i
ANALISIS PERAN KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PETERNAK BURUNG PUYUH (Kasus Kemitraan Peternak Plasma CV HQF, Kabupaten Bogor)
BOBBY HERMAWAN
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
ii
iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Peran Kemitraan terhadap Pendapatan Peternak Burung Puyuh (Kasus Kemitraan Peternak Plasma CV HQF, Kabupaten Bogor) adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, September 2016
Bobby Hermawan NIM H34144014
iv
v
ABSTRAK
BOBBY HERMAWAN. Analisis Peran Kemitraan terhadap Pendapatan Usahatani Peternak Burung Puyuh (Kasus Kemitraan Peternak CV HQF, Kabupaten Bogor). Dibimbing oleh LUKMAN MOHAMMAD BAGA. Munculnya sistem kemitraan pada usaha burung puyuh di CV HQF berawal dari kebutuhan para peternak terhadap kejelasan mengenai usaha, minat, alih profesi, sarana produksi ternak, manajemen pengelolaan yang baik, dan jaminan pasar. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola kemitraan terhadap pendapatan dan menganalisis kepuasaan kemitraan. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah perhitungan pendapatan usahatani dan IPA (Importance Performance Analysis). Berdasarkan hasil analisis pendapatan usahatani menunjukkan bahwa kemitraan telah memberikan manfaat terhadap pendapatan peternak. Selain itu, berdasarkan hasil analisis IPA (Importance Performance Analysis) menunjukkan bahwa atribut yang harus diperbaiki oleh perusahaan yaitu jadwal pengiriman sarana produksi, kesesuaian harga telur dan waktu pembayaran hasil panen. Kata kunci
: kemitraan, pendapatan, peternakan puyuh
ABSTRACT BOBBY HERMAWAN. The Role Analysis of Partnership to Farming Incomes of Quail Breeder (Case study: Partnership of Quail Breeder in CV HQF, Bogor District) which Supervised by LUKMAN MOHAMMAD BAGA. The appearance of partnership system on quail farming in CV HQF begins from breeder's needs about clarity of business, interests, over the profession, production facilities, good management, and market guarantees. The objectives of this research are to analyze of partnership system to incomes and to analyze partnership statisfaction. The analytical’s tool that used in this research are the calculation of farm income and IPA (Importance Performance Analysis). Based on the results of farm income analysis shows that the partnership has provided benefits to the income of farmers. Moreover, based on the results of the analysis of IPA (Importance Performance Analysis) the attributes that should be corrected by the company are delivery schedule of production facilities, the suitability of the price of eggs and payment yields. Keywords
: income, partnership, quail breeder
vi
vii
ANALISIS PERAN KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PETERNAK BURUNG PUYUH (Kasus Kemitraan Peternak Plasma CV HQF, Kabupaten Bogor)
BOBBY HERMAWAN
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
viii
x
xi
PRAKATA Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan ridhonya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Analisis Peran Kemitraaan terhadap Pendapatan Usahatani Peternak Burung Puyuh (Kasus Kemitraan Peternak Plasma CV HQF, Kabupaten Bogor)”. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr Ir Lukman Mohammad Baga, MAEc selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberi kritik dan saran, Dr Ir Netti Tinaprilla, MM sebagai dosen evaluator kolokium yang telah memberi kritik dan saran dalam penyusunan proposal, Riska Isnaeni Utami sebagai pembahas seminar hasil yang telah memberi saran, Dr Ir Ratna Winandi MS sebagai dosen penguji utama dan Feryanto SP MSi sebagai dosen penguji akademik yang telah memberi kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Alfan dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, Bapak Djadja Suhardja dari CV HQF, serta seluruh staf dan mitra CV HQF yang telah memberikan izin, bantuan, dan bimbingan selama melaksanakan penelitian.Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas doa dan kasih sayangnya. Terima kasih penulis ucapkan kepada seluruh sahabat, alumni MAB 48 dan rekan-rekan Alih Jenis Angkatan lima yang telah memberikan dukungan selama proses pembuatan skripsi.
Bogor, September 2016
Bobby Hermawan
xii
xiii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Kemitraan Pengaruh Kemitraan terhadap Pendapatan Usahatani KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka Pemikiran Operasional METODE PENELITIAN Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Pengambilan Sampel Metode Analisis Data GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN DAN LOKASI PENELITIAN Sejarah dan Perkembangan Umum Perusahaan Lokasi dan Keadaan Geografis Struktur Organisasi Deskripsi Kegiatan Bisnis Keragaan Usahatani PELAKSANAAN KEMITRAAN Pola Kemitraan CV HQF Syarat-syarat sebagai Calon Peternak Mitra Hak dan Kewajiban Peternak Mitra Hak dan Kewajiban Perusahaan Inti Kendala dalam Kemitraan Manfaat Pelaksanaan Kemitraan Karakteristik Responden ANALISIS PENDAPATAN Analisis Struktur Modal Peternak Analisis Penerimaan Usahatani Burung Puyuh Analisis Biaya Usahatani Burung Puyuh Analisis Pendapatan Peternak Burung Puyuh ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELAKSANAAN KEMITRAAN Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja Perhitungan Importance Perfomance Analysis Kuadran I (Prioritas Utama)
ix ix ix 1 1 4 5 5 5 6 6 7 8 8 11 13 13 13 13 13 18 18 18 19 20 21 24 24 25 25 26 26 26 27 29 29 29 30 31 33 33 34 36
xiv
Kuadran II (Pertahankan Prestasi) Kuadran III (Prioritas Rendah) Kuadran IV (Berlebihan) Implikasi Manajerial SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA RIWAYAT HIDUP
37 38 38 40 40 40 41 41 50
xv
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Populasi ternak unggas di Indonesia tahun 2011-2015 Telur di Indonesia tahun 2011-2015 Perbedaan susunan kandungan gizi dari berbagai telur unggas Data jumlah populasi burung puyuh di Kabupaten Bogor Data Perkembangan Mitra CV HQF Metode analisis data Skala likert pengukuran tingkat kepentingan dan kepuasan Permintaan telur puyuh dan puyuh petelur di CV HQF Kandungan nutrien pakan layer PY-3 Tingkat produksi telur layer di CV HQF Sebaran responden berdasarkan kelompok umur di CV HQF Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan di CV HQF Sebaran responden berdasarkan jumlah anggota keluarga di CV HQF Sebaran responden berdasarkan luas lahan di CV HQF Sebaran responden berdasarkan status penguasaan lahan di CV HQF Sebaran responden berdasarkan pengalaman berternak puyuh di CV HQF Struktur modal peternak burung puyuh per 1 000 ekor di CV HQF Analisis penerimaan usahatani burung puyuh per 1000 ekor di CV HQF Analisis biaya tunai dan biaya diperhitungkan usahatani burung puyuh per 1 000 ekor di CV HQF 20 Analisis pendapatan usahatani burung puyuh per 1000 ekor di CV HQF 21 Perhitungan rata-rata penilaian kinerja dan penilaian kepentingan pada atribut kemitraan di CV HQF
1 2 2 3 4 14 15 21 23 24 27 27 28 28 28 29 29 30 31 32 35
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4
Bagan alur kerangka pemikiran operasional Diagram kartesius metode importance performance analysis Struktur Organisasi di CV HQF Diagram kartesius metode importance performance analysis
12 17 19 35
DAFTAR LAMPIRAN 1 Data kuesioner importance perfomance analysis 2 Data hasil importance perfomance analysis 3 Kondisi pada saat turun lapang
47 48 47
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian. Hal tersebut dapat terlihat pada kontribusi PDB (produk domestik bruto) subsektor peternakan yang memiliki tren meningkat setiap tahunnya. Menurut data badan pusat statistik, kontribusi PDB subsektor peternakan pada tahun 2010 sebesar Rp108 339.9 miliar hingga tahun 2015 mengalami peningkatan Rp136 312.6 miliar (BPS 2016). Peningkatan tersebut menunjukkan bahwa kontribusi PDB subsektor peternakan mengalami peningkatan yang cukup besar. Subsektor peternakan terdiri dari peternakan ruminansia dan unggas. Peternakan ruminansia terdiri dari sapi, kerbau, domba, dan kambing. Selain itu, terdapat peternakan ayam broiler, bebek, burung puyuh, dan ayam petelur yang termasuk kedalam kategori unggas. Populasi unggas dalam skala nasional mengalami peningkatan dari tahun 2011 hingga tahun 2015. Peningkatan populasi unggas dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Populasi ternak unggas di Indonesia tahun 2011-2015 Jenis Unggas Ayam Buras Ayam Ras Petelur Ayam Ras Pedaging Itik Puyuh Merpati
2011 264 340 124 636 1 177 991 43 488 7 357 1 209
2012 274 564 138 718 1 244 402 44 357 12 234 1 806
Tahun (000 ekor) 2013 2014 276 777 275 116 146 622 146 660 1 344 191 1 443 349 43 710 45 268 12 553 12 692 2 139 2 433
2015*) 285 021 151 419 1 497 626 46 875 12 904 2 470
Sumber : Stastik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015 Keterangan:*) Angka Sementara
Berdasarkan Tabel 1, populasi ayam ras petelur pada tahun 2014 sebanyak 146 662 juta ekor mengalami peningkatan sebesar 0.03 persen dari tahun sebelumnya. Selain itu, untuk populasi puyuh pada tahun 2014 yaitu sebanyak 12 692 juta ekor mengalami peningkatan sebesar 1.11 persen. Apabila dibandingkan dengan populasi ayam ras petelur, puyuh mengalami peningkatan yang lebih tinggi. Salah satu peternakan yang dapat dikembangkan yaitu usahaternak burung puyuh. Burung puyuh mulai dikenal dan diternakan sejak tahun 1979. Hasil usaha peternakan burung puyuh pun telah lama dimanfaatkan sebagai bahan pangan, baik telur maupun dagingnya. Telur yang dihasilkan burung puyuh cukup banyak. Kemampuan seekor puyuh dalam menghasilkan telur adalah 250 sampai 300 butir dalam satu tahun (Listyowati 2005). Pada Tabel 2 disajikan data produksi unggas dari tahun 2011 hingga tahun 2015.
2
Tabel 2 Produksi telur di Indonesia tahun 2011-2015 Jenis Unggas Ayam Buras Ayam Ras Petelur Itik Puyuh Itik manila
2011 187.6 1 027.8
2012 197.1 1 139.9
256.2 8.2 -
265.0 15.8 11.0
Tahun (000 ton) 2013 194.6 1 224.4 264.1 18.9 26.3
2014 184.6 1 244.31 273.1 20.7 30.0
2015*) 191.8 1 289.7 282.6 20.6 31.6
Sumber: Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2015 Keterangan: *) Angka Sementra
Berdasarkan data pada Tabel 2 produksi telur mengalami peningkatan dari tahun 2011 hingga tahun 2015. Total produksi pada tahun 2014 sebanyak 1 752.71 ribu ton yang terdiri dari telur ayam buras 184.64 ribu ton, ayam ras petelur 1 224.31 ribu ton, itik 273.06 ribu ton, burung puyuh 20.71 ribu ton, dan itik manila 30.0 ribu ton. Produksi telur terbesar disumbang oleh telur ayam ras petelur sebesar 70.99 persen, diikuti oleh telur itik manila 15.58 persen, telur ayam buras 10.53 persen, telur itik manila 1.71 persen, dan telur burung puyuh 1.18 persen. Indonesia kekurangan 7.5 hingga 8 juta butir telur puyuh setiap pekan, sementara produksi telur puyuh saat ini hanya 3 hingga 3.5 juta per pekan. Penawaran dan permintaan dalam industri telur puyuh tidak seimbang. Kebutuhan saat ini mencapai 11 juta telur per pekan sementara produksi hanya 3.5 juta butir per pekan.1 Kandungan gizi telur puyuh pun tidak kalah dengan jenis telur lain. Telur puyuh memiliki kadar protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan telur ayam ras yang lebih umum dikonsumsi masyarakat. Tabel 3 menunjukkan bahwa kadar protein telur puyuh tinggi tetapi kadar lemaknya lebih rendah jika dibandingkan dengan ayam ras. Tabel 3 Perbedaan susunan kandungan gizi dari berbagai telur unggas Jenis Unggas Ayam ras Ayam buras Itik Angsa Merpati Kalkun Burung puyuh
Protein (%) 12.7 13.4 13.3 13.9 13.8 13.1 13.1
Lemak (%) 11.3 10.3 14.5 13.3 12.0 11.8 11.1
Karbohidrat (%) 0.9 0.9 0.7 1.5 0.8 1.7 1.0
Sumber : Woodard (1973) dalam Listiyowati (1992)
Jika dibandingkan dengan jenis unggas lainnya, puyuh memiliki beberapa kelebihan sehingga diminati oleh peternak. Hal tersebut terlihat dari peningkatan jumlah populasi dan produksi telur puyuh. Peningkatan jumlah populasi dan produksi ternak tersebut mengindikasikan bahwa semakin meningkatnya aktivitas 1
Antara News. Indonesia masih kekurangan 8 juta butir telur puyuh per pekan. http://www.antaranews.com/berita/434480/indonesia-masih-kekurangan-8-juta-butir-telurpuyuhpekan.
3
bisnis peternakan. Puyuh berkembang dibeberapa daerah seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, hingga Provinsi DI Aceh. Jumlah populasi puyuh di Jawa Barat pada tahun 2010 314 777 ekor, pada tahun 2011 422 828 ekor, pada tahun 2012 394 937 ekor, pada tahun 2013 466 684 ekor, pada tahun 2014 502 579 ekor, dan pada tahun 2015 517 796 ekor*) (Pusdatin 2016). Peternak burung puyuh di Kabupaten Bogor tersebar di beberapa lokasi. Data jumlah populasi burung puyuh dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Data jumlah populasi burung puyuh di Kabupaten Bogor No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Daerah Cileungsi Tanah sareal Bojong Cijeruk Cicurug Hambalang Cisarua Ciawi Ciomas Parung Gunung Sindur Cibungbulang Jonggol Cariu Suka makmur Tanjung Sari Tajur Halang Jasinga Tenjo Cigudeg Sukajaya Dramaga Taman sari Ciampea Megamendung Caringin Cigombong Citereup Gunung putri Klapa nunggal Jumlah
Jumlah Populasi (ekor) 10 402 8 800 1 200 1 340 1 200 6 000 5 016 1 600 1 300 4 065 2 005 17 18 395 3 16 2 000 19 2 9 4 5 605 100 3 2 24 7 803 3 410 54 366
Sumber : CV HQF, DISNAK Kab Bogor 2016
Data Tabel 4 menunjukkan bahwa peternak puyuh di wilayah Kabupaten Bogor memiliki jumlah populasi burung puyuh sebanyak 54 366 ekor. Populasi burung puyuh di Kabupaten Bogor baru memenuhi 10.49 persen dari populasi Jawa Barat. Jumlah populasi Kabupaten Bogor masih relatif sedikit jika
4
dibandingkan dengan sentra puyuh yaitu Sukabumi yang memiliki populasi 230 000 ekor atau memenuhi 44.41 persen jumlah populasi Jawa Barat.2 Usaha peternakan burung puyuh yang ada di Kabupaten Bogor dilakukan secara mandiri maupun secara kemitraan. Adanya kemitraan tersebut dapat memberikan manfaat bagi peternak burung puyuh. Manfaat tersebut berupa jaminan input sarana produksi peternakan, jaminan kepastian pasar, dan jaminan kepastian harga. Jika dilihat dari manfaat yang didapatkan, kemitraan seharusnya menjadi daya tarik peternak untuk mengembangkan usahanya dan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan. Oleh sebab itu, perlu adanya penelitian yang mengkaji peran kemitraan terhadap pendapatan usahatani peternak burung puyuh di CV HQF (Hambalang Quail Farm).
Rumusan Masalah CV HQF merupakan salah satu perusahaan yang menjalankan usaha peternakan puyuh di Kabupaten Bogor. Unit bisnis utama dari CV HQF adalah bibit puyuh petelur, telur puyuh, dan daging puyuh afkir. Perusahaan memasok telur puyuh untuk Pasar Leuwiliang, Pasar Ciampea, Pasar Anyar, dan Pasar Cibinong. Rata-rata permintaan telur per hari sebanyak 48 000 butir dari seluruh pasar yang di pasok CV HQF. Pasokan telur puyuh yang terpenuhi hanya 60 persen dari total produksi telur puyuh peternak mitra. Peternak mitra di CV HQF berjumlah 16 peternak yang tersebar di beberapa wilayah seperti Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Depok, Tangerang, Lebak dan Sukabumi. Kemitraan yang dijalankan oleh CV HQF berupa pola inti plasma. Perusahaan hanya melakukan penyediaan bibit puyuh petelur, pakan, obat-obatan, pelayanan bimbingan teknis dan pemasaran telur. Masalah yang dijumpai oleh peternak mitra CV HQF ini adalah pengangkutan telur yang sering terlambat. Hal tersebut dapat mempengaruhi penerimaan yang diterima peternak. Masalah lain yang dihadapi yaitu pengadaan puyuh petelur yang tidak tepat waktu sehingga menyebabkan peternak tidak mendapatkan pendapatan yang maksimal karena jumlah produksi telur menjadi berkurang. Keterlambatan pengadaan puyuh petelur disebabkan karena keterbatasan dalam produksi puyuh petelur di perusahaan inti. Selain itu, masalah lainnya berupa pelayanan yang diberikan pihak inti kepada peternak mitra. Meskipun terdapat beberapa kekurangan dalam kemitraan, perkembangan mitra di CV HQF meningkat. Data perkembangan mitra CV HQF dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Data Perkembangan Mitra CV HQF Tahun Jumlah peternak mitra 2013 9 2014 13 2015 16 Rata-rata indeks pertumbuhan
Indeks pertumbuhan(%) 44.44 23.08 33.76
Sumber : CV HQF 2016 2
Hasil wawancara pegawai dinas peternakan dan perikanan Kabupaten Bogor dengan Bapak Slamet Wuryadi ketua asosiasi peternak puyuh Indonesia
5
Berdasarkan Tabel 5, jumlah peternak mitra meningkat dengan laju pertumbuhan mitra sebesar 33.76 persen. Selain meningkatnya jumlah peternak mitra, juga terdapat beberapa peternak mitra yang tidak melanjutkan usahanya kembali. Hal ini yang mendorong peneliti untuk mengkaji lebih dalam mengenai pelaksanaan kemitraan khususnya kemitraan yang dijalankan CV HQF dengan peternak mitra. Peternak mitra yang berkerjasama dengan CV HQF mengalami peningkatan, namun tidak sedikit ppeternak mitra yang tidak melanjutkan usahanya bermitra dengan CV HQF. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka beberapa permasalahan yang akan diteliti adalah : 1. Bagaimana pendapatan peternak puyuh pada kemitraan CV HQF? 2. Apakah pelaksanaan kemitraan di CV HQF sudah sesuai harapan peternak mitra? Tujuan penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis pendapatan peternak burung puyuh pada kemitraan CV HQF 2. Menganalisis kinerja kemitraan di CV HQF melalui peternak mitra
Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan berguna bagi perusahaan, penulis, dan pembaca. Penelitian ini diharapkan berguna untuk : 1. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan dalam rangka menyempurnakan kinerja kemitraan yang sedang berlangsung. 2. Bagi peneliti, sebagai penerapan ilmu yang diperoleh penulis selama masa perkuliahan, menambah wawasan, pengetahuan dan informasi mengenai analisis peran kemitraan terhadap pendapatan usahatani burung puyuh. 3. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan baru mengenai peran kemitraan terhadap pendapatan usahatani ternak burung puyuh yang dilakukan oleh peternak mitra CV HQF serta sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di CV HQF Kabupaten Bogor. Peternak yang dijadikan responden adalah peternak mitra yang melakukan usahaternak burung puyuh di Kabupaten Bogor. Analisis yang akan dilakukan yaitu mengenai pelaksanaan kemitraan antara CV HQF dengan peternak mitra, menganalisis penerapan pola kemitraan terhadap pendapatan peternak burung puyuh, dan menganalisis kepuasan kemitraan peternak mitra di CV HQF.
6
TINJAUAN PUSTAKA Kemitraan Kemitraan usahatani merupakan kerjasama antara perusahaan mitra dengan kelompok mitra dalam bidang pertanian. Kemitraan juga merupakan suatu strategi bisnis yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan bersama dan dijalankan dalam jangka waktu tertentu. Penelitian sebelumnya tentang pola kemitraan menunjukkan bahwa kemitraan tidak memberikan dampak bagi pendapatan petani mitra (Susanti et al 2014; Zahri 2013; Deshinta 2006) dan kemitraan memberikan dampak bagi pendapatan petani mitra (Hakam 2014; Otivira 2014; Zaelani 2008). Analisis penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang berbeda. Berdasarkan penelitian yang memberikan gambaran bahwa kemitraan tidak memberikan dampak bagi peternak plasma, hal tersebut didukung dari pendapatan petani melalui analisis R/C bahwa petani non mitra memliki pendapatan yang lebih besar dibanding petani mitra. Namun dalam penelitian Rahman (2008) adanya peran kemitraan telah memuaskan petani. Atribut-atribut yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah atribut kualitas benih yang diberikan (126.99 persen), keragaman penyediaan sarana produksi (120.59 persen), ketepatan waktu pemberian biaya garap (108.14 persen), lahan yang digarap (133.43 persen), pembagian penguasaan lahan (135.60 persen), respon terhadap segala keluhan (101.32 persen), sistem bagi hasil (116.39 persen), dan atribut pola pemasaran jual sendiri (132.31 persen). Atribut-atribut yang tidak memuaskan petani adalah atribut harga sarana produksi yang dijual (94.50 persen), bantuan biaya garap (94.48 persen), dan sistem pengairan (57.31 persen). Hasil yang sama diperoleh melalui analisis gap, hanya atribut harga sarana produksi yang dijual (0.22 persen), bantuan biaya garap (0.23 persen), dan sistem pengairan (1.78 persen) yang memiliki kesenjangan. Penelitian Utama et al (2013) menjelaskan mengenai pola kemitraan yang dijalankan oleh PT Sinar Sarana Sentosa merupakan kemitraan tertutup dimana pihak peternak plasma tidak diperbolehkan menjual hasil panen atau memasok sarana produksi ternak dari pihak selain PT Sinar Sarana Sentosa. Pihak inti mempunyai hak dalam menentukan pilihan sarana produksi ternak meliputi pakan, obat-obatan, vaksin, bibit ayam, dan menentukan harga kesepakatan kontrak. Pilihan sarana produksi dilakukan karena PT Sinar Sarana Sentosa sendiri masih mendapat pasokan dari produsen sapronak, sehingga ketersediaan sarana produksi masih sangat tergantung pada produsen. Pihak inti juga berhak menentukan jadwal pengiriman bibit, pakan, dan panen ayam sesuai dengan kebutuhan. Kewajiban dari pihak inti adalah menentukan dan menyusun program pemeliharaan. Pihak inti melalui kuasanya (TS) berkewajiban mengontrol kesehatan ayam dan memberikan bimbingan tata cara budidaya agar tercapai hasil berternak yang optimal. Penelitian Yuniasari (2001) menganalisis kemitraan melalui bagaimana proses dan faktor pendorong timbulnya kemitraan budidaya ikan hias dan lele dumbo serta pola dan mekanisme kemitraan yang dilaksanakan, pelaksanaan manajemen kemitraan dan hasil pembinaan yang diterapkan dan faktor apa saja yang merupakan kekuatan, kelemahan serta peluang dan penghambat dalam
7
pelaksanaan kemitraan. Berdasarkan hasil analisis manajemen, pelaksanaan manajemen kemitraan di Miranthi Fish Farm (MFF) bernilai 71. Nilai tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan fungsi manajemen kemitraan adalah sedang dan masih perlu ditingkatkan lagi agar tujuan kemitraan dapat tercapai. Berdasarkan beberapa penelitian tersebut, kemitraan berpengaruh terhadap pendapatan. Namun, terdapat beberapa kemitraan tidak berpengaruh terhadap pendapatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kemitraan terhadap pendapatan peternak puyuh. Perbedaan dengan penelitian Utama et al (2013) terletak pada tidak adanya kesepakatan kontrak. Selain itu, penelitian ini menggunakan atribut pelayanan sarana produksi, pelayanan teknis budidaya dan pelayanan pasca panen.
Pengaruh Kemitraan terhadap Pendapatan Usahatani Pendapatan petani digunakan untuk mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan dan modal milik sendiri. Analisis pendapatan usahatani digunakan untuk menghitung seberapa besar penerimaan yang diterima petani dalam berusahatani yang dikurangi dengan biaya. Berdasarkan penelitian terdahulu, kemitraan tidak memberikan dampak bagi peternak plasma. Hal tersebut didukung dari pendapatan petani melalui analisis R/C bahwa petani non mitra memliki pendapatan yang lebih besar dari petani mitra (Susanti et al 2014; Zahri 2013; Deshinta 2006). Hasil penelitian Rahman (2008) kemitraan telah berpengaruh positif terhadap peningkatan pendapatan usahatani petani mitra. Selain itu, nilai rasio R/C atas biaya tunai dan biaya total meningkat setelah bermitra. Rata-rata pendapatan atas biaya tunai petani sebelum bermitra adalah Rp320 000 per bulan, sedangkan rata-rata pendapatan atas biaya totalnya adalah Rp164 900 per bulan. Setelah bermitra, rata-rata pendapatan atas biaya tunai petani bertambah sebesar Rp256 500 per bulan, sehingga pendapatannya menjadi Rp576 500 per bulan. Rata-rata pendapatan atas biaya total setelah bermitra bertambah sebesar Rp126 500 per bulan, sehingga pendapatan atas biaya totalnya menjadi Rp291 400 per bulan. Rasio R/C atas biaya tunai sebelum bermitra adalah 1.28 dan setelah bermitra meningkat menjadi 1.51 yang berarti setiap satu rupiah yang dikeluarkan akan memberikan penerimaan sebesar Rp1.51. Rasio R/C atas biaya total sebelum bermitra adalah 1.13 dan setelah bermitra meningkat menjadi 1.21. Berdasarkan penelitian Febridini (2010), kemitraan berperan dalam pendapatan peternak. Rasio pendapatan atas biaya tunai peternak mitra sebesar 1.11 dan peternak non mitra sebesar 1.09. Sedangkan R/C rasio pendapatan atas biaya total juga diperoleh lebih tinggi oleh peternak mitra yaitu sebesar 1.04 dan 1.02 untuk R/C rasio peternak non mitra. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu terdapat pada alat analisis yang digunakan. Beberapa penelitian menggunakan alat analisis uji-t untuk mengetahui pengaruh kemitraan terhadap pendapatan. Namun, penelitian ini menggunakan alat analisis IPA (Importance Performance Analysis) untuk mengukur kinerja atau kepuasan peternak mitra.
8
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Kemitraan Kemitraan adalah kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah dan atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan (PP No. 44 1997). Kemitraan juga merupakan suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan bersama dan dijalankan dalam jangka waktu tertentu. Kemitraan dalam usahatani adalah kerjasama antara perusahaan mitra dengan kelompok mitra di bidang usaha pertanian. Perusahaan mitra terdiri dari petani-nelayan, kelompok tani-nelayan, gabungan kelompok tani-nelayan, koperasi dan usaha kecil. Menurut Hafsah (1999), manfaat yang dapat dicapai dari usaha kemitraan adalah : 1. Produktivitas Perusahaan dapat mengoprasionalkan pabriknya secara full capacity tanpa perlu memiliki lahan karena keperluan tersebut ditanggung petani. Sedangkan petani dapat meningkatkan produktivitasnya karena dapat memperoleh tambahan input, kredit, dan penyuluhan dari perusahaan mitra. 2. Efisiensi Perusahaan dapat mencapai efisiensi dengan menghemat tenaga kerja karena menggunakan tenaga kerja yang dimiliki oleh petani, sedangkan petani yang umumnya relatif lemah dalam hal kemampuan teknologi dan sarana produksi dapat menghemat waktu karena adanya bantuan teknologi dan sarana produksi dari perusahaan. 3. Jaminan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas Kualitas, kuantitas dan kontinuitas sangat erat kaitannya dengan efisiensi dan produktivitas di pihak petani yang menentukan terjaminnya pasokan pasar dan pada gilirannya menjamin keuntungan perusahaan. 4. Resiko Kontrak dalam kemitraan dapat mengurangi resiko yang dihadapi oleh perusahaan jika mengadakan bahan baku yang diperoleh dari pasar bebas, seperti tidak tersedianya bahan baku atau kehabisan bahan baku di pasar bebas. 5. Sosial Kemitraan dapat pula menghasilkan persaudaraan antar pelaku ekonomi yang berbeda status. 6. Ketahanan ekonomi dan nasional Peningkatan pendapatan yang diikuti tingkat kesejahteraan dan sekaligus terciptanya pemerataan yang lebih baik, otomatis akan mengurangi timbulnya kesenjangan ekonomi antar pelaku yang terlibat dalam kemitraan yang mampu meningkatkan ketahanan ekonomi secara nasional Kemitraan dalam usaha pertanian dijalankan dengan berpedoman pada asas kemitraan yaitu saling memerlukan, mempercayai, memperkuat, dan menguntungkan. Saling memerlukan berarti perusahaan mitra memerlukan
9
pasokan bahan baku dan kelompok petani mitra memerlukan penampung hasil usahanya. Saling menguntungkan berarti baik perusahaan mitra maupun kelompok mitra mendapatkan peningkatan pendapatan dan kesinambungan usaha. Saling memperkuat dan mempercayai berarti baik perusahaan mitra maupun kelompok mitra sama-sama memperhatikan tanggung jawab moral dan etika bisnis. Implementasi hubungan kemitraan dilaksanakan melalui pola-pola kemitraan yang sesuai dengan sifat atau kondisi dan tujuan yang ingin dicapai. Beberapa pola kemitraan yang telah banyak dilaksanakan menurut Hafsah (1999) diantaranya adalah : 1. Pola Inti Plasma Pola inti plasma merupakan hubungan kemitraan antara usaha kecil atau petani dengan usaha besar dimana usaha besar bertindak sebagai inti dan usaha kecil bertindak selaku plasma. Perusahaan inti berkewajiban menyediakan lahan, sarana produksi, bimbingan teknis, manajeman, menampung, mengolah dan memasarkan hasil produksi namun perusahaan inti tetap memperoduksi kebutuhan perusahaan, sedangkan kelompok mitra memenuhi kebutuhan perusahaan inti sesuai persyaratan yang telah ditetapkan. 2. Pola Sub Kontrak Pola sub kontrak merupakan pola hubungan kemitraan antara perusahaan mitra usaha dengan kelompok mitra usaha yang memproduksi kebutuhan perusahaan sebagai bagian dari komponen produksinya. 3. Pola Dagang Umum Pola dagang umum merupakan pola hubungan kemitraan mitra usaha yang memasarkan hasil dengan kelompok usaha yang mensuplai kebutuhan yang diperlukan oleh perusahaan. 4. Pola Keagenan Pola keagenan merupakan salah satu bentuk hubungan kemitraan dimana usaha kecil diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa dari usaha menengah atau besar sebagai mitranya. 5. Waralaba Pola waralaba merupakan pola hubungan kemitraan antara kelompok mitra usaha dengan perusahaan mitra usaha yang memberikan hak lisensi, merk dagang saluran distribusi perusahaannya kepada kelompok mitra usaha sebagai penerima waralaba yang disertai bimbingan manajemen. Pendapatan Petani Pendapatan merupakan balas jasa terhadap penggunaan faktor-faktor produksi seperti lahan, modal, tenaga kerja, dan pengelolaan. Pendapatan petani dapat dihitung berdasarkan penerimaan yang diterima dikurangi dengan biaya. Pendapatan dalam usahatani tersebut dapat dinyatakan dalam pendapatan tunai dan pendapatan total. Pendapatan tunai adalah selisih antara penerimaan dengan biaya tunai usahatani sedangkan pendapatan total usahatani mengukur pendapatan kerja petani dari seluruh biaya usahatani yang dikeluarkan. Pendapatan bersih didapat dari selisih penerimaan usahatani dengan biaya total usahatani. Penerimaan usahatani adalah hasil perkalian antara jumlah produksi yang dihasilkan dengan harga jual yang berlaku pada saat itu. Menurut Soekartawi et al (1986), penerimaan usahatani adalah nilai produk total usahatani dalam jangka
10
waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Penerimaan usahatani disebut juga sebagai pendapatan kotor. Pendapatan kotor dibagi menjadi dua, yaitu penerimaan tunai usahatani dan penerimaan tidak tunai usahatani. Penerimaan tunai yang dimaksud adalah nilai uang yang diterima dari penjualan pokok usahatani sedangkan penerimaan tidak tunai adalah nilai hasil produk usahatani yang tidak dijual, namun dikonsumsi sendiri, disimpan sebagai persediaan atau aset petani, dan lain sebagainya sehingga tidak memberikan hasil dalam bentuk uang. Penerimaan tunai usahatani tidak mencakup pinjaman uang dan tidak mencakup berbentuk benda. Penerimaan total diperoleh dari penjumlahan antara penerimaan tunai usahatani dengan penerimaan tidak tunai usahatani. Biaya menurut Soekartawi et al (1986) dibagi menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap merupakan pengeluaran usahatani yang tidak bergantung kepada jumlah produksi. Biaya tetap terdiri dari gaji tenaga kerja, sewa lahan dan penyusutan peralatan. Biaya variabel merupakan biaya produksi yang jumlahnya dipengaruhi oleh besar kecilnya jumlah produksi. Biaya usahatani dibagi menjadi dua yaitu biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai adalah biaya yang diperoleh dari input keseluruhan, seperti sewa lahan, bibit, dan obat-obatan, sedangkan biaya diperhitungkan adalah nilai satuan input yang diperoleh dari perusahaan atau bisnis keluarga yang berasal dari biaya tetap dan biaya variabel. Menurut Soekartawi et al (1986), ada beberapa ukuran dalam menilai penampilan usahatani diantaranya yaitu pendapatan bersih usahatani (net farm income) merupakan selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran kotor usahatani. Pendapatan bersih usahatani digunakan untuk mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan, dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan dalam usahatani. Ukuran yang sangat berguna untuk menilai penampilan usahatani kecil ialah penghasilan bersih usahatani (net farm earning). Nilai ini diperoleh dari pendapatan bersih usahatani dikurangi dengan bunga yang dibayarkan kepada modal pinjaman. Ukuran ini menggambarkan hasil yang diperoleh dari usahatani untuk keperluan keluarga dan merupakan imbalan terhadap semua sumberdaya milik keluarga yang dipakai dalam usahatani. Dalam usahatani semi-komersial, imbalan kepada modal merupakan patokan yang baik untuk penampilan usahatani. Apabila sebagian modal diperoleh dari pinjaman, maka ada dua ukuran yang dapat dipakai. Imbalan kepada seluruh modal (return to total capital) dihitung dengan mengurangkan nilai kerja keluarga dari pendapatan bersih usahatani. Untuk keperluan ini, kerja keluarga dinilai menurut tingkat upah tenanga kerja yang berlaku di pasar tenaga kerja. Hasilnya bisa dinyatakan dengan persen terhadap nilai seluruh total. Selanjutnya ukuran kedua imbalan terhadap modal petani (return to farm equity capital) diperoleh dengan mengurangkan nilai kerja keluarga dari penghasilan bersih usahatani. Ukuran ini biasanya juga dinyatakan dalam bentuk persen. Usahatani tidak bisa dipisahkan dari tenaga kerja keluarga, untuk mengukur imbalan terhadap tenaga kerja keluarga (return to family labour) dapat dihitung dari penghasilan bersih usahatani dengan mengurangkan bunga modal petani yang diperhitungkan. Ukuran imbangan ini dapat dibagi dengan jumlah
11
anggota keluarga yang bekerja dalam usahatani untuk memperoleh taksiran imbalan terhadap setiap orang. Angka ini dapat dibandingkan dengan imbalan atau upah kerja luar usahatani. Imbangan Penerimaan dan Biaya Salah satu cara mengukur efisiensi usahatani adalah dengan melakukan analisis imbangan penerimaan atau Return Cost Ratio (R/C). R/C merupakan merupakan alat analisis untuk mengukur efisiensi (Soekartawi 1995). Analisis R/C digunakan untuk mengukur perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya dalam satu periode tertentu. Nilai R/C menunjukkan bahwa setiap satu rupiah yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar nilai R/C nya. Analisis imbangan penerimaan dan biaya dapat diperhitungkan berdasarkan atas biaya tunai dan biaya total. R/C atas biaya tunai diperoleh dengan membandingkan penerimaan total dengan biaya tunai yang dikeluarkan satu periode tertentu, sedangkan R/C atas biaya total diperoleh dengan membandingkan penerimaan total dengan biaya total yang dikeluarkan satu periode tertentu. Importance Perfomance Analysis (IPA) Dalam importance perfomance analysis terdapat istilah kepentingan bukan harapan yang menjadi dasar pengukuran konsumen yaitu kesenjangan antara harapan konsumen dengan tingat kinerja yang diharapkan konsumen. Istilah expetation diganti dengan istilah importance atau tingkat persepsi pelanggan (Rangkuti 2008). Importance Perfomance Analysis merupakan suatu teknik untuk menilai tingkat kepuasan dari berbagai atribut yang relevan dan tingkat kinerja perusahaan pada masing-masing atribut tersebut. Nilai atribut dari rata-rata tingkat kepentingan dan tingkat kinerja perusahaan dianalisis dengan importance perfomance matrix. Matrix ini berguna sebagai pedoman dalam mengaplikasikan sumber daya organisasi yang terbatas pada bidang-bidang spesifik, dimana perbaikan kinerja dapat berdampak pada keputusan total pelanggan.
Kerangka Pemikiran Operasional Permasalahan yang terjadi di Kabupaten Bogor yaitu masih kurangnya peternak yang membudidayakan usahaternak burung puyuh. Usaha peternakan burung puyuh di Kabupaten Bogor dilakukan secara mandiri maupun secara kemitraan. Keikutsertaan peternak burung puyuh menjalin kemitraan tentu akan memberikan manfaat yang baik bagi peternak. Tetapi jumlah peternak mitra di CV HQF hanya sedikit yaitu sebesar 16 orang peternak. Padahal kemitraan memiliki keunggulan dalam meningkatkan pendapatan, mendapat jaminan sarana produksi, dan pasar. Perusahaan dalam penyediaan input akan mempengaruhi penggunaan input dan biaya input. Penggunaan input dan harga input juga berpengaruh terhadap biaya produksi yang dikeluarkan peternak apakah semakin kecil atau sebaliknya. Penggunaan input tidak hanya berpengaruh terhadap biaya produksi, tetapi berpengaruh juga terhadap produksi yang dihasilkan apakah semakin efisien
12
atau sebaliknya. Selain itu peran kemitraan yaitu sebagai lembaga menunjang untuk pemasaran hasil produksi juga memiliki pengaruh terhadap harga output sehingga mempengaruhi penerimaan yang diperoleh peternak. Penerimaan dan biaya produksi tersebut dapat dijadikan acuan untuk melihat pendapatan peternak burung puyuh di CV HQF. Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis pendapatan peternak burung puyuh untuk melihat kinerja dari usahaternak burung puyuh dan Importance Perfomance Analisis (IPA) untuk mengukur kepuasan peternak mitra terhadap pelayanan yang diberikan perusahaan. Bagan kerangka pemikiran operasional dalam penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Peran Kemitraan
Penyedia Input
Penggunaan Input
Kepastian Pasar
Harga Input
Produksi
Harga Output Biaya Produksi Penerimaan
Pendapatan
Kepuasan
Gambar 1 Bagan alur kerangka pemikiran operasional
13
METODE PENELITIAN Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada CV HQF yang berlokasi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi peternak dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa jumlah peternak burung puyuh di Kabupaten Bogor masih sedikit jika dibandingkan dengan Sukabumi. Selain itu dengan mempertimbangkan bahwa CV HQF merupakan perusahaan yang melaksanakan kemitraan dalam usahaternak burung puyuh. Pengambilan data untuk penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai April 2016.
Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer meliputi data input dan output usahatani burung puyuh, harga input, harga output, dan data lain yang berhubungan dengan tujuan penelitian. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak perusahaan dan peternak mitra. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi data populasi burung puyuh di Jawa Barat dan Kabupaten Bogor. Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi yang terkait dengan penelitian, antara lain pusat data dan informasi, Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor serta CV HQF. Selain itu data sekunder juga diperoleh dari literatur atau buku yang terkait dengan topik penelitian.
Pengambilan Sampel Peternak yang dijadikan responden sebanyak sepuluh orang peternak. Selain itu, wawancara dilakukan kepada pegawai peternak mitra. Teknik pengumpulan data dilakukan secara convenience sampling. Penentuan sampel ini dipilih karena pertimbangan kemudahan, ketersediaan, dan kenyamanan untuk diteliti. Selain itu, karena keterbatasan yang dimiliki peneliti dengan mempertimbangkan lokasi, waktu, dan biaya. Peternak mitra tidak hanya berlokasi di Kabupaten Bogor tetapi ada beberapa peternak yang berada di luar Kabupaten Bogor.
Metode Analisis Data Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuantitatif. Analisis data kuantitatif digunakan untuk menganalisis pendapatan peternak, analisis R/C, dan analisis IPA (Importance Perfomance Analysis). Pengolahan analisis kuantitatif menggunakan software Microsoft Excel 2007. Metode analisis data dapat dilihat pada Tabel 6.
14
Tabel 6 Metode analisis data No
Tujuan penelitian
Jenis data
Sumber data
1.
Menganalisis pendapatan Kuantitatif peternak burung puyuh pada kemitraan CV HQF
Laporan produksi
2.
Menganalisis kinerja kemitraan di CV HQF
Laporan perusahaan berupa kontrak kerjasama, dan wawancara
Kuantitatif
Metode analisis data Analisis Pendapatan, R/C IPA (Importance Perfomance Analysis)
Analisis Pendapatan Penerimaan usahatani terdiri dari penerimaan tunai dan tidak tunai. Penerimaan tunai diperoleh dari hasil produksi yang dijual, sedangkan penerimaan tidak tunai diperoleh dari hasil produksi yang dikonsumsi sendiri. Pendapatan petani diperoleh dari selisih antara seluruh penerimaan usahatani dan biaya usahatani. Pendapatan yang akan dihitung dalam penelitian ini yaitu dengan mengurangkan total penerimaan dengan total biaya. Pd = TR - TC Keterangan: Pd = Pendapatan usahatani TR = Total penerimaan TC = Total biaya Pendapatan usahatani merupakan langkah antara untuk menghitung keuntungan lainnya yang mampu memberikan penjelasan lebih banyak (Soekartawi et al 1986). Penjelasan yang dimaksud ialah pendapatan bersih usahatani atau net farm income. Pendapatan bersih merupakan selisih antara pendapatan kotor dengan pengeluaran total. Pendapatan bersih digunakan untuk mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan, dan modal pemilik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan dalam usahatani. Penghasilan bersih atau net farm earning imbalan yang diperoleh dari hasil pengurangan antara pendapatan dengan biaya bunga yang dibayarkan kepada modal pinjaman. Pendapatan usahatani ini diukur berdasarkan satu siklus produksi. Usahaternak burung puyuh ini membutuhkan waktu lima belas bulan untuk setiap satu siklus. Penampilan usahatani selanjutnya dilihat dari ukuran imbalan terhadap seluruh modal (return to total capital), imbalan kepada modal petani (return to farm equity capital), dan imbalan kepada seluruh tenaga kerja keluarga (return to family labour). Ukuran imbalan terhadap seluruh modal dan terhadap modal petani dapat digunakan untuk menilai keuntungan investasi. Imbalan terhadap seluruh modal dihitung dengan mengurangkan nilai kerja keluarga dari pendapatan bersih usahatani sedangkan imbalan terhadap modal petani dapat dihitung dengan mengurangkan nilai kerja keluarga dari penghasilan bersih. Imbalan terhadap tenaga kerja keluarga dapat dihitung dari penghasilan bersih usahatani dengan mengurangkan bunga modal petani.
15
Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (Ratio R/C) Analsis R/C dilakukan untuk menunjukkan seberapa besar penerimaan yang diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan dalam suatu kegiatan usahatani. Nilai R/C dapat digunakan untuk mengukur kedudukan yang sedang berlangsung sehingga dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan dan rencana pengembangan usahatani. Dalam penelitian ini dilakukan dua jenis analisis R/C. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: R/C atas Biaya Tunai = PY BT R/C atas Biaya Total = PY BT+BD Keterangan : R = Penerimaan (Rupiah) C = Biaya (Rupiah) P = Harga output (Rupiah)
Y = Output (Butir) BT = Biaya tunai (Rupiah) BD = Biaya diperhitungkan (Rupiah)
Kriteria keputusan yang diambil dari hasil nilai R/C yaitu, jika nilai R/C > 1 maka usahatani yang dilakukan efisien dan mendapatkan keuntungan. Sebaliknya jika nilai R/C < 1 maka usahatani yang dilakukan tidak efisien dan menderita kerugian. Jika R/C = 1 maka kondisi usahatani berada pada kondisi keuntungan normal. Analisis Tingkat Kepuasan Pelaksanaan Kemitraan Mengukur kepuasan peternak mitra terhadap pelaksanaan kemitraan. Perhitungan dapat dilakukan untuk menemukan indeks tingkat kepuasan peternak terhadap pelayanan dengan penentuan bobot berdasarkan metode IPA. Metode importance perfomance analysis, tingkat pelaksanaan pelayanan dari perusahaan dapat memberikan nilai kepuasan apabila pelayanan yang diberikan dapat terpenuhinya harapan dari peternak mitra. Nilai kepuasan peternak dinyatakan dengan huruf X sedangkan huruf Y menunjukkan kepentingan. Tabel 7 menunjukkan tingkat kepentingan dan kepuasan peternak yang diukur menggunakan skala Likert dengan empat kategori. Tabel 7 Skala likert pengukuran tingkat kepentingan dan kepuasan Kategori Tingkat Kepentingan Sangat Penting Penting Tidak Penting Sangat tidak Penting
Skor Tingkat kepuasan
Sangat puas Puas Tidak Puas Sangat tidak Puas
4 3 2 1
Total penilaian tingkat kepentingan masing-masing variabel diperoleh dengan cara menjumlahkan hasil perkalian skor masing-masing skala dengan jumlah responden yang memilih pada skala tersebut. Dalam menginterpretasikan bagaimana suatu variabel dinilai oleh keseluruhan tingkat pelaksanaannya, diperlukan suatu rentang skala. Adapun rentang skala tersebut yaitu:
16
Range =
(Xib − Xik) Banyaknya Skala Pengukuran
Keterangan : Xib = Skor terbesar yang mungkin diperoleh dengan asumsi bahwa semua responden memberikan jawaban sangat penting atau sangat baik (skor 4) terhadap setiap unsur i dari setiap atribut. Xik = Skor terkecil yang mungkin diperoleh dengan asumsi bahwa semua responden memberikan jawaban tidak penting atau tidak baik (skor 1) terhadap setiap unsur i dari setiap atribut. Maka besarnya range untuk tiap kelas yang diteliti adalah : Range = [ (4×15) − (1×15) ]=11.25 4 Pembagian kelas berdasarkan tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan adalah : a) 15.00 – 26.25: tidak penting atau tidak puas b) 26.25 – 37.50: kurang penting atau kurang puas c) 37.50 – 48.75: penting atau puas d) 48.75 – 60.00: sangat penting atau sangat puas Hasil perhitungan di atas kemudian dinyatakan dalam diagram kartesius. Masing-masing atribut diposisikan ke dalam sebuah diagram, dimana skor ratarata penilaian terhadap kinerja atau pelaksanaan (X) menunjukkan posisi suatu atribut pada sumbu X sedangkan posisi atribut pada sumbu Y ditunjukkan oleh skor rata-rata penilaian tingkat kepentingan terhadap suatu atribut (Y). Rumus yang digunakan adalah : Xi = Σ Xi dan Yi =ΣYi n n Keterangan : Xi = Skor rata – rata tingkat kinerja atau pelaksanaan per indikator i Yi = Skor rata – rata tingkat kepentingan per indikator i Xi = Total skor tingkat kinerja atau pelaksanaan pada responden ke-i Yi = Total skor tingkat kepentingan pada responden ke-i n = Jumlah responden Diagram kartesius merupakan suatu bangun yang dibagi menjadi empat bagian yang dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus (Rangkuti 2008) pada titik (A,B) dimana A adalah rata – rata dari skor rata – rata tingkat kinerja, sedangkan B adalah rata – rata dari skor rata – rata tingkat kepentingan seluruh dimensi bauran pemasaran yang mempengaruhi konsumen. Dalam penelitian ini terdapat 15 atribut (k=15) dari penjabaran atribut kemitraan yang diukur. Nilai A dan B diukur dengan menggunakan rumus : ∑
Xi
dan
∑
Yi
17
Keterangan : A = Batas Sumbu x (tingkat kinerja) B = Batas Sumbu y (tingkat kepentingan) Xi = Skor rata – rata tingkat kinerja atau pelaksanaan pada indikator ke – i Yi = Skor rata – rata tingkat kepentingan pada indikator ke – i K = Banyaknya atribut mutu pelayanan oleh perusahaan yang mempengaruhi kepuasan peternak
dapat
Adapun diagram kartesius dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini :
Y (Tingkat Kepentingan) Prioritas utama
Pertahankan prestasi
I Prioritas rendah
II Berlebihan
II
IV X (Tingkat Kinerja Pelaksanaan) Gambar 2 Diagram kartesius metode importance performance analysis Sumber : Rangkuti (2008)
Diagram kartesius di atas terbagi ke dalam empat kuadran. Masing – masing kuadran menggambarkan keadaan yang berbeda – beda. 1. Kuadran A Prioritas Utama Menunjukkan indikator – indikator pelaksanaan aspek kemampuan kelompok yang dirasa sangat penting oleh anggota, namun pihak pengurus kelompok belum melaksanakannya sesuai dengan harapan anggota kelompok. 2. Kuadran B Pertahankan Prestasi Menunjukkan indikator – indikator pelaksanaan aspek kemampuan kelompok yang dirasa sangat penting oleh anggota, telah dilaksanakan oleh pengurus kelompok sesuai dengan yang diharapkan anggota kelompok. 3. Kuadran C Prioritas Rendah Menunjukkan indikator – indikator pelaksanaan aspek kemampuan kelompok yang dirasa kurang penting oleh anggota dan pelaksanaannya masih kurang baik. 4. Kuadran D Berlebihan Menunjukkan indikator – indikator pelaksanaan aspek kemapuan kelompok yang dirasakan kurang penting oleh anggota, namun pengurus kelompok telah melaksanakannya dengan baik sehingga dianggap berlebihan.
18
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN DAN LOKASI PENELITIAN Sejarah dan Perkembangan Umum Perusahaan CV HQF adalah perusahaan persekutuan komanditer kemitraan yang bergerak dibidang agribisnis yaitu peternakan, khususnya dalam budidaya peternakan burung puyuh. CV HQF didirikan oleh Bapak Iskandar Kartika dan Bapak Djadja Suhardja pada tahun 2011. Nama CV HQF mempunyai arti bagi pemilik, “Hambalang” merupakan nama lokasi perusahaan, dan “Quail Farm” adalah bahasa Inggris dari peternakan petelur. Sebelum mengusahakan budidaya burung puyuh, Bapak Iskandar Kartika bekerja sebagai pegawai BUMN dan memutuskan untuk pensiun dini untuk berwirausaha. Bapak Djadja Suhardja sudah menjadi peternak burung puyuh sejak tahun 2006. Pada awal berdiri, Bapak Iskandar Kartika hanya memiliki lahan seluas 950 meter persegi untuk membangun dua kandang burung puyuh layer dan starter grower dan tempat peristirahatan dengan ide pembangunan berasal dari Bapak Djadja Suhardja. Ide Bapak Iskandar Kartika dan Bapak Djadja Suhardja mendirikan usaha budidaya burung puyuh ini bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat yang berpenghasilan rendah di sekitar Hambalang serta mengurangi pengangguran dengan membuka usaha baru dan mengisi waktu luang selama pensiun. Bapak Iskandar Kartika beserta Bapak Djadja Suhardja memilih usaha budidaya burung puyuh karena burung puyuh merupakan alternatif bisnis yang pengembalian hasil investasi cepat dan bernilai ekonomis tinggi serta usahanya tergolong aman karena proses produksi mengutamakan biosekuriti yang ketat. CV HQF setiap tahunnya mengalami peningkatan, dalam segi kualitas dan kuantitas produksi, hingga saat ini CV HQF menghasilkan puyuh petelur rata-rata tiap tahunnya 50 000 bibit dan 1 642 500 butir telur puyuh. Lahan seluas 950 meter persegi tersebut di bangun empat bangunan yang terdiri dari dua kandang, setiap kandang berukuran 8 meter x 10 meter, satu mess karyawan dan satu tempat peristirahatan.
Lokasi dan Keadaan Geografis CV HQF merupakan suatu usaha peternakan pembesaran puyuh petelur dan puyuh petelur komersial yang memiliki luas lahan 6000 meter persegi. Peternakan ini berada di Jalan Wisma Atlit No 3, Desa Hambalang RT 05 RW 02 Kecamatan Citeureup Kabupaten Bogor. Adapun letak peternakan puyuh ini berada di sebelah timur sirkuit sentul. Lokasi peternakan berada pada ketinggian 200 sampai 300 meter di atas permukaan laut. Daerah ini memiliki tingkat curah hujan tinggi. Curah hujan per bulan berkisar antara temperatur dalam wilayah Bogor berada pada suhu 24 derajat celcius, temperatur tertinggi 28 derajat celcius dengan kelembaban mencapai 74 derajat fahrenheit. Karakteristik dari lokasi tersebut cocok untuk peternakan komersial ataupun pembibitan burung puyuh. Secara umum, lokasi sudah memenuhi syarat akan tetapi ada kekurangan dari CV HQF yaitu terletak pada betonisasi jalan yang kurang baik sehingga dapat
19
menyebabkan telur mudah rusak saat distribusi telur dan juga distribusi listrik yang kurang baik terhadap cuaca yang dapat menghambat proses perkembangan DOQ (day old quail) karena sangat membutuhkan tenaga penerangan dari listrik. Adapun kelebihan dari perusahaan ini dekat dengan pasar dan sumber air yang mudah dan jauh dari pemukiman penduduk. Jarak antara peternakan dengan pemukiman penduduk satu kilometer sedangkan dari jalan raya 2.5 kilometer. Tempat pemasaran produk terdekat yaitu dari pedagang atau para mitra yang datang langsung ke kandang untuk membeli hasil ternak yaitu telur puyuh.
Struktur Organisasi Struktur organisasi perusahaan CV HQF masih bersifat sederhana. Pemilik berperan sebagai direktur pemegang kekuasaan dan pengambil keputusan perusahaan. Direktur dibantu oleh beberapa manajer yang masing-masing mempunyai tanggung jawab yang berbeda. Manajer yang terdapat dalam perusahaan CV HQF seperti manajer produksi bertanggung jawab dalam usaha pembibitan, pemeliharaan, dan persediaan sarana dan prasarana produksi, manajer keuangan bertanggung jawab dalam pengelolaan keuangan perusahan, kepala kandang yang juga bertanggung jawab mengoperasikan jalanya proses produksi yang merangkap sebagai karyawan, pegawai kandang pembesaran dan petelur yang bertanggung jawab menetapkan standar kualitas produk dan memenuhi kebutuhan produksi serta pengecekan kualitas atau sortasi terhadap kualitas produk telur dan puyuh petelur yang siap dijual. Struktur Organisasi CV HQF dapat dilihat pada Gambar 3. Direktur Utama: Iskandar Kartika
Manager Produksi & Pemasaran: Djadja Suhardja
Manager Keuangan: Diana
Kepala Kandang: Iwan
Pegawai kandang petelur: Ahmad dan Uye
Pengecekan telur: Nanang
kualitas
Pegawai kandang pembesaran: Iwan dan Nanang
Gambar 3 Struktur Organisasi di CV HQF Sumber: CV HQF 2016
Berdasarkan struktur organisasi tersebut masing-masing bagian memiliki pembagian tugas yang telah ditentukan dan harus memiliki tanggung jawab atas
20
pekerjaan tersebut agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Setiap kegiatan yang dilakukan oleh pekerja di lapangan diawasi secara langsung oleh kepala kandang dan manajer produksi yang secara rutin pada hari selasa, rabu, jumat dan minggu. Adapun pembagian tugas (job descriptions) dari masing-masing bagian adalah sebagai berikut : 1. Direktur Utama : a. Memimpin perusahaan dengan menerapkan kebijakan-kebijakan perusahaan. b. Menetapkan dan mengawasi tugas dari manajer pemasaran, produksi, dan keuangan. c. Melakukan pengawasan secara umum gambaran aktivitas budidaya. d. Memantau perkembangan perusahaan secara menyeluruh 2. Manajer Produksi dan Pemasaran : a. Bertugas dan bertanggung jawab terhadap aktivitas pemeliharaan, produksi, persediaan sarana dan prasarana produksi. b. Melaporkan aktivitas kandang kepada direktur utama 3. Manajer Keuangan : a. Mengoperasikan jalannya bisnis perusahan dalam hal fungsi operasi yang berhubungan dengan produksi dan logistik perusahaan b. Merencanakan dan mengatur alur investasi dan pengeluaran dalam operasi perusahaan 4. Kepala Kandang : a. Mengoperasikan jalannya proses produksi dari awal hingga akhir b. Merencanakan proses pengendalian kualitas, pengembangan kualitas produk. 5. Pegawai Petelur dan Pembesaran : a. Memenuhi kebutuhan perusahaan dalam hal produksi b. Memberikan penilaian terhadap kualitas produksi telur c. Melakukan tindakan evaluasi terhadap adanya masalah penurunan produktivitas telur 6. Pengecekan Kualitas Telur : a. Melakukan sortasi dan grading terhadap kualitas produk telur dan puyuh petelur yang siap dijual b. Menetapkan standar kualitas produk.
Deskripsi Kegiatan Bisnis CV HQF merupakan perusahaan sistem kemitraan. Unit usaha peternakan burung puyuh terus berkembang hingga saat ini yang memiliki jumlah luas lahan sebesar 950 meter persegi. CV HQF merupakan peternakan burung puyuh penghasil puyuh petelur dan penghasil telur konsumsi. Pada rantai tataniaga pemasaran, CV HQF dimulai dari pusat pembibitan yang mengirim DOQ yang siap dibesarkan kemudian menjadi puyuh petelur yang siap jual dan burung puyuh yang siap memproduksi telur untuk disebar di wilayah Jabodetabek. CV HQF merupakan pemasok puyuh petelur dan telur yang akan dijual ke agen dan plasma
21
binaan. Selain itu juga menjual langsung telur ke konsumen tetapi untuk penjualan puyuh petelur hanya melayani pemesanan dari plasma. Pada peternakan ini pendapatan pegawai kandang berkisar antara Rp750 000 – Rp1 250 000 per bulan dengan sistem pembayaran secara langsung kepada karyawan. Tambahan atau insentif pegawai berasal dari hasil banyaknya pegawai melakukan sortasi telur. Pegawai memperoleh bonus dari hasil banyaknya sortasi telur sebesar Rp2 500 per peti per orang. Data permintaan telur puyuh dan puyuh petelur di CV HQF dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Permintaan telur puyuh dan puyuh petelur di CV HQF Daerah Permintaan Telur Padang agen leuwiliang Rusdi agen leuwiliang Harahap agen ciampea Pasar anyar Safa agen cibinong Sulaema agen cibinong Permintaan Puyuh Petelur Desember – Januari Dinas lebak H. Kurdi Lusy IPB Fapet FKH Januari – Februari Koperasi Dea Februari – Maret Eka Cikarang Maret – April Yustina
Permintaan 50 000 butir/ 5 hari 25 000 butir/ 5 hari 25 000 butir/ 5 hari 40 000 butir/ 5 hari 50 000 butir/ 5 hari 50 000 butir/ 5 hari
1 600 ekor 2 000 ekor 200 ekor 300 ekor 300 ekor 3 000 ekor 2 600 ekor 1 200 ekor 1 000 ekor
Sumber : CV HQF 2016
Setiap minggu permintaan puyuh petelur akan keluar sebanyak 1 010 ekor yang dilakukan selama permintaan di pasar plasma ada. Penjualan telur pada CV HQF melalui inti plasma sebesar Rp250 per butir biasanya dikemas dalam peti yang berisi 1 000 butir telur. Kemudian inti menjual harga telur ke agen sebesar Rp260, agen menjual ke pengecer sebesar Rp270 per butir lalu pengecer menjual kepada konsumen sebesar Rp310 per butir. CV HQF juga menjual puyuh petelur. Adapun untuk penjualan puyuh petelur ke plasma dari anggota kemitraan mencapai 1 000 sampai 1 200 ekor per minggu dengan harga Rp11 000 per ekor.
Keragaan Usahatani Sebagian besar peternak plasma menyatakan bahwa berternak puyuh tidak membutuhkan penanganan yang rumit dan tidak membutuhkan lahan yang luas untuk berternak. Namun keberhasilan dalam usaha burung puyuh dapat berjalan
22
apabila peternak plasma mampu menjalankan operasional prosedur yang telah diberikan pihak perusahaan. Budidaya Puyuh 1.Kandang dan Peralatan a) Sangkar yang digunakan berjenis battery yang terdiri atas lima laci. Ukuran laci untuk puyuh layer adalah 60 x 100 x 180 centimeter dengan jarak setiap laci 6 centimeter. Tinggi bagian belakang lantai laci ke tempat penampungan kotoran yaitu 30 centimeter, sedangkan untuk bagian depan yaitu enam centimeter, kemiringan alas kandang layer lima derajat, kemiringan tersebut bertujuan agar telur dapat turun ke bagian depan dari laci dan untuk memudahkan pekerja ketika mengambil ataupun memanen telur. b) Konstruksi sangkar dibuat dari triplek untuk bagian atap sangkarnya. Dinding kandang yang terdapat air minum dan tempat pakan memakai kawat ram yang berukuran satu inci untuk memudahkan puyuh untuk makan maupun minum. Setiap sangkar dilengkapi tempat pakan dan minum. Tempat pakan puyuh layer berukuran 10 x 97 x 9 centimeter dengan bahan baku triplek yang dapat dibongkar pasang pada bagian depan. Tempat pakan layer ditutup pakai kawat ram berukuran satu inci diatasnya agar pakan tidak tercecer. Tempat minum berupa galon berukuran tiga liter yang diletakan di samping laci sangkar. Kontruksi kandang layer dapat dilihat pada Lampiran 3. 2.Lingkungan ternak Suhu di kandang layer berkisar 24 derajat celcius, setiap laci sangkar diisi kurang lebih 40 ekor puyuh dewasa dengan luas lantai 150 centimeter persegi per ekor. Luasan kandang puyuh sesuai dengan kriteria yang ada untuk puyuh periode layer menurut standar CV HQF. Kepadatan sangat perlu diperhatikan untuk mencegah populasi yang padat dalam satu lacinya, hal ini dapat mengakibatkan kanibalisme dan membuat performa puyuh tidak optimal. 3.Persiapan kandang dan peralatan Persiapan kandang pada periode layer meliputi sanitasi kandang dan sangkar dengan membersihkan kotoran setiap hari, menyapu dan mengepel lantai kandang. Peralatan yang dibutuhkan untuk periode layer tidak jauh berbeda dengan periode lainnya, hanya saja pada periode layer tidak menggunakan tempat pakan berupa nampan melainkan kayu yang sudah diatur sebagai tempat pakan serta galon air yang berukuran lebih kurang tiga liter dan sebuah tangkai pohon untuk membantu pekerja dalam pengambilan telur. 4.Pemberian pakan dan minum Pemberian pakan dan minum dilakukan satu kali sehari yaitu pada pagi hari. Hal itu dilakukan agar aktivitas puyuh bertelur tidak terganggu akibat stres yang berdampak pada produksi telur menurun. Pemberian pakan dan air minum diberikan secara banyak hingga cukup sampai pagi hari. Pakan tidak diberikan perlakuan khusus, berbeda dengan air minum yang diberikan dahulu larutan desinfektan untuk mencegah gangguan kesehatan pada puyuh akibat air yang kurang baik. Pakan yang diberikan pada periode layer yaitu menggunakan pakan
23
puyuh (PY-3) yang diproduksi oleh PT.Universal Agri Bisnisindo. Kandungan nutrisi pakan puyuh layer dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Kandungan nutrien pakan layer PY-3 No 1 2 3 4 5 6 7
Komposisi Kadar air Protein kasar Lemak kasar Serat kasar Abu Kalsium Phosphor
Kandungan nutrient (%) Maks 12 20-22 Maks 7 Maks 7 Maks 14 2.50-3.50 0.6-1.0
Sumber: PT.Universal Agri Bisnisindo 2016
Konsumsi Pakan pada periode layer di CV HQF awal periode sampai puyuh berumur 52 hari mencapai 19 gram, dan umur selanjutnya 22 gram per ekor per hari. Egg stimulant diberikan melalui air minum yang bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan produksi telur. Puyuh pada periode layer diberikan pakan berbentuk crumble dan tempat pakan yang digunakan sudah berada disangkarnya terbuat dari kayu berukuran sangkarnya. Tempat air minum yang digunakan tiga liter, dapat dilihat pada Lampiran 3. 5.Pencahayaan Pencahayaan yang digunakan pada periode layer bersumber dari cahaya matahari dan lampu bohlam pada kandang. CV HQF menggunakan lampu yang berdaya 15 watt. Pengaturan cahaya yang dilakukan periode layer di CV HQF selama 13 jam pada malam hari dan pada siang hari sumber cahaya bersumber dari cahaya matahari. Jarak pemasangan lampu dengan sangkar adalah 10 sampai 15 centimeter. 6.Pengendalian Kesehatan Upaya pengendalian kesehatan yang dilakukan di CV HQF pada periode layer adalah sanitasi kandang, peralatan kandang, lingkungan kandang, dan vaksinasi. Vaksinasi dilakukan pada 6 sampai 8 bulan setelah vaksin terakhir yaitu vaksin ND dan IB melalui air, vaksin dilarutkan dalam susu. Puyuh yang akan divaksinasi terlebih dahulu dipuasakan selama dua jam dengan tujuan agar vaksin yang diberikan dapat habis dalam waktu cepat. Pemberian vaksin dilakukan selama dua jam setelah itu diganti air putih selama dua hari. Vaksinasi dapat dilihat pada Lampiran 3. 7.ProduksiTelur Produksi telur layer di CV HQF tingkat produktivitas sampai afkir berkisar kurang lebih 93 persen dengan demikian produksi telur puyuh layer diatas rata-rata produksi telur minimal. Tingkat produksi maksimal berada pada masa empat sampai enam bulan pemeliharaan. Tingkat produksi telur dari burung puyuh layer dapat dilihat pada Tabel 10.
24
Tabel 10 Tingkat produksi telur layer di CV HQF Umur Pemeliharaan 45 hari – 1 bulan 1 – 3 bulan 3 – 6 bulan 6 – 9 bulan 9 – 12 bulan 12 – 15 bulan
Produksi telur per 200 ekor (butir) 126 160 186 180 170 156
Presentase (%) 63 80 93 90 85 78
Sumber : CV HQF 2016
8.Mortalitas Pada periode layer tingkat kematian pada puyuh tidak terlalu banyak hanya lima persen dari jumlah puyuh. Apabila peternak menerapkan menajemen yang baik sehingga dapat menekan tingkat kematian pada puyuh di periode layer. Adapun pengaruh tingkat kematian pada periode ini adalah kerugian secara ekonomis karena jumlah telur konsumsi setiap harinya berkurang dan itu semua dapat mengakibatkan tidak bisa menutupi biaya pakan yang dikeluarkan setiap harinya.
PELAKSANAAN KEMITRAAN Pola Kemitraan CV HQF Kemitraan pada usaha burung puyuh CV HQF berawal dari peternak burung puyuh yang membutuhkan kejelasan mengenai usaha, minat, alih profesi, sarana produksi ternak, manajemen pengelolaan yang baik, dan jaminan pasar. Dengan demikian, terdapat hubungan yang saling membutuhkan antara peternak burung puyuh dengan CV HQF. Bentuk kemitraan yang diterapkan CV HQF dengan peternak mitra yaitu pola kemitraan inti plasma bebas dan tidak mengikat. CV HQF bertindak sebagai inti dan peternak sebagai plasma. Syarat utama pola kemitraan inti plasma yaitu perusahaan inti mempunyai peternakan usaha budidaya pertanian atau memproduksi kebutuhan perusahaan. CV HQF sebagai perusahaan inti memenuhi persyaratan tersebut dan berperan dalam memenuhi kebutuhan bibit, pakan, vaksinasi, vitamin, obat-obatan, pelayanan pembinaan, dan jaminan pasar. Sedangkan peternak mitra berkewajiban untuk menjual hasil panennya kepada CV HQF. Kemitraan yang dijalankan oleh CV HQF merupakan kemitraan bebas dimana pihak peternak mitra diperbolehkan menjual hasil panen atau memasok sarana produksi ternak dari luar selain pihak CV HQF. Namun, peternak tidak diperbolehkan menjual hasil panen di bawah harga CV HQF.
25
Syarat-syarat sebagai Calon Peternak Mitra Lahan dan kandang merupakan modal utama untuk berternak dan keduanya harus sesuai dengan tata cara berternak puyuh yang baik. Lahan yang baik sebaiknya jauh dari pemukiman penduduk. Selain itu, untuk melakukan kegiatan budidaya burung puyuh tidak memerlukan lahan yang luas. Kandang dapat mempengaruhi skala usaha dan menentukan dalam kelancaran produksi puyuh. Kandang harus sesuai dengan syarat berternak puyuh yang baik agar puyuh dapat memberikan hasil yang optimal. Calon peternak sebaiknya melakukan skala usaha minimal 2 000 ekor puyuh agar mendapatkan hasil yang optimal dalam usaha burung puyuh. Jumlah pembatasan burung puyuh dilakukan agar peternak dapat membayar upah tenaga kerja, dapat mengumpulkan telur lebih cepat, biaya pengiriman sapronak menjadi efisien, dan mempermudah dalam pengambilan telur. Tidak ada persyaratan peternak untuk memiliki lahan sendiri. Perusahaan menerima peternak yang status lahannya sewa. Perusahaan juga tidak membatasi pengalaman berternak, sehingga siapa saja yang belum berpengalaman sebagai peternak dapat bergabung menjadi mitra CV HQF. Peternak yang telah menjalin kemitraan dengan CV HQF harus dapat bersifat kooperatif karena hal ini akan memudahkan perusahaan untuk melakukan pembinaan dan pengawasan. Hal itu dilakukan agar kerjasama dapat berjalan dengan baik dan peternak mitra diwajibkan mengikuti segala peraturan dan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang diberikan oleh perusahaan.
Hak dan Kewajiban Peternak Mitra Kewajiban peternak mitra yaitu bertanggung jawab atas pemeliharan burung puyuh dengan sebaik-baiknya sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP), mulai dari pemeliharan hingga hasil telur yang sesuai dengan kriteria perusahaan. Peternak mitra berkewajiban untuk memberikan laporan seluruh kegiatan pemeliharan puyuh, mencatat data kematian dan produksi telur. Hal ini dimaksudkan agar produktivitas burung puyuh dapat dilihat perkembangannya. Peternak mitra binaan diperbolehkan menggunakan sarana produksi ternak selain dari pihak inti dan diizinkan untuk menjual hasil atau sapronak kepada pihak lain. Peternak mitra juga diwajibkan melapor apabila terjadi kematian yang tidak wajar. Apabila terjadi hal demikian, pihak inti dapat segera mengambil tindakan karena dikhawatirkan terjadi wabah dan berdampak terhadap puyuh lainnya. Peternak mitra wajib melakukan pelunasan seluruh pembelian sapronak kepada pihak inti dengan membayar cash atau dengan hasil telur. Dalam kasus kemitraan CV HQF, apabila didapatkan hasil telur kurang dari 80 persen maka pihak inti akan mengganti puyuh dengan bibit yang baru. Begitu juga apabila terdapat puyuh jantan maka pihak inti akan menggantinya dengan puyuh betina. Hak yang didapatkan oleh peternak mitra yaitu mendapatkan bimbingan teknis tata cara budidaya burung puyuh, bimbingan materi, pelayanan, serta pengendalian penyakit seperti vaksinasi.
26
Hak dan Kewajiban Perusahaan Inti Pihak inti mempunyi hak dalam menentukan pilihan sarana produksi ternak meliputi puyuh petelur, pakan, obat-obatan, vaksin serta menentukan harga kesepakatan kontrak. Pihak inti juga berhak menentukan jadwal pengiriman puyuh petelur, pakan, pengambilan telur, dan vaksinasi sesuai kebutuhan. Kewajiban dari pihak inti adalah memberikan bimbingan tata cara budidaya burung puyuh agar mendapatkan hasil yang optimal, menyediakan sarana produksi ternak, vaksinasi puyuh sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan dan mengambil hasil panen telur.
Kendala dalam Kemitraan Kemitraan tidak selalu berjalan sesuai harapan karena banyak kendalakendala yang terjadi di lapang. Masalah yang ditemui di lapangan yaitu beberapa hak dan kewajiban belum dijalankan dengan baik antara pihak yang bermitra. Beberapa peternak mitra tidak menjalankan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah ditetapkan perusahaan, peternak mitra menjual hasil panen kepada pihak lain namun ketika terjadi surplus kembali ke pihak inti. Peternak mitra membeli pakan selain dari perusahaan dengan alasan meminimalkan biaya produksi. Peternak mitra kesulitan untuk memperoleh obat-obatan, vitamin, dan vaksinasi. Sebaliknya pihak inti juga melanggar beberapa kewajiban yang dibuat diantaranya tidak memberikan pengontrol sebagaimana yang telah dijanjikan di awal, tidak melakukan vaksinasi sesuai jadwal yang ditentukan, tidak membayar hasil panen dengan tepat waktu, tidak menyediakan vitamin dan obat-obatan, serta keterlambatan dalam pengambilan telur. Hal tersebut yang mengakibatkan kemitraan belum berjalan dengan baik
Manfaat Pelaksanaan Kemitraan Kemitraan ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan telur puyuh di wilayah Bogor dan sekitarnya. Kemitraan juga memudahkan peternak mitra dalam hal pengadaan puyuh petelur yang berkualitas menjadi lebih mudah. Agar menghasilkan produktivitas telur yang tinggi, dibutuhkan juga bibit yang unggul. Peternak mitra mengatakan alasan utama bermitra selain mendapatkan bibit yang berkualitas juga memperoleh jaminan pasar. Hal ini diungkapkan oleh beberapa peternak yang baru memulai usahaternak puyuh. Adanya jaminan kepastian pasar peternak merasa terjamin dalam usahaternak burung puyuh. Peternak mitra juga melakukan kemitraan untuk memperoleh penghasilan tambahan dan untuk memperoleh pengetahuan mengenai usaha burung puyuh. Hal ini yang selalu dilakukan perusahaan untuk selalu mendampingi peternak mitra agar mendapatkan hasil yang baik.
27
Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini yaitu sepuluh orang peternak mitra burung puyuh dan lima orang pegawai mitra di CV HQF. Karakteristik sosial dan ekonomi responden dijelaskan berdasarkan beberapa kategori yaitu umur, tingkat pendidikan, jumlah keluarga, luas lahan burung puyuh, kepemilikan lahan, dan pengalaman berternak puyuh. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Mayoritas peternak mitra di CV HQF jika dikategorikan berdasarkan umur, terdapat pada kelompok yang berumur lebih dari 51 tahun. Karakteristik umur peternak berdasarkan peternak mitra dan pegawai mitra. Sebaran peternak responden berdasarkan kategori umum ditunjukkan pada Tabel 11. Tabel 11 Sebaran responden berdasarkan kelompok umur di CV HQF Kelompok Umur 21-30 31- 40 41-50 51> Jumlah
Mitra CV HQF Jumlah 5 2 1 7 15
Persentase (%) 33.33 13.33 6.67 46.67 100.00
Berdasarkan Tabel 11, dapat dilihat bahwa peternak yang menjadi mitra berumur lebih dari 51 tahun. Jumlah peternak umur produktif umur 21 sampai 30 menempati posisi kedua sebanyak 33.33 persen menjadi peternak mitra CV HQF. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan peternak responden beragam, dimulai dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Keragaman peternak responden dalam kategori tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan di CV HQF Pendidikan terakhir SD/ Sederajat SMP/Sederajat SMA/Sederajat Sarjana Jumlah
Mitra CV HQF Jumlah 5 3 4 3 15
Persentase (%) 33.33 20.00 26.67 20.00 100.00
Pada Tabel 12 dapat dilihat bahwa jumlah peternak mitra mayoritas tingkat pendidikannya sekolah dasar memiliki presentase 33.33 persen. Tingkat pendidikan peternak mitra beragam mulai dari SD, SMP, SMA, dan Sarjana. Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Keluarga Jumlah keluarga peternak responden berbeda-beda. Presentase anggota keluarga peternak responden mayoritas yaitu dari dua sampai empat orang
28
anggota keluarga. Jumlah keluarga peternak mitra dua sampai empat memiliki persentase 60 persen. Sebaran peternak responden bersadarkan jumlah anggota keluarga dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Sebaran responden berdasarkan jumlah anggota keluarga di CV HQF Jumlah Keluarga 0-1 2-4 5> Jumlah
Mitra CV HQF Jumlah 3 9 3 15
Persentase (%) 20.00 60.00 20.00 100.00
Karakteristik Responden Berdasarkan Luas Lahan Luas lahan ternak yang dimiliki oleh peternak mitra di CV HQF beragam. Sebanyak 73.33 persen memiliki lahan 100 sampai 200 meter persegi. Sisanya sebesar 26.67 persen memiliki lahan lebih dari 500 meter persegi. Usahaternak burung puyuh tidak memerlukan lahan yang luas untuk budidaya, sehingga dengan luas 100 meter pesegi dapat digunakan untuk usahaternak burung puyuh. Sebaran peternak berdasarkan luas lahan dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Sebaran responden berdasarkan luas lahan di CV HQF Luas Lahan (m2) 100-200 >500 Jumlah
Mitra CV HQF Jumlah 11 4 15
Persentase (%) 73.33 26.67 100.00
Karakteristik Responden Berdasarkan Status Penguasaan Lahan Status kepemilikan lahan antara peternak mitra di CV HQF memiliki perbedaan. Sebesar 86.67 persen peternak mitra memliki lahan nya sendiri. Sedangkan hanya 13.33 persen peternak mitra menggunakan lahan sewa. Perusahaan tidak mewajibkan peternaknya untuk memiliki lahan sendiri. Perusahaan CV HQF menerima peternak yang ingin usaha meskipun status lahannya sewa. Sebaran peternak responden berdasarkan status penguasaan lahan dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Sebaran responden berdasarkan status penguasaan lahan di CV HQF Status Penguasaaan Lahan Milik Sewa Jumlah
Jumlah 13 2 15
Mitra CV HQF Persentase (%) 86.67 13.33 100.00
Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Berternak Peternak responden dalam penelitian ini memiliki pengalaman berternak puyuh yang beragam. Kisaran pengalaman berternak puyuh dari responden ini dimulai dari lebih kecil dari satu tahun, satu hingga dua tahun dan di atas dua tahun. Peternak di CV HQF didominasi dengan pengalaman berternak puyuh satu hingga dua tahun yaitu sebesar 53.33 persen. Hal ini disebabkan karena CV HQF
29
baru lima tahun mendirikan usahaternak burung puyuh. Sebaran responden berdasarkan pengalaman berternak dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Sebaran responden berdasarkan pengalaman berternak puyuh di CV HQF Pengalaman Berternak Puyuh <1 1 sampai 2 >2 Jumlah
Mtra CV HQF Jumlah 3 8 4 15
Persentase (%) 20.00 53.33 26.67 100.00
ANALISIS PENDAPATAN
Analisis Struktur Modal Peternak Struktur modal dalam analisis ukuran pendapatan diperlukan untuk mengetahui nilai persentase dari imbalan terhadap seluruh modal (return to total capital). Dalam menentukan hasil dari imbalan terhadap modal tersebut diperlukan proporsi nilai modal peternak baik modal sendiri maupun pinjaman. Sehingga dapat diketahui apakah dengan melakukan investasi terhadap usahatani burung puyuh akan memberikan keuntungan kepada investor. Struktur modal peternak burung puyuh di CV HQF dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Struktur modal peternak burung puyuh per 1 000 ekor di CV HQF No 1 2
Jenis Modal Sendiri Pinjaman Jumlah
Nilai (Rp) 38 268 986 38 268 986
Persentase (%) 100.00 100.00
Analisis Penerimaan Usahatani Burung Puyuh Total penerimaan adalah nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun dikonsumsi (Soekartawi et al 1986). Dalam penelitian ini yang dimaksud adalah semua nilai usaha burung puyuh baik yang dijual maupun dikonsumsi dalam jangka waktu satu siklus produksi. Penerimaan merupakan hasil kali antara harga jual telur puyuh dan puyuh afkir dengan jumlah produksi. Besarnya jumlah penerimaan tergantung pada jumlah dan harga yang berlaku pada saat itu. Penerimaan usahatani burung puyuh dapat dibedakan menjadi penerimaan tunai dan penerimaan non tunai. Penerimaan tunai diperoleh dari hasil produksi yang dijual karena telah memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan perusahaan mitra. Sedangkan penerimaan diperhitungkan diperoleh dari hasil produksi yang tidak terjual biasanya dikonsumsi sendiri oleh pegawai. Adapun analisis penerimaan usahatani dapat dilihat pada Tabel 18.
30
Tabel 18 Analisis penerimaan usahatani burung puyuh per 1000 ekor di CV HQF Penerimaan Produksi Harga (Rp) Telur puyuh (butir) 387 300 250 Daging puyuh 1 106 3 500 (ekor) Penerimaan tunai Telur puyuh pecah 3 161 250 (butir) Penerimaan non tunai Total Penerimaan
Nilai (Rp) 94 575 000 3 871 875
Presentase (%) 95.30 3.90
98 446 875 790 141
99.20 0.80
790 141 99 237 016
0.80 100
Penerimaan yang diterima pada usahaternak puyuh di CV HQF dari penerimaan tunai dan penerimaan non tunai. Total penerimaan tunai per 1 000 ekor puyuh peternak mitra yang dihasilkan selama 15 bulan produksi yaitu Rp98 446 875. Penerimaan non tunai berasal dari telur puyuh pecah per 1 000 ekor puyuh yang dikonsumsi yaitu sebesar Rp790 141 sehingga total penerimaan dalam usahaternak puyuh di CV HQF selama 15 bulan produksi sebesar Rp99 237 016.
Analisis Biaya Usahatani Burung Puyuh Biaya usahatani burung puyuh dibedakan menjadi dua yaitu biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Biaya tunai meliputi biaya pembelian bibit, pakan, obat-obatan dan vitamin, vaksin, tenaga kerja luar keluarga (TKLK), listrik, serta sewa lahan. Sedangkan biaya diperhitungkan meliputi biaya tenaga dalam keluarga (TKDK) dan penyusutan. Biaya tetap yang dikeluarkan dalam usahaternak puyuh di CV HQF terdiri dari biaya tetap tunai dan biaya tetap diperhitungkan. Biaya tetap tunai terdiri dari biaya peralatan yang setiap satu siklus produksi sekali dikeluarkan (sapu lidi, lampu pijar, sapu ijuk, pengki, sikat), biaya listrik dan air, sewa lahan dan biaya tenaga kerja luar keluarga. Biaya tetap diperhitungkan terdiri dari biaya penyusutan kandang dan peralatan, serta biaya tenaga kerja dalam keluarga. Tabel 19 menunjukkan komponen-komponen input tetap yang memiliki umur ekonomis lebih dari satu siklus produksi yang terdiri dari kandang dan peralatan (sangkar, tandon air, pompa, pipa, alat penyemprot, ember plastik, galon tiga liter, kalkulator, gunting, dan sekop). Besarnya biaya rata-rata penyusutan kandang dan peralatan yaitu Rp1 902 154. Berdasarkan Tabel 19, besarnya ratarata total biaya tunai pada usahaternak puyuh di CV HQF selama satu siklus produksi yaitu Rp81 736 033, sedangkan besarnya rata-rata total biaya Rp2 717 877. Besarnya rata-rata total biaya usahatani diperhitungkan yaitu burung puyuh selama satu siklus produksi yaitu Rp84 453 909.
31
Tabel 19 Analisis biaya tunai dan biaya diperhitungkan usahatani burung puyuh per 1 000 ekor di CV HQF Komponen
Jumlah
No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
23 24
Biaya tunai Sapu lidi (unit) Lampu pijar Sapu ijuk Pengki Sikat Pel lantai Sewa lahan Listrik dan air Biaya Tenaga Kerja Luar Keluarga Bibit Pakan Vitamin Vita chik Egg stimulant Monodon Mineral Obat-obatan Vita stress Therapy Doxcerin Vaksin Desinfektan Peti Sekam Total biaya tunai Biaya diperhitungkan Biaya Tenaga Dalam Keluarga Biaya Penyusutan Total biaya diperhitungkan Total biaya
0.61 2.33 0.70 0.56 0.51 0.51 0.15
Harga (Rp/Satuan)
Nilai (Rp)
Persentase (%)
3 954 15 211 10 258 8 709 5 084 15 251 451 923
0.005 0.02 0.01 0.01 0.01 0.02 0.54
7.63 81.80
6 500 6 350 14 600 15 500 10 000 30 000 1 100 000 120 000 15 000
824 341 1 226 992
0.98 1.45
1 000 198
10 900 333 500
10 900 000 66 033 000
12.91 78.23
5.67 7.33 7.63 4.07
33 500 46 700 17 000 8 000
205 001 312 325 129 634 32 536
0.24 0.38 0.15 0.04
5.67 6.21 2.54 0.51 6.67 15.25 15.25
28 000 53 000 60 000 500 000 68 500 5 000 7 500
163 751 326 665 152 511 254 185 465 064 76 255 114 383 81 736 033
0.19 0.39 0.18 0.30 0.55 0.09 0.14 96.84
54.38
15 000
815 722
0.97
1 902 154 2 717 877 84 453 909
2.25 3.22 100
Analisis Pendapatan Peternak Burung Puyuh Pendapatan merupakan nilai balas jasa terhadap faktor produksi yang digunakan dalam menjalankan usahatani. Besarnya pendapatan diperoleh dari banyaknya input yang digunakan serta besarnya biaya usahatani. Input tersebut mencakup keseluruhan input produksi yang digunakan dan memperhitungkan biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Analisis pendapatan pada penelitian ini dihitung berdasarkan per 1 000 ekor buruh puyuh. Analisis pendapatan usahatani burung puyuh di CV HQF dapat dilihat pada Tabel 20.
32
Tabel 20 Analisis pendapatan usahatani burung puyuh per 1000 ekor di CV HQF No 1. 2. A 3. 4. B C 5 6. 7. D E F G H I
Komponen Penerimaan tunai Penerimaan non tunai Pendapatan kotor ustan (1+2) Biaya tunai Biaya diperhitungkan Pengeluaran total ustan (3+4) Pendapatan bersih (Net farm income) (A-B) Bunga modal pinjaman Bunga modal sendiri Nilai TKDK Penghasilan bersih ustan (Net farm earning) (C-5) Return to total capital (C-7) : Total Modal Total HOK TKDK (HOK) Return to family labour (D-6): Total HOK TKDK R/C atas biaya tunai R/C atas biaya total
Nilai (Rp) 98 446 875 790 141 99 237 016 81 736 032 2 717 877 84 453 909 14 783 107 3 444 209 815 722 14 783 107 36.50 145 78 360 1.21 1.18
Berdasarkan hasil analisis, maka dapat diketahui pendapatan kotor ratarata peternak burung puyuh sebesar Rp99 237 016. Besarnya pendapatan kotor diperoleh dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai diperoleh dari hasil produksi telur puyuh selama satu siklus produksi dan burung puyuh afkir yang dapat dijual dagingnya diakhir siklus produksi. Penerimaan non tunai diperoleh dari telur pecah yang tidak masuk dalam standar mitra dan dikonsumsi oleh pegawai kandang. Biaya usahatani burung puyuh dibedakan menjadi dua yaitu biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Sedangkan total biaya usahatani adalah semua nilai masukan yang habis dikeluarkan dalam satu siklus produksi namun tidak masuk dalam nilai tenaga kerja dalam keluarga (TKDK). Biaya diperhitungkan dalam penelitian ini mencakup TKDK dan penyusutan maka jumlah rata-rata peternak sama dengan biaya tunai rata-rata ditambah penyusutan kandang dan peralatan. Dari hasil tersebut, dapat diketahui biaya tunai usahatani burung puyuh sebesar Rp81 736 032 dan biaya diperhitungkan sebesar Rp2 717 877. Pengeluaran total usahatani selama satu siklus produksi sebesar Rp84 453 909. Besarnya biaya produksi terletak pada biaya variabel pakan yang memiliki bobot 78.23 persen dan biaya bibit 12.91 persen dari seluruh biaya produksi. Selisih antara pendapatan kotor atau penerimaan dengan biaya total disebut pendapatan bersih usahatani (Soekartawi et al 1986). Pendapatan bersih usahatani digunakan untuk mengukur imbalan yang diperoleh keluarga peternak dari faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan, dan modal yang digunakan. Oleh sebab itu, pendapatan bersih usahatani merupakan ukuran keuntungan usahatani. Pendapatan bersih rata-rata yang diperoleh peternak sebesar Rp14 783 107. Penghasilan bersih usahatani dapat digunakan untuk menilai penampilan usahatani. Penghasilan bersih diperoleh dari selisih antara pendapatan bersih dengan bunga modal pinjaman yang diperhitungkan. Besarnya penghasilan bersih
33
rata-rata peternak sebesar Rp14 783 107. Imbalan atau balas jasa kepada modal dapat dijadikan patokan yang baik untuk melihat penampilan usahatani. Analisis balas jasa dalam usahatani burung puyuh meliputi analisis balas jasa terhadap seluruh modal (return to total capital) dan balas jasa terhadap tenaga kerja keluarga (return to family labour). Balas jasa terhadap seluruh modal tergantung pada keuntungan bersih (net farm income) dan pengeluaran usahatani tanpa TKDK. Rata-rata penerimaan usahatani merupakan rata-rata seluruh nilai produk baik yang dijual maupun yang tidak dijual oleh peternak. Rata-rata pengeluaran total usahatani atau biaya total merupakan hasil penjumlahan dari keseluruhan biaya usahatani kecuali biaya TKDK. Dalam analisis balas jasa terhadap seluruh modal, nilai TKDK tidak dimasukan dalam pengeluaran usahatani karena merupakan komponen biaya yang akan dicari dalam perhitungan ini, untuk dapat menunjukkan besarnya balas jasa terhadap TKDK. Persentase rata-rata imbalan kepada seluruh modal yaitu 36.50 persen. Artinya dari seluruh modal yang telah dikeluarkan peternak balas jasa atas modal sebesar 36.50 persen. Selanjutnya adalah balas jasa terhadap tenaga kerja keluarga. Nilai tersebut dapat dihitung dari penghasilan bersih usahatani dengan mengurangkannya dengan bunga modal sendiri. Nilai rata-rata balas jasa tersebut berlaku untuk satu siklus produksi. Nilai rata-rata balas jasa terhadap tenaga kerja keluarga diperoleh sebesar Rp78 360. Hasil ini masih lebih kecil jika dibandingkan dengan UMR (upah minimum regional) Kabupaten Bogor yaitu per hari sebesar Rp113 859. Analisis imbangan penerimaan dengan biaya usahatani. Hasil analisis R/C atas biaya tunai menunjukkan hasil 1.21 dan R/C atas biaya total menunjukkan hasil 1.18. R/C menunjukkan bahwa setiap satu rupiah yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar R/C nya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap satu rupiah yang dikeluarkan peternak maka menghasilkan penerimaan sebesar 1.21 rupiah atas biaya tunai dan 1.28 rupiah atas biaya total. Usahatani burung puyuh efisien untuk diusahakan jika dilihat dari kedua R/C karena memiliki nilai lebih besar dari satu.
ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PELAKSANAAN KEMITRAAN
Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja Salah satu hal penting yang perlu diketahui dalam memahami kepuasan peternak terhadap kinerja suatu perusahaan ialah dengan melakukan penilaian secara individu terhadap dimensi atau faktor-faktor yang membentuk kinerja perusahaan. Pengukuran respon peternak secara individu terhadap atribut kemitraan ini terdiri dari pelayanan sarana produksi meliputi harga bibit, kualitas bibit, harga pakan, harga obat, harga vaksin, kualitas obat, kualitas vaksin, kecukupan sarana produksi, dan jadwal pengiriman sarana produksi. Selanjutnya pelayanan teknis budidaya meliputi peyuluhan bimbingan teknis, pelayanan dan
34
bimbingan materi, dan respon terhadap keluhan. Terakhir yaitu pelayanan pasca panen meliputi kesesuaian harga telur, waktu pembayaran,dan penanganan puyuh afkir. Jumlah atribut dalam analisis ini berjumlah 15 atribut.
Perhitungan Importance Perfomance Analysis Analisis tingkat kepentingan dan tingkat kinerja atribut kemitraan diolah dengan menggunakan Importance Perfomance Analysis (IPA). Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui masing-masing atribut dari faktor-faktor kepuasan dilihat dari segi kepentingan dan kinerja atribut. Hasil analisis ini berupa dimensi atribut yang mempengaruhi keputusan peternak mitra. Langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan penilaian dari masingmasing atribut terhadap tingkat kepentingan dan tingkat kinerjanya. Setelah dilakukan perhitungan nilai rata-rata tingkat kepentingan dan nilai rata-rata tingkat kinerja yang diperoleh lalu membaginya dengan jumlah responden. Nilai rata-rata dari tingkat kepentingan dan kinerja masing-masing atribut yang telah diperoleh kemudian dijumlahkan untuk didapatkan nilai rata-rata total tingkat pelaksanaan dengan cara membaginya dengan jumlah atribut. Seluruh atribut dibagi dalam empat kuadran yang mencerminkan kondisi kepentingan dan kinerja dari masing-masing atribut. Keempat kuadran tersebut yaitu : 1. Kuadran I (Prioritas Utama), menunjukkan atribut dengan kepentingan tinggi menurut responden namun kenyataannya berkinerja rendah. 2. Kuadran II (Pertahankan Prestasi), menunjukkan atribut dengan kepentingan tinggi dalam pelaksanaannya telah sesuai. 3. Kuadran III (Prioritas Rendah), menunjukkan atribut tersebut dirasa kurang penting oleh responden, dalam kenyataan kinerjanya pun rendah. 4. Kuadran IV (Berlebihan), menunjukkan atribut tersebut bernilai kepentingan rendah tetapi dalam pelaksanaannya dirasa terlalu berlebihan. Kuadran tersebut dipisahkan oleh garis pembagi yang merupakan nilai total rata-rata dari tingkat kepentingan (Y) dan nilai total rata-rata dari tingkat kinerja (X) dari atribut kemitraan di CV HQF. Skor rata-rata tingkat kepentingan dan kinerja secara keseluruhan dapat dilihat pada Tabel 21, langkah selanjutnya ialah memposisikan setiap nilai atau skor rata-rata tersebut ke masing-masing kuadran diagram kartesius.
35
Tabel 21 Perhitungan rata-rata penilaian kinerja dan penilaian kepentingan pada atribut kemitraan di CV HQF Atribut Harga bibit Kualitas bibit Harga pakan Harga obat Harga vaksin Kualitas obat Kualitas vaksin Kecukupan sarana produksi Jadwal pengiriman sarana produksi Penyuluhan bimbingan teknis Bimbingan materi Respon terhadap keluhan Kesesuaian harga telur Waktu pembayaran Penanganan puyuh afkir Total rata-rata
Y
X 3.47 3.27 3.33 3.33 3.13 3.60 3.53 3.67 3.67 3.47 3.33 3.40 3.87 3.67 3.67 52.40
2.33 2.80 2.73 2.73 2.87 2.87 3.07 2.80 2.60 2.93 2.93 2.33 2.33 2.53 2.8 40.67
Diagram kartesius dibagi menjadi empat kuadran dengan garis tengah pembagi berdasarkan nilai total rata-rata tingkat kepentingan (Y) yaitu sebesar 40.67 dan nilai rata-rata tingkat kinerja (X) sebesar 52.40. Berdasarkan gambar maka dapat dilihat bahwa masing-masing atribut menempati posisi sesuai dengan kuadrannya masing-masing. Perhitungan rata-rata penilaian kinerja dan penilaian kepentingan pada atribut kemitraan CV HQF dapat dilihat pada Tabel 21 dan diagram kartesius hasil analisis Importance Performance Analysis (IPA) pada Gambar 4.
II
I
III
IV
Gambar 4 Diagram kartesius metode importance performance analysis
36
Keterangan : 1. Harga bibit 9. Jadwal pengiriman sarana produksi 2. Kualitas bibit 10. Penyuluhan bimbingan teknis 3. Harga pakan 11. Pelayanan dan bimbingan materi 4. Harga obat 12. Respon terhadap keluhan 5. Harga vaksin 13. Kesesuaian harga telur 6. Kualitas obat 14. Waktu pembayaran hasil panen 7. Kualitas vaksin 15. Penanganan puyuh afkir 8. Kecukupan sarana produksi Kuadran I (Prioritas Utama) Kuadran I pada diagram kartesius peternak di CV HQF menunjukkan bahwa atribut tersebut diangap sangat penting menurut peternak, namun kinerja dari atribut ini dianggap masih rendah. Atribut-atribut pada kuadran ini harus menjadi prioritas utama bagi perusahaan inti untuk meningkatkan kepuasan peternak. Atribut yang masuk dalam kuadran I adalah sebagai berikut: Jadwal Pengiriman Sarana Produksi Jadwal pengiriman sarana produksi ditentukan berdasarkan permintaan peternak mitra. Jadwal pengiriman sarana produksi dianggap peternak sangat penting dikarenakan ketergantungan peternak mitra terhadap input produksi yang diberikan perusahaan. Beberapa diantaranya adalah bibit, pakan, dan vitamin. Bibit sangat besar pengaruhnya terhadap produksi, pakan berpengaruh terhadap produktivitas telur, sedangkan vitamin berpengaruh terhadap kesehatan puyuh dan menjaga optimalisasi telur saat produksi. Beberapa peternak merasa kurang puas terhadap jadwal pengiriman sarana produksi yang ditentukan perusahaan. Masalah yang ditemui di lapangan adalah masalah pengadaan bibit yang kurang tepat waktu, pakan puyuh yang masih jarang di toko pertanian, dan peternak yang membeli sendiri vitamin karena tidak mendapatkan pasokan dari perusahaan. Beberapa permasalahan tersebut diharapkan peternak dapat diatasi oleh perusahaan sehingga peternak merasa aman ketika terjadi kekurangan sarana produksi. Waktu Pembayaran Hasil Panen Waktu pembayaran hasil panen dianggap peternak masih kurang kinerjanya. Berdasarkan hasil di lapangan peternak mengeluhkan pembayaran hasil panen telur yang tidak tepat waktu. Hal ini bertolak belakang dengan perjanjian di awal usaha. Perusahaan menjanjikan pembayaran tunai ketika telur puyuh akan diambil. Namun kenyataannya perusahaan menunda pembayaran hasil telur hingga beberapa minggu, sehingga perputaran modal peternak menjadi terganggu. Peternak harus membeli kebutuhan produksi setiap minggunya seperti pakan. Kesesuaian Harga Telur Kesesuaian harga telur sangat penting pengaruhnya terhadap penerimaan peternak. Harga telur yang diterima peternak saat ini masih di atas biaya produksi peternak masih memperoleh keuntungan. Namun beberapa peternak merasa
37
kurang puas terhadap atribut ini. Harga telur Rp250 per butir masih dianggap peternak belum sesuai dengan kenaikan biaya-biaya input produksi seperti pakan. Hal ini yang membuat peternak merasa perlu adanya kesesuaian harga telur. Beberapa peternak memilih untuk memasarkan hasil telurnya sendiri. Hal tersebut dilakukan agar peternak mendapatkan penerimaan yang sesuai dengan biaya yang telah dikeluarkan.
Kuadran II (Pertahankan Prestasi) Kuadran II pada diagram kartesius menunjukkan bahwa tingkat kepentingan dari atribut ini sangat penting menurut peternak, dan berdasarkan pelaksanaan kinerjanya dirasakan sudah baik. Atribut-atribut tersebut harus dapat dipertahankan oleh perusahaan sehingga kepuasan peternak terus terjaga. Atribut yang termasuk dalam kuadran ini yaitu : Kualitas Obat Kualitas obat yang telah diberikan perusahaan kepada peternak mitra sudah sesuai dengan harapan. Obat-obatan yang diberikan telah sesuai dengan penyakit yang sering menyerang puyuh. Obat-obatan yang digunakan peternak mitra sejauh ini dapat mengatasi berbagai macam penyakit seperti stres, masalah terhadap perubahan cuaca, dan masalah terhadap kebersihan kandang. Kualitas Vaksin Kualitas vaksin sangat besar manfaatnya dirasakan oleh peternak. Setelah melakukan vaksin peternak mendapatkan hasil produktivitas yang baik. Rata-rata produksi telur meningkat setelah dilakukan vaksinasi. Hal ini yang membuat peternak merasa sangat penting dilakukannya vaksinasi. Karena tidak hanya membuat produktivitas meningkat tetapi membuat puyuh tahan terhadap perubahan cuaca dan serangan penyakit. Kecukupan Sarana Produksi Kecukupan sarana produksi dinilai kinerjanya sudah sesuai dengan harapan peternak mitra. Sarana produksi seperti pakan masih terjaga ketersediaannya di masing-masing peternak mitra. Karena pakan sangat penting bagi peternak untuk proses produksi. Vitamin dan obat-obatan di beberapa peternak mitra juga terpenuhi kebutuhannya. Penanganan Puyuh Afkir Penanganan puyuh afkir menurut peternak sudah sesuai dengan harapan peternak mitra. Adanya penanganan puyuh afkir membuat para peternak merasa puas. Karena para peternak tidak memiliki pasar untuk menjual puyuh afkir. Berdasarkan hasil di lapangan puyuh yang telah afkir dibeli kembali oleh perusahaan dengan harga Rp3 500. Hasil penjualan ini menjadi pemasukan tambahan bagi peternak. Pemasukan dari hasil penjualan puyuh afkir diputar kembali oleh para peternak mitra untuk membeli kembali bibit puyuh.
38
Kuadran III (Prioritas Rendah) Kuadran III pada diagram kartesius menunjukkan bahwa tingkat kepentingan dan kinerja dari atribut-atribut ini dianggap rendah menurut peternak. Atribut-atribut yang termasuk dalam kuadran ini dapat dipertimbangkan untuk diperbaiki meskipun pengaruhnya terhadap manfaat yang dirasakan oleh peternak kecil. Atribut yang termasuk dalam kuadran ini yaitu : Harga Bibit Harga bibit merupakan komponen biaya kedua terbesar yang dikeluarkan oleh peternak. Besarnya harga bibit ditentukan oleh pihak perusahaan. Harga bibit yang ditetapkan oleh perusahaan sebesar Rp11 000 per ekor. Harga ini masih dimaklumi oleh peternak mengingat biaya yang dikeluarkan untuk pembesaran cukup besar. Meskipun harga yang ditetapkan perusahaan masih tinggi jika dibandingkan dengan perusahaan sejenis, hal ini tidak membuat peternak mitra binaan pindah ke perusahaan lain. Peternak masih tetap bertahan pada perusahaan dengan pertimbangan lokasi yang dekat. Respon Terhadap Keluhan Berdasarkan hasil kuesioner, respon terhadap keluhan menunjukkan hasil kinerja yang rendah dan tingkat kepentingannya pun juga rendah. Namun, adanya perbaikan perlu dilakukan pada atribut ini. Berdasarkan hasil wawancara dengan peternak ketika terjadi keluhan dari peternak, perusahaan belum menunjukkan tindakan nyata dari laporan yang telah diberikan peternak. Perusahaan hanya menanggapi dengan respon saja. Beberapa masalah yang dikeluhkan peternak diantaranya vaksinasi yang telat, kontruksi kandang yang salah, dan terdapat beberapa puyuh yang mati. Hal ini yang memunculkan rasa ketidakpuasan pada beberapa peternak. Perlu adanya tindak lanjut dari setiap keluhan yang diberikan peternak.
Kuadran IV (Berlebihan) Kuadran IV pada diagram kartesius ini menunjukkan bahwa tingkat kepentingan atribut ini rendah namun dalam pelaksanaannya dianggap berkinerja tinggi menurut peternak. Pihak perusahaan inti hanya perlu menjaga kinerja ini. Atribut yang termasuk dalam kuadran ini yaitu : Harga Pakan Harga pakan merupakan komponen biaya produksi yang memiliki komposisi terbesar di usaha budidaya burung puyuh. Hampir 80 persen biaya produksi dikeluarkan hanya untuk pakan. Harga pakan dinilai peternak memiliki kinerja tinggi karena harganya yang mahal. Berdasarkan hasil di lapangan apabila dibandingkan dengan harga pakan puyuh lain, harga pakan puyuh yang ditawarkan perusahaan masih terlalu tinggi.
39
Harga Obat Harga obat tidak terlalu penting bagi peternak. Namun kinerjanya memiliki kinerja yang tinggi. Harga obat masih dinilai peternak terlalu tinggi, jika dibandingkan dengan toko aneka ternak. Meskipun demikian peternak tetap memerlukan obat yang diberikan oleh perusahaan karena khasiat yang diberikan sudah sesuai dengan harapan peternak. Harga Vaksin Harga vaksin dirasa peternak memiliki kinerja yang tinggi. Vaksin dirasa para peternak sangat besar pengaruhnya terhadap proses produksi. Namun harga vaksin dianggap peternak masih mahal. Hal ini dikarenakan masing-masing peternak dikenakan jasa untuk setiap ekor puyuh yang akan divaksinasi. Harga jasa ini dihitung dengan harga vaksin sehingga harga vaksin yang diterima peternak menjadi lebih mahal. Kualitas Bibit Kualitas bibit dirasakan peternak sangatlah tinggi kinerjanya. Berdasarkan hasil di lapangan bibit yang diterima peternak selalu menghasilkan telur lebih dari 80 persen dari total populasi. Hasil ini telah sesuai dengan yang dijanjikan oleh perusahaan. Karena apabila telur yang dihasilkan kurang dari 80 persen maka bibit puyuh akan dikembalikan ke perusahaan. Sejauh ini bibit yang diberikan perusahaan kuat terhadap perubahan cuaca, hama dan penyakit. Penyuluhan Bimbingan Teknis Menurut peternak, penyuluhan bimbingan teknis yang diberikan oleh manajer produksi sudah sesuai dengan harapan. Selama mengikuti kemitraan perusahaan berusaha memberikan bimbingan teknis cara budidaya burung puyuh yang baik. Perusahaan melalaui Bapak Djadja terus memberikan pelayanan kepada peternak. Dengan diberikannya bimbingan teknis diharapkan para peternak dapat menjalankan usaha budidaya burung puyuh sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah ditetapkan perusahaan. Berdasarkan hasil di lapangan peternak merasa terbantu dengan adanya arahan bimbingan teknis yang telah diberikan perusahaan. Peternak merasa memperoleh tambahan wawasan mengenai cara budidaya burung puyuh yang baik dan sesuai dengan prosedur perusahaan. Bimbingan Materi Bimbingan materi dianggap peternak tidaklah terlalu penting. Karena beberapa perternak mengganggap bahwa budidaya burung puyuh tidak terlalu sulit. Berdasarkan hasil di lapangan perusahaan memberikan pembekalan kepada setiap peternak yang akan menjadi mitra. Pembekalan yang diberikan berupa pelatihan langsung di perusahaan. Pembekalan ini dilakukan agar peternak mitra dapat mengetahui cara budidaya burung puyuh yang baik. Dengan adanya pembekalan ini membuat peternak merasa puas.
40
Implikasi Manajerial Penelitian ini menganalisis tingkat kepentingan dan kinerja sehingga penelitian ini dapat memperbaiki sistem kemitraan yang sedang berlangsung. Hal tersebut juga dapat mempengaruhi pendapatan peternak. Berdasarkan hasil analisis ada beberapa atribut yang harus diperbaiki dan dipertahankan oleh perusahaan. Beberapa atribut yang perlu diperbaiki oleh perusahaan antara lain adalah jadwal pengiriman sarana produksi, waktu pembayaran hasil panen, dan kesesuaian harga telur. Implikasi manajerial yang dapat diambil yaitu perusahaan perlu melakukan perencanaan pengiriman sarana produksi untuk setiap peternak mitra dan membuat timeline jadwal pembayaran hasil panen. Hal tersebut dapat dilakukan oleh manajer produksi dan pemasaran serta manajer keuangan. Perusahaan juga perlu menetapkan harga telur sesuai dengan harga pasar agar tidak merugikan peternak. Selain itu, terdapat beberapa atribut yang perlu diperbaiki walaupun pengaruhnya terhadap peternak kecil yaitu harga bibit dan respon terhadap keluhan. Perusahaan harus bisa menjaga kekonsistenan harga telur dan memberikan pelayanan khusus terhadap keluhan-keluhan yang diberikan oleh peternak mitra. Pelayanan khusus tersebut dapat berupa kunjungan langsung oleh perusahaan terhadap peternak mitra maupun melalui media lain seperti media sosial. Beberapa atribut yang perlu dipertahankan kinerjanya oleh perusahaan antara lain adalah kualitas obat, kualitas vaksin, kecukupan sarana produksi dan penanganan puyuh afkir. Perusahaan perlu mempertahankan kinerja dari atribut tersebut karena berpengaruh terhadap kegiatan produksi peternak mitra. Atribut kualitas obat dan vaksin serta kecukupan sarana produksi merupakan aspek penting dalam produksi sehingga jika atribut tersebut kinerjanya menurun maka sangat mempengaruhi pendapatan peternak. Namun, perusahaan juga perlu mempertahankan kinerja atribut harga pakan, harga obat, kualitas bibit, penyuluhan bimbingan teknis dan bimbingan materi. Walaupun kepentingannya rendah tetapi memiliki kinerja yang tinggi. Selain itu, atribut-atribut tersebut berpengaruh terhadap produksi sehingga dibutuhkan oleh peternak mitra. Oleh karena itu, perusahaan dapat menerapkan kegiatan manajerial mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengontrolan terhadap seluruh kegiatan budidaya burung puyuh agar menguntungkan kedua belah pihak antara perusahaan dan peternak mitra.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan 1. Hasil analisis pendapatan usahatani menunjukkan bahwa pendapatan bersih rata-rata yang diperoleh peternak berjumlah Rp14 783 107. Selanjutnya penghasilan bersih rata-rata yang diterima peternak berjumlah Rp14 783 107. Persentase imbalan jasa terhadap seluruh modal rata-rata yang diperoleh yaitu sebesar 36.50 persen. Imbalan jasa terhadap penggunaan tenaga kerja keluarga
41
rata-rata sebesar Rp78 360. Nilai R/C rata-rata atas biaya tunai berjumlah 1.21 dan R/C rata-rata atas biaya total berjumlah 1.18. Nilai R/C rata-rata untuk usaha burung puyuh diatas angka satu yang berarti usaha burung puyuh efisien. 2. Berdasarkan Importance Perfomance Analysis, atribut dalam kuadran I yaitu atribut yang menjadi prioritas utama untuk dilakukan perbaikan dan peningkatan kinerja adalah jadwal pengiriman sarana produksi, waktu pembayaran hasil panen serta kesesuaian harga telur, karena ketiga atribut tersebut dinilai memiliki tingkat kepentingan yang tinggi bagi peternak namun tingkat kinerja masih rendah. Kuadran II yaitu kualitas obat, kualitas vaksin, kecukupan sarana produksi, serta penanganan puyuh afkir harus dipertahankan kinerjanya karena atribut tersebut dinilai penting oleh peternak dan telah memiliki kinerja yang tinggi. Atribut dalam kuadran III yaitu harga bibit dan respon terhadap keluhan dianggap kurang penting dan pada kenyataannya kinerja atribut tidak terlalu baik. Atribut dalam kuadran IV terdiri dari harga pakan, harga obat, kualitas bibit, harga vaksin,penyuluhan bimbingan teknis, serta bimbingan materi, beberapa atribut tersebut dianggap kurang penting oleh peternak namun pelaksanaannya telah dilakukan dengan sangat baik sehingga dianggap berlebihan.
Saran 1. Kemitraan yang dijalankan oleh CV HQF sudah cukup baik. Pihak perusahaan sebaikya memprioritaskan perbaikan kinerja atribut jadwal pengiriman sarana produksi, waktu pembayaran hasil panen dan kesesuaian harga telur. Beberapa atribut ini dianggap peternak masih kurang kinerjanya. Perusahaan perlu mengatur waktu pembayaran hasil panen. Selain itu, perusahaan perlu membuat jadwal pengiriman produksi bagi setiap peternak mitra. Perusahaan juga harus bisa menjaga kesesuaian harga telur agar tidak merugikan peternak. 2. Peternak mitra juga harus menjalankan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ditetapkan perusahaan. Dengan menjalankan Standar Operasional Prosedur (SOP) dari perusahaan diharapkan berdampak pula terhadap hasil produksi dan berimplikasi juga pada peningkatan pendapatan.
DAFTAR PUSTAKA Abidin Z. 2005. Meningkatkan Produktivitas Puyuh. Jakarta: AgroMedia Pustaka. Anugrah IS, Sadikin I, Sejati WK. 2009. Kebijakan Kelembagaan Usaha Unggas Tradisional Sebagai Sumber Ekonomi Rumah Tangga Perdesaan. Jurnal Analisis Pertanian. Vol 7 No 3: 249-267 [BPS]. Badan Pusat Statistik. 2016. PDB Triwulan Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapang Usaha (Miliar Rupiah) 2010-2015. Indonesia:bps.
42
Deshinta M. 2006. Peranan Kemitraan Terhadap Peningkatan Pendapatan Peternak Ayam Broiler (Kasus Kemitraan : PT Sierad Produce dengan peternak di Kabupaten Sukabumi) [skripsi]. Bogor (ID). Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Ditjennak dan kesehatan hewan. 2015. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan. Indonesia: Kementrian Pertanian Febridini R. 2010. Peranan Kemitraan Dalam Pendapatan Peternak Ayam Broiler Kasus: Kemitraan Ternak Cibinong dengan CV Tunas Mekar Farm Kecamatan Ciluar, Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID). Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor Hafsah MJ. 1999. Kemitraan Usaha: Konsepsi dan Strategi. Jakarta (ID):Pustaka Sinar Harapan. Hakam.2014. Peran Kelompok Tani Terhadap Usaha Peningkatan Pendapatan Anggota Melalui Program Kemitraan Usahatani (Studi Kasus Kelompok Tani “Sri Mulyo” Kecamatan Sukun, Kota Malang). Malang Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya. Jurnal Ilmiah Mahasiswa. Vol 2 No 2. Listiyowati E, Roospitasari K. 1999. Puyuh Tata Laksana Budidaya Secara Komersial. Jakarta (ID): Penebar Swadaya Listiyowati E, Roospitasari K. 2005. Tata laksana Budi Daya Puyuh Secara Komersial.Jakarta (ID): Penebar Swadaya Oktavira L, Anantanyu S, Riptanti EW. 2014. Analisis Kemitraan Peternak Sapi Perah dengan KUD Musuk Di Kabupaten Boyolali. Jurnal Agrista [PUSDATIN] Pusat Data dan Informasi. 2015. Subsektor Peternakan [internet]. [diunduh 2015 November 12]. Tersedia pada: http://www.pertanian.go.id/ap_pages/mod/datanak Rahardi F, Satyawibawa I, Setyowati R. 1995. Agribisnis Peternakan. Jakarta (ID) :Penebar Swadaya. Rahman CA. 2008. Evaluasi Kemitraan Pemuda Tani Indonesia Dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Usahatani (Studi Kasus Di Kelurahan Sukatani Kecamatan Cimanggis Depok, Jawa Barat). [skripsi]. Bogor (ID). Program Studi Manajemen Agribisnis Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Rangkuti F. 2008. Measuring Customer Satisfaction. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta (ID). Soekartawi et al.1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil.Universitas Indonesia. Jakarta (ID). Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Jakarta (ID): Universitas Indonesia Press Susanti, Kusnadi N, Rachmina D. 2014. Pengaruh Kemitraan Terhadap Produksi dan Pendapatan Usahatani Sayuran Di Kabupaten Bogor. Bogor (ID). Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Jurnal Forum Agribisnis;Vol 4,No1. Umar H. 2000. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta (ID) Utama DNA, Nugroho BA, Utama HD. 2013. Analisis Tingkat Kepuasan Peternak Plasma Terhadap Pelaksanaan Kemitraan Ayam Pedaging Pt Sinar Sarana Sentosa Menggunakan Metode Importance Performance Analysis (IPA). Malang (ID). Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya Malang. Jurnal Ilmiah
43
Yuniasari N. 2001. Kajian Pola Kemitraan dalam Pembinaan Petani Ikan Hias dan Lele Dumbo oleh Miranthi Fish Farm di Desa Ciluar Kota Bogor, Jawa Barat. [skripsi]. Bogor (ID). Program Studi Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.Institut Pertanian Bogor. Zaelani A. 2008. Manfaat Kemitraan Agribisnis Bagi Petani Mitra (Kasus: Kemitraan PT Pupuk Kujang dengan Kelompok Tani Sri Desa Majalaya Kecamatan Majalaya Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat) [skripsi]. Bogor (ID). Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Zahri I. 2013. Gagasan Mengatasi Masalah Ekonomi Rumah Tangga Petani dalam Kemitraan Inti-Plasma Pola Pir Kelapa Sawit. Jurnal Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI); pp. 36-41.
44
45
LAMPIRAN
46
47
Lampiran 1 Data kuesioner importance perfomance analysis Kepentingan
Kinerja
Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
a
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
l
m
n
o
a
b
c
d
e
F
g
h
i
j
k
l
m
n
o
3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3
3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3
2 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3
3 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3
3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3
3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3
3 4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4
3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4
3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4
3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 3 4
3 3 3 3 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3
3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3 3
4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
3 4 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4
3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4
3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2
3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3
2 4 4 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 2 3
3 4 3 3 1 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3
3 3 3 4 2 3 3 3 2 4 2 2 3 3 3
3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 1 3 3 3 3
3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3
3 3 4 2 4 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2
2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2
2 3 4 4 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3
2 3 3 4 1 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3
1 3 3 3 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2
2 3 4 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2
2 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 3 2 3 3
1 3 3 4 4 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2
45
48 46
Lampiran 2 Data hasil importance perfomance analysis Kepentingan
Kinerja
Pertanyaan 1 A B C D E F G H I J K L M N O
2
3
2
Σ Xi K
4 24 28 33 16 18 32 30 20 39 8 18 36 21 32 15 40 15 40 24 28 30 20 27 24 6 52 6 40 15 40 Total rata-rata
Rata-rata 3.46667 3.26667 3.33333 3.33333 3.13333 3.6 3.53333 3.66667 3.66667 3.46667 3.33333 3.4 3.86667 3.06667 3.66667 51.80
3.45333
1
2
1 1
1 1
1
3 20 6 12 6 8 2 10 12 6 2 16 22 14 6 Σ Yi k
4 15 36 21 30 27 36 42 24 27 30 33 18 9 24 27
Rata-rata
8 4 8 4 4 8 8 8 4 8
2.333333 2.8 2.733333 2.733333 2.866667 2.866667 3.066667 2.8 2.6 2.933333 2.933333 2.333333 2.333333 2.533333 2.8 50.67
2.711111
47
Lampiran 3 Kondisi pada saat turun lapang
48
49
50
51
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 12 Oktober 1993 sebagai anak kedua dari pasangan Ayah Herman dan Ibu Neneng Rita. Penulis memiliki satu orang kakak bernama Fifi Agustine Leo Nita Sari dan satu orang adik bernama Monika Safitri. Penulis mengikuti Pendidikan dasar di TK AL-Istiqomah pada Tahun 1998, tahun 1999 penulis lulus dari TK AL-Istiqomah dan melanjutkan pendidikan ke Sekolah Dasar Negeri Curug 2 dan lulus pada tahun 2005. Selanjutnya penulis menempuh pendidikan pada Sekolah Menengah Pertama Negeri 8 Depok hingga tahun 2008. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Budhi Warman II Jakarta dan lulus pada tahun 2011. Tahun 2011, penulis diterima di Program Diploma IPB melalui jalur undangan seleksi masuk IPB (USMI) sebagai mahasiswa Program Keahlian Manajemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor, lulus pada tahun 2012. Tahun 2014 penulis melanjutkan pendidikan strata satu pada Program Alih Jenis Agribisnis IPB, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis juga aktif dalam kegiatan kemahasiswaan. Penulis aktif dalam organisasi minat profesi AKMAPESA Diploma IPB sebagai ketua divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) selama dua periode yaitu tahun 2011 sampai 2013 dan organisasi Forum of Agribusiness Transfer Student (FASTER) alih jenis Agribisnis IPB sebagai anggota divisi kewirausahaan tahun 2014-2015.