliharaan Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008................................................................. 73
26
Penggunaan Obat-Obatan Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008................................................................ 74
27
Rata-Rata Penggunaan Pupuk Per Hektar Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008................................... 86
28
Rata-Rata Penggunaan Obat-Obatan Per Hektar Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008................................... 87
29
Biaya Penyusutan Peralatan Pertanian Petani Mitra dan Non Mitra Per Musim di Desa Palangan, Agustus 2008............................................ 91
30
Struktur Biaya Usahatani Kacang Tanah Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008................................... 93
31
Analisis Pendapatan Usahatani dan R/C Rasio Usahatani Kacang Tanah pada Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, 2008.................................................................................. 95
15
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1
Propinsi Sentra Produksi Kacang Tanah di Indonesia, 2001-2006.................................................................................................. 3
2
Kerangka Pemikiran Operasional.............................................................. 28
16
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1
Surat Perjanjian Kerjasama...................................................................... 104
2
Pendapatan Usahatani Kacang Tanah Petani Mitra Per Hektar Per Musim Tanam di Desa Palangan, 2008............................................. 111
3
Pendapatan Usahatani Kacang Tanah Petani Non Mitra Per Hektar Per Musim Tanam di Desa Palangan, 2008............................................. 112
4
Daftar Responden Petani Mitra................................................................ 113
5
Daftar Responden Petani Non Mitra........................................................ 114
17
I.
1.1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki sumberdaya alam yang baik
untuk dikembangkan. Hal ini menjadikan pertanian sebagai sektor potensial di Indonesia. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan bahan pangan juga semakin meningkat. Untuk itu diperlukan berbagai upaya strategis untuk meningkatkan produksi bahan pangan, sehingga ancaman kerawanan pangan di berbagai daerah bisa dicegah. Guna mewujudkan kemandirian pangan, pemerintah berusaha untuk meningkatkan jumlah produksi pangan nasional. Dalam kurun waktu 2001-2006 produksi tanaman pangan di Indonesia berfluktuasi tetapi cenderung meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 2,01 persen per tahun (Tabel 1). Dari rata-rata pertumbuhan total produksi pangan, penurunan terjadi pada tahun 2002 sebesar 0,88 persen per tahun. Sedangkan peningkatan produksi pangan terjadi pada tahun 2004 dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 4,15 persen per tahun. Kemudian menurun di tahun-tahun berikutnya (Tabel 1). Tabel 1. Produksi Pangan di Indonesia, 2001-2006 Produksi (Ton)
Komoditas
Rata-Rata Pertumbuhan (%/thn)
2001 51.898.852
2002 50.460.782
2003 51.489.584
2004 52.137.604
2005 54.088.378
2006 54.151.097
Jagung
9.264.879
9.347.192
9.585.277
10.886.442
11.225.243
12.523.894
5,74
Ubi Jalar
1.827.687
1.749.070
1.771.050
1.645.966
1.901.802
1.856.969
0,04
Ubi Kayu
Padi
0,82
16.088.590
17.054.648
16.912.901
18.523.810
19.424.707
19.321.183
3,52
Kedelai
1.017.634
762.032
673.056
671.600
723.483
808.353
- 5,86
Kacang Tanah
709.770
718.071
785.526
837.495
836.295
838.096
3,20
Kacang hijau
289.876
301.021
288.089
335.224
310.412
320.963
1,71
- 0,88
1,37
4,15
3,92
1,46
2,01
Rata-Rata Pertumbuhan (%/thn)
-
18
Sumber : BPS diolah oleh Pusat Data dan Informasi Pertanian (Pusdatin), 2007 Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa kacang tanah memiliki kontribusi terhadap ketersediaan pangan. Kontribusi kacang tanah terhadap pangan nasional semakin meningkat, yaitu sebesar 0,88 persen pada tahun 2001 menjadi 0,93 persen pada tahun 2006. Dilihat dari peningkatan produksi kacang tanah kurun waktu 2001-2006, rata-rata pertumbuhan kacang tanah terbesar ketiga setelah jagung dan ubi kayu, yaitu sebesar 3,20 persen per tahun. Dengan demikian, salah satu upaya dalam mewujudkan kemandirian pangan dapat dilakukan dengan meningkatkan produksi kacang tanah. Produksi kacang tanah di Indonesia dalam selang tahun 2001-2006 secara umum mengalami peningkatan yaitu dari 709.770 ton pada tahun 2001 menjadi 838.096 ton pada tahun 2006 dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 3,20 persen per tahun (Tabel 2). Peningkatan produksi kacang tanah tersebut dipengaruhi oleh peningkatan luas panen dan produktivitas kacang tanah (Tabel2). Tabel 2. Produksi, Luas Panen, dan Produktivitas Kacang Tanah di Indonesia, 2001-2006 Tahun
Produksi (Ton) 709.770 718.071 785.526 837.495 836.295 838.096
2001 2002 2003 2004 2005 2006 Rata-Rata 3,20 Pertumbuhan (%/Thn) Sumber : BPS diolah oleh Pusdatin, 2007
Luas Panen (Ha) 654.838 646.953 683.537 723.434 720.526 706.753
Produktivitas (Ton/Ha) 1,08 1,11 1,15 1,16 1,16 1,19
1,46
1,14
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa meskipun luas panen kacang tanah pada tahun 2006 menurun sebesar 1,95 persen dari luas panen tahun 2005, tetapi peningkatan produktivitas kacang tanah tahun 2006 lebih tinggi dari pada
19
penurunan luas panen, yaitu meningkat sebesar 2,11 persen dibandingkan tahun 2005. Sehingga produksi kacang tanah di Indonesia tahun 2006 mengalami kenaikan sebesar 0,21 persen dibandingkan produksi tahun 2005. Selama kurun waktu 2001-2006 rata-rata pertumbuhan luas panen dan produktivitas kacang tanah mengalami kenaikan sebesar 1,46 persen per tahun. dan 1,14 persen per tahun. Peningkatan yang terjadi pada luas panen dan produktivitas kacang tanah mempengaruhi peningkatan produksi kacang tanah, dengan rata-rata pertumbuhan yang meningkat sebesar 3,20 persen per tahun. Peningkatan produksi kacang tanah nasional dikarenakan adanya peningkatan produksi kacang tanah di beberapa propinsi di Indonesia. Terdapat enam propinsi yang menjadi sentra produksi kacang tanah di Indonesia, yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Barat (Gambar 1). Di antara keenam propinsi tersebut, propinsi Jawa Timur merupakan sentra produksi kacang tanah terbesar di Indonesia.
22.90%
25.39%
5.08% 11.74%
21.91%
5.48% 7.50% Jatim
Jateng
Jabar
Sulsel
NTB
Lainnya
DIY
Gambar 1. Propinsi Sentra Produksi Kacang Tanah di Indonesia, 2001-2006 Sumber : Pusat Data dan Informasi Pertanian, 2007 Gambar 1 menunjukkan bahwa enam propinsi sentra produksi kacang tanah di Indonesia berkontribusi lebih dari 75 persen terhadap produksi kacang
20
tanah nasional. Berdasarkan data rata-rata tahun 2001-2006, Propinsi Jawa Timur merupakan sentra produksi kacang tanah terbesar di Indonesia yang berkontribusi sebesar 25,39 persen. Propinsi lain yang menjadi sentra produksi kacang tanah, yaitu Jawa Tengah berkontribusi sebesar 21,91 persen, Jawa Barat sebesar 11,74 persen, DI Yogyakarta sebesar 7,50 persen, Sulawesi Selatan sebesar 5,48 persen, dan Nusa Tenggara Barat sebesar 5,14 persen. Tabel 3. Sentra Produksi Kacang Tanah di Indonesia, 2001-2006 2001
2002
2003
2004
2005
2006
Jawa Timur Jawa Tengah Jawa Barat DI Yogyakarta Sulawesi Selatan NTB Lainnya
176.889 161.182 87.863 50.552 42.156 30.595 160.533
188.001 150.527 86.468 58.482 42.415 32.225 159.907
194.676 174.332 90.170 57.767 52.763 40.489 175.329
212.325 184.316 97.724 61.048 41.191 49.226 191.665
208.749 185.797 100.775 60.324 39.092 43.397 198.161
218.910 179.067 91.817 66.359 41.759 43.955 196.229
Rata-Rata Pertumbuhan (%/thn) 4,12 1,18 0,70 5,12 -1,37 6,21 3,84
Indonesia
709.770
718.071
785.526
837.495
836.295
838.096
3,20
Produksi (Ton)
Propinsi
Sumber : BPS diolah oleh Pusdatin, 2007 Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa Jawa Timur memberikan kontribusi terbesar terhadap produksi kacang tanah nasional. Terdapat 27 propinsi lain di Indonesia yang juga berkontribusi terhadap produksi kacang tanah nasional, antara lain Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara , Lampung, Bali, Nusa Tenggara timur, dan Kalimantan Selatan. Tetapi produksi kacang tanah propinsipropinsi tersebut tidak sebesar produksi dari enam propinsi sentra produksi kacang tanah. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk, konsumsi kacang tanah juga menunjukkan peningkatan (Tabel 4). Secara keseluruhan ratarata pertumbuhan dari konsumsi kacang tanah tahun 2001-2006 mengalami peningkatan sebesar 4,27 persen per tahun. Dari rata-rata konsumsi kacang tanah
21
di Indonesia tahun 2001-2006, konsumsi kacang tanah terbesar digunakan sebagai bahan baku industri, yaitu sebesar 50,70 persen (Tabel 4). Selanjutnya sebesar 33,81 persen adalah konsumsi kacang tanah oleh rumah tangga. Sedangkan lainnya yaitu sebesar 11,94 persen dan 4,01 persen merupakan rata-rata konsumsi kacang tanah yang tercecer dan digunakan sebagai bibit (Tabel 4). Tabel 4. Konsumsi Kacang Tanah di Indonesia, 2001-2006 Konsumsi (Ton) Tahun Bibit
Industri
2001
28.000
410.500
Rumah Tangga 269.785
2002
44.000
419.400
2003
39.000
2004
Tercecer
Total (Ton)
98.000
806.285
276.400
94.000
833.800
425.400
292.613
96.000
853.013
41.000
463.800
329.697
104.000
938.497
2005
30.000
492.800
318.007
112.000
952.807
2006
34.000
520.400
335.287
115.000
1.004.687
Rata-Rata Pertumbuhan (%/thn)
0,70
4,60
4,13
3,05
4,27
Sumber : BPS diolah oleh Pusdatin, 2007 Tabel 4 menunjukkan bahwa total konsumsi kacang tanah pada tahun 2006 menunjukkan peningkatan sebesar 5,16 persen dibandingkan tahun 2005. Ratarata pertumbuhan konsumsi kacang tanah untuk bibit sebesar 0,70 persen per tahun, untuk industri sebesar 4,60 persen per tahun, untuk konsumsi rumah tangga sebesar 4,13 persen pertahun, dan kacang tanah yang tercecer sebesar 3,05 persen per tahun. Perkembangan ini diharapkan menjadi pemicu dalam meningkatkan produksi kacang tanah nasional. Dengan memperhatikan data pada Tabel 2 dan Tabel 4 nampak adanya ketidakseimbangan antara produksi dan konsumsi kacang tanah, dalam hal ini kebutuhan selalu lebih tinggi dibandingkan produksi sehingga terjadi defisit.
22
Defisit tersebut dapat dipenuhi dari impor. Karena permintaan kacang tanah terus meningkat maka impor kacang tanah juga meningkat tiap tahunnya. Di sisi lain, ternyata Indonesia juga mampu mengekspor kacang tanah dengan volume ekspor yang fluktuatif (Tabel 5). Tabel 5. Volume dan Nilai Impor dan Ekspor Kacang Tanah di Indonesia, 2001-2006 Tahun
Volume (Ton) Impor
2001 98.483 2002 119.196 2003 71.017 2004 101.824 2005 121.614 2006 169.111 Rata-Rata 4,83 Pertumbuhan (%/thn) Sumber : BPS diolah oleh Pusdatin, 2007
Ekspor 1.968 3.467 3.530 822 5.102 2.520 - 60,60
Tabel 5 menunjukkan terjadi peningkatan volume impor pada tahun 2006 sebesar 28,09 persen dibandingkan tahun 2005. Pada tahun 2001-2006 volume impor terbesar terjadi pada tahun 2006 dengan volume impor kacang tanah mencapai 169.111 ton. Selama kurun waktu 2001-2006 rata-rata volume impor kacang tanah di Indonesia sebesar 113,541 ton per tahun dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 4,83 persen per tahun. Kebalikan dari impor, volume ekspor tahun 2006 mengalami penurunan sebesar 102,46 persen dibandingkan tahun 2005. Selama tahun 2001-2006 volume ekspor terbesar terjadi pada tahun 2005 dengan volume ekspor kacang tanah mencapai 5.102 ton, tetapi kemudian menurun pada tahun 2006 dengan volume ekspor menjadi 2.520 ton. Pada kurun waktu 2001-2006, rata-rata volume ekpor
23
kacang tanah di Indonesia sebesar 2.906 ton per tahun dengan rata-rata pertumbuhan yang menurun sebesar 60,60 persen per tahun. Adanya ketidakseimbangan antara produksi dengan kebutuhan kacang tanah, volume impor yang terus meningkat, dan volume ekspor yang cenderung menurun diperlukan upaya pengembangan usahatani kacang tanah di Indonesia yang dapat membantu petani kacang tanah baik dalam meningkatkan produksi kacang tanah, meningkatkan kualitas produk, dan pemasaran. Salah satu solusi yang diterapkan untuk mengatasi kendala tersebut adalah melalui kemitraan. Kemitraan adalah salah satu kegiatan yang dipilih dalam upaya mendorong pengembangan dan peningkatan produksi kacang tanah. Kondisi ini mendorong adanya suatu pengkajian terhadap pelaksanaan kemitraan antara petani/kelompok tani dengan perusahaan dalam mengembangkan usahatani kacang tanah. Dari data yang terdapat pada Tabel 4 diketahui bahwa konsumsi kacang tanah terbesar adalah industri. Sehingga PT Garudafood sebagai salah satu industri makanan olahan yang menggunakan kacang tanah sebagai bahan baku, melaksanakan kegiatan kemitraan sebagai upaya peningkatan produksi kacang tanah dan memenuhi kebutuhan bahan baku.
1.2
Perumusan Masalah Seiring dengan pesatnya pertambahan jumlah penduduk di Indonesia,
menyebabkan semakin bertambahnya permintaan kacang tanah. Tetapi, produksi kacang tanah nasional belum dapat memenuhi permintaan kacang tanah tersebut. Kekurangan ketersediaan produksi kacang tanah yang terjadi dapat diatasi dengan meningkatkan produksi kacang tanah.
Salah satu cara untuk meningkatkan
produksi kacang tanah tersebut adalah dengan kegiatan kemitraan. Adanya
24
program kemitraan diharapkan mampu meningkatkan produksi kacang tanah dan pendapatan para petani. PT Garudafood merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang industri makanan olahan yang menggunakan kacang tanah sebagai bahan baku utama. Salah satu usaha yang dilakukan PT Garudafood untuk memenuhi pasokan bahan baku adalah dengan melaksanakan kegiatan kemitraan. Kegiatan kemitraan antara PT Garudafood dengan petani kacang tanah pertama kali dilaksanakan pada tahun 1996 di Tuban. Saat ini kemitraan PT Garudafood tidak hanya di Tuban tetapi telah berkembang di beberapa daerah yang ada di Pulau Jawa (Tabel 6) Tabel 6. Daerah Kemitraan PT Garudafood di Pulau Jawa, 2007 Propinsi
Kota/Kabupaten • Banten • Sukabumi • Garut • Cianjur • Sumedang • Tasikmalaya • Majalengka • Kuningan • Banjar • Cilacap Jawa Tengah • Sragen • Solo • Jepara • Kudus • Pati • Yogyakarta • Rembang Jawa Timur • Tuban • Bojonegoro • Jember • Banyuwangi • Situbondo Sumber : Divisi Produksi PT Garudafood, 2008 Jawa Barat
25
Salah daerah kemitraan dari PT Garudafood adalah Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Kemitraan yang dilaksanakan oleh petani kacang tanah di Desa Palangan sudah berlangsung sejak tahun 1998 hingga saat ini. Dalam melakukan kemitraan, pihak petani mitra dan PT Garudafood terikat dalam surat perjanjian kerjasama yang disepakati kedua belah pihak. Surat perjanjian kerjasama ini berisi bahwa bimbingan budidaya kacang tanah dan penjamin pasar menjadi tanggung jawab PT Garudafood. Sedangkan petani mitra berkewajiban melakukan budidaya sesuai dengan bimbingan yang telah diberikan oleh PT Garudafood, serta berkewajiban mengirimkan seluruh hasil panennya ke pabrik PT Garudafood dengan harga yang sudah disepakati di surat perjanjian kerjasama. Dilihat dari pelaksanaan kemitraan tersebut maka pola kemitraan yang dilakukan antara PT Garudafood dengan petani mitra adalah model kontrak beli. Dalam pelaksanaan kemitraan antara PT Garudafood dengan petani mitra masih terdapat beberapa hal yang tidak sesuai dengan surat perjanjian kerjasama, seperti petani mitra yang menjual hasil produksi kacang tanahnya selain ke PT Garudafood dan pelaksanaan periode tanam yang tidak sesuai dengan perjanjian. Di samping masih terdapat beberapa pelanggaran, pelaksanaan kemitraan memberikan keuntungan kepada petani mitra dalam hal meningkatkan produksi kacang tanah dan meningkatkan pendapatan usahatani petani mitra. Terlihat pada Tabel 7 selama kurun waktu tahun 2001-2007, produksi dan produktivitas kacang tanah petani mitra di Desa Palangan relatif meningkat .
26
Tabel 7. Produksi dan Produktivitas Kacang Tanah Petani Mitra di Desa Palangan, 2001-2007 Tahun
Produksi (Ton)
Produktivitas (Ton/Ha)
2001
87
0,91
2002
90
1,07
2003
107
1,08
2004
132
1,29
2005
140
1,57
2006
155
1,75
2007 163 Sumber : Kelompok Tani Desa Palangan, 2008
1,87
Melihat dari peningkatan produksi dan produktivitas kacang tanah petani mitra, apakah peningkatan produksi dan produktivitas tersebut merupakan pengaruh dari kegiatan kemitraan dengan PT Garudafood? Dan apakah peningkatan produksi dan produktivitas tersebut dapat berpengaruh pada peningkatan pendapatan usahatani kacang tanah petani mitra?
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengevaluasi pelaksanaan kemitraan antara PT Garudafood dengan petani mitra di Desa Palangan. 2. Menganalisis pengaruh kemitraan terhadap peningkatan pendapatan usahatani kacang tanah di Desa Palangan.
1.4
Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian ini dapat berguna dalam memberikan informasi
dan masukan terhadap berbagai pihak yang berkepentingan, antara lain :
27
1. Bagi petani dan perusahaan, penelitian berguna sebagai pertimbangan dalam menentukan kebijakan kemitraan sehingga dapat menguntungkan semua pihak yang terlibat dalam kemitraan. 2. Bagi penulis, agar dapat menetapkan teori-teori yang diperoleh selama mengikuti
perkuliahan
terutama
yang
berhubungan
dengan
analisis
pendapatan usahatani. 3. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi penelitian selanjutnya atau pihak-pihak lain yang berkepentingan dalam kemitraan usahatani kacang tanah ini.
28
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Kacang Tanah Kacang tanah yang ada di Indonesia semula berasal dari Benua Amerika. Pertama kali kacang tanah masuk ke Indonesia diperkirakan dibawa oleh pedagang Spanyol ke Maluku pada tahun 1597. Jenis tanaman kacang tanah yang ada di Indonesia ada dua tipe, yaitu tipe tipe tegak dan tipe menjalar. Tipe tegak adalah jenis kacang yang tumbuh lurus atau sedikit miring ke atas, buahnya terdapat pada ruas-ruas dekat rumpun, umumnya pendek, dan kemasakan buahnya serempak. Sementara itu, kacang tanah tipe menjalar adalah jenis yang tumbuh ke arah samping, batang utama berukuran panjang, buah terdapat pada ruas-ruas yang berdekatan dengan tanah, dan umumnya berumur panjang. Kacang tanah berkembang sejalan dengan meningkatnya industri makanan berbahan baku kacang tanah. Varietas yang paling lama dikenal adalah Gajah dan Banteng. Beberapa varietas yang saat ini banyak ditanam, antara lain Kelinci, Jerapah, Anoa, Tapir, Panter, Kacang Garuda Tiga, dan Kacang Garuda Dua.
2.1.1 Syarat Tumbuh Kacang Tanah Kacang tanah menyukai tanah gembur dengan drainase yang baik. Tanah gembur mempermudahkan dan mempercepat pembentukan polong yang terjadi di dalam tanah. Meskipun kacang tanah toleran terhadap kering dan tanah masam (pH tanah 4,5), kondisi tersebut akan berpengaruh pada banyaknya polong yang
29
terisi. Untuk pembentukan polong diperlukan kalsium. Oleh karena itu, penting untuk menyediakan kalsium yang cukup di sekitar tanaman kacang tanah. Ada beberapa penyakit yang dapat menyerang tanaman kacang tanah, misalnya bercak daun, karat, dan busuk pangkal batang. Selain itu, ada juga gangguan hama. Untuk memutus siklus hama dan penyakit tanaman kacang, sebaiknya lahan dirotasi dengan tanaman lain yang tidak termasuk tanaman kacangan.
2.1.2 Kandungan Gizi Kacang Tanah Tahun 2002, konsumsi energi masyarakat Indonesia rata-rat 1.789,04 kal per hari. Sedangkan konsumsi proteinnya rata-rata 49,11 gram. Pemenuhan kalori dan protein tersebut dapat diperoleh dari kacang tanah, karena kandungan kedua zat tersebut dalam tanaman kacang tanah tergolong besar (Tabel 8). Kalori merupakan sumber energi bagi tubuh. Sementara itu, protein berfungsi sebagai zat pembangun dan sumber energi setelah kalori. Selain sebagai sumber kalori dan protein, kacang tanah mengandung zat gizi lainnya (Tabel 8). Tabel 8. Kandungan Gizi Kacang Tanah Komponen Gizi
Satuan
Kandungan
Kalori
kal
452,0
Protein
gram
25,3
Lemak
gram
42,8
Karbohidrat
gram
21,1
Kalsium
mg
58,0
Fosfor
mg
335,0
Zat besi
mg
1,3
Vitamin B1
mg
0,3
Vitamin C mg 3,0 Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1981
30
Kandungan lemak dalam kacang termasuk tinggi kadarnya dibandingkan zat gizi lain. Lemak yang terkandung dalam kacang tanah tidak mengandung kolesterol. Adapun asam amino esensial yang terkandung dalam kacang tanah yang dikenal sebagai fitosterol dan tokoferol. Zat fitosterol memiliki peran sebagai penghambat pembentukan kolesterol darah, sedangkan tokosferol sebagai antioksigen dan antipenuaan dini. Sedangkan kandungan karbohidrat yang terdiri dari sejumlah pati dan gula jenis sukrosa selain memberikan rasa manis, juga berperan sebagai penyuplai kalori dan energi
2.1.3
Varietas Kacang Tanah Kacang tanah berkembang sejalan dengan meningkatnya industri makanan
dengan menggunakan bahan baku kacang tanah. Beberapa varietas kacang tanah yang banyak ditanam adalah gajah, anoa, kelinci, garuda dua, garuda biga, tapir, dan kidang. Karakteristik dari varietas-varietas tersebut adalah sebagai berikut : 1. Gajah Berumur panen 100-110 hari, berbentuk bulat lonjong, warna kulit ari merah muda, produktivitas mencapai 1,2-1,8 ton/ha, tahan terhadap penyakit layu, peka terhadap penyakit karat dan bercak daun. 2. Anoa Berumur panen 100-110 hari, berbentuk bulat lonjong, warna kulit ari merah muda, produktivitas mencapai 1,8 ton/ha, tahan terhadap penyakit layu, karat daun, dan bercak cokelat daun.
31
3. Kelinci Berumur panen 100-110 hari, berbentuk pipih, warna kulit ari ungu, produktivitas mencapai 1,2-1,8 ton/ha, toleran terhadap penyakit layu, dan agak tahan penyakit karat dan bercak daun. 4. Garuda dua Berumur panen sekitar 85-90 hari, berbentuk bulat, warna kulit ari merah muda, produktivitas mencapai 2,3 ton/ha, dan toleran terhadap penyakit layu, peka penyakit karat dan bercak daun. 5. Garuda biga Berumur panen sekitar 85-90 hari, berbentuk bulat, warna kulit ari merah muda, produktivitas mencapai 2,25 ton/ha, dan toleran terhadap penyakit layu. 6. Tapir Berumur panen sekitar 95-100 hari, berbentuk bulat, warna kulit ari merah muda, produktivitas mencapai 1,8-2 ton/ha, tahan penyakit layu. 7. Kidang Berumur panen sekitar 100-110 hari, berbentuk bulat, warna kulit ari merah, produktivitas mencapai 1,2-1,8 ton/ha, tahan penyakit layu
2.2
Kajian Empirik Kemitraan Kajian empirik meliputi penelitian-penelitian yang pernah dilakukan
sebelumnya yang terdiri dari analisis pengaruh kemitraan terhadap pendapatan petani. Terdapat beberapa penelitian mengenai kemitraan yang telah dilakukan. Sebagian besar penelitian tersebut lebih mengarah kepada evaluasi kemitraan yang dilakukan serta pengaruhnya terhadap pendapatan usahatani dari para pelaku
32
kemitraan tersebut. Pelaksanaan kemitraan yang telah diteliti antara lain kemitraan antara PT Agro Inti Pratama dengan petani ubi jalar (Puspitasari, 2003), kemitraan antara PT Great Giant Pineapple dengan petani ubi kayu yang tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama Agribisnis (KUBA) (Sulistyo,2004), kemitraan antara PT Sierad Produce dengan peternak ayam broiler (Deshinta, 2006), dan kemitraan Pemuda Tani Indonesia (PTI) (Rahman, 2008). Dalam evaluasi kemitraan terhadap pendapatan usahatani dilakukan dengan menganalisis pendapatan usahatani petani mitra dan analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C rasio). Dan untuk melihat perbandingan pendapatan antara peternak mitra dengan peternak mandiri Deshinta (2006) menggunakan uji-t. Hal yang sama dilakukan oleh Puspitasari (2003) dan menambahkan dengan menganalisis imbangan keuntungan dan biaya (B/C rasio). Selain mengevaluasi pendapatan usahatani, Sulistyo (2004) juga menganalisis efisiensi penggunaan faktor produksi. Pelaksanaan kegiatan kemitraan diharapkan memberikan manfaat kepada petani mitra. Dari penelitian Puspitasari (2003), Sulistyo (2004), Deshinta (2006), dan Rahman (2008) manfaat yang diperoleh petani mitra antara lain : 1) mendapatkan modal pinjaman dari perusahaan, 2) mendapatkan bimbingan teknik budidaya, 3) mendapatkan jaminan penjualan, dan 4) membantu petani dalam pengadaan sarana produksi. Pada kegiatan kemitraan diharapkan agar manfaat atau keuntungan dapat dirasakan oleh kedua pihak. Namun tak jarang manfaat atau keuntungan tersebut hanya dirasakan oleh salah satu pihak saja, yang biasanya hanya dirasakan oleh pihak perusahaan. Masalah yang terkadang ditemui adalah hubungan kemitraan
33
yang tidak saling menguntungkan. Seperti yang terjadi pada penelitian Deshinta (2006), dari semua pasal yang ada dalam surat kesepakatan, tidak ada satu pun membahas mengenai larangan yang tidak boleh dilakukan oleh perusahaan dan sanksi yang dikenakan bila perusahaan merugikan peternak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan dalam kemitraan yang dijalankan oleh perusahaan. Kesenjangan tersebut juga terlihat dalam masih adanya ketidaksesuaian dari pelaksanaan hak dan kewajiban petani mitra dan perusahaan. Kendala yang terjadi pada penelitian Puspitasari dan Deshinta (2006), antara lain : 1) keterlambatan waktu panen, dan 2) Terjadi penjualan ubi jalar keluar perusahaan. Sulistyo (2004) dan Rahman (2008) menambahkan kendala dalam kegiatan kemitraan adalah adanya penyalahgunaan dana usaha yang dilakukan oleh petani dan banyaknya tunggakan pinjaman modal karena petani mitra tidak mengembalikan cicilan pinjaman modal. Hasil analisis pendapatan usahatani petani mitra pada penelitian Sulistyo (2004) dan Rahman (2008) menunjukkan pendapatan usahatani petani lebih besar jika mengikuti kemitraan dan petani akan mendapatkan keuntungan dari kegiatan kemitraan. Penelitian Puspitasari (2006) menunjukkan bahwa jika dilihat dari biaya tunai petani akan mendapatkan keuntungan tetapi nilainya lebih sedikit daripada petani non mitra, sedangkan jika dilihat dari biaya total baik petani mitra maupun non mitra akan mendapat kerugian. Hasil penelitian yang telah dilakukan Deshinta (2006) menunjukkan bahwa meskipun peternak mitra memperoleh penerimaan lebih besar namun pendapatan yang diperoleh hanya sebesar Rp 4.972.514. Sedangkan peternak mandiri memperoleh pendapatan sebesar Rp 5.850.476. Hal ini dikarenakan jumlah biaya yang ditanggung peternak mitra lebih
34
besar 2,2 persen dari peternak mandiri. Sehingga R/C rasio yang diperoleh peternak mitra sebesar 1,066 sedangkan peternak mandiri sebesar 1,079. Berdasarkan hasil kajian kemitraan terdahulu dapat disimpulkan bahwa agar pelaksanaan kemitraan berjalan seperti yang diharapkan perlu adanya perbaikan dari kedua pihak yang bermitra. Kedua pihak harus lebih berkomitmen terhadap kontrak perjanjian kemitraan yang telah dibuat dan disepakati bersama pada awal pelaksanaan kemitraan. Untuk mengatasi kendala juga dapat dilakukan dengan menerapkan sanksi-sanki atas pelanggaran kontrak perjanjian kemitraan, sanksi tersebut tidak hanya berlaku bagi petani mitra tetapi juga untuk perusahaan agar tidak terjadi kesenjangan antara petani mitra dengan perusahaan. Penelitian yang akan dilakukan adalah mengevaluasi pengaruh kemitraan terhadap pendapatan usahatani petani mitra. Penelitian ini diawali dengan mengevaluasi pelaksanaan kemitraan antara PT Garudafood dengan petani mitra di Desa Palangan. Selanjutnya penelitian dilanjutkan dengan menganalisis pendapatan usahatani dan imbangan penerimaan dan biaya (R/C rasio). Pendapatan usahatani dan R/C rasio yang diperoleh petani mitra dibandingkan dengan pendapatan usahatani dan R/C rasio yang diperoleh petani non mitra. Hasil penelitian ini akan menunjukkan pengaruh kemitraan terhadap pendapatan usahatani petani mitra. Sehingga petani mitra dapat mengetahui pendapatan dan keuntungan yang diperoleh dengan mengikuti kemitraan dan dapat memutuskan untuk melanjutkan kemitraan atau tidak. Beberapa persamaan dan perbedaan antara penelitian yang akan dilakukan terhadap penelitian terdahulu diringkas dalam Tabel 9.
35
Tabel 9. Persamaan dan Perbedaan dengan Kajian Kemitraan Terdahulu Peneliti
Persamaan
Perbedaan
Puspitasari (2003)
Topik yang diteliti 1. Penelitian dilakukan terhadap tanaman mengenai kemitraan kacang tanah, sedangkan Puspitasari (2003) melakukan penelitian terhadap tanaman ubi tanaman pangan jalar 2. Penelitian dilakukan dengan analisis pendapatan dan analisis R/C rasio, sedangkan Puspitasari (2003) menambahkan B/C rasio dan uji-t
Sulistyo (2004)
Topik yang diteliti 1. Penelitian dilakukan pada tanaman kacang mengenai kemitraan tanah, sedangkan Sulistyo (2004) melakukan penelitian pada tanaman ubi tanaman pangan kayu 2. Penelitian dilakukan dengan tujuan mengevaluasi pelaksanaan kemitraan dan menganalisis pendapatan usahatani petani mitra, sedangkan salah satu tujuan penelitian Sulistyo (2004) adalah menganalisis efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi usahatani
Deshinta (2006)
Topik yang diteliti Penelitian dilakukan pada komoditi pertanian mengenai kemitraan yaitu kacang tanah, sedangkan Sulaksana (2005) melakukan penelitian pada komoditi peternakan yaitu ayam broiler
Rahman (2008)
Topik yang diteliti 1. Penelitian dilakukan pada petani kacang tanah di Desa Palangan, sedangkan Rahman mengenai kemitraan (2008) melakukan penelitian pada semua petani di Kelurahan Sukatani tanpa dibedakan komoditinya. 2. Penelitian dilakukan dengan membandingkan pendapatan usahatani petani mitra dengan petani non mitra, sedangkan Rahman (2008) melakukan penelitian dengan membandingkan pendapatan usahatani sebelum bermitra dengan setelah bermitra.
2.3
Kajian Empirik Usahatani Kacang Tanah Kacang tanah merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang
memiliki peran dalam ketersediaan pangan. Hingga saat ini kacang tanah masih terus ditanam oleh petani karena memberikan keuntungan bagi petani. Beberapa penelitian mengenai pendapatan usahatani kacang tanah telah dilakukan.
36
Penelitian pendapatan usahatani kacang tanah yang telah dilakukan antara lain oleh Yursak (2005), Kasno (2005), dan Tirtosuprobo (2006). Penelitian Yursak (2005) dilakukan di Kabupaten Serang, Banten dengan menganalisis sistem usahatani kacang tanah di lahan kering. Sebesar 7,38 persen lahan kering di Banten baru dimanfaatkan untuk tanaman kacang tanah. Oleh karena itu, peluang pengembangan tanaman kacang tanah di lahan kering di Kabupaten Serang masih terbuka. Yursak (2005) melakukan analisis usahatani dengan membandingkan pendapatan usahatani varietas kidang dengan varietas lokal. Karena berdasarkan hasil penelitian diperoleh varietas kacang tanah yang mampu beradaptasi di lahan kering adalah varietas kidang yang nilai produksinya lebih tinggi dibanding varietas lainnya. sedangkan varietas lokal nilai produksinya paling rendah dibandingkan varietas lainnya. Hasil analisis menunjukkan bahwa biaya usahatani kacang tanah varietas Kidang lebih besar daripada varietas lokal. Meskipun demikian, hasil produksi varietas kidang juga yang lebih tinggi daripada varietas lokal, sehingga penerimaan usahatani untuk varietas kidang lebih besar dibandingkan varietas lokal. Maka pendapatan usahatani kacang tanah yang diperoleh pada varietas kidang lebih tinggi daripada menggunakan kacang tanah varietas lokal. Nilai R/C ratio pada varietas kidang menunjukkan di atas angka satu yang artinya dalam usahatani tersebut memberi keuntungan bagi petani. Penelitian oleh Kasno (2005) dilakukan di Malang yang melakukan analisis usahatani dengan membedakan pendapatan usahatani dengan beberapa teknik produksi, yaitu 1) teknologi petani, dan 2) dan teknologi inovatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun petani mendapatkan keuntungan dengan menggunakan teknologi petani, tetapi keuntungan yang diperoleh petani dengan
37
menggunakan teknologi inovatif lebih besar. Hal ini dikarenakan hasil produksi yang diperoleh petani dengan menggunakan teknologi inovatif lebih besar daripada teknologi petani. Sehingga pendapatan usahatani akan bertambah jika petani menggunakan teknologi inovatif dalam usahatani kacang tanah. Penelitian Tirtosuprobo (2006) dilakukan di lahan sawah irigasi terbatas, di Desa Slengen, Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Barat. Penelitian dilakukan pada lahan petani yang ditanami kacang tanah dan kapas secara tumpangsari. Dan sebagai pembanding dilakukan juga analisis usahatani pada lahan yang ditanami kacang tanah dengan cara monokultur. Hasil penelitian menunjukkan pendapatan usahatani kacang tanah secara monokultur memberikan keuntungan kepada petani. Meskipun demikian, pendapatan usahatani secara tumpang sari lebih besar 124,7 persen dibandingkan dengan penanaman kacang tanah secara monokultur. Dari hasil penelitian usahatani kacang tanah yang telah dilakukan oleh Yursak (2005), Kasno (2005), dan Tirtosuprobo (2006) dapat disimpulkan bahwa usahatani kacang tanah akan memberikan keuntungan kepada petani kacang tanah. Usahatani kacang tanah akan memberikan keuntungan baik dengan menggunakan teknologi petani ataupun teknologi inovatif, dan dapat ditanam secara monokultur ataupun tumpang sari.
38
III.
3.1
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka
pemikiran
teoritis
merupakan
suatu
kerangka
yang
mengungkapkan teori-teori yang sesuai dengan topik penelitian. Dalam bab ini akan dibahas teori-teori mengenai pendapatan usahatani.
3.1.1
Pendapatan Usahatani Menurut Suratiyah (2006), komponen yang terdapat dalam usahatani
terdiri dari alam, tenaga kerja, modal dan manajemen. Alam merupakan faktor yang sangat menentukan pada usahatani. Faktor alam dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tanah dan lingkungan alam sekitarnya. Faktor alam berkaitan dengan jenis tanah dan kesuburan tanah. Sedangkan faktor lingkungan alam sekitar adalah iklim yang berkaitan dengan keadaan suhu, ketersediaan air dan sangat menentukan dalam pemilihan komoditas yang akan diusahakan. Dalam usahatani, tanah mempunyai peranan yang penting karena tanah merupakan tempat tumbuhnya tanaman, ternak dan usahatani keseluruhan. Tenaga kerja adalah salah satu unsur penentu bagi usahatani yang tergantung pada musim tanam. Kelangkaan tenaga kerja berakibat mundurnya penanaman sehingga berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, produktivitas, dan kualitas produk. Menurut sumber tenaga kerja, dalam usahatani tenaga kerja berasal dari tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja luar keluarga yang diperoleh dengan sistem upahan. Sedangkan menurut jenisnya, tenaga kerja dalam usahatani terdiri dari tenaga kerja manusia, ternak dan mekanik (Hernanto, 1995). Tenaga
39
kerja manusia dibedakan atas tenaga kerja pria, wanita dan anak-anak. Tenaga kerja ternak digunakan untuk pengolahan lahan dan pengangkutan. Tenaga kerja mekanik bersifat substitusi, yaitu digunakan sebagai pengganti tenaga kerja manusia dan ternak. Kebutuhan tenaga kerja dapat diketahui dengan cara menghitung setiap kegiatan produksi masing-masing pada komoditas yang diusahakan, kemudian dijumlah untuk seluruh usahatani. Satuan yang sering digunakan dalam menghitung kebutuhan tenaga kerja adalah man days atau HKO (Hari Kerja Orang) dan JKO (Jam Kerja Orang) (Suratiyah, 2006). Modal adalah syarat utama berlangsungnya suatu usaha, demikian pula dengan usahatani. Dalam pengertian ekonomi, modal adalah barang atau uang yang dipergunakan bersama dengan faktor produksi tanah dan tenaga kerja serta dengan pengelolaan yang baik maka akan menghasilkan barang-barang baru, yaitu produksi pertanian (Hernanto, 1995). Dengan modal, maka faktor produksi tanah dan tenaga kerja dapat memberikan manfaat yang lebih baik bagi manusia. Menurut sifatnya, modal dibedakan atas modal tetap yaitu modal yang tidak akan habis pada satu periode produksi dan modal bergerak yaitu modal yang habis dalam satu periode produksi. Manajemen sebagai unsur pokok keempat dalam usahatani merupakan kemampuan petani dalam menentukan, mengorganisir, dan mengkoordinasikan input produksi yang digunakan dengan sebaik-baiknya dan dapat memberikan output seperti yang diharapkan (Hernanto, 1995). Ukuran keberhasilan suatu manajemen usahatani adalah produktivitas yang diperoleh dari usahatani tersebut.
40
Menurut Osburn (1978) dalam Suratiyah (2006) bahwa manajemen usahatani terdiri atas tiga hal yang saling terkait, yaitu manajemen sebagai suatu pekerjaan, manajemen sebagai sumber daya, dan manajemen sebagai prosedur. Manajemen sebagai suatu pekerjaan mengartikan bahwa petani harus dapat menjelaskan dan merealisasikan idenya dalam mengelola usahatani untuk memperoleh hasil seperti yang diinginkan. Manajemen sebagai sumber daya juga sangat penting karena menentukan keberhasilan suatu usahatani dari cara petani mengelola input produksi yang digunakan dan mendapatkan output seperti yang diharapkan. Sedangkan manajemen sebagai prosedur diartikan bahwa dengan petani melakukan pengelolaan yang baik dan benar maka hasil yang diperoleh akan baik pula. Suatu usahatani dikatakan berhasil jika petani dapat membayar semua biaya-biaya yang dikeluarkan dan dapat menjaga kontinuitas usahanya. Atau penerimaan yang diterima lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan. Penerimaan usahatani adalah semua nilai produk yang dihasilkan dari suatu usahatani pada periode waktu tertentu. Penerimaan mencakup produk usahatani yang dijual, dikonsumsi rumah tangga petani, digunakan untuk bibit dan pakan ternak, digunakan untuk pembayaran dan disimpan (Soekartawi dkk, 1991). Penerimaan usahatani diperoleh dari perkalian antara total produksi dengan harga pasar yang berlaku pada periode waktu tertentu. Menurut Hernanto (1995) dan Soekartawi (1995) biaya usahatani secara umum meliputi biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Biaya tetap adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan tidak berpengaruh terhadap besarnya jumlah produksi. Biaya tetap terdiri dari pajak, penyusutan alat-alat
41
produksi, bunga pinjaman, sewa tanah dan iuran irigasi. Sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang jumlahnya selalu berubah dan besarnya tergantung dari jumlah produksi. Biaya yang termasuk biaya variabel adalah biaya input produksi dan upah tenaga kerja. Pengelompokan biaya usahatani yang lain adalah biaya tunai dan biaya tidak tunai (diperhitungkan) (Hernanto, 1995). Biaya tunai dan biaya tidak tunai berasal dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap yang termasuk dalam biaya tunai adalah iuran irigasi dan pajak tanah. Sedangkan untuk biaya variabel antara lain biaya input produksi dan upah tenaga kerja. Biaya diperhitungkan yang merupakan biaya tetap adalah biaya penyusutan dan biaya untuk tenaga kerja keluarga. Dan yang termasuk dalam biaya variabel yaitu sewa lahan. Pendapatan usahatani merupakan ukuran keuntungan yang digunakan sebagai pembanding dalam beberapa usahatani. Pendapatan usahatani diperoleh dari selisih antara penerimaan total dengan biaya total. Sehingga keuntungan yang didapatkan petani ditentukan dari besar atau kecilnya biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh petani. Besarnya biaya dan pendapatan usahatani dipengaruhi oleh dua faktor yaitu (Suratiyah, 2006) : 1. Faktor internal dan eksternal Faktor internal maupun eksternal akan bersama-sama mempengaruhi biaya dan pendapatan usahatani. faktor internal yang dapat mempengaruhi biaya dan pendapatan antara lain umur petani, pendidikan, pengetahuan, pengalaman dan keterampilan, jumlah tenaga kerja keluarga, luas lahan, dan modal. Sedangkan
42
faktor eksternal yang dapat mempengaruhi biaya dan pendapatan adalah ketersediaan input, permintaan output, dan harga input dan output. 2. Faktor manajemen Petani harus dapat mengatasi faktor ekternal yang selalu berubah. Petani sebagai juru tani harus dapat melaksanakan usahataninya dengan sebaik-baiknya dengan menggunakan faktor produksi dan tenaga kerja secara efisien sehingga akan memperoleh manfaat setinggi-tingginya. Selain sebagai juru tani, petani juga bertindak sebagai manajer yang harus dapat mengambil keputusan dengan berbagai pertimbangan ekonomis, sehingga didapatkan hasil yang akan memberikan pendapatan yang maksimal. Agar dapat mengantisipasi perubahan supaya tidak salah pilih dan merugi, petani memerlukan berbagai informasi tentang kombinasi faktor produksi dan informasi mengenai harga, baik harga input maupun output.
3.2
Kerangka Pemikiran Operasional Dalam pelaksanaan usahatani kacang tanah diperlukan input untuk
mendukung kegiatan produksi kacang tanah, yaitu tenaga kerja, bibit, pupuk, dan obat-obatan. Harga yang diberikan untuk input tersebut ditentukan oleh pasar. Dari besarnya input yang digunakan untuk usahatani kacang tanah dan harga untuk penggunaan input diperoleh biaya produksi. Karena petani hanya dapat mengkontrol penggunaan input dan tidak mempunyai peranan dalam menentukan harga input, maka besarnya biaya produksi ditentukan oleh besarnya penggunaan input. Semakin besar input yang digunakan, maka biaya produksi yang dikeluarkan juga semakin besar, begitu juga sebaliknya.
43
Dari input yang digunakan akan menghasilkan output, dalam hal ini output yang dimaksud adalah kacang tanah. Harga untuk output juga ditentukan oleh pasar dan petani juga tidak mempunyai peran dalam menentukan harga output. Oleh karena itu, penerimaan yang diterima oleh petani ditentukan dari besarnya output yang dihasilkan oleh petani. Semakin besar jumlah output, semakin besar penerimaan usahataninya. Sebaliknya, semakin sedikit jumlah output, maka penerimaan usahatani yang diperoleh juga akan semakin sedikit. Besarnya biaya produksi dan penerimaan usahatani akan mempengaruhi pendapatan usahatani yang akan diperoleh petani. Dalam pelaksanaannya, petani dapat mengatur biaya produksi dalam usahatani tetapi tidak dapat mengatur harga output. Sehingga untuk meningkatkan perdapatan usahatani, petani harus dapat mengurangi biaya produksi dengan mengefisienkan penggunaan input. Untuk menganalisis pendapatan usahatani kacang tanah, digunakan analisis pendapatan dan analisis R/C rasio. Dengan analisis tersebut akan diketahui besarnya pendapatan usahatani yang diperoleh petani kacang tanah dan dapat melihat usahatani yang dijalankan memberikan keuntungan atau kerugian kepada petani. Kerangka alur penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
44
Usahatani Kacang Tanah
Harga Input
Input Produksi Tenaga Kerja Bibit Pupuk Obat-Obatan
Output Produksi
Harga Output
Penerimaan Usahatani
Biaya Produksi
Pendapatan Usahatani
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional
45
IV.
4.1
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di Desa Palangan, Kecamatan Jangkar, Kabupaten
Situbondo, Propinsi Jawa Timur. Penelitian dilakukan pada bulan SeptemberOktober 2008. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan-pertimbangan : 1. Propinsi Jawa Timur merupakan sentra produksi kacang tanah terbesar di Indonesia. 2. Kabupaten Situbondo merupakan salah satu daerah kemitraan PT Garudafood di Jawa Timur dengan jumlah produksi kacang tanah terkecil. 3. Kecamatan Jangkar merupakan kecamatan dengan produksi kacang tanah terbesar di Kabupaten Situbondo. 4. Desa Palangan merupakan satu-satunya desa di Kabupaten Situbondo yang petani kacang tanahnya bermitra dengan PT Garudafood.
4.2
Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan dan digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer dan sekunder.
Data primer meliputi data input dan output usahatani
kacang tanah, harga input, harga output, dan data lain yang berhubungan dengan tujuan penelitian. Data primer diperoleh melalui pengamatan langsung dan hasil wawancara dengan petani kacang tanah dan pihak PT Garudafood. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi data luas panen kacang tanah nasional, produksi kacang tanah nasional, produktivitas kacang tanah nasional,
46
konsumsi kacang tanah nasional, volume dan nilai impor dan ekspor kacang tanah nasional, produksi kacang tanah petani mitra di Desa Palangan, data potensi dan keadaan umum daerah penelitian, dan kontrak kemitraan. Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi yang terkait dengan permasalahan penelitian, antara lain Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Pertanian, Kantor Desa Palangan, serta dari data yang dimiliki oleh PT Garudafood. Selain itu data sekunder juga didapat dari literatur atau buku serta media elektronik yaitu internet.
4.3
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dilakukan melalui wawancara langsung
dengan petani kacang tanah dipandu dengan kuisioner yang telah dipersiapkan sebelumnya dan mengadakan pengamatan terhadap keadaan usahatani kacang tanah di Desa Palangan. Kuisioner yang digunakan berisi pertanyaan mengenai jumlah pemakaian input, harga input, pemakaian dan upah tenaga kerja, jumlah output, harga jual output, dan pertanyaan lain yang berhubungan dengan analisis usahatani kacang tanah. Selain itu, pada kuisioner juga terdapat pertanyaan untuk mengevaluasi pelaksanaan kemitraan yang terjadi antara petani mitra dengan PT Garudafood.
4.4
Metode Penarikan Sampel Petani yang menjadi responden pada penelitian ini adalah petani kacang
tanah di Desa Palangan. Pemilihan petani responden diperoleh dari daftar nama petani kacang tanah yang merupakan anggota kelompok tani di Desa Palangan.
47
Informasi anggota kelompok tani tersebut didapat dari ketua kelompok tani Desa Palangan. Penarikan sampel dilakukan dengan melakukan perbandingan antara petani mitra dengan petani non mitra. Karena mendapatkan data series usahatani sebelum petani melakukan kemitraan sangat sulit, sebagai akibat kemitraan yang telah berlangsung cukup lama. Sehingga sebagai pembanding digunakan petani non mitra, untuk melihat sampai sejauh mana pengaruh kemitraan terhadap pendapatan usahatani petani mitra. Penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan metode Simple Random Sampling. Hal ini dikarenakan petani kacang tanah di Desa Palangan bersifat homogen. Sifat petani kacang tanah yang homogen dilihat dari teknologi budidaya kacang tanah yang digunakan oleh petani kacang tanah di Desa Palangan. Jumlah populasi petani kacang tanah di Desa Palangan adalah 82 petani yang terdiri dari 60 petani mitra dan 22 petani non mitra. Dalam penelitian ini jumlah responden yang diambil adalah 50 persen dari jumlah populasi petani kacang tanah tersebut, yaitu 41 petani responden yang terdiri dari 30 responden petani mitra dan 11 responden petani non mitra. Responden dipilih secara acak dengan cara diundi.
4.5
Metode Analisis Data Data yang diolah dan dianalisis dalam penelitian ini adalah data kualitatif
dan data kuantitatif. Data kualitatif dianalisis secara deskriptif yang bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan kemitraan yang meliputi realisasi hak dan kewajiban,
kendala-kendala
dan
alternatif
pemecahan
kendala
tersebut.
Sedangkan untuk analisis data kuantitatif menggunakan analisis pendapatan
48
usahatani dan analisis R/C ratio yang bertujuan menganalisis besarnya pendapatan petani kacang tanah, baik petani mitra maupun petani non mitra. Perhitungan analisis data kuantitatif dibantu dengan kalkulator dan komputer dengan menggunakan software Microsoft Office Excel.
4.5.1
Analisis Pendapatan Usahatani Penerimaan usahatani adalah semua nilai output yang dihasilkan dari suatu
usahatani pada jangka waktu tertentu. Adapun rumus penerimaan adalah sebagai berikut (Soekartawi, 1995) : TR = Dimana :
Y x P
TR = Total penerimaan (Rp) Y
= Output yang dihasilkan (Kg)
P
= Harga jual produk (Rp)
Biaya adalah semua nilai input produksi yang digunakan dalam kegiatan usahatani untuk menghasilkan output pada periode waktu tertentu. Biaya usahatani dapat dibedakan menjadi dua, yaitu biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai adalah semua biaya yang dibayarkan dengan uang, seperti biaya pembelian sarana produksi (bibit, pupuk, dan obat) dan upah tenaga kerja luar keluarga. Biaya yang diperhitungkan digunakan untuk menghitung pendapatan petani yang sebenarnya jika penyusutan alat dan nilai tenaga kerja dalam keluarga diperhitungkan. Dalam usahatani kacang tanah ini menggunakan peralatan, sehingga perlu diperhitungkan
biaya
penyusutan.
Biaya
penyusutan
alat-alat
pertanian
diperhitungkan dengan membagi selisih antara nilai pembelian dengan nilai sisa
49
yang ditafsirkan dengan lamanya modal dipakai (Metode Garis Lurus), dengan rumus sebagai berikut : Biaya penyusutan Dimana :
=
Nb Ns n
Nb = Nilai pembelian (Rp) Ns = Tafsiran nilai sisa (Rp) n
= Jangka usia ekonomi (tahun)
Pendapatan dalam penelitian ini akan dibedakan menjadi dua. Pertama pendapatan atas seluruh biaya tunai (pendapatan tunai) yaitu biaya yang benarbenar dikeluarkan oleh petani. Kedua, pendapatan atas biaya total (pendapatan total) dimana semua input milik keluarga juga diperhitungkan sebagai biaya. Secara umum pendapatan adalah selisih antara penerimaan usahatani dengan biaya usahatani pada periode waktu tertentu. Secara matematis tingkat pendapatan usahatani dapat ditulis sebagai berikut (Suratiyah, 2006) : Pendapatan Tunai
Pendapatan Total Dimana :
= Penerimaan - Biaya Tunai =
P.Y
-
=
P.Y
- (BT+BD)
P
= Harga produksi (Rp/Kg)
Y
= Jumlah Produksi (Kg)
BT
BT = Biaya tunai (Rp) BD = Biaya diperhitungkan (Rp)
4.5.2 Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya Agar petani dapat memberikan penilaian terhadap keputusan dan kemungkinan pengembangan usahatani, diperlukan ukuran kedudukan ekonomi
50
terhadap usahatani tersebut. Nilai bandingan atau ratio digunakan untuk mengukur kedudukan ekonomi suatu usahatani. Pada analisis usahatani, rasio yang digunakan untuk menganalisis keuntungan dari pendapatan usahatani adalah R/C rasio. R/C rasio ini menunjukkan penerimaan yang didapat untuk setiap rupiah yang dikeluarkan untuk memproduksi. Perhitungan ratio R/C dapat dirumuskan sebagai berikut (Soekartawi, 1995): R/C rasio Dimana :
= (Py.Y) / (BT+BD)
R
= Penerimaan
C
= Biaya
Py = Harga Output (Rp) Y
= Output (Kg)
BT = Biaya Tunai (Rp) BD = Biaya Diperhitungkan (Rp) Suatu usaha dikatakan berhasil jika nilai R/C rasio lebih besar dari satu (R/C rasio > 1). Nilai tersebut mengartikan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan untuk usaha akan memberikan tambahan penerimaan lebih besar dari satu rupiah. Sebaliknya, bila nilai R/C rasio lebih kecil dari satu (R/C rasio < 1) maka setiap satu rupiah yang dikeluarkan akan memberikan tambahan penerimaan kurang dari satu rupiah, sehingga petani menderita kerugian. Jika R/C rasio sama dengan satu (R/C rasio = 1) berarti kegiatan usahatani berada pada kondisi keuntungan normal. Perhitungan analisis pendapatan usahatani dan analisis R/C rasio secara rinci dapat dilihat pada tabel 10.
51
Tabel 10. Analisis Pendapatan dan R/C rasio Usahatani Kacang Tanah Uraian
Satuan
Nilai
Rp/HKO
a
Rp/Kg Rp/Kg Rp/Kg Rp/Liter Rp Rp/Ha Rp/Kg Rp
b c d e f g h i= a+b+c+d+e+f+g+h
Rp Rp Rp Rp Rp
j k l m = j+k+l n = i+m
D. Penerimaan Tunai
Rp
o
E. Penerimaan Total
Rp
p
E. Pendapatan atas biaya tunai
Rp
q=o–i
F. Pendapatan atas biaya total
Rp
r=p–n
INPUT A. Biaya Tunai 1. Tenaga kerja 2. Sarana produksi 1. Bibit 2. Pupuk 3. Obat-obatan 4. Solar 3. Biaya pengairan 4. Pajak tanah (PBB) 5. Biaya pengangkutan • Total biaya tunai B. Biaya Diperhitungkan 1. Penyusutan peralatan 2. Tenaga kerja dalam keluarga 3. sewa lahan • Total biaya diperhitungkan C. Biaya Total
G. R/C rasioatas biaya tunai H. R/C rasio atas biaya diperhitungkan Sumber : Hernanto, 1995
s = o/i t = p/n
52
V. GAMBARAN UMUM DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1
Gambaran Umum PT Garudafood
5.1.1
Sejarah dan Perkembangan PT Garudafood Grup Garudafood berawal dari sebuah perusahaan keluarga yang bergerak
di bisnis kacang garing, yakni PT Tudung Putrajaya. Perusahaan ini didirikan di Pati, Jawa Tengah, oleh almarhum Darmo Putro yang memulai usahanya sebagai produsen tepung tapioka. Sejak tahun 1987, perusahaan mulai berkonsentrasi di bisnis kacang garing dengan meluncurkan merek Kacang Garing Garuda, yang lebih dikenal dengan Kacang Garuda. Untuk menjamin Kacang Garuda dapat dinikmati konsumen di seluruh pelosok negeri dan tersedia dalam jumlah yang cukup, jaringan distribusi Garudafood terus diperkokoh dengan mendirikan PT Sinar Niaga Sejahtera pada tahun 1994. Pada tahun 1995, melalui PT Garuda Putra Putri Jaya, perusahaan mendirikan pabrik kacang lapis yang meliputi : kacang atom, kacang telur dan kacang madu. Untuk menjamin pasokan bahan baku utama (kacang tanah) yang berkualitas tinggi dan tersedia sesuai kapasitas produksi pabrik, tahun 1996 didirikan PT Bumi Mekar Tani, yang bergerak di bidang perkebunan kacang tanah. Selain memiliki kebun kacang tanah sendiri, untuk menampung hasil panen kacang tanah para petani dengan harga bersaing, perusahaan ini juga menjalin kerja sama dengan para petani kacang tanah, khususnya di kawasan Jawa Tengah dan Jawa Barat. Dengan demikian, secara aktif perusahaan mengembangkan sistem kemitraan usaha yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak.
53
Untuk memperkokoh basis di industri makanan ringan, tahun 1997 perusahaan memasuki pasar biskuit melalui PT Garudafood Jaya. Di tengah krisis ekonomi pada bulan Mei 1998 perusahaan memasuki bisnis jelly melalui PT Triteguh Manunggal Sejati. Meskipun relatif baru, pertumbuhan laba atas penjualan memperlihatkan bahwa bisnis ini berpeluang besar untuk tumbuh. Permintaan pasar dari semua jaringan distribusi selalu bergerak naik. Permintaan pasar dari luar negeri, seperti negara-negara Timur Tengah, juga terus meningkat. Sejumlah industri makanan ringan kini mulai bernaung di bawah payung Garudafood. Berbagai inovasi terus dilakukan untuk membuat produk-produk baru yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Semua itu dilakukan, tidak lain demi kepuasan yang sebesar-besarnya bagi para konsumen yang merupakan penentu hidup matinya sebuah perusahaan. Saat ini di atas areal lebih dari 35 hektar yang tersebar di berbagai lokasi, telah berdiri pabrik-pabrik industri Garudafood yang didukung oleh mesin dan peralatan berteknologi modern. Sehingga perusahaan mampu memproduksi beraneka macam produk makanan dan minuman yang inovatif dan berstandar internasional, dengan tetap mengacu kepada selera dan kepuasan pelanggan.
5.1.2
Nilai-Nilai, Visi dan Misi PT Garudafood Nilai-nilai yang diterapkan oleh PT Garudafood antara lain :
1. Nilai Kemanusiaan a. Menghayati dan menerapkan nilai-nilai kemanusiaan yang meliputi: Truth, Right Conduct, Love, Non Violence, and Peace. b. Tidak melanggar hal-hal yang dilarang agama.
54
c. Ketulusan dan keharmonisan dalam berfikir, berkata-kata, dan bertindak. 2. Etika Berbisnis a. Menggunakan norma-norma etika yang berlaku di dalam masyarakat dalam berinteraksi dan mengelola lingkungan bisnis sehingga tercapai "sustainable mutual benefit". b. Peduli juga terhadap berbagai permasalahan yang muncul dalam kiprah bisnis Garudafood walaupun secara formal bukan menjadi bagian dari tanggung jawabnya. 3. Unity Through Harmony a. Menjaga keharmonisan dan keutuhan dengan lingkungan bisnisnya secara internal (karyawan dan shareholder). b. Menjaga keseimbangan dan keserasian antara aspek bisnis dengan aspekaspek kehidupan lainnya. 4. Speed & Leading Change a. Menjaga dan meningkatkan kecepatan dalam cara berpikir dan bertindak. b. Melembagakan perubahan secara cepat dan berkesinambungan yang memberikan nilai tambah pada perusahaan dengan bertumpu pada kekuatan teknologi. 5. Working Smart in learning culture a. Rajin, keras hati, dan bersungguh-sungguh serta konsisten dalam pekerjaan yang digeluti. b. Menekankan pada proses bekerja yang cepat, sistematis, dan akurat. c. Senantiasa meningkatkan cara dan mutu kerja melalui pengembangan diri di dalam budaya belajar yang terus dibangun oleh dan bersama perusahaan.
55
Visi dari PT Garudafood adalah menjadi salah satu perusahaan terbaik di industri makanan dan minuman di Indonesia dalam aspek profitabilitas, penjualan dan kepuasan konsumen melalui karya yang kreatif dan inovatif dari seluruh karyawan yang kompeten. Sedangkan misi dari PT Garudafood antara lain : 1. Memuaskan konsumen dengan menyediakan produk-produk makanan dan minuman berkualitas, serta produk-produk konsumsi dan layanan berkualitas yang bukan berasal dari bahan-bahan yang merupakan hasil pengorbanan hewan atas kehendak langsung perusahaan. 2. Membentuk komunitas karyawan untuk tumbuh bersama dan mengembangkan kualitas kehidupan, lingkungan kerja dan pekerjaan para karyawan. 3. Menciptakan kemanfaatan jangka panjang yang berkesinambungan dalam hubungan antara perusahaan dengan seluruh mitra usaha. 4. Meningkatkan nilai tambah bagi pemegang saham dengan menjalankan etika bisnis dan pengelolaan perusahaan yang baik.
5.1.3
Struktur Organisasi Dalam kegiatan sehari-hari PT Garudafood dipimpin oleh seorang
Presiden Direktur dan dibantu oleh empat Direktur yang masing-masing membawahi satu divisi, yaitu Divisi Produksi, Divisi Pemasaran, Divisi Distribusi, dan Divisi Human Resource & Development (HRD). Divisi Produksi menangani bidang bahan baku, usahatani, produk coated, produk roasted, produk jelly, dan produk biskuit. Untuk menangani bidang usahatani dan bahan baku, Divisi Produksi dibantu oleh PT Bumi Mekar Tani yang menangani masalah kemitraan dan ketersediaan bahan baku.
56
Divisi pemasaran PT Garudafood dipimpin kepala pemasaran yang membawahkan divisi supporting, manajer merek, manajer pemasaran dan manajer penjualan nasional yang memiliki anak buah setingkat region. Manajer merek mempunyai banyak eksekutif merek yang membantu tugasnya di belakang layar. Divisi supporting terdiri atas customer retentions dan marketing public relations. Untuk mencapai jenjang karier tertinggi di divisi pemasaran, dimulai dari tingkat eksekutif merek. Dari masing-masing posisi ini dibedakan berdasarkan level golongannya, misalnya, staf junior, staf, staf senior, dan supervisor. Divisi HRD menangani masalah kepegawaian dan perekrutan pegawai baru. Divisi ini juga bertanggung jawab dalam menangani rotasi pegawai yang diadalan tiga kali setahun. Divisi Distribusi PT Garudafood dalam kegiatannya dibantu oleh PT Sinar Niaga Sejahtera (SNS). peran SNS sangat menentukan bagi perkembangan Garudafood. Secara khusus SNS memfokuskan diri pada distribusi. Karena perannya, berbagai macam produk Garudafood bisa diperoleh konsumen di wilayah-wilayah pelosok seluruh Indonesia. Saat ini jaringan distribusi PT Garudafood di Indonesia mencapai Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Sumatra dan Kalimantan. Sedangkan jaringan distribusi internasional PT Garudafood mancapai Amerika, Australi, Belanda, Brunei Darussalam, Jordan, Singapura, Kanada, Libanon dan Malaysia.
5.2
Gambaran Umum Desa Palangan
5.2.1
Letak Geografis dan Tata Guna Lahan Desa Palangan termasuk dalam wilayah Kecamatan Asembagus,
Kabupaten Situbondo, Provinsi Jawa Timur. Jarak dari desa ke ibukota kecamatan
57
adalah 3 Km dan jarak dari desa ke ibukota kabupaten adalah 22 Km. Secara administratif, batas wilayah Desa Palangan adalah : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Asembagus 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Gadingan 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Curah Kalak 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Pesanggrahan Luas wilayah Desa Palangan secara keseluruhan adalah 450 Ha yang terdiri atas 5 dusun, 10 RW, dan 28 RT. Pemanfaatan lahan desa sebagian besar digunakan untuk areal sawah dan perumahan, yaitu sebesar 325 Ha untuk areal sawah dan 120 Ha untuk perumahan dan pekarangan. Secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Pemanfaatan Lahan Desa Palangan, 2007 No.
Fungsi Lahan
Luas Lahan (Ha)
1.
Sawah
325
2.
Rumah dan Pekarangan
120
3.
Makam
2
4.
Keperluan Lain-lain
3
Total Luas Lahan Sumber : Monografi Desa Palangan, 2008
450
Tabel 11 menunjukkan bahwa sebanyak 72,22 persen dari luas lahan Desa Palangan merupakan lahan sawah. Sehingga pertanian di Desa Palangan berpotensi untuk dikembangkan, termasuk usahatani kacang tanah. Terdapat empat komoditas tanaman utama yang ditanam di areal sawah di Desa Palangan, yaitu jagung, kacang tanah, padi dan cabe (Tabel 12). Tabel 12 menunjukkan bahwa tanaman padi, kacang tanah, dan padi memiliki prospek untuk dikembangkan di Desa Palangan, karena produksi, luas
58
lahan dan produktivitas ketiga tanaman pangan tersebut paling tinggi dibandingkan komoditas tanaman pertanian lain yang ditanam di Desa Palangan. Produksi tanaman pangan terbesar di Desa Palangan adalah jagung dengan produktivitas 4,15 ton per ha. Selain jagung, kacang tanah memiliki prospek yang bagus untuk dikembangkan di daerah penelitian karena kacang tanah memiliki peringkat ke dua produksi tanaman pangan yang dihasilkan di Desa Palangan. Tabel 12. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Pertanian di Desa Palangan, 2007 Luas Panen (Ha) 132,50
Produksi (Ton) 549,88
Produktivitas (Ton/Ha) 4,15
101,75
169,92
1,67
Padi
72,75
94,58
1,30
Cabe
6,20
22,57
3,64
Lainnya 11,80 Sumber : Monografi Desa Palangan, 2008
32,92
2,79
Usahatani Jagung Kacang Tanah
5.2.2
Sumber Daya Manusia Jumlah penduduk Desa Palangan berdasarkan data tahun 2008 adalah
sebanyak 4.827 jiwa dengan 1.755 kepala keluarga. Penyebaran penduduk berdasarkan jenis kelamin adalah 2.286 jiwa atau 47,36 persen adalah laki-laki dan 2.541 jiwa atau 52,64 persen adalah perempuan. Penduduk di Desa Palangan memiliki jenis pekerjaan yang bervariasi. Mata pencaharian sebagian besar warga di Desa Palangan bergerak di bidang pertanian, yaitu sebagai petani sebesar 47,17 persen. Pekerjaan yang dilakukan warwa Desa Palangan terbesar kedua adalah buruh tani, yaitu sebesar 35,34 persen. Kemudian disusul dengan peternak sebanyak 11,86 persen (Tabel 13). Peternak yang ada di Desa Palangan adalah peternak kambing dan sapi.
59
Tabel 13 menunjukkan bahwa mata pencaharian warga di Desa Palangan tidak hanya petani, buruh tani, dan peternak, tetapi masih ada beberapa pekerjaan lain yang dilakukan oleh warga Desa Palangan. Pekerjaan lain warga Desa Palangan antara lain guru (1,02 persen), PNS (0,15 persen), industri kecil (1,08 persen), pegawai kelurahan (0,36 persen), pedagang (2,55 persen), nelayan (0,36 persen), dokter (0,06 persen), bidan, dan mantri masing-masing (0,03 persen). Bervariasinya pekerjaan warga Desa Palangan menunjukkan bahwa sumber daya manusia warga Desa Palangan cukup baik. Tabel 13. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Palangan, 2007 Mata Pencaharian
Jumlah Penduduk Jiwa
Persentase (%)
Petani
1575
47.17
Buruh Tani
1180
35.34
Guru
34
1.02
PNS
5
0.15
Industri Kecil
36
1.08
Pegawai Kelurahan
12
0.36
Pedagang
85
2.55
Peternak
396
11.86
Nelayan
12
0.36
Dokter
2
0.06
Bidan
1
0.03
Mantri
1
0.03
3.339
100,00
Jumlah Sumber : Monografi Desa Palangan, 2008
Pendidikan warga di Desa Palangan pada umumnya masih rendah. Sebagian besar penduduk hanya tamat Sekolah Dasar (SD) yaitu sebesar 30,20 persen. Kemudian sebesar 23,99 persen dari warga Desa Palangan yang tidak pernah sekolah. Dilanjutkan, sebesar 19,48 persen dari penduduk Desa Palangan
60
yang tidak tamat SD. Namun saat ini keinginan warga Desa Palangan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi meningkat, hal ini ditanai dengan adanya warga yang melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi. Jumlah penduduk dari usia 7 tahun hingga usia lebih dari 58 tahun
yang
dibedakan berdasarkan tingkatan pendidikan dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Palangan, 2007 Pendidikan Belum Sekolah
Jumlah Penduduk Jiwa
Persentase (%) 425
9,95
1025
23,99
832
19,48
1290
30,20
Tamat SLTP/Sederajat
401
9,39
Tamat SLTA/Sederajat
287
6,72
10
0,23
S1
8
0,19
S2
1
0,02
4.272
100,00
Tidak Pernah Sekolah Tidak Tamat SD Tamat SD/Sederajat
D1-D3
Jumlah Sumber : Monografi Desa Palangan, 2008
5.3
Karakteristik Petani Responden
5.3.1 Umur Responden Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan didapat bahwa responden dalam penelitian ini sebesar 95,12 persen memiliki pekerjaan utama sebagai petani. Sedangkan masing-masing sebesar 2,44 persen memiliki pekerjaan utama sebagai pedagang dan kuli panggul, dimana petani sebagai pekerjaan sampingan. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa umur responden dilokasi penelitian berkisar antara 25-70 tahun dengan rata-rata umur 42,20 tahun. Umur responden petani mitra berkisar antara 30-70 tahun dengan rata-rata umur 42,67 tahun.
61
Sedangkan umur responden petani non mitra berkisar antara 25-65 tahun dengan rata-rata umur 40,91 tahun. Secara rinci jumlah petani kacang tanah berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Responden Petani Mitra dan Non Mitra Berdasarkan Umur di Desa Palangan, 2008 Kelompok Umur (Tahun) 25-34
Mitra 3 Petani
Non Mitra 3 Petani
%
%
3
10,00
4
36,36
35-44
16
53,34
3
27,27
45-54
10
33,33
3
27,27
55-64
0
-
0
-
≥ 65
1
3,33
1
9,10
Jumlah
30
100,00
11
100,00
Tabel 15 menunjukkan bahwa sebesar 96.67 persen umur petani mitra dan 90,90 persen umur petani non mitra berada pada usia produktif, yaitu pada umur 25-64 tahun. Sedangkan sisanya, yaitu 3,33 persen umur petani mitra dan 9,10 persen umur petani non mitra berada pada usia di atas 65 tahun.
5.3.2
Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan formal responden bervariasi, untuk responden petani
mitra variasinya antara tidak tamat SD, SD, tidak tamat SLTP, dan SLTP. Sedangkan responden petani non mitra variasinya antara tidak tamat SD, SD, dan SLTP.Tingkat pendidikan terbesar, baik pada petani mitra maupun petani non mitra, adalah tamat SD, yaitu sebanyak 70 persen dari petani mitra dan 72,73 persen dari petani non mitra yang berpendidikan hanya sampai SD (Tabel 16).
62
Tabel 16. Responden Petani Mitra dan Non Mitra Berdasarkan Pendidikan di Desa Palangan, 2008 Pendidikan Tidak Tamat SD SD Tidak Tamat SLTP SLTP Jumlah
Mitra 3 Petani
Non Mitra %
3 Petani
%
6 21 2 1
20 70 6,67 3,33
2 8 1
18,18 72,73 9,09
30
100,00
11
100,00
Tabel 16 terlihat bahwa sebanyak 20 persen petani mitra dan 18,18 persen petani non mitra tidak tamat SD. Sebanyak 6,67 persen dari petani mitra tidak tamat SLTP, sedangkan pada petani non mitra tidak ada yang tidak tamat SLTP. Petani yang tamat SLTP hanya 3,33 persen dari petani mitra dan 9,09 persen dari petani non mitra. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa pendidikan petani mitra masih rendah tetapi petani mempunyai kemampuan membaca dan menulis, dimana kondisi tersebut menjadi salah satu faktor pendukung untuk meningkatkan produktivitas usahatani kacang tanah yang dilakukan.
5.3.3
Pengalaman Usahatani Kacang Tanah Berdasarkan pengamatan di lapang, pengalaman usahatani cukup
menentukan dalam pelaksanaan usahatani kacang tanah. Pada umumnya petani yang sudah berpengalaman dalam usahatani kacang tanah, jika input produksinya mendukung, maka akan lebih mampu untuk meningkatkan produksi dibanding dengan petani yang kurang pengalaman dalam usahatani kacang tanah. Pengalaman usahatani kacang tanah untuk petani mitra antara 4-20 tahun, dengan rata-rata pengalaman usahatani kacang tanah selama 11,33 tahun. Sedangkan
63
pengalaman usahatani kacang tanah untuk petani mitra antara 2-14 tahun, dengan rata-rata pengalaman usahatani kacang tanah selama 7 tahun. Tabel 17. Responden Petani Mitra dan Non Mitra Berdasarkan Pendidikan di Desa Palangan, 2008 Pengalaman (Tahun)
Mitra
Non Mitra
3 Petani
≤5 5 - 10 11 - 15 ≥ 16 Jumlah
3 Petani
%
%
3 9 15 3
10 30 50 10
5 4 2 -
45,46 36,36 18,18 -
30
100,00
11
100,00
Tabel 17 memperlihatkan bahwa sebanyak 50 persen pengalaman usahatani kacang tanah dari petani mitra antara 11-15 tahun. Jumlah petani mitra yang pengalamannya dalam usahatani kacang tanah kurang dari 5 tahun adalah 10 persen, untuk pengalaman antara 5-10 tahun sebanyak 30 persen, dan pengalaman lebih dari 16 tahun adalah 10 persen. Tabel 17 juga memperlihatkan bahwa pada petani non mitra, sebanyak 45,46 persen yang pengalaman nya dalam usahatani kacang tanah dibawah 5 tahun. Selanjutnya jumlah petani mitra yang pengalamannya dalam usahatani kacang tanah antara 5-10 tahun sebanyak 36,36 persen, dan pengalaman antara 11-15 tahun adalah 18,18 persen. Dari Tabel 17 tersebut dapat diketahui bahwa pengalaman petani mitra dalam usahatani kacang tanah lebih lama daripada petani non mitra.
5.3.4 Luas Lahan dan Status Kepemilikan Petani responden di Desa Palangan memiliki luas lahan yang ditanami kacang tanah cukup bervariasi. Petani mitra variasinya antara 0,5-4 ha dengan
64
rata-rata luas lahan 1,51 ha. Sedangkan petani non mitra variasi luas lahannya antara 0,5-3 ha dengan rata-rata luas lahan 1,31 ha. Status kepemilikan lahan, baik petani mitra maupun non mitra, keseluruhannya adalah milik sendiri. Tabel 18. Responden Petani Mitra dan Non Mitra Berdasarkan Luas Lahan Usahatani Kacang Tanah di Desa Palangan, 2008 Luas Lahan (Ha) 0,5 0,6 - 1 1,1 - 2 2,1-3 ≥3 Jumlah
Mitra 3 Petani
Non Mitra %
3 Petani
%
3 8 15 3 1
10,00 26,67 50,00 10,00 3,33
3 3 4 1 -
27,27 27,27 36,36 9,09 -
30
100,00
11
100,00
Tabel 18 menunjukkan bahwa petani mitra sebagian besar, yaitu 50 persen memiliki lahan usahatani kacang tanah antara 1,1-2 ha. Sedangkan yang lainnya, yaitu sebanyak 26,67 persen memiliki luas lahan kacang tanah antara 0,6-1 ha, masing-masing sebanyak 10 persen untuk luas lahan 0,5 ha dan 2,1-3 ha, dan untuk luas lahan diatas 3 ha sebanyak 3,33 persen. Tabel 18 juga menunjukkan bahwa sama dengan petani mitra, sebagian besar luas lahan petani non mitra, yaitu sebanyak 36,36 persen adalah antara 1,1-2 ha. Sedangkan yang lainnya, masing-masing sebanyak 27,27 persen memiliki luas lahan kacang tanah 0,5 ha dan antara 0,6-1 ha, dan sebanyak 9,09 persen petani non mitra memiliki luas lahan antara 2,1-3 ha. Untuk petani non mitra, tidak ada yang luas lahan usahatani kacang tanahnya diatas 3 ha. Dari Tabel 18 dapat diketahui bahwa petani mitra memiliki luas lahan usahatani kacang tanah yang lebih besar dibandingkan petani non mitra.
65
VI.
6.1
EVALUASI PELAKSANAAN KEMITRAAN
Gambaran Umum Kemitraan di PT Garudafood PT Garudafood mengembangkan kemitraan sejak tahun 1996. Pada
pelaksanan kemitraan,pihak Garudafood membagi mitra menjadi 3 golongan mitra, yaitu mitra pemerintah daerah, mitra pelaku agribisnis, dan mitra community development program. Mitra pemerintah daerah mengutamakan pada program peningkatan produksi kacang tanah. Kelompok yang tergabung dalam mitra pelaku agribisnis adalah petani atau kelompok tani dan pengusaha agribisnis kacang tanah, yang mengutamakan kualitas kacang tanah dan pendapatan usahatani. Dan untuk mitra community development program menitikberatkan kegiatannya pada pemberdayaan masyarakat yang merupakan petani kacang tanah. Upaya meningkatkan pemberdayaan para petani, pihak PT Garudafood menetapkan beberapa syarat dalam kemitraan. Syarat menjadi mitra adalah adanya kelembagaan atau sebuah organisasi yang bergerak di bidang pertanian, dapat berupa kelompok tani, koperasi tani, lembaga swadaya masyarakat, dan pesantren. Syarat lain untuk menjadi mitra adalah memiliki petani dan lahan binaan untuk melakukan budidaya kacang tanah, memiliki modal sendiri untuk melakukan budidaya, karena PT Garudafood tidak memberikan modal untuk budidaya. Dalam melaksanakan kemitraan, PT Garudafood menggunakan model kontrak beli, dimana pihak mitra dan PT Garudafood terikat dalam surat perjanjian kerjasama yang disepakati kedua belah pihak. Surat perjanjian
66
kerjasama ini berisi bahwa bimbingan budidaya kacang tanah dan penjamin pasar menjadi tanggung jawab PT Garudafood. Sedangkan petani mitra berkewajiban melakukan budidaya sesuai dengan bimbingan yang telah diberikan oleh PT Garudafood, serta berkewajiban mengirimkan seluruh hasil panennya ke pabrik PT Garudafood dengan harga yang sudah disepakati di surat perjanjian kerjasama. Dilihat dari pelaksanaan kemitraan tersebut maka pola kemitraan yang dilakukan antara PT Garudafood dengan petani mitra adalah model kontrak beli. Akan tetapi dalam pelaksanaan kemitraan masih ada hal yang berjalan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Selama mengikuti kemitraan petani mitra terkadang menjual sebagian hasil produksi kacang tanahnya ke perusahaan lain. Selain itu, PT Garudafood juga membeli produksi kacang tanah dari petani non mitra.
6.2
Surat Perjanjian Kerjasama PT Garudafood dengan petani mitra membuat surat perjanjian kerjasama
dengan petani mitra dalam periode satu tahun, yang dapat diperpanjang sesuai dengan kesepakatan bersama. Dalam kontrak perjanjian terkandung aspek-aspek perjanjian berupa identitas kedua belah pihak yang bermitra, periode tanam, harga pembelian, luas areal petani kacang tanah, cara pembayaran, standar mutu, sanksi dan lain-lain. Tahapan yang dilakukan petani atau kelompok tani untuk menjadi petani mitra dari PT Garudafood, yaitu : 1. Kelompok tani mengajukan permohonan kerjasama kemitraan kepada PT Garudafood.
67
2. Survei lahan usahatani kacang tanah oleh PT Garudafood. 3. Petani membuat RDKK (Rencana Definisi Kebutuhan Kelompok), yaitu data mengenai kebutuhan input produksi kacang tanah (benih, pupuk, dan obatobatan) yang dibutuhkan oleh petani. 4. Menentukan harga dasar kacang tanah. 5. Membuat surat perjanjian kerjasama. Jika seluruh persyaratan dalam surat perjanjian kerjasama telah disetujui, maka petani atau kelompok tani tersebut sudah menjadi mitra PT Garudafood. Petani juga dapat segera menjual hasil produksi kacang tanahnya ke PT Garudafood.
6.3
Tujuan Kemitraan PT Garudafood Kemitraan PT Garudafood dengan petani kacang tanah mempunyai dua
tujuan yaitu : 1. Menjamin suplai bahan baku kacang tanah PT Garudafood dengan tujuan mencapai pangsa pasar yang lebih besar 2. Menciptakan pasar dan kepastian harga kacang tanah. Kemitraan antara PT Garudafood dengan petani merupakan kerjasama yang mutualis artinya saling menguntungkan bagi kedua pihak, yaitu PT Garudafood dan para petani mitra. Bagi PT Garudafood kemitraan ini berperan untuk meningkatkan kepastian pasokan kacang tanah sebagai bahan baku industri, sedangkan bagi para petani berperan untuk meningkatkan pendapatan petani dan memberikan jaminan pasar bagi hasil usahatani kacang tanah.
68
Dengan adanya kemitraan ini maka para petani mendapatkan kepastian untuk menjual hasil panen kacang tanah karena PT Garudafood berperan sebagai penjamin pasar. Dengan adanya jaminan pasar kacang tanah maka para petani tidak khawatir terjadinya kelebihan produksi yang sering menjadi masalah dan sangat merugikan bagi para petani. Kemitraan ini berperan sebagai penyangga pasar dan harga, sehingga produksi kacang tanah oleh petani tetap dapat dibeli dengan harga normal walaupun pada saat panen raya yang biasanya terjadi penurunan harga yang sangat merugikan para petani.
6.4
Evaluasi Pelaksanaan Kemitraan Berdasarkan konsep kemitraan yang dijalankan oleh PT Garudafood di
Desa Palangan, maka konsep kemitraannya dapat digolongkan sebagai bentuk kemitraan pola kontrak beli. Pola ini ditandai dengan adanya suatu perjanjian kerjasama secara tertulis untuk jangka waktu tertentu antara pihak petani dengan pihak Garudafood. Surat perjanjian kerjasama dibuat untuk menyepakati antara lain hak dan kewajiban pihak-pihak yang menjalin kerjasama, harga kacang tanah, sanksi dan sebagainya. Berdasarkan uraian mengenai perjanjian kemitraan dan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dalam kemitraan, dapat dievaluasi pelaksanaan kemitraan tersebut. Secara ringkas evaluasi pelaksanaan kemitraan dapat dilihat pada matriks evaluasi, dimana dapat terlihat beberapa isi surat perjanjian yang tidak berjalan sesuai dengan ketentuan pada surat perjanjian kerjasama yang telah disepakati (Tabel 19).
69
Tabel 19. Matriks Evaluasi Pelaksanaan Kemitraan Usahatani Kacang Tanah di PT Garudafood, 2008 No. 1. 2. 3. 4.
Keterangan Periode tanam Penggunaan pupuk Pemilihan bibit Pembelian hasil produksi Penjualan hasil produksi Penetapan harga dasar Mutu fisik kacang tanah Cara pembayaran
5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17.
Jumlah quota Standar baku mutu kacang tanah Pengakuan prestasi Sanksi perusahaan Sanksi petani Pembatalan perjanjian Kejadian yang tidak terduga Jangka waktu perjanjian Jalur hukum
Ketentuan Dilaksanakan dalam dua periode tanam. Menggunakan pupuk organik dan anorganik sesuai dosis anjuran PT Garudafood. Menggunakan bibit rekomendasi PT Garudafood. Pihak PT Garudafood berjanji untuk membeli hasil produksi petani mitra. Petani mitra harus menjual seluruh hasil produksi kepada perusahaan. Kedua pihak menyetujui penetapan harga dasar. Petani mengirimkan hasil panen dengan mutu fisik minimal 1:1. Pembayaran dilakukan dengan cara tunai atau ditransfer. Kedua pihak menentukan quota hasil panen. Standar baku mutu kacang tanah ditetapkan oleh PT Garudafood.
Realisasi Tidak sesuai Tidak sesuai
Jika pengiriman hasil panen memenuhi quota maka akan diberikan penambahan quota pada musim panen berikutnya. Petani berhak membatalkan perjanjian dan harus membayar ganti rugi. Pengurangan quota pada musim tanam berikutnya. Tidak dapat dibatalkan oleh salah satu pihak. Meminimalkan kerugian jika terjadi force majuere. Perjanjian berlaku selama satu tahun.
Sesuai
Penyelesaian musyawarah.
Sesuai
perselisihan
secara
Sesuai Sesuai Tidak sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai
Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai Sesuai
Hasil evaluasi kemitraan pada Tabel 11 terlihat bahwa ada beberapa ketentuan pada surat perjanjian kerjasama yang tidak terealisasi dengan baik. Hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Budidaya kacang tanah dilakukan dalam dua periode tanam yaitu periode tanam
pada
bulan
November/Desember
dan
periode
tanam
bulan
Februari/Maret. Berdasarkan penelitian, semua petani mitra di Desa Palangan
70
menanam di luar periode tanam bulan Februari/Maret. Mereka menanam kacang tanah pada bulan Mei dengan alasan menunggu ketersediaan air untuk irigasi. Hal ini menyebabkan mundurnya waktu panen, sehingga pengiriman kacang tanah ke perusahaan juga tidak sesuai dengan yang sudah dijadwalkan. 2. Dalam kegiatan pemupukan pada budidaya kacang tanah, pupuk yang digunakan adalah pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik yang digunakan petani mitra di Desa Palangan adalah kotoran sapi, karena ternak yang dipelihara oleh sebagian besar warga di Desa Palangan adalah sapi. Sehingga pupuk organik mudah diperoleh dan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk mendapatkannya. Sedangkan pupuk anorganik yang digunakan adalah pupuk urea, TSP dan KCl dengan dosis yang dianjurkan perusahaan. Dosis penggunaan pupuk yang dianjurkan oleh PT Garudafood adalah 50-100kg urea per ha, 100 kg TSP per ha, dan 100 kg KCl per ha. Dalam pelaksanaannya masing-masing sebanyak 36,67 persen, 93 persen, dan 83,33 persen dari petani mitra yang menggunakan pupuk urea, TSP dan KCl tidak sesuai dengan dosis anjuran dari PT Garudafood. Alasan petani mitra menggunakan pupuk tidak sesuai dengan dosis yang dianjurkan adalah keterbatasan modal dan juga untuk mengurangi biaya produksi. Selain itu akibat kelangkaan pupuk, maka banyak petani yang membeli pupuk dengan jumlah kurang dari yang dibutuhkan. 3. Bibit kacang tanah yang digunakan petani mitra harus sesuai dengan rekomendasi
dari
PT
Garudafood.
Varietas
kacang
tanah
yang
direkomendasikan PT Garudafood antara lain landak, gajah, trenggiling, pelanduk, garuda dua, garuda biga, dan beberapa varietas lainnya. Varietas
71
tersebut direkomendasikan oleh PT Garudafood karena produk yang dihasilkan sesuai dengan standar produk PT Garudafood, yaitu biji berbentuk bulat lonjong, warna kulit ari merah muda atau rose, dan bernas (polong padat). Untuk varietas kelinci, panther, singa, macan dan kidang tidak masuk dalam rekomendasi karena polong kacang tanah yang dihasilkan dari varietas tersebut tidak memenuhi standar produk dari PT Garudafood, yaitu berbiji pipih. Semua petani mitra di Desa Palangan menggunakan bibit kacang tanah sesuai rekomendasi PT Garudafood yaitu varietas gajah dan garuda dua. Hanya kedua varietas tersebut yang digunakan petani mitra di Desa Palangan karena bibit yang tersedia di toko pertanian di Desa Palangan hanya varietas gajah dan garuda dua. 4. Sesuai dengan tujuan kemitraan PT Garudafood yaitu sebagai penjamin pasar bagi petani mitra, maka PT Garudafood berjanji untuk membeli hasil produksi kacang tanah petani mitra. Akan tetapi dalam surat perjajinan kerjasama pihak PT Garudafood tidak diharuskan membeli seluruh produksi kacang tanah petani mitra. Maka ada beberapa hasil produksi petani mitra yang tidak dibeli PT Garudafood dengan alasan tidak memenuhi standar produk, seperti dalam satu polong kacang tanah terdapat tiga biji. Karena untuk polong berbiji tiga varietas yang direkomendasikan oleh PT Garudafood adalah varietas garuda biga. Hal ini akan merugikan petani mitra karena akan mengurangi jumlah produksi kacang tanah yang dijual kepada PT Garudafood sehingga penerimaan yang didapatkan petani mitra akan berkurang. 5. Berdasarkan surat perjanjian kerjasama, petani mitra harus menjual seluruh hasil produksi kacang tanahnya ke PT Garudafood. Dari penelitian ada
72
beberapa petani mitra yang menjual hasil produksinya selain ke PT Garudafood. Sebesar 66,67 persen dari petani mitra atau atau rata-rata sebesar 271,40 kg per ha kacang tanah petani mitra selain dijual ke PT Garudafood juga dijual ke tengkulak. Petani mitra menjual hasil produksinya ke tengkulak karena tidak semua hasil produksi petani mitra dibeli oleh PT Garudafood. Hal ini disebabkan karena produksi kacang tanah petani mitra ada yang tidak memenuhi standar mutu produk. Sehingga agar tetap mendapatkan hasil dari produksinya maka petani mitra menjual kacang tanahnya ke tengkulak. Alasan lain petani juga menjual ke pihak lain, seperti tengkulak adalah karena terdesak kebutuhan dana. Dengan menjual ke tengkulak petani akan lebih cepat mendapatkan hasil penjualan kacang tanah, karena petani dapat panen lebih cepat yaitu 80-85 HST, sedangkan umur panen yang telah ditentukan PT Garudafood adalah 90-100 HST. 6. Dalam surat perjanjian kerjasama menyatakan bahwa baik PT Garudafood maupun petani mitra menyepakati penentuan harga dasar, yaitu Rp7.000 per kg. Meskipun demikian, petani mitra tidak mempunyai peranan dalam menentuhan harga kacang tanah. Penentuan harga dilakukan oleh PT Garudafood yang kemudian disepakati bersama dengan petani mitra. Tetapidengan harga beli yang telah disepakati tersebut petani mitra tetap merasa diuntungkan. Karena harga yang diberikan PT Garudafood lebih tinggi dari harga yang diberikan oleh tengkulak dan harga tetap sesuai dengan perjanjian meskipun pada saat panen raya, yang biasanya harga akan turun. 7. Mutu fisik kacang tanah petani mitra yang dikirim ke PT Garudafood dilihat dari perbandingan polong tua dengan polong muda. Minimal perbandingan
73
antara polong tua dan muda adalah 1:1. Mutu fisik kacang tanah yang ditentukan PT Garudafood diuji secara manual dilihat dari perbandingan polong tua dan polong muda. Peningkatan mutu fisik kacang tanah yang dikirim ke PT Garudafood berpengaruh pada peningkatan harga kacang tanah, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada pendapatan usahatani petani mitra. Setiap kenaikan mutu fisik kacang tanah maka harga kacang tanah akan diberikan penambahan sebesar Rp100 per kg 8. PT Garudafood sepakat melakukan pembayaran terhadap kacang tanah yang dikirim petani mitra dengan cara tunai pada hari yang sama setelah proses pembelian selesai. Apabila terjadi keterlambatan dalam pembayaran, maka pembayaran kepada petani mitra dilakukan dengan cara ditransfer dengan menyerahkan tanda bukti transfer. Jangka waktu pembayaran dengan cara transfer adalah dua hari sejak pengiriman dilakukan. Pada surat perjanjian kerjasama dinyatakan bahwa jika PT Garudafood belum melakukan pembayaran sampai jangka waktu yang telah ditentukan maka petani mitra berhak memberikan teguran atau PT Garudafood dikenakan denda atas kerugian yang telah terjadi. Berdasarkan penelitian, hingga saat ini PT Garudafood selalu melakukan pembayaran secara tunai kepada petani mitra di Desa Palangan. 9. Dalam surat perjanjian kerjasama telah ditentukan jumlah quota kacang tanah yang dikirimkan petani mitra kepada PT Garudafood. Jika hasil produksi kacang tanah yang dikirim petani mitra lebih besar dari jumlah quota yang telah ditentukan maka PT Garudafood akan memberikan tambahan quota sesuai dengan kesepakatan bersama. Begitu juga sebaliknya, jika kacang tanah
74
yang dikirim petani mitra kurang dari jumlah quota yang telah ditentukan, maka PT Garudafood akan mengurangi jumlah quota. Selama ini hasil produksi kacang tanah petani mitra di Desa Palangan yang dikirim terkadang melebihi jumlah quota ataupun kurang dari jumlah quota. Pada tahun 2004 jumlah quota yang disepakati adalah sebesar 150 ton, tetapi karena beberapa petani mitra mengalami gagal panen sehingga quota yang dikirim hanya 132 ton. 10. Standar baku mutu kacang yang ditetapkan PT Garudafood yaitu : (1) umur panen kacang tanah 90-100 hari, (2) varietas kacang tanah yang digunakan sesuai dengan rekomendasi PT Garudafood, (3) Polong kacang tanah berbiji dua dan khusus untuk varietas garuda biga berbiji tiga, (4) ciri fisik kacang tanah sehat, tidak busuk, bersih, dan segar. Maksimal waktu pengiriman kacang tanah adalah 2 x 24 jam dari waktu panen. Dalam pelaksanaannya petani mitra selalu mengikuti standar baku mutu kacang yang ditetapkan PT Garudafood. 11. Bila jumlah quota yang telah ditetapkan selalu terpenuhi, maka PT Garudafood sepakat untuk menaikkan quota sampai dengan seratus persen quota pada periode selanjutnya atau sesuai kesepakatan bersama. Petani mitra di Desa palangan dapat menambah jumlah quota pengiriman hasil produksi kacang tanah, karena petani mitra di Desa Palangan dapat memenuhi jumlah quota yang telah disepakati dalam surat perjanjian kerjasama. 12. Jika PT Garudafood lalai memenuhi kewajibannya dalam membayar hasil pembelian kacang tanah kepada petani mitra, maka petani mitra berhak membatalkan perjanjian ini dan PT Garudafood wajib membayar ganti rugi
75
biaya produksi yang dikeluarkan petani mitra dengan disertai bukti pembayaran ganti rugi yang sah. Dalam pelaksanaannya pihak PT Garudafood tidak pernak lalai dalam melakukan pembayaran dari hasil pembelian kacang tanah kepada petani mitra. 13. Apabila petani mitra lalai memenuhi kewajibannya dalam memenuhi jumlah quota tanpa pemberitahuan sebelumnya, maka petani mitra akan dikenai penalti/sanksi berupa pengurangan quota pada musim tanam berikut menjadi maksimal sejumlah quota yang dipasok pada musim tanam pada saat itu. Dari penelitian, petani mitra selalu memenuhi quota yang telah ditentukan. Dan apabila jumlah produksi kacang tanah yang dikirim lebih sedikit dari quota yang ditentukan, maka sebelumnya petani mitra melakukan pemberitahuan ke PT Garudafood. 14. Surat perjanjian kerjasama tidak dapat dibatalkan oleh salah satu pihak sebelum jangka waktu kesepakatan kecuali ada hal yang dapat membatalkan surat perjanjian tersebut, seperti kelalaian perusahaan dalam membayar hasil pembelian kacang tanah ke petani mitra. Apabila salah satu pihak tidak dapat memenuhi kewajibannya dalam melaksanakan kegiatan kemitraan, maka pihak yang dirugikan dapat memaksa pihak lain untuk memenuhi kewajibannya itu atau dapat menuntut pembatalan perjanjian disertai dengan penggantian biaya, kerugian dan bunga. Sampai saat ini selama pelaksanaan kegiatan kemitraan antara PT Garudafood dengan petani mitra di Desa Palangan belum pernah terjadi pembatalan surat perjanjian. Dan baik pihak perusahaan maupun petani mitra belum pernah lalai dalam melaksanakan kewajibannya.
76
15. Segala peristiwa force-majeure adalah peristiwa yang terjadi diluar kekuasaan baik PT Garudafood maupun petani mitra, seperti huru-hara, kebakaran, ledakan, pemogokan umum, perang, perubahan peraturan perundangan, tindakan pemerintah, kekacauan sosial yang menyebabkan salah satu pihak tidak dapat melaksanakan kewajibannya sesuai dengan perjanjian ini tidak termasuk ke dalam pelanggaran perjanjian. Apabila terjadi force-majeure maka kedua pihak atau salah satu pihak akan melakukan upaya untuk meminimalkan kerugian. Jika force-majeure tidak dapat diatasi, maka pahak yang dirugikan berhak untuk membatalkan perjanjian. Force-majeure pernah dialami oleh petani mitra di Desa Palangan pada tahun 2007, yaitu terjadi banjir di Kabupaten Situbondo yang menyebabkan tertutupnya jalan menuju Kabupaten Situbondo. Agar kacang tanah tetap dapat dikirim ke pabrik PT Garudafood, maka pengiriman dilakukan melalui jalan alternatif. Dengan demikian petani mitra tetap dapat menjual hasil produksinya ke PT Garudafood dan PT Garudafood tetap mendapatkan pasokan kacang tanah dari petani mitra. 16. Surat perjanjian kerjasama berlaku untuk jangka waktu satu tahun sejak tanggal ditanda-tanganinya surat perjanjian tersebut. Jika jangka waktu perjanjian telah habis, maka surat perjanjian kerjasama tersebut dapat diperpanjang atas kesepakan kedua pihak, yaitu PT Garudafood dan petani mitra. Baik PT Garudafood maupun petani mitra dapat mengakhiri perjanjian kerjasama sebelum jangka waktu yang ditentukan dengan terlebih dahulu mengiririmkan surat pemberitahuan untuk mengakhiri perjanjian beserta alasan-alasan yang tidak bertentangan dengan isi surat perjanjian. Surat
77
pemberitahuan pembatalan perjanjian dikirimkan selambat-lambatnya tujuh hari sejak tanggal pengakhiran perjanjian diajukan. 17. Apabila terjadi perselisihan, pertentangan dan perbedaan pendapat dari pelaksanaan perjanjian kerjasama antara PT Garudafood dan petani mitra, maka kedua pihak sepakat untuk menyelesaikan perselisihan tersebut secara musyawarah untuk mencapai mufakat. Dan apabila penyelesaian secara musyawarah tidak tercapai, maka kedua pihak sepakat untuk menyelesaikan perselisihan melalui jalur hukum. Sampai saat ini, dalam melaksanakan kegiatan kemitraan belum pernah ada perselisihan yang tidak dapat diselesaikan secara mufakat. PT Garudafood dan petani mitra bermusyawarah untuk menetapkan harga kacang tanah, jumlah quota, dan jangka waktu perjanjian. Berdasarkan evaluasi pelaksanaan kemitraan dapat disimpulkan bahwa baik pihak PT Garudafood maupun petani mitra berusaha untuk menjalankan kewajibannya sebaik mungkin sesuai dengan surat perjanjian kerjasama. Dari evaluasi kemitraan masih terlihat ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan surat perjanjian kerjasama, yaitu keterlambatan waktu tanam, penggunaan pupuk tidak sesuai dosis anjuran dan petani masih ada yang menjual hasil produksinya ke pihak lain. Agar kegiatan kemitraan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan memberikan keuntungan bagi kedua pihak, maka kegiatan kemitraan antara PT Garudafood dengan petani kacang tanah di Desa Palangan harus diperbaiki pelaksanaannya.
78
6.5
Manfaat Kemitraan Meskipun dalam pelaksanaan kemitraan masih terdapat beberapa hal yang
tidak sesuai dengan perjanjian kerjasama, tetapi petani mitra masih mendapatkan manfaat dari pelaksanaan kemitraan ini. Tabel 20. Manfaat Kemitraan PT Garudafood dengan Petani Mitra di Desa Palangan, 2008 3 Jawaban Responden
Persentase (%)
28 2
93,33 6,67
30
100
30 0
100 0
30
100
30 0
100 0
30
100
a. Menambah ilmu pengetahuan
20
66,67
b. Tidak ada pengaruh
10
33,33
30
100
Manfaat Kemitraan 1. Pemasaran Output a. Ada jaminan pasar b. Tidak ada jaminan pasar Jumlah 2. Harga a. Harga tetap/stabil b. Harga berubah Jumlah 3. Pendapatan a. Meningkat b. Tidak ada pengaruh Jumlah 4. Bimbingan
Jumlah Manfaat yang diperoleh petani mitra, antara lain : 1. Jaminan pasar
Sebanyak 93.33 persen petani mitra menyatakan bahwa dengan mengikuti kemitraan mereka tidak khawatir hasil produksinya akan terbuang. Karena PT Garudafood memberikan jaminan pasar bagi petani mitra untuk menjual hasil produksi kacang tanahnya. Dengan ketentuan kacang tanah yang dikirim petani mitra memenuhi standar mutu kacang tanah sesuai dengan surat perjanjian kerjasama yang telah disepakati.
79
2. Kepastian harga Sebanyak 100 persen petani mitra menyatakan bahwa dengan bermitra mereka tidak khawatir dengan adanya penurunan harga kacang tanah di pasar pada saat panen raya, karena harga kacang tanah telah ditentukan sebelumnya pada surat perjanjian kerjasama. Selain itu, petani mitra juga tidak khawatir dengan adanya permainan harga seperti jika menjual kacang tanah ke tengkulak. 3. Pendapatan meningkat Sebanyak 100 persen petani mitra menyatakan bahwa dengan mengikuti kemitraan pendapatan mereka meningkat. Hal tersebut dikarenakan PT Garudafood membeli hasil produksi kacang tanah dari petani dengan harga lebih tinggi daripada yang diberikan oleh tengkulak yang biasa membeli kacang tanah petani non mitra. 4. Menambah ilmu pengetahuan Sebanyak 66,67 persen petani mitra menyatakan bahwa dengan mengikuti program kemitraan mereka mendapatkan tambahan pengetahuan mengenai budidaya kacang tanah yang benar. Pengetahuan mengenai budidaya kacang tanah diberikan melalui pembinaan yang diberikan oleh divisi produksi PT Garudafood yang menangani kegiatan kemitraan.
6.6
Permasalahan dan Alternatif Perbaikan Pelaksanaan Kemitraan Pelaksanaan Kemitraan antara PT Garudafood dengan petani mitra di Desa
Palangan masih mengalami beberapa masalah. Permasalahan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Masih ada petani yang menjual hasil produksi kacang tanahnya ke pihak lain
80
Sebanyak 66,67 persen petani mitra selain menjual hasil produksinya ke PT Garudafood juga menjual ke tengkulak. Petani menjual ke tengkulak disebabkan karena terdesak akan kebutuhan dana. Dengan menjual hasil produksi kacang tanah ke tengkulak, petani tidak perlu memanen kacang seperti yang dianjurkan PT Garudafood, yaitu 90-100 hari. Sehingga petani akan lebih cepat mendapatkan penghasilan jika dibandingkan dengan menjual ke PT Garudafood. 2. Penggunaan pupuk masih ada yang tidak sesuai dengan dosis anjuran Petani mitra yang menggunakan pupuk urea, TSP dan KCl
tidak sesuai
dengan dosis anjuran dari PT Garudafood masing-masing sebesar 36,67 persen, 93 persen, dan 83,33 persen. Alasan petani mitra menggunakan pupuk tidak sesuai dengan dosis yang dianjurkan adalah untuk mengurangi biaya produksi. karena masalah keterbatasan modal. Selain itu akibat kelangkaan pupuk, maka banyak petani yang membeli pupuk dengan jumlah kurang dari yang dibutuhkan. 3. Periode tanam tidak sesuai dengan perjanjian Periode tanam kacang tanah yang ditentukan dalam surat perjanjian kerjasama adalah bulan November/Desember dan bulan Februari/Maret. Tetapi pada bulan Februari persediaan air di Desa Palangan tidak mencukupi untuk menanam kacang tanah. Sehingga petani mitra menanam kacang tanah pada saat persediaan air mencukupi, yaitu bulan Mei. Hal ini menyebabkan waktu panen tidak sesuai dengan yang sudah dijadwalkan, sehingga pasokan kacang tanah ke PT Garudafood mengalami keterlambatan.
81
4. Petani melakukan panen terlalu cepat Panen kacang tanah yang dianjurkan oleh PT Garudafood adalah pada saat kacang tanah berumur 90-100 hari. Akan tetapi sebanyak 16,67 persen dari petani mitra memanen lebih cepat dari yang dianjurkan. Panen yang terlalu cepat akan mengakibatkan rendahnya produktivitas kacang tanah, sehingga akan mengurangi penerimaan usahatani petani mitra. Selain merugikan petani mitra karena penghasilan usahataninya berkurang, tetapi juga merugikan PT Garudafood karena kualitas kacang tanah menjadi rendah dan tidak sesuai dengan yang diharapkan. 5. Perusahaan membeli kacang tanah dari petani non mitra Kebutuhan kacang tanah sebagai bahan baku industri pada PT Garudafood terus mengalami peningkatan, sedangkan produksi kacang tanah petani mitra tidak dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Sehingga PT Garudafood juga membeli kacang tanah dari petani lain di luar petani mitra dengan harga yang sama dengan petani mitra. Hingga saat ini belum ada penanganan atau tindakan yang dilakukan baik oleh PT Garudafood maupun petani mitra untuk mengatasi masalah dalam pelaksanaan kemitraan. Sehingga permasalahan dalam kemitraan antara PT Garudafood dengan petani mitra di Desa Palangan masih tetap terjadi. Agar pelaksanaan kemitraan berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang diharapakan maka kendala yang terjadi pada pelaksanaan kemitraan perlu diatasi. Beberapa alternatif pemecahan kendala pada pelaksanaan kemitraan yang dapat dilakukan, antara lain :
82
1. Petani mitra hendaknya lebih mengikuti anjuran PT Garudafood dalam penggunaan pupuk dan waktu panen, sehingga produksi yang dihasilkan sesuai yang diharapkan dan memenuhi standar produk PT Garudafood. Dengan demikian seluruh hasil produksi kacang tanah petani mitra dapat dibeli oleh PT Garudafood. Selain itu dengan menggunakan pupuk sesuai dengan anjuran, maka produktivitas kacang tanah akan meningkat. Sehingga pendapatan petani mitra akan bertambah. 2. Perencanaan periode tanam pada surat perjanjian kerjasama perlu dirumuskan bersama antara kedua pihak yang bermitra. Sehingga periode tanam petani mitra dapat disesuaikan dengan ketersediaan air di Desa Palangan tanpa harus melanggar perjanjian kerjasama. Dengan demikian tidak ada keterlambatan pengiriman kacang tanah ke PT Garudafood. 3. Perlu adanya pengawasan dari perusahaan dalam budidaya kacang tanah. Hal ini ditujukan agar petani mitra lebih memperhatikan budidaya kacang tanah. Selain itu, PT Garudafood juga perlu melakukan pengawasan terhadap waktu panen yang dilakukan petani mitra. Sehingga umur kacang tanah yang dipanen sesuai dengan yang dianjurkan PT Garudafood. Dengan demikian tidak hanya menguntungkan PT Garudafood karena tetap dapat menjaga kualitas produk, tetapi juga menguntungkan petani mitra karena produksi kacang tanah yang dihasilkan akan lebih banyak, sehingga penerimaan petani mitra akan bertambah. 4. Pihak PT Garudafood hendaknya membedakan harga beli kacang tanah antara petani mitra dan non mitra, dan membatasi quota pembelian kacang tanah dari petani non mitra. Hal ini dilakukan agar petani mitra tidak merasa dirugikan.
83
Selain itu, hendaknya bentuk kemitraan lebih diperjelas, karena selama ini terlihat ada dua bentuk kemitraan, yaitu kemitraan dengan pola sub kontrak dan pola kemitraan dagang umum. Pola sub kontrak dilaksanakan dengan petani mitra yang terikat pada perjanjian kerjasama, sedangkan pola kemitraan dagang umum dilaksanakan dengan petani non mitra yang tidak terikat dengan perjanjian kerjasama.
84
VII. PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI KACANG TANAH
7.1
Keragaan Usahatani Kacang Tanah Kacang tanah merupakan salah satu tanaman pangan yang dibudidayakan
di Desa Palangan. Kacang tanah ditanam dengan pola monokultur dengan alasan lebih mudah perawatannya. Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam usahatani kacang tanah meliputi : pengolahan lahan, penanaman, pemupukan, pengairan, pemeliharaan, dan pemanenan. Rangkaian proses kegiatan produksi pada usahatani kacang tanah di Desa Palangan sampai saat ini masih menerapkan proses budidaya yang tradisional.
1.
Pengolahan Lahan Pengolahan lahan yang dilakukan oleh petani kacang tanah, baik petani
mitra maupun non mitra di Desa Palangan dilakukan sebanyak dua kali, pengolahan lahan pertama dilakukan dengan menggunakan mesin atau traktor yaitu rata-rata 14 hari sebelum tanam untuk petani mitra dan 17 hari sebelum tanam untuk petani non mitra. Pengolahan lahan kedua dilakukan dengan menggunakan ternak, yaitu pada dua hari sebelum tanam untuk petani mitra dan tiga hari sebelum tanam untuk petani non mitra.
85
Tabel 21. Kegiatan Pengolahan Lahan Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008 No. Pengolahan Tanah 1. Pengolahan pertama - Mesin/traktor - Ternak sapi Jumlah 2. Pengolahan kedua - Mesin/traktor - Ternak sapi Jumlah 3. Membuat guludan 4. Tidak ada guludan Jumlah
Mitra
Non Mitra
30 0 30
11 0 11
0 30 30 0 30 30
0 11 11 0 11 11
Tabel 21 menunjukkan bahwa 100 persen dari petani mitra maupun petani non mitra melakukan pengolahan lahan dengan dua tahap yaitu pertama dengan menggunakan mesin atau traktor dan kedua dengan menggunakan ternak. Dari Tabel 21 juga diketahui bahwa 100 persen dari petani mitra dan non mitra tidak ada yang membuat guludan. Alasan petani tidak membuat guludan adalah untuk menghemat waktu dan biaya tenaga kerja pada kegiatan pengolahan tanah.
2.
Penggunaan Bibit, Penanaman, dan Penyulaman Kacang tanah memiliki beberapa varietas, seperti kidang, gajah, macan,
trenggiling, garuda dua, dan garuda biga. Hampir semua varietas kacang tanah sesuai dengan rekomendasi PT Garudafood, kecuali varietas kelinci, panther, singa, macan dan kidang karena produk dari varietas tersebut tidak memenuhi standar PT Garudafood. Petani mitra di Desa Palangan menggunakan bibit dari varietas gajah dan garuda dua. Sedangkan petani non mitra menggunakan varietas gajah, garuda dua dan kelinci (Tabel 22).
86
Tabel 22. Penggunaan Bibit Kacang Tanah Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008 No.
Jenis Bibit
Mitra
Non Mitra
1.
Garuda dua
18
2
2.
Gajah
12
4
3.
Kelinci
0
5
30
11
Jumlah
Dari Tabel 22 terlihat bahwa sebanyak 60 persen petani mitra menggunakan bibit varietas garuda dua dan sebanyak 40 persen menggunakan varietas gajah. Penggunaan bibit pada petani non mitra terlihat bahwa sebanyak 45,45 persen menggunakan varietas Kelinci, 36,36 persen menggunakan varietas gajah, dan 18,18 persen menggunakan varietas garuda dua. Tidak adanya petani mitra yang menggunakan bibit dari varietas kelinci menunjukkan bahwa petani mitra telah menggunakan bibit sesuai rekomendasi dari PT Garudafood. Sedangkan petani non mitra lebih bebas dalam penggunaan varietas bibit kacang tanah, sehingga petani non mitra dapat menggunakan varietas yang bukan rekomendasi dari PT Garudafood, seperti varietas kelinci. Standar produk kacang tanah yang sesuai dengan pihak Garudafood adalah biji berbentuk bulat lonjong dan warna kulit ari merah muda atau rose. Sehingga jika dilihat dari karakteristiknya, varietas garuda dua dan gajah memenuhi standar produk PT Garudafood, sedangkan varietas kelinci tidak memenuhi standar produk dari PT Garudafood karena berbentuk pipih dan kulit ari berwarna ungu. Pada umumnya penanaman bibit dilakukan dengan cara ditugal dengan jarak lubang tanam 40 cm x 15 cm, tiap lubang dengan kedalaman sekitar 3 cm dimasukkan satu biji kacang tanah. Sehingga 1 ha lahan dibutuhkan 200.000250.000 biji kacang tanah atau 100 kg polong. Akan tetapi, penanaman kacang
87
tanah di Desa Palangan tidak dilakukan dengan cara ditugal melainkan ditabur. Penanaman bibit dilakukan dengan cara mengikuti alur bajak, dengan jarak tanam 0,01 m x 0,01 m. Benih kacang tanah akan tumbuh 3-7 hari setelah tanam (hst). Apabila dalam waktu tersebut ada benih yang tidak tumbuh, maka perlu dilakukan penyulaman. Penyulaman bertujuan mempertahankan jumlah populasi optimal per satuan luas lahan, dari kemungkinan benih mati atau tidak tumbuh. Tabel 23. Kegiatan Penyulaman Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008 No. 1. 2.
Penyulaman
Mitra
Non Mitra
0 30 30
0 11 11
Melakukan penyulaman Tidak melakukan penyulaman Jumlah
Dari Tabel 23 dapat dilihat bahwa baik petani mitra maupun non mitra tidak ada yang melakukan penyulaman. Petani tidak melakukan penyulaman dengan alasan untuk menghindari perbedaan usia tanaman kacang tanah ketika panen, dan untuk mengurangi biaya tenaga kerja.
3.
Pemupukan Pemupukan pada tanaman kacang tanah dilakukan bertujuan untuk
meningkatkan kesuburan tanah dan menyediakan unsur-unsur yang diperlukan tanaman dalam pertumbuhannya, sehingga produktivitas tanaman kacang tanah dapat meningkat. Petani mitra dan non mitra menggunakan pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik yang digunakan petani kacang tanah di Desa Palangan adalah kotoran ternak. Sedangkan pupuk anorganik yang digunakan adalah pupuk urea, TSP dan KCl (Tabel 24).
88
Tabel 24. Penggunaan Pupuk Anorganik Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008 No. Pemupukan 1. Urea - Menggunakan - Tidak menggunakan Jumlah 2. TSP - Menggunakan - Tidak menggunakan Jumlah 3. KCl - Menggunakan - Tidak menggunakan Jumlah
Mitra
Non Mitra
29 1 30
11 0 11
13 17 30
7 4 11
28 2 30
8 3 11
Tabel 24 menunjukkan bahwa 96,67 persen dari petani mitra dan 100 persen petani non mitra menggunakan pupuk urea. Banyaknya petani yang menggunakan pupuk urea karena bagi petani kacang tanah di Desa Palangan, pupuk urea merupakan pupuk utama dalam menanam kacang tanah. Untuk pemakaian pupuk TSP, sebanyak 43,33 persen dari petani mitra dan 63,64 persen dari petani non mitra yang menggunakan pupuk TSP. Hal ini disebabkan karena persediaan pupuk TSP di toko pertanian di Desa Palangan bahkan di Kecamatan Jangkar sangat sedikit. Selain itu, banyak petani yang beranggapan bahwa pemakaian pupuk TSP tidak terlalu berpengaruh terhadap produktivitas tanaman kacang. Untuk pemakaian pupuk KCl, sebanyak 93,33 persen dari petani mitra dan 72,73 persen dari petani non mitra menggunakan pupuk KCl.
4.
Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan pada usahatani kacang tanah meliputi kegiatan
penyiangan, pengairan, dan perlindungan tanaman. Kegiatan penyiangan dilakukan sebanyak dua kali yaitu setelah tanaman berumur 24 hari dan 46-47
89
hari. Penyiangan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak daun, cabang, dan perakaran tanaman. Tabel 25. Kegiatan Pemeliharaan Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008 No. Pemeliharaan 1. Penyiangan - Satu kali penyiangan - Dua kali penyiangan Jumlah 2. Pengairan - Empat kali pengairan - Kurang dari empat kali pengairan Jumlah 3. Perlindungan tanaman - Melakukan perlindungan tanaman - Tidak melakukan perkindungan tanaman Jumlah
Mitra
Non Mitra
0 30 30
3 8 11
30 0 30
11 0 11
30 0 30
8 3 11
Berdasarkan pengamatan di lapang seperti yang terlihat pada Tabel 25, sebagian besar petani kacang tanah melakukan dua kali penyiangan. Sebanyak 100 persen petani mitra dan sebanyak 72,73 persen petani non mitra melakukan dua kali penyiangan. Sedangkan sebanyak 27,27 persen dari petani non mitra hanya melakukan satu kali penyiangan. Alasan sebagian petani non mitra melakukan penyiangan sebanyak satu kali adalah untuk menghemat penggunaan tenaga kerja, sehingga dapat menghemat biaya tenaga kerja. Alasan lain melakukan penyiangan satu kali adalah karena menurut petani, gulma yang tumbuh tidak terlalu mengganggu pertumbuhan tanaman kacang. Pada awal pertumbuhan, kacang tanah membutuhkan pengairan yang cukup, terutama pada musim kemarau. Kacang tanah memerlukan kondisi tanah yang lembab sejak saat tanam hingga 14 hari menjelang panen. Meskipun kacang tanah lebih toleran terhadap kekeringan, tetapi pasokan air harus tetap mencukupi. Sehingga kegiatan pengairan untuk tanaman kacang tanah dilakukan sebanyak
90
empat kali, yaitu sembilan hari sebelum tanam dan pada hari ke 15, 34, dan 62 setelah tanam. Berdasarkan Tabel 25, semua petani kacang tanah di Desa Palangan, baik petani mitra maupun petani non mitra melakukan pengairan sebanyak empat kali. Pengairan dilakukan dengan menggunakan pompa air, yang kemudian dialirkan ke sawah dengan membuat jalan untuk aliran air terlebih dahulu. Kegiatan perlindungan tanaman oleh petani kacang tanah ditujukan kepada organisme pengganggu berupa hama dan penyakit. Penggunaan obat-obatan dilakukan oleh petani pada hari ke 48-56 setelah tanam, sedangkan untuk pemberian Furadan dilakukan bersamaan dengan pada saat penanaman bibit. Pada umumnya petani di Desa Palangan mengatasi hama dan penyakit dengan menggunakan obat-obatan seperti Gandasil, Decis dan Furadan (Tabel 26).
Tabel 26. Penggunaan Obat-Obatan Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008 No. Pemeliharaan 1. Gandasil - Menggunakan - Tidak menggunakan Jumlah 2. Decis - Menggunakan - Tidak menggunakan Jumlah 3. Furadan - Menggunakan - Tidak menggunakan Jumlah
Mitra
Non Mitra
23 7 30
7 4 11
18 12 30
8 3 11
27 3 30
7 4 11
91
Penggunaan Gandasil dilakukan untuk melindungi tanaman kacang tanah dari hama dan penyakit yang mengganggu pertumbuhan polong kacang tanah (Sibarani,2005). Berdasarkan Tabel 26, sebanyak 76,67 persen dari petani mitra dan 63,64 persen dari petani non mitra menggunakan Gandasil dalam kegiatan perlindungan tanaman. Sedangkan petani yang tidak menggunakan Gandasil sebanyak 23,33 persen untuk petani mitra dan 36,36 persen untuk petani non mitra. Selain menggunakan Gandasil, petani kacang tanah di Desa Palangan juga menggunakan Decis untuk melindungi tanaman kacang tanah dari hama dan penyakit. Decis digunakan petani untuk mengatasi hama dan penyakit yang menyerang daun kacang tanah (Sibarani,2005). Petani mitra yang menggunakan Decis sebanyak 60 persen, dan pada petani non mitra sebanyak 72,73 persen. Sedangkan petani mitra yang tidak menggunakan Decis sebanyak 40 persen, dan sebanyak 27,27 persen petani non mitra yang tidak menggunakan Decis. Petani kacang tanah di Desa Palangan menggunakan Furadan untuk mengatasi hama yang hidup di dalam tanah yang dapat merusak polong kacang tanah (Sibarani,2005). Sebanyak 90 persen dari petani mitra dan sebanyak 63,64 persen dari petani non mitra menggunakan Furadan dalam kegiatan perlindungan tanaman kacang tanah. Sedangkan petani yang tidak menggunakan Furadan sebanyak 10 persen pada petani mitra dan 36,36 persen pada petani non mitra.
5.
Pemanenan Panen kacang tanah harus dilakukan tepat waktu. Jika panen terlalu cepat,
mutu dan hasil produksi akan berkurang. Sementara panen yang terlalu lambat
92
akan menyebabkan produksi berkurang karena banyak polong yang tertinggal dalam tanah dan tumbuh. Pada umumnya kacang tanah di panen pada umur 90100 hari setelah tanam. Berdasarkan penelitian dilapang, pemanenan yang dilakukan oleh petani mitra lebih lama dibandingkan dengan petani non mitra. Hal tersebut dikarenakan petani mitra diharuskan menjaga standar produk kacang tanah yang desuai dengan yang dianjurkan oleh PT Garudafood. Petani mitra pada umumnya melakukan pemanenan pada saat tanaman berumur rata-rata 90-100 hari. Sedangkan petani non mitra melakukan pemanenan pada umur rata-rata 8085 hari karena ingin cepat mendapatkan hasil dari penjualan kacang tanah. Rata-rata produksi per hektar yg dihasilkan oleh petani mitra lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata produksi per hektar petani non mitra yaitu sebesar 2.036,38 kg per ha, sedangkan petani non mitra sebesar 1.696,87 kg per ha. Hal ini dikarenakan pemanenan yang terlalu cepat pada petani non mitra sehingga polong kacang yang masih muda lebih banyak daripada polong kacang yang sudah tua, menyebabkan rendahnya produktivitas kacang tanah tersebut. Kegiatan pemanenan petani mitra meliputi mencabut tanaman kacang tanah, membersihkan atau memisahkan polong kacang dari batangnya, dan mengangkut dari sawah ke rumah petani mitra. Kegiatan pemanenan pada petani mitra dilakukan sendiri. Sedangkan kegiatan pemanenan pada petani non mitra sebanyak 45,45 persen dilakukan oleh tengkulak, sehingga dapat mengurangi biaya tenaga kerja untuk pemanenan.
93
7.2
Analisis Pendapatan Usahatani Pendapatan usahatani adalah pengurangan antara penerimaan usahatani
dengan biaya produksi. Pendapatan usahatani dapat mencerminkan arus uang masuk dan uang keluar dari suatu usahatani. Suatu usahatani dapat dikatakan menguntungkan bila pendapatan usahataninya bernilai positif dan sebaliknya dikatakan merugi bila pendapatan usahataninya bernilai negatif. Pendapatan usahatani dapat dibagi menjadi pendapatan usahatani atas biaya tunai dan pendapatan usahatani atas biaya total. Dimana biaya total adalah penjumlahan antara biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan petani dalam bentuk uang tunai. Dan biaya diperhitungkan adalah biaya yang dikeluarkan petani tidak secara tunai. Petani menganggap komponen-komponen biaya diperhitungkan bukan sebagai suatu biaya, misalnya biaya tenaga kerja dalam keluarga. Biasanya dalam kegiatan usahatani jika menggunakan tenaga kerja dalam keluarga tidak dihitung sebagai biaya karena biasanya petani tidak memberikan upah untuk membayar tenaga kerja dari dalam keluarga. Sehingga dalam penelitian ini akan dianalisis pendapatan usahatani atas biaya tunai dan biaya total. Dengan mengetahui pendapatan usahatani atas biaya total, petani dapat mengetahui keuntungan sebenarnya yang diperoleh dari usahatani kacang tanah yang diusahakannya jika biaya diperhitungkan dimasukkan dalam perhitungan biaya.
7.2.1
Penerimaan Usahatani Terdapat perbedaan dari penerimaan usahatani kacang tanah pada musim
panen bulan Agustus 2008 antara petani mitra dan non mitra. Hal ini disebabkan
94
perbedaan hasil produksi dan harga jual yang diperoleh petani. Rata-rata total produksi kacang tanah pada petani mitra adalah 2.036,38 kg per ha dan petani non mitra sebesar 1.696,87 kg per ha. Sedangkan rata-rata harga jual kacang tanah yang diperoleh petani mitra adalah Rp6.730 dan petani non mitra Rp5.230. Perbedaan hasil produksi disebabkan karena petani mitra mengikuti anjuran dari PT Garudafood dalam kegiatan usahatani kacang tanahnya, sehingga lebih memperhatikan kualitas dan produktivitas kacang tanah. Sedangkan petani non mitra melakukan kegiatan usahatani berdasarkan pengalaman dan beranggapan bahwa hasil produksi yang didapatkan sudah cukup banyak tanpa mengikuti aturan budidaya kacang tanah yang baik. Perbedaan harga jual antara petani mitra dan petani non mitra disebabkan karena berbedanya cara penjualan yang digunakan petani. Petani mitra terikat dengan surat perjanjian kerjasama dengan PT Garudafood, sehingga petani mitra harus menjual seluruh hasil produksinya ke perusahaan tersebut. Harga jual yang digunakan adalah harga yang telah ditentukan oleh PT Garudafood, yang kemudian disepakati bersama antara perusahaan dengan petani mitra. Meskipun demikian, ada beberapa petani mitra yang juga menjual hasil produksinya ke tengkulak dengan harga yang relatif sama dengan petani non mitra. Cara penjualan petani non mitra adalah dengan cara tebas. Cara tebas adalah cara penjualan hasil produksi kepada tengkulak dengan menaksir kualitas dan jumlah hasil produksi kacang tanah petani yang masih ada di dalam tanah. Untuk menaksir kualitas dan hasil produksi kacang tanah dilakukan dengan mengambil kacang tanah secara acak untuk dilihat kualitas dan berat polong kacang. Hasil taksiran ini yang menjadi dasar penentuan harga per kg kacang
95
tanah. Dengan cara tebas biasanya kegiatan pemanenan tidak ditanggung oleh petani lagi, melainkan ditanggung oleh tengkulak yang membeli kacang tanahnya. Harga kacang tanah dengan mengikuti kemitraan adalah Rp7.000 per kg. Dari hasil penelitian rata-rata total produksi kacang tanah petani mitra adalah 2.036,38 kg per ha. Tetapi tidak semua hasil produksi kacang tanah petani mitra dijual ke PT Garudafood, yaitu rata-rata sebesar 1.613,85 kg per ha hasil produksi petani mitra yang dijual ke PT Garudafood dan sisanya rata-rata sebesar 271,40 kg per ha dijual ke tengkulak dengan rata-rata harga Rp5.072. Selain itu, sebesar 112,79 kg per ha digunakan sebagai bibit dan 38,35 kg per ha untuk dikonsumsi sendiri. Dari hasil perkalian harga per kg dan rata-rata produksi kacang tanah yang dijual ke PT Garudafood dan ke tengkulak diperoleh penerimaan tunai petani mitra sebesar Rp12.687.374. Sedangkan penerimaan total yang diperoleh petani mitra sebesar Rp13.704.521. Pada petani non mitra, rata-rata harga yang diterima dari menjual kacang tanah dengan cara tebas atau menjual ke tengkulak adalah Rp5.230. Dari penelitian diketahui rata-rata total produksi kacang tanah petani non mitra adalah sebesar 1.696,87 kg per ha. Sama halnya dengan petani mitra, tidak semua hasil produksi petani non mitra dijual kepada tengkulak, yaitu sebesar 1.519,92 kg per ha yang dijual ke tengkulak atau toko, sebesar 128,21 kg per ha digunakan sebagai untuk dijadikan bibit dan sebesar 48,73 kg per ha untuk konsumsi pribadi. Dari hasil perkalian harga jual kacang tanah per kg dan rata-rata produksi kacang tanah yang dijual diperoleh penerimaan tunai petani non mitra yaitu sebesar Rp7.949.182. Sedangkan dari hasil perkalian harga jual kacang tanah per kg dan
96
rata-rata total produksi kacang tanah diperoleh penerimaan total petani non mitra yaitu sebesar Rp8.874.630. Dari hasil perhitungan penerimaan, terbukti bahwa terjadi perbedaan penerimaan antara petani mitra dan non mitra. Dengan harga dan produksi kacang tanah yang yang lebih besar, maka penerimaan yang diperoleh petani mitra menjadi lebih besar daripada penerimaan yang diperoleh petani non mitra.
7.2.2
Biaya Produksi Besar biaya produksi yang dikeluarkan petani mitra dan petani non mitra
memiliki perbedaan baik untuk biaya tunai maupun biaya diperhitungkan. Biaya tunai yang dikeluarkan petani mitra meliputi biaya tenaga kerja luar keluarga (TKLK), bibit, pupuk, obat-obatan, solar, pajak tanah (PBB), pengairan, dan pengangkutan untuk dikirim ke PT Garudafood. Biaya tunai untuk petani non mitra sama dengan biaya tunai petani mitra, tetapi petani non mitra tidak mengeluarkan biaya untuk pengangkutan karena biaya pengangkutan ditanggung oleh tengkulak. Sedangkan biaya diperhitungkan yang dikeluarkan petani mitra dan non mitra adalah sama, yaitu biaya penyusutan peralatan pertanian, biaya tenaga kerja dalam keluarga (TKDK), dan sewa lahan.
1.
Biaya Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK) Biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja luar keluarga
merupakan biaya tunai terbesar yang harus dikeluarkan petani. Sebesar 14,36 persen dari biaya total yang dikeluarkan petani mitra untuk biaya TKLK, dan sebesar 13,44 persen dari biaya total merupakan biaya TKLK petani non mitra.
97
Jam kerja TKLK selama satu hari kerja adalah 5 jam, yaitu dari pukul 6.00 hingga pukul 11.00. TKLK terdiri dari tenaga kerja wanita dan tenaga kerja pria. Tetapi dalam pembayaran upah tidak dibedakan antara tenaga kerja wanita dan tenaga kerja pria. Tenaga kerja wanita biasanya digunakan saat kegiatan penanaman, penyiangan, dan pemanenan. Sedangkan tenaga kerja pria digunakan untuk seluruh kegiatan usahatani, mulai dari pengolahan lahan hingga pemanenan. Perhitungan hari kerja didasarkan pada perhitungan Hari Kerja Orang (HKO) dimana tenaga kerja orang bernilai satu. Sedangkan untuk pengolahan tanah yang menggunakan mesin dan ternak dihitung dengan mengkonversikan Hari Kerja Mesin (HKM) dan Hari Kerja Ternak (HKT) ke dalam HKO. Untuk mengolah lahan dengan mesin dibutuhkan 2 HKM per ha, dan pengolahan lahan dengan ternak dibutuhkan 6 HKT per ha, sedangkan pengolahan dengan tenaga kerja orang dibutuhkan 30 HKO per ha. Sehingga 1 HKM= 15 HKO dan 1HKT = 5 HKO. Penggunaan TKLK dalam kegiatan usahatani kacang tanah petani mitra dan non mitra meliputi : a. Pengolahan lahan Baik petani mitra maupun petani non mitra melakukan pengolahan lahan sebanyak dua kali, yaitu pertama dengan menggunakan mesin atau traktor dan kedua dengan menggunakan ternak. Pada pengolahan lahan dengan menggunakan traktor, terdapat dua cara penyewaan traktor yaitu Rp150,000 per dua hari atau Rp450.000 per tujuh hari, biaya tersebut sudah termasuk upah tenaga kerja operator traktor. Rata-rata biaya pengolahan lahan dengan traktor per HKO pada petani mitra sebesar Rp3.699 dan Rp4.688 pada petani non mitra. Rata-rata HKO untuk pengolahan lahan pertama petani mitra sebesar
98
38,88 HKO per ha, dan petani non mitra sebesar 33,70 HKO per ha. Sehingga biaya yang dikeluarkan untuk pengolahan lahan pertama yaitu dengan mesin atau traktor sebesar Rp 143.832, dan petani non mitra sebesar Rp157.955. Pada pengolahan lahan dengan menggunakan ternak yaitu sapi, biaya yang harus dikeluarkan petani untuk menyewa sapi adalah Rp25.000, biaya tersebut sudah termasuk upah tenaga kerja dan biaya sewa dua ekor sapi. Rata-rata biaya pengolahan lahan dengan ternak per HKO sebesar Rp2.273 baik pada petani mitra maupun non mitra. Rata-rata HKO untuk pengolahan lahan kedua pada petani mitra sebesar 43,15 HKO per ha, dan petani non mitra sebesar 36,57 HKO per ha. Sehingga biaya yang dikeluarkan untuk pengolahan lahan kedua yaitu dengan mesin atau traktor sebesar Rp 983.057, dan petani non mitra sebesar Rp83.117. b. Penanaman Rata-rata penggunaan TKLK dalam kegiatan penanaman untuk petani mitra adalah 10,05 HKO per ha dan untuk petani non mitra sebesar 7,79 HKO per ha. Upah tenaga kerja untuk kegiatan penanaman adalah Rp10.000 per hari. Sehingga biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan penanaman pada petani mitra adalah sebesar Rp100,500dan petani non mitra sebesar Rp77.900. c. Pemupukan Kegiatan pemupukan dilakukan dalam satu hari, yaitu bersamaan pada saat pengolahan lahan kedua. Rata-rata penggunaan TKLK petani mitra pada kegiatan pemupukan sebesar 5,80 HKO per ha, sedangkan untuk petani non mitra sebesar 5,98 HKO per ha. Upah TKLK yang diberikan oleh petani mitra dan petani non mitra sama, yaitu sebesar Rp10.000 per hari. Dengan demkian
99
biaya yang dikeluarkan petani mitra dan non mitra pada kegiatan pemupukan yaitu sebesar Rp58.000 dan Rp59.800. d. Pengairan Kegiatan pengairan pada usahatani kacang tanah dilakukan sebanyak empat kali, baik pada petani mitra maupun non mitra. Rata-rata penggunaan TKLK pada kegiatan pengairan untuk petani mitra dan non mitra untuk pengairan pertama hingga keempat adalah sama yaitu 1,16 HKO per ha untuk petani mitra dan 2,29 HKO per ha untuk petani non mitra. Upah TKLK yang dikeluarkan petani mitra dan non mitra adalah Rp10.000 per hari. Sehingga Total biaya TKLK untuk kegiatan pengairan pada petani mitra adalah Rp11.600 dan Rp22.900 untuk petani non mitra. e. Perawatan Kegiatan perawatan kacang tanah dilakukan dengan mencabuti gulma yang tumbuh disekitar tanaman kacang tanah. Kegiatan perawatan dilakukan sebanyak dua kali, maskipun demikian ada beberapa petani yang melakukan perawatan hanya satu kali. Upah yang diberikan kepada TKLK dari petani mitra dan non mitra adalah Rp10.000 per hari. Rata-rata penggunaan TKLK untuk kegiatan perawatan tanaman kacang tanah petani mitra adalah 32,93 HKO per ha pada perawatan tanaman pertama dan 30,25 HKO per ha pada perawatan kedua. Sedangkan rata-rata penggunaan TKLK pada kegiatan perawatan tanaman kacang tanah petani non mitra untuk perawatan tanaman yang pertama dan ke dua masing-masing adalah 33,69 HKO per ha dan 24,11 HKO per ha. Total biaya TKLK yang dikeluarkan oleh petani mitra dan non
100
mitra pada kegiatan perawatan adalah Rp631.800untuk petani mitra dan Rp578.000 untuk petani non mitra. f. Perlindungan tanaman Perlindungan tanaman dilakukan dengan penyemprotan insektisida. Upah TKLK untuk kegiatan perlindungan tanaman sebesar Rp10.000 per hari. Ratarata TKLK yang digunakan petani mitra dan non mitra pada kegiatan perlindungan tanaman masing-masing sebesar 4,67 HKO per ha dan 5,87 HKO per ha. Sehingga biaya yang dikeluarkan oleh petani mitra dan non mitra pada kegiatan ini adalah sebesar Rp46.700untuk petani mitra dan Rp58.700 untuk petani non mitra. g. Pemanenan Pada kegiatan ini, yang termasuk dalam kegiatan pemanenan adalah mencabut, membersihkan dan mengangkut kacang tanah. Upah yang diberikan untuk ketiga kegiatan tersebut adalah Rp18.000 per hari, baik oleh petani mitra maupun non mitra. Rata-rata penggunaan TKLK pada kegiatan pemanenan adalah 21,23 HKO per ha untuk petani mitra dan 7,67 HKO per ha pada petani non mitra. Biaya yang dikeluarkan oleh petani mitra dan non mitra pada kegiatan pemanen masing-masing sebesar Rp212.300 dan Rp138.060.
2.
Biaya Sarana Produksi Sarana produksi sangat dibutuhkan pada kegiatan usahatani. Sebanyak
25,51 persen dari biaya total merupakan biaya sarana produksi yang dikeluarkan oleh petani mitra. Dan sebanyak 24,68 persen dari biaya total merupakan biaya
101
yang dikeluarkan petani non mitra untuk biaya sarana produksi. Biaya sarana produksi pada usahatani kacang tanah petani mitra dan non mitra antara lain biaya bibit, pupuk, obat-obatan, dan solar. a. Biaya bibit Biaya bibit dimasukkan ke dalam biaya tunai pada petani mitra dan non mitra. Karena petani mitra dan non mitra mengeluarkan biaya atau uang tunai untuk memperoleh bibit kacang tanah tersebut. Bibit yang digunakan pada kegiatan usahatani kacang tanah di Desa Palangan terdiri dari tiga varietas, yaitu garuda dua, gajah, dan kelinci. Varietas yang digunakan oleh petani mitra adalah garuda dua dan gajah. Sedangkan petani non mitra menggunakan ketiga varietas tersebut. Petani mitra dan non mitra memperoleh bibit kacang dari toko pertanian yang ada di desa. Rata-rata harga bibit yang diperoleh petani mitra untuk pembelian bibit varietas gajah dan garuda dua adalah Rp7.037 per kg. Sedangkan rata-rata harga bibit yang diperoleh petani non mitra untuk pembelian bibit varietas kelinci, gajah, dan garuda dua adalah Rp6.455 per kg. Rata-rata penggunaan bibit pada petani mitra adalah 141,23 kg per ha. Pada petani non mitra, rata-rata penggunaan bibit adalah sebesar 49,46 kg per ha. Dengan demikian, diketahui biaya penggunaan bibit pada petani mitra sebesar Rp993.749 dan total biaya penggunaan bibit pada petani non mitra sebesar Rp964.828. b. Biaya pupuk Biaya pupuk termasuk dalam komponen biaya tunai dari biaya total yang dikeluarkan petani mitra dan non mitra. Biaya pupuk yang dikeluarkan petani berbeda karena bervariasinya harga pupuk dan jumlah pupuk yang digunakan
102
petani. Pupuk yang digunakan petani kacang tanah adalah pupuk urea, TSP dan KCl. Tetapi ada juga petani yang hanya menggunakan dua bahkan satu jenis pupuk. Adapun petani yang dalam menggunakan pupuk tidak sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Alasan petani hanya menggunakan satu atau dua jenis pupuk saja dan juga alasan tidak menggunakan pupuk sesuai dengan dosis yang dianjurkan adalah karena keterbatasan modal dan persediaan pupuk di toko pertanian yang ada di desa.
Tabel 27. Rata-Rata Penggunaan Pupuk Per Hektar Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008 Jenis Pupuk
Dosis Anjuran (Kg/Ha)
Rata-Rata Penggunaan Pupuk (Kg/Ha) Mitra Non Mitra 91,34 103,50
Urea
50-100
TSP
100
21,60
32,73
KCl
100
69,16
52,12
Harga pupuk urea, TSP, dan KCL per kg yang diperoleh petani mitra masing-masing sebesar Rp1.378, Rp4.500, dan Rp4.975. Sedangkan harga pupuk urea, TSP, dan KCL per kg yang diperoleh petani non mitra masingmasing sebesar Rp1.378, Rp4.558, dan Rp5.070. Adanya perbedaan antara petani mitra dan non mitra pada harga pupuk TSP dan KCl disebabkan karena ada beberapa petani yang membeli pupuk di toko pertanian yang ada di kecamatan, yaitu sebesar 9,09 persen pada petani non mitra membeli pupuk TSP di kecamatan, sedangkan untuk pupuk KCl sebesar 6,67 persen dari petani mitra dan 9,09 persen dari petani non mitra yang membeli di kecamatan. Harga per kg pupuk TSP dan KCl di desa dan di kecamatan berbeda, sehingga ratarata harga per kg pupuk TSP dan KCl berbeda. Biaya yang dikeluarkan petani
103
mitra dan non mitra untuk pembelian pupuk merupakan hasil perkalian dari harga pupuk per kg dan penggunaan pupuk pada petani mitra dan non mitra. Biaya penggunaan pupuk urea berdasarkan rata-rata penggunaan pupuk urea (Tabel 27) pada petani mitra adalah Rp142.575, dan biaya penggunaan pupuk urea pada petani non mitra sebesar Rp125.867. Rata-rata penggunaan pupuk TSP pada petani mitra dan non mitra paling sedikit jika dibandingkan dengan penggunaan pupuk urea dan KCl (Tabel 27), hal ini dikarenakan persediaan puuk TSP di toko pertanian sangat terbatas. Rata-rata biaya pupuk TSP yang dikeluarkan petani mitra dan non mitra adalah Rp97.189 untuk petani mitra dan Rp149.182 untuk petani non mitra. Sedangkan rata-rata biaya pupuk KCl adalah Rp344.046 untuk petani mitra dan Rp264.241 untuk petani non mitra. c. Biaya obat-obatan Biaya
obat-obatan
termasuk
dalam
biaya
tunai,
karena
petani
menggunakan uang tunai untuk membeli obat-obatan di toko pertanian. Obatobatan yang digunakan petani kacang tanah antara lain Gandasil, Decis dan Furadan. Biaya yang dikeluarkan petani mitra dan non mitra untuk pembelian obat-obatan berbeda untuk setiap jenisnya. Dikarenakan harga dan rata-rata dosis obat yang digunakan berbeda (Tabel 28).
104
Tabel 28. Rata-Rata Penggunaan Obat-Obatan Per Hektar Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008 Jenis Obat Gandasil Decis Furadan
Kg
Dosis Anjuran (per Ha) 0,5
Liter
0,5
0,29
0,36
2
1,18
0,83
Satuan
Kg
Rata-Rata Penggunaan Obat Mitra
Non Mitra
0,45
0,38
Penggunaan obat-obatan pada petani non mitra lebih sedikit dibandingkan dengan petani mitra disebabkan karena petani non mitra menggunakan obatobatan hanya jika terlihat ada hama atau penyakit pada tanaman kacang. Sedangkan petani mitra menggunakan obat-obatan lebih kepada pencegahan adanya hama dan penyakit pada tanaman kacang tanah. Harga Decis dan Furadan yang diperoleh petani mitra masing-masing sebesar Rp40.866 per liter dan Rp24.469 per kg. Sedangkan harga Decis dan Furadan yang diperoleh petani non mitra masing-masing sebesar Rp39.050 per liter dan Rp25.131 per kg. Untuk harga Gandasilpada petani mitra dan non mitra sama, yaitu Rp30.000 per kg. Biaya penggunaan obat-obatan yang dikeluarkan oleh petani mitra dan petani non mitra diperoleh dari perkalian antara rata-rata harga obat-obatan tersebut dengan rata-rata penggunaan obat-obatan. Sehingga diperoleh biaya obat-obatan pada petani mitra adalah Rp13.500 untuk penggunaan Gandasil, Rp11.851 untuk penggunaan Decis, dan Rp28.874 untuk penggunaan Furadan. Kemudian rata-rata biaya obat-obatan yang dikeluarkan oleh petani non mitra adalah Rp11.482 untuk penggunaan Gandasil, Rp14.129 untuk penggunaan Decis, dan Rp20.790 untuk penggunaan Furadan.
105
d. Solar Solar digunakan untuk bahan bakar pompa air yang digunakan untuk pengairan. Rata-rata total penggunaan solar untuk empat kali pengairan pada petani mitra adalah 135,02 liter dan pada petani non mitra sebesar 135 liter. Sedangkan rata-rata harga solar per liter untuk petani mitra adalah Rp5.488, dan petani non mitra sebesar Rp 5.518. Rata-rata harga per liter solar untuk petani mitra dan non mitra berbeda, disebabkan karena 6,27 persen dari ratarata penggunaan solar dibeli dengan harga lama, yaitu sebelum harga solar naik. Dengan demikian rata-rata biaya pengairan yang dikeluarkan untuk biaya pembelian solar pada petani mitra sebesar Rp740.990 dan petani non mitra sebesar Rp747.455.
3.
Pajak Tanah (PBB) Biaya yang dikeluarkan petani mitra dan non mitra untuk pajak tanah
(PBB) termasuk ke dalam biaya tunai. Karena petani mitra dan non mitra mengeluarkan biaya pajak tanah dalam bentuk uang tunai. Rata-rata biaya yang harus dikeluarkan petani mitra untuk membayar PBB adalah sebesar Rp11.291, dan untuk petani non mitra sebesar Rp12.080. Perbedaan pembayaran PBB pada petani mitra dan non mitra disebabkan karena perbedaan kelas dari lahan yang dimiliki petani. Semakin dekat lahan yang dimiliki petani ke jalan raya besar maka biaya yang dikenakan ke lahan tersebut semakin besar.
4.
Biaya Pengairan
106
Biaya pengairan yang dikeluarkan oleh petani mitra dan non mitra digunakan untuk menyewa pompa. Kegiatan pengairan pada usahatani kacang tanah petani mitra dan non mitra dilakukan sebanyak empat kali. Biaya yang dikenakan untuk sewa pompa adalah Rp5000 per jam. Lamanya pemakaian pompa untuk satu kali pengairan pada petani mitra adalah 30,45 jam, sedangkan pemakaian pompa untuk empat kali pengairan adalah 122 jam. Untuk petani non mitra, lama pemakaian pompa untuk satu kali pengairan adalah 30 jam, dan untuk empat kali pengairan 120 jam. Sehingga biaya yang harus dikeluarkan petani mitra dan non mitra untuk menyewa pompa adalah Rp610.000 dan Rp600.000.
5.
Biaya Pengangkutan Biaya pengangkutan yang harus dikeluarkan oleh petani mitra adalah biaya
untuk membayar jasa pengangkutan kacang tanah atau menyewa truk dari Desa Palangan ke pabrik PT Garudafood di Pati. Sedangkan untuk petani non mitra tidak perlu mengeluarkan biaya pengangkutan karena biaya pengangkutan ditanggung oleh tengkulak. Pengangkutan kacang tanah dilakukan dengan menggunakan truk besar (fuso), dimana sewa satu truk sebesar Rp3.600.000 dengan kapasitas 24 ton. Biaya yang dikeluarkan petani mitra untuk biaya pengangkutan adalah Rp150 per kg kacang tanah. Rata-rata hasil produksi kacang tanah yang dijual ke PT Garudafood adalah sebesar 1.613,85 kg, sehingga biaya yang dikeluarkan petani mitra untuk biaya pengangkutan adalah sebesar Rp242.077.
6.
Biaya Penyusutan
107
Pada biaya produksi usahatani, biaya penyusutan merupakan komponen dari biaya diperhitungkan karena petani tidak pernah memperhitungkan besarnya penyusutan dari peralatan pertanian yang dimiliki. Peralatan yang dimiliki petani mitra dan non mitra untuk membantu kegiatan usahatani antara lain mesin bajak, alat bajak, cangkul, pompa air, dan arit. Biaya penyusutan diperoleh dari harga beli dibagi dengan perkiraan umur kegunaan peralatan tersebut. Biaya penyusutan pada Tabel 20 merupakan biaya penyusutan untuk satu musim. Cara perhitungan biaya penyusutan per musim adalah dengan membagi biaya penyusutan untuk satu tahun dengan tiga, karena dalam satu tahun terdapat tiga musim tanam. Nilai penyusutan peralatan pertanian dapat dilihat pada Tabel 29. Tabel 29. Biaya Penyusutan Peralatan Pertanian Petani Mitra dan Non Mitra Per Musim di Desa Palangan, Agustus 2008 Peralatan Pertanian Mesin Bajak
Penyusutan (Rp/Musim) Mitra
Non Mitra 25.556
-
Alat Bajak
5.718
3.447
Cangkul
1.999
2.639
Pompa Air
7.506
24.242
588
842
Arit
Pada non mitra tidak ada penyusutan mesin bajak, karena tidak ada petani non mitra yang memiliki mesin bajak. Dari Tabel 29 diketahui bahwa biaya penyusutan terbesar pada petani mitra adalah penyusutan untuk mesin bajak, yaitu 61,78 persen, sedangkan biaya penyusutan terbesar pada petani non mitra adalah penyusutan pompa air, yaitu 77,77 persen. Biaya penyusutan yang harus dikeluarkan petani mitra sebesar Rp41.367, dan petani non mitra adalah Rp31.170.
108
7.
Biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK) Upah TKDK termasuk ke dalam komponen biaya diperhitungkan, karena
petani tidak pernah memperhitungkan tenaga kerja yang berasal dari dalam keluarga. TKDK pada petani mitra dan non mitra selain untuk mengawasi pekerjaan TKLK juga ikut membantu kegiatan usahatani, mulai dari pengolahan lahan pertama hingga pemanenan. Rata-rata penggunaan TKDK pada petani mitra adalah 22,78 HKO per ha dan rata-rata TKDK untuk petani non mitra adalah 23,32 HKO per ha. Penggunaan TKDK pada petani mitra lebih rendah dibandingkan petani non mitra, karena penggunaan TKDK petani mitra lebih sedikit dibandingkan petani non mitra. Sehingga biaya yang dikeluarkan petani mitra pun lebih rendah dibandingkan petani non mitra, yaitu sebesar Rp229.906 pada petani mitra dan Rp238.100 pada petani non mitra.
8.
Sewa Lahan Lahan yang digunakan petani mitra dan non mitra adalah lahan milik
pribadi. Sehingga biaya sewa lahan dimasukkan ke dalam biaya yang diperhitungkan. Biaya sewa lahan dimasukkan ke dalam biaya diperhitungkan untuk melihat pendapatan atas biaya total petani jika petani menyewa lahan untuk usahatani kacang tanah. Biaya sewa lahan di Desa Palangan pada umumnya sebesar Rp 4.000.000-Rp5.000.000 per ha, tergantung dari letak lahan dan kebutuhan dana dari pemilik lahan. Rata-rata biaya sewa lahan untuk petani mitra adalah Rp4.470.000 dan petani non mitra sebesar Rp4.800.000.
109
Biaya total usahatani kacang tanah yang dikeluarkan petani mitra dan petani non mitra per hektar untuk musim panen bulan Agustus 2008 dapat dilihat pada Tabel 30. Tabel 30. Struktur Biaya Usahatani Kacang Tanah Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008 Uraian
Satuan
Mitra
Non Mitra
Biaya
%
Biaya
%
Rp/Ha
1.337.598
14,36
1.238.921
13,44
1. Bibit
Rp/Ha
993.749
10,67
964.828
10,47
2. Pupuk
Rp/Ha
583.810
6,27
539.289
5,85
3. Obat-obatan
Rp/Ha
54.225
0,58
46.401
0,50
4. Solar
Rp/Ha
740.990
7,95
747.455
8,11
3. Biaya pengairan
Rp/Ha
610.000
6,55
600.000
6,51
4. Pajak tanah (PBB)
Rp/Ha
11.291
0,12
12.080
0,13
5. Biaya pengangkutan
Rp/Ha
242.077
2,60
-
-
Total biaya tunai
Rp/Ha
4.576.701
49,10
4.248.048
45,01
1. Penyusutan peralatan
Rp/Ha
41.367
0,44
31.170
0,34
2. TKDK
Rp/Ha
229.906
4,85
238.100
2,58
3. Sewa lahan
Rp/Ha
4.470.000
47,99
4.800.000
52,07
Total biaya diperhitungkan
Rp/Ha
4.741.272
50,90
5.069.270
54,99
C. Biaya Total
Rp/Ha
9.315.003
100,00
9.218.245
100,00
A. Biaya Tunai 1. TKLK 2. Sarana produksi
B. Biaya Diperhitungkan
7.2.3
Analisis Pendapatan Usahatani dan Analisis Imbangan Penerimaan Terhadap Biaya (R/C Rasio) Dari hasil penerimaan usahatani dan biaya produksi usahatani kacang
tanah dapat diperoleh nilai pendapatan usahatani. Pendapatan usahatani pada penelitian ini terdiri dari pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari pengurangan antara penerimaan usahatani dengan total biaya tunai. Sedangkan penerimaan atas biaya total
110
diperoleh dari pengurangan penerimaan usahatani dengan biaya total (biaya tunai dan biaya diperhitungkan). Penerimaan tunai dan penerimaan total yang diperoleh petani mitra adalah sebesar Rp12.687.374 dan Rp13.704.521. Sedangkan penerimaan tunai dan penerimaan total petani non mitra adalah sebesar Rp7.949.182 dan Rp8.874.630. Untuk biaya tunai dan biaya total pada petani mitra adalah Rp4.576.701dan Rp9.315.003, dan pada petani non mitra adalah Rp4.126.133 dan Rp9.218.245. Sehingga dengan mengurangi penerimaan tunai dengan biaya tunai pada petani mitra dan non mitra, maka diperoleh pendapatan atas biaya tunai pada petani mitra sebesar Rp8.113.643 dan petani non mitra sebesar Rp3.800.207. Dan dengan mengurangi penerimaan total dengan biaya total pada petani mitra dan non mitra, maka diperoleh pendapatan atas biaya total petani mitra sebesar Rp4.389.518 dan petani non mitra sebesar –Rp343.615. Nilai negatif pada pendapatan atas biaya total petani non mitra diperoleh karena penerimaan total petani non mitra lebih kecil dibandingkan biaya total. Dari nilai penerimaan dan biaya juga dapat diketahui R/C rasio petani mitra dan non mitra. R/C rasio pada penelitian ini terdiri dari R/C rasio atas biaya tunai dan R/C atas biaya total. R/C rasio atas biaya tunai diperoleh dari membagi penerimaan dengan biaya tunai. Sedangkan R/C atas biaya total diperoleh dari membagi penerimaan dengan biaya total. Analisis pendapatan usahatani kacang tanah dan R/C rasio untuk petani mitra dan non mitra dapat dilihat pada Tabel 31
111
Tabel 31. Analisis Pendapatan Usahatani dan R/C Rasio Usahatani Kacang Tanah pada Petani Mitra dan Petani Non Mitra di Desa Palangan, 2008 Uraian A. a. Penerimaan Tunai
Satuan
Petani Mitra
Petani Non Mitra
Rp/ha
12.687.374
7.949.182
b. Penerimaan Diperhitungkan
Rp/ha
1.017.147
925.449
Penerimaan Total
Rp/ha
13.704.521
8.874.630
Rp/ha
4.576.701
4.126.133
b. Biaya Diperhitungkan
Rp/ha
4.741.272
5.069.270
Biaya Total
Rp/ha
9.315.003
9.218.245
C. Pendapatan Atas Biaya Tunai
Rp/ha
8.113.643
3.800.207
D. Pendapatan Atas Biaya Total
Rp/ha
4.389.518
- 343.615
E. R/C Rasio Atas Biaya Tunai
2,77
1,92
F. R/C Rasio Atas Biaya Total
1,47
0,96
B. a. Biaya Tunai
Tabel 31 memperlihatkan bahwa pendapatan atas biaya tunai, pendapatan atas biaya total, R/C atas biaya tunai, dan R/C atas biaya total petani mitra lebih besar daripada petani non mitra. Hal ini disebabkan karena hasil produksi petani mitra yang dijual, baik ke PT Garudafood maupun tengkulak, dan total produksi kacang tanah petani mitra lebih besar daripada petani non mitra, yaitu 1.885,24 kg per ha yang dijual dan 2.036,38 kg per ha merupakan total produksi kacang tanah petani mitra. Sedangkan hasil produksi petani non mitra yang dijual ke tengkulak sebesar 1.519,92 kg per ha dan total produksi kacang tanah yang dihasilkan sebesar 1.696,87 kg per ha. Rata-rata harga beli kacang tanah pada petani mitra juga lebih tinggi daripada petani non mitra, yaitu Rp6.730 untuk petani mitra dan Rp5.230 untuk petani non mitra. Lebih besarnya hasil produksi dan harga beli kacang tanah petani mitra, berpengaruh pada penerimaan tunai dan penerimaan total petani mitra yang lebih besar dibandingkan petani non mitra.
112
Sama halnya dengan penerimaan, biaya total yang dikeluarkan petani mitra juga lebih besar dibandingkan petani non mitra. Meskipun biaya diperhitungkan petani non mitra lebih tinggi daripada petani mitra, tetapi biaya tunai petani mitra lebih besar daripada petani non mitra, dan selisih pada biaya tunai lebih besar dibandingkan biaya diperhitungkan. Dari biaya tunai untuk pemakaian input produksi, seperti bibit, pupuk, dan obat-obatan, petani mitra mendapatkan pembinaan kegiatan produksi dari PT Garudafood. Sehingga penggunaan input produksi pada petani mitra akan mengikuti atau mendekati dosis yang dianjurkan perusahaan. Pada biaya tunai untuk biaya tenaga kerja luar keluarga, bibit, pupuk, obat-obatan, dan pengairan pada petani mitra lebih besar daripada petani non mitra. Dan biaya untuk pengangkutan, hanya petani mitra yang mengeluarkan biaya pengangkutan, karena biaya pengangkutan pada petani non mitra ditanggung oleh tengkulak yang membeli hasil produksi kacang tanah petani non mitra. Penggunaan biaya diperhitungkan, untuk biaya tenaga kerja dalam keluarga petani non mitra lebih besar daripada petani mitra. Hal ini dikarenakan tenaga kerja dalam keluarga yang digunakan petani non mitra lebih banyak daripada petani mitra. Untuk biaya penyusutan peralatan pada petani mitra lebih besar daripada petani non mitra. Sedangkan pada sewa lahan, untuk petani non mitra lebih besar daripada petani mitra. Meskipun biaya tunai dan biaya total pada petani mitra lebih besar dibandingkan petani non mitra, tetapi selisih pada biaya total tidak terlalu besar, yaitu Rp96.758. Sedangkan selisih untuk biaya tunai adalah Rp450.568. Selisih dari penerimaan tunai dan penerimaan total petani mitra dengan petani non mitra
113
masing-masing sebesar Rp4.738.192 dan Rp4.829.891. Dilihat dari selisih penerimaan tunai dan penerimaan total antara petani mitra dengan petani non mitra yang lebih besar daripada selisih biaya tunai dan biaya total, maka pendapatan atas biaya tunai, pendapatan atas biaya total, R/C rasio atas biaya tunai, dan R/C rasio atas biaya total petani mitra tetap lebih besar daripada petani non mitra. Berdasarkan analisis R/C rasio pada Tabel 31, diketahui bahwa R/C rasio atas biaya tunai pada petani mitra sebesar 2,77. Ini berarti setiap satu rupiah biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani mitra akan memberikan penerimaan kepada petani mitra sebesar Rp2,77. R/C rasio atas biaya tunai petani non mitra adalah 1,92. Ini berarti setiap satu rupiah biaya tunai yang dikeluarkan petani non mitra akan memberikan penerimaan kepada petani non mitra sebesar Rp1,92. Dari kedua nilai R/C rasio atas biaya tunai tersebut, dapat disimpulkan bahwa usahatani kacang tanah yang dilakukan petani mitra dan non mitra sama-sama menguntungkan. Namun keuntungan yang diperoleh petani mitra lebih besar dibandingkan dengan keuntungan petani non mitra. Sedangkan R/C rasio atas biaya total pada petani mitra sebesar 1,47, yang berarti setiap satu rupiah biaya total yang dikeluarkan petani mitra akan memberikan penerimaan kepada petani mitra sebesar Rp1,47. R/C rasio atas biaya total untuk petani non mitra adalah 0,96, yang berarti setiap satu rupiah biaya total yang dikeluarkan petani non mitra akan memberikan penerimaan kepada petani non mitra sebesar Rp0,96. Dari nilai R/C rasio atas biaya total pada petani mitra mencerminkan adanya keuntungan yang diperoleh petani mitra, sedangkan dari nilai R/C rasio atas biaya total pada petani non mitra menggambarkan adanya
114
kerugian yang diderita oleh petani non mitra. Dari nilai R/C rasio diketahui bahwa bila berdasarkan atas biaya total maka dengan mengikuti kemitraan petani tetap akan mendapatkan keuntungan. Dari nilai R/C rasio atas biaya tunai dan R/C atas biaya total dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kemitraan antara PT Garudafood dengan petani mitra di Desa Palangan memberikan keuntungan bagi petani mitra. Sehingga pelaksanaan kemitraan dapat diteruskan.
115
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
8.1
Kesimpulan Berdasarkan analisis dan uraian hasil penelitian yang telah dilakukan,
maka dapat disimpulkan beberapa hal dari hasil penelitian, antara lain : 1. Pelaksanaan kemitraan antara PT Garudafood dengan petani kacang tanah di Desa Palangan dapat diteruskan karena dengan mengikuti kemitraan memberikan manfaat bagi perusahaan dan petani mitra. Manfaat yang diperoleh perusahaan adalah dapat memenuhi kebutuhan bahan baku. Sedangkan manfaat yang diperoleh petani mitra adalah adanya jaminan pasar untuk hasil produksi kacang tanahnya, adanya kepastian harga, meningkatkan pendapatan usahatani, dan menambah pengetahuan mengenai budidaya kacang tanah melalui pembinaan. 2. Pelaksanaan kemitraan masih terdapat beberapa masalah, yaitu masih ada petani mitra yang menjual hasil produksinya ke perusahaan lain, Penggunaan pupuk masih ada yang tidak sesuai dengan anjuran periode tanam yang tidak sesuai dengan perjanjian, melakukan panen lebih awal dari yang dianjurkan, dan PT Garudafood juga membeli kacang tanah dari petani non mitra dengan harga yang sama dengan petani mitra. 3. Berdasarkan hasil analisis pendapatan usahatani diketahui bahwa pendapatan atas biaya tunai dan biaya total petani mitra lebih besar daripada petani non mitra. Hal ini disebabkan penerimaan usahatani petani mitra lebih besar dibandingkan dengan petani non mitra, meskipun nilai biaya produksi petani mitra lebih besar daripada petani non mitra. Dari imbangan penerimaan dan
116
biaya (R/C rasio) diketahui bahwa R/C rasio atas biaya tunai dan biaya total petani mitra dan non mitra diketahui bahwa R/C rasio petani mitra lebih besar daripada R/C rasio petani non mitra. Sehingga dapat disimpulkan dengan mengikuti kegiatan kemitraan, petani mitra mendapatkan keuntungan lebih besar dibandingkan dengan petani non mitra.
8.2
Saran Berdasarkan hasil penelitian, masih terdapat beberapa masalah dalam
pelaksanaan kemitraan. Beberapa saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah : 1. Petani mitra disarankan untuk lebih mematuhi anjuran PT Garudafood dalam penggunaan pupuk dan pelaksanaan waktu panen, sehingga produksi yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian petani dapat lebih meningkatkan pendapatan mereka. 2. Dalam satu tahun perusahaan minimal memberikan pembinaan sebanyak dua kali kepada petani mitra, yaitu sebelum waktu tanam. Pembinaan yang diberikan lebih ditekankan dalam penggunaan input yang sesuai anjuran PT Garudafood dan peningkatan kualitas hasil produksi petani mitra. Sehingga dalam penggunaan input produksi dapat lebih efisian dan dapat meningkatkan pendapatan usahatani petani mitra. 3. Adanya sanksi bagi kedua belah pihak jika melanggar perjanjian kerjasama kemitraan. Sehingga pelaksanaan kemitraan antara petani mitra dengan PT Garudafood dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
117
4. Perusahaan seharusnya membedakan harga beli kacang tanah antara petani mitra dan non mitra. Dalam penentuan harga kacang tanah yang dibeli dari petani mitra disarankan agar petani juga diikutsertakan dalam penentuan harga tersebut, sehingga harga yang ditetapkan pada surat perjanjian kerjasama benar-benar disepakati oleh kedua pihak.
118
DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik. 2004. Indikator Pertanian. BPS. Jakarta Badan Pusat Statistik. 2005. Statistik Pertanian. BPS. Jakarta Badan Pusat Statistik. 2007. Situbondo dalam Angka. BPS. Situbondo Deshinta, Menallya. 2006. Peranan Kemitraan Terhadap Peningkatan Pendapatan Peternakan Ayam Broiler (Kasus Kemitraan PT Sierad Produce dengan peternak di Kabupaten Sukabumi). Skripsi. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor Dewo, Setio Anggoro, Siddharta Utama, dan Thomas H. Secokusumo. 1993. Akuntansi. Salemba Empat. Jakarta Hernanto, Fadholi. 1995. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. Kasno, Astanto. 2005. Profil dan Perkembangan Teknik Produksi Kacang Tanah di Indonesia. Seminar Balai Penelitian Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian. Malang, 26 Mei 2005. Purwono, dan Heni Purnamawati. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta. Pusat Data dan Informasi Pertanian. 2007. Outlook Komoditas Pertanian Tanaman Pangan. Departemen Pertanian. Jakarta Puspitasari, Indah. 2003. Kajian Pelaksanaan Kemitraan Antara PT Agro Inti Pratama Dengan Petani Ubi Jalar di Desa Sindangbarang, Kecamatan Jalaksana, Kabupaten Kuningan, Propinsi Jawa Barat. Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Rahman, Cecep Ali Yasin. 2008. Evaluasi Kemitraan Pemuda Tani Indonesia dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Usahatani (Studi Kasus di Kelurahan Sukatani, Kecamatan Cimanggis, Depok, Jawa Barat). Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Ramadhan, Fajar. 2004. Analisis Pendapatan Usahatani Sayuran di Lahan Tidur (Studi Kasus di Kelurahan Ancol Kecamatan Pademangan, Kotamadya Jakarta Utara). Skripsi. Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
119
Rochmatika, Raden Luthfi. 2006. Kajian Kepuasan Petani Tebu Rakyat Terhadap Pelaksanaan Kemitraan Pabrik Gula XYZ. Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Rukmana, Rahmat. 1998. Kacang Tanah. Kanisius. Yogyakarta. Shadaq, Hilman. 2002. Analisis Usahatani Pemasaran Ubi Jalar di Desa Sukadamai, Kecamatan Dramaga, Bogor, JawaBarat. Skripsi. Jurusan IlmuIlmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sibarani, Franky M.A. 2005. Budidaya Kacang Tanah. Penebar Swadaya. Jakarta. Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. UI-Press. Jakarta. Soekartawi, A. Soeharjo, John L. Dillon, dan J. Brian Hardaker. 1991. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani kecil. UI-Press. Jakarta. Sulistyo, Bambang. 2004. Analisis Pengaruh Kemitraan Terhadap Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi dan Pendapatan Usahatani Ubikayu (Kasus Kemitraan di PT Great Giant Pineapple Kecamatan Terbagi Besar, Kabupaten Lampung Tengah). Skripsi. Program Ekstensi Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Suratiyah, Ken. 2006. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Jakarta. Suyamto. 2006. Pengembangan Tanaman Kacang Tanah untuk Lahan Kering. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Jakarta. Tirtosuprobo, Supriyadi, Moch. Sahid, dan Joko Hartono. 2006. Usahatani Tumpangsari Kapas dan Kacang Tanah di Kabupaten Lombok Barat: Studi Kasus di Desa Slengen. http://fp.brawijaya.ac.id/service.php (4 Des 2008). Yarsi, Asri. 2006. Analisis Pendapatan dan Penyerapan Tenaga Kerja pada Sistem Kemitraan Usaha Perkebunan Kelapa Sawit (Kasus Pola Kemitraan di PT Perkebunan Nusantara VI dan PT Bakrie Pasaman Plantation, Kabupaten Pasaman Barat Provinsi Sumatera Barat). Skripsi. Program Studi Ekonomi Pertanian Sumberdaya, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Yursak, Zuraida, Andy Saryoko, dan Susanti Diani. 2005. Sistem Usahatani Kacang Tanah di Lahan Kering. http://banten.litbang.deptan.go.id/index.php (4 Des 2008).
120
Lampiran 1. Surat Perjanjian Kerjasama PERJANJIAN KERJASAMA PENGEMBANGAN KACANG TANAH Perjanjian Kerjasama ini dibuat dan disusun di Pati pada hari................. tanggal...... bulan.............. tahun................... oleh dan antara : 1.
PT GARUDAFOOD PUTRA PUTRI JAYA, perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan Undang Undang Negara Republik Indonesia, berkedudukan di Pati Jawa Tengah (untuk selanjutnya disebut “perseroan”); dalam hal ini diwakili oleh Tn. EKA EDHIONO masing-masing dalam kedudukan-nya selaku Plant Manager dari dan sebagai demikian untuk dan atas nama perseroan ; yang untuk selanjutnya disebut sebagai Pihak Pertama.
2.
KELOMPOK TANI DESA PALANGAN, berkedudukan di Desa Palangan Situbondo Jawa Timur ; dalam hal ini diwakili oleh Tn. H. Abdul Adhim masingmasing dalam kedudukannya selaku Ketua dari dan sebagai demikian untuk dan atas nama Kelompok Tani Desa Palangan; yang untuk selanjutnya desebut sebagai Pihak Kedua.
Pihak Pertama dan Pihak Kedua selanjutnya secara bersama-sama disebut sebagai “Para Pihak” (termasuk didalamnya semua pihak yang secara hukum menggantikan salah satu dari Para Pihak) Untuk hal tersebut di atas terlebih dahulu Para Pihak menerangkan : 1. BAHWA : Pihak Kedua dengan ini bermaksud mengembangkan kacang tanah secara terpadu di wilayah Kelompok Tani Desa Palangan atas pembiayaan dan pengelolaan Pihak Kedua dan karenanya Pihak Kedua menghendaki adanya jaminan pemasaran dari Pihak Pertama 2 BAHWA : Pihak Pertama sepakat memberikan jaminan pasar kacang konsumsi yang diproduksi oleh dan dari budidaya yang dikembangkan Pihak Kedua dan/atau pihak lain kerjasama dengan Pihak Kedua Selanjutnya Para Pihak sepakat mernciptakan kerjasama yang saling menguntungkan dengan itikad baik dan dengan syarat-syarat serta ketentuan yang disepakati kedua pihak sebagai berikut: BAB I DEFINISI Pasal 1 Istilah teknis yang huruf awalnya ditulis dengan huruf kapital di dalam perjanjian ini, kecuali secara tegas diartikan secara lain, mempunyai arti sebagaimana dijelaskan berikut ini : 1.1. Perjanjian adalah kesepakatan kerjasama pengembangan kacang tanah secara terpadu yang dituangkan dalam bentuk perjanjian beserta perubahan dan kelengkapan-nya 1.2. Jaminan Pasar adalah jaminan pembelian yang diberikan salah satu pihak kepada pihak lainnya dan dituangkan dalam bentuk perjanjian kerjasama
121
1.3. 1.4. 1.5. 1.6.
2.1.
3.1. 3.2.
Kacang Konsumsi adalah istilah teknis membedakan kacang tanah benih dan kacang konsumsi untuk selanjutnya disebut ‘kacang’ Harga Beli adalah sejumlah uang yang harus dibayar Pihak Pertama kepada Pihak Kedua untuk membayar sejumlah harga pembelian tersebut pasal 5 perjanjian ini Harga Dasar (Floor Price) adalah harga tersebut pasal 1 point (4) perjanjian ini sebagai harga minimal yang diberikan Pihak Pertama kepada Pihak Kedua Harga Pasar adalah harga tersebut pasal 1 point (4) ini yang dibayarkan sesuai dengan harga yang berlaku di pabrik pada saat penyetoran dilakukan dan bersifat fluktuatif BAB II BUDIDAYA Pasal 2 Budidaya kacang konsumsi dilaksanakan dalam 2 (dua) periode masing-masing : 2.1.1. Periode tanam bulan November / Desember tahun 2008 seluas ......hektar 2.1.2. Periode tanam bulan Februari / Maret tahun 2009 seluas ......hektar BAB III AGRO INPUT Pasal 3 Budidaya tersebut pasal dua dipenuhi dengan pupuk baik organik maupun anorganik dengan tetap memperhatikan daya dukung alam dan teknik secara memadai Budidaya tersebut pasal dua dipenuhi dengan benih yang direkomendasikan oleh Pihak Pertama
BAB IV PENGIKATAN JUAL BELI Pasal 4 Pihak Pertama berjanji dan mengikatkan diri membeli dan dengan serta merta Pihak kedua sepakat dan mengikatkan diri menjual kepada Pihak Pertama keseluruhan hasil produksi kacang konsumsi dengan harga dan jumlah sebagaimana tersebut pasal (5) jo pasal (10) perjanjian ini
5.1. 5.2. 6.1. 6.2. 6.3. 6.4.
BAB V HARGA PEMBELIAN Pasal 5 Para Pihak setuju menetapkan harga dasar (floor price) sebesar Rp 7000 (Tujuh Ribu Rupiah) Harga tersebut ayat (1) franco pabrik Pihak Pertama Pasal 6 Para Pihak sepakat pasal 5 ayat (1) berlaku untuk periode pertama panen berjalan dimulai bulan Februati tahun 2007 dan berakhir bulan Juni tahun 2007 Pihak Kedua akan mengirimkan hasil panen kepada Pihak Pertama dengan kualitas minimal 1 : 1, dan atau apabila kualitas yang dikirimkan kurang dari 1 : 1, maka Pihak Pertama berhak menolak hasil panen dari Pihak Kedua Harga beli periode berikutnya ditentukan Para Pihak segera setelah panen periode berjalan selesai untuk disesuaikan perkembangan yang berlaku Para Pihak sepakat pelaksanaan ayat (2) pasal ini dituangkan dalam bentuk ‘Perjanjian Suplemen’ yang menjadi bagian tidak terpisahkan dengan perjanjian ini
122
7.1. 7.2.
7.3.
8.1. 8.2. 8.3. 8.4.
9.1. 9.2. 9.3. 9.4.
BAB VI TERM PEMBAYARAN Pasal 7 Pihak Pertama sepakat melakukan pembayaran terhadap kacang yang disetor Pihak Kedua dengan cara tunai pada hari yang sama setelah proses pembelian selesai Setiap pembayaran beserta sejumlah uang lain, bila ada, yang harus dibayar Pihak Pertama kepada Pihak Kedua menurut perjanjian ini, kecuali ditentukan lain, harus dibayar melalui Rekening Pihak Kedua pada bank yang ditunjuk berdasarkan pemberitahuan yang dilakukan menurut ketentuan pasal (17) Pembayaran tersebut ayat (2) dilakukan Pihak Pertama selambat-lambatnya 2 (dua) hari kalender sejak pengiriman dilakukan BAB VII KETERLAMBATAN PEMBAYARAN Pasal 8 Para Pihak sepakat pembayaran dinyatakan lunas sejak transfer dilakukan dengan dikuatkan bukti transfer Apabila tenggang pembayaran tersebut ayat (3) pasal (8) ini terlampaui, Pihak Kedua wajib memberi teguran kepada Pihak Pertama Apabila dalam waktu 2 (dua) hari kalender sejak surat teguran dikirimkan pembayaran belum dilakukan, maka atas keterlambatannya itu, Pihak Pertama dinyatakan telah beritikat buruk melakukan kewajiban pembayaran Adanya itikad buruk sebagaimana tersebut ayat (3) pasal ini, menyebabkan timbulnya hak atas penerimaan ganti rugi (denda) sebesar 1/1000 (satu per/mil) pada setiap hari keterlambatan BAB VIII QUOTA Pasal 9 Para pihak sepakat pasal lima diberikan untuk areal budidaya seluas .... hektar dan/atau jumlah quota keseluruhan per-musim sebesar .....ton Bila ternyata oleh sebab apapun juga produktivitas melebihi tersebut ayat (1), Pihak Pertama sepakat memberikan tambahan kuota dan/atau maksimum suplai berdasarkan kesepakatan Para Pihak Bila ternyata oleh sebab apapun juga produktivitas kurang dari ayat (1) pasal ini, Pihak Pertama sepakat memberikan pengurangan kuota dan/atau minimum suplai berdasarkan kesepakatan Para Pihak Para Pihak sepakat pasal lima hanya berlaku terhadap jumlah penyetoran sesuai dengan kuota tanpa penambahan sebagaimana tersebut ayat (2) dan karenanya terhadap penyetoran karena ayat (2) berlaku harga pasar
BAB IX STANDAR BAKU MUTU Pasal 10 Standar baku mutu kacang konsumsi sebagai berikut : • Komoditas : kacang tanah • Umur Panen : 90 s.d. 110 hari • Varietas : sesuai benih rekomendasi • Isi Polong : 2 dan/atau 3 • Ciri Fisik : sehat, tidak busuk, bersih, segar (maks 2x24 jam)
123
BAB X PENGAKUAN PRESTASI Pasal 11 Bila pasal sembilan terpenuhi, Pihak Pertama sepakat menaikkan kuota sampai dengan seratus persen kuota periode berjalan dan/atau kesepakatan Para Pihak
12.1.
12.2
13.1. 13.2. 13.3.
BAB XI PERISTIWA CIDERA JANJI DAN AKIBATNYA Pasal 12 Bila Pihak Pertama lalai memenuhi kewajibannya berdasarkan pasal tujuh, maka Pihak Kedua berhak membatalkan perjanjian ini dan dengan serta merta Pihak Pertama wajib membayar ganti rugi biaya produksi yang dikeluarkan Pihak Pertama dengan disertai Bukti Pengeluaran yang sah Apabila Pihak Kedua lalai memenuhi kewajibannya berdasarkan pasal sembilan, maka Pihak Kedua setuju dikenai penalti berupa pengurangan kuota pada musim tanam berikut menjadi maksimal sejumlah kuota yang dipasok pada musim tanam ini BAB XII PEMBATALAN Pasal 13 Perjanjian ini tidak dapat dibatalkan oleh salah satu pihak kecuali karena alasan yang secara tegas disebutkan dalam perjanjian ini Bilamana jangka waktu kesepakatan ini berakhir sebagaimana tersebut pasal 15 ayat (1), maka perjanjian dinyatakan batal demi hukum dengan tanpa mengurangi isi pasal 15 ayat (3) perjanjian ini Bilamana salah satu pihak tidak dapat memenuhi kewajiban sebagaimana ditegaskan dalam perjanjian ini, maka pihak siapa kewajiban itu tidak dipenuhi, dapat memilih apakah ia, jika hal itu masih bisa dilakukan, akan memaksa pihak lain untuk memenuhi kewajibannya itu atau ia akan menuntut pembatalan perjanjian dengan disertai penggantian biaya, kerugian dan bunga
13.4. Para Pihak dengan ini sepakat apabila Pihak Kedua secara sepihak membatalkan perjanjian karena alasan tersebut pasal 12 ayat (1), maka pihak terhadap siapa pembatalan ini diadakan, wajib memberikan penggantian kerugian atas biaya produksi yang dikeluarkan. Apabila pembatalan terjadi karena alasan forcemajeure sebagaimana tersebut pasal 14, maka dengan ini Para Pihak sepakat untuk ber-musyawarah guna mencapai kesepakatan 13.5. Untuk keperluan pembatalan perjanjian ini sebagaimana dimaksud pasal ini, Para Pihak sepakat mengenyampingkan ketentuan pasal 1266 Kitab Undang Undang Hukum Perdata BAB XIII FORCE-MAJEURE Pasal 14 14.1. Segala peristiwa force-majeure adalah peristiwa yang terjadi diluar kekuasaan Para Pihak termasuk dan terbatas pada huru-hara, kebakaran, ledakan, pemogokan umum, perang, perubahan peraturan perundangan, tindakan pemerintah, kekacauan sosial yangmenyebabkan salah satu pihak tidak dapat melaksanakan kewajibannya sesuai dengan perjanjian ini, tidak merupakan cidera janji sebagaimana tersebut pasal 12
124
14.2. Di dalam hal terjadinya suatu atau beberapa kejadian atau peristiwa tersebut ayat (1), Para Pihak secara bersama-sama maupun masing-masing sendiri, dengan dilandasi itikad baik akan melakukan setiap dan seluruh upaya dan usaha semaksimal mungkin agar kejadian atau peristiwa tersebut dapat dihindarkan dan/atau berakhir; atau sekurangnya akibat dari kejadian atau peristiwa dapat ditekan menjadi se-minimal dan/atau se-singkat mungkin; dan apabila peristiwa tersebut tidak dapat diatasi dan kewajiban tersebut tetap tidak dapat dipenuhi dalam jangka waktu 90 (sembilan puluh) hari kalender sejak terjadinya peristiwa dan/atau kejadian tersebut, maka pihak terhadap siapa kewajiban tersebut harus dilaksanakan dan/atau menderita kerugian karena tidak dilaksanakan kewajiban tersebut, berhak membatalkan perjanjian ini dengan ketentuan-ketentuan sebagaimana diatur dalam pasal 15 perjanjian ini BAB XIV JANGKA WAKTU Pasal 15 15.1. Perjanjian ini berlaku sejak tanggal ditanda-tanganinya perjanjian ini untuk masa berlaku 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang atas dasar kesepakatan Para Pihak 15.2. Para Pihak dapat mengakhiri perjanjian sebelum waktu yang ditentukan dengan terlebih dahulu mengirim pemberitahuan kehendak pengakhiran beserta alasanalasan yang menyertai menurut atas kepatuhan dan tidak bertentangan dengan isi surat perjanjian ini, sekurangnya 7 (tujuh) hari kalender sejak tanggal pengakhiran perjanjian diajukan 15.3. Apabila perjanjian ini diakhiri sebagaimana tersebut ayat (2) pasal ini, maka pengakhiran tersebut tidak dengan serta-merta menghilangkan hak dan kewajiban Para Pihak yang timbul sebelum perjanjian diakhiri BAB XV PENYELESAIAN PERSELISIHAN DAN DOMISILI HUKUM Pasal 16 16.1. Apabila terjadi perselisihan, pertentangan dan perbedaan pendapat yang timbul akibat dari pelaksanaan perjanjian ini, Para Pihak sepakat menyelesaikan perselisihan itu secara musyawarah untuk mencapai mufakat 16.2. Apabila penyelesaian secara musyawarah tidak tercapai, maka dengan ini Para Pihak sepakat untuk menyerahkan penyelesaian perselisihannya itu kepada Pengadilan Negeri 16.3. Untuk penyelesaian perselisihan yang ada, Para Pihak dengan ini setuju dan sepakat untuk memilih tempat kediaman hukum yang tetap dan umum di Kantor Kepaniteraan Pengadilan Negeri Pati BAB XVI PEMBERITAHUAN Pasal 17 17.1. Setiap pemberitahuan, surat menyurat, tawaran, permintaan, persetujuan dan lain sebagainya sehubungan dengan kesepakatan ini (selanjutnya disebut sebagai pemberitahuan) dilakukan secara tertulis dan pelaksanaannya wajib dilaksanakan secara langsung dengan telefax dan/atau pos tercatat/khusus yang seluruh biayanya telah dibayar oleh si Pengirim. Pemberitahuan sepenuhnya kepada alamat sebagaimana tertera ayat (2) pasal ini atau alamat lain yang telah diberitahukan oleh pihak yang berkepentingan kepada pihak lain sesuai dengan ketentuan ayat (2) pasal ini
125
17.2. Segala pemberitahuan menurut perjanjian ini dianggap telah dikirimkan dan diterima oleh Para Pihak bila disampaikan ke alamat sebagai berikut 17.2.1. PT GARUDAFOOD PUTRA PUTRI JAYA, Jl. Kembang Joyo 100 Pati, Jawa Tengah Phone : 0295 – 382 716 Fax : 0295 – 382 494 e-Mail :
[email protected] Up : Edy Pramono 17.2.2. KELOMPOK TANI DESA PALANGAN, Desa Palangan Kecamatan Jangkar Situbondo, Jawa Timur Phone : 0338- 453 545 Fax : ...................... e-Mail : ...................... Up : ...................... 17.3. Setiap perpindahan alamat dari masing-masing pihak, wajib diberitahukan secara tertulis kepada pihak lain selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kalender sejak saat kepindahan tersebut BAB XVII ADDENDUM Pasal 18 18.1. Hal-hal yang tidak dan/atau belum cukup diatur dalam perjanjian ini, akan diatur dan dijelaskan lebih lanjut dalam persetujuan tertulis yang ditanda-tangani Para Pihak serta menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan isi perjanjian ini 18.2. Semua lampiran dan dokumen lain yang disebutkan dan/atau berkaitan langsung dengan perjanjian ini, sepanjang diparaf Para Pihak, merupakan satu kesatuan dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan isi perjanjian ini 18.3. Jika akan diadakan tambahan dan/atau perubahan pada masing-masing lampiran dari perjanjian ini, maka asli dari lampiran yang baru cukup dilekatkan pada perjanjian ini untuk menggantikan lampiran lama, setelah diparaf Para Pihak BAB XVIII KETENTUAN KETENTUAN LAIN Pasal 19 19.1. Perjanjian ini mengatur kesepakatan Para Pihak mengenai hal-hal yang dimaksud dalam perjanjian ini dan mengesampingkan segala pembicaraan, persetujuan dan kesepakatan masing-masing pihak, baik lisan maupun tertulis yang ada dan/atau telah ada dan dibuat sebelum tanggal perjanjian ini ditanda-tangani 19.2. Perjanjian ini dan pelaksanaan-nya, termasuk tetapi tidak terbatas pada setiap dan seluruh hak dan kewajiban Para Pihak, tidak dapat dialihkan oleh masing-masing pihak ke pihak lain tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari pihak lain dari Para Pihak, persetujuan mana wajib diberikan apabila tidak ada dasar-dasar yang kuat untuk menolaknya 19.3. Perjanjian ini aslinya dibuat dalam 2 (dua) rangkap, untuk Pihak Pertama dan Pihak Kedua masing-masing sama isinya, di atas kertas ber-materai cukup; serta mempunyai kekuatan hukum yang sama dan sah
126
Demikian Perjanjian Kerjasama ini dibuat dengan itikad baik oleh kedua pihak dan akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya serta mulai berlaku sejak tanggal, bulan dan tahun penanda-tanganan. Perjanjian Kerjasama ini dibuat dan ditanda-tangani : Di : Pati Hari / Tanggal : ................,..................2008
PIHAK KESATU
PIHAK KEDUA
EKA EDHIONO
H. ABDUL ADHIM
127
Lampiran 2. Analisis Pendapatan Usahatani Kacang Tanah Petani Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008 Uraian INPUT A. Biaya Tunai Budidaya (Tenaga Kerja) 1. Pengolahan lahan 1 (Mesin) 2. Pengolahan lahan 2 (Ternak) 3. Penanaman 4. Pemupukan 5. Pengairan pertama 6. Pengairan kedua 7. Pengairan ketiga 8. Pengairan keempat 9. Penyiangan pertama 10. Penyiangan kedua 11. Perlindungan tanaman 12. Pemanenan (Cabut+Bersih+Angkut) Total Biaya Tenaga Kerja Sarana Produksi 1. Bibit 2. Pupuk a. Urea b. TSP c. KCL 3. Obat a. Gandasil b. Decis c. Furadan 4. Solar Total Biaya Sarana Produksi Pajak tanah (PBB) Biaya Pengairan Biaya Pengangkutan Total Biaya Tunai B. Biaya Diperhitungkan Biaya Penyusutan 1. Mesin Bajak 2. Alat Bajak 3. Cangkul 4. Pompa Air 5. Arit Biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga Sewa Lahan Total Biaya Diperhitungkan C. Total Biaya (A+B) OUTPUT D. Penerimaan Tunai E. Penerimaan Diperhitungkan F. Penerimaan Total
HST
Kuantum
-14 -2 0 -2 -9 15 34 62 24 46 48 93
38,88 43,15 10,05 5,80 1,16 1,16 1,16 1,16 32,93 30,25 4,67 21,23
Satuan
Nilai (Rp)
Total Nilai (Rp)
HKO HKO HKO HKO HKO HKO HKO HKO HKO HKO HKO HKO
3.699 2.273 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000
143.832
141,23
Kg
7.037
993.749
103,50 21,60 69,16
Kg Kg Kg
1.378 4.500 4.975
142.575 97.189 344.046
0,45 0,29 1,18 135,02
Kg Liter Kg Liter
30.000 40.866 24.469 5.488
1 122 1.613,85
Ha Jam Kg
5.000 150
13.500 11.851 28.874 740.990 2.375.744 11.291 610.000 242.077
98.057 100.500 58.000 11.600 11.600 11.600 11.600 329.300 302.500 46.700 212.300 1.337.598
4.576.701
22,78 1
1.885,24 151,14
2.036,38
25.556 5.718 1.999 7.506 588 229.906 4.470.000 4.741.272 9.315.003
Ha
Kg Kg Kg
6.730 6.730 6.730
12.687.374 1.017.147 13.704.521
128
G. Pendapatan Tunai (D-A) H. Pendapatan Total (F-C) I. R/C ratio Atas Biaya Tunai (D/A) J. R/C ratio Atas Biaya Total (F/C)
8.113.643 4.389.518 2,77 1,47
129
Lampiran 3. Analisis Pendapatan Usahatani Kacang Tanah Petani Non Mitra di Desa Palangan, Agustus 2008 Uraian INPUT A. Biaya Tunai Budidaya (Tenaga Kerja) 1. Pengolahan lahan 1 (Mesin) 2. Pengolahan lahan 2 (Ternak) 3. Penanaman 4. Pemupukan 5. Pengairan pertama 6. Pengairan kedua 7. Pengairan ketiga 8. Pengairan keempat 9. Penyiangan pertama 10. Penyiangan kedua 11. Perlindungan tanaman 12. Pemanenan (Cabut+Bersih+Angkut) Total Biaya Tenaga Kerja Sarana Produksi 1. Bibit 2. Pupuk a. Urea b. TSP c. KCL 3. Obat a. Gandasil b. Decis c. Furadan 4. Solar Total Biaya Sarana Produksi Pajak tanah (PBB) Biaya Pengairan Biaya Pengangkutan Total Biaya Tunai B. Biaya Diperhitungkan Penyusutan peralatan 1. Mesin Bajak 2. Alat Bajak 3. Cangkul 4. Pompa Air 5. Arit Biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga Sewa Lahan Total Biaya Diperhitungkan C. Total Biaya (A+B) OUTPUT D. Penerimaan Tunai E. Penerimaan Diperhitungkan
HST
Kuantum
-17 -3 0 -1 -12 13 35 65 24 47 56 85
33,70 36,57 7,79 5,98 2,29 2,29 2,29 2,29 33,69 24,11 5,87 7,67
Satuan
Nilai (Rp)
Total Nilai (Rp)
HKO HKO HKO HKO HKO HKO HKO HKO HKO HKO HKO HKO
4.688 2.273 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000 10.000
157.955 83.117 77.900 59.800 22.900 22.900 22.900 22.900 330.690 241.100 58.700 138.060 1.238.921
49,46
Kg
6.455
964.828
91,34 32,73 52,12
Kg
1.378
125.867
Kg Kg
4.558 5.070
149.182 264.241
0,38 0,36 0,83 135
Kg Liter Kg Liter
30.000 39.050 25.131 5.518
1 120 -
Ha Jam Kg
5.000 -
11.482 14.129 20.790 747.455 2.275.131 12.080 600.000 4.126.133
23,32 1
Ha
1.519,92 176,95
Kg Kg
3.447 2.639 24.242 842 238.100 4.800.000 5.069.270 9.218.245 5.230 5.230
7.949.182 925.449
130
F. Penerimaan Total G. Pendapatan Tunai (D-A) H. Pendapatan Total (F-C) I. R/C ratio Atas Biaya Tunai (D/A) J. R/C ratio Atas Biaya Total (F/C)
1.696,87
Kg
5.230
8.874.630 3.800.207 - 343.615 1,92 0,96
131
Lampiran 4. Daftar Responden Petani Mitra di Desa Palangan, 2008 No.
Nama Petani
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30.
Aar Abdurrahman Angwar Ari Arik Asbuha Asmito Ayyi H. Abd. Hannan Hasan Iyus Jamsur Jatim Kamariye Karyono Kusnadi Kusnadi Ali Kusnandar Mat Misrabi Mustaqim Nawari Nurhadi Ridwan Rivaldi Sahariyanto Samsul Sangwan Socong Tolak Rata-Rata
Umur (Tahun) 49 47 30 35 50 52 45 52 35 41 45 33 35 50 40 43 48 30 44 70 43 37 40 41 43 39 37 35 46 44 42,63
Pengalaman Usahatani (Tahun) 15 SD,Tamat 10 SD, Tamat 5 SD, Tamat 7 SMP,Tamat 13 SD kelas 4 20 SD kelas 3 14 SD,Tamat 17 SD,Tamat 9 SD kelas 1 13 SD,Tamat 11 SD,Tamat 8 SD,Tamat 7 SD,Tamat 15 SD,Tamat 6 SD,Tamat 12 SD,Tamat 15 SMP,kelas 1 6 SD,Tamat 12 SD,Tamat 19 SD,Tamat 14 SD,Tamat 8 SD kelas 1 12 SD,Tamat 10 SMP, Kelas 2 15 SD,Tamat 5 SD,Tamat 11 SD kelas 1 14 SD, Tamat 13 SD kelas 2 9 SD,Tamat 11,50 Pendidikan
Luas Lahan (Ha) 1,50 1,00 2,00 1,50 0,50 1,50 1,00 0,50 1,50 3,00 0,80 4,00 0,85 1,00 3,00 2,50 1,50 1,00 1,75 2,00 1,50 1,30 1,50 1,00 0,50 1,45 1,50 2,00 0,75 1,50 1,50
132
Lampiran 5. Daftar Responden Petani Non Mitra di Desa Palangan, 2008
No.
Nama Petani
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
Achmad Lamsun Arnito Asmida H. Saleh H. Zainuddin Muamsen Sa’ad Saiful Sapraji Suhari Suharsus Rata-Rata
Umur Pendidikan Pengalaman Usahatani (Tahun) (Tahun) 40 SD 10 35 SLTP 3 48 SD 10 49 SD 7 53 SD 11 32 SD 4 65 SD 14 30 Pesantren 8 23 Pesantren 2 41 SD 5 25 SD 3 40,09 7
Luas Lahan (Ha) 1 2 0,5 1 0,5 1,5 0,5 0,7 3 2 0,5 0,82
133