ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PETERNAK PLASMA AYAM BROILER POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA CIKAHURIPAN PS, KABUPATEN CIAMIS
Oleh PANJI SETIAWAN H24077040
PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
ABSTRAK Panji Setiawan, H24077040. Analisis Kelayakan Finansial Peternak Plasma Ayam Broiler Pola Kemitraan Inti-Plasma Cikahuripan PS, Kabupaten Ciamis. Di bawah bimbingan H. Musa Hubeis. Cikahuripan PS merupakan salah satu perusahaan yang telah lama bergerak dalam pola kemitraan dengan jumlah peternak plasma yang cukup banyak di Kabupaten Ciamis. Sebagai salah satu perusahaan terbesar yang melakukan kemitraan dengan peternak plasma di Kabupaten Ciamis adalah Cikahuripan PS berskala 90.000 ekor per 1 kali panen. Perusahaan ini telah lama melakukan kemitraan dengan peternak plasma yang telah mengalami gulung tikar, karena terus menerus mengalami kerugian dalam budidaya dan rendahnya pemilikan atau skala usaha 2.000 ekor/skala. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana mekanisme pola kemitraan yang dijalankan Cikahuripan PS dengan peternak plasmanya, mempelajari karakteristik peternak plasma dan menghitung besarnya pendapatan peternak plasma berdasarkan skala usaha. Penelitian ini dilakukan terhadap peternak plasma ayam broiler di Desa Sindangsari, Kecamatan Cikoneng, Kabupaten Ciamis yang bermitra dengan Cikahuripan PS. Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan peternak plasma dengan bantuan kuesioner dan wawancara dengan pihak inti untuk mengetahui mekanisme pola kemitraan yang dijalankan. Data sekunder diperoleh melalui pihak inti dan peternak plasma, serta literatur yang relevan dengan penelitian yang dilakukan. Pengolahan data dilakukan dengan Analisis Pendapatan, yaitu hasil pengurangan penerimaan dengan biaya total. Penerimaan adalah total output yang diperoleh dari hasil kali penjualan ayam hidup (dalam kg) dengan satuan harga yang berlaku ditambah dengan adanya penerimaan tambahan dari penjualan kotoran ternak dan penjualan karung, serta menggunakan Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Ratio). Hasil analisis menyatakan bahwa besarnya keuntungan yang diterima peternak plasma berfluktuasi pada setiap bulan produksinya (tergantung skala usaha dan kondisi pasar). Keuntungan tertinggi diperoleh peternak plasma yang berproduksi pada bulan September-Oktober, yaitu Rp. 3.092,82/ekor. Peternak plasma yang berproduksi pada bulan DesemberJanuari mengalami kerugian Rp. (-)696,79/ekor, dikarenakan harga jual ayam hasil panen turun Rp. 9.718,75/ekor dan menurunnya permintaan masyarakat akan ayam broiler.
ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PETERNAK PLASMA AYAM BROILER POLA KEMITRAAN INTI-PLASMA CIKAHURIPAN PS, KABUPATEN CIAMIS
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Oleh PANJI SETIAWAN H24077040
PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSITUT PERTANIAN BOGOR 2010
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Ciamis pada tanggal 10 Juli 1984. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan bapak H. Komar Gunawan dan Ibu Hj. Siswati. Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Negeri Bebedilan II Ciamis pada tahun 1996, lalu melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1 Ciamis pada tahun 1999 kemudian melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 1 Ciamis dan masuk dalam program Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) hingga akhirnya lulus pada tahun 2002. Pada tahun 2002, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor dan diterima sebagai mahasiswa Departemen Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan Program Studi Sosial Ekonomi dan Industri Peternakan. Setelah itu melanjutkan studi Program Sarjana Manajemen Penyelenggaraan Khusus, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Selama masa perkuliahan, penulis aktif di berbagai organisasi diantaranya adalah Ekstensi of Management (EXOM) pada tahun 2008-2009 serta aktif di berbagai bidang olahraga, diantaranya basket, futsal dan tenis meja.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin penulis panjatkan ke khadirat Allah SWT yang telah telah memberikan rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi berjudul ”Analisis Kelayakan Finansial Peternak Plasma Ayam Broiler Pola Kemitraan Inti-Plasma Cikahuripan PS., Kabupaten Ciamis” sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW, semoga penulis terus diberikan petunjuk ke jalan yang lurus. Penulis menyadari dengan setulus hati bahwa skripsi ini terselesaikan atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak baik secara moril dan materiil. Oleh karena itu, dengan rasa tulus dan hormat yang teramat, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing, DEA sebagai dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, motivasi dan wawasan yang sangat luas kepada penulis. 2. Bapak Ir. Abdul Basith, MS dan Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM sebagai dosen penguji yang telah memberikan masukan saran bagi kesempurnaan skripsi ini. 3. Bapak H. Aceng Rusli selaku pemilik perusahaan Cikahuripan PS dan para peternak plasma yang bermitra dengan Cikahuripan PS yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk melakukan penelitian serta memberikan informasi demi terselesainya skripsi ini. 4. Ibunda dan ayahanda yang senantiasa memberikan curahan kasih sayang, doa yang tulus dan dukungannya baik moril maupun materil yang tak terhingga. 5. Adik-adikku, Ridha Hidayat dan Fitria Utami yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 6. Bobo for always giving me love, strength and support..... Thanks a lot. 7. Teman-teman di Ekstensi Manajemen Angkatan 2, You all the best dan juga untuk Angkatan 1 dan 3 terima kasih atas semua dukungannya.
8. Segenap jajaran staf administrasi FEM: Bapak Acep, Mas Norman, Mas Budiman, Mas Abidin, Ibu Nesty, Ibu Lily, Mba Zakiyah dan Mba Fitri. 9. Teman-teman di kosan Wisma Asri Putera Khairil, Iwan, Davi, Yogi, Adit, Yogo, Aris, Asep, Oktavianto, Dodi dan Putut terima kasih untuk supportnya. 10. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan pahala atas kebaikannya. Tidak ada gading yang tak retak. Skripsi ini masih banyak kekurangannya, maka kritik dan saran sangat penulis harapkan, sehingga bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan, khususnya demi perkembangan pembangunan di Indonesia.
Bogor,
Februari 2010
Penulis
ABSTRACT Panji Setiawan, H24077040. Analisis Kelayakan Finansial Peternak Plasma Ayam Broiler Pola Kemitraan Inti-Plasma Cikahuripan PS, Kabupaten Ciamis. Di bawah bimbingan H. Musa Hubeis. Cikahuripan PS is one of company which stripper has is peripatetic in partenership pattern with number of quite a lot plasma breeders in Kabupaten Ciamis. As one of the biggest company doing partenership with plasma breeder in Kabupaten Ciamis is Cikahuripan PS is having scale 90.000 tails per times crop. This company has is old does partnership with plasma breeder which has experienced closed down, because continuously experiences loss in conducting and the low of ownership or scale effort for 2.000 tails/scale. This research aim to know and analysis how mechanism of partnership pattern implemented by Cikahuripan PS with plasma breeder, studies plasma breeder characteristic and calculates level of earnings of plasma breeder based on business scale. In this case is done to chicken plasma breeder broiler in Desa Sindangsari, Kecamatan Cikoneng, Kabupaten Ciamis having partner with Cikahuripan PS. Data applied in this research applies primary data and secondary. Primary data is obtained through interview with plasma breeder with help of questionaire and interview with the side of core to know mechanism of partnership pattern implemented. Secondary data is obtained through the side of core and plasma breeder, as well as literature with research done. Data processing is done with Revenue Analysis, that is result of reduction of acceptance with total cost. Acceptance is totalizing output obtained from sale product of life chicken (in kg) with set of price applied added with existence of additional acceptance from sale of livestock dirt and sale sack, as well as applies Acceptance Balance Analysis and Cost (R/C Rasio). Result of analysis express that level of advantage received by fluctuaction plasma breeder in each month production (depends on scale effort and condition of market). Highest advantage is obtained productive plasma breeder in September-October, that is Rp. 3.092,82/tail. Productive plasma breeder in December-January experiences loss Rp. (-)696,79/tail, because of yield chicken selling price downwards Rp. 9.718,75/tail and lowering of request of chicken public broiler would.
Judul Skripsi
: Analisis Kelayakan Ekonomi Peternak Plasma Ayam Broiler Pola Kemitraan Inti-Plasma Cikahuripan PS, Kabupaten Ciamis
Nama
: Panji Setiawan
NIM
: H24077040
Menyetujui Pembimbing,
(Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl. Ing, DEA) NIP : 19550626 198003 1002
Mengetahui : Ketua Departemen,
(Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc) NIP : 19610123 198601 1002
Tanggal Lulus :
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK ............................................................................................... .. ii RIWAYAT HIDUP .....................................................................................
v
KATA PENGANTAR .................................................................................
vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR...................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
xii
I.
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1.2 Perumusan Masalah ..................................................................... 1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................
II.
1 3 4
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Broiler............................................................................... 2.2 Usaha Peternakan Ayam Broiler .................................................. 2.3 Pola Kemitraan ........................................................................... 2.4 Mekanisme Pola Kemitraan ........................................................ 2.5 Keberhasilan Usaha Peternakan Ayam Broiler ............................ 2.6 Biaya Produksi ............................................................................ 2.7 Penerimaan Produksi ................................................................... 2.8 Analisis Pendapatan dan Rasio R/C ............................................ 2.9 Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan ....................................
5 7 9 11 12 13 17 17 20
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 3.2 3.3 3.4
Kerangka Pemikiran Penelitian .................................................... Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................... Pengumpulan Data ...................................................................... Pengolahan dan Analisis Data......................................................
21 22 23 23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan........................................................ 4.1.1 Lokasi dan Bentuk Perusahaan............................................ 4.1.2 Struktur Organisasi ............................................................. 4.2 Gambaran Umum Desa Sindangsari .............................................. 4.2.1 Letak Geografis dan Pembagian Administrasi ..................... 4.2.2 Topografi dan Iklim............................................................. 4.2.3 Penduduk dan Mata Pencaharian......................................... 4.3 Distribusi Karakteristik Peternak Plasma ....................................... 4.4 Mekanisme Kemitraan................................................................... 4.5 Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Broiler .......................................
25 25 26 27 27 28 28 30 32 34
viii
4.6 Persyaratan Peternak Plasma ......................................................... 4.7 Penetapan Harga Sapronak dan Hasil Panen .................................. 4.8 Pola Pengaturan Produksi .............................................................. 4.9 Pengawasan dan Pembinaan .......................................................... 4.10 Bonus dan Sanksi .......................................................................... 4.11 Analisis Pendapatan Usaha Ternak Ayam Broiler.......................... 4.11.1 Biaya Produksi ................................................................... 4.11.2 Penerimaan......................................................................... 4.11.3 Pendapatan ........................................................................
41 42 42 43 43 44 44 47 48
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan .............................................................................................. 2. Saran........................................................................................................
50 50
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
51
LAMPIRAN ..............................................................................................
53
ix
DAFTAR TABEL
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.
15. 16. 17.
Halaman Perkembangan populasi ayam broiler di Indonesia dari tahun 2000-2007 ......................................................................................... 1 Mekanisme pola kemitraan ayam broiler di Desa Purwasari, Kecamatan Garawangi, Kabupaten Kuningan .................................... 11 Hak dan kewajiban Peternak Plasma dan Perusahaan Inti ................... 12 Mortalitas, konversi pakan dan berat badan akhir ayam broiler berdasarkan skala usaha di daerah Kuningan, Jawa Barat .................... 13 Komposisi biaya produksi Peternak Plasma per kilogram untuk setiap periode produksi pada wilayah Bogor dan Tangerang ......................... 14 Komposisi biaya, penerimaan dan pendapatan serta R/C rasio Peternak Plasma per seratus ekor Ayam Broiler ................................. 16 Analisis pendapatan Ayam Broiler per 1.000 ekor per periode produksi di Kecamatan Singaparna per periode Februari - Maret ...................... 19 Keadaan umum inti Cikahuripan PS ................................................... 26 Komposisi umur dan jenis kelamin penduduk Desa Sindangsari Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis ........................................... 29 Komposisi penduduk Desa Sindangsari menurut tingkat pendidikan.. 29 Komposisi penduduk Desa Sindangsari menurut mata pencaharian ..... 30 Distribusi karakteristik Peternak Plasma.............................................. 32 Standar kebutuhan luas lantai untuk 1.000 ekor ayam pada usaha peternakan Cikahuripan PS ................................................................. 36 Rataan jumlah ayam yang dijual, jumlah ransum yang dihabiskan, bobot jual, konversi pakan dan mortalitas pada Peternak Plasma selama periode tahun 2008 .................................................................. 40 Rataan komposisi biaya produksi Peternak Plasma Cikahuripan PS periode produksi tahun 2008 ............................................................... 46 Rataan penerimaan Peternak Plasma Cikahuripan PS periode produksi tahun 2008 .......................................................................................... 47 Rataan pendapatan dan R/C rasio Peternak Plasma Ayam Broiler Cikahuripan PS selama periode produksi tahun 2008 .......................... 48
x
DAFTAR GAMBAR
No. 1. 2. 3.
Halaman Kerangka pemikiran penelitian ........................................................... 22 Struktur organisasi Cikahuripan PS ..................................................... 27 Mekanisme kemitraan Cikahuripan PS ................................................ 33
xi
DAFTAR LAMPIRAN
No. 1. 2. 3. 4.
Halaman Program pemeliharaan kesehatan Ayam Broiler ................................. Upah dan bonus Peternak Plasma Ayam Broiler .................................. Permohonan menjadi Peternak Plasma Ayam Broiler .......................... Pendapatan Peternak Plasma Periode Januari-Desember 2008 .............
xii
54 55 57 58
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Ternak ayam ras di Indonesia dalam sektor peternakan memperoleh prioritas utama dalam hal memajukan pembangunan di Indonesia, selain sektor pertanian pangan. Pertimbangan tersebut, berkaitan dengan upaya mengejar standar gizi nasional. Oleh sebab itu, peranan pihak terkait sangat dibutuhkan dalam mengembangkan peternakan Indonesia mendatang, khususnya pada pertimbangan konsumsi ayam di Indonesia yang masih rendah, yaitu 4,6-4,8 kg per kapita per tahun. Keadaan ini jauh berbeda jika dibandingkan dengan konsumsi ayam di negara Asia lainnya, yaitu 30-40 kg per kapita per tahun. Perkembangan pembangunan ini ditunjang oleh pergeseran taraf dan gaya hidup masyarakat Indonesia yang cenderung mengarah pada kehidupan modern. Selain itu, dipicu oleh adanya peningkatan pendapatan, peningkatan kesadaran untuk mengonsumsi makanan yang bergizi dan sifat konsumtif masyarakat Indonesia. Perkembangan populasi ayam broiler di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, seperti disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Perkembangan populasi ayam broiler di Indonesia dari tahun 2000-2007 Tahun Populasi (000 ekor) 2000
530.874,06
2001
621.870,43
2002
865.074,79
2003
847.743,89
2004
778.969,84
2005
811.188,68
2006
797.527,45
2007
920.851,12
Sumber: Departemen Pertanian, 2007
Salah satu ternak yang paling potensial untuk dikembangkan adalah ayam broiler. Ayam broiler merupakan jenis unggas yang mempunyai siklus
2
produksi cepat dengan pertambahan bobot badan cepat 50-100 g per hari dalam waktu yang relatif pendek 4-5 minggu sudah dapat dipanen dan dagingnya disukai oleh masyarakat. Laju pertumbuhan broiler dapat diatur dengan program pencahayaan dan program pemberian pakan yang baik. Untuk dapat menghasilkan berat panen yang baik, maka pertumbuhan pada dua minggu pertama perlu diperhatikan. Berat badan yang baik pada umur dua minggu (± 486 g) secara umum akan menghasilkan berat badan yang sangat baik pula pada akhir masa panen. Pelaku usaha ternak ayam broiler yang sebagian besar berbentuk peternakan rakyat, banyak diantaranya bekerjasama dengan perusahaan besar dalam bentuk kerjasama kemitraan. Peranan perusahaan besar sebagai mitra peternak rakyat diharapkan dapat menjamin kepastian pasokan sarana produksi dan harga jual produk, serta adanya jaminan pasar atas produk yang dihasilkan. Pola kemitraan dapat digunakan untuk mengatasi berbagai macam kekurangan yang dihadapi oleh peternak rakyat, serta dapat menjadi solusi untuk merangsang tumbuhnya peternak di Indonesia, terutama bagi peternak rakyat yang kepemilikan modalnya relatif kecil. Pola kemitraan yang sudah sering dilaksanakan adalah pola inti-plasma. Dalam pola kemitraan pola intiplasma ini, perusahaan bertindak sebagai inti yang memberikan bibit, pakan, vitamin dan obat-obatan, serta memberikan pelayanan teknik beternak ataupun kesehatan ternak kepada plasma (peternak rakyat). Selain itu, plasma harus menjual seluruh ayam yang dipelihara kepada inti. Sekalipun peternak plasma tidak mampu membuat keputusan sendiri atas usahanya, namun pola kemitraan ini terus berkembang menuju bentuk yang lebih baik setelah adanya Keppres No. 22 tahun 1990 yang menekankan bahwa sektor budidaya masih merupakan porsi terbesar bagi peternak rakyat, meskipun peternak besar juga diberi peluang untuk memanfaatkannya. Salah satu perusahaan yang telah melaksanakan pola kemitraan intiplasma di Kabupaten Ciamis adalah Cikahuripan PS. Cikahuripan PS merupakan salah satu perusahaan yang telah lama bergerak dalam pola kemitraan dengan jumlah peternak plasma yang cukup banyak di Kabupaten Ciamis.
3
1.2. Perumusan Masalah Pola kemitraan merupakan suatu kerjasama yang hingga saat ini dinilai belum adil, dalam arti kata peternak plasma selalu dalam posisi yang dirugikan. Pola kemitraan dalam tahun 1999, menjamin pendapatan yang tetap bagi plasma dengan perhitungan biaya operasional Rp. 650–Rp. 800 per ekor. Dengan bentuk baru ini, risiko peternak mulai dikurangi. Namun, kesepakatan pola kemitraan dinilai masih belum adil, karena harga pakan, bibit dan daging broiler ditetapkan secara sepihak oleh pihak inti. Salah satu perusahaan yang melakukan kemitraan dengan peternak di Kabupaten Ciamis adalah Cikahuripan PS. berskala 90.000 ekor per 1 kali panen. Perusahaan ini telah lama melakukan kemitraan dengan peternak plasma yang mengalami gulung tikar, karena terus menerus mengalami kerugian dalam budidaya dan rendahnya pemilikan atau skala usaha 2.000 ekor/skala usaha pada peternakan rakyat dalam produksi ayam broiler. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor diantaranya adalah lemahnya modal, manajemen pemeliharaaan, kesulitan dalam pemasaran, serta kurang terjaminnya penyediaan sarana produksi, berupa bibit, pakan dan obat-obatan (Kusnadi, dkk. 2001). Oleh karena itu, banyak peternak plasma yang tidak dapat melanjutkan usahanya, sehingga menyebabkan penurunan populasi ayam broiler. Fenomena ini diduga karena tingkat manajemen pemeliharaan yang kurang baik dari peternak plasma, serta pendapatan peternak dari usaha ayam broiler masih rendah, sehingga peternak tidak terdorong untuk mengembangkan usahanya. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disusun permasalahan pada penelitian ini, yaitu : 1. Bagaimana mekanisme kemitraan antara Cikahuripan PS dengan peternak plasma ayam broiler ? 2. Bagaimana karakteristik peternak plasma usaha ternak ayam broiler ? 3. Seberapa besar keuntungan peternak plasma ayam broiler dari kerjasama yang dijalankan selama periode produksi tahun 2008 ?
4
1.3. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui dan menganalisis mekanisme kemitraan yang terjadi antara Cikahuripan PS dengan peternak plasma ayam broiler. 2. Mempelajari karakteristik peternak plasma usaha ternak ayam broiler. 3. Menghitung besarnya keuntungan peternak plasma ayam broiler selama periode produksi tahun 2008 sebagai ukuran keberhasilan kemitraan yang dilaksanakan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ayam Broiler Menurut Murtidjo (2006), ayam broiler adalah istilah untuk menyebut strain ayam hasil budidaya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis, dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai penghasil pedaging, konversi pakan irit, siap dipotong pada usia relatif muda, dan menghasilkan mutu daging berserat lunak. Menurut Suharno (2002a), ayam broiler adalah istilah untuk menyebut strain ayam hasil budidaya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan kecil, siap dipotong pada usia relatif muda dan menghasilkan mutu daging berserat. Strain ayam broiler yang beredar di Indonesia adalah Arbor Acress, Cobb, Hubbard, Rose, Kimber dan Pilch. Menurut Rasyaf (2004), ayam broiler adalah ayam jantan dan betina muda yang berumur di bawah delapan minggu ketika di jual dengan bobot tubuh tertentu antara 1,3-1,6 kg, mempunyai pertumbuhan yang cepat, serta mempunyai dada yang lebar dengan timbunan daging yang baik dan banyak. Ayam broiler pertumbuhannya sangat fantastik sejak usia 1-5 minggu. Pada saat berusia 3 minggu, tubuhnya sudah gempal, sehingga ayam broiler dapat dijual sebelum usia 8 minggu dan pada usia itu bobot tubuhnya hampir sama dengan tubuh ayam kampung berusia sekitar satu tahun 1,5-1,7 kg. Bahwa di Indonesia, ayam broiler sudah dapat dipasarkan pada umur 5-6 minggu dengan bobot hidup antara 1,3-1,6 kg per ekor ayam, walaupun laju pertumbuhan belum maksimal, karena dengan tatalaksana pemeliharaan yang baik ayam broiler tersebut masih dapat mencapai bobot badan yang lebih besar dengan umur pemeliharaan yang lebih lama, namun demikian kebanyakan masyarakat di Indonesia lebih banyak menyukai daging ayam broiler yang tidak begitu besar, terutama untuk konsumsi rumah makan dan pasar-pasar tradisional. Menurut Cahyono (2004), ayam ras pedaging atau yang dikenal dalam masyarakat
kita
dengan
sebutan
ayam
broiler,
pengusahaan
dan
pengembangan yang sangat pesat terhadap jenis ayam broiler ini memang
6
sangat beralasan, karena ayam ras atau ayam negeri tersebut memiliki keunggulan berproduksi yang lebih tinggi dibanding dengan jenis ayam buras. Pada ayam ras, pertumbuhan badannya sangat cepat dengan perolehan timbangan berat badan yang tinggi dalam waktu yang relatif pendek, yaitu pada umur 5-6 minggu berat badannya dapat mencapai 1,3–1,8 kg. Disamping itu, ayam broiler mempunyai kemampuan mengubah makanan menjadi daging dengan sangat hemat, artinya dengan jumlah makanan sedikit dapat diperoleh penambahan berat badan yang tinggi. Menurut Fadilah (2004a), keunggulan ayam broiler dapat dilihat dari pertumbuhan berat badan yang akan terbentuk, yang didukung oleh (1) Suhu udara di lokasi peternakan stabil dan ideal untuk ayam (23-26oC); (2) Kuantitas dan mutu pakan terjamin sepanjang tahun; (3) Teknik pemeliharaan yang tepat guna (produk dengan keuntungan maksimal); (4) Kawasan peternakan yang bebas dari penyakit. Menurut Hardjosworo dan Rukmiasih (2000), ayam broiler antara umur 1-2 minggu memerlukan suhu lingkungan 32oC. Pada umur 2-3 minggu suhu lingkungan yang diperlukan 30-32oC dan setelah umur 3 minggu menjadi 28-30oC. Fadilah (2004b) mengatakan bahwa ayam broiler pada umur 1-3 hari memerlukan suhu lingkungan 32-35oC, dengan kepadatan untuk Day Old Chicken (DOC) selama periode pemanasan 60-70 ekor/m2, pada umur 4-7 hari memerlukan suhu lingkungan 29-34oC dengan kepadatan 40-50 ekor/m2, pada umur 8-14 hari memerlukan suhu lingkungan 27-31oC dengan kepadatan 20-30 ekor/m2 dan pada 15-21 hari memerlukan suhu lingkungan 25-27oC dengan kepadatan 8-10 ekor/m2. Kelembaban yang baik 60%, apabila terlalu tinggi akan mengganggu pernapasan dan akan menyebabkan litter (sekam) kandang basah. Menurut Saragih (2000), bisnis ayam broiler memiliki karakteristik sebagai berikut : (1) Bisnis ayam broiler didasarkan pada pemanfaatan pertumbuhan dan produksi, dimana ayam broiler memiliki sifat pertumbuhan yang tergolong cepat; (2) Produktifitas ayam broiler sangat tergantung pada pakan baik secara teknis (pemberian pakan yang tepat) maupun ekonomis (penggunaan pakan yang efisien); (3) Produk akhir dari agribisnis ayam
7
broiler merupakan produk yang dihasilkan melalui tahapan-tahapan produksi mulai dari hulu sampai hilir, dimana produk antara merupakan makhluk biologis bernilai ekonomi tinggi berupa ayam broiler. 2.2. Usaha Peternakan Ayam Broiler Menurut Rasyaf (2004), mengatakan bahwa barang-barang modal usaha peternakan ayam meliputi ayam, kandang, makanan, alat peternakan, obat-obatan dan lain-lain. Standar produksi bagi ayam pedaging bertumpu pada pertambahan berat badan, konsumsi pakan dan konversi pakan. Sebagai pegangan, produksi atau sasaran produksi adalah tingkat kematian (mortalitas),
konsumsi
pakan
dan
pertambahan
produksi
dengan
membandingkan atau memeriksa kenaikan dan penurunan mana yang tajam dari semua kelompok ayam yang dibudidayakan. Hasil penelitian Pakarti (2000), menunjukkan bahwa keberhasilan usaha ternak ayam broiler sebagai usaha yang relatif cepat menghasilkan output tidak terlepas dari tiga faktor yaitu pakan, lingkungan dan manajemen pemeliharaan. Kombinasi dari faktor pakan, lingkungan dan manajemen dicerminkan dalam bentuk keragaman teknis usaha ternak dengan beberapa indikator penting yaitu tingkat mortalitas, konversi pakan dan bobot ayam broiler yang dicapai. Menurut Tobing (2002), menjelaskan bahwa dalam usaha ternak ayam broiler ada tiga hal penting yang perlu ditangani secara ketat (rutin dan teliti), yaitu (1) Pakan dan air; (2) Obat, vitamin, sanitasi dan vaksin; serta (3) Perkandangan (Poor housing). Ketiganya saling mendukung sehingga pelaksanaannya pun harus bersamaan. Bila tidak ada kesempurnaan penanganan dari ketiga hal tersebut maka pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi performans sangat besar seperti tingkat konversi pakan menjadi rendah (efisiensi tinggi), pertumbuhan terhambat dan tingkat mortalitas tinggi. Selain itu, Fadilah (2004a), dalam usaha peternakan ayam broiler faktor produksi yang digunakan adalah bibit ayam, pakan, tenaga kerja, obatobatan, vaksin dan vitamin, serta bahan penunjang seperti sekam, listrik dan bahan bakar. Tujuan setiap perusahaan adalah meraih keuntungan semaksimal mungkin dan mempertahankan kelestarian perusahaan, tetapi untuk mencapai
8
tujuan tersebut perusahaan harus bisa menghadapi banyak tantangan. Beberapa tantangan dalam usaha budidaya broiler diantaranya (1) Kelemahan manajemen pemeliharaan, karena broiler merupakan hasil dari berbagai perkawinan silang dan seleksi yang rumit, kesalahan dari segi manajemen pemeliharaan akan mengakibatkan kerugian; (2) Fluktuasi harga produk, harga broiler di Indonesia sangat fluktuatif. Penyebabnya bermacam-macam, terutama faktor keseimbangan antara permintaan dan penawaran; (3) Fluktuasi harga DOC yang bermuara pada harga keseimbangan permintaan dan penawaran di pasar; (4) Tidak ada kepastian waktu jual, dalam kondisi normal peternak broiler mandiri menjual broiler siap potong tetapi tidak dalam kondisi penawaran lebih tinggi dari permintaan. Peternak dapat saja menjual hasil ternaknya atau menunggu harga yang lebih baik tapi sekaligus mengeluarkan biaya ekstra untuk ransum; (5) Margin usaha rendah, margin usaha budidaya broiler keuntungannya sangat tipis sekitar 5–10% dari setiap siklus produksinya; (6) Faktor lain yang menghambat, lebih dari sebagian harga sapronak misalnya vaksin, obat-obatan, feed suplement, bahan baku ransum merupakan produk impor. Menurut Suharno (2002b), langkah awal yang harus diambil oleh pelaku agribisnis ayam ras untuk melihat situasi pasar adalah (1) Pandai menyiasati situasi pasar dengan mengatur pola produksi; (2) Menjalin komunikasi antar peternak; (3) Memperpendek jalur pemasaran; (4) Menguasai manajemen produksi dan pemotongan. Menurut Rasyaf (2002), ada tiga unsur beternak ayam broiler yang harus diperhatikan dalam penggunaan sumberdaya. Pertama unsur produksi. Peternak harus mengetahui secara seimbang antara produksi, pakan dan pencegahan penyakit. Kedua unsur manajemen. Manajemen berfungsi untuk mengendalikan semua aktifitas di peternakan secara terpadu dan sinkron guna mencari keuntungan yang maksimal. Ketiga unsur pasar dan pemasaran. Keuntungan bisa diperoleh dengan menjual hasil peternakan ayam broiler ke pasar. Menurut Imaduddin (2001), perusahaan peternakan dengan jumlah ternak minimal 15.000 ekor dan tidak lebih dari 65.000 per periode adalah suatu usaha yang dijalankan secara teratur dan terus menerus pada suatu
9
tempat dalam jangka waktu tertentu untuk tujuan komersial yang meliputi kegiatan perusahaan pemotong ayam, pabrik pakan dan perusahaan perdagangan sarana produksi ternak. 2.3. Pola Kemitraan Menurut Dinas Peternakan Kabupaten Bogor (2000), kemitraan adalah kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah dan besar yang disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah dan besar yang disertai prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Pada hakikatnya kerjasama kemitraan berfungsi untuk memperkokoh struktur ekonomi nasional. Disamping itu, kerjasama kemitraan antara usaha besar dan usaha menengah dengan usaha kecil dapat mendorong upaya pemerataan pembangunan. Menurut Christiawan (2002), pola kemitraan yang dikembangkan oleh PT. Mitra Asih Abadi melalui Peternakan Inti Rakyat (PIR) merupakan bentuk kerjasama yang saling menguntungkan antara perusahaan inti dengan peternak plasma. Pola PIR yang dilaksanakan adalah (1) Perusahaan inti menyediakan sarana produksi peternakan (DOC, pakan, obat-obatan dan vaksin); (2) Perusahaan inti memberikan jaminan pemasaran hasil produksi dengan harga garansi; (3) Perusahaan inti memberikan bimbingan teknis dan pengawasan secara kontinu bagi peternak plasma. Hastuti (2002), menyatakan bahwa terdapat dua macam pola kemitraan inti-plasma yang dilakukan oleh Koperasi Peternakan Unggas (KPU) Mitra Jaya Priangan di Bandung, yaitu (1) Pola kemitraan semi mandiri yang berdasarkan harga pasar, ditetapkan harga untuk pakan, DOC dan hasil panen sama dengan harga yang berlaku di pasar umum, (2) Pola kemitraan usaha management fee yang berdasarkan atas harga garansi, ditetapkan sistem harga tertentu untuk pakan, DOC, obat-obatan, serta hasil panen. Dalam era globalisasi persaingan tidak dapat ditopang oleh perusahaan besar saja, tetapi perlu dukungan perusahaan kecil yang handal. Sebagai perbandingan, di negara maju kemitraan antara usaha besar dengan usaha kecil terjadi bukan karena adanya regulasi, bukan karena adanya peraturan yang mengharuskan dan juga bukan karena semangat belas kasihan,
10
tetapi karena adanya tuntutan pasar, atas dasar tanggungjawab bersama, mengurangi pengangguran, tumbuhnya usaha menengah dan kecil dalam rangka meningkatkan daya saing usaha nasionalnya. Oleh karena itu, timbul motivasi dalam diri setiap pengusaha, bahwa kemitraan memang suatu kebutuhan bukan kepentingan belaka. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fitrifani (2003), menyatakan bahwa pola kemitraan antara peternak ayam broiler dengan PS Sukaharti adalah pola kemitraan inti-plasma. Pada pola kemitraan ini, pihak inti, yaitu PS Sukahati memberikan modal berupa sarana produksi peternakan tanpa jaminan kepada pihak plasma, yaitu peternak mitra dan pihak plasma menyediakan kandang, peralatan dan tenaga kerja. Plasma berkewajiban menjual hasil kepada inti dengan mendapatkan penerimaan dari upah bonus, selain itu biaya tunai yang dikeluarkan oleh peternak mitra dan peternak mandiri berbeda. Hal ini disebabkan oleh biaya sarana produksi yang seharusnya dikeluarkan oleh peternak mitra ditanggung oleh perusahaan inti, sedangkan peternak mandiri harus mengeluarkan biaya ini. Biaya tunai yang dikeluarkan peternak mitra hanya biaya sekam, sewa kandang, tenaga kerja luar keluarga, minyak tanah dan listrik. Menurut Saragih (1998), mengemukakan bahwa syarat yang harus dipenuhi dalam pola kemitraan, yaitu syarat keharusan yang dimanifestasikan dalam wujud kebersamaan yang kuat antara mereka yang bermitra dan syarat kecukupan berupa adanya peluang yang saling menguntungkan bagi pihakpihak yang bermitra melalui pelaksanaan kemitraan. Untuk meningkatkan daya saing produk perunggasan nasional perlu dikembangkan kemitraan melalui integrasi vertikal, melihat kondisi struktur peternakan nasional masih didominasi oleh peternakan rakyat berskala kecil bahwa koordinasi vertikal lebih sesuai untuk dijalankan karena dapat mengurangi biaya, meningkatkan keuntungan, serta memberikan arus keuntungan yang lebih stabil, pertumbuhan tetap, pemasokan bahan mentah secara tetap atau salah satu kemungkinan memperoleh keuntungan ekonomis lainnya. Menurut hasil penelitian Saodah (2000), mengatakan pada dasarnya pola kemitraan menguntungkan peternak kecil, dalam pola kemitraan inti-
11
plasma, inti cenderung berbentuk perusahaan pengelola, dimana inti menyediakan sarana produksi dan menjamin pemasaran, sehingga hal ini akan memberi kemudahan bagi peternak dalam melakukan usaha budidaya. 2.4. Mekanisme Pola Kemitraan Saodah (2000), mengemukakan bahwa mekanisme pola kemitraan yang dijalankan di Desa Purwasari, Kecamatan Garawangi, Kabupaten Kuningan meliputi persyaratan menjadi peternak plasma, penetapan harga sarana produksi dan hasil panen, pengaturan pola produksi dan pemberian bonus. Data selengkapnya disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Mekanisme pola kemitraan ayam broiler di Desa Purwasari, Kecamatan Garawangi, Kabupaten Kuningan Mekanisme* Keterangan a. Persyaratan menjadi peternak plasma
• Mempunyai tempat tinggal • Memberikan jaminan • Kandang dan peralatan layak pakai
b. Penetapan harga sarana produksi dan hasil panen
• Berdasarkan sistem diskon yang ditunda
c. Pengaturan pola produksi
• Penetapan DOC dan pemanenan hasil oleh inti
d. Pemberian bonus
• Dalam bentuk subsidi saat terjadi penurunan harga ayam yang cukup drastis
Sumber : Saodah, 2000 * Seluruh mekanisme kemitraan ditentukan oleh inti
Persyaratan untuk mengikuti kemitraan menurut hasil penelitian Tobing (2000), adalah (1) Calon peternak menyediakan tempat yang memadai; (2) Calon peternak harus menyediakan kandang dalam bentuk panggung; (3) Memberikan agunan sebagai jaminan; (4) Calon peternak mengisi formulir permohonan sebagai peternak plasma. Dalam pengembangan kemitraan, tidak terlepas dari adanya hak dan kewajiban setiap pihak yang terlibat di dalamnya. Hak dan kewajiban peternak plasma dan perusahaan inti menurut hasil penelitian Christiawan (2000) seperti dimuat pada Tabel 3.
12
Tabel 3. Hak dan kewajiban Peternak Plasma dan Perusahaan Inti Pelaku Kewajiban Hak Inti
• Peminjaman sapronak
• Menerima ayam hasil panen
• Memberikan pinjaman/kredit • Melayani pemasaran • Memberikan bimbingan teknis Plasma
• Melaksanakan proses produksi (budidaya).
• Menerima bimbingan teknis dan sapronak
• Mengelola sapronak • Membayarkan kembali seluruh produksi yang dihasilkan Sumber : Christiawan, 2000
Menurut Imaduddin (2001), persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi untuk mengikuti kemitraan adalah (1) Peternak mempunyai kandang dan perlengkapan, baik kontrak maupun milik sendiri lengkap dengan perizinannya; (2) Peternak mengajukan pendaftaran kerjasama dengan perusahaan dan mencantumkan data yang ada seperti total luas kandang, peralatan dan sarana-sarana pendukung lainnya; (3) Pihak perusahaan melakukan pengamatan langsung ke lokasi untuk meninjau layak tidaknya kandang tersebut untuk keperluan kerjasama; (4) Bukti perjanjian antara plasma dengan pihak perusahaan, dimana plasma wajib memberikan jaminan perusahaan berupa sertifikat, uang kontan, garansi bank atau surat-surat berharga lainnya. 2.5. Keberhasilan Usaha Peternakan Ayam Broiler Menurut Rasyaf (2002), ada tiga unsur yang harus diperhatikan peternak ayam broiler untuk menunjang keberhasilan usaha, yaitu (1) Unsur produksi, peternak harus mengetahui secara seimbang antara produksi, pakan dan pencegahan penyakit; (2) Unsur manajemen, manajemen berfungsi untuk mengendalikan semua aktivitas di peternakan secara terpadu dan sinkron guna mencari keuntungan yang maksimal; (3) Unsur pasar dan pemasaran, untuk mendapatkan keuntungan, peternak perlu menjual hasil peternakan ayam broiler ke pasar, untuk mencapai pasar pun diperlukan jalur khusus yang biasa dikenal dengan pemasaran.
13
Pakarti (2000), menyatakan bahwa keberhasilan usaha peternakan ayam broiler sebagai usaha yang relatif cepat menghasilkan output tidak terlepas dari tiga faktor yaitu pakan, lingkungan dan manajemen pemeliharaan dicerminkan dalam bentuk aspek teknis usaha peternakan dengan beberapa indikator penting, yaitu (1) Mortalitas; (2) Konversi pakan; (3) Berat badan akhir ayam broiler yang dicapai; (4) Indeks produksi yang dicapai. Aspek teknis usaha peternakan ayam broiler hasil penelitian Pakarti (2000), disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Mortalitas, konversi pakan dan berat badan akhir ayam broiler berdasarkan skala usaha di daerah Kuningan, Jawa Barat Skala Usaha Jumlah Peternak Mortalitas Konversi Berat Badan (ekor) (orang) (%) Pakan Akhir (kg/ekor) ≤ 1000
10
6,10
1,79
1,50
1.001-2.000
26
10,45
1,86
1,46
2.001-3.000
2
13,53
1,83
1,45
> 3.000
4
6,66
1,65
1,35
Sumber: Pakarti, 2000
2.6. Biaya Produksi Biaya adalah nilai dari semua korbanan ekonomis yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk, yang sifatnya tidak dapat dihindari, dapat diperkirakan dan diukur. Biaya produksi merupakan kompensasi yang diterima oleh pemilik faktor-faktor produksi. Biaya yang dilakukan pada periode tertentu, dikenal dengan biaya tetap dan biaya variabel. Menurut Tobing (2000), komponen-komponen biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi budidaya ayam dibedakan atas biaya tetap dan biaya variabel. Komponen biaya tetap terdiri atas biaya penyusutan kandang dan peralatan, biaya opportunitas dan lainnya. Komponen biaya variabel terdiri dari biaya pakan, DOC, obat-obatan, tenaga kerja, sekam, kapur, gula, minyak tanah, gas dan listrik. Biaya variabel untuk wilayah I Rp. 50.100.491,33 atau 97,88% dan untuk biaya tetap Rp. 1.082.256,53 atau 2,2%. Nilai untuk wilayah II Rp. 58.253.115,60 atau 98,15% untuk biaya variabel dan nilai untuk biaya tetap adalah Rp. 1.100.007,80 atau 1,85%. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5.
14
Tabel 5. Komposisi biaya produksi Peternak Plasma per kilogram untuk setiap periode produksi pada wilayah Bogor dan Tangerang Jenis
Per peternak (Rp) Wilayah I
Wilayah II
Per kilogram bobot hidup (Rp) Wilayah I
Wilayah II
A.Biaya Variabel Pakan
39.930.918,60
48.187.985,93
4.506,05
5.171,02
DOC
8.055.000,00
8.279.166,67
850,95
908,34
Obat
1.081.135,40
699.709,67
119,08
754,96
Tenaga Kerja
486.900,00
499.500,00
53,43
52,96
Sekam,kapur&
211.200,00
264.786,67
23,30
30,92
297.837,33
275.100,00
33,06
29,03
37.500,00
46.866,80
4,06
5,00
B.Biaya Tetap
1.082.256,53
1.100.007,80
91,42
124,26
Total (A+B)
51.182.747,86
59.353.123,40
5.735,35
6.397,49
gula Gas/minyak.tanah Listrik
Sumber : Tobing, 2000
Menurut Boediono (2002), dalam hubungannya dengan tingkat output, dari segi sifatnya biaya produksi dapat dibagi menjadi tujuh: 1. Total Fixed Cost (TFC) atau biaya tetap total adalah jumlah biaya yang tetap dibayar perusahaan (produsen) berapapun tingkat output yang dihasilkan. Jumlah TFC adalah tetap untuk setiap output (misalnya penyusutan, sewa gedung dan sebagainya), 2. Total Variable Cost (TVC) atau biaya variabel total adalah jumlah biaya yang berubah sesuai dengan tinggi rendahnya output yang diproduksi (misalnya: biaya untuk bahan mentah, upah, ongkos angkut dan sebagainya), 3. Total Cost (TC) atau biaya total adalah penjumlahan dari biaya tetap maupun biaya variabel, 4. Average Fixed Cost (AFC) atau biaya tetap rataan adalah ongkos tetap yang dibebankan pada setiap unit output, 5. Average Variable Cost (AVC) atau biaya variabel rataan adalah semua biaya lain, selain AFC, yang dibebankan pada setiap unit output, 6. Average Total Cost (ATC) atau biaya total rataan adalah biaya produksi dari setiap unit output yang dihasilkan,
15
7. Marginal Cost (MC) atau biaya marginal adalah kenaikan dari TC yang diakibatkan oleh diproduksinya tambahan satu unit output. Hasil penelitian Saodah (2000) menunjukkan bahwa biaya produksi pada usaha peternakan ayam broiler dibagi menjadi dua, yaitu (1) Biaya variabel dan (2) Biaya tetap. Biaya variabel terbesar adalah pakan (54,94%) dan DOC (37,7%), sehingga total keseluruhan biaya variabel (98,61%), sedangkan biaya tetap terdiri dari depresiasi kandang (1,06%) dan depresiasi alat (0,33%), sehingga total keseluruhan biaya tetap (1,39%). Penerimaan terbesar didapatkan dari penjualan ayam broiler (98,95%). Secara keseluruhan, para peternak mengalami kerugian (Rp. -31.140), dimana nilai penerimaan Rp. 856.270,00 sedangkan biaya total Rp. 887.410,00, dikarenakan tingginya mortalitas dan harga DOC relatif mahal. Nilai R/C rasio diperoleh 0,96 menunjukkan bahwa dari setiap biaya produksi Rp. 100,00 yang dikeluarkan akan mengalami kerugian Rp. 96,00. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6.
16
Tabel 6. Komposisi biaya, penerimaan dan pendapatan, serta R/C rasio Peternak Plasma per seratus ekor Ayam Broiler Komponen Pengeluaran (Rp) Persentase (%) A. Biaya Variabel 1. Pakan
487.550,00
54,94
335.200,00
37,77
3. Obat-obatan
29.410,00
3,31
4. Tenaga kerja
13.720,00
1,55
5. Bahan bakar
4.500,00
0,51
6. Sekam
1.240,00
0,14
7. Listrik dan air
2.000,00
0,23
8. Sanitasi
1.430,00
0,16
875.050,00
98,61
1. Depresiasi kandang
9.400,00
1,06
2. Depresiasi alat
2.960,00
0,33
Total Biaya Tetap (B)
12.360,00
1,39
C. Biaya Total (A+B)
887.410,00
100,00
1. Broiler
847.280,00
98,95
2. Pupuk
8.990,00
1,05
Total Penerimaan (D)
856.270,00
100,00
Pendapatan (D-C)
-31.140,00
-
0,96
-
2. DOC
Total Biaya Variabel (A) B. Biaya Tetap
D. Penerimaan
R/C (D/C) Sumber : Pakarti, 2000
Menurut Fadilah (2004a), dalam usaha peternakan ayam broiler, komponen faktor produksi yang umumnya memberikan kontribusi cukup nyata adalah biaya bibit ayam, biaya pakan dan biaya operasional yang meliputi biaya tenaga kerja, biaya obat-obatan, vaksin dan vitamin, serta biaya bahan penunjang seperti biaya sekam, listrik dan bahan bakar.
17
2.7. Penerimaan Produksi Menurut Rasyaf (2002), penerimaan dalam suatu peternakan ayam broiler terdiri dari (1) Hasil produksi utama berupa penjualan ayam pedaging, baik hidup maupun dalam bentuk karkas dan (2) Hasil sampingan yaitu berupa kotoran ayam atau alas litter yang laku dijual kepada petani. Semua penerimaan produsen berasal dari hasil penjualan output. Kadarsan (1995) menyatakan bahwa penerimaan adalah nilai hasil dari output atau produksi karena perusahaan telah menjual atau menyerahkan sejumlah barang atau jasa kepada pihak pembeli. Selanjutnya dikatakan penerimaan perusahaan bersumber dari penjualan hasil usaha, seperti panen dari peternak dan barang olahannya. Semua hasil agribisnis yang dipakai untuk konsumsi keluarga harus dihitung dan dimasukkan sebagai penerimaan perusahaan walaupun akhirnya dipakai pemilik perusahaan secara pribadi. Tujuan pencatatan penerimaan ini adalah untuk memperlihatkan sejelas mungkin berapa besar penerimaan dari penjualan hasil operasional dan penerimaan lain-lain di perusahaan tersebut. Menurut Boediono (2002), penerimaan (revenue) adalah penerimaan produsen dari hasil penjualan output. Ada dua konsep penerimaan yang penting untuk produsen (1) Total Revenue (TR), yaitu penerimaan total produsen dari hasil penjualan outputnya. TR adalah output kali harga jual output; (2) Marginal Revenue (MR), yaitu kenaikan dari TR yang disebabkan oleh tambahan penjualan satu unit output. Pakarti (2000), dalam penelitiannya menghitung penerimaan hanya dari penjualan output utama berupa ayam broiler hidup dalam satuan rupiah dan diperhitungkan dalam satu siklus produksi. 2.8. Analisis Pendapatan dan Rasio R/C Kadarsan (1995) menerangkan bahwa pendapatan adalah selisih antara penerimaan total perusahaan dengan pengeluaran. Untuk menganalisis pendapatan diperlukan dua keterangan pokok, yaitu keadaan pengeluaran dan penerimaan dalam jangka waktu tertentu. Rasyaf (2002) menambahkan bahwa pendapatan adalah sejumlah uang yang diperoleh setelah semua biaya variabel dan biaya tetap tertutupi. Hasil pengurangan positif berarti
18
mengalami keuntungan, sedangkan hasil pengurangan negatif berarti mengalami kerugian. Hasil penelitian Imaduddin (2001), menyatakan bahwa skala I dengan populasi 500-9.000 ekor memiliki pendapatan rataan Rp. 5.125.518/ peternak/periode, skala II dengan populasi 9.000-18.000 ekor pendapatan rataan sebesar Rp. 12.213.896/peternak/periode dan skala III dengan populasi 18.000-55.000
ekor
memiliki
pendapatan
rataan
Rp.
32.699.074/
peternak/periode. Hal ini disebabkan semakin besar skala usaha, maka semakin besar pendapatan yang diperoleh. Berdasarkan hasil penelitian Pakarti (2000), tentang efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi dan tingkat pendapatan peternakan ayam broiler menyatakan bahwa konversi pakan yang dicapai peternak plasma 1,33-2,28 sedangkan rataan konversi pakan 1,82. Konversi pakan terendah (1,33) yang dicapai peternak disebabkan umur panen relatif singkat (33) hari dengan rataan bobot hidup ayam broiler yang dicapai cukup tinggi (1,45 kg/ekor). Tingkat pendapatan peternak sangat dipengaruhi oleh mortalitas, dengan peternak mortalitas ≤ 5,00% dan mortalitas (5,01-10,00)% pendapatan rataan peternak positif, sedangkan pada mortalitas > 10,00% pendapatan rataan peternak yang negatif. Fitrifani (2003), dalam hasil penelitiannya menjelaskan bahwa pendapatan atas biaya total yang diperoleh peternak mitra (Rp. 101.488,70) lebih kecil dari peternak mandiri (Rp. 116.956,41) dikarenakan penerimaan peternak mitra yang memang lebih kecil dari peternak mandiri. Pendapatan atas biaya tunai yang diperoleh peternak mitra Rp. 257.635,63 dan peternak mandiri Rp. 252.096,83. Berdasarkan R/C rasio yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa usaha ternak ayam broiler yang diusahakan oleh peternak mitra dan peternak mandiri sudah efisien. Nilai R/C rasio atas biaya tunai peternak mitra (1,79) yang lebih tinggi dari nilai R/C rasio atas biaya tunai peternak mandiri (1,03), berarti usaha ternak yang dilakukan oleh peternak mitra lebih efisien daripada usaha ternak yang dilakukan oleh peternak mandiri. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 7.
19
Tabel 7. Analisis pendapatan Ayam Broiler per 1000 ekor per periode produksi di Kecamatan Singaparna, per periode Februari – Maret Komponen Peternak Mitra Peternak A. Mandiri Biaya Tunai 1. Sarana produksi
0
6.897.825,45
2. Sekam
25.416,67
30.121,00
3. Sewa kandang
32.500,00
60.416,67
175.500,00
167.550,00
5. Listrik
19.011,11
18.500,00
6. Minyak tanah
75.600,00
78.470,05
Total Biaya Tunai (A)
328.027,78
7.252.883,17
1. Penyusutan kandang
100.878,30
69.548,61
2. Penyusutan peralatan
32.768,63
38.141,81
3. Tenaga kerja dalam keluarga
22.500,00
27.450,00
Total Biaya Tidak Tunai (B)
156.146,93
135.140,42
C. Total Biaya (A+B)
484.174,71
7.388.023,59
D. Total Penerimaan
582.663,41
7.504.980,00
E. Pendapatan Atas Biaya Total (D-C)
101.488,70
116.956,41
F. Pendapatan Atas Biaya Tunai (D-A)
257.635,63
252.096,83
G. R/C Ratio Atas Biaya Total (D/C)
1,21
1,02
H. R/C Ratio Atas Biaya Tunai (D/A)
1,79
1,03
4. Tenaga kerja luar keluarga
B. Biaya Tidak Tunai
Sumber : Fitrifani, 2003
Rasio R/C (Revenue Cost Ratio) bertujuan untuk mengukur efisiensi input dan output, dengan menghitung perbandingan antara penerimaan total dengan biaya produksi total (Kadarsan, 1995). Analisis ini digunakan untuk menganalisis imbangan antara penerimaan dengan biaya. Apabila nilai hasil R/C lebih besar dari satu usaha untung, R/C sama dengan satu usaha impas atau tidak untung dan tidak rugi, serta apabila nilai R/C kurang dari satu rugi.
20
2.9. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan Menurut Siahaan (2005) yang melakukan penelitian tentang analisis pendapatan peternak ayam ras pedaging pada pola kemitraan Inti-Plasma (Studi Kasus di Kelompok Usaha Bintang Resmi Kabupaten Bogor) mendapatkan bahwa pada peternak plasma harga bibit ayam dan harga pakan ditentukan oleh perusahaan inti, harga jual ayam per kilogram berat badan akhir ditentukan berdasarkan kontrak dengan perusahaan inti. Dalam hal ini disimpulkan bahwa pendapatan yang diterima oleh peternak plasma bervariasi pada setiap periode produksinya, namun rataannya pada setiap periode produksinya perusahaan mendapat untung. Menurut Mulyana (2008) dalam penelitiannya mengenai analisis kelayakan finansial usaha peternakan ayam broiler Satwa Utama Desa Cijulang,
Kecamatan
Bojong
Lopang,
Kabupaten
Sukabumi
hasil
perhitungan kriteria kelayakan finansial pada tingkat suku bunga 8% dengan adanya pajak ataupun tanpa dikenai pajak menunjukkan bahwa usaha ternak ayam broiler di perusahaan peternakan Satwa Utama dinyatakan layak. Hasil dari perhitungan kriteria kelayakan finansial tanpa dikenakan pajak didapat nilai Net Present Value (NPV) Rp. 1.122.608.995,30, nilai Benefit Cost Ratio (BCR) 1,049, nilai Internal Rate of Return (IRR) 43,92% lebih besar dari tingkat suku bunga dan Pay back Period (PBP) perusahaan 2,18 tahun. Sedangkan hasil perhitungan kriteria kelayakan finansial pada tingkat suku bunga yang sama setelah dikenai pajak menghasilkan nilai NPV Rp.741.880.946,70, nilai BCR 1,049, nilai IRR 32,82% dan PBP 2,75 tahun. Tingkat kepekaan kelayakan finansial usaha ternak ayam broiler perusahaan peternakan ayam broiler Satwa Utama terhadap peningkatan harga DOC lebih dari 20,92% cateris paribus, peningkatan harga pakan lebih dari 6,58% cateris paribus dan penurunan harga jual ayam broiler lebih dari 4,33% cateris paribus perusahaan akan mengalami kerugian.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Pola kemitraan inti-plasma yang terjalin antara pihak perusahaan inti dan peternak plasma dikarenakan adanya rasa saling memerlukan diantara kedua belah pihak. Pihak perusahaan inti memerlukan terjaminnya kesinambungan hasil produksi ayam broiler, sedangkan peternak plasma memerlukan modal dan pembinaan. Dalam pola kemitraan yang dijalankan diperlukan adanya evaluasi pelaksanaan kemitraan, apakah pelaksanaan kemitraan telah optimal sesuai dengan kesepakatan yang dibuat dan bagaimana langkah penerapan pola kemitraan yang dilakukan pada kemitraan tersebut. Selain itu, kemitraan yang optimal akan memberikan dampak berupa manfaat optimal bagi kedua pihak yang bermitra. Salah satu ukuran yang menentukan keberhasilan kemitraan adalah dengan menganalisis pendapatan dan analisis Revenue/Cost (R/C) Rasio. Analisis pendapatan meliputi komposisi biaya produksi, penerimaan dan pendapatan. Sedangkan analisis R/C Rasio dihitung untuk mengetahui perbandingan antara total penerimaan dari hasil penjualan dengan total biaya yang dikeluarkan guna menunjukkan tingkat keuntungan relatif dari usaha ternak dengan cabang usaha ternak lain berdasarkan perhitungan finansial. Untuk lebih jelasnya kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
22
Perusahaan Inti
Peternak Plasma
Terjalin Kemitraan
Pelaksanaan Kemitraan
Mekanisme Pola Kemitraan
Analisis Pendapatan Peternak Plasma Analisis R/C Rasio Peternak Plasma
Keberhasilan Kerjasama
Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian yang dipilih adalah di Desa Sindangsari, Kecamatan Cikoneng, Kabupaten Ciamis. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan, yaitu dimulai bulan Maret dan April 2009. Penelitian ini dilakukan pada peternak ayam broiler, sehingga dapat mengetahui pendapatan peternaknya. Lokasi penelitian dipilih secara purposif, karena merupakan lokasi dimana jumlah peternak plasma aktif paling banyak.
23
3.3. Pengumpulan Data Jumlah peternak plasma yang dijadikan responden adalah 27 orang, responden ini ditetapkan secara sensus. Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder sebagai pelengkap. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan peternak plasma serta wawancara dengan pihak inti untuk mengetahui mekanisme pola kemitraan yang dijalankan. Data sekunder diperoleh melalui pihak inti dan peternak plasma, serta berupa literatur yang relevan dengan penelitian yang dilakukan. 3.4. Pengolahan dan Analisis Data Data yang terkumpul, baik data primer maupun sekunder diolah dengan menggunakan analisis berikut : 1. Analisis Pendapatan Pendapatan dari usaha ternak diperoleh dengan selisih antara penerimaan yang diterima dan biaya yang dikeluarkan. Biaya dibedakan lagi menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Secara umum rumus pendapatan (Lipsey et al., 1997) adalah : ∏
= TR-TC ……………... (1)
TR
= PxQ …………. (3)
= TR-(TVC+TFC) …… (2) Keterangan: ∏
= Pendapatan usaha ternak
TR
= Total Revenue (Total Penerimaan)
TC
= Total Cost (Total Biaya)
TVC
= Total Variable Cost (Total Biaya Variabel)
TFC
= Total Fix Cost (Total Biaya Tetap)
P
= Price (Harga)
Q
= Quantity (Jumlah banyak barang)
2. Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Ratio) Menurut Kadarsan (1995), R/C rasio adalah rasio penerimaan atas biaya yang menunjukkan besarnya penerimaan yang akan diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan dalam produksi usaha ternak. Analisis ini dapat digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan relatif kegiatan usaha
24
ternak, artinya dari angka rasio tersebut dapat diketahui, apakah suatu usaha ternak menguntungkan atau tidak. Nilai R/C rasio tidak mempunyai satuan. Usaha ternak dikatakan menguntungkan bila nilai R/C rasio lebih besar dari satu, yang berarti setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan untuk usaha ternak akan memberikan penerimaan lebih besar dari satu rupiah. Sebaliknya, usaha ternak dikatakan tidak menguntungkan bila nilai R/C rasio lebih kecil dari satu. Hal ini berarti setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memberikan penerimaan kurang dari satu rupiah. Semakin besar nilai R/C, maka semakin baik usaha ternak tersebut. Usaha ternak dikatakan impas bila nilai R/C rasio sama dengan satu. Rumus yang digunakan : R/C Rasio = TR .................. (4) TC Dengan kriteria : R/C Rasio > 1 : Usaha untung R/C Rasio = 1 : Usaha impas atau tidak untung dan tidak rugi R/C Rasio < 1 : Usaha rugi
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1
Lokasi dan Bentuk Perusahaan Cikahuripan PS merupakan perusahaan perorangan yang didirikan pada tahun 1983 oleh Bapak H. Aceng Rusli yang dikelola dengan modal sendiri, dimulai sebagai toko penjual pakan ternak dan DOC yang bertempat di Tasikmalaya, kemudian sekitar tahun 1998 mulai membuka sistem kemitraan dengan peternak plasma dan bergerak dalam bidang perunggasan dengan tujuan komersil. Perusahaan peternakan Cikahuripan PS berlokasi di Desa Sindangsari, Kecamatan Cikoneng, Kabupaten Ciamis. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada kondisi lahan yang cukup subur, ketersediaan air yang cukup baik disekitar perkandangan, iklim yang sangat mendukung dan keamanan lingkungan yang kondusif. Keadaan tersebut sangat sesuai untuk melakukan pengembangan usaha. Cikahuripan PS bertindak sebagai inti, yaitu sebagai penyedia sapronak (sarana produksi ternak) dengan sistem Kemitraan Inti-Plasma, dimana inti memberikan sarana produksi ternak kepada peternak plasma dan membayarnya pada saat panen oleh hasil penjualan ayam broiler. Peternak plasma Cikahuripan PS berjumlah 156 peternak menyebar di Kabupaten Ciamis dengan kualifikasi 87 peternak aktif dan 69 peternak non aktif. Populasi panen untuk ayam broiler mencapai 90.000 ekor/bulan. Keterangan mengenai lokasi inti, wilayah kerja, perolehan DOC, perolehan pakan, perolehan obat, vitamin, vaksin dan bahan kimia disajikan pada Tabel 8.
26
Tabel 8. Keadaan umum inti Cikahuripan PS Aktivitas Keterangan Lokasi
Desa Sindangsari
Wilayah Kerja
Ciamis, Tasik, Malangbong, Kawali, Banjar dan Pangandaran
Pemasok DOC
PT. Samsung, PT. Charoen Pokhpan Jaya Farm, PT. Sierad Produce Tbk, PT. Wonokoyo
Jayakusuma,
PT.
Silga
Perkasa dan Surya Putra PS. Pemasok Pakan
PT. Charoen Pokhpand, PT. Japfa Comfeed dan PT. Sierad Produced Tbk.
Pemasok obat, vitamin, vaksin PT. Indovetraco Makmur Abadi (IMA), dan bahan kimia
PT. Surya Hidup Satwa (SHS), PT. Avisena Mitra Sejati, PT. Univetama Dinamika,
PT. Sierad Produced Tbk
dan PT. Medion 4.1.2 Struktur Organisasi Cikahuripan PS dipimpin langsung oleh pemiliknya sendiri yang mempunyai wewenang menentukan kebijakan perusahaan dibantu oleh bagian pembukuan, bagian keuangan, bagian pemasaran, bagian technical service, bagian produksi, gudang pakan.
Bagian technical service bertanggungjawab terhadap
kelayakan peternak dalam pemeliharaan, pengontrolan peternak, mengatasi masalah yang ada ditingkat peternak, memberikan pembinaan,
serta
teknik
manajemen
didalam
kandang,
merekomendasikan datangnya dokter hewan, serta sebagai perantara peternak plasma dengan inti. Bagian Administrasi bertugas mengatur surat-surat tanda bukti pembayaran dan lainnya, serta mengatur administrasi pegawai ataupun peternak mitra. Bagian Keuangan bertugas untuk mengurusi masalah perhitungan insentif ataupun bonus yang diterima peternak, baik dari konversi pakan ataupun mortalitas dan menghitung semua biaya yang telah
27
dikeluarkan peternak dari perusahaan, serta menghitung hasil panen ayam peternak. Bagian pemasaran bertugas untuk memberi DO (Delivery Order) dan bertanggungjawab menangani masalah pemasaran ayam broiler. Bagian gudang sekaligus bagian produksi bertanggungjawab dalam penyediaan sapronak, mengatur barang yang ada di gudang, melaporkan stock persediaan barang, serta melakukan pencatatan yang berhubungan dengan pergudangan. Pengemudi bertugas untuk memperlancar operasional perusahaan, seperti
mengangkut
pakan,
mengantarkan
ayam.
Struktur
organisasi lengkapnya dapat dilihat pada Gambar 2. Pemilik Perusahaan
Bagian Administrasi
Bagian Keuangan
Technical Service
Bagian Produksi, Gudang pakan
Peternak
Pengemudi
Bagian Pemasaran
Pengemudi
Gambar 2. Struktur organisasi Cikahuripan PS 4.2
Gambaran Umum Desa Sindangsari 4.2.1 Letak Geografis dan Pembagian Administrasi Wilayah
Desa
Sindangsari
berbatasan
dengan
dua
kecamatan yaitu Kecamatan Sadananya dan Kecamatan Ciamis juga berdekatan dengan Ibukota Kabupaten Ciamis, yang berjarak 7 km dan Kabupaten Tasikmalaya 10 km. Selain itu wilayah Desa Sindangsari berada di kaki Gunung Sawal, sampai jalan propinsi (Ciamis–Bandung). Letak geografis Desa Sindangsari yang strategik sangat potensi untuk pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan, industri bahkan kerja antar desa. Salah satunya Desa Cisadap memanfaatkan sumber air dari Desa Sindangsari. Partisipasi masyarakat ini sebagian besar pada sektor kesehatan
28
(pembangunan sarana posyandu), pada sektor pendidikan (TPA, pesantren dan bangunan pendidikan Sekolah Dasar), pada sektor sarana keagamaan. Secara administratif Desa Sindangsari termasuk salah satu desa di Kecamatan Cikoneng, Kabupaten Ciamis Jawa Barat. Letak desa berbatasan dengan Desa Nasol, Kecamatan Ciamis di sebelah Selatan, Desa Cimari di sebelah Barat dan Kecamatan Sadananya di sebelah Timur. Orbitasnya jarak dari Ibukota Kecamatan 3 km, jarak dari Ibukota Kabupaten 7 km dan jarak dari Ibukota Propinsi 115 km. Wilayah Desa Sindangsari dibagi dalam 6 Dusun, yaitu Dusun Jetak 9 RT 3RW, Dusun Colendra 13 RT 5 RW, Dusun Sukahurip 6 RT 3 RW, Dusun Kalapanunggal 8 RT 3 RW, Dusun Setiamulya 6 RT 2 RW dan Dusun Singkup 2 RT 1 RW. Luas wilayah Desa Sindangsari 492.750 Ha, dengan tanah sawah 114.240 Ha, tanah pemukiman 162.715 Ha, tanah fasilitas umum (tanah kas desa 8.986 Ha, lapangan 1.015 Ha, tanah lainnya 18,64 Ha) dan tanah hutan produksi 15 Ha. 4.2.2 Topografi dan Iklim Keadaan topografi Desa Sindangsari sedang, relatif berbukit-bukit dengan tingkat kesuburan tanah yang sedang seluas 394,75 ha. Desa ini terletak dengan ketinggian tanah dari permukaan laut 500 m, banyak curah hujan 2.936 mm/th. Suhu udara rataan 29oC. Tipologi desa disekitar hutan. Jarak orbitas dari masing-masing adalah jarak dari Ibukota Kecamatan 3 km, jarak dari Ibukota Kabupaten 7 km dan jarak dari Ibukota Propinsi 115 km. Iklimnya sangat potensial untuk beternak unggas, khususnya ayam broiler dan buras, karena lingkungannya berada disekitar hutan yang dipenuhi berbagai macam pepohonan, sehingga banyak lahan untuk dibuat kandang yang jauh dari pemukiman penduduk. 4.2.3 Penduduk dan Mata Pencaharian Data yang tercatat pada monografi desa menunjukkan bahwa sampai tahun 2008 jumlah penduduk Desa Sindangsari
29
mencapai 7.320 jiwa yang terbagi atas 2.436 kepala keluarga dengan kepadatan penduduk 30 jiwa per kilometer. Komposisi penduduk Desa Sindangsari (Tabel 9) terdiri atas 3.715 pria (50,75%) dan 3.605 wanita (49,25%). Dengan demikian jumlah pria dan wanita tidak jauh berbeda, selain itu sebagian penduduk berada pada usia produktif (60,69%). Tabel 9. Komposisi umur dan jenis kelamin penduduk Desa Sindangsari, Kecamatan Cikoneng Kabupaten Ciamis Umur Pria Wanita Jumlah Persentase (Tahun) (Jiwa) (Jiwa) (Jiwa) (%) < 15
940
1.026
1.966
26,86
15-55
2.334
2.109
4.443
60,69
> 55
441
470
911
12,45
3.715
3.605
7.320
100,00
Jumlah
Tabel 10 menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Desa Sindangsari memiliki latar belakang pendidikan yang rendah, yaitu tidak tamat SD (20,66%), tamat SD (49,89%), tamat SMP (13,83%), tamat SMU (14,40%) dan sangat sedikit yang tamat perguruan tinggi (1,22%). Sekolah yang ada di Desa Sindangsari hanya sampai tingkat SLTP dan disana terdapat tiga pesantren. Tabel 10. Komposisi penduduk Desa Sindangsari menurut tingkat pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%) Tidak Tamat SD
1.371
20,66
Tamat SD/Sederajat
3.311
49,89
Tamat SMP/Sederajat
918
13,83
Tamat SMU/Sederajat
956
14,40
81
1,22
Tamat Perguruan Tinggi Jumlah
6.637
100,00
30
Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa sebagian besar (3.425 jiwa) penduduk Desa Sindangsari bekerja di sektor pertanian (63,29%) dan penduduk (1.987 jiwa) yang bekerja di luar sektor pertanian (36,71%). Berarti pekerjaan utamanya adalah sebagai petani, karena sebagian besar lahan yang dimiliki digunakan untuk areal pertanian, sementara usaha ternak hanya dilakukan sebagai usaha sambilan. Tabel 11. Komposisi penduduk Desa Sindangsari menurut mata pencaharian Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%) Sektor Pertanian
3.425
63,29
Diluar Sektor Pertanian
1.987
36,71
Jumlah
5.412
100,00
4.3
Distribusi Karakteristik Peternak Plasma Karakteristik peternak yang diamati mencakup tingkat pendidikan, umur, pengalaman beternak dan status usaha peternakan. Pengelompokan peternak menurut pendidikannya didasarkan pada jenjang pendidikan yang dilalui peternak.
Tingkat pendidikan formal peternak pada Tabel 12
menunjukkan angka yang bervariasi mulai dari SD, SMP, SMU dan Perguruan Tinggi. Secara umum peternak plasma di Desa Sindangsari telah menempuh jenjang pendidikan formal, sehingga peternak tersebut tidak termasuk dalam kategori buta huruf. Sebagian besar peternak plasma memiliki latar belakang pendidikan yang rendah, yaitu hanya tamat SD 44,44% dan hanya 3,70% tamat Perguruan Tinggi. Alasan kesulitan ekonomi membuat peternak banyak yang tidak melanjutkan pendidikan. Selain itu letak gedung sekolah lanjutan yang relatif jauh di Ibukota Kecamatan. Kondisi ini akan berpengaruh dalam proses adopsi inovasi ilmu pengetahuan yang ada, terutama dalam bidang peternakan, karena tingginya tingkat pendidikan dapat mempengaruhi cara dan pola berpikir peternak. Sebagian besar peternak plasma berada pada kelompok umur produktif antara 25-45 tahun 74,07% dari keseluruhan.
Hal ini
menunjukkan bahwa pada umur tersebut peternak plasma mempunyai potensi untuk mengembangkan usaha ternaknya dan biasanya masih
31
mampu terlibat secara langsung di kandang. Distribusi umur pada Tabel 12 juga menunjukkan bahwa faktor umur tidak mempengaruhi peternak plasma untuk beternak ayam broiler. Hal ini disebabkan begitu mudahnya mempelajari pemeliharaan ternak ayam broiler. Tidak banyak peternak yang memiliki pengalaman tinggi, lebih banyak di bawah 10 tahun. Pengalaman beternak 74,07% antara 5-10 tahun menunjukkan bahwa peternak plasma cukup memahami mekanisme pola kemitraan yang dijalankan. Tetapi dilapangan tingginya pengalaman tidak menjamin keberhasilan, karena dengan pengalaman di bawah 5 tahun peternak
tidak
mengalami
kerugian.
Peternak
yang
mempunyai
pengalaman di atas 10 tahun biasanya perintis di suatu daerah dan pernah bekerja di peternakan milik orang lain. Pengalaman beternak sangat membantu peternak dalam menghadapi permasalahan yang biasanya dihadapi dalam memelihara ternak. Peternak yang berpengalaman umumnya lebih cepat menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya dibandingkan dengan peternak yang kurang berpengalaman. Tabel 12 juga menunjukkan bahwa sebagian besar peternak plasma (77,78%) beranggapan bahwa usaha ternak yang dijalankan merupakan usaha sampingan. Sedangkan sisanya (22,22%) peternak plasma menganggap usaha ternak ayam broiler sebagai usaha pokok. Hal ini dikarenakan usaha yang lebih awal dijalankan peternak plasma adalah sebagai petani.
32
Tabel 12. Distribusi karakteristik Peternak Plasma Karakteristik Peternak Jumlah (orang)
Persentase (%)
Umur (tahun) • < 25
2
7,41
• 25-45
20
74,07
• > 45
5
18,52
• Tidak tamat SD
3
11,11
• Tamat SD/Sederajat
12
44,44
• Tamat SMP/Sederajat
7
25,93
• Tamat SMU/Sederajat
4
14,82
• Tamat PT
1
3,70
• <5
4
14,82
• 5-10
20
74,07
• > 10
3
11,11
• Usaha Utama
6
22,22
• Usaha Sampingan
21
77,78
Tingkat Pendidikan
Pengalaman Beternak (tahun)
Status Usaha Peternakan
4.4
Mekanisme Kemitraan Cikahuripan PS memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh peternak jika ingin bermitra, diantaranya : 1. Memiliki kandang sendiri beserta peralatan yang diperlukan didalam kandang 2. Memberikan jaminan kepada perusahaan Cikahuripan PS 3. Mampu budidaya, memiliki sikap jujur dan dapat dipercaya, serta memiliki keinginan yang besar untuk melakukan kemitraan 4. Diberikan sanksi jika terjadi pelanggaran dan nilai FCR (Feed Conversion Rate) ≥ 2. Pengalaman beternak bukan merupakan salah satu hal yang penting bagi perusahaan inti untuk menilai apakah peternak layak atau tidak sebagai
33
mitra. Perusahaan inti akan memberikan pelatihan kepada peternak yang belum menguasai cara beternak ayam broiler. Selain itu, perusahaan inti juga melakukan pengawasan pada saat pemeliharaan ayam dikandang, sehingga apabila peternak plasma memiliki kesulitan akan dibantu oleh pengawas dari inti. Hal yang terpenting untuk melakukan kemitraan dengan perusahaan inti adalah peternak berkeinginan besar untuk melakukan kemitraan dengan perusahaan inti, memiliki sikap jujur dan dapat dipercaya. Sebelum resmi menjadi mitra, maka peternak diwajibkan terlebih dahulu mengisi formulir surat permohonan kontrak pemeliharaan ayam broiler dengan Cikahuripan PS yang berisi, diantaranya jumlah kandang, luas kandang, kapasitas, alamat kandang dan jaminan yang dapat diberikan kepada pihak inti. Selain itu produksi yang dihasilkan berupa ayam hidup dijual pada pihak inti (Gambar 3). Perusahaan Inti
Penyediaan Sapronak
Bimbingan Teknis dan Non Teknis Hasil Panen
Peternak Plasma
Budidaya
Pakan, DOC, OVK*
Gambar 3. Mekanisme kemitraan Cikahuripan PS Keterangan : * Obat-obatan, vaksin dan bahan kimia
Perusahaan inti menetapkan harga input, output dan bonus produksi secara sepihak yang kemudian diberikan kepada peternak plasma untuk disepakati. Harga kesepakatan sewaktu-waktu dapat berubah sesuai dengan perubahan harga pasar. Penetapan harga input produksi peternakan meliputi DOC, pakan, obat-obatan, vitamin dan bahan kimia. Sedangkan penetapan harga output produksi yaitu harga jual ayam panen ditetapkan secara sepihak oleh perusahaan inti. Harga kesepakatan menyesuaikan harga pasar, sehingga sewaktu-waktu dapat berubah. Bonus yang diberikan oleh
34
perusahaan inti adalah bonus minyak tanah, bonus kematian dan bonus konversi pakan Feed Conversion Rate (FCR). Cihahuripan PS akan memberikan upah apabila saat panen persentase kematian (mortalitas) ayam lebih kecil dari standar kematian yang ditetapkan pihak inti. Besarnya bonus konversi pakan (FCR) yang diterima peternak berdasarkan nilai FCR yang dimiliki peternak. Semakin besar selisih FCR dengan standar yang ditetapkan maka semakin besar perolehan bonus yang didapat. 4.5
Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Broiler Sistem pemeliharaan (budidaya) ayam broiler yang dilakukan oleh Cikahuripan PS secara intensif. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi cekaman pada ayam. Sistem pemeliharaan yang dilakukan oleh peternak plasma mengikuti aturan-aturan yang telah diberikan oleh perusahaan inti. Sistem budidayanya menggunakan sistem pemeliharaan all in all out, yaitu sistem pemeliharaan yang memasukkan dan memelihara DOC dalam kandang dengan umur yang sama dan dapat dipanen dalam umur yang sama. Sistem pemeliharaan ini dapat mempermudah dalam proses pengelolaan produksi dan dapat mengurangi stres pada ayam. Rataan umur panen di Cikahuripan PS ini per periode produksi, yaitu 35 hari. Setiap tahun terdiri dari 5 periode pemeliharaan. Tatalaksana pemeliharaan ayam broiler meliputi persiapan kandang, kedatangan DOC dan pemeliharaan. Kandang yang digunakan adalah kandang panggung dan postal yang beralaskan litter. Persiapan kandang diawali dengan pembersihan kandang dari sisa-sisa kotoran pemeliharaan sebelumnya, pencucian dengan air yang sudah dicampur dengan deterjen 1-2% dan pensucihamaan kandang digunakan desinfektan dengan cara disemprotkan kemudian dikeringkan. Setelah kandang dalam keadaan kering dilakukan pengapuran dan selanjutnya diistirahatkan paling sedikitnya dua minggu sebelum DOC masuk kandang. Sebelum DOC masuk kandang, peternak harus memastikan bahwa semua peralatan kandang dicuci bersih dan diatur tata letaknya, lantai kandang diberi alas berupa sekam padi dengan ketebalan ± 5 cm, sebelumnya sekam disiram desinfektan untuk membersihkan sekam dari bakteri, dilanjutkan dengan pemasangan alat pemanas dan pembatas.
35
Beberapa jam sebelum DOC datang alat pemanas sudah mulai dinyalakan selama 15-30 menit dengan suhu 29-32oC, sehingga pada saatnya DOC masuk kedalam kandang keadaan suhu ruangan dalam kandang sudah terasa hangat. Tempat minum yang sudah dipersiapkan diisi dengan air yang sebelumnya sudah dimasak terlebih dahulu dan dicampur dengan gula. Perbandingannya 1 l air dicampur dengan 5 g gula pasir atau gula jawa diberikan untuk 40 ekor anak ayam selama 2 jam. Hal ini dilakukan untuk memulihkan kondisi DOC setelah menempuh perjalanan dari perusahaan pembibitan ke peternakan ayam Cikahuripan PS. Setelah pemberian air gula dilanjutkan dengan pemberian pakan starter dan pemberian vitamin yang dicampurkan melalui air minum dengan dosis 2 cc per 5 l air untuk 500 ekor ayam. Saat DOC datang, penimbangan contoh 10% box DOC ditimbang secara acak, agar diketahui bobot awal dan dihitung jumlahnya, serta diperiksa kondisi fisik DOC tersebut. Setelah itu DOC diletakkan di tempat yang sudah dipersiapkan sebelumnya yaitu ditempatkan langsung ke dalam kandang yang telah disekat-sekat dengan pembatas berupa seng. DOC yang sudah masuk untuk beberapa saat dibiarkan agar dapat beradaptasi dengan lingkungan yang akan ditempatinya. Pemeliharaan dari umur 1-3 hari diberikan antibiotik yang dicampur pada air minum, untuk mencegah dari penyakit dan untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Satu buah tempat pakan digunakan untuk 40-50 ekor anak ayam. Setelah 3 hari sampai akhir pemeliharaan terjadi penambahan jumlah tempat pakan sesuai dengan pertumbuhan ayam. Peralatan yang digunakan peternak untuk proses produksi terdiri dari tempat pakan, tempat minum, semawar, alat vaksinasi, pompa air, lampu, timbangan, termometer, pembatas, tirai, drum dan peralatan lain seperti sapu lidi, gayung, selang plastik, sekop dan ember. Sedangkan biaya listrik disesuaikan dengan jumlah ayam yang dipelihara. Termometer berfungsi untuk mengontrol suhu didalam kandang agar suhu ayam tetap stabil dan pertumbuhan ayam tidak terganggu. Setiap kandang ayam terdapat 1 buah termometer yang diletakkan ditempat strategik, agar memudahkan pekerja
36
mengontrol, tanpa mengganggu atau menimbulkan stres pada ayam. Umur ekonomis termometer adalah 2 tahun. Pemanas yang digunakan oleh peternak plasma adalah semawar dengan bahan bakar minyak tanah. Minyak tanah dibeli sendiri dari agen minyak. Kebutuhan minyak tanah untuk satu semawar (pemanas) sebanyak 5 l/hari. Harga rataan minyak tanah per liter berkisar antara Rp. 2.2502.800. Pemanas diletakkan pada ketinggian ± 50-70 cm di atas sekam. Penggunaan alat pemanas pada umumnya umur 14 hari sudah mulai dilepas. Setiap kandang dilengkapi 2 buah pemanas. Satu buah pemanas biasanya digunakan untuk menghangati sekitar 1.000 ekor DOC. Umur ekonomis dari pemanas ± 5 tahun. Harga 1 buah pemanas adalah Rp. 160.000,-. Pembatas (Brooder Guard) merupakan alat pembatas bagi DOC yang dipelihara antara umur 1-14 hari. Bahan yang digunakan untuk pembatas adalah seng. Penggunaan pembatas ini bersamaan dengan pemanas agar DOC mendapatkan panas atau kehangatan yang merata. Pembatas yang digunakan seng dengan tinggi 45-60 cm. Penggunaan pembatas setiap minggunya diperlebar sesuai dengan pertumbuhan ayam. Umur ekonomis dari pembatas ± 5 tahun. Harga seng pembatas adalah Rp. 7.500/m. Standar kebutuhan luas lantai untuk pemeliharaan 1.000 ekor ayam pada peternakan Cikahuripan PS dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Standar kebutuhan luas lantai untuk 1.000 ekor Ayam pada usaha peternakan Cikahuripan PS Umur (hari) Luas Lantai (m2) 1-4
14
5-6
24
7-9
45
10-16
75
> 17
100
Timbangan yang ada berjumlah 2 buah, yaitu 1 buah digunakan untuk timbangan obat atau vitamin dan 1 buah lagi digunakan untuk menimbang ayam. Timbangan obat atau vitamin menggunakan timbangan duduk, sedangkan timbangan ayam menggunakan timbangan gantung.
37
Umur ekonomis dari timbangan adalah 10 tahun. Harga timbangan duduk Rp. 80.000,- sedangkan harga timbangan gantung Rp. 500.000,Tirai penutup yang digunakan adalah terpal. Terpal digunakan sebagai layar penutup dinding kandang. Terpal dipasang terus menerus pagi sampai malam hari selama 3 hari dari kedatangan DOC. Penggunaan terpal setelah umur 3 hari sudah mulai dibuka sedikit demi sedikit disesuaikan dengan kondisi atau suhu lingkungan di daerah tersebut. Umur ekonomis terpal adalah 5 tahun. Harga terpal Rp. 4.000,-/m2. Alat penerangan yang digunakan di setiap kandang yaitu lampu neon. Setiap kandang dipasang 8 buah lampu TL (tube lamp) 60 watt. Rataan umur ekonomis lampu TL adalah 5 tahun. Harga satu buah lampu neon Rp. 55.000,-. Tambang digunakan untuk menggantung tempat pakan dan tempat minum. Tambang yang dibutuhkan untuk menggantung satu tempat pakan dan minum sekitar 2 m. Umur ekonomis tambang adalah 5 tahun. Harga tambang adalah Rp. 750/m. Jerigen digunakan untuk menyimpan minyak tanah yang diletakkan di atas semawar. Setiap kandang dilengkapi 3 buah jerigen. Umur ekonomis jerigen adalah 5 tahun. Harga satu buah jerigen adalah Rp. 15.000,-. Peralatan lainnya yang diperlukan untuk kegiatan sanitasi, diantaranya sprayer, ember, gayung, sekop, sapu lidi dan sikat. DOC yang digunakan untuk produksi, seluruhnya ditentukan oleh pihak inti. Strain ayam broiler yang digunakan adalah strain cobb, dengan bobot awal DOC berkisar 38-42 gram/ekor. Menurut informasi yang didapat, pihak inti menggunakan strain cobb, dikarenakan strain tersebut cocok untuk kondisi lingkungannya dan mempunyai tingkat pertumbuhan yang cepat. Mutu DOC yang baik akan sangat mempengaruhi kelancaran produksi dan dapat menurunkan tingkat kematian ayam broiler selama periode pemeliharaan. Obat-obatan yang digunakan diantaranya Dinasol, Petrovit, Corydon, Press Gumboro, Dinabro dan Hidrostress. Obat-obatan diberikan kepada ayam untuk pengobatan terhadap penyakit yang sering diderita oleh ayam
38
dan untuk mengurangi angka kematian pada ayam. Penyakit pada ayam pada prinsipnya disebabkan oleh defisiensi (kekurangan) zat-zat makanan, bakteri, protozoa, virus, parasit dan jamur. Defisiensi zat-zat makanan pada ayam dapat ditanggulangi dengan pemberian vitamin sesuai dengan kebutuhan dan gejala-gejala yang terjadi pada ayam. Penyakit yang sering menyerang pada proses produksi pada pola kemitraan Cikahuripan PS adalah penyakit gumboro, tetelo dan Chronik Respiratory Disease (CRD). Pemberian vaksin pada ayam adalah sebagai upaya untuk pencegahan terhadap penyakit dengan cara membuat ayam mempunyai kekebalan yang tinggi terhadap satu penyakit tertentu. Vaksinasi adalah proses memasukkan bibit penyakit yang sudah mati (vaksin pasif) atau bibit penyakit yang sudah dilemahkan (vaksin aktif) ke dalam tubuh ayam broiler baik melalui suntikan (injeksi), tetes mata maupun campuran air minum. Selain vaksin, pemberian vitamin, mineral dan antibiotika perlu dilakukan untuk pencegahan penyakit. Vitamin yang digunakan pada saat penelitian adalah Vitastress untuk mencegah stres pada ayam dan Broilervita. Pemberian kedua bahan ini dapat dilakukan melalui air minum dengan cara dicampurkan ke dalamnya. Tempat pakan yang digunakan ada 2, yaitu berbentuk nampan atau baki pakan dan tempat pakan ukuran besar dengan kapasitas 5 kg pakan. Nampan digunakan untuk ayam umur 1-10 hari. Setelah itu nampan diganti seterusnya dengan tempat pakan berbentuk tabung 5 kg yang dapat digunakan untuk ± 30 ekor ayam. Umur ekonomis tempat pakan adalah 5 tahun. Harga masing-masing tempat pakan nampan plastik adalah Rp. 5.600,- dan tempat pakan tabung 5 kg Rp. 10.400,-. Tempat air minum yang digunakan terbuat dari bahan galon plastik yang dapat digunakan untuk 50 ekor ayam, dengan volume 2 l. Umur ekonomis tempat minum adalah 5 tahun. Harga tempat minum galon plastik Rp. 35.200,-. Perbandingan penggunaan tempat pakan dengan tempat minum di dalam kandang adalah 1:1. Untuk 1.000 ekor membutuhkan tempat pakan dan minum 35 buah, tetapi apabila musim kemarau tempat minum bisa ditambah menjadi 40 buah.
39
Pakan yang digunakan oleh peternak plasma Cikahuripan PS adalah jenis pakan starter. Hal ini disebabkan oleh rataan pemeliharaan ayam broiler di kandang hanya 35 hari, sehingga lebih praktis jika hanya menggunakan pakan starter. Pemberian pakan finisher dianggap kurang efisien oleh pihak inti, karena ayam akan merasa stres akibat pergantian pakan, dari pakan yang bersifat crumble (butiran) menjadi pakan finisher lebih padat. Pemberian pakan pada ayam dikandang bersifat ad libitum atau pemberian pakan tidak terbatas. Pemberian pakan dikandang dikontrol setiap saat oleh pekerja, apabila pakan di dalam tempat pakan sudah habis maka pakan harus ditambah tanpa harus dibatasi. Konsumsi pakan pada setiap kandang harus dicatat oleh pekerja setiap hari. Hal ini dimaksudkan agar pihak inti mengetahui nilai Feed Conversion Ratio (FCR) dari masingmasing peternak plasma. Input produksi yang digunakan peternak plasma adalah input tetap dan input variabel. Input tetap adalah input yang jumlahnya tidak berubahubah dan tidak terpengaruh oleh perubahan volume produksi. Input tetap terdiri dari bangunan kandang dan peralatan-peralatan yang dibutuhkan untuk proses produksi. Sedangkan input variabel adalah input produksi yang penggunaanya tergantung pada besarnya volume produksi. Input variabel terdiri dari DOC, pakan, tenaga kerja, vaksin, desinfektan, listrik, sekam, obat-obatan dan vitamin. Desinfektan digunakan peternak plasma untuk membersihkan seluruh peralatan produksi dan kandang. Pembersihan dilakukan setelah pemanenan, sehingga kandang dan peralatan yang akan digunakan untuk produksi selanjutnya menjadi higienis. Bahan dasar sekam yang digunakan adalah sekam padi. Keunggulan sekam padi adalah sekam tidak menimbulkan debu, harganya relatif murah dan mudah menghisap air. Banyaknya sekam yang diperlukan adalah 80 karung sekam untuk 2.000 ekor ayam.
40
Tabel 14. Rataan jumlah ayam yang dijual, jumlah ransum yang dihabiskan, bobot jual, konversi pakan dan mortalitas pada Peternak Plasma selama periode tahun 2008 Periode
Jumlah Awal
Jumlah Ayam
Total Daging
Total
Bobot
FCR
Mortalitas
Ayam (ekor)
Dipanen (ekor)
Dijual (kg)
Pakan (kg)
Jual (kg)
1
1.150
1.061
1.686,61
3.002,16
1,59
1,78
7,76
(%)
2
1.071
977
1.402,74
2.496,88
1,59
1,78
8,78
3
1.111
1.023
1.304,52
2.400,32
1,47
1,84
7,89
4
1.217
1.103
1.388,98
2.458,49
1,54
1,77
9,39
5
1.200
1.104
1.611,15
2.883,96
1,64
1,79
7,97
6
1.211
1.112
1.729,76
3.148,17
1,88
1,82
8,21
7
1.167
1.076
1.704,68
3.170,70
1,77
1,86
7,79
8
1.206
1.058
1.369,40
2.629,25
1,78
1,92
12,28
9
1.273
1.205
1.856,32
3.304,25
1,54
1,78
5,31
10
1.250
1.095
1.372,74
2.718,03
1,61
1,98
12,41
11
1.100
982
1.106,60
2.146,80
1,64
1,94
10,75
12
1.214
1.137
1.203,70
2.202,77
1,78
1,83
6,35
Pada saat penelitian performa (kinerja) peternak plasma didasarkan pada nilai rasio konversi pakan (FCR) dan angka kematian (mortalitas). Semakin tinggi angka FCR dan mortalitas, maka semakin buruk performa ayam yang ditampilkan dan sebaliknya semakin rendah nilai FCR dan mortalitas, maka semakin baik performanya. Standar FCR yang digunakan Cikahuripan PS, yaitu 1,80 dan apabila peternak plasma nilai FCR di atas 2,00 akan diberikan sanksi. Pada Tabel 14 bahwa nilai FCR terkecil diperoleh peternak plasma yang berproduksi pada bulan April-Mei 1,77 nilai ini menunjukkan bahwa pakan yang digunakan cukup efisien, sedangkan nilai FCR terbesar diperoleh peternak plasma yang berproduksi di bulan Oktober-Nopember 1,98 ini menunjukkan penggunaan pakan kurang efisien. Penggunaan DOC terbanyak pada bulan September-Oktober, yaitu 1.273 ekor dan penggunaan DOC paling sedikit pada bulan Februari-Maret 1.071 ekor. Seluruh peternak yang bermitra dengan Cikahuripan PS diharuskan memiliki kandang sendiri. Kepemilikan kandang merupakan syarat utama untuk melakukan kemitraan.
41
4.6 Persyaratan Peternak Plasma Persyaratan untuk mengikuti pola kemitraan merupakan dasar kerjasama yang akan dilakukan oleh perusahaan inti maupun peternak plasma dan persyaratan itu ditentukan oleh perusahaan inti namun kontrak kesepakatan itu tidak jelas. Hal ini disebabkan tidak adanya peraturan tertulis yang berisi kesepakatan mengenai kerjasama yang dilakukan. Persyaratan utama untuk menjadi peternak plasma berdasarkan kesepakatan antara lain peternak harus menyediakan kandang sendiri, biasanya untuk 1.000 ekor peternak cukup menyediakan kandang seluas 100 m2. Namun tidak menutup kemungkinan bagi peternak yang mempunyai kandang kurang dari 100 m2. Kebijakan pihak inti ini dimaksudkan untuk memanfaatkan kandang yang dimiliki peternak, dengan catatan peternak mempunyai niat yang kuat untuk membudidayakan ayam broiler dan bersedia mengikuti aturan yang ditetapkan pihak inti. Kandang dan peralatan merupakan modal utama untuk beternak, baik kandang maupun peralatan harus dalam keadaan yang baik dan layak untuk digunakan. Persyaratan lain, yaitu peternak harus membayar sejumlah uang sebagai tanda peternak menjadi plasma sebesar Rp. 500.000,00 atau menjaminkan beberapa jaminan bisa berupa sertifikat tanah dan bangunan maupun BPKB kendaraan. Peternak yang tidak mempunyai modal untuk membayar uang jaminan tersebut dapat pula menjalin kemitraan dengan perusahaan inti, jika peternak diberi kepercayaan oleh perusahaan inti untuk melakukan budidaya ayam broiler sesuai dengan tatalaksana pemeliharaan yang dianjurkan pihak inti. Modal yang dikeluarkan peternak plasma hanya untuk kandang, peralatan kandang dan operasional. Sarana produksi peternakan, terutama pakan merupakan biaya terbesar ditanggung oleh perusahaan inti. Demikian pula dengan biaya pengangkutan dan pemanenan ditanggung oleh perusahaan inti. Kewajiban perusahaan inti adalah menyediakan sarana produksi peternakan bagi peternak plasma, memberikan bimbingan teknis dan non teknis dan menampung hasil panen. Hak dari perusahaan inti adalah memperoleh ayam hasil budidaya dari peternak plasma.
42
Kewajiban peternak plasma adalah melaksanakan budidaya ayam broiler sesuai dengan tatalaksana pemeliharaan yang dianjurkan pihak inti mulai dari pemeliharaan DOC sampai batas waktu umur panen yang ditetapkan dan menyetorkan hasil panennya kepada pihak inti untuk dipasarkan. Hak peternak plasma antara lain memperoleh sarana produksi peternakan (pakan, DOC dan OVK) yang bermutu. Selain itu peternak plasma berhak mendapatkan bimbingan teknis, seperti teknis budidaya ternak ayam broiler maupun bimbingan non teknis, seperti manajemen dan tatalaksana pemeliharaan ayam broiler. 4.7
Penetapan Harga Sapronak dan Hasil Panen Penetapan sistem harga sapronak seperti pakan, DOC, OVK dan pembelian harga ayam hasil panen, inti memperhatikan harga pasar yang berlaku, dimaksudkan untuk menghindari terjadinya perbedaan yang cukup jauh dengan harga pasar dan harga itu harus disepakati oleh peternak plasma. Harga sapronak dan pembelian harga ayam hasil panen pada setiap siklus berubah-ubah. Keuntungan bagi peternak plasma adalah apabila harga ayam yang dijual dipasaran lebih rendah, maka peternak tetap menerima harga sesuai dengan harga yang telah disepakati dan hal ini merupakan risiko bagi pihak inti. Pada umumnya harga ayam hasil panen yang ditetapkan lebih rendah dibanding dengan harga pasar.
4.8 Pola Pengaturan Produksi Pola pengaturan produksi merupakan pola yang diterapkan perusahaan inti untuk memperoleh jumlah produksi yang dikehendaki sesuai dengan kapasitas kandang, peralatan dan kemampuan peternak yang ada. Pola pengaturan produksi ini dipengaruhi oleh permintaan pasar. Pada prinsipnya pola pengaturan produksi meliputi penempatan DOC dengan mempertimbangkan kapasitas kandang, namun apabila harganya mahal dan diperkirakan masih berfluktuasi, maka perusahaan mengurangi pasokan DOC ke peternak plasma. Siklus produksi yang umum dilaksanakan oleh peternak plasma Cikahuripan PS adalah 5 kali panen dalam satu tahun. Hal ini merupakan siklus standar dengan waktu pemeliharaan selama 35 hari dan waktu
43
istirahat kandang selama 2 minggu. Pemanenan hasil produksi dilakukan dengan melihat kondisi pasar yaitu jumlah permintaan dan harga pasar yang berlaku. 4.9 Pengawasan dan Pembinaan Pengawasan dan pembinaan berasal dari pihak inti, yaitu TS (Technical Service) datang secara berkala untuk memeriksa kesehatan ayam broiler. Pengawasan hampir dilakukan setiap hari sedangkan pembinaan dilakukan satu bulan sekali. Hal ini dimaksudkan agar proses budidaya yang dilakukan peternak plasma sesuai dengan standar yang ditetapkan inti, demikian pula dengan hasil panennya. TS merupakan ujung tombak keberhasilan pola kemitraan yang dijalankan karena bertanggungjawab terhadap kelayakan peternak dalam pemeliharaan, pengontrolan dan mengatasi masalah peternak. Selain itu TS langsung berhadapan dengan peternak plasma di lapangan, sehingga menjadi penghubung antara inti dengan peternak. Pada awal produksi ayam dikandang, TS melakukan pengawasan kepada peternak hampir setiap hari. TS selalu melakukan pengawasan dan membantu peternak ketika pemberian vaksin dan obat-obatan. Seminggu sebelum ayam dipanen, TS melakukan pengawasan setiap hari untuk membantu peternak dalam menjaga kondisi ayam supaya terhindar dari penyakit dan kematian. 4.10 Bonus dan Sanksi Bonus biasanya diberikan oleh perusahaan inti kepada peternak plasmanya yang memiliki prestasi baik, dilihat dari nilai FCR pada pola kemitraannya, hal ini dilakukan untuk merangsang peternak plasma untuk berproduksi lebih baik. Sedangkan pemberian sanksi dilakukan oleh perusahaan inti terhadap peternak plasma yang lalai dalam melakukan kegiatan produksi ayam broiler atau sengaja melanggar ketentuan, walaupun ketentuan tersebut tidak mutlak secara tertulis. Bentuk sanksi dapat berupa teguran secara lisan, penundaan waktu panen, penundaan penempatan DOC untuk periode berikutnya atau pencabutan keanggotaan sebagai peternak plasma, jika peternak mengalami kegagalan dalam
44
budidaya sebanyak tiga kali berturut-turut, namun apabila terjadi kegagalan panen yang relatif tidak fatal, perusahaan inti pada umumnya akan tetap memberikan kesempatan untuk memperpanjang produksi pada periode berikutnya dengan bimbingan dan pengontrolan yang lebih serius. 4.11 Analisis Pendapatan Usaha Ternak Ayam Broiler 4.11.1 Biaya Produksi Biaya yang digunakan dalam usaha ternak ayam broiler terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah dengan ada atau tidak adanya ayam di kandang. Sekalipun peternakan sedang dalam masa kosong kandang selama 14 hari, biaya ini harus tetap dikeluarkan. Komponen biaya tetap antara lain biaya penyusutan kandang, penyusutan peralatan. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang berhubungan langsung dengan jumlah ayam yang dipelihara. Komponen biaya variabel terdiri dari biaya pakan, DOC, OVK (obat, vitamin, vaksin dan bahan kimia), tenaga kerja, minyak tanah, sekam, pemeliharaan, kapur dan listrik. Tenaga kerja yang termasuk dalam biaya variabel adalah tenaga kerja dalam keluarga, karena tenaga kerja ini berhubungan langsung dalam proses produksi. Biaya total produksi terbesar dikeluarkan oleh peternak plasma yang berproduksi pada bulan September-Oktober, yaitu Rp. 10.651,38/ekor, dikarenakan harga DOC relatif tinggi mencapai Rp. 4.125,65/ekor. Tingginya harga DOC menurut pihak inti terjadi karena saat menjelang dan sesudah Hari Raya Idul Fitri dan ada beberapa perusahaan yang tidak atau belum berproduksi kembali sehingga supply (penawaran) DOC dipasaran relatif sedikit sedangkan permintaan meningkat. Komponen biaya terbesar adalah biaya pakan yang mencapai 49,35%, biaya pakan merupakan komponen utama dalam pemeliharaan ayam broiler, kemudian diikuti dengan komponen biaya DOC, OVK (obat, vaksin, vitamin dan kimia), tenaga kerja, minyak tanah, sekam, pemeliharaan dan listrik dengan nilai masing-masing 39,72%, 3,53%, 4,60%, 1,55%, 0,86%,
45
0,18%, dan 0,13%, sedangkan persentase terkecil adalah biaya kapur sebesar 0,07%. Penggunaan biaya total produksi terkecil yang dikeluarkan oleh peternak plasma yaitu pada bulan Jan-Feb, yaitu Rp. 10.037,49/ekor akibat harga DOC cukup murah mencapai Rp. 3.950,00/ekor. Biaya tetap yang terdiri dari biaya penyusutan kandang dan penyusutan peralatan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus, yaitu mengurangi nilai baru dengan nilai sisa kemudian dibagi dengan lama pemakaian kandang dan lama pemakaian peralatan (dalam tahun). Daya tahan untuk kandang adalah 11 tahun, tempat makan, tempat minum, semawar dan pembatas digunakan 3-5 tahun. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 15.
46
Tabel 15. Rataan komposisi biaya produksi Peternak Plasma Cikahuripan PS periode produksi tahun 2008 Keterangan
Bulan Produksi (Rp/ekor) Mei-Juni
Juni-Juli
Juli-Agst
Agst-Sept
Sept-Okt
Okt-Nov
Nov-Des
Des-Jan
5.025,00
5.000,00
5.000,00
5.015,46
5.020,38
5.100,00
5.025,47
5.058,65
5.056,28
4.025,64
4.000,00
4.000,00
4.025,82
4.041,67
4.035,71
4.125,65
4.065,78
4.036,69
4.052,72
375,00
350,00
365,76
360,84
360,00
325,53
365,18
370,53
380,64
357,49
369,25
450,50
450,25
450,00
475,00
475,00
475,00
463,71
475,05
480,79
476,53
450,37
479,64
135,39
130,45
150,25
160,64
160,86
160,62
143,44
163,54
175,86
173,59
160,62
173,68
Sekam
78,26
85,69
80,68
82,34
84,46
86,48
79,39
92,19
98,43
97,64
85,94
96,73
Pemeliharaan
12,50
11,65
15,35
16,68
15,88
18,75
13,26
21,72
25,68
24,27
17,58
23,84
Kapur
6,09
7,25
7,25
7,25
7,25
7,24
6,79
7,25
7,28
7,27
7,28
7,29
Listrik
8,69
10,00
11,00
15,00
13,63
12,45
13,50
13,76
14,98
15,67
15,86
15,74
9.856,64
9.971,08
10.015,17
10.147,67
10.117,92
10.146,36
10.102,75
10.194,78
10.399,20
10.266,86
10.190,48
10.275,17
Peny. Kandang
105,35
150,45
165,55
165,55
180,60
180,00
114,35
185,43
192,26
190,92
190,58
193,77
Peny. Peralatan
75,50
50,50
51,32
60,34
60,34
60,75
76,13
65,72
59,92
65,88
90,41
62,72
Total Biaya Tetap
180,85
200,95
216,87
225,89
240,94
240,75
190,48
251,15
252,18
256,80
280,99
256,49
10.037,49
10.172,03
10.232,04
10.373,56
10.358,86
10.387,11
10.293,23
10.445,93
10.651,38
10.523,66
10.471,47
10.531,66
Jan-Feb
Feb-Mar
Mar-April
Pakan
4.900,00
4.925,29
4.925,00
DOC
3.950,00
3.975,50
OVK
315,21
Tenaga Kerja Minyak Tanah
April-Mei
I. Biaya Variabel
Total Biaya Variabel II. Biaya Tetap
III. Total Biaya (I+II)
46
47
4.11.2 Penerimaan Penerimaan yang diperoleh peternak plasma ayam broiler berasal dari penjualan ayam broiler, penjualan pupuk dan penjualan karung. Besarnya penerimaan yang diterima peternak plasma pada tiap periode produksi berbeda-beda tergantung pada jumlah kilogram ayam yang dihasilkan dan harga jual yang berlaku di pasar. Tabel 16. Rataan penerimaan Peternak Plasma Cikahuripan PS periode produksi tahun 2008 Bulan Penjualan Ayam Penjualan Penjualan Total Produksi Pupuk Karung Penerimaan (Rp) % (Rp) (Rp) (Rp) 97,49 67,87 91,37 10.224,87 1 10.065,63 2
10.400,00
99,05
55,95
74,60
10.530,55
3
10.947,22
99,97
43,21
75,62
11.066,05
4
12.145,83
97,36
34,34
60,60
12.240,77
5
12.500,00
99,21
43,26
72,09
12.615,35
6
12.455,56
99,05
38,99
80,59
12.575,14
7
12.850,00
99,61
40,75
81,51
12.972,26
8
13.278,10
98,91
37,06
71,94
13.387,10
9
13.628,33
99,48
46,72
88,25
13.763,30
10
13.162,50
93,35
47,84
80,45
13.290,79
11
10.297,50
91,53
46,84
78,07
10.422,41
12
9.718,75
95,28
45,36
70,76
9.834,87
536,87
906,15
142.893,07
Total
141.449,42
Tabel 16 menunjukkan bahwa berdasarkan hasil perhitungan, penerimaan terbesar diperoleh peternak plasma pada bulan SeptemberOktober, yaitu Rp. 13.763,30/ekor, sedangkan penerimaan terkecil diperoleh peternak plasma yang berproduksi pada bulan Desember-Januari sebesar Rp. 9.834,87/ekor, pada saat itu banyak sekali peternak plasma yang kehilangan ayamnya dikandang dan ada juga sebagian peternak menjual ayamnya sendiri ke konsumen langsung. Besarnya angka
48
penerimaan akan mempengaruhi tingkat keuntungan yang diperoleh peternak. Suatu usaha dikatakan menguntungkan jika penerimaan lebih besar dari pengeluaran. Total penerimaan peternak plasma Cikahuripan PS periode produksi tahun 2008 selama 12 periode yaitu Rp. 142.892,44 dengan total jumlah penjualan ayam Rp. 141.449,42, total penjualan pupuk Rp. 536,87 dan total penjualan karung Rp. 906,15. 4.11.3 Pendapatan Pendapatan yang diperoleh peternak plasma merupakan hasil pengurangan antara penerimaan dengan biaya total. Tabel 17. Rataan pendapatan dan R/C rasio Peternak Plasma Ayam Broiler Cikahuripan PS selama periode produksi tahun 2008 Bulan Penerimaan Total Biaya Total Pendapatan R/C Produksi (Rp/ekor) (Rp/ekor) (Rp/ekor) 10.224,87 1 10.037,49 187,38 1,02 2
10.530,55
10.172,03
358,52
1,04
3
11.066,05
10.232,04
834,01
1,08
4
12.240,77
10,373,56
1.867,21
1,18
5
12.615,35
10.358,86
2.256,49
1,22
6
12.575,14
10.387,11
2.188,03
1,21
7
12.972,26
10.293,23
2.679,03
1,26
8
13.387,10
10.445,93
2.941,17
1,28
9
13.763,30
10.651,38
3.111,92
1,29
10
13.290,79
10.523,66
2.767,13
1,26
11
10.422,41
10.471,47
-26,97
0,99
12
9.834,87
10.531,66
-696,79
0,93
Tabel 17 menunjukkan bahwa besarnya pendapatan yang diterima peternak plasma berfluktuasi setiap bulan periode produksinya. Pendapatan tertinggi diperoleh peternak plasma yang berproduksi pada bulan produksi September-Oktober, yaitu Rp. 3.111,92/ekor atau Rp. 1.618,34 per kilogram bobot hidup, dikarenakan tingginya permintaan masyarakat akan
49
daging ayam karena bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri. Pendapatan terendah dan merupakan kerugian terbesar yang dialami oleh peternak plasma yang berproduksi pada bulan Desember-Januari, yaitu Rp. (-)696,79/ekor. Nilai R/C Rasio terbesar diperoleh peternak plasma pada bulan produksi September-Oktober, yaitu 1,29 artinya setiap rupiah biaya yang dikeluarkan akan memberikan penerimaan Rp. 1,29 jadi usaha ternak yang dijalankan menguntungkan karena nilai R/C rasionya berada pada angka di atas satu, sedangkan nilai R/C rasio terkecil diperoleh peternak plasma pada bulan produksi Desember-Januari 0,93 yang artinya setiap biaya yang dikeluarkan Rp. 100 akan memberikan penerimaan yang lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan, yaitu Rp.0,93 dan nilai R/C secara keseluruhan adalah 1,00, berarti usaha ternak yang dijalankan kurang menguntungkan, karena tidak memberikan keuntungan berarti.
50
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan a. Mekanisme pola kemitraan yang dijalankan oleh Cikahuripan PS dengan peternak plasma sudah cukup baik, meskipun dalam beberapa hal ada yang perlu diperbaiki, terutama peraturan tentang persyaratan mengikuti pola kemitraan tidak tertulis dengan jelas (azas kepercayaan), sehingga kekuatan hukumnya sangat lemah. b. Karakteristik peternak plasma Cikahuripan PS, khususnya di Desa Sindangsari terbanyak berada pada umur produktif 25-45 tahun (74,07%), tingkat pendidikan terbesar tamat SD (44,44%), pengalaman beternak selama 5-10 tahun (74,07%) dan usaha peternakan yang dijalankan sebagian besar sebagai usaha sampingan (77,78%). c. Kemitraan yang dijalankan berhasil, khususnya bagi peternak plasma, karena hasil analisis pendapatan menunjukkan bahwa keuntungan peternak yang berproduksi pada bulan September-Oktober diperoleh dari usaha ternaknya Rp.3.111,92/ekor atau Rp. 1.618,34/kilogramnya. 2. Saran a. Perusahaan inti dengan peternak plasma diharapkan membuat ikatan kerjasama yang dituangkan dalam suatu bentuk perjanjian yang mempunyai kekuatan hukum dan tidak hanya menganut azas kepercayaan. b. Perusahaan inti diharapkan lebih meningkatkan mutu manajemen pengelolaan usaha ternak ayam broiler, mengintensifkan pembinaan dan memberikan kepercayaan kepada peternak plasma untuk meningkatkan skala usaha, sehingga mempunyai kesempatan untuk meningkatkan pendapatan. c. Perusahaan inti perlu mengadakan perbaikan dalam pengelolaan pemberian pakan, agar nilai FCR mendekati nilai standar perusahaan 1,80, sehingga pemberian pakan menjadi lebih efisien dan mengurangi pengeluaran biaya.
DAFTAR PUSTAKA
Boediono. 2002. Ekonomi Mikro. BPFE, Yogyakarta. Cahyono, B. 2004. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Broiler. Yayasan Pustaka Nusantara, Yogyakarta. Christiawan, A. 2002. Analisis Pola Kemitraan dan Kelayakan Finansial Usaha Peternakan Ayam Potong Peternak Plasma PT. Mitra Asih Abadi Purwokerto. Skripsi pada Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Departemen Pertanian. 2007. Database Deptan http://database.deptan.go,id/bdspweb/bdsp2007/hasil_komp.asp. Dinas Peternakan Kabupaten Bogor. 2000. Pedoman Pembinaan Usaha Peternakan Ayam Ras. Dinas Peternakan Kabupaten Bogor, Bogor. Fadilah, R. 2004a. Kunci Sukses Beternak Ayam Broiler di Daerah Tropis. Agromedia Pustaka, Jakarta. -------------. 2004b. Panduan Mengelola Peternakan Ayam Broiler Komersial. Agromedia Pustaka, Jakarta. Fitrifani, E. 2003. Analisis Kemitraan dan Efisiensi Ekonomi Usaha Ternak Ayam Broiler di Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Skripsi pada Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hardjosworo, P.S dan Rukmiasih. 2000. Meningkatkan Produksi Daging Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta. Hastuti, R. 2002. Pola Kemitraan Plasma-Inti pada Koperasi Peternak Unggas (KPU) Mitra Jaya Priangan Kecamatan Bojongsoang Kabupaten Bandung. Skripsi pada Departemen Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Imaduddin, R. 2001. Analisis Kemitraan Pola Perusahaan Inti-Rakyat (PIR) Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging (Kasus PT. Ciomas Adisatwa Sukabumi). Skripsi pada Departemen Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Kadarsan, H. W. 1995. Keuangan Pertanian dan Pembiayaan Perusahaan. Gramedia Pusaka Utama, Jakarta. Kusnadi. U., L.H. Prasetyo., A. P. Sinurat, H. Hamid., E. Masbulan, M. Purba, H. Hasinah dan A. Priyanti. 2001. Laporan Penelitian Pengembangan Kelembagaan bagi Stabilitas Usaha Ayam Ras rakyat, serta Fasilitas Kemitraan Yang Lestari. Badan Litbang Pertanian, Puslitbang Peternakan, Jakarta.
52
Lipsey, R.G., P.N. Courant., D.D. Purvis dan P.O. Steiner. 1997. Pengantar Mikroekonomi (Terjemahan, Jilid Dua). Binarupa Aksara, Jakarta. Mulyana, A. 2008. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Peternakan Ayam Broiler Satwa Utama (Studi Kasus di Desa Cijulang, Kecamatan Bojong Lopang, Kabupaten Sukabumi). Skripsi pada Departemen Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Murtidjo, B.A. 2006. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Kanisius, Yogyakarta. Pakarti, S.I.B. 2000. Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi Usahatani Ayam Ras Pedaging. Karya Ilmiah pada Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Rasyaf, M. 2002. Manajemen Peternakan Ayam Broiler. Penebar Swadaya, Jakarta. --------------. 2004. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta. Saodah, O. 2000. Analisis Pola Kemitraan dan Kelayakan Usaha Peternak Plasma pada Kegiatan Agribisnis Ayam Broiler (Studi Kasus di Desa Purwasari Kecamatan Garawangi Kabupaten Kuningan). Skripsi pada Departemen Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Saragih, B. 1998. Agribisnis Berbasis Peternakan. Kumpulan Pemikiran. Pusat Studi Pembangunan Lembaga Penelitian. Institut Pertanian Bogor, Bogor. -------------. 2000. Agribisnis Berbasis Peternakan. Kumpulan Pemikiran. Pustaka Wirausaha Muda. PT. Loji Grafika Griya Sarana, Bogor. Siahaan, J. E. 2005. Analisis Pendapatan Peternak Ayam Ras Pedaging pada Pola Kemitraan Inti-Plasma (Studi Kasus di Kelompok Usaha Bintang Resmi Kabupaten Bogor). Skripsi pada Departemen Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Suharno, B. 2002a. Agribisnis Ayam Ras. Penebar Swadaya, Jakarta. -------------. 2002b. Kiat Sukses Berbisnis Ayam. Penebar Swadaya, Jakarta. Tobing, J. 2000. Studi Kemitraan Pola Perusahaan Inti-Rakyat Ayam Ras Pedaging di Kabupaten Bogor dan Tanggerang. Skripsi pada Departemen Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Tobing, V. 2002. Beternak Ayam Broiler Bebas Antibiotika: Murah dan Bebas Residu. Penebar Swadaya, Jakarta.
54
Lampiran 1. Program pemeliharaan kesehatan Ayam Broiler Umur
Obat, Vaksin dan Vitamin
Dosis Pemakaian
Waktu Pemakaian
Air Gula/Vigroo
200 gr/1.000 ekor
DOC datang
Micotack
17 ml/kebutuhan air
Sore
Premvit
1 gr/12 liter
Pagi (6 jam)
Micotack
17 ml/kebutuhan air
Sore
Premvit
1 gr/12 liter
Pagi (6 jam)
Micotack
17 ml/kebutuhan air
Sore
4
Micotack
17 ml/kebutuhan air
Sore (12 jam)
5
Premvit
5 gr/60 liter air
Pagi (6 jam)
6
Premvit
5 gr/60 liter air
Pagi (6 jam)
Vaksin Gumboro 1
1 vial/10 liter air
Pagi
Premvit
5 gr/60 liter air
Pagi (12 jam)
8
Premvit
5 gr/60 liter air
Pagi (12 jam)
9
Air putih
Full
10
Vigroo
65 ml
Pagi (6 jam)
11
Vigroo
65 ml
Pagi (6 jam)
12
Vigroo
65 ml
Pagi (6 jam)
13
Air putih
Full
14
Vaksin Gumboro 2 Vitaral
1 vial/23 liter air 60 gr
Pagi Pagi (6 jam)
15
Vitaral
60 gr
Pagi (6 jam)
16
Micotack
70 ml
Pagi (12 jam)
17
Micotack
70 ml
Pagi (12 jam)
Micotack
70 ml
Premvit
15 gr
Pagi (12 jam) Pagi (12 jam)
1
2
3
7
18
Pagi
19
Vaksin ND
20
Premvit
15 gr
21
Bioflox/Biocin
44 gr
Pagi atau sore
22
Bioflox/Biocin
44 gr
Pagi atau sore
23
Bioflox/Biocin
44 gr
Pagi atau sore
24
Air
Full
25
Vitaral
110 gr
Pagi (6 jam)
26
Vitaral
110 gr
Pagi (6 jam)
27
Vitaral
110 gr
Pagi (6 jam)
28
Vitaral
110 gr
Pagi (6 jam)
Air putih
Full
29-Jual
Pagi (12 jam)
55
Lampiran 2. Upah dan bonus Peternak Plasma Ayam Broiler I.
II.
III.
Upah Maklun Pokok 180 – 200 201 – 220 221 – 240 241 – 260 261 – 280 281 – 300 301 – 320 321 – 340 341 – ke atas Bonus FCR Bobot : 1,20 – 1,40 kg A. FC : 1,40 – 1,45 FC : 1,46 – 1,50 FC : 1,51 – 1,55 FC : 1,56 – 1,60 FC : 1,61 – 1,65 Bobot : 1,41 – 1,60 kg B. FC : 1,46 – 1,50 FC : 1,51 – 1,55 FC : 1,56 – 1,60 FC : 1,61 – 1,65 FC : 1,66 – 1,70 Bobot : 1,61 – 1,80 kg C. FC : 1,51 – 1,55 FC : 1,56 – 1,60 FC : 1,61 – 1,65 FC : 1,66 – 1,70 FC : 1,71– 1,79 Bobot : 1,81 –2,00 > D. FC : 1,56 – 1,60 FC : 1,61 – 1,65 FC : 1,66 – 1,70 FC : 1,71 – 1,75 FC : 1,76– 1,84 Bonus Kematian 0% - 1% 1,1% - 1,5% 1,6% - 2,0% 2,1% - 2,5%
: Rp. 100/ekor : Rp. 200/ekor : Rp. 300/ekor : Rp. 400/ekor : Rp. 500/ekor : Rp. 600/ekor : Rp. 700/ekor : Rp. 800/ekor : Rp. 1.000/ekor
: Rp. 200/ekor : Rp. 150/ekor : Rp. 100/ekor : Rp. 50/ekor : Rp. 25/ekor : Rp. 200/ekor : Rp. 150/ekor : Rp. 100/ekor : Rp. 50/ekor : Rp. 25/ekor : Rp. 200/ekor : Rp. 150/ekor : Rp. 100/ekor : Rp. 50/ekor : Rp. 25/ekor : Rp. 200/ekor : Rp. 150/ekor : Rp. 100/ekor : Rp. 50/ekor : Rp. 25/ekor : Rp. 150/ekor : Rp. 100/ekor : Rp. 75/ekor : Rp. 50/ekor
56
Lanjutan Lampiran 2.
I.
Nama
: Udin Jahidi
Alamat
: Jetak – Desa Sindangsari – Ciamis
No. Plasma
: 1907073500
Periode
: 3 (tiga)
Produksi DOC
: 1.200 ekor
Pakan Kiriman
: 57 Bal
Retur Total Panen
:
: 4 Bal + 30 kg = 230 kg : 53 Bal +30 kg = 2.620 kg 1.176 ekor = 1.646,40 kg
Total II.
= 1.646,40 kg
Kinerja Bobot rataan
III.
= 2.850 kg
: 1,40 kg
Jumlah kematian
: 24 ekor
FCR
= Pakan Daging = 1,59 kg
: 2.620 kg : 1.646,40 kg
IP
= 1,40 kg x 98 % 1,59 kg x 34 hari = 254
2,00 %
Biaya Pemeliharaan A. Upah Maklun Pokok : 1.176 ekor x Rp.400= Rp. 470.400 B. Bonus FC : 1.176 ekor x Rp.100= Rp. 117.600 C. Bonus Kematian : 1.176 ekor x Rp.75 = Rp. 88.200 D. Bonus Minyak Tanah Kebijakan Perusahaan = Rp. 150.000 E. Upah Pikul = Rp. 25.000 Total Rp. 851.200 Terbilang : Delapan ratus lima puluh satu dua ratus ribu rupiah
Ciamis, 28 Sep 2008 Hormat kami
Lampiran 3. Permohonan menjadi Peternak Plasma Ayam Broiler
SURAT PERMOHONAN Kepada Yth : Pimpinan Cikahuripan PS Di Dusun Sukahurip No.47 Rt. 25 Rw. 10 Desa Sindangsari, Kecamatan Cikoneng, Kabupaten Ciamis Hal : Permohonan Menjadi Peternak Dengan Hormat, Menanggapi pengembangan usaha pemeliharaan ayam broiler (pedaging) dari Cikahuripan PS dalam Pola Kemitraan Pemeliharaan Ayam Broiler, maka kami sebagai peternak berminat untuk bergabung dalam pola tersebut. Untuk lebih meyakinkan keinginan tersebut, kami sanggup memenuhi dan menjalankan semua peraturan serta perjanjian yang menyangkut Pola Kemitraan Pemeliharaan Ayam Broiler. Gambaran sepintas mengenai fasilitas yang kami miliki berupa : Jumlah Kandang : __________________________ kd Dinding Kandang : __________________ Type Kandang : __________________________ Lantai Kandang : __________________ Tempat Makan : __________________ buah Luas Kandang : __________________________ m2 Kapasitas Kandang : __________________________ ekor Tempat Minum : __________________ buah Alamat Kandang : __________________________ Sumber Air : __________________ Atap Kandang : __________________________ Sumber Penerangan : __________________ Jaminan yang dapat kami berikan berupa : * ______________________________________________________________________________________________________________________________________________ Demikian permohonan ini kami ajukan dan besar harapan kami untuk dapat disetujui …….,………………….2008 Hormat Kami
)
57
(
Lampiran 4. Pendapatan Peternak Plasma Periode Januari-Desember 2008 Periode Skala Produksi (ekor) I. Biaya Variabel Pakan DOC OVK Tenaga Kerja Minyak Tanah Sekam Pemeliharaan Kapur Listrik Total II. Biaya Tetap Peny. Kandang Peny. Peralatan Total III. Total Biaya (I+II) Jumlah Pakan Total (kg) Mortalitas (%) Jumlah (ekor) Rata2 Panen Total (kg) Berat Rata-rata Harga Kontrak/kg (Rp) Total H. Kontrak Prod. Kotoran Karung IV. Total Penerimaan Pendapatan Total (IV-III) FCR R/C Pengeluaran Total Biaya Total per ekor Pendapatan per ekor Pendapatan per kilogram
Jan-Feb 1.150
Feb-Mar 1.071
5.635.000,00 4.542.500,00 362.491,50 518.075,00 155.698,50 89.999,00 14.375,00 7.003,50 9.993,50 11.335.136,00 121.152,50 86.825,00 207.977,50 11.543.113,50 3.002,16 7,76 1.061 1.686,61 1,59 9.400,00 15.854.118,96 78.056,24 105075,70 16.030.045,96 4.486.932,46 1,78 1,02 10.037,49 181,12 2.660,33
Mar-Apr
Apr-Mei 1.217
Mei-Juni 1.200
Juni-Juli
1.111
1.211
Juli-Agst 1.167
Agst-Sep 1.206
Sept-Okt 1.273
5.274.985,59 4.257.760,50 401.625,00 482.217,75 139.711,95 91.773,99 12.477,15 7.764,75 10.710,00 10.679.026,68
5.471.675,00 4.472.486,04 388.850,00 499.950,00 166.927,75 89.635,48 17.053,85 8.054,75 12.221,00 11.126.853,87
6.115.425,00 4.868.000,00 445.129,92 578.075 195.498,88 100.207,78 20.299,56 8.823,25 18.255,00 12.349.714,39
6.000.000,00 4.800.000,00 433.008,00 570.000,00 193.032,00 101.352,00 19.056,00 8.700,00 16.356,00 12.141.504,00
6.055.000,00 4.875.268,02 435.960,00 575.225,00 194.510,82 104.727,28 22.706,25 8.767,64 15.076,95 12.287.241,96
5.853.041,82 4.716.628,89 379.893,51 541.149,57 167.394,48 92.648,13 15.474,42 7.923,93 15.754,50 11.789.909,30
6.054.578,28 4.867.066,26 440.407,08 572.910,30 197.229,24 111.181,14 26.194,32 8.743,50 16.594,56 12.294.904,68
161.131,95 54.085,50 215.217,45 10.894.244,13 2.496,88 8,78 977 1.402,74 1,59 9.550,00 13.396.167,00 59.925,05 79.900,07 13.535.986,05 2.641.741,92 1,78 1,04 10.172,03 358,52 1.883,27
183.926,05 57.016,52 240.942,57 11.367.796,44 2.400,32 7,89 1.023 1.304,52 1,47 9.575,00 12.490.779,00 48.006,34 84.011,09 12.622.799,13 1.255.002,69 1,84 1,08 10.232,04 834,01 962,04
201.474,35 73.433,78 274.908,13 12.624.622,52 2.139,89 9,39 1.103 1.388,98 1,54 9.600,00 13.334.208,00 41.794,41 73.754,84 13.434.780,88 810.158,36 1,77 1,18 10.373,56 1.854,91 583,28
216.720,00 72.408,00 289.128,00 12.430.632,00 2.883,96 7,97 1.104 1.611,15 1,64 10.150,00 16.353.172,50 51.911,25 86.518,76 16.491.592,50 138.420 1,79 1,22 10.358,86 2.256,49 85,91
217.980,00 73.568,25 291.548,25 12.578.790,21 3.148,17 8,21 1.112 1.729,76 1,88 10.150,00 17.557.110,39 47.222,57 97.593,32 17.701.921,77 144.811,38 1,82 1,21 10.387,11 2.188,03 83,72
133.446,45 88.843,71 222.290,16 12.012.199,40 3.170,70 7,79 1.076 1.704,68 1,77 9.950,00 16.961.566,00 47.560,57 95.121,14 17.104.243,42 5.092.044,02 1,86 1,26 10.293,23 2.679,03 2.987,09
223.628,58 79.258,32 302.886,90 12.597.791,58 2.149,25 12,28 1.058 1.369,40 1,78 9.950,00 13.625.530,00 44.697,22 86.765,18 13.732.984,60 1.135.193,02 1,92 1,28 10.445,93 2.921,27 828,97
Okt-Nov
Nov-Des 1.100
Des-Jan
1.250
6.492.300,00 5.251.952,45 471.684,69 615.864,67 223.869,78 125.301,39 32.690,64 9.267,44 19.069,54 13.242.000,60
6.281.837,50 5.082.225,00 475.800,00 595.662,50 216.987,50 122.050,00 30.337,50 9.087,50 19.587,50 12.833.575,00
5.564.515,00 4.440.359,00 393.239,00 495.407,00 176.688,00 94.534,00 19.338,00 8.008,00 17.446,00 11.209.528,00
6.138.323,92 4.920.002,08 448.269,50 582.282,96 210.847,52 117.430,22 28.941,76 8.850,06 19.108,36 12.474.056,38
244.746,98 76.278,16 321.025,14 13.563.025,74 3.304,25 5,31 1.205 1.856,32 1,54 10.350,00 16.410.532,55 59.476,55 112.344,59 16.567.183,55 3.004.157,81 1,78 1,29 10.651,38 3.092,82 1.618,34
238.650,00 82.350,00 321.000,00
209.638,00 99.451,00 309.089,00 11.518.617,00 2.146,80 10,75 982 1.106,60 1,64 10.175,00 11.259.655,00 51.523,29 85.872,16 11.396.656,00 -121.961,00 1,94 0,99 10.471,47 -26,97 -110,21
235.236,78 76.142,08 311.378,86 12.785.435,24 2.202,77 6,35 1.137 1.203,70 1,78 10.150,00 12.217.555,00 55.069,28 85.908,07 12.358.524,68 -426.910,56 1,83 0,93 10.531,66 -696,79 -354,67
13.154.575,00 2.718,03 12,41 1.095 1.372,74 1,61 10.575,00 14.516.725,50 59.796,55 100.566,93 14.677.088,00 1.522.513,00 1,98 1,26 10.523,66 2.767,13 1.109,11
1.214
58
55
LAMPIRAN
56
57
58
59