ANALISIS KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP POLA KEMITRAAN AYAM BROILER STUDI KASUS KEMITRAAN DRAMAGA UNGGAS FARM DI KABUPATEN BOGOR
SKRIPSI
DIAN SAPUTRA H34096021
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
RINGKASAN DIAN SAPUTRA. Analisis Kepuasan Peternak Plasma Terhadap Pola Kemitraan Ayam Broiler Studi Kasus Kemitraan Dramaga Unggas Farm Di Kabupaten Bogor. Dibawah bimbingan RAHMAT YANUAR. Keterbatasan modal dan teknologi dalam melakukan usaha peternakan ayam broiler telah menyebabkan berkurangnya persentase peternak mandiri, dimana sebagian besar memilih untuk bergabung dengan perusahaan kemitraan. Dramaga Unggas Farm (DUF) merupakan salah satu perusahaan peternakan ayam broiler berbasis kemitraan yang memanfaatkan peluang tersebut. Dalam kemitraan DUF, setiap kegiatan dalam budidaya ayam broiler disepakati dalam suatu kontrak kerjasama. Dengan pola kemitraan ini peternak memperoleh keuntungan dari segi permodalan, sedangkan perusahaan inti diuntungkan karena bisa memasarkan hasil produksi berupa sarana produksi peternakan. Permasalahan yang sering terjadi adalah adanya perusahaan inti yang kurang bertanggung jawab pada peternak plasmanya, hal ini disebabkan ketidakseimbangngan posisi tawar antara inti dan plasma pada perjanjian yang disepakati. Pihak inti dengan latar belakang yang lebih kuat, baik dari modal, SDM, dan manajemen menentukan seluruh isi perjanjian, sedangkan peternak plasma hanya dapat menerima saja. Indikasi dari ketidakpuasan peternak plasma dirasakan oleh DUF, yaitu ditunjukkan oleh tingginya frekuensi keluar masuk peternak plasma di perusahaan dan jumlahnya yang cenderung berkurang dalam satu tahun terakhir. Tingkat kepuasan peternak plasma terhadap perusahaan inti akan membawa dampak positif bagi kelangsungan usaha kemitraan. Peternak plasma yang merasa puas, cenderung loyal dan tidak akan mencari perusahaan kemitraan lain. Berdasarkan kondisi yang ada, penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui secara jelas tentang bagaimana karakteristik peternak plasma, bagaimana kedudukan dan hubungan antara inti dan plasma dalam perjanjian kemitraan, serta bagaimana tingkat kepuasan plasma terhadap pelaksanaan kemitraan DUF. Pola kemitraan yang dijalankan adalah inti plasma, dimana masing-masing memiliki hak dan kewajiban sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam perjanjian kemitraan. Inti berperan membantu plasma dalam hal permodalan, sedangkan plasma menyediakan kandang dan biaya pemeliharaan. Pemasaran hasil panen dilakukan oleh inti dengan harga yang telah disepakati dalam kontrak. Namun, dalam kenyataannya peternak plasma menjadi pihak yang lebih lemah posisinya karena kontrak kemitraan yang disodorkan merupakan aturan baku yang dibuat oleh inti untuk diterima tanpa adanya perundingan mengenai isi kontrak tersebut. Berdasarkan analisis IPA, disimpulkan bahwa atribut yang memiliki tingkat kepentingan tinggi namun kinerjanya dinilai masih rendah adalah penerapan harga kontrak DOC, harga kontrak pakan, dan pemberian bonus. Berdasarkan hasil analisis tingkat kesesuaian skor kepentingan dan kinerja, ketiga atribut tersebut juga memiliki tingkat kesesuaian terendah dan menjadi prioritas
i
utama untuk diperbaiki kinerjanya. Secara umum peternak plasma sudah merasa puas dengan kinerja-kinerja atribut kemitraan DUF, dimana hasil perhitungan Customer Satisfaction Index adalah sebesar 69.68 persen. Sebagian besar peternak plasma mengeluhkan harga kontrak DOC dan pakan yang terlalu mahal dan tidak pernah diperbaharui, terutama saat harga pasar mengalami penurunan yang cukup besar. Inti dapat melakukan penyesuaian terhadap kontrak harga dalam kemitraan. Sejalan dengan itu, inti dapat mengadakan pertemuan berkala untuk membahas keluhan-keluhan peternak dan sekaligus melakukan sosialisasi tentang penetapan kontrak. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan kepercayaan plasma terhadap inti. Saat ini penyebaran informasi sudah sangat cepat dan memungkinkan peternak-peternak untuk saling bertukar informasi mengenai harga DOC maupun pakan di pasar. Dalam perjanjian kemitraan yang disepakati bersama, secara hukum kedua belah pihak mempunyai kedudukan yang seimbang karena tidak ada unsur paksaan dalam melakukan perjanjian tersebut. Tetapi dengan latar belakang yang berbeda, baik dari segi permodalan, teknologi, dan sumberdaya manusia, maka kedua belah pihak harus mempunyai itikad yang baik dan komitmen kuat dalam melaksanakan perjanjian kemitraan dengan prinsip saling menguntungkan.
ii
ANALISIS KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP POLA KEMITRAAN AYAM BROILER STUDI KASUS KEMITRAAN DRAMAGA UNGGAS FARM DI KABUPATEN BOGOR
DIAN SAPUTRA H34096021
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis IPB
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
iii
Judul Skripsi
: Analisis Kepuasan Peternak Plasma Terhadap Pola Kemitraan Ayam Broiler Studi Kasus Kemitraan Dramaga Unggas Farm Di Kabupaten Bogor
Nama
: Dian Saputra
NIM
: H34096021
Menyetujui, Pembimbing
Rahmat Yanuar, SP.,MSi. NIP. 19760101 200604 1 010
Mengetahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS. NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus :
iv
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Kepuasan Peternak Plasma Terhadap Pola Kemitraan Ayam Broiler Studi Kasus Kemitraan Dramaga Unggas Farm Di Kabupaten Bogor” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan manapun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.
Bogor, September 2011 Dian Saputra
v
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kisaran, Kabupaten Asahan, Sumatra Utara pada tanggal 11 Februari 1988. Penulis bernama lengkap Dian Saputra, anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Ramli dan Ibu Warti. Penulis menyelesaikan pendidikan dari sekolah dasar sampai dengan sekolah menengah atas di Parapat, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Penulis memulai pendidikan dasar di SD No.091465 Girsang Sipangan Bolon, kemudian melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1 Girsang Sipangan Bolon dan SMA Negeri 1 Girsang Sipangan Bolon. Pada tahun 2006 penulis melanjutkan ke Perguruan Tinggi melalui jalur Reguler pada Program Diploma Program Studi Manajemen Agribisnis IPB dan lulus pada tahun 2009. Setelah lulus dari pendidikan Diploma, penulis menjadi salah satu pengajar Bimbingan Belajar di Ganbare Smart Community (GSC) selama tiga bulan, kemudian penulis diterima bekerja di Bank BNI Syariah sebagai Asisten Administrasi Pembiayaan di Kantor Cabang Bogor. Pada saat yang sama, penulis juga mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan Sarjana melalui Program Penyelenggaraan Khusus Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB.
vi
KATA PENGANTAR Alhamduliilahihirobbil’alamin,
puji dan syukur
penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan anugrah–Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi syarat untuk memproleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Penyelenggaraan Khusus Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Skripsi yang disusun dengan judul “Analisis Kepuasan Peternak Plasma Terhadap Pola Kemitraan Ayam Broiler Studi Kasus Kemitraan Dramaga Unggas Farm Di Kabupaten Bogor”. Pada skripsi ini dibahas mengenai penilaian peternak plasma terhadap atribut-atribut yang melekat pada pelaksanaan kemitraan yang dijalankan oleh perusahaan inti. Kemudian akan dirumuskan hal-hal apasaja yang menjadi harapan utama para peternak plasma dan tingkat kinerja yang sudah diberikan oleh perusahaan inti. Skripsi ini tentunya memiliki kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Bogor, September 2011 Dian Saputra
vii
UCAPAN TERIMAKASIH Proses penulisan skripsi ini membutuhkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan syukur kepada Allah SWT dan menyampaikan terimakasih kepada : 1.
Rahmat Yanuar, Sp., MSi., atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabarannya yang telah diberikan kepada penulis selama penulisan skripsi ini.
2.
Dr. Ir. Heny K Daryanto, Mec., dosen penguji skripsi ini.
3.
Tintin Sarianti, SP., MM., dosen penguji sidang skripsi ini.
4.
Ayah dan Ibu, Tika Ayu Wulanda dan Saudara-saudaraku.
5.
Pak Asep, Pak Rofi, dan Gina Mardikasari yang telah memberikan banyak bantuan dalam pengumpulan data responden selama penelitian.
6.
Para peternak ayam broiler yang menjadi responden dalam penelitian ini yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan informasi sehingga penelitian ini dapat selesai.
7.
Edwin, Oriza, Iman, dan teman-teman AGB angkatan 7 yang memberikan saran untuk perbaikan penulisan skripsi ini.
8.
Teman-teman Kantor BNI Syariah Bogor yang sudah memberikan dukungan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
9.
Keluarga besar Asrama IPB Sukasari, tempat tinggal terbaik yang pernah dihuni oleh Penulis.
10. Semua pihak yang telah turut membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu, semuga Allah SWT membalas dan memberikan rahmat dan hidayah-Nya.
Bogor, September 2011 Dian Saputra
viii
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .............................................................................................. xi DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah ............................................................................... 5 1.3 Tujuan ................................................................................................... 9 1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................. 9 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................... 9 II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 10 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia ...................................... 10 2.2 Tinjauan Umum Pola Kemitraan .......................................................... 11 2.3 Analisis Kemitraan .............................................................................. 15 2.3.1 Konsep Kemitraan ..................................................................... 15 2.3.2 Konsep Kepuasan ...................................................................... 16 2.3.3 Atribut Pelayanan dalam Kemitraan........................................... 18 III KERANGKA PEMIKIRAN ........................................................................ 20 3.1 Definisi Kemitraan............................................................................... 20 3.2 Keunggulan Kemitraan ........................................................................ 21 3.3 Kendala Kemitraan .............................................................................. 22 3.4 Tujuan dan Manfaat Kemitraan ............................................................ 23 3.5 Konsep Kepuasan Kemitraan ............................................................... 24 3.6 Pengukuran Kepuasan .......................................................................... 25 3.6.1 Importance Performance Analysis ............................................. 25 3.6.2 Customer Satisfaction Index ...................................................... 26 3.7 Kerangka Pemikiran Operasional ......................................................... 26 IV METODE PENELITIAN ............................................................................. 30 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 30 4.2 Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 30 4.3 Metode Pengumpulan Data .................................................................. 30 4.4 Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................................... 31 4.5 Metode Analisis Data ........................................................................... 33 4.5.1 Importance Performance Analysis (IPA) ................................... 33 4.5.2 Customer Satisfaction Index ...................................................... 37 V KARAKTERISTIK USAHA TERNAK DAN PETERNAK.......................... 39 5.1 Karakteristik Usaha Peternak Responden ............................................. 39 5.1.1 Skala Usaha Ternak ................................................................... 39 5.1.2 Status Kepemilikan Kandang ..................................................... 39 5.1.3 Pekerjaan di Luar Usaha Ternak Ayam ...................................... 40 5.1.4 Alasan Beternak Ayam .............................................................. 41 5.1.5 Lama Beternak Ayam ................................................................ 41
ix
5.1.6 Alasan Bermitra ......................................................................... 42 5.1.7 Sumber Informasi Mengenai DUF ............................................. 43 5.2 Karakteristik Peternak Responden ........................................................ 44 5.2.1 Usia ........................................................................................... 45 5.2.2 Jenis Kelamin ............................................................................ 46 5.2.3 Pendidikan ................................................................................. 47 VI POLA KEMITRAAN .................................................................................. 48 6.1 Sistem dan Prosedur Penerimaan Mitra ................................................ 49 6.2 Syarat Bergabung Menjadi Peternak Plasma ........................................ 50 6.3 Hak dan Kewajiban Pihak Inti.............................................................. 50 6.4 Hak dan Kewajiban Peternak Plasma ................................................... 51 6.5 Penetapan Harga Masukan, Keluaran (Output), dan Bonus................... 52 6.6 Pembinaan dan Pengawasan Pihak Inti................................................. 56 6.7 Sanksi dari Pihak Inti ........................................................................... 57 VII ANALISIS KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP ATRIBUT KEMITRAAN .......................................................................... 58 7.1 Penilaian Tingkat Kepentingan dan Kinerja Kemitraan ........................ 58 7.1.1 Atribut Pelayanan Administrasi ................................................ 60 7.1.2 Atribut Pelayanan Sarana Produksi ............................................ 61 7.1.3 Atribut Pelayanan Teknis Budidaya ........................................... 64 7.1.4 Atribut Pelayanan Pasca Panen .................................................. 66 7.2 Analisis Kesesuaian Skor Kepentingan dan Kinerja ............................. 67 7.3 Perhitungan Importance Performance Analysis (IPA) .......................... 68 7.3.1 Kuadran I .................................................................................. 70 7.3.2 Kuadran II ................................................................................. 71 7.3.3 Kuadran III ................................................................................ 72 7.3.4 Kuadran IV ................................................................................ 73 7.4 Perhitungan Customer Satisfaction Index ............................................. 74 VIII KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 76 8.1 Kesimpulan.......................................................................................... 76 8.2 Saran ................................................................................................... 77 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 78 LAMPIRAN ...................................................................................................... 80
x
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Distribusi Persentase Produk Domestik Bruto Tahun 2008-2009 ..................... 1 2. Perkembangan Populasi Ternak Nasional Tahun 2005-201 ............................ 2 3. Kandungan Gizi Ayam, Sapi, dan Kambing .................................................... 3 4. Skor / Nilai Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja .................................. 34 5. Harga Sarana Produksi Ternak di DUF ......................................................... 52 6. Harga Garansi Ayam Hidup .......................................................................... 54 7. Penilaian Peternak Terhadap Atribut Pelayanan Administrasi ....................... 60 8. Penilaian Peternak Terhadap Atribut Pelayanan Sarana Produksi .................. 61 9. Penilaian Peternak Terhadap Atribut Pelayanan Teknis Budidaya ................. 64 10. Penilaian Peternak Terhadap Atribut Pelayanan Pasca Panen ...................... 66 11. Tingkat Kesesuaian Antara Skor Kepentingan dan Skor Kinerja ................. 68 12. Perhitungan Customer Satisfaction Index .................................................... 74
xi
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Perkembangan Populasi Ayam Broiler di Indonesia tahun 2005-2009 ............. 3 2. Perkembangan Jumlah Peternak Plasma DUF 7 Periode Terakhir .................. 8 3. Kerangka Pemikiran Operasional .................................................................. 29 4. Diagram Importance Performance Analysis (IPA) ........................................ 36 5. Sebaran Peternak Berdasarkan Skala Usaha .................................................. 39 6. Status Kepemilikan Lahan Peternak .............................................................. 40 7. Pekerjaan diluar Usaha Ternak ...................................................................... 40 8. Alasan Beternak Ayam Broiler...................................................................... 41 9. Pengalaman Beternak Ayam Broiler ............................................................. 42 10. Alasan Peternak Bermitra ............................................................................ 43 11. Sumber Informasi Mengenai DUF .............................................................. 44 12. Sebaran Peternak berdasarkan Lokasi Usaha Ternak ................................... 45 13. Kelompok Usia Peternak Responden ........................................................... 46 14. Sebaran Peternak Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ........................... 46 15. Sebaran Tingkat Pendidikan Peternak Responden ....................................... 47 16. Pola Kemitraan DUF ................................................................................... 48 17. Perkembangan Harga Pakan Rata-rata Jawa Barat dan DUF
Bulan
Juli 2010 – Juni 2011 .................................................................................. 53 18. Perkembangan Harga DOC Rata-rata Jawa Barat dan DUF Bulan Juli 2010 – Juni 2011 ....................................................................... 53 19. Perkembangan Harga Rata-rata Ayam Hidup Jawa Barat dan DUF Bulan Juli 2010 – Juni 2011 ........................................................................ 55 20. Plot Skor Rataan Kepentingan dan Kinerja untuk Analisis Kuadran ............ 69
xii
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Penilaian Terhadap Tingkat Kepentingan Atribut Kemitraan ......................... 81 2. Penilaian Terhadap Tingkat Kinerja Atribut Kemitraan ................................. 82 3. Indikator Kinerja DUF .................................................................................. 83 4. Identitas Peternak Responden........................................................................ 85 5. Karakteristik Peternak Responden ................................................................. 86 6. Perkembangan Harga Pakan, DOC, dan Ayam Hidup di Pasar dan DUF .............................................................................................................. 87 7. Perkembangan Populasi Ayam Pedaging Nasional Tahun 2005-2009............ 88 8. Kuisioner Penelitian ...................................................................................... 89 9. Gambar Sapronak, Peralatan, dan Kandang ................................................... 91
xiii
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor industri pengolahan merupakan penyumbang terbesar dalam pertumbuhan perekonomian nasional. Perkembangan sektor industri pengolahan tersebut tentu tidak terlepas dari adanya dukungan sektor pertanian, dimana industri pengolahan membutuhkan hasil-hasil sektor pertanian sebagai bahan baku utamanya. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian berperan sangat penting dalam menyokong pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Distribusi Persentase Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Distribusi Persentase Produk Domestik Bruto Tahun 2008-2009 Lapangan Usaha Pertanian, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Perekonomian Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa PDB PDB Tanpa Migas
2008 14.5 10.9 27.9 0.8 8.5 14.0 6.3 7.4 9.7 100 89.4
2009 15.3 10.5 26.4 0.8 9.9 13.4 6.3 7.2 10.2 100 91.7
Sumber : Badan Pusat Statistik (2011) Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa pada tahun 2009, kontribusi sektor pertanian mengalami peningkatan dibanding tahun 2008. Sektor lain yang mengalami peningkatan adalah Kontruksi, dan Jasa-jasa. Sedangkan selebihnya tetap dan bahkan mengalami penurunan. Nilai PDB sektor pertanian pada tahun 2009 adalah 858,25 triliun rupiah, meningkat dari tahun sebelumnya yaitu 716,06 triliun rupiah. Kondisi ini menunjukkan bahwa sektor pertanian berperan penting dalam pertumbuhan perekonomian nasional.
Subsektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Hal ini karena subsektor peternakan terutama ayam ras dan sapi potong didukung oleh perkembangan industri peternakan1. Perkembangan populasi ternak nasional dapat dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perkembangan Populasi Ternak Nasional Tahun 2005-2010 (Ribu Ekor) Ternak Sapi Potong Sapi Perah Kerbau Kambing Domba Babi Kuda Ayam Buras Ayam Petelur Ayam Pedaging Itik
2005 10.569 361 2.128 13.409 8.327 6.801 387 278.954 84.790 811.189 32.405
2006 10.875 369 2.167 13.790 8.980 6.218 398 291.085 100.202 797.527 32.481
2007 11.515 374 2.086 14.470 9.514 6.711 401 272.251 111.489 891.659 35.867
2008 2009 2010 *) 12.257 12.760 13.633 458 475 495 1.931 1.933 2.010 15.147 15.858 16.841 9.605 10.199 10.915 6.838 6.975 7.212 393 399 409 243.423 249.963 0 107.955 111.418 116.188 902.052 1.026.379 0 39.840 40.680 0
*) Angka sementara Sumber : Direktorat Jendral Peternakan (2011) Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar populasi ternak nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini mengindikasikan bahwa peternakan di Indonesia berkembang dengan baik dan berpotensi untuk terus dikembangkan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan daging domestik maupun ekspor. Salah satu komoditas peternakan yang berpotensi untuk dikembangkan di Indonesia adalah ayam ras pedaging (broiler). Ayam broiler merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging. Industri ayam broiler memiliki daya saing atau keunggulan komparatif dalam pengusahaannya. Pengusahaan ayam broiler untuk pemenuhan kebutuhan domestik, secara ekonomis adalah efisien dalam pemanfaatan sumberdaya dalam negeri (Siregar dan Rusastra, 2002)2. Potensi ini dapat dilihat dari perkembangan populasi ayam broiler nasional. Pengusahaan 1
Krissantono. 2009. Industri Peternakan Unggas Berpotensi Tumbuh. http://www.kampoengternak.or.id/. [30 April 2011] 2 http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:UW8ETJWvZZsJ:ejournal.unud.ac.id/ [1 Mei 2011]
2
ternak ayam broiler hingga tahun 2009 tercatat memiliki jumlah populasi ternak terbanyak dibandingkan jenis ternak unggas lainnya (Tabel 2).
1.200.000,00
Populasi (Ribu Ekor)
1.000.000,00 800.000,00 600.000,00 400.000,00 200.000,00 Populasi
2005
2006
2007
2008
2009
811.189,0
797.527,0
891.659,0
902.052,0
1.026.379
Gambar 1. Perkembangan Populasi Ayam Broiler di Indonesia tahun 2005-2009 Gambar 1 menunjukkan populasi ayam broiler memiliki trend atau kecenderungan meningkat dari tahun 2005 sampai tahun 2009. Penurunan populasi hanya terjadi pada tahun 2006 yaitu 1,67% dari tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh maraknya kasus penyakit yang terjadi pada perternakan unggas, sehingga berdampak pada penurunan jumlah populasi ternak di berbagai wilayah di Indonesia3. Tabel 3. Kandungan Gizi Ayam, Sapi, dan Kambing Jenis Daging Ayam Sapi Kambing
Protein (%) 23,40 21,50 19,50
Air (%) 73,70 69,50 71,50
Lemak (%) 1,90 8,00 7,50
Sumber : Balai Besar Industri Hasil Pertanian (2009) Peningkatan jumlah populasi ayam broiler didukung oleh kesadaran masyarakat dalam mengkonsumsi daging sebagai makanan yang memiliki kandungan gizi tinggi. Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa tingkat kandungan 3
Thepatria. 2010. Fenomena Flu Burung di Indonesia. http://thepatria.wordpress.com/ [7 Mei 2011]
3
gizi seperti protein dan air yang yang dimiliki oleh ayam lebih tinggi dari sapi dan kambing. Sedangkan kandungan lemak paling kecil. Hal ini menunjukkan bahwa daging ayam layak untuk dikonsumsi dan lebih baik dibanding jenis daging lainnya. Selain itu, ayam broiler juga merupakan bahan konsumsi daging yang relatif lebih murah, sehingga dapat menjadi pilihan utama dalam pemenuhan kebutuhan daging masyarakat. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, diketahui bahwa ayam broiler memiliki potensi yang sangat baik untuk dikembangkan. Ayam broiler berperan dalam
pemenuhan kebutuhan daging
yang
relatif
murah.
Selain
itu,
pengusahaannya dilakukan secara massal sehingga produksi ayam broiler lebih mendominasi dibanding produksi daging lainnya. Hal ini lah yang mendukung perkembangan usaha ayam broiler di Indonesia. Berdasarkan data dari Dirjen Peternakan (2011), Provinsi Jawa Barat merupakan wilayah dengan populasi ayam broiler terbesar di Indonesia. Hal tersebut menunjukkan bahwa Jawa Barat sebagai wilayah yang memadai untuk usaha peternakan ayam broiler. Kondisi ini seharusnya dapat dimanfaatkan sebagai suatu peluang bagi pengusaha bidang peternakan untuk mengembangkan usaha peternakan ayam broiler, baik usaha dalam skala besar ataupun skala kecil. Namun, beberapa permasalahan yang timbul beberapa tahun terakhir ini antara lain adalah kenaikan harga pakan dan biaya produksi belum diikuti dengan kenaikan harga ayam hidup (Poultry 2010). Peternak mandiri pada umumnya memiliki skala usaha kecil yang memiliki keterbatasan dalam modal dan teknologi. Kondisi ini menyebabkan peternak mandiri lebih rentan terhadap dampak krisis ekonomi. Beberapa hambatan dan keterbatasan dalam melakukan usaha peternakan ayam broiler telah menyebabkan berkurangnya persentase peternak mandiri. Dimana sebagian besar memilih untuk bergabung dengan perusahaan kemitraan. Saat ini usaha peternakan ayam broiler dikuasai oleh perusahaan kemitraan dengan pangsa pasar mencapai 40-50 persen, yang sebelumnya hanya 25-30 persen saja4.
4
Poultry Indonesia. 2008. Peternak Broiler Mandiri Merajalela. http://www.poultryindonesia.com/ [8 Mei 2011]
4
Berbeda dengan peternak mandiri, peternak plasma memiliki risiko usaha yang lebih kecil. Sarana produksi peternakan (sapronak) peternak plasma akan dijamin ketersediannya oleh perusahaan inti. Selain itu, kepastian harga pasar juga diperoleh peternak plasma dalam memasarkan ayam hasil produksinya. Dalam usaha kemitraan, harga sapronak maupun harga jual ayam ditentukan oleh perusahaan kemitraan dalam sebuah kontrak kemitraan yang disepakati oleh kedua belah pihak. Dengan bermitra, pihak inti akan memperoleh keuntungan dari harga jual sapronak serta kelebihan harga jual ayam pada saat harga pasar melebihi harga kontrak. Sedangkan plasma akan memperoleh keuntungan dari hasil produksinya dengan harga kontrak yang disepakati dan tak harus menanggung beban kerugian ketika harga pasar berada di bawah harga kontrak. Tujuan yang ingin dicapai dari kemitraan antara lain adalah meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat, meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, serta memperluas kesempatan kerja. Kemitraan juga diharapkan menjadi salah satu solusi untuk merangsang pertumbuhan agribisnis peternakan, terutama untuk mengatasi permasalahan peternak kecil. 1.2 Perumusan Masalah Perkembangan perunggasan selalu bergejolak setiap saat, hal ini bisa di lihat dari harga produk perunggasan yang selalu naik turun bahkan tidak hanya mingguan tetapi sampai harga harian. Naik turunnya harga dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain daya beli masyarakat terhadap produk perunggasan dan biaya untuk memproduksi produk perunggasan itu sendiri 5. Sarana produksi terpenting dalam usaha peternakan ayam broiler adalah day old chicken (DOC) dan pakan ayam. Pergerakan harga DOC sangat berfluktuasi. Fluktuasi harga terjadi karena adanya ketidakpastian pasokan dan permintaan pasar, dimana hal ini memberikan pengaruh besar pada usaha peternakan ayam. Selain DOC, kualitas dan harga pakan juga merupakan faktor penting dalam usaha peternakan ayam broiler.
5
Poultry Indonesia. 2010. Dilema Peternak Ayam Ras. http://www.poultryindonesia.com/modules.php?name=News&file=article&sid=1420 [8 Mei 2011]
5
Keterbatasan dalam hal permodalan, teknologi, dan sumberdaya manusia menjadi faktor yang mendukung terbentuknya kerjasama oleh pihak yang berkepentingan. Kerjasama diwujudkan dalam bentuk kemitraan. Direktorat Pengembangan Usaha, Departemen Pertanian (2002) memberikan panduan mengenai enam jenis pola kemitraan yang umumnya dilaksanakan di Indonesia, yaitu pola inti plasma, subkontrak, dagang umum, keagenan, kerjasama operasional, dan pola kemitraan penyertaan saham. Pada umumnya kerjasama yang terjalin dalam sistem kemitraan peternak ayam broiler berupa inti plasma. Sistim kemitraan inti plasma merupakan bentuk kerjasama yang terjin antara pihak perusahaan sebagai inti dan peternak sebagai plasma. Perusahaan sebagai pihak inti berperan sebagai penyedia permodalan kepada pihak plasma dan menjamin penjualan atas hasil produksi ayam broiler. Sedangkan pihak peternak selaku pelasma berkewajiban mengelola usaha ternak dan bertanggung jawab terhadap hasil ternak tersebut. Dramaga Unggas Farm (DUF) merupakan salah satu perusahaan peternakan ayam broiler berbasis kemitraan dengan pola inti plasma. DUF saat ini bekerjasama dengan peternak plasma di wilayah Dramaga, Pamijahan, Tenjolaya, Nanggung, dan Cigudeg. Pada kemitraan DUF, sistem budidaya ayam broiler ditentukan oleh inti, sedangkan plasma menjalankan kegiatan produksi sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Baik pihak inti maupun plasma memiliki kedudukan yang sama penting dalam berlangsungnya usaha kemitraan, sehingga tidak ada pihak yang posisinya lebih tinggi dari pihak lain. Setiap kegiatan yang berlangsung dalam kerjasama kemitraan telah disepakati di dalam kontrak kerja sama, begitupun dengan kontrak harga sarana produksi dan harga ayam hidup. Pola kemitraan yang terjadi seringkali merupakan perjanjian baku, dimana peternak plasma tidak memiliki kebebasan untuk merundingkan isi dari perjanjian tersebut. Hal ini menunjukan bahwa perjanjian yang terjadi antara perusahaan inti dan peternak plasma, tidak berlandaskan pada asas kebebasan berkontrak diantara kedua pihak yang mempunyai kedudukan seimbang. Kedudukan peternak plasma sangat lemah, dimana peternak hanya mempunyai pilihan menerima atau menolak
6
isi perjanjian yang dibuat oleh perusahaan inti. Apabila peternak menerima perjanjian tersebut, maka harus siap dengan segala konskuensi yang ada dan timbul sebagai akibat dari perjanjian tersebut, tetapi apabila peternak menolak maka peternak akan kehilangan kesempatan untuk mengatasi permasalahan permodalan mereka. Berdasarkan kondisi yang ada maka penting untuk melakukan analisis umum mengenai bagaimana kedudukan dan hubungan antara peternak plasma dengan perusahaan inti dan permasalahan-permasalahan apa saja yang sering muncul dalam pola kemitraan tersebut. Seiring berkembangnya banyak perusahaan kemitraan ayam broiler, tentunya diperlukan upaya untuk mempertahankan peternak mitra guna menjaga keberlanjutan usaha kemitraan. Berdasarkan informasi dari peternak plasma, beberapa perusahaan kemitraan yang mendominasi di Dramaga yaitu CMS (Cipta Mitra Sejahtera), TJF (Tri Jaya Farm), TMF (Tunas mandiri Farm), MJS Malindo, Amira, IPB (Inti Plasma Berkah), Inasa, dan Kemitraan Sierad Produce. Kepuasan peternak plasma menjadi faktor penting yang perlu diperhatikan DUF dalam proses pengembangan usaha kemitraannya. Tingkat kepuasan peternak plasma terhadap perusahaan inti akan membawa dampak positif bagi kelangsungan usaha kemitraan. Plasma yang merasa puas, cenderung akan mempertahankan kerja sama dengan perusahaan inti. Indikasi dari ketidakpuasan peternak saat ini juga dirasakan oleh DUF, yaitu ditunjukkan oleh rekuensi keluar masuk peternak plasma di perusahaan dan jumlahnya yang cenderung berkurang dalam satu tahun terakhir. Rata-rata frekuensi keluar masuk plasma dari perusahaan inti selama 7 periode terakhir sebanyak 5 plasma. Perkembangan jumlah peternak plasma pada perusahaan inti DUF dapat dilihat pada Gambar 2.
7
60
Jumlah Peternak
50 40
30 20 10 0 Okt 10
Nop 10
Jan 11
Feb 11
Apr 11
Mei 11
Jul 11
Gambar 2. Perkembangan Jumlah Peternak Plasma DUF 7 Periode Terakhir Sumber : DUF (2011) Menurut perusahaan, ketidakpuasan peternak plasma diduga disebabkan oleh kurang maksimalnya hasil produksi selama ini, sehingga keuntungan yang diharapkan belum dapat diperoleh peternak. Namun, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui apakah dugaan tersebut benar ataukah ada faktor lain yang menyebabkan ketidakpuasan peternak plasma terhadap pelaksanaan pola kemitraan DUF. Usaha ternak dan peternak plasma yang bergabung dalam kemitraan DUF memiliki keragaman karakteristik. Usaha ternak memiliki keragaman dari segi skala usaha, status kepemilikan kandang, pekerjaan diluar usaha ternak alasan berternak, lama berternak, dan alasan bermitra. Keragaman karakteristik peternak dilihat dari segi lokasi plasma, usia, jenis kelamin, pendidikan, dan pengalaman. Keragaman karakteristik tersebut memberikan penilaian yang berbeda terhadap kualitas pelayanan dan kinerja dari perusahaan inti. Keragaman juga diduga memberikan perilaku yang bervariasi dalam memutuskan untuk memilih suatu perusahaan kemitraan.
8
Berdasarkan uraian diatas, maka pembahasan dirumuskan untuk menjawab pertanyaan : 1. Bagaimana karakteristik usaha ternak dan peternak plasma DUF? 2. Bagaimana pola kemitraan yang selama ini dilaksanakan oleh DUF? 3. Bagaimana tingkat kepuasan peternak plasma terhadap pelaksanaan kemitraan DUF? 1.3 Tujuan 1. Menganalisis karakteristik peternak plasma DUF 2. Menganalisis pola kemitraan yang dijalankan oleh DUF 3. Menganalisis tingkat kepuasan peternak plasma terhadap pelaksanaan kemitraan DUF 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak terkait : 1. Bagi perusahaan, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan yang berguna bagi pihak perusahaan kemitraan dalam mengambil keputusan menyempurnakan pelaksanaan kemitraan. 2. Bagi penulis, penelitian ini memberi pengalaman nyata dalam menganalisis suatu kondisi, permasalan, dan fakta yang di lapangan serta merumuskannya dengan teori yang sudah dipelajari selama kuliah. 3. Bagi pembaca, penelitian ini berguna sebagai tambahan informasi rujukan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut, serta dapat dijadikan bahan perbandingan penelitian selanjutnya. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Pembahasan dalam penelitian ini mencakup analisis deskriptif mengenai pola kemitraan dan karakteristik peternak plasma DUF. Selain itu, akan dilakukan analisis tingkat kepuasan peternak plasma terhadap kemitraan DUF yang telah berlangsung selama ini. Analisis kepuasan menggunakan metode Importance Performance Analysis (IPA) dan metode Customer Satisfaction Index (CSI).
9
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia Perkembangan ayam broiler di Indonesia dimulai pada pertengahan dasawarsa 1970-an dan mulai terkenal pada awal tahun 1980-an. Laju perkembangan usaha ayam broiler sejalan dengan pertumbuhan populasi penduduk, pergeseran gaya hidup, tingkat pendapatan, perkembangan situasi ekonomi politik, serta kondisi keamanan (Fadilah 2006). Usaha komersial ayam broiler tersebar di beberapa wilayah di Indonesia. Daerah dengan populasi ayam broiler tersebar di Indonesia bagian barat yaitu Pulau Jawa dan Sumatera. Berdasarkan data Ditjen Peternakan (2011), populasi ayam broiler terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, dan Jawa Tengah. Menurut Fadilah (2006), Indonesia bagian barat menjadi daerah penyebaran ayam broiler komersial karena hampir semua perusahaan pembibitan ayam broiler komersial serta pangsa pasar terbesar masih didominasi oleh Indonesia bagian barat, khususnya Pulau Jawa. Peternakan ayam di Indonesia mulai marak pada tahun 1980. Hal ini didukung oleh kesadaran masyarakat mengkonsumsi daging ayam. Pada tahun 1981 usaha peternakan ayam broiler banyak dikuasai oleh pengusaha dengan skala besar, sedangkan peternak kecil semakin sulit dalam melakukan usaha ini. Dalam rangka melindungi peternak kecil yang semakin tertekan karena dominasi pengusaha ayam broiler skala besar, pemerintah pada saat itu mengeluarkan kebijakan berupa Keputusan Presiden No.51 yang intinya membatasi jumlah ayam petelur konsumsi paling banyak 5.000 ekor dan ayam broiler sebanyak 750 ekor per minggu. Munculnya kebijakan tersebut akhirnya menghambat perkembangan peternakan ayam broiler di Indonesia. Selama sembilan tahun berjalan, kebijakan tersebut menyebabkan sektor peternakan tidak berkembang. Oleh karena itu akhirnya Keputusan Presiden No.51 tersebut dicabut dan diganti dengan kebijakan tanggal 28 Mei 1990. Kebijakan ini merangsang berdirinya peternakan-peternakan
besar untuk tujuan ekspor dan menjadi industri peternakan yang handal dan menjadi sektor penggerak perekonomian (Suharno 2002). Perubahan drastis terjadi pada sektor peternakan saat krisis moneter tahun 1997. Industri perunggasan merupakan salah satu sektor peternakan yang mengalami kemunduran. Harga bahan baku impor untuk industri perunggasan menjadi sangat tinggi, sementara harga ayam dan telur domestik terus menurun seiring dengan menurunnya daya beli masyarakat. Akibatnya, permintaan pakan dan DOC juga menurun dan berdampak pada penurunan populasi ternak di Indonesia. Pada tahun 1998 populasi ayam broiler berkurang hingga 80 persen dari tahun sebelumnya. Kondisi ini mengindikasikan bahwa agribisnis ayam broiler belum memiliki ketangguhan dan kemampuan penyesuaian diri menghadapi perubahan besar lingkungan ekonomi eksternal. Faktor penyebabnya adalah ketergantungan peternakan Indonesia pada impor bahan baku utama yaitu pakan dan bibit (Saragih 2001). Pada akhir tahun 1998, usaha peternakan unggas mulai berkembang. Harga daging ayam dan telur mulai dapat dikendalikan dan memberi keuntungan bagi para peternak, walaupun pada saat ini mayoritas peternak sudah tidak berusaha secara mandiri melainkan bergabung menjadi mitra perusahaan terpadu (Suharno 2002). 2.2 Tinjauan Umum Pola Kemitraan Pola hubungan kemitaraan ditujukan agar pengusaha kecil dapat lebih aktif berperan bersama-sama dengan penguaha besar, karena bagaimanapun juga usaha kecil merupakan bagian yang integral dari dunia usaha nasional dan mempunyai eksistensi, potensi, peranan yang sangat penting dan strategis dalam mewujudkan pembangunan ekonomi pada khususnya. Peran pemerintah dalam mengatur dan menjembatani pola kemitraaan antara pengusaha besar, menengah dan kecil diatur dalam Ketentuan Umum Pasal 1 ayat (8) Undang-Undang Nomor 9 tahun 1995 yang menyebutkan tentang: “Kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan yang berkelanjutan oleh usaha
11
menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan.” Dari definisi kemitraan sebagaimana tersebut di atas, mengandung makna sebagai tanggung jawab moral pengusaha menengah/besar untuk membimbing dan membina pengusaha kecil mitranya agar mampu mengembangkan usahanya sehingga mampu menjadi mitra yang handal untuk menarik keuntungan dan kesejahteraan bersama. Selanjutnya dari definisi tersebut dapat diketahui unsurunsur penting dari kemitraan, yaitu: 6 1. Kerjasama usaha, yang didasari oleh kesejajaran kedudukan atau mempunyai derajat yang sama bagi kedua pihak yang bermitra, tidak ada pihak yang dirugikan dalam kemitraan dengan tujuan bersama untuk meningkatkan keuntungan atau pendapatan melalui pengembangan usaha tanpa saling mengeksploitasi satu sama lain serta saling berkembangnya rasa saling percaya diantara mereka. 2. Antara pengusaha besar atau menengah dengan pengusaha kecil, diharapkan usaha besar atau menengah dapat bekerjasama saling menguntungkan dengan pelaku ekonomi lain (usaha kecil) untuk mencapai kesejahteraan bersama. 3. Pembinaan dan pengembangan, yang dilakukan oleh usaha besar atau usaha menengah terhadap usaha kecil, yang dapat berupa pembinaan mutu produksi, peningkatan kemampuan SDM, pembinaan manajemen produksi, dan lainlain. 4. Prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan, yang akan terjalin karena para mitra akan dan saling mengenal posisi keunggulan dan klemahan masing-masing yang akan berdampak pad aefisiensi dan turunnya biaya produksi. Karena kemitraan didasarkan pada prinsip win-win solution partnership, maka para mitra akan mempunyai posisi tawar yang setara berdasarkan peran masing-masing. Ciri dari kemitraan adalah kesejajaran kedudukan, tidak ada pihak yang dirugikan dan bertujuan untuk meningkatkan keuntungan bersama melalui kerjasama tanpa saling mengeksploitasi satu dan yang lain dan tumbuhnya rasa saling percaya diantara mereka. 6
Penjelasan Undang-undang No. 9 tahun 1995
12
Pola kemitraan yang banyak dilaksanakan di Indonesia, yaitu pola inti plasma, pola subkontrak, pola dagang umum, pola keagenan, pola kerjasama operasional khusus (KOA), dan pola kemitraan penyertaan saham (Direktorat Pengembangan Usaha, Deptan 2002). 1. Inti Plasma Pola inti plasma banyak digunakan dalam usaha peternakan, khususnya ayam broiler (Suharno 2002). Hubungan kemitraan dalam pola ini adalah antara perusahaan mitra dengan kelompok mitra. Kegiatan perusahaan mitra : 1) Menampung dan membeli hasil produksi 2) Memberi bimbingan teknis dan pembinaan manajemen kepada plasma 3) Memberikan pelayanan kepada plasma berupa permodalan / kredit, sarana produksi, dan teknologi 4) Mempunyai usaha budidaya pertanian / memproduksi kebutuhan perusahaan 5) Menyediakan lahan Kegiatan kelompok mitra : 1) Pengelola seluruh usaha bisnisnya sampai dengan panen 2) Menjual hasil produksinya kepada perusahaan inti 3) Memenuhi kebutuhan perusahaan sesuai persyaratan yang telah disepakati. 2. Subkontrak Dalam pola kemitraan ini, mitra memproduksi komponen yang diperlukan oleh perusahaan mitra sebagai bagian dari produksinya. Kegiatan perusahaan mitra : 1) Membeli komponen produksi yang dihasilkan oleh kelompok mitra 2) Menyediakan bahan baku / modal kerja 3) Melakukan kontrol kualitas produksi Kegiatan kelompok mitra : 1) Memproduksi kebutuhan yang dibutuhkan oleh perusahaan mitra 2) Menyediakan tenaga kerja 3) Membuat kontrak bersama yang mencantumkan volume, harga, dan waktu
13
3. Dagang Umum Dalam pola kemitraan ini, perusahaan mitra berfungsi memasarkan hasil produksi kelompok mitranya. 4. Keagenan Dalam pola kemitraan ini, kelompok mitra diberi hak khusus untuk memasarkan barang atau jasa usaha perusahaan mitra. 5. Kerjasama Operasional Khusus Dalam pola kemitraan ini, kelompok mitra menyediakan lahan, sarana dan tenaga. Perusahaan mitra harus menyediakan biaya, modal, dan atau sarana untuk mengusahakan suatu komoditi pertanian. 6. Pola Kemitraan Penyertaan Saham Dalam pola kemitraan ini, penyertaan modal (equity) antara usaha kecil dengan usaha menengah atau besar. Penyertaan modal usaha kecil dimulai sekurang-kurangnya 20 persen dari seluruh modal saham perusahaan yang baru dibentuk dan ditingkatkan secara bertahap sesuai kesepakatan antar pihak yang melakukan kerjasama. Dalam hubungan pola kemitraan, pola yang paling sederhana adalah pengembangan bisnis biasa ditingkatkan menjadi hubungan bisnis dengan adanya ikatan tanggung jawab masing-masing pihak yang bermitra dalam mewujudkan kemitraan usaha yang membutuhkan, saling menguntungkan dan saling memperkuat. Pola hubungan yang dilaksanakan antara perusahaan inti dan peternak adalah dengan pola inti plasma. Pola inti plasma ini di dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 9 tahun 1995 tentang usaha kecil disebutkan sebagai berikut: “Inti plasma merupakan hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha besar yang di dalamnya usaha menengah atau usaha besar bertindak sebagai inti dan usaha kecil selaku plasma, perusahaan inti melaksanakan pembinaan mulai dari penyediaan sarana produksi, bimbingan teknis, samapai dengan pemasaran hasil produksi.” Secara garis besarnya, perusahaan besar mempunyai tanggung jawab terhadap pengusaha kecil mitranya dalam memberikan bantuan dan pembinaan 14
mulai dari sarana produksi, bimbingan teknis sampai dengan pemasran hasil produksi. Sebagai contoh dalam hubungan kemitraan antara perusahaan inti dengan peternak plasma ini, perusahaan inti berupaya menyediakan bibit ayam (DOC), vaksin, pakan selama berlangsungnya kegiatan pemeliharaan. Sedangkan pihak peternak plasma menyediakan lahan (areal) dan kandang, pelaksanaan pemeliharaan secara intensif harus diupayakan mendapat pengawasan dan pembinaan teknis dari perusahaan inti. Perusahaan inti akan menjamin pemasaran dengan mengambil hasil panen dengan harga dasar yang telah ditentukan dalam perjanjian. 2.3 Analisis Kemitraan Kemitraan merupakan suatu konsep yang memadukan kelebihan yang dimiliki oleh masing-masing pelaku ekonomi. Adanya kerjasama dalam bentuk kemitraan akan menutupi kekurangan yang dimiliki oleh pelaku ekonomi tersebut. Pemahaman etika bisnis sebagai landasan moral dalam melaksanakan kemitraan merupakan suatu solusi untuk mengatasi kurang berhasilnya kemitraan yang ada selama ini. Pemahaman dan penerapan etika bisnis yang kuat akan memperkuat pondasi kemitraan dan akan memudahkan pelaksanaan kemitraan itu sendiri (Hafsah, 1999). Penelitian-penelitian mengenai peternak yang menjadi bagian dari kemitraan telah banyak dilakukan. Namun kajian mengenai pola kemitraan terus berkembang, dimana kondisi ekonomi yang berfluktuatif menyebabkan keadaan yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa kajian tersebut menjadi menarik untuk dibahas. 2.3.1 Konsep Kemitraan Dewanto (2005) melakukan penelitian tentang perjanjian kemitraan dengan pola inti plasma pada peternak ayam broiler di Grobongan Jawa Tengah. Kesimpulan yang diperoleh bahwa dengan pola kemitraan yang berlangsung, peternak plasma memperoleh bantuan permodalan berupa sarana produksi dari perusahaan inti, dan perusahaan inti bisa memasarkan sarana produksinya. Dalam perjanjian kemitraan yang disepakati bersama, secara hukum kedua belah pihak
15
mempunyai kedudukan yang seimbang karena tidak ada unsur paksaan dalam melakukan perjanjian tersebut. Penelitian yang dilakukan Dewanto juga menemukan bahwa perjanjian kemitraan yang terjadi antara perusahaan inti dengan peternak plasma secara hukum memberikan perlindungan bagi peternak plasma, karena di dalam perjanjian tersebut telah disepakati hak dan kewajiban dari masing-masing pihak. Salah satu pasal yang penting adalah mengenai harga dasar ayam siap panen, dengan perjanjian tersebut peternak tidak akan mengalami kerugian apabila harga ayam di pasaran jatuh. Firwiyanto (2008) mengacu pada pendapat beberapa ahli seperti Hafsah, Prawirokusumo, dan Kartasasmita, menerangkan dalam penelitiannya bahwa kemitraan usaha mengandung pengertian adanya hubungan kerjasama usaha antara badan usaha yang sinergis bersifat sukarela dan dilandari prinsip saling membutuhkan, saling menghidupi dan memperkuat untuk hasil positive sum game atau win-win situation. Penelitian yang dilakukan oleh Siahaan (2005) dan Deshinta (2006) membahas mengenai pola kemitraan dan pendapatan usaha ternak ayam ras pedaging. Hasil penelitian menyatakan bahwa manfaat yang umumnya diperoleh peternak mitra dari pelaksanaan kemitraan, antara lain mendapat jaminan sapronak, menambah pengetahuan, risiko usaha lebih rendah, mendapat kepastian pasar, serta mendapatkan bimbingan teknis dari perusahaan. 2.3.2 Konsep Kepuasan Beberapa penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menganalisis tingkat kepuasan peternak plasma terhadap pelayanan dan kinerja perusahaan inti dalam suatu kemitraan ayam broiler. Penilaian terhadap kepuasan ini diwakili oleh pendapat peternak terhadap tingkat kepentingan dan hasil yang dirasakan peternak dari atribut-atribut pelayanan perusahaan inti. Penelitian tentang kepuasan peternak dilakukan di beberapa perusahaan kemitraan yang berbeda. Hasil dari masing-masing penelitian tersebut juga berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh perbedaan penilaian peternak mitra dari masing-masing perusahaan terhadap kinerja atribut perusahaan.
16
Lestari (2009) yang mengacu pada teori Kotler, Rangkuti, dam Sumarwan menjelaskan bahwa dalam kemitraan terdapat upaya memenuhi kepuasan peternak plasma sebagai pelanggan perusahaan inti. Dalam kerangka pemikiran teoritis, Lestasi menunjukkan diagram konsep kepuasan, kemudian menjelaskan bahwa kepuasan pelanggan sebagai respon pelanggan terhadap ketidaksesuaian antara tingkat kepentingan sebelumnya dan kinerja yang dirasakan setelah pemakaian suatu variabel atau atribut pelayanan terhadap pelanggan. Kusumah (2008) menjelaskan dalam penelitiannya bahwa kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan berhubungan dengan perbedaan antara harapan dan kinerja yang diterima atau dirasakan oleh pelanggan. Penilaian tingkat kepuasan peternak plasma dilakukan dengan melihat penilaian tingkat kepentingan dan tingkat kinerja kemitraan terhadap atribut kemitraan yang diberikan oleh inti. Firwiyanto (2008) mempelajari teori kepuasan dari Maslow, Davis, dan Newstorm. Ia menjelaskan bahwa kepuasan pada dasarnya merupakan hal yang bersifat individual. Setiap individu akan memiliki kepuasan yang berbeda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku pada dirinya, dimana kepuasan akan timbul bila kebutuhan terpenuhi. Kepuasan kerja adalah seperangkat perasaan seseorang tentang menyenangkan atau tidaknya pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mengacu pada sikap seseorang, dan menunjukkan kesesuaian antara harapan seseorang yang timbul dan imbalan yang disediakan pekerjaan. Jadi, kepuasan kerja juga berkaitan dengan teori keadilan, perjanjian, psikologis, dan motivasi. Beberapa penelitian diatas adalah mengenai kepuasan peternak ayam broiler di lokasi yang berbeda. Konsep kepuasan memiliki pengertian yang hampir sama dari masing-masing penelitian tersebut. Kepuasan adalah tentang terpenuhi atau tidaknya harapan seseorang. Pemenuhan harapan tersebut dikaitkan dengan kinerja aktual dari atribut pelayanan perusahaan inti sebagai mitra usaha peternak plasma. Kusumah dan Lestari mengangkat teori kepuasan pelanggan sebagai dasar teori kepuasan mereka, dimana peternak plasma dianggap sebagai pelanggan
dari
pihak
inti.
Sedangkan
dalam
penelitian
Firwiyanto,
pembahasannya lebih cenderung ke individu peternak dan kepuasan kerja sebagai mitra perusahaan. Namun, untuk mengukur kepuasan peternak plasma terhadap
17
atribut pelayanan perusahaan inti, alat yang digunakan dalam penelitian-penelitian tersebut adalah sama, yaitu Importance Peformance Analysis dan Customer Satisfaction Index. Importance Peformance Analysis digunakan untuk mengetahui hubungan antara tingkat kepentingan dan tingkat kinerja aktual dari masing-masing atribut kemitraan yang diteliti. Tingkat kepentingan menunjukkan seberapa penting suatu atribut bagi plasma atau seberapa besar harapan terhadap kinerja atribut. Sedangkan tingkat kinerja menunjukkan kinerja aktual dari atribut-atribut yang dirasakan oleh plasma. Sedangkan, Customer Satisfaction Index digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan peternak plasma secara keseluruhan. 2.3.3 Atribut Pelayanan dalam Kemitraan Penelitian Lestari (2009) mengenai tingkat kepuasan dan pendapatan peternak plasma ayam broiler, menggunakan atribut-atribut, yaitu prosedur penerimaan mitra, penerapan harga kontrak DOC, harga kontrak pakan, kualitas DOC dan pakan, harga dan kualitas obat dan vaksin, jadwal pengiriman sarana produksi, frekuensi bimbingan teknis, pelayanan dan materi bimbingan, penerapan standar produksi, kesesuaian waktu panen, respon terhadap keluhan, kesesuaian harga jual output, kecepatan pembayaran hasil panen, pemberian bonus, dan pemberian kompensasi. Alat analisis yang digunakan untuk menganalisis tingkat kepuasan peternak terhadap atribut tersebut adalah metode importance peformance analysis dan Customer Satisfaction Index. Tiap atribut pernyataan responden diberi skala skor 1 sampai 4, dengan alasan untuk menghindari ketidakpastian responden (central tendency), yaitu kecenderungan responden memilih jawaban tengah atau jawaban kategori cukup. Penelitian yang dilakukan Kusumah (2008) mengenai tingkat kepuasan peternak plasma terhadap pola kemitraan Tunas Mekar Farm menyimpulkan bahwa berdasarkan beberapa atribut yang diduga berpengaruh terhadap kepuasan peternak, diantaranya yang sudah sesuai dengan keinginan adalah penerapan harga kontrak DOC, kualitas pakan, obat dan vaksin, serta bimbingan teknis yang diberikan pihak inti. Sedangkan atribut yang menjadi prioritas utama yang harus diperbaiki adalah kualitas DOC. Kualitas DOC yang diharapkan oleh peternak
18
plasma adalah DOC yang memiliki peforma baik dan lebih tahan terhadap penyakit dan stress. Atribut yang menjadi prioritas utama, yaitu atribut yang memiliki tingkat kepentingan tinggi namun kinerja dinilai masih rendah oleh peternak plasma akan berbeda di masing-masing perusahaan. Atribut prioritas utama dalam penelitian Firwiyanto (2008) adalah jadwal pengiriman sarana produksi, kesesuaian waktu panen, pelayanan dan materi bimbingan, dan kecukupan sarana produksi. Sedangkan, penelitian Lestari (2009) menyimpulkan bahwa atribut yang menjadi prioritas utama adalah kualitas DOC, kualitas pakan, kecepatan pencairan hasil panen, dan pemberian bonus.
19
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Definisi Kemitraan Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kemitraan berasal dari kata mitra yang berarti teman, kawan, pasangan kerja, dan rekan. Kemitraan diartikan sebagai suatu hubungan (jalinan kerjasama dsb) sebagai mitra 7. Kemitraan muncul karena minimal ada dua pihak yang bermitra, dimana kedua pihak saling membutuhkan dan melakukan suatu kerjasama yang saling menguntungkan. Definisi kemitraan menurut undang-undang tercantum dalam UU No.9 tahun 1995 tentang usaha kecil, bahwa kemitraan adalah kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar, disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan. Dari definisi kemitraan sebagaimana tersebut di atas, mengandung makna bahwa pengusaha menengah/besar memiliki tanggung jawab moral untuk membimbing dan membina pengusaha kecil agar mampu mengembangkan usahanya sehingga mampu menjadi mitra yang handal untuk menarik keuntungan dan kesejahteraan bersama. Unsur-unsur penting dari kemitraan, yaitu:8 1.
Kerjasama usaha, yang didasari oleh kesejajaran kedudukan atau mempunyai derajat yang sama bagi kedua pihak yang bermitra, tidak ada pihak yang dirugikan dalam kemitraan dengan tujuan meningkatkan keuntungan atau pendapatan melalui pengembangan usaha tanpa saling mengeksploitasi satu sama lain serta saling berkembangnya rasa saling percaya diantara mereka.
2.
Antara pengusaha besar atau menengah dengan pengusaha kecil, diharapkan usaha besar atau menengah dapat bekerjasama saling menguntungkan dengan pelaku ekonomi lain (usaha kecil) untuk mencapai kesejahteraan bersama.
3.
Pembinaan dan pengembangan, yang dilakukan oleh usaha besar atau usaha menengah terhadap usaha kecil, yang dapat berupa pembinaan mutu produksi, peningkatan kemampuan SDM, pembinaan manajemen produksi, dan lain-lain.
7 8
KBBI. 2011. http://www.kamusbahasaindonesia.org/. [14 Mei 2011] Penjelasan Undang-undang No. 9 tahun 1995
4.
Prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan, yang akan terjalin karena para mitra akan dan saling mengenal posisi keunggulan dan klemahan masing-masing yang akan berdampak pad aefisiensi dan turunnya biaya produksi. Karena kemitraan didasarkan pada prinsip win-win solution partnership, maka para mitra akan mempunyai posisi tawar yang setara berdasarkan peran masing-masing. Ciri dari kemitraan adalah kesejajaran kedudukan, tidak ada pihak yang dirugikan dan bertujuan untuk meningkatkan keuntungan bersama melalui kerjasama tanpa saling mengeksploitasi satu dan yang lain dan tumbuhnya rasa saling percaya diantara mereka.
3.2 Keunggulan Kemitraan Berdasarkan kondisi yang ada maka dapat dilihat bahwa sebenarnya pola inti plasma merupakan suatu hubungan kerja sama timbal balik yang saling menguntungkan. Beberapa keunggulan dari pelaksanaan pola inti plasma adalah sebagai berikut:9 1. Memberikan keuntungan timbal balik antara perusahaan inti dengan plasma melalui pembinaan dan penyediaan sarana produksi, pengolahan serta pemasaran
hasil,
sehingga
tumbuh
ketergantungan
yang
saling
menguntungkan. 2. Meningkatkan keberdayaan plasma dalam hal kelembagaan, modal sehingga pasokan bahan baku kepada perusahaan inti lebih terjamin dalam jumlah dan kualitas 3. Usaha skala kecil/gurem yang dibimbing inti mampu memenuhi skala ekonomi, sehingga usaha kecil ini mampu mencapai efisiensi. 4. Perusahaan inti dapat mengembangkan komoditas, barang produksi yang mempunyai keunggulan dan mampu bersaing di pasaran. 5. Keberhasilan pola inti-plasma dapat menjaadi daya tarik bagi investor lainnya sehingga dapat menumbuhkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang baru
9
Lala M Kolopaking, 2002, Kemitraan dalam Pengembangan Usaha Ekonomi Skala Kecil/Gurem, Makalah Lokakarya Nasional Pengembangan Ekonomi Daerah Melalui Sinergitas Pengembangan Kawasan, Jakarta, hal 9
21
yang pada gilirannya membantu pemerataan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. 3.3 Kendala Kemitraan Dalam pelaksanaan hubungan kemitraan perlu lebih dicermati hubungan kelembagaan antara mitra, mengingat kedudukan inti cenderung lebih kuat dan dominan dibanding plasma, khususnya dalam pemasaran hasil meskipun di sisi yang lain hal ini akan memacu plasma untuk berusaha secara lebih profesional dalam menangani jenis usahanya guna menghadapai mitranya yang lebih kuat. Berdasarkan pelaksanaan di lapangan, harus diakui banyak kendala yang dihadapi, yaitu:10 1. Kelompok atau koperasi yang menaungi masyarakat apabila belum mandiri, maka tidak dapat mewakili aspirasi anggotanya 2. Pemahaman atas hak dan kewajuban umumnya belum baik 3. Perusahaan inti belum sepenuhnya memenuhi fungsi dan kewajiban sebagaimana diharapkan 4. Belum ada kontrak yang benar-benar bisa menjamin terpenuhinya persyaratan komoditas yang diharapkan 5. Belum adanya lembaga arbitrase yang mampu menjadi penengah kala terjadi perselisihan. Untuk mendukung dan membantu perkembangan pola kemitraan ini dibutuhkan peran pemerintah sebagai pembina dalam menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi perkembangan usaha. Adapun wujud dari peran pemerintah tersebut dapat berupa pemberian fasilitas dan kemudahan berinvestasi serta perangkat perundang-undangan yang mendukung kemitraan usaha, penyediaan informasi bisnis, bertindak dalam pembinaan dan pengawasan. Dengan demikian, maka kepentingan pengusaha kecil dapat terlindungi, dengan cara menumbuhkan pola kemitraan yang dibangun atas asas kelembagaan kemitraan usaha tidak hanya dibangun atas dasar perhitungan keuangan dan manajemen saja, tetapi memberi tempat pada komunikasi antar pihak secara setara.
10
Dewanto, 2005, Perjanjian Kemitraan Dengan Pola Inti Plasma Pada Peternak Ayam Broiler di Pemerintah Kabupaten Grobogan Jawa Tengah, hal.18
22
3.4 Tujuan dan Manfaat Kemitraan Dalam kondisi ideal, tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kemitraan adalah : 11 1. Meningkatkan pendapataan usaha kecil dan masyarakat 2. Meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan 3. Meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat dan usaha kecil 4. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, wilayah dan nasional 5. Memperluas kesempatan kerja 6. Meningkatkan ketahanan ekonomi nasional Kemitraan bermanfaat bagi pihak-pihak yang melakukan kerjasama didalamnya. Menurut Hafsah (1999), beberapa manfaat dari pelaksanaan kemitraan antara lain : 1. Produktivitas Dalam
kemitraan,
bagi
perusahaan
yang
lebih
besar
dapat
mengoperasionalkan kapasitas pabriknya secara full capacity tanpa perlu memiliki lahan dan pekerja lapang sendiri karena biaya untuk keperluan tersebut ditanggung oleh petani. Bagi petani sendiri, manfaat dari kemitraan adalah peningkatan produktivitas secara simultan yaitu dengan cara menambah unsur masukan (input) baik kualitas maupun kuantitasnya. 2. Efisiensi Perusahaan dapat menghemat penggunaan tenaga dalam mencapai target tertentu dengan tenaga kerja yang dimiliki petani. Bagi petani yang umumnya lemah dalam teknologi dan pengadaan sarana produksi, dengan bermitra dapat menghemat waktu melalui teknologi yang disediakan oleh perusahaan. 3. Jaminan Kualitas, Kuantitas, dan Kontinuitas Kualitas, kuantitas dan kontinuitas sangat erat kaitannya dengan efisiensi dan produktivitas di pihak petani mitra. Hal tersebut pula yang menentukan terjaminnya pasokan pasar.
11
Mohammad Jafar Hafsah, Op. Cit, http://www.damandiri.or.id/file/arirahmathakimundipbab2a.pdf [22 Mei 2011]
23
4. Risiko Kemitraan bermanfaat mengurangi risiko yang dihadapi oleh kedua pihak yang bermitra. Kontrak akan mengurangi risiko yang dihadapi perusahaan karena tidak harus menanamkan investasi atas tanah dan mengelola pertanian yang sangat luas. Sedangkan risiko yang dialihkan oleh petani antara lain kegagalan pemasaran hasil produksi, fluktuasi harga produk, dan kesulitan memperoleh sumberdaya produksi. 5. Sosial Kemitraan dapat memberikan dampak sosial yang cukup tinggi. Melalui adanya kemitraan, terjadi proses interaksi antar pelakunya dan menghasilkan persaudaraan antar pelaku ekonomi yang berbeda status. 6. Ketahanan Ekonomi Nasional Kemitraan berperan dalam upaya pemberdayaan petani kecil. Adanya kegitan kemitraan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan, kesejahteraan, dan terciptanya pemerataan ekonomi di masyarakat. Hal ini akan mengurangi biaya timbulnya kesenjangan ekonomi antar pelaku yang terlibat dan pada akhirnya mampu meningkatkan ketahanan ekonomi nasional. 3.5 Konsep Kepuasan Kemitraan Puas adalah merasa senang (lega dan gembira) karena sudah terpenuhi hasrat
hatinya.
Sedangkan kepuasan
adalah
perihal
(bersifat)
puas
:
(kesenangan/kelegaan) 12. Secara umum kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap kinerja (hasil) yang diharapkan. Jika kinerja berada di bawah harapan, maka pelanggan tidak puas. Sebaliknya jika kinerja memenuhi harapan, pelanggan akan merasa puas dan senang (Kotler 2000). Kepusan kemitraan ayam broiler muncul ketika antara perusaan inti dan plasma dalam hal ini adalah peternak memperoleh hasil yang sesuai dengan apa yang mereka harapkan atau memberikan keuntungan kepada kedua belah pihak sehingga memunculkan rasa puas atau senang.
12
KBBI. 2011. http://www.kamusbahasaindonesia.org/. [14 Mei 2011]
24
Teori perilaku kepuasan kemitraan lebih banyak didefinisikan dari perspektif terhadap hasil yang diperoleh. Dikatakan puas, jika proses kemitraan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan yang dapat memberikan nilai bagi pihak penyedia jasa (perusahaan inti) dan produsen (peternak). Nilai ini bisa berasal dari produk, pelayanan, atau sistem yang telah dirasakan oleh pelaku kemitraan. Jadi pada dasarnya pengertian kepuasan kemitraan mencakup perbedaan antara suatu harapan dan kinerja (hasil) yang dirasakan terkait dengan harapan tersebut. 3.6 Pengukuran Kepuasan Untuk mengukur kepuasan peternak plasma terhadap atribut kemitraan yang diberikan oleh pihak inti, dapat digunakan beberapa teknik yaitu indeks kepuasan, analisis kesenjangan, importance performance analysis, benchmarking, analisis diskriminan, analisis klaster, structural equation modeling, dan lain-lain. Metode analisis yang digunakan untuk mengukur kepuasan peternak plasma adalah importance performance analysis. 3.6.1 Importance Performance Analysis Importance Performance Analysis digunakan sebagai metode untuk membandingkan antara tingkat kepentingan dan kinerja dari atribut suatu produk. Tingkat kepentingan mengindikasikan seberapa penting suatu atribut bagi responden atau seberapa besar harapan terhadap kinerja atribut. Sedangkan tingkat kinerja menunjukkan kinerja aktual dari atribut-atribut yang dirasakan oleh responden. Sasaran dari suatu pencapaian hasil dapat ditentukan berdasarkan tingkat kepetingan dan kinerja dari atribut suatu produk. Untuk menghasilkan suatu kepuasan perlu dilakukan kajian terhadap seberapa penting atau seberapa besar harapan terhadap kinerja atribut yang berkolerasi terhadap kinerja aktual dari atribut tersebut. Penilaian IPA digambarkan oleh dua variabel yang dibandingkan dan terdiri dari empat kuadran. Tingkat kepentingan suat atribut dibuat pada sumbu horizontal dan tingkat kinerja pada sumbu vertikal. Keunggulan dari penerapan metode IPA adalah perusahaan dapat membuat perumusan strategi berdasarkan 25
hasil penempatan dari dua variabel tersebut. Sehingga perusahaan memiliki bahan pertimbangan untuk memperbaiki kinerja produksinya. 3.6.2 Customer Satisfaction Index Customer Satisfaction Index merupakan indeks untuk mengukur kepuasan pelanggan berdasarkan atribut-atribut tertentu. Nilai Indeks kepuasan dapat digunakan untuk melihat perkembangan tingkat kepuasan konsumen akan sebuah produk, sehingga membantu dalam proses perbaikan kinerjanya 13. Cara yang digunakan adalah dengan merata-ratakan semua skor kinerja tiap atribut yang diteliti. Dengan menggunakan indeks kepuasan, dapat diketahui tingkat kepuasan dari atribut-atribut suatu produk secara keseluruhan. 3.7 Kerangka Pemikiran Operasional Subsektor peternakan merupakan bagian dari sektor pertanian yang sangat potensial untuk dikembangkan. Sebagian besar populasi ternak nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya. Selain itu, pertumbuhan PDB sektor peternakan juga sangat tinggi. Pertumbuhan ini didukung oleh perkembangan industri peternakan dan kesadaran masyarakat dalam mengkonsumsi daging sebagai makanan yang memiliki kandungan gizi tinggi. Peternak ayam broiler pada umumnya memiliki skala usaha kecil yang memiliki keterbatasan dalam modal dan teknologi. Risiko yang dihadapi peternak antara lain kelangkaan dan ketidakpastian harga sapronak, serta harga ayam siap potong yang fluktuatif. Hal ini membuat banyak peternak memilih bergabung dengan perusahaan kemitraan dalam upaya meminimalkan risiko yang dihadapi. Harus diakui bahwa sistem kemitraan yang diterapkan berdampak pada pertumbuhan di bidang peternakan ayam broiler. Hambatan dan keterbatasan peternak kecil terakomodasi oleh munculnya banyak perusahaan kemitraan. Kemitraan dapat membantu peternak kecil untuk memperoleh modal, jaminan sapronak, dan jaminan pemasaran. Sementara bagi perusahaan, kemitraan berguna untuk memenuhi kebutuhan dan kontinuitas produksi.
13
Wahana Statistika. 2009. Analisis Kepuasan Konsumen. http://www.wahana-statistika.com/ [22 Mei 2011]
26
Dramaga Unggas Farm (DUF) merupakan salah satu usaha kemitraan yang berkembang di Kabupaten Bogor. DUF adalah pihak inti yang membuat prosedur, harga, serta waktu panen. Penentuan ini diduga tidak sepenuhnya diterima oleh peternak, karena pada kondisi tertentu harga masukan dan keluaran yang ditetapkan masing-masing bisa menjadi sangat mahal atau sangat murah dibanding harga pasar. Dengan adanya kontrak, harga pasar tidak akan mempengaruhi harga yang sudah ditetapkan sebelumnya. Kesalahan-kesalahan yang umumnya terjadi pada perusahaan kemitraan adalah ketidaksesuaian waktu panen, keterlambatan pengiriman sarana produksi, serta keterlambatan pembayaran. Hal ini juga diduga berpengaruh terhadap kepuasan peternak plasma. Penilaian peternak terhadap kinerja perusahaan tentunya merupakan hal yang sangat penting dalam menjaga kesinambungan hubungan kemitraan. Penilaian oleh peternak akan berbeda-beda karena peternak plasma memiliki latar belakang pendidikan, usia, dan pengalaman yang beragam. DUF tumbuh bersama perusahaan kemitraan lain yang saling bersaing dalam hal memperoleh mitra. Oleh karena itu, perlu upaya mempertahankan loyalitas peternak agar tidak keluar dari kemitraan. Hal inilah yang mengindikasikan keberhasilan suatu perusahaan berbasis kemitraan. Untuk mengetahui penilaian peternak plasma terhadap kinerja pelaksanaan kemitraan DUF, perlu dilakukan pengukuran mengenai tingkat kepuasan peternak plasma. Pengukuran dilakukan menggunakan atribut-atribut yang diduga mempengaruhi tingkat kepuasan peternak plama. Atribut tersebut antara lain : 1. Prosedur penerimaan menjadi mitra 2. Penerapan kontrak harga DOC 3. Kualitas DOC 4. Harga kontrak Pakan 5. Kualitas pakan 6. Harga obat dan vaksin 7. Kualitas obat dan vaksin 8. Jadwal pengiriman pakan dan DOC 9. Bimbingan teknis
27
10. Pelayanan dan materi bimbingan 11. Penerapan standar produksi 12. Ketepatan waktu panen 13. Respon terhadap keluhan 14. Kesesuaian harga jual hasil panen 15. Kecepatan pembayaran hasil panen 16. Pemberian bonus Atribut-atribut tersebut diatas diperoleh dari studi terhadap kondisi di DUF saat ini dan penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Sebelumnya, telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas, dan diperoleh kesimpulan bahwa seluruh atribut yang diuji dipertimbangkan oleh responden, sehingga dapat digunakan dalam penelitian terhadap kepuasan peternak plasma di DUF. Selanjutnya, akan dipertanyakan kepada peternak mengenai tingkat kepentingan dan tingkat kinerja masing-masing atribut tersebut. Metode yang digunakan adalah IPA dan CSI. Metode IPA digunakan untuk mengetahui tingkat kepentingan dan kepuasan terhadap masing-masing atribut, sedangkan CSI digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan peternak secara keseluruhan. Analisis tingkat kepentingan dan kinerja penting dilakukan untuk mengetahui ukuran pelayanan yang diberikan oleh pihak inti. Kinerja yang baik akan membawa dampak positif bagi kelangsungan usaha kemitraan, dimana peternak plasma yang merasa puas akan cenderung loyal terhadap perusahaan inti. Kondisi tersebut juga memungkinkan peternak plasma untuk mempromosikan kepada rekan peternak lain untuk turut serta bergabung dengan perusahaan inti.
28
Pelaksanaan kemitraan oleh DUF
- Kontrak dibuat sepenuhnya oleh pihak Inti - Indikasi ketidakpuasan peternak plasma - Ada beberapa perusahaan kemitraan lain yang tumbuh bersama DUF
Studi pola kemitraan DUF
- Analisis Deskriptif
Analisis tingkat kepuasan peternak plasma
Analisis tingkat kesesuaian antara kepentingan dengan kinerja atribut - IPA (Importance Performance Analyasis) - CSI (Customer Satisfaction Index)
Meningkatkan kualitas dan menjaga keberlanjutan usaha kemitraan DUF
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional
29
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Bogor dengan responden para peternak ayam broiler yang menjalin kerjasama sebagai mitra dengan perusahaan kemitraan Dramaga Unggas Farm (DUF). Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa DUF merupakan perusahaan yang sedang berkembang dengan lokasi peternak plasma yang mudah untuk dikunjungi, serta adanya kesediaan perusahaan untuk memberikan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni Agustus 2011. 4.2 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung dan wawancara dengan peternak plasma. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disediakan. Data sekunder diperoleh dari sumbersumber lain dalam bentuk tidak langsung berasal dari usaha yang diteliti atau berasal dari luar. Data ini diperoleh dari buku, Badan Pusat Statistika (BPS), Departemen Pertanian, perpustakaan LSI IPB, internet, dan literatur lain yang relevan dan berkaitan dengan penelitian ini. 4.3 Metode Pengumpulan Data Jumlah populasi peternak yang bekerjasama dengan DUF pada Bulan Juni 2011 adalah sebanyak 46 orang. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah purposive sampling. Peternak yang dijadikan responden dipilih secara sengaja berdasarkan kriteria peternak yang saat ini masih terdaftar sebagai peternak plasma DUF dan sudah bergabung dengan DUF sebanyak minimal dua periode produksi, sehingga responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 32 orang. Pemilihan metode berdasarkan pertimbangan bahwa peternak tersebut memiliki pengalaman yang cukup, dan dapat mengisi dengan baik daftar pertanyaan yang diajukan.
4.4 Uji Validitas dan Reliabilitas Uji validitas dan reliabilitas dilakukan terhadap atribut yang diduga berpengaruh terhadap kepuasan peternak plasma. Uji validitas digunakan untuk mengetahui derajat ketepatan suatu ukuran untuk menggambarkan kebenaran secara universal. Pengujian atribut dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pertanyaan yang diajukan dapat dimengerti oleh responden. Pengujian dilakukan kepada 12 responden diluar kerangka sampling. Uji validitas dihitung dengan metode Cochran Q Test. Dengan tahapan sebagai berikut : 1) Menentukan Hipotesis H0 : Kemungkinan semua atribut yang diuji dipertimbangkan oleh seluruh responden H1 : Kemungkinan ada atribut yang diuji tidak dipertimbangkan oleh seluruh responden 2) Mencari Q hitung, dengan rumus : 𝑄ℎ𝑖𝑡 =
𝑘 𝑖
(𝑘 − 1) 𝑘 𝑘
𝑛 𝑖
𝑘 𝑖
𝐶𝑖 2 −
𝑅𝑖 −
𝑛 1
𝐶𝑖
2
𝑅2
Keterangan : k
: jumlah atribut yang diuji
Ci : jumlah skor atribut i Ri : jumlah skor responden i 3) Membandingkan hasil Q hitung dengan Q tabel. Q tabel diperoleh dari tabel Chi Square Distribution dengan derajat kebebasan (dk) = k-1 dan alpa = 0,05. Kiteria keputusan untuk perbandingan tersebut adalah : Tolak H0 dan terima H1, jika Q hitung > Q tabel Terima H0 dan tolak H1, jika Q hitung < Q tabel 4) Jika hasil pengujian menunjukkan hasil tolak H0, maka dilakukan pengujian selanjutnya dengan rumus yang sama. Pada pengujian ini, jawaban dengan proporsi yang terkecil dikeluarkan. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, diperoleh hasil Q hitung sebesar 17,75 dan Q tabel sebesar 24,99 (Q hitung < Q tabel), sehingga
31
disimpulkan terima H0. Jadi, semua atribut yang diuji dipertimbangkan oleh seluruh responden. Uji Reliabilitas digunakan untuk mengetahui bahwa atribut yang digunakan sudah
baik dan mampu mengungkapkan informasi sebenarnya
dilapangan. Perhitungan uji ini dapat dilakukan menggunakan metode Hoyt Test. Tahapannya adalah sebagai berikut : 1) Mencari nilai jumlah kuadrat responden JKr, dengan rumus : 𝑋𝑡 2 ( 𝑋𝑡)2 − 𝑘 𝑘𝑁 Keterangan :
𝐽𝐾𝑟 =
JKr : jumlah kuadrat responden k
: banyaknya butir pertanyaan
N
: banyaknya responden
Xt
: skor total responden
2) Mencari nilai jumlah kuadrat butir, dengan rumus : 𝐵2 ( 𝑋𝑡)2 − 𝑘𝑁 𝑁 Keterangan :
𝐽𝐾𝑏 =
JKb
: jumlah kuadrat butir
∑ B2 : jumlah kuadrat jawaban benar (∑Xt)2 : kuadrat dari skor total 3) Mencari nilai jumlah kuadrat total JKt, dengan rumus : 𝐽𝐾𝑡 =
( 𝐵)( 𝑆) ( 𝐵) + ( 𝑆)
Keterangan : JKt
: jumlah kuadrat total
(∑B) : jumlah kuadrat jawaban benar (ya) seluruh butir (∑S) : jumlah kuadrat jawaban salah (tidak) seluruh butir 4) Mencari jumlah kuadrat sisa dengan rumus : 𝐽𝐾𝑠 = 𝐽𝐾𝑡 − 𝐽𝐾𝑟 − 𝐽𝐾𝑏 5) Mencari varians responden, varians butir dan varians sisa dengan rumus : 𝑉𝑟 =
𝐽𝐾𝑟 𝑑𝑏𝑟
𝑉𝑏 =
𝐽𝐾𝑏 𝑑𝑏𝑏
𝑉𝑠 =
𝐽𝐾𝑠 𝑑𝑏𝑠 32
Keterangan : Vr
: Varians responden
dbr
: derajat bebas responden
Vb
: Varians butir
dbb
: derajat bebas butir
Vs
: Varians sisa
dbs
: derajat bebas sisa
yang
diperoleh
6) Memasukkan
nilai
varians
kedalam
rumus,
dan
membandingkan hasilnya dengan tabel r product moment. 𝑟11 = 1 −
𝑉𝑠 𝑉𝑟
Syarat : Jika |r11| < r product moment, berarti atribut tidak reliable Jika |r11| > r product moment, berarti atribut reliable Berdasarkan hasil perhitungan, dihasilkan nilai |r 11| sebesar 0,552 dan nilai r product moment (α=0,05) sebesar 0,532. Karena |r11| lebih besar dari r tabel, sehingga disimpulkan bahwa atribut yang akan diajukan sebagai pertanyaan dalam kuisioner penelitian ini dapat diandalkan dan mampu mengungkapkan informasi yang sebenarnya di lapangan. 4.5 Metode Analisis Data Data yang diolah dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif digunakan untuk mengetahui gambaran umum pola kemitraan. Sedangkan data kuantitatif yang diperoleh dari peternak plasma akan digunakan untuk menganalisis tingkat kepuasan peternak. Alat yang digunakan untuk melakukan analisis tersebut adalah metode IPA dan metode CSI. 4.5.1 Importance Performance Analysis (IPA) Dalam penelitian ini, analisis kepuasan pelayanan perusahaan DUF akan dilakukan dengan metode IPA. Metode ini merupakan suatu teknik penerapan untuk mengukur atribut dari tingkat kepentingan (importance) dan tingkat kinerjanya (performance). Tingkat kepentingan adalah seberapa penting suatu atribut pelayanan dinilai oleh peternak plasma. Sedangkan tingkat kinerja digunakan untuk menilai seberapa besar kinerja atribut yang sudah dirasakan peternak plasma.
33
Tiap atribut pernyataan diberikan skala 1 sampai 4. Skala ini sengaja digunakan untuk menghindari ketidakpastian responden (central tendency), yaitu kecenderungan memilih jawaban tengah atau kategori cukup. Keempat tingkat kepentingan dan kinerja tersebut diberikan bobot sesuai dengan Tabel 4. Tabel 4. Skor / Nilai Tingkat Kepentingan dan Tingkat Kinerja Skor / Nilai 1 2 3 4
Tingkat Kepentingan Sangat Tidak Penting Tidak Penting Penting Sangat Penting
Tingkat Kinerja Sangat Tidak Baik Tidak Baik Baik Sangat Baik
Untuk mengetahui suatu atribut dikatakan penting atau tidak penting oleh responden, dibutuhkan suatu rentang skala (Martila dan James dalam Aminah dan Sutarman 2007). Rumus untuk mengetahui rentang skala tingkat kepentingan adalah : Wilayah Skala =
[Xib − Xik] Banyaknya skala pengukuran
Keterangan : Xib = skor terbesar yang mungkin diperoleh, dengan asumsi bahwa semua responden memberikan jawaban sangat penting/sangat baik Xik = skor terbesar yang mungkin diperoleh, dengan asumsi bahwa semua responden memberikan jawaban sangat tidak penting/sangat tidak baik Rentang skala tingkat kepentingan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Wilayah Skala =
[(32x4) − (32x1)] = 24 4
Pembagian kelas berdasarkan tingkat kepentingan dan tingkat kinerja atribut kemitraan adalah : 32 – 55
: Sangat tidak penting/sangat tidak baik
56 – 79
: Tidak penting/tidak baik
80 – 103
: Penting/baik
104 – 128
: Sangat penting/sangat baik
34
Perbandingan penilaian tingkat kepentingan dan kinerja menghasilkan suatu perhitungan tingkat kesesuaian antara tingkat kepentingan dan tingkat kinerja. Tingkat kesesuaian inilah yang menunjukkan tingkat kepuasan terhadap kinerja produk atau jasa yang dihasilkan. Rumus untuk tingkat kesesuaian responden yang digunakan adalah : Tki =
Xi × 100% Yi
Keterangan : Tki = Tingkat kesesuaian responden Xi = Skor penilaian kinerja atribut kemitraan Yi = Skor penilaian kepentingan pada setiap atribut pelaksanaan kemitraan Jika dihasilkan nilai Tki < 100% berarti kinerja atribut belum memenuhi kepuasan peternak plasma. Sedangkan jika nilai Tki > 100% berarti kinerja atribut telah memenuhi kepuasan pelanggan. Tahap
selanjutnya
penilaian
kepentingan
dan
kinerja
atribut
diformulasikan kedalam diagram Kartesius. Tingkat kepentingan dan kinerja yang dimasukkan dalam diagram kartesius adalah skor Rataan responden. Rumus yang digunakan adalah :
X=
Xi n
Y=
Xi n
Keterangan : X = Rataan skor penilaian kinerja atribut kemitraan Y = Rataan skor penilaian kepentingan pada setiap atribut pelaksanaan kemitraan n
= jumlah responden Diagram kartesius merupakan suatu bangun yang dibagi menjadi empat
bagian yang dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus pada titik (X, Y) yang diperoleh dengan rumus :
X=
n i=1 X i
k
Y=
n i=1 Y i
k
Keterangan : X = Rataan dari skor rataan kinerja atribut kemitraan 35
Y = Rataan dari skor rataan kepentingan pada setiap atribut pelaksanaan kemitraan k = Banyaknya atribut yang mempengaruhi kepuasan peternak plasma Tingkat Kepentingan (Y)
Kuadran I
Kuadran II
Prioritas Utama
Pertahankan Prestasi
Kuadran III
Kuadran IV
Prioritas Rendah
Berlebihan
Tingkat Kinerja (X)
Gambar 4. Diagram Importance Performance Analysis (IPA) Sumber : Rangkuti (2003) Kuadran I (prioritas utama) menunjukkan faktor atau atribut yang dianggap mempengaruhi kepuasan peternak plasma. Atribut pada kuadran ini termasuk unsur-unsur yang sangat penting, namun pada kenyataannya belum sesuai dengan harapan peternak plasma. Perusahaan inti dapat melakukan perbaikan secara terus menerus sehingga kinerja atribut pada kuadran ini dapat ditingkatkan. Kuadran II (pertahankan prestasi) menunjukkan faktor yang harus dipertahankan karena dianggap penting oleh peternak dan telah berhasil dilaksanakan oleh perusahaan inti. Atribut dalam kuadran ini menjadi produk / jasa unggul menurut persepsi peternak plasma. Kuadran III (prioritas rendah) menunjukkan beberapa faktor yang kurang penting bagi peternak plasma dan pada kenyataannya kinerjanya tidak terlalu istimewa. Peningkatan kinerja atribut pada kuadran ini perlu dipertimbangkan kembali karena pengaruhnya terhadap manfaat yang dirasakan peternak sangat kecil.
36
Kuadran IV (berlebihan) menunjukkan faktor yang kurang penting bagi peternak namun dirasakan terlalu berlebihan. Atribut yang termasuk dalam kuadran ini dapat dikurangi agar perusahaan dapat mengemat biaya. 4.5.2 Customer Satisfaction Index Metode ini digunakan untuk menentukan tingkat kepuasan secara keseluruhan dengan pendekatan yang mempertimbangkan tingkat kepentingan dari atribut-atribut mutu jasa yang diukur. Pengukuran terhadap CSI diperlukan karena (1) hasil dari pengukuran dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan sasaran terhadap peningkatan pelayanan kepada pelanggan, (2) index diperlukan sebagai hal yang kontinyu (Irawan 2004). Untuk melakukan penghitungan CSI digunakan skor rata-rata tingkat kepentingan dan kinerja yang digunakan dalam analisis IPA. Menurut Stratford (2004), metode pengukuran CSI ini meliputi tahap-tahap sebagai berikut : 1. Menghitung importance weighting factors (faktor kepentingan terbobot), yaitu mengubah nilai rataan tingkat kepentingan menjadi angka persentase dari total nilai rataan tingkat kepentingan untuk seluruh atribut yang diuji. 2. Menghitung weighted score (skor terbobot), yaitu nilai perkalian antara nilai rataan tingkat kinerja masing-masing atribut (MSS) dengan faktor kepentingan terbobot masing-masing atribut. 𝑊𝑆𝑖 = 𝑀𝑆𝑆 𝑥 𝐼𝑊𝐹𝑖 3. Menghitung weighted total (total terbobot), yaitu menjumlahkan skor terbobot dari semua atribut. 𝑝
𝑊𝑇 =
𝑊𝑆𝑖 𝑖=1
4. Menghitung costumer satisfaction index (indeks kepuasan), yaitu total terbobot dibagi skala maksimal yang digunakan (dalam penelitian ini skala maksimal 4), kemudian dikalikan 100 persen. 𝐶𝑆𝐼 =
𝑊𝑇 𝑥 100% 4
37
Tingkat kepuasan secara menyeluruh dapat dilihat dari kriteria tingkat kepuasan pelanggan. Adapun kriterianya berdasarkan Aditiawarman dalam Nugroho (2009) adalah : 0,00 – 0,34 = Tidak Puas 0,35 – 0,50 = Kurang Puas 0,51 – 0,65 = Cukup Puas 0,66 – 0,80 = Puas 0,81 – 1,00 = Sangat Puas
38
V KARAKTERISTIK USAHA TERNAK DAN PETERNAK 5.1 Karakteristik Usaha Peternak Responden 5.1.1 Skala Usaha Ternak Jumlah ternak yang diusahakan oleh peternak plasma sangat tergantung pada kemampuan peternak dalam menyediakan kandang beserta fasilitasnya. Skala usaha peternak responden berada pada kisaran 1.500 ekor sampai dengan 9.000 ekor. Sebagian besar peternak merupakan peternak dengan skala menengah. Sebaran responden berdasarkan skala usaha dapat dilihat pada Gambar 9. 70,00
62,50
Persentase
60,00 50,00 40,00
30,00
18,75 18,75
20,00 10,00 0,00 < 3000
3000 - 6000
> 6000
Ekor
Gambar 5. Sebaran Peternak Berdasarkan Skala Usaha 5.1.2 Status Kepemilikan Kandang Sebagian besar lahan dan kandang yang digunakan untuk kegiatan peternak adalah milik sendiri, yaitu sebesar 75 persen. Berdasarkan keterangan peternak responden, sebagian besar dari mereka menjaminkan bukti kepemilikan tanah kepada DUF sebagai syarat untuk menjalin mitra. Sisanya 25 persen dari peternak responden yang menyewa kandang untuk ternak ayamnya. Pihak inti mengizinkan peternak plasma yang bergabung menggunakan sewa kandang, dengan syarat peternak tersebut dapat memastikan bahwa usaha dapat berjalan baik dan berkesinambungan.
75,00
80,00 70,00 Persentase
60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00
25,00
Milik Sendiri Sewa
Gambar 6. Status Kepemilikan Lahan Peternak 5.1.3 Pekerjaan di Luar Usaha Ternak Ayam Sebagian besar peternak responden mengandalkan usaha ternak ayam sebagai pekerjaan utama. Berdasarkan survei yang dilakukan, peternak plasma yang tidak memiliki pekerjaan lain selain beternak adalah sebanyak 37,50 persen. Sedangkan sisanya memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta, petani, buruh tani, petani ikan dan guru. 40,00
Persentase
30,00
37,50 28,13
20,00 12,50 10,00
6,25
6,25
9,38
0,00
Gambar 7. Pekerjaan diluar Usaha Ternak
40
5.1.4 Alasan Beternak Ayam Sebanyak 46,88 persen peternak responden memilih usaha ternak ayam sebagai pekerjaan utama. Peternak mengaku bahwa usaha ternak yang mereka jalankan merupakan tumpuan utama untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Sebanyak 25 persen peternak memilih pekerjaan ini sebagai pekerjaan sampingan disamping pekerjaan utamanya seperti wiraswasta, petani, dan guru. Sebagian lagi beralasan bahwa pekerjaan ini merupakan pekerjaan yang cepat memperoleh keuntungan yaitu hanya dalam waktu rata-rata 30 hari, mudah penanganannya, dan usaha turun temurun. Selain ketiga alasan tersebut, sebanyak 21,88 persen responden memilih beternak ayam karena menurut mereka beternak ayam adalah usaha yang cepat memperoleh keuntungan dan mudah penanganannya.
50,00
46,88
Persentase
40,00 30,00
25,00
20,00
21,88
10,00
6,25
0,00 A
B
C
D
Alasan Beternak Ayam Keterangan : A : Pekerjaan utama B : Pekerjaan sampingan C : Usaha turun temnurun D: Lainnya
Gambar 8. Alasan Beternak Ayam Broiler 5.1.5 Lama Beternak Ayam Diketahui bahwa peternak responden yang memiliki pengalaman beternak ayam broiler dibawah 10,59 tahun adalah sebanyak 68,75 persen. Sedangkan sisanya merupakan peternak yang sudah menjalankan usaha ternak ayam dalam waktu yang lebih lama. Peternak responden memiliki pengalaman beternak ayam
41
rata-rata 10,59 tahun. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar peternak mitra DUF memliliki pengalaman yang cukup lama di bidang ternak ayam. Sebelum bergabung dengan DUF, beberapa peternak merupakan peternak mandiri dengan skala 1.000 – 3.000 ekor per periode. Menurut mereka, beternak mandiri saat ini sulit dilakukan mengingat tingginya biaya yang harus dikeluarkan dan risiko yang relatif besar di bidang usaha ini.
68,75 70,00
Persentase
60,00 50,00 40,00
31,25
30,00 20,00 10,00 0,00 < 10.59 > 10.59 Tahun
Gambar 9. Pengalaman Beternak Ayam Broiler 5.1.6 Alasan Bermitra Hal yang menjadi pertimbangan utama peternak bergabung dalam kemitraan adalah untuk mendapatkan bantuan modal dan meningkatkan keuntungan. Dengan menjadi anggota kemitraan, peternak mendapatkan bantuan modal, sehingga peternak plasma tidak harus mengeluarkan biaya utama seperti sapronak dan obat-obatan. Peternak cukup memesan pada saat periode produksi, dan perhitungan akan dilakukan pada akhir periode. Sehingga peternak plasma hanya berkewajiban menyediakan kandang, dan mengeluarkan biaya operasional untuk pemeliharaan ternak ayam broiler yang menurut mereka jumlahnya berada pada kisaran Rp 900-1.200 per ekor. Selain berperan dalam meningkatkan keuntungan dan mendapat bantuan modal untuk sapronak, beberapa peternak memilih bermitra dengan DUF dalam
42
upaya manajemen risiko dan menambah pengetahuan beternak yang baik. Jika menggunakan modal sendiri, tentunya risiko yang dihadapi akan lebih besar. Maka perusahaan inti diharapkan dapat membantu peternak dalam manajemen budidaya yang baik, sehingga mengurangi risiko kerugian yang dihadapi para peternak. Selain risiko produksi, adanya pola kemitraan ini menurut peternak juga mengurangi risiko pemasaran produk ayam hidup mereka. Hal ini didukung oleh penetapan harga kontrak pada awal periode perjanjian yang disepakati oleh kedua belah pihak. Sehingga pada saat harga pasar jatuh, peternak tidak harus menanggung semua risiko kerugian penjualan hasil produksi mereka.
Persentase
40,00
37,50
37,50
30,00 20,00
18,75
10,00
6,25
0,00 A
B
C
D
Alasan Bermitra dengan DUF Keterangan : A : Mendapat bantuan modal B : Menambah pengetahuan C : Meningkatkan keuntungan D : Risiko usaha ditanggung bersama
Gambar 10. Alasan Peternak Bermitra 5.1.7 Sumber Informasi Mengenai DUF Sumber informasi mengenai DUF paling banyak diperoleh dari temanteman sesama peternak, dimana sebanyak 46,88 persen peternak responden menyatakan bahwa informasi mengenai DUF diperoleh dari teman yang sebelumnya sudah bergabung atau pernah bergabung dengan perusahaan. Selebihnya diperoleh dari kerabat dan keluarga, serta langsung dari perusahaan.
43
Hal ini menunjukkan bahwa peranan PPL perlu ditingkatkan dalam hal penyebarluasan informasi untuk meningkatkan jumlah mitra DUF. 50,00
46,88
Persentase
40,00 28,13
30,00
25,00
20,00 10,00 0,00 Teman
Keluarga Langsung dari DUF
Gambar 11. Sumber Informasi Mengenai DUF 5.2 Karakteristik Peternak Responden Peternak plasma yang terdaftar sebagai mitra DUF tersebar di beberapa wilayah, yaitu Dramaga, Pamijahan, Tenjolaya, Gunung Bunder, dan Nanggung. Jumlah peternak plasma DUF selalu berubah-ubah setiap periode produksi, bahkan satu semester terakhir jumlah peternak mitra DUF mengalami kecenderungan (trend) menurun. Oleh karena itu perusahaan sedang melakukan koreksi dan upaya perbaikan layanan untuk meningkatkan kembali jumlah peternak plasmanya. Peternak responden yang mewakili populasi peternak mitra DUF adalah sebanyak 32 orang. Responden diambil dari lima wilayah berbeda. Adapun lokasi penyebaran peternak tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.
44
59,38 60,00
Persentase
50,00
40,00 30,00 20,00 10,00
18,75 6,25
6,25
9,38
0,00 Dramaga Gn.Bunder Pamijahan
Tenjolaya
Nanggung
Gambar 12. Sebaran Peternak berdasarkan Lokasi Usaha Ternak Berdasarkan Gambar 5, sebagian besar peternak plasma DUF berada di Kecamatan Dramaga yaitu sebesar 59,38 persen atau sebanyak 19 orang. Lokasi lainnya yang menjadi wilayah kerja DUF juga tidak terlalu jauh dari Dramaga. Hal ini karena wilayah Dramaga merupakan lokasi terdekat dengan perusahaan inti dan memungkinkan lebih mudah dijangkau dan dikontrol oleh perusahaan. 5.2.1 Usia Berdasarkan hasil survei terhadap peternak responden, diperoleh bahwa umur peternak plasma berada pada kisaran 25 sampai dengan 70 tahun. Sebagian besar peternak plasma berada pada usia dewasa. Usia dapat menentukan prestasi kerja seseorang. Semakin berat pekerjaan fisik, maka semakin tua tenaga kerja dan akan semakin turun prestasinya. Namun dalam hal tanggung jawab, semakin tua umur kerja seseorang membuatnya semakin berpengalaman dalam berusaha sehingga dapat meningkatkan prestasi kerjanya (Suratiyah 2006). Sebaran responden berdasarkan kelompok usia dapat dilihat pada Gambar 6.
45
50,00
46,88
Persentase
40,00
31,25 30,00 20,00
18,75
10,00
0,00 3,13
0,00 < 25
25-35
36-50
51-65
> 65
Tahun
Gambar 13. Kelompok Usia Peternak Responden 5.2.2 Jenis Kelamin Hampir seluruh peternak responden berjenis kelamin laki-laki. Hal ini dapat dipengaruhi oleh kecenderungan laki-laki sebagai pemimpin dalam keluarga. Jumlah responden perempuan yang bermitra dengan DUF hanya satu orang saja. Alasan seorang responden perempuan tersebut bergabung dengan kemitraan adalah sebagai pekerjaan sampingan. Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Gambar 7.
100
96.88
Persentase
80 60 40 20 3.12 0 Laki-laki Perempuan
Gambar 14. Sebaran Peternak Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
46
5.2.3 Pendidikan Seluruh responden tersebar dalam tingkat pendidikan yang berbeda-beda. Sebagian besar peternak memiliki latar belakang pendidikan SD dan SMA, yaitu masing-masing sebesar 37,5 persen. Selebihnya berpendidikan SMP sebanyak enam orang dan hanya dua orang yang berpendidikan tinggi (diploma dan sarjana). Bagi dua responden yang berlatar belakang pendidikan tinggi tersebut, bermitra dengan DUF merupakan pekerjaan sampingan. Sebaran tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Gambar 8. 40,00
37,50
37,50
Persentase
30,00
18,75
20,00 10,00
3,13
3,13
0,00 SD
SMP
SMA
Diploma
Sarjana
Gambar 15. Sebaran Tingkat Pendidikan Peternak Responden
47
VI POLA KEMITRAAN Dramaga Unggas Farm merupakan perusahaan kemitraan ayam broiler yang didirikan pada tanggal 17 Juli 2009. Lokasi kantor perusahaan ini berada di Jl. Raya Dramaga KM 8, Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. DUF menjalankan usaha kemitraan dengan pola inti plasma. Inti berperan dalam menyediakan sapronak dan membeli seluruh hasil produksi plasma, sedangkan plasma berperan mengelola usaha ternak untuk perusahaan inti. Peternak plasma tidak diperbolehkan memasok sapronak serta menjual hasil panen ke perusahaan lain selain DUF. Bagan kemitraan pola inti plasma DUF dapat dilihat pada Gambar 16. Perusahaan Inti DUF
Perusahaan Pemasok Sapronak
KEMITRAAN Kontrak perjanjian kerjasama Kontrak harga sapronak Kontrak harga pakan Sapronak Budidaya ayam broiler oleh peternak plasma Panen oleh DUF
Peternak Plasma
Tahap Seleksi Peternak
Pemasaran Ayam
Pembayaran hasil panen – biaya sapronak + bonus FCR
Gambar 16. Pola Kemitraan DUF Pembahasan mengenai pola kemitraan inti plasma yang dilaksanakan oleh DUF mencakup beberapa hal yang menarik untuk dikaji, diantaranya sistem dan prosedur penerimaan mitra, persyaratan menjadi peternak plasma,
hak dan
kewajiban pihak inti maupun plasma, penerapan kontrak kerjasama kemitraan, dan pembinaan dari pihak inti terhadap peternak plasma. Mekanisme pelaksanaan kemitraan yang dijalankan oleh DUF dapat dijelaskan dalam pembahasan sebagai berikut :
6.1 Sistem dan Prosedur Penerimaan Mitra Bagi perusahaan inti, peternak plasma merupakan mitra yang harus dipertahankan hubungan secara baik agar usaha kemitraan dapat berlangsung secara berkesinambungan. Peternak yang diharapkan oleh perusahaan adalah peternak yang baik dan berkualitas dalam melakukan budidaya ayam broiler. Oleh karena itu, peternak perlu terus mencari peternak plasma dan menyeleksi calon peternak plasma. DUF sendiri tentunya sudah membuat suatu sistem dan prosedur penerimaan peternak plasmanya. Peternak yang ingin bergabung harus datang ke kantor DUF untuk kemudian dilakukan seleksi penerimaan. Sumber informasi mengenai perusahaan diperoleh peternak dari teman sesama peternak, keluarga, serta langsung dari perusahaan melalui pendekatan langsung PPL yang ditunjuk oleh perusahaan. Proses seleksi dilakukan dengan beberapa pertimbangan, diantaranya lokasi kandang, kondisi, serta kelengkapan fasilitas kandang calon peternak plasma. Berdasarkan proses survei kandang, maka PPL akan menentukan layak atau tidaknya peternak tersebut bergabung sebagai plasma. Apabila layak, maka ditentukan pula berapa skala usaha ternak sesuai dengan kapasitas kandang yang akan digunakan untuk menampung ayam dari perusahaan. Data-data mengenai hal tersebut kemudian dicatat dan kemudian disimpan dalam arsip perusahaan inti. Setelah proses survei, calon peternak plasma diwajibkan mendatangi kantor perusahaan inti dengan membawa syarat-syarat yang sudah ditetapkan oleh DUF. Syarat tersebut antara lain fotokopi KTP, kartu keluarga, beserta jaminan berupa BPKB, surat tanah, atau berupa deposit uang tunai. Jaminan ini disimpan di kantor DUF untuk mengantisipasi terjadinya kelalaian peternak plasma dan merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi peternak plasma. Setelah menyerahkan jaminan, maka tahapan selanjutnya adalah penandatanganan kontrak perjanjian kerjasama. Perjanjian tersebut terdiri dari 18 pasal yang bersifat mengikat dan berlaku sejak ditandatangani. Perjanjian ini dapat berakhir dengan permintaan salah satu pihak, dengan syarat kedua belah pihak sedang tidak terkait tanggungan hutang piutang. Selanjutnya, peternak dan
49
perusahaan harus menandatangani kembali kontrak harga yang berlaku pada setiap periode produksi kerjasama kemitraan. Kontrak harga sapronak ini akan diperbaharui setiap periode sesuai kebijakan perusahaan inti dan disetujui oleh peternak plasma. 6.2 Syarat Bergabung Menjadi Peternak Plasma Survei kandang dilakukan pada awal proses seleksi peternak plasma. Kandang peternak yang dapat dijadikan mitra adalah minimal kapasitas 1.500 ekor ayam. Peternak dapat mengajukan kandang milik sendiri atau berupa kandang sewaan. Didalam kandang harus sudah tersedia peralatan yang dibutuhkan seperti tempat makan, tempat minum, dan pemanas. Lokasi kandang yang dipersyaratkan adalah mudah dijangkau dan berada pada kawasan operasi DUF, yaitu wilayah Dramaga dan sekitarnya. Keamanan lokasi disekitar kandang juga dipertimbangkan. DUF menghindari lokasi kandang yang berdekatan dengan lokasi pemukiman penduduk karena dapat menimbulkan permasalahan sosial dan mempertinggi risiko usaha ternak. Peternak yang bergabung adalah peternak yang memiliki pengalaman beternak atau peternak pemula. DUF tidak memberikan persyaratan terhadap pengalaman beternak ayam. Hanya saja setiap peternak yang mengajukan mitra harus menyerahkan jaminan yang dapat berupa bukti kepemilikan tanah, bpkb, atau uang tunai. Hal ini dilakukan untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab bagi peternak plasma dalam menjalin kemitraan dengan DUF. Untuk menjamin kerjasama kemitraan berlangsung dengan baik, peternak plasma harus bersedia menerima pembinaan dan pengawasan dari DUF. Peternak juga diwajibkan mengikuti segala peraturan yang telah ditetapkan oleh DUF dan menandatanganinya dalam suatu perjanjian kontrak, baik kontrak kerjasama kemitraan maupun kontrak harga per periode produksi. 6.3 Hak dan Kewajiban Pihak Inti Sarana dan prasaran produksi yang diterima oleh peternak plasma adalah sesuai dengan kebijakan pihak inti. Harga sapronak dan hasil panen ayam juga sudah ditentukan sebelumnya oleh perusahaan inti dan dicantumkan dalam
50
kontrak harga yang ditandatangani oleh peternak mitra. Selain itu, pihak inti juga berhak menentukan jadwal pengiriman DOC, pakan, dan panen ayam. Kewajiban pihak inti adalah menentukan dan menyusun program pemeliharaan ayam melalui petugas penyuluh lapang (PPL). PPL berkewajiban mengontrol kesehatan ayam peternak dan memberikan bimbingan teknis kepada para peternak plasma. 6.4 Hak dan Kewajiban Peternak Plasma Hak dari peternak plasma adalah menerima bantuan modal sapronak berupa DOC, pakan, dan obat-obatan dari DUF. Selain itu, peternak plasma juga mendapat bimbingan manajemen ternak yang baik dan benar. Hal ini dilakukan oleh DUF agar peternak plasma memperoleh hasil yang optimal. Bimbingan yang diberikan berupa teknis budidaya ternak, dan merupakan wujud kontrol langsung pihak inti terhadap peternak plasmanya. Kewajiban peternak plasma adalah bertanggung jawab dalam mengelola usaha ternaknya dengan baik. Peternak plasma juga wajib mempersiapkan biaya operasional diluar sapronak yang disediakan pihak inti. Biaya tersebut antara lain digunakan untuk upah tenaga kerja, listrik, sekam, bahan bakar untuk pemanas, dan biaya lainnya. Peternak plasma tidak diperbolehkan menggunakan sapronak lain selain dari pihak inti dan juga dilarang meminjamkan atau menjual kepada pihak lain. Penjualan ayam dilakukan oleh pihak inti, sehingga keuntungan yang diperoleh peternak adalah berdasarkan perhitungan selisih antara penjualan ayam dengan pengeluaran sapronak dari perusahaan inti. Pada periode-periode tertentu, ada beberapa peternak yang mengalami kerugian. Pada kemitraan DUF, jika peternak mengalami kerugian, maka jumlah kerugian tersebut masuk kedalam hutang peternak dan akan menjadi tagihan pada periode selanjutnya. Namun, jika DUF menilai kerugian tersebut bukan merupakan kelalaian peternak, maka ada kebijakan memberikan kompensasi DOC untuk mengurangi beban peternak plasma.
51
6.5 Penetapan Harga Masukan (Input), Keluaran (Output), dan Bonus Dalam kegiatan usahanya, pasokan sarana produksi diperoleh dari beberapa suplier sapronak yang sudah menjalin kerjasama dengan DUF. Pasokan DOC diperoleh dari beberapa perusahaan besar seperti PT Malindo Feedmill, PT Multibreeder Adirama, PT Asia Afrika, PT Reza Perkasa, PT Kerta Mulya Sejahtera dan PT Peternakan Ayam
Manggis. Sedangkan pasokan pakan
diperoleh dari PT Charoen Phokpand Indonesia sebagai pemasok pakan utama, PT Malindo Feedmill dan PT Japfa Comfeed Indonesia. Pasokan obat-obatan diperoleh dari PT Mensana Aneka Satwa, PT Multifarma Satwa Maju, PT Medion, PT. Citra Fauna Profita, PT Ekasapta Wijaya Tangguh, PT Hendi Pharmaphindo, dan PT Avian Satwa Anugrah. Penetapan harga kontrak dicantumkan dalam perjanjian kontrak harga antara DUF dengan peternak plasma. Peneta harga sapronak, harga ayam hidup dan penetapan pemberian bonus ditentukan sebelumnya oleh pihak inti dan distujui dalam suatu kontrak kerjasama dan kontrak harga pada periode tertentu. Harga sarana produksi di DUF dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Harga Sarana Produksi Ternak di DUF No. Produk 1 DOC 2 Pakan Pre Starter (510) 3 Pakan Starter-Finisher 4 OVK Sumber : DUF (2011)
Harga (Rp) 5.300 per ekor 6.300 per kilogram 6.200 per kilogram Harga distributor
Harga sarana produksi yang dinilai cukup mahal oleh peternak plasma. Harga yang ditetapkan oleh DUF dianggap sangat tinggi dan tidak pernah disesuaikan dengan harga pasar. Pada saat harga pasar turun drastis, DUF tetap menerapkan kontrak harga lama sehingga peternak merasa dirugikan. Namun, jika dilihat dari sisi perusahaan inti, maka harga tersebut sudah mempertimbangkan fluktuasi harga pasar. Perbandingan antara harga pakan dan DOC di pasar dengan harga kontrak DUF dapat dilihat pada Gambar 17 dan 18.
52
8.000 7.000 6.000
5.000 4.000 3.000 2.000 1.000 0
Harga Pasar
Harga DUF
Gambar 17. Perkembangan Harga Pakan Rata-rata Jawa Barat dan DUF Bulan Juli 2010 – Juni 2011 Sumber : Dinas Peternakan Jabar dan DUF 2011(diolah) Berdasarkan Gambar 17, dapat diketahui bahwa rata-rata harga pakan di pasar sangat tidak stabil, dan fluktuasinya cenderung dibawah harga kontrak DUF. Selisih harga pakan antara harga DUF dengan harga pasar pada kondisi tersebut akan menjadi keuntungan DUF. Namun sebaliknya jika sesekali harga pakan di pasar berada diatas harga DUF, maka perusahaan akan mengalami kerugian. 6.000 5.000 4.000 3.000 2.000 1.000 0
Harga Pasar
Harga DUF
Gambar 18. Perkembangan Harga DOC Rata-rata Jawa Barat dan DUF Bulan Juli 2010 – Juni 2011 Sumber : Dinas Peternakan Jabar dan DUF 2011(diolah)
53
Berdasarkan Gambar 18, diketahui bahwa dalam satu tahun terakhir harga pasar untuk DOC relatif stabil, dan cenderung berada dibawah harga yang ditetapkan oleh DUF. Hanya satu kali harga DOC di pasar berada lebih tinggi dari harga DUF yaitu bulan April 2011. Penurunan harga DOC paling signifikan terjadi pada bulan Mei dan Juni 2011, pada saat itu perusahaan inti akan memperoleh keuntungan jauh lebih besar dari selisih harga kontrak dengan harga pasar. Pada saat harga pakan turun dengan proporsi yang cukup besar, peternak biasanya mengeluh dan mempertanyakan pembaruan harga kontrak pakan maupun DOC kepada perusahaan. Namun, selama setahun terakhir belum ada kebijakan dari perusahaan untuk melakukan perubahan harga kontrak, baik kontrak harga sapronak maupun kontrak harga ayam hidup. Menurut perusahaan, harga tersebut sudah termasuk wajar dengan mempertimbangkan fluktuasi harga DOC maupun pakan. Berkaitan dengan harga pasar, harga ayam hidup juga bisa naik ataupun turun sesuai dengan pergerakan pasar. Namun DUF sebelumnya sudah menetapkan garansi ayam hidup yang tertulis dalam kontrak DUF sesuai dengan Tabel 6. Tabel 6. Harga Garansi Ayam Hidup No. Bobot Rata-rata 1 < 1.00 2 1.01 – 1.10 3 1.11 – 1.20 4 1.21 – 1.30 5 1.31 – 1.40 6 1.41 – 1.50 7 1.51 – 1.60 8 1.61 – 1.70 9 1.71 – 1.80 10 1.81 – up 11 afkir Sumber : DUF (2011)
Harga (Rp/kg) 15.600 15.100 14.890 14.645 14.500 14.460 14.440 14.400 14.350 14.300 8.400
Penetapan garansi ayam hidup oleh DUF juga mempertimbangkan harga pasar. Perbandingan harga rata-rata ayam hidup di Jawa Barat dengan harga ratarata garansi ayam hidup yang ditetapkan oleh DUF dapat dilihat pada Gambar 19. 54
20.000 18.000 16.000 14.000 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0
Harga Pasar
Harga DUF
Gambar 19. Perkembangan Harga Rata-rata Ayam Hidup Jawa Barat dan DUF Bulan Juli 2010 – Juni 2011 Sumber : Dinas Peternakan Jabar dan DUF 2011(diolah) Berdasarkan wawancara awal, pihak perusahaan menyatakan bahwa harga garansi ayam hidup yang ditetapkan perusahaan selalu berada diatas harga pasar, yaitu harga rata-rata ayam hidup yang berlaku sesuai dengan data yang dikeluarkan oleh Dinas Peternakan Jawa Barat. Sehingga penetapan harga tersebut dapat menutupi harga sapronak yang dirasakan cukup mahal. Namun setelah melakukan perbandingan, dapat disimpulkan bahwa ternyata dari satu tahun terakhir harga pasar relatif lebih tinggi dari harga kontrak yang ditetapkan oleh DUF. Hanya empat kali harga yang ditetapkan DUF berada diatas harga pasar, yaitu pada bulan Januari, Februari, April, dan Mei Tahun 2011. Sehingga peternak lah yang cenderung dirugikan. Berdasarkan kondisi
tersebut, maka peternak memang berada dalam
posisi yang lemah dan hanya mampu menerima semua kebijakan kontrak harga yang ditetapkan oleh perusahaan inti. Walaupun begitu, disisi lain dengan adanya perjanjian kontrak harga tersebut peternak tidak akan mengalami kerugian apabila harga ayam di pasaran jatuh. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk perlindungan bagi peternak plasma. Untuk mendapatkan bonus, peternak plasma harus dapat mencapai standar FCR (feed convertion ratio) yang ditentukan oleh DUF. FCR adalah jumlah pakan
55
yang dihabiskan untuk menghasilkan satu kilogram bobot ayam hidup. Perhitungan dilakukan dengan menjumlahkan total pemakaian pakan, kemudian dibandingkan dengan bobot daging yang dihasilkan oleh peternak, sehingga akan diketahui berapa kilogram pakan yang digunakan untuk setiap satu kilogram bobot ayam hidup. Sehingga semakin kecil nilai FCR, menunjukkan pengelolaan yang semakin baik. Perhitungan bonus dilakukan dengan menyesuaikan hasil produksi peternak dengan tabel standar FCR dari DUF. Pada tabel standar tersebut, ditentukan standar FCR untuk masing-masing bobot daging rata-rata ayam hidup yang dihasilkan oleh peternak. Berdasarkan kontrak harga terakhir, plasma akan mendapat insentif FCR dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Jika hasil perhitungan FCR sama dengan standar atau lebih kecil 0.099 dari standar, maka peternak mendapat bonus sebesar Rp 60,- per kilogram 2. Jika hasil perhitungan FCR lebih kecil 0.1 sampai dengan 0.2 dari standar, maka peternak mendapat bonus sebesar Rp 100,- per kilogram 3. Jika hasil perhitungan FCR lebih kecil
0.2 dari standar, maka peternak
mendapat bonus sebesar Rp 140,- / kg 6.6 Pembinaan dan Pengawasan Pihak Inti Peternak plasma mendapatkan pengawasan dari pihak inti melalui petugas penyuluh lapang (PPL). Pengawasan dilakukan untuk membantu peternak yang mengalami kesulitan dalam masa budidaya ternaknya. Pekerjaan yang dilakukan antara lain mengontrol pemeliharaan, melakukan penimbangan bobot ayam, serta membantu peternak menjaga kondisi kesehatan ayam. Saat ini DUF memiliki dua orang PPL dengan pendidikan terakhir sarjana. Pekerjaan sehari-hari PPL adalah mengunjungi peternak-peternak plasma secara bergantian. DUF beberapa kali memberikan kesempatan bagi PPL untuk mengikuti seminar dan pelatihan dari para pemasok sapronak. Hal ini dilakukan untuk memperluas wawasan dan yang terpenting mampu mentransfer ilmu bagi para peternak bimbingannya. PPL tentunya akan memperoleh insentif jika peternak mampu menghasilkan produksi yang baik dan sesuai dengan standar perusahaan.
56
6.7 Sanksi dari Pihak Inti Sanksi-sanksi yang ditetapkan oleh DUF untuk kondisi-kondisi tertentu antara lain : 1. Apabila peternak plasma mengalami kerugian pada satu periode tertentu baik akbibat teknis produksi, penyakit maupun kesalahan manajemen kandang, maka sejumlah kerugian tersebut dihitung sebagai hutang yang dapat dilunasi dengan mengangsur dari keuntungan pada periode selanjutnya. 2. Apabila peternak mengalami kerugian hingga terhitung 5 periode, maka DUF akan meminta sejumlah jaminan kembali jika ingin meneruskan kontrak kerjasama. 3. Apabila peternak mengalami kerugian tiga kali berturut turut, maka perusahaan akan menghentikan kontrak kerjasama dengan peternak plasma tersebut dan tetap menagih hutang yag belum terbayar.
57
VII ANALISIS KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP ATRIBUT KEMITRAAN 7.1 Penilaian Tingkat Kepentingan dan Kinerja Kemitraan Penilaian tingkat kepentingan dan kinerja dilakukan secara individu oleh seluruh peternak responden. Penilaian tersebut dilakukan terhadap 16 atribut yang digolongkan menjadi empat kelompok, yaitu pelayanan administrasi, pelayanan sarana produksi, pelayanan teknis budidaya, dan pelayanan pasca panen. Hasil penilaian peternak terhadap kepentingan dan kinerja atribut kemitraan DUF ditampilkan pada Lampiran 1 dan 2. Penjelasan dari hal-hal yang mempengaruhi kepuasan peternak plasma dianalisis secara umum sebagai berikut : 1. Prosedur Penerimaan Mitra Peternak yang ingin bergabung dengan DUF akan menjalani prosedur yang sudah ditetapkan sebelumnya. Peternak akan memenuhi persyaratan secara administrasi untuk bisa bergabung dengan perusahaan inti. Atribut prosedur penerimaan mitra merupakan bentuk pelayanan pihak inti terhadap plasma pada awal peternak bergabung bersama perusahaan inti. Hal-hal yang diperhatikan yaitu kemudahan persyaratan, kecepatan pelayanan, dan keramahan inti terhadap calon plasma. 2. Penerapan Harga Kontrak DOC, Pakan, dan Obat-obatan Atribut-atribut ini digunakan untuk mengetahui bagaimana penilaian peternak terhadap harga input yang ditetapkan dalam kontrak DUF selama ini. Harga yang ditetapkan bisa saja lebih tinggi atau lebih rendah dari harga rata-rata yang berlaku di pasar. Harga DOC dan Pakan sudah tertera jelas dalam kontrak harga yang ditandatangani kedua pihak pada awal periode. Sedangkan harga obat-obatan disesuaikan dengan harga distributor. 3. Kualitas DOC, Pakan, dan Obat-obatan Atribut-atribut ini digunakan untuk mengetahui penilaian peternak plasma terhadap kualitas komponen input yang diberikan kepada mereka. Peternak dapat menilai apakah input yang berasal dari inti sudah berkualitas baik atau tidak baik. Kualitas DOC dinilai berdasarkan tingkat mortalitas DOC. Kualitas
pakan dinilai berdasarkan tingkat pencapaian standar FCR. Kualitas Obatobatan dinilai berdasarkan kemampuan mengatasi permasalahan penyakit. 4. Jadwal pengiriman DOC dan pakan Pengiriman DOC dan pakan oleh inti dilakukan sesuai dengan permintaan plasma. Atribut ini digunakan untuk menilai apakah jadwal pengiriman yang dilakukan oleh inti sudah sesuai dengan harapan. Apakah pernah terjadi keterlambatan pengiriman yang menyebabkan kerugian di pihak peternak. 5. Bimbingan Teknis dan Materi Bimbingan Bimbingan teknis dilaksanakan oleh PPL yang ditugaskan oleh inti untuk mengunjungi para peternak plasma, memberikan bimbingan teknis dan mengakomodasi pertanyaan-pertanyaan mengenai teknis budidaya. Seringnya PPL datang ke peternak dapat mempengaruhi teknis budidaya mereka. Selain itu, materi yang diberikan juga penting diperhatikan, agar sesuai dengan harapan peternak plasma. 6. Penerapan Standar Produksi Atribut ini digunakan untuk mengetahui penilaian peternak terhadap standar produksi yang sudah ditetapkan. DUF sebagai perusahaan inti memiliki standar-standar produksi, yaitu bobot ayam hidup, mortalitas, dan FCR. Penilaian yang diberikan peternak terkait dengan sulit atau tidaknya mencapai standar tersebut. Penerapan standar produksi akan menentukan apakah peternak mendapatkan bonus atau tidak. 7. Ketepatan Waktu Panen Waktu panen yang ditetapka dari DOC hingga menghasilkan ayam hidup adalah 30 hari. Atribut ini digunakan untuk mengetahui penilaian peternak terhadap komitmen pihak inti terhadap perjanjian jadwal panen yang telah disepakati dan kecepatan pengangkutan hasil panen. 8. Respon Terhadap Keluhan Peternak dalam kegiatan budidayanya terkadang mengalami permasalahanpermasalahan seperti penyakit, kualitas input, penetapan standar, dan lainnya. Untuk itu, peternak bisa mengeluhkan permasalahan mereka kepada pihak inti melalui PPL atau datang langsung ke kantor DUF. Atribut respon terhadap keluhan digunakan untuk mengetahui apakah peternak plasma selama ini
59
sudah mendapat respon yang baik terhadapa keluhan-keluhan yang mereka sampaikan. 9. Kesesuaian Harga Jual Hasil Panen Harga ayam hidup di pasar cenderung berfluktuasi, namun harga kontrak adalah tetap setiap periode produksi. Atribut kesesuaian harga jual hasil panen terkait dengan penilaian terhadap harga kontrak ayam hidup yang ditetapkan oleh pihak inti. Penilaian tersebut adalah lebih tinggi atau lebih rendahnya kontrak harga dibandingkan dengan rata-rata harga pasar yang berlaku. 10. Kecepatan Pembayaran Hasil Panen Pembayaran hasil panen dilakukan setelah pihak inti mengangkut hasil produksi plasma. Atribut kecepatan pembayaran hasil panen menunjukkan apakah pembayaran yang dilakukan oleh pihak inti termasuk dalam kategori cepat atau lama. 11. Pemberian Bonus Pemberian bonus dilakukan pihak inti jika peternak mecapai standar produksi yang ditetapkan oleh pihak inti. Standar yang digunakan adalah dengan membandingkan antara bobot badan dan FCR hasil produksi peternak plasma. Standar ini menentukan besarnya bonus yang diberikan oleh pihak inti. Penilaian peternak terhadap atribut ini, yaitu mudah atau sulit dalam hal mendapatkan bonus. 7.1.1 Atribut Pelayanan Administrasi Yang termasuk dalam atribut pelayanan administrasi adalah prosedur penerimaan mitra yang diterapkan oleh DUF. Dari data yang diperoleh dari para peternak responden terhadap kepentingan dan kinerja atribut tersebut, hasil perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Penilaian Peternak Terhadap Atribut Pelayanan Administrasi Atribut Prosedur penerimaan mitra Rata-rata
% Tingkat Kepentingan 1 2 3 4 0
12.5
75
12.5
Skor Total 96 96
% Tingkat Kinerja 1 2 3 4 0
0
75
25
Skor Total 104 104
60
1. Prosedur Penerimaan Mitra Berdasarkan hasil penilaian peternak terhadap tingkat kepentingan atribut prosedur penerimaan mitra, diperoleh skor sebesar 96. Skor tersebut menunjukkan bahwa atribut ini dianggap penting oleh peternak. Begitu pula dengan tingkat kinerja dengan skor 104, yang berarti kinerjanya dinilai sudah sangat baik. Dalam prosedur penerimaan mitra, pihak inti sudah memiliki sebuah sistem yang jelas. Peternak merasa sudah dilayani dengan baik dengan penjelasan dan arahan mengenai prosedur bergabung dalam kemitraan DUF. Selain itu, peternak juga menganggap bahwa prosedur penerimaan mitra cukup mudah dan cepat. Peternak yang ingin bergabung dengan DUF terlebih dahulu harus datang ke kantor, dan pihak inti mempersiapkan dokumen-dokumen pendukung, berupa kontrak kerjasama yang isinya dijelaskan secara jelas pada saat pengajuan tersebut. 7.1.2 Atribut Pelayanan Sarana Produksi Secara umum, atribut pelayanan sarana produksi dianggap sangat penting oleh peternak plasma, dimana rata-rata skor total kepentingan atribut-atribut pelayanan sarana produksi sebesar 112.6. Begitu pula dengan kinerja atributatribut dengan rata-rata skor total 85, yang berarti secara umum kinerjanya tergolong baik, kecuali atribut penerapan harga kontrak DOC dan harga pakan. Tabel 8. Penilaian Peternak Terhadap Atribut Pelayanan Sarana Produksi Atribut Penerapan harga DOC Kualitas DOC Harga kontrak Pakan Kualitas pakan Harga obat dan vaksin Kualitas obat dan vaksin Jadwal pengiriman pakan dan DOC Rata-rata
% Tingkat Kepentingan 1 2 3 4
Skor Total
% Tingkat Kinerja 1 2 3 4
Skor Total
0
3.1
37.5
59.4
114
37.5
62.5
0
0
52
0
0
12.5
87.5
124
3.1
25
25
46.9
101
0
0
37.5
62.5
116
18.7
78.1
3.1
0
59
0
0
34.4
65.6
117
0
18.7
78.1
3.1
91
0
12.5
46.9
40.6
105
0
40.6
59.4
0
83
0
9.4
50
40.6
106
0
21.9
75
3.1
90
0
0
68.8
31.2
106
0
3.1
21.9
75
119
112.6
85
61
1. Penerapan Kontrak Harga DOC Berdasarkan hasil penilaian peternak terhadap tingkat kepentingan atribut penerapan kontrak harga DOC, diperoleh skor sebesar 114. Skor tersebut menunjukkan bahwa atribut ini dianggap sangat penting oleh peternak. Selain itu, diperoleh tingkat kinerja atribut dengan skor 52. Skor tersebut menunjukkan bahwa atribut ini kinerjanya dinilai sangat tidak baik oleh peternak plasma. Mayoritas peternak menilai kinerja atribut ini tidak baik (62.5%), sedangkan sisanya menilai sangat tidak baik (37.5%). 2. Kualitas DOC Berdasarkan hasil penilaian peternak terhadap tingkat kepentingan atribut kualitas DOC, diperoleh skor sebesar 124. Skor tersebut menunjukkan bahwa atribut ini dianggap sangat penting oleh peternak. Hal ini sejalan dengan tingkat kinerja dengan skor 101. Skor tersebut menunjukkan bahwa atribut ini kinerjanya dinilai sangat baik oleh peternak plasma. Mayoritas peternak menganggap bahwa atribut ini sangat penting (87.5%). Sedangkan untuk tingkat kinerja, hampir setengah dari peternak responden menilai atribut ini sangat baik. Rentang mortalitas yang biasanya terjadi pada DOC dari DUF adalah antara 0-1.5 persen. Penilaian peternak adalah berdasarkan tingkat mortalitas DOC. Kualitas DOC merupakan faktor utama dalam usaha ternak ayam, sehingga peternak menganggap bahwa atribut ini sangat penting. 3. Harga Kontrak Pakan Berdasarkan hasil penilaian peternak terhadap tingkat kepentingan atribut harga kontrak pakan, diperoleh skor sebesar 116. Skor tersebut menunjukkan bahwa atribut ini dianggap sangat penting oleh peternak. Selain itu, diperoleh tingkat kinerja atribut dengan skor 59. Skor tersebut menunjukkan bahwa atribut ini kinerjanya dinilai tidak baik oleh peternak plasma. Sebagian besar peternak menilai kinerja atribut ini tidak baik (78.13%). Bagi peternak, harga pakan yang ditetapkan dalam kontrak DUF masih sedikit lebih mahal dari harga pasar. Harga pakan di pasar berfluktuasi, sedangkan harga dari DUF bersifat tetap karena telah ditandatangani kedua pihak dalam suatu kontrak harga pada periode tertentu.
62
4. Kualitas Pakan Berdasarkan hasil penilaian peternak terhadap tingkat kepentingan atribut kualitas pakan, diperoleh skor sebesar 117. Skor tersebut menunjukkan bahwa atribut ini dianggap sangat penting oleh peternak. Selain itu, diperoleh tingkat kinerja atribut dengan skor 91. Skor tersebut menunjukkan bahwa atribut ini kinerjanya dinilai baik oleh peternak plasma. Mayoritas peternak merasa kinerja atribut ini sudah cukup baik (78.13%). Peternak menilai pakan yang diberikan oleh DUF sudah berkualitas baik. 5. Harga Obat dan Vaksin Berdasarkan hasil penilaian peternak terhadap tingkat kepentingan atribut harga obat dan vaksin, diperoleh skor sebesar 105. Skor tersebut menunjukkan bahwa atribut ini dianggap sangat penting oleh peternak. Selain itu, diperoleh tingkat kinerja atribut dengan skor 83. Skor tersebut menunjukkan bahwa atribut ini kinerjanya dinilai baik oleh peternak plasma. Mayoritas peternak menilai kinerja atribut ini sudah cukup baik (59.38%). Berdasarkan penilaian peternak plasma, bahwa harga obat dan vaksin dari DUF relatif sama dengan harga pasar. 6. Kualitas Obat dan Vaksin Berdasarkan hasil penilaian peternak terhadap tingkat kepentingan atribut kualitas obat dan vaksin, diperoleh skor sebesar 106. Skor tersebut menunjukkan bahwa atribut ini dianggap sangat penting oleh peternak. Selain itu, diperoleh tingkat kinerja atribut dengan skor 90. Skor tersebut menunjukkan bahwa atribut ini kinerjanya dinilai sudah cukup baik oleh peternak plasma. Sebagian besar peternak menilai kinerja atribut ini sudah cukup baik (75%). Menurut peternak plasma, obat dan vaksin yang diberikan oleh DUF saat ini sudah mampu mengatasi permasalahan di kandang. 7. Jadwal Pengiriman Pakan dan DOC Berdasarkan hasil penilaian peternak terhadap tingkat kepentingan atribut jadwal pengiriman pakan dan DOC, diperoleh skor sebesar 106. Skor tersebut menunjukkan bahwa atribut ini dianggap sangat penting oleh peternak. Selain itu, diperoleh tingkat kinerja atribut dengan skor 119. Skor tersebut menunjukkan
63
bahwa atribut ini kinerjanya dinilai sudah sangat baik oleh peternak plasma. Sebagian besar peternak merasa kinerja atribut ini sudah sangat baik (75%). Pengiriman sarana produksi oleh DUF dianggap sudah sesuai keburuhan peternak. Waktu yang dibutuhkan juga cepat. Sebagian besar peternak plasma DUF memesan sarana produksi sebelum persediaan dikandang habis. Pesanan akan datang tepat pada hari pemesanan sesuai dengan kebutuhan peternak. Kondisi ini didukung oleh lokasi kandang peternak yang mudah dijangkau. 7.1.3 Atribut Pelayanan Teknis Budidaya Rata-rata skor total kepentingan atribut pelayan teknis budidaya adalah 97. Skor tersebut menunjukkan bahwa secara umum, atribut pelayanan teknis budidaya dianggap penting oleh peternak plasma. Tingkat kinerja atribut pelayanan teknis budidaya dinilai sudah cukup baik, dimana nilai rata-rata skor total kinerja atribut-atribut ini sebesar 89. Tabel 9. Penilaian Peternak Terhadap Atribut Pelayanan Teknis Budidaya % Tingkat Kepentingan Atribut 1 2 3 4 Bimbingan teknis 3.1 34.4 56.3 6.2 Pelayanan dan 0 34.4 59.4 6.2 materi bimbingan Penerapan 0 12.5 65.6 21.9 standar produksi Ketepatan waktu 0 0 75 25 panen Respon terhadap 0 0 56.3 43.7 keluhan Rata-rata
Skor Total
% Tingkat Kinerja
Skor Total
85
1 3.1
2 21.9
3 56.3
4 18.7
87
0
46.9
37.5
15.6
86
99
3.1
62.5
31.3
3.1
75
104
3.1
3.1
71.9
21.9
100
110
0
18.8
78.1
3.1
91
97
93
89
1. Bimbingan Teknis Berdasarkan hasil penilaian peternak terhadap tingkat kepentingan atribut bimbingan teknis, diperoleh skor sebesar 85. Skor tersebut menunjukkan bahwa atribut ini dianggap penting oleh peternak. Selain itu, diperoleh tingkat kinerja atribut dengan skor 93. Skor tersebut menunjukkan bahwa atribut ini kinerjanya dinilai sudah baik oleh peternak plasma. Mayoritas peternak merasa kinerja atribut ini sudah baik (56.25%). Bagi sebagian besar peternak, frekuensi bimbingan teknis yang mereka terima rata-rata seminggu sekali.
64
2. Pelayanan dan Materi Bimbingan Berdasarkan hasil penilaian peternak terhadap tingkat kepentingan atribut pelayanan dan materi bimbingan, diperoleh skor sebesar 87. Skor tersebut menunjukkan bahwa atribut ini dianggap penting oleh peternak. Selain itu, diperoleh tingkat kinerja atribut dengan skor 86. Skor tersebut menunjukkan bahwa atribut ini kinerjanya dinilai sudah baik oleh peternak plasma. Peternak plasma menilai bahwa materi bimbingan yang diberikan sudah sesuai dengan kebutuhan. 3. Penerapan Standar Produksi Berdasarkan hasil penilaian peternak terhadap tingkat kepentingan atribut penerapan standar produksi, diperoleh skor sebesar 99. Skor tersebut menunjukkan bahwa atribut ini dianggap penting oleh peternak. Sedangkan, skor tingkat kinerja atribut adalah sebesar 75. Skor tersebut menunjukkan bahwa atribut ini kinerjanya dinilai tidak baik oleh peternak plasma. Peternak plasma berpendapat bahwa peternak merasa sulit mencapai standar produksi yang ditetapkan oleh DUF, mulai dari persiapan budidaya hingga pemanenan. 4. Ketepatan Waktu Panen Berdasarkan hasil penilaian peternak terhadap tingkat kepentingan atribut ketepatan waktu panen, diperoleh skor sebesar 104. Skor tersebut menunjukkan bahwa atribut ini dianggap sangat penting oleh peternak. Selain itu, diperoleh tingkat kinerja atribut dengan skor 100. Skor tersebut menunjukkan bahwa atribut ini kinerjanya dinilai baik oleh peternak plasma. Mayoritas peternak merasa kinerja atribut ini sudah baik (71.88%). Menurut peternak plasma, waktu panen rata-rata berlangsung antara satu sampai tiga hari. 5. Respon terhadap Keluhan Berdasarkan hasil penilaian peternak terhadap tingkat kepentingan atribut respon terhadap keluhan, diperoleh skor sebesar 110. Skor tersebut menunjukkan bahwa atribut ini dianggap sangat penting oleh peternak. Selain itu, diperoleh tingkat kinerja atribut dengan skor 91. Skor tersebut menunjukkan bahwa atribut ini kinerjanya dinilai baik oleh peternak plasma. Sebagian besar peternak merasa
65
kinerja atribut ini sudah baik (78.13%), dimana keluhan peternak direspon dengan baik oleh pihak inti dan dalam waktu yang agak cepat. 7.1.4 Atribut Pelayanan Pasca Panen Rata-rata skor total kepentingan atribut pelayanan pasca panen adalah 116.3. Skor tersebut menunjukkan bahwa secara umum, atribut-atribut ini dianggap sangat penting oleh peternak plasma. Sedangkan tingkat kinerja atributatribut ini secara umum dinilai sudah cukup baik, dimana nilai rata-rata skor total kinerja atribut sebesar 95.7. Namun, atribut pemberian bonus yang masuk dalam pelayanan pasca panen ternyata dinilai memiliki kinerja yang tidak baik oleh peternak plasma, sesuai dengan skor total kinerja atributnya sebesar 65. Tabel 10. Penilaian Peternak Terhadap Atribut Pelayanan Pasca Panen Atribut 1 Kesesuaian harga jual hasil panen Kecepatan pembayaran hasil panen Pemberian bonus Rata-rata
% Tingkat Kepentingan 2 3 4
Skor Total
% Tingkat Kinerja 1
2
3
4
Skor Total
0 15.6
21.9
62.5
111
0
18.8
15.6
65.6
111
0
0
31.2
68.8
118
0
6.3
40.6
53.1
111
0
0
25
75
120 12.5 116.3
71.9
15.6
0
65 95.7
1. Kesesuaian Harga Jual Hasil Panen Berdasarkan hasil penilaian peternak terhadap tingkat kepentingan atribut kesesuaian harga jual hasil panen, diperoleh skor sebesar 111. Skor tersebut menunjukkan bahwa atribut ini dianggap sangat penting oleh peternak. Hal ini sejalan dengan tingkat kinerja atribut sebesar 111, yang berarti atribut ini kinerjanya dinilai sangat baik oleh peternak plasma. Harga jual yang ditetapkan oleh DUF dinilai lebih tinggi dari harga pasar. 2. Kecepatan Pembayaran Hasil Panen Diperoleh skor sebesar 118. Skor tersebut menunjukkan bahwa atribut ini dianggap sangat penting oleh peternak. Begitu pula dengan tingkat kinerja atribut sebesar 111, yang berarti atribut ini kinerjanya dinilai sudah sangat baik oleh peternak plasma. Berdasarkan keterangan sebagian besar peternak, kecepatan
66
pembayaran merupakan keunggulan DUF dibandingkan perusahaan kemitraan lain yang pernah mereka ikuti. Pembayaran hasil panen dilakukan oleh pihak DUF dalam waktu maksimal lima hari setelah pemanenan dilakukan sesuai dengan waktu yang dijanjikan. 3. Pemberian Bonus Diperoleh skor sebesar 120. Skor tersebut menunjukkan bahwa atribut ini dianggap sangat penting oleh peternak. Sedangkan, skor tingkat kinerja atribut adalah sebesar 65. Skor tersebut menunjukkan bahwa atribut ini kinerjanya dinilai tidak baik dan belum sesuai dengan harapan peternak plasma. Menurut para peternak plasma, kebijakan bonus yang ditetapkan oleh DUF sedikit dan sulit untuk didapatkan. 7.2 Analisis Kesesuaian Skor Kepentingan dan Kinerja Tingkat kesesuaian yang dimaksud merupakan perbandingan antara nilai kepentingan dan kinerja. Tingkat kepentingan adalah tingkat harapan peternak plasma terhadap atribut pelayanan inti, sedangkan tingkat kinerja adalah semua tindakan yang dilakukan oleh pihak inti untuk mengelola dan menjalankan usaha kemitraannya. Analisis kesesuaian dilakukan untuk mendapatkan urutan prioritas peningkatan kualitas pelayanan kemitraan. Nilai tingkat kesesuaian sebesar 100 persen atau lebih menunjukkan bahwa kinerja suatu atribut kemitraan telah memenuhi keinginan peternak plasma. Dari seluruh nilai kesesuaian yang diperoleh, diketahui bahwa hanya empat atribut yang sudah sesuai dengan keinginan peternak. Sebagian besar nilai tingkat kesesuaian adalah kurang dari 100 persen. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 11.
67
Tabel 11. Tingkat Kesesuaian Antara Skor Kepentingan dan Skor Kinerja Prioritas ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Atribut Penerapan kontrak harga DOC Harga kontrak Pakan Pemberian bonus Penerapan standar produksi Kualitas pakan Harga obat dan vaksin Kualitas DOC Respon terhadap keluhan Kualitas obat dan vaksin Kecepatan pembayaran hasil panen Ketepatan waktu panen Pelayanan dan materi bimbingan Kesesuaian harga jual hasil panen Prosedur penerimaan menjadi mitra Bimbingan teknis Jadwal pengiriman pakan dan DOC
Skor Kepentingan 114 116 120 99 117 105 124 110 106 118 104 87 111 96 85 106
Skor Kinerja 52 59 65 75 91 83 101 91 90 111 100 86 111 104 93 119
% Tingkat Kesesuaian 45.61* 50.86 54.17 75.76 77.78 79.05 81.45 82.73 84.91 94.07 96.15 98.85 100.00 108.33 109.41 112.26
Keterangan : *)
52 114
𝑥 100%, dan perhitungan selanjutnya adalah serupa Berdasarkan Tabel 11, diketahui bahwa atribut yang memiliki nilai
kesesuaian paling kecil adalah penerapan harga DOC maupun harga pakan. Nilai ini menunjukkan bahwa kinerja DUF terhdap atribut ini masih jauh dari harapan peternak. Harga yang ditetapkan dalam kontrak masih dianggap mahal oleh para peternak plasma. Harga yang ditetapkan dalam kontrak adalah bersifat tetap, sedangkan harga pasar selalu berfluktuasi. Pada saat harga sapronak turun secara drastis, tidak diikuti penurunan harga kontrak begitu pula sebaliknya. Kondisi inilah yang menjadi alasan peternak menyatakan tidak puas dengan harga kontrak sapronak dari DUF. Disamping itu, DUF menyatakan bahwa harga sapronak ditetapkan dengan diikuti oleh penetapan harga ayam hidup yang cukup tinggi pula, sehingga tidak akan merugikan bagi peternak plasma. 7.3 Perhitungan Importance Performance Analysis (IPA) Analisis IPA dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai penilaian peternak plasma terhadap kinerja atribut kemitraan DUF. Hasil dari analisis ini
68
diharapkan dapat berguna bagi perusahaan untuk mengetahui hal-hal apa saja yang perlu dilakukan dalam upaya meningkatkan kepuasan peternak plasma. Pada pelaksanaan kemitraan, walaupun kendali berada pada pihak perusahaan inti, namun pelaksana dilapangan adalah peternak plasma, sehingga perlu bagi inti untuk mengetahui apa yang dibutuhkan oleh peternak plasmanya. Dalam analisis IPA, digunakan diagram kartesius yang terdiri dari empat kuadran, yaitu kuadran I (prioritas utama), kuadran II (pertahankan prestasi), kuadran III (prioritas rendah), dan kuadran IV (berlebihan). Keempat kuadran tersebut dibatasi oleh dua garis yang saling tegak lurus pada titik (X,Y). Garis X (mendatar) merupakan skor rataan dari tingkat kinerja Diagram ini akan memetakan atribut tingkat kepentingan dan kinerja, untuk itu sebelumnya perlu dihitung skor tingkat kepentingan dan kinerja. Berdasarkan hasil perhitungan (Lampiran 1 dan 2), diketahui nilai rataan kepentingan dari rataan kepentingan semua atribut adalah 3.36. Sedangkan nilai rataan kinerja yang diperoleh dari rataan kinerja semua atribut adalah 2.79.
2,79
4,00
3
Kuadran I 3,75
Tingkat Kepentingan
Kuadran II
16
15
5
4 2
3,50
14
13 7
6
3,25
3,36
8
12
11 1
3,00 10
2,75
9
Kuadran III
2,50 1,5
2,0
Kuadran IV 2,5 3,0 Tingkat Kinerja
3,5
4,0
Gambar 20. Plot Skor Rataan Kepentingan dan Kinerja untuk Analisis Kuadran Keterangan : 1 : Prosedur penerimaan menjadi mitra 2 : Penerapan kontrak harga DOC 3 : Kualitas DOC 69 69
4 : Harga kontrak pakan 5 : Kualitas pakan 6 : Harga obat dan vaksin 7 : Kualitas obat dan vaksin 8 : Jadwal pengiriman pakan dan DOC 9 : Bimbingan teknis 10 : Pelayanan dan materi bimbingan 11 : Penerapan standar produksi 12 : Ketepatan waktu panen 13 : Respon terhadap keluhan 14 : Kesesuaian harga jual hasil panen 15 : Kecepatan pembayaran hasil panen 16 : Pemberian bonus 7.3.1 Kuadran I Atribut yang berada pada kuadran I adalah atribut yang dianggap penting oleh peternak plasma, namun tingkat kinerjanya masih rendah. Oleh karena itu, perusahaan inti harus dapat melakukan perbaikan secara terus menerus sehingga kinerja atribut pada kuadran ini dapat ditingkatkan. Atribut tersebut adalah : 1. Penerapan kontrak harga DOC 2. Harga kontrak pakan 3. Pemberian bonus Harga DOC dan pakan yang ditetapkan oleh DUF ditentukan pada awal penandatanganan kontrak antara peternak plasma dengan pihak perusahaan. Harga DOC yang ditetapkan DUF adalah Rp.5.300/ekor, sedangkan harga pakan yang ditetapkan adalah Rp.6.300/kg (pakan starter) dan Rp.6.200/kg (pakan finisher). Bagi para peternak harga tersebut masih terlalu mahal. Peternak mengharapkan kebijakan dari DUF untuk menyesuaikan harga pada saat harga pasar untuk sapronak mengalami penurunan yang jauh dari harga kontrak. Namun, menurut pihak DUF memang ada saat-saat harga sapronak mengalami penurunan, namun mungkin pula meningkat pada saat yang lain, dan kondisi tersebut sulit diperhitungkan. Untuk mendapatkan bonus, peternak harus mencapai standar FCR yang ditentukan dalam kontrak DUF. Berdasarkan keterangan para peternak plasma, standar tersebut sangat sulit dicapai. Walaupun tercapai, jumlah bonus yang diberikan juga masih rendah. Perusahaan perlu meninjau kembali penerapan
70
standar FCR untuk memberikan kesempatan lebih luas bagi peternak dalam mendapatkan bonus sebagai penghargaan terhadap kinerja terbaik mereka. 7.3.2 Kuadran II Atribut yang termasuk dalam kuadran II merupakan atribut kemitraan yang dianggap penting oleh peternak plasma, dan DUF telah memberikan pelayanan sesuai dengan keinginan peternak. Bagi peternak plasma, kinerja atribut pada kuadran ini dinilai sudah cukup baik. Jadi, kinerja atribut kemitraan yang ada pada kuadran ini harus dipertahankan oleh perusahaan. Atribut tersebut : 1. Kualitas DOC 2. Kualitas pakan 3. Respon terhadap keluhan 4. Kesesuaian harga jual hasil panen 5. Kecepatan pembayaran hasil panen Kualitas DOC dan Kualitas pakan merupakan faktor penting dalam menjalankan usaha ternak ayam broiler. Hasil produksi ayam hidup sangat dipengaruhi kualitas kedua komponen tersebut. DOC yang digunakan berasal dari beberapa perusahaan pemasok yang sudah menjalin kerjasama dengan DUF. Menurut para peternak, kualitas dari sapronak yang disediakan oleh DUF sudah dalam kualitas baik dan sesuai harapan. Hal ini tentunya sebanding jika dikaitkan dengan harga sapronak yang dianggap mahal oleh peternak plasma. Berdasarkan pengalaman peternak, secara umum keluhan mereka selalu direspon dengan baik dan dalam waktu yang relatif cepat. DUF selalu berusaha melayani peternak plasma dengan baik. Bentuk pelayanan terhadap keluhan direalisasikan melalui kunjungan PPL, sehingga peternak dapat berkonsultasi langsung. Keluhan yang belum direspon dengan baik oleh DUF sampai saat ini adalah penerapan harga kontrak sapronak. Namun, sebagian peternak dapat memaklumi kondisi tersebut, karena harga ayam hidup yang ditetapkan oleh DUF juga cukup tinggi disbanding harga pasar, yaitu antara Rp.14.400/kg sampai dengan Rp.15.600/kg. Pembayaran untuk hasil panen ayam hidup dilakukan DUF dalam waktu antara 3-7 hari. Menurut para peternak, waktu pembayaran ini relatif cepat jika 71
dibandingkan dengan perusahaan kemitraan lainnya. Atribut ini merupakan keunggulan yang harus dipertahankan oleh DUF untuk meningkatkan loyalitas peternak plasma terhadap kemitraan yang dijalankan. 7.3.3 Kuadran III Atribut pada kuadran III merupakan atribut yang kurang penting bagi peternak plasma dan pada kenyataannya kinerjanya juga tidak baik. Peningkatan kinerja atribut pada kuadran ini perlu dipertimbangkan kembali karena pengaruhnya terhadap manfaat yang dirasakan peternak sangat kecil. Atribut tersebut adalah : 1. Harga obat dan vaksin 2. Pelayanan dan materi bimbingan 3. Penerapan standar produksi Harga obat dan vaksin diberikan DUF kepada peternak ditetapkan berdasarkan harga distributor dan dapat berubah-ubah. Walaupun termasuk dalam golongan yang kurang penting bagi peternak plasma, namun atribut ini sangat berpotensi untuk bergeser ke kuadran I, karena nilai kepentingannya tidak berbeda jauh dengan nilai rata-rata kepentingan. Menurut para peternak, harga obat dan vaksin yang ditetapkan relatif mahal. Peternak mengharapkan harga dari DUF seharusnya bisa lebih murah atau minimal sama dengan harga pasar. Selain harga obat dan vaksin, atribut yang dianggap kurang penting oleh peternak adalah pelayanan dan materi bimbingan. Peternak yang bergabung dalam kemitraan DUF sebagian besar adalah peternak berpengalaman yang sudah mengetahui cara budidaya ternak yang baik. Kebijakan dari perusahaan untuk membina peternak adalah dengan mengirimkan PPL untuk memberikan pengetahuan dan wawasan bagi para paternak plasma. Menurut peternak, materi bimbingan selama ini adalah materi-materi yang umum dan sudah diketahui sebelumnya. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan analisis IPA, atribut penerapan standar produksi masuk dalam kategori kurang penting. Namun jika dilihat dari sisi atribut ini, sebagian besar peternak plasma adalah hal yang penting, dimana 65,5 persen peternak menggolongkan atribut ini dalam kategori 72
penting dan 21,9 persen sangat penring, sedangkan sisanya hanya sebanyak 12,5 persen menyatakan atribut ini tidak penting. Penetapan standar produksi penting dilakukan oleh DUF agar ayam yang dihasilkan sesuai dengan kriteria konsumen dan dapat diterima pasar. Standar produksi yang ditetapkan adalah standar FCR, mortalitas, dan indeks prestasi peternak. Menurut peternak, penerapan standar produksi ternyata sulit dicapai oleh para peternak plasma. 7.3.4 Kuadran IV Atribut yang terdapat pada kuadran IV merupakan atribut yang dianggap kurang penting oleh peternak plasma, namun kinerjanya sangat baik. Walaupun atribut dalam kuadran ini dianggap berlebihan, namun lebih baik jika DUF tetap mempertahankannya. Dengan begitu, DUF sudah memiliki keunggulan dengan memberikan kinerja lebih dari harapan peternak. Kinerja yang sudah diraih pada kuadran ini tidak perlu ditingkatkan lagi. Atribut tersebut adalah : 1. Prosedur penerimaan menjadi mitra 2. Kualitas obat dan vaksin 3. Bimbingan teknis 4. Jadwal pengiriman pakan dan DOC 5. Ketepatan waktu panen Pelayanan bagi peternak yang ingin bergabung menjadi mitra sangat baik. Persyaratan yang diajukan untuk peternak tidak sulit dan melalui proses administrasi yang tidak rumit. Selain itu, prosesnya juga termasuk cepat dan mendapat pelayanan yang ramah. Kualitas obat dan vaksin yang digunakan peternak plasma sudah sesuai dengan harapan. Obat-obatan dan vaksin yang diterima dari DUF selama ini secara umum dapat mengatasi permasalahan di kandang. Permasalahan di kandang juga mudah dikomunikasikan dengan pihak perusahaan karena PPL sering datang mengunjungi peternak dan memberikan bimbingan teknis. Jadwal pengiriman DOC dan pakan oleh perusahaan dilakukan sesuai dengan permintaan dari peternak plasma. Peternak yang sudah mempersiapkan kandang dapat langsung menghubungi DUF untuk pengisian DOC maupun pengiriman pakan. Waktu yang dibutuhkan juga relatif cepat karena lokasi 73
kandang yang tidak jauh dari kantor dan gudang penyimpanan pakan. Begitu pula halnya dengan waktu panen yang cepat dan sesuai dengan harapan peternak. Menurut peternak, DUF selalu menjaga komitmen tepat waktu, baik untuk waktu panen ataupun pengiriman sapronak. 7.4 Perhitungan Customer Satisfaction Index Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar harapan peternak plasma dapat dipenuhi oleh perusahaan inti. Metode Customer Satisfaction Index digunakan untuk menentukan tingkat kepuasan secara keseluruhan dengan pendekatan yang mempertimbangkan tingkat kepentingan dari atribut-atribut kemitraan yang diukur. Tabel 12. Perhitungan Customer Satisfaction Index No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Atribut MSI IWF Prosedur penerimaan menjadi mitra 3.00 5.59 Penerapan kontrak harga DOC 3.56 6.64 Kualitas DOC 3.88 7.22 Harga kontrak Pakan 3.63 6.75 Kualitas pakan 3.66 6.81 Harga obat dan vaksin 3.28 6.11 Kualitas obat dan vaksin 3.31 6.17 Jadwal pengiriman pakan dan DOC 3.31 6.17 Bimbingan teknis 2.66 4.95 Pelayanan dan materi bimbingan 2.72 5.06 Penerapan standar produksi 3.09 5.76 Ketepatan waktu panen 3.25 6.05 Respon terhadap keluhan 3.44 6.40 Kesesuaian harga jual hasil panen 3.47 6.46 Kecepatan pembayaran hasil panen 3.69 6.87 Pemberian bonus 3.75 6.98 Total 53.69 100.00 Customer Satisfaction Index Keterangan : MIS : Mean importance score IWF : Importance weight factor = (MIS/53.69) MSS : Mean satisfaction score WS : Weight score = (MSS x IWF)/100
MSS 3.25 1.63 3.16 1.84 2.84 2.59 2.81 3.72 2.91 2.69 2.34 3.13 2.84 3.47 3.47 2.03
WS 18.16 10.78 22.78 12.45 19.37 15.85 17.35 22.94 14.38 13.61 13.51 18.92 18.21 22.41 23.82 14.19 278.73 69.68
Berdasarkan perhitungan Customer Satisfaction Index pada Tabel 12, diketahui bahwa tingkat kepuasan secara keseluruhan terhadap atribut kemitraan
74
adalah sebesar 69.68 persen. Nilai ini berada pada selang 0.66 – 0.80, sehingga secara umum peternak plasma merasa puas dengan kinerja atribut pelayanan yang diberikan oleh DUF. Harapan peternak yang belum terpenuhi oleh pihak inti adalah sebesar 30.32 persen. DUF hendaknya berupaya secara terus menerus untuk meningkatkan kepuasan peternak plasma dengan memperbaiki kinerja atribut yang dianggap belum baik kinerjanya. Langkah yang perlu dilakukan dalam upaya tersebut adalah dengan memprioritaskan perbaikan atribut-atribut yang dalam kuadran I pada analisis IPA.
75
VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan 1.
Karakteristik peternak plasma DUF adalah mayoritas berjenis kelamin lakilaki (96,88%), berusia antara 36-50 tahun (46,88%), berpendidikan SD (37,5%) dan SMA (37,5%). Sebagian besar peternak plasma DUF berada pada skala mengengah yaitu 3.000-6.000 ekor, menggunakan kandang milik sendiri, dan memiliki pekerjaan lain selain beternak ayam broiler. Informasi mengenai DUF diperoleh peternak dari teman-teman sesama peternak ayam. Sedangkan, yang menjadi alasan peternak plasma bergabung menjadi anggota kemitraan adalah untuk mendapatkan bantuan modal.
2.
Pola kemitraan yang dijalankan adalah inti plasma. Di satu sisi, inti banyak membantu plasma dalam hal permodalan dengan menyediakan sarana produksi. Namun di sisi lain, plasma menjadi pihak yang lebih lemah posisinya karena perjanjian yang disodorkan merupakan aturan baku yang dibuat oleh inti untuk diterima tanpa adanya perundingan mengenai isi kontrak tersebut. Sistem dan prosedur penerimaan mitra ditentukan secara jelas, dengan tahapan proses seleksi, survei kandang, penguasaan jaminan, dan penandatanganan kontrak. Persyaratan bergabung menjadi mitra diantaranya memiliki kandang kapasitas minimal 1.500 ekor, lokasi mudah dijangkau, menyerahkan jaminan, serta harus bersedia menaati kontrak perjanjian kemitraan, dimana hak dan kewajiban inti maupun plasma sudah tertera pada kontrak tersebut. Selain itu, harga kontrak pakan, DOC, dan ayam hidup disepakati dalam kontrak harga yang ditandatangani setiap periode produksi, dan belum berubah sejak satu tahun terakhir.
3.
Berdasarkan analisis IPA, disimpulkan bahwa atribut yang memiliki tingkat kepentingan tinggi namun kinerjanya dinilai masih rendah adalah penerapan harga kontrak DOC, harga kontrak pakan, dan pemberian bonus. Selain itu, berdasarkan hasil analisis tingkat kesesuaian skor kepentingan dan kinerja, ketiga atribut tersebut memiliki tingkat kesesuaian terendah dan menjadi prioritas utama untuk diperbaiki kinerjanya. Kesalahan yang umumnya terjadi pada pola kemitraan seperti ketidaksesuaian waktu panen, keterlambatan
pengiriman sarana produksi, dan keterlambatan pembayaran ternyata tidak terjadi di DUF. Peternak sudah merasa puas dengan kinerja atribut tersebut, karena sudah menjadi keunggulan perusahaan. Secara umum peternak plasma sudah merasa puas dengan kinerja-kinerja atribut kemitraan DUF, dimana hasil perhitungan Customer Satisfaction Index adalah sebesar 69.68 persen. 8.2 Saran 1.
Perjanjian kemitraan disepakati bersama dan secara hukum kedua belah pihak mempunyai kedudukan yang seimbang karena tidak ada unsur paksaan dalam melakukan perjanjian tersebut. Tetapi dengan latar belakang yang berbeda, baik dari segi permodalan, teknologi, dan sumberdaya manusia, maka kedua belah pihak harus mempunyai itikad yang baik dan komitmen dalam melaksanakan perjanjian kemitraan dengan prinsip saling menguntungkan. Agar pola kemitraan inti plasma dapat berjalan dengan baik, diperlukan kerjasama selain dengan perusahaan inti juga dengan dinas peternakan untuk menjamin keadilan dalam pola kemitraan itu sendiri.
2.
Sebagian besar peternak plasma mengeluhkan harga kontrak DOC dan pakan yang terlalu mahal dan tidak pernah diperbaharui, terutama saat harga pasar mengalami penurunan yang cukup besar. Inti dapat melakukan penyesuaian terhadap kontrak harga dalam kemitraan. Sejalan dengan itu, inti dapat mengadakan pertemuan berkala untuk membahas keluhan-keluhan peternak dan sekaligus melakukan sosialisasi tentang penetapan kontrak. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan kepercayaan plasma terhadap inti. Saat ini penyebaran informasi sudah sangat cepat dan memungkinkan peternakpeternak untuk saling bertukar informasi mengenai harga DOC maupun pakan di pasar.
77
DAFTAR PUSTAKA Aminah M dan Sutarman DC. 2007. Analisis Multivariat : Analisis IPA dan CSI. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Deshinta M. 2006. Peranan Kemitraan Terhadap Peningkatan Pendapatan Peternak Ayam Broiler Kasus PT Sierad Produce dengan peternak di Kabupaten Sukabumi [skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Dewanto AA. 2005. Perjanjian Kemitraan Dengan Pola Inti Plasma Pada Peternak Ayam Potong/Broiler di Pemerintah Kabupaten Grobogan Jawa Tengah [Tesis]. Semarang : Program Pasca Sarjana Magister Kenotariatan, Universitas Diponegoro. Direktorat Pengembangan Usaha. 2002. Pedoman Kemitraan Usaha Agribisnis. Jakarta : Departemen Pertanian. Fadilah R. 2005. Panduan Mengelola Peternakan Ayam Broiler Komersil. Jakarta: Agromedia Pustaka. Firwiyanto M. 2008. Analisis Pendapatan dan Tingkat Kepuasan Peternak Terhadap Pelaksanaan Kemitraan Ayam Broiler Kasus Kemitraan Peternak Plasma Rudi Jaya PS Sawangan Kota Depok [skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Hafsah MJ. 1999. Kemitraan Usaha, Konsepsi dan Strategi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. Harmini. 2009. Modul Mata Kuliah Metode Kuantitatif Bisnis I. Bogor : Departemen Agribisnis, Institut Pertanian Bogor. Irawan H. 2004. 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan. Jakarta : PT Elex Media Komputindo Khaidar Z. 2009. Analisis Pendapatan dan Kepuasan Peternak Sapi Perah Anggota KPS Bogor Kasus di Kelurahan Kebon Pedes dan Kunak Cibungbulang [skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Kotler P. 2000. Manajemen Pemasaran. Jakarta : Prenhallindo. Kusumah M. 2008. Analisis Tingkat Kepuasan Peternak Plasma Terhadap Pola Kemitraan Tunas Mekar Farm di Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor : Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Lestari M. 2009. Analisis Pendapatan dan Tingkat Kepuasan Peternak Plasma Terhadap Pelaksanaan Kemitraan Ayam Broiler Studi Kasus Kemitraan PT X di Yogyakarta [skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Nugroho AA. 2009. Analisis Tingkat Kepuasan Pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Pakuan Bogor [skripsi]. Bogor : Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Oktaviani RW dan Suryana RN. 2006. Analisis Kepuasan Pengunjung dan Pengembangan Fasilitas Agro (Studi Kasus di Kebun Wisata Pasirmukti, Bogor). Jurnal Agro Ekonomi. Priyono BS, Nufus N, Dessy K. 2004. Peforman Analisis Pelaksanaan Kemitraan PT Primatama Karya Persada dengan Peternak Ayam Ras Pedaging di Kota Bengkulu. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia 6:11-115. Rangkuti F. 2003. Measuring Consumer Satisfaction. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Romdhoni E. 2003. Analisis Pendapatan dan Tingkat Kepuasan Peternak Terhadap Pelaksanaan Kemitraan Ayam Ras di Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor : Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Siahaan JE. 2005. Analisis Pendapatan Peternak Ayam Ras Pedaging Pada Pola Kemitraan Inti-Plasma Studi Kasus Kelompok Usaha Bintang Resmi di Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor : Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Soekartawi, Soeharjo A, Dillon JL, Hardaker JB. 1986. Ilmu Usaha Tani dan Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Stratford. Stratfor-on Avon District Council Customer Satisfaction Index June 2004. http://www.statford.gov.uk/community/council-805.cfm.htm [3 Juli 2011] Suharno B. 2002. Agribisnis Ayam Ras. Jakarta : Penebar Swadaya. Sumarwan. 2004. Perilaku Konsumen : Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Jakarta : Ghalia Indah. Suratiyah K. 2006. Ilmu Usahatani. Jakarja : Penebar Swadaya. Umar H. 2003. Metode Riset Perilaku Konsumen Jasa. Jakarta : Ghalia Indonesia.
79
LAMPIRAN
Lampiran 1. Penilaian Terhadap Tingkat Kepentingan Atribut Kemitraan No
Atribut
1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Prosedur penerimaan menjadi mitra Penerapan kontrak harga DOC Kualitas DOC Harga kontrak Pakan Kualitas pakan Harga obat dan vaksin Kualitas obat dan vaksin Jadwal pengiriman pakan dan DOC Bimbingan teknis Pelayanan dan materi bimbingan Penerapan standar produksi Ketepatan waktu panen Respon terhadap keluhan Kesesuaian harga jual hasil panen Kecepatan pembayaran hasil panen Pemberian bonus Rataan
2
3
4
0 4 24 4 0 1 12 19 0 0 4 28 0 0 12 20 0 0 11 21 0 4 15 13 0 3 16 13 0 0 22 10 1 11 18 2 0 11 19 2 0 4 21 7 0 0 24 8 0 0 18 14 0 5 7 20 0 0 10 22 0 0 8 24
Total Rataan Skor 96 3.00* 114 3.56 124 3.88 116 3.63 117 3.66 105 3.28 106 3.31 106 3.31 85 2.66 87 2.72 99 3.09 104 3.25 110 3.44 111 3.47 118 3.69 120 3.75 3.36
Keterangan : *)
0x1 + 4x2 + 24x3 +(4x4) 32
, dan perhitungan selanjutnya adalah serupa
81
Lampiran 2. Penilaian Terhadap Tingkat Kinerja Atribut Kemitraan No
Atribut
1
2
3
4
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Prosedur penerimaan menjadi mitra Penerapan kontrak harga DOC Kualitas DOC Harga kontrak Pakan Kualitas pakan Harga obat dan vaksin Kualitas obat dan vaksin Jadwal pengiriman pakan dan DOC Bimbingan teknis Pelayanan dan materi bimbingan Penerapan standar produksi Ketepatan waktu panen Respon terhadap keluhan Kesesuaian harga jual hasil panen Kecepatan pembayaran hasil panen Pemberian bonus Rataan
0 12 1 6 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0 4
0 20 8 25 6 13 7 1 7 15 20 1 6 6 2 23
24 0 8 1 25 19 24 7 18 12 10 23 25 5 13 5
8 0 15 0 1 0 1 24 6 5 1 7 1 21 17 0
Total Rataan Skor 104 3.25* 52 1.63 101 3.16 59 1.84 91 2.84 83 2.59 90 2.81 119 3.72 93 2.91 86 2.69 75 2.34 100 3.13 91 2.84 111 3.47 111 3.47 65 2.03 2.79
Keterangan : *)
0x1 + 0x2 + 24x3 +(8x4) 32
, dan perhitungan selanjutnya adalah serupa
82
Lampiran 3. Indikator Kinerja DUF Atribut Indikator Kinerja Prosedur Penerimaan 1: Persyaratan sangat rumit, pelayanan sangat lambat, Mitra DUF tidak ramah 2: Persyaratan rumit, pelayanan lambat, kurang ramah 3: Persyaratan mudah, cepat, dan pelayanan ramah 4: Persyaratan sangat mudah, cepat, dan mendapat pelayanan yang ramah Penerapan Harga 1: Harga DOC dari DUF jauh lebih mahal dari harga Kontrak DOC pasar (>Rp.1.000) 2: Harga DOC dari DUF sedikit lebih mahal dari harga pasar 3: Harga DOC dari DUF sama dengan harga pasar 4: Harga DOC dari DUF lebih murah dari harga pasar Kualitas DOC 1: Tingkat mortalitas > 1,5% 2: Tingkat mortalitas 1 sampai 1,5% 3: Tingkat mortalitas = 1% 4: Tingkat mortalitas < 1% Harga Kontrak 1: Harga pakan dari DUF sangat mahal Pakan 2: Harga pakan dari DUF sedikit lebih mahal dari harga pasar 3: Harga pakan dari DUF sama dengan harga pasar 4: Harga pakan dari DUF lebih murah dari harga pasar Kualitas Pakan 1: Pakan dari DUF berkualitas buruk (karena sangat sulit mencapai FCR standar) 2: Pakan dari DUF berkualitas biasa saja (karena cukup sulit mencapai FCR standar) 3: Pakan dari DUF berkualitas baik (karena cukup mudah mencapai FCR standar) 4: Pakan dari DUF berkualitas sangat baik (karena sangat mudah mencapai FCR standar Harga obat dan 1: Harga dari DUF jauh lebih mahal dari harga pasar vaksin 2: Harga dari DUF lebih mahal dari harga pasar 3: Harga dari DUF sama dengan harga pasar 4: Harga dari DUF lebih murah dari harga pasar Kualitas obat dan 1: Obat dari DUF tidak berkhasiat, memerlukan obat vaksin dari luar 2: Obat dari DUF khasiatnya biasa saja 3: Obat dari DUF mampu mengatasi penyakit di kandang 4: Obat dari DUF sangat ampuh mengatasi penyakit di kandang, tidak perlu membeli obat dari luar Jadwal pengiriman 1: Pengiriman > H+2 pakan dan DOC 2: Pengiriman = H+2 3: Pengiriman = H+1 4: Pengiriman = H
83
Atribut Bimbingan teknis
Pelayanan dan materi bimbingan
Penerapan standar produksi
Ketepatan waktu panen
Respon terhadap keluhan
Kesesuaian harga jual hasil panen
Kecepatan pembayaran hasil panen
Pemberian bonus
Indikator Kinerja 1: Setiap 2 minggu 2: Setiap 10 hari 3: Setiap 1 minggu 4: Setiap 3 hari 1: Materi yang diberikan tidak sesuai dan tidak penting 2: Materi yang diberikan biasa saja 3: Materi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan 4: Materi yang diberikan sangat sesuai dan sangat dibutuhkan 1: Standar dari DUF terlalu sulit dicapai 2: Standar dari DUF sulit dicapai 3: Standar dari DUF mudah dicapai 4: Standar dari DUF sangat baik dan sangat mudah dicapai 1: Waktu panen terlambat dari jadwal yang diminta peternak 2: Waktu panen lebih cepat dari jadwal yang diminta peternak 3: Waktu panen selesai antara 2-3 hari 4: Waktu panen selesai dalam 1 hari 1: Keluhan tidak direspon dengan baik 2: Keluhan direspon dalam waktu yang agak lama 3: Keluhan direspon dengan baik dalam waktu agak cepat 4: Keluhan direspon dengen sangat baik dan cepat 1: Harga jual ayam sangat rendah 2: Harga jual ayam < harga pasar 3: Harga jual ayam = harga pasar 4: Harga jual ayam > harga pasar 1: Pembayaran > 2 minggu 2: Pembayaran dilakukan 1 – 2 minggu 3: Pembayaran dilakukan 5 – 7 hari 4: Pembayaran dilakukan maksimal 5 hari setelah panen (sesuai waktu yang dijanjikan) 1: Bonus sangat sulit didapatkan 2: Bonus sulit didapatkan 3: Bonus mudah didapatkan 4: Bonus sangat mudah didapatkan
84
Lampiran 4. Identitas Peternak Responden No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Peternak Ading Abun Adang Asdi Cecep Dedi S Desti Dulloh Fadillah H.Makmur Harto Hatta Hendrik Ida Jajang Johan Madhari Maman Marhaya Memet Naja Nandi Pian Samsul Sai Saeful Sandi Sumadi Suhana Sumarna Sobur Suhanda
Skala 3,000 3,000 6,700 9,000 2,000 5,000 3,000 3,000 3,500 5,000 7,000 3,000 2,000 5,000 2,000 4,000 3,000 6,000 6,000 4,000 8,300 4,000 8,000 3,000 3,000 4,500 1,500 1,500 4,000 9,000 2,000 4,400
Lokasi Usaha Dramaga Pamijahan Dramaga Dramaga Gn.Bunder Nanggung Dramaga Gn.Bunder Gn.Bunder Dramaga Tenjolaya Pamijahan Gn.Bunder Nanggung Dramaga Gn.Bunder Dramaga Tenjolaya Nanggung Dramaga Dramaga Dramaga Dramaga Gn.Bunder Dramaga Dramaga Dramaga Dramaga Dramaga Dramaga Dramaga Dramaga
Usia (Tahun) 54 27 54 40 49 48 34 28 40 54 25 42 36 37 60 27 52 35 42 70 40 48 25 28 51 35 38 37 48 36 27 40
JK L L L L L L L L L L L L L P L L L L L L L L L L L L L L L L L L
Pendidikan SD SMA SD SMA SARJANA SMA SMP SMA SMP SMA SMP SMA DIPLOMA SMP SD SMA SD SMA SMP SD SMA SD SMA SD SD SMA SD SD SD SMP SMA SD
85
Lampiran 5. Karakteristik Peternak Responden Karakteristik Lokasi
Usia (Tahun)
Pendidikan
Jenis Kelamin Skala Usaha (Ekor)
Status Kandang Pekerjaan Lain
Alasan Beternak
Lama Beternak (Tahun) Alasan Bermitra Dengan DUF
Sumber Informasi DUF
Dramaga Gn.Bunder Pamijahan Tenjolaya Nanggung < 25 25-35 36-50 51-65 > 65 SD SMP SMA Diploma Sarjana Laki-laki Perempuan < 3000 3000 - 6000 > 6000 Milik Sendiri Sewa Wiraswasta Petani Petani ikan Guru Buruh tani Tidak ada Pekerjaan utama Pekerjaan sampingan Usaha turun temurun Mudah penanganannya Cepat memperoleh keuntungan < 10.59 > 10.59 Mendapat bantuan modal Menambah pengetahuan Meningkatkan keuntungan Mendapat jaminan pasar Risiko usaha ditanggung bersama Teman Keluarga Langsung dari DUF
Jumlah (orang) 19 6 2 2 3 0 10 15 6 1 12 6 12 1 1 31 1 6 20 6 24 8 9 4 2 2 3 12 15 8 2 3
Persentase 59.38 18.75 6.25 6.25 9.38 0.00 31.25 46.88 18.75 3.13 37.50 18.75 37.50 3.13 3.13 96.88 3.13 18.75 62.50 18.75 75.00 25.00 28.13 12.50 6.25 6.25 9.38 37.50 46.88 25.00 6.25 9.38
4
12.50
22 10 12 2 12 0
68.75 31.25 37.50 6.25 37.50 0.00
6
18.75
15 9 8
46.88 28.13 25.00
86
Lampiran 6. Perkembangan Harga Pakan, DOC, dan Ayam Hidup di Pasar dan DUF Bulan Juli Agustus September Okober Nopember Desember Januari Februari Maret April Mei Juni
Tahun
2010
2011
Starter 5,300 5,767 5,967 5,750 5,250 5,900 5,200 5,200 5,300 7,000 6,375 6,500
Harga Pakan Rata-rata Finisher Pasar 4,000 4,650 5,167 5,467 5,960 5,964 5,338 5,544 4,625 4,938 6,083 5,992 5,250 5,225 5,250 5,225 4,000 4,650 6,500 6,750 6,100 6,238 6,500 6,500
Kontrak DUF 6,250 6,250 6,250 6,250 6,250 6,250 6,250 6,250 6,250 6,250 6,250 6,250
Sumber : Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dan DUF, 2011 (diolah)
Harga DOC Harga Ayam Hidup Rata-rata Kontrak Rata-rata Kontrak Pasar DUF Pasar DUF 4,500 5,300 16,500 14,669 4,250 5,300 16,667 14,669 4,655 5,300 16,160 14,669 4,500 5,300 17,375 14,669 4,750 5,300 14,250 14,669 4,667 5,300 16,833 14,669 5,000 5,300 12,500 14,669 5,000 5,300 12,500 14,669 4,800 5,300 16,000 14,669 5,500 5,300 13,000 14,669 2,600 5,300 13,075 14,669 4,000 5,300 17,000 14,669
Lampiran 7. Perkembangan Populasi Ayam Pedaging Nasional Tahun 2005-2009 Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Maluku Papua Bangka Belitung Banten Gorontalo Maluku Utara Kepulauan Riau Papua Barat Sulawesi Barat Total
2005 1,057,443
2006 1,538,306
2007 1,692,137
2008
2009
1,346,308
1,836,413
35,568,236 42,763,530 78,152,052 42,891,621 11,357,781 12,748,991 13,308,143 14,202,592 27,440,958 20,965,808 27,491,937 30,679,920 9,694,426 11,539,188 6,804,140 6,910,116 14,920,000 15,842,000 15,914,000 13,747,390 1,591,304 1,833,002 1,904,548 5,423,379 21,747,209 21,094,571 15,033,671 15,879,617 182,000 124,300 115,000 68,000 352,434,300 343,954,090 377,549,055 417,373,596 62,043,412 61,258,115 64,552,829 54,643,212 20,971,720 25,360,260 4,834,537 5,128,488 142,602,400 119,525,124 148,854,817 140,005,968 5,363,066 5,317,163 4,846,644 4,975,477
43,063,188 13,495,318 29,710,959 10,655,107 11,751,130 5,874,583 24,087,464 137,100 455,258,895 58,350,965 5,276,897 147,006,266 5,263,645
8,848,482
9,804,858
1,727,773
1,339,495
1,787,163
625,000
45,825
9,397
244,101
105,635
15,139,364
14,889,746
13,939,332
18,917,875
16,041,090
2,436,329
3,200,400
3,860,420
3,976,233
4,240,068
19,964,639
20,624,128
21,534,508
19,860,813
28,659,441
25,828,600
26,292,200
23,832,200
26,941,660
39,485,000
1,459,443 2,238,366 12,765,509
1,406,880 2,358,000 12,325,960
1,550,396 6,132,829 13,826,056
1,623,420 4,213,929 14,575,840
2,654,090 5,784,910 16,373,046
820,100
896,048
924,457
957,715
996,406
80,945 111,202 114,169 119,887 733,022 981,161 1,395,964 1,465,732 4,639,664 5,287,409 6,097,054 5,213,835 6,475,796 7,684,690 26,405,564 40,011,606 379,497 384,219 1,930,641 1,347,640 84,325 269,920 147,400 129,352 469,592 6,284,676 6,206,862 6,878,886 774,755 342,125 868,829 891,610 451,001 473,551 101,985 67,105 811,188,684 797,527,446 891,659,346 902,052,418
127,787 2,524,160 5,309,164 80,023,212 1,347,640 925,933 6,437,755 529,296 1,258,854 1,026,378,580
Sumber : Direktorat Jendral Peternakan (2011)
Lampiran 8. Kuisioner Penelitian KUISIONER PENELITIAN UNTUK MENGETAHUI PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER PADA DRAMAGA UNGGAS FARM (DUF)
Nomor
:
Tanggal
:
Saya Dian Saputra, mahasiswa Agribisnis IPB sedang menyusun sebuah skripsi. Dimohon kesediaan Bapak/Ibu untuk meluangkan sedikit waktunya untuk mengisi kuisioner ini. Atas bantuannya, saya ucapkan terimakasih. Petunjuk : Isilah / beri tanda (x) pada tempat yang sudah disediakan. IDENTITAS RESPONDEN Nama
: ...................................................
Jenis Kelamin :
Laki-laki
Perempuan
Alamat
: ...................................................
Usia
: ..........................................tahun
Pendidikan terakhir
: ………………………
Lama beternak ayam
: .............................tahun
Pengalaman bermitra dengan DUF
: .............................bulan
Alasan beternak ayam : Pekerjaan utama Pekerjaan sampingan Usaha turun temurun Lainnya, ………………………………… Alasan mengikuti kemitraan : Ingin mendapat bantuan modal Ingin menambah pengetahuan Ingin meningkatkan keuntungan Risiko usaha ditanggung bersama Adakah pekerjaan lain, selain usaha ternak ayam:
Skala Usaha : ................................................... Kepemilikan Kandang : Milik Sendiri Sewa
Tidak ada
Ada, sebagai .…………..……
PERTANYAAN 1. Pertimbangan utama bergabung dengan DUF Kemudahan Pembayaran cepat Ikut-ikutan peternak lain Lainnya, ………………………………… 2. Sumber informasi mengenai DUF Teman Keluarga Langsung dari perusahaan DUF Lainnya, ………………………………… 3. Apakah Anda memahami peraturan kemitraan (perjanjian kontrak dengan DUF) Ya Tidak, karena ……………………………
4. Keluhan dalam bermitra ………………………...................................... ....……..……………………………………… ……………………………………………… 5. Manfaat apa yang dirasakan dengan mengikuti DUF Waktu pemanenan cepat Risiko rendah Menambah penghasilan Mendapat bantuan modal Jaminan pemasaran Menambah pengalaman beternak 6. Apa saran Anda kepada DUF ……………………………………………… ………………………………………………
TINGKAT KEPENTINGAN DAN KEPUASAN PETERNAK PLASMA I. TINGKAT KEPENTINGAN Pernyataan yang berkaitan dengan kepentingan atribut dalam kegiatan kemitraan DUF menurut pendapat peternak plasma II. TINGKAT KINERJA Pernyataan yang berkaitan dengan kinerja (hasil) pelaksanaan kemitraan yang telah Anda terima dari DUF NO
ATRIBUT
1
Prosedur penerimaan menjadi mitra
2
Penerapan kontrak harga DOC
3
Kualitas DOC
4
Harga kontrak Pakan
5
Kualitas pakan
6
Harga obat dan vaksin
7
Kualitas obat dan vaksin
8
Jadwal pengiriman pakan dan DOC
9
Bimbingan teknis
10
Pelayanan dan materi bimbingan
11
Penerapan standar produksi
12
Ketepatan waktu panen
13
Respon terhadap keluhan
14
Kesesuaian harga jual hasil panen
15
Kecepatan pembayaran hasil panen
16
Pemberian bonus
Sangat Tidak Penting (1)
KEPENTINGAN Tidak Penting (3) Penting (2)
Sangat Penting (4)
Sangat Tidak Puas (1)
KINERJA Tidak Puas (3) Puas (2)
Sangat Puas (4)
Lampiran 9. Gambar Sapronak, Peralatan, dan Kandang