ANALISA TINGKAT KEPUASAN KEMITRAAN PETERNAK PLASMA TERHADAP PELAYANAN PERUSAHAAN INTI (Kasus di Peternak Mitra Duta Technovet)
RANGGA NUDRIAN YUDHABASKARA
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisa Tingkat Kepuasan Kemitraan Peternak Plasma terhadap Pelayanan Perusahaan Inti (Kasus di Peternak Mitra Duta Technovet) adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2017
Rangga Nudrian Yudhabaskara NIM H34120114
ABSTRAK RANGGA NUDRIAN YUDHABASKARA. Analisa Tingkat Kepuasan Kemitraan Peternak Plasma terhadap Pelayanan Perusahaan Inti (Kasus di Peternak Mitra Duta Technovet). Dibimbing oleh JOKO PURWONO. Kemitraan merupakan salah satu solusi yang dilakukan peternak untuk mengatasi masalah keterbatasan modal. Kepuasan peternak dalam menjalani kemitraan dapat menentukan hubungan baik dan keberlanjutan usaha antara perusahaan inti dan peternak. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pelaksanaan kemitraan dan menganalisis tingkat kepuasan peternak terhadap kemitraan yang dilakukan oleh perusahaan inti. Duta Technovet merupakan perusahaan kemitraan peternakan ayam broiler yang berlokasi di Provinsi D.I. Yogyakarta. Metode analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis Costumer Satisfaction Index (CSI) dan Importance Performance Analysis (IPA). Hasil perhitungan indeks kepuasan peternak CSI adalah keseluruhan peternak menganggap puas atas kinerja yang diberikan oleh perusahaan. Berdasarkan analisis IPA atribut yang perlu diperbaiki adalah harga kontrak day old chick (DOC), harga kontrak pakan, kualitas ayam, kualitas pakan, jadwal pengiriman pakan, jadwal pengiriman DOC, jadwal pengiriman obat dan vaksin, bonus feed convertion ratio (FCR), dan bonus mortalitas. Kata kunci: CSI, IPA, kemitraan, kepuasan peternak
ABSTRACT RANGGA NUDRIAN YUDHABASKARA. The Analyze of Plasma Breeders Partnership Satisfaction Level against Core Company (Duta Technovet Case). Supervised by JOKO PURWONO. Partnership is one thing to do by the breeders to solve limited capital problem. Breeders satisfaction in an undergoing partnership can determine a good relationship and the sustainability of the business of both core company and breeders. The aims of this study was to determine the implementation of the partnership and analyze the level of satisfaction of farmers against partnerships undertaken by the core company. Duta Technovet is a broiler farm partnership firm located in the province of D.I. Yogyakarta. Methods of data analysis in this study using the analysis of Customer Satisfaction Index (CSI) and Importance Performance Analysis (IPA). The results of the satisfaction index calculation with CSI is that breeders consider satisfied with the performance given by the company. Based on the analysis of IPA attributes that need to be improved is the price of day old chick (DOC) contract, the contract price of poultry feed, chicken quality, poultry feed quality, poultry feed delivery schedule, the delivery schedule of DOC, drugs and vaccines delivery schedules, feed convertion ratio (FCR) bonus, and the mortality bonus. Keywords: breeders satisfaction, CSI, IPA, partnership
ANALISA TINGKAT KEPUASAN KEMITRAAN PETERNAK PLASMA TERHADAP PELAYANAN PERUSAHAAN INTI (Kasus di Peternak Mitra Duta Technovet)
RANGGA NUDRIAN YUDHABASKARA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2017
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa taβala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak Bulan Mei 2016 ini ialah kemitraan, dengan judul Analisa Tingkat Kepuasan Kemitraan Peternak Plasma terhadap Pelayanan Perusahaan Inti (Kasus di Peternak Mitra Duta Technovet). Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Joko Purwono, MS selaku dosen pembimbing. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Drh. Hari Wibowo selaku kepala perusahaan Duta Technovet, serta seluruh staf perusahaan Duta Technovet yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada bapak, ibu, serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada sahabat-sahabat saya di UKM MAX!! IPB atas pengalaman dan semangat yang diberikan. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Januari 2017
Rangga Nudrian Yudhabaskara
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN
vi vi vi
PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian
1 1 3 4 4
TINJAUAN PUSTAKA
4
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka Pemikiran Operasional
6 6 15
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Uji Validitas dan Reliabilitas Metode Analisis Data
18 18 18 18 18 18
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN DAN POLA KEMITRAAN Gambaran Umum Perusahaan Sistem dan Prosedur Kemitraan
23 23 23
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Usaha Peternak Responden Karakteristik Peternak Responden Analisis Kepuasan Peternak Mitra terhadap Atribut Kemitraan Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Analisis Tingkat Kesesuaian Perhitungan Importance Performance Analysis Perhitungan Costumer Satisfaction Index
28 28 29 32 33 34 35 38
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran
39 39 40
DAFTAR PUSTAKA
40
LAMPIRAN
43
RIWAYAT HIDUP
47
DAFTAR TABEL 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Distribusi persentase PDB atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha Skor /nilai tingkat kepentingan dan tingkat kinerja Interpretasi angka indeks kepuasan peternak Harga kontrak input Harga kontrak jual ayam hidup Skala usaha ternak Status kepemilikan kandang Pekerjaan diluar usaha ternak Usia peternak Jenis kelamin peternak Tingkat pendidikan peternak Pengalaman peternak Jumlah tanggungan keluarga Uji reliabilitas Perhitugnan Customer Satisfaction Index (CSI)
1 19 22 26 26 28 29 29 30 30 30 31 31 34 38
DAFTAR GAMBAR 1.
Perkembangan nilai PDB untuk pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan Tahun 2009-2013 2. Produksi daging ayam ras pedaging 3. Pola kemitraan inti plasma 4. Pola kemitraan subkontrak 5. Pola kemitraan dagang umum 6. Pola kemitraan keagenan 7. Pola kemitraan KOA 8. Kerangka pemikiran operasional 9. Diagram Importance Performance Analysis (IPA) 10. Struktur perusahaan Duta Technovet 11. Prosedur penerimaan mitra 12. Diagram katersius tingkat kepentingan dan kinerja atribut kemitraan
2 2 9 10 11 11 12 17 20 23 24 35
DAFTAR LAMPIRAN 1. 2. 3. 4.
Identitas peternak plasma Uji validitas tingkat kepentingan Uji validitas tingkat kepuasan Tingkat kesesuaian dan urutan prioritas atribut
43 44 45 46
PENDAHULUAN Latar Belakang Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan merupakan sektor yang memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia. Walaupun sektor ini bukan merupakan penyumbang terbesar dalam pertumbuhan perekonomian nasional, dimana industri pengolahan menjadi penyumbang terbesar, sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan berperan serta dalam perkembangan sektor industri pengolahan. Hal tersebut dikarenakan fungsinya sebagai penyedia bahan, pangan, penyedia lapangan pekerjaan, bahan baku industri, dan sumber devisa Negara. Distribusi presentasi Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Distribusi persentase PDB atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha Lapangan Usaha 2014 2015 Pertanian, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan 13.34 13.52 Pertambangan dan Penggalian 9.87 7.62 Industri Pengolahan 21.01 20.84 Industri Pengolahan Non Migas 17.89 18.18 Pengadaan Listrik dan Gas 1.08 1.14 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan 0.07 0.07 Daur Ulang Konstruksi 9.86 10.34 Perdagangan Besar dan Eceran 13.44 13.29 Transportasi Pergudangan 4.42 5.02 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 3.04 2.92 Informasi dan Komunikasi 3.50 3.53 Jasa Keuangan dan Asuransi 3.87 4.03 Real Estate 2.79 2.86 Jasa Perusahaan 1.57 1.65 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan 3.83 3.91 Sosial Wajib Jasa Pendidikan 3.24 3.37 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.03 1.07 Jasa Lainnya 1.55 1.65 PDB 100.00 100.00 Sumber : Badan Pusat Statistik (2016) Tabel 1 menunjukkan kontribusi sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan pada tahun 2014 dan 2015 merupakan urutan ketiga penyumbang PDB terbesar di Indonesia. Nilai PDB pada sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan setiap tahunnya mengalami peningkatan, dapat dilihat pada Gambar 1. Kondisi ini menunjukkan bahwa sektor ini berperan penting dalam pertumbuhan perekonomian nasional.
Nilai PDB (milyar rupiah)
2 1,800,000 1,600,000 1,400,000 1,200,000 1,000,000 800,000 600,000 400,000 200,000 0
1,560,399 1,409,656 1,275,048 1,058,245
1,152,262
2011
2012
2013
2014
2015
Tahun
Gambar 1 Perkembangan nilai PDB pertanian, peternakan, kehutanan,dan perikanan Tahun 2009-2013 Sumber: Badan Pusat Statistik (2016)
Produksi (Ton)
Subsektor peternakan sangat potensial untuk dikembangkan. Hal ini karena subsektor perternakan memenuhi permintaan nasional akan konsumsi daging. Di Indonesia, permintaan daging terbesar oleh konsumen adalah permintaan daging ayam broiler, selain daging sapi, kambing, babi, dan unggas lainnya. Permintaan akan daging ayam broiler mencapai 40,40 persen dari total permintaan daging secara keseluruhan (Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2011). Daging ayam lebih banyak dikonsumsi dibandingkan dengan daging sapi karena harga daging ayam lebih terjangkau dibandingkan daging sapi, khususnya daging ayam ras. Indonesia sudah swasembada daging ayam pada tahun 2010. 1,800,000 1,600,000 1,400,000 1,200,000 1,000,000 800,000 600,000 400,000 200,000 0
1,101,765
2009
1,214,339
2010
1,337,909 1,400,468
2011
2012
1,497,876 1,544,378
2013
2014
1,627,107
2015
Tahun
Gambar 2 Produksi daging ayam ras pedaging Sumber: Badan Pusat Statistik (2016) Gambar 2 menggambarkan dengan jelas bahwa produksi daging ayam tiap tahunnya selalu mengalami peningkatan. Hal tersebut membuktikan pula bahwa konsumsi masyarakat akan daging ayam juga meningkat. Konsumsi masyarakat yang meningkat ini menjadi peluang yang sangat baik bagi peternak untuk memenuhi permintaan masyarakat akan konsumsi ayam tersebut.
3 Menanggapi isu yang sedang terjadi, yaitu mengenai diduga terjadinya kartel ayam. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mencatat sedikitnya ada 12 nama perusahaan yang diduga menjadi pelaku kartel untuk memainkan harga ayam di pasar (Tempo 2016). Harga ayam sekitar Rp 8.500 per kg di peternakan mandiri. Sementara, biaya pokok penjualan (BPP) yang dikeluarkan untuk setiap kg mencapai Rp 18 ribu per kg. Ini berarti, peternak harus menanggung rugi sekitar Rp 9.500 per kg. Kejadian tersebut sangat memengaruhi kelangsungan usaha peternak mandiri dengan modal yang terbatas. Fluktuasi harga ayam yang terjadi di pasar tersebut terjadi karena adanya persaingan antara peternak integrasi hingga peternak mandiri, namunn yang terkena dampak paling besar ialah peternak mandiri. Pola pemasaran yang diterapkan oleh kebanyakan peternak masih mengandalkan pasar tradisional. Pola pemasaran ini melibatkan banyak titik mata rantai distribusi sebelum daging ayam sampai ke tangan konsumen. Mulai dari peternak, penampung, pemotong, pedagang besar/tengkulak, agen, pedagang ayam di pasar induk/pasar becek/bakul, pedagang eceran/gerobak barulah sampai ke konsumen. Hal inilah yang menyebabkan seringkali harga ayam di tingkat peternak masih sangat rendah, bahkan di bawah harga pokok produksi (HPP) namun, di tingkat konsumen harga tetap bertahan tinggi. Peternak ayam di Indonesia didominasi oleh peternak mandiri yang pada umumnya memiliki skala usaha kecil. Keterbatasan modal dan teknologi menjadi hambatan utama peternak mandiri untuk bersaing dengan peternak lainnya dengan skala usaha yang lebih besar. Kondisi peternak mandiri yang memiliki keterbatasan modal menyebabkan peternak mandiri lebih rentan terhadap dampak krisis ekonomi. Beberapa hambatan dan keterbatasan dalam melakukan usaha peternakan ayam broiler telah menyebabkan berkurangnya persentase peternak mandiri. Dimana sebagian besar memilih untuk bergabung dengan perusahaan kemitraan. Kemitraan merupakan salah satu solusi yang dilakukan peternak untuk mengatasi masalah keterbatasan modal. Tujuan yang dapat dicapai dengan menjalani kemitraan antara lain meningkatkan produktifitas dan efisiensi modal peternak, meningkatkan kualitas sumberdaya dan usaha mitra, meningkatkan pendapatan/keuntungan masing-masing pihak yang bermitra, mengurangi risiko usaha, meningkatkan produktivitas. Peternak plasma memiliki risiko usaha yang lebih kecil. Sarana produksi peternakan (sapronak) peternak plasma akan dijamin ketersediannya oleh perusahaan inti. Selain itu, kepastian harga pasar juga diperoleh peternak plasma dalam memasarkan ayam hasil produksinya. Dalam usaha kemitraan, harga sapronak maupun harga jual ayam ditentukan oleh perusahaan kemitraan dalam sebuah kontrak kemitraan yang disepakati oleh kedua belah pihak. Perumusan Masalah Keterbatasan dalam hal permodalan, teknologi, dan sumberdaya manusia menjadi faktor yang mendukung terbentuknya kerjasama oleh pihak yang berkepentingan. Kerjasama diwujudkan dalam bentuk kemitraan. Pihak peternak membutuhkan peran perusahaan inti dalam memberikan kepastian penjualan, biaya produksi, serta mengurangi resiko usahanya. Perusahaan inti membutuhkan peran peternak plasma dalam mengelola usaha ternak dan bertanggung jawab atas hasil ternaknya tersebut.
4 Persaingan yang ketat mengharuskan perusahaan peternakan untuk mengetahui, memahami, menjaga serta meningkatkan kualitas produk dan pelayanannya. Hal ini penting untuk menciptakan kepuasan peternak yang menjadi mitra usahanya. Tingkat kepuasan peternak mitra akan menentukan keberlanjutan kemitraan usaha dengan perusahaan inti. Peternak mitra yang puas akan tetap bekerja sama dengan inti, sedangkan peternak mitra yang kurang atau tidak puas akan beralih ke perusahaan inti lainnya. Salah satu perusahaan peternakan yang melakukan kemitraan adalah Duta Technovet. Perusahaan membutuhkan konsistensi jumlah produksi untuk memenuhi permintaan. Salah satu unsur penting yang memengaruhi produksi adalah peternak plasma yang bekerja sama dengan perusahaan. Duta Technovet melakukan seluruh kegiatan produksinya bergantung pada peternak plasma. Perusahaan hanya menyediakan permodalan awal produksi, sementara pemeliharaan dilakukan seluruhnya oleh peternak plasma. Apabila terjadi masalah antara peternak plasma dan perusahaan inti akan sangat memengaruhi hasil produksi dari perusahaan inti. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan yang dapat dikaji dalam penelitian ini, yaitu: (1) Bagaimana karakteristik usaha ternak dan peternak plasma Duta Technovet? (2) Bagaimana gambaran pelaksanaan kemitraan yang dilakukan oleh Duta Technovet? (3) Bagaimana tingkat kepuasan peternak plasma terhadap pelaksanaan kemitraan dengan Duta Technovet? (4) Apakah implikasi manajerial bagi kemitraan Duta Technovet untuk meningkatkan kepuasan peternak plasma? Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dipaparkan, maka penelitian ini memiliki beberapa tujuan, yaitu: (1) Mengetahui karakteristik usaha ternak dan peternak plasma Duta Technovet. (2) Mengetahui gambaran pelaksanaan kemitraan yang dilakukan oleh Duta Technovet. (3) Menganalisis tingkat kepuasan peternak plasma terhadap pelaksanaan kemitraan dengan Duta Technovet. (4) Merumuskan implikasi manajerial bagi kemitraan Duta Technovet untuk meningkatkan kepuasan peternak plasma. Manfaat Penelitian Keluaran yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: (1) Sebagai bahan masukan dalam upaya pengembangan usaha yang bergerak di industri ayam pedaging. (2) Saran kebijakan dalam mekanisme pengembangan usaha.
TINJAUAN PUSTAKA Penelitian tentang kemitraan telah banyak dilakukan, akan tetapi kajian mengenai kemitraan yang terjalin antara peternak plasma dengan perusahaan inti masih menarik untuk dibahas. Penelitian terdahulu yang telah dilakukan memberikan
5 gambaran mengenai mekanisme kemitraan yang dilakukan perusahaan inti dan tingkat kepuasan yang berbeda-beda. Penelitian Firwiyanto (2008), Saputra (2011) dan Utama (2013) membahas mengenai kepuasan peternak plasma ayam broiler yang menjalin kemitraan dengan perusahaan inti. Tujuan kedua penelitian tersebut adalah menganalisis tingkat kepuasan peternak plasma terhadap pelaksanaan kemitraan yang dilakukan. Tetapi pada penelitian Firwiyanto (2008) dan Utama (2013) memiliki tujuan penelitian yang sedikit berbeda, yaitu menganalisis pengaruh pendapatan peternak terhadap tingkat kepuasan. Penelitian Saputra (2011) menganalisis karakteristik peternak plasma, dimana hal tersebut tidak dilakukan oleh Firwiyanto (2008) dan Utama (2013). Metode analisis yang digunakan oleh Firwiyanto (2008), Saputra (2011) dan Utama (2013) sama seperti metode yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis Importance Performance Analysis (IPA) dan Costumer Satisfaction Index (CSI). Hasil penelitian Firwiyanto (2008) menunjukkan bahwa keseluruhan peternak merasa puas dengan kinerja atribut kemitraan yang dilaksanakan oleh perusahaan inti. Namun pada simpulan penelitian Firiwiyanto (2008) menyatakan bahwa pendapatan peternak yang bermitra lebih kecil daripada peternak mandiri, namun kemitraan masih menjadi solusi utama dalam hal permodalan. Begitu pula dengan penelitian Saputra (2011) dan Utama (2013) dimana peternak merasa puas dengan kinerja atribut kemitraan yang dilaksanakan oleh perusahaan. Tetapi pada penelitian Utama (2013) ditemukan simpulan bahwa peternak yang berpenghasilan lebih tinggi dan cukup lama bergabung dengan perusahaan inti memiliki tingkat kepuasan lebih rendah disbanding dengan peternak yang berpenghasilan lebih rendah dan baru bergabung dengan perusahaan. Penelitian Firwiyanto (2008), Saputra (2011) dan Utama (2013), walaupun memiliki hasil yang sama yaitu peternak merasa puas terhadap kinerja atribut, namun dari setiap penelitian tersebut peternak merasa puas terhadap kinerja atribut perusahaan yang berbeda-beda. Atribut-atribut pelayanan perusahaan inti yang menentukan kepuasan peternak plasma berdsarkan penelitian sebelumnya oleh Subiyanto (2016) yang berjudul Tingkat Kepuasan Peternak Ayam Broiler Terhadap Pola Kemitraan Model Contract Farming di Kecamatan Kampar Kiri Tengah Kabupaten Kampar (Studi Kasus : PT. Gemilang Unggas Prima) adalah pelayanan mitra, prosedur penerimaan mitra, jaminan, harga kontrak DOC, harga kontrak pakan, harga kontrak obat dan vaksin, kualitas ayam, kualitas pakan, kualitas obat dan vaksin, jadwal pengiriman pakan, jadwal pengiriman DOC, jadwal pengiriman obat dan vaksin, frekuensi bimbingan technical service, materi yang diberikan technical service, pendukung yang digunakan technical service, respon terhadap keluhan, penetapan standart produksi, ketepatan waktu panen, kesesuaian harga jual ayam, ketepatan waktu pembayaran hasil, bonus FCR, jumlah bonus DOC, serta bonus mortality. Pada penelitian Saputra (2011) atribut yang digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan adalah prosedur penerimaan menjadi mitra, penerapan kontrak harga DOC, kualitas DOC, harga kontrak pakan, kualitas pakan, harga obat dan vaksin, jadwal pengiriman pakan dan DOC, bimbingan teknis, pelayanan dan materi bimbingan, penerapan standar produksi, ketepatan waktu panen respon terhadap keluhan, kesesuaian harga jual hasil panen, kecepatan pembayaran hasil panen, dan pemberian bonus. Atribut yang menjadi prioritas utama atau atribut yang memiliki tingkat kepentingan tinggi bagi peternak namun pelayanannya masih belum sesuai harapan pada penelitian Subiyanto (2016) adalah prosedur penerimaan mitra, pelayanan mitra
6 dan jaminan. Sementara pada penelitian Saputra (2011) atribut yang menjadi prioritas utama adalah penerapan kontrak harga DOC, harga kontrak pakan, dan pemberian bonus. Metode analisis yang digunakan adalah analisis IPA dan CSI. Metode ini digunakan untuk mengetahui perbandingan tingkat kepentingan dan kinerja atribut dan mengetahui tingkat kepuasan peternak. Berdasarkan penelitian terdahulu, kemitraan berpengaruh positif dan merupakan solusi utama bagi peternak dalam menangani masalah penghasilan, modal dan penanggulangan risiko usahanya.
KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Konsep Kemitraan Konsep formal kemitraan tercantum dalam Undang-undang Nomor 9 tahun 1995 yang menyebutkan, kerjasama antara usaha kecil dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan yang berkelanjutan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Konsep tersebut diperjelas pada Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 1997 yang menjelaskan bahwa bentuk kemitraan yang ideal adalah saling memperkuat, saling menguntungkan, dan saling menghidupi. Hafsah (2000) mendefinisikan kemitraan sebagai suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Dengan begitu kemitraan merupakan suatu kerjasama antara dua perusahaan atau lebih yang saling terintegrasi sesuai perannya masing-masing, dengan tujuan untuk saling memperkuat dan meraih keutungan bersama dalam mencapai tujuan masing-masing mauppun bersasma dengan jangka waktu tertentu. Tujuan dan Manfaat Kemitraan Tujuan dilakukannya kemitraan antara perusahaan pada setiap pola yang dilakukan akan mengarah pada hubungan yang saling menguntungkan satu sama lain. Menurut Hafsah (2000) tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kemitraan adalah: a) meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat, b) meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan, c) meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat dan usaha kecil, d) meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, wilayah dan nasional, e) memperluas kesempatan kerja dan, f) meningkatkan ketahanan ekonomi nasional. Hafsah (2000) juga menyatakan bahwa manfaat dari kemitraan adalah: 1. Produktivitas Dalam kemitraan, bagi perusahaan yang lebih besar dapat mengoperasionalkan kapasitas pabriknya secara full capacity tanpa perlu memiliki lahan dan pekerja lapang sendiri karena biaya untuk keperluan tersebut ditanggung oleh petani. Bagi petani sendiri, manfaat dari kemitraan adalah peningkatan produktivitas secara simultan yaitu dengan cara menambah unsur masukan (input) baik kualitas maupun kuantitasnya. Produktivitas adalah
7 hubungan antara berapa output yang dihasilkan dan berapa input yang dibutuhkan untuk memproduksi output tersebut. 2. Efisiensi Perusahaan dapat menghemat penggunaan tenaga dalam mencapai target tertentu dengan tenaga kerja yang dimiliki petani. Bagi petani yang umumnya lemah dalam teknologi dan pengadaan sarana produksi, dengan bermitra dapat menghemat waktu melalui teknologi yang disediakan oleh perusahaan. 3. Jaminan Kualitas, Kuantitas, dan Kontinuitas Secara umum, kualitas adalah ukuran yang menyatakan seberapa jauh pemenuhan persyaratan, spesifikasi, dan harapan konsumen. Kualitas, Kuantitas, dan Kontinuitas sangat erat kaitannya dengan efisiensi dan produktivitas di pihak petani mitra. Hal tersebut pula yang menentukan terjaminnya pasokan pasar. 4. Risiko Dalam hal ini kemitraan bermanfaat mengurangi risiko yang dihadapi oleh kedua belah pihak yang bermitra. Kontrak akan mengurangi risiko yan dihadapi perusahaan karena tidak harus menanamkan investasi atas tanah dan mengelola pertanian yang sangat luas. Sedangkan risiko yang dialihkan oleh petani antara lain kegagalan pemasaran hasil produksi, fluktuasi harga produk,dan kesulitan memperoleh sumberdaya produksi. 5. Sosial Kemitraan dapat menghasilkan persaudaraan antar pelaku ekonomi yang berbeda status. Dampak sosial yang diberikan kemitraan akan menghindarkan negara dari kecemburuan sosial yang bisa berkembang menjadi gejolak social akibat ketimpangan. 6. Ketahanan Ekonomi Nasional Peningkatan pendapatan yang diikuti dengan peningkatan kesejahteraan da sekaligus terciptanya pemerataan akan mengurangi timbulnya kesenjangan ekonomi antar pelaku usaha. Keadaan ini nantinya akan mampu meningkatkan ketahanan ekonomi secara nasional. Merpermudah dan mempercepat pencapaian tujuan yang diinginkan kedua belah pihak merupakan tujuan utama dilakukannya hubungan kemitraan. Dengan tercapainya tujuan peningkatan produktivitas, efisiensi produksi, jaminan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas, berkurangnya resiko yang dihadapi, keuntungan social, serta meningkatkan keteahanan ekonomi nasional akan menguntungkan kedua belah pihak. Sumardjo (2004) menyatakan bahwa dampak positif yang timbul adanya kelembagaan kemitraan dalam sistem agribisnis adalah sebagai berikut: 1) Adanya keterpaduan dalam sistem pembinaan yang saling mengisi antara materi pembinaan dengan kebutuhan riil petani. Sistem pembinaan terpadu ini meliputi permodalan, sarana, teknologi, bentuk usaha bersama atau koperasi dan pemasaran. Kondisi pembinaan yang sinergis juga dapat menimbulkan dampak positif, seperti : a) Kepastian pemasaran, b) Komoditas yang bernilai tinggi, c) Budidaya yang berpedoman dasar pada ketepatan waktu, kontinuitas, volume dan mutu serta ketepatan ukuran, warna dan rasa, d) Kerjasama yang serasi antara pelaku agribisnis hulu-hulu (pengaturan pola tanam atas komoditas primadona) dan hulu-hilir (kuantitas dan kualitas), dan
8 e) Pengembangan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan riil. 2) Adanya kejelasan aturan atau kesepakatan sehingga menumbuhkan kepercayaan dalam hubungan kemitraan bisnis yang ada 3) Ada keterkaitan antarpelaku dalam sistem agribisnis (hulu-hilir) yang mempunyai komitmen terhadap kesinambungan bisnis. Dalam keadaan bisnis yang berkesinambungan, kedua pihak mengalami beberapa hal positif sebagai berikut. a) Kesinambungan informasi, baik di tingkat hulu maupun hilir. b) Informasi di tingkat hilir misalnya informasi tentang kebutuhan konsumen dan kualitas produk yang dibutuhkan di pasaran. Sementara informasi di tingkat hulu yang dapat diperoleh, misalnya teknologi dan sarana yang sesuai untuk menghasilkan produk yang berkualitas tersebut. c) Tersedianya sarana secara tepat waktu, baik itu input maupun output yang telah disepakati bersama sesuai dengan periode pergiliran komoditas. d) Terhindarnya manipulasi dari pihak-pihak tertentu yang dapat menimbulkan penggunaan sarana produksi palsu. e) Tersedianya modal sesuai dengan kebutuhan dan penggunaannya secara efektif. f) Dapat menghasilkan produk usahatani yang sesuai dengan kebutuhan pasar. 4) Terjadinya penyerapan tenaga kerja yang cukup banyak dan berkesinambungan di sektor pertanian. Tujuan dan manfaat dari kemitraan adalah dengan adanya kemitraan dapat mempermudah perusahaan untuk mencapai tujuan dan keuntungan yang diharapkan bersama seperti meningkatkan kualitas sumberdaya dan usaha kelompok mitra, meningkatkan pendapatan/keuntungan masing-masing pihak yang bermitra, mengurangi risiko usaha, meningkatkan produktivitas, efisiensi antar usaha huluhilir, dan efisiensi modal. Proses Pembentukan Kemitraan Menurut Angsriawan (2002) dalam Priandika (2015) mewujudkan kemitraan usaha diperlukan tahapan-tahapan agar pelaksanaannya berjalan lancar. Tahap-tahap kemitraan usaha melibatkan berbagai pihak mulai dari petani, perusahaan mitra, lembaga keuangan, dan instansi terkait atau Pembina. Langkah-langkah tahapan sebagai berikut: 1. Tahap persiapan, merupakan tahap dalam melakukan seleksi calon peserta atau petani, organisasi petani, pola kemitraan, calon perusahaan atau lembaga mitra, serta tata cara pelaksanaan mitra. 2. Tahap sosialisasi, merupakan tahap pemahaman tentang cara kemitraan serta saran dan tanggapan untuk penyempurnaan. 3. Tahap pelaksanaan, merupakan tahap untuk mengetahui hak dan kewajiban masing-masing pihak yang bermitra dan evaluasi keragaan usaha kemitraan. Setiap pembentukan sebuah kemitraan diperlukan sebuah perjanjian yang jelas. Menurut Helen dan Peter (1995) dalam Ibrahim (2006) perjanjian kemitraan disebut pula dengan istilah βThe Partnership Agreementβ, berarti para pihak dapat menyetujui untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan yang ada dalam perjanjian kecuali ketentuan-ketentuan yang melanggar. Perjanjian kemitraan dapat dibuat dengan sederhana, mudah di mengerti oleh kedua belah pihak ataupun dalam bentuk yang sangat kompleks sekalipun.
9 Menurut Cheeseman (2001) dalam Ibrahim (2006), perjanjian kemitraan harus memenuhi sekurang-kurangnya keterangan dibawah ini: 1. Nama Kemitraan 2. Alamat para pendiri 3. Kedudukan kantor pusat 4. Ruang lingkup bisnis 5. Jangka waktu kemitraan 6. Kontribusi modal para pendiri 7. Pengaturan mengenai pembagian rugi laba 8. Gaji yang harus dibayarkan (jika ada) kepada para mitra 9. Tugas masing-masing mitra sehubungan dengan manajemen kemitraan 10. Kewenangan para mitra yang mengikat kemitraan 11. Ketentuan untuk menarik atau memasukkan mitra baru dalam kemitraan 12. Ketentuan-ketentuan mengenai kematian mitra dan berakhirnya kemitraan 13. Ketentuan-ketentuan lain yang sangat relevan dengan para mitra yang dianggap sangat penting. Suatu kemitraan dapat didirikan dengan jangka waktu yang lama(partnership of term) yaitu 5 (lima) tahun atau lebih atau sampai dengan tujuan dari kemitraan tersebut telah dicapai (partnership at will). Pola Kemitraan Sumardjo (2004) juga menyatakan dalam sistem agribisnis di Indonesia, terdapat lima bentuk kemitraan antara petani dengan pengusaha besar. Adapun bentuk-bentuk kemitraan yang dimaksud adalah sebagai berikut : 1. Pola kemitraan inti-plasma Pola ini merupakan hubungan antara petani, kelompok tani, atau kelompok mitra sebagai plasma dengan perusahaan inti yang bermitra usaha. Perusahaan inti menyediakan lahan, sarana produksi, bimbingan teknis, manajemen, menampung dan mengolah, serta memasarkan hasil produksi. Sementara itu, kelompok mitra bertugas memenuhi kebutuhan perusahaan inti sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati (Sumardjo, 2004)
Plasma
Plasma
Perusahaaan
Plasma
Plasma
Gambar 3 Pola kemitraan inti plasma Sumber : Sumardjo (2004)
10 Berdasarkan definisi dan gambar 3, pada pola kemitraan inti-plasma perusahaan besar berperan sebagai perusahaan induk yang menentukan jalannya kegiatan usaha plasma. Antara usaha plasma yang satu dengan yang lain tidak saling berhubungan langsung, semua kegiatan usaha dikendalikan dan melalui perusahaan besar yang berperan sebagai induk. 2. Pola kemitraan subkontrak Pola subkontrak merupakan pola kemitraan antara perusahaan mitra usaha dengan kelompok mitra usaha yang memproduksi komponen yang diperlukan perusahaan mitra sebagai bagian dari produksinya. Kelebihan dari pola subkontrak adalah pola subkontrak ditandai dengan adanya kesepakatan tentang kontrak bersama yang mencakup volume, harga, mutu dan waktu kondusif bagi terciptanya alih teknologi, modal, keterampilan, dan produktivitas, serta terjaminnya pemasaran produk pada kelompok mitra.
Kelompok mitra
Kelompok mitra Pengusaha mitra
Kelompok mitra
Kelompok mitra
Gambar 4 Pola kemitraan subkontrak Sumber : Sumardjo (2004) Berdasarkan penjelasan sebelumnya, pola kemitraan subkontrak memiliki pola yang mirip dengan pola inti-plasma. Perbedaannya adalah perusahaan mitra tidak menyediakan faktor produksi pada kelompok mitra. Perusahaan mitra menentukan kesepakatan hasil produksi yang akan diterima perusahaan mitra. Pada pola kemitraan ini kedua belah pihak harus dapat mempertahankan hubungan kontrak dengan baik agar tidak terjadi hubungan yang tidak diinginkan diantara kedua pihak. Dapat dibentuk juga asosisasi antara kelompok mitra agar memiliki posisi tawar yang lebih baik. 3. Pola kemitraan dagang umum Menurut Sumardjo (2004), pola kemitraan dagang umum merupakan hubungan usaha dalam pemasaran hasil produksi. Pihak yang terlibat dalam pola ini adalah pihak pemasaran dengan kelompok usaha pemasok komoditas yang diperlukan oleh pihak pemasaran tersebut. Beberapa petani atau kelompok tani hortikultura bergabung dalam bentuk koperasi atau badan usaha lainnya kemudian bermitra dengan toko swalayan atau mitra usaha lainnya. Koperasi tani tersebut bertugas memenuhi kebutuhan toko swalayan dengan persyaratan yang telah ditentukan. Dengan begitu pada pola kemitraan dagang umum, kelompok mitra melakukan usaha produksi sementara perusahaan mitra merupakan perusahaan yang melakukan usaha pemasaran yang berhubungan langsung dengan
11 konsumen. Dengan adanya pola ini maka kelompok mitra tidak perlu terlalu memikirkan distribusi dan pemasaran dari hasil produksi mereka dan perusahaan mitra tidak perlu memikirkan kegiatan produksi produk tersebut. Kelompok mitra memasok
Perusahaan mitra Memasarkan produk kelompok mitra
Konsumen/industri
Gambar 5 Pola kemitraan dagang umum Sumber : Sumardjo (2004) 4. Pola kemitraan keagenan Pola kemitraan keagenan merupakan bentuk kemitraan yang terdiri dari pihak perusahaan mitra dan kelompok mitra atau pengusaha kecil mitra (Sumardjo, 2004). Pihak perusahaan mitra (pengusaha besar) memberikan hak khusus kepada kelompok mitra untuk memasarkan barang atau jasa perusahaan yang dipasok oleh pengusaha besar mitra. Perusahaan besar atau menengah bertanggung jawab atas mutu dan volume produk (barang atau jasa), sedangkan usaha kecil mitranya berkewajiban memasarkan produk atau jasa. Diantara pihak-pihak yang bermitra terdapat kesepakatan tentang target-target yang harus tercapai dan besarnya fee atau komisi yang diterima oleh pihak yang memasarkan produk.
Kelompok mitra
memasok Perusahaan mitra
Memasarkan produk kelompok mitra Konsumen/industri
Gambar 6 Pola kemitraan keagenan Sumber : Sumardjo (2004)
12 Berdasarkan penjelasan diatas, pola kemitraan keagenan merupakan pola kemitraan dimana perusahaan besar menjual hasil produksinya melalui kelompok mitra. Semakin banyak barang yang dijual oleh kelompok mitra, maka semakin besar bonus atau fee yang di peroleh oleh kelompok mitra dari perusahaan mitra. Kelompok mitra memiliki hak khusus untuk menentukan cara pemasaran produk perusahaan mitra. Namun hal tersebut memiliki kelemahan apabila kelompok mitra menentukan harga secara sepihak, sehingga harga di konsumen menjadi tinggi. Diperlukan profesionalisme, kemampuan mencari pelanggan, dan pelayanan memuaskan pada konsumen agar terjadinya keberhasilan bagi perusahaan mitra dan juga kelompok mitra. 5. Pola kemitraan kerjasama operasional agribisnis (KOA) Pola kemitraan KOA merupakan pola hubungan bisnis yang dijalankan oleh kelompok mitra dan perusahaan mitra. Kelompok mitra menyediakan lahan, sarana, dan tenaga kerja, sedangkan pihak perusahaan mitra menyediakan biaya, modal, manajemen, dan pengadaan sarana produksi untuk mengusahakan atau membudidayakan suatu komoditas pertanian. Di samping itu, perusahaan mitra juga sering berperan sebagai penjamin pasar produk dengan meningkatkan nilai tambah produk melalui pengolahan dan pengemasan.
Kelompok mitra
ο· ο· ο·
Perusahaan mitra
Lahan Sarana Teknologi
ο· ο· ο· ο·
Biaya Modal Teknologi Manajemen
Gambar 7 Pola kemitraan KOA Sumber : Sumardjo (2004) Berdasarkan penjelasan diatas, pada pola kemitraan KOA ini perusahaan mitra dan kelompok mitra bekerja bersama seperti dalam satu perusahaan besar pada satu komoditas produk tertentu. Perusahaan mitra lebih berperan dalam bidang pendukung operasional produksi, sementara kelompok mitra lebih berperan dalam bidang produksi.
13 Faktor Keberhasialan dan Kegagalan Kemitraan Dalam pelaksanaannya begitu banyak faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan pengembangan kemitraan usaha agribisnis. Faktor-faktor tersebut tidak terlepas dari : sumberdaya manusia, manajemen dan teknis pelaksanaan kemitraan, mental dan sikap pelaksana kemitraan, keterlibatan pelaksana kemitraan, masalah lingkungan dan keamanan, fasilitas/sarana dan prasaranan, serta peraturan/kebijakan pemerintah pusat dan daerah. Menurut Hafsah (2000) dalam kemitraan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan kemitraan yaitu : 1. Kerja sama usaha, yang didasari oleh kesejajaran kedudukan atau mempunyai derajat yang sama bagi kedua pihak yang bermitra, tidak ada pihak yang dirugikan dalam kemitraan dengan tujuan meningkat kan keuntungan atau pendapatan melalui pengembangan usaha tanpa saling mengeksploitasi satu sama lain serta saling berkembangnya rasa saling percaya diantara mereka. 2. Antara pengusaha besar atau menengah dengan pengusaha kecil, diharapkan usaha besar atau menengah dapat bekerja sama saling menguntungkan dengan pelaku ekonomi lain (usaha lain) untuk mencapai kesejahteraan bersama. 3. Pengembanan dan pembinaan yang dilakukan oleh usaha besar atau usaha menengah terhadap usaha kecil, yang dapat berupa pembinaan mutu produksi, peningktan kemampuan SDM, pembinaan manajemen produksi, dan lain-lain. Prinsip kemitraan saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan, dan saling mengenal posisi keunggulan dan kelemahan masingmasing akan berdampak pada efisiensi dan turunnya biaya produksi. Karena kemitraan didasarkan pada prinsip win-win solution partnership, maka para mitra akan mempunyai posisi tawar yang setara berdasarkan peran masing-masing. Ciri dari kemitraan adalah kesejajaran kedudukan, tidak ada pihak yang dirugikan dan bertujuan untuk meningkatkan keuntungan bersama melalui kerjasama tanpa saling mengeksploitasi satu sama lain dan tumbuhnya rasa saling percaya diantara mereka. Hal yang dapat mempengaruhi gagalnya sebuah hubungan kemitraan. Menurut Pratiwi (2014) kegagalan yang terjadi pada kemitraan usaha agribisnis sering kali disebabkan karena pondasi dari kemitraan yang kurang kuat, bukan atas kebutuhan untuk kemajuan dan perkembangan bersama dari pihak-pihak yang bermitra. Selain itu, meskipun kemitraan dilaksanakan berdasarkan kemauan kedua belah pihak, namun jika kurang didasari oleh etika bisnis, maka kemitraan tersebut tidak dapat berjalan dengan baik. Lemahnya manajemen dan penguasaan teknologi yang disebabkan oleh lemahnya sumberdaya manusia yang dimiliki kelompok mitra juga sering menjadi faktor kegagalan. Karakteristik Peternak Menurut Kamus Bahasa Indonesia, karakteristik adalah mempunyai sifat khas sesuai dengan perwatakan tertentu. Karakteristik individu menurut Hurriyati (2005) merupakan suatu proses psikologi yang mempengaruhi individu dalam memperoleh, mengkonsumsi serta menerima barang dan jasa serta pengalaman karakteristik individu merupakan faktor internal (interpersonal) yang menggerakkan dan mempengaruhi perilaku individu. Yang termasuk kedalam karakteristik individu
14 yaitu usia, jenis kelamin, status kawin dan masa kerja. Menurut Soekartawi (2008) adopsi inovasi bagi seorang peternak berkaitan dengan faktor internal yakni karakteristik peternak yaitu umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, intensitas penyuluhan yang diterima, serta keberanian mengambil risiko. Berdasarkan pernyataan diatas, karakteristik peternak merupakan sifat khas yang dimiliki peternak yang mempengaruhi mereka dalam mengadopsi inovasi dan dalam mengambil keputusan. Karakteristik peternak diantaranya yaitu umur, jenis kelamin, status kawin, masa kerja, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, intensitas penyuluhan yang diterima dan keberanian mengambil risiko. Konsep Kepuasan Kemitraan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, puas adalah merasa senang (lega dan gembira) karena sudah terpenuhi hasrat hatinya. Sedangkan kepuasan adalah perihal (bersifat) puas : kesenangan/kelegaan. Maslow (1984) menyatakan bahwa kepuasan akan timbul bila kebutuhan terpenuhi. Berdasarkan pendapat Irawan (2003), kepuasan pelanggan adalah perasaan puas yang didapatkan oleh pelanggan karena mendapatkan value dari pemasok, produsen, atau penyedia jasa. Value ini bisa berasal dari produk, pelayanan, sistem, atau sesuatu yang bersifat emosi. Menurut Rangkuti (2003), salah satu faktor yang menentukan kepuasan pelanggan adalah persepsi pelanggan mengenai mutu jasa yang berfokus pada lima dimensi jasa yaitu responsiveness, reliability, emphaty, assurance dan tangible. Irawan (2003) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan secara tidak langsung mencerminkan seberapa jauh perusahaan telah merespon keinginan dan harapan pasar. Kepuasan kemitraan muncul ketika antara perusahaan inti dan plasma dalam hal ini adalah peternak ayam broiler memperoleh hasil yang diharapkan atau terjadinya keuntungan bagi kedua belah pihak sehingga memunculkan rasa puas. Teori perilaku kepuasan kemitraan lebih banyak didefinisikan dari persfektif terhadap apa yang diperoleh. Jika proses kemitraan dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan yang dapat memberikan nilai bagi pihak penyedia jasa (peusahaan inti) dan produsen (peternak), maka bisa dikatakan puas. Pada dasarnya pengertian kepuasan kemitraan mencakup perbedaan antara suatu harapan dan kinerja (hasil) yang dirasakan terkait dengan harapan tersebut. Berdasarkan uraian diatas, kepuasan adalah rasa senang yang didapatkan seseorang ketika terpenuhinya kebutuhan dan keinginan akan sesuatu dan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan begitu kepuasan peternak plasma terhadap layanan perusahaan inti adalah rasa senang yang dirasakan oleh peternak karena terpenuhinya kebutuhan dan keinginan mereka yaitu atribut-atribut pelayanan perusahaan inti sesuai dengan yang mereka harapkan. Hubungan Antara Karakteristik Peternak dan Kepuasan Pelayanan Perusahaan Inti Karakteristik peternak diantaranya adalah umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, intensitas penyuluhan yang diterima, serta keberanian mengambil risiko. Sementara kepuasan pelayanan terjadi apabila timbulnya rasa senang yang dirasakan oleh peternak. Umur sebagai salah satu karakteristik peternak sangat berpengaruh pada produktivitas seorang peternak. Tingkat produktivitas kerja seseorang akan mengalami peningkatan sesuai dengan pertambahan umur dan kemudian akan
15 menurun kembali menjelang usia tua. Sementara atribut pelayanan yang diberikan perusahaan inti akan sangat menentukan produksi dan produktivitas seorang peternak. Dengan demikian dapat diduga bahwa pada umur produktif peternak akan mampu dan ingin berproduksi secara maksimal, apabila pelayanan perusahaan inti tidak mampu mendukung produktivitas peternak maka akan berpengaruh pula dengan kepuasan seorang peternak. Tingkat tinggi rendahnya pendidikan akan menanamkan sikap yang menuju penggunaan praktek pertanian yang lebih modern. Mengenai tingkat pendidikan petani, dimana mereka yang berpendidikan tinggi relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi inovasi (Ibrahim et al 2003). Dengan demikian dapat diduga bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seorang peternak maka seorang peternak akan lebih kritis dalam proses produksi dan teknologi yang digunakan. Sehingga apabila perusahaan inti memberikan pelayanan yang maksimal dalam hal proses produksi dan teknologi yang digunakan maka peternak akan merasa puas, begitu pula sebaliknya. Jumlah tanggungan keluarga akan menentukan jumlah pendapatan yang dibutuhkan oleh peternak. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka semakin banyak pula kabutuhan hidup yang harus dipenuhi oleh seorang peternak. Dengan begitu apabila pelayanan perusahaan inti dapat memberikan pendapatan yang sesuai dengan kebutuhan peternak maka akan memengaruhi kepuasan peternak. Tingginya tingkat penyuluhan yang diterima oleh peternak ditentukan oleh besar frekuensi penyuluhan yang diberikan. Peternak akan merasa senang mengikuti penyuluhan yang diberikan apabila materi penyuluhan yang disampaikan menarik dan tidak membosankan serta benar-benar bermanfaat bagi peternak untuk usaha ternaknya. Rasa senang yang dirasakan peternak tersebut yang menentukan kepuasan peternak. Petani merupakan pengambil risiko yang sudah diperhitungkan. Mereka bergairah terhadap tantangan. Namun, petani kecil lebih menolak terhadap risiko yang ada (Soekartawi 2008). Peternak yang melakukan hubungan kemitraan merupakan perwujudan mereka dalam menangani risiko yang akan mereka hadapi, karena salah satu manfaat dari kemitraan adalah mengurangi risiko pada kedua belah pihak. Apabila pelayanan perusahaan inti dirasa peternak tidak memberikan manfaat mengurangi risiko yang mereka hadapi maka akan berpengaruh langsung pada kepuasan peternak terhadap pelayanan perusahaan inti. Kerangka Pemikiran Operasional Peternak ayam broiler pada umumnya adalah perternak mandiri dan memiliki skala usaha kecil yang kerap kali berhadapan dengan keterbatasan modal, teknologi dan pasar. Risiko yang dihadapi peternak antara lain harga ayam siap potong yang fluktuatif serta kelangkaan dan ketidak pastian harga sapronak. Kendala-kendala yang dihadapi oleh peternak tersebut mengakibatkan banyak peternak memilih bergabung dengan perusahaan kemitraan untuk meminimalkan risiko yang dihadapi. Hambatan dan keterbatasan peternak kecil terakomodasi oleh munculnya banyak perusahaan kemitraan. Kemitraan dapat membantu peternak kecil untuk memperoleh modal, jaminan sapronak, dan jaminan pemasaran. Sementara bagi perusahaan, kemitraan berguna untuk memenuhi kebutuhan dan kontinuitas
16 produksi. Sistem kemitraan yang digunakan oleh kemitraan antara peternak dan perusahaan tersebut juga menentukan keberhasilan dari hubungan kemitraan tersebut. Dalam hubungan kemitraan pola inti-plasma, perusahaan inti adalah pihak yang membuat prosedur, harga, serta waktu panen. Penentuan ini tentu tidak sepenuhnya diterima oleh peternak, karena pada kondisi tertentu harga input dan output akan terus berfluktuasi. Dengan adanya kontrak, harga pasar tidak akan mempengaruhi harga yang sudah ditetapkan sebelumnya. Kesalahan-kesalahan yang umumnya terjadi pada perusahaan kemitraan adalah ketidaksesuaian waktu panen, keterlambatan pengiriman sarana produksi, serta keterlambatan pembayaran. Hal ini juga diduga berpengaruh terhadap kepuasan peternak plasma. Penilaian peternak terhadap kinerja perusahaan tentunya merupakan hal yang sangat penting dalam menjaga kesinambungan hubungan kemitraan. Penilaian oleh peternak akan berbeda-beda karena peternak plasma memiliki latar belakang pendidikan, usia, dan pengalaman yang beragam. Selain Duta Technovet, terdapat juga perusahaan-perusahaan yang melakukan kemitraan dengan peternak. Dengan begitu perlu adanya upaya dalam mempertahankan loyalitas peternak mitra agar tidak keluar dari hubungan kemitraan yang sudah terjalin. Hubungan yang baik antara perusahaan inti dan peternak mitra menentukan keberhasilan suatu perusahaan yang berbasis kemitraan. Untuk mengetahui penilaian peternak plasma terhadap kinerja pelaksanaan kemitraan suatu perusahaan, perlu dilakukan pengukuran mengenai tingkat kepuasan peternak plasma. Pengukuran dilakukan menggunakan atribut-atribut yang diduga mempengaruhi tingkat kepuasan peternak plama. Atribut tersebut antara lain pelayanan mitra, prosedur penerimaan mitra, jaminan, harga kontrak DOC, harga kontrak pakan, harga kontrak obat dan vaksin, kualitas ayam, kualitas pakan, kualitas obat dan vaksin, jadwal pengiriman pakan, jadwal pengiriman DOC, jadwal pengiriman obat dan vaksin, frekuensi bimbingan technical service, materi yang diberikan technical service, pendukung yang digunakan technical service, respon terhadap keluhan, penetapan standart produksi, ketepatan waktu panen, kesesuaian harga jual ayam, ketepatan waktu pembayaran hasil, bonus FCR, serta bonus mortality Atribut diperoleh dari studi terhadap penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini dan disesuaikan dengan keadaan perusahaan. Atribut-atribut tersebut kemudian dipertanyakan kepada peternak mengenai tingkat kepentingan dan tingkat kinerja masing-masing atribut tersebut. Lalu dilakukan uji validitas dan reliabilitas kepada atribut. Metode yang digunakan adalah IPA dan CSI. Metode IPA digunakan untuk mengetahui tingkat kepentingan dan kepuasan terhadap masing-masing atribut, sedangkan CSI digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan peternak secara keseluruhan. Analisis tingkat kepentingan dan kinerja penting dilakukan untuk mengetahui ukuran pelayanan yang diberikan oleh pihak inti. Kinerja yang baik akan membawa dampak positif bagi kelangsungan usaha kemitraan, dimana peternak plasma yang merasa puas akan cenderung loyal terhadap perusahaan inti. Kondisi tersebut juga memungkinkan peternak plasma untuk mempromosikan kepada rekan peternak lain untuk turut serta bergabung dengan perusahaan inti.
17
Pelaksanaan kemitraan oleh Duta Technovet
-
Kontrak dibuat sepenuhnya oleh inti Indikasi ketidakpuasan peternak plasma Ada beberapa perusahaan kemitraan lain yang tumbuh bersama
Studi pola kemitraan Duta Technovet
Analisis tingkat kepuasan peternak plasma Analisis Deskriptif Analisis tingkat kesesuaian antara kepentingan dengan kinerja atribut -IPA(Importance Performance Analyasis) -CSI(Customer Satisfaction Index)
Meningkatkan kualitas dan menjaga keberlanjutan usaha kemitraan Duta Technovet Gambar 8 Kerangka pemikiran operasional
18
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Sleman dengan responden para peternak ayam broiler yang menjalin kerjasama sebagai mitra dengan perusahaan kemitraan Duta Technovet. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Duta Technovet merupakan perusahaan yang bergerak di industri peternakan ayam broiler dengan pola kemitraan, serta adanya kesediaan perusahaan untuk memberikan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Pengambilan data dilakukan pada bulan Mei sampai Juli 2016. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung dan wawancara dengan peternak plasma. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disediakan. Data sekunder diperoleh dari sumber-sumber lain dalam bentuk tidak langsung berasal dari usaha yang diteliti atau berasal dari luar. Data ini diperoleh dari buku, Badan Pusat Statistika (BPS), perpustakaan LSI IPB, internet, dan literatur lain yang relevan dan berkaitan dengan penelitian ini. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan adalah purposive sampling. Peternak yang dijadikan responden dipilih secara sengaja berdasarkan kriteria peternak yang terdaftar sebagai peternak plasma Duta Technovet dan sudah bergabung dengan Duta Technovet sebanyak minimal dua periode produksi. Pemilihan metode berdasarkan pertimbangan bahwa peternak tersebut memiliki pengalaman yang cukup, dan dapat mengisi dengan baik daftar pertanyaan yang diajukan. Jumlah responden yang digunakan berdasarkan rumus slovin adalah 34 responden. Uji Validitas dan Reliabilitas Uji validitas dan reliabilitas dilakukan terhadap atribut yang diduga berpengaruh terhadap kepuasan peternak plasma. Uji validitas digunakan untuk mengetahui derajat ketepatan suatu ukuran untuk menggambarkan kebenaran secara universal. Pengujian atribut dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pertanyaan yang diajukan dapat dimengerti oleh responden. Uji validitas dan reliabilitas menggunakan SPSS 23.0. Metode Analisis Data Data yang diolah dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif digunakan untuk mengetahui gambaran umum pola kemitraan. Sedangkan
19 data kuantitatif yang diperoleh dari peternak plasma akan digunakan untuk menganalisis tingkat kepuasan peternak. Alat yang digunakan untuk melakukan analisis tersebut adalah metode IPA dan metode CSI. Importance Performance Analysis (IPA) Dalam penelitian ini, analisis kepuasan pelayanan Duta Technovet akan dilakukan dengan metode IPA. Metode ini merupakan suatu teknik penerapan untuk mengukur atribut dari tingkat kepentingan (importance) dan tingkat kinerjanya (performance). Tingkat kepentingan adalah seberapa penting suatu atribut pelayanan dinilai oleh peternak plasma. Sedangkan tingkat kinerja digunakan untuk menilai seberapa besar kinerja atribut yang sudah dirasakan peternak plasma. Hasilnya akan disajikan dalam diagram kartesius dimana sumbu X memperlihatkan penilaian responden terhadap kinerja perusahaan dan sumbu Y menunjukkan penilaian kepentingan responden. Tiap atribut pernyataan diberikan skala 1 sampai 4. Skala ini sengaja digunakan untuk menghindari ketidakpastian responden (central tendency), yaitu kecenderungan memilih jawaban tengah atau kategori cukup. Keempat tingkat kepentingan dan kinerja tersebut diberikan bobot sesuai dengan Tabel 2. Tabel 2 Skor /nilai tingkat kepentingan dan tingkat kinerja Skor / Nilai Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja 1 Sangat Tidak Penting Sangat Tidak Baik 2 Tidak Penting Tidak Baik 3 Penting Baik 4 Sangat Penting Sangat Baik Perbandingan penilaian tingkat kepentingan dan kinerja menghasilkan suatu perhitungan tingkat kesesuaian antara tingkat kepentingan dan tingkat kinerja. Tingkat kesesuaian inilah yang menunjukkan tingkat kepuasan terhadap kinerja produk atau jasa yang dihasilkan. Rumus untuk tingkat kesesuaian responden yang digunakan adalah : ππ
Tki = ππ Γ 100% β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦ (1) Keterangan : Tki = Tingkat kesesuaian responden Xi = Skor penilaian kinerja atribut kemitraan Yi = Skor penilaian kepentingan pada setiap atribut pelaksanaan kemitraan Jika dihasilkan nilai Tki < 100 persen berarti kinerja atribut belum memenuhi kepuasan peternak plasma. Sedangkan jika nilai Tki > 100 persen berarti kinerja atribut telah memenuhi kepuasan peternak plasma. Sumbu mendatar (X) pada penggunaan diagram kartesius akan diisi oleh skor tingkat pelaksanaan atau kepuasan (performance) sedangkan sumbu tegak (Y) akan diisi oleh skor tingkat kepentingan (importance). Rumus untuk setiap faktor tersebut adalah sebagai berikut.
20 π
β Xπ πΜ
= π=1 ............β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦...(2) π Keterangan : Xi : Total skor tingkat kinerja atribut ke-i πΜ
: Skor rata-rata tingkat kinerja atribut i π : Jumlah responden π
β Yπ πΜ
= π=1 ..β¦..β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦..............(3) π Keterangan : Yi : Total skor tingkat kepentingan atribut ke-i πΜ
: Skor rata-rata tingkat kepentingan atribut i π : Jumlah responden
Diagram kartesius digunakan dalam penjabaran atribut-atribut tingkat kesesuaian kepentingan dan kepuasan responden terhadap mutu pelayanan. Diagram kartesius terbagi atas empat bagian dan dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus pada titik-titik (πΜ
, πΜ
) yang diperoleh dari rumus berikut. π
Μ
π
Μ
β
π πΜΏ = π=1 β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦(4) π Keterangan : πΜ
: Skor rata-rata tingkat kinerja atribut i πΜΏ : Skor rata-rata tingkat kinerja seluruh atribut π : Banyaknya atribut yang dapat memengaruhi kepuasan responden β
π πΜΏ = π=1 β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦..(5) π Keterangan : πΜ
: Skor rata-rata tingkat kepentingan atribut i πΜΏ : Skor rata-rata tingkat kepentingan seluruh atribut π : Banyaknya atribut yang dapat memengaruhi kepuasan responden
Diagram kartesius Importance Performance Analysis dapat dilihat pada Gambar 9. Tingkat Kepentingan T
πΜ
inggi
πΜΏ R
I Prioritas Utama
II Pertahankan Prestasi
III Prioritas Rendah
IV Berlebihan
endah
Tingkat
πΜΏ Re ndah
πΜ
Kinerja Ti nggi
Gambar 9 Diagram Importance Performance Analysis (IPA) Sumber : Martilla and James, 1977
21 Tiap kuadran pada diagram IPA menunjukan keadaan yang berbeda : kuadran I berisi prioritas utama, kuadran II menunjukkan atribut yang perlu dipertahankan, kuadran III merupakan prioritas rendah, dan kuadran IV adalah atribut yang berlebihan (Martilla and James 1977). Kuadran I (prioritas utama) menunjukkan faktor atau atribut yang dianggap mempengaruhi kepuasan peternak plasma. Atribut pada kuadran ini termasuk unsurunsur yang sangat penting, namun pada kenyataannya belum sesuai dengan harapan peternak plasma. Perusahaan inti dapat melakukan perbaikan secara terus menerus sehingga kinerja atribut pada kuadran ini dapat ditingkatkan. Kuadran II (pertahankan prestasi) menunjukkan faktor yang harus dipertahankan karena dianggap penting oleh peternak dan telah berhasil dilaksanakan oleh perusahaan inti. Atribut dalam kuadran ini menjadi produk / jasa unggul menurut persepsi peternak plasma. Kuadran III (prioritas rendah) menunjukkan beberapa faktor yang kurang penting bagi peternak plasma dan pada kenyataannya kinerjanya tidak terlalu istimewa. Peningkatan kinerja atribut pada kuadran ini perlu dipertimbangkan kembali karena pengaruhnya terhadap manfaat yang dirasakan peternak sangat kecil. Kuadran IV (berlebihan) menunjukkan faktor yang kurang penting bagi peternak namun dirasakan terlalu berlebihan. Atribut yang termasuk dalam kuadran ini dapat dikurangi agar perusahaan dapat menghemat biaya. Customer Satisfaction Index (CSI) Metode ini digunakan untuk menentukan tingkat kepuasan secara keseluruhan dengan pendekatan yang mempertimbangkan tingkat kepentingan dari atribut-atribut mutu jasa yang diukur. Tahapan pengukurannya adalah sebagai berikut : 1. Menentukan Mean Importance Score (MIS) dan Mean Satisfaction Score (MSS). Nilai ini berasal dari rata-rata tingkat kepentingan dan kinerja tiap responden: βπ
Yi
βπ
Xi
ππΌπ = π=1 β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦.(6) n Keterangan : n : Jumlah responden Yi : Nilai Kepentingan Atribut ke-i πππ = π=1 β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦..(7) n Keterangan : n : Jumlah responden Xi : Nilai Kinerja atribut ke-i 2. Menghitung Weight Factors (WF) Bobot ini merupakan persentase nilai MIS per atribut terhadap total MIS seluruh atribut. ππΌππ ππΉ = βπ MISπx 100% β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦(8) π=1
Keterangan : : Atribut kepentingan ke-p p i : Atribut bauran pemasaran ke-i MISi : Skor rata-rata kepentingan atribut ke-i
22 3. Menghitung Weight Score (WS) Bobot ini merupakan perkalian antara Weight Factors (WF) dengan ratarata tingkat kepuasan (MSS). WSi = WFi x MSS β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦.(9) Keterangan : i : Atribut bauran pemasaran ke-i WF : Weight Factors MSS : Skor rata-rata kinerja atribut ke-i 4. Menghitung Customer Satisfaction Index (CSI) π
β
WSπ
πΆππΌ = π=1π»π x 100% β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦(10) Keterangan : p : Atribut kepentingan ke-p WS : Weight Score HS : Highest Scale atau skala maksimum yang digunakan Untuk mengetahui suatu atribut dikatakan penting atau tidak penting oleh responden, dibutuhkan suatu rentang skala (Martila dan James 1977). Rumus untuk mengetahui rentang skala tingkat kepentingan adalah: [πππβπππ]
Wilayah skala = ππππ¦ππππ¦π π ππππ πππππ’ππ’πππ β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦β¦.(11) Keterangan : Xib : skor terbesar yang mungkin diperoleh, dengan asumsi bahwa semua responden memberikan jawaban sangat penting/sangat baik Xik : skor terbesar yang mungkin diperoleh, dengan asumsi bahwa semua responden memberikan jawaban sangat tidak penting/sangat tidak baik Dalam penelitian ini, karena kepuasan tertinggi dicapai bila CSI bernilai 100 persen maka rentang skalanya adalah sebagai berikut. 100% β 0% Wilayah skala = = 25% 4 Berdasarkan rentang skala tersebut, tingkat kepuasan peternak secara keseluruhan dapat dilihat dari kriteria tingkat kepuasan peternak dengan kriteria yang tertera pada Tabel 3. Tabel 3 Interpretasi angka indeks kepuasan peternak Angka Indeks (%)
Interpretasi
75 < indeks kepuasan β€ 100
Sangat puas
50 < indeks kepuasan β€ 75
Puas
25 < indeks kepuasan β€ 50
Tidak puas
0 < indeks kepuasan β€ 25
Sangat tidak puas
23
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN DAN POLA KEMITRAAN Gambaran Umum Perusahaan Duta Technovet merupakan perusahaan kemitraan peternakan ayam broiler yang didirikan pada tahun 2002 oleh Drh. Hari Wibowo. Duta Technovet melakukan kegiatan usahanya di D.I. Yogyakarta. Lokasi kantor Duta Technovet berada di Kabupaten Sleman, Kecamatan Depok, Kelurahan Maguwoharjo dan melakukan kegiatan ternak di daerah Kabupaten Gunung Kidul dan sekitarnya. Duta Technovet melakukan kemitraan dengan pola inti plasma, dimana perusahaan inti berperan dalam menyediakan sapronak dan membeli seluruh hasil produksi plasma, sedangkan plasma berperan mengelola usaha ternak untuk perusahaan inti. Duta Technovet bermitra dengan 37 peternak mitra. Dengan visi perusahaan βMenjadi mitra peternak ungags yang berperan aktif sebagai penyedia produk daging ayam yang sehat, bergizi dan aman dikonsumsi untuk meningkatkan kecerdasan dan kesejahteraan masyarakat khususnya di Provinsi D.I. Yogyakarta.β Duta Technovet memiliki misi yaitu menyebarluaskan peluang pasar dan informasi harga kepada seluruh anggota untuk menunjang kemandirian dan optimalisasi usaha serta membimbing anggota dalam mengelola dan mengembangkan usaha budidaya ternak ayam pedaging dengan perhitungan secara cermat. Duta Technovet memiliki struktur organisasi yang dipimpin oleh seorang General Manajer. Dalam kegiatan usahanya General Manager dibantu oleh dua Staff Administrasi, dua Staff Marketing, dua Staff Produksi dan dua Staff Distribusi. Kegiatan ternak ayam sepenuhnya dilakukan oleh peternak plasma.
General Manager
Staff Administrasi
Staff Marketing
Staff Produksi
Staff Distribusi
Gambar 10 Struktur perusahaan Duta Technovet
Sistem dan Prosedur Kemitraan Prosedur Penerimaan Mitra Dalam menjalankan usahanya, perusahaan perlu terus mencari peternak plasma dan menyeleksi calon peternak plasma. Peternak yang diharapkan perusahaan adalah peternak yang mampu melakukan kegiatan budidaya yang baik dan hasil yang
24 berkualitas serta mampu bekerja sama dengan perusahaan. Bagi perusahaan, peternak plasma merupakan mitra yang harus dipertahankan hubungan secara baik agar usaha kemitraan dapat berlangsung dengan baik dan berkesinambungan. Dalam pelaksanaan penerimaan peternak plasma diperlukan sebuah sistem dan prosedur pelaksanaannya agar dapat terpilih peternak plasma yang berkualitas, yang tentunya sudah dipersiapkan oleh perusahaan. Apabila calon peternak mitra ingin bermitra dengan Duta Technovet, calon peternak mitra datang ke kantor Duta Technovet dan mengajukan diri untuk bergabung menjadi mitra. Syarat yang harus dipenuhi oleh calon peternak mitra adalah peternak mitra harus sudah memiliki lahan yang akan digunakan untuk usaha ternak beseta dengan fasilitas produksi ternak. Kemudian perusahaan akan mengunjungi lokasi untuk melakukan survei. Ketentuan lokasi yang layak untuk dilakukan usaha ternak ayam broiler ini adalah jauh dari pemukiman, memiliki sumber air, dan yang paling penting adalah lokasi tersebut memiliki izin dari lingkungan sekitar dengan persetujuan dari kepala desa atau kecamatan. Kapasitas minimum yang mampu dikelola oleh calon peternak plasma adalah 3.000 ekor. Kemudian perusahaan akan mengajukan beberapa pertanyaan seperti kesanggupan peternak untuk memenuhi jaminan dan tes pengetahuan peternak tentang teknis budidaya serta pengecekan prestasi kegiatan ternak sebelumnya. Setelah semua ketentuan diatas terpenuhi maka calon peternak mitra dan perusahaan akan mengurus keperluan administrasi seperti tanda tangan kontrak dan penyerahan jaminan usaha. Setelah secara sah menjadi peternak mitra, akan dilanjutkan pada hubungan kemitraan dan produksi ayam broiler.
Pengajuan Kerjasama
Survei Lokasi
Tes Kemampuan Peternak β’ Kesanggupa n Jaminan β’ Pengalaman Peternak
Penandata nganan Kontrak
Penyerahan Jaminan
Gambar 11 Prosedur penerimaan mitra Syarat Bergabung Menjadi Peternak Plasma Persyaratan bergabung menjadi peternak plasma peternak memiliki kandang dengan kapasitas minimal 3 000 ekor ayam. Kandang tersebut sudah termasuk dengan keperluan sapronak seperti tempat makan, tempat minum dan pemanas. Perusahaan memperbolehkan peternak mengajukan kandang atau lahan miliknya sendiri ataupun kandang sewa.
25 Kandang harus berada jauh dari pemukiman warga dan sudah mendapatkan izin untuk melakukan kegiatan ternak dari lingkungan sekitar. Lokasi kandang yang menjadi prioritas perusahaan adalah kandang yang mudah dijangkau dan berada pada wilayah operasional Duta Technovet, yaitu wilayah Gunung Kidul dan sekitarnya. Peternak harus memiliki pengetahuan dan kemampuan melakukan budidaya ayam broiler. Pengalaman beternak akan mempermudah perusahaan untuk menilai kemampuan peternak tersebut. Peternak juga harus bersedia memberikan jaminan berupa kepemilikan tanah atau BPKB (Buku pemilik kendaraan bermotor). Pemberian jaminan dilakukan untuk memberikan rasa tanggung jawab dan motivasi bagi peternak dalam melakukan usahanya. Dalam menjamin keberlangsungan kemitraan yang baik, peternak plasma harus bersedia menerima bimbingan teknis dan pengawasan dari perusahaan inti. Peternak juga harus bersedia menyetujui seluruh peraturan kemitraan dengan cara menandatangani kontrak yang diajukan oleh perusahaan. Hak dan Kewajiban Perusahaan Inti Sesuai yang tertulis dalam perjanjian yang sudah disetujui oleh perusahaan dan peternak, pihak perusahaan memiliki kewajiban diantaranya yaitu membina peternak dalam pelaksanaan budidaya atau pemeliharaan ayam, memberi pelayanan dan bimbingan teknis budidaya ayam, menyediakan atau memasok sarana produksi peternakan (DOC dan Obat-obatan) yang jenis, jumlah, jadwal, dan syarat-syarat pemasokannya akan ditentukan selama hubungan kemitraan berjalan, membantu mengelola penggunaan pakan atau sarana produksi ternak yang tidak digunakan dalam bentuk jual beli, tukar-menukar atau dengan cara lainnya, membantu administrasi dan pengelolaan hutang piutang peternak, membantu memasarkan ayam hasil budidaya, dan bersedia menjadi pembeli siaga menurut syarat-syarat dan ketentuan yang telah di sepakati. Pihak perusahaan inti juga memiliki hak yaitu dapat memasuki lokasi peternakan kapan saja untuk melakukan pengecekan, meminta peternak untuk mengubah tata cara budidaya ayam yang tidak sesuai dengan standar pemeliharaan yang telah ditentukan, dan memberi sanksi yang dianggap perlu dan berguna bagi peternak. Hak dan Kewajiban Peternak Plasma Hak dari pihak peternak plasma adalah mendapat kepastian pasokan sarana produksi berupa DOC, pakan, dan obat-obatan serta mendapatkan pembinaan dari perusahaan inti. Pembinaan oleh perusahaan dilakukan agar peternak plasma memperoleh hasil yang optimal. Bimbingan yang diberikan berupa teknis budidaya dan kontrol langsung oleh perusahaan. Kewajiban peternak plasma adalah bertanggung jawab dalam mengelola usaha ternaknya dengan baik. Peternak plasma memiliki kewajiban diantaranya menyediakan lahan, perlengkapan kandang, serta tenaga kerja yang biaya operasionalnya ditanggung oleh peternak itu sendiri. Peternak plasma juga wajib menerapkan paket program kesehatan dan pemeliharaan ayam yang telah diberikan oleh perusahaan inti. Peternak wajib mengisi setiap hari recording pemeliharaan yang telah disediakan. Peternak plasma tidak diperbolehkan menggunakan sapronak lain selain dari pihak inti dan juga dilarang meminjamkan atau menjual kepada pihak lain. Penjualan
26 ayam dilakukan oleh pihak inti, sehingga keuntungan yang diperoleh peternak adalah berdasarkan perhitungan selisih antara penjualan ayam dengan pengeluaran sapronak dari perusahaan inti. Jika peternak mengalami kerugian, maka jumlah kerugian tersebut masuk kedalam hutang peternak dan akan menjadi tagihan pada periode selanjutnya. Penetapan Harga Kontrak Sarana produksi yang digunakan oleh Duta Technovet dalam menjalankan kegiatan usahanya berasal dari perusahaan lain. DOC diperoleh dari beberapa perusahaan yaitu PT. Wonokoyo Jaya Corporindo, PT. Lohmann Animal Health Indonesia, PT. Super Unggas Jaya, PT. Sierad, dan PT. Charoen Pokphand Indonesia sebagai supplier utama dengan persentase 50 persen. Pasokan pakan ternak diperoleh dari PT. Charoen Pokphand Indonesia, PT. Super Unggas Jaya dan PT. Japfa Comfeed Indonesia. Obat yang digunakan oleh Duta Technovet berasal dari PT. Pyridam Farma. Penetapan harga kontrak dicantumkan dalam perjanjian kontrak harga antara Duta Technovet dengan peternak plasma. Penetapan harga sapronak, harga ayam hidup dan penetapan pemberian bonus ditentukan sebelumnya oleh pihak inti dan disetujui dalam suatu kontrak kerjasama dan kontrak harga pada periode tertentu. Tabel 4 Harga kontrak input No. Produk 1 DOC (ekor) 2 Pakan Starter (kilogram) 3 Pakan Finisher (kilogram) 4 OVK (ekor)
Harga Kontrak (Rp) 6 800 7 350 7 275 500
Harga kontrak DOC ditentukan oleh perusahaan berdasarkan kondisi harga pasar. Apabila terjadi kenaikan atau penurunan harga yang signifikan, maka perusahaan akan menyesuaikan harga kontrak yang berlaku. Penentuan harga kontrak DOC yang dilakukan oleh perusahaan akan sedikit lebih tinggi daripada harga pasar yang ada, namun apabila peternak plasma berusaha untuk membeli sendiri DOC maka lebih mahal dari harga yang diberikan oleh inti. Hal ini disebabkan oleh faktor biaya operasional yang akan ditanggunng sendiri. Sama halnya dengan penentuan harga pakan. Penentuan harga kontrak pakan oleh perusahaan juga mengikuti harga pasar yang berlaku. Harga yang diberikan tidak jauh dari harga pasar dan dapat berubah apabila harga pasar berubah secara signifikan. Namun perubahan harga yang sangat signifikan jarang terjadi. Berkaitan dengan harga pasar, harga ayam hidup juga bisa naik ataupun turun sesuai dengan pergerakan pasar. Namun perusahaan sebelumnya sudah menetapkan garansi ayam hidup yang tertulis dalam kontrak. Tabel 5 Harga kontrak jual ayam hidup No. Berat/Ekor (kilogram) 1 2
β€ 1.09 1.10 β 1.19
Ayam Sehat (rupiah) Sesuai laku 17 450
Ayam Sakit (rupiah) Sesuai laku 16 950
27 Lanjutan Tabel 5. No. Berat/Ekor (kilogram) 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1.20 β 1.29 1.30 β 1.39 1.40 β 1.49 1.50 β 1.59 1.60 β 1.69 1.70 β 1.79 1.80 β 1.89 1.90 β 1.99 β₯ 2.00
Ayam Sehat (rupiah) 17 400 17 350 17 300 17 250 17 200 17 150 17 050 16 950 16 800
Ayam Sakit (rupiah) 16 900 16 850 16 800 16 750 16 700 16 650 16 550 16 450 16 300
Harga pasar untuk ayam hidup juga dapat berubah-ubah. Apabila harga pasar ayam berada di atas harga kontrak yang berlaku, maka peternak akan mendapatkan bonus harga dari selisih harga pasar dan harga kontrak. Bonus selisih harga berlaku dengan syarat peternak memiliki IP (Indeks Prestasi) aktual minimal 275. Perusahaan akan memberikan bonus atas indeks prestasi (IP) atau mortalitas. Peternak akan mendapatkan salah satu bonus diambil berdasarkaan jumlah yang paling tinggi. Perhitungan IP dilakukan sebagai berikut: (100 β %ππππ‘ππππ‘ππ )π₯ πππ‘π β πππ‘π πππππ‘ π₯ 100 πΌπππππ ππππ π‘ππ π = π’ππ’π πππππ πππ‘π β πππ‘π π₯ πΉπΆπ
FCR (Feed Convertion Ratio) adalah jumlah pakan yang dihabiskan untuk menghasilkan satu kilogram bobot ayam hidup. Perhitungan dilakukan dengan menjumlahkan total pemakaian pakan, kemudian dibandingkan dengan bobot daging yang dihasilkan oleh peternak, sehingga akan diketahui berapa kilogram pakan yang digunakan untuk setiap satu kilogram bobot ayam hidup. Sehingga semakin kecil nilai FCR, menunjukkan pengelolaan yang semakin baik. Mortalitas adalah persentase jumlah ayam hidup pada saat panen dibandingkan dengan jumlah DOC pada saat awal dimulainya budidaya. Peternak dengan IP minimal 265 akan mendapatkan bonus sebesar 5 persen dari selisih harga pasar dengan harga kontrak. Jumlah persentase bonus akan bertambah bila peternak memiliki IP minimal 280 dengan bonus 10 persen dari selisih harga pasar dengan harga kontrak, dan IP minimal 300 dengan bonus 15 persen dari selisih harga pasar dengan harga kontrak. Sedangkan bonus mortalitas diberikan jika peternak memiliki mortalitas minimal 5 persen, dengan bonus sebesar Rp 40 /Kg. Pengawasan dan Pembinaan Pihak Inti Peternak plasma mendapatkan pengawasan dari pihak inti melalui technical service atau petugas penyuluh lapang (PPL). Pengawasan dilakukan untuk membantu peternak yang mengalami kesulitan dalam masa budidaya ternaknya. Pekerjaan yang dilakukan antara lain mengontrol pemeliharaan, melakukan penimbangan bobot ayam, serta membantu peternak menjaga kondisi kesehatan ayam. Saat ini Duta Technovet memiliki dua orang PPL dengan pendidikan terakhir sarjana. Pekerjaan sehari-hari PPL adalah mengunjungi peternak-peternak plasma secara bergantian. PPL tentunya akan memperoleh insentif jika peternak mampu menghasilkan produksi yang baik dan sesuai dengan standar perusahaan.
28 Sanksi dari Pihak Inti Sanksi-sanksi yang ditetapkan oleh Duta Technovet untuk kondisi-kondisi tertentu antara lain : 1. Apabila peternak plasma mengalami kerugian pada satu periode tertentu baik akbibat teknis produksi, penyakit maupun kesalahan manajemen kandang, maka sejumlah kerugian tersebut dihitung sebagai hutang yang dapat dilunasi dengan mengangsur dari 20 persen keuntungan pada periode selanjutnya. 2. Bila terjadi kelebihan penggunaan pakan, maka peternak wajib mengganti kelebihan pakan tersebut sesuai dengan kondisi ayam. 3. Kekurangan dan kekeliruan penulisan berat maupun jumlah ekor per timbangan menjadi tanggung jawab peternak. Apabila peternak dianggap tidak mampu melakukan budidaya dengan baik, maka perusahaan akan menghentikan kontrak kerjasama dengan peternak plasma tersebut dan tetap menagih hutang yag belum terbayar atau pengambilalihan jaminan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Usaha Peternak Responden Skala Usaha Ternak Populasi ternak yang dibudidayakan oleh peternak bergantung pada kemampuan, luas kandang dan fasilitas yang dimiliki oleh peternak plasma tersebut. Skala peternak responden berada pada kisaran 1 500 ekor sampai dengan 12 000 ekor. Sebaran responden berdasarkan skala usaha dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Skala usaha ternak Karakteristik Skala Usaha (Ekor)
< 3 000 3 000-6 000 > 6 000
Jumlah (Orang)
Persentase
2 27 5
5.88 79.41 14.71
Tabel 6 menunjukkan hampir seluruh peternak plasma Duta technovet memiliki populasi ukuran sedang antara 3 000 - 6 000 ekor dengan presentase sebesar 79,41 persen. Sebanyak 5 orang peternak plasma memiliki populasi cukup besar diatas 6 000 ekor. Terdapat 2 orang peternak plasma memiliki jumlah populasi dibawah standar ketentuan perusahaan, yaitu populasi dibawah 3 000 ekor. Kedua peternak tersebut sebenarnya memiliki kemampuan memelihara populasi diatas 3 000 ekor, namun perusahaan memberikan jumlah populasi dibawah 3 000 dengan pertimbangan prestasi peternak pada periode sebelumnya yang belum memungkinkan memelihara populasi diatas 3 000 ekor. Secara keseluruhan, peternak plasma duta technovet memiliki populasi tidak terlalu besar. Status Kepemilikan Kandang Status kepemilikan kandang peternak plasma akan memengaruhi pendapat bersih peternak. Perusahaan tidak terlalu mempermasalahkan apabila lahan yang digunakan untuk kegiatan ternak milik sendiri atau sewa, dengan syarat peternak
29 tersebut mampu melakukan kegiatan ternak yang baik dan berkesinambungan dan memenuhi kewajiban untuk memberikan jaminan kepada perusahaan yang berupa surat kepemilikan tanah, BPKB, ataupun berupa uang tunai. Tabel 7 Status kepemilikan kandang Karakteristik Status Kepemilikan Kandang
Jumlah (Orang)
Persentase
Milik Sendiri
31
91.18
Sewa
3
8.82
Peternak plasma Duta Technovet melakukan usaha budidayanya pada kandang milik sendiri sebanyak 31 orang atau hampir seluruh peternak Duta Technovet melakukan usaha budidayanya pada kandang milik sendiri. Sementara terdapat 3 orang peternak plasma melakukan usaha budidayanya pada kandang dengan status kepemilikan sewa. Peternak plasma yang melakukan usaha budidaya pada kandang milik sendiri dapat memiliki pendapatan bersih lebih banyak dibandingkan dengan peternak plasma yang menggunakan kandang sewa apabila memiliki hasil produksi sama. Perusahaan juga akan merasa lebih yakin kepada peternak plasma yang melakukan usaha budidayanya pada lahan milik sendiri. Pekerjaan Diluar Usaha Ternak Ayam Sebagian besar peternak responden mengandalkan usaha ternak ayamnya sebagai pekerjaan utama. Sebesar 53 persen peternak responden tidak memiliki pekerjaan lain selain usaha ternaknya. Beberapa peternak responden memiliki pekerjaan lain yaitu diantaranya sebagai perangkat desa, petani, pegawai negeri, wiraswasta, karyawan, dan guru. Tabel 8 Pekerjaan diluar usaha ternak Karakteristik
Pekerjaan Diluar Usaha Ternak
Perangkat Desa PNS Petani Wiraswasta Karyawan Guru Tidak Ada
Jumlah (Orang)
Persentase
3 1 4 6 1 1 18
8.82 2.94 11.76 17.65 2.94 2.94 52.94
Karakteristik Peternak Responden Usia Peternak Usia merupakan karakteristik internal peternak yang dapat menentukan prestasi usaha peternak. Tingkat produktifitas seseorang akan mencapai puncaknya pada usia produktif dan selanjutnya akan mengalami penurunan tingkat produktifitas seiring dengan bertambahnya usia seseorang.
30 Tabel 9 Usia peternak Karakteristik < 20 20-39 40-59 > 59
Usia (Tahun)
Jumlah (Orang)
Persentase
0 21 13 0
0 61.76 38.24 0
Peternak plasma yang bergabung dengan Duta Technovet memiliki rentang usia 27 tahun hingga 52 tahun. Seluruh peternak plasma yang bergabung dengan Duta Technovet sudah berada pada usia dewasa dan produktif. Usia yang merupakan usia produktif ialah 15-59 tahun, sedangkan usia dibawah 15 tahun merupakan usia belum produktif atau masih pada usia sekolah. Produktifitas seseorang akan mulai menurun pada usia lebih dari 59 tahun atau sudah memasuki usia tua. Jenis Kelamin Hampir seluruh peternak responden berjenis kelamin laki-laki. Hal ini dapat dipengaruhi oleh kecenderungan laki-laki sebagai pemimpin dalam keluarga. Jumlah responden perempuan yang bermitra dengan Duta Technovet hanya berjumlah 2 orang saja. Alasan salah satu responden perempuan tersebut bergabung dengan kemitraan dan melakukan usaha ternak adalah sebagai pekerjaan sampingan dan salah satunya lagi melakukan usaha ternak sebagai pekerjaan utama karena berperan sebagai pemimpin dalam keluarganya juga. Tabel 10 Jenis kelamin peternak Karakteristik Jenis Kelamin
Jumlah (Orang)
Persentase
Laki-laki
32
94.12
Perempuan
2
5.88
Pendidikan Peternak responden memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda-beda. Sebagian dari peternak responden memiliki latar belakang pendidikan SMA. Diikuti dengan peternak berlatar belakang pendidikan SMP dan SD. Hanya dua orang peternak yang telah menempuh pendidikan tinggi D3 dan satu orang dengan gelar sarjana. Walaupun sudah memiliki latar belakang pendidikan tinggi (diploma dan sarjana), kegiatan usaha ternak merupakan pekerjaan utama mereka, namun mereka juga memiliki pekerjaan lain seperti guru dan perangkat desa. Tabel 11 Tingkat pendidikan peternak Karakteristik
Pendidikan
Jumlah (Orang)
Persentase
SD SMP SMA D3
5 9 17 2
14.71 26.47 50 5.88
S1
1
2.94
31 Lama Beternak Ayam Pengalaman beternak seorang peternak akan sangat memengaruhi kemampuan beternak dan hasil produksinya. Pengalaman mupakan salah satu syarat awal yang diberikan perusahaan untuk bergagbung sebagai peternak mitra. Perusahaan akan lebih dulu melihat prestasi peternak pada produksi sebelumnya. Tabel 12 Pengalaman peternak Karakteristik
Pengalaman Beternak Ayam (Tahun)
1-5 6-10 11-15 16-20 21-25
Jumlah (Orang)
Persentase
22 8 1 2 1
64.71 23.53 2.94 5.88 2.94
Peternak yang bekerjasama dengan Duta Technovet memiliki rata-rata pengalaman beternak selama 6 tahun. Berdasarkan Tabel 12 sebagian besar peternak plasma memiliki pengalaman beternak selama satu sampai lima tahun. Sementara sebanyak 12 orang peternak sudah memiliki pengalaman beternak selama lebih dari lima tahun hingga 25 tahun. Peternak plasma yang bekerjasama dengan perusahaan Duta Technovet minimal sudah memiliki pengalaman beternak selama satu tahun. Jumlah Tanggungan Keluarga Hampir seluruh peternak responden sudah menikah dan memiliki tanggungan keluarga. Kegiatan usaha ternak dilakukan untuk menghidupi keluarga mereka, baik sebagai pemasukan utama maupun sebagai pemasukan sampingan. Sisanya sebanyak tiga orang peternak responden belum menikah dan belum memiliki tanggungan keluarga. Tabel 13 Jumlah tanggungan keluarga Karakteristik Jumlah Tanggungan Keluarga (Orang)
Tidak ada 2 >2
Jumlah (Orang) 2 13 18
Persentase 38.24 52.94 8.82
Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka semakin banyak jumlah orang yang harus dibiayai hidupnya. Satu keluarga kecil dapat terdiri dari satu suami, satu istri dan satu anak. Sebagaian besar peternak responden memiliki tanggungan keluarga lebih dari dua orang (belum termasuk dirinya sendiri). Sisanya memiliki tanggungan keluarga kurang dari dua orang dan belum memiliki tanggungan keluarga dengan persentase jumlah lebih sedikit walaupun tidak berbeda jauh.
32 Analisis Kepuasan Peternak Mitra terhadap Atribut Kemitraan Atribut Kemitraan Terdapat 22 atribut kemitraan yang dinilai tingkat kepentingan dan kinerjanya oleh peternak responden. Atribut-atribut tersebut dapat dikelompokkan menjadi tujuh variabel, yaitu pelayanan administrasi, harga kontrak sapronak, kualitas sapronak, jadwal pengiriman sapronak, peran technical service, pemanenan ayam broiler, dan pemberian bonus. Penjelasan dari atribut-atribut yang mempengaruhi kepuasan peternak plasma dianalisis secara umum sebagai berikut: 1. Prosedur Penerimaan dan Pelayanan Mitra Pada awal bergabung dengan perusahaan, peternak mitra akan menerima pelayanan dan harus mengikuti prosedur penerimaan untuk bergabung dengan perusahaan. Kemudian peternak plasma akan diminta untuk memberikan jaminan. Atribut pelayanan mitra menilai keramahan inti terhadap calon plasma. Atribut prosedur penerimaan mitra menilai kemudahan persyaratan dan pemahaman peternak tentang kontrak yang disepakati. Atribut jaminan menilai penyerahan jaminan yang dilakukan peternak plasma kepada perusahaan perlu dilakukan atau tidak dan berpengaruh atau tidak pada kegiatan usaha ternak yang dilakukan. 2. Harga Kontrak DOC, Pakan, dan Obat-obatan Atribut ini digunakan untuk mengetahui bagaimana peternak menilai harga kontrak DOC, pakan, dan obat-obatan yang diberikan perusahaan kepada peternak plasma. Harga yang diberikan perusahaan akan menguntungkan atau merugikan peternak plasma. 3. Kualitas DOC, Pakan, dan Obat-obatan Kualitas sapronak yang diberikan oleh perusahaan akan sangat mempengaruhi hasil dari kegiatan usaha ternak yang dilakukan oleh peternak plasma. Kualitas DOC dinilai berdasarkan tingkat mortalitas DOC. Kualitas pakan dinilai berdasarkan pengaruh pakan terhadap nilai FCR. Kualitas obat-obatan dinilai berdasarkan kemampuan obat-obatan dalam mengatasi masalah penyakit. 4. Jadwal Pengiriman DOC, Pakan, dan Obat-obatan Pengiriman DOC, pakan, dan obat-obatan oleh perusahaan dilakukan berdasarkan permintaan peternak sesuai dengan kebutuhan. Atribut ini menilai pengiriman sapronak yang dilakukan oleh perusahaan sering mengalami keterlambatan sehingga merugikan peternak atau tepat waktu sesuai dengan harapan sehingga kegiatan ternak berjalan dengan lancar. 5. Frekuensi Bimbingan Teknis PPL ditugaskan untuk mengunjungi peternak secara rutin untuk mengakomodasi pertanyaan dan melakukan bimbingan mengenai teknis budidaya. Seringnya petugas lapang mengunjungi peternak akan berpengaruh terhadap cara mereka melakukan budidaya. Atribut ini menilai banyaknya kunjungan yang dilakukan oleh PPL sudah sesuai dengan harapan mereka atau belum. 6. Materi Bimbingan dan Pendukungnya Atribut materi yang diberikan oleh PPL menilai kualitas materi yang diberikan mampu menyelesaikan masalah dengan baik atau tidak. Penyampaian materi yang diberikan oleh PPL dapat didukung dengan alat pendukung yang dibawa oleh PPL. Penggunaan alat pendukng tersebut dapat dinilai membantu kegiatan bimbingan atau tidak.
33 7. Respon Terhadap Keluhan Dalam kegiatan budidaya, peternak biasanya mengalami permasalahan seperti penyakit, kualitas input, harga yang diberikan, dan lainnya. Peternak dapat menyampaikan keluhan permasalahannya kepada pihak inti melalui PPL atau datang langsung ke kantor perusahaan. Atribut ini menilai apakah peternak merasa didengarkan keluhannya dan respon terhadap keluhannya tersebut. 8. Penetapan Standar Produksi Perusahaan inti memiliki standar produksi, yaitu bobot ayam hidup, mortalitas, dan FCR yang kemudian dapat dihitung menjadi indeks prestasi. Atribut ini digunakan untuk mengetahui penilaian peternak terhadap satandar produksi yang sudah ditetapkan mampu dicapai atau tidak oleh peternak. 9. Ketepatan Waktu Panen Apabila terjadi keterlambatan waktu panen akan mempengaruhi biaya usaha ternak yang digunakan dan hasil panennya. Atribut ini menilai pemanenan yang dilakukan oleh pihak inti sudah sesuai harapan atau merugikan peternak. 10. Kesesuaian Harga Jual Ayam Atribut kesesuaian harga jual ayam menilai harga kontrak ayam hidup yang diberikan oleh perusahaan. Harga jual ayam hidup dipasar sangat ber fluktuasi, nahmun harga yang diberikan kepada peternak sesuai dengan harga kontrak yang telah ditentukan. Penilaian yang dilakukan akan memperhatikan harga kontrak yang diberikan memberatkan peternak plasma atau tidak dan sudah sesuai harapan atau belum. 11. Ketepatan Waktu Pembayaran Hasil Pembayaran hasil panen dilakukan setelah pihak inti memanen hasil produksi plasma. Ketepatan pembayaran hasil akan berpengaruh pada kemampuan peternak mempersiapkan kandang untuk produksi berikutnya, membayar buruh kandang, dan penghasilan peternak untuk memenuhi kebutuhan hidup. Atribut ini dinilai ketepatan waktu perusahaan membayar hasil panen. 12. Pemberian Bonus Pemberian bonus kepada peternak dilakukan berdasarkan indeks prestasi peternak atau berdasarkan tingkat kematian usaha ternak yang sudah ditentukan dengan standar produksi. Atribut ini menilai apakah bonus yang diberikan sudah sepadan dengan pencapaian peternak atau belum.
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Hasil Uji Validitas Pengujian validitas dilakukan untuk menguji alat ukur atau kuesioner yang digunakan valid atau tidak valid dengan menggunakan korelasi product moment. Pengambilan keputusan valid atau tidaknya atribut berdasarkan nilai r hitung dibandingkan dengan nilai r tabel atau nilai probabilitas (p-value). Atribut dinyatakan valid bila koefisien korelasi (nilai r-hitung) > r-tabel atau nilai p-value < 0,05. Adapun r-tabel untuk n=30 (df=28) adalah 0,316. Lampiran 2 dan Lampiran 3 menunjukan seluruh r-hitung (koefisien korelasi) yang diperoleh dari hasil pengolahan data penelitian ini lebih dari r-tabel artinya semua atribut yang digunakan telah mampu mengukur variabel yang diamati (valid).
34
Hasil Uji Reliabilitas Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur dapat dipercaya atau seberapa jauh konsistensi alat ukur. Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan koefisien Alpha Cronbach, data dianalisa dengan bantuan program IBM Statistical Package for Social Science (SPSS) 23 for windows. Hasil uji reliabilitas terhadap masing-masing indikator (butir-butir pertanyaan) untuk setiap dimensi dapat dilihat pada Tabel 14. Koefisien Alpha Cronbach uji reliabilitas untuk tingkat kepentingan sebesar 0,630 dari 22 indikator. Sementara koefisien Alpha Cronbach uji reliabilitas untuk tingkat kinerja sebesar 0,849 dari 22 indikator. Tabel 14 Uji reliabilitas Uji Reliabilitas
Cronbach's Alpha
N of Items
Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja
0.63 0.849
22 22
Hasil pengujian reliabilitas terhadap seluruh indikator pada dimensi-dimensi yang digunakan dalam penelitian dapat diterima, demikian juga untuk keseluruhan tingkat pengukuran sesuai dengan yang dikemukakan oleh Ghozali (2006) menyatakan bahwa suatu konstruk atau variabel dinyatakan reliabel jika nilai cronbach alpha > 0.60. Analisis Tingkat Kesesuaian Analisis tingkat kesesuaian dilakukan untuk mengetahui prioritas atribut yang yang harus ditingkatkan oleh perusahaan. Tingkat kesesuaian dengan nilai 100 persen atau lebih menunjukan bahwa atribut kemitraan tersebut sudah sesuai dengan harapan peternak plasma. Tingkat kesesuaian diperoleh dari perbandingan antara skor tingkat kinerja dengan skor tingkat kepentingan atribut. Berdasarkan seluruh nilai yang diperoleh dari perhitungan tingkat kesesuaian (Lampiran 4), belum ada atribut kemitraan yang sudah memenuhi harapan peternak plasma. Seluruh nilai tingkat kesesuaiannya masih berada di bawah 100 persen. Diantara seluruh atribut tersebut, kualitas ayam merupakan atribut yang paling kecil tingkat kesesuaiannya diikuti oleh jadwal pengiriman obat dan vaksin serta jadwal pengiriman pakan. Hal tersebut membuktikan bahwa pelayanan perusahaan inti berupa kualitas ayam masih jauh dari harapan peternak plasma. Kualitas DOC yang disediakan oleh perusahaan memiliki tingkat kematian yang tinggi. Perusahaan menyatakan bahwa kualitas ayam atau DOC yang kurang baik disebabkan oleh penurunan kualitas produk yang diberikan oleh perusahaan supplier. Kualitas ayam yang diberikan juga berfluktuasi. Yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah mengkaji ulang perolehan DOC. Salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh perusahaan inti adalah mengajukan keluhan kepada perusahaan pemasok tersebut. Perusahaan juga sebaiknya memberikan kompensasi kepada peternak plasma apabila kualitas DOC yang dikirimkan tidak baik. Informasi kualitas DOC di dapatkan oleh perusahaan ketika awal masa produksi. Perusahaan harus ikut melihat kondisi DOC yang dikirimkan melalui perwakilannya.
35 Perhitungan Importance Performance Analysis Analisis IPA dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai penilaian peternak plasma terhadap kinerja dan tingkat kepentingan atribut kemitraan dengan cara membandingkan kedua atribut tersebut. Hasil dari analisis ini diharapkan dapat berguna bagi perusahaan untuk mengetahui hal-hal apa saja yang perlu dilakukan dalam upaya meningkatkan kepuasan peternak plasma. Pada pelaksanaan kemitraan, walaupun kendali berada pada pihak perusahaan inti, namun pelaksana dilapangan adalah peternak plasma, sehingga perlu bagi inti untuk mengetahui apa yang dibutuhkan oleh peternak plasmanya. Di dalam diagram kartesius terdapat empat kuadran, yaitu kuadran I (prioritas utama), kuadran II (pertahankan prestasi), kuadran III (prioritas rendah), dan kuadran IV (berlebihan). Di dalam kuadran tersebut terdapat titik perbandingan antara tingkat kepentingan dan tingkat kinerja masing-masing atribut. Keempat kuadran tersebut dibatasi oleh dua garis yang saling berpotongan pada titik (X,Y). Garis yang tegak lurus dengan sumbu X (vertikal) merupakan skor rataan dari tingkat kinerja dan garis yang tegak lurus dengan sumbu Y (horizontal) merupakan skor rataan dari tingkat kepentingan. Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui nilai rataan kepentingan dari rataan kepentingan semua atribut adalah 3.57. Sedangkan nilai rataan kinerja yang diperoleh dari rataan kinerja semua atribut adalah 2.83.
Gambar 12
Diagram katersius tingkat kepentingan dan kinerja atribut kemitraan Sumber : Data diolah (2016)
Keterangan : 1 : Pelayanan mitra 2 : Prosedur penerimaan mitra
36 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
: Jaminan : Harga kontrak DOC : Harga kontak pakan : Harga kontrak obat dan vaksin : Kualitas ayam : Kualitas pakan : Kualitas obat dan vaksin : Jadwal pengiriman pakan : Jadwal pengiriman DOC : Jadwal pengiriman obat dan vaksin : Frekuensi bimbingan TS : Materi yang diberikan TS : Pendukung yang digunakan TS : Respon terhadap keluhan : Penetapan standard produksi : Ketepatan waktu panen : Kesesuaian harga jual ayam : Ketepatan waktu pembayaran hasil : Bonus FCR : Bonus mortality
Diagram kartesius terbagi dalam empat kuadran dan tiap kuadran menunjukkan terjadi suatu kondisi yang berbeda dengan kuadran lainnya. Adapun strategi yang dapat dilakukan berdasarkan posisi masing-masing atribut pada keempat kuadran yakni sebagai berikut : 1. Kuadran I (Prioritas Utama) Merupakan wilayah yang memuat atribut-atribut yang dianggap penting oleh peternak tetapi pada kenyataannya atribut-atribut ini belum sesuai seperti yang diharapkan. Oleh karena itu perusahaan harus melakukan perbaikan dan berusaha meningkatkan kinerja pada atribut yang dianggap penting oleh peternak plasma agar dapat mendapatkan kepuasan peternak yang lebih baik. Atribut-atribut tersebut adalah: a. Harga kontrak DOC b. Harga kontrak pakan c. Kualitas ayam d. Kualitas pakan e. Jadwal pengiriman pakan f. Jadwal pengiriman DOC g. Jadwal pengiriman obat dan vaksin h. Bonus FCR i. Bonus mortality Penentuan harga kontrak DOC dan pakan serta penentuan bonus dapat ditinjau ulang sesuai dengan harapan peternak yang di selaraskan dengan kemampuan dan kebutuhan perusahaan. Diskusi dengan para peternak dapat dilakukan untuk mengetahui harapan peternak terkait dengan harga kontrak dan bonus. Kualitas ayam dan pakan yang diperoleh peternak dari perusahaan inti yang kurang baik dapat diperbaiki perusahaan dengan cara mengkaji ulang perolehan DOC dan pakan. Salah satu usaha yang dapat dilakukan oleh perusahaan inti adalah
37 mengajukan keluhan kepada perusahaan pemasok tersebut. Perusahaan juga sebaiknya memberikan kompensasi kepada peternak plasma apabila kualitas DOC yang dikirimkan tidak baik. Informasi kualitas DOC di dapatkan oleh perusahaan ketika awal masa produksi. Perusahaan harus ikut melihat kondisi DOC yang dikirimkan melalui perwakilannya. Jadwal pengiriman pakan, DOC, dan obat dan vaksin yang belum sesuai dengan harapan peternak, apabila terkait dengan proses pengirimannya, perusahaan dapat mempertimbangkan melakukan investasi berupa mobil pengangkut. Dengan penggunaan inventaris perusahaan tersebut, perusahaan dapat langsung mengantar sapronak sendiri tanpa bergantung dengan sistem pengiriman yang dilakukan oleh perusahaan pemasok. 2. Kuadran II (Pertahankan Prestasi) Merupakan wilayah yang memuat atribut-atribut yang dianggap penting oleh peternak dan peternak merasa senang terhadap kinerja perusahaan. Atribut yang berada pada kuadran ini harus dipertahankan dan ditingkatkan kinerjanya oleh perusahaan. Atribut-atribut tersebut diantaranya: a. Pelayanan mitra b. Kualitas obat dan vaksin c. Kesesuaian harga jual ayam d. Ketepatan waktu pembayaran hasil Pelayanan yang diberikan oleh perusahaan kepada para peternak mitranya sudah sesuai dengan harapan para peternak dan senang dengan kinerja pelayanan perusahaan. Mempertahankan dan meningkatkan atribut ini dapat menambah rasa senang peternak mitra untuk berkomunikasi langsung dengan perusahaan. Kualitas obat dan vaksin yang diberikan perusahaan kepada peternak sudah sesuai dengan harapan peternak. Obat dan vaksin yang di peroleh dari PT. Pyridam Farma dapat dipertahankan penggunaannya. Harga jual ayam yang diberikan oleh perusahaan yang sesuai dengan kontrak perjanjian sudah sesuai dengan harapan peternak. System penentuan harga jual ayam yang dilakukan perusahaan dapat terus dipertahankan dan ditingkatkan kinerjanya. Jangka waktu pembayaran hasil panen dari waktu pemanenan hingga waktu pembayaran dirasakan tidak memberatkan peternak dan sudah sesuai dengan harapan peternak. Perusahaan dianjurkan untuk terus memperhatikan dan mempertahankan hal tersebut. Atribut-atribut yang berada pada kuadran ini merupakan keunggulan yang dimiliki perusahaan dibandingkan dengan perusahaan lain. Mempertahankan dan meningkatkan atribut-atribut ini akan meningkatkan loyalitas peternak mitra. 3. Kuadran III (Prioritas Rendah) Merupakan wilayah yang memuat atribut-atribut yang dianggap kurang kinerjanya, tetapi peternak juga tidak terlalu mementingkan atribut-atribut ini. Sehingga perusahaan tidak perlu terlalu memerhatikan atribut yang berada pada kuadran ini. Atribut tersebut adalah respon perusahaan terhadap keluhan. 4. Kuadran IV (Berlebihan) Merupakan wilayah yang memuat atribut-atribut yang dianggap kinerjanya sudah baik oleh peternak, namun peternak hanya menilai bahwa atribut-atribut tersebut memiliki tingkat kepentingan yang rendah. Atribut-atribut tersebut adalah: a. Prosedur pelayanan mitra b. Jaminan
38 c. d. e. f. g. h.
Harga kontrak obat dan vaksin Frekuensi bimbingan teknis Materi yang diberikan technical service Pendukung yang digunakan technical service Penentuan standar produksi Ketepatan waktu panen
Walaupun peternak tidak menganggap atribut-atribut tersebut penting, perusahaan dapat tetap mempertahankan kinerja tersebut karena perusahaan kemungkinan memiliki alasan lain yang baik dan berguna bagi perusahaan. Perhitungan Costumer Satisfaction Index Pengukuran ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar harapan peternak plasma dapat dipenuhi oleh perusahaan inti. Metode Customer Satisfaction Index digunakan untuk menentukan tingkat kepuasan secara keseluruhan dengan pendekatan yang mempertimbangkan tingkat kepentingan dari atribut-atribut kemitraan yang diukur. Tabel 15 Perhitungan Costumer Satisfaction Index (CSI) Indikator MIS MSS 1. Pelayanan mitra 2. Prosedur penerimaan mitra 3. Jaminan 4. Harga kontrak DOC 5. Harga kontak pakan 6. Harga kontrak obat dan vaksin 7. Kualitas ayam 8. Kualitas pakan 9. Kualitas obat dan vaksin 10. Jadwal pengiriman pakan 11. Jadwal pengiriman DOC 12. Jadwal pengiriman obat danvaksin 13. Frekuensi bimbingan TS 14. Materi yang diberikan TS 15. Pendukung yang digunakan TS 16. Respon terhadap keluhan 17. Penetapan standard produksi 18. Ketepatan waktu panen 19. Kesesuaian harga jual ayam 20. Ketepatan waktu pembayaran hasil 21. Bonus FCR 22. Bonus mortality Total CSI
3.62 3.56 3.00 3.71 3.65 3.44 3.79 3.76 3.68 3.76 3.59 3.68 3.56 3.44 3.35 3.56 3.41 3.56 3.62 3.68 3.59 3.59 78.59
3.06 3.12 2.97 2.79 2.68 2.94 2.47 2.74 2.88 2.62 2.74 2.53 3.00 3.06 3.03 2.71 2.91 2.85 2.85 3.00 2.65 2.68 62.26
WF(%)
WS
4.603 4.528 3.817 4.716 4.641 4.379 4.828 4.790 4.678 4.790 4.566 4.678 4.528 4.379 4.266 4.528 4.341 4.528 4.603 4.678 4.566 4.566 100.00
14.081 14.118 11.340 13.176 12.421 12.879 11.928 13.103 13.484 12.540 12.489 11.833 13.585 13.394 12.925 12.253 12.641 12.919 13.133 14.034 12.086 12.220 282.58 70.65
39 Hasil penilaian yang dilakukan oleh peternak plasma terhadap kinerja perusahaan didapatkan bahwa tingkat kepuasan secara keseluruhan terhadap perusahaan inti. Indek kepuasan peternak Customer Satisfaction Indek (CSI) yang nilainya sebesar 70.65 persen nilai ini berada pada rentang skala 50 persen sampai dengan 75 persen yang memiliki arti secara keseluruhan peternak menganggap puas atas kinerja yang diberikan oleh perusahaan. Perusahaan diharapkan agar tidak cepat merasa puas dan terus berusaha meningkatkan kepuasan peternak plasmanya. Tingkat kepuasan peternak yang masih belum terpenuhi adalah sebesar 29,35 persen. Meningkatkan tingkat kepuasan peternak disarankan agar dapat mengantisipasi keadaan dimasa mendatang sehingga dapat tetap bertahan dan meningkatkan hubungan kemitraan antara inti dan plasma.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
1.
2.
3.
4.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa : Karakteristik peternak plasma Duta Technovet mayoritas berusian antara 20-39 tahun (61,76 persen), berjenis kelamin laki-laki (94,12 persen), berpendidikan SMA (50 persen), dengan pengalaman beternak ayam kurang dari enam tahun (64,7 persen), dan memiliki jumlah tanggungan keluarga lebih dari dua orang (52,94 persen). Peternak yang bergabung dengan perusahaan memiliki populasi antara 1500 hingga 12000 namun mayoritas peternak memiliki populasi antara 3000-6000 (79,41 persen), kandang milik sendiri (91,18 persen), dan sebagian peternak memiliki pekerjaan lain selain beternak ayam (47,06 persen) dan sebagiannya lagi tidak memiliki pekerjaan lain selain beternak ayam (52,94 persen). Pola kemitraan yang dilaksanakan oleh Duta Technovet adalah inti-plasma. Perusahaan inti menyediakan sapronak, pembimbingan teknis, dan kepastian penjualan hasil panen. Peternak plasma menydiakan lahan, kandang, peralatan kandang, dan tenaga kerja. System dan prosedur penerimaan mitra ditentukan dengan jelas, mulai dari tahap pengajuan, seleksi dan survey, kontrak perjanjian, dan penyerahan jaminan. Peraturan kerjasama, hak dan kewajiban kedua pihak, dan sanksi sudah tertera pada kontrak perjanjian. Harga kontrak untuk sapronak, penjualan hasil panen, dan kriteria pemberian bonus sudah tercantum dalam kontrak perjanjian. Harga kontrak dapat berubah menyesuaikan kondisi pasar apabila perlu dilakukan. Tingkat kepuasan diperoleh berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh peternak plasma yang dihitung dengan metode CSI. Indeks kepuasan peternak Customer Satisfaction Index (CSI) menunjukan nilai sebesar 70.65 persen, nilai ini memiliki arti secara keseluruhan peternak menganggap puas atas kinerja yang diberikan oleh perusahaan. Berdasarkan analisis IPA, atribut yang memiliki tingkat kepentingan tinggi tetapi pada kenyataannya atribut-atribut ini belum sesuai seperti yang diharapkan adalah harga kontrak DOC, harga kontrak pakan, kualitas ayam, kualitas pakan, jadwal
40 pengiriman pakan, jadwal pengiriman DOC, jadwal pengiriman obat dan vaksin, bonus FCR, dan bonus mortality. Atribut-atribut tersebut merupakan prioritas utama perusahaan dalam meningkatkan tingkat kepuasan peternak plasma. Namun diantara atribut-atribut tersebut terdapat satu atribut yaitu kualitas ayam, yang memiliki tingkat kepentingan paling tinggi namun tingkat kinerjanya paling rendah. Perusahaan sudah melakukan kinerja yang baik terhadap pelayanan mitra, kualitas obat dan vaksin, kesesuaian harga jual ayam, dan ketepatan waktu pembayaran hasil dimana atribut-atribut tersebut dianggap penting oleh peternak plasma dan perusahaan harus mempertahankan kinerjanya.
Saran 1. Karkteristik peternak yang berbeda-beda akan mempengaruhi tingkat kepuasan peternak dan kinerja peternak tersebut. Perusahaan dapat lebih memerhatikan karakteristik tiap peternak untuk dapat mengetahui dan mengenal peternak plasmanya. Dengan mengetahui karakterisik peternak plasma, perusahaan akan dapat mengetahui bagaimana perusahaan harus mengatasi atau berkomunikasi dengan masing-masing individu peternak plasma. 2. Perusahaan melakukan seluruh kegiatan produksinya dengan peternak plasma, menggunakan pola kemitraan inti-plasma. Perusahaan dapat menentukan strategi dalam menjalani kegiatan usahanya agar kegiatan produksinya tidak seluruhnya bergantung pada peternak plasma. Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah perusahaan dapat melakukan kegiatan budidayanya sendiri. 3. Perhitungan analisis CSI menunjukan bahwa peternak merasa puas terhadap pelayanan perusahaan. Terus berusaha meningkatkan tingkat kepuasan peternak disarankan agar dapat mengantisipasi keadaan dimasa mendatang sehingga dapat tetap bertahan dan meningkatkan hubungan kemitraan antara inti dan plasma. 4. Perusahaan dapat memulai usaha meningkatkan tingkat kepuasan peternak dari atribut yang merupakan prioritas utama berdasarkan analisis IPA. Atribut tersebut juga memiliki urutan prioritas berdasarkan perhitungan tingkat kesesuaian atribut. Perbaikan tingkat kepuasan dapat dimulai dari atribut kualitas ayam, jadwal pengiriman obat, jadwal pengiriman pakan, kualitas pakan, harga kontrak pakan, bonus FCR, bonus mortalitas, dan harga kontrak DOC.
DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Produksi Daging Ayam Ras Pedaging menurut Provinsi. [internet]. [diakses 2015 Des 13]. Tersedia pada: https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/1064 [BPS] Badan Pusat Statistik. 2016. Distribusi PDB atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha (persen). [internet]. [diakses 2015 Des 13]. Tersedia pada: https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/828
41 [BPS] Badan Pusat Statistik. 2016. PDB atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha (milyar rupiah). [internet]. [diakses 2015 Des 13]. Tersedia pada: https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/826 Firwiyanto M. 2008. Analisis Pendapatan dan Tingkat Kepuasan Peternak Terhadap Pelaksanaan Kemitraan Ayam Broiler (Kasus Kemitraan Peternak Plasma Rudi Jaya PS Sawangan, Depok) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Ghozali, Imam, 2006. Aplikai Analisis Multivarite dengan SPSS, Cetakan Keempat. Semarang (ID): Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hafsah MJ. 2000. Kemitraan Usaha: Konsepsi dan Strategi. Jakarta (ID): Pustaka Sinar Harapan. Hurriyati R. 2005. Bauran pemasaran dan Loyalitas Konsumen. Bandung (ID): Alfabeta Ibrahim J. 2006. Hukum Organisasi Perusahaan β Pola Kemitraan dan Badan Hukum. Bandung (ID): Refika Aditama. Ibrahim, Jabat, Sudiyono, Armand, Harpowo. 2003. Komunikasi dan Penyuluhan Pertanian. Malang (ID): Banyumedia Publishing. Irawan H. 2003. Indonesian Customer Satisfaction. Membedah Strategi Kepuasan Merek Pemenang ISCA. Jakarta (ID): PT Elex Media Komputindo. Martilla JA, James JC. 1977. Importance-Performance Analysis. Journal of Marketing. 41 (1): 77-79. Maslow AH. 1984. Motivasi dan Kepribadian: Teori Motivasi dengan Ancangan Hirarki Kebutuhan Manusia). Iman N, penerjemah.. Jakarta (DS): Pustaka Binaman Pressindo. Pratiwi T. 2014. Evaluasi Kemitraan Antara PG Pagotan Dengan Petani Tebu di Kabupaten Madiun [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Priambodo A. 2011. Analisis Karakteristik Peternak Ayam Broiler Sebagai Plasma Kemitraan Pola Inti Plasma di Kota Depok [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Priandika IMS. 2015. Bentuk kemitraan Komoditi Padi Sawah anatara P4S Sriwijaya dengan Subak, Desa Siangan, Kabupaten Tabanan [skripsi]. Bali (ID): Universitas Udayana. Rangkuti F. 2003. Measuring Customer Satisfaction. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama Saputra D. 2011. Analisis Kepuasan Peternak Plasma Terhadap Pola Kemitraan Ayam Broiler Studi Kasus Kemitraan Dramaga Unggas Farm di Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Soekartawi. 2008. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Jakarta (ID): UI Press. Subiyanto, Catur. 2016. Tingkat Kepuasan Peternak Ayam Broiler Terhadap Pola Kemitraan Model Contract Farming di Kecamatan Kampar Kiri Tengah Kabupaten Kampar [skripsi]. Riau (ID): Univeritas Riau Sumardjo, Sulaksana J, Darmono W A. 2004. Teori dan Praktik Kemitraan Agribisnis. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. [TEMPO]. 2016. KPPU Ungkap Dugaan Kartel Ayam Begini Modusnya. [internet]. [diakses 2016 Agustus 18]. Tersedia pada https://m.tempo.co/read/news/2016/03/09/090752190/kppu-ungkap-dugaan-kartel-ayam-beginimodusnya
Utama DNA. 2013. Analisis Tingkat Kepuasan Peternak Plasma Terhadap Pelaksanaan Kemitraan Ayam Pedaging PT Sinar Sarana Sentosa Menggunakan
42 Metode Importance Performance Analysis [Skripsi]. Malang (ID): Universitas Brawijaya. Wijaya H, Sanim B, Sinaga BM. 2012. Kepuasan Peternak Mitra Terhadap Kemitraan Model Contract Farming Usaha Ternak Broiler di Provinsi Jawa Barat dan Banten. Jurnal Manajemen & Agribisnis. 9(2): 86-95
43
LAMPIRAN Lampiran 1 Identitas peternak plasma No
Nama
JK
Lokasi (Kecamatan)
Usia
Pendidikan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Joko Widodo Utoyo Sukisno Juhani Sukardi Junanto Sarjiman Gatot Subroto Sutarno Wasiron Suwandi Anton Saryanto Suyatmin Sardi Maryanti Mulyadi Sunardi Sulistiyo Suwarmyono Rusmanto Maryono Sudaryanto Harnadi Wagiyo Jamaludin Daryanto Suhardi Gamala Annik Wiji Harno Warsito Suwardyono
L L L L L L L L L L L L L L L P L L L L L L L L L L L L L P L L L L
Tepus Tanjungsari Tepus Tepus Tanjungsari Tanjungsari Tanjungsari Tepus Tanjungsari Saptosari Tanjungsari Tanjungsari Tanjungsari Saptosari Patuk Wonosari Wonosari Wonosari Wonosari Wonosari Wonosari Wonosari Playen Playen Ngawen Ngawen Weru, Sukoharjo Semin Karangmojo Karangmojo Ngawen Tanjungsari Wonosari Pajangan
39 36 48 51 31 30 41 37 36 34 42 27 30 35 45 38 38 38 30 37 30 47 37 37 52 39 40 37 47 36 42 45 46 43
D3 SMA SMP SMA SMP SMP SMA SMA SMA SMP SMA SMP SMP D3 SMA SMA SMP SMP SMA SMA SMA SMA SMA SMA SD SMA SD S1 SMA SMA SMP SD SD SD
44 Lampiran 2 Hasil uji validitas tingkat kepentingan Koefisien Korelasi NO Atribut dengan Skor Total 1 Pelayanan mitra 0.814 2 Prosedur penerimaan mitra 0.810 3 Jaminan 0.750 4 Harga kontrak DOC 0.934 5 Harga kontak pakan 0.934 6 Harga kontrak obat dan vaksin 0.753 7 Kualitas ayam 0.827 8 Kualitas pakan 0.932 9 Kualitas obat dan vaksin 0.828 10 Jadwal pengiriman pakan 0.592 11 Jadwal pengiriman DOC 0.754 12 Jadwal pengiriman obat dan vaksin 0.793 13 Frekuensi bimbingan TS 0.811 14 Materi yang diberikan TS 0.797 15 Pendukung yang digunakan TS 0.770 16 Respon terhadap keluhan 0.521 17 Penetapan standard produksi 0.646 18 Ketepatan waktu panen 0.719 19 Kesesuaian harga jual ayam 0.710 20 Ketepatan waktu pembayaran hasil 0.710 21 Bonus FCR 0.946 22 Bonus mortality 0.931
r-tabel
Validitas
0.316 0.316 0.316 0.316 0.316 0.316 0.316 0.316 0.316 0.316 0.316 0.316 0.316 0.316 0.316 0.316 0.316 0.316 0.316 0.316 0.316 0.316
valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid
45 Lampiran 3 Hasil uji validitas tingkat kepuasan NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Atribut Pelayanan mitra Prosedur penerimaan mitra Jaminan Harga kontrak DOC Harga kontak pakan Harga kontrak obat dan vaksin Kualitas ayam Kualitas pakan Kualitas obat dan vaksin Jadwal pengiriman pakan Jadwal pengiriman DOC Jadwal pengiriman obat dan vaksin Frekuensi bimbingan TS Materi yang diberikan TS Pendukung yang digunakan TS Respon terhadap keluhan Penetapan standard produksi Ketepatan waktu panen Kesesuaian harga jual ayam Ketepatan waktu pembayaran hasil Bonus FCR Bonus mortality
Koefisien Korelasi dengan Skor Total 0.676 0.836 0.568 0.845 0.896 0.632 0.821 0.748 0.518 0.594 0.729 0.729 0.794 0.760 0.705 0.708 0.850 0.789 0.479 0.744 0.870 0.820
r-tabel
Validitas
0.316 0.316 0.316 0.316 0.316 0.316 0.316 0.316 0.316 0.316 0.316 0.316 0.316 0.316 0.316 0.316 0.316 0.316 0.316 0.316 0.316 0.316
valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid
46 Lampiran 4 Tingkat kesesuaian dan urutan prioritas atribut Prioritas ke1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Atribut
Kepentingan
Kinerja
Kualitas ayam Jadwal pengiriman obat dan vaksin Jadwal pengiriman pakan Kualitas pakan Harga kontak pakan Bonus FCR Bonus mortality Harga kontrak DOC Respon terhadap keluhan Jadwal pengiriman DOC Kualitas obat dan vaksin Kesesuaian harga jual ayam Ketepatan waktu panen Ketepatan waktu pembayaran hasil Frekuensi bimbingan TS Pelayanan mitra Penetapan standard produksi Harga kontrak obat dan vaksin Prosedur penerimaan mitra Materi yang diberikan TS Pendukung yang digunakan TS Jaminan
129
84
Tingkat Kesesuaian (%) 65.12
125
86
68.80
128 128 124 122 122 126 121 122 125
89 93 91 90 91 95 92 93 98
69.53 72.66 73.39 73.77 74.59 75.40 76.03 76.23 78.40
123
97
78.86
121
97
80.17
125
102
81.60
121 123
102 104
84.30 84.55
116
99
85.34
117
100
85.47
121 117
106 104
87.60 88.89
114
103
90.35
102
101
99.02
47
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 21 Desember 1994. Penulis adalah anak tunggal dari pasangan Bapak Anas Sudjatmiko dan Ibu Hany Mucharini. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDI Al-Azhar 15 Pamulang pada tahun 2006 dan pendidikan menengah pertama SMPN 2 Cisauk (SMPN 8 Tangerang Selatan) pada tahun 2009. Selanjutnya menyelesaikan pendidikan menengah atas di SMAT Krida Nusantara Bandung pada tahun 2012. Penulis diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN pada tahun 2012. Selama mengikuti pendidikan di IPB, penulis aktif sebagai anggota dan pengurus harian di Unit Kegiatan Mahasiswa Music Agriculture X-pression!! Institut Pertanian Bogor (UKM MAX!! IPB).